86585273-makalah-transfusi
DESCRIPTION
bjbjhTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel darah merah manusia digolongkan sebagai Rh positif atau Rh
negative tergantung pada ada atau tidaknya anti gen Rh pada dinding sel darah
merah. Ada atau tidak adanya antigen Rh (atau lebih spesifik antigen D)
ditentukan dengan memeriksa sel darah merah dengan suatu reagen, anti D.
Reaksi positif yaitu aglutinasi sel oleh antibody, menunjukkan bahwa sel
memiliki antigen D, jika sel tidak di aglutinasi oleh anti D maka sel tidak
memiliki antigen D. Kira-kira 85% penduduk Amerika Serikat adalah Rh positif
(D positif) dan 15% Rh negative (D negative) ).
Serum orang-orang Rh negative tidak biasa mengandung anti D. Rupanya
tidak ada bahan-bahan alamiah ( natural substances ) yang secara kimiawi sama
dengan antigen D, karena bila seseorang Rh negatif ditemukan memiliki anti D,
orang tersebut hamper selalu pernah menerima sel darah Rh positif .Dua cara
yang paling mungkin untuk sel darah merah Rh positif mencapai peredaran
seorang Rh negative adalah:
1. Masuknya sel darah janin Rh positif melalui plasenta ke Rh negative,
hamper selalu terjadi pada waktu melahirkan tetapi kadang-kadang pada
akhir kehamilan.
2. Transfusi darah dari donor Rh positif kepada resipien Rh negatif.
Reagen untuk Rh typing dibuat dari serum orang Rh negative yang telah
membentuk anti D. Meskipun antibody diperlukan untuk membuat reagen
pemeriksaan, salah satu tujuan dari pelayanan transfuse darah adalah untuk
mencegah pembentukan antibody (ISOIMUNISASI). Antibodi tidak berbahaya
untuk sel darah merah orang yang menghasilkannya, tetapi mingkin
menimbulkan masalah pada trasfusi atau kehamilan.Antibodi dapat
menghancurkan sel donor yang diberikan kepada resipien yang telah
terimunisasi dan pada kehamilan,antibodi ibu dapat menghancurkan sel janin.
1
Kita mengetahui tidak ada cara untuk mencegah sel janin memasuki
peredaran ibu,tetapi pembentukan anti-D dapat ditekan dengan pengobatan post-
partum yang tepat dan segera.
Pembentukan anti-D sebagai akibat transfuse I dapat dicegah dengan
typing darah penderita dan donor dengan tepat dan pemelihan darah Rh negative
untuk semua resepien Rh negative.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, kami menyusun makalah ini dengan
tujuan mahasiswa mengetahui :
1. Sejarah Golongan Darah Rhesus.
2. Penggolongan Darah Rhesus dan Antigen Rhesus.
3. Pewarisan Sifat Rhesus.
4. Efek Interaksi Antigen-Antibodi Rhesus In Vivo.
5. Cara Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus.
C. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan sumber pengetahuan
mengenai golongan darah Rhesus beserta cara analisanya khususnya bagi
mahasiswa Analis kesehatan umumnya bagi para pembaca.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Golongan Darah Rhesus
Pada tahun 1939, Levine dan Stetson menerbitkan penemuan mereka
tentang serum seorang penderita golongan O yang menderita reaksi transfuse
setelah menerima darah dari suaminya dengan golongan O. Penderita belum
pernah ditransfusi sebelumnya, dia baru saja selesai hamil kedua dengan
melahirkan janin yang sudah melembek. Serum yang diambil dari penderita
setelah reaksi transfuse diketahui mengaglutinasi sel darah merah suami dan juga
80 dari 104 contoh darah golongan O. Levine dan Stetson berpendapat bahwa
wanita itu telah menghasilkan antibody yang spesifik untuk antigen janin yang
diturunkan dari ayahnya dan antibody ini adalah penyebab reaksi transfusi.
Antibodi itu tidak diberi nama.
Kira-kira pada waktu yang sama Landstainer dan Wiener menyuntik
kelinci dan marbut dengan sel darah merah kera Macacus Rhesus,dan
mempelajari antibody yang dihasilkan.Pada tahun 1940 bahwa sera kelinci dan
marmut mengaglutinasi tidak hanya sel kera M.resus,tapi juga,setelah
absorpsi,85% sel darah manusia.Kemudian pada tahun yang sama Wiener dan
Peters menunjukan persamaan antara spesifisitas antibody binatang dan antibody
yang ditemukan dalam serum 3 penderita yang telah menderita reaksi
tranfusi;Antibody binatang dan manusia.bereaksi dengan sel darah merah yang
sama name anti Rh diterima untuk antibody itu dan Rh untuk antigen setelah
ternyata antibody yang dilukiskan oleh Levine dan Stetson tdak dapat dibedakan
dari anti rhesus Landstainer dan Wiener .Sekarang diketahui bahwa antibody
binatang dan antibody manusia.
Berikutnya Levine menunjukan anti Rh dalam Sera beberapa wanita
yang baru melahirkan bayi yang menderita suatu penyakit dengan bermcam-
macam nama seperti”hydrop fetalis”,”icterus gravis”dan “erytroblastosis
fetalis”.Dengan teman-temanya Burnham,Katzin dan Vogel,Levine
3
menggambarkan peranan isoimunisasi pada patogenesis erytroblastosis fetalis
dalam suatu rangkain karangan yang di terbitkan pada tahun 1941.
Tidak semua kasus erytroblastosis fetalis sekarang disebut penyakit
hemolitik pada janin dan neonatus (hemolytic disease of the fetus and newborn)
dapat diterangkan oleh adanya anti Rh dalam serum ibu.Pada penyelidikan
permulaan antibody tidak dapat ditemukan dalam serum banyak wanita yang
telah melahirikan bayi sakit.Banyak penyelidikan mencari antibody dan pada
beberapa kasus,dapat ditemukan dengan tekhnik yang tidak langsung.Antibody
‘tersembunyi’ini disebut”INCOMPLETE ANTIBODY “ oleh Race dan
“BLOCKING ANTIBODIES” oleh Wiener.Kemudian Diamond dan kawan-
kawan mengembangkan suatu test antibody yang lebih efisien dengan
penambahan larutan protein,seperti Bovine Albumin,pada sel darah merah yang
dipakai untuk sel itu
Sementara usaha untuk menemukan cara yang lebih baik untuk
mendeteksi anti Rh (sekarang disebut anti-D) sedang berkembang terus,antibody-
antibody lain telah ditemukan yang memberikan reaksi yang mirip tetapi tidak
identik dengan anti-D.Salah satu diantara antibody-antibody pertama bereaksi
dengan kira-kira 70% sel manusia.Hampir semua darah yang bereaksi adalah Rh
positif (D positif) tetapi tidak semua sel D positif bereaksi dengan serum
ini.Antybody ini sekarang anti C.Antibody lain selanjutnya disebut anti
C,mengaglutinasi sel-sel semua orang D negative dan sel dari sebagian orang D
positif.Sampai tahun 1945 Lima antibody yang berhubungan telah di
lukiska;Anti D,Anti C,Anti E,Anti c dan Anti e.Selama waktu itu antibody-
antibody lain telah ditemukan yang membantu penentuan kelompok yang
kompleks dari antigen-antigen yang berhubungan yang dikenal sebagai sistem
Rh.
4
B. Penggolongan Darah Rhesus dan Antigen Rhesus
Penentuan awal yang harus dikerjakan pada penggolongan Rh adalah
untuk membedkan darah yang Rh positif dan Rh negatif. Istilah Rh positif hanya
menunjukkan adanya antigen D pada sel darah merah. Ini tidak menunjukkan
apakah susunan genetik orang tersebut adalah homozigot (D/D) atau heterozigot
(D/d). Bila gen d menyatakn dirinya, makam sel darh dapat diperiksa langsung
dengan “anti-d”, tetepi ini tidak mungkin ; d tidak menghasilkan satupun antigen
sel darah merah dan belum pernah ada “anti-d” yang diidentifikasi. Karena tidak
dapat memeriksa langsung d,, maka kita menerik manfaat dari probabilitas
statistiik dalam hubungan D dengan C, c, E dan e. Lima antisera Rh di pakai
untuk menentukan ada atau tidaknya antigen dari sel darah merah dan
kemungkinan genotip ditetapkan dengan bantuan suatu tabel. Dua susunan yang
mungkin dapat terjadi pada antigen yang kita temui pada sel darah merah adalah
DCe pada satu kromosom dan dce pada yang lain atau DCe pada satu kromosom
dan Dce pada yang lain. Orang yang diperiksa karenanya dikira heterozigot
untuk gen – gen pada lokus D dan setengah anak - anaknya akan termasuk Rh
negatip.
Adalah sangat penting bahwa genotip seseorang didaftarkan hanya
sebagai “ perkiraan “ atau “ paling mungkin “ karena pada hampir semua contoh,
genotip kedua atau ketiga adalah mungkin, berdasarkan hasil pemeriksaan
antigen sel darah merah. Pemeriksaan sel darah merah orang tua dan / atau anak
– anak, dari orang yang dipertanyakan itu, dapat menegaskan genotip atau
menerangkan kemungkinan – kemungkinannya. Jika tidak kita harus tergantung
pada bukti – bukti statistic bahwa yang satu adalah lebih sering daripada yang
lain, karena itu lebih mungkin untuk di duga yang benar.
5
Tabel X. Perkiraan Genotip Berdasarkan Reaksi – reaksi dengan Lima
Antisera
Reaksi
dengan Anti
D C E c e
Kemungkina
n Genotip
Frek
%
Kemungkinan
Genotip kedua
Frek
%
+ + 0 + + DCe/dce R1r 32.7 DCe/Dce R1Ro 2.2
+ + 0 0 + DCe/Dce R1R1 17.7 DCe/dCe R1r’ 0.8
+ + + + + DCe/DcE R1R2 12.0 DCe/dcE R1r”
Atau
DcE/dCe R2r’
1.0
0.3
+ 0 + + + DcE/dce R2r 11.0 DcE/Dce R2Ro 0.7
+ 0 + + 0 DcE/DcE R2R2 2.0 DcE/dcE R2r” 0.3
+ 0 0 + + Dce/dce Ror 2.0 Dce/Dce RoRo 0.1
0 0 0 + + dce/dce Rr 15.0
0 + 0 + + dCe/dce r’r 0.8
0 0 + + + dcE/dce r”r 0.9
Varian – varian D
Tidak semua sel darah dapat di golongkan sebagai D positip atau d negatip
dengan tes aglutinasi langsung. Bahkan ada sejumlah kecil orang yang
mempunyai sel darah merah yang tidak langsung diaglutinasi oleh anti-D tetapi
dapat beraksi bila tes antiglobulin dilakukan pada sel yang telah menerima anti-D
yang tidak lengkap ( incomplete ). Sel- selinidinamakan Du.
Pewarisan Du
Jenis darah in ipertama – tama dilaporkan oleh Stratton padatahun 1946 di
Inggris. Dengan cara pemeriksaan ini sel darah merah tertentu akan Diaglutinasi
oleh beberapa sera anti-D tetapi tidak oleh semuanya. Sel-sel yang bereaksi
dengan sebagianbesar sera yang dipakai disebut D’derajat tinggi dan yang
bereaksi hanya dengan beberapa antisera dinamakanD’derajat rendah.
