a will & a way-bab3

25
http://jendela-fantasi.blogspot.com/ Tiga JALAN-JALAN nyaris sepi. Sebuah mobil berbe- lok di tikungan jalan dan menghilang dari pandangan. Hujan turun rintik-rintik. Lampu neon menerangi ge- nangan-genangan air. Keadaannya agak muram, bu- kannya meriah. Ada semacam perasaan kelabu dan menyedihkan di bagian kota ini. Gang-gang kecil, klub-klub murahan, mobil-mobil penyok. Si pirang mungil yang berbusana rapi itu berjalan cepat-cepat. Ia gugup, bukan sifatnya, namun tidak tersesat. Close- up pada amplop di tangannya. Amplop itu lembap ka- rena hujan. Jari-jarinya membuka dan menutup benda itu. Decit ban muncul di layar dan ia tersentak. Cahaya biru dari klub itu berkelap-kelip di wajahnya saat ia berdiri di luar. Termangu. Memindah-mindahkan am- plop itu dari satu tangan ke tangan yang lain. Tiga tembakan, lalu gambar freeze. Tiga ketukan terdengar di pintu ruang kerja Michael. Sebelum bisa menjawab, Pandora meleng- gang masuk. “Selamat hari jadi, Sayang.” Michael mendongak di balik mesin tiknya. Ia lebih sering terjaga di malam hari, mengerjakan cerita yang sudah terbentuk di benaknya. Sekarang pukul sembilan pagi, dan ia cuma minum segelas kopi untuk membuatnya segar sepanjang hari. Kopi dan rokok adalah kenangan yang terlalu berharga. Adegan yang

Upload: yuafanatashaa

Post on 08-Jul-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

romance

TRANSCRIPT

Page 1: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

Tiga

JALAN-JALAN nyaris sepi. Sebuah mobil berbe-

lok di tikungan jalan dan menghilang dari pandangan.

Hujan turun rintik-rintik. Lampu neon menerangi ge-

nangan-genangan air. Keadaannya agak muram, bu-

kannya meriah. Ada semacam perasaan kelabu dan

menyedihkan di bagian kota ini. Gang-gang kecil,

klub-klub murahan, mobil-mobil penyok. Si pirang

mungil yang berbusana rapi itu berjalan cepat-cepat.

Ia gugup, bukan sifatnya, namun tidak tersesat. Close-

up pada amplop di tangannya. Amplop itu lembap ka-

rena hujan. Jari-jarinya membuka dan menutup benda

itu. Decit ban muncul di layar dan ia tersentak. Cahaya

biru dari klub itu berkelap-kelip di wajahnya saat ia

berdiri di luar. Termangu. Memindah-mindahkan am-

plop itu dari satu tangan ke tangan yang lain. Tiga

tembakan, lalu gambar freeze.

Tiga ketukan terdengar di pintu ruang kerja

Michael. Sebelum bisa menjawab, Pandora meleng-

gang masuk. “Selamat hari jadi, Sayang.”

Michael mendongak di balik mesin tiknya. Ia

lebih sering terjaga di malam hari, mengerjakan cerita

yang sudah terbentuk di benaknya. Sekarang pukul

sembilan pagi, dan ia cuma minum segelas kopi untuk

membuatnya segar sepanjang hari. Kopi dan rokok

adalah kenangan yang terlalu berharga. Adegan yang

Page 2: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

sempat tercetus di benaknya menghilang.

“Kau sedang bicara apa sih?” Michael mengulur-

kan tangannya ke dalam semangkuk kacang dan men-

dapati dirinya sudah memakan semuanya kecuali dua

butir yang tersisa.

“Dua minggu penuh tanpa ada tulang yang pa-

tah.” Pandora mencondongkan tubuh, menjulurkan li-

dahnya melihat kelainan itu, lalu memilih lengan se-

buah kursi. Kenyataannya, itulah satu-satunya tempat

kosong yang tersedia. Dikibaskannya debu di pojok

meja di sampingnya, dan meninggalkan segaris core-

ngan. “Dan mereka bilang kita takkan bisa bertahan.”

Pandora kelihatan segar dengan rambut merah

liarnya yang disisir ke belakang, tampak nyaman

dalam baju hangat dan celana panjang yang terlalu be-

sar baginya. Michael merasa seolah-olah dirinya baru

saja keluar dari gua. Kaus lengan panjang yang dikena

kannya sudah robek di bagian kelim bahunya dua

tahun yang lalu, tapi ia tetap menyukainya. Beberapa

minggu sebelumnya, ia menolong seorang teman me

ngecat apartemen. Noda cat di celana jinsnya menun-

jukkan kesukaan sang teman akan warna merah jam

bu. Matanya terasa seakan-akan ia sudah tidur terte

lungkup di pasir.

Pandora tersenyum padanya bagaikan seorang

guru taman kanak-kanak yang ceria dan antusias.

Aroma tubuhnya segar, bersih, nyaris mirip kayu-

kayuan. “Kita punya peraturan tentang menghormati

Page 3: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

ruang kerja orang lain,” Michael mengingatkan.

