11. bab 2 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00594-if bab 2.pdf6 bab 2 landasan...
TRANSCRIPT
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pakar
2.1.1 Definisi
Sistem pakar adalah suatu sistem yang berusaha mengadopsi
pengetahuan manusia ke dalam komputer agar komputer dapat
menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para pakar
(Turban dan Frenzel, 1992, p74). Sistem pakar yang baik dirancang untuk
dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru prinsip
kerja dari para pakar. Sistem ini membantu orang awam dalam
menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang hanya dapat diselesaikan
dengan bantuan para pakar.
Bagi para pakar sendiri, sistem ini akan membantu aktivitasnya
sebagai seorang asisten yang sangat berpengalaman. Sistem pakar
mengkombinasikan kaidah-kaidah penarikan kesimpulan (inference
rules) dengan basis pengetahuan tertentu yang diberikan oleh satu atau
lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut
disimpan dalam komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses
pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah tertentu.
Beberapa pendapat mengenai definisi sistem pakar, antara lain :
1. Jackson (2002, p2).
7
Sistem pakar adalah sebuah program komputer yang
merepresentasikan dan mempertimbangkan dengan pengetahuan dari
beberapa subyek spesial dengan sebuah pandangan untuk
menyelesaikan masalah-masalah atau memberikan nasehat.
2. Giarratano dan Riley (2005, p5).
Sistem pakar adalah suatu sistem komputer yang mengemulasi
kemampuan pembuatan keputusan dari seorang pakar.
3. Rich dan Knight (1991, p574).
Sistem pakar adalah suatu sistem yang memiliki tujuan untuk
menyelesaikan masalah yang biasa dilakukan oleh seorang pakar.
2.1.2 Konsep Dasar Sistem Pakar
Sistem pakar mencakup beberapa persoalan mendasar, antara lain
siapa yang disebut pakar, apa yang dimaksud dengan keahlian,
bagaimana keahlian dapat ditransfer, dan bagaimana sistem bekerja.
Menurut Turban dan Frenzel (1992, p78), konsep dasar sistem pakar
terdiri atas:
1. Kepakaran (Expertise)
Kepakaran merupakan penguasaan pengetahuan di bidang tertentu
yang diperoleh dari serangkaian pelatihan, membaca, atau
pengalaman. Bentuk pengetahuan tersebut adalah :
• Fakta – fakta dalam lingkup permasalahan.
• Teori – teori dalam lingkup permasalahan.
8
• Aturan dan prosedur baku berkenaan dengan lingkup
permasalahan.
• Strategi untuk menyelesaikan permasalahan.
• Meta knowledge.
2. Pakar (Expert)
Seorang pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan,
penilaian, pengalaman, metode khusus, serta kemampuan untuk
menerapkan bakat ini dalam memberi nasihat dan memecahkan
masalah. Pakar memiliki beberapa konsep umum, yaitu:
• Harus mampu memecahkan persoalan dan mencapai tingkat
performa yang secara signifikan lebih baik dari orang
kebanyakan.
• Pakar adalah relatif. Pakar pada satu waktu atau satu
wilayah mungkin tidak menjadi pakar di waktu atau wilayah
lain. Misalnya, mahasiswa hukum mungkin disebut pakar
dalam permasalahan hukum dibanding petugas administrasi,
tetapi bukan pakar di pengadilan.
3. Pengalihan Kepakaran
Tujuan utama sistem pakar adalah mengalihkan kepakaran
seorang pakar ke dalam komputer yang akan digunakan oleh
pihak lain yang bukan pakar, untuk menemukan solusi atas
permasalahan. Pengetahuan yang disimpan dalam mesin disebut
dengan nama basis pengetahuan.
9
4. Penalaran (inference)
Salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem pakar adalah
kemampuan untuk menalar. Jika kepakaran sudah tersimpan
sebagai basis pengetahuan dan tersedia program yang mampu
mengakses basis data, maka komputer harus dapat diprogram
untuk membuat inferensi (inference). Proses kesimpulan ini
dikemas dalam bentuk motor inferensi (inference engine).
5. Aturan – aturan (Rules)
Sebagian besar sistem pakar adalah sistem berbasis aturan. Aturan
tersebut biasanya berbentuk IF – THEN. Aturan digunakan
sebagai prosedur untuk memecahkan permasalahan.
