jurnal poltekkes jambi vol 4

70
Alamat Redaksi : Politeknik Kesehatan Jambi, Jl. Haji Agus Salim No.09, Kota Baru, Jambi Edisi Juli 2011 Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Serangan Asma Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Kaimuddin, Siti Aisyah, Yelliyanda Analisis Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Murid Kelas Vi SD di Kota Jambi Tahun 2010 David Rudi, Ahmad Khairullah, Junaidi Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental Usia 10-14 Tahun di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Kota Jambi Erris Siregar Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif Terhadap Nyeri Post Operasi Sectio Caeseria di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mataher Jambi Tahun 2010 Ernawati Hubungan Kepatuhan Pasien Dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Raden Mattaher Jambi Netha Damayantie, Monalisa, Musliha Studi Eksplorasi Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Malaria di Propinsi Jambi Gusti Lestari Handayani, Rohaida, Abbasiah Hubungan Perilaku Host Dan Peran Pengawas Minum Obat Dengan Kesembuhan Pasien TB Paru di Puskesmas Perawatan Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2010 Vivianti Dewi, Debbie Nomiko, Ary Irfan Efektivitas Penyuluhan Kepada Orang Tua Secara Personal dan Pengolesan Bahan Cpp-Acp Pada Anak Terhadap Resiko Terjadinya Karies Pada Murid SD Islam Al-Falah Kota Jambi Rina Kurnianti, Retno Dwi Sari, Slamet Riyadi Kebutuhan Dan Permintaan Perawatan Orthodonsi Pada Mahasiswa Poltekkes Jambi Tahun 2011 Naning Nur Handayatun, Valentina,NK, Parlindungan Situmeang Pengetahuan, Motivasi dan Upaya Remaja dalam Menanggulangi Nyeri Haid di SMA Negeri I Kota Jambi Tahun 2009 Indarmien Netty Analisis Faktor Risiko Karies Gigi dan Hubungannya Dengan Indeks Karies Gigi pada Anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi Aida Silfia Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan Rsud Raden Mattaher Jambi Tahun 2009 Rosmaria, Diniyati, Maini ISSN 2085-1677 Pemberitaan Ilmiah Volume 4

Upload: poltekkes-jambi

Post on 24-Mar-2016

312 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Alamat Redaksi : Politeknik Kesehatan Jambi, Jl. Haji Agus Salim No.09, Kota Baru, Jambi

Edisi Juli 2011

Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Serangan Asma Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi

Kaimuddin, Siti Aisyah, Yelliyanda

Analisis Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Murid Kelas Vi SD

di Kota Jambi Tahun 2010 David Rudi, Ahmad Khairullah, Junaidi

Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Tingkat Kemandirian

Anak Retardasi Mental Usia 10-14 Tahun di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Kota Jambi

Erris Siregar

Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif Terhadap Nyeri Post Operasi Sectio Caeseria di Ruang Kebidanan

RSUD Raden Mataher Jambi Tahun 2010 Ernawati

Hubungan Kepatuhan Pasien Dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetik

Pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Raden Mattaher Jambi Netha Damayantie, Monalisa, Musliha

Studi Eksplorasi Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Malaria di

Propinsi Jambi Gusti Lestari Handayani, Rohaida, Abbasiah

Hubungan Perilaku Host Dan Peran Pengawas Minum Obat

Dengan Kesembuhan Pasien TB Paru di Puskesmas Perawatan Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2010

Vivianti Dewi, Debbie Nomiko, Ary Irfan

Efektivitas Penyuluhan Kepada Orang Tua Secara Personal dan

Pengolesan Bahan Cpp-Acp Pada Anak Terhadap Resiko Terjadinya Karies

Pada Murid SD Islam Al-Falah Kota Jambi Rina Kurnianti, Retno Dwi Sari, Slamet Riyadi

Kebutuhan Dan Permintaan Perawatan Orthodonsi

Pada Mahasiswa Poltekkes Jambi Tahun 2011 Naning Nur Handayatun, Valentina,NK, Parlindungan Situmeang

Pengetahuan, Motivasi dan Upaya Remaja dalam

Menanggulangi Nyeri Haid di SMA Negeri I Kota Jambi Tahun 2009

Indarmien Netty

Analisis Faktor Risiko Karies Gigi

dan Hubungannya Dengan Indeks Karies Gigi pada Anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi

Aida Silfia

Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri

Pada Ibu Post Partum di Ruang Kebidanan Rsud Raden Mattaher Jambi Tahun 2009

Rosmaria, Diniyati, Maini

ISSN 2085-1677

Pemberitaan Ilmiah

Volume 4

Page 2: Jurnal poltekkes jambi vol 4

i

REDAKSI JURNAL POLTEKKES JAMBI

Pelindung :

Direktur Poltekkes Jambi Asmmuni HS, SKM,MM Pengarah :

Pudir I: Hj.Tati Nurty, S.Pd, M.Kes Pudir II: Rusmimpong, S.pd, M.Kes Pemimpin Redaksi drg. Naning Nur Handayatun, M.Kes Konsultan : Syamsul Ridjal, SKM, MM., M.KES drg. Ahmad Khairullah, M.Kes Krisdiyanta, S.KM, M.Kes Nuraidah, S.Pd, M.Kes Anggota Redaksi:

Erris Siregar, S.KM, M.Kes Dra. Neni Heriani, M.Kes Vivanti Dewi, S.Pd, M.Kes

Sekretaris Redaksi

drg. Karin Tika Fitria Pencetakan dan Distribusi

Slamet Riyadi, S.KM Alamat Redaksi Politeknik Kesehatan Jambi Jl. Haji Agus Salim No 09 Kota Baru Jambi

ISSN 2085-1677 Vol IV Edisi Juli 2011

Editorial

Pembaca Yth, Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga Jurnal Poltekkes Jambi Vol IV telah dapat diterbitkan. Penantian yang panjang untuk terkumpulnya naskah ilmiah sebagai materi utama terbitan kita. Untuk itu penelitian ilmiah di lingkup Poltekkes Jambi harus lebih kita galakkan sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kepada penulis yang telah mempercayakan kepada kami untuk menerbitkan karyanya kami ucapkan terimakasih . Untuk edisi kali ini kita sajikan beberapa karya ilmiah dari bidang kesehatan gigi, kesehatan lingkungan, kesehatan reproduksi serta ilmu keperawatan dan manajemen. Semoga bermanfaat, maju terus dan selamat berkarya. Pemimpin Redaksi, drg. Naning Nur Handayatun, M.Kes

email: [email protected]

Page 3: Jurnal poltekkes jambi vol 4

ii

Pemberitaan Ilmiah

JURNAL POLTEKKES JAMBI ISSN 2085-1677

Politeknik Kesehatan Jambi Volume IV Edisi Juli 2011

DAFTAR ISI

Editorial Daftar Isi Ketentuan Penulisan Jurnal Ilmiah 1. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Serangan Asma

Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi………………….. 1 Kaimuddin, Siti Aisyah, Yelliyanda 2. Analisis Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Murid Kelas Vi SD

di Kota Jambi Tahun 2010.......................................................................................... 4 David Rudi, Ahmad Khairullah, Junaidi 3. Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Tingkat Kemandirian Anak

Retardasi Mental Usia 10-14 Tahun di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Kota Jambi…………………………………………………………. 9

Erris Siregar

4. Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif Terhadap Nyeri Post Operasi

Sectio Caeseria di Ruang Kebidanan Rsud Raden Mataher Jambi Tahun 2010……. 14 Ernawati

5. Hubungan Kepatuhan Pasien Dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetik

Pada Pasien Diabetes Mellitus di Rsud Raden Mattaher Jambi……………………….. 19 Netha Damayantie, Monalisa, Musliha

6. Studi Eksplorasi Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Malaria di

Propinsi Jambi ……………………………………………………………………………….. 23 Gusti Lestari Handayani, Rohaida, Abbasiah

7. Hubungan Perilaku Host Dan Peran Pengawas Minum Obat

Dengan Kesembuhan Pasien TB Paru di Puskesmas Perawatan Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2010.................................................................................. 30

Vivianti Dewi, Debbie Nomiko, Ary Irfan

8. Efektivitas Penyuluhan Kepada Orang Tua Secara Personal dan Pengolesan

Bahan Cpp-Acp Pada Anak Terhadap Resiko Terjadinya Karies Pada Murid SD Islam Al-Falah Kota Jambi ……………………………………………………………… 37 Rina Kurnianti, Retno Dwi Sari, Slamet Riyadi

9. Kebutuhan Dan Permintaan Perawatan Orthodonsi Pada Mahasiswa

Poltekkes Jambi Tahun 2011.......................................................................................... 44 Naning Nur Handayatun, Valentina,NK, Parlindungan Situmeang

10. Pengetahuan, Motivasi dan Upaya Remaja dalam Menanggulangi Nyeri Haid

di SMA Negeri I Kota Jambi Tahun 2009………………………………………………….. 49 Indarmien Netty

11. Analisis Faktor Risiko Karies Gigi dan Hubungannya Dengan Indeks Karies Gigi

pada Anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi……………………………………………….. 57 Aida Silfia

12. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum

di Ruang Kebidanan Rsud Raden Mattaher Jambi Tahun 2009……………………….. 62 Rosmaria, Diniyati, Maini

Page 4: Jurnal poltekkes jambi vol 4

iii

KETENTUAN PENULISAN JURNAL ILMIAH ISSN 2085-1677

Politeknik Kesehatan Jambi Volume IV Edisi Juli 2011

PERSYARATAN UMUM

Naskah diketik dalam bahasa Indonesia atau bahasa inggris dengan lay out kertas A4, batas tepi 3 cm, jarak 1 spasi, menggunakan huruf Arial dengan ukuran 10. Naskah tidak menggunakan catatan kaki di dalam teks, panjang naskah 5-15 halaman termasuk tabel dan gambar. Tabel ditulis dengan huruf Arial ukuruan 8 atau 9 tanpa garis tegak. Gambar tanpa warna. Bila mencantumkan diagram, gunakan diagram lingkaran atau batang dengan arsir. File diketik menggunakan aplikasi Microsoft Word (versi 2000, XP, 2003 atau 2007). Naskah harus sudah sampai di sekretariat

redaksi selambat-lambatnya tanggal 25 bulan Januari dan Juli sebelum penerbitan dan dikirim dalam bentuk CD-ROM disertai print out sebanyak tiga rangkap.

Penulis yang naskahnya akan dimuat dikenakan biaya Rp 150.000 per artikel yang dananya diserahkan langsung ke sdri Naning Nur Handayatun, M.Kes. Penulis akan menerima 1 (satu) eksemplar nomor jurnal yang memuat artikelnya.

Jika mengiginkan eksemplar tambahan, dipersilahkan mengantikan biaya cetak sebesar Rp.50.000,-.

PERSYARATAN KHUSUS

Artikel Kupasan (Review)

Artikel harus mengupas secara kritis dan komprehesif perkembangan suatu topik berdasarkan temuan-temuan baru yang didukung oleh kepustakaan yang cukup dan terbaru,sistematika penulisan artikel kupasan terdiri-dari : Judul Artikel, Nama Penulis (ditulis Dibawah Judul dan tanpa gelar), Abstraks, Pendahuluan (berisi latar balakang dan Tujuan Penulisan) , Bahan dan Cara (berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel atau subjek penelitian, tehnik pengumpulan dan tehnik analisa data), Hasil dan pembahasan, Hasil penelitian berisikan tabel atau grafik dan hasil uji statistik, kemudian dibahas, Penutup (berisi tentang kesimpulan atas isi bahasan yang disajikan pada bagian inti dan saran yang sejalan dengan kesimpulan), Ucapan terima kasih (bila diperlukan), Rujukan

Artikel Riset (Research Paper) Naskah terdiri atas judul dan nama penulis lengkap dengan nama institusi dan alamat korespodensi diikuti oleh abstrak (dengan kata kunci) Pendahuluan bahan dan metode hasil dan pembahasan kesimpulan dan saran ucapan terima kasih bila diperlukan dan daftar pustaka Judul (Title)

Judul harus informatif dan deskriptif (maksimum 28 kata)

Judul dibuat memakai huruf kapital dan diusahakan tidak mengandung singkatan

Nama lengkap penulis tanpa gelar dan nama institusi tempat afiliasi masing-masing penulis yang disertai dengan alamat korespodensi

Page 5: Jurnal poltekkes jambi vol 4

iv

Abstrak (abstract)

Abstrak merupakan sari tulisan yang meliputi latar belakang riset secara ringkas, tujuan, metode, hasil dan simpulan riset panjang astrak maksimum 250 kata dan disetai kata kunci Pendahuluan (Introduction)

Justifikasi tentang subjek yang dipilih didukung dengan pustaka yang ada

Harus diakhiri dengan menyatakan apa tujuan tulisan tersebut

Bahan dan Cara Kerja (Materials and Method)

Harus detil dan jelas sehingga orang yang berkompeten dapat melakukan riset yang sama (repeatable dan reproduceable)

Jika metode yang digunakan telah diketahui sebelumnya pustaka yang diacu harus dicantumkan

Spesifikasi bahan harus detil agar orang lain mendapat informasi tentang cara memperoleh bahan tersebut

Hasil (Result) dan Pembahasan (Discussion)

Hasil dan pembahasan dirangkai menjadi satu pada bab ini

Melaporkan apa yang diperoleh dalam eksperiment/percobaan diikuti dengan analisis atau penjelasannya

Tidak menampilkan data yang sama sekaligus dalam bentuk tabel dan grafik

Tidak mengulang data yang disajikan dalam tabel atau grafik satu persatu, kecuali untuk hal-hal yang menonjol

Membandingkan hasil yang diperoleh dengan data pengetahuan (hasil riset orang lain) yang sudah dipublikasikan

Menjelaskan implikasi dari data ataupun informasi yang diperoleh bagi ilmu pengetahuan ataupun pemanfaatannya (aspek pragmatisnya)

Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan atas isi bahasan yang disajikan pada bagian inti dan saran yang sejalan dengan kesimpulan Ucapan Terima Kasih (Acknowledgement)

Dibuat ringkas sebagai ungkapan terima kasih kepada pihak yang membantu riset, penelaahan naskah, atau penyedia dana riset. Daftar Pustaka (Literatures Cited/References)

Pustaka yang disitir dalam teks harus persis sama dengan yang ada di daftar pustaka begitu pula sebaliknya

Daftar pustaka ditulis dengan lengkap secara alpabetis, sehingga pembaca yang ingin menelusuri pustaka aslinya akan dapat melakukannya dengan mudah

Page 6: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol IV Edisi Juli ISSN 2085-1677

2011

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SERANGAN ASMA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI

Kaimuddin, Siti Aisyah, Yelliyanda

Dosen Poltekes Jambi Jurusan Keperawatan

Abstract

Asthma attacks in children is one reason children do not attend school or lazy to learn. In toddler asthma attack will cause side effects such as severe shortness of breath symptoms and impaired growth. In general, up to age 15 years, 2-3% of boys and about 1-2% of girls suffer from asthma. Based on data from the Health Office of Jambi, it is known that the Asthma desease is one problem that attacks children.

This research is a quantitative research with cross sectional research designs that aim to correlate family history, allergies and cigarette smoke with the occurrence of asthma attacks. The results were analyzed by univariate, bivariate and while to find out the deciding factor using multiple logistic regression. This research was conducted by interviewing the parents of children with asthma using a questionnaire.

The result of bivariate analysis showed p value > 0.05 which means the relationship between family history, history of allergy, and disorders of cigarette smoke on asthma attacks in children while on multivariate analysis at p value 0.004 after disruption of cigarette smoke and family social status issued show that history family history of allergies and together have a relationship with the incidence of asthma attacks.

It is suggested in Jambi City Health Office and the parties concerned to convey to the public that the importance of family health, especially in children with asthma attacks and to counseling especially clean and healthy living behavior. Comparing the prevalence of asthma of children and monitor the development of prevalence rates of asthma in the same population. And it was time to conduct a multicenter study with a survey method in accordance with the conditions of Indonesian society. Key words : asthma in children; family history; allergies; smoking and socioeconomic status

PENDAHULUAN Di Indonesia diperkirakan penderita asma berkisar antara 5-10% dari jumlah penduduk Indonesia (Hassan,2002:1203). Secara umum, sampai umur 15 tahun, 2-3 persen anak laki-laki dan sekitar 1-2 persen anak perempuan menderita asma. Dengan perkiraan insidens asma kira-kira 4 persen, berarti sekitar 250.000 hingga 350.000 anak menunjukkan gejala asma setiap tahunnya. Angka ini tidak mencakup anak-anak pra sekolah dimana insiden asma lebih tinggi daripada anak golongan umur 7-9 tahun (Susanto, 2005:3).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2007-2009 diketahui bahwa penyakit asma yang terjadi di Kota Jambi rata-rata per tahun adalah sebanyak 6018 orang dan paling banyak diderita oleh anak di bawah usia 15 tahun.

Data tahun 2007 – 2009, diketahui Puskesmas Olak Kemang menempati peringkat terbesar penderita Asma, hasil data penderita asma menunjukkan tahun 2007 sebanyak 1029 orang, tahun 2008 sebanyak 782. sedangkan tahun 2009 terjadi peningkatan kasus menjadi 906 orang penderita. Melihat angka penderita yang begitu besar tersebut di atas maka penulis melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian serangan asma pada anak di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional (potong lintang) yang mengukur variabel independen (bebas) dan variabel dependen

Page 7: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

2

(terikat) secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang menderita asma di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Sedangkan responden adalah ibu dari anak yang menderita asma. Penentuan besaran sampel menggunakan rumus Taro Yamane dan Slovin. (Ridwan, 2007:65) Jumlah sampel yang diambil sebesar 130 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling secara undian, dimana semua ibu mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Ibu yang mempunyai anak menderita

asma umur ≤ 15 tahun 2) Dapat berbicara/diwawancarai 3) Bersedia menjadi responden

Data primer yaitu data yang diperoleh dari subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur dan pengambilan data langsung pada ibu yang mempunyai anak yang menderita asma di rumah. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Hasil wawancara dicatat langsung dalam kuesioner. Data sekunder yaitu pengumpulan data sebagai data penunjang atau pelengkap yang diambil dari Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi serta gambaran umum tempat penelitian. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Pengolahan data ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu : editing, codding, entry dan cleaning. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat sedangkan untuk mengetahui faktor penentu menggunakan uji regresi logistik ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data pada 135 responden didapatkan hasil sebagai berikut 29 anak (21,5%) diketahui menderita asma dan 106 anak (78,5%) tidak menderita asma.

Hasil pengumpulan data tentang faktor penentu dari 135 responden didapat 50 orang (37,0%) memiliki riwayat keluarga asma, 30 orang (22,2%) memiliki riwayat alergi, 45 orang (33,3%) terpapar asap rokok, dan 68 orang responden (50,4%) memiliki status sosial ekonomi lemah.

Dari hasil analisis bivariat di atas terlihat, hubungan riwayat kelaurga, riwayat alergi dan pengaruh asap rokok menunjukkan p value < 0,05 (alpha) sehingga Ho ditolak, berarti ada perbedaan perilaku serangan asma pada anak yang memiliki riwayat keluarga, riwayat alergi dan asap rokok dibandingkan dengan yang tidak. Dengan kata lain ada hubungan antara riwayat keluarga, riwayat alergi dan asap rokok terhadap kejadian serangan asma pada anak. Sedangkan status sosial ekonomi CC p value 0.103 atau lebih besar 0,05 (alpha) sehingga Ho gagal ditolak, dengan kata lain tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi keluarga terhadap kejadian serangan asma pada anak. Hasil analisis multivariat variabel riwayat keluarga maupun riwayat alergi mempunyai p value (sig) di bawah 0.05, berarti ke dua variabel tersebut berhubungan secara significan dengan kejadian serangan asma pada anak di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi setelah variabel gangguan asap rokok dan status sosial keluarga dikeluarkan. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil analisis bivariat menunjukkan p value > 0,05 yang berarti adanya hubungan antara riwayat keluarga, riwayat alergi, dan gangguan asap rokok terhadap serangan asma pada anak sedangkan hasil analisis multivariat sebesar p value 0,004 setelah gangguan asap rokok dan status sosial keluarga dikeluarkan menunjukkan bahwa riwayat keluarga dan riwayat alergi secara bersama-sama mempunyai hubungan dengan kejadian serangan asma. Disarankan pada Dinas Kesehatan Kota Jambi serta pihak yang terkait untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa pentingnya pemeriksaan kesehatan keluarga terutama pada anak dengan serangan asma serta melakukan penyuluhan terutama perilaku hidup bersih dan sehat. Membandingkan prevalensi asma anak dan memantau angka perkembangan prevalensi asma pada populasi yang sama. Serta sudah saatnya untuk melakukan penelitian secara multisenter dengan metode survey yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.

Page 8: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Kaimuddin, Analisis Faktor-Faktor 2011

3

DAFTAR PUSTAKA Abidin, 2002. Mengenal, Mencegah dan Mengatasi

Asma Pada Anak Plus Panduan Senam Asma. Puspa Swara. Jakarta

Aditama, T, 2006. Rokok dan Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta

Ali, 2006. Hubungan yang Signifikan Antara Adanya Alergi dengan Kejadian Serangan Asma. http://www.alergiasma.com, diakses tanggal 8 Januari 2008

Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Dinkes Kota Jambi, 2010. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Jambi. Jambi

Harianto, 2004. Riwayat Keluarga dengan Terjadinya Serangan Asma.http://www.asmapadaanak.co.id, diakses tanggal 17 Januari 2008

Hassan, R, 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Lemesshow, 1998. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Mangunnegoro, 2004. Asma, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta

Notoatmodjo, S, 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Price, S, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta

Setiawati, 2002. Pencegahan Serangan Asma. Gaya Baru. Jakarta

Smeltzer, S, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. EGC. Jakarta

Soeparman, 1999. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Susanto, 2005. Asma Pada Anak. Yayasan Essentia Medica. Jakarta

Widjaja, 2003. Mencegah dan Mengatasi Alergi dan Asma Pada Balita. Kawan Pustaka. Jakarta

Page 9: Jurnal poltekkes jambi vol 4

2011 Jurnal Poltekkes Jambi Vol IV Edisi Juli ISSN 2085-1677

4

ANALISIS STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS VI SD DI KOTA JAMBI TAHUN 2010

David Rudi, Ahmad Khairullah, Junaidi

Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jambi ABSTRAK

Salah satu indikator yang ditetapkan dalam rangka mencapai visi Indonesia Sehat 2010 adalah indeks DMF-T anak usia 12 tahun <1. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa kondisi kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 12 tahun sudah cukup baik. Prevalensi karies aktif usia 12 tahun secara nasional sebesar 29,8% dengan indeks DMFT sebesar 0,91, di Propinsi Jambi prevalensi karies aktif usia 12 tahun menunjukkan nilai tertinggi dari seluruh propinsi di Indonesia yaitu sebesar 56,1% dengan Indeks DMF-T sebesar 0,83, sedangkan di kota Jambi prevalensi karies aktif usia 12 tahun sebesar 40,08%. Dari data Riskesdas juga menemukan bahwa secara nasional indeks DMF-T di pedesaan lebih tinggi dari pada di perkotaan, sedangkan di Propinsi Jambi index DMF-T di pedesaan 5,27, dan di perkotaan 5,20(Depkes, 2008).

Jenis penelitian adalah penelitian survei dengan rancangan kros-seksional. Populasi penelitian adalah murid kelas VI SD yang ada di Kota Jambi yang dibedakan menjadi daerah rural dan urban. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas VI SD di kota Jambi yang berjumlah 8.371 murid. Besar sampel ditentukan dengan rumus Ariawan (1997). Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik proporsional per SD. Alat ukur yang dipergunakan adalah prevalensi karies dan indeks DMF-T. Analisa data yang dipergunakan adalah uji t-test.

Dari hasil penelitian diperoleh hasil Prevalensi karies murid kelas VI SD di daerah urban kota Jambi adalah 76,02%, dengan rata-rata indeks DMF-T sebesar 1,712. Prevalensi karies murid kelas VI di daerah rural kota Jambi adalah 68,77%, dengan rata-rata indeks DMF-T sebesar 1,697. Ada perbedaan yang bermakna antara status kesehatan gigi murid kelas VI SD daerah urban dan rural di kota Jambi. Hasil Riskesdas jauh di bawah temuan dalam penelitian ini baik pada prevalensi karies, maupun indeks DMF-T. Kata kunci : prevalensi karies; DMF-T, urban, rural, kesehatan gigi dan mulut.

PENDAHULUAN

Untuk mencapai Visi Indonesia sehat 2010 ditetapkan 4 strategi pokok yaitu pembangunan berwawasan lingkungan–paradigma sehat, profesionalisme, JPKM dan desentralisasi. Paradigma sehat merupakan model pembangunan yang berorientasi kepada peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan penduduk sehat, sedangkan yang sakit perlu disembuhkan menjadi sehat dan produktif (Depkes, 2000). Untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010 tersebut, maka di bidang kesehatan gigi dan mulut ditetapkanlah indikator-indikator derajat kesehatan gigi dan mulut, antara lain prevalensi karies <50% dan indeks DMF-T <1 pada anak usia 12 tahun (Depkes, 2008).

Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan hal menarik karena berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) 1995, menunjukkan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita karies gigi aktif. Penyakit karies dan periodontal mempunyai sifat progresif yaitu bila tidak dirawat maka akan bertambah parah dan bersifat irreversible yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali, penyakit tersebut juga dapat menimbulkan gangguan fungsi kunyah yang dapat menyebabkan terganggunya penyerapan dan pencernaan makanan yang dapat menimbulkan penyakit pada organ tubuh lainnya (Depkes, 1999).

Menurut Survei Kesehatan Nasional (Depkes, 2004), keluhan sakit gigi menduduki urutan ke–IV dari penyakit yang dikeluhkan masyarakat dalam satu bulan terakhir, dimana 62,4% dari yang mengeluh sakit gigi menyatakan terganggunya pekerjaan, sekolah, kegiatan sehari–hari rata-rata 3,7 hari. Survei Kesehatan Rumah Tangga, menunjukkan hanya 9,3 % penduduk yang menyikat gigi sangat sesuai dengan anjuran

Page 10: Jurnal poltekkes jambi vol 4

David Rudi, Analisis Status Kesehatan Gigi 2011

5

program (menyikat gigi setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam), 12,6 % penduduk menyikat gigi sesuai anjuran program (setelah sarapan atau sebelum tidur malam), 61,5 % menyikat gigi kurang sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah bangun tidur), dan yang tidak menyikat gigi 16,6 %, hal ini menunjukkan perlu ditingkatkannya program promotif.

Karies gigi berasal dari bahasa latin yang berarti kerusakan gigi yang ditandai dengan rusaknya email dan dentin oleh aktifitas metabolisme. Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan pulpa yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik di dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan dan dapat mengakibatkan terjadinya invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapikal (Kidd dan Bechal, 1991).

Menurut Newburn (1978 cit. Suwelo, 1992), karies gigi adalah suatu proses patologis yang terbatas di jaringan gigi mulai dari email terus ke dentin, berat ringannya karies gigi seseorang tergantung dari faktor yang ada disekitar manusia dan lingkungannya.

Kidd, dkk. (2000) menyatakan bahwa karies gigi merupakan penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat diragikan, yang ditandai oleh adanya demineralisasi email dan dentin, diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang dimulai pada lapisan email, dentin dilanjutkan kearah pulpa yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Beberapa jenis karbohidrat misalnya sukrosa, dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri dan membentuk asam, sehingga pH menjadi turun sampai dibawah 5 dalam waktu 1-3 menit, penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan (Kidd dkk., 2000). BAHAN DAN CARA KERJA

Jenis penelitian pada murid kelas VI

SD Kota Jambi ini adalah penelitian survei dengan rancangan kros seksional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua variabel dan pengukuran variabel-variabel

tersebut dilakukan sekaligus pada waktu yang bersamaan (Pratiknya, 1993).

Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas VI SD di Kota Jambi yang berjumlah 8.371 orang.

Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling, dengan rumus Ariawan yaitu untuk menentukan besar sampel untuk mengestimasi beda dua proporsi dengan derajat kepercayaan 90%, dan presisi sebesar 5%.(Ariawan, 1997).

Rumus : n =1,64

2(0.5(1-0,5)+0,5(1-0,5))

0,05

Sehingga diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebesar 537,92, kemudian dibulatkan menjadi 538 murid. Setelah menentukan besar sampel, maka jumlah sampel dibagi dengan jumlah SD di daerah urban dan rural, sehingga diperoleh sampel yang proporsional untuk tiap SD.

Variabel yang digunakan adalah variabel bebas yaitu prevalensi karies dan status DMF–T murid kelas VI SD di daerah urban dan rural Kota Jambi tahun 2010.

Karies adalah proses kerusakan permukaan gigi yang biasa dimulai dari lapisan pertama gigi (email) dengan ditandai adanya warna hitam pada permukaan gigi, sonde menyangkut pada gigi saat ditelusuri dengan ujung sonde, adanya perlunakan pada jaringan gigi, dan kadang-kadang ada keluhan apabila ada rangsangan dari benda asing. Prevalensi karies =

DMF-T adalah indeks yang digunakan

untuk pengukuran keadaan gigi geligi seseorang yang pernah mengalami kerusakan, hilang dan perbaikan gigi yang disebabkan karies (Depkes RI, 1995). Indeks DMF-T adalah jumlah elemen gigi yang terkena karies gigi yang hilang dan gigi yang telah ditumpat pada setiap individu yang terdiri dari : D : Decayed - Gigi tetap yang terkena

karies yang masih dapat ditambal. Cara menentukannya dengan menggunakan sonde apabila sonde tersangkut dan terasa lunak pada kavitas yang

Jumlah responden yang memiliki karies x 100% Jumlah responden yang diperiksa

Page 11: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

6

terbentuk, dan mahKota masih ada paling kurang 1/3 mahKota gigi.

M : Missing - Gigi tetap yang hilang atau telah dicabut karena karies dan gigi yang masih ada dengan mahKota kurang dari 1/3 gigi.

F : Filling - Gigi tetap yang telah ditumpat dan tidak ada sekunder karies dan mahKota tiruan.

T : Teeth - Gigi tetap.

DMF-T = ΣD + ΣM + ΣF

Daerah urban adalah SD yang berada di wilayah kerja Puskesmas yang tidak berbatasan dengan Kabupaten lain di Propinsi Jambi. Daerah rural adalah SD yang berada di wilayah kerja Puskesmas yang berbatasan dengan Kabupaten lain di Propinsi Jambi. Teknik pengukuran dengan menggunakan alat diagnostik dan formulir penilaian kesehatan gigi dan mulut untuk mengetahui status DMF-T murid SD kelas VI di Kota Jambi.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tray, Sonde, Kaca mulut, Eksavator, Pinset dan Nierbekken. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Alkohol, Cotton Pellet, Gulungan Kapas dan Formulir. Formulir pemeriksaan diserahkan kepada dokter gigi dan perawat gigi di Puskesmas untuk dilakukan pengambilan data dan menjelaskan teknik pengambilan data. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 4 sampai 16 Oktober 2010. Pencatatan data pasien dan hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer setelah dilakukan editing, koding dan processing data.

Analisis data dilakukan untuk melihat distribusi variabel yang diteliti. Untuk menganalisis data dilakukan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan dua variabel yang diuji, dengan uji t test. Hipotesis dinyatakan ditolak bila nilai p < alpha (0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian pada murid kelas VI SD di Kota Jambi, maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Pada daerah Urban dan Rural

Daerah Jenis Kelamin n

Urban Laki – Laki Perempuan

236 302

Rural Laki – Laki Perempuan

282 256

Total 1.076

Berdasarkan tabel 1 di atas terlihat

bahwa jumlah sampel murid kelas VI SD di daerah urban relatif lebih banyak perempuan dari pada laki-laki, sebaliknya pada daerah rural relatif lebih banyak laki-laki daripada perempuan.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk status kesehatan gigi murid kelas VI SD daerah urban di kota jambi, terlihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Status Kesehatan Gigi Murid Kelas VI SD Daerah Urban Di Kota Jambi

Prevalensi karies

Rata-rata

N % D M F DMF-T

409 76,02 1,344 0,34 0,026 1,712

Dari hasil pemeriksaan tabel 2

diketahui bahwa prevalensi karies murid kelas VI SD di daerah urban kota Jambi adalah 76,02%, dengan rata-rata indeks DMF-T sebesar 1,712.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk status kesehatan gigi murid kelas VI SD daerah rural di kota jambi, terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Status Kesehatan Gigi Murid Kelas VI SD Daerah Rural Di Kota Jambi

Prevalensi karies

Rata-rata

N % D M F DMF-T

370 68,77 1,340 0,355 0,001 1,697

Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa

prevalensi karies murid kelas VI di daerah rural kota Jambi adalah 68,77%, dengan rata-rata indeks DMF-T sebesar 1,697.

