539 peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya (brata … · keunggulan dibandingkan...

8
539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya ... (Brata Pantjara) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU Brata Pantjara*) , Agus Nawang*) , dan Irshapiani Insan**) *) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakkka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] **) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540 ABSTRAK Pengembangan perikanan budidaya di masa datang harus mendorong masyarakat perikanan untuk meningkatkan daya saing hasil perikanan budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pengembangan budidaya air payau pada tambak marjinal di kawasan pesisir dapat ditingkatkan melalui penerapan polikultur udang, bandeng, nila merah dan rumput laut. Budidaya polikultur mempunyai keunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan daya dukung lahan dan peningkatan nilai tambah bagi pembudidaya tambak yang lahannya kurang produktif. Diharapkan dengan polikultur udang, nila merah, bandeng dan rumput laut dapat meningkatkan produktivitas tambak yang lebih baik. Hasil penelitian polikultur di tambak marjinal di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan telah dihasilkan udang windu sebesar 127,92 kg/ha, Nila merah 644 kg/ha, dan rumput laut 4 ton/ha dan polikultur lainnya dihasilkan udang windu 117,8 kg/ha, bandeng 637 kg/ha, dan rumput laut 4,3 ton/ha. Hasil yang terendah diperoleh pada polikultur udang windu dan rumput laut yaitu sebesar 110,6 kg/ha udang windu dan rumput laut 4,8 ton/ha, Secara ekonomis polikultur udang windu, nila merah dan rumput laut memberikan keuntungan yang lebih tinggi (Rp 8,916,000 per siklus dan BC rasio 1,77) dibandingkan polikultur udang windu, bandeng dan rumput laut (Rp 8,641.000 per siklus dan BC rasio 1,74) dan terendah pada polikultur udang windu dan rumput laut (Rp 3,871.000,- per siklus dan BC rasio 1,55). KATA KUNCI: produktivitas tambak, budidaya, perikanan terpadu PENDAHULUAN Pengembangan perikanan budidaya di Indonesia ke depan diharapkan dapat mendorong masyarakat perikanan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dan daya saing produk perikanan budidaya secara berkelanjutan dan lebih efisiensi serta mempunyai keunggulan yang komperatif. Pengembangan sumber daya perikanan yang sesuai dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang optimal dapat mengurangi permasalahan khususnya dalam pengembangan wilayah untuk budidaya dan kesempatan kerja serta berusaha bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir. Pengembangan lahan untuk tambak dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, hal ini dapat berimplikasi pada penggunaan sumberdaya lahan. Namun, tidak semua lahan tambak yang ada sekarang ini mempunyai produktivitas tinggi, sehingga pemanfaatan untuk tambak ditujukan pada lahan marginal yang mempunyai produktivitas rendah. Demikian pula dengan tambak udang yang ada sekarang ini dan sebagian telah menurun produktivitasnya akibat berbagai aktivitas manusia sehingga diperlukan alternatif teknologi budidaya dalam rangka peningkatan produktivitas tambak. Pengembangan sumber daya perikanan yang sesuai dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang optimal dapat mengurangi permasalahan khususnya dalam pengembangan wilayah untuk budidaya dan kesempatan kerja serta berusaha bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir. Budidaya perikanan air payau yang lokasinya berada di kawasan pesisir sangat berhubungan dengan kondisi tata ruang, sosial budaya, keamanan dan ekonomi masyarakat pesisir tersebut. Oleh karena itu, pendekatan teknologi budidayanya harus terintegrasi dan melaksanakan pendekatan pembangunan budidaya yang lestari dan bertanggungjawab. Melihat kenyataan bahwa produksi udang di tanah air terus menurun disebabkan oleh merosotnya kualitas lingkungan budidaya dan kemungkinan kesalahan dalam pengelolaan budidaya sehingga banyak pengusaha tambak udang

Upload: duonglien

Post on 09-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya (Brata … · keunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan daya dukung lahan dan

