jurnal sport pedagogy vol. 4. no. 2. agustus 2014 profil...

57
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 1 PROFIL GURU PENDIDIKAN JASMANI SMA KOTA BANDA ) ) Abstrak:Guru pendidikan jasmani yang telah memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial secara memadai, akan dapat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk guru pendidikan jasmani. Tujuan penelitian ini untukmengetahui profil guru pendidikan jasmaniSLTA Banda Aceh dari aspek kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Penelitian ini berupaya mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial dengan menggunakan metode deskriptif.Subjek dalam penelitian ini guru pendidikan jasmani dan kepala sekolah SLTA Banda Aceh yang berjumlah 52 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan kuesioner dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian dapatlah disimpulkan bahwa profil guru pendidikan jasmani SLTA Banda Aceh di lihat dari aspek pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial belum baik. Kata Kunci:Profil, Guru, Pendidikan Jasmani Pendahuluan Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan, bimbingan, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional tersebut, ditempuh melalui dua jalur pendidikan, yaitu melalui jalur pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, pada jalur pendidikan sekolah terdiri dari tiga jenjang pendidikan yaitu: pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UUSPN, 1989). Dalam surat keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0413/U/1987/ dinyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan. Pendidikan jasmani bertujuan mengembangkan individu secara organis, neuromuskuler, intelektual, dan emosional. Dalam SK Mendikbud tersebut disebutkan perubahan nama pendidikan olahraga dan kesehatan menjadi pendidikan jasmani. Banyak unsur sistemik yang terlibat dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah: tenaga pendidik atau guru, peserta didik atau siswa, kurikulum, sarana dan prasarana penunjang, proses belajar mengajar, sistem penilaian, bimbingan belajar siswa, dan pengelola pengajaran itu sendiri. Penanganan secara bersama- sama terhadap keseluruhan unsur penunjang tersebut diatas, rasanya sulit untuk dilaksanakan. Alternatif lain yang dapat digunakan adalah menggarap komponen- komponen yang dianggap dominan, dan tenaga pendidik sebagai unsurmanusia merupakan unsurstrategis yang perlu digarap. Arora (1998) meneliti profil guru yang efektif, dengan karakteristik: (1) memutuskan menjadi guru sejak kecil, (2) berminat menjadi guru karena menghargai pekerjaan guru, (3) memutuskan menjadi guru atas kemauan sendiri, (4) bersedia melaksanakan pekerjaan mendidik selain mengajar, (5) berminat mengikuti pendidikan jabatan, (6) mendapat kepuasan tentang pekerjaan sebagai guru, (7) tidak berkeinginan meninggalkan profesi guru, (8) memiliki sikap positif terhadap profesi guru. Sardiman (1998) menyatakan profil kemampuan dasar guru yang telah menyelesaikan program studinya pada jenjang S1 meliputi: (1) menguasai bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media atau sumber, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar- mengajar, (7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program layanan bimbingan, (9) menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Hasil penelitian Joni (1989) terdapat lima gugus kemampuan yang sepenuhnya harus dikuasai seorang guru yang professional, dari 10 kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang guru. Lima gugus tersebut meliputi: (1) menguasai bahan, (2) merencanakan program belajar-mengajar, (3) mengelola proses belajar-mengajar, (4) menilai kemajuan mengajar, dan (5) menggunakan media dan sumber belajar. Amijaya (1990) mengemukakan pendidikan persiapan bagi guru harus mampu mengembangkan tiga aspek kompetensi yaitu: (1) kompetensi pribadi, (2) kompetensi profesi, dan (3) komopetensi kemasyarakatan. Seorang guru yang telah memiliki kompetensi pribadi, sosial dan professional secara memadai, diharapkan akan dapat menunjang

Upload: tranduong

Post on 22-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

1

PROFIL GURU PENDIDIKAN JASMANI SMA KOTA BANDA

))

Abstrak:Guru pendidikan jasmani yang telah memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dansosial secara memadai, akan dapat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk guru pendidikan jasmani. Tujuan penelitian iniuntukmengetahui profil guru pendidikan jasmaniSLTA Banda Aceh dari aspek kompetensi pedagogik,profesional, kepribadian dan sosial. Penelitian ini berupaya mengumpulkan data dan informasi yangberkaitan dengan pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial dengan menggunakan metodedeskriptif.Subjek dalam penelitian ini guru pendidikan jasmani dan kepala sekolah SLTA Banda Aceh yangberjumlah 52 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan kuesioner dan wawancara.Berdasarkan hasil penelitian dapatlah disimpulkan bahwa profil guru pendidikan jasmani SLTA Banda Acehdi lihat dari aspek pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial belum baik.

Kata Kunci:Profil, Guru, Pendidikan Jasmani

PendahuluanPendidikan merupakan usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan,bimbingan, dan atau latihan bagi peranannya dimasayang akan datang. Untuk mencapai tujuan pendidikanNasional tersebut, ditempuh melalui dua jalurpendidikan, yaitu melalui jalur pendidikan sekolah danpendidikan luar sekolah, pada jalur pendidikan sekolahterdiri dari tiga jenjang pendidikan yaitu: pendidikandasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi(UUSPN, 1989).

Dalam surat keputusan (SK) MenteriPendidikan dan Kebudayaan Nomor 0413/U/1987/dinyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakanbagian integral dari pendidikan keseluruhan.Pendidikan jasmani bertujuan mengembangkanindividu secara organis, neuromuskuler, intelektual,dan emosional. Dalam SK Mendikbud tersebutdisebutkan perubahan nama pendidikan olahraga dankesehatan menjadi pendidikan jasmani.

Banyak unsur sistemik yang terlibat dalammenunjang tercapainya tujuan pendidikan melaluimata pelajaran pendidikan jasmani. Unsur-unsurtersebut diantaranya adalah: tenaga pendidik atau guru,peserta didik atau siswa, kurikulum, sarana danprasarana penunjang, proses belajar mengajar, sistempenilaian, bimbingan belajar siswa, dan pengelolapengajaran itu sendiri. Penanganan secara bersama-sama terhadap keseluruhan unsur penunjang tersebutdiatas, rasanya sulit untuk dilaksanakan. Alternatif lainyang dapat digunakan adalah menggarap komponen-komponen yang dianggap dominan, dan tenagapendidik sebagai unsurmanusia merupakanunsurstrategis yang perlu digarap.

Arora (1998) meneliti profil guru yang efektif,dengan karakteristik: (1) memutuskan menjadi guru

sejak kecil, (2) berminat menjadi guru karenamenghargai pekerjaan guru, (3) memutuskan menjadiguru atas kemauan sendiri, (4) bersedia melaksanakanpekerjaan mendidik selain mengajar, (5) berminatmengikuti pendidikan jabatan, (6) mendapat kepuasantentang pekerjaan sebagai guru, (7) tidak berkeinginanmeninggalkan profesi guru, (8) memiliki sikap positifterhadap profesi guru.

Sardiman (1998) menyatakan profilkemampuan dasar guru yang telah menyelesaikanprogram studinya pada jenjang S1 meliputi: (1)menguasai bahan, (2) mengelola program belajarmengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakanmedia atau sumber, (5) menguasai landasankependidikan, (6) mengelola interaksi belajar-mengajar, (7) menilai prestasi siswa untuk kepentinganpengajaran, (8) mengenal fungsi dan program layananbimbingan, (9) menyelenggarakan administrasisekolah, (10) memahami prinsip-prinsip dan hasilpenelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Hasil penelitian Joni (1989) terdapat limagugus kemampuan yang sepenuhnya harus dikuasaiseorang guru yang professional, dari 10 kompetensidasar yang harus dimiliki seorang guru. Lima gugustersebut meliputi: (1) menguasai bahan, (2)merencanakan program belajar-mengajar, (3)mengelola proses belajar-mengajar, (4) menilaikemajuan mengajar, dan (5) menggunakan media dansumber belajar. Amijaya (1990) mengemukakanpendidikan persiapan bagi guru harus mampumengembangkan tiga aspek kompetensi yaitu: (1)kompetensi pribadi, (2) kompetensi profesi, dan (3)komopetensi kemasyarakatan. Seorang guru yang telahmemiliki kompetensi pribadi, sosial dan professionalsecara memadai, diharapkan akan dapat menunjang

Page 2: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

2

keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajarmengajar, dan ketiga kompetensi diatas berlaku untuksemua guru termasuk didalamnya adalah gurupendidikan jasmani.

Dalam keikatannya dengan kompetensi gurupendidikan jasmani,menurut beberapa hasil penelitian,ketiga komnpetensi tersebut adalah: kompetensipribadi, sosial dan professional merupakan faktorpenting yang harus dimiliki oleh seorang gurupendidikan jasmani. Hasil studi Cassel dan John, yangdikutip Baley (1996) menyatakan tentang karakteristikguru pendidikan jasmani yang efektif dan tidak efektif,dan sebagai tolak ukurnya ditentukan empat unsuryaitu: kualitas pribadi, kompetensi profesional,kualitas kepemimpinan, dan kualitas human relation.Hasil pengumpulan pendapat yang dilakukan olehHardway dari para inspektur sekolah, seperti yangdikutip Baley, diperoleh unsur-unsur penting sebagaibahan pertimbangan dalam menyeleksi gurupendidikan jasmani yang meliputi: kompetensi pribadi,kompetensi profesional, dan kompetensi akademikyang berguna sebagai persyaratan dalam menunjangkesuksesan melaksanakan tugas.

Soenardi (1988) menyatakan bahwa dalamupaya mengatur urusan pengajaran yang sistematisuntuk mata pelajaran pendidikan jasmani, seorangguru harus memahami hal-hal yang tersebut dibawahini: (1) kegiatan kandungan, (2) masukan ciri-cirisiswa yang akan diajarkan, sikap kemampuan danketerampilan mereka, (3) merumuskan tujuan belajar-mengajar dan alat evaluasi, (4) memahami teori belajardan metoda pengajaran yang sesuai dan dapatditerapkan terhadap prinsip-prinsip bimbinganpengajaran, (5) memahami berbagai bentuk mediapengajaran, (6) menyusun strategi belajar yangsistematis, (7) tersedianya sumber belajar yang lain.

Natawijaya (1989) mengemukakan tiga macamprofil yang meliputi: profil ideal, profil yangdiharapkan,dan profil nyata (aktual). Pada umumnyaguru pendidikan jasmani SLTA secara formal telahmemiliki ketiga kompetensi tersebut (pribadi, sosialdan profesional). Kompetensi pribadi dan sosial telahdimiliki setiap guru, sedangkan kompetensiprofesional hanya dimiliki oleh guru-guru yang telahmenyelesaikan studi-studinya dari lembaga pendidikantinggi. Hal ini selaras dengan peraturan pemerintah(PP) Nomor 30 Tahun 1990 yang mengatur tentangperguruan tinggi. Ada dua kegiatan yang digunakandalam pendekatan diperguruan tinggi, yaitu:pendekatan akademik dan professional. Dalam Bab IIIpasal 4 ayat 1 PP. NO.30 dinyatakan pendekatanakademik mengutamakan pendekatan dan memperluaswawasan ilmu pengetahuan, sedangkan pendekatanprofessional mengutamakan kemampuan menerapkanilmu pengetahuan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelititertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“Profil guru pendidikan jasmani SLTA Banda Aceh

dengan tujuan untuk mengetahui profil gurupendidikan jasmani SLTA Banda Aceh ditinjau darikompetnsi pedagogik, professional, kepribadian dansosial.

Prosedur PenelitianSubyek dalam penelitian ini adalah guru

pendidikan jasmani dan kepala sekolah SLTA Negeridan Swasta Banda Aceh sebanyak 41 sekolah,sedangkan jumlah guru yang mengajar mata pelajaranpendidikan jasmani sebanyak 52 orang.

Pengumpulan data dilakukan untukmemperoleh informasi yang dibutuhkan dalamMengenai teknik pengumpulandata Sugiyono (2010)menjelaskanbahwa “...teknik penggumpulan data dapatdilakukan dengan observasi interview, kuesioner,dokumentasi dan gabungan keempatnya. Adapunpengumpulan data menggunakan teknik angket adalahsejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untukmemperoleh informasi dari responden dalam artilaporan tentang pribadinya atau hal-hal yangdiketahui.Penelitian ini menggunakan angket terbukadan yang akan dijadikan sampel atau pengisi angketadalah guru pendidikan jasmani yang bersangkutan,serta wawancara merupakan pertemuan dua oranguntuk bertukar informasi dan ide melaluitanyajawab,sehingga dapat dikonstruksikan makna dalamsuatu topik tertentu. Dengan wawancara penelitiakanmengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentangfenomena yang terjadi.Wawancara dalam penelitianini akan dilakukan pada kepala sekolah disekolah yangmenjadi sampel.

Dalam penelitian kualitatif, pengolahan datayang terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulandata merupakan halyang sangatpenting. Halinidikarenakan agar datay ang terkumpul mempunyai artidan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai jawabandari permasalahan penelitian. Dengan demikian bahwadiperlukan prosedur dan teknik analisis data yang tepatbagi data-data kualitatif yang terkumpul. Teknikanalisis data yang digunakan dalam penelitian inimeliputi untuk hasil angket, pengolahan data angketdilakukan dengan menghitung persentase untuk setiapjawaban yang diberikan sesuai dengan nomorurutangket dengan menggunakan rumus mencaripersentase. (Sudjono,2001).

Hasil dan Pembahasan PenelitianBerdasarkan hasil penelitianyang diperoleh

melalui pengisian kuesioner oleh guru pendidikanjasmaniorkes dan wawancara dengan kepala sekolahtentang profil guru pendidikan jasmani SLTA BandaAceh, pembahasan hasil penelitianprofil gurupendidikan jasmani yang ditinjau dari aspekpedagogik, profesional, kepribadian dan sosial sebagaiberikut:

Page 3: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

3

a. PedagogikBerdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh

guru pendidikan jasmaniSLTA Negeri dan SwastaBanda Aceh bahwa umumnya guru pendidikanjasmani menjawab selalu mempersiapkan persiapanmengajar dan melaksanakan proses belajar mengajarpendidikan jasmani di sekolah. Berdasarkan hasilwawancara dengan kepala SLTA Negeri dan Swasta diKota Banda Aceh, 70 % kepala sekolah mengatakanguru pendidikan jasmanitidak mempersiapkanpersiapan mengajar dan pelaksanaan proses belajarmengajar guru pendidikan jasmani di sekolah belumefektif dan maksimal.b. Profesional

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner olehguru pendidikan jasmaniSLTA Negeri dan SwastaBanda Aceh. Umumnya guru pendidikan jasmanimenjawabmemahami dan menguasai konsep, praktik,selalu menilai proses dan hasil belajar dengan benarserta menguasai metode penelitian. Berdasarkan hasilwawancara dengan kepala SLTA Negeri dan SwastaBanda Aceh, 70 % kepala sekolah mengatakan gurupendidikan jasmani belum profesional, sangat kurangmenguasai konsep, praktik, penilaian proses dan hasilbelajar tidak tepat dan kurang menguasai metodepenelitian.c. Kepribadian

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner olehguru pendidikan jasmani SLTA Negeri dan SwastaBanda Aceh bahwa umumnya guru pendidikanjasmani menjawab memiliki kepribadian yang baik.Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala SLTANegeri dan Swasta Banda Aceh, 30 % kepala sekolahmengatakan guru pendidikan jasmani tidak memilikikepribadian yang baik, ada guru pendidikan jasmanitidak mengembangkan potensi positif yang dimilikisetiap siswa seperti tidak mau membimbing siswapada ekstrakurikuler di sekolah, tidak melakukankegitan aktifitas pegembangan siswa di sekolah,mempunyai kebiasaan merokok, tidak memilikitoleransi kepada permasalahan siswa, tidak memilikisemangat, berdisiplin serta mandiri, tidakberpenampilan menarik pada saat mengajarkanpendidikan jasmani di sekolah.

d. SosialBerdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh

guru pendidikan jasmani SLTA Negeri dan SwastaBanda Aceh, umumnya guru pendidikan jasmanimenjawab memiliki kepribadian yang baik.Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala SLTANegeri dan Swasta Banda Aceh, 30 % kepala sekolahmengatakan guru pendidikan jasmani tidak memilikisosial yang baik, guru pendidikan jasmani tidak maubekerja sama dengan rekan seprofesi guru pendidikanjasmani dan tidak memahami pihak-pihak lain disekolah, dan ada guru pendidikan jasmani terlalu sibukdi luar sekolah sehingga tidak memikirkan tanggung

jawab belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah,tidak menaati kode etik guru dan tidak berperan aktifdalam organisasi di sekolah.

Berdasarkan uraian diatas terlihat profil gurupendidikan jasmani sekolah Menengah Atas NegeriKota Banda Aceh selama ini berdasarkan hasilpengisian kuesioner oleh guru pendidikan jasmani dandari hasil wawancara dengan kepala sekolah. Gurupendidikan jasmani SLTA Negeri dan Swasta BandaAceh, umumnya menyatakan mereka sudahmemahami, menguasai dan melaksanakan pendidikanjasmani di sekolah dengan benar dari aspek pedagogik,profesional, kepribadian dan sosial. Berdasarkan hasilwawancara dengan kepala SLTA Negeri dan SwastaBanda Aceh, kebanyakan kepala sekolah mengatakanguru pendidikan jasmani di sekolah masih sangatkurang dari aspek pedagogik, profesional, kepribadiandan sosial

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian mengenai profil

guru pendidikan jasmani SLTA Negeri dan SwastaBanda Aceh, di tinjau dari aspek pedagogik,profesional, kepribadian dan sosial makakesimpulannya sebagai berikut:1. Pedagogik

Guru pendidikan jasmani SLTA Negeri danSwasta Banda Aceh umumnya menyatakan merekasudah memahami, menguasai dan melaksanakanpendidikan jasmani di sekolah dengan benar dari aspekpedagogik. Ternyata hasil wawancara dengan kepalasekolah atau (70%) kepala sekolah mengatakan gurupendidikan jasmani masih sangat kurang dari aspekpedagogik, tidak mempersiapkan persiapanmengajardan pelaksanaan proses belajar mengajarguru pendidikan jasmani di sekolah belum efektif danmaksimal.

2. ProfesionalGuru pendidikan jasmani SLTA Negeri dan

Swasta Banda Aceh umumnya menyatakan merekasudah memahami, menguasai dan melaksanakanpendidikan jasmani di sekolah dengan benar dari aspekprofesinal. Kebanyakan kepala sekolah atau (70%)mengatakan guru pendidikan jasmani di sekolah masihbelum profesional. Seperti kurangnya menguasaikonsep pendidikan jasmani, praktik pendidikanjasmani, penilaian proses dan hasil belajar tidak tepat,tidak mempunyai komitmen yang kuat untukmengajarkan pendidikan jasmani kepada siswa dankurangnya menguasai metode penelitian.3. Kepribadian

Guru pendidikan jasmani SLTA Negeri danSwasta Banda Aceh umumnya menyatakan merekasudah memahami, menguasai dan melaksanakanpendidikan jasmani di sekolah dengan benar dari aspekkepribadian. Ternyata hasil wawancara dengan kepala

Page 4: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

4

sekolah (30%) kepala sekolah mengatakan gurupendidikan jasmani di sekolah masih sangat kurangdari aspek kepribadian. Masih ada guru pendidikanjasmani yang tidak melakukan kegiatan aktifitaspegembangan siswa di sekolah, mempunyai kebiasaanmerokok, tidak memiliki toleransi kepadapermasalahan siswa, tidak memiliki semangat,berdisiplin serta mandiri, tidak berpenampilan menarikpada saat mengajarkan pendidikan jasmani di sekolah.4. Sosial

Guru pendidikan jasmani SLTA Negeri danSwasta Banda Aceh umumnya menyatakan merekasudah memahami, menguasai dan melaksanakanpendidikan jasmani di sekolah dengan benar dari aspeksosial. Hasil wawancara dengan kepala sekolah (30%)kepala sekolah mengatakan guru pendidikan jasmanidi sekolah masih sangat kurang dari aspek sosial.Masih ada guru pendidikan jasmani yang tidak maubekerja sama dengan rekan seprofesi guru pendidikanjasmani dan tidak memahami pihak-pihak lain disekolah, tidak menaati kode etik guru dan tidakberperan aktif dalam organisasi di sekolah.

Daftar PustakaAbdulkadir, Ateng (1993) Pendidikan Olahraga.

PidatoPenqukuhan Guru Besar. Jakarta: FPOK.Ahmad, Rusli (1989)Perencanaan dan Desain

Kurikulurr dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta:P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

Amijaya, D.A. Tisna (1990)Pola PembaharuanSistemPendidikan Tenaga Kependidikan diIndonesia. Jakarta: Depdikbud.

Arora, Kemala(1998)Difference between Effective andInefective Teachers. New Delhi: S. Chand &Co.

Baley, James, A. and Field David A (1996)PhysicalEducation and Physical Educator. secondedition. Boston: Allyn and Bacon. Inc.

Drowatzky, John, N (1981) Motor Learning Princplesand Practice. Minneapolis: Burger Puh skiingCompany.

Mosston, M (1981) Teaching Physical Education.Columbus, Ohio: Charles E. Merril PublishingCompany.

Mutohir, T. C (1987) The Development AndExamination Of Student Evaluation OfTeaching Effectiveness In an Indonesia HigherEducation Setting. Tesis Australia MacquarieUniversity

Natawijaya, Rochman (1989)Konsolidasi ProfesionalPetugas Bimbingan Melalui Jalur PendidikanFormal. Makalah disampaikan pada KonvensiNasional VII IPBI. Denpasar: 13 - 15 Maret.

Rahantoknam, B.E (1988) Belajar Motorik Teori danAplikasinya. Jakarta: P2LPTK Ditjen DiktiDepdikbud.

Raka, Joni, T (1989) Pengmbangan KurikulumIKIP/FIP/ FKG. Suatu konsep pengembanganguru berdasarkan kompetensi. Jakarta: P3GDepdikbud.

Sardiman, A.M (1988) Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta: C.V. Rajawali Pres.

Soenardi, Soemosasmito (1988) Dasar Proses danEfektivitas Belajar Mengajar PendidikanJasmani. Jakarta: P2LPTK Ditjen DiktiDepdikbud.

Sudjana. (1991) Teknik Analisis Regresi dan Korelasi.Bandung: Tarsito.

Page 5: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

5

PENGARUH METODE KERJA KELOMPOK DENGAN METODE DEMONSTRASITERHADAP KETERAMPILAN BOLA VOLI

Nazaruddin*)

Abstrak:Guru harus memilih metode mengajar yang cocok pada materi yang diajarkan sebagai metodeprodominan untuk mencapai hasil yang maksimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metodekerja kelompok dan metode demonstrasi terhadap hasil belajar bola voli siswa SMK Negeri 1 Tanah Jambo.Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Populasi penelitian ini seluruh siswa SMK Negeri 1Tanah Jambo Aye Aceh Utara sebanyak yang berjumlah 294 siswa. Dari keseluruhan populasi maka untukmengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, yang menjadi sampel 24 siswa. Instrumen tesketerampilan bermaian bola voli,sedangkan pengolahan data menggunakan Anova. Hasil analisis data nilaipostest antara kelompok A dan B tidak ada beda nyata, sedangkan nilai yang di kelompokkan terdapatperbedaan nyata pada nilai tingkat rendah, sedangkan pada nilai tingkat sedang dan tingkat tinggi tidakterdapat perbedaan nyata. Berdasarkan hasil penelitian ini tergolong metode demonstrasi pada nilai tingkatrendah terjadi perbedaan lebih unggul di bandingkan dengan metode kerja kelompok.

Kata Kunci: Pengaruh, Metode, Keterampilan, Bola Voli

PendahuluanPendidikan jasmani merupakan salah satu mata

pelajaran yang wajib di selenggarakan di sekolah,sebagai mata pelajaran pokok yang ada di sekolah danharus di ikuti oleh seluruh siswa. Mata pelajaran iniberbedaan dari mata pelajaran lain, yaitu lebihmenekankan aktivitas gerak fisik sebagai sarana/mediadalam mendidik siswa. Aktivitas fisik ini berupakegitan olahraga atau permainan yang dapat berbentukpertandingan, perlombaan, pelatihan dan rekreasi,yang semuanya bertujuan untuk mendidik siswamenjadi lebih dewasa atau menjadi manusiaseutuhnya, “pendidikan jasmani adalah prosesinteraksi antara peserta didik dengan lingkunganmelalui aktifitas jasmani yang disusun secarasistematis untuk menuju manusia Indonesiaseutuhnya.” (Amir, 2005:21).

Pendidikan jasmani sebagai upaya terciptanyasituasi dan kondisi yang memungkinkan merangsangsiswa untuk belajar yang di dasarkan pada pendekatanyang menempatkan siswa sebagai subjekpembelajaran, sebagai individu yang berinteraktifsecara aktif dengan subjek belajar guru, media, danlingkungan dalam upaya mengasah potensi-potensiyang dimiliki anak didik untuk mencapai tingkatsempurna. Dalam pendidikan jasmani sangatmembantu peserta didik untuk mampu menggunakanketerampilan jasmani yang dimiliki oleh peserta didik,dari sinilah nantinya muncul bibit-bibit atlet untukmasa yang akan datang.

Konsekuensi nyata semua subjek yang terlibatdalam pembelajaran harus mendapat kesempatanuntuk bergerak agar dapat meningkatkan kesegaranjasmani. “Program pendidikan jasmani seyogyanyamemberi kesempatan bagi semua siswa untuk

meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmanimereka.” (Soemosasmito, 1988:27).

Perilaku pembelajaran pada hakikatnyamerupakan serangkaian pengambilan keputusan,perilaku pembelajaran di dasarkan pada tingkatketerlibatan subjeknya (guru-siswa) dalam mengambilkeputusan pada waktu perencanaan, pelaksanaan danevaluasi. Pada tahap awal, peran guru relatif lebihtinggi untuk mengajak siswa belajar, selanjutnyasecara bertahap terjadi pergeseran peran oleh siswapada akhiranya guru berperan sebagai fasilisator danmotifator. Pada sisi materi pendidikan jasmani padahakikatnya merupakan upaya pendidikan melaluiaktifitas fisik, sehingga materi pembelajaranya berupakegiatan gerak, yang merupakan salah satu potensimanusiawi yang harus diaktualisasikan secara optimaluntuk mendapatkan hasil dari proses pembelajaranyang berlansung.

Bucher menyebutkan bahwa pendidikanjasmani adalah bagian yang terpadu dari prosespendidikan yang menyeluruh, sasaran yang diusahakan adalah perkembangan jasmaniah, mental,emosional dan sosial bagi warga negara yang sehat,melalui medium kegiatan jasmaniah (Soemosasmito,1988:5).

Pada kontek yang demikian ini, pendidikanjasmani merupakan pembelajaran gerak, yangdiartikan sebagai proses perubahan individu sebagaihasil timbal balik antara latihan dan kondisilingkungan, pembelajaran pendidikan jasmaniumumnya merupakan pendidikan yang menggunakangerak fisik tetapi tidak lepas dari strategi mengajaryang tepat seperti penggunaan metode atau teknikuntuk mencapai keberhasilan dalam proses belajarmengajar. “Pemilihan metode pengajaran, teknik

Page 6: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

6

olahraga sama sekali tak terpisahkan dari tujuan danpengalaman belajar atau tugas-tugas gerak yang akandipelajari.” (Lutan, 1988:397). Metode mengajarmemang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan dariproses pembelajaran di karenakan metode merupakanalat atau strategi yang di pakai guru dalam prosesmengajar, dalam pendidikan jasmani guru harusmemiliki strategi untuk mempengaruhi siswa untukbergerak melalui strategi yang di pakai. iap metodeada kelemahannya untuk suatu tujuan tertentu danditemui kelemahannya untuk tujuan yang berbeda,oleh karena itu guru harus pandai memilih metodeyang tepat, sesuai dengan situasi dan tujuan yang akandi capai, agar tidak menimbulkan kebosanan, gurujangan terpaku pada satu metode (Johar, 2006:25).

Dari hasil kutipan di atas metode mengajarsangat berpengaruh dalam interaksi belajar mengajardan ini menjadi satu kendala dalam pendidikanjasmani, sering sekali dalam pembelajaran pendidikanjasmani siswa merasa cepat lelah disebabkan siswakurang termotivasi untuk bergerak karena kakunyametode pembelajaran. Johar (2006:19) menyatakanbahwa “prinsip mengajar adalah mempermudah danmemberi motivasi kegiatan belajar kepada anak didik.”Jika siswa termotivasi untuk bergerak dengan metodemengajar yang tidak kaku maka siswa dapat merasabersemangat dan terus bergerak hingga selesainya jampelajaran.

Hal ini merupakan salah satu upaya guru untukmencari kombinasi metode-metode pembelajaran yangmemotivasi siswa agar tidak malas bergerak dalammengikuti proses belajar mengajar terjadi sehinggasiswa tidak cepat merasakan lelah atau bosan yangdapat membuat siswa malas bergerak, dengan kejadianseperti itu maka akan menperbesar kemungkinan tidakakan tercapainya kebugaran dan penguasaan teknik-teknik yang menjadi tujuan akhir dalam pendidikanjasmani, tapi apa bila siswa bersemangat atautermotivasi untuk bergerak maka tujuan pembelajaranmudah untuk dicapai.

Metode mengajar yang digunakan dalampembelajaran pendidikan jasmani ada beberapa macammetode, seperti metode ceramah, metode demonstrasi,metode eksperimen, metode kerja kelompok, metodediskusi, metode inguiring dan metode diskoveri.Tetapi kenyataan dilapangan guru lebih prodominanmenggunakan metode demonstrasi atau metode kerjakelompok dibandingkan dengan metode yang lain.

Berdasakan hasil observasi penulis pada SMKNegeri 1 Tanah Jambo Aye, disekolah tersebut seringmengajar bola voli pada jam ektrakurikuler, namunbelum memberikan keterampilan yang baik, makapenulis mencoba menawarkan metode kerja kelompokdengan metode demonstrasi untuk meningkatkanketerampilan bola voli. Tujuan penelitian ini untukmengetahuipengaruh metode kerja kelompok dengan

metode demonstrasi terhadap keterampilan dasarbermain bola voli siswa SMK Negeri 1 Tanah JamboAye Aceh Utara.

Prosedur PenelitianPopulasi penelitian ini seluruh siswa SMK

Negeri 1 Tanah Jambo Aye Aceh Utara sebanyakyang berjumlah 294 siswa. Dari keseluruhan populasimaka untuk mengambilan sampel dengan teknikpurposive sampling, yang menjadi sampel 24 siswa.Dan instrumen penelitian ini menggunakan tesketerampilan dasar bermain bola voli yang terdiri darites servis, tes passing dan tes smash. Hal ini sesuaidengan pendpat Wirjasantosa (1984:319)

Teknik pengumpulan data dengan melakukantes awal kepada semua siswa yaitu tes keterampilanbola voli, setelah itu dibagikan kepada keduakelompok metode kerja kelompok dan kelompokmetode demonstrasi dengan nilai tes awal yang samakemampuanya. Setelah itu diberikan perlakuan padakedua kelompok tersebut. Dalam penelitian selama 4minggu dengan frekuensi ektrakurikuler 4 kali dalamsatu minggu. Para guru pendidikan olahraga itu padaumumnya menggunakan waktu untuk kegiatanektrakurikuler sekitar 15%, atau kurang lebih delapanjam seminggu, seperti program kegiatan melatih timuntuk pertandingan antar sekolah(Wirjasantosa,1984:110). Dalam penelitian ini ditetapkan programperlakuan selama 16 kali pertemuan. Tes akhir akandilaksanakan setelah program perlakuan selesaidiberikan pada sampel untuk mengujikebenaran.Analisis dengan statistik, yaitu uji Anovapada taraf nyata 95% atau α = 0,05, analisisnya denganSPSS.

Hasil dan Pembahasan PenelitianBerdasarkan uji statistik terhadap nilai pretest

dan nilai postest pada metode kerja kelompok terdapatperbedaan yang signifikan antara kedua nilai tersebutseperti dilihat dari pretest metode kerja kelompokmendapatkan nilai total 214,2 dan postest metode kerjakelompok mendapat nilai total 302,1 terdapatperbedaan nilai sebelum diberikan perlakuan dansetelah diberikan perlakuan dengan metode kerjakelompok terhadap keterampilan dasar bermain bolavoli siswa SMK Negeri 1 Tanah JamboAye.Berdasarkan uji statistik terhadap nilai pretest dannilai postest pada metode demonstrasi terdapatperbedaan yang signifikan antara kedua nilai tersebutseperti dilihat dari pretest metode demonstrasimendapatkan nilai total 211,8 dan postest metodedemonstrasi mendapat nilai total 325,3 terdapatperbedaan nilai sebelum diberikan perlakuan dansetelah diberikan perlakuan dengan metode

Page 7: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

7

demonstrasi terhadap keterampilan dasar bermain bolavoli siswa SMK Negeri 1 Tanah Jambo Aye.

Berdasarkan uji statistik terhadap nilai postestantara metode kerja kelompok dan metode demonstrasitidak ada perbadaan yang signifikan antara keduakelompok tersebut akan tetapi apa bila dilihat darimetode kerja kelompok mendapatkan nilai total 302,1dan metode demonstrasi mendapat nilai total 325,3terdapat perbedaan nilai dari hasil yang diperoleh daripemberikan perlakuan antara kelompok metode kerjakelompok dengan kelompok metode demonstrasiterhadap keterampilan dasar bermain bola voli siswaSMK Negeri 1 Tanah Jambo Aye.Berdasarkan ujistatistik terhadap nilai postest tiap-tiap tingkatanseperti tingkatan rendah, tingkatan sedang dantingkatan tinggi antara metode kerja kelompok danmetode demonstrasi pada tingkatan nilai rendah sajayang mendapat pengaruh yang signifikan sedangkanpada tingkatan sedang dan tingkatan tinggi tidakterdapat hasil yang signifikan antara kedua kelompokakan tetapi apa bila dilihat dari tingkatan rendahmetode kerja kelompok mendapatkan nilai total 83,9dan tingkatan rendah metode demonstrasi mendapatnilai total 103,8. Tingkatan sedang metode kerjakelompok mendapatkan nilai total 105 dan tingkatansedang metode demonstrasi mendapat nilai total 107.Tingkatan tinggi metode kerja kelompok mendapatkannilai total 113,2 dan tingkatan tinggi metodedemonstrasi mendapat nilai total 112,5 terdapatperbedaan nilai tiap-tiap tingkatan setelah diberikanperlakuan dengan metode kerja kelompok danperlakuan dengan metode demonstrasi terhadapketerampilan dasar bermain bola voli siswa SMKNegeri 1 Tanah Jambo Aye.

KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan penelitian

dapat disimpulkan bahwa:1. Terdapat perbedaan nilai sebelum diberikan

perlakuan dan setelah diberikan perlakuan denganmetode kerja kelompok terhadap keterampilandasar bermain bola voli siswa SMK Negeri 1Tanah Jambo Aye.

2. Terdapat perbedaan nilai sebelum diberikanperlakuan dan setelah diberikan perlakuan denganmetode demonstrasi terhadap keterampilan dasarbermain bola voli siswa SMK Negeri 1 TanahJambo Aye.

3. Terdapat perbedaan nilai dari hasil yang diperolehdari pemberikan perlakuan antara kelompokmetode kerja kelompok dengan kelompok metode

demonstrasi terhadap keterampilan dasar bermainbola voli siswa SMK Negeri 1 Tanah Jambo Aye.

4. Terdapat perbedaan nilai tiap-tiap tingkatan setelahdiberikan perlakuan dengan metode kerjakelompok dan perlakuan dengan metodedemonstrasi terhadap keterampilan dasar bermainbola voli siswa SMK Negeri 1 Tanah Jambo Aye.

Daftar PustakaAmir, Nyak (2005)Pembelajaran Pendidikan Jasmani

di Sekolah Dasar. Banda Aceh: UniversitasSyah Kuala University Press.

Arikunto, Suharsimi (2003) Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

Armai, Arief (2002) Pengantar Ilmu dan MetodologePendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers

Djamarah, Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan(2006)Strategi Belejar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.

Durrwachter, Gerhard (1986) Bola Volley Belajar DanLatihan Sambil Bermain. Jakarta: Gramedia.

Hadi, Sutrisno (1990) Metodelogi Research Jilid I .Yogyakarta: Andi Offset.

Johar, Rahmah (2006) Strategi Belajar Mengajar.Banda Aceh: Depdikbud.

Kosasi, Engkos (1985) Olahraga, Teknik & ProgramLatihan. Jakarta: Akademika Pressindo.

Lutan, Rusli (1988) Belajar Keterampilan Motorik,Pengantar Teori dan Metode. Jakarta:Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Moedjiono (1992) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka CiptaNurhadi (2004) Pendekatan Kontekstual (Contextual

Teaching and Learning). Jakarta: DepdiknasOemar, Hamalik (2001) Kurikulum dan PembelajaranJakarta: PT. Bumi AksaraSajoto, M (1988) Pembinaan Kondisi Fisik Dalam

Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Sanjaya, W (2006) Strategi PembelajaranBerorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santoso, Singgih (2002) Statistik Multivariat. Jakarta:Elex Media Komoutindo.

Soemosasmito (1988)Dasar, Proses Dan EfektivitasBelajar Mengajar Pendidikan Jasmani Jakarta:Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sudjana, Nana (1986)Dasar-dasar Proses BelajarMengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono (2007)Statistika Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Page 8: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

8

PENDEKATAN BERMAIN PADA POKOK BAHASAN LEMPAR CAKRAM UNTUKKETUNTASAN HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Munzir*)

Abstrak:Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang di disainuntuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilakuhidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmanipada materi sub-pokok bahasan lempar cakram pada kelas IV MIN Miruk Aceh Besar menunjukkan belumtuntasnya pembelajaran. Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui ketuntasan hasil pembelajaran pendidikanjasmani pada sub-pokok bahasan lempar cakram dengan pendekatan bermain pada siswa kelas IV denganjumlah 18 orang siswa. Adapun metode penelitian yang digunakan penelitian tindakan kelas. Sedangkaninstrumen penelitian yang digunakan format observasi. Data dianalisis dengan mentabulasi hasilpengamatan ke dalam tabel untuk mengetahui ketuntasan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitiandapat disimpulkan pendekatan bermain pada sub-pokok bahasan lempar cakram dapat menuntaskan hasilpembelajaran pendidikan jasmani pada kelas IV MIN Miruk Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar.

Kata Kunci : Pendekatan, Bermain, Lempar Cakram, Ketuntasan Belajar.

PendahuluanPendidikan jasmani merupakan proses

pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dandirencanakan secara sistematik bertujuan untukmeningkatkan individu secara organik, neuromuskular,perseptual, kognitif, sosial dan emosional. Dua diantaratujuan-tujuan Pendidikan jasmani menurut BadanStandar Nasional Pendidikan (BSNP) 2006 adalah: (1)Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalamupaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaranjasmani serta pola hidup melalui berbagai aktivitasjasmani, (2) Mengembangkan kemampuan gerak danketrampilan berbagai macam permainan dan olahraga.Salah satu penekanan pada standar isi Pendidikanjasmani yang terangkum dalam BSNP 2006 di SekolahDasar (SD) adalah kemampuan gerak dasar pesertadidik seperti: (1)Lokomotor (berjalan, berlari,melompat, dan lain-lain), (2) Non-lokomotor(memutar, meliuk, membungkuk, menengadah, danlain-lain), (3) Manipulatif (melempar, menangkap,menggulirkan, dan lain-lain).

Amir (2006:47) mengemukakan bahwa:“Pembelajaran pendidikan jasmani perlu diusahakanagar anak merasa senang, hal ini dapat tercapai apabilasemua yang ada kaitannya dengan proses belajarmengajar pendidikan jasmani harus sesuai dengantingkat usia, perkembangan dan kemampuan, karenaanak harus dipandang sebagai pribadi yang utuh perludilakukan modifikasi dalam bentuk permainan.Siswadan bermain merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan satu sama lain. Bermain bagi siswamerupakan kebutuhan hidup seperti halnya kebutuhanakan makan, minum, tidur, dan sebagainya. Melalui

bermain anak dapat mengaktualisasi danmempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Sepertihalnya atletik adalah nuansa permainan menyediakanpengalaman gerak yang kaya yang membangkitkanmotivasi pada siswa untuk berpartisipasi. MenurutLutan dalam Samsuddin (2008:32) bahwa: “Modifikasidalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan,dengan tujuan agar: (1) siswa memperoleh kepuasandalam mengikuti pelajaran, (2) meningkatkankemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, (3)siswa dapat melakukan pola gerak yang benar”.

Pendekatan bermain adalah salah satu bentukdari pembelajaran pendidikan jasmani yang dapatdiberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja,porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akandiberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang adadalam kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkanjuga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjangpendidikan yang sedang dijalani olehmereka.Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut dapatdisimpulkan bahwa, pendekatan bermain merupakanbentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentukpermainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermainmenerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalambentuk permainan. Melalui permainan, diharapkan akanmeningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajarmenjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasilbelajar yang optimal.Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitiandengan judul: “Pendekatan Bermain Pada Sub-PokokBahasan Lempar Cakram Untuk Ketuntasan HasilPembelajaran Pendidikan Jasmani”.

Page 9: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

9

Kajian TeoritisSyarifuddin (1997:27) mengemukakan bahwa:

“pendidikan jasmani adalah proses interaksi antarasiswa dengan lingkungan yang dikelola melaluiaktivitas jasmani dalam upaya menuju pembentukanmanusia Indonesia seutuhnya”.Menurut Depdikbud(1994) bahwa: “Pendidikan jasmani adalah matapelajaran yang merupakan bagian pendidikankeseluruhan yang dalam proses pembelajarannyamengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidupsehat menuju pada pertumbuhan dan pengembanganjasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras,serasi dan seimbang”.Kemudian Ibrahim (2003:1)mengemukakan bahwa: “ Pendidikan jasmanimerupakan upaya pendidikan terhadap siswa agarmereka dapat belajar bergerak dan belajar melaluigerak, serta kepribadian yang tangguh, sehat jasmanidan rohani.Sedangkan Suherman (2001:6)mengemukakan bahwa: “ Pendidikan Jasmani adalahpendidikan yang mengaktualisasi potensi-potensiaktivitas manusia berupa sikap, tindak, dan karya yangdiberi bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan pribadisesuai dengan cita-cita kemanusiaan”.

Amir (2005:5) mengemukakan bahwa: “Pendidikan jasmani merupakan salah satu matapelajaran yang wajib diselenggarakan di sekolah, yaitusebagai mata pelajaran pokok yang harus di ikuti olehseluruh siswa. Mata pelajaran ini mempunyai kekhasandibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yangmenggunakan aktivitas fisik sebagai sarana/mediadalam mendidik siswa”.

Dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 1950kemudian menjadi undang-undang Nomor 12 1954memberikan landasan kuat untuk pendidikan jasmani disekolah. Dalam BAB IV pasal 9 tercantum, “Pendidikan jasmani yang menuju kepada keseluruhanantara tumbuhnya badan dengan perkembangan jiwauntuk membuat bangsa yang sehat, kuat lahir batin dandiberikan pada semua jenis pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat yangdikemukakan di atas dapat diambil kesimpulanpengertian pendidikan jasmani adalah bagian integraldari pendidikan, merupakan usaha untuk membuatbangsa Indonesia sehat, kuat lahir batin. Pendidikanjasmani merupakan salah satu bagian yang penting dariproses pendidikan keseluruhan yang pola pencapaiantujuannya menggunakan aktivitas jasmani, sedangkansasaran tujuannya meliputi aspek kognitif, aspekafektif, dan aspek psikomotor. Sedangkan prosespendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani yangdirencanakan secara sistematik bertujuan untukmengembangkan dan meningkatkan individu secaraorganik, neuromuskuler, perseptual, kognitif danemosional dalam rangka memajukan sistem pendidikannasional.

Adapun ruang lingkup pendidikan jasmanimenurut E-Learning Pendidikan Olahraga UniversitasNegeri Padang (2009) sebagai berikut:1) Permainan dan olahraga

Permainan dan olahraga terdiri dari berbagai jenispermainan dan olahraga baik terstruktur maupuntidak yang dilakukan secara perorangan maupunberegu. Dalam aktivitas ini termasuk jugapengembangan aspek pengetahuan yang relevandan sistem nilai kerja sama, sportivitas, jujur,berfikir kritis. Permainan dan olahraga meliputi:olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak,keterampilan lokomotor non-lokomotor, danmanipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenislapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitaslainnya.

2) Aktivitas pengembanganAktivitas pengembangan berisi tentang kegiatanyang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yangideal dan pengembangan komponen kebugaranjasmani, pengembangan aspek pengetahuan yangrelevan serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Aktivitas pengembangan meliputi:mekanika sikap tubuh, komponen kebugaranjasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitaslainnya.

3) Aktivitas senamAktivitas senam berisi tentang kegiatan yangberhubungan ketangkasan seperti ketangkasansederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasandengan alat, dan senam lantai, serta aktivitaslainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian,kapasitas diri, dan pengembangan aspekpengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yangterkandung di dalamnya.

4) Aktivitas ritmikAktivitas ritmik berisi tentang hubungan gerakdengan irama dan juga pengembangan aspekpengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yangterkandung di dalamnya. Dalam prosespembelajaran aktivitas ritmik lebih menfokuskanpada kesesuaian atau keterpaduan antara gerak danirama. Adapun pembelajaran pada materi aktivitasritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dansenam aerobic serta aktivitas lainnya.

5) Akuatik (aktivitas air).Aktivitas air berisi tentang kegiatan di air, meliputi:permainan di air, keselamatan air, keterampilanbergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnyayang bertujuan pengembangan aspek pengetahuanyang relevan serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

6) Pendidikan luar kelas (outdoor education).Aktivitas luar sekolah berisi tentang kegiatan di luarsekolah dan di alam bebas lainnya yang bertujuanpengembangan aspek pengetahuan yang relevan

Page 10: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

10

serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.Adapun materi aktivitas luar kelas meliputi:piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung danlain sebagainya.

7) Kesehatan sekolah.Kesehatan sekolah meliputi penanaman budayahidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnyayang terkait dengan perawatan tubuh agar tetapsehat, merawat lingkungan yang sehat, memilihmakanan dan minuman yang sehat, mencegah danmerawat cidera, mengatur waktu istirahat yangtepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K danUKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri,dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

Pendekatan bermain merupakan bentukpembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalamsuatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknikyang buruk atau rendah mengakibatkan permainankurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampumengatasinya. Lutan dan Suherman (2000: 35-36)menyatakan, manakala guru menyadari bahwarendahnya kualitas permainan disebabkan olehrendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyaibeberapa pilihan sebagai berikut:1. Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan

untuk beberapa lama sehingga siswa menangkapgagasan umum permainan yang dilakukannya.

2. Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebihrendah dan membiarkan siswa berlatihmengombinasikan keterampilan tanpa tekananuntuk menguasai strategi.

3. Guru dapat berubah keterampilan pada level yanglebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswadapat konsentrasi belajar strategi bermain.

Atletik adalah suatu cabang olahraga dimanadidalamnya terdapat lari, lompat dan lempar. Cabangolahraga atletik merupakan olahraga yang tumbuh danberkembang dengan kegiatan alami manusia, berlari,meloncat dan melempar adalah bagian yang tidakterpisahkan dari sepanjang kehidupan manusia. Atletikadalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yangsecara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari,lempar, dan lompat. Kata ini berasal dari bahasaYunani "athlon" yang berarti "kontes". Atletikmerupakan cabang olahraga yang diperlombakan padaolimpiade pertama pada 776 SM. (Husni; 1990:12).

Lempar Cakram adalah salah satu nomorlomba dalam atletik yang menggunakan sebuah bendakayu yang berbentuk piring bersabuk besi, atau bahanlain yang bundar pipih yang dilemparkan. OlahragaLempar Cakram adalah salah satu nomor perlombaanlempar yang utama dalam atletik. Dalam perlombaanLempar Cakram, atlet berlomba melemparkan objekberbentuk cakram sejauh mungkin dengan mengikutiperaturan yang berlaku. Dalam perlombaan atletikresmi, diberi kesempatan melempar sebanyak tiga kali.

Kemudian dari sejumlah atlet babak awal, akan dipilihdelapan atlet terbaik, yang akan diberi kesempatan tigakali lagi. Lempar Cakram diperlombakan bagi laki-lakimaupun perempuan.

Lempar Cakram juga merupakan salah satuperlombaan atletik yang dapat menimbulkan bahayadalam perlombaan atletik tingkat professional, paraatlet mampu melemparkan Cakram dengan sangat jauh,tentu saja hal ini dapat menimbulkan akibat yang fataljika Cakram mengenai seseorang. Untuk itu, diperlukansemacam pagar khusus di sekeliling lapangan LemparCakram. Pagar berupa jaring tersebut dipasang dengantinggi 4 m. dari segi bentuk dan ukuran, sebenarnyalapangan Lempar Cakram sama persis dengan lapanganlempar martil.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmaniguru harus menggunakan aliran humanistik, yaitumemberikan tempat kepada siswa dan pendidikan diarahkan kepada pembinaan dan pembentukan manusiaseutuhnya baik fisik, intelektual, social, emosional,sikap, perasaan dan nilai. Pembelajaran yang bersifathumanistik menuntut hubungan emosional yang baikantara guru dan siswa.

Prosedur PenelitianDalam suatu penelitian selalu digunakan

metode penelitian dengan tujuan agar penelitiantersebut dapat terarah, teratur dan mencapai hasil yangdiharapkan sesuai dengan kondisi objek penelitian.Prosedur penelitian disebut juga metode penelitian.Menurut Arikunto (2006:136) bahwa: “Metodepenelitian adalah suatu cara yang digunakan olehpeneliti dalam mengumpulkan data penelitian”.

Jenis penelitian ini peneliti menggunakanmetode penelitian tindakan kelas. Dalam penelitiantindakan kelas peneliti dapat mencermati suatu objekdalam hal ini yaitu siswa, dengan pembelajaran yangmenggunakan pendekatan bermain untuk ketuntasanbelajar siswa. Melalui tindakan yang sengaja dilakukandengan tujuan tertentu dalam bentuk rangkaian sikluskegiatan. Dengan demikian perkembangan dalamsetiap kegiatan dapat terpantau.

Menurut Ebbut dalam Wiriatmaja (2005:12)bahwa: “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalahsajian sistematika dari upaya perbaikan pelaksanaanpraktik pendidikan oleh sekelompok guru denganmelakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil daritindakan-tindakan tersebut.

Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan,terlebih dahulu guru menyusun Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) berdasarkan studi awal di MINMiruk Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besarpeneliti melakukan observasi untuk mengetahui sejauhmana keefektifan pembelajaran pendidikan jasmanidengan menggunakan pendekatan bermain pada sub-

Page 11: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

11

pokok bahasan lempar cakram. Dalam pelaksanaantindakan (action) yang merupakan implementasi daripada isi rancangan yaitu menggunakan tindakan kelasdengan pendekatan bermain.Dalam pengumpulan datamenggunakan lembar format observasi denganmelakukan pengamatan langsung oleh observersebanyak 3 orang dalam proses pelaksanaan penelitiantindakan pada siswa kelas IV di MIN MirukKecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar.

Setelah data terkumpul, maka penulismenganalisis data tersebut sesuai dengan materi yangtelah diberikan sehingga dapat mengetahui tingkatketuntassan belajar siswa. Teknik analisa data yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakanteknik analisis diskriptif. Teknik ini digunakan untukmengolah data yang bersifat kualitatif, baik yangberhubungan dengan keberhasilan proses maupun hasilpembelajaran.

Adapun data yang bersifat kuantitatif dianalisisdengan teknik deskriptif kuantitatif sederhana. Analisisdata dilakukan pada saat proses pengumpulan datasedang berlangsung dan pada saat data telah terkumpulseluruhnya. Bersamaan pengumpulan data, dilakukanpula analisis data yang didapatkan. Proses ini dilakukandengan maksud mempertajam fokus atau pokokpersoalan.

Analisis data dilakukan sejak awal kegiatandalam proses pembelajaran berlangsung. Dalammenganalisa data peneliti membandingkan hasil belajarsebelum tindakan dengan hasil siswa setelah tindakan.Data-data perlu dianalisis agar mempunyai makna gunapemecahan masalah.

Hasil dan Pembahasan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian tindakan

kelas yang dilaksanakan berdasarkan siklus yang telahdirencanakan sebelumnya. Namun demikian, jumlahsiklus tidak dapat ditentukan apabila ketuntasan belajarmurid mencapai standar minimal yang telah ditetapkan.Setiap pelaksanaan siklus pembelajaran yang telahdilakukan, maka guru bersama observer melakukanrefleksi untuk mengetahui kekurangan serta hasilpengamatan observer untuk merencanakan siklusselanjutnya. Siklus yang dilaksanakan dalam penelitianini terdiri dari dua siklus. Hal ini dikarenakan padasiklus kedua tingkat ketuntasan belajar sudahmeningkat dari siklus sebelumnya sehingga tidakdilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Adapun refleksi hasil per siklus diuraikan dibawah ini.Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertamamenunjukkan beberapa perubahan pada diri murid, iniditandai dengan adanya suasana baru yang dialamimurid ketika dalam pembelajaran dengan adanyapermainan. Hal seperti ini menunjukkan bahwa

pembelajaran lempar cakram dengan pendekatanmodifikasi media masih baru bagi murid. Namundemikian tujuan tercapainya ketuntasan belajar padasiklus pertama ini belum selesai. Dari hasil rekapitulasipara observer terdapat beberapa kelemahan yang belumdikuasai oleh murid. Tinjauan terdiri dan beberapaaspek yang menjadi penilaian inti observer. persentaseyang paling tinggi tingkat ketuntasannya adalah Aktifyaitu 51%, sedangkan persentase ketuntasan yangpaling rendah adalah gerak dasar Lempar Cakramdengan persentase yaitu 31%. Selanjutnya aspek sosial45% kemudian aspek mental/emosional masing-masingterdiri dari 46% yang tuntas, aspek Gembira tuntassebanyak 50% bugar tuntas 49% serta aspekkreatif/intelektual mencapai tingkat ketuntasansebanyak 47%. Secara keseluruhan aspek yang diamatisemuanya belum tuntas, aspek yang tidak tuntas terdiridari tujuh aspek yaitu bugar, aktif, kreatif/intelektual,gerak dasar lempar cakram, sosial, gembira danemosional/mental.

Ketidaktuntasan pembelajaran pada pelaksanaanpembelajaran siklus pertama ini ditinjau darikekurangan yang dapat dilihat dari aspek fisik dankreativitas murid. Murid masih belum mengerti danmemahami pembelajaran Lempar Cakram ini. Muridmasih bingung bagaimana cara melakukan LemparCakram dengan menggunakan Piring Plastik denganragam permainan yang masih baru bagi murid tersebut.Belum muncul kreativitas murid tersebut dalamberolahraga dengan Lempar Cakram yang diajarkanmelalui pendekatan pembelajaran yang telahdimodifikasi.

Dari pengamatan 3 (tiga) orang observer sertatingkat ketuntasan yang belum dapat diketahui dandiukur sepenuhnya, maka dari hasil diskusi denganobserver siklus pertama harus dilanjutkan pada sikluske dua. Perbaikan yang dilakukan adalah RPP sikluskedua dengan penekanan pada materi yang diberikandalam bentuk Lempar Cakram secara berkelompok dandiarahkan kepada murid-murid melalui pendekatanindividu dan kelompok yang belum mencapaiketuntasan. Selanjutnya, penyesuaian bahasa yang lebihsederhana dalam menjelaskan arahan pembelajarankepada murid. Guru bersama para observer lebihmenekankan perbaikan kepada strategi pembelajaran,di mana pembentukan suasana pembelajaran yang lebihfleksibel. Penekanan kepada strategi ini disesuaikanlagi dengan aturan pada Lempar Cakram yang telahdirencanakan dalam RPP. Beberapa perubahan sertapenekanan yang lebih dalam meningkatkan aspek yangdianggap belum tuntas diulang secara sistematis, yaitutentang teknik-teknik dasar Lempar Cakram kreativitasmurid, sosial murid serta Lempar Cakram yangmenjadi pedoman pengembangan pembelajaran dalamRPP pada siklus kedua.

Page 12: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

12

Siklus IIDari pelaksanaan pembelajaran siklus pertama.

Semua aspek mengalami peningkatan yang cukuptinggi, aspek ini dimulai dari sosial 100% sampaidengan aspek kebugaran yaitu 100%, aktif,kreatif/intelektual, gembira 100%, gerak dasar lemparcakram 91% dan emosional mengalami peningkatanketuntasan sampai dengan 100%. Hasil inimenunjukkan tingkat yang maksimal dari ketigaobserver, tidak ada perbedaan yang signifikan dariobserver tentang penilaian yang diberikan. Perbedaanpara observer memiliki selisih yang berjumlah satuorang, dan kadang-kadang mempunyai penilaian yangsama dari observer tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan pada sikluspertama yang telah dilakukan serta perencanaan yangtelah mengalami beberapa perubahan, maka tahaptindakan untuk siklus kedua dapat dilaksanakan. Padasiklus kedua ini perubahan terjadi dengan baik, hal inidisebabkan karena pengulangan dan pengarahan padasiklus pertama murid-murid sudah menunjukkanpemahaman terhadap peraturan Lempar Cakram danmereka lebih dapat berekspresi melakukan LemparCakram dengan modifikasi piring atom yang merekalakukan. Murid sudah mulai terarah dan paham tentangmodel pembelajaran akumulasi Pembelajaran Aktif,Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan tentangLempar Cakram. Suasana sudah mulai berubah, muridsudah tahu cara membagi kelompok atau regu masing-masing. Murid kelas IV MIN Miruk Kabupaten AcehBesar sudah mulai mengajukan pertanyaan ide maupunpendapat walaupun belum terarah.

Ketuntasan BelajarTujuan akhir dari penelitian ini adalah

ketuntasan belajar Pendidikan Jasmani di kelas IV MINMiruk kabupaten Aceh Besar dengan pokok bahasanLempar Cakram. Beberapa aspek yang diamatiberdasarkan pedoman lembaran observasi yangdipegang oleh observer direkapitulasi untukmengetahui kecenderungan ketuntasan pembelajaran.Rekapitulasi data pada siklus pertama dan kedua diolahmelalui perhitungan dan dikelompokkan. Setelahpengolahan tersebut jumlah keseluruhan dijadikandalam bentuk persentase serta rata-ratanya. Dengandemikian kecenderungan data yang diperoleh dari hasilpenelitian ini dapat diketahui hasilnya. Adapunrekapitulasi ketuntasan belajar pada pelaksanaan sikluspertama dan kedua telah diuraikan pada tabel 4.1 dan4.2. di atas.

Tingkat ketuntasan yang dilaksanakan padakedua siklus pembelajaran memiliki selisih yang cukupsignifikan. Hal ini dapat diketahui melalui penguranganpersentase ketuntasan siklus kedua dengan persentaseketuntasan pada siklus pertama.Berdasarkan kajian diatas dapat dijelaskan bahwa selisih rata-rata ketuntasanantara siklus I dan siklus II pada murid kelas IV MIN

Miruk Kabupaten Aceh Besar adalah sebanyak47,12%.

Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwapembelajaran siklus pertama belum menunjukkanadanya indikator ketuntasan belajar yang merujukkepada tujuan pembelajaran jasmani yang sebenarnya.Dengan demikian perencanaan pada siklus kedua lebihdimatangkan dengan memberikan pengarahan sertamotivasi belajar kepada murid. Dengan melakukanpengarahan sederhana untuk tingkat sekolah dasarmaka materi pembelajaran ini dapat dengan mudahdipahami murid. Hal ini menjadi tantangan bagi guruyang melaksanakan pembelajaran di sekolah melaluimodifikasi beberapa peraturan, peralatan, dan tempatyang tersedia di lapangan.

Pada dasarnya pendekatan bermain dapatdilakukan dengan alasan yang tepat dan tujuan yangbenar. Mengingat pembelajaran ini merupakan bagiandari kurikulum nasional dimana menuntut guru untukberkreativitas yang salah satunya adalah pendekatanbermain pembelajaran. seperti yang jelaskan Lutandalam Samsuddin (1988: 32) Bahwa: pendekatanbermain dalam mata pelajaran pendidikan jasmanidiperlukan, dengan tujuan agar:

a. Murid memperoleh kepuasan dalam mengikutipelajaran.

b. Meningkatkan kemungkinan keberhasilandalam berpartisipasi

c. Murid dapat melakukan pola gerak yangbenar.

Pendapat di atas sesuai dengan apa yang telahdilaksanakan pada siklus kedua. Hal ini ditunjukkandengan adanya peningkatan yang drastis ketujuh aspekyang menjadi pedoman penilaian observer.Peningkatan yang signifikan ini memiliki selisih yangbervariasi seperti yang terdapat pada tabel 4.3. di atas.Beberapa hasil pengamatan meningkatnya ketuntasanbelajar pada siklus kedua adalah:a. Murid telah memahami aturan Lempar Cakramb. Murid termotivasi dengan perlombaan Lempar

Cakramc. Murid bergembira dalam bersosial dengan teman-

temannyad. Minat murid meningkat dengan adanya

kebersamaanSubjek dalam penelitian ini adalah murid dan

tujuannya tidak untuk memenangkan perlombaansehingga modifikasi ini bertujuan mencapai aspekkebugaran, aktif, kreatif, sosial, gembira, emosionaldan intelektual murid dalam pembelajaran pendidikanjasmani.

Hasil penelitian di atas, rata-rata persentasebelajar tuntas pada siklus kedua adalah 47,12%. Danpersentase ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaranpendidikan jasmani ini telah tuntas, dikarenakanterdapat peningkatan dari siklus sebelumnya sertasudah mencapai kriteria ketuntasan 100%. Dari

Page 13: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

13

penjelasan tersebut, tindakan pendekatan bermainpembelajaran Lempar Cakram telah memenuhi kriteriabelajar tuntas, dimana murid telah menguasai materipembelajaran yang ditinjau dari tujuh aspek, yaitukebugaran, aktif, kreatif/intelektual, gerak dasar, sosial,gembira, dan emosional/mental. Jadi denganpendekatan bermain pembelajaran dapat meningkatkanketuntasan pembelajaran Lempar Cakram pada muridKelas IV MIN Miruk Kabupaten Aceh Besar.

Kesimpulan1. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, maka

pembelajaran dengan pendekatan bermain padasub-pokok bahasan Lempar Cakram secara klasikaldi kategorikan tidak tuntas dengan nilai rata-rata23,57 %, sedangkan untuk persentase ketuntasanhanya 45,5 % dari jumlah siswa yang prosespembelajarannya telah tuntas.

2. Sesuai dengan hasil penelitian pada siklus II, makapembelajaran dengan pendekatan bermain padasub-pokok bahasan Lempar Cakram di kategorikantuntas dengan nilai rata-rata dari ketujuh aspekadalah 98,7, % sedangkan untuk persentase siswayang tidak tuntas hanya 1,2 % yang prosespembelajarannya tidak tuntas.

3. Dari hasil pelaksanaan siklus pertama dan keduadiperoleh nilai rata-rata siklus I adalah 45,5% dansiklus II adalah 98,7%. Sehingga dapat diketahuiadanya peningkatan antara siklus I dengan siklus keII dengan selisih 47,12%. Pelaksanaanpembelajaran pada siklus I dan siklus IImemberikan arti bahwa adanya peningkatan.

Daftar PustakaAmir, Nyak(2006)Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.Depdiknas (2002)Kegiatan Belajar Mengajar

Depdiknas. Jakarta: Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono (2006)Belajar danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ichan, (1999). Pendidikan Kesehatan dan Olahraga.Jakarta: Dirjen Dikti.

Lutan, Rusli (1988) Belajar Keterampilan Motorik,Pengantar Teori dan Metode. Jakarta.Debdikbud.

Mutohir, Toho Cholik (1992) Pendidikan Olahragadan Kesehatan Jasmani. Bandung: RemajaRosdakarya.

Nazir, Moh (2009) Metode Penelitian. Bogor. GhaliaIndonesia.

Suherman, Adang (2001) Menuju PerkembanganMenyeluruh. Jakarta: Depdiknas

Suryosubroto (2002) Proses Belajar Mengajar diSekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto (1995) Belajar dan Faktor-Faktor yangMempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful (2003) Konsep dan MaknaPembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Suherman, Adang (2001) Menuju PerkembanganMenyeluruh.Jakarta: Depdiknas.

Uno. Hamzah(2011). Menjadi Peneliti PTK YangProfesional. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 14: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

14

EVALUASI DAN TANGGAPAN STAKEHOLDER TERHADAPSTRATA PENDIDIKAN GURU PENDIDIKANJASMANI

Jafaruddin*)

Abstrak: Keberhasilan kinerja strata pendidikan guru pendidikan jasmani di Kabupaten Pidie secarakeseluruhan yang melibatkan stakeholder selama ini belum berjalan maksimal, sehingga harus melakukansinergisasi dan membangun hubungan koordinasi di mana tugas masing-masing harus dipegang, ditaati dandilaksanakan dengan tepat sesuai harapan bersama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatstrata pendidikan guru pendidikan jasmani di Kabupaten Pidie, tanggapan stakeholder terhadap gurupendidikan jasmani di Kabupaten Pidie serta kinerja dan proses pelaksanaan evaluasi terhadap gurupendidikan jasmani di Kabupaten Pidiedengan jumlah sampel 22 sekolah. Adapun metode penelitian yangdigunakan adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian survei. Sedangkan instrumen penelitian yangdigunakan dalam pengumpulan data adalah menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara (interview).Data dianalisis dengan mentabulasi hasil pengamatan ke dalam tabel dan grafik untuk mengetahui stratapendidikan guru pendidikan jasmani di Kabupaten Pidie. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa strata pendidikan guru pendidikan jasmani di Kabupaten Pidie masih bervariasi diantaranyaberpendidikan Sarjana dan Magister. Tanggapan stakeholder terhadap kompetensi guru pendidikan jasmanidi Kabupaten Pidie yaitu latar belakang pendidikan guru pendidikan jasmani dengan mata pelajaran yangdiajarkan yaitu sudah sesuai dan relevan. Selain itu evaluasi terhadap guru pendidikan jasmani dilakukanoleh pengawas yang ditugaskan oleh dinas pendidikan untuk setiap rayon. Selain pengawasan yangdilakukan oleh Dinas Pendidikan, kepala sekolah yang memimpin di masing-masing sekolah juga turut sertadalam melakukan evaluasi terhadap kinerja guru pendidikan jasmani.

Kata Kunci: Evaluasi, Tanggapan, Stakeholder, Strata Pendidikan, Guru.

PendahuluanPerkembangan dan perubahan yang terjadi

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara di Indonesia disebabkan dari pengaruhperubahan global, perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan inimenuntut perlunya perbaikan sistem pendidikannasional termasuk penyempurnaan kurikulum untukmewujudkan masyarakat yang mampu bersaing danmenyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Dalam Undang-Undang tentang SistemPendidikan Nasional, UU RI No. 20 Th. 2003 Bab II.Pasal 3 (2003:7) disebutkan bahwa: “Pendidikannasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yangbermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab”.

Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikanguru merupakan faktor yang sangat berpengaruhterhadap tinggi rendahnya mutu pendidikan. Gurumerupakan salah satu komponen penting yang turutmenentukan mutu pendidikan. Tinggi rendahnya mutu

hasil proses pembelajaran banyak ditentukan olehguru. Disamping itu apabila peran guru kurangperhatian dan kurang memiliki pengetahuankhususnya yang berkenaan dengan ilmu mendidikdalam melaksanakan profesinya juga akanmengakibatkan mundurnya pendidikan anak disekolah.Lahirnya sistem desentralisasi dan otonomidaerah telah memberi ruang kepeda stakeholder(pemangku kebijakan) sebagai tanggung jawab penuhdalam upaya menumbuh kembangkan stratapendidikan guru pendidikan jasmani di KabupatenPidie, peran utama stakeholder diharapkan mampumelakukan evaluasi keseluruhan melalui menciptakanberbagai kegiatan terkait dibidangnya.

