97426854 studi manajemen logistik obat di puskesmas mongolato kecamatan telaga kabupaten gorontalo...
TRANSCRIPT
STUDI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI PUSKESMAS MONGOLATO
KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2009
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Karlin Ui 255102
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur sepatuhnya di ucapkan kepada Allah SWT, Sang pengampun bagi
orang-orang yang mau bertaubat. Pemberi nikmat walaupun tidak pernah mengharapkan balasan.
Pengasih dan penyayang bagi orang yang bernaung atas nama cintanya. Sang pemberi inspirasi
bagi yang mau berfikir, dengan hidayahnya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan segala
keterbatasan dan kekurangan.
Terhaturkan salam pada Nabi Muhammad SAW, sang pemimpin besar revolusi dan penggagasan
demokrasi dunia yang mampu mengubah paradikma Jahiliyah modern dengan pandangan
prospektif, disegani dan disenangi baik kawan maupun lawan.
Berhasilnya penyusunan proposal ini tak lepas dari dukungan dan saran kritik dari berbagai
pihak, oleh karena itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dengan
menghaturkan penghargaan kepada Ibu Juwita Suma, SKM selaku pembimbing I, Ibu Sylva
Flora NT Tarigan, SH, M,kes selaku pembimbing II dan Ibu Hartati Inaku SKM, M,kes Terima
kasih atas segala bantuan yang tulus ikhlas serta penuh kesabaran dalam membimbing dan
mengarahkan penulis, serta limpahan ilmu yang tiada pernah ternilai.
Terima kasih yang tak terhingga pula kepada Orang tua penulis Papa tercinta Karim Ui yang
bagi penulis adalah ksatria yang slalu melindungi kami anak-anakmu kapan saja, begitu sabar
dan bijaksana dalam menghadapi masalah yang ada, tawamu seolah menyembunyikan beban
yang kau tanggung dan Mama tercinta Mariyani Bilondatu walaupun aku tidak bisa merasakan
hangatnya pelukanmu tapi dengan hadirnya engkau dalam setiap hariku aku sudah cukup bahagia
melihat wajahmu yang masih tersenyum dibalik sakit yang kau derita. Dan mereka telah
mengadaptasikan dunia terhadapku, kebijakan dan kasih sayang. Mengajariku hakikat hidup
dengan kemandirian, mengajariku bangun disaat terjatuh, melarangku berteriak disaat susah,
menunjukan cara berbagi disaat memiliki, dan membekaliku religi di saat manusia bangga
dengan keangkuhannya yang memiliki dunia dengan ilmunya begitu juga dengan Abang
tersayang Kamarudin Ui yang selalu memberikan motivasi serta dorongan baik moril maupun
materil kepada adiknya dan buat kedua adik tersayang Kamaria UI dan Kurniawan UI, dan Ibuku
yang tercinta Rukni babay yang slalu mendoakan dan memberikan dukungan serta motivasi, and
my Love big family bapu, nene, bibi ika, Om trie, Hemas, Kirana, Wenang, Ta Lina, Ta Anti,
Rosma, K ian, Yudin Tidak lupa pula buat best friend penulis Istina SKM, Widya SKM, Yuli
SKM, Maya SKM, Lhan SKM, Vivin, Echynk, Mery, Zul, K Brandes, didit dan Ucapan terima
kasih kepada Almamater Tercinta Universitas Gorontalo dan teman-temanku Angkatan
AKK/EPID 2005 FKM-UG serta semua teman-teman mahasiswa FKM-UG yang telah banyak
membantu, the last for My Lovely Briptu Idewa Gede eko wiraatmaja yang tak bosan-bosannya
memberikan semangat serta dukungan dan motivasi buat penulis.
Terselesainya proposal ini juga karena adanya referensi pendukung,oleh karena peneliti sangat
berterima kasih pada para pakar penulis buku (sebagaimana yang telah tercantum pada daftar
pustaka) yang telah saya plagiat lewat “modifikasi” bahasa sedemikian rupa baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tanpa dukungan konsep teoritik mereka peneliti akan sangat mendapat
kesulitan. Peneliti juga berterima kasih kepada :
Bpk Dr Mas`ud Idris selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo. Ibu
Hartati Hanapi SKM selaku Ketua Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Gorontalo.Seluruh dosen FKM UG yang banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan buat
penulis selama kuliah di Fakultas Kesehatan Masyrakat.Seluruh pegawai FKM UG terspecial
buat bunda Tati Mbala, S.Ag, Bpk. Ahyar Biongan, SE. Dan Ibu Iyam,S.Kom.
Kapala Puskesmas Mongolato Erna Lasabuda yang telah mngizinkan penulis untuk penelitian di
Puskesmas Mongolato dan petugas gudang farmasi Fathiya S farmasi yang slalu dengan setia
membantu penulis saat penelitian.
Kepala Kantor Satuan Bangsa dan Politik kabupaten Gorontalo yang telah sudi memberikan
rekomendasi buat si penulis.
Teman-teman seperjuangan posko Pengalaman Belajar Lapangan Desa Dutohe serta teman-
teman Patihe dan teman-teman posko Kuliah Kerja Pengabdian di Desa Ombulo.
Skripsi ini merupakan kontenplasi awal dari proses berdialektasi penulis dengan dunia akademik.
Sehingga pembaca yang sangat akrab dengan dunia penelitian akan mudah melihat kelemahan
penulis ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik yang bersifat konstruktif sebagai
langkah menuju kesempurnaan. Akhir kata semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Semoga amal perbuatan dan ibadah kita semua dapat diterima oleh ALLAH SWT. Amin
Gorontalo, Februari 2010
Penulis
ABSTRAK
STUDI MANAJEMEN LOGITIK OBAT DI PUSKESMAS MONGOLATO
KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO
TAHUN 2009
KARLIN UI
2551026
Latar Belakang: Untuk Mengetahui sejauh mana sistem manajemen logistik obat yang meliputi
Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian, dan Penghapusan obat yang ada di
Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo karena proses Manajemen sangat berpengaruh
terhadap pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan obat.
Tujuan Penelitian: Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana sistem
manajemen obat yang ada di Puskesmas Mongolato yang meliputi
Perencanaan,Pengadaan,Penyimpanan,Pendistribusian, dan Penghapusan.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Kwalitatif yaitu untuk mengetahui lebih mendalam
Manejemen Logistik obat di Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo. Teknik pengolahan
menggunakan analisis isi.
Hasil dan Pembahasan: Hasil dan Pembahasan dari penelitian ini antara lain 1). Perencanaan obat
yang ada di Puskesmas Mongolato sudah memenuhi tahap-tahap atau metode-metode yang
sesuai dengan perencanaan yang semestinya, tetapi pengorganisasiannya tidak tersruktur bahkan
tenaga ahli Apoteker tidak ada serta pada tahap pemilihan obatnya pun belum menggunakan
tahap seleksi ilmiah medik dan statistik. 2). Pengadaan obat yang ada di Puskesmas Mongolato
yaitu obat langsung di ambil di Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Pengadaannya sudah
sangat baik karena sudah memenuhi standar pengadaan obat, yang sesuai dengan peraturan
pemerintah di masing-masing instalasi Farmasi. 3) Penyimpanan obat yang ada di Puskesmas
Mongolato Kabupaten Gorontalo sudah dilakukan sesuai dengan semestinya, misalnya pada
tahap penyusunan, pemisahan serta keadaan gudang sudah sesuai dengan semestinya akan tetapi
kardus bekas obat tersebut masih berserakan di Gudang tempat penyimpanan obat. 4).
Pendistribusian obat yang ada di Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo sebagiannya sudah
berjalan dengan baik tetapi pada penyerahan di Puskesmas-puskesmas pembantu belum sesuai
dengan peraturan DEKES RI karena kurangnya tenaga dan jumlah dana yang belum tersedia,hal
ini juga terjadi di Instalasi Farmasi dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. 5). Penghapusan di
Dinas kesehatan belum berjalan dengan baik hal ini dikarenakan bahwa tidak adanya biaya serta
alat untuk memusnahkan obat tersebut.
Simpulan: Dari hasil penelitian yang ada di Puskesmas Mongolato dapat di simpulkan bahwa
Manajemen logistik obatnya belum terlalu maksimal dan dapat disarankan supaya dapat
memperbaikinya kearah yang lebih bagus agar sistem manejemen logistik obat dapat sesuai apa
yang diharapkan kedepan.
Kata kunci: Manajemen Logistik Obat, Puskesmas Mongolato
ABSTRACT
MANAGEMENT LOGISTIC STUDY MEDICINE IN MEDICAL CENTRE
MONGOLATO OF REGENCY OF GORONTALO
2009
KARLIN UI
2551026
Background: To know far system management medicine which Planning, Levyng, Distribution
and drug of exist in Medical centre Mongolato of Regency Gorontalo, because management
procces very having an effect on to health service specially at drug service.
Target: In this research aim to know how far system management medicinize exist in installation
of warehouse in Medical centre of regency Gorontalo covering Planning, Levying, Distribution
and,
Research Method: This Research Type is Qualitative that is to know more circumstantial
Management Medicinize exist in Medical centre of Regency Gorontalo. Technique of data
processing use analysis fill
Result of and Discution: Result from this research for example 1). Planning medicinize exist in
Medical centre have fullfilled the phase or metode-metode matching with Planning which
semestinya, but Organisation not yet structure even spesialist Apoteker with at its election phase
not yet used the phase select the is urudite of sis end statistic. 2). Levying medicine exist in
Medical Centre Mongolato namely medicine is direct take in oficial health of regency Gorontalo,
levying is have very good because have standart fiil Levying medicine that aggree with roles in
each Instalation Pharmacy . 3). Storage drug in Medical Centre Mongolato have aggree with
should, for example at dissociation phase, compilation phase and also warehouse aggree with but
box recetacple drug mentioned still a hurry in warehouse place storage drug. 4). Distribution
medicineze excist in Medical Centre Mongolato part some have walked according to proccedur
better, but at its delivery clinic’s halper not aggree with roles DEPKES RI because untli expert
and quantity fund not yet available, this matter also happened in Instalation Pharmacy on Duty
health of Regency Gorontalo. 5). Wiping out on Duty Health of Regency Gorontalo not yet run
with kaind, this matter because dont that exisctance expense with intrument for destroyed
medicinize mentioned.
Conclution : From research result of exist in Medical Centre Mongolato that its management not
yet too maximal and can be suggested so that can improve repair it toward nicer so that tobe its
system management earn matching with the expectation to the fore.
Keyword: Management Logistic Drug, of Medical Centre Mongolato.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... x
ABSTRACT ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
BAB II KAJIAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ....................................................................................... 8
a. Perencanaan Kebutuhan ................................................................... 10
b. Penganggaran ................................................................................... 12
c. Pengadaan ......................................................................................... 13
d. Penyimpanan .................................................................................... 14
e. Pendistribusian ................................................................................. 18
f. Penghapusan ..................................................................................... 19
B. Kerangka Berpikir ................................................................................. 20
C. Uraian Kerangka Konsep ...................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 24 B. Desain penelitian
.................................................................................. 24
C. Informan ............................................................................................... 24
D. Tekhnik Pengumpulan Data .................................................................. 25
E. Pengolahan dan penyajian Data ........................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A . Gambaran Umum Lokasi ..................................................................... 28
B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 31
C. Pembahasan .......................................................................................... 42
BAB V PENUTUPA. Kesimpulan ........................................................................................... 51
B. Saran ..................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional di arahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak
semua pihak, tidak hanya oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat
mewujudkan keadaan tersebut, salah satu diantaranya yang mempunyai peranan yang cukup
penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Kegiatan pelayanan kesehatan telah di laksanakan sampai pada masyarakat dipedesaan, baik
pelaksanaan yang bersifat kuratif maupun preventif. Dalam Undang-Undang kesehatan nomor 23
tahun 1992 pelayanan Kesehatan di Indonesia dibedakan atas puskesmas, rumah sakit, praktek
dokter spesialis, praktek dokter umum, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai
pengobatan. (Azwar, 1996). Salah satu unit pelayanan kesehatan yang utama adalah puskesmas,
dimana puskesmas adalah unit pelaksanaan tekhnis dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan, diselenggarakan melalui usaha-usaha
penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih luas dan merata bagi seluruh masyarakat dimana
salah satu program pelayanan kesehatan yang bersifat upaya pengobatan ( kuratif )
membutuhkan logistik seperti obat-obatan untuk kegiatan pelayanan kesehatan baik di
puskesmas maupun pusksemas pembantu. Sasaran Keluaran Pembangunan Kesehatan Tahun
2008 terdiri dari 22 poin diantaranya adalah : Meningkatnya cakupan pemeriksaan sarana
produksi dalam rangka Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang mencakup 45%.
Pengarahan pembangunan kesehatan pada Tahun 2008 terdiri dari 6 poin yang salah satunya
diarahkan pada peningkatan ketersediaan Obat Generik esensial, pengawasan obat, makanan dan
keamanan pangan, melalui peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, peningkatan
pengawasan obat penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA), Pengadaan
Sarana dan Prasarana BPOM dan peningkatan SDM. Melihat betapa pentingnya peranan obat
dalam pelayanan kesehatan, maka perlu adanya fungsi manajemen yang baik yaitu Perencanaan,
pengnggaran, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Penghapusan. Apabila fungsi
manajemen itu tidak berjalan dengan baik maka pencapaian tujuan tidak tercapai dengan
optimal.
Obat merupakan komponen esensial dari pelayanan kesehatan oleh sebab itu diperlukan suatu
sistem manajemen yang baik dan berkesinambungan. Dalam pelayanan kesehatan obat
merupakan salah satu alat yang tidak dapat tergantikan. Dengan demikian penyediaan obat
esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan publik maupun
swasta, karena kekurangan obat di sarana kesehatan dapat berdampak pada menurunnya
kepercayaan masyarakat terhadap institusi kesehatan, serta dapat menurunkan semangat kerja
staf pelayanan kesehatan.
Dinegara berkembang anggaran belanja obat merupakan anggaran kedua yang terbesar setelah
gaji, yaitu sebesar 40% dari segala annggaran unit pelayanan kesehatan. Menurut Depkes secara
nasional biaya untuk obat sekitar 40-50% dari seluruh biaya operasional kesehatan, sehingga
ketidakefisien dalam pengelolaan obat berdampak negatif baik secara medis maupun secara
ekonomis.
Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999, yang mengatur Kewenangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah serta UU No 25 Tahun 2002 yang mengatur tentang pertimbangan keuangan
pemerintah pusat dan daerahnya, maka keputusan-keputusan untuk menentukan suatu kebijakan
obat di daerah, tergantung pada daerah itu sendiri (Sunarsih, IM).
Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato di bawah tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten Gorontalo, Puskesmas Mongolato bertanggung jawab manajemen perbekalan
kesehatan yang meliputi Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Penghapusan.
Instalasi ini mempunyai wilayah kerja pada 8 Puskesmas Pembantu yang tersebar di Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo, Keberadaan Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato ini
mempuyai peranan penting dalam pelayanan obat di Puskesmas Mongolato itu sendiri dan
Puskesmas-puskesmas pembantu lainnya, Oleh sebab itu proses Manajemen sangat berpengaruh
terhadap pelayanan obat di Puskesmas dan di Puskesmas pembantu, karena sampai sekarang ini
ada beberapa Puskesmas pembantu yang merasakan sistem menajemen yang ada di instalasi
Gudang farmasi Puskesmas Mongolato belum berjalan dengan baik, karena masih terjadi
keterlambatan dan jumlah obat yang tidak sesuai dengan jumlah kunjungan pasien yang datang
di puskesmas pembantu.
Di instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato keterlambatan Laporan Pemakaian dan
Lembar Penerimaan Obat (LPLPO) akan mempengaruhi jadwal Perencanaan, Pendistribusian,
Pengadaan obat yang telah di tetapkan, selain itu keterbatasan dana dan alat transportasi sangat
kurang sehingga akan berdampak pada sistem manajemen yang ada di instalasi Gudang Farmasi
di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, selain itu sering terjadi
Penyimpangan obat akibat kurangnya ketersediaan jenis obat dan jumlah obat.
Sesuai data yang diperoleh di instalasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo tahun 2008 dari
Januari-Desember alokasi dana sebesar 305.293.866 dengan berdasarkan obat, satuan obat,
kemasan obat, harga PPN dan volume obat (Sumber : Skripsi Hariadi Baaman, SKM tahun
2009).
Puskesmas mongolato Dalam merencanakan obat, tidak ada perencanaan khusus, hanya sesuai
dengan perkiraan apabila obat habis, petugas langsung meminta di Gudang obat Dinas Kesehatan
Kabupaten Gorontalo. Ini sangat berdampak pada manajemen Puskesmas Mongolato karena
tidak di buatkan kompilasi atau analisa untuk di usulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
beberapa dokter yang ada di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
sering mengeluh tentang kurangnya obat di Puskesmas Mongolato hal ini dikarenakan Tidak ada
penganggaran Khusus dari Puskesmas Mongolato karena obat hanya langsung di minta di
Gudang obat dinas kesehatan Kabupaten, ini juga berdampak pada Puskesmas Mongolato dan
Puskesmas pembantu karena pada pertengahan bulan ke atas atau tanggal 20 sampai tanggal 5
sudah kehabisan obat-obat tertentu sehingga Puskesmas pembantu atau Puskesmas tidak dapat
memberikan pelayanan yang optimal dan apabila Obat di Puskesmas Mongolato terdapat yang
kadarluarsa atau expire date maka segera di kembalikan langsung di Gudang obat Dinas
Kesehatan Kabupaten Gorontalo, yang bertugas memusnahkan obat yang sudah kadaluarsa, akan
tetapi kenyataan yang ada dari tahun 2006 sampai sekarang belum melakukan pemusnahan obat,
hal ini di karenakan tidak adanya biaya dan alat untuk memusnahkan obat. Pendistribusiannya ke
Puskesmas pembantu, Puskesmas-puskesmas pembantu meminta obat dengan lembar permintaan
obat, sedangkan proses pendistribusiannya tidak sesuai dengan aturan DEPKES RI yang mana
penyerahan dan pengiriman barang ke puskesmas adalah tanggung jawab dari Instalasi Farmasi,
hal ini terjadi karena kurangnya tenaga di gudang farmasi puskesmas Mongolato maupun gudang
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, serta minimnya dana yang ada di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
Dari uraian tersebut diatas maka penelitian ini akan melihat variabel yang berkaitan dengan
pelaksanaan manajeman logistik (perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, penghapusan) di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo
B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang maka dikemukakan permasalahan yakni “bagaimana study
pelaksanaan manajemen logistik obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo Tahun 2009”
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan manajemen logistik obat di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan perencanaan obat di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
b. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan penganggaran obat di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
c. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan pengadaan obat di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
d. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan penyimpanan obat di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
e. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan pendistribusian obat di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo 2009
f. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan penghapusan obat di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi manajemen logistik serta menjadi bahan bacaan bagi peneliti
berikutnya di mana yang akan datang.
2. Manfaat bagi program pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini di harapkan menjadi salah satu masukkan bagi Puskesmas Mongolato
Kabupaten Gorontalo dalam penentuan arah kebijakan menyangkut manajemen logistik obat di
Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam rangka memperluas wawasan keilmuan dan
mencoba mengkaji manajemen logistik obat di Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengatur dilakukan melalui
proses dan diatur berdasarkan urut dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen merupakan
suatu proses untuk mewujudkan tujuan yg di inginkan.(SP. Hasbuan, 2001) Menurut george R
tery. Mnajemen adalah proses sesuatu atau yang khas yang terdiri dari tindakan2 planning,
actuating, controling, dimana pada bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian
dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan. (Azrul sAzwar). Menurut H. Koonzs Donnel manjemen berhubungan dengan
pencapaian suatu tujuan, yang dilakukan melalui orang lain. Dalam defenisi ini manajemen di
titik beratkan pada usaha memanfaatkan orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka orang-orang dalam organisasi harus jelas wewenang, tanggung jawab dan
tugas pekerjaan. Manejemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manejemen umum dalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang menjadi obyek atau sasaran
Manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. ( Notoatmodjo Soekidjo 1996).
Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Ia berusaha untuk mencapai
hasil-hasil tertentu yang biasanya diungkapkan dengan istilah objectivitas atau hal-hal nyata.
Mungkin manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata, karena tidak dilihat, tetapi hasil
kerja yang lainnya saling berkaitan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
2. Manajemen Logistik
Istilah Logistik rumah sakit dan puskesmas masih merupakan istilah yang belum lazim
digunakan, sehingga dapat dipahami jika hal ini menimbulkan persepsi yang bermacam-macam,
dari lingkungan militer yang lebih banyak menekankan pada masalah perbekalan, yang
menyangkut bahan operasional yang sifatnya habis pakai tetapi tidak termasuk dalam kategori
peralatan, persenjataan maupun perlengkapan. Tujuan dari manajemen logistik adalah
tersedianya bahan logistik setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas
yang dibutuhkan secara efisien.
Ketersediaan setiap saat dibutuhkan ini sering dirancukan dengan istilah Just In Time, yang
sebenarnya adalah salah satu metode untuk mengendalikan penyediaan bahan dalam proses
produksi sesuai pentahapannya.
Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses penggerakan dan
pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau yang potensial untuk dimanfaatkan,
untuk operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan
logistik sudah memadai, menjadi sangat sederhana, yaitu dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa
banyak persediaan yang mengganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak
bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi. Menurut Hartono (2004)
manejemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan yakni :
a. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan bahan logistik
yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun. Menurut Hartono (
2004 ) ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu :
1). Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata dipergunakan
dalam periode waktu yang lalu :
a). Jumlah sisa/persediaan pada awal periode.
b). Jumlah pembelian pada periode waktu.
c). Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode.
d). Jumlah sisa bahan logistik pada akhir periode
e). Membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan kinerja yang dicapai.
f). Membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi barang yang di
minta “habis” atau tidak ada persediaan, jumlah barang yang menumpuk, serta penyebab
terjadinya keadaan tersebut.
Metode ini sering disebut dengan metode konsumsi, yaitu melihat besarnya penggunaan periode
lalu.
2). Dengan melihat program kerja yang akan datang :
a). Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan pada periode waktu
yang akan datang, yang berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit, target kinerja
pelayanan
b). Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisasi bahan, ataupun kebijakan dalam
pengadaan. (Untuk obat misalnya ada formalarium, untuk pengadaan di RS dan puskesmas milik
Pemerintah diatur oleh Keppres
c). Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik meliputi jenis,
jumlah maupun spesifikasi bahan logistik.
d). Memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang metode ini sering
diistilahkan dengan metode epidemiologi
Dalam perhitungan dilapangan, biasanya kedua metode ini dipergunakan secara simultan dalam
arti untuk saling melengkapi. Keracunan yang sering terjadi adalah istilah perencanaan
kebutuhan disamakan dengan perencanaan pengadaan, karena keduanya memang membuat
perhitungan kebutuhan, hanya tujuannya berbeda.
Perhitungan kebutuhan diatas dilaksanakan secara berjenjang dan bertahap yaitu dimulai dari
unit / satuan kerja terkecil, kemudian sesuai dengan hierarki diteruskan keatas melalui bidang
/bagan untuk dikompilasi dan dianalisa, menjadi suatu usulan /rencana kebutuhan rumah sakit
atau puskesmas. Kebutuhan tadi dibuat dalam bentuk matriks sehingga terlihat besar kebutuhan
perjenis barang dan kapan harus disediakan (alokasi jumlah dan waktu)
b. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan ( dapat berdasarkan
harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru), sehingga akan diketahui
kebutuhan anggaran untuk pengadaan bahan logistik tersebut. Karena bahan logistik itu beraneka
ragam jenis dan sifatnya, maka pengalokasian dalam rencana anggaranpun biasanya terintegrasi
dalam berbagai mata anggaran. Mengingat bahwa bahan farmasi, obat-obatan dan alat medis
habis dipakai merupakan hal yang vital dalam pelayanan, dan mendapat porsi yang cukup besar
dalam penyediaan anggaran,maka pendalaman mengenai pengendalian bahan farmasi di rumah
sakit dan puskesmas akan mendapat porsi yang lebih banyak dalm perncanaan logistik Rumah
sakit atau Puskesmas.
Namun jika jumlah/besarnya anggaran melampaui perkiraan besarnya pendapatan, maka harus
diadakan upaya untuk meningkatkan pendapatan dan atau mengingatkan efisiensi, oleh karena
itu perlu dilakukan analisa kembali, belanja apa saja yang bisa di kurangi atau dihilangkan.
c. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan
bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur:
1). Pembelian
2). Produksi sendiri, maupun dengan
3). Sumbangan dari pihak lain, yang tidak mengikat
4). Konsinyasi, yaitu barang titipan dari supplier/rekanan untuk dijual,pembayaran dilakukan
setelah barang laku.
Khusus untuk pembelian, pada Rumah Sakit Pemerintah berlaku peaturan berdasarkan
Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000, yaitu tenteng Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Dalam Kepprers ini diatur pengadaan barang melalui prosedur
pengadaan langsung, pemilihan langsung, maupun dengan pelelangan, yang pada pelaksanaan
dilapangan kadang-kadang menimbulkan ketidak efesiensi, karena sesuatu jenis barang harganya
dapat berbeda tergantung cara pengadaannya. Akibatnya akan menyulitkan dalam menyajikan
dalam data akuntansi dan komputerisasi (sistim informasi akuntansi dan manajemen).
Penentuan kapan harus mengadakan, dalam jumlah berapa, dengan metode/cara apa barang
diadakan sangat menetukan berpengaruh dalam mewujudkan pengelolaan
d. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang sebetulnya
juga mempunyai peran strategi. Kesalahan sering terjadi adalah penerimaan barang hanya
mencocokkan dengan surat pengantar barang (faktur barang), bukan terhadap surat perintah kerja
/ surat pesanan (phurchase order =PO). Secara garis besar maka yang harus di cek kebenarannya
adalah :
1), Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan barang
terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase order (PO).
2). Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau noda dan sebagainya
yang mengindikasikan tingkat kualitas bahan.
3). Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO.
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP) barang,
biasanya rangkap tiga, dimana salah satu tembus disamping gudang sebagai dokumen
pendukung.
Berdasarkan sifat dan kepentingan baarang/bahan logistik ada beberapa jenis bahan logistik yang
biasanya tidak langsung disimpan digudang,akan tetapi diterimakan langsung kepada pengguna.
Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta
internal check (saling uji secaara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh berwenang
(Direksi).
Fungsi penyimpana ini dapat diibaratkan sebagai jantung manajemen logistik, karena sangat
menentukan kelancaran pendistribusian. Oleh karena itu maka tekhnik-tekhnik pengendalian
persediaan perlu diketahui dan dipahami secara baik. Beberapa keuntungan melakukan fungsi
penyimpanan ini adalah :
1). Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan memperkirakan
kebuthan secara tepat dan akurat
2). Untuk smenghindari kekosongan bahan (out of stock)
3). Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktasi kenaikan harga bahan
4). Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5). Untuk mempercepat pendistribusian.
Fungsi penyimpana ini disebut jantung dari manajemen logistik karena dari sini dapat diketahui
apakah tujuan manajemen logistik tercapai atau tidak. Sehingga salah satu indikator keberhasilan
manajemen logistik adalah pengelolaan gudang tempat penyimpanan. Harap diingat bahwa
tujuan manajemen logitik adalah ketersediaan bahan setiap dibutuhkan
Ada beberapa teori yang diberikan sebagai teori untuk mengendalikan persediaan ini, namun
dalam penerapannya harus hati-hati, karena suatu teori baru dapat diterapkan telah dipenuhi.
Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian persediaan dipersyaratkan antara lain:
1). Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.
2). Kesinambungan pemasok dapat dijamin.
3). Sistem informasi logistik yang terintegrasi dalm sistem informasi manajemen, memadai
4). Pengawasan intern (intenal Auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen
5). Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6). Reward and punishment system yang konsisten dan konsekuen.
7). Tersedia gudang dan pngelolaan yang memadai.
8). Anggaran yang cukup.
Teori yang dikenal dalam pengendalian persediaan adalah ABC system.
Dengan ABC Index kritisnya, EOQ (Economic Order Quality), JIT (Just In Time), Kanban
System, dan lain sebagainya, namun teori ini dipergunakan dalam persediaan perusahaan yang
memproduksi barang fisik.
Produk yang dihasilkan oleh rumah sakit adalah jasa, yang sifatnya intangibel , dan jasa
pelayanan medik yang diberikan tergantung dari jenis penyakit yang akan di obati. Dengan
demikian menjadi sangat sulit untuk dapat menebak pasien dengan kasus apa yang akan datang
kerumah sakit. Untuk jenis penyakit yang sama saja obatnya berbeda tergantung jenis kelamin
,umur , keadaan pasien (kondisi umum) dan tergantung siapa dokternya. Dengan demikian maka
pengendalian persediaan obat dan bahan farmasi tidak dapat menerapkan teori diatas secara
konsekuen.
Oleh karena itu metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan adalah dengan
memperhatikan sifat barang / obat apakah termasuk barang vital, Esensial atau Normal (VEN
System), digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk Fast atau Slow moving.
Kombinasi kedua methode ini selama periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau
penggunaannya akan diketahui jumlah rata-rata penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi
permintaannya.
Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditetapkan berapa besar jumlah :
1). Persediaan minimal /jenis barang/bulan
2). Persediaan maksimal/jenis barang/bulan
3). Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (duration) waktu peyediaan
sejak pesanan diterima rekanan/suplier sampai barang diterima oleh rumah sakit (ini disebut
Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada sistem FIFO (first in first out) dan LIFO (last in first out),
namun dalam kenyataan di lapangan, yang di praktekkan hanyalah sistem fifo, sedangkan
methode lifo hanya dig unakan dalam sistem akuntansi persediaan, karena ini akan berdampak
pada perhitungan harga pokok penjualan dan dalam penyusunan laporan rugi laba. Khusus untuk
rumah Sakit seharusnya fifo juga harus di baca sebagai firs expired first out (FEFO), mana yang
mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dulu, tidak tergantung
kapan diterimanya digudang.
e. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan mempengaruhi
kecermatan dan kecepatan penyediaan,oleh karena itu harus ditetappkan prosedur baku
pendistribusian bahan logistik, meliputi:
1). Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan kewajaran
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun waktu penyerahannya. Hal ini
sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2). Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan dan pengeluaran
barang dari gudang. Di Rumah Sakit Pemerintah biasanya penanggung jawab gudang sekaligus
bertindak selaku Bendaharawan Barang.
Pendistribusian bahan logistik selain dapat juga dilaksanakan berdasarkan par level metode, yaitu
standarisasi jumlah bahan logistik tertentu untuk ruang tertentu. Kemudian setiap hari petugas
gudang mengecek beberapa banyak bahan yang telah di gunakan, kemudian mengisi kembali
agar jumlah bahan tetap.
f. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab bendahara barang atas bahan atau
barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku penghapusan
barang diperlukan karena :
1). Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2). Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur ulang
3). Bahan/barang sudah melewati masa kadalursa (expire date)
4). Bahan/ barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1). Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2). Dijual/dilelang. Untuk RS Pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus disetor ke kas
negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang tembusannya
dikirim keinstansi yang berkompeten.
B. Kerangka Berpikir
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh keluarga, kelompok
dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan tersebut, salah satu diantaranya
yang mempunyai peranan cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Salah
satu unit pelayanan kesehatan yang utama adalah puskesmas, dimana puskesmas adalah Unit
pelaksana teknis dinas Kesehatan Kabupaten /Kota yanng bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan, di selenggarakan melalui usaha-usaha
penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih luas dan merata bagi seluruh masyarakat dimana
salah satu program pelayanan kesehatan yang bersifat upaya pengobatan ( kuratif) membutuhkan
logistik seperti obat-obatan untuk kegiatan pelayanan kesehatan baik di Puskesmas pembantu,
oleh karena itu sangat diperlukan penerapan manajemen sehingga kebutuhan logistik dapat
dipenuhi baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan sacara efisien dengan
kebutuhan di masing-masing unit pelayanan.
Ketersediaan setiap saat dibutuhkan ini sering dirancukan dengan istilah Just In Time, yang
sebenarnya adalah salah satu methode untuk mengendalikan penyediaan bahan dalam proses
produksi sesuai pentahapannya. Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai
proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau yang
potensial untuk dimanfaatkan, untuk mewujudkan ketersediaan bahan logistik, setiap saat
dibutuhkan untuk operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah
pengelolaan logistik sudah memadai, menjadi sangat sederhana, yaitu dengan menilai apakah
sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu
terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi. Menurut
Hartono ( 2004 ) manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan yakni
perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan
penghapusan
Berikut ini adalah kerangka konseptual yang merupakan pola pikir penulis dalam penelitian :
C. Uraian kerangka konsep
a. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan kebutuhan adalah menghitung berapa besar keutuhan bahan logistic khususnya
obat-obatan yang diperlukan untuk periode waktu tertentu.
b. Penganggaran
Penganggaran adalah menghitung kebutuhan anggaran untuk pengadaan bahan logistik yang
dibutuhkan bardasarkan harga satuan (dapat berdasarkan harga pembelian waktu yang lalu atau
menurut informasi harga terbaru), sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaan
bahan logistic tersebut.
c. Pengadaan
Pengadaan adalah merupakan semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan bahan logistic
yang telah direncanakan, baik melalui prosedur: pembelian, produksi sendiri, maupun dengan
sumbangan dari pihak lain, yang tidak mengikat, konsinyasi yaitu barang titipan dari
supplier/rekanan untuk dijual, pembayaran dilakukan setelah barang laku.
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah proses penggudangan bahan logistic (obat-obatan) bertanggal berdasarkan
jenis, tanggal kadaluarsa, tanggal penerimaan serta melihat tingkat kebutuhan dari masing-
masing unit pelayanan kesehatan.
e. Pendistribusian
Pendistribusian adalah merupakan suatu tahapan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing unit pelayanan kesehatan didasarkan kepada permintaan, atau melalui
standarisasi jumlah bahan logistic tertentu untuk ruang tertentu.
f. Penghapusan
Penghapusan adalah proses menghapus tanggung jawab bendahara barang atau pengelola barang
atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, karena barang rusak tidak dapat dipakai kembali, sudah melewati masa
kadaluasa (expire date) .
BAB III
METODDE PENELETIAN
A. Waktu Dan Tempat penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan, Penelitian dilakukan di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu untuk menggali sejauh manajemen system
manajemen logistik obat di puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009.
C. Informan
1. Informan Kunci
Informan kunci adalah Kepala Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
2. Informan Biasa
Informan biasa adalah petugas kesehatan pengelola obat yang ada di Puskesmas Mongolato
Kecamatan telaga Kabupaten Gorontalo, dan pegawai bidang pelayanan kesehatan dinas
kesehatan Kabupaten Gorontalo.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
1. Data primer.
Data primer diperoleh melalui wawancara yang mendalam (Indepth Interview) dengan
menggunakan pedoman wawancara, tape recorder.
2. Data sekunder.
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
E. Definisi Operasional Variabel
a. Manajemen
Manajemen adalah alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta memudahkan terwujudnya
suatu organisasi perusahaan, karyawan, atau masyarakat kea rah yang lebih baik.
Manajemen obat adalah alat ukur kuanitatif yang dapat digunakan sampai sejauh mana tujuan
atau hasil yang telah dicapai serta dapat meningkatkan mutu pelayanan yang ada disetiap
instalansi.
b. Perencanaan
Yang dimaksud dengan perencanaan obat dalam penelitian ini adalah tahap pemilihan obat,
tahap kompilasi obat, tahap perhitungan kebutuhan obat, tahap proyeksi kebutuhan obat, dan
tahap penyesuaian rencana pengadaan obat
Perencanaan dikatakan baik apabila sudah sesuai dengan tahap pemilihan obat, tahap kompilasi
obat, tahap perhitungan kebutuhan obat, tahap proyeksi kebutuhan obat, dan tahp penyesuaian
rencana pengadaan obat.
c. Penganggaran
Yang dimaksud dengan penganggaran dalam penelitian ini adalah menghitung kebutuhan
anggaran untuk pengadaan bahan logistic yang dibutuhkan berdasarkan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembelian waktu yang lalu atau menurut informasi harga terbaru).
Penganggaran dikatakan baik apabila sudah sesuai dengan penghitungan kebutuhan anggaran
untuk pengadaan bahan logistic yang dibutuhkan berdasarkan harga satuan (dapat berdasarkan
harga pembelian waktu yang lalu atau menurut informasi harga terbaru).
d. Penyimpanan
Yang di maksud dengan penyimpanan dalam penelitian ini adalah proses penggudangan bahan
logistic (obat-obatan) bertanggal berdasarkan jenis, tanggal, kadaluarsa, tanggal penerimaan.
