kajian ekosistem di telaga dieng2

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda Kuno "Di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng berasal dari Bahasa Sunda karena diperkirakan sebelum tahun 600 daerah itu didiami oleh Suku Sunda dan bukan Suku Jawa. Dieng adalah sebuah kawasan di daerah dataran tinggi di perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Dieng terbagi menjadi Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo (Wikipedia, 2009). Kawasan ini terletak sekitar 26 km di sebelah Utara ibukota Kabupaten Wonosobo, dengan ketinggian mencapai 6000 kaki atau 2.093 m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin. Temperatur berkisar 15—20°C di siang hari dan 10°C di malam hari. Bahkan, suhu udara terkadang dapat mencapai 0°C di pagi hari,

Upload: risnauli-kurnia-arshanthi

Post on 26-Jun-2015

631 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda Kuno "Di" yang berarti "tempat" atau

"gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti

daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng berasal

dari Bahasa Sunda karena diperkirakan sebelum tahun 600 daerah itu didiami oleh

Suku Sunda dan bukan Suku Jawa. Dieng adalah sebuah kawasan di daerah dataran

tinggi di perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Jawa

Tengah. Desa Dieng terbagi menjadi Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten

Banjarnegara dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo

(Wikipedia, 2009). Kawasan ini terletak sekitar 26 km di sebelah Utara ibukota

Kabupaten Wonosobo, dengan ketinggian mencapai 6000 kaki atau 2.093 m di atas

permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin. Temperatur berkisar 15—

20°C di siang hari dan 10°C di malam hari. Bahkan, suhu udara terkadang dapat

mencapai 0°C di pagi hari, terutama antara Juli-Agustus.

Beberapa peninggalan budaya dan alam di Dieng telah dijadikan sebagai

obyek wisata dan dikelola bersama oleh dua kabupaten, yaitu Banjarnegara dan

Wonosobo. Diantara obyek wisata tersebut adalah Telaga Warna, sebuah telaga yang

sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung, Telaga

Pengilon, Telaga Merdada. Telaga adalah semacam danau yang kecil dimana sinar

matahari bahkan dapat mencapai dasarnya. Telaga sering juga sekaligus dipakai

sebagai nama administratif daerah yang bersangkuthan.

Page 2: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

Telaga tersebut memiliki warna yang dipengaruhi oleh beberapa faktor biotik

dan abiotik. Faktor-faktor tersebut sangat berhubungan dengan ekosistem di Dieng.

Ekosistem menurut Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH), 1982 adalah

tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup

yang saling mempengaruhi (Irwan, 1992).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk:

1. Mengetahui kondisi fisik dan kimia Telaga Warna dan Telaga Pengilon di Dieng.

2. Menganalisis dan mengkaji ekosistem Telaga Warna dan Telaga Pengilon di

Dieng untuk budidaya perikanan.

Page 3: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Telaga

Pada dasarnya, telaga atau danau adalah badan air yang terus ada untuk

jangka waktu lama dimana partikel-partikel yang mengendap di dalamnya dapat

dimanfaatkan oleh komunitas produsen primer yaitu fitoplankton untuk

berfotosintesis.Fitoplankton-fitoplankton tersebut berkumpul menjadi sebuah siklus

materi yang kemudian menjadi sumber makanan bagi biota-biota di telaga.

Fotosintesis dapat berlangsung juga karena adanya sebuah aliran energi yang berasal

dari sinar matahari, kedua hal ini saling berkaitan erat sehingga berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup biotanya.

Telaga adalah semacam danau yang kecil dimana sinar matahari bahkan

dapat mencapai dasarnya. Telaga sering juga sekaligus dipakai sebagai nama

administratif daerah yang bersangkuthan. Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan

dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak

dijumpai di sana. Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air

bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan. Danau adalah

cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air bisa tawar ataupun asin

yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan. Danau vulkanik yaitu danau

yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme/gunung berapi (Bambang Utoyo dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/telaga).