24

25

Page 12: Jurnal poltekkes jambi vol 4

David Rudi, Analisis Status Kesehatan Gigi 2011

7

Hasil ini masih sama dengan hasil SKRT tahun 1995 prevalensi karies pada anak usia 12 tahun 76,92% (Departemen Kesehatan RI,1999).

Hasil penelitian ini juga mendekati hasil survei di propinsi Jambi oleh Siregar dkk.(2000), pada murid kelas enam SD, secara keseluruhan prevalensi karies sebesar 73,2%, dengan indeks DMF-T rata-rata sebesar 1,75. Analisis bivariat yang diperoleh pada perbedaan status kesehatan gigi murid kelas VI SD daerah urban dan rural di Kota Jambi dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Perbedaan Status Kesehatan Gigi Murid Kelas VI SD Daerah Urban dan Rural di Kota Jambi

Status Kesehatan

Gigi

Daerah

Perbedaan

P

Urban Rural

Prevalensi Karies (%)

76,02 68,77 Bermakna 0,000

DMF-T 1,712 1,697 Tidak

Bermakna 0,454

Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui bahwa ada perbedaan yang bermakna antara prevalensi karies daerah urban dan rural, tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna antara indeks DMF-T pada murid kelas VI SD daerah urban dan rural di kota Jambi.

Hal ini dimungkinkan karena di daerah perkotaan sarana komunikasi dan transportasi lebih merata, sehingga tiap pelosok lebih dapat terjangkau program usaha kesehatan umum dan gigi. Orang tua di kota umumnya lebih mengetahui bagaimana menjaga kebersihan gigi dan mulut anaknya serta lebih cepat mendapatkan pelayanan kesehatan gigi bila memerlukan. Jenis makanan juga berpengaruh terhadap perbedaan frekuensi karies di kota dan di desa, di daerah perkotaan lebih banyak tersedia ragam makanan dan minuman kariogenik disbanding pedesaan yang sebagian besar anak menyukainya (Suwelo, 1992). Menurut Suwelo (1992), bahwa dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dan belum adanya kesadaran anak dalam menjaga kebersihan mulut, termasuk pengetahuan anak-anak mengenai makanan dan minuman yang merupakan faktor risiko karies.

Untuk melihat perbedaan status kesehatan gigi murid kelas vi di kota jambi, dengan hasil riskesdas propinsi jambi tahun 2007dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Status Kesehatan Gigi Murid Kelas VI SD Di Kota Jambi Tahun 2010 Dengan Hasil Riskesdas Propinsi Jambi Tahun 2007

Status Kesehatan Gigi

Perbedaan

Tahun 2010 Riskesdas

2007

Prevalensi Karies (%)

72,39 38,5

DMF-T 1,70 0,83

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat

diketahui bahwa hasil temuan jauh di di atas hasil Riskesdas baik pada prevalensi karies, maupun indeks DMF-T. Perbedaan hasil penelitian dapat terjadi pada teknik pengambilan sampel yang berbeda, oleh karena itu perlu dilakukan penelitan lebih lanjut dan berkesinambungan mengenai besarnya prevalensi karies dan indeks DMF-T baik di kota Jambi, kabupaten bahkan propinsi di seluruh Indonesia agar diperoleh data yang akurat, sehingga masalah kesehatan gigi dan mulut yang sebenarnya dapat terdeteksi. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis status kesehatan gigi dan mulut pada murid kelas VI SD di kota Jambi tahun 2010, dapat disimpulkan bahwa : 1. Prevalensi karies murid kelas VI SD di

daerah urban kota Jambi adalah 76,02%, dengan rata-rata indeks DMF-T sebesar 1,712.

2. Prevalensi karies murid kelas VI di daerah rural kota Jambi adalah 68,77%, dengan rata-rata indeks DMF-T sebesar 1,697.

3. Ada perbedaan yang bermakna antara prevalensi karies daerah urban dan rural, tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna antara indeks DMF-T pada murid kelas VI SD daerah urban dan rural di kota Jambi.

4. Hasil Riskesdas jauh di bawah temuan dalam penelitian ini baik pada prevalensi karies, maupun indeks DMF-T.

Page 13: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 14: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 15: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 16: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Erris Siregar, Hubungan Peran Orang Tua 2011

11

umur 13 tahun berjumlah 7 anak (16,27%) dan umur 14 tahun berjumlah 4 anak (9,30%).

Dimana sampai saat ini penyakit retardasi mental masih merupakan masalah kesehatan pada anak di propinsi Jambi, di tinjau dari meningkatnya penyandang cacat mental dari tahun 2007-2010. Dan berdasarkan data persemester di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi dimana jumlah penderita retardasi mental pada anak yang tertinggi adalah di SD, berdasarkan teori penyakit retardasi mental gejalanya muncul pada masa perkembangan yaitu tahap anak-anak. Karena apabila muncul pada tahap dewasa hal tersebut sudah merupakan tahap lanjut dari penyakit retardasi mental. BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Korelatif, dengan rancangan Cros Sectional, artinya penelitian yang pengukuran atau pengamatanya dilakukan secara simultan pada waktu yang bersamaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki anak retardasi mental usia 10-14 tahun di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi dengan jumlah 43 orang.

Besar sampel dalam penelitian dan cara pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik Total Sampling, yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan pada responden orang tua yang memiliki anak retardasi mental usia 10-14 tahun yang ada di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi yaitu berjumlah 43 orang untuk dijadikan sampel yang akan diteliti.

Analisa bivariat yang terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Dimana bertujuan untuk menguji hipotesa adakah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan program komputer SPSS dengan uji statistik Chi-Square yang digunakan adalah Pearson Chi-Square. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Peran orang Tua

Hasil penelitian tentang analisis peran

orang tua pada analisa univariat pada tabel

5.3 menunjukkan bahwa dari 43 responden didapatkan sebanyak 29 (67,4%) peran orang tua baik terhadap anaknya dan peran orang tua yang kurang baik sebanyak 14 (32,6%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Mubarak (2006), menyatakan bahwa peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil, sementara untuk posisi tersebut merupakan identifikasi dari status tentang seseorang dalam suatu sistem sosial dan merupakan perwujudan aktualisasi diri.

Menurut Vitale (2007), mengemukakan peran orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak. Orang tua merupakan pemberi motivasi dan membantu dalam kecemasan dan mencari tahu apa yang mesti dilakukan untuk terus mengembangkan identitas dan kemandirian anak, sehingga diharapkan orang tua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya pada anak. Kedekatan anak dan orang tua memiliki makna dan peran yang sangat dalam setiap aspek kehidupan keluarga.

Menurut peneliti, peran orang tua merupakan perhatian dan kedekatan orang tua dalam upaya membantu dan memfasilitasi kebutuhan asuh (fisik), asih (kasih sayang) dan asah (stimulasi mental). Sehingga mampu melatih dan mendidik dalam proses perkembangannya.

b. Tingkat Kemandirian Anak Retardasi

Mental Hasil penelitian tentang analisis

tingkat kemandirian anak retardasi mental pada analisa univariat menunjukkan bahwa dari 43 responden, sebagian besar tingkat kemandirian anak retardasi mental dengan ketergantungan ringan sebanyak 24 responden (55,8%).

Hal ini sesuai dengan pendapat Mohammad Ali (2008), menyatakan bahwa mandiri merupakan kemampuan memenuhi kebutuhanya, baik kebutuhan naluri maupun kebutuhan fisik oleh dirinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain

Penelitian ini diperkuat oleh teori menurut Deborah (2006), kemandirian (self- relience) merupakan kemampuan untuk mengelola semua miliknya sendiri, dan

Page 17: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

12

mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Menurut peneliti, dengan semakin mampunya anak melakukan gerakan motorik, anak terdorong untuk melakukan sendiri berbagai hal dan terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain anggota keluarganya sendiri. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak, mula-mula menolong kebutuhan anak itu sendiri seperti makan, minum, BAK, berpakaian dan lain-lain. Kemampuan-kemampuan ini makin di tingkatkan sesuai dengan bertambanya usia. Mandiri adalah anak yang mampu melakukan aktivitas dan dapat bertanggung jawab tanpa bantuan orang lain. c. Hubungan Antara Peran Orang Tua

Dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental

Berdasarkan hasil penelitian

hubungan antara peran orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental, menunjukkan bahwa sebagian besar peran orang tua baik sebanyak 29 responden (67,4%) dan peran orang tua yang kurang baik sebanyak 14 responden (32,6%). Hasil analisis kemandirian menunjukkan bahwa dari 43 responden untuk tingkat kemandirian anak retardasi mental kategori ketergantungan sedang dengan peran orang tua kurang baik sebanyak 12 responden (85,7%), untuk tingkat kemandirian anak kategori ketergantungan berat dengan peran orang tua yang kurang baik sebanyak 2 responden (14,3%), dan untuk tingkat kemandirian anak kategori ketergantungan ringan dengan peran orang tua baik sebanyak 24 responden (82,8%). Sedangkan untuk tingkat kemandirian anak retardasi mental kategori mandiri dengan peran orang tua yang baik, sebanyak 5 responden (17,2%).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square dengan menggunakan uji Pearson Chi-Square didapat P-Value sebesar 0,001 (< 0,05) yang berarti Ha diterima, dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan atau bermakna antara peran orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental usia 10-14 tahun di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi.

Penelitian ini di dukung oleh teori Mohammad Ali (2008), Peran orang tua akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang

tanpa penjelasan yang rasional dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarga dapat mendorong kelancaran perkembangan dan kemandirian anak.

Hubungan di atas didukung oleh pendapat Langgulung (2001), Orang tua dengan anak yang menderita retardasi mental sangat berperan dalam melatih dan mendidik dalam proses perkembangannya. Tanggung jawab dan peran orang tua sangat penting terhadap anak yang mengalami gangguan kesehatan mental khususnya retardasi mental untuk membantu mengembangkan perilaku adaptif sosial yaitu kemampuan untuk mandiri, maka dari itu orang tua harus mengetahui cara yang paling efektif digunakan untuk mendidik dan membentuk kemandirian anak. Dimana potensi intelektualnya bisa tumbuh dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian fitriani (2007), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran orang tua dengan tingkat kemandirian dan perkembangan sosial anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Kota Jambi. Di dapatkan sebagian besar peran orang tua baik dan selebihnya peran orang tua tidak baik. Hal ini disebabkan peran orang tua yang selalu memanjakan anak sehingga anak kurang matang secara sosial, kurang mandiri dan kurang percaya diri.

Penelitian ini juga sejalan dengan teori Soetjiningsih (2000: 9), yang menyatakan bahwa perhatian dan kedekatan orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam mencapai apa yang diinginkan. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya. Tapi, kasih sayang yang diberikan secara berlebihan akan mengarah memanjakan, bahkan dapat menghambat dan mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya anak menjadi manja, kurang mandiri dan ketergantungan pada orang lain.

Oleh karenanya penulis berpendapat semakin baik peran orang tua maka akan semakin baik pula perkembangan kemandirian anak, tetapi bila peran orang tua kurang baik maka dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Untuk itu orang tua yang memilki peran yang kurang baik sebaiknya bekerja sama dengan tenaga pengajar yang ada di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi tentang cara mendidik anak khususnya anak retardasi mental atau

Page 18: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Erris Siregar, Hubungan Peran Orang Tua 2011

13

berkonsultasi pada orang yang berlatar belakang psikologi untuk lebih memahami hal-hal apa saja yang membentuk kemandirian anak. KESIMPULAN DAN SARAN

Ada hubungan yang signifikan atau bermakna antara peran orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental usia 10-14 tahun di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi.

Bagi para orang tua dan pihak sekolah diharapkan dapat melakukan pembinaan atau pendidikan yang intensif serta memberikan program-program yang mengarah kepada dukungan dan peran, sehingga dapat meningkatkan kemandirian anak dan memberikan kesempatan kepada anak dalam pengembangan kemampuannya. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

DepKes RI. 2001. Profil Kesehatan Indonesia 2000. Jakarta.

Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelaianan. Bandung: Bumi Aksara.

Grahacendikia. 2009. Studi Tentang Peran Orang Tua Memandirikan Anak Retardasi Mental Sedang,

http://grahacendikia.wordpress.com. diakses Selasa, 31 Maret 2010.

Siswono. 2001. Sangat Besar, Beban Akibat Gangguan Mental.

http://Koran Indonesia Sehat.wordpress.com, diakses Jumat, 2 April 2010.

Hidayat, A. Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Langgulung, Hasan. 2002. Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka Al Husna.

Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran ed_III Cetakan I. Jakarta: Media Aesculapius.

Mubarak, Wahid Iqbal. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.

Muslim, R. 2006. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PPDGJ.

Notoatmojdo, Soekidjo.2005. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak_Cetakan 2. Jakarta: Salemba Medika.

Parker, Deborah K. 2006. Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Sabri, L. 2009. Statistik Kesehatan Ed.2. Jakarta:

Rajawali Pers. Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta:

Kanisius.

Page 19: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 20: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Ernawati, Pengaruh Tehnik Relaksasi 2011

15

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kasus persalinan dengan sectio caesaria pada tahun 2009 berada di urutan ke dua dengan jumlah sebanyak 550. Jumlah pasien post sectio caesaria terjadi peningkatan 3 tahun terakhir pada tahun 2007 sebanyak 391 orang, tahun 2008 sebanyak 378 orang, tahun 2009 sebanyak 550 orang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Pasien Post sectio caesaria di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2007 – 2009

No Tahun Jumlah

penderita Persentase

1 2007 391 29,64%

2 2008 378 28,65%

3 2009 550 41,69%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat

bahwa jumlah pasien post sectio caesaria di ruang kebidanan pada tahun 2007-2008 menurun dengan presentase sebanyak 0,99%, sedangkan di tahun 2008-2009 pasien post sectio caesaria mengalami peningkatan dengan presentase sebanyak 13,04% dan pada tahun 2010 jumlah pasien post sectio caesaria di ruang kebidanan pada bulan Januari-Maret adalah sebanyak 117 (Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi, 2010).

Survey awal yang peneliti lakukan pada 8 orang klien post sectio caesaria yang dirawat di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi pada tanggal 20 Juli 2010, didapatkan data bahwa 8 pasien post sectio caesaria pada hari pertama mengalami nyeri dengan skala nyeri 9 yang termasuk dalam nyeri tingkat berat yang ditandai dengan klien tampak berkeringat, tangan mengepal, meringis menahan sakit dan pada hari kedua 3 pasien mengatakan nyeri dengan skala nyeri 7 yang termasuk dalam nyeri tingkat sedang dan 2 pasien dengan skala nyeri 5 dan 3 orang pasien dengan skala nyeri 3. Intervensi yang digunakan untuk mengurangi nyeri di ruang kebidanan menggunakan analgetik dan belum menggunakan terapi lain sebagai upaya untuk mengurangi nyeri post sectio caesaria.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pasien-pasien post sectio caesaria hanya menggunakan obat-obat analgetik

untuk mengurangi rasa nyeri akibat pembedahan sectio caesaria. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengurangi nyeri non farmakologis salah satunya dengan memberikan teknik relaksasi progresif terhadap penurunan nyeri pada pasien-pasien post sectio caesaria. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif terhadap Penurunan Nyeri pada Klien Post sectio caesaria di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2010”.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Nyeri Pada Klien Post Sectio Caesaria Di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2010.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-eksperimen dengan one group pre-post test design, yaitu satu kelompok subjek diwawancari sebelum dilakukan intervensi kemudian diwawancarai lagi setelah dilakukan intervensi. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap penurunan nyeri pada klien post sectio caesaria di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2010.

