sistem abc

21
Activity-Based Costing System Pengertian Activity-Based Costing System ABC didefinisikan sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut (Hongren,2005). Penerapan sistem ABC dirancang sehingga setiap biaya yang tidak dialokasikan secara langsung kepada objek biaya dibebankan kepada objek biaya berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas tersebut. Aktivitas adalah kejadian, tugas, atau pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan objek biaya adalah sesuatu yang menyebabkan biaya tersebut akan diukur, seperti : berdasarkan produk, pelanggan, departemen, dll. ABC sistem menghitung biaya produk dan membebankannya sesuai objek biayanya, berdasarkan aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sehingga, penerapan ABC mendukung pengambilan keputusan-keputusan strategis dalam perusahaan, seperti: penentuan harga dan proses efesiensi perusahaan karena penerapan ABC mengharuskan perusahaan untuk melakukan identifikasi dan perbaikan atas seluruh kegiatan pada sebuah perusahaan. Walaupun sistem ABC dikembangkan dari perusahaan manufaktur, namun saat ini dapat diterapkan pada berbagai sektor industry

Upload: charisma-nur-octaviana

Post on 10-Feb-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ABC System

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem ABC

Activity-Based Costing System

Pengertian Activity-Based Costing System

ABC didefinisikan sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan

berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar

pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan

sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas

tersebut (Hongren,2005).

Penerapan sistem ABC dirancang sehingga setiap biaya yang tidak dialokasikan secara langsung

kepada objek biaya dibebankan kepada objek biaya berdasarkan konsumsi masing-masing

aktivitas tersebut. Aktivitas adalah kejadian, tugas, atau pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan

tertentu. Sedangkan objek biaya adalah sesuatu yang menyebabkan biaya tersebut akan diukur,

seperti : berdasarkan produk, pelanggan, departemen, dll.

ABC sistem menghitung biaya produk dan membebankannya sesuai objek biayanya, berdasarkan

aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sehingga, penerapan ABC

mendukung pengambilan keputusan-keputusan strategis dalam perusahaan, seperti: penentuan

harga dan proses efesiensi perusahaan karena penerapan ABC mengharuskan perusahaan untuk

melakukan identifikasi dan perbaikan atas seluruh kegiatan pada sebuah perusahaan.

Walaupun sistem ABC dikembangkan dari perusahaan manufaktur, namun saat ini dapat

diterapkan pada berbagai sektor industry termasuk bidang jasa dan sektor publik. Sistem ABC

juga bisa diterapkan seiring dengan penarapan dari ABM. ABM merupakan metode pengambilan

keputusan dengan menggunakan informasi dari penerapan sistem ABC untuk meningkatkan

kepuasan konsumen dan tingkat profitabilitas. Cara mencapai tujuan ABM melalui penerapan

analisis value chain atau melakukan proses value re-engineering terus menurus sehingga selalu

mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik. Value chain merupakan urutan dalam tahapan

kegiatan usaha (mulai dari riset dan pengembangan hingga layanan purna jual) untuk selalu

memberikan nilai tambah bagi produk dan jasa yang dihasilakan untuk meningkatkan kepuasan

konsumen. Value re-engineering merupakan proses evaluasi seluruh aspek dari value chain

secara sistematis dengan tujuan menurunkan biaya namun dengan kualitas yang baik dan

memuaskan keinginan konsumen.

Page 2: Sistem ABC

Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing

Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktifitas-aktifitas

yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi

perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-

aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya

(cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam

organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya

ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-

aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk.

Kapan Sistem ABC Diperlukan?

Jika perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan para pesaingnya, dan

penetapan harga jual sangat berpengaruh terhadap keunggulan bersaing, maka penggunaan

sistem ABC akan sangat diperlukan. Karena sistem ABC menghasilkan penetapan biaya

produksi yangf lebih akurat disbanding sistem tradisional, maka dapat menolong perusahaan

dalam mengelola keunggulan kompetitif yang dimilikinya. Dengan kemampuan menentukan

biaya produksi yang lebih akurat, penetuan harga jual per jenis produk pun akan lebih tepat

sehingga perusahaan tidak salah menetapkan harga jual yang kompetitif untuk jenis produk

tertentu.

