72451761-isi-laporan
TRANSCRIPT
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 1
BAB VI
PINTU SORONG DAN AIR LONCAT
6.1 Pendahuluan
Pintu sorong atau biasa kita sebut pintu air adalah suatu alat untuk mengontrol
aliran pada saluran terbuka. Pintu menahan air di bagian hulu dan mengizinkan
aliran ke arah hilir melalui bawah pintu dengan kecepatan tinggi (JMK Dake,
1983:48). Sekat pada pintu air ini dapat diatur bukaannya.
Aliran di hulu pintu setelah pintu sorong adalah aliran subkritis. Kemudian, aliran
air mengalami percepatan ketika melewati bagian bawah pintu/sekat. Akibat
percepatan yang dialami, aliran berubah secara tiba-tiba dari subkritis ke
superkritis. Di lokasi yang lebih hilir, aliran akan mengalami semacam shock yang
membuatnya kembali menjadi aliran subkritis. Pada lokasi terjadinya perubahan
aliran superkritis menjadi aliran subkritis secara tiba-tiba tersebut, akan terjadi
peristiwa yang biasa disebut dengan lompatan hidrolik (hydraulic jump). Air
loncat atau lompatan hidrolik biasanya sengaja dibuat untuk meredam energi dan
memperlambat aliran sehingga tidak menggerus dasar saluran.
Secara fisik profil aliran pada pintu sorong dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 6.1 Profil Aliran pada Pintu Sorong dan Air Loncat
Pintu
Sorong
Air
Loncat
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 2
6.2 Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong
b. Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi
c. Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong Fg dan Fh
d. Mengamati profil aliran air loncat
e. Menghitung kehilangan energi akibat air loncat
f. Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum
6.3 Alat-Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. Pintu sorong e. Sekat pengatur hilir
b. Alat pengukur kedalaman f. Penampung air
c. Meteran g. Pompa
d. Manometer
6.4 Dasar Teori dan Penurunan Rumus
6.4.1 Debit aliran
6.4.1.1 Debit berdasarkan venturimeter
Dalam praktikum, pengukuran debit digunakan dengan venturimeter. Dengan
menerapkan prinsip kekekalan energi, impuls-momentum, dan kontinuitas
(kekekalan massa), serta dengan asumsi terjadi kehilangan energi, dapat
diterapkan persamaan Bernoulli untuk menghitung besar debit berdasarkan tinggi
muka air sebelum dan pada kontraksi.
Besarnya debit dapat diperoleh dengan rumus:
√
( )
*(
)
+
( )
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 3
Gambar 6.2 Venturimeter
Penurunan rumus debit tersebut adalah sebagai berikut.
Hukum Bernoulli
( )
( )
Diketahui dari prinsip pembacaan manometer:
( )
( ) ( )
Lalu substitusi persamaan (2) ke dalam persamaan (1)
( )
( )
Persamaan kontinuitas
(
)
( )
Z1 Z2
D1 D2
Δh
Datum
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 4
Lalu substitusi persamaan (4) ke dalam persamaan (2)
( )
*(
)
+
( )
(
)
( )
*(
)
+
( )
*(
)
+
( )
*(
)
+
√
( )
*(
)
+
Rumus dasar debit dari persamaan kontinuitas
Maka didapat
√
( )
*(
)
+
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 5
6.4.1.2 Debit aktual dan teoretis pada pintu sorong
Gambar 6.3 Profil Aliran pada Pintu Sorong
Y0 = tinggi muka air di hulu pintu sorong
Yg = tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran
Y1 = tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong
Y2 = tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong
Ya = tinggi muka air tepat sebelum air loncat
Yb = tinggi muka air tepat setelah air loncat
Secara teoretis, besarnya debit yang melalui pintu sorong dapat dirumuskan dari
persamaan energi.
(
)
(
)
(
)
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 6
maka,
(
)
(
)
* (
)
+
(
)
( )
* (
)
+
(
)
*(
) (
)+
( ) (
)
( )
(
)
Sehingga didapat, besarnya debit teoretis adalah sebagai berikut.
√
(
) ( )
Dengan memasukkan harga koefisien kecepatan (Cv) dan koefisien kontraksi (Cc)
ke dalam persamaan debit secara teoritis, maka dapat diperoleh Debit Aktual (Qa).
√
(
)
( )
6.4.2 Gaya yang bekerja pada pintu sorong
Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam desain pintu air adalah gaya
yang bekerja, alat pengangkat (mesin atau manusia), sekat kedap air, dan bahan
bangunan. Gaya yang berpengaruh adalah gaya akibat tekanan air horizontal
bekerja pada plat pintu.
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 7
Gambar 6.4 Distribusi Gaya yang Bekerja pada Pintu
Tekanan yang bekerja pada permukaan pintu dapat dianalisis dengan pengukuran
langsung pada model. Tekanan normal pada permukaan pintu dapat ditanyakan
oleh komponen horizontal FH. Letak dan besarnya gaya-gaya pada pintu dapat
ditentukan secara grafis, dengan mengggunakan diagram distribusi. Cara
yanglebih sederhana dalam menentukan besarnya tekanan adalah dengan
menganggap bahwa tekanan horizontal pada permukaan pintu terdistribusi secara
hidrostatis.
Gaya dorong yang bekerja pada pintu sorong akibat tekanan hidrostatis dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
( )
( )
Sedangkan gaya dorong lainnya yang bekerja pada pintu sorong dapat dihitung
dengan rumus berikut.
(
) *
(
)+ ( )
Penurunan rumus tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
Keseimbangan gaya dengan momentum (persamaan momentum pada air
dengan volume terkontrol)
( )
F gesek
Q
yg
yo
y1
Fg
Fs0
0 1
Fs1
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 8
( )
( )
(
) (
) [
( (
))]
(
) [
(
)]
(
) *
(
)+
Sehingga didapat:
(
) *
(
)+
Dengan:
g = percepatan gravitasi= 9,81 m/s2
b = lebar saluran (8 cm)
6.4.3 Air loncat
Aliran pada pintu sorong adalah aliran tak tunak yang berubah tiba-tiba sehingga
muncul perubahan tinggi muka air dari subkritis menjadi superkritis. Aliran yang
keluar dari pintu biasanya mempunyai semburan kecepatan tinggi yang dapat
mengikis dasar saluran ke arah hilir. Selanjutnya, di lokasi yang lebih hilir akan
terjadi perubahan aliran dari superkritis menjadi subkritis yang mengakibatkan
peristiwa yang biasa disebut dengan air loncat.
6.4.3.1 Bilangan Froude
Bilangan Froude adalah bilangan tak berdimensi yang merupakan rasio antara
inersia terhadap gaya akibat gravitasi. Bilangan Froude dirumuskan sebagai
berikut.
√ ( )
Dengan:
v = kecepatan aliran dan y = tinggi aliran
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 9
6.4.3.2 Hubungan nilai Yb/Ya dengan bilangan Froude
Untuk menjaga nilai bilangan Froude yang konstan, kedalaman air berubah dari
kedalaman di hulu ke kedalaman di hilir air loncat dengan kehilangan energi.
Sehingga hubungan Ya dan Yb adalah sebagai berikut.
*√
+ ( )
Penurunan Rumus:
Berdasarkan persamaan momentum dengan volume terkontrol di section a
sampai section b, didapat:
(
) ( )
(
)
( )
Dari persamaan kontinuitas,
Substitusi nilai v ke dalam persamaan sebelumnya,
(
)
(
)
( )( )
(
)
( )
(
)
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 10
(
)
(
)
(
)
Dengan menggunakan rumus abc, didapat (ambil akar persamaan yang
menghasilkan nilai Yb/Ya positif):
√
6.4.3.3 Energi Spesifik
Energi spesifik dalam suatu penampang saluran dinyatakan sebagai energi air per
satuan berat fasa setiap penampang saluran, diperhitungkan terhadap dasar
saluran. Untuk saluran dengan kemiringan kecil dan tidak ada kemiringan dalam
aliran airnya (α=1), maka energi spesifik dapat dihitung dengan persamaan:
( )
Dengan :
E = Energi spesifik pada suatu titik tinjau (m)
Y = kedalaman air di titik tinjau (m)
V = kecepatan air di titik tinjau (m/s)
Untuk energi spesifik tertentu terdapat dua kemungkinan kedalaman, misalnya Ya
dan Yb. Kedalaman hilir disebut alternate depth dari kedalaman hulu dan begitu
juga sebaliknya. Pada keadaan kritis kedua kedalaman tersebut seolah menyatu
dan dikenal sebagai kedalaman kritis (Yc). Kedalaman kritis didapat dari
persamaan berikut.
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 11
(
)
( )
Sedangkan Energi minimum didapat dari persamaan berikut.
( )
Kedua persamaan tersebut dapat dibuktikan melalui penurunan rumus sebagai
berikut.
Dari rumus energi spesifik, untuk titik tinjau Yc
Saat kedalaman kritis, energi mencapai nilai minimum yang artinya Ec’=0.
Sehingga didapat :
(
)
Saat kedalaman kritis, maka nilai Fr=1.
√
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 12
Dengan memasukkan nilai Yc ke dalam persamaan energi spesifik, maka
Kedalaman air loncat sebelum loncatan selalu lebih kecil daripada kedalaman
setelah loncatan. Energi spesifik pada kedalaman awal Ya lebih besar daripada
energi spesifik pada Yb. Perbedaan besarnya energi merupakan suatu kehilangan
energi (ΔE) yang sebanding dengan penurunan tinggi muka air (Δh). Kehilangan
energi dapat dihitung dengan persamaan:
( )
( )
6.5 Prosedur Percobaan
6.5.1 Percobaan dengan Debit Tetap
1. Pintu sorong dan flume dikalibrasikan dahulu pada titik nol terhadap
dasar saluran
2. Jika menggunakan alat pengukur selain penggaris, alat tersebut perlu
dikalibrasikan terlebih dahulu. Jika menggunakan penggaris, gunakan
penggaris yang sama untuk setiap percobaan
3. Periksa keadaan awal pipa manometer pada venturimeter. Jika terdapat
selisih ketinggian pada kedua pipa, catat selisihnya, dan gunakan
sebagai kalibrasi dalam perhitungan debit menggunakan venturimeter.
4. Alirkan air dengan debit tertentu yang memungkinkan terjadinya jenis
aliran yang diinginkan.
5. Atur kedudukan pintu sorong. Tentukan kira-kira pada interval berapa
profil air loncat masih cukup baik.
6. Setelah aliran stabil, ukur dan catat Y0, Yg, Y1, Ya, Yb, Xa, dan Xb.
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 13
Y0= tinggi muka air di hulu pintu sorong
Yg= tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran
Y1= tinggi muka air terendah di hilir pintu sorong
Y2= tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong
Ya= tinggi muka air tepat sebelum air loncat
Yb= tinggi muka air tepat setelah air loncat
Xa= kedudukan horizontal titik Ya dari titik nol saluran
Xb= kedudukan horizontal titik Yb dari titik nol saluran
7. Percobaan dilakukan sebanyak lima kali dengan mengubah tinggi
bukaan pintu sorong.
6.5.2 Percobaan dengan Debit Berubah
1. Tentukan dan catat kedudukan pintu sorong terhadap dasar saluran (Yg
tetap).
2. Periksa keadaan awal pipa manometer pada venturimeter. Jika terdapat
selisih ketinggian pada kedua pipa, catat selisihnya, dan gunakan
sebagai kalibrasi dalam perhitungan debit menggunakan venturimeter.
3. Alirkan air dengan debit tertentu yang memungkinkan terjadinya jenis
aliran yang diinginkan.
4. Setelah aliran stabil, ukur dan catat Y0, Y1, Y2, Ya, Yb, Xa, dan Xb
pada formulir pengamatan.
5. Percobaan dilakukan sebanyak lima kali dengan mengubah debit
aliran.
6.6 Contoh Perhitungan
Berikut contoh perhitungan untuk percobaan no 1 dengan debit tetap.
6.6.1 Pintu Sorong
1. Menghitung QT dan QA
Data Percobaan No 1:
( ) ⁄
⁄
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 14
⁄
Perhitungan:
QT
√
(
) √
(
)
⁄
QA
√ ( ) (
)
*(
)
+
√ ( ) (
( ) )
( )
*( )
+
⁄
2. Menghitung koefisien kontraksi dan koefision kecepatan
Data Percobaan 1:
⁄
⁄
Perhitungan:
3. Menghitung Fg dan Fh
Data Percobaan 1:
( ) ⁄ ( ) ⁄
⁄
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 15
Perhitungan:
( )
( )
(
) *
(
)+
( ) (
)
( )
(
)
6.6.2 Air Loncat
1. Menghitung debit yang mengalir (Q) dan bilangan Froude pada bagian
hulu air loncat (Fra)
Data percobaan:
⁄
( ) ⁄
⁄
Perhitungan:
√ ( ) (
)
*(
)
+
√ ( ) (
( ) )
( )
*( )
+
⁄
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 16
⁄
√
√
2. Menghitung Yb/Ya pengukuran dan Yb/Ya teoretis
Rumus:
( )
* √
+
Data percobaan:
Perhitungan:
( )
( )
* √
+
* √ ( ) +
3. Menghitung L
Rumus:
( )
Data percobaan no. 1:
Perhitungan:
( )
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 17
4. Menghitung kedalaman kritis (Yc) dan Eminimum serta Energi spesifik
Rumus:
(
)
Data percobaan No. 1:
( ) ⁄
⁄
Perhitungan:
(
)
(( )
( )( ) )
( )
5. Menghitung kedalaman kritis (Yc) dan Eminimum serta Energi spesifik
Rumus:
( )
Perhitungan:
( )
( )( )
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 18
6.6.3 Tabel Perhitungan
a. Percobaan Pintu Sorong Debit Tetap
Tabel 6.1 Tabel Perhitungan Percobaan Pintu Sorong Debit Tetap
No Yg (cm) Y0 (cm) Y1 (cm) QT (cm3/s) Q (cm
3/s) Cc Cv Fh (N/m) Fg (N/m) Yg/Y0 Fg/Fh
1 1,7 18,5 1,3 1843,41 1510,63 0,76 0,82 137898,81 193812,11 0,09 1,41
2 2,0 17,7 1,3 1800,45 1510,63 0,65 0,84 120431,82 179568,97 0,11 1,49
3 2,4 11,5 1,7 1835,27 1510,63 0,71 0,82 40459,89 82421,97 0,21 2,04
4 2,8 9,2 1,8 1702,96 1510,63 0,64 0,89 20012,53 56902,99 0,30 2,84
5 3,0 8,4 1,9 1696,11 1510,63 0,63 0,89 14247,20 48325,01 0,36 3,39
b. Percobaan Pintu Sorong Debit Berubah
Tabel 6.2 Tabel Perhitungan Percobaan Pintu Sorong Debit Berubah
No H1 (cm) H2 (cm) ΔH cm) Y2 (cm) Y0 (cm) Y1 (cm) QT (cm3/s) Q (cm3/s) Cc Cv Fh (N/m) Fg (N/m) Yg/Yo Fg/Fh
1 24,9 17,9 7 2,9 14,4 1,3 1611,37 1389,58 0,65 0,86 64615,64 123189,04 0,14 1,91
2 24,4 18,3 6,1 3 12,7 1,6 1832,72 1291,36 0,80 0,70 45971,16 92857,82 0,16 2,02
3 24,1 18,7 5,4 2,6 11 1,3 1390,67 1209,47 0,65 0,87 34474,70 74963,79 0,18 2,17
4 23,6 19,1 4,5 2,2 9,4 1,4 1365,79 1095,22 0,70 0,80 25328,35 54464,60 0,21 2,15
5 23,1 19,6 3,5 2 6,9 1,4 1143,61 952,34 0,70 0,83 11730,98 30979,40 0,29 2,64
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 19
c. Percobaan Air Loncat Debit Tetap
Tabel 6.3.a Tabel Perhitungan Percobaan Air Loncat Debit Tetap
No Yg (cm) Y0 (cm) Y1 (cm) Xa (cm) Ya (cm) Xb (cm) Yb (cm) Q (cm3/s) Fra Yb/Ya (p) Yb/Ya (T) L (cm) L/Yb
1 1,7 18,5 1,3 487,2 2,8 507 4,3 1510,63 1,34 1,54 1,46 19,8 4,60
2 2 17,7 1,3 473,1 2,8 492,5 4,5 1510,63 1,34 1,61 1,46 19,4 4,31
3 2,4 11,5 1,7 336,5 3,1 350 4,8 1510,63 1,15 1,55 1,20 13,5 2,81
4 2,75 9,2 1,8 260,5 2,7 273,2 4,9 1510,63 1,41 1,81 1,56 12,7 2,59
5 3 8,4 1,9 212,7 2,5 226,3 5,11 1510,63 1,58 2,04 1,80 13,6 2,66
Tabel 6.3.b Tabel Perhitungan Percobaan Air Loncat Debit Tetap (Energi Spesifik)
Yg (cm) Y0 (cm) Y1 (cm) Ya (cm) Yb (cm) Yc (cm) Eg (cm) E0 (cm) E1 (cm) Ea (cm) Eb (cm) Emin (cm) ΔE (cm)
1,7 18,5 1,3 2,8 4,3 3,40 8,49 18,56 12,91 5,30 5,36 5,10 0,07
2 17,7 1,3 2,8 4,5 3,40 6,90 17,76 12,91 5,30 5,47 5,10 0,10
2,4 11,5 1,7 3,1 4,8 3,40 5,81 11,65 8,49 5,14 5,65 5,10 0,08
2,75 9,2 1,8 2,7 4,9 3,40 5,34 9,43 7,85 5,39 5,72 5,10 0,20
3 8,4 1,9 2,5 5,11 3,40 5,18 8,68 7,33 5,64 5,86 5,10 0,35
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 20
d. Percobaan Air Loncat Debit Berubah
Tabel 6.4.a Tabel Perhitungan Percobaan Air Loncat Debit Berubah
No Xa (cm) Ya (cm) Xb (cm) Yb (cm) Q (cm3/s) Fra Yb/Ya (p) Yb/Ya (T) L (cm) L/Yb Yc (cm) Emin (cm) ΔE (cm)
1 203,2 1,9 212,5 3,6 1011,92 1,602 1,895 1,820 9,3 2,58 2,60 3,902 0,180
2 280 2,3 292 3,8 1095,22 1,302 1,652 1,408 12,0 3,16 2,74 4,113 0,096
3 347,5 3,1 358,5 4,4 1209,47 0,919 1,419 0,892 11,0 2,50 2,93 4,395 0,040
4 410,7 3,2 421,7 4,1 1291,36 0,935 1,281 0,914 11,0 2,68 3,06 4,591 0,014
5 436,2 3,2 448 4,1 1389,58 1,007 1,281 1,009 11,8 2,88 3,21 4,821 0,014
Tabel 6.4.b Tabel Perhitungan Percobaan Air Loncat Debit Berubah (Energi Spesifik)
No Yg (cm) Y2 (cm) Y0 (cm) Y1 (cm) Ya (cm) Yb (cm) Eg (cm) E2 (cm) E0 (cm) E1 (cm) Ea (cm) Eb (cm)
1 2 2 6,9 1,4 1,9 3,6 4,20 4,20 7,08 5,89 4,34 4,28
2 2 2,2 9,4 1,4 2,3 3,8 4,58 4,33 9,52 6,66 4,25 4,51
3 2 2,6 11 1,3 3,1 4,4 5,14 4,46 11,10 8,74 4,41 5,05
4 2 3 12,7 1,6 3,2 4,1 5,58 4,59 12,79 7,20 4,60 4,95
5 2 2,9 14,4 1,3 3,2 4,1 6,15 4,87 14,48 11,12 4,82 5,09
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 21
6.7 Grafik dan Analisis
6.7.1 Grafik Cc vs Yg/Yo
Grafik 6.1 Grafik Cc vs Yg/Yo Debit Tetap
Grafik 6.2 Grafik Cc vs Yg/Yo Debit Berubah
y = -25.92x3 + 17.382x2 - 3.8226x + 0.9521 R² = 0.5036
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Yg/Yo
Cc vs Yg/Yo Debit Tetap
Cc
Poly. (Cc)
y = 355.28x3 - 225.1x2 + 45.654x - 2.2719 R² = 0.1467
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Cc vs Yg/Yo Debit Berubah
Cc
Poly. (Cc)
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 22
Grafik Cc vs Yg/Yo menunjukkan besar koefisien kontraksi (Cc) pada setiap
perubahan bukaan pintu relatif terhadap tinggi muka air di hulu. Terlihat, bahwa nilai
Cc relatif stabil dalam kisaran suatu harga Cc tertentu. Untuk mendekati kurva Cc,
digunakan trendline polinomial orde 3 yang bertujuan untuk mengetahui nilai
ekstrem. Besarnya nilai Cc adalah kurang dari 1. Mengapa? Karena di hilir pintu
sorong akan selalu terjadi penyusutan tinggi muka air yang disebut dengan vena
contracta. Dari grafik, terlihat bahwa nilai Cc maksimum untuk debit tetap adalah
0,90 dan untuk debit berubah 0,80. Kegunaan Cc antara lain sebagai salah satu
parameter desain pintu sorong dengan bukaan optimal.
6.7.2 Grafik Cv vs Yg/Yo
Grafik 6.3 Grafik Cv vs Yg/Yo Debit Tetap
y = -13.353x3 + 10.25x2 - 2.1119x + 0.949 R² = 0.8741
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Cv
Yg/Yo
Cv vs Yg/Yo Debit Tetap
Cv
Poly. (Cv)
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 23
Grafik 6.4 Grafik Cc vs Yg/Yo Debit Berubah
Grafik Cv vs Yg/Yo menunjukkan harga koefisien kecepatan tiap perubahan
perbandingan Yg/Yo. Nilai Cv seharusnya stabil pada suatu nilai tertentu. Nilai Cv
yang ideal adalah 1, karena besarnya Cv menunjukkan perbandingan Q aktual dengan
Q teoretis. Trendline yang digunakan untuk mendekati kurva Cv adalah polinom orde
3 untuk mengetahui nilai ekstrem dari Cv. Dari grafik, nilai maksimum Cv untuk
debit tetap adalah 0,89 dan untuk debit berubah adalah 0,86. Dalam kehidupan sehari-
hari, penghitungan nilai Cv berguna dalam mendesain suatu pintu sorong dengan
suatu nilai Q tertentu yang efektif.
y = -295.9x3 + 189.77x2 - 38.878x + 3.3622 R² = 0.1153
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
Cv
Yg/Yo
Cv vs Yg/Yo Debit Berubah
Cv
Poly. (Cv)
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 24
6.7.3 Grafik Fg/Fh vs Yg/Yo
Grafik 6.5 Grafik Fg/Fh vs Yg/Yo Debit Tetap
Grafik 6.6 Grafik Fg/Fh vs Yg/Yo Debit Berubah
Grafik Fg/Fh vs Yg/Yo menunjukkan perbandingan Fg dan Fh setiap perubahan
bukaan relatif terhadap tinggi muka air di hulu. Dalam keadaan setimbang,
seharusnya besar Fg dan Fh sama besar, hanya saja berbeda arah. Artinya,
perbandingan Fg/Fh seharusnya bernilai 1 untuk semua nilai perbandingan Yg/Yo.
y = 6.0519x + 1 R² = 0.9451
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Fg/F
h
Yg/Yo
Fg/Fh vs Yg/Yo Debit Tetap
Fg/Fh
Linear (Fg/Fh)
y = 5.9119x + 1 R² = 0.8662
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Fg/F
h
Yg/Yo
Fg/Fh vs Yg/Yo Debit Berubah
Fg/Fh
Linear (Fg/Fh)
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 25
6.7.4 Grafik Yb/Ya pengukuran vs Yb/Ya teoretis
Grafik 6.7 Grafik Yb/Ya Pengukuran vs Yb/Ya Teoretis Debit Tetap
Grafik 6.8 Grafik Yb/Ya Pengukuran vs Yb/Ya Teoretis Debit Berubah
Grafik Yb/Ya pengukuran vs Yb/Ya teoretis dibuat untuk menunjukkan hubungan
antara Yb/Ya teoretis dengan Yb/Ya pengukuran. Pada kondisi ideal, kedua nilai
Yb/Ya seharusnya sama setiap waktu. Semakin dekat perbandingan kedua jenis
Yb/Ya terhadap nilai 1, maka pengukuran semakin akurat.
y = 1.1414x R² = 0.7217
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.5 1 1.5 2
Yb
/Ya
Pe
ngu
kura
n
Yb/Ya Teoretis
Yb/Ya Pengukuran vs Yb/Ya Teoretis Debit Tetap
Y=X
Yb/Ya
Linear (Yb/Ya)
y = 1.1964x R² = 0.126
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.5 1 1.5 2
Yb
/Ya
Pe
ngu
kura
n
Yb/Ya Teoretis
Yb/Ya Pengukuran vs Yb/Ya Teoretis Debit Berubah
Y=x
Yb/Ya
Linear (Yb/Ya)
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 26
6.7.5 Grafik L/Yb vs Fra
Grafik 6.9 Grafik L/Yb vs Fra Debit Tetap
Grafik 6.10 Grafik L/Yb vs Fra Debit Berubah
Grafik L/Yb vs Fra menunjukkan pada nilai Fra berapa, profil air loncat bisa teramati.
Dalam hal ini, nilai Fra seharusnya lebih besar dari 1, yang menunjukkan bahwa
aliran di titik Ya, adalah aliran superkritis. Selanjutnya, seharusnya nilai L/Yb
meningkat seiring peningkatan nilai Fra. Grafik ini berguna untuk menentukan jenis
air loncat yang terjadi sesuai dengan nilai bilangan Froude di titik awal air loncat.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
L/Y
b
Fra
L/Yb vs Fra Debit Tetap
L/Yb
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
L/Y
b
Fra
L/Yb vs Fra Debit Berubah
L/Yb
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 27
6.7.6 Grafik Y vs E
Grafik 6.10 Grafik Y vs E Debit Tetap
Grafik 6.11 Grafik Y vs E Debit Berubah
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
Y (
cm)
E (cm)
Y vs E Debit Tetap
No 1
No 2
No 3
No 4
No 5
Y=E
Garis Kritis
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0 5 10 15 20
Y (
cm)
E (cm)
Y vs E Debit Berubah
Y=E
Garis Kritis
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 28
Grafik Y vs E, menunjukkan kedalaman untuk suatu besar energi spesifik tertentu.
Dari grafik di atas, terlihat bahwa kurva energi spesifik asimptotik ada garis Y=E dan Y=0.
Untuk debit yang berbeda-beda, kurva energi spesifik membesar-mengecil sesuai dengan
peningkatan-penurunan debit.
Dalam grafik terdapat garis kritis yang menunjukkan titik-titik kedalaman kritis pada
setiap harga debit yang berubah-ubah. Garis kritis ini membagi daerah kurva menjadi dua.
Daerah di atas garis kritis adalah daerah aliran lambat (subkritis), sedangkan daerah di bawah
garis kritis adalah daerah aliran cepat (superkritis).
Untuk setiap nilai E, terdapat dua kemungkinan kedalaman. Pada satu titik, kedua
kedalaman ini terlihat menjadi satu, yaitu di titik kritis.
6.8 Kesimpulan dan Saran
6.8.1 Kesimpulan
a. Aliran yang melalui pintu sorong berubah dari kondisi subkritis yang memiliki
kecepatan rendah menjadi kondisi superkritis dengan kecepatan yang lebih tinggi
yang bersifat menggerus.
b. Koefisien kontraksi dapat ditentukan dengan mengukur tinggi muka air terendah di
hilir pintu sorong dan membandingkannya dengan besar bukaan pintu. Sedangkan
koefisien kecepatan dapat ditentukan dengan membandingkan nilai debit dari
venturimeter dengan nilai debit berdasarkan pengukuran tinggi muka air terendah di
hilir pintu sorong dan tinggi muka air di hulu pintu sorong. Untuk percobaan dengan
debit tetap, rata-rata nilai Cc adalah 0,68 dan rata-rata nilai Cv adalah 0,85.
Sedangkan untuk debit berubah, nilai Cc rata-rata adalah 0,70 dan nilai Cv rata-rata
0,81.
c. Gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong dapat ditentukan dengan persamaan
momentum maupun gaya hidrostatis. Gaya yang bekerja pada pintu adalah pasangan
gaya aksi-reaksi, yaitu Fh yang merupakan gaya dorong hidrostatis dan Fg yang
merupakan gaya yang melawan gaya dorong hidrostatis.
d. Profil air loncat dapat terlihat jika aliran berubah secara cepat dari kondisi superkritis
menjadi subkritis.
e. Kehilangan energi dapat dihitung dengan menghitung penurunan muka air. Dari hasil
percobaan, kehilangan energi rata-rata untuk debit tetap adalah 0,16 cm dan untuk
debit berubah 0,07 cm.
Bab VI Pintu Sorong dan Air Loncat
Kelompok 10 29
f. Kedalaman kritis dapat ditentukan berdasarkan perhitungan yang memerlukan data
tinggi muka air di titik air loncat nulai terlihat. Nilai kedalaman kritis untuk setiap
debit berbeda-beda. Energi minimum adalah energi pada saat kedalaman kritis yang
besarnya 1,5 kali kedalaman kritis.
6.8.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, perlu dilakukan pengukuran setiap besaran yang
terdapat pada alat (besaran aktual). Hal ini perlu dilakukan karena pada alat, biasanya
terdapat perbedaan antara data alat yang tertera pada alat dengan kondisi aktualnya.
6.9 Referensi
Fox, Robert W, dkk. 2004. Introduction to Fluid Mechanics. USA: J. Willey and Sons,
Inc.
Subramanya, K. 1992. Flow in Open Channels. New Delhi: Tata Mcgraw Hill
Publishing Company Limited
Dake, JMK. 1985. Hidrolika Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga