Download - A Will & A Way-Bab3
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tiga
JALAN-JALAN nyaris sepi. Sebuah mobil berbe-
lok di tikungan jalan dan menghilang dari pandangan.
Hujan turun rintik-rintik. Lampu neon menerangi ge-
nangan-genangan air. Keadaannya agak muram, bu-
kannya meriah. Ada semacam perasaan kelabu dan
menyedihkan di bagian kota ini. Gang-gang kecil,
klub-klub murahan, mobil-mobil penyok. Si pirang
mungil yang berbusana rapi itu berjalan cepat-cepat.
Ia gugup, bukan sifatnya, namun tidak tersesat. Close-
up pada amplop di tangannya. Amplop itu lembap ka-
rena hujan. Jari-jarinya membuka dan menutup benda
itu. Decit ban muncul di layar dan ia tersentak. Cahaya
biru dari klub itu berkelap-kelip di wajahnya saat ia
berdiri di luar. Termangu. Memindah-mindahkan am-
plop itu dari satu tangan ke tangan yang lain. Tiga
tembakan, lalu gambar freeze.
Tiga ketukan terdengar di pintu ruang kerja
Michael. Sebelum bisa menjawab, Pandora meleng-
gang masuk. “Selamat hari jadi, Sayang.”
Michael mendongak di balik mesin tiknya. Ia
lebih sering terjaga di malam hari, mengerjakan cerita
yang sudah terbentuk di benaknya. Sekarang pukul
sembilan pagi, dan ia cuma minum segelas kopi untuk
membuatnya segar sepanjang hari. Kopi dan rokok
adalah kenangan yang terlalu berharga. Adegan yang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
sempat tercetus di benaknya menghilang.
“Kau sedang bicara apa sih?” Michael mengulur-
kan tangannya ke dalam semangkuk kacang dan men-
dapati dirinya sudah memakan semuanya kecuali dua
butir yang tersisa.
“Dua minggu penuh tanpa ada tulang yang pa-
tah.” Pandora mencondongkan tubuh, menjulurkan li-
dahnya melihat kelainan itu, lalu memilih lengan se-
buah kursi. Kenyataannya, itulah satu-satunya tempat
kosong yang tersedia. Dikibaskannya debu di pojok
meja di sampingnya, dan meninggalkan segaris core-
ngan. “Dan mereka bilang kita takkan bisa bertahan.”
Pandora kelihatan segar dengan rambut merah
liarnya yang disisir ke belakang, tampak nyaman
dalam baju hangat dan celana panjang yang terlalu be-
sar baginya. Michael merasa seolah-olah dirinya baru
saja keluar dari gua. Kaus lengan panjang yang dikena
kannya sudah robek di bagian kelim bahunya dua
tahun yang lalu, tapi ia tetap menyukainya. Beberapa
minggu sebelumnya, ia menolong seorang teman me
ngecat apartemen. Noda cat di celana jinsnya menun-
jukkan kesukaan sang teman akan warna merah jam
bu. Matanya terasa seakan-akan ia sudah tidur terte
lungkup di pasir.
Pandora tersenyum padanya bagaikan seorang
guru taman kanak-kanak yang ceria dan antusias.
Aroma tubuhnya segar, bersih, nyaris mirip kayu-
kayuan. “Kita punya peraturan tentang menghormati
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ruang kerja orang lain,” Michael mengingatkan.
“Oh, jangan cepat ngambek.” Pandora mengata-
kannya dengan senyum meyakinkan yang sama. “Lagi-
pula, kau tidak pernah memberiku jadwal. Dan yang
kuperhatikan selama beberapa minggu terakhir ini,
ini terlalu awal bagimu.”
“Aku baru mulai menjalani treatment untuk epi-
sode baru.”
“Sungguh?” Pandora berjalan mendekat dan ber
sandar pada bahu Michael. “Hmm,” katanya, meskipun
ia bertanya-tanya siapa yang telah menembak siapa.
“Well, kurasa itu takkan butuh waktu lama.”
“Kenapa kau tidak bermain dengan manik-ma-
nikmu saja?”
“Sekarang kau bersikap kasar di saat aku datang
ke sini untuk mengundangmu pergi bersamaku ke
kota.” Usai melepas gulungan lengan baju hangatnya,
Pandora duduk di bagian ujung meja. Ia tidak tahu
pasti mengapa ia bersikeras untuk bersikap ramah.
Mungkin karena kalung zamrud itu hampir selesai
dan bahkan sudah melampaui standarnya sendiri.
Mungkin karena dalam dua minggu terakhir ini ia
menemukan semacam kesenangan dengan hadirnya
Michael. Kesenangan yang ringan saja, Pandora mengi
ngatkan dirinya. Tidak ada yang perlu digembar-
gemborkan.
Curiga, Michael memicingkan mata. “Untuk
apa?”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Aku akan membeli beberapa bahan yang dibu-
tuhkan Sweeney.” Ia menganggap cangkang kura-kura
yang menjadi kap lampu Michael membingungkan,
dan menelusurinya dengan jemarinya. “Kupikir kau
ingin keluar sebentar.”
Michael sebenarnya ingin. Sudah dua minggu
sejak ia terakhir melihat sesuatu kecuali rumah itu
dan halamannya. Ia balik memandangi kertas di mesin
tiknya. “Kira-kira makan waktu berapa lama?”
“Oh, dua-tiga jam kurasa.” Pandora menggerak-
kan bahunya. “Pulang-baliknya saja butuh waktu satu
jam.”
Michael tergoda. Waktu luang dan perubahan
pemandangan. Tapi kertas setengah kosong itu masih
ada di mesin tiknya. “Tidak bisa. Aku harus menyele-
saikan ini.”
“Baiklah.” Pandora bangkit dari meja, sedikit ter
kejut karena kekecewaan yang dirasakannya. Konyol,
pikirnya. Ia senang mengemudi sendirian sambil me-
nyetel radio keras-keras. “Jangan biarkan jari-jarimu
keseleo.”
Michael mulai mèrutukkan sesuatu di belakang
Pandora, lalu karena mangkuk kacangnya sudah ko-
song, ia memikirkan yang lebih baik dari itu “Pandora,
bagaimana kalau kau membawakanku beberapa pon
pistachio?”
Berhenti di depan pintu, Pandora mengangkat
Sebelah alisnya. “Pistachio?”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Yang sungguhan. Tidak pakai celupan merah.”
Dimainkannya bulu-bulu di dagunya dan berharap
akan sekotak rokok. Sebatang rokok. Satu isapan pan-
jang yang dalam.
Pandora melirik ke mangkuk kosong itu dan
nyaris tersenyum. Dilihat dari cara Michael menggigit-
gigit, pria itu bisa kehilangan penampilan kurusnya
secara cepat. “Kurasa bisa.”
“Dan satu eksemplar New York Times.”
Alis gadis itu bertaut naik. “Apa kau mau mem-
buatkan daftarnya untukku?”
“Jadilah anak manis. Lain kali bila Sweeney bu-
tuh bahan, aku akan ikut.”
Pandora memikirkannya selama sesaat. “Baik-
lah kalau begitu, kacang dan berita.”
“Dan beberapa batang pensil,” seru Michael.
Pandora membanting pintu dengan cerdiknya.
Nyaris dua jam berlalu sebelum Michael memu-
tuskan bahwa ia berhak mendapatkan segelas kopi
lagi. Alur ceritanya berjalan sesuai dengan yang diren-
canakannya, penuh lika-liku. Para penggemar Logan
Run mengharapkan greget yang sekali-sekali diberi
percikan warna dan keajaiban. Naskah seperti itulah
yang bisa sukses di pasaran.
Mengesampingkan soal mediumnya, Michael
menikmati pekerjaannya menulis untuk layar kaca. Ia
senang mengetahui bahwa ceritanya bisa menjangkau
berjuta-juta orang setiap minggu, dan selama satu jam
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
mereka bisa melibatkan diri dengan tokoh yang telah
ia ciptakan.
Kenyataannya, Michael menyukai Logan—ke-
pahlawanan yang segan namun mantap, humor dan
segala kekurangannya. Ia membuat Logan manusiawi
dan dapat berbuat kekeliruan, juga malas-malasan
karena di dalam bayangan Michael, pahlawan-pahla-
wan terbaik selalu seperti itu.
Rating dan surat penggemar membuktikan bah-
wa ia telah mencapai sasaran. Naskah Logan-nya su-
dah membuatnya mendapatkan sambutan hangat dan
beberapa penghargaan, seperti halnya naskah satu
babak yang ditulisnya telah membuatnya mendapat-
kan hal yang sama. Tapi naskah itu mendapatkan
beberapa ratus komentar baik, sebagian besar dari
para pemirsa di New York. Logan’s Run menjangkau
sebuah keluarga dengan empat anggota di Des
Moines, para pekerja pabrik baja di Chicago, serta
kerumunan mahasiswa di Boston. Setiap minggu.
Ia tidak memandang televisi sebagai tempat
pembuangan yang amat luas, tapi sebagai kotak ajaib.
Michael menganggap semua orang berhak menikmati
sejumput keajaiban.
Michael mematikan mesin tik supaya dengung-
annya hilang. Sesaat ia duduk dalam kesunyian. Ia
tahu ia bisa bekerja di Folley. Ia sudah pernah melaku
kannya, tapi tak pernah dalam jangka waktu yang
lama. Yang tidak diketahuinya adalah ia bisa bekerja
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dengan begitu baiknya, begitu cepat ataupun begitu
memuaskan. Sebenarnya, ia tak pernah menduga bisa
bergaul baik dengan Pandora. Memang hal itu tidak
seperti piknik, renung Michael seraya memain-main-
kan pensil yang sudah tumpul di antara jemarinya.
Mereka bertengkar, tentunya, tapi setidaknya
mereka tidak saling mencabik. Atau setidaknya cabik-
annya tidak terlalu besar. Setelah dipikir-pikir, ternya
ta ia menikmati malam sewaktu mereka bermain kar-
tu, tanpa ada alasan lain kecuali tantangan untuk men
coba menangkap basah kecurangan Pandora. Sejauh
ini ia belum berhasil melakukannya.
Yang juga nyata adalah ketertarikan aneh yang
dirasakannya terhadap wanita itu. Itu tidak ada di
naskah. Sejauh ini ia masih mampu mengabaikan, me-
ngendalikan, maupun menyembunyikannya. Tapi ada
saatnya... Ada saatnya, batin Michael sambil bangkit
dan meregangkan tubuh, ia ingin membungkam mulut
bawel Pandora dengan cara yang lebih memuaskan.
Cuma untuk melihat seperti apa akibatnya, tuturnya
pada diri sendiri. Rasa ingin tahu terhadap orang lain
adalah bagian dari sifatnya. Ia berminat sekali melihat
bagaimana reaksi gadis itu jika ia menariknya ke
dalam dekapannya dan menciumnya sampai lemas.
Ia membiarkan tawa kecilnya meledak saat ber-
ingsut ke arah jendela. Lemas? Pandora? Wanita seper
ti Pandora tak pernah melunak. Michael mungkin bisa
memuaskan rasa ingin tahunya, tapi ia akan menda-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
patkan tinju di perut sebagai balasannya. Bahkan hal
itu mungkin cukup sepadan nilainya....
Pandora bukannya diam saja. Ia yakin itu sejak
hari pertama mereka berjalan bersama dari bengkel
kerjanya. Michael melihatnya di wajahnya, mende-
ngarnya, betapapun singkatnya nada suaranya. Mere-
ka berdua telah saling mengamati selama dua minggu.
Atau dua puluh tahun, Michael berspekulasi.
Dengan wanita lain, ia tak pernah merasakan
perasaan persis dengan yang dirasakannya terhadap
Pandora McVie. Rikuh, tertantang, marah. Kenyataan-
nya ia hampir selalu mudah menghadapi wanita. Ia
menyukai mereka—feminitas mereka, kekuatan dan
kelemahan mereka yang ganjil, gaya mereka. Mungkin
itulah alasan bagi kesuksesannya dalam berhubungan,
meskipun ia secara hati-hati membuatnya menjadi
jangka pendek.
Jika ia memacari seorang wanita, itu karena ia
tertarik padanya, bukan pada hasil akhirnya. Betul, ia
tertarik pada Pandora, tapi ia tak pernah mempertim-
bangkan untuk memacarinya. Mengejutkan baginya
bahwa ia mendapati dirinya sekali atau dua kali mem-
pertimbangkan untuk merayunya.
Merayu, tentunya, adalah masalah yang sangat
berbeda dari memacari. Tapi setelah dipikir-pikir lagi,
ia tidak tahu apakah mencoba sedikit merayu Pandora
akan sepadan nilainya dengan risiko yang mesti ia
tempuh.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Jika ia menawarkan makan malam dengan caha-
ya lilin atau berjalan-jalan di bawah sinar rembulan—
ataupun malam gila penuh gairah—Pandora akan
membalasnya dengan ucapan-ucapan sarkastis. Yang
akan, tanpa mampu dihindari, memicu beberapa ban-
tahan pedas darinya sendiri. Komedi putar itu akan
dimulai lagi.
Dalam keadaan apa pun, yang diinginkan Mi-
chael terhadap Pandora bukanlah percintaan. Ia cuma
ingin memuaskan rasa ingin tahunya. Dalam beberapa
keadaan, yang terbaik adalah mengingat-ingat apa
yang terjadi pada si kucing pemberani itu. Tapi saat
memikirkan Pandora, tatapannya diarahkan ke
bengkel kerjanya.
Mereka berdua tidak sungguh-sungguh berbeda
renung Michael. Pandora bisa bersikeras dari mulai
matahari terbit sampai terbenam bahwa mereka sama
sekali tak punya kesamaan, tapi Jolley lebih mampu
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Mereka
berdua cepat naik darah, berpendirian keras, dan
sangat bernafsu dalam melindungi profesi masing-
masing. Ia mengurung diri bersama mesin tiknya
selama berjam-jam. Pandora mengurung diri bersama
peralatan dan obornya. Hasil akhir pekerjaan mereka
masing-masing adalah hiburan. Dan lagi pula, itu
adalah...
Lamunannya terhenti ketika melihat pintu bang
sal itu terbuka. Aneh, ia tidak berpikir Pandora sudah
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kembali. Kamar Michael terletak di bagian yang berla-
wanan dengan rumah bila dilihat dari garasi, jadi ia
pasti akan mendengar suara mobil Pandora, tapi ia
berpikir Pandora akan memberikan pesanannya dulu.