Jika perusahaan memiliki diversitas produk yang sangat tinggi dalam hal volume, ukuran, dan

kompleksitas produk, maka penggunaan sistem ABC akan sangat bermanaat. Terutama jika

biaya untuk mengimplementasikannya lebih rendah disbanding manfaatnya.

Hierarki Biaya

Hierarki biaya merupakan biaya dalam berbagai kelompok biaya dalam berbagai kelompok biaya

(cost pool), pengelompokan ini didasarkan atas tingkat kesulitan untuk menentukan hubungan

sebab akibat serta untuk dasar pengalokasian (cost allocation based). Ada 4 kategori dalam

pengelompokan biaya pada sistem ABC, adalah sebagai berikut:

1. Biaya untuk setiap unit (output unit level) adalah sumber daya yang digunakan untuk

aktivitas yang akan meningkat pada setiap unit produksi/jasa yang dihasilkan.

Page 3: Sistem ABC

Pengelompokan untuk level ini berdasarkan hubungan sebab akibat dengan setiap unit

yang dihasilkan. Contoh: biaya perbaikan mesin, biaya listrik, dan biaya penyusutan

mesin.

2. Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu (batch level) adalah sumber daya yang

dgunakan untuk aktivitas yang akan terkait dengan sekelompok unit produk/jasa yang

dihasilkan. Pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang hubungan sebab akibat

untuk setiap kelompok unit yang dihasilkan. Contoh: biaya pemakaian mesin.

3. Biaya untuk setiap produk/jasa tertentu (product/service sustaining level) adalah sumber

daya yang digunakan untuk aktivitas menghasilkan suatu produk dan jasa.

Pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang memiliki hubungan sebab akibat

dengan setiap produk/jasa yang dihasilkan. Contoh: biaya desain, biaya pembuatan

prototype.

4. Biaya untuk setiap fasilitas tertentu (facility sustaining level) adalah sumber daya yang

digunakan untuk aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan

produk/jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan.

Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk/jasa

yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan perusahaan yang

berhubungan dengan proses produksi barang/jasa. Contoh: biaya keamanan dan biaya

kebersihan.

Pengelompokan biaya tersebut akan membentuk kelompok-kelompok biaya yang selanjutnya

akan dihubungkan dengan pemicu biaya masing-masing yang paling sesuai sehingga diperoleh

pembebanan biaya kepada objek biayanya dengan jumlah yang tepat.

Hierarki Aktivitas

Activity Based Costing (ABC) System membagi aktivitas berdasarkan hierarkinya. Setiap biaya

sumber daya harus dibebankan ke masing-masing aktivitas yang ada didalam perusahaan. Salah

satu atribut yang terpenting adalah mengklasifikasikan aktivitas

manufakturing kepada dimensi hierarki biaya: unit, batch, product, customer, and facility

sustaining.

Page 4: Sistem ABC

Perbandingan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Konvensional) Dengan Activity-Based

Costing System

Beberapa perbandingan antara sistem biaya konvensional dan sistem biaya Activity-Based

Costing

(ABC) oleh Dunia dan Abdullah (2012:319) adalah sebagai berikut:

1. Sistem biaya Activity Based Costing menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu

biaya (Cost Driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi biaya overhead dari

setiap produk. Sedangkan sistem biaya konvensional mengalokasikan biaya overhead

hanya berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representatif.

2. Sistem biaya Activity-Based Costing memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu.

Sistem biaya konvensional terfokus pada peforma keuangan jangka pendek seperti laba.

Apabila sistem biaya konvensional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas

produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan

3. Sistem biaya Activity-Based Costing memerlukan masukan dari seluruh departemen

persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu

pandangan fungsional silang mengenai organisasi.

Page 5: Sistem ABC

4. Sistem biaya Activity-Based Costing mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk

analisis varian daripada sistem konvensional, karena kelompok biaya (cost pools) dan

pemicu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat

menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual

apabila kebutuhan muncul.

Hal-hal yang Mendasar Sebelum Penerapan Sistem ABC

1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan dari biaya

overhead.

Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari

keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisionalpun informasi

biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan sisitem ABC kehilangan

relevansinya. Artinya Activity Based Costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan

yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja.

2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit harus berbeda

Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa

diterangkan dengan satu pemicu biaya.

Pada kondisi ini penggunaan system ABC justru tidak tepat karena sistem ABC hanya

dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit

(memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka

sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem ABC membebankan biaya overhead dalam

jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah)

mungkin masih dapat mengunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.

3. Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing.

Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk

juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya

yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan

dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya

tradisional (cooper, 1991:269-270).

Page 6: Sistem ABC

Prosedur Pembebanan Biaya Overhead Dengan Sistem ABC

Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedure pembebanan biaya overhead dengan sisitem

ABC melalui dua tahap kegiatan:

a. Tahap Pertama

Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen,

terdiri dari 4 langkah :

1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas.

2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya

digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity

costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility

sustaining activity costing.

Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities) Aktivitas ini dilakukan untuk

setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional

dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk

menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara

proporsiona dengan jumlah unit yang diproduksi.

b) Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)

Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit

yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order

produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel

batch..

c) Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)

Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya

dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau

dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk.

d) Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)

Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi

perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan

volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis

Page 7: Sistem ABC

produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan

kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya.

e) Mengidentifikasikan Cost Driver maksudnya untuk memudahkan dalam

penentuan tarif/unit cost driver

f) Menentukan tarif/unit Cost Driver

Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas.

Tarif/unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb:

b. Tahap Kedua

Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan

cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb:

Tarif per unit Cost Driver = Cost DriverfitasJumlahAktifitas

BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver

Proses Implementasi Sistem ABC

1. Tahap 1: Memeriksa Ulang Seluruh Informasi Perusahaan

Melihat lagi seluruh informasi perusahaan yang tersedia terutama yang beruhubungan dengan

biaya atau beban nbaik biaya langsung maupun tak langsung. Evaluasi biaya ini diperlukan agar

diperoleh gambaran yang utuh tentang biaya apa saja yang terjadi dan mengelompokan sebagai

biaya langsung atau tak langsung berdasarkan objek biaya tertentu. Tujuan tahap ini adalah agar

perusahaan memperoleh informasi tentang perlakuan terhadap suatu biaya.

2. Tahap 2: Menentukan Tujuan Sistem ABC.

Menejemen hareus memutuskan apa yang ingin dicapai penerapan sistem ABC, apakah akan

digunakan untuk mengandalikan biaya untuk pengambilan proses tertentu atau untuk mengelola

aktivitas yang ada di perusahaan. Menejemen harus memutuskan tingkat keakurasian dan

ketersediaan dat yang dibutuhkan,karena semakin tinggi tujuan penerapan sistem ABC yang

dicapai maka semakin banyak dan rinci data yang dibutuhkan sehingga semakin besar biaya

yang dibutuhkan. Dalm penerapan sistem yang baik, sebaiknya aktivitas diketahui selengkap

mungkin karena dengan begitu manajemen dapat melakukan evalusi dengan baik.

Page 8: Sistem ABC

3. Tahap 3: Menetapkan Aktivitas Utama yang Menyebabkan Perubahan Pada Beban

Tidak Langsung Atau Overhead.

