95276281-bab-3
TRANSCRIPT
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Macam-Macam Kegagalan Serta Penyebabnya.
Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang
dapat ditemukan antara lain :
1. Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung
menjauhi bidang oklusal.
2. Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran
restorasirtetainer yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap
sertaterbuka. Sebab lain, yaitu terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer
yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang
salah,serta mahkota sementara yang merusajk atau ,mendorong gingival
terlalulama.
3. Periodontitis jaringan pendukung
4. Konektor patah.
5. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang
dapatmenyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang
tidak sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa
makananantara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva.
Daerahservikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa.
6. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan
yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari
lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jikatidak semua retainer
lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali
jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisimemungkinkan
7. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan,luas
permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi
penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan
8. Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi, preparasi
yan g tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yangtersembunyi,
rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi.
9. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau
bahuyang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.
10. Kehilangan lapisan estetik
11. Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah berbagai
kegagalan tersebut dapat berupa pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung,
aplikasi bahan pelapis lunak, pemakaian stres absorbing elemen dan pemakaian
konektor non rigid. Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat menyebabkan
berbagai bentuk kegagalan pemakaian gigi tiruan jembatan dukungan gigi dan
implant. Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah
berbagai bentuk kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan
berlebihan pada pendukung gigi tiruan jembatan yang timbul akibat perbedaan
pergerakan tersebut.
3.1.1 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan
Gingiva
Menurut Drg Esti Prasetyo dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta Utara,
penyebab gingivitis yang paling sering terjadi yaitu menumpuknya karang pada gigi
yang berasal dari sisa makanan yang tidak dibersihkan. Karang gigi itu berasal dari
sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan, sehingga terjadi penumpukkan dan
menjadi karang. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka
akan mengeras dan membentuk karang gigi. Gingivitis banyak juga ditemukan pada
orang yang menggunakan gigitiruan yang tidak pernah memperhatikan faktor
kebersihan gigitiruan dan rongga mulutnya. Apalagi jika gigitiruan itu terbuat dari
bahan yang kasar sehingga ada kemungkinan bisa melukai gusi sehingga
menyebabkan radang.
Penyakit periodontal harus dikenali dan dirawat sebelum pembuatan gigi
tiruan terutama gigi tiruan cekat yang sepenuhnya didukung oleh jaringan penyangga
gigi, sedang letak tepi gusi dapat dipakai sebagai pedoman letak tepi gigi tiruan cekat
yang sempurna berkaitan dengan faktor estetis.
Faktor yang juga memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan
jaringan penyangga gigi adalah kontur mahkota. Kontur mahkota ini dapat dibahas
dari 4 sudut pandang yaitu :
1. Hubungan kontur mahkota dengan perlindungan jaringan gusi. Wheeler (1961),
Bessett dkk (1964), -Glickman (1972) dan Kornfeld (1974) mendukung
pemikiran bahwa kontur dengan kecembungan sedikit saja akan melindungi
jaringan gusi dan mudah dibersihkan dari sisa-sisa makanan (self cleansing).
2. Hubungan kontur mahkota dengan aktivitas otot. Morris (1962) dan Herlands
dick (1962) menganjurkan kontak restorasi dengan pipi, bibir dan lidah dapat
mempunyai efek pembersihan mahkota gigi dan jaringan gusi. Kontur mahkota
yang berlebihan (overcontured) akan menghalangi efek pembersihan ini.
3. Hubungan kontur mahkota dengan dimensi anatomi. Kraus (1969), Burch (1971)
dan Beaudreau (1973) menganjurkan bahwa pembuatan mahkota tiruan harus
meniru kontur gigi aslinya, tapi anjuran ini tidak didukung oleh penelitian.
4. Hubungan kontur mahkota dengan kontrol plak. Berdasarkan pengertian bahwa
terdapatnya plak adalah penyebab utama penyakit periodontal, maka Haren dan
Osbone (1967), Barkley (1971) dan Yuodelis dkk (1973) menyarankan kontur
mahkota yang memungkinkan kontrol plak secara optimum. Sackett dan
Gildenhuys (1976) menunjukkan secara eksperimen bahwa kontur mahkota yang
berlebihan menghilangkan kesempatan untuk pembersihan plak serta
menyebabkan peradangan jaringan gusi, sedangkan kontur mahkota yang kurang
(undercontoured) tidak menyebabkan kerusakan yang berarti.
