8. jurnal vol 6 no 1 2014.pdf

168
GENERASI KAMPUS VOLUME 6, NOMOR 1, APRIL 2013 DITERBITKAN OLEH : PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2013 ISSN 1978-869X MAJALAH / JURNAL

Upload: lamhanh

Post on 29-Dec-2016

311 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

GENERASI KAMPUSVOLUME 6, NOMOR 1, APRIL 2013

DITERBITKAN OLEH :PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2013

ISSN 1978-869X

MAJALAH / JURNAL

Page 2: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)

VOLUME 6, NOMOR 1, APRIL 2013 APRIL 2011Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus .

Pelindung : Rektor Unimed (Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si.)

Pengarah : *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Dr.Khairil Ansari, M.Pd). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi, M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin Sibarani, M.Pd)

Penanggung jawab : Pembantu Rektor III Unimed (Prof. Dr. Biner ambarita, M.Pd.)

Ketua Penyunting : Pardomuan N. J. M. Sinambela, M.Pd

Sekretaris Penyunting : Tappil Rambe, S.Pd, M.Si

Penyunting Pelaksana : *Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T. *Lamhot Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Drs. Paningkat Siburian, M.Pd *Drs. Swardi Rajaguguk. *Dr. Sukarman Purba, M.Pd. *Drs. Jongga Manullang, M.Pd. *Ir. Haikal Rahman, M.Si. *Syamsul Gutom SKM, M.Kes. * PD 3 FIP, *PD 3 FBS, *PD 3 FT, *PD 3, *PD 3 FIS *PD 3 FIK, dan *PD 3 FE

Penyunting Ahli :Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan)Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang)Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta)Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor)Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala Darussalam B. Aceh)Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya)Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung)Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman)

Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Anuar Manurung, S.Pd *Nurlan *Yuli

Pelaksana Tata Usaha : Bani Ismail; Dewita Rita

Alamat Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) 6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319.

e-mail : [email protected]

ISSN 1978-869X

Penyunting menerima

sumbangan tulisan

yang belum pernalh

diterbitkan dalam

media cetak lain.

Naskah diketik dengan

spasi 1,5 pada kertas

A4 dengan jumlah

halaman 10-15. (lebih

jelas baca petunjuk

bagi penulis pada

sampul dalam

belakang). Naskah

yang masuk di evaluasi

oleh penyunting ahli.

Penyunting dapat

melakukan perubahan

pada tulisan yang

Page 3: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

i

SURAT DARI REDAKSI

Terima kasih atas penyertaan dan bimbinganNya, sehingga JurnalGenerasi Kampus Volume 6 nomor 1, April tahun 2013 dapat terbit sesuaidengan harapan yang diinginkan. Jurnal Generasi Kampus merupakan sebuahmedia ilmiah yang menyuguhkan artikel hasil penelitian dan artikel non hasilpenelitian (kajian teori) yang menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikanmaupun bidang lainnya.

Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada parapenulis, ketua penyunting penyunting pelaksana, dan para penyunting ahli yangtelah membantu dalam rangka penyusunan artikel pada jurnal ilmiah ini. Dalamjurnal edisi ini akan ditampilkan beberapa artikel yang berjudul : 1) sinerginitasberbasis multikulturalisme dalam perspektif manajemen organisasi global, 2)Implementasi strategi pembelajaran kooperatif tipe numbered heads togetherdalam meningkatkan hasil belajar mata kuliah rangkaian listrik 2 mahasiswa JPTEUnimed, 3) Membangun ide dan gagasan ilmiah bernilai jual, 4) Pengaruhsupervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru smp negeri di kecamatanmedan kota, 5) Pendanaan pensiun dengan metode benefit prorate constant dollar(studi kasus pada PT. Wooil Indonesia), 6) Senam hamil untuk mengurangi nyeripunggung selama hamil, 7) Hubungan antara kadar haemoglobin dengan tingkatvo2max atlet PPLM Provinsi Sumatera Utara, 8) Perbedaan burnout antara tipekepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert pada perawat di ruangancritical care, 9) Perbedaan pengaruh latihan medicine ball twist toss denganlatihan medicine ball scoop toss terhadap peningkatan power otot lengan dankemampuan hit dalam permainan hoki pada atlet putra unimed hoki club (UHC),10) Karakteristik dan teknik bernyanyi lagu kategori negro spiritual padakelompok paduan suara, 11) Transformasi arsitektur tradisional rumah adat bataktoba di toba samosir.

Kiranya Jurnal Generasi Kampus untuk edisi ini bermanfaat bagi semuapihak dalam rangka pengembangan dunia pendidikan

Medan, April 2013

Penanggungjawab Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan UNIMED,

Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd.NIP. 19570515 198403 1 004

Page 4: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

ii

MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)

V VOLUME VOLUME 6, NOMOR 1, APRIL 2013Daftar Isi

Biner Ambarita Sinerginitas Berbasis MultikulturalismeDalam Perspektif Manajemen OrganisasiGlobal

1-12

Paningkat Siburian danJongga Manullang

Implementasi Strategi PembelajaranKooperatif Tipe Numbered Heads Togetherdalam Meningkatkan Hasil Belajar MataKuliah Rangkaian Listrik 2 Mahasiswa JPTEUnimed

13-27

Wanapri Pangaribuan Membangun Ide Dan Gagasan IlmiahBernilai Jual

28-38

Sukarman Purba Pengaruh Supervisi Akademik KepalaSekolah Terhadap Kinerja Guru Smp NegeriDi Kecamatan Medan Kota

39-56

Devni Prima Sari danSudianto Manullang

Pendanaan Pensiun dengan Metode BenefitProrate Constant Dollar (Studi Kasus padaPT. Wooil Indonesia)

57-78

Syamsul Gultom Senam Hamil untuk Mengurangi NyeriPunggung Selama Hamil

79-88

Fajar Apollo Sinaga Hubungan Antara Kadar Haemoglobindengan Tingkat Vo2max Atlet Pplm ProvinsiSumatera Utara

89-99

Togi Fitri Afriani Ambarita Perbedaan Burnout Antara Tipe KepribadianIntrovert dan Tipe Kepribadian EkstrovertPada Perawat di Ruangan Critical Care

100-114

Irwansyah Siregar Perbedaan Pengaruh Latihan Medicine BallTwist Toss dengan Latihan Medicine BallScoop Toss Terhadap Peningkatan PowerOtot Lengan dan Kemampuan Hit dalamPermainan Hoki Pada Atlet Putra UnimedHoki Club (UHC)

115-128

Lamhot Basani Sihombing Karakteristik dan Teknik Bernyanyi LaguKategori Negro Spiritual pada KelompokPaduan Suara

129-143

Aron Samosir Transformasi Arsitektur Tradisional RumahAdat Batak Toba di Toba Samosir

144-162

ISSN 1978-869X

Page 5: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

1

SINERGINITAS BERBASIS MULTIKULTURALISME DALAMPERSPEKTIF MANAJEMEN ORGANISASI GLOBAL

Biner Ambarita

Abstrak

Sinerginitas organisasi global yaitu sekumpulan masyarakat global yang terikatsecara transendental dan bekerja sama untuk tujuan kemajuan dan kesejahteraanmanusia. Pembangunan organisasi global dengan strategi aliansi global berbasismultikulturalisme menciptakan organisasi yang kokoh dan adaptif terhadapperubahan. Pancasila merupakan dasar negara dan dasar berorganisasi bagimasyarakat Indonesia mampu menjawab tantangan perkembangan masyarakatglobal yang memiliki keragaman kultur (multikulturalisme).

Kata Kunci: Sinerginitas, Organisasi Global, Multikulturalisme, Pancasila.

PENDAHULUAN

Perkembangan dan globalisasi

ilmu pengetahuan, sains, teknologi

dan seni yang sangat pesat menuntut

kualitas dan daya saing internasional

harus dimiliki oleh bangsa dan negara

agar dapat berperan dan

diperhitungkan dalam kancah politik,

ekonomi perdagangan, pendidikan,

budaya dan dunia kerja.

Gelombang informasi dari

berbagai belahan dunia yang bebas

memasuki wilayah setiap negara

membawa dampak positif dan negatif,

sehingga memaksa bangsa-bangsa

membangun kualitas dan daya saing

yang tinggi generasi muda penerus

bangsa, agar tidak mengalami

ketertinggalan dengan bangsa lain.

Dalam era globalisasi dan

informasi, peran sumber daya

manusia dengan jaringan yang

dimiliki akan sangat menentukan

kualitas kehidupan masyarakat di

mana yang bersangkutan berakar dan

bergerak, dan pada akhirnya daya

saing dan produktivitas sumber daya

manusia tersebut yang menentukan

keunggulan dalam masyarakat lokal,

nasional, regional dan global.

(Habibie, 2012:1)

Sistem globalisasi informasi

dunia tidak dapat ditolak dan

Page 6: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

2

dihindari dan semakin meningkat

tantangan dan peluang bagi suatu

bangsa. Arus informasi tersebut perlu

diimbangi dengan arus informasi

yang cocok dan menguntungkan

proses pembudayaan serta ketahanan

budaya itu sendiri perlu ditingkatkan.

Mencermati suasana kehidupan

yang serba kompetitif dalam era

global saat ini, kreativitas dianggap

sebagai lambang supermasi manusia

yang paling berharga. Bahkan prestasi

dan prestise seseorang pada

kenyataannya diukur berdasarkan

kualitas dan kuantitas kreativitasnya.

Berarti masalah kreativitas dan

kualitas menjadi persoalan mendesak

dan sangat penting dalam prospek

kehidupan manusia yang pada

kenyataannya semakin memiliki

koneksitas yang amat tinggi.

Manusia sebagai makhluk sosial

yang hidup berinteraksi dengan

manusia lain dan saling

mempengaruhi dan menghasilkan

paradigma baru yang disebut dengan

kehidupan global.

Manusia berbeda dalam bahasa,

sistem nilai, umur, latar belakang

pendidikan, agama, gender, cara

berpikir, kompetensi, latar belakang

sosial ekonomi, pekerjaan, budaya,

tempat tinggal, sehingga sering

menimbulkan konflik horizontal

maupun vertikal (Hanum, 2012: 2).

Perbedaan harus dipahami dan

diterima sebagai bagian dari

masyarakat lokal maupun global yang

saling mempengaruhi dan

berketergantungan membentuk

jaringan kerja sama. Perbedaan

dimaknai sebagai keragaman yang

tidak harus ditolak atau dihilangkan

akan tetapi harus disikapi dan

dimaknai (Marjani, 2009:6). Jaringan

kerja sama masyarakat sangat

mentukan kemajuan suatu masyarakat

di kancah lokal, regional,

internasional, dan global (Habibie,

2012: 1). Masyarakat yang tidak

dapat menerima perbedaan dan tidak

memiliki jaringan tersebut akan

mengalami tekanan dan terkucil dari

masyarakat lokal maupun global,

sehingga menimbulkan

ketidakmampuan dan ketertinggalan.

Percepatan perubahan berbagai

aspek kehidupan masyarakat

dalam era globalisasi

menimbulkan persaingan yang

Page 7: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

3

memperkuat kekuasaan masyarakat

maju dan melemahkan kekuasaan

masyarakat yang tidak dapat

mengikutinya. Ketidakmampuan

mengikuti perubahan dan tidak

beruntung dalam persaingan global

disebabkan berbagai faktor, salah

satunya adalah penolakan atas

perbedaan tersebut, sehingga tidak

dapat mensinergikan berbagai usaha

yang membangun dirinya.

Bangsa Indonesia terdiri dari

sekitar 600 suku bangsa dengan

identitasnya masing-masing dengan

sekitar 200 bahasa yang berbeda dan

berada di 17.000 pulau dengan

panjang pantai nomor 2 di dunia yang

diikat dengan dasar dan filsafat

bangsa (Hanum, 2012:1) (Raka,

2012:3). Dasar dan filsafat bangsa

Indonesia “Pancasila” sebagai

panduan pemahaman

multikulturalisme masyarakat lokal

dan global. Pancasila menjadi sumber

inspirasi sinerginitas masyarakat

Indonesia dalam masyarakat

multikultural di dunia. Pancasila

sebagai dasar perumusan motto

“Bhineka Tunggal Ika” yang artinya

“Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Konsep Umum Multikulturalisme

Multikulturalisme;

terminologi yang relatif baru

muncul dan berkembang di akhir abad

ke-20, merupakan gagasan baru dan

respon terhadap banyaknya budaya

yang beragam terutama di Inggris

Raya imbas dari kolonialisasi yang

terjadi sebelumnya (Marjani,

2009:2). Hadirnya para imigran dari

negara-negara mantan koloni sebagai

sebuah fenomena dan menjadi

masalah baru yang memerlukan

respon komprehensip dalam

penanganannya. Fenomena tersebut

tidak hanya terjadi di Eropa tetapi

juga di Kanada dan mengimbas di

berbagai negara di berbagai benua.

Secara etimologi

multikulturalisme berasal dari kata

“multi” yang berarti plural, dan

“kultural” berarti kultur atau budaya,

sedangkan “isme” berarti paham atau

aliran. Multikulturalisme, secara

sederhana berarti paham tentang

budaya yang beragam, akan tetapi

tidak hanya sekedar pengakuan

terhadap budaya yang beragam, akan

tetapi pengakuan yang berimplikasi

Page 8: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

4

politis, sosial, ekonomi, hukum,

pendidikan, dan lain-lain.

Rob Reich (dalam Marjani,

2009) menjelaskan kajian

multikulturalisme sebagai

multikulturalisme deskriptif dan

multikuluralisme normatif.

Multikulturalisme deskriptif yaitu

kenyataan sosial yang dikenal dalam

perspektif politik sebagai kenyataan

pluralistik. Konsep tersebut

melahirkan konsep hal yang baik bagi

masyarakat adalah keragaman.

Multikulturalisme normatif berkaitan

dengan dasar-dasar moral antara

keterkaitan seseorang dalam suatu

negara/bangsa untuk melakukan

sesuatu yang telah menjadi

kesepakatan bersama. Hal tersebut

menjadi kritik sosial dalam

membangun keinginan bersama dari

suatu kelompok, membangun suatu

wadah di dalam pluralitas budaya

yang ada dalam komunitas tersebut.

Implikasi kedua kajian konsep

tersebut adalah terbentuknya

masyarakat pluralisme yang saling

menerima, menghargai, dan bekerja

sama untuk mencapai kemajuan dan

kesejahteraan bersama. Implikasi

yang lebih lanjut adalah terbentuknya

masyarakat global yang di dalamnya

terdapat negara-negara yang bekerja

sama secara sinergis berdasarkan

kemufakatan dan hukum.

Sutarno (2012:4.12-4.16)

mengemukakan berbagai penyakit

budaya masyarakat yang menyangkut

prasangka, stareotipe, etnosentrisme,

rasisme, deskriminasi, dan kambing

hitam (Scape goating). Prasangka

adalah antipati berdasarkan

generalisasi yang salah atau tidak

luwes. Stareotipe adalah bentuk

prasangka antar etnik/ras. Etnosentris

adalah kecenderungan untuk

menetapkan semua norma dan nilai

budaya orang lain dengan standar

budayanya sendiri. Rasisme adalah

paham yang membedakan manusia

berdasarkan warna kulit dan bentuk

wajah. Diskriminasi adalah bentuk

tindakan yang membedakan (tidak

adil) yang disebabkan sikap dan

keyakinan. Kambing hitam adalah

penanggungan perlakuan

ketidakadilan kepada orang lain

akibat penolakan perlakuan

ketidakadilan tersebut.

Page 9: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

5

Multikulturalisme

berimplikasi pada pencegahan dan

pengobatan terhadap penyakit budaya

tersebut, bahkan dapat membangun

sinergi dalam komunikasi, jaringan

kerja, ekonomi, hukum, pendidikan,

politik, dan berbagai aspek lainnya.

Pengobatan dan pencegahan penyakit

sosial dengan multikulturalisme

melalui penerimaan dan penyadaran

akan perbedaan secara horizontal dan

vertikal sehingga membentuk sikap

empati dan saling membantu serta

kerja sama untuk menghindari konflik

dan ketidaknyamanan, justru saling

membantu dan bekerja sama untuk

mencapai kesejahteraan bersama.

Konsep Sinerginitas Kultur dalam Organisasi

Menurut Slocum (2009) agar

organisasi efektif maka individu

dalam organisasi harus memiliki

kompetensi diri, kompetensi

komunikasi, kompetensi diversitas,

kompetensi tim, kompetensi

perubahan, kompetensi etika,

kompetensi lintas budaya.

Kompetensi diversitas dan

kompetensi lintas budaya secara

implisit merupakan kompetensi

multikultural. Sebaliknya jika

kompetensi-kompetensi tersebut tidak

dimiliki individu dalam organisasi,

maka organisasi tidak akan efektif.

Keragaman kemampuan

dan budaya di dalam organisasi

dapat menjadi peluang pengembangan

organisasi dan sebaliknya dapat pula

menjadi sumber konflik yang

menurunkan efektivitas organisasi.

Robbins (2007:458) mengatakan

bahwa pengertian, empati, toleransi,

dan komunikasi merupakan kunci

manajemen keragaman yang

berimplikasi pada efektivitas

organisasi. Sejalan dengan hal

tersebut agar organisasi yang

memiliki keragaman (kompetensi dan

multikultural) efektif, maka individu

dalam organisasi harus memiliki

pengertian, empati, toleransi, dan

komunikasi yang baik.

Koppel (2012) memaparkan

efek sinerginitas dan upaya

implementasinya dalam organisasi,

yang ditampilkan pada tabel berikut.

Page 10: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

6

Tabel Efek Sinerginitas dan ImplementasinyaEfek Sinerginitas Komponen Perspektif UkuranPengurangankonflik danpeningkatankepuasan kerja

Kepuasan pekerja,peningkatan motivasi,penguranganpengunduran diri

Pendekatandiskriminasidan keadilan

Sistem kuota, tidakada penanganandeskriminasi,penetapan jam kerja

Fokus padapengguna danakses pasar

Fokus pada pengguna,membuka pasar baru,pengembangan targetkelompok produksispesifik

Akses pasardanpendekatanhukum

Penghargaan pekerjasesuai dengan latarbelakang budaya

KesuksesanOrganisasi danaksesinternasional

Kreativitas dan inovasi,pengembangan padapembelajaran organisasi

Pembelajarandanpendekatanefektivitas

Adaptasi budayaorganisasi dalam halstruktur, proses, danpengertian diri.

Hasil implementasi

sinerginitas dengan perbedaan

khususnya perbedaan budaya

memperlihatkan peningkatan prestasi

kerja organisasi dan keuntungan.

Perhatian pada pasar yang berbasis

multikulturalisme meningkatkan

kepuasan pelanggan yang diikuti

terhadap peningkatan pesanan dan

omset organisasi. Multikulturisme

menjamin keberlangsungan dan

pengembangan organisasi sehingga

bertaraf internasional.

Membangun Organisasi Global Berbasis Multikulturalisme dalam PerpektifManajemen

Organisasi sebagai mana

organisasi profesional memiliki etika

yang khusus sesuai dengan

karakteristik organisasi tersebut. Ali

mendefinisikan (1995) etika sebagai

ilmu tentang apa yang baik dan apa

yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak). Lebih

lanjut dikatakan bahwa etiket adalah

tata cara (adat, sopan santun, dan

sebagainya) di masyarakat beradab

dalam memelihara hubungan baik

antara sesama manusia.

Masyarakat beradab dalam

arti sempit dapat dimaknai sebagai

satu organisasi atau secara khusus

organisasi professional. Tata cara

tersebut jika dirumuskan untuk

Page 11: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

7

dipedomani dalam organisasi

professional disebut sebagai kode

etik. Kode etik adalah aturan-aturan

tertulis untuk menempatkan perilaku,

komunikasi atas hak dan kewajiban

anggota organisasi.

Menurut Slocum, at. All

(2009) agar organisasi efektif dan

sukses maka individu dalam

organisasi harus memiliki kompetensi

etiket. Colquitt et.al (2009)

mengatakan bahwa agar performansi

kerja (Job Performance) yang

merupakan produktivitas individu

tinggi dan baik, maka salah satu

mekanisme individu yang harus

ditingkatkan adalah etiket (ethics).

Robbins (2009) memandang

etiket dalam organisasi sering sekali

menjadi masalah. Jika organisasi

adalah dalam bidang pendidikan,

maka pengkajian etika pendidikan

sebagai suatu ilmu yang akan

melahirkan kode etik pendidikan dan

bagaimana implementasinya secara

sukses oleh anggota organisasi adalah

sangat penting.

Berdasarkan pendapat-

pendapat para ahli di atas perlu

mengkaji etika yang melahirkan etiket

bagi anggota organisasi pendidikan

sehingga organisasi efektif dan

memperlihatkan unjuk kerja yang

baik.

Parkhe (1991) mengatakan

organisasi global adalah organisasi

yang adaptif terhadap globalisasi

yang memiliki kemufakatan aturan

yang bersifat transenden. Aturan yang

bersifat transenden tersebut dapat

memberi pelayanan yang

menghasilkan kepuasan dan

keuntungan bagi masyarakat global.

Sejalan dengan hal itu organisasi

global harus menggunakan aliansi

global sebagai stategi pengembangan

organisasi.

Organisasi global dibangun

berdasarkan multikulturalisme

sehingga menuntut restrukturisasi

organisasi dalam hal struktur

organisasi bersifat adaptif, kokoh

(robust) yang diikuti perumusan

kebijakan-kebijakan global.

Kebijakan global didukung oleh

manajemen yang adaptif serta

memiliki transendensi kultur.

Sejalan dengan uraian di atas

Kettunen, (2010:6) menjelaskan

multikulturaisme dalam perpektif

Page 12: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

8

manajemen meliputi fungsi-fungsi

manajemen yang bersifat

multikulturalisme yang didukung oleh

sistem informasi yang terkoneksi

secara global. Sitem interkoneksi

secara global membangun jaringan

manajemen multikultural. Fungsi-

fungsi manajemen yang bersifat

multikulturalisme tersebut adalah

perencanaan program dan kegiatan,

pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian.

Berdasarkan uraian tersebut di

atas dapat dinyatakan bahwa

manajemen organisasi memiliki

fungsi atau kegunaan dalam planning,

organizing, controlling, pengarahan

dan pengkoordinasian. Perencanaan

(planning) meliputi serangkaian

keputusan termasuk tujuan, membuat

program, menentukan metode,

prosedur serta menetapkan jadwal

pelaksanaan. Mengorganisasikan

(organizing) selain mengatur unsur-

unsur lain, juga selalu menyangkut

unsur-unsur manusia. Pengontrolan

(controlling) diadakan agar

pelaksanaan manajemen (manusia)

selalu dapat meningkatkan hasil

kerjanya. Pengarahan mencakup

kegiatan mempengaruhi anggota

organisasi agar berprestasi

sedemikian rupa sehingga mendukung

tercapainya tujuan. Pengkoordinasian

berarti melakukan hubungan kerja

sama dengan pihak lain untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pancasila Sebagai dasar Pembangunan Organisasi MultikulturalismePancasila menjadi dasar

Negara, filosofi, pandangan dan

pegangan hidup, yang sangat perlu

dihayati dan diamalkan adalah

sebagai berikut: (1) Ketuhanan Yang

Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang adil

dan beradab; (3) Persatuan Indonesia;

(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan; (5)

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Ketetapan MPR Nomor

II/MPR/1978, dirumuskan Pedoman

Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila yang memberi petunjuk

nyata dan jelas wujud pengamalan

Pancasila khususnya sila keempat dan

kelima tersebut sebagai berikut:

Page 13: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

9

Sila keempat: Sila Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/ perwakilan:

(a) Mengutamakan kepentingan

Negara dan masyarakat; (b) Tidak

memaksakan kehendak kepada orang

lain; (c) Mengutamakan musyawarah

dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama; (d)

Musyawarah untuk mencapai mufakat

diliputi oleh semangat kekeluargaan;

(e) Dengan itikad baik dan rasa

tanggung jawab menerima dan

melaksanakan hasil keputusan

musyawarah; (f) Musyawarah

dilakukan dengan akal sehat dan

sesuai dengan hati nurani yang luhur;

(g) Keputusan yang diambil harus

dapat dipertanggungjawabkan secara

moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,

menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia serta nilai-nilai

kebenaran dan keadilan.

Sila kelima: Sila Keadilan Sosial

bagi seluruh Rakyat Indonesia, (a)

Mengembangkan perbuatan-

perbuatan yang luhur yang

mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan kegotong-

royongan; (b) Bersikap adil; (c)

Menjaga keseimbangan antara hak

dan kewajiban; (d) Menghormati hak-

hak orang lain; (f) Suka memberi

pertolongan kepada orang lain; (g)

Menjauhi sikap pemerasan terhadap

orang lain; (h) Tidak bergaya hidup

mewah; (i) Tidak melakukan

perbuatan yang merugikan

kepentingan umum; (j) Suka bekerja

keras; (k) Menghargai hasil karya

orang lain; (l) Bersama-sama

berusaha mewujudkan kemajuan yang

merata dan berkeadilan sosial.

Berdasarkan butir-butir

pengamalan Pancasila tersebut dapat

diketahui bahwa butir-butir sila

keempat dan kelima sebagai dasar

berpikir, bersikap, dan bertindak

berorientasi multikulturalisme.

Masyarakat Indonesia siap menjadi

masyarakat global, bagian dari

organisasi global yang bersinergi

dalam segala aspek kehidupan global.

Seiring dengan uraian di atas,

pada azas Internasional, Indonesia

ikut melaksanakan ketertiban dunia

ketertiban antar bangsa, diminta atau

tidak Indonesia harus aktif ikut serta

mengusahakan perdamaian dunia

yang tertuang dalam amanah

Page 14: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

10

Pembukaan UUD 1945 atau amanah

konstitusional yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

Pancasila adalah dasar

falsafah, ideologi, dan konstitusi

bangsa dan negara Indonesia yang

cocok untuk Negara Indonesia, di

mana dengan dasar Negara Pancasila

dan UUD 1945 Indonesia mampu

mencapai cita-cita nasionalnya yaitu

masyarakat adil dan sejahtera serta

lestari.

Rakyat Indonesia yang

heterogen dalam hal suku, agama, ras,

dan golongan, serta letak geografis

yang berada di antara tiga benua

dipersatukan dengan ideologi

Pancasila, yang mampu

mempersatukan heterogenitas bangsa

Indonesia. Hal inilah dasar berpijak

bahwa Pancasila sebagai dasar

pembangunan organisasi

multikulturalisme yang berimplikasi

terbentuknya masyarakat yang saling

menerima menghargai dan bekerja

sama untuk mencapai kemajuan dan

kesejahteraan bersama.

Multikulturalisme berkaitan

dengan moral dan terkait dengan

suatu bangsa atau negara untuk

melakukan sesuatu yang telah

menjadi kesepakatan bersama. Dalam

multikulturalisme terjadi perbedaan

secara horizontal dan vertikal bagi

suatu bangsa atau negara tetapi dapat

membangun sinergi dalam

komunikasi dan membangun kerja

sama di bidang ekonomi, hukum,

politik, pendidikan, budaya dan

berbagai aspek lainnya, untuk

membentuk sikap empati, saling

membantu dan bekerja sama untuk

mencapai kesejahteraan bersama serta

implikasinya terbentuknya

masyarakat global yang di dalamnya

terdapat negara-negara yang secara

sinergis dapat bekerja sama

berdasarkan kemufakatan bersama.

Penutup

Sinergisitas berbasis

multikulturalisme dapat terbangun

dalam masyarakat dan organisasi

global didukung oleh sistem

informasi yang terkoneksi secara

global. Restrukturisasi dan aliansi

organisasi serta kebijakan global

memungkinkan membangun

Page 15: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

11

organisasi yang adaptif dan memiliki

transendensi kultur yang saling

bersinergis . Pancasila sebagai dasar

negara RI dan dasar berorganisasi di

Indonesia memiliki transendensi

kultur, sehingga organisasi dan

manajemen yang dibangun di atasnya

bersifat sinergis dan adaptif terhadap

perubahan global.

Page 16: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan

12

Daftar Pustaka

Hanum Farida. 2012. PentingnyaPendidikan Multikulturaldalam Mewujudkandemokrasi di Indonesia.Makalah disampaikanpada Seminar Nasional danWisuda Program Akta IVAngkatan I, STIT Alma AtaYogyakarta.

Habibie B. J. 2012.Sumberdaya ManusiaAndalam MasyarakatMadani. Makalahdisampaikan pada KonvensiNasional PenddikanIndonesia VII 2012 diYogayakarta.

Kettunen Petteri. 2010. Large-scale Global ITTransformation: An Insider’sAccount. Disertation.Tempere: Departemen ofComputer SciencesUniversity Tempere.

Koppel Petra, Dominik Sandner.2012. Synergy by Diversity;Real life Examples ofCultural Diversity inCorporations. BertelsmannStiftung.

Marjani Gustiana Isya. 2009.Multikulturalisme danPendidikan: RelevansiPendidikan dalam

Membangun WacanaMultikulturalisme diIndonesia. The 9th AnnualConference on IslamicStudies (Acis).

Parkhe Arvind. 1991. InterfirmDiversity, OrganizationalLearning, and Longevity inGlobal Strategic Alliances.Indiana: Indiana University.(www://jstor.org/discover)

Raka I Dewa Gede. 2012.Pendidikan Karakteruntuk 250 Juta Orang:Gerakan MenyongsongSeratus Tahun IndonesiaMerdeka. MakalahDisampaiakan padaKonvensi NasionalPenddikan Indonesia VII2012 di Yogayakarta

Robbins Stephen P., Mary Coulter.2007. Management. NewJersey: Pearson Prantice Hall

Sutarno. 2012. PendidikanMultikultural. Jakarta: Gramedia.

Slocum, John W., Jr. danHellriegel, Don, 2009.Principles of OrganizationalBehavior, 12th Edition. Cina:South-Western CengageLearning.

Page 17: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

13

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATA KULIAH RANGKAIAN LISTRIK 2 MAHASISWAJPTE UNIMED

Paningkat Siburian dan Jongga ManullangAbstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: perbedaan hasil belajar RangkaianListrik 2 mahamahasiswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajarankooperatif tipe NHT dengan mahamahasiswa yang dibelajarkan dengan strategipembelajaran ekspositori. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa semester VT.P. 2012/2013 JPTE Unimed. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi

eksperimen dengan taraf signifikansi = 0,05 Temuan penelitian menunjukkan:Terdapat perbedaan hasil belajar Rangkaian Listrik II antara mahasiswa yangdiajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (SPNHT) dibandingkandengan strategi pembelajaran ekspositori (SPekspositori), th sebesar 4,95 dan tt

sebesar 1,99 untuk taraf signifikansi α = 0.05. Berdasarkan hasil perhitungandidapat th (4,95) > tt (1,99).

Kata Kunci: Strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT, ekspositori, dan hasilbelajar Rangkaian Listrik 2.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Jurusan Pendidikan Teknik

Elektro (JPTE), Fakultas Teknik

Unimed adalah Lembaga pendidikan

tinggi yang bertujuan untuk: (1)

menghasilkan tenaga pendidik bidang

teknik elektro yang profesional; (2)

menghasilkan konsep-konsep

pengembangan pendidikan teknik

elektro melalui pengkajian keilmuan

dan penelitian; (3) mengaplikasikan

keahlian teknik elektro dan keahlian

pendidikan teknik elektro dalam

pengabdian kepada masyarakat dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat; (4) memposisikan

program studi sebagai pusat informasi

yang berkaitan dengan pendidikan

Page 18: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

14

teknik elektro; dan (5) menjadi

dinamisator dalam pengembangan

pendidikan teknik elektro dengan

melakukan kerjasama dengan

lembaga pendidikan lainnya dan

dunia usaha/industri. Untuk mencapai

tujuan tersebut, dilakukan kegiatan

pendidikan dan pengajaran,

penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat.

Melalui kegiatan pendidikan

dan pengajaran dapat berkembang

potensi mahasiswa, sehingga menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Sehubungan

dengan itu, JPTE menyelenggarakan

perkuliahan Rangkaian Listrik 2 yang

bertujuan untuk menjadikan

mahasiswa menguasai mata kuliah

dasar keahlian sebagai bekal tenaga

pendidik profesional di bidang teknik

elektro.

Berbagai upaya telah

dilakukan dalam penyelenggaraan

perkuliahan Rangkaian Listrik 2 agar

mahasiswa memiliki penguasaan

yang baik terhadap materi kuliahnya.

Pemberian diktat mata kuliah

Rangkaian Listrik 2, tugas di rumah

menyelesaikan soal Rangkaian Listrik

2 setiap minggu setelah selesai

kegiatan tatap muka terjadwal, dan

pemberian motivasi belajar adalah

sebagian dari usaha yang telah

dilakukan agar mahasiswa memiliki

penguasaan yang baik terhadap materi

perkuliahan tersebut.

Namun kenyataannya, nilai

rata-rata asli yang didapatkan

mahasiswa dalam mata kuliah

Rangkaian Listrik 2 pada tahun

akademik 2010/2011 dan 2011/2012

adalah nilai C. Perolehan nilai

tersebut berhubungan erat dengan

strategi pembelajaran yang digunakan

oleh dosen karena berdasarkan hasil

survey, kegiatan pembelajaran selama

ini masih menggunakan kebiasaan

lama yaitu di dalam penyampaian

materi pembelajaran dilaksanakan

secara bertutur (ceramah) tanpa

menuntut keaktifan mahasiswa.

Page 19: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

15

Menyikapi masalah di atas,

perlu adanya upaya yang dilakukan

oleh dosen untuk menggunakan

strategi pembelajaran yang membuat

suasana pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan sehingga mampu

memotivasi mahasiswa untuk belajar.

Suparno seperti dikutip oleh Atmadi

dan Setyaningsih (2000: 186)

mengemukakan bahwa dosen dalam

proses belajar mengajar, harus lebih

memperhatikan apa yang disukai

mahasiswa, apa yang tidak disukai

mahasiswa, yang membantu

mahasiswa belajar dan yang

menghambat mahasiswa belajar.

Selain itu, strategi yang digunakan

juga harus memaksimalkan potensi

mahasiswa dengan memperhatikan

keunikan setiap mahasiswa baik gaya

belajarnya, kecerdasan dominannya,

dan memperhitungkan faktor-faktor

lain yang mampu menunjang proses

belajar mengajar di ruang

perkuliahan. Sejalan dengan yang

dikemukakan Wasliman seperti

dikutip oleh Fajar (2004: 35) bahwa

potensi setiap mahasiswa sebenarnya

berbeda. Untuk itu, perlu

dikembangkan strategi pembelajaran

yang mengakomodasikan perbedaan

potensi dan sekaligus memberikan

seluas-luasnya untuk secara aktif

menumbuhkan kreatifitas siswa, agar

kecerdasannya berkembang secara

optimal dan proporsional.

Strategi pembelajaran

kooperatif merupakan strategi belajar

dalam kelompok kecil, yang

memungkinkan mahasiswa saling

membantu dalam memahami suatu

konsep, memeriksa dan memperbaiki

jawaban teman sebagai masukan serta

kegiatan lain yang bertujuan untuk

mencapai hasil belajar yang optimal.

Aktivitas pembelajaran kooperatif di

samping menekankan pada kesadaran

mahasiswa belajar berpikir,

memecahkan masalah dan belajar

mengaplikasikan pengetahuan,

konsep, keterampilan kepada teman

lain yang membutuhkan mahasiswa

akan merasa senang menyumbangkan

pengetahuannya kepada

teman/anggota lain dalam

kelompoknya. Oleh karena itu belajar

kooperatif adalah saling

Page 20: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

16

menguntungkan antar mahasiswa

yang berkemampuan rendah, sedang

dan mahasiswa yang berkemampuan

tinggi (Suherman, 2003: 262).

Strategi pembelajaran

kooperatif terdiri dari berbagai

macam, salah satu di antaranya adalah

strategi pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT).

Menurut Spencer Kagan seperti

dikutip oleh Ibrahim (2000: 28)

Numbered Heads Together (NHT)

merupakan suatu tipe strategi

pembelajaran kooperatif yang

merupakan struktur sederhana dan

terdiri atas empat tahap yang

digunakan untuk mereview fakta-

fakta dan informasi dasar yang

berfungsi untuk mengatur interaksi

para mahasiswa. Strategi

pembelajaran kooperatif tipe ini juga

dapat digunakan dalam semua mata

pelajaran dan tingkatan usia anak

didik.

Dalam menerapkan strategi

kooperatif tipe NHT ini mahasiswa

ditempatkan sebagai pusat dari proses

pembelajaran, mahasiswa tidak

menjadi obyek pendidikan melainkan

sebagai subyek pendidikan. Selain

faktor–faktor dari dosen, faktor yang

berasal dari dalam diri mahasiswa

juga berpengaruh dalam proses

pembelajaran.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan

yang telah dikemukakan sebelumnya

maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut: apakah terdapat

perbedaan hasil belajar Rangkaian

Listrik 2 mahasiswa yang

dbelajarkan dengan strategi

pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan mahasiswa yang dibelajarkan

dengan strategi pembelajaran

ekspositori?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui: perbedaan hasil belajar

Rangkaian Listrik 2 mahasiswa yang

dibelajarkan dengan strategi

Page 21: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

17

pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan mahasiswa yang dibelajarkan

dengan strategi pembelajaran

ekspositori.

Hakikat Hasil Belajar Rangkaian Listrik 2

Belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya

(Slameto 2003: 2). Dalam bahasa

yang lebih sederhana Fajar (2004: 10)

mendefinisikan belajar sebagai suatu

proses perubahan dalam diri

seseorang yang ditampakkan dalam

bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti

peningkatan pengetahuan, kecakapan,

daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-

lain.

Berdasarkan pendapat ahli di

atas dapat disimpulkan pengertian

belajar sebagai suatu proses

perubahan tingkah laku baik secara

kualitas maupun kuantitas yang

dipengaruhi dan diperkuat oleh

lingkungan yang bersifat permanen

sebagai akibat dari latihan-latihan.

Hasil belajar didefinisikan

oleh Romiszwoski (1981: 63) sebagai

output (keluaran) dari suatu sistem

pemrosesan input (masukan). Input

dapat berupa berbagai informasi

sedangkan output berupa

performance (kinerja). Kinerja

memberi petunjuk bahwa proses

belajar telah terjadi. Romiszwoski

mengkategorikan hasil belajar dalam

dua macam yaitu keterampilan dan

pengetahuan. Hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar (Dimyati,

2006: 3).

Perubahan yang terjadi dalam

proses belajar adalah berkat

pengalaman atau praktek yang

dilakukan dengan sengaja dan

disadari dengan kata lain bukan

karena kebetulan. Dalam diri

mahasiswa terjadi perubahan seperti

Page 22: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

18

penambahan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Di samping itu

mahasiswa juga diarahkan pada

tercapainya perubahan tersebut.

Rangkaian Listrik 2

merupakan salah satu mata kuliah

harus dikuasai oleh mahasiswa JPTE

Unimed yang meliputi beberapa sub

kompetensi dasar yaitu: (1)

komponen pasif rangkaian listrik, (2)

sumber tegangan listrik, dan (3)

Hukum Dasar Listrik.

Berdasarkan uraian tersebut di

atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar Rangkaian Listrik 2

merupakan perubahan tingkah laku

yang dimiliki mahasiswa baik secara

kualitas maupun kuantitas setelah

mengalami proses pembelajaran

dalam jangka waktu tertentu dengan

berbagai rentang situasi berdasarkan

tujuan pembelajaran. Hasil belajar

yang diperoleh mahasiswa melalui

proses pembelajaran dapat diketahui

melalui test yang disusun sesuai

dengan materi mata kuliah yang

diberikan.

Hakikat Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran

berhubungan dengan cara

menyampaikan pesan dalam

pembelajaran. Strategi pembelajaran

meliputi sifat, ruang lingkup, dan

rangkaian kejadian yang mengandung

pengalaman belajar. Strategi

pembelajaran harus memperhitungkan

tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan dan mempertimbangkan

karakteristik mahasiswa. Strategi

pembelajaran adalah rencana untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang

dikembangkan dari metode dan teknik

yang akan membantu mahasiswa

mencapai tujuan pembelajarannya

(Gerlach & Ely 1980: 174).

Untuk mencapai tujuan

pembelajaran, diperlukan strategi

pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran tersebut. Dick,

W & Carey, L (2005: 37)

mengemukakan bahwa strategi

pembelajaran merupakan komponen-

komponen umum dari suatu set bahan

Page 23: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

19

pembelajaran dan prosedur-prosedur

yang akan digunakan untuk

menghasilkan hasil belajar tertentu

pada mahasiswa. Prawiradilaga

(2008: 37) mendefinisikan strategi

pembelajaran sebagai upaya yang

dilakukan oleh perancang dalam

menentukan teknik penyampaian

pesan, penentuan metode dan media,

alur isi pelajaran serta interaksi antara

dosen dan mahasiswa.

Dari uraian di atas,

disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah perpaduan dari

urutan kegiatan, metode, media dan

waktu yang digunakan dalam proses

pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan

dapat dicapai secara efektif dan

efisien.

Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Arends (1997: 228)

mengemukakan bahwa NHT adalah

salah satu jenis strategi pembelajaran

struktural, setiap anggota kelompok

diberi nomor (label) untuk

mempelajari suatu materi mata

kuliah. Lebih lanjut Arends (1997:

326) mengemukakan bahwa NHT

adalah suatu strategi pembelajaran

yang dikembangkan untuk

memberikan kesempatan lebih

banyak kepada mahasiswa dalam

menelaah materi yang tercakup dalam

suatu mata kuliah dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi mata

kuliah tersebut.

Dengan adanya keterlibatan

total semua mahasiswa tentunya akan

berdampak positif terhadap motivasi

belajar mahasiswa. Mahasiswa akan

berusaha memahami konsep-konsep

ataupun memecahkan permasalahan

yang disajikan oleh dosen seperti

yang diungkapkan oleh Ibrahim, dkk

(2000: 7) ) bahwa dengan belajar

kooperatif akan memperbaiki prestasi

mahasiswa atau tugas-tugas akademik

penting lainnya serta akan memberi

keuntungan baik pada mahasiswa

kelompok bawah maupun kelompok

atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademis.

Page 24: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

20

Menurut Arends (1997: 16)

strategi pembelajaran kooperatif tipe

NHT dilaksanakan dengan langkah-

langkah sebagai berikut: (1)

mahasiswa dibagi dalam beberapa

kelompok dan masing-masing

mahasiswa dalam setiap

kelompoknya mendapatkan nomor

urut, (2) dosen memberikan tugas dan

masing-masing kelompok

mengerjakan permasalahan, (3)

kelompok memutuskan jawaban yang

dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok

mengetahui jawaban ini, (4) dosen

menyebutkan salah satu nomor dan

mahasiswa yang bernomor tersebut

melaporkan hasil kerja kelompok dan

(5) jika memungkinkan, dosen dapat

mengubah komposisi kelompok

sehingga mahasiswa yang memiliki

nomor sama membentuk kelompok

baru.

Berdasarkan uraian di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa

strategi pembelajaran kooperatif tipe

NHT adalah suatu pendekatan yang

dikembangkan untuk memberikan

kesempatan lebih banyak kepada

mahasiswa dalam menelaah materi

yang tercakup dalam suatu pelajaran

dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe

NHT memiliki beberapa tahapan

antara lain yaitu penomoran,

mengajukan pertanyaan, berfikir

bersama dan menjawab.

Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran

ekspositori menurut Sanjaya (2009:

179) adalah strategi pembelajaran

yang menekankan pada proses

penyampaian materi secara verbal

dari seorang dosen kepada

sekelompok mahasiswa dengan

maksud agar mahasiswa dapat

menguasai materi mata kuliah secara

optimal.

Strategi pembelajaran

ekspositori sering dihubungkan

dengan kurangnya latihan dalam

pembelajaran, menggunakan buku

secara monoton, kekakuan,

Page 25: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

21

penekanan pada pembelajaran

berdasarkan fakta dan hafalan,

menggunakan metode ceramah, dan

lain-lain. Manson dan Williams

menjelaskan seperti yang dikutip oleh

Jarolimek & Foster (1976: 95),

pembelajaran yang berbasis pada

mahasiswa secara umum diajukan

sebagai antitesis strategi

pembelajaran ekspositori di mana

pembelajar menjadi penerima

pengetahuan. Strategi pembelajaran

ekpositori lebih cocok digunakan

untuk mentransfer pengetahuan.

Strategi pembelajaran

ekspositori merupakan bentuk dari

pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada dosen (teacher

oriented). dosen memegang peran

yang sangat dominan. Fokus utama

strategi ini adalah kemampuan

akademik (academic achievement)

mahasiswa. Metode pembelajaran

dengan kuliah merupakan bentuk

strategi pembelajaran ekspositori.

Sanjaya (2008: 185)

megemukakan ada beberapa langkah

dalam penerapan strategi ekspositori,

yaitu: (1) persiapan (preparation), (2)

penyajian (presentation), (3)

menghubungkan (correlation), (4)

menyimpulkan (generalization), (5)

penerapan (application).

Strategi pembelajaran

ekspositori akan lebih efektif jika: (1)

guru akan menyampaikan bahan-

bahan baru serta kaitannya dengan

yang akan dan harus dipelajari siswa

(overview). Oleh sebab itu materi

yang disampaikan adalah materi-

materi dasar seperti konsep-konsep

tertentu, prosedur atau rangkaian

aktivitas, dan lain sebagainya, (2)

guru menginginkan agar siswa

mempunyai gaya model intelektual

tertentu, (3) bahan pelajaran yang

akan diajarkan cocok untuk

dipresentasikan, misalnya materi

pelajaran hasil penelitian berupa data-

data khusus, (4) ingin

membangkitkan keingintahuan siswa

tentang topik tertentu, (5) guru

menginginkan untuk

mendemonstrasikan suatu teknik atau

prosedur tertentu untuk kegiatan

praktik, (6) seluruh siswa memiliki

Page 26: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

22

tingkat kesulitan yang sama sehingga

guru perlu menjelaskan untuk seluruh

siswa, (7) guru akan mengajar pada

sekelompok siswa yang rata-rata

memiliki kemampuan rendah (low

achieving students), (8) lingkungan

tidak mendukung untuk

menggunakan strategi yang berpusat

pada siswa, (9) guru tidak memiliki

waktu yang cukup untuk

menggunakan pendekatan yang

berpusat pada siswa.

Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran ekspositori adalah

strategi pembelajaran yang secara

umum kegiatan belajarnya didominasi

dan cenderung berpusat pada guru,

siswa hanya menunggu dan menerima

materi dari guru dan tidak dituntut

aktif dalam pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

metode eksperimen dengan rancangan

quasi eksperimen. Strategi

pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan strategi pembelajaran ekspositori

sebagai variabel bebas dan hasil

belajar Rangkaian Listrik 2 sebagai

variabel terikat. Variabel-variabel

tersebut selanjutnya akan ditinjau

dalam penelitian dengan disain

ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Desain Eksperimen

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 X2 T2

Keterangan Tabel 1:

X1 : Strategi pembelajaran kooperatiftipe NHT

X2 : Strategi pembelajaran ekspositori

Page 27: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

23

T1 : Pre-tesT2 : Pos-tes

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hasil belajar Rangkaian Listrik

2 mahasiswa yang diajar dengan

strategi pembelajaran kooperatif tipe

NHT lebih tinggi dibandingkan

dengan mahasiswa yang diajar

dengan strategi pembelajaran

ekspositori, dimana nilai rata-rata

hasil belajar Rangkaian Listrik 2

mahasiswa yang diajar dengan

strategi pembelajaran kooperatif tipe

NHT lebih tinggi dibandingkan nilai

rata-rata hasil belajar mahasiswa yang

diajar dengan strategi pembelajaran

ekspositori. Hal ini berindikasi bahwa

strategi pembelajaran kooperatif tipe

NHT lebih baik dalam meningkatkan

pemahaman mahasiswa tentang

Rangkaian Listrik 2 dibandingkan

dengan strategi pembelajaran

ekspositori. Hasil ini menunjukkan

bahwa untuk mengajarkan materi

pelajaran Rangkaian Listrik 2 lebih

baik menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif tipe NHT

dibandingkan dengan strategi

ekspositori.

Arends (1997: 326)

mengemukakan bahwa NHT adalah

suatu strategi pembelajaran yang

dikembangkan untuk memberikan

kesempatan lebih banyak kepada

mahasiswa dalam menelaah materi

yang tercakup dalam suatu pelajaran

dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut.

Dengan adanya keterlibatan total

semua mahasiswa tentunya akan

berdampak positif terhadap motivasi

belajar mahasiswa. Mahasiswa akan

berusaha memahami konsep-konsep

ataupun memecahkan permasalahan

yang disajikan oleh dosen seperti

yang diungkapkan oleh Ibrahim, dkk

(2000: 7) bahwa dengan belajar

kooperatif akan memperbaiki prestasi

mahasiswa atau tugas-tugas akademik

penting lainnya serta akan memberi

keuntungan baik pada mahasiswa

kelompok bawah maupun kelompok

Page 28: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

24

atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademis.

Strategi pembelajaran

kooperatif tipe NHT dan strategi

pembelajaran ekspositori memiliki

perbedaan dalam hal mempengaruhi

proses belajar mahasiswa ditinjau dari

pendekatan yang digunakan dan

prosedur pembelajaran yang

dilakukan. Perbedaaan yang paling

mendasar antara strategi

pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan strategi pembelajaran

ekspositori terletak pada orientasi dan

proses pembelajarannya. Strategi

pembelajaran kooperatif tipe NHT

menekankan adanya kerjasama

mahasiswa dalam kelompok. Strategi

pembelajaran ini melibatkan

mahasiswa lebih banyak dalam

menelaah materi. Masing-masing

anggota kelompok memiliki

kesempatan yang sama untuk

mewakili kelompok melalui

pemanggilan label anggota kelompok

secara acak. Artinya wakil kelompok

yang menyampaikan hasil diskusi

kelompok tidak hanya terfokus pada

mahasiswa yang lebih pandai atau

didasarkan kesepakatan kelompok.

Tetapi semua mahasiswa mempunyai

kesempatan untuk mewakili

kelompok, tanpa dibeda-bedakan.

Dalam strategi pembelajaran

kooperatif tipe NHT, dosen

memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya kepada mahasiswa untuk

mengembangkan kualitasnya dalam

pemecahan masalah bersama teman

sekelompoknya, mereka dapat saling

bertukar pikiran, saling mengisi

kekurangan yang ada dan saling

berbagi ilmu yang mereka dapat.

Dalam strategi pembelajaran

kooperatif tipe NHT, semua

mahasiswa dituntut aktif memberikan

pemikirannya masing-masing

sehingga mereka bersama-sama

memperoleh penyelesaian akhir dari

permasalahan yang mereka hadapi

dalam mata pelajaran Rangkaian

Listrik 2. Dengan strategi

pembelajaran kooperatif tipe NHT,

mahasiswa dituntut aktif sehingga

tidak ada lagi yang mengantuk,

merasa bosan ataupun mengganggu

Page 29: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

25

temannya. Mahasiswa dilatih untuk

dapat bertanggung jawab di dalam

kelompoknya karena dalam

menyampaikan kesimpulan akhir

akan dipilih salah seorang dari

mereka secara acak mewakili

kelompoknya masing-masing.

Dengan luasnya kesempatan

diberikan kepada mahasiswa untuk

mengembangkan potensi dirinya,

maka dengan strategi pembelajaran

kooperatif tipe NHT ini akan mampu

meningkatkan hasil belajar

mahasiswa.

Karakteristik strategi

pembelajaran ekpositori adalah

dilakukan oleh dosen dengan cara

menyampaikan materi pelajaran

secara verbal, artinya bertutur secara

lisan merupakan alat utamanya karena

itu sering diidentikan dengan

ceramah, biasanya materi pelajaran

yang disampaikan adalah materi

pelajaran yang sudah jadi, seperti data

atau fakta konsep-konsep tertentu

yang harus dihafal sehingga tidak

menuntut mahasiswa untuk berpikir

ulang, tujuan utama pembelajaran

adalah penguasaan materi pelajaran

itu sendiri. Artinya, setelah proses

pembelajaran berakhir mahasiswa

diharapkan dapat memahaminya

dengan benar dengan cara dapat

mengungkapkan kembali materi yang

telah diuraikan. Strategi pembelajaran

ekspositori merupakan bentuk dari

pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada dosen. Strategi

pembelajaran ekspositori merupakan

pembelajaran yang seluruh

kegiatannya terpusat pada dosen

(teacher centered). Mahasiswa lebih

banyak pasif dan kurang

diberdayakan. Komunikasi yang

terjadi lebih banyak bersifat satu arah.

Dalam strategi pembelajaran

ekspositori, mahasiswa kurang

diberikan kesempatan untuk

mengembangkan potensi dirinya

sehingga mahasiswa hanya dapat

menyelesaikan masalah sesuai dengan

petunjuk yang diajarkan dosen.

Pembelajaran yang terjadi didominasi

oleh dosen sehingga dosen lebih

banyak melakukan ceramah. Setelah

pembelajaran selesai dosen biasanya

memberikan latihan atau tugas untuk

Page 30: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

26

dikerjakan di rumah. Mahasiswa

memperoleh sejumlah pengetahuan

yang diterima dari dosen, sedang

mahasiswa sendiri tidak berusaha

untuk menyelesaikan masalah yang

berhubungan dengan mata kuliah

Rangkaian Listrik 2. Dalam

pembelajaran ekspositori dosen

merupakan satu-satunya sumber

belajar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis seperti yang telah

diuraiakan, penelitian ini

menyimpulkan bahwa :

1. Skor rata-rata hasil belajar

Rangkaian Listrik 2 mahasiswa

yang diajar dengan strategi

pembelajaran kooperatif tipe

NHT sebesar 15,75 dan skor

rata-rata mahasiswa yang diajar

dengan strategi pembelajaran

ekspositori sebesar 12,03.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar

Rangkaian Listrik 2 antara

mahasiswa yang diajar dengan

strategi pembelajaran kooperatif

tipe NHT (SPNHT) dibandingkan

dengan strategi pembelajaran

ekspositori (SPekspositori) pada

taraf kepercayaan α = 0,5.

Saran

1. Para dosen mata kuliah Rangkaian

Listrik 2. disarankan untuk

menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif tipe NHT

sebagai strategi pembelajaran

alternatif dalam pembelajaran

Rangkaian Listrik 2. Strategi

pembelajaran kooperatif tipe NHT

telah mampu meningkatkan hasil

belajar Rangkaian Listrik 2

menjadi lebih tinggi.

2. Untuk kesempurnaan penelitian

ini, disarankan untuk

memperbanyak jumlah populasi

dan sampel penelitian, serta

menambah waktu pelaksanaan

penelitian.

Page 31: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan

27

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richards. I. 1997. ClasroomIntruction and Management.New York: Mc. Graw-HillCompanies. Inc

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara

Atmadi, A dan Y. Setyaningsih. 2000.Transformasi PendidikanMemasuki Millenium Ketiga.Yogyakarta: Kanisius

Dick, W & Carey, L. 2005. TheSystematic Design ofInstrustional. New York:Longman

Dimyati dan Mudjono. 2006. Belajardan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta

Fajar, Arnie. 2004. Portofolio dalampembelajaran IPS. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya

Gerlach, Vernon S & Ely, Donald P.1980. Teaching & Media, ASystematic Approach. NewJersey: Prentice Hall

Jarolimek, John & Foster, Clifford D.1976. Teaching and Learningin the Elementary School.London: Macmillan

Ibrahim, Muslimin. Dkk. 2000.Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: University Press.Universitas Negeri Surabaya

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2008.Prinsip Disain Pembelajaran.Jakarta: Kencana

Romizwoski, A.J. 1981. InstructionalDesign System, DecisionMaking in Course Planningand Curriculum Design.London: Kogan

Sanjaya, Wina. 2008. StrategiPembelajaran. Jakarta:Kencana

Sanjaya, Wina. 2009. StrategiPembelajaran BerorientasiStandar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yangMempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika.Bandung: Tarsito

Suherman, Erman. dkk. 2003.Strategi PembelajaranMatematika Komtemporer.Bandung: JICA UniversitasPendidikan Indonesia

Page 32: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

28

MEMBANGUN IDE DAN GAGASAN ILMIAH BERNILAI JUALWANAPRI PANGARIBUAN

Wanapri Pangaribuan

Abstrak

Ide dan gagasan yang kreatif dan inovatif harus dikembangkan dikalanganmahasiswa, sehingga terbangun pola pikir, sikap, dan perilaku berpikir ilmiahyang kreatif dan inovatif. Pola pikir tersebut sangat diharapkan dalam membangunbangsa dan Negara.

Kata Kunci: Ide, gagasan ilmiah, kreatif, inovatif

PENDAHULUAN

Dalam pengujian kreativitas

individu dari semua lapisan usia,

nilai-nilai kreativitas selalu turun

kira-kira 90% antara usia 5 dan 7

tahun, dan menjelang usia 40 tahun

hanya kira-kira 2% yang kreatif

dibanding individu usia 5 tahun,

namun demikian kreativitas dapat

dilatih kembali (Howard dalam

Timpe, 2002). Begitu pentingnya

kreativitas yang menghasilkan

gagasan dalam diri seseorang penemu

spektakuler yang menghasilkan

gagasan-gagasan yang sangat

dibutuhkan oleh manusia. Misalnya

John J. Moran yang dulunya seorang

teknisi laboratorium, mendapat nasip

baik dengan menemukan alat analisis

darah otomatis pada tahun 1965.

Moran bekerja selama berbulan-bulan

mengenai hal tersebut sebelum

akhirnya menyerah karena frustasi

dan melakukan perjalanan panjang

yang telah lama tertunda. Suatu saat

sinar matahari menerobos jendela

hotel dan menerpa mukanya, dia

melihat dengan mata pikirannya

sebuah diagram yang rinci dari

sebuah mesin. Hal ini merupakan

suatu pemecahan masalah yang telah

lama dicari, dia meloncat dari tempat

tidurnya, membuat sketnya dengan

cepat di buku tulis hotel dan terbang

pulang kerumah. Kemudian selama

berbulan-bulan ia membuat prototipe

dari sketnya, yang pada akhirnya alat

itu dapat bekerja dengan baik dan

Moran membuat sebuah perusahaan

Page 33: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

29

yang diberi nama Hycel, Inc., dan

dijual kepada seorang konglomerat

Jerman Barat dengan harga $40 Juta.

Meskipun peristiwa penemuan Moran

sangat menakjubkan bagi sebagian

besar orang, termasuk Moran sendiri,

hal tersebut jauh dari sesuatu yang

unik. Banyak orang dianggap sangat

kreatif telah menceritakan

pengalaman yang sama

mencengangkan ketika diminta untuk

menjelaskan sumber gagasan

briliannya, dan selalu mereka tidak

dapat mengatakannya dengan tepat

proses apa yang mereka lakukan

untuk mendapatkannya.

Ada apa yang dilakukan oleh

para tokoh penemu ternama di dunia,

sehingga menghasilkan gagasan yang

sangat kreatif yang hingga saat ini

menjadi teladan bagi kita ?

TOKOH PENEMU DAN GAGASAN KREATIFNYA

1. Gagasan Seni

Michelangelo (1475-1564)

adalah seorang pemahat, pelukis,

penyair, dan arsitek kondang, namun

sifatnya gampang iri dan mudah naik

darah, dijuluki “si bakat yang

kesepian”. Salah satu karya

pahatannya yang sangat terkenal

adalah diberi nama “Daud”.

Raphael (1483-1520) pelukis

dan pematung, dalam usia muda

sudah terkenal, pahatannya banyak

dalam bentuk Patung Maria.

Leonardo Da Vinci (1452-

1519) yang merupakan guru dari

Michelangelo dan Raphael, banyak

melukis suasana perang yang heroic

yang dibalik semuanya itu adalah

kepedihan. Alangkah indahnya jika

jehidupan ini tidak ada perang, tetapi

hanya ada kebahagiaan. Kebahagiaan

itu tergambar dari senyum yang

teramat manis, dan ia melukis

“Monalisa” dengan senyumannya

termanis di dunia.

Diakhir hidupnya ia berpesan kepada

salah seorang muridnya, :”Meizi,

ingatlah hidup tanpa karya akan

terasa panjang dan lamban, baik-

baiklah mengisi hidup, sesungguhnya

hidup ini singkat. Melewatkan satu

hari yang penuh isi, akan

memperoleh tidur yang tenang;

demikian juga, giat mengisi

Page 34: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

30

sepanjang hidup, akan pergi dengan

tenang”. Ketiga tokoh Seni di atas

adalah bangsa Perancis. Tokoh seni

terkenal Indonesia: Affandi, Rendra,

Guntur Soekarno Putra, dll.

Walt Disney (1901-1966)

bangsa Amerika dengan filim karton

humor yang disukai oleh anak-anak

sedunia. Ia penggagas dan

pembangun “Disney Land” yang

resmi dibuka tanggal 23 Oktober

1971.

2. Agama Perenungan

Sidharta Gautama adalah

anak dari Raja Sudhodana dan Ratu

Maya dari kerajaan Kosala. Raja

sangat perkasa dan gagah berani serta

penuh dengan ambisi menaklukkan

kerajaan lain. Pada tahun 623 SM, di

India terdapat banyak kerajaan dan

saling berperang. Sidharta Gautama

adalah putera mahkota yang menjadi

Pangeran, selalu merasa sedih ketika

harus berperang dan banyak melukai

dan membunuh manusia. Iapun

menghindarkan diri dari peperangan

dan meninggalkan kerajaan pergi

bertapa dan merenung dan ia

menjadim manusia yang sejati yang

tak terikat waktu dan tempat (dia

menjadi Budha): “Suasana hati yang

bersih adalah yang terpenting”.

Sidharta Gautama adalah bangsa

India.

3. Ilmu Alam dan Teknologi

Galileo Galilei adalah bangsa

Italia (1564- 1642) anak dari seorang

musisi terkenal yang bernama

Vincenzio. Dalam masa kecilnya,

Galileo hanya bermain membaca,

bermain musik dan melukis. Namun

karena ayahnya tidak memiliki cukup

dana, maka Vincenzio sering

meminjam buku-buku ilmu

pengetahuan dari orang-orang kaya

untuk dibaca oleh anaknya. Galileo

Galilei menemukan system tata surya,

yang menyatakan bahwa: “Mata hari

adalah pusat dari planet-planet”.

Pernyataan Galileo Galilei menentang

pernyataan Aristoteles dan Kaum

Gerejani, yang menyakatakan bahwa:

“Matahari mengelilingi bumi”.

Galileo Galilei juga menciptakan jam

bandul.

Galileo Galilei adalah ilmuan abad

ke-16;

Page 35: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

31

Newton dengan hokum geraknya

adalah ilmuan abad ke-17;

Albert Einstein dengan teori

relativitasnya adalah ilmuan abad ke-

20.

Alfred Bernhard Nobel (1833-1896)

penemu dinamid, dan hasil

pemuannya ia mempunyai uang yang

sangat banyak, dan diakhir masa

hidupnya ia berpesan:”semua uang

dan hasil dari uang yang disimpannya

sksn diberi kepada penemu-penemu

sepanjang zaman, yang disebut

sebagai hadiah Nobel. Hadiah Nobel

pertama diserahkan pada tahun 1901,

kepada para ilmuan dan perdamaian

dunia. Alfred Bernhard Nobel adalah

bangsa Swedia.

Marie Curie (1867-1934) bangsa

Polandia, menemukan Teori Radio

Aktif dan menemukan Radium, dan

ia menerima hadiah Nobel bidang

Kimia tahun 1911.

Wright bersaudara (1867-1947)

bangsa Amerika, penemu pesawat

terbang, dan membuat pabrik pesawat

terbang “Wright Company) tahun

1909.

James Watt (1776-1819) bangsa

Scotlandia penemu mesin uap.

Diakhir hidupnya, ia berkata:” Jangan

takut bekerja keras, karena itulah

kunci kesuksesan”.

Alexander Graham Bell (1847-

1923) bangsa Skotlandia penemu

telegraf tahun 1875, dan penemu

telepon tahun 1876. Mendirikan

sekolah tuna rungu tahun 1883.

Christopher Columbus (1451-1505)

bangsa Italia pemimin ekspedisi yang

mengharungi Samudra Atlantik dan

menemukan Pulau Kuba, dan

menyatakan bahwa: Dunia ini adalah

bulat, buka seperti piring ceper”.

Terkenal dalam wacana dan cerita

yaitu: “telur Calombus”

TEKNIK MENGHASILKAN GAGASAN KREATIF

1. Seni Brainstorming

Alex Osborn menjelaskan

metodenya dalam sebuah buku yang

diterbitkan pada tahun 1952 yang

berjudul “Applied Imagination”, yang

menyatakan bahwa Brainstorming

adalah suatu metode yang telah lama

dicari dalam memecahkan masalah

Page 36: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

32

kreativitas. Metode ini sukses dalam

menghasilkan slogan-slogan iklan

baru, tetapi lemah dan gagal jika

diperhadapkan dalam memecahkan

tugas-tugas besar seperti pembuatan

strategi-strategi financial baru dan

teknologi-teknologi baru.

2. Pendekatan Analogis

William J.J. Gordon, seorang

professor perekayasaan part-timer di

Harvard University dan eksekutif

dari sebuah perusahaan konsultasi

besar Arthur D. Little, Inc., di

Cambridge, Massachusetts kagum

dengan metode Brainstorming dari

Osborn, tetapi dia yakin bahwa

kreativitas lebih dari teori-teori

tersebut. Dia menemukan pola

pemecahan masalah yang kreatif dari

tim-nya, yaitu pendekatan analogis.

Ketika tim mengemukakan gagasan

baru untuk memecahkan suatu

masalah rumit, hal itu sesungguhnya

terungkap berdasarkan analogi

dengan masalah serupa yang

ditemukan di alam ini atau ditempat

lain dalam kehidupan. Gordon

menuliskan pendekatan ini dalam

bukunya yang berjudul “Synectics”

yang diterbitkan pada tahun 1960.

Langkah pertama dalam metode ini

adalah memahami latar belakang

informasi, dan langkah kedua adalah

pencarian analogi alami. Dalam

pencarian analogi ini, pikiran

dibiarkan bebas sebebas-bebasnya.

Akan tetapi ketika Gordon tidak

memimpin upaya pemecahan masalah

dengan metode yang ia kemukakan,

maka akhirnya menjadi terlalu samar

dan tidak menemukan penyelesaian

masalah. Akhirnya Gordon

menyempurnakan metodenya dengan

menambahkan langkah-langkah yang

lebih rinci dan kesimpulan bahwa

setiap pemecahan masalah yang

kreatif selalu memiliki “paradoks”.

Ketika diminta memasukkan keripik

kentang ke dalam wadah yang

sempit, maka dapat dilakukan dengan

menekannya akan tetapi paradoks-

nya adalah keripik kentang akan

hancur. Proses analogis harus

dilakukan kembali, dengan melihat

daunan hijau yang fleksibel dapat

dimasukkan dalam wadah sempit

tanpa mengalami kehancuran. Maka

gagasan kreativitasnya adalah

Page 37: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

33

“fleksibelitas” daun yang dihasilkan

dari kelembaban.

3. Pendekatan Penekanan Sisi

(hemisper) Kiri Otak

George M. Prince kagum dengan

penemuan hasil psikologi otak yang

mengatakan bahwa otak manusia

terbagi atas dua bagian (hemisper)

yang membentuk dua alam pikiran,

yaitu hemisper kiri adalah tempat

pikiran logis dan pembicaraan serta

mengendalikan otot di sisi kanan

bagian tubuh, sedangkan hemisper

kanan adalah tempat impian, hayalan,

dan gudangnya gagasan serta

mengendalikan otot di sisi kiri tubuh.

Kedua hemisper ini berkomunikasi

melalui sekumpulan saraf yang

disebut corpus callosum.

George memunculkan upaya

menyukai otak kanan. Dia

mengemukakan teknik memunculkan

keinginan-keinginan dengan sasaran,

dimana penemu yang memberikan

inspirasi akan memimpikan tentang

bagaimana masalah dapat dipecahkan

jika tidak ada perintang teknik atau

keuangan. Setelah memunculkan

sejumlah gagasan, maka dimita

kembali untuk mengkajinya dan

meminta untuk menggunakan metode

yang baik untuk mencapainya, yang

ia sendiri khawatir akan ditolak oleh

orang lain, yang dia sebut “get-fired

solution”. Akan tetapi akhirnya

sering menghasilkan gagasan kreatif

yang dapat dilaksanakan.

Dudley Lynch dari Dallas

percaya sisi otak kiri dapat ditekan

dengan memainkan musik lembut dan

ritmis sementara memandang

secangkir kopi dimana diproyeksikan

serangkaian warna-warni.

4. Pendekatan Brain-writing

Stanley G. Gryskiewicz , seorang

peneliti mengemukakan pendekatan

brain-writing, yaitu: gagasan-

gagasan tidak dibahas secara terbuka

tetapi ditulis diatas selembar kertas,

nama penulis tidak dibuat, kemudian

diedarkan kepada orang lain yang

mengembangkan gagasan tersebut

dan mengedarkannya kembali.

Akhirnya ditemukan sejumlah

penyempurnaan gagasan dari

berbagai pengembang dan hal inilah

yang perlu diuji dan dicoba.

Page 38: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

34

5. Memusatkan Perhatian PadaThetaOtak manusia menghasilkan

empat jenis gelombang sesuai

dengan kondisi manusia tersebut,

yaitu: (1) gelombang alpha yang

dihasilkan saat keadaan jaga yang

relaks; (2) gelombang beta yang

dihasilkan saat terjaga dan

menganalisis sesuatu, berbicara, dan

terlibat secara aktif dalam hal

pemecahan masalah; (3) gelombang

delta yang dihasilkan saat tertidur

lelap tanpa mimpi; dan (4)

gelombang Theta yang dihasilkan

saat melamun, memproses informasi

hari itu dan memperoleh kilatan-

kilatan inspirasi.

Untuk menghasilkan gagasan dan

daya cipta, otak harus menghasilkan

gelombang theta. Profesor Eugene

Gendlin ahli psikologi Universitas

Chicago mengatakan bahwa

seseorang dapat dalam keadaan

gelombang theta dan berada di sana

dalam waktu tak terhingga dengan

teknik yang dia kembangkan yang

disebutnya “focusing”, dalam mana

mirip dengan menghipnotis diri.

Orang yang berada dalam keadaan

tersebut membuat hubungan antara

pikiran sadar dan bawah sadar yang

menjadi inti dari kreativitas.

6. Metode Robert Sternberg(Rose, 2003)

Robert Sternberg melakukan

penelitian bagaimana menghasilkan

gagasan yang kreatif, dan

mengatakan bahwa ada 3 (tiga) tahap

yang harus ditempuh, yaitu:

Tahap Pengertian:

Mendefenisikan masalah dengan

seksama dan memisahkan data yang

relevan dan yang tidak relevan.

Tahap Kombinasi:

Mengkombinasi (mengsintesa) ide-

ide yang ada dalam bentuk satu

kesatuan yang saling mendukung dan

membentuk model baru. Langkah ini

juga dilakukan dengan

mengkombinasikan ide-ide lama

dengan yang baru. Hal ini sering

disebut cara: “Kupia Kompi P”:

Ku; Kumpulkan - informasi yang

banyak

Pi; BerPikir empat arah - lihat

dari setiap sudut

Page 39: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

35

A; Alternatif - munculkan

banyak gagasan

Kom; Kombinasi ulang - cari

kombinasi terbaik gagasan-gagasan

ini.

Pi Pilihlah - putuskan mana

kombinasi terbaik

P Pengaruh - lakukan tindakan

Tahap Pembandingan:

Membandingkan yang lama dengan

yang baru.

Cara berpikir empat arah: (a)

Depan ke belakang; (b) belakang ke

depan; (c) atas ke bawah;

Dan (d) bawah ke atas.

(a) Cara Berpikir Depan ke belakang

D definition, defenisikan

masalah yang harus menjadi titik

awal setiap pemikiran.

A Alternatives, Munculkan

banyak alternative

N Narrow Down, sempitkan

alternative-alternatif

C Choose Consequencess, pilih

salah satu alternative dan ujilah

akibat-akibatnya.

E effects/act, akibat/tindakan

(b) Cara Berpikir Belakang ke Depan

A Apa yang harus menjadi

target

I Identifikasi faktor-faktor apa

yang mempengaruhi target

T Tetapkan faktor yang paling

dominan dan yang menjadi pilihan

C Cari akar penyebab adanya

factor-faktor dominan.

N Nagasikan kondisi

S Solusi dan tindakan

Contoh: Bagaimana

membasmi nyamuk demam berdarah

?

Cara berpikir depan kebelakang akan

bertindak bagaimana membunuh

nyamuk-nyamuk. Tetapi cara berpikir

Belakang ke depan adalah bagaimana

seandainya nyamuk-nyamuk tersebut

tidak ada, bagaimana mungkin terjadi

? Maka berpikirlah dengan angan-

angan “seandainya nyamuk-nyamuk

itu tak pernah dilahirkan”. Maka

solusi yang diambil adalah:

lepaskanlah nyamuk-nyamuk yang

telah dimodifikasi gen-nya yang

menyebabkan mandul, sehingga

lambat laun nyamuk-nyamuk akan

lenyap dengan sendirinya. Mulailah

Page 40: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

36

dari solusi, barulah pikirkan detail

untuk melaksanakan solusi tersebut.

(c) Cara Berpikir Bawah ke atas

Edward Jenner ketika ingin

memecahkan permasalahan

masyarakat yang banyak kejangkitan

penyakit cacar dan mengakibatkan

banyaknya korban, mendapat ilham

untuk beralih dari mempertanyakan

“mengapa orang terjangkit cacar ?”

menjasi “kenapa sapi perah tidak

terjangkit cacar ?”. Ia meneliti sapi

perah kena cacar sapi , yaitu penyakit

lebih ringan, namun tidak kena cacar

manusia yang lebih berat. Akhirnya

ia mangambil asumsi, jika seseorang

diberikan penyakit cacar yang ringan,

maka penyakit cacar yang berat tidak

akan mengenainya. Solusi yang

diambilnya adalah dengan

menyuntikkan bibit penyakit yang

sudah dilemahkan.

Henry Ford menggunakan cara

berpikir bawah ke atas ini ketika ia

menemukan ban berjalan yang

membawa benda kerja ke pekerja,

bukan sebaliknya para pekerja

menjumpai benda kerjanya.

Pertanyaan:”bagaimana caranya agar

kita bisa mengobati penyakit lebih

baik ? , maka kita ganti menjadi

bagaimana kita dapat membantu

orang agar tetap sehat ?”.

Bagaimana seorang guru mengajari

siswa menjadi pintar, diubah menjadi

bagaimana seorang guru mengajari

anak agar tahu cara belajar yang baik.

Dua orang karyawan

(salesman) disuruh perusahaan untuk

memasarkan sepatu ke satu daerah

yang miskin. Salesman pertama

menelepon manajernya dan berkata

:”tak seorangpun masyarakat disini

yang memakai sepatu dan mungkin

mereka tidak punya uang dan peluang

kita sangat kecil”. Salesman kedua,

mengatakan kepada manajernya:

”Luar biasa peluang kita, karena

belum seorangpun yang memiliki

sepatu”.

(d) Cara Berpikir Atas ke Bawah

Cara berpikir ini adalah

mengingatkan betapa pentingnya

tinjauan yang luas, yang banyak

melibatkan orang lain, dan sangat

penting dalam negosiasi. Cara

Page 41: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

37

berpikir ini adalah: “menganalisis

secara system”, bukan secara detail

dan melupakan hubungannya dengan

sub system yang lain.

7. Metode Titik Temu

Johansson ( 2007) mengatakan

bahwa ada dua gagasan, yaitu:

gagasan terarah dan gagasan titik

temu. Gagasan terarah adalah bahwa

kita tahu secara jelas kemana kita

akan menuju, sementara gagasan

titik temu adalah mengasumsikan

bahwa sesuatu yang seolah-olah tak

berhubungan pasti ada titik temu

hubungannya. Titik temu inilah yang

harusnya dicari.

Contoh: Sebuah perusahaan animasi

meminta para programmernya

membuat film animasi. Namun hasil

yang diproduksi kurang memuaskan.

Pimpinan memutuskan melatih para

programmer untuk melakukan acting,

seperti layaknya para bintang film.

Setelah mereka dilatih secara serius,

para programmer dapat menghasilkan

film animasi yang bukan saja secara

tiga dimensi member kesan nyata,

tetapi hingga detail gerak dan mimic

dapat tercipta.

Mengoperasikan kecerdasan untuk mengungkap Gagasan

Sejumlah gagasan dapat

dihasilkan dengan mengoperasikan 8

(delapan) kecerdasan, yaitu: (1)

kecerdasan logis-matematis; (2)

Kecerdasan musical; (3) kecerdasan

interpersonal; (4) kecerdasan

intra personal; (5) kecerdasan

kinetetik; (6) kecerdasan Visual

spasial; (7) kecerdasan

naturalis; (8) kecerdasan linguistik.

Page 42: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan

38

DAFTAR PUSTAKA

Ching Ie Swe.1987. SidhartaGautama. Jakarta: Penerbit PT. AlexMedia komputindo.

Chin Lai Jai. 1987. Galileo Galilei.Jakarta: Penerbit PT. AlexMedia komputindo.

Hwa Lin Jue. 1987. Leonardo DaVinci. Jakarta: Penerbit PT.Alex Media komputindo.

Hwa Lin Jue. 1987. WrightBersaudara. Jakarta: PenerbitPT. Alex Media komputindo.

Howard Niles dalam A. Dale Timpe(alih Bahasa: Sofyan Cikmat).1992. Kreativitas. Jakarta: PT.Alex Media Computindo.

Ie Wang. 1987. Walt Disney. Jakarta:Penerbit PT. Alex Mediakomputindo.

Johansson Frans. (Alih bahasa: HarisPriyatno). 2007. Inovasi TitikTemu. Jakarta: Serambi

Jau Tan Fe. 1987. Alfred BernhardNobel. Jakarta: Penerbit PT.Alex Media komputindo.

Rose Colin, Malcolm J. Nicholl. (alihBahasa: Dedi Ahimsa). 2003.Accelerated Learning For 21’stCentury. Bandung: Nuansa

S0 Wan Ie. 1987. Marie Curie.Jakarta: Penerbit PT. AlexMedia komputindo.

World Animik. 1987. James Watt.Jakarta: Penerbit PT. AlexMedia komputindo.

World Animik. 1987. AlexanderGraham Bell. Jakarta: PenerbitPT. Alex Media komputindo.

Yue Con Ta. 1987. ChristopherColumbus. Jakarta: PenerbitPT. Alex Media komputindo.

Page 43: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

39

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAPKINERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN MEDAN KOTA

Sukarman Purba

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung supervisiAkademik Kepala Sekolah terhadap kinerja guru. Populasi target dalampenelitian ini adalah guru-guru SMP Negeri di Kecamatan Medan Kota, sebanyak324 orang guru. Jumlah sampel sebanyak 182 orang dengan menggunakan tabelKreijcie.. Teknik pengambilan sampel yang digunakan Proporsional RandomSampling. Pengumpulan data supervisi akademik kepala sekolah dilakukandengan kuesioner, dan untuk variabel Kinerja guru dilakukan denganmenggunakan lembaran observasi yang diadopsi dari Instrumen Alat PenilaianKinerja Guru (APKG). Metode penelitian adalah penelitian survey denganpendekatan korelasional..Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruhlangsung positif dan signifikan Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadapkinerja guru. Untuk itu, diperlukan kebijakan untuk meningkatkan kinerja guru,sehingga perlu ditingkatkan pemberian Supervisi Akademik kepada guru.