Kebijakan stakeholder yang telah memberikanmotivasi kepada pihak terkait dalam rangkapengembangan suatu wilayah dalam menciptakanpendidikan jasmani yang berwawasan yang memilikinilai tambah, stakeholder diharapkan saat ini harusmampu meningkatkan sumber daya para stratapendidikan guru pendidikan jasmani sebagai substansipendidikan secara menyeluruh yang nantinya dapatmeningkatkan kualitas fisik, karakter, etika, disiplin,dan kepribadian dibidang pendidikan jasmani diKabupaten Pidie.

Stakeholder merupakan suatu bagian kunciyang memiliki peran penting sebagai pemangku dalam

Page 15: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

15

penerapan sebagai upaya menumbuh kembangakanpendidikan jasmani di berbagai tingkatan, yangmenjadi permasalahan di Kabupaten Pidie secarakhusus pada saat ini belum mampu menunjukanprestasi yang memuaskan dalam partisipasi di bidangolahraga secara menyeluruh.

Pendidikan keguruan yang pada dasarnyamelahirkan tenaga pendidik dengan harapan mampumelaksanakan tugas dan fungsinya yang lebih bermutusehingga mampu melahirkan pendidikan jasmani yangbermutu dan berprestasi begitu juga dengan pelakuolahraga diharapkan mampu mengemban tugaskandalam melaksanakan dan pengolaan bidang olahragayang lebih berkompeten dimana pelaku olahragamerupakan landasan yang menjadikan maju danberkembangnya olahraga di suatu daerah.

Keberhasilan kinerja strata pendidikan gurupendidikan jasmani di Kabupaten Pidie secarakeseluruhan yang melibatkan stakeholder selama inibelum berjalan maksimal, sehingga harus melakukansinergisasi dan membangun hubungan koordinasidimana tugas masing-masing harus dipegang, ditaatidan dilaksanakan dengan tepat sesuai harapanbersama.Berdasarkan uraian tersebut di atas makapenulis tertarik untuk melakukan penelitian denganjudul: “Evaluasi dan Tanggapan Stakeholder TerhadapStrata Pendidikan Guru Pendidikan JasmaniKabupaten Pidie”.

KajianTeoritisPengertian Stakeholder

Stakeholder merupakan peran kunci yangmenjadi perencana dan pengambil keputusan, peranaktif dalam melakukan kerjasama dengan pelakuolahraga sangat penting untuk mencapai tujuan yaitumeningkatkan mutu strata pendidikan guru pendidikanjasmani dan bagi pelaku olahraga sendiri, dari uraiantersebut maka stakeholder harus memaksimalkanfungsinya, merustrukturisasi kembali, menyusunrencana strategi serta menyusun dan mempertegas jobdescription sehinga setiap pengambil kebijakan tidaktumpang tindih dan bersifat tarik ulur atas dasarkepentingan para individu dari stakeholder itu sendiri,dan menumbuhkan semangat motivasi khususnyadalam proses evaluasi.

Dalam buku Peace, Ramizes mengidentifikasiberbagai pendapat mengenai stakeholder ini. Beberapadefinisi yang penting dikemukakan seperti:1. Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder

sebagai kelompok atau individu yang dapatmempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatupencapaian tujuan tertentu.

2. Biset (1998) secara singkat mendefenisikanstekeholder merupakan orang dengan suatukepentingan atau perhatian pada permasalahan.Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu

dasar tertentu sebagimana dikemukakan Freeman(1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentinganrelatif stakeholder terhadap issu, Grimble andWellard (1996), dari segi posisi penting danpengaruh yang dimiliki mereka.

3. Stakeholder adalah kelembagaan yang dianjurkandibentuk untuk meningkatkan peran sertamasyarakat dalam memajukan pendidikan, dankomite sekolah.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa stakeholder adalah pemangku kebijakan dalamsuatu daerah atau wilayah, dan memimiliki atoritasdalam melaksanakan pantauan dan evaluasi dalamsuatu kegiatan publik yang di laksanakan oleh institusiterkait.

ProfesionalismeKepalaSekolahKepala sekolah merupakan jabatan yang

mengandung konsekuensi tanggung jawab dalamlingkungan keberadaan suatu sekolah. Seseorang akanmenjadi kepala sekolah ada dua cara, yaitu pertamamelalui pendidikan formal calon kepala sekolah, danyang kedua karena menduduki pangkat dan golongantertentu serta mampu sehingga diangkat menjadikepala sekolah.

Menurut Harbison & Myers (dalamDanim,2002:27) bahwa: “Ada empat jalurpengembangan SDM, yaitu: Pertama, jalur pendidikanformal menurut jenjang dan jenisnya. Kedua,pelatihan dalam jabatan pelatihan informal yangdilembagakan. Ketiga, jalur pengembangan diri (self-development) untuk mendapatkan pengetahuan,keterampilan, dan kapasitas kerja yang lebih besar.Keempat, melalui peningkatan mutu kesehatanpopulasi, seperti program layanan medis, layanankesehatan publik,perbaikan nutrisi,dan sebagainya”.

Sampai dengan saat ini di Indonesia belummengacu salah satu pendekatan yang di atas. Lagi pulabelum dilakukannya pengangkatan kepala sekolahyang secara khusus menekankan adanya pengakuanatas suatu profesi oleh Negara dengan menempuhlangkah-langkah sistematis seperti registrasi,sertifikasi,dan lisensi.

Kepala Sekolah dan Inovasi Administrasi PendidikanKepala sekolah adalah guru yang mendapatkan

tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Untukmelaksanakan tugas kepala sekolah agarpenyelenggaraan pendidikan di sekolah dapatberjalan dengan lancar dan maju, maka harusdilakukanoleh kepala sekolah yang profesional danberjiwainovatif, karena tugas kepala sekolah sangatkompleks. Kepala sekolah juga orang yang palingbertanggungjawab terhadap keberhasilan dankegagalan sekolah yang dipimpinnya.

Menurut Coombs (Danim,2002:45)

Page 16: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

16

berpendapat bahwa: “Revolusi dalam pendidikanharus diawali dengan revolusi dalam bidangadministrasi pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwalembagapendidikan harus dikelola secara administrasiyang inovatif. Sekolah yang dikelola denganadministrasi pendidikan secara inovatif akan mampumenampung dinamika perkembangan yang terjadidiluar system pendidikan, khususnya perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutanmasyarakat.

Kompetensi GuruGuru yang profesional adalah guru yang

memiliki seperangkat kompetensi yang harus dimiliki,dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakantugas keprofesionalannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen (Bab IV Pasal 10 ayat 91) disebutkan bahwa:“Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dankompetensi profesional yang diperoleh melaluipendidikan profesi”.

Kompetensi guru di Indonesia juga telahdikembangkan oleh Proyek Pembinaan PendidikanGuru (P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Ada sepuluh kompetensi guru menurut P3G, yakni:1. Menguasai bahan.2. Mengelola program belajar-mengajar3. Mengelola kelas4. Menggunakan media/sumber belajar5. Menguasai landasan pendidikan6. Mengelola interaksi belajar-mengajar7. Menilai prestasi belajar8. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan

penyuluhan9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi

sekolah10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna

keperluan pengajaran, (Saud, 2009:50).Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

guru yang profesional adalah guru yang memilikiseperangkat kompetensi yang harus dimiliki, dihayatidan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugaskeprofesionalannya. Macam-macam kompetensi guruyang telah dikembangkan oleh Proyek PembinaanPendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan danKebudayaan mencakup sepuluh aspek. Aspekterpenting dari kompetensi guru yaitu kompetensiyang berkaitan dengan tugas profesionalnya sebagaiseorang guru seperti menguasai bahan, mengelolaprogram belajar-mengajar, mengelola kelas, danmenggunakan media/sumber belajar, mengelolainteraksi belajar-mengajar. Selain faktor interaksidengan peserta didik, kompetensi yang harus dimilikioleh seorang guru juga mencakup aspekpenyelenggaraan administrasi sekolah.

Pengertian Pendidikan JasmaniPendidikan Jasmani adalah pendidikan yang

mengaktualisasi potensi-potensi aktivitas manusiaberupa sikap, tindak, dan karya yang diberi bentuk, isi,dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan (Suherman, 2001:6). Istilahpendidikan jasmani (Physical Education) berasal dariAmerika Serikat dan Indonesia meminjam istilah ituuntuk menyebutkan suatu kegiatan yang bersifatmendidik dengan memanfaatkan kegiatan jasmani(Lutan, 2001:6). Istilah Physical Education padaumumnya dipergunakan oleh- Negara-negara yangberbahasa Inggris. Mengenai hal tersebut belumtercapai suatu pengertian yang universal.

Tujuan Pendidikan JasmaniSyarifuddin (1993:4) menyatakan bahwa: Tujuan

umum pendidikan jasmani di sekolah dasar adalahmemacu kepada pertumbuhan dan perkembanganjasmani, mental, emosional dan sosial yang selarasdalam upaya membentuk dan mengembangkankemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap danmembiasakan hidup sehat.1) Memacu perkembangan dan aktifitas sistem:

peredaran darah, pencernaan, pernapasan, danpersyarafan.

2) Memacu pertumbuhan jasmani sepertibertambahnya tinggi, dan berat badan.

3) Menanamkan nilai-nilai disiplin, kerja sama,sportivitas, tenggang rasa.

4) Meningkatkan ketrampilan melakukan kegiatanaktivitas jasmani dan memiliki sikap yang positifterhadap pentingnya melakukan aktivitas jasmani.

5) Meningkatkan kesegaran jasmani.6) Meningkatkan pengetahuan pendidikan jasmani.7) Menanamkan kegemaran untuk melakukan

aktivitas jasmani.8)

Kemudian Amir (2006:8) mengemukakan tujuanpendidikan jasmani di sekolah yaitu:1) Membantu siswa untuk meningkatkan

kesegaran jasmani dan rohani serta kesehatanmelalui pengenalan dan penanaman sikappositif serta kemampuan gerak dasar berbagaiaktivitas fisik.

2) Untuk tercapai pertumbuhan dan perkembanganjasmani, sikap dan prilaku disiplin, kejujuran,kerjasama, menyenangi aktivitas jasmani,tersalurnya hasrat bergerak dan meningkatkankesehatan dan kebugaran jasmani.

Prosedur PenelitianPendekatan penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dan jenis penelitian evaluasi.Menurut Arikunto (2006:132) bahwa: “Penelitian

Page 17: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

17

kualitatif adalah suatu penelitian yang menghasilkandata deskriptif”. Pendekatan kualitatif padahakekatnya adalah mengamati secara langsung objekpenelitian. Penelitian kualitatif tidak bertujuan untukmenguji atau membuktikan kebenaran suatu teori.Tetapi teori yang ada dikembangkan denganmenggunakan data-data yang dikumpulkan.Populasipenelitian ini adalah seluruh kepala SMA Negeri yangKabupaten Pidie dan kepala dinas pendidikanKabupaten Pidie,sedangkan sampel adalah sebagaibagian yang mewakili populasi yang diambil untukditeliti (Arikunto, 2006:131). Mengingat jumlahpopulasi sangat terbatas, maka keseluruhan populasidijadikan sampel yaitu 22 orang kepala sekolah dan 1orang kepala dinas pendidikan Kabupaten Pidie.

Penelitian ini menggunakan instrumentwawancara (interview) dan dokumentasi.Dalam prosespengumpulan data. dilaksanakan di Dinas PendidikanKabupaten Pidie dan SMA Negeri Kabupaten Pidiesebanyak 22 sekolah, sedangkan yang menjadi sumberdata adalah Kepala Dinas Pendidikan dan KepalaSekolah. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakanpada tanggal 22 Februari sampai dengan 09 April2013.

Hasildan Pembahasan PenelitianBerdasarkan hasil observasi tentang strata

pendidikan guru pendidikan jasmani Kabupaten Pidie,maka dapat diketahui bahwa strata pendidikan gurupendidikan jasmani Kabupaten Pidie masih bervariasipendidikan Sarjana dan Magister.

Dari hasil petikan wawancara dengan kepaladinas pendidikan dapat disimpulkan bahwa stratapendidikan guru pendidikan jasmani Kabupaten Pidiediantaranya S-1 dan S-2, setiap saat dinas pendidikanselalu melakukan peninjauan dan pengawasaanmelalui pengawas yang bertugas pada setiap rayon.Dalam peningkatan strata pendidikan dinas pendidikanKabupaten Pidie sangat mendukung terutama yang S-1 sampai S-2.Berdasarkan hasil wawancara dengankepala sekolah SMAN 1 Delima dapat simpulkanbahwa semua guru pendidikan jasmanikes berstratapendidikan sarjana, latar belakang pendidikan jugasesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dalammerancang metode pembelajaran guru pendidikanjasmani lebih tepat dan sesuai dengan ketentuansekolah serta dalam proses belajar mengajar gurupendidikan jasmani dapat menciptakan suasana yangkondusif terhadap anak didik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepalasekolah SMAN 1 Peukan Pidie dapat penulissimpulkan bahwa pendidikan guru pendidikan jasmanidi SMAN 1 Peukan Pidie adalah sarjana, latarbelakang pendidikan dengan mata pelajaran sesuai danrelevan. Strategi gerakan dalam pembelajaran

disesuaikan dengan kondisi fisik siswa, dalam prosesbelajar mengajar guru menggunakan tata bahasa yangbaik. Penggunaan dan kedisiplinan guru sertaprofesionalitas dalam memprioritaskan antarakewajiban yaitu dengan keperluan lainnya sudah baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan pada tanggal 15 Januari sampai dengan 05Februari 2013di Dinas Pendidikan Kabupaten Pidiedan SMA Negeri Kabupaten Pidie dapat diketahuibahwa tingkat strata pendidikan guru pendidikanjasmani di Kabupaten Pidie secara umum yaitu padajenjang Strata 1 (S-1). Untuk seluruh guru pendidikanjasmani yang menjadi subjek penelitian di SMANegeri Kabupaten Pidie terdapat 3 sekolah yangmemiliki guru pendidikan jasmani dengan Strata 2 (S-2) yaitu SMA Negeri 2 Sigli, SMA Negeri 1Indrajaya, dan SMA Negeri 1 Mutiara. SedangkanSMAN lainnya memiliki guru dengan kualifikasi Srata1.

Dari 22 sekolah penelitian, dapat diketahuibahwa strata pendidikan guru pendidikan jasmani diKabupaten Pidie masih bervariasi diantaranyaberpendidikan Sarjana dan Magister. Data persentasestrata pendidikan dapat dilihat pada hasil penelitian diatas bahwa jumlah guru yang berpendidikan Diplomaadalah sebanyak 0 orang atau 0%, guru yangberpendidikan Sarjana adalah sebanyak 56 orang atau94,92% dan guru yang berpendidikan Magister adalahsebanyak 3 orang atau 5,08%.

Dari hasil wawancara yang dilakukan denganKepala Dinas Kabupaten Pidie dapat diketahui bahwadalam peningkatan strata pendidikan, DinasPendidikan Kabupaten Pidie sangat mendukungterutama yang S-1 sampai S-2. Selain itu, berdasarkanhasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeridi Kabupaten Pidie diketahui bahwa strata pendidikanguru pendidikan jasmani diantaranya S-1. Selanjutnyalatar belakang pendidikan guru sesuai dengan matapelajaran yang diajarkan, penampilan guru sesuaidengan kondisi materi pelajaran yang diajarkan sertadalam menjalankan tugas bisa menyesuaikan jadwalmengajar dengan keperluan lainnya.

Selain itu, mengutip dari hasil wawancaraKepala Sekolah di SMA Negeri 1 Kembang Tanjongmemberikan tanggapan tentang latar belakangpendidikan guru pendidikan jasmani dengan matapelajaran yang diajarkan yaitu sudah sesuai danrelevan. Strategi gerakan dalam pembelajarandisesuaikan dengan kondisi fisik siswa, dalam prosesbelajar mengajar guru menggunakan tata bahasa yangbaik.

Berdasarkan kutipan wawancara denganstakeholder dapat disimpulkan bahwa kompetensiguru pendidikan jasmani di Kabupaten Pidie secaraumum sudah sesuai dengan latar belakang pendidikanyang dimiliki walaupun terdapat beberapa guru yang

Page 18: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

18

masih belum memiliki kompetensi yang maksimal.Selain itu, penggunaan dan dan kedisiplinan guruperlu ditingkatkan mengingat masih ada yang belummaksimal terutama pada jam 1 dan jam ke.

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negerise-Kabupaten Pidie dapat diketahui bahwa kinerja danproses pelaksanaan evaluasi guru pendidikan jasmaniyang dilakukan oleh Dinas Pendidikan KabupatenPidie sudah sangat baik. Dinas Pendidikan KabupatenPidie melaksanakan pengawasan terhadap persiapanguru dalam melaksanakan proses pembelajaran,seperti membuat administrasi pembelajaran dan mediapembelajaran.

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,

maka dapat simpulkan:1. Tingkat strata pendidikan guru pendidikan jasmani

di Kabupaten Pidie secara umum yaitu padajenjang strata 1 dan strata 2 yakni 4 strata 2 dan 56strata.

2. Tanggapan stakeholder terhadap guru pendidikanjasmani Kabupaten Pidie sudah cukup baik dalammenjalankan kinerjanya.

Daftar PustakaAmir, dkk(2005)Pembelajaran Pendidikan Jasmani di

Sekolah Dasar Praktek dan Didaktik. BandaAceh: Syiah Kuala University Press.

Arikunto, Suharsimi (2003)Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan (2002)Pengembangan SumberDaya Manusia. Bandung: RemajaRosdakarya.

Departemen Pendidikan Nasional (2004)KurikulumPendidikan Jasmani dan Kesehatan.Depdiknas: http//;www.google.co.id.

Djamarah, Syaiful (2000) Guru dan Anak DidikDalam Interaksi Edukatif. Jakarta: RinekaCipta.

Ibrahim, Rusli (2000)Peranan dan Tanggung JawabGuru. http//;www.google.co.id.

Lutan, Rusli (2001) Strategi PembelajaranPendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta:Dirjen Dikdasmen.

Hamalik, Oemar (2001) Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E (2005) Menjadi Guru Profesional.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saud, Udin (2009) Pengembangan Profesi Guru.Bandung: Alfabeta.

Page 19: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

19

HUBUNGAN KONSENTRASI KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KESEIMBANGANTANGAN DENGAN KETEPATAN MEMANAH

Milham*)

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi, kekuatan otot lengan dankeseimbangan tangan dengan ketepatan memanah dikalangan mahasiswa FKIP Pendidikan jasmanikesUniversitas Serambi Mekah. Sampel penelitian sebanyak 30 orang mahasiswa. Penelitian menemukanbahwa ketepatan memanah dikalangan mahasiswa berbeda satu sama lain. Namun secara rata-rataketepatan memanah sudah relatif baik. Selain itu, tingkat konsentrasi, kekuatan otot lengan dankeseimbangan tangan juga berbeda. Hasil pengujian statistik menemukan terdapat hubungan positif dansignifikan antara konsentrasi dengan ketepatan memanah ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r)sebesar 0,375. Kekuatan otot lengan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan ketepatan memanah,ditunjukkan oleh nilai koefiesien korelasi (r) sebesar 0,455. Keseimbangan tangan memiliki hubungan positifdan signifikan dengan ketepatan memanah ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,546.Konsentasi, kekuatan otot lengan dan keseimbangan tangan memiliki hubungan positif dan signifikan denganketepatan memanah.

Kata Kunci:Hubungan, Konsentrasi, Kekuatan, Keseimbangan, Memanah

PendahuluanOlahraga panahan telah membuka mata bagi

perkembangan olahraga panahan di Indonesia untuklebih mengembangkan pembinaan secara profe sional.Pembinaan merupakan sasaran utama dalam mencapaiprestasi yang maksimal, termasuk cabang panahan,perlu adanya penekanan program latihan yangkontinyu. Peningkatan prestasi pada mahasiswapanahan merupakan hasil langsung dari jumlah dankualitas latihan yang dilakukan. Mulai Mahasiswapemula maupun Mahasiswa tingkat senior,bebanlatihan harus ditingkatkan secara bertahap,sesuai dengan kemampuan fisiologis setiapmahasiswa. Pada olahrga panahan, lengan merupakanfaktor utama untuk menentukan ketepatan memanahlatihan yang dilakukan. Mulai Mahasiswa pemulamaupun Mahasiswa tingkat senior, beban latihan harusditingkatkan secara bertahap, sesuai dengankemampuan fisiologis setiap mahasiswa. Pada olahrgapanahan, lengan merupakan faktor utama untukmenentukan ketepatan memanah, karena kekuatan ototlengan dan keseimbangan lengan memegang perananyang sangat penting bagi kemampuan memanah untukmengarah kan anak panah ke sasaran yang telahditentukan. Gerakan memanah merupakan perpaduanantara kekuatan lengan dengan keseimbangan lengan.Untuk memperoleh ketepatan membidik dari busurperlu dilakukan pengaturan kseimbangan antaraukuran berat nyata busuer dengan ukuran panah yangakan dipakai, oleh karena itu kekuatan otot lengan danbahu sangat diperlukan untuk menunjang kemampuanseorang pemanah dalam memperoleh ketepatanmemanah.

Universitas Serambi Mekah merupakan salahsatu perguruan tinggi yang berada Propinsi Aceh.Dalam beberapa tahun yang lalu mahasiswaUniversitas Serambi Mekah sempat meraih medaliyang cukup menggembirakan dan membanggakan.Dalam beberapa tahun belakangan ini prestasi yangdicapai menurun dari beberapa tahun yang lalu.Menurut hasil surve yang dilakukan dapat dijelaskanbahwa, menurunnya prestasi dari Mahasiswa dapatterjadi dari berbagai faktor, hasil pengamatan tersebutditemukan bahwa banyak dari mahasiswa yangmengikuti panahan di Universitas Serambi Mekahkurang mempunyai kekuatan otot lengan. Kajiantersebut dapat dilihat dari tingkat kemampuanmahasiswa pada saat menarik busur panah, badanMahasiswa terasa gemetar sehingga mengurangikeseimbangan dan dapat berpengaruh terhadapketetapan memanah ke titik sasaran. Berdasarkan hasilsurvey yang dilakukan penulis ingin mengetahuiapakah ada hubungannya antara konsentrasi, kekuatanotot lengan dan keseimbangan tangan seorangmahasiswa olahraga panahan dengan ketepatanmemanah.

Kajian TeoritisKonsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pemikirankepada suatu objek tertentu. Semua kegiatan kitamembutuhkan konsentrasi. Dengan konsentrasi kitadapat mengerjakan pekerjaan lebih cepat dan denganhasil yang lebih baik. Kurang konsentrasi hasilpekerjaan biasanya tidak dapat maksimal dandiselesaikan dalam waktu yang cukup lama (Cox,

Page 20: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

20

1990:56). Hornby dan Siswoyo (1993: 69)mendefinisikan konsentrasi (concent ration) adalahpemusatan atau pengerahan (perhatiannya kepekerjaan atau aktivitasnya). Nideffer (2000:23) menjelaskan bahwa konsentrasi adalah sebagai perubahanyang konstan yang berhubungan dengan dua dimensiyaitu dimensi luas (witdh) dan dimensi pemusatan(focus).

Kegunaan konsentrasi pada bidang olahraga,misalnya pada cabang olahraga loncat indah,konsentrasi tinggi diperlukan dalam keserasiangerakan dalam meloncat. Pada cabang olahraga renangkonsentrasi yang tinggi juga diperlukan terutama padasaat start karena kejuaraan yang sering dilakukan padasaat ini banyak menggunakan satu kali start sehinggadapat berakibat fatal bagi perenang jarak-jarak pendekterhadap pencapaian prestasinya apabila kurangberkonsentrasi pada saat start. Pada renang jarakpendek 50 m juga dibutuhkan konsentrasi yang tinggiagar dapat melakukan pacing dengan baik.

Nideffer (2000:26) mengatakan bahwa padacabang olahraga panahan dan menembak merupakankegiatan yang menuntut koordinasi visual motorik dankemampuan membidik sasaran yang kecil denganjarak jauh. Atlet panahan dan petembak dituntut untukmampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lamadan mengesampingkan gangguan dari lingkunganmaupun rasa lelah yang dialaminya. Pada cabangolahraga atletik konsentrasi diperlukan gunamenyelesaikan tugas yang diembannya. Pada nomorlompat jauh, tinggi, tinggi galah, maupun jangkit,diperlukan konsentrasi untuk mengkoordinasi gerakananggota, tubuh agar menumpu dengan tepat padatumpuan agar berhasil dengan baik dan tepat. Padanomor lari, konsentrasi diperlukan agar mampumengatur pace (tempo lari) supaya tidak kehabisantenaga, sebelum mencapai garis finish (akhir). Selainitu pelari harus berkonsentrasi agar tetap pada jalurlintasan larinya sesuai aturan yang berlaku pada nomorlari kecuali untuk nomor lari marathon. Pada nomorsprint (lari jarak pendek) konsentrasi yang tinggidiperlukan guna merespon dengan cepat dan tepatdalam gerakannya dengan lebih baik dibandingkanpelari lainnya.

Kekuatan Otot LenganKekuatan adalah kemampuan otot

membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan(Harsono, 1988:176). Otot merupakan suatu organ/alatyang memungkinkan tubuh dapat bergerak ini adalahsuatu sifat penting bagi organisme (Syaifuddin,1992:42). Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubahbentuk seperti pergerakan amuba. Pada sel-selsitoplasma ini merupakan benang-benang halus yangpanjang di sebut miofibril. kekuatan otot adalahpengembangan ketegangan otot dalam berkontraksi

sehingga dapat membangkitkan tahanan terhadap suatupembebanan. Lebih lanjut Sumosardjono (1996:20)mengemukakan pendapatnya bahwa kekuatan otot(muscular) adalah kemampuan otot atau sekelompokotot dalam mengangkat, menahan suatu benda. Ototyang kuat akan menyebabkan kerja otot lebih efisiendalam setiap aktivitas, seperti: mengangkat menjinjit,dan akan membuat bentuk tubuh menjadi lebih baik.

Kekuatan tentunya dapat diwujudkan melaluiaktivitas fisik dalam bentuk gerakan menarik,mendorong, mengangkat dan lain-lain. Melawan aksiotot dalam melaksanakan aktivitas membutuhkankekuatan. Sehingga setiap kerja yang dilaksanakandapat berjalan dengan lancar dengan sebaik-baiknya.Dalam garis besar sel otot dapat dibagi dalam 3 (tiga)golongan;(1) Otot Motoritas, disebut juga otot serat lintang oleh

karena didalamnya protoplasma mempunyaigaris-garis melintang. Pada umumnya otot inimelekat pada kerangka sehingga disebut juda ototkerangka, ia dapat bergerak menurut kemauan kita(otot sadar), pergerakannya cepat tetapi cepatlelah, rangsangan dialirkan melalui saraf mototris.

(2) Otot Otonom, disebut juga otot polos karenaprotoplasmanya licin tidak mempunyai garis-garismelintang. Otot ini terdapat di alat-alat dalamseperti ventrikulus, usus, kandung kemih,pembuluh darah dan lain-lain, dapat bekerja diluar kemampuan kita (otot tak sadar) oelh karenarangsangannya melalui otonom.

(3) Otot Jantung, bentunknya mempunyai otot seratlintang dimana di dalam sel protoplasmanyaterdapat serabut-serabut melintang yangbercabang-cabang tetapi kalau kita melihatfungsinya seerti otot polos, dapat bergerak sendirisecara otot matis oleh karena ia mendapatrangsangan dari susunan otonom.

Keseimbangan TanganKeseimbangan lengan merupakan kemampuan

seseorang untuk mempertahankan posisi khusus daritubuh baik statis maupun dinamis, dalam suatu cabangolahraga, keseimbangan di perlukan dalam setiapgerakan, walaupun sering tidak disadari keseimbanganmemiliki arti yang sangat penting dalam suatu cabangolahraga tertentu. Keseimbangan merupakan salah satuunsur dalam kondisi fisik. Seseorang Mahasiswa yangmemiliki keseimbangan akan mampu melaksanakanaktivitas sampai batas maksimal dari kemampuan yangdilibatkan dalam setiap gerakan-gerakan. MenurutSoekarman (1989:71) bahwa ”keseimbangan adalahkemampuan seseorang mempertahankan posisi khususdari tubuh, dan keseimbangan statis yaitumempertahankan sikap pada posisi khusus dari tubuh,dan keseimbangan statis yaitu mempertahankan sikappada posisi khusus, keseimbangan dinamis yang lebih

Page 21: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

21

penting dalam olahraga adalah mempertahankankeseimbangan dalam waktu bergerak”.

Keseimbangan salah satu unsur yang dapatditingkatkan sesuai dengan kebutuhan setiap cabangolahraga yang memerlukan keseimbangan.Olahragawan memelihara keseimbangan denganmenggunakan susunan otot untuk mengubahkedudukan bagian-bagian tubuh sehingga pusat gayayang berat telah berada dalam batas-batas dukungan.Pate (1993:189) menjelaskan bahwa ”memeliharakeseimbangan tergantung pada umpan balik yangberguna ini diteruskan ke otak untuk diinterpretasikanlalu respon gerakan yang sesuai dikirimkan kesusunanotot yang membutuhkan keseimbangan”.

Seiring dengan uraian diatas dapat disimpulkanadalah keseimbangan memiliki arti yang sangatpenting dalam suatu cabang olahraga yang gerakan-gerakannya memerlukan keseimbangan baik statismaupun dinamis. Sedangkan keseimbangan lengandapat diartikan sebagai kemampuan untukmempertahankan sikap khusus pada keseimbanganlengan seperti pada olahraga panahan untuk mengangkat lengan penahan busur setinggi bahu, menarikpenahan busur dan melepaskan anak panah kesasaranyang ditentukan.

Hakikat Ketepatan MemanahIstilah ketepatan tentunya akan terbayang

bahwa adanya suatu sasaran atau titik yang harusdituju ataupun dikenai dengan suatu objek tertentu.Menurut Sadjoto (1988:58) ketepatan adalah:”Kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran dapatberupa jarak atau mungkin suatu objek yang mungkinlangsung dikenal”. Dalam olahraga panahan sasaranyang dicapai adalah tepat melepaskan anak panahkesasarannya (target face). Jika seorang mahasiswatidak dapat melepaskan anak panahnya kesasaran yangdiinginkannya maka dapat dikatakan Mahasiswa itusudah tepat memanahnya karena sasaran yang menjaditujuan memanahnya sudah tercapai. Ketepatan dalammemanah dapat dicapai melalui latihan-latihan yangkontinyu dan sistematis maka kesempatan itu tidakakan dicapai oleh seorang mahasiswa. Denganlatihanlah seorang Mahasiswa akan dapat meraihprestasi yang gemilang. Cabang olahraga panahanmempunyai teknik dasar memanah, bentuk dasarteknik memanah itu bila ditinjau dari segi anatomisdan mekanika gerak yang tepat dan benar, akanmemungkinkan gerakan memanah yang konsisten danakurat. Hal ini akan dapat tercapainya prestasi yangtinggi bagi para Mahasiswa panahan. Pandiangan(1993:41) mengatakan bahwa: ”Bentuk teknik yangstandar berkait erat dengan segi anatomis danmekanika gerak yang terkait dalam panahan adalah 2(dua) poros (axis) gerak”.

Banyak faktor yang mempengaruhi ketepatanmemanah, salah satu diantaranya keseimbangan lengansaat menarik tali busur dan menahan sikap memanah.Hal ini sangatlah perlu mengingat arah bidikan harustepat mengenai sasaran yang diinginkan.Keseimbangan lengan sangatlah penting dalamolahraga panahan ini, secara umum keseimbangan inidapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan untukmenahan seluruh gaya yang mempengaruhi seluruhtubuh manusia agar tetap seimbang.

Olahragawan memelihara keseimbangandengan menggunakan susunan otot untuk mengubahkedudukan bagian badan sehingga pusat gaya berattelah berada dalam batas-batas dasar dukungan sepertiyang dijelaskan oleh Pate (19993: 189)Bahwa:”Memelihara keseimbangan tergantung padaumpan balik yang tepat yang di dapat dari reseptorsensori sistem saraf”. Umpan balik yang berguna ini diteruskan ke otak untuk di interprestasikan lalu respongerakan yang sesuai dikirimkan kesusunan otot.

Bagi olahragawan yang melakukan gerakansecara cepat dari posisi diam akan kehilangankeseimbangan badan, meskipun melakukanpemindahan berat badan dengan cepat pada satu arah,posisi yang tidak seimbang semacam itu menentukangerakan pada arah yang lain.misalnya, orang yangmempertahankan diri yang mengharapkan arahgerakan lawan seringkali mati langkah gerakan yangterjadi pada arah yang tidak diharapkan. Olahragawanharus sering kali menimbang untung dan ruginyaapabila menempatkan badan dalam posisi yang tidakseimbang di bandingkan posisi badan yang tidakseimbang. Olahragawan dan elatih harus mengertifaktor-faktor tersebut yang secara langsungmenentukan keseimbangan agar dapat menentukanposisi badan mana yang paling efektif.

Konsentrasi, Kekuatan Otot Lengan danKeseimbangan Tangan dengan KetepatanMemanah

Dalam kegiatan olahraga konsentrasimemegang peranan yang sangat penting. Adanyagangguan konsentrasi pada saat melakukan gerakanolahraga, baik itu dalam latihan maupun dalampertandingan dapat menimbulkan berbagai masalah(Nasution, 1996:212). Masalah-masalah tersebutseperti berkurangnya akurasi gerakan, tidak dapatmenerapkan strategi karena tidak mengetahui harusmelakukan apa sehingga kepercayaan diri menjadiberkurang bahkan hilang. Pada akhirnya sulitmencapai prestasi optimal sesuai dengankemampuannya. Hal tersebut sependapat denganpernyataan Nideffer (2003) bahwa konsentrasimerupakan sesuatu yang penting bagi olahragawanuntuk mencapai prestasi puncak. Konsentrasi

Page 22: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

22

membantu dalam mencapai kondisi yang siapbertanding secara fisik dan mental.

