5. jurnal vol 4 no 2 sept 2011.pdf

132
GENERASI KAMPUS VOLUME 4, NOMOR 2, SEPTEMBER 2011 DITERBITKAN OLEH : PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2011 ISSN 1978-869X MAJALAH / JURNAL

Upload: vuongdat

Post on 09-Dec-2016

269 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

GENERASI KAMPUSVOLUME 4, NOMOR 2, SEPTEMBER 2011

DITERBITKAN OLEH :PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2011

ISSN 1978-869X

MAJALAH / JURNAL

Page 2: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)

VOLUME 4, NOMOR 2, SEPTEMBER 2011 APRIL 2011Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus .

Pelindung : Rektor Unimed (Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd.)

Pengarah : *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Slamat Triono, M.Sc, Ph.D.). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi, M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin Sibarani, M.Pd)

Penanggung jawab : Pembantu Rektor III Unimed (Dr. Biner ambarita, M.Pd.)

Ketua Penyunting : Hariadi, S.Pd., M.Kes.

Sekretaris Penyunting : Tappil Rambe, S.Pd, M.Si

Penyunting Pelaksana : *Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd *Pardomuan N.J.M. Sinambela, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T. *Lamhot Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Miswaruddin Daulay, S.Pd.*Drs. Paningkat Siburian, M.Pd *Drs. Swardi Rajaguguk. *Drs. Indra Meipita, M.Sc. *Ir. Haikal Rahman, M.Sc. *Syamsul Gutom S.Mas, M.Kes. * PD 3 FIP (Drs. Nasrun M.S), *PD 3 FBS (Dr. Daulat Saragi, M. Hum), *PD 3 FT (Drs. Manintin Banjarnahor, M.Pd), *PD 3 FPMIPA (Drs. Asrin Lubis, M.Pd), *PD 3 FIS (Drs. Liber Siagian, M.Si) *PD 3 FIK (Prof. Dr. Agung Sunarno M.Pd), dan *PD 3 FE (Drs. Bangun Napitupulu, M.Si)

Penyunting Ahli :Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan)Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang)Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta)Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor)Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala Darussalam B. Aceh)Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya)Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung)Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman)

Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Nurhaida, SH, M.Kn. *Surbita, SH. *Dra. Hayati Tamba. *Dra. Susiarni. *Nusawati BA. *Drs. Idrus. *Dra.Nismawarni Harahap. *

Pelaksana Tata Usaha : Bani Ismail; Dewita Rita

Alamat Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) 6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319.

e-mail : [email protected]

ISSN 1978-869X

Penyunting menerima

sumbangan tulisan

yang belum pernalh

diterbitkan dalam

media cetak lain.

Naskah diketik dengan

spasi 1,5 pada kertas

A4 dengan jumlah

halaman 10-15. (lebih

jelas baca petunjuk

bagi penulis pada

sampul dalam

belakang). Naskah

yang masuk di evaluasi

oleh penyunting ahli.

Penyunting dapat

melakukan perubahan

pada tulisan yang

Page 3: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf
Page 4: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

SURAT DARI REDAKSI

Berbagai fenomena dan masalah yang terkait dengan dunia pendidikan menuntut

perenungan yang mendalam tentang pengelolaan dunia pendidikan, baik dari tingkat kelas

pembelajaran hingga tingkat nasional. Pengelolaan yang baik diharapkan mendukung

tercapainya pendidikan yang efektif dan efisien.

Edisi kali ini membahas aplikasi sederhana dari sifat-sifat jumlahan modulo 7

dalam menentukan hari, hakikat karakter, peran internet dalam komunikasi pemasaran,

pengambilan keputusan dalam manajemen berbasis sekolah, penerapan metode

pembelajaran seni dan budaya berbasis multimedia, strategi pengembangan modal

intelektual dalam meningkatkan kepemimpinan, hasil penelitian penalaran dan kreativitas

terhadap prestasi belajar fisika siswa, hasil penelitian penerapan metode berstruktur untuk

meningkatkan kemapuan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika,

konvergensi dan stabilitas solusi persamaan laplace pada batas dirichlet, dan terakhir

analisis perilaku individu dalam organisasi efektif. Berbagai ide, konsep dari sudut

pandang yang berbeda mewarnai suguhan edisi ini.

Semoga ulasan pada edisi kali ini dapat menggugah hati para pembaca yang

budiman dan memberi sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan mutu pendidikan

kita. Salam…!

Medan, September 2011

PenanggungjawabPembantu Rektor III UNIMED,

Dr. Biner Ambarita, M.Pd.NIP. 19570515 198403 1 004

Page 5: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)V VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2008

IL 2008

VOLUME 4, NOMOR 2, SEPTEMBER 2011

Daftar Isi

Pardomuan N.J.M. Sinambela Aplikasi Sifat-Sifat Grup Jumlahan Modulo 7 dalam Menentukan Hari

1-7

Wanapri Pangaribuan Hakikat Karakter dalam Perspektif Pendidikan Karakter 8-15

Sarah Rouli Tambunan Peran Internet dalam Komunikasi Pemasaran 16-29Paningkat Siburian Pengambilan Keputusan dalam Manajemen

Berbasis Sekolah pada Era Globalisasi30-38

Lamhot Basani Sihombing penerapan metode pembelajaran seni dan budaya berbasis multimedia untuk meningkatkan hasil belajar siswa

39-54

Sukarman Purba Strategi Pengembangan Modal Intelektual Dalam Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan 55-65

Jonny H. Panggabean Kontribusi Penalaran dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Statik Kelas XI Semester 1 MAN 2 Medan

66-75

Yasifati Hia Winni Andika Sari Gultom

Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dengan Menggunakan LKS untuk Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa di Kelas X SMASwasta Dharma Pancasila Medan Tahun Ajaran 2010/2011

76-97

Lasker P. Sinaga Konvergensi dan Stabilitas Solusi Persamaan Laplace pada Batas Dirichlet

98-107

Benyamin Situmorang Analisis Perilaku Individu dalam Organisasi Efektif

108-124

ISSN 1978-869X

Page 6: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

1

Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

APLIKASI SIFAT-SIFAT GRUP JUMLAHAN MODULO 7 DALAM MENENTUKAN HARI

Pardomuan N. J. M. Sinambela

Abstrak

Untuk suatu keperluan tertentu, seseorang mungkin ingin mengetahui hari dari suatu tanggal tertentu. Keingintahuan ini dapat saja terjawab jika ia memiliki kalender untuk tanggal itu. Akan tetapi, jika ia tidak memiliki kalender tersebut, dan tanggal yang ingin diketahui harinya itu mempunyai rentang waktu yang sangat jauh dari tanggal sekarang, tentu tidak mudah untuk diketahui. Misalnya, seseorang mungkin tidak mengetahui hari apa tepatnya ia lahir, karena kelalaian orangtua yang hanya mencatat tanggal kelahirannya saja. Dalam tulisan ini, akan dipaparkan bagaimana menyelesaikan permasalahan menentukan hari dengan memanfaatkan sifat-sifat grup jumlahan modulo 7.Kata Kunci : Grup jumlahan modulo 7

PENDAHULUAN

Himpunan residu modulo 7, yaitu

Z7 = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}, terhadap operasi

jumlahan, +, membentuk grup komutatif.

Grup ini dinamakan grup jumlahan

modulo 7. Terpenuhinya sifat-sifat grup

komutatif: ketertutupan, mempunyai

elemen identitas yang unik, setiap

elemennya mempunyai invers, dan sifat

komutatif, dapat diperlihatkan dengan

tebel Cayley berikut.

+ 0 1 2 3 4 5 60 0 1 2 3 4 5 61 1 2 3 4 5 6 02 2 3 4 5 6 0 13 3 4 5 6 0 1 24 4 5 6 0 1 2 35 5 6 0 1 2 3 46 6 0 1 2 3 4 5

Sifat asosiatif, yang tidak dapat

ditunjukkan dengan tabel Cayley di atas,

dapat diturunkan dari sifat asosiatif

bilangan bulat. Lebih jauh, grup ini

merupakan grup siklik yang dibangkitkan

oleh 1 Z7. Dengan menggunakan sifat

jumlahan modulo 7 akan dibahas

mengenai permasalahan menentukan

hari.

Page 7: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

2

Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

PEMBAHASANMenentukan Hari

Berikut akan ditunjukkan

beberapa contoh penggunaan sifat-sifat

grup jumlahan modulo 7 untuk

menentukan hari. Untuk keperluan itu,

kita tentukan 0 mewakili hari Minggu, 1

mewakili hari Senin, 2 mewakili hari

Selasa, …, 5 mewakili hari Jumat, dan 6

mewakili hari Sabtu.

Contoh 1. Jika sekarang hari

Senin, hari apa 100 hari kemudian?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita

awali dengan menunjukkan bahwa 100

kongruen dengan salah satu anggota Z7.

100 1100 198 + 12 (17)14 + 2 014 +

2 0 + 2 2 Z7.

Jadi, 100 hari setelah hari Senin sama

dengan 2 hari setelah hari Senin.

Diketahui, Senin diwakili oleh 1,

sehingga 100 hari setelah hari Senin

dapat dinyatakan sebagai

1 + 2 3, padahal 3 mewakili Rabu.

Dengan demikian, 100 hari setelah hari

Senin adalah hari Rabu.

Contoh 2. Jika sekarang Rabu, 9

Juni 2004, hari apakah tanggal 2 Mei

2004 yang lalu? Jawab: Bulan Mei

mempunyai bilangan tanggal 1 sampai

dengan 31, sehingga dari 2 Mei sampai 9

Juni 2004, terdapat selisih 31 – 2 + 9 =

38 hari. Dengan demikian, penyelesaian

masalah di atas ekuivalen dengan

penyelesaian masalah menentukan hari

apa 38 hari sebelum Rabu (3). Kata

‘sebelum’ mengindikasikan penggunaan

invers, yaitu 38-1 (138)-1 (135 + 13)-1

([17]5 + 3)-1 (05 + 3)-1 3-1 4. Jadi, 2

Mei 2004 adalah hari Minggu (0 3 +

4).

Menentukan Hari dari Tanggal Tertentu

Pemanfaatan sifat-sifat grup

jumlahan modulo 7 untuk menentukan

hari seperti yang diperlihatkan pada

Contoh 1 dan 2, dapat menjadi sulit

diterapkan jika kita ingin mengetahui

hari dari suatu tanggal tertentu. Kesulitan

akan ditemui jika kita tidak punya acuan

tanggal tertentu lain yang diketahui

harinya, atau jika tanggal yang ingin

diketahui harinya itu mempunyai selisih-

hari yang sulit untuk diketahui. Sebagai

contoh, meskipun kita mengetahui bahwa

9 Juni 2004 adalah hari Rabu, tetapi akan

sulit bagi kita untuk mengetahui hari apa

tanggal 12 Mei 1998. Untuk mengatasi

kesulitan ini, berikut diberikan sebuah

Page 8: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

3

Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

formula yang memanfaatkan sifat-sifat

grup jumlahan modulo 7 yang disajikan

dalam bentuk kekongruenan modulo 7.

Misalkan N menyatakan bilangan

tanggal dalam suatu bulan; M

menyatakan bilangan bulan yang dimulai

dari Maret, yaitu 1 = Maret, 2 = April,

…, 10 = Desember, 11 = Januari, dan 12

= Pebruari (Pemilihan Maret sebagai

awal perhitungan tahun menjadi penting,

sebab pada tahun kabisat, bulan Pebruari

ditambah satu hari, sehingga

penambahan hari ini seolah-olah terjadi

pada akhir tahun); Y menyatakan

bilangan dua angka terakhir pada tahun;

C menyatakan bilangan yang ‘dibentuk’

dari semua angka sebelum angka

puluhan (misal, untuk 1945, maka C = 19

dan Y = 45); dan d menyatakan bilangan

hari: 0 untuk Minggu, 1 untuk Senin, …,

6 untuk Sabtu; maka

)7mod(11

)1(244

]2,06,2[

MLC

CYYMNd (*)

dengan [x] = n untuk n ≤ x < n + 1, n

Z; L = 1 untuk tahun kabisat dan L = 0

untuk tahun yang bukan kabisat.

Formula (1) hanya berlaku untuk

tanggal setelah tahun 1582. Hal ini

dikarenakan sistem kalender yang kita

pakai sekarang, yaitu sistem kalender

Gregorian, mulai digunakan pada tahun

itu.

Tahun kabisat adalah tahun

yang bilangan tahunnya terbagi (habis

dibagi) oleh 4, tetapi yang bilangan

tahunnya terbagi 100, bukan tahun

kabisat, kecuali terbagi oleh 400.

Sebagai contoh, 1984, 2000, 2004, dan

2400 adalah tahun kabisat, tetapi 1900,

1901, 2100, dan 2101 bukan tahun

kabisat. Perlu ditegaskan bahwa,

perhitungan tahun yang digunakan

berdasarkan Kalender Masehi.

Sebelum kita melihat penggunaan

formula (1), berikut kita paparkan bukti

kebenaran formula tersebut.

Bukti: Kita asumsikan bahwa

tahun 0 ada, yaitu tahun yang diawali

pada 1 tahun sebelum tahun Masehi

dimulai. Misalkan pada tanggal N bulan

M tahun 0, bilangan hari, d, memenuhi

kekongruenan modulo 7

d N + SM (mod 7)

dengan SM suatu konstanta yang

bergantung pada bilangan bulan, M. Jika

kita mengamati kalender dari tahun ke

tahun (bukan tahun kabisat),maka kita

akan mengetahui bahwa setiap tahun,

pada tanggal dan bulan yang sama, ada

Page 9: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

4

Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

pergeseran satu hari (365 1(mod 7)).

