83758568 lp abses mandibula

8
ABSES MANDIBULA A. Definisi Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat infeksi bakteri (www.medicastore.com , 2004). Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher (Smeltzer dan Bare, 2001). B. Klasifikasi Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh yang terbentuk dari bakteri dan respon kekebalan tubuh. Sebagai tanggapan terhadap bakteri, sel-sel darah putih berkumpul di lokasi yang terinfeksi dan mulai memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri. Enzim ini membunuh bakteri dan menghancurkan mereka menjadi potongan-potongan kecil yang dapat melalui sistem peredaran darah sebelum dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini juga mencerna jaringan tubuh. Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan bahan kimia yang serupa. Hasilnya adalah terjadi penebalan, cairan nanah kuning yang mengandung bakteri mati, jaringan yang ikut mati, sel-sel darah putih, dan enzim. Abses steril kadang terjadi dengan bentuk yang lebih ringan dari proses yang bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh iritan non-hidup seperti obat-obatan. Jika injeksi obat

Upload: uking-jewellpoenya-

Post on 31-Dec-2014

135 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUANABSES MANDIBULAA. PENGERTIAN Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat atau infeksi bakteri. (www.,medicastore.com,2004)Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004).Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2001)B. PENYEBABMenurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara antara lain :1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang3. Terdapat gangguan sisitem kekebalan.Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001), abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan didaerah submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus segera dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda- tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dsis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob. Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.C. PATOFISIOLOGIJika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalakan rongga yang berisi jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri. Sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencepai penyebaran infeksi lebih lanjut jka suatu abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses .(www.medicastre.com.2004). Pathway (Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001)PATHWAY C. TANDA DAN GEJALAMenurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :1. Nyeri 2. Nyeri tekan3. Teraba hangat4. Pembengakakan5. Kemerahan6. Demam Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh. Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibu

TRANSCRIPT

Page 1: 83758568 Lp Abses Mandibula

ABSES MANDIBULA

A. Definisi

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat infeksi bakteri

(www.medicastore.com, 2004).

Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi

nanah (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di

mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu

komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher (Smeltzer dan Bare,

2001).

B. Klasifikasi

Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang

berarti hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh yang

terbentuk dari bakteri dan respon kekebalan tubuh. Sebagai tanggapan terhadap

bakteri, sel-sel darah putih berkumpul di lokasi yang terinfeksi dan mulai

memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri. Enzim ini

membunuh bakteri dan menghancurkan mereka menjadi potongan-potongan kecil

yang dapat melalui sistem peredaran darah sebelum dihilangkan dari tubuh.

Sayangnya, bahan kimia ini juga mencerna jaringan tubuh. Dalam kebanyakan

kasus, bakteri menghasilkan bahan kimia yang serupa. Hasilnya adalah terjadi

penebalan, cairan nanah kuning yang mengandung bakteri mati, jaringan yang

ikut mati, sel-sel darah putih, dan enzim.

Abses steril kadang terjadi dengan bentuk yang lebih ringan dari proses yang

bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh iritan non-hidup seperti obat-obatan.

Jika injeksi obat seperti penisilin tidak diserap, dapat menyebabkan iritasi yang

cukup untuk menghasilkan abses steril di lokasi injeksi. Disebut abses steril

karena tidak ada infeksi yang terlibat. Abses steril cukup cenderung berubah

menjadi keras, benjolan padat bekas luka, bukan kantong-kantong sisa nanah.

C. Penyebab

Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui

beberapa cara antara lain:

1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang

tidak steril

2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain

Page 2: 83758568 Lp Abses Mandibula

3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak

menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses akan

meningkat jika:

1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

3. Terdapat gangguan sistem kekebalan.

Menurut Negoro dan Utama (2001), abses mandibula sering disebabkan oleh

infeksi didaerah rongga mulut atau gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya

pembengkakan didaerah submandibula yang pada perabaan sangat keras

biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan

kebelakang dapat menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan

jalan napas. Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus

segera dilakukan trakeostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan

eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada

tanda- tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak

ditemukan nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis

submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dosis tinggi

untuk kuman aerob dan anaerob.

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum,

dan otot. Abses yang ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama

jika timbul di wajah.

C. Patofisiologi

Terlampir

D. Tanda dan Gejala

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi

dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:

1. Nyeri

2. Nyeri tekan

3. Teraba hangat

4. Pembengakakan

5. Kemerahan

6. Demam

7. Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai

benjolan.

