76932907-titrasi-permanganometri

27
TITRASI PERMANGANOMETRI Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi dengan KMnO 4 . Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. MnO 4 - + 8H + + 5e → Mn 2+ + 4H 2 O Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat . Reaksi dalam suasana netral yaitu MnO 4 + 4H + + 3e → MnO 4 +2H 2 O Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan Reaksi dalam suasana alkalis : MnO 4 - + 3e → MnO 4 2- MnO 4 2- + 2H 2 O + 2e → MnO 2 + 4OH - MnO 4 - + 2H 2 O + 3e → MnO 2 +4OH - Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser. Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO 2 sesuai dengan persamaan 3Mn 2+ + 2MnO 4 - + 2H 2 O → 5MnO 2 + 4H + Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO 2 .

Upload: dini-farhatunnabilah

Post on 14-Aug-2015

128 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

TITRASI PERMANGANOMETRI

Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil

oksidasi dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi

oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana

asam, netral dan alkalis.

MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O

Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi

permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi

dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati

titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah

dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit,

sulfida, sulfida dan tiosulfat .

Reaksi dalam suasana netral yaitu

MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan

Reaksi dalam suasana alkalis :

MnO4- + 3e → MnO4

2-

MnO42- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH-

MnO4- + 2H2 O + 3e → MnO2 +4OH-

Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam

larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat

dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang

sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk

memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan

mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring

larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang

telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi

berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan

pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.

Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan

lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam

penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur

pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai

dengan persamaan

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi

cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .

Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan

larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan

permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat.

Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari

agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini

biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan

substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas

yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian

distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan

konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.

Page 2: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting

dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi

adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk

membantu proses kelarutan.

Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi

menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau

dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang

tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .

Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi

dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan

kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti

dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.

  Standarisasi Larutan KmnO4

Larutan KMnO4 dapat distandarisasi dengan larutan standar denhgan

larutan standar H2C2O4 atau Na2C2O4 dengan mereaksikan 10 mL H2C2O4

0,05M dengan 0 mL larutan H2SO4 1M ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya

dipanaskan dengan kompor listrik dalam ruang asam hingga suhu 700C

warna dari H2SO4dan H2C2O4 mula-mula tidak berwarna kemudian dititrasi

dengan KMnO4 tetes demi tetes. Pemanasan dilakukan karena reaksi dengan

permanganatt lambat pada suhu kamar. Oleh karena itu dipanaskan hingga

suhu 700C. Setelah itu suhu dipertinggi rekasi memulai lambat tetapi

kecepatan meningkat setelah Mn2+ terbentuk. Mn2+ bertindak sebagai katalis

dihasilkan oleh reaksinya sendiri. Setelah dilakukan pemanasan larutan

tersebut dititrasi dengan KMnO4 hingga diperoleh warna merah muda

permanen. Setelah itu menghitung jumlah KMnO4 yang digunakan dan

mengulangi percobaan 2x. Dan pada percobaan I diperoleh volume sebesar

10 mL dan berwarna coklat kemerahan. Disini bisa timbul warna coklat

kemerahan karena sebelum dititasi dengan KMnO4 larutan H2C2O4 + H2SO4

harus didinginkan setelah dipanaskan.Berbeda dengan percobaan I,

percobaan II diperoleh volume sebesar 8,3mL dan warna yang ditimbulkan

adalah merah muda yang konstan (karena sudah didiamkan terlebih dahulu).

Larutan standarisasiyang digunakan asam oksalat CH2C2O4 0,05M yang oleh

KMnO4 akan dioksidasi menjadi CO2 menurut reaksi sebagai berikut:

2MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)

Dalam percobaan ini, sebagai pengasam digunakan larutan H2SO4

encer dan bukan larutan yang lain, misalnya HCl encer yang tidak boleh

digunakan sebab fdapat dioksisdasi oleh KmnO4 menjadi Cl2 sebagai berikut:

MnO4-(aq) + 16H+(aq)+10Cl-(aq) Mn2+(aq) + 5Cl2(g) + H2O(l)

Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena

perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik

akhir suatu titrasi warna yang diperoleh pun harus sudah dalam keadaan

tetap, artinya saat melakukan pengadukan, warna merah muda yang muncul

tidak hilang, hal ini menunjukan titik kestabilan. Dalam hal ini terjadi reaksi

oksidasi dan reduksi:

Oksidasi : H2C2O4 CO2 + 2H+ +2e-

Reduksi : MnO4- + 8 H+ Mn2+ + 4 H2O

Dan dalam percobaan standarisasi larutan KMnO4 diperoleh molaritasnya

sebesar 0,021M.

D.  KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI

Page 3: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

A. KELEBIHAN TITRASI PERMANGANOMETRI

Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi

ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah

berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah

diredukdsi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai

autoindikator.

B. KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain

terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan

dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena

sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan

diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan

berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan

seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang

telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan

reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4

- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+

Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4

Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah

ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan

oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.

H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑

H2O2 ↔ H2O + O2↑

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan

untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi

permanganometri yang dilaksanakan.

E.   MANFAAT TITRASI PERMANGANOMETRI

Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih

dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan

dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui

kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya,

sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.

A.  KESIMPULAN

1.            Titrasi permanganometri merupakan titasi yang menggunkan KMnO4

sebagai titan.

2.            Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam lingkungan asam

sehingga terjadi rekasi sebahgai berikut:

MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)

3.            Standarisasi larutan KMnO4 : larutan KMnO4 distandarisasi dengan

larutan H2C2O4, larutan H2C2O4 dioksidasi oleh KMnO4 menjadi CO2 menurut

reaksi:

2MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)

4.            Diperoleh molaritas KMnO4 adalah 0,021M

5.            Pada titrasi permanganometri tidak diperlukan indikator karena

perubahan warna KMnO4 telah menandakan titik akhir.

