seminar abc

Upload: shop-circle

Post on 11-Jul-2015

554 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ABSTRAK

Dalam penentuan harga pokok produk, sistim akuntansi biaya tradisional kurang sesuai lagi untuk diterapkan di era tekhnologi yang modern seperti saat ini. Karena sistem ini mempunyai beberapa kelemahan. Diantaranya adalah memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan

pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005). Adanya berbagai kelemahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan metode Activity-Based Costing. Activity-Based Costing adalah metode penentuan harga pokok yang menelusur biaya ke aktivitas, kemudian ke produk. Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan dalam metode ABC lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan Utama I yang memberikan hasil lebih kecil. Hal ini disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masingmasing aktivitas.

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang manufaktur/industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya. Dalam menentukan harga pokok produk terkadang rumah sakit masih menggunakan akuntansi biaya tradisional. Biaya produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional memberikan informasi biaya yang terdistorsi yang timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activit-Based Costing. Definisi metode Activity-Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian keproduk (Hansen & Mowen, 1992)

2

Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam sistem penentuan harga pokok produk dengan metode ABC menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk. Dimana output yang dijual lebih dari satu. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC dinilai dapat mengukur secara cermat biayabiaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead, sehingga dalam metode ABC dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat. 1.2 Rumusan Masalah Mengamati pada latar belakang masalah, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana penerapan metode Activity-Based Costing dalam menetapkan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Panti Nugroho Pakem Yogyakarta? 2. Apakah ada perbedaan besarnya tarif jasa rawat inap pada RS Panti Nugroho dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan Activity-Based Costing System? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini memiliki batasan/ruang lingkup penelitian yang mencakup : 1. Penelitian perhitungan harga pokok ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Nugroho. 2. Model yang digunakan adalah Activity-Based Costing. 3. Data yang digunakan adalah data terbaru dari pihak Rumah Sakit. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan Activity-Based Costing System dalam menetapkan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Panti Nugroho Pakem Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui perbedaan besarnya tarif jasa rawat inap pada Rumah Sakit Panti Nugroho dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan ActivityBased Costing System.

3

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak sebagai berikut : a. Bagi objek penelitian, dalam hal ini Rumah Sakit Panti Nugroho Pakem Yogyakarta, penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan harga pokok pasien yang rawat inap dan juga sebagai alat pembanding dengan harga yang selama ini ditetapkan. b. Bagi pembaca, penelitian ini bisa menjadi salah satu masukan yang memberikan informasi mengenai Activity-Based Costing, terutama dalam penerapannya pada sebuah rumah sakit yang orientasi utamanya pelayanan masyarakat. c. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini merupakan suatu tambahan pengetahuan dan semakin memperdalam pengertian tentang Activity-Based Costing.

4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin Widjaja (1992; 27) adalah : Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama. Sedangakan menurut Mulyadi (1993:34) memberikan pengertian ABC sebagai berikut : ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. 2.2 Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biayabiaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan

5

(Hansen dan Moven, 1999: 157-158) Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan sistem ABC, yaitu:

Perbedaan penetapan harga pokok produk Tradisional dengan Metode Activity Based Costing Metode Penentuan Harga Pokok Produk Metode Based Costing Product Costing Tahap desain, produksi, Tahap Fokus Periode Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung Perode akuntansi pengembangan Biaya overhead Daur hidup produk Komputer telekomunikas i Tabel 2.1 Perbedaan penetapan harga pokok produk Tradisional dengan Activity

Tradisional Tujuan Lingkup Inventory level Tahap produksi

Teknologi yang digunakan Metode manual

Metode Activity Based Costing Sumber: Mulyadi, 1993 2.3 Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (cooper, 1991:269-270).

6

7

Activity-Based

costing

menggunakan

lebih

banyak

cost

driver

bila

dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut: 1. Cost Driver adalah suatu faktor yang kejadian yang menimbulkan biaya. Faktor tersebut merupakan penyebab utama dari tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya. 2. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk. 3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. 2.4 Prosedure Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedure pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan: a. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah : 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai

aktifitas 2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada

langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.

8

Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities) Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities) Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities) Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk. c. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities) Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya. 2. Mengidentifikasikan Cost Driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver. 3. Menentukan tarif/unit Cost Driver Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb:

9

b. Tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas ke masing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb: BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipiih

2.5 Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas Jika syarat-syarat penerapan sistem ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan menerapkan sistem ABC dan segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut: (Supriyono, 2002:698) 1) Memperbaiki mutu pengambilan keputusan Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang tajam. 2) Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Sistem ABC mengidentifikasi biaya overhed dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus mencerminkan jumlah permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Sistem ABC mengakui bahwa tidak semua overhead bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk. 3) Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan.

10

Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, maka manajemen akan menghasilkan kemudahan dalam memperoleh informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka.

2.6 Cost Driver Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. a) Pengertian Cost Driver Cost driver merupakan suatu faktor yang kejadian yang menimbulkan biaya. Faktor tersebut merupakan penyebab utama dari tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya. Ada dua jenis cost driver, yaitu: 1. Cost Driver berdasarkan unit Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen. 2. Cost Driver berdasarkan non unit Cost Driver berdasarkan non unit merupakan faktor-faktor penyebab selain unit yang menjelaskan konsumsi overhead. Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia.

11

b) Penentuan Cost Driver Yang Tepat Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangan yang matang dalam menentukan penimbul biayanya atau cost driver. 1. Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan Menurut Cooper dan Kaplan (1991: 375), penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan. 2. Pemilihan cost driver yang tepat. Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan: (Cooper dan Kaplan, 1991: 383) a) Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih. b) Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree of correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih. c) Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effec). cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih 2.7 Keunggulan Metode ABC Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai berikut: 1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti

12

bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya 2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran

kompetitif yang lebih wajar4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang

lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

13

BAB III METODE PENELITIAN

3..1

Objek penelitian Objek dari penelitian ini adalah bentuk analisa biaya aktivitas diunit rawat

inap terhadap perhitungan akuntansi biaya tradisional dan Activity-Based Costing System pada Rumah Sakit Panti Nugroho Pakem Yogyakarta. 3.2 Identifikasi Masalah Proses ini dilakukan untuk merumuskan masalah atas permasalahan yang diungkapkan di latar belakang masalah. Identifikasi ini diperlukan supaya tujuan penelitian, latar belakang masalah dan judul penelitian saling berkaitan. 3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Data Yang Dibututuhkan Data yang dibutuhkan diperoleh dari data primer dan data sekunder, yaitu : 1) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian secara langsung di Rumah Sakit, adapun data yang diperlukan adalah : a. Biaya aktivitas di unit rawat inap : 1. Aktivitas perawatan pasien Biaya perawat 2. aktivitas Pemeliharaan inventaris biaya depresiasi gedung biaya depresiasi fasilitas biaya kebersihan 3. Aktivitas pemeliharaan pasien biaya konsumsi 4. Aktivitas pelayanan pasien biaya listrik dan air biaya administrasi

14

biaya bahan habis pakai biaya asuransi biaya laundry

b. Data pendukung 1. Jumlah ruang rawat inap dan kapasitas tempat tidur 2. Tarif jasa rawat inap 3. Data biaya rawat inap 4. Data lama hari pasien rawat inap 5. Data jumlah pasien rawat inap 6. Data luas ruangan rawat inap 7. Tarif konsumsi tiap kelas

2) Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh diluar informasi dari perusahaan terdiri atas : a. Sumber pustaka/literatur yang berhubungan dengan kasus yang diteliti. b. Telaah hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data Beberapa tahap yang akan dilakukan dalam usaha untuk mendapatkan data atau informasi yang akan dicari dilakukan dengan : a. Mencatat data-data dari dokumen atau arsip yang ada pada Rumah Sakit Panti Nugroho khususnya data-data yang relevan dengan masalah yang diteliti. b. Studi Kepustakan. Merupakan suatu metode pengumpulan data yang bersumber dari bukubuku tertentu untuk mendapatkan konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

15

3.4 Metode Pengolahan Data Dari data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sehingga menjadi suatu data yang lebih berarti yang digunakan sebagai pijakan untuk melakukan proses selanjutnya yaitu Penentuan tarif rawat inap di Rumah Sakit dengan aplikasi metode Activity-Based Costing. 3.5 Kesimpulan dan Saran Langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan dari data yang dihasilkan. Dan saran dibuat berdasarkan pengalaman dan pertimbangan penulis atas analisis usulan tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk mengetahui penerapan ActivityBased Costing System dalam menetapkan tarif rawat inap pada Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.

16

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Kelas Jasa dan Penentuan Tarif Rumah Sakit Dalam memberikan pelayanan yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, Rumah Sakit Panti Nugroho menyediakan 7 kamar rawat inap yaitu Kelas Utama, Kelas I, Kelas II A, Kelas II B, Kelas III, Kamar isolasi dan ICU / ICCU. Dimana masing-masing kamar mempunyai fasilitas yang berbeda. Fasilitas yang ditawarkan tiap kelas antara lain: 1) Kelas Utama Fasilitas yang diberikan yaitu kamar ber AC, TV, 1 bed untuk pasien, 1 bed untuk penunggu, kulkas dan lampu. Kelas utama terbagi dalam empat kamar yaitu kamar 3, 10, 15, 20. 2) Kelas I Fasilitas yang diberikan yaitu 1 bed untuk pasien, I bed untuk penunggu, TV dan lampu. Kelas I terbagi dalam dua kamar yaitu kamar 8 dan 11. 3) Kelas II A Fasilitas yang diberikan yaitu 2 bed untuk pasien, TV dan lampu. Kelas IIA terbagi dalam dua kamar yaitu kamar 2 dan 21. 4) Kelas II B Fasilitas yang diberikan yaitu 2 bed untuk pasien dan lampu. Kelas IIB terbagi dalam lima kamar yaitu kamar 4, 5, 6, 16, 19. 5) K e la s I I I Fasilitas yang diberikan yaitu 4 bed untuk pasien dan lampu. Kelas III terbagi dalam empat kamar yaitu kamar 7, 9, 17, 18.

17

6)

Kamar isolasi Fasilitas yang diberikan yaitu 1 bed untuk pasien, 1 bed untuk penunggu, lampu. Kamar isolasi terbagi dalam ISO1 dan ISO2.

7)

Kamar ICU / ICCU Fasilitas yang diberikan bed dan lampu. Kamar ICU / ICCU hanya ada satu kamar yaitu kamar nomor 1.

Tabel 4.2 Tarif Jasa Rawat Inap Tahun 2009 NO 1 2 3 4 5 6 7 KELAS Kelas Utama Kelas I Kelas II A Kelas II B Kelas III Kamar Isolasi ICU / ICCU TARIF/HARI 225.000 200.000 175.000 150.000 100.000 150.000 300.000

Data di peroleh dari RS Panti Nugroho 4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Penentuan Harga Pokok Rawat Inap menggunakan Activity-Based Costing system 4.2.1.1 Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Aktivitas Berdasarkan wawancara dengan pihak Rumah Sakit Panti Nugroho di dapat aktivitasaktivitas yang ada didalam rawat inap. Aktivitas-aktivitas itu meliputi:

18

1. Akitvitas perawatan pasien a. Biaya perawat 2. Aktivitas pemeliharaan inventaris a. Biaya depresiasi gedung

b. Biaya depresiasi fasilitas c. Biaya kebersihan

3. Aktivitas pemeliharaan pasien a. Biaya konsumsi 4. Aktivitas pelayanan pasien a. Biaya listrik dan air b. Biaya administrasi c. Biaya bahan habis pakai

d. Biaya laundry Berikut ini penjelasan mengenai elemen biaya diatas: 1. Biaya perawatan pasien Biaya perawatan pasien yang dilakukan oleh perawat secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas bagian rawat inap. Biaya perawat sebesar Rp. 383.781.700,00 dialokasikan secara baik pada setiap tipe kamar. 2. Biaya depresiasi gedung Biaya depresiasi gedung sebesar Rp. 108.042.777,48. Biaya tersebut karena seluruh tipe kamar menggunakan bangunan dan pembebanan pada masingmasing kamar. 3. Biaya depresisai fasilitas Biaya depresiasi fasilitas sebesar Rp. 311.527.637,18 terdiri dari TV, kulkas, bed, AC dan lampu. Pembebanan depresiasi fasilitas ini berdasarkan masingmasing tipe kamar, karena seluruh tipe kamar menggunakan fasilitas yang ada dan pembenannya berdasarkan jumlah hari pakai. 4. Biaya kebersihan

19

Biaya kebersihan sebesar Rp. 180.750.198,00 dikeluarkan untuk membuat pasien merasa nyaman karena kebersihan yang ada di lingkungan rawat inap tersebut. 5. Biaya konsumsi Biaya konsumsi sebesar Rp. 134.229.514,72 untuk memberi makanan dan minuman kepada pasien yang menjalani rawat inap. 6. Biaya lisrik dan air Biaya listrik seluruh tipe kamar rawat inap rumah sakit memerlukan tenaga listrik untuk menjalankan peralatan elektronik, untuk penerangan kamar atau fasilitas yang ada di masing-masing kamar. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 101.846.740,00. Berikut ini penggunaan tenaga listrik yang dikonsumsi masing-masing tipe kamar pada RS Panti Nugroho, yaitu: Tabel 4.8 Penggunaan Tenaga Listrik No 1 2 3 4 5 6 7 Tipe Kamar Kelas Utama Kelas I Kelas II A Kelas II B Kelas III Kamar Isolasi ICU / ICCU Total KWH 366 89 154 129 182 24 377 1.321

Data di peroleh dari RS Panti Nugroho 7. Biaya administrasi

20

Biaya

administrasi

sebesar

Rp.

194.836.705,36

dikeluarkan

untuk

menunjang kelancaran dalam penyediaan aktivitas sarana dan prasarana. 8. Biaya bahan habis pakai Biaya bahan habis pakai sebesar Rp. 494.617.835,00 merupakan paket yang diberikan pada pasien rawat inap dari pihak rumah sakit. 9. Biaya laundry Biaya laundry sebesar Rp. 20.305.411,73 meliputi selimut, sprei, sarung bantal, gardyn, handuk harus di jaga kebersihannya untuk pasien rawat inap.

4.2.1.2 Mengklasifikasi Aktivitas Biaya ke Dalam Berbagai Aktivitas 1. Unit-level activity cost Biaya unit-level activity cost adalah biaya yang pasti bertambah ketika sebuah unit produk di produksi yang sebanding dengan proporsi volume produk tersebut. Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat inap pada Rumah Sakit Panti Nugroho. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah aktivitas perawatan, penyediaan tenaga listrik dan air dan biaya konsumsi. 2. Berdasarkan Batch-related activity cost Biaya batch-related activity cost adalah biaya yang disebabkan oleh sejumlah batches yang di produksi dan terjual. Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekwensi order produksi yang di olah oleh fungsi produksi. Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk yang di produksi. Yaitu biaya administrasi, biaya bahan habis pakai, biaya kebersihan. 3. Product-sustaining activity cost Biaya ini merupakan biaya yang digunakan untuk mendukung produksi produk yang berbeda. Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemui dalam penentuan tarif jasa rawat inap pada Rumah Sakit panti Nugroho.

21

4. Fasilitas-sustaining activity cost Biaya ini merupakan biaya kapasitas pendukung pada tempat dilakukannya produksi. Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya depresiasi gedung, biaya depresiasi fasilitas. Tabel 4.9 Klasifikasi Biaya ke dalam Berbagai Aktivitas. ELEMEN BIAYA Unit-level activity cost Biaya gaji perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Batch-related activity cost Biaya kebersihan Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Fasility-sustaining activity cost Biaya laundry Biaya depresiasi gedung Biaya depresiasi fasilitas TOTAL Rp. 20.305.411,73 Rp. 108.042.777,48 Rp. 311.527.637,18 Rp. 1.929.938.479 Rp. 180.750.198,00 Rp. 194.836.705,36 Rp. 494.617.835,00 Rp. 383.781.700,00 Rp. 101.846.700,00 Rp. 134.229.514,72 JUMLAH (Rp)

Data di peroleh dari RS Panti Nugroho

22

4.2.1.3 Mengidentifikasi Cost Driver Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya aktivitas. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam penentuan kelompok aktivitas dan tarif/unit cost driver. Tabel 4.10 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Rawat Inap NO AKTIVITAS DRIVER COST DRIVER 1 Unit-level activity cost a. Biaya perawat1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

JUMLAH

Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap KWH KWH KWH KWH KWH KWH

13.716 1.009 481 1.071 4.008 6.598 328 221 1.321 366 89 154 129 182

Rp. 383.781.700,00

isolasi / ICCU 7. ICU b. biaya listrik dan air1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III

Rp. 101.846.740,00

23

6. Kamar

KWH KWH Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap

24 377 13.716 1.009 481 1.071 4.008 6.598 328 221 Rp. 134.229.514,72

isolasi / ICCU 7. ICU c. biaya konsumsi1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

isolasi / ICCU 7. ICU 2 Batch-related cost a. Biaya kebersihan1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

activity

Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai

528 m2 80 m2 40 m2 48 m2 120 m2 180 m2 40 m2 20 m2 13.716

Rp. 180.750.198,00

isolasi / ICCU 7. ICU

b. biaya bahan habis Jumlah hari rawat inap pakai

Rp. 494.617.835,00

24

1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien

1.009 481 1.071 4.008 6.598 328 221 3.990 279 132 349 1.087 2.017 74 52 Rp. 194.836.705,36

isolasi / ICCU 7. ICU c. biaya administrasi1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

isolasi / ICCU 7. ICU 3 Facility-sustaining activity cost a. biaya laundry1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B

Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap

13.716 1.009 481 1.071 4.008

Rp. 20.305.411,73

25

5. Kelas III 6. Kamar

Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap

6.598 328 221 528 m2 Rp. 108.042.777,48

isolasi / ICCU 7. ICU b. biaya

depresiasi luas lantai

gedung1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai Luas lantai

80 m2 40 m2 48 m2 120 m2 180 m2 40 m2 20 m2

isolasi / ICCU 7. ICU c. biaya depresiasi

fasilitas1. TV ( kelas UT, Jumlah hari rawat inap

2.561

Rp. 1.754.285

kelas I, IIA )2. Lampu ( semua Jumlah hari rawat inap

13.716

Rp. 1.412.748

kelas ada )3.

Bed (semua

Jumlah hari rawat inap

13.716

Rp. 140.917.808

kelas ada )4. AC ( kelas utama Jumlah hari rawat inap

1.009

Rp. 2.418.835

)

26

5. Kulkas ( kelas Jumlah hari rawat inap

1.009

Rp. 552.876

utama )

Biaya depresiasi fasilitas dihitung dari biaya total pembelian dibagi usia pemakaian yaitu 1460 hari (4tahun) dan dikalikan jumlah hari pemakaian fasilitas tersebut selama satu tahun. 4.2.1.4 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver Setelah mengidentifikasi cost driver, langkah selanjutnya menentukan tarif per unit cost driver karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Menurut Hansen and Mowen (1999; 134), tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb: Tarif per unit cost driver = jumlah aktivita s cost driver

Tabel 4.11 Penentuan Tarif per Unit Cost Driver Kamar Rawat Inap NO AKTIVITAS JUMLAH COST DRIVER 1 Unit-level activity cost a. Biaya perawat1. Kelas utama 2. Kelas I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III

TARIF / UNIT

Rp. 383.781.700,00

13.716 1.009 481 1.071 4.008 6.598

Rp. 27.980

27

6. Kamar

328 221 Rp. 101.846.740,00 1.321 366 89 154 129 182 24 377 Rp. 134.229.514,72 13.716 1.009 481 1.071 4.008 6.598 328 221 Sesuai tarif 15.000 13.000 10.000 10.000 6.500 6.500 6.500 Rp. 77.098

isolasi / ICCU 7. ICU b. biaya listrik dan air1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

isolasi / ICCU 7. ICU c. biaya konsumsi1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

isolasi / ICCU 7. ICU 2 Batch-related cost a. Biaya kebersihan1. Kelas utama

activity

Rp. 180.750.198,00

528 m2 80 m2

Rp. 342.330

28

2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

40 m2 48 m2 120 m2 180 m2 40 m2 20 m2 13.716 Rp. 36.061

isolasi / ICCU 7. ICU b. biaya bahan habis Rp. 494.617.835,00 pakai1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

1.009 481 1.071 4.008 6.598 328 221 Rp. 194.836.705,36 3.990 279 132 349 1.087 2.017 74 Rp. 48.831

isolasi / ICCU 7. ICU c. biaya administrasi1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6 . Kamar

isolasi

29

7 . ICU / ICCU

52

3

Facility-sustaining activity cost a. biaya laundry1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

Rp. 20.305.411,73

13.716 1.009 481 1.071 4.008 6.598 328 221 528 m2

Rp. 1.480

isolasi / ICCU 7. ICU b. biaya depresiasi Rp. 108.042.777,48

Rp. 204.626

gedung1. Kelas utama 2. K e la s I 3. Kelas II A 4. Kelas II B 5. Kelas III 6. Kamar

80 m2 40 m2 48 m2 120 m2 180 m2 40 m2 20 m2

isolasi / ICCU 40 ICU c. biaya depresisai

fasilitas

30

1. TV (kelas utama, Rp. 1.754.285

2.561

Rp. 685

kelas I,IIA)2. Lampu

(semua Rp. 1.412.748

13.716

Rp. 103

kelas ada)3. Bed (semua kelas Rp. 140.917.808

13.716

Rp. 10.274

ada)4.

AC

(kelas Rp. 2.418.835 (kelas Rp. 552.876

1.009 1.009

Rp. 2.398 Rp. 548

utama) 5. Kulkas utama)

4.2.1.5 Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas Dalam tahap ini, menurut Hansen and Mowen (1999; 138), biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas produk. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan rumus sbb: BOP yang dibebankan =Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih Dengan mengetahui BOP (biaya over head pabrik) yang dibebankan pada masingmasing produk, maka dapat dihitung tarif jasa rawat inap per kamar. Menurut Mulyadi (1993) perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan metode ABC dapat dihitung dengan rumus sbb: Tarif Per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan Untuk cost rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang telah dibebankan pada masing-masing produk dibagi dengan jumlah hari pakai. Sedangkan laba yang diharapkan ditetapkan pihak manajemen Rumah Sakit Panti Nugroho yaitu kelas Utama 25%, kelas I 20%, kelas IIA 15%, Kelas IIB 15%, Kelas III 10%. Sedangkan

31

untuk kelas isolasi dan kelas ICU / ICCU laba di peroleh 1,5 kali harga yang ditempati. Tabel 4.12 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas Utama Aktivitas1. Biaya perawat 2. Biaya listrik 3. Biaya konsumsi 4. Biaya kebersihan

Tarif cost driver Rp. 27.980 Rp. 77.098 Rp. 15.000 Rp. 342.330

Driver 1.009 366 1.009 80 1.009

Total (Rp) Rp. 28.231.820 Rp. 28.217.868 Rp. 15.135.000 Rp. 27.386.400 Rp. 36.385.549

5. Biaya bahan habis Rp. 36.061

pakai6. biaya

Rp. 48.831 Rp. 1.480

279 1.009 80

Rp. 13.623.849 Rp. 1.493.320 Rp. 16.370.080

administrasi 7. Biaya laundry8. Biaya

depresiasi Rp. 204.626

gedung9. Biaya fasilitas a. b. c.

TV Lampu AC

Rp. 685 Rp. 103 Rp. 2398 Rp. 548 Rp. 10.274

1.009 1.009 1.009 1.009 1.009

Rp. 691.165 Rp. 103.927 Rp. 2.419.582 Rp. 552.932 Rp. 10.366.466 Rp. 180.977.958 1.009

d. Kulkas e . bed

Total biaya untuk kelas utama Jumlah hari pakai

32

Biaya rawat inap per kamar % laba Jumlah tariff

Rp. 179.364 Rp. 44.841 Rp. 224.205

Tabel 4.13 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas I Aktivitas1. Biaya perawat 2. Biaya listrik 3. Biaya konsumsi 4. Biaya kebersihan

Tarif cost driver Rp. 27.980 Rp. 77.098 Rp. 13.000 Rp. 342.330

Driver 481 89 481 40 481

Total (Rp) Rp. 13.458.380 Rp. 6.861.722 Rp. 6.253.000 Rp. 13.693.200 Rp. 17.345.341

5. Biaya bahan habis Rp. 36.061

pakai6. biaya

Rp. 48.831 Rp. 1.480

132 481 40

Rp. 6.445.692 Rp. 711.880 Rp. 8.185.040

administrasi 7. Biaya laundry8. Biaya

depresiasi Rp. 204.626

gedung9. Biaya fasilitas a. b.

TV Lampu Bed

Rp. 685 Rp. 103 Rp. 10.274

481 481 481

Rp. 329.485 Rp. 49.543 Rp. 4.941.794 Rp. 78.275.077 481

c .

Total biaya untuk kelas I Jumlah hari pakai

33

Biaya rawat inap per kamar % laba Jumlah tariff

Rp. 162.734 Rp. 32.547 Rp. 195.281

Tabel 4.14 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas IIA Aktivitas1. Biaya perawat 2. Biaya listrik 3. Biaya konsumsi 4. Biaya kebersihan

Tarif cost driver Rp. 27.980 Rp. 77.098 Rp. 10.000 Rp. 342.330

Driver 1.071 154 1.071 48 1.071

Total (Rp) Rp. 29.966.580 Rp. 11.873.092 Rp. 10.710.000 Rp. 16.431.840 Rp. 38.621.331

5. Biaya bahan habis Rp. 36.061

pakai6. biaya

Rp. 48.831 Rp. 1.480

349 1.071 48

Rp. 17.042.019 Rp. 1.585.080 Rp. 9.822.048

administrasi 7. Biaya laundry8. Biaya

depresiasi Rp. 204.626

gedung9. Biaya fasilitas a. b.

TV Lampu

Rp. 685 Rp. 103

1.071 1.071

Rp. 733.635 Rp. 110.313

c .

Bed

Rp. 10.274

1.071

Rp. 11.003.454 Rp. 147.899.392

Total biaya untuk kelas IIA

34

Jumlah hari pakai Biaya rawat inap per kamar % laba Jumlah tariff

1.071 Rp. 138.095 Rp. 20.714 Rp. 158.809

Tabel 4.15 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas IIB Aktivitas1. Biaya perawat 2. Biaya listrik 3. Biaya konsumsi 4. Biaya kebersihan

Tarif cost driver Rp. 27.980 Rp. 77.098 Rp. 10.000 Rp. 342.330

Driver 4.008 129 4.008 120 4.008

Total (Rp) Rp. 112.143.840 Rp. 9.945.642 Rp. 40.080.000 Rp. 41.079.600 Rp. 144.532.488

5. Biaya bahan habis Rp. 36.061

pakai6. biaya

Rp. 48.831 Rp. 1.480

1.087 4.008 120

Rp. 53.079.297 Rp. 5.931.840 Rp. 24.555.120

administrasi 7. Biaya laundry8. Biaya

depresiasi Rp. 204.626

gedung9. Biaya fasilitas a. b.

Bed Lampu

Rp. 10.274 Rp. 103

4.008 4.008

Rp. 41.178.192 Rp. 412.824 Rp. 472.938.843 4.008

Total biaya untuk kelas IIB Jumlah hari pakai

35

Biaya rawat inap per kamar % laba Jumlah tariff

Rp. 117.999 Rp. 17.700 Rp.135.699

Tabel 4.16 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III Aktivitas1. Biaya perawat 2. Biaya listrik 3. Biaya konsumsi 4. Biaya kebersihan

Tarif cost driver Rp. 27.980 Rp. 77.098 Rp. 6.500 Rp. 342.330

Driver 6.598 182 6.598 180 6.598

Total (Rp) Rp. 184.612.040 Rp. 14.031.836 Rp. 42.887.000 Rp. 61.619.400 Rp. 237.930.478

5. Biaya bahan habis Rp. 36.061

pakai6. biaya

Rp. 48.831 Rp. 1.480

2.017 6.598 180

Rp. 98.492.127 Rp. 9.765.040 Rp. 36.832.680

administrasi 7. Biaya laundry8. Biaya

depresiasi Rp. 204.626

gedung9. Biaya fasilitas a. b.

La m pu Bed

Rp. 103 Rp. 10.274

6.598 6.598

Rp. 679.594 Rp. 67.787.852 Rp. 754.638.047 6.598 Rp. 114.374

Total biaya untuk kelas III Jumlah hari pakai Biaya rawat inap per kamar

36

% laba Jumlah tariff

Rp. 11.437 Rp. 125.811

Untuk kamar isolasi dan ICU / ICCU harga sudah di tetapkan dari pihak Rumah Sakit Panti Nugroho. Harga kamar isolasi di dapat 1,5 kali harga kamar kelas III yaitu Rp. 125.811 = Rp. 188.716 sedangkan untuk kamar ICU/ ICCU di dapat 1,5 kali harga kamar kelas utama yaitu Rp. 225.000 = Rp. 337.500.

4.2.1.6 Perbandingan Tarif Biaya Rumah Sakit dengan Tarif ABC Tabel 4.17 Perbandingan tarif biaya Rumah Sakit dengan tarif ABC TIPE KAMAR TARIF SAKIT Kelas utama Kelas I Kelas IIA Kelas IIB Kelas III Kamar isolasi ICU / ICCU Rp. 225.000 Rp. 200.000 Rp. 175.000 Rp. 150.000 Rp. 100.000 Rp. 150.000 Rp. 300.000 Rp. 224.205 Rp. 195.281 Rp. 158.809 Rp. 135.699 Rp. 125.811 Rp. 188.716 Rp. 337.500 Rp. 795 Rp. 4.719 Rp. 16.191 Rp. 14.301 Rp. 25.811 Rp. 38.716 Rp. 37.500 RUMAH TARIF ABC SELISIH

37

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai analisis dan pembahasan terhadap penentuan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing yang meliputi, mengidentifikasi cost driver, menentukan tarif per unit cost driver, membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas. 5.1 Mengidentifikasi Cost Driver Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya aktivitas. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam penentuan kelompok aktivitas dan tarif/unit cost driver. Berikut jumlah cost driver beserta total biaya nya: a. Jumlah cost driver untuk biaya perawat sebesar 13.716 dengan total biaya Rp. 383.781.700 b. Jumlah cost driver untuk biaya listrik dan air sebesar 1.321 dengan total biaya Rp. 101.846.740 c. Jumlah cost driver untuk biaya konsumsi sebesar 13.716 dengan total biaya Rp. 134.229.514,72 d. Jumlah cost driver untuk biaya kebersihan sebesar 528 m2 dengan total biaya Rp. 180.750.198 e. Jumlah cost driver untuk biaya bahan habis pakai sebesar 13.716 dengan total biaya Rp. 494.617.835 f. Jumlah cost driver untuk biaya administrasi sebesar 3.990 dengan total biaya Rp. 194.836.705,36 g. Jumlah cost driver untuk biaya laundry sebesar 13.716 dengan total biaya Rp. 20.305.411,73 h. Jumlah cost driver untuk biaya depresiasi gedung sebesar 528 m2 dengan total biaya Rp. 108.042.777,48 i. Jumlah cost driver untuk biaya depresiasi fasilitas dengan rincian

38

untuk TV sebesar 2.561 dengan total biaya Rp. 1.754.285, lampu sebesar 13.716 dengan total biaya Rp. 1.412.748, bed sebesar 13.716 dengan total biaya Rp. 140.917.808, AC sebesar 1.009 dengan total biaya Rp. 2.418.835, kulkas sebesar 1.009 dengan total biaya Rp. 552.876. 5.2 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver Setelah mengidentifikasi cost driver, langkah selanjutnya menentukan tarif per unit cost driver karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Berikut tarif per unit cost driver rawat inap: a. Biaya perawat dengan total biaya Rp. 383.781.700 di bagi cost driver sebesar 13.716 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 27.980. b. Biaya listrik dan air dengan total biaya Rp. 101.846.740,00 di bagi cost driver sebesar 1.321 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 77.098 c. Biaya konsumsi tarif per unit nya sesuai dengan tarif per kelas yang telah di tentukan oleh Rumah Sakit Panti Nugroho yaitu kelas utama sebesar Rp. 15.000, kelas I sebesar Rp. 13.000, kelas IIA dan II B sebesar Rp. 10.000, kelas III, kamar isolasi dan ICU / ICCU sebesar Rp. 6.500. d. Biaya kebersihan dengan total biaya Rp. 180.750.198 di bagi cost driver sebesar 528 m2 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 342.330 e. Biaya bahan habis pakai dengan total biaya Rp. 494.617.835 di bagi cost driver sebesar 13.716 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 36.061 f. Biaya administrasi dengan total biaya Rp. 194.836.705,36 di bagi cost driver sebesar 3.990 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 48.831 g. Biaya laundry dengan total biaya Rp. 20.305.411,73 198 di bagi cost driver sebesar 13.716 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 1.480 h. Biaya depresiasi gedung dengan total biaya Rp. 108.042.777,48 di bagi cost driver sebesar 528 m2 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 204.626

39

i.

Biaya depresisai fasilitas dengan rincian TV total biaya Rp. 1.754.285 di bagi cost driver 2.561 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 685, lampu total biaya Rp. 1.412.748 di bagi cost driver 13.716 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 103, bed total biaya Rp. 140.917.808 di bagi cost driver 13.716 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 10.274, AC total biaya Rp. 2.418.835 di bagi cost driver 1.009 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 2.398, kulkas total biaya Rp. 552.876 di bagi cost driver 1.009 di dapat tarif per unit nya sebesar Rp. 548

5.3 Membebankan Biaya ke Produk dengan Menggunakan Tarif Cost Driver dan Ukuran Aktivitas Pembebanan biaya overhead dari aktivitas ke setiap kamar adalah sbb: a. Kelas utama : total biaya Rp. 180.977.958 di bagi jumlah hari pakai 1.009 di dapat biaya rawat inap per kamar Rp. 179.364 dan di tambah dengan laba yang ditetapkan pihak manajemen Rumah Sakit Panti Nugroho yaitu kelas Utama 25% di peroleh jumlah tarif sebesar Rp. 224.205. b. Kelas I : total biaya Rp. 78.275.077 di bagi jumlah hari pakai 481 di dapat biaya rawat inap per kamar Rp. 162.734 dan di tambah dengan laba yang ditetapkan pihak manajemen Rumah Sakit Panti Nugroho yaitu kelas I 20% di peroleh jumlah tarif sebesar Rp. 195.281. c. Kelas IIA : total biaya Rp. 147.899.392 di bagi jumlah hari pakai 1.071 di dapat biaya rawat inap per kamar Rp. 138.095 dan di tambah dengan laba yang ditetapkan pihak manajemen Rumah Sakit Panti Nugroho yaitu kelas IIA 15% di peroleh jumlah tarif sebesar Rp. 158.809. d. Kelas IIB : total biaya Rp. 472.938.843 di bagi jumlah hari pakai 4.008 di dapat biaya rawat inap per kamar Rp. 117.999 dan di tambah dengan laba yang ditetapkan pihak manajemen Rumah Sakit Panti Nugroho yaitu kelas IIB 15% di peroleh jumlah tarif sebesar Rp. 135.699. e. Kelas III : total biaya Rp. 754.638.047 di bagi jumlah hari pakai 6.598

40

di dapat biaya rawat inap per kamar Rp. 114.374 dan di tambah dengan laba yang ditetapkan pihak manajemen Rumah Sakit Panti Nugroho yaitu kelas IIB 10% di peroleh jumlah tarif sebesar Rp. 125.811. f. Kamar isolasi : untuk kamar isolasi 1,5 kali harga yang ditempati yaitu kamar kelas III. Jadi 1,5 x Rp. 125.811 = Rp. 188.716. g. Kamar ICU / ICCU : untuk kamar ICU / ICCU 1,5 kali harga yang ditempati yaitu kamar kelas utama. Jadi 1,5 x Rp. 225.000 = Rp. 337.500. 5.6 Perbandingan Tarif Biaya Rumah Sakit dengan Tarif ABC TIPE KAMAR TARIF TRADISIONAL Kelas utama Kelas I Kelas IIA Kelas IIB Kelas III Kamar isolasi ICU / ICCU Rp. 225.000 Rp. 200.000 Rp. 175.000 Rp. 150.000 Rp. 100.000 Rp. 150.000 Rp. 300.000 Rp. 224.205 Rp. 195.281 Rp. 158.809 Rp. 135.699 Rp. 125.811 Rp. 188.716 Rp. 337.500 Rp. 795 Rp. 4.719 Rp. 16.191 Rp. 14.301 Rp. 25.811 Rp. 38.716 Rp. 37.500 TARIF ABC SELISIH

41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Penentuan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing meliputi identifikasi dan mendefinisikan aktivitas, mengklasifikasi aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas, mengidentifikasi cost driver, menentukan tarif per unit cost driver, membebankan biaya ke produk. dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas. Dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC, diketahui besarnya tarif untuk kelas utama Rp. 224.205, kelas I Rp. 195.281, kelas IIA Rp. 158.809, kelas IIB Rp. 135.699, kelas III Rp. 125.811, kamar isolasi Rp. 188.716, kamar ICU / ICCU Rp. 337.500. 2. Dari hasil perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas utama, kelas I, kelas IIA dan kelas IIB yang memberikan hasil lebih kecil. Selisih untuk kelas utama Rp. 795, kelas I Rp. 4.719, kelas IIA Rp. 16.191, kelas IIB Rp. 14.301, kelas III Rp. 25.811, kamar isolasi Rp. 38.716, kamar ICU / ICCU Rp. 37.500. Perbedaan yang terjadi antaratarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak nya cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. 6.2 Saran Pihak rumah sakit Panti Nugroho sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based-Costing, dengan

42

tetap mempertimbangkan faktor-faktor external yang lain seperti tarif pesaing dan kemampuan masyarakat yang dapat mempengaruhi dalam penetapan harga pelayanan rawat inap.

43

DAFTAR PUSTAKA

Cooper Robin and Kaplan Robert S, (1993). The design of Cost Manajement System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall. Gaspersz, Vincent. (1998). Production Planning and Inventory Control, PT. Gramedia Pustaka Utama. Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, (2004). Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta. Lumenta, Bunyamin, (1989). Pelayanan Medis, Kanisius, Yogyakarta. Moh.Ardang Imam, (2005). Analisa harga pokok produksi menggunakan pendekatan metode ABC system. Tugas Akhir Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia. Mulyadi, (1993). Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 2, BP STIE YKPN, YK. Rika Septiana Endrowati, (2005). Usulan metode penentuan harga pokok produksi kain Grey dengan metode ABC system. Tugas Akhir Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia. Supriyono, R.A, (1999). Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi maju dan globalisasi, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta. Sultan fajar abdillah, (2007). Aplikasi metode time driven ABC dan konvensional ABC pada system just in time. Tugas Akhir Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia. Tunggal, Amin Widjaja, (1992). Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta. http://www.google.co.id/search?q=20110208021813TUGAS+AKHIR&hl=id&biw=1366&bih =665&prmd=ivns&ei=maCATv3tM4K3rAem3pzMDw&sa=N&oq=20110208021813TUGAS +AKHIR&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=102254l102254l0l103168l1l1l0l0l0l0l342l342 l3-1l1l0