Kata kunci : Supervisi Akademik, Kinerja Guru

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah

satu wahana utama untuk

mengembangkan sumber daya

manusia karena kemajuan suatu

negara dapat dilihat dari kualitas

sumber daya manusia sebagai hasil

dari pendidikannya. Dengan

demikian, pendidikan merupakan

faktor utama dalam pembentukkan

pribadi manusia, yang diharapkan

menghasilkan sumber daya manusia

yang berkualitas dan mampu

menghadapi tantangan di masa depan.

Guru sebagai salah satu faktor

yang mempunyai peranan penting

dalam pencapaian keberhasilan proses

belajar mengajar dituntut mampu

berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk

mewujudkan tujuan hidupnya secara

Page 44: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

40

optimal. Guru memiliki peran sebagai

pengajar, pendidik, dan pelatih bagi

siswa, dan merupakan agen perubahan

sosial (agent of social change) yang

dapat mengubah pola pikir, sikap, dan

perilaku siswa menuju kehidupan

yang lebih baik. .Menurut Tilaar

(1992) guru dipandang sebagai

manusia bijaksana dan berwibawa,

sarjana yang sujana, berkedudukan

terhormat menyiapkan warga negara

yang terpelajar, maju dan sumber

daya insan yang terampil.

Kemampuan guru sangat menentukan

berhasil tidaknya proses belajar

mengajar. Guru dituntut mampu

menerapkan metode mengajar yang

variatif, sehingga anak didik dapat

menerima pelajaran dan betah untuk

belajar, serta mengubah suasana

belajar yang monoton menjadi

suasana yang penuh dinamika, kreatif,

dan menyenangkan. Dengan

demikian, tugas guru tidak hanya

menanamkan ilmu pengetahuan

kepada anak didik, akan tetapi guru

harus siap menjalankan tiga fungsi,

yaitu melatih, mengajar dan

mendidik.

Menurut laporan Human

Development Index Tahun 2011,

ternyata pendidikan Indonesi masih

menunjukkan pencapaian yang belum

menggembirakan dengan nilai IPM

yaitu 0,617 masih berada di bawah

rata-rata negara lain di kawasan dunia

yang saat ini telah mencapai angka

0,682. Sedangkan laporan, United

Nations Development Programme

(UNDP) pada tanggal 2 November

2011, Indonesia berada pada

peringkat 124 sedunia dari 187

negara, dan masih dibawah Malaysia

dan Singapura. Temuan ini

menunjukkan pelaksanaan pendidikan

di sekolah masih belum sesuai seperti

yang diharapkan. Merosotnya kualitas

pendidikan di Indonesia disebabkan

oleh beberapa factor, yaitu salah satu

faktor tersebut adalah faktor guru.

Peran guru sebagai perancang

sekaligus pelaksana proses

pembelajaran, dituntut tidak hanya

mentransfer ilmu pengetahuan dan

teknologi, namun harus mampu

menanamkan nilai-nilai yang dapat

menumbuhkan sikap juang yang

tinggi. Dengan demikian, peran guru

Page 45: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

41

dapat dikatakan sebagai ujung tombak

dalam upaya peningkatan kualitas

layanan dan hasil pendidikan yang

berkualitas. Untuk itu, seorang guru

haruslah memiliki kinerja dan

kompetensi profesional yang tinggi.

Realita yang terjadi pada

guru-guru di SMP Negeri Kecamatan

Medan Kota berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan

ditemukan masih ada 30 persen guru

belum merencanakan pembelajaran

dengan baik, hal ini ditandai para

guru tidak membuat sendiri silabus

dan Rencana Program Pembelajaran

(RPP), tidak memiliki bahan ajar

media yang mendukung dalam proses

pembelajaran. Selain itu, ditemukan

dalam menentukan metode dan

strategi pembelajaran tidak bervariasi,

dalam arti tidak disesuaikan dengan

materi dan kompetensi yang ingin

dicapai. Guru yang membuat

perangkat pembelajaran hanya

sekedar untuk memenuhi kewajiban

administratif tidak dipergunakan

ketika melaksanakan proses

pembelajaran di kelas, sehingga akan

berpengaruh pada kinerja guru.

Berbagai upaya dapat diberikan untuk

membantu guru dalam meningkatkan

kinerjanya, yaitu salah satunya

diantanranya memberikan supervisi

akademik, dimana secara umum

supervisi berfungsi untuk

memelihara, merawat dan

menstimulasi peningkatan kompetensi

dan profesionalitas guru. Pemberian

supervisi akademik oleh kepala

sekolah sangatlah berarti dan

mendukung dalam pencapaian tujuan

yang diharapkan, karena kepala

sekolah merupakan orang yang

langsung memahami dan melihat

kenyataan kemampuan yang dimiliki

oleh guru. Kekurangan atau

kelemahan guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran secara kontinu

dapat diikuti oleh kepala sekolah,

sehingga kepala sekolah dapat

mendiagnosis kelemahan yang

dimiliki oleh guru. Supervisi yang

diberikan kepala sekolah merupakan

salah satu tugas kepala sekolah dalam

membina guru melalui fungsi

pengawasan. Pengawasan yang

dilakukan oleh kepala sekolah pada

intinya yaitu melakukan pembinaan,

Page 46: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

42

bimbingan untuk memecahkan

masalah pendidikan termasuk masalah

yang dihadapi guru secara bersama

dan bukan mencari kesalahan guru.

Pemberian supervisi yang terprogram

akan membantu guru ke arah

perbaikan dalam mengajar, sehingga

akan dapat meningkatkan kinerja

guru. Hal ini didukung hasil

penelitian, Samosir (2011) yang

menemukan terdapat hubungan positif

yang signifikan Supervisi Kepala

sekolah dengan Kinerja guru, dengan

koefisien korelasi 0,648. Penelitian,

Frida Nenti (2009) menemukan

supervisi akademik mempunyai

hubungan positif dan berarti dengan

peningkatan kompetensi guru dalam

melaksanakan pembelajaran .

Berdasarkan uraian tersebut,

maka perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui pengaruh Supervisi

Akademik Kepala Sekolah terhadap

kinerja guru Sekolah Menengah

Pertama di kecamatan Medan Kota.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan yang

dikemukakan maka dirumuskan

masalah sebagai berikut: Apakah

terdapat pengaruh supervisi akademik

kepala sekolah dengan kinerja guru

SMP Negeri di Kecamatan Medan

Kota?

DESKRISI TEORETIK

1. Kinerja Guru

Menurut Gibson, et al (2006)

dikatakan bahwa kinerja adalah

tingkat keberhasilan dalam

melaksanakan tugas dan kemampuan

untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Batasan tersebut

mengandung makna bahwa kinerja

dinyatakan baik dan sukses, jika

tujuan yang diinginkan dapat tercapai

dengan baik. Gibson, Ivancevich dan

Donnelly (1994) mengemukakan

bahwa ada tiga perspektif kinerja

yaitu: (1) kinerja individu, berupa

kontribusi kerja karyawan sesuai

Page 47: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

43

status dan perannya dalam organisasi,

(2) kinerja tim (kelompok), berupa

kontribusi yang diberikan oleh

karyawan secara keseluruhan, dan (3)

kinerja organisasi adalah kontribusi

nyata dan kinerja individu dan tim

secara keseluruhan. Selanjutnya

dikatakan kinerja bentuknya berupa

pengukuran terhadap efisiensi dan

efektivitas suatu institusi. Purba

(2008) menyatakan bahwa penekanan

kinerja adalah untuk mendapatkan

hasil yang berorientasi pada

efektifitas dan efisiensi untuk

mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut,

Purba (2009) menjelaskan kinerja

adalah sebagai ekspressi potensi

berupa perilaku atau cara seseorang

atau kelompok orang dalam

melaksanakan suatu kegiatan atau

tugas sehingga menghasilkan suatu

produk yang merupakan wujud dari

semua tugas dan tanggungjawab

pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Mulyasa (2005)

mengemukakan bahwa guru adalah

pendidik yang menjadi tokoh

panutan dan identifikasi bagi peserta

didik dan lingkungannya. Guru

sebagai pendidik memiliki tugas dan

tanggung jawab yang berat. Guru

harus menyadari bahwa ia harus

mengerjakan tugasnya tersebut

dengan sungguh-sungguh,

bertanggung jawab, ikhlas dan tidak

asal-asalan, sehingga siswa dapat

dengan mudah menerima apa saja

yang disampaikan oleh gurunya. Jika

ini tercapainya maka guru akan

memiiki tingkat kinerja yang tinggi.

Hamalik (2009) menambahkan bahwa

sesungguhnya peranan guru itu

meliputi: (1) guru sebagai pengajar,

(2) guru sebagai pembimbing, (3)

guru sebagai ilmuwan, dan (4) guru

sebagai pribadi. Dengan

memperhatikan kinerja tersebut,

peran guru sangat penting seperti

yang dikemukan oleh Mulyasa (2005)

yaitu: (a) guru sebagai pendidik yang

menjadi tokoh, panutan dan

identifikasi bagi para peserta didik,

(b) guru sebagai pengajar, (c) guru

sebagai pembimbing, (d) guru sebagai

pelatih, (e) guru sebagai penasehat, (f)

guru sebagai pembaharu atau

inovator, (g) guru sebagai model dan

Page 48: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

44

teladan, (h) guru sebagai pribadi yang

memiliki kepribadian dan

mencerminkan seorang pendidik, (i)

guru sebagai peneliti, (j) guru sebagai

pendorong, (k) guru sebagai

pembangkit pandangan, (l) guru

sebagai pekerja rutin, (m) guru

sebagai pemindah kemah, (n) guru

sebagai pembawa cerita, (o) guru

sebagai informan, (p) guru sebagai

emansipator, (q) guru sebagai

evaluator, (r) guru sebagai pengawet,

dan (s) guru sebagai kulminator.

Kinerja guru tidak terlepas

dari tugas guru sebagai pengajar.

Tugas utama guru di sekolah

tentunya adalah melaksanakan

pengajaran kepada siswa. Pengajaran

tersebut menyangkut perencanaan

pengajaran, pelaksanaan, dan

evaluasi hasil pembelajaran. Suwatno

(2008) menyatakan kinerja guru

berkaitan dengan aktivitas dan

perilaku kerjanya dalam mengelola

pembelajaran, yang meliputi

merencanakan pembelajaran,

implementasi pembelajaran, dan

mengevaluasi pembelajaran.

Natawijaya dan Moein (1991)

menyatakan kinerja guru adalah

merupakan perilaku nyata yang

ditunjukkan guru pada waktu dia

memberikan pelajaran kepada

siswanya. Sedangkan, Wibowo

(2007) mengungkapkan pengertian

kinerja guru dalam proses belajar

mengajar adalah kesanggupan atau

kecakapan para guru dalam

menciptakan suasana komunikasi

yang edukatif antara guru dan peserta

didik yang mencakup segi kognitif,

efektif, dan psikomotorik sebagai

upaya mempelajari sesuatu

berdasarkan perencanaan sampai

dengan tahap evaluasi dan tindak

lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.

Dengan pemahaman

mengenai konsep kinerja

sebagaimana dikemukakan di atas,

maka akan nampak jelas apa yang

dimaksud dengan kinerja guru pada

dasarnya merupakan kegiatan guru

dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagai seorang

pengajar dan pendidik di sekolah.

Artinya, kinerja guru akan terlihat

Page 49: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

45

dari perilaku kerjanya dan hasil dalam

melaksanakan tugas proses belajar

mengajar di sekolah. Apabila guru

mampu melaksanakan serangkaian

proses belajar mengajar dengan baik,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi, dan tindak lanjut, maka guru

tersebut dikatakan mampu

melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan tugas dan kewajibannya

Selain kinerja guru di atas

guru juga diberi tugas lain dalam

rangka membantu kepala sekolah

untuk mengatur kelas yaitu sebagai

wali kelas yang tugasnya; (a)

mengelola kelas; (b) mempersiapkan

administrasi kelas seperti denah dan

papan absen siswa, daftar pelajaran

kelas, buku absensi siswa, dan daftar

piket kelas, buku kegiatan

pembelajaran; (c) membuatan statistik

bulanan siswa; (d) mengisi daftar

kumpulan nilai; (e) catatan mutasi

siswa; (f) mengisi buku laporan hasil

belajar siswa; dan (g) pembagian

raport hasil belajar siswa. Disamping

itu kinerja tambahan yang diberikan

kepada guru adalah (a) melaksanakan

musyawarah guru mata pelajaran

(MGMP), (b) memberikan bimbingan

dan konseling kepada siswa, (c)

mengelola laboratorium dan (e)

melaksanakan piket harian.

Berdasarkan uraian tentang

kinerja yang telah disampaikan dapat

disimpulkan bahwa kinerja guru

adalah unjuk kerja seorang guru untuk

melakukan pekerjaannya sesuai

dengan tanggung jawabnya yaitu

usaha guru untuk melaksanakan tugas

pembelajaran sebaik-baiknya untuk

mencapai tujuan yang diharapkan,

dengan indikator perencanaan

program pengajaran, pelaksanaan

kegiatan pembelajaran, dan evaluasi

hasil pembelajaran.

2. Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Menurut Nawawi (2010)

tujuan supervisi adalah menolong

guru dengan kesadaran sehingga

dapat berkembang dan tumbuh

menjadi guru yang lebih cakap dan

lebih baik dalam menjalankan tugas-

tugasnya. Suhardan (2010)

mengemukakan supervisi pada

Page 50: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

46

hakekatnya adalah bantuan dan

layanan, dukungan dan motivasi,

pemberian semangat supaya

kemampuan dan ketrampilan guru

ditampakkan pada waktu

melaksanakan tugasnya.

Arikunto (2004) mengatakan

sasaran supervisi ada 3 macam, yaitu

pembelajaran atau instruksional,

pendukung kelancaran pembelajaran

atau administrasi, dan kelembagaan.

Selanjutnya Suhardan (2010)

mengatakan, ditinjau dari objek yang

disuvervisi dan biasanya dalam

praktek sekarang ada tiga macam

supervisi yaitu: (a). Supervisi

akademik yang menitikberatkan

pengamatan supervisor pada masalah-

masalah akademik, yaitu hal-hal yang

langsung berada dalam lingkungan

kegiatan pembelajaran pada waktu

siswa sedang dalam proses

mempelajari sesuatu; (b) Supervisor

Administrasi yang menitikberatkan

pengamatan supervisior pada aspek-

aspek administrasi yang berfungsi

sebagai pendukung dan pelancar

terlaksananya pembelajaran, (c)

Supervisi Lembaga yang menebarkan

atau menyebarkan objek pengamatan

supervisor pada aspek-aspek yang

berada di seantero sekolah. Jika

supervisi akademik dimaksudkan

untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran, maka supervisi

lembaga dimaksudkan untuk

meningkatkan nama baik sekolah atau

kinerja sekolah secara keseluruhan.

Sasaran supervisi akademik

adalah pemberdayaan guru dalam

melaksanakan tanggungjawabnya

sebagai tenaga profesional yang

dimanifestasikan dalam kinerja

membelajarkan peserta didiknya atau

dengan kata lain sasaran utama

supervisi akademik adalah

pemberdayaan akuntabilitas guru

yang direfleksikan dalam

kemampuan. Berdasarkan uraian di

atas, supervisi akademik dapat

dinyatakan sebagai suatu bantuan

terhadap guru-guru, baik secara

individu maupun kelompok dalam

upaya memperbaiki proses belajar

mengajar kearah yang lebih baik,

sehingga dicapai hasil belajar siswa

semakin lebih baik.

Page 51: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

47

Suhardan (2010) mengatakan

bantuan profesional digunakan oleh

kepala sekolah untuk merefres

kondisi guru sehingga kembali segar.

Hal ini akan member pengaruh agar

guru mampu mengajar lebih baik,

karena memperoleh bantuan,

dorongan dan motivasi kerja,

terutama memperoleh perhatian atas

masalah yang dihadapinya, sehingga

menumbuhkan kembali rasa percaya

diri. Bantuan profesional yang

diberikan merupakan usaha

menyemangati kembali guru yang

sudah jenuh kepada kondisi yang

lebih baik.

Berdasarkan uaraian di atas,

maka pengertian supervisi akademik

kepala sekolah adalah penilaian guru

terhadap bantuan yang diberikan oleh

kepala sekolah kepada guru dalam

proses belajar mengajar di sekolah,

dengan indikator: penyusunan

program pengajaran, supervisi

pelaksanaan pembelajaran, supervisi

evaluasi hasil belajar.

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian dirumuskan

yaitu: terdapat pengaruh yang positif

dan signifikan antara Supervisi

akademik kepala sekolah dengan

kinerja guru

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang

digunakan adalah metode survei

dengan pendekatan Korelasional.

Populasi target pada penelitian ini

adalah guru SMP Negeri di

Kecamatan Medan Kota sebnyak 324

orang guru. Untuk menentukan

jumlah sampel penelitian, ditentukan

dengan menggunakan tabel Kreijcie,

sehingga diperoleh sebanyak 182

orang. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan Proporsional

Random Sampling. Pengumpulan data

dilakukan dengan kuesioner, yaitu

untuk supervisi akademik kepala

sekolah. Butir-butir dalam kuesioner

instrumen penelitian disusun dalam

bentuk pernyataan atau pertanyaan

Page 52: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

48

positif ataupun negatif. Sedangkan

untuk variabel Kinerja guru dilakukan

dengan menggunakan lembaran

observasi yang diadopsi dari

Instrumen Penilaian Kinerja Guru

yang dikeluarkan oleh Direktorat

Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik

dan Tenaga Kependidikan (PMPTK)

Kementerian Pendidikan Nasional

(2008) yang telah dimodifikasi.

dengan metode rating scale yaitu

terdiri dari 4 skor penilaian yaitu skor

1, 2, 3, dan 4. Skor 1 diberikan bila

hanya 1 deskriptor tampak, skor 2 bila

hanya 2 deskriptor tampak, skor 3 bila

hanya 3 deskriptor tampak, dan skor 4

bila seluruh deskriptor tampak.

Jumlah penilai untuk lembaran

observasi menggunakan tiga orang

penilai, yaitu wakil satu kepala

sekolah, pengawas dan guru senior.

. Teknik Analisis data yang

digunakan adalah analisis deskriptif

dan analisis inferensial. Analisis

deskriptif digunakan untuk melihat

gambaran tentang data dari masing-

masing variabel penelitian yang

ditunjukkan melalui mean, median,

modus, daftar distribusi frekuensi dan

histogram. Analisis inferensial

digunakan untuk menguji hipotesis

memakai korelasional yang didahului

dengan uji normalitas, dan uji

linieritas.

DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Pada Deskripsi data berikut ini

akan disajikan data dari setiap

variabel penelitian, yang meliputi data

variabel Kinerja Guru (Y) dan

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

(X).

Tabel. 1. Rangkuman Hasil Perhitungan Deskriptif dari Variabel PenelitianParameter Supervisi Akademik (X) Kinerja Guru (Y)n 182 182

Mean 140.96 51.68

Median 141.00 52.00

Mode 140 54

Std. Deviation 11.979 3.709

Variance 143.507 13.754

Page 53: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

49

Range 44 16

Minimum 117 43

Maximum 161 59Untuk dapat mengetahui

tingkat kecenderungan variabel

penelitian, terlebih dahulu dilakukan

perhitungan mencari Mean Ideal (Mi)

dan Standard Deviasi Ideal (SDi).

Berdasarkan hasil perhitungan untuk

variabel Kinerja Guru diperoleh Mi

sebesar 43 dan Sdi sebesar 7,5. Jadi

tingkat kecenderungan Kinerja guru

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Tingkat Kecenderungan Data Kinerja GuruRentangan Frekuensi

AbsolutFrekuensi

Relatif (%)Kategori

> 55 37 20,33 Tinggi43 – 54 145 79,67 Sedang31 – 42 - - Kurang

< 30 - - Rendah

Dari tabel di atas dapat diketahui

bahwa jumlah responden yang

memiliki Kinerja guru dalam kategori

tinggi sebanyak 37 orang (20,33%),

dan kategori sedang sebanyak 145

orang (79,67%). Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa Kinerja

guru SMP Negeri di Kecamatan

Medan Kota berada pada kategori

sedang.

Berdasarkan hasil perhitungan

untuk variabel Supervisi Akademik

Kepala Sekolah diperoleh Mi sebesar

120 dan Sdi sebesar 26,67. Jadi

tingkat kecenderungan Supervisi

Akademik Kepala Sekolah dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Tingkat Kecenderungan Data Supervisi Akademik Kepala SekolahRentangan Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Kategori

> 161 20 10,99 Tinggi120 – 160 152 83,52 Sedang80 – 119 10 5,49 Kurang

< 79 - - Rendah

Page 54: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

50

Dari tabel di atas dapat diketahui

bahwa jumlah responden yang

merasakan manfaat Supervisi

Akademik Kepala Sekolah yang

masuk kategori tinggi sebanyak 29

orang (10,99%) dan kategori sedang

sebanyak 152 orang (83,52%), dan

katehori kurang sebanyak 10 orang

(5,49%). Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pemberian

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

di SMP Negeri Kecamatan Medan

Kota berada pada kategori sedang.

PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS.

Sebelum dilakukan pengujian

hipotesis, maka terlebih dahulu

dilakukan pengujian persyaratan

analisis, yaitu uji normalitas, dan uji

linieritas, yaitu mengetahui hubungan

antara variabel dalam model harus

linier.

Uji Normalitas.

Untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian, maka

dilakukan uji normalitas dengan

menggunakan Uji Kolmogorov-

Simirnov. Rangkuman hasil

perhitungan terlihat pada tabel berikut

ini

Tabel 4. Rangkuman Hasil pengujian Normalitas Kolmogrov-Smirnov

Variabel Dabsolute Dtabel α = 0,05 Kesimpulan

Supervisi Akademik KepalaSekolah (X1)

0,061 0,101 Normal

Kinerja Guru (Y) 0,053 0,101 Normal

Dari tabel terlihat bahwa semua

nilai perhitungan Dabsolute atau Dhitung

dari tiap-tiap variabel penelitian lebih

kecil dari nilai Dtabel pada α = 0,05

sehingga dapat dinyatakan bahwa

semua data dari tiap-tiap variabel

penelitian berbistribusi normal.

Uji Linieritas

Rangkuman hasil perhitungan uji Linieritas dari kelompok variabel

penelitian terlihat pada tabel berikut ini.

Page 55: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

51

Tabel 5. Rangkuman Perhitungan Uji Linieritas

Dari tabel terlihat bahwa semua

nilai Fhitung < Ftabel, yaitu 1,152 < 1,47

pada α = 0,05 sehingga dapat

dinyatakan bahwa model atau

persamaan regresi menunjukkan

hubungan yang linier.

Pengujian Hipotesis

Setelah semua persyaratan

terpenuhi maka analisis korelasi dapat

dilakukan. Hipotesis penelitian

menyatakan terdapat pengaruh

yang positip dan signifikan antara

Supervisi Akademik Kepala

Sekolah terhadap Kinerja Guru.

Hasil analisis menunjukkan hubungan

antara variabel tersebut dinyatakan

dengan persamaan regresi Ŷ = 25,37

+ 0,18X. Hal ini berarti bahwa

peningkatan variabel Kinerja Guru

akan meningkatkan variabel Supervisi

Akademik Kepala Sekolah, setiap

kenaikan satu skor Kinerja Guru,

diikuti peningkatan 0,18 skor

Supervisi Akademik Kepala Sekolah,

pada konstanta 25,37.

Bentuk hubungan antara

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

dengan Kinerja Guru, ditunjukkan

dengan persamaan regresi Ŷ = 25,37

+ 0,18X yang digambarkan dalam

bentuk model hubungan pada

gambar berikut :

No Model Regresi Fhitung dkFtabel

Kesimpulan = 0,05 = 0,01

1. Y = 25,37 + 0,18X 1,152 37/143 1,47 1,79 Linear

Page 56: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

52

Gambar 1 Model Hubungan antara Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X)dengan Kinerja Guru (Y).

Pada gambar terlihat persamaan

regresi merupakan persamaan linear

dengan arah ke atas. Hal ini

menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan dan positif antara Supervisi

Akademik Kepala Sekolah terhadap

Kinerja Guru. Pada gambar terlihat

persamaan regresi memiliki titik

potong dengan sumbu Y pada ordinat

27,17 menunjukkan bahwa setiap

kenaikan satu skor Kinerja Guru,

diikuti peningkatan 0,18 skor

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

(X) pada konstanta 25,37.

Tabel 6. ANAVA Uji Signifikasi persamaan regresi Ŷ = 25,37 + 0,18X.

ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.

1 Regression 904.759 1 904.759 102.764 .000a

Residual 1584.758 180 8.804

Total 2489.516 181

a. Predictors: (Constant), Supervisi KAkademik Kepala Sekolah (X)

b. Dependent Variable: Kinerja Guru (Y)Dari tabel terlihat Hasil Uji

signifikansi koefisien arah regresi

sangat signifikan karena nilai Fhitung =

102,76 lebih besar daripada Ftabel=

6,76 pada = 0,01.

Berdasarkan hasil

perhitungan diperoleh koefisien

korelasi ryx = 0,603. Bila

dibandingkan dengan nilai r tabel

untuk n = 182 pada α = 0,01 sebesar

Page 57: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

53

0,146 dan pada α = 0,01 sebesar

0,195. Ini menunjukkan bahwa rhitung

> rtabel atau 0,603 > 0,146.

Untuk mengetahui keberartian dari

koefisien korelasi maka dilakukan

dengan uji t. Hasil uji t diperoleh nilai

thitung sebesar 10,13, jika

dibandingkan kepada nilai ttabel pada

α = 0,01 diperoleh 1,65.Dengan

demikian, nilai thitung > ttabel atau 10,13

> 1,65 sehingga koefisien korelasi

berarti.

Dengan demikian, terdapat

pengaruh yang signifikan antara

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

(X) terhadap Kinerja Guru (Y), teruji

kebenarannya. Besar sumbangan dari

variabel Supervisi Akademik Kepala

Sekolah (X) terhadap variabel Kinerja

Guru (Y) ditunjukkan dari besar

koefisien determinasinya. Besar

Koefisien determinasinya dapat

dihitung rYX2 = (0,603)2 x 100 % =

36,36 %. Hal ini berarti bahwa

36,36% variasi Kinerja Guru (Y)

dapat dijelaskan oleh variasi

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

(X). Sedangkan, sisanya 63,647%

ditentukan oleh variabel lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan Supervisi

Akademik Kepala Sekolah terhadap

Kinerja Guru SMP Negeri di

Kecamatan Medan Kota dengan

keeratan hubungan sebesar 0,603..

Besar sumbangan variabel Supervisi

Akademik Kepala Sekolah terhadap

Kinerja guru sebesar 36,36%.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan

Implikasi penelitian, maka diajukan

rekomendasi:

1. Bagi Dinas pendidikan sebagai

informasi untuk dapat

menentukan kebijakan dalam

rangka peningkatan kinerja guru

dengan cara memperhatikan

kesejahteraan melaui peningkatan

penghasilan, peningkatan karier

dan memberikan rasa adil

terhadap sesama guru.

Page 58: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

54

2. Bagi Kepala Sekolah agar dapat

meningkatkan Supervisi

Akademik kepada guru yang

mendukung dalam pelaksanakan

tugas, memberikan pengarahan

dalam penyusunan RPP,

mendengar keluhan yang dialami

guru, baik dalam proses

pembelajaran maupun

peningkatan kepangkatanr

sehingga dapat meningkatkan

kinerjanya.

3. Bagi Guru hendaknya dapat

meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan, dengan cara

mengikuti seminat, penataran

bidang studi maupun aktif

mengikuti kegiatan ikatan profesi

sehingga cakrawala atau wawasan

terhadap materi pembelajaran

semakin kinerjannya meningkat.

4. Peneliti lain yaitu supaya dapat

menjadi bahan pertimbangan

untuk penelitian yang relevan dan

melakukan penelitian yang

berkaitan dengan kinerja dengan

meneliti variabel lain di luar

variaber yang telah diteliti.

Page 59: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

55

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi 2004. EvaluasiProgram PendidikanPedoman Teoritis PraktisBagi Praktisi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Gibson, James L., et al. 2006.Organizations: Behavior,Structure, Processes. NewYork: McGraw-Hill.

Gibson, James l, Jhon M. Ivancevich,and James H Donnelly, Jr.1994 Organisasi: Perilaku,Struktur, dan proses.Terjemahan Agus Dharma.Jakarta: Erlangga.

Hamalik, Oemar. 2009. ProsesBelajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara

Mulyasa, E. 2005. StandarKompetensi dan sertifikasiGuru. Bandung: RemajaRosdaKary

Natawidjaja, Rahman dan H.A.Moein. 1991. PsikologiPendidikan. DepdikbudDirektorat Jenderal PerguruanTinggi.

Nawawi, M. 2010.”Hubungan AntaraPemberian SupervisiPembelajaran Oleh KepalaSekolah dan Motivasi KerjaDengan Kinerja Guru”.Medan, PPS. UNIMED

Nenti, Frida. 2009. “HubunganAntara PelaksanaanSupervisi Manajerial danSupervisi Akademik OlehPengawas sekolah DenganKompetensi Guru DalamMerencanakan PembelajaranDi SMP Negeri KabupatenAceh Tamiang”. Tesis.Program Pasca SarjanaUniversitas Negeri Medan

Penilaian Kinerja Guru.DirektoratTenaga Kependidikan (2008)

Purba, Sukarman, 2008. “PengaruhBudaya Organisasi, ModalIntelektual, dan PerilakuInovatif terhadap KinerjaPimpinan Jurusan diUniversitas Negeri Medan”,Sinopsis Disertasi. Jakarta:Program PascasarjanaUniversitas Negeri Jakarta.

__________, 2009. KinerjaPimpinan Jurusan diPerguruan Tinggi.Yogjakarta: LaksBangPressindo.

Samosir, Piter. 2011. “HubunganSupervisi Kepala Sekolah danMotivasi Kerja denganKinerja Guru di SMP SeKecamatan Medang DerasKabupaten Batubara”. Tesis,

Page 60: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan

56

Medan Program PascasarjanaUniversitas Negeri Medan,

Sugiyono. 2009. Metode PenelitianPendidikan. Bandung :Alfabeta.

Suhardan, Dadang. 2010. SupervisiProfesional: layanan dalammeningkatkan mutu

pembelajaran di era otonomidaerah. Bandung : Alfabeta.

Tilaar, H.A.R, 1992, Kekuasaan danPendidikan, Maselary. Indonesiatera.

Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja.Raja Grafindo Persada:Jakarta.

Page 61: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

57

PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATECONSTANT DOLLAR

(Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia)

Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang

Abstrak

Program dana pensiun merupakan salah satu faktor pendorong peningkatanproduktivitas angkatan kerja. Program pensiun dalam hal ini berperan pentingdalam memberikan kepastian tentang kesejahteraan hidup pribadi para pesertanyaselama masa pensiun. Agar keinginan angkatan kerja tercapai maka dibentuklahsuatu program pensiun. Pada penelitian ini akan dikonstruksi suatu programpensiun manfaat pasti dengan menggunakan metode Benefit Prorate ConstantDollar. Hasil penelitian berupa perhitungan iuran normal pertahun untuk masing-masing peserta selama aktif bekerja. Perhitungan program dana pensiunmenunjukkan bahwa usia masuk kerja dan usia masuk program dana pensiunmempengaruhi manfaat dan iuran pensiun.Kata kunci: Pensiun, manfaat pasti, Benefit Prorate, Constant Dollar.

PENDAHULUAN

Pembangunan jangka panjang

menimbulkan dampak terjadinya

pergeseran dalam pola pekerjaan

masyarakat. Dalam konteks ini

kelompok pekerja agraris yang

tadinya mendominasi sebagian

besar masyarakat menjadi

berkurang. Tumbuhnya kota-kota

yang berciri masyarakat industri

telah menyebabkan meningkatnya

masyarakat pekerja di bidang ini.

Sejalan dengan

meningkatnya masyarakat yang

memiliki pekerjaan sebagai pegawai

perusahaan, timbul suatu kesadaran

bahwa hidup mereka ini sangat

bergantung pada perusahaan tempat

dimana mereka bekerja. Pada saat-

saat mereka masih aktif,

penghasilan bukanlah menjadi

persoalan. Namun demikian, jika

suatu saat pegawai tersebut tidak

dapat lagi bekerja pada

Page 62: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

58

perusahaan karena sesuatu hal,

misalnya karena kecelakaan kerja

atau usia lanjut, maka kontinuitas

kehidupan mereka akan terganggu.

Persoalan ini apabila dilihat secara

sepintas mungkin adalah persoalan

yang sepele, tetapi jika dilihat dari

skala yang lebih luas bisa menjadi

persoalan yang cukup serius.

Misalnya persoalan hari tua (usia

lanjut) atau berhenti bekerja

sewaktu-waktu secara langsung atau

tidak, pasti ada dibenak mereka. Hal

ini mungkin bisa berpengaruh kepada

konsentrasi kerja pegawai dan

bukan tidak mungkin jika akhirnya

berpengaruh pada tingkat

produktivitas pegawai.

Antara perusahaan dengan

pegawai sebenarnya merupakan

bagian integral yang saling

membutuhkan. Diantara keduanya

bisa dikombinasikan suatu kerja

sama yang saling mutualis. Di satu

pihak pegawai memerlukan

ketenangan kerja dan jaminan-

jaminan untuk mereka, dan dilain

pihak perusahaan membutuhkan

tenaga mereka untuk mencapai

tujuan perusahaan tersebut. Antara

dua kehendak inilah yang seharusnya

dipadukan.

Berkenaan dengan hal itu,

perusahaan nampaknya menyadari

bahwa upaya pemeliharaan

kesinambungan penghasilan pada

hari tua perlu mendapat perhatian

dan penanganan yang sangat serius.

Dalam rangka inilah perlunya

pembentukan Dana Pensiun yang

diharapan dapat menunjang upaya-

upaya memenuhi kebutuhan ini. Dana

pensiun sendiri diselenggarakan

dalam suatu program yang disebut

program dana pensiun. Program dana

pensiun terbagi atas program pensiun

iuran pasti dan program pensiun

manfaat pasti.

Berdasarkan ulasan dan

permasalahan di atas, penulis

terdorong untuk membahas

bagaimana teknik perhitungan Dana

Pensiun manfaat pasti menggunakan

metode benefit prorate constant

dollar dan benefit prorate constant

percent pada awal pendirian program

Page 63: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

59

Dana Pensiun. Obyek dari penelitian

ini sendiri adalah data pegawai dari

salah satu perusahaan manufaktur

asing di Indonesia, yaitu PT. Wooil

Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA1. Dana Pensiun

Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

1992, Dana Pensiun adalah badan

hukum yang mengelola dan

menjalankan program yang

menjanjikan manfaat pensiun. Pada

Program Pensiun Manfaat Pasti

(PPMP)/ Defined Benefit, besar

manfaat pensiun ditentukan

berdasarkan rumus tertentu yang telah

ditetapkan di awal. Rumus tersebut

biasanya dikaitkan dengan masa kerja

dan besar penghasilan. Rumus

manfaat pensiun tersebut sudah

ditetapkan dalam Peraturan Dana

Pensiun, sedangkan besar iuran

pensiun ditetapkan berdasarkan

perhitungan aktuaria, kecuali iuran

peserta yang ditetapkan dalam

Peraturan Dana Pensiun. Dengan kata

lain, pada PPMP besar iuran adalah

perkiraan kebutuhan dana yang harus

disisihkan sekarang untuk

merealisasikan pembayaran manfaat

pensiun.

2. Asumsi AktuariaDalam laporan valuasi

tahunan mengenai kecukupan dana

aktuaris akan melaporkan mengenai

angka:

1. Besar kewajiban aktuaria atau

kewajiban masa kerja lalu,

2. Besar biaya normal atau kewajiban

masa kerja akan datang,

Dua angka perhitungan tersebut

penting untuk menentukan kebijakan

dan rencana kerja Dana Pensiun yang

akan datang, khususnya bila terjadi

defisit dan kenaikkan biaya normal.

Winklevoss (1993)

memperkenalkan beberapa asumsi

aktuaria yang akan digunakan dalam

perhitungan biaya pensiun, yaitu:

1. Asumsi Penyusutan Populasi

Anggota (Decrement Assumption),

Page 64: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

60

2. Asumsi Mengenai Tingkat

Kenaikan Penghasilan (Salary

Assumption),

3. Asumsi Tingkat Suku Bunga.

3. Fungsi-fungsi dasar aktuaria.

Di bawah ini akan dibahas

beberapa fungsi dasar aktuaria yang

digunakan dalam pembentukan

rumusan sehubungan dengan

penentuan dan pensiun.

a. Survival function.

Menurut Dick London (1997),

survival function adalah suatu fungsi

berkenaan dengan suatu distribusi

peluang untuk suatu jenis peubah

acak tertentu. Dalam lapangan

disiplin ilmu aktuaria, peubah acak ,

biasa dituliskan sebagai ( ),biasanya dinamakan future life time

dari orang berusia . Menurut Bowers

(1997), fungsi distribusi dari ( ),dimana ( ) = − , dan

merupakan peubah acak yang

menyatakan usia pada saat meninggal

(X berdistribusi kontinu), dinyatakan

dengan t xT xF x q , didefinisikan

sebagai berikut:

Pr ; 0.t xT xF x q T x t t (2.1)

yang menyatakan peluang bahwa

orang yang berusia , biasanya cukup

dituliskan dengan ( ), akan

meninggal dalam tahun. Sedangkan

survival function untuk ( ),dinyatakan dengan t xp , didefinisikan

sebagai berikut:

Pr 1 ; 0.t x t xp T x t q t (2.2)

yang berarti peluang bahwa ( ) akan mencapai usia + .

Dalam praktek, survival

function biasanya dikaitkan dengan

life table yang sering juga dinamakan

mortality table (tabel mortalitas). Life

table yang telah dipublikasikan

biasanya berisikan tabulasi

Page 65: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

61

berdasarkan usia-usia individu dari

fungsi-fungsi dasar , , , dan

mungkin juga berisikan fungsi-fungsi

turunannya.

menyatakan banyaknya ( ) yang

hidup mencapai usia + 1;menyatakan banyaknya ( ) yang

meninggal sebelum mencapai usia+ 1.= − (2.3)

menyatakan peluang bahwa ( ) akan meninggal antara usia dan + 1,= = −(2.4)

menyatakan peluang bahwa ( ) akan hidup mencapai usia + 1,= 1 − =(2.5)

Composite Survival Function adalah

fungsi yang menggambarkan peluang

seorang pegawai akan tetap bekerja

selama masa kerja aktif, sampai

waktu yang diperbolehkan untuk

pensiun (Winklevoss, 1993). Peluang

akan tetap bekerja selama satu tahun

dalam kasus penyebab tunggal sama

dengan komplemen dari tingkat

penyebab, sedangkan peluang akan

tetap bekerja selama satu tahun dalam

kasus banyak penyebab (multiple

decrement) sama dengan perkalian

komplemen-komplemen tersebut

untuk setiap tingkat penyebab yang

dapat digunakan, dapat dirumuskan

sebagai berikut:

( ) = 1 − ′( ) . 1 − ′( ) .1 − ′( ) . 1 − ′( )(2.6)

Page 66: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

62

dimana,( )= tingkat kematian / mortality( )= tingkat kecacatan / disability( )= tingkat pengunduran diri / termination( )= tingkat pensiun dini / retirementSehubungan dengan kedua

persamaan ini, maka peluang seorangpegawai akan tetap bekerja selama

masa aktif sepanjang n tahun sama dengan perkalian peluang composite survival selama satu tahun berturut-turut, yang perumusannya dinyatakan sebagai : ( ) = ∏ ( )(2.7)

Dalam program pensiun,

penurunan populasi peserta perlu

dibedakan antara peserta yang masih

aktif dan peserta yang sudah tidak

aktif bekerja. Penurunan populasi

peserta yang masih aktif dapat

diakibatkan oleh beberapa faktor

seperti kematian, cacat, pengunduran

diri dari pekerjaan yang dipercepat

dan pengunduran diri karena pensiun.

Sistim penurunan ini dinamakan

sistim penurunan ganda (multiple

decrement).