Penelitian ini dilakukan di Ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi pada 20 September sampai dengan 5 Oktober tahun 2010. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien post sectio caesaria di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi yang tercatat pada tanggal 20 September- 5 Oktober 2010 dengan jumlah sampel sebanyak 20 responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengambilan “Accidental Sampling” dimana sampel diambil dari klien post sectio caesaria yang berada di Ruang Kebidanan pada tanggal 20 September- 5 Oktober 2010 Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan kriteria inklusi sebagai berikut: Klien post sectio caesaria hari ke 2 dengan nyeri sedang dan ringan yang dirawat di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi a) Bersedia menjadi responden. b) Bersedia diwawancarai/dilakukan intervensi

teknik relaksasi progresif. c) Tidak mengalami komplikasi.

Page 21: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

16

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat, untuk mengetahui pengaruh yang timbul sebagai akibat perlakuan tertentu dengan menggunakan uji T dependent.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan teknik relaksasi progresif terlebih dahulu dilakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala intensitas nyeri numerik, dari hasil penelitian diketahui frekuensi skor nyeri pada klien post sectio caesaria sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi progresif.

Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan teknik relaksasi progresif didapatkan skor tertinggi nyeri dengan skala 6 sebanyak 12 responden sedangkan nyeri terendah skala nyeri 3 sebanyak 2 responden dengan nilai mean 5,35. Nyeri yang dirasakan klien disebabkan oleh insisi pada dinding perut dan uterus sehingga mengakibatkan terputusnya saraf reseptor nyeri dan hipoksia pada jaringan kemudian stimulasi terhadap reseptor nyeri akan disalurkan ke sumsum tulang belakang melalui saraf asenden. Apabila informasi telah sampai ke thalamus, maka seseorang akan merasakan adanya sensasi dan akan diteruskan ke korteks serebri, disini sensasi akan diinterpretasikan, kemudian seseorang yang mengalami nyeri akan menjauh dari sensasi tersebut. Hal ini didukung dengan teori Brunner & Suddarth (2001) yang menyatakan bahwa rasa nyeri timbul apabila ada bagian jaringan yang rusak dan dalam hal ini akan menyebabkan individu yang mengalami nyeri juga akan bereaksi sangat berbeda dengan individu lain terhadap nyeri yang dirasakan.

Setelah dilakukan teknik relaksasi progresif skor teringgi skala nyeri 5 sebanyak 1 responden sedangkan skor terendah 1 sebanyak 7 responden dengan nilai mean 2,00. Nilai mean antara sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi progresif yaitu 3,35. Hasil ini menunjukkan bahwa skor nyeri menurun setelah dilakukan teknik relaksasi progresif.

Namun dalam penelitian ini dari 20 responden, 2 responden masih mengalami skala nyeri sedang namun dilihat dari skor nyeri klien mengalami penurunan skor nyeri sedang yaitu dari skor 6 menjadi skor 5 dan dari skor 6 menjadi skor 4, Hal ini disebabkan mungkin karena faktor lingkungan dimana 4

responden ini berada di ruang rawat inap kelas III, dimana lingkungan di ruangan kelas III ini tidak selalu tenang dikarenakan ruang ini terdiri dari beberapa pasien, suasana yang panas, bising, yang akan mempengaruhi konsentrasi responden dalam melakukan teknik relaksasi progresif sehingga efek dari teknik relaksasi dalam menurunkan nyeri kurang maksimal, Sedangkan agar terciptanya relaksasi penuh di butuhkan lingkungan yang tenang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kusyati (2006), yang menyatakan bahwa ada tiga hal utama yang dibutuhkan dalam teknik relaksasi progresif yaitu; posisi klien yang tepat, konsentari dalam melakukan teknik relaksasi progresif, dan lingkungan yang tenang.

Hasil uji statistik sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi progresif terhadap nyeri post sectio caesaria dapat dilihat dalam tabel dihalaman berikutnya;

Tabel 3. Distribusi Rerata Nyeri Sebelum dan Setelah dilakukan Teknik Relaksasi Progresif pada Klien Post Sectio Caesaria di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2010

Variabel Mean SD SE P-

value N

Nyeri sebelum dilakukan

teknik relaksasi progresif

5,35

0,99

0,22

0,000

20

Nyeri sesudah dilakukan

teknik relaksasi

progresif

2,00 1,08 0,24

Berdasarkan hasil uji statistik pada

tabel menunjukkan nilai mean sebelum dilakukan teknik relaksasi progresif pada klien post sectio caesaria adalah 5,35 dengan standar deviasi 0,99 dan setelah dilakukan teknik relaksasi progresif didapatkan nilai mean adalah 2,00 dengan standar deviasi 1,08. Terlihat nilai mean antara sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi progresif 3,35 dengan standar deviasi 1,089. Dari hasil uji statistik juga didapatkan nilai p=value 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi progresif pada klien dengan nyeri post sectio caesaria. Berdasarkan hasil penelitian diatas

Page 23: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

18

Eni, Kusyati. 2006. Keterampilan Dan prosedur labolatorium keperawatan dasar. EGC. Jakarta.

Forggat, W. 2003. Panduan Untuk Mengatasi Kecemasan, Bhuana ilmu Populer.

Hidayat, A. aziz alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis data,

Salemba Medika. Jakarta Hartini, Windari M. 2009. Kiat Mengatasi Masalah

Kehamilan & Janin . Yogyakarta. Kasdu, dini. 2003. Operasi Caesar masalah Dan

Solusinya. Bekasi. Lestari, Tika. 2008. Efektifitas Teknik Relaksasi

Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Op Sectio Caesaria Di IRNA A Kebidanan RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

Mander, R. 2003. Nyeri persalinan. EGC. Jakarta. Notoadmojo, 2005. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nunung Purnama sunardi, 2009. sectio-caesar.

http://himapid.blogspot.com/html di unduh tanggal 10 Mei 2010 jam 20.00 wib.

STIKBA, 2010. Pedoman mata kuliah skripsi. Jambi Price, Sylvia Anderson, 2005. Patofisiologi Konsep

klinis Proses-proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Potter & Perry, 2005. Fundamental Keperawatan.

EGC. Jakarta.p Purwandari, 2008.

http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/klipi

ng/html. di akses pada tanggal 19 juni 2010 jam 12.30 wib.

Ramli. A. 2000. Kamus kedokteran dan keterangan istilah. Jakarta. Djambatan.

Smeltzer, Suzanne C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volume. Jakarta. EGC.

Sri Mardiman, penatalaksanaan-fisioterapi-pada-sectio-caesarea http://binhasyim.wordpress.com/ di akses pada tanggal 01-05-2010 jam 20.00 wib.

Sugiono, 2008. Memahami penelitisn kualitatif. CV ALFABETA. Bandung.

Sujiati, S.Si.T., M.sc, dkk 2009. Asuhan Patologi Kebidanan Plus Contoh Asuhan Kebidanan. Jakarta.

Sustrani, lanny. 2005. Hipertensi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Widodo T, 2009. Penelitian kuantitatif. LPP UNS dan UNS Press. Surakarta, Jawa Barat.

Wahit Iqbal Mubarok, 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Praktik, penerbit biku Kedokteran. Jakarta. EGC

Winkjosastro, hanifa dkk. 2002. Ilmu kebidanan,

edisi 3. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 6 volume 2. Jakarta. EGC.

Page 24: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 25: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 26: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Netha Damayantie, Hubungan Kepatuhan Pasien 2011

21

adekuat dapat berdampak kepada pemberian dosis insulin yang tidak tepat sehingga tidak mampu mengatasi masalah hiperglikemi pada pasien DM.

Hasil uji statistik hubungan antara kepatuhan dalam penyesuaian diet dengan dengan kejadian ulkus kaki diperoleh nilai p = 0,015, maka dapat disimpulkan ada hubungan. Hasil analisis juga diketahui nilai OR = 9, artinya responden yang kurang patuh dalam penyesuaian diet beresiko 9 kali untuk mengalami ulkus dibandingkan responden yang patuh.

Hasil penelitian menunjukkan 62,5% responden yang mengalami ulkus kaki dibetik tidak patuh terhadap penyesuaian diet, dan hanya 37,5% yang patuh. Hasil ini sejalan dengan penelitian Adnyana losen (2003) bahwa hanya 37% pasien diebetes yang mentaati diet dari ahli Gizi. Pada penelitian didapatkan penyesuaian diet yang tidak tepat dikarenakan mereka masih kurang disiplin dalam penggunakan gula murni dalam makanan dan minuman sehari-hari. Kebiasaan ini terjadi sebelum timbulnya ulkus kaki dibetikum. Padahal Diet yang salah akan rentan memicu hiperglikemik. Pada kondisi itu, kadar gula darah meningkat di atas angka normal.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1.00, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara kepatuhan dalam aktifitas fisik dengan dengan kejadian ulkus kaki diabetik. Lebih dari sebagian (62,5%) renponden yang menderita ulkus kaki diabetikun tidak patuh dalam melaksanakan aktifitas fisik dan 37,5 tidak patuh. Hasil ini didukung oleh penelitian Adnyana Losen (2003) tentang penatalaksanan pasien dibetes melitus di RS Sanglah Denpasar, bahwa hanya 36% responden yang berolahraga secara teratur.

Meskipun tidak ada dampak langsung aktifitas fisik dengan kejadian ulkus diebetik tetapi olahraga dapat mengurangi stress yang sering menjadi pemicu kenaikan glukosa darah yang menjadi awal gangguan neuroperifer. Selain itu Penderita diabetes yang rajin berolah raga dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada obat.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,015 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan terhadap perawatan kaki dengan kejadian ulkus kaki. Hasil analisis juga diketahui nilai OR = 9,

artinya responden yang kurang patuh terhadap perawatan kaki beresiko 9 kali untuk mengalami ulkus dibandingkan responden yang patuh

Hasil penelitian menunjukkan responden masing kurang dalam melakukan pemeriksaan kaki, memberikan lotion. Kebiasaan pasien memeriksa adanya kemerahan dan pembengkakan pada kaki sangat penting untuk mencegah munculnya gangguan integritas kulit, apabila telah terjadi luka pada penderita diabetes mellitus maka akan rentan terhadap infeksi dan sulit untuk disembuhkan.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,235 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan terhadap kunjungan berobat dengan kejadian ulkus kaki. Dari responden yang tidak menderita ulkus kaki diabetik terdapat 43,8% yang masih kurang patuh dalam melakukan knjungan berobat. Kunjunan berobat atau follow up pada pasien diabetes mellitus bertujuan untuk memantau status kesehatan pasien termasuk mengidentifikasi kemungkinan adanya komplikasi dari penyakit.

Pada penelitian, responden melakukan kunjungan ulang rata-rata 3- 4 minggu sekali dan menurut mereka tergantung dari ada tidaknya keluhan yang dirasakan. Biasanya pasien datang untuk mendapatkan obat. Apabila pasien tidak mempunyai alat untuk mengukur kadar gula darah sendiri, maka pada saat kunjungan berobat inilah mereka mencek kadar glukosa darah. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan kepatuhan pemantauan glukosa darah, penyesuaian diet, perawatan kaki dengan kejadian ulkus kaki diabetik pada pasien diebetes mellitus. Dan tidak ada hubungan antara tingkat kepatuhan aktifitas fisik dan kunjungan berobat dengan kejadian ulkus kaki diabetik pada pasien diebetes mellitus di RSUD Raden Mattaher Jambi.

Disarankan pada pihak rumah sakit khususnya ruang perawatan penyakit dalam untuk dapat merencanakan dan membuat kebijakan penatalaksanaan pasien dengan ulkus diabetikum dalam bentuk standar

Page 27: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 28: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 29: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

24

keperawatan yang merupakan suatu upaya dalam memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan agar mencapai hasil yang diharapkan (Carpenito, 2000). Dari beberapa buku yang dijadikan pegangan dan pedoman mahasiswa keperawatan seperti Carpenito, L.J (2000), Brunner & Suddarth (2002), Tucker, S.M (1999) dan Doengoes (2000) belum terdapat asuhan keperawatan pada pasien malaria. Sehingga sampai saat ini belum ada rumusan diagnosa keperawatan yang baku yang dapat dijadikan standar diagnosa keperawatan bagi pasien malaria. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang gejala-gejala, keluhan dan gangguan yang dialami pasien malaria (evidence based) sebagai dasar penegakan diagnosa keperawatan.

BAHAN DAN CARA KERJA

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan retrospektif untuk data sekunder dan cross sectional untuk pasien yang diamati pada saat penelitian berlangsung. Metoda kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dan gejala-gejala yang timbul pada pasien yang menderita malaria kemudian dikelompokan berdasarkan kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul.

Lokasi penelitian adalah Kota Jambi, dan Kab. Muaro Jambi. Pengambilan data dilakukan di Rumah sakit Kabupaten Muaro Jambi dan Rumah Sakit yang berada di Kota Jambi (RS. Rd Mattaher, RS. Dr. Bratanata, RS. Bhayangkara, RS. Budi Graha). Pemilihan sampel dengan cara purposif sampling/pemilihan subjek secara non-random yaitu semua pasien malaria yang dirawat dalam rentang waktu penelitian dan memenuhi kriteria akan dijadikan subjek penelitian yaitu Kriteria inklusi: Hari perawatan tidak lebih dari 7 hari dan Hasil pemeriksaan laboratorium positif malaria. Jumlah Subjek dalam penelitian ini adalah 452 orang. Pengambilan data langsung pada pasien yang sedang dirawat saat penelitian ini dilaksanakan dan data sekunder dari medical record rumah sakit tahun 2006-2008.

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat distibusi faktor umur, jenis kelamin, pekerjaan dan modus diagnosa keperawatan yang muncul

sehingga dapat diketahui variasi dan modus diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien malaria. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah responden pada penelitian ini 452 orang terdiri dari 44 responden yang sedang dirawat (data primer) dan 408 responden dari data medical record (data sekunder). Berdasarkan tabel 1. Karakteristik responden dapat diketahui bahwa penderita malaria dewasa berumur rata-rata 32 tahun dengan distribusi yang hampir merata pada semua jenis kelamin yaitu 48,34% perempuan dan 51,66% laki-laki. Jenis pekerjaan penderita sebagian besar adalah pegawai swasta yaitu 38,14%, sedangkan alamat penderita sebagian besar berada di luar kota Jambi yaitu 32,67%.

Tabel 1. Karakteristik responden

Karakteristik N= 452

%

Umur

< 32 tahun

>32 tahun

218 234

48,34 51,66

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

225 227

49,89 50,11

Pekerjaan

PNS

Swasta

Polri

Petani

Pelajar

Lain-lain (Tidak bekerja, IRT)

65

172 50 25 36

104

14,19 38,14 11,09 5,54 7,98

23,06

Alamat

Jambi Selatan

Jambi timur

Pasar

Kota Baru

Jelutung

Danau Teluk

Telanaipura

Pelayangan

Lain-lain (Ma.jbi, Tebo, Bangko,Batanghari)

80 49 9 73 29 7 52 5

148

17,78 10,89 2,00

16,22 6,44 1,56

11,56 0,98

32,67

Hipertemi yang diukur berdasarkan

pengukuran suhu tubuh dengan

Page 30: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Gusti Lestari Handayani, Studi Eksplorasi Diagnosa 2011

25

menggunakan termometer dimana hasil pengukuran diatas suhu tubuh normal (36,5º C) terjadi pada sebagian besar penderita malaria yaitu sebanyak 90,91% pada data primer dan 85,54% pada data sekunder, Gejala demam yang dialami penderita umumnya adalah demam paroksisme yaitu demam mendadak dan temporer sebanyak 72,73%, tidak semua penderita mengalami pengulangan demam dengan interval tertentu (Demam periodik). Hanya sebagian kecil penderita yang mengalami demam periodik yaitu pengulangan demam dengan siklus tertentu, jumlah penderita malaria yang mengalami demam periodik pada data primer 36,36% dan 23,77% pada data sekunder. Tanda-tanda vital penderita tidak normal yang dapat dilihat dari perubahan denyut nadi yang lebih dari normal sebanyak 59,09% (data primer) dan 65,93% (data sekunder). Hasil dapat dilihat di tabel 2. Tabel 2. Gejala Yang Dialami Penderita Malaria

Gejala

Primer Sekunder

N (44)

% N

(408) %

Alasan masuk rumah sakit

Dengan Demam

Tanpa Demam

Tidak ada data

21

23

47,73

52,27

311

88 9

76,23

21,57 2,21

Apakah responden pernah menderita penyakit yang sama?

