9. depresi dan maniak

52
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI DAN MANIAK) MAKALAH Oleh Erna Dwi Putri Cahyani 122310101012 Sandi Budi Dermawan 122310101050 Nilla Sahuleka 122310101070

Upload: alfun-hidayatulloh

Post on 08-Nov-2015

64 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

9. Depresi Dan Maniak

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN

(DEPRESI DAN MANIAK)

MAKALAH

OlehErna Dwi Putri Cahyani

122310101012

Sandi Budi Dermawan

122310101050

Nilla Sahuleka

122310101070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN ALAM PERASAAN

(DEPRESI DAN MANIAK)

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIII

Dosen Pengampu: Ns. Erti Ikhtiarini, M. Kep, Sp.J

oleh

Erna Dwi Putri Cahyani

122310101012Sandi Budi Dermawan

122310101050

Nilla Sahuleka

122310101070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAlam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Dimana gangguan alam perasaan ditandai oleh sindroma depresif sebagian atau total dan ditandai dengan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari (Stuart, 2006). Alam perasaan(mood) adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi

Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu, yang disertai perilaku dari perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada belebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR, 2000 dalam Videback, 2008, hal.388).Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan alam perasaan: depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatanyang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi. Selain itu gangguan alam perasaan khususnya depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Dimana angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini (Anonim, 2009). Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal. 19).Dari uraian di atas penting untuk kita ketahui mengenai konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan: depresi dan mania sehingga presentase angka kejadian gangguan alam perasaan (depresi) dapat berkurang. Dimana hal tersebut juga dapat berdampak pada menurunya angka kematian bunuh diri karena depresi. Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadangkadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas). Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat,meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan,banyak bicara,ide-ide yang meloncat,senda gurau,tertawa berlebihan, penyimpangan seksual.1.2 Tujuan

Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan alam perasaan (depresi dan mania).BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Contoh Kasus

An. R berusia 19 tahun, dia baru saja mengalami putus cinta. Kekasihnya memutuskan hubungan tanpa alasan yang jelas. Saat ini An. R sangat depresi, dia tampak murung, sering menangis dan mengurung diri di kamar. Dia masih belum bisa menerima keputusan yang di berikan oleh pacarnya. Beberapa hari ini nafsu makan An. R berkurang dan enggan untuk membersihkan diri sehingga badannya terlihat lebih kurus dan kotor. An. R yang dulunya adalah anak yang pandai, periang, selalu ceria, memiliki banyak teman sekarang berubah menjadi anak yang cenderung pendiam, tidak suka bergaul, dan prestasinya pun mulai menurun. An. R juga sangat mudah marah dan tersinggung dengan perkataan teman-temannya. Beberapa kali An. R mencoba untuk bunuh diri karena keputusasaan yang dialami dia cenderung untuk menyakiti dirinya sendiri.2.2 PengertianDepresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan respon emosional yang berat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik dan fungsi sosial seperti perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan (Stuart dan Sundeen, 2005).

Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan yang berlebihan, harga diri rendah dan perasaan kosong. Dimana dapat berkelanjutan pada kegagalan dan menuduh diri sehingga muncul ide untuk bunuh diri. Depresi termasuk salah satu di antara gangguan-gangguan suasana hati (mood). Depresi adalah suatu gangguan yang disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri dan pelarian diri yang keliru dan kemudian muncul banyak konflik intrapsikis yang keliru (patah semangat dan kesedihan yang mendalam) (Semiun, 2006).

Depresi adalah suatu keadaan yang berkelanjutan dari suatu kesedihan. Kesedihan yang berkelanjutan dan berujung pada keputusasaan, putus harapan, merasa lemas, dan juga cemas. Dimana ada perbedaan antara depresi emosi yang disebabkan oleh faktor kejiwaan dan sosial, dan depresi pikiran yang disebabkan oleh pembentukan pola pikir. Depresi emosi adalah salah satu goncangan kejiaan, dan depresi pikiran adalah goncangan akal pikiran (Taufiq, 2006).

Jadi depresi merupakan suatu keadaan yang berkelanjutan dari suatu kesedihan dan berujung pada keputusasaan dan disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri dan pelarian diri yang keliru dan kemudian muncul banyak konflik intrapsikis yang keliru.Tingkatan depresi yaitu:

a) Depresi Ringan: bersifat sementara sekitar 2 minggu, alamiah, adanya rasa pedih, perubahan proses pikir komunikasi sosial dan rasa tidak nyaman.

b) Depresi Sedang:

Afek : murung, cemas, kesal, menangis

Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.

c) Depresi Berat: disertai waham, halusinasi, atau stupor depresi

2.3 Psikopatologi

1. Adanya persepsi negative terhadap suatu masalah (seperti memandang dirinya tidak mampu apa-apa, lingkungan yang tidak mendukung, ada pengalaman yang semua ia terima adalah sumber masalah).

2. Mekanisme koping yang maladaptive

3. Sehingga terjadi akumulasi stres yang berkepanjangan

4. Terjadi depresi

5. Kemungkinan besar untuk menciderai diri2.4 Psikodinamikaa. Faktor predisposisi Depresi menurut Stuart dan Sundeen (2006):

Biologis/Genetik: Anak yang memiliki orang tua depresi maka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi pada usia remaja. Dengan demikian, faktor genetik akan meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi. Hanya saja, tanpa adanya factor pemicu, maka yang bersangkutan tidak akan terkena depresi. Faktor predisposisi depresi bisa terjadi juga karena anak meniru cara bereaksi yang salah dari orang tuanya yang menderita depresi.

PsikologisKepribadian dan cara seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperan dalam mendorong munculnya depresi. Orang yang kurang percaya diri, sering merasa cemas, terlalu bergantung pada orang lain atau terlalu mengharap pada diri sendiri, perfeksionist (maunya sempurna), merupakan jenis orang yang gampang terkena depresi.

Sosiokultural

Hubungan sosial yang buruk, beban pikiran, kesendirian dan kesepian, kehilangan sesuatu yang berharga, dan mengalami peristiwa yang buruk.

b. Faktor presipitasi

Faktor Biologis

Meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit. Pendekatan biologi menemukan bahwa faktor genetis, sistem endokrin, dan neurotransmiter berperan dalam kemunculan depresi. Kemunculan depresi dalam prespektif biologi dapat dipahami bahwa kehidupan yang penuh stres mengaktifkan hormon stres, berefek luas pada sistem neurotransmiter khususnya serotonin, norepinephrine dan CFR. Peningkatan hormon stres dalam jangka waktu pada struktur dan kimia di otak (Durand & Barlow, 2003).

Faktor Psikologi

Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta seseorang dan kehilangan harga diri. Faktor psikologis dibagi menjadi tiga pendekatan:

Pendekatan Psikodinamika : pendekatan ini menekankan penyebab depresi sebagai rasa kehilangan dari suatu objek atau status. Proses hubungan antara orang tua dan anaknya merupakan sumber kehilangan, seperti perceraian orang tua, kurangnya kasih sayang orang tua, kurangnya penghargaan tanpa syarat kepada anak, perpisahan orang tua dengan anak dan kehilangan orang tua dapat menyebabkan depresi.

Pendekatan behavioral

Pendekatan ini memandang bahwa kurangnya reinforcement positif, seperti ketertarikan dan perhatian orang tua terhadap anaknya dan dampak perubahan hidup mempengaruhi timbulnya depresi. Faktor yang penting lain dalam memahami depresi salah satunya adalah perasaan tidak berdaya (Learned helplessness), muncul ketika dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan, seperti stres atau rasa sakit yang berkepanjangan, dan individu merasa tidak memiliki kendali atasnya (Santrock, 2003). Pendekatan Humanistik-Eksistensial

Teori ini memfokuskan atas kehilangan harga diri sebagai penyebab depresi yang utama, kehilangan objek ini dapat nyata atau simbolik, misalnya prestasi belajar menurun, status sosial ekonomi.

Faktor sosial budaya

Meliputi kehilangan peran, perceraian, dan kehilangan pekerjaan. Tidak ada hubungan yang dekat dengan sahabat, sedikitnya teman, dan penolakan dari teman sebaya dapat meningkatkan munculnya depresi.c. Respon terhadap stress/ tanda gejala/ penilaian terhadap respon

Kognitif: merasa bingung, lambat berpikir, sulit membuat keputusan, kurang percaya diri, merasa bersalah dan tidak mau dikritik, adanya pikiran untuk membunuh diri

Afektif: penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri, merasa sedih, sering menangis tanpa alasan yang jelas, irritabilitas, mudah marah dan terkadang agresif.

Fisiologis: penurunan nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan atau kurang energi, agitasi, nyeri, sakit kepala, otot kram dan nyeri tanpa penyebab fisik

Perilaku: gerak lambat, mengeluh sakit kepala dan dada, tugas terasa berat, bicara juga lambat.

Social: menarik diri, menjauh diri dari lingkungan sosial, penurunan aktivitas fisik dan latihan, menunda pekerjaan rumah.

d. Kemampuan mengatasi masalah/sumber coping

Adanya penilaian terhadap stessor yang kurang baik akan dapat menentukan sumber koping yang digunakan adalah destruktif atau maladaptif. Jika seseorang selama menghadapi stressor mempunyai kemampuan personal yang baik, mempunyai dukungan sosial yang baik, aset materi dan keyakinan yang baik maka akan membantu orang tersebut dalam mengatasi stressor sehingga mekanisme koping yang digunakan adalah konstruktif atau adaptif.

e. Mekanisme koping

Rentang Respon emosi individu

1. Reaksi Emosi Adaptif

Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima dan berlangsung singkat. Ada dua macam reaksi adaptif: Respons emosi yang responsive

Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal. Reaksi kehilangan yang wajar

Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berhenti kegiatan sehari-hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama.

2. Reaksi Emosi Maladaptif

Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3 tingkatan, yaitu:

Supresi

Tahap awal respon emosional maladaptif, individu menyangkut, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan.

Reaksi kehilangan yang memanjang

Supresi memanjang sehingga mengganggu fungsi kehidupan individu. Gejala : bermusuhan, sedih berlebihan, rendah diri.

Mania/depresi

Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.f. Diagnosa yang muncul

1. Diagnosa Medis:

Depresi

skizofrenia2. Diagnosa Keperawatan yang dapat dialami pada klien depresi adalah:a. Ketidakseimbangan Nutrisib. Gangguan konsep diric. Ketidakefektifan koping

d. Hambatan Interaksi sosialg. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis dengan obat anti depresan. Ada beberapa obat anti depresan, yaitu: MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors)Obat ini menghalangi aktivitas monoamine oxidase, enzim yang menghancurkan monoamine neurotransmitters norephinefrin, serotonin, dan dopamine. TricyclicsObat ini meningkatkan aktivitas neurotransmitters manoamine norephinefrin dan serotonin dengan menghambat reuptake ke dalam neuron. SSRIsObat ini hanya menghambat reuptake serotonin namun tidak menghalangi neurotransmitter lain.

2. Penatalaksanaa KeperawatanNoDiagnosaTujuan dan Kriteria hasilIntervensi

1Ketidakseimbangan NutrisiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam status nutrisi pasien normal dengan indikator : 1. Intake nutrien normal

2. Intake makanan dan cairan normal

3. Berat badan normal

4. Massa tubuh normal

5. Pengukuran biokimia normal

MONITOR NUTRISI 1. Berat badan pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan berat badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakuakn

4. Monitor interaksi anak dan orang tua selama makan

5. Monitor lingkungan selama makan

6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kalori dan intake nutrisi

2Ketidakefektifan koping Individu

Menunjukan fleksibilitas perankeluarga menunjukan fleksibilitas peran para anggotanya pertentangan masalah nilai keluarga dapat mengatur masalah-masalahmemanas masalah melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional menunjukan strategi untuk memanas masalahmenggunakan strategi penurunan stress peduli terhadap kebutuhan anggota keluarga menentukan prioritasmenentukan jadwal untuk rutinitas danm aktivitas keluarga menjadwalkan untuk respite care mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan memelihara kestabilan financial mencari bantuan ketika dibutuhkan menggunakan support social hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri

hargai dan diskusikan substitute respon terhadap situasi

hargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan

dukung penggunaan sumber spiritual jika diminta

gunakan pendekatan yang tenang dan berikan jaminan

sediakan informasi actual tentang diagnosis, penangan dan prognosis

sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini

dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat

dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat

Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan peran

Bantu klien beradaptasi dan mengantisipasi perubahan klien

Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan yang dapt terjadi

3Hambatan Interaksi sosial

Definisi: keadaan seorang individu, berpartisipasi dalam perubahan social yang kuantitasnya berlebihan, kekurangan, atau kualitasnya tidak efektif.

Keterampilan interaksi social: penggunaan perilaku interaksi social yang efektif.

Setelah diapantau selama 2x24 jam klien menunjukkan interaksi social dengan indicator:

1. Klien memahami efek perilaku diri terhadap interaksi social.

2. Mengungkapkan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain

3. Menunjukkan perilaku yang dapat meningkatkan/memperbaiki interaksi social

Peningkatan sosialisasi: fasilitasi kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.

1. Kaji pola interaksi

2. Berikan informasi tentang sumber-sumber dikomunitas yang akan membantu pasien untuk melanjutkan dengan meningkatkan interaksi social setelah pemulangan.

3. Rujuk pasien ke kelompok analisis transaksional atau program yang dapat meningkatkan pemahaman transaksi, jika diperlukan.

4. Anjurkan pasien bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain.

a. ImplementasiNo. DiagnosaImplementasi

1Ketidakseimbangan Nutrisi1. Memonitor berat badan pasien dalam batas normal

2. Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakuakn

3. Memonitor interaksi anak dan orang tua selama makan

4. Memonitor lingkungan selama makan

5. menjadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

6. Memonitor turgor kulit

2Ketidakefektifan koping Individu

1. Menghargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri

2. Mendiskusikan substitute respon terhadap situasi

3. Menghargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan

4. Mendukung penggunaan sumber spiritual jika diminta

5. Mengunakan pendekatan yang tenang dan berikan jaminan

6. Menyediakan informasi actual tentang diagnosis, penangan dan prognosis

7. Menyediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini

8. Mendukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat

9. Mendukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat

10. Membantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan peran

11. Membantu klien beradaptasi dan mengantisipasi perubahan klien

12. Membantu klien mengidentifikasi kemungkinan yang dapt terjadi

3Hambatan Interaksi sosial

1. Mengkaji pola interaksi

2. Memberikan informasi tentang sumber-sumber dikomunitas yang akan membantu pasien untuk melanjutkan dengan meningkatkan interaksi social setelah pemulangan.

3. merujuk pasien ke kelompok analisis transaksional atau program yang dapat meningkatkan pemahaman transaksi, jika diperlukan.

4. menganjurkan pasien bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain

b. Evaluasi

Diagnosa Implementasi

Ketidakseimbangan NutrisiS: SenangO: Pasien bisa makan sendiri tanpa dipaksa,

A: BB : Normal, turgor kulit tidak kering lagi

P: Anjurkan keluarga untuk memandirikan pasien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya

Ketidakefektifan koping

S: SenangO: pasien dapat bergaya dengan baikA: Klien dapat beradapataasi dengan baikP: Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan terhadap pasien untuk mempertahan pola bergaya dengan baik

Hambatan Interaksi sosial

S: SenangO: Pasien dapat berinteraksi dengan social tanpa ada hambatanA:Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan jujurP: Anjurkan keluarga untuk membiasakan pasien untuk melakukan komunikasi dengan baik dan jujur

2.5 Contoh Kasus

An. Y berusia 20 tahun.Pada saat ini dia mengalami duka dikarenkan ditinggal orang tuanya.An.Y Beberapa hari setelah orang tuanya meninggal An.Y tampak melakukan semua kegiatan yang selama ini tidak pernah dilakukanya.An.Y juga sering tidak tidur pada saat malam hari.An.Y terkadang merasa senang jika ada yang mengatakan orang tuanya telah meninggal,An.Y sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat membahayakan nyawa tanpa berpikir dengan matang.An.Y mudah marah jika ada yang melarangya dalam melakukan kegiatan ekstrim dikarenakan An.Y merasa dirinya memiliki kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain sehingga dirinya bisa melakukan apapun yang dia inginkan.2.6 PengertianMania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meluas, meningkat, bersemangat, atau mudah tersinggung. Respon diri dapat ditunjukkan dengan perilaku hiperaktif, banyak bicara, tertawa berlebihan dan penyimpangan seksual (Riyadi, 2009). Mania adalah respon emosional yang berat dan dapat dikenali melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial (Purwaningsih, 2009). Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadangkadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas). Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat,meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan,banyak bicara,ide-ide yang meloncat,senda gurau,tertawa berlebihan,penyimpangan seksual.2.7 Psikopatologi

1. Adanya persepsi negative terhadap suatu masalah (seperti memandang dirinya tidak mampu apa-apa, lingkungan yang tidak mendukung, ada pengalaman yang semua ia terima adalah sumber masalah).

2. Mekanisme koping yang maladaptive

3. Sehingga terjadi akumulasi stres yang berkepanjangan

4. Terjadi mania

5. Kemungkinan besar untuk menciderai diri2.8 Psikodinamikaa. Faktor predisposisi Mania : Biologis: Genetika bawaan adalah faktor umum penyebab mania. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan mania memiliki risiko mengidap penyakit yang sama.

Psikologis

Kepribadian dan cara seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperan dalam mendorong munculnya mania. Orang yang selalu menyimpan semua sendiri dan kepribadian yang introvert cenderung dapat mengalami mania. SosiokulturalHubungan sosial yang buruk, beban pikiran, kesendirian dan kesepian, kehilangan sesuatu yang berharga, dan mengalami peristiwa yang buruk.b. Faktor presipitasi

Faktor BiologisPendekatan biologi menemukan bahwa faktor genetis, sistem endokrin, dan neurotransmiter berperan dalam kemunculan mania. Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah norepinephrine dan serotonin.Tingkat norephinephrine yang tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang tinggi juga menyebabkan mania. Faktor Psikologi

Kehilangan orang yang dikasihi menyebabkan proses penyangkalan dalam kehidupan dan tidak menerima apa yang terjadi dilampiaskan dengan tindakan kasar serta hiperaktivitas. Faktor sosial budaya

Meliputi kehilangan peran, perceraian, dan kehilangan pekerjaan. Tidak ada hubungan yang dekat dengan sahabat, sedikitnya teman, dan penolakan dari teman sebaya dapat meningkatkan munculnya mania.c. Respon terhadap stress/ tanda gejala/ penilaian terhadap respon

Kognitif: merasa dirinya dapat melakukan segala sesuatu, ide yang meloncat-loncat, tidak dapat fokus pada satu topik Afektif: peningkatan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri, merasa senang dan gembira, mudah marah dan terkadang agresif. Fisiologis: Gangguan tidur,energi yang belebihan,Peningkatan kegiatan fisik. Perilaku: Berbicara cepat,mudah melakukan tingkah laku yang terkadang membahayakan,perilaku agresif. Social: menarik: Peningkatan aktivitas fisik dan latihan, meningkatnya dorongan untuk mencapai tujuan,berperilaku kasar tehadap orang lain.d. Kemampuan mengatasi masalah/sumber coping

Klien dengan maniak terkadang tidak dapat mengatasi stessor yang dihadapi dikarenkan perasaan yang menganggap dirinya dapat melakukan segala sesuatu akan tetapi tidak sesuai dengan kenyataannya.Terkadang respon mal adaptif klien dengan mania sering melakukan tindakan membahayakan yang tidak dipikirkanya secara benar.e. Mekanisme koping

Rentang Respon emosi individu

1. Reaksi Emosi Adaptif

Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima dan berlangsung singkat. Ada dua macam reaksi adaptif: Respons emosi yang responsive

Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal. Reaksi kehilangan yang wajar

Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berhenti kegiatan sehari-hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama.2. Reaksi Emosi Maladaptif

Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3 tingkatan, yaitu:

Supresi

Tahap awal respon emosional maladaptif, individu menyangkut, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan.

Reaksi kehilangan yang memanjang

Supresi memanjang sehingga mengganggu fungsi kehidupan individu. Gejala : bermusuhan, sedih berlebihan, rendah diri.

Mania/depresi

Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.f. Diagnosa yang muncul

1. Diagnosa Medis:

Bipolar disorder :mania2. Diagnosa Keperawatan yang dapat dialami pada klien mania adalah:e. Gangguan pola tidurf. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendirig. Ketidakefektifan kopingg. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan Medis

Menurut Israr, dkk (2009) obat-obatan yang dapat diberikan pada pasien dengan gangguan alam perasaan: mania adalah:1. Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering digunaka untuk mengatasi gangguan bipolar: mania, menyusul kemudian lithium sitrat. Indikasinya untuk mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat. Lithium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania. Dosis yang diberikan berkisar antara 600-2400 mg per hari dan pada mania akut diberikan dosis 1800 mg per hari, dengan dosis terbagi

2. Karbamazepin adalah suatu obat iminodibenzyl yang secara struktural mirip dengan imipramine, sering digunakan sebagai terapi alternatif pengganti lithium walaupun efeknya tidak sekuat lithium. Indikasinya untuk epilepsi, gangguan bipolar (mania,depresi), skizofrenia dan gangguan skizoafektif, gangguan depresif, dan gangguan pengendalian impuls. Dosis 200-400 mg per hari dalam 3 atau 4 dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir minggu pertama pengobatan.

3. Natrium divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga digunakan dalam terapi mania dan untuk membantu mencegah sakit kepala migrain. Indikasinya untuk penanganan gangguan bipolar episode manik pada dewasa, dan mencegah sakit kepala migrain. Dan juga merupakan alternatif terapi yang penting sebagai pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan untuk kasus-kasus gangguan bipolar (terutama pada pasien dengan siklus berulang), penderita dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas, atau penyakit otak organik. Untuk penanganan mania, terapi diawali dengan dosis harian 750 mg. pada beberapa pasien dosis harus ditingkatkan sampai 1000 mg per hari

4. Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania. Indikasinya untuk psikosis akut dan kronis, halusinasi pada skizofrenia, dan kelainan sikap dan tingkah laku pada anak. Besarnya dosis tergantung kepada umur, keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya.5. Valproat (depakene) atau asam valproat. Indikasinya untuk epilepsi, gangguan bipolar, gangguan skizoafektif. Dosis hari pertama adalah 250 mg diberikan bersama makanan. Dosis dapat dinaikkan sampai 250 mg per oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6 hari. Kadar plasma teraputik untuk mengendalikan kejang adalah 50 dan 100 mg per ml bila obat ditoleransi dengan baik. Dosis anak yang disarankan berkisar antara 20-30 mg per KgBB per hari .2. Penatalaksanaan KeperawatanDiagnosa keperawatanNOCNIC

Gangguan Pola tidurberhubungan dengan: Psikologis : usia tua, kecemasan, agen biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas, depresi, kelelahan, takut, kesendirian.

Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol tidur, pencahayaan, medikasi (depresan, stimulan),kebisingan.NOC: Anxiety Control

Comfort Level

Pain Level

Rest : Extent and Pattern

Sleep : Extent ang Pattern

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil: Jumlah jam tidur dalam batas normal

Pola tidur,kualitas dalam batas normal

Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat

Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidurNIC :Sleep Enhancement Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur

Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)

Ciptakan lingkungan yang nyaman

Kolaburasi pemberian obat tidur

Kekerasan terhadap diri sendiri

Definisi : Tingkah laku individu dimana dia beresiko memperlihatkan secara psikologis, emosional dan atau seksual melukai dirinya.Faktor resiko : Ide bunuh diri (frekuensi sering, lama dan terus-menerus) Rencana bunuh diri (jelas dan penyebab kematian dengan cara khusus; metode dan adanya pemikiran yang merusak) Riwayat berulang berusaha untuk bunuh diri Tingkah laku terselubung (seperti menulis catatan untuk orang yang ditinggalkan, langsung marah dengan pesa-pesan mendukung lain yang ditolak orang, memberikan pilihan-pilihan kepada orang, keluar diri dari kehidupan luas tidak sesuai kebijakan) Verbal terselebung (seperti berbicara tentang kematian-kematian lebih baik tanpa aku, meminta pertanyaan tentang obat-obat dosis kematian) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, keasingan) Kesehatan mental (klinis depresi, psikosis, kepribadian keras tidak sesuai, penyalahgunaan alcohol atau obat-obatan) Kesehatan fisik (hipokondrik, sakit kronis atau penyakit terminal)Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan/kegagalan) Umur 15 19 tahun

Umur lebih 45 tahun

Status perkawinan (single, kematian suami, perceraian)

Okupasi (executive, administrator/ bisnis pribadi, professional, kematian pekerja)

Konflik interpersonal

Latar belakang keluarga (perpecahan atau konflik, riwayat bunuh diri) Orientasi seksual (biseksual/aktif, homoseksual/inaktif)

Sumber-sumber personal (miskin hubungan, miskin, pengaruh ketidak mampuan dan miskin kontrol) Sumber-sumber sosial (rendah hasil, isolasi sosial, tidak ada respon keluarga)Control Impuls

Setelah dilakukan interaksi dengan 3x24 jam, klien dapat mengenal lebih awal tanda-tanda akan terjadi perilaku kekerasan dengan indikator/ kriteria hasil :

a.Klien mampu menyebutkan tanda-tanda akan melakukan kekerasan, seperti perasaan ingin marah, jengkel, ingin merusak, memukul, dll

b.Klien bersedia melaporkan pada petugas kesehatan saat muncul tanda-tanda kekerasan

c.Klien melaporkan kepada petugas kesehatan setiap muncul tanda-tanda akan melakukan kekerasan

1.Bantuan Kontrol Marah (anger control assistance)a. Bina hubungan saling percaya

-prinsip komunikasi terapetik

-pertahankan sikap yang konsisten : menepati janji, sikap terbuka, kongruen, hindari sikap non verbal yang dapat menimbulkan kesan negatif.

b.Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c.Bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan :

-Emosi : jengkel, marah, persaan ingin merusak/memukul

-Fisik : mengepalkan tangan, muka marah, mata melotot, pandangan tajam, rahang tertutup,dsb.

-Sosial : kasar pada orang lain

-Intelektual : mendominasi

-Spiritual : lupa dengan Tuhan

d.Jelaskan pada klien rentang respons marah

e.Dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat muncul marah

KetidakEfektifan Koping individu

Batasan karakteristik : Gangguan tidur

Penyalahgunaan bahan kimia

Penurunan penggunaan dukungan social

Konsentrasi yang buruk

Kelelahan

Mengeluhkan ketidakmampuan koping

Perilaku merusak terhadap diri/orang lain

Ketidakmampuan memenuhi harapan peran2. Factor yang berhubungan : Perbedaan gender dalam strategi koping

Tingkat percaya diri tidak adekuat

Ketidak pastian

Support social tidak efektif

Krisis situasional / maturasional

Derajat pengobatan tingkat tinggi

NOC Label : Koping

Kriteria Hasil : Menunjukan fleksibilitas perankeluarga menunjukan fleksibilitas peran para anggotanya pertentangan masalah nilai keluarga dapat mengatur masalah-masalahmemanas masalah melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional menunjukan strategi untuk memanas masalahmenggunakan strategi penurunan stress peduli terhadap kebutuhan anggota keluarga menentukan prioritasmenentukan jadwal untuk rutinitas danm aktivitas keluarga menjadwalkan untuk respite care mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan memelihara kestabilan financial mencari bantuan ketika dibutuhkan menggunakan support socialNIC : Peningkatan koping hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri

hargai dan diskusikan substitute respon terhadap situasi

hargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan

dukung penggunaan sumber spiritual jika diminta

gunakan pendekatan yang tenang dan berikan jaminan

sediakan informasi actual tentang diagnosis, penangan dan prognosis

sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini

dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat

dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat

Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan peran

Bantu klien beradaptasi dan mengantisipasi perubahan klien

Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan yang dapt terjadi

3. ImplementasiDiagnosa Implementasi

Gangguan Pola tidur Mengajarkan Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur

Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat

Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)

Menciptakan lingkungan yang nyaman

Kolaburasi pemberian obat tidur

Kekerasan terhadap diri sendiri

a.Membina hubungan saling percaya

b.Mengobservasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c.Membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasand.Menjelaskan pada klien rentang respons marah

e.Mendukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat muncul marah

KetidakEfektifan Koping individu Menghargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri

Mendiskusikan substitute respon terhadap situasi

Menghargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan

Mendukung penggunaan sumber spiritual jika diminta

Mengunakan pendekatan yang tenang dan berikan jaminan

Menyediakan informasi actual tentang diagnosis, penangan dan prognosis

Menyediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini

Mendukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat

Mendukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat

Membantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan peran

Membantu klien beradaptasi dan mengantisipasi perubahan klien

Membantu klien mengidentifikasi kemungkinan yang dapt terjadi

4. Evaluasi

Diagnosa Implementasi

Gangguan Pola tidurS: SenangO: Wajah pasien tampak segarP: Dari intervensi yang diberikan tampak hasil yang diharapkan dengan subjektif pasien mengatakan dapat tidur nyenyak serta jumlah ewaktu tidur dalam batas normalA: Intervensi tetap dijalankan dengan modifikasi kerutinan klien guna terapiutik serta menajarkan keluarga mengatur jadwal tidur bagi klien.

Kekerasan terhadap diri sendiri

S: Keluarga klien mengatakan klien sudah dapat mengontrol emosiO: Nadi : 80,TD: 120/90

A: kriteria hasil yang diharapkan dapat terpenuhi dengan data pasien sudag dapat menyebutkan tanda-tanda akan kekerasanP: Intervensi dilanjutkan jika klien mengindikasikan tanda-tanda pengulangan tindakan.

KetidakEfektifan Koping individuS: senangO: Klien tidak tampak cemas

A: kriteria hasil yang diharapkan dapat terpenuhi dengan data subjektif dan objektif yang diharapkan

P: Intervensi dilanjutkan jika klien mengindikasikan tanda-tanda pengulangan tindakan.tepat serta mengajarkan kepada klien cara mengontrolnya..

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Depresi adalah suatu keadaan yang berkelanjutan dari suatu kesedihan yang disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri dan pelarian diri yang keliru yang berujung pada keputusasaan, putus harapan, merasa lemas, dan juga cemas, seperti halnya yang terjadi pada An. R berusia 19 tahun, dia baru saja mengalami putus cinta. Kekasihnya memutuskan hubungan tanpa alasan yang jelas. Saat ini An. R sangat depresi, dia tampak murung, sering menangis dan mengurung diri di kamar. Dia masih belum bisa menerima keputusan yang di berikan oleh pacarnya Sedangkan mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasan yang meningkat dimana kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku yang berlebihan berupa peningkatan kegiatan motorik, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual yang berpngaruh terhadap fungsi fisik dan sosial individu.sepertihalnya An. Y berusia 20 tahun.Pada saat ini dia mengalami duka dikarenkan ditinggal orang tuanya.An.Y Beberapa hari setelah orang tuanya meninggal An.Y tampak melakukan semua kegiatan yang selama ini tidak pernah dilakukanya.An.Y juga sering tidak tidur pada saat malam hari.3.2 Saran

Penting bagi kita sebagai calon perawat untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan: depresi dan mania agar dapat menurunkan presentase angka kejadian gangguan alam perasaan.DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lnyda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.Dalimi, Ernawati, dkk. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction.

Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.Purwaningsih W, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.Stuart dan Sundeen. 2005.Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maladaptive Coping

Negative Perseption to problem

Stressor

Accumulation of stressor

Helpessness depression

Potential destruction

Maladaptif

Adaptif

Reaksi kehilangan yg menyimpang

Maniak/depresi

Reaksi kehilangan yg wajar

Supresi

Responsif

Accumulation of stressor

Helpessness Mania

Potential destruction

Stressor

Maladaptive Coping

Negative Perseption to problem

Maladaptif

Adaptif

Reaksi kehilangan yg menyimpang

Maniak/depresi

Reaksi kehilangan yg wajar

Supresi

Responsif