6. Kemampuan Penjelasan (Explanation Capability)
Kemampuan menjelaskan merupakan komponen tambahan dari
sistem pakar yang berfungsi untuk memberikan penjelasan
kepada user mengapa suatu pertanyaan ditanyakan oleh sistem
pakar, bagaimana kesimpulan dapat diperoleh, kenapa solusi
tertentu ditolak, dan apa rencananya untuk mencapai solusi.
10
2.1.3 Struktur Sistem Pakar
Menurut Turban dan Frenzel (1992, p81), sistem pakar disusun
oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development
environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment).
Lingkungan pengembangan digunakan sebagai pembangun sistem pakar
baik dari segi pembangun komponen maupun basis pengetahuan.
Lingkungan konsultasi digunakan oleh seseorang yang bukan pakar untuk
memperoleh pengetahuan pakar.
Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar (Sri Kusumadewi, 2003, p114)
Komponen – komponen (Turban dan Frenzel 1992, pp81-85) yang ada
pada sistem pakar adalah :
1. Subsistem akuisisi pengetahuan
Bagian ini digunakan untuk memasukkan pengetahuan,
mengkonstruksi atau memperluas pengetahuan dalam basis
11
pengetahuan. Pengetahuan itu bisa berasal dari pakar, buku, basis
data, penelitian, dan gambar.
2. Basis pengetahuan
Berisi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami,
memformulasikan dan menyelesaikan masalah.
3. Mesin inferensi (inference engine)
Program yang berisi metodologi yang digunakan untuk melakukan
penalaran terhadap informasi-informasi dalam basis pengetahuan dan
blackboard, serta digunakan untuk memformulasikan konklusi.
4. Antarmuka (User Interface)
Digunakan untuk media komunikasi antara pengguna dan program.
5. Blackboard
Merupakan area dalam memori yang digunakan untuk merekam
kejadian yang sedang berlangsung termasuk keputusan sementara.
Ada tiga tipe keputusan yang dapat direkam, yaitu:
a. Rencana: bagaimana menghadapi masalah.
b. Agenda: aksi-aksi yang potensial yang sedang menunggu
untuk dieksekusi.
c. Solusi: calon aksi yang akan dibangkitkan.
6. Subsistem penjelasan
Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang
kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan:
• Mengapa suatu pertanyaan ditanyakan oleh sistem pakar?
12
• Bagaimana konklusi dicapai?
• Mengapa ada alternatif yang dibatalkan?
• Rencana apa yang digunakan untuk mendapatkan solusi?
7. Sistem penyaring pengetahuan
Sistem ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja sistem pakar itu
sendiri untuk melihat apakah pengetahuan-pengetahuan yang ada
masih cocok untuk digunakan di masa mendatang.
2.1.3.1 Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer dan
transformasi dari keahlian pemecahan masalah dari beberapa
sumber pengetahuan ke program komputer untuk konstruksi atau
perluasan basis pengetahuan. Berdasarkan Turban dan Frenzel
(1992, pp126-128) proses akuisisi pengetahuan dibagi ke dalam
lima tahap, yaitu :
1. Identifikasi
Pada tahapan ini diidentifikasi masalah yang akan dikaji.
Masalah bisa dibagi menjadi beberapa sub-masalah jika
perlu, partisipan (pakar dan pengguna) diidentifikasi, dan
sumber daya diuraikan. Knowledge engineer mempelajari
situasi dan menyetujui maksud dari pembuatan aplikasi
kecerdasan buatan.
13
2. Konseptualisasi
Konseptualisasi merupakan tahapan dalam menentukan
konsep untuk menggambarkan pengetahuan yang relevan
dengan mengambil keputusan untuk situasi yang sangat
beragam sehingga perlu ditentukan konsep dan
hubungannya.
3. Perumusan
Pengetahuan diperoleh untuk direpresentasikan ke dalam
basis pengetahuan. Bagaimana pengetahuan diorganisasikan
dan direpresentasikan dapat menentukan metodologi
akuisisi.
4. Implementasi
Pada tahap ini, dilakukan pemrograman dari pengetahuan ke
dalam komputer. Perbaikan pengetahuan dibuat dengan
penambahan akuisisi atau perubahan. Sebuah prototipe
sistem pakar dikembangkan pada tahapan ini.
5. Pengujian
Seorang knowledge engineer akan menguji sistem dengan
memakai contoh-contoh kasus yang ada. Kemudian hasilnya
akan ditunjukan kepada pakar-pakar dan aturan-aturannya
akan direvisi bila diperlukan. Dengan kata lain validitas dari
pengetahuan diperiksa.