539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya ... (Brata Pantjara)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI BUDIDAYA PERIKANANTERPADU

Brata Pantjara*) , Agus Nawang*) , dan Irshapiani Insan**)*) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakkka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

**) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan BudidayaJl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540

ABSTRAK

Pengembangan perikanan budidaya di masa datang harus mendorong masyarakat perikanan untukmeningkatkan daya saing hasil perikanan budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.Pengembangan budidaya air payau pada tambak marjinal di kawasan pesisir dapat ditingkatkan melaluipenerapan polikultur udang, bandeng, nila merah dan rumput laut. Budidaya polikultur mempunyaikeunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan dayadukung lahan dan peningkatan nilai tambah bagi pembudidaya tambak yang lahannya kurang produktif.Diharapkan dengan polikultur udang, nila merah, bandeng dan rumput laut dapat meningkatkan produktivitastambak yang lebih baik. Hasil penelitian polikultur di tambak marjinal di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatantelah dihasilkan udang windu sebesar 127,92 kg/ha, Nila merah 644 kg/ha, dan rumput laut 4 ton/ha danpolikultur lainnya dihasilkan udang windu 117,8 kg/ha, bandeng 637 kg/ha, dan rumput laut 4,3 ton/ha.Hasil yang terendah diperoleh pada polikultur udang windu dan rumput laut yaitu sebesar 110,6 kg/haudang windu dan rumput laut 4,8 ton/ha, Secara ekonomis polikultur udang windu, nila merah dan rumputlaut memberikan keuntungan yang lebih tinggi (Rp 8,916,000 per siklus dan BC rasio 1,77) dibandingkanpolikultur udang windu, bandeng dan rumput laut (Rp 8,641.000 per siklus dan BC rasio 1,74) dan terendahpada polikultur udang windu dan rumput laut (Rp 3,871.000,- per siklus dan BC rasio 1,55).

KATA KUNCI: produktivitas tambak, budidaya, perikanan terpadu

PENDAHULUAN

Pengembangan perikanan budidaya di Indonesia ke depan diharapkan dapat mendorongmasyarakat perikanan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dan daya saing produk perikananbudidaya secara berkelanjutan dan lebih efisiensi serta mempunyai keunggulan yang komperatif.Pengembangan sumber daya perikanan yang sesuai dengan pengelolaan dan pemanfaatan yangoptimal dapat mengurangi permasalahan khususnya dalam pengembangan wilayah untuk budidayadan kesempatan kerja serta berusaha bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir.

Pengembangan lahan untuk tambak dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, hal inidapat berimplikasi pada penggunaan sumberdaya lahan. Namun, tidak semua lahan tambak yangada sekarang ini mempunyai produktivitas tinggi, sehingga pemanfaatan untuk tambak ditujukanpada lahan marginal yang mempunyai produktivitas rendah. Demikian pula dengan tambak udangyang ada sekarang ini dan sebagian telah menurun produktivitasnya akibat berbagai aktivitas manusiasehingga diperlukan alternatif teknologi budidaya dalam rangka peningkatan produktivitas tambak.Pengembangan sumber daya perikanan yang sesuai dengan pengelolaan dan pemanfaatan yangoptimal dapat mengurangi permasalahan khususnya dalam pengembangan wilayah untuk budidayadan kesempatan kerja serta berusaha bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir.

Budidaya perikanan air payau yang lokasinya berada di kawasan pesisir sangat berhubungandengan kondisi tata ruang, sosial budaya, keamanan dan ekonomi masyarakat pesisir tersebut. Olehkarena itu, pendekatan teknologi budidayanya harus terintegrasi dan melaksanakan pendekatanpembangunan budidaya yang lestari dan bertanggungjawab. Melihat kenyataan bahwa produksiudang di tanah air terus menurun disebabkan oleh merosotnya kualitas lingkungan budidaya dankemungkinan kesalahan dalam pengelolaan budidaya sehingga banyak pengusaha tambak udang

