the samsung way

23
THE SAMSUNG WAY STRATEGI MANAJEMEN TRANSFORMASIONAL DARI PERUSAHAAN PEMIMPIN DUNIA DALAM INOVASI DAN DESAIN Jaeyong Song dan Kyungmook Lee Daftar Isi Pengantar Ucapan Terima Kasih BAGIAN PERTAMA DUA PULUH TAHUN MENUJU PUNCAK Bab 1 Mengapa Manajemen Cara Samsung? Bab 2 Bagaimana Samsung menjadi Perusahaan Kelas Dunia? BAGIAN KEDUA EVOLUSI MANAJEMEN CARA SAMSUNG Bab 3 Kepemimpinan dan Governance sebagai Inti dari Manajemen Cara Samsung Bab 4 Evolusi Sistem Manajemen Samsung BAGIAN KETIGA Bagaimana Samsung Berhasil? Bab 5 Faktor Pertama Kesuksesan Samsung: Kompetensi dalam Menciptakan Kecepatan Bab 6 Faktor Kedua Kesuksesan Samsung: Sinergi Melalui Konvergensi Bab 7 Faktor Ketiga Kesuksesan Samsung: Inovasi Evolusioner BAGIAN KEEMPAT MANAJEMEN PARADOKS GAYA-SAMSUNG DAN MASA DEPAN MANAJEMEN CARA SAMSUNG Bab 8 Ko-opetisi Internal dan Manajemen Paradoks Bab 9 Masa Depan Manajemen Cara Samsung Catatan

Upload: nirwan-amir

Post on 29-Sep-2015

46 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

terjemahan

TRANSCRIPT

THE SAMSUNG WAYSTRATEGI MANAJEMEN TRANSFORMASIONAL DARI PERUSAHAAN PEMIMPIN DUNIA DALAM INOVASI DAN DESAIN

Jaeyong Song dan Kyungmook LeeDaftar IsiPengantarUcapan Terima KasihBAGIAN PERTAMADUA PULUH TAHUN MENUJU PUNCAKBab 1Mengapa Manajemen Cara Samsung?Bab 2Bagaimana Samsung menjadi Perusahaan Kelas Dunia?BAGIAN KEDUAEVOLUSI MANAJEMEN CARA SAMSUNG Bab 3Kepemimpinan dan Governance sebagai Inti dari Manajemen Cara Samsung Bab 4Evolusi Sistem Manajemen SamsungBAGIAN KETIGABagaimana Samsung Berhasil?Bab 5Faktor Pertama Kesuksesan Samsung: Kompetensi dalam Menciptakan KecepatanBab 6Faktor Kedua Kesuksesan Samsung: Sinergi Melalui KonvergensiBab 7Faktor Ketiga Kesuksesan Samsung: Inovasi EvolusionerBAGIAN KEEMPATMANAJEMEN PARADOKS GAYA-SAMSUNG DAN MASA DEPAN MANAJEMEN CARA SAMSUNG Bab 8Ko-opetisi Internal dan Manajemen ParadoksBab 9Masa Depan Manajemen Cara Samsung CatatanIndeks

CHAPTER 2HOW DID SAMSUNG BECOME A WORLD-CLASS CORPORATION?Samsung was founded just before World War II as a small company trading in groceries and other goods. By the second half of the twentieth century, Samsung was at the forefront of Koreas transformation from a poor and underdeveloped nation to an economic success story.The first section of this chapter traces Samsungs development over the past 75 years. The second section focuses on Samsungs semiconductor business, which became the template for the New Management initiative.The History of Samsungs GrowthSamsungs history can be devided into four periods (see Table 2.1): foundation (1938 to mid-1950s), expansion (mid-1950s to late 1960s), leading domestic company (late 1960s to late 1980s), and global leader (late 1980s to the present).Table 2.1 Samsungs History of ChangeSamsungs Growth StagesMajor Events at Samsung

1938-mid-1950sFoundation and establishment of Samsungs management systemSmall and midsized company (foundation and formation of core business)Entry into manufacturing (1953-1954)

Mid-1950s-late 1960sGrowth into large companyLarge Company (initial stage as business group)Diversification (electronics, heavy industry, and chemicals)Beginning of open competitive recruitment for entry-level positions

Late 1960s-late 1980sEmergence as Koreas leading companyLarge business group (upgrading of the business portfolio)Commencement of the semiconductor business

Late 1980s-presentEmergence as a world-class companyGlobal business groupNew Management initiative (1993)Restructuring (late 1990s)Global number one products (in electronics, shipbuilding, heavy industry, and chemicals)

BAB 2BAGAIMANA SAMSUNG MENJADI PERUSAHAAN KELAS DUNIA?Samsung didirikan menjelang Perang Dunia II sebagai sebuah perusahaan kecil yang menjual bahan makanan dan barang-barang lainnya. Pada pertengahan kedua abad keduapuluh, Samsung berada di garis terdepan transformasi Korea dari sebuah negara miskin dan terbelakang menjadi sebuah kisah sukses perekonomian.Bagian pertama bab ini menelusuri perkembangan Samsung selama 75 tahun. Bagian kedua memfokuskan pada bisnis semikonduktor Samsung, yang menjadi dasar bagi prakarsa Manajemen Baru.Sejarah Pertumbuhan SamsungSejarah Samsung dapat dibagi ke dalam empat periode (lihat tabel 2.1): pendirian (1938 hingga pertengahan 1950an), ekspansi (pertengahan 1950an hingga akhir 1960an), perusahaan domestik Korea terkemuka (akhir 1960an hingga akhir 1980an), dan pemimpin dunia (akhir 1980an hingga saat ini).

Tabel 2.1 Sejarah Perubahan SamsungTahapan Pertumbuhan SamsungPeristiwa Besar di Samsung

1938-pertengahan 1950anPendirian dan pembentukan sistem manajemen Samsung Sebagai perusahaan kecil hingga menengah (pendirian dan pembentukan bisnis inti)Memasuki industri manufaktur (1953-1954)

Pertengahan-1950an-akhir 1960anTumbuh menjadi sebuah perusahaan besarMenjadi perusahaan besar (tahap awal sebagai kelompok usaha)Diversifikasi (industri elektronik, industri alat berat, dan industri bahan-bahan kimia)Mulai penerimaan pegawai secara terbuka dan kompetitif untuk posisi-posisi tingkat rendah

Akhir 1960an-akhir 1980anMenjadi perusahaan Korea paling terkemukaMenjadi kelompok usaha ukuran besar (meningkatkan portofolio usaha)Memulai usaha di bidang semikonduktor

Akhir 1980an- saat iniMenjadi perusahaan kelas duniaMenjadi kelompok usaha tingkat dunia Prakarsa Manajemen Baru (1993)Restrukturisasi (akhir 1990an)Produk-produk nomer satu di dunia (produk elektronik, pembuatan kapal, produk alat-alat berat, dan produk bahan-bahan kimia)

Founding and Establishment of the Management System (1938 to Mid-1950s)Samsung was established in 1938 in Daegu, Koreas third largest city, in the southeast part of the nation. It began as a trader and distributor of, among other things, vegetables and dried seafood. Even in thos early days, however, Samsung had ambitious ideas, and their legacy still guides the company today. The companys founder, Lee Byung-Chull, set forth three principles for the management of his company: contribution to the nation through business, people first, and pursuit of rationality. These principles came into existence after Samsung experienced and learned from the numerous challenges and hardships that it face at the time of its founding.

Today, contribution to the nation through business has taken on new meaning, as Samsung has become a global firm. People first and pursuit of rationality also remain important elements of the companys unique style of management. Lee Byung-Chull was an especially strong believer in the importance of bringing talented people to his company, a principle that is still in place at Samsung today.________I have never put the company seal on a check myself, or directly purchased anything for the company. I believe it is my job to find and nurture people who can do these jobs. I would say that I have spent 80 percent of my life looking for and training talented people.--Samsung founder Lee Byung-Chull________Pursuit of rationality refers to Lees belief that Samsungs business must always depend on rational analysis and use rational methods, rather than relying on luck or the arbitrary decisions of a manager. Lee Byung-Chull required his staff members to review matters that he himself had already reviewed, and commenced business only after he was fully prepared.

Pendirian dan Pembentukan Sistem Manajemen (1938 hingga Pertengahan 1950an)Samsung didirikan pada tahun 1938 di kota Daegu, kota terbesar ketiga di Korea, di kawasan tenggara negara tersebut. Perusahaan ini memulai usahanya sebagai penjual dan distributor, diantaranya, sayuran dan makanan laut yang diawetkan. Sekalipun begitu, bahkan di masa-masa awalnya, Samsung memiliki ide-ide ambisius, dan warisan para pendirinya itu masih menjadi panduan bagi perusahaan hingga hari ini. Pendiri perusahaan, Lee Byung-Chull, meletakan tiga prinsip bagi manajemen perusahaannya: pengabdian kepada negara melalui bisnis, mendahulukan orang lain, dan mengedepankan rasionalitas. Ketiga prinsip tersebut lahir setelah Samsung mengalami dan belajar dari berbagai tantangan dan kesulitan yang dihadapi pada masa pendiriannya.

Saat ini, prinsip pengabdian kepada negara melalui bisnis memiliki makna baru seiring menjelmanya Samsung menjadi perusahaan yang mendunia. Mendahulukan orang lain dan mengedepankan rasionalitas pun bertahan sebagai elemen penting yang khas dari gaya manajemen perusahaan ini. Lee Byung-Chull adalah orang yang sangat mempercayai pentingnya menghadirkan orang-orang paling berbakat ke dalam perusahaan, sebuah prinsip yang masih berlaku di Samsung hingga hari ini._________Saya tidak pernah membubuhkan sendiri stempel perusahaan pada kuitansi, atau secara langsung membeli sesuatu untuk kebutuhan perusahaan. Saya percaya bahwa tugas saya adalah menemukan dan membina orang-orang yang akan melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Bisa saya katakan bahwa 80 persen dari hidup saya dihabiskan untuk mencari dan melatih orang-orang berbakat.--Lee Byung-Chull, Pendiri Samsung_________Prinsip mengedepankan rasionalitas merujuk pada keyakinan Lee bahwa bisnis Samsung harus senantiasa berdasarkan pada analisis rasional dan menggunakan metode-metode rasional, alih-alih mengandalkan keberuntungan atau keputusan sepihak seorang manajernya. Lee Byung-Chull menuntut para pegawainya untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang ia sendiri telah mengkajinya, dan memulai suatu bisnis hanya bila ia telah benar-benar siap.Growth into a Major Corporation in Korea (Mid-1950sLate 1960s)During this period, supported by the Korean governments export and import substitution policy, Samsung grew into a large company. In the early 1950s, the company began manufacturing with the launch of CheilJedang and Cheil Industries. The main products of CheilJedang were sugar and flour, while the main products of Cheil Industries included woolen fabric and chemical fibers. Samsung used the capital it required from these firms to purchase Ankuk Fire & Marine Insurance in 1958, thereby entering the financial services industry. In the 1960s, the company expanded into life insurance, distribution, papermaking, and media.As it expanded, Samsung recognized the need for a management system that could deal with its increasing complex business operations. To this end, Samsung introduced management methods and systems from Japanese companies, and adapted them to Koreas particular circumstances.Samsungs first significant change was the introduction of open competitive recruitment in 1957. Samsung publicly recruited shool graduates in the spring and fall and selected appropriate individuals as entry-level hires. They were brought into Samsung at the same time and the same rank. By doing this, Samsung abolished its previous practice of ad hoc hiring and recruitment through personal connections so that it could gain access to a continuous stream of incoming talent. Samsung was the first Korean company to adopt this approach, and it later provided the foundation for a fair and systematic management of human resources, as well as the systemization of overall management.Another major additon was the creation of a secretariat as a professional staff organization in 1959. Initially, the secretariat supervised protocols for Lee Byung-Chull and helped plan new ventures. In the early 1960s, it took on finance and auditing functions, and it later came to oversee personnel tasks. It acted as a de facto headquarters for Samsung Group under a variety of names, including the Corporate Restructuring Office, Strategic Planning Office, and Corporate Strategy Office. The secretariats responsibilities included conductiong internal audits, deciding whether to expand into new industries, and approving large investments in existing businesses. It also coordinated and integrated affiliated companies to create synergies. Moreover, it nurtured promising executives and decided on top managerial appointments, while developing the corporate culture and management methods that would prevail at Samsung.

Tumbuh Menjadi Perusahaan Besar Korea (Pertengahan 1950anAkhir 1960an)Selama periode ini, Samsung tumbuh menjadi sebuah perusahaan besar yang didukung oleh kebijakan ekspor dan subtitusi impor yang dikeluarkan Pemerintah Korea. Di awal 1950an, perusahaan ini memulai bisnis manufaktur dengan meluncurkan CheilJedang dan Cheil Industries. Produk utama CheilJedang adalah gula dan terigu, sementara produk utama Cheil Industries termasuk bahan kain wool dan serat sintetis. Pada tahun 1958, Samsung membeli Ankuk Fire & Marine Insurance dengan modal yang diperoleh dari kedua perusahaan ini, dan bersamaan dengan itu, mulai memasuki industri jasa keuangan. Di tahun 1960an, Samsung telah berekspansi ke bidang jasa asuransi jiwa, distribusi, pembuatan kertas, dan media.

Seiring dengan ekspansinya, Samsung menyadari kebutuhan akan suatu sistem manajemen yang mampu menangani operasional usahanya yang semakin rumit. Untuk mencapai hal itu, Samsung memperkenalkan metode dan sistem manajemen yang berasal dari perusahaan-perusahaan Jepang, dan menyesuaikannya dengan kondisi-kondisi di Korea.Perubahan signifikan pertama yang dialami Samsung adalah diterapkannya sistem penerimaan pegawai secara terbuka dan kompetitif pada tahun 1957. Samsung secara terbuka merekrut para lulusan sekolah selama musim semi dan musim gugur lalu memilih orang-orang yang paling sesuai sebagai karyawan di tingkat rendah. Para pegawai baru tersebut bergabung dengan Samsung pada saat bersamaan dan menempati jabatan-jabatan yang setingkat. Dengan melakukan hal tersebut, Samsung menghapus praktek perekrutan pegawai melalui ad hoc dan koneksi pribadi sehingga perusahaan mendapatkan akses terhadap bakat-bakat baru yang terus bermunculan. Samsung merupakan perusahaan Korea pertama yang menerapkan pendekatan tersebut, yang kemudian menjadi dasar bagi manajemen SDM yang sistematik dan adil, serta sistematisasi manajemen secara keseluruhan.Perubahan besar lainnya adalah pembentukan sekretariat sebagai pengelola karyawan yang bersifat profesional pada tahun 1959. Pada mulanya, sekretariat mengawasi keperluan protokoler bagi Lee Byung-Chull dan membantu merencanakan usaha-usaha baru. Di awal 1960an, sekretariat mengambil alih fungsi keuangan dan audit, dan kemudian mengurusi tugas-tugas personalia. Sekretariat secara de fakto bertindak sebagai kantor pusat bagi Samsung Group dengan berbagai sebutan, di antaranya Kantor Restrukturisasi Perusahaan, Kantor Perencanaan Strategis, dan Kantor Strategi Perusahaan. Tanggung jawab sekretariat adalah termasuk melakukan audit internal, memutuskan apakah akan berekspansi pada industri-industri baru, serta menyetujui investasi dengan jumlah besar pada bidang usaha yang telah ada. Ia juga mengkoordinasikan dan mengintegrasikan perusahaan-perusahaan yang berafiliasi untuk menciptakan suatu sinergi. Lebih jauh, sekretariat juga membina para eksekutif yang menjanjikan dan menetapkan penunjukan manajerial di tingkat atas, sekaligus mengembangkan budaya perusahaan dan metoda manajemen yang langgeng di Samsung.Becoming a Domestic Leader (Late 1960sLate 1980s)Most of the key businesses that are leading Samsungs growth today originated during this period. Starting with the birth of Samsung Electronics in 1969, Samsung invested intensively in its electronics business into the early 1970s. When the Korean government turned its attention to heavy industry and chemicals in 1973, Samsung expanded into petrochemicals, construction, and shipbuilding. It also began its forays into hotels and advertising.In the 1980s, Samsung moved into high-techs industries, including semiconductors, aviation, computers, and telecommunications. During this period, Samsung completed the vertical integration of its electronic industry and saw its semiconductor business turn a profit, laying the foundation for its eventual global leadership in this area. This period also saw the establishment of the Human Resources Development Center, the Economic Research Institute, and the Advanced Institute of Technology, which act as supporting learning organizations for headquarters.Samsungs increasing size made centralized command less practical, and in the mid-1970s, Samsung was restructured into divisions. Samsungs management control system was also upgraded further into a major differentiating factor for the company. This management control system began with audits of accounting and expenses at Samsung affiliates, then expanded to cover a wide range of management issues, including cost analysis, business evaluations, and strategic planning. Samsungs oversight proved so thorough and meticulous that the group was nicknamed Well Managed Samsung.Another pillar of Samsungs management system that was introduced at this time was its advanced human resoucres management. Three basic principles, fairness, the right person for the right position, and reward good work and punish misbehavior were practiced consistently. Since Koreas corporate culture at the time was often plagued by the formation of rival factions, this served to further distinguish Samsung from its peers. Samsungs management control system, which was based both on a dedicated staff organization within affiliates and on the group secretariat, was put firmly in place during this period. Under this system, Samsung pursued both optimization of divisional performance based on decentralization and groupwide goals through the coordination of group headquarters. Its auditing system, which is well known for its rigorous approach to any improprieties, was also further developed.Samsung divided itself into divisions in 1975 to empower each division and make it responsible for its own performance. The heads of the divisions were given considerable independence, making them effectively like CEOs. New businesses were typically established by forming a new legally independent company; in many cases, Samsung did not own the entire new firm, allowing it to publicly trade its shares. This differs substantially from the example set by American companies like GE, which either created a new division for a new business or established an affiliate in which it had a 100 percent stake.Menjadi Pemimpin di Dalam Negeri (Akhir 1960anAkhir 1980an)Kebanyakan bidang usaha penting yang menjadi lokomotif pertumbuhan Samsung hari ini berasal dari periode ini. Dimulai dengan kelahiran Samsung Electronics pada tahun 1969, Samsung melakukan investasi besar-besaran dalam bisnis peralatan elektronik hingga awal 1970an. Saat pemerintah Korea mengalihkan perhatiannya pada industri alat berat dan bahan-bahan kimia di tahun 1973, Samsung berekspansi ke industri petrokimia, konstruksi, dan pembuatan kapal. Samsung juga mulai terjun ke bidang jasa perhotelan dan periklanan.Di kurun 1980an, Samsung memasuki industri-industri teknologi tinggi, termasuk semikonduktor, penerbangan, komputer, dan telekomunikasi. Selama periode ini, Samsung menyelesaikan integrasi vertikal industri elektroniknya dan menyaksikan bisnis semikonduktor menghasilkan keuntungan, yang menjadi pondasi bagi kepemimpinan Samsung di kemudian hari dalam industri ini secara global. Pada periode ini juga berlangsung pendirian Pusat Pengembangan SDM, Lembaga Riset Ekonomi, dan advanced institute of technology, yang berperan sebagai organisasi-organisasi pelatihan bagi kantor kantor pusat. Ukuran organisasi Samsung yang terus bertambah menjadikan perintah yang terpusat menjadi tidak praktis, dan di pertengahan 1970an, Samsung direstrukturisasi menjadi divisi-divisi. Sistem kendali manajemen Samsung juga dikembangkan lebih jauh hingga menjadi salah satu faktor pembeda bagi perusahaan. Sistem kendali manajemen ini dimulai dengan melakukan audit akunting dan pengeluaran di perusahaan-perusahaan afiliasi Samsung, lalu meluas hingga mencakup permasalahan-permasalahan manajemen secara luas, termasuk analisis biaya, evaluasi usaha, dan perencanaan strategis. Pengawasan Samsung dianggap begitu seksama dan teliti sehingga kelompok usaha ini dijuluki Samsung yang Dikelola dengan Baik.

Pilar sistem manajemen Samsung yang lainnya yang diperkenalkan pada periode ini adalah manajemen SDM yang maju. Tiga prinsip dasar, keadilan, orang yang tepat pada posisi yang tepat, serta ganjaran bagi pekerjaan yang baik dan hukuman bagi perilaku menyimpang dipraktekkan secara konsisten. Mengingat budaya korporasi di Korea pada saat itu kerap kotori oleh persaingan, sistem ini semakin membedakan Samsung dari perusahaan lainnya. Sistem kendali manajemen Samsung, yang dimotori oleh unit petugas khusus yang ditempatkan di perusahaan-perusahaan afiliasinya dan kantor sekretariat Samsung Group, diberlakukan secara tegas pada periode ini. Dengan sistem ini, Samsung berupaya mencapai optimalisasi kinerja divisi-divisinya berdasarkan desentralisasi sekaligus mencapai tujuan kelompok usahanya melalui koordinasi kantor-kantor pusat Samsung Group. Sistem auditnya, yang terkenal karena bersikap sangat keras terhadap setiap penyimpangan, juga dikembangkan lebih jauh.Samsung dipecah menjadi divisi-divisinya pada tahun 1975 guna memberdayakan setiap divisi dan menjadikannya bertanggung jawab atas kinerjanya sendiri. Para kepala divisi diberi cukup kemandirian sehingga menjadikan mereka praktis layaknya CEO. Usaha-usaha baru didirikan secara khas dengan membentuk perusahaan independen baru; dalam banyak kasus, Samsung tidak sepenuhnya memiliki perusahaan baru tersebut, sehingga memungkinkan perusahaan baru menjual saham-sahamnya. Pendekatan ini secara substansinya berbeda dengan yang diterapkan perusahaan-perusahaan Amerika seperti GE, yang menciptakan divisi baru untuk suatu usaha baru atau mendirikan suatu perusahaan afiliasi yang 100 persen saham- sahamnya dikuasai.

Becoming a Global Corporation (Late 1980sPresent)The ongoing fourth phase of Samsungs growth has been led by LeeKun-Hee (Lee Byung-Chulls third son), who took over when the elder Lee died in 1987. During this time, Samsung moved from being a top local firm to becoming a world-class company. This period can be further divided into four subperiods.

Menjadi Perusahaan Global (Akhir 1980an-Saat ini)Fase keempat dari pertumbuhan Samsung yang masih berlangsung dipimpin oleh Lee Kun-Hee (putera ketiga Lee Byung-Chull) yang mengambil alih kepemimpinan saat Lee Senior meninggal pada tahun 1987. Selama periode ini, Samsung berubah dari perusahaan lokal terkemuka menjadi perusahaan kelas dunia. Periode ini dapat dibagi lebih jauh lagi ke dalam empat subperiode.During the first five years of his term, Chairman Lee established a new vision of Samsung as a world-class business and declared a Second Foundation for Samsung. Lee set his sights on transforming Samsung into a world-class corporation. To this end, Samsung integrated its electronics-related business, expanded its heavy industry and chemical businesses, strengthened its financial and service arms, and accelerated its entry overseas. It also ramped up its efforts to nurture global-level talent and increased its information technology (IT) capabilities. To accomplish this, Samsung developed technology-centered management that helped it become the worlds largest producer of memory chips.Dalam lima tahun pertama kepemimpinannya, Direktur Lee menerapkan visi baru Samsung sebagai bisnis kelas dunia dan mengumumkan Pondasi Kedua bagi Samsung. Lee berkonsentrasi pada upaya mentransformasikan Samsung menjadi perusahaan kelas dunia. Untuk mencapainya, Samsung mengintegrasikan semua usaha-usahanya yang berhubungan dengan elektronik, memperluas bisnis industri alat berat dan bahan-bahan kimianya, memperkuat cengkramannya di bidang keuangan dan jasa, dan percepatan penetrasi di luar negeri. Samsung juga melipatgandakan pembinaan pegawai-pegawai dengan talenta kelas dunia serta meningkatkan kemampuan teknologi informasinya (IT). Untuk mencapai semua itu, Samsung mengembangkan manajemen berbasis teknologi yang memudahkan Samsung menjadi perusahaan penghasil chips memory terbesar di dunia.The second period began with the introduction of the New Management inititative in 1993 and ended with the 1997 Asian currency crisis. Chairman Lee declared that Samsungs management priorities must shift from a focus on quantity to a total embrace of quality. Lee introduced radical mesures like a 7 a.m to 4 p.m workday for office employees and a line-stop system, that allowed any employee to completely stop an assembly line if he or she discovered any defects. Employees came to accept initiating and embracing change as an integral part of their duties. The New Management inititative brought about a sea change in Samsungs vision, strategies, HR policies, management control, and organizational culture, Samsung also pursued globalization in earnest at this time, establishing headquarters and manufacturing complexes overseas and developing concerted campaigns to increase its brand recognition. As a result, Samsung was able to transform itself into a producer of world-class products in multiple categories.Periode kedua dimulai dengan dikenalkannya prakarsa Management Baru pada tahun 1993 dan berakhir bersamaan dengan krisis mata uang Asia pada tahun 1997. Direktur Lee mengumumkan bahwa prioritas manajemen Samsung harus beralih dari fokus terhadap kuantitas menjadi sepenuhnya berpegang pada kualitas. Lee memperkenalkan ukuran yang radikal seperti jam kerja dari jam 7 pagi hingga pukul 4 petang setiap hari kerja bagi karyawan-karyawannya dan diberlakukannya line-stop system, yang memungkinkan setiap karyawan menghentikan lini produksi sepenuhnya jika ia mendapati cacat dalam produk yang dihasilkan. Para pegawai Samsung menerima dan merangkul perubahan sebagai bagian integral dari tugas mereka. Prakarsa Manajemen Baru membawa perubahan besar-besaran dalam visi, strategi, kebijakan SDM, kendali manajemen, dan budaya perusahaan Samsung. Pada periode ini pula Samsung bersungguh-sungguh mencapai globalisasi usaha dengan mendirikan pabrik-pabrik dan kantor-kantor perwakilan di luar negeri serta mengembangkan kerja sama kampanye untuk meningkatkan kekuatan branding-nya. Sebagai hasilnya, Samsung berhasil mentransformasi dirinya menjadi penghasil produk-produk kelas dunia dalam berbagai kategori produk.The third period was the five years beginning in 1998. Armed with the lessons of the New Management initiative, Samsung was able to use the Asian currency crisis as an opportunity to pursue large-scale restructuring. It announced Digital Management in line with the paradigm shift from analog to digital in the electronics industry, and it adopted policies like performance-based pay and promotion. Global operations were strengthened, with more aggressive entry into emerging markets. As a result, Samsung emerged as a strong competitor in the digital era, increasing its global status.The fourth phase stretches from 2003 to the present, and proved to be a period in which the New Management initiative reached its full potential as the driver of Samsungs spectacular success. Chairman Lee also presented a new vision at this time, leading to further change. Samsung invested heavily in marketing, design, branding, R&D, and software development to strengthen its competitiveness. Beginning in 2006, Samsung strove to create new markets through technology convergence and released groundbreaking memory chips and digital TVs. In the 2010s, in search of new growth engines, Samsung further diversified into a few select industries, including biotechnologies, pharmaceuticals, and medical equipment. To achieve success in these areas, Samsung has made vigorous efforts to transform itself into a more flexible, open, and creative organization and become a genuine market leader under Chairman Lees new vision of Creative Management.