14
2.1.3.2 Representasi Pengetahuan
Representasi pengetahuan adalah suatu teknik untuk
merepresentasikan basis pengetahuan yang diperoleh ke dalam
suatu skema atau diagram tertentu sehingga dapat diketahui relasi
atau hubungan antara suatu data dengan data yang lain. Menurut
Turban dan Frenzel (1992, pp170-187) terdapat beberapa cara
untuk merepresentasikan pengetahuan, yaitu :
1. Logika (Logic)
Dua bentuk komputasi logika adalah logika proposisi
(propotional logic) dan logika predikat (predicate logic).
Gambar 2.2 Proses Logika
a. Logika Proposisi
Logika proposisi adalah sebuah pernyataan yang bisa
bernilai benar atau salah yang dapat menjadi premis
yang dapat digunakan untuk menurunkan proposisi
baru. Aturan digunakan untuk menentukan kebenaran
(true) atau kesalahan (false) pada proposisi baru. Pada
logika proposisi digunakan simbol seperti huruf alfabet
Proses Logika
Input Premis
atau fakta
Output Inferensi
atau Konklusi
15
untuk menampilkan berbagai proposisi, premis, atau
kesimpulan. Contoh:
Pernyataan A : Hasan pergi kuliah setiap hari Selasa
dan Sabtu
Pernyataan B : Hari ini adalah hari Senin
Kesimpulan : Hasan tidak pergi kuliah pada hari ini.
b. Logika Predikat
Logika predikat merupakan bentuk logika yang lebih
kompleks dimana konsep dan aturan yang digunakan
sama dengan logika proposisi. Logika predikat
digunakan untuk merepresentasikan hal-hal yang tidak
dapat direpresentasikan dengan menggunakan logika
preposisi. Pada logika predikat kita dapat
merepresentasikan fakta-fakta sebagai suatu
pernyataan yang disebut dengan wff (well-formed
formula). Contoh diketahui fakta – fakta sebagai
berikut :
Andi adalah seorang laki – laki : A
Ali adalah seorang laki – laki : B
Amir adalah seorang laki – laki : C
Anto adalah seorang laki – laki : D
Agus adalah seorang laki – laki : E
Fakta tersebut dapat ditulis : Laki2 (x)
16
2. Jaringan Semantik (Semantic Network)
Jaringan semantik merupakan gambaran grafis dari
pengetahuan yang terdiri dari simpul (node) dan hubungan
antar node (link) yang menunjukkan hubungan antar
berbagai obyek. Obyek disini dapat berupa benda atau
peristiwa. Gambar 2.3 menjelaskan tentang jaringan
semantik.
Gambar 2.3 Jaringan Semantik
3. Naskah (Script)
Script merupakan representasi pengetahuan yang sama
dengan frame, yaitu merepresentasikan pengetahuan
berdasarkan karakteristik yang sudah dikenal sebagai
pengalaman - pengalaman. Perbedaannya, frame
17
menggambarkan obyek sedangkan script menggambarkan
urutan peristiwa. Dalam menggambarkan urutan peristiwa,
script menggunakan slot yang berisi informasi tentang
orang, obyek, dan tindakan-tindakan yang terjadi dalam
suatu peristiwa. Elemen-elemen script meliputi :
1. Kondisi masukan (Entry condition), yaitu kondisi yang
harus dipenuhi sebelum terjadi atau berlaku suatu
peristiwa dalam script.
2. Jalur (Track), yaitu variasi yang mungkin terjadi dalam
suatu script.
3. Pendukung (Prop)berisi obyek – obyek pendukung yang
dugunakan selama peristiwa terjadi.
4. Peran (Role), yaitu peran yang dimainkan oleh seseorang
dalam peristiwa.
5. Adegan (Scene), yaitu adegan yang dimainkan yang
menjadi bagian dari suatu peristiwa.
6. Hasil, yaitu kondisi yang ada setelah urutan peristiwa
dalam scrip terjadi.
Berikut ini adalah contoh script kejadian yang ada di
“rumah makan siap saji” :
Jalur : rumah makan siap saji.
Peran : pelanggan, penyaji.
Pendukung : counter, baki, makanan, uang, serbet, garam,
merica, sedotan.
18
Kondisi Masukan : pelanggan yang lapar, pelanggan yang
memiliki uang.
Adegan 1 : Pelanggan memasuki rumah makan.
1. Pelanggan memarkir mobil.
2. Pelanggan memasuki rumah makan.
3. Pelanggan antri di depan counter.
4. Pelanggan membaca menu dan membuat keputusan apa
yang akan dipesan.
Adegan 2 : Pemesanan.
1. Pelanggan melakukan pemesanan.
2. Penyaji meletakkan pesanannya di atas baki.
3. Pelanggan membayar.
Adegan 3 : Pelanggan makan.
1. Pelanggan mengambil serbet, sedotan, garam, dan lain-
lain.
2. Pelanggan membawa baki ke meja yang kosong.
3. Pelanggan mulai makan.
Adegan 3A : Makanan dibawa pulang.
Pelanggan mengambil makanan, kemudian
meninggalkan rumah makan.
19
Adegan 4 : Pelanggan meninggalkan rumah makan.
1. Pelanggan membersihkan meja.
2. Pelanggan membuang sampah.
3. Pelanggan meninggalkan rumah makan.
4. Pelanggan pulang dengan mengendarai mobilnya.
Hasil:
1. Pelanggan tidak lagi lapar.
2. Uang pelanggan berkurang.
3. Pelangan merasa bahagia.
4. Pelanggan merasa tidak bahagia.
5. Pelanggan terlalu kenyang.
6. Pelanggan merasa tidak nyaman pada bagian perutnya.
4. Daftar (List)
List adalah daftar tertulis dari hal – hal (items) yang saling
berhubungan. Bisa berupa daftar orang yang anda kenal,
barang-barang yang harus dibeli dipasar swalayan, hal-hal
yang harus dilakukan minggu ini, atau produk- produk
dalam suatu katalog. Gambar 2.4 adalah representasi
pengetahuan dengan list.
20
Gambar 2.4 List
5. Tabel Keputusan.
Tabel keputusan adalah pengetahuan yang diatur dalam
bentuk format lembar kerja (spreedsheet), menggunakan
kolom dan garis. Representasi pengetahuan dengan tabel
keputusan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Keputusan
21
6. Pohon Keputusan
Pohon keputusan merupakan struktur penggambaran pohon
yang berhubungan dengan tabel keputusan. Representasi
pengetahuan dengan Pohon keputusan dapat dilihat pada
gambar 2.5.
Gambar 2.5 Pohon Keputusan
7. Objects, Attribute, dan Values
Salah satu cara yang paling umum untuk merepresentasikan
pengetahuan adalah menggunakan objects, attribute, dan
values (O-A-V triplet). Objects dapat berupa fisik atau
konseptual. Attribute adalah karakteristik dari object. Values
adalah ukuran spesifik dari attribute dalam situasi tertentu.
Representasi pengetahuan dengan O – A – V triplet dapat
dilihat pada tabel 2.2.
22
Tabel 2.2 O – A – V Triplet
Objects Atrributes Values
Rumah Kamar tidur 2, 3, 4
Rumah Warna Hijau, putih,
coklat
Penerimaan di
universitas
Rata-rat nilai ujian
masuk
3.0, 3.5, 3.7
Kontrol inventori Level dari inventori 15, 20, 30
Kamar tidur Ukuran 9 x 10, 10 x
12
8. Bingkai (Frame)
Bingkai (Frame) adalah struktur data yang berisi semua
pengetahuan tentang obyek tertentu. Pengetahuan ini diatur
dalam suatu struktur hirarki khusus yang memperbolehkan
diagnosa terhadap independensi pengetahuan. Bingkai
(Frame) pada dasarnya adalah aplikasi dari pemograman
berorientasi obyek untuk kecerdasan buatan dan sistem
pakar. Representasi pengetahuan menggunakan frame dapat
dilihat pada gambar 2.6.
23
Gambar 2.6 Bingkai (Frame)
9. Kaidah Produksi (Production Rules)
Ide dasar dari sitem ini adalah pengetahuan yang
digambarkan sebagai kaidah produksi dalam bentuk
pasangan kondisi – aksi. Contoh representasi pengetahuan
dengan kaidah produksi adalah:
Aturan 1 : IF pemerintah tidak konsisten, THEN dolar
naik.
Aturan 2 : IF inflasi naik, THEN harga barang mahal.
24
Aturan 3: IF pemerintah tidak konsisten dan AND inflasi
naik, THEN beli Dolar
2.1.3.3 Metode Inferensi
Menurut Giarratano dan Riley (1998, p.143) metode
inferensi untuk memecahkan suatu persoalan dalam sistem pakar
dapat dilakukan dengan merangkai rantai produksi (Chaining).
Jenis rantai produksi (Chaining) tersebut adalah :
1. Forward Chaining
Pemecahan masalah dari fakta – fakta kepada sebuah
kesimpulan berdasarkan fakta – fakta yang ada. Dengan kata
lain, pelacakan dimulai dari keadaan awal (informasi atau
fakta yang ada) dan kemudian dicoba untuk mencocokan
dengan tujuan yang diharapkan.
Gambar 2.7 Forward Chaining
25
2. Backward Chaining
Diagram dimana menghubungkan hipotesa berdasarkan fakta-
fakta yang mendukung sebuah hipotesa. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa penalaran dimulai dari tujuan atau
hipotesa, kemudian dicocokkan dengan keadaan awal atau
fakta-fakta yang ada.
Gambar 2.8 Backward Chaining
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan
backward atau forward dalam memilih metode penalaran,
antara lain:
1. Banyaknya keadaan awal dan tujuan. Jika jumlah
keadaan awal lebih kecil daripada tujuan, maka
digunakan penalaran forward. Sebaliknya, jika jumlah
keadaan awal lebih banyak daripada tujuan, maka
digunakan metode penalaran backward.
26
2. Rata – rata jumlah simpul (node) yang dapat diraih
secara langsung dari suatu simpul. Lebih baik dipilih
yang jumlah simpul tiap cabangnya lebih sedikit.
3. Apakah program butuh menanyai pengguna (user) untuk
melakukan justifikasi terhadap proses penalaran? Jika
ya, maka alangkah baiknya jika dipilih arah yang lebih
memudahkan pengguna.
4. Bentuk kejadian yang akan memicu penyelesaian
masalah. Jika kejadian itu berupa fakta baru, maka lebih
baik dipilih penalaran forward . namun jika kejadian itu
berupa query, maka lebih lebih baik dipilih penalaran
backward.
2.2 Sistem dan Aplikasi Berbasis Web (WebApps)
2.2.1 World Wide Web
World Wide Web (WWW) atau dikenal dengan sebutan web saja,
merupakan sistem yang menyebabkan pertukaran data di internet menjadi
mudah dan efisien (Ellsworth, 1997, p4).
Web pada awalnya ruang informasi dalam internet, dengan
menggunakan teknologi hypertext, pengguna dituntun untuk menemukan
informasi dengan mengikuti link yang disediakan dalam dokumen web
yang ditampilkan oleh web browser. Dewasa ini internet indentik dengan
web, karena kepopuleran web sebagai standar interface pada layanan-
layanan yang ada pada internet. Seiring terjadinya peningkatan akses
27
internet oleh masyarakat, maka banyak sekali aplikasi dan sistem yang
dibangun berbasis web.
2.2.2 Ciri Sistem dan Aplikasi Berbasis Web
Menurut Roger (2001, p771) sistem dan aplikasi berbasis web
(WebApps) berbeda dengan sistem dan aplikasi lain karena hal – hal
dibawah ini :
1. Network intensive. Sifat dasar dari WebApps adalah sistem ini
ditujukan utuk berada di jaringan dan memenuhi kebutuhan
komunitas yang berbeda
2. Content-Driven. Sebagian besar fungsi dari WebApps adalah untuk
menyajikan informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, dan video.
3. Continous evolution. WebApps selalu berkembang secara terus
menerus.
2.2.3 Manfaat Sistem dan Aplikasi Berbasis Web
Sistem dan aplikasi berbasis web (WebApps) memiliki beberapa
manfaat antara lain:
1. Aplikasi memerlukan sedikit ruang penyimpanan di komputer client.
2. Fitur- fitur aplikasi dapat di upgrade dengan mudah
3. Aplikasi dapat digunakan di berbagai platform sistem operasi.
28
2.2.4 Perancangan Sistem Pakar Berbasis Web
Sistem pakar berbasis web dapat dibangun dengan
menggabungkan proses pengembangan sistem pakar dan situs web.
Subprojects ini dapat digabung dengan cara, pekerjaan pertama dapat
dilakukan secara paralel dengan pekerjaan kedua dan pekerjaan kedua
dapat memberi masukan dan informasi penting untuk pekerjaan pertama
dan sebaliknya.
Gambar 2.9 Perancangan Sistem Pakar Berbasis Web
Langkah-langkah:
1. Selama proses akuisisi pengetahuan dan, khususnya selama
pertemuan antara knowledge engineer dan domain ahli, pertanyaan
29
yang ditanyakan ke domain ahli bertujuan sebagai perhatian
persyaratan aplikasi web.
2. Pengetahuan yang diperoleh selama proses akuisisi pengetahuan juga
digunakan dalam tahap desain data untuk menentukan struktur data
yang dapat diterapkan.
3. Selama tahap desain hypertext, objek-objek halaman web yang
ditetapkan dan digunakan itu disamakan di seluruh proses
perancangan sistem apakar. Motivasi apapun yang terjadi selama
proses kemudian ke objek-objek halaman web, dapat terjawab saat
kembali ke tahap design hypertext.
4. Perubahan yang dilakukan selama seluruh proses perancangan sistem
pakar terpaksa diubah ke desain arsitektur dan sebaliknya.
5. Selama proses verifikasi dan validasi sistem pakar, identifikasi
beberapa masalah oleh ahli memaksa memperbaiki perubahan, tidak
hanya dalam sistem pakar tetapi juga dalam situs web/aplikasi dan
sebaliknya.
6. Basis pengetahuan sistem pakar meluas dan menampakkan proses
perkembangan informasi penting dan masukan-masukan yang
digunakan untuk perkembangan aplikasi/situs web.
2.2.5 HTML
HTML merupakan singkatan dari Hypertext Text Markup
Language. HTML digunakan untuk membangun suatu halaman web.
HTML bukan suatu bahasa pemrograman melainkan markup atau
30
penandaan terhadap suatu dokumentasi teks. Tanda tersebut digunakan
menentukan format atau style dari teks yang ditandai (Kurniawan, 2001,
p7).
Dokumen HTML disebut markup language karena mengandung
tanda-tanda (tag) yang didahului tanda “<” dan diakhiri dengan tanda “>”
yang digunakan untuk menentukan tampilan teks dalam suatu dokumen.
HTML merupakan bahasa standar yang digunakan oleh semua web
browser. HTML merupakan bahasa yang tidak tergantung pada platform
tertentu, yang artinya dapat dipindahkan dari satu komputer ke komputer
lainnya yang jenisnya berbeda.
Dokumen HTML adalah file teks regular (yang disebut juga file
ASCII) yang dibuat dengan menggunakan teks editor (notepad dari
windows), dengan program pengolahan data (word processor, seperti
Microsoft Word) dan program HTML generator seperti Microsoft Front
Page.
2.3 Hukum Waris dalam Islam
2.3.1 Definisi Waris
Waris dalam bahasa Arab adalah Faraid yang merupakan bentuk
jamak dari al-faridhah yang bermakna sesuatu yang diwajibkan, atau
pembagian yang telah ditentukan sesuai dengan kadarnya masing-masing.
Syariat Islam mengajarkan ilmu faraid, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang perhitungan dan tata cara pembagian harta warisan untuk setiap
ahli waris berdasarkan syariat Islam.
31
Menurut Pasal 49 huruf b UU RI No. 3 Tahun 2006 Tentang
Peradilan Agama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan waris
adalah penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, penentuan
mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris
dan pelaksanaan pembagian harta peninggalan tersebut serta penetapan
pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang
menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris.
2.3.2 Sumber Hukum Waris
Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari syariat Islam yang
bersumber dari :
1. Al-Qur’an.
2. Hadits.
3. Ijma’ atau kesepakatan ulama.
2.3.3 Rukun Waris
Rukun waris terdiri dari tiga rukun. Jika salah satu dari rukun
waris ini tidak ada maka tidak akan terjadi pembagian warisan. Rukun
tersebut adalah:
1. Pewaris.
Orang yang meninggal dunia yang meninggalkan sejumlah harta dan
peninggalan lainnya yang dapat diwariskan.
32
2. Ahli waris.
Seseorang atau sekelompok orang yang berhak untuk menguasai atau
menerima harta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan
kekerabatan (nasab) atau ikatan pernikahan, atau lainnya.
3. Harta warisan.
Harta peninggalan milik pewaris yang ditinggalkan ketika ia wafat.
Harta warisan ini berupa segla jenis benda atau kepemilikan yang
ditinggalkan pewaris, seperti uang, emas, perak, kendaraan bermotor,
asuransi, komputer, peralatan elektronik, binatang ternak, rumah,
tanah, sawah, kebun, toko, perusahaan, dan segala sesuatu yang
merupakan milik pewaris yang di dalamnya ada nilai materinya.
2.3.4 Syarat Waris
Syarat waris ada tiga, yaitu:
1. Telah meninggalnya pewaris baik secara nyata maupun secara hukum
(misalnya dianggap telah meninggal oleh hakim, karena setelah
dinantikan hingga kurun waktu tertentu, tidak terdengar kabar
mengenai hidup matinya). Hal ini sering terjadi pada saat datang
bencana alam, tenggelamnya kapal di lautan, dan lain-lain.
2. Adanya ahli waris yang masih hidup secara nyata pada waktu pewaris
meninggal dunia.
3. Seluruh ahli waris telah diketahui secara pasti, termasuk
kedudukannya terhadap pewaris dan jumlah bagiannya masing-
masing.
33
2.3.5 Sebab Mendapatkan Hak Waris
Terdapat tiga sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan hak
waris, yaitu:
1. Adanya ikatan kekerabatan
Memiliki ikatan kekerabatan secara hakiki, yang ada ikatan nasab
murni atau ikatan darah, seperti kedua orang tua, anak, saudara,
paman, dan seterusnya.
2. Adanya ikatan pernikahan
Terjadinya akad nikah legal yang telah disahkan secara syar'i antara
seorang laki-laki dan perempuan, sekalipun belum atau tidak terjadi
hubungan intim antar keduanya. Adapun pernikahan yang batil atau
rusak, seperti nikah mut’ah, kawin kontrak dan sebagainya tidak bisa
menjadi sebab untuk mendapatkan hak waris. Bagaimana bisa ada
hak waris, sedangkan pernikahannya itu sendiri adalah tidak sah.
3. Al-Wala.
Terjadinya hubungan kekerabatan karena membebaskan budak.
Orang yang membebaskan budak berarti telah mengembalikan
kebebasan dan jati diri seseorang sebagai manusia yang merdeka.
Karena itu Allah SWT menganugerahkan kepadanya hak mewarisi
terhadap budak yang dibebaskan, dengan syarat budak itu sudah tidak
memiliki satupun ahli waris, baik ahli waris berdasarkan ikatan
kekerabatan ataupun karena adanya tali pernikahan.
34
2.3.6 Penggugur Hak Waris
Tidak semua ahli waris bisa mendapatkan harta warisan. Terdapat
beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang menjadi gugur untuk
mendapatkan harta warisan. Penggugur hak waris ini ada tiga,
diantaranya adalah:
1. Budak.
Seseorang yang berstatus sebagai budak tidak mempunyai hak untuk
mewarisi sekalipun dari saudaranya. Sebab segala sesuatu yang
dimiliki budak, secara langsung menjadi milik tuannya. Baik budak
itu sebagai budak murni, budak yang akan dinyatakan merdeka
seandainya tuannya meninggal, ataupun budak yang telah
menjalankan perjanjian pembebasan dengan tuannya, dengan
persyaratan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Jadi
bagaimanapun keadaannya, semua jenis budak merupakan penggugur
hak untuk mewarisi dan hak untuk diwarisi disebabkan mereka tidak
mempunyai hak milik, terkecuali jika ia telah merdeka. Namun jika
budak tersebut sudah benar-benar merdeka, misalnya karena
dibebaskan oleh tuannya, maka barulah ia berhak untuk mendapatkan
hak waris dan juga mewariskan, karena status dia sudah sebagai orang
merdeka. Untuk di zaman kita sekarang ini, sudah banyak undang-
undang di berbagai negara yang melarang perbudakan, oleh karena itu
jarang sekali kita menemukan budak, atau mungkin sudah tidak ada
sama sekali.
35
2. Pembunuhan.
Apabila seorang ahli waris membunuh pewaris, misalnya seorang
anak membunuh ayahnya, maka ia tidak berhak mendapatkan
warisan. Imam Malik memberi pengecualian untuk kasus
pembunuhan yang tanpa disengaja, misal karena suami sedang
memegang pisau yang hendak digunakan untuk menyembelih ternak,
kemudian tiba-tiba istrinya jatuh terpeleset dan tepat mengenai pisau
yang dibawa suaminya tersebut. Maka suami tersebut wajib
membayar diyat kepada keluarga atau wali istrinya, namun ia tetap
mendapatkan waris dari harta milik istrinya tersebut. Pembunuhan
yang disengaja karena pembelaan diri, misal ia diserang dan terancam
jiwanya, maka pembunuhan seperti ini tidak menghalangi hak
warisan si pembunuhnya.
3. Berlainan agama.
Seorang muslim tidak dapat mewarisi harta warisan orang non
muslim walaupun ia adalah orang tua atau anak, dan begitu pula
sebaliknya. Menurut pendapat syaikh Al-‘Utsaimin, khusus untuk
orang munafik, jika ia terlihat jelas kemunafikannya, maka ia masuk
ke dalam kategori orang kafir, sehingga ia tidak dapat saling waris-
mewarisi bersama kerabatnya yang muslim. Namun jika
kemunafikannya tidak terlihat secara zhahir, maka ia tetap dianggap
sebagai seorang muslim. Pendapat ini berseberangan dengan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah, yang berpendapat bahwa tidak ada penghalang
saling waris-mewarisi antara seorang muslim dengan seorang
36
munafik, karena seorang munafik dihukumi muslim secara zhahir. Ia
juga berpendapat bahwa seorang muslim dapat mewarisi harta dari
kerabatnya yang murtad dan kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang
tidak memerangi umat Islam dan agama Islam, dan hidup atau tinggal
di negeri kaum muslimin yang diikat dengan perjanjian untuk tunduk
dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di negeri tersebut.
2.3.7 Kelompok Ahli Waris
Terdapat empat kelompok ahli waris yang berhak menerima harta
warisan, yaitu :
1. Ashhabul Furudh.
Kelompok ahli waris yang pertama kali diberi bagian harta warisan.
Mereka adalah orang-orang yang telah ditentukan bagiannya dalam
Al-Qur’an, Hadits, dan ijma' secara tetap. Mereka berjumlah tujuh
orang, yaitu :
1. Ibu.
2. Saudara laki-laki seibu.
3. Saudara perempuan seibu.
4. Nenek dari ayah.
5. Nenek dari ibu.
6. Suami.
7. Istri.
37
2. Ashabah.
Kelompok ahli waris yang menerima sisa harta warisan setelah
dibagikan kepada ashhabul furudh. Bahkan, jika ternyata tidak ada
ashhabul furudh serta ahli waris lainnya, ia berhak mengambil
seluruh harta peninggalan yang ada. Begitu juga, jika harta waris
yang ada sudah habis dibagikan kepada ashhabul furudh, maka
merekapun tidak mendapat bagian. Mereka berjumlah dua belas, yaitu
sepuluh dari kerabat yang merupakan kerabat pewaris berdasarkan
silsilah keluarga dari garis laki-laki (nasab) dan dua lagi dari luar
kerabat, yaitu karena ia yang telah memerdekakan pewaris jika status
pewaris sebelumnya adalah sebagai budak dia. Sepuluh ashabah yang
merupakan kerabat laki-laki tersebut adalah:
1. Anak laki-laki.
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah.
3. Saudara laki-laki sekandung.
4. Saudara laki-laki seayah.
5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung.
6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah.
7. Paman sekandung.
8. Paman seayah.
9. Anak laki-laki dari paman sekandung.
10. Anak laki-laki dari paman seayah.
38
Sedangkan dua orang diluar kerabat adalah:
1. Laki-laki yang memerdekakan budak.
2. Perempuan yang memerdekakan budak.
Dari seluruh ashabah diatas, ada satu ashabah yang paling kuat, yaitu
anak laki-laki. Walau banyaknya ashhabul furudh yang merupakan
ahli waris, maka anak laki-laki ini pasti mendapatkan bagian warisan,
karena ia dapat menghalangi sejumlah ashhabul furudh dan ashabah
lainnya untuk mendapatkan bagian warisan.
3. Ashhabul Furudh atau Ashabah
Kelompok ahli waris yang pada kondisi tertentu bisa menjadi
ashhabul furudh atau bisa juga menjadi ashabah, hal itu tergantung
dengan kondisi yang menjadi syarat utamanya. Mereka adalah:
1. Anak perempuan.
2. Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dan seterusnya
kebawah.
3. Saudara perempuan sekandung.
4. Saudara perempuan seayah.
Mereka akan digolongkan kedalam kelompok ashhabul furudh,
selama tidak ada saudara laki-laki mereka. Namun jika ada saudara
laki-laki mereka, walaupun hanya berjumlah satu orang, maka mereka
digolongkan ke dalam kelompok ashabah.
4. Ashhabul Furudh dan Ashabah
Kelompok ahli waris yang pada kondisi tertentu bisa menjadi
ashhabul furudh, bisa juga menjadi ashabah, dan bisa juga sebagai
39
gabungan dari keduanya, yaitu sebagai ashhabul furudh dan ashabah
secara sekaligus dalam satu waktu, hal itu tergantung dengan kondisi
yang menjadi syarat utamanya. Mereka adalah:
1. Ayah.
2. Kakek (bapak dari ayah).
Hal ini terjadi karena semua ahli waris dari kelompok ashhabul
furudh yang ada sudah menerima bagiannya, namun masih ada harta
waris yang tersisa, sedangkan disana tidak ada ashabah yang lain,
maka sisanya diberikan kepada kelompok ini.