Penyimpanan dikatakan baik apabila sudah sesuai dengan proses penggudangan bahan logistic
(obat-obatan) bertanggal berdasarkan jenis, tanggal, kadaluarsa, tanggal penerimaan.
e. Pendistribusian
Yang dimaksud dengan pendistribusian dalam penelitian ini adalah melaksanakan penyerahan
obat, menentukan frekuensi distribusi obat, dan melaksanakan penyerahan obat di Puskesmas
pembantu.
Pendistribusian yang baik apabila sudah sesuai dengan tahap penyarahan obat, menentukan
frekuensi distribusi obat, dan melaksanakan penyerahan obat di Puskesmas pembantu.
f. Penghapusan
Yang dimaksud dengan penghapusan dalam penelitian ini adalah proses menghapus tanggung
jawab bendahara barang atau pengelola barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus
mengeluarkan dari catatan/pembukuan sesuai dengan peraturan yang berlaku, karena barang
rusak tidak dapat dipakuai kembali, sudah melewati masa kadaluarsa (expire date).
F. Pengolahan Dan penyajian Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual.
2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk narasi
3. Teknik Analisa Data
Analisa data dengan cara content Analysis yaitu mencari jawaban yang .berbeda dari informan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
1. Sosiologi Demografi
Puskesmas Mongolato merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di kecamatan Telaga dan
berada dekat dengan Ibukota Propinsi Gorontalo.Puskesmas Mongolato mempunyai wilayah
kerja 18,18 KM2, dan wilayah kerja terdiri dari 9 desa : 7 desa biasa yaitu desa Bulila, desa
Mongolato, desa Dulohupa, desa Pilohayanga Barat, desa Hulawa, desa Luhu, desa Pilohayanga,
dan 2 desa tersulit yaitu desa dulamayo selatan dan desa Dulamayo Barat.
Tabel 4.1
Wilayah kerja Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009
No Wilayah Kerja Puskesmas Luas Wilayah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Desa Pilohayanga Induk
Desa Pilohayanga Barat
Desa Hulawa
Desa Luhu
Desa Mongolato
Desa Bulila
Desa Dulohupa
Desa Dulamayo Barat
Desa Dulamayo Selatan
2,42 km²
1,93 km²
2,13 km²
2,18 km²
2,67 km²
2,19 km²
2,32 km²
1,16 km²
1.18 km²
Jumlah 18.18 km²
Sumber : Data Sekunder Tahun 2009
Tabel 4.1. menunjukan bahwa dari 9 desa wilayah kerja Puskesmas Mongolato desa yang terluas
adalah desa mongolato dengan luas wilayah 2,67 km² dan desa terkecil adalah desa Dulamayo
Barat dengan Luas wilayah 1,16 km²
2. Fasilitas
Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari fasilitas kesehatan yang ada di puskesmas yaitu
Tabel 4.3
Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009.
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Poskesdes
Posyandu
Rumah Dinas
Kenderaan Roda dua
Mobil Ambulance 1
4
8
9
6
10
2
Jumlah 40
Sumber : Data Sekunder Tahun 2009.
Tabel 4.3 menunjukan fasilitas yang ada di Puskesmas yaitu Puskesmas 1, Puksesmas pembantu
4, Poskesdes 8, Posyandu 9, Rumah dinas 6 unit, kendaraan berodah 2 10 buah, dan mobil
ambulance 2 buah.
3. Ketenagaan
Tabel 4.4
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009.
Tenaga Kesehatan Jumlah
Dokter Umum
Dokter Gigi
Dokter spesialis
Sarjana Kesehatan Masyarakat
D3Kebidanan
D3Keperawat
Perawat gigi
Tenaga Gizi
Tenaga Farmasi
SPK
D1Kebidanan
Tenaga kesling
Tenaga Analisis kesehatan 3
Jumlah 39
Sumber : Data Sekunder Tahun 2009.
Tabel 4.4. menunjukan bahwa tenaga pegawai yang ada di Puskesmas Mongolato adalah 39
tenaga kerja dimana jumlah dokter berjumlah 5 orang dokter umum berjumlah 3 orang, dokyer
gigi 1 orang, dokter spesialis 1 orang. Untuk tenaga kesehatan masyarakat berjumlah 5 orang, D3
Kebidanan 2 orang, D3 keperawatan 8 orang, perawat gigi 1 orang, tenaga gizi 3 orang, tenaga
Farmasi 2 orang, D1 kebidanan 7 orang, SPK 4 orang, Tenaga Kesling 1 orang, dan analisis
kesehatan 1 orang.
5. Peran Serta Masyarakat.
Keadaan peran serta masyarakat diwilayah kerja puskesmas Bohabak Kecamatan Telaga adalah :
Jumlah Posyandu : 9 Unit.
Jumlah Kader : 45 Orang.
Jumlah Yang Aktif : 45 Orang.
B. Hasil Penelitian
Penelitian tentang studi manajemen obat di Gudang puskesmas Mongolato kecamatan telaga
Kabupaten Gorontalo yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Desember – 22 januari dengan
menggunakan metode wawancara mendalam (idepth interview) kepada informan biasa dan
informan kunci, informan biasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah staf PNS yang ada di
puskesmas Mongolato Kecamatan telaga Kabupaten Gorontalo dan informan kunci adalah
Kepala Puskesmas Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
Untuk informan biasa yaitu seorang Pegawai negri sipil lulusan S1 farmasi yang belum lama
bertugas di gudang farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
sedangkan informan kunci adalah Kepala puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontaloyang merupakan penentu kebijakan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo.
Adapun hasil wawancara mendalam tentang Manajemen obat di Gudang Farmasi Puskesmas
Mongolato kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo adalah sebagai berikut :
1. Hasil Indepeth Interview dengan Informan Biasa
a. Perencanaan obat
Hasil wawancara yang diperoleh dengan informan biasa yaitu seorang pegawai negri sipil
lulusan S1 farmasi, yang baru 1 tahun bertugas di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato
Kecamatan telaga Kabupaten Gorontalo serta sangat berperan aktif dalam perencanaan obat yang
ada di instalasi Gudang farmasi, selain itu beliau berperan aktif terhadap Apotik Puskesmas
Mongolato, karena di Puskesmas Mongolato belum ada ahli Apoteker. Hal ini tidak sesuai
dengan aturan Depkes RI, dan ini sering dikeluhkan oleh staf instalasi Gudang Farmasi dan
Apotik Puskesmas Mongolato. Dan juga sudah pernah diajukan untuk penambahan tenaga sesuai
denga kebutuhan dan profesi melalui Dinas Kesehatan, tetapi sampai sekarang ini belum ada
realisasinya, seperti indepth interview berikut ini :
“ Yang bertugas di gudang farmasi di Puskesmas ini hanya saya sendiri, saya yang mengatur
kegiatan perencanaan ,pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian selain itu saya juga yang
berperan mengatur di apotik, karna di puskesmas ini tidak ada ahli apoteker .” (FY, 24 Desember
2009)”
Pegawai yang ada di instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Kabupaten
Gorontalo mempunyai latar pendidikan yang berbeda-beda. Dimana masih belum memenuhi
standar tenaga teknis karena disamping kurangnya pegawai ternyata ahli apoteker belum ada,
hanya 1 orang yang latar pendidikannya dari S1 Farmasi, sedangkan 2 lainnya dari SMA
sehingga pembagian tugas di Gudang Farmasi disesuaikan dan di maksimalkan mengingat
kondisi jumlah tenaga yang sangat terbatas, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“ Tenaga ahli apoteker belum ada hanya saya sendiri yang mengatur dan memenej di gudang
farmasi skaligus di apotik sedangkan latar pendidikan saya S1 Farmasi yang lainnya berlatar
belakang SMA, jadi depe pembagian tugas disesuaikan karna memngingat kondisi tenaga yang
sangat terbatas” (FY, 24 Desember 2009)
Perencanaan obat di Instalasi Gudang Farmasi Puskesma Mongolato Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo pada umumnya mengikuti kaidah yang ada dari proses perencanaan obat.
Pada tahap perencanaan obat di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato di buat
perencanaan berapa banyak kebutuhan obat dalam jangka waktu 1 bulan dan dibuatkan laporan
pemakaian bulan lalu dan permintaan bulan ini, laporan di masukan di Gudang Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten, setelah di Acc Permintaan, Petugas Puskesmas Mongolato menjemput
obat yang di minta tersebut, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Tahap perencanaan disini, pertama torang buat perencanaan sbrapa banyak kebutuhan obat
dalam jangka waktu 1 bulan trus saya buat laporan pemakaian bulan lalu dan permintaan bulan
ini trus saya kase masuk di Gudang Farmasi Dikes, setelah orang di Dikes Acc permintaan brapa
hari kemudian petugas langsung datang ambil itu obat yang torang so pesan tadi” (FY 24
Desember 2009).
Jawaban yang sebanding juga dengan jawaban informan sebelumnya yaitu :
“ Puskesmas itu dorang 1 bulan 1 kali datang min obat di Gudang dengan torang lia depe
LPLPO, tapi kalu tiba-tiba dorang pe pemakaian itu talebe atau obat yang dorang datang minta
itu kurang, dorang datang minta ulang di Gudang..
Dalam Perencanaan obat Instalasi Gudang Farmasi hanya melihat dan mengamati obat apa saja
yang dibutuhkan pasien secara khusus dan Puskesmas secara umum, seperti pada cuplikan
indepth interview berikut ini :
“Pada perencanaan obat disini yang torang lakukan hanya melihat dan mengamati obat apa saja
yang pasien butuhkan secara khusus dan Puskesmas secara umum” (FY, 26 Desember 2009).
Indikator Puskesmas Mongolato dalam merencanakan kebutuhan obat yaitu dilihat dari penyakit
yang menonjol dan yang palng banyak dikeluhkan pasien, seperti pada cuplikan indepth
interview berikut ini :
“Indikator yang torang pake hanya dilihat dari penyakit menononjol dan dari penyakit yang
paling banyak dikeluhkan pasien” (FY, 26 Desember 2009).
Perencanaan obat di Instalasi Gudang Farmasi sudah terakomodir karena semua obat yang
dibutuhkan pasien, selalu dapat dipenuhi kecuali obat paten, seperti pada cuplikan indepth
interview berikut ini :
“Sejauh ini terakomodir dengan baik karena semua obat yang dibutuhkan pasien slalu dapat
dipenuhi terkecuali obat paten” (FY, 26 Desember 2009)
b. Pengadaan dan Penganggaran obat
Hasil yang diperoleh dari informan biasa mengenai Pengadaan dan pembiayaan obat di Instalasi
Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato yaitu tidak ada pengadaan dan pembiayaan secara
khusus karena semua logistikobat dari Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo, sedangkan dari Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo
biasa mengenai pengadaan dan pembiayaan obat adalah hasil dari anggaran kesehatan yang
diberikan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan kemudian menentukan anggaran
biaya pengadaan obat, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini
“Di sini tidak ada pengadaan khusus apalagi pembiayaan karena semua itu yang urus dari Dikes
torang disini hanya tau ada” (FY, 28 Desember 2009).
Hasil jawaban dari Informan biasa yang ada di Instalasi Gudang Farmasi sebanding juga dengan
jawaban informan sebelumnya yaitu :
“ Pembiayaannya itu dari PEMDA kemudian ke Dinas Kesehatan dulu baru dari Dinas tetapkan
anggaran untuk obat sampe dia punya segala macam di gudang ini belum di ketahui berapa
anggaran obatnya tapi kalu 2008 yang lalu itu anggarannya itu 300 juta lebe semua untuk
pengadaan obat sampe so semua yang di Gudang ini” (MK, 8 Januari 2009”).
c. Penyimpanan
Hasil jawaban pada proses penyimpanan obat di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas
Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu setelah menerima obat dari Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten, petugas Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato mengatur
dan mengelompokkan sesuai dengan bentuk sediaan. Seperti pada cuplikan indepth interview
berikut ini :
“setelah menerima obat dari Gudang Farmasi dikes, obat diatur, lalu saya kelompokkan sesuai
dengan bentuk sediaan, misalnya infuse, oral, injeksi, obat tetes dan alat kesehan” (FY, 28
Desember 2009).
Proses penyimpanan obat Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato sudah sesuai dengan
fungsinya masing-masing, dapat di lihat dari cuplikan indepth interview berikut ini
“Proses penyimpanan obat disini torang sesuaikan, misalnya untuk obat psikotropuik dan
narkotika torang disendirikan dengan obat yang lain, injeksi penyimpanannya, suhu rendah 20
derajat di simpan di kulkas seperti metergen injeksi oksitoksin deng lain-lain” (FY, 28
Desember)
d. Pendistribusian
Hasil jawaban yang diperoleh pada prosedur yang dilakukan Puskesmas Mongolato Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo dalam rangka permintaan obat ke instalasi Gudang Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Gorontalo yaitu Puskesmas memasukan LPLPO ke instalasi Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan pada setiap bulannya setelah di Acc disendirikan obat yang di minta
Puskesmas dan di cek kembali bersama-sama obat yang diminta kemudian dari instalasi Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo menyerahkan obat sesuai jumlah permintaan
Puskesmas Mongolato dengan cara melakukan penanda tanganan dokumen mutasi barang oleh
kepala Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dengan pengelola di Gudang
Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
”Prosedur yang dilakukan dalam permintaan obat di Gudang Farmasi Dikes, sama dengan
puskesmas yang laeng, torang kase maso LPLPO, setelah di Acc saya datang kesana torang cek
kembali antara saya dengan gudang bersama-sama cek obat-obat yang saya minta, setelah diatur
langsung saya bawa ke puskesmas, trus dilakukan penanda tanganan dokumen mutasi barang
oleh kepala Gudang Farmasi Dikes dengan pengelola puskesmas sini” (FY, 30 Januari 2009).
Prosedur penyerahan obat dari Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten gorontalo
ke Puskesmas-puskesmas pembantu yaitu Bidan pengelola puskesmas Pembatu memberikan
permintaan obat yang dibutuhkan setelah itu pengelola Instalasi Gudang farmasi Puskesmas
Mongolato menyediakan obat sesuai dengan permintaannya. Apabila obat tidak mencukupi
minimal di kasih setengah dari yang ada, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Bidan pengelola Puskesmas pembantu memberikan permintaan obat yang diibutuhkan pa saya,
estelah itu saya sediakan sesuai dengan depe permintaan apabila obat di psini tidak mencukupi
minimal saya kasih setengahnya” (FY, 30 januari 2009).
Hambatan dan masalah dalam pendistribusian yang di hadapi Puskesmas Mongolato yaitu obat
yang dibutuhkan kurang, cara mengatasinya minimal dikasih obat sedikit yang penting sudah
ada, mengingat banyaknya pasien rawat inap maupun rawat jalan yang membutuhkan obat.
seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Hambatannya obat kurang, depe cara torang atasi, yah minimal dikasih biar Cuma sadiki yang
penting ada torang kase karna disini le banyak obat yang torang butuhkan” (FY, 5 Januari 2009)
e. Penghapusan
Hasil dari indepth interview tentang penghapusan obat yaitu tidak ada Penghapusan secara
khusus di Puskesmas Mongolato karena obat yang sudah kadaluarsa atau expire date
disendirikan dan dikembalikan di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo,
Sedangkan di Dinas Kesehatan Kabupaten sejauh ini belum ada penghapusan, hal ini
dikarenakan bahwa kurangnya biaya untuk memusnahkan obat, dan tidak ada alat insinerator
yaitu alat untuk memusnahkan obat. seperti pada cuplikan indepth interview dengan informan
kunci di Puskesmas Mongolato dan di Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
berikut ini :
“Disini tidak ada penghapusan, kalo obat saya lihat so kadarluarsa saya somo kase sandiri di satu
tampa baru saya kase kembali di Gudang Dikes” (FY, 5 Januari 2009).
“Sejauh ini dari tahun 2006 sampe sekarang di sini belum ada penghapusan karena tidak ada alat
insinerator dengan depe biaya kurang, klopun mo tanam itupun harus pake semen sedangkan
semen mo bli dengan doi” (MK, 8 Januari 2009).
2. Hasil indepth interview dengan informan kunci
a. Perencanaan
Perencanaan obat yang ada di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu dilihat dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Telaga,
seperti pada cuplikan indepth interview dengan informan kunci berikut ini :
“Kalu perencanaannya disini kita lihat dari setiap jumlah pemakaian puskesmas pokoknya
disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang ada di Puskesmas Mongolato… (EL, 20 Januari
2009)
b. Pengadaan
Dari hasil indepth interview dengan informan kunci bahwa proses pengadaan obat di Puskesmas
Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu tidak ada pengadaan khusus karena
semua obat hanya langsung diambil di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo,
seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Disini tidak ada pengadaan karena semua hanya tinggal di ambil di Gudang Farmasi Dikes.
c. Penyimpanan
Hasil dari jawaban tentang proses penyimpanan obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu obat di atur dan dikelompokkan sesuai dengan fungsinya atau
bentuk sediaan, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Kalau penyimpanan obat disini disesuaikan dengan depe bentuk sediaan…
d. Pendistribusian
Hasil dari jawaban tentang proses permintaan obat dari Puskesmas Mongolato Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo ke Instalasi Gudang Farmasi dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo
dilakukan dengan cara memberikan LPLPO kepada Gudang Farmasi Dinas Kesehatan, seperti
pada cuplika indepth interview berikut ini :
“Kalau Permintaan obat ke Gudang farmasi Dikes, torang kase masuk LPLPO …
Hasil jawaban tentang proses penyerahan obat dari Gudang Farmasi bahwa informan kunci tidak
terlalu tahu karena yang bertugas dalam pendistribusian obat itu adalah pegawai yang ada di
Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Kalau depe pendistribusian itu saya belum terlalu jelas karena yang bertugas disitu adalah
petugas yang di gudang, dan saya sudah serahkan semuanya pada tya karna dia lebih tahu
tentang itu”..
Hasil jawaban tentang proses penyerahan obat dari puskesmas ke pasien yaitu Puskesmas
menyerahkannya dengan cara sesuai dengan penyakit yang dialami pasien, selain itu juga
Puskesmas Mongolato menyerahkan kepada Pustu-pustu kepada Bidan Desa yang bertugas di
Pustu, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Penyerahan obat dari Puskesmas kepasien itu tergantung penyakit atau sakit yang diderita
pasien itu..
… Puskesmas juga memberikan obat di Pustu-pustu melalui Bidan Desa
e. Penghapusan
Hasil indepth interview pada proses penghapusan di puskems Mongolato kecamatan telaga
Kabupaten Gorontalo yaitu tidak ada penghapusan karena obat yang sudah kadarluarsa atau
expire date langsung dikembalikan di Gudang obat Dinas Kedsehatan Kabupaten Gorontalo,
seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Disini tidak ada penghapusan karena kalau obat sudah kadarluarsa langsung torang kase pulang
di Gudang Dikes..
C. PEMBAHASAN
1. Perencanaan obat
Berdasarkan hasil dari penelitian maka perencanaan obat yang di instalasi Farmasi Puskesmas
Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo sudah memenuhi tahap-tahap atau metode
yang sesuai dengan perencanaan obat. Tahap-tahap metode yang dimaksud adalah misalnya pada
tahap pemilihan obat dilihat sesuai dengan kebutuhan pasien yang ada di Puskesmas Mongolato
serta membuat LPLPO yaitu laporan permintaan dan penerimaan obat kepada Gudang farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, dan indikator perencaannya mengacu pada penyakit
yang menonjol dan yang sering dikeluhkan pasien, sedangkan pada tahap pengadaan tidak ada
pengadaan secara khusus karena obat hanya langsung diambil dari instalasi gudang farmasi di
Dinas kesehatan kabupaten Gorontalo, tahap pemilihan obat belum mrnggunakan tahap seleksi
ilmiah medik dan statistik serta tidak menggunakan berdasarkan pola penyakit tetapi hanya
LPLPO, Semua obat yang ada di Puskesmas Mongolato sudah dapat dipenuhi kecuali obat paten
atau obat generik.
Hal ini diketahui oleh peneliti pada saat melakukan indepth interview pada tanggal 22 Desember
– 22 Januari, bahwa pada tahap pemilihan obat belum menggunakan tahap seleksi ilmiah medik
dan statistik karena keterbatasannya tenaga yang ada di Instalasi Farmasi Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, yang dimaksud dengan seleksi ilmiah medik dan
statistik yaitu untuk melakukan kajian seleksi ilmiah medik terhadap obat generik atau mengenai
khasiat obat.
Perencanaan obat yang dimaksud untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai
dengan kebutuhan serta menghindari terobosan akan obat dan meningkatkan keadaan obat secara
ekonomis, sejalan penelitian Hariyadi Baaman (2009) bahwa perencanaan kebutuhan obat harus
melibatkan beberapa petugas khususnya di Gudang obat, begitu juga menurut Fajriani Tahir
(2003) mengatakan bahwa perencanaan obat merupakan salah satu usaha untuk menghindari
terjadinya kelebihan dan kekurangan obat serta memenuhi dan mengoptimalkan kebutuhan obat
bagi sarana kesehatan.
Menurut Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes tahun 2003
bahwa kegiatan perencanaan kebutuhan obat adalah :
Tahap pemilihan obat yaitu :
a. Obat pilih seleksi ilmiah medik dan statistik yang memberikan efek tetapi jauh lebih baik
dibandingkan dengan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari duplikasi dan kesamaan
jenis.
c. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik.
d. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih
baik dibanding obat tunggal.
e. Apabila obat banyak maka kita memilih berdasarkan Drug of choice dari penyakit yang
prevalensinya tinggi.
Dari hasil indepth interview yang dilakukan tanggal 24 Desember – 20 Januari 2010 bahwa
jumlah tenaga yang ada di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga
Kabupaten gorontalo belum ada tenaga ahli apoteker hanya 1 orang dari S1 Farmasi dan 2
lainnya yang bertugas di Apotik berlatar pendidikan SMU, sehingga perencanaannya dilakukan
secara bersama karena tidak adanya struktur organisasi pada Instalasi Gudang Farmasi
Puskesmas Mongolato itu sendiri atau tidak ada yang menangani khusus pada bidang
perencanaan
2. Pengadaan Obat
Pengadaan obat yang ada di Instalasi Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo yaitu tidak ada pengadaan khusus karena semua obat langsung diambil dari
Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, sedangkan Pengadaan obat di Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dilakukan dalam 1 tahun 4 kali serta dari
puskesmas meminta obat 1 bulan 1 kali serta dilakukan perhitungan perkapita penduduk, biaya
obat pada tahun 2008 adalah sebesar 300an juta, pembiayaan obat yang ada di Instalasi Farmasi
dilakukan oleh PEMDA kemudian diberikan kepada Dinas Kesehatan, dari Dinas Kesehatan
memberikan anggaran sepenuhnya kepada Instalasi Farmasi sesuai yang dibutuhkannya. hal ini
di kutip dari penelitian; Hariyadi Baaman (2009).
Berdasarkan pada buku Pedoman Pengelolaan obat Publik dan swasta apabila jumlah obat ytang
diminta tidak sesuai biasanya menyebabkan kekosongan obat serta berpengaruh pada pemenuhan
pelayanan kesehatan obat pada setiap sarana kesehatan publik maupun swasta.
3. Peyimpanan
Pada tahap penyimpanan obat yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan
Telga kabupaten Gorontalo sudah sesuai yang diharapkan karena obat di Gudang Farmasi
Puskesmas Mongolato Kecamatan Kabupaten Gorontalo sudah di atur dengan baik di
kelompokkan sesuai dengan bentuk sediaan sedangkan obat-obat narkotik dan psikotropik
disendirikan dari obat-obat yang lain, penyimpanan injeksi suhu rendah 20 derajat disimpan
dalam kulkas. Hal ini diketahui peneliti pada saat indepth interview dan pengamatan langsung
dengan seorang pegawai satu-satunya yang bertugas di instalasi gudang Farmasi Puskesmas
Mongolato pada tanggal 28 Desember 2009.
Tujuan dari penyimpanan obat adalah untuk memelihara mutu obat, menghindari penggunaan
yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan
pengawasan. Sedangkan pada kegiatan penyimpanan obat mmeliputi pengaturan tata ruang,
penyusunan stok obat, pencatatan obat dan pengamatan mutu obat (Pedoman Pengadaan dan
Perbekalan Kesehatan Publik dan swasta Depkes RI, 2003)
Dalam tata ruang gudang yang akan dipakai untuk penyimpanan haruslah dapat menjaga agar
obat tidak rusak secara kimia oleh karena itu harus diperhatikan agar ruangannya tetap kering,
adanya ventilasi untuk aliran udara agar tidak panas serta cahaya yang cukup.
Dalam penyusunan obat hal yang harus diperhatikan adalah obat yang berbahaya dipisahkan dari
obat lain yang ada didalam Gudang, obat yang vital sebaiknya dipisahkan dengan obat lainnya
agar dapat dengan mudah pemantauan stok kekosongan obat, obat yang ada di Gudang di bagi
berbagai jenis dan masing-masing diberi kode seperi obat vital, alat kesehatan, alat laboratorium,
bahan toksin, serta bahan yang mudah terbakar, penyusunan dengan sistem First In First Out.
4. Pendistribusian
Pendistribusian obat yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo belum berjalan dengan baik karena pada tahap penyerahan ke Puskesmas-
puskemas pembantu, dan pengambilan obat ke Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo, belum sesuai dengan peraturan Depkes RI bahwa penyerahan dan pengiriman barang
ke puskesmas adalah tanggung jawab dari Instalasi Farmasi, hal ini terjadi karena kurangnya
tenaga di gudang farmasi puskesmas Mongolato maupun gudang Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Gorontalo, serta minimnya dana yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Gorontalo.
Berdasarkan pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan Farmasi, Depkes Ri (2002),
distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis
dan jumlah dari Gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan di sub-sub
unit pelayanan kesehatan.
Sedangkan menurut Sumarto dan wiantara (2004), penyaluran merupakan suatu kegiatan dan
usaha untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang dari
suatu tempat ke tempat yang lain yaitu dari tempat penyimpanan ke tempat pemakaiannya.. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendistribusian merupakan proses yang berkelanjutan dari
pengolahan penyimpanan, diman obat yang disimpan di distribusikan kepada unit yang
membutuhkan.
Dalam kegiatan pendistribusian obat, pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya manusia
merupakan salah satu penunjang keberhasilan dan kesuksesan dalam pengolahan suatu
organiasasi, berdasarkan hasil dari penelitian bahwa tenaga yang terlibat dalam pendistribusian
yang meliputi pengepakan obat dan penyerahan obat ke Puskesmas-puskesmas pembantu yang
ada di Kecamatan Telaga, serta Puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Gorontalo, terdiri
dari semua pegawai yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Maupun Instalasi
Gudang Farmasi Dinas Keshatan Kabupaten Gorontalo, tetapi yang berwenang untuk memberi
tahu jenis obat serta penyerahan barang yaitu Kepala Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato
maupun Instalasi Gudang Faramasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
Dalam melakukan kegiatan pendistribusian dilakukan secara gotong royong walaupun pekerjaan
tersebut bukan tanggung jawab seluruh pegawai karena struktur organisasi serta kekurangan
pegawai yang ada di instalasi Gudang Farmasi Puskesmas mongolato maupun Gudang Farmasi
dinas kesehatan kabupaten Gorontalo, ini sesuai dengan hasil indepth interview peneliti yaitu
pegawai yang ada di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato belum cukup memadai
karena hanya 1 orang yang bertugas di Gudang farmasi tersebut itupun hanya dari S1 Farmasi
bukan dari tenaga ahli apoteker sedangkan 2 pegawai lainnya bertugas di apotik yang berlatar
belakang pendidikan SMA. Sedangkan di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo pegawainya hanya 7 orang, yang latar pendidikannya 1 orang tenaga apoteker dan
yang lainnya berlatar pendidikan SMA.
Berdasarkan materi pelatihan pengelolaan obat Kabupaten/Kota Depkes RI (2003), Adapun
tenaga Apoteker yang dibutuhkan dalam memperlancar jalannya organisasi adalah apoteker,
asisten Apoteker, sarjana lainnya/SMU misalnya :
a. Penanggung jawab pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah seorang
Apoteker.
b. Pelaksanaan pendistribusian dan penyimpanan obat adalah Apoteker atai asisten Apoteker.
c. Pelaksanaan evaluasi pencatatan dan perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan
Kesehatan adalah Apoteker atai asisten Apoteker dan dapat dibantu oleh tenaga lulusan SMA
minimal 1 orang.
d. Pelaksanaan Administrasi adalah Tenaga lulusan D3 atau SMA serta pada bendahara adalah
tenaga lulusan D3/SMA.
5. Penghapusan
Penghapusan yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo yaitu tidak ada penghapusan karena obat yang sudah kadarluarsa atau expire date
disendirikan di tempat khusus dan dikembalikan ke Gudang Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Gorontalo. Sedangkan di instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo obat yang expired yang di kembalikan dari Puskesmas-puskesmas tersebut. Di
sendirikan karena sejauh ini belum ada penghapusan karena kurangnya biaya serta alat untuk
memusnakan tidak ada.
Berdasarkan yang diketahui bahwa Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab
bendahara barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari
catatan/pembukuan yang berlaku penghapusan barang diperlukan karena :
1). Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2). Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur ulang
3). Bahan/barang sudah melewati masa kadalursa (expire date)
4). Bahan/ barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1). Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2). Dijual/dilelang. Untuk RS Pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus disetor ke kas
negara
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang tembusannya
dikirim keinstansi yang berkompeten. Jadi Penghapusan yang ada di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Belum sesuai dengan yang di harapkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Manejemen logistik obat di
Puskesmas Mongolato Kecamatan telaga kabupaten gorontalo dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Perencanaan obat yang ada di Farmasi Puskesmas Mongolato belum semuanya berjalan
dengan baik karena pada tahap pemilihannya belum menggunakan tahap seleksi ilmiah medik
dan statistik.
2. Pengadaan obat yang ada di Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo belum semuanya berjalan dengan baik karena jumlah obat yang diminta tidak sesuai
biasanya menyebabkan kosongnya obat serta berpengaruh pada pemenuhan pelayanan kesehatan
obat pada Puskesmas maupun Puskesmas pembantu.
3. Penyimpan obat yang ada di Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo sudah cukup berjalan dengan baik karena tahap pemisahan obat tahap serta
penyusunan serta keadaan gudang sudah sesuai dengan tahap penyimpanan obat.
4. Pendistribusian obat yang ada di Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga kabupaten
gorontalo belum berjalan dengan baik misalnya pada penyerahan ke Puskesmas-puskesmas
pembantu belum sesuai dengan peraturan Depkes RI, karena kurangnya tenaga. dan kurangnya
tenaga serta jumlah dana yang tidak tersedia di Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten sehingga menghambat pendistribusian ke Puskesmas-puskesmas.
5. Penghapusan obat yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo
yaitu di Gudang farmasi tersebut tidak ada penghapusan karena obat yang sudah kadarluarsa
disendirikan dan dikembalikan ke Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo. Sedangkan di Instalasi Gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten sejauh ini belum
melakukan Penghapusan di karenakan kurangnya biaya serta tidak ada alat untuk memuisnahkan
obat tersebut.
F. Saran
a. Agar perencanaan obat dapat dilakukan dengan baik maka Gudang Farmasi Puskesmas
Mongolato dan Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten dapat menambah jumlah
pegawai yaitu Apoteker dan asisten Apoteker dan sarjana lainnya yang mempunyai besik
Kesehatan, serta dapat membuat suatu susunan organisasi yang ada di Instalasi Gudang Farmasi,
serta Instalasi Gudang Farmasi dapat memperhatikan seleksi ilmiah medik dan statistik agar
dapat diketahui kegunaan serta efek terapi obat itu sendiri.
b. Kepada Dinas kesehatan kabupaten Agar kiranya lebih memperhatikan pengadaan obat dalam
proses penganggaran obat. agar tidak menyebabkan kekosongan obat sehingga berpengaruh pada
pemenuhan pelayanan kesehatan obat.
c. Penyimpanan Obat di puskesmas Mongolato sudah berjalan dengan cukup baik akan tetapi
lebih di pertahankan sehingga bisa menghasilkan obat yang berkwalitas baik.
d. Agar Pendistribusian obat dapat berjalan dengan sesuai apa yang diharapkan, kiranya
Puskesmas Mongolato maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dapat memperhatikan
jumlah dana serta jumlah tenaga yang ada di Instalasi Gudang Farmasi.
e. Penghapusan
Di harapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten agar dapat memperhatikan proses pemusnahan
obat yaitu menyediakan alat untuk memusnahkan obat yaitu insinerator dan menyediakan biaya
khusus untuk pemusnahan obat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim Buraerah, 2003, Biostattistika, Universitas Hassanuddin, Makasar
Azwar,Azrul 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta
, 2003,Rancangan Sampel, Universitas Hasanuddin,
Makasar
Baaman Hariyadi, 2008, Studi Manajemen obat di Instalasi gudang farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Gorontalo.
Bugin Burhan,2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, Indonesia sehat 2010, Strategi Pembangunan Kesehatan, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, Konsep dan Pelaksanaan Paradigma Sehat Dalam Pembangunan
Kesehatan.
Budiarto Eko, 2002, Pengantar Metode Penelitian Kedokteran
Depkes R.I, 1991, Sistyem Kesehatan Nasional (Cetakan Kedua) Jakarta
,2002, Arrime Pedoman Manajeman Puskesmas, Jakarta
Dinas Kesehatan 2007, Profil Dinas kesehatan kabupaten,
Hartono, 2004, Manajeman Logistik, Universitas Hasanuddin, Makasar
Machfoedz Ircham, 2007, Metodologi Penelitian Bidang Kesehata, dan kebidanan, Fitramaya.
Yogyakarta
Martosono Rahmayanti, 2007. Gambaran Distribusi obat Kepuskesmas di Instalasi gudang
farmasi Dinas Kesehatan kabupaten Gorontalo.
Moekijat, 1990, Pengembangan Manajeman Dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Bandung
Notoatmdjo, soekidjo, 2002. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
, 2003,Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
Rivai Frida, 2004, Manajemen Logistik, Universitas Hasanuddin, Makasar
Rue LW dan gorge R.Terry,1991, Dasar-Dasar Manajmen, Bumji Aksara, Jakarta
Sarwono Jonathan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha ilmu, Yogyakarta
Sudjana Nana, 2005, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algensindo, Bandung
Sugiyono,2007, Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif dan R&D, Alfabeta,Bandung
Yoga aditama Tjandra, 2003, Manejemen Administrasi Rumah sakit, Universitas Indonesia,
Jakarta
PEDOMAN WAWANCARA
G. Identitas Informan :
Kode Informan :
Nama Informan :
Jabatan dalam kedinasan :
Pendidikan terakhir :
Umur :
Jenis kelamin :
B. Pertanyaan
Perencanaan kebutuhan obat
1. Apakah di Puskesmas Mongolato ada Perencanaan obat ?
2. Bagaimana tahap perencanaan dalam pengadaan obat ?
3. Apa saja yang dilakukan dalam perencanaan obat ?
4. Apa indikator Puskesmas mongolato dalam merencanakan kebutuhan obat ?
5. Apakah selama ini perencanaan obat terakomodir dengan baik atau tidak? Apabila iya atau
tidak, mohon dijelaskan ?
Pengadaan dan penganggaran obat
1. Apakah di Puskesmas mongolato ada pengadaan obat ?
2. Bagaimana cara pengadaan obat ?
3. Pengadaan obat biasanya dilakukan dalam jangka waktu (per bulan atau per tahun ?
4. Apakah dalam pengadaan obat ada pembiayaan ?
Penyimpanan
2. Apabila sudah menerima obat dari instalasi Farmasi Dinas kesehatan Kabupaten Gorontalo
apa yang pertama anda lakukan atu kerjakan?
3. Bagaimana proses penyimpanan obat
Pendistribusian
2. Apakah puskesmas Mongolato melakukan pendistribusian ?
3. Prosedur apa yang dilakukan Puskesmas Mongolato dalam rangka permintaan obat ke instalasi
Gudang farmasi dinas kabupaten gorontalo ?
4. Bagaimana prosedur penyerahan obat dari instalasi Gudang farmasi dinas keshatan kabupaten
Gorontalo ke Puskesmas Mongolato ?
5. Bagaimana Prosedur penyerahan obat dari Puskesmas mongolato ke Puskesmas-puskesmas
pembantu ?
6. Apakah ada hambatan atau masalah dalam pendistribusian? Bagaimana cara anda
memecahkan masalah tersebut ?
Penghapusan
1. Apakah di Puskesmas Mongolato ada penghapusan obat ?
2. Bagaimana cara anda mengatasi obat-obat yang sudah kadaluarsa atau expiredate ?