Melakukan tinjauan atas seluruh kegiatan dalam bisnis tersebut. Sehingga dapat dilakukan

pengelompokan biaya berdasarkan aktivitas dan dapat diketahui aktivitas utama yang

mempengaruhi besar atau kecil biaya pada kelompok biaya tersebut. Kativitas ini digunakan

sebagai dasar pengalokasian biaya. Proses ini dilakukan dengan wawancara kepada

pelaksana/operator dan supervisor yang terkait. Hasil wawancara disusun dan dikelompokkan

dalam tahap ini perusahaan dapat dilakukan evaluasi atas kegitan yang tidak memiliki nilai

tambah atau value added. Sehingga kegiatan tanpa nilai tambah dapat dihilangkan. Dengan kata

lain pada tahap lain perusahaan dapat menentukan kelompok biaya (cost pool) untuk biaya tak

langsung dan dasar pengalokasian biaya pada objek biayanya.

4. Tahap 4: Menghubungkan Biaya Tidak Langsung Dengan Aktivitas Sehingga Dapat

Dihitung Tarif (Rate) Per Unit Untuk Setiap Dasar Alokasi yang Digunakan Untuk

Membebankan Biaya Tidak Langsung.

Peusahaan menghitung biaya atau tarif pembebanan per unit untuk setiap dasar alokasi. Caranya

adalah membagi biaya tidak langsung pada kelompok biaya dengan dasar aloksinya. Perhitungan

tarif per unit pada sistem ABC dilakukan secara dua tahap (two stages allocation) dimana tahap

pertama biaya sumber daya dibebankan ke sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas.

Sehingga biaya setiap aktivitas sama dengan seluruh biaya sumber daya yang dikonsumsi

aktivitas tersebut. Selanjutnya tahap kedua biaya aktivitas akan diakaitkan dengan jumlah

aktivitas untuk menentukan aktivitas biaya.

5. Tahap 5: Menghitung Biaya Tidak Langsung yang Dibebankan Pada Setiap Objek

Biaya.

Pada tahap ini untuk mengetahui pembebanan tidak langsung dilakukan perhitungan dengan cara

mengalikan biaya pembebanan per unit dengan konsumsi sumber daya.

6. Tahap 6: Menghitung Total Biaya Untuk Setiap Objek Biaya.

Setelah diketahui jumlah biaya tidak langsung kemudian ditambahkan biaya langsung maka

dapat diketahui biaya produksi untuk setiap objek biaya.

Page 9: Sistem ABC

7. Tahap 7: Menggunakan Hasil Perhitungan Sistem ABC Untuk Melakukan Perbaikan

Dan Pengambilan Keputusan yang Relevan.

Setelah mengetahui total biaya, manejemen perusahaan dapat melakukan perubahan dan

perbaikan proses produksi maupun hal hal lain yang akan meningkatkan efisiensi atau nilai

tambah untuk konsumen.

Contoh Perhitungan Biaya Dengan Sistem ABC

Contoh kasus yang digunakan adalah Perusahaan XYZ yang selama ini menggunakan sistem

tradisional untuk menghitung biaya tidak langsungnya.

1. Tahap 1: Memeriksa Ulang seluruh Informasi Keuangan Perusahaan

Untuk menerapkan sistem ABC maka perusahaan memeriksa ulang seluruh informasi keuangan

sehingga diperoleh informasi sebgai berikut:

Produk

A B C Total

Jumlah produksi dan penjualan (unit) 90.000 30.000 15.000 135.000

Penggunaan bahan baku (per unit) 10 7 14 1.320.000

Biaya bahan baku langsung (Rp) 300 400 150 385.500.000

Jam kerja buruh 2,5 3 1,5 337.500

Jam kerja mesin 5 3 7,5 652.500

Biaya tenaga kerja langsung (Rp) 200 300 100 74.250.000

Biaya overhead 337.500.000

Selama ini perusahaan menggunakan sistem pembebanan BOP dengan pendekatan sistem

tradisional berdasarkan jumlah jam kerja tenaga kerja langsung.

Sehingga tingkat BOP pabrik dihitung dengan membagi total BOP dengan total jumlah jam

tenaga kerja langsung, yaitu:

Page 10: Sistem ABC

Tarif BOP = Total BOP

Total jumlah jam tenaga kerja langsung

= Rp 337.500.000,00

337.500

= Rp 1.000,00/ jam kerja tenaga kerja langsung

Dengan metode ini maka total biaya produksi dan biaya produksi per unit adalah sebagai berikut:

Nama Produk A B C

Bahan baku = 300 x 10 x 90.000 = 400 x 7 x 300 = 150 x 14 x 15.000

270.000.000 84.000.000 31.500.000

Tenaga Kerja = 200 x 2,5 x 90.000 = 300 x 3 x 30.000 = 100 x 1,5 x 15.000

45.000.000 27.000.000 2.250.000

Overhead pabrik = 2,5 x 1.000 x

90.000

= 3 x 1.000 x 30.000 = 1,5 x 1.000 x

15.000

225.000.000 90.000.000 22.500.000

Total 540.000.000 201.000.000 56.250.000

Unit 90.000 30.000 15.000

Biaya per unit 6.000 6.700 3.750

*Jumlah tarif BOP x Jumlah jam tenaga kerja langsung per produk

2. Tahap 2: Menentukan Tujuan dan Hal-hal yang Harus Ada Dalam Sebuah Sistem ABC

Tujuan dari penerapan ABC di Perusahaan XYZ adalah untuk melakukan penetapan harga.

Untuk tahap awal penerapan ABC, manajemen memutuskan untuk melakukannya pada level

moderat, sehingga diperlukan data tentang aktivitas perusahaan dalam jumlah yang tidak terlalu

detail.

3. Tahap 3: Menetapka Aktivitas Utama yang Menyebabkan Perubahan Pada Beban

Tidak Langsung/ Overhead

Manajemen melakukan penelaahan atas proses produksi dan dari hasl wawancara dengan bagian

produksi dapat diketahui bahwa aktivitas dalam proses produksi terdiri atas: kegiatan set up,

Page 11: Sistem ABC

proses mekanisasi dengan mesin, melakukan penerimaan, melakukan pengepakan dan proses

engineering.

Sedangkan jumlah aktivitasnya adalah sebagai berikut:

A B C Total

Jumlah Kali Produksi 5 10 50 65

Jumlah Penerimaan 50 70 700 820

Jumlah Pengiriman 18 7 50 75

Jumlah Pesanan Produk 45 25 60 130

4. Tahap 4: Menghubungkan Biaya Tidak Langsung Dengan Aktivitas Sehingga Dapat

Dihitung Tarif Per Unit Untuk Setiap Dasar Alokasi yang Digunakan Untuk

Membebankan Biaya Tidak Langsung

Pertama dilakukan proses perhitungan kembali biaya berdasarkan kegiatan tersebut, sehingga

diperoleh informasi sebagai berikut:

Biaya Overhead Jumlah (Rp)

Set Up 7.500.000

Mekanisasi 100.000.000

Penerimaan 90.000.000

Pengepakan 65.000.000

Engineering 75.000.000

Total 337.500.000

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui hubungan antara aktivitas adalah sebagai berikut:

Set Up Jumlah Kali produksi

Mekanisasi Jumlah Jam Kerja Mesin

Penerimaan Jumlah Penerimaan

Pengepakan Jumlah Pengiriman

Engineering Jumlah Pesanan Produk

Tarif biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk setiap produk:

Page 12: Sistem ABC

Tarif Biaya Set Up = Total biaya set up / total jumlah kali produksi

= Rp 7.500.000,00 / 65

= Rp 115.384,6 per kali produksi

Tarif Biaya Mekanisasi = Total biaya mekanisasi / total jumlah jam kerja

= Rp 100.000.000,00 / 652.500

= Rp 153,25 per jam kerja mesin

Tarif biaya Penerimaan = Total Biaya Penerimaan / total jumlah penerimaan

= Rp 90.000.000,00 / 820

= Rp 109.756,1 per penerimaan

Tarif biaya pengepakan = Total biaya pengepakan / total biaya pengiriman

= Rp 65.000.000,00 / 75

= Rp 866.666,67 per pengiriman

Tarif biaya engineering = Total biaya engineering / total jumlah pesanan

= Rp 75.000.000,00 / 130

= Rp 576.923,1 per pesanan

Kelebihan dan Kelemahan sistem ABC

Manfaat penerapan sistem ABC adalah sebagai berikut:

1. Membantu mengidentifikasi ketidakefisiensinan yang terjadi dalam proses produksi, baik

per departemen, per produk ataupun per aktivitas. Penerapan sistem ABC harus

dilakukan melalui analisis atas aktivitas yang terjadi di seluruh perusahaan. Sehingga

perusahaan/manajer dapat mengetahui dengan jelas tentang biaya yang seharusnya

dikeluarkan (biaya yang tidak memiliki value added)

Page 13: Sistem ABC

2. Membantu pengambilan keputusan dengan lebih baik karena perhitungan biaya atas suatu

objek menjadi lebih akurat, hal ini disebabkan karena perusahaan lebih mengenal

perilaku biaya overhead pabrik dan dapat membantu mengalokasikan sumber daya yang

dimiliki perusahaan untuk objek biaya yang lebih menguntungkan.

3. Membantu mengendalikan biaya (terutama biaya overhead pabrik) kepada level

individual dan level departemental. Hal ini dapat dilakukan mengingat ABC lebih focus

pada biaya per unit (unit cost) dibandingkan total biaya.

Kelebihan dari Sistem ABC

1. Biaya produk lebih akurat, baik pada industry manufaktur maupun industry jasa lainnya

khususnya jika memiliki proporsi biaya overhead pabrik yang lebih besar.

2. Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga semakin banyak biaya

tidak langsung yang dapat ditelusuri pada objek biayanya.

3. Sistem ABC mengakui bahwa aktivitas penyebab timbulnya biaya sehingga manajemen

dapat menganalisis aktivitas dan proses produksi tersebut dengan lebih baik (fokus pada

aktivitas yang memiliki nilai tambah) yang pada akhirnya dapat melakukan efisiensi dan

akhirnya menurunkan biaya.

4. Sistem ABC mengakui kompleksitas dari diversitas proses produksi modern yang banyak

berdasarkan transaksi (terutama perusahaan jasa dan manufaktur yang berteknologi

tinggi) dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers).

5. sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variabel yang terdapat dalam biaya tidak

langsung.

6. Sistem ABC cukup fleksibel untuk menulusuri biaya berdasarkan berbagai objek biaya.

Baik itu proses, pelanggan, area penanggung jawab manajerial, dan biaya produk.

Kelemahan Sistem ABC

Walaupun penerapan sistem ABC memiliki banyak keuntungan tetapi penarapan tersebut

tidak membuat biaya akan mudah dibebankan kepada objek biaya dengan mudah. Hal ini

disebabkan biaya-biaya yang dikelompokan dalam sustaining level ketika dialokasikan sering

kali menggunkan dasar yang bersifat arbiter. Misalnya, biaya keamanan pabrik merupakan

sustaining level, ketika membebankan hal tersebut pada objek biaya berupa produk maka

Page 14: Sistem ABC

mungkin digunakan pendekatan yang arbiter seperti berdasarkan jumlah jam kerja tenaga kerja

dengan alasan semakin lama proses produksi maka jasa keamanan semakin besar.

Page 15: Sistem ABC

DAFTAR PUSTAKA

Dunia, Firdaus A dan Wasilah Abdullah. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi 3 Jakarta: Salemba Empat

Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen: Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis.

Jakarta: Erlangga

Danang Rahmaji. Penerapan Activity-Based Costing System Untuk Menentukan Harga Pokok

Produksi PT.Celebes Mina Pratama. Jurnal EMBA Vol.1 Nomer.3 September 2013

Marismiati. Penerapan Metode Activity-Based Costing System Dalam Menentukan Harga. Jurnal

Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius) Vol.1 No.1 Januari 2011

Yoanes Dicky. Penerapan Activity-Based Costing (ABC) System Dalam Perhitungan

Profitabilitas Produk. Jurnal Akuntansi Vol.3 No.1 Mei 2011