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atausekelompok otot dalam mengangkat dan menahansuatu beban, otot yang kuat akan menyebabkan kerjaotot lebih efisien dalam setiap aktivitas sepertimengangkat, menjinjit dan akan membuat bentuktubuh menjadi lebih baik. Dalam olahraga panahan,kekuatan otot lengan memegang peranan yang sangatpenting. Seorang pemanah yang memiliki kekuatanotot lengan yang baik akan dapat dengan tepatmelepaskan anak panahnya ke sasaran, demikian pulasebaliknya tanpa adanya kekuatan otot lengan yangbaik seorang pemanah tidak dapat mendapatkan hasilpanahan yang baik. Peningkatan kekuatan otot lengandalam olahraga panahan sangat mendukung terhadapkeberhasilan yang akan diperoleh yaitu ketepatanmemanah. Hal ini sesuai dengan pendapatSumosardjono (1986: 22) yang menyatakan bahwakekuatan otot lengan dan dalam olahraga panahanberguna untuk mengangkat lengan penahan busursetinggi bahu, menarik tali penahan busur danmelepaskan anak panah ke sasaran yang telahditentukan.

Keseimbangan lengan sangat penting dalamolahraga panahan ini. Secara umum keseimbangandapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan untukmenahan seluruh gaya yang mempengaruhi seluruhtubuh manusia agar tetap seimbang. Ketepatanmemanah dapat dipengaruhi oleh keseimbanganlengan. Hal ini disebabkan dalam olahraga panahan,keseimbangan lengan memerankan fungsi yang sangatpenting ketika menarik tali busur dan menahan sikapmemanah. Arah bidikan harus tepat mengenai sasaranyang diinginkan. Olahragawan memeliharakeseimbangan dengan menggunakan susunan ototuntuk mengubah kedudukan bagian badan sehinggapusat gaya berat telah berada dalam batas-batas dasardukungan seperti yang dijelaskan oleh Pate (19993:189) bahwa: Memelihara keseimbangan tergantungpada umpan balik yang tepat yang di dapat darireseptor sensori sistem saraf”. Umpan balik yangberguna ini di teruskan ke otak untuk diinterprestasikan lalu respon gerakan yang sesuaidikirimkan kesusunan otot.

Prosedur PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian tradisional

(Corelationresearch). Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui hubungan antara dua variabel yangditeliti, yaitu hubungan konsentrasi, kekuatan ototlengan dan keseimbangan tangan dengan ketepatanmemanah pada mahasiswa FKIP Universitas SerambiMekah tahun 2012, yang sudah lulus mata kuliahpanahan dengan nilai A atau B. Besar kecilnyahubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefesien

korelasi. Hal ini sesuai dengan pendapat yangdikemukakan Arikunto (2010:209), bahwa: “Penelitiankorelasi merupakan penelitian yuang dimaksudkanuntuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara duaatau beberapa variabel besar atau tingginya hubungandinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi”.

Populasi adalah seluruh subjek yang akandiselidiki, hal ini sesuai dengan yang dikemukakanoleh Arikunto (2010:115) yaitu: “Populasi adalahkeseluruhan subjek penelitian”. Populasi juga dapatdiartikan sebagai keseluruhan subjek yang memilikisifat-sifat dan ciri-ciri yang sama. Dalam penelitian inipopulasi penelitian adalah seluruh mahasiswaPendidikan jasmanikes FKIP Universitas SerambiMekah yang mengambil mata kuliah panahan angkatantahun 2012 yang berjumlah 307 orang. Sampelpenelitian sebanyak 10% dari jumlah keseluruhanpopulasi yakni sebanyak 30 orang mahasiswa yangsudah lulus mata kuliah panahan dengan nilai A atauB.

Data penelitian dikumpulkan dengan melaluibeberapa kegiatan sesuai dengan variabel penelitian.Dalam tes konsentrasi, alat yang digunakan alalahangket grid concentration exerice, alat tulis danstopwatch. Untuk tes kekuatan otot lengan alat yangdigunakan adalah Push and Pull Hand Dynamometer.Selanjutnya untuk tes keseimbangan tanganpengukurannya menggunakan menggunakan testbalance yang dikemukakan oleh Jonhson (1986:230)bahwa gerakan keseimbangan lengan dilakukan secarabertahap atau terpisah dari setiap gerakan satus amalain untuk memudahkan melakukannya. Pertamatripod balance, kedua tip-up balance, ketiga headbalance, keempat head and forearm balance, kelimahandstand.

Teknik analisis data yang digunakan adalahkorelasi product moment. Korelasi tidak hanyadilakukan antar variabel, tetapi juga dilakukan secarakeseluruhan, yakni korelasi ketiga variabel independen(konsentrasi, kekuatan otot lengan dan keseimbangantangan) terhadap ketepatan memanah. Untukmenghitung korelasi masing-masing variabel terhadapketepatan memanah digunakan rumus korelasi productmoment pearson.

Waktu Pengambilan Data penelitiandilaksanakan pada tanggal 06 Juni 2013. LokasiPengambilan Data dilakukan di lapangan panahanLamreung Aceh Besar.

Hasil dan Pembahasan PenelitianVariabel penelitian terdiri dari konsentrasi,

kekuatan otot lengan, keseimbangan tangan danketepatan memanah. Pengukuran konsentrasi diambildari nilai rata-rata skor hasil tes pada empat lembarangrid concentration exercise yang sudah diisi oleh

37

Page 23: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

23

mahasiswa. Selanjutnya kekuatan otot lengandidasarkan pada nilai Push and Pull HandDynamometer. Karena kekuatan lengan dikaitkandengan ketepatan memanah, maka nilai yang diambiladalah nilai tertinggi ketika mahasiswa menarik alattersebut. Keseimbangan tangan didasarkan pada nilaiskor yang diperoleh pada setiap tahapan testkeseimbangan tangan. Selanjutnya ketepatan memanahdiukur berdasarkan nilai rata-rata skor yang diperolehdari 12 seri tes. Dengan kata lain, penilaian ketepatanmemanah dalam hal ini bukanlah diambil dari nilaitotal skor akan tetapi dari nilai rata-rata skor. Hal inidisebabkan penilaian ketepatan memanah didasarkanpada skor 1-10, sehingga nilai rata-rata skor lebih tepatdigunakan untuk menilai ketepatan memanah.

Nilai maksimum untuk variabel ketepatanmemanah sebesar 9,25 dan nilai minimum sebesar4,92. Rata-rata skor ketepatan memanah sebesar7,1278 dengan standar deviasi sebesar 1,08357.Selanjutnya variabel konsentrasi menunjukkan nilaimaksimum sebesar 10,25 dan nilai minimum sebesar4,75. Rata-rata nilai konsentrasi sebesar 7,0583 denganstandar deviasi sebesar 1,79160. Kekuatan otot lenganmenunjukkan nilai maksimum sebesar 38,00 dan nilaiminimum sebesar 20,00. Nilai rata-rata untuk variabeltersebut sebesar 28,7333, dan standar deviasi sebesar4,3385. Selanjutnya untuk variabel keseimbangantangan diperoleh nilai maksimum sebesar 62,79 dannilai minimum sebesar 20,99. Nilai rata-rata untukvariabel tersebut sebesar 35,8990 dan nilai standardeviasi sebesar 13,8990.

Sesuai dengan peralatan analisis yangdigunakan yaitu korelasi product moment, makakorelasi yang dimaksudkan dapat dibagi dalam duakelompok, yaitu korelasi variabel independent(konsentrasi, kekuatan otot lengan, keseimbangantangan) secara parsial terhadap ketepatan memanahdan korelasi ketiga variabel independent tersebutsecara bersama-sama (korelasi ganda). Masing-masingkorelasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Nilai korelasi antara kosentrasi (X1) denganketepatan memanah (Y) menunjukkan angka sebesar0,375. Nilai sig sebesar hasil korelasi antara konsentasidengan ketepatan memanah menunjukkan angkasebesar 0,000 < 0,05 dapat diartikan bahwa terdapathubungan signifikan antara kosentrasi denganketepatan memanah.

Selanjutnya nilai korelasi antara kekuatan ototlengan (X2) dengan ketepatan memanah (Y)menunjukkan angka sebesar 0,455. Nilai sig hasilkorelasi antara kedua variabel tersebut menunjukkanangka sebesar 0,000 < 0,05 dapat diartikan bahwahubungan searah antara kekuatan otot lengan denganketepatan memanah dinilai signifikan (nyata).

Nilai korelasi antara keseimbangan tangan (X3)dengan ketepatan memanah (Y) menunjukkan angka

sebesar 0,546 dengan nilai sig < 0,05 dapat diartikanterdapat hubungan antara keseimbangan tangandengan ketepatan memanah.

Nilai sig hasil korelasi antara konsentrasidengan ketepatan memanah sebesar 0,041 atau 4,1%.Hal ini dapat diartikan bahwa konsentrasi berhubungansignifikan dengan ketepatan memanah pada tingkatkeyakinan 95,9% (1-0,041). Sedangkan standarkeyakinan (confidence interval) yang digunakan dalampenelitian sosial termasuk penelitian olahraga padaumumnya 95%. Hal inilah yang dapat memberikankesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikanantara konsentrasi dengan ketepatan memanah.

Hasil pengolahan data dengan menggunakansoftware SPSS menghasil kan nilai sig sebesar 0,012atau sebesar 1,2% untuk korelasi antara kekuatan ototlengan dengan ketepatan memanah. Hal ini dapatdiartikan bahwa kekuatan otot lengan memilikihubungan yang signifikan dengan ketepatan memanahpada tingkat keyakinan 98,8% (1-0,012). Terakhir inisig hasil korelasi antara keseimbangan tangan denganketepatan memanah sebesar 0,002 atau sebesar 0,2%dapat diartikan bahwa keseimbangan tangan memilikihubungan yang signifikan dengan ketepatan memanahpada tingkat keyakinan 99,8% (1-0,002).

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahamibahwa pada tingkat keyakinan 95%, ketiga variabelindependen (konsentrasi, kekuatan otot lengan dankeseimbangan tangan memiliki hubungan yangsignifikan (nyata) dengan ketepatan memanah.

Korelasi ganda digunakan untuk mengetahuikorelasi antara ketiga variabel independent konsentasi(X1), kekuatan otot lengan (X2) dan keseimbangantangan (X3) dengan ketepatan memanah (Y) secarabersama-sama.

Berdasarkan hasil perhitungan statistikdiperoleh nilai korelasi ganda konsentrasi, kekuatanotot lengan dan keseimbangan tangan denganketepatan memanah sebesar 0,715. Angka ini beradapada interval 0,60-0,80 dapat diartikan bahwa secarabersama-sama terdapat hubungan yang signifikanantara konsentasi (X1), kekuatan otot lengan (X2) dankeseimbangan tangan (X3) dengan ketepatan memanah(Y). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa ketepatanmemanah yagn dicapai oleh seseorang mahasiswaFKIP Universitas Serambi Mekah ditentukan olehkonsentrasi, kekuatan otot lengan dan keseimbangantangan mahasiswa tersebut.

Hasil pengujian statistik dengan menggunakanuji F menunjukkan nilai F hitung sebesar 9,069. NilaiF hitung sebesar 9,069 seperti terlihat dalam bagianoutput SPSS di atas lebih kecil bila dibandingkandengan nilai F tabel (df1=3 ; df2= 26) menunjukkan angkasebesar 2,975(nilai F tabel terlampir) dapat diartikanbahwa ketepatan memanah memiliki hubungan yang

Page 24: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

24

signifikan dengan konsentrasi, kekuatan otot lengandan keseimbangan tangan.

Hasil penelitian menemukan terdapat hubunganpositif antara konsentrasi dengan ketepatan hasilmemanah. Hal ini berarti semakin baik konsentrasiseseorang mahasiswa, semakin baik ketepatanmemanah, sehingga ada hubungan searah antarakonsentrasi dengan ketepatan memanah. Dengan katalain, ketepatan memanah yang dihasilkan olehseseorang mahasiswa tergantung pada konsentrasimahasiswa yang bersangkutan. Konsentrasi memegangperanan sangat penting dalam olahraga termasukolahraga memanah. Hal ini sesuai dengan pendapatyang dikemukakan oleh Nasution (1996) dalamolahraga konsentrasi memegang peranan yang sangatpenting. Jika konsentrasi seseorang terganggu padasaat melakukan gerakan olahraga, baik itu dalamlatihan maupun dalam pertandingan dapatmenimbulkan berbagai masalah. Masalah-masalahtersebut seperti berkurangnya akurasi gerakan, tidakdapat menerapkan strategi karena tidak mengetahuiharus melakukan apa sehingga kepercayaan dirimenjadi berkurang bahkan hilang.

KesimpulanTerdapat hubungan positif antara konsentrasi

dengan ketepatan memanah ditunjukkan oleh nilaikoefisien korelasi (r) sebesar 0,375. Nilai sig hasilkorelasi antara kedua variabel tersebut menunjukkanangka sebesar 0,041 atau 4,1% dapat disimpulkanbahwa konsentrasi berhubungan signifikan denganketepatan memanah.1. Kekuatan otot lengan memiliki hubungan positif

dengan ketepatan memanah, ditunjukkan olehnilai koefiesien korelasi (r) sebesar 0,455 dengannilai sig sebesar 0,012 atau 1,2%. Kekuatan ototlengan secara nyata berhubungan denganketepatan memanah.

2. Keseimbangan tangan memiliki hubungan positifdengan ketepatan memanah ditunjukkan dengannilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,546. Nilai sighasil perhitungan korelasi tersebut menunjukkanangka sebesar 0,002 atau 0,2%, dapatdiinterpretasikan bahwa keseimbangan tanganmemiliki hubungan yang signifikan denganketepatan memanah.

3. Konsentasi, kekuatan otot lengan dankeseimbangan tangan memiliki hubungan positifdan signifikan dengan ketepatan memanah.

Semakin tinggi konsentrasi, semakin kuat ototlengan dan semakin baik keseimbangan tangan,akan semakin baik pula ketepatan memanah.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketigavariabel tersebut (konsentrasi, kekuatan ototlengan dan keseimbangan tangan) sangatmenentukan ketepatan memanah.

Daftar PustakaArikunto, Suharsimi (2010)Prosedur Penelitian Suatu

pendekatan Praktik, Jakarta: Edisi VIII, PT.Renika Cipta.

Barret J. A(1990)Olahraga Panahan: Pedoman,Teknik dan Analisa. Semarang: Dahara Prize.

Harsono (1988)Coaching dan Aspek-Aspek PsikologisDalam Coaching. Jakarta: ProyekPengembangan Lembaga Pendidikan TenagaKependidikan.

Nasution, Y (1996)Model Program Latihan MentalBagi Atlet. Jakarta: Gunung Mulia.

Nideffer, R.M. & Bond, J (2003) A Cross CulturalExamination of the Concentration Skills ofElite Level Athletes, Http://www.enchanced-Performance.com/nideffer/arcles/ais2.html

Pandiangan, Donald (1993)Dasar-dasar IlmiahKepelatihan.Semarang: IKIP Semarang Press.

Sajoto, Muhammad (1988)Pembinaan danpeningkatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.Semarang: FPOK IKIP.

Syaifuddin (1997)Anatomi Fisiologi Untuk SiswaPerawat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Widodo, M D (2008)Hubungan Kekuatan OtotLengan, Keseimbangan dan Power OtotTungkai dengan Kemampuan Meroda, TesisProgram Pascasarjana Universitas NegeriSemarang.

Page 25: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

25

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KECEMASAN OLAHRAGA

))

Abstrak:Alat ukur baku dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang baik untuk mengukur tingkatkecemasan olahraga tampaknya belum ada di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan alatukur demikian yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik dan dapat diterapkan sesuai kondisidi Indonesia. Subjek penelitian (N=406) adalah seluruh atlet sepakbola pemula Kota BandaAceh. Metodepengembangan alat ukur ini dilakukan dengan dua kegiatan, yaitu: adaptasi instrumen, dan pengumpulanbutir baru melalui item pool dan screening of item pool (Q-sort). Selanjutnya alat ukur ini diuji cobakanmelalui dua tahap, yakni uji coba tahap pertama dilakukan pada 406 atlet KONI, dan uji coba tahap dilakukanpada 406 atlet KONI Provinsi Aceh. Data dianalisis melalui pengujian validitas, reliabilitas, dan analisisfaktor. Hasil penelitian menunjukkan tingkat validitas maupun reliabilitas skala kecemasan tersebut yangcukup tinggi, dan skala kecemasan olahraga yang terdiri atas 4 faktor dan 35 butir pernyataan ini dapatdipakai untuk mengukur kecemasan olahraga.

Kata Kunci:Pengembangan, Alat Ukur, Kecemasan Olahraga

PendahuluanPermasalahan mendasar yang dihadapi oleh

dunia persepakbolaan di Indonesia dan juga klubsepakbola pemula di Provinsi Aceh adalah hinggadewasa ini belum ada penerapan program pembinaanmental secara khusus dalam sistem pembinaan prestasiolahraga. Selain program pembinaan mental, belumjuga ditemui adanya alat ukur baku yang dapatdigunakan untuk mengukur tingkat kecemasanolahraga para atlet. Simpulan tersebut diperolehmelalui hasil pengamatan pada beberapa klubsepakbola pemula, serta didukung oleh hasilwawancara langsung dengan 20 atlet dan 5 pelatihKONI Aceh. Tidak adanya program pembinaan mentaldan instrumen pengukuran kecemasan bakumenyebabkan tidak terdeteksinya tingkat gangguankecemasan para atlet, sekalipun beberapa atletmengaku telah beberapa kali mengalami kecemasansaat menghadapi pertandingan.

Sampai saat ini tampaknya belum ada alat ukurkecemasan olahraga yang baku dengan tingkatvaliditas dan reliabilitas tinggi, yang dapat diterapkandi Indonesia sebagai alat untuk mengukur tingkatkecemasan olahraga. Sementara ini, khususnya dinegara Barat telah terdapat sekurang-kurangnyasepuluh instrumen kecemasan yang dapat digunakansebagai alat mengukur kecemasan olahraga secaravalid dan reliabel. Sayangnya, kesepuluh instrumentersebut dikembangkan dalam konteks yang berbedadengan latar belakang budaya Indonesia. Dalamkondisi seperti itu, instrumen tersebut tidak serta mertadapat dipergunakan untuk para atlet olahragaIndonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upayamengadaptasi, memodifikasi, dan mengembangkan

instrumen kecemasan olahraga yang dapat diperguna-kan secara valid dan reliabel agar dapat diterapkansesuai kondisi Indonesia. Dengan demikian,permasalahan pokok penelitian adalah apakahinstrumen tingkat kecemasan olahraga yangdikembangkan dapat digunakan oleh atlet Kota BandaAceh secara valid dan reliabel?"

Kerangka TeoritisKecemasan Olahraga

Secara umum, kecemasan dapat dibagi dalamdua kategori, yakni state anxiety dan trait anxiety.Ketakutan yang tidak proporsional terhadap satusituasi tertentu disebut dengan state anxiety. Jeniskecemasan ini merupakan kondisi emosi yang bersifatsementara dan berlangsung untuk suatu situasi tertentusaja. Jenis kecemasan berikutnya adalah trait anxiety,jenis kecemasan yang lebih menetap dan menyebar keberbagai aspek kehidupan individu. Individu merasacemas, kapan dan sehingga timbul rasa khawatir dantegang.

Terkait dengan olahraga, kecemasan yangtimbul saat pertandingan merupakan reaksi emosionalnegatif atlet ketika harga dirinya dirasa terancam. Halini terjadi apabila atlet menganggap pertandingansebagai tantangan berat untuk berhasil, mengingatkemampuan penarnpilannya. Kecemasan ini biasanyadipicu pula oleh karena atlet banyak memikirkanakibat dari kekalahannya. Kecemasan akan selaluterjadi pada diri individu apabila sesuatu yangdiharapkan mendapat rintangan sehingga kemungkinantidak tercapainya harapan menghantui pikirannya.Kecemasan olahraga adalah perasaan khawatir,gelisah, dan tidak tenang dengan menganggap

Page 26: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

26

pertandingan sebagai sesuatu yang membahayakan(Martens, Vealey, & Burton, 1990).

Unsur yang paling dominan menyebabkankecemasan adalah unsur kognitif yakni kekhawatirandan pikiran negatif bahwa proses dan hasilpertandingan dapat mengancam posisi atlet (Smith &Sarason, 1993). Anshel menjelaskan bahwa kecemasanolahraga menggambarkan perasaan atlet bahwasesuatu yang tidak dikehendaki akan terjadi (1997).Hal yang tidak dikehendaki misalnya atlet tampilburuk, lawannya dipandang demikian superior, atletakan mengalami kekalahan, kekalahan menyebabkandirinya dicemooh oleh teman-teman dan seterusnyamembentuk kecemasan berantai. Kondisi inimemberikan dampak yang sangat tidakmenguntungkan pada atlet apalagi jika rasa percayadiri atlet kurang tinggi. Atlet cenderung tampil kaku,bingung, dan gerakan-gerakannya menjadi kurangterkontrol dengan baik. Spielbelger (1972)rnenerjemahkan kecemasan sebagai takut mengalamikegagalan (fear offailure) atau takut menderitakekalahan. Spielbelger juga mendefinnisikan pikirannegatif berhubungan dengan anggapan mengenaibahaya yang akan menimpa diri.Sroufe (1996)mengemukakan bahwa remaja yang berada pada masamenuju kematangan mempunyai kemungkinan yangbesar untuk mengalami kecemasan. Pada masa ini,remaja digambarkan aktif menjelajahi berbagai pilihanuntuk menentukan identitas diri. Mereka masihkebingungan untuk menentukan identitas yang sesuaidengan dirinya sehingga emosi mereka sangat labil.sebagai akibatnya mereka sering keliru menanggapisuatu situasi.

Hasil penelitian Cratty (1973) mengenaifluktuasi anxietypada umur-umur tertentu memperolehsimpulan bahwa: (a) anxietyakan memuncak pada usiasekitar dua puluh tahun (late adolescent years), (b)pada usia sekitar tiga puluh tahun, anxietycenderunguntuk menurun, dan (c) setelah usia enam puluh tahun,anxietybiasanya mulai naik lagi. Anxietymemuncakpada umur dua puluhan karena mendekati puncak-puncak potensi fisik (physical potentials) yaitu tahunpaling produktif dalam karier seorang atlet.

Tidak dapat disangkal situasi pertandinganmemberikan pengaruh yang menekan pada atlet.Reaksi tersebut sangat bergantung pada atlet yangbersangkutan. Pada atlet yang sensitif (peka), situasiinidapat menimbulkan kecemasan. Sifat kecemasanolahraga juga berubah sesuaisituasi pertandingan, yaitusebelum, selama, dan mendekati akhir pertandingan.Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Cratty (1973)sebagai berikut. (a) Biasanya sebelum pertandingan,anxietynaik disebabkan oleh bayangan akan beratnyatugas atau pertandingan yang akan datang, (b) selamapertandingan, tingkat anxietybiasanya menurun karenaatlet telah beradaptasi dengan situasi pertandingan, dan

(c) mendekati akhir pertandingan, tingkat anxietybiasanya mulai naik kembali, terutama apabila skorpertandingan sama atau hanya berbeda sedikit saja.Dalam beberapa cabang olahraga yang durasinyaberlangsung untuk waktu yang lama sepertimenembak, panahan, dan beberapa nomor atletik,fluktuasi kecemasan atlet biasanya semakin tinggi.

Strategi Mengatasi Kecemasan OlahragaKecemasan olahraga menjadi suatu masalah

yang memerlukan jalan keluar. Jones dan Hardy(1990) mengemukakan bahwa pertandingan olahragaberlangsung dalam suatu lingkungan yang sangatmenekan sehingga kemampuan mengawasi tekanansangat penting. Para atlet boleh menggunakan berbagaistrategi dan keterampilan untuk mengatasi situasi-situas tersebut. Gunarsa (2004) menyatakan bahwauntuk membantu atlet yang mengalami kecemasandapat digunakan pendekatan konseling yang sesuaidengan karakteristik atlet tersebut ataupun yang sesuaidengan permasalahannya. Setyobroto (1989) jugamenyatakan bahwa untuk membantu memecahkanmasalah kecemasan yang dihadapi atlet, dapatdigunakan pendekatan psikologik dengan terapikonseling. Suinn (1990) menyarankan agar atlet diberiprogram konseling yang mengajarkan strategimengatasi kecemasan. Kecemasan olahragamerupakan gangguan emosi yang dihadapi oleh atletsehingga konseling sangat berperan dalam membantuatlet yang mengalami gangguan emosi denganmemberikan konseling berdasarkan pendekatan yangdapat dilaksanakan. Salah satu bentuk konselingadalah rational emotive behavior therapy.

Perangkat instrumen Kecemasan OlahragaBeberapa instrument kecemasan olahraga yang

telah dikembangkan untuk mengukur kecemasan atletdi antaranya adalah Taylor Manifest AnxietyScale(TMAS), Autonomic PerceptionQuestionnaire(APQ), Affective AdjectiveChecklist(AACL), Activation Deactivation Checklist(AD-ACL), Trait Anxiety Inventory(TAI), SportCompetition Anxiety Test(SCAT), State AnxietyInventory(SAI), Competitive State Anxiety InventoryI(CSAI I), Competitive State Anxiety InventoryII (CSAI11), dan Sport Anxiety Scale(SAS).Taylor ManifestAnxiety Scale (TMAS) dikembangkan tahun 1951(sitat dalam, 1989). Tes ini terdiri atas 50 butir denganalternatif jawaban ya/tidak. Instrumen ini jugadikembangkan untuk anak-anak yaitu ChildrenManifest Anxiety Scale(CMAS). AutonomicPerception Questionnaire(APQ) dikembangkan olehMendler dan Urviller (1958, sitat dalam Gunarsa,1989) yang terdiri atas tiga bagian. Affective AdjectiveChecklist(AACL) dikembangkan oleh Zuckerman(1960, sitat dalam Gunarsa, 1989). Instrumen ini

Page 27: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

27

terdiri dari 21 butir (sebelas butir digolongkan sebagaikecemasan yang positif dan sepuluh butir digolongkansebagai kecemasan yang negatif). ActivationDeactivation Checklist(AD-ACL) dikembangkanThayer (1967, sitat dalam Gunarsa, 1989) untukmengukur aktivitas melalui empat dimensi yangindependent. Trait Anxiety Inventory (TAI)dikembangkan oleh Spielbelger, Gorsuch,&Lushene(1970, sitat dalam Gunarsa, 1989) untukmengukur generalnon-transitory anxiety. Tes ini terdiriatas 20 butir. Sport Competition Anxiety Test(SCAT),ini dikenal untuk anak-anak dan untuk orang dewasa.Tes ini merupakan modifikasi dari TAI yangdikembangkan oleh Martens (sitat dalam Gunarsa,1989) dan terdiri atas 15 butir. Jawaban tes dalambentuk tiga skala Likert. State Anxiety Inventory(SAI)dikembangkan oleh Spielbelger (1970, sitat dalarnGunarsa, 1989). SAI dan TAI untuk, trait-A dianggapsebagai tes pasangan. Tes ini terdiri atas 21 pertanyaanyang dinilai dengan kata: "Perasaan saya...." Tes inimenggunakan empat tipe skala Likert. CompetitiveState Anxiety InventoryI (CSAI I), dibuat berdasarkanpenelitian Spielbelger (1970, sitat dalam Gunarsa,1989). Lima butir dari dua puluh butir SAI dipakaisebagai sub-skala. CSAI yang terdiri atas sepuluh butiryang berasal dari tes induk lalu dimodifikasi olehMartens. Competitive State Anxiety InventoryII (CSAIII) dikembangkan oleh Martens, Burton, Vealey,Smith, & Bump (1981, sitat dalam Gunarsa, 1989).Instrumen ini mengukur aspek state-A yangmultidimensional pada kompetisi (somatik, kognitif,dan rasa percaya diri). Pendekatan multidimensionalmemberi penjelasan yang lebih banyak tentang responseorang atlet terhadap situasi kompetisi. Tes ini terdiriatas 27 butir dan dijawab dalam bentuk empat skalaLikert. Terakhir, mengingat kebutuhan yang jelas bagisuatu ukuran multidimensi dari kecemasan kompetisiolahraga yang membedakan aspek kognitif darisomatik (badan) berdasarkan konsep tersebut, Smith,Smoll, & Schutz (1990) mengembangkan skalakecemasan olahraga (Sport Anxiety Scale, SAS).

Di antara kesepuluh contoh instrument yangada, SAS dinilai sebagai yang paling sesuai denganpenelitian kali ini, karena terkait langsung denganpengukuran kecemasan subjek. Penyusunan SASberawal dengan serangkaian kajian analisis faktor.Smith etal. (1990) memberikan suatu versi tiga puluhbutir dari skala itu pada atlet SMU pria dan wanita(N=451) dan pada suatu sampel lepas para pemainfootball antar-kampus (N=123). Hasil analisiskomponen-prinsip (principal-components, PC)penjajakan terpisah atas kedua himpunan datamenemukan tiga factor yang serupa. Meskipunanalisis-analisis penyelidikan ini menghasilkan faktor-faktor yang bisa ditafsirkan, delapan soal yangbermasalah dihapus dari skala tersebut. Smith etal.

(1990) kemudian memberikan ulang versi tiga puluhsoal dari SAS tersebut pada 384 atlet dari sampel SMUsemula dan memberikan suatu versi 22 soal terevisidari skala tersebut kepada suatu sampel terpisah yangterdiri etas 490 atlet SMU. Dengan menggunakanserangkaian analisis faktor penegasan (confirmatoryfactor analyses/CFA) kemungkinan maksimum, Smithetal. (1990) menemukan bahwa solusi yang palingcocok diberikan oleh suatu versi 21 soal yang terdiriatas tiga faktor dari skala tersebut. Versi akhir SASterdiri dari suatu sub-skala kecemasan somaticsembilan soal, sub-skala kecemasan sembilan soal, dansuatu sub-skala gangguan konsentrasi tiga soal.Tingkat-tingkat konsistensi internal yang dapatditerima menurut Cronbach (1951, sitat dalam Dunn,Wilson, &Syrotuik, 2000) bagi semua sub-skaladilaporkan oleh Smith etal. (1990) dari analisis-analisis terpisah atas kedua kumpulan data CFA:kecemasan somatik 0.880 dan O.920; khawatir, 0.820dan 0.860; serta gangguan konsentrasi, 0.074 dan0.810.

Meskipun SAS diakui sebagai instrumencompetitive trait anxiety(CTA) pilihan di kalanganbanyak psikolog olahraga tetapi para ahli psikometriktelah berulang-ulang memperingatkan para penelitiuntuk hati-hati dalam menyimpulkan bahwa strukturfaktor dan kompos isi faktor suatu instrumen itukonsisten antar-sampel, sebelum pengulangan atasusaha-usaha analisis faktor aslinya dilakukan(Gorsuch, 1983; Messick 1989; Pedhazur &Schmelkin, 1991). Gauvin dan Russel (1993) juga me-nganjurkan para peneliti psikologi olahraga mengulangbukti validitas asli mengenai alat pengukuran sebelumberlanjut menggunakan alat tersebut dalam situasi-situasi riset, sekalipun tidak ada perbedaan budayaatau bahasa antara sampel-sampel validitas aslinya danpopulasi sasaran yang dipilih. Mengingat keterbatasanketersediaan bukti-bukti empiris yang terbatas yangmendukung komposisi dan struktur faktor SAS,tampaknya masuk akal untuk mengisyaratkan bahwadibutuhkan lebih banyak bukti validitas mengenaistruktur laten dari instrumen tersebut. Dunn et al,(2000) telah melakukan studi untuk menyelidiki danmemastikan komposisi dan struktur faktor dari SASmenggunakan tiga kumpulan data yang diperolehdalam proyek-proyek riset mandiri. Sekalipun hasilyang diperoleh cukup memuaskan, tetapi instrumentersebut belum tentu dapat mengukur kecemasanolahraga di Indonesia secara valid dan reliabel, karenabelum tentu sesuai dengan karakteristik kepribadianatlet Indonesia. Oleh karena itu, penulis ingin mencobamengembangkan instrumen kecemasan olahraga yangvalid dan reliabel untuk atlet Indonesia.

Page 28: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

28

Prosedur PenelitianVariabel penelitian adalah kecemasan olahraga.

Kecemasan olahraga didefinisikan sebagai keadaancemas, gelisah, dan tidak tenang dengan menganggappertandingan sebagai sesuatu yang membahayakan.Dalam penelitian ini, kecemasan olahraga diwakilidengan skor angket kecemasan olahraga hasil adaptasidari tes SAS. Instrumen ini meliputi empat aspekkecemasan olahraga, yaitu: motorik, afektif, somatik,dan kognitif.

Skala kecemasan olahraga ini merupakansejumlah butir pernyataan yang menggambarkangejala dan gangguan kognitif, afektif 'somatik, danmotorik yang dialami atlet saat menghadapipertandingan; gejala dan gangguan ini merupakanindikasi kecemasan, serta skala kecemasan olahragaini dirancanng dalam bentuk self report(laporan diri)(Stodolsky, 1985). Tujuannya ialah agar subjekmengungkapkan pikiran dan perasaannya sesegeramungkin setelah menghadapi pertandingan.

Penelitian ini melibatkan para atlet dari enamklub sepakbola pemula Kota Banda Aceh. Jumlah totalsubjek penelitian adalah 406 atlet dan 6 orang pelatih.Rincian subjek penelitian adalah sebagai berikut.Tahap wawancara sebanyak 18 atlet dan 6 orangpelatih, tahap grup nominal sebanyak 84 atlet, tahapQ-sort sebanyak 8 orang ahli, dan tahap uji coba satusebanyak 406 atlet KONIAceh. Uji coba tahap keduadilakukan pada atlet KONIpemula Provinsi Aceh,dengan populasi yang terdiri atas 30 Pengurus Cabangdan sejumlah 406 atlet. Subjek uji coba tahap keduahanya 30 Pengurus Cabang dengan 406 atlet.Pemilihan subjek penelitian dilakukan, dengan teknikpengambilan subjek berumpun (clusteredsampling)dengan teknik purposive sampling.

