5-perambatan bunyi

15

Click here to load reader

Upload: meilana-sapta-d

Post on 07-Nov-2015

231 views

Category:

Documents


63 download

DESCRIPTION

Petunjuk Praktikum Perambatan Bunyi

TRANSCRIPT

A. Tujuan Praktikum

A.1 Tujuan kegiatan

a) Memahami perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.b) Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.

A.2 Kompetensi khusus

a) Mahasiswa dapat menerangkan mekanisme perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.b) Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala. B. Landasan Teori

Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang udara kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi pulsa listrik dan diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran. Jadi, telinga berfungsi untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls yang kemudian akan dijalarkan ke pusat pendengaran di otak. Walaupun mekanisme mendengar tidak dapat mencakup seluruh gelombang bunyi, namun keterbatasan ini tidak merupakan hambatan bagi seseorang untuk dapat menggapi berbagai macam bunyi yang berasal dari lingkungannya. Telinga dibagi dalam 3 bagian yaitu, telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Gambar 5.1. telinga. Hubungan telinga tengah dengan pharinx melalui eustachii. Sumber: John.R Cameron dan James G.Skofronick (dalam Gabriel, Fisika Kedokteran, 1996, hal 82)Keterangan gambar:

A = daun telinga

G = syaraf pendengaran

B = saluran telinga

H = round windowC = membran tympani

I = tuba eustachiD = tulang telinga: maleulus, incus, stapesJ = pharinxE = canalis semilunaris

K = ruang telinga tengahF = oval window

Telinga luar : terdiri dari daun telinga dan kanal telinga; batas telinga luar yaitu dari daun telinga sampai dengan membarn tympani

Telinga dalam : batas telinga tengah mulai dari membran tympani sampai dengan tuba eustachii. Terdiri dari 3 tulang kecil yaitu os malleulus os incus os stapes.

Telinga dalam : berada di belakang tulang tengkorak kepala terdiri dari cochlea dan oval window.

a) Telinga bagian luar

Berbagai binatang daun telinga berfungsi sebagai pengumpul energi bunyi dan dikonsentrasikan pada membran tympani. Pada manusia hanya menangkap 6-8 dB, sedangkan telinga gajah hanya berfungsi sebagai pelepas panas. Pada kanalis telinga terdapat malam (wax) yang berfungsi sebagai peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara 3000-4000 Hz, panjang kanalis 2,5 cm (/4 = 2,5 cm), = 10 cm. Membran tympani tebalnya 0,1 mm, luasnya 65 mm2, mengalami vibrasi dan diteruskan ke telinga bagian tengah yaitu tulang telinga (incus, malleulus dan stapes). Sarjana Van Bekesey melakukan studi tentang vibrasi membran tympani pada telinga cadaver yang mati. Kemudian melalui teknik fisika yang modern (mors bauer effect) diperoleh secara nyata getaran dari membran tympani yaitu nilai ambang pendengaran pada 3000 Hz 10-9 cm. Nilai ambang pendengaran terendah yang dapat didengar 20 Hz dan pada 160 dB membran tympani mengalami ruptur/pecah.

b) Telinga bagian tengah terdiri dari 3 buah tulang yaitu malleulus, incus, dan stapes. Suara yang masuk itu 99,9% mengalami refleksi dan hanya 0,1% saja yang ditransmisikan/diteruskan. Pada frekuensi kurang dari 400 Hz membran tympani bersifat per sedangkan pada frekuensi 4000 Hz membran tympani akan menegang. Telinga bagian tengah ini memegang peranan proteksi. Hal ini dimungkinkan oleh karena adanya tuba eustachii yang mengatur tekanan di dalam telinga bagian tengahm, di mana tuba eustachii mempunyai hubungan langsung dengan mulut. Pada beberapa penyebab sehingga terjadi perbedaan tekanan antara telinga bagian tengah dan dunia luar akan mengakibatkan penurunan sensitifitas tekanan (misalnya pada penderita influensa); pada tekanan 60 mmHg yang mengalami membran tympani akan mengakibatkan perasaan nyeri.

c) Telinga bagian dalam, bagian ini mengandung struktur spiral yang dikenal cochlea, berisikan cairan. Ukuran cochlea sangat kecil berkisar 3 cm panjang, terdiri dari 3 ruangan yaitu: ruangan vestibular merupakan tempat berakhirnya oval window; ductus cochlearis dan ruangan tympani berhubungan dengan atap spiral. Pada cochlea terdapat 8000 konduktor yang berhubungan dengan otak melalui syaraf pendengaran.

Gambar 5.2. Sumber: John.R Cameron dan James G.Skofronick (dalam Gabriel, Fisika Kedokteran, 1996, hal 84)

stapes

Tekanan suara oval window vertibular

ruangan tympani

Gelombang bunyi yang masuk melalui oval window menghasilkan gelombang bunyi yang beripple (bergerigi) mencapai membran basiler oada ductus cochlearis. Disini gelombang tersebut diubah menjadi gelombang sinyal listrik dan diteruskan ke otak lewat syaraf pendengaran. Apabila bunyi yang didengar 10.000 Hz, syaraf yang terdapat pada organ corti tidak mengirim rangsangan 10.000 Hz ke otak melainkan mengirim rangsangan secara seri ke otak yang berupa gelombang bunyi yang sinusoidal.Hilang Pendengaran

Ada dua macam hilang pendengaran yaitu hilang pendengaran karena konduksi (tuli konduksi), hilang pendengaran karena syaraf (tuli syaraf/persepsi).

a) Tuli konduksi, dimana vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagain tengah. Tuli semacam ini sifatnya hanya sementara oleh karena adanyaa malam/wax/serumen atau adanya cairan di dalam telinga tengah. Apabila tuli konduksi tidak pulih kembali dapat menggunakan Hearing aid (alat pembantu pendengaran).

b) Tuli persepsi, bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuensi saja atau seluruh frekuensi yang tidak dapat didengar. Tuli persepsi ini sampai sekarang belum bisa diobati.

Tes Pendengaran

Untuk mengetahui tuli konduksi atau tuli syaraf dapat dilakukan tes pendengaran dengan mempergunakan:

a) Tes suara berbisik, telinga dapat mendengar suara berbisik dengan tone/nada rendah. Misalnya suara konsonan, dan paralel: b, p, t, m, n pada jarak 5-10 m. Suara berbisik dengan nada tinggi mislanya suara desis/sibiland s, z, ch, sh, shel pada jarak 20 m.

b) Tes garputala, untuk mengetahui secara pasti apakah penderita tuli konduksi atau persepsi, dapat mempergunakan garputala. Frekuensi garputala yang dipakai C128, C1024, C2048. Ada tiga macam tes yang mempergunakan garputala yakni: tes Weber, tes Rinne, dan tes Schwabach.

Tes Webber

Garputala C128, digetarkan kemudian diletakkan pada vertex dahi/puncak dahi verteks.

Pada penderita tuli konduktif (disebabkan wax atau otitis media) akan terdengar terang/baik pada telinga yang sakit. Misalnya telinga kanan yang terdengar baik/terang disebut Weber lateralisasi ke kanan.Gambar 5.3. Sumber: A.G. Likhachov,M.D. (dalam Gabriel, Fisika Kedokteran, 1996, hal 86)

Tes Rinnetes ini membandingkan antara konduksi melalui tulang tengkorak dan udara. Garputala digetarkan (C128) kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus (di belakang telinga), setelah tidak mendengar getaran lagi garputala dipindahkan di depan liang telinga; tanyakan apakah masih mendengarnya.

Gambar 5.4. Sumber: A.G. Likhachov,M.D. (dalam Gabriel, Fisika Kedokteran, 1996, hal 86)

Normal :

Konduksi melalui udara 85-90 detik. Konduksi melalui tulang 45 detik.

