98486423-analisis-kuantitatif-karbohidrat.docx
TRANSCRIPT
Analisis Kuantitatif Karbohidrat
pukul 23:08 Jumat, 25 November 2011
Analisis dan Pembahasan Pada percobaan pertama, penentuan kadar gula reduksi dengan metode Nelson –
Somogyi dibuat larutan standar dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 mg/100ml dari larutan induk
10mg/100ml, larutan standar tersebut masing-masing ditambah 1ml reagen Nelson Somogyi
yang berwarna biru. Penambahan reagen Nelson somogyi ini bertujuan untuk untuk mereduksi
kupri oksida menjadi kupro oksida yang mana K-Na-tartrat yang terkandung dalam reagen
Nelson Somogyi berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida. Selain 5
larutan standar tersebut, dibuat juga larutan blanko dari akuades yang nantinya akan digunakan
sebagai pembanding.
Setelah ditambahkan reagen Nelson somogyi, larutan yang berwarna biru sampai biru
kehijauan tersebut dipanaskan 20 menit, tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mempercepat
proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Lalu larutan didinginkan sampai 25˚C supaya
reaksi berjalan stabil, karena apabila terlalu panas kemungkinan akan ada komponen senyawa
yang rusak atau habis menguap. Kemudian ditambahkan 1ml reagen arsenomolibdat,
penambahan reagen arsenomolibdat ini bertujuan agar bisa bereaksi dengan endapan kupro
oksida. Pada peristiwa ini kupro oksida akan mereduksi kembali arsenomolibdat menjadi
molibdene blue yang berwarna biru, warna biru inilah yang nantinya akan diukur absorbansinya
dengan spectrometer. Hasil yang diperoleh, pada larutan standar semakin pekat konsentrasinya,
warna yang dihasilkan setelah penambahan reagen arsenomolibdat adalah semakin hijau
kebiruan pekat. Ditambahkan akuades 7 ml pada masing-masing larutan standar agar larutan
standar tidak terlalu pekat dan dapat terbaca absorbansinya.
Masing – masing larutan standar beserta larutan blanko diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 540 nm, karena pada panjang gelombang ini molekul gula reduksi dapat menyerap
sinar secara optimum sehingga pembacaan absorbansi dapat berjalan dengan baik. Semakin
tinggi konsentrasi dari larutan, maka nilai absorbansi yang dihasilkan akan semakin besar. Hasil
dari pengukuran adalah sebagai berikut :
Konsentrasi Absorbansi
blanko 0.089
2 mg/100ml 0.146 – 0.089 = 0.057
4 mg/100ml 0.189 – 0.089 = 0.100
6 mg/100ml 0.301 – 0.089 = 0.212
8 mg/100ml 0.370 – 0.089 = 0.281
10 mg/100ml 0.432 – 0.
Dari larutan standar tersebut, didapatkan kurva konsentrasi vs absorbansi sebagai berikut :
Kurva tersebut menunjukkan nilai Regresi linear sebesar 0.984 yang menunjukkan bahwa
kurva tersebut hampir linear atau dengan kata lain kurva tersebut cukup baik. Dan perrsamaan
kurva yang diperoleh y = 0.037 x – 0.027, yang nantinya persamaan ini akan digunakan untuk
menghitung kadar sampel gula pereduksi dan non pereduksi.
Selanjutnya adalah pengukuran sampel atau kadar gula reduksi, 1 ml sampel glukosa
ditambahkan 1 ml reagen Nelson Somogyi berwarna biru yang fungsinya untuk mereduksi kupri
oksida menjadi kupro oksida. Larutan campuran berwarna biru muda tersebut kemudian
dipanaskan untuk mempercepat proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Setelah
dipanaskan, larutan tersebut didinginkan terlebih dahulu sebelum direaksikan dengan reagen
arsenomolibdat agar stabil , karna apabila larutan terlalu panas dikhawatirkan ada komponen dari
larutan yang rusak. Setelah dingin, dengan suhu 25˚C, larutan berwarna hijau kebiruan tersebut
ditambahkan 1 ml reagen arsenomolibdat dan dikocok sampai homogen, dan dihasilkan larutan
berwarna hijau. Ditambahkan pula 7 ml akuades untuk mengencerkan larutan agar tidak terlalu
pekat, dan larutan berubah menjadi hijau kebiruan. Larutan hijau kebiruan ini yang nantinya
akan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm. Absorbansi yang dihasilkan adalah
0.382 yang harus dikurangi dengan absorbansi blako agar didapatka absorbansi murni dari
sampel (tanpa ada kandungan absorbansi dari blanko), sehingga absorbansi murni yang
dihasilkan adalah 0.293.
Kemudian dihitung konsentrasi larutan sampel glukosa dengan memasukkan nilai
absorbansi ke dalam persamaan kurva.
Y = 0.037 x – 0.027
0.293 = 0.037 x – 0.027
0.293 + 0.027 = 0.037 x
X = 8.649 mg/100ml
Konsentrasi larutan sampel glukosa atau gula reduksi yang diperoleh sebesar 8.649 mg/100ml,
yang artinya dalam 100 ml larutan sampel mengandung 8.649 mg glukosa.
Untuk percobaan kedua, yaitu penentuan kadar gula non pereduksi. Sampel yang dipakai
adalah sukrosa, dan pada sukrosa ini terkandung monosakarida glukosa dan fruktosa. Fruktosa
disini adalah sebagai gula non pereduksi. Sampel sukrosa 1 ml ditambah 0.5 ml HCl 2N, dan
dipanaskan 5 menit, baru kemudian didinginkan dan dinetralkan dengan 0.5 ml NaOH 2N untuk
menetralkan sampel agar dapat bereaksi dengan reagen-reagen lain seperti pada percobaan 1,
yang bereaksi dengan reagen dalam keadaan netral. Larutan tak berwarna tersebut kemudian
ditambah 1 ml reagen Nelson Somogyi yang bertujuan untuk mereduksi kupri oksida menjadi
kupro oksida. Larutan berubah warna menjadi biru. Kemudian dipanaskan untuk mempercepat
proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Setelah itu, larutan didinginkan pada suhu
25˚C untuk meminimalisir terjadi kerusakan pada komponen larutan apabila larutan terlalu
panas. Larutan akan stabil setelah didinginkan membentuk warna hijau kekuningan dengan
endapan berwarna oranye, kemudian barulah direaksikan dengan 1 ml reagen arsenomolibdat
yang bertujuan agar bias bereaksi dengan endapan kupro oksida. Pada peristiwa ini, kupro oksida
akan mereduksi kembali arsenomolibdat menjadi molibdene blue, yang pada percobaan ini
dihasilkan warna hijau kebiruan, yang kemudian akan dihitung nilai absorbansinya pada panjang
gelombang 540 nm.
Absorbansi yang dihasilkan adalah 0.391. Nilai tersebut masih mengandung nilai
absorbansi blanko, sehingga untuk memperoleh nilai absorbansi murni larutan, absorbansi
larutan harus dikurangi dengan absorbansi blanko sebesar 0.089, dan hasilnya diperoleh nilai
absorbansi murni 0.302. Dari nilai absorbansi tersebut, ditentukan konsentrasi sampel hidrolisis,
yang dalam hal ini adalah glukosa. Konsentrasi sampel setelah hidrolisis diperoleh dengan
memasukkan nilai absorbansi ke dalam persamaan kurva.
Y = 0.037 x – 0.027
0.302 = 0.037 x – 0.027
0.302 + 0.027 = 0.037 x
X = 8.892 mg/100ml
X merupakan konsentrasi setelah hidrolisis, yang dalam hal ini adalah glukosa. Dari hasil
ini, akan dapat diketahui konsentrasi gula non pereduksi, dalam hal ini adalah fruktosa. Fruktosa
dikatakan gula non pereduksi, padahal dalam faktanya fruktosa adalah gula pereduksi karena
mengandung gugus ketosa. Tetapi, gugus ketosa pada atom C no 2 fruktosa ini menyebabkan
fruktosa tidak mempunyai atom H yang dapat mereduksi reagen, yang artinya fruktosa tidak
dapat mereduksi reagen, sehingga fruktosa merupakan gula non pereduksi.
Sehingga dengan menggunakan rumus berikut :
Kadar gula non reduksi = kadar sebelum hidrolisis – kadar setelah hidrolisis
dapat diketahui konsentrasi dari gula non pereduksi atau fruktosa. Kadar sebelum hidolisis
merupakan kadar sampel sukrosa yaitu 10 mg/100ml.
jadi :
kadar gula non reduksi = 10 mg/100ml – 8.892 mg/100ml
kadar gula non reduksi = 1.108 mg/100ml
Dengan melihat kadar gula non reduksi atau fruktosa yang lebih kecil dari kadar setelah
hidrolisis atau glukosa, berarti sampel sukrosa yang digunakan mempunyai kadar fruktosa yang
lebih kecil daripada kadar glukosanya.
H. Kesimpulan
Dari percobaan ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Kadar gula non pereduksi yang diperoleh adalah 1.108 mg/100ml, sedangkan kadar gula reduksi
adalah 8.649 mg/100ml
2. Pada sampel sukrosa, didapatkan kadar fruktosa yang lebih kecil daripada kadar glukosa.