Dalam penelitian ilmiah ada tiga jenisinstrumen yang paling sering dipakai, yaitu angket, tesdan skala nilai (Hadi, 1991:1). Lebih lanjut Hadimenjelaskan: "Angket digunakan untuk menyelidikipendapat subjek mengenai hal atau untukmengungkapkan keadaan pribadi responden. Tesdigunakan untuk mengungkapkan karakteristikindividu, khususnya kemampuan, bakat, minat, sikapdan kepribadian." Skala nilai digunakan untuk menilaikeadaan pribadi orang lain atau mengenai sesuatu haltertentu, Berdasarkan penjelasan tersebut, ketigabentuk instrument baik tes, angket maupun skalai nilaimemiliki kesamaan, terutama dari tujuan penelitian.Oleh sebab itu, instrumen kecemasan olahraga KONIAceh berisi pernyataan dengan skala penilaian berkisar1 (satu) sampai 4 (empat) sesuai model yangdikembangkan oleh Likert. Penggunaan skala nilai 1sampai 4 diharapkan dapat memamahi salah satupersyaratan panting yang harus dimiliki oleh suatuinstrumen penelitian yaitu ketelitian, di sampingkesahihan dan keterandalan (Hadi, 1991).

Atlet diminta untuk merespon butir pernyataanitu sesuai dengan yang dialaminya dengan memilihbutir yang paling sesuai dengan dirinya pada saatmenghadapi pertandingan. Alternatif jawabanresponden telah ditentukan dengan menggunakan skalaLikert yakni; "Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), AgakSesuai (AS), dan Tidak Sesuai (TS)." Pemberian skoruntuk skala kecemasan olahraga disesuaikan denganjawaban butir pertanyaan, yakni: SS = 4, S = 3, AS =2, TS = 1. Penentuan tingkat kecemasan tes didasarkanpada skor yang tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1.Klasifikasi Tingkat Kecemasan BerdasarkanSkor Setiap SkalaJenisInstrumen

Tingkat Kecemasan

RendahAgak

RendahAgakTinggi

Tinggi

SkalaKecemasan Olahraga

1-22 23-44 45-66 67-88

Prosedur pengembangan instrumen padapenelitian ini mengikuti Costin (1989) yangmengemukakan, bahwa kecemasan mempengaruhiaspek kepribadian individu dan bersifat: cognitive(cognitively), affective (affectively), somatic(somatically),dan motoric (motorically). Upaya initerbagi menjadi dua tahap, yaitu: (1) mengadaptasiinstrumen Sport Anxiety Scale (SAS) yangdikembangkan oleh Smith, Smoll, dan Schutz (1990),dan (2) proses pengumpulan butir baru.

Proses adaptasi terhadap instrumen SAS yangdikembangkan oleh Smith, Smoll, dan Schutz (1990)melalui dua tahap, yaitu: menerjemahkan instrumentersebut ke dalam bahasa Indonesia dan memintabantuan teman sejawat untuk memeriksa terjemahantersebut, selanjutnya mengonsultasikan hasilterjemahan tersebut kepada ahli.

Pengumpulan butir baru dilakukansebagaimana telah disarankan oleh Mutohir (1986,1987, 1994). Pengumpulan butir-butir baru meliputiempat tahap, yaitu: (a) pengumpulan bakal butir, (b)pemilihan butir butir, (c) penyusunan skala, dan (d)penguji cobaan instrumen.

Pengumpulan bakal butir.Bakal bulirdikumpulkan melalui dua cara, yaitu wawancara danproses grup nominal. Teknik wawancara meliputi studipendahuluan terhadap 18 orang atlet dan 6 orangpelatih klub sepakbola pemula Kota Banda Aceh.Untuk mempermudah teknik wawancara, penelitimembuat panduan wawancara. Wawancara tersebutbertujuan mengenali gejala dan gangguan yang dialamiatlet saat menghadapi pertandingan. Hasil wawancaradicatat dan digunakan untuk melengkapi teknik prosesgrup nominal.

Page 29: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

29

Pengumpulan bakal butir kedua dilakukandengan teknik proses grup nominal. Teknik inidikembangkan oleh Delbecq dan Vande Ven sejakl971. Teknik ini memberi kesempatan kepada setiappeserta diskusi untuk berpartisipasi aktif secarabergantian sesuai giliran. Setiap peserta dimintamenuliskan pendapat mereka pada secarik kertas.Pendapat ini akan dinilai oleh setiap anggotakelompok secara anonim untuk menjamin kebebasanberpendapat (Sample, 1984).

Teknik grup nominal dilakukan pada atletsepakbola pemula Kota Banda Aceh yang berjumlah84 atlet atau 20 persen dari seluruh jumlah atlet KONIAceh. Langkah-langkah teknik grup nominal dalammengumpulkan bakal butir telah disederhanakanMutohir (1987) menjadi dua tahap. Tahap pertama,para atlet dikumpulkan dalam satu ruangan danmereka masing-masing diminta untuk menulis padakertas yang disediakan tentang gejala serta gangguanyang dialami atlet saat menghadapi pertandingan.Tahap kedua, hasil adaptasi dan hasil wawancaradengan atlet dan pelatih digunakan dalam prosesdiskusi kelompok. Hasil wawancara selanjutnyadiklasifikasi secara bersama antara peneliti dengananggota grup Q-sort menurut empat sub-dimensi yangtelah ditentukan sebelumnya.

Pemilihan butir-butir (screening of itempool)dengan teknik Q-sort. Sesuai dengan pendapatMutohir (1986, 1987, 1994), proses pemilihan butir(screening process of item pool) dilakukan untukmereduksi butir-butir yang mencerminkan gejala dangangguan kecemasan olahraga. Untuk seleksi butirdilakukan dengan kegiatan "Q-sort" dan "analisisfaktor." Kegiatan Q-sort dilakukan melaluipengumpulan setiap butir dan ditulis dalam kertasukuran 5 x 5 cm. Prosedur kegiatan Q-sort adalah: (1)menentukan anggota kelompok Q-sort (penelitidibantu oleh 8 orang dosen FKIP Unsyiah, 5 orangdosen jurusan pendidikan olahraga dan 3 orang dosenjurusan pendidikan bimbingan konseling), (2)pemberian penjelasan tentang pengertian dan tujuan Q-sort kepada para anggota, dan (3) penyaringan butir-butir oleh anggota kelompok untuk setiap dimensimenjadi tiga kategori menurut kepentingannya, yaitu:"amat penting", "cukup penting", dan "tidak penting."Kriteria penyaringan adalah kejelasan dimensi yangdiwakili dan penilaian derajat kepentingan butir olehmayoritas anggota grup Q-sort (>60%). Melalui tahapini, diperoleh dan disepakati 54 gejala dan gangguankecemasan olahraga yang dinilai paling penting.

Penyusunan skala (construction ofscales).Instrumen yang dikembangkan pada penelitianini diharapkan dapat berfungsi sebagai diagnosticfeedbacksehingga sekalipun memiliki cakupan yangluas, instrumen tersebut tetap harus memuat butir-butirspesifik untuk dapat mengukur gejala dan gangguan

yang dialami atlet sewaktu bertanding secara reliabeldan valid. Oleh sebab itu instrumen disusun melaluiprosedur-prosedur tertentu sehingga dapatdipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik adaptasi,pengumpulan butir, seleksi butir, uji coba danpenyusunan skala penilaian.

Penguji-cobaan skala.Pada tahap awal,dilakukan penetapan dimensionalitas instrumenmelalui factorial validity. Tahap ini bertujuanmengenali faktor-faktor utama yang merupakan gejaladan gangguan kecemasan olahraga menurut atlet.Penyusunan skala meliputi: (1) analisis butir, (2)reliabilitas instrumen, (3) analisis factor, dan (4)penyusunan skala penilaian. Semua tahapan tersebutbertujuan untuk menghasilkan instrumen handal untukmengungkap tingkat kecemasan olahraga.

Data yang telah dikumpulkan selanjutnyadikategorikan dan dianalisis baik secara kualitatifmaupun kuantitatif. Data kualitatit digunakan agardapat lebih menjelaskan permasalahan yang dibahassecara naratil. Sedangkan data kuantitatif dianalisisdengan menggunakan teknik-teknik statistik.

Butir-butir yang dikumpulkan sebagai indikatorgejala dan gangguan kecemasan yang telah diperolehmelalui adaptasi, wawancara, proses grup, seleksi dankategori dengan menggunakan Q-sort akan menjadibutir-butir yang digunakan dalam proses uji coba.Selanjutnya hasil uji coba instrumen dianalisis denganteknik statistik berikut ini. (a) Analisis validitas butirdengan menggunakan kolerasi, (b) Analisis reliabilitasdengan menggunakan Alpha Cronbach,(c) Analisisifaktor analisis dengan menggunakan, "teknik PrincipalAxis Factoring dan Rotation Method Oblimin withKaiser Normalization." Seluruh analisis dilakukandengan menggunakan bantuan komputer melaluiprogram Statistical Package for Social Sciences(SPSS)(Nie, 1975).

Penelitian pengembangkan alat ukurkecemasan olahraga dilaksanakan pada atlet danpelatih sepakbola pemula di Provinsi Aceh.Waktupelaksanaannya mulai bulan Mei sampaiOktober 2014, dengan rincian waktu pelaksanaan,yakni tahap observasi dilaksanakan pada bulan Mei2014, tahap wawancara, teknik grup nominal, Q-sort,dan uji coba dilaksanakan pada bulan Septembersampai Oktober 2014.

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian,peneliti menghubungi pelatih semua klub yangmenjadi subjek penelitian untuk memperoleh izinuntuk mendekati pemain mereka untuk ikut dalampenelitian ini. Keikutsertaan ini bersifat sukarela danpersetujuan tertulis diperoleh dari tiap atlet sebelumpengumpulan data. Peneliti melakukan pertemuandengan atlet sesuai dengan jadwal yang ditentukanoleh masing-masing pelatih. Selanjutnya penelitimelakukan tahap-tahap, yakni wawancara,grup

Page 30: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

30

nomimal, Q-sort, dan pernbagian skala kecemasanolahraga kepada subjek pada tahap uji coba.

Berdasarkan hasil pengolahan data, dari 54butir pernyataan ternyata ada delapan butir pernyataanyang tidak sahih (p>0.05). Dengan demikian delapanbutir tersebut tidak diikutsertakan ke dalam instrumentpenelitian, sehingga instrumen penelitian ini hanyaterdiri atas 46 butir pernyataan. Beberapa butir yangtidak diikutsertakan dalam alat ukur penelitian iniadalah butir 5 (sering mencabut-cabut rambut), 8(sering mengatup geraham), 19 (merasa kehilanganenergi), 24 (memikirkan tentang tampilan buruk), 42(menjadi pendiam), 43 (banyak berbicara), 50 (seringmengigit bibir), dan 54 (merasa tidak nyaman). Ujireliabilitas dengan menggunakan formula Space Savermenunjukkan, bahwa keempat faktor memilikikoefisien reliabilitas dengan alpha antara 0.531 sampaidengan 0.856, sedangkan r tabel’ dengan db = 404pada taraf signifikansi 5% didapat sebesar 0.041.Dengan demikian, keempat faktor memenuhipersyaratan pengujian yaitu r hitung harus lebih besaratau sama dengan r tabel’ maka instrumen tersebutakan memberikan hasil yang, dapat dipercaya (andal).

Setelah diadakan uji coba, diperoleh 46 butirpernyataan dengan memiliki tingkat validitas danreliabilitas yang tinggi. Selanjutnya ke-46 butirpernyataan tersebut dijadikan instrumen untukmengukur tingkat kecemasan atlet KONIpemula diProvinsi Aceh. Hasil uji coba tahap kedua instrumenkecemasan olahraga dikenakan pada subjek 1000 atletpada atlet KONIProvinsi Aceh, selanjutnya dianalisiskembali. Hal ini untuk menjawab apakah instrumenkecemasan olahraga yang dikembangkan pada atletKONIpemula Kota Banda Aceh dapat digunakan olehatlet secara valid dan reliabel? Data hasil uji cobatahap kedua dianalisis dengan menggunakan ujianalisis butir, uji reliabilitas dan analisis faktor. Hasilanalisis tersebut sebagai berikut.

Berdasarkan hasil pengolahan data, ternyata 46butir pernyataan seluruhnya sahih. Keempat puluhenam butir tersebut diikutsertakan dalam instrumenpenelitian. Oleh karena, nilai probabilitas ke 46 butirtersebut lebih kecil dari 0.05. Adapun uji reliabilitasdengan menggunakan formula SpaceSavermenunjukkan, bahwa keempat faktor memilikikoefisien reliabilitas dengan alpha antara antara 0.631sampai dengan 0.823, sedangkan r table dengan db =404 pada taraf signifikansi 5% didapati sebesar 0.041.Dengan demikian, keempat faktor tersebut memenuhipersyaratan pengujian (r hitung harus lebih besar atausama dengan r tabel). Oleh sebab itu, instrumentersebut dinilai dapat memberikan hasil yang dapatdipercaya (andal), untuk selanjutnya melalui prosesanalisis faktor.

Uji KMO and Bartlett's Test. Uji KMO andBartlett's test dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel dan sampel yang ada dapat dianalisis lebihlanjut atau tidak. Adapun hasil uji KMO and Bartlett'stest adalah 0.734 dengan signifikansi p<0.001. Olehkarena angka tersebut sudah di atas 0.50 dansignifikansi jauh di bawah 0.05, variabel dan sampelyang ada dapat dianalisis lebih lanjut.

Uji anti-image matrices. Uji anti-imagematricesatau anti-image correlationdilakukan untukmengetahui butir yang masuk dalam faktor dan butiryang tidak masuk dalam faktor. Adapun hasil uji anti-image correlationternyata dari empat puluh enam butiryang ada hanya empat puluh satu butir yang masukdalam faktor dan lima butir tidak masuk dalam faktor,antara lain adalah butir-butir 3 (mudah jengkel), 4(kurang bergairah), 14 (pesimis), 37 (khawatir tentangpencapaian tujuan), dan 44 (merasa malu). Hal inidisebabkan hasil measure of'sampling adequacyyangdiperoleh lebih kecil daripada 0.50.

Tabel 2. Muatan faktor keempat puluh satu butirinstrumen

Keterangan Muatanfactor >0,300 &hanyamuatanmunculpada satufaktor

MuatanFaktor >0,300tetapimunculpadabeberapafaktor

Muatanfaktor >0,300

NomorButir

52, 18, 13,35, 39, 32,36, 28,29, 25, 21,48, 1, 26,22, 31,41, 23, 49,20, 47, & 9

30, 11, 6,40, 51, 38,10,27, 33, 2,12, 45,53, & 46

34, 17, 15,16, & 7

Berdasarkan hasil analisis faktor dari 41 yangtersebar menjadi empat faktor, ternyata dari beberapakali melakukan analisis faktor, hanya 22 butir yangmemiliki muatan faktor lebih besar dari 0.30 padapattern matrix dan sekaligus hanya muncul pada satufaktor. Terdapat enam butir memiliki muatan faktorlebih kecil dari 0.30 pada pattern matrix. Selain itu,terdapat pula 13 butir yang memiliki muatan faktorlebih besar dari 0.30 tetapi muncul pada beberapafaktor. Butirbutir yang memiliki muatan faktor lebihkecil dari 0.30 dan muncul pada beberapa faktordigugurkan. Hasil akhir dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.

Page 31: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

31

Tabel 3.Hasil Uji Pattern MatrixButir 1

Motorik

Faktor2

Afektif3

Somatik4

Kognitif

25. Cepat putus asa. .66621. Sembrono. .671

48.Memiliki keraguandiri.

.694

1.Jantung berdebar-debar keras.

.343

26.Selalu ingin buang airkecil.

.631

22.Mengalamiketegangan.

.733

31.Pernafasan tidakteratur.

.738

41. Sering minum air. .88123. Berkeringat dingin. .71149. Suka tidur. .799

20.Memikirkan tidak bisaberkonsentrasi.

.567

47.Berpikir tentang haltidak berhubungan.

.496

9.Pikiran negatifmengganggukonsentrasi.

.364

52.Raut muka dan dahiberkerut.

.695

18. Gemetar. .93313. Kaki terasa berat. .497

35.Sering menggaruk-garuk kepala.

.676

39. Otot-otot sakit. .794

32.Sering jalan mondar-mandir.

.632

36. Badan lesu. .33928. Tubuh terasa kaku. .722

29.Mengalamiketegangan otot(krem).

.562

ExtractionMethod:Principal AxisFactoringRotationMethod:Oblimin withKaiserNormalization

Factor correlation matrix.Nilai-nilai yangdiperoleh dari korelasi berdasarkan nilai analisisfaktor, terlihat dengan jelas bahwa muatan faktor dari22 butir yang terdistribusi pada 4 faktor dan masing-masing butir bermuatan secara signifikan pada faktoryang ditargetkan untuk diukur. Tampak faktor-faktordalam Skala kecemasan olahraga saling berkorelasisatu dengan yang lain, walaupun secara analisis faktormasing-masing faktor tampak jelas mengukur dimensikecemasan yang harus diukur. Adapun factorcorrelation matrix hasil analisis faktor dapat dilihatpada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Hasil factor correlation matrixFactor 1

Motorik2

Afektif3

Somatic4

Kognitif1Motorik

1.000 .481 .417 .508

2Afektif

.481 1.000 .424 .403

3Somatik

.417 .424 1.000 .412

4Kognitif

.508 .403 .412 1.000

Extraction Method: Principal Axis FactoringRotation Method: Oblimin with Kaiser Normalization

Hasildan Pembahasan PenelitianSecara singkat, pengembangan instrumen

kecemasan olahraga ini melalui dua kegiatan, yaknikegiatan adaptasi dan kegiatan pengumpulan butir-butir baru dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)wawancara, (2) grup nominal, dan (3) grup Q-sort.Selanjutnya instrumen tersebut diuji cobakan sebanyakdua tahap, yakni uji coba satu dan uji coba dua. Hasiluji coba selanjutnya dianalisis dengan menggunakanpengujian validitas, reliabilitas, dan analisis faktor.

Berdasarkan hasil analisis, dapat dilihat faktordan butir yang mencerminkan faktor-faktor gejala dangangguan kecemasan olahraga yang diikutsertakandalam skala kecemasan olahraga adalah sebagaiberikut.

Faktor motorik.Berdasarkan hasil pengujianvaliditas, pengujian reliabilitas, dan analisis faktorhanya sembilan gejala dan gangguan dari faktormotorik yang mencerminkan gejala dan gangguankecemasan olahraga yang diikutsertakan dalam skalakecemasan olahraga. Adapun gejala dan gangguankecemasan olahraga tampak pada diri atlet melaluikeadaan raut muka dan dahi berkerut, gemetar, kakiterasa berat, sering menggaruk-garuk kepala, otot-ototsakit, sering jalan mondar-mandir, badan lesu, tubuhterasa kaku, dan mengalami ketegangan otot. Faktormotorik adalah faktor pertama dalam kecemasanolahraga dengan korelasi antara skor butir dengan skorfaktor terletak pada rentang 0.946 sampai 0.358.

Faktor afektif.Berdasarkan hasil pengujian,validitas, pengujian reliabilitas, dan analisis faktorhanya tiga gejala dan gangguan dari faktor afektif yangmencerminkan gejala dan gangguan kecemasanolahraga yang diikutsertakan dalam skala kecemasanolahraga. Adapungejala dan gangguan kecemasanolahraga tampak pada diri atlet melalui pengakuanatlet seperti merasa cepat putus asa, sembrono, danmemiliki keraguan diri. Faktor afektif adalah faktorkedua dalam kecemasan olahraga dengan korelasiantara, butir dengan skor faktor terletak pada rentang

Page 32: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

32

0.773 sampai 0.654.Faktor somatik.Berdasarkan hasil pengujian

validitas, pengujian reliabilitas, dan analisis faktorhanya tujuh gejala dan gangguan dari faktor somatikyang mencerminkan gejala dan gangguan kecemasanolahraga yang diikutsertakan dalam skala kecemasanolahraga. Adapun gejala dan gangguan kecemasanolahraga tampak pada diri atlet dalam keadaan jantungberdebar-debar keras, ingin buang air kecil, mengalamiketegangan, pemafasan tidak teratur, sering minum air,berkeringat dingin, dan sukar tidur. Faktor somatikadalah faktor ketiga dalam kecemasan olahraga dengankorelasi antara skor butir dengan skor faktor terletakpada rentang 0.861 sampai 0.392.

Faktor kognitif.Berdasarkan hasil pengujianvaliditas, pengujian reliabilitas, dan analisis faktorhanya tiga gejala dan gangguan dari faktor kognitifyang mencerminkan gejala dan gangguan kecemasanolahraga yang diikutsertakan dalam skala kecemasanolahraga. Adapun gejala dan gangguan kecemasanolahraga tampak pada diri atlet dalam wujud tidak bisaberkonsentrasi, berpikir tentang hal-hal yang tidakberhubungan, dan pikiran negatif yang mengganggukonsentrasi. Faktor kognitif termasuk faktor keempatdalam kecemasan olahraga dengan korelasi antara skorbutir dengan skor faktor terletak pada rentang 0.501sampai 0.334.

Berdasarkan hasil reduksi, pengujian validitas,pengujian reliabilitas, dan analisis faktor, dapatdisimpulkan dari sekian banyakbutir yang dirancanguntuk skala kecemasan olahraga setelah melaluireduksi dan analisis statistik hanya 22 butir pernyataanyang terdiri atas 4 faktor yang dapat dipakai untukskala kecemasan olahraga yang memiliki tingkatkesahihan yang sedang serta memiliki tingkatketerandalan yang tinggi.

Di samping itu, mengingat kebutuhan yangjelas terhadap aspek multidimensi suatu instrumenyang bisa membedakan aspek-aspek kecemasanolahraga, skala ini disusun atas empat dimensikecemasan olahraga, yakni dimensi motorik, dimensiafektif, dimensi somatik, dan dimensi kognitif Adapunskala kecemasan olahraga (SKO) tersebut di bawahini.

Tabel 5. Skala kecemasan olahraga

No. Butir Pernyataan SS S AS TS

1. Jantung saya berdebar-debar kerassaat menghadapi pertandingan.

2. Tubuh saya kaku saat menghadapipertandingan.

3. Pikiran-pikiran negatif mengganggukonsentrasi saya saat pertandingan.

4. Saya sukar tidur saat menghadapipertandingan

5. Kaki saya berat saat menghadapipertandingan.

6. Saya gemetar saat menghadapipertandingan.

7. Saya memikirkan tidak akan mampuberkonsentrasi saat pertandingan.

8. Saya sembrono saat pertandingan.9. Saya mengalami ketegangan saat

menghadapi pertandingan.10. Saya berkeringat dingin saat

menghadapi pertandingan.11. Saya cepat putus asa saat

pertandingan, apabila berada dalamkeadaan tertekan.

12. Saya selalu ingin buang air kecil saatmenghadapi pertandingan.

13. Saya mengalami ketegangan otot(krem) saat pertandingan.

14. Saya memiliki keraguan diri saatpertandingan.

15. Pernafasan saya tidak teratur saatmenghadapi pertandingan.

16. Saya sering jalan mondar-mandir saatmenghadapi pertandingan.

17. Saya sering menggaruk-garuk kepalasaat menghadapi pertandingan.

18. Badan saya lesu saat menghadapipertandingan.

19. Otot-otot saya sakit saat menghadapipertandingan.

20. Saya sering minum air saatmenghadapi pertandingan.

21. Saya menemukan diri saya berpikirtentang hal yang tidak berhubungansaat pertandingan.

22. Raut muka dan dahi saya berkerutsaat menghadapi pertandingan.

KesimpulanHasil penelitian kali ini menunjukkan bahwa

skala kecemasan olahraga yang terdiri atas empatfaktor dan 22 butir pernyataan sudah dapat dinilaivalid dan reliabel untuk mengukur kecemasanolahraga. Instrumen kecemasan olahraga yangdikembangkan di Provinsi Aceh sudah memperolehreplikasi kelayakan dan keandalan. Bagaimanapunjuga instrumen kecemasan olahraga tersebut masihperlu dikembangkan dan diujicobakan kepada subjekyang berbeda sehingga benar-benar memperolehimplikasi kelavakan dan keandalan untuk digunakanpada situasi penelitian yang lebih luas.

Penelitian pengembangan instrumen kecemasanolahraga ini masih memiliki beberapa kelemahan,antara lain adalah: (1) analisis faktor yang masihterbatas pada tahap penggunaan analisis faktorpenyelidikan (exploratory factor analyses/ EFA),belum sampai pada tahap analisis faktor penegasan(confirmatory factor analyses/CFA), dan (2)pelaksanaan uji coba tahap satu dan dua seharusnyadilakukan setelah menghadapi pertandingan (subjekharus bertanding sebelum menjawab angket), tetapidalam pelaksanaannya subjek curna dikondisikanuntuk mereview kembali tentang gejala dan gangguanyang subjek rasakan saat menghadapi lawan yangpaling tangguh.

Page 33: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

33

Daftar PustakaAnshel, M.H (1997)Sport psychology: From theory to

practice. Scottsdale,AZ:GorsuchScarisbrick.

Anastasi, A, & Urbina, S (1997)Psychological testing(7th edition). Toronto: Prentice-Hall, Inc.

Bender, W.N (1992)Learning disabilities:Characteristic, identifications, and learningstrategies. Boston: Allyn and Bacon.

Cratty, B.J (1973)Psychology in contemporary,sport.New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Costin, F. & Draguns, J. G (1989) Abnormalpsychology: Patterns, issues, andinventions. New York: John Wiley & Sons.

Dunn, J. G. H., Wilson, P., & Syroruik, D. G (2000)Reexamining the factorial composition andfactor structure of the sport anxiety scale.Journal of Sport and Exercise Pscyhology,22,183-193.

Gazpersz, V (1992)Teknik analisis dalam penelitianpercobaan.Jilid 1 dan 2, Bandung. Gauvin,L. & Russel, S.J. (1993). Sport-specific andculturally adapted measures in sport andexercise psychology research: Issues andstrategies. In M. Murphey & L.K. Tennant(Eds.), Handbook of research on sportpsychology(pp. 891-900). New York:Macmillan.

Gorsuch. R. L (1983)Factor analyses(2"led.).Hillsdale. NJ: Erlbaum

Gunarsa, S.D (1989)Psikologi olahraga. Jakarta: PT.Gunung Mulia.

Gunarsa, S.D. (2004, 8 Mei). Latihan mentalterlupakan[on-line]. Diambil 8 Juli 2004,darihttp://www.kompas.com/kompas%2Dcetak/0405/08/or/10 13124.htm

Hadi, S (1991)Analisis butir untuk instrumen angkettes dan skala nilai dengan Basic.Yogyakarta: Andi Offset.

Hardy, L., Jones, G., & Gould, D(1996)Understanding psychologypreparation for sport: Theory and practiceof elite performers. Chichester: Wiley.

Martens, R., Vealey, R. S. & Burton, D(1990)Competitive Anxiety inSport.Champaign, Illinois: Human Kinetics.

Messick, S. (1989). Validity. In R.L. Linn (Ed.).Education measurement(3rd ed., pp. 1317).New York: Amereican Council onEducation.

Mutohir, T. C (1986)The Development andexamination of student evaluation ofteaching a effectiveness in an Indonesian

higher education setting.Thesis,unpublished, Australia MacquarieUniversity, Sydney.

Mutohir, T. C (1987)Laporan penelitianpengembangan instrumen evaluasiefektifitaspengajaran di perguruan tinggi(suatu rintisan).Surabaya, Pusat PenelitianIKIP Surabaya, Depdikbud.

Mutohir, T. C (1994)Evaluasi keefektivan pengajaranstudi kasus di IKIP Surabaya.

Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan No. 73/ThXVI/7/1994. IKIP Surabaya.

Nie, N_ H., Hull, C. H., Jenkins. J.G., Steinbrenner, 'K., & Bent, D. H. (1975). Statisticalpackage for social sciences.New York:McGraw-Hill.

Pedhazur, E.J. & Schmelkin, L.P (1991)Measurement,design, and analysis: An integratedapproach.Hillsdale, NJ: Lawrence ErlbaumAssociates.

Sample, J.A (1984) Nominal group technique: Analternative to brainstorming. Journal ofExtension, 22 (2). Retrieved July 8, 2064,from: http:/'/'www.joe.org/ foe 1984 march/iw2. html.

Setyobroto, S (1989)Psikologi olahraga.Jakarta:Anem Kosong Anem.

Sroufe, L. Alan, Cooper, Robert G., and Ganie B.DeHart. Child developinent, Its nature andcourse.New York: McGraw. Hill

Smith, R.E. & Sarason, I.G (1993)Psychologythefrontiers of behavior.New York: Harper& Row Publisher.

Smith, R. E., Smoll, F. L, & Schutz. R. W. (1990).Measurement and correlates ofsportspecific cognitive and somatic trait anxiety:The sport anxiety scale. Anxiety Research,2, 263280.

Spielberger, C.S (1972) Theory and research onanxiety: Anxiety behaviour.Academic press.

Stodolsky, S (1985) Telling math: Origin of mathaversion and anxiety. EducationalPsyhologist, 3, 125-133.

Sumn, R.M (1990) Visual motor behaviour rehearsalfor adaptive behaviour. In Krumboltzand C.Thoresen (Eds.). Counseling methods(unpublised).New York: Holt, RinehartWinston.

Suryabrata, S (1999)Pengembangan instrumenpsikologis.Direktoral Jenderal PendidikanTinggi, Depdikbud.

Page 34: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

34

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI BOLA VOLI MELALUI METODEPRAKTEK SISWA KELAS X-1 SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM

Abdul Manaf*)

Abstrak:Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bolaVoli melalui metode praktek. Penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri 1 Baitussalamtahun ajaran2012/2013. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai awal bulan September sampai dengan akhir bulanNovember 2012 pada semester genap. Sumber data berasal dari siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Baitussalam.Alat pengumpulan data berupa butir soal test dan lembar instrumen aktivitas siswa. Validasi data yangdiperlukan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data skunder. Data Primer terdiri dariobservasi aktivitas siswa, dan data skunder terdiri dari nilai hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes hasilbelajar. Analisa data menggunakan metode statistik deskriptif persentase. Indicator kinerja digunakan untukmengukur keberhasilan tiap-tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian terdiri dari duasiklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa mencapai 85,4%.

Kata Kunci:Prestasi Belajar,Olahraga, Bola Voli, Metode Parktek

PendahuluanKegiatan olahraga yang dilakukan pada siswa

SMA Negeri 1 Baitusslam secara baik dan benarmemiliki dampak positif dalam perkembangan siswabaik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.Kegiatan olahraga pada siswa selain memberimanfaat kesehatan fisik juga dapat meningkatkankemampuan berpikir dan sosialisasi siswa di berbagaibidang.

Perkembangan olah raga saat ini semakinsemarak. Berbagai cabang olah raga mulai diminatioleh siswa baik di kota maupun di daerah. Antusiassiswa SMA negeri 1 Baitussalam terhadappembelajaran olahraga di tunjukkan dengandukungan mereka saat pembeljaran berlangsung,tetapi masih bermain tampa ada teknik yang benar.

Banyak cabang-cabang atletik diperlombakanbaik tingkat nasional maupun internasional. Berbagaikejuaraan olahraga baik yang diselenggarakan didaerah maupun di ibukota selalu dipadati olehpenonton, misalnya liga sepak bola Indonesia (LigaDjarum). Para seporter masing-masing kesebelasanmemberikan dukungan moril maupun materiil kepadakesebelasan kesayangannya. Tak hanya sepak bolacabang olah raga yang lain seperti badminton, bolavoli, basket, tenis lapangan dan tenis meja jugasemarak di berbagai penjuru tanah air.

Mencermati fenomena diatas tepat sekalikirannya bahwa saat ini olahraga telah menempatiruang khusus pada masyarakat Indonesia. Olahragamenjadi bukan sekedar kebutuhan namun jugahiburan yang layak di tonton. Jika dahulu piminatolahraga hanya di dominasi oleh para lelaki dewasasaat ini para wanita dan anak – anak kecil pun juga

menaruh minat yang sangat besar kepadaperkembangan olahraga.

Kepedulian masyarakat kepada olahraga jugaditunjukkan dengan pembinaan atlet – atlet daerah.Kerjasama dengan pemerintah di daerah masing-masing bibit-bibit unggul yang dimiliki masing-masing daerah didik untuk mampu menjadi atletberprestasi baik ditingkat daerah, propinsi maupuntingkat nasional hingga internasional. Maka tidakmengherankan apabila di daerah mulai bermunculanclub – club olahraga kecil maupun besar dariberbagai cabang olahraga.

Sekolah merupakan lembaga pendidikanformal yang berperan sebagai wadah mendidik siswauntuk cerdas, terampil, dan memiliki wawasan yangluas juga dapat berfungsi untuk mencari bibit ungguldalam bidang olahraga. Mencari bibit unggulantidaklah mudah harus ada suatu kerjasama antaralembaga masyarakat dan berbagai pihak terkait.Seorang siswa yang memiliki bakat dalam bidangolahraga tertentu harus dibina secara baik dan aktifsupaya siap berprestasi.

Permasalahan yang sering dihadapi sekolahdalam membina siswa dalam bidang olahrga adalahkurangnya motivasi siswa dalam belajar suatu cabangolahraga tertentu. Siswa cenderung mengangapolahraga hanya sebagai hiburan semata. Merekakurang serius dalam memfokuskan diri dalam cabangolah raga tertentu yang di gemari padahal merekamemiliki minat dan bakat dalam bidang tersebut.