Page 2: 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya (Brata … · keunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan daya dukung lahan dan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 540

mulai meninggalkan lahannya karena kerugian yang terus menerus, sehingga lahannya menjadilahan yang kurang termanfaatkan. Untuk itu, dalam pemanfaatan lahan yang mulai menurun dayadukungnya, maka perlu alternatif teknologi budidaya polikultur antara udang, nila merah dan rumputlaut (Pantjara et al., 2009). Komoditas ini selain dikonsumsi dalam negeri juga merupakan komoditasperikanan ekspor andalan dari sektor perikanan untuk mendapatkan devisa negara. Udang misalnyaselain harga jualnya yang cukup menggiurkan juga diminati karena nilai gizinya yang tinggi.

Pada umumnya budidaya rumput laut adalah pilihan terakhir setelah kegagalan dalam budidayaudang maupun ikan. Hal ini disebabkan budidaya rumput laut Gracilaria sp. dapat berkembangdengan baik di tambak marginal yang mempunyai daya dukung rendah (Pantjara, 2007). Selain itu,budidaya rumput laut mudah diterapkan kepada masyarakat dan budidayanya tidak memerlukanmodal yang besar.

Ikan nila merah merupakan salah satu unggulan budidaya ikan air tawar. Pasarnya cukupmenjanjikan, komoditas ini cepat tumbuh besar dan perawatannya tidak rumit (Pirzan et al., 1992;Watanabe et al, 1984; Wolfrath & Hulata, 1981). Permintaan ikan nila merah terus meningkat dipasar internasional, terutama pasar Amerika dan Uni Eropa. Berdasarkan data yang dirilis oleh Na-tional Marine Fisheries Service, di tahun 2006 Amerika telah mengimpor 60.772 ton ikan nila yangdidatangkan dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Sementara di pasar UE, tak kurang dari 10.000ton ikan nila terserap tiap tahun. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka budidaya polikulturantara udang, nila merah dan rumput laut merupakan alternatif pilihan budidaya campuran yangdapat berkontribusi dalam peningkatan produksi di subsektor perikanan (Pantjara et al., 2009).Keuntungan budidaya polikultur adalah adanya kemungkinan untuk memperoleh lebih dari satukomoditas dan terlaksananya pemanfaatan ruang secara optimal, peningkatan daya dukung lahan,perbaikan kualitas lingkungan yang dapat mengurangi risiko kegagalan panen dibanding sistembudidaya monokultur, dan peningkatan nilai tambah bagi pembudidaya tambak (Ratnawati & Pantjara,2008). Dimasa yang akan datang budidaya polikultur menjadi harapan budidaya karena memberipeluang dalam menciptakan lapangan kerja sehingga dapat mengatasi masalah kemiskinan.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan polikultur dilakukan di tambak petani di Desa Wiringtasi, Kecamatan Suppa, KabupatenPinrang, Sulawesi Selatan. Lokasi yang terpilih berdasarkan hasil survei dan informasi dari Pemerintahdaerah setempat yang mencanangkan Kabupaten Pinrang merupakan salah satu sentra untuk dijadikanlokasi kebangkitan udang dan produksi perikanan di Sulawesi Selatan. Tambak yang digunakansebanyak 3 petak yang berukuran luas 12.000-14.000 m2/petak. Sebelum budidaya dilakukan persiapantambak sesuai dengan prosedur tetap untuk budidaya udang windu, meliputi perbaikan pematangdan pintu air, perbaikan tanah dasar melalui reklamasi, pemberantasan hama dengan saponin,pengapuran dengan dolomit dan pemupukan urea dan SP-36 yang digunakan untuk menambahnutrient untuk pakan alami. Pengisian air secara bertahap hingga kedalaman 70-80 cm. Air sumberyang digunakan untuk polikultur mempunyai kisaran salinitas 18-25 ppt.

Hewan uji yang digunakan adalah tokolan udang windu, P. monodon (PL-30), rumput laut, Gracilariaverrucosa yang diambil dari tambak rumput laut di Kabupaten Takalar. Gelondongan nila merah, O.niloticus berukuran panjang 3-4 cm dan bobot rata-rata 4,5 g/ekor yang diperoleh dari KabupatenJanti, Jawa Tengah dan gelondongan bandeng, Chanos chanos asal Bali dengan ukuran panjang 7-10cm dan bobot rata-rata 5,4 g/ekor yang diperoleh dari tambak sekitarnya.

Kegiatan polikultur yang dicoba adalah: Polikultur udang windu, rumput laut dan nila merah (A);polikultur udang windu, bandeng dan rumput laut (B); dan udang windu dan rumput laut (C). Padatpenebaran udang windu adalah 20.000 ekor/ha; rumput laut 2,0 ton/ha, nila merah dan bandengmasing-masing 4.000 ekor/ha. Variabel yang diamati meliputi pertumbuhan, sintasan dan produksiudang windu, rumput laut, bandeng dan nila merah. Variabel kualitas air yang diamati meliputioksigen, pH, suhu, salinitas, nitrat, posfat yang mengacu pada APHA (2005), kelimpahan dan jenisplankton (Basmi, 2000) dan untuk mengetahui kelayakan budidaya dilakukan analisis usaha.

Page 3: 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya (Brata … · keunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan daya dukung lahan dan

541 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya ... (Brata Pantjara)

HASIL DAN BAHASAN

Kegiatan polikultur yang dilakukan selama 105 hari di tambak petani pada perlakuan A diperolehhasil sebagai berikut; pertumbuhan udang windu meningkat dari bobot awal 0,01 g/ekor meningkatmenjadi 9,0-16,5 g/ekor (rata-rata=15,6 g/ekor) dan sintasan 41%, pertumbuhan nila merah meningkatdari berat awal 4,5 g/ekor menjadi 200-278 g/ekor (rata-rata 230 g/ekor) dan sintasan 70%, sedangkanpertumbuhan rumput laut dengan laju pertumbuhan 2,22% per hari (Tabel 1). Pada akhir kegiatanpolikultur pada perlakuan A diperoleh produksi, masing-masing untuk udang windu (127,92 kg/ha),nila merah (644 kg/ha) dan rumput laut 4 ton/ha (Gambar 1).

Pada perlakuan B, pertumbuhan udang windu meningkat dari 0,01 g/ekor menjadi 10-19,4 g/ekor(rata-rata = 15,5 g/ekor) dengan sintasan 38%, pertumbuhan bandeng meningkat dari 5,4 g/ekormenjadi 210-340 g/ekor (rata-rata 245 g/ekor) dengan sintasan 65%, sedangkan pertumbuhan rumputlaut dengan laju pertumbuhan harian (LPH) sebesar 2,48%. Hasil panen kegiatan polikultur padaperlakuan B diperoleh produksi, masing-masing untuk udang windu (117,8 kg/ha), bandeng (637kg/ha) dan rumput laut 4,3 ton/ha (Gambar 1).

Tabel 1. Pertumbuhan bobot, sintasan dan produksi polikultur di tambak DesaWiring Tasi, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang

Keterangan:A). Polikultur udang windu, rumput laut dan nila merah; B) Polikultur udang windu,bandeng, danrumput laut; C). Polikultur udang windu dan rumput laut.

A B C

1 Padat tebar :- udang windu (ekor/ha) 20.000 20 20- Nila merah (ekor/ha) 4 - -- Bandeng (ekor/ha) - 4 -- Rumput laut (kg/ha) 2 2 2

2 Bobot awal- udang windu (g/ekor) 0,01 0,01 0,01- Nila merah (g/ekor) 4,5 - -- Bandeng (g/ekor) - 5,4 -

3 Bobot rata-rata (panen) - udang windu (g/ekor) 15,6 15,5 15,8- Nila merah (g/ekor) 230 - -- Bandeng (g/ekor) - 245 -

4 Sintasan- udang windu (%) 41 38 44,0- Nila merah (%) 70,0 - -- Bandeng (%) - 65,0 -- LPH Rumput laut (%) 2,22 2,48 2,93