Tes Rinne positif (Rinne +) :

Pendengaran penderita baik juga pada penderita tuli persepsi (saraf)

Tes Rinne negatif (Rinne -)

Pada penderita tuli konduksi dimana jarak waktu konduksi tulang mungkin sama atau bahkaan lebih panjang

Tes Schwabach

Tes ini membandingkan jangka waktu konduksi tulang melalui verteks atau prosesus mastuideus penderita dengan konduksi tulang si pemeriksa. Pada tuli konduksi, konduksi tulang penderita lebih panjang daripada sipemeriksa. Pada tuli saraf/persepsi konduksi tulang sangat pendek. C. Metode Praktikum

C.1 Jenis kegiatan: Observasi

C.2 Objek pengamatan: -C.3 Bahan dan Alat:

Untuk melakukan kegiatan ini, praktikan menggunakan alat berupaa) Garpu tala 426 Hzb) Arloji/jam tangan

c) Mistar

d) StopwatchD. Prosedur Percobaan

a) Salah satu praktikan 1 menutup telingahn kanan dengan kapas dan kedua mata dipejamkan.b) Penguji (praktikan 2) memasang jam tangan di dekat telingan kiri praktikan 1. Perlahan-lahan jam tangan dijauhkan sampai praktikan 1 tidak mendengar lagi suara arloji. Mengukur dan mencatat jarak antara arloji dengan telinga kiri praktikan 1. Kemudian perlahan-lahan arloji di dekatkan lagi sampai praktikan 1 mendengar lagi suaranya. Mengukur dan mencatat jarak antara arloji dengan telinga kiri praktikan 1. Mengulangi percobaan di atas sampai 5 kali.c) Melakukan cara yang sama pada pada praktikan yang sama tetapi yang ditutup telinga kanan (telinga kiri disumbat dengan kapas), mencatat hasil yang diperoleh pada lembar kerja.Pecobaan Rinne

Ketajaman pendengaran dengan garpu tala

a) Menggetarkan garpu tala dan meletakkan di puncak kepala. Mula-mula praktikan 1 mendengar suara garpu tala tersebut keras dan makin lama suara garpu tala tersebut terdengar semakin lemah dan akhirnya tidak terdengar. Mencatat waktu antara mendengar sampai tidak mendengar suara lagi.

b) Pada saat praktikan 1 tidak mendengar suara tersebut, dengan segera praktikan 2 memindahkan garpu tala ke dekat atau lubang telinga kanan. Dengan pemindahan letak itu, maka praktikan 1 mendengar suara garputala lagi. Mencatat waktu antara praktikan 1 mendengar sampai tidak mendengar lagi di dekat atau di depan lubang telingan kanan.

c) Mengulangi percobaan tersebut sampai lima kali dan mencatat hasilnya pada lembar kerja.

d) Melakukan percobaan tersebut untuk telingan kiri dan juga mengulangi percobaanya sebanyak lima kali. Mencatat frekuensi garpu tala yang dipakai dan hasil percobaan pada lembar kerja.e) Membandingkan hasil yang diperoleh antara telingan kanan dan kiri.

Percobaan Weber

a) Praktikan 2 meletakkan pangkal garpu tala yang sudah pangkal garpu tala yang sudah digetarkan di puncak kepala praktikan 1.

b) Praktikan 1 menutup salah satu lubang telinga luarnya.

c) Praktikan 2 menanyakan kepada praktikan 1 pada telinga mana suara garpu tala tersebut terdengar lebih keras. Jika ternyata pada telinga yang ditutup suara garpu tala terdengar lebih keras daripada telinga yangg terbuka maka dikatakan ada lateralisasi.

d) Melakukan percobaan sejenis pada telinga lainnya.

e) Membandingkan hasil yang diperoleh untuk kedua telinga

f) Mengambil kesimpulan dari hasil percobaan tersebut, apakah seseorang tersebut tuli atau tidak.E. Hasil Percobaan

Tabel 1 Hasil Pengamatan Prosedur Kerja C.4

NoNama Probandus

Telinga Kanan (cm)Telinga Kiri (cm)

Tidak terdengarTerdengarTidak TerdengarTerdengar

1.

2.

3.

4.

5.

Rata-rata

Tabel 2 Hasil Percobaan dengan metode Rinne

NoNama Probandus

Garpu Tala (426 Hz) (sekon)

KepalaTelinga KananKepalaTelinga Kiri

1.

2.

3.

4.

5.

Tabel 3 Hasil Percobaan dengan metode Weber

Tarto

Telinga yang ditutup, suara garpu tala terdengar lebih keras daripada telinga yang terbuka

F. Pembahasan

G. Kesimpulan H. Daftar Pustaka Djukri dan Heru Nurcahyo. (2011). Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.

Gabriel. (1996). Fisika Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

I. Lampiran

Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut --- | 36