metode abc

Upload: resky-anggila

Post on 10-Jul-2015

981 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG)

SKRIPSIOleh :

Nama No Mahasiswa

: Fieda Femala : 00312268

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG)

SKRIPSI disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana Strata-1 jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi UII

Oleh :

Nama No Mahasiswa

: Fieda Femala : 00312268

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 21-09-2007

Penyusun,

(FIEDA FEMALA)

ii

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG)

Hasil Penelitian

Diajukan oleh :

Nama No Mahasiswa Jurusan

: Fieda Femala : 00312268 : Akuntansi

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Pada tanggal Dosen Pembimbing

(Drs Kesit Bambang Prakosa, MSi)

iii

BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI BERJUDULPenerapan Metode Activity-Based Costing System Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Pada RSUD Kabupaten Batang)

Disusun Oleh: FIEDA FEMALA Nomor Mahasiswa: 00312268Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS Pada tanggal : 7 September 2007

Pembimbing Skripsi/Penguji : Drs. Kesit Bambang Prakosa, M.Si Penguji : Drs. Johan Arifin, M.Si

. .

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D

iv

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum (golongan) kecuali kaum (golongan) itu sendiri yang mengubahnya (Qs. Ar-Radu : 11)

Katakanlah : Setiap kamu berkarya menurut bakat masing-masing, hanya Allah Tuhanmu yang paling mengetahui siapa yang benar-benar mendapat Petunjuk di jalan yang ditempuhnya. (Qs. Al-Israa : 84)

Wahai orang yang beriman, jika kamu menolong (melaksanakan semua perintah) Allah, maka Ia akan menolong kamu dan memantapkan langkah-langkahmu. (Qs. Muhammad : 7)

Halaman Persembahan

v

Skripsi ini ku persembahkan :

Mama tercinta Tati Sugiharti Papaku Achmad Sobirin Kakakku Mia Marisa Adikku Rengga Dan Adya Yayangku Popied feriyanto Keponakanku Asty Amanda

KATA PENGANTAR

vi

Assalamualaikum Wr.Wb Alhamdulillahirrabilallamin, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan nikmat-Nya, sehingga akhirnya penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Strata (S1) untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UNiversitas Islam IndonesiaYogyakarta. Proses penyusunan skripsi ini sudah diusahakan semaksimal mungkin, kalaupun ada kekurangan itu karena keterbatasan yang dimiliki penulis layaknya sebagaimana manusia biasa, karena proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis hendak memberikan ucapan terima kasih yang tulus kepada 1. Bapak Prof. Dr. Edy Suwandi Hamid, M.Ec selaku Rektor Universitas Islam Indonesia. 2. Bapak Drs. Asmai Ishak, M. Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. 3. Ibu Dra. Erna Hidayah, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia.

vii

4. Bapak Drs. Kesit Bambang Prakosa, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Drs. Johan Arifin, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi penulis. 6. Pak Gunawan, Pak Pri, Pak Utoyo terimakasih atas segala bantuanbantuannya disaat yang tepat. 7. Mama tercinta yang selalu dengan sabar memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Setiap

dukungannya sangat berarti bagi penulis. I love You Mam. 8. Papaku yang selalu memberikan nasehat kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini. 9. Kakakku tercinta yang selalu memberi dorongan kepada penulis untuk selalu kuat,tegar dan percaya diri.. 10. adik-adikku, kalian adalah motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Yayangku yang selalu berada didekatku dalam keadaan susah maupun senang. 12. Dewi Husin, makasih ya pinjaman laptopnya.

viii

13. Teman-teman lamaku di wisma pugeran, mbak nana, mbak leni, mbak tati, mia, ony, ade, lia, rini, siti. Semoga di lain waktu kita bisa ketemu lagi. 14. Teman-temanku di wisma cantik, Rhinie, Umi, Dian, Egha, Heni, Winda, Heny, July, Vivi, Yuyun, Sandra, Icun, Mb ita, Yuni. Tanpa kalian wisma cantik terasa sepi. 15. Keponakanku Asty Amanda yang lucu dan imut 16. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuannya hinggga

terselesaikannya skripsi ini. Harapan penulis semoga Allah SWT senantiasa memberikan karunia-Nya atas Budi baik dan amal mereka. Akhir kata bila ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa itu semua merupakan kekurangan dari penulis sebagai manusia biasa. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya serta semua pihak yang memerlukannya. Amin. Wassalamualakum Wr.Wb

Yogyakarta, September 2007

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme Halaman Pengesahan. Berita Acara Ujian Skripsi. Halaman Motto.. Halaman Persembahan.. Kata Pengantar... Daftar Isi DAftar Tabel.. Daftar Gambar Abstrak BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang Masalah.. Rumusan Masalah.... Tujuan Penelitian.

i ii iii iv v vi vii x xiv xv xvi 1 1 5 5

Manfaat Penelitian 5 6 6 6 8 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.2 2.3 2.4 Pengertian Activity Based-Costing.. Konsep-Konsep Dasar Activity Based-Costing... Perbandingan Biaya Produk Tradisional Dan ABC Struktur Sistem ABC...

x

2.5

Syarat Penerapan Sistem ABC

11 13 14 16 18 20 21

2.6 Pembebanan BOP Pada ABC. 2.6.1 Prosedure Pembebanan BOP Dengan ABC Sistem 2.7 Manfaat Penentuan HPP Berdasarkan Aktifitas. 2.8 2.9 Cost Driver.. Keunggulan Metode ABC...

2.10 Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional 2.11 Pengertian Dan Penentuan Tarif Dengan Menggunakan Metode Cost Plus Pricing 2.12 ABC Untuk Perusahaan Jasa

24 27

BAB III TINJAUAN OBYEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum RSUD Kab. Batang 3.1.1 3.1.2 Sejarah Berdirinya RSUD Kab. Batang.. Visi, Misi, Moto, Tujuan, Filosofi, Tugas RSU Fungsi RSU Dan Nilai Dasar... 3.1.2.1 Visi 3.1.2.2 Misi

29 29 29

30 30 30 30 30 30 31 31

3.1.2.3 Moto.. 3.1.2.4 Tujuan 3.1.2.5 Filosofi.. 3.1.2.6 3.1.2.7 Tugas RSU Fungsi RSU..

xi

3.1.2.8 3.1.3 3.1.4

Nilai Dasar

31 32 32 32 33 33 33 34 34 35 36 37 43 43

Pemegang Jabatan Fasilitas Pelayanan.. 3.1.4.1 3.1.4.2 Rawat Jalan.. Rawat Inap

3.1.5

Penunjang Pelayanan.. 3.1.5.1 3.1.5.2 Penunjang Medik. Penunjang Non Medik.

3.1.6 3.1.7 3.1.8 3.1.9

Kerjasama Dengan Institusi Pendidikan. Tenaga Pengelola Sarana.. Struktur Organisasi..

3.1.10 Kelas Jasa, Dan Tarif RSU 3.1.10.1 Kelas Jasa.. 3.1.10.2 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kab. Batang... 3.1.11 Data Pendukung ABC.. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan HPP Rawat Inap Dengan Menggunakan ABC 4.1.1 Mengidentifikasi Dan Mendefinisikan Aktivitas Dan Pusat Aktivitas... 4.1.2 Mengklasifikan Aktivitas Biaya Kedalam Berbagai Aktifitas.

45 47 52 52

52

56

xii

4.1.3 4.1.4 4.1.5

Mengidentifikasi Cost Driver Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver Membebankan Biaya Ke Produk Dengan Menggunakan Tarif Cost Driver Dan Ukuran Aktifitas

58 61

64

4.2

Perbandingan Metode Tradisional Dan ABC Dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap.. 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan.. 73

5.2 Saran. 74 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 75 LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1 Perbedaan Penetapan HPP Melalui Metodse Tradisional Dengan ABC. 9 3.1 Jumlah Ruang Rawat Inap dan Kapasitas Tempat tidur RSUD Batang 33 3.2 Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kab. Batang... 47 3.3 Data Biaya Rawat Inap Pada RSUD Batang. 48 3.4 Data Pendukung Lama Hari Pasien Rawat Inap Pada RSUD Batang... 49 3.5 Data Pendukung Jumlah Pasien Rawat ianap Pada RSUD Batang 50 3.6 Data Pendukung Luas Ruangan Rawat Inap Pada RSUD Batang. 50 3.7 Tarif Konsumsi Tiap Kelas Rawat Inap Pada RSUD Batang 51 4.1 Data Penggunaan Listrik Pada RSUD Batang... 54 4.2 Klasifikasi Biaya Ke Dalam Berbagai Aktifitas 58 4.3 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap 59 4.4 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Kamar Rawat Inap Dengan Menggunakan Metode ABC.. 62 4.5 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas VIP 65 4.6 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas Utama I. 66 4.7 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas Utama II 67 4.8 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas I. 68 4.9 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II. 69 4.10 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III70 4.11 Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional Dengan ABC Dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap. 71

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Konsep Dasar Activity Based-Costing.............................................. 8

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian dari BAPPEDA... 76 2. Surat Keterangan Penelitian dari RSUD Kabupaten Batang........................ 77

xvi

ABSTRAKDalam penentuan harga pokok produk, sistim akuntansi biaya tradisional kurang sesuai lagi untuk diterapkan di era tekhnologi yang modern seperti saat ini. Karena sistem ini mempunyai beberapa kelemahan. Diantaranya adalah memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005). Adanya berbagai kelemahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan metode Activity-Based Costing. Activity-Based Costing adalah metode penentuan harga pokok yang menelusur biaya ke aktivitas, kemudian ke produk. Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan dalam metode ABC lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan Utama I yang memberikan hasil lebih kecil. Hal ini disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.

xvii

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang masalah Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masingmasing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

manufaktur/industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan. Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting. Karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa

2

rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya. Dalam menentukan harga pokok produk terkadang rumah sakit masih menggunakan akuntansi biaya tradisional. Dimana sistem ini tidak sesuai dengan lingkungan pemanufakturan yang maju, pada diversifiksi (keanekaragaman) produk yang tinggi (Bunyamin Lumenta, 1989). Biaya produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga

mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an dan awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activit-Based Costing. Definisi metode Activity-Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian keproduk (Hansen & Mowen, 1992) Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam sistem penentuan harga pokok produk

3

dengan metode ABC menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Dalam metode ABC, menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik apabila diterapakan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk. Dimana output yang dijual lebih dari satu. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead, sehingga dalam metode ABC dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat. RSUD Batang merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah yang melayani kesehatan bagi masyarakat sekitar Batang. Dalam perhitungan biaya rawat inap, RSUD Batang masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional. Padahal perhitungan biaya rawat inap sangat

4

penting karena berkaitan dengan masalah penentuan harga pokok rawat inap.Yang pada akhirnya akan mempengaruhi penentuan harga jualnya atau tarif rawat inap.Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul : PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG)

5

1.2

Rumusan masalah 1. Bagaimanakah cara menghitung tarif jasa rawat inap pada RSUD Batang dengan menggunakan Activity-Based Costing System. 2. Apakah ada perbedaan besarnya tarif jasa rawat inap pada RSUD Batang dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan Activity-Based Costing System.

1.3

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan Activity-Based Costing System dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap pada RSUD Batang. 2. Untuk mengetahui perbandingan besarnya tarif jasa rawat inap, dengan menggunakan metode akuntansi biaya tradisional dan Activity-Based Costing System pada RSUD Batang.

1.4

Manfaat Penelitian 1. Memberikan pengetahuan mengenai penerapan Activity-Based Costing System dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap. 2. Memberikan alternative cara perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan konsep Activity-Based Costing System. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan cara penghitunagan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan konsep Activity-Based Costing System. 4. Membantu rumah sakit dalam menghitung dan menentukan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity-Based Costing Syste

6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin Widjaja (1992; 27) adalah : Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama. Sedangakan menurut Mulyadi (1993:34) memberikan pengertian ABC sebagai berikut : ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Pengertian ABC Sistem yang lain juga dikemukakan oleh Hansen and Mowen (1999: 321) sebagai berikut : Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.

7

Pengertian akuntansi aktivitas menurut Brimson (1991: 47) adalah: Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan. Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) sebagai berikut: Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.

2.2

Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk.

8

Gambar 2.1 Konsep Dasar Activity Based Costing

Resources Process View

Cost Driver

Activities

Performance

Cost Object

Sumber: Hansen, Don .R. dan Maryanne, M. Mowen, 2005

2.3

Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume

9

produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri kemasing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 1999: 157-158) Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan sistem ABC, yaitu: Tabel 2.1 Perbedaan penetapan harga pokok produk Tradisional dengan Metode Activity Based Costing Metode Penentuan Harga Pokok Produk Tradisional Tujuan Lingkup Fokus Inventory level Tahap produksi Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung Metode Activity Based Costing Product Costing Tahap desain, produksi, Tahap pengembangan Biaya overhead Daur hidup produk Komputer telekomunikasi

Periode Perode akuntansi Teknologi yang digunakan Metode manual Sumber: Mulyadi, 1993

10

2.4

Struktur sistem ABC Desain ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha.Ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing, yaitu: 1) Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya. 2) Produk atau pelanggan jasa Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sitem ABC. Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkanan biaya, maka untuk dapat menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk, maka biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya

11

untuk aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan produk (Cokins dkk, 1996:12)

2.5

Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan

menggunakan sistem ABC menyaratkan tiga hal: 1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan

menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. 2. Tingkat persaingan industri yang tinggi Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen. 3. Biaya pengukuran yang rendah Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh (Supriyono, 1994:664-665).

12

Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan metode ABC, yaitu (Supriyono, 2002: 247) 1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisionalpun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan sisitem ABC kehilangan relevansinya. Artinya Activity Based Costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja. 2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan system ABC justru tidak tepat karena sistem ABC hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem ABC

membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih dapat masalah. mengunakan sistem tradisional tanpa ada

13

2.6

Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (cooper, 1991:269-270). Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut: 1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biayabiaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitasaktivitas selanjutnya. 2. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk. 3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja.

14

Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. 2.6.1 Prosedure Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedure pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan: a. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah : 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas 2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing. Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities) Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung

15

dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities) Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa

memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch. c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities) Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk. d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities) Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya.

16

3. Mengidentifikasikan Cost Driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver. 4. Menentukan tarif/unit Cost Driver Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb:

Tarif per unit Cost Driver =

JumlahAktifitas CostDriver

b.

Tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb:

BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih

2.7

Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas Jika syarat-syarat penerapan sistem ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan menerapkan sistem ABC dan segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut: (Supriyono, 2002:698)

17

1)

Memperbaiki mutu pengambilan keputusan Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang tajam.

2)

Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Sistem ABC mengidentifikasi biaya overhed dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus

mencerminkan jumlah permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Sistem ABC mengakui bahwa tidak semua overhed bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan

menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk. 3) Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan. Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, maka manajemen akan menghasilkan kemudahan dalam memperoleh informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka.

18

2.8

Cost Driver Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masingmasing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. a) Pengertian Cost Driver Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktifitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktifitas. Ada dua jenis cost driver, yaitu: 1. Cost Driver berdasarkan unit Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen. 2. Cost Driver berdasarkan non unit Cost Driver berdasarkan non unit merupakan factor-faktor penyebab selain unit yang menjelaskn konsumsi overhead.

19

Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia. b) Penentuan Cost Driver Yang Tepat Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam menentukan penimbul biayanya atau cost driver. 1) Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan Menurut Cooper dan Kaplan (1991: 375), penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan. 2) Pemilihan cost driver yang tepat. Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan: (Cooper dan Kaplan, 1991: 383) a) Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih. b) Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya

20

(degree of correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih. c) Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effec). cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih

2.9

Keunggulan Metode ABC Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai berikut: 1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya 2. 3. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar 4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang

21

dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah. 5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

2.10

Kelemahan Sistem akuntansi Biaya Tradisional Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya. Sistem biaya tradisional memang memeperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka mengabaikan below the line expenses, seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar, pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya below the line ini diperlakukan secara sama dengan

mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain

22

dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22). Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Supriyono (2002: 74-77) bahwa dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain: 1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. 2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan

menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. 3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja langsung. 4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.

23

5.

Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.

6.

Sistem

akuntansi

biayaa

tradisional

menggolongkan

suatu

perusahaan kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek. 7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan menggunakan standar. 8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alatalat dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju. 9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biay-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk.