2.2 Pengertian Ekosistem

Ekosistem yang terdapat di wilayah telaga warna di pegunungan Dieng

merupakan interaksi dari faktor abiotik dan biotik di sekitar telaga, di antaranya

Page 4: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

faktor biotik yaitu tumbuhan reparian vegetasion atau tumbuhan tepi, plankton,

beberapa jenis serangga, lumut, ulat, cacing, burung, namun sangat jarang di

temukan adanya ikan di wilayah telaga. Selain itu faktor abioti yang mendukung

interaksi adalah faktor abiotik seperti pH air, kecerahan, dan semua faktor fisik dan

kimia pada yang saling berhubungan dengan ekosistem telaga. Ekosistem adalah

tatanan kesatuan secara menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang

mempengaruhi(Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH),1982 dalam Irwan,

1992).

Budidaya dapat dilakukan dengan melihat kelimpahan plankton di tempat

yang akan dibudidayakan. Istilah plankton adalah suatu istilah umum. Kemampuan

berenang organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama

sekali dikuasai oleh gerakan-gerakan air. Plankton dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu: fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan

hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis, dan zooplankton ialah hewan-hewan

laut yang planktonik.

2.3 Parameter fisik kimia

2.3.1 Temperatur

Suhu merupakan factor yang sangat pentin dalam kehidupan perairan dan

merupakan faktor pembatas utama perairan, (Odum, 1971). Suhu yang masih dapat

ditolerir organism akuatik berkisar 20-30°C. Hewan invertebrate air masih tahan

hidup pada suhu diatas 30°C, Limnaidae umumnya lebih tahan pada temperature

diatas 30°C (Welch, 1952).

Page 5: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

2.3.2 Potensial Hidrogen (pH)

Toleransi organism terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa

factor, seperti misalnya aktivitas fotosintesa dan biologi, suhu, oksigen terlarut,

alkalinitas, adanya anion dan kation, jenis dan stadia organisme. Jenis-jenis Celeptera

merupakan taksa yang mampu hidup pada tempat yang mempunyai kisaran pH yang

lebar (Hawkes, 1979).

2.3.3 Oksigen terlarut

Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Lebih lajut

Sugiharto (1987), menyatakan bahwa oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen

yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan milligram per liter. Kelarutan

oksigen di dalam air dipengaruhi oleh temperatur, tekanan parsial gas-gas yang ada

di udara atau di permukaan air dan kadar garam (Syawal dan Yustiawati, 2003).

Kondisi O2 terlarut yang rendah dalam perairan, dapat mengakibatkan stres

fisiologik pada biota akuatik, sehingga meningkatkan aktivitas respirasi, sedangkan

kondisi O2 terlarut dalam perairan tinggi, menyebabkan ion-ion logam bebas yang

terlarut dalam air akan lebih banyak terbentuk (Connel & Miller, 1995). Lebih lanjut

Effendi (2003), menyatakan bahwa semakin rendah kandungan O2 terlarut maka

toksisitasnya (daya racun) semakin tinggi. Menurut PP No. 82 (2001), kehidupan

ikan dapat berhasil apabila kandungan oksigen terlarutnya lebih dari 3 mg/L.

2.3.4 Konduktivitas

Konduktivitas adalah jumlah total ion yang terlarut dalam air. Konduktivitas

yang melebihi atau diatas 400 μmhos makhluk hidup atau organisme yang hidup

diperairan akan strees dan akan mati (Ewuise, 1990).

Page 6: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

2.3.5 Salinitas

Salinitas dinayatakan dalam satuan gr/kg atau ppt, salinitas perairan tawar

biasanya kurang dari 0,5%o, salinitas perairan payau 0,5-30%o dan salinitas perairan

laut 30-40%o. Nilai salinitas pada perairan pesisir sangat dipengaruhi oleh masukan

air tawar dari sungai.