“Oh, jangan cepat ngambek.” Pandora mengata-

kannya dengan senyum meyakinkan yang sama. “Lagi-

pula, kau tidak pernah memberiku jadwal. Dan yang

kuperhatikan selama beberapa minggu terakhir ini,

ini terlalu awal bagimu.”

“Aku baru mulai menjalani treatment untuk epi-

sode baru.”

“Sungguh?” Pandora berjalan mendekat dan ber

sandar pada bahu Michael. “Hmm,” katanya, meskipun

ia bertanya-tanya siapa yang telah menembak siapa.

“Well, kurasa itu takkan butuh waktu lama.”

“Kenapa kau tidak bermain dengan manik-ma-

nikmu saja?”

“Sekarang kau bersikap kasar di saat aku datang

ke sini untuk mengundangmu pergi bersamaku ke

kota.” Usai melepas gulungan lengan baju hangatnya,

Pandora duduk di bagian ujung meja. Ia tidak tahu

pasti mengapa ia bersikeras untuk bersikap ramah.

Mungkin karena kalung zamrud itu hampir selesai

dan bahkan sudah melampaui standarnya sendiri.

Mungkin karena dalam dua minggu terakhir ini ia

menemukan semacam kesenangan dengan hadirnya

Michael. Kesenangan yang ringan saja, Pandora mengi

ngatkan dirinya. Tidak ada yang perlu digembar-

gemborkan.

Curiga, Michael memicingkan mata. “Untuk

apa?”

Page 4: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

“Aku akan membeli beberapa bahan yang dibu-

tuhkan Sweeney.” Ia menganggap cangkang kura-kura

yang menjadi kap lampu Michael membingungkan,

dan menelusurinya dengan jemarinya. “Kupikir kau

ingin keluar sebentar.”

Michael sebenarnya ingin. Sudah dua minggu

sejak ia terakhir melihat sesuatu kecuali rumah itu

dan halamannya. Ia balik memandangi kertas di mesin

tiknya. “Kira-kira makan waktu berapa lama?”

“Oh, dua-tiga jam kurasa.” Pandora menggerak-

kan bahunya. “Pulang-baliknya saja butuh waktu satu

jam.”

Michael tergoda. Waktu luang dan perubahan

pemandangan. Tapi kertas setengah kosong itu masih

ada di mesin tiknya. “Tidak bisa. Aku harus menyele-

saikan ini.”

“Baiklah.” Pandora bangkit dari meja, sedikit ter

kejut karena kekecewaan yang dirasakannya. Konyol,

pikirnya. Ia senang mengemudi sendirian sambil me-

nyetel radio keras-keras. “Jangan biarkan jari-jarimu

keseleo.”

Michael mulai mèrutukkan sesuatu di belakang

Pandora, lalu karena mangkuk kacangnya sudah ko-

song, ia memikirkan yang lebih baik dari itu “Pandora,

bagaimana kalau kau membawakanku beberapa pon

pistachio?”

Berhenti di depan pintu, Pandora mengangkat

Sebelah alisnya. “Pistachio?”

Page 5: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

“Yang sungguhan. Tidak pakai celupan merah.”

Dimainkannya bulu-bulu di dagunya dan berharap

akan sekotak rokok. Sebatang rokok. Satu isapan pan-

jang yang dalam.

Pandora melirik ke mangkuk kosong itu dan

nyaris tersenyum. Dilihat dari cara Michael menggigit-

gigit, pria itu bisa kehilangan penampilan kurusnya

secara cepat. “Kurasa bisa.”

“Dan satu eksemplar New York Times.”

Alis gadis itu bertaut naik. “Apa kau mau mem-

buatkan daftarnya untukku?”

“Jadilah anak manis. Lain kali bila Sweeney bu-

tuh bahan, aku akan ikut.”

Pandora memikirkannya selama sesaat. “Baik-

lah kalau begitu, kacang dan berita.”

“Dan beberapa batang pensil,” seru Michael.

Pandora membanting pintu dengan cerdiknya.

Nyaris dua jam berlalu sebelum Michael memu-

tuskan bahwa ia berhak mendapatkan segelas kopi

lagi. Alur ceritanya berjalan sesuai dengan yang diren-

canakannya, penuh lika-liku. Para penggemar Logan

Run mengharapkan greget yang sekali-sekali diberi

percikan warna dan keajaiban. Naskah seperti itulah

yang bisa sukses di pasaran.

Mengesampingkan soal mediumnya, Michael

menikmati pekerjaannya menulis untuk layar kaca. Ia

senang mengetahui bahwa ceritanya bisa menjangkau

berjuta-juta orang setiap minggu, dan selama satu jam

Page 6: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

mereka bisa melibatkan diri dengan tokoh yang telah

ia ciptakan.

Kenyataannya, Michael menyukai Logan—ke-

pahlawanan yang segan namun mantap, humor dan

segala kekurangannya. Ia membuat Logan manusiawi

dan dapat berbuat kekeliruan, juga malas-malasan

karena di dalam bayangan Michael, pahlawan-pahla-

wan terbaik selalu seperti itu.

Rating dan surat penggemar membuktikan bah-

wa ia telah mencapai sasaran. Naskah Logan-nya su-

dah membuatnya mendapatkan sambutan hangat dan

beberapa penghargaan, seperti halnya naskah satu

babak yang ditulisnya telah membuatnya mendapat-

kan hal yang sama. Tapi naskah itu mendapatkan

beberapa ratus komentar baik, sebagian besar dari

para pemirsa di New York. Logan’s Run menjangkau

sebuah keluarga dengan empat anggota di Des

Moines, para pekerja pabrik baja di Chicago, serta

kerumunan mahasiswa di Boston. Setiap minggu.

Ia tidak memandang televisi sebagai tempat

pembuangan yang amat luas, tapi sebagai kotak ajaib.

Michael menganggap semua orang berhak menikmati

sejumput keajaiban.

Michael mematikan mesin tik supaya dengung-

annya hilang. Sesaat ia duduk dalam kesunyian. Ia

tahu ia bisa bekerja di Folley. Ia sudah pernah melaku

kannya, tapi tak pernah dalam jangka waktu yang

lama. Yang tidak diketahuinya adalah ia bisa bekerja

Page 7: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

dengan begitu baiknya, begitu cepat ataupun begitu

memuaskan. Sebenarnya, ia tak pernah menduga bisa

bergaul baik dengan Pandora. Memang hal itu tidak

seperti piknik, renung Michael seraya memain-main-

kan pensil yang sudah tumpul di antara jemarinya.

Mereka bertengkar, tentunya, tapi setidaknya

mereka tidak saling mencabik. Atau setidaknya cabik-

annya tidak terlalu besar. Setelah dipikir-pikir, ternya

ta ia menikmati malam sewaktu mereka bermain kar-

tu, tanpa ada alasan lain kecuali tantangan untuk men

coba menangkap basah kecurangan Pandora. Sejauh

ini ia belum berhasil melakukannya.

Yang juga nyata adalah ketertarikan aneh yang

dirasakannya terhadap wanita itu. Itu tidak ada di

naskah. Sejauh ini ia masih mampu mengabaikan, me-

ngendalikan, maupun menyembunyikannya. Tapi ada

saatnya... Ada saatnya, batin Michael sambil bangkit

dan meregangkan tubuh, ia ingin membungkam mulut

bawel Pandora dengan cara yang lebih memuaskan.

Cuma untuk melihat seperti apa akibatnya, tuturnya

pada diri sendiri. Rasa ingin tahu terhadap orang lain

adalah bagian dari sifatnya. Ia berminat sekali melihat

bagaimana reaksi gadis itu jika ia menariknya ke

dalam dekapannya dan menciumnya sampai lemas.

Ia membiarkan tawa kecilnya meledak saat ber-

ingsut ke arah jendela. Lemas? Pandora? Wanita seper

ti Pandora tak pernah melunak. Michael mungkin bisa

memuaskan rasa ingin tahunya, tapi ia akan menda-

Page 8: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

patkan tinju di perut sebagai balasannya. Bahkan hal

itu mungkin cukup sepadan nilainya....

Pandora bukannya diam saja. Ia yakin itu sejak

hari pertama mereka berjalan bersama dari bengkel

kerjanya. Michael melihatnya di wajahnya, mende-

ngarnya, betapapun singkatnya nada suaranya. Mere-

ka berdua telah saling mengamati selama dua minggu.

Atau dua puluh tahun, Michael berspekulasi.

Dengan wanita lain, ia tak pernah merasakan

perasaan persis dengan yang dirasakannya terhadap

Pandora McVie. Rikuh, tertantang, marah. Kenyataan-

nya ia hampir selalu mudah menghadapi wanita. Ia

menyukai mereka—feminitas mereka, kekuatan dan

kelemahan mereka yang ganjil, gaya mereka. Mungkin

itulah alasan bagi kesuksesannya dalam berhubungan,

meskipun ia secara hati-hati membuatnya menjadi

jangka pendek.

Jika ia memacari seorang wanita, itu karena ia

tertarik padanya, bukan pada hasil akhirnya. Betul, ia

tertarik pada Pandora, tapi ia tak pernah mempertim-

bangkan untuk memacarinya. Mengejutkan baginya

bahwa ia mendapati dirinya sekali atau dua kali mem-

pertimbangkan untuk merayunya.

Merayu, tentunya, adalah masalah yang sangat

berbeda dari memacari. Tapi setelah dipikir-pikir lagi,

ia tidak tahu apakah mencoba sedikit merayu Pandora

akan sepadan nilainya dengan risiko yang mesti ia

tempuh.

Page 9: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

Jika ia menawarkan makan malam dengan caha-

ya lilin atau berjalan-jalan di bawah sinar rembulan—

ataupun malam gila penuh gairah—Pandora akan

membalasnya dengan ucapan-ucapan sarkastis. Yang

akan, tanpa mampu dihindari, memicu beberapa ban-

tahan pedas darinya sendiri. Komedi putar itu akan

dimulai lagi.

Dalam keadaan apa pun, yang diinginkan Mi-

chael terhadap Pandora bukanlah percintaan. Ia cuma

ingin memuaskan rasa ingin tahunya. Dalam beberapa

keadaan, yang terbaik adalah mengingat-ingat apa

yang terjadi pada si kucing pemberani itu. Tapi saat

memikirkan Pandora, tatapannya diarahkan ke

bengkel kerjanya.

