54992519-cpd

12
 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,berkat Rahmat dan HidayahNya penulis akhirnya dapat menyelesaikan asuhan kebidanan yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.’J’ G I P0000Ab000 A/T/H dengan CPD ( Cephalus Pelvis Disproporposional / panggul sempit ) di RSUD Waluyo Jati“.Tug as Akhir ini penulis buat untuk memenuhi tugas pada akhir p endidikan di Amanah Husada. Penulis membuat Tugas Akhir ini berdasarkan sumber yang relevan yang penulis peroleh dari buku-  buku pustaka dan  searching di internet.. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan kendala dan hambatan baik dalam memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan.  Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis ingin meng ucapkan terima kasih kepada Ibu Siska eka Chandra selaku manager di amanah husada , ibu sukristianti Selaku kabag.pendidikan , ibu Dewi selaku pembimbing di lapangan , ibu puspita selaku dosen pembimbing serta teman-teman dan berbagai pihak yang ikut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam Tugas Akhir ini banyak terdapat kekurangan,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa mendatang. Penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat dipergunakan sebagaiman mestinya. Probolinggo,1 Mei 2011 Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan Tugas Akhir ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. “J” G1P0000Ab000 dengan CPD ( Cephalus Pelvix Disproporsional ) di RSUD Waluyo Jati Kraksaan ” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini merupakan laporan individu selama melakukan praktik klinik di Ruang Bersalin RSUD Waluyo Jati Kraksaan pada tanggal 23 April 2011 – 14 Mei 2011 Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1. Dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTMH. MARS selaku Direktur RSU Dr. Soetomo

Upload: diyan110

Post on 11-Jul-2015

178 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 1/12

 

KATA PENGANTAR 

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,berkat Rahmat dan HidayahNya penulis akhirnya

dapat menyelesaikan asuhan kebidanan yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.’J’

GIP0000Ab000 A/T/H dengan CPD ( Cephalus Pelvis Disproporposional / panggul sempit ) di RSUD

Waluyo Jati“.Tugas Akhir ini penulis buat untuk memenuhi tugas pada akhir pendidikan di Amanah

Husada.

Penulis membuat Tugas Akhir ini berdasarkan sumber yang relevan yang penulis peroleh dari buku-

 buku pustaka dan searching di internet..

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan kendala dan hambatan baik dalam

memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan.

 Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada

waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siska eka Chandra selaku

manager di amanah husada , ibu sukristianti Selaku kabag.pendidikan , ibu Dewi selaku pembimbing di

lapangan , ibu puspita selaku dosen pembimbing serta teman-teman dan berbagai pihak yang ikut membantu

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam Tugas Akhir ini banyak terdapat kekurangan,untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa mendatang.Penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat

dipergunakan sebagaiman mestinya.

Probolinggo,1 Mei 2011

Penulis

KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan Tugas Akhir ini

yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. “J” G1P0000Ab000 dengan CPD ( Cephalus Pelvix

Disproporsional ) di RSUD Waluyo Jati Kraksaan ” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Tugas Akhir ini merupakan laporan individu selama melakukan praktik klinik di Ruang Bersalin RSUD

Waluyo Jati Kraksaan pada tanggal 23 April 2011 – 14 Mei 2011

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTMH. MARS selaku Direktur RSU Dr. Soetomo

Page 2: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 2/12

 

Surabaya

2. H. Moch. Muchson, Msc selaku Direktur Politeknik Kesehatan Surabaya

3. Hj. Sitti Arras, SST., S.Pd., M.Pd selaku Kepala Program Studi Kebidanan

Sutomo Surabaya

4. Endang Sulistijani, S.Psi., Amd.Keb., MM.Kes selaku Kepala Unit Rawat Jalan

Hamil II RSU Dr. Soetomo Surabaya

5. Nortje Aswandono, Amd.Keb., Sos selaku Pembimbing Pendidikan Program

Studi Kebidanan Sutomo Surabaya

6. Ny. Fitri yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan laporan

 praktik klinik ini.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna oleh karena itu mohon agar laporan ini menjadi

sempurn. Semoga laporan ini bermanfaat bagi yang terkait.

Page 3: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 3/12

 

CPD

( Cephalo Pelvik Disproportion )

A. DEFINISI

CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin dengan bentuk dan ukuran panggul.

(http://rumahkitabro.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-cephalo-pelvik.html)

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin

dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.

( http://istanareload.wordpress.com/2009/05/21/cephalopelvic-disproportion-cpd/ )

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin

dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh

 panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika kepala bayi dinyatakanterlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Sering kali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja

keras selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan medis wanita sebelum ia

 bahkan buruh. Sebuah misdiagnosis of CPD account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan bedah caesar 

di Amerika Utara dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak harus berdampak masa depan

seorang wanita melahirkan keputusan. Banyak tindakan dapat diambil oleh ibu hamil untuk meningkatkan

 peluangnya untuk melahirkan melalui vagina.

( http://iqvita.wordpress.com/2010/06/08/makalah-cpd/ )

Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan secara obstetri. Secara anatomi berarti

 panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih.

Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih diameternya kurang sehingga mengganggu

mekanisme persalinan normal.

( http://somelus.wordpress.com/2010/05/14/panggul-sempit/

B. UKURAN PANGGUL DAN PENYEBAB TERJADINYA CPD

ANATOMI PANGGUL 

Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa dapat dibagi

menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan

terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio

sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium.Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea

yang menghubungkan os sakrum (tl panggul)dan os koksigis(tl.tungging).

Page 4: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 4/12

 

Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada

kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar,misalnya ujung koksigis dapat

 bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm.Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis

menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itudapat ditekan ke belakang.

Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor 

adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang

Page 5: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 5/12

 

terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.

Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis

mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang

dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat

uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator 

ani dan muskulus koksigeus.

a. Ukuran Panggul 

1. Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea innominata, serta

 pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium,

Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang

dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan

tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri.

Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan

 panjang konjugata diagonalis.

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan

mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan

konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih

antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.

2. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat

diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada

distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum

merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica

 berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum

 berukuran 4,5 cm.3,4 .

3. Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang

sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat

diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5

cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm),

dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).

b. Etiologi CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional )

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan.

Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di

 jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.

a. Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his

Page 6: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 6/12

 

 b. kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.

2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi, hidrosefalus.

3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit jalan lahir. Pola

Kelainan Persalinan, Diagnostik, Kriteria dan Metode Penanganannya

 Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada janin

dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi,

lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang

 penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya

 perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal,

 juga terdapat panggul sempit lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.

2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis,

 penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.

3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.

4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau kelumpuhan satu kaki.4

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan

distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.

a. Penyempitan pintu atas panggul 

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya (konjugata vera)

kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari 12 cm. Diameter 

anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonal secara manual

yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan pintu atas panggul biasanya

didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5 cm.Mengert (1948) dan Kaltreider (1952)

membuktikan bahwa kesulitan persalinan meningkat pada diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau

diameter transversal kurang dari 12 cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter 

dibandingkan sempit hanya pada salah satu diameter.

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila melewati pintu

atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan

memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms

 pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul

sempit dibandingkan wanita dengan panggul sedang atau luas.

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga gaya yang

ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks.Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah

selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga

kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang

 berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.3,4

Page 7: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 7/12

 

Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk dalam rongga panggul

sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan kepala janin megapung bebas di

atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan panggul

sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam

kali lebih sering dibandingkan wanita dengan panggul normal atau luas.

b. Penyempitan panggul tengah

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak berkonvergensi, foramen

isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul

tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul

lebih sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini menyebabkan terhentunya kepala janin pada bidang

transversal sehingga perlu tindakan forceps tengah atau seksio sesarea.

Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti penyempitan pada

 pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul apabila diameter interspinarum

ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah 13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang

hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila

ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikutidengan ukuran diameter sagitalis posterior pendek.

c. Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan diameter 

intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter distantia

intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah panggul biasanya disertai oleh

 penyempitan pintu tengah panggul.

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam menimbulkan

distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis,

melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.

d. Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit

Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa. Misalnya pada

tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada

kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan

yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat

diperkirakan kapasitas panggul.

Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan

 panggul sempit adalah kecil.

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh keterangan tentang

keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan

tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki

 banyak arti.

Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat ketelitian yang

tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran yang tepat dua diameter  penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan

diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin

sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan

lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan

Page 8: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 8/12

 

 pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul akurat,

 pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal.

Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya,

luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang

masih dapat dilahirkan spontan.

Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan dengan metode

Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas

kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah kepala

menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang

kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina

untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina

memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.

e. Janin yang besar

 Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang melebihi 5000gram. Berat

 badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gramadalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-

5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses melahirkan. Factor keturunan

memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada

ibu yang mengalami diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang dapat

menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal tersebut masih diragukan.

Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Kadang-

kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama proses melahirkan tidak terdapat kemajuan sama

sekali pada proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus

seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik 

disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayidengan tubuh besar dan kepala besar.

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses melahirkan

 janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala janin

 besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pntu atas panggul,

atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada

 janin yang memiliki berat badan lebih juga dapat dijumpai pada anensefalus.

Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat terjadi karena terjadinya asfiksia dikarenakan

selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya

macet dalam melahirkan bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus sternokleidomastoideus.

C. PENATALAKSANAAN CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional )

Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul dapat

diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan

 percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor 

tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang,

letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.

Page 9: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 9/12

 

Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin

 bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan

menjadi penyulit persalinan percobaan.

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya.

Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya

dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala

ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak 

 berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan

dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga

 belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan

menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya,

dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu

depan.

Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa

dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of 

labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour 

 jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit danterdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi

dengan keadaan ibu dan anak baik.

Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,

keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah

kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini

dilakukan seksio sesarea.

Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm, atau

disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila

ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.4

Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan

 perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan

syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan ini

sudah tidak dilakukan lagi.

Kraniotomi dan Kleidotomi

Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin dengan cara melubangi

tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapat dengan mudah lahir pervaginam.

Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.

Kleidotomi

Page 10: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 10/12

 

Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan tetapi dialami kesulitan

untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan

kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan

tangan kiri penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan selanjutnya

kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak mengalami kesulitan. Apabila tindakan dilakukan

dengan hati-hati, tidak akan timbul luka pada jalan lahir.

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul sangat

sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.

D. PENATALAKSANAAN

Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak dapat lahir 

spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa persalinan.

Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti

tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan tidak mungkin

melewati panggul tersebut.

1. CV 8,5 – 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan partus spontan atau

dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya

2. CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer 

3. CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.

Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada :

1. His atau tenaga yang mendorong anak.

2. Besarnya janin, presentasi dan posisi janin

3. Bentuk panggul

4. Umur ibu dan anak berharga5. Penyakit ibu

 

Page 11: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 11/12

 

PENUTUP

KESIMPULAN

Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika kepala bayi dinyatakan

terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang

menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar 

melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun

kombinasi keduanya.

Umumnya cephalopelvic Disproportion adalah memutuskan kasus per kasus pada saat melahirkan.

Beberapa wanita dengan kondisi seperti rakhitis, atau yang memiliki anomali panggul mungkin masih

vagina menyampaikan. Jika ini adalah pilihan mereka, mereka harus mencari dokter atau bidan yang

mendukung keputusan ini. Bahkan dengan dukungan dari dokter, pada saat tenaga kerja hal yang dapat

 berubah dengan cepat jika tenaga kerja tidak kemajuan dalam periode waktu tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Jakarta, 1986 : 102 – 115, 637-647

Page 12: 54992519-cpd

5/11/2018 54992519-cpd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54992519-cpd 12/12

 

2. Mochtar R, Sinopsis Obstetri, Edisi Kedua, EGC, Jakarta, 1999: 75-82, 323-328

3. William Obstetrics, 21th ed, Mc Graw-Hill, Singapore, 2001

4. Current Obstetric and Ginecology Diagnosis and Treatment, 8th ed, Appleton and Lange, Norwalk,

1994

5. Disproporsi Sefalo Pelvic, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan

Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002: M-56

6. Radiologi diagnostik, editor R. Sjahrial, K Sukanto, E Iwan, Balai Penerbit FKUI Cetakan ketujuh,

2001

7.

1. Baziad, Ali, Djamaloeddin, Erdjan Akbar, Handaya dkk. Anatomi Panggul dan Isinya dan Haid dan

Siklusnya. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifuddin dan Trijatmo Rachimhadhi.Ilmu

Kandungan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2007; 6 – 13 dan 113. Putz,Reinhard dan

Reinhard Pabst.Ekstremitas Bawah , Pelvis.Liliana Sugiarto.Sobotta: Atlas Anatomi Manusia edisi 22, jilid

2. Jakarta:EGC.2006;264.