6
Dalam penyelidikan banyak keluarga,pewarisan D’’telah terbukti secara
langsung .Jika orang tua adalah D’’ derajat tinggi,tiap anak yang mewarisi D’’
adalah juga D’’ derajat tinggi.
Antigen D’’ rupanya brbeda dari dari D baik secara kwalitatip maupun
kwantitatip tetapi orang-orang D’’ dianggap sebagai Rh positip.Donor yang
kelihatanya Rh negaip pada pemeriksaan awal harus diperiksa untuk D’’ dan jika
D’’ positip,darahnya hanya boleh diberikan kepada resipien Rh positip.Wanita –
wanita hamil yang kelihatanya Rh negatip harus diperiksa untuk D’’ pada masa
prenatal untuk menentukan apakah mreka perlu atau tidak menerima RhoGAM
pada waktu melahirkan.
Dalam mempertimbangkan penggunaan darah Rh positip untuk orang –
orang yang sebenarnya D’,tidak dapat diabaikan kenyataan bahwa beberapa
orang D’’ positip telah menghasilkan anti-D tetapi demikian pula beberapa
orang-orang D positip.
Orang-orang Rh positip dengan anti-D yang jelas
Pada tahun 1953,Argall dan kawan-kawan melukiskan seorang pendrita D”
positip yang menunjukan anti-D nuormal dalam serumnya.
7
Orang-orang D dan Du positif yang mempunyai anti D dalam serum mereka
seperti yang diklasifikasikan oleh Tippett
Kelompok Tipe Rh Keturunan Karakteristik
yang dapat
dibedakan
I Rh positif
biasanya
Dce
Kulit putih
II Rh positif
biasanya
Dce
Kulit putih
III Rh positif
biasanya
Dce
Hampir
semuanya
negro
Sel-selnya adalah
VS positif tetap
menunjukan reaksi
yang berbeda-beda
dengan anti-v
IV Rh positif
biasanya
Dce
Hampir
semuanya
negro
Sel-selnya adalah
Go
positif
V Du biasanya
Du Ce
Negro dan
kulit
putih
Sel-selnya adalah
Wiel
(Dw) positif
VI Du derajat
rendah
biasanya Du
Ce
Hampir semua
kulit
putih
8
Pada umumnya anti bodi yang dihasilkan oleh tiap kelompok akan bereaksi
dengan semua kelompok lain kecuali kelompoknya sendiri.
Kita sekarang membayang antigen D (dan Du) sebagai mosaik yang terdiri
atas bagian atau banyak faktor yang menentukan antigen.pada keadaan tertentu,
mungkin karena mutasi, satu atau lebih dari bagian-bagian yang ini
hilang,berubah atau terjadi pergantian, sehingga bagian tersebut dari antigen D
mendapat spesifitas yang lain. Kebanyakan orang-orang Rh positif mempunya
semua macam unsur dari mosaik itu, sehingga antibodi yang dihasilkan akan
bereaksi dengan semua sel Rh positif normal dan menjadi anti-D.
Interaksi Gen Du
Ada sel-sel darah merah yang kelihatanya Du derajat tinggi tetapi sifat tidak
diwarisi, karena itu tidak diwarisi, karena itu tidak dapat dipandang sebagai hasil
alel lain dari D.
Tidak semua orang genotip Dce/dCe menunjukan supresi D.Ada variasi
yang luas dalam derajat supresi dan jarang supresinya begitu besar sehingga
diketahui pada pemeriksaan dengan regen Anti-Rh (Anti-D) yang
diperdagangkan.Sel-sel dengan D yang di supresi (interaksi gen Du)umumnya
lebih jarang dibandingkan dengan Du tipe herediter.
Varian C,E dan c
Cw barngkali merupakan varian paling penting yang diuraikan di sini
karena Anti-Cw telah menyebabkab penyakit hemolitik pada neonatus dan
kesulitan-kesulitan pada transfusi.
Cw
Anti Cw dapat dihasilkan sebagai respons spesifik terhadap antigen tapi
kebanyakan sera anti-C bereaksi dengan sel Cw positip meskipun Cw tidak
terdapat dalam darah yang telah di imunisasi .
Cx
9
Antigen ini di kenal karena reaksinya dengan beberapa,tetapi tidak
semua,sera anti-C.anti-Cx agak sering dalam serum orang-oran yang menderita
anemia hemolitik yang di dapat.
Ew
Anti-Ew disagka bertanggung jawab atas penyakit hemolitik pada neonatus
pada keluaga asal.
Cu dan Ew
Antigen-antigen ini sangat jarang dan lebih mungkin sebagi hasil dari
interaksi gen,dari pada alel C dan E.
Et
Antibodi- spesifik,anti-Et ,telah dilaporkan hanya sekali.Yang disarankan
adalah E positip tetapi Et negatif.Tidak ada sumber imunisasi yang jelas yang
dapat ditemuka untuk menerangkan adanya antibodi.
Rh26
Reaksi dari sel ini dengan kebanyakan sera agak lemah dibandingkan
dengan yang terlihat bila yang diperiksa sel positif c sembarangan. Anti-c yang
tidak mampu bereaksi dengan satu sel ini Nampak normal pada pemeriksaan
dengans el-sel lain.
Varian e (hr”) Termasukh r s
Karena daftar ini berkembang dengan cepat dan sedikit, jika ada dari
varian-varian yang rasanya identik, barang kali untuk sementara waktu kita harus
memadang kasus-kasus ini secara sederhana “ orang e positif dengan anti-e yang
jelas dalam serumnya’. Anti-e yang dihasilkan oleh orang e (hr”) positif tertentu
bereaksi dengan semua sel e positif normal dan dengan sel-sel beberapa orang e
positif lain penghasil anti-e ,antibody tidak akan bereaksi dengan sel penderita
yang menghasilkannya. Dalam pemeriksaan darah orang-orang kulit putih anti-
h r smemberikan reaksi yang hampir sejajar dengan anti-e.
10
C. Teori Pewarisan Sifat Rhesus
1. Teori Fischer-Race
Menurut teori pewarisan Fischer-Race system Rh ditentukan tiga
pasang gen yang sangat erat hubungannya (Closely Linked Genes). Karena
kromosom adalah berpasangan maka da dua lokus yang identik untuk tiap gen.
lokus tertentu pada tiap kromosom akan selalu diduduki oleh gen yang sama atau
salah satu bentuk alternative yang disebut alel. Bebrapa gen mempunyai banyak
alel, namun pada system Rh hanya ada dua atau tiga altenatif pada tiap lokus.
Menurut teori Fischer- Race, ketiga lokus yang membawa gen – gen
Rhsangat erat hubungannya pada kromosom, ketiganya tidak pernah terpisahkan
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi sebagai suatu unit atau kompleks
gen ( Gene Complex).
Dalam nomenklatur Fischer- Race gen dan antigen yang dihasilkan
diberikan symbol yang sama, namun memakai huruf cetak miring bila
menyebutkan gen. dengan pengecualian d, setiap gen alel tersebut mengontrol
adanya masing- masing antigen pada permukaan sel darah merah. Gen d
merupakan gen inaktif (‘silent’ gene) atau amorf, sehingga tidak ada antigen d.
contoh pada kompleks gen DCe menentukan adanya antigen D, C dan e pada
permukaan sel. Jika kompleks gen yang sama terdapat pada kedua pasnagan
kromosom, maka hanya D, C dan edari antigen – anatigen Rh yang dapat
ditunjukkan pada permukaan sel. Tetapi, jika satu kromosom membawa DCe dan
yang lainnya DcE, antigen –antigen yang ditemukan adalah D, C, c, E dan e. tiap
antigen (kecuali d) dapat dikenal dengan memriksa sel darah merah dengan
antisera yang spesifik untuk masing- masing antigen.
2. Teori Wiener
Wiener mengusulkan bahwa satu gen pada satu lous tunggal pada tiap
kromosom dari pasangan mengatur seluruh system Rh. Kedua gen mungkin sama
11
(Homozigot) atau berbeda satu sama lain ( heterozigot ). Alel majemuk dari gen
ini ada, kedelapan alel utama disebut R0,R1, R2 , Rz, r, r’, r’’ dan ry. Tiap gen
menghasilkan suatu antigen pada sel darah merah yang disebut aglutinogen dan
tiap aglutinogen dapat dikenal oleh bagian atau faktor – faktornya yang bereaksi
dengan antibodi spesifik. Gen R1 menentukan aglutinogen Rh1 pada sel darah
merah dan aglutinogen ini tersusun dari paling sedikit 3 faktor- Rh0, rh’ dan rh’’.
Gen r menentukan aglutinogen rh pada sel darah merah dikenal oleh factor –
factor hr’ dan hr’’.
Tabel Perbandingan Nomenklatur Fisher-Race dan Wiener untuk Sistem
Rh
Simbol Fischer-Race Simbol Wiener
Komplek
s Gen
Antige
n
Ge
n
Aglutinoge
nFaktor
Dce D, c, e Ro Rh0Rho, hr’,
hr’’
DCe D, C, e R1 Rh1Rho, rh’,
hr’’
DcE D, c, E R2 Rh2Rho, hr’,
rh’’
DCE D, C, E Rz RhzRho,rh’,rh’
’
dce c, e r rh hr’,hr’’
dCe C, e r’ rh’ rh’,hr’’
dcE d,, E r’’ rh’’ hr’,rh’’
dCE C, E ry rhy rh’,rh’’
D. Efek Interaksi Antibodi-Antigen Rh in Vivo
1. Reaksi Transfusi
Bila antibodi menempel pada antigen dipermukaan sel darah in vivo, sel darah
merah tidak lagi normal dan sel-sel ini akan mengalami kerusakan. Antibodi Rh
12
jarang menyebabkan lisis sel darah tetapi antibodi-antibodi itu menempel pada
sel dan mengalami sensitisasi. Sel yang telah disensitisasi dikenali oleh limfa
sebagai sel rusak yang harus dikeluarkan dari peredaran darah. Bahan-bahan
toksik hasil penghancuran sel darah merah dapat juga mempengaruhi fungsi hati,
ginjal, dan jantung. Gejala-gejala reaksi transfusi yang dialami penderita
mungkin ringan atau dapat juga sedemikian hebat sehingga menyebabkan
kematian. Gejala-gejala dini adalah menggigil, demam, dan nyeri dipunggung
bawah.
Akibat yang menyedihkan ini biasanya dapat dicegah dengan melakukan
pemeriksaan adanya antibodi sebelum transfusi diberikan. Bila antibodi
ditemukan dalam serum penderita maka antibodi ini harus diidentifikasi. Donor
yang dipilih kemudian diperiksa untuk menegaskan apakah antigen yang
berpadanan dengan antibodi penderita tidak terdapat pada selnya. Serum
penderita dicrossmatch dengan sel donor untuk menjamin agar darah penderita
dan donor cocok (COMPATIBLE).
2. Penyakit Hemolitik pada Neonatus
Jika anti –D atau antibody lain dari system Rh terdapat dalam serum seorang
penderita yang belum pernah hamil sebelumnya,maka antibody mungkin berasal
dar tranfusi.Dalam keadaan demikian bayi pertama mungkin menderita penyakit
hemolitik pada neonates.Jika antibody tidak terdapat selama kehamilan
pertama,makla mungkin terjadi munisai karena masuknya sel janin ke peredaran
darah ibu pada waktu melahirkan meskipun jumlah sel sedikit namun sel-sel ini
mungkin cukup untuk menimbulkan imunisai pada ibu.Antibdy yang baru
dibentuk tidak dapat merugikan bayi yang telah lahir tetapi antibody tetap
berada dalam peredaran darah ibu sehingga janin berikutnya yang tidak cocok
(Incomtible) mungkin terserang penyakit Hemolitik
Kebanyakan antibody Rh dapat menembus plasenta secara bebas dan masuk
ke janin.Sel janin tidak akan terganggu jika bayi tidak meewarisi antigen yang
sama dengan antigen yang telah menyebabkan pembentukan antibody pada
13
Ibu.namun,efek antibody ibu terhadap sel janin yang mempunyai antigen yang
berpadanan adalah perusakan yang terus menerus. Janin akan menderita anemia
ringan sampai berat,tergantung pada kemampuanya untuk mrngimbangi
kerusakan sel.jika kerusakan sel darah merah sangat dahsyat maka bayi dapat
meninggal segera setelah lahir karena payah jantung atau kadang-kadang dapat
menui nggal in utero.
Meskipun perpindahan sel janin selama kehamilan atau melaahitkkan
masih belum dapat di cegah,imunisasi dini terhadap antigen D dapat dicegah
dengan pemberian RhoGAM Rho (D) Immune Globulin (Manusia). Meskipun
demikian, banyak wanita telah terimunisasi sebelum penemuan RhoGAM dan
banyak wanita akan diimunisasi karena tidak berhasil memperoleh RhoGAM.
E. Cara Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus
Reagen –reagen dalam pemeriksaan Rhesus ( Rh typing) mengendung
antibodi dengan Spesifisitas sama tetapi yang reaktifitas berbeda. Aglutini saline
anti-D digunakan untuk membuat reagen dengan nama serum anti-Rho (anti-D)
untuk saline tube test, karenanya antiserum mengaglutinasi sel D positif dalam
suspensi saline pada suhu 37o C. Aglutinin albumin anti-D dipakai untuk reagen
dengan nama serum ant-Rho (anti-D) untuk slide and modified tube test dan
albumin telah dimasukkan dalam reagen ini.
Reagen Metode Suspensi Sel Inkubasi
Serum anti-D
untuk Saline
Tube Test
Saline Tube Test Suspensi sel
dalam saline
37ºC-1 jam
Serum anti-D
untuk Slide and
Modified Tube
Test
Slide Test Whole blood 45ºC-2 menit
view box
Modified Tube
Test
Suspensi sel
dalam serum
Pemusingan
segera
Suspensi sel
dalam saline
Pemusingan
segera
14
Saline Tube Test (Tes Tabung Berisi Salin)
Saline tube test sangat bermanfaat untuk penggolongan sel penderita
dengan tes direct antiglobulin yang positip disebabkan autoantibodi. Sel
demikian sering terlihat pada penderita anemia hemolitik yang didapat :
antobodi-antibodi mungkin spesifik atau nonspesifik. Globulin yang
“menyelubungi” sel yang tidak mengganggu deteksi antigen D dengan serum
anti-Rho (anti-D) untuk saline tube test dan pemeriksaan antigen-antigen lain
biasanya dapat dipercaya jika cara saline tube test dipakai.
Slide and Modified Tube Test
Reagen anti-D yang sama dipakai untuk slide tes dan modified tube
test. Slide tes menggunakan darah lengkap ( whole blood ), ialah suspemsi sel
darah merah dalam serum atau plasma. Modified tube test dapat dilakukan
dengan suspensi sel dalam serum, plasma atau saline. Slide test dan modified
tube tes yang memakai suspensi sel dalam serum sesungguhnya merupakan
tes yang sama dengan keuntungan dan kerugian yang serupa. Penggunaan
suspensi sel dalam serum untuk modified tube tes memberikan banyak, namun
tidak semua keuntungan dari saline tube tes. Selain itu modified tube tes dapat
dikerjakan lebih cepet.
15