91364134-pleuropneumonia
DESCRIPTION
91364134-PLEUROPNEUMONIA91364134-PLEUROPNEUMONIA91364134-PLEUROPNEUMONIATRANSCRIPT
PLEUROPNEUMONIA
1.EFUSI PLEURA
1.1 Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang
berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.
1.2 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui
kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga
terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi, tiap harinya diproduksi cairan kira-kira
16,8 ml (pada orang dengan berat badan 70 kg). Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat
meningkat sampai 20 kali. Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang
(produksinya meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.
Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui pleura parietal dan selanjutnya
keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura parietal melalui sistem limfatik dan
vaskular. Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh
sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang
memudahkan penyerapan cairan pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak mikrovili di
sekitar sel-sel mesothelial.
1.3 Etiologi
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior.
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat
mekanisme dasar :
* Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
* Penurunan tekanan osmotic koloid darah
* Peningkatan tekanan negative intrapleural
* Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
1.4 Diagnosis
Anamnesa
Efusi pleura harus dicurigai pada pasien yang mengeluh nyeri dada atau dispnea. Bila efusi
pleura telah dipastikan melalui pemeriksaan fisik dan radiografi thoraks, harus dicari
kemungkinan penyebab utamanya melalui anamnesis.
Pemeriksaan Fisik
1. Palpasi dapat memperlihatkan sisi thoraks yang mengalami efusi terlambat berekspirasi.
2. Perkusi pada daerah efusi memperlihatkan bunyi pekak. Fremitus taktil tidak ada.
3. Auskultasi mengungkapkan berkurang atau hilangnya bunyi nafas pada daerah efusi.
Atelektasis pada batas atas efusi dapat menimbulkan egofoni (Perubahan ucapan “I” ke “E”)
Pemeriksaan Laboratorium
1. Torasentesis untuk mengambil cairan guna analisis diindikasi bila penyebab efusi pleura
belum diketahui atau bila dicurigai adanya empiema.
2. Biopsi pleura dilakukan bila dicurigai adanya tumor atau penyakit granuloma. Bahan biopsy
dibiakkan dan diperiksa secara histopatologis.
3. Uji tuberculin kulit dengan control (Candida, Trichophyton, gondongan) diindikasi pada
individu yang baru-baru ini berkontak dengan pasien tuberculosis aktif atau yang foto thoraksnya
menunjukkan adanya penyakit granulomatosa.
Radiografi
1. Radiografi Thoraks adalah kunci untuk diagnosis dan pada efusi yang kecil dapat merupakan
petunjuk pertama mengenai adanya cairan. Foto dekubitus lateral memastikan adanya cairan
dengan menunjukkan adanya lapisan-lapisan. Efusi yang berlokulasi tidak akan membentuk
lapisan-lapisan, tetapi perubahan bentuk densitas dapat membedakan lokulasi dari fibrosis
pleura. Bila lapisan cairan dipindahkan, parenkim yang mendasari dapat diperiksa untuk mencari
infiltrasi, kavitas, atau massa.
2. Ultrasonografi membedakan cairan dalam rongga dada dari jaringan padat. Lokasi cairan juga
dapat diketahui untuk membantu torasentesis.
1.5 Komplikasi
Infeksi
Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat mengakibatkan infeksi (empiema primer), dan
efusi pleura dapat menjadi terinfeksi setelah tindakan torasentesis (empiema sekunder).
Empiema primer dan sekunder harus didrainase dan diterapi dengan antibiotic untuk mencegah
reaksi fibrotik. Antibiotik awal dipilih berdasarkan gambaran klinik. Pilihan antibiotic dapat
diubah setelah hasil biakan diketahui.
Fibrosis Paru
Fibrosis pada sebagian paru dapat mengurangi ventilasi dengan membatasi pengembangan paru.
Pleura yang fibrotic juga dapat menjadi sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam.
Dekortikasi-reseksi pleura lewat pembedahan mungkin diperlukan untuk membasmi infeksi dan
mengembalikan fungsi paru. Dekortikasi paling baik dilakukan dalam 6 minggu setelah
diagnosis empiema ditegakkan, karena selama jangka waktu ini lapisan pleura masih belum
teroganisasi dengan baik (fibrotic) sehingga pengangkatannya lebih mudah.
2. PNEUMONIA
2.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun
jamur.
2.2 Etiologi
Penyebab pneumonia adalah:
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):
- Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus
- Legionella
- Hemophilus influenzae
2. Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan dewasa
muda)
4. Jamur tertentu.
Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:
- Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar
- Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
- Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:
1. Peminum alkohol
2. Perokok
3. Penderita diabetes
4. Penderita gagal jantung
5. Penderita penyakit paru obstruktif menahun
6. Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker, penerima organ
cangkokan)
7. Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS).
Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan perut) atau cedera
(terutama cedera dada), sebagai akibat dari dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap
kemampuan batuk dan lendir yang tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah
Staphylococcus aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang tersering yaitu
bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumococcus). Pneumonia pada anak-anak paling sering
disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia
sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.
2.3 Gejala
Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:
- batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)
- nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam
atau terbatuk)
- menggigil
- demam
- mudah merasa lelah
- sesak nafas
- sakit kepala
- nafsu makan berkurang
- mual dan muntah
- merasa tidak enak badan
- kekakuan sendi
- kekakuan otot.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- kulit lembab
- batuk darah
- pernafasan yang cepat
- cemas, stres, tegang
- nyeri perut.
2.4 Diagnosa
Pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki.
Pemeriksaan penunjang:
# Rontgen dada
# Pembiakan dahak
# Hitung jenis darah
# Gas darah arteri