Mereka berdua tidak sungguh-sungguh berbeda

renung Michael. Pandora bisa bersikeras dari mulai

matahari terbit sampai terbenam bahwa mereka sama

sekali tak punya kesamaan, tapi Jolley lebih mampu

menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Mereka

berdua cepat naik darah, berpendirian keras, dan

sangat bernafsu dalam melindungi profesi masing-

masing. Ia mengurung diri bersama mesin tiknya

selama berjam-jam. Pandora mengurung diri bersama

peralatan dan obornya. Hasil akhir pekerjaan mereka

masing-masing adalah hiburan. Dan lagi pula, itu

adalah...

Lamunannya terhenti ketika melihat pintu bang

sal itu terbuka. Aneh, ia tidak berpikir Pandora sudah

Page 10: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

kembali. Kamar Michael terletak di bagian yang berla-

wanan dengan rumah bila dilihat dari garasi, jadi ia

pasti akan mendengar suara mobil Pandora, tapi ia

berpikir Pandora akan memberikan pesanannya dulu.

Michael mulai mengangkat bahu dan berbalik

ketika melihat sesosok bayangan muncul dari dalam

bangsal. Sosok itu terbalut jaket dan topi, tapi Ia

langsung tahu bahwa orang itu bukan Pandora.

Pandora bergerak secara santai tanpa takut diawasi.

Orang ini berjalan dengan kecepatan tinggi disertai

kewaspadaan. Waspada, pikir Michael lagi, itu tampak

jelas dari cara kepala orang itu menengok ke sana ke-

mari sebelum pintunya tertutup lagi. Tanpa berhenti

untuk berpikir, Michael langsung melesat keluar dari

ruangan itu dan menuruni tangga.

Ia nyaris menabrak Charles di bawah. “Pandora

sudah kembali?” selidiknya.

“Belum, Sir.” Lega karena tidak diseruduk, Char-

les meletakkan tangannya di pegangan tangga. “Kata-

nya dia mungkin akan lama di kota dan berbelanja.

Kita tak perlu khawatir jika—”

Tapi Michael sudah berada di tengah-tengah

koridor.

Seraya menghela napas meratapi kegesitan

yang tak dimilikinya lagi selama tiga puluh tahun bela

kangan ini, Charles melangkah pelan-pelan menuju

ruang tamu untuk menyalakan perapian.

***

Page 11: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

Angin menerpa Michael begitu ia melangkahkan

kaki di luar, mengingatkannya bahwa ia tidak sempat

mengambil jaketnya. Kala mulai bergegas menuju

bangsal, wajahnya menjadi dingin dan otot-ototnya

menjadi hangat. Tak ada seorang pun di sana. Tak me-

ngejutkan, renungnya sambil sedikit menurunkan ke-

cepatan langkahnya. Jarak ke hutan dekat sekali dari

situ, dan ada setengah lusin jalur untuk melintasinya.

Seorang anak iseng yang berkeliaran? Michael

menduga-duga. Pandora beruntung jika saja anak

iseng itu tidak mengantongi separuh dari batu-batu

berharganya. Itu layak sekali baginya.

Tapi Michael berubah pikiran begitu berdiri di

depan pintu bengkel kerja wanita itu.

Kotak-kotak dijungkir-balikkan sehingga perma

ta-permata, bebatuan, serta manik-manik berserakan

dimana-mana. Bergulung-gulung tali dan benang ikat

telah diurai, dikusutkan, juga diikatkan dari satu din-

ding ke dinding lain. Ia harus mendorong beberapa di

antaranya untuk membuka jalan masuk. Apa yang

biasanya nyaris murni dalam susunan, kini menjadi

kekacauan yang teramat sangat. Kawat-kawat emas

dan perak sudah ditekuk dan dipatahkan, peralatan-

peralatan dicampakkan begitu saja di lantai.

Michael berlutut dan memungut sebutir zam-

rud. Benda itu berkilau-kilau kehijauan di telapak ta-

ngannya. Kalau bukan pencuri yang masuk ke sini,

putusnya, pasti orang itu orang yang ceroboh dan ber-

Page 12: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

pikiran pendek.

“Ya Tuhan!” Pandora menjatuhkan tasnya sam-

pai mengeluarkan bunyi gedebuk, lalu melotot.

Sewaktu Michael berbalik, ia melihat Pandora

berdiri di depan pintu, sepucat es dan kaku. Michael

menyumpah-nyumpah, berharap ia punya waktu se-

bentar saja untuk menyiapkan diri menghadapi Pando

ra. “Tenang dulu,” ucapnya sambil meraih lengan

gadis itu.

Pandora menepisnya dengan paksa dan menero

bos ke dalam bangsal itu. Manik-manik bergulir dan

berlompatan di kakinya. Selama sesaat, hanya ada

rasa terkejut dan tak percaya. Lalu muncullah tembok

putih amarah. “Bagaimana kau bisa?” Sewaktu berpa-

ling kembali ke arah Michael, ia tidak lagi pucat. Wa-

jahnya memerah marah, matanya menyala-nyala per

sis seperti zamrud yang masih digenggam Michael.

Karena Michael tak waspada, Pandora nyaris

menyarangkan tinju pertamanya. Udara berdesing

dekat wajahnya saat tinju itu luput. Michael menang-

kap lengan Pandora sebelum gadis itu mencoba lagi.

“Tunggu sebentar,” ucapnya, tapi Pandora sudah me-

lemparkan dirinya sendiri dengan kasar ke arah

Michael dan membuat mereka berdua membentur

tembok. Apa saja yang masih tertinggal di rak tergun-

cang atau berjatuhan. Butuh beberapa waktu, dan be-

berapa memar di kedua kubu, sebelum Michael

berhasil memelintir lengan Pandora ke belakang dan

Page 13: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

membuatnya diam.

“Hentikan.” Michael terus menekan Pandora

sampai wanita itu memelototinya, matanya kering

penuh kemarahan. “Kau berhak marah, tapi kau tidak

akan mendapatkan apa pun dengan memukuliku.”

“Aku tahu kau sanggup melakukan tindakan

murahan,” cerca Pandora sambil mengertakkan gigi.

“Tapi aku tidak percaya kau sanggup melakukan tinda

kan sekotor ini.”

“Percayalah pada apa pun yang ingin kau perca-

ya,” ucap Michael, tapi ia merasakan tubuh Pandora ge

metar saat berupaya mengendalikan diri. “Pandora,”

dan suaranya melunak. “Aku tidak melakukan ini.

Lihat aku,” tuntutnya sedikit gemetar. “Kenapa aku

mesti melakukan ini?”

Karena ingin menangis, suara dan mata Pandora

tampak berat. “Coba kauceritakan.”

Kesabaran bukanlah satu dari kelebihan-kelebih

annya, tapi Michael mencoba lagi. “Pandora, dengar-

kan aku. Cobalah berpikir jernih sebentar dan dengar-

kan. Aku sampai di sini beberapa menit sebelum kau.

Melalui jendelaku, aku melihat seseorang keluar dari

bangsal, lalu aku pun turun. Saat sampai di sini, inilah

yang kutemukan.”

Pandora baru saja akan mempermalukan diri-

nya sendiri. Ia merasakan pelupuk matanya berkaca-

kaca dan membenci hal itu. Lebih baik membenci

Michael. “Lepaskan aku.”

Page 14: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

Mungkin Michael bisa menangani kemarahan

Pandora lebih baik daripada menangani keputusasa-

annya. Dengan hati-hati, Michael melepaskan lengan

Pandora dan melangkah mundur. “Belum Iebih dari

sepuluh menit sejak aku melihat seseorang keluar

dari sini. Kurasa dia mengambil jalan memotong lewat

hutan.”

Pandora mencoba berpikir, mencoba mengha-

pus kemarahan di benaknya. “Kau boleh pergi,” ucap-

nya tenang. “Aku harus beres-beres dan melakukan

pendataan.”

Sesuatu yang panas tercekat di tenggorokan

Michael akibat pengusiran itu. Mengingat reaksinya

sendiri sewaktu membuka pintu bangsal itu, ia mene-

lannya begitu saja. “Aku akan memanggil polisi kalau

kau mau, tapi aku tidak tahu apakah ada benda yang

dicuri.” Ia membuka genggamannya dan menunjuk-

kan zamrud itu. “Aku tak bisa membayangkan ada

pencuri yang meninggalkan batu seperti ini begitu

saja.”

Pandora merampas zamrud itu dari tangan sepu

punya. Sewaktu menggenggamnya, ia merasakan jema

rinya tertusuk simpai yang dipasangnya sehari sebe-

lumnya. Zamrud itu sepertinya keluar dari kawat yang

dililitkan di sekelilingnya.

Jantungnya berdebar kencang saat berjalan ke

arah meja kerjanya. Ada sisa-sisa kalung yang sudah

dikerjakannya selama dua minggu. Tingkat-tingkat

Page 15: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

halus nan indah itu sudah tercerai-berai, zamrud yang

Sebelumnya bergantungan dengan anggun, kini berse-

rakan. Catutnya sendiri telah digunakan untuk meng-

hancurkannya. Dikumpulkannya bagian-bagiannya

dengan tangan seraya melawan dorongan untuk

berteriak.

“Dulunya ini kan?” Michael memungut selembar

sketsa dari lantai. Di kertas, kalung itu tampak menak-

jubkan—sekaligus penuh daya khayal dan berani.

Michael menganggap yang digambar Pandora itu ber-

hak disebut sebagai seni. Ia membayangkan bagaima-

na rasanya jika seseorang menggunting salah satu nas

kahnya. “Kau sudah hampir selesai.”

Pandora meletakkan bagian-bagian itu di meja.

“Tinggalkan aku sendiri.” Ia merundukkan badan dan

mulai mengumpulkan bebatuan dan manik-manik.

“Pandora.” Ketika gadis itu mengabaikannya,

Michael mencengkeram bahunya dan mengguncang-

nya. “Sialan, Pandora, aku ingin membantu.”

Pandora memandanginya dengan tatapan di-

ngin yang panjang. “Sudah cukup yang kaulakukan,

Michael. Sekarang tinggalkan aku sendiri.”