5 Produksi- udang windu (kg/Ha) 127,92 117,8 110,6- Nila merah (kg/Ha) 644 - -- Bandeng (kg/Ha) - 637 -- Rumput laut (kg/Ha) 4 4,3 4,8

NoPerlakuan

Page 4: 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya (Brata … · keunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan daya dukung lahan dan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 542

Demikian pula pada perlakuan C, diperoleh informasi bahwa pertumbuhan udang windu meningkatdari 0,01 g/ekor menjadi 8,5-16,7 g/ekor (rata-rata = 15,8 g/ekor) dengan sintasan 44% danpertumbuhan rumput laut dengan laju pertumbuhan harian (LPH) sebesar 2,93%. Hasil panen kegiatanpolikultur pada perlakuan C diperoleh produksi, masing-masing untuk udang windu (110,6 kg/ha)dan rumput laut 4,8 ton/ha.

Pada kegiatan polikultur bersamaan dengan kegiatan budidaya udang windu monokultur milikmasyarakat dengan panen sekitar 60 kg/ha dan bahkan sebagian tambak gagal panen udang karenapenyakit bercak putih yang disebabkan White spot syndrome virus WSSV. Namun demikian, rendahnyaproduksi udang windu pada lokasi penelitian disebabkan kondisi tanah tambak yang sebagiantergolong tanah sulfat masam. Teknologi polikultur udang windu dengan nila merah, bandeng danrumput laut dari hasil kegiatan ini secara umum dapat menghambat berkembangnya penyakit WSSV.Hal ini terbukti pada saat kegiatan tambak disekitar lokasi kegiatan rata-rata sudah terserang penyakitWSSV terlebih dahulu.

Kualitas Air

Pengamatan kualitas air pada budidaya sangat penting agar dapat segera mengetahui pengaruhpenurunan kualitas air dan upaya perbaikannya mendapatkan kualitas air yang lebih layak untukkomoditas yang dibudidaya. Oksigen terlarut sebagai indikator tingkat pencemaran air berkaitandengan laju biodegradasi zat pencemar organik, selain itu pula oksigen terlarut juga merupakanparameter penting untuk kehidupan akuatik. Hasil pengamatan oksigen selama penelitian masihdalam kisaran yang baik untuk budidaya udang windu, nila merah, bandeng dan rumput laut, masing-masing kisaran dan rata-rata oksigen secara berurutan adalah 4,2-6,1 mg/L dan 5,3±0,65 (A); 5,1-6,2mg/L dan 5,47±0,38 mg/L (B) dan 4,7-6,2 mg/L dan 5,5± 0,56 mg/L. Hasil pengamatan pH airselama penelitian, masing-masing secara berurutan adalah 7,1-8,5 dan 7,6±0,53 (A); 7,3-9,0 dan7,7±0,59 (B) dan 7,2-8,5 dan 7,8±0,53. Total dissolve solid (TDS) merupakan bahan terlarut daripartikel koloid dalam air. TDS dan Natrium mempunyai kontribusi terbesar pengaruhnya terhadapdaya hantar listrik (DHL). Hal ini berarti zat -zat mineral yang tekandung dalam parameter TDSsangat berpengaruh terhadap parameter DHL sehingga memberikan gambaran tentang kontribusi

Gambar 1. Produksi udang windu pada budidaya polikultur udangwindu, nila merah dan rumput laut (atas), polikultur udangwindu, bandeng dan rumput laut (tengah) dan polikulturudang windu dan rumput laut (bawah)

Page 5: 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya (Brata … · keunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan daya dukung lahan dan

543 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya ... (Brata Pantjara)

atau terindikasinya tingkat pencemaran terutama konsentrasi berbagai mineral terlarut. (Eaton etal.,1995).

Pengamatan TDS selama penelitian pada kisaran dan rata-rata±stdev. masing-masing polikultursecara berurutan adalah 19,6-40,2 g/L dan 33,4±6,66 g/L(A); 17,2-36,4 g/L dan 23,6±6,56 g/L (B)dan 17,2-36,4 g/L dan 29,4± 7,30 g/L (Gambar 2).

Menurut Irianto dan Machbub (2004), bahwa DHL juga menunjukkan variasi kadar garam dalamair sehingga DHL berkaitan dengan salinitas dalam air. Pengamatan salinitas selama penelitian padakisaran dan rata-rata±stdev. masing-masing polikultur secara berurutan adalah 16,4-34,9 mg/L dan25,01±7,90 g/L(A); 16,5-34,8 mg/L dan 23,6±6,56 mg/L (B) dan 16,0-34,7 mg/L dan 23,4± 6,20 mg/L.

Hasil analisis kandungan bahan organik terlarut pada perlakuan A mencapai kisaran 26,18-34,77mg/L, pada perlakuan B berkisar antara 25,67-37,01 mg/L dan perlakuan C berkisar antara 24,11-39,99 mg/L. Pengamatan terdap amonia selama penelitian berfluktuasi. Kandungan ammonia padaperlakuan A berkisar antara 0,135-0,273 mg/L, lebih tinggi dibandingkan perlakuan B dan C, yangmasing-masing adalah 0,038-0,313 mg/L dan 0,005-0,293 mg/L .

Di tambak ekstensif nitrit biasanya terdeteksi dalam jumlah yang sedikit dibandingkan nitrat.Kandungan nitrit masih dalam kisaran yang toleran untuk udang windu, bandeng dan nila merah.Hasil analisis kandungan nitrit pada perlakuan A berkisar antara 0,008-0,024 mg/L, B berkisar antara0,014-0,024 mg/L, C berkisar antara 0,010-0,031mg/L. Menurut Boyd (1990), bahwa untuk budidayaperikanan kandungan nitrit < 0,05 mg/L karena dapat bersifat racun bagi ikan (Tabel 2).

Nitrat merupakan nutrien yang bersifat larut dalam air dan stabil. Hasil analisis kandungan nitratpada perlakuan A mencapai kisaran 0,011-0,132 mg/L, B =0,014-0,208 mg/L, dan C= 0,002-0,091mg/L. Kandungan Posfat air pada perlakuan A berkisar antara 0,314-0,669 mg/L (x=0,535± 0,1341 mg/L), pada perlakuan B berkisar antara 0,105-1,675 mg/L (x=0,765± 0,5669 mg/L), dan C berkisarantara 0,023-0,161 mg/L (x=0,060± 0,0575 mg/L).

Analisa Usaha

Pendapatan usaha polikultur udang windu, bandeng, nila dan rumput laut merupakan hal penting,karena erat kaitannya dengan pertimbangan keuntungan atau kerugian dalam budidaya. Beberapa

Gambar 2. Fluktuasi oksigen, pH, TDS, dan salinitas air selama kegiatan polikultur

Page 6: 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya (Brata … · keunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan daya dukung lahan dan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 544

Tabel 2. Analisis kualitas air (BOT, ammonia, nitrit, nitrat, dan fosfat) selama kegiatanbudidaya polikultur

Keterangan:A) Polikultur udang windu, rumput laut dan nila merah; B) Polikultur udang windu,bandeng, dan rumputlaut; C) Polikultur udang windu dan rumput laut.

A B C1. BOT (mg/L) 26,18-34,77 25,67-37,01 24,11-39,99

28,43 ±5,781 32,02± 4,909 30,85± 7,8592. NH4+ (mg/L) 0,135-0,273 0,038-0,313 0,005-0,293

0,192±0,0598 0,122±0,1178 0,176± 0,09003. NO2- (mg/L) 0,008-0,024 0,014-0,024 0,010-0,031

0,018±0,0057 0,020 ±0,0047 0,020± 0,00754. NO3- (mg/L) 0,011-0,132 0,014-0,208 0,002-0,091

0,043 ±0,0598 0,068± 0,0937 0,031± 0,04075. PO4²- (mg/L) 0,314-0,669 0,105-1,675 0,023-0,161

0,535 ±0,1341 0,765± 0,5669 0,060± 0,0575

PerlakuanVariabel

hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya polikultur diantaranya adalah persiapan tambak yangbaik dan benar dan pemilihan komoditas yang mempunyai kestabilan harga dan disesuaikan dengankebutuhan pasar serta pemilihan benih unggul yang bebas virus dan tahan penyakit, tentunyapemilihan komoditas tersebut disesuaikan dengan kondisi tambak dan system budidaya yangditerapkan.

Polikultur udang windu, nila merah dan rumput laut memberikan keuntungan sebesar Rp 8,916,000per siklus dan B/C rasio sebesar 1,77 serta rentabilitas ekonomi 76,73%.

Polikultur udang windu, bandeng dan rumput laut memberikan keuntungan sebesar Rp 8,641.000per siklus dan B/C rasio 1,74 serta rentabilitas ekonomi sebesar 74,36%. Sedangkan polikultur udangwindu dan rumput laut memberikan keuntungan sebesar Rp 3,871.000,- per siklus dan B/C rasio1,55 serta rentabilitas sebesar 55,02% (Lampiran 1).

Tampaknya dari ke tiga polikultur yang dicoba secara ekonomis polikultur udang windu, nilamerah dan rumput laut (A) memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan polikultur udangwindu, bandeng dan rumput laut (B) dan terendah pada polikultur udang windu dan rumput laut (C).

KESIMPULAN

1. Polikultur di tambak marjinal di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan telah dihasilkan udangwindu sebesar 127,92 kg/ha, Nila merah 644 kg/ha, dan rumput laut 4 ton/ha dan perlakuan Bdihasilkan udang windu 117,8 kg/ha, bandeng 637 kg/ha, dan rumput laut 4,3 ton/ha. Hasilyang terendah diperoleh pada polikultur udang windu dan rumput laut yaitu sebesar 110,6 kg/ha udang windu dan rumput laut 4,8 ton/ha.

2. Polikultur udang windu, nila merah dan rumput laut memberikan keuntungan yang lebih tinggi(Rp 8,916,000 per siklus dan BC rasio 1,77).

DAFTAR ACUAN

APHA (American Public Health Association). 1998. Standard methods for the examination of waterand wastewater, 20th edition, APHA, AWWA, WEF, Washington, 1085 p,

Boyd, C,E, 1995, Bottom soils sediment and pond soil aquaculture, Chapman &Hall, Auburn University Alabama, 347 pp.Cholik, F., Rachmansyah, dan S.Tonnek. 1990. Pengaruh padat penebaran terhadap produksi nila

merah, Oreochromis niloticus, J,Penel, Budidaya Pantai 6(2):87-96.

Page 7: 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya (Brata … · keunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan daya dukung lahan dan

545 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya ... (Brata Pantjara)

Chervinski, J. 1982. Environmental physiology of tilapia, P, 119-28, In Pullin, R,S,V, and R,H, LoweMcConnel (eds,), The Biology and culture of tilapia, ICLARM Conference Proceedings 7, ICLARMmanila, Philippines.

Eaton, Clescery,Greenberg. ed. 1995. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewa-ter. 19th edition. APHA-AWWA -WEF, Washington DC,USA.

Hanafi, A., A. Mustafa, dan B. Pantjara. 1995, Pertumbuhan kepiting bakau, bandeng dan nila merahdi tambak tanah gambut. Jurnal penelitian Perikanan Indonesia, I(1):45-57.

Irianto, E.W. dan B. Machbub. 2004. Pengaruh multiparameter kualitas air terhadap parameter indi-cator oksigen terlarut dan daya listrik. Jurnal Litbang Pengairan (JLP), Vol. 18( 54): 59-65.

