86105818-persediaan-barang-dagang

21
ANALISI PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA CV. UBIN KENDARI SKRIPSI OLEH : DESSY ALBERTINA STB. 970 222 025 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen perusahaan mengelola barang dan jasa serta laporan keuangan perusahaan, selalu diperhadapkan dengan transaksi-transaksi yang harus dicatat dan digolongkan untuk membentuk suatu informasi sebagai jawaban untuk mengetahui berkembang tidaknya suatu perusahaan dalam bidang usahanya, oleh karena itu para pelaku ekonomi yang dipilih oleh pihak perusahaan mendapat pekerjaan yang ekstra ketat serta harus mengetahui dengan cermat perkembangan bisnis yang terjadi karena hal ini berhubungan dengan tanggung jawab manajemen dalam mengoperasikan perusahaan dan membutuhkan informasi keuangan guna melaksanakan pekerjaan secara efektif. Laporan yang diperoleh dari bagian-bagian yang ada di dalam perusahaan memberikan masukan bagi manajemen dalam menyusun laporan keuangan untuk disajikan perusahaan setiap tahunnya sebagai informasi akuntansi yang dapat digunakan pihak manajemen dalam mengambil suatu keputusan yang tepat dalam menentukan strategi yang akan datang. Perlakuan persediaan barang yang terjadi pada setiap perusahaan dagang senantiasa mencakup seluruh transaksi penjualan yang akan dilakukan dan yang telah dilakukan sebagai informasi untuk melakukan persediaan barang dan jasa setiap bulannya. selalu menggunakan informasi setiap unit-unit yang terkait sehingga tidak mengganggu tersediannya barang yang dibutuhkan oleh konsumen atau pelanggan setiap saat sehingga penjualan yang dilakukan dapat diprediksi pada bulan berikutnya untuk mengantisipasi tercapainya hasil yang telah ditetapkan. Kegiatan persediaan harus dapat memberikan informasi bagi perusahaan kelancaran terhadap persediaan barang dagang pada perusahaan. Hal tersebut untuk mengetahui ketersediaan barang di masing-masing produk dan mengendalikan masuk keluarnya barang berdasarkan masing-masing produk yang diperdagangkan atau didistribusikan oleh perusahaan dimana setiap produk mempunyai konsentrasi masing- masing. Pengendalian persediaan barang tidak terlepas sumberdaya manusia yang ada dalam perusahaan. Tenaga kerja yang terlibat tersebut harus mempunyai keterampilan serta kemampuan untuk mengerjakan setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga perusahaan dapat mengontrol persediaan berdasarkan suatu metode yang telah ditetapkan dalam perusahan untuk menghindari terjadinya penumpukan suatu jenis produk yang ada, mengingat kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan harus dilakukan secara kontinyu. CV. Ubin Kendari mengolah persediaan barang berupaya untuk meningkatkan kinerja produksi ubin sebagai produk utama yang disediakan untuk mengantisipasi permintaan konsumen. Pengelolaan persediaan barang bagian gudang setiap bulan memberikan informasi yang disajikan kepada pemilik perusahaan dalam bentuk laporan guna mencocokan data-data yang ada terhadap data penjualan barang yang menunjang kegiatan perusahaan dari segi pengelolaan persediaan. CV. Ubin Kendari merupakan salah satu produsen ubin yang melakukan kegiatan produksi ubin, dan melakukan penjualan produk-produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Kegiatan usaha ini dikelola oleh manajemen perusahaan dan dikendalikan dengan menggunakan sistem akuntansi keuangan, untuk menghasilkan informasi keuangan yang

Upload: dheetya-asty

Post on 24-Oct-2015

313 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

86105818-persediaan-barang-dagang.pdf

TRANSCRIPT

ANALISI PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADACV. UBIN KENDARI

SKRIPSI

O L E H :DESSY ALBERTINASTB. 970 222 025

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangManajemen perusahaan mengelola barang dan jasa serta laporan keuangan

perusahaan, selalu diperhadapkan dengan transaksi-transaksi yang harus dicatat dandigolongkan untuk membentuk suatu informasi sebagai jawaban untuk mengetahuiberkembang tidaknya suatu perusahaan dalam bidang usahanya, oleh karena itu parapelaku ekonomi yang dipilih oleh pihak perusahaan mendapat pekerjaan yang ekstra ketatserta harus mengetahui dengan cermat perkembangan bisnis yang terjadi karena hal iniberhubungan dengan tanggung jawab manajemen dalam mengoperasikan perusahaan danmembutuhkan informasi keuangan guna melaksanakan pekerjaan secara efektif.

Laporan yang diperoleh dari bagian-bagian yang ada di dalam perusahaanmemberikan masukan bagi manajemen dalam menyusun laporan keuangan untuk disajikanperusahaan setiap tahunnya sebagai informasi akuntansi yang dapat digunakan pihakmanajemen dalam mengambil suatu keputusan yang tepat dalam menentukan strategiyang akan datang.

Perlakuan persediaan barang yang terjadi pada setiap perusahaan dagangsenantiasa mencakup seluruh transaksi penjualan yang akan dilakukan dan yang telahdilakukan sebagai informasi untuk melakukan persediaan barang dan jasa setiap bulannya.selalu menggunakan informasi setiap unit-unit yang terkait sehingga tidak mengganggutersediannya barang yang dibutuhkan oleh konsumen atau pelanggan setiap saat sehinggapenjualan yang dilakukan dapat diprediksi pada bulan berikutnya untuk mengantisipasitercapainya hasil yang telah ditetapkan.

Kegiatan persediaan harus dapat memberikan informasi bagi perusahaankelancaran terhadap persediaan barang dagang pada perusahaan. Hal tersebut untukmengetahui ketersediaan barang di masing-masing produk dan mengendalikan masukkeluarnya barang berdasarkan masing-masing produk yang diperdagangkan ataudidistribusikan oleh perusahaan dimana setiap produk mempunyai konsentrasi masing-masing.

Pengendalian persediaan barang tidak terlepas sumberdaya manusia yang adadalam perusahaan. Tenaga kerja yang terlibat tersebut harus mempunyai keterampilanserta kemampuan untuk mengerjakan setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnyasehingga perusahaan dapat mengontrol persediaan berdasarkan suatu metode yang telahditetapkan dalam perusahan untuk menghindari terjadinya penumpukan suatu jenis produkyang ada, mengingat kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan harus dilakukansecara kontinyu.

CV. Ubin Kendari mengolah persediaan barang berupaya untuk meningkatkan kinerjaproduksi ubin sebagai produk utama yang disediakan untuk mengantisipasi permintaankonsumen. Pengelolaan persediaan barang bagian gudang setiap bulan memberikaninformasi yang disajikan kepada pemilik perusahaan dalam bentuk laporan gunamencocokan data-data yang ada terhadap data penjualan barang yang menunjang kegiatanperusahaan dari segi pengelolaan persediaan.

CV. Ubin Kendari merupakan salah satu produsen ubin yang melakukan kegiatanproduksi ubin, dan melakukan penjualan produk-produk yang dibutuhkan oleh konsumen.Kegiatan usaha ini dikelola oleh manajemen perusahaan dan dikendalikan denganmenggunakan sistem akuntansi keuangan, untuk menghasilkan informasi keuangan yang

2dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dalam meningkatkan kegiatan usaha.Disamping melalui produksi ubin, CV. Ubin Kendari juga melakukan jual beli keramik.

Persediaan keramik di dalam CV. Ubin Kendari merupakan tindakan pengendalianyang dilakukan oleh perusahaan untuk mengantisipasi permintaan konsumen terhadappersediaan barang pada CV. Ubin Kendari dengan ketersediaan barang yang ada padaperusahaan turut memberikan pengaruh terhadap penentuan harga pokok barang dagang.

Pengawasan persediaan keramik yang ada pada CV. Ubin Kendari denganmenggunakan metode penilaian persediaan untuk mencatat persediaan barang padaperusahaan, sehingga persediaan yang ada pada perusahaan senantiasa tersedia untukmemenuhi kebutuhan konsumen dan nilai persediaan senantiasa dapat dipantau baikbarang yang dihasilkan sendiri maupun yang dibeli dari pihak lain.

Khusus untuk persediaan barang yang dibeli dari pihak luar dalam hal ini keramik,CV Ubin telah melakukan pencatatan atas transaksu pembelian dan penjualan secaraterpisah. Berdasarkan data yang diperoleh dalam pencatatanm dari pencatatanpersediaan barang dagangan (keramik) CV.Ubin telah menerapkan suatu metodepencatatan dan penilaian persediaan secara konsisten sehingga menyulitkan perusahaandalam memutuskan harga pokok (nilai) persediaan akhir bagi barang dagang (keramik) padaakhir periode.

Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut denganmengankat judul “AnalisisPersediaan Barang Dagang pada CV. Ubin Kendari”.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :“Metode apakah yang digunakan CV. Ubin Kendari dalam penilaian persediaan barangdagangannya.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1. Tujuan PenelitianPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode penilaian persediaan barang dagang padaCV. Ubin Kendari.1.3.2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi CV. Ubin Kendari dalam menerapkan persedianbarang dagang pada masa yang akan datang

b. Sebagai bahan acuan atau referensi bagi peneliti selainjutnya yang berhubungandengan penelitian ini

1.4. Ruang Lingkup PembahasanRuang penelitian ini, dibatasi pada analisis persediaan barang dagang pada CV.

Ubin Kendari dalam hal ini keramik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian AkuntansiAmerican Institute of Certified Publik Accountants yang dikutip Zaki Baridwan

(1992; 7) mengemukakan akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalahmenyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuanusaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam memilihalternatif-alternatif dari suatu keadaan.

Kemudian Suparwoto (1995 : 5) mengemukakan bahwa akuntansi sebagai suatusistem atau tehnik untuk mengukur dan mengolah transaksi keuangan dan menyajikan hasilpengolahan tersebut dalam bentuk informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan(pemakai).

Thomas H. Socokusumo dkk (1997 :3 ), mengemukakan bahwa Akuntansi adalahsuatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi tersebutkedalam bentuk laporan-laporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambilkeputusan.

Dari berbagai pengertian akuntansi yang telah dikemukakan, maka dapatdisimpulkan bahwa pengertian akuntasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengantujuan untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya, baik kepada pihak-pihak

3intern maupun pihak ekstern dalam hal pengambilan keputusan-keputusan ekonomi yanglebih baik.

2.2. Pengertian PersediaanMembahas penilain persediaan, maka terlebih dahulu penulis akan mengemukakan

beberapa definisi mengenai persediaan. Menurut. Suparwoto (1995;156) mengemukakanbahwa Persediaan di dalam akuntansi meliputi semua aktiva berwujud yang dimilikiperusahaan pada tanggal neraca dengan tujuan untuk dijual baik secara langsung maupunmelalui proses produksi terlebih dahulu di dalam kegiatan utama perusahaan.

Menurut Munawir, (1995:16) membedakan dua jenis persediaan yang dimiliki olehperusahaan yaitu :Perusahaan untuk perusahaan perdaganga adalah semua barang-barang yangdiperdagangan yang sampai tanggal neraca masih berada di gudang dan belum laku dijualdan untu perusahaan manufkaturing (yang memproduksi barang) maka peserdiaan yangdimiliki meliputi :1) persediaan bahan mentah,2) persediaan barang dalam proses3) persediaan barang jadi

Selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (1996:143) mengemukakan definisipersediaan sebagai berikut :persediaan adalah :a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normalb. Dalam bentuk produksi dan atau dalam perjalanan atau,c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses

produksi atau pemberian jasa.Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa :1. Persediaan meliputi semua aktiva berujud yang dapat dibeli, disimpan dan dijual

kembali2. Persediaan terdiri dari dua elemen yaitu ;

a. Persediaan untuk perusahaan perdagangan danb. Persediaan untuk perusahaan manufaktur yang meliputi :

- Persediaan bahan mentah- Persediaan barang dalam proses- Persediaan Jadi.Pada dasarnya persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalannya

operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksibarang-barang, selanjutnya menyampaikan kepada langganan atau konsumen.

Persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi, antara lainberguna untuk :a. Menghilangkan risiko keterlambatan datangannya barangb. Menghilangkan risiko barang yang rusakc. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaand. Mencapai penggunaan mesin yang optimale. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen.

Persediaan adalah merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasiperusahaan yang secara kontinyu diperoleh, diubah kemudian dijual kembali.

2.3. Karakteristik PersediaanDalam sebuah perusahaan, persediaan dapat terdiri dari berbagai macam dan

jenis, namun persediaan memiliki dua karakteristik penting yaitu : (Suparwoto (1995;158-162)1. Persediaan merupakan milik perusahaan

Barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan bervariasi menurut aktivitasperusahaan, dalam beberapa hal, ada barang-barang yang tidak dapat diklasifikasi sebagaipersediaan oleh suatu perusahaan namun bagi peruahaan lain wajar bila mengakuinyasebagai persediaan. Misalnya tanah dan bangunan yang dimiliki dengan tujuan untuk dijualkembali, oleh perusahaan real estate dan property, wajar bila mengklasifikasi danmengakuinya sebagai persediaan tetapi tidak wajar bila perusahaan yang bergerak dibidang lain. Demikian juga saham yang dimiliki oleh perantara saham, sudah seyogyanyamencatat sebagai persediaan, namun untuk persediaan yang memiliki saham untuk tujuan

4investasi usaha, saham atau surat berharga lainnya dilaporkan sebagai investasi, baikinvestasi jangka pendek, menengah maupun panjang.2. Persediaan tersebut siap untuk dijual kepada para konsumen.

Persediaan yang meliputi barang-barang yang dibeli untuk tujuan dijual kembali(persediaan barang dagangan) yang dimiliki oleh perusahaan dagang persediaan tersebut,siap untuk dijual kepada para konsumen. Persediaan juga mencakup bahan baku, barang-barang dalam proses serta barang jadi (persediaan perusahaan manufaktur). Barang jadisetelah selesai proses produksi siap untuk dijual guna memenuhi tujuan barang tersebut.

Dalam menentukkan apakah barang-barang pada waktu tertentu sudah dapat dicatatsebagai persediaan atau menambah/mengurangi persediaan, dasar yang harusdiperhatikan adalah masalah hak milik atas barang tersebut sehingga hanya yang benar-benar memiliki hal yang dapat mengakuinya sebagai persediaan.

Dalam praktek, kadang timbul masalah dimana sulit untuk menentukan hak kepemilikanbarang sehingga muncul pula kesalahan dalam pencatatan. Seharusnya sudah dapatdigunakan sebagai persediaan tetapi belum dicatat, akibatnya nilai persediaan pada neracamenjadi lebih kecil dari yang sebenarnya, dan sebaliknya sudah dicatat padahal sebetulnyabelum bisa diakui sebagai elemen aktiva lancarnya yang menyebabkan nilai persediaan padaneraca lebih tinggi. Permasalahan ini akan terjadi pada keadaan sebagai berikut :a. Barang-barang dalam perjalanan (Goods in Transit)

Barang-barang yang pada tanggal penyusunan laporan keuangan masih dalamperjalanan dapat menimbulkan masalah, apakah masih menjadi milik penjual atau sudahberpindah ke tangan pembeli. Untuk memutuskan masalah kepemilikan barang sangattergantung pada syarat penjualan/pembelian yang disepakati adalah FOB (Free On Board)Shopping Joint, maka hal milik atas barang yang dibeli akan berpindah pada saat barangtersebut diserahkan pada pihak pengangkut.b. Barang-barang yang dipisahkanBila terjadi kontrak penjualan dalam jumlah yang besar sehingga pengirimannya tidak dapatdilakukan sekaligus, maka perusahaan biasanya menempuh kebijakan memisahkan secaratersendiri barang-barang dagangan dengan maksud untuk memenuhi kontrak ataupunpesanan dalam jumlah yang besar, walaupun belum dikirim hak atas barang-barangtersebut telah berpindah kepada konsumen. Oleh karena itu jika pada tanggal laporankeuangan ada barang-barang yang dipisahkan, penyajiannya harus dikeluarkan dari jumlahpersediaan dan harus dicatat sebagai penjualan, begitu pula dipihak pembeli dapatmencatat pembelian dan menambah persediaan walaupun secara fisik barangnya masihbelum diterima.c. Barang-Barang Konsiyasi

Hadori Yunus dan Harnanto (1999 : 14) berpendapat bahwa konsinyasi merupakansuatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlahbarang kepada pihak tertentu untuk dijual dengan memberikan komsisi (tertentu). Dalampenjualan konsinyasi, barang-barang yang dititipkan haknya masih tetap ada pada pihakyang menitipkan (consignor) sehingga barang-barang konsinyasi hanya tampak padalaporan keuangan (neraca) pihak konsignor, sebagaimana diungkapkan oleh Hadori Yunusdan Harnanto (1999 : 142) bahwa barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagaipersediaan oleh pihak pengamanat dan tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan olehpihak komisioner (consignee). Hak kepemilikan persediaan akan berpindah tangan bila pihakkomisioner telah berhasil merealisasikan penjualan kepada pihak laind. Penjualan Angsuran

Menurut Hadori Yunus dan Harnanto (1999 : 109) penjualan angsuran adalahpenjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayarannya dilakukan secarabertahap yaitu :1. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima pembayaran

pertama sebagian dari harga penjualan.2. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuranDalam penjualan angsuran, pembayaran atas penjualan dilakukan secara bertahap sampaiharga jualnya dilunasi. Dalam akuntansi penjualan angsuran, barang yang dijual akandicatat dan diakui secara proporsional oleh penjualan dan pembeli yaitu sebesar hargayang telah dilunasi. Namun Demikian milik atas barang tetap berada pada pihak penjualsampai seluruh harga jual dilunasi, dalam artian bahwa bila angsuran tidak dapat dilunasi

5maka pihak penjual dapat menarik kembali barangnya dan selanjutnya akan menjual kepadapihak lain untuk menutupi kerugiannya karena turunnya harga/nilai barang tersebut.

