718-2417-1-sm

12
132 HUMANIT HUMANIT HUMANIT HUMANIT HUMANITAS AS AS AS AS, Vol.4 No.2 Agustus 2007 PERKEMBANGAN VISUAL MOTORIK PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS Di PUSAT PENGKAJIAN dan PENGAMATAN TUMBUH KEMBANG ANAK Siti Mulyani Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji teori apakah anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas mengalami hambatan perkembangan motorik halus seperti menggambar dan menulis. Penelitian ini melibatkan 33 subjek, yaitu anak-anak usia 4 – 7 tahun yang menjadi klien di Pusat Pengkajian Tumbuh Kembang Anak (PPPTKA) yang didiagnosis mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Perinciannya adalah 18 anak yang terdeteksi mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP) dan 15 anak mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Penegakan diagnosis dilakukan pengukuran inteligensi dengan tes WISC dan observasi pada anak yang diduga mengalami GPP dan GPPH dengan menggunakan guide line yang disusun sesuai dengan kriteria diagnostik Gangguan Pemusatan Perhatian dari DSM IV, serta diberikan tes VMI untuk mengukur kemampuan visual motorik anak. Berdasarkan hasil analisis data yang menggunakan perhitungan frekuensi atau menghitung berapa banyak anak GPP dan GPPH yang mempunyai kemampuan visual motorik yang rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua anak (GPP) mempunyai kemampuan visual motorik yang rendah, karena dari 19 anak GPP hanya 6 anak yang mempunyai kemampuan visual motorik yang rendah, sedangkan 13 anak kemampuan visual motoriknya rata-rata dan tinggi. Namun pada anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), kemampuan visual motoriknya rendah, menunjukkan bahwa dari 14 anak GPPH 11 menujukkan kemampuan visual motoriknya rendah sedangkan 4 anak lainnya kemampuan visual motoriknya rata-rata dan tinggi. Kata kunci : gangguan pemusatan perhatian, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, kemampuan visual motorik Abstract This research was meant to test the theory of what children with Attention Deficit & Hyperactivity Disorder (ADHD) growth visual motorik resistance like drawing and writing. This research entangle 33 subject; children 4 - 7 year becoming client in study and child growth center (PPPTKA) was diagnosed Attention Deficit & Hyperactivity Disorder (ADHD). It was 18 children detected Attention Deficit Disorder (ADD) and 15 children detected Attention Deficit & Hyperactivity Disorder (ADHD) Straightening of diagnosed to

Upload: azmi-streetballs-ivdlovers

Post on 24-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

132 HUMANITHUMANITHUMANITHUMANITHUMANITASASASASAS, Vol.4 No.2 Agustus 2007

PERKEMBANGAN VISUAL MOTORIK PADA PASIEN YANGMENGALAMI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN

HIPERAKTIVITAS Di PUSAT PENGKAJIAN dan PENGAMATANTUMBUH KEMBANG ANAK

Siti MulyaniFakultas Psikologi

Universitas Ahmad Dahlan

AbstrakPenelitian ini dimaksudkan untuk menguji teori apakah anak yang mengalami Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas mengalami hambatan perkembangan motorik halusseperti menggambar dan menulis.

Penelitian ini melibatkan 33 subjek, yaitu anak-anak usia 4 – 7 tahun yang menjadiklien di Pusat Pengkajian Tumbuh Kembang Anak (PPPTKA) yang didiagnosis mengalamiGangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Perinciannya adalah 18 anak yangterdeteksi mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP) dan 15 anak mengalamiGangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Penegakan diagnosis dilakukanpengukuran inteligensi dengan tes WISC dan observasi pada anak yang diduga mengalamiGPP dan GPPH dengan menggunakan guide line yang disusun sesuai dengan kriteriadiagnostik Gangguan Pemusatan Perhatian dari DSM IV, serta diberikan tes VMI untukmengukur kemampuan visual motorik anak.

Berdasarkan hasil analisis data yang menggunakan perhitungan frekuensi ataumenghitung berapa banyak anak GPP dan GPPH yang mempunyai kemampuan visualmotorik yang rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua anak (GPP) mempunyaikemampuan visual motorik yang rendah, karena dari 19 anak GPP hanya 6 anak yangmempunyai kemampuan visual motorik yang rendah, sedangkan 13 anak kemampuan visualmotoriknya rata-rata dan tinggi. Namun pada anak yang mengalami Gangguan PemusatanPerhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), kemampuan visual motoriknya rendah, menunjukkanbahwa dari 14 anak GPPH 11 menujukkan kemampuan visual motoriknya rendah sedangkan4 anak lainnya kemampuan visual motoriknya rata-rata dan tinggi.

Kata kunci : gangguan pemusatan perhatian, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, kemampuan visual motorik

AbstractThis research was meant to test the theory of what children with Attention Deficit &

Hyperactivity Disorder (ADHD) growth visual motorik resistance like drawing and writing.This research entangle 33 subject; children 4 - 7 year becoming client in study and child

growth center (PPPTKA) was diagnosed Attention Deficit & Hyperactivity Disorder (ADHD).It was 18 children detected Attention Deficit Disorder (ADD) and 15 children detectedAttention Deficit & Hyperactivity Disorder (ADHD) Straightening of diagnosed to

133

measurement of intelectual ability by WISC and observation of children was anticipatedADD & ADHD using guide line was compiled as according to diagnostic criterion of ADD& ADHD from DSM IV, and also given VMI test to measure the visual-motorik ability.

This research analyses was using frequency calculation or calculate how many children ofADD and ADHD having low visual-motorik ability. The Result of analysis indicate thatnot all children with ADD have low visual-motorik ability, because from 19 children withADD only 6 children have low visual-motorik ability, while 13 children have moderate andhigh visual-motorik ability (see the tables 2). But children with ADHD low visual-motorikability, indicating that from 14 children have low visual-motorik ability, while 4 children havemoderate and high visual-motorik ability.

Keyword: Attention Deficit Disorder (ADD), Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD), Visual-Motorik Ability

disebut dengan Gangguan PemusatanPerhatian yang biasa disingkat GPP atau“Attention Deficit Disorder” disingkat ADD.

Gangguan Pemusatan Perhatian yangbiasa disingkat GPP atau “Attention DeficitDisorder” disingkat ADD adalah suatukelaianan neorobiologis yang biasanyabercirikan adanya ketidak mampuanmemusatkan perhatian (“inattention”) mudahberalih perhatiannya (“impulsivity”) danhiperaktivitas (CH.A.D.D, 1994).Terganggunya fungsi otak tersebut dapatdisebabkan oleh salah perkembangan,kerusakan struktural atau malfungsi tanpaadanya perubahan struktural yang jelas padaotak. Pada anak-anak gangguan fungsi otakdapat manifest dengan adanya ganggguanfungsi motorik, koordinasi penglihatan,pendengaran, persepsi, bahasa, perkembangansosial, ingatan, cara berfikir, faaksia atautremor.

Pada saat anak memasuki usia sekolahkemampuan visual motorik halus sangatdibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugasakademik di sekolah seperti menggambar danmenulis (Koppitz,1963). Kemampuan visualmotorik tersebut selanjutnya akandikembangkan menjadi aktivitas

Pendahuluan

Orangtua dalam mengasuh danmembimbing anak sering menemui berbagaipermasalahan, dari yang ringan sampai yangberat. Orangtua sering menyampaikan keluhantentang anaknya yang tidak dapat mengikutipelajaran di sekolah, terutama pada masa awalsekolah. Kesulitan mengikuti pelajaran disekolah pada masa awal ini biasanya nampakketika orangtua menyadari bahwa anaknyabelum juga mampu membaca, menulis danberhitung dengan baik ketika ia akan naik kekelas berikutnya. Guru di sekolah jugamenyampaikan keluhan bahwa anak tersebutsulit menangkap pelajaran, kurang perhatianpada pelajaran, nakal, dan sulit diatur.

Permasalahan tersebut sering munculpada saat anak duduk di kelas satu, dimanamasa ini merupakan masa penting yang harusdilalui setiap anak untuk dapat mengikutipelajaran dalam kelas selanjutnya. Kondisitersebut disebabkan karena anak yang sulitmelakukan konsentrasi dan kurang perhatianpada pelajaran sehingga sulit menangkappelajaran, meski sebenarnya potensiinteligensinya rata-rata atau diatas rata-rata,hal tersebut menyebabkan potensinya menjaditidak optimal. Gangguan tersebut sering

Perkembangan Sosial Motorik ............ (Siti Mulyani)

134 HUMANITHUMANITHUMANITHUMANITHUMANITASASASASAS, Vol.4 No.2 Agustus 2007

pengintegrasian sensori motorik yang lebihkompleks seperti membaca dan berhitung.Berdasarkan kenyataan di atas, maka deteksiterhadap kemampuan visual motorik anaksangat dibutuhkan dalam masa awalperkembangan terutama pada anak yangmengalami gangguan pemusatan perhatian,karena anak yang mengalami gangguantersebut sebenarnya mempunyai inteligensidalam kategori rata-rata atau di atas rata-ratayang artinya sebenarnya anak mampu untukmendapatkan beban pelajaran seperti anakSekolah Dasar biasa. Namun karena adanyagangguan disfungsi otak menyebabkankesulitan untuk memusatkan perhatian yangmengakibatkan mereka “tidak siap untukbelajar” sehingga prestasi belajarnya tidakoptimal.

Penelitian ini dilakukan dalam usahauntuk melakukan pemeriksaan kemampuanvisual motorik pada anak yang mengalamiGangguan Pemusatan Perhatian (GPP) dananak yang mengalami Gangguan PemusatanPerhatian dan Hiperaktivitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengujiteori bahwa anak yang mengalami GangguanPemusatan Perhatian mengalami hambatanperkembangan motorik halus sepertimenggambar dan menulis.

Gangguan Pemusatan Perhatian danHiperaktivitas

Lauer (dalam Gamayanti, 1997)mendifinisikan Gangguan PemusatanPerhatian (GPP) atau “Attention Deficit Disorder(ADD) sebagai suatu suatu ketidakmampuanneorobiologis yang ditandai dengan adanyaketidakmampuan memusatkan perhatian(inattention), mudah beralih perhatiannya(impulsivity), dan tanpa gejala hiperaktivitas.

Menurut Roe (1998) dan Wenar (1994)seorang anak dengan Gangguan PemusatanPerhatian (GPP) biasanya ditandai dengankarakteristik sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan dalammemusatkan perhatian (inattention).Anak GPP sering nampak seperti tidakmendengarkan atau tidak mendengar apayang baru saja diucapkan, sering tidakmengikuti instruksi sehingga gagalmenyelesaikan tugas-tugas sekolah dantugas yang lain (bukan disebabkan karenaperilaku menentang atau kegagalan dalammemahami instruksi) (Roe, 1998).

b. Disorganisasi, individu ini seringmengalami kesulitan dalammengorganisasikan tugas-tugas danaktivitas serta sering kehilangan alat-alatyang diperlukan dalam tugas, sepertipensil, buku serta perlengkapan sekolahlainnya. Anak GPP sering menghindar,tidak menyukai dan enggan berhubungandengan tugas-tugas yang menuntut usahaketahanan mental. Individu dengangangguan ini sangat mudah terganggu olehstimulus yang tidak relevan dan seringmenyela tugas yang sedang berlangsunguntuk memberikan keramaian yang tidakberarti atau kejadian yang biasa dan seringmudah dilupakan oleh orang lain (APA,1994).

c. Impulsivitas, manifestasi impulsivitasnampak ketidaksabaran, kesulitan dalammenunda respon, terburu-burumemberikan jawaban sebelum pertanyaanselesai, tidak mampu menunggu gilirandan sering menginterupsi ataumengganggu orang lain, sehingga seringdikatakan anak dengan gangguan inimemiliki kelemahan dasar padakemampuan untuk diam, dengar, ingat(Douglas dalam Wenar, 1994).Impulsivitas ini sering membawanya padakecelakaan dan berhubungan denganaktivitas yang mengundang bahaya tanpamempertimbangkan kosekuensi yangmungkin terjadi.

d. Kesulitan dalam bersosialisasi, anakGPP sering kehilangan aspek –aspek

135

penting yang diperlukan dalam interaksisosial. Impulsivitas dan diorganisasinyamenyebabkan mereka tidak dapatmengikuti aturan maupun mengikutipetunjuk nilai sosial secara normal yangmengatur sebagian besar perilaku kitadengan yang lain (APA, 1994)

e. Kesulitan dengan masalah koordinasidan belajar, mereka biasanya kurangterampil dan memiliki hambatan dalamperkembangan motorik, atau mempunyaimasalah dalam belajar membaca, menulisatau mengerjakan hitungan (Roe, 1998)

Dalam DSM IV (APA, 1994) disebutkanbahwa kriteria diagnosis pada anak denganGangguan Pemusatan Perhatian disyaratkanterjadi pada usia sebelum tujuh tahun danlamanya paling sedikit enam bulan, dandiagnosis ini hanya dipertimbangkan apabilaperilaku lebih sering nampak dibandingkandengan individu lain pada usia dan jeniskelamin yang sama, serta tampak paling sedikitdalam dua situasi, seperti misalnya di rumahdan di sekolah. (APA, 1994)

Gamayanti (1997) merangkum beberapahal yang diduga dapat menjadi pencetusterjadinya gangguan pemusatan perhatian padaanak, yaitu: (a) ketidakseimbangan kimiawiatau kekurangan zat kimia tertentu di daerahotak yang berfungsi untuk mengatur perhatiandan aktivitas itu, (b) beberapa penelitianmenunjukkan adanya kecenderunganpredisposisi herediter, tetapi banyak pulapenelitian yang menyebutkan bahwa faktor-faktor sosial dan lingkunganlah yang lebihberperan, (c) ada dugaan yang kuat bahwa layartelevisi, komputer atau video game mempunyaiandil dalam memunculkan atau memperberatgejala ini, (d) ada anak-anak yang mempunyaigejala seperti anak-anak dengan gangguanpemusatan perhatian, tetapi tidakdiketemukan adanya kelainan neurologis,dalam hal ini tampaknya faktor emosi dan polapengasuhan yang lebih banyak berperan.

Masalah-masalah emosi yang mempengaruhidiri anak maupun lingkungannyabagaimanapun juga akan menyebabkan lebihkompleksnya permasalahan yang dihadapi olehanak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian.

Ross & Ross (dalam De Clerq, 1994)menyebutkan bahwa sebagian besar anak yangdidiagnosis mengalami Gangguan PemusatanPerhatian mendapat perhatian klinis jikamereka mencapai usia sekolah dan gagalmemenuhi perintah-perintah di kelas. Padatahap ini anak dituntut untuk dapat menguasaiberbagai tugas kognitif dan sosial dalamlingkungan sekolah yang terstruktur danterkontrol. Anak-anak diharapkan mampuuntuk memfokuskan perhatian untukmenyelesaikan tugas-tugas, duduk tenang,selama jangka waktu yang cukup panjang.mengikuti norma-norma kelompok, bermaindan bekerjasama dengan anak-anak lain,berbagi dan bernegosiasi, menunggu giliran,dan membentuk persahabatan. Pada tingkatperkembangan inilah perbedaan anakdengan Gangguan Pemusatan Perhaliandengan teman-teman sebaya mereka yangnormal menjadi jelas, karena dalam tugas-tugasinilah mereka sering mengalami kesulilan.

Kemampuan Visual Motorik

Kemampuan visual motorik merupakankemampuan mengintegrasikan persepsi visualdengan kemampuan motorik. (Walgito,1989).Dalam proses perkembangan persepsivisual terdapat tiga tahap yang harus dilampauiseorang anak untuk dapat mencapaipengintegrasian persepsi yang utuh, yaitu(Beerv, 1967)1. Global perception, berlangsung sampai

dengan usia 3 tahun. Pada tahap ini anakcenderung mengamati objek secarakeseluruhan tanpa memperhatikanbagian-bagian atau detail.

2. Analytic Perception, berlangsung mulai usia4 sampai 5 tahun. Pada tahap ini anak

Perkembangan Sosial Motorik ............ (Siti Mulyani)

136 HUMANITHUMANITHUMANITHUMANITHUMANITASASASASAS, Vol.4 No.2 Agustus 2007

lebih memperhatikan bagian (parts)daripada keseluruhan.

3. Synthetic Perception, berlangsung mulai usia9 tahun. Pada tahap ini anak mulai mampumengintegrasikan bagian menjadi satubentuk yang utuh. Usia 6 sampai dengan8 tahun anak berada dalam masa peralihandari analytic perception menuju syntheticperception.

Seorang anak adakalanya mampumempersepsi dengan baik, bahkan mampumendeskripsikan suatu stimulus dengansempurna, namun sesuatu yang dipersepsinyatersebut belum tentu dapat direproduksi ataudisalin kembali. Seorang anak untuk menyalinsesuatu yang dipersepsikannya, harus mampumenerjemahkannya ke dalam bentuk aktivitasmotorik (Puspitawati,1995).

Perkembangan motorik seringkalidiklasifikasikan ke dalam kemampuan motorikkasar (gross) dan kemampuan motorik halus(fine). Kemampuan motorik kasar meliputigerakan otot-otot besar dari tubuh misalnyamelompat, berjalan dan berlari sedangkankemampuan motorik halus meliputi gerakanterbatas dari bagian-bagian tubuh dalambentuk gerakan yang lebih detail misalnyamenjimpit, menulis, mempelajari berbagaikecakapan fisik.

Hurlock (I997) berpendapat bahwa adabeberapa kondisi yang mempengaruhi lajuperkembangan motorik yaitu : (1) sifat dasargenetik, termasuk bentuk tubuh dankecerdasan; (2) tidak adanya hambatan dalamkehidupan pra lahir maupun pada awal pascalahir; (3) anak dengan IQ yang tinggimenunjukkan perkembangan yang lebih cepatdaripada anak dengan IQ normal maupun dibawah normal; (4) adanya rangsangan,dorongan, dan kesempatan untukmenggerakkan semua bagian tubuh akanmempercepat perkembangan motorik; (5)perlindungan yang berlebihan akanmelumpuhkan kesiapan berkembangnya

kemampuan motorik; (6)c acat fisik sepertikebutaan akan memperlambat perkembanganmotorik

Tes Bender – Gestalt

Tes Bender – Gestalt atau Tes Visual –Motorik dipublikasikan oleh Laiuretta Benderpada tahun 1938 (dalam Puspitasari 1995). Tesini terdiri dari sembilan desain/pola geometrispada kartu berukuran 4 x 6 inci. Desain-desainini diadaptasi dari figur-figur yang digunakanoleh Wertheirmer dalam eksperimennyatentang persepsi (dalam Koppitz, 1975).Penelitian tentang persepsi dan organisasi darisuatu stimuli memunculkan formulasi yangdisebut Prinsip Gestalt, atau hukum-hukumtentang persepsi, antara lain prinsip kesamaan,kedekatan. Prinsip Gestalt inilah yangmendasari diciptakan Tes BG, jika seseorangmelihat stimulus dengan Prinsip Gestalt, makasuatu stimulus tidak dilihat sebagai bagian-bagian, tetapi dipersepsi sebagai suatukebulatan atau totalitas (Woltmann dalamPuspitasari 1995). Dengan demikian ketikaseseorang melihat stimulus dalam Tes BG,maka akan dipersepsikan sebagai suatukebulatan bukan sebagai bagian dari stimulus.

Kemampuan Visual Motorik pada Anakyang Mengalami Gangguan PemusatanPerhatian

Di Indonesia belum diketahui secarapasti berapa banyak anak yang mengalamiGPP, karena belum ada penelitian padapopulasi anak sekolah dan kebanyakan orangtua belum mengenal Gangguan PemusatanPerhatian (GPP), sehingga dapat dimaklumijuka penanganan anak dengan GPP masihsangat kurang.

Anak yang mengalami gangguan belajartersebut disebut Gangguan PemusatanPerhatian (GPP) atau “Attention Deficit Disorder(ADD) sebagai suatu ketidakmampuanneorobiologis yang ditandai dengan adanya

137

ketidakmampuan memusatkan perhatian(inattention), mudah beralih perhatiannya(impulsivity), dan tanpa gejala hiperaktivitas.(Lauer dalam Gamayanti, 1997).

Kemampuan visual-motorik adalahkemampuan mengintegrasian persepsi visualdengan kemampuan motorik. Tes Bender-Gestalt mengukur kemampuan visual-motorikyang memiliki batasan lebih khusus, yaitukemampuan mengintegrasikan persepsi visualdengan kemampuan graphomotorik(graphomotor ability) (Koppitz,1975).:

Terhambatnya kemampuan visual-motorik akan menuntun terjadinya hambatandalam fungsi integrasi lain yang lebihkompleks, seperti dalam membaca danberhitung (Koppitz,1963). Fungsi integrasiyang lebih kompleks dari integrasi visual-motorik sangat dibutuhkan seorang anak dalammengembangkan kecerdasannya. Oleh karenaitu perkembangan integrasi visual-motorikmerupakan salah satu aspek yang membantupengembangan kecerdasan anak.

Koordinasi visual-motorik ini perludikuasai oleh seorang anak yang hendak masukke sekolah, mengingat tugas-tugas di sekolahsangat menintik beratkan pada integrasisensori-motorik. Demikian juga halnya dengananak-anak yang sudah duduk di bangkusekolah namun mengalami kesulitan belajar,

Berdasarkan kenyataan di atas, makadeteksi terhadap kemampuan visual motorikanak sangat dibutuhkan dalam masa awalsekolah karena apabila terjadi pentimpangan(yang tidak disebabkan oleh hal-hal patologis),maka anak dapat dibantu untuk menghindarimasalah-masalah psikologis dan akademisyang akan timbul sebagai akibat terhambatnyakemampuan visual motorik ini. Contoh konkritdapat dilihat pada anak-anak yang kemampuanvisual motoriknya terhambat sehingga iamengalami keterlambatan dalammelaksanakan tugas-tugas di sekolah, tidakhanya menyebabkan rendahnya nilai-nilai

akademik yang didapat subyek, tetapi jugamenimbulkan rasa tidak mampu yangselanjutnya dapat dimanifestasikan dalamperilaku-perilaku yang negatif(Koppitz,1963), apa yang dikemukakan olehKoppitz ini sangat penting dan relevan untukdiperhatikan dalam penelitian ini, karenasesuai dengan penelitian yang pernahdilakukan oleh Kiswarjanu (1998) yangbekerja sama dengan PPPTKA mendapatkanbahwa 61,77 % anak GPP ternyatakemampuan visual-motoriknya dibawah rata-rata usianya.

Dalam penelitian ini penulis akanmenggunakan tes Bender-Gestalt untukmengindentifikasi kemampuan visual motorikpada anak Taman Kanak-kanak yangmengalami gangguan pemusatan perhatian,dengan pertimbangan administrasipelaksanaanya termasuk yang paling sederhanadan membutuhkan waktu cepat. Selain itu tesBender-Gestalt juga dapat menjadi alat diagnosiskerusakan otak (Koppitz,1963), sejalan denganpenelitian yang akan dilakukan adalah untukmendeteksi gangguan visual motorik pada anakyang mengalami Gangguan PemusatanPerhatian (GPP) sebagai suatuketidakmampuan neorobiologis.

Metode Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalahanak-anak yang menjadi klien di PusatPengkajian Tumbuh Kembang Anak(PPPTKA), dengan tingkat usia 4 – 7 tahun,pada usia tersebut anak duduk di sekolahTaman Kanak-Kanak dan di tingkat awalSekolah Dasar yang didiagnosis mengalamiGangguan Pemusatan Perhatian, selanjutnyaanak dijadikan subjek penelitian.. Berdasarkanpengamatan peneliti dari tahun 1999 – 2001tersaring 33 anak yang memenuhi kriteriasubyek penelitian. Data selengkapnyamengenai data subyek penelitian dapat dilihatpada tabel 1

Perkembangan Sosial Motorik ............ (Siti Mulyani)

138 HUMANITHUMANITHUMANITHUMANITHUMANITASASASASAS, Vol.4 No.2 Agustus 2007

No Nama Usia Sex Nilai IQ

Hasil EEG

GPPH/ GPP

Skor BG

Kategori

01 Agung 6thn 4bl L 99 n.a GPPH 8 Agak rendah*)

02 Aji 6thn 11bl L 112 Normal GPPH 8 Agak rendah*)

03 Aldi 6thn 2bl L 146 Normal GPP 3 Tinggi

04 Arya 7thn L 98 Normal GPP 10 Rendah*)

05 Aga 6thn 8bl L 108 Abnormal GPP 3 Tinggi

06 Adi 7thn L 99 Abnormal GPPH 7 Rendah*)

07 Budi 6thn 6 bl L 90 Abnormal GPPH 9 Rendah*)

08 Audia 7thn P 111 n.a GPP 5 Rata-rata

09 Alya 6thn 9bl P 115 n.a GPPH 8 Rendah*)

10 Dika 6thn 10bl L 109 n.a GPPH 12 Rendah*)

11 Iwan 5thn 4bl L 98 Abnormal GPP 6 Tinggi

12 Banu 7thn L 136 n.a GPP 2 Tinggi

13 Ciko 6 thn 9 bln L 109 Abnormal GPPH 3 Tinggi

14 Deni 5thn 8bl L 98 Abnormal GPPH 6 Rendah*)

15 Bambang 6thn L 98 Normal GPP 10 Rendah*)

16 Joko 6thn 6bl L 106 n.a GPPH 3 Tinggi

17 Danu 6thn 8bl L 120 Abnormal GPP 5 Rata-rata

18 Didi 5thn 7bl L 110 n.a GPP 4 Tinggi

19 Dito 6thn 2bl L 100 Abnormal GPP 10 Rendah*)

20 Koko 7thn L 111 Abnormal GPP 6 Rata-rata

21 Edi 7thn L 125 n.a GPP 2 Tinggi

22 Eko 7thn 5bl L 97 n.a GPP 4 Agak tinggi

23 Fajar 7thn 4bl L 95 Abnormal GPP 8 Rendah*)

24 Bili 7thn 5bl L 99 n.a GPP 3 Tinggi

25 Giva 5thn 6bln L 112 n.a GPPH 16 Rendah*)

26 Ibnu 6thn 5bl L 110 n.a GPP 3 Tinggi

27 Rendi 5thn 2bl L 117 n.a GPPH 15 Rendah*)

28 Rian 7thn L 90 n.a GPP 6 Agak rendah*)

29 Miko 7thn L 108 n.a GPP 7 Tinggi

30 Harun 6thn 8bl L 129 Abnormal GPPH 1 Tinggi

31 Reza 6 th 1 bln L 112 Normal GPPH 7 Agak rendah*)

32 Satriyo 4 th 8 bln L 120 Abnormal GPP 9 Rendah*)

33 Dimas 4 th 10 bln L 103 Abnornal GPPH 19 Rendah*)

Tabel 1. Data hasil penelitian

139

No Keterangan Jumlah 1 Anak GPP dengan kemampuan visual motorik rendah 6 2 Anak GPP dengan kemampuan visual motorik rata-rata

& tinggi 13

3 Anak GPPH dengan kemampuan visual motorik rendah 11 4 Anak GPPH dengan kemampuan visual motorik rata-

rata & tinggi 3

Jumlah 33

Tabel 2.Kemampuan visual Motorik pada anak GPP dan GPPH

No Keterangan Jumlah

1 Anak GPP dengan kemampuan motorik rendah yang mempunyai skor IQ 90-109

5

2 Anak GPP dengan kemampuan motorik rendah yang mempunyai skor IQ 110-120 keatas

1

3 Anak GPP dengan kemampuan motorik rata-rata dan tinggi yang mempunyai skor IQ 90-109

5

4 Anak GPP dengan kemampuan motorik rata-rata dan tinggi yang mempunyai skor IQ 110-120 keatas

8

5 Anak GPPH dengan kemampuan motorik rendah yang mempunyai skor IQ 90-109

6

6 Anak GPPH dengan kemampuan motorik rendah yang mempunyai skor IQ 110-120 keatas

5

7 Anak GPPH dengan kemampuan motorik tinggi yang mempunyai skor IQ 90-109

2

8 Anak GPPH dengan kemampuan motorik tinggi yang mempunyai skor IQ 110-120 ke atas

1

Jumlah 33

Tabel 3. Kemampuan Visual Motorik dan Nilai IQ pada anak GPPdan GPPH

Perkembangan Sosial Motorik ............ (Siti Mulyani)

140 HUMANITHUMANITHUMANITHUMANITHUMANITASASASASAS, Vol.4 No.2 Agustus 2007

Data dikumpulkan denganmenggunakan Tes Bender Gestalt sebagai alattes yang dapat digunakan untuk mendeteksikemampuan visual-motorik. Tes inidikembangkan oleh Lauretta Bender (1938)berdasarkan penelitian Wertheirmer (1923)mengenai penerapan psikologi Gestalt dalampersepsi. Detensi untuk kemampuan visualmotorik tes ini diberikan pada anak-anak usia5 sampai 10 tahun dan dapat disajikan secaraklasikal. Tes ini terdiri dari 9 buah kartu

dengan ukuran 4 x 6 inci. Dalam penyajiannyatester akan meletakkan kartu desain dalamposisi horisontal sesuai tanda penyajian di ataskertas gambar anak. Kemudian anak akandiminta untuk menggambar desain sesuaidengan yang ada pada kartu, di atas HVSukuran kuarto yang disajikan oleh tester dalamposisi vertikal (Koppitz, 1963).

Hasil yang diperoleh dari penelitian iniakan dianalisis dengan menggunakan analisisstatistik non parametrik dengan menghitung

No Keterangan Jumlah

1 Anak GPP dengan kemampuan motorik rendah dan hasil EEG abnormal 3

2 Anak GPP dengan kemampuan motorik rendah dan hasil EGG normal 2

3 Anak GPP dengan kemampuan motorik rendah tanpa hasil EEG (n.a) 1

4 Anak GPP dengan kemampuan motorik rata-rata dan tinggi dan hasil EEG abnormal 4

5 Anak GPP dengan kemampuan motorik rata-rata dan tinggi dan hasil EEG normal 1

6 Anak GPP dengan kemampuan motorik rata-rata dan tinggi tanpa hasil EEG (n.a) 8

7 Anak GPPH dengan kemampuan motorik rendah dan hasil EEG abnormal 4

8 Anak GPPH dengan kemampuan motorik rendah dan hasil EEG normal 2

9 Anak GPPH dengan kemampuan motorik rendah tanpa hasil EEG (n.a) 5

10 Anak GPPH dengan kemampuan motorik rat-rata dan tinggi dan hasil EEG abnormal 2

11 Anak GPPH dengan kemampuan motorik rata-rata dan tinggi dan hasil EEG normal 0

12 Anak GPPH dengan kemampuan motorik rata-rata dan tinggi tanpa hasil EEG (n.a) 1

Jumlah 33

Tabel 4. Hasil EEG pada anak GPP dan GPPH

141

frekuensi untuk mengetahui berapa banyakanak yang mengalami Gangguan PemusatanPerhatian memiliki skor yang tinggi dan skoryang rendah dalam tes Bender Gestalt.Perhitungan frekuensi dilakukan denganprogram Excel.

Hasil Penelitian

Tidak semua anak yang mengalamiGangguan Pemusatan Perhatian (GPP)mempunyai kemampuan visual motorik yangrendah, karena dari 19 anak GPP hanya 6anak yang mempunyai kemampuan visualmotorik yang rendah, sedangkan 13 anakkemampuan visual motoriknya rata-rata dantinggi (lihat tabel 2). Namun pada anak yangmengalami Gangguan Pemusatan Perhatiandan Hiperaktivitas (GPPH), kemampuanvisual motoriknya rendah, hal tersebut dapatdilihat pada tabel 2 yang menunjukkan bahwadari 14 anak GPPH 11 menujukkankemampuan visual motoriknya rendahsedangkan 4 anak lainnya kemampuan visualmotoriknya rata-rata dan tinggi.

Pembahasan

Gangguan Pemusatan Perhatian yangbiasa disingkat GPP atau “Attention DeficitDisorder” disingkat ADD adalah suatukelaianan neorobiologis yang biasanyabercirikan adanya ketidak mampuanmemusatkan perhatian (“inattention”) mudahberalih perhatiannya (“impulsivity”) danhiperaktivitas (CH.A.D.D, 1994).

Disfungsi minimal otak bisa terjadisejak usia balita maka istilah GPP lebih tepatdigunakan pada anak usia Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar (Lazuardi,1990).Anak dengan disfungsi minimal otak disebutsebagai balita beresiko, yaitu beresiko untukter jadinya gangguan perkembanganpsikomotor, gangguan konsentrasi, gangguanbicara dan sebagainya (Sunartini, 1997).

Berdasarkan pendapat tersebut di atastimbul suatu dugaan bahwa sebagian besaranak yang mengalami Gangguan PemusatanPerhatian (GPP) mengalami gangguan visualmotorik, sehingga pada pengukuran tesBender-Gestalt menunjukkan hasil yangrendah. Hasil pengujian yang dilakukanmenunjukkan bahwa ternyata tidak semuaanak yang mengalami Gangguan PemusatanPerhatian (GPP) mempunyai kemampuanvisual motorik yang rendah, karena dari 19anak GPP hanya 6 anak atau hanya 31,38%yang mempunyai kemampuan visual motorikyang rendah, sedangkan 13 anak atau 68,42%memiliki kemampuan visual motorik rata-ratadan tinggi. Namun pada anak yang mengalamiGangguan Pemusatan Perhatian danHiperaktivitas (GPPH), ternyata anak yangmemiliki kemampuan visual motoriknyarendah, jumlahnya lebih banyak yaitu dari 14anak yang mengalami Gangguan PemusatanPerhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), ternyata11 anak atau 78,57% menujukkankemampuan visual motoriknya rendah,sedangkan 4 anak lainnya atau 28,57%kemampuan visual motoriknya rata-rata dantinggi.

Anak yang mengalami GangguanPemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitasbanyak yang mengalami gangguan visualmotorik karena selain mengalami gangguankonsentrasi, emosinya juga cenderungimpulsif dan hiperaktivitas sehingga tidaktelaten melakukan aktivitas yang memerlukanketekunan dan ketlatenan, seperti yangdilakukan dalam tes Bender-Gestalt, anakdiberikan tugas meniru gambar seperti contohdalam tes bendert gestal. Pada anak Yangmengalami Gangguan Pemusatan Perhatiandengan Hiperaktivitas juga kurang dapatmengamati sesuatu secara detil, sedangkanpada kemampuan visual motorik yang diukurdengan tes Bender Gestalt, anak dituntutmengamati gambar secara detil dan menirukan

Perkembangan Sosial Motorik ............ (Siti Mulyani)

142 HUMANITHUMANITHUMANITHUMANITHUMANITASASASASAS, Vol.4 No.2 Agustus 2007

gambar dengan tepat dan benar, akibatnyahasilnya menjadi kurang optimal.

Menurut Lauer (dalam Gamayanti, 1997)mendifinisikan Gangguan Pemusatan Perhatian(GPP) atau “Attention Deficit Disorder (ADD)sebagai suatu suatu ketidakmampuanneorobiologis yang ditandai dengan adanyaketidakmampuan memusatkan perhatian(inattention), mudah beralih perhatiannya(impulsivity), dan tanpa gejala hiperaktivitas.Berdasarkan pendapat tersebut di atas bahwaanak yang mengalami Gangguan PemusatanPerhatian disebabkan karena adanya gangguanneorologis.Namun pada hasil penelitian ini tidakdapat dibuktikan sepenuhnya karena sampelpenelitian tidak semuanya diperiksa EEG,sehingga tidak dapat dideteksi secara langsunggangguan neorologis sebagai penyebab gangguanvisual motorik pada anak yang mengalamiGangguan Pemusatan Perhatian.

Data dari hasil penelitian menunjukanbahwa tidak semua anak yang mengalamigangguan neurologis kemampuan visualmotoriknya rendah, meskipun jumlah anakyang hasil EEG abnormal dan mempunyaikemampuan visual motorik rendah lebihbanyak dari anak yang hasil EEG normal danmempunyai kemampuan visual motorikrendah. Selain itu pada kenyataannya anakyang hasil EEG abnormal memilikikemampuan visual motorik rata-rata atautinggi. Sumbangan nilai IQ terhadapkemampuan visual motorik juga tidak tinggikarena perbedaan anak yang mempunyai nilaiIQ rata-rata ke bawah dan nilai IQ rata-ratake atas terhadap hasil kemampuan visualmotorik pada anak yang mengalamiGangguan Pemusatan Perhatian tidaksignifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwagangguan neorologis tidak selalumemperburuk kemampuan visual motorik,karena ternyata ada faktor lain yang menjadisumbangan untuk keberhasilan anak yangmengalami Gangguan Pemusatan Perhatianyaitu stimulasi lingkungan.

Pendapat tersebut sejalan dengan teoriHukum konvergensi dari William Stern yangmengatakan bahwa segala sesuatu dariperkembangan anak merupakan produkinteraksi antara faktor hereditas dan faktorlingkungan sosialnya. Hukum konvergensimenyatakan adanya kerjasama antara faktorkodrati dan lingkungan. Perkembangan yangsehat akan berlangsung jika kombinasi danfasilitas yang diberikan oleh lingkungan danpotensialitas kodrati anak bisa mendorongberfungsinya segenap kemampuan anak.Keberhasilan anak pada anak mengalamigangguan perkembangan sangat dipengaruhistimulasi lingkungan sebagai pendorong untukmengoptimalkan kemampuan anak.

Berdasarkan hasil penelitian sertapembahasan yang telah dikemukakan padabagian terdahulu, dapat disimpulkan bahwatidak semua anak yang mengalami GangguanPemusatan Perhatian (GPP) mempunyaikemampuan visual motorik yang rendah. Haltersebut disebabkan karena anak mempunyaiIQ rata-rata atau di atas rata-rata dan hanyamengalami gangguan konsentrasi, banyakkemungkinan yang mungkin terjadi meski hasilEEG menunjukkan abnormal yang berarti adagangguan neorologis, tetapi faktor lingkunganjuga dapat memperbaiki keadaan yaitu denganmemberikan stimulasi yang baik sehingga anakdapat berkembang secara optimal. Namunsebaliknya anak yang mengalami GangguanPemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitasbanyak yang mengalami gangguan visualmotorik. Hal tersebut disebabkan karenaselain mengalami gangguan konsentrasiemosinya juga cenderung impulsif danhiperaktivitas sehingga tidak telatenmelakukan aktivitas yang memerlukanketekunan dan ketlatenan yang diperlukandalam kemampuan visual motorik.

143

Daftar Pustaka

American Psychology Association. (1994).Diagnostic and Statistical Manual of MentalDisorder IV. 4th. Ed. Washington DC:APA

De Clerq. L. (1994). Tingkah Laku Abnormaldari Sudut Perkembangan. Jakarta:Gramedia.

Gamayanti, I.L. (1997). Aspek PsikologisAnak dengan Gangguan PemusatanPerhatian, Suatu Pengantar BagiOrangtua dan Guru. Makalah Seminar(tidak diterbitkan). Yogyakarta :PPPTKA.

Gamayanti, I.L. (2000). Aspek PsikologisAnak dengan Gangguan PemusatanPerhatian/Hiperaktivitas, SuatuIlustrasi Kasus. Makalah Seminar (tidakditerbitkan). Yogyakarta : Bagian IlmuKesehatan Anak Fakultas KedokteranUGM dan PPPTKA.

Koppitz, E. M. (1963). The Bender Gestalt Testfor Young Children. New York: Grune &Stratton, Inc.

Koppitz, E. M. (1975). The Bender Gestalt Testfor Young Children. Volume II. NewYork: Grune & Stratton, Inc.

Lazuardi, S. (1998). Mekanisme TerjadinyaDisfungsi Minimal Otak. Makalah(Tidak diterbitkan) . Jakarta : DewanNasional Indonesia untukKesejahteraan.

Puspitawati. I. (1995). Estimasi KemampuanVisual Motorik Anak-Anak Usia 5:00-7:00 di Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta dengan Menggunakan TesBender Gestalt. Skripsi (Tidakditerbitkan). Yogyakarta : FakultasPsikologi Universitas Gadjah Mada.

Rapaport D. (1970). Diagnostic PsychologicalTesting. London : University of LondonPress Ltd.

Roe, D. (1998). Young Children withAttention Difficulties, How Can WeHelp ?. AECA Research in Practice andSeries, 5, 1-7

Sunartini. (1997), Gangguan PemusatanPerhatian, Penyebab Neurologik danManifestasi Klinis. Makalah Seminar(tidak diterbitkan). Yogyakarta : PusatPengkajian dan Pengamatan TumbuhKembang Anak.

Wenar, C. (1994). Developmental Psychology frominfancy through Adolescence. Colombos,Ohio : Mc graw Hill. Inc.

Walgito, B. (1989). Pengantar Psikologi Umum.Edisi Revisi. Yogyakarta : PenerbitAndi Offset.

Perkembangan Sosial Motorik ............ (Siti Mulyani)