Michael mulai mengangkat bahu dan berbalik
ketika melihat sesosok bayangan muncul dari dalam
bangsal. Sosok itu terbalut jaket dan topi, tapi Ia
langsung tahu bahwa orang itu bukan Pandora.
Pandora bergerak secara santai tanpa takut diawasi.
Orang ini berjalan dengan kecepatan tinggi disertai
kewaspadaan. Waspada, pikir Michael lagi, itu tampak
jelas dari cara kepala orang itu menengok ke sana ke-
mari sebelum pintunya tertutup lagi. Tanpa berhenti
untuk berpikir, Michael langsung melesat keluar dari
ruangan itu dan menuruni tangga.
Ia nyaris menabrak Charles di bawah. “Pandora
sudah kembali?” selidiknya.
“Belum, Sir.” Lega karena tidak diseruduk, Char-
les meletakkan tangannya di pegangan tangga. “Kata-
nya dia mungkin akan lama di kota dan berbelanja.
Kita tak perlu khawatir jika—”
Tapi Michael sudah berada di tengah-tengah
koridor.
Seraya menghela napas meratapi kegesitan
yang tak dimilikinya lagi selama tiga puluh tahun bela
kangan ini, Charles melangkah pelan-pelan menuju
ruang tamu untuk menyalakan perapian.
***
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Angin menerpa Michael begitu ia melangkahkan
kaki di luar, mengingatkannya bahwa ia tidak sempat
mengambil jaketnya. Kala mulai bergegas menuju
bangsal, wajahnya menjadi dingin dan otot-ototnya
menjadi hangat. Tak ada seorang pun di sana. Tak me-
ngejutkan, renungnya sambil sedikit menurunkan ke-
cepatan langkahnya. Jarak ke hutan dekat sekali dari
situ, dan ada setengah lusin jalur untuk melintasinya.
Seorang anak iseng yang berkeliaran? Michael
menduga-duga. Pandora beruntung jika saja anak
iseng itu tidak mengantongi separuh dari batu-batu
berharganya. Itu layak sekali baginya.
Tapi Michael berubah pikiran begitu berdiri di
depan pintu bengkel kerja wanita itu.
Kotak-kotak dijungkir-balikkan sehingga perma
ta-permata, bebatuan, serta manik-manik berserakan
dimana-mana. Bergulung-gulung tali dan benang ikat
telah diurai, dikusutkan, juga diikatkan dari satu din-
ding ke dinding lain. Ia harus mendorong beberapa di
antaranya untuk membuka jalan masuk. Apa yang
biasanya nyaris murni dalam susunan, kini menjadi
kekacauan yang teramat sangat. Kawat-kawat emas
dan perak sudah ditekuk dan dipatahkan, peralatan-
peralatan dicampakkan begitu saja di lantai.
Michael berlutut dan memungut sebutir zam-
rud. Benda itu berkilau-kilau kehijauan di telapak ta-
ngannya. Kalau bukan pencuri yang masuk ke sini,
putusnya, pasti orang itu orang yang ceroboh dan ber-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pikiran pendek.
“Ya Tuhan!” Pandora menjatuhkan tasnya sam-
pai mengeluarkan bunyi gedebuk, lalu melotot.
Sewaktu Michael berbalik, ia melihat Pandora
berdiri di depan pintu, sepucat es dan kaku. Michael
menyumpah-nyumpah, berharap ia punya waktu se-
bentar saja untuk menyiapkan diri menghadapi Pando
ra. “Tenang dulu,” ucapnya sambil meraih lengan
gadis itu.
Pandora menepisnya dengan paksa dan menero
bos ke dalam bangsal itu. Manik-manik bergulir dan
berlompatan di kakinya. Selama sesaat, hanya ada
rasa terkejut dan tak percaya. Lalu muncullah tembok
putih amarah. “Bagaimana kau bisa?” Sewaktu berpa-
ling kembali ke arah Michael, ia tidak lagi pucat. Wa-
jahnya memerah marah, matanya menyala-nyala per
sis seperti zamrud yang masih digenggam Michael.
Karena Michael tak waspada, Pandora nyaris
menyarangkan tinju pertamanya. Udara berdesing
dekat wajahnya saat tinju itu luput. Michael menang-
kap lengan Pandora sebelum gadis itu mencoba lagi.
“Tunggu sebentar,” ucapnya, tapi Pandora sudah me-
lemparkan dirinya sendiri dengan kasar ke arah
Michael dan membuat mereka berdua membentur
tembok. Apa saja yang masih tertinggal di rak tergun-
cang atau berjatuhan. Butuh beberapa waktu, dan be-
berapa memar di kedua kubu, sebelum Michael
berhasil memelintir lengan Pandora ke belakang dan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
membuatnya diam.
“Hentikan.” Michael terus menekan Pandora
sampai wanita itu memelototinya, matanya kering
penuh kemarahan. “Kau berhak marah, tapi kau tidak
akan mendapatkan apa pun dengan memukuliku.”
“Aku tahu kau sanggup melakukan tindakan
murahan,” cerca Pandora sambil mengertakkan gigi.
“Tapi aku tidak percaya kau sanggup melakukan tinda
kan sekotor ini.”
“Percayalah pada apa pun yang ingin kau perca-
ya,” ucap Michael, tapi ia merasakan tubuh Pandora ge
metar saat berupaya mengendalikan diri. “Pandora,”
dan suaranya melunak. “Aku tidak melakukan ini.
Lihat aku,” tuntutnya sedikit gemetar. “Kenapa aku
mesti melakukan ini?”
Karena ingin menangis, suara dan mata Pandora
tampak berat. “Coba kauceritakan.”
Kesabaran bukanlah satu dari kelebihan-kelebih
annya, tapi Michael mencoba lagi. “Pandora, dengar-
kan aku. Cobalah berpikir jernih sebentar dan dengar-
kan. Aku sampai di sini beberapa menit sebelum kau.
Melalui jendelaku, aku melihat seseorang keluar dari
bangsal, lalu aku pun turun. Saat sampai di sini, inilah
yang kutemukan.”
Pandora baru saja akan mempermalukan diri-
nya sendiri. Ia merasakan pelupuk matanya berkaca-
kaca dan membenci hal itu. Lebih baik membenci
Michael. “Lepaskan aku.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Mungkin Michael bisa menangani kemarahan
Pandora lebih baik daripada menangani keputusasa-
annya. Dengan hati-hati, Michael melepaskan lengan
Pandora dan melangkah mundur. “Belum Iebih dari
sepuluh menit sejak aku melihat seseorang keluar
dari sini. Kurasa dia mengambil jalan memotong lewat
hutan.”
Pandora mencoba berpikir, mencoba mengha-
pus kemarahan di benaknya. “Kau boleh pergi,” ucap-
nya tenang. “Aku harus beres-beres dan melakukan
pendataan.”
Sesuatu yang panas tercekat di tenggorokan
Michael akibat pengusiran itu. Mengingat reaksinya
sendiri sewaktu membuka pintu bangsal itu, ia mene-
lannya begitu saja. “Aku akan memanggil polisi kalau
kau mau, tapi aku tidak tahu apakah ada benda yang
dicuri.” Ia membuka genggamannya dan menunjuk-
kan zamrud itu. “Aku tak bisa membayangkan ada
pencuri yang meninggalkan batu seperti ini begitu
saja.”
Pandora merampas zamrud itu dari tangan sepu
punya. Sewaktu menggenggamnya, ia merasakan jema
rinya tertusuk simpai yang dipasangnya sehari sebe-
lumnya. Zamrud itu sepertinya keluar dari kawat yang
dililitkan di sekelilingnya.
Jantungnya berdebar kencang saat berjalan ke
arah meja kerjanya. Ada sisa-sisa kalung yang sudah
dikerjakannya selama dua minggu. Tingkat-tingkat
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
halus nan indah itu sudah tercerai-berai, zamrud yang
Sebelumnya bergantungan dengan anggun, kini berse-
rakan. Catutnya sendiri telah digunakan untuk meng-
hancurkannya. Dikumpulkannya bagian-bagiannya
dengan tangan seraya melawan dorongan untuk
berteriak.
“Dulunya ini kan?” Michael memungut selembar
sketsa dari lantai. Di kertas, kalung itu tampak menak-
jubkan—sekaligus penuh daya khayal dan berani.
Michael menganggap yang digambar Pandora itu ber-
hak disebut sebagai seni. Ia membayangkan bagaima-
na rasanya jika seseorang menggunting salah satu nas
kahnya. “Kau sudah hampir selesai.”
Pandora meletakkan bagian-bagian itu di meja.
“Tinggalkan aku sendiri.” Ia merundukkan badan dan
mulai mengumpulkan bebatuan dan manik-manik.
“Pandora.” Ketika gadis itu mengabaikannya,
Michael mencengkeram bahunya dan mengguncang-
nya. “Sialan, Pandora, aku ingin membantu.”
Pandora memandanginya dengan tatapan di-
ngin yang panjang. “Sudah cukup yang kaulakukan,
Michael. Sekarang tinggalkan aku sendiri.”
“Baiklah.” Michael melepaskannya dan melesat
pergi. Kemarahan dan frustrasi membawanya melin-
tasi halaman. Di tengah-tengah ia berhenti, menyum-
pah-nyumpah dan mengharapkan sebatang rokok.
Pandora tak punya hak untuk menuduhnya. Lebih
buruk lagi, Pandora tak punya hak untuk membuat
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Michael merasa bertanggung jawab. Rasa bersalah
yang dirasakannya nyaris sekuat yang akan dirasakan
nya seandainya ia benar-benar merusak bengkel kerja
wanita itu. Dengan tangan di saku, Michael berdiri
sambil kembali menatap bangsal dan mengutuk
wanita itu.
Pandora sungguh-sungguh menganggap ia sang-
gup melakukan itu padanya. Bahwa ia mampu melaku
kan tidakan perusakan yang tak berarti dan jahat.
Michael sudah mencoba berbicara padanya, mene-
nangkannya. Setiap tawaran untuk membantu telah
dicampakkan kembali padanya. Persis seperti Pando-
ra, batinnya sambil menggemeretukkan gigi. Pandora
pantas ditinggalkan sendirian.
Ia nyaris mulai melangkah kembali menuju
rumah saat mengingat betapa terkejut dan sakitnya
Pandora di depan pintu bangsal itu. Sambil menyebut
dirinya sendiri bodoh, Michael berbalik lagi.
Saat membuka pintu bangsal itu lagi, kekacauan
nya masih sama seperti terakhir kali Michael melihat-
nya. Ada Pandora yang duduk di tengah-tengah ruang-
an, di lantai dekat bangku kerjanya. Ia sedang mena-
ngis diam-diam.
Michael merasakan kepanikan lelaki yang murni
saat dihadapkan dengan air mata feminin, dan terke-
jut karena air mata itu datang dari Pandora yang tak
pernah mencucurkannya. Ia merasa simpati pada
seseorang yang sepertinya selalu bisa mendaratkan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pukulan tepat pada sasaran. Tanpa mengucapkan se-
patah kata pun, Michael menghampirinya dan merang
kul tubuh Pandora.
Tubuh Pandora menegang, tapi Michael sudah
memperkirakannya. “Aku sudah menyuruhmu pergi.”
“Yah. Kenapa aku mesti mendengarkanmu?”
Michael membelai rambutnya.
Pandora ingin beringsut ke atas pangkuan lelaki
itu dan menangis selama berjam-jam. “Aku tidak me-
nginginkanmu di sini.”
“Aku tahu. Anggap saja aku orang lain.” Ia men-
dekapnya.
“Aku menangis cuma karena marah.” Sambil me
dengus, diarahkannya wajahnya ke kemeja Michael.
“Tentu.” Michael mengecup bagian atas kepala-
nya. “Silakan marah. Aku sudah terbiasa.”
Pandora mengatakan pada dirinya sendiri bah-
wa itu karena ia dilemahkan oleh rasa terkejut dan
sedih, tapi ia bisa rileks dalam pelukan Michael. Air
matanya tumpah ruah. Ketika menangis, ia menangis
dengan sepenuh hati. Ketika tangisnya selesai, ia
sudah pulih.
Setelah air matanya mengering, ia duduk nya-
man dalam dekapan Michael. Aman. Ia takkan mem-
pertanyakannya sekarang. Bersamaan dengan marah,
datang rasa malu yang tidak biasa ia hadapi. Ia sudah
bersikap jahat pada Michael. Tapi pria itu kembali lagi
dan mendekapnya. Siapa yang bisa mengira bahwa
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pria itu bisa bersikap sabar, atau penyayang? Atau
cukup kuat untuk membuatnya menerima keduanya.
Pandora menghela napas panjang dan membiarkan
matanya terpejam sejenak. Michael berbau sabun, ti-
ada yang lain.
“Maafkan aku, Michael.”
Pandora sungguh lembut. Bukankah ia baru saja
membatin bahwa wanita itu takkan bersikap begitu?
Dibiarkannya pipinya menyapu rambut Pan-
dora.
“Tidak, aku bersungguh-sungguh.” Saat mema-
lingkan kepalanya, bibir Pandora menyentuh pipi
Michael. Hal itu mengejutkan mereka berdua. Kontak
semacam itu hanyalah untuk teman—atau kekasih.
“Aku tidak bisa berpikir sewaktu sampai di sini.
Aku—” Bicaranya terhenti sejenak, takjub oleh mata
Michael. Tidakkah aneh memikirkan betapa kecilnya
dunia ketika kau menatap mata seseorang dalam-
dalam? Mengapa ia tidak pernah memperhatikan hal
itu sebelumnya? “Aku perlu membereskan ini semua.”
“Yeah.” Michael menelusuri pipi Pandora
dengan ujung jemarinya. Wanita itu sungguh lembut.
Lebih lembut dari yang ia pikirkan sebelumnya. “Kita
berdua perlu membereskannya.”
Begitu mudah menempatkan dirinya dalam de-
kapan Michael. “Aku tak bisa berpikir.”
“Tidak?” Bibir Pandora cuma berjarak satu inci
dari bibir Michael—terlalu dekat untuk diabaikan, ter-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lalu jauh untuk dirasakan. “Mari kita tak berpikir dulu
selama semenit.”
Saat Michael menyentuhkan mulutnya ke mulut
Pandora, Pandora tidak berpaling, namun menerima,
bereksperimen dengan rasa ingin tahu yang sama
yang menggerakkannya. Itu bukan semacam ledakan
atau kejutan, tapi tes untuk mereka berdua. Tes yang
mereka berdua tahu akan datang cepat atau lambat.
Pandora terasa hangat, dan sikap manisnya
menggigitnya. Michael mengenalnya selama begitu
lama, tidakkah seharusnya ia mengetahui hal itu?
Tubuh wanita itu terasa siap bergerak, beraksi, ber-
lomba. Lembut, ya, Pandora memang lembut, tapi
tidak liat. Mungkin Michael menganggap keliatan
terlalu mudah. Saat menyelipkan lidahnya ke mulut
Pandora, lidah Pandora menemuinya dengan menggo-
da, ingin bermain-main. Perutnya bergejolak. Pandora
membuatnya menginginkan lebih, apalagi dengan
wewangiannya yang alami, tubuhnya yang tegang.
Michael menyisipkan jemarinya ke rambut Pandora,
menguatkan cengkeramannya.
Michael masih semisterius dan seberani yang se
lalu dipikirkan Pandora. Tangannya kokoh, mulutnya
murah hati. Terkadang Pandora bertanya-tanya bagai-
mana menemui lelaki itu dalam keadaan ini. Tapi ia
selalu menutup pikirannya sebelum satu dari jawaban
itu bisa keluar. Michael Donahue berbahaya cuma ka-
rena ia Michael Donahue. Seiring berjalannya waktu,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Michael menarik hati dan menjauhkan diri dari
Pandora sejak mereka masih kanak-kanak. Lebih dari
kemampuan pria lain selama lebih dari seminggu.
Kini, saat mulutnya menjelajahi mulut Michael,
ia mulai mengerti alasannya. Bagi Pandora, Michael
memang berbeda. Ia tidak merasa aman dalam peluk-
annya, juga sama sekali tanpa kendali, secara bersama
an. Pandora selalu memastikan ia memiliki keduanya
kalau sudah menyangkut urusan pria. Jejak di pipi
Michael yang belum dicukur tak membuatnya tergang
gu seperti yang ia perkirakan. Itu malah membuatnya
bergairah. Ketidaknyamanan lantai yang keras seperti
nya sepadan, begitu juga semburan udara dingin mela
lui pintu yang masih terbuka.
Ia merasa damai dan sungguh-sunguh berada di
rumah. Lalu gigitan singkat gigi Michael di bibirnya
membuatnya merasa seakan-akan baru saja mendarat
di sebuah daerah tak terjamah. Daerah baru adalah
tempat ia dibesarkan selama ini, namun dalam penga-
lamannya, ia tak pernah menjelajahi sesuatu yang be-
gitu unik, begitu eksotis ataupun begitu nyaman.
Ia ingin terus, tapi ia tahu ia harus berhenti.
Mereka menjauhkan diri secara berbarengan.
“Well.” Pandora berupaya menyeimbangkan diri
seraya melipat tangannya di pangkuan. Bersikaplah
santai, perintahnya pada diri sendiri sementara jan-
tungnya berdebar teramat kencang. Bersikaplah cero-
boh. Ia tak ingin mengatakan sesuatu yang bisa mem-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
buat Michael menertawakannya. “Itu sudah lama kita
nanti, kurasa.”
Michael merasa seolah-olah baru saja tergelin-
cir turun dari roller coaster tanpa menaiki keretanya.
“Kurasa begitu.” Ia mengamati Pandora selama sesaat,
ingin tahu dan agak terkesima. Saat melihat jemari
Pandora ditautkan, ia merasakan sebersit kepuasan.
“Aku tidak mengharapkan itu.”
“Banyak hal terjadi tanpa kita harapkan.” Terla-
lu banyak kejutan dalam sehari, putus Pandora, dan
bangkit dengan terhuyung. Ia membuat kesalahan
dengan melihat sekeliling dan nyaris terbenam ke
lantai lagi.
“Pandora—”
“Tidak, jangan khawatir.” Ia menggelengkan ke-
pala sewaktu Michael bangkit. “Aku tidak akan pecah
berkeping-keping lagi.” Memusatkan diri untuk berna-
pas teratur, dipandanginya bengkel kerjanya. “Kelihat
annya kau benar soal kunci itu. Kurasa aku mesti
bersyukur karena kau belum mengatakan ‘sudah
kubilang’.”
“Mungkin aku akan mengatakan itu, kalau itu
diterapkan.” Michael memungut zamrud-zamrud yang
berserakan di meja Pandora. “Aku bukan ahlinya, Se-
pupu, tapi aku berani mengatakan bahwa batu-batu
ini bernilai beberapa ribu dolar.”
“Jadi?” Pandora merengut sewaktu alur pikiran-
nya mulai menyesuaikan diri dengan alur pikiran
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Michael. “Takkan ada pencuri yang mau meninggalkan
batu berharga semacam ini begitu saja.” Sambil me-
nunduk, dipungutnya seraup bebatuan. Terdapat dua
butir berlian mutu terbaik di sana. “Atau ini.”
Sesuai kebiasaan, Michael mulai menyatukan
langkah-langkahnya dalam semacam skenario mental.
Aksi dan reaksi, motif dan hasil. “Aku berani bertaruh,
kalau kau sudah selesai melakukan pendataan, kau
tidak kehilangan apa pun. Siapa pun yang melakukan
ini tidak ingin mengambil risiko menerobos masuk
secara paksa dan melakukan vandalisme.”
Sambil mengembuskan napas, Pandora duduk
di atas mejanya. “Kau berpikir bahwa orang itu salah
seorang anggota keluarga kita.”
“Mereka berpendapat bahwa kita takkan berta-
han lama,” kutipnya seraya membenamkan kedua
tangannya di saku. “Kau mungkin menyimpan sesuatu
di sana, Pandora. Sesuatu yang tidak kita berdua
pertimbangkan sewaktu menetapkan aturan-aturan
dasarnya. Tak ada seorang pun dari mereka yang
percaya bahwa kita mampu melewati enam bulan
bersama-sama. Kenyataannya kita mampu melewati
dua minggu pertama ini tanpa halangan. Ini bisa mem
buat salah seorang dari mereka cukup gugup sampai
ingin memperkeruh suasana. Apa reaksi pertamamu
ketika melihat semua ini?”
Pandora menyusupkan jemarinya ke rambut.
“Bahwa kau melakukannya untuk membuatku jeng-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kel. Persis seperti yang diharapkan sanak keluarga
kita. Sialan, aku benci kalau sikapku bisa ditebak.”
“Kau bisa mengakali mereka kalau pikiranmu
sudah jernih.”
Ia memandang sekilas pada Michael, ragu apa-
kah ia mesti berterima kasih padanya atau meminta
maaf lagi. Lebih baik tidak melakukan keduanya.
“Biff,” cetus Pandora senang. “Tipuan rendahan ma-
cam ini pas sekali untuknya.”
“Aku cuma akan memilih Biff kalau kau menda-
pati beberapa barang menghilang.” Michael menggo-
yang-goyangkan kakinya. “Dia tidak pernah mampu
menolak godaan memungut beberapa butir batu
berkilau yang bisa dicairkan menjadi uang tunai yang
berharga.”
“Itu betul.” Paman Carlson—bukan, tampaknya
itu terlalu kasar untuk gayanya. Ginger pasti akan
terlalu takjub terhadap kilauannya, hingga tak bisa
melakukan apa pun kecuali menimang-nimangnya.
Menarik sebelah tangannya dari rambut, Pandora
mencoba membayangkan salah seorang kerabatnya
yang lemah lembut dan beradab tengah memegang
dan menggunakan sepasang catut. “Yah, kurasa tidak
terlalu penting siapa di antara mereka yang melaku-
kannya. Mereka membuatku terlambat dua minggu
menerima komisi.” Sekali lagi dipungutnya potongan-
potongan emas tipis. “Ini takkan jadi sama seperti
dulu lagi,” gumamnya. “Tidak sama lagi kalau sudah
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kususun kembali.”
“Terkadang itu lebih baik.”
Sambil menggeleng, Pandora melangkah mende
kati penghangat ruangan. Kalau Michael memberinya
simpati lebih banyak lagi sekarang, ia takkan mampu
mempercayai dirinya sendiri. “Dengan cara ini atau
cara lainnya, aku harus memulainya. Katakan pada
Sweeney bahwa aku tidak akan sempat kembali untuk
makan siang.”
“Aku akan membantumu membereskan ini.”
“Tidak.” Ia berbalik, melihat Michael sedang
cemberut. “Tidak, sungguh, Michael, aku menghargai-
nya. Aku perlu bersibuk diri. Dan sendirian.”
Michael tidak menyukainya, tapi bisa memaha-
mi. “Baiklah. Sampai jumpa saat makan malam.”
“Michael...” Lelaki itu berhenti di dekat pintu la-
lu berbalik. Di tengah kebingungannya Pandora masih
tampak kuat dan berani. Michael nyaris menutup
pintu dan kembali padanya. “Mungkin Paman Jolley
benar.”
“Tentang apa?”
“Kau mungkin punya satu atau dua kualitas isti-
mewa.”
Michael tersenyum padanya, sekilas namun me-
mesona. “Paman Jolley selalu benar, Sepupu. Itulah
kenapa dia masih berjaya.”
Pandora menunggu sampai pintu itu tertutup
kembali. Paman Jolley memang berjaya, renungnya.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Tapi kau tidak akan bermain makcomblang terhadap
kehidupanku,” gumamnya. “Aku akan tetap bebas, la-
jang, dan tidak terikat. Camkan itu.”
Pandora tidak percaya takhayul, tapi ia nyaris
berpikir bahwa tadi ia mendengar tawa riuh paman-
nya.
Digulungnya lengan bajunya dan mulai bekerja.