Pernah

Tidak

Tidak ada data

14 30

31,82 68,18

55 156 197

14,95 38,76 48,28

kapan terakhir sakit

< 56 hari

>56 hari

Tidak ada data/tidak kambuh

1 13 30

2,27 29,54 68,66

11 44

353

2,69 10,78 86,51

Nafsu makan

Ada

Tidak ada

Tidak ada data

10 34

22,73 77,27

36

336 36

8,82 82,36 8,82

Mual

Ya

Tidak

Tidak ada data

41 3

93,18 6,82

325 47 36

79,65 11,51 8,82

Muntah

Ya

Tidak

Tidak ada data

27 17

61,36 38,64

226 143 39

55,39 35,04 9,55

Jumlah makanan yang masuk

Kurang 1 porsi

Satu porsi penuh

Tidak ada data

42 2

95,45 4,55

348 17

43

85,29 4,17

10,54

Fluktuasi berat badan 6 bln terakhir

Ya

Tidak

Tidak ada data

13 31

29,55 70,45

54 158 196

13,24 38,73 48,04

Aktivitas perawatan diri

Mandiri

Bantuan dgn alat

Bantuan orang

bantuan dgn orang dan alat

Bantuan penuh

Tidak ada data

8 2

26 6

2

18,18 4,55

59,09 13,64

4,55

48 4

313 5

5

33

11,76 0,98

76,71 1,23

1,23

8,09

Tingkat kesadaran

Komposmentis

Samnolen

Semicomatus

Letarghic

Stuporus

Coma

Tidak ada data

40 4 - - - -

90,91 9,09

400 3 - 3 - - 2

98,03 0,73

- 0,73

- -

0,49

Nadi

Normal

Takikardi

Bradikardi

18 26

40,41 59,09

136 269 3

33,33 65,93 0,74

Suhu

Normal

Hipertermi

4

40

9,09

90,91

59 349

14,46 85,54

Demam paroksisme

Ya

Tidak

Tidak ada data

32 12

72,73 27,27

233 105 70

57,10 25,74 17,16

Demam periodik

Ya

Tidak

Tidak ada data

16 28

36,36 63,64

97 137 174

23,77 33,58 42,65

Waktu demam periodik

Tidak diketahui

2 hari

3 hari

28 7 9

63,64

15,91 20,45

314

44 50

76,96

10,78 12,25

Page 31: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

26

Tabel. 3 Keluhan lain Pada Penderita Malaria

Keluhan Primer Sekunder

n % n %

Pusing 36 81,82 295 75,30

Sakit kepala 22 50 201 49,6 Nyeri ulu hati 21 47,73 245 60,05

Kulit Terasa hangat

41 93,14 338 82,84

Hasil pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan mikroskopis untuk menentukan plasmodium yang menyebabkan terjadinya penyakit malaria dapat dilihat pada tabel 4, diketahui bahwa ada 2 jenis malaria yang terdapat pada penderita malaria di Propinsi Jambi yaitu malaria palciparum dan malaria vivak. Sebagian besar penderita adalah penderita malaria plasmodium vivak (85,54%).

Selain gejala-gejala dari tabel 2, didapat pula data keluhan lain yang mengiringi penyakit penderita malaria. Dari beberapa pertanyaan yang ada pada kuisioner antara lain keluhan pusing, perubahan sklera, sakit kepala, sulit menelan, nyeri dada, edema, c yanosis, gembung, nyeri ulu hati, pembesaran limfa, perubahan turgor, perabaan kulit, maka ada beberapa keluhan yang memiliki persentase lebih besar yang dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Karakteristik Primer Sekunder

n % n %

Jenis Malaria

Palcifarum

Vivak

(+)

Vivak+Palcifarum

39 5

11,36 88,64

36

349 22 1

8,82

85,54 5,40 0,25

Hemoglobin

Rendah

Normal

Tidak ada data

13 25 6

29,54 56,81 13,63

61

123 224

14,95 30,14 54,90

Jika dilihat dari hasil distribusi

frekuensi tabel 1, 2, 3 dan 4 maka diketahui pula bahwa pada data sekunder ada beberapa responden yang tidak memiliki data yang lengkap. Namun demikian tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara data yang didapat langsung dari pasien

yang dirawat dengan catatan pada medical record.

Secara umum dapat dikatakankan bahwa pada dasarnya semua orang dapat terkena malaria. Pada penelitian ini subjek penelitian adalah penderita malaria dewasa dengan distribusi umur yang hampir merata. Perbedaan jenis kelamin dan umur sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibanding laki-laki (Gunawan, 2000). Namun pada penelitian ini tidak menunjukan perbedaan yang begitu mencolok.

Tempat tinggal penderita malaria terdistribusi secara tidak merata, terlihat jumlah pendertita yang cukup besar dengan alamat tempat tinggal selain di Kota Jambi (32,68%). Angka ini tidak dapat diartikan bahwa di Kabupaten memiliki penderita yang lebih besar. Pengelompokan alamat tempat tinggal untuk kabupaten tidak dibuat secara terperinci berdasarkan masing-masing kabupaten karena penelitian ini hanya dilakukan di 1 (satu) kota dan 1 (satu) kabupaten yaitu Ma. Jambi. Sehingga kumulatif dari jumlah penderita terlihat lebih besar dari kelompok yang lainnya.

Iklim dan curah hujan di Propinsi Jambi mempengaruhi siklus perkembangbiakan nyamuk anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria. Saat musim hujan, genangan air memungkinkan telur, larva dan pupae berkembang menjadi dewasa dalam waktu singkat (9-12 hari). Keberhasilan perkembangbiakan parasit malaria dalam nyamuk (dari gametocyt ke tahap sporozoite) tergantung dari beberapa faktor.Lingkungan dan perilaku dapat mempengaruhi proses terjangkitnya malaria. Pekerjaan diluar ruangan tanpa menggunakan pelindung mempermudah terjadinya kontak dengan nyamuk anopheles (CDC, 2006). Pada penelitian ini sebanyak 38,84% adalah pekerjaan swasta, yang terbanyak adalah pekerja diperusahaan yang berhubungan dengan hutan, Hal ini memungkinkan kontak dengan nyamuk menjadi lebih banyak.

Gejala awal dari malaria biasanya tidak spesifik mulai dari sakit kepala, perasaan tidak enak diperut, kemudian diikuti demam. Manifestasi klinis demam malaria yang seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain (Demam

Page 32: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 33: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 34: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Gusti Lestari Handayani, Studi Eksplorasi Diagnosa 2011

29

5. Intoleransi aktivitas

Pengertian: Penurunan dalam kapasitas seseorang untuk melakukan aktivitas sampai pada tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan.

Batasan karakteristik: Selama aktivitas mengalami kelemahan, pusing, dispnea,keletihan frekuensi nadi dan napas meningkat, Pucat, Vertigo.

Faktor yang berhubungan: Gangguan sistem transpor oksigen, Peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder akibat infeksi akut atau kronis.

Penderita malaria mengalami peningkatan kebutuhan metabolisme akibat infeksi plasmodium. Infeksi yang dialami mengakibatkan peningkatan suhu tubuh yang secara tidak langsung juga menyebabkan kebutuhan metabolisme meningkat. Dari hasil analisis didapatkan data bahwa 59,09% (Data primer) dan 76,71% (Data Sekunder) mengalami kelemahan sehingga aktivitas perawatan dirinya memerlukan bantuan orang lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

Diagnosa keperawatan pada penderita malaria yaitu: Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, Nyeri akut, Mual, Intoleransi aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddart, (2002). Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

Carpenito. L.J (2000), Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta

CDC. (2006) Malaria. Available from : :<http:

www.. cdc\Malaria\Disease\Symptome of malaria. CDC. htm> [Accessed 9 August 2008].

CDC. (2006) Human Host and Malaria. Available

from : :<http: www.. cdc\Malaria\Disease\Pathofisiology. CDC. htm> [Accessed 9 August 2008].

CDC. (2006) Epidemiologi of Malaria. Available

from : :<http: www.. cdc\Malaria\Disease\Pathofisiology. CDC. htm> [Accessed 9 August 2008].

Departemen Kesehatan RI , (2007). Profil Kesehatan Indonesia 2005. Depkes RI, Jakarta

Dinas Kesehatan Propinsi Jambi, (2007). Profil Kesehatan Propinsi Jambi 2006, Dinkes

Prop.Jambi. Gunawan, (2000), Malaria Pada Anak. Dalam:

Harijanto, ed. Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, & Penanganan, EGC, Jakarta.

Hidayat, A.A (2004), Pengantar Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta

Ourblogertemplate.com (2008), Malaria Understanding Malaria, Preventing Life Lost. Available from: <http:www.malaria> [Accessed 10 August 2008].

P3M Dinkes Prop. Jambi, (2007). Laporan Tahunan 2007, Dinkes Prop. Jambi

Rampengan, (2000), Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto, ed. Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, & Penanganan, EGC, Jakarta.

Tucker, S.M, Canibbio, M.M, Paquette, E.V, Wells, M.F, (1999), Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta

Zein.H, Hendri.H, Ginting.Y, Pandjaitan.T (2003). Medan Diduga endemic Malaria. Available from:<http:www.malaria> [Accessed 10 august 2008]

Page 35: Jurnal poltekkes jambi vol 4

2011 Jurnal Poltekkes Jambi Vol IV Edisi Juli ISSN 2085-1677

30

HUBUNGAN PERILAKU HOST DAN PERAN PENGAWAS MINUM OBAT DENGAN KESEMBUHAN PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS PERAWATAN PUTRI AYU

KOTA JAMBI TAHUN 2010

Vivianti Dewi, Debbie Nomiko, Ary Irfan

Dosen Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Keperawatan

ABSTRAK

Salah satu penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di

dunia termasuk Indonesia adalah Penyakit tuberculosis paru.Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kesembuhan (sembuh) adalah hasil pengobatan penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) paling sedikit 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya negatif yaitu pada AP (Akhir pengobatan) dan atau sebulan sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku host dan peran Pengawas Minum Obat (PMO) dengan kesembuhan pasien TB Paru di Puskesmas Perawatan Putri Ayu tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan rancangan cross sectional / potong lintang yaitu melihat sesaat / mengumpulkan data dan peristiwa pada waktu yang sama, hanya diobservasi sekali saja. Populasi penelitian adalah pasien TB paru yang berobat jalan di Puskesmas Putri Ayu. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis Univariat dan Bivariat, dengan menggunakan uji statistik X

2 (Chi-

Square), digunakan untuk melihat hasil kemaknaan antara distribusi frekuensi yang diamati dengan yang diharapkan. Hasil analisis univariat menunjukkan dari 40 responden kontrol, 39 responden (97,5%) patuh dalam minum obat. Sedangkan dari 40 responden kasus, hanya sebanyak 15 responden (37,5%) patuh dalam pengobatan , dan selebihnya 25 responden (62,5%) tidak patuh dalam pengobatan. sedangkan hasil analisis univariat dari PMO menunjukkan dari 40 responden kontrol, 28 responden (70,0%) mengatakan pengawas minum obat aktif , sedangkan dari 40 responden kasus, hanya sebanyak 10 responden (25%) mengatakan pengawas minum obat aktif, dan selebihnya 30 responden (70%) mengatakan pengawas minum obat tidak aktif. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara perilaku host dengan kesembuhan TB Paru serta ada hubungan bermakna antara PMO dengan kesembuhan TB Paru dengan p- value = 0.001

Kata Kunci :Perilaku, Host, Kesembuhan

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembanguanan yang dilaksanakan di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari Pembangunan Nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Program Pemberantasan Penyakit Menular mempunyai peranan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan penerapan teknologi kesehatan secara tepat oleh petugas-petugas kesehatan yang didukung positif. (Depkes RI,2005:9).

Salah satu penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia adalah Penyakit tuberculosis paru. World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden countries terhadap TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan China dalam menyumbang TB di dunia. Menurut WHO estimasi insidence rate untuk pemeriksaan dahak didapatkan basil tahan asam (BTA) positif adalah 115 per 100.000 (WHO, 2003).

Hasil survei prevalensi tuberkulosis di Indonesia tahun 2005 menunjukan bahwa angka prevalensi tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA) positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk dan Tuberculosis menduduki ranking

Page 36: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 37: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 38: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 39: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 40: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Vivianti Dewi, Hubungan Perilaku Host 2011

35

tindakan pencegahan lain. Fakta bahwa banyak orang tidak mentaati program yang diharuskan tidak dapat diabaikan atau diminimalkan, angka ketaatan umumnya sangat rendah terutama jika program tersebut rumit dan dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2002:48).

Perilaku pasien TB dalam mengkonsumsi obat TB masih rendah, hal ini menunjukkan pasien TB belum patuh dalam mengkonsumsi obat TB. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antara lain usia, pekerjaan dan waktu luang, pengawasan.

Pengawasan adalah tindakan untuk memperhatikan dan melihat bagaimana suatu peraturan yang berlaku tersebut dijalankan atau tidak. Pada kepatuhan minum obat, pengawasan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan atau keluarga dari pasien yang menderita sakit. Pengawasan tersebut dapat berupa peringatan atau anjuran untuk selalu mematuhi waktu dan dosis yang telah dianjurkan untuk meminum obat tersebut.

Kepatuhan minum obat pun dapat dikaitkan dengan usia, sebagai contoh untuk usia yang kurang dari 5 tahun kepatuhan minum obat untuk suatu penyakit akan lebih sulit dibandingkan dengan orang yang lebih dewasa. Begitu pun pada seseorang yang mempunyai usia lanjut akan mempunyai kesulitan dalam kepatuhan meminum obat.

Suatu aktivitas rutin pada seseorang memungkinkan untuk menghabiskan waktu dengan pekerjaannya sehingga waktu luangnya pun terbatas. Bagi seseorang yang termasuk sibuk dalam pekerjaannya akan sangat sulit untuk meluangkan waktu, walaupun sekedar untuk meminum obatnya sendiri. Hal ini akan berbeda dengan seseorang dengan pekerjaan yang mempunyai waktu luang yang cukup akan memungkingkan untuk lebih teratur dalam meminum obat sesuai waktunya.

Jenis dan dosis obat serta jangka waktu pengobatan yang lama obat pada seseorang menderita suatu penyakit akan berbeda dalam jenis dan dosisnya, semakin parah suatu penyakit pada seseorang makan jenis dan dosisnya akan semakin banyak atau besar. Banyaknya jenis obat untuk diminum dalam suatu waktu akan mengakibatkan seseorang sulit untuk mematuhi minum obat tersebut dengan berbagai alasan dan begitu pula halnya dengan jangka waktu paengobatan yang lama akan menimbullkan kebosanan pada penderita dalm mengambil bahkan meminum obat.

Menurut Smet (1994) berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan

diantaranya adalah dengan dukungan profesional kesehatan, dukungan sosial, perilaku sehat dan pemberian informasi. Intervensi yang dapat dilakukan di Puskesmas Perawatan Putri Ayu adalah dengan pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita serta cara pengobatan. Karena penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat yang diberikan kepada penderita, keluarga dan lingkungan dapat meningkatkan angka kesembuhan pasien TB paru. Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi yang merupakan faktor penghambat dari kesembuhan pasien TB paru.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Misnadiarly (2006) yang mengatakan bahwa, pentingnya pengawasan minum obat secara intensif untuk mengurangi jumlah drop out dan ketidak teraturan berobat. Dengan demikian sangat pentingnya peranan PMO terhadap penderita TB paru, dalam upaya peningkatan kesembuhan pasien TB paru.

Untuk menjamin keteraturan penderita minum obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang pengawas menelan obat (PMO). PMO adalah seseorang yang bertugas untuk mengawasi, memberikan dorongan dan memastikan penderita TB menelan obat anti TB (OAT) secara teratur sampai selesai (Depkes RI, 2008:29).

Tugas seorang PMO adalah 1) mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan, 2) memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur, 3) mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan, 4) memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan (Depkes RI, 2008:30).

Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya antara lain : 1) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan, 2) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur, 3) cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya, 4) cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan), 5) pentingnya pengawasan supaya paisen berobat secara teratur dan 6) kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke UPK (Depkes RI, 2008:30).

Page 41: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 42: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 43: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

38

menduduki urutan pertama (60 % penduduk). Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup jika dikaitkan dengan gangguan produktivitas kerja (Depkes RI., 2004). Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut pada program Indonesia diantaranya adalah kelompok usia 5-6 tahun bebas karies sebesar 90%.

Hasil pemeriksaan terhadap anak di beberapa Sekolah Dasar di Kota Jambi tahun 2006 ditemukan prevalensi karies pada murid kelas VI sebanyak 94,74%, dan rata-rata tiap anak mempunyai 4 gigi yang mengalami karies. Prevalensi karies pada murid kelas I sebesar 97,3% dan tiap anak rata-rata mempunyai 7 gigi yang karies (Kurnianti.R,dkk.,2010). Kondisi ini menunjukkan bahwa status kesehatan gigi dan mulut di kota Jambi masih jauh dari yang diharapkan.

Pada usia 6 tahun, gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi geraham pertama mulai tumbuh. Dengan adanya variasi gigi susu dan gigi permanen bersama-sama di dalam mulut, menandai masa gigi bercampur pada anak. Namun, gigi yang baru tumbuh tersebut belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan. Gigi berlubang pada anak dapat dicegah dengan peran serta dari orang tua. Pencegahan gigi berlubang pada anak dimungkinkan asal kita bisa menjaga lingkungan mulut agar tidak asam, yakni: dengan menjaga frekuensi makan, makan harus seimbang, memberikan anak makan besar, snack diantara makan besar hanya satu sekali, anak tidak ngemut makanan, dll. Selain itu, ada teknologi baru yakni terapi remineralisasi dengan menggunakan CPP-ACP (Casein Phosphopeptide Amorphous Calcium Phosphate) untuk mengembalikan gigi yg sudah hampir berlubang menjadi sehat. Peran inilah yang dapat diambil orang tua untuk dilakukan di rumah (Adyatmaka.I.,2009)

Dalam rangka mencapai target Indonesia Sehat 2010, maka perlu dilakukan penelitian dengan cara memberikan penyuluhan kepada orang tua secara personal dan pengolesan bahan CPP-ACP pada murid SD Islam Al-Falah Kota Jambi yang berguna untuk mencegah terjadinya penyakit jaringan karies gigi dan penyakit jaringan periodontal yang lebih parah lagi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penyuluhan kepada orang tua secara personal dan pengolesan abhan CPP-ACP pada anak terhadap risiko terjadinya karies pada murid SD Islam Al-Falah Kota Jambi

BAHAN DAN CARA KERJA

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental kuasi dengan desain one group pre and post test).

Populasi penelitian adalah seluruh murid kelas I Sekolah Dasar Islam Al-Falah yang beralamat di Jl.Sultan Thaha No.58 B Telanaipura Kota Jambi.

Sampel diambil secara purposive sampling dengan cara penjaringan murid yang memenuhi kriteria gigi dengan kasus white spot pada gigi susu, gigi yang mempunyai fissure yang dalam pada gigi permanen, gigi yang mempunyai kasus poin 1 dan 2 dan orang tua yang bersedia menjalankan komitmen. Sampel diperoleh sebanyak 30 anak dan 30 orang tua murid (ibu).

Instrumen Penelitian yang digunakan adalah: (1).Kuesioner program Donut’s Irene yang berisi 20 pertanyaan mengenai perilaku anak sehari-hari yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut, dimana hasil dari analisa akan memperlihatkan gambaran resiko karies gigi anak; (2). pH saliva adalah nilai range pH saliva yang didapat dari hasil pemantauan dengan mempergunakan kertas lakmus yang dicocokkan pada universal indicator; (3). pH plak adalah nilai range pH plak yang didapat dari hasil pemantauan dengan mempergunakan pH plak indikator kemudian dicocokkan pada universal indikator

Penelitian dimulai dengan pemeriksaan pH plak dan pH saliva, kemudian dilakukan analisa resiko karies anak per individu dengan pedoman program Donut’s Irene sebagai pre test. Orang tua murid diberikan penyuluhan secara personal mengenai hal yang kurang baik dari kondisi gigi anaknya. Kemudian gigi anak diolesi dengan bahan CPP-ACP yang digosokkan dengan kapas dan selama 30 menit responden tidak boleh makan ataupun minum.

Kemudian diperiksa lagi pH saliva dan pH plaknya. Dari hasil wawancara dicatat kesediaan orang tua untuk mengubah kebiasaan buruk anak. Hasil analisa resiko karies dicatat sebagai post test I. Selanjutnya bagi orang tua yang anaknya bermasalah dengan pH saliva dan pH plak dianjurkan untuk mengoles bahan CPP-ACP 2 kali sehari dirumahnya. Dua minggu kemudian dilakukan analisis faktor resiko karies dengan program Donut’Irene dan diperiksa pH plak dan pH saliva dan hasilnya dicatat sebagai post test II. Pada setiap akan dilakukan penelitian responden tidak diberitahu sebelumnya.

Page 44: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Rina Kurnianti, Efektivitas Penyuluhan Kepada Orang Tua 2011

39

Analisa data dilakukan uji statistik dengan melakukan uji normalitas data pH plak, pH saliva dan hasil analisis resiko karies terlebih dahulu. Pada data pH plak (pre, post1 dan post2) dan pH saliva (pre, post1 dan post2) setelah uji normalitas, hasilnya tidak normal sehingga uji beda nya memakai uji non parametrik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test. Kemudian untuk hasil analisis resiko karies setelah dilakukan uji normalitas hasilnya normal dan selanjutnya dilakukan uji beda memakai uji parametrik dengan uji T (Paired).

Kemudian untuk hasil analisis resiko karies setelah dilakukan uji normalitas hasilnya normal dan selanjutnya dilakukan uji beda memakai uji parametrik dengan uji T (Paired). HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan di SD Islam Al- Falah pada murid kelas 1 beserta ibunya, dan responden yang memenuhi kriteria sebanyak 30 responden murid dan 30 responden orang tua murid. Pada tabel 1. terlihat jenis kelamin murid, pendidikan orang tua murid serta kelompok usia orang tua murid. Tabel 1. Data Responden

Variabel n %

Murid : a. Laki-laki b. Perempuan

12 18

40 60

Pendidikan Orang Tua : a. Bukan Sarjana b. Sarjana

14 16

46,7 53,3

Usia Orang Tua : a. = 36 tahun atau

kurang b. > 36 tahun

10 20

33,3 66,7

Responden kelompok murid terdiri dari

12 (40%) murid laki-laki dan 18 (60%) murid perempuan, sedangkan pada kelompok orang tua murid yang berpendidikan tidak mencapai sarjana sebanyak 14 (46,7%) dan berumur > 36 tahun sebanyak 20 orang (66,7%).

Hasil penelitian memperlihatkan rata-rata pH plak, pH saliva serta hasil analisis resiko karies sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan, serta pengolesan Casein Phosphopeptide Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) yang nampak pada tabel 2. di bawah ini.

Tabel 2. Rata-rata pH Plak, pH Saliva Serta Hasil Analisis Resiko Karies Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan Kepada Orang Tua Secara Personal dan Pengolesan CPP-ACP pada Anak

pH Plak pH

Saliva

Analisis Resiko Karies

N 30 30 30

Pre

Rata-rata

6,5500 6,7000 83,2817

Standar deviasi

0,4424 0,7020 9,1011

Post1

Rata-rata

6,9170 6,9000 81,9817

Standar deviasi

0,1895 0,4810 10,0613

Post2

Rata-rata

6,8000 7,0300 64,1227

Standar deviasi

0,3620 0,4900 16,1080

Dari tabel tersebut menunjukkan adanya

kenaikan rata-rata pH plak dari pengamatan pertama (pre) dan kedua (post1), kemudian terjadi penurunan dari pengamatan kedua (post1) dan ketiga (post2). Namun untuk rata-rata pH saliva terjadi kenaikan antara pengamatan 1(pre) dengan pengamatan kedua (post1), juga kenaikan rata-rata pada pengamatan kedua (post1) dengan pengamatan ke3 (post2). Kemudian untuk rata-rata hasil analisis resiko karies terjadi penurunan antara pengamatan 1(pre) dengan pengamatan kedua (post1), juga penurunan rata-rata pada pengamatan kedua (post1) dengan pengamatan ke3 (post2).

Hasil uji normalitas pada ph plak, ph saliva serta hasil analisis resiko karies sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kepada orang tua secara personal dan pengolesan CPP-ACP pada anak tampak pada tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Pada pH Plak, pH Saliva Serta Hasil Analisis Resiko Karies Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Kepada Orang Tua Secara Personal dan Pengolesan CPP-ACP pada Anak

N Pre

(Sig.) Post1 (Sig.)

Post2 (Sig.)

pH Plak 30 0.000 0.000 0.000

pH Saliva 30 0.000 0.000 0.000

Resiko karies

30 0.200 0.056 0.028

Page 45: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 46: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 47: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 48: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Rina Kurnianti, Efektivitas Penyuluhan Kepada Orang Tua 2011

43

bermakna (p<0,05).Sementara itu, tidak ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara pengukuran analisis resiko karies pre dengan post1, pre dengan post2 serta analisis resiko karies post1 dengan post2.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat dampak jangka panjang pada pemakaian CPP-ACP.

Bagi penyelenggara UKGS dan pelayanan asuhan kesehatan gigi sebaiknya mengevaluasi kegiatan promotif mengenai kesehatan gigi dan mulut yang diajarkan ke masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Adyatmaka,I.,2009, Seminar Kesehatan Gigi dan

Mulut, Penabur Dental Festival, http://www.google.com/html, 6 Juni 2009.

Alvin, M., Lestari, S., dan Gondhoyoewono, T., 2004, Perbedaan Disiplin Diri Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Ditinjau Dari Jenis Kelamin, Jurnal PDGI, Vol. 54 No. 2, Jakarta, hlm 24 – 27.

Andlaw,R.J., dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak, Penerbit Widya Medika, Jakarta.

Ariningrum, R., 2000, Beberapa Cara Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut, Cermin Dunia Kedokteran, No. 126, Hal. 45 – 51.

Astoeti, T.E., 2006, Total Quality Management Dalam Pendidikan Kesehatan Gigi Di Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Carranza,E.A., 1990, Newman MG: Clinical Periodontology. 9th Ed.Philadelphia.W.B.Saunders.Hal.76

Depkes RI., 2004, Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGMD), hal.1,2 dan 7, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta.

Desiyanti I, 2007., Pengaruh Pasta CPP-ACP

Terhadap Kekerasan Mikro Permukaan Email Gigi Tetap.Tesis, Jakarta;FKG UI, 2007

Frencken,dkk., 1999, Pedoman Perawatan Restoratif Atraumatik, hal.26, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Ismiyatin., 2002, Hubungan Efektivitas Buffer Saliva dengan Intensitas Karies, [email protected];[email protected]

Kidd, E.A.M., Bechal,S.J., 1992, Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kurnianti,R.,Rosmawati., 2010, Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Taman Kanak-Kanak di Kota Jambi Th 2009, Majalah Pemberitaan Ilmiah Percikan (Ikatan Keluarga Besar Universitas Jambi-Bandung,Vol 115,Edisi Agustus 2010,Hal.77-84

Machfoedz,I., Suryani, E., 2007, Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan, hal.20, Fitramaya, Yogyakarta.

Margareth, I., dan Lestari,S., 2004, Gambaran

Keadaan Kebersihan Mulut Dan Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah Di TK Wijaya Kusuma, Jakarta Selatan, Jurnal PDGI, Vol. 54 No. 2, Jakarta, hlm 19 – 23.

Notoatmodjo.S.,2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, hal.8-11, 18,133-134, 136, 139-144,Rineka Cipta, Jakarta.

Nyoman,S., 2002, Penilaian Status Gizi, Kedokteran Jakarta, EGC, Jakarta

Pertiwi,A., 2007, Gambaran Pola Karies Gigi Permanent Ditinjau Dari Dental Neglect, http://www.google.com/html, 25 Oktober 2010.

Pratiwi,D., 2007, Gigi Sehat , hal.64-65, Kompas, Jakarta.

Riyanti, E., 2005, Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini, http://www.google.com/html, 25 Oktober 2010.

Roeslan, B.O, Sudjana, M.R., 1996, Pola pH Air Liur Setelah Mengunyah Permen Karet dengan Pemanis Sorbitol dan Pemanis Sukrosa, Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti, Edisi Khusus Forum Ilmiah V, hal.477-82

Santoso, S., 2008, Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sari, D.S., Rudi, D., dan Kurnianti, R., 2009, Efektifitas Metode Menyikat Gigi Terhadap Skor Plak Serta pH Saliva, Jurnal Poltekkes Jambi, Jambi, hlm 1 – 9.

Schaefer,C., 1996, Cara Efektif mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Edisi ke-3 Mitra Utama, Jakarta.

Schuurs,H.B, 2001., Patologi Gigi-Geligi: Kelainan-kalainan Jaringan Keras Gigi, Gadjah Mada University Press

Soesilo, D., Santoso, R.E., Diyatri, I., 2005, Peranan Sorbitol Dalam Mempertahankan Kestabilan pH Saliva Pada Proses Pencegahan Karies, Majalah Ked. Gigi (Dent. J.), Vol. 38, No. 1, Hal. 25 – 28.

Sriyono,N.W.,2005, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, hal:54-56, Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yokyakarta.

Suwelo, I.S., 1992, Karies Gigi Pada Anak Dengan Faktor Etiologi, Penerbit Buku Kedokteran (EKG), Jakarta.

Tarigan.R,1990.,Karies Gigi, hal.1, 47-49, Hipokrates, Jakarta.

Yudith, A., Eriwati, Y.K., dan Noerdin, A., 2009, Efek Bahan Remineralisasi Terhadap Kekerasan Email Gigi Setelah Pemutihan Dengan Hidrogen Peroksida 38% (Penelitian In Vitro), Jurnal PDGI, Vol. 58, No.3, Jakarta,

hlm 110 – 115.

Page 49: Jurnal poltekkes jambi vol 4

2011 Jurnal Poltekkes Jambi Vol IV Edisi Juli ISSN 2085-1677

44

KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN PERAWATAN ORTHODONSI PADA MAHASISWA POLTEKKES JAMBI TAHUN 2011

Naning Nur Handayatun, Valentina NK, Parlindungan Situmeang

Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Jambi ABSTRAK

Maloklusi perlu diperbaiki dengan perawatan orthodonsi. Perlunya memperbaiki fungsi rongga mulut serta penampilan pribadi berkaitan dengan kebutuhan dan permintaan perawatan orthodonsi pada usia remaja yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Saat ini data mengenai maloklusi di propinsi Jambi belum ada sama sekali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan (need) dan permintaan (demand) perawatan orthodonsi pada mahasiswa Poltekkes Jambi tahun 2011. Jenis penelitian berupa survei analitik. Populasi adalah mahasiswa Poltekkes Jambi Tahun 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 163 orang yang diambil secara proposional random sampling dari Jurusan Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Gigi, Kebidanan dan Keperawatan. Pengambilan data dilakukan dengan mencetak gigi rahang atas dan rahang bawah kemudian dianalisa dengan menggunakan HLD Index dan HMA Index serta wawancara. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa Poltekkes Jambi yang memerlukan perawatan orthodonsi berdasarkan HLD Index dengan phisical handicap, sebanyak 46,9%. Mahasiswa Poltekkes Jambi yang memerlukan perawatan orthodonsi berdasarkan HMA Index dengan kelainan gigi dalam satu rahang sebanyak 98,8%, berdasarkan kelainan oklusi pada gigi anteriorsebanyak 51,9%, berdasarkan kelainan oklusi pada gigi posterior sebanyak 87,7%. Besarnya permintaan akan perawatan orthodonsi pada mahasiswa Poltekkes Jambi

sebanyak 69,1% dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap perawatan ortodonti pada mahasiswa Poltekkes Jambi adalah dana 55,6%, waktu 25,3 %, lain-lain17,9% dan jarak1,2 % Kata kunci : maloklusi,kebutuhan, permintaan,HLD Index, HMA Index,

PENDAHULUAN

Pada tahun 1962, WHO telah memasukkan topik maloklusi sebagai anomali dentofasial yang menyebabkan cacat dan mengganggu fungsi serta memerlukan perawatan jika cacat atau gangguan fungsi tersebut dapat menyebabkan atau kemungkinan dapat menyebabkan rintangan bagi kesehatan fisik maupun emosional dari pasien. Prevalensi maloklusi di Indonesia tahun 2006 adalah 89% dan pada remaja di Medan 60% (Dewi, 2007). Menurut Dewanto (1993), penelitian pada remaja di Hungaria th 2010 ditemukan bahwa angka DMFT/DMFS dan skor plak pada responden yang maloklusi secara signifikan lebih tinggi dari pada yang tidak ada maloklusi. Hal ini berkaitan dengan kerentanan terhadap karies dan retensi plak pada gigi yang crowded (Masdin, 2010).

Pada usia 18 th remaja sudah dapat memutuskan kebutuhan untuk diri sendiri termasuk penampilan pribadi. Pada umur tersebut pertumbuhan gigi pada rahang atas dan rahang bawah sudah lengkap. Penelitan Tod

dan Taverne (1997) menunjukkan bahwa kejadian gigi berjejal posterior dan cross bite anterior meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Saat ini, data mengenai kejadian maloklusi yang membutuhkan perawatan orthodonsi di Propinsi Jambi belum ada. Orthodonsi merupakan salah satu cabang ilmu Kedokteran Gigi yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan struktur jaringan pendukung gigi (kraniofasial), perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari cara pencegahan dan perawatan kelainan dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang, stabil dan estetik menyenangkan.

Maloklusi adalah segala keadaan yang menyimpang dari oklusi yang diterima sebagai bentuk standar yang normal. Pada umumnya manusia lebih mudah mengenal keadaan yang abnormal dari pada yang normal, padahal untuk bisa menilai atau menyatakan keadaan yang abnormal harus terlebih dahulu memahami keadaan yang normal. Jadi untuk bisa menilai malokusi harus mempelajari oklusi normal.

Page 50: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Naning N.H., Kebutuhan dan Permintaan Perawatan Orthodonsi 2011

45

Oklusi normal menurut Angle (cit Dewanto,1993) adalah apabila tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanent maksila berkontak dengan lekuk bukal gigi molar pertama permanen mandibula, dan apabila disertai lengkung gigi maksila dan mandibula dalam keadaan baik, maka didapat oklusi yang ideal. Selanjutnya Angle mendefenisikan oklusi normal sebagai hubungan dari bidang-bidang inklinasi tonjol gigi pada saat kedua rahang atas dan bawah dalam keadaan tertutup, disertai kontak proksimal dan posisi aksial semua gigi yang benar dan keadaan pertumbuhan, perkembangan posisi dan relasi antara berbagai macam jaringan penyangga gigi yang normal pula.

Maloklusi dapat menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit gigi dan mulut antara laian masalah periodontal yang potensial atau berat ada hubungannya dengan tumpang gigit yang sangat dalam dan malposisi gigi individual yang sangat berat (Ramfjord & Ash, 1981 cit Dewanto, 1993).

Adapun pengertian oklusi ialah berkontaknya permukaan oklusal gigi geligi di rahang atas dengan permukaan oklusal gigi geligi di rahang bawah pada saat rahang atas dan bawah menutup. Indeks HLD (Handicapping Labio-lingual Deviation Index) digunakan untuk menilai kebutuhan akan perawatan orthodonsi. Indeks ini disusun oleh Draker pada tahun 1960, sebagai cara penilaian yang obyektif bagi epidemiologi maloklusi. Menurut Draker (1960, cit Dewanto,1993), menyatakan bahwa metode ini sederhana, objektif, dan penilaian maloklusi dapat dilakukan langsung pada subyek yang diteliti atau pada model gigi tanpa menggunakan alat khusus.

Penilaian maloklusi dengan Handicapping Malocclusion Assesment Index (HMA Index) digunakan untuk melengkapi cara menentukan prioritas perawatan orthodonsi menurut keparahan maloklusi yang dapat dilihat pada besarnya skor yang tercatat pada lembar isian tersebut. Saat ini, data mengenai kejadian maloklusi yang membutuhkan perawatan orthodonsi di Propinsi Jambi belum ada.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kasus maloklusi dan kebutuhan perawatan orthodonsi pada mahasiswa Poltekkes Jambi serta mengetahui seberapa besarnya permintaan akan perawatan orthodonsi dan faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap perawatan orthodonsi tersebut.

BAHAN DAN CARA KERJA

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Politeknik kesehatan Jambi dari empat jurusan yaitu Jurusan Kebidanan, Jurusan Keperawatan, Jurusan Kesehatan Gigi, dan Jurusan Kesehatan Lingkungan dengan jumlah 1082 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15% dari populasi (Surakhmad) yaitu sebanyak 162 orang untuk semua jurusan. Jumlah sampel untuk mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi sebanyak 26 orang, Jurusan Keperawatan 46 orang, dari Jurusan Kebidanan 63, dan 27 orang mahasiswa dari Jurusan Kesehatan Lingkungan.

Variabel dalam penelitian ini adalah1) kebutuhan perawatan orthodonsi (need). 2) Permintaan perawatan orthodonsi (demand) adalah kebutuhan perawatan orthodonsi dilihat dengan pengukuran adanya tidaknya phisical handicap dan maloklusi dengan cara mencetak gigi responden dengan alat sendok cetak dan bahan alginate kemudian dilakukan pengisian dengan gips stone. Studi model yang diperoleh dianalisa untuk melihat phisical handicap dengan Handicapping Labio Lingual Deviation Index (HLD Index) oleh Draker (1960. cit Dewanto 1993).

Ciri maloklusi dinilai dengan pemberian skor sbb: Tabel 1. Format Pengukuran dengan Handicapping Labio Lingual Deviation Index (HLD Index) oleh Draker (1960. cit Dewanto 1993).

Macam/ciri maloklusi Skor

Celah langit Skor 15

Penyimpangan traumatik berat Skor 15

Jarak gigit (dalam mm) ............

Tumpang gigit (dalam mm) ............

Protusi mandibula X5

Gigitan terbuka (dalam mm) X4

Erupsi ektopik,hanya gigi depan (tiap gigi)

X3

Gigi berjejal anterior: Maksila,Mandibula.....tiap rahang

............

Penyimpangan labio lingual (dalam mm)

............

Jumlah skor

Page 51: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 52: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 53: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

48

Kesadaran mahasiswa akan adanya maloklusi pada dirinya yaitu dengan menanyakan apakah responden merasa ada kekurangan pada susunan giginya dan adakah gangguan yang dirasakan sehubungan dengan keaadaan gigi geliginya Dapat dilihat bahwa 70,4% mahasiswa yang merasa bahwa susunan giginya sudah rapi/ tidak ada kelainan,4,9% tidak tahu dan 24,7% merasa giginya tidak rapi. Persepsi mahasiswa entang maloklusi berbeda degan pengeukuran dengan HMA Index yang ternyata hanya 1,2% mahasiswa yang bener benar tidak mempunyai kelainan pada giginya. Untuk itu perlu diberikan penyulukan tentang oklusi normal dan akibat dari oklusi yang tidak normal. Kesadaran akan perlunya perawatan orthodonsi pada masing-masing responden disajikan pada tabel 8. Tabel 7 Kesadaran Mengenai Perlunya Perawatan Pada Diri Mahasiswa Poltekkes Jambi Tahun 2011.

Kesadaran akan perlunya perawatan

orthodonsi n Persen

Tidak tahu 7 4,3%

Perlu perawatan 131 80,9%

Tidak perlu 24 14,8%

Total 162 100%

Meskipun banyak yang merasa bahwa

giginya rapi namun 80,9% mahasiswa merasa perlu perawatan orthodonsi. Namun ada juga yang tak menginginkan perawatan tersebut. Dalam hal ini dilakukan wawancara mengenai motivasi responden untuk mencari perawatan orthodonsi.

Dari 80,9 % yang merasa perlu perawatan ternyata hanya 69,1% yang berkeinginan untuk mencari perawatan.

Faktor terbesar yang menyebabkan responen belum mencari perawatan ádalah dana yaitu 90% ,waktu 41% jarak 1% dll17,9% KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan phisical handicap, sebanyak

46,9% mahasiswa Poltekkes Jambi memerlukan perawatan orthodonsi

2. Berdasarkan kelainan gigi dalam satu rahang, sebanyak 98,8% mahasiswa Poltekkes Jambi memerlukan perawatan orthodonsi.

3. Berdasarkan kelainan oklusi pada gigi anterior, sebanyak 51,9% mahasiswa Poltekkes Jambi memerlukan perawatan orthodonsi

4. Berdasarkan kelainan oklusi pada gigi posterior, sebanyak 87,7% mahasiswa Poltekkes Jambi memerlukan perawatan orthodonsi.

5. Besarnya permintaan akan perawatan orthodonsi pada mahasiswa Poltekkes Jambi sebanyak 69,1%.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap perawatan ortodonti pada mahasiswa Poltekkes Jambi adalah dana 55,6%, waktu 25,3 %, lain-lain17,9% dan jarak 1,2 %

Saran 1. Bagi mahasiswa yang masuk dalam kategori

ada Phisical handicap disarankan untuk berkonsdultasi dengan dokter gigi untuk mendapatkan perawatan orthodonsi.

2. Perlu penelitian selanjutnya tentang maloklusi dengan index yang lain dan dengan digabungkan dengan pemeriksaan klinis.

DAFTAR PUSTAKA Dewi,O..2007, Analisis Hubungan Maloklusi Dengan

Kualitas Hidup pada Remaja SMU di Kota Medan Tahun 2007, http//library.usu.ac.id/index .php

Foster.TD, 1999, Buku Ajar Orthodonsi, Penerbit Buku Kedoktern EGC, Jakarta.

Fedi, P.F, Vernino, A.R., Gray, J.L., 2005, Silabus Periodonti, EGC, Jakarta.

Masdin 2010, Prevalensi Maloklusi Pada Remaja di Hungaria, www.pajjakado.co.tv/2010/02/prevalensi

Nazir, M, 1985, Metoda Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta Timur.

Pratiknya, A.W., 1993, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Dewanto,H, 1993, Aspek-Aspek Epidemiologi Maloklusi,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Page 54: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol IV Edisi Juli ISSN 2085-1677

2011

49

PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN UPAYA REMAJA DALAM MENANGGULANGI NYERI HAID DI SMA NEGERI I KOTA JAMBI TAHUN 2009

Indarmien Netty

Staf Pengajar Jurusan Kebidanan Poltekkes Jambi ABSTRAK

Nyeri haid (dysmenorhe) merupakan salah satu gangguan haid yang sering dialami wanita yang timbul

sebelum dan sesudah haid, dapat bersifat subyektif dan intensitasnya sukar dinilai. Pada waktu peneliti melakukan survey awal terhadap 30 orang siswi, didapat 25 orang siswi tidak dapat mengatasi nyeri haid, 4 orang harus meninggalkan aktifitas sehari-hari dan 1 orang harus mengkonsumsi obat untuk mengurangi nyeri haid. Faktor pendukung terjadinya nyeri haid adalah faktor kejiwaan, konstitusi, obstruksi kanalis servikalis, endokrin dan alergi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat Gambaran Pengetahuan, Motivasi dan upaya Remaja dalam Menanggulangi Nyeri Haid di SMA Negeri 1 Kota Jambi Tahun 2009. Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif, besarnya sampel diperoleh dengan menggunakan teknik total sampling pada populasi yang berjumlah 202 orang dengan total sampel 202 orang. Data yang diperoleh merupakan data primer melalui pengisian kuesioner oleh responden. Selanjutnya data diolah dan dianalisis secara univariat. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 6 -11- 2009.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 202 responden didapatkan 131 (64,9 %) masih berpengetahuan rendah tentang nyeri haid, 71 responden (35,1%) memiliki pengetahuan tinggi tentang nyeri haid, dan 130 responden (64,36%) yang memiliki tingkat motivasi tinggi dan 72 responden (35,64%) memiliki tingkat motivasi rendah, adapun upaya mengatasi nyeri haid masih kurang yaitu sebanyak 85 responden (42,08%) dan 117 responden (57,92%) mempunyai upaya yang baik dalam menanggulangi nyeri haid.Adapun responden yang tidak minum obat walaupun mengalami nyeri haid 65,3 %, dan 16,3% minum Feminax, 7,4 % minum Kiranti dan 4,5% minum jamu, selanjutnya masih ada 10 jenis obat yang diminum dan dibeli langsung oleh siswi baik di apotik maupun toko.

Untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi dan upaya siswi dalam menanggulangi nyeri haid, bimbingan dan binaan dari orang-orang terdekat sangat berperan dalam hal ini, pada saat disekolah teman ataupun guru sedangkan di lingkungan rumah orang tua ataupun saudara sehingga siswi dalam menghadapi nyeri haid merasa aman. Bagi peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang berbeda dan dapat mengembangkan hasil penelitian ini menjadi lebih sempurna. Kata kunci : Nyeri haid, pengetahuan, motivasi, upaya menanggulangi

PENDAHULUAN

Pada remaja terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab yang dihadapi. Pada masa ini remaja akan mulai tertarik pada lawan jenis. Perubahan yang biasanya terjadi pada remaja perempuan pada saat sebelum menstruasi adalah mereka akan menjadi sangat sensitif, emosional dan khawatir tanpa alasan yang jelas (Diane, dkk, 1995:70).

Pada masa pubertas, hormon-hormon wanita yang kuat “estrogen dan progesteron” mulai menciptakan sebuah siklus fertilitas. Setiap bulan, ovarium melepaskan sebuah telur yang keluar melalui salah satu dari dua tuba

falopii yang menghubungkan ovarium dengan rahim. Jika telur tidak dibuahi maka telur tersebut akan dikeluarkan dari dalam tubuh pada saat menstruasi / menarche (Owen, 1995:152).

Menstruasi yaitu meluruhnya jaringan endometrium karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma. Peristiwa ini sangat wajar dan alami karena setiap wanita normal pasti akan mengalami proses ini (Http://www.Ipin4.esmartstudent.com/2009/05/18/haid.Htm).

Pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah pada saat menstruasi, diantaranya adalah rasa nyeri yang timbul tak lama sebelum atau bersama-sama dengan haid

Page 55: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 56: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 57: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 58: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 59: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 60: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 61: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

56

penanggulangan nyeri haid dan diharapkan agar bekerja sama dengan orang tua siswa untuk mendekatkan dan memberikan solusi kepada remaja putri, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan remaja putrid tentang nyeri haid dan dapat menanggulangi nyeri haid dengan benar. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan variabel, metoda, tempat yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta:xvi + 342 hlm.

Azwar, Azrul, 2006. Pengantar Adsministrasi Kesehatan. Edisi III. Binarupa Aksara. Jakarta : xi + 347 hlm.

BKKBN, 2004. Materi Konseling dan KIE Kesehatan Reproduksi Remaja. Jambi:v + 40 hlm.

Dahlan, Djawad, 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja cetakan ke-6.Remaja Rosdakarya.Bandung : xii + 220 hlm.

Dinkes Kota Jambi, 2006. Modul untuk Fasilitator proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi. Jambi

Depkes RI, 2001. Kumpulan Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja.Jakarta.

_________,2001. Rencana Srategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001- 2010

_________, 2006. Kesehatan Reproduksi. Ford Foundation. Jakarta:x + 133 hlm.

Linda V.Walsh, 2001. Midwifery Community-Based Care During the Childbearing Year.Usa

Mansjoer,Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid I. Media Aescolapius. Jakarta: xxi + 716 hlm.