Page 4: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

6.            Titik akhir titrasi permanganometri ditandai dengan perubahan warna

yaitu pada percobaan 1 dan 2 dari tidak berwarna menjadi merah muda.

Sedangkan pada percobaan ke 3 dari kuning pucat menjadi orange pekat.

B.  SARAN

Dalam hal ini penulis berharap, apabila melakukan percobaan

mengenai titrasi permanganometri ini harus lebih teliti dan hati-hati. Selain

itu harus teliti dalam melihat dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan

pada buret dan selalu menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan

standarisasi.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permanganometri merupakan metode titrasi menggunakan kalium

permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagi titran. Titrasi ini

didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks.

Analisa permanganometri ini merupakan salah satu dari banyak metode

analisis kuantitatif lainnya, sehingga penggunaan analisa ini cukup erat

hubungannya dengan disiplin ilmu keteknikkimiaan.

Percobaan ini merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai

permenganometri yang didapat dikuliah, sehingga praktek yang sebenarnya

sangat membantu pemahaman mahasiswa.

Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat.

Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.

MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O

Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya

titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah

mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang

lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya

hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .

Reaksi dalam suasana netral yaitu

MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan

Reaksi dalam suasana alkalis :

MnO4- + 3e → MnO42-

MnO42- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH-

MnO4- + 2H2 O + 3e → MnO2 +4OH-

Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam

larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang

Page 5: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat

padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih

lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat

sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama

satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang

tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui

krus saring dari kaca maser.

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi

berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan

pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat

reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat

berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan

dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah

agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II)

menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari

titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah

MnO2 .

Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan

larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi

larutan permanganate. Jejak-jejak dari MNO2 yang semula ada dalam

permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat

dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah

pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-

kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat

direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter

untuk menghilangkan MNO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi

dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya

tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.

Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting

dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji

besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan

untuk membantu proses kelarutan.

Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi

menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones

atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika

asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang

masuk .

Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi

reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida

ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan

perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna

Page 6: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

kuning dari ion besi.

URAIAN BAHAN

1.KMnO4 ( FI III ,330 )

Nama resmi = KALII PERMANGANAS

Nama lain = Kalium permanganate

RM = KMnO4

BM = 158,03

Pemerian = Hablur mengkilap, ungu tua /hampir hitam, tidak berbau,

rasa manis /sepat.

Kelarutan = Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air

mendidih .

Kegunaan = Sebagai sampel

Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat

2. Aquadest ( FI III,96 )

Nama resmi = AQUADESTILLATA

Nama lain = Air suling

RM = H2O

BM = 18,02

Pemerian = Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau.

Kelarutan = Larut dalam etanol dan gliserol

Kegunaan = Sebagai pelarut

Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat

3. Asam oksalat (FI III,651)

Nama lain = Asam oksalat

RM = (CO2H)2.2H2O

Pemerian = Hablur ,tidak berwarna .

Kelarutan = Larut dalam air dan etanol

Kegunaan = Sebagai zat tambahan

Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat

5. Asam sulfat (FI III,58)

Nama resmi = ACIDUM SULFURICUM

Nama lain = Asam sulfat

RM = H2 SO4

BM = 98,07

Pemerian = Cairan kental, seperti minyak, korosif tidak berwarna, jika

ditambahkan kedalam air menimbulkan panas.

Kegunaan = Sebagai larutan titer.

Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat.

1.2. Tujuan Percobaan

a. Mengetahui Normalitas suatu zat dengan cara permanganometri.

b. Mengetahui proses pembuatan larutan baku primer oxalat,

c. Menetahui pengenceran larutan baku sekunder (KMnO4)

Page 7: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

d. Mencari normalitas KMnO4 yang sebenarnya

e. Mengetahui perhitungan konsentrasi suatu sampel.

f. Menentukan Nitrit

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip praktikum ini yaitu berdasarkan titrasi redoks (reduksi-oksidasi), yaitu

titrasi yang didasari oleh reaksi oksidasi dan reduksi.

TINJAUAN PUSTAKA

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi

oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi

oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.

Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan

titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti

Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa

ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan

permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang

dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci,

dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara

kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat

dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb

dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan

dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.

Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat

ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak

pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan

dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan

terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh

pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna

merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti

H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang

telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan

reaksi antara MnO4- dengan Mn2+¬. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 +

4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4

Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah

ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan

oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.

H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑

H2O2 ↔ H2O + O2↑

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan

untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi

permanganometri yang dilaksanakan.

2.1. Pengertian Oksidasi-Reduksi

Page 8: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

Bilangan oksidasi (atau tingkat oksidasi) ialah berapa electron

(muatan) dianggap ada/dipunyai oleh atom tersebut, seakan-akan dalam

ikatan kimia, electron sepenuhnya pindah dari atom satu ke atom yang lain,

tetapi sedemikian rupa, sehingga molekul secara keseluruhan tak

bermuatan. Valensi dan bilangan oksidasi (BO) merupakan pengertian tidak

sama. Valensi dalam perkembangan histories Ilmu Kimia diartikan sebagai

“daya ikat” atau berapa banyak atom H diikat oleh satu atom unsure yang

bersangkutan (atau, sebagai ganti atom H, berapa atom univalent lain atau

2x jumlah atom O).

Maka valensi dalam arti sempitnya itu merupakan bilangan bulat dan

harus positif dan punya akar dalam kenyataan, walaupun tidak

mencerminkan teori. Valensi penting dalam pengertian rumus bagun.

Sebaliknya bilangan oksidasi dapat positif maupun negative; umumnya

nilainya sama dengan nilai valensi tetapi ada kalanya berbeda, malahan tidak

selalu bulat, dapat juga pecahan. Perbedaan ini terjadi karena BO merupakan

hasil perhitungan dan sebenarnya tidak punya dasar riil. Perbedaan nilai ini

dengan valensi terjadi antara lain kalau dalam molekul terdapat ikatan

antara atom-atom unsure sejenis (misalnya dalam ikatan organik). BO sangat

membantu untuk mengerti reksi oksidasi-reduksi (redoks) dan perhitungan

yang bersangkutan dengan redoks, misalnya dalam penentuan koefesien

reaksi.

Oksidasi ialah reksi yang menaikkan BO suatu unsure dalam zat yang

mengalami oksidasi, dapat juga dilihat sebagai kenaikan muatan positif

(penurunan muatan negatif) dan umumnya juga kenaikan valensi. Sebaliknya

ialah reduksi, yaitu reaksi yang menurunkan BO atau muatan positif

(menaikkan muatan negatif) dan umumnya menurunkan valensi unsure

dalam zat yang direduksi . Jadi sekalipun kita mereduksi atau mengoksidasi

suatu persenyawaan, sebenarnya yang dioksidasi atau reduksi itu ialah

unsure tertentu yang terdapat di dalam pesenyawaan tersebut. Miasalnya:

MnO2 + 4 HCl MnCl2 + Cl2 + 2 H2O

Dalam reaksi ini, MnO2 ialah oksidator dan HCl, sedang HCL mereduksi atau

dioksidasi oleh MnO2. Tetapi, seperti disebut di atas, yang dioksidasi ataupun

direduksi ialah suatu unsure dalam persenyawaan-persenyawaan yang

bersangkutan. Dalam hal ini, yang dioksidasi ialah unsure Cl karena tampak

berubah (naik muatan positifnya) dari Cl di dalam HCl, menjadi Cl dalam

molekul Cl2. Yang diredusi ialah unsure Mn karena berubah (turun) BO-nya

dari +4 dalam MnO2 menjadi +2 dalam MnCl2.

2.2. Kemungkinan Terjadinya Suatu Reaksi Redoks

Bila zat A direkasikan dengan zat B, bagaimana diketahui apakah akan

terjadi reaksi redoks atau bukan redoks? Untuk menjawab pertanjaan ini

harus diperhatiakan:

Page 9: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

1. tingkat oksidasi/valensi unsure-unsur dalam A maupun B, apakah ada

yang dapat naik dan ada yang turun BO-nya.

2. bila ada, apakah A oksidator cukup kuat dan B reduktor cukup kuat,

ataupun sebaliknya;

3. hal-hal lain.

A harus berisi unsure yang dapat dioksidasi dan B berisi unsure yang

dapat direduksi atau sebaliknya. Misalnya reaksi antara asam nitrat dan

ferrioksida

HNO3 + Fe2O3 ?

Bukan reaksi redoks karena H,N, dan Fe sudah mempunyai BO tertinggi

sehingga kedua zat tidak dapat dioksidasi, hanya dapat direduksi (untuk

reaksi redoks, satu harus dapat dioksidasi dan satu harus dapat direduksi).

Juga reaksi antara asam nintrat dan kalium hidroksida

HNO3 + KOH

Tidak mungkin redoks.

Lain halnya dengan reaksi :

FeSO4 + I2 ?

Yang mungkin berlangsung sebagai reaksi redoks, karena Fe (+2) dapat naik

BO menjadi Fe (+3), dan di pihak lain I (0) masih dapat turun menjadi I (-1).

Maka mungkin terjadi reaksi redoks dengan FeSO4 sebagai reduktor dan I2

sebagai oksidator.

Contoh lain yang mungki menghasilkan reaksi redoks ialah :

MNO2 + NaBr + H2SO4 ?

Karena Mn (+4) dapat menjadi (+2); Br (-1) dapat menjadi (0) atau lebih.

2.3. Kurva Titrasi Redoks

Bahwa pada setiap titrasi selalu terbentuk kesetimbangan antara

titrant yang sudah ditambahkan dan titrat. Ini merupakan dasar utama

perhitungan titik-titik kurva titrant. Dalam hal ini, ordinat ialah potensial

larutan, sebab inilah yang mencirikan keadaan larutan pada setiap saat

titrant dan berubah bersama dengan penambahan titrant.

Dalam membentuk kurva titrasi dengan titrasi redoks, biasanya diplot

grafik E sel (terdapat SCE) dengan volume dari titrant. Seperti diketahui

sebagaian besar indicator redoks redoks memang sensitive tetapi indicator

ini sendiri merupakan oksidator atau reduktor, sehingga perubahan potensial

sistem indicator juga perlu dipertimbangkan selama titrasi. Oleh karena itu

pada titrasi potensiometri, dimana E sel (dibandingkan terhadap elektroda

pembanding) dibaca selama titrasi, titik ekivalen ditentukan dari kurva

Page 10: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

titrasinya. Perubahan potensial akibat penambahan Nernst asalkan potensial

elektroda standar diketahui. Misalnya pada suatu jenis kurva titrasi dengan

mempertimbangkan potensial reduktor oksidasi pada titik kesetimbangan

(Eeg). Persamaan Nernst menyatakan:

E = E - log

Untuk reaksi:

Fe + Ce = Fe + Ce

Pada kesetimbangan potensial elektroda untuk dua setengah reaksi

adalah sama.Ece = EFe = Esistem. Ini adalh potensialnya dari sistem. Untuk

indicator redoks berlaku pula: Ece = EFe = Esistem.

2.4. Jenis-jenis Titrasi Oksidasi-Reduksi

Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa cara berdasar

pemakaiannya:

1. Na2S2O3 sebagai titrant; dikenal sebagai yodometri tak langsung

Analat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam

metode ini analat selalu direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I2. I2 inilah

dititrasi dengan Na2S2O3:

OKsanalat + I Red analat I2 (…1)

2 S2O3 + I2 S4O6 + 2 I (…2)

Daya reduksi ion yodida cukup besar dan titrasi ini banyak diterapkan. Reaksi

S2O3 dengan I2 berlangsung baik dari segi kesempurnaannya, berdasarkan

potensial redoks masing-masing:

S4O6 + 2 e 2 S2O3 E = 0,08 volt (…3)

I2 + 2 e 2 I E = 0,536 volt (…4)

Selain itu, reaksi berjalan cepat dan bersifat unik karena oksidator lain tidak

mengubah S2O3 menjadi S4O6 melainkan menjadi SO3 seluruhmya atau

sebagaian menjadi SO4 .

Titrasi dapat dilakukan tanpa indicator dari luar karena warna I2 yang dititrasi

itu akan lenyap bila titik akhir tercapai; warna itu mula-mula coklat agak tua,

menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, samapai

akhirnya lenyap. Bila diamati dengan cermat perubahan warna tersebut,

Page 11: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

maka titik akhir dapat ditentukan dengn cukup jelas. Konsentrasi 5 x 10

M yod masih tepat dapat dilihat dengan mata dan memungkinkan

penghentian titrasi dengan kelebihan hanya senilai 1 tetes yod 0,05 M.

Namun lebih amudah dan lebioh tegas bila ditambahakan amilum kedalam

larutan sebagai indicator. Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks

berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. Pada

titik akhir, yod yang terikat itu pun hilang bereaksi dengan titrant sehingga

warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas.

Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi

(bila yod sudah tinggal sedikit yang tanpa dari warnanya yang kuning-muda).

Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus yod dan menyebabkan

sukar lepas kembali. Hal ini akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap

sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila yod masih banyak sekali

bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu

perubahan warna pada titik akhir.

a. Larutan Na2S2O3

Larutan ini biasanya dibuat dari garam, Na2S2O3. 5 H2O. Karena BE =

BM-nya (248,17) maka dari segi ketelitian penimbangan, hal ini

menguntungkan. Larutan ini perlu distandardisasi. Kestabilan larutan mudah

dipengaruhi oleh Ph rendah, sinar matahari, dan terutama adanya bakteri

yang memanfaatkan S. Pada PH rendah (<5)>

S2O3 + H HSO3 + S

Tetapi karena reaksi ini berjalan lambat, kesalahan tidak perlu

dikuartirkan walaupun larutan yang dititrasi cukup asam asal titrasi dilakukan

dengan penambahan titrant yang tidak terlalu cepat. Bakteri dapat

menyebabkan perubahan S2O3 menjadi SO3 , SO4 dan S . S ini tanpa

sebagian endapan koloida yang membuat larutan menjadi keruh; ini pertanda

larutan harus diganti. Untuk mencegah aktivitas bakteri, pada pembuatan

larutan hendaknya dipakai air yang sudah dididihkan; selain itu dapat

ditambahakan pengawet seperti misalnya klorofom, natrium benzoate, atau

HgI2.

Kestabilan larutan Na2S2O3= dalam penyimpangan ternyata paling

baik bila mempunyai pH antara 9 dan 10, mungkin karena aktivitas bakteri

yang minimal. Untuk kebutuhan biasa, pH 7 sudah sangat memadai. Walupun

demikian, larutan Na2S2O3 harus sering distandardisasi ulang.

b. Sumber kesalahan Titrasi

● Kesalahan Oksigen: Oksigen di udara dapat menyebabkan hasil titrasi

terlalu tinggi karena dapat mengoksidasi ion yodida menjadi I2 juga

sebagai berikut :

O2 + 4 + 4 H 2 I2 + 2 H2O

Page 12: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

● Pada Ph tinggi muncul bahan lain, yaitu bereaksinya I2 yang berbentuk

dengan air (hidrodisa) dan hasil reaksinya lanjut:

I2 + H2O HOI + I + H (a)

4 HOI + S2O3 + H2O 2 SO4 + 4 I + 6 H (b)

● Di atas sudah disebutkan bahaya kesalahan karena pemberian amilum

terlalu awal.

● Banyak reaksi analat dengan KI yang berjalan agak lambat. Karena itu

sering kali harus ditunggu sebelum titrasi; sebaliknya menunggu terlalu

lama tidak baik karena kemungkinan yod menguap.

C. Berat ekivalen

Dalam titrasi ini, BE suatu zat dihitung dari banyaknya zat mol) yang

menghasilkan atau membutuhkan satu mol atom yod (bukan ion

yodida).

BE =

c. Bahan Baku Primer

● I2 murni atau dimurnikan dengan jalan disublimasikan. BE cukup tinggi

(126,9). Yod mudah menguap, maka bahan ini harus ditimbang dalam

botol tertutup

● KIO3 kemurnianya baik, tetapi Be agak terlalu rendah (35,67)

● K2 Cr2O7 juga mudah sekali diperoleh dalam keadaan murni, tetapi juga

agak rendah BE-nya (49,03). Reaksinya dengan KI harus ditunggu

beberapa lama senelumnya dititrasi.

2. I2 sebagai titrant; dikenal sebagai titrasi yodometri langsung dan

kadang-kadang dinamakan yodimetri

Dalam metode ini, analat dioksidasi oleh I2 sehingga I2 tereduksi menjadi

ion yodida:

Ared + I2 Aoks + I , Yod meruapakan oksidator yang tidak terlalu kuat ,

sehingga hanya zat-zat yang merupakan dari tak berwarna menjadi

warna biru.

a. Larutan Baku Yod

Page 13: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

Yod (I2) sebagai zat padat sukatr larut dalam air , yaitu hanya sekitar

0,0013 mol per liter pada 25 C, tetapi sangat mudah larut dalam larutan

KI karena membentuk ion I3 sebagai berikut:

I2 + I I3 (ion triyodida)

Maka larutan dibuat dengan KI sebagai pelarut. Larutan yod ini tidak

stabil, sehingga standardisasi perlu dilakukan berulang kali.

b. Kesempurnaan Reaksi

Sebagai oksidator lemah, yod tidak dapat bereaksi terlalu sempurna.

Karena itu sering dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan kea rah

hasil reaksi antara lain dengan mengatur Ph atau menambahkan bahan

pengkomleksan seperti yang dilakukan pada titrasi Fe dengan

pemberian EDTA atau P2O7.

3. Suatu oksidator kuat sebagai titrant. Diantaranya yang paling sering

dipakai ialah:

a. KMnO4

b. K2Cr2O7

c. Ce (IV)

4. Suatu reduktor kuat sebagai titrant

Larutan bahan pereduksi sering penggunaanya karena sangat mudah

teroksidasi oleh udara. Akibatnya, kadang-kadang titrasi harus dilakukan

dalam atmosfer insert, misalnya dengan mengalirkan N2 atau CO2 ke

dalam atau ke atas titrat. Juga penyimpangan larutan memerlukan

lingkaran inert. Cara lain ialah menambahkan pereduksi berlebih, lalu

menitrasikannya kembali dengan oksidator untuk menentukan

kelebihannya; oksidator yang dipakai dapat misalnya kalium bikhromat

baku. Disamping itu dilakuakan titrasi blangko atas pereduksi tersebut

untuk menentukan konsentrasinya yang tepat.

a. Pereduksi-pereduksi kuat yang dapat dipakai sebagai titrant antara lain

ialah titrant (III) dan khrom (II) yang cepet sekali bereaksi dengan

udara sehingga harus digunakan dengan gas inert N2 atau CO2.

b. Natrium tiosulfat sebagai titrant untuk yodometri tak langsung sudah

dibicarakan.

c. Larutan Fe dengan mudah dapat dibuat dari garam Mohr, Fe(NH4)2

(SO4)2.6 H2O atau garam Oesper, FeC2H4 (NH4)2.4 H2O (ferro

etilendiammonium sulfat). Dalam larutan netral, Fe (II) cepat

teroksidasi oleh udara, tetapi hal itu dapat dicegah bila larutan diasami

dan larutan paling stabil dibuat dengan H2SO4 sekitar 0,5 M. Larutan

demikian perlu distandarisasi setiap kali hendak dipakai.

2.6. Penentuan Titik Akhir pada Titrasi Redoks

Page 14: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

Biasanya dua jenis indicator digunakan untuk menentukan titik akhir.

Indikator tersebut adalah indicator eksternal maupun indicator internal.

Biasanya indicator eksternal digunakan dalam uji bercak.Contohnya :

K3Fe(CN)6 untuk Fe. UO2(NO3)2 untuk Zn. Indikator eksternal dapat digantikan

oleh indicator redoks internal. Indikator terdiri dari jenis ini harus

menghasilkan perubahan potensial oksidasi di sekitar titik ekivalen reaksi

redoks. Yang terbaik adalah indicator 1.10-fenantrolin, indicator ini

mempunyai potensi oksidasi pada harga antara potensial larutan yang titrasi

dan penitrannya sehingga memberikan titik akhir yang jelas.

(fen)3Fe + e (fen)3 Fe E = 1,06 V – 1,11 V

Biru Merah

Garam kompleks yang diperoleh dari pencampuran secara ekivalen

1.10-fenantrolin dan FeSO4 membentuk kompleks khelat yang disebut

“ferroin”. Pertukaran electron berlangsung melalui cincin aromatic. Kompleks

Fe dengan 5-nitro-1, 10-fenantrolin dan 5-metil-1-10-fenantrolin masing-

masing dikenal sebagai nitroferrolin (E = 1,25 V) dan metal-ferroin (E =

1,02 V). Kompleks Fe dengan 4-7 dimetil fenantrolin mempunyai harga E

= 0,921 V dalam 0,5 M H2SO4. Turunan-turunan lain yang sering digunakan

adalah 5,6-dimetil; 3,5,7 trimetil; 3,4,6,7-tetrametil; 5 fenil; 5-khloroferroin.

Kemudian indicator trimetil metana; turunan ini digunakan dalam suasan

larutan alkalis dan netral. Misalnya saja eroglaucine A (0,98 V), erigren B

(0,99 v), eriogren semuanya berubah warnanya dari kuning ke jingga pada

peristiwa oksidasi. Pada keadaan tersebut titrasi kembali tidak mungkin

dilakukan karena perubahan warnanya tidak reversible. Difenil amin dalam

H2SO4 juga merupakan indicator yang sering digunakan.

2.7.Pemakaian Iodium Sebagai Regen Redoks

Karena harga E iodium berada pada daerah pertengahan maka sistem

iodium dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor. Jika E tidak

tergantung pada pH (pH <>

I2 + 2 e 2 I , E = 0,535 V

I2 adalah oksidator lemah sedangkan iodide secara relative merupakan

reduktor lemah. Kelarutannya cukup baik dalam air dengan pembentukan

triodida [KI3]. Oleh karena itu

I2 + 2 e 2 I , E = 6,21 adalah reaksi pada permulaan reaksi. Iodium

dapat dimurnikan dengan sublimasi. Ia larut dalam larutan KI dan harus

disimpan dalam tempat yang dingin dan gelap. Dapat distandarisasi adalah

As2O3. Berkurangnya iodium akibat penguapan dan oksidasi udara

menyebabkan banyak kesalahan analisis. Cara lain standarisasi dengan

Page 15: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

Na2S2O3. 5H2O. Larutan thiosulfat distandarisasi lebih dahulu terhadap K2CrO7.

Reaksinya :

Cr2O7 + 14 H + 6 I 3 I2 + 2Cr + 7H2O

Biasanya indicator yang digunakan adalah kanji/amilum. Iodida pada

konsentrasi < style="position: relative; top: 2pt;"> M dapat dengan mudah

ditelan oleh amilum.

Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks

iodium-amilum mempunyai kelarutan yang kecil dalam air sehingga biasanya

ditambahkan pada titik akhir reaksi. Dengan formamida penyerangan kanji

oleh mikroorganisma paling sedikit. Kita akan membahas beberapa pilihan

reaksi iodometrik.

a. reaksi iodium-tiosulfat : Jika larutan iodium di dalam KI pada suasana

netral maupun asam dititrasi maka : I3 + 2S2O3 3 I + 2S4O6

sealam reaksi zat antara S2O3 I yang tidak berwarna adalah terbentuk

sebagai

S2O3 + I3 S2O3 I + 2 I warna yang terus menjadi

2S2O3 I + I S4O6 + I3 warna indicator muncul kembali pada

S2O3 I + S2O3 S4O6 + I Reaksi berlangsung baik dibawah pH =

5,0, sedangkan pada larutan alkali, larutan asam hpoiodus (HOI)

terbentuk.

b. Reaksi dengan tembaga : Kelebihan KI bereaksi dengan CU (II) untuk

membentuk CuI dan melepaskan sejumlah ekivalen I2.

2Cu + 4 I 2CuI + I2 ; 2Cu + 3 I 2CuI + I3 Iodida berperan

sebagai reduktor. Reaksi dengan Cu

Cu + e Cu E = 0,15 V; I2 + 2 e = 21 E =0,54 V dan Cu +

I + e CuI E = 0,86 V Hasil yang terbaik diperoleh dalam 4% KI.

pH optimum adalah 4,0.Cu (II) pada medium alkali akan lebih sulit

dioksidasi. Na2S2O3 di tambahkan secara perlahan-lahan karena iodium

yang teradsorbsi dilepaskan sedikit demi sedikit. Adanya ion klorida

dapat mengganggu karena iodide tidak dapat mereduksi Cu (II) secara

kuantitatif.

c. Oksigen terlarut : Dengan menggunakan metode Winkler, oksigen

terlarut (DO) dapat ditentukan. Dasarnya adalah reaksi antara O2 dan

Mn (II) hidroksida yang tersuspensi pada media alkali. Pada

penambahan asam Mn (OH)2 berubah menjadi Mn-iodida.

d. Air dengan metode Kerl Fischer : Ini meliputi titrasi sampel dalam

methanol. Titik akhir titrasi sesuai dengan munculnya kelebihan I2,

Page 16: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

yang dapat dideteksi secara manual maupun dengan cara-cara

elektrokimia. Reaksi adalah :

C5H5N.I2 + C5H5N.SO2 + C5H5N + H2O 2C5H5N H I + C5H5N. SO2

(Piridin N – asam sulfonat)

C5H5N.SO3 + CH3OH C5H5NO. SO2OCH3 (Piridium metal sulfat)

C5H5N.SO3 + H2O C5H5NHO. SO2OH (Piridium hydrogen sulfat)

Reaksi totalnya :

I2 + SO2 + H2O + CH3OH + 3 pyH I 2 pyH I + pyHOSO2OCH3

Metode ini sangat untuk menentukan kelembapan dan kandungan H2O

dari beberapa materi. Metode dua reagen lebih baik bila sampel dan

piridin methanol serta SO2 dititrasi dengan iodium dalam metanol.

2.8. Beberapa Sistem Redoks

a. Ce (IV) sulfat adalah oksidator yang sangat baik dengan indicator o-

fenantrolin. Pada reaksi Ce Ce + e electron orbital 4f-lah yang

dibebaskan. Laju reaksi dipengaruhi oleh pelarut dan pembentukan

kompleks. Ce (IV) selama reaksi dalam medium H2SO4, HNO3 dan HCLO4

berada dalam bentuk kompeks. Potensial formal pasangan Ce (IV)-Ce (III)

adalah 1,70 V dalam HCIO4; 1,60 V dalam HNO3 dan 1,42 V dalam larutan

H2SO4.

b. Kalium permanganate : adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan

indicator. Kelemahanya adalah dalam medium HCI CI dapat teroksidasi.

Demikian juga kelarutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas. Biasanya

digunakan pada medium asam 0,1N; MnO4 + 8 H + 5 e 4 H2O E =

1,51 V. Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperature

ruang.

c. Kalium dikromat : reaksi ini berproses seperti

Cr2O7 + 14 H + 6 e Cr + 7 H2O E = 1,33 V Zat ini mempunyai

keterbatasan dibandingkan KMnO4 atau Ce (IV), yaitu kekuatan oksidasinya

lebih lemah dan reaksinya lambat. K2Cr2O4 bersifat stabil dan inert terhadap

HCI. Mudah diperoleh dalam kemurniaan tinggi dan merupakan standar

primer. Biasanya indicator yang digunakan adalah asam difenilamin-sulfonat.

Terutama digunakan untuk analisis besi (III) menurut reaksi :

6 Fe + Cr2O7 + 14 H 6 Fe + 2 Cr + 7 H2O

d. Kalium bromate : ini adalah oksidator kuat. Reaksinya: BrO + 6 H Br

+ 3H2O E = 1,44 V. BrO3 adalah standar primer dan sifatnya stabil.

Page 17: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

Methyl orange atau red digunakan sebagai indicator tetapi tidak sebaik

nafthaflavon,quinoline yellow. Kalium Bromat banyak digunakan dalam kimia

organic, missal titrasi dengan oksin. Sebagian besar titrasi meliputi titrasi

kembali dengan asam arsenic.

e. Kalium iodat : banyak dipakai dalam kimia analitik IO3 + 5 I + 6 H 3

I2 + 3 H2O dan reaksi dalam titrasi Adrew’s: IO3 + Cl + 6 H +4 e ICI +

3 H2O E = 1,20 V. titrasi Andrew dilakukan pada suasana asam HCI 6 M

dalam CCI4. Titik akhir ditetapkan pada saat earna unggu menghilang . Untuk

mendapatkan warna titik akhir yang tepat perlu dilakukan pengocokan.

4.2. Pembahasan

Pereaksi kalium permanganat ukan pereaksi aku primer. Sangat

sukar untuk mendapatkan perekasi ini dalam keadaan murni, bebas

dari mangan dioksida. Kalium permanganat merupakan zat

pengoksid kuat yang berlainan menurut pH medium, kalium

permanganat merupakan zat padat coklat tua yang menghasilkan

larutan ungu bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas

untuk ion permanganat.

Timbulnya mangan dioksida ini justru akan mempercepat reduksi

pemanganat. Demikian juga adanya ion mangan (II) dalam larutan

akan mempercepat reduksi permanganat menjadi mangan oksida.

Reaksi tersebut berlangsung sangat cepat dalam suasana netral.

Oleh karena itu larutan kalium permanganat harus dibakukan dahulu

dengan menggunakan asam oksalat (H2C2O4) dan H2SO4.

Pembakuan larutan KMnO4 ini dapat dilakukan dengan titrasi

permanganometri secara langsung, biasanya dilakukan pada analit

yang dapat langsung dioksida.

Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat.

Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena

mampu bertindak sebagai indikator. Oleh karena itu pada larutan ini

tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung dititrasi dengan

larutan KMnO4.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain

terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan

dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang

terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir

titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang

seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan

KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian

KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah

ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan

reaksi antara MnO4- dengan Mn2+¬. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔

5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan

seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan

H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin

Page 18: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang

kemudian terurai menjadi air.

Raeksi antara permanganat dengan asam oksalat berjalan agak

lambat pada suhu kamar. Tetapi kecepatan meningkat setelah ion

mangan (II) terbentuk mangan (II) bertindak sebagai suatu katalis

dan reaksinya diberi istilah otokatalitik karena katalis menghasilkan

reaksinya sendiri. Kalium permanganat merupakan pengoksidasi

yang kuat sehingga dapat memakainya tanpa penambahan indikator.

Hal ini dikarenakan kalium permanganat dapat ertindak sebagai

indikator atau autoindikator. Diperoleh volume yang menggunakan

KMnO4 sebesar 1 mL, dengan perubahan larutan menjadi warna ros.

Reaksi yang terjadi adalah :

2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+ à 2Mn2 +10 CO2 + 8 H2O

Berdasarkan reaksi diatas diperoleh sesuai dengan konsep awal

bahwa normalitas KMnO4 yang digunakan adalah 0,03 N maka untuk

dihasilkan perhitungan sebagai berikut :

V1 . N1 = V2 . N2

N asam oksalat . Vasam Oksalat = N KMnO4 . V KMnO4

N1 = N2 . V2

V1

= 0,03 . 5,7 mL

25 mL

= 0,171

25

= 0,00684 N

= 6,84 X 10-3

Jadi N asam oksalat adalah 6,84 X 10-3 N

Permanganat akan memberikan warna merah ros yang jelas pada

volume larutan biasa dipergunakan dalam larutan yang biasa

dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk

mengidikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat berekasi

secara cepat dengan banyak agen pereduksi, namun beberapa

substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah

katalis untuk mempercepat reaksi.

Tabel Hasil Titrasi Asam Oksalat dengan H2SO4 oleh KMnO4

Percobaan Titik Ekivalen

(mL)

1 5,7 mL

2 5,7 mL

Rata-rata TE 5,7 mL

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari

titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah

MnO2. Bagaimanapun juga, mengingat reaksinya berjalan lambat,

MnO2 tidak diendapkan secara normal pada titik akhir titras-titrasi

permanganat. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam

Page 19: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

pembuatan larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula

ada dalam permanganat, atau terbentuk akiat dari reaksi antara

permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen pereduksi didalam

air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya

berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan

substansi-substansi yang dapat direduksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan maka praktikan dapat menarik beberap

kesimpulan yang penting, yaitu :

a. Permanganometri adalah metode titrasi menggunakan larutan

KMnO4 sebagai titran

b. Larutan KMnO4 dibakukan dengan H2C2O4. 2H2O dan diperoleh

konsentrasi KMnO4 standarisasi sebesar 0,03 N. Konsentrasi H2C2O4.

2H2O adalah 6,84 X 10-3 N

c. Reaksi titrasi kalium permanganat tidak memerlukan indikator

d. Titrasi ini berjalan agak lambat pada temperatur ruangan

e. Dilakukan pemanasan untuk mempercepat titrasi

REAKSI REDUKSI - OKSIDASI

Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara

luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam

kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan banyak

reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk

dipergunakan dalam analisi titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup

banyak.

Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat

yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan

mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang

terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku tiosulfat .

Oksidator + KI → I2 + 2e

I2 + Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6

Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara

langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan

menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku

berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.

Reduktor + I2 → 2I-

Na2S2 O3 + I2 → NaI +Na2S4 O6

Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat

direksikan secara sempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang

digunakan dalam metode ini adalah indikator kanji.

Sedangkan bromometri merupakan metode oksidasi reduksi dengan dasar

reaksi aksidasi dari ion bromat .

BrO3- + 6H+ + 6e → Br- + 3H2O

Page 20: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

Adanya kelebihan KBrO3 dalam larutan akan menyebabkan ion bromida

bereaksi dengan ion bromat

BrO3 + Br- + H+ → Br2 +H2O

Bromine yang dibebaskan akan merubah warna larutan menjadi kuning pucat

(warna merah ), jika reaksi antara zat dan bromine dalam lingkungan asam

berjalan cepat maka titrasi dapat secara langsung dilakukan. Namun bila

lambat maka dapat dilakukan titrasi tidak langsung yaitu larutan bromine

ditambah berlebih dan kelebihan bromine ditentukan secar iodometri. Bromin

dapat diperoleh dari penambahan asam kedalam larutan yang mengandung

kalium bromat dan kalium bromide.

Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi

untuk dititrasi langsung dengan iodin adalah tiosulfat, arseni dan entimon,

sulfida dan ferosianida. Kekuatan reduksi yang dimiliki oleh dari beberapa

substansi ini adalah tergantung dari pada konsentrasi ion hydrogen, dan

reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita

melakukan penyesuaian ph yang sulit.

Dalam menggunakan metode iodometrik kita menggunakan indikator kanji

dimana warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin

dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan

warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra

korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih umum

dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin–kanji bertindak

sebagai suatu tes yang amat sensitiv untuk iodin. 

Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat

dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi

iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksid yang membutuhkan

larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat biasanya

digunakan sebagai titrannya. Titrasi dengan arsenik membutuhakn larutan

yang sedikit alkalin.

Dalam larutan yang sedikit alkalin atau netral, oksidasi menjadi sulfat tidak

muncul terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen

pengoksid kuat, seperti garam permanganat, garam dikromat yang

mengoksid tiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya tidak kuantitatif.

Pada penentuan iodometrik ada banyak aplikasi proses iodometrik seperti

tembaga banyak digunakan baik untuk biji maupun paduannya metode ini

memberikan hasil yang lebih sempurna dan cepat daripada penentuan

elektrolit tembaga.

Pada metode bromometri, kalium bromat merupakan agen pengoksid yang

kuat dengan potensial standar dari reaksinya

BrO3 + 6H+ + 6e → Br- + 3H2O

Adalah +1,44 V. Reagen dapat digunakan dalam dua cara yaitu sebagai

sebuah oksdasi langsung untuk agen-agen pereduksi tertentu dan untuk

membangkitkan sejumlah bromin yang kuantitasnya diketahui.

Sejumlah agen pereduksi pada titrasi langsung metode bromometri sepertyi

Page 21: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

arsenik, besi (II) dan sulfida serta disulfida organik tertentu dapat dititrasi

secara langsung dengan sebuah larutan kalium bromat .

Kehadiran bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi,

beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk memberikan

perubahan warna. Perubahan warna ini biasanya tidak reversibel dan kita

harus hati-hati agar kita mendapatkan hasil yang lebih baik .

Reaksi brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium

bromat dapat dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan

kuantitas yang diketahui. Bromin tersebut kemudian dapat digunakan untuk

membrominasi secara kuantitatif berbagai senyawa organik. Bromide

berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yang

dihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya bromin

yang dihasilkan apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan

untuk membrominasi senyawa organik tersebut untuk membantu memaksa

reaksi ini agar selesai sepenuhnya.

Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat berupa subtitusi atau bisa

juga reaksi adisi.

Dalam menganalisa suatu senyawa dalam hal ini adalah obat dapat

digunakan analisis secara kuantitatif (penetapan banyak suatu zat tertentu

yang ada dalam sampel) dan analisis secara kualitatif (identifikasi zat-zat

dalam suatu sampel). Intinya tujuan analisis secara kualitatif adalah

memisahkan serta mengidentifikasi sejumlah unsur (Day & Underwood,

1981).

ANALISA PERMANGANOMETRI

Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam

reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah

menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan

untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.

Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator

kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara

luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes

permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada

volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan

kelebihan pereaksi.

Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium

oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang

terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium

oksalat adalah:

5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ →  10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan

kelebihan permanganat.

Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan

Page 22: 76932907-TITRASI-PERMANGANOMETRI

KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk

menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam

sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam

larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam

sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian

endapan MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan

zat baku utama, yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh

dibakukan dengan cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat

dengan pengenceran kristalnya pada suasana asam. Pada pembakuan

larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan kemudian ditambahkan

dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4 sampai larutan

berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat

dicari normalitas KMnO4.

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.

Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator

kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara

luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih.. Setetes

permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada

volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan

kelebihan pereaksi (Day, 1980).

Kalium permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama

sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin

mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium

permanganat dengan membentuk mangan dioksida serta bukanlah suatu

larutan standar primer (Basset, 1994).

Kalium permangatat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat

asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat,

ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau

(Rivai, 1995).

Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi

tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat

tergantung pada pH (Rivai, 1995).

Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium

oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer (Basset, 1994).