9 bab ii tinjauan pustaka 2.1 definisi pajak banyak pakar

34
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar memberikan batasan tentang pajak. Pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan pertain pajak sehingga mudah dipahami. Perbedaannya hanya terletak pada sudut pandang yang digunakan oleh masing- masing pakar dalam perumusan. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H dalam Mardiasmo (2010): “Pajak adalah iuran kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sector partikulir ke sector pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditujjukan dan digunakan untuk membianyai pengeluaran umum”. Menurut Prof. Dr. P. J. Adriani, S.H dalam Moch. Zain (2007): “Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan umum (Undang- Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah”. Dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan UU No. 16 2000 tentang KUP, disebutkan bahwa : “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Upload: hakiet

Post on 14-Jan-2017

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pajak

Banyak pakar memberikan batasan tentang pajak. Pada dasarnya memiliki

tujuan yang sama yaitu merumuskan pertain pajak sehingga mudah dipahami.

Perbedaannya hanya terletak pada sudut pandang yang digunakan oleh masing-

masing pakar dalam perumusan.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H dalam Mardiasmo (2010):

“Pajak adalah iuran kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sector

partikulir ke sector pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung

dapat ditujjukan dan digunakan untuk membianyai pengeluaran umum”.

Menurut Prof. Dr. P. J. Adriani, S.H dalam Moch. Zain (2007):

“Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan umum (Undang-

Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat

ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah”.

Dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan UU No. 16 2000 tentang

KUP, disebutkan bahwa :

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Page 2: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

10

Dari pengertian-pengertian di atas, menurut Brotodiharjo (2003), pajak

memiliki beberapa ciri yaitu :

1. Pajak dipungutberdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya

yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila

dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai public investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan lain selain budgeter, yaitu mengatur

dan melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan social

2.1.1 Fungsi Pajak

Berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak diatas, menurut Sari

(2013) terdapat dua fungsi pajak, yaitu :

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Yaitu sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya

dalam Kas Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara

yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan. Sebagai sumber pendapatan

negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan

Page 3: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

11

pembangunan,negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari

penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin

seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain

sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari

tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi

pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus

ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin

meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dibidang keuangan

(umpamanya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan)

misalnya: mengadakan perubahan tarif, memberikan pengecualian-

pengecualian, keringanan-keringanan atau sebaliknya pemberatan-

pemberatan yang khusus ditujukan kepada masalah tertentu. Pemerintah

bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.

Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan.

Selain dua fungsi pajak di atas, pajak juga memiliki fungsi lain yaitu :

1. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur

Page 4: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

12

peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajakyang

efektif dan efisien.

2. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk mebiayai

semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan

sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan

dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Fungsi Demokrasi

Pajak yang sudah dipungut oleh negara merupakan wujud sistem gotong

royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada

masyarakat pembayar pajak.

2.1.2 Pengelompokkan Pajak

Menurut Mardiasmo (2010) pajak dibagi dalam beberapa kelompok,

diantaranya adalah :

1. Menurut golongan

Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan

Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang akhirnya dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai

Page 5: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

13

2. Menurut Sifat :

Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan

Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Merah

3. Menurut Lembaga Pemungut :

Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan

atas Barang Merah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Materai.

Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Contoh : Pajak Provinsi (misalnya pajak kendaraan bermotor dan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor) dan pajak kabupaten/ Kota (misalnya

pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan).

Page 6: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

14

2.1.3 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

2.1.3.1 Kewajiban Wajib Pajak

Menurut Mardiasmo (2010) kewajiban wajib pajak dalam memenuhi

berbangsa dan bernegara dalam pemungutan pajak antara lain :

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP

b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP

c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar

d. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukan ke

Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan

e. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan

f. Jika diperiksa wajib :

1. Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan

penghasilan yang diperoleh kegiatan usaha, pekerja bebas wajib pajak,

atau objek yang terutang pajak.

2. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang

dipandang perlu untuk atau memberi bantuan guna kelancaran

pemeriksaan.

g. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau

dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikut oleh suatu

kewajiban untuk merahasiakannya, maka kwajiban untuk

Page 7: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

15

merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakannya itu ditiadakan

untuk keperluan pemerintah.