Sedangkan berhasilnya tujuan pembelajaranditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalahfaktor guru dalam melaksanakan proses belajarmengajar, karena guru secara langsung dapatmempengaruhi, membina dan meningkatkan

Page 35: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

35

kecerdasan serta keterampilan siswa. Untukmengatasi permasalahn diatas dan guna mencapaitujuan pendidikan secara maksimal, peran gurusangat penting dan diharapkan guru mampumenyampaikan semua mata pelajaran yang tercantumdalam proses pembelajaran secara tepat dan sesuaidengan konsep-konsep mata pelajaran yang akandisampaikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka perludilakukan suatu penelitian yang bertujuan untukmeningkatkan motivasi siswa dalam pelajaranjasmani. Dalam penelitian ini materi yang dipilihadalah cabang olahraga bola voli karena olahraga inimerupakan salah satu olahraga yang populer. Dalampenelitian ini dengan judul penelitian,’’Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Olahraga BolaVoli Melalui Metode Praktek Siswa Kelas X-1Semester 2 SMANegeri 1 Tahun pelajaran2012/2013”.

Kerangka TeoritisHakekat Belajar

BelajarmenurutSudjana (1988:28) adalah suatuproses yang ditandai dengan adanya perubahan padadiri seseorang. Sedangkanmenurut Slamento (1995:2)Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukanseseorang untuk memperoleh suatu perubahantingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagaihasil pengalamannya sendiri dalam interaksi denganlingkungannya.

Sedangkan menurut Pasaribu (1983:59) belajardiartikan sebagai suatu proses perubahan kegiatan,reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidakdapat disebut belajar apabila disebabkan olehpertumbuhan atau keadaan sementara seseorangseperti kelelahan atau disebabkan oleh obat-obatan.Perubahan kegiatan yang dimaksud mencangkuppengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan inidiperoleh melalui latihan (pengalaman) bukanperubahan yang dengan sendirinya karenapertumbuhan kematangan atau karena keadaansementara seperti mabuk.

Belajar menurut Engkoswara (1988:2) adalahsuatu proses perubahan tingkah laku, yaitu dalambentuk prestasi yang telah direncanakan terlebihdahulu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwabelajar adalah suatu pola penguasaan terhadap suatupengetahuan .

Faktor Yang Mempengaruhi Proses BelajarProses belajar merupakan kesatuan fungsional

dari berbagai prosedur. Prinsip dari belajar adalahterjadinya perubahan terhadap diri seseorang. Belajaryang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

kondisional yang ada, diantaranya adalah: sepertiyang dikemukakan Tabrani (1992; 23-24) yaitu:a) Peserta didik yang belajar harus melakukan

banyak kegiatan.b) Belajar memerlukan latihan dengan relearning,

recall, dan review, agar pelajaran yangterlupakan dapat dikuasai, dan yang belumdikuasai akan menjadi milik peserta didik.

c) Belajar akan lebih berhasil jika peserta didikmerasa berhasil dan mendapat kepuasan.

d) Peserta didik yang belajar mengetahui apakah iagagal atau berhasil dalam belajar.

e) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar,karena semua pengalaman belajar, antara yanglama dan yang baru secara berurutandiasosiasikan .

f) Pengalaman masa lampau dan pengertian yangdimiliki siswa besar peranannya dalam prosesbelajar.

g) Kesiapan belajar. Maksudnya peserta didik yangtelah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

h) Minat dan Usaha. Maksudnya adalah denganminat dan usaha yang baik akan mendorongpeserta didik untuk belajar lebih baik.

i) Kondisi badan peserta didik sangatmempengaruhi proses belajar mengajar .

Hasil BelajarIstilah hasil belajar mempunyai hubungan

yang erat kaitannya dengan prestasi belajar.Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakanpengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Adayang berpendapat bahwa pengertian hasil belajardianggap sama dengan pengertian prestasi belajar.Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simakpendapat yang mengatakan bahwa hasil belajarberbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasilbelajar menunjukkan kualitas jangka waktu yanglebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dansebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkankualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokokbahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.

Nawawi (1981:100) mengemukakanpengertian hasil adalah sebagai berikut: Keberhasilanmurid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolahyang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor darihasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977:904), yang memberikan penjelasan tentang hasilbelajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai olehtenaga atau daya kerja seseorang dalam waktutertentu”, sedangkan Marimba (1978:143)mengatakan bahwa “hasil adalah kemampuan

Page 36: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

36

seseorang atau kelompok yang secara langsungdapat diukur”.

Menurut Nawawi (1981:127), berdasarkantujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga macam,yaitu:

a. Hasil belajar yang berupa kemampuanketerampilan atau kecapakan di dalam melakukanatau mengerjakan suatu tugas, termasuk didalamnya keterampilan menggunakan alat.

b. Hasil belajar yang berupa kemampuanpenguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yangdikerjakan.

c. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dantingkah laku.

Mengukur Hasil BelajarUntuk mengetahui sejauh mana proses belajar

mengajar mencapai tujuan pembelajaran yangdiharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar.Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997;191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukuryang paling banyak digunakan untuk menentukankeberhasilan seseorang dalam suatu proses belajarmengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatuprogram pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususantes hasil belajar adalah sebagai berikut:a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa

yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuaidengan tujuan instruksional yang tercantumdalam kurikulum yang berlaku.

b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehinggabenar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.

c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknyadisesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajaryang diharapkan.

d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakanuntuk memperbaiki proses belajar mengajar.

Metode PraktekMetode praktek merupakan metode

mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatanlatihan praktek agar siswa memiliki ketegasan atauketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telahdipelajari.Dengan praktek siswa akanlebihmengaplikasikan teori yang diberikan olehguru/pembimbing.Siswa akan mampu membuktikan/mempercayai teori yang telah dia dapatkan setelahpraktek.Siswa menjadi tidak bingung / ngambangterhadap teori yang didapatkan dengan menjalankanpraktek.Siswa langsung dihadapan padapermasalahan nyata, yaitu praktek. Misalnyabagaimana membuat kunci pas dll.Ketrampilan siswameningkat atau lebih tinggi dari apa yang telahdipelajari dari teori yang disampaikan guru dengan

melakukan praktek.Seorang siswa benar-benarmemahami apa yang disampaikan

Langkah Pemberian MetodeMetode ceramah yaitu sebuah metode

mengajar dengan menyampaikan informasi danpengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswayang pada umumnya mengikuti secara pasif.Muhibbin Syah (2000) Metode ceramah dapatdikatakan sebagai satu-satunya metode yang palingekonomis untuk menyampaikan informasi, dan palingefektif dalam mengatasi kelangkaan literatur ataurujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli danpaham siswa.

Menurut Muhibbin Syah ( 2000)mendefinisikan bahwa metode diskusi adalahmetode mengajar yang sangat erat hubungannyadengan memecahkan masalah (problem solving).Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusikelompok (group discussion) dan resitasi bersama(socialized recitation).

Metode diskusi diaplikasikan dalam prosesbelajar mengajar untuk :a. Mendorong siswa berpikir kritis.b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnyasecara bebas.c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnyauntuk memcahkan masalah bersamad. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapaalternatif jawaban untuk memecahkan masalahberdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :a.Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapatdipecahkan dengan berbagai jalanb. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusimereka saling mengemukakan pendapat secarakonstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yanglebih baik.c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkanpendapat orang lain sekalipun berbeda denganpendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.(Djamarah, 2000).

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang sukaberbicara.d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yanglebih formal (Djamarah, 2002)

Prosedur PenelitianPenelitian tindakan kelas ini dilaksanakan

pada SMA Negeri 1 Baitussalam kelas X-1 semester1 dengan fokus penelitian tentang Standar kopetensi.

Page 37: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

37

Mempraktikkan keterampilan bermain salah satupermainan dan olahraga beregu bola denganmenggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilaikerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percayadiri. Tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulanmulai bulan September sampai dengan Novembersemester genap tahun ajaran 2012/2013. materitersebut di ajarkan pada semester genap 2012

Berdasarkan setting penelitian di atas makasubjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswasiswi SMA Negeri 1 Baitussalam Kelas X-1berjumlah 25 orang siswa terdiri dari 18 perempuandan 7 orang laki-laki.

Sesuai dengan subjek penelitian di atassumber data penelitian tindakan kelas ini adalahsiswa-siswi kelas X-1 semester genap 2012/2013dengan standar kompetensi Memiliki kemantapandan pemahaman tentang kekuatan diri danpengembanganya untuk pengembangan melaluikegiatan-kegiatan yang kreatif,produktif baik dalamkehidupan sehari-hari maupun perannya dimasadatang.Untuk mendapatkan data penulis melakukan kegiatansebagai berikut:a. Melakukan konsultasi pada siswa dalam

mengumpulkan informasi baik melalui media dankonsultasi individu.

b. Melakukan konsultasi pada siswa dalammengumpulkan informasi baik melalui kunjunganrumah siswa yang bermasalah.

Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelasini yaitua. Melakukan wawancara langsung dan juga

melakukan tes tulis yang ada hubungannyadengan keprcyaan diri.

b. Menyediakan media berkonsultasi tentangkepercayaan diri dan idealism siswa.

c. Lembaran instrument aktivitas siswa

Berdasarkan validasi di atas maka, analisis data padapenelitian tindakan kelas ini yaitu:1. Hasil proses belajar mengajar menggunakan

analisis deskriptif komparatif denganmembandingkan nilai tes setiap siklus terhadaprespon siswapersentase respon = AB x 100%

dimanaA = Proposi siswa yang memilihB = Jumlah siswa (responden)

2. Observasi dengan menganalisis deskriptifberdasarkan hasil observasi dari aktivitas siswadan observasi proses pembelajaran dan hasilrefleksi. Ada dua kategori ketuntasan belajaryaitu secara perorangan dan secara klasikal.Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajarmengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994),yaitu “seorang siswa telah tuntas belajar bilatelah mencapai skor 70% atau nilai 70 Untukmenghitung persentase ketuntasan belajar.

3. Prosesdur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakandengan 2 siklus dan di setiap siklus dilaksanakandengan 2 kali pertemuan dalam setiap siklus. Adapunlangkah-langkah dalam setiap siklus sebagai berikut:1. Planing

Pelasksanaan penelitian tindakan kelas inidengan merencanakan proses pembelajaran,merencanakan RPP dan membuat media danangket membuat instrument observasi dalamproses belajar mengajar.

2. ActingKegiatan dilaksanakan dengan menggunakanacuan kegiatan yang terdapat dalamperencanaan.

3. ObservasiPenelitian tindakan kelas ini dengan mengamatisiswa tentang kreativitas belajar, mengumpulinformasi tentang kepercayaan diri. mengamatisiswa tentang kegiatan praktek.

4. RefleksiRenungan dilaksanakan di akhir setiap tindakanatau pertemuan direfleksi hasilnya dijadikanacuan bagi peneliti untuk melakukan tindakanberikutnya. Selanjunya pada siklus II jugadilaksanakan dengan memperhatikankekurangan pada siklus I diharapakan hasiltindakan menjadi lebih baik.Siklus spiral daritahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Alur PT

Refleksi

Tindakan/Obser

vasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Rencana

awal/rancangan

Rencana yangdirevisi

Rencana yangdirevisi

Putaran 1

Putaran 2

Putaran 3

Page 38: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

38

Hasil PenelitianProses pembelajaran dengan menggunakan

metode praktek pada siswa SMA Negeri 1Baitussalam telah terjadi peningkatan dimana siswadapat melakukan passing atas dan bawah dalampermainan bola voli. Kegiatan siswa dalam belajarsangat meneyenangkan tetapi dalam permainan bolavoli siswa belum begitu efektif dalam melakukannyasecara maksimal .masih ragu-ragu dalam melakukanpassing bola.Setelah dilakukan tindakan maka,terjadi peningkatan kemampuan siswa SMA Negeri 1Baitussalam dalam permainan bola voli.

Untuk menyatakan hasil penelitian, tindakanKelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan kegiatansebagai berikut:Tabel 4.1.Keadaan Awal Nilai Kognetif, PsikomorikSiswa

No Aspek Yangdinilai

Jumlah Persen%

Nilaitidaktuntas

Nilaituntas

1 Kognitif 6orangsiswa

9siswa

20%

2 Psikomotorik 7orangsiswa

14siswa

15%

3 Afektif 15orangsiswa

5siswa

25 %

Berdasarkan pengamatan terhadap nilaikognetif, psikomotorik dan afekti di atas maka,kemampuan siswa dalam permainan volli dapatditingkatkan kemampuan siswa. Untuk menyatakanhasil penelitian tindakan kelas ini penulismelaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklusdilakukan 2 kali pertemuan dengan kegiatan sebagaiberikut:

Diskripsi Hasil Siklus I1) PerencanaanPerencanaan penelitian tindakan kelas ini adalahmempersiapkan RPP sebagai acuan pembelajaran,mempersiapkan media Praktek, mempersiapkanlembaran kerja siswa dan menyusun instrumentpenilaian kerativitas siswa. Merencanakan aspekpenilaian yang mencakupi nilai kognetif,psikomotorik dan afektif.2) Pelaksanaan

Berdasarkan perencanaan tersebut di ataspelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 1penulis lakukan sebagai berikut:a. Pada awal pertemuan guru melaksanakan

apersepsi melakukan memotivasi siswa danmejelaskan cara metode permainan yang baiksehingga dapat menyatakan wawasandalammemahami dirinya sendiri dan mempersiapkanabsen siswa.

b. Membagikan team permainan pada kelas X-1membagikan bahan ajar yang sesuai denganlangkah-langkah permainan.

c. Setelah hasil berkonsultasi dalam team salingmemberikan memahami isi dari konsultasidijadikan sebuah team pertandingan sesamekelompok permainan.

d. Kegiatan selanjutnya hasil permainan pada setiapteam.

e. Pada kegiatan selanjutnya dilakukan berkonsultasipada setiap kelompok untuk dijadikan hasilpembelajan yang menyenangkan.

f. Kegiatan selanjutnya menyimpulkan ataumemilah-milah berbagai hasil diskusi yangdijadikan suatu konsep permainan bola voli.

g. Mempublikasikan hasil konsultasi kepada semuakelompok

h. Melaksanakan konsultasi kepada secara pribadidan kelompok kemudian peneliti melaksanakanmotivasi lagi yang tujuannya dapat memberikanbantuan dalam mengatasi hambatan yangdihadapinya.

i. Member catatan khusus bagi siswa yang perlumengambil keputusan yang tepat dalammengembangkan kekuatan diri untukmengembangkannya melalui kegiatan-kegiatanyang kreatif,produktif

j. Pada tahap selanjutnya peneliti mengumpulkanhasil konsultasii yang sudah dibahas bersamadinilai yang hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil penialaian siklus I pertemua 1No Nis Nama Siswa Penilian

BerkarakterKetuntasan

Kog Psik Afek1 3407 Amirul Mukminin 70 70 B Tuntas2 3439 Desi Maulida 70 70 B Tuntas3 3378 Elli TriaWahyuni 65 65 C tidak

tuntas4 3470 Erisa Kofa 60 60 D tidak

tuntas5 3370 Fara

Nurrahmatillah60 60 D tidak

tuntas6 3379 Intan Afriyanti 65 65 C tidak

tuntas7 3381 Isma Saputri 70 70 B Tuntas8 3382 M.Rizaldi 65 65 D tidak

tuntas9 3514 Meli Agustina 70 70 B Tuntas10 3384 Muthmainah 60 60 D tidak

Page 39: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

39

tuntas11 3385 Mutia 60 60 D tidak

tuntas12 3386 Nazarullah 70 70 B Tuntas13 3387 Nova Maulidar 60 60 D tidak

tuntas14 3388 Nurasmaniah 60 60 D tidak

tuntas15 3418 Nur Syarifah 80 70 A Tuntas16 3389 Nurbaiti 60 60 C tidak

tuntas17 3390 Nurjannah 80 80 A Tuntas18 3391 Putri Wulandari 60 60 C tidak

tuntas19 3393 Rahmad Iqbal 60 60 C tidak

tuntas20 3395 Rahmad MY 70 70 B tuntas21 3396 Ridwan 60 60 D tidak

tuntas22 3423 Sharilla Afriyanti 70 70 B Tuntas23 3399 Shela Amelia 70 70 B Tuntas24 3400 T.Husni Ali 60 60 D tidak

tuntas25 3403 Yanti Aminah 70 70 B Tuntasjumlah

222.5

222.5

32 %

Rata-rata 6.5 6.5Persentase

Hasil tindakan pada siklus I pertemuan 1 diatas maka, aktivitas siswa berlangsung dengan baiktetapi masih ada kekurangan dalam hal pemahamansiswa terhadap permainan volli Kekurangan siswadalam berkonsultasi dan memahami cara bermainmaka, nilai setiap subtansi mencapai nilai 222.5 danrata rata 6.5 baik nilai kognitif, psikomotorik danafektif sedangkan ketuntasan secara klasikalmencapai 32 %.

Berdasarkan keadaan nilai tersebut di atasmaka penulis mencobah lagi pada pertemuan ke 2dengan memposisikan alat permaianan yaitu sebagaisumber pembelajaran. Penulis berusahamerencenakan kembali materi ajar dalam RPP danmencoba merencanakan media informasi yang lebihbaik lagi.

Rencana lainnya peningkatan motivasikepada siswa dengan berbagai upaya yang dilakukanpada pertemuan 2 ini maka, siswa lebih sedikitmampu memanfaatkan berbagai kesiapan dalamproses belajar mengajar dan penulis selalumemberikan pengarahan kepada siswa supayamengerti tentang permainan yang baik .Mengetahui hasil tindakan pada pertemuan 2 inipenulis sangat berhati-hati memberikan informasidalam kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan 2ini adalaha. Menyusun kelompok belajar dan menganalis

bahan yang akan praktekkan, memberikanmotivasi dan mengatur tempat permainan siswayang strategi dalam proses pembelajaran.

b. Memposisikan dalam menggali materi tentangpermaianan bola volli agar siswa tidak melanggaratau menyisakan waktu dalam berkonsultasi

c. Memberikan batas waktu pada siswa semogabekerja yang efektif yaitu dangan memberikanpenilaian khusus seperti mengatakan pada siswaproses pembelajaran ini akan dinilai kemampuansiswa antara keterampilan siswa dan sikap siswa (kongnitif, psikomotorik dan afektif).

Berdasarkan tindakan di atas maka, kegiatanpada pertemuan 2 ini dapat dilihat hasil tindakanpada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3.Hasil penialaian siklus I pertemua 2No Nis Nama Siswa Penilian Berkarakter Ketuntasan

Kog Psik Afek1 3407 Amirul Mukminin 70 70 B Tuntas2 3439 Desi Maulida 70 70 B Tuntas3 3378 Elli TriaWahyuni 65 65 C tidak tuntas4 3470 Erisa Kofa 60 60 D tidak tuntas5 3370 Fara Nurrahmatillah 60 60 C tidak tuntas6 3379 Intan Afriyanti 70 70 B Tuntas7 3381 Isma Saputri 70 70 B Tuntas8 3382 M.Rizaldi 70 70 B Tuntas9 3514 Meli Agustina 65 65 C tidak tuntas10 3384 Muthmainah 70 70 B Tuntas11 3385 Mutia 70 70 B Tuntas12 3386 Nazarullah 70 70 B Tuntas13 3387 Nova Maulidar 60 60 C tidak tuntas14 3388 Nurasmaniah 60 60 C tidak tuntas15 3418 Nur Syarifah 80 70 B Tuntas16 3389 Nurbaiti 60 60 C tidak tuntas17 3390 Nurjannah 80 80 A Tuntas18 3391 Putri Wulandari 60 60 C tidak tuntas19 3393 Rahmad Iqbal 60 60 C tidak tuntas20 3395 Rahmad MY 75 75 B tuntas21 3396 Ridwan 60 60 C tidak tuntas22 3423 Sharilla Afriyanti 70 70 B Tuntas23 3399 Shela Amelia 70 7O B Tuntas24 3400 T.Husni Ali 60 60 C tidak tuntas25 3403 Yanti Aminah 70 70 B Tuntasjumlah 226.5 226.

5 50.6%Rata-rata 6.6 6.6Persentase

Berdasarkan pelaksanaan tindakan di atastelah terjadi perubahan yang sangat yang meningkatdiberbagai komponen yaitu nilai kognetif,psikomotorik dan afektif mencapai nilai rata-rata 6.6dan persen ketuntasan mencapai 50.6 %, jumlah inijuga juga belum mencapai nilai secara klasikal maka,penelitia akan merencanakan kembali pada siklusberikutnya.

3) ObservasiBetdasarkan pelaksanaan tindakan di atas

maka, pengamatan yang dilakukan dalam tindakanpada siklus I ini antara lain penilaian kognetif,psikomotorik dan afektif siswa dalam memahamikonsep percaya diri dengan layanan berkomunikasidalam proses pembelajaran maka, nilai yang di dapatijuga telah ada peningkatan yaitu keterampilanmemamhami konsep percaya diri sikap mengolahinformasi dan kemampuan berkomunikasi yang telahdilaksanakan terhadap tindakan.

Untuk mengetahui keaktivan siswa dalamberkonsultasi baik melalui media pembelajaranmaupun dan pengamatan langsung di luar jam

Page 40: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

40

pembelajaran. Perbaikan dalam siklus I ini masihharus dilakukan peningkatan prestasi siswa denganmembimbing siswa secara klinis maupun secarakelompok dan juga pemberian motivasi hasilpengamatan pada siklus I dapat di perhatikan padatabel 3

Tabel 4.4.Data Pengamatan Aktivitas Siswa dalamPBM Siklus INo

Aspekyang

diamati

Jumlah Siswa Tuntas

pertemuan 1

% Pertemuan 2

%

1 Kognitif 7 32%

18 50.6%

2 Psikomotorik

7 32%

18 50.6%

3 Afektif 7 32%

18 50.6%

Mengamati berbagai aspek dinyatakan siswadapat meningkatkan kemampuan memahamipermainan pembelajaran bola voli.

4) RefleksiKegiatan tindakan pada siklus I dilaksanakan

penilaian terhadap siswa selesai denganmelaksanakan kolaborasi belajar, penulismerencanakan kembali untuk tindakan selanjutnyadan harus mempertahankan keberhasilan dari prosestindakan pada siklus I tindakan yang harus penulislaksanakan adalah:

a. Menyampaikan tujuan berkonsultasi yanglebih jelas

b. Memberikan motivasi kepada siswasupaya lebih aktif dalam berkonsultasi

c. Membagikan waktu yang efektiv danefesien

d. Memberikan kesiapan siswa dalammengumpulkan dan mengajukan materikonsep diri sesuai dengan kemampuanyang diharapkan.

Deskripsi Hasil Siklus II1) Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas iniadalah mempersiapkan RPP sebagai acuanpembelajaran, mempersiapkan mediaPraktek, mempersiapkan lembaran kerjasiswa

2) PelaksanaanTindakan pada siklus II ini telah disusunsehingga proses pembelajaran dengan

memberikan tanggung jawab kepada siswasupaya dapat meningkatkan kreativitasbelajar .a) Memberikan pembelajaran

berkelompok dan mengawasi kegiatanproses pembelajaran memberikankepercayaan kepada siswa agarkemampuan memahamipengetahahuan pendidikan jasmani.

b) Pada sisi lain proses pembelajaranyaitu memposisikan cara berkonsultasiyaitu memberikan pengetahuankepada siswa. Dalam setiap tindakanpeneliti menentukan polapembelajaran yang terstruktur.

c) Memotivasi siswa denganmemberikan pengatahuan tentang dirisendiri.

d) Memberikan motivasi siswapengharapan diri sendiri secaratindakan pada siklus II pertemuan 1ini dimana penulis memposisikansebagai alat ukur dalam pertemuan ke2 dapat diperhatikan pada tabel 4.5

Tabel 4.5. Hasil Tindakan Siklus II pertemuan 1No Nis Nama Siswa Penilian

BerkarakterKetuntasa

nKog Psik Afek

1 3407 Amirul Mukminin 70 70 B Tuntas2 3439 Desi Maulida 70 70 B Tuntas3 3378 Elli TriaWahyuni 80 80 A Tuntas4 3470 Erisa Kofa 70 70 B Tuntas5 3370 Fara

Nurrahmatillah80 80 A Tuntas

6 3379 Intan Afriyanti 70 70 B Tuntas7 3381 Isma Saputri 70 70 B Tuntas8 3382 M.Rizaldi 70 70 B Tuntas9 3514 Meli Agustina 70 70 B Tuntas10 3384 Muthmainah 70 70 B Tuntas11 3385 Mutia 70 70 B Tuntas12 3386 Nazarullah 60 60 D tidakTunta

s13 3387 Nova Maulidar 70 70 B Tuntas14 3388 Nurasmaniah 70 70 B Tuntas15 3418 Nur Syarifah 80 80 A Tuntas16 3389 Nurbaiti 70 70 B

Tuntas17 3390 Nurjannah 80 80 A Tuntas18 3391 Putri Wulandari 60 60 C tidak

tuntas19 3393 Rahmad Iqbal 60 60 D tidak

tuntas20 3395 Rahmad MY 75 75 B tuntas21 3396 Ridwan 70 70 B

Tuntas22 3423 Sharilla Afriyanti 70 79 B Tuntas23 3399 Shela Amelia 70 70 B Tuntas24 3400 T.Husni Ali 60 60 C tidak

tuntas25 3403 Yanti Aminah 70 70 B Tuntas

Page 41: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

41

jumlah 232 232 70.6 %Rata-rata 6.83 6.83Persentase

Berdasarkan hasil tindakan pada pertemuan 1pada siklus II ini hasil tindakan belum mencapai nilaisecara klasikal yaitu mencapai 70.6 % ketuntasan dannilai rata-rata 6.83 pada setiap komponen yang diamati. Peneliti melaksanakan tidankan ke 2 denganmemberikan motivasi yang lebih baik dalam metodepraktek bola voli kepada siswa. Untuk mengetahuihasil tindakan ke- 2 dapat di perhatikan pada tabel4.6

Tabel 4.6. Hasil Tindakan Siklus II pertemuan 2No Nis Nama Siswa Penilian Berkarakter Ketuntasan

Kog Psik Afek1 3407 Amirul Mukminin 70 70 B Tuntas2 3439 Desi Maulida 70 70 B Tuntas3 3378 Elli TriaWahyuni 80 80 A Tuntas4 3470 Erisa Kofa 70 70 B Tuntas5 3370 Fara Nurrahmatillah 80 80 A Tuntas6 3379 Intan Afriyanti 70 70 B Tuntas7 3381 Isma Saputri 70 70 B Tuntas8 3382 M.Rizaldi 70 70 B Tuntas9 3514 Meli Agustina 70 70 B Tuntas10 3384 Muthmainah 70 70 B Tuntas11 3385 Mutia 70 70 B Tuntas12 3386 Nazarullah 60 60 D tidakTuntas13 3387 Nova Maulidar 70 70 B Tuntas14 3388 Nurasmaniah 70 70 B Tuntas15 3418 Nur Syarifah 80 80 A Tuntas16 3389 Nurbaiti 70 70 B Tuntas17 3390 Nurjannah 80 80 A Tuntas18 3391 Putri Wulandari 80 80 A Tuntas19 3393 Rahmad Iqbal 60 60 D tidakTuntas20 3395 Rahmad MY 80 80 A Tuntas21 3396 Ridwan 70 70 B Tuntas22 3423 Sharilla Afriyanti 70 70 B Tuntas23 3399 Shela Amelia 70 70 B Tuntas24 3400 T.Husni Ali 60 60 D tidak tuntas25 3403 Yanti Aminah 70 70 B Tuntas

jumlah 240 240 85.4%Rata-rata 7.0 7.0Persentase

Pada tindakan ke 2 dalam siklus II ini nilairata-rata setiap komponen menunjukan nilai rata-rata7,0 baik nilai kemampuan kognetif, psikomotor dannilai afektif siswa, sedangkan nilai persentase secaraketuntasan juga telah mencapai 85.4% berarti nilaitersebut telah melebihi pencapaian 70 ,6% sehinggapeneliti tidak melanjukan pada siklus berikunya.

3) ObservasiHasil pengamatan pada siklus II ini telah

menunjukan kesiapan siswa dalam berkomunikasidan kemampuan siswa berkolaborasi dalammenemukan informasi yang di jadikan bahan dalamberkomunikasi terhadap kemampuan penghargaandiri sendiri. Pengamatan peneliti tentang keaktivan

siswa terhadap nilai kognetif, psikomotorik danafektif dapat di perhatikan pada tabel 4.7

Tabel 4.7. Data Pengamatan Aktivitas Siswa dalamPBM Siklus II

No

Aspekyang

diamati

Jumlah Siswa Tuntas

pertemuan 1

% ,Pertemuan 2

%

1 Kognitif 20 67.6%

25 85.4%

2 Psikomotorik

20 67.6%

25 85.4%

3 Afektif 20 67.6%

25 85.4%

Berdasarkan data hasil observasi di ataspertemuan 1 dan dalam siklus II ini terjadi perubahanketuntasan setiap aspek yang di amati dalam prosespembelajaran. Pengamatan penulis pada tindakansiklus II ini telah terjadi perubahan yang sangat baikdan dapat dinyatakan telah memenuhi standarketuntasan mencapai 85.4 % maka penelitiantindakan kelas ini penulis tidak melanjutkan padasiklus berikut.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar SiklusBerdasarkan hasil penelitian dari setiap siklus

dalam penelitian tindakan kelas ini terjadipeningkatan baik setiap pertemuan dalam tiap siklusmaupun antara siklus terjadi perubahan yangmeningkat dimana setiap peretemuan dilaksanakanpeneliti memberikan motivasi belajar.

Hamalik (1986), menyatakan bahwa: prosesbelajar mengajar dapat membangkitkan keinginandan minat yang baru, membangkitkan motivasi danrangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawapengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa”.

Hal yang dapat diperhatikan dari pengamatanterhadap aspek yang di laksanakan pada tindakansehingga dapat dijadikan bahan komunikasi antarakelompok dalam proses pembelajaran. Proseslayanan dan bimbingan konseling telah menjadikanpembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuansiswa dalam berkolaborasi.

Hasil penelitian menunjukkan pada siklus Iyaitu pada pertemuan 1 dengan ketuntasan 11 siswamencapai 32 % dan pada pertemuan ke 2 mencapai 8orang 50.6 % hasil tersebut menyatakan bahwaproses konsultasi belum maksimal dalammemberikan motivasi dan pengawasan siswa dalambelajar. Proses pembelajaran merupakan suatu upayadalam meningkatkan kemampuan siswa dalampemahaman, keterbukaan, mengahargai pendapatorang lain.

Page 42: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

42

Arifin. (2003: 36-42), menyatakan bahwa: ”(1)pemahaman empati, (2) kehangatan dan perhatian,(3) keterbukaan atau keaslian, (4) penghargaan yangpositif, (5) kekongkritan dan kekhususan”.

Persentase ketuntasan pada siklus I belummencapai nilai secara klasikal 70,6% maka, penelitimelakukan tindakan pada siklus II dengan menyusunkembali perencanaan pembelajaran, metodepembelajaran yang sesuai dengan rencanapembelajaran, mengevaluasi hasil prosespembelajaran dan menindak lanjuti kembali sehinggaproses pembelajaran dapat meningkat.

Tindakan pada siklus II nilai rata-rata setiapkomponen menunjukan nilai rata-rata 7,0 baik nilaikemampuan kognetif, psikomotor dan nilai afektifsiswa, sedangkan nilai persentase secara ketuntasanjuga telah mencapai 85.4% berarti nilai tersebut telahmelebihi pencapaian 70,6 % sehingga peneliti tidakmelanjukan pada siklus berikunya.Upayapeningkatan kemampuan siswa dalam meningkatkanket kerampilan, sikap dalam berkonsultasi penulistelah mendesain materi yang akan dikonsultasikankepada siswa, seperti memberikan gambaran padasiswa tentang permainan bola voli. Dari paparantersebut di atas bahwa peningkatan kemampuansiswa dalam kegiatan ini lebih memfokuskan padakolaborasi setiap kelompok saling membagi ilmupengetahuan..

Disadari atau tidak setiap saat kita selalumenilai diri sendiri,khususnya menilai setiap tingkahlakunya sehngga dapat menumbuhkan kepercayaandiri siswa dalam setiap permaian pembelajaranmeningkatkan proses belajar siswa lebih efektif danmaksimal.

KesimpulanAdapun kesimpulan hasil penelitian adalah:

1. Penggunaan metode praktek dalam pembelajaranpendidikan jasmani dapat meningkatkankeinginan siswa dalam berolahraga bola voli.

2.Penggunaan metode praktek sebagai mediapembelajaran dapat meningkatkan kreativitassiswa

3. Tindakan pada siklus II nilai rata-rata setiapkomponen menunjukan nilai rata-rata 7,0 baik

nilai kemampuan kognetif, psikomotor dan nilaiafektif siswa, sedangkan nilai persentase secaraketuntasan juga telah mencapai 85.4% berartinilai tersebut telah melebihi pencapaian 70,6 %.

Daftar PustakaAmir, Nyak(2006)Pembelajaran Pendidikan

Jasmani. Banda Aceh: Syiah KualaUniversity Press.

Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktis. Jakarta: RinekaCipta.

Depdiknas (2002)Kegiatan Belajar MengajarDepdiknas. Jakarta: Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono (2006) Belajar danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ihat, Hatimah (2000)Strategi dan MetodePembelajaran. Bandung: ANDIRALutan, Rusli (1988) Belajar Keterampilan Motorik,

Pengantar Teori dan Metode. Jakarta.Debdikbud.

Martinis, Yamin (2003)Metode Pembelajaran yangBerhasil. Jakarta: Sasama Mitra SuksesMutohir, Toho Cholik (1992) Pendidikan Olahraga

dan Kesehatan Jasmani. Bandung: RemajaRosdakarya.

Nazir, Moh (2009) Metode Penelitian. Bogor. GhaliaIndonesia.

Pupuh, Fathurrahman (2001)Strategi BelajarMengajar. Bandung: Tunas Nusantara.Sagala, Syaiful (2003) Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.Slameto (1995) Belajar dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.Suherman, Adang (2001) Menuju Perkembangan

Menyeluruh. Jakarta: Depdiknas.Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein(1996)Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.Uno. Hamzah(2011). Menjadi Peneliti PTK Yang

Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 43: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

43

MODIFIKASI MEDIA PADA SUB POKOK BAHASAN TOLAK PELURU UNTUKKETUNTASAN HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Asnaini*)

Abstrak:Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang di disain untukmeningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan kenterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidupsehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Ketuntasan dalam proses pembelajaran tolak pada muridSD Negeri 32 Banda Aceh perlu dikaji untuk keberhasilan pendidikan jasmani kedepannya. Rumusanmasalah Bagaimana dengan modifikasi media pembelajaran pokok bahasan tolak dapat mencapai ketuntasanhasil pembelajaran pendidikan jasmani pada murid kelas V SD negeri 32 Banda Aceh. Tujuan penulismeneliti masalah ini adalah untuk mengetahui dengan modifikasi media pembelajaran dapat meningkatkanketuntasan pembelajaran pendidikan jasmani pokok bahasan tolak peluru pada murid SD Negeri 32 BandaAceh. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, dimana pemberian tindakan dapat terlaksana satusiklus atau lebih, tergantung indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini telah terpenuhi.Subjek penelitian adalah murid kelas V SD Negeri 32 Kota Banda Aceh sebanyak 26 orang murid. TeknikPengumpulan data dalam penelitian menggunakan lembaran observasi. Berdasarkan hasil penelitian dapatdiuraikan bahwa penelitian dengan memodifikasi media pembelajaran dalam materi tolak peluru dapatmencapai kriteria ketuntasan pembelajaran pendidikan jasmani pada murid kelas V SD Negeri 32 BandaAceh. Kesimpulannya adalah modifikasi media pembelajaran dalam materi tolak peluru dapat meningkatkanketuntasan pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Saran adalah untuk menunjang prosespembelajaran tolak peluru bisa dilakukan dengan memodifikasi alat dalam hal ini bola karet untukketuntasan pembelajaran pendidikan jasmani.

Kata Kunci:Pendidikan Jasmani, Modifikasi, Media Pembelajaran

PendahuluanPendidikan merupakan salah satu tonggak

utama untuk kesuksesan dari suatu bangsa. Kemajuansuatu negara dilihat dari sisi perkembangan sumberdaya manusia yang berada dalam suatu Negara.Pendidikan merupakan usaha sadar dari seseoranguntuk merubah hidupnya ke arah yang lebih baik. Halini sesuai dengan pendapat yang dirangkum dalamAhmadi (2007:70) “pendidikan adalah suatu kegiatanyang sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawabyang dilakukan oleh orang dewasa kepada anaksehingga timbul interaksi dari keduanya agar anaktersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakandan berlangsung terus menerus”. Berdasarkan hasilkutipan tersebut sangat jelas dapat disimpulkan bahwadengan pendidikan seorang dewasa yang berperanpenting dalam mendidik seorang anak sehingga anakmampu dan mandiri dalam menjalani cita-citanya,pendidikan berlangsung secara terus menerus. Disekolah dikenal berbagai hal tentang pendidikandiantaranya adalah pembelajaran pendidikan jasmani.Pendidikan jasmani di sekolah terutama di SDmerupakan salah satu pembelajaran pendidikanjasmani yang menuntut setiap anak bergerak danbugar. Pendidikan jasmani merupakan prosespeningkatan pertumbuhan hal ini sesuai denganpendapat Syarifuddin (2002:78) “pendidikan jasamaniadalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai

perseorangan maupun anggota masyarakat yangdilakukan secara sadar dan sistematik melaluiberbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperolehpeningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani,pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak”.Lebih lanjut Amir (2005:2) menegaskan bahwa“pendidikan jasmani merupakan integral daripendidikan, merupakan usaha untuk membuat suatubangsa Indonesia sehat kuat lahir batin. Pendidikanjasmani adalah bagian dari tuntutan terhadappertumbuhan jasmani-rohani, dengan demikian tidakterbatas pada jam pelajaran”.

Berdasarkan kedua kutipan tersebut dapatdijelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakanusaha dan sistematik melalui berbagai kegiatanjasmani dalam rangka memperoleh peningkatankemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhankecerdasan dan pembentukan watak serta pendidikanjasmani merupakan usaha untuk membuat suatubangsa sehat kuat lahir dan batin, perlu jugadijelaskan bahwa pendidikan jasmani tidak hanyaterbatas pada pelajaran sekolah dan tidak ada batasanjam untuk seseorang melakukan kegiatan jasmani.

Pembelajaran pendidikan jasmani merupakanpokok permasalahan yang luas, di dalamnya terdapatberbagai bagian pembelajaran misalnya tolak peluru.Di Sekolah Dasar (SD) pembelajaran pendidikanjasmani di sesuaikan dengan tingkat kelas misalnya di

Page 44: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

44

kelas I (satu) murid lebih dititik beratkan padapermainan untuk mencapai kebugaran. Berbedahalnya dengan kelas IV –VI lebih diarahkan ke titikpermasalahan dalam memperkenalkan setiap cabangolahraga. Cabang olahraga dalam pendidikan jasmanimerupakan suatu proses pendidikan untukmemperkenalkan kepada murid tentang beragamcabang olahraga, tetapi murid tidak dituntut untuklebih bisa hanya dituntut untuk memahami setiapcabang dan bagaimana proses pelaksanaannya. Padadasarnya olahraga di sekolah merupakan sarana untukmencapai tujuan pendidikan.Amir (2005:4)menegaskan bahwa “olahraga di sekolah merupakansarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Disampingmenjadi sarana dalam mencapai tujuan pendidikan,olahraga pendidikan mencakup pula usaha-usaha kearah kesegaran jasmani yang optimal bagi anak-anaksekolah dan mahasiswa”.

Tolak peluru merupakan cabang dari atletikyang dasarnya adalah gerakan menolak. Menolakberarti menyalurkan tenaga pada benda, Widya(2004:152) menyatakan bahwa “tolakan adalah suatugerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yangmenghasilkan kecepatan pada benda tersebut danmemiliki daya dorong ke muka yang kuat, perbedaandengan melempar terletak pada saat melepaskanbendanya”. Tolak peluru dilaksanakan dalampembelajaran pendidikan jasmani sebagai suatu upayauntuk memperkenalkan murid ke dalam satu cabangolahraga. Modifikasi adalah menganalisis sekaligusmengembangkan materi pelajaran dengan carameruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yangpotensial sehingga dapat memperlancar murid dalambelajarnya, dalam memodifikasi media perlu dikajiberbagai karakteristik sehingga memenuhi syaratmemodifikasi media.

SD Negeri 32 Banda Aceh merupakan SekolahDasar yang terletak di jalan K. Saman BeuraweKecamatan Kuta Alam Banda Aceh dan murid yangsekolah di SD tersebut pada umumnya anak daripegawai negeri. Pembelajaran pendidikan jasmani diSD negeri 32 Banda Aceh berlangsung sebagaimanadi SD lainnya yaitu sesuai dengan kurikulum yangsudah ditentukan oleh pemerintah. Tetapi setiappembelajaran tidaklah semuanya berjalan dengansempurna sehingga perlu adanya inovasi-inovasiuntuk mempermudah proses pembelajaran yang akandilaksanakan. Dalam pembelajaran, guru berhak untukmengubah prosedur pembelajaran denganmemodifikasi suatu alat, dalam tolak pelurudigunakan bola karet ataupun bola lainnya yangmenyerupai dari bahan pembelajaran yang diajarkan.Di SD Negeri 32 Banda Aceh terutama di kelas Vbanyak permasalahan yang dihadapi oleh guru yangmengajar, salah satunya adalah terhadap pemahamanmurid yang kurang mampu melaksanakan

pembelajaran tolak peluru dengan nilai di bawahkriteria minimum yaitu di bawah 70%, pembelajarantolak peluru merupakan pembelajaran yang cukupsulit dikerjakan bahkan banyak murid yang seringsalah melakukan teknik menolak yang benar.

Berdasarkan hasil penilaian kelas yangdilakukan oleh guru dalam proses pembelajaranpendidikan jasmani pada sub pokok bahasan pelurudapat digambarkan bahwa tingkat kemampuan muridSD Negeri 32 Banda Aceh masih dibawah ketuntasanminimal yaitu dibawah 70%. Ketidaktuntasan tersebutpeneliti/penulis mengasumsikan disebabkan olehbeberapa faktor antara lain; metode, model,lingkungan, murid, guru, dan media. Melihatpermasalahan tersebut, maka satu pemikiran yangmuncul adalah bahwa perlu adanya sebuah mediaalternatif modifikasi untuk mengganti peluru yangminim di sekolah.

Media alternatif modifikasi harus bersifat bisamewakili karakteristik, murah, banyak tersedia ataumudah di dapat, untuk cabang tolak peluru lebihdifokuskan ke bola karet. Dari beberapa kriteria mediaalternatif modifikasif untuk mengganti tersebutnampaknya bisa dijadikan media alternatif modifikatifuntuk menggantikan peralatan yang sebenarnya, darisegi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk asli,dari segi ketersediaan dan harga, maka sangat mudahdengan harga sangat murah. Dari permasalahantersebut di atas maka penulis menentukan judulPenelitian Tindakan Kelas ini “Modifikasi MediaPada Sub Pokok Bahasan Tolak Peluru untukKetuntasan Hasil Pembelajaran Pendidikan Jasmani”..

Berdasarkan rumusan masalah di atas, makatujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuipenerapan modifikasi media pembelajaran sub pokokbahasan tolak peluru berbentuk bola karet untukmeningkatkan ketuntasan pembelajaran pendidikanjasmani pada murid kelas V SD Negeri 32 BandaAceh tahun pelajaran 2012/2013.

Kerangka TeoritisPendidikan Jasmani

Menurut Amir (2006:2) “pendidikan jasmaniadalah bagian integral dari pendidikan, merupakanusaha untuk membuat bangsa Indonesia sehat, kuatlahir batin. Pendidikan jasmani adalah bagian darituntutan terhadap pertumbuhan jasmani-rohanidengan demikian tidak terbatas pada jam pelajaran”.Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaranmelalui aktivitas jasmani yang disain untukmeningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkankenterampilan motorik, pengetahuan dan perilakuhidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasanemosi. Lingkungan belajar diatur secara seksamauntuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

Page 45: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

45

seluruh aspek, jasmani, psikomotor, kognitif danafektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akanmembantu siswa untuk memahami mengapa manusiabergerak dan bagaimana cara melakukan gerakansecara aman, efisien, dan efektif (KTSP PendidikanjasmaniSD/MI, 2006). Dari banyak pendapat tentangpengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkanpendidikan jasmani adalah proses pendidikan yangmemanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakansecara sistematik diarahkan untuk mengembangkandan meningkatkan individu secara organik,neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosionaldalam kerangka sistem pendidikan nasional.

Menurut kurikulum SMA 2003 (Depdiknas,2003:2) adalah "proses pendidikan yangmemanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakansecara sistematik bertujuan untuk mengembangkandan meningkatkan individu secara organik,neuromuskuler, perseptual, kognitif dan emosionaldalam rangka memajukan sistem pendidikannasional".

Berdasarkan beberapa pendapat yangdikemukakan di atas dapat diambil kesimpulanpengertian pendidikan jasmani adalah bagian integraldari pendidikan, merupakan usaha untuk membuatbangsa Indonesia sehat, kuat lahir batin. Pendidikanjasmani merupakan salah satu bagian yang pentingdari proses pendidikan keseluruhan yang polapencapaian tujuannya menggunakan aktivitas jasmani,sedangkan sasaran tujuannya meliputi aspek kognitif,aspek afektif, dan aspek psikomotor. Sedangkanproses pendidikan yang memanfaatkan aktifitasjasmani yang direncanakan secara sistematikbertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkanindividu secara organik, neuromuskuler, perseptual,kognitif dan emosional dalam rangka memajukansistem pendidikan nasional.

Karakteristik Pendidikan JasmaniPendidikan Jasmani merupakan salah satu mata

pelajaran yang ada di SD/MI, yang mempelajari danmengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerakmanusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukansecara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmanidan keterampilan motorik, mengembangkan sikap danperilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif.Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitasbermain, permainan, dan olahraga.

Selama di SD/MI seluruh aspek perkembanganmanusia yaitu psikomotor, kognitif, dan efektifmengalami perubahan yang luar biasa.Siswa SD/MImasih mengalangi masa perkembangan untuk menujusatu periode perkembangan sebagai transisi dari masakanak-kanak menuju masa dewasa.Masa remaja danperubahan yang menyertainya merupakan fenomena

yang harus dihadapi oleh guru. Perubahan masaremaja tersebut dapat berupa sebagai berikut ini:1) Perkembangan aspek psikomotorik

Perkembangan aspek psikomotor seusiasiswa SD/MI ditandai dengan perubahan jasmani danfisiologis secara luar biasa.Salah satu perubahan luarbiasa tersebut adalah pertumbuhan tinggi badan danberat badan.2) Perkembangan aspek kognitif

Aspek kognitif meliputi fungsi intelektual,seperti pemahaman, pengetahuan, dan keterampilanberpikir.Untuk siswa SD/MI perkembangan kognitifutama yang dialami adalah formal operasional yangmampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.Selain itu ada peningkatan fungsiintelektual, kapabilitas memori dan bahasa, danperkembangan konseptual.3) Perkembangan aspek afektif

Aspek afektif menyangkut perasaan, moraldan emosi. Perkembangan afektif siswa SD/MImencakup proses belajar perilaku dengan orang lainatau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasiberlangsung lewat pemodelan dan peniruan oranglain.4) Model pembelajaran dengan Pendekatan Bermain

Pendekatan bermain adalah salah satu bentukdari sebuah pembelajaran jasmani yang dapatdiberikan di segala jenjang pendidikan. Tetapi porsidan bentuk pedekatan bermain akan diberikan, harusdisesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum.Berdasarkan dari hal tersebut harus dipertimbangkanjuga faktor usia, pekembangan fisik, dan jenjangpendidikan yang sedang dijalani oleh mereka. Modelpembelajaran dengan pendekatan bermain eratkaitannya dengan perkembangan imajinasi perilakuyang sedang bermain, karena melalui daya imajinasi,maka permainan yang akan berlangsung akan jauhlebih meriah. Oleh karena itu sebelum melakukankegiatan, maka guru pendidikan jasmani sebaiknyamemberikan penjelasan terlebih dahulu kepadasiswanya imajinasi permainan yang akan dilakukan.5) Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani adalah keadaan ataukemampuan seseorang untuk melakukan aktivitassehari-hari dengan mudah tanpa mengalami kelelahanyang berarti dan masih mempunyai cadangan tenagamenikmati waktu senggangnya untuk keperluanlainnya. Komponen atau faktor kesegaran jasmani dankomponen kesegaran motorik merupakan satukesatuan utuh dari komponen kondisi fisik. Seseorangdapat dikategorikan kondisi fisiknya baik harusberada dalam kondisi baik pula. Adapun komponenatau faktor jasmani adalah: kekuatan, daya tahan dankelenturan

Page 46: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

46

Fungsi Pendidikan JasmaniFungsi Pendidikan Jasmani menurut

Depdiknas (2003:4-6) meliputi berbagai aspek, yaitu:aspek organik, aspek neuromuskuler, aspekperseptual, aspek kognitif, aspek emosional. Adapunlebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Aspek organik meliputi:a. Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi

lebih baik sehingga individual dapatmemahami tuntutan lingkungannya secaramemadai serta memiliki landasan untukpengembangan keterampilan.

b. Meningkatkan daya tahan yaitukemampuan otot atau kelompok ototuntuk menahan ke dalam waktu yanglama.

c. Meningkatkan kekuatan yaitu jumlahtenaga maksimal yang dikeluarkan olehotot atau kelompok otot.

d. Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler,kapasitas individual untuk melakukanaktivitas yang berat secara terus-menerusdalam waktu relatif lama.

e. Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentanggerak dalam persendian yang diperlukanuntuk menghasilkan gerakan yang efisiendan mengurangi cidera.

2. Aspek neuromuskuler meliputi:a. Meningkatkan keharmonisan antara fungsi

saraf dan otot.b. Mengembangkan keterampilan lokomotor

seperti: berjalan, berlari, meloncat,meluncur, melangkah, mendorong,mendekap, bergulir dan menarik.

c. Mengembangkan keterampilan non-lokomotor seperti: mengayun,melengkung, meliuk, bergoyang,meregang, menekuk, menggantung,membongkok.

d. Mengembangkan faktor-faktor gerakseperti: ketepatan, irama, rasa gerak,power, waktu reaksi, kelincahan.

e. Mengembangkan keterampilan dasarmanipulative seperti: memukul,menendang, menangkap, berhenti,melempar, mengubah arah, memantulkan,bergulir, memvoli.

f. Mengembangkan ketrampilan olahragaseperti: sepak bola, softball, bola voli,bola basket, baseball, atletik, tenis,beladiri, dan lain sebagainya.

g. Mengembangkan ketrampilan rekreasiseperti: menjelajah, mendaki, berkemah,kemah, berenang.

3. Aspek perceptual meliputi:

a. Mengembangkan kemampuan menerimadan membedakan isyarat.

b. Mengembangkan hubungan-hubunganyang berkaitan dengan tempat atau ruang,yaitu kemampuan mengenali obyek yangada di depan, belakang, bawah, sebelahkanan, sebelah kiri.

c. Mengembangkan koordinasi gerak visualyaitu: kemampuan mengkoordinasikanpandangan dengan ketrampilan gerak yangmelibatkan tangan, tubuh dan kaki.

d. Mengembangkan keseimbangan tubuhyaitu: kemampuan mempertahankankeseimbangan statis dan dinamis.

e. Mengembangkan dominasi yaitukonsistensi dalam menggunakan tanganatau kaki kanan atau kaki kiri dalammelempar dan menendang.

f. Mengembangkan lateris yaitu: kemampuanmembedakan antara sisi kanan atau sisi kiritubuh diantara bagian dalam kanan ataukiri tubuhnya sendiri.

g. Mengembangkan image tubuh yaitu:kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuhdan hubungannya dengan tempat atauruang.

4. Aspek kognitif meliputi:a. Mengembangkan kemampuan menggali,

menemukan sesuatu, memahami,memperoleh pengetahuan dan membuatkeputusan.

b. Meningkatkan pengetahuan peraturanpermainan, keselamatan dan etika.Mengembangkan kemampuan penggunaanstrategi dan teknik yang terlibat dalamaktivitas yang terorganisasi.

c. Meningkatkan pengetahuan bagaimanafungsi tuubuh dan hubungannya denganaktivitas jasmani.

d. Menghargai kinerja tubuh: penggunaanpertimbangan yang berhubungan denganjarak, waktu, bentuk, kecepatan, dan arahyang digunakan dalammengimplementasikan aktivitas dandirinya.

e. Meningkatkan pemahaman tentangpemecahan problem-problemperkembangan melalui gerak.

5. Aspek sosial meliputi:a. Menyesuaikan diri dengan orang lain dan

lingkungan dimana dia berada.Mengembangkan kemampuan membuatpertimbangan dan keputusan dalamkelompok.

b. Belajar komunikasi dengan orang lain.

Page 47: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

47

c. Mengembangkan kemampuan bertukarpikiran dan mengevaluasi ide dalamkelompok.

d. Mengembangkan kepribadian, sikap dannilai agar berfungsi sebagai anggotamasyarakat.

e. Mengembangkan rasa memiliki dan rasaditerima masyarakat.

f. Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yangpositif.

g. Belajar menggunakan waktu luang yangkonstruktif.

h. Mengembangkan sikap yangmencerminkan karakter moral yang baik.

6. Aspek emosional meliputi:a. Mengembangkan respon yang ada terhadap

aktivitas jasmani.b. Mengembangkan reaksi yang positif

sebagai penonton.c. Melepaskan aktivitas ketegangan melalui

aktivitas fisik yang tepat.d. Memberikan saluran untuk

mengekspresikan diri dan kreatifitas.e. Menghargai pengalaman estetika dari

berbagai aktivitas yang relevan.Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa fungsi pendidikan jasmani adalahdapat mengembangkan peserta didik seceramenyeluruh melalui kegiatan jasmani, bukan hanyamengembangkan aspek Organik, aspekNeuromuskuler, aspek Perseptual, aspek Kognitif,aspek Sosial, aspek Mental, Emosional, Intelektual,tetapi secara menyeluruh.

Tujuan Pendidikan JasmaniAmir (2006:6) mengemukakan tentang tujuan

pendidikan jasmani meliputi: pengembangankebugaran fisik, pengembangan keterampilan dasarmotorik, pengembangan kognitif dan pengembanganafeksi. Tujuan utama pendidikan jasmani di sekolahlanjutan menurut (Lawson yang dikutip Soenardi(1988), adalah: 1) Memberikan kesempatan kepadasiswa untuk belajar bagaimana cara siswa bergerakterampil dan cekatan. 2) Memberi kesempatan kapadasiswa untuk memahami berbagai pengaruh danketerlibatan mereka dalam kegiatan jasmani yangmenggembirakan. 3) Membantu siswa untukmemadukan keterampilan baru yang dibutuhkandengan pengetahuan yang telah dipelajarisebelumnya. 4) Meningkatkan kemampuan siswauntuk menggunakan pengetehuan dan keterampilansecara rasional, yang diperoleh denganmengaplikasikan pendidikan jasmani dalam kegiatansehari-hari. Tujuan pendidikan jasmani meliputi:

pengembangan kebugaran fisik, pengembanganketerampilan dasar motorik, pengembangan kognitifdan pengembangan afeksi.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapatdijelaskan bahwa tujuan pendidikan jasmani adalahmeliputi pengembangan kebugaran fisik,pengembangan keterampilan dasar motorik,pengembangan kognitif dan pengembanganafektif.Selain dari pada itu tujuan pendidikan jasmanidapat dijabarkan pengembangan kebugaran fisik,pengembangan keterampilan dasar motorik,pengembangan kognitif dan pengembangan afeksi.

Tujuan PembelajaranSalah satu sumbangan terbesar dari aliran

psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran bahwapembelajaran seyogyanya memiliki tujuan.Gagasanperlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kalidikemukakan oleh Skinner pada tahun1950.Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun1962 yang dituangkan dalam bukunya yang berjudulPreparing Instruction Objective.Sejak tahun 1970hingga sekarang penerapannya semakin meluashampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia,termasuk di Indonesia. Mulyasa (2007:35).

Merujuk pada tulisan Uno berikut inidikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakanoleh para ahli.Robert F. Mager mengemukakan bahwatujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendakdicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa padakondisi dan tingkat kompetensi tertentu.Kemp danDavid E. Kapel menyebutkan bahwa tujuanpembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yangdinyatakan dalam perilaku atau penampilan yangdiwujudkan dalam bentuk tulisan untukmenggambarkan hasil belajar yang diharapkan.HenryEllington dalam Hamalik (2005:57) mengemukakanbahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yangdiharapkan dapat dicapai sebagai hasilbelajar.Hamalik (2005:58) menyebutkan bahwa tujuanpembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkahlaku yang diharapkan agar tercapai oleh siswa setelahberlangsung pembelajaran. Sementara itu, menurutstandar proses pada Permendiknas Nomor 41 tahun2007, tujuan pembelajaran menggambarkan prosesdan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh pesertadidik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berartikemampuan yang dirumuskan dalam tujuanpembelajaran agar mencakup kemampuan yang akandicapai siswa selama proses belajar mengajar danhasil akhir belajar pada suatu kompetensi dasar.

Meski para ahli memberikan rumusan tujuanpembelajaran yang beragam, tetapi tampaknyamenunjuk pada esensi yang sama, bahwa: (1) tujuanpembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku

Page 48: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

48

pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran;(2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan ataudeskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David bahwaperumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkandalam bentuk tertulis.Hal mi mengandung implikasibahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanyadibuat secara tertulis (written plan).Mulyasa(2007:45).

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapatmemberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupunsiswa. Hamalik (2005:78) mengidentifikasi 4 (empat)manfaat dan tujuan pembelajaran, yaitu: (1)memudahkan dalam mengkomunikasikan maksudkegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehinggasiswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secaralebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih danmenyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkanguru menentukan kegiatan belajar dan mediapembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakanpenilaian. Dalam Permendiknas RI No.41 tahun 2007tentang standar proses disebutkan bahwa tujuanpembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isimata pelajaran, menata urutan topik-topik,mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, sertamenyediakan ukuran (standar) untuk mengukurprestasi belajar siswa. Sementara itu,menginformasikan hasil studi tentang manfaat tujuandalam proses belajar mengajar bahwa perlakuan yangberupa pemberian informasi secara jelas mengenaitujuan pembelajaran khusus kepada siswa pada awalkegiatan proses belajar-mengajar, ternyata dapatmeningkatkan efektivitas belajar siswa.Memperhatikan penjelasan di atas, tampak bahwatujuan pembelajaran merupakan salah satu komponenpenting dalam pembelajaran, yang didalamnya dapatmenentukan mutu dan tingkat efektivitaspembelajaran. Mulyasa (2007:89).

Efektivitas PembelajaranThe Liang Gie dalam Ensikiopedia

Administrasi (1989:108) mendefinisikan efektivitassebagai berikut yaitu : “Suatu keadaan yangmengandung pengertian mengenai terjadinya efekatau akibat yang dikehendaki. Jika seseorangmelakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentuyang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakanefektif kalau memang menimbulkan akibat dari yangdikehendakinya itu”. Efektivitas merujuk padakemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat ataumencapai tujuan yang telah ditetapkan.Efektivitasjuga berhubungan dengan masalah bagaimanapencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaanatau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya

fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkatkepuasaan pengguna/client.

Dalam ranah kajian perilaku organisasi, Neil(2007:98) mengemukakan tiga pendekatan dalammemahami efektivitas. Pendekatan-pendekatantersebut antara lain pendekatan tujuan (the goaloptimization approach), pendekatan sistem (sistemtheory approach),dan pendekatan kepuasan partisipasi(participant satisfaction model).1. Pendekatan Tujuan. Suatu organisasi berlangsung

dalam upaya mencapai suatu tujuan.Oleh karenaitu, dalam pendekatan ini efektivitas dipandangsebagai goal attainment/goal optimization ataupencapaian sasaran dari upaya bersama. Suatuprogram dikatakan efektif jika tujuan akhirprogram tercapai.

2. Pendekatan Sistem. Pendekatan ini memandangefektivitas sebagai kemampuan organisasi dalammendayagunakan segenap potensi lingkunganserta memfungsikan semua unsur yang terlibat.Efektivitas diukur dengan meninjau sejauh manaberfungsinya unsur-unsur dalam sistem untukmencapai tujuan.

3. Pendekatan Kepuasan Partisipasi. Dalampendekatan ini, individu partisipan ditempatkansebagai acuan utama dalam menilai efektivitas.Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keberadaanorganisasi ditentukan oleh kualitas partisipasikerja individu.

Tiga pendekatan bisa ditarik kesimpulanberkenaan dengan efektivitas pembelajaran bahwaefektivitas suatu program pembelajaran berkenaandengan masalah pencapaian tujuan pembelajaran,fungsi dan unsur-unsur pembelajaran, serta tingkatkepuasan dan individu-individu yang terlibat dalampembelajaran.

Perencanaan PembelajaranLandasan RPP adalah PP No 19 Tahun 2005

pasal 20: ”Perencanaan proses pembelajaran meliputisilabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yangmembuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, danpenilaian hasil belajar”. Ada beberapa petunjuk darirancangan pembelajaran diantaranya ialah:Penguasaan materi pembelajaran, analisis materipelajaran, program satuan pelajaran/persiapanmengajar, dan rencana pembelajaran. Pengertian RPPmenurut Usman (2007:67) adalah persiapan gurumengajar untuk tiap pertemuan. Adapun Komponenutama dalam menyusun RPP adalah: tujuanpembelajaran, materi pelajaran, kegiatanpembelajaran, dan alat penilaian proses.

Menurut Surya (2004:45), guru sebagaiperancang pembelajaran dituntut berperan aktif dalam

Page 49: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

49

merencanakan PBM dengan memperhatikan berbagaikomponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi:

a. Membuat dan merumuskan indikatorpembelajaran

b. Menyiapkan materi yang relevan dengantujuan, waktu, fasilitas, perkembanganilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa,komprehensif, sistematis, dan fungsionalefektif.

c. Merancang metode yang disesuaikandengan situasi dan kondisi siswa.

d. Menyediakan sumber belajar, dalam halini guru berperan sebagai fasilitatordalam pembelajaran.

e. Media, dalam hal ini guru berperansebagai mediator dengan memperhatikanrelevansi (seperti juga materi), efektifdan efisien, kesesuaian dengan metode,serta pertimbangan praktis.

RPP sebagai landasan untuk menuntun gurumelaksanakan pembelajaran mengharuskan gurumerumuskannya sebelum pembelajaran dimulai.Pembelajaran pendidikan jasmani menekankan padagerak dan praktek sederhana. RPP Pendidikan jasmanimenunjukkan suatu tahapan kegiatan yang tidakterlepas dari yang akan dilakukan siswa. Kegiatanpembelajaran olahraga seperti melakukan warmingup, melakukan teknik-teknik sederhana, dimana halini dapat membantu siswa untuk belajar mandiri.

Ketuntasan BelajarKetuntasan belajar yang merupakan proses

belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajarandikuasai sepenuhnya oleh murid. Salah satu cirinyayaitu memperhatikan perbedaan individu terutamadalam hal kemampuan dan kecepatan belajarnyadalam hal ini seorang guru harus benar-benar tahukemampuan masing-masing dari anak didiknyasehingga dalam mengajar guru tahu apa yang harusdilakukan untuk menghadapi anak yang pintar,maupun anak yang kemampuannya di bawah rata-rata.Sadiman (2002:23). Tujuan utama ketuntasan belajaradalah siswa mampu untuk menguasai semua bahanyang telah diajarkan. Ketuntasan belajarmenggunakan pendekatan kelompok danindividualisme. Pada kenyataannya bakat dankemampuan siswa itu berbeda- beda antara siswayang satu dengan siswa yang lain dalam halpenguasaan materi. Guru tidak boleh mengambilsampel tertinggi ataupun terendah di kelas, sebaiknyaguru perlu mengambil nilai rata-rata di tiap kelassehingga murid dapat menguasai materi secarabersamaan.

Tujuan proses belajar-mengajar secara idealagar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh

siswa. Suryobroto (2001:96) “belajar tuntas adalahpencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secaraperseorangan maupun kelompok atau dengan kata lainpenguasaan penuh”. Maksud utama dari belajar tuntasadalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untukmencapai belajar yang sama tingginya dengankelompok terpandai dalam pengajaran klasikal.Maksud lain dari belajar tuntas adalah untukmeningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dansikap siswa yang positif terhadap materi pelajaranyang sedang dipelajarinya. Karena itu, tarafpenguasaan minimal memiliki kriteria yaitupencapaian 75% dan materi setiap pokok bahasandengan melalui penilaian formatif, mencapai 60% darinilai ideal yang diperolehnya melalui perhitunganhasil tes sub-sumatif, dan kokurikuler atau siswamemperoleh nilai enam dalam rapor untuk matapelajaran tersebut.

Masalah yang sangat penting yang Guruhadapi adalah bagaimana usaha guru agar siswa dapatbelajar dengan efektif dan menguasai bahan pelajarandan keterampilan yang dianggap esensial bagiperkembangannya. Bermacam-macam usaha yangdapat dijalankan berkisar pada usaha untuk memberibantuan individual menurut kebutuhan dan perbedaanmasing-masing. Beberapa faktor yang mempengaruhipenguasaan penuh yaitu bakat untuk mempelajarisesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untukmemahami pengajaran, ketekunan, dan waktu yangtersedia untuk belajar. Suryobroto (2001:98). Untukmencapai penguasaan penuh seperti dilakukan padaapa yang disebut “non-grade school”, yaitu sekolahtanpa tingkat kelas. Sistem ini memungkinkan anakuntuk maju terus menurut kecepatan masing-masing.Mulyasa (2007:98).

Dalam usaha mencapai penguasaan penuhperlu diselidiki prasyarat bagi penguasaan itu.Salahsatu prasyaratnya adalah merumuskan secara khususbahan yang harus dikuasai dan tujuan itu harusdituangkan dalam suatu alat evaluasi yang bersifatsumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilansiswa.

Tolak PeluruTolak peluru adalah suatu bentuk gerakan

menolak suatu benda yang berbentuk bulat denganberat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) untukmencapai jarak yang sejauh-jauhnya denganmenggunakan beberapa bentuk gaya. Tolak peluruadalah salah satu nomor lempar dalam cabang atletik,sesuai dengan namanya maka peluru ditolak bukandilempar dalam rangka mencapai jarak yang akanditempuh.

Dapat dikatakan bahwa faktor teknis darigerakan tolak peluru dan faktor biologis, turut

Page 50: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

50

menentukan dalam pencapian prestasi tolak peluru.Faktor terpenting dalam mencapai prestasi tolakpeluru ialah : lintasan percepatan peluru, tinggiberangkat dan sudut berangkat peluru, putaran antaraporos bahu dan poros pinggang, percepatan pelurupada waktu mulai ditolak, akhir semua gerak tolakantenaga bagian secara bersama dan pada saat yangtepat dan terutama koordinasi antara gerak lengan dankaki. Untuk melakukan tolak peluru mempunyaiteknik-teknik atau tahapan-tahapan tertentu.

Menurut Syarifuddin (1992: 145),menyebutkan tahapan-tahapan dalam tolak peluruadalah, 1) cara memegang peluru, 2) sikap badan padasaat akan menolak, 3) cara menolak peluru, 4) sikapbadan setelah menolakkan peluru dan 5) caramelakukan awalan. Gaya tolakan tersebut adalah gayayang pertama kali digunakan oleh para atlet padaperlombaan tolak peluru. Namun sampai sekarang punmasih ada yang menggunakan gaya tersebut, terutamayang masih pemula dalam proses belajar mengajar disekolah. Gaya ini sering disebut gaya kuno (ortodoks).Sedangkan gaya membelakang adalah suatu caramelakukan gerakan menolak mulai dari sikappermulaan sampai dengan bergerak ke depan untukmenolakkan peluru dengan keadaan badanmembelakangi arah tolakan (Syarifuddin, 1992 : 251).Disebut juga gaya O’brien karena atlet atau orangyang pertama kali mempergunakan sekaligusmemperkenalkan gaya ini bernama Parry O’brien,pada tahun 1952, yaitu saat berlangsungnyapenyelenggaraan Olimpiade di Helsinki, dengan hasilyang sangat gemilang pada waktu itu.