Jadi, pada tahun T, terdapat pergeseran

sebanyak T hari, sehingga untuk tahun T,

ruas kanan formula (1) harus ditambah T.

Akan tetapi, setiap 4 tahun kita menemui

tahun kabisat, yang berarti ada

penambahan pergeseran 1 hari lagi setiap

4 tahun (366 2(mod 7)), sehingga ruas

kanan formula (1) harus ditambah lagi

sebanyak tahun kabisat yang kurang dari

atau sama dengan T, yaitu [T/4]. Ingat

bahwa, meskipun bilangan tahunnya

habis dibagi 4, tetapi jika bilangan

tahunnya habis dibagi 100, maka tahun

tersebut bukan tahun kabisat, keculai jika

habis dibagi 400. Jadi, ruas kanan

formula (1) harus dikurangi dengan

[T/100] (ditambahkan dengan invers

[T/100]) dan ditambahkan dengan

[T/400]. Dengan demikian, untuk tanggal

N, bulan M, tahun T, formula (1) menjadi

4001004

TTTTSNd M (mod 7). (2)

Memperhatikan kesepakatan kita tentang

variabel C dan Y, maka T dapat

dinyatakan sebagai T = 100C + Y, dengan

C = 0, 1, 2, …, dan Y = 0, 1, 2, …, 99,

sehingga formula (2) menjadi

400

100

100

100

4

100100

YCYCYCYCSNd M (mod 7)

4004100425100

YCYC

YCYCSNd M (mod 7).

Diketahui bahwa C Z, sehingga

4004100425100

YCYC

YCYCSNd M (mod 7).

Perhatikan bahwa

100

Y= 0, untuk setiap Y. Bagian pecahan

4

Cpaling besar 0,75,

sedangkan 400

Ypaling besar 0,2475, sehingga

44004

CYC. Dengan demikian

diperoleh

44124

CYYCSNd M (mod 7)

Ingat bahwa, 124 1124 1119 + 15 (17)17 + 5 5 2-1 -2, sehingga

Page 10: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

5

Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

442

CYYCSNd M (mod 7). (3)

Untuk menentukan nilai SM, kita

memerlukan suatu tanggal yang kita

ketahui harinya. Misalkan kita ambil

Senin, 1 Maret 2004. Jadi, d = 1, N = 1,

M = 1, C = 20, Y = 4. Jika kita

substitusikan nilai-nilai ini ke formula

(3), maka diperoleh

4

20

4

44)20(211 1S (mod 7)

5144011 1 S (mod 7)

291 1 S (mod 7)

11 1 S (mod 7),

akibatnya diperoleh S1 2 (mod 7).

Jika kita memperhatikan

kalender, pada tanggal (N) dan tahun (C

dan Y) yang sama, dari bulan Maret (1)

ke bulan April (2), hari bergeser tiga hari

(Maret: 31 hari; 31 3(mod 7)),

sehingga S2 = 2 + 3 = 5. Selanjutnya, dari

April (2) ke Mei (3), bergeser 2 hari

(April: 30 hari; 30 2(mod 7)), sehingga

S3 = 5 + 2 = 7. Dengan cara yang sama,

S4, S5, S6, dan seterusnya, kecuali untuk

S11, dapat diperoleh seperti pada tabel.

Untuk S11, yang dimaksud dengan

pergeseran hari dari Desember ke

Januari, harus pada tahun yang sama. Hal

ini dikarenakan kita telah menetapkan

Maret sebagai bulan pertama. Misalnya,

dari Desember 2004 ke Januari 2004,

bukan Januari 2005. Diketahui, dari 1

Januari sampai dengan 1 Desember pada

tahun yang bukan kabisat adalah 334

hari, sehingga diperoleh 334 5(mod 7).

Dengan demikian, dari Desember ke

Januari pada tanggal dan tahun yang

sama, pergeseran terjadi sebanyak 5-1 = 2

hari, sehingga S11 = S10 + 2 = 25 + 2 =

27. Pada tahun kabisat, dari 1 Januari ke

1 Desember mempunyai rentang 335

hari, sehingga diperoleh 335 6(mod 7).

Dengan demikian, dari Desember ke

Januari pada tanggal dan tahun yang

sama (tahun kabisat), pergeseran terjadi

sebanyak 6-1 = 1 hari, sehingga S11 = S10

+ 1 = 25 + 1 = 26. Hasil ini selengkapnya

diperlihatkan pada tabel berikut.

Page 11: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

6

Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

M(+)

(L = 0)(+)

(L = 1)SM

(L = 0)SM

(L = 1)[2,6M – 0,2] A B

1 - - 2 2 2 0 = [1/11] 0 = 2[1/11]2 +3 +3 5 5 5 0 = [2/11] 0 = 2[2/11]3 +2 +2 7 7 7 0 = [3/11] 0 = 2[3/11]4 +3 +3 10 10 10 0 = [4/11] 0 = 2[4/11]5 +2 +2 12 12 12 0 = [5/11] 0 = 2[5/11]6 +3 +3 15 15 15 0 = [6/11] 0 = 2[6/11]7 +3 +3 18 18 18 0 = [7/11] 0 = 2[7/11]8 +2 +2 20 20 20 0 = [8/11] 0 = 2[8/11]9 +3 +3 23 23 23 0 = [9/11] 0 = 2[9/11]10 +2 +2 25 25 25 0 =

[10/11]0 = 2[10/11]

11 +2 +1 27 26 28 1 = [11/11]

2 = 2[11/11]

12 +3 +3 30 29 31 1 = [12/11]

2 = 2[12/11]

Tabel ini memperlihatkan bahwa, untuk L = 0 (bukan tahun kabisat), SM [2,6M – 0,2] +

a-1 [2,6M – 0,2] – [M/11] [2,6M – 0,2] – (1 + L)[M/11]. Untuk L = 1 (tahun kabisat),

SM [2,6M – 0,2] + b-1 [2,6M – 0,2] – 2[M/11] [2,6M – 0,2] – (1 + L)[M/11]. Dengan

demikian, SM [2,6M – 0,2] – (1 + L)[M/11]. Jika kita substitusikan hasil ini ke formula

(3) diperoleh hasil seperti formula (*). ■

Contoh 3. ADA APA DENGAN

SWEET SEVENTEEN. Tanggal 21

April 1999, Kartini ‘genap’ berumur 17

tahun. Hari apa Kartini lahir? Jawab:

Dari permasalahan ini diketahui bahwa

Kartini lahir pada 21 April 1982,

sehingga N = 21, M = 2, C = 19, Y = 82,

dan L = 0 (1982 bukan tahun kabisat).