2.1.3.2 Hak-hak Wajib Pajak

Wajib pajak selain memiliki kewajiban juga memiliki hak yaitu sebagai

berikut:

a. Mengajukan surat keberatan dan surat banding

b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT

c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan

d. Mengajukan permohonan penundaan pemasukan SPT

e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak

f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat

ketetapan pajak

g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak

h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta

pembetulan surat keterangfan pajak yang salah

i. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya

j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak

k. Mengajukan keberatan dan banding.

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2010) ada tiga macam cara,

yaitu:

Page 8: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

16

1. Self Assesment System

Sistem pemungutan dimana Wajib Pajak diberi kebebasan untuk menghitung,

menetapkan pajak yang terutangnya sendiri, membayar pajaknya sendiri, dan

melaporkan jumlah pajaknya yang terutang ke Kantor Pelayanan Pajak

dimana Wajib Pajak terdaftar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Official Assesment System

Dalam sistem ini petugas pajak yang aktif untuk melakukan perhitungan pajak

terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Jadi yang aktif melakukan

perhitungan pajak yang harus dibayar atau pajak terutang oleh Wajib Pajak

adalah aparat perpajakan, sedangkan Wajib Pajak bersifat pasif.

3. Withholding System

Sistem ini adalah pemotongan pajak dengan bantuan pihak ketiga untuk

menghitung dan menetapkan pajak yang terutang dan membantu pemerintah

memungut pajak dari Wajib Pajak. Yang dimaksud pihak ketiga adalah orang

atau badan yang bukan merupakan badan public yang sebenarnya, yang

mempunyai wewenang untuk memungut pajak, tetapi melalui Undangan-

Undangan diberi tugas serta wewenang untuk memungut pajak, atas jumlah

uang yang dibayarkan kepada karyawan, pemegang saham, penerima

pekerjaan, sehubungan dengan pekerjaan jasa dan lain sebagainya.

Page 9: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

17

2.1.5 Surat Pemberitahuan (SPT)

2.1.5.1 Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Rahman (2010) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh

Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran

pajak, objek pajak, dan atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban.

2.1.5.2 Pengisian dan Penyampaian SPT

Menurut Rahman (2010), setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam

bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang

Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal

Pajak tempat Wajib Pajakterdaftar atau dikukuhkan.

Wajib pajak yang telah mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk

menyelanggarakan pembukuan dengan menggunakan bahsa asing dan mata uang

selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan mata uang

Rupiah yang diizinkan.

2.1.5.3 Ketentuan Tentang Pengisian SPT

SPT wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan harus ditandatangani. Dalam

hal SPT diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan oleh WP harus dilampiri surat

kuasa. Khusus untuk Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani oleh

pengurus/direksi.

Page 10: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

18

2.1.5.4 Fungsi SPT

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak menurut Rahman (2010)

adalah sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

perhitungan jumlah wajib pajak yang sebenernya terutang dan untuk melaporkan

tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau

melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak

atau Bagian Tahun Pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;

c. Pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa

Pajak.

Bagi Pengusaha Kena Pajak, SPT berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan

dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan PPnBMyang

sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;

b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh

PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak yang ditentukan

oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Sedangkan bagi Pemotong/Pemungut Pajak, fungsi SPT sebagai sarana

untuk melaporkan dan memepertanggungjawabkan pajak yang dipotong

atau dipungut dan disetorkan.

Page 11: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

19

2.1.5.5 Jenis SPT

Menurut Mardiasmo (2010) secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua,

yaitu:

1. SPT-Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam

suatu Masa Pajak atau pada suatu saat.

2. SPT-Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu

Tahun Pajak.

2.1.5.6 Prosedur Penyelesaian SPT

Prosedur penyelesaian SPT menurut Mardiasmo (2010), diantaranya adalah:

a. Wajib Pajak harus mengambil sendiri blanko SPT (Surat Pemberitahuan

Pajak) pada kantor pelayanan Pajak setempat dengan menunjukkan

NPWP.

b. SPT harus diisi dengan benar, jelas, dan lengkap sesuai dengan petunjuk

yang diberikan. Pengisian formulir SPT (Surat Pemberitahuan Pajak) yang

tidak benar mengakibatkan pajak yang terutang kurang bayar dan akan

dikenakan sanksi perpajakan.

c. SPT diserahkan kembali ke Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan

dalam batas waktu yang ditentukan, dan akan diberikan tanda terima

dalam batas waktu yang ditentukan, dan akan diberikan tanda terima

tertanggal. Apabila SPT dikirim melalui Kantor Pos harus dilakukan

Page 12: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

20

secara tercatat, dan tanda bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai

tanda bukti dan tanggal pengiriman.

d. Bukti- bukti yang harus dilampirkan pada SPT (Surat Pemberitahuan

Pajak), antara lain:

Untuk Wajib Pajak yang mengadakan pembukuan yaitu laporan

keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba serta keterangan-

keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya

penghasilan kena pajak.

