55861820 makalah penyakit malaria
TRANSCRIPT
Makalah Penyakit Malaria
Thx wat yg dah ngasih softfile makalah ini : Angga n Gita (08)
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit malaria di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di
daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis
dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar
biasa (KLB) malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit
malaria masih tinggi di daerah tersebut.
Malaria merupakan penyakit global yang paling sering terjadi di daerah tropis, tetapi
penularannya juga dapat terjadi didaerah beriklim sedang. Pada abad ke-19 dan ke-20 awal,
spesies Plasmodium secara luas terdistribusi di Amerika. Distribusi ini termasuk Amerika Serikat
Selatan, Mississippi River Valley, dan Minnesota dan Michigan. Sekarang, parasit Plasmodium
menyebabkan lebih dari 100 juta kasus malaria per tahun terutama didaerah tropis. Hasil yang
diperkirakan dari 1-2.000.000 kematian per tahun, banyak dari mereka adalah anak-anak.
Bahkan, lebih besar dari 90% kejadian malaria mengancam jiwa anak-anak. Distribusi dari
vektor nyamuk dan prevalensi penyakit dalam suatu populasi merupakan factor utama yang
menentukan distribusi parasit Plasmodium. Daerah yang penuh dengan nyamuk, seperti rawa-
rawa, telah lama memiliki hubungan dengan tingginya angka serangan malaria. Lingkungan
yang mendukung seperti genangan air menyebabkan munculnya sarang nyamuk. Saat ini, yang
merupakan daerah endemik antara lain Karibia, Amerika Selatan bagian utara, Amerika Tengah,
Afrika, India, Australia, Asia Tenggara, dan Asia kepulauan Pasifik. Malaria juga terjadi secara
sporadik di daerah non endemik, dalam banyak kasus berupa penyakit laten. Penyakit malaria
yang kambuh disebabkan oleh reaktivasi fase laten hipnozoit P vivax dan P ovale (Wilson,
2001).
Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui, pemberantasan vektor
penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkan dengan melakukan pengobatan kepada
mereka yang diduga menderita malaria atau pengobatan juga sangat perlu diberikan pada
penderita malaria yang terbukti positif secara laboratorium. Dalam hal pemberantasan malaria
selain dengan pengobatan langsung juga sering dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan
lingkungan sekeliling rumah dengan racun serangga, untuk membunuh nyamuk dewasa upaya
lain juga dilakukan untuk memberantas larva nyamuk.
BAB II
PERMASALAHAN
Infeksi malaria terbesar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian
Selatan) dan daerah Oceania dan Karibia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria
dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta per tahun. Beberapa
daerah yang bebas malaria adalah Amerika Serikat, Canada, Negara di Eropa (kecuali Rusia),
Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia. Negara tersebut
terhindar dari malaria karena vector kontrolnya yang baik, walaupun di Negara tersebut makin
banyak dijumpai kasus malaria yang import karena pendatang dari Negara malaria atau
penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria.
P. falciparum dan P. malariae umumnya dijumpai pada semua Negara dengan malaria; di Afrika,
Haiti, dan Papua Nugini umumnya P. falciparum; P. vivax banyak di daerah Amerika Latin. Di
Amerika Selatan, Asia Tenggara, Negara Oceania dan India umumnya P. falciparum dan P.
ovale, P. vivax biasanya hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan timur sampai ke utara, Maluku,
Irian Jaya dan dari Lombok sampai Nusa Tenggara Timur merupakan daerah endemis malaria P.
falciparum dan P. vivax. Beberapa daerah di Sumatra mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan
Batam kasus malaria cenderung meningkat.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung
akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komlikasi ataupun mengalami
komlikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai
malaria ialah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.
Plasmodium yang sering dijumpai adalah Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana
(Benign Malaria) dan Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan
Malaria). Plasmodium malariae pernah juga dijuumpai pada suatu kasus, tetapi sangat jarang.
Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, pulau Owi (utara Irian
Jaya).
1. Keluhan dan Gejala
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi
malaria, berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium (P. falciparum sering
memberikan komplikasi), daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia
lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi,
kemoprofilaktis dan pengobatan sebelumnya.
Ada 4 jenis plasmodium yaitu, P. vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan
malaria tertiana/vivax, P. falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria
tropika/falciparum, P. malariae, cukup jarang namun dapat menimbulkan sindroma nefrotik dan
menyebabkan malaria kuartana/malariae dan P. ovale dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik
barat, memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan,
menyebabkan malaria ovale.
Manifestasi Umum Malaria
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia, dan splenomegali. Masa
inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum
terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di
punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan
kadang-kadang dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan ovale, sedangkan
pada P. falciparum dan malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode dingin (15-60
menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada
saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan
meningkatnya temperature, diikuti dengan periode demam: penderita muka merah, nadi cepat,
dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian
periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperature turun, dan penderita merasa
sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P. vivax, pada P. falciparum menggigil dapat
berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada P. falciparum,
36 jam pada P. vivax dan ovale, pada 60 jam pada P. malariae. Anemia merupakan gejala yang
sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia ialah: pengrusakan
eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoiesis sementara, hemolisis oleh karena proses complemen
mediated immune complex, eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran retikulosit, dan
pengaruh sitokin. Pembesaran limpa (splenomegali) sering dijumpai pada penderita malaria,
limfa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan
hiperemis. Limfa merupakan organ yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi
malaria, penelitian pada binatang percobaan limpa menghapuskan eritrosit yang terinfeksi
melalui perubahan metabolisme, antigenic dan rheological dari eritrosit yang terinfeksi.
Manifestasi Klinik Malaria Non Falciparum
a. Manifestasi Klinis Malaria Tertiana/M. Vivax atau M. Benigna
Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari. Pada hari-hari pertama panas
irregular, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat tersebut perasaan dingin atau
menggigil jarang terjadi. pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan periodic setiap 48
jam dengan gejala klasik Trias Malaria. Serangan paroksismal biasanya terjadi pada waktu sore
hari. Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari. Pada minggu kedua limpa
mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih mebesar dan panas masih
berlangsung, pada akhir minggu ke-5 panas mulai turun secara krisis. Pada malaria vivax
manifestasi klinik dapat berlangsung secara berat tetapi kurang membahayakan. Limpa dapat
membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran Hackett). Malaria serebral jarang terjadi. Edema
tungkai disebabkan karena hipoalbuminemia. Mortalitas malaria vivax rendah tetapi morbiditas
tinggi karena seringnya terjadi relapse. Pada penderita yang seimune perlangsungan malaria
vivax tidak spessifik dan ringan saja; parasitemia hanya rendah; serangan demam hanya pendek
dan penyembuhan lebih cepat. Reistensi terhadap kloroquin pada malaria vivax juga dilaporkan
di Irian Jaya dan didaerah lainnya. Relapse sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang
tertinggal di hati pada saat stastus imun tubuh menurun.
b. Manifestasi Klinis Malaria Malariae/M. Quartana
M. Malariae banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika Latin, sebagian Asia. Penyebarannya
tidak seluas P. vivax dan P. falciparum. Masa inkubasi 18-40 hari. Manifestasi klinik seperti
pada malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan. Anemia jarang terjadi, splenomegali sering
dijumpai walaupun pembesaran ringan. Serangan paroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada
waktu sore dan parasitemia sangat rendah <1%.
Komplikasi jarang terjadi, syndrome nefrotik dilaporkan pada infeksi Plasmodium malariae pada
anak-anak Afrika. Diduga komplikasi ginjal disebabkan oleh karena deposit kompleks immune
pada glomerolus ginjal. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan Ig M bersama peningkatan
titer antibodinya. Pada pemeriksaan dapat dijumpai edema, esites, proteinuria yang banyak,
hipoproteinemia tanpa uremia dan hipertensi. Keadaan ini prognosisnya jelek. Respon terhadap
pengobatan antimalaria tidak menolong, diet dengan kurang garam dan tinggi protein, dan
diuretic boleh dicoba, steroid tidak berguna.
c. Manifestasi Klinis Malaria Ovale
Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria. Masa inkubasi 11-16 hari,
serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari 10 kali walaupun tanpa
terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain, maka P.ovale tidak akan
tampak di darah tepi tetapi plasmodium yang lain yang akan ditemukan. Gejala klinis hamper
sama dengan malaria vivax, lebih ringan, pouncak panas lebih rendah dan perlangsungan lebih
pendek, dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil jarang terjadi dan
splenomegali jarang sampai dapat diraba.
