9 bab ii tinjauan pustaka 2.1 definisi pajak banyak pakar
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pajak
Banyak pakar memberikan batasan tentang pajak. Pada dasarnya memiliki
tujuan yang sama yaitu merumuskan pertain pajak sehingga mudah dipahami.
Perbedaannya hanya terletak pada sudut pandang yang digunakan oleh masing-
masing pakar dalam perumusan.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H dalam Mardiasmo (2010):
“Pajak adalah iuran kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sector
partikulir ke sector pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung
dapat ditujjukan dan digunakan untuk membianyai pengeluaran umum”.
Menurut Prof. Dr. P. J. Adriani, S.H dalam Moch. Zain (2007):
“Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan umum (Undang-
Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah”.
Dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan UU No. 16 2000 tentang
KUP, disebutkan bahwa :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
10
Dari pengertian-pengertian di atas, menurut Brotodiharjo (2003), pajak
memiliki beberapa ciri yaitu :
1. Pajak dipungutberdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila
dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan lain selain budgeter, yaitu mengatur
dan melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan social
2.1.1 Fungsi Pajak
Berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak diatas, menurut Sari
(2013) terdapat dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Yaitu sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya
dalam Kas Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara
yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan. Sebagai sumber pendapatan
negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
11
pembangunan,negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari
penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin
seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain
sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari
tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin
meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
2. Fungsi Mengatur (Reguler)
Yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dibidang keuangan
(umpamanya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan)
misalnya: mengadakan perubahan tarif, memberikan pengecualian-
pengecualian, keringanan-keringanan atau sebaliknya pemberatan-
pemberatan yang khusus ditujukan kepada masalah tertentu. Pemerintah
bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
Selain dua fungsi pajak di atas, pajak juga memiliki fungsi lain yaitu :
1. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
12
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajakyang
efektif dan efisien.
2. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk mebiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Fungsi Demokrasi
Pajak yang sudah dipungut oleh negara merupakan wujud sistem gotong
royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada
masyarakat pembayar pajak.
2.1.2 Pengelompokkan Pajak
Menurut Mardiasmo (2010) pajak dibagi dalam beberapa kelompok,
diantaranya adalah :
1. Menurut golongan
Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan
Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang akhirnya dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
13
2. Menurut Sifat :
Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan
Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Merah
3. Menurut Lembaga Pemungut :
Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan
atas Barang Merah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Materai.
Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh : Pajak Provinsi (misalnya pajak kendaraan bermotor dan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor) dan pajak kabupaten/ Kota (misalnya
pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan).
14
2.1.3 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
2.1.3.1 Kewajiban Wajib Pajak
Menurut Mardiasmo (2010) kewajiban wajib pajak dalam memenuhi
berbangsa dan bernegara dalam pemungutan pajak antara lain :
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar
d. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukan ke
Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan
e. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan
f. Jika diperiksa wajib :
1. Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh kegiatan usaha, pekerja bebas wajib pajak,
atau objek yang terutang pajak.
2. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu untuk atau memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan.
g. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau
dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikut oleh suatu
kewajiban untuk merahasiakannya, maka kwajiban untuk
15
merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakannya itu ditiadakan
untuk keperluan pemerintah.
2.1.3.2 Hak-hak Wajib Pajak
Wajib pajak selain memiliki kewajiban juga memiliki hak yaitu sebagai
berikut:
a. Mengajukan surat keberatan dan surat banding
b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT
c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan
d. Mengajukan permohonan penundaan pemasukan SPT
e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak
f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat
ketetapan pajak
g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta
pembetulan surat keterangfan pajak yang salah
i. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya
j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak
k. Mengajukan keberatan dan banding.
2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2010) ada tiga macam cara,
yaitu:
16
1. Self Assesment System
Sistem pemungutan dimana Wajib Pajak diberi kebebasan untuk menghitung,
menetapkan pajak yang terutangnya sendiri, membayar pajaknya sendiri, dan
melaporkan jumlah pajaknya yang terutang ke Kantor Pelayanan Pajak
dimana Wajib Pajak terdaftar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Official Assesment System
Dalam sistem ini petugas pajak yang aktif untuk melakukan perhitungan pajak
terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Jadi yang aktif melakukan
perhitungan pajak yang harus dibayar atau pajak terutang oleh Wajib Pajak
adalah aparat perpajakan, sedangkan Wajib Pajak bersifat pasif.
3. Withholding System
Sistem ini adalah pemotongan pajak dengan bantuan pihak ketiga untuk
menghitung dan menetapkan pajak yang terutang dan membantu pemerintah
memungut pajak dari Wajib Pajak. Yang dimaksud pihak ketiga adalah orang
atau badan yang bukan merupakan badan public yang sebenarnya, yang
mempunyai wewenang untuk memungut pajak, tetapi melalui Undangan-
Undangan diberi tugas serta wewenang untuk memungut pajak, atas jumlah
uang yang dibayarkan kepada karyawan, pemegang saham, penerima
pekerjaan, sehubungan dengan pekerjaan jasa dan lain sebagainya.
17
2.1.5 Surat Pemberitahuan (SPT)
2.1.5.1 Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Rahman (2010) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh
Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak, dan atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban.
2.1.5.2 Pengisian dan Penyampaian SPT
Menurut Rahman (2010), setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam
bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal
Pajak tempat Wajib Pajakterdaftar atau dikukuhkan.
Wajib pajak yang telah mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk
menyelanggarakan pembukuan dengan menggunakan bahsa asing dan mata uang
selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan mata uang
Rupiah yang diizinkan.
2.1.5.3 Ketentuan Tentang Pengisian SPT
SPT wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan harus ditandatangani. Dalam
hal SPT diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan oleh WP harus dilampiri surat
kuasa. Khusus untuk Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani oleh
pengurus/direksi.
18
2.1.5.4 Fungsi SPT
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak menurut Rahman (2010)
adalah sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah wajib pajak yang sebenernya terutang dan untuk melaporkan
tentang:
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak;
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
c. Pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa
Pajak.
Bagi Pengusaha Kena Pajak, SPT berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan PPnBMyang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh
PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak yang ditentukan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Sedangkan bagi Pemotong/Pemungut Pajak, fungsi SPT sebagai sarana
untuk melaporkan dan memepertanggungjawabkan pajak yang dipotong
atau dipungut dan disetorkan.
19
2.1.5.5 Jenis SPT
Menurut Mardiasmo (2010) secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. SPT-Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam
suatu Masa Pajak atau pada suatu saat.
2. SPT-Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu
Tahun Pajak.
2.1.5.6 Prosedur Penyelesaian SPT
Prosedur penyelesaian SPT menurut Mardiasmo (2010), diantaranya adalah:
a. Wajib Pajak harus mengambil sendiri blanko SPT (Surat Pemberitahuan
Pajak) pada kantor pelayanan Pajak setempat dengan menunjukkan
NPWP.
b. SPT harus diisi dengan benar, jelas, dan lengkap sesuai dengan petunjuk
yang diberikan. Pengisian formulir SPT (Surat Pemberitahuan Pajak) yang
tidak benar mengakibatkan pajak yang terutang kurang bayar dan akan
dikenakan sanksi perpajakan.
c. SPT diserahkan kembali ke Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan
dalam batas waktu yang ditentukan, dan akan diberikan tanda terima
dalam batas waktu yang ditentukan, dan akan diberikan tanda terima
tertanggal. Apabila SPT dikirim melalui Kantor Pos harus dilakukan
20
secara tercatat, dan tanda bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai
tanda bukti dan tanggal pengiriman.
d. Bukti- bukti yang harus dilampirkan pada SPT (Surat Pemberitahuan
Pajak), antara lain:
Untuk Wajib Pajak yang mengadakan pembukuan yaitu laporan
keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba serta keterangan-
keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya
penghasilan kena pajak.
Untuk SPT masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar
Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan, jumlah kekurangan atau kelebihan pajak.
Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan yaitu perhitungan
jumlah peredaran yang terjadi dalam tahun pajak yang bersangkutan.
2.1.5.7 Pembetulan SPT
Menurut Mardiasmo (2010), apabila diketahui terdapat kesalahan pada SPT,
Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT atas kemauan sendiri dengan
menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 tahun sesudah saat terutang
pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak dengan
syarat sebagai berikut:
1. Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
Pembetulan SPT tersebut berakibat utang pajak menjadi lebih besar, maka
21
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan atas
jumlah pajak yang kurang bayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT
berakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SPT.
2. Telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi sebelum dilakukan tindakan
penyidikan. Selanjutnya, Wajib Pajak dengan kemauan sendiri
mengungkapkan ketidak benaran perbuatan dengan disertai pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta
sanksi administrasi berupa denda dua kali jumlah pajak yang kurang
bayar.
Sekalipun jangka waktu pembetulan SPT (Surat Pemberitahuan Pajak) telah
terakhir, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan
pajak. Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkannya dalam satu
laporan tersendiri terutang ketidak benaran pengisian SPT (Surat Pemberitahuan
Pajak) atas pengungkapan Wajib Pajak berakibat, sebagai berikut:
a. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar.
b. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil.
c. Jumlah harta menjadi lebih besar.
d. Jumlah modal menjadi lebih besar.
Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat pengungkapan
ketidak benaran pengisian SPT tersebut, beserta sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang dibayar, harus melunasi
sebelum laporan disampaikan.
22
2.1.5.8 Batas Waktu Penyampaian SPT
Batas waktu penyampaian SPT menurut Rahman (2010) adalah :
a. Penyampaian SPT Tahunan PPh Badan paling lambat 4 bulan sejak akhir
Tahun Pajak;
b. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa
pajak dalam 1 (satu) SPT Masa;
c. SPT Masa paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak;
d. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, paling lambat tiga bulan setelah akhir
Tahun Pajak.
2.1.5.9 Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT
Menurut Mardiasmo (2010) Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian SPT Tahunan sebagaimana dimaksud untuk paling lama 2 (dua) bulan
sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan
Pemberitahuan SPT Tahunan. Pemberitahuan Perpanjangan SPT batas waktu
penyampaian SPT Tahunan berakhir, dengan dilampiri :
a. Perhitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang
batas waktu penyampaiannya diperpanjang;
b. Laporan sementara; dan
c. Surat Setoran sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang
terutang.
23
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh Wajib
Pajak atau Kuasa Wajib Pajak. Dalam hal Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
ditandatangani oleh Kuasa Wajib Pajak, Pemberitahuan Perpajangan SPT Tahunan
harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus. Pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan dapat disampaikan :
a. Secara langsung;
b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau
c. Dengan cara lain, yang meliputi:
Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat; atau
e-Filling melalui ASP
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang tidak memenuhi ketentuan
bagaimana dianggap bukan merupakan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.
2.1.5.10 Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT
Menurut Rahman (2010). SPT yang tidak disampaikan atau
disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan,dikenakan sanksi
administrasi berupa denda:
a. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Rp 100.000
b. SPT Tahunan PPh Badan Rp 1.000.000
c. SPT Masa PPN Rp 500.000
24
d. SPT masa lainnya Rp 100.000
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga menimbulkan
kerugian pada pendapatan Negara, tidak dikenakan sanksi pidana apabila
kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak
tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen)
dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar setiap orang yang karena kealpaannya:
a. Tidak menyampaikan SPT; atau
b. Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dan perbuatan tersebut
merupakan perbuatan setelah perbuatan pertama kali, didenda paling
sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar,
atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1
(satu) tahun.
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
25
lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Pidana tersebut
ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila
seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1
(satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan.
