6.panduan mulok.pdf

92

Upload: farit-mohammad

Post on 21-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Matrikulasi Kurikulum 2013 di SMA

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

    KATA PENGANTAR

  • Matrikulasi Kurikulum 2013 di SMA

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1

    B. Landasan Hukum ...................................................................................................................... 2

    C. Tujuan ........................................................................................................................................ 3

    D. Hasil yang Diharapkan ............................................................................................................. 3

    E. Sasaran....................................................................................................................................... 3

    BAB II KONSEP MUATAN LOKAL ........................................................................................................ 4

    A. Pengertian .................................................................................................................................. 4

    B. Pengembangan dan Pengelolaan ........................................................................................... 4

    C. Judul Sub Bab ........................................................................................................................... 7

    D. Daya Dukung ............................................................................................................................. 8

    BAB III TAHAP PENENTUAN MUATAN LOKAL ................................................................................ 12

    A. Melakukan Identifikasi dan Analisis Muatan Lokal ............................................................. 13

    B. Menentukan Jenis Muatan Lokal .......................................................................................... 18

    C. Menentukan Bahan Kajian Muatan Lokal ............................................................................ 19

    BAB IV TAHAP PELAKSANAAN MUATAN LOKAL ............................................................................ 22

    A. Rambu Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal ......................................................................... 22

    B. Pelaksanaan Muatan Lokal .................................................................................................... 22

    C. Pelaksanaan Muatan Lokal melalui Mata Pelajaran Tersendiri ........................................ 27

    D. Pelaksanaan Muatan Lokal Dipadukan ke Dalam Mata Pelajaran Lain ........................... 45

    E. Pelaksanaan Muatan Lokal Melalui Pengembangan Diri ................................................... 48

    BAB V PENUTUP .................................................................................................................................. 51

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 56

    LAMPIRAN ............................................................................................................................................ 57

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan berbagai ciri khas dan

    karakteristik tiap daerah, keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia

    antara lain dari segi geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana,

    kondisi sosial budaya, dan berbagai keragaman lainnya yang terdapat di setiap daerah.

    Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan pula tingkatan kebutuhan dan tantangan

    pengembangan yang berbeda antar daerah dalam rangka meningkatkan mutu dan

    mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap daerah. Terkait dengan pembangunan

    pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan

    karakteristik daerah. Pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara

    kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.

    Pada kurikulum 2013, muatan kurikulum terdiri atas muatan kurikulum pada tingkat

    nasional, muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasan satuan

    pendidikan. Muatan kurikulum pada tingkat nasional terdiri atas sejumlah mata

    pelajaran yang dikembangkan oleh pusat. Muatan kurikulum pada tingkat daerah terdiri

    atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang

    ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. Sedangkan muatan kekhasan satuan

    pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal

    serta program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan

    dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik.

    Kondisi yang terjadi di daerah menunjukkan bahwa, ada daerah yang sudah

    menetapkan muatan lokal melalui peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, ada juga daerah

    yang belum menetapkan muatan lokal. Di tingkat satuan pendidikan, masih ada satuan

    pendidikan yang belum menetapkan dan melaksanakan muatan lokal. Kondisi lainnya

    terjadi bahwa dalam menetapkan muatan lokal belum sesuai dengan prosedur yang

    telah ditetapkan.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 2

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Oleh karena itu, agar pelaksanaan muatan lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat

    terlaksana dengan baik, Direktorat Pembinaan SMA menerbitkan panduan pelaksanaan

    muatan lokal. Panduan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi satuan pendidikan (TPK

    sekolah, kepala sekolah, dan pendidik), pengawas sekolah, dan komite sekolah dalam

    menganalisis dan menetapkan muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi

    di masing-masing satuan pendidikan. Panduan ini juga dapat digunakan oleh Dinas

    Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam menyiapkan dan menetapkan muatan lokal,

    untuk diimplementasikan pada satuan pendidikan di daerahnya masing-masing.

    B. Landasan Hukum

    1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

    2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana

    telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

    Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintah Daerah;

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

    sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

    tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

    Standar Nasional Pendidikan;

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

    Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

    Daerah Kabupaten/Kota;

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

    Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

    Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

    6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang Penjaminan

    Mutu Pendidikan

    7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang

    Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;

    8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang

    Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 3

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang

    Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

    10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang

    Standar Penilaian Pendidikan;

    11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang

    Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;

    12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang

    Implementasi Kurikulum;

    13. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013

    tentang Implementasi Kurikulum 2013;

    C. Tujuan

    Panduan pelaksanaan muatan lokal ini disusun dengan tujuan:

    1. Memberikan pemahaman yang sama tentang pengembangan muatan lokal;

    2. Sebagai acuan bagi satuan pendidikan dan dinas pendidikan dalam

    pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal.

    D. Hasil yang Diharapkan

    Hasil yang diharapkan dari panduan ini adalah:

    1. Adanya pemahaman yang sama tentang pengembangan muatan lokal;

    2. Terwujudnya acuan bagi satuan pendidikan dan dinas pendidikan dalam

    pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal.

    E. Sasaran

    Sasaran penggunaan panduan ini adalah:

    1. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah dan daerah

    2. Kepala SMA

    3. Pendidik

    4. Pengawas Sekolah

    5. Komite sekolah

    6. Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota

    7. Pemangku kepentingan lainnya.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 4

    BAB II

    KONSEP MUATAN LOKAL

    A. Pengertian

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Fusce gravida pellentesque

    purus. Praesent nisi quam, mattis in, gravida non, sodales ut, purus. Curabitur nisi

    massa, adipiscing vitae, commodo nec, molestie ac, nisl. Nunc convallis faucibus orci.

    Nullam tristique mattis tortor.

    Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang

    dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah

    tempat tinggalnya. Muatan lokal bermanfaat untuk memberikan bekal sikap,

    pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar:

    1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan

    budayanya;

    2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai

    daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada

    umumnya; dan

    3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang

    berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur

    budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

    Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan

    proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk

    membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.

    B. Pengembangan dan Pengelolaan

    Dalam struktur kurikulum 2013 disebutkan bahwa matapelajaran kelompok A dan C

    adalah kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat.

    Matapelajaran kelompok B adalah kelompok matapelajaran yang substansinya

    dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal yang

    dikembangkan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu setiap daerah perlu

    mengembangkan muatan lokal.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 5

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

    Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

    menyatakan bahwa muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan

    proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal, muatan lokal tersebut

    dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.

    Berdasarkan ketentuan diatas maka setiap daerah dan satuan pendidikan berkewajiban

    mengembangkan dan melaksanakan muatan lokal melalui pembekalan sikap,

    pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik tentang potensi daerahnya untuk

    dikembangkan dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

    Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan

    sebagai berikut:

    1. Utuh

    Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan

    berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.

    2. Kontekstual

    Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi,

    dan masalah daerah.

    3. Terpadu

    Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan,

    termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri.

    4. Apresiatif

    Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan,

    lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah.

    5. Fleksibel

    Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya

    bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.

    6. Pendidikan Sepanjang Hayat

    Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga

    mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus-menerus.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 6

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    7. Manfaat

    Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan

    mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global.

    Pengembangan muatan lokal dapat dibangun melalui dua strategi: (1)

    Satuan pendidikan menentukan jenis muatan lokal berdasarkan hasil

    analisis potensi daerah dan potensi satuan pendidikan. (2) Pemerintah

    daerah membuat kebijakan tentang muatan lokal yang diselenggarakan

    di daerahnya, berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari jenis

    muatan lokal yang diselenggarakan pada satuan-satuan pendidikan di

    daerahnya.

    Berikut digambarkan dua strategi pengembangan muatan lokal:

    1. Dari bawah ke atas (bottom up)

    Gambar 1. Alur pengembangan muatan lokal dari bawah ke atas

    Gambar diatas menjelaskan alur pengembangan muatan lokal yang dibangun

    secara bertahap dan tumbuh pada satuan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa

    satuan pendidikan mempunyai kewenangan untuk menentukan sendiri jenis

    muatan lokal yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis konteks

    identifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendukung. Penentuan jenis

    muatan lokal kemudian diikuti dengan penyusunan kurikulum yang sesuai.

    2. Dari atas ke bawah (top down)

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 7

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Gambar 2. Alur pengembangan muatan lokal dari atas ke bawah

    Gambar diatas menjelaskan alur pengembangan muatan lokal dimana pemerintah

    daerah sudah memiliki bahan kajian muatan lokal yang diidentifikasi dari jenis

    muatan lokal yang diselenggarakan oleh satuan-satuan pendidikan di daerahnya.

    Tim pengembang muatan lokal mengidentifikasi dan menganalisis core and

    content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and content

    umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah merumuskan

    rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan tentang jenis

    muatan lokal yang akan diselenggarakan di daerahnya.

    Penetapan muatan lokal didasarkan pada kebutuhan dan kondisi setiap daerah,

    baik untuk provinsi maupun kabupaten/kota. Muatan lokal yang berlaku untuk

    seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, sedangkan

    muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah Kabupaten/Kota ditetapkan

    dengan Peraturan Bupati/Walikota.

    Pasal 77P Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas

    Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

    mengamanatkan bahwa pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi dan

    supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah, sedangkan

    pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan koordinasi dan supervisi

    pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar. Pengelolaan muatan lokal

    meliputi penyiapan, penyusunan, dan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal,

    buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Satuan pendidikan mengelola:

    muatan lokal, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan pelaksanaan

    pembelajaran.

    C. Judul Sub Bab

    Ruang lingkup muatan lokal adalah:

    1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah

    Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang

    pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan

    lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 8

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup

    dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan

    arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan

    daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk:

    a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;

    b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai

    dengan keadaan perekonomian daerah;

    c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik

    dan untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi

    pariwisata; dan

    d. meningkatkan kemampuan berwirausaha.

    2. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal

    Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa:

    a. bahasa daerah;

    b. bahasa Inggris;

    c. kesenian daerah;

    d. keterampilan dan kerajinan daerah;

    e. adat istiadat;

    f. pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar;

    g. serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah

    yang bersangkutan.

    D. Daya Dukung

    Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan

    penting untuk mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Beberapa

    hal penting yang perlu diperhatikan adalah:

    1. Kebijakan Muatan Lokal

    Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat,

    provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.

    Kebijakan diperlukan dalam hal:

    a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta;

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 9

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan lain-

    lain); dan

    c. penentuan jenis muatan lokal pada level Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai

    muatan lokal wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu

    adalah daerah yang memiliki kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan

    sosial, rawan bencana, dan lain-lain.

    2. Pendidik

    Pendidik yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki:

    a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan;

    b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan

    c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu.

    Pendidik muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti:

    satuan pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan

    lain-lain.

    3. Sarana dan Prasarana Sekolah

    Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan

    pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana

    dan prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan

    pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain.

    4. Manajemen Sekolah

    Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah perlu:

    a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara

    khusus untuk muatan lokal;

    b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip

    pembelajaran; dan

    c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik

    satuan pendidikan.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 10

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Untuk mendukung pengembangan muatan lokal di sekolah, tim

    pengembang muatan lokal perlu menjalin kerjasama dengan unsur-

    unsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat

    Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

    (LPMP), Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah

    Provinsi/Kabupaten/Kota, Instansi/Lembaga lain misalnya Dunia

    Usaha/Industri, dan Dinas lain yang terkait. Peran masing-masing

    unsur adalah sebagai berikut:

    1) Peran Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota secara

    umum adalah memberikan bimbingan teknis dalam:

    a) mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah;

    b) mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan;

    c) mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;

    d) menentukan jenis dan prioritas muatan lokal yang akan dilaksanakan;

    e) menentukan pelaksanaan muatan lokal;

    f) menyusun KD, dan silabus muatan lokal;

    g) menyusun buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru;

    h) memilih alternatif metode pembelajaran muatan lokal;

    i) mengembangkan RPP dan penilaian yang tepat untuk muatan lokal

    yang dilaksanakan.

    2) Peran LPMP dan Perguruan Tinggi secara umum adalah memberikan

    bimbingan teknis dalam:

    a) Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan

    lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan lokal;

    b) Menentukan lingkup materi masing-masing bahan kajian yang telah

    ditetapkan;

    c) Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat

    perkembangan peserta didik dan jenis bahan kajian.

    3) Peran Pemerintah Daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota secara umum

    adalah:

    a) memberi informasi mengenai potensi daerah, serta prioritas

    pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan

    sumber daya manusia yang dibutuhkan;

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 11

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    b) memberi gambaran mengenai kemampuan dan keterampilan yang

    diperlukan pada sektor-sektor tertentu;

    c) memberi sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan bantuan dalam

    menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma

    setempat.

    d) Melakukan supervisi keterlaksanaan muatan lokal di daerahnya.

    4) Peran Instansi/Lembaga lain seperti Dunia Usaha/Industri, dan Dinas terkait

    secara umum adalah:

    a) memberi informasi mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta

    didik untuk muatan lokal tertentu;

    b) memberi masukan dan atau contoh kompetensi yang dapat diadaptasi

    untuk kompetensi muatan lokal;

    c) memberi fasilitas kepada peserta didik untuk

    berkunjung/belajar/praktik di tempat tersebut guna memantapkan

    kemampuan/keterampilan yang didapat dalam muatan lokal.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 12

    BAB III

    TAHAP PENENTUAN MUATAN LOKAL

    Berdasarkan strategi pengembangan muatan lokal yang telah dibahas pada bab II, maka

    setiap satuan pendidikan harus mempersiapkan berbagai hal dalam rangka menentukan dan

    melaksanakan muatan lokal di satuan pendidikan masing-masing.

    Sebelum menetapkan muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan serangkaian kegiatan

    agar muatan lokal yang dikembangkan benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan

    kebutuhan peserta didik terhadap pengembangan potensi di daerah tempat tinggalnya.

    Langkah awal penentuan muatan lokal, meliputi (1) identifikasi dan analisis muatan lokal, (2)

    menentukan jenis muatan lokal, dan (3) menentukan bahan kajian muatan lokal.

    Penentuan dan pelaksanaan muatan lokal dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 3. Alur tahap penentuan dan pelaksanaan muatan lokal

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 13

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    A. Melakukan Identifikasi dan Analisis Muatan Lokal

    Identifikasi dan analisis muatan lokal dilakukan melalui tahapan mengidentifikasi dan

    menganalisis potensi dan kebutuhan daerah serta mengidentifikasi dan menganalisis

    potensi satuan pendidikan.

    1. Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah

    Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah meliputi analisis ciri khas,

    potensi, keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah. Metode

    identifikasi dan analisis disesuaikan dengan kemampuan tim pengembang muatan

    lokal. Kegiatan identifikasi dan analisis ini dilakukan untuk mendata dan menelaah

    berbagai potensi dan kebutuhan daerah. Data dapat diperoleh dari berbagai pihak

    yang terkait seperti Pemerintah Daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota,

    Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, Dunia Usaha/Industri, dan Dinas terkait.

    a. Identifikasi dan analisis potensi daerah

    Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan potensi daerah yang

    meliputi: (1) Sumber Daya Alam; (2) Sumber Daya Manusia; (3) Geografis;

    (4) Budaya; dan (5) Historis.

    1) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya alam

    Sumber Daya Alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam

    bumi, air, dan udara yang dalam bentuk asalnya dapat didayagunakan

    untuk berbagai kepentingan. Contoh untuk bidang: pertanian (padi,

    buah-buahan, ubi kayu, jagung, sayur-sayuran, dll.), perkebunan

    (tebu, tembakau, kopi, karet, coklat, dll.), peternakan (unggas, sapi,

    kambing, dll.), dan perikanan (ikan laut/tawar, tumbuhan laut, dll.).

    2) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya manusia

    Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia dengan segenap potensi

    yang dimilikinya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan agar menjadi

    makhluk sosial yang adaptif (mampu menyesuaikan diri terhadap

    tantangan alam, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan

    perubahan sosial budaya) dan transformatif (mampu memahami,

    menterjemahkan, dan mengembangkan seluruh pengalaman dan

    kontak sosialnya bagi kemaslahatan diri dan lingkungannya pada masa

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 14

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    depan), sehingga mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya

    secara seimbang dan berkesinambungan.

    Aspek SDM menjadi penentu keberhasilan dari semua aspek/potensi

    muatan lokal, karena SDM sebagai sumber daya dapat memberi

    dampak positif dan negatif terhadap kualitas muatan lokal yang akan

    dikembangkan, bergantung kepada paradigma, kultur, dan etos kerja

    SDM yang bersangkutan. Tidak ada realisasi dan implementasi muatan

    lokal tanpa melibatkan dan memposisikan manusia sebagai aspek

    sentral dalam proses pencapaiannya.

    3) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi geografis

    Proses pengkajian muatan lokal ditinjau dari aspek geografi perlu

    memperhatikan berbagai aspek, seperti aspek oseanologi (potensi

    kelautan), antropologi (ragam budaya/suku bangsa yang sangat

    potensial untuk dikembangkan sebagai sektor pariwisata), ekonomi

    (meningkatkan kehidupan/taraf hidup masyarakat setempat), dan

    demografi (daerah/obyek wisata). Aspek-aspek dimaksud merupakan

    salah satu aspek penentu dalam menetapkan potensi muatan lokal.

    4) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi budaya

    Budaya merupakan suatu sikap, sedangkan sumber sikap adalah

    kebudayaan. Untuk itu, salah satu sikap menghargai kebudayaan

    suatu daerah, adalah upaya masyarakat setempat untuk melestarikan

    dan menonjolkan ciri khas budaya daerah menjadi muatan lokal.

    Sebagai contoh muatan lokal yang berkaitan dengan aspek budaya,

    antara lain berbagai upacara keagamaan/adat istiadat (upacara

    Ngaben di Bali, Sekaten dan Grebeg di Yogyakarta, dll.).

    5) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi historis

    Potensi historis merupakan potensi sejarah dalam wujud peninggalan

    benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan

    hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan

    menjadi arena/wahana wisata yang bisa menjadi aset, bahkan

    menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Untuk itu, perlu

    dilakukan pelestarian terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 15

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    sentuhan baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional

    dan kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa

    menjadi bagian dari muatan lokal. Misalnya, Satuan Pendidikan di

    sekitar objek wisata Candi Borobudur Magelang mengembangkan

    muatan lokal kepariwisataan.

    b. Identifikasi dan analisis kebutuhan daerah

    Pengumpulan data untuk identifikasi dan analisis kebutuhan daerah dapat

    dilakukan melalui wawancara atau pemberian kuesioner kepada responden.

    Dalam melakukan wawancara atau menyusun kuesioner, tim

    mengumpulkan data mengenai:

    1) Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar penduduk, kerukunan

    antar umat beragama, dsb.);

    2) Kondisi ekonomi (mata pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan,

    dsb.)

    3) Aspek budaya (etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang

    banyak digunakan, dsb.);

    4) Kekayaan alam (pertambangan, perikanan, perkebunan, dsb.);

    5) Makanan khas daerah (gudeg Yogya, rendang Padang, gado-gado

    Jakarta, asinan Bogor, dsb.);

    6) Prioritas pembangunan daerah (pariwisata, pusat perbelanjaan,

    pengentasan kemiskinan, dsb.);

    7) Kepedulian masyarakat akan konservasi, pengembangan daerah,

    dsb.;

    8) Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk

    menunjang kebutuhan daerah sebagai daerah/kota

    (pelajar/pariwisata/perdagangan, dsb.), seperti kemampuan

    berbahasa asing, keterampilan komputer;

    9) Dan data lainnya yang mendukung.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 16

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Format 1 : Contoh Format Identifikasi dan Analisis Potensi dan Kebutuhan Daerah

    No Potensi

    daerah Peluang

    Tantangan/

    Hambatan

    Potensi

    Mulok

    Contoh pengisian format pada lampiran 1

    2. Identifikasi dan analisis potensi satuan pendidikan

    Kondisi internal satuan pendidikan baik negeri maupun swasta di berbagai daerah

    sangat bervariasi. Oleh karena itu, untuk menentukan muatan lokal yang akan

    dilaksanakan, setiap satuan pendidikan harus melakukan identifikasi terhadap

    potensi satuan pendidikan masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk mendata

    dan menganalisis daya dukung yang dimiliki satuan pendidikan yang meliputi daya

    dukung internal dan daya dukung eksternal. Kegiatan yang dilaksanakan adalah

    analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ditekankan pada

    kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan:

    a. Lingkungan;

    b. Sarana dan prasarana;

    c. Ketersediaan sumber dana;

    d. Sumber daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik);

    e. Dukungan komite sekolah dan masyarakat setempat;

    f. Dukungan unsur lain seperti dunia usaha/industri; dan

    g. Kemungkinan perkembangan sekolah.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 17

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Ketersediaan daya dukung/potensi satuan pendidikan (internal) antara lain:

    a. Lingkungan satuan pendidikan yang mendukung muatan lokal;

    b. Sarana prasarana: ruang belajar, peralatan praktik, media pembelajaran,

    buku/bahan ajar sesuai dengan muatan lokal yang diselenggarakan;

    c. Ketenagaan dengan keahlian sesuai tuntutan muatan lokal; dan

    d. Biaya operasional pendidikan yang diperoleh melalui berbagai sumber.

    Format 2 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Satuan Pendidikan (Internal)

    N

    o

    Kompone

    n

    Kekuatan Kelemaha

    n

    Rencana Tindak

    Lanjut

    Contoh pengisian format pada lampiran 2

    Ketersediaan daya dukung eksternal satuan pendidikan antara lain:

    a. Dukungan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota berupa kebijakan,

    pembinaan dan fasilitas/pembiayaan;

    b. Stakeholders yang memiliki kepedulian untuk mendukung keseluruhan

    proses penyelenggaraan muatan lokal, mulai dari proses perencanaan,

    pelaksanaan, dan evaluasi program;

    c. Narasumber yang memiliki kemampuan/keahlian sesuai dengan materi

    Muatan Lokal yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 18

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Format 3 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Lingkungan Satuan Pendidikan

    (Eksternal)

    N

    o

    Kompone

    n

    Peluang Tantangan Rencana Tindak

    Lanjut

    Contoh pengisian format pada lampiran 3

    B. Menentukan Jenis Muatan Lokal

    Jenis muatan lokal yang dapat dikembangkan meliputi empat rumpun muatan lokal yang

    merupakan persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik),

    kewirausahaan, pra-vokasional (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan

    kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik).

    Penjelasan empat rumpun muatan lokal adalah sebagai berikut:

    1. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai sosial,

    dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat lokal.

    2. Kewirausahaan dan pravokasional adalah muatan lokal yang mencakup

    pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan

    kecakapannya.

    3. Pendidikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran

    muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik,

    mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi

    lingkungan.

    4. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pravokasional, lingkungan hidup,

    dan kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup.

    Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa:

    1. Bahasa daerah;

    2. Kesenian daerah;

    3. Adat istiadat;

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 19

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    4. Keterampilan dan kerajinan daerah;

    5. Pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar;

    6. Bahasa Inggris (yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum mata pelajaran

    bahasa inggris);

    7. Serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang

    bersangkutan.

    Format 4 : Contoh Format Penentuan Jenis Muatan Lokal

    Potensi

    Daerah

    Potensi Mulok Daya Dukung Jenis Mulok

    Contoh pengisian format pada lampiran 4

    C. Menentukan Bahan Kajian Muatan Lokal

    Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan

    lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian/pelajaran sesuai dengan keadaan dan

    kebutuhan daerah dan satuan pendidikan.

    Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:

    1. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;

    2. Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;

    3. Tersedianya sarana dan prasarana;

    4. Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;

    5. Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;

    6. Kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan;

    7. Karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah;

    8. Komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi, keunggulan, dan

    kebutuhan/tuntutan);

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 20

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    9. Mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti;

    10. Menyusun silabus muatan lokal.

    Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup

    perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik.

    Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu

    penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal dihindarkan

    dari penugasan pekerjaan rumah (PR).

    Bahan kajian diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih

    metode mengajar dan sumber belajar. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru

    diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan

    potensi di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun

    satuan pendidikan, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri

    (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, guru diharapkan dapat

    memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses

    pembelajaran, baik secara mental, fisik, maupun sosial.

    Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta didik

    yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik berarti bahwa

    terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat

    secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan

    berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik. Untuk itu, bahan

    kajian perlu disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu:

    1. Bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak;

    2. Dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui;

    3. Dari pengalaman lama ke pengalaman baru;

    4. Dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit.

    Selain itu, bahan kajian diharapkan bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat

    karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

    Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu

    kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik.

    Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus

    diajarkan mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Bahan kajian muatan lokal juga

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 21

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    dapat disusun dan diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester,

    atau satu tahun ajaran.

    Format 5 : Contoh Format Penentuan Bahan Kajian Muatan Lokal

    No Jenis Muatan Lokal Bahan kajian Muatan Lokal

    Contoh pengisian format pada lampiran 5

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 22

    BAB IV

    TAHAP PELAKSANAAN MUATAN LOKAL

    Setelah menentukan bahan kajian muatan lokal, langkah selanjutnya adalah penentuan

    pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Pelaksanaan muatan lokal memerlukan

    penanganan secara profesional dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya. Dengan

    demikian, muatan lokal dapat mendukung pengembangan potensi peserta didik,

    pembangunan daerah dan pembangunan nasional, serta memperhatikan keseimbangan

    dengan kurikulum satuan pendidikan masing-masing

    A. Rambu Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal

    Berikut adalah rambu-rambu pelaksanaan muatan lokal:

    1. Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan

    kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.

    2. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran

    khusus muatan lokal.

    3. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan

    selama tiga tahun.

    4. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,

    psikomotor, dan action).

    5. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan

    portofolio.

    6. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata

    pelajaran muatan lokal.

    7. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik

    satuan pendidikan.

    8. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat

    bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.

    B. Pelaksanaan Muatan Lokal

    Berdasarkan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan (seperti yang sudah

    dijelaskan pada Bab III), maka langkah selanjutnya adalah penentuan pelaksanaan

    muatan lokal di satuan pendidikan.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 23

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu

    (1) muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau (2) bahan

    kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau (3) pengembangan diri.

    1. Muatan lokal berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri

    Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri apabila bahan kajian

    muatan lokal berupa materi pembelajaran yang tidak terkait dengan ruang lingkup

    materi pada mata pelajaran kelompok B (Seni Budaya, Pendidikan Jasmani

    Olahraga dan Kesehatan, Prakarya dan Kewirausahaan).

    2. Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata

    pelajaran lain

    Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain

    apabila bahan kajian muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang

    lingkup materi pelajaran pada kelompok B, maka muatan lokal tersebut berupa

    bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran kelompok B. Namun

    apabila bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka dapat berdiri sendiri

    sebagai mata pelajaran muatan lokal.

    Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri

    Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri apabila bahan kajian

    muatan lokal berupa program kegiatan yang memberikan kesempatan kepada

    peserta didik untuk mengekspresikan melalui kegiatan ekstrakurukuler, maka

    bahan kajian tersebut dapat diimplementasikan pada kegiatan ekstrakurikuler.

    Pada lampiran 1 Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi

    Kurikulum disebutkan bahwa pengembangan diri merupakan kegiatan yang

    memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

    mengekspresikan diri melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 24

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Adapun ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B adalah sebagai

    berikut:

    a. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran seni budaya SMA

    Tingkat Kelas X-XI

    1) Apresiasi dan kreasi karya seni rupa (seni rupa dua dan tiga dimensi,

    kritik seni rupa, dan pameran seni rupa)

    2) Apresiasi dan kreasi karya seni musik (gubahan lagu dan musik, kritik

    musik, dan pertunjukan musik)

    3) Apresiasi dan kreasi karya seni tari (penciptaan tari, kritik tari, dan

    pertunjukan tari)

    4) Apresiasi dan kreasi seni teater (rancangan karya teater, kritik teater,

    dan pertunjukan teater).

    Tingkat Kelas XII

    1) Apresiasi dan kreasi karya seni rupa dua dan tiga dimensi, kritik seni

    rupa dan pameran seni rupa

    2) Apresiasi dan kreasi karya seni musik (musik kreasi, kritik musik, dan

    pertunjukan musik)

    3) Apresiasi dan kreasi karya seni tari (Kreasi tari sesuai iringan, kritik tari

    dan pertunjukan tari)

    4) Apresiasi dan kreasi karya seni teater (naskah teater, kritik seni teater,

    dan pertunjukan seni teater).

    b. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran pendidikan jasmani

    olahraga dan kesehatan SMA

    Tingkat Kelas X-XI

    1) Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basket,

    2) Permainan bola kecil, dan atletik: softball, bulutangkis, tenis meja,

    3) Aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau

    permainan tradisional sejenis

    4) Menguasai aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate, taekwondo atau

    beladiri tradisional sejenis

    5) Menguasai rangkaian Aktivitas fisik melalui: latihan pengembangan

    kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, dan koordinasi

    6) Menguasai aktivitas fisik rangkaian : senam lantai dan senam alat

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 25

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    7) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan

    SKJ secara harmonis

    8) Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya

    punggung, gaya dada dan penyelamatan dalam aktivitas air.

    9) Makanan dan minuman sehat, pencegahan dan penanggulangan

    penyakit, bahaya penggunaan NARKOBA dan psikotropika serta upaya

    pencegahan dan penanggulangannya, dampak seks bebas, cara

    mencegah HIV dan AIDS serta cara penanggulangannya.

    Tingkat Kelas XII

    1) Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basket permainan

    bola kecil, softball, bulutangkis, tenis meja,

    2) aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau

    permainan tradisional sejenis dengan baik dan benar

    3) Menguasai gerakan aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate,

    taekwondo atau permainan tradisional sejenis

    4) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik: latihan pengembangan

    kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, dan koordinasi

    5) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik : senam lantai dan senam

    alat dengan baik dan benar

    6) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan

    SKJ baik dan benar

    7) Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya

    punggung, gaya dada dan penyelamatan dalam aktivitas air

    8) STDS (Sexually Transmitted Disease), AIDS, Penyakit Menular Seksual

    (PMS)

    9) Peraturan perundangan berkaitan NARKOBA dan psikotropika.

    c. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran prakarya dan

    kewirausahaan SMA

    Tingkat Kelas X-XI

    1) Kerajinan tekstil dan limbah tekstil

    2) Kerajinan dari bahan lunak dan bahan keras

    3) Rekayasa alat komunikasi sederhana dan alat pengatur gerak

    sederhana

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 26

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    4) Rekayasa pembangkit listrik sederhana dan inovatif menggunakan

    teknologi tepat guna

    5) Budidaya tanaman hias dan tanaman pangan

    6) Usaha budidaya pembenihan ikan konsumsi dan ikan hias

    7) Pengawetan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pangan

    khas daerah dan nusantara,

    8) Pengolahan bahan nabati dan hewani menjadi produk non pangan

    pembersih dan kosmetik

    9) Nilai dan peluang wirausaha, serta aspek-aspek perencanaan usaha.

    Tingkat Kelas XII

    1) Kerajinan fungsi hias dan pakai dari limbah

    2) Rekayasa elektronika praktis dan dengan kendali elektronika

    3) Budidaya ternak unggas petelur dan pedaging

    4) Pengolahan bahan nabati dan hewani menjadi makanan khas daerah

    dan produk non pangan kesehatan.

    Ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B tersebut sangat penting

    dalam rangka menetapkan pelaksanaan muatan lokal berdasarkan jenis dan

    bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan. Berikut disajikan contoh

    penentuan pelaksanaan muatan lokal.

    Format 6 : Contoh Format Penentuan Pelaksanaan Muatan Lokal

    Jenis

    Mulok

    Bahan

    Kajian

    Mulok

    Keterkaitan dengan Ruang

    Lingkup Materi

    Pelaks

    anaan

    Mulok Seni

    Budaya

    Penj

    asor

    kes

    Prak

    &Kw

    u

    Contoh pengisian format pada lampiran 6

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 27

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    C. Pelaksanaan Muatan Lokal melalui Mata Pelajaran Tersendiri

    Sudah dijelaskan diatas bahwa apabila bahan kajian muatan lokal berupa materi

    pembelajaran tersendiri yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata

    pelajaran kelompok B, maka muatan lokal tersebut dapat berdiri sendiri sebagai mata

    pelajaran muatan lokal. Demikian juga apabila bahan kajian pada muatan lokal

    sebenarnya berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pelajaran pada

    kelompok B, namun bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka dapat berdiri

    sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal.

    Perlu diketahui bahwa mata pelajaran muatan lokal merupakan mata pelajaran yang

    berisi bahan kajian muatan lokal yang memungkinkan untuk berdiri sendiri sebagai mata

    pelajaran. Alokasi waktu yang disediakan dalam satu minggu sebanyak 2 jam pelajaran.

    Dalam struktur kurikulum 2013, mata pelajaran muatan lokal masuk pada mata

    pelajaran kelompok B.

    Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya

    dapat melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila satuan pendidikan belum

    mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan

    pendidikan dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang

    direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan kepada satuan

    pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa satuan pendidikan

    dalam satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat meminta bantuan

    tim pengembang kurikulum daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan

    Mutu Pendidikan (LPMP) di daerahnya.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 28

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran tersendiri dapat digambarkan sebagai

    berikut:

    Gambar 4. Alur pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran tersendiri

    Berikut ini merupakan tahapan pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran

    tersendiri:

    1. Perencanaan

    Perencanaan proses pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal meliputi

    penyusunan KD, penyusunan silabus, penyusunan buku teks pelajaran muatan

    lokal dan buku panduan guru, serta penyusunan RPP.

    a. Menyusun Kompetensi Dasar

    Seperti mata pelajaran lainnya, muatan lokal yang berdiri sebagai mata

    pelajaran harus memiliki dokumen lengkap yang meliputi KI, KD, silabus,

    buku teks pelajaran, buku panduan guru, dan RPP. Semua dokumen ini

    harus disiapkan oleh satuan pendidikan.

    Penyusunan KD adalah langkah awal agar muatan lokal dapat dilaksanakan

    melalui mata pelajaran. Penyusunan KD dapat dilakukan bersama instansi

    lain, misalnya TPK Provinsi/Kabupaten/Kota, LPMP, Dunia Usaha/Industri,

    atau Dinas/Instansi terkait. Sebagai contoh, jika SMA menentukan jenis

    muatan lokal yang berkaitan dengan:

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 29

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    1) kewirausahaaan atau kepariwisataan, maka dapat bekerjasama

    dengan Dinas perdagangan, Perguruan Tinggi Pariwisata, atau Dinas

    pariwisata;

    2) keterampilan atau kerajinan, maka dapat bekerjasama dengan

    Perguruan Tinggi Seni Kriya/Kerajinan, PLS/kursus-kursus, atau Dinas

    Perindustrian dan Perdagangan;

    3) budi daya tanaman, maka dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian,

    Perguruan tinggi Pertanian; dll.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional

    Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor

    32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19

    tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah

    kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk

    mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

    Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang

    ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep

    keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.

    Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat

    perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan

    penguasaan kompetensi yang berjenjang. Berdasarkan Tingkat Kompetensi

    tersebut ditetapkan kompetensi yang bersifat generik yang selanjutnya

    digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kompetensi yang bersifat

    spesifik dan ruang lingkup materi untuk setiap muatan kurikulum.

    Selanjutnya, kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk

    menentukan kompetensi dasar pada pengembangan kurikulum satuan dan

    jenjang pendidikan.

    Berdasarkan pengertian diatas maka dalam mengembangkan kompetensi

    dasar pada mata pelajaran muatan lokal harus memperhatikan tingkat

    kompetensi. Adapun tingkat kompetensi kelas X, XI, dan XII SMA adalah

    sebagai berikut:

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 30

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    1) Tingkat kompetensi kelas X dan XI SMA

    Kompetensi Deskripsi Kompetensi

    Sikap Spiritual

    1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

    Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

    Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

    Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

    2) Tingkat kompetensi kelas XII SMA

    Kompetensi Deskripsi Kompetensi

    Sikap Spiritual

    1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

    Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 31

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

    Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

    Keterampilan 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

    Penyusunan kompetensi dasar mata pelajaran muatan lokal harus

    memperhatikan dan menyesuaikan tingkat kompetensi yang telah

    ditetapkan di atas.

    Pengembangan kompetensi dasar pada mata pelajaran muatan lokal

    dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar

    dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,

    kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran muatan lokal.

    Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan

    pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

    1) kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka

    menjabarkan KI-1;

    2) kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka

    menjabarkan KI-2;

    3) kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka

    menjabarkan KI-3;

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 32

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    4) kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka

    menjabarkan KI-4.

    Dengan menggunakan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan, tim

    pengembang melakukan pemetaan bahan kajian muatan lokal tersebut

    berdasarkan tingkat kompetensi dan kompetensi inti yang sesuai. Berikut ini

    merupakan format dalam mengembangkan kompetensi dasar mata

    pelajaran muatan lokal.

    Format 7 : Contoh Format Penentuan Kompetensi Dasar

    N

    o

    Jenis Mulok Bahan Kajian Kompetensi

    Dasar

    Contoh pengisian format pada lampiran 7

    Format 8 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas

    X

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

    .........................................................

    ...

    2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,

    .........................................................

    ...

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 33

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

    3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

    .........................................................

    ...

    4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

    .........................................................

    ...

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 34

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

    Contoh pengisian format pada lampiran 8

    Format 9 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas XI

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

    ............................................................

    2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

    ............................................................

    3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

    ............................................................

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 35

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

    4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

    ............................................................

    Contoh pengisian format pada lampiran 9

    Format 10 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas XII

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

    ............................................................

    2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong

    ............................................................

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 36

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

    3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

    ............................................................

    4. Mengolah, menalar, ............................................................

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 37

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

    b. Menyusun Silabus

    Penyusunan silabus mata pelajaran muatan lokal pada dasarnya sama

    dengan penyusunan silabus pada mata pelajaran lainnya, namun pada

    proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek yaitu kognitif,

    afektif, psikomotor, dan action.

    Silabus mata pelajaran muatan lokal paling sedikit memuat:

    1) Identitas mata pelajaran;

    2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

    3) Kompetensi inti;

    4) Kompetensi dasar;

    5) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

    relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

    indikator pencapaian kompetensi;

    6) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan

    peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, proses

    pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,

    psikomotor, dan action);

    7) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi

    untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik, penilaian

    pada pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk,

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 38

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    dan portofolio;

    8) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur

    kurikulum untuk satu semester atau satu tahun, alokasi waktu mata

    pelajaran muatan lokal sebanyak 2 jam/minggu; dan

    9) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

    sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

    Format 11 : Contoh Format Silabus

    Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : . Kelas : . Kompetensi Inti :

    1. 2. 3.

    Kom

    pete

    nsi

    Dasa

    r

    Mate

    ri Pokok

    Pem

    bela

    jara

    n

    Penila

    ian

    Alo

    kasi W

    aktu

    Sum

    ber

    Bela

    jar

    Contoh pengisian format pada lampiran 13

    c. Menyusun Buku Teks Pelajaran Muatan Lokal dan Buku Panduan

    Guru

    Dengan lahirnya kurikulum 2013 yang diikuti dengan perubahan yang

    mendasar pada SKL, SI, standar proses, dan standar penilaian sehingga

    dibutuhkan suatu buku panduan yang mengantar satuan pendidikan dan

    guru untuk dapat melaksanakan kurikulum 2013 dengan baik. Buku teks

    pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang

    memuat pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan

    ketaqwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 39

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik

    dan kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

    Buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai

    Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti (Peraturan Pemerintah Nomor 32

    Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 23). Buku

    panduan guru adalah pedoman yang memuat strategi pembelajaran,

    metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan penilaian untuk setiap

    mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran (Peraturan Pemerintah Nomor

    32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 22).

    Buku teks pelajaran muatan lokal pada pendidikan dasar dan menengah

    dinilai kelayakan-pakainya terlebih dahulu oleh Dinas Pendidikan Provinsi

    berdasarkan standar nasional pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik

    dan/atau peserta didik sebagai sumber belajar di satuan pendidikan.

    Kelayakan pakai buku teks muatan lokal ditetapkan oleh Gubernur.

    (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 pasal 4 Ayat

    3 dan 4).

    Berdasarkan peraturan pemerintah dan peraturan menteri tersebut maka

    mata pelajaran muatan lokal sebaiknya didukung oleh buku teks pelajaran

    muatan lokal dan buku panduan guru. Buku teks pelajaran dan buku

    panduan guru tersebut disusun oleh guru mata pelajaran muatan lokal

    bersama dengan Tim Pengembang Kurikulum, dan dapat meminta bantuan

    dari Perguruan Tinggi, LPMP, dan lembaga terkait lainnya. Buku teks

    pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru tersebut dinilai kelayakan

    pakainya oleh Dinas Pendidikan Provinsi setempat.

    Kriteria standar buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru

    adalah sebagai berikut:

    1) Kelayakan isi/materi:

    a) Kriteria materi harus spesifik, jelas, akurat, dan mutakhir;

    b) Informasi yang disajikan tidak mengandung makna yang bias;

    c) Kosakata, struktur kalimat, panjang paragraf, dan tingkat

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 40

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    kemenarikan sesuai dengan minat dan pengetahuan siswa;

    d) Rujukan yang digunakan, dicantumkan sumbernya;

    e) Ilustrasi harus sesuai dengan teks;

    f) Peta, tabel, dan grafik harus sesuai dengan teks, harus akurat,

    dan sederhana;

    g) Perincian materi harus sesuai dengan kurikulum;

    h) Perincian materi harus memperhatikan keseimbangan dalam

    penyebaran materi, baik yang berkenaan dengan

    pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan masalah,

    pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan

    maupun pemahaman.

    2) Kelayakan penyajian

    Kelayakan penyajian berkenaan dengan: tujuan pembelajaran,

    keteraturan urutan dalam penguraian, kemenarikan minat dan

    perhatian peserta didik, kemudahan dipahami, keaktifan peserta didik,

    hubungan bahan, serta latihan dan soal.

    3) Kelayakan bahasa

    Aspek bahasa merupakan sarana penyampaian dan penyajian bahan,

    seperti kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana.Sedangkan aspek

    keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata,

    kalimat, paragraf, dan wacana) bagi kelompok atau tingkatan peserta

    didik.

    4) Kelayakan kegrafikan

    Yang berkaitan dengan aspek grafika adalah kemenarikan, yaitu

    berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan

    penilaian keindahan gaya tulisan.

    d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Penyusunan RPP pada mata pelajaran muatan lokal sama dengan

    penyusunan RPP pada mata pelajaran lainnya. RPP dikembangkan secara

    rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.

    RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2)

    materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 41

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran;

    (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan

    pembelajaran; dan (7) penilaian.

    Format 12 : Contoh Format RPP

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

    Sekolah : SMA ..

    Mata Pelajaran :

    Kelas/Semester :

    Materi Pokok :

    Alokasi Waktu : ........

    A. Kompetensi Inti

    1. _______________

    2. _______________

    3. _______________

    4. _______________

    B. Kompetensi Dasar dan Indikator

    1. _____________ (KD pada KI-1)

    2. _____________ (KD pada KI-2)

    3. _____________ (KD pada KI-3)

    I ndikator: __________________

    4. _____________ (KD pada KI-4)

    Indikator: __________________

    Catatan:

    KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena

    keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator

    dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran

    langsung.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 42

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    C. Tujuan Pembelajaran

    D. Materi Pembelajaran

    (rincian dari Materi Pokok)

    E. Metode Pembelajaran

    (rincian dari Kegiatan Pembelajaran)

    F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

    1. Media

    2. Alat/Bahan

    3. Sumber Belajar

    G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

    1. Pertemuan Kesatu:

    a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)

    b. Kegiatan Inti (...menit)

    c. Penutup (menit)

    2. Pertemuan Kedua:

    a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)

    b. Kegiatan Inti (...menit)

    c. Penutup (menit),

    dan seterusnya.

    H. Penilaian

    1. Jenis/teknik penilaian

    2. Bentuk instrumen dan instrumen

    3. Pedoman penskoran

    Mengetahui .,

    Kepala SMA .. Guru Mata Pelajaran

    __________________ __________________

    NIP. . NIP. .

    Contoh pengisian format pada lampiran 12

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 43

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    2. Pelaksanaan

    Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang telah

    dibuat. Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan

    inti, dan kegiatan penutup.

    a. Kegiatan Pendahuluan

    Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik:

    1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

    proses pembelajaran;

    2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah

    dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;

    3) mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas

    yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan

    tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan

    4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang

    kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan

    permasalahan atau tugas.

    b. Kegiatan Inti

    Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang

    dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

    memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta

    memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

    sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

    didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan

    karakteristik peserta didik dan matapelajaran muatan lokal, yang meliputi

    proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan

    komunikasi. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek

    yaitu kognitif, afektif, psikomotor, dan action.

    Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak

    mengganggu penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan

    muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 44

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait

    dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan,

    menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.

    Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang

    dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan,

    museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus

    tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.

    c. Kegiatan Penutup

    Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik

    dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan

    penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan

    secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses

    dan hasil pembelajaran, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada

    pertemuan berikutnya.

    3. Penilaian

    Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan

    menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan

    secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang

    bermakna dalam pengambilan keputusan.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian pada mata pelajaran

    muatan lokal:

    a. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk,

    dan portofolio.

    b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa

    dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan

    untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. Sistem yang

    direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan

    dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk

    menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui

    kesulitan peserta didik.

    c. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut

    berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 45

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan

    program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan.

    d. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang

    ditempuh dalam proses pembelajaran

    D. Pelaksanaan Muatan Lokal Dipadukan ke Dalam Mata Pelajaran Lain

    Seperti yang sudah dijelaskan pada tahap penentuan pelaksanaan muatan lokal bahwa

    apabila bahan kajian muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup

    materi pada pelajaran kelompok B, maka bahan kajian tersebut dapat dipadukan ke

    dalam mata pelajaran kelompok B tersebut.

    Adapun mata pelajaran kelompok B terdiri dari:

    1. mata pelajaran seni budaya;

    2. mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan; dan

    3. mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan.

    Pelaksanaan muatan lokal dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dapat digambarkan

    sebagai berikut:

    Gambar 5. Alur pelaksanaan muatan lokal dipadukan ke dalam mata pelajaran lain

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 46

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    Pelaksanaan muatan lokal yang dipadukan pada mata pelajaran kelompok B, dapat

    dilakukan melalui beberapa tahapan berikut ini:

    1. Perencanaan

    Perencanaan proses pembelajaran muatan lokal yang dipadukan kedalam mata

    pelajaran lain, meliputi pemetaan KD mata pelajaran kelompok B dengan bahan

    kajian muatan lokal, pengembangan silabus, mengembangan RPP, dan

    pengembangan bahan ajar.

    a) Pemetaan Kompetensi Dasar

    Pemetaan KD dilaksanakan melalui pemetaan KD pada mata pelajaran

    kelompok B dengan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan.

    Pemetaan tersebut digunakan untuk menentukan pengembangan KD pada

    mata pelajaran kelompok B. Berikut ini merupakan contoh format pemetaan

    KD mata pelajaran kelompok B dengan bahan kajian muatan lokal.

    Format 12 : Contoh Format pemetaan KD Mata Pelajaran Kelompok B

    dengan Bahan kajian Mulok

    KD Mapel

    Kel. B

    Bahan Kajian

    Mulok

    Pengembangan KD

    Mapel Kel. B

    Contoh pengisian format pada lampiran 11

    Hasil pengembangan KD pada mata pelajaran kelompok B tersebut

    digunakan sebagai dasar pengembangan silabus, RPP, dan bahan ajar.

    b) Pengembangan Silabus

    Pengembangan silabus muatan lokal yang dipadukan kedalam mata

    pelajaran kelompok B mengacu pada silabus mata pelajaran kelompok B

    kemudian dipadukan dengan KD hasil pemetaan. Sistematika penulisannya

    sama dengan penyusunan silabus pada mata pelajaran muatan lokal, yaitu

    paling sedikit memuat:

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 47

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    1) Identitas mata pelajaran;

    2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

    3) Kompetensi inti;

    4) kompetensi dasar, dikembangkan berdasarkan hasil pemetaan;

    5) materi pokok;

    6) pembelajaran;

    7) penilaian;

    8) alokasi waktu; dan

    9) Sumber belajar.

    c) Pengembangan RPP

    Pengembangan RPP muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran

    kelompok B sama dengan pengembangan RPP pada mata pelajaran muatan

    lokal.

    d) Penyusunan Bahan Ajar

    Bahan ajar muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok

    B disusun berdasarkan RPP yang telah dikembangkan. Bahan ajar tersebut

    dapat berupa bahan ajar cetak dan atau bahan ajar berbasis TIK. Bahan ajar

    cetak maupun non cetak memuat beberapa komponen-komponen sebagai

    berikut: judul, petunjuk belajar, KI-KD, informasi pendukung, latihan,

    tugas/langkah kerja dan penilaian.

    2. Pelaksanaan

    Pelaksanaan proses pembelajaran muatan lokal yang dipadukan kedalam mata

    pelajaran kelompok B sama dengan pelaksanaan proses pembelajaran pada mata

    pelajaran muatan lokal, yaitu meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan

    kegiatan penutup. Pelaksanaan proses pembelajaran muatan lokal mencakup

    empat aspek: kognitif, afektif, psikomotor, dan action.

    3. Penilaian

    Penilaian muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok B sama

    dengan penilaian yang dilakukan pada mata pelajaran muatan lokal. Penilaian

    pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio.

  • Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 48

    2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

    E. Pelaksanaan Muatan Lokal Melalui Pengembangan Diri

    Seperti yang telah dijelaskan pada ramb