a me lob last om a

8
 Pendahuluan Ameloblastoma merupakan suatu tumor epitelial odontogenik yang berasal dari jaringan  pembentuk gigi, bersifat jinak, tumbuh lambat, penyebarannya lokal invasif dan destrukt if serta mengadakan proliferasi kedalam stroma jaringan ikat . (1) Tumor ini mempunyai kecenderungan untuk kambuh apabila tindakan operasi tidak memadai. Sifat yang mudah kambuh dan penyebarannya yang ekspansif dan infiltratif ini memberikan kesan malignancy dan oleh karena sifat penyebarannya maupun kekambuhannya lokal maka tumor ini sering disebut sebagai locally malignancy. (2) Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diket ahui dengan jelas, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. (2,3) Patogenesis dari tumor ini, melihat adanya hubunga n dengan jaringan pembentuk gigi atau sel-sel yang berkemampuan untuk membentuk gigi tetapi suatu rangsangan yang memulai ter jadinya proliferasi sel-sel tumor atau pembentuk ameloblastoma belum diketahui. (4,5) Shafer dkk (1983) mengemukakan kemungkinan ameloblastoma berasal dari sumber-sumber ; sisa sel organ enamel (hertwig's sheat, epitel rest of mallassez), gangguan pertumbuhan organ enamel, epitel dinding kista odontogenik terutama kista dentigerous dan sel epitel basal permukaan rongga mulut. (2) Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi predileksi pada golongan penderita kulit  berwarna. (2,6) Ameloblastoma dapat mengenai mand ibula maupun maksila, pa ling sering pada mandibula sekitar 81% - 98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi diregio molar dan ramus, 15% regio premolar dan 10% regio simpisis. (2,3,5,7) Gambaran klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu tumor ini  jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan 6 tahun. (3,7,8) Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat menyebabkan deformitas wajah, warna sama dengan jaringan sekitarnya, konsistensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak, berbatas tegas, terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual, tumor ini meluas ke segala arah mendesak dan merusak tulang sekitarnya, terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phenomena bila massa tumor telahmendesak korteks tulang dan tulangnya menipis, tidak ada rasa nyeri d an tidak ditemukan parastesi, mukosa sekitas t umor tidak mengalami ulserasi. Hanya pada beberapa penderita benjolan disertai ras nyeri,  berkurangnya sensibilitas daerah distribusi n.mentalis dan kadang-kadang t erdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabila tumor sudah mencapai ukuran besar. (1,3) Dapat dilakukan fungsi aspirasi biasanya berisi cairan berwarna merah keco klatan. (9) Gigi geligi pada daerah tu mor  berubah letak dan go yang. Bila terjadi infeksi sekunder maka ulserasi, fistula bahkan jaringan granulasi pun dapat d ijumpai , demikian juga rasa nyeri, parestesi dan tanda-tanda imflamasi. (1,3) Gambaran radiologis berupa lesi unilokuler atau multil okuler dengan ga mbaran seperti sarang tawon (honey comb appearance)pada lesi yang kecil dan gambaran busa sabun (soap bubble appearance) pada lesi yang besar. Hal ini merupakan pro ses osteoli tik, karena a meloblastoma

Upload: pradita-aswitama

Post on 13-Jul-2015

110 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A Me Lob Last Om A

5/12/2018 A Me Lob Last Om A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a-me-lob-last-om-a-55a35beed04ea 1/8

 

Pendahuluan 

Ameloblastoma merupakan suatu tumor epitelial odontogenik yang berasal dari jaringan pembentuk gigi, bersifat jinak, tumbuh lambat, penyebarannya lokal invasif dan destruktif serta

mengadakan proliferasi kedalam stroma jaringan ikat. (1)

Tumor ini mempunyai kecenderungan untuk kambuh apabila tindakan operasi tidak memadai.Sifat yang mudah kambuh dan penyebarannya yang ekspansif dan infiltratif ini memberikan

kesan malignancy dan oleh karena sifat penyebarannya maupun kekambuhannya lokal makatumor ini sering disebut sebagai locally malignancy. (2)

Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa ahlimengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan

atau iritasi lokal dalam rongga mulut. (2,3) Patogenesis dari tumor ini, melihat adanya hubungandengan jaringan pembentuk gigi atau sel-sel yang berkemampuan untuk membentuk gigi tetapi

suatu rangsangan yang memulai terjadinya proliferasi sel-sel tumor atau pembentuk 

ameloblastoma belum diketahui. (4,5) Shafer dkk (1983) mengemukakan kemungkinanameloblastoma berasal dari sumber-sumber ; sisa sel organ enamel (hertwig's sheat, epitel rest of mallassez), gangguan pertumbuhan organ enamel, epitel dinding kista odontogenik terutama

kista dentigerous dan sel epitel basal permukaan rongga mulut. (2)

Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi predileksi pada golongan penderita kulit

 berwarna. (2,6) Ameloblastoma dapat mengenai mandibula maupun maksila, paling sering padamandibula sekitar 81% - 98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi diregio molar dan

ramus, 15% regio premolar dan 10% regio simpisis. (2,3,5,7)

Gambaran klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan 6 tahun. (3,7,8)

Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat menyebabkan deformitaswajah, warna sama dengan jaringan sekitarnya, konsistensi bervariasi ada yang keras dan kadang

ada bagian yang lunak, berbatas tegas, terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual, tumor ini meluas ke segala arah mendesak dan merusak tulang sekitarnya, terdapat tanda egg shell

cracking atau pingpong ball phenomena bila massa tumor telahmendesak korteks tulang dantulangnya menipis, tidak ada rasa nyeri dan tidak ditemukan parastesi, mukosa sekitas tumor 

tidak mengalami ulserasi. Hanya pada beberapa penderita benjolan disertai ras nyeri, berkurangnya sensibilitas daerah distribusi n.mentalis dan kadang-kadang terdapat ulserasi oleh

karena penekanan gigi apabila tumor sudah mencapai ukuran besar. (1,3) Dapat dilakukan fungsi

aspirasi biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan. (9) Gigi geligi pada daerah tumor  berubah letak dan goyang. Bila terjadi infeksi sekunder maka ulserasi, fistula bahkan jaringangranulasi pun dapat dijumpai, demikian juga rasa nyeri, parestesi dan tanda-tanda imflamasi.(1,3)

Gambaran radiologis berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran seperti sarang

tawon (honey comb appearance)pada lesi yang kecil dan gambaran busa sabun (soap bubbleappearance) pada lesi yang besar. Hal ini merupakan proses osteolitik, karena ameloblastoma

Page 2: A Me Lob Last Om A

5/12/2018 A Me Lob Last Om A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a-me-lob-last-om-a-55a35beed04ea 2/8

 

tumbuh secara lambat, secara radiologis tepinya berbatas jelas halus, corticated dan curved,terdapat resorpsi akar dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal. (10) Menurut gambaran

radiologis ameloblastoma dibagi menjadi 3, yaitu: konvensional solid/multikistik (86%).unikistik (13%) dan ekstra osseous (1%). (5)

Computed tomografi (CT-scan) memberikan gambaran anatomi dari potongan jaringan secara 2

dimensi dan 3 dimensi dengan akurat. Keuntungan dari teknih ini adalah tidak terjadi gambaranyang tumpang tindih dan memberikan gambaran jaringan secara detail dari perusahaan daerahyang terlibat. (11)

Shafer dkk (1983) (1) membedakan gambaran histopatologis dari ameloblastoma menjadi:

folikuler, pleksiforn,acantomatous, granuler dan basal cell. (2) Secara hisptopatologis, terdapat pulau-pulauepitel atau lembaran yang bagian luar dilapisi sel-sel kolumnar, pada bagian tengah

ditemukan sel stelate yang menyerupai stelate retikulum dari enamel organ dan stroma terdiridari jaringan ikatfibrosa. (2) Gambaran histopatologis pada ameloblastoma, dapat hanya satu

 jenis saja atau dapat terdiri dari berbagai jenis pola. Yang paling seringditemukan adalah tipefolikuler dan pleksiform. (1-3)

Ameloblastoma mandibula dapat memperlihatkan gambaran klinis dan radiografis yang mirip

dengan kelainan lain pada mandibula. Sebagai diagnosis banding adalah:osteosarkoma,calcifying ephitelial odontogenik tumor, ossifying fibroma dan kista dentigerus. (4,5,12)

Penatalaksanaan yang tepat masih diperdebatkan. Tingkat rekurensi berkisar antara 55-90%setelah perawatan secara konservaf. (1,3) Mengingat besarnya tingkat rekurensi

Kata kunci : Ameloblastoma, reseksi enblok, Bridging plate

Pendahuluan 

Ameloblastoma merupakan suatu tumor epitelial odontogenik yang berasal dari jaringan pembentuk gigi, bersifat jinak, tumbuh lambat, penyeberangannya lokal invasif dan destruktif 

serta mengadakan proliferasi ke dalam stroma jaringan ikat.(1)

Tumor ini mempunyai kecenderungan untuk kambuh apabila tindakan operasi tidak memadai.Sifat yang mudah kambuh dan penyebarannya yang ekspansif dan infiltratif ini memberikan

kesan malignancy dan oleh karena sifat penyebarannya maupun kekambuhannya lokal makatumor ini sering disebagai locally malignancy. (2)

Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa ahlimengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan

atau iritasi lokal dalam rongga mulut. (2,3) Patogenesis dari tumor ini, melihat adanya hubungandengan jaringan pembentuk gigi atau sel-sel yang berkemampuan untuk membentuk gigi tetapi

suatu rangsangan yang memulai terjadinya proliferasi sel-sel tumor atau pembentuk ameloblastoma belum diketahui. (4,5) Shafer dkk (1983) mengemukakan kemungkinan

ameloblastoma berasal dari sumber-sumber; sisa sel organ enamel (hertwig's sheat, epitel rest of 

Page 3: A Me Lob Last Om A

5/12/2018 A Me Lob Last Om A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a-me-lob-last-om-a-55a35beed04ea 3/8

 

mallassez), gangguan pertumbuhan organ enamel, epitel dinding kista odontogenik terutamakista dentigerous dan sel epitel basal permukaan rongga mulut. (2)

Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade

4 da 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi predileksi pada golongan penderita kulit

 berwarna. (2,6) Ameloblastoma dapat mengenai mandibula maupun maksila, paling sering padamandibula sekitar 81%-98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar danramus, 15% regio premolar dan 10% regio simpisis. (2,3,5,7)

Gambaran klinik, da;am tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu tumor ini

 jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan 6 tahun. (3,7,8)Pembengkakkan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sahingga dapat menyebabkan

deformitas wajah, warna sama dengan jaringan sekitarnya, konsistensi bervariasi ada yang kerasdan kadang ada bagian yang lunak, berbatas tegas, terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan

lingual, tumor ini meluas kesegala arah mendesak dan merusak tulang sekitarnya, terdapat tandaegg shell cracking atau pingpong ball phonemena bila massa tumor telah mendesak korteks

tulang dan tulangnya menipis, tidak ada rasa nyeri dan tidak ditemukan parastesi, mukosa sekitar tumor tidak mengalami ulserasi. Hanya pada beberapa penderita benjolan disertai rasa nyeri,

 berkurangnya sensibilitas daerah distribusi n. mentalis kadang-kadang terdapat ulserasi olehkarena penekanan gigi apabila tumor sudah mencapai ukuran besar. (1,3) Dapat dilakukan fungsi

aspirasi biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan. (9) Gigi geligi pada daerah tumor  berubah letak dan goyang. Bila terjadi infeksi sekunder maka ulserasi, fistula bahkan jaringan

granulasi pun dapat dijumpai, demikian juga rasa nyeri, parestesi dan tanda-tanda imflamasi.(1,3)

Gambaran radiologis berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran seperti sarangtawon (honey comb appearance) pada lesi yang kecil dan gambaran busa sabun (soap bubble

appearance) pada lesi besar. Hal ini merupakan proses osteolitik, karena ameloblastoma tumbuhsecara lambat, secara radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat

resorpi akar dan bergesernya gigi jauh dari tempat asal. (10)Menurut gambaran radiologisameloblastoma dibagi menjadi 3 yaitu : konvensional solid/multikistik (86%), unikistik (13%)

dan ekstra osseous (1%). (5) Computed tomografi (CT-scan) memberikan gambaran anatomi dari potongan jaringan secara 2 dimensi dan 3 dimensi dengan akurat. Keuntungan dari teknik ini

adalah tidak terjadi gambaran yang tumpang tindih dan memberikan gambaran jaringan secaradetail dari pelunasan daerah yang terlibat. (11)

Shafer dkk (1983) (2) membedakan gambaran histopatologis dari ameloblastoma menjadi :

folikuler, pleksiform, acantomatous, granuler dan basal cell. (2) Secara histopatologis, terdapat

 pulau-pulau epitel atau lembaran yang bagian luar dilapisi sel-sel kolumnar, pada bagian tengahditemukan sel stelate yang menyerupai stelase retikulum dari enamel organ dan stroma terdiridari jaringan ikat fibrosa. (2) Gambaran histopatologis pada ameloblastoma, dapat hanya satu

 jenis saja atau dapat terdiri dari bebagai jenis pola. Yang paling sering ditemukan adalah tipefolikuler dan pleksiform. (1-3)

Page 4: A Me Lob Last Om A

5/12/2018 A Me Lob Last Om A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a-me-lob-last-om-a-55a35beed04ea 4/8

 

Ameloblastoma mandibula dapat memperlihatkan gambaran klinis dan radiografis yang miripdengan kelainan pada mandibula. Sebagai diagnosis banding adalah:osteosarkoma, calcifying

ephitelial odontogenik tumor, ossifying fibroma dan kista dentigerus. 94,5,12)

Penatalaksanaan yang tepat masih diperdepatkan. Tingkat rekurensi berkisar antara 55-90%

setelah perawatan secara konsevatif. (1,3) Mengingat besarnya tingkat rekurensi tersebut, pendekatan secara radikal (reseksi) dapat dipertimbangkan sesuai indikasi, meskipun berakibathilangnya sebagaian tulang rahang, bridging plate titanium dapat digunakan untuk mengganti

sebagian tulang yang hilang dan berfungsi sebagai alat rekonstruksi. Dapat juga rekonstruksidengan memasang tandur ahli tulang kalau mungkin bisa dikerjakan.

Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya jaringan yang terlibat, struktur 

histologis dari tumor dan keuntungan yang didapat. (7,13) Menurut Ohishi(14) indikasi perawatan konservatif adalah pada penderita usia muda dan ameloblastoma unikistik. Sedangkan

indikasi perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang tidak jelas, lesidengan gambaran soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan penatalaksanaan secara konservatif 

dan ameloblastoma ukuran besar. (14) Penatalaksanaan secara radikal berupa reseksi segmental,hemimandibulektomi dan reseksi marginal (reseksi enblok).

Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk mengangkat jaringan tumor denganmempertahankan kontinuitas korteks tulang mandibula bagian bawah yang masih intak. Reseksi

enblok ini dilakukan secara garis lurus dengan bor dan atau pahat atau gergaji, 1-2 cm dari tepi batas tumor secara rontgenologis yang diperkirakan batas minimal reseksi. (2,7,8,13,15) Adapun

tindakan dapat dilakukan secara intra oral maupun ekstra oral, hal ini tergantung pada seberapa besar untuk mendapat eksposure yang adekuat sampai ke ekstensi tumor.

Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik, organ ini mempengaruhi bentuk 

wajah, fungsi bicara, mengunyah dan menelan. Beberapa cara yang dapat dipakai antara laindengan menggunakan bahan aloplastik, misalnya bridging plate titanium san autogenous bone

grafting misalnya tandur tulang iga, krista iliaka dan tibia serta dapat juga secara kombinasialoplastik material dengan autogenous bone grafting.

Perawatan pasca operasi reseksi enblok mandibula: medikasi antibiotik san analgetik, tidak perlu

intermaksila fiksasi. Hindarkan trauma fisik pada muka atau rahang karena dapat menyebabkanfraktur mandibula. Jaga oral hygiene hingga luka operasi sembuh sempurna. Diet lunak 

dipertahankan 4-6 minggu. Jika diperlukan dapat dibuatkan prostesi gigi setelahdipertimbangkan bahwa telah terjadi internal bone remodeling tulang mandibula, lebih kurang 6

 bulan pasca operasi. (15,16)

Laporan Kasus 

Seorang laki-laki berusia 56 tahun datang ke bagian bedah mulut RSPAD Gatot Soebroto atas

rujuka. Keluhan timbul benjolan pada rahang bawah kiri sejak 3 tahun yang lalu, diduga suatuosteosarkoma mandibula. Tujuh tahun yang lalu (tahun 1997) timbul benjoaln sebesar biji

kacang pada rahang bawah kiri setelah satu bulan pasca pencabutan gigi geraham. Tiga tahun

Page 5: A Me Lob Last Om A

5/12/2018 A Me Lob Last Om A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a-me-lob-last-om-a-55a35beed04ea 5/8

 

yang lalu (tahun 2001) benjolan bertambah bear, tidak sakit, tidak mudah berdarah, tidak adademam dan tidak terdapat penurunan berat badan.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kompos mentis. Tanda vital dalam batas normal.

Pada mandibula kiri regio parasimpisis tampak benjolan tanpa tanda-tanda radang. Palpasi intra

oral tumor teraba menonjol ke arah bukal, ekstensi ke lingual tidak ada, ukuran 5x5x3 cm,konstensi keras, permukaan rata, batas tegas, tidak ada nyeri tekan. Gigi 34,35,38 karies profunda. Gigi 36,37,46,47 missing. Tidak terdapat pembesaran kelejar getah bening regional.

Hasil foto ronsen panoramik, tampak gambaran lesi yang samar seperti sarang tawon (honeycomb appearance) mulai regio 33 sampai 36 ukuran 5 x 3 cm, batas tidak tegas, korteks tepi

 bawah mandibula masih intak. Hasil pemeriksaan CT-scan, tampak gambaran korteks ekternacorpus mandibula kiri tidak intak lagi dan tampak reaksi periosteal luas dengan penonjolan

 jaringan lunak. Aspek lingual, korteks tampak masih intak. Kesantumor mandibula,osteosarkoma belum dapat disingkirkan. Dilakukan insisi biopsi dengan lokal anestesi, hasil

secara histopatologis sesuai dengan ameloblastoma jenis folikuler.

Penderita diputuskan untuk operasi dengan cara reseksi enblok dilanjutkan dengan pemasangan bridging plate titanium. Persiapan operasi : hasil foto torak, TB paru pasca pengobatan. Hasil

 pemeriksaan laboratorium darah dalam batas normal. Konsul dokter spesialis penyakit dalam, jantung, paru dan anastes setuju operasi. Selanjutnya penderita rawat inap, dibuat surat

 persetujuan operasi. (informed concern).

Prosedur operasi :

Dilakukan bius umum. Pembedahan melalui intraoral, dibuat flap muko periosteal denganmelakukan insisi pada sisi bukal dan lingual sepanjang garis servikal gingiva dari regio 45

sampai 38, insisi vertikal 45 derajat ke arah mucobuccal fold pada regio mesial 45. Flap dibukahingga tepi bawah mandibula, tumor diidentifikasi dan ditandai batas pemotongan 1,5 cm dari

 batas tepi tumor ke jaringan tulang sehat. Dilakukan pencabutan gigi 31,32 dan 38. Dengan bor dibuat lubang pada tulang yang sehat sesuai outline osteotomi, kemudian dihubungkan satu sama

lain sehingga tumor terpisah dari sisa tulang yang ditinggalkan, dengan menggunakan osteotomdilakukan pemotongan secara sempurna, segmen yang terdapat tumor diangkat, tulang spongiosa

diambil semua, daerah yang mencurigakan dibersihkan dengan kuret, dan bagian tulang korteksyang tajam dihaluskan dengan freser. Perdarahan umumnya minimal dan mudah dikontrol

dengan menggunakan bone wax.

Kontrol oklusi dengan memasang eyelet wiring. Bridging plate titanium dibentuk sesuai dengan bentuk tulang mandibula yang direseksi hingga mencapai kedudukan pasif. Dibuat lubang

dengan bor khusus sesuai ukuran skrup 10 mm yang akan dipasang, Bridging plate titanium

dipasang dengan menggunakan 3 skrup di regio 41,43,44 dan 2 skrup di regio 38. Eyelet wiringdibuka, luka operasi dicuci dengan larutan betadin dan NaCI 0,9%, kemudian flap didekatkandengan dijahit rapat. Massa tumor dikirim ke bagian patologi anatomi. Hasil pemeriksaan

mikroskopis:sediaan berasal dari mandibula tampak struktur trabekula diantaranya tampak sel-sel bentuk stelata dan spindle prolifetarif memadat dengan tepi menyusun palisade, intisel sedang

agak polimorf, kromatim relatif halus, sel-sel tumor bersifat infiltratif di antara jaringan ikat dan jaringan tulang. Kesimpulan histologis sesuai dengan ameloblatoma jenis folikuler. Ketika

operasi selesai, keadaan umum penderita baik.

Page 6: A Me Lob Last Om A

5/12/2018 A Me Lob Last Om A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a-me-lob-last-om-a-55a35beed04ea 6/8

 

Pembahasan 

Telah dilaporkan satu kasus seorang penderita laki-laki, 56 tahun dengan keluhan benjolan padarahang bawah kiri sejak 3 tahun yang lalu. Dirujuk dari rumah sakit dengan diagnosis diduga

suatu osteosarkoma.

Pada pemeriksaan fisik, massa tumor ukuran 5 x 5 x 3 cm, keras, batas tegas, permukaan rata,ekstensi ke lingual tidak adak ada. Foto panoramik menunjukkan lesi yang samar tampak seperti

sarang tawon dengan batas tidak tegas, korteks tepi bawah mandibula intak CT-scanmenunjukkan adanya reaksi periosteal yang luas dan osteosarkoma belum dapat disingkirkan.

Secara klinis tumor ini tidak menunjukkan perilaku seperti osteosarkoma, karena padaosteosarkoma lebih sering terjadi pada usia remaja, tumor tumbuh dengan cepat disertai rasa

nyeri dan biasanya keadaan umum penderita cepat memburuk dan terdapat penurunan berat badan yang signifikan serta sering didapatkan metastasis jauh. Pada gambaran rontgenologis

terlihat gambaran sun ray appearance. (4,5,12) Sedangkan penderita berumur 56 tahun, dari

riwayat penyakit keadaan klinis tidak menunjukkan gambaran suatu suatu osteosarkomamandibula. Untuk itu sebagai sasaran standar diperlukan suatu pemeriksaan histopatologis. Hasilhistopatologis menyimpulkan sesuai dengan ameloblastoma jenis folikuler.

Selalu terjadi kontroversi mengenai cara perawatan ameloblastoma tetapi hampir semua pakar 

sepakat bahwa pengambilan total massa tumor dengan mengikutsertakan jaringan tulang yangsehat disekitarnya akan memberikan hasilyang optimal. (17) Mengingat pola pertumbuhannya,

cenderung meluas melaui marrow space, bila pengangkatannya tidak adekuat maka tumor inisering kambuh, sehingga ameloblastoma memerlukan penatalaksanaan tindakan yang radikal.

(12) Menurut Ohishi (1999) (14) indikasi perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe soliddengan tepi yang tidak jelas, lesi dengan soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan tindakan

konservatif dan ameloblastoma dengan ukuran yang besar.

Dalam kasus ini dilakukan operasi radikal dengan tehnik enblok reseksi dan pemasangan bridging plate titanium dengan approach intra oral. Pertimbangan penatalaksaan secara reseksi

enblok karena ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang tidak jelas, ukuran lesi kecil dankorteks tepi bawah mandibula masih intak. Neville dkk(1995)(1) yang mengutip kramer seorang

ahli patologi mulut menguraikan beberapa aspek mikroskopis ameloblastoma yang mempunyaiimplikasi yang sangat berarti dalam tehnik operasi ameloblastoma. (1) Dikatakan sementara

tumor membesar sel-sel tumor menyerang dan menyelusup ke dalam ruang trabekula pada tulangspongiosa, adanya invasi sel-sel tumor ke celah-celahtulang ini menyebabkan timbulnya istilah

locally malignant oleh karena sifat khas inilah, maka enukleasi, kuret atau tehnik operasi yang

lain yang tidak mencakup bagian tulang periferal yang cukup dalam akan mutlak bersifatrekuren. Sebaliknya dia menyatakan bahwa invasi sel tumor tidak terjadi pada tulang kompakta,massa tumor hanya menyebabkan ekspansi dan resorpsi tulang kompakta, dengan demikian batasmakroskopis tumor pada tulang kompakta sama dengan batas miroskopisnya. (17)

Terdapat dua pendekatan untuk mendapat eksposure ke massa tumor yaitu melalui intra oral dan

ekstra oral. (3) Dengan pertimbangan lokasi tumor terdapat pada regio parasimpisis mandibulakiri dan pengangkatan tumor dimungkinkan dapat dilakukan dengan intra oral, massa tumor 

Page 7: A Me Lob Last Om A

5/12/2018 A Me Lob Last Om A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a-me-lob-last-om-a-55a35beed04ea 7/8

 

 beserta jaringan tulang sehat sekitarnya sejauh 1,5 cm dari batas tepi tumor dikeluarkan tanpamengganggu kontinuitas korteks mandibula. Dengan demikian kemungkinan cacat muka bisa

diperkecil.

Bila nervus mandibularis inferior sampai diinvasi oleh massa tumor, maka cukup bijaksana

untuk menginformasikan kepada penderita sebelum operasi akan kemungkinan dikorbankannyanervus tersebut. Nervus mandibularis yang menyimpan benih tumor sudah pasti akanmenyebabkan kambuh ulang tumor tersebut dikemudian hari. (12)

Pemansangan bridging plate titanium pada kasus ini sangat menguntungkan karena sisa jaringan

mandibula yang tipis difiksasi sehingga membantu dukungan terhadap mandibula dari bebanyang diterima dan mencegah terjadinya fraktur patologis. Pemilihan plate titanium karena dapat

 beradaptasi baik dengan jaringan tubuh dan bisa bertahan lama.

Setelah operasi keadaan umum penderita baik, oklusi baik, pembukaan mulut sekitar 3 cm, muka

simetris, keluhan nyeri tidak ada dan keluhan nyeri tidak ada dan keluhan baal di daerah

distribusi nervus mentalis kiri tidak ada. Mengingat sifat ameloblastoma yang cenderung rekurenwalaupun sudah dilakukan enblok reseksi, kemungkinan rekurensi tetap bisa terjadi (10%). (7)Oleh karena itu penderita dianjurkan untuk kontrol setiap 3 bulan selama 5 tahun. Bila

ditemukan adanya rekurensi dapat segera dilakukan operasi ulang. Keberhasilan reseksi blok dengan pemasangan bridging platr tergantung pada bersih tidaknya pengambilan tumor,

 pemasangan plate yang tepat dan adaptasi jaringan terhadap plate.

Kesimpulan 

1. Meskipun pemeriksaan klinis dan radiologis sangat berperan dalam menentukan suatu

diagnosis akan tetapi untuk mendapatkan diagnostik definitif perlu dilakukan pemeriksaanhistopatologis.

2. Penatalaksanaan dengan pendekatan radikal seperti reseksi enblok akan menurunkan tingkatrekurensi ameloblastoma dan memperkecil cacat muka. Pemasangan bridging plate titanium

 berfungsi sebagai penopang mandibula dan untuk mencegah terjadinya fraktur patologis.

3. Karena sifat-sifat mikroskopiknya yang bersifat lokal invasif, rekurensi tetap bisa terjadi,maka protocol follow up pasca bedah yang ketat mutlak diperlukan.

 Daftar Pustaka 

1. Neville BW, Damn DD, Alen CM, Boiqout JE. Oral and maxillofacial pathology.Philadelphia: WB Sauders Co; 1995.p.512-8.

2. Shafer GS, Hine MR, Levy BM. A text book of oral pathology, 4thed. Philadelphia: WB

Sauders Co; 1983.p.276-85.

3. Thoma KH. Oral Pathology 2nd ed, Vol 1. St.Louis: Mosby Co; 1970.p.481-9

Page 8: A Me Lob Last Om A

5/12/2018 A Me Lob Last Om A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/a-me-lob-last-om-a-55a35beed04ea 8/8

 

4. Bhaskar SN. Synopsis of oral pathology 6th ed. London: Mosby Co: 1981.p.220-6,252-6,

5. Regezi JA, Sciuba JJ. Oral Pathology clinical pathology correlation. Philadelphia: WBSauders Co; 1989.p.337-9.