2.1.6 Surat Pemberitahuan dalam Bentuk Elektronik (e-SPT)
2.1.6.1 Pengertian e-SPT
Dalam mewujudkan sistem administrasi perpajakan modern, pemerintah
menyediakan suatu aplikasi yang dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan
pengisian dan Pelaporan SPT secara cepat, tepat dan akurat. Sebagai penjelasan e-
SPT didefinisikan sebagai berikut:
Menurut Pandiangan (2008) menyatakan bahwa e-SPT adalah penyampaian
SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media
computer. Aplikasi e-SPT merupakan aplikasi yang diberikan secara cuma-cuma oleh
Dirjen Pajak kepada Wajib Pajak. Dengan menggunakan aplikasi e-SPT Wajib Pajak
dapat merekam, memelihara, dan mengenerate data digital SPT serta mencetak SPT
beserta lampirannya.
Menurut Ladjamudin (2007), sistem komputer merupakan komponen yang
terdiri dari Perangkat Keras (Hardware), Perangkat Lunak (Software), Manusia
26
(Brainware) dan Data. Menurut Subtari (2007), tujuan sistem komputer adalah
mengolah data untuk menghasilkan informasi. Agar tujuan tersebut dapat tercapai,
maka harus memiliki aspek pendukung sistem computer tersebut, aspek pendukung
sistem komputer adalah Perangkat Keras (Hardware), Perangkat Lunak (Software),
Manusia (Brainware).
2.1.6.2 Keunggulan e-SPT
E-SPT merupakan aplikasi penyampaian SPT dengan menggunakan media
computer dimana dengan menggunakan media computer jauh memiliki keunggulan
dibandingkan dengan cara manual. e-SPT mempunyai keunggulan mempunyai
keunggulan seperti: (sumber: www.pajak.go.id)
Wajib Pajak:
Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena
lampiran dalam bentuk media CD/disket.
Penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan
sistem komputer.
Kemudahan dalam membuat Laporan Pajak.
Data yang disampaikan WP selalu lengkap, karena penomoran formulir
dengan menggunakan sistem komputer.
Menghindari pemborosan penggunaan kertas.
27
Berkurangnya pekerjaan-pekerjaan klerikal perekaman SPT yang
memakan sumber daya yang cukup banyak.
Pegawai Pajak
Data perpajakan terorganisasi dengan baik.
Memudahkan proses pencarian dan SPT Wajib Pajak.
Efisiensi dalam hal penyimpanan dokumen.
Pemerikasaan dan Penelitian SPT dapat dilakukan secara cepat dan tepat
karena dilakukan dengan sistem aplikasi.
Memberikan keamanan data bagi pengguna aplikasi.
2.1.6.3 Jenis e-SPT
Jenis e-SPT yang digunakan ada 3 jenis (sumber: www.pajak.go.id) :
1. e-SPT Tahunan PPh:
SPT Tahunan PPh adalah SPT Tahunan PPh dalam bentuk program aplikasi
yang merupakan fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak
yang digunakan untuk merekam, memelihara data, men-generate data, dan
mencetak SPT Tahunan PPh beserta lampirannya dan dapat dilaporkan
melalui media elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak.
28
Untuk memperoleh e-SPT Tahunan PPh, Wajib Pajak dapat memperoleh
program aplikasi tersebut secara cuma-Cuma dari Direktorat Jenderal Pajak.
Bagi Wajib Pajak besar dapat menghubungi AR yang telah ditunjuk.
2. e-SPT Masa PPN
e-SPT PPN adalah SPT dalam bentuk program aplikasi yang merupakan
fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang digunakan
untuk merekam SPT beserta lampirannya, memelihara data SPT beserta
lampirannya, generate data SPT digital serta mencetak SPT dan dapat
dilaporkan melalui media elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak.
Untuk memperoleh e-SPT PPN, Wajib Pajak dapat memperoleh program
aplikasi tersebut secara cuma-cuma dari Direktorat Jenderal Pajak. Bagi
Wajib Pajak besar dapat menghubungi AR yang telah ditunjuk.
3. e-SPT Masa PPh
e-SPT Masa PPh adalah SPT Masa PPh dalam bentuk program aplikasi yang
merupakan fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak. Bagi Wajib Pajak besar
dapat menghubungi AR yang telah ditunjuk.
Untuk memperoleh e-SPT Masa PPh, Wajib Pajak dapat memperoleh
program aplikasi tersebut secara cuma-cuma dari Direktorat Jenderal Pajak.
Bagi Wajib Pajak besar khususnya dapat menghubungi AR yang telah
ditunjuk.
29
2.1.6.4 Cara Penyampaian e-SPT
Menurut PER 06/PJ/2009, penyampaian e-SPT oleh Wajib Pajak ke KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar dapat dilakukan:
a. Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/karir dengan
bukti pengiriman surat dengan membawa atau mengirimkan formulir
Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh
hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani dan file data SPT yang
tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib
dilampirkan; atau
b. Melalui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.1.6.5 Prosedur Penyampaian e-SPT
SPT dalam bentuk elektronik (e-SPT) beserta lampiran-lampirannya
dilaporkan dengan menggunakan media elektronik (CD, disket, flash disk dan lain-
lain) ke KPP dimana Wajib Pajak terdaftar. Aplikasi e-SPT merupakan aplikasi SPT
yang diberikan secara cuma-cuma oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib
Pajak. Dengan menggunakan aplikasi e-SPT Wajib Pajak dapat merekam,
memelihara, dan men-generate data Elektronik SPT serta mencetak SPT beserta
lampirannya. Prosedur Penyampaian e-SPT berdasarkan PER 06/PJ/2009 adalah
sebagai berikut:
1. Wajib Pajak melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem computer
yang digunakan untuk keperluan administrasi perpajakannya;
30
2. Wajib Pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-data
perpajakan yang akan dilaporkan, yaitu antara lain:
a. Data identitas Wajib Pajak Pemotong/Pemungut dan identitas Wajib
Pajak yang dipotong/dipungut seperti NPWP, Nama, Alamat, Kode
Pos, Nama KPP, Pejabat Penandatanganan, Kota, Format Nomor
Bukti Potong/Pungut, Nomor awal bukti Potong/Pungut, Nomor awal
bukti Potong/Pungut, Kode Kurs Mata Uang yang digunakan;
b. Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh;
c. Faktur Pajak;
d. Data perpajakan yang terkandung dalam SPT;
e. Data Surat Setoran Pajak (SSP), Seperti: Masa Pajak, Tahun Pajak,
tanggal setor, NTPN, kode Akun/KJS, dan jumlah pembayaran pajak;
3. Wajib Pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/perpajakan
sendiri dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki
Wajib pajak ke dalam aplikasi e-SPT dengan mengacu kepada format data
yang sesuai dengan aplikasi e-SPT;
4. Wajib Pajak mencetak Bukti Pemotongan/Pemungutan dengan
menggunakan aplikasi e-SPT dan menyampaikan kepada pihak yang
dipotong/dipungut;
5. Wajib Pajak mencetak formulir Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa
PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-SPt;
31
6. Wajib Pajak menandatangani formulir Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT
Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-SPT;
7. Wajib Pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi e-
SPT dan disimpan dalam media elektronik;
8. Wajib Pajak menyampaikan e-SPT ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar
dengan cara:
a. Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/kurir
dengan bukti pengiriman surat, dengan membawa atau mengirimkan
formulir Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT
Tahunan PPh hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani dan file
data SPT yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain
yang wajib dilampirkan; atau
b. Melalui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9. Atas penyampaian e-SPT secara langsung diberikan tanda penerimaan
surat dari TPT, sedangkan penyampaian e-SPT melalui pos atau jasa
ekspedisi/kurir bukti pengiriman surat dianggap sebagai tanda terima SPT.
Atas penyampaian melalui e-Filling diberikan bukti penerimaan
elektronik.
32
2.1.6.6 Pembetulan e-SPT
Berdasarkan PER 06/PJ/2009 cara pembetulan e-SPT adalah :
1. Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk elektronik (e-
SPT), wajib disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT).
2. Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk kertas
(hardcopy), dapat disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT) atau
dalam bentuk kertas (hardcopy).
2.1.7 Kepatuhan Wajib Pajak
Pengertian kepatuhan perpajakan menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
544/KMK.04/2000, yaitu:
“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu
Negara.”
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 192/KMK.03/2007 tentang
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak
Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Pasal 1 :
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
33
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda
pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama
3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Pasal 2 :
(1) Tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 huruf a meliputi :
a. Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga)
tahun terakhir;
b. Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun
terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3
(tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;
c. Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada
huruf b tekah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak berikutnya.
(2) Tidak mempunyai tunggakan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
huruf b adalah keadaan pada tanggal 31 Desember tahun sebelum
34
penetapan sebagai Wajib Pajak patuh dan tidak termasuk utang pajak yang
belum melewati batas akhir pelunasan.
(3) Laporan Keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
huruf c harus disusun dalam bentuk panjang (long form report) dan
menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal bagi bagi Wajib
Pajak yang wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.
(4) Pendapat Akuntan atas Laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan
Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditandatangani oleh Akuntan
Publik yang tidak sedang dalam pembinaan lembaga pemerintah
pengawas Akuntan Publik.
Dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
606/KMK.04/1994 tanggal 21Desember 1994 tentang penetuan Tanggal jatuh tempo
Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara
Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan, serta Tata Cara Pengangguran dan
Penundaan pembayaran pajak, menyebutkan:
Pasal 1 ayat (1) :
“Pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 harus dibayar selambat-
lambatnya tanggal lima belas bulan takwin berikutnya setelah masa pajak
berakhir.”
35
Pasal 6 ayat (1):
“Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan, baik yang melakukan pembayaran
Pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai pemotong atau pemugut Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1 ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-
lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.”
2.1.8 Pengertian Wajib Pajak (WP)
Dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan UU No. Tahun 2000
terutang KUP disebutkan bahwa :
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.”
2.1.8.1 Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib pajak orang pribadi dapat bertempat tinggal di Indonesia maupun di
luar Indonesia. Subjek pajak Orang Pribadi dalam negeri adalah Orang pribadi yang
bertempat tinggal di Indonesia atau Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau Orang pribadi yang dalam satu tahun
36
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
Warisan yang belum terbagi sebagai salah satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
Sementara yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri adalah Orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, dan
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.
2.2 Kerangka Pemikiran
Pajak merupakan penyumbangan terbesar dalam pengisian dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Hampir 80% pembangunan di negara kita ini
dibiayai oleh sector perpajakan.Penerimaan pajak di negara kita terus ditingkatkan
guna mencapai tujuan nasional pembangunan Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan yang dimaksud
dengan pajak ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
37
Menurut Sari (2013), Direktorat Jenderal Pajak selaku badan yang mengelola
Perpajakan Indonesia, pada dasarnya telah melakukan berbagai cara dalam upaya
peningkatan penerimaan negara melalui sector pajak. Hal ini didasari sangat penting
karena adanya kecenderungan penurunan penerimaan negara dari sector migas akibat
diberlakukannya kuota minyak dalam negeri. Untuk mendongkrak peningkatan
penerimaan negara melalui sector pajak, dibutuhkan partisipasi aktif dari Wajib Pajak
untuk memenuhi segala kewajiban perpajakannya dengan baik. Artinya peningkatan
penerimaan pajak Negara ditentukan oleh tingkat Kepatuhan Wajib Pajak sebagai
Warga Negara yang baik. Dan untuk mewujudkannya maka Ditjen Pajak melakukan
peningkatan terhadap Good Governance dan pelayanan prima (Service Excellent)
dalam pengelolaan administrasi perpajakan. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah
dengan melakukan Reformasi dan Modernisasi Perpajakan Indonesia.
Sistem administrasi perpajakan modern merupakan pelaksanaan berbagai
program dan kegiatan yang ditetapkan dalam reformasi administrasi perpajakan
jangka menengah. Menurut Sari (2013), Reformasi Perpajakan di Indonesia telah
dilakukan pertama kali pada tahun 1983 dimana saat itu terjadi reformasi atau
perubahan sistem mendasar atas pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem
Official Assessment ke sistem Self Assessment. Perubahan sistem ini bertujuan untuk
mengurangi kontak langsung antara Aparat Pajak dengan Wajib Pajak yang
sebelumnya dikhawatirkan dapat menimbulkan praktek-praktek illegal untuk
38
menghindari atau mengurangi kewajiban perpajakan para Wajib Pajak yang
bersangkutan.
Menurut Sari (2013), Reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu
kesatuan dilakukan terhadap tiga (3) bidang pokok atau utama yang secara langsung
menyentuh pilar perpajakan, yaitu :
1. Bidang Administrasi, yakni melalui reformasi administrasi perpjakan;
2. Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap Undang-
Undang Perpajakan; dan
3. Bidang Pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional.
Guna menerapkan reformasi perpjakan di Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak
secara bertahap mengembangkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI-
DJP) untuk pelayanan pajak. Hal itu dilakukan melalui penyempurnaan system on-
line payment, menyempurnakan dan menasionalisasikan programe-SPT, e-filling, e-
registration, dan system Administrasi Pelayanan Terpadu, serta pengembangan bank
data.Kemudian juga mengembangkan website www.pajak.go.id, menyediakan
fasilitas Call Centre dan Complaint Centre.
Menurut Pandiangan (2008) menyatakan bahwa e-SPT adalah penyampaian
SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media
computer. Aplikasi e-SPT merupakan aplikasi yang diberikan secara cuma-cuma oleh
Dirjen Pajak kepada Wajib Pajak. Dengan menggunakan aplikasi e-SPT Wajib Pajak
dapat merekam, memelihara, dan mengenerate data digital SPT serta mencetak SPT
beserta lampirannya.
39
Melalui program program pemanfaatan teknologi informasi diharapkan bahwa
pegawai pajak merasa mudah untuk mengurus dan melayani wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.Dengan demikian kinerja pegawai pajak
semakin baik dan efisien yang pada akhirnya tingkat pelayanan perpajakan dapat
memuaskan Wajib pajak dan dapat semakin ditingkatkan.
Menurut Nurmantu (2005), kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakan. Nasucha (2005) menyebutkan bahwa kepatuhan Wajib
Pajak dapat didefinisikan dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri,
kepatuhan untuk mengembalikan Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam
penghitungan dan pembayaran tunggakan.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rahayu, Sri dan Salsalina (2009) yang
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penerapan
sistem administrasi perpajakan modern yang dilihat dari dimensi fasilitas teknologi
perpajakan dalam mempermudah pemenuhan kewajiban perpajakan sebagian besar
dalam kategori baik, karena dapat mempermudah petugas pajak dalam memberikan
pelayanan prima kepada Wajib Pajak, tetapi sistem administrasi perpajakan modern
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan yang
berkaitan dengan penggunaan teknologi internet oleh masyarakat guna
mempermudah transaksinya masih rendah. Masih banyak wajib pajak yang terlambat
dalam menyampaikan SPT dan membayar pajak terhutangnya. Oleh karena itu
dikemudian hari perlu dilakukan sosialisasi mengenai penggunaan teknologi internet
40
guna mempermudah transaksi perpajakannya. Berdasarkan penelitian sebelumnya
maka penelitian ini akan dilakukan pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang
menggunakan e-SPT salah satu bagian dari penerapan sistem administrasi perpajakan
modern dalam bidang teknologi internet dalam melaporkan SPT.
41
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
System
PerpajakanNasionalUntuk
MeningkatkanPenerimaan
Negara
(Rahayu dan Ita Salsalina.
2009)
Reformasi system di
dalam Perpajakan
(Sari, Diana. 2013)
Bidang Peraturandan
Undang-undang Bidang
Administrasi
Bidang Pengawasan
dan Penggalian
Potensi
Penerapan e-SPT
Kepatuhan Wajib
Pajak
42
2.3 Pengujian Hipotesis
Bertitik tolak pasa kajian pustaka dan kerangka pemikiran yang telah di bahas
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah :
H0: tidak terdapat pengaruh positif penerapan e-SPT terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT.
H1 : Terdapat pengaruh positif penerapan e-SPT terhadap kepatuhan wajibh
pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT.