3. permanganometri

23
38 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks. Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian reaksi reduksi dan oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi dan oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen, oksidasi sebagai pengikat oksigen sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan oksigen. Pada perkembangan selanjutnya oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan pengkapan dan pelepasan electron dan dengan perubahan bilangan oksidasinya. Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah zat yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat lain dan zat yang dapat memberikan electron kepada zat lain sedangkan oksidator adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang mampu mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat lain. Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa

Upload: affif-riskani-noor

Post on 21-Jan-2016

135 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangReaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks. Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian reaksi reduksi dan oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi dan oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen, oksidasi sebagai pengikat oksigen sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan oksigen. Pada perkembangan selanjutnya oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan pengkapan dan pelepasan electron dan dengan perubahan bilangan oksidasinya.

TRANSCRIPT

Page 1: 3. Permanganometri

38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks.

Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian

reaksi reduksi dan oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya

reaksi reduksi dan oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen,

oksidasi sebagai pengikat oksigen sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan

oksigen. Pada perkembangan selanjutnya oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan

pengkapan dan pelepasan electron dan dengan perubahan bilangan oksidasinya.

Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah zat

yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat lain dan

zat yang dapat memberikan electron kepada zat lain sedangkan oksidator adalah

zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang mampu

mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat lain.

Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi

oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa

permanganate. Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yang dapar

bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatan

sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH

yang berbeda itu. Reaksi yang bermacasm-macam ini disebabkan oleh keragaman

valensi mangan.

KMnO4 merupakan zat pengoksid a yang penting. Untuk analisis kimia

biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi

menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4

-, contoh disiapkan dengan cara

yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-. Mn2+ mempunyai warna pink

(merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4-

berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi

Page 2: 3. Permanganometri

39

mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes

lagi MnO4-. MnO4

- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi.

Oleh karena itu praktikum permanganometri ini dilakukan agar praktikan

dapat memahami lebih lanjut tentang permanganometri sehingga dapat

mengetahui konsentrasi Fe yang terdapat dalam larutan cuplikan Fe2+.

1.2 Tujuan Percobaan

- Mengetahui kadar besi secara permanganometri

- Mengetahui konsentrasi larutan KMnO4

- Mengetahui fungsi pemanasan 60oC-70oC

Page 3: 3. Permanganometri

40

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling

banyak jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri,

iodimetri, iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya

titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan

semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan

senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi

dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka

sampelnya adalah oksidator.

Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah

zat yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat lain

dan zat yang dapat memberikan elektron kepada zat lain sedangkan oksidator

adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang

mampu mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat lain (Keenan,

1986).

Larutan-larutan iodin standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung

iodin murni dan penegenceran dalam sebuah labu volumetrik. Iodin akan

dimurnikan oleh sublimasi dan ditambahkan kedalam sebuah larutan KI yang

konsentrasi iodatnya berjalan cukup cepat, rekasi ini juga hanya membutuhkan

sedikit kelebihan ion hidrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat

berjalan lebih lambat, namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan

konsentrasi ion hidrogen. Biasanya, sejumlah kecil ammonium molibdat

ditambahkan sebagai katalis (Underwood,1998).

Dalam suatu titrasi bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya

tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat

baku yang disebut larutan baku primer. Larutan standar primer adalah larutan

dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil penimbangan.

Page 4: 3. Permanganometri

41

Contohnya K2Cr2O4, As2O3 dan sebagainya. Adapun syarat -syarat larutan standar

primer adalah:

1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni

2. Mempunyai kemurnian yang tinggi

3. Mempunyai rumus molekul yang pasti

4. Tidak mengalami perubahan saat penimbangan

5. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi

Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan

cara pembakuan. Contohnya NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, dan lain-lain.

Kebanyak titrasi dapat dilakukan dalam keadaan asam, disamping itu ada

beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan-bahan

organik. Daya oksidasi MnO4- lebih kecil sehingga letak keseimbangan kurang

menguntungkan. Untuk menarik keseimbangan kearah hasil titrasi, titasi di

tambahkan Ba2+, yang dapat mngendapkan ion MnO42- sebagai BaMnO4. Selain

menggeser kesetimbangan kekanan pengendapan ini juga mencegah reduksi

MnO42- ini lebih lanjut (Harjadi,1993).

Tembaga murni dapat dipergunakan sebagai standar primer untuk natrium

tiosulfat dan didasrkan untuk dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan untuk

menetukan tembaga. Potensial standar dari pasangan Cu (II) – Cu(I)

Cu2+ + e Cu2+

Adalah + 0,15V, sehingga iodine E° = + 0,53 V, adalah agen pengoksidasi yang

lebih baik dibandingkan ion Cu (II). Namun demikaian, ketika ion iodida

ditambahkan kedalam sebuah larutan Cu (II). Endapan CuI terbentuk :

2 Cu2+ + 4 I 2 Cu + I2

Reaksi dipaksa bergeser kekanan oleh pembentukan endapan dan juga oleh

penembahan ion iodida berlebih pH dari larutan harus dijaga oleh suatu sistem

penyangga, biasanya antara tiga dan empat. Telah ditemukan bahwa iodida telah

ditahan oleh absorpsi pada permukaan dan endapam tembaga (I) iodida dan harus

dipindahkan untuk mendapatkan hasil-hasil yang benar. Kalium triosianat

biasanya ditambahkan sesaat sebelum titik akhir dicapai untuk memyingkirkan

iodin yang di absorbsi (Underwood,1998).

Page 5: 3. Permanganometri

42

Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa cara berdasarkan

pemakainnya:

1. Na2S2O3 sebagai titran dikenal sebagai iodimetri tak langsung

2. I2 sebagai titran, dikenal sebagai iodimetri langsung dan kadang-kadang

dinamakan iodimetri

3. Suatu oksidator kuat sebagai titran, diantaranya paling sering dipakai ialah:

a. KMnO4

b. K2CrO7

c. Ce (IV)

4. Reduktor kuat sebagai titran (Harjadi, 1993).

KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia

biasanya digunakan pada larutan asam, dimana senyawa tersebut direduksi

menjadi Mn2+(aq). Pada analisis besi dengan MnO4

-, contoh disiapkan dengan cara

yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-(aq). Mn2+ mempunyai warna

pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4-

berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi

mempunyai warna akhir pink (merah muda) pekat dengan hanya penambahan satu

tetes lagi MnO4-. MnO4

- kurang cocok untuk titrasi pada larutan alkali sebab hasil

reduksi MnO2 yang tidak larut mengaburkan titik akhir titrasi (TAT). Titrasi lain

yang menggunakan MnO4- meliputi penentuan nitrit, H2O2 dan kalsium (setelah

mengendap sebagai oksalat). Pada kimia organik MnO4- digunakan untuk

mengoksidasi alkohol dan hidrokarbon tidak jenuh. Mangan dioksida, MnO2,

digunakan pada sel kering, pada kaca dan lapisan keramik, dan sebagai katalis

(Petrucci,1999).

Penetapan besi dalam bijih besi merupakan salah satu penerapan yang

penting dari titrasi permanganat. Bijih besi yang utama adalah oksida atau oksida

terhidrasi: hemit (Fe2O3), mangnetit (Fe2O4), geotit, dan limotit (2 Fe2O3 3H2O).

Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih besi adalah asam klorida. Oksidasi

terhidrasi mudah larut, sedangkan hematit dan magnetit melarutkan agak lambat.

Sebelum titrasi dengan permanganat besi(III) harus direduksi menjadi besi(II).

Reduksi ini dapat dilakukan dengan timah (II) klorida (Underwood,1998).

Page 6: 3. Permanganometri

43

Dikenal berbagai macam titrasi redoks yaitu permanganometri,

dikromatometri, serimetri, iodo-iodimetri, dan bromatometri. Permanganometri

adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator kuat) sebagai titran.

Dalam permanganometri tidak diperlukan indikator, karena titran bertindak

sebagai indikator (auto indikator). Kalium permanganat bukan larutan baku

primer, maka larutan KMnO4 harus distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida

(As2O3), dan Natrium Oksalat (N2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk

penentuan kadar besi, kalsium, hidrogen peroksida. Pada penentuan besi pada

bijih besi mula-mula dilarutkan asam klorida, kemudian semua besi direduksi

menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada penetapan

kalsium, mula-mula kalsium diendapakan, dilarutkan dan oksalatnya dititrasi

dengan permanganat. Kebanyakan titrasi dapat dilakukan dalam keadaan asam,

disamping itu ada beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk

bahan-bahan organik. Daya oksida MnO4- lebih kecil sehingga letak

keseimbangannya kurang menguntungkan ( Khopkar,1990).

Page 7: 3. Permanganometri

44

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3. 1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

- Corong kaca

- Gelas kimia

- Labu erlenmeyer 250 mL

- Termometer 100°C

- Pipet gondok 10 mL

- Buret 50 mL

- Labu takar 100 mL

- Statif dan klem

- Gelas ukur

- Hot plate

- Pipet tetes

- Pipet volume

3.1.2 Bahan-bahan

- Larutan H2C2O4 0,1 N

- Larutan H2SO4 4 N

- Larutan baku KMnO4 0,1 N

- larutan cuplikan Fe2+

- Aquades

- Tissu gulung

- Kertas label

3. 2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pembakuan larutan KMnO4 dengan larutan H2C2O4

- Dipipet 10 ml asam oksalat 0,1 N

- Dimasukkan ke erlenmeyer 250 ml

Page 8: 3. Permanganometri

45

- Ditambahkan 10 ml H2SO4 4 N

- Dipanaskan 60°C - 70°C

- Dititrasi larutan panas ini dengan KMnO4

3. 2. 2 Penentuan kadar besi secara permanganometri

- Dipipet 10 ml larutan cuplikan Fe2+

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml

- Ditambahkan 2 ml H2SO4 4 N

- Dipanaskan 60°C

- Dititrasi larutan panas ini dengan KMnO4

- Dihitung konsentrasi Fe+

Page 9: 3. Permanganometri

46

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Perlakuan Pengamatan

1 Pembakuan larutan KMnO4 dengan

larutan H2C2O4 0,1N

- Dipipet 10 ml H2C2O4 0,1 N

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer

250 ml

- Ditambahkan 10 mL H2SO4 4N

- Dipanaskan 60°C - 70°C

- Dititrasi larutan panas ini dengan

KMnO4

Larutan bening

Pada volume 9,75 ml larutan

berwarna ungu muda

2 Penentuan kadar besi secara

permanganometri

- Dipipet 10 ml larutan cuplikan

Fe2+ 0,1 N

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer

250 ml

- Ditambahkan 2 ml H2SO4 4N

- Dipanaskan 60°C – 70oC

- Dititrasi dengan KMnO4

Larutan bening

Pada volume 3,3 ml larutan berwarna

merah muda

4.2 Reaksi

4.2.1 Setengah reaksi redoks larutan KMnO4 dengan H2C2O4

Oksidasi : C2O4-2 2 CO2 + 2e- (x5)

Reduksi : MnO4- + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4 H2O (x2)

5C2O4-2 10 CO2 + 2e-

Page 10: 3. Permanganometri

47

2MnO4- + 8 H+ + 5e- 2 Mn2+ + 8 H2O

5 C2O4-2 + 2MnO4

- + 16 H+ 10 CO2 + 2 Mn2+ + 8 H2O

4.2.2 Setengah reaksi redoks larutan KMnO4 dengan Fe2+

Oksidasi : Fe2+ Fe3+ + e- (x5)

Reduksi : MnO4- + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4 H2O (x1)

5 Fe2+ 5 Fe3+ +5 e-

MnO4- + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4 H2O

Fe2+ + MnO4- + 8 H+ 5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O

4.3 Perhitungan

4.3.1 Pembakuan larutan KMnO4 dengan H2C2O4 0,1N

Diket : V H2C2O4 = 10 ml

N H2C2O4 = 0,1 N

V KMnO4 = 9,75 ml

Ditanya : N KMnO4 ......?

Jawab :

V KMnO4 x N KMnO4 = V H2C2O4 x N H2C2O4

N KMnO4 = V H2C2O4 X N H2C2O4

V KMnO4

= 10 ml X 0,1 N

9,75 ml

= 0,1 N

4.3.2 Penentuan kadar besi secara permanganometri

Diket : V KMnO4 = 3,3 ml

N KMnO4 = 0,1 N

V Fe2 = 10 ml

Ditanya : N Fe2+ ..............?

Jawab :

Page 11: 3. Permanganometri

48

N Fe2+ = V KMnO4 X N KMnO4

V Fe2+

= 3,3 ml X 0,1 N

10 ml

= 0,033 N

4.4 Pembahasan

Percobaan kali ini adalah penentuan kadar besi secara permanganometri.

Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi

ini ion MnO4- bertindak sebagai oksidator, ion MnO4

- akan berubah menjadi ion

Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan

kadar besi, permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar

belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak

digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.

Autokatalisator adalah suatu senyawa yang dapat berfungsi sebagai reagen

yang ikut bereaksi dan dapat pula berfungsi sebagai katalis yang mempercepat

terjadinya reaksi tanpa memerlukan bantuan dari katalis yang lainnya. Contoh dari

autokatalisator adalah H2SO4, MnSO4, dan H2C2O4.

Autoindikator adalah suatu senyawa yang dapat berfungsi sebagai reagen

yang ikut bereaksi dan dapat pula berfungsi sebagai indikator yang dapat

mengubah warnanya sendiri ketika terdapat titik akhir titrasi tanpa memerlukan

suatu indikator lainnya. Contoh dari autoindikator adalah KMnO4, I2 dan H2SO4.

Prinsip percobaan ini adalah penentuan kadar besi dalam larutan cuplikan

Fe2+ melalui titrasi dengan menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4)

yang telah dibakukan atau telah distandarisasi yang didasarkan pada reaksi redoks

hingga titrat mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna

dari bening menjadi merah muda.

Percobaan pertama adalah pembakuan kalium permanganat dengan larutan

H2C2O4. KMnO4 atau kalium permanganat merupakan agen pengoksidasi yang

kuat. Kalium permanganat biasa digunakan dalam larutan netral atau larutan yang

bersifat basa dalam kimia organik. Pengasaman kalium permanganat cenderung

Page 12: 3. Permanganometri

49

untuk lebih meningkatkan kekuatan destruktif agen pengoksidasi dan pemecahan

ikatan-ikatan karbon-karbon. Larutan KMnO4 biasa dibuat sedikit basa dengan

larutan natrium karbonat dan perubahan yang khas hanya dengan satu tetes 0,1 N

KMnO4. KMnO4 sebagai pengoksidasi kuat akan tidak stabil jika kontak dengan

lingkungan terbuka, pengaruh cahaya maupun kondisi lingkungan seperti

kelembaban atau pengaruh kontaminasi dengan zat lain akan merubah konsentrasi

KMnO4, sehingga perlu dibakukan dengan H2C2O4 agar tidak berubah saat

direaksikan. Pada percobaan ini mula-mula dipipet 10 ml H2C2O4 0,1 N dan

dimasukkan kedalam erlenmeyer, H2C2O4 merupakan oksidator yang kuat

sehingga mengalami reduksi yang kuat dan mampu menyeimbangkan konsentrasi

(sebagai larutan baku) setelah itu ditambahkan H2SO4 4 N untuk membuat reaksi

berlangsung dalam suasana asam karena potensial elektroda KMnO4 sangat

tergantung pada pH. Penambahan H2SO4 penting agar MnO4- tereduksi menjadi

Mn2+. Jika larutan dalam keadaan netral atau sedikit basa maka KMnO4 akan

tereduksi menjadi MnO2 dan membentuk endapan cokelat yang akan mempersulit

penentuan titik akhir titrasi. H2SO4 dipilih karena H2SO4 merupakan asam yang

stabil sehingga tidak akan menimbulkan efek samping, misalnya menguap seperti

yang terjadi bila digunakan HCl atau HNO3. Setelah itu setelah larutan homogen

dilakukan pemanasan 60oC-70oC. Setelah dipanaskan kemudian dilakukan titrasi

dengan KMnO4. Dari percobaan didapat volume KMnO4 9,75 ml untuk membuat

larutan H2C2O4 berubah warna menjadi ungu muda. Perubahan ini merupakan titik

akhir titrasi, setelah dilakukan perhitungan didapat konsentrasi KMnO4 setelah

dibakukan adalah 0,1 N.

Percobaan kedua adalah penentuan kadar besi dengan cara permanganometri.

Pada percobaan ini mula-mula dipipet 10 ml larutan cuplikan Fe2+ 0,1 N dan

dimasukkan kedalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 ml H2SO4 agar besi

dapat larut sempurna dan agar KMnO4 tereduksi menjadi Mn2+ dan Fe2+ karena

Fe3+ kurang stabil diudara terbuka kemudian larutan tersebut dipanaskan 60oC-

70oC lalu dititrasi dengan KMnO4. Dari percobaan didapat volume KMnO4 sampai

larutan Fe berubah menjadi merah muda (TAT) adalah 3,3 ml sehingga setelah

Page 13: 3. Permanganometri

50

dilakukan perhitungan didapat kadar Fe2+ dalam larutan cuplikan Fe2+ adalah

0,033 N.

Larutan KMnO4 perlu distandarisasi karena untuk dapat menentukan kadar

suatu sampel (Fe2+) diperlukan titrat yang merupakan suatu larutan standar primer.

Sedangkan KMnO4 bukan merupakan larutan standar primer yang tidak stabil jika

kontak dengan lingkungan terbuka, pengaruh cahaya maupun kondisi lingkungan

seperti kelembaban atau pengaruh kontaminasi dengan zat lain akan merubah

konsentrasi KMnO4. Sehingga perlu dibakukan dengan H2C2O4 agar tidak berubah

saat direaksikan.

H2SO4 digunakan karena H2SO4 merupakan asam yang stabil dan tidak

menimbulkan efek samping sehingga tidak mengubah hasil reaksi, H2SO4 juga

tidak berbahaya dalam konsentrasi tidak pekat. Sedangkan bila digunakan HCl

atau HNO3, kedua asam tersebut akan menguap ketika dipanaskan. HCl akan

menghasilkan gas Cl- (klorin) dan HNO3 akan menghasilkan gas NO3 (nitrat) yang

berbahaya.

Semua reagen yang dipakai dalam percobaan ini memiliki fungsi masing-

masing, antara lain:

- Larutan cuplikan Fe2+ berfungsi sebagai larutan yang akan dititrasi dan

diketahui berapa kadar Fe2+ dalam larutan tersebut

- H2SO4 berfungsi sebagai pembuat suasana asam dalam reaksi sehingga MnO4-

tereduksi menjadi Mn2+, H2SO4 juga berfungsi sebagai autokatalisator yang

dapat mempercepat berlangsungnya suatu reaksi

- H2C2O4 berfungsi sebagai reduktor/pereduksi. Selain itu H2C2O4 juga

berfungsi sebagai larutan baku yang membakukan larutan KMnO4

- KMnO4 berfungsi sebagai oksidator, juga sebagai titran yang dipakai untuk

mengetahui kadar besi dalam larutan cuplikan Fe2+

Fungsi perlakuan dalam percobaan ini, antara lain:

- Pengukuran denga gelas ukur berfungsi untuk mendapatkan larutan dengan

volume yang tepat

- Pemanasan 60oC-70oC adalah untuk mencapai suhu optimum sebab reaksi

akan berlangsung baik dan stabil, jika pada suhu dibawah 60oC maka ketika

Page 14: 3. Permanganometri

51

larutan tersebut dititrasi dengan KMnO4 akan menghasilkan endapan cokelat

MnO2 sehingga titik akhir titrasi sulit untuk dilihat. Apabila dipanaskan pada

suhu diatas 70oC maka H2C2O4 akan menguap dan terurai menjadi CO2 dan

H2O, sehingga reaksi berjalan lambat bahkan gagal

- Penitrasian H2C2O4 dengan KMnO4 adalah untuk membakukan KMnO4,

karena KMnO4 bukan merupakan larutan standar primer

- Penitrasian larutan cuplikan Fe2+ dengan KMnO4 berfungsi untuk mengetahui

kadar Fe2+ yang terkandung dalam larutan cuplikan tersebut

Fungsi alat yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain:

- Termometer berfungsi untuk mengukur perubahan suhu larutan, sehingga

didapatkan suhu yang diinginkan dengan tepat

- Penangas air/ hot plate berfungsi untuk memanaskan larutan

- Gelas kimia berfungsi untuk menyimpan larutan

- Labu erlenmeyer berfungsi untuk menyimpan larutan

- Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan dengan tepat

- Pipet gondok 10 ml berfungsi untuk mengukur dan memindahkan larutan

dengan volume yang tepat 10 ml

- Statif dan klem serta buret berfungsi dalam proses titrasi dengan

menggunakan KMnO4

Dalam percobaan ini terdapat beberapa kesalahan yang membuat hasil

percobaan kurang maksimal, antara lain:

- Ketidaktelitian praktikan dalam mengukur larutan yang digunakan sehingga

hasil pengukuran tidak tepat

- Praktikan yang berlebihan ketika melakukan titrasi sehingga melewati titik

akhir titrasi sehingga volumenya yang digunakan tidak tepat dan

mempengaruhi perhitungan yang menjadi kurang tepat

- Kesalahan dalam mencampur reagen menyebabkan titik akhir titrasi menjadi

terlalu cepat sehingga percobaan perlu diulangi

- Alat-alat yang kurang bersih sehingga membuat hasil percobaan kurang

maksimal

Page 15: 3. Permanganometri

52

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan penentuan kadar besi secara permanganometri

dapat disimpulkan, bahwa:

- Dari percobaan yang dilakukan didapatkan volume KMnO4 yang digunakan

adalah 2,3 ml sehingga setelah perhitungan didapatkan kadar besi dalam

larutan cuplikan Fe2+ adalah 0,033 N

- Dari percobaaan didapatkan volume KMnO4 adalah 9,75 ml sehingga didapat

konsentrasinya adalah sebesar 0,1 N

- Fungsi pemanasan 60oC-70oC adalah karena suhu tersebut merupakan suhu

optimum KMnO4 untuk mengoksidasi H2C2O4 (asam oksalat). Jika dibawah

60oC maka reaksi akan berjalan lambat dan akan mengubah MnO4- menjadi

MnO2 yang berupa endapan cokelat sehingga TAT susah untuk dilihat.

Sedangkan jika diatas 70oC maka akan merusak asam oksalat, mengubah

asam oksalat (H2C2O4) menjadi CO2 dan H2O sehingga hasil akhir lebih

sedikit

5.2 Saran

Sebaiknya penentuan kadar besinya tidak hanya dilakukan secara

permanganometri saja tetapi dilakukan denga titrasi redoks lainnya seperti

iodimetri atau bikromatometri, sehingga pengetahuan praktikan dapat bertambah.

Page 16: 3. Permanganometri

53

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A dan Underwood, A.L. 1998. Anilisa Kimia Kuantitafif. Erlangga: Jakarta

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analisis Dasar. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Keenan, W. Charles. 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI – Press: Jakarta

Petrucci, R.H. 1999. Kimia Dasar 3. Erlangga: Jakarta