Untuk SPT masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar

Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak Masukan yang

dapat dikreditkan, jumlah kekurangan atau kelebihan pajak.

Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan yaitu perhitungan

jumlah peredaran yang terjadi dalam tahun pajak yang bersangkutan.

2.1.5.7 Pembetulan SPT

Menurut Mardiasmo (2010), apabila diketahui terdapat kesalahan pada SPT,

Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT atas kemauan sendiri dengan

menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 tahun sesudah saat terutang

pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak dengan

syarat sebagai berikut:

1. Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

Pembetulan SPT tersebut berakibat utang pajak menjadi lebih besar, maka

Page 13: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

21

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan atas

jumlah pajak yang kurang bayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT

berakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SPT.

2. Telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi sebelum dilakukan tindakan

penyidikan. Selanjutnya, Wajib Pajak dengan kemauan sendiri

mengungkapkan ketidak benaran perbuatan dengan disertai pelunasan

kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta

sanksi administrasi berupa denda dua kali jumlah pajak yang kurang

bayar.

Sekalipun jangka waktu pembetulan SPT (Surat Pemberitahuan Pajak) telah

terakhir, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan

pajak. Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkannya dalam satu

laporan tersendiri terutang ketidak benaran pengisian SPT (Surat Pemberitahuan

Pajak) atas pengungkapan Wajib Pajak berakibat, sebagai berikut:

a. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar.

b. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil.

c. Jumlah harta menjadi lebih besar.

d. Jumlah modal menjadi lebih besar.

Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat pengungkapan

ketidak benaran pengisian SPT tersebut, beserta sanksi administrasi berupa

kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang dibayar, harus melunasi

sebelum laporan disampaikan.

Page 14: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

22

2.1.5.8 Batas Waktu Penyampaian SPT

Batas waktu penyampaian SPT menurut Rahman (2010) adalah :

a. Penyampaian SPT Tahunan PPh Badan paling lambat 4 bulan sejak akhir

Tahun Pajak;

b. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa

pajak dalam 1 (satu) SPT Masa;

c. SPT Masa paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak;

d. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, paling lambat tiga bulan setelah akhir

Tahun Pajak.

2.1.5.9 Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT

Menurut Mardiasmo (2010) Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu

penyampaian SPT Tahunan sebagaimana dimaksud untuk paling lama 2 (dua) bulan

sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan

Pemberitahuan SPT Tahunan. Pemberitahuan Perpanjangan SPT batas waktu

penyampaian SPT Tahunan berakhir, dengan dilampiri :

a. Perhitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang

batas waktu penyampaiannya diperpanjang;

b. Laporan sementara; dan

c. Surat Setoran sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang

terutang.

Page 15: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

23

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh Wajib

Pajak atau Kuasa Wajib Pajak. Dalam hal Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

ditandatangani oleh Kuasa Wajib Pajak, Pemberitahuan Perpajangan SPT Tahunan

harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus. Pemberitahuan Perpanjangan SPT

Tahunan dapat disampaikan :

a. Secara langsung;

b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau

c. Dengan cara lain, yang meliputi:

Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti

pengiriman surat; atau

e-Filling melalui ASP

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang tidak memenuhi ketentuan

bagaimana dianggap bukan merupakan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.

2.1.5.10 Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

Menurut Rahman (2010). SPT yang tidak disampaikan atau

disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan,dikenakan sanksi

administrasi berupa denda:

a. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Rp 100.000

b. SPT Tahunan PPh Badan Rp 1.000.000

c. SPT Masa PPN Rp 500.000

Page 16: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

24

d. SPT masa lainnya Rp 100.000

Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau

menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau

melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga menimbulkan

kerugian pada pendapatan Negara, tidak dikenakan sanksi pidana apabila

kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak

tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang

beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen)

dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar setiap orang yang karena kealpaannya:

a. Tidak menyampaikan SPT; atau

b. Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau

melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat

menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dan perbuatan tersebut

merupakan perbuatan setelah perbuatan pertama kali, didenda paling

sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar,

atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1

(satu) tahun.

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau

menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak

lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling

Page 17: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

25

lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak

terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali

jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Pidana tersebut

ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila

seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1

(satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang

dijatuhkan.

2.1.6 Surat Pemberitahuan dalam Bentuk Elektronik (e-SPT)

2.1.6.1 Pengertian e-SPT

Dalam mewujudkan sistem administrasi perpajakan modern, pemerintah

menyediakan suatu aplikasi yang dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan

pengisian dan Pelaporan SPT secara cepat, tepat dan akurat. Sebagai penjelasan e-

SPT didefinisikan sebagai berikut:

Menurut Pandiangan (2008) menyatakan bahwa e-SPT adalah penyampaian

SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media

computer. Aplikasi e-SPT merupakan aplikasi yang diberikan secara cuma-cuma oleh

Dirjen Pajak kepada Wajib Pajak. Dengan menggunakan aplikasi e-SPT Wajib Pajak

dapat merekam, memelihara, dan mengenerate data digital SPT serta mencetak SPT

beserta lampirannya.

Menurut Ladjamudin (2007), sistem komputer merupakan komponen yang

terdiri dari Perangkat Keras (Hardware), Perangkat Lunak (Software), Manusia

Page 18: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

26

(Brainware) dan Data. Menurut Subtari (2007), tujuan sistem komputer adalah

mengolah data untuk menghasilkan informasi. Agar tujuan tersebut dapat tercapai,

maka harus memiliki aspek pendukung sistem computer tersebut, aspek pendukung

sistem komputer adalah Perangkat Keras (Hardware), Perangkat Lunak (Software),

Manusia (Brainware).

2.1.6.2 Keunggulan e-SPT

E-SPT merupakan aplikasi penyampaian SPT dengan menggunakan media

computer dimana dengan menggunakan media computer jauh memiliki keunggulan

dibandingkan dengan cara manual. e-SPT mempunyai keunggulan mempunyai

keunggulan seperti: (sumber: www.pajak.go.id)

Wajib Pajak:

Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena

lampiran dalam bentuk media CD/disket.

Penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan

sistem komputer.

Kemudahan dalam membuat Laporan Pajak.

Data yang disampaikan WP selalu lengkap, karena penomoran formulir

dengan menggunakan sistem komputer.

Menghindari pemborosan penggunaan kertas.

Page 19: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

27

Berkurangnya pekerjaan-pekerjaan klerikal perekaman SPT yang

memakan sumber daya yang cukup banyak.

Pegawai Pajak

Data perpajakan terorganisasi dengan baik.

Memudahkan proses pencarian dan SPT Wajib Pajak.

Efisiensi dalam hal penyimpanan dokumen.

Pemerikasaan dan Penelitian SPT dapat dilakukan secara cepat dan tepat

karena dilakukan dengan sistem aplikasi.

Memberikan keamanan data bagi pengguna aplikasi.

2.1.6.3 Jenis e-SPT

Jenis e-SPT yang digunakan ada 3 jenis (sumber: www.pajak.go.id) :

1. e-SPT Tahunan PPh:

SPT Tahunan PPh adalah SPT Tahunan PPh dalam bentuk program aplikasi

yang merupakan fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak

yang digunakan untuk merekam, memelihara data, men-generate data, dan

mencetak SPT Tahunan PPh beserta lampirannya dan dapat dilaporkan

melalui media elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak.

Page 20: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

28

Untuk memperoleh e-SPT Tahunan PPh, Wajib Pajak dapat memperoleh

program aplikasi tersebut secara cuma-Cuma dari Direktorat Jenderal Pajak.

Bagi Wajib Pajak besar dapat menghubungi AR yang telah ditunjuk.

2. e-SPT Masa PPN

e-SPT PPN adalah SPT dalam bentuk program aplikasi yang merupakan

fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang digunakan

untuk merekam SPT beserta lampirannya, memelihara data SPT beserta

lampirannya, generate data SPT digital serta mencetak SPT dan dapat

dilaporkan melalui media elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak.

Untuk memperoleh e-SPT PPN, Wajib Pajak dapat memperoleh program

aplikasi tersebut secara cuma-cuma dari Direktorat Jenderal Pajak. Bagi

Wajib Pajak besar dapat menghubungi AR yang telah ditunjuk.

