5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

18
121 SUMATERA SELATAN PROVINSI I. KONDISI UMUM A. Kondisi Fisik Daerah 1. Keadaan Geografis Secara geografis, Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 derajat - 4 derajat Lintang Selatan dan antara 102 derajat dan 10 6 derajat Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 8.702.741 hektar. Letak provinsi ini berbatasan dengan provinsi Jambi di sebelah utara, provinsi Lampung di sebelah selatan, provinsi Bangka Belitung sebelah timur dan provinsi Bengkulu di sebelah barat. 2. Iklim Provinsi Sumatera Selatan mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan antara 14,6/6 – 392,4/28 mm3/hari sepanjang tahun 2011. Sementara Bulan Maret merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak 3. Topografi Sumatera Selatan memiliki Bukit Barisan yang membelah Sumatera Selatan dalam daerah perbukitan dan daerah lembah. Daerah perbukitan memiliki ketinggian 900 sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Beberapa puncak tertinggi pada Bukit Barisan antara lain puncak Gunung Seminung (1.964 meter), Gunung Dempo (3.159 meter), Gunung Patah (1.107 m), dan Gunu Bungkuk (2.125 m). 4. Luas Wilayah Luas wilayah provinsi Sumatera Selatan secara keseluruhan 87,017.41 ha. B. Keadaan Sosial Ekonomi 1. Pemerintahan Seperti halnya provinsi-provinsi lain di Indonesia, Sumatera Selatan dibagi habis menjadi kabupaten dan kota. Kabupaten/kota dibagi menjadi kecamatan-kecamatan,

Upload: mofa-erlambang

Post on 30-Dec-2015

86 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

121121

SUMATERA SELATANPROVINSI

I. KONDISI UMUM

A. Kondisi Fisik Daerah

1. Keadaan Geografis Secara geografis, Provinsi Sumatera Selatan

terletak antara 1 derajat - 4 derajat Lintang Selatan dan antara 102 derajat dan 10 6 derajat Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 8.702.741 hektar. Letak provinsi ini berbatasan dengan provinsi Jambi di sebelah utara, provinsi Lampung di sebelah selatan, provinsi Bangka Belitung sebelah timur dan provinsi Bengkulu di sebelah

barat.

2. Iklim Provinsi Sumatera Selatan mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan antara 14,6/6 – 392,4/28 mm3/hari sepanjang tahun 2011. Sementara Bulan Maret merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak

3. Topografi Sumatera Selatan memiliki Bukit Barisan yang membelah Sumatera Selatan dalam daerah perbukitan dan daerah lembah. Daerah perbukitan memiliki ketinggian 900 sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Beberapa puncak tertinggi pada Bukit Barisan antara lain puncak Gunung Seminung (1.964 meter), Gunung Dempo (3.159 meter), Gunung Patah (1.107 m), dan Gunu Bungkuk (2.125 m).

4. Luas Wilayah Luas wilayah provinsi Sumatera Selatan secara keseluruhan 87,017.41 ha.

B. Keadaan Sosial Ekonomi

1. Pemerintahan Seperti halnya provinsi-provinsi lain di Indonesia, Sumatera Selatan dibagi habis menjadi kabupaten dan kota. Kabupaten/kota dibagi menjadi kecamatan-kecamatan,

Page 2: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

122

dan selanjutnya kecamatan dibagi lagi menjadi desa-desa dan kelurahan-kelurahan. Jumlah kabupaten di Sumatera Selatan mencapai sebelas kabupaten dan empat kota pada tahun 2011. Secara total, jumlah wilayah administrasi di Sumatera Selatan tahun 2011 mencapai 2.823 desa, 363 kelurahan dan 223 kecamatan.

2. Tenaga Kerja Pada tahun 2011 jumlah angkatan kerja di Sumatera Selatan sebanyak 3.770.673 orang. Perkembangan jumlah angkatan kerja antara tahun 2005-2011, secara umum mengalami peningkatan.

3. Penduduk

Penduduk Sumatera Selatan tahun 2010 berjumlah 7.450.394 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2011 adalah 7.593.425 jiwa atau meningkat 1,92 persen dari tahun 2010.

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pada tahun 2008 nilai tambah yang terbentuk sebesar 133,66 trilyun rupiah. Pada tahun 2009, angka ini sebesar 137,33 trilyun rupiah dan tahun 2010 sebesar 157,53 trilyun rupiah. Pada tahun 2011, nilainya menjadi sebesar 181,78 trilyun rupiah. Berdasarkan harga berlaku dengan migas, terdapat empat sektor yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap PDRB. Pada tahun 2011, empat sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor pertambangan, diikuti oleh sektor industri pengolahan, sektor pertanian (kehutanan) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2011 kontribusi masing-masing sektor di atas secara berurutan adalah 22,31 persen, 20,60 persen, 17,28 persen dan 13,07 persen.