Bagi peserta yang sudah tidak

aktif, penurunan populasi hanya

diakibatkan oleh satu faktor saja yaitu

kematian. Sistem penurunan seperti

ini dinamakan sistim penurunan

tunggal (single decrement).

b. Fungsi bunga (interest function).

Menurut Kellison (1991),

“bunga (interest) dapat diartikan

sebagai kompensasi atas penggunaan

sejumlah uang. Konsep bunga timbul

sebagai akibat adanya nilai waktu dari

uang (time value of money)”.

Winklevoss (1993)

menyatakan bahwa dalam pendanaan

pensiun, fungsi bunga digunakan

untuk mendiskontokan suatu

pembayaran yang akan datang ke

waktu sekarang. Jika tingkat bunga

pada tahun t dinotasikan dengan x

maka nilai sekarang dari pembayaran

sebesar 1 yang akan jatuh tempo n

tahun adalah

1 2

1

1 1 ... 1 ni i i dan jika

1 2 ... ni i i i , diperoleh

Page 67: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

63

1

1n

i

(2.8)

c. Fungsi gaji (salary function).

Menurut Winklevoss (1993),

jika suatu pensiun plan mempunyai

benefit yang berkaitan dengan gaji

pegawai, maka diperlukan perumusan

notasi gaji dan prosedur untuk

mengestimasi gaji dimasa mendatang.

Gaji kumulatif dari seorang yang

berusia y (pertama masuk anggota

pensiun) sampai dengan usia x-1

dinotasikan dengan , dirumuskan

sebagai berikut :

= ∑ (2.9)

Jika diasumsikan bahwa besarnya

kenaikan gaji adalah % pertahun,

maka untuk mengestimasi gaji

pegawai di usia x didasarkan pada

gaji pegawai pada usia y, digunakan

rumus sebagai berikut:

= (1 + )( ) (2.10) dimana,

= gaji sekarang untuk usia x= gaji dahulu untuk usia y

i = tingkat bunga

d. Fungsi manfaat (benefit

function)

Fungsi manfaat digunakan

untuk menentukan besar manfaat

pensiun yang akan diterima oleh

peserta program pensiun ketika tiba

saatnya pensiun. Misalnyaxb

merupakan besar manfaat yang akan

diterima peserta berusia x tahun jika

tetap bekerja selama satu tahun yang

akan datang. Besar manfaat ini

disebut sebagai Fungsi Satuan

Manfaat (Benefit Accrual Function).

Page 68: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

64

1x

x tt y

B b

adalah Fungsi Manfaat

Terhimpun (Accrual Benefit

Function), yaitu jumlah manfaat

pensiun yang diberikan kepada

peserta program yang telah bekerja

mulai usia masuk kerja y tahun

sampai dengan usia x-1 tahun

(Winklevoss, 1993).

Pada penelitian ini

formula/rumus dari manfaat pensiun

yang digunakan adalah rata-rata karir

(Career Average). Formula manfaat

rata-rata karir untuk fungsi satuan

manfaat pensiun pada usia x tahun

adalah

= (2.11)

Sedangkan formula manfaat rata-rata karir fungsi terhimpun adalah= (2.12)

Dengan k adalah persentase yang

ditetapkan, jadi bx merupakan

persentase dari gaji tiap tahun masa

kerja.

e. Fungsi anuitas (annuity

function).

Menurut Stephen G. Kellison

(1991), anuitas adalah serangkaian

pembayaran yang dilakukan pada

interval waktu yang sama. Adapun

pembayarannya bisa dilakukan pada

awal tahun xa atau akhir tahun

xa , tergantung atas lamanya

pembayaran berlangsung, sehingga

diperoleh hubungan sebagai berikut

1x xa a (2.13)

Secara matematika, anuitas jiwa dapatdipandang sebagai perpaduan dari

fungsi survival mt xp dan fungsi

bunga tv yang perumusannya

dinyatakan sebagai :

Page 69: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

65

1

m tx t x

t

a p v(2.14)

Apabila pembayaran dilakukan di

awal masing-masing periode

sebanyak m kali dalam setahun

dengan jumlah pembayaran sebesar 1,

maka rumusnya adalah

1

2m

x x

ma a

m

(2.15)

Nilai anuitas jiwa tidak hanya

didasarkan pada fungsi survival dan

fungsi bunga, tetapi dapat juga

berlandaskan pada mortalitas.

Meskipun demikian sebagai

gambaran singkat akan disajikan

model nilai anuitas jiwa yang

didasarkan pada Tabel Group Annuity

Mortality (GAM) 1971.

METODOLOGIMetode yang digunakan dalam

penyusunan laporan ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengkaji literatur dalam bentuk

buku tentang teori pendanaan

pensiun dan beberapa peraturan

perundangan yang berlaku

kemudian menganalisa metode-

metode yang digunakan yang

diikuti dengan pengambilan data.

2. Pengambilan data pegawai PT.

WOOIL INDONESIA sebanyak

100 (peserta/ pegawai). Data

pegawai meliputi data gaji pokok,

tanggal lahir, dan tanggal mulai

kerja. Kemudian data tersebut

diolah dengan menggunakan

metode benefit prorate constant

dollar dan benefit prorate

constant percent dengan bantuan

software Microsoft Excel.

3. Setelah pengolahan data dengan

menggunakan metode benefit

prorate constant dollar dan

benefit prorate constant percent,

penulis dapat menentukan

Page 70: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

66

besarnya manfaat/benefit dari

program pensiun yang akan

diterima seorang peserta/pegawai

pada saat pensiun, besarnya

iuran/kewajiban yang harus

dikeluarkan oleh peserta/pegawai

pada masing-masing tahun

kepesertaan dan besarnya iuran

tambahan yang ditanggung oleh

perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Proses Perancangan Program

Pensiun.

Dalam pembentukan suatu

program pensiun, langkah awal yang

harus dilakukan adalah menentukan

peraturan dasar program pensiun. Ada

tiga hal pokok yang perlu

diperhatikan dalam perancangan

program pensiun, yaitu:

a. Pengaturan mengenai persyaratan

keabsahan peserta;

b. Pengaturan mengenai persyaratan

untuk mendapatkan manfaat

pensiun

c. Pengaturan mengenai besamya

manfaat pensiun yang akan

dibayarkan.

Keputusan pertama yang harus

dilakukan oleh pemberi kerja dalam

kaitannya dengan rencana

penyelenggaraan program pensiun

bagi pegawainya adalah memilih

kelompok pegawai yang akan diinput

dalam program pensiun. Persyaratan

ini biasanya dikaitkan dengan usia

minimum dan usia maksimum peserta

pada saat masuk program pensiun.

Selain itu, persyaratan juga biasanya

dikaitkan dengan masa kerja

minimum.

Persyaratan kepesertaan yang

menjadi dasar dalam valuasi aktuaria

program pensiun yang akan dibahas

dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut:

a. Persyaratan kepesertaan pada saat

program pensiun dimulai:

Usia minimum peserta 18 tahun;

Usia maksimum peserta tidak

ditentukan

b. Setelah program pensiun berjalan,

persyaratan untuk peserta baru:

Page 71: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

67

Usia minimum peserta 18 tahun;

Usia maksimum peserta 40 tahun.

Persyaratan untuk

mendapatkan manfaat pensiun

bergantung pada jenis manfaat

pensiun yang diberikan. Dalam

penelitian ini ditetapkan manfaat

pensiun yang diberikan kepada

pegawai, yaitu manfaat pensiun

normal. Manfaat pensiun normal

diberikan kepada pegawai yang

mencapai usia 56 tahun.

Besarnya manfaat pensiun

normal adalah 5 % dari gaji terakhir

pegawai sebelum pensiun, untuk

setiap tahun masa kerja yang telah

dilalui, dengan ketentuan minimum

40% dari gaji terakhir dan maksimum

75% dari gaji terakhir.

Dalam penelitian ini

diasumsikan bahwa sistim penurunan

tunggal yang disebabkan oleh faktor

kematian, didasarkan pada tabel

Group Annuity Life Table (Male)

1971 (GAM 1971), dan sistim

penurunan tunggal yang disebabkan

oleh faktor pengunduran diri dari

pekerjaan yang dipercepat, cacat dan

pensiun didasarkan pada tabel

pengalaman PT.Taspen (Persero)

tahun1972-1973.

Tabel 4.1 berikut ini memuat

tingkat penurunan (rate of decrement)

berdasarkan sistim penurunan

tunggal,dimana:

' mxq menyatakan rate of decrement

yang disebabkan oleh faktor

kematian,

' txq menyatakan rate of decrement

yang disebabkan oleh faktor

pengunduran diri dari pekerjaan yang

dipercepat.

' dxq menyatakan rate of decrement

yang disebabkan oleh faktor

pengunduran diri dari pekerjaan

karena cacat,dan

' rxq menyatakan rate of decrement

yang disebabkan oleh faktor

pengunduran diri dari pekerjaan

karena pensiun.

Tabel 4.1 Rate of Decrement

Page 72: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

68

X ' mxq ' t

xq ' dxq ' r

xq18 0,000471 0,000300 0,000200 -19 0,000486 0,000340 0,000400 -20 0,000503 0,000380 0,000500 -21 0,000522 0,000420 0,000700 -22 0,000544 0,000460 0,000800 -23 0,000566 0,000500 0,000800 -24 0,000591 0,000540 0,000899 -25 0,000619 0,000540 0,000999 -26 0,000650 0,000540 0,000999 -27 0,000684 0,000530 0,001099 -28 0,000722 0,000530 0,001099 -29 0,000763 0,000530 0,001099 -30 0,000809 0,000509 0,001199 -31 0,000860 0,000489 0,001199 -32 0,000916 0,000470 0,001199 -33 0,000978 0,000450 0,001199 -34 0,001046 0,000430 0,001199 -35 0,001122 0,000410 0,001299 -36 0,001204 0,000389 0,001399 -37 0,001295 0,000359 0,001499 -38 0,001397 0,000340 0,001499 -39 0,001509 0,000320 0,001299 -40 0,001633 0,000310 0,001199 -41 0,001789 0,000300 0,000999 -42 0,002000 0,000280 0,000999 -43 0,002260 0,000270 0,000999 -44 0,002569 0,000260 0,000799 -45 0,002922 0,000260 0,000899 -46 0,003318 0,000269 0,000799 -47 0,003754 0,000269 0,000798 -48 0,004228 0,000279 0,000798 -49 0,004740 0,000279 0,000798 -50 0,005285 0,000305 0,000690 0,02342651 0,005867 0,000334 - 0,03140252 0,006480 0,000371 - 0,03936553 0,007127 0,000399 - 0,04542854 0,007806 0,000426 - 0,05477355 0,008519 - - 0,06783456 0,009262 - - 1,000000

Dalam penelitian ini diasumsikan

bahwa multiple decrement didasarkan

pada keempat rate of decrement di

atas. Peluang ( ) akan meninggal

sebelum mencapai usia + 1 adalah:

Page 73: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

69

1

( )

0

mmx s x x sq p ds

(4.1)

Dalam hal ini, diasumsikan bahwa ' js xq adalah fungsi linier dari , untuk

0 ≤ ≤ 1, sehingga diperoleh:

1 '' ' ' '

'0

m

m m t d r xx s x s x s x s x m

s x

qq p p p p ds

p

jadi,

' ' ' '

' ' ' ' ' '

' ' '

11

2

1

31

4

m mx x x x x

x x

t d r

t d t r d rx x x x

x xd

xt r

q q q q q

q q q q q q

q q q (4.2)

Dengan cara yang sama dapat

diperoleh rumus peluang untuk

peserta yang keluar dari pekerjaan

yang dipercepat, cacat dan pensiun.

Multiple decrement table yang

dihitung berdasarkan perumusan di

atas dapat dilihat dalam tabel 4.2

dibawah ini.

Tabel 4.2 Multiple Decrement Table

x mxq t

xq dxq r

xq18 0,000471 0,000300 0,000200 -19 0,000486 0,000340 0,000400 -20 0,000503 0,000380 0,000500 -21 0,000522 0,000420 0,000700 -22 0,000544 0,000460 0,000800 -23 0,000566 0,000500 0,000800 -24 0,000591 0,000540 0,000898 -25 0,000619 0,000540 0,000998 -26 0,000649 0,000540 0,000998 -27 0,000683 0,000530 0,001098 -28 0,000721 0,000530 0,001098 -29 0,000762 0,000530 0,001098 -30 0,000808 0,000508 0,001198 -31 0,000859 0,000488 0,001198 -32 0,000915 0,000470 0,001198 -

Page 74: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

70

33 0,000977 0,000450 0,001198 -34 0,001045 0,000430 0,001198 -35 0,001121 0,000410 0,001298 -36 0,001203 0,000388 0,001398 -37 0,001294 0,000358 0,001498 -38 0,001396 0,000340 0,001498 -39 0,001508 0,000320 0,001298 -40 0,001632 0,000310 0,001198 -41 0,001788 0,000300 0,000998 -42 0,001999 0,000280 0,000998 -43 0,002259 0,000270 0,000998 -44 0,002568 0,000260 0,000798 -45 0,002920 0,000260 0,000898 -46 0,003316 0,000268 0,000798 -47 0,003752 0,000268 0,000796 -48 0,004226 0,000278 0,000796 -49 0,004737 0,000278 0,000796 -50 0,005221 0,000301 0,000680 0,02335251 0,005774 0,000328 - 0,03130552 0,006351 0,000363 - 0,03923053 0,006964 0,000389 - 0,04525754 0,007591 0,000413 - 0,05454855 0,008230 - - 0,06754556 0,004631 - - 0,995369

Tingkat bunga i yang

digunakan dalam valuasi aktuaria

untuk pendanaan program pensiun

diasumsikan sama untuk setiap tahun,

yang besarnya sesuai dengan tingkat

bunga maksimum yang

diperkenankan menurut peraturan

yaitu sebesar 9% pertahun, sehingga

faktor diskonto v menjadi:

= 1

1,09.

Diasumsikan bahwa kenaikan

gaji pegawai hanya dipengaruhi oleh

peningkatan usia dan masa kerja

pegawai. Dalam hal ini ditetapkan

bahwa gaji pegawai akan meningkat

sebesar 10% pertahun, sehingga:

= (1,1)( ).

Page 75: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

71

Data yang digunakan dalam

pembahasan penelitian ini adalah data

pegawai PT. Wooil Indonesia yang

menggambarkan kondisi pegawai

yang sudah dikelompokkan

berdasarkan usia dan masa kerja.

Secara garis besar, kondisi data

peserta pada awal valuasi adalah

sebagai berikut:

Jumlah pegawai : 100 orang

Rata-rata gaji setahun :Rp.

16.803.010,56

Rata-rata usia : 42 tahun

Rata-rata masa kerja : 18 tahun

2. Perhitungan anuitas

Misalkan akan dibentuk suatu

program dana pensiun di PT. Wooil

Indonesia, dana pensiun ini

merupakan dana pensiun pemberi

kerja yang menyelenggarakan

program pensiun manfaat pasti. Pada

sistem ini tanggungjawab pemberi

kerja adalah menyelenggarakan dan

menyediakan dana yang cukup untuk

memenuhi kewajiban yang telah

dijanjikan kepada pekerjanya yaitu

memberikan manfaat pensiun pada

saat memasuki usia pensiun dengan

yang telah dijanjikan.

Dana pensiun ini adalah dana

pensiun yang sistem iurannya adalah

contributory adapun contributory

system adalah sistem dana pensiun

yang iurannya ditanggung bersama-

sama antara pemberi kerja dan

karyawan (peserta). Pegawai Tetap di

PT. Wooil Indonesia berjumlah 100

orang. Data ini terdiri dari: nomor

peserta, tanggal lahir, tanggal

diangkat, tanggal pensiun, usia saat

diangkat ( ), usia saat ini ( ), masa

kerja sampai dengan saat ini, masa

kerja sampai dengan pensiun, sisa

masa kerja sampai dengan pensiun,

PhDP saat ini perbulan dan PhDP saat

ini pertahun. Dalam hal ini, istilah

“saat ini” di asumsikan pada tanggal 1

Januari 2013, karena dana pensiun ini

akan dimulai pada tanggal 1 Januari

2013.

Dari Tabel Group Annuity

Mortality (GAM) 1971 ini, kita dapat

Page 76: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

72

menghitung nilai 56a dengan menggunakan persamaan (2.14) yaitu

56 56

1

1 .m tt

t

a p v

Sehingga diperoleh 56 9,46524.a

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (2.15) yaitu

1,

2m

x x

ma a

m

diperoleh

56

12 19,46524 9,00691.

24ma

Kewajiban

aktuaria (actuarial liability).

Kewajiban adalah nilai tunai dari manfaat pensiun yang terhimpun saatini yang akan dibayarkan pada saat peserta mencapai usia pensiun rtahun (Winklevoss, 1993). Kewajiban aktuaria untuk peserta berusia xyang mulai bekerja saat usia masuk y tahun didefinisikan sebagai

berikut: ( )r T r xx r x x rxAL B P v a

(4.3)

Rumus di atas dapat diartikan

bahwa pada saat sekarang telah

terkumpul manfaat sebesarxB yang

akan diberikan pada saat pensiun

asalkan dia tetap bekerja sampai

mencapai usia pensiun r tahun yang

nilai tunainya pada usia x sebesar

r

xAL . Dengan kata lain kewajiban

aktuaria merupakan dana yang harus

tersedia saat ini untuk membayar

manfaat pensiun xB kepada peserta

yang berusia x.

Nilai tunai manfaat yang akan

datang didefinisikan sebagai nilai

tunai dari total manfaat pensiun yang

diproyeksikan dan dinotasikan dengan

PVFB. Manfaat pensiun yang akan

datang merupakan jumlah manfaat

yang terkumpul sekarang ditambah

dengan manfaat yang akan terkumpul

selama masa kerja pegawai yang akan

datang yang dapat dicapainya. Secara

teoritis, jika program mempunyai

aset/kekayaan yang dapat memenuhi

kewajiban PVFB, maka akan tersedia

cukup dana untuk melunasi semua

Page 77: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

73

manfaat yang terhimpun sekarang dan

yang terhimpun pada saat yang akan

datang pada peserta program yang

masih menjadi anggota dana pensiun,

dengan syarat semua asumsi aktuaria

sesuai dengan kenyataan.

Nilai PVFB untuk peserta

berusia x tahun dan akan pensiun

pada r tahun didefenisikan sebagai

berikut.

r T r xr r x x rx

PVFB B p v a (2.73)

dengan

rB : besar manfaat pensiun yang diterima pada saat pensiun T

r x xp : probabilitas pegawai berusia x akan tetap bekerja sampai usia r tahun.r xv : diskonto tingkat bunga dari usia x sampai usia pensiun r

ra : nilai tunai anuitas seumur hidup yang pembayarannya mulai usia r tahun

Definisi dari kewajiban aktuaria secara umum adalah sebagai berikut,

,r rx xAL k PVFBPenentuan biaya kewajiban aktuaria

dengan metode benefit prorate

constant dollar, didasarkan pada

porsi dari nilai sekarang dari proyeksi

total manfaat pensiun peserta. Dimana

porsi tersebut adalah rasio antara

lamanya masa kerja pada usia x

(yaitu, x - y) dengan lamanya masa

kerja yang diperkirakan sampai usia

pensiun normal (yaitu, r – y), dan

dapat dituliskan dalam persamaan

berikut.

( )BD r T r xr r x x rx x yAL B p v ar y

(4.4)

3. Biaya Normal (Normal Cost)

Menurut Winklevoss (1993), biaya normal dihitung berdasarkan besaran

manfaat pensiun yang sudah ditetapkan. Biaya normal didefenisikan sebagai :

( )r T r xx r x x rx

NC b p v a untuk y x r

Page 78: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

74

Dengan demikian biaya normal dapat

dinyatakan sebagai biaya yang

dibutuhkan untuk mendapatkan

satuan manfaat pada tahun yang

sama. Biaya normal yang dibayarkan

dari usia masuk kerja y tahun sampai

usia pensiun r tahun dirancang untuk

memenuhi

r r

y yPVFB PVFNC

dengan

1

( )r

r r T t yt y yy t

t y

PVFNC NC p v

Biaya normal dengan metode benefit

prorate constant dollar merupakan

metode yang menentukan besar

manfaat pensiunrB konstan selama

masa kerja pegawai. Biaya normal

menurut versi benefit prorate

constant dollar adalah

BD

BD

r T r xrr x x rx

rr x

x

BNC p v a

r y

PVFBNC

r y

(4.5)4. Perhitungan untuk pensiun normal peserta ke-24

Untuk mempermudah

pemahaman, berikut ini disajikan

contoh perhitungan dengan

mengambil salah satu peserta

sesuai data yang ada. Misalnya

peserta ke-24 dengan NIK 2346,

mulai diangkat sebagai karyawan

PT.Wooil Indonesia sejak tahun

1992 saat berusia 20 tahun,

sehingga pada saat perhitungan

tanggal 1 Januari 2012 berusia 41

tahun dengan masa kerja 21

tahun, yang berarti 15 tahun lagi

pensiun. Pada saat data diambil

yaitu tahun 2012 gaji perbulan

Peserta ke-24 adalah

Rp.1,877,000 maka gajinya

Rp.22,524,000 pertahun.

Page 79: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

75

Berdasarkan gaji pokok pada

tahun 2012 tersebut, kita dapat

menghitung gaji pokok pada saat

masuk kerja dengan

mengasumsikan gaji mengalami

kenaikkan sebesar 9% tiap tahun.

Maka gaji Peserta ke-24 saat

masuk kerja sebesar Rp.4,018,977.36 pertahun.

Kita akan menghitung besarnya gaji Peserta ke-24 pada usia 41 tahun, dimana

gaji naik 9% tahun berikutnya. Maka gaji pada usia 41 tahun adalah= (1 + ) = Rp. 22,524,000(1,09)= . 24,551,160.yaitu akumulasi gaji pokok sejak usia 20 sampai dengan usia 40 tahun,∑ , adalah sebesar Rp. 228,135,363.

yaitu akumulasi gaji pokok sejak usia 20 sampai dengan usia 55 tahun,∑ , adalah sebesar Rp. 948,979,914.

yaitu manfaat selama satu tahun pada usia 41 tahun, dengan = 0,05maka = . = 0,05. Rp. 24,551,160 = Rp. 1,227,558.

yaitu akumulasi manfaat sejak usia 20 sampai dengan usia 40 tahun,∑ , adalah sebesar Rp. 11,406,768.

56

41PVFB

yaitu kewajiban aktuaria dari suatu metode biaya dapat juga

dipandang sebagai bagian nilai sekarang dari akumulasi manfaat yang akan

datang 56 1556 15 41 5641

Rp.86,837, 615.20.

PVFB B p v a

Pada saat pensiun nanti nilai sekarang dari akumulasi manfaat yang akan

datang

56

56PVFB adalah Rp. 449,116,438.12.

Page 80: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

76

56

41

BDAL adalah kewajiban aktuaria sama dengan nilai sekarang dari manfaat

yang dialokasikan pada usia 41 tahun dengan menggunakan metode benefit

prorate constant dollar. Kewajiban aktuarianya adalah sebesar

Rp.50,655,275.53.

Pada saat pensiun nanti yaitu saat Peserta ke-24 mencapai usia 56 tahun besar

56 56

56 56

Rp. 449,116, 438.12.

BDPVFB AL

Besar iuran tahunan yang dikenakan pada peserta yang masih aktif dimana

manfaatnya akan diterima pada saat pensiun. Besar iuran tahunan yang

dikenakan kepada Peserta ke-24 pada saat berusia 41 dengan menggunakan

metode benefit prorate constant dollar adalah

56 56 415656 41 41 5641 56 41

Rp.2, 412,155.98

BD BNC p v a

Tabel berikut menampilkan hasil perhitungan iuran normal pertahun untuk

peserta ke-24 selama aktif bekerja dengan menggunakan metode Benefit Prorate

Costant Dollar.

Tabel 4.3Iuran normal tahunan pensiun Peserta ke-24

x BD 56(NC)x x BD 56(NC)x

20 375,011.70 39 2,017,565.15

21 409,328.60 40 2,206,040.20

22 446,901.59 41 2,412,155.98

23 488,002.58 42 2,637,387.35

24 532,916.63 43 2,884,201.32

25 582,059.93 44 3,154,903.20

26 635,816.47 45 3,451,355.90

27 694,559.27 46 3,777,379.75

28 758,823.47 47 4,135,466.54

29 829,065.26 48 4,529,476.02

Page 81: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

77

x BD 56(NC)x x BD 56(NC)x

30 905,846.27 49 4,963,436.19

31 989,861.94 50 5,441,771.25

32 1,081,703.49 51 6,112,166.85

33 1,182,110.09 52 6,921,157.30

34 1,291,891.01 53 7,907,357.08

35 1,411,935.00 54 9,097,640.57

36 1,543,374.66 55 10,578,098.50

37 1,687,322.30 56 0.00

38 1,844,993.14

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa

iuran normal pertahun yang

dibayarkan peserta semakin besar

seiring dengan meningkatnya usia.

Saat peserta berusia 56 tahun tidak

dikenakan iuran normal karena pada

usia tersebut peserta sudah pensiun.

Dengan menggunakan cara

perhitungan seperti perhitungan iuran

normal tahunan untuk Peserta ke-24,

kita dapat menghitung iuran normal

tahunan untuk seluruh peserta

program pensiun.

PENUTUP

Setelah melakukan perhitungan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Untuk peserta program dana

pensiun dengan usia masuk kerja

sama, semakin besar usia masuk

program dana pensiun maka

iuran yang harus dibayarkan tiap

tahun juga semakin besar.

2. Untuk peserta dengan usia masuk

kerja yang berbeda dan usia

masuk program dana pensiun

yang sama, semakin besar usia

masuk kerja seseorang maka

manfaat yang diterimanya akan

semakin kecil.

Page 82: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan

78

DAFTAR PUSTAKA

Bowers, Geber, Hickman, Jones,Nesbitt. 1997. ActuarialMathematics. The SocietyOf Actuaries: Illinois.

Kellison, Stephen G. 1991. TheTheory of Interest (2nd ed).McGraw-Hill: USA.

London, Dick, FSA., 1997. SurvivalModels (3th ed). ACTEXPublications.

Undang-Undang Republik Indonesia,Nomor 11 Tahun 1992Tentang Dana Pensiun.

Winklevoss, Howard E. 1993.Pensiun Mathematics withNumerical Illustrati-ons.University of PennsylvaniaPress: Philadelphia.

Page 83: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

79

SENAM HAMIL UNTUK MENGURANGI NYERI PUNGGUNG SELAMAHAMIL

Syamsul Gultom

Abstrak

Senam hamil adalah olah raga yang paling popular dan banyak dilakukan oleh ibuhamil. Lazimnya pelaksanaan senam hamil di Indonesia dilakukan di rumah sakit,rumah bersalin atau tempat-tempat tertentu dengan bimbingan bidan/perawatsenior atau terlatih atau guru senam hamil yang terlatih. Nyeri punggungmerupakan sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerahtulang punggung. Pada wanita hamil biasanya timbul antara umur kehamilan 5-7bulan, tetapi dapat juga timbul lebih awal sekitar kehamilan minggu ke-8 hingga12. Biasanya ini terjadi karena nyeri punggung selama hamil tidak ditanganidengan baik. Senam dapat dilakukan pada usia kehamilan 17 minggu untukmengurangi nyeri punggung selama hamil.

Kata Kunci : Senam hamil, nyeri punggung, wanita hamil.

PENDAHULUAN

Nyeri punggung adalah gejala

yang paling umum ditemukan pada

wanita hamil. Lebih dari 50 % wanita

hamil mengalami nyeri punggung.

Walaupun demikian banyak wanita

hamil menganggap nyeri punggung

merupakan hal yang normal dialami,

tidak perlu dipermasalahkan dan tidak

dapat dihindarkan selama hamil

sehingga mereka tidak mencari

bantuan tenaga kesehatan professional

untuk menanganinya (Moon et al.,

2000; Ostgoard et al, 1997 dalam

Shim, Lee & Kim, 2005).

Menurut Wu et al.(2004)

dalam Granath, Hellgren dan

Gunnarsson (2006) nyeri punggung

dikategorikan menjadi dua yaitu

pregnancy-related pelvic girdle pain

(PPP) dan pregnancy-related low

back pain (PLBP). Sementara

menurut Shim, Lee dan Kim (2005)

istilah low back pain mencakup

Page 84: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

80

lumbar back pain, posterior pelvic

pain dan kombinasi dari keduanya.

Menurut Perkins et al. (1998)

dalam Shim, Lee dan Kim (2005)

nyeri punggung pada wanita hamil

secara signifikan memberikan

dampak yang buruk terhadap kegiatan

sehari-hari dan kesejahteraan selama

hamil. Penelitian sebelumnya juga

melaporkan bahwa nyeri punggung

mengakibatkan aktifitas sehari-hari

terganggu dan peningkatan jumlah

hari cuti sakit pada wanita hamil di

Skandinavia (Noren et al., 1997

dalam Shim, Lee & Kim, 2005).

Mens et al, 1996 dalam Shim, Lee &

Kim, 2005 melaporkan bahwa lebih

dari 80 % wanita hamil dengan back

pain mengalami ketidaknyamanan

dalam beraktifitas sehari-hari,

kesulitan dalam melakukan pekerjaan

rumah dan bekerja. Oleh karena itu

nyeri punggung pada wanita hamil

perlu di cegah dan ditangani.

Penelitian yang dilakukan di

Korea oleh Shim, Lee & Kim (2005)

melaporkan bahwa senam yang

dilakukan secara teratur 5-7 kali per

minggu pada wanita hamil

menunjukkan penurunan angka nyeri

punggung secara significan setelah 12

minggu. Senam dapat dilakukan pada

usia kehamilan 17 minggu. Terdapat

6 gerakan dasar senam yang di desain

oleh Moon dan Choi (2001) dalam

Shim, Lee & Kim (2005) untuk

mengurangi nyeri punggung selama

hamil. Gerakan senam tersebut yaitu

pelvic tilting, knee pull, straight leg

raising, curl up, lateral straight leg

raising dan kegel exercise.

PEMBAHASAN

1. Nyeri punggung pada wanita hamil

Nyeri punggung selama hamil

mencerminkan kebutuhan wanita

akan perawatan untuk mengurangi

nyeri punggung dan meningkatkan

kesejahteraan wanita hamil. Nyeri

punggung merupakan sindroma klinik

yang ditandai dengan gejala utama

nyeri di daerah tulang punggung.

Pada wanita hamil biasanya timbul

antara umur kehamilan 5-7 bulan,

Page 85: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

81

tetapi dapat juga timbul lebih awal

sekitar kehamilan minggu ke-8

hingga 12. Nyeri punggung bahkan

bisa berlangsung sampai 6 bulan

setelah melahirkan. Biasanya ini

terjadi karena nyeri punggung selama

hamil tidak ditangani dengan baik.

Beberapa keadaan yang

meningkatkan nyeri punggung pada

kehamilan adalah pekerjaan fisik

yang berlebihan, mengangkat barang,

membungkuk, atau menggendong

anak, serta adanya riwayat nyeri

punggung sebelum hamil.

Ada dua tipe nyeri punggung

bawah pada kehamilan, yaitu tipe

nyeri lumbal (pinggang bawah) dan

nyeri panggul belakang. Nyeri lumbal

selama hamil berlokasi di atas

pinggang di garis tengah tulang

belakang. Nyeri ini bisa atau tanpa

penjalaran ke tungkai atau kaki.

Biasanya nyeri ini timbul bila wanita

hamil tersebut bekerja dengan posisi

duduk atau berdiri yang lama, atau

melakukan pekerjaan mengangkat

barang secara berulang. Otot-otot di

sepanjang punggung dapat terasa

tegang.

Nyeri belakang panggul

dirasakan di bawah sampai garis

pinggang, dan/atau di atas tulang

ekor. Nyeri ini bisa terjadi di satu sisi

atau kedua sisi. Nyeri ini bisa sampai

ke bokong dan di belakang paha, dan

biasanya tidak menjalar sampai ke

lutut tetapi dapat juga disertai dengan

nyeri tulang kemaluan. Nyeri

belakang panggul tersebut tidak

segera pulih dengan istirahat, dan

biasanya timbul rasa kaku di pagi

hari. Faktor-faktor yang dapat

memperberat timbulnya nyeri panggul

belakang antara lain tidur yang sering

berpindah-pindah posisi (miring ke

kiri dan kanan bolak-balik), naik

tangga, duduk dan berdiri dari tempat

duduk (seperti masuk dan keluar dari

mobil, bak mandi, tempat tidur),

mengangkat barang, memutarkan

badan, membungkukkan badan ke

depan, berlari, dan berjalan

berlebihan. Pekerjaan yang berkaitan

dengan posisi tubuh yang lama dan

ekstrem seperti duduk di depan

komputer dan badan condong ke

depan, berdiri dan bersandar ke meja

Page 86: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

82

kerja meningkatkan risiko nyeri panggul belakang.

2. Senam hamil untuk mengurangi nyeri punggung

Senam adalah olah raga yang

dapat mengurangi nyeri punggung

selama hamil. Penelitian yang

dilakukan di Korea oleh Shim, Lee &

Kim (2005) melaporkan bahwa

program Back Pain Reducing

Program (BPRP) menunjukkan

penurunan angka nyeri punggung

secara signifikan setelah 12 minggu.

Program BPRP terdiri dari pendidikan

kesehatan, pembagian pamflet, kaset

video berisi demonstrasi senam,

laporan kegiatan senam dan panggilan

telepon. Pendidikan kesehatan berupa

penjelasan tentang anatomi dan fungsi

vertebra, perubahan pelvik normal

selama hamil, dan postur tubuh yang

tepat untuk mencegah nyeri punggung

yang diberikan pada kelas antenatal.

Senam dilaksanakan dirumah masing-

masing secara teratur 5-7 kali per

minggu. Panggilan lewat telpon

dilaksanakan 1-2 kali setiap minggu

untuk memberikan motivasi dan

mengkaji intensitas nyeri punggung.

Terdapat 6 gerakan dasar

senam yang di desain oleh Moon dan

Choi (2001) dalam Shim, Lee & Kim

(2005) yang digunakan pada program

untuk mengurangi nyeri punggung

atau BPRP selama hamil, yaitu:

1. Pelvic Tilting

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

menguatkan otot gluteus maksimus

dan mencegah hiperlordosis lumbal.

Tekniknya dapat dilakukan dengan

menekankan punggung pada alas

sambil menegangkan otot perut dan

kedua otot gluteus maksimus dan

dipertahankan selama 5-10 hitungan.

2. Lutut ke dada

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

meregangkan otot punggung yang

tegang dan spasme. Tekniknya dapat

dilakukan dengan menarik lutut ke

dada bergantian semaksimal mungkin

tanpa menimbulkan rasa sakit dan

dipertahankan selama 5-10 detik.

Dapat juga dilakukan dengan kedua

lutut secara bersamaan.

3. Straight Leg Raising

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

meregangkan dan menguatkan otot

hamstring dan gluteus. Tekniknya

Page 87: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

83

dapat dilakukan dengan cara satu lutut

kanan di tekuk, kaki kiri di naikkan

ke atas tanpa bantuan lengan dan

tangan. Gerakan dipertahankan

selama 5-10 detik dan dapat diulangi

pada lutut kiri.

4. Curl Up

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

menguatkan otot perut dan punggung

bawah. Tekniknya dapat dilakukan

dengan perlahan-lahan menaikkan

kepala dan leher sehingga dagu

menyentuh dada, diteruskan dengan

mengangkat punggung bagian ataas

sampai kedua tangan mencapai lutut

(tangan diluruskan), sedangkan

punggung bagian tengah dan bawah

tetap menempel pada dasar.

5. Meregangkan tubuh bagian lateral

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

meregangkan otot lateral tubuh yang

tegang. Tekniknya dapat dilakukan

dengan meletakkan tangan di bawah

kepala dan siku menempel pada alas,

paha kanan disilangkan ke paha kiri

kemudian ditarik kesamping kanan

dan kiri sejauh mungkin. Gerakan ini

dapat juga dilakukan dengan

menyilangkan paha kiri di atas paha

kanan.

6. Kegel exercise

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

menguatkan otot-otot dasar panggul

(pelvic floor muscles) atau otot

pubokoksigis. Tekniknya dapat

dilakukan dengan cara

mengencangkan otot pubokoksigis

dan otot vagina seperti waktu

menahan kencing selama 3 detik

kemudian dikendurkan selama 3

detik.

3. Pelaksanaan senam hamil di Indonesia

Senam hamil adalah olah raga

yang paling popular dan banyak

dilakukan oleh ibu hamil. Lazimnya

pelaksanaan senam hamil di

Indonesia dilakukan di rumah sakit,

rumah bersalin atau tempat-tempat

tertentu dengan bimbingan

bidan/perawat senior atau terlatih

atau guru senam hamil yang terlatih.

Selama senam hamil ibu

dipersiapkan secara fisik maupun

mental untuk persalinan yang cepat

dan spontan. Gerakan – gerakan

senam hamil yang dilakukan

Page 88: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

84

bertujuan agar wanita hamil dapat

menguasi teknik pernafasan,

memperkuat/mempertahankan

elastisitas otot-otot dinding perut,

melatih sikap tubuh selama hamil

dan melatih relaksasi sempurna

sehingga persalinan dapat berjalan

lancar. Oleh karena itu biasanya

senam hamil dimulai pada kehamilan

28-30 minggu (trimester ketiga).

Gerakan-gerakan yang dilakukan

pada senam hamil di rumah sakit dan

klinik bersalin yaitu :

1. Duduk bersila

Merupakan sikap yang paling baik

dilakukan wanita hamil terutama

pada saat kehamilan sudah mencapai

usia 7 bulan. Duduk bersila akan

menyokong dinding perut beserta

isinya, termasuk janin sehingga

kedudukan janin akan lebih baik.

2. Senam anti-odem

Odem atau bengkak biasanya terjadi

pada pergelangan dan jari-jari kaki.

Hal ini terjadi karena ada tekanan

dari perut sehingga sirkulasi

pembuluh darah tidak lancar. Senam

ini juga berfungsi untuk

memperlancar sirkulasi darah.

Gerakan dilakukan dengan posisi

berbaring, kedua telapak kaki sejajar.

Pergelangan kaki diputar ke atas dan

ke bawah selama beberapa kali.

Kemudian ditekuk dengan kencang

ke arah dalam dan diangkat lagi,

begitu terus beberapa kali.

Selanjutnya kedua telapak kaki

berhadapan dengan jarak 20 cm, lalu

diputar ke arah dalam dan luar

beberapa kali.

3. Pernapasan perut

Pernapasan perut berguna untuk

melenturkan otot-otot abdomen.

Gerakan dilakukan dengan menekuk

kedua kaki, meletakkan kedua tangan

di atas perut, kemudian menarik

napas melalui hidung dengan mulut

tertutup dan menghembuskannya

melalui mulut. Dilakukan perlahan-

lahan selama 10-15 kali.

4. Pernapasan iga

Pernapasan iga berguna untuk

menyupplai oksigen ke paru-paru ibu

maupun janin. Gerakan dilakukan

dengan meletakkan kedua tangan

diatas iga dengan siku menekuk.

Kemudian menarik napas melalui

hidung dengan mulut tertutup dan

Page 89: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

85

menghembuskannya melalui mulut.

Dilakukan beberapa kali.

5. Pernapasan dada

Pernapasan dada berfungsi untuk

memperlancar sirkulasi uteroplasenta

dan persiapan persalinan. Gerakan

dilakukan dengan meletakkan kedua

telapak tangan diatas dada dengan

posisi jari-jari tangan kanan dan kiri

bertemu. Kemudian menarik dan

menghembuskan napas dengan mulut

terbuka. Dilakukan beberapa kali.

6. Senam anti-ambeien

Gerakan ini untuk melenturkan otot-

otot sekitar anus sehingga tidak

terjadi hemoroid. Gerakan dilakukan

dengan posisi berbaring. Kedua

tangan diletakkan di samping kanan

dan kiri badan, kedua kaki agak

ditekuk. Kemudian menarik napas

panjang dan mengerutkan bokong.

