document6

50
( Prinsip Ekonomi dan Manajemen Sehat, Tidak Menyiarkan Pembodohan, Terbuka Terhadap Klien ) *Pendapat dari kelompok : Pers dalam UU 40/1999: PERS Pasal 1 ayat 1, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Etika Bisnis : cara untuk melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilakukaryawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat ( Wikipedia.com ). Pendapat dari kelompok (Etika Bisnis Pers – cara dalam melaksanakan kegiatan bisnis dalam bidang pers mengenai kewajiban – kewajiban pers dalam membentuk nilai , norma , perilaku , audience dalam membangun hubungan yang adil dan sehat antara audience dengan pers. ) Pers merupakan wahana dan sarana bagi hak-hak rakyat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi serta hak untuk tahu, sehingga pers harus merdeka. Kemerdekaan pers bersumber dari hak asasi manusia, yang dikelola untuk memenuhi hak-hak rakyat sebagai pemegang kedaulatan.

Upload: university-of-andalas

Post on 20-Nov-2014

361 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Document6

( Prinsip Ekonomi dan Manajemen Sehat, Tidak Menyiarkan Pembodohan, Terbuka

Terhadap Klien )

*Pendapat dari kelompok : Pers dalam UU 40/1999: PERS Pasal 1 ayat 1, Pers adalah

lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik

meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik

maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan

segala jenis saluran yang tersedia. Etika Bisnis : cara untuk melakukan kegiatan bisnis yang

mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.

Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilakukaryawan

serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra

kerja, pemegang saham, masyarakat ( Wikipedia.com ).

Pendapat dari kelompok (Etika Bisnis Pers – cara dalam melaksanakan kegiatan

bisnis dalam bidang pers mengenai kewajiban – kewajiban pers dalam membentuk nilai ,

norma , perilaku , audience dalam membangun hubungan yang adil dan sehat antara

audience dengan pers. )

Pers merupakan wahana dan sarana bagi hak-hak rakyat untuk berekspresi,

berkomunikasi, dan memperoleh informasi serta hak untuk tahu, sehingga pers harus

merdeka. Kemerdekaan pers bersumber dari hak asasi manusia, yang dikelola untuk

memenuhi hak-hak rakyat sebagai pemegang kedaulatan.

Kemerdekaan pers diwujudkan dalam lembaga industri pers, yang didalamnya

membawa nilai-nilai profesionalisme yang berisi kualitas profesi, tanggung jawab sosial, dan

etika. Tata nilai, norma, dan etika adalah pranata sosial yang memadu dinamika sosial. Oleh

karena itu, dalam dimensi kelembagaan pers terkandung norma etika yang menjamin

pertanggungjawaban moral dan kepentingan semua pihak, yaitu lembaga dan personel yang

ada di dalamnya serta masyarakat.

Dalam memperjuangkan prinsip-prinsip kemerdekaan, lembaga pers mengutamakan

kepentingan publik, menghormati kode etik profesi, bersikap jujur dan adil, dengan

mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan lembaga dan perseorangan, setia

kepada profesi dan bidang tugasnya, serta menggunakan supremasi hukum. Atas dasar itu,

perusahaan pers indonesia menetapkan etika sebagai berikut :

Page 2: Document6

1. Perusahaan pers harus ditumbuhkembangkan atas dasar prinsip-prinsip ekonomi

dan sistem manajemen yang sehat.

*Tambahan dari floor :

Sebaiknya media memiliki suatu manajemen yang baik dan sehat dalam arti, dalam

pengelolaan bahan dari konten yang akan diberikan dan diinformasikan kepada

khalayak. Tidak menitikberatkan kepada hal yang pribadi melainkan kepada apa yang

akan dinikmati oleh publik.

2. Perusahaan pers tidak menyiarkan hal-hal yang merugikan upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa.

*Tambahan dari floor :

Perusahaan pers memiliki kewajiban dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dalam

konten yang akan diberikan.

3. Perusahaan pers harus terbuka melayani klaim dari masyarakat.

*Tambahan dari floor :

Dengan banyaknya hal yang akan disampaikan oleh pers, mereka harus menerima

semua klaim yang akan disampaikan oleh masyarakat. Perusahaan pers juga harus

mengkoreksi semua yang berkaitan dengan pemberitaan yang disampaika.

4. Perusahaan pers atas inisiatif bersama memelihara iklim yang kondusif, dalam arti

berjalannya kemerdekaan pers sebagai landasan dan jaminan bagi tumbuh dan

berkembangnya industri pers.

5. Perusahaan pers tidak melakukan praktik memonopoli pembentukan opini publik

dan memonopoli kepemilikan terhadap industri media massa.

*Tambahan dari floor:

Dengan kepemilikian media, maka owner harus menuruti ketentuan yang telah

disampaikan oleh Undang-Undang dalam hal kepemilikan saham dalam perusahaan

media. Ini dilakukan sehingga tidak ada monopoli media dalam pemberitaan atau

konten yang disampaikan.

6. Perusahaan pers bekerja sama dengan sesamanya bagi kehidupan industri pers yang

saling menguntungkan dan menghindari persaingan curang.

*Tambahan dari floor:

Page 3: Document6

Persaingan perusahaan pers diminimalisir karena akan membuat konten berita tidak

lagi berimbang dan malah akan memberikan penafsiran yang berbeda dengan yang

sebenarnya.

7. Perusahaan pers harus memiliki standar profesi.

8. Perusahaan pers harus menghormati Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia

serta wajib memberikan data yang akurat mengenai profil medianya.

9. Perusahaan pers melaksanakan hubungan dengan mitra kerjanya dengan jujur.

10. Perusahaan pers menghormati organisasi-organisasi pers dan lembaga lainnya yang

berperan dalam pengembangan pers serta menjaga prinsip-prinsip kemerdekaan

pers.

Pengertian Perusahaan Pers

Perusahaan Pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers

meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan

media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan

informasi. (Pasal 1 Angka 2 UU Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers).

Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, ayat 1, Pasal 1: Pers

adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan

jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan men-

yampaikan informasi dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara, gambar, data, dan grafik

maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan

segala jenis saluran (media) yang tersedia. Pasal 1 ayat 2, perusahaan pers adalah badan

hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak,

media elektronik, kantor berita, dan perusahaan media lainnya yang secara khusus menye-

lenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

Pers lebih berasal dari kata press, dan wartawan lebih berasal dari journalist. Keduanya

dipersatukan dalam usaha media/lembaga media. Wartawan adalah orang yang

mengerjakan kegiatan jurnalistik yang dimuat/disiarkan/disebar melalui lmbaga media.

Lembaga media itu berbentuk badan usaha/lembaga ekonomi bahwa di samping berfungsi

sarana media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial (ayat 1, Pasal 3, Bab II, Azas,

Fungsi, Hak, Kewajiban, dan Peranan Pers) pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga

ekonomi (ayat 2, Pasal 3).

Page 4: Document6

Pasal 3

(1) Pers Nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan

kontrol sosial.

(2) Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai

lembaga ekonomi.

Undang-Undang Mengenai Perusahaan Pers ( UU No 11 Tahun 1996 , Tentang Ketentuan

Pokok Pers Bab V Pasal 13 )www.hukumonline.com

(1) Penerbitan Pers harus diselenggarakan oleh Perusahaan Pers berbentuk badan hukum

yang mengutamakan sifat-sifat idiil, diatur secara gotong-royong kekeluargaan terpimpin,

sesuai dengan ketentuan-ketentuan Undang-undang Dasar pasal 33.

(2) Modal Perusahaan Pers harus seluruhnya modal nasional, sedang pendiri-pendiri dan

pengurusnya harus seluruhnya warga negara Indonesia.

(3) Perusahaan Pers dilarang memberikan atau menerima jasa/ bantuan/sumbangan

kepada/dari pihak asing, kecuali dengan persetujuan Pemerintah setelah mendengar Dewan

Pers.

(4) Perusahaan Pers diwajibkan menjadi anggota Organisasi Perusahaan Pers.