Manifestasi Malaria Tropika atau M. Falciparum
Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat diitandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi
9-14 hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan yang cepat dan parasitemia yang tinggi dan
menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu sakit kepala,
nyeri belakang atau tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah, dan diare. Parasit sulit ditemui
pada penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya ireguler dan tidak periodic, sering
terjadi hiperpireksia dengan temperature di atas 40oC. gejala lain berupa konvulsi, pneumonia
aspirasi dan banyak keringat walaupun temperature normal. Apabila infeksi memberat nadi
cepat, nausea, muntah, diare menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk). Splenomegali
dijumpai lebih sering dari hepatomegali dan nyeri pada perabaan; dan hati membesar dapat
disertai timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria hialin dan Kristal yang
granuler. Anemia lebih menonjol dengan leucopenia dan monositosis (Sudoyo, 2006).
2. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Malaria
Diagnosa malaria sering memerlukan anamnesa yang teppat tentang asal penderita apakah dari
daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riwayat pengobatan kuratif
maupun preventif.
- Pemeriksaan Tetes Darah untuk Malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting
untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatik tidak menyampingkan
diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negative, maka diagnose malaria dapat
dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui:
- Tetesan preparat darah tebal
- Tetesan darah tipis
- Tes antigen: P-F test
- Tes serologi
- Pemeriksaan PCR (Polimerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup
cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit
sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan
belum untuk pemeriksaan rutin.
- Pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)
3. Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi malaria juga menginfeksi
binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. Termasuk genus Plasmodium dari family
plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan
mengalami pembiakan aseksual dijaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada
tubuh nyamuk yaitu Anopheles betina. Nyamuk ini biasanya akan menggigit mulai pukul 18.00
sampai pukul 06.00.
Klasifikasi Ilmiah Plasmodium
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : P. falcifarum, P. ovale, P. malariae, P. vivax, dll
Klasifikasi Ilmiah Nyamuk Anopheles
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Subfamili : Anophelinae
Genus : Anopheles
(Wikipedia, 2010)
Malaria ditransmisikan ke manusia oleh nyamuk anopheles betina dan ada sekitar 430 spesies
Anopheles dan 3500 spesies nyamuk. Anopheles gambiae merupakan vector yang paling
signifikan di Afrika. Siklus hidup Anopheles umumnya sama dengan nyamuk yang lain yaitu
dari telur – larva – pupa – nyamuk (Cross, 2004).
Hospes definitif dan vektor dari parasit yang disebabkan oleh plasmodium adalah nyamuk
Anopheles betina. Perkembangbiakan aseksual dan gametogenesis terjadi di hospes perantara
yaitu manusia. Dari semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama. Infeksi sporozoit
berasal dari nyamuk Anopheles betina yang akan ditransmisikan ketika nyamuk menggigit
manusia. Sporozoit akan bermigrasi melewati pembuluh darah meuju ke hati kemudian
menginfeksi hati dan memulai perkembangbiakan aseksual. Di hati, schizonts akan terbentuk dan
di dalamnya terdiri dari banyak merozoit. Setelah terjadi pematangan schizont yang mengandung
merozoit, maka schizont akan pecah dan merozoit akan menuju aliran darah. Dan di dalam aliran
darah merozoit akan menginfeksi sel darah merah (siklus eritrositer). Di dalam darah sebagian
parasit akan membentuk gamet jantan dan gamet betina, bila nyamuk menghisap darah manusia
yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam tubuh nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan
tebentuk zygote dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus dinding nyamuk
dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjjadi masak dan mengeluarkan sporozoit
yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamukk dan siap menginfeksi manusia (Wilson, 2001).
4. Cara Pencegahan
Pemahaman tentang kebiasaan dan perilaku nyamuk Anopheles betina sanat berguna dalam
pencegahan penyakit. Tempat-tempat rawa dan lingkungan mikro yang tenang dapat mendukung
perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Menghindarki tempat yang dipenuhi nyamuk dan
membersihkan tempat perindukan dapat mengurangi kemungkinan gigitan nyamuk.
Tindakan pencegahan untuk mengindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara:
1. Tidur dengan kelambu, sebaiknya dengan kelambu impregnated (dicelup peptisida: pemethrin
atau deltamethrin)
2. Menggunakan obat pembunuh nyamuk (mosquitoes repellents): gosok, spray, asap, elektrik
3. Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau harus memakai proteksi
(baju lengan panjjang, kaos atau stocking). Nyamuk akan menggigit diantara jam 18.00 – 06.00.
nyamuk jarang pada ketinggian di atas 2000 meter.