5. Budaya dan Nilai

a. Situs Sriwijaya Lokasi di kelurahan Karang Anyar Kec. Ilir Barat Kodya Palembang. Diresmikan Presiden Soeharto pada 22 Desember 1994 dengan peletakan kembali replika Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti tersebut menceritakan dua laksa balatentara Srijayanasa membangun Wanua Sriwijaya pada Tahun 606 Saka (684 Masehi) di kaki Bukit Siguntang.

b. Taman Bukit Siguntang

Terletak di sebelah Barat Palembang. Tempat ini merupakan kawasan perbukitan, di tempat ini terdapat beberapa makam antara lain : Raja Si Gentar Alam, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Panglima Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang, Panglima Tuan Junjungan, Pangeran Raja Batu Api dan Panglima Jago Lawang.

c. Taman Ki Gede Ing Suro

Merupakan kompleks pekuburan Islam yang dibangun pertengahan abad XVI, taman ini terletak di Kelurahan I Ilir. Terdapat 38 makam, diantaranya makam Ki Gede Ing

Page 3: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

123

Suro yang merupakan cikal bakal Sultan Palembang. Menurut sejarah, pada tahun 1552 Ki Gede Ing Suro mendirikan Kerajaan Palembang.

d. Hutan Wisata Punti Kayu

Hutan seluas 50 Ha ini, terletak di Jl. H. Burlian (KM 7) yang merupakan jalan utama antara Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan Kota Palembang.

e. Pulau Kemaro Merupakan sebuah delta di sungai musi, sekitar 5 km sebelah hilir Jembatan Ampera. Di pulau ini terdapat sebuah vihara. Dalam perayaan Cap Go Me ribuan masyarakat Cina termasuk yang datang dari berbagai kota bahkan dari luar negeri berkunjung ke pulau Kemaro untuk melakukan sembahyang atau berziarah. Perayaan ini berlangsung 2 - 3 hari. Dari pulau Kemaro dapat

juga disaksikan kilang minyak PERTAMINA di Plaju dan Sungai Gerong serta pabrik pupuk PT Pusri di samping berbagai kegiatan di sungai Musi.

f. Jembatan Ampera Dan Sungai Musi

Merupakan landmark bagi kota Palembang. Jembatan Ampera dibangun pada tahun 1962-1965, melintasi Sungai Musi dan menghubungkan Palembang bagian Ilir dan Ulu. Sejak tahun 1970-an bagian tengah jembatan ini sudah tidak bisa diangkat lagi dengan pertimbangan akan menyebabkan kemacetan yang panjang. Sungai Musi merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi

Sumatera Selatan, dengan panjang 406 Km. Jarak Kota Palembang sampai muara sungai di Selat Bangka ± 106 Km.

g. Kerajinan Tangan

- Kain Songket Merupakan kain tenunan khas Sumatera Selatan terbuat dari benang mas yang didatangkan dari Cina dan Singapura, kain songket tidak dibuat dalam pabrikan namun ditenun dengan tangan oleh pengrajin tradisional. Kain songket sangat lazim dipakai

Page 4: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

124

pada acara adat dan acara resmi lainnya seperti perkawinan, khitanan serta berbagai tarian khas. Kain songket mempunyai banyak motif dan warna, umumnya berwarna cerah yang menggambarkan keceriaan dan keriangan masyarakat Sumatera Selatan, motifnya antara lain motif kembang pacar cina dan motif jantung.

- Kain Jumputan

Terbuat dari sutera, pada zaman dahulu kain ini khusus dipakai oleh para gadis palembang namun sekarang kain ini biasa dipakai pada saat acara adat Palembang dan acara resmi lainnya. Kain jumputan mempunyai paduan warna yang sangat khas umumnya berwarna mencolok seperti merah, hijau, kuning.

- Kain Blongsong Terbuat dari tenunan kain sutera maupun benang katun biasa, biasa digunakan oleh para wanita dewasa atau ibu-ibu muda. Kain ini biasanya dipakai untuk upacara adat Palembang seperti cukuran, tunangan namun dapat pula dipakai pada pesta perkawinan sebagai pakaian penerima tamu.

- Kain Tajung Khusus dipakai oleh kaum pria dewasa biasanya untuk menambah keindahan bisa juga dipadankan dengan stelan jas atau pakaian teluk belanga. Kain ini biasa digunakan pada saat pesta adat dan acara resmi lainnya, biasanya terbuat dari tenunan kain sutera dengan motif dan warna yang menarik. Motif yang terkenal antara lain limar,

h. Ukiran Khas Palembang

Biasanya terbuat dari kayu tembesu atau mahoni, kayu tersebut merupakan kayu khas Sumatera Selatan. Objek yang menjadi ukiran adalah rek pengantin, dipan, buffet dan kursi, umumnya ukirannya bermotif bunga dengan warna dominan merah dan kuning emas.

Page 5: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

125

II. ASPEK KAWASAN HUTAN

A. Hutan Negara 1. Luas Kawasan Hutan

Luas Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Selatan sesuai SK Menhut No.76/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sumatera Barat adalah seluas 4.416.837 ha, sedangkan luas daratan kawasan hutannya mencapai 4.399.837 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi : 1. Hutan Konservasi seluas 714.416 ha 2. Hutan Lindung seluas 760.523 ha 3. Hutan Produksi Terbatas seluas 217.370 ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas 2.293.083 ha 5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi 431.445 ha

16,17%

17,22%

4,92%51,92%

9,77% Hutan Konservasi

Hutan Lindung

Hutan ProduksiTerbatas

Hutan ProduksiTetap

Hutan Produksi ygdpt dikonversi

Luas Kawasan Hutan (Daratan) di Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 51.92% kawasan hutan (daratan) yang ada di Provinsi Sumatera Selatan merupakan hutan Produksi Tetap, 17.22% hutan lindung, 16.17% hutan konservasi, 9.77% hutan produksi yang dapat dikonversi, dan 4.92% merupakan hutan produksi terbatas.

2. Luas Penutupan Lahan

Kondisi penutupan lahan di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 57. Luas Penutupan Lahan Dalam Dan Luar Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan Penutupan

Lahan

KAWASAN HUTAN APL

TOTAL HUTAN TETAP HPK Jumlah

KSA-KPA HL HPT HP Jumlah %

A. Hutan 350,5 241,2 95,4 360,3 7,5 1.055,0 123,8 1.178,8 14,1

-Hutan Primer 237,8 90,7 57,2 19,3 0,0 405,0 8,5 413,5 4,9

-Hutan Sekunder 109,2 144,4 35,3 166 7,3 462,2 81,3 543,5 6,5

Page 6: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

126

-Hutan Tanaman 3,5 6,2 2,8 175 0,2 187,8 34,0 221,8 2,6

B. Non Hutan 312,2 362,5 122,0 1.466,7 432,9 2.687,3 4.514,2 7.201,5 85,9

C. Tidak ada data - - - - - - 3,1 3,1 0,0

Total 662,7 603,8 217,4 1.827,0 431,4 3.742,3 4.641,1 8.383,4 100,0

Sumber : Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2011

3. Penggunaan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan Kegiatan penatagunaan kawasan hutan yang telah dilaksanakan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut a. Memberikan pertimbangan teknis proses pelepasan kawasan hutan untuk

pembangunan non kehutanan yang diberikan untuk 23 perusahaan (badan hukum) untuk kegiatan perkebunan di 5 (lima) wilayah kabupaten, yaitu: Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, OKI, Muara Enim, dan Musi Rawas, serta pertimbangan teknis pelepasan untuk transmigrasi yang diberikan untuk instansi pemohon yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas.

b. Memberikan pertimbangan teknis dan pembuatan draft rekomendasi permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan yang diberikan untuk 101 perusahaan/ instansi pemerintah pemohon izin pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan tambang (batubara, minyak, gas, metana, dan lain-lain), dan jalan di 10 wilayah kabupaten/kota yaitu Kabupaten Muara Enim, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Lahat, OKU, OKU Timur, OKU Selatan, Empat Lawang, dan OKI.

c. Memberikan rekomendasi arahan lahan untuk pemberian izin lokasi perkebunan untuk 47 perusahaan pemohon di 7 (tujuh) wilayah kabupaten, yaitu: Kabupaten Musi Rawas, Musi Banyuasin, OKU Selatan, Empat Lawang, Ogan Ilir, dan Muara Enim.

d. Memberikan rekomendasi bebas kawasan untuk proses Hak Guna Usaha kepada 90 perusahaan pemohon di 11 kabupaten, yaitu: Kabupaten Musi Banyuasin, Muara Enim, OKI, Banyuasin, Ogan Ilir, Lahat, Empat Lawang, Musi Rawas, OKU Timur, OKU, dan OKI.

Page 7: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

127

III. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN

A. Potensi Kayu di Hutan Negara Rata-rata potensi tegakan kayu untuk semua jenis di Sumatera Selatan berdasarkan hasil Re-Enumerasi PSP tahun 1996-2009 yaitu jumlah pohon dengan diameter >20cm sebanyak 30.56 pohon/ha dengan volume 29.23 m3/ha, diameter >50cm sebanyak 3.47 pohon/ha dengan volume 13.14 m3/ha dan diamater >60cm sebanyak 1.87 pohon/ha volumenya mencapai 9.90 m3/ha.

B. Produksi Kayu dan Non Kayu

Produksi kayu bulat di Provinsi Sumatera Selatan berasal dari Izin Usaha Pemanfaatan Kayu (IUPHHK) Hutan Tanaman dan Hutan Rakyat. Total produksi kayu bulat pada tahun 2011 mencapai 2.322.808,62 m3. Produksi kayu bulat terbanyak berasal dari IUPHHK-HT yaitu sebanyak 2.109.807,86 m3 dan kayu yang berasal dari hutan rakyat yaitu 35.458,82 m3.

C. Flora dan fauna

1. Flora di provinsi Sumatera Selatan meliputi Unglen, Merawan, Petanang, Tembesu, Nibung, Gelam, Meranti, Pinus, Kulim, Raflesia, Paku Tiang, terentang, sindur, anggrek dan lain-lain.

2. Fauna di Sumatera Selatan meliputi Gajah, Badak, Harimau, Beruang, Siamang, Lutung

Simpai, Gugu, Monyet, Rusa, Kijang, Ayam Hutan, Kambing Hutan, Babi, dan lain-lain.

D. Jasa lingkungan

1. Taman Nasional Sembilang Taman Nasional Sembilang terdiri dari 87.000 ha ekosistem mangrove yang masih utuh. Bersama dengan kawasan tetangga yaitu Taman Nasional Berbak, menjadi salah satu lansekap situs lahan basah terbesar di Indonesia. TN Sembilang merupakan habitat penting bagi mamalia besar, seperti Rusa Sambar (Cervus unicolor), Beruang Madu (Helarctos malayanus), termasuk spesies langka Harimau Sumatera (Panthera tigrissumatrae). Taman Nasional Sembilang merupakan salah satu ekosistem lahan basah penting di Indonesia bahkan diakui secara International sebagai Situs Ramsar

Harimau Sumatera

Page 8: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

128

yang ke 1945 (ditetapkan pada 6 Maret 2011) atau yang ke 5 di Indonesia.TN Sembilang juga merupakan habitat penting bagi burung air yang bermigrasi, hal ini ditandai dengan ditetapkannya TN Sembilang sebagai Flyway Site Network ke 2 di Indonesia dalam kerangka kerjasama EAAFP. Hal tersebut harus menjadi aset penting yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekowisata di TN Sembilang.

- Aksesibilitas TN Sembilang dapat diakses melalui sungai Musi dengan menggunakan speedboat (speed boat 40 PK) dari Kota Palembang selama 3,5 jam untuk sampai ke Dusun Sembilang-SPTN II Sembilang. Dusun Sembilang juga dapat dicapai dari Mentok, Pulau Bangka sekitar 2-3 jam menggunakan speedboat besar, namun tidak direkomendasikan menggunakan rute ini selama musim angin barat November-Februari. Akses lain juga

dapat ditempuh melalui Simpang PU (KM 40 Pelabuhan Tanjung Api-Api) dengan waktu tempuh 1,5 jam menggunakan speed boat ke Sungai Bungin-SPTN I Sungsang kemudian melanjutkan perjalanan 1 jam untuk sampai di Dusun Sembilang-SPTN I Sembilang. Untuk menuju ke SPTN III Tanah Pilih dapat menempuh perjalanan 1,5 dari Dusun Sembilang ke Dusun Terusan Dalam.

- Potensi Obyek Wisata Alam TN Sembilang Taman Nasional Sembilang ditetapkan pada tahun 2003, dan operasional pengelolanya baru mulai aktif pada tahun 2007.Tentunya banyak hal yang perlu diidentifikasi untuk kebutuhan pengelolaan kawasan, termasuk untuk pengembangan ekowisata di TN Sembilang.Dalam kaitannya dengan kegiatan ekowisata,

sektor pelayanan, ketersediaan infrastruktur, pegelolaan obyek wisata dan keamanan adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi jumlah pengunjung (Syahadat). Namun, hal tersebut belum cukup untuk mendukung keberhasilan pengelolaan ekowisata. Bersinergi dengan sektor lain dan membangun network bisa menjadi momentum terbaik untuk mengembangkan potensi ekowisata.

Sumber daya pariwisata dapat dikategorikan dalam dua hal yaitu berbasis sumber daya alam dan sumber daya buatan. Di TN Sembilang, sebagian besar potensi objek wisatanya berasal dari kategori pertama, karena orisinalitas dan masih alami. Pengamatan ekosistem mangrove melalui canoeing (bersampan) atau perahu kecil

Page 9: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

129

juga akan menjadi kegiatan yang menarik. Selain ekosistem mangrove murni, daya tarik lain ekowisata yang potensial adalah burung migrant dari Siberia yang mengunjungi TN Sembilang pada bulan Oktober-Pebruari setiap tahunnya, hal ini bisa

menjadi daya tarik untuk pengamat burung. Pemantauan satwa liar dapat menjadi salah satu obyek yang menarik, antara lain pengamatan buaya dan lumba-lumba. Potensi sumber daya perairan yang melimpah menjadikan TN Sembilang menjadi surga bagi para hobi mancing (mancing mania). Pengamatan kegiatan nelayan tradisional dalam menangkap ikan, kepiting, udang dan kegiatan nelayan lainnya juga akan

menjadi obyek wisata yang menarik jika dikemas dengan bagus. Namun, sejak mulai operasional pengelolaan TN Sembilang di tahun 2007, pengembangan ekowisata bukanlah menjadi prioritas pengelolaan, sehingga anggaran untuk mendukung pengembangan ekowisata di TN Sembilang tidak tersedia. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan menggunakan analisis SWOT. Dengan memahami masalah, seseorang dapat mengembangkan rencana kerja untuk memecahkan masalah dengan cara yang sistematis. Taman Nasional Sembilang adalah taman nasional yang terletak di pesisir provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Taman nasional ini memiliki luas sebesar 2.051 km². Taman Nasional Sembilang merupakan habitat bagi harimau Sumatra, gajah Asia, tapir Asia, siamang, kucing emas, rusa Sambar, buaya muara, ikan Sembilang, penyu air tawar raksasa, lumba-lumba air tawar dan berbagai spesies burung. Taman Nasional Sembilang terdiri dari hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar dan hutan riparian di Provinsi Sumatera Selatan. Berbagai macam tanaman darat dan air tumbuh di taman ini, termasuk gajah paku (Acrostichum aureum), nipah (Nypa fruticans), cemara Laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus tectorius), Laut waru (Hibiscus tiliaceus), Nibung (Oncosperma tigillaria), jelutung (Jelutung), menggeris (Koompassia excelsa), Gelam tikus (Syzygium inophylla), Rhizophora sp, Sonneratia alba, dan Gimnorrhiza bruguiera. Pesisir dan kawasan hutan, terutama di Sembilang dan Semenanjung Banyuasin, merupakan habitat bagi harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah Asia (Elephas maximus sumatranus), Malayan tapir (Tapirus indicus), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), kucing emas (Catopuma temminckii temminckii), rusa sambar (Cervus unicolor equinus), buaya air asin (Crocodylus porosus), ikan Sembilang (Plotusus canius), penyu air tawar raksasa (Chitra indica), lumba-lumba air tawar (Orcaella brevirostris) dan berbagai jenis burung.

Jumlah besar untuk burung migran dari Siberia dapat dilihat di Sembilang, mencapai klimaks pada bulan Oktober. Panggilan dari ribuan burung yang terbang dalam formasi bahkan dapat didengar di atas ombak gemuruh Selat Bangka.

Page 10: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

130

spesies burung lain yang mendiami taman ini termasuk dowitcher Asia (Limnodromus semipalmatus), melihat greenshank (guttifer Pseudototanus), putih timur Pelican (Pelecanus onocrotalus), bangau susu (Mycteria cinerea), bangau ajudan yang lebih rendah (Leptoptilos javanicus), dan putih-hitam bersayap tiga barang (Chlidonias leucoptera). Bagian barat berbatasan dengan Taman Nasional Berbak Taman di provinsi Jambi.

Menarik lokasi/tempat-tempat : Semenanjung Banyuasin, Sembilang, Benawan Bay, Teluk Sekanak, Pulau Betet : menjelajahi sungai dan hutan mangrove dengan perahu, memancing, dan hewan menonton, burung migran dari Siberia dan atraksi dolphins. Cultural air tawar di luar Taman Festival Krakatau termasuk setiap Juli di Bandar Lampung dan Festival Danau Ranau pada bulan Desember di Oku, Sumatera Selatan. Waktu terbaik tahun untuk mengunjungi : Juni hingga Agustus.

2. Taman Nasional Kerinci Seblat

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah area konservasi alam. Taman nasional ini terletak di empat provinsi, yaitu: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumtera Selatan. Luas Taman Nasional Kerinci Seblat (hasil tata batas) ditetapkan seluas 1.368.000 Ha dengan perincian:

- seluas 353.780 Ha (25,86%) terletak di Provinsi Sumatera Barat; - seluas 422.190 Ha (30,86%) terletak di Provinsi Jambi; - seluas 310.910 Ha (22,73%) terletak di Provinsi Bengkulu; dan - seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Provinsi Sumatera Selatan.

Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat tersebar di 9 Kabupaten, 43 Kecamatan dan 134 Desa. Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro-orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya. Pengembangan kolaborasi pengelolaan pada kawasan konservasi yang telah dilakukan antara lain :

a. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan dengan PD Budiman tentang peningkatan pengelolaan TWA Punti Kayu Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan melalui pemanfaatan dan pengembangan sarana dan prasarana eks penangkaran buaya untuk wisata minat khusus.

b. BKSDA Sumatera Selatan dengan Conoco Phillips (Grissik) Ltd tentang perlindungan dan pengamanan serta rehabilitasi kawasan hutan/pembinaan habitat dalam mendukung pengelolaan Suaka Margasatwa Dangku dan Suaka Margasatwa Bentayan.

Page 11: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

131

E. Lahan Kritis

Luas lahan pada tahun 2007 sebesar 2.824.849 ha (kritis 2.085.364 ha dan sangat kritis 739.485 ha). Pada tahun 2011, luas lahan kritis ini mengalami peningkatan menjadi 3.886.062 ha (kritis 3.668.355 ha dan sangat kritis 217.707 ha). Salah satu upaya untuk mengurangi lahan kritis yaitu dilakukan beberapa kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, antara lain : a. Pembuatan Bibit/Benih Tanaman Kehutanan KBD (Kebun Bibit Desa) dan Penanaman

Hutan Partisipatif b. Pembangunan Areal Model Tanaman Kehutanan Pola Agroforestry c. Pengadaan Bibit pohon Penghijauan dalam rangka peringatan Bulan Bahkti

menanam. d. Rehabilitasi Hutan Catchment Area Daerah Irigasi

Sejak tahun 2003 s.d. 2008 kawasan yang telah direhabilitasi seluas 63.183 ha, dimana seluas 44.751 ha berada dalam kawasan dan seluas 18.432 ha diluar kawasan hutan. Melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan satu miliar pohon, pada tahun 2010 telah tertanam sebanyak 170.156.930 pohon dan pada tahun 2011 tertanam 119.315.390 pohon.

Taman Nasional Sembilang

Page 12: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

132

IV. ASPEK KELEMBAGAAN

A. Model Pengelolaan

Pengelolaan hutan alam secara komersial di Sumatera Selatan sudah dimulai pada tahun 1969 dengan diberikannya ijin pengusahaan hutan yaitu sampai dengan tahun 1985 terdapat 23 HPH yang mengelola hutan seluas 2.017.300 ha, sehingga telah menempatkan kehutanan sebagai penggerak perekonomian melalui ekspor log, kayu gergajian, kayu lapis dan produk kayu lainnya. Namun demikian, mulai tahun 1990 industri kehutanan mulai mengalami penurunan, hal ini digambarkan antara lain dengan penurunan jumlah unit HPH dan penurunan ijin produksi. Khusus untuk Sumatera Selatan sejak dua tahun terakhir, dikenakan kebijakan tidak ada jatah tebangan/produksi yang berasal dari hutan alam. 1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam

Pengelolaan Hutan Produksi di Sumatera Selatan sebagian besar dilaksanakan oleh pihak pemegang ijin dalam bentuk Ijin Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Kayu (IUPHHK). IUPHHK untuk Hutan Alam seluruhnya sebanyak 2 unit seluas 108.170 ha. Daftar IUPHHK-HA yang sebagai berikut :

Tabel 58. Daftar IUPHHK untuk Hutan Alam di provinsi di Sumatera Selatan

No Nama IUPHHK Nomor SK Tanggal SK Luas (ha) Lokasi (Kab/Kota) Keterangan

1 PT. Bumi Pratama Usaha Jaya

604/Kpts-II/1997

18/09/1997 56.000 Musi Banyuasin

Aktif

2 PT. REKI (Restorasi Ekosistem Indonesia)

293/Menhut-II/2007

28/08/2007 52.170 Musi Banyuasin

Tidak Aktif

Jumlah 108.170

2. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Tanaman

Kegiatan Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Provinsi Sumatera Selatan telah dimulai sejak tahun 1989. Selama kurun waktu tahun 2003 s.d. 2012 terdapat 21 (dua puluh satu) pemegang ijin IUPHHK-HTI dengan luas konsesi 1.385.672 hektar. Dua puluh satu pemegang ijin IUPHHK-HTI di Provinsi Sumatera Selatan tersebut adalah sebagaimana tabel berikut : Tabel 59. Daftar IUPHHK untuk Hutan Tanaman di provinsi di Sumatera Selatan

No.

Nama Perusahaan Luas Areal (Ha)

Lokasi Areal

1 PT. Sumber Hijau Permai 30.040 Kab Muba, Banyuasin 2 PT. Musi Hutan Persada 296.400 OKUT, M.Enim, Lahat, Mura, OKU,

OKUS, Empat Lawang, Muba 3 PT. SBA Wood Ind. 142.355 Kab OKI 4 PT. Bumi Mekar Hijau 250.370 Kab OKI

Page 13: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

133

3. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Areal pencadangan Hutan Tanaman Rakyat di provinsi Sumatera Selatan seluas 16.230 ha, terletak di tiga kabupaten. Luasan secara rinci areal pencadangan HTR sebagai berikut: Tabel 60. Daftar Areal pencadangan Hutan Tanaman Rakyat di provinsi Sumatera Selatan

No. Kabupaten/Kota SK Pencadangan Tanggal Luas (Ha) 1. OKU Selatan SK 358/Menhut-II/2009 18/6/2009 5.530 2. OKI SK 357/Menhut-II/2009 18/6/2009 8.000 3. OKU Timur SK 455/Menhut-II/2009 4/8/2009 2.700 Jumlah 16.230

4. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Restorasi Ekosistem

IUPHHK Restorasi Ekosistem terdapat 1 unit dengan luas 52.170 ha diberikan kepada PT. REIKI yang berlokasi di Kabupaten Musi banyuasin melalui SK Menhut No.293/menhut-II/2007 tanggal 28 Agustus 2007.

5. Hutan Desa

Areal pencadangan Hutan Desa di provinsi Sumatera Selatan seluas 7.250 ha, terletak di Kabupaten Musi Banyuasin, ditetapkan melalui SK Menhut No.54/menhut-II/2010 tanggal 21 Januari 2010.

B. Sumber Daya Manusia (SDM)

Tabel 61. SDM Pengelola Kawasan Hutan Lingkup Provinsi Sumatera Selatan

No Instansi Jumlah SDM Menurut Golongan Jumlah

IV III II I L P L P L P L P L P Tot

1 BPPHP Wil.V Palembang 2 1 13 6 4 3 - 2 19 12 31

5 PT. Bumi Andalas Permai 192.700 Kab OKI 6 PT. Bumi Persada Permai I 59.345 Kab Muba 7 PT. Rimba Hutani Mas 67.100 Kab Muba 8 PT. Pakerin 43.380 Kab Muba 9 PT. Ciptamas Bumi Subur 7.550 Kab OKI, Banyuasin

10 PT. Bumi Persada Permai II 24.050 Kab Muba 11 PT. Sentosa Bahagia Bersama 55.055 Kab Muba 12 PT. Wahana Agro Mulia 6.290 Kab Muba 13 PT. Sumatera Prima FW 7.055 Kab Mura 14 PT. Paramitha ML 70.130 Kab Mura, OKI, OKUS 15 PT. Tri Pupa Jaya 21.995 Kab Banyuasin 16 PT. Persada Karya K 48.347 Kab Mura 17 PT. Buana Sriwijaya S 29.010 Kab Mura 18 PT. Tunas Harapan Pratama 10.130 Kab Muba 19 PT. Wahana Lestari M S 14.010 Kab Muba 20 PT. Tlisico Cahaya Pertiwi 4.800 Kab Muba 21 PT. Sumatera Alam Anugerah 5.560 Kab Muara Enim

TOTAL 1.385.672

Page 14: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

134

2 BPDAS Musi - - 27 17 9 3 1 - 37 20 57 3 BPTH Sumatera 2 1 21 6 9 3 - - 32 10 42 4 BKSDA Sumatera Selatan 1 - 51 13 109 6 50 211 19 230 5 Balai TN. Sembilang 1 - 17 3 26 8 - - 44 11 55 6 BPKH Wil. II Palembang 1 - 47 12 11 6 - - 59 18 77

7 Balai Penelitian Palembang 4 2 39 15 20 3 1 2 64 22 86

8 Dishutbun Sumsel 12 100 23 3 153 Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah)

C. Sarana dan Prasarana Pengamanan Hutan

Sarana dan prasarana pengamanan hutan Provinsi Sumatera Selatan meliputi : 1. Pos Pemeriksaan Terpadu (PPT) sebanyak 5 unit, yaitu : PPT Senawar Jaya di

Kabupaten Musi Banyuasin, PPT Pematang Panggang di Kabupaten Ogan Komering Ilir, PPT Kota Baru di Kabupaten OKU Timur, PPT Nibung di Kabupaten Musi Rawas, dan PPT Merapi di Kabupaten Lahat.