2.4. Sistem Akuntansi PersediaanSelama ini dikenal adanya dua sistem akuntansi persediaan yaitu sistem fisik dan

sistem perpetual. Menurut Suparwoto (Akuntansi Intermediate I, (1995:159)menjelaskan kedua sistem tersebut sebagai berikut :1. Sistem Fisik

Dalam sistem fisik atau periodik (physical inventory system = periodical inventarysystem) ini perhitungan dan pencatatan terhadap penambahan, pengurangan dan saldorekening persediaan hanya dilakukan sekali dalam satu periode, yaitu akhir periode.Pemakaian sistem periodik ini terdiri atas dua pencatatan selama periode akuntansidan pencatatan pada akhir periode akuntansi.a. Pencatatan selama periode akuntansi.

Pencatatan selama periode akuntansi ini, dilakukan untuk mencatat semuatransaksi yang menambah maupun mengurangi persediaan. Transaksi yangmempengaruhi persediaan tersebut pada umumnya adalah pembelian, biaya angkutpembelian, potongan pembelian, penjualan dan retur penjualan.

b. Pencatatan pada akhir periode akuntansi.Prosedur pencatatan pada akhir periode ini adalah sebagai berikut ;1. Menghitung harga produk barang yang tersedia dijual (dipakai). Besarnya harga

pokok barang yang tersedia dijual sama dengan harga pokok persediaan awalditambah pembelian bersih selama periode akuntansi yang bersangkutan.

2. Menghitung jumlah persediaan pada akhir periode. Persediaan ini dihitungsecara fisik atau yang lazim disebut inventory taking.

3. Menghitung harga pokok persediaan akhir. Harga pokok persediaan akhiradalah sama dengan jumlah persediaan akhir dikalikan dengan harga pokokpersatuan yang dihitung menurut metode penentuan harga pokok yang dipakaiperusahaan.

4. Menghitung harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan sama dengan hargapokok barang yang tersedia dijual dikurangi dengan harga pokok persediaanakhir.

5. Mencatat harga pokok barang dagangan yang tersedia dijual, harga pokokpenjualan dan harga pokok persediaan akhir periode.

2. Sistem Perpektual ( Perpectual Inventory System)Dalam sistem ini setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi harga perolehan

persediaan langsung dicatat kerekening persediaan yaitu didebit apabila menambahharga perolehan persediaan dan dikredit apabila mengurangi harga perolehanpersediaan. Dalam sistem ini saldo rekening persediaan selalu menampilkan hargaperolehan persediaan yang ada pada tanggal tersebut. dengan demikian, pada akhirperiode tidak perlu membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat harga pokokpersedian dan persedian akhir.

Selanjutnya menurut Slamet Suguri dan Sumiyana, (1996:228) dua metode(sistem ) untuk mencatat persedian yaitu :1. Sistem fisik

Pada sistem ini rekening persediaan digunakan hanya untuk mencatat persediaanpada awal periode dan akhir periode, transaksi pembelian dicatat di rekeningpembelian dan return pembelian di catat di rekening retur pembelian biayapengangkutan barang yang dibeli dicatat direkening biaya angkut pembelian, apabila adabiaya potongan tunai dari transaksi pembelian kredit jangka pendek potongannyadicatat pada rekening potongan pembelian, berkurangnya persediaan pada saat terjaditransaksi penjualan tidak dicatat harga pokok penjualan selama satu periode barudihitung dan dicatat pada akhir periode dengan terlebih dahulu menghitung persediaansecara fisik diakhir periode.2. Sistem perfektual .

Pada sistem perfectual disediakan catatan yang secara permanen memonitorperubahan persediaan catatan yang di gunakan untuk itu adalah rekening persediaan,setiap terjadi perubahan, baik karena pembelian maupun karena penjualan di catatpada rekening persediaan, harga pokok penjualan segera dicatat pada waktu terjadi

6transaksi penjualan sehingga diakhir periode tidak di perlukan jurnal penyesuain untukmencatat harga pokok penjualan.

Dari kedua konsep sistem akuntansi persediaan yang di kemukakan tersebut makadapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan utama dari kedua sistem akuntansi persedianadalah untuk menentukan angka–angka yang cukup teliti dan dapat di pertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan untuk keperluan dan analisa dan pengawasan karenaperhitungan harga pokok penjualan dan penentuan nilai persediaan merupakan bagianyang penting dalam penyusunana neraca dan perkiraan rugi \ laba suatu perusahaan.

Masalah utama yang muncul di dalam akuntansi persediaan adalah penentuanelemen persediaan. Untuk menentukan apakah suatu aktiva termasuk elemen persediaanatau tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu kepemilikan dan tujuan. Suatu aktiva termasukelemen persediaan apabila memenuhi kedua persyaratan yaitu;2. Milik perusahaan (dari segi kepemilikan) dan,3. Dengan maksud untuk dijual atau dipakai dalam kegiatan utama perusahaan (dari sisi

tujuan). Apabila salah satu dari kedua persyaratan tersebut tidak terpenuhi makaaktiva yang bersangkutan tidak boleh dimasukan dalam elemen persediaan.

Menurut Ikatan Akuntasi Indonesia (1996:14:4), menyatakan bahwa persediaanmeliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barangdagangan dibeli oleh pengecer untuk dijuall kembali atau pengadaan tanah danproperty lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga meliputi barang jadi yang telahdiproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan dantermasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi

2.5. Penentuan Harga Pokok dan Persediaan Barang2.5.1. Menentukan Harga Pokok Barang Yang Dibeli.

Menurut American Institute Of Certified Publik Accounting (AICPA) yang dikutipoleh Soemita menegaskan bahwa apabila diterapkan pada persediaan, maka harga pokokproduk adalah jumlah dari pengeluaran-pengeluaran dan biaya yang telah dikeluarkan,secara langsung atau tidak langsung dalam penempatan suatu barang pada kondisi danlokasinya yang ada. Oleh karena itu maka harga pokok dari suatu barang persediaan terdiridari harga faktur, dikurangi dengan potongan ditambah dengan biaya-biaya tertentu yangdiperlukan untuk menempatkan pada kondisi-kondisi tempat untuk dijual.

Kemudian menurut Zaki Baridwan (1992:156) mengemukakan bahwa harga pokokadalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak langsung yangberhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan persediaan tersebut agardapat dijual.

Selanjutnya menurut Soeparwato (1995:167) mengemukakan bahwa Padaprinsipnya harga perolehan (cost) barang yang dibeli meliputi semua pengorbanan sumberekonomi yang diukur dalam satuan moneter yang terjadi dalam rangka usaha untukmemperoleh persediaan sampai persediaan tersebut berada pada tempat dan kondisi siapuntuk dijual dan dipakai dalam kegiatan utama perusahaan.

Dari ketiga Konsep yang telah dikemukakan tersebut maka disimpulkan bahwaelemen harga perolehan barang dagangan tersebut terdiri dari harga beli, potongan tunaipembelian, biaya angkut pembelian, dan semua biaya yang secara langsung atau tidaklangsung yang terlibat dalam perolehan barang.

2.5.2. Persediaan Barang.Dalam konsep ini pada umumnya satu periode perusahaan melakukan beberapa kali

pembelian barang dagangan atau bahan baku yang sama. Dari barang dagangan yang dibelitersebut sebagian sudah terjual, sedangkan sebagian lagi belum terjual yaitu yang berupapersediaan akhir.

Untuk menentukan besarnya harga pokok barang yang sudah dijual (harga pokokpenjualan) dan harga pokok persedaiaan akhir maka diperlukan metode tertentu, yangseirng disebut dengan metode penentuan harga pokok atau metoide\ aliran persediaan.

Metode penentuan harga pokok penjualan sebagai berikut :(a) Metode mula-mula masuk, mula-mula keluar (FIFO).

Metode first in first out (FIFO) dalam penetapan harga pokok persediaan didasarkanpada asumsi bahwa biaya yang sesuai dengan urutan terjadinya biaya tersebutdibebankan pada pendapatan. Dengan demikian dianggap bahwa persediaan yangtinggal terdiri dari harga pokok yang kemudian.

7(b) Metode terakhir masuk, pertama keluar (Last In First Out).

Metode terakhir masuk, pertama keluar (LIFO) didasarkan atas anggapan bahwaharga pokok yang terjadinya kemudian adalah merupakan harga pokok yang harusdibebankan kemudian yang tinggal dianggap terdiri dari harga pokok yang terdahulu.