Pantjara, B. 2007. Polikultur budidaya udang windu Penaeus monodon, bandeng Chanos chanos danrumput laut Gracillaria sp. di tambak, Makalah disampaikan Pada “Diseminasi Teknologi danTemu Bisnis Pengembangan Budi Daya Rumput Laut dan Pemasarannya, Medan 17 November2007.

Pantjara, B., S. Tahe, A. Mustafa, dan E.A. Hendradjat. 2008. Pemanfaatan tambak marginal tanahsulfat masam untuk budidaya bendeng, nila merah dan rumput laut. Prosiding Aquaculture Indo-nesia, MAI, Hlm: 295-302,

Pantjara, B., E. A.Hendradjat, dan Rachman Syah. 2009. Peningkatan produktivitas tambak melaluipolikultur udang windu dan rumput laut, Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (FITA),PRPB.

Pirzan, A.M., S. Tahe, dan A. Ismail. 1992. Polikultur udang windu, Penaeus monodon dan nila merah,Oreochromis niloticus di tambak, J. Pene. Budidaya Pantai 8(2):63-70.

Ratnawati , E. dan B. Pantjara. 2007. Analisa usaha polikultur rumput laut dan bandeng di tambaktanah sulfat masam, Desa lamasi Pantai, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Prosiding Seminarnasional Tahun IV, Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2007, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta: 1-8.

Watanabe, W.O.; C.M. Kuo; dan M. Chan Huang. 1984. Experimental rearing of Nile tilapia fry(Oreochromis niloticus) for saltwater culture. ICLARM Technical Reports 14, 28 p,

Wolfrath, G.W. and G. Hulata. 1981. Applied genetics of tilapia. ICLARM Studies and review Interna-tional Centre of Living Aquatic resources management, Manila, Philippines.

Zonneveld, N.; E.A. Huisman dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Gramedia PustakaUtama, Jakarta, 336 hal.

Page 8: 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya (Brata … · keunggulan dibandingkan monokultur terutama dalam efisiensi pemanfaatan ruang, peningkatan daya dukung lahan dan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 546

Lampiran 1. Analisis usaha polikultur dengan komposisi komoditas perikanan yang berbeda

Keterangan: A). Polikultur udang windu, rumput laut dan nila merah; B) Polikultur udang windu,bandeng, dan rumputlaut dan C). Polikultur udang windu dan rumput laut.

A B C

Biaya operasional/siklus - Benih udang 20,000 ekor 50 1.000.000 1.000.000 1.000.000 - Benih Bandeng 4,000 ekor 250 - 1.000.000 - - Benih Nila merah 4,000 ekor 250 1.000.000 - - - Rumput laut 1,500 kg 1,120 1.680.000 1.680.000 1.680.000 - Kapur 650,000 kg 1,000 650 650 600 - Pupuk TSP 150,000 Kg 2,300 345 345 345 - Pupuk urea 200,000 Kg 2,200 440 440 330 - Pakan udang 220,000 Kg 14,000 3.080.000 3.080.000 3.080.000 - Pakan bandeng 500,000 kg 5,500 - 2.750.000 - - Pakan Nila merah 500,000 Kg 5,500 2.750.000 - -     Total Biaya 11.620.000 11.620. 000 7.035.000 Penerimaan 20.536.000 20.261.000 10.906.000 - Udang (C) 110,6 kg 50,000 - - 5.530.000 - Udang (B) 117,8 kg 50,000 - 5.890.0000 - - Udang (A) 127,92 kg 50,000 6.396.000 - - - Rumput laut (C) 4,8 kg 1,120 - - 5.376.000 - Rumput laut (B) 4,8 kg 1,120 - 4.816.000 - - Rumput laut (A) 4 kg 1,120 4.480.000 - - - Bandeng 637 kg 15,000 - 9.555.000 - - Nila merah 644 kg 15,000 9.660.000 - -

Laba per siklus 8.916.000 8.641..000 3.871.000 B/C rasio 1,77 1,74 1,55Rent. Ekonomi (%) 76,73 74,36 55,02

PerlakuanVariabel

Harga satuan (Rp)

Volume