zulfaalpo.files.wordpress.com · web view2018-12-11 · berbagai definisi banyak mejelaskan...
TRANSCRIPT
ANALISIS SIFAT- SIFAT FISIK TANAH DI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh ;
Kelompok A/4
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
ANALISIS SIFAT- SIFAT FISIK TANAH PADA DAERAH TEKNIK
KABUPATEN JEMBER
LAPORAN PRAKTIKUM
diajukan guna melengkapi tugas praktikum dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Fisika Tanah
Oleh ;
Kelompok A/4
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
i
Aisyah Valentini Sonia. (171510301006)Putri Alifah Yuliani. (171510301016)Cindia Mawarni (171510301031)A. Ardio Pradana (171510301046)Nazilia Indana Zulfa (171510301050)Safri Romadhoni (171510301065)
i
BAB 1. PENDAHULUAN
Berbagai definisi banyak mejelaskan mengenai pengertian tanah serta sifat
sifat yang ada didalamnya. Definisi tanah sendiri memiliki pengertian media
tanam yang digunakan sebagai media tumbuh bagi tanaman yang tersusun atas
berbagai bahan padatan, air serta gas. Bahan induk tanah berasal dari batuan yang
sifatnya berbeda beda, bahan penyusun tanah sendiri bisa dibedakan atas berbagai
partikel bahan organik, air, jasad hidup dan gas yang terkandung didalam tanah.
Fungsi dari tanah mimiliki fungsi seperti penyediaan dan tempat penyimpanan air
bagi tanaman, selain itu fungsi lain dari tanah ialah sebagai media tanam tanaman
yang menyimpan berbagai unsur hara serta media atau tempat pertukaran unsur
hara dalam tanah dengan tanaman.
Berbagai jenis tanah yang diteliti pada praktikum kali ini ialah tanah
Alfisol, ultisol, inceptisol, dan entisol. Jenis tanah pada suatu wilayah bisa
berbeda dikarenakan perbedaan bahan induk pembentuk tanah tersebut dan
terdapat beberapa faktor lainnya yang mengakibatkan sifat fisik tanah berbeda
pada suatu wilayah yaitu, kondisi iklim, organisme, topografi dan waktu.
Waktu merupakan salah satu faktor yang dominan mempengaruhi,
dikarenakan selain bahan induk, topografi dan tingkatan organisme yang memiliki
sifat relefan. waktu lebih dominan utama dalam pembentukan bahan induk
menjadi batuan. Semakin baik tingkatan topografi, serta tingkatan organisme yang
ada didalamnya maka proses pembentukan bahan induk menjadi tanah menjadi
lebih singkat. Namun sesingkat singkatnya proses pembentukan batuan atau bahan
induk menjadi tanah, waktu yang diperlukan juga cukup lama. Dengan demikian
sifat sifat tanah perlu diteliti serta dipelajari untuk mengetahui dan mendalami
berbagai sifat tanah seperti tatacara pengambilan sampel tanah yang sesuai
ketetapan, mengetahui kadar lengas didalam tanah, tekstur tanah yang diteliti,
konduktivitas hidrolik dengan menggunakan permeater haue ganda, tingkat
stabilitas agregat, konsistensi tanah, tingkat kepadatan tanah serta mengukur suhu
tanah dengan menggunakan aat portabel soil thermal.
1
2
Tekstur tanah merupakan hal yang perlu diperhatian dalaam berbagai
proses didalam tanah, tekstur tanah sendiri memiliki definisi salah satu sifat fisik
tanah selain warna, struktur, kadar air dan bulk density. Tekstur Tanah sendiri
suatu perbandingan relatif antara beberapa fraksi debu, liat, dan pasir yang
dinyatakan dalam bentuk persen. Tekstur tanah sendiri memiliki hubugan yang
erat dengan tingkat kekerasan, permeabilitas, plastisitas, dan produktivitas tanah.
Untuk memahai perihal tersebut dilakukan di laboratorium yang pada saat
kegiatan harus mengikuti berbagai aturan serta SOP yang telah dijelaskan oleh
asisten laboratorium. Salah satu hal kecil yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
yang ada hubungannya drngan kegiatan di laboratorium adalah menggunakan jas
laboratorium untuk mencegah terjadinya hal hal yanh tidak diinginkan seperti
berbagai larutan berbahaya yang sewaktu waktu bisa tumpah mengenai pakaian
yang kita pakai.
1.2 Tujuan
1. Untuk memahami dan Mengetahui Tatacara pengambilan sampel atau
pengambilan contoh tanah.
2. Untuk Memahami dan mengetahui penetapan kadar lengas tanah,
3. Untuk Memahami dan mengetahui Energi potensial air ( pF)
4. Untuk Memahami dan Mengetahui pengukuran tekstur tanah,
5. Untuk Memahami dan mengetahui pengukuran konduktivitas hidroulik,
6. Untuk Memahami dan Mengetahui Tingkat Stabilitas pada tanah
7. Untuk Memahami dan Mengetahui Penetapan angka-angka attenberg atau
konsistensi tanah
8. Untuk Memahami dan Mengerahui tingkat kepadatan tanah pada suatu
wilayah
9. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengukuran infiltrasi
10. Untuk Mengetahui dan Memahami Proses pengukuran suhu tanah pada suatu
petak lahan
11. Untuk Mengetahui dan Memahami penetapan pori total tanah
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan
bahan organik. Tanah dalam pertanian juga merupakan tempat tumbuhnya
tanaman yang tersusun dari horizon-horizin yang terdiri dari bahan mineral dan
organik. Tanah terdiri dari banyak sifat yang sangat kompleks dan terdiri atas
komponen padatan yang dapat berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen
tanah jarang berada dalam keadaan seimbang, selalu mengikuti perubahan yang
dipengaruhi oleh suhu, udara, angin, dan matahari. Bidang pertanian menyebutkan
tanah sebagai media tumbuh tanaman. Media tanam yang baik harus tersedia air,
udara, unsur hara dan nutrisi yang cukup dibutuhkan oleh tanaman. Sifat tanah
yang paling penting untuk dipelajari adalah sifat fisik tanah untuk dapat menjadi
media tanam yang ideal bagi tanaman. Tahapan awal yang dapat dilakukan adalah
pengambilan contoh tanah untuk di analisis sifat-sifatnya. Pengambilan contoh
tanah dilapang terdiri dari tanah utuh, tanah agregat, dan tanah terusik. Prinsip
pengambilan contoh tanah dan analisis sifat-sifat fisik tanah harus dapat
mengimplementasikan keadaan sesungguhnya di lapang. Analisis yang paling
awal dilakukan dari pengambilan contoh tanah yaitu menentukan kadar lengas
(Suganda, 2006).
Kadar lengas tanah merupakan kandungan air yang terdapat dalam pori
tanah. Kandungan air yang sesuai dapat meningkatkan volume pori tanah,
sehingga dapat menciptakan struktur tanah yang baik. Tanah yang memiliki ruang
pori yang baik berdampak bagi pergerakan air dan udara masuk keluar tanah
secara bebas. Tanah dapat dikatakan baik apabila tanah memiliki kandungan air
yang cukup serta mengandung bahan-bahan organik. Ruang pori – pori tanah
terbentuk dari partikel tanah disebabkan oleh tekanan. Sedangkan konsistensi
tanah bergantung oleh stabilitas ukuran ruang tanah. Sirkulasi yang berlangsung
didalam tanah dipengaruhi oleh kerapatan porositas. Pertukaran oksigen dan
karbon dioksida didalam tanah dipengaruhi oleh faktor air dan udara didalam
satuan volume tanah. Pori – pori tanah yang mengandung air disebut juga dengan
kadar lengas tanah. Kebutuhan air pada setiap tanaman berbeda-beda tergantung
3
4
dari jenis tanaman. Kadar lengas tanah sangat penting untuk pertanian
sebagai pengaturan serapan unsur hara dan pernafasan akar- akar tanaman
( Suharto, 2013). Sifat kelekatan tanah dapat terjadi jika kadar air didalam tanah
rendah. Konsistensi basah pada air disekitar kapasasitas-lapangan digunakan
untuk menilai derajat kelekatan tanah terhadap benda-benda yang menempelinya.
Derajat keteguhan tanah digunakan untuk menilai konsistensi kelembaban tanah.
Konsistensi kering untuk menilai derajat kekerasan tanah. Kadar lengas berkaitan
erat dengan potensial air dalam tanah (Hanafiah, 2015).
Potensial air adalah energi dari air untuk bergerak dan menghasilkan
reaksi, atau yang disebut tingkat kemampuan molekul air untuk melakukan difusi.
Potensial air dikenal dengan pergerakan air dari potensial tinggi ke potensial
rendah. Nilai dari potensial air murni adalah nol, potensial air dalam suatu larutan
nilainnya kurang dari nol karena adanya substansi yang terlarut dalamnya.
Potensial air juga sangat dipengaruhi oleh tenakan-tekanan di sekitar dan dapat
berubah-ubah. Potensial air dapat pula terjadi didalam tanah yang dikaitkan
dengan sifat fisik tanah. Air tanah berhubungan dengan aspek-aspek yang sangat
beragam dari kandungan air tanah. Air dalam tanah dapat diukur dengan
menggunkan dua metode, yaitu pertama dengan pendekatan berdasarkan kondisi
kandungan air tanah. Kedua yaitu dengan mengukur keadaan energi tanah. Faktor-
faktor yang mempengaruhi energi potenisal air meliputi adsopsi air oleh partikel
tanah, elevansi air tanah pada lahan gravitasi bumi, tekanan yang dibuat (positif
dan negatif). Kegiatan pertanian diperlukan mengetahui ketersediaan air tanah
yang akan digunakan. Potensi sumberdaya air yang ada baik di permukaan yang
berupa sebaran maupun volume dan kedalamnnya haruslah mecukupi dan sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Energi potensial air pada suatu jenis tanah juga
mempengaruhi tekstur tanah (Lubis, 2007).
Tekstur tanah disefinisikan sebagai keadaan tingkat kehalusan tanah yang
terjadi karena terdapat perbandingan relatif antara 3 komposisinya yaitu fraksi
debu, fraksi pasir, dan fraksi lempung. Analisis tekstur didalamnnya fraksi bahan
organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan
hidrogen peroksida (H2O). Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan
5
kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam menetapkan
kelas tekstur tanah di lapangan. Teksur tanah juga sering disebut sebagai besar
butir tanah, termasuk salah satu sifat fisik tanah yang diidentifikasi. Tekstur tanah
ditetapkan karena berhubungan erat dengan pergerakan air serta zat terlarut,
udara, berat volume tanah, luas permukaan spesifik, pergerakan panas,
kemudahan tanah memadat, dan lain-lain (Hillel, 1982).
Hasil pengukuran tekstur tanah terdapat beberapa sistem pengelompokan
fraksi ukuran butir tanah, maka diperlukan klasifikasi dalam penyajian
analisisnnya. Perbandingan tiga fraksi dari setiap tanah dikelompokkan dalam
berbagai kelas tekstur pada segitiga tekstur. Jenis Salah satu kelas tekstur tanah
adalah lempung yang letaknya di sekitar pertengahan segitiga tekstur. Lempung
mempunyai komposisi yang imbang antara fraksi kasar dan fraksi halus, dan
lempung sering dianggap sebagai tekstur yang optimal untuk pertanian. Anggapan
ini karena kapasitas jerap harannya lebih baik dari pasir, sementara drainase dan
aerasinnya lebih baik dari liat. Pendapat ini tidak berlaku pada beberapa jenis
lingkungan dan tanaman tertentu. Penentuan tekstur suatu contoh tanah secara
kuantitatif dilakukan melalui proses analisis mekanis. Proses ini terdiri atas
pendispersian agregat tanah menjadi butir-butir tunggal dan kemudian diikuti
dengan sedimentasi (LPT,1979).
Gambar 2. Segitiga Tekstur
6
Tekstur tanah dapat dianalisis dengan prinsip proses dispersi dan
sedimentasi. Dispersi butir-butir tanah biasanya lengket satu sama lain dalam
suatu angregat tanah. Partikel tanah perlu dipisahkan dengan membuang zat
perekatnnya menggunakan zat anti flokulasi. Zat perekat yang umum dalam tanah
adala bahan organik, kalsium karbonat dan oksida besi. Bahn organik biasannya
di hancurkan menggunakan hidrogen peroksida. Kalsium karbonat di hancurkan
dengan asam klorida. Zat anti flokulasi yang banyak digunakan yaitu sodium hexa
meta fosfat. Proses dispersi kimia di lanjudkan dengan proses dispersi secara fisik,
misalnnya pengocokan dan pengadukan. Dispersi dilanjudkan dengan sedimentasi
untuk memisahkan partikel yang berukuran berbeda. Analisis lanjutan dari tekstur
tanah yaitu konduktifitas hidraulik (Jury, 1991).
Konduktivitas hidrolik adalah salah satu sifat fisik tanah yang mejelaskan
tentang kemampuan tanah untuk meloloskan air. Bidang pertanian meliputi aspek
penting berkaitan dengan gerakan air dalam tanah. Kemampuan tanah untuk
melewatkan air mempengaruhi beberapa proses penting seperti masuknnya air
kedalam tanah, pergerakan air ke zona perakaran, drainase, aliran permukaan, dan
evaporasi. Tingkat konduktivitas hidrolik sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah,
konduktivitas hidrolik juga dibagi menjadi dua yaitu dalam keadaan jenuh dan
dalam keadaan tidak jenuh yang biasa disebut permeabilitas tanah. Permeabilitas
merupakan salah satu sifat lapisan tanah yang sangat berpengaruh terhadap
kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang bersifat permeable (berpermeabilitas
tinggi) relatif kurang peka terhadap erosi dibandingkan dengan tanah yang
permeabilitasnya rendah. Penetapan konduktivitas hidrolik dalam keadaan jenuh
(permeabilitas tanah) dapat dilakukan di lapangan maupun di laboratorium (Klute
dan Dirksen, 1986).
Prinsip secara kuantitatif permeabilitas tanah sebagai kecepatan
bergeraknnya cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh. Permeabilitas
tanah diartikan oleh hukum Darcy satu dimensi yaitu aliran secara vertikal. Ruang
pori dan sifat cairan yang mengalir didalamnnya mempengaruhi aliran tersebut.
Permeabilitas rendah dan tinggi sangat di tentukan oleh ukuran pori dan adannya
hubungan antar pori-pori. Air dalam tanah dapat mengalir dengan mudah pada
7
pori-pori besar dan hubungan antar pori yang bagus, begitu pula sebaiknnya.
Tanah-tanah yang pori-porinya besar, permeabilitasnya mendekati nol (hampir
tidak ada aliran), yaitu jika pori-pori tersebut terisolasi (tidak ada hubungan)
sesamanya. Permeabilitas dalam sifat fisika mempengaruhi stabilitas agregat suatu
jenis tanah (Sys, 1985; Keersebilck dan Soeprapto dalam Prasetyo et al., 2004).
Agregat tanah adalah sekelompok partikel primer tanah yang mengikat
bersama satu sama lain membentuk patikel sekunder (agregat). Stabilitas agregat
mengacu pada kemampuan agregat tanah untuk bertahan terhadap disintegrasi
ketika ada gaya-gaya “penghancur” seperti pengolahan tanah dan air hujan atau
erosi angin. Sedangkan, Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat
tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air.
Kemantapan tergantung pada ketahanan tanah melawan daya dispersi air dan
kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor faktor yang berpengaruh dalam
kemantapan agregat antara lain: bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan
ukuran agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung
pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan
antar koloid-partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir
(gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas
mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi (Septiawan, 1987).
Penetapan kemantapan agregat tanah pertama di kembangkan oleh Yoder
(1936) dengan menggunakan saringan. Pertama menggunakan satu set ayakan
yang di gerakkan naik turun di dalam senuah kontainer yang berisi air. Set ayakan
dengan diameter yang berbeda-beda digunakan untuk tanah yang tertahan pada
masing-masing ayakan setelah dilakukan pengayakan selanjudnnya di keringkan
dan di timbang. Kemantapan agregat di ukur melalui perhitungan berat diameter
rata-rata. Cara Yoder di sempurnakan lagi dengan melakukan pengayakan kering
sebelum pengayakan basah untuk mendekati kondisi lapang. Penyimpulan
kemantapan agregat tanah dapat ditentukan menggunakan satu ukuran ayakan,
hasilnyapun lebih erat korelasinya dengan fenomena-fenomena penting di
lapangan. Cara ini selain lebih mudah karena tidak memerlukan perhitungan yang
8
rumit, juga relatif murah dalam hal investasi alatnya. Stabilitas agregat
juga menentukan berat suatu jenis tanah yang kemudian di tentukan dengan
angka.
Ukuran berat suatu tanah bukan saja berhubungan dengan kemudahan
tanah diolah, namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah, infiltrasi,
dan perkolasi. Standart angka dipakai Untuk menghindari faktor subyektif dalam
mengklasifikasikan ukuran berat tanah. Tanah mempunyai sifat mutu yang
berbeda dalam mengolah tanah, Dibutuhkan suatu metode untuk menentukan
apakah suatu tanah baik untuk pertanian. Metode untuk menentukan tindakan
pengolahan tanah adalah dengan menetapkan standar angka, yaitu metode
penetapan Angka Atterberg (Drucker et al., 1957).
Plastisitas adalah kemampuan butir-butir tanah halus untuk mengalami
perubahan bentuk tanpa terjadi perubahan volume atau pecah. Tidak semua jenis
tanah mempunyai sifat plastis. Tanah yang didominasi oleh mineral pasir kuarsa
dan pasir lainnya tidak mempunyai sifat plastis walaupun ukuran partikelnya
halus dan berapapun banyaknya air ditambahkan. Tanah mengandung sedikit liat
dikatakan agak plastis, sedangkan tanah banyak mengandung liat disebut sangat
plastis. Perbedaan plastisitas ditentukan oleh keadaan fisik tanah melalui
perubahan kadar air. Batas antara perbedaan kondisi plastis berdasarkan kadar air
tersebut disebut batas konsistensi atau batas atterberg. Jadi, konsistensi tanah
diartikan sebagai kondisi fisik dari butiran halus tanah pada kondisi kadar air
tertentu. Pada awal abad 19, seorang ahli tanah asal Swedia, yaitu atterberg
melakukan pengujian guna menentukan konsistensi butir-butir tanah halus, dan
digolongkan ke dalam empat kondisi, yaitu padat, semiplastis, plastis, dan cair.
Atterberg juga mengelompokkan sifat kondisi tanah yang dipengaruhi oleh kadar
air ke menjadi tiga kategori yaitu batas cair, batas plastis, dan batas mengkerut.
Indeks yang berubah-ubah ini telah disepakati untuk mendefinisikan plastisitas
tanah, yaitu batas cair (Bc), batas plastis (Bp), dan indeks plastisitas (IP). Batas ini
menyatakan secara kuantitatif pengaruh perbedaan kadar air terhadap konsistensi
dari butiran tanah halus (Desai, 1980).
9
Kepadatan tanah merupakan sebuah proses naiknya kerapatan tanah
dengan memperkecil jarak antar partikel sehingga terjadi reduksi volume udara :
tidak terjadi perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah tersebut.
Tingkat pemadatan diukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan.
Pemadatan tanah diukur melalui nilai berat volume keringnnya. Berat tanah kering
tidak berubah karena kenaikan kadar air sepanjang volume total tetap. Pada saat
kadar air lebih besar dari kadar air tertentu, kenaikan kadar air justru mengurangi
berat volume keringnya. Hal ini disebabkan karena air mengisi rongga pori yang
sebelumnya diisi oleh butiran padat. Ada hubungan antara kadar air dan berat
volume kering tanah padat. Dimana pada berbagai jenis tanah , terdapat satu nilai
kadar air optimum tertentu untuk mencapai berat volume kering maksimum
(Martini, 2009).
Kepadatan tanah berhubungan erat dengan proses masuknnya air kedalam
tanah arau yang di sebut denga istilah infiltrasi. Infitrasi secara kusus
didefinisikan sebagai aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah itu
sendiri. Di dalam tanah, air mengalir ke arah pinggir, sebagai aliran perantara
menuju mata air, danau, dan sungai atau secara vertikal yang dikenal dengan
penyaringan menuju air tanah. Aliran permukaan hanya dapat diatur dengan
memperbesar kemampuan tanah menyimpan air, utamanya dapat ditempuh
melalui perbaikan atau peningkatan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi
merupakan laju maksimum air yang dapat masuk ke dalam tanah pada suatu saat.
Ada beberapa macam infiltrometer yang dapat digunakan untuk menetapkan laju
infiltrasi, yaitu: (1) ring infiltrometer (single atau double/concentric-ring
infiltrometer); (2) wells, auger hole permeameter;(3) pressure infiltrometer; (4)
closed-top permeameter; (5) crust test; (6)tension and disc infiltrometer; (7)
driper; dan (8) rainfall (Clothier, 2001).
Suhu merupakan derajat panas atau dingin berdasarkan skala tertentu.
Suhu merupakan salah satu sifat tanah yang sanagt penting dan dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme yang ada di dalamnya juga.
Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat digolongkan
untuk mengetahui sifat-sifat panas dari suatu sistem. Suhu tanah juga
10
mempengaruhi dan menentukan sifat fisik pada dalam tanah, serta suhu tanah
dapat mengetahui pertukaran energi pada massa dengan atmosfer termasuk pada
kegiatan evaporasi dan aerasi. Suhu salah satu faktor yang menentukan porositas
tanah (Budhyastoro, dkk, 2006).
Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga –rongga pori
terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam
persen dan disebut porositas. Apabila bagian rongga –rongga di dalam batuan
berhubungan, sehingga dengan demikian porositas efektif biasanya lebih kecil
daripada rongga pori –pori total yang biasanya berkisar dari 10 sampai 15 persen
dikenal dengan istilah porositas efektif. Porositas suatu batuan sangat penting
dalam eksplorasi dan eksploitasi baik dalam bidang perminyakan maupun
dalam bidang air tanah. Hal ini karena porositas merupakan variabel utama untuk
menentukan besarnya cadangan fluida yang terdapat dalam suatu massa batuan.
Porositas batupasir dihasilkan dari sekumpulan proses-proses geologi yang
berpengaruh terhadap proses sedimentasi. Proses-proses ini dapat dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu proses pada saat pengendapan dan proses setelah
pengendapan. Kontrol pada saat pengendapan menyangkut tekstur batupasir
(ukuran butir dan sortasi). Proses setelah pengendapan yang berpengaruh
terhadap porositas diakibatkan oleh pengaruh fisika dan kimia, yang merupakan
fungsi dari temperatur, tekanan efektif dan waktu. Tanah berkaitan erat dengan
laju infiltrasi (Saputra, 2018).
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum fisika tanah dilaksanakan setiap hari Senin mulai dari tanggal
24 September 2018 - 29 Oktober 2018 yang bertempat di Laboratorium
Konservasi Tanah (Laboratorium Fisika Tanah) dan Fakultas Teknik Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat dan Bahan Acara 1 (Pengambilan Contoh Tanah)
NO Alat Bahan
1. Ring sample yang dilengkapi
dengan sepasang tutup plastik.Hamparan tanah, baik sawah,
perkebunan, tegalan2. Sekop dan pisau
3. Plastik kantong untuk tempat
sample
3.2.2 Alat dan Bahan Aara 2 (Penetapan Kadar Lengas Tanah)
NO Alat Bahan
1. Botol timbang atau aluminium
foilSample tanah
2. Oven
3. Timbangan analitis
4. Eksikator
3.2.3 Alat dan Bahan Acara 3 (Energi Potensial Air (pF))
NO Alat Bahan
1. Bak air Sample tanah terusik
2. Timbangan analitis
3. Kassa dan karet
4. Sandbox
5. Oven
11
6. Ring sample
3.2.4 Alat dan Bahan Acara 4 (Tekstur Tanah)
NO Alat Bahan
1. Timbangan (0,01g dan 0,1mg) Sample tanah kering udara
2. Set alat pipet tekstur Hidrogen peroksida (H2O2) 30%
3. Beaker glass 600ml Natrium pyrophosphat (Na2PO4O7)
0,2 N
4. Ayakan 0,05mm
5. Spatel karet atau batang gelas
6. Oven
7. Hotplate/pemanas
8. Cawan aluminium
9. Botol semprot
3.2.5 Alat dan Bahan Acara 5 (Konsuktivitas Hidraulik (Ks))
NO Alat Bahan
1. Permeameter haube ganda
Sample tanah dalam ring sample
2. Bak perendam sample
3. Kain penahan tanah (10x10 cm)
4. Timbangan ketelitian 0,01g
5. Stopwatch
6. Beaker glass 600ml
3.2.6 Alat dan Bahan Acara 6 (Stabilitas Agregat)
NO Alat Bahan
1. Ayakan kering dengan diameter
19,00mm, 9,50mm, 4,75mm,
2mm, dan 0mm
Sample tanah agregat atau bongkah2. Dry sieving
3. Ayakan basah dengan diameter
2mm, 1mm, 0,5mm, 0,25mm,
dan 0,25mm
4. Nampan
3.2.7. Alat dan Bahan Acara 7 (Penetapan Angka-Angka Attenberg)
NO Alat Bahan
Batas Cair Tanah (BC)
1. Casagrande
Sample tanahkering angin diameter
<5mm
2. Cawan penguap
3. Timbangan analitik
4. Colet
5. Botol timbang
6. Botol semprot
7. Kertas grafik semilog
Batas Gulung Tanah (BG)
1. Lempeng kaca seluas telapak
tangan
Pasta tanah sisa BL atau BG
2. Botol timbang
3. Oven
4. Timbangan analitik
5. Botol semprot
6. Eksikator
Batas Lekat Tanah (BL)
1. Colet
Pasta tanah sisa acara batas cair
tanah (BC)
2. Botol timbang
3. Botol semprot
4. Timbangan analitik
5. Oven
6. Eksikator
Batas Berubah Warna (BBW)
1. Papan kayu permukaan rata
Sisa pasta tanah acara BC atau BL
2. Colet
3. Botol timbang
4. Timbangan analitik
5. Oven
6. Eksikator
3.2.8 Alat dan Bahan Acara 8 (Kepadatan Tanah)
NO Alat Bahan
1. Hand penetrometer Hamparan tanah, baik sawah,
perkebunan, tegalan
3.2.9 Alat dan Bahan Acara 9 (Pengukuran Infiltrasi)
NO Alat Bahan
1. Double ring infiltrometer
Hamparan tanah, baik sawah,
perkebunan, tegalan
2. Balok kayu dan palu untuk
membenamkan ring ke dalam
tanah
3. Stopwatch (alat pengukur waktu
lainnya)
4. Timba, ember atau drum,
gayung, gelas ukur, penggaris
atau meteran
3.2.10 Alat dan Bahan Acara 10 (Suhu Tanah)
NO Alat Bahan
1. Termometer suhu tanah Hamparan tanah, baik sawah,
tegalan, perkebunan
3.2.11. Alat dan Bahan Acara 11 (Penetapan Pori Total Tanah)
NO Alat Bahan
1. Ring sampel
Contoh tanah utuh dalam ring
sampel
2. Timbangan analitis
3. Oven
4. Eksikator
3.3 Metode Acara Praktikum
NO Acara Metode
1. Pengambilan Contoh Tanah Ring sampel
2. Penetapan Kadar Lengas Tanah Gravimetri
3. Energi Potensial Air (pF) Sandbox
4. Tekstur Tanah Pipet dengan pipet tekstur apparatus
5. Konduktivitas Hidraulik (Ks) Permeameter haube ganda
6. Stabilitas Agregat Ayakan kering dan ayakan basah
7. Penetapan Angka-Angka
Attenberg
Cassagrande
8. Kepadatan Tanah Penetrometer
9. Pengukuran Infiltrasi Infiltrometer
10. Suhu Tanah Termometer dengan termometer
suhu tanah
11. Penetapan Pori Total Tanah Ring sampel
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengambilan Contoh Tanah
a) Koordinat
- Garis bujur : -8°9’47,07407” = Lintang Utara (LU)
113°43’15,02321” = Lintang Selatan (LS)
b) Vegetasi : Vegetasi yang terdapat pada pengambilan contoh tanah utuh dari
terusik yaitu pohon jati.
4.1.2 Penetapan Kadar Lengas Tanah
Sampel a b c % Ka
1./Teknik 0,56 5,56 5,6 5,485 %
2./Wirowongso 0,70 5,64 4,78 21,07 %
3./
Sucopangepok
0,48 5,46 4,38 10,6 %
4./Teknik 0,63 5,62 4,8 19,6 %
4.1.3 Energi Potensial Air (pF)
Sampel
Kassa
+
Karet
WA WB WE WF θpF 0 θpF 1
1./Teknik 1,65 262,64 225,15 219,98 95,11 43,39 35,77
2./Wirowongso 1,56 246,61 249,7 228,78 94,04 35,63 20,8
3./Sucopangepok 1,46 258,05 274,7 226,48 96,36 23,047 15,485
4./Teknik 1,56 263,59 254,78 198,92 95,59 65,73 56,805
16
4.1.4 Tekstur Tanah
Sampel
A B C
Berat
Pasir
Cawan
+
Pasir
Berat
A
Berat
Cawan
Cawan
+
Pipet 2
Pipet
2
Berat
B
Berat
Cawan
Cawan
+
Pipet 1
1./Teknik 4,7300 9,1801 4,4501 4,8479 4,8956 0,0477 2,385 4,8676 4,9616
2./Wirowongso 4,4521 8,1440 3,6919 5,2710 5,2944 0,0234 1,17 5,3387 5,4172
3./Sucopangepok 4,7989 5,7394 0,9405 5,0118 5,0845 0,0727 3,635 4,7418 4,8650
4./Teknik 4,7905 8,9681 4,1776 4,2773 4,7616 0,0343 1,7150 5,4131 5,4876
Sampel
CBerat
Debu
%
Pasir% Debu
%
LempungTekstur
Pipet 1Berat
C
1./Teknik 0,094 4,7 2,315 48,6344 25,3003 26,0653 Sandy Clay Loam
2./Wirowongso 0,0785 3,925 2,755 48,47 26,17 15,36 Loam
3./Sucopangepok 0,1232 6,16 2,525 13,24 35,56 51,19 Clay
4./Teknik 0,0745 3,725 2,01 52,86 25,43 21,70 Sandy Clay Loam
4.1.5 Konduktivitas Hidraulik (KS)
Sampel V T ∆ H l F Ks
1./Teknik 8,92 1020 21 5 19,625 0,00010591
2./Wirowongso 18,37 900 21,5 5 19,625 0,000241
3./Sucopangepok 130,29 2280 4 5 19,625 3,63975
4./Teknik 12,57 1560 30 5 19,625 0,00006843
4.1.6 Stabilitas Agregat
Tabel Hasil Ayakan Kering dan Basah
Ayakan X W
Kering
3,1 cm
2,4 cm
1,95 cm
0,8 cm
41,998%
21,972%
12,378%
23,656%
Basah
1,5 cm
0,75 cm
0,375 cm
0,1875 cm
30,79%
26,12%
15,07%
28,02%
Tabel Stabilitas
Sampel
DMR
(Kering
)
DMR
(Basah)
Indeks
StabilitasKelas
1./ Teknik 0,316 0,1055 475,06 Sangat Stabil Sekali
2./ Wirowongso 0,4848 0,277 480,77 Sangat Stabil Sekali
3./ Sucopangepok 1,206 0,594 61,2 Agak Stabil
4./ Teknik 0,375 0,1087 375,5 Sangat Stabil Sekali
4.1.7 Konsistensi Tanah
Tabel BC
Sampel KetukanLog
Ketukan% KL Log BC Regresi BC
Ulangan 1 20 1,3010299957 44,565% 2,5781465383 43,2253854523
Ulangan 2 24 1,3802112417 40,319% 2,5442433102 43,2253854523
Ulangan 3 30 1,4771212547 44,288% 2,5967457381 43,2253854523
Ulangan 4 37 1,5682017241 44,29% 2,6077958924 43,2253854523
Persamaan Regresi
Log Ketukan (X)Kadar Lengas
(y)Xy X2
Log 20 = 1,3010299953
Log 24 = 1,3802112417
Log 30 = 1,4771212547
Log 37 = 1,5682017241
44,565%
40,319%
44,288%
44,291%
57,9804017584
55,6487370541
65,4187461282
67,457222564
1,6926790497
1,9049830717
2,1818872011
2,4592566475
∑(x) = 5,726542162 ∑(y)= 173,463% ∑(xy) =
248,5051075028
∑( X 2) =
8,23890597
Tabel BC
Sampel KL 1 KL 2 μ KL/BL
4./Teknik 44,762% 39,068% 41,915%
Tabel BG
Sampel KL 1 KL 2 KL 3 BG
4./ Teknik 34,066% 34,667% 33,333% 34,022%
Tabel BBW
Sampel KL 1 KL 2 BBW
4./ Teknik 10,377% 17,319% 13,884%
Tabel Konsistensi
Sampel BC BL BG BBW
1./Teknik 43,48092728 42,633% 34,0799% 14,1205%
2./Wirowongso 40,208 35,825% 32,020% 9,609%
3./Sucopangepok 53,45687204 49,911% 49,505% 13,410%
4./Teknik 43,2253854523 41,915% 34,022% 12,884%
Sampel J0 IP S PAM
1./Teknik 8,534 % 9,4092728 -0,84792728 29,36042728
2./Wirowongso 3,805 % 8,18 -37,123 30,599
3./Sucopangepok 1,406 % 4,95187204 -3,54587204 40,04607204
4./Teknik 7,893 % 9,2033854523 -1,3103854523 293813854523
18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 383839404142434445
44.565
40.319
44.28844.291
Grafik Batas Cair (BC)
% KL
JUMLAH KETUKAN
% K
L
4.1.8 Kepadatan Tanah
1. Teknik 2,5 kg /cm2
2. Sucopangepok 3,5 kg /cm2
3. Wirowongso 3,5 kg /cm2
4.1.9 Pengukuran Infiltrasi
Tabel 1. Pengukuran Infiltrasi Teknik
t
(Menit)Kedalaman
Infiltrasi
K (l)
Laju
Infiltrasi
(i)
Log l (Y) Log i (X)
0 10 5,8 1,6 0,763427993 0,204119982
5 4,2 4,2 4,2 0,62324929 0,62324929
10 0 0 0 0 0
Grafik 1. Teknik
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.70
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
f(x) = 0.801483005888355 x + 0.241184957337998R² = 0.392702958183182
Teknik
TeknikLinear (Teknik)Linear (Teknik)
Log Laju Inflasi (i)
Log
infla
si Ko
mul
atif (
I)
Tabel 2. Pengukuran infiltrasi Sucopangepok
t
(Menit)
Kedalama
n
Infiltrasi
K (l)
Laju
Infiltrasi
(i)
Log l (Y) Log i (X)
0 10 4 3 0,602059991 0,477121255
5 6 1 0,5 0 -0,301029996
10 5 0,5 0 -0,301029996 ~
15 4,5 0,5 0 -0,301029996 ~
20 4 0,5 0 -0,301029996 ~
25 3,5 0,5 0,1 -0,301029996 -1
30 3 0,4 0,1 -0,397940009 -1
35 2,6 0,3 -0,2 -0,522878745 ~
40 2,3 0,5 0,2 -0,301029996 -0,698970004
45 1,8 0,3 -0,3 0,522878745 ~
50 1,5 0,6 -0,3 -0,22184875 ~
55 0,9 0,9 0,9 -0,045757491 -0,04575491
60 0 0 0 ~ -
Grafik 2. Sucopangepok
-1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
f(x) = 0.296412215361702 x − 0.142539889944439R² = 0.193258339387342
Sucopangepok
SucopangepokLinear (Sucopangepok)
Log Laju Infiltrasi (i)
Log
Infil
tras
i Kom
ulati
f (I)
Tabel 3. Pengukuran Infiltrasi Wirowongso
t
(waktu
)
KedalamanInfiltrasi
K (l)
Laju
Infiltrasi
(i)
Log l (Y) Log i (X)
0 10 5,6 5,5 0,812913357 0,740362689
5 3,5 1 0,3 0 -0,522878745
10 2,5 0,7 -0,7 -0,15490196 0
15 1,8 1,4 1 0,146128036 0
20 0,4 0,4 0,4 -0,397940009 -0,397940009
25 0 0 0 ~ ~
Grafik 3. Wirowongso
-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
f(x) = 0.792662119642084 x + 0.0915400183698274R² = 0.731478093683792
Wirowongso
WirowongsoLinear (Wirowongso)
Log Laju Infiltrasi (i)
Log
Infil
tras
i Kom
ulati
f (I)
4.1.10 Suhu Tanah
1. Teknik 15 ℃2. Sucopangepok 15,57 ℃3. Wirowongso 16,67 ℃
4.1.1 Penetapan Pori Total Tanah
Tabel 1. Berat Jenis Volume (BV)
Sampel A B C Vol.Ring BV
1./ Teknik 99,75 266,27 224,62 98,125 1,27
2./ Wirowonngso 103,36 260,39 235,10 98,125 1,37
3./ Sucopangepok 101,02 231,14 194,67 98,125 0,95
4./ Teknik 100,14 238 203,47 98,125 1,05
Tabel 2. Berat Jenis Partikel/Particle Density (BJP)
Sampel A B C D E BJP/BV
1./Teknik 34,79 32,36 55,09 50,69 31,94 2,6
2./Wirowongso 25,02 34,96 55,69 50,66 32,87 2,78
3./
Sucopangepok
18,39 28,38 50,97 45,30 27,32 2,73
4./Teknik 17,63 32,46 46,48 42,39 29,553 1,512
Tabel 3. Ruang Pori Total Tanah (Porositas Total tanah)
Sampel Porositas
1./ Teknik 51 %
2./Wirowongso 52 %
3./Sucopangepok 66 %
4./Teknik 30,6 %
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengambilan Contoh Tanah
Sifat fisik tanah yang diukur dan dianalisa yaitu tekstur dan struktur
tanahnya antara lain adalah kadar lengas tanah, berat jenis volume (bulk density),
berat jenis partikel porositas tanah (particle density), konsistensi, energi potensial
air (pf), konduktivitas hidraulik (ks), konsistensi, stabilitas agregat, infiltrasi,
kepadatan tanah, dan suhu tanah. Untuk kebutuhan analisa, jumlah sampel tanah
yang diambil sebanyak 4 (empat) sampel di 4(empat) lokasi yang masing-
masingnya diambil 1 (satu) kali ulang.
Berdasarkan praktikum pengambilan contoh tanah di Fakultas Teknik
Universitas Jember dapat diketahui dimana letak titik koordinat pengambilan
sampel tanah dan vegetasi yang terdapat di atas tanah. Hasil pengamatan
menunjukkan letak titik koordinat pada garis bujur -8°9’47,07407”LU dan
113°43’15,02321”LS dengan vegetasi pohon jati. Pengambilan sampel di bagi
menjadi 3 yaitu tanah utuh/tidak terusik (tanah yang diambil menggunakan ring
sampel), tanah biasa/terusik (tanah galian biasa yg hancur), dan tanah agregat utuh
(Bongkahan tanah). Sampel-sampel tanah tersebut kemudian diamati tekstur dan
struktur tanah yang ada di dalam sampel tersebut.
4.2.2 Penetapan Kadar Lengas Tanah
Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian dan atau seluruh ruang pori
tanah dan teradsorpsi pada permukaan zarah tanah. Lengas berperan sangat
penting dalam proses genesa tanah, kelangsungan hidup tanaman dan jasad renik
tanah serta siklus hara. Setiap reaksi kimia dan fisika yang terjadi di dalam tanah
hampir selalu melibatkan air sebagai media pelarut garam-garam mineral,
senyawa asam dan basa serta ion-ion dan gugus-gugus organik maupun anorganik
(Rahayu dkk., 2015).
Berdasarkan hasil pengamatan penetapan kadar lengas dapat diketahui
hasil ke-4 sampel tersebut berbeda-beda. Kolom (a) merupakan hasil
penimbangan Alumunium foil sebagai wadah tanah. Kolom (b) merupakan hasil
penimbangan alumunium foil dan sampel tanah sebelum di oven dengan suhu
(100-105°C). Kolom (c) merupakan hasil penimbangan alumunium foil dan tanah
setelah di oven dan dimasukkan dalam eksikator. Hasil sampel 1./Teknik sebelum
di oven yaitu 5,56, sampel 2./Wirowongso yaitu 5,64, sampel 3./Sucopangepok
5,46, dan sampel 4./Teknik 5,62. Hasil sampel 1./Teknik setelah di oven dan
kemudian di letakkan dalam eksikator yaitu 5,6, sampel 2./Wirowongso 4,78,
sampel 3./Sucopangepok 4,38, dan sampel 4./Teknik 4,8. Berdasarkan hasil
pengamatakan kadar air sebelum di oven dan setelah di oven kemudian
melakukan perhitungan untuk mengetahui perbandingan % kadar air setiap
daerah.
Pada masing-masing contoh tanah mempunyai kadar lengas yang berbeda-
beda, Menurut Bintara, dkk., (2017) menyatakan bahwa hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain tekstur tanah, struktur tanah, bahan organik, jenis
koloid, macam kation yang diserap dan fraksi-fraksi penyusun tanah. Perbedaan
kadar lengas tersebut dipengaruhi oleh lempung tanah. Lempung tanah biasanya
banyak mengandung kadar lengas karena pegorekan udara dan air sangat lambat
dan molekul-molekul dalam lempung letaknya sangat erat. Selain itu kadar lengas
dipengaruhi oleh bahan penutup tanah, semakin banyak bahan penutup tanah
semakin tinggi kadar lengasnya.
Dari uraian diatas, kita dapat mengetahui manfaat daripada mengetahui
kadar maupun tegangan lengas, yaitu untuk mengetahui kesuburan tanah. Hal ini
dikarenakan air menjadi salah satu dari faktor penentu kesuburan tanah. Selain itu,
kadar lengas ini sangat bermanfaat dalam perencanaan dan persiapan irigasi tanah,
dengan kata lain sangat penting mengetahui kadar lengas dalam proses
pengolahan tanah.
Menurut Nita, dkk., (2014) menyatakan bahwa sifat-sifat tanah yang
dipengaruhi oleh kadar lengas adalah aerasi, drainase, struktur tanah, hidrologi,
pengolahan tanah, dan suhu tanah. Manfaat dari kadar lengasnya sendiri adalah
untuk pengolahan lahan, penentuan kisaran air bagi tanaman, untuk penentuan
jenis pupuk, untuk kelangsungan jasad hidup tanaman dan jasad renik, dan untuk
proses genesa tanah dan siklus hara, untuk mendinginkan tubuh tanaman dan
tanah. Kadar lengas tanah dapat mempengaruhi beberapa sifat tanah, antara lain:
plastisitas, kembang dan kerut tanah, konsistensi tanah, kepadatan tanah dan
aerasi tanah. Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adesi antara partikel-
partikel tanah, sehingga berpengaruh pada ketahanan massa tanah terhadap
perubahan-perubahan bentuk oleh tekanan atau kekuatan lain. Sedangkan
kepadatan tanah adalah berat padatan suatu objek, dibagi dengan volume padatan.
Lalu aerasi, aerasi tanah adalah kondisi udara didalam tanah.
Jumlah air bagi tanaman dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu air
tersediayang merupakan selisih antara kadar air pada kapasitas lapangan dengan
kadar air titik layu permanen. Kapasitas lapangan yang berarti jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Titik layu
permanen berarti kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak
mampu menyerap air dari tanah sehingga tanaman menjadi layu (foth, 1998).
4.2.3 Energi Potensial Air (pF)
Berdasarkan tabel di atas, nilai θpF 0 dari sampel tanah di Teknik oleh
kelompok 1 memiliki nilai 43,39. Wirowongso oleh kelompok 2 memiliki nilai
35,63, Sucopangepok oleh kelompok 3 memiliki nilai 23,047, dan Teknik oleh
kelompok 4 memiliki nilai 65,73. Nilai θpF 1 pada masing-masing kelompok dan
lokasi juga memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai θpF 1 di Fakultas Teknik
(kelompok 1) yaitu 35,77, Wirowongso (kelompok 2) yaitu 20,8, Sucopangepok
(kelompok 3) yaitu 15,485, dan Fakultas Teknik (kelompok 4) yaitu 56,805.
Keempat data tersebut menunjukkan bahwa yang memiliki nilai θpF 0 tertinggi
adalah pada sampel tanah Fakultas Teknik (kelompok 4) yang bernilai 65,73 dan
yang paling rendah adalah sampel tanah yang diambil pada daerah Sucopangepok
yang bernilai 23,047. Nilai θpF 1 yang tertinggi adalah pada sampel tanah yang
diambil di Fakultas Teknik (kelompok 4) dengan nilai 56,805 dan yang terendah
adalah sampel tanah yang diambil di Sucopangepok yang bernilai 15,485.
Tanah memiliki kemampuan dalam menyimpan air. Kemampuan tanah
dalam menyimpan air ini dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah atau pori tanah
tersebut. Ukuran butiran tanah ini dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur tanah
yaitu pasir, debu dan clay. Tekstur tanah ini sangat berpengaruh terhadap energi
potensial air (pF) karena setiap tekstur tanah memiliki pori yang berbeda (Rinaldi
dkk., 2017)
Sampel tanah yang diambil di Fakultas Teknik (kelompok 4) memiliki
nilai pF 0 dan pF 1 yang tinggi karena memiliki tekstur sandy clay loam,
sedangkan nilai pF 0 dan pF 1 pada tanah yang diambil pada daerah
Sucopangepok memiliki tekstur clay. Tekstur sandy clay loam lebih baik dalam
mengikat air dan energi potensial karena memiliki luas permukaan yang maksimal
dalam mengikat air dan unsur hara. Hal ini disebabkan karena teksturnya yang liat
dan kasar.
4.1.4 Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjuk pada suatu keadaan kasar halusnya tanah, yang
berhubungan dengan bagian nisbi jarah-jarah berbagai ukuran. Tekstur tanah
merupakan perbandingan relatip (dalam persen) fraksi-fraksi pasir, debu dan liat
atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil yang berdiameter
kurang dari 2 mm. Komposisi ketiga bahan penyusun tanah ini akan menentukan
sifat-sifat fisika, fisika-kjmia dan kimia tanah (Sitinjak, dkk., 2017)
Tekstur tanah menunjuk pada suatu keadaan kasar halusnya tanah, yang
berhubungan dengan bagian nisbi jarah-jarah berbagai ukuran. Dari hasil analisis
tanah berdasarkan perbandingan liat, pasir dan debu di 4 areal pengambilan
sampel memiliki testur tanah yang berbeda beda. Tanah di wirowongso memiliki
kandungan pasir 48,47%, kandungan debu 36,17% dan kandungan lempung
15,36%. Sehingga teksur tanah di wirowongso tersebut yaitu liat. Menurut
Harahap, dkk., (2014) menyatakan bahwa Tanah dengan tekstur liat memiliki
kemampuan yang besar dalam memegangi mengikat air dan meemiliki
karakteristik mengkerut bila kering dan bila basah akan membentuk pasta. Sifat
ini akan mempengaruhi kekerasan tanah tersebut dan hasil pengolahan tanah.
Lebih lanjut nengernukakan bahwa terdapatnya kandungan liat yang cukup tinggi,
tanah akan menjadi berat dan sukar diolah karena sifat fisik liat jika kering
membentuk bongkah atau gumpalan sangat keras dan jika basah akan cukup
plastis dan lekat. Sehingga pada keadaan basah nilai kelengketan pada alat atau
bajak maupun roda traktor akan semakin tinggi. Keadaan seperti ini akan
mempengaruhi tingkat penyebaran ukuran butiran tanah dari hasil pengolahan
tanah dan tanah yang mengandung liat cukup tinggi dapat merangsang terjadinya
slip dan pemadatan tanah dan untuk pengolahannya me~nbutuhkan energi yang
cukup tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami bahwa tanah di depan
fakultas teknik memilik tekstur tanah sandy clay loam, yang memiliki kandungan
pasir 52,86%. Debu 25,43% dan lempung 21,70%. Tanah dengan tekstur liat
mempunyai jumlah pori mikro yang besar dan pori rnakro yang relatif sedikit.
Pori mikro merupakan tempat tersimpannya air tanah, sedangkan pori makro
merupakan tempat tersimpannya udara dalam tanah. Dengan demikian pada tanah
berliat, aerasi tanah kurang baik karena tanah mengikat air terlalu banyak,
sehingga tidak ada lagi tempat untuk udara. Keadaan seperti ini tidak sesuai
dengan pertumbuhan tanaman. Tanaman akan kekurangan oksigen untuk
pernafasannya, sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu.
4.2.5 Konduktivitas Hidraulik (KS)
Berdasarkan tabel hasil perhitungan Ks, diperoleh nilai Ks yang berbeda
pada setiap tempat pengambilan contoh tanah. Nilai Ks di Fakultas Teknik
(kelompok 1) yaitu 0,00010591; Wirowongso (kelompok 2) yaitu 0,000241;
Sucopangepok (kelompok 3) yaitu 3,63975; dan Fakultas Teknik (kelompok 4)
yaitu 0,00006843. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel tanah
Sucopangepok memiliki nilai Ks tertinggi dan sampel tanah Fakultas Teknik
(kelompok 4) memiliki nilai Ks terendah.
Konduktivitas hidroulik (Ks) adalah kemampuan tanah dalam
menghantarkan atau mengalirkan air. Ks sangat dipengaruhi oleh ukuran pori
tanah. Air dapat dengan mudah mengalir ketika tanah memiliki pori yang besar
dan antar pori berikatan dengan baik. Ks sangat pentin untuk diketahui karena Ks
berperan penting dalam penentuan limpasan air, infiltrasi, dan perkolasi.
Berdasarkan tabel hasil Ks, nilai tertinggi yaitu terdapat pada tanah sucopangepok
yang bertekstur clay, yang ukuran partikelnya kecil. Semakin kecil ukuran
partikel, maka semakin luas permukaannya (Rosyidah dkk., 2013). Hal inilah
yang menyebabkan nilai Ks pada sampel tanah di Sucopangepok bernilai besar.
Sampel pada tanah di Wirowongso yang bertekstur loam memiliki nilai yang juga
cukup kecil karena memiliki tekstur pasir yang lebih dominan. Sampel tanah pada
Fakultas Teknik (kelompok 1 dan 4) yang sama-sama memiliki tekstur sandy clay
loam memiliki nilai Ks yang rendah karena juga didominasi oleh tekstur pasir
yang ukuran partikelnya besar namun luas permukaannya kecil
4.2.6 Stabilitas Agregat
Berdasrkan hasil pengamatan praktikum acara stabilitas agregat dapat diketahui
bahwa hasil pengayakan kering berbeda dengan pengayakan basah, karena
pengayakan kering menggunakan agregat utuh yang kemudian diayak melalui
ayakan ukuran 19,00 mm, 9,50 mm, 4,75 mm, 2,00 mm dan 0 mm. Tanah yang
diperoleh dari pengayakan kering akan digunakan pada pengayakan basah. Proses
pengayakan basah dilakukan dengan menimbang 100 gr tanah ayakan kering
dengan syarat tidak boleh lebih kecil dari 2,00 mm dan menggunakan ayakan
basah/ayakan yang direndam dalam air. Setelah pengayakan kemudian melakukan
perhitungan dan diketahui indeks stabilitas pada sampel 1./teknik yaitu 475,06
(Sangat stabil sekali); 2./ Wirowongso 480,77 (Sangat stabil sekali);
3./Sucopangepok 61,2 (Agak stabil) dan 4./ Teknik 375,5 (Sangat stabil sekali).
Tanah yang memiliki agregat kurang stabil maka agregatnya apabila terkena
gangguan akan mudah hancur. Kestabilan agregat tanah dapat dipengaruhi oleh
bahan organik tanah sebagai pengikat semen yang dapat memantabkan agregat
(Pujawan dkk, 2016).
Berdasarkan pengamatan sebelumnya tekstur tanah pada keempat sampel
tersebut yaitu 1./ teknik: Sandy clay loam (Lempung liat berpasir),
2./Wirowongso: Loam (Lempung), 3./ Sucopangepok: Clay (Liat) dan 4./ Teknik:
Sandy clay loam (Lempung liat berpasir). Berdasarkan hasil pengayakan tersebut
dapat dihubungkan dengan teksur tanahnya, tanah yang lolos pada pengayakan
0,002 mm dapat dikatakan memiliki tekstur liat, dan tanah yang tidak lolos dalam
pengayakan 2,00 mm disebut pasir kasar. Kemantapan agregat selain kandungan
bahan organik tanah juga dapat dipengaruhi oleh tekstur tanah/fraksi klei (Utomo
dkk, 2015).
4.2.7 Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah dipandang sebagai kombinasi sifat yang dipengaruhi
oleh kekuatan mengikat antara butir-butir tanah (Fuad, dkk., 2017). Pengamatan
pada konsistensi tanah meliputi pengamatan terhadap kadar air batas plastis, kadar
air batas lekat, kadar air batas cair, jangka olah tanah, dan Indeks Plastisitas (IP)
tanah. Indeks plastisitas tanah merupakan angka Atterberg yaitu selisih antara
batas plastis dan batas cair, serta jangka olah tanah merupakan selisih antara batas
plastis dan batas lekat. Konsistensi dalam pertanian dapat digunakan sebagai
parameter mudah-tidaknya tanah untuk diolah. Hasil pengamatan terhadap
parameter konsistensi tanah tersaji dalam tabel 4.1.7.
Hasil pengamatan batas cair, batas lekat, dan batas plastis yang dilakukan
terhadap sampel tanah terusik, diperoleh nilai batas cair, batas lekat, dan batas
plastis yang beragam. Hasil dari pengamatan menunjukan bahwa, pengambilan
sampel di teknik memiliki nilai batas lengket tanah sebesar 41,915%, batas gulung
tanah 34,022%, batas berubah warna tanah 13,884%. Menurut Margolang, dkk.,
(2015) Menyatakan bahwa klei menunjukkan plastisitas dan kohesifitas tanah.
Dengan adanya kohesi ini maka bagian-bagian penyusun tanah akan saling
berikatan dan melekat satu sama lain. Kandungan klei dan bahan organik tanah
menurun dengan bertambahnya kedalaman pada semua penggunaan lahan,
sehingga jangka olah dan indeks plastisitas tanah pada kedalaman 0-20 cm lebih
tinggi dibandingkan kedalaman 20-40 cm. Secara umum tingginya kandungan
bahan organik didalam tanah akan meningkatkan batas cair tanah, karena bahan
organik tanah memantapkan struktur agregat tanah sehingga kapasitas menahan
air bertambah.
4.2.8 Kepadatan Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan kepadatan tanah dapat diketahui hasil
kepadatan tanah pada setiap daerah yang berbeda-beda. Kepadatan tanah wilayah
Teknik dapat diketahui 2,5 kg /cm2, wilayah Sucopangepok 3,5 kg /cm2, dan
wilayah Wirowongso 3,5 kg /cm2. Hasil pengukuran kepadatan tanah dapat
diketahui dengan menggunakan alat Hand Penetrometer. Hasil ketiga sampel
tersebut dapat di katakan stabil apabila penggunaan alat dilakukan secara
berulang-ulang.
Berdasalkan hasil dari praktikum kelompok kami di sucopangepok,
memiliki kepadatan tanah sebesar 3,5 kg /cm2 hal ini di pengaruhi karena di
beberapa tempat memiliki tekstur, maupun kadar air yang berbeda beda. Hal ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman itu sendiri. Menurut Rahmawati,
(2013) yang menyatakan bahwa tingkat kepadatan tanah berpengaruh nyata
menurunkan pertumbuhan tinggi tanaman, nisbah pucuk akar, diameter batang,
pertumbuhan berat kering total, dan kedalaman penetrasi akar pada tanaman
Acacia mangium dan Parasianthes falcataria. Respons pertumbuhan tanaman
yang paling peka terhadap tingkat kepadatan tanah adalah kedalaman penetrasi
akar, sedangkan respons pertumbuhan tanaman yang kurang peka terhadap tingkat
kepadatan tanah adalah diameter batang tanaman. Pemadatan tanah memberikan
hambatan mekanik bagi pertumbuhan tanaman sehingga dapat mengurangi
perkecambahan, mencegah sistem perakaran yang menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat dan mengurangi hasil tanaman.
Pada kadar air yang rendah, sebagian besar tanah kaku dan sukar untuk
dipadatkan. Penambahan kadar air pada tanah menjadikan tanah lebih mudah
dipadatkan, sehingga dihasilkan bobot isi lebih tinggi, namun apabila kadar air
tanah terlalu tinggi, bobot isi tanah menjadi berkurang sejalan dengan
bertambahnya kadar air, dimana air mengisi ruang pori, sehingga volume tanah
bertambah (Muhdi, 2016). Menurut penelitian Simarmata, dkk., (2017)
bertambahnya kadar air maka bobot isi tanah semakin besar dan koefisien
permeabilitas tanah semakin kecil. Hal ini dikarenakan tanah semakin padat,
sehingga tanah semakin sulit meloloskan air tetapi apabila kadar air tanah sudah
mulai jenuh, maka tanah semakin sulit dipadatkan dan mudah meloloskan air.
Bobot isi tanah semakin meningkat akibat penambahan kadar air, maka kadar air
pada berbagai pF semakin menurun dan tidak mengalami kenaikan kembali
setelah bobot isi maksimal. daya mengikat air pada tanah dengan pemadatan lebih
kecil dibandingkan daya mengikat air pada tanah tanpa pemadatan, karena
pemadatan menurunkan pori makro dan pori total sehingga ruang untuk
memegang air lebih kecil
4.2.9 Pengukuran Infiltrasi
Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah
melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi
vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari permukaan tanah. Infiltrasi tanah meliputi
infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi kumulatif
adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada suatu periode infiltrasi. Laju
infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah dalam waktu tertentu.
Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum air meresap ke
dalam tanah (Budianto, dkk., 2014).
Hasil dari pengamatan praktikum bahwa laju infiltrasi tanh di
sucopangepok yaitu 3cm/1menit, 0,5cm/5menit, wirowongso 5,5/1menit,
0,3/5menit, teknik 1,6cm/1menit, 4,2/5memit. Hasil yang di peroleh laju infiltrasi
tanah berbeda beda, Menurut Hardjowigeno, (2007) menyatakan bahwa laju
infiltrasi di pengaruhi oleh Ukuran pori dan kemantapan tanh, semakin besar dan
mantap pori tersebut maka daya infiltrasi akan semakin besar. Tanah-tanah pasir
mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan
banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan.
Tanah-tanah liat mempunyai pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih
tinggi daripada tanah pasir. Tanah remah memberikan kapasitas infiltrasi akan
lebih besar daripada tanah liat. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai
kapasitas lebih kecil dibandingkan tanah dalam keadaan kering. Tanah pasir
memiliki pori drainase yang baik sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak dapat
mengikat air tersebut.
Kapasitas laju infiltrasi tanah di depan fakultas teknik memiliki laju
infiltrasi yaitu 1,6cm/menit dan 4,2/5menit. Hal ini disebabkan oleh kemantapan
agregat sistem satu strata lebih rendah (kurang stabil), sehingga menyebabkan
pori-pori tersumbat. Sudarmanto, dkk., (2014) Menyatakan bahwa penyumbatan
oleh bahan-bahan halus juga ikut mempengaruhi besarnya kapasitas infiltrasi.
Selain itu, pada lahan hutan terdapat akar-akar serabut yang berperan dalam
membentuk pori-pori sehingga memudahkan air masuk ke dalam tanah.
Hasil dari pengamatan bahwa laju infiltrasi di setiap tempat memiliki
penurunan laju infiltrasi di setiap menitnya, Menurut Isnaini, dkk., (2013) Laju
infiltrasi tanah tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan
menurun dengan bertambahnya waktu. Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke
dalam tanah mengisi kekurangan kadar air tanah. Setelah kadar air tanah
mencapai kadar air kapasitas lapang, maka kelebihan air akan mengalir ke bawah
menjadi cadangan air tanah.
Hasil dari pengamatan praktikum bahwa laju infiltrasi tanah di
sucopangepok yaitu 3cm/1menit, 0,5cm/5menit, wirowongso 5,5cm/1menit,
0,3/5menit, teknik 1,6cm/1menit, 4,2/5memit. Hasil yang di peroleh laju infiltrasi
tanah berbeda beda, hal ini juga dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, jenis liat,
tutupan tajuk vegetasi, tindakan pengolahan tanah dan laju penyediaan air. Secara
langsung, laju infiltrasi dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan.
Kapasitas infiltrasi ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah. Unsur struktur
tanah yang terpenting adalah ukuran, jumlah dan distribusi pori, serta kemantapan
agregat (Arsyad, 2016).
Laju infiltrasi tanah di wirowongso 5,5/1menit, 0,3/5menit, di wirowongso
memiliki laju infiltrasi tertinggi. Tingginya laju infiltrasi pada penggunaan lahan
wirowongso dipengaruhi oleh jumlah pori drainase. Selain itu, vegetasi hutan dan
kontinuitas biopori tanah yang terbentuk secara alami juga berpengaruh besar
terhadap tingginya infiltrasi tanah. Tanaman membentuk saluran air di dalam
tanah melalui sisa-sisa akar yang membusuk sehingga air meresap lebih mudah
(Hardjowigeno, 2007)
4.2.10 Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena
dapatdigunakan untuk menggolongkan sifat-sifat panas dari suatu sistem. Selain
itu,suhu tanah merupakan faktor penting dalam menentukan proses-proses
fisikayang terjadi di dalam tanah, serta pertukaran energy dan massa dengan
atmosfer,termasuk proses evaporasi dan aerasi. Suhu tanah juga mempengaruhi
proses biologi seperti perkecambahan biji, pertumbuhan benih dan perkembangan
nya, perkembangan akar, maupun aktivitas mikroba didalam tanah (Karamina
dkk., 2017)
Berdasarkan hasil pengamatan suhu tanah di dapatkan Hasil sebesar
1./Teknik yaitu 15°C , 2./Wirowongso 16,67°C, dan 3./Sucopangepok 15,57°C.
Dari hasil pengamatan tersebut, suhu tanah disamping berpengaruh langsung pada
pertumbuhan juga berdampak pada pelapukan batuan secara fisik dalam tanah.
Selanjutnya. Menurut Hanafiah dan Ali, (2013) Menyatakan bahwa terdapat dua
factor yang mempengaruhi suhu tanah baik langsung maupun tidak langsung,
seperti jumlah bersih panas yang diabrorbsi tanah dan energi panas yang
diperlukan untuk perubahan seperti evaporasi yang terjadi di dekat permukaan.
Suhu permukaan tanah merupakan parameter kunci keseimbangan energy pada
permukaan dan suhu permukaan tanah sering diperlukan dalam model-model
perhitungan evapotranspirasi, kelembaban udara dan neraca energi.
4.2.11 Penetapan Pori Total Tanah
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah
(terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro
pore) dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air
yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan
udara (Surya, dkk., 2017). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang
ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan
diantara partikel pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah.
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara. Menurut
Hardjowigeno (2007), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik,
struktur, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika bahan organik tinggi.
Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular mempunyai porositas yang lebih
tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur pejal.
Berdasarkan hasil pengamatan penetapan dari berat jenis volume (BV)
dapat diketahui hasil ke-4 sampel tersebut berbeda-beda. Hasil berat jenis volume
di setiap sampel yaitu 1./Teknik yaitu 1,27, sampel 2./Wirowongso yaitu 1,37,
sampel 3./Sucopangepok 0,95, dan sampel 4./Teknik 1,05, Berdasarkan Berat
jenis partikel (BJP) Hasil sampel 1./Teknik yaitu 2,6, sampel 2./Wirowongso 2,78,
sampel 3./Sucopangepok 2,73, dan sampel 4./Teknik 1,512. dari hasil tersebut di
dapatkan nilai bv yang berbeda beda. Besaran isi tanah dapat bervariasi dari waktu
ke waktu atau dari lapisan ke lapisan sesuai dengan perubahan ruang pori atau
struktur tanah. Keragaman itu menunjukkan derajat kepadatan tanah, karena tanah
dengan ruang pori berkurang dan berat tanah setiap satuan bertambah
menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah. Tanah dengan bobot yang besar akan
sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman, sebaliknya tanah dengan
bobot isi rendah, akar tanaman lebih mudah berkembang (Hardjowigeno 2007).
Berdasarkanhasil pengamatan ruang pori total tanah di dapatka Hasil
sampel 1./Teknik yaitu 51%, sampel 2./Wirowongso 52%, sampel
3./Sucopangepok 66%, dan sampel 4./Teknik 30,6%. Dari hasil pengamatan
tersebut di dapatkan hasil yang berbeda beda. Menurut Setiawa, dkk., (2017)
ruang pori total tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan
tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur,
kandungan air tanah, dan lain-lain. Pengolahan tanah yang sangat intensif akan
menaikkan BV. Hal ini disebabkan pengolahan tanah yang intensif akan menekan
ruang pori menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang tidak pernah
diolah
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengambilan sampel tanah di fakultas Teknik diambil menggunakan metode
ring sampel, tanah terusik dan tanah agregat
2. Kadar lengas pada setiap kelompok akan berbeda – beda, salah satunya pada
fakultas teknik dengan nialai sebelum dioven sebesar 4,38 dan berat setelah
dioven 4,8. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah,
bahan organik dll.
3. Energi potensial nilai θpF 0 yang diperoleh didaerah teknik dengan nilai
sebesar 65,73, nilai tersebut merupakan nilai θpF 0 tertinggi. Nilai θpF 1 pada
setiap kelompok menunjukkan nilai yang berbeda pula. Nilai θpF 1 yang
diperoleh pada fakultas teknik yaitu 56,805 hal tersebut menunjukkan bahwa
sampel tanah yang diambil dari fakultas teknik memiliki tekstur sandy clay
loam, karena tekstur tersebut dapat mengikat air serta unsur hara.
4. Pada pengamatan yang telah dilakukan bahwa sampel tanah yang diambil dari
fakultas teknik memiliki tekstur sandy clay loam dengan kandungan debu
yang dimiliki 25, 43%, pasir 52,86% dan lempung 21, 70%.
5. Hasil perhitugan Ks yang telah kita lakukan dengan sampel tanah dari fakultas
teknik mendapatkan nilai sebesar 0,00006843, dengan nilai yang diperoleh
pada fakultas teknik (kelompok 4) mendapatkan nilai Ks paling rendah. Nilai
tekstur pada kelompok 1 dan kelompok 4 yang diperoleh dari fakultas teknik
sehingga nilai yang diperoleh sama- sama mendapatkan nilai Ks yang rendah
dengan didominas oleh tekstur pasir yang memiliki ukuran partikel yang besar
namun luas permukaannya kecil.