Etika Bisnis Pers :

A. Prinsip Ekonomi dan Manajemen Sehat

Perusahaan pers harus ditumbuhkembangkan atas dasar prinsip-prinsip ekonomi dan sistem

manajemen yang sehat. Perusahaan pers merupakan sebuah bisnis industri informasi yang

berkelanjutan yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Oleh karena itu,

pengelolaannya harus didukung oleh nilai-nilai profesionalisme dan sumber daya manusia

yang profesional dan secara profesional pula menjamin kesejahteraan karyawannya.

Prinsip-prinsip manajemen adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan

sebuah manajemen. Menurut Henry Fayol. seorang industrialis asal Perancis, prinsip-prinsip

dalam manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan

sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. ( Wikipedia.com )

Prinsip – Prinsip Tersebut adalah :

Page 5: Document6

1. Pembagian kerja ( Division Of Work )

Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga

pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam

penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place.

Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan

atas dasar like and dislike.

2. Wewenang dan TanggungJawab

Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan

setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan

tanggung jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan

pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil

wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.

3. Disiplin

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi

tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila

wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena

ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri

sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan

wewenang yang ada padanya.

4. Kesatuan Perintah

Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan

perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. Karyawan harus

tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang

diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain kepada serorang karyawan

akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja.

Dalam hal Prinsip Bisnis Pers , Penerbitan Pers harus diselenggarakan oleh Perusahaan Pers

berbentuk badan hukum yang mengutamakan sifat-sifat idiil, diatur secara gotong-royong

kekeluargaan terpimpin, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Undang-undang Dasar pasal

Page 6: Document6

33. Perusahaan Pers dilarang memberikan atau menerima jasa/ bantuan/sumbangan

kepada/dari pihak asing, kecuali dengan persetujuan Pemerintah setelah mendengar Dewan

Pers. (Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1966 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers

Bab V , Pasal 13 Ayat (1) Dan (3) )

Dalam susunan manajemen , sebuah Perusahaan Pers akan dipimpin oleh seorang Pimpinan

Umum, Pimpinan Redaksi , dan Pemimpin Perusahaan. Dimana pemimpin yang dimaksud

adalah orang-orang yang tidak pernah tersangkut dalam aksi-aksi kontra revolusi. Pimpinan

dan susunan perusahaan dalam keseluruhannya harus bersifat kekeluargaan terpimpin

antara karyawan pengusaha, karyawan wartawan, karyawan administrasi/tehnik dan

karyawan pers lainnya. (Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1966 Tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Pers Bab V , Pasal 14 )

B. Tidak Menyiarkan Pembodohan

Perusahaan pers tidak menyiarkan hal-hal yang merugikan upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa. Perusahaan pers tidak semata-mata mewadahi aspek komersial. Perusahaan pers

tidak membawakan peran publik sebagai kandungan aspek idiil yang dijamin oleh prinsip

kemerdekaan pers. Pers harus menjalankan misinya antara lain mencerdaskan kehidupan

bangsa. Justru dalam kemerdekaannya, perusahaan pers harus selalu menghindari materi

penyiaran yang tidak kondusif dan berlawanan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa.

Perusahaan Pers juga tidak boleh menyiarkan pembodohan terhadap publik seperti yang

telah diatur oleh KKPI ( Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia ) NOMOR 009/SK/KPI/8/2004

Pasal 5 point H )

C. Terbuka terhadap Klien

Perusahaan pers harus terbuka melayani klaim dari masyarakat

Perusahaan pers berinteraksi dengan konsumen dan masyarakat pada umumnya, yang

berdasarkan nilai-nilai profesionalisme dituntut untuk tidak arogan, bersikap rendah hati

dan terbuka untuk menerima kritik dan koreksi.

Klaim dari masyarakat bisa disampaikan langsung atau melalui lembaga seperti media

watch, ombusdman, dan atau lembaga milik masyarakat

Page 7: Document6

Serikat Perusahaan Pers

SPS - didirikan pada 8 Juni 1946, sebagai tempat untuk pengumpulan berita penerbit.

Dialami oleh sosial dinamis - situasi politik dan ekonomi di negara ini, salah satu momen

terbesar untuk mengubah organisasi ini sebagai organisasi modern, terjadi pada tahun

2011, bertepatan dengan Kongres XXIII di Bali pada Juni 2011. Pada usia ke-65 organisasi,

SPS melakukan re-branding, logo berubah, dan mengubah dirinya menjadi lebih dari sebuah

organisasi untuk penerbit berita (koran, tabloid, dan majalah).

Contoh Kasus :

Kasus dari Super Trap " Trans TV " pada episode " Jebakan Toilet Umum ". Pihak KPI sudah

menerima sekitar 2.265 pengaduan (http://www.dakta.com/berita/nasional/36747/kpi-

terima-43-470-pengaduan-publik-mengenai-keberatan-isi-siaran.html/ ) . Pada saat itu ,

pihak Trans TV memberikan pernyataan bahwa semua yang dijebak adalah talent yang

sudah mereka persiapkan. Disini ada pembodohan publik, dimana publik mengira semua

yang masuk dalam jebaka tersebut adalah mereka yang tidak tahu ternyata sudah

dipersiapkan. (http://www.jagatberita.com/read/hiburan/20121129/kpi-tegur-transtv-atas-

tayangan-super-trap-minggu )

Wartawan , Kewajiban dalam Hukum Pers

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan:

1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan

jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta

data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media

elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers

meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan

media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan

informasi.

3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau

media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.

Page 8: Document6

4. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik.

5. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.

6. Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia.

7. Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers asing.

8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi

yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat

mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari

pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.

9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran

atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum.

10. Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan

nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya.

11. Hak Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan

atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

12. Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan

informasi yang diberitakan oleh pers, baik

9980 tentang dirinya maupun tentang orang lain.

13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu

informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers

yang bersangkutan.

14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.

KEWAJIBAN PERS

Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-

prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

Pasal 3

(1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan

kontrol sosial.

Page 9: Document6

(2) Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai

lembaga ekonomi.

Pasal 4

(1) Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.

(2) Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan

penyiaran.

(3) Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari,

memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.

(4) Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai

Hak Tolak.

Pasal 5

(1) Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati

norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.

(2) Pers wajib melayani Hak Jawab.

(3) Pers wajib melayani Hak Koreksi.

Pasal 6

Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:

a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi,

mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati

kebhinekaan; c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,

akurat, dan benar; d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal

9981 yang berkaitan dengan kepentingan umum;

e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

WARTAWAN

Pasal 7

(1) Wartawan bebas memilih organisasi wartawan.

(2) Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik.

Pasal 8

Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum.

Page 10: Document6

PERUSAHAAN PERS

Pasal 9

(1) Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers.

(2) Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.

Pasal 10

Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam

bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan

lainnya.

Pasal 11

Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar modal.

Pasal 12

Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan penanggung jawab secara terbuka

melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan

alamat percetakan.

Pasal 13

Perusahaan pers dilarang memuat iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan

hidup antarumat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat; b.

minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. peragaan wujud rokok dan atau

penggunaan rokok.

Pasal 14

Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap warga negara

Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita.

DEWAN PERS

9982 Pasal 15

(1) Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers

nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.

(2) Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

Page 11: Document6

a. melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain; b. melakukan pengkajian

untuk pengembangan kehidupan pers; c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode

Etik Jurnalistik; d. memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan

masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers; e.

mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah; f. memfasilitasi

organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan

meningkatkan kualitas profesi kewartawanan; g. mendata perusahaan pers.

(3) Anggota Dewan Pers terdiri dari:

a. wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan; b. pimpinan perusahaan pers yang

dipilih oleh organisasi perusahaan pers; c. tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau

komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi

perusahaan pers.

(4) Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota.

(5) Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini ditetapkan

dengan Keputusan Presiden.

(6) Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat

dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.

(7) Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari:

a. organisasi pers; b. perusahaan pers; c. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak

mengikat.

PERS ASING

Pasal 16

Peredaran pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia

disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 17

(1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan

menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan.

Page 12: Document6

9983 (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, etika, dan kekeliruan

teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers; b. menyampaikan usulan dan saran kepada

Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.

KETENTUAN PIDANA

Pasal 18

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang

berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13

dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 dipidana

dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19

(1) Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan di bidang

pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang ada tetap berlaku atau tetap menjalankan

fungsinya sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan

undang-undang ini.

(2) Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-undang ini, wajib

menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini dalam waktu selambat-lambatnya

1 (satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini.

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Pada saat undang-undang ini mulai berlaku:

Page 13: Document6

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers

(Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2815 ) yang

telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Perubahan

atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 (Lembaran Negara

Tahun 1982 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3235);

2. Undang-undang Nomor 4 PNPS Tahun 1963 tentang Pengamanan Terhadap

9984 Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban

Umum (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor

2533), Pasal 2 ayat (3) sepanjang menyangkut ketentuan mengenai buletin-buletin, surat-

surat kabar harian, majalah-majalah, dan penerbitan-penerbitan berkala; dinyatakan tidak

berlaku.

Pasal 21

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 23 September 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. Perlindungan Wartawan

Dalam menjalankan profesinya sebagai seorang wartawan, perlu mendapat

perlindungan hukum didalam menjalankan tugasnya mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,

gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media

cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.sebagaimana yang dimuat

dalam pasal 8 undang-undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers. Perlindungan hukum

yang dimaksud disini tak lain adalah jaminan perlindungan dari pemerintah dan atau

masyarakat yang diberikan kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban

dan peranannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam Undang-Undang Pers No. 40 tahun1999, secara eksplisit hanya dinyatakan dua

organisasi pers. Pada pasal 1 ayat 5 berbunyi : Organisasi pers adalah organisasi wartawan

dan organisasi perusahaan pers. Dalam pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa perusahaan pers

Page 14: Document6

adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan

media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang

secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi. Empat

organisasi pers yang sampai sekarang masih menyelenggarakan pers adalah :

1. Organisasi wartawan seperti : Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),

2. Organisasi perusahaan pers seperti : Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS),

3. Organisasi grafika pers seperti : Serikat Grafika Pers (SGP),

4. Organisasi media periklanan seperti : Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia

(PPPI).Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai organisasi wartawan Indonesia

yang tertua, didirikan tanggal 9 Februari 1946 di Kota Solo, Jawa Tengah dalam

kongres pertamanya tanggal 9 – 10 Februari 1946,sesuaidengan Keputusan Presiden

No. 5tahun 1985 ditetapkan hari jadi Persatuan Wartawan Indonesiatanggal 9

Februari 1946 sebagai Hari Pers Nasional.

Melihat pada kondisi jaman sekarang ini, dimana wartawan dikejar dan dibayangi oleh

kegelisahan dan ketakutan dalam menjalankan tugasnya bahkan sering mendapat ancaman

serta kekerasan fisik yang dialami oleh wartawan, yang dilakukan oleh masyarakat dan

warga yang merasa dirugikan akibat pemberitaan yang ditulis oleh wartawan tersebut

sehingga melakukan perhitungan diluar hukum (main hakim).oleh sebab itu undang-undang

nomor 40 tahun 1999 ini dibuat yang sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Dalam

pasal 1 angka 11 dan angka 12 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 bahwa adanya hak

jawab dan hak koreksi yang dapat dijadikan langkah bagi masyarakat atau warga yang

dirugikan oleh pemberitaan dengan menggunakan hak jawab dan hak koreksi yakni hak

untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan atas suatu informasi, data, fakta, opini atau

gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh wartawan.maka dari itu dalam

memberitakan peristiwa dan opini harus menghormati norma-norma agama dan rasa

kesusilaan masyarakat serta praduga tak bersalah, dan melayani hak jawab dan hak tolak

sebagaimana yang terdapat didalam pasal 5 ayat (1),(2),(3) Undang-Undang Nomor 40

Tahun 1999.

PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) adalah merupakan wadah dari lembaga

organisasi bagi wartawan –wartawan yang ada.sebenarnya ada 4 organisasi wartawan yang

ada, namun karena PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) lebih eksis dan banyak dikenal

oleh masyarakat. Pemberian perlindungan hukum bagi wartawan adalah salah satu wujud

Page 15: Document6

dari hak asasi manusia untuk mendapatkan perlindungan hukum. Peran PWI selain

memberikan bantuan hukum kepada anggotanya dalam menjalankan profesi

kewartawanannya, juga membantu perselisihan dengan manajemen media massa dimana

tempatnya bekerja. Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari Ketua Tim

Pembelaan Wartawan yakni diantaranya :

1. Melaksanakan pemberian bantuan hukum kepada wartawan dalam kasus delik pers,

baik pada tahap penyidikan maupun pada tahap persidangan di tingkat pengadilan negeri

sampai dengan kasasi dan grasi,

2. Mewakili PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dalam menyelesaikan perselisihan

antara wartawan dengan manajemen media tempatnya bekerja, termasuk pemberian

bantuan hukum,

3. Mengkaji dan meneliti peraturan perundang-undangan yang menghambat tugas-tugas

jurnalistik,

4. Membentuk kelompok kerja bantuan hukum yang bersifat permanen atau sementara

dan mengusulkan pengangkatannya kepada ketua umum,

5. Melaksanakan hal-hal lain yang dilimpahkankan oleh ketua umum kepadanya.

Dari hal diatas menunjukkan bahwa dengan adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun

1999bahwa kemerdekaan pers yakni sebagai wujud kedaulatan rakyatyang berasaskan

prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum (Pasal 2 Undang-Undang Nomor

40 Tahun 1999). Dalam hal ini wartawan yang menjalankan profesinya perlu mendapat

perlindungan dari pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan

fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, jadi wujud pelaksanaan

perlindungan hukum bagi wartawan oleh Perusahaan Media Cetak adalah dengan adanya

pemberian bantuan hukum yakni pengacara untuk mendampingi wartawan yang terkena

kasus baik itu mandampingi pada saat di dalam pengadilan maupun diluar pengadilan.

Namun selain memberikan perlindungan hukum bagi wartawannya, ada sanksi terhadap

wartawan yang memuatberita tidak sesuai serta dianggap melanggar kode etik jurnalistik.

A. Etika bisnis pers

1. Perusahaan pers atas inisiatif bersama memelihara iklim yang kondusif, dalam arti

berjalannya kemerdekaan pers sebagai landasan dan jaminan bagi tumbuh

berkembangnya industri pers.

Page 16: Document6

Perusahaan pers melaksanakan dan mengelola hak-hak warga negara yang berdaulat

untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi melalui prinsip-prinsip

kemerdekaan pers. iklim yang kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers

merupakan jaminan bagi rakyat untuk memperoleh hak-haknya, yang sekaligus

merupakan komoditas bagi tumbuh dan berkembangnya industri pers. Perusahaan

pers secara bersama-sama harus tetap menjaga komitmennya dan memelihara iklim

kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers ini.

2. Perusahaan pers tidak melakukan praktik monopoli pembentukan opini publik dan

memonopoli kepemilikan terhadap industri media massa.

Perusahaan pers menjalankan misi sebagai pilar keempat dalam kehidupan

demokrasi. Rakyat berhak mendapatkan banyak pilihan sumber informasi untuk

menentukan sikap dan pemikirannya. UU anti monopoli telah mengatur batasan

pangsa pasar dan kepemilikan perusahaan untuk berbagai produk pada umumnya.

Kekhususan perusahaan pers terletak pada pembentukan opini publik bertentangan

dengan prinsip-prinsip demokrasi apabila penguasaan berbagai media (cetak, radio,

dan televisi) berada di satu tangan atau satu kelompok kepentingan.

3. Perusahaan pers bekerjasama dengan sesamanya bagi kehidupan industri pers yang

saling menguntungkan dan menghindari persaingan curang.

Interaksi perusahaan pers secara horizontal adalah hidup berdampingan dengan

sesama perusahaan pers. Untuk menjalankan visi dan misi perusahaan dan sekaligus

untuk menjalankan visi dan misinya secara universal, perusahaan pers dapat bekerja

sama dengan prinsip saling menguntungkan dan terus berusaha mencegah

terjadinya persaingan tidak sehat (seperti mendiskreditkan perusahaan lain,

menjegal jalur distribusi, pembajakn tenaga kerja, dll).

menjaga kemerdekaan pers, tidak monopoli dalam kepemilikan dan opini, menghindari

persaingan curang

B. MENJAGA KEMERDEKAAN PERS

“Perusahaan pers melaksanakan dan mengelola hak-hak warga negara yang

berdaulat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi melalui

prinsip-prinsip kemerdekaan pers. iklim yang kondusif bagi berjalannya kemerdekaan

pers merupakan jaminan bagi rakyat untuk memperoleh hak-haknya, yang sekaligus

Page 17: Document6

merupakan komoditas bagi tumbuh dan berkembangnya industri pers. Perusahaan

pers secara bersama-sama harus tetap menjaga komitmennya dan memelihara iklim

kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers ini"

a. Pengertian Kemerdekaan Pers

Namun, bebas di sini tidak berarti bebas sebebas-bebasnya. Kalau menulis atau

memberitakan sesuatu peristiwa misalnya, tidak boleh seenaknya sendiri. Harus benar,

objektif, berdasarkan fakta. Kalau mengandung kontroversi berita harus berimbang, tidak

boleh menghakimi.

Pendeknya bukan kebebasan mutlak, melainkan kebebasan yang ada batasnya.

Batas itu adalah ketentuan hukum dan undang-undang. Batas itu adalah etika profesi, atau

kode etik jurnalistik bagi kalangan wartawan. Batas itu adalah hati nurani. Kebebasan yang

tanpa batas berisiko menabrak hak asasi pihak lain.

Mengenai kebebasan pers, Komisi Kemerdekaan Pers menyatakan bahwa kemerdekaan

pers itu harus diberi arti :

1) Bahwa kebebasan tersebut tidaklah berarti bebas untuk melanggar kepentingan-

kepentingan individu yang lain.

2) Bahwa kebebasan harus memperhatikan segi-segi keamanan negara.

3) Bahwa pelanggaran terhadap kemerdekaan pers membawa konsekuensi/ tanggung

jawab terhadap ukuran yang berlaku.

b. Pentingnya Kemerdekaan Pers

Indonesia yang merupakan negara demokrasi, KEMERDEKAAN pers mutlak perlu.

Tanpa kemerdekaan, pers tidak dapat melaksanakan peran pentingnya secara maksimal.

Peran-peran itu adalah memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; melakukan

pengawasan, kritik, koreksi, saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan

umum, mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, benar, dan

akurat, menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, penegakan hukum dan HAM, serta

memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Kalau pers tidak dapat memaksimalkan peran konstruktifnya sesungguhnya yang rugi

tidak hanya kalangan pers tapi juga bangsa ini secara keseluruhan. Termasuk pemerintah,

dunia usaha, pekerja, mahasiswa, kalangan profesional, dan tentu masyarakat.

Kemerdekaan pers sekurang-kurangnya ditandai oleh tidak adanya sensor, beredel, dan

Page 18: Document6

larangan terbit/ penyiaran. Juga adanya kebebasan bagi pers untuk melaksanakan 6 M, yaitu

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, serta menyebarluaskan gagasan

dan informasi. Itulah esensi kegiatan jurnalistik.

kemerdekaan pers dapat dikatakan bukan hanya milik masyarakat pers melainkan

juga milik semua anak bangsa. Karena sesungguhnya yang berjuang demi keterwujudan

kemerdekaan pers adalah semua elemen bangsa. Baik itu kalangan LSM, akademisi,

politikus, pegiat HAM, maupun advokat, dan tentu kalangan pers sendiri. Jadi wajar kalau

peruntukan dan kemanfaatannya juga untuk semua elemen bangsa.

c. Kemerdekaan Pers Pada Masa Orede Baru Dan Sekarang

Pada masa orde baru, kita pernah berada pada masa ada beredel terhadap pers. Pers

pernah dalam kondisi tidak bebas mencari, mengolah, dan menyebarluaskan informasi

ataupun gagasan. Banyak peristiwa penting terjadi tetapi tidak boleh diberitakan. Apalagi

kalau menyangkut penguasa atau kekuasaan. Kontrol dan kritik pers tidak maksimal.

Padahal itu adalah bagian sangat penting dari fungsi pers.

Kita sekarang memiliki sepenuhnya kemerdekaan/ kebebasan pers. Bahkan di negeri

ini kebebasan pers termasuk yang terbaik di Asia. Oleh karena itu, Kemerdekaan pers harus

dipertahankan dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat, bangsa,

dan negara. Kemerdekaan pers tidak boleh disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak

terpuji. Kemerdekaan pers juga harus dijaga jangan sampai menjadi kebablasan pers.

Masyarakat pers harus dapat menjaga keepercayaan masyarakat bahwa dirinya memang

pantas mendapatkan kemerdekaan pers dan tepercaya pula untuk memeliharanya.

Tentu ada pihak-pihak lain yang tidak senang dan merasa tak nyaman dengan iklim

kebebasan pers sekarang ini. Mudah diduga, mereka adalah orang-orang yang suka

menyeleweng, menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan, korup dan lain-lain. Mereka

tidak ingin perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji itu diketahui oleh publik.

d. Batasan Kemerdekaan Pers

Kemerdekaan/kebebasan pers bukannya tanpa batas dan tanggung jawab. Batasan

kemerdekaan pers telah di atur dalam :

1. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, Pasal 5

Page 19: Document6

''Dalam memberitakan peristiwa dan opini pers nasional wajib menghormati

norma agama, rasa kesusilaan masyarakat, dan asas praduga tidak bersalah. Pers

juga wajib melayani hak jawab dan hak koreksi''. Kewajiban-kewajiban itu kalau

dilanggar dapat dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 18, yaitu pidana

denda paling banyak Rp 500 juta.

2. kode etik jurnalistik

- ''wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul''.

- ''wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban

kejahatan susila dan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan''.

- ''wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang

keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca,

pendengar, dan/atau pemirsa''.

Dan lembaga yang menjaga kemerdekaan pers adalah Dewan Pers yang mendapat

mandat dan amanat dari Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers untuk

mengembangkan serta menjaga kemerdekaan atau kebebasan pers dan meningkatkan

kehidupan pers nasional serta melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain

b. Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers.

c. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik.

d. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan

masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers.

e. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah.

f. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di

bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan.

g. Mendata perusahaan pers.

B. MONOPOLI KEPEMILIKAN MEDIA DAN OPINI

a. Latar Belakang Monopoli Media

Di era globalisasi ini, kebutuhan akan informasi yang cepat menjadi sangat penting

bagi masyarakat. Media massa merupakan bentuk komunikasi massa yang mampu

menyediakan kebutuhan akan informasi yang cepat mengenai apa yang terjad

Page 20: Document6

Peranannya yang penting inilah yang membuat industri media massa berkembang

sangat pesat dan membuat media massa tidak hanya sebagai sebuah institusi yang idealis,

seperti misalnya sebagai alat sosial, politik, dan budaya, tetapi juga telah merubahnya

menjadi suatu institusi yang sangat mementingkan keuntungan ekonomi. Sebagai institusi

ekonomi, media massa hadir menjadi suatu industri yang menjanjikan keuntungan yang

besar bagi setiap pengusaha.

Keuntungan yang diperoleh media massa di Indonesia misalnya yaitu dari data AGB

Nielsen Media Research, terlihat hingga kuartal ke-3 tahun 2006, Grup Media Nusantara

Citra (MNC) sukses meraup Rp4,8 triliun atau 32,9% dari total belanja iklan TV. Urutan ke-2

diduduki Trans TV dan Trans 7, dengan Rp3,4 triliun (23,2%). ANTV dan Lativi, berhasil

memperoleh pendapatan Rp2,3 triliun (15,7%), berada pada peringkat ke-3 . Hal itu

mengakibatkan pengusaha media kini tidak lagi hanya sekedar berorientasi pada penenuhan

hak masyarakat akan terpenuhinya informasi tetapi juga berorientasi untuk mengejar

keuntungan ekonomi sebesar-besarnya.

Menghadapi persaingan yang sangat ketat dalam bisnis media massa yang

memerlukan kekuatan sosial ekonomi ini, maka terjadi kecenderungan konsolidasi media

yang kemudian mengarah kepada munculnya kelompok pemain raksasa media massa yang

kemudian mengakibatkan terjadinya konsentrasi kepemilikan media massa. Konsentrasi

media ini banyak terjadi tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di luar negeri, seperti

misalnya Dow Jones yang dibeli oleh Rupert Murdoch di mana Dow Jones merupakan induk

dari beberapa media di Amerika Serikat, atau contoh lainnya yaitu ketika News Corp dan

Dow Jones bergabung yang menghasilkan 74,1 milyar dollar Amerika. Di Amerika ada lima

pemain besar industry media massa, yaitu Time-Warner, Viacom, News Corp., Bertelsmann

Inc., dan Disney.

Gejala konsentrasi media juga terjadi di Indonesia, contohnya yaitu MNC yang memiliki

RCTI, TPI, GLOBAL TV, Radio Trijaya, Koran Seputar Indonesia, Indovision, dan Okezone.com,

atau Group Bakrie yang memiliki ANTV dan TVOne. Setelah Orde Baru tumbang, stasiun-

stasiun televisi baru ramai bermunculan. Hal ini sebagai akibat dari euforia demokratisasi

seperti yang telah dipaparkan di awal tulisan. Pada waktu yang sama, korporasi-korporasi

media mulai terbentuk. Menurut Satrio Arismunandar, sekarang ini telah terbentuk

setidaknya tiga kelompok korporasi media . Korporasi media pertama adalah PT Media

Nusantara Citra, Tbk (MNC) yang dimiliki oleh Harry Tanoesoedibjo yang membawahi RCTI

Page 21: Document6

(PT Rajawali Citra Televisi Indonesia), TPI (PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia), dan

Global TV (PT Global Informasi Bermutu).

Kelompok kedua berada di bawah PT Bakrie Brothers (Group Bakrie) yang dimiliki oleh

Anindya N. Bakrie. Grup Bakrie ini membawahi ANTV (PT Cakrawala Andalas Televisi) yang

kini berbagi saham dengan STAR TV (News Corp, menguasai saham 20%) dan Lativi yang

sekarang telah berganti nama menjadi TvOne. Kelompok ketiga adalah PT Trans Corpora

(Group Para). Grup ini membawahi Trans TV (PT Televisi Trasnformasi Indonesia) dan Trans-

7 (PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh).

Konsentrasi media yang terjadi dikhawatirkan membawa sejumlah dampak negatif, tidak

hanya pada perkembangan kelangsungan sistem media di Indonesia, melainkan juga

dampak pada isi atau konten serta monopoli opini yang disampaikan kepada masyarakat.

b. Pengertian monopoli Media

Monopoli media biasa disebut juga dengan konglomerasi media karena tujuan kehadirannya

untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Konglomerasi media adalah gambaran

dari perusahaan berskala besar yang memiliki bagian unit usaha media massa yang berbeda

seperti suatu perusahaan yang menaungi televisi dan koran, majalah dan lain sebagainya .

Monopoli kepemilikan media ini dimaksudkan untuk mencapai efisiensi, sehingga

keuntungan ekonomi maksimal dapat diperoleh. Media massa kini berusaha untuk mencari

pengeluaran minimal demi mendapatkan penghasilan yang maksimal, hal inilah yang

kemudian mendorong terjadinya monopoli media massa.

c. Pembatasan Monopoli

Pemerintah Indonesia yang telah melihat akan potensi merugikan dari adanya konsentrasi

suatu perusahaan mencoba mengintervensi dengan menghadirkan sejumlah peraturan yang

mengatur mengenai kepemilikan perusahaan. Kebijakan soal pembatasan Monopoli,

Konglomerasi, dan Kepemilikan Silang (Media Penyiaran) sesungguhnya terlah diatur dalam

peraturan hukum, yakni UU Penyiaran nomor 32 tahun 2002 ayat 1, pasal 18. Di sana

disebutkan:

“Pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran swasta oleh satu orang atau

satu badan hukum, baik di satu wilayah siar maupun beberapa wilayah siar, dibatasi”.

Page 22: Document6

Adapun, peraturan perundangan yang mengatur tentang pemabtan kepemilikan media

adalah sebgai berikut :

1. Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran

Lembaga Penyiaran Swasta

- Pasal 31 (Jasa Penyiaran Radio )

(1) Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta jasa

penyiaran radio oleh 1 (satu) orang atau 1 (satu) badan hukum, baik di satu

wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran, di seluruh wilayah Indonesia

dibatasi sebagai berikut:

a) 1 (satu) badan hukum hanya boleh memiliki 1 (satu) izin penyelenggaraan

penyiaran jasa penyiaran radio;

b) paling banyak memiliki saham sebesar 100% (seratus perseratus) pada badan

hukum ke-1 (kesatu) sampai dengan ke-7 (ketujuh);

c) paling banyak memiliki saham sebesar 49% (empat puluh sembilan perseratus)

pada badan hukum ke-8 (kedelapan) sampai dengan ke-14 (keempat belas);

d) paling banyak memiliki saham sebesar 20% (dua puluh perseratus) pada badan

hukum ke-15 (kelima belas) sampai dengan ke-21 (keduapuluh satu)

e) paling banyak memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) pada badan hukum

ke-22 (ke dua puluh dua) dan seterusnya).

f) badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e,

berlokasi di beberapa wilayah kabupaten/kota yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia.

(2) Kepemilikan

1) Kepemilikan badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa saham yang

dimiliki oleh paling sedikit 2 (dua) orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali untuk disesuaikan

dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan informasi masyarakat.

Page 23: Document6

- Pasal 32 (Jasa Penyiaran Televisi)

(1) Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran

televisi oleh 1 (satu) orang atau 1 (satu) badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di

beberapa wilayah siaran, di seluruh wilayah Indonesia dibatasi sebagai berikut:

a) 1 (satu) badan hukum paling banyak memiliki 2 (dua) izin penyelenggaraan

penyiaran jasa penyiaran televisi, yang berlokasi di 2 (dua) provinsi yang berbeda;

b) paling banyak memiliki saham sebesar 100% (seratus perseratus) pada badan hukum

ke-1 (kesatu);

c) paling banyak memiliki saham sebesar 49% (empat puluh sembilan perseratus) pada

badan hukum ke-2 (kedua);

d) paling banyak memiliki saham sebesar 20% (dua puluh perseratus) pada badan

hukum ke-3 (ketiga);

e) paling banyak memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) pada badan hukum ke-4.

(keempat) dan seterusnya;

f) badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e,

berlokasi di beberapa wilayah provinsi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d,

dan huruf e, memungkinkan kepemilikan saham lebih dari 49% (empat puluh sembilan

perseratus) dan paling banyak 90% (sembilan puluh perseratus) pada badan hukum ke-2

(kedua) dan seterusnya hanya untuk Lembaga Penyiaran Swasta yang telah mengoperasikan

sampai dengan jumlah stasiun relai yang dimilikinya sebelum ditetapkannya Peraturan

Pemerintah ini.

(3) Kepemilikan

(4) Kepemilikan Lembaga Penyiaran Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa

saham yang dimiliki oleh paling sedikit 2 (dua) orang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali untuk

disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan informasi masyarakat.

Page 24: Document6

d. Dampak Monopoli Media

Monopoli di bisnis media berbahaya bagi demokratisasi karena adanya

pengurangan hak publik berupa frekuensi untuk memperoleh suatu berita atau

informasi sesuai dengan kebutuhan dari publik itu sendiri. Seperti monopoli

informasi, monopoli frekuensi, monopoli ekonomi (pendapatan) , monopoli program

acara yang dikhawatirkan homogen, serta pemanfaatan media-media tersebut untuk

kepentingan pribadi bagi keuntungan pemilik semata.

Ada beberapa dampak monopoli kepemilikan media :

Homogenisasi : penyeragaman bentuk tayangan atau program.

Agenda setting merupakan upaya media untuk membuat pemberitaan tidak semata-

mata menjadi saluran isu dan peristiwa melainkan ada strategi dan kerangka yang

dimainkan media sehingga pemberitaan memiliki nilai lebih yang diharapkan oleh

media.

Hegemoni Budaya

Hegemoni budaya mengidentifikasi dan menjelaskan dominasi dan upaya

mempertahankan kekuasaan, metode yang dipakai mereka yang berkuasa atas kelas-

kelas yang subordinat untuk menerima dan mengadopsi the ruling-class values.

Hegemoni yang dilakukan oleh media massa dimana media berusaha membujuk

masyarakat untuk mengikuti kebenaran yang diyakini oleh pengelola dan/atau pemilik

media itu, padahal kebenaran yang diyakini media itu belum tentu benar, dan sebagian

masyarakat mungkin mempunyai keyakinan tentang kebenaran yang lain.

Contoh: konsumerisme, budaya Jawa, dan Islam

Homogenitas pemberitaan dan informasi. Masyarakat akan sulit untuk mencari

referensi lain dan sulit untuk melihat sisi lain dari suatu kasus yang diangkat oleh

pemberitaan media massa karena homogenitas tersebut akibat kepemilikan yang

berpusat.

Contohnya yaitu : berita yang disajikan di RCTI, Global TV, TPI, Okezone.com,

Harian Seputar Indonesia dan Radio Trijaya akan memiliki sudut pandang yang sama

terhadap suatu kasus. Masyarakat hanya akan dicekoki berita dan informasi yang itu-itu

saja. Ketika masyarakat mencoba untuk beralih dari suatu media ke media lain, yang

Page 25: Document6

akan tetap mereka temui adalah pemberitaan yang serupa karena faktor kepemilikan

yang sama.

Hal itu tidak menutup kemungkinan mereka membangun perusahaan media

untuk memuluskan kepentingannya selain dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam hal

perpolitikan dan penyebaran ideologi tertentu.

Contohnya keberpihakan TVOne terhadap kepentingan politik dan ekonomi PT

Lapindo, sehingga TVOne jarang mengungkit pemberitaan mengenai kasus Lumpur

Sidoarjo dan apabila pemberitaan itu ada, TVOne cenderungan menggunakan kata

Lumpur Sidoarjo ketimbang menggunakan kata Lumpur Lapindo. Hal itu menunjukkan

adanya kepentingan penguasa terhadap isi media. Penyebaran ideologi itu melalui

proses hegemoni, yaitu suatu proses dominasi dan upaya mempertahankan kekuasaan,

metode yang dipakai mereka yang berkuasa atas kelas-kelas yang subordinat untuk

menerima dan mengadopsi the ruling-class values yang tanpa mereka sadari telah

tertanamkan dalam diri mereka.

Konsolidasi media mampu menghilangkan keberagaman informasi yang akan

diterima oleh masyarakat. Hal itu terjadi karena adanya monopoli dan sentralisasi

infomasi. Karena kepemilikan yang sama, media massa cenderung menyebarluaskan

informasi dan program-program yang sejenis. Misalnya adalah dalam suatu

pemberitaan, sudut pandang atau framming yang dibentuk oleh media massa

cenderung sama dan tidak beragam sehingga menyebabkan terjadinya praming yang

sama pada tingkat khalayak.

e. Monopoli kepemilikan media di indonesia

Di Indonesia juga terjadi sejumlah integrasi yang dilakukan oleh perusahaan media massa

besar. Di bawah naungan yang dimiliki oleh Hary Tanoesoedibyo, terintegrasi sejumlah

lembaga penyiaran seperti RCTI, TPI, Global TV, dan beberapa stasiun televisi lokal, sejumlah

radio seperti Women Radio dan Trijaya, TV berlangganan Indovision, surat kabar Seputar

Indonesia, majalah Trust, sejumlah tabloid seperti Genie dan Mom and Kiddie, serta situs

berita Okezone.com.

Ini menunjukkan adanya monopoli kepemilikan media yang ditunjukkan dengan

keberagaman jenis media massa yang dimiliki oleh MNC dan adanya berbagai jaringan yang

Page 26: Document6

dapat digunakan oleh MNC untuk dapat saling mempromosikan jenis medianya satu sama

lain.

Selain MNC, beberapa Group Besar pemilik media yaitu Lativi dan ANTV bernaung di bawah

bendera Bakrie Group milik Abu Rizal Bakrie, Trans TV dan Trans 7 di bawah Trans Corp milik

Chairul Tanjung, Kelompok Kompas Gramedia milik Jakob Oetama, atau Metro TV dan

Media Indonesia di bawah Group Media Indonesia milik Surya Paloh. Kebanyakan pemilik

industri media tersebut merupakan orang yang membangun bisnisnya dengan

menggunakan kekuasaan atau hubungan khusus dengan pemerintahan.

Beberapa pemain besar dalam industri media massa Indonesia itu memiliki penghasilan

yang lebih besar bila dibandingkan dengan penghasilan dari perusahaan yang berdiri sendiri,

tidak berintegrasi. Misalnya dalam industri penyiaran televisi, sebagian besar jumlah iklan

dikuasai oleh stasiun televisi milik group besar.

AGB Nielsen Media Research, lembaga pemeringkat acara TV, mengatakan bahwa hingga

kuartal ke-3 tahun 2006, pendapatan iklan hanya dikuasai oleh Group MNC, Bakrie dan

Trans Corp. Ketiganya menguasai Rp10,5 triliun belanja iklan, atau 71,8% dari total yang

Rp14,7 triliun. Porsi terbesar diraup Grup Media Nusantara Citra (MNC) yang sukses meraup

Rp4,8 triliun atau 32,9% dari total belanja iklan TV. Urutan ke-2 diduduki Trans TV dan Trans

7, dengan Rp3,4 triliun (23,2%). Group Bakrie berhasil memperoleh pendapatan Rp2,3 triliun

(15,7%), berada pada peringkat ke-3.

Sementara itu, dari penguasaan pasar (audience share) ketiganya sukses menjaring 70,3%

pemirsa. Rinciannya, MNC di posisi pertama dengan audience share 35,7%, Trans TV dan

Trans 7 dengan jumlah 21,1% dan ANTV dan Lativi dengan jumlah 13,5%.

Demikian pula halnya dengan apa yang terjadi pada bisnis media cetak yang hanya dikuasai

oleh sejumlah pemain besar, yaitu Kelompok Kompas Gramedia, Group Femina, Group

Tempo, dan Jawa Post. Hal inilah bahwa bentuk pasar media massa di Indonesia merupakan

bentuk pasar oligopoli.

f. Monopoli Opini Media

sebagian besar masyarakat di Indonesia masih menjadikan media sebagai salah satu

jembatan informasi tentang berbagai hal yang terjadi dalam masyarakat, baik yang sedang

menjadi perhatian maupun yang luput dari perhatian mereka. Kenyataan menunjukkan,

keterlibatan media dalam membentuk suatu opini publik adalah sebuah kekuatan tersendiri

Page 27: Document6

yang dimilikinya dan itu sangat berpengaruh dalam tatanan kehidupan di masyarakat.

Namun, seiring dengan kebebasan pers membuat sebagian media kebablasan menyikapi

kebebasan tersebut. Independensi dan kode etik kadang telah tertutupi oleh orientasi bisnis

dan keuntungan, sehingga saat ini ¨dapur¨ media telah dimasuki pengaruh kekuasaan,

finansial dan kepentingan politik.

Media sangat memberi andil dan peran penting dalam memberikan informasi

terhadap masyarakat, kecenderungan ini kadang membuat media dalam menyajikan

informasinya bisa saja membuka peluang dramatisasi, manipulasi, spekulasi ataupun juga

menyingkap kebenaran sesuai fakta sesungguhnya.

C. MENGHINDARI PERSAINGAN BISNIS

pemilik perusahaan pers seharusnya memegang teguh prinsip persaingan usaha

yang sehat. Tidak hanya menyangkut pola bisnis dan proses rekruitmen yang sesuai

dengan etika bisnis. Namun sebaiknya juga ada kesepakatan di antara perusahaan pers

untuk tidak begitu saja mengambil SDM dari satu perusahaan pers ke perusahaan pers

lain, dengan iming-iming lebih tinggi.

Banyak teori pers sebagai industri. Tapi perusahaan pers tidak seharusnya

mempraktikkan teori persaingan bisnis yang membuat penerbitan pers justru tidak

berkembang.

Pembahasan

Pers merupakan wahana dan sarana bagi hak-hak rakyat untuk berekspresi,

berkomunikasi, dan memperoleh informasi serta hak untuk tahu, sehingga pers harus

merdeka. Kemerdekaan pers bersumber dari hak asasi manusia, yang dikelola untuk

memenuhi hak-hak rakyat sebagai pemegang kedaulatan.

Kemerdekaan pers diwujudkan dalam lembaga industri pers, yang didalamnya

membawa nilai-nilai profesionalisme yang berisi kualitas profesi, tanggung jawab sosial, dan

etika. Tata nilai, norma, dan etika adalah pranata sosial yang memadu dinamika sosial. Oleh

karena itu, dalam dimensi kelembagaan pers terkandung norma etika yang menjamin

pertanggungjawaban moral dan kepentingan semua pihak, yaitu lembaga dan personel yang

ada di dalamnya serta masyarakat.

Dalam memperjuangkan prinsip-prinsip kemerdekaan, lembaga pers mengutamakan

kepentingan publik, menghormati kode etik profesi, bersikap jujur dan adil, dengan

Page 28: Document6

mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan lembaga dan perseorangan, setia

kepada profesi dan bidang tugasnya, serta menggunakan supremasi hukum.

A. Punya Standar Profesi

Untuk menjadi wartawan, seseorang wajib memiliki skill atau keterampilan menulis

(writing skill) dan/atau kemahiran berbicara (speaking skill) bagi wartawan radio dan

televisi.

Selain itu, harus menguasai teknik reportase dan wawancara, memahami bidang

liputan, dan terpenting: menaati kode etik jurnalistik.

Idealnya wartawan memenuhi pula kriteria sebagai berikut:

1. Well Selected

Terseleksi dengan baik. Menjadi wartawan semestinya tidak mudah karena harus

memenuhi kriteria profesionalisme antara lain keahlian (expertise) atau keterampilan

jurnalistik serta menaati kode etik jurnalistik.

2. Well Educated

Terdidik dengan baik. Wartawan seyogianya melalui tahap pendidikan kewartawanan,

setidaknya melalui pelatihan jurnalistik yang terpola dan terarah secara baik.

3. Well Trained

Terlatih dengan baik. Akibat kurang terlatihnya wartawan kita, banyak berita muncul di

media yang bukan kurang cermat, tidak enak dibaca, dan bahkan menyesatkan.

4. Well Equipped

Dilengkapi dengan sarana, prasarana, atau peralatan yang memadai. Pekerjaan

wartawan butuh fasilitas seperti alat tulis, alat rekam, kamera, alat komunikasi (HP),

laptop/komputer, alat transportasi, dan sebagainya. Wartawan tidak akan dapat

bekerja optimal tanpa dukungan fasilitas memadai.

5. Well Paid

Digaji secara layak sehingga tidak terjadi “penyalahgunaan profesi wartawan”.

6. Well Motivated

Memiliki motivasi yang baik ketika menerjuni dunia kewartawanan. Motivasi di sini

lebih pada idealisme, bukan materi. Jika motivasiya berlatar uang, maka tidak bisa

diharapkan menjadi wartawan profesional atau wartawan sejati. (www.romeltea.com).

Page 29: Document6

B. Tata Krama Periklanan

1. a. Bahasa

Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”,

“top”, atau kata-kata berawalan “ter”, dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas

menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis

dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.

b. Penggunaan Kata “Satu-satunya”

Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “satu-satunya” atau yang bermakna sama,

tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya

dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.

Contoh: Iklan Toko Bagus

Toko Bagus mengklaim bahwa Toko Bagus adalah situs jual beli terbesar di

Indonesia. Pada iklan yang ditayangkan, Toko Bagus tidak menampilkan pembuktian yang

jelas, yang dapat meyakinkan para konsumen bahwa Toko Baguslah situs jual beli terbesar

di Indonesia.

2. Tanda Asteris (*)

Tanda asteris pada iklan di media cetak maupun elektronik tidak boleh digunakan untuk

menyembunyikan, menyesatkan, membingungkan atau membohongi khalayak tentang

kualitas, kinerja atau harga sebenarnya dari produk yang di iklankan, ataupun tentang

ketidaksediaan suatu produk.

Contoh: Iklan Shampoo Head and shoulder

Tanda asteris sering kita jumpai pada produk-produk shampoo, salah satunya adalah

produk shampoo Head and Shoulder, mula-mula iklan shampoo head and shoulder ini

menampilkan sebuah produk shampoo yang dapat menghilangkan ketombe. Pastinya, para

konsumen yang kurang cermat, percaya bahwa shampoo ini dapat menghilangkan semua

jenis ketombe pada semua jenis rambut. Tetapi, jika diperhatikan secara cermat pada iklan

shampoo ini terdapat tanda asteris *hanya ketombe yang tampak pada pemakaian teratur

yang terdapat pada pojok kiri bawah iklan ini, yang ternyata shampoo ini hanya dapat

menghilangkan ketombe yang tampak dan dengan pemakaian secara teratur, dan hal ini

dapat membingungkan para konsumen.

Page 30: Document6

3. Pencantuman Harga

Jika harga suatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus ditampakkan dengan

jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan deperolehnya dengan harga tersebut.

Contoh: Iklan Lifebuoy Shampoo Double Sachet

Di akhir Iklan Lifebuoy Shampoo Double Sachet tertera jelas harga dari shampoo ini.

Hanya dengan Rp 500,- konsumen akan mendapatkan 2 sachet lifebuoy shampoo.

4. Keselamatan

Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan segi-segi keselamatan,

utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang di iklankan.

Contoh: Iklan Ice Cream Magnum

Iklan ini menceritakan tentang seorang wanita yang terjebak dalam kemacetan, lalu

ia melihat mobil box ice cream magnum tak jauh dari mobilnya. Untuk mendapatkan ice

cream magnum tersebut sang wanita melompati atap-atap mobil di depannya, dan apa yang

dilakukan wanita di dalam iklan ini cukup membahayakan.

5. Waktu Tenggang (elapse time)

Iklan yang menampilkan adegan hasil atau efek dari penggunaan produk dalam jangka

waktu tertentu, harus jelas mengungkapkan memadainya rentang waktu tersebut.

Contoh: Iklan Sunsilk Hair Fall Solution Shampoo

Sunsilk soft and smooth shampoo membantu menjaga kekuatan rambut dan rambut

rontok akan berkurang setelah 7 hari pemakaian secara teratur.

6. Penampilan Pangan

Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau perlakuan yang tidak

pantas terhadap makanan atau minuman.

Contoh: Iklan Pediasure

Pada iklan pediasure menampilkan seorang anak yang tidak mau makan padahal

sang ibu sudah menyuguhkan sepiring nasi dengan lauk pauk yang lezat. Kesimpulannya

sang anak telah menyia-nyiakan makanan tersebut.

7. Merendahkan

Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.

Page 31: Document6

Contoh: Iklan Adem Sari

Pada iklan Adem Sari sangat jelas bahwa iklan ini merendahkan produk Segar Dingin.

Di dalam iklan Adem Sari ini terdapat sindiran yang ditujukan pada produk Segar Dingin yang

hanya mengandung 1mg madu yang jumlahnya hanya setetes.

8. Peniruan

Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa sehingga

dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan atau membingungkan khalayak.

Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita, setting, bentuk merek,

logo, judul, atau subjudul, slogan, komposisi huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi

maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan properti.

Contoh: Iklan V-fresh

Iklan V-fresh hanya dengan 3 kali oles, menirukan iklan Fresh Care minyak angin

pertama yang membuat inovasi terbaru dengan aroma yang harum dengan 8 kali oles. Lalu

munculah produk sejenis tidak lama setelah Fresh Care muncul yaitu V-fresh dengan 3 kali

oles yang seolah-olah lebih unggul dan lebih irit.

9. Khalayak Anak-Anak

Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu siaran khalayak anak-

anak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual, bahasa yang tidak pantas, dan

atau dialog yang sulit wajib mencantumkan kata-kata “Bimbingan Orangtua” atau simbol

yang bermakna sama.

Contoh: Axe Provoke Deodorant Body Spray

Iklan ini menampilkan adegan yang kurang layak disaksikan anak-anak karena

menampilkan beberapa wanita memakai kostum bidadari yang tidak layak dilihat oleh anak-

anak. Hal ini akan memberikan pengaruh buruk kepada khalayak anak-anak.

C. Jujur Dan Hormat Terhadap Mitra Kerja Dan Organisasi Pers

Organisasi pers ini tentu saja ingin melindungi anggota-anggotanya. Jadi, apabila

anggota-anggota dari organisasi pers ini (baik itu wartawan maupun perusahaan pers)

mendapat perlakuan yang tidak baik dari pihak lain, organisasi pers inilah yang akan

membantu wartawan maupun perusahaan pers untuk menyelesaikan kasus mereka.

Organisasi pers menghormati mitra-mitranya dan siap maju saat ada masalah yang

Page 32: Document6

menimpa mitra mereka. Untuk lebih memantapkan pemahaman tentang “Hormat dan Jujur

Terhadap Organisasi Pers”.

Contoh kasus sebagai berikut :

Lampiran berita

Tiga Organisasi Pers Sampaikan Keberatan Perampasan Kamera Wartawan-Aceh

Kamis, 29 MAret 2012 00:01 WIB

Sumber: http://www.amalisadaily.com

Banda Aceh, (Analisa). Tiga organisasi pers yaitu PWI cabang Aceh, AJI Kota Banda

Aceh dan AJTI Aceh menyampaikan syarat keberatan terkait kasusu perampasan kamera.

Muhammad Fadhil kontributor ANTV oleh aparat inteol polresta Banda Aceh, saat

meliput unjuk rasa mahasiswa menolak kenaikan BBM di Gedung DPRA, Selasa (27/3). Surat

Nomor: 01/031SBJA/2012 tertanggal 28 MAret 2012 itu dilayangkan kepada Kapolresta

Banda Aceh, Kombes Pol Moffan MK dengan tembusan kepada Kapolda Aceh dan Dewan

Pers di Jakarta. Surat keberatan ini bertujuan untuk melakukan advokasi terhadap ancaman

pembungkaman terhadap pers di Aceh.

Dalam surat yang ditandatangani Ketua PWI Cabang Aceh, Tarmilin Usman, Ketua AJI

Kota Banda Aceh, Maimun Saleh dan KEtua IJTI Aceh, Didik Ardiansyah juga meminta

kepada Kapolresta Banda Aceh untuk menindak tegas oknum polisi yang telah melakukan

tindakan perampasan kamera Fadhil secara internal.

Meminta agar polisi dapat memahami dan menghormati kerja jurnalis dilapangan.

Kepada anggota polisi yang bertugas di lapangan peril di didik untuk mempelajari UU Pokok

Pers no. 40 Tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik, agar mereka dapat memahami kerja-kerja

jurnalis. Tidak terulang “Kami berharap kasus perampasan kamera damn menghalangi tugas

jurnalis ini menjadi yang terakhir dan tidak terulang di kemudian hari. Sebagai aparat

penegak hukum, polisi semestinya memberikan perlindunga, bukan malah menghambat dan

mengancam kerja jurnalis, “kata Ketua Divisi Advokasi AJI Kota banda Aceh, Riza Nasser,

Rabu (28/3).

Dia menjelaskan, pada 27 Maret 2012 sekitar pukul 12.30 WIB, telah terjadi aksi

perampasan kamera kontributor ANTV di Banda Aceh, Muhammad Fadhil, yang dilakukan

anggota intelPolresta Banda Aceh.

Page 33: Document6

Perampasan itu terjadi saat polisi sedang mengamankan untujk rasa mahasiswa yang

menolak rencana kenaikan BBM, denga berupaya memblokir jalan Tengku Daud Beureuh,

tepatnya didepan Gedung DPR Aceh.

Polisi berpakaian preman itu meminta Fadhil menghapus gambar yang memuat aksi

polisi mengamankan pendemo.

Dia mengancam Fadhil denghan cara merangkulnya. “Ayo kita ke belakang. Kita

selesaikan berdua. Hapus itu gambar,” kata intel polisi itu kepada Fadhil.

Namun setelah didesak beberapa wartawan lainnya yang melihat aksi perampasan

itu, oknum polisi yang disebut namanya Arif Ambon itu menyerahkan kembali kamera

Fadhil.

Beberapa menit setelah periastiwa perampasan, Kabid Humas Polda Aceh, Kombes

Pol Gustav Leo menemui beberapa wartawan dan meminta maaf atas tindakan oknum polisi

itu.

“Aksi perampasan kamera oleh anggota polisi itu bertentangan dengan UU 40 Tahun

1999 tentang pers, sebagaimana diatur dalam pasal 4 poin 3.

Tindakan perampasan kamera itu dapat dipidana paling lama 2 tahun atau denda Rp

500 juta, sebagaimana dituangkan dalam pasal 18 UU Pers,” jelasnya. Sebagai jurnalis,

Fadhil telah bekerja sesuai dengan UU dan Kode Etik Jurnalistik.

Pasal 2

Kode Etik Jurnalistik mewajibkan wartawan menempuh cara-cara professional dalam

melaksanakan tugas jurnalistiknya. Salah satunya dengan menunjukkan atau menggunakan

identitas diri. Fadhil menggunakan kartu pengrnalnya atau menggunakan identitas diri.

Fadhil menggunakan kartu pengenalnya sebagai kontributor ANTV saat meliput peristiwa

penolakan terhadap rencana kenaikan harga BBM itu.

“Kasus itu diharapkan dapat menjadi pelajaran semua pihak. Sama seperti polisi,

kerja jurnalis juga dilindungi UU dan hukum Indonesia,” tegasnya. (mhd)

Dari berita tersebut kita dapat melihat bagaimana orgasisasi pers mengambil

langkah untuk membantu Muhammad Fadhil (kontributor ANTV) yang kameranya dirampas

saat ia meliput untuk rasa mahasiswa menolak kenaikan harga BBM di Gedung DPRA pada

tanggal 27 Maret 2012.

Ketiga organisasi pers tersebut yaitu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang

Aceh, Aliansi Jurnalis Inmdependen (AJI) Kota Banda Aceh dan Ikatan Jurnalis Televisi

Page 34: Document6

Indonesia (IJTI) Aceh menyampaikan surat keberatan kepada Kapolresta Banda Aceh,

Kombes Pol Moffan MK dengan tembusan kepada Kapolda Aceh dan Dewan Pers di Jakarta.

Surat Keberatan ini bertujuan untuk melakukan advokasi terhadap pers di Aceh. Dari

tindakan ketiga organisasi pers ini, kita dapat melihat bahwa organisasi pers menghormati

Muhammad Fadhli yang waktu itu melaksanakan tugas peliputan.

Fadhil telah melaksanakan tugas dengan baik (yakni memakai kartu pengenal

sebagai kontributor ANTV saat meliput peristiwa penolakan terhadap rencana kenaikan

harga BBM). Jadi, pihak Fadhil haruslah dihormati dan dilindungi oleh Deaan Pers dan

Organisasi Pers.

Page 35: Document6