presentasi kasus cpd
DESCRIPTION
Presentasi Kasus CpdTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
WANITA G1P0A0 16 TAHUN HAMIL 39 MINGGU JANIN 1 HIDUP
INRAUTERIN, INPARTU KALA I CPD PRIMIGRAVIDA MUDA
Disusun untuk Memenuhi Syarat
Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter
di RSB Budi Rahayu Magelang
Diajukan Kepada :
dr. Eddy Gunawan Achmad , Sp.OG
Disusun Oleh :
Hendra Setyawan (2008.031.0066)
SMF BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD TIDAR MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
0
Disusun untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Kebidanan dan Kandungan
di RSUD Tidar Magelang
Disusun Oleh:
Hendra Setyawan (2008.031.0066)
Telah dipresentasikan pada tanggal September 2012
dan telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
dr. Eddy Gunawan A , Sp. OG
1
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. Samirah
b. Umur : 16 tahun
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : Dagang
e. Agama : Islam
f. Suami : Tn.
g. Umur : 24 tahun
h. Pendidikan : SD
i. Pekerjaan : Dagang
j. Alamat : Kledung Kulon RT 02/RW 13 Sutopati Kejoran
Magelang
k. Tanggal masuk : 02 Desember 2012 jam 19.30
II. ANAMNESIS tanggal 02 Desember 2012 jam 19.45
1. Keluhan Utama
Pasien datang rujukan bidan dengan keluhan ingin melahirkan ,
inpartu kala I dengan kepala masih tinggi, kepala belum masuk pintu atas
panggul (PAP).
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang rujukan bidan dengan inpartu kala I dengan kepala
masih tinggi, kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP) , kencing (+)
gerak anak (+) terpasang infuse RL, kenceng-kenceng sering (+), keluhan
lendir darah (-), keluar cairan dari vagina (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit infeksi kelamin, asma, hipertensi, jantung
diabetes mellitus, riwayat hipertensi disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Asma, hipertensi, DM, TBC disangkal
2
5. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Jumlah : 2-3 pembalut/hari
Sakit waktu menstruasi : tidak ada
HPHT : 02 Maret 2012
6. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali selama 1 tahun.
7. Riwayat Obsetri
No Kehamilan,persalinan,keguguran dan
nifas
Umur Keadaan
anak
Tempat
perawatan
dan no
daftar
2. Hamil ini
8. Riwayat kehamilan Sekarang
ANC (+) di bidan
1 kali pada trisemester I, 2 kali dalam trisemester II, dan 4 kali dalam
trisemester akhir.
HPL : 09 Desember 2012
9. Riwayat Keluarga Berencana.
Tidak
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
HR : 84x/menit RR :27x/menit
Suhu : 36,20 C TB :150 cm
BB :78 kg (perkiraan)
Kepala : Mesochepal
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada sekret
Leher : Lnn ttb, JVP ≠
Thorax :Simetris, KG (-), Cor/pulmo dbn
Abdomen : Perut membuncit, stria gravidarum (+),
H/L ttb
Genitalia : Lendir Darah (-)
Ekstremitas : Oedema tungkai (-/-), varises (-/-), refleks patella
(+/+), tidak terdapat penurunan turgor kulit
2. Pemeriksaan Obsetri
Inspeksi : tampak perut membuncit membujur, striae gravidarum (+)..
Palpasi :
L1 : 2 jari dibawah px cypoideus
Teraba 1 bagian besar, bulat, lunak
L2 : Kiri : teraba bagian memanjang, seperti papan
Kanan : terasa bagian kecil-kecil
L3 : terasa 1 bagian besar, bulat, keras
Masih dapat digerakkan
L4 : Divergen
4
Letak janin : letak kepala
DJJ : 148x/menit
HIS : (+) Sering
TFU : 35 cm
Pemeriksaan Dalam Vagina :
Portio posterior konsistensi keras, Ø : 3 cm, KK (+), Efficement 25%
(menonjol), bagian bawah kepala masih tinggi ↓H1, lendir darah (-)
Bishop’s Score
Score 0 1 2 3 ∑
DILATATION 0 1-2 3-4 5-6 1
EFFICEMENT 0-30% 40-50% 60-70% 80% 0
CONSISTENCY Firm Medium Soft 0
POSITION Posterior Medial Anterior 0
STATION -3 -2 -1,0 +1,+2 3
Score pada pasien 4
Bishop’s score <5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin
2. WBC : 11,83 N: F 4,8-10.8
3. RBC : 4,01 N: F 4,2-5,4
4. HGB : 11,5 N:F 12-16
5. HCT : 34,5 N:F 37-47
6. MCV : 86,0 N: 79-99
7. MCH : 28,7 N: 27-31
8. MCHC: 33,3 N: 33-37
9. PLT : 338 N:150-450
5
Imunoserologi
HBs Ag : - / NEG
V. DIAGNOSIS
G1P0A0, 16 tahun, hamil 39 minggu
Janin I hidup intrauterine
Let kepala puki (preskep)
Inpartu kala I
Primigravida muda
VI. SIKAP
Inform consent
Cek laboratorium darah rutin
Injeksi Ampicillin 1 gram (skin test pukul 23.30)
Observasi
Usul USG
A. Tanggal 02 Desember 2012 jam 19.30
Keadaan umum : Baik.
kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x /menit
Suhu : 36,5oC
Respirasi : 20x /menit
His : 1 kali dalam 10 menit, lama 15 detik (+)
Djj : 148x/menit
VT : Portio posterior kaku, Ø 3 cm, KK (+), Efficement 25%,
bagian bawah kepala masih tinggi ↓H1, lendir darah (+)
6
D/
G1P0A0, 16 tahun, hamil 39 minggu
Janin I hidup intrauterine
Let kepala puki (preskep)
Inpartu kala I
Primigravida muda
S/ Lapor dokter USG
Pro SC cito lapor dokter
B. Tanggal 02 Desember 2012 jam 20.00
Keadaan umum : Baik
kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x /menit
Suhu : 36,5oC
Respirasi : 20x /menit
His : 1 kali dalam 10 menit, lama 15 detik
Djj : 148x/menit
VT : Portio posterior kaku, Ø 3 cm, KK (+), Efficement 25%,
bagian bawah kepala masih tinggi ↓H1, lendir darah (+)
D/
G1P0A0, 16 tahun, hamil 39 minggu
Janin I hidup intrauterine
Let kepala puki (preskep)
Inpartu kala I
Primigravida muda
S/
Persiapan SC
Informed consent
7
Cek lab darah rutin + usaha darah titip PMI dulu 1 kolf
Skin test ampicillin
Pasang DC + skrin
Ganti baju OP
Anestesi (+)
C. Tanggal 02 Desember 2012 jam 21.00
Keadaan umum : Baik.
kesadaran :compos mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 84 x /menit
Suhu : 36,5oC
Respirasi : 20x /menit
His : 1 kali dalam 10 menit, lama 20 detik (+)
Djj : 145x/menit
VT : Portio posterior kaku, Ø 3 cm, KK (+), Efficement 25%,
bagian bawah kepala masih tinggi ↓H1, lendir darah (+)
D/
G1P0A0, 16 tahun, hamil 39 minggu
Janin I hidup intrauterine
Let kepala puki (preskep)
Inpartu kala I
Primigravida muda
S/
Injeksi ampocillin 1 gram
Tindakan Sectio Caesarea
Indikasi : Hamil 39 minggu, CPD + inpartu kala I
Macam operasi : SCTP
Waktu operasi : 15 September 2012 jam 08.30 – 10.00
8
Laporan persalinan SC Tanggal 15 September 2012 jam 08.30
1. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi dalam anastesi spinal.
2. Asepsis dan antisepsis daerah tindakan dengan povidon iodine.
3. Pasang duck steril kecuali pada daerah tindakan.
4. Insisi pada dinding abdomen secara mediana antara simpisis dan pusat + 10
cm.
5. Perdalam insisi lapis demi lapis sampai cavum abdomen terbuka.
6. Tampak uterus sebesar hamil aterm.
7. Identifikasi plica vesicouterina.
8. Dilakukan insisi pada segmen bawah rahim secara semiluner diperlebar ke
lateral secara tumpul.
9. Pecah kulit ketuban, keluar air ketuban jernih, jumlah cukup, bau khas.
10. Dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan, hidup, berat badan 3400
gram, Apgar score 8-9-10.
11. Injeksi oksitosin 10 IU intravena.
12. Plasenta dikeluarkan, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-).
13. Eksplorasi uterus :
a. Kontraksi uterus kuat
b. Kedua adnexa tenang
c. Perdarahan (-)
14. Jahit segmen bawah rahim secara jelujur, double layer.
15. Eksplorasi cavum abdomen, bersihkan jendalan darah.
16. Hitung alat lengkap.
17. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis sampai kulit, kemudian beri plester.
