9 771978 478399 -...

76
ISSN 1978-4783 9 771978 478399 Foto: Internet

Upload: others

Post on 12-Aug-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

ISSN 1978-4783

9 771978 478399

Foto

: Int

erne

t

Page 2: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

SUSUNAN REDAKSI Penasehat/ Pembina

Prof. Dr. E. S. Margianti, SE. MM.

Prof. Suryadi Harmanto, S.Si. MMSI Drs. Agus Sumin, MMSI

Penanggung Jawab

Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc.

Editor Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, M. Sc. (Manajemen Pemasaran)

Dr. Eri Prasetyo SSi. MMSi. (Teknologi Informasi) Dr. Ing. Mohamad Yamin (Teknik Mesin)

Prof. Dr. Busono Soewirdjo (Teknik Elektro) Dr. rer. Pol. Sudaryanto (Tek. Industri)

Dr. Imam Subaweh, Ak. MM. (Akuntansi) Prof. Dr. Ir Budi Hermana, MM (Tekno Sosial)

Dr. Rita Sutjiati (Sastra Inggris) Dr. Iman Murtono Soenhadji (Manajemen)

Dr. Yuhilza Hanum, S. Si. M. Sc. (Sistem Informasi) Dr. M.M. Nilam Widyarini, M. Si. (Psikologi)

Dr. Raziq Hasan, S.T., MT. (Arsitektur) Dr. Haryono Putro (Sipil)

Sekretaris Redaksi

Dr. Tri Wahyu Retno Ningsih Ida Ayu Ari Angreni, ST. MMT

Keuangan

Dr.Anacostia Kowanda

Distribusi Dr. Rino Rinaldo

Muhammad Daniel Rivai

Page 3: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL

Page 4: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

DAFTAR ISI UG JURNAL VOL 12 NO 07 TAHUN 2018

ANALISIS PENEMPATAN KERJA KARYAWAN BARU DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN PADA DIAN GYPSUM

Diana Angriani, Widyatmini 1

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO)

Herlina Indriyani Siringo Ringo Fani Yulia Rosyada 13 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD RIMBA KAMPER John E. H. J. FoEh, Ajeng Sherly Pramestiti 28

PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK WARDAH

Lailita Siami, Nenik Diah Hartanti 37

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PT. SMR UTAMA TBK DENGAN METODE EVA (ECONOMIC VALUE ADDED) TAHUN 2012-2016

Monica Putri Wigustira, Afrila Eki Pradita 51

BEHAVIOR CHANGES IN THE MAIN CHARACTER OF THE OLD MAN AND THE SEA NOVEL BY ERNEST HEMMINGWAY THAT WERE INFLUENCED BY SETTING Dian Wulandari, Dita Puspita Rani 60

Page 5: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

1 UG JURNAL VOL.12 NO.06

ANALISIS PENEMPATAN KERJA KARYAWAN BARU DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN PADA DIAN GYPSUM

Diana Angriani, Widyatmini

[email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis waktu yang dibutuhkan dalam memproduksi gypsum pada Dian Gyspum tanpa metode penugasan dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum pada Dian Gypsum sudah diminimalkan atau belum. Dari Hasil dan Kesimpulannya adalah waktu yang dibutuhkan selama memproduksi gypsum pada Dian Gyspum adalah 839 menit sedangkan dengan menggunakan metode penugasan waktu yang dibutuhkan adalah 721 menit jadi terdapat perbedaan waktu 118 menit. Dari hasil analisis menggunakan metode penugasan, Haris mendapatkan dummy (Digantikan oleh karyawan baru karena waktunya tidak minimum), Amir ditugaskan pada pengeringan dengan waktu 347 menit, Akmal ditugaskan pada pelapisan dengan waktu 124 menit, Parjan ditugaskan pada pencetakan dengan waktu 90 menit dan Udin ditugaskan pada Pembuat Bahan dengan Waktu 160 menit. Jadi waktu yang dibutuhkan dalam memproduksi gypsum pada Dian Gypsum sudah diminimalkan apabila menggunakan metode penugasan. Kata Kunci : Dummy , Efisiensi, Metode Penugasan, Minimisasi PENDAHULUAN

Didalam hal ini sering menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan alokasi optimal dari berbagai macam sumber daya yang merupakan suatu kasus khusus dari masalah linier. Salah satu teknik pemecahan masalah penugasan yang tersedia adalah Metode Hungarian.

Kasus penugasan lebih mudah dipahami dengan mengandaikannya sebagai sejumlah pekerjaan (sumber) yang akan didistribusikan ke sejumlah pekerja (tujuan). Masing-masing pekerja dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan tetapi dengan bobot (waktu, upah, dll) yang berbeda-beda. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana mendistribusikan pekerjaan sehingga total bobotnya minimum (Jong Jek Siang, 2014:239).

Untuk menjalankan pekerjaan sehari-hari,setiap manusia tidak akan terlepas dari adanya penugasan. Dalam masalah penugasan,sejumlah tugas dapat didelegasikan kepada sejumlah penerimaan tugas dalam basis satu-satu. Jadi pada masalah penugasan ini diasumsikan bahwa bahwa jumlah karyawan dan jumlah pekerjaan yang terlibat, data lain yang biasa diperlukan adalah besar kerugian yang ditimbulkan atau besar keuntungan yang didapatkan setiap karyawan dalam setiap menyelesaikan pekerjaan berdasarkan jumlah hari penyelesaian.

METODE PENELITIAN

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data

Page 6: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 2

Sekunder. Data Sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Variabel yang digunakan adalah variabel keputusan. Data yang didapatkan peneliti dalam penelitian ilmiah ini berupa data kuantitatif, yaitu suatu karakteristik dari suatu variabel yang dinyakan dalam bentuk numerik.

Variabel keputusan dalam penelitian ilmiah ini berupa tugas atau pekerjaan yang diberikan kepada karyawan dan waktu memproduksi gypsum di Dian Gypsum. Untuk karyawan produksi di Dian Gypsum 4 karyawan di bagian produksi tetapi ada

1 karyawan baru bernama Udin yang sedang menjalani pelatihan dalam bidang produksi. Dan untuk pekerjaanya yaitu Pembuatan Bahan, pencetakan,pelapisan, pengeringan.

Untuk mengolah data, maka peneliti menggunakan alat analisis Kuantitatif, Peneliti menggunakan teknik-teknik kuantitatif dalam Riset Operasional khususnya metode penugasan yang minimisasi.

Secara matematis, persoalan penugasan dapat dinyatakan Cij>0, untuk i = j = 1, 2, …, n (dimana Cij biaya melaksanakan pekerjaan i oleh mesin atau orang j), cari nilai Xij, i = j = 1, 2, …, n sedemikian rupa sehingga. Minimumkan atau maksimumkan :

m

1i

n

1j

ijijXCZ

Keterangan :

Z = Total biaya distribusi

Cij = Biaya distribusi per unit

Xij = Jumlah barang yang didistribusikan dari sumber (i)

i = Sumber

j = Tujuan

n = Mesin atau barang

Dengan batasan :

m

1i

n

1j

ijij 1XX

dan Xij ≥ 0 ( Xij = X2ij )

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Tempat Usaha

Dian Gypsum adalah suatu perusahaan dibidang perdagangan yang memproduksi gypsum, didirikan oleh Bapak Wisman Santoso yang berdiri pada tahun 2000 berlokasi di di Jl.Basuki Rahmat No.2, RT2/3, Pd. Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur. Dian gypsum memiliki jumlah karyawan 6 dan 4 karyawan di bagian produksi tetapi ada 1 karyawan baru bernama Udin yang sedang menjalani pelatihan dalam bidang produksi.

Berikut adalah struktur organisasi dalam departemen produksi pada Dian Gypsum dan tugas dari masing masing jabatan :

Page 7: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

3 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Tabel 4.1

Jabatan dan Nama

No Nama Jabatan

1 Wisman Santoso Departemen Produksi / Pemilik

2 Haris Karyawan

3 Amir Karyawan

4 Akmal Karyawan

5 Parjan Karyawan

6 Udin Karyawan (trainer)

Struktur Organisasi Dian Gypsum perlu ditetapkan agar setiap karyawan yang terlibat didalamnya mengetahui dengan jelas jabatannya, tugas, dan tanggung jawab masing masing.

Pelaksanaan Pekerjaan Dengan Metode Penugasan

Penerapan metode penugasan pada Dian Gypsum dimaksudkan untuk mengetahui waktu yang efisien pada memproduksi gypsum dan berikut ini adalah data yang sudah dikelola dan akan dialokasikan dengan metode penugasan :

Page 8: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 4

Tabel 4.2

Data Perolehan Waktu Karyawan (Menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan

Karyawan Bahan Haris 186 110 155 435 Amir 178 87 126 347

Akmal 167 86 124 437 Parjan 168 90 143 437 Udin 160 84 158 425

Sumber : Peneliti

Setelah itu, buatlah hasil olahan sebelum penugasan untuk menjadi perbandingan nanti, carilah masing-

masing nilai terbesar disetiap jenis pekerjaan pada tabel 4.2 dan lalu dijumlahkan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Data Berjalan (menit)

Karyawan Jenis Pekerjaan Waktu

Haris Pembuatan Bahan 186

Amir Pelapisan 126

Akmal Pengeringan 437

Parjan Pencetakan 90

Udin - -

Jumlah 839

Sumber : Peneliti

Berdasarkan data pada tabel 4.3 diatas, terjadinya perbedaan waktu antara karyawan satu dengan karyawan lainnya. Dari data diatas peneliti akan mengadakan analisis, yang tujuannya untuk

mengalokasikan tenaga kerja karyawan. Berikut dibawah ini proses analisis dan pembahasan dari data diatas sebagai berikut :

Page 9: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

5 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Tabel 4.4. Data Perolehan Waktu Karyawan (Menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Bahan

Haris 186 110 155 435 0

Amir 178 87 126 347 0

Akmal 167 86 124 437 0

Parjan 168 90 143 437 0

Udin 160 84 158 425 0

Sumber : Peneliti

Cari nilai terkecil pada setiap baris, dilangkah pertama ini adalah menentukan nilai terkecil untuk setiap baris

.

Tabel 4.5

Data Terkecil Perolehan Waktu Karyawan (Menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Bahan

Haris 186 110 155 435 0

Amir 178 87 126 347 0

Akmal 167 86 124 437 0

Parjan 168 90 143 437 0

Udin 160 84 158 425 0

Sumber : Peneliti

Gunakan nilai terkecil pada setiap baris yang sudah dicari untuk mengurangi semua nilai yang ada pada baris yang

sama. Berikut dibawah ini adalah hasil pengurangan dari setiap baris :

Page 10: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 6

Tabel 4.6

olahan perbaikan pertama (menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Bahan

Haris 186-0 = 186 110-0 = 110 155-0 = 155 435-0 = 435 0-0 = 0

Amir 178-0 = 178 87-0 = 87 126-0 = 126 347-0 = 347 0-0 = 0

Akmal 167-0 = 167 86-0 = 86 124- 0= 124 437-0 = 437 0-0 = 0

Parjan 168-0 = 168 90-0 = 90 143-0 = 143 437-0 = 437 0-0 = 0

Udin 160-0 = 160 84-0 = 84 158-0 = 158 425-0 = 425 0-0 = 0

Perhatikan apakah semua kolom dan baris sudah memiliki nilai nol. Pada kolom 1, 2, 3 dan 4 belum memiliki nilai nol. Maka langkah selanjutnya

adalah mencari nilai terkecil di kolom 1, 2, 3 dan 4 tersebut yang digunakan untuk mengurangi semua nilai yang ada di kolom tersebut.

Tabel 4.7

Hasil olahan perbaikan pertama (menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Bahan

Haris 186 110 155 435 0

Amir 178 87 126 347 0

Akmal 167 86 124 437 0

Parjan 168 90 143 437 0

Udin 160 84 158 425 0

Sumber : Peneliti

Pada tabel diatas, nilai kolom pada kolom 1 pada tabel 4.7 dikurangi dengan 160, nilai pada kolom 2 pada

tabel 4.7 dikurangi dengan 84, nilai pada kolom 3 dikurangi dengan 124 dan , nilai pada kolom 4 dikurangi

Page 11: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

7 UG JURNAL VOL.12 NO.06

dengan 347. Sehingga hasil dari pengurangan tersebut adalah :

Tabel 4.8

Olahan perbaikan kedua (menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan

Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Bahan

Haris 186-160 = 26 110-84 = 26

155-124 = 31

435-347 = 88 0

Amir 178-160 = 18 87-84 = 3 126-124 = 2

347-347 = 0 0

Akmal 167-160 = 7 86-84 = 2 124- 124= 0

437-347 = 90 0

Parjan 168-160 = 8 90-84 = 6 143-124 = 19

437-347 = 90 0

Udin 160-160 = 0 84-84 = 0 158-124 = 34

425-347 = 78 0

Sumber : Peneliti

Berdasarkan haril pengurangan dari nilai pada kolom 1,2, 3 dan 4, maka

dibawah ini adalah hasil perhitungannya pada tabel 4.8 :

Tabel 4.9 Hasil olahan perbaikan kedua (menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Adonan Haris 26 26 31 88 0 Amir 18 3 2 0 0

Akmal 7 2 0 90 0 Parjan 8 6 19 90 0 Udin 0 0 34 78 0

Sumber : Peneliti

Walau nilai nol sudah memenuhi syarat. Tetapi pada kolom 5 terdapat 5 nilai 0 walaupun terdapat pada baris yang berbeda. Maka dapat

dipastikan belum optimal. Selanjutnya adalah tarik garis yang menghubungkan setiap nilai nol.

Page 12: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 8

Tabel 4.10

Hasil olahan perbaikan ketiga (menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Adonan Haris 26 26 31 88 0 Amir 18 3 2 0 0

Akmal 7 2 0 90 0 Parjan 8 6 19 90 0 Udin 0 0 34 78 0

Sumber : Peneliti

Selanjutnya adalah perhatikan nilai yang tidak terkena garis lalu cari nilai yang terkecil. Gunakan untuk menambah atau mengurang nilai lainnya, dengan cara seperti berikut: a. Gunakan nilai yang terkecil

untuk mengurangi nilai yang tidak kena coret.

b. Gunakan nilai yang terkecil untuk menambah nilai yang kena coret dua kali.

c. Untuk nilai yang terkena coret satu kali, maka nilainya tetap.

Tabel 4.11

Olahan perbaikan keempat (menit)

JenisPekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Adonan Haris 26-6 = 20 26-6 = 20 31 -6 = 25 88 – 6 = 82 0 Amir 18 3 2 0 0+6 =6

Akmal 7 2 0 90 0+6 = 6 Parjan 8-6 = 2 6-6 = 0 19-6 = 13 90- 6 = 84 0

Udin 0 0 34 78 0+6 =6 Sumber : Peneliti

Tabel 4.12 Hasil olahan perbaikan keempat (menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Adonan Haris 20 20 25 82 0 Amir 18 3 2 0 6

Akmal 7 2 0 90 6 Parjan 2 0 13 84 0 Udin 0 0 34 78 6

Sumber : Peneliti

Page 13: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

9 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Pada tabel 4.12 dapat dikatakan hasil perhitungan untuk penugasan karyawan sudah optimal karena hasil akhir pada nilai kolom dan baris sudah terdapat nilai nol. Untuk mencari penugasan sesuai hasil pada

tabel 4.12 carilah masing masing nilai 0 setiap jenis pekerjaan dan jumlahkan dengan nilai yang ada pada tabel 4.4. Berikut adalah hasil akhir dari menggunakan metode penugasan pada tabel 4.24 :

Tabel 4.4 Data Perolehan Waktu Karyawan (Menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Bahan

Haris 186 110 155 435 0

Amir 178 87 126 347 0

Akmal 167 86 124 437 0

Parjan 168 90 143 437 0

Udin 160 84 158 425 0

Sumber : Peneliti

Tabel 4.13. Hasil olahan akhir (menit)

Karyawan Jenis Pekerjaan Waktu

Haris Dummy 0

Amir Pengeringan 347

Akmal Pelapisan 124

Parjan Pencetakan 90

Udin Pembuat bahan 160

Jumlah 721

Sumber : Peneliti

Dari tabel 4.24 diatas, hasil penugasan yang optimal dengan hasil waktu pengerjaan pada Dian Gypsum yaitu 721 menit. Pekerjaan yang mereka lakukan masing masing adalah Haris

dummy, Amir melakukan pengeringan, Akmal melakukan pelapisan, Parjan melakukan pencetakan dan Udin melakukan pembuatan bahan. Berikut adalah hasil dari tabel penempatan

Page 14: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 10

karyawan sebelum dilakukannya metode penugasan pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4

Data Perolehan Waktu Karyawan (Menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Bahan

Haris 186 110 155 435 0

Amir 178 87 126 347 0

Akmal 167 86 124 437 0

Parjan 168 90 143 437 0

Udin 160 84 158 425 0

Sumber : Peneliti

Dan berikut adalah hasil dari tabel penempatan karyawan dengan perhitungan metode penugasan pada tabel 4.12 :

Tabel 4.12

Hasil olahan perbaikan keempat (menit)

Jenis Pekerjaan Pembuat Pencetakan Pelapisan Pengeringan Dummy

Karyawan Adonan Haris 20 20 25 82 0 Amir 18 3 2 0 6

Akmal 7 2 0 90 6 Parjan 2 0 13 84 0 Udin 0 0 34 78 6

Berikut adalah hasil perbandingan dari penempatan karyawan tanpa metode

penugasan dan dengan menggunakan metode penugasan :

Tabel 4.14 Tabel Perbandingan

Karyawan Sebelum menggunakan Metode Penugasan

Sesudah menggunakan Metode Penugasan

Tugas Waktu Tugas Waktu Haris Pembuatan Bahan 186 Dummy 0 Amir Pelapisan 126 Pengeringan 347

Akmal Pengeringan 437 Pelapisan 124 Parjan Pencetakan 90 Pencetakan 90 Udin Dummy 0 Pembuatan Bahan 160

Jumlah 839 Jumlah 721

Page 15: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

11 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Berdasarkan dari tabel diatas, didapatkan hasil perbandingan dari nilai sebelum menggunakan metode penugasan dengan sesudah menggunakan metode penugasan. Pada hasil sesudah menggunakan metode penugasan di Dian Gypsum adalah 721 menit dengan komposisi karyawan sebagai berikut, tugas Haris digantikan oleh Udin dengan waktu 160 menit dibagian pembuatan bahan, Amir yang semula dibagian pelapisan menjadi pengeringan dengan waktu 347 menit, Akmal yang semula dibagian pengeringan menjadi dibagian pelapisan dengan waktu 124 menit, Parjan tetap dibagian pencetakan dengan waktu 160 menit. Haris dipindahkan kebagian Administrasi untuk membantu pimpinan. Maka dengan menggunakan metode penugasan hasil jauh lebih baik, bila dibandingkan hasil sebelum mengunakan metode penugasan yaitu 839 menit. Sehingga terbukti waktu lebih efisien 118 menit tanpa mengurangi kualitas pekerjaan. Dengan menggunakan metode penugasan dapat meminimalkan waktu dan menempatkan karyawan sesuai keahliannya, sehingga waktu yang dikerjakan lebih cepat. Sesuai dengan penelitian Dwi Harini pada tahun 2017 yang berjudul Optimasi Penugasan Menggunakan Metode Hungarian Pada CV. L&J Express Malang (Kasus Minimasi).

KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data dari Dian Gypsum dengan menggunakan metode penugasan, maka hasil dapat diperoleh dengan tepat untuk penempatan karyawan pada masing masing pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya, maka penulis menyimpulkan:

1. Waktu yang dibutuhkan selama memproduksi gypsum pada Dian Gypsum adalah 839 menit.

2. tugas Haris digantikan oleh Udin, Amir yang semula dibagian pelapisan menjadi pengeringan, Akmal yang semula dibagian pengeringan menjadi dibagian pelapisan, Parjan tetap dibagian pencetakan. Haris dipindahkan kebagian Administrasi untuk membantu pimpinan.

3. Dengan penerapan metode penugasan dalam memproduksi gypsum pada Dian Gypsum sudah diminimalkan.

SARAN

Dalam penelitian ini, penempatan karyawan menggunakan metode penugasan. Untuk peneliti lain yang memiliki topik yang sama dalam kasus penempatan karyawan disarankan menggunakan metode penugasan agar waktu yang didapatkan lebih minimal dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ristono Puryanti. 2011. Penelitian Operasional Lanjut. Edisi Pertama. Yogyakarta: CV Graha Ilmu

Aras. A, dkk. 2016. Optimalisasi Pendapatan Pada CV. Palunesia Collection Team Dengan Menggunakan Metode Hungarian. Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan. 12(2): 172

Harini Dwi. 2017. Optimasi Penugasan Menggunakan Metode Hungarian Pada CV. L&J Express Malang (Kasus Minimasi). Jurnal Intensif. 1(2): 73

Mulya Ridwan, Permana Silvester DH. 2017. Sistem Penunjang Keputusan Untuk Optimasi Penugasan Dalam Proyek Pengembangan Website

Page 16: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 12

Dengan Menggunakan Algoritma Hungarian. Jurnal Integrasi. 9(2): 142

Raharjo, Dodi. 2010. Proses Optimasi dan Idealisasi Masalah Penugasan Multiobjective Menggunakan Metode Hungaria pada Contoh Kasus Usaha Kerajinan Gitar di Ngrombo Baki Sukoharjo. Skripsi, Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Siang, Jong Jek. 2014. Riset Operasi dalam Pendekatan Algortimis.

Edisi 2. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET

S.P, Hasibuan, Malayu. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara

T. Hani Handoko. 2011. Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE

Wijaya Andi. 2013. Pengantar Riset Operasi. Edisi 3. Bogor: Mitra Wacana Media

Page 17: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

13 UG JURNAL VOL.12 NO.06

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO)

Herlina Indriyani Siringo Ringo Fani Yulia Rosyada

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma [email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Aset biologis merupakan aset berupa tanaman dan hewan yang mengalami transformasi biologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas aset biologis yang diterapkan oleh PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) dan telah sesuai atau tidak dengan IAS 41. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif atas aset biologis berupa tanaman perkebunan. Dari hasil penelitian ini terjadi perbedaan dan persamaan dalam hal perlakuan akuntansi terhadap tanaman perkebunan berupa aset biologis yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) dengan IAS 41 dalam hal: pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Aset biologis diukur berdasarkan nilai perolehan dan disajikan pada neraca. Kata Kunci : Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis.

ABSTRACT

Biological assets are assets such as plants and animals that undergo biological transformations. The purpose of this study was to determine the accounting treatment for biological assets applied by PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) and are in compliance or not with IAS 41. The data used in this research is secondary data and methods used in this research is the analysis of qualitative description on biological assets in the form of plantation crops. From these results occur differences and similarities in terms of the accounting treatment of plantation crops such as biological assets by PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) with IAS 41 in terms of: the recognition, measurement, presentation and disclosure. Biological assets are measured based on the value of the acquisition and the balance sheet. Keyword : Accounting Treatment for Biological Assets. PENDAHULUAN

Rakyat Indonesia sebagian besar hidupnya ditopang oleh sektor pertanian dalam berbagai aktivitas seperti berbentuk usaha tani, tanaman, ternak dan ikan, buruh tani, atau usaha industri berbahan baku produk pertanian (agroindustri) dari yang berskala usaha kecil sampai berskala usaha besar. Hal tersebut karena wilayah Indonesia didukung oleh sumber daya

alam yang cocok untuk budidaya tanaman, ternak ataupun ikan. Kegiatan tersebut dikenal di negara kita dengan sebutan pertanian. Jadi pertanian mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya mencakup budidaya tanaman saja.

Perusahaan agrikultur adalah salah satu perusahaan yang menjadi roda perekonomian utama rakyat indonesia. Aset yang di miliki oleh perusahaan

Page 18: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 14

agrikultur berbeda dengan perusahaan dibidang lainnya. Adanya perbedaan tersebut dapat dilihat dari aktivitas pengolahan serta transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan sesuatu yang dapat dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Pada umumnya, karena karakteristiknya yang unik, perusahaan yang bergerak dalam bidang agrikultur mempunyai kemungkinan cukup besar untuk menyampaikan informasi pada laporan keuangan yang lebih biasa dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak dibidang lainnya terutama dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan mengenai aset tetapnya berupa aset biologis.

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor perkebunan dengan mengelola berbagai jenis tanaman budidaya. Indonesia belum mengatur secara spesifik terkait pencatatan dan pengungkapan dalam sektor agrikultur. Sebelumnya yang menjadi acuan pelaporan keuangan sektor agrikultur mengacu kepada Surat Edaran Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam) No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapam Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan.

Menurut Adita Kiswara (2012), Standar Akuntansi Internasional yang sangat memengaruhi entitas perkebunan adalah IAS 41 Agriculture yang mengatur tentang akuntansi untuk aktivitas agrikultur. IAS 41 mengatur mengenai perlakuan akuntansi, penyajian laporan keuangan, dan pengungkapan terkait dengan kegiatan pertanian yang tidak tercakup dalam standar lainnya. Kegiatan pertanian adalah manajemen oleh entitas transformasi biologis hewan atau tanaman (aset biologis) hidup untuk dijual, menjadi hasil pertanian, atau ke aset biologis tambahan. Selain itu, IAS 41 mengatur,

antara lain, perlakuan akuntansi untuk aset biologis selama periode pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi serta untuk pengukuran awal hasil pertanian pada titik panen. Dengan demikian penerapan IAS 41 pada perusahaan agrikultur seharusnya sangat diperlukan untuk menyajikan informasi yang lebih relevan dan informatif. Tetapi pada faktanya banyak perusahaan agrikultur di Indonesia yang belum menerapkan IAS 41 sebagai dasar perlakuan akuntansi mengenai aset biologisnya.

Menurut PSAK 69 Aset biologis diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Produk agrikultur yang dipanen dari aset biologis milik entitas diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual pada titik panen. Pengukuran seperti ini merupakan biaya pada tanggal tersebut ketika menerapkan PSAK 14.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh dari dokumen–dokumen yang sudah ada. Manfaat dari sumber data sekunder antara lain adalah lebih mudah diperoleh jika dibandingkan dengan data primer, tidak memakan banyak biaya dan waktu. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan 2016 PT. Perkebunan Nusantara (persero) dan informasi lainnya yang berhubungan dengan aktivitas agrikultur, khususnya penilaian aset biologis. Selain itu, data penelitian selanjutnya diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: situs resmi PT. Perkebunan Nusantara (persero) yaitu www.ptpn7.com, serta berbagai website resmi lainnya, artikel, buku, dan penelitian terdahulu terkait dengan perlakuan akuntansi aset biologis.

Page 19: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

15 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Metode Pengumpulan Data

Metode ini digunakan penulis dengan mengumpulkan data-data dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip teori-teori dalam konsep dari sejumlah buku, jurnal, ataupun karya ilmiah lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Dalam hal ini penulis mengunduh data dan informasi berupa laporan keuangan perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) tahun 2016. Data-data yang diperoleh dari publikasi yang diterbitkan melalui website resmi PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) http://www.ptpn7.co.id.

Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memberikan gambaran awal mengenai pengukuran, pengakuan, dan pengungkapan aset biologis pada laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang menjadi objek penelitian. Dengan metode analisis deskriptif kualitatif, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan data-data yang diperoleh pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang proses perlakuan dalam hal pengakuan dan pengukuran aset biologis berupa tanaman perkebunan hingga tersaji ke dalam laporan keuangan pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero).

Setelah didapatkan gambaran tentang pengakuan dan pengukuran aset biologis terhadap tanaman perkebunan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero), menganalisis pelaporan tentang pengakuan dan pengukuran aset biologis berupa tanaman perkebunan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) terhadap kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, dengan

membandingkan antar proses pengakuan dan pengukuran terhadap tanaman perkebunan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) dengan pendekatan yang mengacu pada PSAK yang diakui mampu memberikan informasi yang wajar dalam pelaporan aset biologis dengan standard internasional yaitu IFRS (IAS 41).

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui gambaran mengenai aset biologis dalam suatu entitas perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada sektor perkebunan di Indonesia, diantaranya:

a. Pengakuan Suatu entitas melakukan pengakuan terhadap aset biologis yang dilakukan berdasarkan PT. Perkebunan Nusantara VII dengan yang dilakukan berdasarkan IFRS (IAS 41).

b. Pengukuran Pengukuran aset biologis dalam suatu entitas yang diukur berdasarkan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) dengan IFRS (IAS 41).

c. Penyajian Penyajian terhadap aset biologis dalam suatu laporan keuangan yang disajikan berdasarkan PT. Perkebunan Nusantara VII dengan IFRS (IAS 41).

d. Pengungkapan Pengungkapan suatu entitas dalam membuat rincian mengenai jenis dan jumlah aset biologis dan serta memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai aset biologis.

Page 20: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 16

PEMBAHASAN

Perlakuan Akuntansi Terhadap Aset Biologis Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)

Pengakuan Atas Aset Biologis Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang bergerak dibidang usaha agro bisnis dan agro industri memiliki aset biologis yang berupa Tanaman Perkebunan meliputi tanaman karet, kelapa sawit, teh, tebu. Dalam perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero), pengakuan terhadap aset biologis berupa tanaman perkebunan dikelompokan menjadi 2, yaitu: tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan.

Tanaman belum menghasilkan diukur berdasarkan harga perolehan. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan lahan perkebunan karet, kelapa sawit, teh, tebu seperti pembersihan lahan, penanaman bibit, pemupukan, aktivitas pemeliharaan lainnya dan beban keuangan dari pinjaman yang berkaitan dengan pengembangan tanaman tersebut sampai area perkebunan yang bersangkutan telah menghasilkan dan diakui sebagai tanaman menghasilkan. Dalam neraca tanaman belum menghasilkan diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dan tidak diamortisasi.

Biaya perolehan tanaman belum menghasilkan direklasifikasi ke akun tanaman menghasilkan pada saat tanaman tersebut mulai menghasilkan. Jangka waktu suatu tanaman dinyatakan mulai menghasilkan ditentukan oleh pertumbuhan vegetative dan berdasarkan taksiran manajemen, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila tanaman telah berumur 36 bulan, dan atau di antara 60% sampai 70% dari

jumlah seluruh pohon per blok telah menghasilkan tandan buah dengan berat tandan di atas 3 kilogram, serta produksi rata-rata mencapai antara 4 ton sampai 6 ton per hektar per tahun;

2. Tanaman telah dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila tanaman telah berumur 36 bulan dan pertumbuhan daun yang telah saling bertemu antara satu pokok dengan pokok lainnya mencapai lebih dari 70% dari jumlah pokok/tegakan.

Tanaman menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan dan diamortisasi selama dua puluh (20) tahun terhitung sejak produksi komersial dimulai. Amortisasi tanaman menghasilkan dibebankan ke dalam akun beban pokok penjualan. Tanaman menghasilkan dalam neraca diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Amortisasi dilakukan untuk mengakui manfaat dari tanaman menghasilkan pada setiap periodenya.

Pengukuran Atas Aset Biologis Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)

a. Pencatatan Transaksi Pengakuan Tanaman Belum Menghasilkan

Pengukuran tanaman belum menghasilkan dalam PT. Perkebunan Nusantara VII diakui sebesar harga perolehannya yang didapatkan dari kapitalisasi biaya langsung dan biaya tidak langsung yang berkaitan dengan perkembangan tanaman belum menghasilkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan lahan perkebunan karet, kelapa sawit, teh, tebu seperti pembersihan lahan, penanaman bibit, pemupukan, aktivitas pemeliharaan lainnya sampai areal perkebunan yang bersangkutan telah menghasilkan dan diakui sebagai tanaman menghasilkan.

Misalnya, PTPN VII membeli bibit tanaman kelapa sawit sebanyak 800 batang untuk membuat 4 (empat) blok tanaman

Page 21: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

17 UG JURNAL VOL.12 NO.06

kelapa sawit dengan harga satuan Rp. 7.344,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika persiapan lahan untuk penanaman tanaman baru)

Tanaman Belum Menghasilkan Rp 5.875.200,-

Kas/Utang Usaha Rp 5.875.200,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika pencatatan gaji tenaga kerja langsung,

misalnya biaya tenaga kerja sebesar Rp 3.250.000,-)

Tanaman Belum Menghasilkan Rp 3.250.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 3.250.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika pembelian bahan pelengkapan, misalnya selama masa tanam dibutukan pupuk, obat

tanaman dan pestisida untuk tanaman sebesar Rp 2.200.000,-)

Persediaan Bahan Perlengkapan Rp 2.200.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 2.200.000,-

Jurnal dibawah ini dicatat ketika biaya perawatan rutin sebelum usia produktif tanaman, misalnya perusahaan melakukan

perawatan rutin untuk tanaman kelapa sawit sebelum usia produktif sebesar Rp 1.750.000,-)

Tanaman Belum Menghasilkan Rp 1.750.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 1.750.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika adanya kecacatan pada tanaman belum menghasilkan, misalnya dalam masa pertumbuhan kelapa sawit mengalami

kecacatan yang terjadi kepada tanaman belum menghasilkan diperlukan biaya untuk penanganan sebesar Rp1.250.000,-)

Beban Perawatan Rp 1.250.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 1.250.000,-

(Junal dibawah ini dicatat ketika adanya kerusakan pada tanaman belum menghasilkan, misalnya perusahaan biaya

perawatan terhadap tanaman yang rusak akibat bencana alam, angina kencang, ulah manusia, dll sebesar Rp 1.750.000,-)

Beban Perawatan Rp 1.750.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 1.750.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika reklasifikasi tanaman belum menghasilkan

ke tanaman. menghasilkan dengan adanya kerusakan sebagian pada tanaman)

Tanaman Menghasilkan Rp 11.000.000,-

Beban Perawatan Rp 3.000.000,-

Tanaman Belum Menghasilkan Rp 11.000.000,-

Page 22: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 18

Kas/Utang Usaha Rp 3.000.000,-

b. Pencatatan Transaksi Reklasifikasi Tanaman Belum Menghasilkan Menjadi Tanaman Telah Menghasilkan

Setelah tanaman belum menghasilkan telah memenuhi kriteria untuk diakui menjadi tanaman telah menghasilkan berdasarkan tingkat pertumbuhan vegetatif dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh manajemen, maka tanaman belum menghasilkan harus segera direklasifikasi ke dalam tanaman telah

menghasilkan. Misalkan, setelah dilakukan pengecekan oleh pekerja lapangan diperoleh informasi bahwa lebih dari 60% tanaman kelapa sawit belum menghasilkan pada blok I dapat dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan, maka semua nilai dari tanaman kelapa sawit pada blok I harus direklasifikasi menjadi tanaman telah menghasilkan, tanaman pada blok I dimisalkan senilai Rp 500.000.000,-. Jurnal reklasifikasi dari kejadian tersebut adalah:

Tanaman telah menghasilkan Rp 500.000.000

Tanaman belum menghasilkan Rp 500.000.000

c. Pencatatan Penyusutan pada Tanaman Telah Menghasilkan

Penyusutan terhadap nilai tanaman telah menghasilkan ke dalam setiap periode adalah cara untuk mengakui pemakaian manfaat dari tanaman telah menghasilkan tersebut. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) melakukan penyusutan terhadap tanaman telah

menghasilkan menggunakan metode garis lurus dan mengakuinya sebagai amortisasi. Misalkan, tanaman kelapa sawit telah menghasilkan dengan nilai total Rp. 927.900.000.000,- dengan umur ekonomis diperkirakan 25 tahun akan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus, maka akan didapatkan penyusutan per tahun sebesar Rp 371.160.000.000 -. Jurnal atas transaksi tersebut adalah:

Biaya Penyusutan Tanaman Menghasilkan Rp 371.160.000.000

Akum. Penyusutan Tanaman Menghasilkan Rp 371.160.000.000

d. Pencatatan Pengakuan Produk Agrikultur ke dalam Akun Persediaan

Persediaan produk agrikultur dari tanaman menghasilkan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto. Biaya perolehan persediaan ditentukan dengan menggunakan metode biaya rata-rata bergerak (moving average method). Nilai realisasi neto persediaan adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk

melakukan penjualan. Pengakuan awal terhadap persediaan berupa produk agrikultur diukur berdasarkan harga perolehannya. Misalkan pada saat panen diperoleh hasil berupa tandan buah segar (TBS) sebesar 26.000 kg per blok, dalam rangka panen tersebut dikeluarkan biaya sewa alat panen sebesar Rp 25.000.000,- kemudian biaya angkut hasil panen ke gudang sebesar Rp 17.500.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika pengakuan produk agrikultur ke dalam akun persediaan)

Page 23: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

19 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Persediaan Rp 42.500.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 42.500.000,-

Persediaan dalam industri perkebunan disajikan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Maka ketika akan disajikan dalam laporan keuangan terlebih dahulu dilakukan penyesuaian terhadap nilai dari produk agrikultur tersebut. Jika didapatkan bahwa yang menjadi harga terendah adalah harga perolehan maka tidak diadakan penyesuaian, sebaliknya jika didapatkan bahwa harga terendah adalah nilai realisasi bersih (net realizable value) maka harus diadakan penyesuaian terhadap nilai tercatat dari persediaan berupa produk agrikultur. Selisih antara nilai tercatat dengan nilai yang harus diakui pada tanggal neraca diakui sebagai laba (gain) atau rugi (losses) atas penilai persediaan.

Penyajian Atas Aset Biologis Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)

Pada PT. Perkebunan Nusantara VII harga perolehan dari aset biologis diperoleh dari biaya-biaya yang dikapitalisasikan ke dalam aset biologis. Dalam penerapan IAS 41 biaya-biaya tersebut langsung diakui sebagai beban pada periode berjalan, kecuali harga perolehan dari aset biologis. Pengukuran aset biologis berdasarkan IAS 41 berdasarkan nilai wajar (fair value) dari aset biologis tersebut.

a. Pengukuran atas tanaman aset biologis belum dewasa

Misalkan, perusahaan perkebunan membeli bibit tanaman sebanyak 500 batang dengan harga satua Rp 12.000,-, maka pencatatan berdasarkan IAS 41 sebagai berikut:

(jurnal dibawah ini dicatat ketika harga perolehan dari aset biologis sama besar dengan nilai wajarnya)

Aset Biologis Belum Dewasa Rp 6.000.000,-

Kas/Utang Rp 6.000.000,-

jurnal dibawah ini dicatat ketika harga perolehan dari aset biologis lebih besar dari pada nilai wajarnya, misalnya nilai

wajar dari 500 batang bibit tanaman sebesar Rp 5.300.000,-)

Aset Biologis Dewasa/Belum Dewasa Rp 5.300.000,-

Kerugian atas Penilaian Aset Biologis Rp 700.000,-

Kas/Utang Rp 6.000.000,

(jurnal dibawah ini dicatat ketika harga perolehan dari aset biologis lebih rendah dari pada nilai wajarnya, misalnya nilai

wajar dari 500 batang bibit tanaman sebesar Rp 6.500.000,-)

Aset Biologis Dewasa/Belum Dewasa Rp 6.500.000,-

Kas Rp 6.000.000,-

Page 24: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 20

Laba atas Penilaian Aset Biologis Rp 500.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika pembayaran gaji tenaga kerja langsung sebesar Rp 7.800.000,-)

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 7.800.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 7.800.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika pembelian bahan perlengkapan seperti

pupuk, obat tanaman dan pestisida sebesar Rp 3.450.000,-)

Biaya Pupuk Rp 3.450.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 3.450.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika dilakukan perawatan rutin sebelum usia produktif tanaman sebesar Rp 1.750.000,-)

Biaya Pemeliharaan Rp 1.750.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 1.750.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika ada kecacatan pada tanaman belum menghasilkan, misalnya perusahaan

mengeluarkan biaya untuk mengatasi kecacatan yang terjadi pada tanaman sebasar Rp 2.025.000,-)

Biaya Pemeliharaan Rp 2.025.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 2.025.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika ada kerusakan pada tanaman belum menghasilkan seperti bencana alam, angin kencang, ulah manusia dll, misalnya

perusahaan melakukan penanganan apabila ada kerusakan pada tanaman belum menghasilkan sebesar Rp 3.750.000,-

Biaya Kerugian Rp 3.750.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 3.750.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika biaya perawatan tanaman belum menghasilkan terlalu besar sebesar Rp 1.880.000,-)

Kas/Utang Usaha Rp 1.880.000,-

Biaya Pemeliharaan Rp 1.880.000,-

b. Pengukuran atas aset biologis dewasa

Aset biologis belum dewasa yang telah memenuhi syarat dapat diakui menjadi aset biologis dewasa, maka

direklasifikasi ke dalam aset biologis dewasa. Pengelompokan aset biologis berdasarkan kemampuan dari aset biologis tersebut untuk dapat menghasilkan produk agrikultur juga telah dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara VII (Persero).

Page 25: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

21 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Misalnya, perusahaan memperoleh informasi bahwa terdapat tanaman belum dewasa yang telah memenuhi syarat vegetative untuk digolongkan menjadi tanaman dewasa sebesar Rp 700.000.000,-

untuk itu harus dilakukan pencatatan atas reklasifikasi nilai tanaman belum dewasa ke tanaman dewasa, maka pencatatan berdasarkan IAS 41 adalah sebagai berikut:

Aset Biologis Dewasa Rp 300.000.000,-

Biaya lain-lain yg ditangguhkan Rp 300.000.000,-

c. Pengukuran atas penyusutan aset biologis dewasa

Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) penyusutan terhadap aset biologis dilakukan hanya pada aset biologis yang telah menghasilkan dengan dasar bahwa aset biologis tersebut telah mampu memberikan manfaat kontribusi ke dalam perusahaan. Dalam IAS 41 penyusutan juga dilakukan pada aset biologis, akan tetapi penyusutan dilakukan pada aset biologis dewasa dan dinilai berdasarkan harga perolehannya dikurangi

dengan akumulasi penyusutan. Metode penyusutan yang digunakan sesuai dengan kebijakan perusahaan tersebut. Misalkan, perusahaan perkebunan menggunakan harga pokok setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset biologis untuk menilai aset biologis dewasa miliknya, harga pokok dari tanaman biologisnya sebesar Rp 800.000.000,- dengan masa manfaat 25 tahun, maka pencatatan terhadap penyusutan dari aset biologis berdasarkan IAS 41 adalah sebagai berikut:

Biaya Penyusutan Aset Biologis Dewasa Rp 32.000.000,-

Akum. Peny. Aset Biologis Dewasa Rp 32.000.000,-

d. Pengukuran atas persediaan

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) mengakui persediaan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi neto. Biaya perolehan persediaan ditentukan dengan menggunakan metode biaya rata-rata yang meliputi seluruh biaya yang terjadi untuk memperoleh persediaan tersebut sampai ke lokasi dan kondisinya saat ini. Nilai realisasi neto persediaan adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan. Sedangkan

berdasarkan IAS 41, hasil dari aset biologis berupa produk agrikultur di ukur berdasarkan nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualan pada saat panen dan jika diakui sebagai persediaan maka harus dinilai sesuai dengan ketentuan pengukuran persediaan pada IAS 2 tentang persediaan. Jurnal pengakuan awal produk agrikultur berdasarkan IAS 41 adalah sebagai berikut:

(misalkan bahwa nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualan dari produk agrikultur yang dihasilkan sebesar Rp 70.000.000,-)

Produk Agrikultur Rp 70.000.000,-

Keuntungan Penilaian Persediaan Rp 70.000.000,-

Dalam IAS 41, pengukuran atas nilai dari aset biologis dilakukan pada saat pengakuan awal dan pada saat tanggal

neraca. Pengukuran kembali yang dilakukan tanggal neraca mengharuskan diadakannya revaluasi atas nilai dari aset

Page 26: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 22

biologis jika ditemukan perbedaan antara nilai wajar yang telah tercatat dengan nilai wajar pada tanggal neraca. Selisih antara nilai wajar pada tanggal neraca dengan nilai wajar tercatat diakui sebagai laba (gain) atau rugi (losses) atas penilaian kembali.

Pengakuan dan pengukuran aset biologis berdasarkan IAS 41 mampu memberikan informasi yang relevan tentang aset biologis karena aset biologis telah diukur berdasarkan nilai wajarnya, akan tetapi dasar dari pengukuran nilai wajar lebih banyak menggunakan estimasi atau perkiraan yang sulit untuk diukur keandalannya. Hal ini merupakan kelemahan dari pengukuran aset berdasarkan nilai wajar, oleh karena itu untuk mendapatkan keandalan dari informasi dari nilai wajar, para pengguna laporan keuangan menggunakan jasa penilai aset untuk mendapatkan keyakianan akan keandalan atas informasi yang dihasilkan.

Pengungkapan Atas Aset Biologis Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) dalam melaksanakan perlakuan akuntansi atas aset biologis berupa tanaman perkebunan dilakukan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (SAK), yang mencakup Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, serta Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) No. VIII.G.7 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. KEP-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 mengenai Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.

Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Biologis Berdasarkan IAS 41

Pengakuan Atas Aset Biologis Berdasarkan IAS 41

Dalam IAS 41 aset biologis dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Aset biologis dewasa (mature biological assets)

2. Aset biologis belum dewasa (immature biological assets)

IAS 41 dalam menetukan nilai yang dianggap paling wajar dari aset biologis adalah berdasarkan nilai wajar setelah dikurangi dengan estimasi biaya pada saat panjualan (fair value less to cost of point of sell). Pengukuran aset biologis dilakukan pada saat pengakuan awal dan pada setiap tanggal neraca sebesar nilai wajarnya dan dikurangi dengan entitas biaya pada saat penjualannya. Pada saat pengakuan awal selisih antara nilai wajar dengan harga perolehan diakui sebagai laba (gain) atau rugi (losses) atas penilaian aset biologis.

Pengukuran Atas Aset Biologis Berdasarkan IAS 41

Pada PT. Perkebunan Nusantara VII harga perolehan dari aset biologis diperoleh dari biaya-biaya yang dikapitalisasikan ke dalam aset biologis. Dalam penerapan IAS 41 biaya-biaya tersebut langsung diakui sebagai beban pada periode berjalan, kecuali harga perolehan dari aset biologis. Pengukuran aset biologis berdasarkan IAS 41 berdasarkan nilai wajar (fair value) dari aset biologis tersebut.

a. Pengukuran atas tanaman aset biologis belum dewasa

Misalkan, perusahaan perkebunan membeli bibit tanaman sebanyak 500 batang dengan harga satua Rp 12.000,-,

Page 27: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

23 UG JURNAL VOL.12 NO.06

maka pencatatan berdasarkan IAS 41 sebagai berikut:

(jurnal dibawah ini dicatat ketika harga perolehan dari aset biologis sama besar dengan nilai wajarnya)

Aset Biologis Belum Dewasa Rp 6.000.000,-

Kas/Utang Rp 6.000.000,-

(jurnal dibawah ini dicatat ketika harga perolehan dari aset biologis lebih besar dari pada nilai wajarnya, misalnya nilai

wajar dari 500 batang bibit tanaman sebesar Rp 5.300.000,-)

Aset Biologis Dewasa/Belum Dewasa Rp 5.300.000,-

Kerugian atas Penilaian Aset Biologis Rp 700.000,-

Kas/Utang Rp 6.000.000,

(jurnal dibawah ini dicatat ketika harga perolehan dari aset biologis lebih rendah dari pada nilai wajarnya, misalnya nilai

wajar dari 500 batang bibit tanaman sebesar Rp 6.500.000,-)

Aset Biologis Dewasa/Belum Dewasa Rp 6.500.000,-

Kas Rp 6.000.000,-

Laba atas Penilaian Aset Biologis Rp 500.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika pembayaran gaji tenaga kerja langsung sebesar Rp 7.800.000,-)

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 7.800.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 7.800.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika pembelian bahan perlengkapan seperti

pupuk, obat tanaman dan pestisida sebesar Rp 3.450.000,-)

Biaya Pupuk Rp 3.450.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 3.450.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika dilakukan perawatan rutin sebelum usia produktif tanaman sebesar Rp 1.750.000,-)

Biaya Pemeliharaan Rp 1.750.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 1.750.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika ada kecacatan pada tanaman belum menghasilkan, misalnya perusahaan

mengeluarkan biaya untuk mengatasi kecacatan yang terjadi pada tanaman sebasar Rp 2.025.000,-)

Biaya Pemeliharaan Rp 2.025.000,-

Page 28: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 24

Kas/Utang Usaha Rp 2.025.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika ada kerusakan pada tanaman belum menghasilkan seperti bencana alam, angin kencang, ulah manusia dll, misalnya

perusahaan melakukan penanganan apabila ada kerusakan pada tanaman belum menghasilkan sebesar Rp

3.750.000,-

Biaya Kerugian Rp 3.750.000,-

Kas/Utang Usaha Rp 3.750.000,-

(Jurnal dibawah ini dicatat ketika biaya perawatan tanaman belum menghasilkan terlalu besar sebesar Rp 1.880.000,-)

Kas/Utang Usaha Rp 1.880.000,-

Biaya Pemeliharaan Rp 1.880.000,-

b. Pengukuran atas aset biologis dewasa

Aset biologis belum dewasa yang telah memenuhi syarat dapat diakui menjadi aset biologis dewasa, maka direklasifikasi ke dalam aset biologis dewasa. Pengelompokan aset biologis berdasarkan kemampuan dari aset biologis tersebut untuk dapat menghasilkan produk agrikultur juga telah dilakukan oleh PT

Perkebunan Nusantara VII (Persero). Misalnya, perusahaan memperoleh informasi bahwa terdapat tanaman belum dewasa yang telah memenuhi syarat vegetative untuk digolongkan menjadi tanaman dewasa sebesar Rp 700.000.000,- untuk itu harus dilakukan pencatatan atas reklasifikasi nilai tanaman belum dewasa ke tanaman dewasa, maka pencatatan berdasarkan IAS 41 adalah sebagai berikut:

Aset Biologis Dewasa Rp 300.000.000,-

Biaya lain-lain yg ditangguhkan Rp 300.000.000,-

c. Pengukuran atas penyusutan aset biologis dewasa

Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) penyusutan terhadap aset biologis dilakukan hanya pada aset biologis yang telah menghasilkan dengan dasar bahwa aset biologis tersebut telah mampu memberikan manfaat kontribusi ke dalam perusahaan. Dalam IAS 41 penyusutan juga dilakukan pada aset biologis, akan tetapi penyusutan dilakukan pada aset biologis dewasa dan dinilai berdasarkan harga perolehannya dikurangi

dengan akumulasi penyusutan. Metode penyusutan yang digunakan sesuai dengan kebijakan perusahaan tersebut. Misalkan, perusahaan perkebunan menggunakan harga pokok setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset biologis untuk menilai aset biologis dewasa miliknya, harga pokok dari tanaman biologisnya sebesar Rp 800.000.000,- dengan masa manfaat 25 tahun, maka pencatatan terhadap penyusutan dari aset biologis berdasarkan IAS 41 adalah sebagai berikut:

Page 29: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

25 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Biaya Penyusutan Aset Biologis Dewasa Rp 32.000.000,-

Akum. Peny. Aset Biologis Dewasa Rp 32.000.000,-

d. Pengukuran atas Persediaan

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) mengakui persediaan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi neto. Biaya perolehan persediaan ditentukan dengan menggunakan metode biaya rata-rata yang meliputi seluruh biaya yang terjadi untuk memperoleh persediaan tersebut sampai ke lokasi dan kondisinya saat ini. Nilai realisasi neto persediaan adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan. Sedangkan

berdasarkan IAS 41, hasil dari aset biologis berupa produk agrikultur di ukur berdasarkan nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualan pada saat panen dan jika diakui sebagai persediaan maka harus dinilai sesuai dengan ketentuan pengukuran persediaan pada IAS 2 tentang persediaan. Jurnal pengakuan awal produk agrikultur berdasarkan IAS 41 adalah sebagai berikut:

(misalkan bahwa nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualan dari produk agrikultur yang dihasilkan sebesar Rp 70.000.000,-)

Produk Agrikultur Rp 70.000.000,-

Keuntungan Penilaian Persediaan Rp 70.000.000,-

Dalam IAS 41, pengukuran atas nilai dari aset biologis dilakukan pada saat pengakuan awal dan pada saat tanggal neraca. Pengukuran kembali yang dilakukan tanggal neraca mengharuskan diadakannya revaluasi atas nilai dari aset biologis jika ditemukan perbedaan antara nilai wajar yang telah tercatat dengan nilai wajar pada tanggal neraca. Selisih antara nilai wajar pada tanggal neraca dengan nilai wajar tercatat diakui sebagai laba (gain) atau rugi (losses) atas penilaian kembali.

Pengakuan dan pengukuran aset biologis berdasarkan IAS 41 mampu memberikan informasi yang relevan tentang aset biologis karena aset biologis telah diukur berdasarkan nilai wajarnya, akan tetapi dasar dari pengukuran nilai wajar lebih banyak menggunakan estimasi atau perkiraan yang sulit untuk diukur keandalannya. Hal ini merupakan kelemahan dari pengukuran aset berdasarkan nilai wajar, oleh karena itu

untuk mendapatkan keandalan dari informasi dari nilai wajar, para pengguna laporan keuangan menggunakan jasa penilai aset untuk mendapatkan keyakianan akan keandalan atas informasi yang dihasilkan.

Penyajian Atas Aset Biologis Berdasarkan IAS 41

Dalam laporan keuangan berdasarkan IAS 41, aset biologis yang berupa tanaman perkebunan disajikan dalam neraca ke dalam kelompok aset tidak lancar berupa :

1. Aset biologis belum dewasa merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan lahan perkebunan seperti perbersihan lahan, penanaman bibit, pemupukan, aktivitas pemeliharaan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan tanaman tersebut sampai areal perkebunan yang bersangkutan telah

Page 30: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 26

menghasilkan dan diakui sebagai tanaman menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan disajikan dengan nilai tambahan biaya pengembangan dan kapitalisasi beban keuangan setelah dikurangi dengan reklasifikasi ke tanaman menghasilkan.

2. Aset biologis dewasa disajikan dengan nilai setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Produk agrikultur berupa persediaan dikelompokan ke dalam aset lancar.

Pengungkapan Atas Aset Biologis Berdasarkan IAS 41

Kualitas atas informasi berdasarkan IAS 41 tentang perlakuan akuntansi atas aset biologis berupa tanaman perkebunan yaitu, pengakuan aset biologis yang dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu, aset biologis belum dewasa dan aset biolgis dewasa serta pengukuran aset biologis berdasarkan IAS 41 yang diukur berdasarkan nilai wajarnya, mampu memberikan informasi yang relevan tentang aset biologis.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai perlakuan akuntansi terhadap aset biologis PT. Perkebunanan Nusantara VII (Persero), maka dapat disimpulkan bahwa: 1. PT. Perkebunan Nusantara VII

(Persero) melakukan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan terhadap tanaman perkebunan berupa aset biologis sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu Standar Akuntansi Keuangan, peraturan yang mengacu kepada Surat Edaran Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam), serta peraturan pemerintah lainnya yang mengatur tentang Pedoman Penyajian Laporan

Keuangan untuk perusahaan publik industri perkebunan. Namun masih kurang andal dan kurang relevan informasi mengenai aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) menyebabkan berbagai kesulitan yang dialami oleh perusahaan untuk mendapatkan informasi mengenai biaya-biaya yang berhubungan dengan aset biologis berupa tanaman perkebunan menyebabkan kemungkinan aset biologis berupa tanaman perkebunan dapat disajikan lebih (under value) atau lebih tinggi (over value) dari yang seharusnya.

2. Terdapat perbedaan dan persamaan dalam hal perlakuan tanaman perkebunan berupa aset biologis yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara dengan IAS 41, diantaranya : a. Pengakuan

Tanaman berkebunan berupa aset biologis oleh PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) telah diakui sebagai asset dalam neraca dan diklasifikasikan ke dalam kelompok tanaman dengan nama akun Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM), sedangkan menurut IAS 41 dengan istilah Aset Biologis Belum Dewasa dan Aset Biologis Dewasa. Secara umum keduanya sama, baik perusahaan maupun IAS 41 mengakui aset biologis menjadi dua kelompok berdasarkan kemampuan tanaman dalam menghasilkan yang diukur menurut umur atau pertumbuhan vegetatif serta adanya pengelompokkan aset biologis berdasarkan jenis, umur, dan luas. Perbedaan terjadi hanya pada istilah.

b. Pengukuran Perusahaan mengukur aset biologis berdasarkan harga perolehan didasarkan pertimbangan bahwa nilai ini dapat diukur sehingga

Page 31: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

27 UG JURNAL VOL.12 NO.06

dapat memberikan informasi yang lebih andal. Pengukuran pada PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang hanya berdasarkan harga perolehan belum mampu memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan, karena nilai tersebut dianggap belum mampu memberikan informasi tentang aset biologis yang sebenarnya yang dimiliki oleh aset biologis. Sedangkan berbanding terbalik dengan IAS 41, tanaman perkebunan berupa aset biologis diukur berdasarkan nilai wajar (fair value).

c. Penyajian Tidak ada perbedaan dalam penyajian yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara dengan IAS 41. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) dan IAS 41 untuk penyajian aset biologis, berupa tanaman perkebunan, dikelompokan dalam akun persedian dan aset tidak lancar. Aset biologis PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang diakui sebagai persediaan, dinilai berdasarkan nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih (net realizable value). Berbeda dengan IAS 41 yang pengakuannya berdasarkan dengan nilai wajar sebagai dasarnya.

d. Pengungkapan Secara umum tidak ada perbedaan antara PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) dengan IFRS (IAS 41) dalam pengungkapan mengenai jenis dan jumlah aset biologis, metode penyusutan, umur manfaat dan tarif penyusutan serta rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.

SARAN

Bagi peneliti yang melakukan penelitian sejenis, disarankan sebaiknya untuk menambah objek penelitian agar bisa membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lainnya dalam hal pengakuan dan pengukuran aset biologis yang berupa tanaman perkebunan. Penelitian ini hanya sebatas memberikan gambaran mengenai pengakuan dan pengukuran aset biologis berupa tanaman perkebunan saja, maka dari itu bagi penelitian selanjutnya bisa memberikan gambaran mengenai pengakuan dan pengukuran aset biologis berupa hewan perternakan. Sehingga mampu memberikan kelengkapan tentang penelitian terhadap aset biologis.

DAFTAR PUSTAKA

Adita, Kiswara. 2012. Analisis Penerapan International Accounting Standard (IAS 41) PT. Sampoerna Argro, Tbk. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Vol. 1, No. 2:1-14.

BAPEPAM. 2002. Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Peusahaan Publik Industri Perkebunan. Surat Edaran Bapepam.

BUMN. 2012. Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS.

DPR RI. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tentang Perkebunan.

IFRS. 2009. Internasional Accounting Standard 41 (IAS 41)

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 januari 2015. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Page 32: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 28

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ

PADA UD RIMBA KAMPER John E. H. J. FoEh, Ajeng Sherly Pramestiti Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

johnfoeh@gmail,com, ajengsherly23@yahoo,com

ABSTRACT

The research aims to know the optimum raw material order quantities (EOQ), the total cost of supplies of raw materials, the ordering return point, the frequency of orders, and the application of the method of EOQ at UD Rimba Kamper in a effort to optimize the cost of supplies. The data used in this study consists of primary data and secondary data are either quantitative or quantitative, relating to the supplies of raw materials. Primary data obtained through direct observation and interviews with various stakeholders. Secondary data obtained from documents and managemen reports of the company. The results of this research show that the number of the optimal raw material orders on UD Rimba Kamper is 63.80 m3 in 2014, 63.04 m3 in 2015, and 72.80 m3 in 2016. The total cost of the UD Rimba Kamper raw material supply that issued if EOQ policy applied, Rp. 32.267.554 in the year 2014, Rp. 24.507.185 in the year 2015, and Rp. 28.020.251 in the year 2016. UD Rimba Kamper must perform an order back in the level of inventories of 16.74 m3 in 2014, at 10.08 m3 in 2015, and 9.82 m3 in 2016. Thus the number of actual inventory in the year 2014 22.30 m3, in the year 2015 15.64 m3, in the year 2016 10.92 m3. UD Rimba Kamper had to order as many as 9 times in the year 2014, 8 times in the year 2015, and 8 times in the year 2016. Thus the number of all bookings in the year 2014 of 7.09 m3 , by the year 2015 of 7.88 m3 and in the year 2016 of 9.1 m3 . UD Rimba Kamper can optimize the cost of supplies, neither order of the cost of storage cost. If EOQ method applied, there is a saving from the total cost of the inventory in the year 2014 is Rp. 72.523.229, by the year 2015 is Rp. 68.476.912, and in 2016 is Rp. 76.468.558. Keywords: economical order quantities (EOQ), the total cost of inventory, reorder point, frequency of orders, and the EOQ method. PENDAHULUAN

Proses produksi yang baik membutuhkan keseimbangan antara faktor produksi, yang meliputi: bahan baku, modal, mesin, metode, dan sumber daya manusia. Khusus bahan baku seringkali menjadi faktor penting, dikarenakan persediaan bahan baku merupakan unsur utama dalam kelancaran proses produksi. Untuk itu, setiap perusahaan harus memiliki perencanaan kebutuhan bahan baku yang baik dan harus diselaraskan dengan setiap unsur di dalam perusahaan tanpa terkecuali. Secara umum dipahami

bahwa setiap perusahaan memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengelola persediaan bahan baku. Perbedaan tersebut dapat kita lihat dari jumlah unit bahan baku, waktu penggunaan, maupun jumlah biaya untuk membeli bahan baku. Terlepas dari hal di atas, setiap perusahaan pasti membutuhkan pengelolaan persediaan bahan baku yang tepat. Tanpa adanya pengelolaan persediaan bahan baku yang tepat, perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan produksi yang baik. Perlu diketahui juga, apabila persediaan bahan baku dilakukan dalam jumlah yang terlalu besar (over stock) maka akan menyebakan

beberapa kerugian.

Page 33: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

29 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Menurut Rangkuti, (2007)

pengertian persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Persediaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan, namun hal ini tidak menjadikan perusahaan untuk memiliki persediaan yang sebanyak-banyaknya, memiliki persediaan yang banyak memang memperkecil kemungkin-an persediaan tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Handoko, (2000) persediaan adalah segala sesuatu atau sumber-sumber daya dari sumber organisasi yang disimpan dalam antisipa-sinya terhadap pemenuhan permintaan.

Sementara itu, menurut Assauri, (2004) bahwa pengendalian persediaan merupa-kan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang berurutan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kuantitas, maupun biayanya.

Rangkuti (2004) menyatakan bahwa metoda EOQ merupakan metoda yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian bahan mentahpada setiap kali pemesanan dengan biaya paling rendah.

Selanjutnya Assauri, (2004) menyatakan bahwa metode EOQ merupakan metode yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah. Berbeda dengan itu, menurut Heizer dan Render, (2010) bahwa EOQ adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan. EOQ bertujuan untuk meminimumkan biaya yang timbul oleh

persediaan. Biaya yang penting bagi model ini adalah biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya membawa atau memelihara persediaan, dan biaya penempatan persediaan. Adapun biaya lainnya seperti biaya pembeliaan persediaan itu sendiri, dianggap tidak relevan bagi model ini karena biaya tersebut dianggap konstan.

Pengadaan persediaan pengaman (safety stock) oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying cost dapat serendah mungkin. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman, yaitu penggunaan bahan baku, faktor waktu, dan biaya-biaya yang digunakan. Untuk menentukan biaya persediaan pengamandigunakan analisis statistikyaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimangan yang telah terjadi antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian sebenarnya sehingga diketahui standar deviasinya.

Sementara itu, menurut Riyanto (2001) titik pemesanan kembali (Reorder Point) adalah tingkat persediaan ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pesanan harus segera dilakukan. Selain itu, faktor untuk menentukan ROP adalah penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time) dan besarnya safety stock. Reorder point = (lead Time x Penggunaan per hari) + safety stock.

Salah satu metode yang cukup efisien dalam mengelola pengendalian persediaan bahan baku adalah metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persdiaan. Metode EOQ adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan

Page 34: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 30

dan berapa banyak harus memesan. EOQ bertujuan untuk meminimumkan biaya yang timbul oleh persediaan. Metode ini sering dipakai karena mudah untuk dilaksanakan dan mampu memberikan solusi yang terbaik bagi perusahaan. UD Rimba Kamper menyadari bahwa persaingan semakin kompetitif. 1. Berapa jumlah pesanan bahan baku

yang optimal pada UD Rimba Kamper?

2. Berapa total biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan perusahaan jika menerapkan kebijakan EOQ?

3. Kapan perusahaan melakukan pesanan kembali (Reorder Point) jika perusahaan menerapkan kebijakan EOQ?

4. Berapa kali perusahaan harus melakukan pesanan dalam setahun?

5. Apakah penerapan metode EOQ (Economic Order Quantity) dapat mengoptimalkan biaya persediaan?

METODE PENELITIAN

Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan terdiri dari: Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka-angka mengenai jumlah permintaan barang, biaya-biaya terkait persediaan, dan data-data terkait lainnya. Data kualitatif

yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka.

Sumber data:

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder.

- Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian dengan mengadakan pengamatan langsung atau wawancara.

- Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelitian kepustakaan baik melalui dokumen-dokumen atau laporan tertulis serta informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini

Metode Analisis

Menentukan EOQ (Economic Order Quantity)

EOQ adalah jumlah pesanan yang dapat meminimalkan total biaya persediaan, sehingga perhitungan biaya hanya didasarkan pada biaya yang memengaruhi pemesanan dan pembelian yaitu total biaya pemesanan dan total biaya penyimpanan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Heizer dan Render, 2010):

Keterangan :

Q* = Jumlah pesanan yang ekonomis

D = Jumlah kebutuhan dalam satuan (unit) per tahun

S = Biaya pesanan untuk sekali pesan.

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Menentukan Total Biaya Persediaan

Total biaya persediaan merupakan penjumlahan dari biaya simpan dan biaya pesan. Total biaya persediaan minimum

akan tercapai pada saat biaya simpan sama dengan biaya pesan. Pada saat total biaya persediaan minimum, maka jumlah

Q* =

Page 35: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

31 UG JURNAL VOL.12 NO.06

pesanan tersebut dapat dikatakan jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ).

EOQ adalah jumlah pesanan yang meminimalkan total biaya persediaan, sehingga perhitungan biaya hanya

didasarkan pada biaya digunakan rumus sebagai berikut (Heizer dan Render, 2010):

Keterangan :

TC = Total Biaya Persediaan

Q = Jumlah barang setiap kali pesanan

D = Permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit.

S = Biaya pemesanan untuk setiap pemesanan.

Menentukan Safety Stock

Untuk menentukan biaya persediaan pengaman digunakan analisa statistik yaitu dengan mempertimbangkan penyimpang-an-penyimpangan yang telah terjadi antara

perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian sebenarnya sehingga diketahui standar deviasinya. Adapun rumus standar deviasi menurut Purwanto dan Suharyadi, 2007 adalah sebagai berikut:

Keterangan :

SD = Standar deviasi

X = Pemakaian sesungguhn

X = Perkiraan pemakaian

N = Jumlah data

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan pengaman adalah sebagai berikut :

SS = SD x

Z

Keterangan :

SS = Persediaan pengaman (Safety Stock)

SD = Standar deviasi

Z = Faktor keamanan ditentukan atas dasar kemampuan perusahaan (1.65)

TC =

Page 36: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 32

Tahun

Pemakaian (D) Biaya

Pesanan

(Rp)

(S)

Biaya

Penyimpanan

(Rp)

(H)

Jumlah

(m3)

Harga/m3

(Rp) Total (Rp)

2014 598.16 7.250.000 4.336.660.000 1.755.755 516.168

2015 511.00 7.300.000 3.730.300.000 1.522.011 391.215

2016 610.55 7.500.000 4.579125.000 1.710.027 393.957

Reorder Point

Reorder Point dapat dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan bahan baku selama Lead Time ditambah dengan

jumlah persediaan pengamanan (Safety Stock). Jadi, Reorder Point dapat dihitung dengan rumus, Heizer dan Render, 2010.

Keterangan :

ROP = Re Order Point

D = Tingkat kebutuhan per periode

L = Lead Time

SS = Safety Stock

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Metode EOQ

Metode EOQ memungkinkan perusahaan untuk menentukan jumlah kuantitas pesanan bahan baku yang paling ekonomis

dengan jumlah permintaan dan lead time yang konstan. Perhitungan kuantitas pesanan bahan baku kayu yang optimal selama 2014-2016 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Pemakaian, Biaya Pesanan, dan biaya Penyimpanan Tahunan

Tahun 2014

EOQ =

= = 63.80 m3

Tahun 2015

ROP = (dL)+ SS

Page 37: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

33 UG JURNAL VOL.12 NO.06

EOQ =

= = 63.05 m3

Tahun 2016

EOQ =

= = 72.80 m3

Berdasarkan data hasil perhitungan EOQ di atas, diketahui bahwa kuantitas pesanan bahan baku yang optimal adalah sebesar 63.80 m3 pada tahun 2014, 63.05 m3 pada tahun 2015, dan 72,80 m3 pada tahun 2016 untuk setiap kali pesanan. Perhitungan di atas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara nilai EOQ setiap tahunnya. EOQ secara bertahap mengalami tren yang menurun. Penurunan tersebut disebabkan adanya perbedaan tingkat persediaan dan biaya yang melekat pada persediaan tersebut, khususnya pada

tingkat permintaan bahan baku setiap tahunnya.

Frekuensi Pesanan Optimal

Setelah mengetahui kuantitas pesanan bahan baku yang optimal, frekuensi pesanan baru dapat dihitung. Jumlah frekuensi pesanan dihitung dari pembagian antara permintaan selama tahun yang bersangkutan dengan kuantitas pesanan bahan baku yang optimal atau dengan rumus D/EOQ. Perhitungan frekuensi pesanan/pembelian bahan baku disajikan sebagai berikut.

Tahun 2014

Frekuensi Pesanan = Permintaan selama setahun/EOQ

598,16 m3/63.80 m3 = 9.377 kali (9 kali)

Untuk jumlah sekali pemesanan = volume EOQ/ frekuensi

63.80 m3/9 kali = 7.09 m3

Tahun 2015

Frekuensi Pesanan = Permintaan selama setahun/EOQ

511.00 m3/63.05 m3 = 8.104 kali (8 kali)

Untuk jumlah sekali pemesanan = volume EOQ/ frekuensi = 63.05 m3/8 kali = 7.88 m3

Tahun 2016

Frekuensi Pesanan = Permintaan selama setahun/EOQ = 610.55 m3 / 72.80 m3 = 8.386 kali (8 kali)

Untuk jumlah sekali pemesanan = volume EOQ/ frekuensi = 72.80 m3/8 kali = 9.1 m3

Selanjutnya, data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa komponen biaya persediaan bahan baku yang menimbulkan biaya adalah biaya penyimpanan yaitu sebesar Rp. 16.465.759.-

Tabel 2. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EOQ

Tahun Biaya Penyimpanan

(Rp) Biaya Pesanan

(Rp) Total Biaya

Persediaan (Rp)

2014 16.465.759,- 15.801.795,- 32.267.554,-

2015 12.331.097,- 12.176.088,- 24.507.185,-

2016 14.340.035,- 13.680.216,- 28.020.251,-

Page 38: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 34

Pada tahun 2014, Rp. 12.331.097,- pada tahun 2015, dan Rp. 14.340.035,- pada tahun 2016. Adapun total biaya persediaan bahan baku berdasarkan metode EOQ pada

tahun 2014 sebesar Rp. 32.267.554 pada tahun 2015 sebesar Rp. 24.507.185, dan pada tahun 2016 sebesar Rp. 28.020.251. Safety Stock

Tabel 3. Safety Stock

Standar deviasi yang dihasilkan pada Tabel 3 yaitu 5.17 m3 pada tahun 2014, 9.50 m3 pada tahun 2015, dan 0.88 m3 pada tahun 2016, sehingga

menghasilkan safety stock sebesar 8.53 m3 pada tahun 2014, 3.08 m3 pada tahun 2015, dan 1.46 m3 pada tahun 2016.

Reorder Point

Tabel 4. Reorder Point

Rata-rata pemakaian didapatkan dari hasil bagi dari tingkat pemakaian selama setahun dengan jumlah hari kerja selama setahun yaitu 360 hari (lihat Tabel 4). Jumlah hari kerja diasumsikan sama dengan jumlah hari dalam setahun. Sesuai dengan data di atas, perusahaan harus segera melakukan pesanan kembali pada saat persediaan yang ada di gudang sebesar 16.74 m3 pada tahun 2014, 10.08 m3 pada tahun 2015, dan 9.82 m3 pada tahun 2016.

Tahun

Waktu

tunggu

(hari)

Rata-rata

Pemakaian/hari

/m3

Dl SS ROP (dL+SS)

2014 5 1.64 8.20 8.54 16.74

2015 5 1.40 7 3.08 10.08

2016 5 1.67 8.35 1.47 9.82

Tahun Standar Deviasi

(m3)

Standar

Penyimpangan

(m3)

Safety Stock (m3)

2014 5.17 1.65 8.53

2015 9.50 1.65 3.08

2016 0.88 1.65 1.46

Page 39: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

35 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku

Tabel 5. Perbandingan biaya persediaan bahan baku

Aktual (Rp) EOQ (Rp)

1 Biaya Penyimpanan 27.537.563,- 16.465.759,- 11.071.804,-

2 Biaya Pesanan 77.253.220,- 15.801.795,- 61.451.425,-

3 Biaya Persediaan 104.790.783,- 32.267.554,- 72.523.229,-

145.046.458

Aktual (Rp) EOQ (Rp)

1 Biaya Penyimpanan 27.537.624,- 12.331.097,- 15.206.527,-

2 Biaya Pesanan 65.446.473,- 12.176.088,- 53.270.385,-

3 Biaya Persediaan 92.984.097,- 24.507.185,- 68.476.912,-

136.953.824

Aktual (Rp) EOQ (Rp)

1Biaya Penyimpanan

27.537.594,- 14.340.035,-13.197.559,-

2 Biaya Pesanan 76.951.215,- 13.680.216,- 63.270.999,-

3 Biaya Persediaan 104.488.809,- 28.020.251,- 76.468.558,-

152.937.116Total

No Uraian2016 Pengehematan

(Rp)

Total

Pengehematan

(Rp)Uraian

2014No

No Uraian2015 Pengehematan

(Rp)

Total

Data pada Tabel 5 menjelaskan bahwa metode EOQ memberikan manfaat bagi perusahaan dengan adanya penghematan, baik dari sisi biaya penyimpanan maupun dari sisi biaya pesanan. Penghematan yang terjadi pada biaya penyimpanan sebesar Rp.11.071.804,- pada tahun 2014, Rp. 15.206.527,- pada tahun 2015, dan Rp.13.197.559,- pada tahun 2016. Sementara itu, penghematan yang terjadi pada biaya pesanan sebesar Rp. 61.451.425,- pada tahun 2014, Rp. 53.270.385,- pada tahun 2015, dan Rp. 63.270.999,- pada tahun 2016. Total penghematan biaya persediaan sebesar Rp. 72.523.229,- pada tahun 2014, Rp. 68.476.912,- pada tahun 2015, dan Rp. 76.468.558,- pada tahun 2016. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan hasil

perhitungan yang telah diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan terhadap penerapan model EOQ pada UD Rimba Kamper kesimpulan yang diperoleh yaitu :

1. Jumlah pesanan bahan baku yang optimal pada UD Rimba Kamper

adalah sebesar 63.80 m3 pada tahun 2014, 63.05 m3 pada tahun 2015, dan 72.80 m3 pada tahun 2016.

2. Total biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan perusahaan jika menerapkan kebijakan EOQ adalah sebesar Rp. 32.267.554,- pada tahun 2014, Rp. 24.507.185,- pada tahun 2015, dan Rp. 28.020.251,- pada tahun 2016.

3. UD Rimba Kamper harus melakukan pesanan kembali pada tingkat persediaan sebesar 16.74 m3 pada tahun 2014, 10.08 m3 pada tahun 2015, dan 9.82 m3 pada tahun 2016. Dengan demikian jumlah persediaan yang aktual pada tahun 2014 sebesar (16.74+5.56 = 22.30 m3) pada tahun 2015 sebesar (10.08+5.56 = 15.64 m3) pada tahun 2016 sebesar ( 9.82 + 1.10 = 10.92 m3).

4. UD Rimba Kamper harus melakukan frekuensi pesanan sebanyak 9 kali pada tahun 2014, 8 kali pada tahun 2015, dan 8 kali pada tahun 2016.

5. UD Rimba Kamper dapat mengoptimalkan biaya persediaan,

Page 40: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 36

baik biaya pesanan maupun biaya penyimpanan. Bila diterapkan metode EOQ, maka terdapat penghematan total biaya persediaan pada tahun 2014 sebesar Rp. 72.523.229,- pada tahun 2015 sebesar Rp. 68.476.912,- dan pada tahun 2016 sebesar Rp. 76.468.558,-

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di atas, maka penulis mengajukan saran-saran kepada pihak UD Rimba Kamper yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam kebijakan persediaan. Adapun saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. UD Rimba Kamper sebaiknya melakukan proses pengendalian persediaan agar hal-hal yang dapat menghambat jalannya proses produksi dapat segera diatasi sampai selesai.

2. UD Rimba Kamper sebaiknya menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity), karena dengan menggunakan metode EOQ maka biaya persediaan menjadi lebih optimal.

3. UD Rimba Kamper sebaiknya harus melakukan pesanan kembali pada tingkat persediaan yang telah ditentukan.

4. UD Rimba Kamper harus memperhatikan frekuensi pesananan bahan baku agar lebih optimal.

5. UD Rimba Kamper harus memerhatikan dua komponen biaya persediaan, yaitu biaya penyimpanan dan biaya pesanan. Dua komponen biaya ini menjadi acuan utama perusahaan dalam menentukan kebijakan penentuan pengendalian.

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, Tuti. 2009. “Optimalisasi Persediaan Kayu Pada UD Netral Jaya Dengan Menggunakan Metode EOQ” Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.

Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta

Dohar Pardomuan Marbun, Hudzaifah, 2015. Analisis “Optimalisasi Persediaan dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ)” Jurnal Universitas Pembangunan Jaya #2 Volume 2 Maret 2015, pp 37-48.

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Handoko, T. Hani. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.

Heizer, Jay dan Barry Render. 2010. Manajemen Operasi. Edisi Kesembilan Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Kiani, Ika Ayu, (2016) “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Sengon Dengan Metode EOQ ( Studi Pada PT Dharma Satya Nusantara Temanggung)”, pp 1-13

Prawisentono, Suryadi, 2001. Manajemen Operasi: Analisis dan Studi Kasus. Edisi Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara.

Rangkuti, Feddy. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Siswanto. 2007. Operations Research. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Page 41: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

37 UG JURNAL VOL.12 NO.06

PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK

WARDAH

Lailita Siami , Nenik Diah Hartanti

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma,

Email: [email protected] , [email protected]

ABSTRAK Seiring dengan perkembangan zaman, kosmetik tampaknya menjadi kebutuhan primer bagi sebagian wanita. Jumlah pengguna kosmetik semakin meningkat, semakin banyak perusahaan yang memproduksi kosmetik. Perusahaan kosmetik harus mampu bersaing bagaimana menciptakan inovasi baru yang kreatif dan dapat meningkatkan rasa kepuasan bagi pengguna kosmetik itu sendiri baik dari segi kualitas produk, harga yang ditawarkan dan promosi dari perusahaan kosmetik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kualitas produk, harga dan promosi terhadap keputusan pembelian. Objek penelitian adalah konsumen yang membeli dan menggunakan produk kosmetik wardah di Kota Depok. Sampel berdasarkan non probability sampling sebanyak 100 responden, data diolah menggunakan bantuan aplikasi SPSS 22. Kemudian analisis data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji f, uji t dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan kualitas produk, harga dan promosi secara parsial memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian produk kosmetik Wardah dan kualitas produk, harga dan promosi secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian produk kosmetik wardah. Kata kunci: Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Keputusan Pembelian PENDAHULUAN

Di era globalisasi dengan persaingan yang semakin ketat ini perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menjalankan kegiatan usahanya serta dituntut selalu menjaga kualitas produk agar tidak tertinggal dengan perusahaan pesaing. Dengan persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus mencermati perilaku konsumen terlebih dahulu agar perusahaan bisa mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen seperti dinyatakan oleh Kotler dan

Keller (2009) Perilaku Konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan mempelajari perilaku konsumen perusahaan bisa mengetahui faktor-faktor keputusan pembelian oleh konsumen. Konsumen sebelum melakukan pembelian mengevaluasi terlebih dahulu produk yang akan dibeli dari

Page 42: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 38

segi kualitas produk, harga dan promosi yang dilakukan perusahaan terhadap produk tersebut. Seperti yang dinyatakan Kotler dan Keller (2009) Perusahaan yang cerdas berusaha untuk memahami proses keputusan pembelian konsumen secara penuh, semua pengalaman konsumen dalam pembelajaran, memilih menggunakan dan bahkan menyingkirkan produk.

Bisnis kecantikan dibidang kosmetik adalah salah satu yang sedang ramai dalam persaingan usaha saat ini. Industri kosmetik di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Bagi sebagian besar wanita, berdandan dan merawat kulit merupakan kebutuhan dasar. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, pada 2016 penjualan kosmetik dalam negeri sebesar Rp 36 triliun, meningkat lebih dari dua kali lipatnya dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp 14 triliun. Produk kosmetik, perawatan wajah dan rambut menyumbang 10-15% per tahun. (www.kumparan.com)

Seiring perkembangan zaman kosmetik seolah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian kaum wanita. Jumlah pengguna kosmetik semakin meningkat dan perusahaan semakin banyak yang memproduksi kosmetik. Dengan banyaknya jenis kosmetik maka perusahaan kosmetik harus mampu bersaing bagaimana menciptakan inovasi baru yang kreatif dan dapat meningkatkan rasa kepuasan bagi pengguna kosmetik itu sendiri baik dari segi kualitas produk, harga yang ditawarkan dan promosi yang dilakukan perusahaan kosmetik tersebut.

Kualitas produk adalah hal utama yang mempengaruhi keputusan pembeli untuk membeli produk tersebut. Semakin baik kualitas produk maka semakin meningkatkan minat konsumen untuk memilih atau membeli produk tersebut, dengan minat konsumen terhadap produk kosmetik tersebut meningkat maka perusahaan akan menghasilkan keuntungan yang besar. Menurut Kotler dan Keller (2009), menyatakan bahwa kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai bahkan melebihi dari apa yang diinginkan konsumen.

Konsumen dalam mengambil keputusan pembelian diantaranya mempertimbangkan harga dari produk. Biasanya konsumen akan menimbang dan memilih produk dari alternatif harga produk satu dengan produk lainnya. Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi membutuhkan banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan positioning nilai yang dimaksudkan dari produk atau merek perusahaan pasar. Produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat dijual dengan harga tinggi dan menghasilkan laba yang besar. Pemasar menyadari bahwa konsumen sering memperoses informasi harga secara aktif, menerjemahkan harga berdasarkan pengetahuan dari pengalaman pembelian sebelumnya. Harga merupakan salah satu faktor keputusan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan kesesuaian harga dengan kualitas produk.

Page 43: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

39 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Promosi merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan tujuan penjualan sebuah perusahaan. Promosi dirancang untuk menstimulasi pembeli yang lebih cepat atau lebih besar atas produk tertentu oleh konsumen. Tujuan promosi adalah untuk menarik pencoba baru, menghargai pelanggan setia, dan meningkatkan tingkat pembelian kembali pengguna jarang membeli. (Kotler dan Keller, 2009).

Gaya hidup halal saat ini masuk ke dalam pemilihan produk untuk kehidupan sehari-hari. Salah satunya untuk kaum hawa, yaitu produk kosmetik. Ketergantungan mereka dalam penggunaan kosmetik harus dibarengi dengan sertifikasi halal pada produk tersebut, sehingga mereka aman dan nyaman dalam menggunakkannya.(www.gomuslim.co.id). Kosmetik Wardah salah satu kosmetik yang memiliki lisensi halal bagi kaum muslimah. Wardah merupakan salah satu produk kosmetik yang diproduksi oleh PT. Pusaka Tradisi Ibu (PTI) yang berganti nama menjadi PT. Paragon Technology and Innovation (PTI) pada tahun 2011. Kosmetik Wardah

mengutamakan kualitas dengan bahan yang terkandung aman dan halal. Harga yang ditawarkan juga terjangkau. Dengan harga yang terjangkau wardah bisa memberikan kosmetik dengan kualitas yang aman dan halal.

Strategi perusahaan untuk menarik minat konsumen diantaranya adalah dengan menetapkan harga produk untuk merangsang respon pasar yang lebih kuat. Kosmetik Wardah hadir dengan harga yang terjangkau dengan kualitas yang baik dan halal sehingga diharapkan mampu menarik pembeli untuk menjadi konsumen yang loyal serta berbagai promosi untuk menjadikan wardah produk yang terbaik dibandingkan pesaingnya.

Dengan label halal yang diusung kosmetik wardah akan mempermudah perusahaan untuk mempromosikan produk yang berbeda dengan kosmetik merek lain. Hal ini dapat mempengaruhi para konsumen muslim untuk memilih kosmetik wardah karena label promosi yang berbeda dengan produk kosmetik merek lain.

Kualitas produk menurut Kotler dan Keller (2009) adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai bahkan melebihi dari apa yang diinginkan pelanggan. Menurut Abdullah dan Tantri (2016) kualitas produk adalah kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya. Termasuk kedalamnya keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki, serta atribut bernilai lainnya. Sangadji dan Sopiah (2013) mendefinisikan kualitas produk

sebagai evaluasi menyeluruh pelanggan atas kebaikan kinerja barang atau jasa. Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas produk menurut Sangadji dan Sopiah (2013), yaitu: 1. Kinerja 2. Reliabilitas 3. Daya tahan 4. Estetika

Page 44: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 40

a. Harga Menurut Kotler dan Keller

(2009), harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan biaya. Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi membutuhkan banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan positioning nilai yang dimaksudkan dari produk atau merek perusahaan pasar. Produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat dijual dengan harga tinggi dan menghasilkan laba yang besar. Pemasar menyadari bahwa konsumen sering memperoses informasi harga secara aktif, menerjemahkan harga berdasarkan pengetahuan dari pengalaman pembelian sebelumnya.

Indikator harga mengacu pada jurnal Amrullah dan Agustin (2016), yaitu:

1. Keterjangkauan harga 2. Kesesuian harga dengan

kualitas produk dan manfaat 3. Daya saing harga

b. Promosi

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013) promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan konsumen atas produk yang ditawarkan produsen atau penjual.

Tujuan promosi adalah memodifikasi tingkah laku konsumen, memberitahukan/menginformasikan produk kepada konsumen, membujuk dan memotivasi konsumen agar mau membeli produk yang ditawarkan, dan mengingatkan konsumen tentang produk agar tidak beralih ke produk lain.

Indikator-indikator promosi, yaitu: 1. Media promosi 2. Memiliki pesan promosi 3. Iklan yang menarik 4. Promosi penjualan

c. Keputusan Pembelian Sangadji dan Sopiah (2013)

mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua pilihan alternatif atau lebih. Menurut Kotler dan Amstrong (2008) keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai dari berbagai alternatif yang ada. Keputusan pembelian merupakan kegiatan pemecahan masalah dalam pemilihan alternatif perilaku. Keputusan pembelian tidak hanya menghasilkan pembelian aktual.

Indikator keputusan pembelian yang digunakan, yaitu: 1. Kebutuhan dan keinginan akan

suatu produk 2. Pencarian informasi 3. Kemantapapan akan suatu

produk 4. Keputusan pascapembelian

Page 45: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

41 UG JURNAL VOL.12 NO.06

1. Model Penelitian dan Hipotesis

Gambar 1. Model Penelitian

Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H1: Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

H2: Harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

H3: Promosi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

H4: Kualitas Produk, Harga dan Promosi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

METODE PENELITAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey, populasi yang digunakan adalah responden yang

membeli dan menggukan produk kosmetik wardah di Kota Depok. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling dengan jumlah sampel 100 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisa data untuk menjawab hipotesis adalah dengan regresi linier berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Regresi Linier

Berganda Dalam analisis regresi ini

digunakan tingkat kepercayaan 95%, sehingga diperoleh tingkat signifikansi (alpha) 0,05. Berikut ini adalah hasil output regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS versi 22.

Keputusan Pembelian

(Y)

Kualitas Produk

(X1)

Harga

(X2)

Promosi

(X3)

H1

H2

H3

H4

Page 46: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 42

Tabel 1 Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -4.585 4.386 -1.045 .299

Kualitas Produk

.566 .100 .449 5.654 .000

Harga .512 .230 .202 2.226 .028

Promosi .384 .122 .265 3.156 .002

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian Sumber: pengolahan data SPSS 22, 2017

Dari tabel 1 di atas, bahwa

terdapat pengaruh positif antara variabel independen yaitu kualitas produk (X1), harga (X2), dan promosi (X3) terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y). Sehingga didapat persamaan regresinya adalah: Y= -4,585 + 0,566 X1 +0,512 X2 + 0,384 X3

Persamaan di atas berarti: 1. Nilai konstanta sebesar -4,585

menunjukan bahwa apabila variabel kualitas produk (X1), harga (X2) dan promosi (X3) diasumsikan = 0, maka nilai keputusan pembeliannya (Y) adalah sebesar – 4,585.

2. Nilai regresi kualitas produk (X1) sebesar 0,566, artinya setiap peningkatan variabel kualitas produk sebesar satu satuan maka keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,566. Jadi apabila kinerja, kehandalan, daya tahan dan estetika ditingkatkan maka keputusan pembelian juga akan semakin meningkat. Hal ini menyatakan bahwa produk

kosmetik Wardah berkualitas baik dan dapat memenuhi keinginan konsumen secara keseluruhan.

3. Nilai regresi harga (X2) sebesar 0,512, artinya setiap peningkatan variabel harga sebesar satu satuan maka keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,512. Jadi apabila harga yang ditawarkan terjangkau sesuai dengan manfaat dan dapat bersaing maka akan meningkatkan keputusan pembelian pada produk kosmetik Wardah.

4. Nilai regresi promosi (X3) sebesar 0,384, artinya setiap peningkatan variabel promosi sebesar satu satuan maka keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,384. Jadi apabila promosi di media iklan televisi dan media cetak, pesan promosi yang disampaikan dan promosi penjualan ditingkatkan maka akan semakin menarik minat konsumen dan dapat meningkatkan keputusan

Page 47: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

43 UG JURNAL VOL.12 NO.06

pembelian produk kosmetik Wardah.

2. Koefisien Determinasi

Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk menunjukan seberapa besar kontribusi variabel bebas

terhadap variabel terikat. Semakin tinggi koefisien determinasi maka semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya.