2.3.6 Letak geografis

Letak geografis berhubungan dengan kemiringan tempat (elevasi),

kemiringan tempat mempengaruhi jenis budidaya dari masing-masing ketinggian

tempat. Ketinggian tempat yang cocok untuk pembudidayaan ikan adalah minimal

500 dpl ( Allan, 1995).

2.3.7 Plankton

Plankton adalah jasad renik yang hidupnya melayang-layang dalam perairan,

tidak bergerak atau bergerak sedikit dan pergerakannya dipengaruhi oleh arus air

(Odum, 1971). Plankton terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan

(zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Plankton dalam suatu perairan,

berperan sebagai pakan alami bagi organisme akuatik diatasnya. Keberadaan

plankton juga dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan suatu perairan.

Plankton di perairan juga digunakan sebagai petunjuk baik buruknya kondisi

lingkungan, yang dapat dilihat dari keragaman jenis dan kelimpahannya. Keragaman

jenis merupakan suatu karakteristik tingkatan komunitas organisme biologisnya, dan

dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas, sedangkan kelimpahan

diartikan sebagai jumlah individu plankton per satuan volume (Odum, 1971).

Perairan dikatakan mempunyai kesuburan yang baik, apabila keragaman jenisnya

tinggi dan kelimpahan jenisnya rendah. Sebaliknya perairan dikatakan kurang subur,

Page 7: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

apabila keragaman jenisnya rendah dan kelimpahannya tinggi. Keragaman jenis dan

kelimpahan plankton sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia perairan.

2.3.8 Bentik

Benthos adalah Organisme yang hidup dipermukaan atau didalam substrat

perairan baik yang hidup pada batu, pasir, lumpur dan kerikil ataupun sampah yang

ada di suatu perairan. Benthos dapat digunakan sebagai pakan alami ikan di suatu

komunitas perairan menempati urutan ke dua dan ke tiga dalam rantai makanan

(Barus, 2003).

Page 8: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

BAB IIIMATERI DAN METODE

3.1. Materi

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Kajian Ekosistem Telaga di Dieng

Untuk Budidaya adalah termometer, kertas pH, botol film, plankton net no.25, label,

konduktivitimeter, gelas ukur, labu erlenmeyer, eikman grap, lup, botol Neril,

mikroskop biokuler, objek glass, over glass,pinset, nampan, saringan, pipet tetes,

ember, alat tulis, dan buku identifikasi.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Kajian Ekosistem Telaga di Dieng

Untuk Budidaya adalah air dari Telaga di Dieng yang terkandung plankton dan

bentik, formalin 4% yang digunakan untuk mengawetkan spesimen sehingga dapat

dengan mudah diidentifikasi, aquades, MnSO4, KOH KI, H2SO4, Amilum, dan

NaSO4.

3.2. Metode

3.2.1. Pengukuran faktor fisika dan kimia

1. Temperatur

Pengukuran temperatur yaitu dengan mencelupkan sebagian dari

termometer kedalam air, dilakukan di tiga titik.

2. Potensial Hidrogen

Potensial Hidrogen dari telaga diukur dengan mencocokan warna kertas

pH meter yang telah dicelupkan kedalam air.

3. Oksigen Terlarut (DO)

Page 9: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

Sampel air diambil dengan menenggelamkan botol neril secara hati-hati

kedalam perairan agar tidak ada gelembung udara yang terbawa masuk.

Ditambahkan larutan 1 ml MnSO4 dan larutan 1 ml KOH-KI. Lalu botol

dikocok dengan membolak-balikkan botol sampai terbentuk endapan

berwarna coklat. Ditambahkan 1 ml H2SO4 dan dikocok sampai endapan

larut dan berwarna kuning. Larutan diambil sebanyak 100 ml dan

dimasukkan kedalam tabung Erlenmeyer kemudian ditambahkan

indikator amilum sebanyak 10 tetes. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3

0.025 N. Kemudian titrasi dihentikan saat larutan berubah menjadi jernih.

4. Kondutivitas dan Salinitas

Pengukuran konduktivitas sama dengan salinitas yaitu dengan

menyelupkan alat yang digunakan kedalam air. Sedangkan, pengukuran

kadar salinitas yaitu dengan mencelupkan salinitimeter kedalaman air

pada telaga.