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Penerbit Arcan, Jakarta:vii + 240 hlm.

Ministry of Health Republic of Indonesia,The World Health Organization 2003. Indonesia Reproductive Health Profile 2003 Jakarta

Notoatmodjo, Seokidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta.Jakarta:ix + 214 hlm.

___________, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

__________ , 2002. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta : viii + 389

Varney Helen, 1997. Varney”s Midwifery. Third Edition. London

Nugraha, Boyke Dian, 2004. Pendidikan Seksual untuk Anak. Pustaka Zahara. Jakarta : vi + 210 hlm.

Owen, Elizabeth, 2005. Panduan Kesehatan bagi wanita. Prestasi Pustaka. Jakarta:vi + 232 hlm.

Prawiroharjo, Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan, Jakarta.

___________, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta. ___________, 2007. Ilmu kandungan, Jakarta Prayetni, 1996. Asuhan Keperawatan Ibu Dengan

Gangguan Sistem Reproduksi, Penerbit Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Depkes RI, 1996

Siagian, Sondang.2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta :xvii +238hlm.

Sikok, 2007. Laporan Penelitian Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja SMU/SMK Kota Jambi.PKBI Jambi.2007

Http://www.Ipin4.esmartstudent.com/2008/05/18/haid.Htm.

Http://Asrina1986.blongs.Friendster.com/18/05/2008 Http://www.KeluargaSehat.com/kliniks-

isi.php?news_id Http://www.Menstruasi.com/2008/08/10 www.kespro.com/2008/01.html

http://www.yuastroki.co.id/2008/08/10/ink2.html Http://www.bkkbn.go.id/2007/08/10

Page 62: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Aida Silfia, Analisis Faktor Risiko Karies 2011

57

ANALISIS FAKTOR RISIKO KARIES GIGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN INDEKS KARIES GIGI PADA ANAK SDN 214/IV

PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2009

Aida Silfia

Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jambi

ABSTRAK

Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena keadaan kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan dapat dicapai sesuai dengan indikator derajat kesehatan gigi menurut WHO untuk anak usia 12 tahun pada tahun 2010 dengan nilai skor DMF-T £ 1. Tujuan Penelitian untuk menganalisis faktor risiko karies gigi dan hubungannya dengan indeks karies gigi pada anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi. Desain penelitian dengan studi cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi Tahun 2009, yakni N= 175 anak. Cara pengambilan sampel random sampling dengan secara proporsi, teknik pengambilan dengan sistem undi. Cara Penelitian dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi Indeks karies gigi, OHI-S, pengetahuan dan sikap pada anak usia 12 tahun ke atas di SD Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Kecamatan Kota Baru Kota Jambi Tahun 2009 sebanyak 39,4% anak berkategori baik, sedangkan sisanya sebesar 60,6% berkategori kurang baik. Ada hubungan antara OHI-S, pengetahuan dan sikap dan tindakan menyikat gigi dengan indeks karies gigi. Kata kunci: Faktor Resiko Karies Gigi dan Indeks Karies Gigi

PENDAHULUAN Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah terciptanya masyarakat Indonesia yang hidup dan berperilaku dalam lingkungan sehat dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. Di pihak lain pelayanan kesehatan yang diberikan di seluruh wilayah Indonesia harus dilakukan secara adil, merata dan optimal (Depkes, 2007: 4). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Kesehatan gigi juga merupakan salah satu komponen kesehatan secara menyeluruh dan tidak dapat diabaikan terutama pada tingkat Sekolah Dasar, karena kesehatan gigi dan mulut ikut mempengaruhi tumbuh kembang anak yang sempurna bertujuan untuk mewujudkan manusia sehat, cerdas dan produktif serta mempunyai daya juang yang tinggi (Depkes, 2004:1). Masalah kesehatan gigi merupakan salah satu problema kesehatan secara keseluruhan, kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walaupun tidak menimbulkan kematian tetapi dapat menurunkan produktifitas kerja, untuk itu dalam rangka mencapai visi

program kesehatan ”Indonesia Sehat 2010”, dibidang kesehatan gigi dan mulut mengacu pada indikator Oral Health Global Goal WHO, disesuaikan dengan kemampuan sumber daya dan kondisi kesehatan gigi masyarakat pada tahun 2001, Indonesia menetapkan indikator derajat kesehatan gigi masyarakat yang harus dicapai pada tahun 2010, dimana pada kelompok umur 12 tahun ke atas indikatornya DMF-T atau Indeks yang menyatakan jumlah gigi (Tooth=T), Gigi tetap yang berlubang (Decay=D), Gigi tetap yang sudah dicabut (Missing=M), Gigi tetap yang sudah ditambal (Filled=F) perorang adalah ≤ 1 gigi. Artinya dalam mulut seseorang maksimal 1 gigi yang yang berlubang/sudah dicabut/sudah ditambal. Namun keadaan kesehatan gigi penduduk Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan bahwa status kesehatan gigi kelompok umur 12 tahun masih melebihi batas sasaran 2010, dengan indeks DMF-T = 1,1 (Depkes, 2004:7). Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Propinsi Jambi tahun 2007 menunjukkan sebagian besar (92,8%) penduduk umur 10 tahun ke atas mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari, pada saat mandi dan sore (94,5%) dan hanya sedikit yang melakukan sesuai anjuran pada saat setelah

Page 63: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 64: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 65: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

60

SDN 214/IV Paal X Kota Jambi terbanyak adalah kurang baik 45 anak (68,2%). Menurut Setiawati (2008: 53), Perilaku kesehatan adalah tindakan/aktivitas kegiatan baik yang bisa diobservasi secara kasat mata ataupun tidak terhadap stimulus/rangsangan yang berkaitan dengan kesehatan. Gambaran tentang kebersihan mulut anak dengan indeks karies gigi adalah sebagai berikut termasuk kategori kebersihan mulut baik sebesar 94,1% yang kategori indeks karies gigi baik, sedangkan kategori kebersihan mulut kurang baik sebesar 20,4% yang kategori indeks karies gigi baik. Dari hasil pengujian Chi square antara kebersihan mulut anak dengan indeks karies gigi ternyata ada hubungan yang bermakna antara kebersihan mulut dengan indeks karies gigi. Menurut Suwelo (1992) Faktor di dalam mulut (faktor dalam) yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi geligi di rahang, derajat keasaman (pH) saliva, kebersihan mulut, jumlah dan frekuensi makan makanan kariogenik. Gambaran tentang pengetahuan anak dengan indeks karies gigi adalah sebagai berikut termasuk kategori pengetahuan baik sebesar 70,6% yang kategori indeks karies gigi baik, sedangkan kategori pengetahuan kurang baik sebesar 6,3% yang kategori karies gigi baik. Dari hasil pengujian Chi square antara pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dengan indeks karies gigi ternyata ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan indeks karies gigi. Menurut Ronger dalam Notoatmodjo (2007: 140) menyimpulkan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan sikap baik ternyata 92% indeks karies gigi baik, yang bersikap kurang baik hanya 7,3% anak yang indeks karies gigi baik. Dari hasil uji Chi square ada hubungan yang bermakna secara statistik nilai p< 0,05 antara sikap terhadap kesehatan gigi dengan indeks karies gigi anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi. Menurut Budiharto (1995) dalam Veriza (2002), pembentukan sikap pada umumnya dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang terhadap objek. Sikap merupakan suatu evaluasi

seseorang dalam hal menanggapi suatu objek sosial, artinya hasil evaluasi baik, maka seseorang akan cenderung mendekati objek misalnya hasil mengenai manfaat menyikat gigi, ternyata membuat gigi bersih akan menayatakan sangat setuju bahwa menyikat gigi 2 kali sehari mampu menjaga kebersihan gigi dan mulut serta membuat percaya diri, begitu juga sebaliknya bila menyikat gigi tidak memberi manfaat dan keuntungan bagi dirinya maka orang tersebut tidak setuju menyikat gigi. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa responden yang tindakan kesehatan gigi dalam hal ini melakukan sikat gigi dengan baik 85,7% indeks karies gigi baik, sedangkan responden yang praktik menyikat giginya kurang baik 17,8 % indeks karies gigi baik. Pengujian secara statistik dengan Chi square menunjukkan ada hubungan antara tindakan kesehatan gigi dengan indeks karies gigi pada nilai p< 0,05. Menurut Suwelo (1992: 27), menyatakan bahwa pengetahuan, sikap terhadap kesehatan gigi dan kebiasaan pemeliharaan kesehatan gigi mempunyai hubungan yang erat dengan terbentuknya karies gigi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Distribusi frekuensi indeks karies gigi pada anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi tahun 2009 yakni sebanyak 39,4% anak yang termasuk kategori baik, sedangkan sisanya 60,6% anak berkategori kurang baik. Distribusi frekuensi kebersihan mulut pada anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi tahun 2009 yakni sebanyak 27,6% anak yang termasuk kategori baik, sedangkan sisanya 72,4% anak berkategori kurang baik. Distribusi frekuensi pengetahuan tentang kesehatan gigi pada anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi tahun 2009 yakni sebanyak 51,5% anak yang termasuk kategori baik, sedangkan sisanya 48,5% anak berkategori kurang baik. Distribusi frekuensi sikap terhadap kesehatan gigi pada anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi tahun 2009 yakni sebanyak 37,9% anak yang termasuk kategori baik, sedangkan sisanya 62,1% anak berkategori kurang baik. Distribusi frekuensi tindakan kesehatan gigi pada anak SDN 214/IV Paal X Kota Jambi tahun 2009 yakni sebanyak 31,8% anak yang termasuk kategori baik, sedangkan sisanya 68,2% anak berkategori kurang baik.

Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan mulut, pengetahuan tentang

Page 66: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 67: Jurnal poltekkes jambi vol 4
Page 68: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Rosmaria, Pengaruh Mobilisasi Dini 2011

63

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat–alat genitalia ini disebut dengan involusi dimana salah satu perubahan penting yang terjadi pada masa nifas adalah infolusi uterus dimana posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simpisis atau sedikit lebih tinggi dan setelah 2 hari kemudian uterus mulai menyusup sehingga dalam 2 minggu telah turun masuk kedalam rongga panggul (Siti Saleha 2009). Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum di ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi. Rumusan masalahnya adalah sejauh mana pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum di ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi. BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen dimana ada 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini dalam 2 – 6 jam kemudian di ukur tinggi fundus uteri dari hari pertama sampai hari ke tiga. Sedangkan kelompok intervensi adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan dalam 2 – 6 jam post partum dimana sebelum melakukan mobilisasi dini TFU di ukur terlebih dahulu baru kemudian di ukur lagi tinggi fundus uteri dari hari pertama sampai hari ketiga. Penelitian dilakukan di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi. Penelitian dilakukan pada bulan November tahun 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum normal yang dirawat di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah ibu post partum normal mulai hari pertama post partum dengan jumlah sampel 40 orang, 20 orang untuk kelompok kontrol dan 20 orang untuk kelompok intervensi. Rumus sampel dalam penelitian ini adalah karena populasinya tidak di ketahui maka digunakan rumus populasi infinit menurut Notoatmojo (2002).

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa alat ukur sentimeter, kedua tangan peneliti, dan alat tulis. Setelah dilakukan

intervensi kemudian tinggi fundus uteri diukur sampai 3 hari post partum. Pada kelompok kontrol dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri pada hari pertama post partum dan diikuti pada hari kedua dan ketiga. Begitu juga dengan kelompok intervensi terlebih dahulu dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri kemudian dilakukan intervensi baru kemudian diukur lagi pada hari kedua dan ketiga. Setelah itu data dianalisis dengan univariat dan bivariat untuk melihat pengaruh atau hubungan antar dua variabel dengan menggunakan rumus uji T (uji beda 2 mean). HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data yang diperoleh, distribusi frekuansi berdasarkan gambaran tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi tampak pada tabel 1. Dari tabel tersebut dapat di lihat bahwa tidak terjadi penurunan tinggi fundus uteri pada hari ke tiga ( 3 ) di mana TFU pada hari ke dua dan ke tiga masih tetap sama yaitu 2 cm sebanyak 7 orang responden (35 %). Dan 3 cm sebanyak 3 orang responden (65%). Tabel 1 Gambaran penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi

TFU Dalam Centimeter (CM)

Jumlah Presentase

TFU yang melakukan mobilisasi dini : TFU Sebelum intervensi 26 cm 27 cm TFU Setelah intervensi/ hari I 26 cm 27 cm TFU Hari II 26 cm 27 cm TFU Hari III 26 cm 27 cm

9 11

9 11

12 8

7 13

45 55

45 55

60 40

35 65

Hasil analisis menunjukkan bahwa

tidak terjadi penurunan tinggi fundus uteri

Page 69: Jurnal poltekkes jambi vol 4

Jurnal Poltekkes Jambi Vol. IV Edisi Juli 2011

64

pada hari ke tiga yaitu hasil pengukuran 26 cm sebanyak 7 orang responden ( 35% ) dan hasil pengukuran dengan 27 cm sebanyak 13 orang responden ( 65% ). Dimana TFU hari ke dua dan ketiga masih masih tetap sama meskipun telah melakukan mobilisasi dini segera setelah post partum sesuai dengan tahap – tahap yang telah di ajarkan.

Apa bila ini tidak dilakukan maka akan terjadi involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat di keluarkan dan dapat menyebabkan infeksi dan satunya tanda dari infeksi tersebut peningkatan suhu tubuh. Serta bila mobilisasi dini tidak dilakukan akan menghambat pengeluaran darah dan sisa placenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus. Dengan adanya mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko pendarahan yang abnormal dapat di hindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka (Siti Saleha, 2009).

Mobilisasi dini telah terbukti sukses dalam mengurangi peristiwa tromboemboli dan memajukan kecepatan proses pengembalian kekuatan ibu setelah periode istirahat pertama berakhir biasanya sekitar 2 jam, ibu dianjurkan untuk sering – sering melakukan mobilisasi dini. Latihan – latihan post partum dimulai segera setelah ibu siap (Bobak, 2000 ).

Distribusi Frekuansi Berdasarkan Gambaran Tinggi Fundus Uteri Pada Kelompok kontrol tampak pada tabel 2. Tabel 2 Gambaran penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok kontrol

TFU dalam centimeter

(cm) jumlah Persentase

TFU yang tidak melakukan mobilisasi dini : TFU Hari I 26 cm 27 cm TFU Hari II 26 cm 27 cm 28 cm TFU Hari III 27 cm 28 cm

10 10

2 13 5

13 7

50 50

10 65 25

65 35

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tinggi fundus uteri pada hari ke tiga ( 3 ) masih tetap sama dan tidak terjadi penurunan dimana TFU 2 cm sebanyak 13 orang responden ( 65% ) dan TFU 3 cm sebanyak 7 orang responden ( 35% ).

Hasil penelitian menunjukkan sebagaian responden mengalami penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok kontrol dimana hasil pengukuran pada hari ketiga ( 3 ) terdapat 27 centimeter sebanyak 13 orang responden ( 35% ). Dimana pada kelompok kontrol ini tidak terdapat perlakuan atau tidak melakukan mobilisasi dini.

Bila mobilisasi dini tidak di lakukan maka akan terjadi sub infolusi uteri, dimana proses infolusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga proses pengecilan uterus terhambat.

Hal ini sejalan dengan teori Mariani (2002) bila tidak melakukan mobilisasi dini maka akan memperlambat proses infolusi uterus dalam hal ini adalah penurunan tinggi fundus uterus.

Hasil analisis yang dilakukan untuk melihat pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri tampak pada tabel 3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada pengaruh mobilisasi dini penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum berdasarkan uji statistik nilai P=0,083. Tabel 3 Pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri

Variabel Mean Sd Se P.

Value N

TFU yang melakukan mobilisasi dini

1,100 0,64072 0,14327

0,083 20 TFU yang tidak melakukan mobilisasi dini

0,300 0,73270 0,16384

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap mobilisasi dini terhadap perubahan tinggi fundus uteri dengan nilai P = 0,083. Meskipun responden telah melakukan mobilisasi dini sesuai dengan tahap – tahap yang telah di ajarkan namun tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap perubahan tinggi fundus uteri.

Page 70: Jurnal poltekkes jambi vol 4