7_analisis faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak pbb dan

41
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK PBB DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESADARAN PERPAJAKAN Sri Astuti Rini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta A. Latar Belakang Masalah Penerimaan negara bersumber dari sektor minyak dan gas bumi (migas) dan non-migas, serta penerimaan lain yang bersumber dari luar negeri. Penerimaan dari sektor migas sangat besar, tetapi proporsi penerimaan migas terus menurun. Sedangkan tugas- tugas, fungsi-fungsi, dan aktivitas-aktivitas kenegaraan semakin bertambah kompleks dan banyak. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk menggalakan sumber penerimaan lainnya, khususnya penerimaan yang bersumber dari dalam negeri, yaitu pajak. Dengan tersedianya penerimaan pajak dalam APBN membuat tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan baik sesuai dengan rencana dan program yang dilakukan oleh setiap unit pemerintahan (departemen, kementerian, badan dan lembaga negara lainnya) setiap tahun (Pandiangan, 2008:69). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu pajak properti merupakan sumber penerimaan yang

Upload: yogiiarie

Post on 24-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK

PBB DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESADARAN PERPAJAKAN

Sri Astuti

Rini

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

A. Latar Belakang Masalah

Penerimaan negara bersumber dari sektor minyak dan gas bumi

(migas) dan non-migas, serta penerimaan lain yang bersumber dari luar

negeri. Penerimaan dari sektor migas sangat besar, tetapi proporsi penerimaan

migas terus menurun. Sedangkan tugas-tugas, fungsi-fungsi, dan aktivitas-

aktivitas kenegaraan semakin bertambah kompleks dan banyak. Hal inilah

yang mendorong pemerintah untuk menggalakan sumber penerimaan lainnya,

khususnya penerimaan yang bersumber dari dalam negeri, yaitu pajak.

Dengan tersedianya penerimaan pajak dalam APBN membuat tugas-tugas

pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan baik sesuai dengan rencana

dan program yang dilakukan oleh setiap unit pemerintahan (departemen,

kementerian, badan dan lembaga negara lainnya) setiap tahun (Pandiangan,

2008:69).

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu pajak properti

merupakan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Objek pajak PBB

yaitu bumi dan bangunan memiliki karakteristik khusus yaitu bentuk fisiknya

yang tidak dapat disembunyikan, sehingga tentunya lebih mudah untuk

dipantau (Karnanto, 2006:36). PBB mempunyai dampak yang lebih luas

sebab hasil penerimaan PBB dikembalikan untuk pembangunan daerah yang

bersangkutan (Suhardito dan Sudibyo, 1999:3). Bagian PBB yang diterima

daerah merupakan salah satu sumber penerimaan yang penting bagi daerah

dalam era otonomi sekarang ini.

Untuk itu, perlu bagi pemerintah untuk meningkatkan peranan PBB

sebagai sumber penerimaan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Salah satu upayanya yaitu melalui peningkatan kesadaran wajib pajaknya.

Page 2: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Karena keberhasilan penerimaan pajak merupakan cerminan kesadaran

masyarakat (Misbach, 1997:17). Mengingat banyak perubahan tanah dan atau

bangunan di daerah perkotaan, memungkinkan Direktorat Jenderal Pajak

menggali potensi penerimaan PBB dari hasil perubahan tersebut.

Kesadaran perpajakan yang tinggi akan mendorong kepatuhan wajib

pajak dalam menjalankan kewajibannya. Semakin tinggi tingkat kepatuhan

wajib pajak, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan penerimaan pajak, dan

akan semakin tinggi keberhasilan perpajakan (Suhardito dan Sudibyo,

1999:3). Akan tetapi, banyak faktor yang mempengaruhi dalam rangka

menumbuhkan kesadaran perpajakan. Salah satunya adalah faktor tax payer.

Faktor tax payer adalah faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak yang

merupakan elemen yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan

(Suhardito dan Sudibyo, 1999:3).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB, yaitu pendidikan

wajib pajak, lama tinggal di lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak

dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh

terhadap kesadaran perpajakan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh

secara langsung faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB, yaitu

pendidikan wajib pajak, lama tinggal di lokasi objek pajak PBB, penghasilan

wajib pajak dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB

terhadap kesadaran perpajakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi

manfaat bagi semua pihak, diantaranya dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan pengetahuan ilmu akuntansi khususnya mengenai masalah

perpajakan, bagi penulis, pemerintah dan masyarakat yang berkaitan dengan

Page 3: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

kesadaran perpajakan dan faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB

yang dapat mempengaruhinya.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-Dasar Perpajakan

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tiada mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum

(Marsyahrul, 2005:2). Ada dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgeter: pajak

sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam

kas negara dengan tujuan membiayai pengeluaran negara, yaitu pengeluaran

rutin dan pembangunan; dan fungsi regulerend: sebagai alat untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, misalnya bidang ekonomi,

politik, budaya, pertahanan keamanan (Marsyahrul, 2005:2). Pajak

dikelompokkan menurut golongannnya (pajak langsung dan pajak tidak

langsung), menurut sifatnya (pajak subjektif dan pajak objektif) dan lembaga

pemungutnya (pajak pusat dan pajak daerah) (Mardiasmo, 2003:5).