5. Letak Geografis

Letak geografis didiskripsikan dengan melihat kondisi sekitar. Letak

berdasarkan lintang, bujur, dan kemiringan ditentukan dengan

menggunakan GPS.

6. Plankton

Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan plankton

net no.25, perlakuan yang diberikan pada plankton net berupa

memasukkan air sebanyak 20 kali ember, dengan bobot ember 10 liter

dan menggunakan botol film sebagai wadah untuk menampung plankton

yang masuk kedalam plankton net tersebut.

Page 10: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

7. Pengambilan sampel makrobentos dilakukan dengan menggunakan

eikman grab. Penggunaan tersebut yaitu menahan kedua luasan bukaan

dengan tali, lalu masukan kedalam perairan telaga hingga mencapai dasar

dan menutup luasan dengan menarik bandul secara tegak lurus.

3.3. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 5 – 6 November 2009, di Telaga

Warna dan Telaga Pengilon, Dieng.

3.4. Analisi Data

3.4.1. Oksigen Terlarut

Keterangan :

DO = Kelarutan Oksigen

p = Oksigen yang diambil

q = Konstanta ( 0,025 )

3.4.2. Indeks keragaman Shannon-Wienner

Keterangan :

H’ = Keragaman

ni = Jumlah spesies

N = Jumlah total spesies

3.4.3. Kelimpahan Makroinvertebrata Bentik

Kelimpahan =

Keterangan :

Page 11: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

∑ ni = Jumlah spesies

A = Luas penampang Eikman Grap = 8 m2

s = Jumlah pengambilan transek = 3

3.4.4. Kelimpahan Plankton

Kelimpahan = N x F

Page 12: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Faktor Fisik Kimia di Telaga Warna

Parameter Waktu18:00 21:00 24:00:00 3:00 5:00

Ketinggian Tempat (mDPAL)

2070 2070 2070 2070 2070

Letak lintang (º) 7-12-917 7-12-919 7-12-917 7-12-919 7-12-893

Letak bujur (º) 109-54-819 109-54-819 109-54-819 109-54-819 109-54-831

Temperatur (ºC) 20.2 19 18 16 17

Salinitas (ppt) 1.1 1 1.1 1.1 1.1

Potensial Hidrogen 2 2 2 3 2

Konduktifitas (µmhos/cm)

2219 1668 2074 2160 2201

Oksigen terlarut (ppm)

tt Tt Tt Tt Tt

Tabel 2. Faktor Fisik Kimia di Telaga Pengilon

Parameter Waktu18:00 21:00 24:00:00 3:00 5:00

Ketinggian Tempat (mDPAL)

2070 2070 2070 2070 2070

Letak lintang (º) 7-12-917 7-12-919 7-12-919 7-12-919 7-12-919

Letak bujur (º) 109-54-819 109-54-819 109-54-819 109-54-819 109-54-819

Temperatur (ºC) 22 22 21.4 21.4 21.2

Salinitas (ppt) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1

Potensial Hidrogen 8 8 7 7 8

Konduktifitas (µmhos/cm)

169.4 161.1 169.8 169.1 167.5

Oksigen terlarut (ppm)

9.4 9.6 10 8.6 9

Page 13: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

Tabel 3. Hasil perhitungan keragaman dan kelimpahan Plankton

Nilai Telaga warna Telaga pengilon

Keragaman 1,098612 10,9927Kelimpahan 72,06 2810,34

4.2 Pembahasan

4.2.1 Temperatur

Berdasarkan hasil pengukuran suhu di Telaga Dieng didapat:

Gambar 1. Grafik temperatur di Telaga Pengilon dan Telaga Warna.