6. Pada saat pengujian stabilitas agregat dapat diketahui bahwa pada pengujian
ayakan basah dan ayakan kering akan berbeda. pengayakan dilakukan dengan
menggunakan ukuran yang berbeda – beda, mulai dari 19,00 mm, 4,75mm,
2,00 mm, dan 0 mm. Tanah yang diperoleh dari ayakan kering digunakan
kembali pada ayakan basah, dengan cara menimbang 100gr tanah. dari
pengujian tersebut kelompok kami mendapatkan nilai sebesar 375,5 dengan
38
39
7. harkat sangat stabil sekali. Tanah yang memiliki harkat stabil karena tanah
tersebut dapat dipengaruhi oleh bahan organik tanah.
8. Hasil pegamatan kelompok 4 paada acara konsistenis dengan nilai batas lekat
sebesar 41,915%, batas gulung 34, 022%, batas warna tanah 13, 884%.
Kandungan klay dan bahan organik tanah akan naik turun, hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh bertambahnya kedalaaman lahan pada setiap penggunaan
lahan, secara umum tingginya bahan organik dapat meningkatkan batas cair
karena organik tanah dapat memantapkan struktur tanag sehingga kapasitas
menahan air akan bertambah
9. Hasil pengukuran kepadatan tanah dapat diukur menggunakan alat Hand
Penetrometer dengan mendapatkan nilai sebesar 2,5kg/cm2. Tingakat
kepadatan tanah dapat berpengaruh nyata untuk menurunkan pertumbuhan
tinggi tanamaan.
10. Laju infiltrasi pada tanah depan teknik memiliki laju infiltrasi sebesar 1,6cm/
menit dan 4,25cm/menit. Hal tersebut disebabkan oleh kemantapan agregat
sistem satu strata lebih rendah(kurang stabil)m sehingga akan berakibat pada
pori – pori akan tersumbat.
11. Suhu tanah yang ada didepan fakultas teksnik sebesar 15°C. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi suhu tanah baik secara langsung maupun tidak
langsung yaitu jumlah bersih panas yang diabrorbsi tanah dan energi panas
yang diperlukan untuk perubahan seperti evaporasi yang terjadi di
dekat permukaan.
12. Hasil porositas tanah pada daerah teknik yaitu 51%, jika dibandingkan dengan
daerah sucupangepok daerah teknik termasuk memiliki nilai lebih rendah hal
tersebut disebabkan oleh pengolahan tanah, pemadatan oleh alat-alat
pertanian, tekstur tanah, struktur tanah, dll.
38
40
5.2 Saran
1. pada laboratorium kesuburan tanah, sebaiknya sebelum melakukan adanya
praktikum alat dicek terlebih dahulu sehingga pada saat digunakan alat
tersebut dapat digunakan sebaik mungkin dan juga alat yang ada
dilaboratorium kurang sehingga dalam penggunaannya harus bergantian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. Panduan Analisis Fisika tanah. LPT Bogor.
Budhyastoro. T., S. H. Tala’ohu, R. L. Watung. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Bogor. Depsrtemen pertanian.
Clothier, B., and D. Scotter. 2002. Unsaturated water transmission parameters obtained from infiltration. p. 879-898. In Method of Soil Analysis Part 4-Physical Method. In Dane and Topp (Eds.). Soil Sccience Society of America, Inc. Madison, Wisconsin, USA.
Desai, C. S. 1980. A general basis for yield, failure and potential functions in plasticity. Int. J. Num. Anal. Meth. Geom. 4: 361–375.
Drucker, D. C, R. E. Gibson, and D. J. Henkel. 1957. Soil mechanics and work hardening theories of plasticity. Trans. ASCE. 122: 338–346.
Foth DH. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta(ID):Terjemahaan GadjahMada University Press.
Fuad, M., K., A. Jambak, Dwi Putro T., B., dan Enni D., W. 2017. Characteristics of Soil Physic on Soil Conservation Tillage System (Case Study Of Cikabayan Research Farm, Bogor). Buletin Tanah dan Lahan, HAL : 44-50.
Hanafiah dan K. Ali. 2013. Dasar-dasar IlmuTanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hanifah, A.K. 2014. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Harahap, E., Nur A., Ahmad A. Menentukan Tekstur Tanah Dengan MetodePerasaan Di LahanPolitani. Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2 HAL:13-15.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Rhysics. Academic Press., Inc. SanDiego, California.
Isnaini, R., Sumono, Ainun, R. 2013. Study of Soil Infiltration Rate in Some Type of Lands at Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. J.Rekayasa Pangan dan Pert, 1(2): 20-29.
Juliana E., S. Abdul R., Benny H. 2017. (Study of Soil Physical Characteristics on Oil Palm Platation (Elaeis guineensis Jacq.) Adolina Garden PTPN IV in
Several Generation Planting). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Desember 2017 Vol. 22 (3): ISSN 0853-4217 EISSN 2443-3462.
Jury, W. A., W. R. Gardner, and W. H. Gradner. 1991. Soil Physics. 5Ed.John Wiley and Sans. Inc., New York.
Karamina, H. W., Fikrinda ∙ A.T., Murti. Influence of soil temperature and soil moisture on soil ph in crystalvariety guava (Psidium guajava l.) plantation in Bumiaji, Batu City. Kultivasi. 16.
Klute, A., and Dirksen. 1986. Hidraulic conductivity and diffusivity: Laboratory method. p. 687-732. In Klute, A. (Ed.). Methods of Soil Analysis Part I. Physical and Mineralogical Methods. Second Edition.
LPT (Lembaga Penelitian Tanah). 1979. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Lembaga Penelitian Tanah, Bogor.
Lubis, K.S., 2007. Aplikasi Potenisal Air Tanah: USU Repository.
Margolang, R., D. Jamilah, Mariani S. 2015. The Characteristis of Some of The Physical, Chemical, and Biological Properties of Soil in Organic Farming Systems. Jurnal Online Agroekoteaknologi. 3(2): 717 – 723.
Martini. 2009. Pengaruh Tingkat Kepadatan Tanah Terhadap Daya Dukung Tanah. Jurnal SMARTek. 7(2): 69-81.
Muhdi. 2016. Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu Dengan Traktor Catterpillar D7g Di Areal Hutan Produksi Pt Inhutani Ii, Kalimantan Utara. Pertanian Tropik 3(1): 17-24.
Nita, I., Endang L., Zaenal K. 2014. Kajian Lengas Tersedia Pada Toposekuen Lereng Utara G. Kawi Kabupaten Malang Jawa Timur. Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1(2): 53-6.
Pranciska Trisnawati Handayani Budianto, P., T., H., Ruslan W., Bambang S. 2014. InfiltrationRate Difference ofIndustrial Plantation Forest Land Pine,Teak and Mahogany. Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 1(1).
Prasetyo, B. H., J. S. Adiningsih, K. Subagyono, dan R.D.M. Simanungkalit. 2004. Mineralogi, fisika dan mineralogi lahan sawah. hlm. 29-83 dalam Tanah Sawah dan Teknologi Penelolaannya. Puslibang Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.
Pujiawam, Made., Afandi., H. Novpriansyah., dan K. E. S. Manik. 2016. Kemantapan Agregat Tanah Pada Lahan Produksi Rendah dan Tinggi di PT Great Giant Pineapple. Agrotek Tropiks. 4(1): 111-115.
Rinaldi, A., R.A Fajar, dan L.E Widodo. 2017. Karakteristik Derajat Kejenuhan Tanah Berdasarkan Pendekatan Logaritma Potensial Kapiler (pF). Semnas IPTEK, 1(1): 1-11.
Rosyidah, E, dan R. Wirosoedarmo. 2013. Pengaruh Sifat Fisik Tanah pada Konduktivitas Hidroulik Jenuh di Lima Penggunaan Lahan (Studi Kasus di Kelurahan Sumbersari Malang). Agritech, 33(3): 340-345.
Septiawan, G.W. 1987. Pengaruh pemberian soil conditioner terhadap kemantapan agregat tanah, difusivitas dan hantaran hidrolik tidak jenuh pada tanah labil lapisan atas dari daerah pagelaran, Cianjur Selatan, Jawa Barat. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sitinjak, N,. Purba M., Razali. 2017. Identification of Nutrient Status, Texture and Production of Terraced Paddy Field onFluvaquents, Eutropept and Hapludult. Agroekoteknologi FP 5(3): 513- 520.
Sudarmanto, A., Buchori, I., Sudarno. 2014. Perbandingan Infiltrasi Lahan Terhadap Karakteristik Fisik Tanah, Kondisi Penutupan Tanah Dan Kondisi Tegakan Pohon Pada Berbagai Jenis Pemanfaatan Lahan. Jurnal Geografi, 11(1): 1-13.
Suharto, E., 2013. Kapasitas Simpanan Air Tanah pada Sistem Tata Guna Lahan LPP Tahura Raja Lelo Bengkulu, 8(1): 44-49.
Surya, A., J., Yulia N., Widianto. 2017. Kajian Porositas Tanah Pada Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organik Di Perkebunan Kopi Robusta. Tanah Dan Sumberdaya Lahan. 4(1): 463-471.
Sys., C. 1985. Evaluation of the Physical Environment for Rice Cultivation. In Soil Physics and Rice. International Rice Research Institute. Los Banos, Laguna. Philipines.
Utomo. Satya Budi., Y. Nuraini., dan Widianto. 2015. Kajian Pemantapan Agregat Tanah Pada Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organik di Perkebunan Kopi Robusta. Tanah dan sumber daya lahan. 2(1): 111-117.
Yoder, R. E. 1936. Direct method aggregate analysis of soils and a study of the physical nature of erosion losses. Jour. Amer. Soc.Agron, 28: 337-351.