3. e-SPT Masa PPh

e-SPT Masa PPh adalah SPT Masa PPh dalam bentuk program aplikasi yang

merupakan fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak. Bagi Wajib Pajak besar

dapat menghubungi AR yang telah ditunjuk.

Untuk memperoleh e-SPT Masa PPh, Wajib Pajak dapat memperoleh

program aplikasi tersebut secara cuma-cuma dari Direktorat Jenderal Pajak.

Bagi Wajib Pajak besar khususnya dapat menghubungi AR yang telah

ditunjuk.

Page 21: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

29

2.1.6.4 Cara Penyampaian e-SPT

Menurut PER 06/PJ/2009, penyampaian e-SPT oleh Wajib Pajak ke KPP

tempat Wajib Pajak terdaftar dapat dilakukan:

a. Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/karir dengan

bukti pengiriman surat dengan membawa atau mengirimkan formulir

Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh

hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani dan file data SPT yang

tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib

dilampirkan; atau

b. Melalui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.1.6.5 Prosedur Penyampaian e-SPT

SPT dalam bentuk elektronik (e-SPT) beserta lampiran-lampirannya

dilaporkan dengan menggunakan media elektronik (CD, disket, flash disk dan lain-

lain) ke KPP dimana Wajib Pajak terdaftar. Aplikasi e-SPT merupakan aplikasi SPT

yang diberikan secara cuma-cuma oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib

Pajak. Dengan menggunakan aplikasi e-SPT Wajib Pajak dapat merekam,

memelihara, dan men-generate data Elektronik SPT serta mencetak SPT beserta

lampirannya. Prosedur Penyampaian e-SPT berdasarkan PER 06/PJ/2009 adalah

sebagai berikut:

1. Wajib Pajak melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem computer

yang digunakan untuk keperluan administrasi perpajakannya;

Page 22: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

30

2. Wajib Pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-data

perpajakan yang akan dilaporkan, yaitu antara lain:

a. Data identitas Wajib Pajak Pemotong/Pemungut dan identitas Wajib

Pajak yang dipotong/dipungut seperti NPWP, Nama, Alamat, Kode

Pos, Nama KPP, Pejabat Penandatanganan, Kota, Format Nomor

Bukti Potong/Pungut, Nomor awal bukti Potong/Pungut, Nomor awal

bukti Potong/Pungut, Kode Kurs Mata Uang yang digunakan;

b. Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh;

c. Faktur Pajak;

d. Data perpajakan yang terkandung dalam SPT;

e. Data Surat Setoran Pajak (SSP), Seperti: Masa Pajak, Tahun Pajak,

tanggal setor, NTPN, kode Akun/KJS, dan jumlah pembayaran pajak;

3. Wajib Pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/perpajakan

sendiri dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki

Wajib pajak ke dalam aplikasi e-SPT dengan mengacu kepada format data

yang sesuai dengan aplikasi e-SPT;

4. Wajib Pajak mencetak Bukti Pemotongan/Pemungutan dengan

menggunakan aplikasi e-SPT dan menyampaikan kepada pihak yang

dipotong/dipungut;

5. Wajib Pajak mencetak formulir Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa

PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-SPt;

Page 23: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

31

6. Wajib Pajak menandatangani formulir Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT

Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-SPT;

7. Wajib Pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi e-

SPT dan disimpan dalam media elektronik;

8. Wajib Pajak menyampaikan e-SPT ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar

dengan cara:

a. Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/kurir

dengan bukti pengiriman surat, dengan membawa atau mengirimkan

formulir Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT

Tahunan PPh hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani dan file

data SPT yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain

yang wajib dilampirkan; atau

b. Melalui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Atas penyampaian e-SPT secara langsung diberikan tanda penerimaan

surat dari TPT, sedangkan penyampaian e-SPT melalui pos atau jasa

ekspedisi/kurir bukti pengiriman surat dianggap sebagai tanda terima SPT.

Atas penyampaian melalui e-Filling diberikan bukti penerimaan

elektronik.

Page 24: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

32

2.1.6.6 Pembetulan e-SPT

Berdasarkan PER 06/PJ/2009 cara pembetulan e-SPT adalah :

1. Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk elektronik (e-

SPT), wajib disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT).

2. Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk kertas

(hardcopy), dapat disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT) atau

dalam bentuk kertas (hardcopy).

2.1.7 Kepatuhan Wajib Pajak

Pengertian kepatuhan perpajakan menurut Keputusan Menteri Keuangan No.

544/KMK.04/2000, yaitu:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu

Negara.”

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 192/KMK.03/2007 tentang

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak

Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Pasal 1 :

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

Page 25: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

33

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda

pembayaran pajak;

c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama

3 (tiga) tahun berturut-turut; dan

d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Pasal 2 :

(1) Tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 huruf a meliputi :

a. Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga)

tahun terakhir;

b. Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun

terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3

(tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;

c. Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada

huruf b tekah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian

Surat Pemberitahuan Masa Pajak berikutnya.

(2) Tidak mempunyai tunggakan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

huruf b adalah keadaan pada tanggal 31 Desember tahun sebelum

Page 26: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

34

penetapan sebagai Wajib Pajak patuh dan tidak termasuk utang pajak yang

belum melewati batas akhir pelunasan.

(3) Laporan Keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

huruf c harus disusun dalam bentuk panjang (long form report) dan

menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal bagi bagi Wajib

Pajak yang wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.

(4) Pendapat Akuntan atas Laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan

Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditandatangani oleh Akuntan

Publik yang tidak sedang dalam pembinaan lembaga pemerintah

pengawas Akuntan Publik.

Dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

606/KMK.04/1994 tanggal 21Desember 1994 tentang penetuan Tanggal jatuh tempo

Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara

Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan, serta Tata Cara Pengangguran dan

Penundaan pembayaran pajak, menyebutkan:

Pasal 1 ayat (1) :

“Pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah

terakhir Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 harus dibayar selambat-

lambatnya tanggal lima belas bulan takwin berikutnya setelah masa pajak

berakhir.”

Page 27: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

35

Pasal 6 ayat (1):

“Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan, baik yang melakukan pembayaran

Pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai pemotong atau pemugut Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1 ayat (1), ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4) diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-

lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.”

2.1.8 Pengertian Wajib Pajak (WP)

Dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan UU No. Tahun 2000

terutang KUP disebutkan bahwa :

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.”

2.1.8.1 Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib pajak orang pribadi dapat bertempat tinggal di Indonesia maupun di

luar Indonesia. Subjek pajak Orang Pribadi dalam negeri adalah Orang pribadi yang

bertempat tinggal di Indonesia atau Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari

183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau Orang pribadi yang dalam satu tahun

Page 28: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

36

pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;

Warisan yang belum terbagi sebagai salah satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Sementara yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri adalah Orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, dan

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang

dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pajak merupakan penyumbangan terbesar dalam pengisian dana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara. Hampir 80% pembangunan di negara kita ini

dibiayai oleh sector perpajakan.Penerimaan pajak di negara kita terus ditingkatkan

guna mencapai tujuan nasional pembangunan Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan yang dimaksud

dengan pajak ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Page 29: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

37

Menurut Sari (2013), Direktorat Jenderal Pajak selaku badan yang mengelola

Perpajakan Indonesia, pada dasarnya telah melakukan berbagai cara dalam upaya

peningkatan penerimaan negara melalui sector pajak. Hal ini didasari sangat penting

karena adanya kecenderungan penurunan penerimaan negara dari sector migas akibat

diberlakukannya kuota minyak dalam negeri. Untuk mendongkrak peningkatan

penerimaan negara melalui sector pajak, dibutuhkan partisipasi aktif dari Wajib Pajak

untuk memenuhi segala kewajiban perpajakannya dengan baik. Artinya peningkatan

penerimaan pajak Negara ditentukan oleh tingkat Kepatuhan Wajib Pajak sebagai

Warga Negara yang baik. Dan untuk mewujudkannya maka Ditjen Pajak melakukan

peningkatan terhadap Good Governance dan pelayanan prima (Service Excellent)

dalam pengelolaan administrasi perpajakan. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah

dengan melakukan Reformasi dan Modernisasi Perpajakan Indonesia.

Sistem administrasi perpajakan modern merupakan pelaksanaan berbagai

program dan kegiatan yang ditetapkan dalam reformasi administrasi perpajakan

jangka menengah. Menurut Sari (2013), Reformasi Perpajakan di Indonesia telah

dilakukan pertama kali pada tahun 1983 dimana saat itu terjadi reformasi atau

perubahan sistem mendasar atas pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem

Official Assessment ke sistem Self Assessment. Perubahan sistem ini bertujuan untuk

mengurangi kontak langsung antara Aparat Pajak dengan Wajib Pajak yang

sebelumnya dikhawatirkan dapat menimbulkan praktek-praktek illegal untuk

Page 30: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

38

menghindari atau mengurangi kewajiban perpajakan para Wajib Pajak yang

bersangkutan.

Menurut Sari (2013), Reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu

kesatuan dilakukan terhadap tiga (3) bidang pokok atau utama yang secara langsung

menyentuh pilar perpajakan, yaitu :

1. Bidang Administrasi, yakni melalui reformasi administrasi perpjakan;

2. Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap Undang-

Undang Perpajakan; dan

3. Bidang Pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional.

Guna menerapkan reformasi perpjakan di Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak

secara bertahap mengembangkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI-

DJP) untuk pelayanan pajak. Hal itu dilakukan melalui penyempurnaan system on-

line payment, menyempurnakan dan menasionalisasikan programe-SPT, e-filling, e-

registration, dan system Administrasi Pelayanan Terpadu, serta pengembangan bank

data.Kemudian juga mengembangkan website www.pajak.go.id, menyediakan

fasilitas Call Centre dan Complaint Centre.

Menurut Pandiangan (2008) menyatakan bahwa e-SPT adalah penyampaian

SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media

computer. Aplikasi e-SPT merupakan aplikasi yang diberikan secara cuma-cuma oleh

Dirjen Pajak kepada Wajib Pajak. Dengan menggunakan aplikasi e-SPT Wajib Pajak

dapat merekam, memelihara, dan mengenerate data digital SPT serta mencetak SPT

beserta lampirannya.

Page 31: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

39

Melalui program program pemanfaatan teknologi informasi diharapkan bahwa

pegawai pajak merasa mudah untuk mengurus dan melayani wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya.Dengan demikian kinerja pegawai pajak

semakin baik dan efisien yang pada akhirnya tingkat pelayanan perpajakan dapat

memuaskan Wajib pajak dan dapat semakin ditingkatkan.

Menurut Nurmantu (2005), kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakan. Nasucha (2005) menyebutkan bahwa kepatuhan Wajib

Pajak dapat didefinisikan dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri,

kepatuhan untuk mengembalikan Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam

penghitungan dan pembayaran tunggakan.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rahayu, Sri dan Salsalina (2009) yang

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penerapan

sistem administrasi perpajakan modern yang dilihat dari dimensi fasilitas teknologi

perpajakan dalam mempermudah pemenuhan kewajiban perpajakan sebagian besar

dalam kategori baik, karena dapat mempermudah petugas pajak dalam memberikan

pelayanan prima kepada Wajib Pajak, tetapi sistem administrasi perpajakan modern

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan yang

berkaitan dengan penggunaan teknologi internet oleh masyarakat guna

mempermudah transaksinya masih rendah. Masih banyak wajib pajak yang terlambat

dalam menyampaikan SPT dan membayar pajak terhutangnya. Oleh karena itu

dikemudian hari perlu dilakukan sosialisasi mengenai penggunaan teknologi internet

Page 32: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

40

guna mempermudah transaksi perpajakannya. Berdasarkan penelitian sebelumnya

maka penelitian ini akan dilakukan pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang

menggunakan e-SPT salah satu bagian dari penerapan sistem administrasi perpajakan

modern dalam bidang teknologi internet dalam melaporkan SPT.

Page 33: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

41

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

System

PerpajakanNasionalUntuk

MeningkatkanPenerimaan

Negara

(Rahayu dan Ita Salsalina.

2009)

Reformasi system di

dalam Perpajakan

(Sari, Diana. 2013)

Bidang Peraturandan

Undang-undang Bidang

Administrasi

Bidang Pengawasan

dan Penggalian

Potensi

Penerapan e-SPT

Kepatuhan Wajib

Pajak

Page 34: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Banyak pakar

42

2.3 Pengujian Hipotesis

Bertitik tolak pasa kajian pustaka dan kerangka pemikiran yang telah di bahas

sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

H0: tidak terdapat pengaruh positif penerapan e-SPT terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT.

H1 : Terdapat pengaruh positif penerapan e-SPT terhadap kepatuhan wajibh

pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT.