87575698 askep thalassemia pada anak

Upload: arif-nurmansyah-s

Post on 07-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

t

TRANSCRIPT

  • ASKEP THALASSEMIA PADA ANAK

    Thalasemia

    Definisi

    Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin. dimana terjadi kerusakan sel darah

    merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari).

    Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia).

    Thalasemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalassa yang artinya laut (karena penyakit ini pertama kali dilihat pada orang-orang yang berasal dari Mediterania), dan kata hamia yang

    artinya darah + ia). Kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang secara umum terdapat

    penurunan kecepatan sintesis satu (1) atau lebih rantai polipeptida Hb dan diklasifikasikan

    menurut rantai yang terkena (, , ). Dua kategori mayor adalah - dan talasemia. (kamus dorlan).

    Thalasemia adalah anemia cooley, suatu hemoglobinopati bawaan, yang terlihat dikawasan mediterania dan timur tengah serta timur jauh. Sebagian besar Hb yang terbentuk berupa tipe

    fetal (HbF) sehingga berbentuk sel darah merah yang rapuh dan Hemolisis. Ditandai oleh

    hemolitik dan ikterus dengan hepatosplenomegali.

    Gambar pasien Thalassemia, dan perbedaan Hb yang normal dan penderita Thalassemia.

    Etiologi

    Klasifikasi Thalasemia

    Secara molekuler talasemia dibedakan atas :

    1. Thalasemia (gangguan pembentukan rantai ) 2. Thalasemia (gangguan p[embentukan rantai ) 3. Thalasemia - (gangguan pembentukan rantai dan yang letak gen nya diduga berdekatan). 4. Thalasemia (gangguan pembentukan rantai )

    Gambaran klinis

    Secara klinis talasemia dibagi dalam 2 golongan yaitu :

    1. Thalasemia Mayor (bentuk homozigot) Memberikan gejala klinis yang jelas

    2. Thalasemia Minor biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas

  • Gejala Klinis Thalasemia

    Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur kurang dari 1 tahun, yaitu:

    Lemah Pucat Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur Berat badan kurang Tidak dapat hidup tanpa transfusi

    Thalasemia intermedia : ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot. Thalasemia minor/thalasemia trait : ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot.

    Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:

    Gizi buruk Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali ), Limpa yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja

    Gejala khas adalah:

    Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.

    Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu karena penimbunan besi.

    Komplikasi

    Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfuse darah yang berulang-

    ulang dalam proses hemolisis menyebabkan kadar zat besi dalam darah sangat tinggi, sehingga

    ditimbun di dalam berbagai jaringan tubuh seperti: hepar, limpa, kulit, jantung, dll. Hal ini dapat

    mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatis). Limpa yang besar mudah rupture

    akibat trauma yang ringan saja. Kadang-kadang thalasemia disertai tanda hipersplenisme seperti

    leucopenia dan trombositopenia. Kematia terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.

    Patofisiologi

    Penyebab anemia pada thalasemia bersifat primer dan sekunder. Penyebab primer adalah

    berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel

    eritrosit intrameduler. Penyebab sekunder adalah karena defisiensi asam folat,bertambahnya

    volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh system

    retikuloendotelial dalam limfa dan hati.

    Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai

    alfa atau beta dari hemoglobin berkurang. Tejadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi

    antara transfusi berulang,peningkatan absorpsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak

    efektif, anemia kronis serta proses hemolisis.

    Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan dua polipeptida rantai alpa dan dua rantai beta.

    Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai Beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen.

    Ada suatu kompensator yang meninghkatkan dalam rantai alpa, tetapi rantai Beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defektive. Ketidakseimbangan

  • polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah

    merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.

    Kelebihan pada rantai alpa pada thalasemia Beta dan Gama ditemukan pada thalasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin intra-eritrositk

    yang mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari

    hemoglobin tak stabil-badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis.

    Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoitik aktif.

    Kompensator produksi RBC terus menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya

    destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan

    distruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.

    Manifestasi klinik

    a. Anemia (sebelum diagnosis ditegakkan)

    Demam yang penyebabnya tidak bisa dijelaskan. Pola makan yang buruk. Limpa sangat membesar.

    b. Dengan anemia progresif

    Tanda-tanda hipoksia kronis:

    Sakit kepala. Nyeri prekordial dan nyeri tulang. Penurunan toleransi terhadap olahraga. Kegelisahan. Anoreksia.

    c. Ciri lain:

    Postur tubuh kecil Maturasi seksual lambat Rona wajah kelabu dengan bercak kecoklatan (jika tidak menjalani terapi kelasi).

    d. Perubahan tulang (pada anak yang lebih besar jika tidak diobati).

    Kepala membesar Tulang frontal dan parietal menonjol Eminansia malar menonjol Pangkal hidung datar atau melekuk ke dalam Maksila membesar Protrusio bibir dan gigi seri sentral bagian atas serta akhirnya maloklusi Penampakan oriental pada mata.

    Pemeriksaan diagnostik

    Hasil hapusan darah tepi didapatkan gambaran anisositosis, hipokromi, poikilositosis, sel target

    (fragmentosit dan banyak sel normoblas). Kadar zat besi dalam serum (SI) meninggi dan daya

    ikat serum terhadap zat besi (IBC) menjadi rendah dapat mencapai nol. Hb pasien mengandung

    HbF yang tinggi biasanya lebih dari 30%. Kadang-kadang ditemukan juga Hb patologik. Di

    Indonesia kira-kira 45% pasien thalasemia juga mempunyai HbE. Pada umumnya pasien dengan

  • thalasemia HbE maupun HbS secara klinik lebih ringan dari pada thalasemia mayor. Biasanya

    mereka baru datang berobat/ke dokter pada umur 4-6 tahun; sedangkan thalasemia mayor gejala

    telah nampak sejak umur 3 bulan.

    Penatalaksanaan medis

    Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan pasien thalasemia. Transfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 6 gr%) atau bila anak terlihat

    lemah dan tidak ada nafsu makan.

    Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10 g/dl. Komplikasi dari pemberian transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi yang disebut hemosiderosis.

    Hemosiderosis dapat dicegah dengan pemberian Deferoxamine(desferal).

    Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun sebelum terjadi pembesaran limpa/hemosiderosis, disamping itu diberikan berbagai vitamin tanpa preparat besi.

    Penatalaksanaan terapeutik

    Terapi suportif bertujuan mempertahankan kadar Hb yang cukup untuk mencegah ekspansi sum-

    sum tulang dan deformitas tulang yang diakibatkannya, serta menyediakan eritrosit dengan

    jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas fisik yang normal. Transfuse darah

    merupakan dasar penatalaksanaan medis.

    Keuntungan terapi ini meliputi:

    1) Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis karena anak mampu turut serta dalam aktivitas

    normal.

    2) Penurunan kardiomegali dan hepatosplenomegali

    3) Perubahan pada tulang lebih sedikit

    4) Pertumbuhan dan perkembangan normal atau mendekati normal sampai mendekati pubertas,

    dan

    5) Frekuensi infeksi lebih sedikit.

    ASUHAN KEPERAWATAN THALASEMIA

    Pengkajian 1. Asal keturunan/kewarganegaraan

    Thalassemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar Laut Tengah (Mediterania), seperti: Turki,

    Yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri, thalassemia banyak dijumpai pada anak-anak, bahkan

    merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.

    2. Umur

    Pada thalassemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat sejak anak

    berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalassemia minor yang gejalanya lebih ringan,

    biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4-6 tahun.

    3. Riwayat kesehatan anak

    Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran nafas bagian atas atau infeksi lainnya. Hal ini

    mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.

    4. Pertumbuhan dan perkembangan

    Sering didapat data mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbuh kembang sejak

    anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi

  • terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada

    keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan

    ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada jenis thalassemia minor

    sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.

    5. Pola makan

    Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat badan anak

    sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.

    6. Pola aktivitas

    Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak tidur/istirahat, karena

    bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah.

    7. Riwayat kesehatan keluarga

    Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah ada orang tua yang menderita

    thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia, maka anaknya beresiko menderita

    thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pernikahan sebenarnya perlu dilakukn karena

    berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.

    8. Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal CoreANC) Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor risiko

    thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat. Apabila diduga ada faktor risiko,

    maka ibu perlu diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah

    lahir. Untuk memastikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.

    9. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya adalah:

    1) Keadaan umum

    Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah anak seusianya yang

    normal.

    2) Kepala dan bentuk muka

    Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala

    membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung,

    jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.

    3) Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan.

    4) Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman.

    5) Dada

    Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang

    disebabkan oleh anemia kronik.

    6) Perut

    Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati

    (Hepatosplemagali).

    7) Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB-nya berkurang dari normal.

    Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak0anak lain seusianya.

  • 8) Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas.

    Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya: tidak adanya pertumbuhan rambut pada

    ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena

    adanya anemi kronik.

    9) Kulit

    Warna kulit pucat kekuning-kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi darah, maka

    warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit

    (Hemosiderosis).

    10. Penegakan Diagnosis

    1) Biasanya ketika dilakukan pemeriksaan hapusan darah tepi didapatkan gambaran sbb:

    (1) Anisositosis (sel darah tidak terbentuk secara sempurna).

    (2) Hipokrom yaitu jumlah sel berkurang.

    (3) Poikilositosis, yaitu adanya bentuk sel darah yang tidak normal.

    (4) Pada sel target terdapat fragmentasi dan banyak terdapat sel normoblast, serta kadar Fe dalam

    serum tinggi.

    2) Kadar Hb rendah, yaitu kurang dari 6mg/dl. Hal ini terjadi karena sel darah merah berumur

    pendek (kurang dari 100 hari) sebagai akibat dari penghancuran sel darah merah di dalam

    pembuluh darah.

    11. Program Terapi

    Prinsip terapi pada anak dengan Thalassemia adalah mencegah terjadinya hipoksia jaringan.

    Tindakan yang diperlukan adalah:

    1. Transfuse darah. Diberikan bila kadar Hb rendah sekali (kurang dari 6 gr%) atau anak terlihat

    lemah dan tidak ada nafsu makan.

    2. Splenektomi. Dilakukan pada anak yang berumur lebih dari 2 tahun dan bila limpa terlalu

    besar sehingga resiko terjadinya trauma yang berakibat perdarahan cukup besar.

    3. Pemberian Roborantia, hindari preparat yang mengandung zat besi.

    4. Pemberian Desferioxamin untuk menghambat proses hemosiderosis yaitu membantu ekskresi

    Fe. Untuk mengurangi absorbs Fe melalui usus dianjurkan minum teh.

    5. Transplantasi sumsum tulang (bone marrow) untuk anak yang sudah berumur di atas 16 tahun.

    Di Indonesia, hal ini masih sulit dilaksanakan karena biayanya sangat mahal dan sarananya

    belum memadai.

    Diagnose Keperawatan. Diagnosa Yang mungkin Muncul Pada Asuhan Keperawatan Klien Dengan Thalasemia sbb:

    1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan

    untuk pengiriman oksigen ke sel.

    2. Activity Intolerance berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

    kebutuhan.

    3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan

    untuk mencerna atau absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah

    normal.

    4. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan

  • neurologis.

    5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tak adekuat: penurunan Hb,

    leukopeni atau penurunan granulosit.

    6. Kurangnya pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

    salah interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.

    Intervensi Apabila ditemukan anak yang mungkin menderita Thalassemia dan belum pernah ditangani oleh

    dokter, segera rujuk anak ke RS yang mempunyai fasilitas lebih lengkap. Anak dengan

    Thalassemia tidak selalu perlu dirawat inap di RS, kecuali bila ada komplikasi/penakit penyerta.

    Secara periodik, anak perlu control untuk transfuse darah. Oleh karena itu, tujuan perawatan

    anak thalassemia dalah:

    1. Anak akan terpenuhi kebutuhan perfusi jaringannya sehingga dapat melaksanakan aktivitas

    yang layak sesuai dengan kemampuannya.

    2. Keluarga dapat memahami keadaan anknya sehingga rasa cemasnya berkurang, dapat

    membantu program terapi anaknya, dan bersedia untuk mengikuti konseling genetic.

    3. Terhindar dari resiko infeksi/komplikasi seperti ISPA, gagal jantung, dan perdarahan lien.

    4. Terpenuhi kebutuhan nutrisi anak dan anak dapat tumbuh normal.

    Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut di atas yang mungkin timbul, rencana

    tindakan yang perlu dilakukan adalah:

    1. Memulihkan/mengembalikan perfusi jaringan secara mencukupi, yaitu dengan jalan

    melakukan transfuse sesuai dengan protocol (macam darah sesuai program dokter). Hal yang

    perlu diperhatikan adalah:

    1) Jelaskan semua prosedur untuk mengurangi kecemasan.

    2) Cari lokasi vena yang mudah.

    3) Monitor TTV sebelum, selama, dan sesudah transfuse serta reaksinya (misalnya: panas,

    menggigil dan urtikaria). Apabila terjadi reaksi, hentikan transfuse dan segera beritahu dokter.

    4) Spoel dengan cairan infuse 0,9% Normal Saline/RL sebelum dan sesudah transfuse.

    2. Beri dukungan psikososial pada anak dan keluarga untuk mengurangi kecemasan dan

    ketidaktahuan:

    1) Membesarkan hati anak dan keluarga agar tidak merasa cemas atau bersalah dan agar terbuka

    dalam mengungkapkan perasaannya.

    2) Menyiapkan anak dan keluarganya untuk prosedur yang dilaksanakan dengan menjelaskan

    tujuan prosedur tersebut.

    3) Lika transplantasi sumsum tulang disarankan oleh dokter, beri dukungan untuk

    mengambil/menentukan keputusan.

    4) Jika anak diperbolehkan untuk rawat jalan, siapkan intruksi/ prosedur untuk perawatan di

    rumah (misalnya: menghindari ruptus serta melaksanakan diet yang tidak terlalu banyak

    mengandung Fe).

    5) Berikan pendidikan mengenai Thalassemia yang meliputi: pengertian, etiologi, gejala dan

    tanda pengobatan, serta tindak lanjut (follow up) rutin.

    6) Berikan konseling genetic pada orang tua bila mereka ingin untuk memiliki anak lagi dan

    pada anak sendiri bila ingin menikah (konseling pra nikah).

    3. Memenuhi kebutuhan nutrisi.

    Anak dengan thalassemia mengalami anorexia karena terdapat anemia yang kronis. Anorexia

  • bisa dikurangi dengan memperbaiki eneminya, yaitu dengan transfuse. Untuk kebutuhan nutrisi

    peroral hal yang perlu diperhatikan:

    1) Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dengan menu gizi seimbang/bervariasi untuk

    menghindari kebosanan.

    2) Hindari pemberian makanan yang banyak mengandung Fe, seperti hati, sayuran hijau tua

    (seperti : kangkung dan bayam) dan anjurkan minum the untuk mengurangi absorbsi Fe melalui

    usus. Hal tersebut untuk menghindari penimbunan Fe dalam tubuh.

    3) Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering agar terpenuhi kebutuhan tubuhnya.

    4) Apabila tidak mampu makan sendiri perlu dibantu/disuap.

    5) Ajak anak untuk makan bersama-sama dan ciptakan situasi yang menyenangkan saat makan.

    4. Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya dengan cara :

    1) Memberikan stimulus sesuai dengan umur anak.

    2) Transfuse darah secara teratur untuk mencegah Hb yang terlalu rendah.

    3) Penuhi kebutuhan nutrisi secara secara mencukupi.

    4) Memantau tumbuh kembang anak secara berkala.

    5. Mencegah resiko terjadi infeksi/komplikasi :

    1) Apabila terjadi infeksi saluran napas segera diatasi.

    2) Berikan nutrisi secara mencukupi dan tansfusi darah secara teratur.

    3) Anjurkan anak untuk minum the dan kolaborasikan dengan pemberian

    Desferioxamine/dispersal untuk meningkatkan ekskresi Fe karena Fe yang tertimbun dalam

    tubuh dapat memperbesar limpa.

    4) Hindari terjadinya trauma/ruptur lien, yaitu jika berbaring beri ganjalan bantal pada bagian

    perut sebelah kiri karena trauma menyebabkan terjadinya perdarahan.

    5) Berkolaborasi dengan tim medis untuk Splenektomi bila lien terlalu besar, guna menghindari

    resiko perdarahan dan gagal jantung.

    EVALUASI

    Awitan thalassemia mayor dapat berlangsung secara perlahan tanpa dikendalikan sampai paruh

    kedua masa bayi. Efek klinis thalassemiamayor terutama menyebabkan (1) defektif sintesis HbA,

    (2) gangguan sel darah merah secara structural, dan (3) pemendekan usia eritrosit. Pemeriksaan

    hematologi mengungkapkan perubahan yang khas pada sel darah merah (yaitu, mikrositosis,

    hipokromia, anisositosis, poikilositosis, sel-sel target dan basophilic stipling [bercak-bercak

    berbentuk batang] pada berbagai stadium). Kada Hb dan hematokrit (Ht) yang rendah terlihat

    pada anemia berat, walaupun kedua angka tersebut secara khas lebih rendah dibandingkan angka

    penurunan jumlah eritrosit karena ploriferasi eritrosit yang imatur. Hasil pemeriksaan

    elektroforesis Hb akan memastikan diagnosis, dan foto ronsen/radiograf tulang yang terkait akan

    mengungkapkan gambaran yang khas.