89 bab 4 hasil dan pembahasan bab 4 disini akan membahas...

63
89 89 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil PT. Indomuda Satria Internusa Bab 4 disini akan membahas tentang hasil dan pembahasan tentang pengaruh variabel kompetensi pribadi, faktor – faktor individual, role challenges of ethicsofficer, dan kinerja ethics officer. Pertama – tama akan dijelaskan terlebih dahulu tentang PT. Indomuda Satria Internusa, setelah itu akan dijelaskan tahapan pengolahan data seperti transformasi data, uji validitas dan reliabilitas, dan uji normalitas yang kemudian akan diuji melalui analisa pengaruh dan analisa jalur. Hasil yang didapat dari pengujian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan terkait masalah ethics officer. Dalam bagian ini, penulis akan membahas tentang ethics officer dalam PT. Indomuda Satria Internusa,sebelum membahas tentang ethics officer, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu bagian – bagian yang membentuk PT. Indomuda Satria Internusa seperti sejarah, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, serta data profil responden milik PT. Indomuda Satria Internusa yang ikut masuk bagian kedalam penelitian skripsi ini.

Upload: phungbao

Post on 29-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

89

89

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil PT. Indomuda Satria Internusa

Bab 4 disini akan membahas tentang hasil dan pembahasan tentang

pengaruh variabel kompetensi pribadi, faktor – faktor individual, role

challenges of ethicsofficer, dan kinerja ethics officer. Pertama – tama akan

dijelaskan terlebih dahulu tentang PT. Indomuda Satria Internusa, setelah itu

akan dijelaskan tahapan pengolahan data seperti transformasi data, uji

validitas dan reliabilitas, dan uji normalitas yang kemudian akan diuji

melalui analisa pengaruh dan analisa jalur. Hasil yang didapat dari

pengujian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

perusahaan terkait masalah ethics officer.

Dalam bagian ini, penulis akan membahas tentang ethics

officer dalam PT. Indomuda Satria Internusa,sebelum membahas tentang

ethics officer, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu bagian – bagian

yang membentuk PT. Indomuda Satria Internusa seperti sejarah, visi dan

misi perusahaan, struktur organisasi, serta data profil responden milik PT.

Indomuda Satria Internusa yang ikut masuk bagian kedalam penelitian

skripsi ini.

90

4.1.1. Sejarah PT. Indomuda Satria Internusa.

PT. Indomuda Satria Internusa telah beroperasi selama

hampir 20 tahun di Indonesia dan mulai dengan bisnis jasa rekayasa,

pengadaan dan konstruksi di Indonesia dan Asia Pasifik. Saat ini PT.

Indomuda Satria Internusa adalah salah satu badan usaha yang

terkemuka di Indonesia dalam bisnis jasa rekayasa, pengadaan dan

konstruksi khusunya untuk pekerjaan listrik dan instrumentasi.

Berdasarkan wawancara dengan bagian manajemen sumber

daya manusia di PT. Indomuda Satria Internusa, dalam lima tahun

terakhir, perusahaan ini telah memperluas operasinya dalam bisnis

pertambangan dan perdagangan batubara, jasa pengeboran minyak

dan gas, dan bisnis pembangkit tenaga listrik. Seiring dengan

berjalan nya waktu, PT. Indomuda Satria Internusa mulai

mengembangkan struktur organisasinyauntuk memperluas

perusahaannya, bisnis yang dijalankan oleh PT. Indomuda Satria

Internusa ini meliputi :

- Konstruksi

- Coal Mining

- Power Plant Developer

- Offshore & Onshore Drilling Services

Dari informasi yang didapat dari company profile milik

perusahaan, didalam setiap bisnis yang dijalankan oleh PT.

91

Indomuda Satria Internusa, dibagi menjadi beberapa anak

perusahaan, yaitu :

- Mining : PT. Batara Batari Synergy Nusantara

- Power Plant : PT. Harmoni Energy Indonesia, PT. Green Energy

Strategic.

- Offshore & Onshore Drillling Services : PT. Harmoni Drilling

Services.

Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara

dengan manajer sumber daya manusia di PT. Indomuda Satria

Internusa, mengenai budaya perusahaan, PT. Indomuda Satria

Internusa menerapkan budaya perusahaan yang menjunjung tinggi

keterbukaan dalam pelaksanaan kerja di badan perusahaan, maksud

dari keterbukaan yang berlaku disini adalah, semua informasi

mengenai proses pembuatan keputusan, tidak boleh hanya satu atau

dua orang saja yang tahu mengenai hal tersebut, tetapi informasi

tersebut harus dapat diketahui dari tingkatan perusahaan paling

bawah sampai ke bagian atas, atau bagian CEO PT. Indomuda Satria

Internusa. Berdasarkan pengumpulan informasi melalui wawancara

tersebut diketahui bahwa PT. Indomuda Satria Internusa juga sangat

mengedepankan dan menjunjung tinggi kerja sama yang kuat antar

sesama staff dalam membuat keputusan bersama untuk memecahkan

masalah dan mencapai kesejahteraan bagi seluruh badan

perusahaan.Bentuk pengerjaan proyek yang terdapat di PT.

92

Indomuda Satria Internusa ini adalah, setiap proyek yang dikerjakan

oleh PT. Indomuda Satria Internusa akan melahirkan divisi – divisi

baru untuk pengerjaan proyeknya, divisi – divisi ini dikepalai oleh 1

manajer proyek yang bertugas untuk memimpin jalanya pekerjaan di

setiap proyek. Untuk mengawasi jalannya pekerjaan, didalam PT.

Indomuda Satria terdapat seorang ethics officeryang bertugas untuk

memastikan aktivitas – aktivitas yang dijalankan oleh proyek –

proyek tersebut bisa selesai tepat waktu tanpa harus melanggar

hukum dan peraturan yang berlaku.

PT. Indomuda Satria Internusa sendiri termasuk salah satu

perusahaan berskala besar di Indonesia, Menurut manager sumber

daya manusia dalam PT. Indomuda Satria Internusa,alasan untuk

mengangkat seorang ethics officer adalahuntuk mengawasai masalah

– masalah etika yang terjadi di dalam dan luar lingkungan

perusahaan. Posisi ethics officer di perusahaan ini tadinya dijabat

langsung oleh CEO dari PT. Indomuda Satria Internusa sendiri.

Dimulai pada tahun 2007, PT. Indomuda Satria Internusa memilih

merekrut orang lain untuk menjabat di posisi ethics officer, hal

tersebut disebabkan karena CEO sudah tidak terlibat langsung

dilapangan. Untuk perekrutan ethics officer sendiri, PT. Indomuda

Satria Internusa lebih memilih untuk merekrut seorang ethics officer

dari dalam perusahaan dibandingkan dengan harus merekrut ethics

officer yang berasal dari luar perusahaan.Alasan mereka untuk

93

merekrut ethics officer dari dalam perusahaan adalah karena menurut

mereka perekrutan ethics offier dari dalam perusahaan lebih dapat

memberikan keuntungan kepada ethics officer itu sendiri nantinya.

Beberapa keuntungan yang mungkin akan dapat terlihat

adalah,ethics officer yang diangkat dari dalam perusahaan tersebut

akan lebih cepat beradaptasi dalam lingkungan kerja perusahaan dan

figur ethics officer tersebut akan lebih mudah diterima oleh para

anggota perusahaan, karena sudah bukan dianggap orang asing atau

orang yang berasal dari luar lingkungan mereka.

CEO PT Indomuda Satria Internusa menyebutkan bahwa

ethics officerdidalam PT. Indomuda Satria Internusa sendiri dalam

jajaran hirarki perusahaan, masih tergabung langsung dengan tim

manajemen perusahaan,tujuannya adalah agarethics officer tersebut

dapat berhubungan langsung dalam hal pembuatan keputusan atau

pelaporan tentang yang terjadi dilapangan dengan para senior

manager didalam PT. Indomuda Satria Internusa.PT. Indomuda

Satria Internusa mewajibkanethics officer mereka untuk mampu

dalam memahami betul visi, misi, peraturan & kebijakan yang

berlaku, dan bisnis yang dijalani milik perusahaan, mereka juga

harus dapat memberikan perlakuan dan pengawasan yang adil

kepada seluruh anggota perusahaan.

Informasi yang didapat dari manager sumber daya manusia

di perusahaan ini menyebutkan bentuk pergantian jabatan dari ethics

94

officer didalam PT. Indomuda Satria Internusa biasanya dilakukan

atas rekomendasi dari ethics officer itu sendiri, kebanyakan

rekomendasi yang dilakukan adalah menunjuk orang dari dalam

perusahaan untuk mengisi jabatan ethics officer.Oleh karena itu,

semenjak tahun 2007, ethics officer yang diangkat dari luar

perusahaan sudah hampir tidak ada lagi.

Hasil wawancara dengan ethics officer perusahaan ini

menyebutkan bhwa didalam PT. Indomuda Satria Internusa, ethics

officer mempunyai tugas-tugas yang menyangkut tentang masalah-

masalah etika di perusahaan tersebut, tugas-tugas yang dijalankan

oleh ethics officer di PT. Indomuda Satria Internusa adalah sebagai

berikut :

a. Mengembangkan dan mengarahkan etika didalam perusahaan.

b. Sebagai wujud compliance didalam perusahaan dalam

melakukan bisnis.

c. Memberikan kepemimpinan, pengawasan, dan saran untuk

memastikan pembangunan, interprestasi, ddan implementasi

etika.

d. Berfungsi sebagai akuntabilitas untuk semua kegiatan dan

program yang berkaitan dengan standar perilaku etis, termasuk

hubungan dengan para pihak eksternal.

Sebelumnya disebutkan bahwa, ethics officer yang terdapat

di PT. Indomuda Satria Internusa selain harus mematuhi kebijakan

95

dan peraturan yang berlaku serta memberikan pengawasan dan

perlakuan yang adil bagi seluruh anggota perusahaan, mereka juga

wajib untukmemahami visi dan misi dalam melaksanakan

pekerjaannya, berdasarkan informasi yang terdapat di situs resmi

milik PT. Indomuda Satria Internusa berikut adalah visi dan misi

dari PT. Indomuda Satria Internusa :

Visi :

- Menjadi perusahaan yang besar dan kompetitif melalui bisnis

yang sehat.

Misi :

- Memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan

kompeten.

- Memberikan kepuasan pelanggan dengan pelayanan dengan

respon cepat dan memberikan produk berkualitas tinggi.

- Mengimplementasikan dan menjalankan keamanan kerja sesuai

peraturan dan regulasi yang berlaku.

- Memberikan kesejahteraan bagi seluruh karyawan didalam

perusahaan.

Menurut CEO perusahaan ini, visi dan misi yang terdapat

pada PT. Indomuda Satria Internusa ini nantinya diharapkan dapat

membantu ethics officer dalam menjalankan tanggung jawabnya

didalam perusahaan untuk membawa perusahaan tersebut dapat

96

Wakil Direktur Utama (Ir. Handri Triatmoko)

Ethics Officer

(Andhy R/Iwan RSA)

General Manager

(Hartanto)

Finance Manager

(NininSofiana)

Acc & Tax Manager

(Nani Widayanti)

HRD Manager

(Setia Budi HP)

Engineering Manager

(Dian WidiNugroho)

Construction Manager

(Satria Budi Lestari)

Procurement Manager

(Dona Kurniawan)

Direktur Utama (Ir. Hariyanto)

mencapai tujuan dengan efektif dengan tetap memperhatikan hak,

wewenang, dan peraturan yang sudah ditetapkan.

4.1.2. Struktur Organisasi PT. Indomuda Satria Internusa

Berdasarkan infromasi yang didapat dari company profile

milik PT. Indomuda Satria Internusa, didapatkan struktur organisasi

sebagai berikut :

Figure 4.1 Struktur Perusahaan Sumber : Company Profile, 2009

97

Disebutkan sebelumnya bahwa ethics officer didalam PT.

Indomuda Satria Internusa dalam menjalankan pekerjaanya masih

tergabung langsung kedalam tim manajemen yang ada didalam

perusahaan. Ethics officer didalam perusahaan ini berada dibawah

perintah dari direktur utama dan wakil direktur utama. Ethics officer

didalam perusahaan ini memiliki tugas untuk melakukan

pengawasan terhadap 2 bagian didalam struktur organisasi

perusahaan, yaitu bagian home office (general manager, finance

manager, acc & tax manager, dan HRD manager) dan business

project(Engineering manager, construction manager, dan

procurement manager).

4.2. Profil Responden

Dalam penelitian ini, penulis dalam membagikan kuisioner kepada

seluruh responden menggunakan stratified random sampling, yaitu

pengambilan sample dari beberapa bagian strata secara acak. Penulis

memberikan kuisoner kepada responden yang didasari oleh jenis kelamin,

usia, dan tingkat pendidikan. Responden dalam penelitian ini adalah orang –

orang yang berada dibawah pengawasan oleh ethics officer, hasil dari

pembagian kuisioner tersebut menghasilkan data yang dapat dilihat sebagai

berikut :

98

- Jenis Kelamin :

Tabel 4.1 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Pria 35 orang 58,33 %

Wanita 25 orang 41,67 %

Total 60 orang 100 %

Sumber: Hasil Penelitian, 2012

- Usia :

Tabel 4.2 Usia

Usia Jumlah Presentase

21 - 30 15 orang 25 %

31 - 40 26 orang 43,34 %

41 - 50 11 orang 18,33 %

> 50 8 orang 13,33 %

Total 60 orang 100 %

Sumber: Hasil Penelitian, 2012

- Tingkat Pendidikan :

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

S1 37 orang 61,67 %

D3 20 orang 33,33 %

SMA / SMEA / sederajat 3 orang 5 %

Total 60 orang 100 %

Sumber: Hasil Penelitian, 2012

99

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah dibagikan, ternyata

responden dengan usia, tingkat pendidikan, serta jenis kelamin yang

berbeda seperti pria dan wanita. Memiliki penilaian atau pandangan yang

berbeda tentang kehadiran ethics officer didalam perusahaan. Perbedaan

tersebut dapat diketahui melalui hasil wawancara dengan perwakilan

perusahaan PT. Indomuda Satria Internusa, salah satu contohnya adalah

para pekerja senior di perusahaan ini ternyata lebih nyaman dengan

kehadiran ethics officer yang berasal dari dalam perusahaan, berbeda

dengan para pekerja – pekerja usia muda di perusahaan ini yang

beranggapan bahwa ethics officer dari dalam perusahaan terkadang masih

cenderung memberikan pengawasan dan penilaian yang tidak objektif.

Untuk melanjutkan tahap penelitian, hasil kuisioner yang berasal

dari responden-responden ini berikutnya akan di transformasikan menjadi

data interval untuk memenuhi persyaratan analisa pengaruh dan analisa jalur

atau path analysis.

4.3. Hasil Penelitian

Dalam bagian ini, penulis akan mengolah data yang telah didapat

dari kuisioner penelitian skripsi ini. Data – data ini dibutuhkan untuk

melakukan analisa pengaruh dan analisa jalur yang nantinya berguna untuk

mengetahui pengaruh dan besarnya kontribusi antar variabel – variabel yang

digunakan didalam penelitian ini. Untuk melakukan proses analisa data

tersebut, perlu dilakukan dahulu tahap awal dari pengolahan data, yaitu

proses transformasi data ordinal menjadi interval.

100

4.3.1. Transformasi Data Ordinal menjadi Interval

Salah satu persyaratan analisa data yaitu data harus berskala

interval. Alat analisi data seperti : korelasi, regresi, analisis jalur,dan

SEM mempersyaratkan data minimal harus berskala interval

(Jonathan Sarwono, 2011).Pada penelitian ini, penulis menggunakan

metode MSI (method of successive interval) untuk melakukan

transformasi data skala ordinal menjadi data skala interval.

Pengolahan data dilakukan penulis dengan menggunakan bantuan

software Microsoft Excel 2010. Hasil transformasi data yang

diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Transformasi Data

Variabel Ordinal Interval Variabel Ordinal Interval Kompetensi

Pribadi

(X1)

1 1 Faktor –

Faktor

Individual

(X2)

1 1

2 2.03 2 2.06

3 2.22 3 2.13

4 3.77 4 1.95

5 4.03 5 1.71

Role

Challenges

of Ethics

Officer

(Y)

1 1 Kinerja

Ethics

Officer

(Z)

1 1

2 3.11 2 2,03

3 3,06 3 2,20

4 2,03 4 1,99

5 1,89 5 3,97

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

101

Berdasarkan tabel diatas, data-data interval dari tiap variabel-

variabel didalam penelitian ini sudah berhasil diubah menjadi data

ordinal.Dalam tahap ini, kita sudah menyelesaikan salah satu

ketentuan untuk melakukan analisa pengaruh dan analisa

jalur.Dengan selesainya tahap transformasi data, kita dapat langsung

untuk melakukan uji validitas pada tahap berikutnya.

4.3.2. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian digunakan untuk mengukur sah

atau valid tidaknya suatu kuesioner.Jadi, semakin tinggi validitas

suatu alat ukur, semakin tepat alat ukur tersebut mengenai sasaran.

Pengujian validitas dalam penelitian ini adalah dengan

mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan total skor

konstruk atau variabel yang ada. Uji korelasi yang digunakan dengan

menggunakan Corrected Item-Total Correlation. Sebuah item

dikatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation>r-

table(Sarjono & Julianita, 2011). Berdasarkan pengolahan data

menggunakan program SPSS, diperoleh hasil - hasil berikut ini:

Setelah melakukan uji validitas terhadap variabel

Kompetensi Pribadi (X1) didapatkan hasil sebagai berikut :

• Kompetensi Pribadi (X1)

102

Tabel 4.5 Validitas Variabel Kompetensi Pribadi

No Item Pertanyaan r-hitung r-table Keterangan

1 X1_1 0.541 0.254 Valid

2 X1_2 0.641 0.254 Valid

3 X1_3 0.629 0.254 Valid

4 X1_4 0.433 0.254 Valid

5 X1_5 0.339 0.254 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

Hasil uji validitas pada variabel Kompetensi Pribadi(X1)

menunjukan bahwa seluruh item yang ada pada variabel tersebut

adalah valid, karena nilai r-hitung dari masing-masing item adalah

lebih besar dari r-tabel.

Setelah melakukan uji validitas terhadap variabel Faktor –

Faktor Individual (X2) didapatkan hasil sebagai berikut :

• Faktor – Faktor Individual (X2)

Tabel 4.6 Validitas Variabel Faktor – Faktor Individual

No Item Pertanyaan r-hitung r-table Keterangan

1 X2_1 0.743 0.254 Valid

2 X2_2 0.493 0.254 Valid

3 X2_3 0.655 0.254 Valid

4 X2_4 0.618 0.254 Valid

5 X2_5 0.201 0.254 Tidak Valid

6 X2_6 0.243 0.254 Tidak Valid

103

7 X2_7 0.454 0.254 Valid

8 X2_8 0.524 0.254 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

Hasil uji validitas pada variabel Faktor – Faktor Individual

(X2) menunjukan bahwa 6 item yang ada pada variabel tersebut

adalah valid, karena nilai r-hitung dari masing-masing item adalah

lebih besar dari r-tabel. Sedangkan 2 item lainnya tidak valid ,

karena nilai r-hitung dari item tersebut adalah kurang dari dari r-

tabel.

Dengan adanya 2 item yang tidak valid, maka dilakukan

kembali uji validitas untuk variabel Faktor – Faktor Individual (X2)

yang menghasilkan output berikut:

Tabel 4.7 Validitas Variabel Faktor – Faktor Individual

No Item Pertanyaan r-hitung r-table Keterangan

1 X2_1 0.743 0.254 Valid

2 X2_2 0.493 0.254 Valid

3 X2_3 0.655 0.254 Valid

4 X2_4 0.618 0.254 Valid

7 X2_7 0.454 0.254 Valid

8 X2_8 0.524 0.254 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

Setelah dibuangnya 2 item yang tidak valid, hasil uji validitas

pada variabel Faktor – Faktor Individual menunjukan bahwa 6 item

104

yang ada pada variabel tersebut adalah valid, karena nilai r-hitung

dari masing-masing item adalah lebih besar dari r-tabel.

Setelah melakukan uji validitas terhadap variabel Role

Challenges of Ethics Officer (Y), didapatkan hasil sebagai berikut :

• Role Challenges of Ethics Officer (Y)

Tabel 4.8 Validitas Variabel Role Challenges of Ethics Officer

No Item

Pertanyaan r-hitung r-table Keterangan

1 Y1 0.052 0.254 Tidak Valid

2 Y2 0.633 0.254 Valid

3 Y3 0.526 0.254 Valid

4 Y4 0.478 0.254 Valid

5 Y5 0.611 0.254 Valid

6 Y6 0.484 0.254 Valid

7 Y7 0.724 0.254 Valid

8 Y8 0.449 0.254 Valid

9 Y9 0.449 0.254 Valid

10 Y10 0.302 0.254 Valid

11 Y11 0.600 0.254 Valid

12 Y12 0.548 0.254 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

Hasil uji validitas pada variabel Role Challenges of Ethics

Officers (Y) menunjukan bahwa 11 item yang ada pada variabel

tersebut adalah valid, karena nilai r-hitung dari masing-masing item

105

adalah lebih besar dari r-tabel. Sedangkan 1 item lainnya tidak valid,

karena nilai r-hitung dari item tersebut adalah kurang dari dari r-

tabel.

Dengan adanya 2 item yang tidak valid, maka dilakukan

kembali uji validitas untuk variabel Role Challenges of Ethics Offier

(Y) yang menghasilkan output berikut :

Tabel 4.9 Validitas Variabel Role Challenges of Ethics Officer

No Item Pertanyaan r-hitung r-table Keterangan

2 Y2 0.633 0.254 Valid

3 Y3 0.526 0.254 Valid

4 Y4 0.478 0.254 Valid

5 Y5 0.611 0.254 Valid

6 Y6 0.484 0.254 Valid

7 Y7 0.724 0.254 Valid

8 Y8 0.449 0.254 Valid

9 Y9 0.449 0.254 Valid

10 Y10 0.302 0.254 Valid

11 Y11 0.600 0.254 Valid

12 Y12 0.548 0.254 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2012)

Setelah melakukan uji validitas terhadap Kinerja Ethics

Officer(Z), didapatkan hasil sebagai berikut :

• Kinerja Ethics Officer (Z)

106

Tabel 4.10 Validitas Variabel Kinerja Ethics Officer

No Item Pertanyaan r-hitung r-table Keterangan

1 Z1 0.718 0.254 Valid

2 Z2 0.690 0.254 Valid

3 Z3 0.519 0.254 Valid

4 Z4 0.650 0.254 Valid

5 Z5 0.594 0.254 Valid

6 Z6 0.619 0.254 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

Hasil uji validitas pada variabel Kinerja Ethics Officer

menunjukan bahwa 6 item yang ada pada variabel tersebut adalah

valid, karena nilai r-hitung dari masing-masing item adalah lebih

besar dari r-tabel. Sedangkan 2 item lainnya tidak valid , karena nilai

r-hitung dari item tersebut adalah kurang dari dari r-tabel.

Dengan telah didapatkanya hasil yang valid dari butir – butir

tiap variabel X1, X2, Y, dan Z, maka dapat dilanjutkan untuk

melakukan tahap selanjutnya, yaitu uji reliabilitas.

107

4.3.3. Uji Reliabilitas

Uji realiabilitas diperlukan untuk mengukur tingkat

keandalan kuesioner.Untuk itu, dilakukan uji realiabilitas pada

instrumen penelitian dengan menghitung nilai Cronbach Alpha.

Keterangan untuk tabel Reliability Statistics:

1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel

3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel

4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel

Sumber : (Triton, 2005)

Setelah dilakukan uji reliabilitas untuk mengukur keandalan

kuisioner dalam variabel Kompetensi Pribadi (X1), Faktor – Faktor

Individual(X2), Role Challenges of Ethics Officer (Y), dan Kinerja

Ethics Officer (Z) didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.11 Reliabilitas data variabel

Variabel Cronbach’s

Alpha N of Items

Kompetensi Pribadi(X1) 0.311 5

Faktor – Faktor Individual(X2) 0.552 8

Role Challenges of Ethics Officer (Y) 0.710 12

Kinerja Ethics Officer(Z) 0.699 6

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

108

Berdasarkan tabel didapatkan bahwa variabel kompetensi

pribadi(X1) terbilang agak reliabel dan variabel faktor – faktor

individual (X2) terbilang cukup reliabel, lalu variabel role

challenges of ethics officer (Y) dan variabel kinerja ethics officer (Z)

terbilang reliabel.Hasil tersebut menunjukkan, bahwa seluruh

variabel tersebut masih layak dipakai untuk tahap uji normalitas,

analisa pengaruh dan analisa jalur karena variabel – variabel tersebut

terbilang reliabel.

4.3.4. Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas)

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data yang

dipakai dalam penelitian ini terdistribusi secara normal atau

tidak.Mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji K-

S(Kolmogorov-Smirnov). Caranya adalah dengan menentukan

terlebih dahulu hipotesis pengujian.Dalam penelitian ini, hipotesis

yang dimaksud adalah Hipotesis Nol (H0) yaitu data terdistribusi

normal. H0 diterima bila nilai dari uji K-S lebih besar dari

probabilitas signifikansi pada α = 5%.

Kriteria pengambilan keputusan dengan analisis grafik

(normal probability), yaitu sebagai berikut :

• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

109

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas

Tabel 4.12 Normalitas Data

Kompetensi

Pribadi (X1)

Faktor –

Faktor

Individual

(X2)

Role Challenges

of Ethics Officer

(Y)

Kinerja Ethics

Officer (Z)

N 60 60 60 60

Normal Parametersa,,b Mean 15.3584 22.7539 37.7807 18.0706

Std. Deviation 2.45643 3.70913 5.59071 3.58515

Most Extreme

Differences

Absolute .068 .053 .112 .079

Positive .068 .053 .112 .072

Negative -.051 -.036 -.051 -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .529 .411 .866 .614

Asymp. Sig. (2-tailed) .942 .996 .441 .846

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2012

Dari hasil tabel normalitas diatas, dapat dilihat bahwa

besarnya nilai signifikansi dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk

seluruh variabel adalah lebih besar daripada 0,05.Sehingga

dapatdisimpulkan bahwa data dari seluruh variabel

adalahberdistribusi normal.

Setelah melakukan serangkaian tahap seperti : transformasi

data, uji validitas, uji realibilitas, dan yang terakhir uji normalitas,

tahap selanjutnya adalah melakukan analisa antar pengaruh antar

variabel dengan menggunakan analisa pengaruh dan analisa jalur

atau path analysis.

110

4.4. Analisa Sub-struktur 1

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh

dan kuat hubungan antara variabel kompetensi pribadi (X1), faktor – faktor

individual (X2), role challenges of ethics officer (Y), dan kinerja ethics

officer (Z), untuk itu diperlukan terlebih dahulu susunan pertama atau sub-

struktur 1 penelitian skripsi ini yang memuat tentang analisa pengaruh dan

analisa jalur antara variabel X1, X2, dan Y.

4.4.1. Analisa Pengaruh

Setelah melakukan transformasi data, uji validitas,

reliabilitas, dan normalitas, berikutnya akan dilakukan analisa

pengaruh antar variabel. Dalam melakukan analisa pengaruh dan

analisa jalur atau path analysis, penulis membuat 2 tahap atau dua

substruktur terlebih dahulu.Salah satu syarat agar bisa melakukan

analisa pengaruh dan analisasa jalur atau path analaysis antar

variabel, perlu dilakukan analisa pengaruh antar variabel terlebih

dahulu.

Untuk melakukan analisa pengaruh antar variabel kompetensi

pribadi (X1), faktor – faktor individual (X2), dan role challenges of

ethics officer (Y) dari penelitian ini adalah :

1. Analisa Pengaruh : melakukan analisa pengaruh antara variabel

kompetensi pribadi(X1) dan faktor – faktor individual(X2)

dengan role challenges of ethics officer (Y).

111

Analisa pengaruh antara variabel X :

• Uji pengaruh antara kompetensi pribadi(X1) dengan faktor

– faktor individual(X2)

Analisa pengaruh antar variabel X dengan Y :

• Uji pengaruh antara kompetensi pribadi(X1) dengan role

challenges of ethics officers (Y)

• Uji pengaruh antara faktor – faktor individual(X2) dengan

role challenges of ethics officer (Y)

2. Analisa pengaruh kompetensi pribadi(X1) dan faktor – faktor

individual (X2) Terhadap role challenges of ethics officers (Y).

Untuk menganalisa pengaruh kompetensi pribadi(X1)

dan faktor – faktor individual (X2) terhadap role challenges of

ethics officers (Y) digunakan bantuan SPSS 17. Adapun hasil

perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13 Deskriptif Data X1, X2, dan Y

Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation N

Y 3.1485 .46585 60

X1 3.0717 .49130 60

X2 2.8442 .46360 60

Sumber : Hasil Penelitian, 2012.

112

Pertama-tama adalah diinterpretasikan terlebih dahulu

hasil output pada tabel 4.1.Untuk menginterpretasikan statistik

deskriptif data, akan dibuat suatu kriteria mengenai arti nilai

masing-masing variabel yang diteliti ; yaitu variabel kompetensi

pribadi(X1), faktor – faktor individual (X2),role challenges of

ethics officers (Y) dan kinerja ethics officer (Z). Untuk

menentukan kriteria tersebut, digunakan rumus Sturgess untuk

menghitung jumlah kelas (k) dan anak kelas (I).Dimana jumlah

kelas (k) telah ditentukan terlebih dahulu yaitu sebanyak 5 kelas.

Kelas pertama “Sangat Buruk”, kelas kedua “Buruk”, kelas

ketiga “Cukup Baik”, kelas keempat “Baik” dan kelas kelima

“Sangat Baik”. Adapun rumus Sturges untuk lebar kelas (I),

yaitu:

Untuk variabel X1, X2,Y dan Z menggunakan nilai baru

pada skala interval. Sedangkan kriteria penilaian jawaban untuk

variabel X1, X2,Y dan Z adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14 Interpretasi Nilai Variabel X1, X2, Y dan Z

Interval

Variabel Kriteria Interval Variabel Kriteria

Kompetensi Pribadi (X1) Role Challenges of Ethics Officers

(Y)

1.00 - 1.82

Sangat

Buruk 1.00 - 1.91 Sangat Buruk

I = (Xmax - Xmin) / k

113

1.83 - 2.65 Buruk 1.92 - 2.83 Buruk

2.66 - 3.48 Cukup 2.84 - 3.75 Cukup

3.49 - 4.31 Baik 3.76 - 4.67 Baik

4.32 - 5.14

Sangat

Baik 4.68 - 5.59 Sangat Baik

Faktor – Faktor

Individual (X2) Kinerja Ethics Officer (Z)

1.00 - 1.91

Sangat

Buruk 1.00 - 1.91 Sangat Buruk

1.92 - 2.83 Buruk 1.92 - 2.83 Buruk

2.84 - 3.75 Cukup 2.84 - 3.75 Cukup

3.76 - 4.67 Baik 3.76 - 4.67 Baik

4.68 - 5.59

Sangat

Baik 4.68 - 5.59 Sangat Baik

Sumber : Hasil Penelitian, 2012

Dari hasil tabel4.9, telah didapat tabel yang

menunjukkan statistik deskriptif data untuk data tiap variabel –

variabel penelitian dalam skripsi ini.Dengan begitu, kita dapat

langsung untuk melanjutkan ke tahap analisa pengaruh antar

variabel.

Untuk mengetahui hubungan atau nilai pengaruh antar

variabel X1, X2, dan Y dapat melihat korelasi pearson antar

variabel yang telah didapatkan melalui bantuan SPSS, tabel

114

korelasi pearson tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut

ini:

Tabel 4.15 Korelasi Pearson X1, X2, dan Y

Y X1 X2

Pearson Correlation Y 1.000 .679 .724

X1 .679 1.000 .639

X2 .724 .639 1.000

Sig. (1-tailed) Y . .000 .000

X1 .000 . .000

X2 .000 .000 .

N Y 60 60 60

X1 60 60 60

X2 60 60 60

Sumber : Hasil Penelitian, 2012

Selanjutnya dilihat hubungan bivariat antara variabel X1,

X2,dan Y dengan menggunakan korelasi Pearson yang melihat

hubungan dua arah antara dua variabel saja tanpa

memperhitungkan pengaruh faktor lain. Dengan melihat tabel

4.12

a. Korelasi kompetensi pribadi (X1) dan faktor – faktor

individu (X2) adalah (rx1x2) = 0.639. Artinya hubungan

antara kedua variabel tersebut bersifat kuat dan searah.

115

Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa seberapa kuat

hubungan yang dimiliki antara variabel kompetensi

pribadi(X1) dengan variabel faktor – faktor individual(X2)

berdasarkan tabel 4.10.

Hipotesis:

Ho :kompetensi pribadi (X1) tidak memiliki hubungan yang

signifikan secara parsial dengan faktor – faktor

individual (X2) pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Ha : komptensi pribadi (X1)memiliki hubungan yang

signifikan dengan faktor – faktor individual (X2) pada

PT. Indomuda Satria Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar

95%, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang

artinya lebih kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan

Ho ditolak. Melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui

bahwa hubungan antara kompetensi pribadi (X1) dan faktor

– faktor individual (X2) pada PT. Indomuda Satria

Internusa, memiliki hubungan yang nyata dan hubungan

keduanya bersifat kuat dan searah. Hubungan bersifat kuat

karena nilai koefisien korelasinya adalah sebesar 0.639

(terletak pada interval 0.60-0.799) dan hubungan bersifat

searah karena nilai koefisien korelasi tersebut adala bernilai

116

positif. Dengan hasil tersebut, dapat dibuktikan bahwa,

berdasarkan dari jurnal penelitian milik Henry Adobor

(2006) yang menyatakan adanya hubungan antara

kompetensi pribadi dengan faktor – faktor pribadi memiliki

keterkaitan, seperti dengan makin tingginya technical

knowledge seorang ethics officer, akan dapat membantu

dirinya untuk dapat beroperasi dilingkungan yang penuh

dengan ambiguitas.

b. Korelasi kompetensi pribadi (X1) dan role challenges of

ethics officer (Y) adalah (rx1y) = 0.679. Artinya hubungan

antara kedua variabel tersebut bersifat kuat dan searah.

Pada bagian ini, penulis menganalisa besarnya hubungan

yang dimiliki antara variabel Kompetensi Pribadi (X1)

dengan variabel role challenges of ethics officer(Y)

berdasarkan tabel 4.12

Hipotesis:

Ho :kompetensi pribadi (X1) tidak memiliki hubungan yang

signifikan secara parsial dengan role challenges of

ethics officer (Y) pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Ha : kompetensi pribadi (X1)memiliki hubungan yang

signifikan dengan role challenges of ethics officer (Y)

pada PT. Indomuda Satria Internusa.

117

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar

95%, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang

artinya lebih kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan

Ho ditolak. Melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui

bahwa hubungan antara kompetensi pribadi (X1) dan role

challenges of ethics officer (Y) pada PT. Indomuda Satria

Internusa, memiliki hubungan yang nyata dan hubungan

keduanya bersifat kuat dan searah. Hubungan bersifat kuat

karena nilai koefisien korelasinya adalah sebesar 0.679

(terletak pada interval 0.60-0.799) dan hubungan bersifat

searah karena nilai koefisien korelasi tersebut adala bernilai

positif. Dengan begitu, apa yang ditulis oleh Henry Adobor

(2006) yang menyatakan tentang terdapatnya keterkaitan

hubungan antara kompetensi pribadi dengan role challenges

of ethics officer adalah benar adanya, karena dalam

menjalankan tugasnya sebagai pengawas masalah – masalah

etika di perusahaan, tidak cukup jik hanya dibekali dengan

pengetahuan etika dan keahlian/skill yang tinggi saja, tetapi

juga harus didukung dengan adanya wawasan luas yang

dimiliki ethics officer tentang visi, misi, peraturan, dan

bisnis yang dijalankan di perusahaan tempat dia bekerja

akan membantu dia dalam menjalankan tugasnya, seperti

118

dengan memahami kebijakan – kebijakan perusahaan dan

peran dia sebagai pengawas etika didalam perusahaan akan

mengurangi terjadinya ambiguitas peran (role ambiguity)

pada diri ethics officer tersebut saat menjalankan tugasnya

didalam perusahaan.

c. Korelasi faktor – faktor individual(X2) dan role challenges

of ethics officer (Y) adalah (rx2y) = 0.724. Artinya hubungan

antara kedua variabel tersebut bersifat kuat dan searah.

Pada bagian ini, penulis menganalisa besarnya hubungan

yang dimiliki antara variabel faktor – faktor individual (X2)

dengan variabel role challenges of ethics officer(Y)

berdasarkan tabel 4.12

Hipotesis:

Ho :faktor – faktor individual (X2) tidak memiliki

hubungan yang signifikan secara parsial denganrole

challenges of ethics officer (Y) pada PT. Indomuda

Satria Internusa.

Ha : faktor – faktor individual(X2)memiliki hubungan yang

signifikan dengan role challenges of ethics officer (Y)

pada PT. Indomuda Satria Internusa.

119

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar

95%, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang

artinya lebih kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan

Ho ditolak. Melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui

bahwa hubungan antara faktor – faktor individual(X2) dan

role challenges of ethics officer (Y) pada PT. Indomuda

Satria Internusa, memiliki hubungan yang nyata dan

hubungan keduanya bersifat kuat dan searah. Hubungan

bersifat kuat karena nilai koefisien korelasinya adalah

sebesar 0.724 (terletak pada interval 0.60-0.799) dan

hubungan bersifat searah karena nilai koefisien korelasi

tersebut adala bernilai positif. Hubungan ini dapat dikatakan

kuat berdasarkan dengan teori milik Henry Adobor (2006)

yang mengatakan bahwa, faktor individual seperti Locus of

Control didalam diri ethics officer akan mempengaruhi

pekerjaanya didalam organisasi. Hal tersebut dapat kita lihat

pada ethics officer didalam perusahaan yang cenderung

mempunyai tipe internal locus of control, yang sering

ditandai dengan tidak mudahnya menyerah kepada nasib

atau situasi begitu saja, internal locus of control ini sering

dilihat dengan gerak – geriknya yang berinisiatif untuk

mengambil alih situasi atau tindakan ketika sedang terjadi

120

masalah, dan juga ethics officer di perusahaan tersebut

biasanya sebelum membuat keputusan, membutuhkan

pendapat atau input dari pihak – pihak lain, agar nantinya

tidak ada pihak yang dirugikan dari keputusan yang telah

diambil, hal tersebut secara tidak langsung akan

menghindari ethics officer dari masalah seperti

kompleksitas tugas (task complextiy) dan peran (role

ambiguity).

4.4.2. Analisa Jalur

Setelah hasil dari analisa pengaruh menunjukkan adanya

hubungan yang kuat antara variabel, maka baru selanjutnya kita

dapat melakukan analisa jalur.

Analisa Jalur / Path Analysis :

• Melakukan uji simultan antara kompetensi pribadi (X1) dan

faktor – faktor Individual (X2) dengan role challenges of ethics

officer (Y).

• Melakukan uji parsial antara kompetensi pribadi (X1)

denganrole challenges of ethics officer (Y).

• Melakukan uji parsial antara faktor – faktor individual (X2)

denganrole challenges of ethics officer (Y).

Setelah melakukan tahap analisa pengaruh antar variabel

Kompetensi Pribadi (X1), Faktor – Faktor Individual (X2) kemudian

121

dilakukan analisa sub-struktur 1 dengan menggunakan analisis jalur,

dengan tabel dan persamaan struktural sebagai berikut.

Tabel 4.16 Coefficientssub-struktur 1

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .554 .249 2.227 .030

X1 .218 .101 .230 2.162 .035

X2 .098 .151 .098 .648 .520

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Penelitian, 2012

Struktural: X1YX1 + X2YX2 + yε1

a. Pengujian Secara Simultan (Keseluruhan) antar variabel bebas

kompetensi pribadi (X1) dan faktor – faktor individual (X2)

dengan variabel terikat role challenges of ethics officers (Y).

Uji secara keseluruhan ditunjukan oleh tabel 4.13.

Berdasarkantabel 4.13 diperoleh hasil sebagai berikut :

Hipotesis:

Ho :kompetensi pribadi (X1) dan faktor – faktor individual

(X2)tidak memiliki kontribusi yang signifikan secara

122

simultan terhadap role challenges of ethics officers (Y)

pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Ha : kompetensi pribadi (X1) dan faktor – faktor individual (X2)

memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan

terhadap role challenges of ethics officers (Y) pada PT.

Indomuda Satria Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%,

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang artinya lebih kecil

dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil

tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi pribadi

(X1) dan faktor – faktor individu (X2) memiliki kontribusi yang

signifikan secara simultan terhadap role challenges of ethics officers

(Y) pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Besarnya pengaruh variabel kompetensi pribadi (X1) dan

faktor – faktor individual (X2) secara simultan terhadap variabel role

challenges of ethics officers (Y) dapat diketahui dengan melihat nilai

R square pada tabel Model Summary, dimana diperoleh nilai R2 =

0.674 = 67.4%. Sehingga variabel kompetensi pribadi (X1), faktor –

faktor individual (X2) mempengaruhi variabel role challenges of

ethics officers (Y) sebesar 67.4% dan sisanya sebesar 32.6%

dipengaruhi oleh variabel-variabel diluar penelitian ini. Sementara itu

besarnya koefisien jalur bagi variabel lain diluar penelitian yang

123

mempengaruhi nilai variabel Y (ρY) = = =

0.571.

b. Pengujian secara parsial antara kompetensi pribadi (X1) dengan

role challenges of ethics officers (Y) pada PT. Indomuda Satria

Internusa.

Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa besarnya kontribusi

yang dimiliki antara variabel kompetensi pribadi (X1) dengan

variabel role challenges of ethics officer (Y) dengan

menggunakan analisa jalur berdasarkan tabel 4.13.

Hipotesis:

Ho : kompetensi pribadi (X1) tidak berkontribusi secara

signifikan terhadap role challenges of ethics officers (Y)

pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Ha : kompetensi pribadi (X1) berkontribusi secara signifikan

terhadap role challenges of ethics officers (Y) pada PT.

Indomuda Satria Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%,

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.035 yang artinya lebih

kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan Ho ditolak.

Berdasarkan hasil tersebut, variabel kompetensi pribadi (X1)

berkontribusi secara signifikan terhadap role challenges of

ethics officers (Y) pada PT. Indomuda Satria Internusa. Dengan

124

begitu, dapat kita artikan bahwa ethics officer yang ada di PT.

Indomuda Satria Internusa tidak hanya dibekali dengan

pengetahuan etika dan keahlian/skill yang tinggi dalam menjadi

pengawas etika perusahaan tetapi juga memiliki wawasan yang

luas tentang visi, misi, peraturan & kebijakan, dan bisnis yang

dijalankan di perusahaan tempat dia bekerja, hal tersebut akan

dapat membantu ethics officer dalam menjalankan tugasnya,

seperti dengan memahami kebijakan – kebijakan perusahaan dan

peran dia sebagai pengawas etika didalam perusahaan akan

mengurangi terjadinya ambiguitas peran (role ambiguity) pada

diri ethics officer tersebut saat menjalankan tugasnya didalam

perusahaan.

c. Pengujian secara parsial antara faktor – faktor individual (X2)

dengan role challenges of ethics officers (Y) pada PT. Indomuda

Satria Internusa.

Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa besarnya kontribusi

yang dimiliki antara variabel faktor – faktor individual (X2)

dengan variabel role challenges of ethics officer (Y) dengan

menggunakan analisa jalur berdasarkan tabel 4.13.

Hipotesis:

Ho : faktor – faktor individual (X2) tidak berkontribusi secara

signifikan terhadap role challenges of ethics officer (Y)

pada PT. Indomuda Satria Internusa.

125

Ha : faktor – faktor individual (X2) berkontribusi secara

signifikan terhadap role challenges of ethics officer (Y)

pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar

95%, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.520 yang artinya

lebih kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan Ho ditolak.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel faktor – faktor

individual (X2) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap

role challenges of ethics officers (Y) pada PT. Indomuda Satria

Internusa. Dapat kita simpulkan bahwa, hasil penelitian yang

dilakukan oleh Henry Adobor(2006) dengan penelitian ini

berbeda, dimana didalam penelitian miliknya, faktor – faktor

individual disebutkan memiliki pengaruh yang kuat terhadap

role challenges of ethics officer, tetapi saat diuji di PT.

Indomuda Satria Internusa, hal tersebut memiliki hasil yang

berbeda, yaitu variabel faktor – faktor individual tidak

berpengaruh kepada role challenges of ethics officer. Hal ini

mungkin disebabkan karena, ethics officer didalam perusahaan

tersebut bertipe external locus of control, yang cenderung

pasrah terhadap keadaan dan tidak memiliki inisiatif untuk

mengambil keputusan saat terjadinya masalah dan orang yang

seperti ini cenderung tidak dapat bekerja di dalam lingkungan

126

yang penuh dengan ambiguitas, hal tersebut jelas akan membuat

ethics officer tersebut mengalami masalah seperti task

complexity dan role conflict. Dengan ketidakmampuan untuk

menangani masalah yang ada tersebut, akan menghambat ethics

officer tersebut untuk bekerja secara efektif.

Kemudian nilai koefisien jalur (beta) dapat dilihat dalam tabel

berikut :

Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur sub-struktur 1

Pengaruh Antar Variabel

Koefisien Jalur

Nilai Sig.

Hasil Pengujian Koefisien

Determinasi

Koefisien Variabel

lain

X1 terhadap Y 0.230 0.035 Ho Ditolak 0.674 =

67.4% 0.571

X2 terhadap Y 0.098 0.520 Ho Tidak

Ditolak

Sumber : Hasil Penelitian, 2012.

Dengan demikian didapat diagram jalur sub-struktur 1, jika

disajikan dengan nilai koefisien jalur yang telah didapat melalui

analisa data sehingga model sub-struktur 1 menjadi:

Figure 4.4 Rangkuman Koefisien Jalur sub-struktur 1 Sumber : Hasil Penelitian, 2012.

0.230

0.098

0.571 Kompetensi Pribadi

(X1)

Faktor – Faktor Individual (X2)

Role Challenges of Ethics Officers (Y)

127

Jadi dapat diperoleh persamaan sub-struktur 1 sebagai

berikut:

X1YX1 + X2YX2 + yε1

X1 + X2 + ε1 dimana R2 = 0.674

Dari persamaan struktural sub-struktur 1 dapat diartikan bahwa :

1. Role challenges of ethics officer (Y)pada PT. Indomuda

Satria Internusa dipengaruhi oleh kompetensi pribadi (X1)

dan faktor – faktor individual (X2) secara simultan sebesar

67.4%, sisanyasebesar 32.6% dipengaruhi oleh variabel-

variabel lain diluar penelitian ini.

2. Setiap peningkatan nilai kompetensi pribadi(X1)sebesar

satu satuan, maka role challenges of ethics officer (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar 0.230. Begitu juga

sebaliknya, setiap penurunan nilai kompetensi

pribadi(X1)sebesar satu satuan, maka role challenges of

ethics officer (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0.230

3. Setiap peningkatan nilai faktor – faktor Individual

(X2)sebesar satu satuan, maka role challenges of ethics

officer (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0.098.

Begitu juga sebaliknya, setiap penurunan nilai faktor –

faktor individual (X2)sebesar satu satuan, maka role

challenges of ethics officer (Y) akan mengalami penurunan

sebesar 0.09

128

Setelah mendapatkan tahapan penelitian pertama atau

substruktur 1 yang memuat tentang analisa pengaruh dan

analisa jalur antara variabel kompetensi pribadi(X1), faktor –

faktor individual (X2), dan role challenges of ethics officer (Y),

selanjutnya adalah menyusun substruktur 2 yang terdiri dari

analisa pengaruh dan analisa jalur yang didalamnya memuat

tentang seluruh variabel tersebut ditambah dengan kehadiran 1

variabel baru, yaitu kinerja Ethics Officer (Z).

4.5. Analisa Sub-struktur 2

Analisa sub-struktur 2 dilakukan untuk melanjutkan tahap penelitian

selanjutnya dalam skripsi ini, setelah sebelumnya telah didapatkan sub-

struktur 1 yang didalamnya terdapat analisa pengaruh dan analisa jalur yang

menggunakan variabel kompetensi pribadi (X1), faktor – faktor individual

(X2), dan role challenges of ethics officer (Y). Analisa sub-struktur 2

memuat seluruh variabel tersebut dengan adanya tambahan 1 variabel baru,

yaitu variabel kinerja ethics officer (Z).

4.5.1. Analisa Pengaruh

Hasil dari analisa pengaruh dan analisa jalur yang telah

dilakukan didalam substruktur 1 menunjukkan adanya hubungan

atau keterkaitan diantara variabel kompetensi pribadi (X1), faktor –

faktor individual (X2), dan role challenges of ethics officer (Y).

Untuk melengkapi penelitian skripsi ini, pada tahap sub-struktur 2

129

ini akan dilihat bagaimana sebenarnya ketiga variabel tersebut dapat

mempengaruhi variabel kinerja ethics officer(Z) dengan melakukan

analisa pengaruh dan analisa jalur.

Proses untuk menyusun sub-struktur kedua dari penelitian ini

adalah :

Analisa Pengaruh : melakukan analisa pengaruh antara variabel

kompetensi pribadi (X1), faktor – faktor individual (X2), danrole

challenges of ethics officer (Y) dengan kinerja ethics officer(Z)

Analisa pengaruh antar variabel X dengan Z :

• Uji pengaruh antara kompetensi pribadi (X1) dengan kinerja

ethics officer(Z).

• Uji pengaruh antara faktor – faktor individual (X2) dengan

kinerja ethics officer (Z).

Analisa pengaruh antar variabel Y dengan Z :

• Uji pengaruh antararole challenges of ethics officer (Y) dengan

kinerjaethics officer (Z).

1. Analisa pengaruh kompetensi pribadi (X1) dan faktor –

faktor individual (X2) serta role challenges of ethics

officers (Y) terhadap kinerja ethics officer (Z).

Untuk menganalisa pengaruh kompetensi pribadi(X1),

faktor – faktor individual(X2)serta Role Challenges of

Ethics Officers (Y) terhadap kinerja ethics officer(Z)

130

digunakan bantuan SPSS 17. Adapun hasil perhitungan

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.18 Korelasi Pearson X1, X2, Y dan Z

Z X1 X2 Y

Pearson Correlation Z 1.000 .764 .744 .715

X1 .764 1.000 .639 .679

X2 .744 .639 1.000 .724

Y .715 .679 .724 1.000

Sig. (1-tailed) Z . .000 .000 .000

X1 .000 . .000 .000

X2 .000 .000 . .000

Y .000 .000 .000 .

N Z 60 60 60 60

X1 60 60 60 60

X2 60 60 60 60

Y 60 60 60 60

Sumber : Hasil Penelitian, 2012.

Selanjutnya dilihat hubungan bivariat antara

variabel X1, X2,dan Y dengan menggunakan korelasi

Pearson yang melihat hubungan dua arah antara dia

131

variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh faktor lain.

Dengan melihat tabel 4.13.

2. Korelasi kompetensi pribadi (X1) dan kinerja ethics officer

(Z) adalah (rx1z) = 0.764. Artinya hubungan antara kedua

variabel tersebut bersifat kuat dan searah.

Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa seberapa kuat

hubungan yang dimiliki antara variabel kompetensi pribadi

(X1) dengan variabel kinerja ethics officer (Z) berdasarkan

tabel 4.15

Hipotesis:

Ho :kompetensi pribadi (X1) tidak memiliki hubungan yang

signifikan secara parsial dengan kinerja ethics officer

(Z) pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Ha :kompetensi pribadi (X1)memiliki hubungan yang

signifikan dengankinerja ethics officer(Z) pada PT.

Indomuda Satria Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar

95%, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang

artinya lebih kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan

Ho ditolak. Melalui uji signifikansi tersebut dapat diketahui

bahwa hubungan antara kompetensi pribadi (X1) dan

kinerja ethics officer(Z) pada PT. Indomuda Satria

132

Internusa, memiliki hubungan yang nyata dan hubungan

keduanya bersifat kuat dan searah. Hubungan bersifat kuat

karena nilai koefisien korelasinya adalah sebesar 0.764

(terletak pada interval 0.60-0.799) dan hubungan bersifat

searah karena nilai koefisien korelasi tersebut adala bernilai

positif. Sehingga jika nilai dari variabel kompetensi pribadi

(X1) naik, maka nilai dari variabel kinerja ethics officer (Z)

juga akan naik. Begitu juga sebaliknya jika nilai dari

variabel kompetensi pribadi (X1) turun, maka nilai dari

variabel kinerja ethics officer(Z) juga akan turun. Dengan

begitu dapat diartikan bahwa faktor – faktor seperti business

knowledge yang menyangkut pengetahuan/wawasan tentang

visi, misi, dan bisnis yang dijalankan perusahaan dan

techinal knowledge yang menyangkut tentang keahlian/skill

yang dimiliki oleh ethics officer dalam hal pengawasan dan

mengelola masalah etika didalam perusahaan

mempengaruhi keefektivitasan kinerjanya didalam

organisasi/perusahaan.

3. Korelasi faktor – faktor individual(X2) dan Kinerja ethics

officer(Z) adalah (rx2z) = 0.744. Artinya hubungan antara

kedua variabel tersebut bersifat kuat dan searah.

Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa seberapa kuat

hubungan yang dimiliki antara variabel faktor – faktor

133

individual (X2) dengan variabel kinerja ethics officer(Z)

berdasarkan tabel 4.13

Hipotesis:

Ho :faktor – faktor individual(X2) tidak memiliki hubungan

yang signifikan secara parsial dengan kinerja ethics

officer(Z) pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Ha : faktor – faktor individual (X2)memiliki hubungan yang

signifikan dengan kinerja ethics officer (Z) pada PT.

Indomuda Satria Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar

95%, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.744 yang

artinya lebih kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan

Ho ditolak. Melalui uji signifikansi tersebut dapat diketahui

bahwa hubungan antara faktor – faktor individual(X2) dan

kinerja ethics officer(Z)pada PT. Indomuda Satria Internusa,

memiliki hubungan yang nyata dan hubungan keduanya

bersifat kuat dan searah. Hubungan bersifat kuat karena

nilai koefisien korelasinya adalah sebesar 0.744 (terletak

pada interval 0.60-0.799) dan hubungan bersifat searah

karena nilai koefisien korelasi tersebut adala bernilai positif.

Sehingga jika nilai dari variabel faktor – faktor

individual(X2) naik, maka nilai dari variabel kinerja ethics

134

officer(Z) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya jika nilai

dari variabel faktor – faktor individual (X2) turun, maka

nilai dari variabel kinerja ethics officer (Z) juga akan turun.

Dengan begitu dapat diartikan bahwa faktor – faktor seperti

locus of control, moral character, dan tolerance of

ambiguity didalam diri seorang ethics officer akan

mempengaruhi keefektivitasan kinerjanya didalam

organisasi/perusahaan.

4. Korelasi role challenges of ethics officer (Y) dan kinerja

ethics officer(Z) adalah (ryz) = 0.715. Artinya hubungan

antara kedua variabel tersebut bersifat kuat dan searah.

Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa seberapa kuat

hubungan yang dimiliki antara variabelrole challenges of

ethics officer (Y) dengan variabel kinerja ethics officer(Z)

berdasarkan tabel 4.13

Hipotesis:

Ho :role challenges of ethics officer (Y) tidak memiliki

hubungan yang signifikan secara parsial dengan kinerja

ethics officer(Z) pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Ha :role challenges of ethics officer (Y)memiliki hubungan

yang signifikan dengan kinerja ethics officer(Z) pada

PT. Indomuda Satria Internusa.

Kesimpulan:

135

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar

95%, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.715 yang

artinya lebih kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan

Ho ditolak. Melalui uji signifikansi tersebut dapat diketahui

bahwa hubungan antara role challenges of ethics officer (Y)

dan kinerja ethics officer(Z) pada PT. Indomuda Satria

Internusa, memiliki hubungan yang nyata dan hubungan

keduanya bersifat kuat dan searah.Hubungan bersifat kuat

karena nilai koefisien korelasinya adalah sebesar 0.715

(terletak pada interval 0.60-0.799) dan hubungan bersifat

searah karena nilai koefisien korelasi tersebut adala bernilai

positif. Sehingga jika nilai dari variabel role challenges of

ethics officer (Y) naik, maka nilai dari variabel kinerja

ethics officer (Z) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya

jika nilai dari variabel role challenges of ethics officer (Y)

turun, maka nilai dari variabel kinerja ethics officer (Z) juga

akan turun. Dengan begitu dapat diartikan faktor – faktor

hambatan seperti role conflict, role ambiguity, task

complexity, dan low task visibility sangat mempengaruhi

keberhasilan untuk mewujudkan keefektivitasan kinerja dari

ethics officer.

Pada tahap berikut ini, telah didapatkan tabel

ANOVA yang didalamnya terdapat variabel Y, X1, dan X2

136

yang mempunyai peran sebagai predictors dan variabel Z

sebagai dependen variable. Tabel ini nantinya akan

berfungsi sebagai dasar untuk melakukan uji lineritas

hubungan antar variabel :

Tabel 4.19 ANOVA

ANOVA b

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 15.565 4 3.891 38.919 .000a

Residual 5.499 55 .100

Total 21.064 59

a. Predictors: (Constant), Y, X1, X2

b. Dependent Variable: Z

Sumber : Hasil Penelitian (2012)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, untuk

melakunan melakukan analisis jalur, terlebih dahulu perlu

dilakukan uji lineritas hubungan pada variabel X1,X2,Y

dan Z harus dilakukan uji linieritas hubungan antara kelima

variabel tersebut. Pengujian tersebut dilakukan dengan

melihat pada tabel 4.16 (ANOVA).

137

Hipotesis:

Ho : Hubungan antara variabel bebas kompetensi pribadi

(X1) dan faktor – faktor individual (X2) sertarole

challenges of ethics officers (Y) terhadap variabel terikat

kinerja ethics officer (Z)bersifat tidak linier.

Ha : Hubungan antara variabel bebas kompetensi pribadi(X1)

dan faktor – faktor individual(X2) sertarole challenges

of ethics officers (Y) terhadap variabel terikat kinerja

ethics officer(Z)bersifat linier.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar

95%, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang artinya

lebih kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan Ho

ditolak. Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan

bahwaHubungan antara variabel bebas kompetensi

pribadi(X1) dan faktor – faktor individual(X2) sertarole

challenges of ethics officers (Y) terhadap variabel terikat

kinerja ethics officer(Z)bersifat linier dengan tingkat

kepercayaan 95%. Sehingga asumsi mengenai linieritas

hubungan dalam analisa jalur terpenuhi.

4.5.2. Analisa Jalur

Setelah hasil dari analisa pengaruh menunjukkan adanya

hubungan yang kuat antara variabel, maka baru selanjutnya kita

dapat melakukan analisa jalur

138

Setelah melakukan serangkaian tahap di atas, kemudian

dilakukan analisa sub-struktur 2 dengan menggunakan analisis jalur

yang dilakukan berdasarkan tabel ANOVA, tabel coefficients

sebagai berikut :

Tabel 4.20 Coefficients sub-struktur 2

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -.546 .300 -1.819 .074

X1 .577 .122 .474 4.742 .000

X2 .735 .176 .570 4.182 .000

Y .397 .155 .309 2.565 .013

a. Dependent Variable: Z

Sumber : Hasil Penelitian (2012)

Struktural: X1ZX1 + X2ZX2 + YZY + Zε2

Tabel ANOVA, Tabel Coefficients, dan persamaan strukturan

ini akan digunakan untuk membuat analisa jalur pada sub-struktur 2.

Analisa yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pengujian secara simultan (keseluruhan) antar variabel bebas

kompetensi pribadi (X1) dan faktor – faktor individual (X2)

139

serta role challenges of ethics officer (Y) dengan variabel terikat

kinerja ethics officer (Z).

Uji secara keseluruhan ditunjukan oleh tabel 4.17.

Berdasarkan tabel 4.17 diperoleh hasil sebagai berikut :

Hipotesis:

Ho : kompetensi pribadi(X1), faktor – faktor individual(X2)

serta role challenges of ethics officer (Y) tidak memiliki

kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap

kinerja ethics officer(Z) pada PT. Indomuda Satria

Internusa.

Ha : kompetensi pribadi(X1), faktor – faktor individual(X2)

serta role challenges of ethics officer (Y) memiliki

kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap

kinerja ethics officer(Z) pada PT. Indomuda Satria

Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%,

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang artinya lebih

kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan Ho ditolak.

Kesimpulan yang didapat dari hasil tersebut adalah kompetensi

pribadi(X1) dan faktor – faktor individual(X2) serta role

challenges of ethics officer (Y) memiliki kontribusi yang

140

signifikan secara simultan terhadap kinerja ethics officer(Z)

pada PT. Indomuda Satria Internusa..

Besarnya pengaruh variabel kompetensi pribadi(X1) dan

faktor – faktor individual(X2)serta role challenges of ethics

officer (Y) secara simultan terhadap variabel kinerja ethics

officer(Z) dapat diketahui dengan melihat nilai R square pada

tabel Model Summary, dimana diperoleh nilai R2 = 0.739 =

73.9%. Sehingga variabel kompetensi pribadi(X1) dan faktor –

faktor individual(X2), serta role challenges of ethics officer (Y)

mempengaruhi variabel kinerja ethics officer(Z) sebesar 73.9%

dan sisanya sebesar 26.1% dipengaruhi oleh variabel-variabel

diluar penelitian ini. Sementara itu besarnya koefisien jalur bagi

variabel lain diluar penelitian yang mempengaruhi nilai variabel

Y (ρY) = = = 0.510.

2. Pengujian secara parsial antara kompetensi pribadi(X1) dengan

kinerja ethics officer (Z) pada PT. Indomuda Satria Internusa.

Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa besarnya kontribusi

yang dimiliki antara variabel kompetensi pribadi (X1) dengan

variabel kinerja ethics officer(Z) dengan menggunakan analisa

jalur berdasarkan tabel 4.17.

141

Hipotesis:

Ho : kompetensi pribadi (X1) tidak berkontribusi secara

signifikan terhadap kinerja ethics officer (Z) pada PT.

Indomuda Satria Internusa.

Ha : kompetensi pribadi (X1) berkontribusi secara signifikan

terhadap kinerja ethics officer(Z) pada PT. Indomuda

Satria Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%,

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang artinya lebih

kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan Ho ditolak.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kompetensi pribadi(X1) berkontribusi secara signifikan terhadap

kinerja ethics officer(Z) pada PT. Indomuda Satria

Internusa.Sesuai dengan penelitian Henry Adobor (2006) yang

mengatakan bahwa ethics officer didalam PT. Indomuda Satria

Internusa memiliki pengetahuan yang baik tentang kebijakan &

hukum yang berlaku serta pemahaman yang baik tentang visi,

misi, dan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Dengan

begitu, ethics officer tahu apa yang harus dicapai untuk

membawa perusahaan sesuai target diinginkan, tetapi dengan

tetap memperhatikan hukum dan peraturan yang berlaku,

142

dengan begitu akan membantu terciptanya keefektivitasan

kinerja didalam diri ethics officer tersebut.

3. Pengujian secara parsial antara faktor – faktor Individual (X2)

dengan kinerja ethics officer (Z) pada PT. Indomuda Satria

Internusa.

Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa besarnya kontribusi

yang dimiliki antara variabel faktor – faktor individual (X2)

dengan variabel kinerja ethics officer(Z) dengan menggunakan

analisa jalur berdasarkan tabel 4.17.

Hipotesis:

Ho : faktor – faktor individual (X2) tidak berkontribusi secara

signifikan terhadap kinerja ethics officer(Z) pada PT.

Indomuda Satria Internusa.

Ha : faktor – faktor individual(X2) berkontribusi secara

signifikan terhadap kinerja ethics officer(Z) pada PT.

Indomuda Satria Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%,

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang artinya lebih

kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan Ho ditolak.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor – faktor individual(X2) berkontribusi secara signifikan

143

terhadap kinerja ethics officer(Z) pada PT. Indomuda Satria

Internusa, yang artinya, faktor – faktor individual dari ethics

officer didalam perusahaan tersebut mempengaruhi kinerja

ethics officer tersebut, dapat diartikan bahwa ethics officer

diperusahaan tersebut memiliki faktor – faktor individu ideal

untuk mendukung kinerja didalam dirinya, seperti tolerance of

ambiguity, berarti ethics officer disini mampu beroperasi

didalam situasi yang penuh dengan ambiguitas, yaitu mampu

untuk mengambil tindakan inisiatif untuk memecahkan masalah

atau mengambil alih situasi saat terjadi masalah didalam

perusahaan. Hal tersebut sangatlah berpengaruh untuk

mewujudkan kinerja yang efektif dari ethics officer.

4. Pengujian secara parsial antara role challenges of ethics officer

(Y) dengan kinerja ethics officer (Z) pada PT. Indomuda Satria

Internusa.

Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa besarnya kontribusi

yang dimiliki antara variabel role challenges of ethics officer(Y)

dengan variabel kinerja ethics officer(Z) dengan menggunakan

analisa jalur.

Hipotesis:

Ho : role challenges of ethics officer (Y) tidak berkontribusi

secara signifikan terhadap kinerja ethics officer(Z) pada

PT. Indomuda Satria Internusa.

144

Ha : role challenges of ethics officer (Y) berkontribusi secara

signifikan kinerja ethics officer(Z) pada PT. Indomuda

Satria Internusa.

Kesimpulan:

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%,

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.013 yang artinya lebih

kecil dari 0.05, maka dari itu Ha diterima dan Ho ditolak.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa role

challenges of ethics officer (Y) berkontribusi secara signifikan

kinerja ethics officer(Z) pada PT. Indomuda Satria

Internusa.Dari hasil yang didapat, dapat kita artikan bahwa,

hambatan – hambatan yang dialami oleh role conflict, role

ambiguity dan task complexity akan sangat menghambat untuk

mewujudkan kinerja efektif dari ethics officer, oleh karena itu,

ethics officer harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang

luas tentang visi, misi, dan bisnis yang dijalankan oleh

perusahaan, serta diperlukan juga moral yang baik dan

kemampuan untuk beradaptasi didalam lingkungan kerja yang

ambiguitas atau tidak mendukung untuk menghindari hambatan-

hambatan tersebut dan mencapai kinerja ethics officer yang

efektif.

Kemudian nilai koefisien jalur (beta) dapat dilihat dalam

tabel berikut :

145

Personal Competencie

s (X1)

Individual Factors (X2)

0.474

0.570

0.5101

Ethics Officer’s Performance(Z)

0.309

Role Challenges Of Ethics Officer

(Y)

Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur sub-struktur 2

Pengaruh Antar

Variabel

Koefisien

Jalur

Nilai

Sig.

Hasil

Pengujian

Koefisien

Determinasi

Koefisien

Variabel lain

X1 terhadap Z 0.474 0.000 Ho Ditolak 0.739 =

73.9% 0.510 X2 terhadap Z 0.570 0.000 Ho Ditolak

Y terhadap Z 0.309 0.013 Ho Ditolak

Sumber : Hasil Penelitian, 2012.

Dengan demikian didapat diagram jalur sub-struktur 2,

jika disajikan dengan nilai koefisien jalur yang telah didapat

melalui analisa data sehingga didapatkan model sub-struktur

2sebagai berikut:

Figure 4.7 Rangkuman Koefisien Jalur sub-struktur 2 Sumber : Hasil Penelitian (2012)

Jadi dapat diperoleh persamaan sub-struktur 2 sebagai berikut:

X1ZX1 + X2ZX2 + YZY Zε2

0.474 X1 + 0.570 X2 + 0.309 Y +0.510 ε2 dimana R2 = 0.739

146

Dari persamaan struktural sub-struktur 2 dapat diartikan

bahwa :

1. Kinerja ethics officer (Z)pada PT. Indomuda Satria Internusa

dipengaruhi oleh kompetensi pribadi (X1) dan faktor – faktor

individual (X2)serta role challenges of ethics officer (Y)secara

simultan sebesar 73.9%, sisanyasebesar 26.1% dipengaruhi

oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini.

2. Setiap peningkatan nilai kompetensi pribadi(X1)sebesar

satu satuan, maka kinerja ethics officer (Z) akan mengalami

peningkatan sebesar 0.474. Begitu juga sebaliknya, setiap

penurunan nilai kompetensi pribadi(X1)sebesar satu satuan,

maka Kinerja Ethics Officer (Z) akan mengalami penurunan

sebesar 0.474.

3. Setiap peningkatan nilai faktor – faktor individual

(X2)sebesar satu satuan, maka kinerja ethics officer (Z)

akan mengalami peningkatan sebesar 0.570. Begitu juga

sebaliknya, setiap penurunan nilai faktor – faktor

individual(X2)sebesar satu satuan, maka kinerja ethics

officer(Z) akan mengalami penurunan sebesar 0.570.

4. Setiap peningkatan nilai role challenges of ethics officer

(Y)sebesar satu satuan, maka kinerja ethics officer(Z) akan

mengalami peningkatan sebesar 0.309. Begitu juga

sebaliknya, setiap penurunan nilai role challenges of ethics

147

officer (Y) sebesar satu satuan, maka kinerja ethics

officer(Z) akan mengalami penurunan sebesar 0.309.

Jadi secara keseluruhan pengaruh kausal variabel

kompetensi pribadi (X1) dan faktor – faktor individual (X2)serta

role challenges of ethics officer (Y) terhadap kinerja ethics

officer(Z) pada PT. Indomuda Satria Internusa dapat

digambarkan dalam model struktur lengkap sebagai berikut :

Figure 4.8 Besar pengaruh antar variabel

Sumber : Hasil Penelitian (2012)

Berdasarkan hasil struktur koefisien jalur yang

dihasilkan oleh variabel kompetensi pribadi (X1), faktor – faktor

individual (X2), role challenges of ethics officer (Y), dan kinerja

ethics officer (Z) telah didapatkan tabel rangkuman dekomposisi

koefisien jalur berikut :

Role Challenges of Ethics

Officer (Y)

Faktor – Faktor Individual(X2)

0.474 0.5101

Kinerja Ethics Officer(Z)

0.570

0.230

0.098

0.571

Kompetensi Pribadi (X1)

148

Tabel 4.22 Rangkuman Dekomposisi Koefisien Jalur

Pengaruh Variabel

Koefisien Jalur

Langsung Pengaruh Tidak

Langsung Melalui Y

Total

X1 terhadap Y 0.230 0.230 - 0.230

X1 terhadap Z 0.474 0.474 0.230 x 0.309 =

0.071 0.545

X2 terhadap Y 0.098 0.098 - 0.098

X2 terhadap Z 0.570 0.570 0.098 x 0.309 =

0.0302 0.600

Y terhadap Z 0.309 0.309 - 0.309

ε1 0.571 - - -

ε2 0.510 - - -

Sumber : Hasil Penelitian (2012)

Berdasarkan tabel 4.19, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kompetensi pribadi (X1) dan faktor – faktor individual

(X2) tidak memiliki kontribusi yang signifikan secara

simultan terhadap role challenges of ethics officers (Y) pada

PT. Indomuda Satria Internusa. Akan tetapi jika dilakukan

uji secara individu, terdapat satu variabel yang tidak

memberikan kontribusi signifikan yaitu faktor – faktor

individual (X2).

2. Komptensi pribadi (X1) dan faktor – faktor individual (X2)

role challenges of ethics officer (Y) memiliki kontribusi

149

yang signifikan secara simultan terhadap kinerja ethics

officer (Z) pada PT. Indomuda Satria Internusa.

4.6. Implikasi Hasil Penelitian Penulis

Berdasarkan hasil penelitian di atas, berikut ini akan dikemukakan

beberapa implikasi yang dianggap relevam dengan penelitian. Implikasi

tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Kompetensi pribadi (X1) dan faktor – faktor individual (X2) terhadap

role challenges of ethics officer (Y).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil

hubungan antara kompetensi pribadi, faktor – faktor individual dengan

role challenges of ethics officer. Temuan hasil penelitian

menunjukkan bahwa kompetensi pribadi (X1) memiliki Hubungan

bersifat kuat dengan role challenges of ethics officer (Y) karena nilai

koefisien korelasinya adalah sebesar 0.679 (terletak pada interval

0.60-0.799) dan hubungan bersifat searah karena nilai koefisien

korelasi tersebut adalah bernilai positif. Lalu, faktor – faktor

individual (X2) tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

role challenges of ethics officer (Y).

Dengan begitu, dapat diartikan bahwa, seorang ethics officer

itu, tidak cukup jika hanya memiliki faktor – faktor individual yang

unggul didalam dirinya jika ingin menjalankan tugasnya secara lancar

tanpa adanya gangguan seperti ambiguitas peran, tugas, dll. Ethics

officer tersebut juga harus memiliki kompetensi pribadi seperti

150

pemahaman tentang peraturan dan regulasi yang berlaku serta

pemahaman tentang bisnis dan produk/jasa yang dihasilkan oleh

perusahaan, selain itu dia harus dapat memahami tugas yang ia

jalankan, dan dari pihak organisasi atau perusahaan itu juga harus

mengangkat ethics officer tidak hanya dari dalam perusahaan saja,

tetapi juga harus dipertimbangkan untuk mengangkat seorang ethics

officer dari luar perusahaan, untuk dapat membuat pengawasan etika

yang lebih ketat dan sifatnya tidak berat kebeberapa pihak.

2. Komptensi pribadi (X1) dan faktor – faktor individual (X2) terhadap

role challenges of ethics officer (Y) dan dampaknya pada kinerja

ethics officer(Z).

Temuan penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pribadi

(X1) dan kinerja ethics officer (Z) pada PT. Indomuda Satria

Internusa, memiliki hubungan yang nyata dan hubungan keduanya

bersifat kuat dan searah. Hubungan bersifat kuat karena nilai koefisien

korelasinya adalah sebesar 0.764 (terletak pada interval 0.60-0.799)

dan hubungan bersifat searah karena nilai koefisien korelasi tersebut

adala bernilai positif. Ini menunjukkan bahwa pemahaman regulasi

dan peraturan yang berlaku didalam perusahaan, sudah dilaksanakan

dengan baik oleh ethics officer untuk mewujudkan kinerja yang

efektif.

Faktor – faktor individual (X2) dan kinerja ethics officer (Z)

pada PT. Indomuda Satria Internusa, memiliki hubungan yang nyata

151

dan hubungan keduanya bersifat kuat dan searah. Hubungan bersifat

kuat karena nilai koefisien korelasinya adalah sebesar 0.744 (terletak

pada interval 0.60-0.799) dan hubungan bersifat searah karena nilai

koefisien korelasi tersebut adala bernilai positif. Ini menunjukkan

bahwa, faktor – faktor keterampilan yang ada didalam diri sang ethics

officer, dapat membantu dirinya untuk bekerja secara efektif dan

efisien. Kemudian, role challenges of ethics officer (Y) dan kinerja

ethics officer(Z)pada PT. Indomuda Satria Internusa, memiliki

hubungan yang nyata dan hubungan keduanya bersifat kuat dan

searah. Hubungan bersifat kuat karena nilai koefisien korelasinya

adalah sebesar 0.715 (terletak pada interval 0.60-0.799) dan hubungan

bersifat searah karena nilai koefisien korelasi tersebut adala bernilai

positif. Ini membuktikan bahwa pemahaman tugas dan tanggung

jawab oleh ethics officer serta didukung oleh keterampilan pribadi

yang tinggi, akan membantu seorang ethics officer untuk dapat

menghindari resiko seperti ambiguitas peran dan dapat mencapai

kinerja yang efektif dengan baik. Saat diuji secara bersamaan,

didapatkan bahwa kinerja ethics officer(Z) sangat dipengaruhi oleh

kompetensi pribadi (X1), faktor – faktor individual (X2) dan role

challenges of ethics officer (Y)secara simultan sebesar 73.9%,

sisanyasebesar 26.1% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar

penelitian ini.