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan

terhadap objek pajak berupa bumi dan / atau bangunan (Setiawan dan Hardi,

2006:125). Dalam PBB yang menjadi subjek pajak adalah orang/badan yang:

mempunyai hak atas bumi; dan / atau memperoleh manfaat atas bumi; dan /

atau memiliki atau menguasai bangunan; dan / atau memperoleh manfaat atas

bangunan (Setiawan dan Hardi, 2006:127). Objek pajak yang dikenakan PBB

adalah bumi dan/atau bangunan. Yang dimaksud dengan bumi adalah

permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya, yaitu permukaan

bumi, meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia.

Yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau

dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan (Marsyahrul, 2005:152).

Menurut Waluyo (2004:481), batas waktu pembayaran PBB diatur

sebagai berikut: wajib pajak harus melunasi pajak terutang berdasar Surat

Page 4: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

sejak tanggal diterimanya SPPT tersebut, wajib pajak yang telah menerima

diterimanya Surat Ketetapan Pajak (SKP).harus melunasi pajaknya selambat-

lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP, wajib pajak harus

yang menerima Surat Tagihan Pajak (STP) atas sanksi administrasi berupa

denda sebagai akibat wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang

harus melunasi utangnya selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal

diterimanya STP tersebut. Menurut Lubis (2006:174), hasil penerimaan PBB

merupakan penerimaan negara yang dibagi dengan imbangan 10% untuk

bagian pemerintah pusat dan 90% bagian pemerintah daerah.

B. Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perpajakan adalah tax

law, tax policy, tax administration dan tax payer. Dibandingkan ketiga faktor-

faktor yang lain, faktor tax payer relatif bersifat uncontrollable untuk fiskus

(Suhardito dan Sudibyo,1999:3). Faktor tax payer adalah faktor-faktor yang

melekat pada wajib pajak PBB (Suhardito dan Sudibyo,1999:4). Oleh karena

itu, pengetahuan tentang faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB

merupakan input penting bagi fiskus, dan sangat penting dalam setiap upaya

peningkatan keberhasilan pajak. Adapun faktor-faktor yang melekat pada

wajib pajak PBB yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Pendidikan Wajib Pajak

Pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan mengembangkan

kepribadian dan kemampuan (Kansil, 1993:101). Menurut Guritno dalam

Suhardito dan Sudibyo (1999:7) pendidikan adalah salah satu elemen

sikap wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan.

Pendidikan mempengarhi pengetahuan dan pengetahuan merupakan

elemen kognitif dari sikap.

2. Lama Tinggal Wajib Pajak di Lokasi Objek Pajak PBB

Loekman Soetrisno dalam Misbach (1997:19) menyatakan bahwa

penduduk perkotaan akan selalu mengkaitkan pembayaran pajak dengan

Page 5: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

mutu pelayanan dari pihak aparat perpajakan maupun pihak pemerintah

daerah setempat. Oleh karena itu, semakin lama wajib pajak bertempat

tinggal di objek pajak PBB, semakin lama ia dapat mengevaluasi mutu

pelayanan aparat perpajakan dan aparat pemerintah daerah. Sehingga

dapat menumbuhkan kesadaran perpajakan seseorang, yang pada

akhirnya mendorong keberhasilan perpajakan.

3. Penghasilan Wajib Pajak

Menurut Resmi (2003:78), penghasilan yang dimaksud dalam

perpajakan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari

luar Indonesia yang dapat dipakai sebagai konsumsi atau untuk

menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan

bentuk apapun. status ekonomi seseorang yang diwujudkan dalam bentuk

tingkat penghasilan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap perilaku seseorang untuk mematuhi kewajibannya sebagai

warga negara (Bharawi, 1994:9).

4. Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB

Persepsi adalah kesan yang diperoleh dari hasil penangkapan

panca indera seseorang terhadap suatu figur, kondisi, atau masalah

tertentu (LTK, 2004:40). Masyarakat akan memiliki sikap sadar terhadap

fungsi pajak dan akhirnya mematuhi pembayaran PBB, jika persepsi

mereka terhadap sanksi, khususnya sanksi denda PBB dilaksanakan

secara tegas, konsisten dan mampu menjangkau para pelanggar

(Suhardito dan Sudibyo, 1999:6).

C. Kesadaran Perpajakan

Kesadaran perpajakan adalah suatu sikap sadar terhadap fungsi pajak,

berupa konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif, yang berinteraksi

dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap makna dan fungsi

pajak. Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk wajib pajak, yaitu

kerelaan wajib pajak memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi

Page 6: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu

dan tepat jumlah (Tarjo dan Sawarjuwono, 2005:126).

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suhardito dan Sudibyo

(1999) dengan obyek penelitian wajib pajak PBB di Kantor Pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan Surabaya menguji pengaruh faktor-faktor yang melekat

pada wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Hasilnya adalah

sebagian faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak berpengaruh terhadap

keberhasilan penerimaan PBB. Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan

oleh Misbach (1997) yang menguji faktor-faktor yang melekat pada wajib

pajak terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Kotamadya Surabaya, namun

hasilnya semua faktor yang menjadi variable dalam penelitian tersebut tidak

berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Soemitro (1993) yang membuktikan bahwa

terdapat korelasi yang signifikan antara kesadaran membayar pajak dengan

tingkat pendidikan.

E. Kerangka Pemikiran

PBB sebagai salah satu jenis pajak di Indonesia merupakan sumber

penerimaan pajak pemerintah pusat yang sebagian besar hasilnya diserahkan

kepada pemerintah daerah dan pelaksanaannya diatur dalam undang-undang

yang berlaku (Kadjatmiko, 2003:31). Karena pajak, termasuk PBB

merupakan pendukung APBN, maka masalah pajak merupakan masalah

negara dan masalah setiap orang sebagai anggota masyarakat dalam suatu

negara.

Keberhasilan perpajakan sangat ditentukan oleh kesadaran perpajakan

wajib pajak (Misbach, 1997:16). Faktor tax payer (faktor-faktor yang melekat

pada wajib pajak) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keberhasilan perpajakan, yang tercermin dari kepatuhan wajib pajak yang

dibentuk oleh peningkatan kesadaran perpajakan pada diri tiap wajib pajak.

Page 7: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB yang menjadi variabel

dalam penelitian ini adalah faktor pendidikan wajib pajak, lama tinggal di

lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak dan persepsi wajib pajak

tentang pelaksanaan sanksi denda PBB. Kerangka berpikir ini dapat

dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1.

Model Penelitian

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha: Faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB berpengaruh

terhadap kesadaran perpajakan.

Ha1: Pendidikan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan.

Ha2: Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB berpengaruh

terhadap kesadaran perpajakan.

Ha3: Penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan.

Ha4: Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan denda PBB berpengaruh

terhadap kesadaran perpajakan.

Faktor-Faktor yang Melekat Pada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Pendidikan Wajib Pajak Lama Tinggal Wajib

Pajak di Lokasi Objek Pajak PBB

Penghasilan Wajib Pajak Persepsi Wajib Pajak

Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB

Kesadaran Perpajakan

Page 8: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa adanya pengaruh faktor-

faktor yang melekat pada wajib pajak PBB, yaitu pendidikan wajib pajak,

lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak

dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB terhadap

kesadaran perpajakan. Penelitian dilakukan melalui penyebaran kuesioner di

wilayah Kabupaten Tangerang.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang telah menjadi

wajib pajak PBB yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Tangerang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling, yaitu

pemilihan sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh

peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:130).

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer, yaitu sumber data

penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (Indriantoro dan

Supomo, 2002: 130). Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode survei

yaitu dengan mengirimkan kuesioner. Kuesioner didistribusikan langsung

kepada wajib pajak PBB secara acak, kemudian diolah berdasarkan kriteria

yang telah ditentukan.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

a. Uji validitas instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Pengujian validitas ini menggunakan

pendekatan Pearson Correlation. Jika korelasi antara skor masing-

masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat

Page 9: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

signifikansi di bawah 0.05 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan

valid, dan sebaliknya.

b. Uji reliabilitas instrumen

Uji reliabilitas dikatakan untuk suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel (Ghozali, 2005:41). Uji reliabilitas

ini menghasilkan nilai Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan

reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.60

(Nunnaly, 1967 dalam Ghozali, 2005:42).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen (Ghozali, 2005:91). Multikolinieritas dapat

dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation faktor (VIF). Tidak

adanya multikolinieritas pada model regresi ditunjukkan dengan

memiliki nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2005:92).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah

yang homoskedastisitas. Pedoman suatu model regresi bebas dari

heteroskedastisitas adalah tidak ada pola yang jelas serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali,

2005:105).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data

mempunyai distribusi normal atau tidak (Santoso, 2004:212). Uji

normalitas dilakukan dengan uji normal probability plot. Data

Page 10: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

dikatakan normal jika nilai sebaran data berada disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (Ghozali, 2005:112).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis (Ha), alat yang digunakan adalah regresi

berganda. Dalam penggunaan alat uji regresi berganda terdapat beberapa

analisis yang digunakan, yaitu:

a. Uji R2 (koefisien determinasi)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2005:83). Dalam pengujian hipotesis, koefisien

determinasi dilihat dari besarnya nilai Adjusted R-Square. Hal ini

dilakukan karena jumlah variabel independen lebih dari dua

(Santoso, 2004:167).

b. Uji signifikansi simultan (uji statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2005:84). Apabila tingkat signifikansi dibawah

0.05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi

variabel dependennya atau semua variabel independennya secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

c. Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)

Uji statistik t bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:84).

Apabila tingkat signifikansi dibawah 0.05 maka secara individual

variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

Page 11: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak

Bumi dan Bangunan

a. Pendidikan wajib pajak

Pendidikan wajib pajak dapat diartikan sebagai sebuah proses

yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan aspek pengetahuan,

keterampilan maupun sikap terhadap para peserta didik. Pengukuran

variabel pendidikan wajib pajak menggunakan skala interval 5 poin,

yang dibatasi hanya pada jenjang pendidikan terakhir wajib pajak, yaitu

SD, SMP , SMA, Dipoma (D3) dan S1 atau lebih tinggi. Instrumen

disusun berdasarkan referensi dari Soemitro (1993:82).

b. Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB

Definisi lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB

adalah rentang waktu wajib pajak PBB mendiami tempat tinggalnya

yang merupakan objek pajak PBB. Sehingga wajib pajak dapat menilai

mutu pelayanan petugas pajak dan aparat pemerintahan daerah

setempat. Untuk mengukur variabel ini peneliti menggunakan 1

pertanyaan yang diukur dengan skala interval 5 poin, berdasarkan

pengelompokan lama tinggal, yaitu < 3 tahun, 4-6 tahun, 7-9 tahun,

10-12 tahun, > 12 tahun.

c. Penghasilan wajib pajak

Penghasilan wajib pajak didefinisikan sebagai modal dan

menunjukkan kekuatan ekonomi seseorang atau keluarga dalam

memenuhi kebutuhannya (Bharawi, 1994:1). Dalam penelitian ini

penghasilan wajib pajak diukur dengan 1 butir pertanyaan dengan

menggunakan skala interval 5 poin berdasarkan jumlah penghasilan

yang diperoleh wajib pajak selama sebulan.

d. Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB

Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB

diartikan sebagai pandangan seseorang mengenai suatu kondisi tertentu,

dimana dalam hal ini adalah mengenai pelaksanaan sanksi denda PBB.

Page 12: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Pengukuran variabel ini menggunakan skala interval dengan 13 butir

pertanyaan yang terdiri dari 5 tingkat penilaian, yaitu: (1) Sangat Tidak

Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju dan (5) Sangat Setuju.

2. Kesadaran Perpajakan

Kesadaran perpajakan adalah suatu sikap sadar terhadap fungsi

pajak yang menimbulkan konsekuensi untuk membayar pajaknya secara

tepat waktu dan tepat jumlah. Pengukuran kesadaran perpajakan

menggunakan skala interval dengan 5 poin penilaian, yaitu: (1) Sangat

Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju dan (5) Sangat

Setuju.

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang diperoleh dari

penyebaran kuesioner kepada wajib pajak PBB yang bertempat tinggal di

wilayah Kabupaten Tangerang. Pengiriman kuesioner dilakukan dari

akhir bulan Juli 2008 dan proses pengembaliannya dilakukan sampai

awal September 2008. Kuesioner disebarkan kepada 100 responden.

Total kuesioner yang memenuhi syarat dan dapat diolah berjumlah 72

kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak PBB yang

bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Tangerang. Karakteristik

responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.

Page 13: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden

Jumlah Persentase

Jenis penghasilan Tetap

Tidak tetap

45

27

62.50%

37.50%

Pekerjaan Pegawai pemerintah

Pegawai swasta

Pedagang

Penyedia jasa

Lainnya

7

35

9

6

15

9.72%

48.61%

12.50%

8.33%

20.84%

Pendidikan terakhir

wajib pajak

SD

SMP

SMA

D3

S1 atau lebih tinggi

7

12

36

4

13

9.72%

16.67%

50%

5.55%

18.06%

Lama tinggal di

lokasi objek PBB

< 3 tahun

4-6 tahun

7-9 tahun

10-12 tahun

> 12 tahun

9

6

10

9

38

12.50%

8.33%

13.89%

12.50%

52.78%

Penghasilan wajib

pajak

< 3 juta

4-6 juta

7-9 juta

10-12 juta

> 12 juta

69

3

0

0

0

95.83%

4.17%

0%

0%

0%

Sumber: Data diolah

B. Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

Page 14: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Apabila memiliki nilai tingkat signifikansi dibawah 0.05 maka

dikatakan valid. Hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Hasil Uji Validitas Instrumen Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi Denda

PBB

Pertanyaan Sig.Pearson

CorrelationKeterangan

butir_1 0,000 0,469** Valid

butir_2 0,001 0,381** Valid

butir_3 0,437 0,093 Tdak valid

butir_4 0,000 0,463** Valid

butir_5 0,061 0,222 Tidak valid

butir_6 0,000 0,448** Valid

butir_7 0,000 0,411** Valid

butir_8 0,000 0,621** Valid

butir_9 0,000 0,547** Valid

butir_10 0,002 0,353** Valid

butir_11 0,000 0,558** Valid

butir_12 0,000 0,565** Valid

butir_13 0,000 0,452** Valid

Sumber: Data diolah

Dapat dilihat bahwa semua pertanyaan, kecuali pertanyaan butir 3

dan butir 5, adalah valid, dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05.

Pertanyaan butir 3 dan 5 hasilnya tidak valid karena memiliki tingkat

signifikansi masing-masing 0,437 dan 0,061 (keduanya diatas 0,05).

Pengujian kemudian dilakukan kembali tanpa menyertakan pertanyaan

butir 3 dan 5 karena butir tersebut tidak valid. Hasilnya dalam pengujian

kedua ini semua item pertanyaan dinyatakan valid, seperti tampak pada

tabel 4.3. berikut ini.

Page 15: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Tabel 4.3.

Hasil Uji Validitas Instrumen Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi Denda

PBB (setelah dikurangi pertanyaan tidak valid)

Pertanyaan Sig.Pearson

CorrelationKeterangan

butir_1 0,000 0,515** Valid

butir_2 0,000 0,441** Valid

butir_4 0,000 0,567** Valid

butir_6 0,002 0,364** Valid

butir_7 0,000 0,426** Valid

butir_8 0,000 0,670** Valid

butir_9 0,000 0,572** Valid

butir_10 0,010 0,303** Valid

butir_11 0,000 0,597** Valid

butir_12 0,000 0,606** Valid

butir_13 0,000 0,502** Valid

Sumber: Data diolah

Uji validitas juga dilakukan pada instumen kesadaran perpajakan.

Hasil uji instrument tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut.

Page 16: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Tabel 4.4.

Hasil Uji Validitas Instrumen Kesadaran Perpajakan

Pertanyaan Sig.Pearson

CorrelationKeterangan

butir_1 0,000 0,570** Valid

butir_2 0,000 0,614** Valid

butir_3 0,000 0,581** Valid

butir_4 0,000 0,589** Valid

butir_5 0,000 0,547** Valid

butir_6 0,000 0,512** Valid

butir_7 0,000 0,497** Valid

butir_8 0,000 0,640** Valid

butir_9 0,000 0,674** Valid

butir_10 0,000 0,452** Valid

butir_11 0,006 0,322** Valid

butir_12 0,000 0,538** Valid

butir_13 0,000 0,420** Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.4. dapat disimpulkan bahwa untuk instrumen

kesadaran perpajakan keseluruhan pertanyaan hasilnya valid. Sebab semua

pertanyaan memiliki tingkat signifikansi di bawah 0,05. Berarti pengujian ulang

tidak tidak perlu dilakukan karena semua pertanyaan telah dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Setelah semua instrumen dinyatakan valid, dilakukan pengujian

reliabilitas. Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang dapat dilihat pada

tabel 4.5.

Page 17: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Tabel 4.5.

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach

Alpha

Keterangan

Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan

sanksi denda PBB

0,673 Reliabel

Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan

sanksi denda PBB (setelah dikurangi

pertanyaan tidak valid)

0,713 Reliabel

Kesadaran perpajakan 0,795 Reliabel

Sumber: Data diolah

C. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Hasil uji multikolinearitas pengaruh pendidikan wajib pajak, lama

tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak

dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB terhadap

kesadaran perpajakan ditunjukkan pada tabel 4.6. berikut.

Tabel 4.6.

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Pendidikan ,905 1,105

Lamatnggal ,960 1,041

Penghasiln ,893 1,119

Sanksidenda ,990 1,010

Pada tabel 4.6. dapat dilihat bahwa semua variabel independennya

mempunyai nilai VIF kurang dari 10 serta nilai tolerance lebih dari 0,10.

Page 18: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Hal ini mengindikasikan bahwa dalam model ini terbebas dari masalah

multikolinearitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.1. berikut ini.

Gambar 4.1.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

-4 -2 0 2 4

Regression Standardized Predicted Value

-2

-1

0

1

2

3

Re

gre

ss

ion

Stu

de

nti

ze

d R

es

idu

al Dependent Variable: kesdrn_wp

Scatterplot

Dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak

membentuk suatu pola tertentu, serta tersebar di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi semua variabel independen

mempengaruhi variabel dependennya, yaitu kesadaran perpajakan.

Page 19: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

3. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut.

Gambar 4.2.

Hasil Uji Normalitas

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

Dependent Variable: kesdrn_wp

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Berdasarkan gambar 4.2. diatas dapat dilihat bahwa model regresi,

yaitu pengaruh pendidikan wajib pajak, lama tinggal wajib pajak di

lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak dan persepsi wajib

pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB terhadap kesadaran

perpajakan, secara keseluruhan telah memenuhi asumsi normalitas, sebab

sebaran data terdistribusi normal, yaitu penyebaran titik-titiknya di

sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

D. Pengujian Hipotesis

1. Hasil Uji Hipotesis

Page 20: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Hipotesis pada penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor yang

melekat pada wajib pajak PBB terhadap kesadaran perpajakan. Faktor-

faktor yang melekat pada wajib pajak PBB adalah pendidikan wajib

pajak, lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB, penghasilan

wajib pajak dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda

PBB. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode

regresi berganda.

a. Hasil uji koefisien determinasi

Tabel 4.7.

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

,441a ,194 ,146 4,510Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), psepsi_sanksi, pendidikan,lama_tinggal, penghasilan

a.

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Untuk jumlah variabel independen lebih dari dua lebih baik

digunakan Adjusted R Square. Hasil pengujian pada tabel 4.7. diatas

menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (adjusted R square)

sebesar 0,146. Hal ini berarti kesadaran perpajakan dipengaruhi oleh

persepsi terhadap sanksi perpajakan, pendidikan, lama tinggal dan

penghasilan sebesar 14,6%. Sedangkan sisanya 85,4% dijelaskan

oleh variabel lain di luar model.

b. Hasil uji F

Page 21: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Tabel 4.8.

Hasil Uji F

ANOVAb

328,695 4 82,174 4,040 ,005a

1362,805 67 20,340

1691,500 71

Regression

Residual

Total

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), psepsi_sanksi, pendidikan, lama_tinggal, penghasilana.

Dependent Variable: kesadaran_wpb.

Hasil uji signifikansi simultan (uji statistik F) yang

ditampilkan pada tabel 4.8. menghasilkan nilai F hitung sebesar

4,040 dengan tingkat signifikansi 0,005. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa probabilitas (0,005) lebih kecil dari 0,05, maka Ha diterima.

Berarti faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB, yaitu

pendidikan wajib pajak, lama tinggal wajib pajak di lokasi objek

pajak PBB, penghasilan wajib pajak dan persepsi wajib pajak tentang

pelaksanaan sanksi denda PBB secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kesadaran perpajakan.

Dapat dikatakan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Suhardito dan Sudibyo (1999) yang meneliti bahwa faktor-faktor

yang melekat pada wajib pajak, yaitu pendidikan wajib pajak, lama

tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB dan persepsi wajib

pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh terhadap

keberhasilan penerimaan PBB.

c. Hasil uji t

Tabel 4.9.

Hasil Uji t

Page 22: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Coefficientsa

30,802 5,495 5,605 ,000

-,305 ,484 -,073 -,630 ,531

,035 ,374 ,010 ,093 ,926

6,146 2,814 ,253 2,184 ,032

,350 ,110 ,351 3,186 ,002

(Constant)

pendidikan

lama_tinggal

penghasilan

psepsi_sanksi

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: kesadaran_wpa.

Hasil uji diatas memperlihatkan bahwa dari keempat variabel

independen yang ada dalam model regresi, variabel pendidikan wajib

pajak dan lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB tidak

signifikan. Dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk

pendidikan wajib pajak sebesar 0,531 dan lama tinggal wajib pajak

di lokasi objek pajak PBB sebesar 0,926, dimana keduanya lebih

besar dari 0,05.

2. Hasil Uji Hipotesis 1

Hasil uji t statistik diatas memperlihatkan bahwa pendidikan

wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan. Berarti

pula Ha1 ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

Soemitro (1993) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan

antara tingkat pendidikan dengan kesadaran membayar pajak. Tetapi,

hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Misbach (1997) yang

membuktikan pendidikan wajib pajak PBB tidak berpengaruh terhadap

keberhasilan penerimaan PBB. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya

pendidikan perpajakan yang ditanamkan sejak dini pada masyarakat.

Sesuai dengan pernyataan Guritno Mangkoesoebroto dalam Misbach

Page 23: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

(1997:16), kesadaran masyarakat untuk membayar pajak harus dibina

melalui dua cara. Salah satunya meningkatkan pengetahuan dan

pendidikan masyarakat. Pendidikan pajak untuk Sekolah Dasar ditujukan

untuk menumbuhkan kesadaran akan perlunya pajak bagi pembangunan

bangsa dan negara (Nasucha, 1999:5).

3. Hasil Uji Hipotesis 2

Tabel 4.9. juga menunjukkan bahwa lama tinggal wajib pajak di

lokasi objek pajak PBB tidak mempengaruhi kesadaran perpajakan, yang

dinyatakan dalam nilai signifikansi sebesar 0,926 yang jauh lebih besar

dari 0,05. Berarti Ha2 ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian

Misbach (1997) yang menyatakan lama tinggal wajib pajak PBB tidak

berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Berbeda dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan Suhardito dan Sudibyo (1999)

yang menunjukkan adanya pengaruh lama tinggal tinggal wajib pajak di

lokasi objek pajak PBB terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Hal

tersebut tidak mengherankan mengingat pelayanan pajak, terutama untuk

membayar pajak, tidak hanya dipusatkan di KPP saja, melainkan juga

diselenggarakan di bank-bank persepsi dan otomatisasi pembayaran PBB

melalui ATM, sehingga wajib pajak PBB jarang berhubungan atau

berkomunikasi dengan KPP untuk melaksanakan kewajibannya.

4. Hasil Uji Hipotesis 3

Melalui pengujian t statistik juga yang ditampilkan pada tabel 4.9.

dapat dilihat bahwa penghasilan wajib pajak menghasilkan nilai t hitung

sebesar 2,184 dan memiliki tingkat signifikansi 0,032. Nilai tersebut

lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa faktor penghasilan wajib pajak

PBB berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran perpajakan.

Maka dapat dinyatakan Ha3 diterima. Hasil tersebut tidak mendukung

penelitian yang dilakukan Misbach (1997) yang menunjukkan bahwa

penghasilan wajib pajak tidak mempengaruhi keberhasilan penerimaan

PBB. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Guritno

Page 24: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Mangkoesoebroto (1987) dalam Misbach (1997:17) yang membuktikan

ada hubungan antara pembayaran PBB dengan penghasilan. Semakin

tinggi penghasilan yang dimiliki seseorang, maka akan semakin mudah

bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya atau pengeluarannya

maupun kewajibannya dalam perpajakan.

5. Hasil Uji Hipotesis 4

Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB juga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran perpajakan yang

ditunjukkan oleh besarnya nilai t hitung sebesar 3,186 dengan tingkat

signifikansi 0,002 yang lebih kecil dari 0,05, Maka Ha4 diterima. Hasil

tersebut sejalan dengan penelitian Suhardito dan Sudibyo (1999) yang

membuktikan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda

PBB berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Apabila wajib

pajak memiliki persepsi yang baik atau memandang bahwa sanksi denda

PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dari waktu ke waktu dan

mampu menjangkau para pelanggar, maka setiap wajib pajak akan

mematuhi pembayaran PBB mengingat sanksi yang langsung diterapkan

kepadanya apabila melanggar.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB secara bersama-sama

berpengaruh dan signifikan terhadap kesadaran perpajakan, sebab nilai

signifikansinya lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,005, dengan demikian Ha

diterima.

2. Faktor pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh dan tidak signifikan

terhadap kesadaran perpajakan, sebab nilai t hitung nya sebesar –0,630

dan tingkat signifikansi sebesar 0,531 yang lebih besar dari 0,05.

Page 25: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

3. Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB tidak mempengaruhi

kesadaran perpajakan yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi jauh

diatas 0,05, yaitu 0,926.

4. Penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan.

Nilai t hitung sebesar 2,184 dengan tingkat signifikansi 0,032 (<0,05)

menandakan bahwa penghasilan wajib pajak merupakan salah satu

variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel dependennya.

5. Faktor yang keempat yaitu persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan

sanksi denda PBB terbukti berpengaruh dan signifikan terhadap kesadaran

perpajakan, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung 3,186 dan tingkat

signifikansi 0,002 yang berada dibawah atau lebih kecil dari 0,05.

B. Implikasi

Adanya pengaruh faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB

terhadap kesadaran perpajakan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang ada

dalam diri wajib pajak ini turut mempengaruhi sikap wajib pajak dalam

membayar PBB. Tidak adanya pengaruh pendidikan wajib pajak terhadap

kesadaran perpajakan dikarenakan kurangnya pendidikan perpajakan informal

dan formal yang ditanamkan sejak dini pada masyarakat, serta kurangnya

sosialisasi PBB kepada masyarakat. Faktor lama tinggal wajib pajak di lokasi

objek pajak PBB juga tidak mempengaruhi kesadaran perpajakan dapat

disebabkan oleh pandangan masyarakat terhadap pajak sebagai suatu beban

kuantitatif yang harus ditunaikan tanpa memandang baik buruknya pelayanan

KPP maupun aparat pemda setempat.

Sedangkan faktor penghasilan wajib pajak yang terbukti

mempengaruhi kesadaran perpajakan adalah disebabkan oleh penghasilan

wajib pajak untuk membayar PBB sebagai pajak objektif yang besarannya

naik tiap tahun tanpa memperhatikan keadaan ekonomis subjek pajaknya,

sementara belum tentu penghasilan wajib pajak selalu meningkat. Sehingga

Page 26: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

penghasilan wajib pajak dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam

membayar pajak.

Sama halnya dengan penghasilan wajib pajak, persepsi wajib pajak

tentang pelaksanaan sanksi denda PBB juga berpengaruh terhadap kesadaran

perpajakan. Hal ini dikarenakan wajib pajak PBB memandang bahwa

pelaksanaan sanksi denda PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dan adil

kepada semua wajib pajak PBB yang melanggar.

DAFTAR PUSTAKA

Bharawi, Makmun. “Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Pendaftarn Hak Milik Atas Tanah di Desa-Desa Sekabupaten Daerah Tingkat II Lampung Utara”, Universitas Lampung, 1994.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.

Hamid, Abdul. “ Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.

Kadjatmiko. “Dampak Kebijakan Batas Kewenangan Daerah di Wilayah Laut Terhadap Pembagian Hasil Penerimaan PBB”, Jurnal Kipas Volume 2 Nomor 21, Juni 2000.

Kansil, C.S.T. “Hidup Berbangsa dan Bernegara (Pedoman Hidup Bernegara untuk Siswa Indonesia)”, PT. Erlangga, Jakarta, 1993.

Karnanto. “Kenaikan PBB Yang Merisaukan”, Indonesian Tax Review Volume V/ Edisi 5/ 2006.

LTK, Untung. “Analisis Persepsi dan Harapan Wajib Pajak Terhadap Pelayanan Penyelesaian Restitusi Pajak di Wilayah Jakarta Selatan”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara, Juni 1997.

Lubis, Irwansyah. “Hukum Pajak Indonesia”, Yayasan Pendidikan dan Pengembangan SDM, Jakarta, 2006.

Page 27: 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan

Mardiasmo. “Perpajakan”, Edisi Revisi, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 2003.Marsyahrul, Tony. “Pengantar Perpajakan”, PT. Grasindo, Jakarta, 2005.

Misbach, Moch. Lutfie. “Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kotamadya Surabaya”. Universitas Airlangga, Surabaya, 1997.

Nasucha, Chaizi. “Paradigma Baru Pusat Penyuluhan Perpajakan”, Jurnal Kipas Volume 1 Nomor 11, Agustus 1999.

Pandiangan, Liberti. “Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Terbaru”, PT. Elex media Komputindo, Jakarta, 2008.

Resmi, Siti. “Perpajakan Teori dan Kasus”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2003.

Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.

Setiawan, Agus dan Hardi. “Perpajakan Bendaharawan Pemerintah”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Soemitro, Ronny Hanitijo. “Hubungan Antara Kesadaran Hukum dan Tingkat Pendidikan”, Akademika Nomor 02 Tahun XI, 1993.

Suhardito, Bambang dan Bambang Sudibyo. “Pengaruh Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan”, Simposium Nasional Akuntansi II, 1999.

Tarjo dan Sawarjuwono Tjiptohadi. “Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Fiskus, Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Pentingnya Membayar Pajak, Rekayasa Akuntansi dan Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Bisnis Volume 3 Nomor 2, Agustus 2005.

Waluyo. “Perpajakan di Indonesia”, Edisi pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2004.