Hasil pengukuran temperatur air di Telaga warna adalah 20,2⁰C pada pukul

06.00 PM, 19⁰C pada pukul 09.00 PM, 18⁰C pada pukul 11.30 PM, 16⁰C pada pukul

03.00 AM, 17⁰C pada pukul 05.00 AM dan di Telaga Pengilon adalah 22⁰C pada

pukul 06.00 PM, 22⁰C pada pukul 09.00 PM, 21,4⁰C pada pukul 11.30 PM, 21,4⁰C

pada pukul 03.00 AM, 21,2⁰C pada pukul 05.00 AM. Peningkatan dan penurunan

temperatur air yang melampaui batas toleransi dapat menyebabkan kematian pada

biota akuatik. Menurut Nastiti et al. (2003), kriteria baku mutu temperatur air yang

mendukung untuk kelangsungan hidup biota akuatik yaitu berkisar antara 20 - 320C.

Berdasarkan kriteria temperatur hidup biota akuatik, temperatur di Telaga Pengilon

mendukung untuk budidaya ikan, sedangkan di telaga warna kurang mendukung.

Page 14: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

4.2.2 Potensial hidrogen (pH)

Gambar 2. Grafik pH di Telaga Pengilon dan Telaga Warna.

Hasil dari pengukuran pH di Telaga Warna adalah 2, 2, 2, 3, 2 dan di Telaga

Pengilon adalah 8, 8, 7, 7, 8. Hal ini menunjukan bahwa perairan di telaga warna pH-

nya bersifat sangat asam dan di Telaga Pengilon pH-nya netral dan basa lemah.

Menurut PP No. 82 (2001), kisaran nilai pH air yang ideal bagi habitat biota akuatik

adalah 6 - 9. Berdasarkan kriteria tersebut perairan di Telaga Pengilon mendukung

untuk budidaya ikan dan Telaga Warna tidak mendukung.

4.2.3 Oksigen terlarut

Gambar 3. Grafik O2 terlarut di Telaga Pengilon.

Hasil pengukuran Oksigen terlarut di Telaga Pengilon adalah 9,4 ppm, 9,6

ppm, 10 ppm, 8,6 ppm, 9 ppm dan di Telaga Warna tidak tereduksi. Kandungan O2

Page 15: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

terlarut yang rendah dalam perairan dapat mengakibatkan stres fisiologik pada biota

perairan, sehingga meningkatkan aktivitas respirasi, sedangkan kandungan O2

terlarut yang tinggi dalam perairan dapat mengakibatkan ion - ion logam bebas yang

terlarut dalam air akan lebih banyak terbentuk (Connel & Miller, 1995). Menurut PP

No. 82 (2001), kandungan oksigen terlarut yang ideal bagi habitat biota akuatik

adalah > 3 mg/L. Berdasarkan kriteria tersebut bahwa kandungan O2 di Telaga

Pengilon mendukung untuk habitat pakan ikan (plankton) dan ikan.

4.2.4 Konduktivitas

Gambar 4. Grafik Konduktivitas di Telaga Pengilon dan Telaga Warna.

Konduktivitas adalah jumlah total ion yang terlarut dalam air. Hasil

pengukuran konduktivitas di Telaga warna sebesar 2219 pada pukul 06.00

PM, 1668 pada pukul 09.00 PM, 2074 pada pukul 11.30 PM, 2160

pada pukul 03.00 AM, 2201 pada pukul 05.00 AM dan di Telaga

Pengilon sebesar 169,4 pada pukul 06.00 PM, 161,1 pada pukul

09.00 PM, 169,8 pada pukul 11.30 PM, 169,1 pada pukul 03.00 AM,

167,5 pada pukul 05.00 AM. Konduktivitas dibawah 400 kelimpahan

Page 16: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

spesiesnya tinggi, sedangkan diatas 400 rendah, berdasarkan data diatas

dapat disimpulkan bahwa di Telaga Pengilon kelimpahan spesiesnya tinggi dan

konduktivitas perairannya mendukung untuk budidaya ikan, sedangkan Telaga

Warna rendah.

4.2.5 Plankton

Hasil perhitungan keragaman dan kelimpahan di Telaga Warna sebesar

1,098612 dan 72,06 sedangkan di Telaga Pengilon keragaman dan kelimpahannya

sebesar 10,9927 dan 2810,34. Keragaman dan kelimpahan plankton terbesar terdapat

pada Telaga Warna, hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang bagus seperti

misalnya temperatur untuk habitat dari plankton (pakan ikan alami). Menurut Nastiti

et al. (2003), kriteria baku mutu temperatur air yang mendukung untuk kelangsungan

hidup biota akuatik yaitu berkisar antara 20 - 320C.

4.2.6 Letak Geografis

Dilihat dari hasil pengukuran lintang selatan dan bujur timur Telaga Warna

dan Telaga Pengilon hampir sama dan tidak jauh berbeda pada setiap jam yang sudah

ditentukan pada praktikum. Kemiringan tempat (elevasi) mempengaruhi jenis

budidaya dari masing-masing ketinggian tempat. Pada hasil yang didapat pada pukul

21.00 bahwa pada Telaga Warna memiliki kemiringan tempat sebesar 2070 dpl dan

Telaga Pengilon sebesar 2070 dpl. Ketinggian tempat yang cocok untuk

pembudidayaan ikan adalah minimal 500 dpl (Allan, 1995). Berdasarkan kriteria

tersebut dapat disimpulkan bahwa letak geografis yang dimiliki sangat cocok untuk

untuk di budidayakan.

4.2.7 Salinitas

Page 17: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

Hasil pengukuran salinitas di Telaga Warna sebesar 1,1 ppt pada pukul 06.00

PM, 1 ppt pada pukul 09.00, 1,1 ppt pada pukul 11.30 PM, 1,1 ppt pada pukul 03.00

AM, 1,1 ppt pada pukul 05.00 AM dan di Telaga Pengilon dari pukul 06.00 PM-

05.00 AM sebesar 0,1 ppt. Untuk ikan air tawar standar baku salinitasnya berbeda-

beda, jadi salinitas disini tidak begitu berpengaruh untuk pembudidayaan ikan.

Page 18: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

V. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahsan dapat disimpulkan bahwa:

1. Telaga warna tidak cocok untuk budidaya karena dari hasil yang diperoleh

dari praktikum pengukuran faktor fisika kimia yang disesuaikan dengan

referensi tidak sesuai untuk pembudidayaan ikan. Temperatur yang terlalu

rendah, pH yang terlalu asam, tidak adanya oksigen terlarut, nilai

konduktifitas yang terlalu tinggi, keragaman dan kelimpahan

makroinvertebrata yang tidak terlalu besar, serta salinitas yang sangat lemah.

2. Telaga Pengilon layak untuk budidaya karena dari hasil yang diperoleh dari

praktikum pengukuran faktor fisika kimia yang disesuaikan dengan referensi

sesuai untuk daerah sebagai pembudidayaan ikan. Temperatur yang sesuai

untuk organisme air (ikan) hidup, pH yang netral, terdapatnya oksigen

terlarut, nilai konduktifita yang rendah sehingga memungkinkan ikan untuk

hidap, keragaman dan kelimpahan makroinvertebrata yang besar, tetapi

salinitas rendah.

5.2 Saran

Sebaiknya tempat praktikum ekologi perairan diganti karena suhu tempat

praktikum terlalu ekstrim untuk praktikan.

Page 19: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

DAFTAR PUSTAKA

Allan, JD. 1995. Stream Ecology: Structure and Function of Running Waters. London: Chapman and Hall

Bambang Utoyo dalam http://id.wikipedia.org/wiki/telaga.

Barus, 2003. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia, Jakarta. 459 hal.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Kanisius, Yogyakarta.

Ewuise,y.j.1990. Pengantar Ekologi Tropika.Bandung: ITB.

Hawkes, H.A. 1979. Invertebrates indicators of river water Quality. In James, A. And L. Evison, Ed. Biologycal Indicators of Water Quality. John Wiley and sons, Toronto.

Irwan, zoer’aini. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Bandung : Bumi Aksara.

Nastiti, A. S, Krismono & A. S. Samita. 2003. Penilaian Ulang Lima Lokasi Suaka Perikanan di Danau Toba Berdasarkan Kualitas Air dan Parameter Perikanan Lainnya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Sumberdaya dan Penangkapan, Vol 9, No. 3: 1-11.

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. WB. Sounder. Co. Philadelphia

Peraturan Pemerintah No. 82. 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. UI-Press, Jakarta.

Syawal, M. S. dan Yustiawati. 2003. Kajian Pencemaran Merkuri Akibat Pengelolaan Bijih Emas di Sungai Cikaniki sub DAS Cisadane. Jurnal Limnologi. Bogor.

Welch, P. S. 1952. Limnology. Mc Graw-Hil Book Company. New York, Toronto.

Page 20: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

LAMPIRAN

Telaga Warna

Keragaman plankton

SpesiesJumlah Pi lnpi pi.lnpi H'

Hymenomonas roseola stein 1 0,333333333-

1,09861 -0,36620,36620

4

Euphausia superba 1 0,333333-

1,09861 -0,36620,36620

4

Lemnadia lenticularis 1 0,333333-

1,09861 -0,36620,36620

4

Total 3 0,999999333-

3,29584-

1,098611,09861

2Indeks dominansi : X = ∑ni/AxS = 3/0.9X3=1.1Kelimpahan = F x N

= 24,02 x 3= 72,06

Telaga Pengilon

No GeneraUlangan

N Kelimpahan1 2 3

1 Lumunites sp 2 10 3 15 / 3 = 5 1452 Labidocera couba - 2 5 7 / 3 = 2,33 683 Euphausia superba - 1 - 1/ 3 = 0,33 104 Diatoma vulgame 3 - 2 5 / 3 = 1,667 495 Sohroederia setigera Demm 10 3 3 16 / 3 = 5,33 1556 Synura uvella Ehrbg 1 - - 1 / 3 = 0,33 107 C. Fimbriatus 2 - - 2 / 3 = 0,667 198 Nitzschia vermicularis 3 - 1 4 / 3 = 1,33 399 Helosira salina 2 2 - 4 / 3 = 1,33 3910 Bacillaria paradoxa - - 3 3 / 3 =1 2911 Lucifer intermedius - 1 - 1 / 3 = 0,33 1012 Synopia ultramarina 2 2 6 10 / 3 = 3,33 9713 Pyrrocypris nataus 1 3 - 4 / 3 = 1,33 3914 Cyclotella operculata - 2 - 2 / 3 = 0,667 1915 Eucalanus suberassus - - 1 1 / 3 = 0,33 1016 Dudorina wallichii Turner 1 - - 1 / 3 = 0,33 1017 90N. Curvula - 1 - 1 / 3 = 0,33 10