4. Memproteksi tempat tinggal atau kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti-nyamuk
Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang menyulitkan adalah
banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium selain pada masing-masing bentuk stadium
pada daur plasmodium, yang paling berbahaya adalah P. falciparum sekarang baru diitujukan
pada pembuatan vaksin untuk proteksi terhadap P. falciparum. Pada dasarnya ada 3 jenis vaksin
yang dikembangkan yaitu vaksin sporozoit (bentuk intrahepatik), vaksin terhadap bentuk
aseksual dan vaksin transmission working untuk melawan bentuk gametosit. Vaksin dalam
bentuk aseksual yang pernah dicoba ialah SPF-66 atau yang dikenal sebagai vaksin Patarroyo,
yang pada penelitian akhir-akhir ini tidak dapat dibuktikan manfaatnya.
Kontrol terhadap Malaria
Kontrol Vektor
- Menghindarkan diri dari tempat-tempat yang penuh dengan nyamuk teutama Anopheles.
- memakai pakaian yang dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk setiap sore dan malam
hari.
- Menggunakan obat pembunuh nyamuk (mosquito repellant)
- Semprot kain-kain untuk tidur dan kelambu dengan pestisida pemethrin
- Kecuali untuk keperluan yang penting, ibu hamil sebaiknya tidak bepergian ke daerah endemic
P. falciparum.
Ukuran profilaksis
- Klorokuin merupakan obat yang dapat digunakan pada daerah yang tidak
Resisten terhadap klorokuin.
- Meflokuin digunakan pada daerah yang diketahui resisten terhadap klorokuin.
- Doxycycline dapat digunakan jika meflokuin tidak dapat digunakan, kecuali pada ibu hamil,
anak < 8 tahun atau orang yang hipersensitif terhadap doxycyclin.
- Cloroquin proguanil dapat diberikan hanya pada pasien yang tidak dapat diberi meflokuin atau
doxycyclin.
Emergency Self Treatment of Possible Malaria
(Wilson,2001)
5. Cara Pengobatan
Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan obat anti malaria yang efektif
terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin. Keuntungannya tidak menyebabkan
hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan. Namun, dengan meluasnya resistensi terhadap
klorokuin, maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat. Kona merupakan
obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium dan dipilih sebagai obat
utama untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuat terhadap P.falciparum yang
resisten terhadap klorokuin. Meskipun kina dapat digunakan pada masa kehamilan, tetapi dapat
menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan kontribusi untuk hipoglikemia (Wilson,2001).
6. Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada malaria berat,
tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose dan penanganan yang tepat.
Walaupun demikian mortalitas penderita malaria berat di dunia masih cukup tinggi antara 15%-
60% tergantung fasilitas pemberi pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti
dengan peningkatan mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan hipoglikemi,
peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari pada malaria
serebral saja.
Prognosis untuk malaria nonfallciparum secara umum baik pada penderita yang responsive untuk
melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P. vivax dapat dihindari dengan terapi yang sesuai. P.
malariae dapat ditangani dengan terapi yang baik sehingga tidak ada kontribusi untuk
menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Prognosis malaria falciparum, terutama untuk nonimun
perlu berhati-hati. Kerusakan organ secara multisystem dapat meningkatkan angka morbiditas
dan mortalitas yang tinggi (Wilson,2001).
BAB IV
PENUTUP
1. Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
2. Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium. ada 4 jenis plasmodium penyebab penyakit
malaria yaitu Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana (Benign Malaria) dan
Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria). Plasmodium
malariae, dan Plasmodium ovale.
3. Dalam menginfeksi manusia, plasmodium membutuhkan vector yaitu nyamuk Anopheles.
4. Gejala klasik yang ditimbulkan yaitu Trias Malaria, yang memiliki 3 stadium yaitu stadium
diingin, stadium demam, dan stadium berkeringat.
5. Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi
malaria, berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium.
6. Pemeriksaan penunjang diagnostik dapat menggunakan PCR dan ELISA
7. Pengobatan dapat dilakuukan dengan terapi dan perawatan suportif. Terjadinya komplikasi
menyebabkan tingginya angka kesakitan dan angka kematian.
8. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengontrol vector dan perlindungan terhadap tubuh dari
gigitan nyamuk.
9. Prognosis baik untuk malaria non falciparum
DAFTAR PUSTAKA
Cross, C. 2004. The Life Cycle of Anopheles Mosquitoes.
http://malaria.welcoome.ac.uk/mosquito. diakses pada tanggal 28 Mei 2010.
Sudoyo, A. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta.
Wilson, R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. The McGraw – Hill
Companies, Inc united states of America.
http://en.wikipedia.org/wiki/anopheles
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/lifecycleofmalaria