24

2.11

Pengertian dan Penentuan Tarif Dengan Menggunakan Metode Cost Plus Pricing Tarif menurut Supriyono (1991:332) adalah: Sejumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan Untuk menentukan tarif, biasanya manajemen mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor biaya maupun bukan biaya. Menurut Supriyono (1991:332): o o o o o o Biaya, khususnya biaya masa depan Pendapatan yang diharapkan Jenis produk jasa yang dijual Jenis industri Citra dan kesan masyarakat Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang,

keputusan, peraturan dan kebijakan pemerintah o o o o o o o Tindakan atau reaksi para pesaing Tipe pasar yang dihadapi Trend Ekonomi Biaya manajemen Tujuan non laba Tanggung jawab sosial perusahaan Tujuan perusahaan,khususnya laba dan return on

investment (ROI)

25

Dalam penentuan tarif atau harga jual produk, manajemen perlu tujuan dari penentuan tarif tersebut. Tujuan itu akan dipergunakan sebagai salah satu pedoman kerja perusahaan. Pada umumnya tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bertahan hidup (survival) Perusahaan menetapkan bertahan hidup sebagai tujuan utama, apabila menghadapi kesulitan dalam hal kelebihan kapasitas produksi, persaingan keras, atau perubahan keinginan konsumen. Untuk mempertahankan tetap berjalannya kegiatan produksi, perusahaan harus menetapkan harga yang rendah, dengan harapan akan meningkatkan permintaan. Dalam situasi demikian, laba menjadi kurang penting dibandingkan survival. b. Memaksimalkan laba jangka pendek Perusahaan memperkirakan permintaan akan biaya, dihubungkan dengan harga alternatif dan harga yang akan menghasilkan laba, arus kas, atau tingkat laba investasi maksimal. Dalam semua hal, perusahaan lebih menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang ada dan kurang mempertimbangkan prestasi keuangan jangka pendek. c. Kepemimpinan pangsa pasar (leader of market share) Sebagian perusahaan ingin mencapai pangsa pasar yang dominan. Mereka yakin bahwa perusahaan dengan market share terbesar

26

akan menikmati biaya terendah dan laba tertinggi dalam jangka panjang. Untuk itu, mereka menetapkan harga serendah mungkin. d. Kepemimpinan mutu produk Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki produk dengan mutu terbaik di pasar. Keputusan ini biasanya mengharuskan penetapan harga yang tinggi untuk menutup biaya pengendalian mutu produk serta biaya riset dan pengembangan. e. Tujuan-tujuan lain, misalnya mempertahankan loyalitas pelanggan Perusahaan mungkin menetapkan harga yang rendah untuk mencegah masuknya perusahaan pesaing atau dapat menetapkan harga yang sama dengan pesaing dengan tujuan untuk

mempertahankan loyalitas pelanggan. Menghindari campur tangan pemerintah, menciptakan daya tarik sebuah produk, dan untuk menarik lebih banyak pelanggan. Menurut Mulyadi (1993), penentuan tarif atau harga jual suatu produk atau jasa dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing yaitu penentuan tarif jasa dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa. Tarif jasa berdasarkan Cost Plus Pricing dihitung dengan rumus:

Tarif per kamar = Cost sewa kamar + Laba yang diharapkan

27

2.12

Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa. Sistem kerja Activity Based Costing banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan metode Activity Based Costing pada perusahaan jasa memiliki beberapa ketentuan khusus, hal ini disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa. Menurut Brinker (1992), karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu: 1) Output seringkali sulit didefinisi 2) Pengendalian aktivitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi 3) Cost mewakili proporsi yang lebih tinggi dari total cost pada seluruh kapasitas yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan aktivitasnya. Output pada perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang kebanyakan tidak terwujud, contoh: kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi, pemuasan konsumen. Output pada perusahaan jasa tidak berwujud membuat perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit, dewasa ini bisnis jasa menggunakan metode Activity Based Costing pada bisnisnya. Untuk menjawab permasalahan diatas, Activity Based Costing benar-benar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidaktidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu

28

diperhatikan dalam penerapan Activy Based Costing pada perusahaan jasa adalah: 1) Identifying and Costing Activities Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien. 2) Spesial Challenger Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan

manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya

mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari. 3) Output Diversity Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas

pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan

29

BAB III TINJAUAN OBYEK PENELITIAN

3.1.

Gambaran Umum RSUD BATANG

3.1.1. Sejarah berdirinya RSUD BATANG RSUD BATANG didirikan pada tahun 1957, pada waktu itu masih ikut wilayah karesidenan pekalongan. Pada tahun 1966 rumah sakit tersebut diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Batang. Pada tahun 1996 RSUD Batang berubah status dari D menjadi C. sejak saat itu diadakan upaya-upaya perbaikan mutu pelayanan. Sejak saat itu sering diadakan upaya-upaya perbaikan mutu pelayanan sampai akhirnya tahun 1999 mendapatkan akreditasi penuh tingkat dasar. RSUD BATANG terletak pada kabupaten batang, dimana kabupaten batang merupakan salah satu dari 35 kabupaten yang ada di JATENG yang terletak antara: Bujur timur Lintang selatan : 109 40 19 - 110 03 06 : 006 51 46 007 11 47

Dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah utara Sebelah timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Laut jawa : Kabupaten Kendal : Kabupaten wonosobo dan Banjarnegara : Kabupaten Pekalongan & kota Pekalongan

30

3.1.2 Visi, Misi, Motto, Tujuan , Filosofi, Tugas, Fungsi RSU dan Nilai Dasar 3.1.2.1 Visi Menjadi rumah sakit pilihan utama atau kebanggaan masyarakat dan pusat rujukan kesehata di Kabupaten Batang dan sekitarnya. 3.1.2.2 Misi Memberikan pelayanan secara paripurna, bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Meningkatkan profesionalisme seluruh karyawan rumah sakit Melakukan kerja sama dengan pihak terkait dalam pelayanan kesehatan 3.1.2.3 Motto Kesembuhan Anda merupakan tekad dan kebahagiaan kami 3.1.2.4 Tujuan Meningkatkan kemampuan pelayana melalui penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana Profesionalisme SDM secara berkesinambungan Peningkatan hubungan kemitraan dengan unit atau instansi dan organisasi 3.1.2.5 Filosofi Bekerja dengan ikhlas, menjaga amanah serta semangat kebersamaan dalam tim merupakan modal kami.

31

-

Ramah tamah, kasih sayang, keterbukaan dan saling menghargai merupakan budaya kami.

-

Kepuasan pelanggan merupakan tujuan kami

3.1.2.6 Tugas RSU Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan pelaksanaan upaya rujukan. 3.1.2.7 Fungsi RSU 3.1.2.8 Penyelenggaraan pelayanan medis Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan Penyelenggaraan pelayanan rujukan Penyelenggaraan pendididikan dan pelatihan Penyelenggaraan penelilitian dan pengembangan Penyelenggaraan administrasi umum keuangan

Nilai dasar Bekerja dengan ikhlas Keterbukaaan Ramah tamah Kasih sayang Saling menghargai Semangat kebersamaan

32

3.1.3

Menjaga amanah

Pemegang jabatan Tahun 1966 1990 Tahun 1990 1992 Tahun 1992 -1998 Tahun 1998 sekarang : dr. Marthani : dr. Sularso : dr Izis : dr. Hj. Ratna Ismoyowati. MARS

3.1.4 3.1.4.1

Fasilitas Pelayanan Rawat Jalan Poliklinik Umum Poliklinik Gawat Darurat Poliklinik Spesialis penyakit dalam Poliklinik Spesialis bedah Poliklinik Spesialis kebidanan dan Penyakit Kandungan Poliklinik Spesialis anak Poliklinik Spesialis Mata Poliklinik Spesialis THT Poliklinik spesialis Syaraf Poliklinik Gigi dan Mulut Poliklinik Keluarga berencana Poliklinik konsultasi Gizi Poliklinik Penyakit Jiwa

33

3.1.4.2

Rawat Inap Pada ruang rawat inap tersedia 150 tempat tidur, 23 diantaranya untuk kelas utama dan VIP. Berikut ini jumlah ruang rawat inap dan kapasitas tempat tidur pada RSUD kabupaten Batang. TABEL 3.1

JUMLAH RUANG RAWAT INAP DAN KAPASITAS TEMPAT TIDUR RSUD BATANG Th. 2004 Jml Tempat Tidur 21 22 22 22 23 20 10 10

N0 1 2 3 4 5 6 7 8

Bangsal Perawatan Flamboyan Melati Dahlia Wijaya Kusuma I Anggrek Nusa Indah Wijaya kusuma 2 Mawar

3.1.5 3.1.5.1

Penunjang Pelayanan Penunjang Medik Foto Rontgen, Foto panoramic denta ( 24 jam ) Gawat Darurat Farmasi /apotik Laboratorium klinik Bedah Fisioterapi Audiometri ( ketajaman pendengaran ) ( 24 jam ) ( 24 jam )

34

-

Hemodialisa Elektro Kardiografi ( EKG ) Elektro Encephalografi ( EEG ) Ultra sonografi ( USG ) Gizi

3.1.5.2 Penunjang Non Medik 3.1.6 Ambulance Kasir Rekam medik Kantin Parkir Wartel Dapur Cucian ( 24 jam ) ( 24 jam )

Kerjasama Dengan Institusi Pendidikan 1. Akademi Keperawatan : - Akper Muhammadiyah - Akper Depkes Pekalongan - Akper Muhammadiyah Kendal 2. Akademi Kebidanan : - Akbid Muhammadiyah Kendal -Akbid Muhammadiyah Pekajangan

35

3.1.7

Tenaga Pengelola RSUD Kabupaten Batang dalam melaksanakan tugasnya seharihari untuk memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat didukung 309 karyawan, yang terdiri dari: a) Tenaga Medis - Dokter Umum -Dokter Spesialis Penyakit Dalam -Dokter Spesialis anak -Dokter Spesialis Bedah 6 orang 2 orang 2 orang 2 orang

-Dokter spasialis kebidanan & kandungan 2 orang -Dokter Spesialis Mata -Dokter Spesialis THT -Dokter Spesialis Syaraf -Dokter Gigi -Dokter Pathologi Klinik -Farmasi b) Paramedis yang terdiri dari -Paramedis perawatan -Paramedis non perawatan c) Non Medis -PNS -Honorer Daerah 68 orang 32 orang 75 orang 32 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang

36

d) Tenaga Kontrakan -Paramedis -Cleaning Servis -Instalasi Gizi -Laumdry -Satpam -Pengemudi Sumber: Bagian Kepegawaian 3.1.8 Sarana Sarana yang dimiliki RSUD kabupaten Batang adalah: -Ruang Rawat inap -Bed -Monitor Budic -Meja Operasi -Proyektor Sneler -Alat Dokter gigi -Bur Tulang -Kursi EEG -Anestes -Orthopedhi -Ambulance -Mesin Cuci 24 orang 38 orang 14 orang 8 orang 4 orang 4 orang

37

3.1.9

Struktur Organisasi Untuk kelancaran jalannya sutu perusahaan diperlukan beberapa bagian yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda namun saling menunjang. Karena itu diperlukan struktur organisasi yang berfungsi untuk memperjelas tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda pada tiap bagian. Untuk menjalankan dengan baik organisasi diperusahaan, perlu diperhatikan pedoman, asasasas atau prinsip-prinsip organisasi, seperti perumusan tujuan yang jelas, pembagian kerja, pendelegasian kekuasaan, kesatuan perintah dan tanggung jawab serta tingkat pengawasan dan koordinasi. Tujuan dibentuknya struktur organisasi adalah untuk: 1. Mempermudah pelaksanaan tugas atau pekerjaan 2. Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahaan 3. Mengkoordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan 4. Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi kegiatan sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya Demikian pula dengan RSUD Kab. Batang yang juga menjalankan organisasinya dengan baik. Adapun uraian dari tugas pokok masingmasing bagian, penulis uraikan berikut ini setelah bagan struktur organisasi RSUD Kab. Batang tahun 2004:

38

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI RSUD KABUPATEN BATANG

DIREKTUR DR. RATNA .I, MARS NIP. 140 100 834

KELOMPOK BAGIAN FUNGSIONALFUNGSIONL

SEKERTARIS DRS. RIPYONO NIP. 101 207 271

SUB BAG. RT & PERLENGKPAN BASARUDIN NIP. 500 060 929

SUB BAG. KEPEG & TATA USAHA AMAT NIP. 500 040 229

SUB BAG HUKUM & HUMAS SRI SUHARTI NIP. 500 031 878

SUB BAG KEUANGAN DRA. PUDJOWATI. NIP. 500 085 544

BID. BINA PROGRAM DR. PENNY. S, MM NIP. 140 154 737

SUBBID. PERENC. MONT. DAN EVAL. SUPRYATUN. H, SE NIP. 140 058 986

SUBBID. DAN PENGEMB. MUTU YULI. S, Amk NIP. 140 239 070

BID..PELAYANAN DR.DEBORA. J. WR NIP. 140 150 583

SUBBID. PELAYANAN MEDIS DR. BEKTI. M,Sp.PK NIP. 140 197 572

SUBBID. PENUNJANG MEDIS

BID. KEPERAWATAN SOEGIARTI NIP. 140 055 920

SUBBID. PELAYN KEPERAWATAN DULMUKTI, Amk NIP. 140 164 870

SUBBID. ASUHAN D & ETIKA KEPERWT SRI MULYATI, Amk NIP. 140 122 927

39

1) Direktur Tugas Pokok : Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan, pelayanan, pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. 2) Sekretariat Tugas Pokok: Melaksanakan urusan kerumahtanggaan dan perlengkapan

kepegawaian dan ketatausahaan, penelaah hukum, hubungan masyarakat, pemasaran, perencanaan keuangn, dan perbendaharaan serta verifikasi dan akuntansi dan bertanggung jawab langsung pada direktur badan rumah sakit umum daerah kabupaten Batang. 3) Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan perlengkapan Tugas Pokok: Melaksanakan urusan rumah tangga, kendaraan, ketertiban dan keamanan, pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan dan

bertanggung jawab langsung pada sekretaris bada rumah sakit umum daerah kabupaten Batang

40

4) Kepala Sub Bagian Kepegawean dan Tata Usaha Tugas Pokok: Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawean, surat

menyurat, pengarsipan, ekspedisi, keprotokolan, perpustakaan, pendidikan dan latihan serta kerjasama pendidikan dengan instansi lain. 5) Kepala Sub Bagian Hukum Dan Humas Tugas Pokok: Melaksanakan kegiatan penyusunan peraturan Rumah Sakit penelaah masalah hukum, publikasi, pemasaran sosial dan informasi rumah sakit serta kegiatan PKMRS. 6) Kepala Sub Bagian Keuangan Tugas Pokok: Melaksanakan kegiatan penyiapan dan penyusunan anggaran dan pendapatan Rumah Sakit, melaksanakan kegiatan perbendaharaan, pembukuan, akuntansi dan verifikasi. 7) Kepala Sub Bidang Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Tugas Pokok: Melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data, penyusunan program kegiatan semua unsur dilingkungan rumah sakit,

melaksanakan evaluasi, melakukan upaya pengendalian administrasi kegiatan semua unsur dilingkungan rumah sakit, menyusun laporan

41

serta mengelola sistem informasi manajemen rumah sakit dan bertanggung jawab langsung pada kepala bidang bina program. 8) Kepala Bidang Bina Program Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan penyusunan Program, monitoring dan evaluasi, mengendalikan, menyusun laporan, mengelola sistem informasi manajemen rumah sakit serta pengelolaan rekam medis dan pengembangan mutu. 9) Kepala Sub Bidang Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Tugas Pokok: Melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data, penyusunan progran kegiatan semua unsur dilingkungan rumah sakit,

melaksanakan evaluasi, melakukan upaya pengendalian administrasi kegiatan semua unsur dilingkungan rumah sakit, menyusun laporan serta mengelola sistem informasi manajemen rumah sakit. 10) Kepala Sub Bidang Rekam Medik Tugas Pokok: Melaksanakan kegiatan pengelolaan rekam medis yang meliputi catatan medis, memasukkan kode indeks penyakit, penyimpanan rekam medis serta pengembangan mutu.

42

11) Kepala Bidang Pelayanan Tugas Pokok: Mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan medis,

melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas serta kegiatan pelayanan dan penunjang medis. 12) Kepala Sub Bidang Pelayanan Medis Tugas Pokok: Mengkoordinasikan semua kegiatan, pelayanan medis pada rawat inap, rawat jalan, rawat intensif, unit gawat darurat dan bedah sentral, melaksanakan perencanaan, pemantauan dan pengawasan fasilitas serta kegiatan pelayanan rujukan. 13) Kepala bidang Perawatan Tugas Pokok: Melakukan bimbingan dan asuhan pelayanan keperawatan atau kebidanan, perencanaan, pemantauan dan pengawasan prasarana dan peralatan keperawatan, etika dan mutu keperawatan, pengawasan dan pengendalian penerimaan pemulangan pasien serta pelayanan bimbingan rohani. 14) Kepala Sub Bidang Pelayanan Keperawatan Tugas Pokok: Melaksanakan koordinasi kegiatan pelayanan keperawatan /

kebidanan, perencanaan, pemantauan dan pengawasan penggunaan

43

fasilitas keperawatan, pengendalian, penerimaan dan pemulangan pasien serta layanan bimbingan rohani 15) Kepala Sub Bidang Asuhan dan Etika Keperawatan Tugas Pokok: Melaksanakan pembinaan pelaksanaan asuhan etika dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan / kebidanan, pengawasan, evaluasi terhadap pelaksanaan kode etik, prosedur dan standar pelayanan keperawatan, serta perencanaan pengembangan kemampuan perawat. 3.1.10 Kelas Jasa dan Tarif RSU

3.1.10.1 Kelas Jasa Dalam memberikan pelayanan yang mencakup seluruh lapisan masyarakat, RSUD menyediakan enam kelas jasa yaitu VIP, Utama I, Utama II, Kelas I, Kelas II, Kelas III. Yang masing-masing kelas mempunyai fasilitas yang berbeda-beda. Fasilitas yang ditawarkan tiap kelas yaitu: 1) Ruang VIP Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien (multi fungsi), tempat tidur penunggu, AC split, TV, kulkas, sofa, over table, kursi teras, nurse call, almari pakaian, kamar mandi + kloset duduk, westafel + cermin hias, jemuran handuk kecil, jam dinding. Satu kamar ditempati oleh seorang pasien. Ukuran kamar 4 x 7m.

44

2)

Ruang Utama Fasilitas yang tersedia adalah tempat tidur pasien, TV almari pasien, kursi teras, kursi penunggu, nurse call, kamar mandi, westafel + cermin hias, jam dinding. Satu kamar ditempati oleh seorang pasien. Ukuran kamar 4 x 4 m. fasilitas untuk utama I dan II sama.

3)

Kelas I Fasilitas yang disediakan adalah tempat tidur pasien, kamar mandi, kipas angin, meja pasien, almari pasien, nurse call, kursi penunggu. Satu kamar ditempati oleh dua orang. Ukuran kamar 4 x 3m.

4)

Kelas II Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi penunggu, meja pasien. Satu kamar ditempati 4 orang pasien. Ukuran kamar untuk kelas II adalah 4 x 8 m.

5)

Kelas III Fasilitas yang diberikan yaitu tempat tidur pasien, almari pasien, kursi penunggu, meja pasien. Satu kamar ditempati oleh 10 pasien. Ukuran kamar 9 x 8 m

3.1.10.2 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kab. Batang Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di RSUD Kab. Batang, diperoleh keterangan bahwa dalam menentukan harga pokok jasa, RSUD masih menggunakan metode akuntansi biaya konvensional yang hanya mempertimbangkan biaya yang bersifat langsung saja, tanpa

45

mempertimbangkan biaya yang bersifat tidak langsung. Perhitungan harga pokok rawat inap RSUD Kabupaten Batang adalah dengan cara menjumlahkan baik biaya tetap maupun biaya variable. Dan yang dijadikan dasar unit perhitungan tarif jasa rawat inap adalah jumlah hari tinggal pasien rawat inap.Sedangkan tarif diperoleh dengan cara menambahkan harga pokok tiap kelas dengan prosentase laba menurut kelasnya. Prosentase tersebut sudah ditetapkan bagian manajemen rumah sakit yaitu : VIP 15%, Utama I 12%, Utama II 12%, Kelas I 10%, Kelas II 10 %, Kelas III disubsidi VIP 5%. Namun ada beberapa pertimbangan dari pihak manajemen rumah sakit dalam menentukan tarif kamar rawat inap, yaitu: 1. Tarif Pesaing Penyesuaian tarif ini merupakan hal paling menentukan dalam penentuan tarif 2. Segmen Pasar Pihak manajemen rumah sakit menerapkan tarif sesuai kelas-kelas perawatan berdasarkan segmen pasar yang ada dalam masyarakat 3. Kebijakan subsidi silang Dengan konsep ini maka tarif untuk masyarakat yang kurang mampu idealnya harus diatas unit cost agar surplusnya dapat dipakai untuk menutupi kekurangan kelas bawah Dalam menetapkan harga pokok rawat inap, rumah sakit mengkategorikan biaya-biaya yang ada menjadi dua macam yaitu:

46

1. Biaya Tetap Biaya tetap disini adalah biaya depresiasi merupakan biaya atas investasi.Biaya-biaya tersebut adalah biaya depresiasi gedung dan biaya depresiasi fasilitas. 2. Biaya Variabel Biaya variable adalah biaya operasional unit rawat inap. Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan produksi bersifat habis pakai atau waktu relative singkat. Biaya-biaya tersebut adalah biaya perawat, biaya bahan habis pakai, biaya konsumsi, biaya listrik + air dan biaya administrasi Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan, diketahui terdapat biaya yang disebabkan oleh unit rawat inap tetapi aktivitas-aktivitas biaya tersebut belum dibebankan sebagai biaya. Diantaranya adalah biaya laundry sebesar Rp. 19.541.000, biaya asuransi sebesar Rp 49.800.000, biaya kebersihan sebesar 59.500.000.

47

Tabel 3.3 menunjukkan tarif jasa rawat inap selama tahun 2004 TABEL 3.2 TARIF JASA RAWAT INAP RSUD KAB. BATANG TAHUN 2004 NO 1 2 3 4 5 KELAS VIP UTAMA I UTAMA II KELAS I KELAS II TARIF/HARI Rp 132.500 Rp 97.500 Rp 77.500 Rp 50.000 Rp 30.000

6 KELAS III Rp 17.500 Sumber: RSUD Kab. Batang 3.11. Data Pendukung Activity Based Costing Didalam menentukan metode ABC, data-data yang dibutuhkan antara lain data biaya rawat inap, data pendukung jumlah pasien rawat inap, data pendukung lama hari pasien rawat inap, data pendukung jumlah dan luas kamar rawat inap, data tarif konsumsi tiap kelas. Dan data biaya rawat inap dapat dilihat pada tabel 3.5 dibawah ini

48

TABEL 3.3 DATA BIAYA RAWAT INAP RSUD KAB. BATANG TAHUN 2004

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9

ELEMEN BIAYA Biaya gaji perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Biaya asuransi Biaya laundry Biaya kebersihan Biaya depresiasi gedung

JUMLAH (Rp) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 294.107.500 15.220.775 97.548.500 44.492.500 81.395.570 49.800.000 19.541.000 59.500.000 195.450.275 39.722.990

10 Biaya depresiasi fasilitas Sumber: RSUD Kabupaten Batang

49

TABEL 3.4 DATA PENDUKUNG LAMA HARI PASIEN RAWAT INAP RSUD KAB. BATANG TAHUN 2004 KELAS I 132 140 210 142 120 254 172 196 270 182 164 131 2575 KELAS KELAS II III 119 546 207 562 242 588 326 545 182 655 220 152 284 261 282 168 132 2013 411 457 494 437 462 543 525 6225

BULAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI

VIP 85 42 102 93 104 97

UT I UT II 123 132 108 154 97 101 107 198 91 127 130 121 117 84 113 106 121 1318 195 142 155 197 82 96 71 1650

JULI 115 AGUSTUS 56 SEPTEMBER 82 OKTOBER 95 NOVEMBER 112 DESEMBER 105 TOTAL 1088 Sumber: RSUD Kab. Batang

50

Dibawah ini merupakan data pendukung jumlah pasien rawat inap RSUD Kabupaten Batang TABEL 3.5 DATA PENDUKUNG JUMLAH PASIEN RAWAT INAP RSUD KAB. BATANG TAHUN 2004 NO 1 2 3 4 5 6 KELAS VIP UTAMA I UTAMA II KELAS I KELAS II KELAS III JML JML Pasien 362 550 612 537 671 1675 4407

TABEL 3.6 DATA PENDUKUNG LUAS RUANGAN RAWAT INAP RSUD KAB. BATANG TAHUN 2004 TIPE KAMAR VIP UTAMA I UTAMA II KELAS I KELAS II KELAS III TOTAL LUAS KAMAR 470 m2 320 m2 320 m2 398 m2 206 m2 396 m2 2110 m2

51

Tarif konsumsi pada tiap-tiap kelas terdapat perbedaan dikarenakan promosi dan nutrisi untuk masing-masing kelas berbeda. Konsumsi diberikan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore hari. Table 3.8 menunjukkan tarif konsumsi perhari untuk masing-masing kelas. TABEL 3.7 TARIF KONSUMSI TIAP KELAS RSUD BATANG Th.2004 Kelas VIP Ut 1 Ut 2 Kl 1 Kl 2 Kl 3 Tarif Makan Rp Rp RP RP RP Rp 12.000 10.500 9.500 7.000 5.000 4.500

52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1

Penentuan Harga Pokok Rawat Inap menggunakan Activity-Based Costing system

4.1.1 Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pusat aktivitas Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan, bagian perawatan, bagian dapur, dan bagian gudang. Aktivitas-aktivitas biaya yang ada diunit rawat inap meliputi: 1. Biaya perawatan 2. Biaya konsumsi pasien 3. Biaya listrik dan air 4. Biaya kebersihan 5. Biaya administrasi 6. Biaya service 7. Biaya Asuransi 8. Biaya penyusutan gedung 9. Biaya penyusutan fasilitas 10.Biaya laundry Aktivitas-aktivitas aktivitas, yaitu: 1. Aktivitas perawatan pasien - biaya perawat tersebut dikelompokkan menjadi beberapa pusat

53

2. aktivitas Pemeliharaan inventaris - biaya depresiasi gedung - biaya depresiasi fasilitas - biaya kebersihan 3. Aktivitas pemeliharaan pasien - biaya konsumsi 4. Aktivitas pelayanan pasien - biaya listrik dan air - biaya administrasi - biaya bahan habis pakai - biaya asuransi - biaya laundry Berikut ini akan dijelaskan mengenai elemen biaya diatas sbb: 1. Biaya perawatan pasien oleh perawat Dalam hubungannya dengan penetapan tarif kamar rawat inap, biaya perawatan pasien oleh perawat secara tidak langsung turut

mempengaruhi aktifitas bagian rawat inap, maka aktivitas ini termasuk dalam kategori unit level activity cost. Untuk itu gaji sebesar Rp. 294.107.500,00 dialokasikan secara profesional pada setiap tipe kamar. 2. Biaya penggunaan tenaga listrik dan air seluruh tipe kamar rawat inap rumah sakit memerlukan tenaga listrik untuk menjalankan peralatan elektronik, untuk penerangan kamar atau fasilitas yang ada di masing-masing kamar, dan air untuk mandi. Biaya

54

yang dikeluarkan sebesar Rp. 15.220.775,00 untuk penggunaan listrik dan air termasuk kategori unit level activity cost, karena biaya berubah sesuai dengan perubahan KWH kamar yang terpakai. Fasilitas yang mengkonsumsi listrik meliputi: TV, Kulkas, alat pemanas, lampu. Berikut ini penggunaan tenaga listrik yang dikonsumsi masing-masing tipe kamar pada RSU Kab. Batang, yaitu: TABEL 4.1 PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK RSUD KAB. BATANG TAHUN 2004 Tipe Kamar VIP UT 1 UT 2 K1 K2 K3 Total KWH 10.432,6 4.780,6 4.560,6 4.857,0 4.935,7 4.411,5 33.978

3. Biaya Konsumsi Pasien yang menjalani rawat inap membutuhkan makanan dan minuman untuk mempercepat penyembuhan pasien, sehingga menimbukan biaya sebesar Rp.97.548.500,00 yang termasuk dalam kategori Unit level

activity costs, karena tidak tergantung pada lamanya pasien menjalani rawat inap.

55

4. Biaya Kebersihan Biaya kebersihan adalah biaya dikeluarkan untuk menunjang kebersihan lingkungan rawat inap, sehingga pasien merasa nyaman. Biaya ini termasuk dalam kategori Batch related activity costs, sebesar Rp 59.500.000,00 5. Biaya administrasi Pelayanan administasi diberikan untuk menunjang kelancaran dalam penyediaan aktivitas sarana dan prasarana. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.44.492.500,00 termasuk kategori batch related activity based costing. 6. Biaya bahan habis pakai Biaya bahan habis pakai adalah biaya yang digunakan oleh perawat untuk pasien, juga paket yang diberikan kepada pasien rawat inap pada hari pertama dirawat di rumah sakit. Sebesar Rp. 81.395.570,00. 7. Biaya asuransi Keberadaan pasien di kamar rawat inap menyebabkan munculnya biaya asuransi sebagai jaminan kesehatan bagi pasien rawat inap. Biaya sebesar Rp.49.800.00,00 termasuk dalam kategori fasility sustaining activity cost. 8. Biaya penyusutan gedung/bangunan Biaya penyusutan bangunan sebesar Rp. 95.450.275,00 merupakan fasilitiy sustaining activity cost karena seluruh tipe kamar menggunakan bangunan dan pembebanan masing-masing kamar.

56

9. Biaya penyusutan fasilitas Pembebanan penyusutan fasilitas ini berdasarkan masing-masing tipe kamar. Penyusutan fasilitas ini termasuk dalam kategori facility sustaining activity cost karena seluruh tipe kamar menggunakan fasilitas yang ada dalam masing-masing tipe kamar dan pembenannya berdasarkan jumlah hari pakai. Penyusutan fasilitas sebesar

Rp.39.722.990,00 yang terdiri dari penyusutan TV, AC, Kulkas, Bed, kipas angin, Alat pemanas. 10. Biaya laundry Aktivitas yang dilakukan untuk menyediakan linen bersih kepada pasien rawat inap seperti sprei, selimut, korden, sarung bantal. Biaya laundry sebesar Rp. 19.541.000,00 4.1.2 Mengklasifikasi Aktivitas Biaya kedalam Berbagai Aktivitas 1. Berdasarkan Unit-level activity cost Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat inap pada RSUD kab. Batang. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah aktivitas perawatan, penyediaan tenaga listrik dan air dan biaya konsumsi. 2. Berdasarkan Batch-related activity cost Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekwensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk yang di produksi. Yaitu biaya administrasi, biaya bahan habis pakai, biaya kebersihan.

57

3

Product-sustaining activity cost Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemui dalam penentuan tarif jasa rawat inap pada RSUD Kab. Batang.

3.

Fasilitas-sustaining activity cost Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya asuransi, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan fasilitas. Klasifikasi biaya kedalam berbagai aktifitas dapat dilihat pada tabel 4.2 sbb:

58

TABEL 4.2 KLASIFIKASI BIAYA KE DALAM BERBAGAI AKTIVITAS ELEMEN BIAYA Unit-level activity cost Biaya gaji perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Batch-related activity cost Biaya kebersihan Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Fasility-sustaining activity cost Biaya asuransi Biaya laundry Biaya depresiasi gedung Biaya depresiasi fasilitasTOTAL

JUMLAH (Rp) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp. 294.107.500 15.220.775 97.548.500 59.500.000 44.492.500 81.395.570 49.800.000 19.541.000 195.450.275 39.722.990 956.279.110

4.1.3

Mengidentifikasi Cost Driver Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan

kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya aktivitas. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam penentuan kelompok aktivitas dan tarif/unit cost driver.

59

TABEL 4.3 PENGELOMPOKAN BIAYA RAWAT INAP DAN COST DRIVER KAMAR RAWAT INAP

NO AKTIVITAS 1 Unit-level activity cost a. Biaya Perawat 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III b. Biaya listrik dan Air 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III c. Biaya Konsumsi 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III Batch-related activity 2 cost a. Biaya Kebersihan 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III b. Biaya Bahan Habis Pakai

DRIVER jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap KWH KWH KWH KWH KWH KWH KWH jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap

COST DRIVER JUMLAH 14.869 1.088 1.318 1.650 2.575 2.013 6.225 33.978 10.432,6 4.780,6 4.560,6 4.857,0 4.935,7 4.411,5 14.869 1088 1318 1650 2575 2013 6225 Rp.294.107.500,00

Rp. 15.220.775,00

Rp. 97.548.500,00

Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai

2110 470 320 320 398 206 396

Rp. 59.500.000,00

jumlah hari rawat inap

14.869

Rp. 81.395.570,00

60

3

1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III c. Biaya Administrasi 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III Fasility-sustaining activity cost a. Biaya Laundry 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III b. Biaya Asuransi 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III c. Biaya Penyusutan Gedung 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III d. Biaya Penyusutan Fasilitas 1. AC (VIP,UtI,UtII) 2. Bed (VIP,Ut I,UtII K I,K II, KIII) 3. TV (VIP, UtI,UtII)

jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien

1088 1318 1650 2575 2013 6225 4407 362 550 612 537 671 1675

Rp. 44.492.500,00

jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai

14.869 1088 1318 1650 2575 2013 6225 14.869 1088 1318 1650 2013 2575 6225 2110 470 320 320 398 206 396

Rp. 19.541.000,00

Rp. 195.450.275,00

jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap

4.056 14.867 4.056

Rp.

9.055.000,00

Rp. 11.509.800,00 Rp. 5.680.000,00

61

4. Kipas (KI, KII) 5. Pemanas (VIP) 6. Kulkas (VIP, Ut I)

jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap jumlah hari rawat inap

4.588 1.088 2.406

Rp. Rp. Rp.

3.627.590,00 5.260.600,00 4.590.000,00

4.1.4 Menentukan tarif per unit cost driver Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukan tarif per unit cost driver. Karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Menurut Hansen and Mowen (1999; 134), tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb: Tarif per unit Cost Driver =JumlahAktifitas CostDriver

62

Berikut ini merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar rawat inap dengan metode Activity-Based Costing. TABEL 4.4 PENENTUAN TARIF PER UNIT COST DRIVER KAMAR RAWAT INAP DENGAN METODE ABC

NO AKTIVITAS 1 Unit-level activity cost a. Biaya Perawat 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III b. Biaya listrik dan Air 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III c. Biaya Konsumsi 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III Batch-related activity 2 cost a. Biaya Kebersihan 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III

JUMLAH Rp.294.107.500,00

COST DRIVER TARIF/UNIT 14.869 1.088 1.318 1.650 2.575 2.013 6.225 33.978 10.432,6 4.780,6 4.560,6 4.857,0 4,935,7 4.411,5 14.869 1088 1318 1650 2575 2013 6225 19.779,91

Rp. 15.220.775,00

447,9597092

Rp. 97.548.500,00

Sesuai Tarif 12.000 10.500 9.500 7.000 5.000 4.500

Rp. 59.500.000,00

2110 470 320 320 398 206 396

4.001,614096

63

b. Biaya Bahan Habis Pakai 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III c. Biaya Administrasi 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III Fasility-sustaining 3 activity cost a. Biaya Laundry 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III b. Biaya Asuransi 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III c. Biaya Penyusutan Gedung 1. VIP 2. Utama I 3. Utama II 4. Kelas I 5. Kelas II 6. Kelas III d. Biaya Penyusutan Fasilitas 1. AC(VIP,UtI, Ut II) 2. Bed (VIP,UtI,UtII, KI,KII,KIII) 3. TV(VIP,Ut I,Ut II) 4. Kipas (K I KII)

Rp. 81.395.570,00

Rp. 44.492.500,00

14.869 1088 1318 1650 2575 2013 6225 4407 362 550 612 537 671 1675

5.474,179165

10.095,87021

Rp. 19.541.000,00

14.869 1.314,210774 1088 1318 1650 2575 2013 6225 14.869 3.349,250118 1088 1318 1650 2013 2575 6225 2110 470 320 320 398 206 396 92.630,46209

Rp. 195.450.275,00

Rp.

9.055.000,00

4.056 14.867 4.056 4.588

2.232,49 774,08 1400,39 790,66

Rp. 11.509.800,00 Rp. 5.680.000,00 Rp. 3.627.590,00

64

5. Pemanas (VIP) 6. Kulkas (VIP, Ut I)

Rp. Rp.

5.260.600,00 4.590.000,00

1.088 2.406

4.835,11 1.907,73

4.1.5

Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas Dalam tahap ini, menurut Hansen and Mowen (1999; 138), biaya aktivitas dibebankan keproduk berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas produk. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan rumus sbb:

BOP yang dibebankan =Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih Dengan Mengetahui BOP yang dibebankan pada masing-masing produk, maka dapat dihitung tarif jasa rawat inap per kamar. Menurut Mulyadi (1993) perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan metode ABC dapat dihitung dengan Rumus sbb: Tarif Per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan Untuk cost rawat inap per kamar diperolehdari total biaya yang telah dibebankan pada masing-masing produk dibagi dengan jumlah hari pakai. Sedangkan laba yang diharapkan ditetapkan pihak manajemen RS yaitu kelas VIP 15%, kelas Utama I 12%, kelas Utama II 12%, Kelas I 10%, Kelas II 10%, kelas III dapat subsidi dari kelas VIP sebesar 5% dari tarif yang ditetapkan RS.

65

TABEL 4.5 TARIF JASA RAWAT INAP KELAS VIP Aktivitas 1. Biaya perawat 2. Biaya listrik air 3. Biaya konsumsi 4. Biaya laundry 5. Biaya kebersihan 6. Biaya bahan habis pakai 7. Biaya administrasi 8. Biaya asuransi 9. Biaya penyusutan gedung 10. Biaya Penyusutan Fasilitas AC Bed TV Alat pemanas Kulkas Tarif CD Rp. 19.779,91 Rp. 447,959792 Rp. 12.000 Rp.1.314,210774 Rp.4.001,614096 Rp.5.474,179165 Rp.10.095,87021 Rp.3.349,250118 Rp.92.630,46209 Driver Total (Rp)

1088 Rp. 21.520.542,08 10.432,6 Rp. 4.673.384,462 1088 Rp. 13.056.000,00 1088 Rp. 1.429.861,322 470 Rp. 13.253.554,5 1088 Rp. 5.955.906,932 362 Rp. 3.654.704,016 1088 Rp. 1.429.861,322 470 Rp. 43.536.317,18

Rp. 2.232,49 Rp. 774,08

1088 Rp. 2.428.949,12 1088 Rp. 842.199,04

Rp. 1.400,39 Rp. 4.835,11 Rp. 1.907,73

1088 Rp. 1.523.624,32 1088 Rp. 1088 Rp. 5.260.599,68 2.075.610,24

TOTAL BIAYA UNTUK KELAS VIP JUMLAH HARI PAKAI BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR % LABA JUMLAH TARIF

Rp.122.855.238 1088 Rp.112.918,4173 Rp. 16.937,76259 Rp. 129.856,1799

66

TABEL 4.6 TARIF JASA RAWAT INAP KELAS UTAMA I Aktivitas 1. Biaya perawat 2. Biaya listrik air 3. Biaya konsumsi 4. Biaya laundry 5. Biaya kebersihan 6. Biaya bahan habis pakai 7. Biaya administrasi 8. Biaya asuransi 9. Biaya penyusutan Gedung 10. Biaya Penyusutan Fasilitas AC Bed TV Kulkas Tarif CD Rp. 19.779,91 Rp. 447,959792 Rp. 10.500 Rp.1.314,210774 Rp.4.001,614096 Rp.5.474,179165 Rp.10.095,87021 Rp.3.349,250118 Rp.92.630,46209 Driver Total (Rp)

1318 Rp. 26.069.921,38 4.780,60 Rp. 2.141.156,186 1318 Rp. 13.839.000,00 1318 Rp. 1.732.129,8

320 Rp. 9.023.696,682 1318 Rp. 7.214.968,139 550 Rp. 5.552.728,50

1318 Rp. 4.414.311,656 320 Rp. 29.641.747,87

Rp. 2.232,49 Rp. 774,08

1318 Rp. 2.942.421,82 1318 Rp. 1.020.237,44 1318 Rp. 1.845.714,02 1318 Rp. 2.514.388,14 Rp.107.952.761,6 1318 Rp. 81.906,5111

Rp. 1.400,39 Rp. 1.907,73

TOTAL BIAYA UNTUK KELAS UTAMA I JUMLAH HARI PAKAI BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR % LABA JUMLAH TARIF

Rp. 9.828,781332 Rp. 91.735,29243

67

TABEL 4.7 TARIF JASA RAWAT INAP KELAS UTAMA II Aktivitas 1. Biaya perawat 2. Biaya listrik air 3. Biaya konsumsi 4. Biaya laundry 5. Biaya kebersihan 6. Biaya bahan habis pakai 7. Biaya administrasi 8. Biaya asuransi 9. Biaya penyusutan Gedung 10. Biaya Penyusutan Fasilitas AC Bed TV Tarif CD Rp. 19.779,91 Rp. 447,959792 Rp. 9.500 Rp.1.314,210774 Rp.4.001,614096 Rp.5.474,179165 Rp.10.095,87021 Rp.3.349,250118 Rp.92.630,46209 Driver Total (Rp) 32.636.851,50 2.042.965,05 15.675.000,00 2.168.447,777 9.032.425,322 19.297.450,00 6.178.672,44 5.526.262,695

1650 Rp. 4.560,60 Rp. 1650 Rp. 1650 Rp. 320 Rp. 1650 Rp. 612 Rp. 1650 Rp.

320 Rp. 29.641.748,87

Rp. 2.232,49 Rp. 774,08

1650 Rp. 1650 Rp. 1650 Rp.

3.683.608,50 1.277.232,00 2.310.643,50

Rp. 1.400,39

TOTAL BIAYA UNTUK KELAS UTAMA II JUMLAH HARI PAKAI BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR % LABA JUMLAH TARIF

Rp.

119.197.554,3 1650

Rp. Rp. Rp.

72.240,94202 8.668,913043 80.909,85506

68

TABEL 4.8 TARIF JASA RAWAT INAP KELAS I

Aktivitas 1. Biaya perawat 2. Biaya listrik air 3. Biaya konsumsi 4. Biaya laundry 5. Biaya kebersihan 6. Biaya bahan habis pakai 7. Biaya administrasi 8. Biaya asuransi 9. Biaya penyusutan Gedung 10. Biaya Penyusutan Fasilitas Bed Kipas

Tarif CD Rp. 19.779,91 Rp. 447,959792 Rp. 7.000 Rp.1.314,210774 Rp.4.001,614096 Rp.5.474,179165 Rp.10.095,87021 Rp.3.349,250118 Rp.92.630,46209

Driver

Total (Rp) 50.933.268,25 2.175.740,308 18.025.000 3.384.092,743 11.223.222,75 14.096.011,35 5.421.482,19 8.624.319,054 36.866.923,91

2575 Rp. 4.857 Rp. 2575 Rp. 2575 Rp. 398 Rp. 2575 Rp. 537 Rp. 2575 Rp. 398 Rp.

Rp. Rp.

774,08 790,66

2575 Rp. 2575 Rp.

1.993.256,00 2.035.949,00

TOTAL BIAYA UNTUK KELAS II JUMLAH HARI PAKAI BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR % LABA JUMLAH TARIF

Rp. 154.779.265,6 2575 Rp. Rp. Rp. 60.108,45266 6.010,845266 66.119,29793

69

TABEL 4.9 TARIF JASA RAWAT IANAP KELAS II

Aktivitas 1. Biaya perawat 2. Biaya listrik air 3. Biaya konsumsi 4. Biaya laundry 5. Biaya kebersihan 6. Biaya bahan habis pakai 7. Biaya administrasi 8. Biaya asuransi 9. Biaya penyusutan Gedung 10. Biaya Penyusutan Fasilitas Bed Kipas

Tarif CD Rp. 19.779,91 Rp. 447,959792 Rp. 5.000 Rp.1.314,210774 Rp.4.001,614096 Rp.5.474,179165 Rp.10.095,87021 Rp.3.349,250118 Rp.92.630,46209

Driver

Total (Rp)

2013 Rp. 39.816.958,83 4.935,70 Rp. 2.210.994,737 2013 Rp. 10.065.000 2013 Rp. 2.645.506.288 206 Rp. 5.809.004,739 2013 Rp. 11.019.522,66 671 Rp. 6.774.328,77

2013 Rp. 6.742.040,488 206 Rp. 19.081.875,19

Rp. Rp.

774,08 790,66

2013 Rp. 1.558.223,04 2013 Rp. 1.591.598,58

TOTAL BIAYA UNTUK KELAS I JUMLAH HARI PAKAI BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR % LABA JUMLAH TARIF

Rp. 107.315.053,3 2013 Rp. 53.311,00512

Rp. 5.331,100512 Rp. 58.642,10563

70

TABEL 4.10 TARIF JASA RAWAT INAP KELAS III

Aktivitas 1. Biaya perawat 2. Biaya listrik air 3. Biaya konsumsi 4. Biaya laundry 5. Biaya kebersihan 6. Biaya bahan habis pakai 7. Biaya administrasi 8. Biaya asuransi

Tarif CD Rp. 19.779,91 Rp. 447,959792 Rp. 4.500 Rp.1.314,210774 Rp.4.001,614096 Rp.5.474,179165 Rp.10.095,87021 Rp.3.349,250118

Driver

Total (Rp)

6225 Rp.123.129.939,80 4.411,50 Rp. 1.976.174,257 6225 Rp. 28.012.500,00 6225 Rp. 8.180.962,068 396 Rp. 11.166.824,64 6225 Rp. 34.076.765,3 1675 Rp. 16.910.582,25 6225 Rp. 20.849.081,98 396 Rp. 36.681.662,99

9. Biaya penyusutan gedung Rp.92.630,46209 10. Biaya Penyusutan Fasilitas Bed Rp. 790,66

6225 Rp. 4.921.858,50

TOTAL BIAYA UNTUK KELAS III JUMLAH HARI PAKAI BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR % LABA JUMLAH TARIF

Rp.285.906.351,8 6225 Rp. 45.928,73121 Rp. 6.492,808995 Rp. 39.435,92222

71

4.2

Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan ABC dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap TABEL 4.11 PERBANDINGAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRADISIONAL DAN ABC TARIF ACTIVITY BASED COSTING

TIPE KAMAR VIP UT I UT II KI K II K III

TARIF TRADISIONAL Rp.132.500 Rp. 97.500 Rp. 77.500 Rp. 50.000 Rp. 30.000 Rp. 17.500

SELISIH

Rp.129.856,1799 Rp. 2.643,8201 Rp.91.735,29243 Rp.5.764,70757 Rp.80.909,85506 Rp.3.409,85506 Rp.66.119,29793 Rp.16.119,29793 Rp.58.642,10563 Rp.28.642,10563 Rp.39.435,92222 Rp.21.935,92222

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing untuk kelas VIP Rp. 129.856,1799 Utama I Rp. 91.735,29243, Utama II Rp. 80.909,85506, Kelas I Rp. 66.119,29793, Kelas II Rp. 58.642,10563, Kelas III Rp. 39.435,92222. Dari hasil tersebut, jika dibandingkan dengan metode tradisional, maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan kelas Utama I. Dengan selisih untuk kelas VIP Rp. 2.643,8201, Utama I Rp. 5.764,70757, Utama II Rp. 3.409,85506, Kelas I Rp. 16.119,29793, Kelas II Rp. 28.64210563, Kelas III Rp.

72

21.935,92222. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masingmasing aktivitas.

73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan penulis, dengan tujuan untuk mengevaluasi tarif kamar rawat inap pada RSUD Kab. BATANG dengan penentuan tarif kamar yang menggunakan metode yang berbasis aktivitas (Activity BasedCosting). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis di RSUD Kab. BATANG, maka dapat diambil kesimpulan sbb: 1. Perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC, dilakukan melalui 2 tahap. Yaitu tahap pertama biaya ditelusur ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan tahap ke dua membebankan biaya aktivitas ke produk. Sedangkan tarif diperoleh dengan menambahkan cost rawat inap dengan laba yang di harapkan. Dari perhitungan tarif jasa rawat dengan menggunakan metode ABC, diketahui besarnya tarif untuk kelas VIP Rp. 129.856,1799 Utama I Rp. 91.735,29243, Utama II Rp. 80.909,85506, Kelas I Rp. 66.119,29793, Kelas II Rp. 58.642,10563, Kelas III Rp. 39.435,92222. 2. Dari hasil perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan

74

Utama I yang memberikan hasil lebih kecil. Dengan selisih untuk kelas VIP Rp. 2.643,8201, Utama I Rp. 5.764,70757, Utama II Rp. 3.409,85506, Kelas I Rp. 16.119,29793, Kelas II Rp. 28.64210563, Kelas III Rp. 21.935,92222. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masingmasing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. 5.2 Saran Pihak manajemen sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based-Costing, dengan tetap mempertimbangkan factor-faktor external yang lain seperti tarif pesaing dan kemampuan masyarakat yang dapat mempengaruhi dalam penetapan harga pelayanan rawat inap.

75

DAFTAR PUSTAKA

Tunggal, Amin Widjaja, Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta, 1992 Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 2, BP STIE YKPN, YK, 1993 Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta, 2004 ________, Manajemen Biaya, Edisi I, Salemba Empat, Jakarta, 2000 Supriyono, akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen, STIE YKPN, Yogyakarta, 1991 Sugiri, Slamet, Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, AMP YKPN, YK, 1994 Cooper Robin and Kaplan Robert S, The design of Cost Manajement System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall, 1993 Supriyono, R.A, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi maju dan globalisasi, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta, 1999 Thomas, Johnson H, Activity-Based Information: A Blue Print For World Class Manajement Accounting, The design Of Cost Manajement System: Text, Cases and Reading, New Jersey, 1991 Sujatmika, Activity Based Costing Alternatif Perbaikan Harga Pokok, Buletin Ekonomi, No. 2, UPN Veteran Yogyakarta, April 1997, Hal 81-87. Lumenta, Bunyamin, Pelayanan Medis, Kanisius, Yogyakarta, 1989.