18. Eksplorasi vagina :
a. Perdarahan (-)
19. Tindakan selesai
OPERASI Tanggal 15 September 2012 pukul 08.30 hingga 10.00
Perempuan, 3.400 gram, hidup, LD = 33 cm, PB = 49 cm, LK = 35 cm, LILA = 11 cm
APGAR Score 8-9-10
9
Lahir Jam 09.20 dengan SCTP
Indikasi : CPD + inpartu kala I
Tanggal 04 Desember 2012
Keluhan : Nyeri post operasi
Keadaan umum : Baik
kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x /menit
Suhu : 36,5oC
Respirasi : 20x /menit
Thorax : cor/pulmo dalam batas normal
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat
Ektermitas : edema (-)
PPV : lochea (+), BAK (+)
BAB : (-)
D/
G1P1A0, 16 tahun
Post SCTP atas indikasi CPD
R/
Inj. Ampicillin 4x1 gram
Inj. Kalnex 3x500gram
Inj. Ketorolac 3x30 gram
RL + Pyton 20 tpm
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketuban Pecah Dini
1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban
pada saat fase laten sebelum adanya his. KPD juga dapat diartikan sebagai
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan yang sebenarnya dimulai.
KPD merupakan faktor resiko yang berpengaruh pada morbiditas dan
mortalitas janin dan ibu. Meningkatnya resiko tersebut ada hubungannya
dengan lamanya periode laten dan lamanya ketuban pecah sampai jalan lahir.
Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada KPD
kantung ketuban pecah sebelum fase aktif.
KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada
usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang
jelas.
Gambar 1. Ketuban Pecah Dini
11
2. Etiologi Dan Patogenesis
KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput
ketuban, peningkatan tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar
penelitian menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan
selaput ketuban. Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri
maupun his. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab
infeksi adalah bakteri yang merupakan flora normal vagina maupun serviks.
Mekanisme infeksi ini belum diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi
karena aktivitas uteri yang tidak diketahui yang menyebabkan perubahan
serviks yang dapat memfasilitasi terjadinya penyebaran infeksi. Faktor lainnya
yang membantu penyebaran infeksi adalah inkompetensi serviks, vaginal
toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.
Banyak teori yang menyebabkan KPD, mulai dari defek kromosom,
kelainan kolagen sampai infeksi. Namun sebagian besar kasus disebabkan oleh
infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1
dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion yang menyebabkan selaput
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
3. Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena
diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan
bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau
keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa
KPD ditegakkan dengan cara :
12
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan berbau khas,
dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut tersebut his belum
teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan spekulum.
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan
dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus
uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau megadakan manuvover
valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
4. Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim
dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya diulakaukan kalau KPD
yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan
dibatasi sedikit mungkin.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin
13
juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas
nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5,
darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan
caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa
dan pemeriksaan sederhana.
4. Komplikasi
KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin, diantaranya :
a. Infeksi
Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD.
Diagnosis korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain
demam (37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik
pada ibu maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang
berbau busuk, maupun leukositosis.
b. Hyaline membrane disease
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline membrane disease
sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat
hubungan antara umur kehamilan dengan hyaline membrane disease dan
chorioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia
14
kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline mebran disease
lebih banyak dibandingkan risiko infeksi.
c. Hipoplasi pulmoner
Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu
dan fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya
distress respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan
membutuhkan bantuan ventilator.
d. Abruptio placenta
Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang
mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah
perdarahan pervaginam.
e. Fetal distress
Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan
kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion. Sehingga untuk
mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan
tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD.
f. Cacat pada janin
g. Kelainan kongenital
5. Terapi
Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari
keadaan pasien. Pada persoalan penanganan KPD terdapat dua hal yang penting
yakni penanganan secara aktif dan penanganan secara konservatif. Penanganan
aktif adalah segera diterminasi kehamilannya, sedangkan penanganan
konservatif adalah diterminasi kehamilannya jika terjadi infeksi, namun hal
tersebut masih kontroversi.