Selanjutnya mengangkat bokong

setinggi-tingginya selama 6 hitungan

setelah itu diturunkan perlahan-

lahan.

7. Senam anti-kram

Gerakan ini bertujuan untuk

menghindari kram pada kaki.

Kedua tangan lurus ke depan dan

berpegangan pada kayu

penopang. Pandangan ke depan,

menarik nafas panjang,

menundukkan kepala selama 3

hitungan, kemudian secara

perlahan menurunkan badan

(jongkok). Selanjutnya bokong

diangkat dengan tumit tetap

menapak pada lantai.

8. Tidur rileks.

Posisi badan agak miring, salah

satu telapak tangan menyangga

kepala (fungsinya seperti bantal),

tangan yang lain rileks dan salah

satu kaki ditekuk.

9. Senam anti-sungsang

Dilakukan di usia kehamilan

lebih dari 7 bulan. Manfaatnya

agar posisi kepala janin kembali

di bawah. Gerakan dilakukan

seperti orang sujud dengan kedua

tangan diletakkan disamping, lalu

menengok 10 menit ke kanan dan

10 menit ke kiri sambil

nungging.

Beberapa hal yang harus

diperhatikan oleh ibu hamil selama

melakukan senam :

Page 90: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

86

a. Sebaiknya senam dilakukan rutin

3 kali tiap minggu

b. Hindari fleksi dan ekstensi pada

sendi yang berlebihan

c. Hindari perubahan posisi yang

cepat dan tiba-tiba karena sendi

tidak stabil

d. Lakukan pemanasan sebelum

latihan inti selama kurang lebih 5

menit

e. Perhatikan perubahan posisi dari

tidur ke berdiri untuk mencegah

hipotensi ortostatik

f. Sebelum senam yakinkan ibu

sudah mengkonsumsi cairan yang

adekuat untuk menghindari

dehidrasi selama latihan

g. Minum 2-3 gelas cairan akan

menolong ibu dari dehidrasi

selama senam

h. Intake makanan harus tinggi

kalori dan tinggi protein

i. Gunakan bra yang meopang dan

sepatu yang supportif serta

pakaian yang menyerap keringat

j. Hentikan senam apabila ibu

mengalami rasa nyeri pada perut

akibat kontraksi otot-otot perut

atau timbul gejala keringat

dingin, pusing disertai

penglihatan berkunang-kunang,

sesak napas dan tampak

kelelahan atau perdarahan

pervaginam

k. Pendinginan dalam senam

penting untuk mengembalikan

pernapasan, nadi dan

metabolisme kembali normal

l. Diperlukan istirahat selama 10

menit setelah latihan

Panduan khusus yang harus

diperhatikan selama ibu melakukan

senam hamil :

a. Ukur nadi ibu setiap 10- 15 menit

b. Selama latihan nadi tidak boleh

lebih dari 140 kali/menit, jika

terjadi, istirahatkan ibu sampai

nadi maksimal 90 kali/menit

c. Waktu latihan dalam satu periode

tidak lebih dari 15 menit,

istirahat 2-3 menit kemudian

lanjutkan

d. Suhu ibu tidak boleh 38 derajat

celcius atau lebih

Page 91: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

87

KESIMPULAN

Nyeri punggung adalah gejala

yang paling umum ditemukan pada

wanita hamil. Nyeri punggung

selama hamil memberikan dampak

buruk terhadap kegiatan sehari-hari

dan kesejahteraan wanita hamil.

Nyeri punggung juga menyebabkan

wanita hamil merasa tidak nyaman

dalam bekerja.

Intervensi yang dapat

dilakukan untuk mengurangi nyeri

punggung selama hamil adalah

menyarankan dan mengajarkan

wanita hamil untuk melakukan

senam hamil secara teratur.

Pelaksanaan senam hamil dapat

dilakukan di rumah masing-masing,

di klinik bersalin atau di rumah sakit.

Page 92: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan

88

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen & Perry.(1995). MaternityNursing.4th ed. Alih bahasaMaria A. Wijayarini danPeter I. Anugerah. Jakarta :EGC

Garshasbi, A. & Zadeh, S.F. (2005).The effect of exercise on theintensity of low back pain inpregnant women.International Journal ofGynecology and Obstetrics.Vol. 88, pg 271 – 275

Granath, A.B., Hellgren, M.S.E. &Gunnarsson, R.K. (2006).Water aerobics reduces sickdue to low back pain duringpregnancy. Journal ofObstetrics, Gynecology andNeonatal Nursing . Vol. 35,pg 465 – 471

Perkins, J., Hammer, R.L. &Loubert, P.V. (1998).Identification and

management of pregnancy-related low back pain.Journal of Nurse-Midwifery.Vol. 43, pg 331 – 340

Pilliteri, A. (1999). Maternal andchildhealth nursing. Care ofthe childbearing andchildrearing family. 3rd ed.Philadelphia : Lippincott

Shim, M.J., Lee, Y.S., Oh, H.E. &Kim, J.S. (2007). Effects of aback-pain-reducing programduring pregnancy for Koreanwomen: A non-equivalencontrol-group pretest-postteststudy. International Journalof Nursing Studies. Vol. 44,pg 19 – 28

Wong, D.L., Perry, S.E. &Hockenberry, M.J. (2002).Maternal Child NursingCare. 2nd ed. St. Louis :Mosby

Page 93: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

89

HUBUNGAN ANTARA KADAR HAEMOGLOBIN DENGAN TINGKATVO2MAX ATLET PPLM PROVINSI SUMATERA UTARA

Fajar Apollo Sinaga

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadarHaemoglobin dengan tingkat VO2max atlet PPLM Provinsi Sumatera Utara.Populasi Penelitian dan sekaligus sampel penelitian adalah seluruh atlet PPLMSumatera Utara. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan LapanganTenis FIK UNIMED. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptifdengan menggunakan metode survei analitik dan test pengukuran. Bentukpelaksanaan penelitian adalah dengan survey menggunakan pendekatan CrossSectional dimana data yang menyangkut variabel dependen dan independen akandikumpulkan dalam waktu bersama dan secara langsung. Berdasarkan hasilpenelitian diperoleh rata-rata kadar hemoglobin atlet putra adalah 15,7 g/dLsedangkan rata-rata kadar Hb atler putri adalah 14,3 g/dL, sedangkan rata-ratakadar VO2Max diperoleh 51,5 ml/KgBB/menit yang berarti kadar Haemoglobindan kadar VO2max berada dalam kondisi baik. Dari hasil analisis data diperolehkolerasi variabel kadar hemoglobin dengan tingkat VO2 Max atlet PPLM ProvinsiSumatera Utara di dapat angka probabilitas 0,005 artinya ada hubungan antarakadar hemoglobin dengan tingkat VO2 Max atlet PPLM Provinsi Sumatera Utaradengan tingkat korelasi (r)= 0,687.

Kata kunci : Haemoglobin, VO2max, atlet

PENDAHULUAN

Pembinaan prestasi olahraga

merupakan hal yang sangat penting

mendapatkan perhatian karena

prestasi dibidang olahraga merupakan

sesuatu yang sangat bergengsi. Hal ini

tercantum dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional pasal 4 bahwa keolahragaan

nasional bertujuan memelihara dan

meningkatkan kesehatan dan

kebugaran, prestasi, kualitas

Page 94: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

90

manusia, menanamkan nilai moral

dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,

mempererat dan membina persatuan

dan kesatuan bangsa, memperkukuh

ketahanan nasional, serta mengangkat

harkat, martabat, dan kehormatan

bangsa (UU RI No 3, 2005).

Untuk mencapai prestasi yang

maksimal, kemampuan fisik yang

baik merupakan salah satu faktor

pendukung dimana salah satu

diantaranya adalah mempunyai daya

tahan cardiovascular (aerobik) yang

baik. Untuk memiliki daya tahan

aerobik yang baik diperlukan tingkat

VO2 max yang tinggi. Banyak faktor

yang mempengaruhi VO2 max

seperti kemampuan jantung, paru-

paru, kualitas Hemoglobin,

pembuluh darah dan kemampuan otot

rangka dalam mengkonsumsi oksigen.

Apabila salah satu dari komponen

tersebut memiliki kemampuan yang

rendah, maka akan berpengaruh

terhadap tingkat VO2max (Fox,

1988). Hal yang sama juga dikatakan

oleh (Zhu dan Haas, 1997) bahwa

penurunan VO2 max dapat terjadi

pada penderita anemia dengan kadar

Haemoglobin yang menurun dan

konsekuensinya adalah menurunnya

kapasitas transport oksigen di dalam

darah.

Menurut Haas dan Brownlie

(2001), zat besi adalah mineral dalam

hemoglobin, yaitu protein yang

ditemukan dalam sel-sel darah merah.

Zat besi berfungsi dalam

pembentukan sel darah merah dan

mineral ini banyak memberi berfungsi

pada pengangkutan oksigen ke

seluruh anggota badan yang

diperlukan pada proses metabolisme

tubuh. Menurut Weaver dan

Rajaram (1992), Zat besi digunakan

secara luas sebagai salah satu mineral

tambahan untuk atlet melakukan

latihan fisik sehari-hari.

Zat besi merupakan salah satu

logam yang penting bagi hampir

semua bentuk kehidupan termasuk

manusia. Zat besi merupakan unsur

yang penting bagi manusia oleh

karena memegang peranan dalam

banyak proses metabolisme; yaitu

sebagai bagian integral dari banyak

Page 95: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

91

protein dan enzim. Dalam hal ini zat

besi merupakan komponen penting

dalam pembentukan hemoglobin

normal, yaitu bahwa zat besi harus

tersedia dalam jumlah yang memadai

agar proses eritropoiesis berlangsung

efektif sehingga pengangkutan

oksigen oleh darah ke jaringan-

jaringan tubuh (terutama otak dan

otot) pun berlangsung efektif (Sacher,

2004). Zat besi juga penting bagi

pengaturan pertumbuhan dan

diferensiasi sel. Adanya defisiensi

besi akan membatasi pengantaran

oksigen ke sel tubuh sehingga

menyebabkan kelelahan, kinerja

tubuh yang buruk, dan menurunnya

kekebalan tubuh. Jumlah zat besi

pada orang dewasa adalah sekitar 2,5

– 5 g, yang mana dua pertiganya

adalah sebagai bagian dari

hemoglobin yang mengangkut

oksigen. Peran pengangkutan oksigen

tersebut juga dilakukan oleh zat besi

dalam proses pembentukan mioglobin

yaitu molekul hemoglobin yang mirip

hemoglobin yang terdapat di dalam

sel-sel otot. Mioglobin yang berikatan

dengan oksigen inilah yang

menyebabkan daging dan otot

berwarna merah. Selain itu zat besi

juga berperan sebagai kofaktor

berbagai enzim penting seperti

sitokrom, xantin oksidase, katalase

dan peroksidase (Tripathi, 2001;

AHFS, 2002).

Dari hasil pemeriksaan

kesehatan yang pernah dilakukan

oleh Laboratorium fisiologi Olahraga

FIK UNIMED terhadap pantauan

keberadaan kesehatan Atlet PPLM

Sumatera Utara didapati bahwa masih

ada atlet menderita anemia terutama

dialami oleh atlet wanita. Hasil ini

sesuai dengan yang dikatakan oleh

Newhouse dan Clement (1988)

bahwa saat ini masalah kekurangan

zat besi dalam tubuh akibat

pendarahan karena menstruasi banyak

terjadi pada atlet wanita. Konsumsi

zat besi yang tidak memadai berarti

mengakibatkan berkurangnya oksigen

yang disampaikan ke jaringan-

jaringan otot. Masalah ini timbul

apabila atlet wanita tidak

mengkonsumsi zat besi yang

mencukupi dalam menu makanan

Page 96: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

92

pada saat menstruasi, akibatnya darah

yang membawa oksigen menurun dan

ini dapat mempengaruhi prestasi atlet.

Berdasarkan latar belakang di

atas maka perlu diteliti hubungan

antara kadar haemoglobin dengan

tingkat efek pemberian zat besi

terhadap tingkat VO2 Max atlet PPLM

Provinsi Sumatera Utara.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan

adalah penelitian deskriptif dengan

menggunakan metode survei analitik

dan test pengukuran. Bentuk

pelaksanaan penelitian adalah dengan

survey menggunakan pendekatan

Cross Sectional dimana data yang

menyangkut variabel dependen dan

independen akan dikumpulkan dalam

waktu bersama dan secara langsung

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 26).

Lokasi Penelitian dilaksanakan di

Laboratorium Fisiologi dan lapangan

Fakultas Ilmu Keolahragaan

UNIMED Waktu Penelitian dilakukan

pada bulan Mei tahun 2011

Subjek penelitian adalah seluruh atlet

PPLM Provinsi Sumatera Utara

dengan kriteria sampel meliputi:

a) Memiliki derajat kesehatan dan

derajat keterlatihan

b) Bersedia menjadi sampel dan

mengisi persyaratan bersedia

mengikuti kegiatan penelitian

berlangsung.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Atlet PPLM Propinsi Sumatera Utara.

Kegiatan penelitian Studi

Kecukupan Energi pada Atlet PPLM

ini telah memeriksa atlet putra

sebanyak 10 orang dan putri sebanyak

5 orang. Usia atlet berkisar antara 18

– 23 tahun (Laki-laki: 20,3 ± 1,7

tahun dan Perempuan: 20,0 ± 1,00

tahun). Cabang olahraga yang

ditekuni adalah atletik.

Page 97: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

93

Kadar Haemoglobin Atlet PPLM Provinsi Sumatera Utara

Hasil pengukuran kadar

Hemoglobin dari 15 orang sampel

atlet PPLM diperoleh kadar

hemoglobin tertinggi pada atlet putra

adalah 16,5 g/dL dan kadar

hemoglobin terendah adalah 14,3

g/dL. Pada atlet putri diperoleh kadar

hemoglobin tertinggi adalah 15,4

g/dL dan terendah adalah 13,4 g/dL .

Rata-rata kadar hemoglobin atlet

putra adalah 15,7 g/dL sedangkan

rata-rata kadar Hb atler putri adalah

14,3 g/dL.

Berdasarkan norma penentuan

kadar hemoglobin normal untuk atlet

putra sebesar 13,5-17,5 g/dL dan atlet

putri remaja putri sebesar 12,0-16,0

g/dL maka semua atlet putra maupun

putri diperoleh kadar Hb yang

normal. Kondisi ini merupakan salah

satu faktor pendukung bagi para atlet

untuk memiliki daya tahan fisik yang

baik pada saat latihan maupun

selama menjalani kompetisi.

Kadar VO2Max Atlet PPLM Provinsi Sumatera Utara

Hasil pengukuran kadar

VO2Max dari 15 orang sampel atlet

PPLM Provinsi Sumatera Utara

diperoleh kadar VO2 Max tertinggi

adalah 77,9 ml/kgbb/menit sedangkan

VO2max terendah adalah

45ml/kgBB/menit. Rata-rata kadar

VO2Max atlet PPLM provinsi

Sumatera Utara adalah 51,5

ml/KgBB/menit. Berdasarkan norma

maka kadar VO2 Max atlet PPLM

Provinsi Sumatera Utara adalah

dalam kategori baik.

Hubungan antar Kadar Hb dengan Kadar V02Max Atlet PPLM Provinsi

Sumatera Utara.

Untuk mengetahui hubungan

antara kadar Haemoglobin dengan

tingkat V02 max atlet PPLM Provinsi

Sumatra Utara maka digunakan uji

korelasi Pearson Product Moment.

Dengan menggunakan teknik ini

akan diperoleh nilai koefisien

korelasi. Nilai tersebut bila di atas 0,5

Page 98: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

94

menunjukkan korelasi yang kuat,

sedang di bawah 0,5 menunjukkan

korelasi lemah. Tanda korelasi juga

berpengaruh pada penafsiran hasil.

Tanda – (negatif) pada output

menunjukkan adanya arah yang

berlawanan dan tanda + (positif)

menunjukkan arah yang sama. Untuk

signifikansinya jika probabilitas >

0,05 maka Ho diterima dan jika

probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

(Singgih Santoso, 2004:299). Hasil

perhitungan dengan menggunakan

bantuan program SPSS 17.0. Hasil

tersebut apabila di buat dalam bentuk

tabel menunjukkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Uji korelasi hubungan antara kadar Hb dengan tingkat VO2MaxAtlet PPLM Provinsi Sumatera Utara

Variabel Uji HB VO2MAXHB Pearson Correlation 1 0,687(**)

Sig. (2-tailed) 0,005N 15 15

VO2MAX Pearson Correlation 0,687(**) 1Sig. (2-tailed) 0,005N 15 15

Tabel diatas menunjukkan bahwa

pada taraf signifikansi 0,05 kolerasi

variabel kadar hemoglobin dengan

tingkat VO2 Max atlet PPLM

Provinsi Sumatera Utara di dapat

angka probabilitas 0,005 artinya ada

hubungan antara kadar hemoglobin

dengan tingkat VO2 Max atlet PPLM

Provinsi Sumatera Utara. Besarnya

koefisien korelasi antara variabel

adalah 0,687 menunjukkan bahwa

semakin tinggi kadar hemoglobin

(dalam batas normal) maka semakin

tinggi tingkat VO2 max atlet PPLM

Provinsi Sumatera Utara.

Page 99: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

95

PEMBAHASAN

Untuk memiliki daya tahan

aerobik yang baik diperlukan tingkat

VO2 max yang tinggi. Banyak faktor

yang mempengaruhi VO2 max

seperti kemampuan jantung, paru-

paru, kualitas Hemoglobin,

pembuluh darah dan kemampuan

otot rangka dalam mengkonsumsi

oksigen. Apabila salah satu dari

komponen tersebut memiliki

kemampuan yang rendah, maka akan

berpengaruh terhadap tingkat

VO2max (Fox, 1988). Hal yang

sama juga dikatakan oleh (Zhu dan

Haas, 1997) bahwa penurunan VO2

max dapat terjadi pada penderita

anemia dengan kadar Haemoglobin

yang menurun dan konsekuensinya

adalah menurunnya kapasitas

transport oksigen di dalam darah.

Menurut Haas dan Brownlie

(2001), zat besi adalah mineral

dalam hemoglobin, yaitu protein

yang ditemukan dalam sel-sel darah

merah. Zat besi berfungsi dalam

pembentukan sel darah merah dan

mineral ini banyak memberi

berfungsi pada pengangkutan

oksigen ke seluruh anggota badan

yang diperlukan pada proses

metabolisme tubuh. Dari pendapat

diatas maka dapat dikatakan bahwa

zat besi yang terdapat pada

haemoglobin berfungsi untuk

mengikat oksigen di dalam darah

sehingga dengan sendirinya akan

mempengaruhi tingkat VO2 Max pada

penelitian yang dilakukan. Dari hasil

penelitian diperoleh bahwa tingkat

VO2 Max dan kadar Hb atlet PPLM

provinsi sumatera uatara berada

dalam keadaan baik, hal ini

menunjukkan bahwa status gizi dan

pola latihan yang selama ini

dilaksanakan sudah sesuai. Dari hasil

pengamatan terhadap menu atlet

menunjukkan bahwa menu

mengandung zat besi yang

merupakan bagian dari haemoglobin.

Pada penelitian ini koefisien korelasi

antara kadar Hb dengan tingkat

VO2Max hanya 0,687 artinya selain

Hb masih ada faktor lain yang dapat

mempengaruhi tingkat VO2Max

seperti kemampuan jantung, paru-

Page 100: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

96

paru, kemampuan otot rangka dalam

mengkonsumsi oksigen.

Pada saat melakukan aktivitas

fisik yang intens, terjadi peningkatan

kebutuhan oksigen oleh otot yang

sedang bekerja. Kebutuhan oksigen

ini didapat dari ventilasi dan

pertukaran oksigen dalam paru-paru.

Ventilasi merupakan proses mekanik

untuk memasukkan atau

mengeluarkan udara dari dalam paru.

Proses ini berlanjut dengan

pertukaran oksigen dalam alveoli

paru dengan cara difusi. Oksigen

yang terdifusi masuk dalam kapiler

paru untuk selanjutnya diedarkan

melalui pembuluh darah ke seluruh

tubuh. Untuk dapat memasok

kebutuhan oksigen yang adekuat,

dibutuhkan paru-paru yang berfungsi

dengan baik, termasuk juga kapiler

dan pembuluh pulmonalnya. Pada

seorang atlet yang terlatih dengan

baik, konsumsi oksigen dan ventilasi

paru total meningkat sekitar 20 kali

pada saat ia melakukan latihan

dengan intensitas maksimal (Fox ,

2003). Dalam fungsi paru, dikenal

juga istilah perbedaan oksigen arteri-

vena (A-VO2diff). Selama aktivitas

fisik yang intens, A-V O2 akan

meningkat karena oksigen darah

lebih banyak dilepas ke otot yang

sedang bekerja, sehingga oksigen

darah vena berkurang. Hal ini

menyebabkan pengiriman oksigen ke

jaringan naik hingga tiga kali lipat

daripada kondisi biasa. Peningkatan

A-V O2diff terjadi serentak dengan

peningkatan cardiac output dan

pertukaran udara sebagai respon

terhadap olah raga berat (Pate et al,

1984). Dari keterangan di atas dapat

menjelaskan bahwa fungsi paru juga

dapat mempengaruhi tingkat

VO2max.

Sementara itu untuk

menjelaskan bahwa jantung juga

dapat mempengaruhi tingkat

VO2max adalah sebagai berikut:

Respon kardiovaskuler yang paling

utama terhadap aktivitas fisik adalah

peningkatan cardiac output.

Peningkatan ini disebabkan oleh

peningkatan isi sekuncup jantung

maupun heart rate yang dapat

mencapai sekitar 95% dari tingkat

maksimalnya. Karena pemakaian

Page 101: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

97

oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih

dari kecepatan sistem kardiovaskuler

menghantarkan oksigen ke jaringan,

maka dapat dikatakan bahwa sistem

kardiovaskuler dapat membatasi nilai

VO2max (Pate et al, 1984).

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Tingkat VO2max dan kadar

Haemoglobin atlet PPLM

Provinsi Sumatera Utara berada

dalam kondisi yang baik.

2. Terdapat korelasi antara tingkat

VO2 Max dengan kadar

haemoglobin atlet PPLM

Provinsi Sumatera Utara.

Saran

Kondisi fisik atlet PPLM Provinsi

Sunatera Utara bila ditinjau dari daya

tahan (VO2Max), perlu

dipertahankan baik dengan perbaikan

menu makanan atau dengan

pemberian suplemen yang

mengandung zat besi selama

mengikuti program latihan.

Page 102: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

98

Daftar Pustaka

Anderson, G.J., Frazer, D.M.,McKie, A.T., Wilkins, S.J.,dan Vulpe, C.D. (2002). TheExpression and Regulation ofThe Iron Transport MoleculesHephaestin and IREG1 :Implications for The Controlof Iron Export from The SmallIntestine. Cell BiochemBiophys. 36(2-3):137-146.

Andrews, C.N. (2005).Understanding HemeTransport. The New EnglandJournal of Medicine. Boston.353(23):2508 -2509.

ASHP. (2002). AHFS DrugInformation. Bethesda :American Society of HealthSystem Pharmacists, Inc.

Clement DB, Asmundson RC.Nutritional intake andhematological parameters inendurance runners. PhysicSport Med 1982:10:37- 43.

Fox, E.L.,Browers, R.W., Foss, M.L.(1988). The PhysiologicalBasis of Physical Educationand Atletics, Fourth ED., NewYork, W.B. SaundersCompany.

Ganong, W.F., (1991). FisiologiKedokteran, Jakarta, PenerbitBuku Kedokteran EGC

Garrison, R.H.,J.R., and E. Somer.The Nutrition Desk Reference(New Canaan , C.N: Keats1985)

Guyton, A.C. 1988. Texbook ofMedical Physiology,Philadelphia, W.B. SoundersCompany.

Haas J, Brownlie T IV. Irondeficiency anemia and reducedwork capacity: a criticalreview of the research todetermine a causalrelationship. J Nutr2001;131:676S–90S.

Hinton P, Giordano C, Brownlie T,Haas J. Iron supplementationimproves endurance aftertraining in iron-depleted, non-anemic women. J Appl Physiol2000;88:1103–11.

Ivey, M. dan Elmer, G. (1986).Nutritional Supplement,Mineral, and VitaminProducts. Handbook ofNonprescription Drugs. Edisi8. Washington D.C.: AmericanPharmaceutical Association.

Katharina, D. (1984). Sebulan SekaliBagaimana PriaMenghadapinya, Jakarta, SinarHarapan.

Page 103: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan

99

Newhouse II. Clement DB. Ironstatus in athletes. Sports Med1988:5: 337-52.

NIH/ODS (National Institute ofHealth/Office of DietarySupplements). (2005). DietarySupplement Fact Sheet : Iron.Diperoleh dari http://dietary-supplement.info.nih.gov pada22 Maret 2007.

Roseann M L, Connie M Weaver,Darlene A S, Sujaiha Rajaram,Berdine Marlin, andChristopher L M (1992). Ironstatus in exercising women:the effect of oral iron therapyvs increased consumption ofmuscle foods. Am. J. Clin.Nutr.56:1049-55.

Tripathi, K.D.(2001).Essential ofMedical Pharmacology. India :

Jaypee Brothers MedicalPublisher.

USPDI. (1989). Drug Informationfor The Health CareProfessional. Edisi 9. Vol. IA.United States PharmacopeialConvention, Inc.

Weaver C. M., Rajaram S (1992)Exercise and Iron Status.American Institute ofNutrition. J Nutr 1992; 122:782-7.

Zhu, Y. I., and J. D. Haas (1997)Iron depletion without anemiaand physical performance inyoung women. Am. J. Clin.Nutr. 66: 334–341, 1997.

http://sickle.bwh.harvard.edu/iron_trans-port.html

Page 104: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

100

PERBEDAAN BURNOUT ANTARA TIPE KEPRIBADIAN INTROVERTDAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT PADA PERAWAT DI

RUANGAN CRITICAL CARE

Togi Fitri Afriani Ambarita

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif dengan menggunakanpurposif sampling, yang meneliti mengenai perbedaan tingkat burnout padaperawat tipe kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert. Burnout adalahsuatu sindrom kelelahan kerja yang perlu diwaspadai kemunculannya padaindividu yang bekerja dibidang pelayanan (human service), misalnya perawat dirumah sakit. Seorang perawat yang mengalami burnout akan menyebabkanturunnya kualitas pelayanan perawat terhadap pasien-pasien di rumah sakit, jikahal ini terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi pasien dan rumah sakit. Sindromini ditandai dengan 3 gejala utama yakni kelelahan emosional, depersonalisasi danlow personal accomplishment. Perkembangan dan kemunculan burnout jugadipengaruhi oleh faktor kepribadian pekerja (perawat). Jung mengemukakanpembagian tipe kepribadian berdasarkan orientasi sikap jiwa seseorang, yakni tipekepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert. Tipe kepribadian introvertorientasinya lebih ke dalam diri, yakni tipe orang yang kemampuan sosialisasinyalebih rendah, sebaliknya tipe kepribadian ekstrovert yang orientasinya ke luar diri,orangnya lebih ramah dan mudah bergaul. Peserta penelitian melibatkan 45perawat dari 4 rumah sakit swasta di Medan. Karakteristik sampel penelitianadalah perawat di ruangan critical care (ruangan perawatan intensif dan gawatdarurat), minimal sudah bekerja selama satu tahun di ruangan tersebut, berumur30 tahun kebawah, tipe kepribadian introvert atau tipe kepribadian ekstrovert. Ujireliablitas untuk Skala burnout (MBI) dan skala kepribadian dilakukan pada 50orang sampel, dengan reliabilitas masing-masing sebesar 0.89 dan 0.91. Analisadata dilakukan dengan analisa statistik t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwaada perbedaan yang signifikan tingkat burnout antara tipe kepribadian introvertdan tipe kerpibadian ekstrovert, yakni tipe kepribadian introvert lebih tinggitingkat burnout dibandingkan tipe kepribadian ekstrovert. Jika dilihat per-dimensi,tingkatan burnout berbeda secara signifikan pada dimensi low personalaccomplishment, sementara pada dua dimensi lainnya tingkat burnout juga lebihtinggi pada kepribadian introvert, namun tidak berbeda secara signifikan.

Kata Kunci: burnout, tipe kepribadian introvert, tipe kepribadian ekstrovert,sindrom kelelahan kerja, perawat.

Page 105: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

101

PENDAHULUAN

Di indonesia, kualitas

pelayanan sebuah rumah sakit

dinyatakan dengan tingkat akreditas

rumah sakit tersebut (Puageno, 2002).

Akreditasi merupakan pernyataan

bahwa rumah sakit tersebut

memenuhi standart minimal. Rumah

sakit yang sudah terakreditasi

harapannya merupakan rumah sakit

yang sudah mampu memberikan

layanan standart pada masyarakat

yang sakit. Rumah sakit yang dapat

memberikan pelayanan yang baik

merupakan harapan dari setiap pasien

yang sakit yang datang ke rumah sakit

tersebut.

Salah satu indikator dari

akreditasi adalah penilaian unjuk

kerja staff rumah sakit (Aditama,

1999). Perawat merupakan bagian

dari staff rumah sakit yang akan

dinilai unjuk kerjanya. Cara perawat

berinteraksi dalam memberikan

pelayanan kepada pasien menentukan

kualitas pelayanan medis dan

kepuasan yang diperoleh pasien

sebagai pelanggan.

Profesi pelayanan, seperti

perawat, pada dasarnya merupakan

suatu pekerjaan yang menghadapi

tuntutan dan pelibatan emosional.

Maslach (dalam Sutjipto 2001)

menjelaskan bahwa pekerjaan yang

berorientasi melayani orang lain dapat

membentuk hubungan yang bersifat

asimetris antara pemberi dan

penerima jasa pelayanan. Hubungan

yang asimetris terlihat pada saat

perawat memberikan perhatian,

pelayanan, bantuan, dan dukungan

kepada klien atau pasien, sementara

itu pasien bersifat pasif hanya

menerima pelayanan bahkan

menuntut untuk lebih diperhatikan

atau dilayani sesuai dengan

kebutuhannya. Bahkan tak jarang

seorang perawat memberikan

pelayanannya yang terbaik kepada

pasien, namun ia tidak mendapatkan

penghargaan apapun, karena pasien

menganggap memang demikianlah

seharusnya. Hubungan yang tidak

seimbang tersebut dapat

menimbulkan ketegangan emosional

(Sutjipto, 2001).

Page 106: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

102

Kontak yang konstan dengan

pasien dapat menjadi stressor untuk

perawat itu sendiri. Situasi ini bahkan

dapat menyebabkan perawat menjadi

kebingungan melayani semua

permintaan pasien, akibatnya dapat

menimbulkan kurang efektifnya

hubungan antara pasien dan perawat.

Perawat menjadi marah-marah,

menunjukkan sikap bahwa pasien

pantas menderita penyakitnya, atau

dia secara emosi menarik diri dari

pasien. Fenomena perilaku perawat

tersebut dikenal dengan istilah

burnout (Kalman & Waughfield,

1987).

Perawat yang mengalami

burnout akan menyebabkan kualitas

pelayanan yang buruk sehingga para

pasien menjadi tidak nyaman yang

kemudian akan menurunkan kualitas

pelayanan suatu rumah sakit.

Istilah burnout pertama kali

diutarakan dan diperkenalkan kepada

masyarakat oleh Herbert

Freudenberger pada tahun 1973 yang

kemudian dikenal sebagai bapak

penemu sindrom burnout. Tulisannya

berpengaruh dalam memperkenalkan

konsep burnout. Freudenberger

adalah seorang psikiatris yang bekerja

dalam sebuah klinik amal untuk

ketergantungan obat. Rata-rata staff

yang bergabung dalam klinik amal

tersebut kebanyakan relawan muda

yang identik dengan motivasi.

Freudenberger mengamati bahwa

banyak anggota relawan tersebut

setelah bekerja selama 1 tahun

kehabisan energi dan kehilangan

motivasi dan komitmen, disertai

dengan ditunjukkannya bermacam-

macam sindrom emosi dan fisik.

Freudenberger memilih kata

‘burnout’ untuk memberi label atas

kondisi tersebut dimana kata ini

biasanya digunakan untuk

menunjukkan efek kronik dari

penyalahgunaan obat (Schaufeli dan

Buunk, 1996).

Penelitian tentang burnout

sendiri sebenarnya telah berlangsung

selama 25 tahun (Maslach, dkk, 2001)

sehingga menghasilkan berbagai

ragam pengertian. Dalam Lexicon of

Psikiatri & Mental Health terms

(1994) dinyatakan bahwa sindrom

burnout merupakan salah satu bentuk

Page 107: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

103

reaksi ekstrim terhadap stres yang

berkaitan dengan kerja, dimana istilah

ini masih controversial, dan beberapa

pengarang memasukkannya sebagai

kasus depresi klinis.

Maslach dan Jackson (dalam

Sutjipto, 2001) meneliti tentang

burnout pada bidang pekerjaan yang

berorientasi melayani orang lain

seperti bidang kesehatan mental,

bidang pelayanan kesehatan, bidang

pelayanan sosial, bidang penegakan

hukum, maupun bidang pendidikan;

dalam perkembangannya telah

memberikan sumbangan yang sangat

berarti dalam memahami burnout.

Mereka menemukan bahwa burnout

merupakan suatu pengertian yang

multidimensional. Maslach (dalam

Sutjipto, 2001) mengartikan burnout

sebagai sindrom psikologis yang

terdiri atas tiga dimensi yaitu

kelelahan emosional, depersonalisasi,

dan “low personal accomplishment”.

Sementara itu Pines dan

Aronson (dalam Sutjipto, 2001)

mendefinisikan burnout sebagai

kelelahan secara fisik, mental, dan

emosional karena keterlibatan yang

lama dalam situasi yang menuntut

secara emosional. Burnout dialami

oleh seseorang yang bekerja di sektor

pelayanan sosial dalam waktu yang

cukup lama. Menurut mereka, pada

jenis pekerjaan tersebut, seseorang

menghadapi tuntutan dari klien,

tingkat keberhasilan dari pekerjaan

rendah, dan kurangnya penghargaan

yang adekuat terhadap kinerja

pemberi layanan. Situasi menghadapi

tuntutan dari penerima layanan,

menggambarkan keadaan yang

menuntut secara emosional

(emotionally demanding), sehingga

pada akhirnya dalam jangka panjang

tertentu seseorang akan mengalami

kelelahan, karena ia berusaha

memberikan sesuatu secara maksimal,

namun memperoleh apresiasi yang

minimal.

Pada tahun 1998-1999, sebuah

penelitian mengenai burnout

dilakukan oleh Aiken, dkk (2001) di

Eropah dan Amerika, terhadap

perawat di 5 negara yaitu USA,

Kanada, Inggris, Skotlandia, dan

Jerman. Hasil dari penelitian ini

adalah 30% – 40% perawat di semua

Page 108: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

104

negara kecuali Jerman menunjukkan

skor burnout yang tinggi.

Kidd & Wagner (1992),

menyatakan bahwa perawat yang

bekerja dengan pasien kritis

mudah terkena burnout, yaitu

perawat diruangan critical care

(misalnya intensive care unit dan

emergency room). Penelitian yang

dilakukan Krausz Koslowsky (dalam

Sagie dan Krausz, 2003) menemukan

bahwa perawat di ruangan intensive

care unit lebih mengalami burnout

dibandingkan perawat dari

departemen lain. Penelitian burnout

lainnya dilakukan di Yunani oleh

Adali dan assistennya Priami M

(2002). Penelitian ini

membandingkan tingkat burnout

diantara perawat yang berbeda

lingkungan kerja. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa untuk kelelahan

emosional lebih muncul signifikan

pada perawat di ruangan emergency

room dibandingkan perawat yang

bekerja di intensive care unit dan

ruangan internis. Penelitian tersebut

menjelaskan bahwa faktor lingkungan

juga mempengaruhi munculnya

burnout pada perawat.

Disamping faktor situasional

terdapat juga faktor individual yang

mempengaruhi burnout, salah satunya

yaitu pengaruh kepribadian. Beberapa

aspek kepribadian yang juga

mempengaruhi kecenderungan

burnout, misalnya orang tipe A, self-

esteem rendah (Schaufeli dan Buunk,

1996). Sebuah penelitian yang

dilakukan oleh Phillippens, (2002)

mengenai pengaruh tipe kepribadian

introvert dan ekstrovert terhadap

kelelahan ditempat kerja. Penelitian

ini adalah bagian dari program

penelitian tentang ‘kelelahan di

tempat kerja’ oleh The Netherlands

Organisation for Scientific Research.

Salah satu hasilnya menyatakan

bahwa kelelahan dalam bekerja (yaitu

kelelahan fisik dan mental) lebih

sering dialami individu tipe

kepribadian introvert daripada

individu tipe kepribadian ekstrovert.

Konsep tipe kepribadian

introvert dan ekstrovert pertama kali

dikemukakan oleh Carl Gustav Jung

(Naisaban, 2003). Ia mendefinisikan

Page 109: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

105

tipe kepribadian introvert sebagai

individu yang karakteristik sikap jiwa

berorientasi pada perasaan dan

pemikiran diri sendiri (dalam Schultz

dan Sydney, 1993). Tipe kepribadian

ini dicirikan sebagai orang yang

tertutup, pemalu dan menarik diri.

Sebaliknya dengan tipe kepribadian

ekstrovert digambarkan sebagai

individu yang karakteristik sikap jiwa

berorientasi pada orang lain atau hal-

hal diluar dirinya. Individu tipe

kepribadian ekstrovert dicirikan

sebagai orang yang ramah, suka

bersosialisasi

Perawat dengan tipe

kepribadian introvert kurang mampu

menjalin relasi atau komunikasi yang

hangat dengan orang lain, bahkan

beberapa cenderung merupakan orang

yang sulit bergaul. Sementara itu

menjalin interaksi dan komunikasi

yang baik dengan pasien merupakan

ketrampilan yang diharapkan dimiliki

perawat agar mampu memberikan

pelayanan keperawatan terhadap

pasiennya. Gunarsa (1989)

menjelaskan lebih lanjut bahwa

kualitas pelayanan yang diberikan

seorang perawat tergantung pada

kemampuan personalnya untuk

menyenangkan hati pasiennya.

Dengan kepribadian demikian

perawat tipe kepribadian introvert

akan lebih mudah merasakan tekanan

dalam pekerjaannya yang menuntut

interaksi yang konstan dengan orang

lain. Sebaliknya perawat dengan

kepribadian ekstrovert merupakan

orang yang bersifat lebih terbuka dan

memiliki kemampuan sosialisasi yang

lebih baik sehingga tuntutan tugas

untuk banyak berinteraksi dengan

pasien akan dilakukan dengan lebih

mudah dibandingkan dengan perawat

introvert.

Adanya perawat yang

memiliki kemampuan sosialisasi yang

rendah, ditunjukkan dengan

ketidakmampuannya untuk menjalin

hubungan yang menyenangkan

dengan pasien dibenarkan oleh

perawat-perawat di rumah sakit.

Bahkan mereka pun terhambat

komunikasinya dengan teman

sejawat. Hal ini mempengaruhi

kemampuan perawat introvert dalam

memberikan pelayanan kepada

Page 110: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

106

pasien. Mereka biasanya kurang dapat

berbasa-basi kepada pasien dan

minim komunikasi dengan pasien.

Kondisi pribadi seperti ini (yang

dialami perawat introvert) lebih

berpotensi mengarahkan timbulnya

perasaan tidak nyaman dalam bekerja.

Kondisi psikologis perawat introvert

akan lebih mudah mengalami

ketidaknyaman daripada perawat

dengan tipe kepribadian ekstrovert.