Page 21: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

18 Bosmina longilostris - 1 - 1 / 3 = 0,33 1019 Selenastrum sp - 1 - 1 / 3 = 0,33 1020 Candona candida - 1 - 1 / 3 = 0,33 1021 Characium longicens Hab - - 3 3 / 3 =1 2922 Nitzschia closterium 2 2 2 6 / 3 =2 5823 Amphiphora ornats - 1 - 1 / 3 = 0,33 1024 Cyclops fuscus 1 - - 1 / 3 = 0,33 1025 Pseudeuphausia latilerons 1 - - 1 / 3 = 0,33 1026 Pterodina patina - - 1 1 / 3 = 0,33 1027 Planktoniella sol 1 - 1 2 / 3 = 0,667 1928 Euchaeta concinna 2 2 - 4 / 3 = 1,33 3929 Giganto cypris - 1 - 1 / 3 = 0,33 1030 Pleurotaenium ucidulatum - 1 - 1 / 3 = 0,33 1031 Cypris stadium - - 1 1 / 3 = 0,33 1032 Selenastrum sp - 2 - 2 / 3 = 0,667 1933 Syndera acus - 1 - 1 / 3 = 0,33 1034 Globigerina bulloides 1 - - 1 / 3 = 0,33 1035 Alona rectangula 1 - - 1 / 3 = 0,33 1036 Canthocamptus 1 - - 1 / 3 = 0,33 1037 Chlooramoeba hateromorpha - - 1 1 / 3 = 0,33 1038 Arcella sp - 1 - 1 / 3 = 0,33 1039 Tetramastrix apoliensis - 1 - 1 / 3 = 0,33 1040 Cystodinium - 1 - 1 / 3 = 0,33 1041 Sunotia ehrenbergii 1 - - 1 / 3 = 0,33 1042 Diaphanosoma brachyura - - 1 1 / 3 = 0,33 1043 Asterionella formosa 1 - - 1 / 3 = 0,33 1044 Hemisinella parve - - 1 1 / 3 = 0,33 10

F = Q1 x V1 X 1 x 1Q2 V2 P W

= 324 mm2 x 25 x 1 x 11,11279 0,05 30 200

= 24,02Kelimpahan = F x N

= 24,02 x 117= 2810,34

H’ =

= [ ( 145 ln 145 ) + ( 68 ln 68 ) + ( 49 ln 49 ) + ( 155 ln 155 ) + ( 97 ln 97 ) +

117 117 117 117 117 117 117 117 117 117

( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) +

117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117

- ∑ ni ln niN N

Page 22: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) +

117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117

(10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) +

117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117

( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) +

117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117

( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 10 ln 10 ) + ( 29 ln 29 ) + ( 58 ln 58 ) +

117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117

( 39 ln 39 ) + ( 19 ln 19 ) + ( 19 ln 19 ) + ( 19 ln 19 ) + ( 19 ln 19 ) ] 117 117 117 117 117 117 117 117 117 117

= - [( 0,2143 ) + ( - 0,3154 ) + ( - 0,3645 ) + ( 0,3725 ) + ( - 0,1554 ) + ( - 5,8856 ) +

(- 0,6916 ) + (- 0,3478 ) + (- 1,4648 ) + (- 1,1808 )]

= 10,9927

Page 23: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGANEKOLOGI PERAIRAN

KAJIAN EKOSISTEM TELAGA DI DIENG UNTUK BUDIDAYA

Oleh:

Taufik Furqan H1K008017

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

Page 24: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2009

LAPORAN PRAKTIKUMEKOLOGI PERAIRAN

KAJIAN EKOSISTEM TELAGA WARNA DANTELAGA PENGILON DI DIENG UNTUK BUDIDAYA

Oleh

Nama : Taufik FurqanNIM : H1K008017TTL : Jakarta, 13 April 1990Alamat : Citayam-Bogor, Jawa Barat

Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian ResponsiPraktikum Ekologi Perairan Di Jurusan Perikanan dan Kelautan

Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal SoedirmanPurwokerto

Menerima dan disyahkan

Pada tanggal Desember 2009

Page 25: Kajian Ekosistem Di Telaga Dieng2

Penulis Assisten

Taufik Furqan Teguh Eko Wahyono

DAFTAR ISI

halamanLembar Pengesahan ……………………………………………………………Daftar isi ……………………………………………………………………BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………

1.1 Latar Belakang ……………………………………………1.2 Tujuan ……………………………………………

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………BAB III. MATERI DAN METODE ……………………………………BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………BAB V. KESIMPULAN ……………………………………………DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………LAMPIRAN ……………………………………………………………