Ketahanan struktur restorasi pada gigitiruan cekat, harus cukup kuat untuk
mencegah lapisan semen dibawahnya agar tidak patah.Oleh karena itu jaringan gigi
yang dihilangkan harus cukup, sehingga terdapat jarak untuk membentuk kontur
restorasi yang normal. Jika restorasi dibuat dengan kontur normal pada preparasi
dengan pengurangan aksial yang tidak adekuat, maka dinding restorasi akan tipis dan
mudah terjadi distorsi. Kurangnya celah pada daerah aksial menyebabkan tekniker
sulit membuat pola malam, memendam dan menuang tanpa terjadi distorsi. Biasanya
sebagai kompensasi, tekniker akan membuat dinding overcontour. Cara ini akan
menimbulkan masalah pada jaringan periodontium. Prinsip berikutnya adalah
integritas marginal.
Ada tiga syarat untuk mendapatkan tepi restorasi yang baik, yakni harus
serapat mungkin dengan tepi akhir preparasi, cukup kuat menahan tekanan kunyah,
dan jika memungkinkan harus ditempatkan pada daerah yang mudah diperiksa oleh
dokter gigi dan mudah dibersihkan oleh penderita.Restorasi cekat dapat bertahan
lama dalam rongga mulut jika tepinya beradaptasi baik dengan cavosurvace finish
line. Konfigurasi dari garis akhir preparasi menentukan bentuk dan ketebalan dari
logam serta kecekatan tepi restorasi.
Preparasi gigi untuk mahkota metal porselen seringkali tidak adekuat
sehingga ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak diperoleh,
sehingga akan menyebabkan warna mahkota tiruan menjadi buram karena ketebalan
porselen yang menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan ruangan preparasi
minimal tebal 1,5 mm untuk mendapatkan warna mahkota tiruan yang estetis. Akan
tetapi pada beberapa kasus tidak semua gigi dapat direduksi teba1 1,5 mm. Kadang-
kadang pada saat dilakukan preparasi yang adekuat malah terjadi trauma pada pulpa.
Hal lain yang sering mengganggu tampilan pengguna mahkota tiruan metal
porselen adalah adanya grey area pada tepi mahkota, biasanya disebabkan gingiva
yang resesi setelah pemakaian dalam jangka waktu lama, sehingga bagian metal pada
tepi sedikit terlihat dan terjadinya diskolorisasi gingiva akibat korosi metal.
3.1.2 Dampak desain tepi restorasi yang buruk terhadap jaringan gingiva
a. Knife-edge/feather edge atau shoulderless
Bentuk preparasi ini dapat digunakan untuk restorasi yang terbuat dari logam.
Keuntungan dari bentuk akhiran preparasi ini adalah pengambilan jaringan yang lebih
sedikit, namun preparasi tidak dapat dievaluasi secara tepat pengurangan di bagian
tepi servikal sehingga dapat mengakibatkan akhiran tepi servikal terlalu dalam di
sulkus gingiva dan mengiritasi jaringan periodontal.
Kekurangan dari akhiran tepi servikal knife-edge ini adalah batasnya sulit
dilihat secara jelas pada gigi yang dipreparasi maupun pada model.Bentuk akhiran ini
memerlukan pengamatan secara lebih teliti oleh laboran terutama pada saat membuat
pola malamnya. Bentuk knife-edge merupakan akhiran tepi servikal yang digunakan
pula pada restorasi yang terbuat dari bahan emas karena preparasinya dapat dibuat
secara lebih mudah dan pengambilan jaringan gigi tidak terlalu banyak, sehingga
tidak membahayakan jaringan pulpa gigi.
b. Preparasi shoulder (bentuk hahu penuh)
Preparasi shoulder ini adalah preparasi yang mempunyai bahu mengelilingi
seluruh servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder jika hanya
bagian labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin adanya ruangan yang cukup di
daerah servikal terutama untuk kelompok restorasi metal porselen atau metal akrilik.