Page 3: 83758568 Lp Abses Mandibula

Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses

akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya

menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali

terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi ke

seluruh tubuh.

Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai

pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin berfluktuasi.

E. Pemeriksaan Diagnosis

Menurut Siregar (2004), abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali.

Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses,

biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.

Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam bisa dilakukan pemeriksaan

rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.

F. Pengobatan

Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob

harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anasksi

lokalal untuk abses yang dangkal dan teriokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis

bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi

atau setinggi 05 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap

sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.

Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengna

sendirinya dan mengeluarkan isinya.kadang abses menghilang secara perlahan

karena tubuh menghancurkan. infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi,

abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.

Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa

ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga

pemberian antibiotik biasanya sia-sia Antibiotik biasanya diberikan setelah abses

mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga

diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.

G. Diagnosa Keperawatan

Menurut Herdman, et.al (2007), diagnosa keperawatan yang terjadi pada abses

yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit

2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Page 4: 83758568 Lp Abses Mandibula

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik

H. Rencana Keperawatan

Menurut Johnson, Maas dan Moorhead (2000) rencana keperawatan terdiri dari:

1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit

a) Tujuan: Nyeri teradaptasi, berkurang, atau hilang

b) Kriteria hasil:

Klien menyatakan skala nyeri berkurang

Grimace (-)

c) Intervensi:

1) Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, dan faktor presipitasi.

2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

4) Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter

jika ada komplain dan tindakan nyeri yang tidak berhenti

5) Ajarkan teknik non farmakologi, relaksasi, distraksi

6) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum

obat

7) Cek riwayat alergi

8) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik

pertama kali

9) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat sesuai

porgram

10) Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala efek samping

11) Laksanakan terapi dokter untuk pemberian obat

2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit

a. Tujuan:

Suhu tubuh klien dalam batas normal

b. Kriteria hasil:

1. Suhu tubuh 36,5 – 37,5 0C

2. Perubahan warna kulit

3. Tidak ada kegelisahan kelelahan

4. Tidak ada distensi pernapasan

Page 5: 83758568 Lp Abses Mandibula

c. Intervensi (Joane C, Mc.Closkey, 1996)

1) Menangani panas

2) Monitor temperatur tiap 8 jam

3) Monitor warna kulit dan temperatur tiap 8 jam

4) Monitor TTV tiap 8 jam

5) Tingkatkan pemasukan cairan melalui mulut

6) Pengaturan suhu

7) Monitor suhu paling sedikit 2 hari sesuai kebutuhan

8) Monitor temperatur baru sampai stabil

9) Monitor gejala hipertermi

10) Monitor TTV

11) kolaborasi dalam pemberian antipiretik

12) Atur suhu lingkungan sesuai kebtuhan pasien

13) Berikan pemasukan nutrisi dan cairan yang adekuat.

3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik

a. Tujuan

Integritas kulit dan jaringan yang normal setelah dilakukan perawatan

b. Kriteria hasil:

Kulit utuh

Sensasi (+)

Turgor normal

Sianosis (-)

Jaringan nekrotik (-)

Pus (-)

Ketebalan normal

c. Intervensi

a) Catat karakteristik luka

b) Catat karakteristik drainase

c) Gunakan salep kulit

d) Pakaikan pakaian yang longgar

e) Gunakan prinsip steril untuk perawatan luka

f) Ajarkan keluarga dan pasien prosedur perawatan luka

Page 6: 83758568 Lp Abses Mandibula

Bakteri Staphylococcus aureus

Menginvasi jaringan sehat

Infeksi

Kematian sel

Pelepasan Sitokin

Meninggalkan rongga berisi

jaringan & sel mati

Akumulasi pus dalam rongga

Mendorong jaringan sekitarnya

Terbentuk dinding oleh sel-sel sehat

ABSES

Memicu inflamasi

Menarik kedatangan leukosit

Leukosit melawan infeksi

Kematian leukosit

Hipotalamus

P↑ suhu tubuh

Gangguan rasa nyaman

Kerusakan integritas jaringan kulit

Nyeri

Sensi nyeri

Nyeri telan

Anoreksia

P↓ intake nutrisi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Penurunan produksi energi Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Patofisiologi