(c) Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method).Metode rata-rata tertimbang didasarkan pada anggapan bahwa biaya yangdibebankan terhadap pendapatan haruslah didasarkan pada biaya rata-ratanya,dengan memperhatikan banyaknya unit yang diperoleh pada masing-masing hargabeli. Harga pokok rata-rata yang sama digunakan juga untuk menghitung hargapokok barang yang terdapat dalam persedaiaan. Rata-rata tertimbang ditentukandengan jalan membagi jumlah harga pokok barang tersedia dijual dengan banyaknyaunit barang yang sama.Kemudian Drs. L. Soeparwo dalam bukunya Akuntasni Intermidiate Satu

(1995:174), metode penentusan harga pokok persedaiaan adalah sebagai berikut :a. Metode masuk pertama, keluar pertama ( MPKP)

Metode masuk pertama, keluar pertama atau (FIFO) berdasarkan anggapanbahwa harga pokok per satuan dari barang yang masuk (dibeli) pertama akandibebankan pada barang yang keluar (dijual) pertama. Apabila jumlah barang yangdijual periode yang bersangkutan melebihi jumlah barang yang masuk pertama,maka selebihnya akan dibebani dengan harga pokok persatuan dari pembelianberikutnya. Metode FIFO tersebut terdiri dari ;

1. Metode FIFO-Phisik.Dalam metode masuk pertama keluar pertama sistem phisik ini diperhitungkanharga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir hanya dilakukan sekalidalam satu periode, yaitu akhir periode.

2. Metode FIFO-Perpetual.Dalam metode FIFO-Perpetual ini diperhitungkan harga pokok penjualan danharga pokok persediaan dilakukan setiap saat terjadi transaksi penjualan.

b. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (MTKP)Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (MTKP) atau (LIFO) berdasarkan

anggapan bahwa harga pokok per satuan dari barang yang masuk terakhir harusdibebankan pada barang yang dijual pertama. Apabila jumlah barang yang dijualmelebihi jumlah barang yang masuk terakhir, maka selebihnya dibebankan denganharga pokok persatuan dari barang yang masuk sebelumnya. Metode LIFO tersebutterdiri dari ;1. Metode LIFO-Phisik.

Dalam metode LIFO-Phisik ini perhitungan harga pokok penjualan danpersediaan akhir dihitung secara periodik, yaitu sekali dalam satu periodik.

2. Metode LIFO-Perpetual.Dalam metode LIFO-Perpetual ini diperhitungkan harga pokok penjualan danharga pokok persediaan dilakukan setiap saat terjadi transaksi persediaan.

c. Metode Rata-rata (average)Metode ini berdasarkan anggapan bahwa barang yang dijual dan yang belum(persediaan) harus dibebani harga pokok per satuan yang sama. Besarnya hargapokok per satuan tersebut dihitung dengan rumus :

Hg. Pokok barang tersedia dijual

Hg. Pokok persatuan =

Jumlah barang tersedia dijual

Metode rata-rata ini terdiri dari :1). Metode rata-rata Sistem-Phisik

Metode rata-rata yang diterapkan dalam sistem phisik disebut metoderata-rata tertimbang (weighted average method). Dalam metode rata-ratatertimbang ini besarnya harga pokok persediaan dihitung sekali dalam satuperiode yaitu pada akhir periode.

2). Metode rata-rata sistem pertual.

8Metode rata-rata yang diterapkan didalam sistem perpeptual yaitu,besarnya harga pokok per satuan, harga pokok penjualan dan harga pokokpersediaan dihitung setiap terjadi transaksi persediaan.

2.6. Pengungkapan PersediaanMenurut Standar Akuntansi Keuanga, Paragraf 31 menjelaskan bahwa laporan Keuanganharus mengungkapkan :1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk jumlah

biaya yang dipakai.2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai

lagi perusahaan.3. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih.4. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai

penghasilan selama periode.5. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang

diturunkan.6. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukan sebagai jaminan kewajiban.

Selanjutnya dalam berbagai klasifikasi persediaan dan tingkat pemakai laporankeuangan, klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagang, perlengkapanproduksi, bahan baku, pekerjaan dalam penyelesaian dan barang jadi. Maka standarakuntansi keuangan paragraf 33 menjelaskan bahwa Laporan Keuangan harusmengungkapkan salah satu informasi berikut ini :(a) Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau(b) Biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan, diakui sebagai beban

selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya.2.7. Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan suatu bentuk kegiatan yang paling penting dalampelaksanaan poduksi dalam suatu perubahan. Sebagaimana diketahui, proses produksiadalah merupakan cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan penambahan faedahatau penciptaan faedah tersebut dilaksanakan. Apabila sistem produksi di dalam suatuperusahaan telah dilaksanakan dengan baik, maka langkah berikutnya yang dilaksanakanoleh perusahaan adalah melaksanakan proses produksi sesuai dengan sistem produksiyang telah disusun dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Sarwoto (1998 : 85)

Dalam melakukan setiap kegiatan apa saja, tindakan pengendalian sangatdibutuhkan untuk menghindari ketimpangan dalam kegiatan tersebut bahwa hal iniSarwoto (1998 : 94), mengemukakan bahwa pengendalian adalah kegiatan manajeryang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yangditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki.

Pelaksanaan pengendaian produksi dengan baik, perlu diketahui fungsi pengedalianproses di dalam perusahaan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Adapun yangdimaksud dengan fungsi pengendalian proses adalah perencanaan, penentuan urutan kerja,penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja dan tindak lanjut dalam pelaksanaanproses produksi. Sukarna (1998: 50)

Selain itu Koonts dalam Sukarna (1998: 55) mengemukakan bahwa pengendalianadalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan / organisasi”.

Selanjutnya Sukanto Reksiohadiprojo (1994 : 231) menyatakan pula bahwapengendalian mutu adalah alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk biladiperlukan, memperhatikan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yangrusak”.

Pengendalian kualitas produksi secara tepat, maka perlu adanya teknikpengendalian kualitas. Menurut Sofyan Assauri (1985 : 236) teknik pengendalian yangsering digunakan adalah teknik statistik dengan cara yaitu1. Pengambilan sampel secara tertentu2. Pemeriksaan karakteristik yang telah ditentukan apakah sesuai dengan standar yang

ditentukan.3. Pemeriksaan derajat penyimpangan (deviasi) dari standar.Penggunaan tabel pengontrol (control chart) untuk bahan penganalisaan hasil-hasilpemeriksaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

92.8 Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan

2.8.1 Metode Penetapan Harga Pokok Persediaan Atas Dasar Aliran Fisik Sesungguhnya

Metode harga pokok persediaan atas dasar aliran fisik sesungguhnya atau metodeidentifikasi khusus yang berarti mengikuti aliran fisik barang sesungguhnya terjadi atauarus barang harus sama dengn arus biaya, olehnya itu perlu pemisahaan tiap-tiap jenisbarang berdasarkan harga pokoknya dan masing-masing dibuatkan kartu persediaantersendiri, sehingga masing-masing harga pokoknya dapat diketahui.

Dengan demikian barang yang berada dalam persediaan pada akhir tahunditetapkan harga perolehanya sesuai denagan harga yang sesungguhnya sebagaimana yangtertera pada barang yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi untuk memudahkanpemahaman, PT. Adhie mempunyai perseiaan berupa 5 televisi merk yang sama tetapidengan harga perolehan yang berbeda-beda yakni.

No Harga pokok perolehan (perUnit)

1.2.3.4.5.

Rp. 2.500.000Rp. 2.550.000Rp. 2.600.000Rp. 2.650.000Rp. 2.750.000

Rp. 13.050.000

Selama periode tersebut yang terjual sebanyak 3 buah televisi. Pada akhir periodeperusahaan melakukan perhitungan fisik dan ternyata jumlah persediaan adalah Rp7.400.000 atau masing-masing persediaan memiliki harga pokok sebesar Rp 2.650.000dan Rp 3.750.000 hal ini dapat diketahui dari kartupersediaan yang melekat pada masing-masing barang.

Metode identifikasi khusus biasanya diterapkan pada perusahaan yang menjualbarang yang mahal harganya tetapi jumlah dan jenisnya terbatas, sehingga dapatdiidentifikasi dengan jelas sejak barang itu diperoleh hingga barang itu terjual. Seandainyametode ini dapat diterapkan tentu akan menjadi metode yang ideal, karena persediaanakhir dan harga pokokdapat ditentukan harga perolehanya sesuai denagan harga perolehanyang sesungguhnya.

2.8.2 Metode Penetapan Harga Pokok Persediaan Atas Dasar Aliran Anggapan AtauAsumsi

Metode identifikasi khusus yang didassarkan pada aliran fisik sesungguhnya sangatterbatas penerapanya, pada perusahaan yang menjual barang dengan aneka ragam danjenisnya serta dalam jumlah yang banyak sudah tidak praktis lagi dan menimbulkan banyakpekerjaan.

Untuk mengatasi kesulitan dalam metode identifikasi khusus, maka dapatdigunakan metode yang didasrkan pada asumsi/anggapan dimana aliran arus biaya tidaksama dengan aliran fisik sesungguhnya. Dalam akuntansi tidak ada ketentuan yangmengharuskan aliran harga perolehan harus sama dengan arus barang yangsesungguhnya. Dalam penentuan harga pokok persediaan dengan dasar asumsi menurutAL Haryono Yusuf (1995: 107) ada tiga metode yang lazim digunakan yaitu:

1. First-in, first-out (FIFO)2. Last-in, First-out (LIFO); dan3. Harga perolehan Rata-rata

Ketiga metode di atas dimungkinkan untuk digunakan dalam perusahaan dagang,maupun perusahaan manufaktur. Pemilihan metode-metode yang dipandang paling tepatdigunakan sepenuhnya diserahkan kepad manajemen perusahaan masing-masing. Ketigametode diatas dapat disajikan dalam dua sistem yaitu sistem fisik dan perpetual yangpenggunaanya telah dipaparkan pada sub judul sebelumnya.

2.8.2.1 Metode first-in, First out (FIFO)

10Metode First in First out (FIFO) atau masuk pertama keluar pertama (MPKP) dan

selanjutnya disingkat FIFO adalah untuk penetapan harga pokok persediaan didasarkanatas asumsi bahwa barang yang lebih dahulu dibeli akan dijual pula lebih dahulu. Dengandemikian harga pokok penjualan adalah merupakan harga perolehan barang yang dibeli lebihdahulu sedangkan persediaan akhir akan dibebani dengan harga pokok barang yang dibeliterakhir.

Sebagian besar perusahaan menjual barang sesuai dengan urutanpembelianyaterutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan produk yang modelnya dapatberubah dengan cepat sesuai dengan permintaan pasar. Sebagai ilustrasi, toko bahanmakanan akan menyusun dan menjual produknya sesuai urutan kadaluwarsanya. Begitujuga toko-toko pakayan, akan memajang pakayan sesuai dengan musim, dan pada akhirmusim akan melakukan cuci gudang untuk menual pakayan yang ketinggalan mode.

Ilustrasi penerapan metode ini dengan menggunakan data penjualan dan pembelianatas barang A di bawah ini:

Unit Harta PerUnit

Jumlah

200A 1 Persediaan 50 Kg Rp. 4.000 Rp. 200.000

Desember 6 penjualan 25 Kg

12 pembelian 100 Kg Rp. 3.800 Rp. 380.000

15 penjualan 80 Kg

18 pembelian 150 Kg Rp. 4.200 Rp. 630.000

20 penjualan 120 Kg

25 pembelian 75 Kg Rp. 4.000 Rp. 300.000

375 Kg Rp. 16.000 Rp. 1.510.000 225 Kg

Dari data barang A diatas, maka persediaan akhir dan harga pokok penjualan bilamenggunakan metode FIFO dapat dihitung sebagai berikut :

1. Metode Fisik.Dari perhitungan fisik atas barang A yang ada digudang pada tanggal 31 Desember

200A menunjukkan jumlah 150 Kg, jumlah ini terdiri dari:

Pembelian 25 Desember 75 kg @ Rp. 4.000 Rp. 300.000

Pembelian 18 Desember 75 kg @ Rp. 4.200 Rp. 315.000

Jumlah 150 kg Rp. 615.000

2. Metode PerpetualBila menggunakan metode perpetual, maka tiap terjadi mutasi atas persediaan

akan diikuti dengan pencatatan pada buku, dan akan dibuatkan kartu persediaan. Kartubarang A dengan cara perpetual akan tampak sebagai berikut:

11Tabel 2.1 Barang A (FIFO)

Masuk (pembelian) Keluar (penjualan saldoTanggalUnit(kg)

harga jumlah Unit(kg)

harga jumlah Unit(kg)

harga jumlah

1 50 4.000 200.0006 25 4.000 100.000 25 4.000 100.00012 100 3.800 380.000 25

1004.0003.800

100.000380.000

15 2555

4.0003.800

100.000209.000 45 3.800 171.000

18 150 4.200 630.000 45150

3.8004.200

171.000630.000

20 4575

3.8004.200

171.000315.000 75 4.200 315.000

Des

embe

r

25 75 4.000 300.000 7575

4.2004.000

315.000300.000

Sumber :S. Muwanir Keuangan dan Manajemen

Dari hasil perhitungan metode FIFO dengan sistem fisik dan perpetual diatas, persediaanakhir menunjukkan jumlah yang sama baik dalam jumlah unit maupun harganya, yaitu 150Kg (75 kg +75 kg), dengan harga dalam rupiah sebesar Rp. 615.000+300.000).

Setelah mengetahui jumlah persediaan akhir, maka harga pokok penjualan dapatdihitungsebagai berikut :Persediaan awal Rp. 200.000Pembelian (netto) Rp. 1.310.000 (+)

Barang tersedia untuk dijual Rp. 1510.000Persediaan akhir Rp. 615.000 (-)

Harga pokok penjualan Rp 895.000

2.8.2.2 Metode Last in, First out (LIFO)Metode LIFO didasarkan pada anggapan bahwa barang yang dibelih lebih akhir akan

dijual atau akan dikeluarkan lebih dahulu sehingga harga pokok perolehan barang yangdibeli lebih akhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan. DalampenggunaanLIFO dengan sistem fisik semua barang semua barang yang dibeli selamaperiode dianggap tersedia untuk dijual terlebih dahulu, tanpa memandang tanggalpembelianya.

Metode LIFO biasanya tidak sesuai dengan aliran fisik sesungguhnya danpersediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga pokok dari barang-barang yang dibelilebih awal dan kemudian maju sampai semua barang mendapat alokasi harga perolehan.

Pemakaiyan metode LIFO pada awalnya terbatas pada situasi yang jarang terjadidimana unit-unit yang dijual, diambil dari persediaan yang paling akhir. Untuk lebih mudahmemahami, dapat diberikan ilustrasi. Sebagaimana data mutasi barang A yang diambil dariilustrasi sebelumnya, maka jumlah persediaan akhir dan harga pokok penjualan atasbarang A dapat dihitung dengan dengan menggungkan metode LIFO sebagai berikut :1. Sistem Periodik/Fisik.Dari perhitungan fisik atas barang A yang ada digudang pada tanggal 31 Desember 200Amenunjukkan jumlah 150 Kg, jumlah ini terdiri dari :

Pembelian 01 Desember 50 kg @ Rp. 4.000 Rp. 200.000Pembelian 12 Desember 100 kg @ Rp. 3.800 Rp. 80.000

Jumlah 150 kg - Rp. 580.000Setelah data persediaan dapat diketahui, maka harga pokok penjualan dapat

ditentukasn sebagai berikut :Harga pokok penjualan = Rp. 1.510.000-580.000 = Rp. 930.000

2. Sistem PerpetualBerbeda dengan LIFO sistem fisik, dalam sistem perpetual barang-barang yang

dikeluarkan dapat dikreditkan ke dalam rekening persediaan dengan harga pokoknya padawaktu:a. Akhir Periode

12Setiap ada pengeluaran barang yang dicatat dalam kolom pengeluaran hanya

kuantitasnya saja sedangkan harga pokoknya baru dicatat pada akhir periode sekaligus.Cara ini akan memberikan hasil pehirungan persediaan akhir dan harga pokok penjualanyang sama besarnya dengan cara fisik.b. Setiap Kali Ada Barang Yang Dikeluarkan

Jika harga pokok barang-barang yang dikeluarkan direkam dalam kartu persediaanpada saat barang-barang tersebut dikeluarkan. Dalam metode ini (perpetual) akanmengkasilkan jumlah persediaan akhir yang tidak sama apabila dicatat dalam sistim fisik.Perbedaan ini disebabkan bila kita menggunakan metode fisik besarnya penjualanditentukan dengan mengurangi barang siap untuk dijual dengan persediaan akhir, sehinggadianggap bahwa semua barang yang dibeli terakhir terjual semua padahal kenyataanyatidak demikian. tabel dibawah ini menunjukkan cara perhitungan harga perolehanpersediaan dengan metode LIFO secara perpetual :

Tabel 2.2 Barang A (LIFO)

Masuk (pembelian) Keluar (penjualan) SaldoTanggalUnit(kg)

harga jumlah Unit(kg)

harga Jumlah Unit(kg)

harga Jumlah

1 50 4.000 200.0006 25 4.000 100.000 25 4.000 100.000

12 100 3.800 380.000 25100

4.0003.800

100.000380.000

15 80 3.800 304.000 2520

4.0003.800

100.00076.000

18 150 4.200 630.000

2520150

4.0003.8004.200

100.00076.000630.000

20 120 4.200 504.000252030

4.0003.8004.200

100.00076.000126.000

Des

embe

r

25 75 4.000 300.00025203075

4.0003.8004.2004.000

100.00076.000126.000300.000

Sumber: S. Muwanir “Akuntansi Keuangan dan Manajemen”Jumlah persediaan akhir dapat dilihat pada bari dan kolom terakhir, yaitu sebesar:25 kg @ Rp. 4.000 = Rp. 100.00020 kg Rp. 3.800 = Rp. 76.00030 kg Rp. 4.200 = Rp. 126.00075 kg Rp. 4.000 = Rp. 300.000150 kg = Rp. 602.000Dari hasil perhitungan dilihat bahwa perhitungan persediaan akhir dan harga pokok

penjualan antara sistem fisik dengan perpetual menunjukkan hasil yang berbeda, harga pokokpenjualan sistem fisik yaitu sebesar:

Harga pokok penjualan = 1.510.000 – 602.000 = Rp. 908.000Selisihnya yaitu sebesar Rp. 22.000, selisih ini disebabkan oleh perbedaan harga pokok

per kg dari barang yang dikeluarkan. Dalam cara fisik barang-barang yang dikeluarkan dinilaidengan harga pokok sebagai berikut:

Tanggal 20 Desember 75 kg @ 4.000 = Rp. 300.00045 kg @ 4.200 = Rp. 189.000

Rp. 489.000Tanggal 15 Desember 80 kg @ 4.200 = Rp. 336.000Tanggal 6 Desember 25 kg @ 4.200 = Rp. 105.000

Rp. 441.000Rp. 930.000

Dalam cara buku/perpetual:Tanggal 20 Desember 120 kg @ 4.200 = Rp. 504.000Tanggal 15 Desember 80 kg @ 3.800 = Rp. 304.000

13Tanggal 6 Desember 25 kg @ 4.000 = Rp. 100.000

Rp. 908.000Rp. 22.000

2.8.2.3 . Metode Harga Perolehan Rata-rata (Weighted Average Method)Metode harga rata-rata didasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia untuk

dijual adalah homogen. Noswonger, dkk dalam Marianus Sinaga (1996: 262) menyebutkanbahwa metode harga pokok rata-rata didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harusdibebankan ke pendapatan menurut harga rata-rata tertimbang per unit dari barang yangdijual. Harga pokok per unit ini juga digunakan untuk menentukan harga pokok barang yangada dalam persediaan.

Pada metode ini, pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijualdilakukan atas dasar harga pokok perolehan rata-rata tertimbang. Rumus perhitunganharga pokok perolehan rata-rata tertimbang yang dikemukakan oleh Al Haryono Yusuf(1995: 11) adalah sebagai berikut:

Selanjutnya, harga rata-rata tertimbang per unit dikali dengan jumlah unitpersediaan untuk menentukan harga perolehan persediaan akhir. Untuk lebih jelasnya,data barang A seperti ilustrasi sebelumnya, dapat dihitung dengan metode rata-ratatertimbang, tampak seperti di bawah ini:

1. Metode FisikPerhitungan fisik atas barang-barang dalam gudang pada tanggal 31 Desember

200A menunjukkan jumlah barang yang tersedia untuk dijual sebagai berikut:Pembelian 01 Desember 50 kg @ Rp. 4.000 Rp. 200.000Pembelian 12 Desember 100 kg @ Rp. 3.800. Rp. 380.000Pembelian 18 Desember 150 kg @ Rp. 4.200 Rp. 630.000Pembelian 25 Desember 75 kg @ Rp. 4.000 Rp. 300.000

Jumlah 375 kg Rp. 1.510.000Dengan menggunakan rumus di atas, maka harga pokok rata-rata tertimbang

adalah sebagai berikut:Rp. 1.510.000

Harga pokok rata-rata tertimbang: –––––––––––– = Rp. 4.026/kg375 kg

Persediaan barang pada tanggal 31 Desember 200A adalah:150 kg x Rp. 4.026 = Rp. 604.000Sedangkan harga pokok penjualan adalah:Rp. 1.510.000 – Rp. 604.000 = Rp. 906.000

2. Metode PerpetualDalam metode ini, barang-barang yang dikeluarkan akan dibebani harga pokok

penjualan pada akhir periode, karena harga pokok rata-rata baru dapat dihitung pada akhirperiode yang mengakibatkan jurnal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang jugadibuat pada akhir periode. Apabila harga pokok rata-rata dicatat setiap ada pengeluaranbarang maka diperlukan menghitung harga pokok rata-rata setiap kali terjadi pembelianbarang, sehingga dalam satu periode akan terdapat beberapa harga pokok rata-rata,kartu barang A dengan rata-rata bergerak tampak sebagai berikut:

Harga perolehanbarang tersedia dijual :

Jumlah unit tersediadijual =

Harga rata-ratatertimbang per unit

14Tabel 2.3 Barang A (Metode Rata-rata)

Masuk (pembelian) Keluar (penjualan) SaldoTanggalUnit(kg)

harga jumlah Unit(kg)

harga Jumlah Unit(kg)

harga Jumlah

1 50 4.000 200.0006 25 4.000 100.000 25 4.000 100.00012 100 3.800 380.000 125 3.840 480.00015 80 3.840 307.200 45 3.840 172.80018 150 4.200 630.000 195 4.117 802.81520 120 4.117 494.040 75 4.117 308.775D

esem

ber

25 75 4.000 300.000 150 4.058 608.700Sumber: S. Muwanir “Akuntansi Keuangan dan Manajemen”

Metode harga rata-rata, menghitung harga pokok dengan cara setiap kali adapembelian barang dan pengeluaran barang berikutnya dihargai dengan harga pokok rata-rata tersebut sampai ada pembelian lagi. Pada kasus di atas, pada tanggal 6 Desemberdiperoleh dari harga pokok persediaan dari bulan November, sedangkan untuk tanggal 12Desember harga pokok persediaan ada sebagai berikut, Rp. 480.000 : 125 kg = 3.840.Harga pokok ini dipakai untuk menghitung harga pokok penjualan pada tanggal 15Desember. Demikian seterusnya, setiap ada pembelian yang baru maka harga pokok akandihitung kembali untuk menentukan harga pokok yang baru.

2.9. Kerangka PikirPersediaan barang pada CV. Ubin Kendari, salah satu tujuannya adalah untuk

menentukan jumlah barang melalui proses produksi yang dijadikan cadangan barang dalamkegiatan penjualan. Karena persediaan merupakan bagian yang sangat penting dalampenyusunan neraca dan laporan rugi / laba perusahaan.

Untuk merealisasikan penilaian persediaan, maka dapat dilihat pada penjelasanStandar Akuntansi Keuangan, PSAK No. 14 paragraf 20 dan 21. dan mengenaipengendalian persediaan dapat dilihat pada PSKA No. 14 paragraf 31. Dalam standarakuntansi keuangan pada kerangak dasar penyusunan dan penyajian laporan keuanganparagraf 12.

Untuk menganalisis penelitian ini digunakan analisis deskriptif guna menjelaskanvariabel-varibel yang berhubungan dengan penelitian untuk dapat menjawab permasalahanyang dikemukakan dalam penelitian ini sehingga menghasilkan kesimpulan dan rekomendasitentang persediaan barang pada CV. Ubin Kendari.

15Gambar 1. Kerangka Pikir

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Objek PenelitianObjek penelitian ini adalah penilaian persediaan barang dagang pada CV. Ubin yang

berkedudukan di Kota Kendari Sulawesi Tenggara yang berstatus perusahaan swasta.3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data1. Data Kuantitatif ; berupa laporan keuangan, kartu Stock barang dan data lain

yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini.2. Data kualitatif ; berupa penjelasan dari pimpinan dan staf manajemen

perusahaan yang bersangkutan mengenai operasi perusahaan sehubungandengan permasalahan dalam penelitian ini.

3.2.2. Sumber DataData primer yaitu data tabf diperoleh langsung dari obyek penelitian.

3.3. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut;1. Interview ; wawancara langsung atau tanya jawab lansung dengan

pimpinan dan karyawan perusahaan yang diberi kewenangan untuk memberi penjelasanatau informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini.

2. Dokumentasi; yaitu proses mengumpulkan data yang telah ada oleh pihak perusahaanCV. Ubin Kendari.

3.4. Metode AnalisisUntuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, maka penulis menggunakan

metode analisis sebagai berikut ;Metode analisa deskriptif yaitu menunjukan metode penilaian pada dari CV. Ubin Kendaridengan teori yang berlaku umum.

3.5. Definisi Operasional1. Standar Akuntansi Keuangan adalah pedoman pokok dalam penyusunan

dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiunan dan unit ekonomilainya adala sangat penting agar laporan keuangan lebih berguna dapat dimengerti dandapat diperbandingkan serta tidak menyesatkan.

2. Penilaian dalam akuntasi adalah penentuan jumlah (kuantum) dalamsatuan moneter suatu pos (rekening) yang disajikan dalam laporan keuangan.

PERSEDIAAN BARANG

Metode Penilaian Persediaan- Rata-rata terimbang- FIFO- LIFO

METODE DESKRIPTIFKUALITATIF

KESIMPULAN

163. Persediaan meliputi semua Aktiva berujud yang dimiliki perusahaan pada tanggal

neraca dengan tujuan untuk dijual secara langsung maupun dalam kegiatan utamaperusahaan.

4. Harga beli adalah harga pertukaran yang disetujui oleh perusahaan dan penjual(suplier). Apabila dalam pembelian tersebut diperhitungkan adanya potongan (tradediscount) maka yang dimaksud harga beli dalam konsep ini adalah harga pertukaransetelah dikurangi dengan potongan kuantitas dan potongan dagang.

5. Harga pokok adalah nilai dasar atau harga dasar yang ditetapkan atas suatu produkjadi, diukur dengan satuan rupaih.

6. Harga pokok pembelian adalah nilai pokok dari suatu produk jadi yang siap dijual, diukurdengan satuan rupiah.

7. Harga pokok penjualan adalah nilai jual suatu produk, diukur dengan satuan rupiah.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PerusahaanPerusahaan CV. Ubin Kendari merupakan salah satu perusahaan di Sulawesi

Tenggara khususnya di Kota Kendari yang bergerak di bidang Industri yang memproduksitegel. Perusahaan ini didirikan oleh H. M. Basri Lallo pada tahun 1976 bertempat diKelurahan Kessilampe dengan status usaha merupakan usaha perorangan dan diberi namaARHAM. Pada saat itu perusahaan belum berbadan hukum. Sejalan dengan perkembanganvolume kegiatan usaha maka pada tahun 1978 pihak manajemen melakukan perubahanstatus usaha, yang semula adalah status usaha perorangan menjadi Comaditer Venoscoptdengan nama CV. Ubin Indonesia Kendari sekaligus menetapkan lokasi baru perusahaanyakni di Kelurahan Wua-Wua. Selain itu perkembangan lainnya yang dapat dikemukakanadalah pada tahun 1979 pihak manajemen perusahaan melakukan penambahan mesinproduksi dengan tipe dan kapasitas yang sama dengan mesin lama. Dengan demikiankemampuan perusahaan semakin siap dalam melayani permintaan konsumen pada saat itudan pelayanan terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan permintaan konsumen.

Perusahaan CV. Ubin Indonesia Kendari menggunakan sistem organisasi garis.Penggunaan sistem organisasi garis ini dilakukan sesuai dengan kondisi skala perusahaanyang relatif masih sederhana. Kegiatan yang dilakukan di dalam perusahaan disusun sesuaidengan struktur organisasi yang mendukung kelancaran kegiatan perusahaan lebih jelasnyadapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2Struktur Organisasi CV. Ubin Indonesia Kendari

Sumber : CV. Ubin Indonesia KendariGambar struktur organisasi di atas dapat dijelaskan secara singkat tugas-tugas

dan tanggung jawab masing-masing bagian dan seksi pada CV.Ubin Indonesia Kendaridapat dijelaskan sebagai berikut :1. Manajer, bertindak untuk dan atas nama perusahaan terhadap hubungan eksternal dan

internal perusahaan, melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam perusahaan,mengatur dan mengkoordinasikan kelancaran aktivitas-aktivitas para pemimpin bagianperusahaan.

2. Bagian keuangan, berdasarkan rencana bagian produksi dilakukan penyusunan rencanaanggaran belanja perusahaan, pencatatan dan pembukuan serta penilaian akantransaksi operasional perusahaan, pertanggungjawaban kegiatan akuntansiperusahaan.

MANAJER

Bagian Keuangan Bagian Pemasaran Bagian ProduksiPembukuan

Pengawas

Buruh

173. Bagian pemasaran; melayani permintaan order pasar perusahaan serta pencapaian

dan penguasaan potensi pasar sasaran yang baru serta melaksanakan program-program pemasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Bagian produksi; menyelenggarakan produksi sesuai rencana, pengelolaan tenaga kerjaproduksi, penilaian dan pembuatan kalkulasi harga pokok serta pemeliharaan keamananmesin fasilitas produksi.

5. Seksi pembukuan; membantu bagian keuangan dalam hal mencatat dan membukukanserta melaporkan transaksi keuangan penjualan perusahaan.

6. Seksi pengawasan ; melakukan pengawasan aktivitas perusahaan, membimbing dalamhal penyempurnaan aktivitas tenaga kerja, metode kerja, kedisiplinan kerja danmelaporkan hasil pelaksanaan produksi kepada bagian produksi.

4.2. Perkembangan UsahaPerkembangan CV. Ubin Indonesia Kendari yang bergerak dalam bidang industri

melakukan kegiatan produksi tegel yang dibutuhkan oleh konsumen. Tegel tersebutdisediakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen. Adapunproduk dihasilkan sebagian besar adalah tegel lantai, sedangkan untuk pavin blok dan pionmerupakan produk orderan. Selama ini ini pavin blok dan pion dipesan oleh konsumensesuai kebutuhannya.

Disamping memproduksi tegel, CV. Ubin juga melakukan jual beli keramik Padadasarnya perkembangan yang terjadi di CV Ubin Kendari menunjukkan adanya peningkatkanvolume usaha. Hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah penjualan keramik yang dilakukanoleh perusahaan selama tahun 2004 menunjukkan adanya perkembangan yang bervariasi.Untuk jelasnya perkembangan pembelian dan penjualan keramik dapat penulis sajikan padatabel berikut :Tabel 1. Perkembangan Pembelian dan Penjualan Keramik Untuk Berbagai Jenis Dan

Ukuran Dalam Tahun 2004

Bulan Pembelian(Dos)

Penjualan(Dos)

Selisih AkhirBulan (Dos)

Januari

Pebruari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desesember

760

961

675

680

526

540

664

573

685

421

660

728

690

658

715

631

538

648

666

472

781

507

636

682

158

228

761

221

270

258

150

148

249

153

67

91

Jumlah 7.603 7.624 2.254

Sumber : CV. Ubin Indonesia Kendari, diperoleh Agustus 2005Pada table di atas, dapat dijelaskan bahwa data penjualan keramik selama tahun

2004, menunjukkan bahwa konsistensi data perkembangan yang diteliti pada perusahaanmenunjukkan adanya perkembangan penjualan yang selisih penjualan yang bervariasi.

Data pada tabel 1 memberikan masukkan bagi penulis untuk meneliti tentangkeramik yang dibeli dan dijual serta adanya persediaan akhir keramik, hal ini tentunyakonsistensi atau relevansi data perkembangan usaha tahun 2004 yang dinyatakan padatahun 2005 dengan penelitian ini pada akhirnya akan menyatakan kinerja pengelolaanpersediaan barang dagang pada CV. Ubin. Dalam akuntansi, data perkembangan

18perusahaan merupakan data base untuk mendukung dan menyakinkan validnya sebuahperusahaan diteliti sehingga data perkembangan perlu disajikan.

Kegiatan penjualan ini dilakukan secara langsung kepada konsumen yang dilakukanoleh bagian pemasaran pada CV. Ubin Indonesia Kendari Kebijakan penjualan tersebuttentunya sangat dipengaruhi oleh kegiatan usaha. Penjualan keramik yang dihasilkan olehCV. Ubin Indonesia Kendari, merupakan usaha yang mendukung aktivitas perusahaan dalammeraih keuntungan, sehingga pemilik perusahaan senantiasa melakukan pengawasan danpengendalian khususnya pengendalian persediaan..

Pengelolaan persediaan keramik dalam CV Ubin Kendari selama ini dilakukan secaramanual dan hingga saat perusahaan tersebut menggunakan tenaga kerja 3 orang.. Dalampenelitian ini persediaan barang yang di analisis adalah pesediaan keramik yang ada padaperusahaan.

4.3. Deskripsi Variabel PenelitianPenelitian yang dilakukan pada CV. Ubin Indonesia Kendari Kendari, menggunakan

variabel yang memudahkan penulis untuk melakukan penilaian persediaan barang. Variabeltersebut meliputi :a. Persediaan awal barang dagang

Persediaan barang pada perusahaan merupakan sisa penjualan barang pada haripenjualan tersebut. Penjualan barang pada perusahaan dilakukan setiap hari kerja.b. Barang tersedia dijual

Barang tersedia dijual merupakan tegel yang telah disediakan oleh perusahaan dandisimpan dengan menggunakan sistem pertama masuk pertama keluar. Sistempenyimpanan produk tegel dilakukan demikian karena produksi ini membutuhkan waktutertentu untuk memperoleh tingkat kekerasan tertentu.c. Persediaan akhir

Persediaan akhir merupakan sisa atau cadangan barang yang akan digunakan padawaktu atau kegiatan usaha yang akan datang. Dalam hal ini persediaan yang akandigunakan selanjutnya disimpan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan.d. Harga pokok

Harga pokok yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan harga pokok penjualan yangdiperoleh dari pengelolaan persediaan pada perusahaan. Penentuan harga pokok untukbarang dagang ditetapkan dengan menggunakan metode harga pokok pada harga pokokpenjualan sedangkan harga pokok produk tidak diperhitungkan karena produk tersebutmerupakan barang jadi yang siap dijual.

4.4. Analisis Persediaan Barang DagangPersediaan barang dagang yang digunakan dalam perusahaan merupakan tindakan

pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kelancaran usaha perusahaan. Disisi lain dapatdijelaskan bahwa barang yang dijual oleh perusahaan hingga bulan Desember 2004memberikan keuntungan atau pendapatan bagi perusahaan untuk dapat melakukankegiatan usahanya lebih lanjut pada masa yang akan datang. Berdasarkan hasil penelitian,CV. Ubin dalam pencatatan persediaan barang dagang khususnya keramik belum melaluipencatatan secara sistematis. Hal ini ditujnjukkan oleh fakta bahwa pencatatanperusahaan mengambil metode FIFO hanya saja pencatatannya tidak konsistensi yangdisebabkan oleh kurangnya perhatian manajemen/pemilik akan hal tersebut. Untukmemberikan gambaran atas pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang pada CVUbin, penulis akan mengambil transaksi pembelian dan penjualan yaitu keramik ukuran 30 x30 cm dengan prioritas bahwa ukuran ini lebih banyak dijual.

Penjualan keramik pada CV. Ubin Kendari dapat disajikan pada table berikut :

19Tabel 3. Penjualan Keramik Tahun 2004

Bulan Jumlah Produk (Dos

Janurari

Pebruasi

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

345

329

357

315

269

324

333

312

266

324

345

391

Jumlah 3.810

Rat-rata 317,5

Sumber : CV. UBIN INDONESIA KENDARI Kendari, Diperoleh Juli 2005Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa penjualan keramik rata-rata dalam bulan

Januari – Desember 2004 sebanyak 317,5 unit dengan harga jual sebesar Rp.31.500. Halini menggambarkan bahwa perusahaan mempunyai usaha yang lancar dalam jual belikeramik.

Untuk menganalisis contoh metode penilaian persediaan barang dagang padaperusahaan CV. Ubin Kendari, maka digunakan data penjualan pada bulan Desember 2004.

a. Pencatatan Persediaan Barang dengan menggunakan Metode Rata-Rata TertimbangDalam penelitian ini, digunakan persediaan barang dalam bulan Juli dengan

menggunakan metode rata-rata tertimbang :Tabel 4 Penilaian Persediaan dengan Metode Rata-Rata

Masuk (pembelian) Keluar (penjualan) SaldoTanggalUnit(Dos)

harga jumlah Unit(kg)

harga Jumlah Unit(kg)

harga Jumlah

1 - - - 25 26.500 662.500 53 26.500 2.067.000

6 - - - 41 26.500 1.086.500 12 26.500 318.000

11 200 27.500 5.500.000 - - - 212 27.443 5.818.000

15 - - - 85 27.443 2.332.655 127 27.443 3.485.261

20 - - - 60 27.443 1.646.580 67 27.443 1.838.681

22 - - - 50 27.443 1.372.150 17 27.443 466.531

28 164 27.750 4.551.000 - - - 181 27.721 5.017.531

Des

embe

r

31 - - - 80 27.721 2.217.680 101 27.721 2.799.821

Sumber : Hasil Perhitungan

20Dari table tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa selama bulan Desember 2004 CV. Ubinmelakukan 2 kali pembelian dengan total pembelian sebanyakn 364 Dos Keramik denganharga Rp.10.051.000. Sementara total penjualan selama bulan Desember 2004 sebanyak345 dos dengan harga sebesar Rp.9.318.065. Jumlah persediaan akhir pada tanggal 31Desember 2004 sebesar 101 dos dengan nilai sebesar Rp. 2.799.821.-b. Pencatatan Persediaan Barang dengan menggunakan Metode FIFO

Penilaian yang dilakukan dengan menggunakan metode FIFO atau PMPK (pertamamasuk pertama keluar) merupakan metode penilaian persediaan untuk mengatur prosesproduk pada perusahaan dimana setiap produk yang dihasilkan pada saat pertama kali,akan dijual pertama juga, hal ini sangat mendukung kegiatan perusahaan, karena produktegel yang dicetak memerlukan waktu untuk proses pengerasan, sebelum dijual kepadakonsumen.

Pencatatan yang dilakukan untuk mencatat persediaan dengan metode FIFO dalamdicatat sebagai berikut :

Tabel 5 Penilaian Persediaan dengan Metode FIFOMasuk (pembelian) Keluar (penjualan) SaldoTanggal

Unit(Dos)

harga jumlah Unit(kg)

harga Jumlah Unit(kg)

harga Jumlah

- - - - - - 78 26.500 2.067.0001

25 26.500 662.500 53 26.500 1.404.500

6 - - - 41 26.500 1.086.500 12 26.500 318.000

11 200 27.500 5.500.000- - - 12

20026.50027.500

318.0005.500.000

15 - - - 1273

26.50027.500

318.0002.007.500 127 27.443 3.492.500

20 - - - 60 27.500 1.650.000 67 27.500 1.742.500

22 - - - 50 27.500 1.375.000 17 27.500 467.500

28 164 27.750 4.551.000 - - - 17164

27.50027.750

467.5004.551.000

Des

embe

r

31 - - - 1763

27.50027.750

467.5001.748.250 101 27.750 2.802.750

Sumber : Hasil PerhitunganPada table 5 dapat dijelaskan bahwa selang bulan Desember 2004 CV. Ubin melakukanpembelian sebanyak 364 dos dengan harga Rp.10.051.000 dan melakukan penjualansebanyak 345 dos dengan hanya Rp.9.331.500 nilai persediaan akhir pada tanggal 31Desember 2004 sebesar Rp.2.786.500.c. Pencatatan Persediaan Barang dengan menggunakan Metode LIFO

Persediaan barang yang dinilai dengan menggunakan metode penilaian LIFO (TMPK)merupakan salah metode untuk mengendalikan persediaan barang yang telah tersedia dandiatur untuk memudahkan perusahaan dalam melayani permintaan. Proses penilaianpersediaan dengan menggunakan metode ini dapat disajikan dengan menggunakanpersediaan akhir Tanggal 28 Juli 2005 sebanyak 7.580 unit.

Persediaan barang yang dilakukan dengan menggunakan metode LIFO senantiasamembutuhkan gudang yang luas dan daya tampung barang di dalam gudang harusdisesuaikan untuk menempatkan barang hasil produksi tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada CV Ubin Kendari diperoleh bahwapersediaan barang yang dilakukan dengan menggunakan metode LIFO hanya dilakukanuntuk menghadapi penjualan langsung dan pencatatan pesediaan yang dilakukan padametode ini dapat disajikan pada tabel berikut

21

Tabel 6. Penilaian Persediaan dengan Metode LIFOMasuk (pembelian) Keluar (penjualan) SaldoTanggal

Unit(Dos)

harga jumlah Unit(kg)

harga Jumlah Unit(kg)

harga Jumlah

- - - - - - 78 26.500 2.067.0001

25 26.500 662.500 53 26.500 1.404.500

6 - - - 41 26.500 1.086.500 12 26.500 318.000

11 200 27.500 5.500.000- - - 12

20026.50027.500

318.0005.500.000

15 - - - 85 27.500 2.337.500 12115

26.50027.500

318.0003.162.500

20 - - -60 27.500 1.650.000 12

5526.50027.500

318.0001.512.500

22 - - - 50 27.500 1.375.000125

26.50027.500

318.00137.500

28 164 27.750 4.551.000 - - - 125

164

26.50027.50027.750

318.000137.500

4.551.000

Des

embe

r

31 - - - 80 27.750 2.220.000 12.584

26.50027.50027.750

318.000137.500

2.331.000Sumber : Hasil Perhitungan

Pada table 5 dapat dijelaskan bahwa selang bulan Desember 2004 CV. Ubinmelakukan pembelian sebanyak 364 dos dengan harga Rp.10.051.000 dan melakukanpenjualan sebanyak 345 dos dengan hanya Rp.9.331.500 nilai persediaan akhir padatanggal 31 Desember 2004 sebesar Rp.2.786.500.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa metode penilaian persediaan yang diterapkan pada

CV. Ubin adalah metode FIFO namun belum dilakukan pencatatan dengan sistematissehingga belum sesuai dengan teori yangb berlaku umum.

2. Dengan menggunakan metode FIFO dalam persediaan maksimal, persediaan keramikukuran 30 x 30 Cm pada tanggal 30 Desember 2004 sebesar Rp. 2.802.750.-

5.2. SaranBerdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disarankan

sebagai berikut :1. Untuk melakukan pencatatan dan penilaian persediaan, kiranya perusahaan

menetapkan metode penilaian persediaan yang konsisten sehingga memudahkan dalampengendalian persediaan termasuk penyajian nilain persediaan pada akhir periode.

2. Perusahan hendaknya melengkapi pembukuan yang ada khususnya menyangkutpencatatan persediaan barang dagang agar mudah untuk dilakukan penyusunan laporankeuangan perusahaan secara keseluruhan.