3. permanganometri
DESCRIPTION
BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangReaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks. Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian reaksi reduksi dan oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi dan oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen, oksidasi sebagai pengikat oksigen sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan oksigen. Pada perkembangan selanjutnya oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan pengkapan dan pelepasan electron dan dengan perubahan bilangan oksidasinya.TRANSCRIPT
38
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks.
Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian
reaksi reduksi dan oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya
reaksi reduksi dan oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen,
oksidasi sebagai pengikat oksigen sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan
oksigen. Pada perkembangan selanjutnya oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan
pengkapan dan pelepasan electron dan dengan perubahan bilangan oksidasinya.
Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah zat
yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat lain dan
zat yang dapat memberikan electron kepada zat lain sedangkan oksidator adalah
zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang mampu
mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat lain.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi
oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa
permanganate. Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yang dapar
bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatan
sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH
yang berbeda itu. Reaksi yang bermacasm-macam ini disebabkan oleh keragaman
valensi mangan.
KMnO4 merupakan zat pengoksid a yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi
menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4
-, contoh disiapkan dengan cara
yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-. Mn2+ mempunyai warna pink
(merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4-
berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi
39
mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes
lagi MnO4-. MnO4
- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi.
Oleh karena itu praktikum permanganometri ini dilakukan agar praktikan
dapat memahami lebih lanjut tentang permanganometri sehingga dapat
mengetahui konsentrasi Fe yang terdapat dalam larutan cuplikan Fe2+.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui kadar besi secara permanganometri
- Mengetahui konsentrasi larutan KMnO4
- Mengetahui fungsi pemanasan 60oC-70oC
40
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling
banyak jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri,
iodimetri, iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya
titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan
semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan
senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi
dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka
sampelnya adalah oksidator.
Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah
zat yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat lain
dan zat yang dapat memberikan elektron kepada zat lain sedangkan oksidator
adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang
mampu mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat lain (Keenan,
1986).
Larutan-larutan iodin standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung
iodin murni dan penegenceran dalam sebuah labu volumetrik. Iodin akan
dimurnikan oleh sublimasi dan ditambahkan kedalam sebuah larutan KI yang
konsentrasi iodatnya berjalan cukup cepat, rekasi ini juga hanya membutuhkan
sedikit kelebihan ion hidrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat
berjalan lebih lambat, namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan
konsentrasi ion hidrogen. Biasanya, sejumlah kecil ammonium molibdat
ditambahkan sebagai katalis (Underwood,1998).
Dalam suatu titrasi bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya
tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat
baku yang disebut larutan baku primer. Larutan standar primer adalah larutan
dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil penimbangan.
41
Contohnya K2Cr2O4, As2O3 dan sebagainya. Adapun syarat -syarat larutan standar
primer adalah:
1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni
2. Mempunyai kemurnian yang tinggi
3. Mempunyai rumus molekul yang pasti
4. Tidak mengalami perubahan saat penimbangan
5. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi
Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan
cara pembakuan. Contohnya NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, dan lain-lain.
Kebanyak titrasi dapat dilakukan dalam keadaan asam, disamping itu ada
beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan-bahan
organik. Daya oksidasi MnO4- lebih kecil sehingga letak keseimbangan kurang
menguntungkan. Untuk menarik keseimbangan kearah hasil titrasi, titasi di
tambahkan Ba2+, yang dapat mngendapkan ion MnO42- sebagai BaMnO4. Selain
menggeser kesetimbangan kekanan pengendapan ini juga mencegah reduksi
MnO42- ini lebih lanjut (Harjadi,1993).
Tembaga murni dapat dipergunakan sebagai standar primer untuk natrium
tiosulfat dan didasrkan untuk dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan untuk
menetukan tembaga. Potensial standar dari pasangan Cu (II) – Cu(I)
Cu2+ + e Cu2+
Adalah + 0,15V, sehingga iodine E° = + 0,53 V, adalah agen pengoksidasi yang
lebih baik dibandingkan ion Cu (II). Namun demikaian, ketika ion iodida
ditambahkan kedalam sebuah larutan Cu (II). Endapan CuI terbentuk :
2 Cu2+ + 4 I 2 Cu + I2
Reaksi dipaksa bergeser kekanan oleh pembentukan endapan dan juga oleh
penembahan ion iodida berlebih pH dari larutan harus dijaga oleh suatu sistem
penyangga, biasanya antara tiga dan empat. Telah ditemukan bahwa iodida telah
ditahan oleh absorpsi pada permukaan dan endapam tembaga (I) iodida dan harus
dipindahkan untuk mendapatkan hasil-hasil yang benar. Kalium triosianat
biasanya ditambahkan sesaat sebelum titik akhir dicapai untuk memyingkirkan
iodin yang di absorbsi (Underwood,1998).
42
Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa cara berdasarkan
pemakainnya:
1. Na2S2O3 sebagai titran dikenal sebagai iodimetri tak langsung
2. I2 sebagai titran, dikenal sebagai iodimetri langsung dan kadang-kadang
dinamakan iodimetri
3. Suatu oksidator kuat sebagai titran, diantaranya paling sering dipakai ialah:
a. KMnO4
b. K2CrO7
c. Ce (IV)
4. Reduktor kuat sebagai titran (Harjadi, 1993).
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam, dimana senyawa tersebut direduksi
menjadi Mn2+(aq). Pada analisis besi dengan MnO4
-, contoh disiapkan dengan cara
yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-(aq). Mn2+ mempunyai warna
pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4-
berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi
mempunyai warna akhir pink (merah muda) pekat dengan hanya penambahan satu
tetes lagi MnO4-. MnO4
- kurang cocok untuk titrasi pada larutan alkali sebab hasil
reduksi MnO2 yang tidak larut mengaburkan titik akhir titrasi (TAT). Titrasi lain
yang menggunakan MnO4- meliputi penentuan nitrit, H2O2 dan kalsium (setelah
mengendap sebagai oksalat). Pada kimia organik MnO4- digunakan untuk
mengoksidasi alkohol dan hidrokarbon tidak jenuh. Mangan dioksida, MnO2,
digunakan pada sel kering, pada kaca dan lapisan keramik, dan sebagai katalis
(Petrucci,1999).
Penetapan besi dalam bijih besi merupakan salah satu penerapan yang
penting dari titrasi permanganat. Bijih besi yang utama adalah oksida atau oksida
terhidrasi: hemit (Fe2O3), mangnetit (Fe2O4), geotit, dan limotit (2 Fe2O3 3H2O).
Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih besi adalah asam klorida. Oksidasi
terhidrasi mudah larut, sedangkan hematit dan magnetit melarutkan agak lambat.
Sebelum titrasi dengan permanganat besi(III) harus direduksi menjadi besi(II).
Reduksi ini dapat dilakukan dengan timah (II) klorida (Underwood,1998).
43
Dikenal berbagai macam titrasi redoks yaitu permanganometri,
dikromatometri, serimetri, iodo-iodimetri, dan bromatometri. Permanganometri
adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator kuat) sebagai titran.
Dalam permanganometri tidak diperlukan indikator, karena titran bertindak
sebagai indikator (auto indikator). Kalium permanganat bukan larutan baku
primer, maka larutan KMnO4 harus distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida
(As2O3), dan Natrium Oksalat (N2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk
penentuan kadar besi, kalsium, hidrogen peroksida. Pada penentuan besi pada
bijih besi mula-mula dilarutkan asam klorida, kemudian semua besi direduksi
menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada penetapan
kalsium, mula-mula kalsium diendapakan, dilarutkan dan oksalatnya dititrasi
dengan permanganat. Kebanyakan titrasi dapat dilakukan dalam keadaan asam,
disamping itu ada beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk
bahan-bahan organik. Daya oksida MnO4- lebih kecil sehingga letak
keseimbangannya kurang menguntungkan ( Khopkar,1990).
44
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3. 1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
- Corong kaca
- Gelas kimia
- Labu erlenmeyer 250 mL
- Termometer 100°C
- Pipet gondok 10 mL
- Buret 50 mL
- Labu takar 100 mL
- Statif dan klem
- Gelas ukur
- Hot plate
- Pipet tetes
- Pipet volume
3.1.2 Bahan-bahan
- Larutan H2C2O4 0,1 N
- Larutan H2SO4 4 N
- Larutan baku KMnO4 0,1 N
- larutan cuplikan Fe2+
- Aquades
- Tissu gulung
- Kertas label
3. 2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pembakuan larutan KMnO4 dengan larutan H2C2O4
- Dipipet 10 ml asam oksalat 0,1 N
- Dimasukkan ke erlenmeyer 250 ml
45
- Ditambahkan 10 ml H2SO4 4 N
- Dipanaskan 60°C - 70°C
- Dititrasi larutan panas ini dengan KMnO4
3. 2. 2 Penentuan kadar besi secara permanganometri
- Dipipet 10 ml larutan cuplikan Fe2+
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml
- Ditambahkan 2 ml H2SO4 4 N
- Dipanaskan 60°C
- Dititrasi larutan panas ini dengan KMnO4
- Dihitung konsentrasi Fe+
46
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
1 Pembakuan larutan KMnO4 dengan
larutan H2C2O4 0,1N
- Dipipet 10 ml H2C2O4 0,1 N
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer
250 ml
- Ditambahkan 10 mL H2SO4 4N
- Dipanaskan 60°C - 70°C
- Dititrasi larutan panas ini dengan
KMnO4
Larutan bening
Pada volume 9,75 ml larutan
berwarna ungu muda
2 Penentuan kadar besi secara
permanganometri
- Dipipet 10 ml larutan cuplikan
Fe2+ 0,1 N
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer
250 ml
- Ditambahkan 2 ml H2SO4 4N
- Dipanaskan 60°C – 70oC
- Dititrasi dengan KMnO4
Larutan bening
Pada volume 3,3 ml larutan berwarna
merah muda
4.2 Reaksi
4.2.1 Setengah reaksi redoks larutan KMnO4 dengan H2C2O4
Oksidasi : C2O4-2 2 CO2 + 2e- (x5)
Reduksi : MnO4- + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4 H2O (x2)
5C2O4-2 10 CO2 + 2e-
47
2MnO4- + 8 H+ + 5e- 2 Mn2+ + 8 H2O
5 C2O4-2 + 2MnO4
- + 16 H+ 10 CO2 + 2 Mn2+ + 8 H2O
4.2.2 Setengah reaksi redoks larutan KMnO4 dengan Fe2+
Oksidasi : Fe2+ Fe3+ + e- (x5)
Reduksi : MnO4- + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4 H2O (x1)
5 Fe2+ 5 Fe3+ +5 e-
MnO4- + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4 H2O
Fe2+ + MnO4- + 8 H+ 5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pembakuan larutan KMnO4 dengan H2C2O4 0,1N
Diket : V H2C2O4 = 10 ml
N H2C2O4 = 0,1 N
V KMnO4 = 9,75 ml
Ditanya : N KMnO4 ......?
Jawab :
V KMnO4 x N KMnO4 = V H2C2O4 x N H2C2O4
N KMnO4 = V H2C2O4 X N H2C2O4
V KMnO4
= 10 ml X 0,1 N
9,75 ml
= 0,1 N
4.3.2 Penentuan kadar besi secara permanganometri
Diket : V KMnO4 = 3,3 ml
N KMnO4 = 0,1 N
V Fe2 = 10 ml
Ditanya : N Fe2+ ..............?
Jawab :
48
N Fe2+ = V KMnO4 X N KMnO4
V Fe2+
= 3,3 ml X 0,1 N
10 ml
= 0,033 N
4.4 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah penentuan kadar besi secara permanganometri.
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi
ini ion MnO4- bertindak sebagai oksidator, ion MnO4
- akan berubah menjadi ion
Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan
kadar besi, permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar
belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak
digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.
Autokatalisator adalah suatu senyawa yang dapat berfungsi sebagai reagen
yang ikut bereaksi dan dapat pula berfungsi sebagai katalis yang mempercepat
terjadinya reaksi tanpa memerlukan bantuan dari katalis yang lainnya. Contoh dari
autokatalisator adalah H2SO4, MnSO4, dan H2C2O4.
Autoindikator adalah suatu senyawa yang dapat berfungsi sebagai reagen
yang ikut bereaksi dan dapat pula berfungsi sebagai indikator yang dapat
mengubah warnanya sendiri ketika terdapat titik akhir titrasi tanpa memerlukan
suatu indikator lainnya. Contoh dari autoindikator adalah KMnO4, I2 dan H2SO4.
Prinsip percobaan ini adalah penentuan kadar besi dalam larutan cuplikan
Fe2+ melalui titrasi dengan menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4)
yang telah dibakukan atau telah distandarisasi yang didasarkan pada reaksi redoks
hingga titrat mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna
dari bening menjadi merah muda.
Percobaan pertama adalah pembakuan kalium permanganat dengan larutan
H2C2O4. KMnO4 atau kalium permanganat merupakan agen pengoksidasi yang
kuat. Kalium permanganat biasa digunakan dalam larutan netral atau larutan yang
bersifat basa dalam kimia organik. Pengasaman kalium permanganat cenderung
49
untuk lebih meningkatkan kekuatan destruktif agen pengoksidasi dan pemecahan
ikatan-ikatan karbon-karbon. Larutan KMnO4 biasa dibuat sedikit basa dengan
larutan natrium karbonat dan perubahan yang khas hanya dengan satu tetes 0,1 N
KMnO4. KMnO4 sebagai pengoksidasi kuat akan tidak stabil jika kontak dengan
lingkungan terbuka, pengaruh cahaya maupun kondisi lingkungan seperti
kelembaban atau pengaruh kontaminasi dengan zat lain akan merubah konsentrasi
KMnO4, sehingga perlu dibakukan dengan H2C2O4 agar tidak berubah saat
direaksikan. Pada percobaan ini mula-mula dipipet 10 ml H2C2O4 0,1 N dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer, H2C2O4 merupakan oksidator yang kuat
sehingga mengalami reduksi yang kuat dan mampu menyeimbangkan konsentrasi
(sebagai larutan baku) setelah itu ditambahkan H2SO4 4 N untuk membuat reaksi
berlangsung dalam suasana asam karena potensial elektroda KMnO4 sangat
tergantung pada pH. Penambahan H2SO4 penting agar MnO4- tereduksi menjadi
Mn2+. Jika larutan dalam keadaan netral atau sedikit basa maka KMnO4 akan
tereduksi menjadi MnO2 dan membentuk endapan cokelat yang akan mempersulit
penentuan titik akhir titrasi. H2SO4 dipilih karena H2SO4 merupakan asam yang
stabil sehingga tidak akan menimbulkan efek samping, misalnya menguap seperti
yang terjadi bila digunakan HCl atau HNO3. Setelah itu setelah larutan homogen
dilakukan pemanasan 60oC-70oC. Setelah dipanaskan kemudian dilakukan titrasi
dengan KMnO4. Dari percobaan didapat volume KMnO4 9,75 ml untuk membuat
larutan H2C2O4 berubah warna menjadi ungu muda. Perubahan ini merupakan titik
akhir titrasi, setelah dilakukan perhitungan didapat konsentrasi KMnO4 setelah
dibakukan adalah 0,1 N.
Percobaan kedua adalah penentuan kadar besi dengan cara permanganometri.
Pada percobaan ini mula-mula dipipet 10 ml larutan cuplikan Fe2+ 0,1 N dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 ml H2SO4 agar besi
dapat larut sempurna dan agar KMnO4 tereduksi menjadi Mn2+ dan Fe2+ karena
Fe3+ kurang stabil diudara terbuka kemudian larutan tersebut dipanaskan 60oC-
70oC lalu dititrasi dengan KMnO4. Dari percobaan didapat volume KMnO4 sampai
larutan Fe berubah menjadi merah muda (TAT) adalah 3,3 ml sehingga setelah
50
dilakukan perhitungan didapat kadar Fe2+ dalam larutan cuplikan Fe2+ adalah
0,033 N.
Larutan KMnO4 perlu distandarisasi karena untuk dapat menentukan kadar
suatu sampel (Fe2+) diperlukan titrat yang merupakan suatu larutan standar primer.
Sedangkan KMnO4 bukan merupakan larutan standar primer yang tidak stabil jika
kontak dengan lingkungan terbuka, pengaruh cahaya maupun kondisi lingkungan
seperti kelembaban atau pengaruh kontaminasi dengan zat lain akan merubah
konsentrasi KMnO4. Sehingga perlu dibakukan dengan H2C2O4 agar tidak berubah
saat direaksikan.
H2SO4 digunakan karena H2SO4 merupakan asam yang stabil dan tidak
menimbulkan efek samping sehingga tidak mengubah hasil reaksi, H2SO4 juga
tidak berbahaya dalam konsentrasi tidak pekat. Sedangkan bila digunakan HCl
atau HNO3, kedua asam tersebut akan menguap ketika dipanaskan. HCl akan
menghasilkan gas Cl- (klorin) dan HNO3 akan menghasilkan gas NO3 (nitrat) yang
berbahaya.
Semua reagen yang dipakai dalam percobaan ini memiliki fungsi masing-
masing, antara lain:
- Larutan cuplikan Fe2+ berfungsi sebagai larutan yang akan dititrasi dan
diketahui berapa kadar Fe2+ dalam larutan tersebut
- H2SO4 berfungsi sebagai pembuat suasana asam dalam reaksi sehingga MnO4-
tereduksi menjadi Mn2+, H2SO4 juga berfungsi sebagai autokatalisator yang
dapat mempercepat berlangsungnya suatu reaksi
- H2C2O4 berfungsi sebagai reduktor/pereduksi. Selain itu H2C2O4 juga
berfungsi sebagai larutan baku yang membakukan larutan KMnO4
- KMnO4 berfungsi sebagai oksidator, juga sebagai titran yang dipakai untuk
mengetahui kadar besi dalam larutan cuplikan Fe2+
Fungsi perlakuan dalam percobaan ini, antara lain:
- Pengukuran denga gelas ukur berfungsi untuk mendapatkan larutan dengan
volume yang tepat
- Pemanasan 60oC-70oC adalah untuk mencapai suhu optimum sebab reaksi
akan berlangsung baik dan stabil, jika pada suhu dibawah 60oC maka ketika
51
larutan tersebut dititrasi dengan KMnO4 akan menghasilkan endapan cokelat
MnO2 sehingga titik akhir titrasi sulit untuk dilihat. Apabila dipanaskan pada
suhu diatas 70oC maka H2C2O4 akan menguap dan terurai menjadi CO2 dan
H2O, sehingga reaksi berjalan lambat bahkan gagal
- Penitrasian H2C2O4 dengan KMnO4 adalah untuk membakukan KMnO4,
karena KMnO4 bukan merupakan larutan standar primer
- Penitrasian larutan cuplikan Fe2+ dengan KMnO4 berfungsi untuk mengetahui
kadar Fe2+ yang terkandung dalam larutan cuplikan tersebut
Fungsi alat yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain:
- Termometer berfungsi untuk mengukur perubahan suhu larutan, sehingga
didapatkan suhu yang diinginkan dengan tepat
- Penangas air/ hot plate berfungsi untuk memanaskan larutan
- Gelas kimia berfungsi untuk menyimpan larutan
- Labu erlenmeyer berfungsi untuk menyimpan larutan
- Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan dengan tepat
- Pipet gondok 10 ml berfungsi untuk mengukur dan memindahkan larutan
dengan volume yang tepat 10 ml
- Statif dan klem serta buret berfungsi dalam proses titrasi dengan
menggunakan KMnO4
Dalam percobaan ini terdapat beberapa kesalahan yang membuat hasil
percobaan kurang maksimal, antara lain:
- Ketidaktelitian praktikan dalam mengukur larutan yang digunakan sehingga
hasil pengukuran tidak tepat
- Praktikan yang berlebihan ketika melakukan titrasi sehingga melewati titik
akhir titrasi sehingga volumenya yang digunakan tidak tepat dan
mempengaruhi perhitungan yang menjadi kurang tepat
- Kesalahan dalam mencampur reagen menyebabkan titik akhir titrasi menjadi
terlalu cepat sehingga percobaan perlu diulangi
- Alat-alat yang kurang bersih sehingga membuat hasil percobaan kurang
maksimal
52
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan penentuan kadar besi secara permanganometri
dapat disimpulkan, bahwa:
- Dari percobaan yang dilakukan didapatkan volume KMnO4 yang digunakan
adalah 2,3 ml sehingga setelah perhitungan didapatkan kadar besi dalam
larutan cuplikan Fe2+ adalah 0,033 N
- Dari percobaaan didapatkan volume KMnO4 adalah 9,75 ml sehingga didapat
konsentrasinya adalah sebesar 0,1 N
- Fungsi pemanasan 60oC-70oC adalah karena suhu tersebut merupakan suhu
optimum KMnO4 untuk mengoksidasi H2C2O4 (asam oksalat). Jika dibawah
60oC maka reaksi akan berjalan lambat dan akan mengubah MnO4- menjadi
MnO2 yang berupa endapan cokelat sehingga TAT susah untuk dilihat.
Sedangkan jika diatas 70oC maka akan merusak asam oksalat, mengubah
asam oksalat (H2C2O4) menjadi CO2 dan H2O sehingga hasil akhir lebih
sedikit
5.2 Saran
Sebaiknya penentuan kadar besinya tidak hanya dilakukan secara
permanganometri saja tetapi dilakukan denga titrasi redoks lainnya seperti
iodimetri atau bikromatometri, sehingga pengetahuan praktikan dapat bertambah.
53
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1998. Anilisa Kimia Kuantitafif. Erlangga: Jakarta
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analisis Dasar. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Keenan, W. Charles. 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI – Press: Jakarta
Petrucci, R.H. 1999. Kimia Dasar 3. Erlangga: Jakarta