77421578 skripsi nedi gunawan

101
i SKRIPSI EVALUASI SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR EKSTERNAL GEDUNG BANDARA FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN ELEKTROGEOMETRI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S1) pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bengkulu Oleh : NEDI GUNAWAN G1D006009 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU 2011

Upload: said-fairuz-qiana-qiana

Post on 06-Aug-2015

140 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

i

SKRIPSI

EVALUASI SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR EKSTERNAL GEDUNG BANDARA FATMAWATI

SOEKARNO BENGKULU DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN ELEKTROGEOMETRI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S1) pada Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

Oleh :

NEDI GUNAWAN G1D006009

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BENGKULU 2011

Page 2: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

ii

Page 3: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan

judul :

EVALUASI SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR EKSTERNAL GEDUNG BANDARA FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU DENGAN

METODE KONVENSIONAL DAN ELEKTROGEOMETRI

Sejauh yang saya ketahui bukan merupakan hasil duplikasi dari skripsi

dan/atau karya ilmiah lainnya yang pernah dipublikasikan dan/atau pernah

dipergunakan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi atau

instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan

sebagaimana mestinya.

Bengkulu, 25 Juli 2011

NEDI GUNAWAN G1D006009

Page 4: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto :

v Ayam bakukuak paja manyinsiang, tabuah babunyi azanpun riuah, jagolah lalok mari

sumbayang, manyambah ALLAH diwaktu subuah.

v Dimano bumi dipijak,disinan langik dijunjuang,dimano sumua dikali disinan aia

disauak, dimano nagari diunyi disinan adat dipakai.

v Gadang ombak caliak kapasianyo,gadang kayu caliak kapangkanyo =

menilai seseorang jangan dari pakaiannya, tetapi nilailah dari pengetahuannya dan

budi pekertinya.

v Karantau madang di hulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu,

dirumah baguno balun = pergilah merantau kenegeri orang, cari ilmu pengetahuan,

serta cari mata penghidupan, untuk kemudian dibawa dan dikembangkan dikampung

halaman.

v Nan kuriak iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyo budi, nan indah iyo lah

baso = yang paling berharga dalam kehidupan bergaul adalah budi pekerti yang baik,

serta sopan santun.

Persembahan :

Doa, tetesan jerih payah keringat dan genangan air mata mewarnai hari-hari

perjalanan anak seorang manusia yang berusaha untuk dapat merubah hidup. Semangat dan

petuah yang tak kunjung henti mencoba menenangkan hati anak mereka, yang tak ingin

putus asa menghadapi cobaan perjalanan yang ditempuh. Ya ALLAH SWT mungkin ini jalan

hidukku kau beri cobaan yang takkan mungkin terlupakan oleh ku.

Diriku berserah semua atas kehendak-Mu.

Diriku ingin berguna dalam hidup.

Seiring ayunan langkah kakiku nanti dimasa depan

Ku percaya tidak akan pernah berubah nasib seseorang

Jika seseorang tersebut tidak mau berusaha untuk merubahnya

Dengan membaca bismillaahirrohmaniirrohiim

Akan ku songsong masa depan yang cerah

Page 5: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

v

Tunjukkan aku selalu kejalan lurus-Mu

Amin ….

Terkhusus ku persembahkan skripsi ku untuk :

Ayahanda (Nasrul M Nur) dan Ibunda tercinta (Jusmalini) dapat kurasakan sebuah

asa dalam raut wajah kalian tak terbalaskan budi kalian oleh ku. Terucap pula terima kasih

kepada kakak ku Yulinasti,S.Pd. dan Adik ku tersayang Rahmi Oktanina kalian adalah jiwa

ku …

Tak lupa pula sohib-sohib terbaikku di Camp Al-Fikri atas perhatian dan ketulusan

hati kalian semua serta terucap harapan di hati kepada sesorang yang namamu masih

membeku didasar hati ku …

Page 6: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Terimakasih ku kepada :

v Yang kuhormati, kucintai dan

kusayangi Ayah dan ibu tercinta (Nasrul M Nur dan Jusmalini) yang telah

mencurahkan kasih saying, materi dan doa yang tak pernah berhenti untuk

keberhasilanku.

v Kakak dan adikku (Yulinasti,

S.Pd dan Rahmi Oktanina serta semua keluarga yang selalu member motivasi dan doa

dalam setiap langkahku.

v Ibu Ikan Novia Anggraini, S.T.,

M.Eng. selaku pembimbing yang selalu memberikan masukan dalam penulisan skripsi

sehingga skripsi ini menjadi karya yang berharga.

v Ibu Yuli Rodiah, S.T., M.T.,

selaku pembimbing pendamping yang memberikan banyak tambahan pengetahuan dan

pola pikr mengenai sebuah arti skripsi.

v Bapak Reza Saktia Rinaldi, S.T.,

M.Eng., selaku ketua penguji yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi yang

lebih baik dalam karya skripsi ini.

v Bapak Irnanda Priyadi,S.T.,

M.T., selaku penguji yang memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan skripsi

ini.

v Bapak Ibu dosen di Program

Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu, yang telah memberikan banyak ilmu dan

pengetahuan selama di masa perkuliahan sehingga menjadi seorang mahasiswa yang

berguna bagi agama dan bangsa.

Page 7: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

vii

v Bapak ibu di Dinas Perhubungan

Udara Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, yang telah meluangkan waktu sejenak

dalam kesibukan bekerja untuk dapat membantu.

v Teman/saudara/seperjuangan

anak-anak Elektro 2006 yang ku banggakan “Be a better guys”. Thank u so much.

Akhir kata semoga amal dan kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi dan melewati perjalanan ini mendapatkan pahala yang

selayaknya dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Page 8: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

viii

ABSTRAK

Bandara Fatmawati Soekarno sebagai sebuah lokasi pelayanan umum, yang mempunyai nilai bisnis dan nilai industri strategis sebagai penunjang transportasi udara, memiliki gedung sistem navigasi dari radio kontrol pesawat penerbangan, serta lokasi bangunan yang letaknya menonjol dan terpisah jauh dari bangunan-bangunan di sekitarnya, menjadi sangat penting untuk mendapat sistem proteksi penangkal petir yang baik. Pada skripsi ini penulis menggunakan metode konvensional dan (elektrogeometri) non konvensional sebagai proses evaluasi sistem proteksi penangkal petir eksternal yang telah ada. Hasil untuk metode konvensional, gedung terminal utama membutuhkan 17 batang penangkal petir, panjang 1 m dengan sudut perlindungan 550 dan menggunakan sistem sangkar faraday sehingga luas daerah perlindungan mencapai 7.499,71 m2. Pada gedung ATC dibutuhkan penambahan 1 batang penangkal petir, panjang 1,5 m dengan sudut perlindungan 550 dan luas daerah perlindungan mencapai 4.516,22 m2.

Penggunaan metode elektrogeometri pada gedung terminal utama dibutuhkan penangkal petir sebanyak 6 batang, panjang maksimal 4 m dan sudut perlindungan >550 dengan sudut perlindungan mencapai 26.735,52 m2. Pada gedung ATC diperoleh hasil dengan rancangan ulang yang hanya membutuhkan 1 batang penangkal petir, panjang 3,5 m dan sudut perlindungan 53,130 dengan luas daerah perlindungan 16.025,53 m2. Perbandingan dari ke dua metode yang digunakan yakni jumlah finial maupun panjang finial yang digunakan dan posisi pamasangan finial yang berbeda serta sudut perlindungan yang dibentuk memberikan luas daerah perlindungan yang berbeda-beda. Kata kunci : Finial, Elektrogeometri, dan Petir.

Page 9: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT

tuhan alam semesta, serta salawat beriring salam bagi Nabi Muhammad SAW,

Nabi pembawa rahmat bagi umatnya. Tak lupa pula terima kasih banyak saya

haturkan kepada kedua orang tua saya yang tercinta, yang telah memberikan kasih

dan sayangnya serta dukungan materi maupun immateri sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi yang bejudul “EVALUASI SISTEM PROTEKSI

PENANGKAL PETIR EKSTERNAL GEDUNG BANDARA FATMAWATI

SOEKARNO BENGKULU DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN

ELEKTROGEOMETRI” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Bengkulu. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari tidak lepas dari ketidak

sempurnaan sehingga masih ada kesalahan yang belum bisa diperbaiki. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun

sehingga menjadi bacaan yang sempurna dan dapat berguna bagi siapapun yang

membaca.

Namun dengan bimbingan dan arahan yang selalu diberikan ibu/bapak

dosen secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini,

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Ir. Zainal Muktamar , Ph.D, selaku Rektor Universitas Bengkulu.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhamad Syaiful, MS, selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Bengkulu.

3. Ibu Anizar Indriani, S.T., M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro

Universitas Bengkulu.

4. Ibu Ika Novia Anggraini, S.T., M.Eng, selaku pembimbing utama yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan, motovasi serta koreksinya dalam

penulisan skripsi ini.

Page 10: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

x

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Bengkulu 25 Juli 2011

Penulis

5. Segenap dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu yang telah

memberikan bekal ilmu, bimbingan dan pengarahan serta staf karyawan di

lingkungan Program Studi, Fakultas maupun Universitas Bengkulu yang telah

banyak membantu penulis dalam urusan administrasi.

6. Seluruh pimpinan maupun karyawan Dinas Perhubungan Udara, Bandara

Fatmawati Soekarno Bengkulu yang telah membantu dalam proses

pengambilan data.

7. Rekan seperjuangan jurusan Teknik Sipil angkatan 2006, Lindung Zalbuin

Mase, S.T., yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data.

8. Rekan-rekan seperjuangan, satu atap berteduh, satu hati dan satu emosi,

jurusan Teknik Elektro angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

9. Almamaterku (Universitas Bengkulu)

Akhir kata penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rezeki dan ilmu

pengetahuan kepada kita semua, amin ya rabbal alamin.

Page 11: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2

1.4 Batasan Masalah ........................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Impuls Petir ............................................................................ 5

2.1.1 Proses Terjadinya Sambaran Petir ....................................... 5

2.1.2 Resiko Kerusakan Akibat Sambaran Petir ........................... 8

2.1.3 Frekuensi Sambaran Petir ................................................... 9

2.1.4 Penangkal Petir Eksternal ................................................. 10

2.1.5 Finial (Air Termination) .................................................... 11

2.2 Sistem Perlindungan Bangunan .................................................. 12

2.2.1 Sistem Proteksi Petir pada Bangunan ................................ 12

2.3 Metode Ruang Proteksi Penangkal Petir ..................................... 15

Page 12: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

xii

2.3.1 Metode Ruang Proteksi Konvensional ............................... 15

2.3.2 Metode Ruang Proteksi Non Konvensional ....................... 17

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 22

3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 22

3.3 Data-data Pendukung ................................................................. 22

3.3.1 Denah Gedung Terminal Utama Bandara

Fatmawati Bengkulu ......................................................... 22

3.3.2 Denah Gedung VVIP Pemprov Bandara Fatmawati

Bengkulu .......................................................................... 24

3.3.3 Denah Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu ........... 26

3.3.4 Data Hari Guruh Tahun 2010 Provinsi Bengkulu .............. 28

3.3.5 Data Parameter Petir ......................................................... 29

3.4 Tahapan Penelitian ..................................................................... 30

3.5 Analisa Data .......................................................................... 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sistem Proteksi Penangkal Petir Gedung Terminal

Utama Bandara Fatmawati Bengkulu .......................................... 33

4.1.1. Berdasarkan Peraturan Umum Istalasi

Penangkal Petir (PUIPP) ................................................... 33

4.1.2. Berdasarkan Nasional Fire Protection

Association (NFPA) 780 ................................................... 34

4.1.3 Standar IEC 1024-1-1 ...................................................... 35

4.2 Sistem Proteksi Penangkal Petir Gedung VVIP

Pemprov Bandara Fatmawati Bengkulu ...................................... 41

4.2.1 Berdasarkan Peraturan Umum Instalasi

Penangkal Petir (PUIPP) ................................................... 41

4.2.2 Berdasarkan Nasional Fire Protection

Association (NFPA) 780 ................................................... 42

4.2.3 Standar IEC 1024-1-1 ....................................................... 44

4.3 Sistem Proteksi Penangkal Petir Gedung ATC

Page 13: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

xiii

Bandara Fatmawati Bengkulu .................................................... 45

4.3.1 Berdasarkan Peraturan Umum Istalasi

Penangkal Petir (PUIPP) ................................................... 45

4.3.2 Berdasarkan Nasional Fire Protection

Association (NFPA) 780 ................................................... 46

4.3.3 Standar IEC 1024-1-1 ....................................................... 47

4.4 Evaluasi Sistem Proteksi Petir Bandara Fatmawati

Bengkulu dengan Metode Elektrogeometri ................................. 53

4.4.1 Perhitungan Resiko Sambaran Petir pada Gedung

Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu ................. 53

4.4.1.1 Jarak Sambaran Petir ........................................... 53

4.4.1.2 Tinggi Finial dan Sudut Perlindungan

Penangkal Petir ................................................... 53

4.4.2 Perhitungan Resiko Sambaran Petir pada Gedung

ATC Bandara Fatmawati Bengkulu ................................... 58

4.4.2.1 Jarak Sambaran Petir ........................................... 58

4.4.2.2 Tinggi Finial dan Sudut Perlindungan

Penangkal Petir ................................................... 58

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 63

5.2 . Saran ............................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64

LAMPIRAN

Page 14: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Tahapan Proses Sambaran Petir ................................................... 7

Gambar 2.2 : Nilai Kritis Efisiensi Sistem Proteksi Petir ................................. 14

Gambar 2.3 : Ruang Proteksi Konvensional ..................................................... 15

Gambar 2.4 : Sambaran Petir Disuatu Titik Tertentu ....................................... 16

Gambar 2.5 : Prinsip Penangkal Petir Sistem Sangkar Faraday ........................ 17

Gambar 2.6 : Konsep Ruang Proteksi Menurut Model Elektrogeometri ........... 18

Gambar 2.7 : Garis Sambar Suatu Lidah Petir untuk Arus Petir tertentu ........... 19

Gambar 2.8 : Perlindungan Bangunan dengan Metode Elektrogeometri ........... 21

Gambar 3.1 : Denah Gedung Teminal Utama (tampak depan) ......................... 23

Gambar 3.2 : Denah Gedung Terminal Utama (tampak samping) .................... 23

Gambar 3.3 : Denah Gedung Terminal Utama (tampak atas) ............................ 24

Gamabr 3.4 : Denah Gedung VVIP Pemprov (tampak depan) .......................... 24

Gambar 3.5 : Denah Gedung VVIP Pemprov (tampak samping) ...................... 25

Gambar 3.6 : Denah Gedung VVIP Pemprov (tampak atas) ............................. 25

Gambar 3.7 : Denah Gedung ATC (tampak depan) ......................................... 26

Gambar 3.8 : Denah Gedung ATC (tampak samping) ...................................... 27

Gambar 3.9 : Denah Gedung ATC (tampak atas) ............................................. 27

Gambar 3.10 : Diagram Alir Penelitian .............................................................. 31

Gambar 4.1 : Radius Proteksi Pada Gedung Terminal Utama .......................... 36

Gambar 4.2 : Daerah Perlindungan Penangkal Petir (tampak depan)

Gedung VVIP Pemprov Bandara Fatmawati Bengkulu ............... 37

Gambar 4.3 : Daerah perlindungan penangkal Petir pada Gedung

Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu

(tampak samping) ...................................................................... 38

Gambar 4.4 : Evaluasi Daerah Perlindungan Gedung Terminal Utama

(tampak depan) dengan metode Konvensional ........................... 39

Gambar 4.5 : Evaluasi Daerah Perlindungan Gedung Terminal Utama

(tampak samping) dengan Metode Konvensional ........................ 39

Gambar 4.6 : Luas Daerah Terproteksi atau Ruang Proteksi Gedung

Page 15: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

xv

Terminal Utama dari hasil Evaluasi penangkal Petir

Sebelumnya ................................................................................ 40

Gambar 4.7 : Radius Proteksi Pada Gedung ATC ............................................ 48

Gambar 4.8 : Daerah Perlindungan Penangkal Petir (tampak depan)

Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu .............................. 49

Gambar 4.9 : Daerah Perlindungan Penangkal Petir (tampak samping)

Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu .............................. 50

Gambar 4.10: Evaluasi Daerah Perlindungan Gedung ATC

(tampak depan) dengan Metode Konvensional ........................... 50

Gambar 4.11: Evaluasi Daerah Perlindungan Gedung ATC

(tampak samping) dengan Metode Konvensional ........................ 51

Gambar 4.12 : Luas Daerah Terproteksi atau Ruang Proteksi Gedung

ATC dari hasil Evaluasi penangkal Petir Sebelumnya ................ 52

Gambar 4.13 : Hasil Penggunaan Metode Elektrogeometri Gedung

Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu

(tampak depan) ........................................................................... 55

Gambar 4.14 : Hasil Penggunaan Metode Elektrogeometri Gedung

Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu

(tampak samping) ....................................................................... 56

Gambar 4.15 : Hasil Luas Daerah Perlindungan/Proteksi Metode

Elektrogeometri Gedung Terminal Utama Bandara

Fatmawati Bengkulu (tampak atas) ............................................. 57

Gambar 4.16 : Hasil Penggunaan Metode Elektrogeometri Gedung

ATC Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak depan) .................. 59

Gambar 4.17 : Hasil Penggunaan Metode Elektrogeometri Gedung

ATC Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak samping) .............. 60

Gambar 4.18: Hasil Luas Daerah Perlindungan/Proteksi Metode

Elektrogeometri Gedung ATC Bandara

Fatmawati Bengkulu (tampak atas) ............................................ 61

Page 16: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Harga-harga Karakteristik Petir Dan Akibat Yang Ditimbulkan ......... 8

Tabel 2.2 : Bahan dan Ukuran Terkecil Finial (Air Terminal) Tegak ................. 11

Tabel 2.3 : Efisiensi Sistem Proteksi Petir ......................................................... 14

Tabel 2.4 : Penempatan Finial Sesuai dengan Tingkat Proteksi ......................... 14

Tabel 3.1 : Data Hari Guruh Tahun 2010 .......................................................... 28

Tabel 3.2 : Data Parameter Petir di Indonesia .................................................... 29

Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan dan Penentuan Jumlah Penangkal Petir pada

Gedung Terminal utama Bandara Fatmawati Bengkulu ................... 40

Tabel 4.2 : Hasil Evaluasi Sistem Penangkal Petir Gedung Terminal

Utama Bandara fatmawati Bengkulu dengan Menggunakan

Metode Konvensional ..................................................................... 41

Tabel 4.3 : Hasil Penentuan dan Penambahan Jumlah Penangkal Petir pada

Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu ................................... 51

Tabel 4.4: Hasil Evaluasi Sistem Penangkal Petir Gedung ATC

Bandara Fatmawati Bengkulu dengan Menggunakan

Metode Konvensional ...................................................................... 52

Tabel 4.5: Rincian Hasil Perhitungan Radius Perlindungan, Tinggi Finial

dan Sudut Proteksi Gedung Terminal Utama

Menggunakan Metode Elektrogeometri ........................................... 54

Tabel 4.6: Hasil Evaluasi Sistem Penangkal Petir Gedung

Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu dengan

Menggunakan Metode Elektrogeometri .......................................... 57

Tabel 4.7: Hasil Evaluasi Sistem Penangkal Petir Gedung

ATC Bandara Fatmawati Bengkulu dengan

Menggunakan Metode Elektrogeometri .......................................... 61

Page 17: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Indeks Menurut Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP).

Lampiran 2. Tabel Indeks Berdasarkan Nasional Fire Protection Association (NFPA).

Lampiran 3. Tabel Data Parameter Petir di Indonesia Wilayah Regional Barat Terbit 2010.

Lampiran 4. Data Gangguan Sambaran Petir di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu.

Lampiran 5. Perbesaran Gambar-gambar Pada Skripsi.

Page 18: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

xviii

Page 19: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterbatasan data besarnya hari petir untuk setiap lokasi di Indonesia,

pada saat ini diasumsikan bahwa lokasi-lokasi yang tinggi di atas gunung atau

menara yang menonjol di tengah-tengah area yang bebas (sawah, ladang, dll.)

mempunyai kemungkinan sambaran lebih tinggi dari pada tempat-tempat di

tengah-tengah kota yang dikelilingi bangunan-bangunan tinggi lainnya. Tempat-

tempat dengan tingkat sambaran tinggi (frekwensi maupun intensitasnya)

mendapat prioritas pertama untuk penanggulangannya, sedangkan tempat-tempat

yang relatif kurang bahaya petirnya mendapat prioritas ke dua dengan

pemasangan protektor yang lebih sederhana. Lokasi yang mempunyai nilai bisnis

tinggi (industri kimia, pemancar TV, Telkom, gedung perkantoran dengan sistem

perkantoran dan industri strategis seperti : hankam, pelabuhan udara, dll.),

memerlukan proteksi yang dilakukan seoptimal mungkin, sedangkan lokasi

dengan nilai bisnis rendah mungkin makin sederhana sistem protektor yang akan

dipasang.

Keadaan Indonesia yang terletak di daerah katulistiwa yang beriklim tropis

sehingga memiliki hari guruh atau Iso Keraunic Level (IKL) yang sangat tinggi,

sehingga Indonesia yang merupakan negara khatulistiwa memiliki karakteristik

petir yang berbeda dengan karakteristik petir di luar negeri, maka karakteristik

petir Indonesia dijadikan standar oleh badan Standarisasi dunia pada umumnya

(Hutagaol, 2009). Bengkulu yang juga memiliki hari guruh yang tinggi yakni 133

hari per tahun (BMG, 2008) sehingga bangunan-bangunan di Bengkulu memiliki

resiko mengalami kerusakan akibat terkena sambaran petir.

Kerusakan-kerusakan pada bangunan yang tersambar dapat berupa

kerusakan thermis misalnya bagian yang tersambar terbakar dan dapat berupa

kerusakan mekanis misalnya bagian atap bangunan retak atau tembok bangunan

retak. Sambaran petir juga berbahaya pada manusia yang berada dalam bangunan

gedung tersebut karena dapat mengakibatkan organ-organ tubuh yang dilalui arus

Page 20: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

2

petir akan mengalami kejutan (shock) yang dapat mempengaruhi kerja jantung

dan dapat mengakibatkan terhentinya kerja jantung (Anonim 1, 1983)

Bahaya akibat sambaran petir pada gedung Bandara Fatmawati Soekarno

Bengkulu perlu mendapat perhatian khusus, dikarenakan bangunan tersebut

mempunyai nilai bisnis dan nilai industri strategis sebagai penunjang transportasi

udara maupun sistem navigasi dari radio kontrol pesawat penerbangan, serta

lokasi bangunan yang letaknya menonjol dan terpisah jauh dari bangunan-

bangunan di sekitarnya sehingga bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu menjadi

objek penelitian. Pentingya gedung bandara Fatmawati dari bahaya sambaran petir

maka pada gedung tersebut perlu adanya sistem proteksi petir yang lebih baik,

dimana sebelumnya telah ada sistem proteksi petir, sehingga nantinya akan ada

evaluasi dari sistem proteksi yang telah ada.

Kelebihan dari metode non konvensional baik elektrogeometri yang akan

digunakan pada penelitian ini, merupakan pengembangan dari metode

konvensional sebelumnya. Metode elektrogeometri hampir sama dengan metode

sudut proteksi yang berbentuk ruang kerucut juga, hanya saja bidang miring dari

kerucut tersebut melengkung dengan jari-jari tertentu. Besarnya jari-jari sama

dengan besarnya jarak sambar dari lidah petir (Syakur dan Yuningtyastuti, 2006).

1.2 Perumusan Permasalahan

1. Bagaimana hubungan jarak sambaran petir, tinggi finial, yang digunakan

gedung bandara Fatmawati Bengkulu ?

2. Bagaimana cara merencanakan sistem proteksi penangkal petir eksternal

yang mampu memberikan perlindungan efektif ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki tujuan yakni sebagai

berikut :

1. Mendapatkan besaran sambaran petir, tinggi finial dari gedung bandara

Fatmawati Bengkulu.

Page 21: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

3

2. Mengevaluasi sistem proteksi penangkal petir eksternal, yang sebelumnya

belum mampu memberikan perlindungan efektif pada gedung bandara

Fatmawati Bengkulu, dengan menggunakan metode konvensional.

3. Membandingkan hasil evaluasi metode konvensional dengan metode

elektrogeometri (non konvensional).

1.4 Batasan Masalah

Pada penyusunan skripsi ini penulis membatasi permasalahan pada hal-hal

berikut :

1. Analisa sistem proteksi eksternal untuk melindungi gedung dari sambaran

petir.

2. Perencanaan ulang (evaluasi) sistem penangkal petir eksternal pada

gedung bandara Fatmawati Bengkulu menggunakan metode konvensional

dan metode elektrogeometri.

3. Standar yang digunakan pada perencanaan sistem proteksi penangkal petir

eksternal pada gedung bandara Fatmawati Bengkulu adalah Peraturan

Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP), Nasional Fire Protection

Association (NFPA) 780, Internasional Elechtronical Commission (IEC)

1024-1-1 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7014.1-2004.

Page 22: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem proteksi petir terdiri dari proteksi eksternal, sistem pembumian dan

proteksi internal. Proteksi eksternal merupakan instalasi dan alat-alat di luar suatu

struktur untuk menangkap dan mengantarkan arus petir ke sistem pembumian.

Proteksi eksternal berfungsi sebagai ujung tombak penangkap muatan listrik dan

arus petir di tempat tinggi. Bagian dari proteksi eksternal yakni terminasi udara

yang dikhususkan untuk menangkap sambaran petir, berupa elektroda logam yang

dipasang tegak maupun mendatar (Hosea dkk, 2004).

Sriyadi (2003), melakukan penelitian tentang resiko kerusakan pada

gedung akibat sambaran petir berdasarkan standar Internasional electrotechnical

Commision (IEC) 1992. Nilai kerusakaan ini berhubungan dengan frekuensi

sambaran petir per tahun baik sambaran langsung dan tidak langsung. Hasil nilai

resiko kerusakan ini mengetahui kebutuhan gedung akan pemasangan instalasi

penangkal petir.

Hosea, dkk (2004), melakukan penelitian sistem proteksi eksternal gedung

W Universitas Kristen Petra dengan menerapkan metode jala, sudut proteksi dan

bola bergulir (non konvensional). Cara penentuan besarnya kebutuhan bangunan

akan proteksi petir menggunakan standar Peraturan Umum Instalasi Penagkal

Petir (PUIPP), Nasional Fire Protection Association (NFPA) 780 dan International

Electrochnical Commicion (IEC) 1024-1-1. Hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwa gedung W Universitas Kristen Petra membutuhkan tambahan sistem

proteksi petir berdasarkan analisis dengan metode bola bergulir.

Syakur dan Yuningtyastuti (2006), melakukan penelitian tentang sistem

proteksi penangkal petir pada Gedung Widya Puraya Kampus Universitas

Diponegoro Tembalang. Metode yang digunakan adalah metode elektrogeometri

untuk menghitung dan menentukan jarak ruang proteksi dari penangkal petir yang

digunakan serta untuk mengetahui tingkat proteksi. Pada hasil penelitian diperoleh

Page 23: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

5

sistem penangkal petir yang telah terpasang belum mampu melindungi secara

keseluruhan gedung tersebut.

Mery (2009), melakukan penelitian tentang perencanaan sistem proteksi

penangkal petir pada gedung Laboratorium Teknik Elektro Universitas Bengkulu.

Metode yang digunakan yakni metode elektrogeometri untuk menentukan panjang

dan jumlah titik pemasangan finial pada gedung yang akan digunakan. Adapun

hasil yang didapat yakni perlu adanya pemasangan lima batang finial tegak pada

atap gedung dengan panjang finial tegak 1,7 meter.

Pada penelitian ini akan merancang dan mengevaluasi sistem elektroda

batang penangkal petir dengan objek penelitian bandara Fatmawati Soekarno

Bengkulu. Bandara perlu memiliki perhatian khusus untuk sistem proteksi

penangkal petir dikarenakan bandara merupakan terminal transportasi udara yang

berhubungan dengan cuaca. Metode yang digunakan yakni metode non

konvensional dan elektrogeometri sebagai pembanding. Standar yang digunakan

dalam perencanaan dan pengevaluasian ini adalah standar Peraturan Umum

Instalasi Penangkal Petir (PUIIP), Nasional Fire Protection Association (NFPA)

780 dan International Electrochical Commision (IEC) 1024-1-1.

2.1 Impuls Petir

2.1.1. Proses Terjadinya Sambaran petir.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan atau pengumpulan

muatan di awan begitu banyak dan tak pasti. Tekanan atmosfer akan menurun

dengan makin bertambahnya ketinggian suatu tempat dari permukaan horizontal.

Pergerakan udara (sering disebut angin) ini akan membawa udara lembab ke atas,

kemudian udara lembab ini akan mengalami kondensasi menjadi uap air, lalu

berkumpul menjadi titik-titik air yang pada akhirnya membentuk awan.

Angin kencang yang meniup awan akan membuat awan mengalami

pergeseran secara horizontal maupun vertikal, ditambah dengan benturan antara

titik –titik air yang dalam awan tersebut dengan partikel-partikel udara yang dapat

memungkinkan terjadinya pemisahan muatan listrik di dalam awan tersebut.

Butiran air yang bermuatan positif, biasanya berada dibagian atas dan yang

bermuatan negatif dibagian bawah. Dengan adanya awan yang bermuatan induksi

Page 24: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

6

pada permukaan bumi sehingga menimbulkan medan listrik antar bumi dengan

awan.

Mengingat dimensi bumi dianggap rata terhadap awan sehingga bumi dan

awan dianggap sebagai dua plat sejajar membentuk kapasitor. Jika medan listrik

yang terjadi melebihi medan tembus udara, maka akan terjadi pelepasan muatan.

Terjadinya pelepasan udara inilah yang disebut sebagai petir.

Setelah adanya peluahan di udara sekitar awan bemuatan yang medan

listriknya cukup tinggi, terbentuk peluahan awal yang biasa disebut pilot leader.

Pilot leader ini menentukan arah perambatan muatan dari awan ke udara, diikutu

dengan titik-titik cahaya.

Setiap sambaran petir bermula dari suatu lidah petir (leader) yang bergerak

turun dari awan bermuatan dan disebut downleader (lihat pada Gambar 2.1.a).

Downward leader ini bergerak menuju bumi dalam bentuk langkah-langkah yang

disebut step leader. Pergerakan step leader ini arahnya selalu berubah-ubah

sehingga secara keseluruhan arah jalannya tidak beraturan dan patah-patah.

Panjang setiap 50 m (dalam rentang 3-200m), dengan interval waktu antara setiap

step ± 50 µs (30-125 µs). dari waktu ke waktu, dalam perambatannya ini step

leader mengalami percabangan sehingga terbentuk lidah petir yang bercabang-

cabang.

(a) (b)

Page 25: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

7

(c) (d)

Gambar 2.1 Tahapan Proses Sambaran Petir

Ketika leader bergerak mendekati bumi, maka ada beda potensial yang

makin tinggi antara ujung step leader dengan bumi sehingga terbentuk peluahan

mula yang disebut upward streamer pada permukaan bumi atau objek akan

bergerak ke atas menuju ujung step leader. Apabila upward leader telah masuk

ke dalam zona jarak sambaran atau striking distance, terbentuk petir penghubung

(connecting leader) yang menghubungkan ujung step leader dengan objek yang

disambar (gambar 2.1.b). Setelah itu akan timbul sambaran balik (return stroke)

yang bercahaya sangat terang bergerak dari bumi atau objek menuju awan dan

melepas muatan di awan (2.1.c)

Jalan yang ditempuh oleh return stroke sama dengan jalan turunnya step

leader, hanya arahnya yang berbeda. Kemudian terjadi sambaran susulan

(subsequent stroke) dari awan menuju bumi atau objek tersebut. Sambaran susulan

ini tidak memiliki percabangan dan biasa disebut lidah panah atau dart leader

(2.1.d). Pergerakan dari leader ini sekitar 10 kali lebih cepat dari leader yang

pertama (sambaran pertama atau first stroke).

Pada umumya, hampir separuh (±55%) dari peristiwa kilat petir (lightning

flash) merupakan sambaran ganda seperti tersebut di atas, dengan jumlah

sambaran sekitar 3 atau 4 sambaran tiap kilat (bisa juga lebih), diantaranya 90%

tidak lebih dari 8 sambaran, interval waktu setiap sambaran kurang lebih 50 ms

(Hutagaol, 2009).

Page 26: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

8

2.1.2. Resiko Kerusakan Akibat Sambaran Petir

Petir yang menyambar bangunan di bumi merupakan bunga api listrik

yang mengosongkan muatan awan yang singkat dalam orde mikro detik dengan

arus puncak yang tinggi (Anonim 2, 2004). Selain itu sambaran petir dapat

mengakibatkan beberapa hal (Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan) yakni :

a. Beban termal (terjadi panas pada bagian-bagian yang dialiri oleh arus

petir).

b. Beban mekanis karena timbulnya gaya elektrodinamis sebagai akibat

tingginya puncak arus.

c. Beban korosi, karena proses elektrokimia dalam rangka proses

pengosongan muatan awan.

d. Beban getaran mekanis karena guntur.

e. Beban tegangan lebih karena adanya induksi dan pergeseran-pergeseran

potensial di dalam bangunan.

Sehubungan dengan akibat-akibat diatas perlu diketahui harga-harga

karakteristik petir dan akibat yang ditimbulkan.

Tabel 2.1 Harga-harga Karakteristik Petir dan akibat Yang Ditimbulkan

Harga Karakteristik Akibat

1. Puncak arus petir

Î

Tegangan lebih terjadi pada tempat

sambaran

Vs = Î RA

RA : tahanan pentanahan

2. Muatan listrik

Q = fi .dt

Pindah energi pada tempat sambaran,

yang dapat berakibat peleburan pada

ujung objek sambaran.

3. Kuadrat arus impuls

fi2 . dt

Pemanasan W = R f i2.dt dan gaya

elektrodinamis pada penghantar

4. Kecuraman

maksimum arus

impuls petir di/dt

Tegangan induksi elektromagnetis pada

benda logam di dekat instalasi

penangkal petir.

Page 27: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

9

maks Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, (PUIPP)

2.1.3. Frekuensi Sambaran Petir

a. Sambaran Langsung

Menurut Syakur dan Yuningtyastuti (2006), jumlah rata-rata frekuensi

sambaran petir langsung per tahun (Nd) dapat dihitung dengan perkalian

kerapatan kilat ke bumi per tahun (Ng) dan luas daerah perlindungan efektif pada

gedung (Ae) :

Nd = Ng . Ae (2.1)

Kerapatan sambaran petir ke tanah dipengaruhi oleh hari guruh rata-rata

pertahun di daerah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hubungan seperti berikut :

Ng = 4.10-2 . T1.26 (2.2)

Sedangkan besar Ae dapat dihitung sebagai berikut (Hosea dkk, 2006) :

Ae = ((2(p+l) . 3h) + (3,14. 9h2)) (2.3)

Sehingga dari substitusi persamaan (2.2) dan (2.3) ke persamaan (2.1)

maka nilai Nd dapat dicari dengan persamaan berikut :

Nd = 4.10-2 . T1.26 ((2(p+l). 3h)+( 3,14. 9h2)) (2.4)

dengan :

p = panjang gedung (m)

l = lebar gedung (m)

h = tinggi atap gedung (m)

T = hari guruh per tahun

Nd = Jumlah rata-rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun

(sambaran/tahun)

Ng = Kerapatan sambaran petir ke tanah (sambaran/Km2/tahun)

Ae = Luas daerah yang masih memiliki angka sambaran petir Nd (Km2)

b. Sambaran Tidak Langsung

Menurut (Syakur dan Yuningtyastuti, 2006), rata-rata frekuensi

tahunan/(Na) dari kilat yang mengenai tanah dekat gedung dapat dihitung dengan

Page 28: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

10

perkalian kerapatan-kerapatan kilat ke tanah pertahun Ng dengan cakupan daerah

disekitar gedung yang disambat Ag.

Na = Ng . Ag (2.5)

Daerah sekitar sambaran petir (Ag) adalah daerah di sekitar gedung di

mana suatu sambaran ke tanah menyebabkan suatu tambahan lokasi potensial

tanah yang mempengaruhi gedung.

2.1.4. Penangkal Petir Eksternal

Pengaman suatu bangunan atau objek terhadap suatu sambaran petir pada

hakekatnya adalah penyedia suatu sistem yang direncanakan dan dilaksanakan

dengan baik sehingga jika terjadi sambaran petir maka sarana inilah yang akan

menyalurkan arus petir ke dalam tanah dengan aman tanpa menimbulkan bahaya

bagi manusia atau benda berbahaya yang berada di dalam diluar atau di sekitar

bangunan (Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, 1983)

Proteksi eksternal adalah instalasi dan alat-alat di luar sebuah struktur

untuk menagkap dan menghantar arus petir ke sistem pentanahan atau berfungsi

sebagai ujung tombak penangkap muatan arus petir ditempat tertinggi (Hosea dkk,

2004)

Pada hakekatnya instalasi penangkal petir adalah instalasi yang dipasang

dengan maksud untuk mencegah dan menhindari bahaya yang ditimbulkan oleh

kejadian sambaran petir baik bahaya bagi manusia maupun bangunan serta

peralatan (Purbomiluhung, 2008). Sistem penangkal petir yang dikenal ada

macam-macam namun pada dasarnya prinsip kerja dari sistem-sistem tersebut

adalah sama yaitu :

a. Menangkap Petir

Sistem tersebut menyediakan sistem penerimaan (air terminal) yang dapat

dengan cepat menyambut luncuran arus petir mampu untuk lebih cepat dari

sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan memperhitungkan besaran

petir.

b. Menyalurkan Petir

Luncuran petir yang telah ditangkap dialirkan ke tanah secara aman tanpa

mengakibatkan terjadinya loncatan listrik (imbasan) ke bangunan atau manusia.

Page 29: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

11

c. Menampung Petir

Sistem tersebut menyediakan sebaik mungkin agar arus petir yang turun

sepenuhnya dapat diserap oleh tanah tanpa menimbulkan bahaya pada bagian-

bagian bangunan atau manusia yang berada dalam posisi kontak dengan tanah

disekitar sistem pentanahan tersebut.

Instalasi penangkal petir eksternal meliputi :

a. Pengadaan susunan finial penangkal petir (air termination)

b. Pengadaan sistem penyaluran arus petir (down conductor)

c. Pembuatan sistem pentanahan (grounding)

2.1.5. Finial (Air Temination)

Finial adalah bagian sistem proteksi petir eksternal yang dikhususkan

untuk menangkap sambaran petir (Hosea dkk, 2004). Finial biasanya berupa

elektroda logam yang dipasang di atas atap secara tegak maupun mendatar. Finial

akan menerima pembebanan panas yang tinggi sehingga dalam pemilihan jenis

logam, ketebalan dan bentuknya ditentukan oleh pertimbangan besarnya muatan

arus petir (Purbomiluhung, 2008). Adapun jenis bahan dan ukuran terkecil dari

finial dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Bahan dan Ukuran terkecil finial (Air Terminal) Tegak

No Komponen Jenis bahan Bentuk Ukuran

1 Kepala

Tembaga Pejal runcing 1” dari

dudukan

Baja Galvanis Pejal runcing 1” dari pita

Aluminium Pejal runcing 1” inci dari

baja galvanis

2 Batang Tegak

Tembaga Pejal

bulat 10 mm

Pita 25 x 3 mm

Baja Galvanis

Pipa 1”

Pejal bulat 10 mm

Pejal bulat 25 x 3 mm

Aluminium Pejal bulat ½ “

Pejal pita 24 x 4 mm

Page 30: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

12

3 Finial Batang

Pendek

Tembaga Pejal bulat 10 mm

Pejal pita 25 x 3 mm

Baja Galvanis Pejal bulat 10 mm

No Komponen Jenis bahan Bentuk Ukuran

3

Finial Batang

Pendek

Pejal pita 25 x 3 mm

Aluminium Pejal bulat ½ “

Pejal pita 25 x 3 mm

4

Finial Datar

Tembaga Pejal bulat 8 mm

Pejal pita 25 x 3 mm

Pilin 50 mm

Baja Galvanis Pejal bulat 8 mm

Pejal pita 25 x 3 mm

Aluminium Pejal bulat ½ “

Pejal pita 25 x 4 mm Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah bangunan PUIPP (1983)

2.2. Sistem Perlindungan Bangunan

Instalasi bangunan menurut letak, bentuk, penggunaannya dianggap

mudah terkena sambaran petir dan perlu dipasang penangkal petir adalah (Anonim

1, 1983) :

a. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara, dan cerobong pabrik.

b. Bangunan-bangunan tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar atau

meledak seperti pabrik amunisi atau gedung penyimpanan bahan peledak.

c. Bangunan-bangunan seperti gedung bertingkat, gedung instansi pemerintah,

pusat perbelanjaan, sekolah dan lain sebagainya.

d. Bangunan-bangunan berdasarkan fungsi khusus perlu dilindungi secara baik

seperti mesium dan gedung arsip negara.

2.2.1. Sistem Proteksi Petir pada Bangunan

Suatu instalasi proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari

suatu bangunan termasuk manusia dan peralatan yang berada didalamnya terhadap

bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Hal yang penting mengenai penetuan

Page 31: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

13

besarnya kebutuhan proteksi petir akan dibahas menggunakan standar Peraturan

Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP), National Fire Protection Association

(NFPA) 780 dan International Elechtrotecgnical Commision (IEC) 1024-1-1

(Hosea dkk, 2004) :

a. Berdasarkan PUIPP besarnya kebutuhan tersebut ditentukan berdasarkan

penjumlahan indeks-indeks tertentu yang mewakili keadaan bangunan disuatu

lokasi dan ditulis sebagai:

R = A + B + C + D + E (2.6)

Besarnya nilai indeks A, B, C, D, E dan prakiraan besarnya bahaya sambaran

petir di atas diperoleh dari tabel-tabel yang terdapat pada lampiran nantinya.

b. Berdasarkan NFPA 780 hampir sama dengan cara yang digunakan pada PUIPP

yaitu dengan menjumlahkan sejumlah indeks yang mewakili keadaan lokasi

bangunan kemudian hasil penjumlahan dibagi dengan indeks yang mewakili

iso keraunic level di daerah tersebut. iso keraunic level (IKL) adalah jumlah

hari guruh dalam satu tahun di suatu tempat. Secara matematik dituliskan

sebagai :

R = (2.7)

Besarnya nilai indeks A, B, C, D, E, F dan tingkat Proteksi sambaran petir

yang dibutuhkan (R) di atas diperoleh dari tabel-tabel yang terdapat pada

lampiran nantinya.

c. Berdasarkan standar International Electrotechnical Commision (IEC) 1024-1-1

pemilihan tingkat proteksi yang memadai untuk sistem proteksi petir

didasarkan tingkat proteksi yang memadai untuk sistem proteksi petir

didasarkan frekuensi sambaran petir langsung setempat (Nd) pada persamaan

2.4 yang diperkirakan ke struktur yang diproteksi dan frekuensi sambaran petir

setempat (Nc) yang diperoleh.

Pengambilan keputusan perlu atau tidaknya memasang sistem proteksi petir

pada bangunan berdasarkan perhitungan Nd dan Nc dilakukan sebagai berikut :

- Jika Nd ≤ Nc tidak perlu sistem proteksi petir

- Jika Nd > Nc diperlukan sistem proteksi petir dengan efisiensi :

E ≥1 – Nc/Nd (2.8)

Page 32: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

14

Sumber : Standar Nasional Indonesia.Proteksi Bangunan Terhadap Petir (2004)

Tingkat proteksi sesuai pada Tabel 2.4.

Tabel 2.3 Efisiensi Sistem Proteksi Petir Tingkat Proteksi Effisiensi SPP

I 0,98

II 0,95

III 0,90

IV 0,80 Sumber : Hosea, dkk (2004)

Grafik nilai kritis effisiensi sistem proteksi proteksi petir yaitu perbandingan Nc

dengan Nd ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Nilai Kritis Effisiensi Sistem Proteksi Petir

Penentuan penempatan terminasi udara (finial) sesuai dengan tingkat

proteksi yang dimiliki suatu bangunan dapat ditinjau Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Penempatan Finial Sesuai dengan Tingkat Proteksi Tingkat

Proteksi

h (m) 20 30 45 60 Lebar Jaring

(m) R (m) α0 α0 α0 α0

I 20 25 - - - 5

II 30 35 25 - - 10

III 45 45 35 25 - 15

IV 60 55 45 35 25 20

Page 33: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

15

250 - 550

2.3. Metode Ruang Proteksi Penangkal Petir

Metode ruang proteksi penangkal petir meliputi metode konvensional dan

non konvensional akan dijabarkan sebagai berikut :

2.3.1. Metode Ruang Proteksi Konvensional

Pada awal mula ditemukannya penangkal petir dan beberapa tahun setelah

itu ruang proteksi dari suatu penangkal petir berbentuk ruang kerucut dengan

sudut puncak kerucut berkisar antara 250 hingga 550 dapat dilihat pada gambar

2.3.a. Pemilihan besarnya sudut proteksi ini menyatakan tingkat proteksi yang

diinginkan. Semakin kecil sudut proteksi maka semakin tinggi tingkat proteksi

yang diperoleh semakin baik namun semakin mahal biaya pembangunannya.

(Syakur dan Yusningtyastuti, 2006)

a. Realita Dalam Bentuk Tiga Dimensi Ruang

Page 34: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

16

b. Dalam Bentuk Dua Dimensi Untuk Penyederhanaan

Gambar 2.3 Ruang Proteksi Konvensional

Untuk mempermudah analitik, ruang proteksi tiga dimensi dapat

dilukiskan secara dua dimensi dan karena bentuknya simetri, maka analisis dapat

dilakukan hanya pada bagian (Gambar 2.3.b). Semua benda-benda yang berada

dalam ruang kerucut proteksi (atau bidang segi tiga proteksi) akan terhindar dari

sambaran petir. Sedangkan benda-benda yang berada di luar ruang kerucut

proteksi (atau di luar bidang segi tiga proteksi) tidak akan terlindungi.

Jenis instalasi penangkal petir konvensional yakni rangkaian jalur instalasi

penyalur petir yang bersifat pasif menerima sambaran petir. sistem faraday

cage/sangkar faraday merupakan sistem pemasangan penangkal petir yang baik

untuk instalasi penangkal petir konvensional.

Pada kasus gedung yang bagian puncaknya merupakan permukaan yang

luas, maka untuk mengatasi sambaran petir pada bagian yang paling mudah

tersambar ini, dipasang penghantar mendatar yang berfungsi sebagai terminal

tambahan. Penghantar mendatar yang dipasang pada bagian atap akan berbentuk

seperti sangkar. Perlindungan penghantar seperti inijuga akan berfungsi

melindungi gerdung dari bahaya induksi atau masuknya muatan yang besar.

Untuk meningkatkan fungsi perlindungan dapat dilakukan dengan

menambahkan jumlah konduktor penghantar dan masing-masing konduktor

penghantar dihubungkan secara listrik dengan sistem pentanahan.

Penggunaan penangkal petir sistem sangkar Faraday pada gedung dapat

dilihat pada gambar 2.4 :

(a) (b) Gambar 2.4. Sambaran Petir Disuatu Titik Tertentu

Pada Gambar 2.4.a terlihat objek C terletak diluar daerah jangkauan

perlindungan penangkal petir A, maka objek tersebut akan mungkin terkena

Page 35: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

17

sambaran petir. Untuk mengamankan objek C perlu dipasang penangkal petir

tambahan B (Gambar 2.4.b)

Sistem sangkar Faraday akan lebih sempurna bila pada system penangkal

petir ditambahkan batang penangkal petir pendek (finial) yang diletakkan pada

daerah yang mudah tersambar (biasanya dipasang pada tiap-tiap sudut, sepanjang

sisi dan bagian yang menonjol dari gedung), yang kemudian dihubungkan satu

sama lain dengan konduktor pebnghantar yang terdekat secara listrik seperti yang

terlihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Prinsip Penangkal Petir Sistem Sangkar Faraday

Tujuan dari pemasangan batang penangkal petir pendek (finial) yaitu

apabila lidah petir mendekat menuju batang penghantar mendatar, maka arus

muatan akan mudah ditangkap dan dialiri melalui batang penangkal petir pendek

tersebut, (Sriyadi, 2003)

2.3.2. Metode Ruang Proteksi Non Konvensional

Teori elektrogeometri adalah teori yang mengaitkan hubungan antara sifat

listrik sifat listrik sambaran petir geometri sistem perlindungan terhadap petir agar

diperoleh perilaku petir pada saluran yang baik (Purbomiluhung,2008). Teori ini

semula dikembangkan untuk pembuatan elektrogeometri pada saluran transmisi

tegangan tinggi.

Page 36: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

18

Model Elektrogeometri didasarkan pada hipotesa sebagai berikut

(Purbomiluhung, 2008) :

- Jika suatu kepala lidah petir yang dalam pergerakannya mendekati objek

sambaran bumi telah mencapai suatu “titik sambaran” utama, maka petir akan

mengenai objek sambaran melalui sambaran terpendek

- Jarak sambaran petir ditentukan oleh tinggi arus puncak sambaran pertama.

Ruang proteksi menurut model elektrogeometri hampir sama dengan ruang

proteksi berdasarkan konsep lama yaitu berbentuk ruang kerucut juga hanya saja

bidang miring dari kerucut tersebut melengkung dengan jari-jari tertentu seperti

terlihat pada Gambar 2.6 (Syakur dan Yuningtyastuti, 2006).

a. Radius Dalam Bentuk Tiga Dimensi Ruang

b. Dalam Bentuk Dua Dimensi Untuk Penyederhanaan

Gambar 2.6 Konsep Ruang Proteksi Menurut Model Elektrogeometri

Page 37: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

19

Jarak sambar (kemampuan menyambar atau menjangkau suatu benda) dari

lidah petir ini ditentukan oleh arus petir yang terjadi. Derajat kelengkungan dari

bidang dari bidang miring kerucut dipengaruhi oleh besarnya arus petir yang

terjadi.

Jangkauan proteksi suatu penangkal petir dapat dijelaskan dengan bidang

sambar atau garis sambar ( Syakur dan Yuningtyastuti, 2006). Bidang sambar

adalah tempat kedudukan titik sambar yaitu titik dimana lidah petir telah

mencapai suatu jarak terhadap suatu benda sama dengan jarak dengan jarak

sambar. Bidang sambar merupakan bentuk tiga dimensi dalam kondisi nyata.

Penyederhanaan analisis dapat dipergunakan bentuk dua dimensi yaitu garis

sambar seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7

Gambar 2.7. Garis Sambar Suatu Lidah Petir Untuk Arus Petir Tertentu

Titik A dan B merupakan titik kritis artinya semua petir dengan arus I

yang melewati titik-titik ini akan menyambar ke penangkal petir atau menuju ke

tanah dengan probabilitas 50%. Untuk mengetahui apakah suatu benda terlindungi

maka perlu dibuat garis sambar untuk arus yang sama I untuk benda tersebut. Bila

garis sambar untuk benda berada di bawah dari garis sambar untuk penangkal

Page 38: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

20

petir maka benda terlindungi. Jika garis sambar untuk benda berada di atas garis

sambar untuk penangkal petir maka benda tidak terlindungi.

Hubungan antara besarnya arus petir dengan jarak sambar dapat dijelaskan

sebagai berikut (Syakur dan yuningtyastuti, 2006). Bila arus petir yang terjadi

bernilai kecil artinya mengandung jumlah muatan kecil maka energi yang

diperlukan untuk memicu lidah petir melakukan loncatan terakhir juga kecil

sehingga jangkauan sambaran berjarak pendek. Jika arus petir yang terjadi bernilai

lebih besar artinya mengandung jumlah muatan lebih banyak maka energy yang

diperlukan untuk memicu lidah petir melakukan loncatan terakhir juga lebih besar

sehingga jangkauan sambaran berjarak lebih jauh.

Hubungan besar arus dengan jarak sambaran (rs) ditunjukkan persamaan

berikut (Lamber, dkk, 1999):

rs = 10 . (2.9)

dengan :

rs = jarak sambaran (m)

Î = arus puncak petir (kA)

Besarnya sudut perlindungan dari sebuah penangkal petir dapat ditentukan

dengan menggunakan rumus empiris dari Hasse dan Wiesinger:

α = are (2.10)

dengan :

rs = jarak sambaran (m)

α = sudut perlindungan

h = tinggi penangkal petir dari atas permukaan tanah

Radius daerah perlindungannya (r) dapat ditentukan dengan persamaan

berikut (Anderson, 1982):

r = (2.11)

Dengan menggunakan konsep ruang proteksi menutur elektrogeometri

model dan bidang sambar serta garis sambar maka diperoleh perlindungan

bangunan seperti terlihat pada Gambar 2.8.

Page 39: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

21

Gambar 2.8. Perlindungan Bangunan dengan Metode Elektrogeometri

dengan :

h = tinggi finial di atas tanah

b = tinggi bangunan diatas tanah

rs = jarak sambar petir

Page 40: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

22

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian dilaksanakan di lingkungan gedung bandara Fatmawati

Bengkulu dengan keadaan sistem proteksi telah terpasang (sudah ada sistem

proteksi petir) sebelumnya. Waktu pelaksanan penelitian dimulai pada bulan

Maret 2011 sampai dengan Mei 2011.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan

cara mengumpulkan data sekunder dan studi pustaka. Data sekunder yang

diperlukan dalam penelitian ini berupa, denah gedung, jumlah hari guruh pertahun

(iso keraunic level) wilayah Bengkulu, data parameter petir dan data kerusakan

yang terjadi akibat sambaran petir di bandara Fatmawati Bengkulu. Studi pustaka

dilakukan dengan mempelajari seluruh aspek teoritis dari berbagai referensi untuk

memperoleh rumusan dan standar-standar yang digunakan dalam mengevaluasi

tinggi dan radius perlindungan sistem proteksi penangkal petir pada gedung

tersebut.

3.3 Data-data Pendukung

Data-data pendukung pada penelitian meliputi denah gedung ATC, denah

gedung terminal utama, denah gedung VVIP Pemprov, dengan gambar berskala

1:40, data jumlah hari guruh Propinsi Bengkulu dan data kerusakan akibat

sambaran petir (terlampir). Data-data tersebut sebagai berikut :

3.3.1. Denah Gedung Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu

Gedung terminal utama pada mulanya menerapkan metode konvensional

untuk sistem proteksi petir eksternalnya. Adapun denah gedung terminal utama

Page 41: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

23

meliputi: denah tampak depan, tampak samping dan tampak atas. Denah gedung

terminal utama tampak depan dapat diliahat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Denah Gedung Terminal Utama (tampak depan)

Pada denah Gambar 3.1, gedung terminal utama memiliki panjang bangunan 76,4

m, tinggi bangunan 17,2 m dan tinggi finial 0,5 m.

Denah gedung terminal utama dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Denah Gedung Terminal Utama (tampak samping)

Berdasarkan denah tersebut seperti pada Gambar 3.2, gedung terminal

utama memiliki lebar 65 m. Berikut adalah denah tampak atas dari gedung

terminal utama, dapat dilihat pada Gambar 3.3.

76,4 m

17.2 m

0.5 m

68 m

17,2 m

0.5 m

Page 42: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

24

Gambar 3.3. Denah Gedung Terminal Utama (tampak atas)

Berdasarkan denah pada Gambar 3.3 diketahui bahwa gedung terminal utama

memiliki atap bangunan yang berbentuk pelana kuda, pelindung atap

menggunakan alumunium dan beton bertulang.

3.3.2. Denah Gedung VVIP Pemprov Bandara Fatmawati Bengkulu

Gedung VVIP Pemprov pada mulanya juga menggunakan metode

konvensional untuk sistem proteksi petir eksternalnya. Adapun denah Gedung

VVIP Pemprov meliputi denah tampak depan, tampak samping, dan tampak atas.

Denah gedung tampak depan dapat dilihat pada gambar 3.4.

76,4 m

68 m

0.5 m

12,6 m

Page 43: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

25

Gambar 3.4. Denah Gedung VVIP Pemprov (tampak depan)

Berdasarkan denah tersebut seperti pada Gambar 3.4 gedung VVIP Pemprov

memiliki lebar bangunan 21,6 m, tinggi bangunan 12,6 m dan tinggi finial 0,5 m.

Denah gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu tampak

samping dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Denah Gedung VVIP Pemprov (tampak samping)

Berdasarkan denah Gambar 3.5 di atas dapat dilihat bahwa panjang bangunan 35,4

m dengan posisi bangunan yang sedikit menanjang di tengah.

Denah gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu tampak atas

dapat dilihat pada Gambar 3.6.

21,6 m

35,4 m

12,6 m

0.5 m

35,4 m

Page 44: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

26

Gambar 3.6. Denah Gedung VVIP Pemprov (tampak atas)

21,6 m

Page 45: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

27

Berdasarkan denah tersebut seperti pada Gambar 3.6 gedung VVIP Pemprov

bandara Fatmawati Bengkulu memiliki atap berbentuk kerucut pada bangunan

tengahnya dengan konstruksi kuda-kuda kayu dan pelindung seng alumunium

pada bagian atap.

3.3.3. Denah Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu

Denah gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu tampak depan dapat

dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Denah Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak depan)

Berdasarkan denah tampak depan bangunan ATC diatas, memiliki panjang

bangunan 56 m, tinggi 20,3, dan tinggi finial 2 m. Bangun ATC ini terdiri dari dua

bangunan yang berdempet antara kantor dan ATC sebagai ruang kontrol pesawat

yang menjulang tinggi.

Denah gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu tampak samping dapat dilihat

pada Gambar 3.8.

2 m

56 m

20.3 m

Page 46: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

28

Gambar 3.8 Denah Gedung ATC (tampak samping)

Berdasarkan denah bangunan ATC bandara Fatmawati Bengkulu diatas terlihat

bahwa lebar bangunan 27 m, dan tinggi bangunan kantor yakni 5 m, sedangkan

bangunan ATC disebelahnya setinggi 20,3 m.

Denah bangunan ATC bandara Fatmawati Bengkulu tampak atas dapat dilihat

pada Gambar 3.9.

27 m

5 m

20,3 m

2 m

27 m

56 m

Page 47: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

29

Gambar 3.9. Denah Bangunan ATC Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak atas)

Page 48: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

30

Berdasarkan denah bangunan ATC bandara Fatmawati Bengkulu tampak atas

diatas dapat dilihat bahwa bentuk atas kedua bangunan yang berdempetan tersebut

berbentuk dag atau beton bertulang.

3.3.4. Data Hari GuruhTahun 2010 Provinsi Bengkulu

Data hari guruh merupakan banyaknya hari dimana terdengar guntur

dalam jarak kira-kira 25 Km dari stasiun pengamatan. Hari guruh biasa disebut

juga (thunderstormday). IKL adalah jumlah hari guruh dalam satu tahun disuatu

tempat. Untuk menganalisa pengamatan terhadap sambaran petir di Bandara

Fatmawati Bengkulu, data hari guruh digunakan untuk menghitung besarnya

kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata tahunan (Ng) dan sebagai salah satu

indeks dalam penentuan besarnya kebutuhan bangunan akan adanya sistem

penangkal petir.

Adapun data hari guruh tahun 2010 di propinsi Bengkulu yang diamati

oleh Stasiun Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi KL II Pulau Baai

Bengkulu yakni pada Table 3.1.

Tabel 3.1 Data Hari Guruh Tahun 2010 Bulan di 2010 Jumlah Hari Guruh

Januari 3

Februari 6

Maret 2

April 2

Mei 0

Juni 2

Juli 5

Agustus 6

September 6

Oktober 6

November 5

Desember 7

IKL 50

Page 49: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

31

Sumber : Stasiun Klimatologi KL II Pulau Baai Bengkulu

Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui bahwa di propinsi Bengkulu jumlah hari

guruh di tahun 2010 sebanyak 50 hari.

3.3.5. Data Parameter Petir di Indonesia

Data parameter petir meliputi data arus petir (I) dan kecuraman arus petir

(di/dt). Data arus puncak petir (I) digunakan untuk menghitung besarnya jarak

sambaran petir (rs) dan luas penampang kawat penghantar ke tanah (A). Adapun

data parameter petir di Indonesia seperti pada Table 3.2. Tabel 3.2. Data Parameter Petir di Indonesia

Kota I (kA) Di/dt (kA/µs) Sabang 39,6512 15,6355

Aceh Besar 39,9917 15,7568 Medan 50,3356 21,8932

Brastagih 56,8723 23,5654 Pekan Baru 41,5645 16,3866

Batam 40,6932 16,0322 Bintan 41,4756 16,3568 Padang 54,8246 22,5687

Bukittinggi 55,9863 23,5825 Padang Panjang 55,1287 23,2475

Solok 53,2189 22,3226 Palembang 43,2563 17,9856 Pagar Alam 47,0234 18,8369

Lahat 45,6834 18,0256 Tanjung Inim 41,2301 16,0023

Lubuk Linggau 42,7852 17,2365 Bengkulu 45,2368 18,2031 Kepahiang 44,5645 17,9972 Lampung 38,6110 15,2314

Lampung Selatan 40,0013 15,9135 DKI Jakarta 37,5899 13,2368

Depok 43,2315 17,9123 Bogor 44,3607 18,0021

Lembang 58,5020 25,2850 Sumber : Stasiun Klimatologi KL II Pulau Baai Bengkulu

Berdasarkan Tabel 3.2. diketahui bahwa provinsi Bengkulu memiliki arus puncak

petir sebesar 45,2368 kA

Page 50: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

32

3.4. Tahapan Penelitian

Langkah awal pada penelitian ini yakni dimulai dengan pengambilan data.

Pada tahapan ini data yang diperlukan meliputi data sekunder, dan studi literatur.

Data sekunder meliputi denah gedung, hari guruh, dan data parameter petir dan

data kerusakan akibat sambaran petir. Denah gedung digunakan untuk

menghitung luas daerah yang memiliki angka sambaran petir dan untuk

menganalisa radius sambaran elektrogeometri serta penentuan letak finial udara

baik dari kedua metode yang akan digunakan pada tiap-tiap gedung. Data jenis

bahan bangunan dan hari guruh digunakan sebagai penentuan besarnya kebutuhan

bangunan akan adanya sistem proteksi petir berdasarkan indeks-indeks standar

yang digunakan, selain itu data hari guruh juga digunakan untuk menghitung

besarnya kerapatan sambaran petir ke tanah. Data parameter petir menyangkut

besarnya arus puncak petir untuk wilayah Bengkulu digunakan untuk menghitung

jarak sambaran petir dan data kerusakan akibat sambaran petir sebagai acuan

penelitian ini. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh referensi mengenai

rumusan-rumusan serta standar yang akan digunakan untuk menentukan tinggi

dan radius perlindungannya. Standar yang digunakan adalah Peraturan Umum

Instalasi Penangkal Petir (PUIPP) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-

7014.1-2004.

Langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pada tahapan ini dilakukan

perhitungan terhadap data-data yang telah diperoleh sesuai dengan metode analisa

data. Pengolahan data dilakukan pada ke tiga gedung bandara Fatmawati

Soekarno yakni gedung (ATC, Terminal Utama, VVIP Pemprov). Metode awal

yang digunakan yakni metode konvensional pada ke tiga gedung karena pada

perancangan awal sistem proteksi petir di bandara Fatmawati Bengkulu mulanya

menggunakan metode konvensional. Setelah diperoleh hasil dari pengevaluasian

menggunakan metode awalnya, kemudian digunakan metode elektrogeometri

(non konvensional) sebagai pembanding dari hasil metode yang digunakan

sebelumnya.

Untuk mempermudah dalam membaca penulisan tahapan penelitian pada

penulisan skripsi ini akan dijelaskan pada Gambar 3.10.

Page 51: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

33

Page 52: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

34

Gambar 3.10. Diagram Alir Penelitian

Page 53: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

35

3.5. Analisa Data

Data yang diperoleh akan dihitung dan dianalisa dengan menggunakan

metode konvensional, yang hasilnya kemudian akan dibandingkan dengan hasil

evaluasi menggunakan metode elektrogeometri (non konvensional) , dengan cara

menghitung beberapa langkah penting yakni :

a. Besaran kebutuhan bangunan akan sistem penangkal petir (F), berdasarkan

Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP), National Fire Protection

Association (NFPA) 780, International Electrotechnical Commision (IEC)

1024-1-1 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7014.1-2004.

b. Menghitung luas daerah yang masih memeliki angka sambaran petir (Ae)

c. Menghitung jumlah rata-rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun (Nd)

d. Menghitung jarak sambaran petir (rs)

e. Menghitung sudut perlindungan (α) dan radius perlindungan (r)

Page 54: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

36

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sistem Proteksi Penangkal Petir Gedung Terminal Utama Bandara

Fatmawati Bengkulu .

Berdasarkan data gedung terminal utama bandara Fatmawati Bengkulu dan

data hari guruh tahun 2010 propinsi Bengkulu maka diperoleh besarnya

kebutuhan suatu bangunan akan adanya sistem proteksi penangkal petir adalah :

4.1.1. Berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)

Besarnya kebutuhan suatu bangunan akan adanya sistem proteksi

penangkal petir dapat ditentukan berdasarkan indeks-indeks yang menyatakan

faktor-faktor tertentu sesuai dengan (PUIPP) seperti yang ditunjukkan pada

Lampiran 1 yakni Tabel 1 sampai dengan Tabel 5 dan Tabel 6 merupakan

penjumlahan dari indeks-indeks yang dipilih dari tabel-tabel sebelunya. Hasil

penjumlahan indeks-indeks tersebut (R) merupakan indeks perkiraan bahaya

akibat sambaran petir seperti pada persamaan (2.8) :

R = A + B + C + D + E

Semakin besar nilai R semakin besar pula bahaya serta kerusakan yang

mungkin ditimbulkan oleh sambaran petir berarti semakin besar pula kebutuhan

bangunan tersebut akan adanya sistem penangkal petir.

- Berdasarkan Tabel 1 gedung terminal utama bandara Fatmawati memiliki indeks

A sebesar 3 yakni gedung yang berisi banyak sekali orang sebagai tempat

terminal penerbangan

- Berdasarkan Tabel 2 gedung terminal utama bandara Fatmawati memiliki indeks

B sebesar 2 yakni bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi

dan atap bukan logam.

- Berdasarkan Tabel 3 gedung terminal utama bandara Fatmawati memiliki

indeks C sebesar 4 yakni tinggi bangunan lebih dari 17 meter.

Page 55: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

37

- Berdasarkan Tabel 4 gedung terminal utama bandara Fatmawati memiliki indeks

D sebesar 0 yakni di tanah datar pada semua ketinggian.

- Hari guruh di Bengkulu sebanyak 50 hari/tahun, maka berdasarkan Tabel 5

gedung terminal utama bandara Fatmawati memiliki indeks E sebesar 5.

Berdasarkan nilai indeks-indeks tersebut maka nilai indeks R untuk

gedung terminal utama Bandara Fatmawati Bengkulu yaitu :

R = A + B + C + D + E

= 3 + 2 + 4 + 0 + 5

= 14

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh R = 14 sehingga sesuai dengan Tabel 6

nilai tersebut menunjukkan bahwa gedung terminal utama bandara Fatmawati

Bengkulu memiliki perkiraan bahaya sambaran petir besar dan sangat dianjurkan

untuk memiliki sistem proteksi petir yang baik.

4.1.2. Berdasarkan National Fire Protection Association (NFPA) 780

National Fire Protection Association (NFPA) 780 juga dapat digunakan

untuk menentukan besarnya kebutuhan suatu bangunan akan adanya sistem

proteksi penangkal petir. Cara penentuan yang digunakan pada standar NFPA

hampir dengan yang digunakan pada standar yang digunakan PUIPP yaitu dengan

menjumlahkan indeks yang mewakili keadaan lokasi bangunan seperti yang

ditunjukkan pada Lampiran 2 yaitu Tabel 7 sampai Tabel 11. Hasil penjumlahan

pada Tabel 12. Perkiraan bahaya akibat sambaran kilat ditunjukkan pada Tabel 13

secara matematik dapat dituliskan seperti pada persamaan (2.9) :

R =

- Berdasarkan Tabel 7 gedung terminal utama bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks A sebesar 10 yakni bangunan yang berisi banyak orang.

- Berdasarkan Tabel 8 gedung terminal utama bandara Fatmawati Bengkulu

meiliki Indeks B sebesar 3 yakni kerangka struktur berupa beton bertulang dan

jenis atap campuran aspal, ter, atau genteng.

Page 56: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

38

- Berdasarkan Tabel 9 gedung terminal utama bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks C sebesar 5 yakni bangunan kecil, melingkupi area lebih dari

929 m2 .

- Berdasarkan Tabel 10 gedung terminal utama bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks D sebesar 1 yakni berada pada tanah datar.

- Berdasarkan Tabel 11 gedung terminal utama bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks E sebesar 8 yakni pelayanan umum seperti bandara dan kantor

polisi

- Berdasarkan Tabel 12 gedung terminal utama bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks F sebesar 4 yakni gedung tersebut berada pada lokasi yang

memiliki hari guruh atau iso keraunic level sebesar 50 hari/tahun.

Nilai indeks R berdasarkan National Fire Protection Association 780 untuk

gedung terminal utama Bandara Fatmawati Bengkulu yaitu :

R =

R =

R = 6,75

Hasil hasil perhitungan di atas diperoleh R = 6,75 sehingga sesuai dengan

Tabel 13 dengan nilai menunjukkan bahwa gedung terminal utama bandara

Fatmawati sangat dianjurkan untuk mendapat sistem proteksi penangkal petir

yang baik.

4.1.3. Standar IEC 1024-1-1 Daerah proteksi (Ae) pada gedung terminal utama yang mempunyai

panjang bangunan (p = 76,4 m), lebarnya (l = 68 m), dan ketinggian (h = 17,2 m).

Ae = ((2(p+l).3h)+(3,14.9h2))

= ((2(76,4+68)(3)(17,2))+((3,14)(9)(17,22)))

= 14.902,08 + 8.360,4384

= 23.262,518 m2 = 0,023 km2

Kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata tahunan (Ng) di daerah tempat

bagunan berada berdasarkan persamaan (2.2).

Ng = 4. 10-2 . T1,26

Page 57: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

39

r

0.5 m

550 550

= 4. 10-2 . 50 1,26

= 5,53 sambaran/km2/tahun

Frekuensi sambaran petir langsung setempat yang diperkirakan ke struktur

yang diproteksi berdasarkan persamaan (2.1) adalah :

Nd = Ng . Ae

= (5,53)(0,023)

= 0,128/tahun

Berdasarkan data Stasiun Meteorologi Geofisika Bengkulu diperoleh nilai

frekuensi tahunan stempat (Nc) yang diperoleh sebesar 0,1/tahun karena nilai Nd

lebih besar dari nilai Nc maka diperlukan suatu sistem proteksi dengan efisiensi

berdasarkan persamaan (2.8).

E ≥ 1 – Nc/Nd

1 - = 1 –

= 0,21

Pada Gambar 2.2 efisiensi sistem proteksi petir di bawah 80 atau < 0,8

adalah pada tingkat IV, sehingga pada Tabel 2.3 terlihat bahwa nilai efisiensi

tersebut berada pada tingkat proteksi IV dengan nilai efisiensi pendekatan 0.8.

Tinggi gedung terminal utama 17,2 meter, berdasarkan Tabel 2.4 tergolong

kedalam golongan ketinggian 20 meter sehingga tingkat proteksi untuk gedung

terminal utama adalah tingkat IV dengan sudut perlindungan 550.

Gedung terminal utama Bandara Fatmawati Bengkulu memiliki bentuk

atap yang berbentuk pelana kuda dengan dua finial tegak masing-masing 0,5 m

dan ketinggian gedung 17,2 meter, sehingga tinggi finial dari permukaan tanah

yakni 17,2 m + 0,5 m sebesar 17,7 m. Radius proteksi pada gedung terminal

utama bandara Fatmawati dengan memperhatikan segitiga seperti pada Gambar

4.1.

Page 58: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

40

Gambar 4.1. Radius Proteksi pada Gedung Terminal Utama

Tan 550 =

1,428 =

r = 25,27 meter

Hasil perhitungan radius perlindungan oleh penangkal petir pada gedung terminal

utama bandara Fatmawati Bengkulu adalah 25,27 meter. Berdasarkan perhitungan

yang sama didapat empat ketinggian atap yang layak diberi sistem proteksi petir,

yakni atap utama, atap kedua, atap depan dan atap belakang.

Metode yang digunakan pada penangkal petir gedung terminal utama

bandara Fatmawati Bengkulu sebelumnya adalah metode konvensional atau sudut

proteksi. Pada gedung tersebut dipasang dua batang finial dengan panjang 0,5 m.

Daerah perlindungan penangkal petir pada gedung terminal utama Bandara

Fatmawati Bengkulu tampak depan dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Daerah Perlindungan Penangkal Petir pada Gedung Terminal utama Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak depan)

Berdasarkan Gambar 4.2. dapat dianalisa bahwa dengan menggunakan

metode konvensional yang diketahui merupakan metode awal perancangan

proteksi petir eksternal, yang sebelumnya digunakan oleh bandara Fatmawati

Bengkulu, belum cukup melindungi gedung tersebut dari bahaya sambaran petir.

Bagian-bagian bangunan yang berada di luar daerah proteksi (bidang segitiga

proteksi) tidak terlindungi oleh penangkal petir.

550 0,5 m

Page 59: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

41

Daerah perlindungan penangkal petir pada gedung terminal utama tampak

samping dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Daerah Perlindungan Penangkal Petir pada Gedung Terminal utama

Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak samping)

Terlihat bahwa daerah perlindungan pada Gambar 4.3 diketahui semua

bagian bangunan belum terlindungi. Perlindungan efektif adalah jika semua

bagian bangunan/atap sudah terlindungi oleh penangkal petir atau berada dalam

bidang segitiga proteksi sehingga pada gedung terminal utama bandara Fatmawati

perlu adanya evaluasi, baik nantinya berupa penambahan jumlah finial maupun

panjang finial pada atap gedung.

Untuk mendapatkan perlindungan maksimal dari penangkal petir dengan

menggunakam metode yang sama yakni konvensional, dilakukan sebuah

perancangan ulang (evaluasi) berdasarkan dasar perhitungan yang sama pula,

yang terlihat pada Gambar 4.4.

550 0,5 m 550

Page 60: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

42

Atap pemberhentian

Gambar 4.4. Evaluasi daerah Perlindungan Gedung Terminal Utama (tampak depan) dengan Metode Konvensional

Berdasarkan Gambar 4.4. analisa yang dilakukan dengan menggunakan

metode konvensional dengan besar sudut yang diperoleh berdasarkan perhitungan

yakni 550, menghasilkan banyak perubahan, baik posisi maupun panjang serta

jumlah penangkal petir yang akan digunakan.

Daerah perlindungan penangkal petir pada gedung terminal utama Tampak

Samping dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Evaluasi Daerah Perlindungan Gedung Terminal Utama (tampak samping) dengan Metode Konvensional

Penambahan beberapa penangkal petir dari keadaan semula dapat di

rincikan ke dalam Tabel 4.1. sebagai berikut :

Atap depan Atap belakang

Atap kedua Atap Utama

Atap depan

Atap kedua Atap utama

Page 61: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

43

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan dan Penentuan Jumlah Penangkal Petir pada Gedung Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu.

Lokasi Panjang Finial

Radius Proteksi (r)

Jumlah

Puncak Atap Utama 1 meter 25,99 meter 5 batang Atap ke Dua Kiri dan Kanan 1 meter 20,70 meter 6 batang Atap Belakang 1 meter 23,56 meter 4 batang Atap Depan 1 meter 20,70 meter 2 batang

Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui bahwa gedung terminal utama bandara

Fatmawati Bengkulu masih membutuhkan banyak penangkal petir/ finial udara

untuk dapat melindungi seluruh bangunan/atap dari bahaya sambaran petir.

Adapun banyaknya penangkal petir yang dibutuhkan sebanyak 17 batang dengan

panjang 1 meter dengan sistem pemasangannya terhubung satu sama lain dengan

kabel konduktor pentanahan pada masing-masing atap.

Luas daerah terproteksi atau ruang proteksi yang terbentuk dan dapat di

proteksi oleh sudut yang di bentuk penangkal petir dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Luas Daerah Terproteksi Atau Ruang Proteksi Gedung Terminal Utama

dari Hasil Evaluasi Penangkal Petir Sebelumnya.

Page 62: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

44

Hasil evaluasi sistem penangkal petir gedung teminal utama bandara

Fatmawati Bengkulu dengan menggunakan metode konvensional dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Evaluasi Sistem Penangkal Petir Gedung Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu dengan Menggunakan Metode Konvensional

No. Keadaan Semula Hasil evaluasi

1. Hanya digunakan 2 batang

penangkal petir setinggi

0.5 meter pada atap

Gedung Terminal Utama

Dibutuhkan penangkal petir/finial tambahan

sebanyak 17 batang dengan panjang 1 meter

pada masing-masing atap yang saling

terhubung satu sama lain dengan kabel

konduktor pentanahan.

2. Masih terdapat titik

sambaran pada atap utama

Semua bagian atap bangunan pada gedung

terminal utama yang membutuhkan sistem

proteksi petir berdasarkan perhitungan, telah

terlindungi dan berada dalam segitiga

proteksi.

4.2. Sistem Proteksi Penangkal Petir Gedung VVIP Pemprov Bandara

Fatmawati Bengkulu .

Berdasarkan data Gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu

dan data hari guruh tahun 2010 propinsi Bengkulu maka diperoleh besarnya

kebutuhan suatu bangunan akan adanya sistem proteksi penagkal petir adalah :

4.2.1. Berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)

Besarnya kebutuhan suatu bangunan akan adanya sistem proteksi

penangkal petir dapat ditentukan berdasarkan indeks-indeks yang menyatakan

factor-faktor tertentu sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir

(PUIPP) seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 1 yakni Tabel 1 sampai dengan

Tabel 5 dan Tabel 6 merupakan penjumlahan dari indeks-indeks yang dipilih dari

tabel-tabel sebelumnya.

Hasil penjumlahan indeks-indeks tersebut (R) merupakan indeks perkiraan

bahaya akibat sambaran petir seperti pada persamaan (2.8) :

Page 63: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

45

R = A + B + C + D + E

Semakin besar nilai R semakin besar pula bahaya serta kerusakan yang

mungkin ditimbulkan oleh sambaran petir berarti semakin besar pula kebututhan

bangunan tersebut akan adanya sistem penangkal petir.

- Berdasarkan Tabel 1 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati memiliki

indeks A sebesar 3 yakni gedung yang berisi banyak sekali orang sebagai tempat

terminal penerbangan

- Berdasarkan Tabel 2 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati memiliki

indeks B sebesar 2 yakni bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau

rangka besi dan atap bukan logam.

- Berdasarkan Tabel 3 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati memiliki

indeks C sebesar 3 yakni tinggi bangunan lebih dari 12 meter.

- Berdasarkan Tabel 4 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati memiliki

indeks D sebesar 0 yakni di tanah datar pada semua ketinggian.

- Hari guruh di Bengkulu sebanyak 50 hari/tahun, maka berdasarkan Tabel 5

gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati memiliki indeks E sebesar 5.

Berdasarkan nilai indeks-indeks tersebut maka nilai indeks R untuk

gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu yaitu :

R = A + B + C + D + E

= 3 + 2 + 3 + 0 + 5

= 13

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh R = 13 sehingga sesuai dengan Tabel 6

menunjukkan bahwa gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki perkiraan bahaya sambaran agak besar dan dianjurkan menggunakan

sistem proteksi petir yang baik.

4.2.2. Berdasarkan National Fire Protection Association (NFPA) 780

National Fire Protection Association (NFPA) 780 juga dapat digunakan

untuk menentukan besarnya kebutuhan suatu bangunan akan adanya sistem

proteksi penangkal petir. Cara penentuan yang digunakan pada standar NFPA

hampir dengan yang digunakan pada standar yang digunakan PUIPP yaitu dengan

menjumlahkan indeks yang mewakili keadaan lokasi bangunan seperti yang

Page 64: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

46

ditunjukkan pada Lampiran 2 yaitu Tabel 7 sampai Tabel 11. Hasil penjumlahan

pada Tabel 12. Perkiraan bahaya akibat sambaran kilat ditunjukkan pada Tabel 13

secara matematik dapat dituliskan seperti pada persamaan (2.9) :

R =

- Berdasarkan Tabel 7 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks A sebesar 10 yakni bangunan yang berisi banyak orang.

- Berdasarkan Tabel 8 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu

meiliki Indeks B sebesar 3 yakni kerangka struktur berupa beton bertulang dan

jenis atap campuran aspal, ter, atau genteng.

- Berdasarkan Tabel 9 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks C sebesar 4 yakni bangunan kecil, melingkupi area kurang dari

929 m2 .

- Berdasarkan Tabel 10 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks D sebesar 1 yakni berada pada tanah datar.

- Berdasarkan Tabel 11 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks E sebesar 8 yakni pelayanan umum seperti bandara dan kantor

polisi

- Berdasarkan Tabel 12 gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki indeks F sebesar 1 yakni gedung tersebut berada pada lokasi yang

memiliki hari guruh atau iso keraunic level lebih dari 70.

Nilai indeks R berdasarkan National Fire Protection Association 780 untuk

gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati Bengkulu yaitu :

R =

R =

R = 6,5

Hasil hasil perhitungan di atas diperoleh R = 6,5 sehingga sesuai dengan Tabel 13

(Lampiran) dengan nilai menunjukkan bahwa gedung VVIP Pemprov bandara

Fatmawati sangat dianjurkan untuk mendapat sistem proteksi penangkal petir

yang baik.

Page 65: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

47

4.2.3. Standar IEC 1024-1-1

Daerah proteksi (Ae) pada gedung VVIP Pemprov yang mempunyai

panjang bangunan (p = 35,4 m), lebarnya (l = 21,6 m), dan ketinggian (h=12,6 m).

Ae = ((2(p+l).3h)+(3,14.9h2))

= ((2(35,4+21,6)(3)(12,6))+((3,14)(9)(12,62) ))

= (4.309,2+ 4.486,55)

= 8.795,75 m2 = 0,0087 km2

Kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata tahunan (Ng) di daerah tempat

bagunan berada berdasarkan persamaan (2.2) adalah :

Ng = 4. 10-2 . T1,26

= 4. 10-2 . 50 1,26

= 5,53 sambaran/km2/tahun

Frekuensi sambaran petir langsung setempat yang diperkirakan ke struktur

yang diproteksi berdasarkan persamaan (2.1).

Nd = Ng . Ae .

= (5,53)(0,0087)

= 0,048/tahun

Berdasarkan data Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bengkulu diperoleh

nilai frekuensi tahunan setempat (Nc) yang diperoleh sebesar 0,1/tahun karena

nilai Nd lebih besar dari nilai Nc maka diperlukan suatu sistem proteksi dengan

efisiensi berdasarkan persamaan (2.8).

E ≥ 1 – Nc/Nd

1 - = 1 –

= 1,08

Pada Tabel 2.3 terlihat bahwa nilai efisiensi tersebut tidak berada dalam

tingkat proteksi dan nilai Nd ≤ Nc sehingga gedung VVIP Pemprov tidak

memerlukan sistem proteksi petir.

Page 66: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

48

4.3. Sistem Proteksi Penangkal Petir Gedung ATC Bandara Fatmawati

Bengkulu.

Berdasarkan data gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu dan data hari

guruh tahun 2010 propinsi Bengkulu maka diperoleh besarnya kebutuhan suatu

bangunan akan adanya sistem proteksi penagkal petir adalah :

4.3.1. Berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)

Besarnya kebutuhan suatu bangunan akan adanya sistem proteksi

penangkal petir dapat ditentukan berdasarkan indeks-indeks yang menyatakan

factor-faktor tertentu sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir

(PUIPP) seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 1 yakni Tabel 1 sampai dengan

Tabel 5 dan Tabel 6 merupakan penjumlahan dari indeks-indeks yang dipilih dari

tabel-tabel sebelunya.

Hasil penjumlahan indeks-indeks tersebut (R) merupakan indeks perkiraan

bahaya akibat sambaran petir seperti pada persamaan (2.8) :

R = A + B + C + D + E

Semakin besar nilai R semakin besar pula bahaya serta kerusakan yang

mungkin ditimbulkan oleh sambaran petir berarti semakin besar pula kebututhan

bangunan tersebut akan adanya sistem penangkal petir.

- Berdasarkan Tabel 1 gedung ATC bandara Fatmawati memiliki indeks A

sebesar 3 yakni gedung yang berisi banyak sekali orang sebagai tempat terminal

penerbangan

- Berdasarkan Tabel 2 gedung ATC bandara Fatmawati memiliki indeks B sebesar

2 yakni bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi dan atap

bukan logam.

- Berdasarkan Tabel 3 gedung ATC bandara Fatmawati memiliki indeks C

sebesar 4 yakni tinggi bangunan lebih dari 17 meter.

- Berdasarkan Tabel 4 gedung ATC bandara Fatmawati memiliki indeks D

sebesar 0 yakni di tanah datar pada semua ketinggian.

- Hari guruh di Bengkulu sebanyak 50 hari/tahun, maka berdasarkan Tabel 5

gedung ATC bandara Fatmawati memiliki indeks E sebesar 5.

Page 67: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

49

Berdasarkan nilai indeks-indeks tersebut maka nilai indeks R untuk

gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu yaitu :

R = A + B + C + D + E

= 3 + 2 + 4 + 0 + 5

= 14

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh R = 14 sehingga sesuai dengan Tabel 6

nilai tersebut menunjukkan bahwa gedung terminal utama bandara Fatmawati

Bengkulu memiliki perkiraan bahaya sambaran petir besar dan sangat dianjurkan

untuk memiliki sistem proteksi petir yang baik.

4.3.2. Berdasarkan National Fire Protection Association (NFPA) 780

National Fire Protection Association (NFPA) 780 juga dapat digunakan

untuk menentukan besarnya kebutuhan suatu bangunan akan adanya sistem

proteksi penangkal petir. Cara penentuan yang digunakan pada standar NFPA

hampir dengan yang digunakan pada standar yang digunakan PUIPP yaitu dengan

menjumlahkan indeks yang mewakili keadaan lokasi bangunan seperti yang

ditunjukkan pada Lampiran 2 yaitu tabel 7 sampai Tabel 11. Hasil penjumlahan

pada Tabel 12. Perkiraan bahaya akibat sambaran kilat ditunjukkan pada Tabel 13

secara matematik dapat dituliskan seperti pada persamaan (2.9) :

R =

- Berdasarkan Tabel 7 gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu memiliki

indeks A sebesar 10 yakni bangunan dengan struktur yang ramping dan tinggi

misalnya cerobong asap, menara pengawas dan mercesuar.

- Berdasarkan Tabel 8 gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu meiliki Indeks

B sebesar 3 yakni kerangka struktur berupa beton bertulang dan jenis atap

campuran aspal, ter, atau genteng.

- Berdasarkan Tabel 9 gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu memiliki

indeks C sebesar 5 yakni bangunan kecil, melingkupi area lebih dari 929 m2 .

- Berdasarkan Tabel 10 gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu memiliki

indeks D sebesar 1 yakni berada pada tanah datar.

Page 68: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

50

- Berdasarkan Tabel 11 gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu memiliki

indeks E sebesar 8 yakni pelayanan umum seperti bandara dan kantor polisi

- Berdasarkan Tabel 12 gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu memiliki

indeks F sebesar 4 yakni gedung tersebut berada pada lokasi yang memiliki hari

guruh atau iso keraunic level lebih dari 50.

Nilai indeks R berdasarkan National Fire Protection Association 780 untuk

gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu yaitu :

R =

R =

R = 6,75

Hasil hasil perhitungan di atas diperoleh R = 6,75 sehingga sesuai dengan Tabel

13 dengan nilai menunjukkan bahwa gedung VVIP Pemprov bandara Fatmawati

sangat dianjurkan untuk mendapat sistem proteksi penangkal petir yang baik

4.3.3. Standar IEC 1024-1-1

Daerah proteksi (Ae) pada gedung ATC yang mempunyai panjang

bangunan (p = 56 m), lebarnya (l = 27 m), dan ketinggian (h = 20,3 m).

Ae = ((2(p+l).3h)+(3,14.9h2))

= ((2(56+27)(3)(20,3))+(3,14)(9)(20,32)))

= (10.109,4 + 11.645.6634)

= 21.755,0634 m2 = 0,021 km2

Kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata tahunan (Ng) di daerah tempat

bagunan berada berdasarkan persamaan (2.2).

Ng = 4. 10-2 . T1,26

= 4. 10-2 . 50 1,26

= 5,53 sambaran/km2/tahun

Frekuensi sambaran petir langsung setempat yang diperkirakan ke struktur

yang diproteksi berdasarkan persamaan (2.1).

Nd = Ng . Ae .

Page 69: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

51

2 m

550 550

r

= 5,53 . 0,021

= 0,12/tahun

Berdasarkan data Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bengkulu diperoleh

nilai frekuensi tahunan stempat (Nc) yang diperoleh sebesar 0.1/tahun karena nilai

Nd lebih besar dari nilai Nc maka diperlukan suatu sistem proteksi dengan

efisiensi berdasarkan persamaan (2.10).

E ≥ 1 – Nc/Nd

1 - = 1 –

= 0,16

Pada Gambar 2.2 efisiensi sistem proteksi petir di bawah 80 atau < 0,8

adalah pada tingkat IV, sehingga pada Tabel 2.3 terlihat bahwa nilai efisiensi

tersebut berada pada tingkat proteksi IV dengan nilai efisiensi pendekatan 0.8.

Tinggi gedung terminal utama 20,3 meter, berdasarkan Tabel 2.4 tergolong

kedalam golongan ketinggian 20 meter sehingga tingkat proteksi untuk gedung

ATC adalah tingkat IV dengan sudut perlindungan 550. Gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu memiliki bentuk atap yang

berbentuk kerucut dengan satu finial tegak 2 m dan ketinggian gedung 20,3 meter,

sehingga tinggi finial dari permukaan tanah yakni 20,3 m + 22,3 m sebesar 22,3

m. Dari hasil perhitungan sudut proteksi dapat diperoleh radius proteksi pada

gedung ATC bandara Fatmawati dengan memperhatikan segitiga seperti pada

gambar 4.7.

Gambar 4.7. Radius Proteksi pada Gedung ATC

Tan 550 =

1,428 =

Page 70: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

52

Bagian tidak terlindungi

r = 31,84 meter Berdasarkan hasil perhitungan radius perlindungan oleh penangkal petir pada

gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu adalah 31,84 meter. Berdasarkan

perhitungan yang sama pada gedung ATC didapat bahwa, ketinggian tower ATC

saja yang layak untuk mendapat sistem proteksi petir sedangkan dag kantor tidak.

Pada gedung ATC (Air Tower Control) ini, menggunakan metode

konvensional atau dikenal dengan sudut proteksi, menggunaan penangkal petir

dengan panjang 2 meter sebanyak 1 batang yang terletak dipuncak atap bangunan

tertinggi yang berbentuk dag beton. Daerah perlindungan tampak depan yang

diperoleh dari penggunaan penangkal petir sebelumnya ini dapat dilihat dari

Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Daerah Perlindungan Penangkal Petir (tampak depan) Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu.

Berdasarkan Gambar 4.8. dapat dilihat bahwa dari tampak depan

bangunan, penangkal petir lama dengan sudut perlindungan yang dibentuk 550

dan jarak sambaran sebesar 31,84 meter, masih belum dapat melindungi bagian

dag menara tertinggi ATC bangunan dari ancaman sambaran petir. Bagian-bagian

bangunan yang berada di luar daerah proteksi (bidang segitiga proteksi) tidak

terlindungi oleh penangkal petir.

Daerah perlindungan penangkal petir pada gedung ATC tampak samping

dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Page 71: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

53

Bagian tidak terlindungi

Gambar 4.9 Daerah Perlindungan Penangkal Petir (tampak samping) Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu.

Dapat dilihat bahwa daerah perlindungan pada Gambar 4.15. diketahui

semua bagian bangunan belum terlindungi terutama dag menara ATC.

Perlindungan efektir adalah jika semua bagian bangunan sudah terlindungi oleh

penangkal petir atau berada dalam bidang segitiga proteksi sehingga pada gedung

ATC bandara Fatmawati perlu adanya evaluasi baik nantinya berupa penambahan

jumlah finial maupun panjang finial pada atap gedung.

Untuk mendapatkan perlindungan maksimal dari penangkal petir dengan

menggunakam metode yang sama yakni konvensional, dilakukan sebuah

perancangan ulang (evaluasi) berdasarkan dasar perhitungan yang sama pula,

yang terlihat pada Gambar 4.10.

Page 72: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

54

Gambar 4.10 Evaluasi Daerah Perlindungan Gedung ATC (tampak depan) dengan Metode Konvensional.

Berdasarkan hasil evaluasi pada daerah perlindungan tampak depan pada

Gambar 4.10, terlihat bahwa dibutuhkan penambahan satu batang penangkal petir

dengan panjang 1,5 m agar seluruh bagian dag menara ATC gedung dapat

terlindungi dengan baik dari bahaya sambaran petir. Hasil perancangan ulang

(evaluasi) sudut perlindungan dari gedung ATC tampak samping dapat dilihat

pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11. Evaluasi Daerah Perlindungan Gedung ATC (tampak samping) dengan Metode Konvensional.

Hasil evaluasi dari sudut perlindungan yang dibentuk oleh penambahan

jumlah penangkal petir dari tampak samping, sudah dapat melindungi bangunan

dengan baik. Perlindungan efektir adalah jika semua bagian bangunan sudah

terlindungi oleh penangkal petir atau berada dalam bidang segitiga proteksi.

Penambahan beberapa penangkal petir dari keadaan semula dapat di

rincikan ke dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3. Hasil Penentuan dan Penambahan Jumlah Penangkal Petir Pada

Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu. Lokasi Panjang Finial Radius

Proteksi (r) Jumlah

Dag tower ATC 1,5 meter 31,13 meter 1 batang

Luas daerah terproteksi atau ruang proteksi yang terbentuk dan dapat di

proteksi oleh sudut yang di bentuk penangkal petir dapat dilihat pada Gambar 4.12

Page 73: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

55

Gambar 4.12. Luas Daerah Terproteksi atau Ruang Proteksi dari Hasil Evaluasi Penangkal Petir Sebelumnya.

Hasil evaluasi sistem penangkal petir gedung ATC Bandara Fatmawati

Bengkulu dengan menggunakan metode konvensional dapat dilihat pada Tabel 4.4

berikut :

Tabel 4.4. Hasil Evaluasi Sistem Penangkal Petir Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu dengan Menggunakan Metode Konvensional

No. Keadaan Semula Hasil evaluasi

1. Hanya menggunakan 1 batang

finial/penangkal petir dengan

panjang 2 meter pada puncak

atap ATC.

Dibutuhkan penangkal petir/finial

tambahan sebanyak 1 batang pada

dag ATC dengan ketinggian 1,5

meter.

2. Dengan menggunakan penangkal

petir yang lama, masih terdapat

titik sambaran pada dag menara

ATC.

Semua bagian dag menara ATC

sudah terlindungi yakni berada di

dalam segi tiga proteksi penangkal

petir.

Page 74: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

56

4.4. Evaluasi Sistem Proteksi Petir Bandara Fatmawati Bengkulu dengan

Metode Eleketrogeometri.

Penggunaan metode elektrogeometri ini dilakukan sebagai pembanding

terhadap metode sebelumnya yang diterapkan oleh ke-tiga gedung yang ada, baik

secara jarak sambaran, radius perlindungan, besar sudut proteksi maupun tinggi

elektroda yang dihasilkan serta posisi pemasangannya.

4.4.1. Perhitungan Resiko Sambaran Petir pada Gedung Terminal Utama

4.4.1.1. Jarak Sambaran Petir

Besarnya arus puncak petir untuk provinsi Bengkulu dapat dilihat pada

Tabel 3.2 yakni 45,2368 kA. Hubungan besar arus puncak dengan jarak sambaran

(rs) dijelaskan seperti persamaan (2.9) maka :

rs = 10 .

= (10)( )

= 119,143 meter

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jarak sambaran petir adalah 119,143

meter.

4.4.1.2. Tinggi Finial dan Sudut Perlindungan Penangkal Petir

Dikarenakan bentuk atap bangunan gedung terminal utama bandara

Fatmawati Bengkulu yang berbentuk rumit, penentuan tinggi finial/penangkal

petir yang digunakan maupun posisi pemasangan, akan disesuaikan dengan

bentuk perlindungan yang maksimum melindungi banguan dari peluang titik

sambaran petir. Besarnya sudut perlindungan penangkal petir dari sebuah

penangkal petir dapat dihitung dengan rumus empiris dari hasse dan Wiesinger

pada persamaan (2.10). Pada gedung terminal utama bandara Fatmawati Bengkulu

memiliki ketinggian atap yang berbeda-beda, sehingga penggunaan panjang

penangkal petir yang digunakan berbeda-beda. Sebagai salah satu contoh

ketinggian puncak utama gedung 17,2 meter + ketinggian finial 4 meter, maka

ketinggian penangkal petir dari permukaan tanah 21.2 meter. Sehingga besar

sudut perlindungan sebesar :

Page 75: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

57

α = are

= are

= 55,290

Besarnya hasil perhitungan di atas diperoleh sudut perlindungannya sebesar

55,290.

Radius perlindungan (r) dari suatu penangkal petir dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan (2.11) :

r =

=

= 67,83 meter

Berdasarkan hasil perhitungan (r) dari tersebut diperoleh hasil perlindungannya

sebesar 67,83 meter.

Perhitungan yang sama dilakukan untuk penangkal petir yang lain pada

gedung terminal utama sehingga diperoleh hasil pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Rincian Hasil Perhitungan Radius Perlindungan, Tinggi Finial dan Sudut Perlindungan

gedung Terminal Utama Menggunakan Metode Elektrogeometri.

Lokasi Tinggi

Gedung

Tinggi

Finial

Sudut

Perlindungan

(α)

Radius

Perlindungan

(r)

Puncak Atap Utama 17.2 m 4 m 55,290 67,83 m

Atap ke Dua Kiri dan Kanan

13.5 m 3 m 59,480 60,49 m

Atap Belakang 15.5 m 4 m 56,750 65,31 m

Atap Depan 13.5 m 3 m 59,480 60,49 m

Berdasarkan hasil perhitungan parameter-parameter Tabel 4.5, tampak

gedung terminal utama (tampak depan) dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Page 76: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

58

Gambar 4.13. Hasil Penggunaan Metode Elektrogeometri Gedung Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak depan).

Berdasarkan Gambar 4.13. dapat dilihat bahwa seluruh bagian bangunan

telah terlindungi oleh sambaran petir. Perlindungan efektir adalah jika semua

bagian bangunan sudah terlindungi oleh penangkal petir atau berada dalam bidang

miring kerucut.

Hasil penggunaan metode elektrogeometri sebagai pembanding pada

gedung terminal utama bandara Fatmawati Bengkulu (tampak samping) dapat

dilihat pada Gambar 4.14.

Page 77: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

59

Gambar 4.14. Hasil Penggunaan Metode Elektrogeometri Gedung Terminal utama Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak samping)

Daerah perlindungan yang dihasilkan oleh metode elektrogeometri tampak

samping terlihat bahwa, luas daerah perlindungan pun bertambah luas. bengan

bentukan sudut yang lebih besar pula. Jumlah penggunaan penangkal petir yang

digunakan hanya berjumlah 6 batang. Berdasarkan arus sambaran petir yang

terjadi, dapat pula ditentukan besarnnya jarak sambaran dari ujung lidah petir

sebesar 119,143 meter.

Luasnya daerah perlindungan/proteksi yang terbentuk dari penggunaan

metode elektrogeometri (tampak atas) dapat dilihat pada Gambar 4.15

Page 78: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

60

Gambar 4.15. Hasil Luas Daerah Perlindungan/Proteksi Metode Elektrogeometri Gedung

Terminal Utama Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak atas)

Bila dibandingkan dengan luas daerah proteksi yang dihasilkan oleh

metode konvensional sebelumnya terlihat bahwa dengan menggunakan metode

elektrogeometri luas daerah proteksi bertambah besar dengan panjang mencapai

175,20 meter dan lebar 152,60 meter.

Hasil perbandingan sistem penangkal petir gedung teminal utama bandara

Fatmawati Bengkulu dengan menggunakan metode konvensional dan metode

elektrogeometri dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil Evaluasi Sistem Penangkal Petir Gedung Terminal utama Bandara Fatmawati Bengkulu denga Menggunakan Metode Elektrogeometri

No. Metode Konvensional Metode Elektrogeometri

1. Dibutuhkan penangkal

petir/finial tambahan

sebanyak 17 batang pada

atap gedung terminal

utama, dengan tinggi

maksimal yang digunakan

Hanya dibutuhkan penangkal petir/finial

tambahan sebanyak 6 batang dengan

ketinggian maksimal yang digunakan 4

meter.

Page 79: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

61

1 meter

2. Sudut perlindungan pada

finial sebesar 550 dengan

luas daerah perlindungan

106,53 m dan 70,40 m.

Sudut perlindungan pada finial yang

digunakan besarnya bervariasi, sesuai

dengan tinggi finial yang digunakan, dengan

rata-rata sudut > 550 dengan luas daerah

perlindungan 175,20 m dan 152,60 m.

4.4.2. Perhitungan Resiko Sambaran Petir pada Gedung ATC.

4.4.2.1 Jarak Sambaran Petir

Besarnya arus puncak petir untuk provinsi Bengkulu dapat dilihat pada

Tabel 4.2 yakni 45.2368 kA. Hubungan besar arus puncak dengan jarak sambaran

(rs) dijelaskan seperti persamaan (2.9).

rs = 10 .

= (10)(

= 119,143 meter

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jarak sambaran petir adalah (119,143)

meter.

4.4.2.2 Tinggi Finial dan Sudut Perlidungan Penangkal Petir

Dikarenakan bentuk atap bangunan gedung ATC bandara Fatmawati

Bengkulu yang berbentuk rumit, penentuan tinggi finial/penangkal petir yang

digunakan maupun posisi pemasangan, akan disesuaikan dengan bentuk

perlindungan yang maksimum melindungi banguan dari peluang titik sambaran

petir. Besarnya sudut perlindungan penangkal petir dari sebuah penangkal petir

dapat dihitung dengan rumus empiris dari Hasse dan Wiesinger pada persamaan

(2.10). Pada gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu yang ketinggian puncak

utama gedung 20,3 meter + ketinggian finial 3,5 meter, maka ketinggian

penangkal petir dari permukaan tanah 23,8 meter. Sehingga besar sudut

perlindungan sebesar :

α = are

Page 80: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

62

= 53,130

= are

Besarnya hasil perhitungan di atas diperoleh sudut perlindungannya sebesar

53,130.

Radius perlindungan (r) dari suatu penangkal petir dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan (2.11) :

r =

=

= 71,44 meter

Berdasarkan hasil perhitungan (r) dari tersebut diperoleh hasil perlindungannya

sebesar 71,44 meter.

Berdasarkan hasil perhitungan parameter-parameter di atas, tampak

gedung ATC (tampak depan) dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Hasil penggunaan Metode Elektrogeometri Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak depan)

Berdasarkan Gambar 4.16 dapat dilihat bahwa seluruh bagian bangunan

telah terlindungi oleh sambaran petir. Perlindungan efektir adalah jika semua

Page 81: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

63

bagian bangunan sudah terlindungi oleh penangkal petir atau berada dalam bidang

miring kerucut.

Hasil penggunaan metode elektrogeometri sebagai pembanding pada

gedung ATC bandara Fatmawati Bengkulu (tampak samping) dapat dilihat pada

Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Hasil penggunaan Metode Elektrogeometri Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak samping)

Daerah perlindungan yang dihasilkan oleh metode elektrogeometri tampak

samping terlihat bahwa, luas daerah perlindungan pun bertambah luas. bengan

bentukan sudut yang lebih besar pula. Jumlah penggunaan penangkal petir yang

digunakan hanya berjumlah 1 batang dengan panjang yang lebih efisien dibanding

evaluasi metode sebelumnya dan hanya memerlukan penambahan panjang 1,5 m

dari penangkal petir yang terpasang saat ini serta sedikit pergeseran posisi dari

posisi semula. Berdasarkan arus sambaran petir yang terjadi, dapat pula

ditentukan besarnnya jarak sambaran dari ujung lidah petir sebesar 119,143 meter.

Luasnya daerah perlindungan/proteksi yang terbentuk dari penggunaan Metode

Elektrogeometri (tampak atas) dapat dilihat pada Gambar 4.18

Page 82: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

64

Gambar 4.18. Hasil Luas Daerah Perlindungan/Proteksi Metode Elektrogeometri

Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu (tampak atas)

Bila di bandingkan dengan luas daerah proteksi yang dihasilkan oleh

metode konvensional sebelumnya terlihat bahwa dengan menggunakan metode

elektrogeometri luas daerah proteksi bertambah besar dengan luas 16.025,53 m2

Hasil perbandingan sistem penangkal petir gedung ATC bandara

Fatmawati Bengkulu dengan menggunakan metode konvensional dan metode

elektrogeometri dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Evaluasi Sistem Penangkal Petir Gedung ATC Bandara Fatmawati Bengkulu dengan Menggunakan Metode Elektrogeometri

No. Metode Konvensional Metode Elektrogeometri

1. Dibutuhkan penangkal

petir/finial tambahan

sebanyak 1 batang pada

atap Gedung ATC dengan

tinggi maksimal yang

digunakan 1,5 meter

dengan posisi yang

Hanya dibutuhkan penambahan panjang

penangkal petir/finial 1,5 meter dari

ketinggian penangkal petir semula 2 meter

dan sedikit mengalami pergeseran posisi

pemasangan yang semula berada di sisi

pinggir dag ATC ke tengah dag ATC

Page 83: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

65

berbeda.

2. Sudut perlindungan pada

finial sebesar 550 dengan

luas daerah perlindungan

68,19 m dan 66,23 m.

Sudut perlindungan pada finial yang

digunakan besarnya bervariasi, sesuai

dengan tinggi finial yang digunakan, dengan

rata-rata sudut > 500 dengan luas daerah

16.025,53 m2.

Page 84: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

66

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil perhitungan dan analisa yang

telah dilakukan yakni :

1. Evaluasi yang dilakukan terhadap ke tiga gedung di bandara Fatmawati

menunjukkan bahwa, gedung terminal utama dan ATC saja yang layak

untuk mendapat sistem proteksi petir.

2. Penggunaan metode konvensional pada gedung terminal utama

membutuhkan 17 batang penangkal petir, panjang 1 m dengan sudut

perlindungan 550 dan menggunakan sistem sangkar faraday sehingga luas

daerah perlindungan mencapai 7.499,71 m2. Pada gedung ATC

dibutuhkan penambahan 1 batang penangkal petir, panjang 1,5 m dengan

sudut perlindungan 550 dan luas daerah perlindungan mencapai 4.516,22

m2.

3. Penggunaan metode elektrogeometri (non konvensional) pada gedung

terminal utama dibutuhkan penangkal petir sebanyak 6 batang, panjang

maksimal 4 m dan sudut perlindungan >550 dengan luas daerah

perlindungan mencapai 26.735,52 m2. Pada gedung ATC diperoleh hasil

dengan rancangan ulang yang hanya membutuhkan 1 batang penangkal

petir, panjang 3,5 m dan sudut perlindungan 53,130 dengan luas daerah

perlindungan 16.025,53 m2

5.2. Saran

Kedepan hendaknya ada penelitian maupun pengembangan, yang mampu

mengaitkan metode geometris petir dengan rancangan penangkal petir teknologi

terbaru, baik mengenai sistem proteksi penangkal petir internal maupun eksternal

di bandara maupun tempat-tempat khusus lainnya.

Page 85: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

67

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.G, 1982, “Transmission Line Reference”, Book 345 KV & Above

Electric Power Research Institude, 2nd, Ed, Chapter 12. Anonim 1, 1983, “Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP) untuk

Bangunan di Indonesia”, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,

Jakarta.

Anonim 2, 2004, “Standarisasi Nasional Indonesia Proteksi Bangunan terhadap

Petir”, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Hosea, E., Iskanto, E., dan Luden, H.M., 2004, “Penerapan Metode jala, Sudut

Proteksi dan Bola Bergulir pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang

Diaplikasikan pada Gedung W Universitas Kristen Petra”, Surabaya.

Hutagaol, Soli Akbar, 2009, “Studi Tentang Sistem Penangkal Petir Pada BTS

(Base Transceiver Station) (Aplikasi pada PT. Telkomsel-Banda

Aceh)”, Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatra Utara. Medan.

Lambert R., Xemard A., Fleury G., Tarasiewicz. Dan Morched., 1999,

“Probability Density Function of the Lightning Crest Current at

Ground Level Estimation of the Litghning Strike Incidence on

Transmission Line”. International Confrence on Power System

Transmission, Budapest.

Purbomiluhung, Aji Tunggul, 2008, “Lightning Buster”, Blogspot, Com.

Sriyadi, Handiawan, 2003, “Penilaian Resiko Kerusakan pada Gedung Akibat

sambaran petir berdasarkan IEC 1992”, Tugas Akhir Jurusan Teknik

Elektro Fakultas Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

Syakur, Abdul dan Yuningtyastuti, 2006, “Sistem Proteksi Penangkal Petir pada

Gedung Widya Puraya”, Surabaya.

Page 86: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

68

LAMPIRAN

Page 87: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

69

LAMPIRAN 1

Tabel indeks menurut Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)

Tabel 1 Indeks A : Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan

Penggunaan dan Isi Indeks A Bangunan yang tak perlu diamankan baik bangunan maupun isi nya -10

Bangunan dan isinya jarang digunakan misalnya dengan di tengah sawah atau ladang, menara atau tiang dari metal

0

Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat tinggal misalnya rumah tinggal, industry kecil, dan stasiun kereta api

1

Bangunan atau isinya cukup penting misalnya menara air, toko barang-barang berharga dan kantor pemerintah

2

Bangunan yang berisi banyak sekali orang, misalnya bandara, sarana ibadah, sekolah dan monument bersejarah yang penting

3

Instalasi gas, minyak, atau bensin dan rumah sakit 5

Bangunan yang mudah meledak dan dapat menimbulkan bahaya yang tidak terkendali bagi sekitarnya misalnya instalasi nuklir

15

Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, PUIPP untuk Bangunan di Indonesia (1983)

Tabel 2 Indeks B : Bahaya Berdasarkan Konstruksi Bangunan

Konstruksi Bangunan Indeks B Seluruh bangunan terbuat dari logam dan mudah menyalurkan listrik 0

Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi dengan atap logam

1

Bangunan dengan konstruksi beton bertulang, kerangka besi dan atap bukan logam

2

Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, PUIPP untuk Bangunan di Indonesia (1983)

Page 88: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

70

Tabel 3. Indeks C : Bahaya berdasarkan Tinggi Bangunan

Tinggi Bangunan sampai … (m) Indeks C 6 0

12 2 17 3 25 4 35 5 50 6 70 7 100 8 140 9 200 10

Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, PUIPP untuk Bangunan di Indonesia (1983)

Tabel 4. Indeks D : Bahaya berdasarkan Situasi Bangunan

Situasi Bangunan Indeks D Di tanah datar pada semua ketinggian 0 Di kaki bukit sampai ¾ tinggi bukit atau di pegunungan sampai 1000 meter 1

Di puncak gunung atau pegunungan yang lebih dari 1000 meter 2

Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, PUIPP untuk Bangunan di Indonesia (1983)

Tabel 5. Indeks E : Bahaya berdasarkan Hari Guruh

Hari Guruh per Tahun Indeks E 2 0 4 1 8 2

16 3 32 4 64 5 128 6 256 7

Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, PUIPP untuk Bangunan di Indonesia (1983)

Page 89: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

71

Sumber : Direktorat Penyelidikan masalah bangunan, PUIPP untuk bangunan di Indonesia (1983)

Tabel 6. Perkiraan Bahaya Sambaran Petir Berdasarkan PUIPP

R Perkiraan Bahaya Pengamanan Di bawah 11 Diabaikan Tidak perlu

Sama dengan 11 12 13 14

Kecil Sedang

Agak Besar Besar

Tidak perlu Dianjurkan Dianjurkan

Sangat dianjurkan Lebih dari 14 Sangat Besar Sangat perlu

Page 90: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

72

LAMPIRAN 2

Tabel-Tabel Indeks Berdasarkan Naional Fire Protection Association (NFPA) 780

Tabel 7. Indeks A : Indeks Struktur

Jenis Struktur Indeks A Rumah kediaman yang kurang dari 465 m2 1 Rumah kediaman yang lebih dari 465 m2 2 Perumahan, kantor atau bangunan pabrik dengan tinggi kurang dari 15 meter

- Melingkupi area kurang dari 2323 m2 - Melingkupi area lebih dari 2323 m2

3 5

Perumahan, kantor atau bangunan pabrik dengan tinggi 15-23 meter 4 Perumahan, kantor atau bangunan pabrik dengan tinggi 23-46 meter 5 Perumahan, kantor atau bangunan pabrik dengan tinggi lebih dari 46 meter 8

Kantor pelayanan milik pemerintah misalnya pemadam kebakaran, kantor polisi dan perusahaan air minum 7

Hangar pesawat terbang 7 Pembangkit listrik dan sentral telpon 8 Menara air dan cooling tower 8 Perpustakaan, mesium dan bangunan bersejarah 8 Bangunan pertanian 9 Tempat bernaung di daerah rekreasi 9 Bangunan yang banyak berisi banyak orang misalnya sekolah, tempat ibadah, bioskop dan stadion olah raga 10

Struktur yang ramping dan tinggi misalnya cerobong asap, menara pengawas dan mercesuar 10

Rumah sakit, penampungan para lansia dan penyandang cacat 10 Bangunan tempat membuat dan menyimpan bahan berbahaya misalnya zat kimia 10

Sumber : National Fire Protection Association 780 (1992)

Page 91: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

73

Sumber : National Fire Protection Association 780 (1992)

Tabel 8. Indeks B : Jenis Konstruksi

Kerangka Struktur Jenis Atap Indeks B Bukan Logam Kayu

Campuran aspal,ter atau genteng Logam yang saling tidak terhubung Logam yang saling terhubung secara elektrik

5 3 4 1

Kayu Kayu Campuran aspal,ter atau genteng Logam yang saling tidak terhubung Logam yang saling terhubung secara elektrik

5 3 4 2

Beton bertulang Kayu Campuran aspal,ter atau genteng Logam yang saling tidak terhubung Logam yang saling terhubung secara elektrik

5 3 4 1

Kerangka baja Kayu Campuran aspal,ter atau genteng Logam yang saling tidak terhubung Logam yang saling terhubung secara elektrik

5 3 4 1

Sumber : National Fire Protection Association 780 (1992)

Tabel 9. Indeks C : Lokasi Bangunan

Lokasi Bangunan Indeks C Bangunan dalam area bangunan yang lebih tinggi

- Bangunan kecil, melingupi area kurang dari 929 m2 - Bangunan kecil, melingkupi area lebih dari 929 m2

1 2

Bangunan dalam area bangunan yang lebih rendah - Bangunan kecil, melingkupi area kurang dari 929 m2 - Bangunan kecil, melingkupi area lebih dari 929 m2

4 5

Struktur diperpanjang sampai 15,2 m di atas permukaan tanah 7 Struktur diperpanjang sampai lebih dari 15,2 m di atas permukaan tanah

10

Sumber : National Fire Protection Association 780 (1992)

Tabel 10. Indeks D : Topografi

Lokasi Indeks D Pada tanah datar 1 Pada sisi bukit 2 Di atas puncak bukit 4 Di atas puncak gunung 5

Page 92: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

74

Tabel 11. Indeks E : Penggunaan dan isi Bangunan

Penggunaan dan Isi Bangunan Indeks E Bahan yang tidak mudah terbakar 1 Perabotan rumah tangga 2 Perlengkapan atau perabotan biasa 2 Ternak peliharaan 3 Bangunan terisi sedikit orang (kurang dari 50 orang) 4 Bahan yang mudah terbakar 5 Bangunan berisi banyak orang (50 orang atau lebih) 6 Peralatan atau barang berharga 7 Pelayan umum seperti bandara dan kantor polisi 8 Peralatan operasi yang sensitif 8 Benda bersejarah 10 Peledak dan bahan pembuatnya 10

Sumber : National Fire Protection Association 780 (1992)

Tabel 12. Indeks F : Iso Kerounic Level

Iso Kerounic Level Indeks F 0-5 9

6-10 8 11-20 7 21-30 6 31-40 5 41-50 4 51-60 3 61-70 2

Lebih dari 70 1 Sumber : National Fire Protection Association 780 (1992)

Tabel 13. Perkiraan Bahaya Sambaran Petir berdasarkan NFPA 780

R Pengamanan 0-2 Tidak perlu 2-3 Dianjurkan 3-4 Dianjurkan 4-7 Sangat dianjurkan

Lebih dari 7 Sangat perlu Sumber : National Fire Protection Association 780 (1992)

Page 93: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

75

BENGKULU, 28 JANUARI 2011 KEPALA SEKSI OBSERVASI DAN INFORMASI

STASIUN KLIMATOLOGI KL. II

SUDIYANTO.SP NIP. 19610815 198303 1 001

LAMPIRAN 3

STASIUN KLIMATOLOGI KL.II PULAU BAAI BENGKULU

Data Parameter Petir di Indonesia Wilayah Regional Barat Terbitan 2010

Kota Signal I (kA) Avg/min Energi Rasio Di/dt (kA/µs) Sabang 117_ 39,6512 +0.3 9023* 15,6355

Aceh Besar 102_ 39,9917 +0.6 10255* 15,7568 Medan 393_ 50,3356 +0.4 15871* 21,8932

Brastagih 481_ 56,8723 +0.2 15600* 23,5654 Pekan Baru 122_ 41,5645 +0.2 12400* 16,3866

Batam 240_ 40,6932 +0.1 14021* 16,0322 Bintan 449_ 41,4756 +0.3 15036* 16,3568 Padang 443_ 54,8246 +0.1 14012* 22,5687

Bukittinggi 253_ 55,9863 +0.4 13178* 23,5825 Padang Panjang 401_ 55,1287 +0.2 12314* 23,2475

Solok 305_ 53,2189 +0.3 16021* 22,3226 Palembang 281_ 43,2563 +0.1 11202* 17,9856 Pagar Alam 383_ 47,0234 +0.1 12361* 18,8369

Lahat 652_ 45,6834 +0.1 14021* 18,0256 Tanjung Inim 351_ 41,2301 +0.5 13472* 16,0023

Lubuk Linggau 361_ 42,7852 +0.2 13201* 17,2365 Bengkulu 338_ 45,2368 +0.1 15128* 18,2031 Kepahiang 280_ 44,5645 +0.2 14896* 17,9972 Lampung 558_ 38,6110 +0.2 9044* 15,2314

Lampung Selatan 575_ 40,0013 +0.1 10235* 15,9135 DKI Jakarta 881_ 37,5899 +0.2 8991* 13,2368

Depok 300_ 43,2315 +0.3 13004* 17,9123 Bogor 337_ 44,3607 +0.4 14459* 18,0021

Lembang 877_ 58,5020 +0.6 17611* 25,2850 *PEAK : Puncak kejadian Petir dalam (jam, menit, dan detik) Nd : Jika terjadi trouble pada Id atau data base mohon diberi keterangan

Page 94: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

76

LAMPIRAN 4 STASIUN KLIMATOLOGI KL.II PULAU BAAI BENGKULU

Kejadian Petir/Kilat Per Hari Dalam Radius 25 Km dari Stasiun (nearby flashes)

Waktu Jumlah

Waktu Jumlah

bulan tgl tahun bulan tgl tahun Des 1 2009 12 Jan 1 2010 - Des 2 2009 25 Jan 2 2010 - Des 3 2009 6 Jan 3 2010 - Des 4 2009 - Jan 4 2010 - Des 5 2009 - Jan 5 2010 8 Des 6 2009 - Jan 6 2010 - Des 7 2009 - Jan 7 2010 - Des 8 2009 - Jan 8 2010 - Des 9 2009 - Jan 9 2010 - Des 10 2009 - Jan 10 2010 21 Des 11 2009 - Jan 11 2010 9 Des 12 2009 - Jan 12 2010 - Des 13 2009 - Jan 13 2010 - Des 14 2009 - Jan 14 2010 - Des 15 2009 - Jan 15 2010 - Des 16 2009 - Jan 16 2010 - Des 17 2009 - Jan 17 2010 - Des 18 2009 6 Jan 18 2010 - Des 19 2009 3 Jan 19 2010 - Des 20 2009 - Jan 20 2010 Des 21 2009 - Jan 21 2010 - Des 22 2009 - Jan 22 2010 - Des 23 2009 8 Jan 23 2010 - Des 24 2009 4 Jan 24 2010 - Des 25 2009 - Jan 25 2010 - Des 26 2009 - Jan 26 2010 - Des 27 2009 - Jan 27 2010 - Des 28 2009 - Jan 28 2010 - Des 29 2009 - Jan 29 2010 - Des 30 2009 14 Jan 30 2010 - Des 31 2009 - Jan 31 2010 -

Jumlah 78 Jumlah 38

Page 95: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

77

STASIUN KLIMATOLOGI KL.II PULAU BAAI BENGKULU

Kejadian Petir/Kilat Per Hari Dalam Radius 25 Km dari Stasiun (nearby flashes)

Waktu Jumlah

Waktu Jumlah bulan tgl tahun bulan tgl tahun

Feb 1 2010 - Mar 1 2010 - Feb 2 2010 3 Mar 2 2010 - Feb 3 2010 4 Mar 3 2010 - Feb 4 2010 - Mar 4 2010 - Feb 5 2010 - Mar 5 2010 - Feb 6 2010 - Mar 6 2010 - Feb 7 2010 - Mar 7 2010 - Feb 8 2010 - Mar 8 2010 - Feb 9 2010 - Mar 9 2010 - Feb 10 2010 2 Mar 10 2010 - Feb 11 2010 - Mar 11 2010 - Feb 12 2010 - Mar 12 2010 - Feb 13 2010 - Mar 13 2010 - Feb 14 2010 - Mar 14 2010 - Feb 15 2010 - Mar 15 2010 - Feb 16 2010 - Mar 16 2010 - Feb 17 2010 - Mar 17 2010 - Feb 18 2010 - Mar 18 2010 1 Feb 19 2010 1 Mar 19 2010 - Feb 20 2010 5 Mar 20 2010 - Feb 21 2010 2 Mar 21 2010 - Feb 22 2010 - Mar 22 2010 - Feb 23 2010 - Mar 23 2010 - Feb 24 2010 - Mar 24 2010 - Feb 25 2010 - Mar 25 2010 - Feb 26 2010 - Mar 26 2010 - Feb 27 2010 - Mar 27 2010 1 Feb 28 2010 - Mar 28 2010 -

- - Mar 29 2010 - - - Mar 30 2010 - - - Mar 31 2010 -

Jumlah 10 Jumlah 2

Page 96: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

78

STASIUN KLIMATOLOGI KL.II PULAU BAAI BENGKULU

Kejadian Petir/Kilat Per Hari Dalam Radius 25 Km dari Stasiun (nearby flashes)

Waktu Jumlah

Waktu Jumlah

bulan tgl tahun bulan tgl tahun Apr 1 2010 2 Mei 1 2010 - Apr 2 2010 - Mei 2 2010 - Apr 3 2010 - Mei 3 2010 - Apr 4 2010 - Mei 4 2010 - Apr 5 2010 - Mei 5 2010 - Apr 6 2010 - Mei 6 2010 - Apr 7 2010 1 Mei 7 2010 - Apr 8 2010 - Mei 8 2010 - Apr 9 2010 - Mei 9 2010 - Apr 10 2010 - Mei 10 2010 - Apr 11 2010 - Mei 11 2010 - Apr 12 2010 - Mei 12 2010 - Apr 13 2010 - Mei 13 2010 - Apr 14 2010 - Mei 14 2010 - Apr 15 2010 - Mei 15 2010 - Apr 16 2010 - Mei 16 2010 - Apr 17 2010 - Mei 17 2010 - Apr 18 2010 - Mei 18 2010 - Apr 19 2010 - Mei 19 2010 - Apr 20 2010 - Mei 20 2010 - Apr 21 2010 - Mei 21 2010 - Apr 22 2010 - Mei 22 2010 - Apr 23 2010 - Mei 23 2010 - Apr 24 2010 - Mei 24 2010 - Apr 25 2010 - Mei 25 2010 - Apr 26 2010 - Mei 26 2010 - Apr 27 2010 - Mei 27 2010 - Apr 28 2010 - Mei 28 2010 - Apr 29 2010 - Mei 29 2010 - Apr 30 2010 - Mei 30 2010 -

- - Mei 31 2010 - Jumlah 3 Jumlah 0

Page 97: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

79

STASIUN KLIMATOLOGI KL.II PULAU BAAI BENGKULU

Kejadian Petir/Kilat Per Hari Dalam Radius 25 Km dari Stasiun (nearby flashes)

Waktu Jumlah

Waktu Jumlah

bulan tgl tahun bulan tgl tahun Jun 1 2010 2 Jul 1 2010 1 Jun 2 2010 - Jul 2 2010 5 Jun 3 2010 - Jul 3 2010 9 Jun 4 2010 - Jul 4 2010 - Jun 5 2010 - Jul 5 2010 - Jun 6 2010 - Jul 6 2010 - Jun 7 2010 1 Jul 7 2010 - Jun 8 2010 - Jul 8 2010 - Jun 9 2010 - Jul 9 2010 - Jun 10 2010 - Jul 10 2010 - Jun 11 2010 - Jul 11 2010 - Jun 12 2010 - Jul 12 2010 - Jun 13 2010 - Jul 13 2010 - Jun 14 2010 - Jul 14 2010 - Jun 15 2010 - Jul 15 2010 - Jun 16 2010 - Jul 16 2010 - Jun 17 2010 - Jul 17 2010 - Jun 18 2010 - Jul 18 2010 - Jun 19 2010 - Jul 19 2010 - Jun 20 2010 - Jul 20 2010 - Jun 21 2010 - Jul 21 2010 1 Jun 22 2010 - Jul 22 2010 - Jun 23 2010 - Jul 23 2010 - Jun 24 2010 - Jul 24 2010 - Jun 25 2010 - Jul 25 2010 - Jun 26 2010 - Jul 26 2010 - Jun 27 2010 - Jul 27 2010 - Jun 28 2010 - Jul 28 2010 - Jun 29 2010 - Jul 29 2010 3 Jun 30 2010 - Jul 30 2010 -

- - Jul 31 2010 - Jumlah 3 Jumlah 19

Page 98: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

80

STASIUN KLIMATOLOGI KL.II PULAU BAAI BENGKULU

Kejadian Petir/Kilat Per Hari Dalam Radius 25 Km dari Stasiun (nearby flashes)

Waktu Jumlah

Waktu Jumlah

bulan tgl tahun bulan tgl tahun Agu 1 2010 - Sep 1 2010 - Agu 2 2010 - Sep 2 2010 - Agu 3 2010 - Sep 3 2010 - Agu 4 2010 31 Sep 4 2010 - Agu 5 2010 9 Sep 5 2010 3 Agu 6 2010 10 Sep 6 2010 - Agu 7 2010 - Sep 7 2010 - Agu 8 2010 - Sep 8 2010 - Agu 9 2010 14 Sep 9 2010 6 Agu 10 2010 3 Sep 10 2010 - Agu 11 2010 - Sep 11 2010 - Agu 12 2010 - Sep 12 2010 - Agu 13 2010 - Sep 13 2010 - Agu 14 2010 - Sep 14 2010 - Agu 15 2010 - Sep 15 2010 - Agu 16 2010 - Sep 16 2010 - Agu 17 2010 - Sep 17 2010 - Agu 18 2010 - Sep 18 2010 - Agu 19 2010 - Sep 19 2010 - Agu 20 2010 - Sep 20 2010 - Agu 21 2010 - Sep 21 2010 - Agu 22 2010 2 Sep 22 2010 - Agu 23 2010 - Sep 23 2010 - Agu 24 2010 - Sep 24 2010 4 Agu 25 2010 - Sep 25 2010 - Agu 26 2010 - Sep 26 2010 20 Agu 27 2010 - Sep 27 2010 7 Agu 28 2010 - Sep 28 2010 7 Agu 29 2010 - Sep 29 2010 - Agu 30 2010 - Sep 30 2010 - Agu 31 2010 - - -

Jumlah 69 Jumlah 47

Page 99: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

81

STASIUN KLIMATOLOGI KL.II PULAU BAAI BENGKULU

Kejadian Petir/Kilat Per Hari Dalam Radius 25 Km dari Stasiun (nearby flashes)

Waktu Jumlah

Waktu Jumlah

bulan tgl tahun bulan tgl tahun Okt 1 2010 - Nov 1 2010 - Okt 2 2010 12 Nov 2 2010 - Okt 3 2010 - Nov 3 2010 - Okt 4 2010 - Nov 4 2010 - Okt 5 2010 6 Nov 5 2010 - Okt 6 2010 10 Nov 6 2010 - Okt 7 2010 - Nov 7 2010 23 Okt 8 2010 - Nov 8 2010 17 Okt 9 2010 - Nov 9 2010 - Okt 10 2010 - Nov 10 2010 - Okt 11 2010 - Nov 11 2010 - Okt 12 2010 - Nov 12 2010 - Okt 13 2010 3 Nov 13 2010 - Okt 14 2010 - Nov 14 2010 - Okt 15 2010 - Nov 15 2010 - Okt 16 2010 - Nov 16 2010 - Okt 17 2010 - Nov 17 2010 - Okt 18 2010 - Nov 18 2010 9 Okt 19 2010 - Nov 19 2010 - Okt 20 2010 - Nov 20 2010 - Okt 21 2010 - Nov 21 2010 - Okt 22 2010 3 Nov 22 2010 - Okt 23 2010 - Nov 23 2010 5 Okt 24 2010 - Nov 24 2010 1 Okt 25 2010 - Nov 25 2010 - Okt 26 2010 - Nov 26 2010 - Okt 27 2010 1 Nov 27 2010 - Okt 28 2010 - Nov 28 2010 - Okt 29 2010 - Nov 29 2010 - Okt 30 2010 - Nov 30 2010 - Okt 31 2010 - - -

Jumlah 35 Jumlah 55

Page 100: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

82

BENGKULU, 28 JANUARI 2011 KEPALA SEKSI OBSERVASI DAN INFORMASI

STASIUN KLIMATOLOGI KL. II

SUDIYANTO.SP NIP. 19610815 198303 1 001

STASIUN KLIMATOLOGI KL.II PULAU BAAI BENGKULU

Kejadian Petir/Kilat Per Hari Dalam Radius 25 Km dari Stasiun (nearby flashes)

Waktu Jumlah

Waktu Jumlah

bulan tgl tahun bulan tgl tahun Des 1 2010 4 Jan 1 2011 5 Des 2 2010 10 Jan 2 2011 - Des 3 2010 - Jan 3 2011 - Des 4 2010 - Jan 4 2011 - Des 5 2010 - Jan 5 2011 - Des 6 2010 - Jan 6 2011 - Des 7 2010 - Jan 7 2011 - Des 8 2010 - Jan 8 2011 - Des 9 2010 - Jan 9 2011 11 Des 10 2010 - Jan 10 2011 - Des 11 2010 - Jan 11 2011 - Des 12 2010 - Jan 12 2011 - Des 13 2010 - Jan 13 2011 1 Des 14 2010 - Jan 14 2011 - Des 15 2010 7 Jan 15 2011 - Des 16 2010 8 Jan 16 2011 - Des 17 2010 - Jan 17 2011 3 Des 18 2010 - Jan 18 2011 - Des 19 2010 - Jan 19 2011 - Des 20 2010 - Jan 20 2011 Des 21 2010 - Jan 21 2011 - Des 22 2010 - Jan 22 2011 - Des 23 2010 - Jan 23 2011 - Des 24 2010 2 Jan 24 2011 - Des 25 2010 5 Jan 25 2011 3 Des 26 2010 - Jan 26 2011 - Des 27 2010 - Jan 27 2011 - Des 28 2010 - Jan 28 2011 - Des 29 2010 6 Jan 29 2011 - Des 30 2010 - Jan 30 2011 - Des 31 2010 - Jan 31 2011 -

Jumlah 42 Jumlah 23

Page 101: 77421578 Skripsi Nedi Gunawan

83

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, terlahir atas karunia Allah SWT dari pasangan ayah Nasrul M Nur dan ibunda Jusmalini di Bengkulu, pada tanggal 19 Februari 1988. Penulis berkediaman di jalan Danau 3 Rt/Rw 1 No. 23 Kel. Panorama, Kota Bengkulu. Pendidikan formal yang ditempuh penulis pada tingkat SD yaitu SD Negeri 46 Kota Bengkulu, dan selesai pada tahun 2000, kemudian dilanjutkan ke jenjang SLTP Negeri 4 Kota Bengkulu dan selesai pada tahun 2003, setelah itu dilanjutkan ke jenjang SMA Negeri 2 Kota Bengkulu, berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun

2006. Sejak tahun (2006-2011) tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu melalui jalur PPA (Penelusuran Pendidikan Akademik). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai Co. Kreatifitas, Seni dan Olahraga HIMATRO dan menjadi asisten mata praktikum Sistem Proteksi di laboratorium Teknik Elektro Universitas Bengkulu serta menjadi salah satu “BESWAN DJARUM”/penerima beasiswa DJARUM BAKTI PENDIDIKAN angkatan (2008/2009) RSO Jakarta. Penulis melaksanakan Kerja Praktek (KP) di PT. Krakatau Daya Listik (KDL), (Krakatau Steel Group), di Cilegon,, Banten.