Teknik tolak peluru semata-mata suatumetode penolakan dengan satu tangan.Peluru harusdidorong atau ditolak dari bahu dengan satu tangan.Tolakan berarti mendorong ke depan dan ke atas daribahu. Ketika menolak mengambil sikap berdiri dalamlingkaran yang berdiameter 2,135 m untuk memulaitolakan, peluru harus berada di dekat bahu atau dagu.

Strategi PembelajaranMacam-macam strategi pembelajaran dengan

metode pendekatan antara lain Pendekatankonspektual, Pendekatan modifikasi, Pendekatananalisa gerak, Pendekatan bermain. Adapunpenjelasan tersebut dapat dilihat berikut ini:Pendekatan Konseptual

Pendekatan konseptual merupakan suatuproses pendidikan yang holistik dan bertujuanmemotivasi siswa untuk memahami makna materipelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkanmateri tersebut dengan konteks kehidupan merekasehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilanyang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) darisatu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks

lainnya. Pendekatan konseptual juga merupakankonsep belajar yang membantu guru mengkaitkanantara materi yang diajarkannya dengan situasi dunianyata dan mendorong murid/siswa membuathubungan antara materi yang diajarkannya denganpenerapannya dalam kehidupan mereka sebagaianggota keluarga dan masyarakat. Prosespembelajaran berlangsung alamiah dalam bentukkegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukanmentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategipembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Guru dituntut untuk dapat mengkaitkanmateri pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,dan mendorong siswa membuat hubungan antarapengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannyadalam kehidupan mereka. Ada kecenderungan dewasaini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akanbelajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaanmateri terbukti berhasil dalam kompetisi menggingatjangka pendek tetapi gagal dalam membekali anakmemecahkan persoalan dalam kehidupan jangkapanjang.dalam kelas kontekstual. Tugas gurumengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjabersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagianggota kelas (siswa). Begitulah peran guru di kelasyang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Penerapan Pendekatan Kontekstual Di KelasPembelajaran kontekstual dapat diterapkan

dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dankelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatanpembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah.Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini:1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar

lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, danmengkonstruksi sendiri pengetahuan danketerampilan barunya

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri(penemuan) untuk semua topik

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa denganbertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan

berbagai cara

Pendekatan Analisa GerakPendekatan analisa gerak adalah suatu

pembelajaran melalui teknik partisipatif untukmembantu siswa membiasakan diri untuk menganalisagerak agar termotivasi untuk mampu mengoreksigerakan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengandemikian guru pendidikan jasmani membiasakan dirimenganalisa setiap gerak yang dilakukan siswa untuk

Page 51: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

51

melakukan kegiatan khususnya jasmani, agartermotivasi untuk mampu mengoreksi gerakan siswadalam proses belajar mengajar. Pembelajaran inibertujuan untuk mengungkapkan pengaruh teknikpembelajaran partisipatif terhadap kemampuanmotorik dasar dan penguasaan keterampilan gerak,yakni dengan memanipulasi program pendidikanjasmani melalui dua pendekatan teknik pembelajaran,yaitu dengan teknik demonstrasi dan teknikpenggunaan alat bantu pandang (visual aids).http//:www.penerapanteknologipembelajaranpendidikan jasmani.com.

ModifikasiModifikasi merupakan salah satu upaya yang

dapat dilakukan oleh para guru agar prosespembelajaran dapat mencerminkan DAP(Developentally Appropriate Practice). Esensimodifikasi adalah menganalisis sekaligusmengembangkan materi pelajaran dengan carameruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yangpotensial sehingga dapat memperlancar siswa dalambelajarnya. Para guru pendidikan jasmani diharapkandapat menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi,menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimanacara memodifikasinya, menyebutkan danmenerangkan beberapa aspek analisis modifikasi.Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harusmengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasiserta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Tugasajar yang disampaikan harus memperhatikanperubahan kemampuan atau kondisi anak dan dapatmendorong ke arah perubahan dengan tingkatperkembangan dan tingkat kematangan anak didikyang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yangdimaksud mencakup fisik, psikis maupunketerampilannya.

Tugas ajar itu juga harus mampumengakomodasi setiap perubahan dan perbedaankarakteristik individu dan mendorongnya ke arahperubahan yang lebih baik. Disini seorang gurupendidikan jasmani harus memahami betul tentangpembelajaran dengan menggunakan pendekatanmodifikasi.

Prosuder PenelitianPendekatan penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas, dimana pemberian tindakan dapatterlaksana satu siklus atau lebih, tergantung indikatorkeberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian initelah terpenuhi. Penelitian akan diakhiri jika indikatorkeberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai.Seperti dikatakan Wiratmadja (dalam Nazir,2007:103); “tidak selalu upaya perubahan dapatberhasil dalam sekali tindakan, selalu ada kendala-

kendala, kesalahan, atau kekurangan terjadi”. Lebihlanjut Arikunto ( 2011 : 3 ) mengemukakan bahwa;

PTK dapat dilakukan tidak hanya di ruangkelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting adasekelompok anak yang sedang belajar. Peristiwanyadapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, dilapangan olahraga, di tempat kunjungan, atau ditempat lain, yaitu tempat di mana murid sedangberkerumun belajar tentang hal yang sama, dariseorang guru atau fasilitator yang sama.

Berdasarkan kutipan Arikunto di atas dapatdijelaskan bahwa PTK dapat dilakukan tidak hanya diruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yangpenting ada sekelompok anak yang sedang belajar.Peristiwanya dapat terjadi di laboratorium, diperpustakaan, di lapangan olahraga, di tempatkunjungan, atau di tempat lain, yaitu tempat di manamurid sedang berkerumun belajar tentang hal yangsama, dari seorang guru atau fasilitator yang sama.

Rancangan dalam penelitian ini adalah bersifattindakan untuk mendapatkan data yang baik.Penelitian ini, memerlukan suatu rancangan ataugambaran tentang pelaksanaan penelitian. Rancanganpenelitian merupakan ancang-ancang dalam suatupenelitian sebelum penelitian dilaksanakan dilapangan. Yang menjadi rancangan penelitaian dalampenelitian ini adalah pertama-tama peneliti menyusunlaporan penelitian mengambil surat penelitian danmemodifikasi alat serta menyusun RPP dan menyusunrencana pelaksanaan penelitian.

Gambar Siklus Spiral (Arikunto: 2006:16)Berdasarkan gambar tersebut di atas dapat

disusun siklus penelitian sebagai berikut:1) Perencanaan

a. Guru menyusun Rencana PelaksanaanPembelajaran

b. Guru menyiapkan materi pelajaran yang akanditugaskan kepada murid

Page 52: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

52

c. Menyiapkan tugas-tugas untuk muridd. Menyiapkan lembar pengamatan kegiatan

murid dan kemampuan guru mengajar1) Tindakan atau Pelaksanaan

a. Guru melakukan absensib. Membariskan muridc. Guru menjelaskan materi pelajaran

pendidikan jasmanid. Menyampaikan tujuan pembelajarane. Murid dipersiapkan untuk mengikuti

pembelajaran modifikasi media pembelajarantolak peluru

f. Mengadakan evaluasig. Menyimpulkan materi pelajaran

2) Observasia. Guru mengamati proses belajarb. Guru memberikan pengarahan terhadap

murid yang merasa kesulitan dalammelakukan modifikasi tolak peluru.

c. Guru mengamati aktivitas selama prosespembelajaran berlangsung

d. Guru mengamati aktivitas murid dalampembelajaran

e. Hasil pengamatan diceklis dalam tabelpengamatan

3) RefleksiPada tahap refleksi peneliti merefleksi

kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada siklus I.Hasilnya dijadikan bahan masukan dalam rangkaperbaikan pada siklus berikutnya.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah26 orang murid yang duduk di kelas V SD Negeri 32Banda Aceh tahun pelajaran 2012/2013.

Mulyasa (2009:25) menjelaskan bahwa“instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalammengumpulkan data. Untuk kepentingan dalammelihat kejadian yang sejujurnya dalam penelitiankualitatif ada tahapan yang disebut tahapan chek-lisdari apa yang dilihat atau dengan kata lainpengecekan terhadap sumber yang dilihat di lembarobservasi”. Berdasarkan kutipan tersebut, dalampenelitian ini menggunakan instrumen chek-lis yaitumenchek-lis data dari lembaran observasi yangdigunakan dalam penelitian.

Tabel Lembaran Observasi

No Nama

SIKLUS I

Aspek Penilaian

1 2 3 4 5 6 7

T TT T TT T TT T TT T TT T TT T TT

1

2

3

4 Dst

Tabel Aspek Penilaian

No AspekPenilaian Kriteria Penilaian

KutuntasanTuntas

(> 70% -100%)

TidakTuntas

(0%-70%1 Bugar a. Tidak lemas dalam

melakukan kegiatanb. Tidak mengeluh

karena kecapeanc. Setelah melakukan

aktivitas fisik masihsanggup melakukansecara berulang kali

2 Aktif a. Giat melakukankegiatan

b. Bertanya tentangpembelajaran

c. Berani mewujudkanminat, keinginan,pendapat sertadorongan-doronganyang ada pada murid

d. Berani untuk mencarikesempatan untukberpartisipasi dalampersiapan maupuntindak lanjut dansuatu proses belajar-mengajar.

3 Kreatif/In-telektual

1. Cepat tanggapterhadappembelajaran

2. Tidak perlu diajarkanberulang-ulang

3. Mampu menganalisisgerakan setelahdiarahkan

4 Gerakdasar tolakpeluru

a. Awalanb. Tolakanc. Sikap akhir

5 Sosial a. Kerja samab. Saling membantu

6 Gembira a. Merasa senangmelakukanpembelajaran

b. Bersemangatc. Riang tidak ada

beband. Tidak mudah bosan.

7 Emosional/Mental

a. Berani mencobatolakan

b. Tidak marah

Berdasarkan aspek penilaian pada tabel 2 diatas yang terdiri dari bugar, aktif, kreatif/intelektual,gerak dasar tolak peluru, sosial, gembira danemosional/mental dengan kriteria yang telahditentukan, dapat menentukan indikator penilaian.Indikator penilaian berupa nilai ataupun angka daripersentasi dengan kriteria yang telah ditentukansebelumnya.

Pengumpulan data adalah suatu prosespengadaan data primer untuk keperluan penelitian(Nazir:2009:174). Sumber primer menurut Sugiyono(2009:308) adalah sumber data yang langsungmemberikan data kepada pengumpul data.Teknik

Page 53: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

53

pengumpulan data merupakan langkah yang palingutama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitianadalah mendapatkan data, yang dilakukan denganmemberi penilaian melalui pengamatan pada setiapmurid selama pembelajaran berlangsung pada setiapsiklusnya. Pada penelitian tindakan kelas ini penelitiingin melihat bagaimana keaktifan murid dalamproses belajar mengajar dengan menulis deskripsi.Penilaian ketuntasan pembelajaran dinilai oleh 3orang observer yang terdiri dari guru pendidikanjasmani serta dari akademisi. Adapun yang menjaditeknik pengumpulan data yaitu dapat diambil darilembaran observasi yang diamati.

Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untukmengukur sejauhmana efektivitas modifikasi mediapembelajaran pokok bahasan tolak peluru terhadapketuntasan pembelajaran pendidikan jasmani,indikator dari efektivitas belajar adalah meningkatnyahasil belajar murid (Rivai:2008: 27), dengan kata lainbahwa untuk melihat efektif tidaknya sebuah prosespembelajaran bisa dilihat dari pencapaian hasilpembelajarannya. Analisis pembelajaran pada prosespenelitian ini adalah dengan menggunakan deskriptifkualitatif dengan kriteria tuntas dan tidak tuntas sesuaidengan persentase yang telah dijelaskan pada teknikpengumpulan data.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktobertahun 2012 dan tempat penelitian di lapangan sekolahSD Negeri 32 Banda Aceh. Pelaksanaannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan siklus yaitu lebihdari satu kali penelitian.

Hasil dan Pembahasan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian tindakan

kelas yang dilaksanakan berdasarkan siklus yang telahdirencanakan sebelumnya. Namun demikian, jumlahsiklus tidak dapat ditentukan apabila ketuntasanbelajar murid mencapai standar minimal yang telahditetapkan. Setiap pelaksanaan siklus pembelajaranyang telah dilakukan, maka guru bersama observermelakukan refleksi untuk mengetahui kekuranganserta hasil pengamatan observer untuk merencanakansiklus selanjutnya. Siklus yang dilaksanakan dalampenelitian ini terdiri dari dua siklus. Hal inidikarenakan pada siklus kedua tingkat ketuntasanbelajar sudah meningkat dari siklus sebelumnyasehingga tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Adapun refleksi hasil per siklus diuraikan dibawah ini.1. Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran pada sikluspertama menunjukkan beberapa perubahan pada dirimurid, ini ditandai dengan adanya suasana baru yangdialami murid ketika dalam pembelajaran denganadanya permainan. Hal seperti ini menunjukkan

bahwa pembelajaran tolak peluru dengan pendekatanmodifikasi media masih baru bagi murid. Namundemikian tujuan tercapainya ketuntasan belajar padasiklus pertama ini belum selesai. Dari hasilrekapitulasi para observer terdapat beberapakelemahan yang belum dikuasai oleh murid. Tinjauanterdiri dan beberapa aspek yang menjadi penilaian intiobserver. Adapun hasil rekapitulasi ketuntasan belajarsiklus pertama dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siklus I

NO Obeserver

SIKLUS 1

ASPEK PENILAIAN

Bugar AktifKreatif/Intelek

tual

GerakDasarTolakPeluru

Sosial Gembira Emosional/Mental

T TT T TT T TT T TT T TT T TT T TT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Observer 1 18 8 21 5 17 9 15 11 23 3 24 2 21 5

2 Observer 2 26 0 21 5 23 3 12 14 23 3 23 3 26 0

3 Observer 3 15 11 19 7 18 8 14 12 22 4 25 1 21 5

Jumlah 59 19 61 17 58 20 41 37 68 10 72 6 68 10

PersentaseKetuntasan 76 24 78 22 74 26 53 62 87 13 92 8 87 13

Dari tabel di atas dapat diketahui beberapaaspek ketuntasan belajar yang direkapitulasi dari tigaobserver adalah Supriadi, S.Pd., M.Pd., Abdurrahman,S.Pd., M.Pd., dan Munzir, S.Pd. Hasil tersebutmenunjukkan persentase keseluruhan murid yangmengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmanidengan memodifikasi. Dari tabel tersebut persentaseyang paling tinggi tingkat ketuntasannya adalahgembira yaitu 92%, sedangkan persentase ketuntasanyang paling rendah adalah gerak dasar tolak pelurudengan persentase yaitu 53%. Selanjutnya aspeksosial dan mental emosional masing-masing terdiridari 87%, aspek aktif sebanyak 78% bugar 76% sertaaspek kreatif/intelektual mencapai tingkatketuntasan74%. Secara keseluruhan aspek yangdiamati semuanya belum tuntas, aspek yang tidaktuntas terdiri dari tujuh aspek yaitu bugar, aktif,kreatif/intelektual, gerak dasar tolak peluru, sosial,gembira dan emisional/mental.

Ketidaktuntasan pembelajaran padapelaksanaan pembelajaran siklus pertama ini ditinjaudari kekurangan yang dapat dilihat dari aspek fisikdan kreativitas murid. Murid masih belum memahamipembelajaran tolak peluru dan masih bingungbagaimana cara melakukan tolak peluru denganmenggunakan bola karet dengan ragam permainanyang masih baru bagi murid. Belum munculkreativitas murid tersebut dalam berolahraga dengantolak peluru yang diajarkan melalui pendekatanpembelajaran yang telah dimodifikasi. Berdasarkanpengamatan observer dan guru para murid masih

Page 54: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

54

merasa asing dengan pembelajaran yang dilakukan,ditambah lagi peraturan tolak peluru yang belumsepenuhnya dikuasai murid. Untuk mengatasi haltersebut guru memberikan pengarahan tambahan sertapenjelasan untuk membuat murid lebih mudah danmenyenangkan dalam melakukan pembelajaran tolakpeluru.

Dari pengamatan 3 (tiga) orang observerserta tingkat ketuntasan yang belum dapat diketahuidan diukur sepenuhnya, maka dari hasil diskusidengan observer siklus pertama harus dilanjutkanpada siklus ke dua. Perbaikan yang dilakukan adalahRPP siklus kedua dengan penekanan pada materiyang diberikan dalam bentuk tolak peluru secaraberkelompok dan diarahkan kepada murid-muridmelalui pendekatan individu dan kelompok yangbelum mencapai ketuntasan. Selanjutnya, penyesuaianbahasa yang lebih sederhana dalam menjelaskanarahan pembelajaran kepada murid. Guru bersamapara observer lebih menekankan perbaikan kepadastrategi pembelajaran, di mana pembentukan suasanapembelajaran yang lebih fleksibel. Penekanan kepadastrategi ini disesuaikan lagi dengan aturan pada tolakpeluru yang telah direncanakan dalam RPP. Beberapaperubahan serta penekanan yang lebih dalammeningkatkan aspek yang dianggap belum tuntasdiulang secara sistematis, yaitu tentang dasar tolakpeluru, kreativitas murid, sosial murid serta tolakpeluru yang menjadi pedoman pengembanganpembelajaran dalam RPP pada siklus kedua.

Adapun refleksi secara terperinci adalah;a. Perlu adanya tindak lanjut pada siklus II

dikarenakan masih ada murid yang salah dalammelakukan teknik tolak peluru.

b. Masih ada murid yang kurang dapat membedakanantara tolak dan lempar.

c. Masih ada murid yang kurang paham terhadapproses pembelajaran yang dilaksanakan peneliti.

d. Masih ada murid yang kurang bugar, hal ini dapatterjadi karena murid merasa belum memahiterhadap isi pembelajaran.

e. Penjelasan dan demonstrasi dari guru belum luassehingga tahapan pembelajaran pemanasan daninti belum semua dipahami oleh seluruh murid.

f. Guru perlu lebih banyak memotivasi muridsehingga murid tidak terlalu tegang dalammempelajari pembelajaran baru yaitumemodifikasi media pembelajaran dalampendidikan jasmani.Berdasarkan beberapa kajian dari refleksi yang

dilakukan oleh guru dan 3 (tiga) orang observer yangterdiri dari rekan mahasiswa yang juga sebagai gurupendidikan jasmani, maka diperlukan tindak lanjutuntuk melakukan siklus II.

2. Siklus IIPelaksanaan pembelajaran siklus ke dua

menunjukkan hasil yang berbeda dari siklus pertama.Setelah melakukan perencanaan dan diskusi yangmendalam dengan observer untuk meningkatkanpersentase ketuntasan belajar murid, makapembelajaran pada siklus kedua menunjukkan hasilyang maksimal. Hasil tersebut sebagaimanadirekapitulasi pada tabel di bawah ini.Tabel Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siklus II

NO Obeserver

SIKLUS 1

ASPEK PENILAIAN

Bugar AktifKreatif/Intelek

tual

GerakDasar Tolak

PeluruSosial Gembira Emosional/

Mental

T TT T TT T TT T TT T TT T TT T TT

1 Observer 1 26 0 26 0 26 0 23 3 26 0 26 0 26 0

2 Observer 2 26 0 26 0 26 0 26 0 26 0 26 0 26 0

3 Observer 3 26 0 26 0 26 0 22 4 26 0 26 0 26 0

Jumlah 78 0 78 0 78 0 71 7 78 0 78 0 78 0

PersentaseKetuntasan 100 0 100 0 100 0 91 9 100 0 100 0 100 0

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa adapeningkatan yang baik dari pelaksanaan pembelajaransiklus pertama. Semua aspek mengalami peningkatanyang cukup tinggi, aspek ini dimulai dari sosial 100%sampai dengan aspek kebugaran yaitu 100%, aktif,kreatif/intelektual, gembira dan emosional mengalamipeningkatan ketuntasan sampai dengan 100%, tetapigerak dasar tolak peluru masih terdapat ketidaktuntasan sebanyak 9%. Hasil ini menunjukkan tingkatyang maksimal dari ketiga observer, tidak adaperbedaan yang signifikan dari observer tentangpenilaian yang diberikan. Perbedaan para observermemiliki selisih yang berjumlah satu orang, dankadang-kadang mempunyai penilaian yang sama dariobserver tersebut. Dari aspek ketidaktuntasan jugatidak memiliki banyak variasi, jumlah yang palingtinggi berada pada aspek gerak dasar yaitu 91%.

Berdasarkan hasil pengamatan pada sikluspertama yang telah dilakukan serta perencanaan yangtelah mengalami beberapa perubahan, maka tahaptindakan untuk siklus kedua dapat dilaksanakan. Padasiklus kedua ini perubahan terjadi dengan baik, halinidisebabkan karena pengulangan dan pengarahanpada siklus pertama murid-murid sudah menunjukkanpemahaman terhadap peraturan tolak peluru danmereka lebih dapat berekspresi melakukan tolakpeluru dengan modifikasi bolakaret yang merekalakukan. Murid sudah mulai terarah dan pahamtentang model pembelajaran akumulasi PembelajaranAktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkantentang tolak peluru. Suasana sudah mulai berubah,murid sudah tahu cara membagi kelompok atau regumasing-masing. Murid kelas V SD Negeri 32 BandaAceh sudah mulai mengajukan pertanyaan idemaupun pendapat walaupun belum terarah.

Page 55: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

55

Pada siklus kedua ini nampak perubahan yangsignifikan tentang kreativitas murid dan terbuktibahwa model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif danEfektif dan Menyenangkan terakumulasi berhasil dannampak perubahan yang berarti pada murid Kelas VSD Negeri 32 Banda Aceh. Beberapa kelebihan yangdimunculkan pada siklus kedua ini murid lebih mudahmengingat peraturan yang sederhana sehinggamemudahkan murid mengatur fisiknya. Dari kajianteoritis perkembangan pembelajaran, makadiusahakan pembelajaran ini memberi kesan kepadaanak-anak bahwa kegiatan pembelajaran adalahbermain. Dengan demikian tanpa disadari oleh muridbahwa mereka telah belajar dan melakukan kegiatankurikulum yang sebenarnya.

Dari hasil diskusi dengan observer ditambahdengan hasil pengamatan guru sendiri pada sikluskedua ini, maka siklus kedua sudah dapat dihentikandengan pertimbangan bahwa indikator perencanaanpembelajaran telah tercapai melalui pengamatan.Lembar observasi yang menjadi pedoman observertelah menunjukkan nilai yang dianggap cukup tinggimaka siklus pembelajaran sebagai tindakan tidak lagidilanjutkan pada siklus ketiga.3. Ketuntasan Belajar

Tujuan akhir dari penelitian ini adalahketuntasan belajar Pendidikan Jasmani di kelas V SDNegeri 32 Banda Aceh dengan sub pokok bahasantolak peluru. Beberapa aspek yang diamatiberdasarkan pedoman lembaran observasi yangdipegang oleh observer direkapitulasi untukmengetahui kecenderungan ketuntasan pembelajaran.Rekapitulasi data pada siklus pertama dan keduadiolah melalui perhitungan dan dikelompokkan.Setelah pengolahan tersebut jumlah keseluruhandijadikan dalam bentuk persentase serta rata-ratanya.Dengan demikian kecenderungan data yangdiperolehdari hasil penelitian ini dapat diketahuihasilnya. Adapun rekapitulasi ketuntasan belajar padapelaksanaan siklus pertama dan kedua telah diuraikanpada tabel di atas.

Tingkat ketuntasan yang dilaksanakan padakedua siklus pembelajaran memiliki selisih yangcukup signifikan. Hal ini dapat diketahui melaluipengurangan persentase ketuntasan siklus keduadengan persentase ketuntasan pada siklus pertama.Dengan demikian terdapat selisih ketuntasansebagaimana yang dapat dilihat pada tabel di bawahberikut ini.

Tabel Selisih Tingkat Ketuntasan antara Siklus I danII

NoAspek

Pengamatan

Persentase

Ketuntasan Siklus

I

PersentaseKetuntasan

Siklus II

PeringkatPersentaseKetuntasanSiklus I dan

Siklus II

1 Bugar 76 100 24

2 Aktif 78 100 22

3 Kreatif/Intelektual

74 100 26

4Gerak DasarTolakPeluru

53 91 38

5 Sosial 87 100 13

6 Gembira 92 100 8

7 Emosional/Mental

87 100 13

Rata-Rata 21

Berdasarkan kajian di atas pada tabel 4.3dapat dijelaskan bahwa selisih rata-rata ketuntasanantara siklus I dan siklus II pada murid kelas V SDNegeri 32 Banda Aceh adalah sebanyak 21%.

Hasil penelitian telah diketahui bahwabeberapa peningkatan aspek pembelajaran yangdimulai dari kebugaran, aktif, kreatif dan intelektual,gerak dasar, sosial, gembira, emosional dan mental.Beberapa perubahan terjadi selama pelaksanaanpembelajaran dari siklus pertama dan kedua. Dilihatdari pelaksanaan pada aspek pertama bahwa terdapatbeberapa permasalahan tentang pembelajaran yangdilaksanakan, seperti aturan bermain murid masihkaku, dan tidak adanya pemahaman yang samatentang bagaimana bentuk pembelajaran tolak peluruyang sebenarnya. Dalam hal ini guru membuat arahankepada murid dengan pendekatan individu dankelompok dalam memberikan arahan yangsebenarnya.

Aspek siklus pertama ini, seperti yangditunjukkan pada hasil penelitian bahwa ke tujuhaspek yaitu bugar, aktif, kreatif/intelektual, gerakdasar tolak peluru, sosial, gembira danemosional/mental masih ada murid yang tidak tuntasdalam mengikuti proses belajar yang dinilai olehobserver. Ketidaktuntasan ini diketahui setelahberdiskusi dengan observer bahwa masih kurangnyapemahaman murid terhadap pembelajaran tolak peluruyang diberikan guru, berakibat kurangnya keseriusanmurid dalam pembelajaran tolak peluru. Selanjutnyaberdampak kepada emosional murid yang tidaktermotivasi untuk belajar. Dengan demikian muridakan malas, yang pada akhirnya semua aspek mulaidari aspek bugar sampai dengan aspekemosional/mental ikut terpengaruh, sehingga semua

Page 56: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

56

aspek ini tidak tuntas dalam pembelajaran sikluspertama.

Aspek yang diteliti sangat penting dalampembelajaran seperti yang dijelaskan oleh Baley danField (1976) dalam Amir (2006: 5) bahwa dimensiaspek dan ruang lingkup pendidikan jasmani tidakterbatas pada unsur jasmani saja, tetapi lebihditekankan pada pendidikan secara luas yang meliputiaspek intelektual, sosial, kultural, emosional, danestetika.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkansecara praktis bahwa tujuan operasional pendidikanolahraga belum tercapai. Secara operasional tujuanpendidikan jasmani meliputi: pengembangankebugaran fisik, pengembangan keterampilan dasarmotorik, pengembangan kognitif dan pengembanganafektif, di samping itu juga ada empat domain yangingin dikembangkan dalam pendidikan jasmani yaitudomain fisik, domain psikomotor, domain kognitif,dan domain afektif, selain itu juga pendidikan jasmaniadalah untuk menciptakan lingkungan yang bisamerangsang pengalaman gerak murid untukmenghasilkan respon yang diinginkan, yangmemberikan kontribusi dalam mengembangkansemua potensi yang dimiliki secara optimal (Amir;2006: 5).

Berdasarkan pendapat di atas diketahuibahwa pembelajaran siklus pertama belummenunjukkan adanya indikator ketuntasan belajaryang merujuk kepada tujuan pembelajaran jasmaniyang sebenarnya. Dengan demikian perencanaan padasiklus kedua lebih dimatangkan dengan memberikanpengarahan serta motivasi belajar kepada murid.Dengan melakukan pengarahan sederhana untuktingkat sekolah dasar maka materi pembelajaran inidapat dengan mudah dipahami murid. Hal ini menjaditantangan bagi guru yang melaksanakan pembelajarandi sekolah melalui modifikasi beberapa peraturan,peralatan, dan tempat yang tersedia di lapangan.

Pada dasarnya modifikasi dapat dilakukandengan alasan yang tepat dan tujuan yang benar.Mengingat pembelajaran ini merupakan bagian darikurikulum nasional dimana menuntut guru untukberkreativitas yang salah satunya adalah memodifikasipembelajaran. seperti yang jelaskan Lutan dalamSamsuddin (1988: 32) Bahwa: Modifikasi dalam matapelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengantujuan agar:a. Murid memperoleh kepuasan dalam mengikuti

pelajaran.b. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam

berpartisipasic. Murid dapat melakukan pola gerak yang benar.

Pendapat di atas sesuai dengan apa yangtelah dilaksanakan pada siklus kedua. Hal iniditunjukkan dengan adanya peningkatan yang drastis

ketujuh aspek yang menjadi pedoman penilaianobserver. Peningkatan yang signifikan ini memilikiselisih yang bervariasi seperti yang terdapat pada tabel4.3. di atas. Beberapa hasil pengamatan meningkatnyaketuntasan belajar pada siklus kedua adalah:a. Murid telah memahami aturan tolak pelurub. Murid termotivasi dengan perlombaan tolak

peluruc. Murid bergembira dalam bersosial dengan teman-

temannyad. Minat murid meningkat dengan adanya

kebersamaanHasil penelitian, rata-rata persentase belajar

tuntas pada siklus kedua adalah 21%. Dan persentaseini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikanjasmani ini telah tuntas, dikarenakan terdapatpeningkatan dari siklus sebelumnya serta sudahmencapai kriteria ketuntasan 100%. Dari penjelasantersebut, tindakan modifikasi media pembelajarantolak peluru telah memenuhi kriteria belajar tuntas,dimana murid telah menguasai materi pembelajaranyang ditinjau dari tujuh aspek, yaitu kebugaran, aktif,kreatif/intelektual, gerak dasar, sosial, gembira, danemosional/mental. Jadi dengan memodifikasi mediapembelajaran dapat meningkatkan ketuntasanpembelajaran tolak peluru pada murid SD Negeri 32Banda Aceh.

KesimpulanBerdasarkan hasil pembahasan penelitian maka

dapat disampaikan bahwa:1. Memodifikasi media pembelajaran dalam pokok

bahasan tolak peluru dapat mencapai kriteriaketuntasan dalam pembelajaran pendidikanjasmani pada murid kelas V SD Negeri 32 BandaAceh.

2. Hasil penelitan menunjukkan bahwa terdapatpeningkatan dari siklus I ke siklus II. Selisihantara siklus I dan siklus II rata-rata tingkatketuntasan dari hasil penelitian yaitu 21%, jadihasil rata-rata tersebut sudah mencapai tingkatketuntasan.

Daftar PustakaAhmadi, Abu (2007)Tehnik Belajar Yang

Tepat.Semarang: Mutiara Permata WijayaAmir, Nyak (2005), Pembelajaran Pendidikan

Jasmani di Sekolah Dasar Lonsep dan Praktik.Banda Aceh: SyiahKuala University Press.

-------. (2006), Pembelajaran Pendidikan JasmaniKonsep dan Praktik, Cet. Ed 2. Banda Aceh,Syiah Kuala University Press.

Arikunto, Suharsimi (2006)Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. EdisirevisiVI. CetXIII.Jakarta: Rineka Cipta.

Page 57: Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014 PROFIL …mpor.unsyiah.ac.id/uploads/1/3b5bdcea0f-jurnal-sp-vol-4... · 2017-05-08 · dan keempat kompetensi diatas berlaku untuk

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 2. Agustus 2014

57

-------.dkk (2011) Penelitian Tindakan Kelas, Cetakankesepuluh, Jakarta. Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar (2011) Media Pembelajaran.Jakarta.Rajawali Press.

Gagne dalam Nasution S (2003).BerbagaiPendekatan Dalam ProsesBelajar.Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar (2005)Metode Belajar DanKesulitan-Kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung.

Harsuki(2002)Perkembangan Olahraga TerkiniKajian Para Pakar.Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Lutan, Rusli (1988) Belajar Keterampilan Motorik,Pengantar Teori dan Metode. Jakarta:Debdikbud.

Mulyasa.E (2007).Kurikulum KTSP. Bandung:Rinneka Cipta.

-------. (2009). Implementasi Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan, Kemandirian Guru danKepala Sekolah, Jakarta. Bumi Aksara.

Mutohir, Toho Cholik (1992) Pendidikan Olahragadan Kesehatan Jasmani. Bandung: RemajaRosdakarya.

Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Bogor: GhaliaIndonesia.

Neil (2007) Kurikulum Kompensional, Jakarta: BumiAksara.

Sadiman, Arief (2002)Media Pendidikan Pengertian,Pengembangan, dan

Pemanfaatannya.Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Sudrajat, Ahkmad (2007) Media Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono (2009)Metode Penelitian Pendidikan,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Sukintaka(2001) Teori BermainPendidikan.Yogyakarta: ESA Grafika Solo.

Sumardjono, S (2002)Pengetahuan Praktis Kesehatandalam Olahraga. Jakarta: Gramedia.

Surya, Mohammad (2004) Psikologi Pembelajaran&Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.Suryobroto (2001) Teknologi Pembelajaran

Pendidikan Jasmani, Yogyakarta: FIKUNY.

Syarifuddin (2002) Pembebanan Latihan DalamPembinaan Prestasi Olahraga. Jakarta:Majalah Forum Olahraga Edisi Desember.

Tim Abdi Guru(2007) Pendidikan Jasmani, Olahragadan Kesehatan Untuk SD Kelas V.Jakarta.Erlangga.

Trianto(2009)Mendesain Model PembelajaranInovatif – Progresif, Konsep, Landasan, danImplementasi pada Tingkat KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.Kencana Prenada Media Group.

Widya, Muchtar Jumaidar (2004)Belajar BelatihGerak-Gerak Dasar Atletikdalam Bermain.Jakarta: Raja Grafindo Persada.