Beberapa ahli berpendapat bahwa resiko infeksi dapat terjadi setiap saat
setelah ketuban pecah dan infeksi janin mungkin sudah terjadi walaupun belum
ada tanda-tanda infesi pada ibu, sehingga atas dasar alasan tersebut, para ahli
memilih penanganan aktif, yaitu melakukan induksi setela diagnosis KPD
ditegakkan.
15
Selanjutnya, penanganan KPD dapat dibagi dalam keadaan berikut:
a. Pasien yang sedang dalam persalinan
Tidak ada usaha yang dapat dilakukan untuk menghentikan proses
persalinan dan memperlama kehamilan jika sudah ada his yang teratur dan
pada pemeriksaan dalam didapatkan pendataran servix 100 % dan dilatasi
servix lebih dari 4 cm. Penggunaan tokolitik tidak efektif dan akan
mengakibatkan oedem pulmo.
b. Pasien dengan paru-paru janin yang matur
Maturitas paru janin dapat diketahui dari rasio lesitin-spingomielin,
phosphatidylglycerol dan rasio albumin-surfaktan. Maturitas paru janin
diperlukan untuk amniosintesis pada evaluasi awal pasien dengan ketuban
pecah dini.
c. Pasien dengan cacat janin
Terapi konservatif dengan risiko infeksi pada ibu tidak perlu dilakukan
bila janin mempunyai kelainan yang membahayakan. Namun pada janin
dengan kelainan yang tidak membahayakan harus diperlakukan sebagai
janin normal, namun input yang tepat merupakan terapi yang sangat
penting.
d. Pasien dengan fetal distress
Kompresi tali pusat dan prolaps tali pusat merupakan komplikasi
tersering ketuban pecah dini, terutama pada presentasi bokong yang tidak
maju (engaged), letak lintang dan oligohidramnion berat. Jika DJJ
menunjukkan pola deselerasi sedang atau berat maka pasien harus cepat
diterminasi. Jika janin dalam presentasi belakang kepala, maka dapat
dilakukan amnioinfusion, induksi dan dapat dilakukan persalinan
pervaginam. Namun bila janin tidak dalam presentasi kepala maka terapi
yang dapat dilakukan adalh section caesaria.
e. Pasien dengan infeksi
Pasien dengan chorioamnionitis harus dilakukan induksi bila tidak ada
kontraindikasi untuk dilakukan persalinan pervaginam dan bila belum
dalam persalinan. Bila ada kontraindikasi untuk persalinan pervaginam,
16
maka dilakukan section cesaria setelah pemberian antibiotic yang
dimaksudkan untuk menurunkan komplikasi pada ibu dan janin. Beberapa
penelitian menyebutkan section cesaria sebaiknya dilakukan bila persalinan
pervaginam tidak dapat terjadi setelah 12 jam diagnosis chorioamnionitis
ditegakkan.
Terapi ketuban pecah dini adalah :
a. Terapi konservatif
- Rawat di Rumah sakit.
- Antibiotika jika ketuban pecah lebih dari 6 jam.
- Pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
- Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada
usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan.
- Nilai tanda-tanda infeksi.
- Pada umur kehamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari
untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan perikasa
kadar lesitin dan spingomyelin tiap minggu.
b. Terapi Aktif
- Kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan
maka induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan section cesaria.
- Pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan section
cesaria.
- Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
terminasi persalinan.
a. Bila bishop score kurang dari 5, akhiri persalinan dengan section
cesaria.
b. Bila bishop score lebih dari 5, induksi persalinan dan partus
pervaginam.
c. Bila ada infeksi berat maka lakukan section cesaria.
17
B. Kehamilan Aterm
Kehamilan aterm adalah suatu kehamilan yang terjadi pada seorang wanita
dengan usia kehamilan antara 37 minggu sampai 40 minggu, sedangkan persalinan
aterm atau cukup bulan didefinisikan sebagai masa persalinan yang terjadi sesudah 37
minggu dan sebelum genap 40 minggu.
WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Pre term : kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap (259 hari sampai 293 hari).
3. Post term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih).
C. Belum Dalam Persalinan
Belum dalam persalinan adalah belum didapatkannya tanda-tanda dalam
persalinan.
Tanda-tanda dalam persalinan (in partu) yaitu:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (blody show) yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam: seviks mendatar dan pembukaan telah ada.