“Baiklah.” Michael melepaskannya dan melesat

pergi. Kemarahan dan frustrasi membawanya melin-

tasi halaman. Di tengah-tengah ia berhenti, menyum-

pah-nyumpah dan mengharapkan sebatang rokok.

Pandora tak punya hak untuk menuduhnya. Lebih

buruk lagi, Pandora tak punya hak untuk membuat

Page 16: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

Michael merasa bertanggung jawab. Rasa bersalah

yang dirasakannya nyaris sekuat yang akan dirasakan

nya seandainya ia benar-benar merusak bengkel kerja

wanita itu. Dengan tangan di saku, Michael berdiri

sambil kembali menatap bangsal dan mengutuk

wanita itu.

Pandora sungguh-sungguh menganggap ia sang-

gup melakukan itu padanya. Bahwa ia mampu melaku

kan tidakan perusakan yang tak berarti dan jahat.

Michael sudah mencoba berbicara padanya, mene-

nangkannya. Setiap tawaran untuk membantu telah

dicampakkan kembali padanya. Persis seperti Pando-

ra, batinnya sambil menggemeretukkan gigi. Pandora

pantas ditinggalkan sendirian.

Ia nyaris mulai melangkah kembali menuju

rumah saat mengingat betapa terkejut dan sakitnya

Pandora di depan pintu bangsal itu. Sambil menyebut

dirinya sendiri bodoh, Michael berbalik lagi.

Saat membuka pintu bangsal itu lagi, kekacauan

nya masih sama seperti terakhir kali Michael melihat-

nya. Ada Pandora yang duduk di tengah-tengah ruang-

an, di lantai dekat bangku kerjanya. Ia sedang mena-

ngis diam-diam.

Michael merasakan kepanikan lelaki yang murni

saat dihadapkan dengan air mata feminin, dan terke-

jut karena air mata itu datang dari Pandora yang tak

pernah mencucurkannya. Ia merasa simpati pada

seseorang yang sepertinya selalu bisa mendaratkan

Page 17: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

pukulan tepat pada sasaran. Tanpa mengucapkan se-

patah kata pun, Michael menghampirinya dan merang

kul tubuh Pandora.

Tubuh Pandora menegang, tapi Michael sudah

memperkirakannya. “Aku sudah menyuruhmu pergi.”

“Yah. Kenapa aku mesti mendengarkanmu?”

Michael membelai rambutnya.

Pandora ingin beringsut ke atas pangkuan lelaki

itu dan menangis selama berjam-jam. “Aku tidak me-

nginginkanmu di sini.”

“Aku tahu. Anggap saja aku orang lain.” Ia men-

dekapnya.

“Aku menangis cuma karena marah.” Sambil me

dengus, diarahkannya wajahnya ke kemeja Michael.

“Tentu.” Michael mengecup bagian atas kepala-

nya. “Silakan marah. Aku sudah terbiasa.”

Pandora mengatakan pada dirinya sendiri bah-

wa itu karena ia dilemahkan oleh rasa terkejut dan

sedih, tapi ia bisa rileks dalam pelukan Michael. Air

matanya tumpah ruah. Ketika menangis, ia menangis

dengan sepenuh hati. Ketika tangisnya selesai, ia

sudah pulih.

Setelah air matanya mengering, ia duduk nya-

man dalam dekapan Michael. Aman. Ia takkan mem-

pertanyakannya sekarang. Bersamaan dengan marah,

datang rasa malu yang tidak biasa ia hadapi. Ia sudah

bersikap jahat pada Michael. Tapi pria itu kembali lagi

dan mendekapnya. Siapa yang bisa mengira bahwa

Page 18: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

pria itu bisa bersikap sabar, atau penyayang? Atau

cukup kuat untuk membuatnya menerima keduanya.

Pandora menghela napas panjang dan membiarkan

matanya terpejam sejenak. Michael berbau sabun, ti-

ada yang lain.

“Maafkan aku, Michael.”

Pandora sungguh lembut. Bukankah ia baru saja

membatin bahwa wanita itu takkan bersikap begitu?

Dibiarkannya pipinya menyapu rambut Pan-

dora.

“Tidak, aku bersungguh-sungguh.” Saat mema-

lingkan kepalanya, bibir Pandora menyentuh pipi

Michael. Hal itu mengejutkan mereka berdua. Kontak

semacam itu hanyalah untuk teman—atau kekasih.

“Aku tidak bisa berpikir sewaktu sampai di sini.

Aku—” Bicaranya terhenti sejenak, takjub oleh mata

Michael. Tidakkah aneh memikirkan betapa kecilnya

dunia ketika kau menatap mata seseorang dalam-

dalam? Mengapa ia tidak pernah memperhatikan hal

itu sebelumnya? “Aku perlu membereskan ini semua.”

“Yeah.” Michael menelusuri pipi Pandora

dengan ujung jemarinya. Wanita itu sungguh lembut.

Lebih lembut dari yang ia pikirkan sebelumnya. “Kita

berdua perlu membereskannya.”

Begitu mudah menempatkan dirinya dalam de-

kapan Michael. “Aku tak bisa berpikir.”

“Tidak?” Bibir Pandora cuma berjarak satu inci

dari bibir Michael—terlalu dekat untuk diabaikan, ter-

Page 19: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

lalu jauh untuk dirasakan. “Mari kita tak berpikir dulu

selama semenit.”

Saat Michael menyentuhkan mulutnya ke mulut

Pandora, Pandora tidak berpaling, namun menerima,

bereksperimen dengan rasa ingin tahu yang sama

yang menggerakkannya. Itu bukan semacam ledakan

atau kejutan, tapi tes untuk mereka berdua. Tes yang

mereka berdua tahu akan datang cepat atau lambat.

Pandora terasa hangat, dan sikap manisnya

menggigitnya. Michael mengenalnya selama begitu

lama, tidakkah seharusnya ia mengetahui hal itu?

Tubuh wanita itu terasa siap bergerak, beraksi, ber-

lomba. Lembut, ya, Pandora memang lembut, tapi

tidak liat. Mungkin Michael menganggap keliatan

terlalu mudah. Saat menyelipkan lidahnya ke mulut

Pandora, lidah Pandora menemuinya dengan menggo-

da, ingin bermain-main. Perutnya bergejolak. Pandora

membuatnya menginginkan lebih, apalagi dengan

wewangiannya yang alami, tubuhnya yang tegang.

Michael menyisipkan jemarinya ke rambut Pandora,

menguatkan cengkeramannya.

Michael masih semisterius dan seberani yang se

lalu dipikirkan Pandora. Tangannya kokoh, mulutnya

murah hati. Terkadang Pandora bertanya-tanya bagai-

mana menemui lelaki itu dalam keadaan ini. Tapi ia

selalu menutup pikirannya sebelum satu dari jawaban

itu bisa keluar. Michael Donahue berbahaya cuma ka-

rena ia Michael Donahue. Seiring berjalannya waktu,

Page 20: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

Michael menarik hati dan menjauhkan diri dari

Pandora sejak mereka masih kanak-kanak. Lebih dari

kemampuan pria lain selama lebih dari seminggu.

Kini, saat mulutnya menjelajahi mulut Michael,

ia mulai mengerti alasannya. Bagi Pandora, Michael

memang berbeda. Ia tidak merasa aman dalam peluk-

annya, juga sama sekali tanpa kendali, secara bersama

an. Pandora selalu memastikan ia memiliki keduanya

kalau sudah menyangkut urusan pria. Jejak di pipi

Michael yang belum dicukur tak membuatnya tergang

gu seperti yang ia perkirakan. Itu malah membuatnya

bergairah. Ketidaknyamanan lantai yang keras seperti

nya sepadan, begitu juga semburan udara dingin mela

lui pintu yang masih terbuka.

Ia merasa damai dan sungguh-sunguh berada di

rumah. Lalu gigitan singkat gigi Michael di bibirnya

membuatnya merasa seakan-akan baru saja mendarat

di sebuah daerah tak terjamah. Daerah baru adalah

tempat ia dibesarkan selama ini, namun dalam penga-

lamannya, ia tak pernah menjelajahi sesuatu yang be-

gitu unik, begitu eksotis ataupun begitu nyaman.

Ia ingin terus, tapi ia tahu ia harus berhenti.

Mereka menjauhkan diri secara berbarengan.

“Well.” Pandora berupaya menyeimbangkan diri

seraya melipat tangannya di pangkuan. Bersikaplah

santai, perintahnya pada diri sendiri sementara jan-

tungnya berdebar teramat kencang. Bersikaplah cero-

boh. Ia tak ingin mengatakan sesuatu yang bisa mem-

Page 21: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

buat Michael menertawakannya. “Itu sudah lama kita

nanti, kurasa.”

Michael merasa seolah-olah baru saja tergelin-

cir turun dari roller coaster tanpa menaiki keretanya.

“Kurasa begitu.” Ia mengamati Pandora selama sesaat,

ingin tahu dan agak terkesima. Saat melihat jemari

Pandora ditautkan, ia merasakan sebersit kepuasan.

“Aku tidak mengharapkan itu.”

“Banyak hal terjadi tanpa kita harapkan.” Terla-

lu banyak kejutan dalam sehari, putus Pandora, dan

bangkit dengan terhuyung. Ia membuat kesalahan

dengan melihat sekeliling dan nyaris terbenam ke

lantai lagi.

“Pandora—”

“Tidak, jangan khawatir.” Ia menggelengkan ke-

pala sewaktu Michael bangkit. “Aku tidak akan pecah

berkeping-keping lagi.” Memusatkan diri untuk berna-

pas teratur, dipandanginya bengkel kerjanya. “Kelihat

annya kau benar soal kunci itu. Kurasa aku mesti

bersyukur karena kau belum mengatakan ‘sudah

kubilang’.”

“Mungkin aku akan mengatakan itu, kalau itu

diterapkan.” Michael memungut zamrud-zamrud yang

berserakan di meja Pandora. “Aku bukan ahlinya, Se-

pupu, tapi aku berani mengatakan bahwa batu-batu

ini bernilai beberapa ribu dolar.”

“Jadi?” Pandora merengut sewaktu alur pikiran-

nya mulai menyesuaikan diri dengan alur pikiran

Page 22: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

Michael. “Takkan ada pencuri yang mau meninggalkan

batu berharga semacam ini begitu saja.” Sambil me-

nunduk, dipungutnya seraup bebatuan. Terdapat dua

butir berlian mutu terbaik di sana. “Atau ini.”

Sesuai kebiasaan, Michael mulai menyatukan

langkah-langkahnya dalam semacam skenario mental.

Aksi dan reaksi, motif dan hasil. “Aku berani bertaruh,

kalau kau sudah selesai melakukan pendataan, kau

tidak kehilangan apa pun. Siapa pun yang melakukan

ini tidak ingin mengambil risiko menerobos masuk

secara paksa dan melakukan vandalisme.”

Sambil mengembuskan napas, Pandora duduk

di atas mejanya. “Kau berpikir bahwa orang itu salah

seorang anggota keluarga kita.”

“Mereka berpendapat bahwa kita takkan berta-

han lama,” kutipnya seraya membenamkan kedua

tangannya di saku. “Kau mungkin menyimpan sesuatu

di sana, Pandora. Sesuatu yang tidak kita berdua

pertimbangkan sewaktu menetapkan aturan-aturan

dasarnya. Tak ada seorang pun dari mereka yang

percaya bahwa kita mampu melewati enam bulan

bersama-sama. Kenyataannya kita mampu melewati

dua minggu pertama ini tanpa halangan. Ini bisa mem

buat salah seorang dari mereka cukup gugup sampai

ingin memperkeruh suasana. Apa reaksi pertamamu

ketika melihat semua ini?”

Pandora menyusupkan jemarinya ke rambut.

“Bahwa kau melakukannya untuk membuatku jeng-

Page 23: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

kel. Persis seperti yang diharapkan sanak keluarga

kita. Sialan, aku benci kalau sikapku bisa ditebak.”

“Kau bisa mengakali mereka kalau pikiranmu

sudah jernih.”

Ia memandang sekilas pada Michael, ragu apa-

kah ia mesti berterima kasih padanya atau meminta

maaf lagi. Lebih baik tidak melakukan keduanya.

“Biff,” cetus Pandora senang. “Tipuan rendahan ma-

cam ini pas sekali untuknya.”

“Aku cuma akan memilih Biff kalau kau menda-

pati beberapa barang menghilang.” Michael menggo-

yang-goyangkan kakinya. “Dia tidak pernah mampu

menolak godaan memungut beberapa butir batu

berkilau yang bisa dicairkan menjadi uang tunai yang

berharga.”

“Itu betul.” Paman Carlson—bukan, tampaknya

itu terlalu kasar untuk gayanya. Ginger pasti akan

terlalu takjub terhadap kilauannya, hingga tak bisa

melakukan apa pun kecuali menimang-nimangnya.

Menarik sebelah tangannya dari rambut, Pandora

mencoba membayangkan salah seorang kerabatnya

yang lemah lembut dan beradab tengah memegang

dan menggunakan sepasang catut. “Yah, kurasa tidak

terlalu penting siapa di antara mereka yang melaku-

kannya. Mereka membuatku terlambat dua minggu

menerima komisi.” Sekali lagi dipungutnya potongan-

potongan emas tipis. “Ini takkan jadi sama seperti

dulu lagi,” gumamnya. “Tidak sama lagi kalau sudah

Page 24: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

kususun kembali.”

“Terkadang itu lebih baik.”

Sambil menggeleng, Pandora melangkah mende

kati penghangat ruangan. Kalau Michael memberinya

simpati lebih banyak lagi sekarang, ia takkan mampu

mempercayai dirinya sendiri. “Dengan cara ini atau

cara lainnya, aku harus memulainya. Katakan pada

Sweeney bahwa aku tidak akan sempat kembali untuk

makan siang.”

“Aku akan membantumu membereskan ini.”

“Tidak.” Ia berbalik, melihat Michael sedang

cemberut. “Tidak, sungguh, Michael, aku menghargai-

nya. Aku perlu bersibuk diri. Dan sendirian.”

Michael tidak menyukainya, tapi bisa memaha-

mi. “Baiklah. Sampai jumpa saat makan malam.”

“Michael...” Lelaki itu berhenti di dekat pintu la-

lu berbalik. Di tengah kebingungannya Pandora masih

tampak kuat dan berani. Michael nyaris menutup

pintu dan kembali padanya. “Mungkin Paman Jolley

benar.”

“Tentang apa?”

“Kau mungkin punya satu atau dua kualitas isti-

mewa.”

Michael tersenyum padanya, sekilas namun me-

mesona. “Paman Jolley selalu benar, Sepupu. Itulah

kenapa dia masih berjaya.”

Pandora menunggu sampai pintu itu tertutup

kembali. Paman Jolley memang berjaya, renungnya.

Page 25: A Will & A Way-Bab3

http://jendela-fantasi.blogspot.com/

“Tapi kau tidak akan bermain makcomblang terhadap

kehidupanku,” gumamnya. “Aku akan tetap bebas, la-

jang, dan tidak terikat. Camkan itu.”

Pandora tidak percaya takhayul, tapi ia nyaris

berpikir bahwa tadi ia mendengar tawa riuh paman-

nya.

Digulungnya lengan bajunya dan mulai bekerja.