Teknik preparasi ini lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada gigi yang
mempunyai ruang pulpa yang besar.Bur yang digunakan dalam pembuatan akhiran
tepi servikal ini adalah bur bentuk fisur runcing yang ujungnya rata. Bur ini
digunakan apabila diperlukan ruangan untuk penempatan restorasi yang terbuat dari
porselen.
c. Preparasi bevel shoulder (bentuk setengah bahu)
Bentuk akhiran tepi servikal ini merupakan kombinasi dari bentuk bahu penuh
yang disertai dengan bevel.Preparasi bevel shoulder ternyata dapat menghasilkan
kontur yang baik untuk penempatan tepi restorasi karena jika bahu ditempatkan pada
lokasi yang tepat maka tepi bevel dapat berada dalam sulkus gingival tanpa
mengganggu dasar sulkus gingiva.Preparasi ini memenuhi dua syarat penting pada
daerah servikal yaitu, memberikan ruangan yang cukup untuk bahan restorasi yang
diperoleh dari bahu dan memungkinkan adaptasi tepi yang adekuat dari bevel.untuk
membuat bahu dan bevel di sub gingiva, bahu perlu dipreparasi setinggi tepi gusi
yang sehat dan kemudian ditambahkan bevel 0,3-0,5 mm. Cara preparasi ini
memungkinkan kontrol penempatan tepi restorasi dengan baik. Bentuk bevel shoulder
ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada restorasi metal porselen, namun
porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya. Bagian bevel biasanya ditempati
oleh metal collar atau restorasi yang bagian leher/tepi servikalnya terbuat dari logam.
d. Akhiran preparasi bentuk chamfer
Beberapa peneliti menganggap sebuah akhiran servikal yang bersudut tumpul
atau bentuk dengan potongan melintang yang melengkung disebut dengan chamfer.
Bell dkk yang dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa preparasi dilakukan
dengan pengurangan setebal 1,5 mm, sudut garis internal yang membulat dari sudut
cavosurface sebesar 135°. Desain preparasi tepi ini sangat menguntungkan jika
dipakai untuk lahkota logam porselin, karena tepi logamnya dapat dibuat relatif tipis.
Bentuk chamfer seringkali digunakan sebagai akhiran tepi servikal dari restorasi yang
terbuat dari logam, namun bukan berarti bahwa bentuk chamfer lebih istimewa jika
dibandingkan dengan bentuk akhiran preparasi servikal lainnya.
3.2 Penatalaksanaan dari kegagalan perawatan GTC
a. Perawatan bahan
Syarat-syarat bahan secara umum adalah memiliki aspek
1. Biologis
Non iritan
Non toksik
Kariostatik
2. Kelarutan
Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva ( tidak larut dalam saliva)
3. Mekanis
Memiliki daya tahan abrasi yang baik
Modulus elasticitysama dengan enamel dan dentin
4. Sifat termis
Koefisien muai panas sama dengan enamel dan dentin.
Macam – macam bahan gigi tiruan
Gigi tiruan berdasarkan bahan yang digunakan
1. All porcelain bridge
Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini.Kelebihannya
adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya mengkilat.Bahan
porselen sulit dibedakan dengan gigi yang asli.Kekuatannya lebih besar daripada
akrilik tetapi tidak sekuat logam.Kekurangan dari bahan porselen ini bersifat rapuh
dan sehingga tidak dapat diasah dan tidak dapat diletakkan pada permukaan kunyah
gigi belakang.Biasaya juga digunakan untuk gigi yang memerlukan estetik tinggi.
Bahan porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien dengan kebiasaan buruk
bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi antagonisnya akan
menyebabkan porcelain cepat pecah.
2. All acrylic bridge
Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket sementara
(menunggu mahkota jaket permanen).Bahan akrilik biasanya dikombinasikan dengan
logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat menahan beban kunyah.Kelebihan dari
bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli, namun mudah berubah
warnanya.Harganya pun murah tetapi tampilan menarik.Kontraindikasi dari bahn ini
adalah tidak digunakan pada gigi yang memiliki beban kunyah yang besar karena
kekerasan akrilik hanya 1/16 kekerasan dentin.Gigi tiruan yang menggunakan bahan
ini juga tidak cocok digunakan pada penderita dengan bruxism.
3. All metal bridge
Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai kekuatan yang
sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun, keuntungan yang lain
adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat. Tetapi gigi tiruan dari bahan
logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda dengan gigi asli.Biasanya
diindikasikan pada gigi posterior dan kontraindikasinya adalah gigi abutmen yang
digunakan mempunyai ketebalan dentin yang kecil.
Gold Crowns
Keuntungan:
-metode simple karena struktur gigi yang dkurangin lebih minimal.
- Lebih tahan lama pada saat tekanan berat seperti menggigit dan mengunyah.
- Mudah menyesuaikan sesuai daerah di mana gigi dan mahkota memenuhi
- Sehat lingkungan untuk jaringan gusi
Kerugian:
- estetik kurang karena warna gigi tidak seperti gigi asli.
4. Kombinasi (porselen dan metal)
Porcelain fuse to metal adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan
mahkota porselen. Mereka terutama dipilih untuk gigi depan tetapi tidak menutup
kemungkinan juga digunakan pada gigi posterior. Porcelen fuse to metal ini lebih
kuat daripada all porselen bridge. Meskipun porcelen fuse to metal dipilih untuk
penampilan yang sangat baik karena keestetikannya, ada beberapa kelemahan utama
yang terkait dengan logam menyatu di dalamnya. Berikut adalah beberapa kelemahan
dicatat oleh pengguna dan dokter gigi mahkota ini:
Ketidaknyamanan-gigi mungkin sensitif setelah prosedur. Jika gigi dimahkotai
masih mengandung beberapa saraf, saraf yang akan sensitif terhadap panas dan
dingin.
Ada beberapa kasus di mana permukaan mahkota menciptakan keausan pada gigi
antagonisnya. Hal ini kadang-kadang menjadi begitu menonjol sehingga tidak
dapat diawasi.Bagian porselen bisa terkelupas mati dan logam yang mendasari
dapat terlihat sebagai garis gelap.
5. In Ceram (keramik bridge)
Terbuat dari porselen alumina yang sangat tangguh. Memiliki estetika yang sangat
baik dan cukup kuat untuk dapat disemen dengan semen gigi tradisional.
SPINELL - untuk kasus anterior unit tunggal yang memerlukan estetika unggul dan
tembus. ALUMINA - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior, dan sampai
restorasi 3-unit jembatan. Zirkonia - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior,
dan sampai restorasi 5-unit jembatan.
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan :
1. Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari
alloy yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan
kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah
bentuk(deformasi) akiba tekanan pengunyanhan. Pontik logam biasanya
dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan factor estetis, namun
lbih mementingkan factor fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan
posterior.
2. Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan
seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen.Pontik ini biasanya
diiindikasikan untuk jembatan anterior dimana factor estetis menjadi hal yang
utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan gingival dan memberikan
nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
3. Pontik akrilik
Pontik akrilik ini adalah pontik yang dibuat dengan pemakaian bahan resin
akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan
tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar
mampu menahan daya kunyah/gigit.Pontik ini biasanya diindikasikan untuk
jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis saja.
4. Koimbinasi logam dan porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan
estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam
yang bertitik leburtinggi (lebih tinggi dari temperature porselen). Tidak
berubah warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat, kaku
dan memiliki pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan
pada bagian bukal/labial dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan
logam ditempatkan pada oklusal dan lingual.Pontik ini dapat digunakan pada
jembatan anterior maupun posterior.
5. Kombinasi logam dan akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilikini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan
estetik sedangkan logam yang member kekuatan dan dianggap lebih dapat
diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang
menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah labial/bukal dilapisi
dengan akrilik.
b. Perawatan pendahuluan
Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan
lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigi tiruan.
Keberhasilan atau gagalnya gigi tiruan cekat tergantung pada beberapa factor diantarnya
meliputi:
1. Kondisi mulut pasien
2. Keadaan periodontal gigi abutment
Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga
untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya.
Perawatan ini meliputi:
1. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung
gigi abutment.
Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada
sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigi tiruan.
Antara lain :
Menghilangkan kalkulus
Menghilangkan pocket periodontal
Memperbaiki tambalan yang tidakbaik, seperti tambalan menggantung.
Menghilangkan gangguan oklusal
Mengevaluasi keadaan jaringan periodontal gigi abutment secara radiografi juga perlu
dilakukan untuk menilai apakah gigi tersebut masih dapat digunakan sebagai
penyangga atau tidak.
2. Tindakan Konservasi
Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat
terhadap gigi-gigi yang ada.
Antara lain :
Penambalan gigi yang karies
Pembuatan inlay, dsb
3. Tindakan Prostetik
Setelah semua gigi penyangga dan jaringan pendukungnya dievaluasi tahap
berikutnya adalah pembuatan gigi tiruan cekat yang baru.
Keuntungan dari perencanaan, pembuatan dan pelaksanaan persiapan didalam
mulut yang teliti adalah sangat mendasar. Preparasi yang tepat akan mengarahkan gaya
pengunyahan, sehingga desain gigi tiruan akan mendukung satu sama lain. Gaya yang
seimbang dan didistribusikan dengan sesuai dapat membantu mempertahankan struktur
rongga mulut yang masih ada dan restorasi. Akhirnya keadaan ini dapat menghasilkan
ramalan, prognosa yang baik untuk suatu restorasi. Setelah dilakukan perawatan
pendahuluan yang baik, barulah dapat dilakukan pengambilan cetakan pada pasien untuk
pembuatan gigitiruan, karena gigi tiruan dapat bertindak sebagai pengganti fungsi gigi
yang hilang dan mengembalikan kesehatan jaringan mulut.
c. Pemilihan desain
Pertimbangan Pemilihan Desain Dasar Gigi Tiruan Cekat
1. Desain Retainer
a. Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:
1) Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
• Tekanan kunyah normal/besar
• Gigi-gigi penyangga yang pendek
• Intermediate abutment pasca perawatan periodontal
• Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan
• Indikasi luas
• Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik
• Memberikan efek splinting yg terbaik
Kerugian:
Jaringan gigi yg diasah lebih banyak
Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
Gambar 3. Extra Coronal Retainer
2) Partial Veneer Crown Retainer
Indikasi :
• Gigi tiruan jembatan yang pendek
• Tekanan kunyah ringan/normal
• Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
• Salah satu gigi penyangga miring
Gambar 4. Partial Veneer Crown Retainer
Keuntungan
• Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
• Estetis lebih baik daripada FVC retainer
Kerugian:
• Indikasi terbatas
• Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
• Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
• Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).
b. Intra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga.
Bentuk:
• Onlay
• Inlay MO/DO/MOD
Indikasi:
• Gigi tiruan jembatan yang pendek
• Tekanan kunyah ringan atau normal
• Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar
• Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal
Keuntungan:
• Jaringan gigi yang diasah sedikit
• Preparasi lebih mudah
• Estetis cukup baik
Kerugian:
• Indikasi terbatas
• Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang
• Mudah lepas/patah
Gambar 5.Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.
c. Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa
jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri
sendiri.
Indikasi:
a. Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
b. Gigi tiruan pendek
c. Tekanan kunyah ringan
d. Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
• Estetis baik
• Posisi dapat disesuaikan
Kerugian:
Sering terjadi fraktur akar
Gambar 6. Dowel Retainer.
2. Desain Pontik
a. Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:3
1) Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari
alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III.Alloy ini memiliki kekuatan
dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau
berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik logam
biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan faktor
estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan seperti
pada jembatan posterior.
2) Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan
seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen.Pontik ini biasanya
diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis menjadi hal
yang utama.Pontik porselen mudah beradaptasi dengan gingival dan
memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
3) Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin
akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak
dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya
agar mampu menahan daya kunyah / gigit.Pontik ini biasanya
diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan
pelapis estetis saja.
4) Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini
memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat
dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari
temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan
logam, sangat keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian yang sama
dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian labial/bukal dan
daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam ditempatkan pada
oklusal dan lingual.Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior
maupun posterior.
5) Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai
bahan estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap
lebih dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan
daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah
labial/bukal dilapisi dengan akrilik.
b. Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak
1) Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak samasekali dengan linggir
alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan
linggir alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik cembung dalam
segala aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa
makanan dapat dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang
demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga hanya
diindikasikan untuk pontik posterior rahang bawah.4
Gambar 7. Pontik Sanitary
2) Pontik Ridge Lap
Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir alveolus
sedangkan bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit menyentuh
mukosa dari linggir.Hal ini mengakibatkan estetis pada bagian
labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan pada bagian
palatal.Walaupun demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa
makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk
dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan
anterior dan posterior.4
Gambar 8. Pontik Ridge Lap
3) Pontik Conical Root
Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat yang
dibuatkan atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis
dalam kegiatan sehari-hari. Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar
pontik masuk ke dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm.
pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan pada
pembuatan ini tidak menggunakan restorasi provisional.4
Gambar 9.Pontik Conical Root.
3. Konektor (Connector)
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik
dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga
menyatukan bagian-bagian tersebutuntuk dapat berfungsi sebagai splinting dan
penyalur beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
1. Rigid connector
2. Non Rigid Connnector
4. Penyangga (Abutment)
Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:
1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga
2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga
3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga
4. Terminal abutment
5. Intermediate/pier abutment
6. Splinted abutment
7. Double splinted
Gambar 10.Contoh Gambar Double Abutment dan Terminal Abutment.
Gambar 11. Contoh Gambar Intermediet/ Pier Abutment