Kondisi profesi keperawatan

rumah sakit di Indonesia

menunjukkan tingkat pelayanan yang

berbeda antara rumah sakit instansi

swasta dan pemerintah. Berdasarkan

wawancara dengan para pasien,

dikeluhkan bahwa sikap melayani

para perawat di rumah sakit instansi

pemerintah di kota Medan kurang

memuaskan. Para pasien lebih

menyukai pelayanan perawat di

rumah sakit swasta daripada rumah

sakit pemerintah. Perbedaan kualitas

pelayanan ini bisa saja berkaitan

dengan status kepegawaian perawat di

rumah sakit pemerintah sebagai

pegawai negeri membuat tingkat

pemecatannya tidak sesederhana

perawat di swasta. Sementara di

rumah sakit swasta, komplain dari

pasien karena kurang memuaskannya

pelayanan yang diberikan perawat

menyebabkan rumah sakit swasta

lebih mengawasi kualitas pelayanan

perawatnya. Dengan gambaran

kondisi tersebut tampaknya perawat

di rumah sakit negeri cenderung

memberikan pelayanan tidak

semaksimal perawat di rumah sakit

swasta sehingga peneliti melihat

burnout akan lebih muncul pada

perawat di rumah sakit swasta.

Berdasarkan latar belakang

diatas maka peneliti menjadi tertarik

untuk melihat perbedaan burnout

pada perawat tipe kepribadian

introvert dan ekstrovert di ruangan

critical care rumah sakit swasta.

Metode Penelitian

Subjek

Subjek penelitian adalah

perawat yang bekerja di rumah sakit

swasta di kota medan, yang bertugas

di ruangan critical care, yakni

Page 111: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

107

emergency room dan intensive care

unit. Para perawat berusia dibawah

30 tahun. Pengalaman bekerja subjek

di ruangan critical care minimum

satu tahun. Jumlah subjek penelitian

45 orang yakni 22 subjek dengan tipe

kepribadian introvert dan 23 subjek

dengan tipe kepribadian ekstrovert.

Teknik sampling yang digunakan

adalah purposife sampling (Hadi,

2000).

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam

penelitian dilakukan dengan

menggunakan 2 skala psikologi

(Suryabrata, 2000), yakni skala

Maslach burnout inventory dan skala

tipe kepribadian introvert dan

ekstrovert. Skala Maslach Burnout

Inventory (MBI) digunakan untuk

mengukur burnout. Skala ini

menguraikan 3 dimensi dari burnout

yakni kelelahan emosional,

depersonalisasi, dan low personal

accomplishment (Maslach, 2001).

Skala tipe kepribadian introvert dan

ekstrovert dikembangkan peneliti

berdasarkan indikator-indikator tipe

kepribadian introvert dan ekstrovert

(dalam Dale, 2000).

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam

penelitian ini dianalisis secara

statistik dengan metode korelasi t-test

( Sudjana, 1989), dengan tingkat

kepercayaan 95 % untuk melihat

perbedaan burnout antara tipe

kepribadian introvert dan tipe

kepribadian ekstrovert pada perawat

di ruangan critical care.

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Subjek penelitian paling muda

berumur 22 tahun dan yang paling tua

berusia 30 tahun, dimana lebih dari

setengah subjek penelitian berusia

diantara 25 – 27 tahun (52,9 %).

Hampir keseluruhan subjek penelitian

sudah bekerja di ruangan critical care

dengan kisaran waktu 1 – 7 tahun

(91,4%), dimana 50 % subjek

penelitian sudah bekerja di ruangan

Page 112: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

108

critical care selama 1 – 3 tahun.

Sebagian besar perawat, yakni 81%,

di gaji dengan kisaran Rp. 500.000 –

Rp. 1.000.000.

Hasil analisis data yakni, rata-

rata skor burnout pada subjek dengan

tipe kepribadian introvert sebesar

75.23 dengan standart deviasi 7.578,

dimana lebih tinggi dari tipe

kepribadian ekstrovert yang nilai rata-

rata skor burnout sebesar 60.70

dengan standart deviasi 5.414. Setelah

dilakukan perhitungan dengan analisis

t-test diperoleh nilai signifikansi p =

0.036, berarti p <0,05 untuk l.o.s 0.05

yang menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan tingkat burnout antara

tipe kepribadian intorvert dan tipe

kerpibadian ekstrovert, yakni burnout

pada perawat kepribadian introvert

lebih tinggi dibandingkan kepribadian

ekstrovert.

Uji beda dengan t-test juga

dilakukan untuk dimensi-dimensi

burnout. Hasilnya menunjukkan

bahwa; untuk dimensi kelelahan,

tidak terdapat perbedaan yang

signifikan skor dimensi kelelahan

emosional antara tipe kerpibadian

introvert dan tipe kepribadian

ekstrovert. Dengan signifikansi p =

0.180, dimana p > 0.05, l.o.s 0.05,

yang berarti tidak ada perbedaan yang

signifikan. Untuk dimensi

depersonalisasi juga tidak ada

perbedaan yang signifikan. Uji beda

untuk skor dimensi depersonalisasi

antara tipe kepribadian introvert dan

tipe kepribadian ekstrovert

menghasilkan p = 0.51, dimana p >

0.05, l.o.s 0.05, yang berarti

perbedaan tidak cukup signifikan.

Untuk dimensi low personal

accomplishment, hasil uji beda

menunjukkan perbedaan yang

signikan antara tipe kepribadian

introvert dan tipe kepribadian

ekstrovert dengan signifikansi p =

0.002, untuk l.o.s 0,01, p < 0,01, yang

artinya hipotesis di terima, yakni

perbedaan kedua skor signifikan.

A. Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh

bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan tingkat burnout pada

perawat tipe kepribadian introvert

dibandingkan perawat tipe

kepribadian ekstrovert, yakni lebih

Page 113: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

109

tinggi pada perawat tipe kepribadian

introvert dibandingkan tipe

kepribadian ekstrovert. Jika dilihat

berdasarkan skor untuk tiap-tiap

dimensi burnout, ditemukan hanya

dimensi yang ketiga yang berbeda

secara signifikan, sementara 2

dimensi lainnya ada perbedaan namun

tidak signifikan.

Maslach seorang psikolog

sosial yang meneliti para pekerja

dibidang human service (dalam

Schaufeli dan Buunk, 1996)

mendefenisikan burnout sbb:

“Burnout is a syndrom ofemotional exhausation,depersonalization, and reducedpersonal accomplishment that canoccur among individuals who do‘people work’ of some kind”.

Dalam menjelaskan sindrom burnout,

ketiga dimensi ini yang diuraikan

lebih lanjut oleh Maslach (1997,

2001).

Kelelahan merupakan penentu

utama kualitas dari burnout. Seorang

yang sudah mengalami kelelahan

akan merasa pekerjaannya sebagai

sesuatu yang memberatkan baik

secara emosional ataupun fisik.

Mereka merasakan seolah energi nya

habis, tidak mampu merasa pulih

kembali meski telah beristirahat

beberapa saat. Kelelahan emosi

ditandai dengan berkembangnya

emosi-emosi negatif yakni perasaan

frustasi, putus asa, sedih, tidak

berdaya, tertekan, apatis terhadap

pekerjaan dan merasa terbelenggu

oleh tugas-tugas dalam pekerjaan

sehingga orang tersebut merasa tidak

mampu memberikan pelayanan secara

psikologis. Dalam penelitian ini skor

kelelahan pada tipe kepribadian

introvert lebih besar dari kepribadian

ekstrovert, namun perbedaannya tidak

cukup signifikan.

Sementara untuk dimensi

depersonalisasi skor yang diperoleh

untuk tipe kepribadian introvert juga

lebih besar dibandingkan tipe

kepribadian ekstrovert, namun

perbedaannya juga tidak signifikan.

Dimensi ini ditandai dengan

berkembangya sikap sinis. Seseorang

yang merasakan kelelahan fisik dan

emosional akibat pekerjaannya, akan

kehilangan rasa antusias terhadap

pekerjaan dan mulai mengembangkan

Page 114: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

110

emosi-emosi negatif (sikap sinis)

terhadap pekerjaan, dimana

sebelumnya perasaan seperti ini tidak

ada dirasakan. Seseorang yang

bersikap sinis dengan pekerjaannya

biasanya akan berperilaku menjaga

jarak terhadap pekerjaannya dan

orang-orang yang terlibat dalam

pekerjaannya. Individu tersebut akan

meminimalkan keterlibatannya dalam

pekerjaan, bahkan kehilangan

idealisme akan pekerjaan tersebut.

Sinisme merupakan cara untuk

melindungi diri sendiri dari kelelahan

dan kekecewaan. Individu merasa

lebih aman dengan perilaku tidak

peduli. Mereka kemudian kehilangan

kepercayaan diri akan kemampuan

dirinya terutama dalam melakukan

pekerjaan yang hal ini menimbulkan

ketidakefektifan dalam bekerja. Pada

kedua tipe kepribadian tingkat

depersonalisasi yang dirasakan tidak

berbeda secara signifikan, meski lebih

besar pada perawat introvert.

Pada dimensi ketiga yakni

“low personal accomplishment”,

berkaitan dengan tidak efektifnya

seseorang dalam melakukan

pekerjaannya, yakni rendahnya

kemahiran atau kemampuan dalam

melakukan atau menyelesaikan suatu

pekerjaan. Maslach (2001)

menjelaskan lebih lanjut tentang

dimensi ini, sebagai reaksi dari

dimensi kelelahan, atau dimensi

depersonalisasi, atau interaksi kedua

dimensi kelelahan dan

depersonalisasi. Pada penelitian ini,

perbedaan skor untuk dimensi ketiga

antara tipe kepribadian introvert dan

tipe kepribadian ekstrovert berbeda

secara signifikan, yakni lebih tinggi

pada kepribadian introvert daripada

ekstrovert. Ini menunjukkan lebih

tingginya sindrom burnout pada tipe

kepribadian introvert, terutama

berkaitan dengan rendahnya

keefektifan perawat tipe introvert

dalam melakukan tugas

keperawatannya. Perbedaan skor pada

dua dimensi pertama memang

ditemukan namun tidak berbeda

secara signifikan, namun pada

dimensi ketiga ini, perbedaannya

signifikan. Tampaknya pada perawat

introvert, interaksi dimensi kelelahan

dan dimensi depersonalisasi potensial

Page 115: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

111

menyebabkan perawat introvert

menjadi lebih tidak efektif dari pada

perawat ekstrovert.

Interaksi dimensi kelelahan

dan depersonalisasi sebagai pemicu

ketidakefektifan seseorang dalam

bekerja digambarkan yakni ketika

seorang perawat yang merasakan

lelah fisik dan mental terhadap

pekerjaannya, kemudian

mengembangkan penilaian negatif

pada pekerjaan dan pada dirinya,

bahwa dirinya kurang cakap dalam

pekerjaannya, maka dalam kondisi

seperti ini akan sulit bagi perawat

bekerja secara efektif. Dengan

demikian perawat tersebut akan sulit

berinteraksi secara efektif dengan

orang-orang yang dilayaninya.

Jika dilihat dari

kecenderungan kepribadian introvert,

yakni pribadi yang mengelola

permasalahan lebih ke dalam diri

sendiri, maka bisa menjelaskan

bagaimana burnout lebih mudah

berkembang pada tipe kepribadian ini.

Sebagaimana yang digambarkan Jung

(Suryabrata, 1998; Schultz dan

Sydney 1993) tentang individu tipe

ini yakni individu yang lebih

dipengaruhi oleh dunia subjektifnya,

yaitu dunia di dalam dirinya sendiri.

Orientasinya terutama tertuju ke

dalam; pikiran, perasaan, serta

tindakan-tindakannya terutama

ditentukan faktor dalam diri

(subjektif). Penyesuaian dengan dunia

luar kurang baik; jiwanya tertutup,

sukar bergaul, sukar berhubungan

dengan orang lain (Suryabrata 1998).

Pada tipe kepribadian

introvert, saat menghadapi

permasalahan (baik masalah pribadi

atau kerja) akan cenderung “sibuk”

dengan pikiran maupun perasannya

sendiri, sehingga akan sulit bagi

mereka untuk keluar jika berada

dalam situasi perasaan yang menekan.

Mereka perlu untuk dibantu

mengatasi kesalahan persepsi yang

mereka kembangkan tentang diri

sendiri ketika mereka mengalami

sindrom burnout (depersonalisasi).

Merupakan hal yang penting untuk

menggugah mereka agar mau

berkomunikasi lebih terbuka dengan

orang lain, terutama untuk

membicarakan permasalahan-

Page 116: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

112

permasalahan yang sifatnya

psikologis. Hal ini dapat membantu

individu ini menghempang

perkembangan pemikiran negatif

tentang dirinya, yang bisa

berkembang ketika mereka

mengalami burnout.

Berdasarkan uraian diatas

dijelaskan bagaimana burnout bisa

berkembang dengan lebih signifikan

pada tipe kepribadian introvert

dibandingkan kepribadian ekstrovert.

Ini sesuai dengan hasil yang diperoleh

dalam penelitian ini.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang

diperoleh dapat disimpulkan bahwa

perawat dengan tipe kepribadian

introvert lebih rentan mengalami

burnout dibandingkan perawat

dengan tipe kepribadian ekstrovert.

Dimana dari ketiga simptom burnout,

hanya dimensi low personal

accomplishment berbeda secara

signifikan antara tipe kepribadian

introvert dan ekstrovert, sementara 2

dimensi lainnya meski skor pada tipe

kepribadian introvert juga lebih besar,

namun tidak signifikan.

Saran

1. Untuk rumah sakit di Indonesia,

agar memperhatikan

kesejahteraan psikologis para

perawat. Khususnya pada perawat

yang cenderung menutup diri

(kepribadian introvert), agar

disediakan media konseling

sebagai wadah membicarakan

permasalahan psikologis mereka,

untuk menghindari perawat

terjebak dalam sindrom burnout

yang dapat menyebabkan perawat

kurang efektif.

2. Perlunya dilakukan penelitian

lebih lanjut tentang munculnya

gejala burnout pada profesi

perawat di Indonesia, dan profesi

pelayanan lainnya, misalnya guru.

Page 117: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

113

DAFTAR PUSTAKA

Adali, E., & Priami, M. (2002, July –September). Burnout amongnurses in intensive care unit,internal medicine wards andemergency departments ingreek (hal 1 – 19). ICUs andNursing Web Journal[online].http://www.nursing.gr/burnout.pdf

Aditama, T. Y. (1999). ManajemenAdministrasi Rumah Sakit,UI-Press

Aiken, S. P., Clarke, D. M. &Sloane. (2001, Mei). Nurses'reports on hospital care infive countries [Online]Health Affairs 20(3), pp. 43-53.www.ahcpr.gov/research/aug01/

Altschul, A. & Sinclair, H. C. (1981).Psychology for Nurses. Edisike-5, London; BailliéreTindall

Dale, B. (2000, Mei). Your Myers-Briggs Personality InventoryResults,www.ssc.cc.il.us/~bathgate/M-B_Personality_Type.htm

Gunarsa, S., & Gunarsa Y. (1989).Psikologi Perawatan, edisike-3, PT. BPK GunungMulia, Jakarta.

Hadi, S. (2000). MetodologiResearch jilid 1, Jogjakarta:Andi Offset.

Hadi, S. (2000). MetodologiResearch jilid 2, Jogjakarta:Andi Offset.

Kalman, N. & Waughfield, C. G.(1987). Mental HelathConcept, edisi ke-2, DelmarPublishers.Inc

Kerlinger, N.F. (2000). Asas-AsasPenelitian Behavioral, edisiketiga, Yogyakarta: GadjahMadah University Press

Kidd, P. S., & Wagner, K. D. (1992).High Acuity Nursing;Preparing for Practice inToday’s Health CareSettings, Connecticut:Appleton & Lange

Maslach, C., & Leiter, M. P. (1997).The Truth About Burnout,San Fransisco: Jossey-bass

Maslach, C., Schaufeli W. B. &Leiter, M. P. (2001, Mei).Issue: Annual Job Burnout.www.AnnualReviews.org.[online]. www.findarticles.com.

Naisaban, L. (2003). Psikologi Jung,Jakarta: Grasindo

Philippens, M. (2002, 11 September).Introvert persons are morelikely to become tired atwork.www.eurekalert.org/pupnews.php

Puageno, R. A. (2002). Maknaakreditasi RS bagikepentingan publik.www.surya.co.id/02082002/html.

Page 118: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen

114

Rab, H. Tabrani, Prof. Dr. (1998).Agenda Gawat Darurat(Critical Care), jilid 1, edisi1, Bandung: Alumni

Sagie, A. & Kraus, M. (2003).Whataspect of the job have mosteffect on nurses?. HumanResource ManagementJournal, Vol 13 No.1,

Schaufeli, W.M. & Buunk,B.P.(1996). Professional Burnout,dalam Schabrac, M.J. &Winnubst, J.A.M.(Vol Ed),Handbook of Work andHelath Psychology John.Wiley & Sons

Schulz, D. & Sydney, E. (1993).Theories of Personality edisi

ke-5, California: BrooksPublishing Company

Sudjana. (1989). Metode Statistika,Bandung: Tarsito

Suryabrata, S. (1998). PsikologiKepribadian, edisi ke-8, PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Suryabrata, S. (2000).Pengembangan Alat UkurPsikologi, Yogyakarta: AndiOffset

Sutjipto. (2001). Apakah andaMengalami Burnout, dalamwww.depdiknas.go.id,

WHO. (1994). Lexicon of Psikiatri &Mental Health terms, edisike-2, Geneva.

Page 119: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

115

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MEDICINE BALL TWIST TOSSDENGAN LATIHAN MEDICINE BALL SCOOP TOSS TERHADAP

PENINGKATAN POWER OTOT LENGAN DAN KEMAMPUAN HITDALAM PERMAINAN HOKI PADA ATLET PUTRA

UNIMED HOKI CLUB (UHC)

Irwansyah Siregar

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan medicineball twist toss dengan latihan medicine ball scoop toss terhadap peningkatanpower otot lengan dan kemampuan pukulan hit dalam permainan hoki pada atletputra Unimed Hoki Club Tahun 2012. Populasi populasi dalam penelitian iniadalah seluruh atlet putra Unimed Hoki Club Tahun 2012 yang berjumlah 20orang. Dari hasil penelitian menunjukan ada enam (6) kesimpulan yaitu: Pertama :Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan medicine ball twist toss terhadappeningkatan power otot lengan pada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012;Kedua : Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan medicine ball scoop tossterhadap peningkatan power otot lengan atlet putra Unimed Hoki Club tahun2012; Ketiga : Latihan medicine ball twist toss secara signifikan lebihberpengaruh daripada latihan medicine ball scoop toss terhadap peningkatanpower otot lengan pada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012; Keempat :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan medicine ball twist tossterhadap kemampuan hit pada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012; Kelima :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan medicine ball scoop tossterhadap kemampuan hit pada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012; danKeenam : Latihan medicine ball twist toss secara signifikan lebih besarpengaruhnya daripada latihan medicine ball scoop toss terhadap kemampuan hitpada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012.

Kata Kunci : Latihan medicine ball twist toss, latihan medicine ball scoop toss,peningkatan power otot lengan dan kemampuan pukulan hitdalam permainan hoki

LATAR BELAKANG

Berolahraga berarti melakukan

aktivitas fisik. Toho Cholik Mutahir

(2007 : 2) mendefinisikan olahraga

sebagai segala aktivitas fisik yang

dilakukan dengan sengaja dan

sistematis untuk mendorong,

membina dan mengembangkan

potensi jasmani, rohani dan sosial.

Page 120: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

116

Sementara itu Sejarah Olahraga

Indonesia (1991 : 6) mengartikan

olahraga adalah bentuk-bentuk

kegiatan jasmani yang terdapat di

dalam permainan perlombaan dan

kegiatan jasmani yang intensif dalam

rangka memperoleh rekreasi

kemenangan dan prestasi optimal.

Masyarakat Indonesia pada

umumnya lebih menyukai permainan

olahraga permainan dalam bentuk

olahraga beregu atau kelompok, yang

dapat membangun sebuah kerja sama

tim dan menciptakan sebuah

permainan yang indah salah satunya

adalah olahraga hoki

Hoki adalah suatu permainan

yang dimainkan antara 2 (dua) regu

yang setiap permainannya memegang

sebuah tongkat bengkok yang disebut

stick untuk mengolah bola. Primadi

Tabrani (2002 : 79), menyatakan

tujuan permainan hoki adalah

menciptakan gol sebanyak-

banyaknya ke gawang lawan dan

menjaga gawangnya sendiri agar

tidak kemasukan bola. Tabrani (1993

: 4) mengatakan, bahwa ada beberapa

istilah dalam keterampilan dalam

permainan hoki yaitu : “(a)

Memainkan bola – playing the ball,

(b) Stroke – menggerakkan bola

dengan stick, (c) Pukulan (hit), (d)

Push, (e) flick, (f) Scoop, (g)

Tembakan ke gawang- shoot at goal,

(h) Pass back, dan (i) Jarak

permainan.

Dari beberapa teknik pukulan,

pukulan hit adalah salah satu teknik

pukulan yang sangat dominan

dilakukan, karena dengan cara ini

pula peluang untuk menghasilkan gol

lebih besar dan jalannya bola lebih

cepat, sehingga pemain bertahan dan

penjaga gawang akan lebih sulit

menghalau dan menahan bola. Hanya

dalam melakukan hit ini tidak mudah

dilakukan, pegangan stick, posisi

kaki, pergelangan tangan dan faktor

kondisi salah satunya. Karena dalam

permainannya sendiri lengan

merupakan faktor utama yang sangat

digunakan.

Glencross (1984 : 25),

menyatakan hit merupakan salah satu

teknik dasar yang harus dikuasai oleh

seorang pemain hoki secara

sempurna. Hit juga memiliki

kelebihan yakni jalannya bola cepat

untuk menerobos pertahanan lawan,

Page 121: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

117

melakukan shooting ke gawang untuk

menghasilkan gol. Dan ada juga

teknik dasar dalam permainan hoki

yaitu memindahkan bola dari tempat

ke tempat yang lain. Dari faktor

teknik yang telah dikemukakan

kemampuan hit dan kemampuan

power otot lengan yang akan

dijadikan fokus perhatian dalam

penelitian ini. Dimana kedua

kemampuan tersebut sebagai salah

satu faktor yang sangat diperlukan

dalam cabang olahraga hoki.

Di Sumatera Utara olahraga

hoki sudah mulai diperkenalkan dan

dikembangkan di masyarakat

khususnya kepada pelajar. Universitas

Negeri Medan merupakan pusat

latihan hoki di Sumatera Utara.

Fasilitas yang dimiliki di pusat

pelatihan ini seperti lapangan rumput

yang rata, gawang 4 buah, bola 50

buah, stick 30 buah, dan perlengkapan

penjaga gawang yang cukup

memadai. Berdasarkan pengamatan

penulis serta hasil diskusi dengan

pelatih dan pembina di Unimed Hoki

Club (UHC), bahwa masih terdapat

kekurangan pada setiap atlet dalam

melakukan hit dan belum

menunjukkan hasil yang memuaskan.

Terlihat jelas pada saat mengikuti

LIHOMANAS VII UHC hanya

menempati peringkat 3, pada

LIHOMANAS VIII UHC menempati

Peringkat 4, pada Liga Hoki

Sumatera Utara Jaya (Lho Sumut Ya)

UHC menempati peringkat 4.Peneliti

menduga lemahnya pukulan hit

dikarenakan power otot lengan atlet

putera UHC masih lemah. Untuk itu

peneliti melakukan tes pendahuluan

agar membuktikan benar atau tidak

dugaan peneliti tersebut.

Tabel 1 : Data Tes Kemampuan Hit Atlet Putra Unimed Hoki Club Tahun2010 (7 Juni 2010)

NO.

NAMAWAKTU TARGET

JUMLAHT SCORE

JUMLAHBAGIDUA

RAW T RAW TSCORE SCORE SCORE SCORE

1. Teguh Amrullah 33,56 58,14 37 60 118,14 59,072. Fahreza Rizki 30,08 65,38 33 48,1 113,48 56,743. M. Fitiransyah 27,92 69,87 39 66,13 136 684. Satmoko Hanggoro 37,41 50,14 28 32,91 83,05 41,525. Rudi Purnomo 40,35 44,04 36 57,06 101,1 50,556. Juni Hardi Utomo 43,26 37,09 31 41,97 79,96 39,98

Page 122: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

118

7. Budi Setiarto 39,97 44,38 31 41,97 86,8 34,48. Nanda Ibnasa Rahman 39,47 45,87 36 57,06 102,93 51,469. M. Azhari 36,38 52,28 32 44,99 97,27 48,6310. Fadly Subraza Gultom 37,51 49,94 35 54,04 103,98 57,9911. Wahyudi Hakim Gultom 42,46 39,65 30 38,95 78,6 39,312. M. Fadlan Lubis 41,44 41,77 36 57,06 98,63 49,41

Tabel 2 : Data Tes Pendahuluan Power Otot Lengan Atlet Putra Unimed HokiClub Dengan Menggunakan Tes Medicine Ball Chest Throw

NO NAMA HASIL (CM) KATEGORI1. Teguh Amrullah 361 KURANG2. Fahreza Rizki 430 SEDANG3. M. Fitiransyah 370 KURANG4. Satmoko Hanggoro 390 KURANG5. Rudi Purnomo 410 KURANG6. Juni Hardi Utomo 364 KURANG7. Budi Setiarto 439 SEDANG8. Nanda Ibnasa Rahman 384 KURANG9. M. Azhari 435 SEDANG10. Fadly Subraza Gultom 381 KURANG11. Wahyudi Hakim Gultom 369 KURANG12. M. Fadlan Lubis 388 KURANG

Tabel 3. Norma Kemampuan Power Otot Lengan Untuk Putra. Harsuki(2003:336)

BAIK SEKALI 600BAIK 525 599SEDANG 426 542KURANG 351 425

350

Dari tes pendahuluan di atas terlihat

bahwa atlet Unimed Hoki Club

memiliki power otot lengan dengan

kategori sedang dan kategori kurang.

Mencermati permasalahan di atas

penulis tertarik mengadakan suatu

penelitian dengan judul “Perbedaan

Pengaruh Latihan Medicine Ball

Twist Toos Dengan Latihan Medicine

Ball Scoop Toss Terhadap

Peningkatan Power Otot Lengan dan

Kemampuan Hit Dalam Permainan

Hoki Pada Atlet Putra Unimed Hoki

Club Tahun 2012”.

Page 123: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

119

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada

pengaruh latihan medicine ball

twist toss terhadap peningkatan

power otot lengan pada atlet putra

Unimed Hoki Club tahun 2012.

2. Untuk mengetahui apakah ada

pengaruh latihan medicine ball

scoop toss terhadap peningkatan

power otot lengan pada atlet putra

Unimed Hoki Club tahun 2012.

3. Untuk mengetahui latihan manakah

yang lebih besar memberikan

pengaruh antara latihan medicine

ball twist toss dengan latihan

medicine ball scoop toss terhadap

peningkatan power otot lengan

pada atlet putra Unimed Hoki Club

tahun 2012.

4. Untuk mengetahui pengaruh dari

latihan medicine ball twist toss

terhadap peningkatan kemampuan

hit pada atlet putra Unimed Hoki

Club tahun 2012.

5. Untuk mengetahui pengaruh dari

latihan medicine ball scoop toss

terhadap peningkatan kemampuan

hit pada atlet putra Unimed Hoki

Club tahun 2012.

6. Untuk mengetahui latihan manakah

yang lebih besar memberikan

pengaruh antara latihan medicine

ball twist toss dengan latihan

medicine ball scoop toss terhadap

kemampuan hit pada atlet putra

Unimed Hoki Club tahun 2012.

Dari hasil penelitian ini

diharapkan akan bermanfaat untuk :

1. Sebagai bahan informasi dan

masukan bagi para atlet dan usaha

pembinaan atlet

2. Sebagai bahan informasi dan

masukan bagi pembina dan pelatih

olahraga hoki khususnya di

Unimed Hoki Club.

3. Sebagai penambah wawasan

ilmiah ilmu pengetahuan, dan

meningkatkan prestasi Hoki

dalam pembinaannya serta

pengembangannya.

4. Sebagai bahan masukan bagi

penulis untuk dapat mengetahui

bentuk latihan yang lebih baik

digunakan dalam melatih power

otot lengan khususnya pada

permainan hoki.

Page 124: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

120

1. Hakikat Pukulan Hit

Didalam peraturan PB PHSI

(2005 : 8) mengatakan “hit

(memukul) bola dengan gerakan

mengayun menggunakan stick

(tongkat pemukul) ke arah bola”.

Selanjutnya M. Simanjuntak (1978 :

8) mengatakan “faktor yang penting

harus diingat dalam soal memukul

adalah kecepatan, kekuatan footwork

serta peranan pergelangan tangan

(pols) pada saat mengayun stick

tersebut untuk menghasilkan pukulan

yang keras, maka tidaklah perlu stick

tersebut harus tinggi diayun ke

belakang”. Pukulan hit harus

dilakukan dengan cepat dan tepat,

serta dengan waktu yang sangat

singkat. Kemampuan melakukan hit

dapat digunakan untuk mengoper bola

dengan kawan satu tim, pukulan

bebas, dan tidak melakukan goal

shooting, kecuali finalty stroke.

Cara melakukan hit menurut

M. Simanjuntak (1978 : 8) kedua

tangan rapat memegang ujung stick

(handle) dengan tangan kiri di atas

dengan tangan lainnya rapat

dibawahnya. Kedua kaki dibuka

selebar bahu dengan wajah stick

menghadap ke bola. Selanjutnya stick

diayun ke samping. Berat badan pada

kaki belakang kemudian ayunan stick

ke depan. Dalam mengayun stick

keseimbangan badan harus dijaga.

Teknik hit dilakukan mengarah garis

bahu dari kanan ke kiri menuju arah

sasaran.

Gambar 1. Melakukan Pukulan Hit(Sumber : DR. DJ. Glencross ,1984 : 43)

Page 125: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

121

2. Hakikat Latihan

Untuk mencapai suatu prestasi

dalam olahraga, diperlukan suatu

latihan yang harus dilakukan secara

teratur dan berkesinambungan.

Latihan yang dilakukan secara teratur

dan berkesinambungan dapat

dituangkan dalam program latihan

yang akhirnya dapat meningkatkan

kemampuan fisik secara nyata

sehingga dapat mencapai prestasi

olahraga yang diharapkan. Harsono

(1982 : 101) mengatakan “training

adalah proses yang sitematis dan

berlatih atau bekerja, yang dilakukan

secara berulang, dengan kian hari

kian menambah beban latihan atau

pekerjaannya”. Selanjutnya Harsono

(1999 : 100) mengatakan “tujuan serta

sasaran latihan atau training adalah

untuk membantu atlet untuk

meningkatkan keterampilan dan

prestasi semaksimal mungkin”. Untuk

mencapai hal itu ada empat aspek

latihan yang meliputi : latihan teknik,

latihan taktik, latihan fisik, dan

latihan mental.

Perlu juga diperhatikan

prinsip-prinsip dalam latihan seperti

dikemukakan oleh Bower dan Fox

(1992 : 149) diantaranya : Prinsip

beban berlebihan (over load

principle), Prinsip peningkatan secara

bertahap (progresif principle), Prinsip

pengaturan latihan, dan Prinsip

kekhususan.

Membuat program haruslah

disusun secara khusus, yaitu dengan

mengikuti pola keterampilan gerak

yang spesifik agar pengembangan

daya ledak otot akan diikuti dengan

pola gerakan yang sudah mengarah

pada keterampilan yang spesifik

tersebut. Untuk mendapatkan hasil

yang spesifik, program latihan harus

disesuaikan dengan karakteristik

cabang olahraga dan tujuan yang akan

dicapai.

3. Hakikat Latihan Medicine Ball Twist Toss

Latihan medicine ball twist

toss merupakan latihan plyometrics.

Tujuan latihan ini adalah untuk

melatih kekuatan otot lengan dan

power otot lengan. Latihan

plyometrics medicine ball twist toss

Page 126: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

122

dilakukan dengan menggunakan bola

medicine sebagai beban.

James C.R dan R.C Farentinos

(1985 : 12) mengatakan cara

melakukan gerakan medicine ball

twist toss adalah : “atlet memegang

bola medicine seberat 3 Kg dengan

kedua tangan di samping kanan

kemudian gerakan ke samping kiri

setinggi bahu. Lakukan 3- 6 set

dengan repetisi masing-masing set

10- 20 kali, dengan waktu istirahat

masing-masing set selama 1 menit”.

Gambar 2. Bentuk Gerakan Latihan Medicine Ball Twist Toss(Sumber : James C.R dan R.C. Farentinos, 1985: 12)

Latihan medicine ball twist toss

bertujuan meningkatkan daya ledak

otot (power) lengan. Pada permainan

hoki power otot lengan sangat

berguna dalam melakukan hit, apabila

power otot lengan bagus maka

kualitas hit yang dilakukan secara

otomatis akan maksimal. Artinya hit

yang dilakukan akan terarah dan

terukur sehingga akan membantu

dalam melakukan goal shooting pada

permainan hoki.

4. Hakikat Latihan Medicine Ball Scoop Toss

Medicine ball scoop toss

merupakan satu bentuk latihan

plyometrics yang melibatkan otot-otot

bahu dan lengan serta posterior

(belakang) dan lateral samping, dan

badan anterior (depan). Latihan

medicine ball scoop toss merupakan

salah satu bentuk latihan yang dapat

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

122

dilakukan dengan menggunakan bola

medicine sebagai beban.

James C.R dan R.C Farentinos

(1985 : 12) mengatakan cara

melakukan gerakan medicine ball

twist toss adalah : “atlet memegang

bola medicine seberat 3 Kg dengan

kedua tangan di samping kanan

kemudian gerakan ke samping kiri

setinggi bahu. Lakukan 3- 6 set

dengan repetisi masing-masing set

10- 20 kali, dengan waktu istirahat

masing-masing set selama 1 menit”.

Gambar 2. Bentuk Gerakan Latihan Medicine Ball Twist Toss(Sumber : James C.R dan R.C. Farentinos, 1985: 12)

Latihan medicine ball twist toss

bertujuan meningkatkan daya ledak

otot (power) lengan. Pada permainan

hoki power otot lengan sangat

berguna dalam melakukan hit, apabila

power otot lengan bagus maka

kualitas hit yang dilakukan secara

otomatis akan maksimal. Artinya hit

yang dilakukan akan terarah dan

terukur sehingga akan membantu

dalam melakukan goal shooting pada

permainan hoki.

4. Hakikat Latihan Medicine Ball Scoop Toss

Medicine ball scoop toss

merupakan satu bentuk latihan

plyometrics yang melibatkan otot-otot

bahu dan lengan serta posterior

(belakang) dan lateral samping, dan

badan anterior (depan). Latihan

medicine ball scoop toss merupakan

salah satu bentuk latihan yang dapat

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

122

dilakukan dengan menggunakan bola

medicine sebagai beban.

James C.R dan R.C Farentinos

(1985 : 12) mengatakan cara

melakukan gerakan medicine ball

twist toss adalah : “atlet memegang

bola medicine seberat 3 Kg dengan

kedua tangan di samping kanan

kemudian gerakan ke samping kiri

setinggi bahu. Lakukan 3- 6 set

dengan repetisi masing-masing set

10- 20 kali, dengan waktu istirahat

masing-masing set selama 1 menit”.

Gambar 2. Bentuk Gerakan Latihan Medicine Ball Twist Toss(Sumber : James C.R dan R.C. Farentinos, 1985: 12)

Latihan medicine ball twist toss

bertujuan meningkatkan daya ledak

otot (power) lengan. Pada permainan

hoki power otot lengan sangat

berguna dalam melakukan hit, apabila

power otot lengan bagus maka

kualitas hit yang dilakukan secara

otomatis akan maksimal. Artinya hit

yang dilakukan akan terarah dan

terukur sehingga akan membantu

dalam melakukan goal shooting pada

permainan hoki.

4. Hakikat Latihan Medicine Ball Scoop Toss

Medicine ball scoop toss

merupakan satu bentuk latihan

plyometrics yang melibatkan otot-otot

bahu dan lengan serta posterior

(belakang) dan lateral samping, dan

badan anterior (depan). Latihan

medicine ball scoop toss merupakan

salah satu bentuk latihan yang dapat

Page 127: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

123

meningkatkan power otot lengan.

Adapun pelaksanaan latihan medicine

ball scoop toss menurut Radcliffe dan

Farentinos (1985 : 90) adalah dengan

cara orang coba berdiri tegak lurus,

kedua tangan memegang bola

medicine, kemudian kedua lutut

dibengkokkan. Selanjutnya orang

coba melompat tegak lurus dengan

kedua kaki sambil melemparkan bola

medicine ke atas dengan kedua

tangan. Ketika mendarat bola

medicine kembali ditangkap dengan

kedua tangan. Berat medicine ball

yang digunakan adalah 3 kg.

Untuk lebih jelasnya latihan

Medicine Ball Scoop Toss dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. Bentuk Gerakan Medicine Ball Scoop Toss(Sumber : Radcliffe & Farentinos, 1985 : 90)

Latihan medicine ball scoop

toss bertujuan meningkatkan daya

ledak otot (power) lengan. Pada

permainan hoki power otot lengan

sangat berguna dalam melakukan hit,

apabila power otot lengan bagus maka

kualitas hit yang dilakukan secara

otomatis akan maksimal. Artinya hit

yang dilakukan akan terarah dan

terukur sehingga akan membantu

dalam melakukan goal shooting pada

permainan hoki.

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

123

meningkatkan power otot lengan.

Adapun pelaksanaan latihan medicine

ball scoop toss menurut Radcliffe dan

Farentinos (1985 : 90) adalah dengan

cara orang coba berdiri tegak lurus,

kedua tangan memegang bola

medicine, kemudian kedua lutut

dibengkokkan. Selanjutnya orang

coba melompat tegak lurus dengan

kedua kaki sambil melemparkan bola

medicine ke atas dengan kedua

tangan. Ketika mendarat bola

medicine kembali ditangkap dengan

kedua tangan. Berat medicine ball

yang digunakan adalah 3 kg.

Untuk lebih jelasnya latihan

Medicine Ball Scoop Toss dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. Bentuk Gerakan Medicine Ball Scoop Toss(Sumber : Radcliffe & Farentinos, 1985 : 90)

Latihan medicine ball scoop

toss bertujuan meningkatkan daya

ledak otot (power) lengan. Pada

permainan hoki power otot lengan

sangat berguna dalam melakukan hit,

apabila power otot lengan bagus maka

kualitas hit yang dilakukan secara

otomatis akan maksimal. Artinya hit

yang dilakukan akan terarah dan

terukur sehingga akan membantu

dalam melakukan goal shooting pada

permainan hoki.

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

123

meningkatkan power otot lengan.

Adapun pelaksanaan latihan medicine

ball scoop toss menurut Radcliffe dan

Farentinos (1985 : 90) adalah dengan

cara orang coba berdiri tegak lurus,

kedua tangan memegang bola

medicine, kemudian kedua lutut

dibengkokkan. Selanjutnya orang

coba melompat tegak lurus dengan

kedua kaki sambil melemparkan bola

medicine ke atas dengan kedua

tangan. Ketika mendarat bola

medicine kembali ditangkap dengan

kedua tangan. Berat medicine ball

yang digunakan adalah 3 kg.

Untuk lebih jelasnya latihan

Medicine Ball Scoop Toss dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. Bentuk Gerakan Medicine Ball Scoop Toss(Sumber : Radcliffe & Farentinos, 1985 : 90)

Latihan medicine ball scoop

toss bertujuan meningkatkan daya

ledak otot (power) lengan. Pada

permainan hoki power otot lengan

sangat berguna dalam melakukan hit,

apabila power otot lengan bagus maka

kualitas hit yang dilakukan secara

otomatis akan maksimal. Artinya hit

yang dilakukan akan terarah dan

terukur sehingga akan membantu

dalam melakukan goal shooting pada

permainan hoki.

Page 128: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

124

5. Hakikat Power Otot Lengan

Dalam permainan hoki otot lengan

dan otot kaki memberikan peranan

yang besar untuk melakukan aktivitas

gerak tanpa menghilangkan peran

serta bagian tubuh yang lainnya.

Untuk menguasai lapangan untuk

bergerak kesetiap sudut lapangan

dibutuhkan kecepatan dan kekuatan

dari otot- otot kaki yang terlatih.

Demikian juga dengan otot lengan,

bola harus bisa dipukul setiap saat

untuk bertahan maupun menyerang

lawan. Untuk dapat melakukan hal

tersebut dibutuhkan kekuatan otot

lengan dan juga kecepatan, gabungan

dari kedua komponen fisik tersebut

akan menghasilkan pukulan- pukulan

yang terarah, cepat dan bertenaga.

Menurut Harsono (1998 : 199)

“power adalah kemampuan otot untuk

mengatasi tahanan dengan kontraksi

yang sangat cepat”, sedangkan

menurut Bompa (1994 : 1) bahwa

“power = force x velocity artinya

kemampuan power merupakan

perpaduan antara unsur kekuatan dan

kecepatan”.

Dari pendapat para ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa

daya ledak atau power adalah suatu

usaha yang dilakukan dengan

menggunakan tenaga yang maksimal

dan dilakukan secepat-cepatnya.

Dalam permainan hoki kelompok

otot-otot lengan sangat perlu dilatih

untuk menjadi kuat dan cepat agar

bisa menghasilkan pukulan-pukulan

yang cepat bertenaga dan terarah.

PEMBAHASAN

Dari hasil pengujian hipotesis

pertama menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara hasil

pre- test dengan post- test pada

kelompok Medicine Ball Twist Toss,

dengan th =11,94 > tt = 2,02, hal ini

menunjukkan adanya peningkatan

power otot lengan atlet putra Unimed

Hoki Club tahun 2012, artinya

semakin baik latihan Medicine Ball

Twist Toss dilakukan semakin

memberikan pengaruh pada

peningkatan power otot lengan.

Page 129: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

125

Dari hasil pengujian hipotesis

kedua menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara hasil

pre- test dengan post- test pada

kelompok Medicine Ball Scoop Toss,

dengan th =11,62 > tt = 2,02, hal ini

menunjukkan adanya peningkatan

power otot lengan atlet putra Unimed

Hoki Club tahun 2012, artinya

semakin baik latihan Medicine Ball

Twist Toss dilakukan semakin

memberikan pengaruh pada

peningkatan power otot lengan.

Dari hasil pengujian hipotesis

ketiga dalam perhitungan uji t

gabungan, ditemukan bahwa latihan

Medicine Ball Twist Toss secara

signifikan lebih besar pengaruhnya

dari pada latihan Medicine Ball Scoop

Toss terhadap peningkatan power otot

lengan pada atlet putra Unimed Hoki

Club tahun 2012, dengan th =2,57 > tt

= 2,23, artinya kedua bentuk latihan

ini sama- sama memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap peningkatan

power otot lengan, tetapi latihan

Medicine Ball Twist Toss lebih

direkomendasikan untuk dilakukan.

Dari hasil pengujian hipotesis

keempat menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh yang signifikan

antara hasil pre- test dengan post- test

pada kelompok Medicine Ball Twist

Toss, dengan th =1,25 < tt = 2,02. Hal

ini menunjukkan tidak adanya

peningkatan hasil kemampuan hit

pada atlet putra Unimed Hoki Club

tahun 2012 dengan hanya melakukan

latihan Medicine Ball Twist Toss.

Dari hasil pengujian hipotesis

kelima menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh yang signifikan

antara hasil pre- test dengan post- test

pada kelompok Medicine Ball Scoop

Toss, dengan th = -2,34 < tt = 2,02. Hal

ini menunjukkan tidak adanya

peningkatan hasil kemampuan hit

pada atlet putra Unimed Hoki Club

tahun 2012 dengan hanya melakukan

latihan Medicine Ball Scoop Toss.

Dari hasil pengujian hipotesis

keenam dalam perhitungan uji t

gabungan, ditemukan bahwa latihan

Medicine Ball Twist Toss secara

signifikan lebih besar pengaruhnya

dari pada latihan Medicine Ball Scoop

Toss terhadap hasil kemampuan hit,

dengan th =3,51 > tt = 2,23, artinya

kedua bentuk latihan ini tidak

memberikan pengaruh yang

Page 130: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

126

signifikan terhadap peningkatan

kemampuan hit, tetapi latihan

Medicine Ball Twist Toss dan latihan

Medicine Ball Scoop Toss

direkomendasikan untuk

meningkatkan power otot lengan

sehingga dengan meningkatnya power

otot lengan diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan hit pada

atlet putra Unimed Hoki Club tahun

2012.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengujian hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Terdapat pengaruh yang

signifikan dari latihan medicine

ball twist toss terhadap

peningkatan power otot lengan

pada atlet putra Unimed Hoki

Club tahun 2012.

2. Terdapat pengaruh yang

signifikan latihan medicine ball

scoop toss terhadap peningkatan

power otot lengan pada atlet

putra Unimed Hoki Club tahun

2012.

3. Latihan medicine ball twist toss

secara signifikan lebih

berpengaruh daripada latihan

medicine ball scoop toss terhadap

peningkatan power otot lengan

pada atlet putra Unimed Hoki

Club tahun 2012.

4. Tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dari latihan medicine

ball twist toss terhadap

peningkatan kemampuan hit pada

atlet putra Unimed Hoki Club

tahun 2012.

5. Tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dari latihan medicine

ball scoop toss terhadap

peningkatan kemampuan hit pada

atlet putra Unimed Hoki Club

tahun 2012.

6. Latihan medicine ball twist toss

secara signifikan lebih besar

pengaruhnya dari pada latihan

medicine ball scoop toss terhadap

peningkatan kemampuan hit pada

atlet putra Unimed Hoki Club

tahun 2012.

Page 131: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

127

Saran

1. Untuk para pelatih hoki

disarankan untuk menerapkan

latihan medicine ball twist toss

dan latihan medicine ball scoop

toss terhadap peningkatan power

otot lengan.

2. Kepada para pemain disarankan

agar melatih power otot lengan

dan kemampuan hit melalui

latihan yang terprogram agar

menghasilkan teknik yang baik.

3. Bagi para ilmuwan olahraga,

terbuka kesempatan untuk

meneliti tentang pengaruh dan

latihan yang sama namun dengan

teknik atau cabang olahraga yang

berbeda.

Page 132: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan

128

DAFTAR PUSTAKA.Bompa (2000). Total Training For

Young Champions. NewYork University. Canada

Glenn Cross, DJ. ED. (1984).Coaching Hockey TheAustralian Way, ShoulhMelbourne. AustralianHockey Association TTd

Harsono. (1988). Coaching danAspek-Aspek PsikologisDalam Coaching. TombakKusuma. Bandung

_______. (1997). Garuda Emas,Rencana Induk OlahragaPrestasi Di Indonesia 1992-2007. Panduan KepelatihanKONI. Jakarta.

_______. (1991 Sejarah OlahragaIndonesia. Jakarta

Harsuki. (2003). Pengukuran danEvaluasi PelaksanaanProgram Latihan CabangOlahraga. Rajawali Sport

Hodder dan Stoughton. (1984).Hockey coaching. London,Sydney Auckland. Toronto

Ismail, Yusoff . (1991). Hoki. FajarBakti SDH BHD. KualaLumpur

James. C.R dan R.C.Farentirios.(1985). ExplosivePower Training.HumanKintic Publisher

Mutahir, Toho Cholik. (2007). SportDevelopment. PT. Indeks.Jakarta

PB PHSI. (2005).Peraturan Hoki,FHI (FederationInternasional Hoki). Jakarta

Sajoto, Mochammad. (1988).Pembinaan Kondisi FisikDalam Olahraga. Jakarta

Simanjuntak, Maratua. (1978).Pengantar MetodeCoaching Hockey. FKIP.Medan

Sudjana. (2000). Statistik. Tarsito.Bandung

Tabrani, Primadi. (2002). HockeyKreativitas dan Riset DalamOlahraga. ITB Bandung

Weint, Horst, (1979). The Science ofHockey. Pelham Books LTD.London.

Page 133: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

129

KARAKTERISTIK DAN TEKNIK BERNYANYI LAGU KATEGORINEGRO SPIRITUAL PADA KELOMPOK PADUAN SUARA

Lamhot Basani Sihombing

Abstrak

Bernyanyi adalah kegiatan mengeluarkan nada–nada dan kata–kata yangmengandung nilai estetika, dengan ekspresi natural yang artistik. Paduan suarajuga merupakan salah satu bentuk kelompok dalam bernyanyi. Paduan suaramerupakan gabungan dari beberapa kombinasi suara yaitu sopran, alto, tenor, bassdan tidak menutup kemungkinan untuk pembagian suara lain. Kategori lagu padapaduan suara terdiri dari: Musica Sacra, Negro Spiritual, Folklore/Etnik, Pop/Jazzdan sebagainya. Karakteristik lagu kategori Negro Spiritual terbentuk dari sejarahlahirnya atau terbentuknya Negro Spiritual.Kata Kunci : Karakteristik Lagu, Teknik Bernyanyi, Negro Spiritual, Kelompok

Paduan Suara

PENDAHULUAN

Bernyanyi adalah kegiatan

mengeluarkan nada – nada dan kata –

kata yang mengandung nilai estetika,

dengan ekspresi natural yang artistik.

Fungsi dari bernyanyi antara lain ;

sebagai hiburan, mata pencaharian,

dan juga sebagai media untuk

menyalurkan bakat dan kreatifitas

dalam proses pencapaian sebuah

prestasi. Dalam hal ini perlu diketahui

bahwa bernyanyi bukan hanya

sebagai bakat yang dibawa sejak

lahir, namun bernyanyi juga bisa

dipelajari secara mendalam melalui

lembaga pendidikan formal dan non-

formal. Bernyanyi dapat dilakukan

oleh seorang penyanyi secara pribadi,

grup maupun dalam skala yang besar.

Jika dilakukan oleh perseorangan

maka disebut Solo, dua orang disebut

duet, tiga orang disebut trio, lebih dari

3 atau empat dapat dikategorikan

sebagai grup, bagi kelompok yang

memiliki anggota masimal dari 20

orang disebut chamber choir

sedangkan lebih dari 20 orang dapat

disebut mixed choir.

Paduan suara atau choir

merupakan penyajian musik vokal

yang memadukan berbagai warna

Page 134: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

130

suara menjadi satu kesatuan yang

utuh dan dapat menunjukkan jiwa

lagu yang dibawakan. Paduan suara

dinyanyikan secara serentak untuk

membentuk suatu keharmonisan yang

selaras.

Paduan suara juga dapat

dirubah dengan menggunakan

iringan instrumen maupun tanpa

menggunakan iringan instrumen atau

biasa disebut dengan a cappella.

Paduan suara terdiri dari berbagai

jenis yaitu : paduan suara campuran

(mixed choir), paduan suara pria

(male choir), paduan suara wanita

(female choir), paduan suara dewasa

(adult choir), paduan suara remaja

(youth choir), dan paduan suara anak

(children choir) serta chamber choir.

Namun seiring dengan perkembangan

zaman, pengelompokan paduan suara

pun semakin berkembang dimana-

mana. Terbukti paduan suara dapat

dikelompokkan berdasarkan latar

belakang terbentuknya paduan suara

tersebut. Salah satu contoh yaitu

paduan suara gereja, terbentuk dalam

ruang lingkup gereja atau aktivitas

yang bersifat keagamaan. Masyarakat

saat ini sudah sangat mengenal

paduan suara, dikarenakan

penampilan paduan suara sudah

dipadukan dengan penggunaan

artistik agar tampilan paduan suara

lebih enak dilihat dan didengar.

Perkenalan budaya baru pada

bangsa Afrika yang mendorong

lahirnya nyanyian rohani baru yang

dikenal dengan istilah negro spritual

atau traditional spritual. Negro

Spiritual atau Traditional Spiritual

adalah jenis kategori lagu dalam

paduan suara. Lagu-lagu Negro

Spiritual atau Traditional Spiritual

tercipta pada saat perbudakan

terhadap bangsa Afrika.

PEMBAHASAN

1. Sejarah singkat karakteristikNegro Spiritual atau TraditionalSpiritualPada sekitar tahun 1619, Eropa dan

Amerika bagian Selatan

membutuhkan tenaga kasar untuk

bekerja diperkebunan-perkebunan

dalam jumlah yang sangat besar. Hal

ini mendorong lahirnya perbudakan.

Page 135: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

131

Budak-budak ini berasal dari Afrika

Bagian Barat. Bangsa Afrika adalah

bangsa yang sangat kaya akan budaya

dan tradisi. Bangsa ini memiliki

banyak bahasa dan dialek yang

menyebar diseluruh daerah. Sebagian

besar dari budak tersebut adalah salah

satu penutur multi-lingual (banyak

bahasa) yang menguasai dialek-dialek

Afrika setempat seperti : Wolog, Twi,

Hausa, Yoruba, Dogon, Akan,

Kimbundu, Bambara dan beberapa

dialek lainnya.

Bangsa Afrika adalah bangsa

yang dahulu tidak mengenal dan

memiliki agama. Mereka melakukan

penyembahan berhala atau ritual yang

masih berkembang hingga pada saat

ini yang disebut Voodoo. Namun

terjadinya perbudakan memberi

pengaruh besar dalam kehidupan

beragama bangsa Afrika terutama

yang menjadi budak di Amerika. Para

budak yang di Amerika dikenalkan

dengan agama yang dianut oleh

majikannya. Mayoritas agama di

Amerika adalah Kristen, maka para

budak mengenal yang dinamakan

dengan Kekristenan. Para budak

diberikan kesempatan setiap hari

Minggu untuk beribadah.

Budak-budak yang berada di

Amerika Utara biasanya dipekerjakan

di pabrik. Dan para Budak yang

berada di Amerika Selatan

dipekerjakan di perkebunan. Setiap

hari budak-budak harus bekerja keras

dari matahari terbit hingga matahari

terbenam tanpa gaji dan dengan

perlakuan kasar. Sehingga para budak

harus berhati-hati dalam melakukan

segala hal agar tidak terkena hukuman

cambuk atau cap besi panas. Pada saat

bekerja dan berkomunikasi sehari-hari

para budak dilarang oleh majikan

menggunakan budaya dan bahasa

ataupun dialek-dialek Afrika.

Sebaliknya mereka diperkenalkan

dengan bahasa Inggris. Sehingga para

budak melahirkan sebuah kombinasi

antara dialek Afrika dengan bahasa

Inggris yang disebut dialek Creole :

kay, massa, you just leave me, me sit

here, great fish jump up into de

canoe, here he be, massa, fine fish,

massa; me den very glad; den me sit

very still, until another great fish

jump into de canoe; but me fall

Page 136: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

132

asleep, massa, and no wake’til you

come.(sumber: Agastya Rama Listya,

2007, 68)

Semua hak asasi manusia dari

budak-budak direnggut oleh

majikannya. Tidak boleh belajar

membaca dan menulis, sehingga

pengetahuan mereka tentang dunia

luar sangat terbatas. Hal ini semakin

membuat kecil kemungkinan untuk

berkomunikasi dengan sesama budak.

Oleh sebab itu, para budak memakai

musik sebagai alat untuk

berkomunikasi kepada sesama. Musik

yang mereka gunakan adalah musik

asli dari budaya Afrika. Musik yang

dimaksud dalam hal ini adalah dalam

bentuk nyanyian atau suara, tanpa

menggunakan instrument pengiring.

(sumber : Henry Louis Gates,

Jr.,2001, hal 145)

Pada saat bekerja para budak

bernyanyi untuk menyampaikan

perasaan dan bersorak sorai satu sama

lain. Kadangkala para budak

bernyanyi untuk meringankan beban.

Seperti contoh : pada saat para budak

ingin mengangkut sebuah pohon

besar yang tumbang. Nyanyian yang

dinyanyikan seolah-olah memberi

semangat serta kekuatan yang besar

dalam menyelesaikan segala

pekerjaan. Seperti itulah nyanyian ini

berkembang pada masa perbudakan.

Bernyanyi juga merupakan salah satu

cara untuk menyampaikan segala

penderitaan yang dialami selama

perbudakan. Kaum kulit hitam

merindukan kebebasan. Maka

kebebasan dalam konteks ini

didasarkan atas pengalaman hidup

mereka yang berkisar tentang

perjuangan mereka untuk

memperoleh kebebasan, hak yang

sama dengan kaum kulit putih yang

kemudian membawa perubahan

terhadap nilai-nilai yang telah ada.

Dan para budak menyuarakan segala

perjuangan akan kebebasan melalui

lagu-lagu. Kebangkitan spiritual para

budak lewat lagu-lagu inilah yang

dikenal dengan istilah Negro

Spiritual.

Lagu-lagu ini tercipta secara

spontan ditengah perbudakan. Lagu

Negro Spiritual ini biasanya

digunakan pada saat beribadah,

ataupun berkumpul ditempat

Page 137: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

133

pertemuan rahasia. Agar nyanyian

tersebut tidak didengar oleh majikan,

maka mereka mengisi air pada satu

wadah yang mereka yakini untuk

meredam suara dari nyanyian

tersebut. Pola ritem pada lagu-lagu ini

dipengaruhi oleh pola ritem musik

Afrika dan ada juga yang dipengaruhi

oleh langkah kaki pada saat para

budak bekerja, dan ketika kaki

mereka dirantai. Sementara lirik yang

digunakan para budak berasal dari apa

yang mereka alami selama

perbudakan terjadi. Ciri khas dari

lagu Negro Spiritual ini adalah tepuk

tangan dan hentakan kaki. Ini

merupakan cara untuk lebih

menguatkan dan lebih menunjukkan

ekspresi nyanyian yang sedang

dinyanyikan para budak. Lirik yang

digunakan pada lagu Negro Spiritual

memiliki makna tersirat, ini dapat

dijumpai pada beberapa lagu. Artinya

bahwa lirik pada lagu tersebut ingin

menyampaikan sebuah pesan yang

sangat rahasia mengenai pelarian dan

pemberontakan para budak. (sumber :

http://www.negrospirituals.com/song.

htm)

Seperti yang telah dibahas

sebelumnya bahwa para budak sudah

mengenal Kekristenan. Sehingga

lagu-lagu yang mereka nyanyikan

sudah banyak dipengaruhi oleh

Alkitab. Dan lagu Negro Spiritual

sangat mengalami banyak

perkembangan dimulai dari

penggunaan lirik hingga ke musiknya.

Pada tahun sebelum 1865, Negro

Spiritual digunakan hanya untuk

nyanyian digereja. Ada tiga jenis lagu

yaitu himne, mazmur dan lagu kerja.

Himne dan mazmur adalah lagu yang

dinyanyikan pada saat pelayanan

dalam ibadah yang berisi tentang Injil

Alkitab. Sedangkan lagu kerja

merupakan lagu untuk menyampaikan

kondisi keras pada saat perbudakan.

Pada saat inilah sangat banyak

digunakan pesan rahasia melalui syair

lagu, contoh : “River Jordan”

merujuk pada sungai Ohio yang

merupakan perbatasan yang dianggap

relatif aman dari kejaran majikan.

(sumber : Agastya Rama Listya,

2007, hal 68)

Pada tahun antara 1865 dan

1925, terjadi beberapa perkembangan

Page 138: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

134

yaitu cara bernyanyi dengan

menggunakan vibra, menggunakan

melodi melismatic, keras, penuh nada

tenggorokan, eksploitasi falsetto,

menggeram dan mengerang. Namun

dalam hal lirik lagu, masih tetap sama

dengan lirik Negro Spiritual yang

pertama yaitu menyimpan makna

yang tersembunyi. Yang berkembang

pesat adalah pola dalam lagu Negro

Spiritual pada saat ini disebut “call”

and “response”. Dalam hal ini contoh

dari “call” and “response” adalah

Pendeta (pemimpin) menyanyikan

satu ayat, kemudian Jemaat menjawab

dengan ayat yang lain. Lagu-lagu

Negro Spiritual pada tahun ini banyak

menggunakan sinkopisasi.

Kemudian pada tahun 1925

sampai dengan 1985, lagu Negro

Spiritual dipengaruhi oleh

Renaissance, ini merupakan salah

satu bukti adanya pengaruh musik

Eropa dalam perkembangan lagu-lagu

Negro Spiritual. Pengaruh

Renaissance tampak pada cara

bernyanyi dan menafsirkan lagu-lagu

Negro Spiritual. Pertama, makna

sejarah pada lagu-lagu Negro

Spiritual lebih ditonjolkan.

Kemudian, para penyanyi Negro

Spiritual didorong untuk lebih

terdidik dalam hal bernyanyi. Pada

tahun 1925 perkembangan juga

ditunjukkan pada penggunaan lirik

lagu-lagu Negro Spiritual. Lirik lagu-

lagu tersebut sekarang lebih fokus

untuk memuji Tuhan, memperbaiki

pribadi, dan hidup dalam komunitas

persaudaraan. Pada saat inilah lahir

yang dinamakan “New Gospel” atau

“Gospel Baru”. Gospel adalah lagu-

lagu Negro Spiritual. Tetapi memiliki

sedikit perbedaan dengan lagu-lagu

Negro Spiritual lainnya. Gospel

sudah menggunakan musik pengiring,

bisa berupa piano, tamborin, dan

sebagainya. Sementara pada tahun

1985 lahirlah beberapa komposer

yang membawa perkembangan yang

sangat pesat pada lagu-lagu Negro

Spiritual. Salah satu komposer

tersebut adalah Moses Hogan. Moses

Hogan mengaransemen atau

menciptakan karya-karya baru lagu-

lagu Negro Spiritual. Ada dua jenis

lagu-lagu Injil yang dibuatnya setelah

tahun 1985. Jenis yang pertama

Page 139: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

135

adalah berisi tentang lagu-lagu

kekhawatiran, yang baik digunakan

untuk pelayanan ibadah atau acara

khusus di gereja-gereja. Yang kedua,

meliputi lagu-lagu untuk konser.

Lagu-lagu yang diciptakan ataupun

diaransemen oleh Moses Hogan

sudah mendapat pengakuan dan

penghargaan pada dunia musik

hingga pada dewasa ini. (sumber :

http://ctl.du.edu/spirituals/Times/cont

ext.cfm)

2. Karakteristik Lagu Kategori Negro Spritual

Adapun karakteristik musikal dari

Negro Spiritual secara rangkum

adalah sebagai berikut : (sumber :

Agastya Rama Listya,2007,Hal 69)

1. Musik Negro Spiritual

merupakan musik yang kaya

akan ritmik. Hal ini disebabkan

karena dasarnya adalah musik

Afrika yang mengembangkan

permainan alat musik perkusi.

2. Musik Negro Spiritual terdiri dari

tangga nada pentatonik (hanya

terdiri dari 5 nada). Tetapi pada

perkembangannya

memungkinkan jika digunakan

tangga nada heptatonik terutama

pada abad 19 (untuk musik Jazz

dan Blues).

3. Harmoni-harmoni yang

digunakan sangat sederhana

tetapi kokoh.

4. Karakter komunal sangat

mewarnai karakter dari sebagian

besar lagu Negro Spiritual.

5. Gaya musik call and response

sangat dominan, artinya didalam

bernyanyi lagu Negro Spiritual

ada sebuah gaya musik dimana

setiap penyanyi melakukan

interaksi yang aktif dengan

sesama penyanyi.

6. Bersifat spontan dan

improvisatoris. Pada lagu-lagu

Negro Spiritual ada kalanya Solo

dapat melakukan improvisasi

pada lagu-lagu tertentu yang

tidak tertulis pada partitur dan

tanpa ada dilatih sebelumnya.

7. Body-moving rhythms, artinya

bahwa dalam

menginterpretasikan lagu-lagu

Page 140: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

136

Negro Spiritual ritem lagu

tersebut ada pada gerakan tubuh

8. Soul mengikuti irama lagu.

9. Tarian, tepuk tangan dan

hentakan kaki digunakan untuk

mengiringi jenis tradisional

spritual awal atau dikenal dengan

istilah ”shouts”

10. Tekstur dan warna suara yang

cenderung kasar dan gelap. Hal

ini menjadi penentu dalam

pembentukan karakter vokal

Negro Spiritual. Namun perlu

diperhatikan bahwa tekstur yang

cenderung kasar dan gelap tidak

selamanya dipakai dalam setiap

lagu Negro Spiritual. Tetapi ada

juga beberapa lagu Negro

Spiritual yang tekstur dan warna

suaranya lebih terang. Tekstur

dan warna suara ini sangat erat

kaitannya dengan penggunaan

dinamika pada lagu-lagu Negro

Spiritual. Karena ada juga lagu

Negro Spiritual yang

menggunakan tanda dinamika

piano, pp, dan sebagainya. Dalam

hal ini tekstur yang cenderung

kasar dan gelap harus

menempatkan teknik yang tepat

untuk mengekspresikan dinamika

tersebut.

11. Pada pelafalan teks atau diksi

(dialek) , ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, misalnya :

a. Konsonan th [Ө] seperti pada

kata thinǵ dan th [ð] seperti

pada kata then diucapkan

secara berbeda tergantung

pada letaknya dalam sebuah

kata. Then dilafalkan sebagai

[dεn], the menjadi

[de], brother menjadi

[braddə], smooth menjadi

[smu:v], thin menjadi [tIn],

tooth menjadi [tu:f]

b. Konsonan r [r] biasanya

dihilangkan bila tidak diikuti

dengan huruf vokal,

misalnya; story dilafalkan

sebagai [stəi], lord menjadi

[lΛd], wear menjadi

[wεh], never menjadi

[nεvəh]

c. Konsonan ng [η] dan n

dilafalkan secara berbeda

tergantung pada jumlah suku

katanya, misalnya: sing

Page 141: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

137

dilafalkan [siη],

sebaliknya singing menjadi

[siηiη]. Something

dilafalkan [sΛmfIn],

dan nothing menjadi [nΛfIn]

d. Konsonan t dan d pada

akhir atau setelah tanda kutip

biasanya tidak diucapkan,

misalnya: ain’t dilafalkan

[ein], test dilafalkan

[tεs], hand dilafalkan

menjadi [hεn];

sebaliknya pant tetap

dilafalkan sebagai [pεnt]

e. Konsonan f dilafalkan

sebagai b , misalnya:

of menjadi [ob]

f. Konsonan v ditengah kata

dilafalkan sebagai b ,

misalnya: over menjadi

[ober], river menjadi

[ribbər] dan heaven menjadi

[hεbbən

3. Teknik Bernyanyi Kategori Negro Spiritual

Bernyanyi merupakan suatu

kegiatan membaca dan membunyikan

nada-nada atau partitur musik dengan

suara manusia secara baik dan benar.

Untuk menjaga nada serta suara maka

bernyanyi dapat dilakukan dengan

bantuan musik pengiring, terutama

bagi peserta-peserta. Banyak cara-

cara serta langkah-langkah teknik

dalam bernyanyi dimana hal tersebut

sangat penting dipahami dan alangkah

baiknya dapat dikuasai oleh seorang

pelatih.

a. Dasar - dasar teknik dalam

bernyanyi

Agar dapat bernyanyi dengan

baik, hendaknya harus mempelajari

dasar-dasar teknik bernyanyi yang

mencakup sikap badan, pernafasan,

pembentukan suara, artikulasi, dan

resonansi.

1. Sikap Badan

Sebenarnya badan merupakan

alat musik bagi seorang penyanyi,

oleh sebab itu penyanyi haruslah

selalu menjaga dan merawat

instrumennya ini, yaitu badannya agar

tetap sehat dan kuat. Sikap badan

yang baik untuk bernyanyi adalah

sebagai berikut.

Page 142: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

138

Duduklah di kursi atau bangku

agak ke pinggir bagian depan

dengan bobot badan bertumpu

pada bagian bawah tulang

pinggul.

Tarik dan regangkanlah tulang

pinggang sehingga tegak lurus

dan otot perut agak dikencangkan

sehingga tidak kendur.

Dada agak dibusungkan sehingga

tulang rusuk terangkat, dan

rongga dada akan bertambah

besar.

Tarik dan regangkanlah tulang

tengkuk sehingga leher tegak

lurus, dan posisi kepala juga lurus

dengan pandangan lurus ke depan.

2. Pernafasan

Dalam pernafasan terdapat

kerjasama otot-otot badan, yaitu otot

dada, otot perut, dan sekat rongga

badan atau diafragma.

Pernapasan dada

Pernapasan dada adalah

pernapasan yang dilakukan dengan

mengisi udara ke dalam paru-paru

bagian atas. Akibatnya, dalam

pernapasan ini bahu dan dada tampak

dan terangkat ke atas. Pernapasan ini

kurang baik bagi seorang penyanyi,

karena paru-paru tidak diisi penuh

oleh udara. Dari segi penampilan,

sewaktu melakukan pernapasan akan

terkesan tidak bagus karena dada dan

bahu selalu terangkat sewaktu

mengambil napas.

Pernapasan perut

Pernapasan perut adalah

pernapasan yang terjadi karena

gerakan perut yang menggembung.

Rongga perut menjadi besar, sehingga

udara dari luar dapat masuk.

Pernapasan ini juga tidak baik untuk

seorang penyanyi, karena otot perut

tidak akan kuat lama menahan udara

yang telah dihirup. Akibatnya

penyanyi akan cepat merasa lelah.

Pernafasan diafragma

Pernapasan diafragma adalah

pernapasan yang paling ideal untuk

seorang penyanyi. Diafragma lebih

kuat menahan napas. Sekat rongga

badan (diafragma) terletak membatasi

rongga dada dan perut, pada waktu

istirahat melengkung ke atas,

sebagian masuk ke dalam dada.

Page 143: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

139

3. Pembentukan Suara

Salah satu cara untuk

mendapatkan suara yang bulat itu

adalah sebagai berikut:

Ucapkan A dengan membuka

mulut dan menurunkan rahang

bawah. Bagian belakang mulut

akan terbuka, dan bagian depan

mulut pun terbuka pula.

Ucapkan O juga dengan

menurunkan rahang bawah.

Bagian depan mulut terbuka, akan

tetapi tenaga bibir atas dan bawah

berbentuk bulat.

Dengan bentuk mulut untuk

ucapan O ini, ucapkanlah A.

Dengan demikian bagian belakang

mulut terbuka sehingga dapat

mengeluarkan bunyi vokal A yang

penuh dan bulat.

4. Artikulasi

Artikulasi suara adalah cara

mengucapkan kata-kata sambil

bersuara. Dan meningkatkan

artikulasi yang jelas artinya

meningkatkan cara pengucapan kata-

kata agar mudah di mengerti.

Pengertian serupa juga diterangkan

dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, dinyatakan bahwa

artikulasi adalah bunyi bahasa yang

terjadi karena gerakan alat ucap.

5. Resonansi

Resonansi adalah ikut

bergetarnya sebuah benda lain akibat

getaran benda yang utama. Bila

dikaitkan dengan dengan suara

manusia, maka suara yang dihasilkan

oleh pita suara akan diperkuat oleh

udara yang ada di dalam rongga dan

dinding-dinding resonansi itu sendiri

berupa getaran-getaran pada tulang

rongga resonansi tersebut. Yang

termasuk suara resonansi adalah

rongga tenggorokan, rongga mulut,

rongga hidung, dan rongga dada.

b. Panduan dalam bernyanyi

Dalam bernyanyi sebaiknya kita

perlu mengetahui hal-hal dalam

bernyanyi, diantaranya adalah :

Pengetahuan tentang nada atau

paham dengan nada

Pengetahuan tentang nada

merupakan indikator yang penting

bagi peserta paduan suara yang akan

melakukan pelatihan/pembelajaran

bernyanyi, terutama untuk

mengetahui wilayah nada atau

Page 144: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

140

rentang nada yang dimiliki. Dengan

mengetahui wilayah nada, maka

seseorang dapat menentukan dimana

nada dasar yang cocok dalam

membawakan sebuah lagu.

Memahami tempo atau ketukan

lagu

Dalam hal ini seorang yang

akan bernyanyi apabila tidak paham

dan tidak dapat mengikuti tempo serta

ketukan lagu yang akan dinyanyikan

otomatis tidak akan terjadi

harmonisasi antara si penyanyi

dengan musiknya.

Pendengaran yang baik

Indera pendengaran yaitu

telinga sangat berpengaruh terhadap

seseorang yang akan bernyanyi,

karena apabila seseorang tersebut

memiliki pendengaran yang kurang

bagus otomatis lagu yang akan

dinyanyikan pun akan terdengar tidak

bagus disebabkan penyanyi tidak

dapat mengikuti tempo dan

mengetahui nada dari suatu lagu

tersebut.

Latihan pendengaran bertujuan

untuk menimbulkan kepekaan

pendengaran penyanyi terhadap pitch

nada yang berasal dari sebuah alat

musik yang standar.

Memahami pitch yang tepat

Pitch adalah tingkat ketinggian

nada yang sesuai dengan patokan

tinggi rendah nada yang sudah baku

atau standar. Maka pitch nada yang

standar biasanya terdapat pada alat

musik yang sudah memiliki nada-

nada yang absolut (tone yang tak

berubah-ubah). Suatu lagu yang

dinyanyikan atau dimainkan dengan

intonasi yang tepat, artinya nada-nada

yang dibunyikan dengan pitch yang

tepat. Bunyi nada yang tepat akan

menghasilkan suara yang jernih,

nyaring serta enak didengar.

5. Memahami pernapasan dalam

bernyanyi

Pernapasan dalam bernyanyi

berbeda dengan pernapasan untuk

keperluan berbicara sehari-hari.

Karena pernapasan untuk keperluan

bernyanyi harus dipikirkan sesuai

kebutuhan bernyanyi dengan volume

udara yang dihirup. Selain itu

pernapasan dalam bernyanyi

dilakukan dengan menghirup udara

sebanyak-banyaknya dan secepat-

Page 145: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

141

cepatnya kemudian berhenti sejenak

setelah itu dikeluarkan perlahan-lahan

dan hemat.

Di dalam bernyanyi kita perlu

melakukan persiapan sebelum

bernyanyi diantaranya adalah sebagai

berikut :

Sebelum bernyanyi terlebih

dahulu kita memperhatikan posisi

dalam bernyanyi, yaitu posisi

yang bagus adalah dengan berdiri

tegak.

Melakukan latihan-latihan yang

bertujuan untuk pembentukan

suara dan melatih keluwesan pita

suara.

Selain itu ada juga beberapa hal

yang harus diperhatikan sewaktu kita

bernyanyi yang tujuannya agar dalam

bernyanyi akan didapatkan suara yang

baik dan bagus.

Bernyanyi dapat dilakukan sambil

duduk atau berdiri. Namun untuk

mencapai keleluasaan bergerak,

maka sebaiknya bernyanyi

dilakukan dalam keadaan berdiri.

Baik dalam keadaan berdiri

maupun duduk, posisi badan

harus tetap tegak dengan

memperhatikan posisi tulang

punggung.

Pada saat bernyanyi, kepala

hendaknya direndahkan sedikit

kearah muka. Dengan demikian

urat-urat leher tidak akan menjadi

tegang saat bernyanyi.

Pada saat bernyanyi mesti

diperhatikan tata gerakan tubuh

yang tidak berlebihan. Untuk

menyalurkan berat badan agar

seimbang hendaknya kedua belah

kaki sedikit agak

direngganggakan satu sama

lainnya.

Lakukanlah bernyanyi dalam

keadaan santai dengan cara

membuang semua beban yang

tidak perlu, baik beban yang

bersifat jasmani (lesu, lelah, lapar,

dan lain sebagainya) maupun

beban yang bersifat rohani (takut,

tegang dan lain sebagainya).

Page 146: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

142

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas yang

telah penulis kemukakan mengenai

karakteristik dan teknik bernyanyi

pada lagu Negro spiritual pada

kelompok Paduan Suara maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Negro Spiritual atau Traditional

Spiritual adalah jenis kategori

lagu dalam paduan suara.

2. Lagu-lagu Negro Spiritual atau

Traditional Spiritual tercipta pada

saat perbudakan terhadap bangsa

Afrika.

3. Musik Negro Spiritual merupakan

musik yang kaya akan ritmik. Hal

ini disebabkan karena dasarnya

adalah musik Afrika yang

mengembangkan permainan alat

musik perkusi.

4. Musik Negro Spiritual terdiri dari

tangga nada pentatonik (hanya

terdiri dari 5 nada). Tetapi pada

perkembangannya memungkinkan

jika digunakan tangga nada

heptatonik terutama pada abad 19

(untuk musik Jazz dan Blues).

5. Karakteristik lagu Negro Spiritual

lahir dari sejarah perkembangan

musik pada saat perbudakan

terhadap bangsa Afrika di

Amerika.

6. Teknik bernyanyi pada lagu

Negro Spiritual terdiri dari dasar

teknik bernyanyi, dan panduan

dalam bernyanyi. Hal ini dapat

diguakan pada saat melatih lagu

yang berkarakteristi Negro

Spiritual.

Page 147: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan

143

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik.Yogyakarta : Kanisius

Berlioz, H. 2007. The Art Of TheConductor. London : The NewTemple Press.

Budhidarma, Pra. 2001. MetodeVokal Profesional. Jakarta :PT. Elex Media Komputindo

Christy, Van A. 1983. ExpressionSinging. USA : WM.C.BrownCompany Publisher

Gates, Henry Louis. 2001. TheHarvard Guide to African-American History. USA:Harvard University Press

Greene, Richard and Brizel, Florie.2002. Word That Shook TheWorld. USA:Prentis Hall Press

Harahap, J. 2005. PerkenalanPaduan Suara. Bandung : PTRemaja Rosdakarya.

Http://Ctl.Du.Edu/Spirituals/Times/Context.Cfm/ Jumat, 01 Februari2013/16:54:02

Http://www.google.com/ Selasa, 06November 2012/ 14:30:10

Http://www.negrospirituals.song.com/Jumat, 01 Februari2013/17:06:30

Listya, Agastya Rama. 2007. A – ZDireksi Paduan Suara. Jakarta: Yayasan Musik Gereja(YAMUGER) di Indonesia.

Lock, William. 2004. ChoralConducting. Jakarta :Rhapsody Music School

Page 148: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

144

TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH ADATBATAK TOBA DI TOBA SAMOSIR

Aron Samosir

Abstrak

Penelitian ini fokus pada kajian transformasi arsitektur tradisional rumah adatBatak Toba di Kabupaten Tobasa, Provinsi Sumatera Utara. Kajian ini dilakukanuntuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang keberadaan tranformasiarsitektur tradisional terhadap bagunan modern yang ada di lokasi penelitiandimana substansi dari arsitektur tradisional tersebut merupakan warisan leluhuretnik Batak Toba yang memiliki makna filosofis. Pendekatan yang digunakandalam adalah pendekatan interdisiplin dengan metode penelitian kualitatif yangmendeskripsikan kondisi transfoemasi di lokasi penelitian. Beberapa teori yangdigunakan dalam mendukung penelitian ini adalah teori antropologi budaya, teoriritual, teori semiotika, teori fungsional, teori post modern, teori arsitektur, danteori transformasi. Data-data dikumpulkan melalui, studi pustaka, observasi,wawancara, dan dokumentasi.

LATAR BELAKANG MASALAH

Arsitektur merupakan seni dan

pengetahuan dalam merancang

bangunan yang mencakup

pertimbangan fungsi, estetika,

firmitas, utilitas dan psikologis.

Arsitektur tradisional merupakan

salah satu bentuk warisan budaya

yang lahir dari kehidupan masyarakat

tradisional itu sendiri yang

berlangsung secara turun temurun

yang mengalami perkembangan

sesuai dengan dinamika kebudayaan.

Unsur seni dalam arsitektur

dimaksudkan untuk pemuasan

kebutuhan spiritual atau emosional

manusia serta merangsang daya pikir

yang dapat menggugah imajinasi para

penguna dan pengamat bangunan,

serta mewadahi tuntutan manusia

akan keindahan dan estetika

lingkungan.

Setiap etnik memiliki gaya

arsitektur tersendiri dalam merancang

bagunan seperti tercermin dalam

Page 149: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

145

rumah adat. Rancangan yang

mencakup bentuk, ukuran, fungsi dan

pembuatan ornamen erat kaitannya

dengan sistem religi yang diyakini

oleh etnik tertentu. Demikian halnya

dengan pembuatan rumah adat pada

etnik Batak Toba memiliki gaya

asitektur tersendiri yang merupakan

salah satu kekayaan bangsa dalam hal

seni dan rancang bangun. Dalam

kehidupan masyarakat Batak Toba,

rumah adat dianggap sesuatu yang

sakral karena dalam pembagian dan

fungsi rumah adat tersebut terdapat

nilai-nilai kosmologis dan filosofis

sebagai dasar pendirian bangunan.

Penguatan nilai filosofis lebih

diperkuat oleh makna ragam gorga

(ornamen) yang menghiasi bagian

depan rumah adat.

Peninggalan karya arsitektur

tradisional rumah adat Batak Toba

merupakan salah satu rekaman

sejarah dalam bentuk nyata yang

memberi gambaran kontinuitas

kehidupan masyarakat dari masa lalu,

kini, dan berlanjut pada masa yang

akan datang. Peninggalan karya

arsitektur sekaligus sebagai bukti

sejarah yang bisa dikenang oleh

generasi berikutnya tentang

kandungan makna historis dan sosial

budaya. Hal ini merupakan suatu hal

yang sangat penting sebab di era

globalisasi saat ini, seiring dengan

laju perkembangan teknologi dan

informasi yang serba canggih, cepat

dan beragam, keberadaan bangunan

dengan arsitektur tradisional turut

memberikan keunikan dan otentisitas

tersendiri yang merupakan

karakteristik etnik tertentu.

Pelestarian dan pengembangan

arsitektur tradisional merupakan salah

satu indikator penting yang

memperkaya khasanah wajah

lingkungan sebuah kawasan yang

menunjukkan karakteristik etnik serta

kearifan lokal dari etnik setempat.

Mewujudkan karya arsitektur yang

proporsional, holistik, baik dan

mantap pada sekarang maupun di

masa yang akan datang, merupakan

salah satu persyaratan utamanya

adalah hubungan atau keterkaitan

dengan masa lampau. Banyak karya

arsitektur bermutu belajar dari

arsitektur terdahulu, dimana arsitertur

Page 150: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

146

terdahulu dapat memberikan inspirasi

kepada para arsitek generasi

berikutnya didalam mengembangkan

kreativitasnya baik dari aspek teknik

maupun artistiknya.

Perkembangan karya

arsitektur tradsional Batak Toba di

Kabupaten Toba Samosir cukup

beragam dan telah menghasilkan

banyak karya yang cukup

representatif, salah satunya adalah

memasukkan unsur desain arsitektur

tradisional pada bangunan modern.

Kecenderungan untuk memakai

kembali keunggulan strategi desain

arsitektur tradisional yang kemudian

menjadi inspirasi desain arsitektur

modern adalah suatu usaha untuk

bertindak lebih baik terhadap

lingkungan dalam konteks

penampilan wajah arsitektur rumah

adat Batak Toba pada gedung-gedung

perkantoran milik pemerintah atau

swasta. Usaha ini mendukung untuk

menciptakan suatu desain yang baik

di Kabupaten Toba Samosir, hal ini

umumnya diterapkan pada rancangan

bangunan kantor pemerintah, yang

merupakan salah satu usaha untuk

mengangkat ciri khas setiap daerah

dari segi karya arsitektur.

Tipe khas rumah adat Batak

Toba adalah bentuk atapnya

melengkung dan pada ujung atap

sebelah depan, kadang-kadang

dilengkapi tanduk kerbau, sehingga

rumah adat itu terlihat seperti kerbau.

Punggung kerbau adalah atap yang

melengkung, sedangkan kaki-kaki

kerbau diwujudkan dalam bentuk

tiang-tiang pada kolong rumah.

Mengingat masyarakat tradisional

Batak Toba belum mengenal ukuran

dengan meter, mereka menggunakan

tatacara mengukur dengan depa

(dopa), jengkal (jongkal), asta,

langkah (langka), sehingga setiap

rumah adat cenderung memiliki

ukuran yang berbeda.

Rumah tinggal adalah satu

institusi, bukan hanya struktur yang

dibuat untuk serangkaian tujuan yang

sangat kompleks. Bangunan rumah

adalah suatu gejala struktural, yang

bentuk dan organisasinya sangat

dipengaruhi oleh lingkungan kultur

yang dipunyai (Rapoport,1969:76).

Dengan demikian perkembangan

Page 151: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

147

arsitektur rumah adat tradisional

Batak Toba di Kabupaten Toba

Samosir cukup menarik untuk diteliti,

di mana banyak ditemukannya desain

bangunan yang menerapkan arsitektur

rumah tradisional (rumah adat) pada

desain bangunan kantor pemerintah

maupun pada bangunan tugu/makam.

Di wilayah Kabupaten Toba Samosir

pada umumnya desain atau

arsitektur bangunan kantor

pemerintah, swasta, maupun

monumen, tugu atau makam

cenderung mentransformasikan

arsitektur tradisional terhadap

bangunan modern yang mencakup

bentuk dan ragam gorga (ornamen)

yang bertujuan untuk memunculkan

karakter/ciri arsitektur tradisional

rumah adat Batak Toba.

Dalam proses transformasi

tersebut terjadi perubahan yang

mencakup: fungsi, bentuk geometri

bangunan, lingkungan dan

penggunaan material (bahan), yang

dapat mempengaruhi kondisi termal

bangunan. Dapat dikatakan bahwa

transformasi mempunyai pengertian

perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi

dan sebagainya) atau pengalihan

menjadi bentuk yang berbeda namun

mempunyai nilai-nilai yang sama,

perubahan dari satu bentuk atau

ungkapan menjadi suatu bentuk yang

mempunyai arti atau ungkapan yang

sama mulai dari struktur permukaan,

fungsi, perubahan bentuk atau

penampilan, atau karakter atau

penempatan dari, mengubah dan

pengakuan, mengubah/mengganti

bentuk atau penampilan luarnya,

mengubah kondisi, alam, fungsi.

Transformasi merupakan

perubahan rupa dari sesuatu yang

mencakup bentuk, sifat, fungsi, dan

berbagai hal dari bentuk asli ke

bentuk yang relatif berbeda sesuai

dengan keinginan atau kepentingan

generasi tertentu. Dengan demikian

transformasi tidak hanya merupakan

saluran, tetapi lautan kreativitas yang

bersungguh-sungguh dan jujur pada

elemen, yang memiliki cukup resiko,

ketertiban dan upaya. Terdapat suatu

kecenderungan bahwa saluran

transformasi dapat sangat menolong

dalam mencapai tujuan. Transformasi

merupakan resultan kompleksitas dari

Page 152: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

148

upaya untuk mengubah, mengalihkan,

menyatukan beberapa hal dalam

mencapai nilai yang sama-sama dapat

diterima

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana proses transformasi

arsitektur tradisional rumah adat

Batak Toba terhadap bangunan-

bangunan di Toba Samosir?

2. Bagaimana bentuk transformasi

arsitektur tradisional rumah adat

Batak Toba terhadap bangunan-

bangunan di Toba Samosir?

3. Bentuk dan makna gorga yang

terdapat pada bangunan yang

mengalami transformasi

arsitektur tradisional rumah adat

Batak Toba terhadap bangunan-

bangunan di Toba Samosir.

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mendeskripsikan proses

transformasi arsitektur tradisional

rumah adat Batak Toba terhadap

bangunan-bangunan di Toba

Samosir.

2. Untuk mengetahui bentuk

transformasi arsitektur tradisional

rumah adat Batak Toba terhadap

bangunan-bangunan di Toba

Samosir.

3. Untuk menjelaskan bentuk dan

makna gorga yang terdapat pada

bangunan yang mengalami

transformasi arsitektur tradisional

rumah adat Batak Toba terhadap

bangunan-bangunan di Toba

Samosir.

HASIL PENELITIAN

1. Transformasi Arsitektur Tradisional Rumah Adat Batak Dari Segi

Bangunan

Transformasi arsitektur

tradisional rumah adat Batak Toba

terhadap bangunan modern di Balige

dapat dilihat pada ragam bangunan

modern yang mencakup pada

beberapa perkantoran pemerintah atau

swasta serta serta pada bangunan

lainnya di Toba Samosir khususnya di

Page 153: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

149

Balige sebagai pusat pemerintahan,

menunjukkan berbagai keprihatinan.

Sebab arsitektur bangunan-bangunan

baru atau bangunan modern pada

umumnya telah mengadopsi arsitektur

modern, tanpa memperhatikan unsur

arsitektur tradisional, baik dari aspek

bentuk maupun penggunaan unsur

seni tradisional seperti gorga

(ornamen) yang yang digunakan

untuk menghiasi bagunan modern.

Transformasi arsitektur

kesesenian tradisional terhadap

arsitek bangunan modern di kawasan

budaya tertentu dalam hal ini seni

budaya Batak Toba di kawasan

Balige,Toba Samosir dengan

sendirinya akan memberi nilai tambah

khususnya apresiasi terhadap

kesenian tradisional etnik Batak Toba

yang menunjukkan karakteristik dan

kearifan lokal yang dapat memberi

spirit kepada masyarakat Balige dan

masyarakat umum yang datang atau

berkunjung ke kawasan tersebut.

Dalam hal ini baik masyarakat

setempat maupun pendatang, dengan

sendirinya dapat melihat atau

menikmati kekayaan budaya Batak

Toba melalui transformasi arsitektur

dan kesenian tradisional dalam bentuk

bagunan serta gorga (ornamen) yang

terdapat pada bangunan-bangunan

modern.

Jika diamati bangunan gedung-

gedung instansi pemerintahan dan

beberapa gedung swasta, selain

menggunakan arsitektur tradisional

yang ada pada rumah adat Batak Toba

yang khas dengan bentuk dan ragam

gorga (ornamen atau hiasan) pada

bangunannya, bangunan pemerintah

juga secara sengaja menggunakan

sebagian dari arsitektur tradisional

tersebut terutama pada bentuk dan

penggunaan gorga pada bagian

depan. Namun pada bagian-bagian

tertentu didesain berdasarkan

arsitektur modern seperti penataan

ruang, dan halaman depan.

Sementara pada bagian dalam tidak

terdapat sentuhan ornamen atau

hiasan lokal berupa gorga (ornamen),

lukisan atau seni ukir atau seni patung

yang menunjukkan ciri khas Batak

Toba. Mestinya hal ini juga

merupakan bagian penting dalam

sebuah transformasi arsitektur dalam

Page 154: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

150

rangka memperindah bangunan

pemerintah. Untuk lebih

menunjukkan lukisan atau karya

seniman Batak Toba di bagian dalam

gedung, dapat dibeli atau dipesan oleh

pemerintah dalam upaya kepentingan

tersebut. Persoalan yang mendasar

adalah masalah niat atau kepedulian

pemerintah setempat. Dengan adanya

upaya transformasi seperti ini dengan

sendirinya akan dapat meningkatkan

apresiasi seni di kalangan masyarakat

atau para tamu yang berkunjung ke

dalam gedung tersebut.

Dalam proses transformasi

tersebut terjadi perubahan dalam

berbagai hal yang mencakup fungsi

atau kegunaan bangunan, bentuk

geometri bangunan, lingkungan dan

material, yang dapat mempengaruhi

kondisi termal bangunan yang

berkaitan dengan pengatur suhu udara

pada bangunan. Dalam konteks

bangunan balerong ( bagunan pasar

tradisional) yang dibangun dengan

meniru gaya arsitektur rumah adat

Batak Toba, tentu telah mengalami

transformasi dalam banyak hal,

terutama dalam penggunaan ukuran

dan bahan material. Akan tetapi dari

aspek artistik, secara fisik keberadaan

balerong (pasar tradisional) tersebut

akan menunjukkan ciri khas arsitektur

tradisional Batak Toba yang memiliki

daya tarik tersendiri di tengah

bangunan-bangunan modern yang

mengitarinya.

Gambar 1. Balerong (Pasar Tradisional) Bergaya Arsitektur Rumah Adat Batak Tobadi Balige, Toba Samosir.

Dalam konteks ini

transformasi arsitektur berorientasi

pada fungsi objek bangunan dimana

balerong (pasar tradisional)

merupakan sarana atau tempat

bertransaksi antar penduduk dari

Page 155: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

151

berbagai daerah. Dengan demikian

dari segi luas bangunan, balerong

jauh lebih besar dari ukuran luas

rumah adat. Demikian halnya dengan

bentuk bagian dalam dimana pada

balerong tidak memiliki sekat-sekat

sebagaimana halnya pada rumah adat

dimana setiap sekat memiliki fungsi

dan makna tertentu. Dalam

menyikapi transformasi arsitektur ini,

etnik Batak Toba dapat menyikapinya

sebagai sesuatu hal yang lumrah,

sebagai dampak dari perubahan dan

perkembangan zaman. Namun lebih

dari itu setidaknya arsitektur

tradisional dapat dimunculkan sebagai

sebuah karakteristik lokal.

Menganalisis kondisi dari aspek

termal bangunan, dengan melihat

pengaruh variabel desain dari masing-

masing bangunan berdasarkan

parameter kenyamanan sistem

sirkulasi udara, dengan sendirinya

akan mengalami perubahan yang

sangat signifikan. Berikut ini adalah

deskripsi transformasi yang terjadi

pada bangunan kantor dengan bentuk

arsitektur tradisional meliputi:

transformasi geometri bangunan

(perbandingan panjang dan lebar),

pola denah (single zone layer

pattern), bentuk panggung, posisi

bukaan (cross ventilation), dan

orientasi bangunan terhadap kondisi

lingkungan sejalan dengan fungsi dan

penggunaanya di era modern.

Transformasi arsitektur

bangunan rumah adat tradisional

Batak Toba terhadap arsitektur

modern yang diimplementasikan pada

bangunan modern tampak telah

diterapkan pada berbagai perkantoran,

dan pasar tradisional di Balige. Dalam

perspektif geometri bangunan, jelas

akan mengalami perubahan dimana

pada bangunan modern penggunaan

panjang dan lebar bangunan relatif

lebih besar dari rumah adat karena

harus disesuaikan dengan fungsi

bangunan yang diperuntukkan untuk

pelayanan publik. Sedangkan pada

arsitektur tradisional (rumah adat)

fungsi atau keperluannya hanya untuk

kepentingan keluarga dalam

kehidupan sehari-hari serta

kepentingan yang menyangkut

pelaksanaan upacara adat.

Page 156: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

152

Dari aspek tranformasi geometri

bagunan yang mencakup ukuran

panjang dan lebar atau ukuran luas

bangunan, tentu menunjukkan ukuran

yang berbeda karena secara fisik

bangunan modern khususnya

perkantoran atau pasar, telah

mengalami perubahan struktur dasar

arsitektur rumah adat dengan

arsitektur tradisional menjadi struktur

baru yang lahir dengan menerapkan

kaidah transformasi modern yang

memiliki luas bangunan yang jauh

lebih besar. Dari sisi denah, telah

terjadi transformasi dari yang

tradisional ke denah modern karena

harus disesuaikan dengan fungsi

gedung sebagai sarana pelayanan

publik dimana denah yang digunakan

selain lebih luas, harus lebih praktis

dalam hal penggunaannya untuk

melayani masyarakat. Demikian

halnya dari aspek bentuk dimana

arsitektur rumah adat Batak Toba

yang menggunakan panggung, tidak

diterapkan pada bangunan modern,

karena dianggap tidak praktis dalam

hal fungsi, dimana gedung

perkantoran digunakan sebagai sarana

pelayanan masyarakat. Demikian

halnya dengan penggunaan bukaan

yang mencakup penggunaan jendela

yang berkaitan dengan sirkulasi udara

dan pencahayaan, dengan sendirinya

harus disesuaikan dengan fungsi

bangunan.

Sejalan dengan dinamika

kemajuan zaman, transformasi

arsitektur rumah adat Batak Toba dari

bentuk arsitektur primitif ke arsitektur

di era modern mencakup peralihan

penggunaan bahan bangunan.

Transformasi tersebut berlangsung

dengan dinamika yang relatif lambat.

Perubahan penggunaan material

tersebut mencakup penggunaan atap

rumah dari bahan ijuk ke bahan seng,

serta penggunaan cat yang merupakan

hasil dari industri modern, termasuk

perubahan teknik ikat pada atap ijuk

ke penggunaan paku pada seng. Pada

tahap ini bentuk rumah adat dan

prinsip penggunaan gorga serta

keyakinan terhadap makna gorga

masih tetap dipertahankan sepanjang

tidak bertentangan dengan ajaran

agama yang dianut.

Page 157: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

153

Gambar 2. Transformasi Arsitektur Rumah Adat Batak Toba Dalam Bangunan KantorPemerintahan di Balige, Toba Samosir.

Gambar di atas menunjukkan

adanya transformasi dimana

arsiterktur yang diterapkan pada

bangunan kantor Bupati Toba

Samosir merupakan transformasi

arsitektur tradisional rumah adat

Batak Toba yang hanya mencakup

bentuk bangunan dan pengunaan

gorga (ornamen) pada bagian depan

bangunan. Pada bagian interior tidak

terdapat sentuhan seni tradisional

Batak Toba, sehingga terkesan hanya

sebagai bangunan modern saja tanpa

adanya unsur tradisional.

Di sisi lain transformasi

arsitektur rumah adat Batak Toba ada

yang dilakukan dengan mengganti

materialnya secara keseluruhan. Pada

bangunan modern keseluruhannya

menggunakan bahan semen, batu

pasir, dan besi sebagaimana

bangunan modern tanpa merubah

bentuk tradisionalnya.

Gambar 3. Bangunan Modern Dengan Mengadopsi Arsitektur Rumah Adat BatakToba (Foto: Aron Samosir).

Rumah Adat Kantor Bupati Toba Samosir

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

153

Gambar 2. Transformasi Arsitektur Rumah Adat Batak Toba Dalam Bangunan KantorPemerintahan di Balige, Toba Samosir.

Gambar di atas menunjukkan

adanya transformasi dimana

arsiterktur yang diterapkan pada

bangunan kantor Bupati Toba

Samosir merupakan transformasi

arsitektur tradisional rumah adat

Batak Toba yang hanya mencakup

bentuk bangunan dan pengunaan

gorga (ornamen) pada bagian depan

bangunan. Pada bagian interior tidak

terdapat sentuhan seni tradisional

Batak Toba, sehingga terkesan hanya

sebagai bangunan modern saja tanpa

adanya unsur tradisional.

Di sisi lain transformasi

arsitektur rumah adat Batak Toba ada

yang dilakukan dengan mengganti

materialnya secara keseluruhan. Pada

bangunan modern keseluruhannya

menggunakan bahan semen, batu

pasir, dan besi sebagaimana

bangunan modern tanpa merubah

bentuk tradisionalnya.

Gambar 3. Bangunan Modern Dengan Mengadopsi Arsitektur Rumah Adat BatakToba (Foto: Aron Samosir).

Rumah Adat Kantor Bupati Toba Samosir

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

153

Gambar 2. Transformasi Arsitektur Rumah Adat Batak Toba Dalam Bangunan KantorPemerintahan di Balige, Toba Samosir.

Gambar di atas menunjukkan

adanya transformasi dimana

arsiterktur yang diterapkan pada

bangunan kantor Bupati Toba

Samosir merupakan transformasi

arsitektur tradisional rumah adat

Batak Toba yang hanya mencakup

bentuk bangunan dan pengunaan

gorga (ornamen) pada bagian depan

bangunan. Pada bagian interior tidak

terdapat sentuhan seni tradisional

Batak Toba, sehingga terkesan hanya

sebagai bangunan modern saja tanpa

adanya unsur tradisional.

Di sisi lain transformasi

arsitektur rumah adat Batak Toba ada

yang dilakukan dengan mengganti

materialnya secara keseluruhan. Pada

bangunan modern keseluruhannya

menggunakan bahan semen, batu

pasir, dan besi sebagaimana

bangunan modern tanpa merubah

bentuk tradisionalnya.

Gambar 3. Bangunan Modern Dengan Mengadopsi Arsitektur Rumah Adat BatakToba (Foto: Aron Samosir).

Rumah Adat Kantor Bupati Toba Samosir

Page 158: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

154

Pada bangunan modern tersebut

terlihat bahwa arsitektur tradisional

masih di pertahankan. Perbedaannya

terdapat pada kolong (bara) dimana

pada bangunan modern, kolong telah

beralih fungsi menjadi ruangan.

Demikian halnya dengan posisi

tangga, telah berada di dalam

bangunan. Dalam konteks ini nilai

fungsi kolong rumah sebagai tempat

kandang kerbau telah dihilangkan.

Menurut pemilik rumah, kandang

kerbau telah dibuat secara tersendiri

dengan jarak yang relatif jauh dari

rumah dengan alasan untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan dari pemilik

rumah.

Mengingat begitu banyaknya

jenis gorga atau ornamen, seni pahat,

seni patung, dan seni kerajinan,yang

tidak diterapkan (digunakan) pada

interior arsitektur modern, maka

sangat penting agar potensi atau

keberadaan kesenian tradisional itu

dapat dimanfaatkan untuk menghiasi

interior gedung sehingga para tamu

atau pengunjung yang datang dapat

melihat kekayaan seni budaya yang

ada pada etnik Batak Toba. Dari

aspek penggunaan material dan

teknik bangunan telah menerapkan

bahan dan teknik modern dengan

menggunakan beton dan besi. Dalam

hal ini penggunaan material kayu

telah jauh berkurang jika

dibandingkan dengan arsitektur

tradisional yang banyak

menggunakan kayu.

2. Transformasi Arsitektur Tradisional Rumah Adat Batak Toba Dari Segi

Bentuk Geometri

Melihat keberadaan bangunan

modern di kota Balige, Kabupaten

Toba Samosir pada umumnya

didominasi oleh arsitektur modern

tanpa adanya unsur arsitektur

tradisional. Hal ini merupakan suatu

kondisi yang sangat memperihatinkan

terhadap kelangsungan arsitektur

tradisional yang sarat dengan unsur

kesenian tradisional. Jika

dibandingkan denagan keseluruhan

bangunan yang ada, ternyata hanya

sedikit gedung-gedung modern yang

mentransformasikan arsitektur

tradidional. Gedung-gedung tersebut

antara lain, Kantor Bupati Tobasa,

Page 159: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

155

Gedung DPRD Tobasa, Pasar

Tradisional, Museum Batak Toba,

monumen, dan beberapa gedung milik

swasta. Kondisi ini pada prinsipnya

belum dapat mewakili transformasi

arsitektur tradisional terhadap

bangunan modern yang ada terutama

di kawasan perkotaan.

Bagunan dengan arsitektur

tradisional berupa rumah adat Batak

Toba dengan konstruksi tradisional

serta dihiasi dengan ragam gorga

sudah semakin sedikit, itupun hanya

ditemukan di luar kawasan kota

Balige yakni di kawasan pemukiman

yang disebut dengan huta yang pada

umumnya kondisi rumah-rumah adat

berarsitektur tradisional tersebut

sudah tua. Ironisnya, ketika sebuah

rumah adat telah termakan usia dan

tidak layak di huni lagi, maka pemilik

rumah sudah tidak layak pakai atau

akan diganti dengan bangunan baru,

cenderung bagunan baru tersebut

telah menggunakan konstruksi dan

arsitektur modern. Kondisi ini secara

perlahan dengan sendirinya akan

menghilangkan bangunan dengan

arsitektur tradisional.

Pada umumnya etnik Batak

Toba yang selalu terbuka dengan

perubahan, cenderung meninggalkan

arsitektur tradisional karena dianggap

dari aspek fungsi tidak praktis lagi.

Seperti pengunaan kolong rumah

sebagai kandang ternak, pintu masuk

yang tidak praktis, dan berbagai hal

lainnya. Kendadi dipertahankan,

maka akan sulit untuk mencari bahan

kayu sebagai material pembuatan

rumah. Alasan ini dapat diterima jika

ditinjau dari aspek kesehatan

lingkungan dimana kandang ternak

tidak sesuai di kolong rumah, serta

penggunaan pintu masuk yang sangat

tidak praktis terutama bagi orang

yang sudah relatif tua.

Bentuk arsitektur tradisional

yang digunakan pada rumah adat

tradisional Batak Toba yang

ditransformasikan atau

diimplementasikan pada bagunan-

bangunan modern seperti terdapat

pada perkantoran, pasar dan berbagai

bangunan wasta modern lainnya di

Balige, Toba Samosir, pada

umumnya hanya mengambil bentuk

bangunan serta penggunaan ragam

Page 160: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

156

gorga atau ornamen yang terdapat

pada bagian luar. Pada aspek lain

seperti penggunaan material serta

teknik bangunan sangat jauh berbeda.

Pada arsitektur rumah adat tradisional

Batak Toba seluruh material atau

bahan bangunan menggunakan bahan

kayu dimana setiap persambungan

kayu dilakukan dengan cara memahat

atau mengikat dengan tali rotan atau

tali yang terbuat dari ijuk dan tidak

menggunakan paku. Atap rumah

terbuat dari bahan ijuk. Wujud dari

teknik ikat dalam bangunan

tradisional rumah adat Batak Toba

tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 4. Penggunaan Bahan Kayu (Setiap Persambungan Dilakukan Dengan CaraMemahat Atau Mengikat. Photo: Aron Samosir).

Kendati demikian, bangunan

rumah adat Batak Toba dengan

arsitektur dan penerapan teknik

membangun yang tradisional ternyata

sangat baik dan memiliki daya tahan

yang relatif lama. Di sisi lain tipologi

arsitektur rumah adat Batak Toba

adalah jenis rumah panggung yang

berkolong. Lantai rumah dibuat di

atas tiang sehingga kalau hendak

masuk kerumah harus melalui tangga

dengan jumlah anak tangga dibuat

dalam bilangan ganjil.

Berbeda dengan bangunan

modern yang menggunakan material

besi dan batu maka dengan sendirinya

teknik yang digunakan dalam

pembangunan tentu berdasarkan

konsep modern dengan tujuan agar

daya tahan bagunan terhadap bencana

alam seperti gempa dan akibat

perubahan cuaca dapat diantisipasi

dengan baik. Penerapan teknik

bangunan dengan standar mendirikan

bangunan merupakan pedoman yang

harus diterapkan. Beberapa hal yang

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

156

gorga atau ornamen yang terdapat

pada bagian luar. Pada aspek lain

seperti penggunaan material serta

teknik bangunan sangat jauh berbeda.

Pada arsitektur rumah adat tradisional

Batak Toba seluruh material atau

bahan bangunan menggunakan bahan

kayu dimana setiap persambungan

kayu dilakukan dengan cara memahat

atau mengikat dengan tali rotan atau

tali yang terbuat dari ijuk dan tidak

menggunakan paku. Atap rumah

terbuat dari bahan ijuk. Wujud dari

teknik ikat dalam bangunan

tradisional rumah adat Batak Toba

tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 4. Penggunaan Bahan Kayu (Setiap Persambungan Dilakukan Dengan CaraMemahat Atau Mengikat. Photo: Aron Samosir).

Kendati demikian, bangunan

rumah adat Batak Toba dengan

arsitektur dan penerapan teknik

membangun yang tradisional ternyata

sangat baik dan memiliki daya tahan

yang relatif lama. Di sisi lain tipologi

arsitektur rumah adat Batak Toba

adalah jenis rumah panggung yang

berkolong. Lantai rumah dibuat di

atas tiang sehingga kalau hendak

masuk kerumah harus melalui tangga

dengan jumlah anak tangga dibuat

dalam bilangan ganjil.

Berbeda dengan bangunan

modern yang menggunakan material

besi dan batu maka dengan sendirinya

teknik yang digunakan dalam

pembangunan tentu berdasarkan

konsep modern dengan tujuan agar

daya tahan bagunan terhadap bencana

alam seperti gempa dan akibat

perubahan cuaca dapat diantisipasi

dengan baik. Penerapan teknik

bangunan dengan standar mendirikan

bangunan merupakan pedoman yang

harus diterapkan. Beberapa hal yang

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

156

gorga atau ornamen yang terdapat

pada bagian luar. Pada aspek lain

seperti penggunaan material serta

teknik bangunan sangat jauh berbeda.

Pada arsitektur rumah adat tradisional

Batak Toba seluruh material atau

bahan bangunan menggunakan bahan

kayu dimana setiap persambungan

kayu dilakukan dengan cara memahat

atau mengikat dengan tali rotan atau

tali yang terbuat dari ijuk dan tidak

menggunakan paku. Atap rumah

terbuat dari bahan ijuk. Wujud dari

teknik ikat dalam bangunan

tradisional rumah adat Batak Toba

tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 4. Penggunaan Bahan Kayu (Setiap Persambungan Dilakukan Dengan CaraMemahat Atau Mengikat. Photo: Aron Samosir).

Kendati demikian, bangunan

rumah adat Batak Toba dengan

arsitektur dan penerapan teknik

membangun yang tradisional ternyata

sangat baik dan memiliki daya tahan

yang relatif lama. Di sisi lain tipologi

arsitektur rumah adat Batak Toba

adalah jenis rumah panggung yang

berkolong. Lantai rumah dibuat di

atas tiang sehingga kalau hendak

masuk kerumah harus melalui tangga

dengan jumlah anak tangga dibuat

dalam bilangan ganjil.

Berbeda dengan bangunan

modern yang menggunakan material

besi dan batu maka dengan sendirinya

teknik yang digunakan dalam

pembangunan tentu berdasarkan

konsep modern dengan tujuan agar

daya tahan bagunan terhadap bencana

alam seperti gempa dan akibat

perubahan cuaca dapat diantisipasi

dengan baik. Penerapan teknik

bangunan dengan standar mendirikan

bangunan merupakan pedoman yang

harus diterapkan. Beberapa hal yang

Page 161: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

157

sangat mempengaruhi tidak

terakomodasinya arsitektur tradisional

terhadap bangunan modern adalah :

(1) adanya perubahan pola pikir dari

etnik Batak Toba bahwa asitektur

modern dianggap jauh lebih praktis

jika dibandingkan dengan arsitektur

tradisional yang menyangkut banyak

aspek seperti, penggunaan bahan,

dimana bahan kayu sudah sangat

langka, penggunaan tangga dianggap

tidak praktis terutama bagi segmen

generasi tua dimana kondisi fisiknya

tidak memungkinkan lagi untuk

keluar dan masuk rumah melalui

tangga. (2) Faktor dominasi aspek

ekonomi dan teknologi dimana

masyarakat lebih memilih bahan

bagunan modern seperti beton.

Bangunan-bangunan baru

seperti pusat pertokoan, perkantoran,

hotel, bank, dan lain-lain

bermunculan yang kebanyakan

berupa bagunan susun yang mencakar

langit dimana unsur seni khususnya

seni tradisional Batak Toba tidak

mendapat perhatian secara

proporsional. Bagunan modern yang

ada di Toba Samosir pada umumnya

hanya mengutamakan fungsi dan

efesiensi dari sebuah bangunan tanpa

memperhatikan unsur arsitektur

tradisional yang dapat menunjukkan

karakteristik berupa kesenian lokal.

Sejalan dengan karakteristik

atau sifat etnik Batak Toba yang

terbuka terhadap perkembangan

zaman, dengan sendirinya berdampak

pada seluruh sendi kehidupan,

termasuk perubahan terhadap konsep

religi atau sistem kepercayaan yang

mencakup perubahan keyakinan

terhadap makna filosofi bentuk

bangunan rumah, makna filosofi dari

masing-masing gorga. Perubahan ini

secara perlahan terjadi seiring dengan

masuknya misionaris Kristen ke

Tanah Batak serta faktor pendidikan

formal yang ditempuh. Konsepsi

makna filosofis dari arsitektur

tradisional serta makna filosofis dari

ragam gorga dalam ajaran Kristen,

sebagian besar tidak sesuai atau

bertentangan.

Dalam konteks arsitektur rumah

adat, pada bangunan tertentu, telah

terjadi transformasi sebagai dampak

dari kemajuan zaman. Hal itu terlihat

Page 162: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

158

dari teknik bangunan yang digunakan

pada sebagian kecil rumah adat

tradisional Batak Toba yang dibangun

di era modern dari segi teknik

bangunan telah menerapkan

penggunaan paku yang menggantikan

teknik ikat. Bengitu juga dengan

penggunaan bahan bagunan terutama

pada bagian atap dari bahan ijuk ke

bahan seng. Perubahan tersebut

dilakukan mengingat bahan ijuk pada

saat sekarang ini sudah sulit

ditemukan dan jika ada,

pengerjaannya dianggap terlalu rumit

dan otomatis akan menggunakan

bahan kayu yang lebih banyak.

Demikian halnya dengan daya tahan,

bahan seng relatif akan lebih tahan

dengan cuaca jika dibandingkan

dengan bahan ijuk.

3. Transformasi Arsitektur Tradisional Dari Segi Bentuk dan Makna Gorga

Pada Bangunan Rumah Adat Batak Toba

Tranformasi arsitektur

tradisional rumah adat Batak Toba

mengalami proses transisi antara

tradisional dengan modern yang

disebut dengan ruma epper. Ruma

epper lebih berorientasi pada hal

yang lebih praktis dimana bentuk

arsitekturnya telah mengalami

perubahan yang sama sekali telah

menabrak pola dan struktur

arsitektur tradisional. Jika

dibandingkan dengan arsitektur

tradisional, maka perbedaan itu akan

tampak jelas terutama dari aspek

bentuknya. Pada ruma epper tampak

lebih simpel, praktis dan lebih

sederhana, tidak menggunakan gorga

(ornamen), namun masih tetap

menggunakan bara (kolong).

Demikian pula halnya dengan

penggunaan bahan dan teknik

pengerjaannya. Dari tenik

pengerjaannya, jika pada arsitektur

tradisional rumah adat Batak Toba

tidak menggunakan paku maka pada

ruma epper pengerjaannya

menggunakan paku dengan teknik

modern seperti penggunaan siku

pada sudut bangunan.

Page 163: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

159

Rumah Adat Ruma Epper

Gambar 5. Perbandingan Rumah Dengan Ruma Epper(Foto: Aron Samosir).

Jika rabung pada arsitektur

tradisional menggunakan rabung 1

yang melengkung bagai punggung

kerbau, namun pada ruma epper

menggunakan rabung 5 atau rabung 8

sebagaimana lazimnya pada bangunan

modern. Bara (kolong rumah) tidak

difungsikan lagi sebagai kandang

ternak sebagaimana halnya pada

arsitektur tradisional. Ruma epper

terdiri dari dua jenis yaitu: (1) ruma

epper sada rassang, dan (2) ruma

epper tolu rassang. Ruma epper sada

rassang menggunakan kolong yang

lebih pendek jika dibandingkan

dengan kolong pada arsitektur

tradisional, dengan penggunaan 3

anak tangga menuju pintu rumah.

Gambar 6. Ruma Epper Sada Rassang (Foto: Aron Samosir).

Page 164: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

160

PENUTUP

Dalam rangka mempertahankan

konsistensi makna filosofis dari

masing-masing gorga, hendaknya

etnik Batak Toba yang bermukim di

Kabupaten Tobasa ketika membangun

rumah hendaknya senantiasa

mempertahankan bentuk arsitektur

tradisional kendati dibangun dengan

material atau bahan bangunan modern

yang menggunakan besi dan beton.

Dengan demikian makna filosofis dari

gorga tetap dapat dipertahankan

sebagai kekayaan seni tradisional

Batak Toba yang sarat dengan

kearifan lokal.

Pihak swasta, dalam hal ini

para investor atau developer, yang

semakin lama semakin besar

kontribusinya dalam pembangunan,

khususnya di kota besar, agar tidak

semata-mata berorientasi pada

pemenuhan fungsi dan efisiensi

dengan motivasi perolehan

keuntungan ekonomi finansial

semata. Dalam rangka kelangsungan

transformasi arsitektur tradisional

terhadap bangunan modern,

hendaknya menyadari pentingnya

aspek sosio-kultural, pembangunan

fisik yang dilakukan harus

diupayakan akan lebih meningkatkan

kualitas lingkungan, memperkuat

citra spesifik, menumbuhkan rasa

tempat dan rasa kebanggaan bagi

segenap lapisan masyarakat. Persepsi,

aspirasi, harapan dan dambaan

masyarakat yang terkandung dalam

arsitektur tradisional, mesti diserap

terlebih dadulu, sebelum mulai

dengan perancangan arsitektur

modernnya. Kekhasan kesenian

lokal, yakni seni budaya Bayak Toba,

dan tuntutan kebutuhan masyarakat,

wajib dipertimbangkan sebagai

sumber inspirasi dan salah satu

pertimbangan perancangan pada

bangunan modern, setidaknya

implementasi gorga, sehingga

karakteristik lokal dalam hal ini seni

tradisional Batak Toba akan tampak

pada bangunan dengan arsitektur

modern.

Page 165: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

161

Para arsitek dan perencana

profesional harus selalu berpegang

pada kode etik profesinya. Kaidah-

kaidah perencanaan dan perancangan

yang baik dan benar mesti

dipertahankan untuk menangkal

tekanan-tekanan dari luar yang

cenderung akan memencengkan karya

yang dirancang hanya untuk

kepentingan kalangan tertentu dengan

wawasan jangka pendek. Aspek

ekonomi teknologi dan sosial-budaya

harus dilihat sebagai aspek-aspek

yang saling mendukung, bukan

berlawanan secara dikhotomis. Etnik

Batak Toba perlu dilibatkan dalam

proses perancangan dan perencanaan

serta perancangan arsitektur melalui

dialog yang bekesinambungan. Para

arsitek di bidang arsitektur perlu

melakukan penelitian yang lebih

mendalam, khususnya mengenai

falsafah dan konsep yang melandasi

perancangan arsitektur masa silam.

Page 166: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan

162

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Payung. 1985. KebudayaanBatak Dalam Manusia dankebudayaan Indonesia. Jakarta: Jambatan.

Budiaharjo, Eko.2004. Seni DalamArsitektur. Jakarta :Kementerian Pariwisata danKebudayaan.

Koentjaraningrat.1988. Manusia DanKebudayaan Di Indonesia.Jakarta: Djambatan.

Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan,Mentalitas dan Pembangunan.Jakarta: Gramedia.

Langer, Susanne. 1976. Philosophy ina New Key. A Study in theSymbolism of Reason, Rite andArt. Third Edition. HarvardUniversity Press, Harvard.

Marpaung, Philipus Jarongki. BienPasaribu. 2009. Ruma Gorga,Sosok Pribadi Orang Batak.Penerbit Papas Sinar Sinanti :Jakarta.

Nainggolan, Togar. 2012. BatakToba, Sejarah danTransformasi Religi. Medan :Bina Media Perintis.

Panggabean, Herlan (Editor). 1998.Ornamen (Ragam Hias) Rumah

Adat Batak Toba. Departemen P&K Bagian Proyek PembinaanPermuseuman Sumatera Utara.

Simanjuntak, Bungaran Antonius.2001. Konflik Status danKekuasaan Orang Batak Toba.Yogyakarta : Penerbit Jendela.

Simanjuntak, Bungaran Antonius.2008. Stuktur Sosial dan SistemPolitik Batak Toba. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.

Simanjuntak, Payaman 2000.Pengantar Pada Adat BudayaBatak Dan Kekristenan. Jakarta: Dian Utama.

Sirait, Baginda. 1980. DesignOrmanent Tradisional DaerahSumatera Utara. Medan : WatyGrafika.

Sitanggang, Hilderia.1986. ArsitekturTradisional Daerah SumateraUtara. Departemen Pendidikandan Kebudayaan ProyekInventarisasi dan DokumentasiKebudayaan Daerah : Jakarta.

Tambunan, EH. 1982. SekelumitMengenai Masyarakat BatakToba dan Kebudayaannya,Sebagai Sarana Pembangunan.Bandung : Tarsito.

Page 167: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

PETUNJUK BAGI PENULIS

1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.

2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.

3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal)

4. Artikel hasil penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil

penelitian : 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan

masalah, dan rangkuman kajian teoritik)f. Metode penelitiang. Hasil penelitian h. Pembahasan i. Kesimpulan dan saranj. Daftar pustaka

5. Artikel Non Penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan

tentang hal-hal pokok yang akan dibahas).f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan)i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran)j. Daftar pustaka

6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh beikut :

Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for

Learning. New Jersey :Prentice Hall Inc

Page 168: 8. JURNAL VOL 6 NO 1 2014.pdf

ISSN 1978-869X