Tabel 2 Hasil Uji Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .727a .529 .514 3.87540

a. Predictors: (Constant), Promosi, Kualitas.Produk, Harga b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian Sumber : Pengelolaan data SPSS 22

Berdasarkan tabel 2 di atas

diperoleh nilai Adjusted R square sebesar 0,514 atau 51,4%. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh variabel independen (kualitas produk, harga dan promosi) terhadap variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 51,4%. Dalam hal ini variasi variabel independen mampu menjelaskan sebesar 51,4% terhadap variasi variabel dependen, sedangkan sisanya 49,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

3. Uji Parsial (Uji T)

Pembahasan ini ditekankan pada pengaruh variabel independen

secara individual terhadap variabel dependen. Dengan demikian pengaruh masing-masing variabel dapat diperbandingkan. Dalam hal ini dasar pengambilan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: Ho : variabel-variabel independen (kualitas produk, harga dan promosi) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian) Ha : variabel-variabel independen (kualitas produk, harga dan promosi) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian)

Page 48: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 44

Tabel 3. Hasil Uji T

Menentukan t tabel dan t hitung dengan tingkat kepercayaan 95% atau taraf signifikan sebesar 5% (α = 0,05) dan df = n – k atau 100 – 4 = 96 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel bebas dan terikat). Jadi hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 1,985. 1. Kualitas Produk (X1) Terhadap

Keputusan Pembelian (Y) Dari hasil tabel 4 terlihat hasil

pengujian hipotesis kualitas produk menunjukan nilai T-hitung sebesar 5,564 > 1,985 dengan taraf signifikan 0,000. Hasil tersebut menunjukan bahwa secara parsial kualitas produk wardah berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian karena T-hitung > T-tabel dan nilai signifikannya < 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa secara parsial kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kosmetik wardah di Kota Depok.

2. Harga (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y) Dari hasil tabel 4 terlihat hasil

pengujian hipotesis harga menunjukan nilai T-hitung sebesar 2,226 > 1,985 dengan taraf signifikan 0,28. Hasil ini menunjukan bahwa secara parsial harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian karena T-hitung < T-tabel dan nilai signifikannya < 0,05 maka Ho ditolah Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa secara parsial harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kosmetik wardah di Kota Depok.

3. Promosi (X3) Terhadap

keputusan Pembelian (Y) Dari hasil tabel 3. terlihat hasil

pengujian hipotesis kualitas produk menunjukan nilai T-hitung sebesar 3,156 > 1,985 dengan taraf signifikan 0,002. Hasil tersebut menunjukan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -4.585 4.386 -1.045 .299

Kualitas Produk

.566 .100 .449 5.654 .000

Harga .512 .230 .202 2.226 .028

Promosi .384 .122 .265 3.156 .002

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian Sumber : pengolahan data SPSS 22

Page 49: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

45 UG JURNAL VOL.12 NO.06

bahwa secara parsial promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian karena T-hitung > T-tabel dan nilai signifikannya < 0,05 maka Ho ditolah Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa secara parsial promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kosmetik wardah di Kota Depok.

4. Uji Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk (X1), harga (X2) dan promosi (X3) terhadap keputusan pembelian (Y). Pengujian dilakukan dengan melihat nilai sig. pada tabel anova, jika nilai sig. < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti bahwa pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas produk (X1), harga (X2) dan promosi (X3) secara simultan atau bersama-sama terhadap keputusan pembelian (Y). Sebaliknya jika nilai sig. > 0,05 maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas produk (X1), harga (X2) dan

promosi (X3) secara bersama-sama atau simultan terhadap keputusan pembelian (Y). Untuk melihat F tabel dalam pengujian hipotesis pada model regresi, perlu menentukan derajat bebas (df). Hal ini ditentukan dengan rumus df1 = k-1 atau 4 – 1 =3 dan df2 = n – k atau 100 – 4 = 96 (dimana n banyaknya jumlah data dan k adalah banyaknya variabel dependen dan independen). Dalam pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 5% atau 0,05 dengan df 3,96 = 2,70 . Dalam hal ini dasar pengambilan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

Ho : variabel-variabel independen (kualitas produk, harga dan promosi) secara simultan atau bersama- sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian) Ha : variabel-variabel independen (kualitas produk, harga dan promosi) secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian)

Tabel 4. Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df

Mean Square F Sig.

1 Regression

1616.206 3 538.735 35.871

.000b

Residual

1441.794 96 15.019

Total 3058.000 99

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian b. Predictors: (Constant), Promosi, Kualitas.Produk, Harga Sumber : pengolahan data SPSS 22

Page 50: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 46

Pada tabel 4 di atas, dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 35,871 > Ftabel sebesar 2,70 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, karena Fhitung > Ftabel dengan nilai signifikannya 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa secara simultan variabel independen (kualitas produk, harga dan promosi) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian). PEMBAHASAN

1. Kualitas Produk (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y) Dari hasil tabel 4 terlihat hasil

pengujian hipotesis kualitas produk menunjukan nilai T-hitung sebesar 5,564 > 1,985 dengan taraf signifikan 0,000. Hasil tersebut menunjukan bahwa secara parsial kualitas produk wardah berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian karena T-hitung > T-tabel dan nilai signifikannya < 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima. Kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di Kota Depok sebab produk yang berkualitas tinggi adalah produk yang merangsang persepsi dan emosional konsumen yang berdampak pada keputusan konsumen untuk melakukan pembelian melalui kinerja dari produk kosmetik Wardah yang baik, kosmetik Wardah memiliki kandungan bahan yang aman bagi kulit, memiliki kehandalan seperti kosmetik Wardah menghasilkan hasil yang memuaskan dan memiliki daya tahan yang tidak mudah rusak dan

desain kemasan yang menarik. Setiap produk Wardah telah menyatukan konsep dari teknologi terbaru yang didukung dengan formulasi sesuai Internasional Dermatologist Standart disertai bahan baku alami yang berkualitas serta aman untuk berbagai jenis kulit asia dimana proses produksi melalui uji pengawasan seksama dari para ahli dan dokter kulit. Dalam salah satu program training bertajuk “Good Consumers in Good Manufacture” dijelaskan bahwa secara langsung bahan yang halal dapat menjamin kualitas dari suatu produk. Ramuan kosmetik yang berasal dari bahan yang halal mampu membuat konsumen merasa nyaman secara psikis dan melindungi fisik dari kontamian-kontaminan bahan tidak halal (www.kompasiana.com). Kosmetik wardah merupakan salah satu kosmetik halal. Dengan kualitas produk yang baik, konsumen dibuat merasa aman saat membeli produk yang nantinya memicu terjadinya keputusan pembelian oleh konsumen tersebut. 2. Harga (X2) Terhadap

Keputusan Pembelian (Y) Dari hasil tabel 4 terlihat hasil

pengujian hipotesis harga menunjukan nilai T-hitung sebesar 2,226 > 1,985 dengan taraf signifikan 0,28. Hasil ini menunjukan bahwa secara parsial harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian karena T-hitung < T-tabel dan nilai signifikannya < 0,05 maka Ho ditolah Ha diterima. Harga menentukan keputusan pembelian konsumen, karena harga salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen dalam pengambilan

Page 51: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

47 UG JURNAL VOL.12 NO.06

keputusan. Penetapan harga tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi itu penting untuk menjaga kompetitif antar sesama perusahaan terutama perusahaan sejeins. Oleh karena itu penetapan harga harus sesuai dengan persepsi konsumen tentang harga produk kosmetik Wardah yang meliputi unsur keterjangkauan harga, harga produknya sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diberikan dan memiliki harga yang dapat bersaing dengan produk kosmetik lain dapat mempengaruhi keputusan pembelian.

3. Promosi (X3) Terhadap keputusan Pembelian (Y) Dari hasil tabel 4 terlihat hasil

pengujian hipotesis kualitas produk menunjukan nilai T-hitung sebesar 3,156 > 1,985 dengan taraf signifikan 0,002. Hasil tersebut menunjukan bahwa secara parsial promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian karena T-hitung > T-tabel dan nilai signifikannya < 0,05 maka Ho ditolah Ha diterima. Hasil ini menunjukan bahwa pesan promosi dan iklan yang disampaikan kosmetik wardah jelas, mudah dipahami dan menarik, sering melakukan diskon kepada pelanggannya. Semakin sering produk kosmetik Wardah melakukan promosi maka semakin menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian. Promosi kosmetik Wardah berupa iklan dapat dijumpai melalui media elektronik dan cetak seperti iklan ditelevisi dan majalah-majalah, Wardah sendiri untuk menarik minat konsumen

menggunakan brand ambasador artis cantik dan terkenal yang dapat menginspirasi kaum wanita seperti Inneke Koesherawati, Natasha Rizky, Ria Miranda, Dian Pelangi, Zaskia Sungkar, Dewi Sandra, Lisa Namuri, Tatjana Sapira, dan Mesty Ariotedjo. Selain menggunakan brand ambasador untuk menarik minat konsumen, Wardah juga melakukan promosi penjualan dengan memberikan potongan harga setiap pembelian kosmetik Wardah. Seperti yang terdapat di salah satu supermarket di Depok setiap pembelian kosmetik wardah akan mendapat potongan harga sebesar 10%. 4. Kualitas Produk, Harga dan

Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Pada tabel 5 di atas, dapat dilihat

nilai Fhitung sebesar 35,871 > Ftabel sebesar 2,70 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, karena Fhitung > Ftabel dengan nilai signifikannya 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa secara simultan variabel independen (kualitas produk, harga dan promosi) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian). Hal ini dapat dilihat dari kualitas produk yang diberikan kosmetik wardah dari segi kinerja produk memiliki kandungan bahan baku yang aman bagi kulit, kehandalan kosmetik Wardah yang mampu memuaskan kebutuhan konsumen, daya tahan dilihat dari kemasan produk wardah kuat tidak mudah rusak dan segi warna dan desain kosmetik Wardah yang menarik.

Page 52: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 48

Produk yang berkualitas baik adalah produk yang dapat memenuhi persepsi dan keinginan konsumen secara keseluruhan. Selain kualitas produk, yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah harga. Penetapan harga produk harus disesuaikan dengan manfaat yang diberikan kepada konsumen. Karena konsumen akan memilih produk yang terjangkau dan harganya yang sesuai kualitas dan manfaat, serta dapat bersaing dengan produk kosmetik yang lain. Selain kualitas produk dan harga, yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah promosi. Promosi dan iklan yang disampaikan kosmetik wardah jelas, mudah dipahami dan menarik, produk kosmetik wardah juga sering melakukan diskon kepada pelanggannya. Apabila kegiatan promosi ditingkatkan, konsumen akan lebih mengenal produk kosmetik Wardah sehingga tingkat keputusan pembelian produk kosmetik wardah juga meningkat. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kualitas Produk (X1), Harga (X2) dan Promosi (X3) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di Kota Depok.

2. Kualitas Produk (X1), Harga (X2) dan Promosi (X3) secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian kosmetik Wardah di Kota Depok. Hal ini menunjukan bahwa kualitas produk kosmetik wardah baik dan aman dikonsumsi, harga yang ditawarkan terjangkau sesuai dengan manfaat dan kualitas serta promosi yang dilakukan kosmetik wardah dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk kosmetik wardah.

SARAN

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, ada beberapa saran yang akan peneliti sampaikan, yaitu:

1. Diharapkan kepada perusahaan kosmetik Wardah untuk meningkatkan kualitas produk agar konsumen tetap puas dalam menggunakan produk kosmetik wardah dan selalu melakukan pembelian ulang.

2. Meningkatkan promosi untuk lebih menarik minat konsumen dalam memilih kosmetik Wardah.

3. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya, menambahkan suatu variabel-variabel yang ada kaitannya dengan keputusan pembelian salah satunya brand image dengan menambahkan produk kosmetik yang halal pada salah satu indikatornya, guna mengembangkan penelitian yang telah peneliti lakukan.

Page 53: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

49 UG JURNAL VOL.12 NO.06

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Thamrin dan Tantri,

Francis 2012. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Alma, Buchari. 2016. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta

Amrullah, R. A dan Agustin, S. 2016. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Honda Beat. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol. 5 No. 7 Juli 2016. ISSN : 2461-0593

Aspan, H., Sipayung, I.M., Muharrami, A.D., dan Ritonga, H.M., 2017. The Effect of Halal Label, Halal Awarness, Product Price, and Brand Image to the Purchasing Decision on Cosmetic Products. Internasional Journal of Global Sustainability Vol. 1 No.1 2017. ISSN 1937-7924

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Ed. Kedua. Jakarta: Karisma Putra Utama

Ghozali, Imam .2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Edisi 8. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Habibah, U., dan Sumiati. 2016. Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Wardah Di Kota Bangkalan Madura. Jurnal Ekonomi & Bisnis Vol.1 No. 1 Maret 2016, Hal. 31-43

http://kumparan.com diakses pada oktober

http://gomuslim.co.id diakses pada oktober

http://topbrand-award.com diakses pada november

http://dream.co.id diakses pada november

Julianingtias, Y., Suharyono, dan Abdillah, Y., 2016. Analisis Perbandingan Produk Merek Global dan Merek Lokal Terkait Bauran Pemasaran dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 37 No. 2 Agustus 2016.

Kotler, Philip and Gary Amstrong. 2012. Marketing : An Introduction. Jakarta: Erlangga

Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13 Jilid Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2017. Manajemen Pemasaran. Edisi 12 Jilid 1. Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta: Indeks

Khraim, S.H., 2011. The Influence of Brand Loyalty on Cosmetics Buying Behaviour of UAE Femaele Consumers. Internasional Journal of Marketing Studies. Vol. 3 No. 2 May 2011.

Lamb, Charles W., Hair, Joseph F., dan McDaniel, Carl. 2000. Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Page 54: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 50

Mahmudah, S.I., dan Tiarawati, M., 2013. Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pond’s Flawless White. Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 1 No. 3 Mei 2013

Mowen, John C dan Minor, Michael. 2001. Perilaku Konsumen. Jilid Kedua. Jakarta:Erlangga

Nuraini, A., dan Maftukhah, I., 2015. Pengaruh Celebrity Endorser dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Citra Merek pada Kosmetik Wardah di Kota Semarang. Management Analysis Journal Vol. 4 No. 2 Juni 2015. ISSN 2252-6552

Peter, Paul J dan Olson, Jerry C. 2013. Perilaku Konsumen & Strategi Pemasaran. Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat

Rao, Purba 1996. Measuring Consumer Perception Through Factor Analysis.

The Asian Manager. February – March. pp 28-32

Restiana, S., dan Wijaksana I.T., . 2017. The Influence of Product Attribute To Decision Purchase Process. e-Proceeding of Management Vol/4 No. 1 April 2017, Hal. 817

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sulistyari, N.I., dan Yoestini. 2012. Analisis Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Minat Beli Produk Oriflame. Diponegoro Journal Of Management Vol. 1 No.1 2012, Hal. 1

Suliyanto. 2008. Teknik Proyeksi Bisnis. Yogyakarta: Andi

Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius 2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta: Andi

Page 55: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

51 UG JURNAL VOL.12 NO.06

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PT. SMR UTAMA TBK DENGAN METODE EVA (ECONOMIC VALUE ADDED) TAHUN

2012-2016

Monica Putri Wigustira, Afrila Eki Pradita

Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

[email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat EVA dan mengetahui perkembangan kinerja keuangan PT. SMR Utama,Tbk tahun 2012-2016 dengan menggunakan alat analisis yang sudah digunakan di Indonesia sejak tahun 2000 yaitu Economic Value Added (EVA). Dari hasil penelitian didapat bahwa PT. SMR Utama,Tbk memiliki nilai negatif hingga positif di setiap tahunnya karena perekonomian global dan harga batu bara tersebut. Hasil EVA yang didapat tahun 2012 sebesar Rp -22.850.328.206, tahun 2013 sebesar Rp -19.548.277.512, tahun 2014 meningkat dan mendapatkan nilai positif sebesar Rp 175.653.592, lalu pada tahun 2015 kembali mendapatkan nilai positif sebesar Rp 315.124.874 dan tahun 2016 sebesar Rp 220.648.436. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan kinerja keuangan dan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat modal para penyandang dana.

Kata kunci : economic value added, PT. SMR Utama

PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi saat ini perkembangan perekonomian sangat meningkat, sehingga membuat tujuan disetiap perusahaan tidak hanya untuk menghasilkan keuntungan yang besar, karena pihak manajemen juga berkewajiban untuk menciptakan nilai tambah dalam perusahaan tersebut. Nilai pada suatu peruahaan sangat penting untuk dapat menarik atau membandingkan produk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya dan bisa menarik minat investor maupun pelanggan atau masyarakat luas bahwa perusahaaan memiliki kualitas yang baik. Alat analisis yang sering digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan memiliki kelemahan yaitu mengabaikan unsur biaya modal. Alterntif alat

pengukur kinerja tersebut adalah dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). Pendekatan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) mampu menutupi kelemahan dari analisis rasio keuangan, sehingga kedua alat pengukur ini dapat saling membantu dan melengkapi untuk proses pengukuran kinerja keuangan dalam perusahaan.

Perekonomian Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi, sehingga membuat pendapatan perusahaan tambang mengalami fluktuasi. Pihak BEI (Bursa Efek Indonesia) pernah melakukan suspensi untuk perdagangan saham PT. SMR Utama, Tbk. Penghentian tersebut dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai. Penghentian dikarenakan adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham PT. SMR Utama, Tbk. Penghentian

Page 56: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 52

sementara dilakukan dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi para pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara terperinci berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham PT. SMR Utama, Tbk.

PT. SMR Utama Tbk adalah perusahaan induk. Melalui anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki, PT Ricobana Abadi (RBA), SMRU memiliki kontraktor penambangan yang memberikan jasa penambangan dalam kontrak jangka panjang dengan produsen batubara, seperti PT Berau Coal. Perusahaan awalnya didirikan dengan nama PT. Dwi Satria Jaya pada tanggal 11 November 2003. Pada tanggal 30 November 2010, perusahaan mengubah namanya menjadi PT. SMR Utama Tbk.

EVA adalah suatu pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Metode EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. EVA juga merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. EVA merupakan alternatif untuk mengukur keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memiliki EVA yang positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut telah mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, sebaliknya apabila EVA negatif, dinamakan distructing atau destroying value.

TOLAK UKUR NILAI EVA (ECONOMIC VALUE ADDED)

Menurut Singgih (2008) tolak ukur analisis EVA dalam jurnalnya sebagai berikut:

1. Jika EVA > 0 maka telah terjadi penambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan dan perusahaan dapat menciptakan nilai perusahaan.

2. Jika EVA = 0 maka secara ekonomis perusahaan dalam keadaan impas karena semua laba yang ada digunakan untuk membayar kewajiban pemegang saham (tidak mampu menutup nilai perusahaan).

3. Jika EVA < 0, berarti kinerja operasionalnya perusahaan telah gagal memenuhi harapan para investor.

ELEMEN-ELEMEN NILAI EVA

NOPAT (Net Operating Profit After Tax)

NOPAT adalah laba yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan setelah dikurangi pajak untuk memberikan pengembalian (return) tunai kepada semua penyedia dana untuk modal perusahaan. pengertian NOPAT yang lebih tepat adalah laba bersih yang telah disesuaikan sehingga laba tersebut tidak memperhitungan biaya bunga lagi.

Invested Capital

Invested Capital adalah pinjaman jangka pendek ditambah pinjaman jangka panjang ditambah ekuitas pemegang saham atau total hutang dengan ekuitas dikurangi pinjaman jangka panjang tanpa bunga. Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman

Page 57: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

53 UG JURNAL VOL.12 NO.06

perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga.

Kebutuhan Modal Kerja (Working Capital Requirement)

Modal kerja (working capital) adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek yang melekat pada aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Modal kerja bersih adalah selisih antara piutang dengan hutang lancar di atas hutang lancar. Berikut yang termasuk dalam hutang lancar adalah hutang dagang, hutang bank, hutang promis, hutang upah, dan hutang pajak.

Biaya Modal (Cost of Capital)

Biaya modal (Cost of Capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yg berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan. Biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang dari seluruh komponen modal (Weighted Cost of Capital atau WACC).

Capital Charges

Capital Charges didapat dengan mengkalikan WACC dengan invested capital. Invested capital merupakan hasil perkiraan dalam neraca untuk melihat besarnya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditur

dan pemegang saham serta seberapa besar modal yang diinvestasikan dalam aktivitas perusahaan. Invested capital dihitung dari jumlah hutang bank jangka pendek, pinjaman bank atau sewa guna usaha atau obligasi jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun kewajiban pajak tangguhan, kewajiban jangka panjang, hak minoritas atas aktiva perusahaan dan ekuitas. Capital charges menunjukkan seberapa besar kesempatan modal yang telah disuntikan kreditur dan pemegang saham.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added). Sumber data diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia dengan alamat www.idx.co.id.

Page 58: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 54

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan NOPAT (Net Operating Profit After Tax)

NOPAT = Laba (rugi) Bersih Setelah Pajak + Biaya Bunga

Tabel 1

Hasil perhitungan NOPAT PT. SMR Utama, Tbk.

Tahun Laba (rugi) Bersih

Setelah Pajak

Biaya Bunga NOPAT

2012 Rp -65.715.372.712 Rp 4.234.951.423 Rp -61.480.421.289

2013 Rp -45.548.862.927 Rp 1.991.050.583 Rp -43.557.812.344

2014 Rp 2.675.985 Rp 2.160.586 Rp 4.836.571

2015 Rp 22.320.297 Rp 4.640.817 Rp -17.679.480

2016 Rp -16.123.269 Rp 4.862.884 Rp -11.260.385

Perhitungan Invested Capital

Invested Capital = Total Hutang dan Ekuitas – Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Bunga

Tabel 2 Hasil perhitungan Invested Capital PT. SMR Utama, Tbk.

Tahun Total Hutang dan

Ekuitas

Pinjaman Jangka

Pendek

Invested Capital

2012 Rp 307.548.209.577 Rp 21.399.371.920 Rp 286.148.837.657

2013 Rp 244.996.744.367 Rp 11.247.618.931 Rp 233.749.125.436

2014 Rp 211.023.540 Rp 29.459.125 Rp 181.564.415

2015 Rp 192.146.038 Rp 86.039.118 Rp 106.106.920

2016 Rp 180.425.172 Rp 30.172.648 Rp 150.252.524

Perhitungan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)

Sebelum menghitung besarnya WACC terdapat lima langkah yang harus dilakukan yaitu menentukan

besarnya tingkat modal dari Tingkat Modal Dari Hutang (D), Biaya Hutang(Rd), Tingkat Pajak Penghasilan (T), Biaya Ekuitas (Re), dan Total Modal dan Ekuitas (E).

Weighted Average Cost Of Capital = {(D x Rd)(1-Tax)} + (E x Re)}

Page 59: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

55 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Tabel 3

Rincian data untuk mencari WACC pada PT. SMR Utama, Tbk.

Keterangan Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

Tingkat Modal dari

Hutang (D)

12% 8% 50% 53% 59%

Biaya Hutang (Rd) 12% 11% 2% 5% 5%

Tingkat Pajak

Penghasilan(T)

29% 1% 39% 12% 7%

Tingkat Modal dari

Ekuitas (E)

88% 92% 50% 47% 41%

Biaya Ekuitas (Re) -

0,165%

-0,127% -1,894% -6,723% -3,823%

Tabel 4

Rincian Hasil Perhitungan Weighted Average Cost Of Capital (WACC)

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

Tingkat Modal dari

Hutang (D)

12% 8% 50% 53% 59%

Biaya Hutang (Rd) 12% 11% 2% 5% 5%

Tingkat Pajak

Penghasilan(T)

29% 1% 39% 12% 7%

Tingkat Modal dari

Ekuitas (E)

88% 92% 50% 47% 41%

Biaya Ekuitas (Re) -0,165% -0,127% -1,894% -6,723% -3,823%

WACC -13,50% -10,81% -94,09% -313,65% -154,37%

Perhitungan Biaya Modal (Capital Charges)

Capital Charges = Invested Capital x WACC

Page 60: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 56

Tabel 5 Hasil Perhitungan Capital Charges

Tahun Invested Capital WACC Capital Charges

2012 Rp 286.148.837.657 -13.50%

Rp -38.630.093.083

2013 Rp 233.749.125.436 -10.81%

Rp -24.009.534.832

2014 Rp 181.564.415 -94.09% Rp -170.817.021

2015 Rp 106.106.920 -313.65% Rp -332.804.354

2016 Rp 150.252.524 -154.37% Rp -231.944.821

Perhitungan Nilai Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added = NOPAT – Capital Charges

Tabel 6 Hasil Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Tahun NOPAT Capital Charges EVA

2012 Rp -61.480.421.289 Rp -38.630.093.083 Rp -22.850.328.206

2013 Rp -43.557.812.344 Rp -24.009.534.832 Rp -19.548.277.512

2014 Rp 4.836.571 Rp -170.817.021 Rp 175.653.592

2015 Rp -17.679.480 Rp -332.804.354 Rp 315.124.874

2016 Rp -11.260.385 Rp -231.944.821 Rp 220.684.436

Perusahaan SMR Utama mengalami penurunan dan kenaikan dalam hasil perekonomiannya. Banyak faktor yang menjadikan perusahaan tersebut mengalami berbagai hal, pada tahun 2012 prospek usaha pertambangan mangan dipengaruhi perkembangan industri baja dunia, mengingat sampai saat ini dengan 90% produksi mangan masih dikonsumsi industri baja China menjadi konsumen dari produk mangan, lalu Afrika selatan dan Ukraina prodsen mangan terbesar dunia disamping China dan negara lainya. Penurunan disebabkan oleh total aset perseroan sebesar 20,12% dan penurunan kas 87,42%, karena adanya realisasi penggunaan dana penawaran

saham umum perdana (penggunaan hasil IPO), EVA yang dihasilkan tahun 2012 negatif sebesar Rp -22.850.328.206. Tahun 2013 hampir sebagian perusahaan mangan didunia dikonsumsi oleh industri baja. China merupakan negara konsumen terbesar dari produk mangan dengan pertumbuhan perekonomian China pada tahun 2013, maka penyerapan hasil mangan juga ikut mangalami penurunan.

Hal ini cukup berdampak bagi perusahaan ditambah lagi adanya larangan ekspor bahan mentah untuk produk mineral, sehingga EVA pada tahun 2013 masih negatif sebesar Rp -

Page 61: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

57 UG JURNAL VOL.12 NO.06

19.548.277.512. Tahun 2014 mengalami pemulihan global yang lemah dan ekonomi dalam negeri yang cenderung rumit. PT. SMRU melakukan right issue sebesar 1,01 Triliun telah mengakuisisi PT. Ricobana, sehingga harga saham meningkat, EVA yang dihasilkan pada tahun 2014 positif sebesar Rp 175.653.592. Tahun 2015 perekonomian global yang bergerak melambat dan penuh ketidakpastian memberikan dampak negatif bagi perdagangan, investasi maupun pasar keuangan yang berimbas pada perekonomian Indonesia. Industri batu bara adalah salah satu yang terkena dampak perlambatan ekonomi global.

Melambatnya perekonomian China berdampak pada berkurangnya permintaan batu bara yang tentu sangat berpengaruh pada harga batu bara sebesar US$50/Ton. Pada tahun 2015 SMRU melepas beberapa anak perusahaannya yaitu PT. Soe Makmur Resourse dan PT. Transentra Nusantara yang bergerak dibidang mangan dan SMRU fokus pada pertambangan batu bara, dikarenakan merasa kesulitan dengan kewajiban untuk memurnikan mineral didalam negeri lewat pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter), ditahun 2015 masih menghasilkan EVA yang positif sebesar Rp 315.124.874. Lalu tahun 2016 BEI menginformasikan bahwa telah terjadi peningkatan harga SMRU atas saham SMRU. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan PDB Indonesia yang cukup tinggi dan harga komoditas diperkirakan naik. Harga batubara mulai membaik di 2016, ditandai dengan meningkatnya rata-rata harga jual batubara yang mendekati USD100/ Ton pada triwulan IV 2016. Di Indonesia, berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 016–2025, untuk

mewujudkan program penambahan 35.000MW, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara masih akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun, yaitu sekitar 55% dari total kapasitas yang akan dibangun. Berdasarkan perkiraan kebutuhan batubara dan peluang tersebut di atas dan penyempurnaan penyempurnaan internal yang dilakukan secara berkelanjutan dan terarah, Perseroan meyakini adanya potensi yang tinggi bagi entitas anak untuk dapat terus tumbuh berkembang sebagaimana diharapkan oleh Perseroan, pada tahun 2016 SMRU masih menghasilkan EVA yang positif sebesar Rp 220.648.436.

Invested Capital setiap tahunnya mengalami penurunan, hal ini disebabkan total hutang dan ekuitas dan pinjaman jangka pendeknya sama-sama menurun. Dapat diketahui tahun 2012 sebesar Rp 286.148.837.657, tahun 2013 sebesar Rp 233.749.125.436, tahun 2014 sebesar Rp 181.564.415, tahun 2015 sebesar Rp 106.106.920, dan tahun 2016 meningkat sebesar Rp 150.252.524.

Rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) perusahaan dapat dikatakan tidak menentu, karena setiap tahunnya WACC mengalami fluktuasi. Nilai WACC setiap tahunnya mengalami fluktuasi sehingga mempengaruhi hasil perhitungan nilai EVA. Untuk tahun 2012 sebesar (-13,50%), tahun 2013 WACC yang dihasilkan sebesar (-10,81%), tahun 2014 WACC yang dihasilkan sebesar (-94,09%), tahun 2015 sebesar (-313,65%) merupakan nilai WACC terbesar, dan tahun 2016 menurun lagi sebesar (-154,37%).

Capital Charges merupakan komponen pengurang NOPAT yang tidak lain merupakan perkalian dari

Page 62: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 58

WACC dengan Invested Capital. Pada tahun 2012 Capital Charges yang diperoleh sebesar Rp -38.630.093.083, tahun 2013 Capital Charges yang diperoleh menurun sebesar Rp -24.009.534.832. Tahun 2014 Rp -170.817.021 terus menurun. Tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar Rp -332.804.354 dan tahun 2016 menurun lagi sebesar Rp -231.944.821. Bertambahnya penurunan ini terjadi,disebabkan WACC dan Invested Capital selalu tidak menentu disetiap tahunnya.

Setelah diperoleh hasil perhitungan atas kinerja keuangan perusahaan tersebut,maka dapat disimpulkan pada tahun 2012-2016 terjadi nilai tambah ekonomis sehingga perusahaan menghasilkan nilai EVA yang negatif dan positif. Hal ini dapat terjadi karena nilai dari NOPAT yang lebih besar dan lebih kecil saat dikurangkan dengan nilai dari Capital Charges. Dapat diartikan bahwa biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana lebih kecil dari pada laba operasi yang diciptakan oleh perusahaan

KESIMPULAN

1. Nilai Economic Value Added (EVA) yang didapat dari tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut: Pada tahun 2012 sebesar Rp -22.850.328.206, pada tahun 2013 turun menjadi Rp -19.548.277.512, pada tahun 2014-2016meningkat dan positif sebesar Rp 175.653.592, pada tahun 2015 sebesar Rp 315.124.874, dan pada tahun 2016 sebesar Rp 220.684.436.

2. Perkembangan EVA PT. SMR Utama,Tbk menghasilkan nilai negatif hingga positif dari tahun ke

tahun. Oleh karena perekonomian global dan harga batu bara tersebut, dapat dikatakan bahwa pada tahun 2012-2016 perusahaan memperoleh nilai tambah ekonomis atau adanya penciptaaan nilai karena perusahaan bisa memperoleh laba yang dapat digunakan untuk memenuhi harapan para investor atau penyuntik dana bagi perusahaan terutama pemegang saham, yaitu dengan mendapatkan pengembalian atas Investasi yang sudah ditanamkan, dikarenakan perusahaan mampu menciptakan nilai EVA yang positif, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan PT. SMR Utama,Tbk dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) Tahun 2012-2016 telah menunjukkan perkembangan nilai EVA yang positif.

SARAN

Perusahaan diharapkan mampu meningkatkan kinerja melalui pemenuhan semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital) agar nilai EVA yang negatif dapat menjadi positif dan dapat tercapai nilai tambah yang baik setiap tahunnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Widagdo dan Tri, Suryani. 2008. Kinerja Beberapa Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Sahamnya Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Daya Saing Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya Vol. 10, No 1. Fakultas Ekonomi. Universita Muhamadiyah Malang, Jawa Timur

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009 . Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Page 63: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

59 UG JURNAL VOL.12 NO.06

Ismail, Marzuki. 2012. Pengaruh Laba

Akuntansi, Arus Kas Operasi, Price To BookValue Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Pendekatan Economic Value Added Terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Saham Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2010). Universitas Negeri Surabaya.

Lelly, Yuni Syahlina. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode EVA (Economic Value Added) Dan MVA (Market Value Added) Pada Perusahaan Tambang BatuBara Yang Listing Bursa Efek Indonesia. eJournal Administrasi Bisnis.

Michael, 2008. Financial Accounting. South-Western Publishing Co. Cicinnati Ohio.

Sari, Muthiara 2015. “Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) (StudiKasus PT. Bukit Asam (Persero), Tbk yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia)”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Lampung.

Singgih, M.L., 2008, Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode Economic Value Added, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya.

Verawaty. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Universitas Bina Darma. Akuisisi Vol. 11 No. 2, Sumatera Selatan

Page 64: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 60

BEHAVIOR CHANGES IN THE MAIN CHARACTER OF THE OLD MAN AND THE SEA NOVEL BY ERNEST HEMMINGWAY THAT WERE INFLUENCED

BY SETTING

Dian Wulandari, Dita Puspita Rani

English Department, Faculty of Letters

Gunadarma University

([email protected])

([email protected])

ABSTRACT

The Old Man and The Sea is a novel by Ernest Hemmingway that tell about the struggle of Santiago as the main character in the novel, who lived in Cuba as an unlucky fisherman. In here the writer analysis the setting of the novel and find out the behavior changes of the main character in the novel.The aims that can be achieved in this paper are to find out the setting in the story.and to find out the behavior changes that happened to the main character by analyzed setting in the novel The Old Man and The Sea by Ernest Hemmingway. The writer use the theory of analysis setting by Lois Tyson based on formalist approach that related with intrinsic analysis. The result is setting can influence behavior changes in the main character of The Old Man and The Sea novel. This study proves that there are behavioural changes in the old man since he sailed firstly to he came back to the sea shore.

Key words: The Old Man and The Sea Novel, The Main Character, Setting, Behavior Changes, Formalist Approached

INTRODUCTION

Literature is the result of human thought and can be expressed several ways such as writing, speech and behavior. Many creations are produce from the writing process like novel, poetry, poem, rhyme, verse, short story, etc. Those are form of literary work that the product of the man of letters. The creation has been grown up as time goes by. Novel is one form of the literary works which is many produced by the novelist Novel is different with another literary work such as poetry or rhyme. The differences of the novel and the other literary work can be seen from the structure and the length of words that

used in the novel. Novel has two different genre, they are fiction and non-fiction. Novel are build by several elements, the element can be divided into two part, that are extrinsic and intrinsic. The kind of extrinsic are biography the author, social background, and moral message. Beside that are the intrinsic is theme, plot, setting, character, and the point of view. The intrinsic element in the novel is important to support the story. The main important element is setting, because without setting a novel could not stand as a story. Setting are consists of setting place, time and atmosphere. The writer interested to analyze the setting of the novel The Old Man and The Sea,

Page 65: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

61 UG JURNAL VOL.12 NO.06

because from setting we can imagine where the story happened and also can feel the atmosphere in the story. Many important things that are contained in the setting that can caused to explain what happened in the story. Besides setting also can some influence to the story. So the writer can see how behavior change to the main character is analyzed of setting from novel The Old Man and The Sea by Ernest Hemmingway. The reason why the writer analyze novel The Old Man and The Sea, because the writer wonders about the main character in the novel that told about struggle of life and how the setting in the novel could influence the story. And the writer was curious about the author of the novel who expressed his feeling into the story. The old Man and the Sea was written in 1952, this novel hugely successful novella confirmed his power and presence in the literary world and played a large part in his winning the 1954 Nobel Prize for literature and won the Pulitzer Prize in 1953. Before Ernest Hemmingway became a novella he was also the former journalist and World War I ambulance driver. The other popular novel from Ernest Hemmingway are The Sun Also Rise, From Whom the Bell Tolls, and so on. The writer analyzes the setting of the novel based on previous research. However, those researches are different from the writer has done. The previous research that the writer got is as follows; 1. Yoga Saputera S. Yoso, (2011) from Gunadarma University, entitled An Analysis of Setting on W. Somerset Maugham’s Up at The Villa. His research analyzes about setting on the novel, but the difference between the writer has done is the writer uses different novel with the previous research. 2. Yuan Abadi, (2015), from State Islamic University (UIN) Sunan

Ampel Surabaya. Santiago’s Machoism in Ernest Hemmingway’s The Old Man and The Sea. His thesis is about existential characteristic on the main character of the novel by Ernest Hemmingway. Meanwhile, the writer focuses on analyzing setting of the novel in this research. And the similarities from both is the writer uses same novel by Ernest Hemmingway. 3. Octavida Wijayanti (2007), from Sanata Dharma University. The Influence of Setting toward Santiago’s Characteristics as seen in Paulo Coelho’s The Alchemist. Her thesis is about the influence of setting toward the main character on the novel The Alchemist, she used same approaches with the writer uses, but the difference with the writer is the novel that she used to her thesis. Those are the previous researches that the writer used as references to make a good research. The research is important because there are some readers from The Old Man and The Sea novel could not realize that there was behavior change in the main character because of the change setting of place, setting of time and setting of atmosphere. And the writer hopes this research can help the readers to understand with the behavior changes in the novel.

RESEARCH METHOD

The methodology of the research is qualitative research as the writer use to this research. According to the explanation of (Silverman, 1993, p.10) in qualitative research, small numbers of texts and documents may be analyzed for a very different purpose. The aim is to understand the participant categories and to see how these are used in concrete activities. Qualitative research make claims about their ability

Page 66: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 62

to reveal the local practices through whish given ‘end product’ (stories, files, descriptions) are assembled. This method can also be described as the method of gathering data, in which the writer does not do any observations to collect data, but only gathers data from some referential books, websites, and other data source.

The data from the novel are words or sentences that describe about the setting taken from the story. In the technique of collecting data, the writer uses some several procedures to collect the data. (1)The writer read the novel The Old Man and The Sea before the writer found the data to understand what the story told about. (2) Then, the writer made the brief of the synopsis of the novel. (3) After read the novel, the writer concluded the story, and decided to find out about the setting of place, setting of time, and setting of atmosphere. (4) Combined all the data settings that have been found and sort out which one that showed the setting of place, setting of time, and setting of atmosphere. After the writer collecting all the data that shows the setting on the novel, the writer employs the following steps to analyze the data; (1) Identified the data by reading the novel again. And collected the data by bold the words or the sentences which show

behavior changes of the main character in the setting from the novel. (2) Analyze the data of each behavior change that occurs in the main character that influences the behavioral changes based on the setting of place, the setting of time, the setting of atmosphere that has been collected by the author. (3) Drawing the conclusion of the analysis.

RESULT AND DISCUSSION

The Setting Data Analysis of “The Old Man and The Sea”

Setting according to Abrams (1999, p. 284) is the foundation or pedestal that has the understanding of place, time relationship, and social environment where the occurrence of events occurred.

a. Place According Oxford English

Dictionary, Setting is a place which is fixed. It refers both the physical of the events and to the time in which they happen, when, where, and how the author make us of it are important question students should not analyze this element.

Table 1:

Setting of Place that was Found

No Place Text

1 Harbor

When the wind was in the east a smell came across the harbor from the shark factory;

He fitted the rope lashings of the oars onto the thole pins and, leaning forward against the thrust of the blades in the water, he began to row out of the harbor in the dark.

Page 67: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

63 UG JURNAL VOL.12 NO.06

2 Skiff

They climbed the bank from where the skiff was hauled up

The boy was back now with the sardines and the two baits wrapped in a newspaper and they went down the trail to the skiff, feeling the pebbled sand under their feet, and lifted the skiff and slid into the water

3 Terrace

They sat on the Terrace and many of the fishermen made fun of the old man and he was not angry.

There was only the faint edge of the odor because the wind had backed into the north and then dropped off and it was pleasant and sunny on the Terrace.

4 Boat They picked up gear from the boat. There were other boats from the other beaches

going out to see.

5 The Old Man's Shack

The shack was made of the though budshields of the royal palm which are called guano and in there was a bed, a table, one chair, and a place on the dirt floor to cook with charcoal. On the brown walls of the flattened, overlapping leaves of the sturdy fibered guano there was a picture in color of the Sacred Heart of Jesus and another of the Virgin Of Cobre. These were relics of his wife

When they reached the old man’s shack the boy took the rolls of line in the basket and the harpoon and gaff and the old man carried the mast with the furled sail on his shoulder.

6 The Boys House

The door of the house where the boy lived was unlocked and he opened it and walked in quietly with his bare feet.

The boy took his trousers from the chair by the bed and, sitting on the bed, pulled them on.

b. Time Time setting is the setting that

explained about the time event in the story happen. The word when

automatically has connection with the time. Time was relation with historical events, background culture, year, month, and season.

Page 68: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 64

Table 2:

Setting of Time that was Found

No Time Text

1 That happened In the first forty days a boy had been with him. He remembered the time he had hooked one of a pair

of marlin.

2 On Going “I have mine left from today. I put them in salt in the

box.”

But today there was only the faint edge of the odor.

3 Will happen

Tomorrow is the eighty-fifth day But four hours later the fish was still swimming

steadily out to sea, towing the skiff, and the old man was still braced solidly with the line across his back.

c. Atmosphere Atmosphere setting is one part of

the setting in the story that informed the

reader about the atmosphere that happened in the story.

Table 3:

Setting of Atmosphere that was Found

No Atmosphere Text

1 Patient

They sat on the terrace and many of the fishermen made fun of the old man and he was not angry.

He waited with the line between his thumb and his finger, watching it and the other lines at the same time for the fish might has swum up or down. Then came the same delicate pulling touch again.

2 Dauntless/Brave

I wish I could feed the fish, he thought. He is my brother. But I must kill him and keep strong to do it.

For an hour the old man had been seeing black spots before his eyes and the sweat salted his eyes and salted the cut over his eye and on his forehead. He was not afraid of the black spots.

Page 69: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

65 UG JURNAL VOL.12 NO.06

3 Never give up

He tried it once more and he felt himself going when he turned the fish. The fish righted himself and swam off again slowly with the great tail weaving in the air.

He tried it again and it was the same. So he thought, and he felt himself going before started; I will try it once again.

4 Enthusiasm

But, he thought, I keep them with precision only I have no luck any more. But who knows? Maybe today. Every day is a new day. It is better to be lucky. But I would rather be exact. Then when luck comes you are ready.

You only have yourself and you had better work back to the last line now, in the dark or not in the dark, and cut it away and hook up the two reserve coils.

5 Sad

He did not like to look at the fish anymore since he had been mutilated. When the fish had been hit it was as though be himself were hit.

He did not want to think of the mutilated under-side of the fish. He knew that each of the jerking bumps of the shark had been meat torn away and the fish now made a trial for all sharks as wide as highway through the sea.

He did not want to look at the fish. He knew that half of him had been destroyed. The sun gone down while he had been in the fight with the sharks.

“They beat me, Manolin,” he said. “They truly beat me.”

Page 70: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 66

6 Downhearted

I hate a cramp, he thought. It is treachery of one’s own body.

If the boy were here he could rub it for me and loosen it down forearm, he thought. But it will loosen up.

Why was I not born with two good hands? He thought. Perhaps it was my fault in not training that one properly.

He was past everything now and he sailed the skiff to make his home port as well and as intelligently as he could.

7 Afraid

“Don’t jump, fish,” he said. “Don’t jump.” The fish hit the wire several times more and each time he shook his head the old man gave up a little line.

I must hold his pain where it is, he thought. Mine does not matter. I can control mine. But his pain could drive him mad.

He took my harpoon too and all the rope, he thought, and now my fish bleeds again and there will be others.

8 Happy/Amaze

“Albacore,” he said aloud. “He’ll make a beautiful bait. He’ll weight ten pounds.” He did not remember when he had first started to talk aloud when he was by himself.

He was happy feeling the gentle pulling and then he felt something hard and unbelievably heavy.

“The shark closed fast astern and when he hit the fish the old man saw his mouth open and is strange eyes and the clicking chop of the teeth as he drove forward in the meat just above the tail.

9 Confused

What I will do if he decides to go down, I don’t know. What I’ll do if he sounds and dies I don’t know. But I’ll do something. There are plenty of things I can do.

There are two more hours before the sun sets and maybe he will come up before that. If he doesn’t maybe he will come up with the moon. If he does not do that maybe he will come up with the sunrise.

“God help me to have the cramp go,” he

Page 71: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

67 UG JURNAL VOL.12 NO.06

said. “Because I do not know what the fish is going to do.”

10 Pitiful

He was sorry for the birds, especially the small delicate dark terns that were always flying and looking and almost never finding.

Then he began to pity the great fish that he had hooked. He is wonderful and strange and who knows how old he is, he thought.

11 Fate

You loved him when he was alive and you loved him after. If you love him, it is not a sin to kill him. Or is it more?

I hope I do not have to fight again, he thought. I hope so much I do not have to fight again.

12 Surroundings

“Galanos,” he said aloud. He had seen the second fin now coming up behind the first and had identified them as shoved-noses shark by the brown, triangular fin and the sweeping movements of the tail.

The old man made the sheet fast and jammed the tiller. Then he took up the oar with the knife lashed to it. He lifted it as lightly as he could because his hands rebelled at the pain.

He did want to look at the fish. He knew that half of him had been destroyed. The sun gone down while he had been in the fight with the sharks.

Analysis of the Data

Santiago followed the birds patiently, that flew over the ocean. Santiago saw a school of tuna that was swimming on the surface. The birds immediately caught the tuna. At the same time his hook was stiffen because there was a tuna trapped in it. It made Santiago feels

happy and he shouted as he got his tuna that he would make a bait to get a bigger fish. As long as Santiago had sailed on his own, he never had a great sense of pleasure, so he did not realize that he was shouting loudly than ever he had. Because he never got a fish as long as he sailed and after his wife passed away.

Page 72: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 68

“He was happy feeling the gentle pulling and then he felt something hard and unbelievably heavy.” (p.43)

““Albacore,” he said aloud. “He’ll make a beautiful bait. He’ll weight ten pounds.” He did not remember when he had first started to talk aloud when he was by himself.” (p.39)

Santiago felt happy when the Marlin drags his boat with steady speed, but Santiago felt his boat had been dragged by the Marlin for too long. The Marlin was caught on his hook for too long,

made Santiago very anxious and angry, he wondered what he should do to get the Marlin, because the day was getting late.

“What I will do if he decides to go down, I don’t know. What I’ll do if he sounds and dies I don’t know. But I’ll do something. There are plenty of things I can do.” (p.45)

“There are two more hours before the sun sets and maybe he will come up before that. If he doesn’t maybe he will come up with the moon. If he does not do that maybe he will come up with the sunrise.” (p.46)

Since Santiago had sailed alone without Manolin to go with him, Santiago became more often complained and felt himself useless when he was alone.

When he still in the harbor with confidence he was able to sail alone without the help from Manolin.

“God help me to have the cramp go,” he said. “Because I do not know what the fish is going to do.” (p.60)

“I hate a cramp, he thought. It is treachery of one’s own body.” (p.61-62)

“If the boy were here he could rub it for me and loosen it down forearm, he thought. But it will loosen up.” (p.62)

“Why was I not born with two good hands? He thought. Perhaps it was my fault in not training that one properly.” (p.85)

Santiago was frightened when the Marlin struggled on his hook, because the Marlin could break the hook. Even though Santiago worried and pity to see

the Marlin rebelled in pain due to twisted hooks. At the beginning he was scared of the lost Marlin, but he felt sorry for

Page 73: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

69 UG JURNAL VOL.12 NO.06

the Marlin that was twisted by hook.

“Don’t jump, fish,” he said. “Don’t jump.” The fish hit the wire several times more and each time he shook his head the old man gave up a little line.” (p.88) “I must hold his pain where it is, he thought. Mine does not matter. I can control mine. But his pain could drive him mad.” (p.88)

Santiago who was usually though and rarely sad, one day he was sad by the Marlin that he caught for his patience of waiting and against the predator. He

fought with the shark till his harpoon stabbed on the shark head, but finally his Marlin has eaten a half by the shark as he headed to the harbor.

“He took my harpoon too and all the rope, he thought, and now my fish bleeds again and there will be others.” (p.103)

At first Santiago was optimistic when he could bring the great Marlin to the harbor, without any worry and fear if there would be some sharks that would prey his fish. But after he killed the first

shark, he became afraid with the other shark would come again, he was so desperate that he did not want to see his half Marlin because it was too sad and pity.

“He did not like to look at the fish anymore since he had been mutilated. When the fish had been hit it was as though be himself were hit.” (p.103)

After he had killed the first shark, he was afraid there would be another shark because of the Marlin blood that flowed

in the water. But he was still encourages himself to believe that he could cope it, despite he kept feeling anxious.

“Now the bed time is coming and I do not even have the harpoon. The dentuso is cruel and able and strong and intelligent. But I was more intelligent than he was. Perhaps not, he thought. Perhaps I was only better armed.” (p.103)

With his self-confidence, Santiago against the other shark that was coming to prey the half of Marlin. But Santiago still lost to against the vicious shark, so

Santiago got angry and upset he tried to stab his knife into the shark’s head. But the shark was a powerful than another sharks, it could not die with the knife.

“The shark closed fast astern and when he hit the fish the old man saw his mouth open and is strange eyes and the clicking chop of the teeth as he drove forward in the meat just above the tail.” (p.101) ““Galanos,” he said aloud. He had seen the second fin now coming up behind the first and had identified them as

Page 74: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 70

shoved-noses shark by the brown, triangular fin and the sweeping movements of the tail.”(p.107) “The old man made the sheet fast and jammed the tiller. Then he took up the oar with the knife lashed to it. He lifted it as lightly as he could because his hands rebelled at the pain.” (p.107)

Santiago was sad and not too strong to see his marlin had been eaten by the sharks. With his empty feeling, he was sailed again to the harbor. One day before he thought, when he came back to the harbor with his Marlin he would prove to the other fishermen that he was not an unlucky fisherman. But he upset

on himself because he was failed to bring the marlin into the harbor, this was made him more ashamed. Although before he sailed alone, he never felt ashamed or care with other fishermen who talked about him or laughed at him.

“He did not want to look at the fish. He knew that half of him had been destroyed. The sun gone down while he had been in the fight with the sharks.” (p.110) “He did not want to think of the mutilated under-side of the fish. He knew that each of the jerking bumps of the shark had been meat torn away and the fish now made a trial for all sharks as wide as highway through the sea.” (p.111)

At first he was sailed, he was sure that he could get the fish, but after he was struggled for the Marlin, he still lost his marlin because of the sharks attacked. He thought he could not do anything for the Marlin, when he has arrived at the harbor he was felt annoyed and tired to think about the accident. He walked at the middle of the night to his shack with his mast on his shoulder and began to sleep on his bed. After the morning came, Manolin came to his shack to see

Santiago, Manolin was sad when he looked at the sleeping Santiago, when Santiago has woken up, Santiago began to tell everything that happened when he was on the sea, and he began to cry about his bad luck. Meanwhile Santiago was an old man that never gave up, and always confident, but after that night he changed into a weak and hopeless old man, because he could not bring the Marlin into the harbor.

“He was past everything now and he sailed the skiff to make his home port as well and as intelligently as he could.” (p.119) “They beat me, Manolin,” he said. “They truly beat me.” (p.124)

Based on the setting analysis in the main character above, the writer used

the theory analysis setting from Lois Tyson, Burhan Nurgiyantoro and

Page 75: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

71 UG JURNAL VOL.12 NO.06

supported by Sylvan Barnet, William Burto and William E Cain that explain about the formalist approach. The writer can conclude that the main character in the novel The Old Man and The Sea by Ernest Hemmingway, proves behavior changes occurs due to change the setting place, time and atmosphere in the novel. From the changes of the setting on the story, it made behavior change from the main character in that novel.

CONCLUSION

From the analysis above, the writer conclude that setting is important element in the story besides the other element that supported the story. From setting the writer can know where was the story took place, when the story happened, and the atmosphere was happened in that story, which can influence the main character in the story. Setting of place, setting of time, and setting of atmosphere has a big role in this novel. Setting in that novel can give big influence for the main character. The writer analyze that the setting of the atmosphere and setting of time are influence a lot in this novel.

The setting can influence behavior changes in the main character of The Old Man and The Sea novel. This study proves that what the old man did while he was sailing alone in the ocean was in vain, but at the beginning of the story his self-confidence came after he managed to get a tuna for the next bait. Basically Santiago's behavior was always patient, enthusiastic, confident, and he tried hard to prove that he was not a fisherman who had a bad luck. But with the setting of time and setting of place, also supported by the setting of the atmosphere made the behavior of the old man turned into irritability, not confident, complained too much, and

began to believe that he was a fisherman who fared badly. The change in the old man’s behavior is very visible in the setting of atmosphere that shows a lot of despair, not confident, fragile, and complaining. Therefore setting is the important part of intrinsic element from a literary work or story. That is very influential and has a close relationship with the main character in a story.

RECOMMENDATION In the next research, it is better that

this novel can be analyzed by using ecranisation theory where the researcher must compare the novel with the movie, because many researcher analyze this novel using a psychological approached.

REFERENCES

Abrams, M. (1999). A Glossary of Literary Terms. Massachesetts: Heinle & Heinle.

Altenbernd, L., & Lewis, L. L. (2013). A Handbook for the Study of Fiction. In B. Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi Edisi Kesepuluh (p. 335). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Baldick, C. (2013). The Concise Oxford Dictionary of Literary Term. In B. Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi Edisi Kesepuluh (p. 247). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Barnet, S., Burto, W., & Cain, W. e. (2008). An Introduction to Literature. New York: Pearson Longman.

Cuddon, J. A. (2013). Literary Terms and Literary theory. Chichester,

Page 76: 9 771978 478399 - fani_yr.staff.gunadarma.ac.idfani_yr.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/4111/Juni+2018.pdf · dan dengan metode penugasan. Apakah dalam memproduksi gypsum

UG JURNAL VOL.12 NO.06 72

West Sussex, UK: John Wiley & Sons Ltd.

Dictionary, C. (n.d.). Retrieved 09 14, 2017, from dictionary.cambridge.org/dictionary/english/literature

Hartoko, D., & Rahmanto, B. (2013). Pemandu di Dunia Sastra. In B. Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi Edisi Kesepuluh (p. 115). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hemmingway, E. (1952). The Old Man an The Sea. New York: Charles Scribner's Sons.

Lab, M. R. (2013). Standfor Encyclopedia Of Philosophy. Retrieved 2017, from http://plato.standford.edu

Manis, Si. (2017, April 29). 15 Pengertian Analisis Menurut Para Ahli Terlengkap. Retrieved Agustus 22, 2017, from pelajaran.co.id:

http://www.pelajaran.co.id/2017/29/pengertian-analisis-menurut-para-ahli.html

Nurgiyantoro, B. (2013). Toeri Pengkajian Fiksi Edisi Kesepuluh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Selden, R. (1986). A Reader's Guide to Contemporary Literary Theory. Great Britain: The Harvester Press Limited.

Silverman, D. (1993). Interpreting Qualitative Data : Methods for Analysing Talk, Text, and Interaction. London: SAGE Publication Ltd.

Tyson, L. (2006). Critical Theory Today, a User-Friendly Guide Second Edition. New York: Routledge.

Wellek, R., & Warren, A. (1949). Theory of Literature. London: Jonathan Cape Thirty Bedford Square