D. Pematangan Serviks dan Manajemen Intrapartum
Sekitar 80% pasien dengan usia kehamilan 42 minggu memiliki hasil
pemeriksaan serviks yang kurang baik (misal, skor Bishop <7). Skor Bishop untuk
penilaian kematangan serviks dihitung sebagai berikut:
1. Dilatasi
a. Untuk 0 cm, diberi poin 0.
b. Untuk 1-2 cm, diberi poin 1.
c. Untuk 3-4 cm, diberi poin 2.
d. Untuk 5-6 cm, diberi poin 3.
18
2. Effacement
a. Untuk 0-30%, diberi poin 0.
b. Untuk 40-50%, diberi poin 1.
c. Untuk 60-70%, diberi poin 2.
d. Untuk 80%, diberi poin 3.
3. Station
a. Untuk station -3, diberi poin 0.
b. Untuk station -2, diberi poin 1.
c. Untuk station -1 dan 0, diberi poin 2.
d. Untuk station +1 sampai +2, diberi poin 3.
4. Konsistensi
a. Untuk konsistensi kenyal, diberi poin 0.
b. Untuk konsistensi sedang, diberi poin 1.
c. Untuk konsistensi lunak, diberi poin 2.
5. Posisi
a. Untuk posisi posterior , diberi poin 0.
b. Untuk posisi pertengahan, diberi poin 1.
c. Untuk posisi anterior, diberi poin 2.
Skor Bishop <5 menandakan bahwa serviks belum matang sehingga diperlukan
pematangan serviks terlebih dahulu. Pada skor Bishop ≥5 menandakan bahwa
kematangan serviks sudah cukup.
Banyak pilihan untuk mematangkan serviks. Tanpa memandang cara yang
digunakan, dokter harus berhati-hati terhadap efek berbahaya yang ditimbulkan oleh
penggunaannya terutama pada pasien dengan scar pada uterus.
Kontraindikasi untuk induksi pematangan serviks antara lain sebagai berikut:
1. Kontraindikasi induksi persalinan dan persalinan pervaginam adalah sebagai
berikut:
a. Herpes aktif
b. Malpresentasi janin
c. Hasil monitoring fetal well-being yang tidak meyakinkan
d. Riwayat persalinan yang susah atau trauma pada persalinan
19
e. Kontraksi reguler
f. Perdarahan pervaginam yang tidak dapat dijelaskan
g. Plasenta previa
h. Vasa previa
2. Kontraksi reguler
3. Demam pada maternal
4. Riwayat sectio cesaria atau operasi mayor pada uterus, karena meningkatkan
resiko ruptur uterus
5. Kontraindikasi relatif untuk pematangan serviks adalah pecahnya selaput ketuban.
Pada kondisi ini, tidak ada bukti tindakan pematangan serviks diikuti induksi
persalinan mengurangi kemungkinan dilakukannya sectio cesaria.
Preparat kimiawi yang tersedia antara lain tablet prostaglandin E1 untuk
penggunaan oral atau per vaginal (misoprostol), gel prostaglandin E2 untuk penggunaan
intraservikal [dinoprostone cervical (Prepidil)], dan prostaglandin E2 vaginal insert
[dinoprostone (Cervidil)]. Preparat lainnya adalah infus oksitosin dosis rendah,
antiprogesteron (Mifepristone), dan nitric oxide (isosorbide mononitrate dan glyceryl
trinitrate).
Oksitosin, dengan atau tanpa amniotomi dan prostaglandin dapat dipakai untuk
induksi persalinan. Ketika induksi telah dimulai, perhatikan kemungkinan komplikasi
yang berhubungan penanganan ketuban pecah dini dan mempersiapkan penanganannya.
Monitoring denyut jantung janin diperlukan untuk mencari adanya intoleransi janin
terhadap persalinan. Jika dokter tidak dapat memastikan toleransi janin terhadap
persalinan, sectio cesaria lebih direkomendasikan.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariadi, R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi Perdana Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Surabaya. 2004. Hal
364-382, 392-393, 426-443.
2. Cunningham, F.G; Mac Donal P.C. William Obsetric Edisi 22. Appletion & Lange.
2005.
3. Fernando Arias. Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery, 2 nd
Edition. St. Louis Missiori. USA. 1993. Hal 213-223.
4. Sarwono Prawirohardjo dan Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. FK UI. Jakarta. 2008.
5. Rai, J.; Schreiber, J.R; Cervical Ripening. Updated: Aug 18, 2012. Available from
URL: http://emedicine.medscape.com/article/263311-print
6. Dr. H. M. A. Ashari SpOG (K). Sectio Caesarea. 2011.
21