bahan membuat proposal sm

160
1 SDN Kotalama I Malang merupakan sekolah yang menggunakan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2006-2007. Metode pembelajaran yang biasa digunakan di SDN Kotalama I ini adalah metode ceramah dan bersifat klasikal. Hasil observasi awal ditemukan kondisi tentang rendahnya penguasaan materi dan aktivitas belajar siswa di dalam kelas cenderung ramai dan siswa tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar. Permasalahan ini dicoba diatasi dengan penerapan pendekatan konstruktivistik melalui model pembelajaran kooperatif yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan menuntut keaktifan siswa. Kegiatan belajarnya dilakukan secara kelompok oleh siswa untuk mengaplikasikan teori yang mereka peroleh dan untuk menemukan konsep serta fakta yang diperoleh dari lingkungan sekitar mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1) penerapan pendekatan konstruktivistik dengan model pembelajaran kooperatif pada pelajaran IPS kelas III pokok bahasan lingkungan alam dan buatan. 2) peningkatan aktivitas siswa kelas III SDN Kotalama I Malang. 3) peningkatan penguasaan materi kelas III SDN Kotalama I Malang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang meliputi beberapa tahap yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara dan tes. Data yang dianalisis pada penelitian ini berupa penguasaan materi yang diperoleh melalui hasil penilaian proses belajar mengajar dan hasil penilaian terakhir pembelajaran yang di dapat dari nilai post-test, dan aktivitas siswa diperoleh dari keaktifan siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III B SDN Kotalama I Malang, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Penelitian ini

Upload: mujahidah-khilafah-shintia-minandar

Post on 22-Jun-2015

840 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan membuat proposal sm

1

SDN Kotalama I Malang merupakan sekolah yang menggunakan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2006-2007. Metode pembelajaran yang biasa digunakan di SDN Kotalama I ini adalah metode ceramah dan bersifat klasikal. Hasil observasi awal ditemukan kondisi tentang rendahnya penguasaan materi dan aktivitas belajar siswa di dalam kelas cenderung ramai dan siswa tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar. Permasalahan ini dicoba diatasi dengan penerapan pendekatan konstruktivistik melalui model pembelajaran kooperatif yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan menuntut keaktifan siswa. Kegiatan belajarnya dilakukan secara kelompok oleh siswa untuk mengaplikasikan teori yang mereka peroleh dan untuk menemukan konsep serta fakta yang diperoleh dari lingkungan sekitar mereka.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1) penerapan pendekatan konstruktivistik dengan model pembelajaran kooperatif pada pelajaran IPS kelas III pokok bahasan lingkungan alam dan buatan. 2) peningkatan aktivitas siswa kelas III SDN Kotalama I Malang. 3) peningkatan penguasaan materi kelas III SDN Kotalama I Malang.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang meliputi beberapa tahap yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara dan tes. Data yang dianalisis pada penelitian ini berupa penguasaan materi yang diperoleh melalui hasil penilaian proses belajar mengajar dan hasil penilaian terakhir pembelajaran yang di dapat dari nilai post-test, dan aktivitas siswa diperoleh dari keaktifan siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III B SDN Kotalama I Malang, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2008-2009. jenis data yang dipakai dalam penelitian ini berupa nilai IPS, LKS, soal post-test sebanyak 15 soal, lembar observasi penguasaan materi siswa, lembar observasi aktivitas siswa.

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan dengan baik sesuai rencana pembelajaran, 2. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan penguasaan materi pada mata pelajaran IPS siswa kelas III SDN Kotalama I Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, 3. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,4. Sesudah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif pada siklus I penguasaan materi siswa mendapat nilai rata-rata 67, sedangkan penguasaan materi siswa lebih meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 88,64.

Page 2: Bahan membuat proposal sm

2

Pembelajaran dengan metode kooperatif perlu diterapkan di kelas, karena dapat meningkatkan penguasaan materi dan meningkatkan aktivitas siswa. Dengan dibentuk kelompok, siswa dapat saling membantu dalam melakukan suatu kegiatan. Ide-ide yang diutarakan siswa dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran yang tepat dan mudah dipahami oleh siswa. Guru hendaknya mengembangkan potensi diri siswa dengan cara mengemukakan pendapat, menyampaikan sanggahan dan lebih aktif dalam jalannya diskusi.

------------------------------------------]

Pendidikan merupakan upaya sadar yang mengangkat harkat dan martabat manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat mencapai keinginan dan cita-citanya, atau dengan kata lain pendidikan merupakan faktor penting untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kebodohan yang selama ini melilit sebagian dari kehidupan bangsa kita. Penelitian ini bertujuan : (1) Mendeskripsikan penerapan Pembelajaran Kooperatif model Numberd Heads Together untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas IV SDN Madyopuro 1. (2) Mendeskripsikan apakah penerapan model Kooperatif Numbeered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kelompok belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SDN Madyopuro 1 Keacamatan Kedungkandang Kota Malang.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus,masing- masing siklus terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Madyopuro 1. Hasil dari penelitian ini siswa pada pra tindakan yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar yang dicapai siswa adalah 46,58 dengan 12 siswa (29,27 %) yang sudah mencapai ketuntasan dan 29 siswa (70,73 %) yang belum mencapai ketuntasan, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang serta mengelola pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa, peningkatan hasil belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Madyopuro 1 Setelah Melaksanakan Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together. Peningkatan Keaktifan siswa dalam kelompok pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah penerapan Model Kooperatif Numbered Heads Together siswa kelas IV SDN Madyopuro 1. Bagi guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, disarankan untuk mencoba lebih semaksimal mungkin menerapkan model atau pendekatan tertentu pada proses pembelajaran, yang dapat meningkatkan Hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa. Selain itu pendekatan seperti ini harus sering mungkin digunakan meskipun pada materi yang berbeda. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan model yang sama dalam pengajaran di sekolah.

Page 3: Bahan membuat proposal sm

3

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI SECARA LISAN

ISI CERPEN MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT

(PTK PADA SISWA KELAS IX SMP PUI CICURUG KOTA TASIKMALAYA TAHUN

AJARAN 2012-2013 )

Oleh,

RENI SETIAWATI

NIP. 10651031 200604 2 001

SMP PUI CICURUG KOTA TASIMALAYA

JALAN KOLONEL ABDULAH SALEH NO. 42 KOTA TASIKMALAYA

HALAMAN PENGESAHAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI SECARA LISAN

ISI CERPEN MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT

Page 4: Bahan membuat proposal sm

4

(PTK PADA SISWA KELAS IX SMP PUI CICURUG KOTA TASIKMALAYA TAHUN

AJARAN 2012-2013 )

RENI SETIAWATINIP. 10651031 200604 2 001

Disyahkan oleh :Kepala Sekolah SMP PUI Cicurug

Abubakar, S.PdNIP. 19600419 198603 1 009

ABSTRAK

Berbicara merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses belajar yang dialami siswa. Dalam menceritakan kembali cerpen yang dibacakan biasa di lakukan di SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya dengan menggunakan metode cooperative script .

Adapaun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penggunaan pendekatan kontektual dalam pembelajaran berbicara bahasa Indonesia di kelas IX. Metode penelitian yang penulis gunakan untuk mencapai tujuan di atas adalah penelitian tindakan kelas. Pelaksnaan penelitian ini dirancang dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri tiga tahap yakni : ( 1). Perencanaan tindakan , (2) pelaksanaan tindakan disertai observasi , dan (3) refleksi. Kedua siklus tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Dari

Page 5: Bahan membuat proposal sm

5

penelitian yang penulis analisis diperoleh melalui hasil proses belajar mengajar selama dua siklus . penelitian ini dlaksanakan di kelas IX SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara menunjukan peningktan mulai dari hasil tes formatif siklus I sampai setalah mendapat perolehan yaitu melalui siklus II. Hal tersebut berarti penggunaan metode kooperative script berhasil meningkatkan keterampilan berbiacara siswa.

Kata kunci : keterampilan berbicara , metode cooperative script

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menceritakan kembali cerpen yang telah

didengar biasa dilakukan di SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya, dengan menggunakan

model pembelajaran langsung. Ternyata hasil yang diperoleh dari rata-rata ulangan harian

hanya mencapai 55 . kriteria ketuntasan minimum ( KKM ) yang ditentukan untuk mata

pelajaran Bahasa Indonesia adalah 75. Artinya untuk kelas IX KKM tidak tercapai . Untuk

itu diperlukan usaha guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan datang,

sehingga hasil yang dicapai optimal.

Menceritakan kembali secara lisan satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh

siswa sekolah kelas IX. Kemampuan menceritakan kembalai sebuah cerpen merupakan salah

satu jenis kemampuan berbicara yang sangat penting bagi siswa dalam menjalani kehidupan

sehari – hari.

Pebelajaran menceritakan kembali secara lisan cerpen yang sudah diberikan dalam

pembelajaran tersebut, peneliti mengelompokan siswa yang terdiri dari dua orang siswa untuk

Page 6: Bahan membuat proposal sm

6

berpasangan. Satu siswa secara perorangan ditugasi untuk membacakan cerpen, dan satunya

lagi sebagai pendengar . siswa yang berperan sebagai pendengar menceriktakan kembali

cerpen yang telah dibacakan oleh temannya.

Hasil refleksi diperoleh data bahwa saelama proses pembelajaran, siswa banyak yang mengeluh dan muncul rasa tidak percaya diri mereka merasa kesulitan dalam mendengarkan cerpen yang di dengar. Ini merupaka gambaran kegagalan proses pembeljaran .salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi kegagalan pembelajaran tersebut yaitu penulis mencoba dengan menggunakan metode cooperative script yaitu secara berpasangan, siswa bergantian membacakan cerpen , dan yang satu lagi mendengarkan,. Selanjutnya siswa yang telah mendengarkan menceritakan kembali apa yang telah di dengar

Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat dipilih salah satunya adalah model

pembelajaran cooperative menurut Karli, Hilda dan Margaretha, S.Y. (2007: 70 )” Model

cooperative learning adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap

atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja

sama yang tertur dalam kelompok.” Pada model pembelajaran cooperative terdapat berbagai

tipe diantaranya Student team achievement division ( STAD), Numberd head together

( NHT) tean games Taurnament (TGT), JIGSAW.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian tersebut , peneliti mengajukan pertanyaan sebagai

rumusan masalah.

Apakah melalui kemampuan menceritakan kembali secara lisan isi cerpen melalui

metode cooperative script dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMP PUI

Cicurug Kota Tasikmalaya ?

C.    Tujuan Penelitian

Page 7: Bahan membuat proposal sm

7

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam mendengar cerpen yang telah dibacakan melalui metode cooperative script. Sesuai

dengan rumusan masalah pada penelitian ini., maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah penggunaan metode cooperative script dalam menceritakan kembali

cerpen yang telah dibacakan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMP PUI

Kota Tasikmalaya.

D.    Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :

1.      Guru

-          Dapat meningkatkan kualitas PBM

-          Dapat mieningkatkan keterampilan dalam menggunakan berbagai metode dan pendekatan

pembelajaran

2.      Siswa

-          Dapat meingkatkan kemampuan berbicara

-          Dapat meningkatkan percaya diri, aktip dan kreatif dalam mengunakan metode

cooperative script

-          Dapat meningkatkan suasana belajar yang menyenangkan

3.      Sekolah

-          Menumbuhkan budaya meneliti

-          Sebagai masukan untuk guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui

metode cooperative script

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

Page 8: Bahan membuat proposal sm

8

A.    Kajian Teori

Langkah langkah pemberlajaran model belajar kooperatifr menurut

Ibrahim ,Muslimin,et,al, (2000:10) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1Langkah langkah model pembelajaran

Fase Tingkah laku guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan

dan motivasi

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di

capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan

demontrasi atau lewat bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan

siswa dalam kelompok

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas - tugas mereka

Fase-5

evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang yang telah dipelajari atau masing - masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase-6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar invidu dua kelompok

Sumber : Ibrahim, Muslimin ,et,al.(2000:10)

Page 9: Bahan membuat proposal sm

9

Roger dan Johnson (Lie, Anita,2003:31) menyatakan bahwa ada 5 unsur model pembelajaran

kerjasama yang harus diterapkan yaitu

1.      Saling ketergantungan positif

Dalam interaksi kooperatif ini, guru memberikan motivasi kepada siswa

untuk menciptakan suasana belajar yang saling membutuhkan. Adanya interaksi yang saling

membutuhkan ini disebut saling ketergantungan positif.

2.      Tanggung jawab perseorangan

Jika setiap tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk

melakukan yang terbaik. Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran cooperatif

learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing

anggota kelompok harus melaksakan tanggung jawab sendiri sendiri agar tugas selanjutnya

dalam kelompok dapat dilaksanakan

3.      Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pembelajaraan untuk membentuk sinergi

yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing, masing.

4.      Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu

mengajarkan cara – cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian

mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan

pendapat mereka.

Page 10: Bahan membuat proposal sm

10

5.      Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa

bekerja sama lebih efektif.

Selanjutnya untuk memudahkan guru dalam pembentukan kelompok

kooperatif Lie, Anita (2001:41) menjelaskan tentan prosedur pembagian kelompok, yakni :

Kelompok heterogonitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latang belakan sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.dalam hal kekmapuan akademis , kelompok pembelajaran kooperatif rearning bisasanya terjdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemmpuan akademis kurang.

Menceritakan kembali cerpen, adalah salah satu kompetensi dasar yang harus

di capai oleh siswakelas IX, dalam kurikulum 2009 adalah menceritakan kembali secara lisan

isi cerpen.

Indikatornya adalah :

1.      menceritakan kembali isi cerpen yang telah dibaca

2.      teknik pembelajaran dengan melakukan tindakan yang menggunakan metode Cooperative

Script bertujuan agar siswa dapat dengan mudah, senang dan bergairah dalam memahami

cerpen.

Cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang wujud fisiknya pendek. Cerita

pendek dapat dibaca sekitar 10 menit sampai setengah jam jumlah katanya sekitar 500-5000

kata ( KTSP 2006 : 69 ).

1.      Tokoh cerita

“Tokoh cerita adalah pelukisan yang jelas tentang ditampilkan dalam sebuah cerita “ .

( Nurgiantoro , 2000 : 164 )

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan tokoh cerita adalah pelukisan yang jelas, tentang siapa dan bagaimana

Page 11: Bahan membuat proposal sm

11

perwatakannya yang ditampilkan dalam sebuah cerita dan dapat memberikan gambaran yang

jelas kepada pembaca

2.      Alur cerita

Nurgiantoro (2000: 142 ) menjelaskan alur cerita merupakan unsur waktu, baik

dikemukakan secara eksplisit atau inflisit. Alur cerita tidak harus disajikan secara urutan

waktu, runtut atau kronilogis yang mulai dengan peristiwa awal , kemudian disusul dengan

peristiwa tengah dan diakhiri dengan peristiwa akhir

3.      Latar cerita

Nurgiantoro ,( 2000: 142) menjelaskan latar merupakan landasan tumpu yang

mengarah pada tempat, waktu, dan lingkungan sosial terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan.

4.      Konflik

Nurgiantoro (2000 : 122) menjelaskan bahwa konflik mengacu pada pertarungan

antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan ada aksi dan reaksi.

Cooperative Script ( Dansereau Cs. ,1985)

Script Cooperative : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan

bergantian secara lisan mengihtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

B.     Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori, maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah penggunaan metode Cooperative script dapat meningkatkan ketuntasan

belajar siswa kelas IX SMP PUI Cicurug kota Tasikmalaya, pada materi menceritakan

kembali secara lisan cerpen yang dibacakan, maka siswa dapat menceritakan isi cerpen

dengan baik.

Page 12: Bahan membuat proposal sm

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.    Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP PUI Cicurug Kota

Tasikmalaya yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan .

B.     Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya yang beralamat di

jalan Kolonel Abdullah Saleh No. 42 Kota Tasikmalaya

C.    Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan model Kemmis , S & MC Taggart,R ( 1990 ) :

14 )

 

Page 13: Bahan membuat proposal sm

13

ALUR DALAM PTK

 

Page 14: Bahan membuat proposal sm

14

Sumber Kemmis,S & Mc Taggart,R (1990: 14)

Tim terdiri dari 3 orang ( 1 peneliti dan 2 orang observer ) . Anggaran tim dapat

dilihat pada tablel 3.1.

Tabel 3.1.Daftar Tim

No Nama Mata pelajaran Keterangan

1 Reni Setiawati Bahasa Indonesia Peneliti

Page 15: Bahan membuat proposal sm

15

2 Hj. Ida Bahasa sunda Observer

3 Ina Sopiani Bahasa Inggris Observer

Pada penelitian tindakan kelas ini membahas materi menceritakamn kembali isi

cerpen yang telah didengar yang dilaksanakan 2 jam pelajaran 1 pertemuan indikator materi

dapat dilihat pada tablel 3.2.

Tabel 3.2Materi dan Indikator Pembelajaran

No Materi / indikator Waktu siklus

1 Menentukan bagian – bagian cerita dengan panduan

tahap tahap dalam alur

2 jam 1

D.    Rencana Tindakan

1.      Rencana tindakan penelitian menggunakan metode ooperative script dalam tindakan

pembelajaran.

2.      Langkah langkah penelitian ini adalah sebagai berikut

a.       Menyususn instrumen pembelajaran

b.      Menyusun instrument observasi

c.       Mengadakan diskusi antar anggota

d.      Sosialisasi kepada siswa

e.       Melaksanakan tindakan dalam kegiatan pembelajaran

f.       Melakukan refleksi

g.      Menyusun strategi pembelajaran pada siklus 2 berdasar refleksi siklus I

h.      Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II

i.        Melakukan observasi

j.        Melaksanakan refleksi pada siklus II

3.      Monitoring

Page 16: Bahan membuat proposal sm

16

Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan monitoring terhadap pelaksanaan tindakan

4.      Refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara mendiskusiskan masalah dalam kelas penelitian dan

menentukan adanya inplementasi tindakan

5.      Data dan cara pengumpulan data

Sumber data dan penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya

E.     Jenis Instrumen Dan Cara Penggunaanya

Jenis instrument yang digunakan adalah ulangan harian, dengan masing-masing

ulangan harian soalnya sebanyak 5 butir soal berbentuk uraian ulangan harian dilaksanakan

setiap akhir siklus

F.     Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan 2 siklus . siklus I membahas indikator

menentukan bagian bagian cerita dengan panduan tahap tahap dalam alur dengan waktu yang

diperlukan 2 pertemuan. Setelah pembelajaran selesai dilanjutkan dengan ulangan harian

siklius I, setiap pembelajaran selesai dilaksanakan refleksi. Siklus II membahas indikator

menceritakan kembali secara lisan isi cerpen sesuai dengan alur aslinya dengan waktu yang

diperlukan 2 pertemuan. Setelah pembelajaran selesai dilanjutkan dengan ulangan harian

siklus 2. Setiap pembelajaran selesai dilaksanakan refleksi.

G.    Cara Pengamatan (Monitoring)

Pengamatan (monitoring dilaksakan pada saat pembelajaran berlangsung. Peneliti

bersama 2 oran g observer berada di dakam kelas. Peneliti melaksanakan pembelajaran,

sedangkan 2 orang observer mengmati pelaksnaan pembelajaran,. Melalui lembar observasi,

Page 17: Bahan membuat proposal sm

17

observer mencatat segala kegiatan yang terjadi saat proses pembelajara n berlangsung. Hal itu

dimaksudkan sebagai bahan dalam melaksanakan refleksi.

H.    Analisis Data Dan Refleksi

Analisis data diperoleh dari hasil ulangan harian untuk setiap siklus. Selanjutnya akan

dilihat apakah peningkatan dari siklus I ke siklus II. Refleksi dilaksanakan oleh peneliti

bersama 2 orang observer setiap selesai melaksanakan pe mbelajaran dan dilaksanakan di luar

jam pemlajaran

http://bindokotasmgmp.blogspot.com/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo_2732.html

Dari bahasa yang di bentuk menjadi sebuah kata lalu menjadi kalimat yang mempunyai makna yang terkandung di dalamnya dan Ciri-Ciri yang Terkandung Dalam Gurindam 121. RangkapDi dalam setiap pasal di Gurindam mempunyai dua baris dalam serangkap atau beberapa baris dalam serangkap. Setiap baris ke baris di dalam gurindam 12 membawa makna yang lengkap dan saling berkesinambungan antara baris pertama terhadap baris berikutnya. Baris pertama biasanya dikenali sebagai “syarat” dan baris kedua sebagai “jawab”. Baris pertama atau “syarat” menyatakan suatu pikiran atau peristiwa sedangkan baris kedua atau “jawab” menyatakan keterangan atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan oleh baris atau ayat pertama tadi.2. PerkataanJumlah perkataan sebaris tidak tetap.

3. Suku KataJumlah suku kata tidak tetap.4. RimaRima akhir tidak tetap.5. maksud dari setiap pasal gurindamGurindam termasuk ke dalam puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Melayu Indonesia. Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji (1809-1872). Gurindam ini dinamakan Gurindam Dua Belas karena gurindam tersebut terdiri dari dua belas pasal. Hampir semua lariknya mempunyai rima yang sama dalam satu baitPasal Pertama (1) Gurindam 12Barang siapa tiada memegang agamaSegala-gala tiada boleh dibilang nama• Maksudnya adalah setiap manusia harus memiliki agama karena agama sangat penting bagi kehidupan manusia, orang yang tidak mempunyai agama akan buta arah menjalankan

Page 18: Bahan membuat proposal sm

18

hidupnyaBarang siapa mengenal yang empatMaka yaitulah orang yang ma’rifat• Untuk mencapai kesempurnaan didalam menjalani hidup, manusia harus mengenal empat zat yang menjadikan manusia mula-mulaBarang siapa mengenal Allah SWTSuruh dan tegaknya tiada ia menyalah• Orang yang mengenal Allah SWT, harus melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tidak akan melanggar aturannyaBarang siapa mengenal diriMaka telah mengenal akan Tuhan yang bahri• Orang yang bergama tidak akan memiliki identitas diri dan tidak akan dekat dengan allah swt. Barang siapa mengenal duniaTahulah ia barang yang terpedaya• Kita dapat mengetahui kebesaran Allah lewat manusia, makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Manusia yang berorientasi pada kebahagiaan atau hanya mencari kebahagiaan di dunia saja, sebenarnya ia akan tertipu dan menyadarinya bahwa di dunia itu hanya sesaatBarang siapa mengenal akhiratTahulah ia dunia mudharat• Di dunia ini kita hanya hidup sesaat, setelah kita wafat setiap manusia akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat nanti.

Pasal Kedua (2) Gurindam 12

Barang siapa mengenal yang tersebutTahulah ia makna takut• Semakin seorang dekat dan mengetahui tentang agamanya pasti manusia tersebut akan takut dan orang tersebut harus menjalani Perintah-perintah-Nya dan wajib kita laksanakan

Barang siapa meninggalkan sembahyangSeperti rumah tiada bertiang• Orang yang tidak sembahyang bagaikan rumah yang tidak mempunyai tiang, shalat merupakan pegangan hidupBarang siapa meninggalkan puasaTidaklah mendapat dua termasa• Orang yang meninggalkan ibadah puasa akan kehilangan dunia dan akhirat, berarti Allah tidak akan menjaga orang ituBarang siapa meninggalkan zakatTiadalah hartanya beroleh berkat• Harta dari orang yang tidak membayar zakat tidak diridhai oleh Allah

Page 19: Bahan membuat proposal sm

19

Barang siapa meninggalkan hajiTiadalah ia menyempurnakan janji• Orang yang tidak naik haji (apalagi jika ia mampu) tidak menyempurnakan janjinya sebagai orang Islam

Pasal Ketiga (3) Gurindam 12

Apabila terpelihara mataSedikitlah cita-cita• mata harus di pergunakan sebaik-baiknya jangan sampai kita meliahat apa yang dilarang oleh allah swtApabila terpelihara kupingKhabar yang jahat tiadalah damping• Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutanApabila terpelihara lidahNiscaya dapat daripadanya faedah• Orang yang menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat. Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tanganDaripada segala berat dan ringan• Jangan mengambil barang yang bukan hak kitaApabila perut terlalu penuhKeluarlah fi’il yang tidak senonoh• Nafsu harus dijaga supaya tidak melakukan perbuatan yang dilarangAnggota tengah hendaklah ingatDi situlah banyak orang yang hilang semangat• Hidup harus dijalani penuh semangatHendaklah peliharakan kakiDaripada berjalan yang membawa rugi• Jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubajir dan maksiat. Melangkahlah dijalan yang benar dan di ridhoi

Pasal keempat (4) Gurindam 12

Hati itu kerajaan di dalam tubuhJikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh• Jagalah hati dari perbuatan yang di larang oleh agama

Apabila dengki sudah bertanahDatanglah daripadanya beberapa anak panah

Page 20: Bahan membuat proposal sm

20

• Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiriMengumpat dam memuji hendaklah pikirDi situlah banyak orang yang tergelincir• Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanyaPekerjaan marah jangan dibelaNanti hilang akal di kepala• Amarah adalah perbuatan sia-sia, jaga lah amarah kitaJika sedikitpun berbuat bohongBoleh diumpamakan mulutnya itu pekung• Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata orang lainTanda orang yang amat celakaAib dirinya tiada ia sangka• Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri sampai harus dikatakan oleh orang lainBakhil jangan diberi singgahItulah perompak yang amat gagah• Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru harta kita akan bertambahBarang siapa yang sudah besarJanganlah kelakuannya membuat kasar• Jagalah setiap perbuatan kitaBarang siapa perkataan kotorMulutnya itu umpama ketor• Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih.Di manakah salah diriJika tidak orang lain yang berperi• Jika kita berbuat kesalahan kita harus minta maafPekerjaan takbur jangan direpihSebelum mati didapat juga sepih• Jangan mengambil pekerjaan yang haram

Pasal Kelima (5) Gurindam 12

Jika hendak mengenal orang berbangsaLihat kepada budi dan bahasa• Orang yang mulia dan berbangsa dapat kita lihat dari perilaku dan tutur katanyaJika hendak mengenal orang yang berbahagiaSangat memeliharakan yang sia-sia• Orang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan tidak melakukan perbuatan yang sia-sia

Page 21: Bahan membuat proposal sm

21

Jika hendak mengenal orang muliaLihatlah kepada kelakuan dia• Untuk mengetahui apakah orang itu mulia maka lihatlah sikapnya

Jika hendak mengenal orang yang berilmuBertanya dan belajar tiadalah jemu• Orang yang pandai tidak pernah jemu untuk belajar dan memetik pelajaran dari hidupnya di duniaJika hendak mengenal orang yang berakalDi dalam dunia mengambil bekal• Orang yang berakal adalah orang yang teleh mempersipkan bekal waktu hidp di dunia iniJika hendak mengenal orang yang baik perangaiLihat pada ketika bercampur dengan orang ramai• Jika ingin mengetahui sift baik dari seseorang maka lihatlah saat di bergaul dengan masyarakat

Pasal Keenam (6) Gurindam 12

Cahari olehmu akan sahabatYang boleh dijadikan obat• sahabat yang setia dan dapat membantu kitaCahari olehmu akan guruYang boleh tahukan tiap seteru• Carilah guru yang serba tahu dan tidak menyembunyikan hal-hal burukCahari olehmu akan isteriYang boleh menyerahkan diri• Istri yang patut diambil adalah istri yang berbaktiCahari olehmu akan kawanPilih segala orang yang setiawan• Carilah teman yang setia diasaat kita senang maupun susahCahari olehmu akan abdiYang ada baik sedikit budi• pengikut, pembantu, budak yang baik untuk diambil adalah abdi yang berbudi.

Pasal Ketujuh (7) Gurindam 12

Apabila banyak berkata-kataDi situlah jalan masuk dusta• Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdustaApabila banyak berlebih-lebihan sukaItu tanda hampirkan duka

Page 22: Bahan membuat proposal sm

22

• Terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam saat sesuatu itu tidak seperti yang diharapkanApabila kita kurang siasatItulah tanda pekerjaan hendak sesat• Setiap pekerjaan harus ada persiapannyaApabila anak tidak dilatihJika besar bapanya letih• Anak yang tidak di didik semasa kecilnya akan menyebabkan saat anak itu sudah tumbuh dewasa akan membangkan orang tuaApabila banyak mencacat orangItulah tanda dirinya kurang• Jangan suka menghina orang lainApabila orang yang banyak tidurSia-sia sajalah umur• Pergunakan lah waktu sebaik-baiknyaApabila mendengar akan kabarMenerimanya itu hendaklah sabar• Jika menerima kabar duka atau kabar yang kurang menyenangkan maka kita harus sabar dan menerima dengan lapang dadaApabila mendengar akan aduanMembicarakannya itu hendaklah cemburuan• Jangan mudah terpengaruh akan omongan orang lain

Apabila perkataan yang lemah lembutLekaslah segala orang mengikut• Perkataan yang lemah-lembut akan lebih didengar orang daripada perkataan yang kasarApabila perkataan yang amat kasarLekaslah orang sekalian gusar• Perkataan orang yang kasar membuat orang yang berada didekatnya resahApabila pekerjaan yang amat benarTidak boleh orang berbuat onar• Orang yang benar jangan disalahkan (difitnah atau dikambinghitamkan).

Pasal Kedelapan (8) Gurindam 12

Barang siapa khianat akan dirinyaApalagi kepada lainnya• orang yang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri tidak dapat dipercayaKepada dirinya ia aniayaOrang itu jangan engkau percaya• jangan percaya terhadap orang yang suka menganiyaya orang lain

Page 23: Bahan membuat proposal sm

23

Lidah suka membenarkan dirinyaDaripada yang lain dapat kesalahannya• Jangan suka menyalahkan orang lain, dan mengganggpa bahwa diri kita paling benarDaripada memuji diri hendaklah sabarBiar daripada orang datangnya kabar• Pujian tidak usah dibuat sendiri tapi tunggulah datangnya dari orang lainOrang yang suka menampakkan jasaSetengah daripadanya syirik mengaku kuasa• Jangan menginginkan imbalan dari setiap jasa yang telah kita perbuat Kejahatan diri disembunyikanKebajikan diri diamkan• Sifat-sifat jelek dalam diri kita jangan ditampakkan, begitu pula kebaikan-kebaikan yang telah kita perbuatKe’aiban orang jangan dibukaKe’aiban diri hendaklah sangka• Jangan membuka aib atau keburukan dari orang lain, kesalahan diri sendiri harus disadari

Pasal ke Sembilan (9) Gurindam 12

Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakanBukannya manusia yaitulah syaitan• Manusia yang sudah mengetahui bahwa pekerjaan yang di larang oleh allah swt, maka manusia tersebut tidak dapat di katakan manusiaKejahatan seorang perempuan tuaItulah iblis punya penggawa• Kejahatan seorang perempuan tua bagaikan pimpinan setanKepada segala hamba-hamba rajaDi situlah syaitan tempatnya manja• Jangan menjilat pada rajaKebanyakan orang yang muda-mudaDi situlah syaitan tempat bergoda• Semasa muda jagalah iman kita jangan sampai tergoda oleh rayuan setanPerkumpulan laki-laki dengan perempuanDi situlah syaitan punya jamuan• Jika terdapat seorang lelaki dan seorang perempuan maka disitu pulalah setan berada untuk menggangu iman orang tersebut

Adapun orang tua yang hematSyaitan tak suka membuat sahabat• Orang yang semasa mudanya tidak menyia-nyiakan waktu dan selalu melangkah di jalan allah swt, maka setan akan menjauhi orang tersebut

Page 24: Bahan membuat proposal sm

24

Jika orang muda kuat berguruDengan syaitan jadi berseteru• orang muda yang gemar belajar dijauhi oleh setan.

Pasal ke Sepuluh (10) Gurindam 12

Dengan bapa jangan derhakaSupaya Allah tidak murka• Jangan durharka terhadap bapa

Dengan ibu hendaklah hormatSupaya badan dapat selamat• Setiap anak harus hormat dan patuh terhadap ibunya karena surga di telapak kaki ibu dan ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknyaDengan anak janganlah lalaiSupaya boleh naik ke tengah balai• Jagalah anak karena anak merupakan titipan tuhanDengan kawan hendaklah adilSupaya tangannya jadi kapil• Bersikap adilah sesama teman

Pasal ke-11 (sebelas) Gurindam 12Hendaklah berjasaKepada yang sebangsa• Bejasa lah bagi negara dan bangsa, optimalkan setiap kemampuan yang kita punya sehingga kita bisa mengharumkan nama bangsaHendak jadi kepalaBuang perangai yang cela• Jadilah pemimpin yang tidak mempunyai sikap tercelaHendaklah memegang amanatBuanglah khianat• Jagalah setiap kepercayaan yang telah diberikan oleh orang lainHendak marahDahulukan hujjah• Amarah sebaiknya ditahan untuk mendahulukan keperluan (hajat).Hendak dimaluiJangan memalui• Jangan mendahulukan diri sendiri, berarti kita harus antriHendak ramaiMurahkan perangai• Bila ingin disukai orang-orang, kita harus membentuk sikap yang menyenangkan

Page 25: Bahan membuat proposal sm

25

Pasal ke-12 (Dua Belas) Gurindam 12

Raja mufakat dengan menteriSeperti kebun berpagarkan duri• Hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain, dan harus bekerjasamaBetul hati kepada rajaTanda jadi sebarang kerja• Raja yang baik atau raja yang mendapat petunjuk dari Allah adalah raja yang adil terhadap rakyatnyaHukum adil atas rakyatTanda raja beroleh inayat• Hukum harus didasari oleh hak asasi manusiaKasihkan orang yang berilmuTanda rahmat atas dirimu• Orang yang berilmu akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lainHormat akan orang yang pandaiTanda mengenal kasa dan cindai• Hormatilah setiap manusiaIngatkan dirinya matiItulah asal berbuat bakti• Bila manusia mengingat kematiannya nanti, ia akan lebih berbakti pada AllahAkhirat itu terlalu nyataKepada hati yang tidak buta• . Orang yang tidak buta hatinya tahu kalau akhirat itu benar-benar ada.

Sebab efisien-untuk memberikan tuntunan moral yang berbasis agama pada rakyatnya melalui karyanya . Tanpa meningggalkan keindahannya sebagai karya sastra,-untuk memberikan himbauan dan nasihat tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak, kewajiban orang tua, budi pekerti, dan hidup bermasyarakat yang dapat dijadikan pedoman hidup orang banyakSebab finalAgar syair gurindam ini bisa di aplikasikan untuk kehidupan sehari-hari

http://afriliansastra.blogspot.com/2011/02/menganalisi-gurindam-12-menggunakan.html

Gurindam adalah bentuk puisi lama yang berasal dari kesusastraan Tamil, yakni salah satu daerah yang terletak di India Selatan.

Page 26: Bahan membuat proposal sm

26

Ciri-ciri Gurindam:

1. Tiap bait terdiri atas dua baris.2. Terdiri atas 10-14 sukukata dalam tiap baris.3. Bersajak a-a4. Bait pertama merupakan sebab atau alasan, sedangkan bait kedua merupakan akibat

atau balasan.5. Berisi nasihat, petuah, atau filsafat.

Contoh gurindam:

Jika kena penyakit kikirSanak saudara lari menyingkir

Kurang pikir, kurang siasatTentu dirimu kelak tersesat

Pikir dahulu sebelum berkataSupaya terelak silang sengketa

A.PENGERTIANPuisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.

Aturan- aturan itu antara lain :

1. Jumlah kata dalam 1 baris2. Jumlah baris dalam 1 bait3. Persajakan (rima)4. Banyak suku kata tiap baris5. Irama

Contoh Puisi LAMA:

Saat di meja makan pertama:muncul seribu bayangan dukabanyak yang berlalu, pagi ituorang masih mabuk dengan impiannyaDari radio keluar berita-berita basi, naiknya harga-hargaBukan itu yang disebut perubahan!“dimanakah sebernarnya keindahan bersemayam?”

Page 27: Bahan membuat proposal sm

27

Saat di meja makan kedua :kesepian menekan tiba-tibaada jerit dari lorong tak bertepimaka hidup hanya sebuah perjalanan lurus, tak berjiwabukan pengembaraan, bukan petualangan:meneruskan yang sudah adapadahal hidup berjalan ke depan

B. MACAM-MACAM PUISI LAMA

1. MANTRAMantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.

Contoh:

Assalammu’alaikum putri satulung besarYang beralun berilir simayangMari kecil, kemariAku menyanggul rambutmuAku membawa sadap gadingAkan membasuh mukamu

2.GURINDAMGurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)

CIRI-CIRI GURINDAM:

a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.b. Berasal dari Tamil (India)c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.

Contoh :Kurang pikir kurang siasat (a)Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )Bagai rumah tiada bertiang ( b )

Page 28: Bahan membuat proposal sm

28

Jika suami tiada berhati lurus ( c )Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

3. SYAIRSyair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.

CIRI – CIRI SYAIR :

a. Setiap bait terdiri dari 4 barisb. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku katac. Bersajak a – a – a – ad. Isi semua tidak ada sampirane. Berasal dari Arab

Contoh :

Pada zaman dahulu kala (a)Tersebutlah sebuah cerita (a)Sebuah negeri yang aman sentosa (a)Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

Negeri bernama Pasir Luhur (a)Tanahnya luas lagi subur (a)Rakyat teratur hidupnya makmur (a)Rukun raharja tiada terukur (a)

Raja bernama Darmalaksana (a)Tampan rupawan elok parasnya (a)Adil dan jujur penuh wibawa (a)Gagah perkasa tiada tandingnya (a)

4.PANTUNPantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.

CIRI – CIRI PANTUN :

1. Setiap bait terdiri 4 baris2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran3. Baris 3 dan 4 merupakan isi4. Bersajak a – b – a – b

Page 29: Bahan membuat proposal sm

29

5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata6. Berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh :

Ada pepaya ada mentimun (a)Ada mangga ada salak (b)Daripada duduk melamun (a)Mari kita membaca sajak (b)

MACAM-MACAM PANTUN

1. DILIHAT DARI BENTUKNYA

a. PANTUN BIASAPantun biasa sering juga disebut pantun saja.Contoh :

Kalau ada jarum patahJangan dimasukkan ke dalam petiKalau ada kataku yang salahJangan dimasukan ke dalam hati

2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.

CIRI-CIRI SELOKA:

a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketigac. Dan seterusnya

Contoh :Lurus jalan ke Payakumbuh,Kayu jati bertimbal jalanDi mana hati tak kan rusuh,Ibu mati bapak berjalan

Page 30: Bahan membuat proposal sm

30

Kayu jati bertimbal jalan,Turun angin patahlah dahanIbu mati bapak berjalan,Ke mana untung diserahkan

3. TALIBUNTalibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.Jadi :Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

Contoh :Kalau anak pergi ke pekanYu beli belanak pun beli sampiranIkan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalanIbu cari sanak pun cari isiInduk semang cari dahulu

4. PANTUN KILAT ( KARMINA )CIRI-CIRINYA :

a. Setiap bait terdiri dari 2 barisb. Baris pertama merupakan sampiranc. Baris kedua merupakan isid. Bersajak a – ae. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata

Contoh :

Dahulu parang, sekarang besi (a)Dahulu sayang sekarang benci (a)

2. DILIHAT DARI ISINYA

2.1. PANTUN ANAK-ANAKContoh :

Page 31: Bahan membuat proposal sm

31

Elok rupanya si kumbang jatiDibawa itik pulang petangTidak terkata besar hatiMelihat ibu sudah datang

2.2. PANTUN ORANG MUDAContoh :

Tanam melati di rama-ramaUbur-ubur sampingan duaSehidup semati kita bersamaSatu kubur kelak berdua

2.3. PANTUN ORANG TUAContoh :

Asam kandis asam gelugurKedua asam riang-riangMenangis mayat di pintu kuburTeringat badan tidak sembahyang

2.4. PANTUN JENAKAContoh :

Elok rupanya pohon belimbingTumbuh dekat pohon manggaElok rupanya berbini sumbingBiar marah tertawa juga

2.5. PANTUN TEKA-TEKIContoh :

Kalau puan, puan cemaraAmbil gelas di dalam petiKalau tuan bijak laksanaBinatang apa tanduk di kaki

Page 32: Bahan membuat proposal sm

32

http://dahlanforum.wordpress.com/2010/01/11/puisi-lama-mantra-gurindam-syair-pantun/

http://megasuryonop.blogspot.com/2012/03/puisi-lama-mantra-gurindam-syair-pantun.html

1. BAHASA INDONESIA (PENDIDIKAN DASAR) -

MEMBACA - MODEL PEMBELAJARAN

Label Rs 372.414 HAR pAbstrak Kata Kunci: Model Cooperative Script, Kemampuan

Menjelaskan Isi bacaan, SD

Berdasarkan observasi awal pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas III di SDN Bareng 4 Kota Malang, diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan pada aspek menjelaskan kembali isi bacaan di kelas III. Permasalahan tersebut antara kain: (1) rendahnya rata-rata klasikal yang belum mencapai Standar Kelulusan Minimal; (2) pada saat pembelajaran guru tidak menggunakan model tertentu, kegiatan siswa adalah membaca teks bacaan setelah itu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan penerapan model Cooperative Script untuk meningkatkan kemampuan menjelaskan isi bacaan pada siswa kelas III SDN Bareng 4 Kota Malang; (2) mendeskripsikan tingkat keberhasilan model cooperative script untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan isi bacaan pada siswa kelas III SDN Bareng 4 Kota Malang.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru. Langkah PTK ini meliputi 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, refleksi dan rencana perbaikan. Empat tahap tersebut merupakan langkah berurutan dalam satu siklus dan berhubungan dengan siklus berikutnya. Subyek penelitian ini dengan jumlah 23 siswa. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara, dan tes, sedangkan analisis

Page 33: Bahan membuat proposal sm

33

data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan deskriptif kuantitatif.

Langkah model Cooperative Script yaitu: (1) siswa berkelompok berpasangan; (2) guru membagikan wacana kepada setiap kelompok; (3) guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar; (4) pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (5) sementara penyimak/pengoreksi menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (6) bertukar peran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Script pada pembelajaran bahasa Indonesia telah berhasil meningkatkan kemampuan menjelaskan isi bacaan yang terus meningkat. Kemampuan siswa mengalami peningkatan pada siklus II, yang paling tampak yaitu sebagian besar siswa hasil belajarnya pada tes lisan meningkat. Hasil belajar pada siklus I memperoleh ketuntasan klasikal yang cukup baik. Pada siklus II memperoleh ketuntasan klasikal yang meningkat jauh lebih baik.

Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model Cooperative Script dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan isi bacaan. Meskipun dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan menjelaskan isi bacaan. Selain itu diperlukan adanya variasi dalam pembelajaran dan cara menyajikan pelajran yang kreatif dan inovatif dengan perencanaan yang lebih matang.

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=55218

eori Makna

A.  Pendahuluan

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu

unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai

pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji

bahasa ialah pendekatan makna. Filsafat Bahasa merupakan salah satu bidang yang

mempelajari tentang makna.

Page 34: Bahan membuat proposal sm

34

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa

saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Beberapa ahli

mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan.

Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam

mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.1[1] Dalam

hal ini Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau

konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.2[2] Dengan kata lain, makna

merupakan istilah yang paling ambigu dan paling kontroversial dalam teori tentang bahasa.

Kekaburan itu sebenarnya dapat dikurangi jika kita mau mempersempit perhatian kita ke arah

makna kata saja. Banyak unsur bahasa lain –selain kata- yang dikatakan mempunyai makna

tertentu. Dari segi definisi semua morfem yang signifikan, dan begitu pula kombinasi tempat

morfem-morfem itu masuk dan berbagai makna itu memegang peranan masing-masing dalam

keseluruhan makna ujaran. Ahli-ahli dalam bidang ini membedakan makna leksikal dan

makna struktural, tetapi pemilihan istilah ini tidak menguntungkan, karena dengan demikian

seolah-olah secara implisit kosakata itu tidak mempunyai struktur. Istilah yang lebih baik

barangkali adalah makna leksikal dan makna gramatikal.

Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :

1.      maksud pembicara;

2.      pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau

kelompok manusia;

3.      hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran

dan semua hal yang ditunjukkannya,dan

4.      cara menggunakan lambang-lambang bahasa.3[3]

Bloomfied mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus

dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya.

Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan

antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat

saling dimengerti.4[4]

1[1] Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 79.

2[2] Ibid., hlm. 2

3[3] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 132.

4[4] Ibid., hlm. 50.

Page 35: Bahan membuat proposal sm

35

J.R. Firth dalam tulisannya cenderung mendukung agar makna atau fungsi dipecah

menjadi sejumlah fungsi komponen. Tiap fungsi dianggap sebagai penggunaan sesuatu

bentuk atau unsur bahasa dalam hubungan dengan sesuatu konteks. Dengan demikian, makna

itu harus dianggap sebagai paduan dari hubungan-hubungan yang bersifat kontekstual, dan

fonetik, tata bahasa, leksikografi dan semantik masing-masing menangani komponen

paduannya sendiri dalam konteks.5[5]

B.  Perbedaan Makna

Setiap  individu selalu memberi makna terhadap aspek-aspek yang dia temui di sekitarnya.

Mulai dari benda-benda yang secara kasat mata dapat disentuh atau dipegang sampai pada

sesuatu yang sifatnya imanen atau transenden. Mulai dari perlengkapan rumah tangga, rumah,

kendaraan, sampai pada relasi sosial seperti rasa cinta, kasih sayang, sampai kebencian dan

permusuhan di antara individu atau masyarakat.

Bagaimanapun individu secara kreatif melalui proses berfikir; mengurangi, menambahkan,

dan menghasilkan makna melalui proses perseptual terhadap objek makna yang dihadapinya.

Dalam memahami makna menurut Joseph DeVito, “Look for meaning in people, not in

words. Meaning change but words are relatively static, and share meanings, not only words,

through communication.”6[6]

Karena hakekatnya pembentukan makna ada pada individu, maka maka semua tindakan

sosial yang dilakukan individu memunculkan pembentukan makna dan pembentukan makna

dikonstruksi oleh setiap individu. Mungkin pembentukan itu sama, berhimpitan, bahkan

bertolak belakang. Sebagian besar sangat ditentukan oleh kapasitas dan kepentingan masing-

masing pihak dalam membentuk makna itu.

Masalahnya manakala sebuah makna itu dimiliki dan digunakan untuk mengendalikan

orang lain bahkan diakumulasikan untuk menananamkan makna terhadap orang lain, seorang

individu harus berhati-hati dengan konstruksi pemaknaan yang dimilikinya.Tengok kasus Bu

Prita. Akibat pemaknaan terhadap statemen atau kata-kata yang tersebar melalui internet,

sebuah lembaga rumah sakit  sebagai lembaga pelayanan publik memaknai sebagai

penghinaan, negativitas citra, dan penyerangan. Padahal belum terbukti pula bahwa e-mail

yang disebar di kalangan pertemanan itu secara signifikan menimbulkan pengaruh tersebut.

Namun akibat konstruksi pemaknaan lembaga rumah sakit itu diterima dan dapat dijadikan

5[5] Stephen Ullman, Pengantar Semantik. Terj. Sumarsono (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 66.

6[6] Ibid., hlm. 140.

Page 36: Bahan membuat proposal sm

36

delik aduan hukum, maka seorang ibu menginap dalam rumah tahanan selama dua puluh hari.

Bahkan andai pidananya terbukti, kemungkinan hukumannya bisa lebih dari itu.

Kontras sekali dengan pemaknaan yang dilakukan masyarakat miskin, rendah akses

lembaga kesehatan, dan sudah tidak mampu lagi berfikir rasional untuk menyembuhkan

penyakitnya, seorang Dukun Cilik Ponari dianggap atau dimaknai sebagi individu yang

mampu menolong, menyembuhkan, dan menjawab permasalahan mereka. Andaipun mereka

tidak mendapatkannya, penyakit tetap, dan tidak dilayani secara baik, mereka tidak marah,

komplain, atau mengajukan ketidakpuasan pelayanan pada konsumen. Padahal yakin bahwa

hanya berapa peresen dari mereka yang “merasa” sembuh setelah berdukun pada Ponari.

Sebagian besar tidak ada perubahan yang berarti.

Hakekatnya semua diterima apa adanya. Kontrak sosial di antara kedua belah pihak tidak

harus diselesaikan oleh hukum formal, cukup rasionalisasi interpersonal bahwa berobat

kepada Ponari hanya sekedar usaha, barangkali bisa sembuh.

Pembentukan makna adalah berfikir, dan setiap individu memiliki kemampuan berfikir

sesuai dengan kemampuan serta kapasitas kognitif atau muatan informasi yang dimilikinya.

Oleh karena itu, makna tidak akan sama atas setiap individu walaupun objek yang

dihadapinya adalah sama. Pemaknaan terjadi karena cara dan proses berfikir adalah unik pada

setiap individu yang akan menghasilkan keragaman dalam pembentukan makna.

Keunikan berfikir sebagai proses pembentukan makna dalam diri individu ditentukan oleh

faktor-faktor dalam diri individu tersebut, seperti sistem nilai, kepercayaan, dan sikap.

Menurut Kaye, keunikan tersebut terlihat nyata ketika individu membangun komunikasi

dengan orang lain. Kaye berpendapat bahwa;7[7]

In a very real sense, communication is about thinking. More precisely, it is concerned with

the construction of meaning. Generally, people act toward others on the basis of how they

construe others’ dispositions and behaviour. These constructions (meaning) are, in turn,

influenced by individual value system, beliefs and attitudes.

R. Brown menjelaskan bahwa makna sebagai sebuah kecenderungan (disposisi) total

untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen

dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Selanjutnya Mulyana menyatakan

bahwa, makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan

manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata namun kata-kata membangkitkan makna dalam

7[7] Ibid., hlm. 39-40.

Page 37: Bahan membuat proposal sm

37

pikiran  orang. Jadi, tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang

digunakan untuk mempresentasikannya.8[8]

Teori lain yang menjelaskan perbedaan pembentukan makna dalam perilaku komunikasi

interpersonal yaitu Coordinated Management of Meaning  Theory. Teori ini dikembangkan 

Pearce dan Cronen pada tahun 1980 dengan asumsi bahwa:9[9]

        Human beings live in communication

        Human beings co-create a social reality

        Information transactions depend on personal and interpersonal meaning.

Menurut Teori ini, makna bersifat personal dan interpersional. Makna personal yaitu

makna yang telah diperoleh ketika seseorang membawa pengalaman yang unik ke dalam

interaksi. Sementara makna interpersonal adalah hasil interaksi manakala dua orang setuju

terhadap interpretasi masing-masing pada sebuah interaksi itu. Makna personal dan

interpersonal diperoleh dalam sebuah percakapan dan seringkali makna itu tanpa didasarkan

pada banyak pemikiran.

Jika melihat pada asumsi-asumsi teori-teori tersebut, maka individu dalam rangka

membangun harmonisasi atau juga memecahkan konflik yang dihadapinya, maka berhati-hati

dengan makna personal yang akan diberikan kepada orang lain. Di lain pihak juga lebih

banyak belajar membangun makna interpersonal yang ditanamkan dan hasil kesepakatan

secara sosial. Andaikan Pihak Rumah Sakit yang mengadukan Bu Prita berhati-hati dalam

menanggapi e-mail Bu Prita dan Bu Prita juga menyebarkan kegundahannya dengan cara

yang berbeda, konflik ini tidak akan berkepanjangan. Andaikan pula dalam cerita Dukun

Ponari, masyarakat lebih banyak mendengar dan meminta pendapat tentang keampuha

sebuah “batu”, kemungkinan makna interpersonalnya akan berbeda. Mereka tidak akan

terjebak pada sebuah mitos dan kepercayaan yang merepotkan banyak orang. Wallahu’alam.

C.  Pengertian Makna dalam Penggunaan Sehari-hari

Dalam pemakaian sehari-hari, kata “makna” digunakan dalam berbaga bidang maupun

konteks pemakaian. Apakah pengertian khusus kata makna tersebut serta perbedaannya

dengan ide, misalnya, tidak begitu diperhatika. Sebab itu, sudah sewajarnya bila makna juga

disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi,

maksud, firasat, isi dan pikiran. Berbagai pengertian itu begitu saja disejajarkan dengan kata

8[8] Ibid., hlm. 156.

9[9] Ibid., hlm. 113.

Page 38: Bahan membuat proposal sm

38

makna karena keberadaannya memang tidak pernah dikenali secara cermat dan dipilahkan

secara tepat.

Dari sekian banyak pengertian yang diberikan tersebut, hanya arti yang paling dekat

pengertiannya dengan makna. Meskipun demikian, bukan berarti keduanya sinonim mutlak.

Disebut demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup makna dan pengertian.10[10]

Pengertian gagasan pada dasarnya memiliki kesejajaran pengertian dengan pikiran maupunu

ide. Sebab itu, dalam bahasa inggris ketiga kata itu tercakup dalam kata thought. Lebih lanjut,

thought sebagai aktivitas mental meliputi baik konsep maupun pernyataan. Apabila konsep

berkaitan dengan olahan ingatan dan kesimpulan, maka istilah pernyataan berkaitan dengan

proposisi dan statemen.11[11]

Proposisi sebagai istilah juga diberi pengertian berbeda-beda. Sebagai gejala kejiwaan,

proposisi adalah isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan statemen. Sedangkan

Lyons lebih cenderung mengartikan proposisi sebagai perwujudan ekspresi dalam bentuk

kalimat, yang bisa benar atau salah. Selain itu batasan proposisi sebagai konfigurasi makna

yang menjelaskan isi komunikasi dari pembicaraan, terjadi dari predikator yang berkaitan

dengan satu argumen atau lebih. Sehubungan dengan hal ini, proposisi diartikan sebagai

pernyataan dasar yang masih berada dalam abstraksi pikiran penutur. Tatanan “saya lapar”

yang masih berada dalam pikiran adalah contoh proposisi, sedangkan perwujudannya dalam

kalimat, misalnya “Tadi pagi saya tidak sarapan, seharian saya belum makan”, dan sejumlah

wujud kalimat lain yang mewakili proposisi “saya lapar” adalah pernyataan atau statemen.12

[12]

Baik pernyataan, proposisi, maupun gagasan yang mencakup pengertian pikiran dan ide,

konsep, pesan dan maksud pada dasarnya berasal dari sender. Pesan atau massage disebut

berada pada sender karena pesan adalah isi komunikasi dalam sender yang diwadahi oleh

tatanan lambang kebahasaan secara individual. Apabila pesan itu sudah ditransmisikan lewat

signal atau tanda, maka isi pesan itu disebut informasi. Permahaman informasi pada diri

penerima, bisa disebut dengan isi atau content. Menurut Lyons, kegiatan penyusunan pesan

tidak dapat dilepaskan dari enkoding, sedangkan usaha memahami pesan yang dilakukan oleh

10[10] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 15.

11[11] R.A. Hudson, Sociolinguistics (New York: Cambridge University Press, 1982), hlm. 75.

12[12] Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hlm. 51.

Page 39: Bahan membuat proposal sm

39

penerima pesan disebut dekoding. Apabila dekoding gagal, informasi dan isi teta tinggal jadi

pesan yang ada pada si penutur. Dengan demikian, komunikasi itu pun belum berhasil.13[13]

D.  Pengertian Makna sebagai Istilah

Sedangkan kata makna sebagai istilah mengacu pada pengertian yang sangat luas. Makna

ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para

pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Dari batasan pengertian itu dapat diketahui

adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yakni (1) makna adalah hasil hubungan

antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para

pemakai, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi

sehingga dapat saling mengerti.14[14] Dalam konteks ini terdapat tiga pandangan filosofis

yang berbeda-beda, yaitu realisme, nominalisme, dan konseptualisme. Realisme beranggapan

bahwa terhadap wujud dunia luar, manusia selalu memiliki jalan pikiran tertentu. Terhadap

dunia luar, manusia selalu memberikan gagasan tertentu. Sebab itu, pemaknaan antara

“makna kata” dengan “wujud yang dimaknai” selalu memiliki hubungan yang hakiki.

Pandangan bahwa antara “makna kata” dengan “wujud yang dimaknai” memiliki

hubungan yang hakiki, akhirnya menimbulkan klasifikasi makna kata yang dibedakan antara

yang kongkret, abstrak, tunggal, jamak, khusus, maupun universal. Penentuan bentuk

hubungan itu ternyata tidak selamanya mudah. Batasan antara benda kongkret dan abstrak,

khusus atau universal, seringkali sulit ditentukan. Selain itu, makna suatu kata, acuan atau

denotatumnya dapat berpindah-pindah. Kata mendung, misalnya, selain dapat diacukan pada

benda, juga dapat diacukan ke dalam “suasana sedih”. Pada sisi lain, referen yang sama

dapat ditunjuk oleh kata yang berbeda-beda. Sudin sebagai guru, ayah dari anak-anaknya,

suami maupun tetangga yang baik dapat disebut pak guru, bapak, mas, maupun sebutan

lainnya. Sebab itulah kaum nominalis menolak anggapan bahwa antara kata dengan wujud

luar terdapat hubungan.15[15]

Dalam nominalisme, hubungan antara makna kata dengan dunia luar semata-mata bersifat

arbitrer meskipun sewenang-wenang penentuan hubungannya oleh para pemakai dilatari oleh

adanya konvensi. Sebab itulah, penunjukkan makna kata bukan bersifat perseorangan,

melainkan memiliki kebersamaan. Dari adanya fungsi simbolik bahasa yang tidak lagi diikat

13[13] John Lyons, Introduction to Theoretical Linguistics (London: Cambridgee at The University Press, 1979), hlm. 36.

14[14] Ibid., hlm. 53.

15[15] Ibid., hlm. 111.

Page 40: Bahan membuat proposal sm

40

oleh dunia yang diacu itulah, bahasa akhirnya juga lebih membuka peluang untuk dijadikan

media memahami realitas, bukan realitas yang dikaji untuk memahami bahasa.

Sedangkan dalam konseptualisme, pemaknaan sepenuhnya ditentukan oleh adanya sosiasi

dan konseptualisasi pemakai bahasa, lepas dari dunia luar yang diacunya. Pandangan itu

segera mengundang kritik. Seorang yang haus dan mendengar kata minum, dia pasti bukan

terus tidur atau berlari. Dalam asosiasi kesadarannya pastilah hadir tanggapan dunia luar yang

secara laras memiliki hubungan dengan “air yang dapat diminum”. Dengan demikian, kasus

bahwa makna kata dapat dilepaskan sepenuhnya dari dunia luar dan sepenuhnya tumbuh dari

asosiasi dan hasil konseptualisasi pemakai, tidak dapat berlaku umum. Kata bunga, misalnya,

meskipun referennya dapat dipindahkan dan dimaknai “gadis”, pergeseran itu juga tidak lepas

dari makna dasarnya. Meskipun demikian, untuk simbol seperti hujan, binatang jalang,

seperti yang terdapat dalam bari puisi Chairil misalnya, pandangan konseptualisme ini masih

tepat.16[16]

Selain hubungan antara makna dengan dunia luar, masalah lain yang timbul adalah,

benarlah bentuk kebahasaan menjadi unsur utama dalam mengemban makna. Pertanyaan itu

timbul karena kata berangkat misalnya, yang diucapkan oleh seorang siswa dan ayah yang

mau berangkat ke kantor kepada ibu, acuan maknanya berbeda. Kata berangkat yang

diucapkan seorang siswa kepada ibu di rumah mengacu pada pengertian “berangkat sekolah”,

sementara bagi sang ayah, mengacu pada pengertian “berangkat ke kantor”. Kasus lain,

misalnya kata kopi yang diucapkan di toko kelontong berarti “bubuk, sedangkan di kedai

berarti “minuman”.17[17]

Dari contoh di atas, secara sepintas dapat diambil kesimpulan, bahwa unsur pemakai dan

konteks sosial situasional juga ikut menentukan makna. Dalam kajian teori makna pun,

kenyataan seperti di atas, juga menimbulkan perbedaan pandangan dan pendekatan.

Sehubungan dengan masalah pandangan dan pendekatan itu, Alston menyebutkan ada tiga

pendekatan dalam teori makna yang masing-masing memiliki dasar pusat pandang berbeda-

beda. Tiga bentuk pendekatan yang oleh Harman (1968) dianggap lebih tepat disikapi sebagai

tiga tataran makna, menurut Alston meliputi pendekatan (1) referensial, (2) ideasional dan (3)

behavioral.18[18]

E.   Pengertian Makna dalam Pendekatan Referensial

16[16] Aminuddin, Semantik, hlm. 54.

17[17] Ibid., hlm. 54.

18[18] Ibid., hlm. 55.

Page 41: Bahan membuat proposal sm

41

teori referensial merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau

menidentifikasi makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan

acuan itu. Istilah referen itu sendiri menurut Palmer(1976:30) “reference deals with the

relationship between the linguistic element, word, sentences, etc, and the nonlinguistic word

of experience” (hubungan antara unsur – unsur linguistic berupa kata – kata, kalimat –

kalimat dan dunia pengalaman yang non linguistik.

Referen atau acuan boleh saja benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah

sesuatu yang ditunjuk oleh lambang. Jadi, kalau seseorang mengatakan sungai, maka yang

ditunjuk oleh lambing tersebut yakni tanah yang berlubang lebar dan panjang tempat

mengalir air dari hulu ke danau atau laut. Kata sungai langsung dihubungkan dengan

acuannya. Tidak mungkin timbul asosiasi yang lain. Bagi mereka yang pernah melihat

sungai, atau pernah mandi di sungai, sudah barang tentu mudah memahami apa yang

dimaksud dengan sungai.

Dialektika peristiwa dan makna merupakan suatu dialektika inti dari makna wacana.

Untuk memaknai apa yng dilakukan pembicara, juga apa yang dinyatakan oleh kalimat.

Makna ujaran pada makna isi preposisi merupakan sisi obyektif dari makna, sedangkan

makna pengujar pada makna referensi kalimat dan kehendak yang diketahui pendengan

merupakan sisi subyektif dari makna.

Dialektika obyektif-subyektif tidaklah memberi penyelesaian makna, oleh karena itu tidak

menyelesaikan struktur wacana. Sisi obyektif wacana itu sendiri dapat diberikan dengan dua

cara. Kita dapat memaknai ‘apa’ dan ‘tentang apa’ wacana itu merupakan ‘referensi’. Ini

merupakan perbedaan yang dapat langsung dihubungkan dengan perbedaan semiotik dan

semantic ‘mengacu’ merupakan apa yang dilakukan kalimat pada situasi tertentu dan menurut

kegunaan tertentu, juga apa yang dilakukan pembicara ketika ia menerapkan kata – katanya

pada kenyataan.

Seseorang mengacu kepada sesuatu, pada saat tertentu merupakan peristiwa ujar. Tetapi

peristiwa ini, menerima strukturnya dari makna sebagai arti. Dengan cara ini dialektika

peristiwa dan makna menerima perkembangan baru dari dialektika arti dan referensi.

Dialketika arti dan referensi inilah yang memberikan hubungan antara bahasa dan kondisi

ontologis yang ada di dunia.

Kita mengandaikan bahwa sesuatu berada dalam susunan, sehingga sesuatu itu bisa

diidentifikasi, tetapi kita memerlukan sebuah referensi. Pengendalian ini diperlukan, sehingga

kita harus menambahkan ketentuan – ketentuan yang spesifik jika kita ingin mengacu ke

sesuatu yang sifatnya fiktif. Kebermaknaan universal dari problem referensi sangatlah luas,

Page 42: Bahan membuat proposal sm

42

wacana mengacu kembali pada pembicaranya, pada saat yang sama hal itu mengacu kepada

dunia. Wacana dalam tindakan dan dalam kegunaan mengacu kembali dan datang lagi

menuju pembicara dan dunia. Ini merupakan criteria pokok dari bahasa sebagai wacana.

Teori referensial atau teori korespondensi merujuk pada segitiga makna (symbol,

reference, dan referent) yang dikemukakan oleh OR. Makna adalah hubungan antara

reference dan referent yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata ataupun

prase atau kalimat. Simbol bahasa dan rujukan atau referent tidak mempunyai hubungan

langsung. Teori ini menekankan hubungan langsung antara reference dengan referent yang

ada di alam nyata.

Jika kita memperhatikan ujaran dalam sebuah bahasa, misalnya “Ronald Reagan”, ‘Rudi

Hartono’, ‘ Jakarta’ atau frase nomen seperti “sang mantan wakil presiden RI 1983-1988’,

‘orang pertama yang berjalan dibulan’, maka sudah pasti makna ujaran itu merujuk kepada

benda atau hal yang sama. Nah, itulah teori makna sesuai dengan teori referensi atau

korespodensi. Jika kita menerima bahwa makna sebuah ujaran adalah referennya, maka

setidak – tidaknya kita terikat pula pada pernyataan berikut ini.

1.      Jika sebuah ujaran mempunyai makna, maka ujaran itu mempunyai referen.

2.      Jika dua ujaran mempunyai referen yang sama, maka ujaran itu mempunyai makna yang

sama pula,

3.      Apa saja yang benar dari referen sebuah ujaran adalah benar untuk maknanya.

Referensi

Dalam pendekatan referensial, makna diartikan sebagai label yang berada dalam kesadaran

manusia untuk menunjuk dunia luar. Sebagai label, makna itu hadir karena adanya kesadaran

pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan yang keseluruhannya berlangsung

secara subjektif. Terdapatnya julukan simbolik dalam kesadaran individual itu, lebih lanjut

memungkinkan manusia untuk menyusun dan mengembangkan skema konsep. Kata pohon,

misalnya, berdasarkan kesadaran pengamatan dan penarikan kesimpulan, bukan hanya

menunjuk jenis tumbuh-tumbuhan, melainkan memperoleh julukan sebagai “ciptaan”,

“hidup”, “fana”.

Kesadaran pengamatan dan penarikan kesimpulan dalam pemberian julukan, dan

pemaknaan tersebut, berlangsung melalui bahasa. Akan tetapi, berbeda dengan bahasa

keseharian, bahasa yang digunakan di situ adalah bahasa perseorangan atau private language.

Page 43: Bahan membuat proposal sm

43

Dengan demikian, makna dalam skema konsep bisa berubah ke dunia absur yang mempribadi

dan terasing dari komunikasi keseharian.19[19]

Terdapat bahasa perseorangan yang mempribadi tersebut lebih lanjut menyebabkan

keberadaan makna sangat ditentukan oleh adanya nilai, motivasi, sikap, pandangan, maupun

minta secara individual. Apabila individu adalah juga pengendali institusi, julukan kata

pohon seperti “persatuan” maupun “kehidupan masyarakat” dapat disebarluaskan dan diakui

sebagai milik bersama. Akan tetapi, ada juga kemungkinan, ciri mempribadi itu justru tetap

ingin dipertahankan. Ciri demikian ditandai antara lain oleh adanya kata-kata khas yang

dimaknai secara khusus oleh dua orang yang berteman demikian akrap maupun pada kata-

kata tertentu yang digunakan dalam puisi.20[20]

Julukan dan makna hasil observasi atau kesadaran pengamatan individual, pada dasarnya

masih bertumpu pada makna hasil penunjukan dasar. Apa yang dilakukan individu itu

hanyalah menambahkan atau memberi konotasi. Apabila kata yang masih menunjukkan pada

makna dasar itu bersifat denotatif sehingga menghadirkan istilah makna denotatif, maka kata

yang diberi julukan lain itu mengandung makna konotatif, yakni tambahan makna lain

terhadap makna dasarnya. Penambahan itu pun sebenarnya bukan hanya khas terjadi dalam

kreasi sastra. Sesuai dengan keragaman nilai, motivasi, sikap, pandangan, maupun minat

setiap individu, fakta yang tergambarkan dalam kata akhirnya memperoleh julukan individual

sendiri-sendiri. Kata hujan misalnya, bagi seorang petani dapat diartikan “rahmat”, bagi

penjual es “kegagalan”, dan lain sebagainya.21[21]

Pemberian julukan dan pemaknaan yang tertumpu pada dunia luar itulah yang akhirnya

juga menjadi ciri lain dari pendekatan referensial. Selain itu, meletakkan makna sebagai hasil

kesadaran pengamatan individu dan terlepas dari konteks komunikasi, akhirnya juga

bertentangan dengan keberadaan bahasa sebagai sistem konvensi. Sebab itulah sangat tepat

apabila Jakobson maupun Posner mengungkapkan bahwa bentuk komunikasi dalam puisi

adalah bentuk komunikasi khas dan unik yang memiliki sistemnya sendiri yang bersifat

khusus pula.22[22]

19[19] H. Gilbert Herman, “Three Levels of Meaning”, dalam Semantics: An Interdisciplinary Reader in Philosophy Linguistics and Psychology (New York: Cambridge University Press, 1971), hlm. 56.

20[20] Ibid., hlm. 56.

21[21] Ibid., hlm. 56.

22[22] Roland Posner, Rational Discourse and Poetic Communication: Methods of Linguistic Literary, and Philosophical Analysis (Berlin: Mouton Publishers, 1982), hlm. 113. Lihat pula,

Page 44: Bahan membuat proposal sm

44

F.   Pengertian Makna dalam Pendekatan Ideasional

Dalam pendekatan ideasional, makna adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk

kebahasan yang bersifat sewenang-wenang, tetapi memiliki konvensi sehingga dapat saling

mengerti. Gambaran kesatuan hubungan antara makna dengan bentuk kebahasaan itu secara

jelas dapat dikaji dalam perumusan Grice: X berarti P dan X memaknakan P seperti yang

dimiliki oleh P.X dalam konsep Grice adalah perangkat kalimat sebagai bentuk kebahasaan

yang telah memiliki satuan gagasan. Kalimat yang berbunyi, X memaknakan P seperti yang

dimiliki P memberikan gambaran tentang keharusan memaknai X sebagai P seperti yang

telah berada dalam konvensi bahwa P adalah P.23[23]

Meletakkan komponen semantik pada adanya satuan gagasan, bukan berarti pendekatan

ideasional mengabaikan makna pada aspek bunyi, kata dan frase. Jerrold J. Katz

mengungkapkan bahwa penanda semantis dari bunyi, kata dan frase sebagai unsur-unsur

pembangun kalimat, dapat langsung diidentifikasi lewat kalimat. Dengan mengidentifikasi

unsur-unsur kalimat itu sebagai satuan gagasan, diharapkan pemaknaan tidak langsung secara

lepas-lepas, tetapi sudah mengacu pada satuan makna yang dapat digunakan dalam

komunikasi. Sehubungan dengan kegiatan berfikir, manusia berpikir menggunakan bahasa

yang juga bisa digunakan dalam komunikasi. Sebab itulah, kegiatan pengolahan pesan lewat

bahasa atau enkoding, penyampaian pesan lewat bahasa atau koding, serta proses memahami

pesan atau dekoding, dapat berlangsung dalam garis linier seperti berikut.

DEKODING 

KODING

 

ENKODING 

Komponen pembangun gagasan dalam enkode menurut Jerold Kats bisa saja tidak sama

persis dengan kode. Akan tetapi yang pasti, hubungan linier itu harus diikuti daru, yakni

lingkaran hubungan timbal balik antara penyampai dengan penerima pesan yang ditandai

oleh adanya “saling mengerti”. Grice juga menyebutkan bahwa suatu bentuk kebahasaan itu

Aminuddin, Semantik, hlm. 57.

23[23] Aminuddin, Semantik, hlm. 58.

Page 45: Bahan membuat proposal sm

45

dimaknai P oleh penutur adalah apabila pemaknaan P itu secara laras nantinya juga dimaknai

P oleh pendengarnya.24[24]

Dalam pendekatan ideasional, makna dianggap sebagai pemerkah ide yang memperoleh

bentuk lewat bahasa dan terwujud dalam kode. Dari adanya kegiatan “pembahasan pean” dan

“pengolahan ide”, maka dalam pendekatan ideasional, penguasaan aspek kognitif dan

rekognisi dari pemeran dalam kegiatan komunikasi, sangat penting. Aspek kognisi dan

rekognisi memiliki sasaran, baik pada aspek gramatik, hubungan antara aspek gramatik

dengan unsur semantis, maupun hubungan antara bahasa dengan dunia luar.25[25]

Dari uraian ini dapat diketahui bahwa bahasa memiliki kedudukan sentral. Dengan

demikian, kesalahan penggunaan bahasa dalam proses berpikira menyebabkan pesan yang

disampaikan tidak tepat. Sebaliknya, seandainya penggunaan bahasa dalam proses berpikir

sudah benar, tetapi kode yang diwujudkan mengandung kesalahan, informasi yang diterima

pun dapat menyipang. Pada sisi lain, meskipun pembahasan pesan dan kode sudah benar, bila

terjadi gangguan penerimaan, besar kemungkinan informasi yang diterima tidak sesuai

dengan pesan yang disampaikan.26[26]

G.  Pengertian Makna dalam Pendekatan Behavioral

Pendekatan behavioral lebih menekankan pada keberadaan bahasa sebagai media dalam

mengolah pesan dan menyampaikan informasi. Keberatan dari pendekatan behavioral

terhadap dua pendekatan sebelumnya, salah satunya adalah, kedua pendekatan itu telah

mengabaikan konteks sosial dan situasional yang oleh kaum behavioral dianggap berperan

penting dalam menentukan makna. Kritik lain terhadap kedua pendekatan sebelumnya

adalah, pada objek utama kajian yang justru tidak pernah dapat diobservasi secara langsung.

Pernyataan dalam kajian ideasional yang berkaitan dengan keselarasan pemahaman antara

penutur dengan pendengar dalam memaknai kode misalnya, dalam pendekatan behavioral

dianggap kajian spekulaitf karena pengkaji tidak pernah mampu meneliti karakteristik idea

atau pikiran penutur-pendengar, sejalan dengan aktivitas pengolahan pesan dan

pemahamannya. Sebab itulah, kajian makna yang bertolak dari pendekatan behavioral,

mengkaji makna dalam peristiwa ujaran yang berlangsung dalam situasi tertentu. Satuan

24[24] Ibid., hlm. 59.

25[25] Ibid., hlm. 60.

26[26] Ibid., hlm. 60.

Page 46: Bahan membuat proposal sm

46

tuturan atau unit terkecil yang mengandung makna penuh dari keseluruhan “peristiwa ujaran”

yang berlangsung dalam “situasi tertentu” disebut “tindak tutur”.27[27]

Penentuan makna dalam “tindak tutur” menurut beberapa ahli harus bertolak dari berbagai

kondisi dan situasi yang melatari pemunculannya. Unit ujaran yang berbunyi “masuk!”

misalnya, dapat berarti “di dalam garis” bila muncul misalnya dalam permainan bulu tangkis,

“berhasil” bagi yang main lotere, dan lain sebagainya. Makna keseluruhan unit ujaran itu

dengan demikian harus disesuaikan dengan latar situasi dan bentuk interaksi sosial yang

mengondisinya.

H.  Teori-Teori Tentang Makna

1. Teori Image Makna

Menurut teori ini makna diterangkan berdasarkan gambar yang terbayang dalam akal

penutur atau pendengar. Dalam pengaplikasiannya, teori ini menghadapi beberapa masalah:28

[28]

a.    Bentuk gambar yang terbayang pada penutur dan pendengar.

b.    Satu ungkapan mempunyai lebih dari satu gambar.

c.    Satu gambar mempunyai lebih dari satu ungkapan.

d.    gambar bergantung kepada pengalaman.

2.      Teori Analisa Komponen

Teori ini pada awalnya digunakan oleh ahli antropologi dalam menentukan istilah

hubungan kekeluargaan. Teori ini diaplikasikan dalam linguistik untuk menjelaskan makna

perkataan. Menurut teori ini, makna perkataan dianalisis bukan secara satu unit, tetapi dalam

hubungan komponen yang kompleks. Komponen tersebut dinamakan sebagai komponen

semantik yang terdiri dari perbendaharaan kata suatu bahasa. Dalam pengaplikasiannya, teori

ini juga menghadapi masalah:

a.     Komponen semantik untuk sesuatu perkataan mempunyai makna tersendiri dan perlu

diuraikan.

b.     Uraian makna dalam teori ini tertumpu pada perkataan dan tidak pada tanda.

c.     Makna yang tepat sulit diperoleh kerana terikat dengan ciri hiponim.29[29]

27[27] Dell Hymes, “Models of the Interaction of Language and Social Life”, dalam Directions in Sociolinguistics (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1972), hlm. 56.

28[28] http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/

29[29] Ibid.

Page 47: Bahan membuat proposal sm

47

3.      Teori Ideasional Ihwal Makna

Teori ini disandarkan pada Locke, Berceley, dan Hume. Mereka berpendapat bahwa

istilah “ide” digunakan untuk mengacu kepada representasi mental atau aktivitas mental

secara umum. Setiap ide selalu dipahami tentang sesuatu yang eksternal dan internal, nyata

atau imajiner. John Locke menganggap semua ide sebagai sensasi objek yang bisa

dibayangkan atau refleksi objek yang tidak dapat dibayangkan. David Hume berpendapat

bahwa pikiran adalah jenis entitas yang dibayangkan. Hume juga berpendapat bahwa setiap

kata-kata yang tidak dapat mengungkapkan pengalaman masa lalu adalah tidak berarti.30[30]

Berikut beberapa konsep dasar dari teori ini:31[31]

a.    Makna itu ditempelkan saja kepada kata (terpisah dari kata). Makna datang dari tempat

lain yaitu dari pikiran dalam bentuk ide atau gagasan. Manusia memiliki sejumlah gagasan

yang tersembunyi, kecuali jika dikomunikasikan lewat bahasa. Jadi bahasa adalah penanda

gagasan.

b.    Yang mendasari teori ini adalah asumsi bahwa bahasa adalah instrumen untuk

melaporkan pikiran yang terdiri atas antrian gagasan yang disadari. Gagasan ini bersifat

personal, maka diperlukan sistem bunyi dan penanda yang membangun pemahaman

intersubjektivitas. Bila seseorang menggunakan sistem tersebut, maka gagasannya akan

membangunkan gagasan yang sesuai pada orang lain.

c.    Bahasa yang bersifat personal itu memiliki makna setelah dihubungkan dengan sensasi

personal, maka dari itu disebut private language. Maka makna bahasa menjadi sangat

pribadi, sehingga tidak dapat diajarkan pada orang lain. Bila demikian, ketika kita

berkomunikasi lewat bahasa, sesungguhnya sebagian dari makna yang kita sampaikan itu

tidak dapat dimengerti oleh lawan bicara.

4.      Truth- Conditional Theory

Teori ini mendefinisikan Makna sebagai kondisi dimana suatu ekspresi itu mungkin

saja benar atau juga salah. Teori ini dipelopori oleh Frege dan beberapa filusuf seperti Alfred

Tarski dan Donald Davidson. Gottlob Frege berpendapat bahwa nama yang ada setidaknya

memerlukan dua masalah dalam menjelaskan maknanya. Pertama, misalkan arti dari sebuah

nama dalam hal ini misalnya Sam, yang berarti seseorang di muka bumi ini yang bernama

Sam, namun jika objek dari nama itu tidak ada yaitu Pegasus, maka menurut teori ini bahwa

nama itu tidak berarti. Kedua, misalkan dua nama yang berbeda merujuk pada object yang

30[30] Ibid.

31[31] Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: Rosda, 2008), hlm. 60-62.

Page 48: Bahan membuat proposal sm

48

sama. Hesperus dan Phosphorus adala nama yang diberikan kepada benda-benda angkasa

yang berbeda, kemudian menunjukkan bahwa keduanya adalah sama (planet Venus). Jika

kedua kata itu berarti sama maka tidak akan menghasilkan kalimat yang berbeda dari makna

aslinya. Dengan kata lain, dua nama untuk orang yang sama akan memiliki pengertian yang

berbeda.

5.      Referensi Teori Makna

Teori ini dikenal juga secar kolektif sebagai Eksternalism semantic, berpendapat

bahwa makna setara dengan hal-hal di dunia yang benar-benar berhubungan dengan tanda-

tanda. Ada dua sub sepsis dari eksternalism yaitu social dan lingkungan. Yang pertama

sangat erat hubungannya dengan Tyler Burge dan yang kedua dengan Hilary Putnam dan

Kripkeand Saul.32[32]

I.     Macam-macam dan jenis Makna

1.        Makna Emotif

Makna emotif menurut Sipley adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi

pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau

dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya

menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi

mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas,

lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya

akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal

tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin

melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang

dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan.

Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang

positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu

perubahan nilai. 33[33]

2.        Makna Konotatif

Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung

bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif. Makna

konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau

didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata bunga dalam kalimat

32[32] http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/

33[33] Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 101.

Page 49: Bahan membuat proposal sm

49

tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai

akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu

unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus

dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.34[34]

3.        Makna Kognitif

Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa

yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat

dijelaskan berdasarkan analisis komponenya. Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki

batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan

makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.35[35]

4.        Makna Referensial

Referen menurut Palmer adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-

kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat

diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu

yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg

langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.36

[36]

Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang

langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga

dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat

hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat

dijelaskan melalui analisis komponen.

5.        Makna Piktorikal

Makna piktorikal menurut Shipley adalah makna yamg muncul akibat bayangan

pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal

menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman

tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca

akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus,

seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.37[37]

34[34] http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/

35[35] Ibid., hlm. 109.

36[36] Ibid., hlm. 125.

37[37] Ibid., hlm. 122.

Page 50: Bahan membuat proposal sm

50

http://jagadkawula.blogspot.com/2012/11/teori-makna.html

urindam(berasal dari bahasa Tamil”india”)

Yang berarti ”Perhiasan/Bunga”. Satu bait terdiri dari dua baris, memiliki irama yang sama dan merupakan kesatuan utuh. Baris pertama merupakan syarat baris kedua merupakan jawabannya. Gurindam berisi petuah/nasihat.http://lusianasianturi.blogspot.com/2013/02/teori-puisi_9.html

Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul " Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V Di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2007/2008 ".

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008?

2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008?

C.    Tujuan Penelitian Contoh Proposal PTK

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008.

2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah  diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008.

D.    Manfaat PenelitianPenulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1.    Guru Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA. 2.    Siswa Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA3.    Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah tersebut.

E.    HipotesisTindakan

Page 51: Bahan membuat proposal sm

51

Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008.

2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008

F.    Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.

2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak

Kabupaten Malang.4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2007/2008.5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil

penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

G.    Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:1.    Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah : Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belaiar sendiri 2.    Motivasi belajar adalah:Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 3.    Prestasi belajar adalah:Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

H.    Kajian PustakaI.    Metode Penelitian

a.    Jenis Penelitianti

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran.  PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam  praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001)

Page 52: Bahan membuat proposal sm

52

b.    Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :

1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara

untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat 4. Melaporkan hasil penelitian

c.    Lokasi PenelitianPenelitian dilaksanakan di…….d.    Data dan sumber

1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).

2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas……. Sebagai obyek penelitian

e.    Prosedur pengumpulan dataPengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :1.    WawancaraWawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa2.    AngketAngket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon  atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif3.    ObservasiObservasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer.4.    TestTest dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup5.    Catatan lapanganCatatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua  data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian inif.    Analisis data1.    Kemampuan BerfikirKualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus II.Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa Skor riil    X    4

Page 53: Bahan membuat proposal sm

53

Skor maksKeterangan:Skor riil   : skor total yang diperoleh siswaSkor maksimal : Skor  total yang seharusnya diperoleh siswa4                       : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran )

2.    Hasil BelajarHasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.

Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)

g.    Tahap-tahap penelitian Contoh Proposal PTK

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif……… Penelitian ini akan dilaksanakan  dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.Siklus I1.    PerencanaanSebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah :

Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK. Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran

yang ingin dicapai Membuat  soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis,

jenis kelamin,maupun etnis. Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran

yang akan dilaksanakan

2.    Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing

Page 54: Bahan membuat proposal sm

54

untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan model……Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)

Kegiatan penutup

Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.3.    ObservasiPengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.4.    RefleksiPada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.

Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II Silus IIKegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I  hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.

DAFTAR RUJUKAN Contoh Proposal PTK

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.            Jakarta: Balai Pustaka

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka CiptaJudul:

MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLOS SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI

BAB IPENDAHULUAN

PTK Bahasa Indonesia SMA

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pengalaman peneliti pembelajaran membaca baik yang dialami sendiri maupun yang diketahui selama ini, model pembelajarannya selalu mengacu pada apa yang ada pada buku paket. Teknik pengajaran membaca yang ada umumnya membaca pemahaman. Banyak teknik pengajaran yang selama ini tidak dipergunakan untuk melatih keterampilan membaca. Teknik-teknik itu antara lain teknik uji rumpang. Kenyataan yang terjadi di

Page 55: Bahan membuat proposal sm

55

samping kemampuan dan keterampilan yang kurang pada siswa, pengajaran membaca selalu mengacu pada teknik yang ada pada buku tersebut. Dengan demikian para siswa beranggapan pengajaran membaca tujuannya semata-mata menjawab pertanyaan, mencari kata istilah yang sulit dan lain-lain. Hal ini dihadapi para siswa dengan proses yang amat lain. PTK Bahasa Indonesia SMA

Perihal lain yang selalu muncul pada pembelajaran membaca yaitu guru Bahasa Indonesia pada umumnya hanya mengutamakan penyelesaian target materi dalam kurikulum yang orientasinya mengacu pada usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal, walaupun hal ini tidak selalu benar sebab soal-soal sering kurang mengacu pada keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara,membaca, maupun menulis.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya guru Bahasa Indonesia memahami dan menguasai teknik pengajaran membaca. Belum lagi memilih bahan bacaan yang seharusnya dalam pengajaran membaca guru dituntut mampu memilih bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan baca.

Peneliti berusaha mengungkap kecepatan efektif membaca ( KEM ) siswa, karena penulis sangat prihatin dengan KEM siswa di negara kita. Kalau di negara-negara maju seperti Amerika, seorang setara SMA di negara kita (Senior High School) dalam keadaan normal sudah memiliki kecepatan membaca minimal kurang lebih 250 kata permenit, dengan pemahaman isi bacaan minimal 70 %. Jika dihitung kecepatan efektif membacanya (KEM) = 250 kpm x 70 % = 175 kpm. (Harjasujana,200:88). Kalau di Amerika siswa setingkat SMA memiliki KEM terendah ± 175 kpm, maka di Indonesia masih tidak sedikit siswa SMA KEM tertinggi ± 175 kpm. Dari pengalaman peneliti membelajarkan siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo, ternyata hal tersebut di atas juga terjadi. Dengan KEM ± 175 kpm, lalu bagaimana bisa menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diharapkan melalui berbagai media cetak dalam waktu yang relatif singkat.

Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti mengambil tindakan, yaitu “Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca Dengan Menggunakan Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo”.Peneliti memilih metode klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) karena metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana dan

Page 56: Bahan membuat proposal sm

56

untuk melatih keterampilan dan kemampuan membaca

1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah

1.2.1 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah yaitu bagaimana penggunaan metode Klos bisa meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo

1.2.2 Pemecahan Masalah

Dengan rendahnya Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007 penulis mengambil tindakan yaitu meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca dengan menggunakan Metode Klos yang langkah-langkahnya sebagai berikut : Tahap awal merupakan pra tindakan yaitu identifikasi metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), langkah kedua pelaksanaan tindakan yang terdiri dari tiga siklus. Siklus I penerapan metode klos, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai pemantapan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan tindakan kelas ini adalah :Untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo dengan menggunakan metode klos .

1.4 Lingkup Penelitian

Lingkup yang menjadi batasan materi dalam penelitian ini adalah Kecepatan Efektif Membaca (KEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar membaca cepat. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 2, SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007.

1.5 Definisi Operasional

Kesamaan arti sangat diperlukan dalam penelitian. Sejalan dengan itu diperlukan pendefinisian istilah sebagai berikut :

1.5.1 Kecepatan Efektif Membaca (KEM) PTK Bahasa Indonesia SMA

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) adalah sebuah istilah untuk mencerminkan kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca, karena KEM merupakan

Page 57: Bahan membuat proposal sm

57

perpaduan antara kecepatan membaca dan kemampuan memahami bacaan. KEM dapat ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan membaca dengan prosentase pemahaman isi bacaan (Harjasujana,2000:109).

1.5.2 Metode Klos

Metode Klos berasal dari kata ”Clozure” yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt, yang mempunyai pengertian bahwa pada dasarnya orang melihat bagian-bagian itu sebagai suatu keseluruhan. Dalam teknik klos, pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan, akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna (Kamidjan,1996:66)

1.6 Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

Bagi siswa : hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa dan terjadi kemajuan belajar pada mata pelajaran lain

Bagi peneliti (guru) : dapat meningkatkan profesionalisme dan bisa digunakan untuk pengembangan profesi dalam perolehan angka kredit untuk naik ke golongan IV b

Bagi guru lain : memberikan motivasi dan referensi model-model pembelajaran yang inovatif.

Bagi sekolah : dengan adanya guru-guru (para peneliti) melakukan penelitian tindakan kelas berarti proses pembelajaran di kelas sangat berkualitas sehingga terjadi perubahan positif mengarah pada sekolah unggul.

BAB IILANDASAN TEORI

PTK Bahasa Indonesia SMA

Keterampilan membaca sebagai salah satu aspek dari empat aspek keterampilan berbahasa biasanya tanggung jawabnya diserahkan pada guru bahasa Indonesia. Hal itu perlu diluruskan kalau ada anggapan demikian. Setiap guru dalam mata pelajaran apa pun harus turut bertanggung jawab atas kemampuan para siswanya, sebab faktor sangat dominan untuk menentukan keberhasilan belajar belajar siswa adalah kemauan dan kemampuan membaca yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.

Page 58: Bahan membuat proposal sm

58

Setiap keterampilan yang dimiliki oleh siswa itu erat sekali hubungannya dengan keterampilan lainnya dengan beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai lingkungan keluarga sebelum masuk sekolah anak belajar menyimak dan berbicara, setelah sekolah baru belajar membaca dan menulis.

Dari jaman ke jaman model membaca selalu dipengaruhi perkembangan peradaban manusia dan ilmu pengetahuan. Pada antara tahun 1950 an dan tahun 1960 an model membaca dipengaruhi definisi dan penjelasan membaca, pada tahun 1970 an timbul model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan ahli psikologi perkembangan, psikologi kognitif, proses informasi psikolinguistik, sedangan tahun 1980 an proses membaca dipengaruhi psikologi eksperimental.

Membaca merupakan suatu keterampilan yang pemilikan keterampilannya memerlukan suatu latihan yang intensif, dan berkesinambungan (Akhmad Slamet Harjasujana,1997:103). Aktivitas dan tugas membaca merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan ini akan menentukan kualitas dan keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dalam studinya. Seorang guru di sekolah hendaknya dapat memberi motivasi siswa dalam dua segi, yakni kemampuan membaca. Hal ini seorang guru bahasa Indonesia perlu memilih suatu metode yang tepat untuk mencapai tujuan seperti yang tercantum dalam kurikulum SMA.

Agar dapat tercapai tujuan pembelajaran tersebut guru harus dapat menentukan metode yang dianggap lebih mudah pelaksanaannya dari metode atau alat lain misalnya dengan menggunakan metode klos.

Menurut Subyakto (1988:148), Membaca dengan cepat cenderung berpikir bahwa hanya seorang pembaca cepatlah seorang pembaca yang efektif dan efisien. Dengan demikian seorang pelajar yang membaca dengan lambat tidak dapat menyelesaikan tugasnya pada waktu yang ditentukan

2.1 Kecepatan Efektif Membaca (KEM)

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) sebuah istilah untuk mencerminkan kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca. Dua unsur penyokong kegiatan/proses membaca, yakni unsur visual (kemampuan gerak motoris mata dalam

Page 59: Bahan membuat proposal sm

59

melihat dan mengidentifikasi lambang-lambang grafis) dan unsur kognisi (kemampuan otak dalam mencerna dan memahami lambang-lambang grafis) sudah terliput dalam rumus KEM. Oleh karena itu KEM dapat ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan rata-rata baca dengan prosentase pemahaman isi bacaan (Harjasujana, 2000:109).

Untuk mencapai KEM yang tinggi diperlukan pelatihan dan pembiasaan. KEM seseorang dapat dibina dan ditingkatkan melalui proses berlatih. Ada dua faktor utama yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi KEM, yakni faktor dalam (internal) dengan faktor luar (eksternal). Yang dimaksud dengan faktor dalam adalah faktor yang berada di dalam diri pembaca itu sendiri, yaitu : intelegensi, minat, dan motivasi, sikap baca, kompetensi kebahasaan, tujuan baca, dll. Yang dimaksud faktor luar adalah faktor-faktor yang berada di luar pembaca. Faktor ini dapat dibedakan ke dalam dua hal, yakni faktor-faktor yang berkenaan dengan bacaan (keterbacaan dan organisasi bacaan) dan sifat-sifat lingkungan baca (guru, fasilitas, model pembelajaran, metode membaca, dll) (Harjasujana, 2000:110).

Berdasarkan hasil studi para ahli di Amerika, kecepatan yang memadai untuk siswa tingkat akhir Sekolah Dasar kurang lebih 200 kpm, siswa tingkat Lanjutan Pertama antara 200-250 kpm, siswa tingkat Sekolah Lanjutan Atas antara 250-325 kpm, dan tingkat mahasiswa antara 325-400 kpm. Dengan pemahaman isi bacaan minimal 70%. Dengan uraian tersebut dapat dikelompokkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) masing-masing jenjang yaitu tingkat SD = 200x 70% = 140 kpm, tingkat SMTP/SMP = 200 x 70% sampai dengan 250 x 70% = 140-175 kpm, tingkat SMTA/SMA = 250 x 70% sampai dengan 350 x 70% = 175-245 kpm, dan tingkat Perguruan Tinggi 350 x 70% sampai dengan 400 x 70% = 245-280 kpm. (Harjasujana,200:108-109).

BAB IIIMETODE PENELITIAN

PTK Bahasa Indonesia SMA

3.1 Pendekatan dan Jenis PenelitianPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitian ini dilaksanakan berangkat dari permasalahan pembelajaran di kelas, kemudian ditindak lanjuti dengan penerapan suatu tindakan pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan penerapan kembali pada siklus-siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi berdasarkan temuan saat refleksi.

Page 60: Bahan membuat proposal sm

60

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Karena penelitian dilaksanakan dengan setting kelas, maka disebut penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)

3.2 Model PenelitianPenelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, model Stephen Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suranto,200:49), model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu rancangan pemecahan masalah.

Untuk lebih lengkap PTK Bahasa Indonesia SMA silahkan anda download dibawah ini, mudah mudahan dengan adanya PTK bahasa indonesia ini anda dapat terbantu dalam memnyusun PTK.

http://www.sarjanaku.com/2011/10/ptk-bahasa-indonesia-sma-kelas-xi.html

Contoh Proposal PTK   Pendidikan Posted on 11 Januari 2008 by Pakde sofa

 

A. Judul Penelitian

Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara

bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan Timur

oleh Yones P

B. Bidang Kajian

Penelitian ini meliputi Bidang Kajian sebagai berikut:

1 Keterampilan Berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

2 Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

C. Pendahuluan

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya

melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah

Page 61: Bahan membuat proposal sm

61

keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan

mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan

situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu

membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau

ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan

berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka

memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada

orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara juga akan

mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan

terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur

pada saat dia sedang berbicara.

Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP,

khususnya keterampilan berbicara, belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas

dari proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinilai telah gagal dalam

membantu siswa terampil berpikir dan berbahasa sekaligus. Yang lebih memprihatinkan,

ada pihak yang sangat ekstrim berani mengatakan bahwa tidak ada mata pelajaran

Bahasa Indonesia pun siswa dapat berbahasa Indonesia seperti saat ini, asalkan mereka

diajari berbicara, membaca, dan menulis oleh guru (Depdiknas 2004:9).

Sementara itu, hasil observasi empirik di lapangan juga menunjukkan fenomena yang

hampir sama. Keterampilan berbicara siswa SMP berada pada tingkat yang rendah; diksi

(pilihan kata)-nya payah, kalimatnya tidak efektif, struktur tuturannya rancu, alur

tuturannya pun tidak runtut dan kohesif.

Demikian juga keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan, Kalimantan

Timur. Berdasarkan hasil observasi, hanya 20% (8 siswa) dari 40 siswa yang dinilai sudah

terampil berbicara dalam situasi formal di depan kelas. Indikator yang digunakan untuk

mengukur keterampilan siswa dalam berbicara, di antaranya kelancaran berbicara,

ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.

Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa

dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor

eksternal, di antaranya pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga

dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang

Page 62: Bahan membuat proposal sm

62

menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan

keluarga. Demikian juga halnya dengan penggunaan bahasa Indonesia di tengah-tengah

masyarakat. Rata-rata bahasa ibulah yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Kalau

ada tokoh masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia, pada umumnya belum

memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar. Akibatnya, siswa tidak

terbiasa untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi tutur.

Dari faktor internal, pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran

yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat

keterampilan berbicara bagi siswa SMP. Pada umumnya, guru bahasa Indonesia

cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga

kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan.

Para peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang

bahasa. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa berbicara

sesuai konteks dan situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang

berbicara. Akibatnya, keterampilan berbicara hanya sekadar melekat pada diri siswa

sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum manunggal secara emosional

dan afektif. Ini artinya, rendahnya keterampilan berbicara bisa menjadi hambatan serius

bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya.

Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia telah

menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk

about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using language). Dengan

kata lain, yang ditekankan adalah penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa

Indonesia lebih banyak berkutat dengan pengajaran tata bahasa, dibandingkan

mengajarkan kemampuan berbahasa Indonesia secara nyata (Nurhadi, 2000).

Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin

keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP akan terus berada pada aras yang rendah.

Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan

perasaannya secara lancar, memilih kata (diksi) yang tepat, menyusun struktur kalimat

yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin kontak mata

dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat berbicara.

Page 63: Bahan membuat proposal sm

63

Dalam konteks demikian, diperlukan pendekatan pembelajaran keterampilan berbicara

yang inovatif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif,

dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk belajar tentang bahasa secara

rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan

situasi tutur yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan

menyenangkan. Dengan cara demikian, siswa tidak akan terpasung dalam suasana

pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan. Pembelajaran keterampilan

berbicara pun menjadi sajian materi yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa.

Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktor internal yang diduga

menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa klas VII-A SMPN 3 Tarakan,

Kalimantan Timur, dalam berbicara, yaitu kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam

menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan

berbicara berlangsung monoton dan

membosankan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan

situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah

pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik, siswa diajak untuk berbicara

dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan menerapkan prinsip pemakaian

bahasa secara komprehensif.

Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang

kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran

terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks

komunikasi alamiah senyatanya.

Prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang diterapkan dalam pendekatan pragmatik, yaitu (1)

penggunaan bahasa dengan memperhatikan aneka aspek situasi ujaran; (2) penggunaan

bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan; (3) penggunaan bahasa

dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama; dan (4) penggunaan bahasa dengan

memperhatikan faktor-faktor penentu tindak komunikatif.

Melalui prinsip-prinsip pemakaian bahasa semacam itu, pendekatan pragmatik dalam

pembelajaran keterampilan berbicara diharapkan mampu membawa siswa ke dalam

Page 64: Bahan membuat proposal sm

64

situasi dan konteks berbahasa yang sesungguhnya sehingga keterampilan berbicara

mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan

afektif.

Melalui penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara,

para siswa SMP akan mampu menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan

emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka mampu berkomunikasi dan

berinteraksi sosial secara matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih

untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu

menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam

dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu berkomunikasi secara efektif dan

efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu

menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan

bahasa negara, serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan

tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

D. Perumusan dan Pemecahan Masalah

1.Perumusan Masalah

1.1 Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan

pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP?

1.2 Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia

dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP?

2. Pemecahan Masalah

3. Tujuan Penelitian

3.1 untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan

pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP;

1. untuk memaparkan hasil keterampilan berbicara siswa SMP setelah pendekatan

pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.

Page 65: Bahan membuat proposal sm

65

4. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.1 Para guru bahasa Indonesia dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan

dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara,

khususnya bagi siswa SMP;

4.2 Keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan, Kalimantan Timur, yang

menjadi subjek penelitian ini mengalami peningkatan yang signifikan;

4..3 Para guru bahasa Indonesia SMP diharapkan menggunakan pendekatan pragmatik

dalam menyajikan aspek keterampilan berbicara, bahkan guru bahasa Indonesia di

tingkat satuan pendidikan yang lebih rendah, seperti SD/MI, atau yang lebih tinggi, seperti

SMA/SMK/MA, diharapkan juga menggunakan hasil penelitian ini dalam upaya

melakukan inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia.

E. Kajian Teori dan Pustaka

Untuk mengkaji penggunaan pendekatan pragmatik dalam meningkatkan keterampilan

berbicara bagi siswa SMP digunakan teori yang berkaitan dengan keterampilan berbicara

dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan teori yang berkaitan dengan

pendekatan pragmatik sebagai inovasi tindakan yang dilakukan dalam upaya

meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP.

I.1 Keterampilan berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Saat ini,

arah pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dituangkan dalam tujuan pengajaran

bahasa Indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam kurikulum. Secara garis besar,

tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah agar anak-anak dapat berbahasa

Indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak mampu menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis dengan baik menggunakan media bahasa Indonesia (Samsuri,

1987 dan Sadtono, 1988).

Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak-anak memiliki

keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia, seperti

1. Menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan

Page 66: Bahan membuat proposal sm

66

2. Membuat surat lamaran pekerjaan

3. Berbicara di depan umum atau berdiskusi

4. Berpikir kritis dan kreatif dalam membaca

5. Membuat karangan-karangan bebas untuk majalah, koran, surat-surat pembaca,

brosur-brosur, dan sebagainya. Apa pun bahan atau aturan-aturan bahasa yang

diberikan kepada anak-anak, dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis

semacam itu.

Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22

tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah,

khususnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa

Indonesia SMP/MTs secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral

dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis

dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta

didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara

lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan

manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra

Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami

dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia semacam itu diharapkan:

1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil

karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;

Page 67: Bahan membuat proposal sm

67

2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa

peserta didik

dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;

1. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta

didiknya;

2. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program

kebahasaan dan kesastraan di sekolah;

3. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan

sesuai dengan

keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; dan

(6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan

sesuai dengan

kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Adapun tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan:

1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik

secara lisan maupun tulis;

2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara;

3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan;

4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial;

Page 68: Bahan membuat proposal sm

68

5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi

pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;

1. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan

intelektual manusia Indonesia. Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa

Indonesia mencakupi komponen- kemampuan berbahasa dan kemampuan

bersastra yang meliputi aspek-aspek:

(1) mendengarkan;

(2) berbicara;

(3) membaca; dan

(4) menulis.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan berbicara

merupakan salah salah satu aspek kemampuan berbahasa yang wajib dikembangkan di

SMP. Keterampilan berbicara memiliki posisi dan kedudukan yang setara dengan aspek

keterampilan mendengarkan, membaca, dan menulis.

Sementara itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan berbicara dalam

mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs kelas VII semester berdasarkan Standar Isi

dalam lampiran Peraturan Mendiknas Nomor 22/2006 Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs

Kelas VII Semester I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Berbicara

2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan berbicara dan

menyampaikan pengumuman

2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan

kata dan kalimat efektif

2.2. Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan

kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana

Page 69: Bahan membuat proposal sm

69

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa

pada semester I, siswa kelas VII SMP diharapkan mampu mengembangkan dua

kompetensi dasar, yaitu:

(1) menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan

kata dan kalimat efektif; dan

(2) menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-

kalimat yang lugas dan sederhana. Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk

mengembangkan kompetensi dasar siswa kelas VII semester I dalam menceritakan

pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat

efektif.

Fokus penelitian ini relevan dengan kegiatan pembelajaran aspek keterampilan berbicara

dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP yang diarahkan agar siswa memiliki

kemampuan untuk:

1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara

lisan;

2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa

negara;

1. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan;

2. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalaksana, ed. 1996:144) dijelaskan bahwa

berbicara adalah “berkata; bercakap; berbahasa, atau melahirkan pendapat (dengan

perkataan, tulisan, dsb.) atau berunding”. Sementara itu, Tarigan (1983:15) dengan

menitikberatkan pada kemampuan pembicara

Page 70: Bahan membuat proposal sm

70

menyatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, seta menyampaikan

pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan, sebagai bentuk atau wujudnya, berbicara

dinyatakan sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasangagasan yang disusun

serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Hal senada juga dikemukakan oleh Mulgrave (1954:3-4). Dia menyatakan bahwa

berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau katakata untuk

mengekspresikan pikiran. Selanjutnya, dinyatakan bahwa berbicara merupakan sistem

tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otototot dan jaringan otot

manusia untuk mengomunikasikan ide-ide. Berbicara juga

dipahami sebagai bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis,

neurologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat digunakan sebagai

alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa berbicara pada

hakikatnya merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-

bunyi bahasa. Dalam konteks demikian, keterampilan berbicara bisa dipahami sebagai

keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan jeda.

Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, aktivitas berbicara dapat diekspresikan

dengan bantuan mimik dan pantomimik pembicara.

Merujuk pada pendapat tersebut, keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan

keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk

menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan kepada orang lain.

I.2 Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP Menurut

Halliday (1975) siswa itu belajar berbahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang

bahasa. Pengembangan bahasa pada anak memerlukan kesempatan menggunakan

bahasa. Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan pendidikan yang memberikan

Page 71: Bahan membuat proposal sm

71

kesempatan yang banyak atau kaya bagi siswa untuk menggunakan bahasa di dalam cara-

cara yang fungsional (Gay Su Pinnel dan Myna L. Matlin, 1989:2).

Guru yang memberi siswa kesempatan mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam

konteks nyata dan situasi yang kompleks akan meningkatkan pembelajaran karena

mereka (guru) memberi siswa pelatihan di dalam keterampilan yang terintegrasi dengan

literasi tingkat tinggi. Komunikasi adalah inti pengajaran language arts, sementara itu

tugas-tugas komunikasi yang

kompleks adalah inti kemahirwacanaan tingkat tinggi (high literacy) (CED, 2001).

Selanjutnya, guru yang memberi pengalaman kepada siswa dengan pembelajaran terpadu

melalui lingkungan mahir literasi (literate environment) ternyata dapat meningkatkan

pembelajaran karena mereka (siswa) menggunakan proses-proses yang saling berkaitan

antara membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan untuk komunikasi alamiah

senyatanya (authentic commmunication) (Salinger, 2001).

Namun, secara jujur harus diakui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP belum

berlangsung seperti yang diharapkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih cenderung

bersifat teoretis dan kognitif daripada mengajak siswa untuk belajar berbahasa Indonesia

dalam konteks dan situasi yang nyata. Akibatnya, apa yang diperoleh siswa di kelas dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia tidak bisa diterapkan secara praktis dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran Bahasa Indonesia terlepas dari konteks

pengalaman dan lingkungan siswa. Hal ini bisa menimbulkan dampak yang cukup serius

terhadap keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam peristiwa dan

konteks komunikasi.

Apa yang kita amati dari hasil pembelajaran di sekolah dasar dan menengah di Indonesia

adalah ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan

bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari

(Direktorat SLTP, 2002). Apa yang anak-anak peroleh di sekolah, sebagian hanya hafalan

dengan tingkat pemahaman yang rendah. Siswa hanya tahu bahwa tugasnya adalah

mengenal fakta-fakta, sementara keterkaitan antara fakta-fakta itu dengan pemecahan

masalah belum mereka kuasai.

Page 72: Bahan membuat proposal sm

72

Dalam konteks demikian, diperlukan upaya serius melalui penggunaan pendekatan yang

inovatif dan kreatif agar pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP bisa berlangsung dalam

suasana yang kondusif, interaktif, dinamis, terbuka, menarik, dan menyenangkan. Melalui

proses pembelajaran semacam itu, siswa diharapkan dapat menumbuhkembangkan

kemampuan intelektual, sosial, dan

emosional, sehingga mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia

secara baik dan benar sesuai dengan konteks dan sitiuasinya.

Hal itu sejalan dengan pernyataan dalam lampiran Peraturan Mendiknas RI Nomor 22

tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

khususnya yang berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs. Dalam lampiran tersebut secara eksplisit

ditegaskan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang

keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya,

dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan

kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa

Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi

dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Salah satu

pendekatan pembelajaran yang diduga mampu menciptakan suasana yang kondusif;

interaktif,

dinamis, terbuka, inovatif, kreatif, menarik, dan menyenangkan adalah pendekatan

pragmatik.

Pendekatan pragmatik termasuk salah satu pendekatan komunikatif yang mulai

digunakan dalam pengajaran bahasa sejak munculnya penolakan terhadap paham

behaviorisme melalui metode Drill-nya. Pendekatan komunikatif dalam pengajaran

Page 73: Bahan membuat proposal sm

73

bahasa dirintis oleh Michael Halliday dan Dell Hymes. Hymes menciptakan istilah

communicative competence, yaitu kompetensi berbahasa yang

tidak hanya menuntut ketepatan gramatikal, tetapi juga ketepatan dalam konteks sosial

(Zahorik dalam Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia

2004:4).

Proses pemerolehan bahasa mempersyaratkan adanya interaksi yang bermakna dalam

bahasa sasaran. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemerolehan

bahasa dapat dipilah menjadi dua golongan, yaitu faktor eksternal dan faktor internal

(Chaika, l982). Faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan bahasa seseorang,

sedangkan faktor internal berkaitan dengan keadaan intern di dalam diri pelahar bahasa.

Faktor eksternal masih dipilah menjadi dua macam lagi, yaitu lingkungan bahasa makro

dan lingkungan bahasa mikro. Lingkungan makro terdiri atas:

1. kealamiahan bahasa,

1. peranan anak-anak dalam berkomunikasi,

2. tersedianya sumber yang dapat membetulkan untuk menjelaskan makna, dan

3. ketersediaan model atau contoh yang bisa ditiru.

Lingkungan mikro adalah keadaan lingkungan kelas tempat anak-anak belajar,

yaitu bagaimana guru bisa menciptakan kelas agar anak-anak bisa belajar

keterampilan berbahasa, bukan hanya tahu tentang bahasa saja. Dari berbagai

penelitian tentang pengajaran bahasa disimpulkan bahwa keterampilan berbahasa

anak, khususnya keterampilan berbicara, dikembangkan melalui tiga cara, yaitu:

(1) anak-anak mengembangkan bahasa keduanya dengan memproduksi ujaran

dalam bahasa target secara lebih sering, lebih tepat, dan dalam variasi yang luas;

(2) Anak-anak mengembangkan bahasa keduanya dengan cara mengolah input

dari ujaran orang lain; dan

Page 74: Bahan membuat proposal sm

74

(3) anak-anak mengembangkan bahasa keduanya melalui pelibatan diri dalam

tugas atau interaksi yang menuntut adanya kemampuan kreatif berkomunikasi

dengan orang lain (Ellis, 1986).

Hal itulah yang kemudian menjadi cacatan penting dalam penelitian pengajaran bahasa,

yaitu pengikutsertaan anak-anak dalam latihan komunikasi itu amat penting. Anak-anak

dengan tingkat pembangkitan input yang tinggi (high input generating) memperoleh

kemampuan berbahasanya dari bertanya, menjawab, menyanggah, dan beradu argumen

dengan orang lain. Anak-anak yang lambat belajar, berarti ia juga pasif dalam berlatih

berbahasa nyata atau pasif dalam berkomunikasi menggunakan bahasa.

Inti dari temuan itu adalah bahwa keaktifan anak-anak di kelas dalam pembelajaran

bahasa perlu dilakukan melalui aktivitas berlatih berujar secara nyata. Penelitian-

penelitian itu pada akhirnya menghasilkan sejumlah hipotesis baru tentang pembelajaran

bahasa. Secara umum ada korelasi antara perilaku aktif ini dengan perolehan belajar

anak. Dengan kata lain, hasil penelitian dalam bidang pengajaran bahasa menyarankan

adanya program pengajaran bahasa yang menekankan pada pembangkitan input anak-

anak (latihan bercakap-cakap, membaca, atau menulis yang sebenarnya).

Pembelajaran kompetensi komunikatif yang menjadi muara akhir pencapaian

pembelajaran bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri:

1. makna itu penting, mengalahkan struktur dan bentuk;

2. konteks itu penting, bukan item bahasa;

3. belajar bahasa itu belajar berkomunikasi;

4. target penguasaan sistem bahasa itu dicapai melalui proses mengatasi hambatan

berkomunikasi;

5. kompetensi komunikatif menjadi tujuan utama, bukan kompetensi kebahasaan;

6. kelancaran dan keberterimaan bahasa menjadi tujuan, bukan sekedar ketepatan

bahasa. Siswa didorong untuk selalu berinteraksi dengan siswa lain (Brown,

2001:45).

Page 75: Bahan membuat proposal sm

75

Penggunaan pendekatan paragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia juga dilandasi

oleh semangat pembelajaran kontruktivistik yang memiliki ciri-ciri:

perilaku dibangun atas kesadaran diri;

1. keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman;

2. hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, berdasarkan motivasi intrinsik;

3. seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat

bagi dirinya;

4. pembelajaran bahasa dilakukan dengan pendekatan komunikatif, yaitu siswa

diajak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks nyata;

5. siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam

mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung

jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, membawa skemata masing-

masing ke dalam proses pembelajaran;

6. pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri,

dengan cara memberi makna pada pengalamannya. Oleh karena ilmu

pengetahuan itu dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia sendiri, sementara

manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah

stabil, selalu berkembang (tentative & incomplete);

7. siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi;

8. hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber;

9. pembelajaran terjadi di berbagai konteks dan setting (Zahorik dalam Kurikulum

2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia 2004:21-22).

Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia juga didasari

oleh prinsip bahwa guru mengajarkan bahasa Indonesia sebagai sebuah keterampilan,

antara lain pengintegrasian antara bentuk dan makna, penekanan pada kemampuan

berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif antara guru dengan siswa. Prinsip

Page 76: Bahan membuat proposal sm

76

pertama menyarankan agar pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang diperoleh,

berguna dalam komunikasi sehari-hari (meaningful). Dengan kata lain, agar dihindari

penyajian materi (khususnya kebahasaan) yang tidak bermanfaat dalam komunikasi

sehari-hari, misalnya, pengetahuan tata bahasa bahasa Indonesia yang sangat linguistis.

Prinsip kedua menekankan bahwa melalui pengajaran bahasa Indonesia, siswa

diharapkan mampu menangkap ide yang diungkapkan dalam bahasa Indonesia, baik lisan

maupun tulis, serta mampu mengungkapkan gagasan dalam bahasa Indonesia, baik

secara lisan maupun tertulis. Penilaian hanya sebagai sarana pembelajaran bahasa,

bukan sebagai tujuan.

Prinsip ketiga mengharapkan agar di kelas terjadi suasana interaktif sehingga tercipta

masyarakat pemakai bahasa Indonesia yang produktif. Tidak ada peran guru yang

dominan. Guru diharapkan sebagai “pemicu” kegiatan berbahasa lisan dan tulis. Peran

guru sebagai orang yang tahu atau pemberi informasi pengetahuan bahasa Indonesia

agar dihindari.

Ciri lain yang menandai adanya penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran

keterampilan berbicara adalah penggunaan konteks tuturan. Hal ini dimaksudkan agar

peserta didik memperoleh gambaran penggunaan bahasa Indonesia dalam konteks dan

situasi yang nyata.

Konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu

meliputi dua macam, yaitu:

1. berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud; dan

2. berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Konteks yang berupa

bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud disebut koteks (co-text),

sedangkan konteks yang berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian

disebut konteks (contex) (Rustono 1999:20). Makna sebuah kalimat baru dapat

dikatakan benar apabila diketahui siapa pembicaranya, siapa pendengarnya, kapan

diucapkan, dan lain-lain (Lubis 1993:57).

Menurut Alwi et al. (1998:421), konteks terdiri dari unsur-unsur, seperti situasi,

pembicara, pendengar, waktu, tempat adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan

Page 77: Bahan membuat proposal sm

77

sarana. Bentuk amanat sebagai unsur konteks, antara lain dapat berupa surat, esai, iklan,

pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya.

Di dalam peristiwa tutur, ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan peristiwa itu.

Menurut Hymes (1968) (melalui Rustono 1999:21), faktor-faktor itu berjumlah delapan,

yaitu:

1. latar atau scene, yaitu tempat dan suasana peristiwa tutur;

1. participant, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain;

2. end atau tujuan;

3. act, yaitu tindakan yang dilakukan penutur di dalam peristiwa tutur;

4. key, yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam

mengekspresikan tuturan dan cara mengekspresikannya;

1. instrument, yaitu alat elalui telepon atau bersemuka;

2. norm atau norma, yaitu aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta

tutur; dan (8) genre, yaitu jenis kegiatan, seperti wawancara, diskusi, kampanye,

dan sebagainya. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa ciri-ciri konteks itu mencakupi delapan hal, yaitu penutur, mitra

tutur, topik tuturan, waktu dan tempat bertutur, saluran atau media, kode (dialek atau

gaya), amanat atau pesan, dan peristiwa atau kejadian. Di dalam novel, konteks tuturan

tampak pada dialog antartokoh yang memenuhi ciri-ciri konteks sebagaimana

dikemukakan oleh Hymes (1968).

Menurut Rustono (1999:26), situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan.

Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan

situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi, tidak ada tuturan tanpa situasi

tutur. Memperhitungkan situasi tutur amat penting di dalam pragmatik. Maksud tuturan

yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya.

Penentuan maksud tuturan tanpa mengalkulasi situasi tutur merupakan langkah yang

tidak akan membawa hasil yang memadai. Pertanyaan apakah yang dihadapi itu berupa

Page 78: Bahan membuat proposal sm

78

fenomena pragmatis atau fenomena semantis dapat dijawab dengan kriteria pembeda yang

berupa situasi tutur. Komponen-komponen situasi tutur menjadi kriteria penting di dalam

menentukan maksud suatu tuturan.

Menurut Leech (1983:13-15), situasi tutur mencakupi lima komponen, yaitu penutur dan

mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau

aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Komponen situasi tutur yang pertama

adalah penutur dan mitra tutur. Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang

menyatakan tuturan tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur

adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam peristiwa tutur. Di

dalam peristiwa komunikasi, peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih

berganti. Yang semula berperan sebagai penutur pada tahap berikutnya dapat menjadi

mitra tutur, demikian pula sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan penutur dan mitra

tutur antara lain usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

tingkat keakraban. Komponen situasi tutur yang kedua adalah konteks tuturan. Di dalam

tata bahasa, konteks tuturan mencakupi semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan

dengan tuturan yang diekspresi. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan

tuturan lain yang biasa disebut dengan ko-teks, sedangkan konteks latar sosial lazim

dinamakan konteks. Di dalam pragmatik, konteks berarti semua latar belakang

pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks berperan

membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur.

Komponen situasi tutur yang ketiga adalah tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai

oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadi hal yang

melatarbelakangi tuturan. Semua tuturan orang normal memiliki tujuan. Hal ini berarti

tidak mungkin ada tuturan yang tidak mengungkapkan suatu tujuan. Di dalam peristiwa

tutur, berbagai tuturan dapat diekspresi untuk

mencapai suatu tujuan.

Komponen situasi tutur yang keempat adalah tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau

aktivitas. Komponen ini mengandung maksud bahwa tindak tutur merupakan tindakan

juga tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit dan menendang. Yang berbeda adalah

bagian tubuh yang berperan. Jika mencubit yang berperan adalah tangan dan menendang

Page 79: Bahan membuat proposal sm

79

yang berperan adalah kaki, pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan. Tangan,

kaki, dan alat ucap adalah bagian tubuh manusia.

Komponen situasi tutur yang kelima adalah tuturan sebagai produk tindak verbal.

Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia dibedakan menjadi dua,

yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Mencubit dan menendang adalah tindakan

nonverbal, sedangkan berbicara atau bertutur adalah tindakan verbal, yaitu tindak

mengekspresikan kata-kata atau bahasa. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan

itu merupakan produk tindak verbal. Komponen lain yang dapat menjadi unsur situasi

tutur antara lain waktu dan tempat pada saat tuturan itu diproduksi. Tuturan yang sama

dapat memiliki maksud yang berbeda akibat perbedaan waktu dan tempat sebagai latar

tuturan.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan

pendekatan pragmatik sebagai inovasi dalam pengajaran keterampilan berbicara di SMP

dimaksudkan untuk melatih dan membiasakan siswa untuk berbicara sesuai dengan

konteks dan situasi tutur senyatanya sehingga siswa dapat memperoleh manfaat praktis

untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi sehari-hari.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi masalah atau refleksi awal terhadap

rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan

Kalimantan Timur. Berdasarkan refleksi awal ditemukan penyebab rendahnya tingkat

keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur,

yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran yang tidak mampu membawa siswa ke dalam

situasi penggunaan bahasa secara nyata atau terlepas dari konteks dan situasi tuturan.

Akibatnya, proses pembelajaran berlangsung monoton dan membosankan. Oleh karena

itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang diduga mampu membawa siswa ke dalam

situasi penggunaan bahasa secara nyata sehingga siswa memperoleh manfaat praktis

untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi seharihari. Berdasarkan penggunaan

pendekatan pragmatik yang ditawarkan sebagai solusi, dirumuskan masalah yang akan

diteliti, yaitu:

1. Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan

pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa SMP; dan

Page 80: Bahan membuat proposal sm

80

2. Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP.

Selanjutnya, dirumuskan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam

menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara

bagi siswa SMP; dan

2. untuk memaparkan hasil keterampilan berbicara siswa SMP setelah pendekatan

pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan rumusan tujuan, dilakukan kajian teori sehingga pendekatan yang

ditawarkan sebagai solusi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Teori yang digunakan adalah teori yang berkaitan dengan aspek keterampilan berbicara

dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan teori yang berkaitan dengan

pendekatan pragmatik sebagai inovasi tindakan yang dilakukan dalam upaya dalam

meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP.

Dari hasil kajian teori dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu penggunaan pendekatan

pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP. Berdasarkan rumusan

hipotesis tindakan, dilakukan perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP klas VII-A SMPN Negeri 3

Tarakan Kalimantan Timur. Langkah selanjutnya adalah melaksanakan tindakan sesuai

dengan rencana dengan melibatkan seorang kolaborator untuk melakukan observasi

terhadap tindakan yang dilakukan.

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi, dilakukan analisis data yang

diperoleh dari hasil keterampilan berbicara siswa klas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan

Kalimantan Timur. Data tersebut dibandingkan dengan indikator keberhasilan

penggunaan pendekatan pragmatik, yaitu 70% (28 siswa) dari 40 siswa klas VII-A SMP

Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur terampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran

berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan

kontak mata. Bersama kolaborator, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil analisis

Page 81: Bahan membuat proposal sm

81

data. Jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, dilakukan refleksi

untuk memperbaiki langkah-langkah yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya.

Langkah selanjutnya adalah menyusun replanning (rencana tindakan) untuk siklus II

berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan bersama kolaborator. Pada siklus II, peneliti

melakukan tindakan sesuai dengan replanning yang telah disusun dengan melibatkan

kolaborator untuk mengamati efektivitas pelaksanaan tindakan. Selanjutnya, dilakukan

analisis terhadap data keterampilan berbicara

siswa klas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur dibandingkan dengan

indikator keberhasilan untuk direfleksi bersama kolaborator. Jika hasilnya belum

signifikan, dilakukan replanning untuk siklus III. Jika penggunaan pendekatan pragmatik

sudah menunjukkan hasil yang signifikan dengan indikator

keberhasilan, tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Ini artinya, penggunaan

pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMP seperti

yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan.

F.1. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 3 Tarakan

Kalimantan Timur. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan yang

terdiri atas 40 siswa, dengan rincian 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

F.2 Pemecahan Masalah

Seperti telah peneliti kemukakan bahwa masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah

rendahnya tingkat keterampilan berbicara, khususnya keterampilan siswa kelas VII-A

SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur, dalam menceritakan pengalaman yang paling

mengesankan dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan refleksi awal, siswa kelas VII-A SMP Negeri 3

Tarakan Kalimantan Timur yang dinilai sudah mampu menceritakan pengalaman yang

paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif baru sekitar

20% (8 siswa) dari 40 siswa. Data ini masih jauh dari standar ketuntasan belajar minimal

secara nasional, yaitu 75%.

Page 82: Bahan membuat proposal sm

82

Materi pembelajaran berseumber dari standar isi dalam lampiran Peraturan Mendiknas

No. 22/2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa

Indonesia SMP/MTs seperti pada tabel 7.1 berikut ini. Tabel 7.2 Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Menceritakan

Pengalaman yang Paling Mengesankan dengan Menggunakan Pilihan Kata dan Kalimat

Efektif

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Berbicara

2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan berbicara dan

menyampaikan pengumuman

2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan

kata dan kalimat efektif.

Masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman yang

paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif akan

dipecahkan dengan menggunakan pendekatan pragmatik melalui enam langkah, antara

lain sebagai berikut:

7.2.1 Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin diceritakan.

7.2.2 Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang terlibat

dalam pengalaman yang akan diceritakan.

7.2.3 Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang dimiliki

penutur dan mitra tutur.

7.2.4 Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur

berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan.

7.2.5 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan hal-hal yang telah

dicatat sebelumnya. Bentuk tindakan verbal berupa tindak tutur yang dihasilkan oleh alat

ucap, berupa kata-kata dan kalimat.

Page 83: Bahan membuat proposal sm

83

7.2.6 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk memperjelas

tindakan verbal yang telah dilakukan. Tindakan nonverbal berupa tindak tutur yang

dihasilkan melalui kontak mata, mimik, gerak tangan, atau gerak anggota badan yang

lain. Secara garis besar, alur penggunaan pendekatan pragmatik yang digunakan untuk

memecahkan masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa kelas VII-A SMP Negeri 3

Tarakan Kalimantan Timur.

Melalui alur penggunaan pendekatan pragmatik tersebut, siswa diharapkan dapat

menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan pilihan kata yang

tepat dan kalimat yang efektif sesuai konteks dan situasi tutur. Artinya, pilihan kata dan

struktur kalimat yang digunakan dalam berbicara sangat ditentukan oleh konteks dan

situasi tutur yang telah ditentukan oleh siswa. Pendekatan ini memberikan keleluasaan

kepada siswa untuk memilih dan menentukan pengalaman yang hendak diceritakan,

sedangkan guru hanya memberikan rambu-rambu sebagai pedoman bagi siswa dalam

berbicara.

F.3 Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik

untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Tarakan Kalimantan

Timur dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan pilihan kata

dan kalimat yang efektif, antara lain sebagai berikut.

F.3.1

Guru menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar

keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas VII semester I

seperti yang tercantum dalam Standar Isi (lampiran Permendiknas No. 22/2006). Dalam

silabus dicantumkan nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran,

kelas/semester, komponen, aspek, dan standar kompetensi), kompetensi dasar, materi

pokok, kegiatan belajar, indikator, penilaian (teknik, bentuk, dan contoh instrumen),

alokasi waktu, dan sumber/media belajar.

F.3.2

Page 84: Bahan membuat proposal sm

84

Guru mengembangkan silabus Menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

memuat komponen: nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran,

kelas/semester, komponen, aspek, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi

waktu), tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,

langkahlangkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan pedoman

penilaian.

F.3.3

Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang telah disusun. Pada tahap ini, peneliti melibatkan kolaborator untuk mengamati

pelaksanaan tindakan.

F.3.4

Peneliti menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam berbicara mengenai

pengalaman mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.

F.3.5

Hasil analisis data dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui efektiktivitas

penggunaan pendekatan pragmatik. Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi

berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator. Jika penggunaan

pendekatan pragmatik dinilai belum memberikan hasil yang signifikan, kolaborator

memberikan masukan dan bersama-sama dengan peneliti melakukan langkah-langkah

perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

F.3.6

Peneliti melakukan replanning untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada

siklus berikutnya berdasarkan hasil refleksi bersama kolaborator.

F.3.7

Peneliti melaksananakan tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana tindakan yang

telah disusun.

Page 85: Bahan membuat proposal sm

85

F.3.8

Peneliti menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman

mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.

F.3.9

Hasil analisis data dibandingkan dengan hasil tes siklus I untuk mengetahui efektiktivitas

penggunaan pendekatan pragmatik. Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi

berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator. Jika penggunaan

pendekatan pragmatik dinilai sudah memberikan hasil yang signifikan sesuai dengan

indikator keberhasilan, penelitian dinyatakan selesai dan tinggal melakukan tindakan

pemantapan kepada siswa (subjek penelitian). Namun, jika hasil analisis data belum

menunjukkan hasil yang signifikan, peneliti kembali melakukan refleksi bersama

kolaborator untuk merencanakan tindakan perbaikan (replanning) yang akan

dilaksanakan pada siklus berikutnya.

F.4 Tahap Pelaksanaan

Tahap-tahap yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan terinci sebagai berikut.

F.4.1 Tahap Persiapan Tindakan

Pada tahap persiapan tindakan, peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus,

RPP, instrumen, sumber belajar, dan media belajar yang digunakan untuk mendukung

efektivitas pelaksanaan tindakan.

F.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai rencana yang

tersusun dalam RPP. Secara garis besar, tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus

sesuai dengan yang tersusun dalam RPP antara lain sebagai berikut.

F.4.2.1 Tindakan Awal

F.4.2.1.1

Page 86: Bahan membuat proposal sm

86

Apersepsi: peneliti mengaitkan materi pembelajaran tentang dengan pengalaman siswa.

F.4.2.1.2

Motivasi: peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar gemar menceritakan

pengalaman yang mengesankan kepada orang lain.

F..4.2.2Tindakan Inti

F.4.2.2.1

Siswa menyimak contoh cerita pengalaman yang mengesankan yang disampaikan oleh

peneliti.

F..4.2.2.2

Siswa melakukan tanya jawab dengan guru dan teman sekelas untuk menentukan

langkah-langkah menceritakan pengalaman mengesankan berdasarkan contoh cerita

yang disimak.

F..4.2.2.3

Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin diceritakan.

F..4.2.2.4

Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang terlibat dalam

pengalaman yang akan diceritakan.

F..4.2.2.5

Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur

dan mitra tutur.

F..4.2.2.6

Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur berdasarkan

pengalaman yang akan diceritakan.

Page 87: Bahan membuat proposal sm

87

F..4.2.2.7

Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan halhal yang telah

dicatat sebelumnya.

F..4.2.2.8

Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk memperjelas tindakan

verbal yang telah dilakukan.

F.4.2.3Tindakan Akhir

F..4.2.3.1

Siswa bersama peneliti menyimpulkan cara menceritakan pengalaman mengesankan

dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif.

F..4.2.3.2

Siswa bersama peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kesan siswa ketika

menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan pendekatan

prgmatik.

F.4.3 Pelaksanaan Pengamatan

Ketika peneliti melaksanakan tindakan, anggota peneliti sebagai kolaborator melakukan

pengamatan terhadap situasi yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh kolaborator dalam lembar observasi, di

antaranya:

1. respon siswa,

2. perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran;

1. keterampilan guru dalam menggunakan pendekatan pragmatik, baik dalam

tindakan awal, tindakan inti, maupun tindakan akhir; dan

1. kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan.

Page 88: Bahan membuat proposal sm

88

F.4.4 Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang diperoleh berdasarkan unjuk kerja yang

dilakukan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan pilihan kata

dan kalimat yang efektif. Unsur-unsur yang dianalisis, yaitu kelancaran berbicara,

ketepatan pilihan kata, keefektifan kalimat, kelogisan penalaran, dan kemampuan

menjalin kontak mata. Berdasarkan hasil analisis data akan diketahui unsur-unsur mana

saja yang masih menjadi hambatan siswa dalam menceritakan pengalamannya yang

mengesankan.

Hasil analisis data tersebut juga sangat penting dan berharga sebagai bahan untuk

melakukan refleksi bersama kolaborator. Pada saat melakukan refleksi, kolaborator

memberikan masukan kepada peneliti berdasarkan hasil pengamatan yang telah dicatat

untuk melakukan langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya.

Penelitian tidak perlu dilakukan lagi pada siklus berikutnya jika hasil analisis data

menunjukkan pengingkatan yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan

penelitian yang telah ditetapkan, yaitu 70% (28 siswa) dari 40 siswa klas VII-A SMP

Negeri 3 Tarakan Kalimantan Timur terampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran

berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan

kontak mata.

F.5 Cara Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid, data dikumpulkan melalui cara/teknik berikut ini:

F.5.1 Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan

pengalaman yang mengesankan kepada orang lain. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu

kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan

(penalaran), dan kontak mata.

F.5.2 Nontes

Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

Page 89: Bahan membuat proposal sm

89

F.5.2.1 Observasi (pengamatan): teknik ini digunakan oleh kolaborator untuk

mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.

F..5.2.2 Wawancara: teknik ini digunakan oleh peneliti dan kolaborator untuk

mengetahui respon siswa secara langsung dalam berbicara dengan menggunakan

pendekatan pragmatik. Wawancara terutama dilakukan kepada siswa yang menonjol

karena kelebihan atau kekurangannya. Pelaksanaan wawancara dilakukan di luar

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pedoman wawancara.

F.5.2.3 Jurnal: teknik ini digunakan oleh peneliti setiap kali selesai mengimplementasikan

tindakan. Jurnal tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi diri bagi peneliti untuk

mengungkap aspek:

1. respon siswa terhadap penggunaan pendekatan pragmatik;

2. situasi pembelajaran; dan

3. kekurangpuasan peneliti terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.

Selain peneliti, siswa juga membuat jurnal setiap kali mengikuti kegiatan

pembelajaran yang digunakan untuk mengungkapkan:

(1) respon siswa (baik yang positif maupun negatif) terhadap penggunaan pendekatan

pragmatik;

(2) metode pembelajaran yang disukai siswa; dan

(3) kemampuan peneliti dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan.

F..6 Teknik Analisis Data

Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data secara kuantitatif

berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus. Hasil tindakan pada

setiap siklus dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui persentase

peningkatan keterampilan siswa kelas VII-A SMPN 3 Tarakan dalam menceritakan

pengalaman yang mengesankan.

Page 90: Bahan membuat proposal sm

90

Pada setiap siklus dideskripsikan jumlah skor yang diperoleh semua siswa, daya serap,

dan rata-rata skor untuk aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi),

struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Selain itu, juga dideskripsikan

jumlah skor, jumlah nilai, rata-rata nilai, dan tingkat daya serap, dan ketuntasan belajar

siswa pada setiap siklus.

http://massofa.wordpress.com/2008/01/11/contoh-proposal-ptk-pendidikan/

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A.    IDENTITAS

Nama Sekolah             : SMA N 1 Baregbeg

Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester            : XII / 2

Aspek                          : Berbicara

Alokasi waktu             : 2 X 45 Menit

B.     STANDAR KOMPETENSI

14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan puisi lama

C.     KOMPETENSI DASAR

14.1 Membahas ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam

D.    INDIKATOR

         Mengidentifikasi ciri-ciri gurindam

         Membacakan gurindam

         Mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam

         Membicarakan pesan-pesan yang terkandung dalam gurindam

E.     TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah kegiatan belajar mengajar siswa dapat:

         Mengidentifikasi ciri-ciri gurindam

         Membacakan gurindam

         Mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam

         Membicarakan pesan-pesan yang terkandung dalam gurindam

Page 91: Bahan membuat proposal sm

91

F.      KARAKTER YANG DIHARAPKAN

         Religius

         Disiplin

         Kesopanan

         Berani

         Komunikatif

         Cermat

         Aktif

         Mandiri

         Kerjasama

         Kreatif

         Kritis

G.    DESKRIPSI MATERI PEMBELAJARAN

Berikut beberapa hal tentang gurindam:

1.      Perihal gurindam

Gurindam adalah bentuk puisi lama yang berisi nasihat, petuah, ajaran moral, kebaikan, dan

budi pekerti. Ciri-ciri gurindam adalah sebagai berikut:

a.       Setiap bait terdiri atas dua baris atau larik.

b.      Biasanya menggunakan pola rima sama atau lurus (a-a).

c.       Umumnya tiap baris terdiri atas 4-6 kata (8-12 suku kata).

d.      Baris pertama dan kedua biasanya membangun hubungan sebab-akibat.

e.       Umumnya mengandung petuah, nasihat, atau amsal (ucapan yang mengandung kebenaran).

Gurindam  ditulis dengan menggunakan media bahasa. Artinya, di dalam sebuah gurindam

terdapat pilihan kata-kata (diksi) yang digunakan untuk menciptakan gurindam tersebut.

Kata-kata yang digunakan dalam gurindam pasti memiliki makna tertentu, baik yang bersifat

denotatif maupun konotatif. Makna kata dalam gurindam terkait dengan isi gurindam itu

sendiri.

2.      Diksi Gurindam

Gurindam adalah karya sastra Melayu Lama. Diksi atau pilihan katanya pun adalah kata-kata

yang biasa dipakai pada saait itu, yang tentu berbeda dengan diksi masa kini. Oleh karena itu,

ada beberapa diksi atau susunan kalimat yang tidak sesuai dengan ejaan tata bahasa pada saat

Page 92: Bahan membuat proposal sm

92

ini. Untuk memahaminya, dapat menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk mencari

makna kata-kata tersebut.

3.      Mengaitkan isi Gurindam dengan Kehiduoan Masa Kini

Isi gurindam ada rekevansinya dengan kehidupan sehari-hari kita pada zaman sekarang.

Contoh gurindam

”Gurindam Dua Belas” karya Raja Ali Haji berikut ini. Persilakan temanmu membacadengan menggunakan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat!

Inilah Gurindam Dua Belas Namanya

-Ini Gurindam Fasal yang PertamaBarang siapa yang tiada memegang agamaSekali-kali tiada boleh dibilangkan namaBarang siapa mengenal yang empatMaka yaitulah orang yang makrifat

-Ini Gurindam Fasal yang KeduaBarang siapa mengenal yang tersebutTahulah ia makna takutBarang siapa meninggalkan sembahyangSeperti rumah tiada bertiang

-Ini Gurindam Fasal yang KetigaApabila terpelihara mataSedikitlah cita-citaApabila terpelihara kupingKhabar yang jahat tiadalah damping

-Ini Gurindam Fasal yang KeempatHati itu kerajaan di dalam tubuhJikalau zalim segala anggotapun rubuhApabila dengki sudah bertambahDatanglah dari padanya beberapa anak panah

H.    STRATEGI PEMBELAJARAN

1.      Model Pembelajaran         : Communicative learning

2.      Pendekatan                       : 4 pilar pembelajaran

3.      Metode Pembelajaran       : Problem Solving

I.       LANGKAH-LANGKAH  PEMBELAJARAN

1.      Kegiatan awal

Page 93: Bahan membuat proposal sm

93

a. Siswa menjawab salam (religius)

b. Siswa berdoa (religius)

c. Siswa merespon pertanyaan guru tentang kehadiran (disiplin)

2.      Kegiatan inti

    Tahap Eksplorasi

a.       Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru tentamg materi sebelumnya yang berkaitan

dengan materi gurindam.(berani, sungguh-sungguh, komunikatif).

b.      Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang harus dicapai

selama dan setelah mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan.

      Tahap Elaborasi

a.       Guru membentuk kelompk siswa dengan jumlah yang sama atau hampir sama. Kelompok.

Guru membuat sesi diskusi dan disesuaikan waktunya.

b.      Guru memberikan salah  satu contoh gurindam yang kemudian menyuruh siswa untuk

mengidentifikasi ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam. Kemudian guru

menyuruh siswa untuk membacakan gurindam.

c.       Siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi. Kemudian guru menugaskan siswa untuk

membicarakan hasil diskusi dan menyampaikan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam.

   Tahap Konfirmasi

a.                   Siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi (kreatif, kritis)

b.      Guru menugaskan masing-masing siswa untuk merumuskan hasil diskusi dalam buku kerja

siswa.

3.      Kegiatan akhir

a. Siswa merefleksikan nilai-nilai serta kecakapan hidup yang dapat dipetik dari pembelajaran.

J.       ALAT DAN SUMBER BAHAN

1.      Sumber buku            :

           Judul Buku           : Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia XII SMA

Pengarang             : Tim Edukatif

         Penerbit                 : Erlangga

         Tahun                    : 2008

2.      Alat Bantu

3.      Media                       : contoh teks drama

K.    PENILAIAN

1.      Tehnik                               : tes lisan

Page 94: Bahan membuat proposal sm

94

2.      Bentuk instumen               : observasi, demonstrasi

3.      Kisi-kisi

No Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian

Teknik Bentuk

1.        Mengidentifikasi ciri-ciri

gurindam

Lisan Observasi

       Membacakan gurindam Lisan Demonstrasi

       Mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-

nilai yang terkandung dalam

gurindam

Lisan Diskusi

       Membicarakan pesan-pesan yang

terkandung dalam gurindam

Lisan Diskusi

4.      Instrumen

a. Identifikasilah ciri-ciri gurindam dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam (nilai,

budaya, agama, estetika, moral)!

”Gurindam Dua Belas” karya Raja Ali Haji Fasal ketiga. Apabila terpelihara mataSedikitlah cita-citaApabila terpelihara kupingKhabar yang jahat tiadalah damping

1.      Gurindam Fasal yang ketiga ini mengandung pesan moral agar kita bisa menjaga dua indra kita yaitu mata dan telinga. Mata adalah alat penglihatan, jika diliarkan ia bisa menghadirkan banyak kejelekan. Salah satunya hadirnya banyak keinginan. Melihat baju-baju bagus di supermarket tergiur, dll. Sebaliknya jika dijaga sebaik-baiknya kita bisa menjaga kita dari banyak keinginan.Begituhalnya menjaga telinga. Jika kita menjaganya dengan baik kita akan terjauhi dari kabar yang jelek (jahat)

5.      Penskoran

No

Nama

Identifikasi

Gurindam

(60-90)

Pembacaan

Gurindam

(60-90)

Temuan

Nilai-nilai

(60-90)

Mengetahui, Ciamis,   Oktober 2012

Page 95: Bahan membuat proposal sm

95

Kepala SMAN 1 Baregbeg

Sudarman, S.Pd., M.Pd195907101986031013

Guru Mata Pelajaran

Shinta Rini, S.Pd197912092003122004

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A.    IDENTITAS

Nama Sekolah             : SMA N 1 Baregbeg

Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester            : XII / 2

Aspek                          : Berbicara

Alokasi waktu             :  2 X 45 Menit

B.     STANDAR KOMPETENSI

14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan puisi lama

C.     KOMPETENSI DASAR

14.2 Menjelaskan keterkaitan gurindam dengan kehidupan sehari-hari

D.    INDIKATOR

         Mengaitkan isi gurindam dengan kehidupan masa kini.

         Menyimpulkan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam

E.     TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah kegiatan belajar mengajar siswa dapat:

         Mengaitkan isi gurindam dengan kehidupan masa kini.

         Menyimpulkan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam

F.      KARAKTER YANG DIHARAPKAN

         Religius

         Disiplin

         Kesopanan

Page 96: Bahan membuat proposal sm

96

         Berani

         Komunikatif

         Cermat

         Aktif

         Mandiri

         Kerjasama

         Kreatif

         Kritis

G.    DESKRIPSI MATERI PEMBELAJARAN

Berikut beberapa hal tentang gurindam:

1.      Perihal gurindam

Gurindam adalah bentuk puisi lama yang berisi nasihat, petuah, ajaran moral, kebaikan, dan

budi pekerti. Ciri-ciri gurindam adalah sebagai berikut:

a.       Setiap bait terdiri atas dua baris atau larik.

b.      Biasanya menggunakan pola rima sama atau lurus (a-a).

c.       Umumnya tiap baris terdiri atas 4-6 kata (8-12 suku kata).

d.      Baris pertama dan kedua biasanya membangun hubungan sebab-akibat.

e.       Umumnya mengandung petuah, nasihat, atau amsal (ucapan yang mengandung kebenaran).

Gurindam  ditulis dengan menggunakan media bahasa. Artinya, di dalam sebuah gurindam

terdapat pilihan kata-kata (diksi) yang digunakan untuk menciptakan gurindam tersebut.

Kata-kata yang digunakan dalam gurindam pasti memiliki makna tertentu, baik yang bersifat

denotatif maupun konotatif. Makna kata dalam gurindam terkait dengan isi gurindam itu

sendiri.

2.      Diksi Gurindam

Gurindam adalah karya sastra Melayu Lama. Diksi atau pilihan katanya pun adalah kata-kata

yang biasa dipakai pada saait itu, yang tentu berbeda dengan diksi masa kini. Oleh karena itu,

ada beberapa diksi atau susunan kalimat yang tidak sesuai dengan ejaan tata bahasa pada saat

ini. Untuk memahaminya, dapat menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk mencari

makna kata-kata tersebut.

3.      Mengaitkan isi Gurindam dengan Kehiduoan Masa Kini

Isi gurindam ada rekevansinya dengan kehidupan sehari-hari kita pada zaman sekarang.

Contoh Gurindam Dua belas karya Haji Ali

Page 97: Bahan membuat proposal sm

97

-Ini Gurindam Fasal yang KesebelasHendaklah berjasaKepada yang sebangsaHendaklah jadi kepalaBuang perangai yang cela

Ini Gurindam Fasal yang KeduabelasRaja mufakat dengan mentriSeperti kebun berpagarkan duriBetul hati kepada rajaTanda jadi sebarang kerja

H.    STRATEGI PEMBELAJARAN

1.      Model Pembelajaran         : Communicative learning

2.      Pendekatan                       : 4 pilar pembelajaran

3.      Metode Pembelajaran       : Problem Solving

I.       LANGKAH-LANGKAH  PEMBELAJARAN

1.      Kegiatan awal

a. Siswa menjawab salam (religius)

b. Siswa berdoa (religius)

c. Siswa merespon pertanyaan guru tentang kehadiran (disiplin)

2.      Kegiatan inti

    Tahap Eksplorasi

a.       Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru tentamg materi sebelumnya yang berkaitan

dengan materi gurindam.(berani, sungguh-sungguh, komunikatif).

b.      Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang harus dicapai

selama dan setelah mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan.

      Tahap Elaborasi

a.       Guru membentuk kelompk siswa dengan jumlah yang sama atau hampir sama. Kelompok.

Guru membuat sesi diskusi dan disesuaikan waktunya.

b.      Guru memberikan salah  satu contoh gurindam yang kemudian menyuruh siswa untuk

mengidentifikasi ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam. Kemudian guru

menyuruh siswa untuk membacakan gurindam.

c.       Siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi. Kemudian guru menugaskan siswa untuk

membicarakan hasil diskusi dan menyampaikan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam.

Page 98: Bahan membuat proposal sm

98

   Tahap Konfirmasi

c.       Siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi (kreatif, kritis)

d.      Guru menugaskan masing-masing siswa untuk merumuskan hasil diskusi dalam buku kerja

siswa.

3.      Kegiatan akhir

b. Siswa merefleksikan nilai-nilai serta kecakapan hidup yang dapat dipetik dari pembelajaran

J.       ALAT DAN SUMBER BAHAN

1.      Sumber buku            :

           Judul Buku           : Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia XII SMA

Pengarang             : Tim Edukatif

         Penerbit                 : Erlangga

         Tahun                    : 2008

2.      Alat Bantu               : -

3.      Media                       : contoh teks gurindam

K.    PENILAIAN

1.      Teknik                               : tes lisan

2.      Bentuk instumen               : observasi, demonstrasi

3.      Kisi-kisi

No Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian

Bentuk Bentuk

1.        Mengaitkan isi gurindam dengan

kehidupan masa kini.

Lisan Observasi

2        Menyimpulkan pesan-pesan

yang terdapat dalam gurindam

Lisan Observasi

4.      Instrumen

5.      Bentuk soal

a. Simpulkan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam dengan kehidupan masa kini!

-Ini Gurindam Fasal yang KesepuluhDengan bapa jangan durhaka

Page 99: Bahan membuat proposal sm

99

Supaya Allah tidak murkaDengan ibu hendaklah hormatSupaya badan dapat selamat

6.      Jawaban :Dalam gurindam ini penyair menyampaikan amanat pada kita untuk menghormati  bapak inu kita. Agar kita tak mendurhakai keduanya. Sikap hormat pada orang tua tentu saja masih relevan dengan kehidupan kita saat ini. Orantua yang sudah membesarkan kita, member kita kasih sayang berlimpah jasa-jasanya tak mungkin bisa kita balas seluruhnya. Memhormati dan membuat bangga mereka adalah sebuah keharusan.

7.      Penskoran

No Nama Kaitan gurindam dengan

kehidupan (60-90)

Nilai-nilai dalam

gurindam

(60-90)

Mengetahui,

Kepala SMAN 1 Baregbeg

Sudarman, S.Pd., M.Pd195907101986031013

Ciamis,   Oktober 2012

Guru Mata Pelajran

Shinta Rini, S.Pd197912092003122004

ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.

Page 100: Bahan membuat proposal sm

100

Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.

A. Pengertian Cooperative Script

Aprudin, S.Pd.I~Model belajar Cooperative Script adalah model belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Jadi model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan masing-masing.

B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script

1. Guru membagi peserta didik untuk berpasangan

2. Guru membagi wacana/materi untuk dibaca dan dibuat ringkasannya.

3. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapada

yang berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannnya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok

kedalam ringkasannya. Sedangkan peserta didik yang lain berperan :

a. Menyimak/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap

b. Membantu mengingat, menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan dengan materi

sebelumnya atau dengan materi lainnya.

5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Dan lakukan

kembali kegiatan seperti diatas (langkah pada kegiatan 4)

Page 101: Bahan membuat proposal sm

101

6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan materi pelajaran.

7. Penutup

C. Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Script

Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan

ide-ide atau gagasan baru, daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam

menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Sehubungan dengan itu maka kelebihan dari

model pembelajaran Cooperative Script adalah sebagai berikut;

1. Model pembelajaran Cooperative Script mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih

percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan

belajara dari siswa lain.

2. Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara

verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses

pemecahan masalah.

3. Model pembelajaran Cooperative Script membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan

siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

4. Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk

mencapai hasil akademik dan social termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan

interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.

5. Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk

membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban.

6. Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat

7. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script membantu memotivasi siswa dan

mendorong pemikirannya.

8. Dapat meningkatkan atau mengembangkan keterampilan berdiskusi.

9. Memudahkan siswa melakukan interaksi social

Page 102: Bahan membuat proposal sm

102

10. Menghargai ide orang lain.

11. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

D. Kekurangan Model pembelajaran Cooperative Script

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Model

pembelajaran Cooperative Script ini. Adapun yang menjadi kekurangan dari Model pembelajaran

Cooperative Script ini adalah :

1. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam

kelompoknya.

2. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script . Sehingga banyak

tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini.

3. Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap

penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil

prestasi kelompok.

4. Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.

5. Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.

Sumber :

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.

Read more: http://007indien.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-cooperative-script.html#ixzz2VD6CsuSL

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri

Page 103: Bahan membuat proposal sm

103

Mata Kuliah Model-Model Pembelajaran Matematika

Pada Jurusan Tadris Matematika Semester V

Disusun Oleh

Ijah Nurhadijah

1410150139

Dosen Pengampu:

Widodo Winarso, M.Pdi

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

TAHUN 2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 104: Bahan membuat proposal sm

104

Pengembangan dalam dunia pembelajaran yang bergulir dari masa kemasa memperkaya

khanzah pembelajaran itu sendiri. Sebagai dunia yang dinamis dan terus berubah, pembelajaran

semakin menyempurnakan diri sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada saat ini. Pembelajaran

semakin mengarah pada era kemandirian belajar, didukung dengan sarana telekomunikasi yang

semakin baik akan lebih mendekatkan ruang, menghemat waktu, proses pembelajaran semakin

fleksibel bagi semua orang.

Belajar adalah suatu proses yang menyebabkan terjadinya suatu pembaharuan dalam

tingkah laku, berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada beberapa faktor yang dibedakan

menjadi dua faktor. Faktor tersebut antara lain, faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor

eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial

ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi, 2004 : 138).

Memenuhi tuntutan perkembangan jaman yang semakin maju, aspek pendidikan

diharuskan membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi lebih aktif dan kreatif.

Keaktifan siswa hendaklah melibatkan siswa itu sendiri agar secara langsung belajar dan menemukan

sebuah jawaban. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk berkomunikasi membuat kondisi

kelas tidak aktif. Hal seperti ini menyebabkan rendahnya prestasi siswa. Guru hendaknya memancing

keaktifan siswa melalui model-model pembelajaran yang sesuai.

Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh proses belajar

mengajar yang dialami siswa. Siswa dalam belajar diharapkan mampu mengalami perubahan baik

dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sikap-sikap yang harus diambil guru dalam proses

pembelajaran hendaknya sesuai dan mampu membangkitkan minat belajar siswa.

Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi, matematika merupakan kunci utama dari

pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari pendidikan matematika pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan

pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika

dalam kehidupannya (Soedjadi, 2003 : 42).

Hasil penelitian Suryadi (1999) pada Pembelajaran MTK menyimpulkan bahwa salah satu

model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah cooperative

learning. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu

siswamemahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan

berfikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman. Model cooperative learning dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, (2000) dalam

Page 105: Bahan membuat proposal sm

105

Isjoni (2009 : 27), yaitu : 1) Hasil Belajar Akademik, 2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu, 3)

Pengembangan Keterampilan Sosial.

Slavin (1994:175) mengatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan daya ingat siswa adalah pembelajaran dengan model cooperative script. Dengan

meningkatkan daya ingat siswa pada materi yang telah di peroleh sebelumnya, dapat pula

mempermudah meningkatkan kreativitas siswa karena kreativitas siswa merupakan kemampuan

membuat kombinasi baru berdasarkan data dan informasi yang sudah ada. Cooperative script adalah

model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan mengikhtisarkan bagian-bagian dari

materi yang dipelajari.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dalam makala ini akan membahas salah satu

cara pembelajaran matematika yaitu dengan menggunakan “Model Pembelajaran Cooperative

Script”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Cooperative Script?

2. Apa prinsip-prinsip dari Model Pembelajaran Cooperative Script ?

3. Apa kelemahan-kelemahan dari Model Pembelajaran Cooperative Script?

4. Bagaimana langkah-langkah diri Model Pembelajaran Cooperative Script?

5. Bagaimana cara mengaplikasikan Model Pembelajaran Cooperative Script pada pembelajaran

matematika di sekolah?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan makala ini adalah agar kita dapat mengetahui definisi dari Model

Pembelajaran Cooperative Script, prinsip dari Model Pembelajaran Cooperative Script, kelemahan-

kelemahan dari Model Pembelajaran Cooperative Script, langkah-langkah diri Model Pembelajaran

Cooperative Script, serta bagaimana cara mengaplikasikan Model Pembelajaran Cooperative Script

pada pembelajaran matematika di sekolah. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat

membantu kita sebagai calon pendidik matematika sebagai salahsatu alternatif atau referensi untuk

kita mengajar kelak. Kitasebagai pendidik menjadi termotivasi untuk selalu menyajikan sistem

pembelajaran yang tepat dan menyenangkan karena siswa lebih tertarik dan mudah dalam

Page 106: Bahan membuat proposal sm

106

memahami materi, sehingga prestasi dan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika lebih

meningkat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Cooperative Script

Metode Cooperative Script ini berasal dari kata Methodos, Cooperative dan Script, yang

memiliki arti masing-masing diantarannya: Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang

berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut

masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Ada juga pengertian tentang metode yaitu cara kerja yang sistematis untuk mencapai suatu maksud

tujuan. Cara yang teratur dalam menjelaskan suatu fenomena dengan menggunakan landasan teori.

Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ada juga yang mengartikan metode

yaitu: Cara yang telah di atur dan berfikir baik-baik untuk mencapai tujuan.

Cooperative berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama, bantuan-membantu,

gotong royong. Sedangkan kata dari Cooperation yang memiliki arti kerja sama, koperasi

persekutuan. Script ini berasal dari kata Script yang memiliki arti uang kertas darurat, surat saham

sementara dan surat andil sementara. Jadi pengertian dari Cooperative skripsi adalah naskah tulisan

tangan, surat saham sementara. Jadi pengertian dari Cooperative adalah Strategi belajar dimana

siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Metode Cooperative

Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian

secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Jadi pengertian dari Metode

Page 107: Bahan membuat proposal sm

107

Cooperative Script adalah Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara

lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi Pendidikan Agama Islam yang dipelajari(Online,

Media pembelajaran dikaitkan-dengan metode cooperative script : 2012).

Miftahul A’la (2011: 97), model pembelajaran cooperative script di sebut juga Skrip

kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan

mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Cooperative

script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin 1994:175).

Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan

konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Pembelajaran cooperative

script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran

cooperative script dalam perkembangannya mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan

beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Beberapa pendapat para ahli mendefinisikan model pembelajaran cooperative script yaitu :

1. Model pembelajaran cooperative script menurut Dansereau dalam Slavin (1994) adalah skenario

pembelajaran kooperatif. Artinya setiap siswa mempunyai peran dalam saat diskusi berlangsung.

2. Pembelajaran Cooperative Script menurut Schank dan Abelson dalam Hadi(2007:18) adalah

pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa sepertiilustrasi kehidupan sosial siswa dengan

lingkungannya sebagai individu,dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih

luas.

3. Brousseau (2002) dalam Hadi (2007:18) menyatakan bahwa modelpembelajaran cooperative script

adalah secara tidak langsung terdapat kontrakbelajar antara guru dengan siswa dan siswa dengan

siswa mengenai caraberkolaborasi.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas,antara satu dengan yang

lainnya memiliki maksud yang sama yaitu terjadisuatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan

siswa dengan siswa untukberkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan

cara-carayang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadidalam kehidupan sosial

siswa.

B. Prinsip Model Pembelajaran Cooperative Script

Model pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep dari the acleratedlearning,

active learning, dan cooperative learning. Maka prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama

Page 108: Bahan membuat proposal sm

108

dengan prinsip-prinsip yang ada pada model pembelajaran cooperative learning, prinsip-prinsipnya

yaitu :

1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenag bersama.

2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab

terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Siswa harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama .

4. Siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para anggota

kelompok.

5. Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi

seluruh anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama

belajar.

7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam

kelompok kooperatif (Online, “karakteristik dan prinsip cooperative learning” : 2009)

C. Kelebihan Dan Kelemahan Dari Model Pembelajaran Cooperative Script

1. Kelebihan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah sebagai berikut, Miftahul A’la

(2011: 98):

a. Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.

b. Setiap siswa mendapatkan peran.

c. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Istarani (2011), Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam

pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu

permasalahan), daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan

hal-hal baru yang diyakininya benar.Model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk percaya

kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari

sumber lain dan belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan

membandingkan dengan ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar menghormati siswa

yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa

untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan

hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.Model pembelajaran

Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan

jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar

Page 109: Bahan membuat proposal sm

109

untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini

memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan keterampilan berdiskusi,

dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.

2. Kelemahan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah sebagai berikut,Miftahul A’la

(2011: 98):

a. Hannya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

b. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada

dua orang tersebut).

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan

Model pembelajaran Cooperative Script ini. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model

pembelajaran Cooperative Script, sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai

model pembelajaran ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide,

takut dinilai teman dalam kelompoknya.Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus

sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan

waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.Model pembelajaran ini sulit membentuk

kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.Penilaian terhadap murid atau siswapun

secara individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.

D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative Script

Riayanto (2009:280), Langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajran coopertive

script adalah sebagai berikut :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2. Guru membagiakan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang

berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok

dalam ringkasannya, sementara pendengar :

a. Menyimak/mengoreksi/melengkapi ide-ide pokok yang kurang lengkap.

b. Membantu mengingat/menghafal ide/ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau

dengan materi lainnya.

5. Bertukar peran, semula berperan sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut kembali..

6. Merumuskan kesimpulan bersama-sama siswa dan guru.

Page 110: Bahan membuat proposal sm

110

7. Penutup.

E. Aplikasi Model Pembelajaran Cooperative Script Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah

Berikut ini akan disajikan salahsatu cara mengaplikasikan model pembelajaran cooperative

script pada pembelajaran matematika pada materi “Trigonometri” SMA/MA di kelas X. Disini penulis

memodifikasi penggunakan model pembelajaran cooperative script tipe 3 dan memadukannya

dengan model pembelajaran numbered head together (NHT), dengan tujuan agar guru bisa

mengontrol sejauh mana pemahaman masing-masing siswa tentang materi. NHT merupakan salah

satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk menigkatkan penguasaan akademik.

Dalam model NHT setiap siswa akan diberikan nomer kemudian guru akan memanggil salah satu

nomer siswa dengan nomer yang dipanggil melaporkan hasil kerjasamanya. Agar sistem belajar lebih

menarik dansiswa lebih termotivasidiadakan sistim kompetisi antar kelompok, yaitu menjawab

latihan-latihan soal. Cara ini dimaksudkan agar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenagkan dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Langkah-langkah aplikasi dari model

pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut :

1. Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dan kemudian meminta salah satu seorang

murid untuk memimpin do’a. Kemudian guru memberikan topik pembelajaran yang akan dipelajari,

yaitu tentang materi trigonometri dan memberikan sedikit pemjelasan tentang materi tersebut

sebagai pengantar kepada siswa.

2. Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran ini yaitu

berupa Standar Kopetensi (SK) dan Kompetensi Dasar. Misalnya :

3. Guru

membagi peserta didik dalam 2 tipe kelompok yaitu tipe A dan tipe B. Masing-masing kelompok

dalam tiap-tipe beranggotakan 4 orang (A-1= 4 orang, A-2 = 4 orang dst, B-1= 4, B-2 = 4 orang,

dst). Apabila menggunakan model pembelajaran cooperative script, guru tersebut alangkah lebih

N

OSTANDAR KOMPETENSI (SK) KOMPETENSI DASAR (KD)

1 Menggunakan perbandingan fungsi,

persamaan, dan identitas

trigonometri dalam pemecahan

masalah.

Melakukan manipulasi aljabar dalam

perhitungan teknis yang berkaitan

dengan perbandingan, fungsi,

persamaan, dan identitas

trigonometri.

Page 111: Bahan membuat proposal sm

111

baiknya/harus terlebih dahulu mengenal karakteristik dari masing-masing siswa, agar dalam

pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga mereka bisa saling

melengkapi dan membantu satu sama lain. Hal ini juga dapat mengakibatkan interaksi sosial antar

siswa menjadi semakin baik, bukan hanya kepada orang itu-itu saja.

4. Masing-masing kelompok tipe A dan B mengerjakan (mempelajari) kegiatan yang berbeda (Tipe A

mempelajari dan mengerjakan perbandingan trigonometri dan fungsi trigonometri, Tipe B

mempelajari dan mengerjakanidentitas trigonometri). Mereka bersama-sama dengan kelompok

yang beranggotakan 4 orang tersebut mempelajari (mendiskusikan) materi yang mereka dapatkan

sesuai tipe masing-masing, dan bersama-sama memecahkan materi yang belum mereka pahami.

Guru disini bertindak sebagai fasilitator.

5. Setelah siswa-siswa tersebut sudah selesai mendiskusikan dan memahami tentang materinya

masing-masing, kemudian guru mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1 peserta didik

dari kelompok tipe A dengan 1 peserta didik dari kelompok tipe B, jadi mereka akan berpasang-

pasangan antara tipe A dengan tipe B (satu kelompok). Kemudian guru membagiakan nomer kepada

setiap siswa secara acak.

6. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang

berperan sebagai pendengar.

7. Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan dan menjelaskan tugas dan

hasil tugasnya selengkap mungkin dan seorangnya lagi dari peserta didik sebagai pendengar yaitu

bertugas menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok pembahasan yang kurang lengkap.

8. Bertukar peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula

sebagai pendengar berperan sebagai pembicara

9. Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya/diskusinya dengan

memanggil dari salah satu nomer siswa secara acak.

10. Diskusi kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas dan materi yang belum

dimengerti dan guru disini bertindak sebagai pemenengah untuk menjelaskan hal-hal yang masih

salah atau kurang tepat dan belum jelas kepada siswa.

11. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali materi yang masih

dianggap meragukan dan kurang jelas.

12. Untuk lebih memahami materi lebih baik lagi dan mngetahui kemampuan masing-asing siswa

dalam materi trigonometri , guru memberikan latihan soal untuk dijawab dan didiskusikan oleh

masing-masing kelompok yang beranggotakan dua orang tersebut. Masing-masing orang siswa harus

bisa mengerjakan soal tersebut bukan hannya salah satu dari anggota kelompoknya saja, anggota

yang bisa menjelaskan kepada anggota yang belum paham. karena guru akan memanggil nomer

Page 112: Bahan membuat proposal sm

112

secara acak, bagi siswa yang disebut nomernya harus mengerjakan soal tersebut dan

menerangkannya didepan kelas. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka

akan mendapatkan bintang merah yang artinya kelompok tersebut terancam kekalahan, dan apabila

jawaban yang disampaikan benar maka kelompok tersebut akan mendapatkan bintang kuning.

Kelompok yang mendapatkan bintang kuning yang paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi

juara dan mendapat bingkisan (penghargaan kelompok) yang telah disediakan oleh gurunya, dan

sebaliknya apabila kelompok tersebut mendapatkan bintang merah terbanyak maka kelompok

tersebut kalah dan mendapatkan suatu hukuman, yaitu membersihkan kelas selama 3 hari berurut-

urut (menggantikan tugas piket). Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh guru tersebut.

Sesuai dengan pengalaman penulis yang pernah menjadi seorang siswa, pemberian hadiah dan

hukuman ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk aktif dan bersemangat dalam kegiatan

pembelajaran, karena siswa cenderung tertarik pada hal-hal yang sifatnya kompetisi. Mungkin dalam

satu kali pertemuan tidak akan cukup, ini bisa dilakukan dua kali pertemuan, pertemuan pertama

untuk pembahasan materi dan pertemuan kedua untuk latihan-latihan.

13. guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi trigonometri yang telah

disampaikan dengan menggunakan model cooperative script.

14. Guru memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan tidak boleh saling

membantu.

15. Guru mengucapkan alhamdulillah kemudian memberika kata mutiara “Semua orang terlahir genius

(Howard Gardner). Karena itu tak pantas bagi kita merasa rendah diri atau merendahkan orang lain”.

Kemudian memberikan salam.

Demikian merupakan salah satu cara atau kegiatan untuk mengaplikasikan model

pembelajaran cooperative script yang disajikan oleh penulis. Pada dasarnya tujuan dari

pembelajaran cooperatif script yaitu untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep,

kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat

yang bahagia dan memberikan kontribusi.

Page 113: Bahan membuat proposal sm

113

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Model pembelajaran Cooperative Script merupakan salahsatu cara atau strategi seorang

guru dalam menyampaikan materi pelajaran, yang diawali dengan membagi siswa kedalam

kelompok secil (satu kelompok terdiri dari dua orang/berpasangan), kemudian membagi materi ajar

kepada siswa untuk dipelajari dan membuat ringkasan materi tersebut. Disini siswa dilatih untuk

memberikan masukkan ide-ide atau gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan untuk

mengomunikasikannya kepada teman sekelompoknya secara bergantian, siswa akan saling

melengkapi satu sama lain. Dalam model pembelajaran ini mengikutsertakan semua siswa, sehingga

semua siswa akan ikut berperan aktif dalam pembelajaran, dan diharapkan bisa membuat siswa

bersemangat dalam belajar sehingga siswadapat memahami pelajaran dengan lebih mudah. Dalam

cooperative scrip ini mengandung suatu unsur kerjasama dalam kelompok yang membuat siswa

berperan aktif dalam pembelajaran, bukan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk

mengarahkan dan motivator bagi siswa.

Page 114: Bahan membuat proposal sm

114

DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, yatim. 2009. “Paradigma Baru Pembalajaran”. Jakarta : Kencana prenada media grup.

Drs. H. Isjoni, Msi. 2009. Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA.

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada. Dikutip dari

http://007indien.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-cooperative-script.html . 05

Desember 2012, 19.43 (online).

Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology: Theory and Practice . Third

Edition.Massachusetts: Allyn and Bacon.

Slavin, Robert E. 2008. “Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (diterjemahkan dari Cooperative

Learning: theory, research and practice)”. Bandung : Nusa Media.

A’la, Miftahul. 2011. “Quantum Teaching”. Yogyakarta : Diva press.

Tampomas, Husain. 2003. “Sukses Ulangan dan Ujian Trigonomerti untuk SMU dan Sederajat”. Jakarta :

PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Muniroh, Khayyizatul. 2010. “Implementasi Pembelajaran Dengan Model Cooperative Script sebagai

Usaha Untuk Meningkatkan Kreativitas Dalam Pemecahan masalah Matematika Siswa Kelas VIII MTs

Wahid Hasyim Sleman. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta (skripsi-khayyizatul muniroh.pdf.

online).

Anas Sudijono. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Dikutip dari

ttp://pecintailmuallah.blogspot.com/2012/05/media-pembelajaran-dikaitkan-dengan.html. 05

Desember 2012, 20.21 (Online).

http://ijahnurhadijah.blogspot.com/2013/03/model-pembelajaran-cooperative-script.html

Page 115: Bahan membuat proposal sm

115

Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk

menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa

keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Dari teori model

pembelajaran cooperative script ini dapat diambil apa yang menjadi kelebihan dan

kelemahannya.

Menurut Istarani (2011: 16), kelebihan model pembelajaran cooperative script

adalah :

1.      Model pembelajaran Cooperative Script mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain.

2.      Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah.

3.      Model pembelajaran Cooperative Script membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

4.      Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lainmeningkatkan keterampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah.

5.      Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban.

6.      Cooperative script suatu strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan orang lain seperti pemecahan masalah

7.      Cooperative script mendorong siswa lemah untuk tetap berbuat, dan membantu siswa pintar mengidentifikasi celah-celah dalam pemahamannya

8.      Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.

9.      Dapat memberikan kesempatan pada para siswa belajar keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah

10.  Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan diskusi11.  Memudahkan siswa melakukan interaksi sosial12.  Menghargai ide orang lain yang dirasa lebih baik.13.  Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Selanjutnya yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran cooperative script,

yaitu :

1.      Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya.

2.      Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script . Sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini.

Page 116: Bahan membuat proposal sm

116

3.      Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.

4.      Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.5.      Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam

kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, kelebihan dan kelemahan tersebut diketahui yang menjadi

acuan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script adalah

bagaimana kelebihan tersebut dapat digali dan diterapkan semaksimal mungkin sehingga

dapat menutupi kelemahan yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif tipe

cooperative script.

http://dormatio.blogspot.com/2013/05/kelebihan-dan-kelemahan-model.html

Model belajar Cooperative Script adalah model belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Jadi model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan masing-masing.

  Langkah-langkah 1.    Guru membagi peserta didik untuk berpasangan2.    Guru membagi wacana/materi untuk dibaca dan dibuat ringkasannya.3.    Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara

dan siapada yang berperan sebagai pendengar.4.    Pembicara membacakan ringkasannnya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-

ide pokok kedalam ringkasannya. Sedangkan peserta didik yang lain berperan : a.    Menyimak/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkapb.      Membantu mengingat, menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan dengan

materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.5.  Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

Dan lakukan kembali kegiatan seperti diatas (langkah pada kegiatan 4)6.      Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan materi pelajaran.7.      Penutup

Keunggulan Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Sehubungan dengan itu maka kelebihan dari model pembelajaran Cooperative Script adalah sebagai berikut;

Page 117: Bahan membuat proposal sm

117

1.  Model pembelajaran Cooperative Script mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajara dari siswa lain.

2.  Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah.

3.  Model pembelajaran Cooperative Script membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

4.  Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan social termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.

5. Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban.

6.      Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat

7. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.

8.      Dapat meningkatkan atau mengembangkan keterampilan berdiskusi.9.      Memudahkan siswa melakukan interaksi social10.  Menghargai ide orang lain.11.  Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Kelemahan Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Model pembelajaran Cooperative Script ini. Adapun yang menjadi kekurangan dari Model pembelajaran Cooperative Script ini adalah :

1.  Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya.

2.  Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script . Sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini.

3.  Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.

4.  Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.5. Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam

kelompok.

http://esempen2palki.blogspot.com/2012_12_01_archive.html