2. Senjata api sebanyak 161 pucuk, terdiri dari : senjata genggam 26 pucuk, senjata laras panjang 136 pucuk

3. Kapal patroli 1 unit; speed boat 4 unit (115 PK) dan motor trail 22 unit

D. Prospek Pengelolaan Hutan Setelah berakhirnya masa berlaku Rencana Umum Pengelolaan Hutan pada tahun 2000, perencanaan pengelolaan hutan produksi sampai saat ini belum dituangkan dalam konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Lestari tetapi didasarkan pada pemanfaatan potensi hutan alam untuk pengusahaan hutan (HPH) dan pengembangan hutan tanaman (HTI). Pada tahun 2003 telah disusun Masterplan KPHP Provinsi Sumatera Selatan namun sampai tahun 2005 belum disahkan sehingga pembentukan unit-unit KPHP belum dapat dilaksanakan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan dan hidupnya tergantung pada sumberdaya hutan, hutan mempunyai hubungan yang erat dengan kesejahteraan hidupnya. Hutan bermanfaat tidak saja dimanfaatkan produksi hasil hutannya (kayu dan non kayu), juga bermanfaat dalam menjaga tata air, mencegah erosi dan banjir serta menghasilkan oksigen. Sebagian masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan telah berinteraksi dengan hutan cukup lama dan umumnya mereka berpenghasilan rendah serta kurang mempunyai akses langsung untuk memanfaatkan hutan. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan melalui HPH Bina Desa/Program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan, Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (MHBM) dan Pengelolaan Hutan Rakyat (MHR), memperkuat kelembagaan kehutanan di daerah melalui penyuluhan, pemberdayaan masyarakat, pendayagunaan masyarakat, peningkatan ekonomi kerakyatan.

Page 15: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

135

Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan saat ini belum dikelola secara intensif dan dimanfaatkan secara optimal. Kondisi tersebut disebabkan karena belum adanya kelembagaan pengelola hutan yaitu Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), baik itu berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi maupun Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota pada saat ini lebih bersifat pengadministrasian kegiatan-kegiatan kehutanan.

Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari maka seluruh kawasan hutan terbagi dakam KPH. KPH tersebut dapat berbentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Hal ini menjawab permasalahan yang muncul saat ini, misalnya kondisi hutan yang memperihatinkan ditandai dengan meningkatnya laju degradasi hutan, kurang berkembangnya investasi di bidang kehutanan, rendahnya kemajuan pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya illegal logging dan illegal trade, nerosotnya perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan, serta meningkatnya luas kawasan hutan yang tidak terkelola dengan baik. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya strategis dalam bentuk deregulasi dan debiokratisasi.

Surat keputusan penetapan wilayah KPHP dari KPHL di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 ditetapkan 14 unit KPHP dan 10 unit KPHL. Melalui kegiatan APBN dan APBD, proses pembentukan KPH di Provinsi Sumatera Selatan sudah mulai dirintis sejak tahun 2006-2010, dan sebagai tahap awal telah dilaksanakan fasilitasi pembentukan KPH di 3 (tiga) kabupaten, yaitu unit KPHP Kemampo di Kabupaten Banyuasin, KPHP Lakitan Selatan di Kabupaten Musi Rawas, dan KPHL Bk Nanti di Kabupaten OKUS. Dalam perkembangannya setelah penetapan wilayah unit KPHP model Kemampo menjadi unit I KPHL Banyuasin, KPHP Model Lakitan Selatan menjadi KPHP Model Unit VI Lakitan, dan KPHL Model Bk Nanti menjadi KPHL unit XVI Peraduan Gistang. Pada tahun 2009, Departemen Kehutanan menetapkan 2 (dua) unit KPH di Provinsi Sumatera Selatan sebagai KPH Model yaitu KPHP unit III Lalan Mangsang Mendis dan KPHP unit VI Lakitan. Adapun progres pembentukan kelembagaan KPHP dan KPHL di Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut.

No. Unit Kelembagaan Penetapan

1 KPHP Model unit III Lalan Mangsang Mendis

SKPD KPHP unit III Lalan Mangsang Mendis

Peraturan Daerah Kab.Muba No. 6 tahun 2011 tanggal 19 Desember 2011

2 KPHP unit IV Meranti SKPD KPHP unit IV Meranti

Peraturan Daerah Kab.Bupati Muba No. 6 tahun 2011 tanggal 19 Desember 2011

3 KPHP unit VI Lakitan UPT Dinas Kehutanan Kabupaten Mura

Peraturan Bupati Mura No. 27 tahun 2010 tanggal 4 Oktober 2010

Page 16: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

136

4 KPHP unit Rawas UPT Dinas Kehutanan Kabupaten Mura

Peraturan Bupati Mura No. 27 tahun 2010 tanggal 4 Oktober 2010

Fasilitasi yang dilakukan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun

2012 yaitu fasilitasi pembentukan kelembagaan KPH di Kabupaten OKI dan fasilitasi kelembagaan di KPHP unit VII Benakat (lintas kabupaten). Berdasarkan peraturan perundang-undangan, kelembagaan KPH berbentuk SKPD melalui penetapan Perda oleh DPR kabupaten/ provinsi. Diperlukan penyamaan persepsi antara pemerintah daerah dan anggota legislatif sehingga pembentukan kelembagaan KPH dapat terwujud.

Sasaran terlaksananya prakondisi pembentukan kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di 4 lokasi sudah tercapai dengan telah terlaksananya prakondisi pembentukan kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di 7 (tujuh) lokasi, yaitu;

1. KPHP Model unit III Lalan Mangsang Mendis di Kabupaten Musi Banyuasin 2. KPHP unit VI Lakitan di Kabupaten Musi Rawas 3. KPHL unit I Banyuasin di Kabupaten Banyuasin 4. KPHL unit XVI Peraduan Gistang di Kabupaten OKU Selatan 5. KPHP unit XXI Lempuing di Kabupaten OKI 6. KPHL unit XV di Kabupaten OKU 7. KPHP unit VII Benakat

Penetapan wilayah KPH perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan pembentukan kelembagaan dan penyusunan rencana pengelolaan. Pembentukan kelembagaan KPH, hubungan tata kerja dan SDM yang profesional belum diatur oleh Pemerintah Pusat. Hal ini menyebabkan kinerja pembentukan kelembagaan KPH sedikit terkendala, sehingga diperlukan kebijakan pemerintah daerah agar pembentukan kelembagaan KPH segera terbentuk dan dapat berjalan sesuai amanah pengelolaan hutan yang lestari.

E. Daftar UPT, LSM dan lembaga terkait di Provinsi Sumatera Selatan 1. Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota

No Dinas Alamat

1 Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan

Jl. Kol. H. Burlian Punti Kayu Km.6,5 - Palembang Tlp : (0711) 411476 fax : (0711) 411479

2 Dinas Kehutanan Kabupaten Muara Enim Jl. Mayor Tjik Agus Kiemas (depan Islamic Center Muara Enim) Tlp : (0734) 421081

3 Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin

Jl. Kol. Wahid Udin Lingk. VII No.254 Sekayu Tlp/fax : (0714) 321202 / 624392

4 Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Komp. Perkantoran Pemda Mura, Jl. Pemda I Muara Beliti Tlp : (0733) 324883

Page 17: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

137

5 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Ogan Komering Ulu

Jl. Mayor Iskandar No.1162-1164 Baturaja Tlp/fax : (0735) 320442 / 322510

6 Dinas Kehutanan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Jl. Letnan Darna Jambi No.5 Kayuagung Tlp/fax : (0712) 321059 / 321755

7 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Ogan Ilir

Jl. Jl. Linyas Timur Km.34 Komp. Pemda Inderalaya Tlp/fax : (0711) 581224 /581571

8 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Lahat

Jl. RE. Martadinata No.74 Banda Agung - Lahat Tlp : (0731) 321523

9 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyuasin

Komp. Perkantoran Pemkab No.14, Sekojo Pangkalan Balai Tlp : (0711) 7690014

10 Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Empat Lawang

Jl. Lintas Sumatera Km.7,5 Sungai Payang – Tebing Tinggi Tlp : (0702) 216024

11 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Oku Timur

Jl. Jend. Sudirman No.11 Martapura Tlp : (0735) 481383

12 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Oku Selatan

Komp. Perkantoran Pemkab, Jl. Serasan Seandanan No.4 Muara Dua Tlp/fax : (0735) 590770 / 591071

13 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kota Pagar Alam

Jl. Laskar Wanita Mintarjo, Komp. Perkantoran Gn. Gare Pagar Alam Tlp : (0730) 622824

14 Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih

Jl. Bay Pass Jend. Sudirman Km.12 Gd. Perkantoran Pemkot Prabumulih Lt.6 Tlp/fax : (0713) 3920011 / 3926601

15 Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Palembang

Jl. TP. H. Sofyan Kenawas Gandus (Komp. RPH) Palembang Tlp/fax : (0711) 441551, 445554

16 Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Lubuk Linggau

Jl. Letkol Sukirno Km.7 Kel. Air Kuti Kec. Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau Tlp/fax : (0733) 451086 / 452000

2. UPT Kehutanan

No Nama UPT Alamat

1.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan

Jl. Kol. H. Burlian Km.6 Puntikayu No.79 Po.Box 1288 Palembang Tlp/fax : (0711) 410948 / 411578

2.

Balai Taman Nasional Sembilang Jl. AMD Kel. Talang Jambe Kec. Sukarame Tlp/fax : (0711) 789200

3.

Balai Pengelolaan DAS Musi Jl. Kol. H. Burllian Km.6,5 Po.Box 1202 Puntikayu-Palembang Tlp/fax : (0711) 413329

4. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah Sumatera

Jl. Kol. H. Burllian Km.6,5 Puntikayu, Palembang Tlp/fax : (0711) 417140

5. Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah V Palembang

Jl. Kol. H. Burllian Km.6,5 Po.Box 168 Puntikayu, Palembang Tlp/fax : (0711) 410545 / 414051

6. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah II Palembang

Jl. Kol. H. Burllian Km.6 No.80 Puntikayu, Palembang Tlp/fax : (0711) 410819

7. Balai Penelitian Kehutanan Palembang Jl. Kol. H. Burllian Km.6,5 Po.Box 179 Palembang, Sumatera Selatan Tlp/fax : (0711) 414864

Page 18: 5bd3daeffd407ed9e49af999c4e57ca9

138

1. LSM

a. Wahana Bumi Hijau b. Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Selatan c. Komda AMAN Provinsi Sumatera Selatan d. ZSL Sumatera Selatan

Apel Pelepasan Operasi Darat dan Operasi Udara

Penanaman OBIT

FOTO-FOTO PENDUKUNG

Penamanan di kawasan Jakabaring Sport City oleh

Gubernur Sumatera Selatan