Dengan demikian,

)7mod(11

)1(244

]2,06,2[

MLC

CYYMNd

)7mod(11

2)10()19(2

4

19

4

8282]2,0)2(6,2[21

d

)7mod(0)10()19(242082521 d

)7mod(0)10()5(246550 d

d 10 (mod 7)

d 3 (mod 7)

Page 12: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

7

Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Jadi, Kartini lahir pada hari Rabu, 21 April 1982. □

Dapat diperiksa bahwa, 21 April 1999

juga hari Rabu. Hasil ini menarik, sebab

ternyata setiap 17 tahun dalam abad yang

sama (bukan tahun kabisat), tanggal dan

bulan yang sama akan jatuh pada hari

yang sama. Hal inilah yang mungkin

menyebabkan ulang tahun ke 17

diistimewakan (Sweet Seventeen). Hal

serupa juga terjadi setiap 28 tahun.

PENUTUP

Dengan memanfaatkan sifat-sifat grup

jumlahan modulo 7 dapat diselesaikan

permasalahan-permasalahan yang terkait

dengan menentukan hari. Setiap 17 tahun

pada abad yang sama ditemukan bahwa

ternyata tanggal dan bulan yang dama

akan jatuh pada hari yang sama, hal ini

tidak berlaku untuk tahun kabisat.

DAFTAR PUSTAKA

Herstein, I. N. (2000). Topics in Algebra, 2nd Edition. Singapore: John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd.

Niven, I dan H. S. Zuckerman, (1980). An Introduction to the Theory of Numbers, 4th Edition. New York: John Wiley & Sons.

Page 13: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

8

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan

HAKIKAT KARAKTERDALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER

Wanapri Pangaribuan

AbstrakBetapa pentingnya pendidikan dan pembangunan karakter pada masa saat ini, karena pendidikan dan pembangunan tanpa karakter sesungguhnya tidaklah banyak berarti . Karakter dianggap sangat urgen bahkan segala sesuatunya harus berbasiskan karakter yang baik sesuai dengan hakikat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha sempurna dan Maha Mulia. Karakter dalam perpektif pendidikan adalah bahwa inti proses pendidikan merupakan proses pembangunan karakter, sehingga harus terintegrasi dalam seluruh proses pendidikan itu.Kata Kunci: Pembangunan Karakter, Perpektif Pendidikan

PENDAHULUAN

Defenisi Karakter

Menurut Lukman, dkk (1995),

karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,

tabiat, watak, ahlak atau budi pekerti

yang membedakan seseorang dengan

yang lain. Tabiat adalah kebiasaan-

kebiasaan sikap dan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari seseorang ataupun

kelompok.

Hornby (1974) mengatakan

bahwa Character is moral qualities that

make one person different from others.

Dengan demikian karakter adalah

kualitas moral seseorang atau kelompok

yang membedakannya dengan orang

atau kelompok lain. Moral atau budi

pekerti adalah tindakan atau perilaku

yang dikaitkan dengan norma dan aturan

yang berlaku pada masyarakat. Lukman

(1995) mengatakan bahwa moral adalah

baik buruk yang diterima umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban.

Dalam masyarakat berlaku kewajiban

untuk mengikuti adat istiadat, etika yang

berlaku dimasyarakat. Dengan demikian

karakter adalah pemikiran secara kritis

untuk memilih dan melakukan hal yang

baik dalam masyarakat sesuai dengan

norma, hukum, dan nilai-nilai yang

sesuai pada masyarakat. Pemikiran kritis

menurut Sprod (2001) adalah berpikir

dengan, (1) menggunakan pertimbangan

untuk memutuskan, (2) bersandar pada

kriteria, (3) mengadakan koreksi diri,

dan (4) peka terhadap konteks.

Page 14: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

9

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan

PEMBAHASAN

Hakikat Karakter

Menurut Hill (2002), “Character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour, in every situation”. Kupperman (1991) menyatakan bahwa“X's character is X's normal pattern of thought and action, especially in relation to matters affecting the happiness of others and of X, most especially in relation to moral choice”.

Berdasarkan kedua pendapat di

atas maka, karakter adalah pola

pemikiran, sikap, dan tindakan pribadi

yang mempengaruhi kesenangan hati

untuk melakukan yang baik sebagai

pilihan moral. Karakter yang baik adalah

motivasi intrinsik sesuai dengan

standard kehidupan yang tinggi, yang

baik dalam segala situasi. Karakter yang

baik akan tetap memunculkan

pemikiran, sikap dan tindakan yang baik

dalam situasi yang baik maupun situasi

yang buruk sekali pun. Situasi atau

keadaan tidak begitu berpengaruh dalam

mengubah pola pikir, sikap dan tindakan

bagi orang yang memiliki karakter yang

baik. Dalam kata lain, lingkungan

eksternal diri seseorang bukanlah hal

yuang harus dituruti dan dipanuti untuk

bertindak. Pemikiran positip, sikap yang

bersahabat dan bersahaja adalah milik

seseorang yang berkarakter baik di mana

pun berada.

Karakter yang dipandang sebagai

pola berpikir, bersikap, dan bertindak

bagi pemiliknya dapat dilihat dan

dikenali berdasarkan atribut-atributnya.

Atribut tersebut merupakan indikator

yang dapat lebih dirinci sehingga dapat

diukur.

Susan Brown dalam McElmeel

(2002) menyatakan bahwa karakter

menyangkut atribut: keriangan

(cheerfulness), kewarganegaraan

(Cintizenship), kebersihan (cleanliness),

Kasih sayang (compassion), kerjasama

(cooperation), keberanian (courage),

kesopanan, (courtesy), kreativitas

(Creativity), ketergantungan

(dependability), ketekunan (diligence),

keadilan (fairness), kemurahan hati

(generosity), menolong (helpfulness),

sukacita (joyfulness), kebaikan

(kindness), kesetiaan (loyalty),

kesabaran (patience), ketekunan

(perseverance), ketepatan waktu

(punctuality), rasa hormat (respect),

penghargaan terhadap lingkungan hidup

Page 15: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

10

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan

(respect for the environment), tanggung

jawab ( responsibility), kebanggaan

sekolah (school pride), kendali diri (self

control), sportivitas (sportsmanship),

toleransi (tolerance), kejujuran (

honesty).

Mc Elmeel (2002) mengatakan

bahwa karakter menyangkut atribut,

“caring, confidence, courage, curiosity,

flexibility, friendship, goal setting,

humility, humor, initiative, integrity,

patience, perseverance, positive attitude,

problem solving, self discipline, team

work”. Seorang yang berkarakter

haruslah bersahabat, memiliki rasa

humor, memiliki sikap positip, memiliki

kemampuan memecahkan masalah,

percaya diri, dan berorientasi pada

pengaturan tujuan. Lebih lanjut M C

Elmeel (2002) memberikan defenisi

atribut-atribut yang karakter yang

diutarakannya sebagai berikut:

“Caring: The act of being concerned about or interested in another person or situation. To appreciate, like, or be fond of. Feeling or acting with compassion, concern, empathy. Confidence: A faith or belief in oneself and one’s own abilities to succeed; to be certain that one will act in a right, proper, or effective manner. Positive self-esteem, self-assurance. Courage: A firmness of mind and will in the face of danger or

extreme difficulty; the ability to stand up to challenges and to support unpopular causes. Resolve, tenacity, bravery, strength. Curiosity: A desire to learn, investigate, or know; an interest leading to exploration or inquiry. Inquisitiveness. Flexibility: The capacity to adapt or adjust to new, different, or changing situations and their requirements. Adaptability. Friendship: A state of being attached to another by affection, loyalty, respect, or esteem; holding in high regard, being fond of. Amicability, companionship.Goalsetting: The ability to determine what is wanted or needed and work toward it; identifying desired outcomes or objectives and designing a strategy or plan of action to achieve them. Humility: Respect for others and their position or condition; not exerting one’s authority in an inappropriate or insensitive manner. Modesty, unpretentiousness. Humor: The quality that allows one to appreciate the comic or amusing aspects of a situation or event. Cheerfulness, wit. Initiative: The ability to take action independently, without outside influence or control; a willing-ness to make the first move or take the first step; doing something without beingprompted by anyone else; a sense of enterprise. Ambition, gumption, drive. Integrity: Adherence to a set of principles or a code of values, especially moral; being just, impartial, fair, and honest; straightforwardness of conduct; a refusal to act immorally—that is, to lie, cheat, steal, or deceive in any way. Honesty, loyalty, morality. Patience: The capacity to endure and to wait for one’s goals to be achieved; to conduct oneself without undue haste or impulse. Calmness, tolerance. Perseverance: The ability to keep

Page 16: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

11

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan

working toward a goal, enterprise, orundertaking in spite of difficulty, opposition, or discouragement; the capacity to carry on, especially under adverse circumstances. Persistence, endurance.Positive Attitude: A state of mind or way of thinking that views the most desirable aspects of a situation and anticipates the best possible outcomes. Optimism, hopefulness. Problem Solving: The process of identifying critical elements of a situation, identifying sources of difficulty, using creative ideas to formulate new answers, and plan steps to achieve the best possible outcome. Ingenuity, creativity. Self-Discipline: The ability to control, manage, or correct oneself for the sake of improvement; the ability to forfeit lesser objectives or short-term gratification for more worthwhile causes or long-term goals. Self-control, self-restraint. Teamwork: The ability to

work with others to reach a common goal; acting together to achieve a shared vision. Cooperation, collaboration”.

Dimerman (2009) mengatakan

bahwa karakter terdiri dari sepuluh

atribut yaitu:

hormat (respect), kemauan untuk mendengarkan ( responsibility) , kejujuran (honesty), merasakan perasaan orang lain (empathy), keadilan (fairness), berinisiatif ( initiative), keberanian (courage), ketekunan (perseverance), optimism (optimism), dan integritas ( integrity), sifat mementingkan kepentingan orang lain (altruism), kerendahan hati (humility), kemurahan hati (generosity), iba (compassion), toleransi ( tolerance), bijaksana (prudence), and fleksibilitas (flexibility).

Terbentuknya Karakter

Bernard Show mengatakan

dalam The Harvest of Education,”Show

a though reap an action, show an action

reap a habit, show a habit reap a

character, show a character reap a

dignity”. Dengan demikian, karakter

seseorang akan terbentuk dari kebiasaan-

kebiasaan yang dilakukannya. Kebiasaan

yang dilakukan mengakar pada

pemikiran. Hal tersebut sejalan dengan

pernyataan Kuppermen (1991) bahwa

karakter meliputi kebiasaan-kebiasaan

dan tendensi pemikiran dan tindakan

original seseorang. Lebih lanjut Zuchdi

(2011) mengatakan bahwa karakter

adalah sebuah cara berpikir, bersikap

dan bertindak yang menjadi cirri khas

seseorang yang menjadi kebiasaan yang

ditampilkan di masyarakat. Lebih lanjut

Kupperman (1991) mengatakan bahwa

karakter dapat terlihat dalam komunikasi

sehari-hari seseorang dengan orang lain,

dan orang lain berkomunikasi dengan

dirinya. Dengan kata lain, karakter

terlihat dalam pergaulannya dengan

orang lain, dengan siapa dia bergaul.

Page 17: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

12

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan

Sering sekali pernyataan dalam

seni dan budaya terkait dengan karakter

tokoh atau aktor sesuai dengan perannya

dalam skenario. Misalnya, “aktor

tersebut sangatlah berkarakter dalam

perannya sebagai pahlawan”. Hal ini

berarti, bahwa cirri-ciri, sifat, dan

tindakan yang dilakonkan aktor dalam

skenario menyatu dalam dirinya

sehingga tidak ada kejanggalan-

kejanggalan berlakon. Dalam hal ini

karakter melekat pada diri seseorang,

dan kenjadi bagian dari diri itu sendiri.

Karakter sering juga dikaitkan

dengan kepribadian (personality), dalam

mana keduanya tercipta dari perjalanan

panjang dari kebiasaan pikiran dan

tindakan. Karakter itu sendiri mengakar

pada kepribadian. Dengan kata lain,

bahwa kepribadian adalah wadah dan

media bagi karakter untuk bertumbuh

dan berkembang. Agar karakter

bertumbuh dan berkembang dengan

baik, maka kepribadian itu sendiri harus

lah baik memiliki unsur-unsur

pembangun karakter. Ibarat kompos atau

media tempat akar sebuah tanaman yang

bertumbuh, haruslah kompos tersebut

memiliki unsur hara untuk tanaman

sehingga bertambah besar, berbunga dan

berbuah. Tumbuhan itu sendiri

diidentikkan dengan karakter, kompos

itu sendiri diidentikkan dengan

kepribadian.

Karakter juga disebabkan oleh

persepsi dan sikap yang dimiliki

seseorang. Sikap dan kebiasaan

seseorang dalam merespon stimulus

yang diterima dari orang lain ataupun

benda lain. Munculnya sikap seseorang

adalah berdasarkan pengetahuan dan

penilaiannya terhadap sesuatu, sehingga

diperlihatkan secara positip atau negatip.

Dengan demikian, sikap dihasilkan dari

olahan pikiran secara deduktif ataupun

induktif ataupun juga secara korelasional

atas berbagai informasi dan data.

Munculnya sikap adalah berdasarkan

analisis dan sintesa serta evaluasi

terhadap informasi dan data yang

dihasilkan dari komunikasi dengan

orang lain ataupun terhadap objek lain.

Pemikiran secara analitis, sintesis, dan

evaluatif terhadap objek lain disebut

juga persepsi.

Fish (2010) mengatakan bahwa

persepsi terhadap sesuatu secara unik

didasarkan pada tiga prinsip, yaitu:

prinsip faktor umum (the common factor

principle), prinsip phenomena (the

Page 18: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

13

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan

phenomenal principle), dan prinsip

representative (the representational

principle). Berdasarkan prinsip faktor

umum dapat terjadi tiga hal yaitu,

sebuah objek dilihat sesuai dengan objek

sesungguhnya (hal ini adalah persepsi

yang benar), sebuah objek dilihat tetapi

kelihatannya adalah tidak benar (ilusi),

sebuah objek dilihat akan tetapi

sesungguhnya objek itu tidak ada

(halusinasi). Prinsip phenomena adalah

kondisional yang menggunakan

pernyataan “jika…maka). Prinsip

representatif adalah pengalaman visual

yang artinya perhatian yang intensif

terhadap keberadaan (masa depan)

sesuatu di dalam dunia.

Dengan demikian persepsi

seseorang terhadap objek tergantung

pada prinsip yang dipergunakannya

untuk melihat dan berkomunikasi

dengan objek tersebut. Persepsi adalah

bagian dari karakter dalam arti

pemikiran-pemikiran yang mendasari

karakter. Jika prinsip yang mendasari

persepsi seseorang cenderung secara

intensif dipergunakan, maka akan

tercipta kebiasaan persepsi yang

mendasari karakter.

Enam Pilar Pendidikan Karakter

Josephson Institute mengajukan

enam pilar karakter (The Six Pillars of

Character) yaitu hal yang dapat

dipercaya (trustworthy), penuh hormat

(respectful), warga mau

responsible), keadilan (fairness), perduli

atau acuh (caring). Negara (citizen),

Lebih lanjut Josephson Institute

menampilkan indikator dari enam

pilar karakter tersebut, sebagai

berikut:

1. Orang yang dapat dipercaya adalah

orang yang jujur, tidak mencuri,

tidak menipu, dapat diandalkan,

memiliki keberanian untuk

melakukan yang benar, membangun

reputasi yang baik, loyal kepada

keluarga, teman, dan Negara.

2. Orang yang hormat harus

memperlakukan orang lain dengan

hormat, mengikuti Golden Rule,

toleran dan menerima perbedaan,

menerapkan sopan santun,

menggunakan bahasa yang baik

dalam berkomunikasi,

memperhatikan perasaan orang lain,

tidak melakukan ancaman, memukul

atau menyakiti orang lain,

Page 19: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

14

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan

melakukan kemufakatan damai

terhadap orang lain yang melakukan

kemarahan, penghinaan, dan yang

sering menentang kemufakatan.

3. Orang yang mau mendengarkan

adalah melakukan rencana ke depan,

tekun dan selalu mencoba, selalu

melakukan yang terbaik, mengontrol

diri, berdisiplin, berpikir sebelum

bertindak dan mempertimbangkan

konsekuensi, bertanggung jawab atas

kata-kata, tindakan dan sikap, dan

menetapkan contoh yang baik bagi

orang lain.

4. Orang yang adil adalah bermain

sesuai dengan aturan, berbagi dan

bergiliran, berpikiran terbuka,

mendengarkan orang lain, tidak

mengambil keuntungan dari orang

lain, tidak menyalahkan orang lain,

tidak sembarangan, memperlakukan

semua orang secara adil.

5. Orang yang perduli adalah penuh

kasih dan memperlihatkan

kepedulian, mengungkap rasa

syukur, memaafkan orang lain,

membantu orang yang

membutuhkan.

6. Orang yang menyadari dirinya

sebagai warga Negara adalah mau

bekerja sama, bertempat tinggal jelas

dan formal, terlibat dalam urusan

yang membuat masyarakat agar lebih

baik, menjadi tetangga yang baik,

mentaati hukum dan aturan,

menghormati pemerintah (otoritas),

melindungi lingkungan,

PENUTUP

Karakter dalam perpektif pendidikan

pada dasarnya meliputi ranah

pengetahuan, ranah sikap dan ranah

psikomotorik. Karakter dalam ranah

pengetahuan sering juga disebut sebagai

intellectual character, dalam mana

menurut Blythe (1998) mengatakan,

“ If one’s intellectual character is shaped by the thinking dispositions one possesses, which dispositions are most important to cultivate and nurture? If

the goal is intelligent behavior in the world, which dispositions can best motivate thinking that is reasonably flexible, reflective, and productive in achieving its ends or goals with regard tomaking decisions, solving problems, or developing understanding “.

Intellectual character harus

terintegrasi dalam setiap mata pelajaran,

sehingga dalam perumusan rencana

proses pembelajaran harus selalu

Page 20: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

15

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan

mempertimbangkannya. Demikian juga

karakter dalam ranah sikap dan

psikomotorik atau yang sering disebut

sebagai character in action, harus

terintegrasi dalam perilaku guru,

pegawai, subjek didik, dan proses

manajemen persekolahan yang

dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Lukman, dkk. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud.

Dimerman Sara. (2009). Chracter is The Key. How to Unlock the best In Our Children and Our Selves. Camada: John Wiley & Sons Canada, Ltd

Fish William. (2010). Philosophy of Perception. A Contemporary Introduction. New York: Routledge

Hill, T.A., (2005). Character First! Kimray Inc., http://www.charactercities.org/ downloads/ publications/Whatischaracter.pdf. diunduh tanggal 11 Agustus 2011.

Hornby A S. (1974). Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford: OxfordUniversity Press.

Josephson Institute. Thes Six Pillars of Character. http://charactercounts.org/sixpillars.html. diunduh tanggal 11 Agustus 2011

Kupperman Joel J. (1991). Character. Newyork, Oxford: Oxford University Press.

McElmeel Sharron L. (2002). Character Education. A book Guide for Theacher, Librarians, and

Parents. Colorado: Libraries Unlimited, Theacher Ideas Press.

Sprod, Tim. (2001). Philosophical Discussion in Moral Education. London: Roudledge

Zuchdi Darmiyati. (2011). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktek. Yogyakarta: UNY Press.

Page 21: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

16

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

PERAN INTERNET DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN

Sarah Rouli Tambunan

AbstrakPenggunaan internet dalam aktivitas komunikasi pemasaran cukup meningkat khususnya di Indonesia. Pemasar mengggunakan internet untuk memperomosikan produk mereka. Aktivitas pemasaran tidak lagi terbatas pada promosi tetapi lebih kepada dialog. Dialog penting untuk membangun komunikasi antara pemasar dan konsumen. Dialog juga penting untuk mengkontrol aliran informasi yang bergerak cepat di dunia maya. Berbagai macam media sosial dapat memfasilitasi proses dialog antara pemasar dan konsumen. Facebook dan twitter menjadi pilihan utama pemasar Indonesia untuk membangun komunikasi dengan konsumen. Padahal media sosial lain di luar facebook dan twitter juga memiliki efek yang besar dalam pemasaran apabila para pemasar kreatif dalam menggabungkan penggunan berbagai media social dalam aktivitas komunikasi pemasaran.Key Words : Komunikasi pemasaran, internet, media social.

PENDAHULUAN

Dalam bukunya Ten Deadly

Marketing Sins (Sepuluh Dosa

Pemasaran), Kotler (2005) menyatakan

salah satu cara untuk tetap eksis di dunia

pemasaran, perusahaan harus berfokus

pada konsumen, dan segala usaha

produksi digerakkan oleh konsumen.

Artinya, menempatkan konsumen

sebagai yang pertama, karena jika

konsumen tidak puas, perusahaan bisa

saja mengalami pailit. Untuk menjaga

kepuasan para konsumen, para pemasar

pun harus lebih mendekatkan diri kepada

konsumen, memasang “telinga” yang

lebar untuk mendengar segala kebutuhan

dan keluhan pelanggan. Pemasar harus

menciptakan saluran-saluran yang dapat

mempermudah para konsumen untuk

berkomunikasi dengan perusahaan

misalnya melalui kotak saran,surat,

layanan telepon bebas pulsa, faks atau

juga email.

Kehadiran teknologi internet bagi

masyarakat Indonesia, tentunya bukan

“barang” baru. Indonesia merupakan

negara yang pertumbuhan pengguna

internetnya terus meningkat dari tahun ke

tahun. Pengguna internet di Indonesia

tumbuh lebih 1.000 persen dalam 10

tahun terakhir. Jika tahun 2008 total

pengguna internet mencapai 25 juta

orang, tahun 2010 diperkirakan sudah

mencapai 45 juta orang (kompas.com).

Internet membawa perubahan

pola perilaku konsumen dalam hal

pengambilan keputusan pembelian. Peran

reference group cukup besar

mempengaruhi konsumen. Sebelum

Page 22: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

17

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

memutuskan pembelian konsumen

mencari informasi mengenai produk

melalui search engine, atau juga

berdiskusi dengan teman-teman di dunia

maya mengenai kualitas dari produk

yang dicari. Jika ditelaah, siapakah

pengguna terbesar internet di Indonesia

saat ini?. Hasil penelitian Yahoo dan

Taylor Nelson Sofres (TNS) Indonesia

menunjukkan pengakses terbesar di

Indonesia adalah mereka yang berusia

antara 15-19 tahun, sedangkan urutan

kedua berusia 20-24 tahun (kompas.com)

. Rentang umur ini adalah mereka yang

masuk kategori remaja, duduk di bangku

SMP hingga kuliah dan umumnya

mereka menyenangi hal-hal baru apalagi

yang berbau teknologi terbaru seperti

internet. Pertanyaan lebih lanjut, situs

atau web apa sajakah yang sering diakses

oleh kelompok umur di atas? .

Tabel 1.

Situs internet yang sering dikunjungi mahasiswa

Facebook 56,6%

Google 43,4%

Yahoo 12,4%

Twitter 9,8%

Youtube 8,6%

Kaskus 7,3%

Detik.com 4,7%

Indowebster 2,7%

Sumber: Majalah Marketing bulan September 2010.

Berdasarkan data di atas,

diketahui bahwa situs-situs media sosial

merupakan situs yang paling banyak

diakses seperti facebook, twitter, dan

juga kaskus. Media sosial

memungkinkan para penggunanya untuk

saling berinteraksi dan bertukar

informasi di dalam satu jejaring. Apa

yang sedang dirasakan,atu dilakukan

akan di share oleh pengguna jejaring

sosial dan nantinya akan dikomentari

oleh teman-teman yang tergabung dalam

jejaring yang sama. Secara sederhana

mungkin bisa digambarkan bahwa para

pengguna internet adalah orang-orang

yang senang ngobrol dan saling berbagi

informasi. Internet juga dipandang

sebagai “Yang Maha Tahu” karena

Page 23: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

18

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

adanya situs google yang memudahkan

para penggunanya dalam mencari

informasi maupun data-data yang

diperlukan.

Fenomena di atas tentunya

mempengaruhi dunia pemasaran saat ini.

Menilik jumlah pengguna internet yang

semakin lama semakin bertambah,

tentunya para pemasar harus mulai

memikirkan untuk melebarkan sayap

komunikasi pemasarannya. Jika dahulu

kegiatan komunikasi pemasaran

cenderung dengan beriklan di media

cetak seperti koran dan majalah atau

media elektronik seperti televisi dan

radio. Saat ini, internet bisa menjadi

alternatif baru tidak hanya sebagai media

untuk beriklan tetapi juga sebagai media

untuk membangun komunikasi yang

lebih intens dengan konsumennya

dengan memaksimalkan penggunaan

berbagai media sosial yang ada.

PEMBAHASAN

Pengunaan Internet dalam Komunikasi Pemasaran

Komunikasi dan pemasaran

adalah dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Berbagai kegiatan pemasaran

seperti kegiatan promosi dapat berjalan

dengan menerapkan tehnik-tehnik

komunikasi. Keterhubungan antara

komunikasi dan pemasaran ini

melahirkan kajian baru yang disebut

dengan komunikasi pemasaran. Yeshin

dalam Kitchen & Pelsmacker

mendefenisikan komunikasi pemasaran

sebagai berikut (2004 : 20) :

“Marketing communications as the process by wich the marketer develops and presents an appropriate set of communications stimuli to a defined target audience with the intention of eliciting a desired set of responses”.

Defenisi tersebut menjelaskan

bahwa komunikasi dalam pemasaran

digunakan sebagai stimuli untuk

mendorong respon audience. Tehnik –

tehnik komunikasi digunakan untuk

mempersuasif konsumen agar bersikap

positif akan kegiatan pemasaran yang

diterapkan dalam penggunaan bauran

promosi (promotional mix). Bauran

promosi terdiri atas iklan , sales

promotion, public relations dan personal

selling. Ditengah perkembangan

teknologi internet, maka internet sebagai

media interaktif juga dimasukkan sebagai

“senjata” untuk berkomunikasi dengan

konsumen.

Page 24: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

19

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Gambar 1.Promotional Mix

Sumber : Belch&Belch (2009 : 18)

Walaupun internet dimasukkan

sebagai salah satu “senjata” untuk

melancarkan komunikasi pemasaran.

Sesungguhnya internet juga mampu

mendukung aktivitas komunikasi

pemasaran lainnya seperti penggunaan

internet untuk iklan, sales promotion,

personal selling, public relations dan

juga direct marketing.

Pemasangan iklan di internet

menjadi alternatif baru bagi para pemasar

selain memasang iklan di media cetak,

dan elektronik seperti televisi dan radio.

Adapun iklan yang cukup sering muncul

di web adalah iklan banner yang bisa

muncul dalam bentuk flash (bergerak)

atau juga berupa gambar biasa. Biasanya

gambar flash lebih mudah untuk menarik

perhatian dari pengunjung website.

Selain iklan banner, iklan pop-ups juga

merupakan bentuk iklan yang dapat

dilihat ketika seserorang mengakses

internet. Pop-ups merupakan iklan yang

tiba-tiba muncul ketika seseorang

membuka website-website tertentu.

Walaupun mampu mengundang

perhatian dari pengguna internet, namun

terkadang iklan ini dianggap menggangu.

Internet juga menjadi salah satu

medium untuk menyebarkan sales

promotion. Belch & Belch (2009 : 59)

mendefenisikan sales promotion sebagai

berikut :

“a direct inducement that offers an extra value or incentive for the product to the sales force, distributors, or the ultimate customer with the primary objective of creating an immediate sale”

Lebih lanjut, Sales promotions

bisa hadir dalam beberapa bentuk seperti

pemberian sampel, kupon, premiums,

pengadaan kontes, refunds/rebate, bonus

packs, potongan harga, program (loyalty

programs) dan juga event marketing.

Publicity/Public

Relation

Interactive/ Internet

Marketing

Direct Marketing

Advertising Sales Promotion

Personal Selling

Page 25: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

20

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Gambar 2 Sales promotion dalam bentuk potongan harga (price off) dari Centro

Sumber : www.centro.co.id

Peran internet sebagai sumber

informasi menuntut perusahaan atau

organisasi untuk merancang website

perusahaan atau organisasi, kebanyakan

perusahaan merancang websitenya

dengan memberikan proporsi yang besar

untuk mengkomunikasikan berbagai

kegiatan public relations yang dilakukan

oleh perusahaan seperti sejarah

perusahaan, kegiatan-kegiatan yang

dilakukan perusahaan apakah itu dalam

bentuk CSR atau juga pencapaian,

prestasi yang diraih perusahaan serta

tidak ketinggalan laporan-laporan

tahunan (annual report). Hal tersebut

dilakukan untuk lebih meningkatkan

image atau citra dari perusahaan.

Kehadiran internet juga semakin

mempermudah kegiatan direct

marketing. Direct marketing merupakan

kegiatan mengirimkan direct mail atau

surat dengan pesan yang khusus

ditujukan pada target konsumen tertentu.

Dahulu, direct mail dikirimkan melalui

surat, kini email berperan besar dalam

pengiriman direct mail ini sehingga

pesan bisa sampai lebih cepat dan murah.

Perubahan Perilaku Konsumen

Disadari atau tidak, kehadiran

teknologi internet telah mengubah

perilaku konsumen. Kartajaya dalam

bukunya New Wave Marketing

menyatakan bahwa kehadiran internet

membuat pasar menjadi datar. Artinya,

tidak ada perbedaan status antara

marketer dan customer. Marketer dan

customer sama rata. Marketer sudah

berbaur dengan customer-nya . Dengan

berbaur, maka pemasar dan konsumen

semakin dekat, tidak ada jarak, dan

komunikasi pun harus terbangun dengan

harmonis. Oleh sebab itu, kegiatan

pemasaran tidak lagi terbatas hanya pada

kegiatan promosi tetapi conversation

(percakapan). Conversation

memungkinkan terjadinya komunikasi

Page 26: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

21

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

timbal balik, segala informasi yang

disebarkan oleh pemasar dapat

diklarifikasi,dikomentari oleh konsumen

apabila ada hal-hal yang diragukan

kebenarannya(2008:3, 240).

Senada dengan pendapat

Kartajaya, Prahalad dan Ramasway

dalam Harvard Business Review on

Customer Relationship Management

(2001 : 3,9 ) menyatakan bahwa

konsumen di era 2000-an adalah

konsumen yang aktif, untuk itu kegiatan

komunikasi pemasaran yang dilancarkan

haruslah berupa dialog untuk mengetahui

ekspektasi dari konsumen. Dialog yang

dibangun harus equal, tidak ada

monopoli dan keuntungan sepihak dalam

mengakses informasi. Hal ini

menggambarkan bahwa konsumen

sekarang bukan konsumen yang pasif

lagi, tetapi konsumen yang siap

mengkritisi segala aktivitas pemasaran

yang dilakukan oleh pemasar.

Bagaimana perbedaan perilaku

konsumen sebelum dan sesudah

memasuki tahun 2000-an bisa dilihat

pada tabel dibawah ini :

Internet juga seakan menyediakan

“arena” bagi para konsumen untuk saling

berdialog satu sama lain. Melalui

penggunaan media sosial, siapapun bisa

memproduksi informasi, dan berdiskusi

mengenai pengalaman, pendapat dan ide

bahkan juga menggalang dukungan

seperti yang terjadi pada kasus Prita dan

RS.Omni International. Pengalaman

buruk yang dirasakan oleh seorang

konsumen ketika menggunakan produk

atau jasa akan menjadi informasi baru

bagi konsumen lainnya ketika di share di

berbagai media sosial. Informasi ini akan

membentuk sebuah persepsi akan produk

maupun perusahaan.

Pentingnya mendapatkan

informasi yang up to date, mendorong

para pengguna internet untuk hidup

dalam komunitas (community) baik

komunitas yang khusus dibentuk oleh

pemasar maupun komunitas yang

terbentuk karena adanya kesamaan

diantara anggotanya. Ambil contoh,pria

yang tertarik dengan dunia otomotif dan

ingin mencari tahu segala informasi

terbaru yang berhubungan dengan dunia

otomotif maka orang tersebut bisa

bergabung didalam forum otomotif.

Wanita yang tertarik dengan dunia

kecantikan bisa bergabung dan

berdiskusi dengan wanita lainnya di

forum kecantikan. Tidak mengherankan,

jika keputusan membeli dewasa ini,

banyak dipengaruhi oleh pendapat atau

opini dari pengguna internet lainnya

Page 27: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

22

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

yang tergabung dalam suatu komunitas

yang bertindak sebagai reference group.

Yang penting digarisbawahi,

bahwa terkadang keinginan untuk saling

berbagi informasi dilakukan secara

sukarela. Banyak solusi gratis yang bisa

didapat hanya dengan meng-klik google,

membaca blog atau ikut berdiskusi di

dalam sebuah forum. Semua aktivitas

tersebut sebagian besar dilandasi akan

rasa sukarela tanpa menuntut imbalan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa tidak

seperti argumen para ekonom Neoklasik

yang menyatakan bahwa aktivitas

ekonomi seseorang dimotivasi oleh hal

yang bersifat rasional, yang lebih

bertujuan memberi keuntungan bagi diri

sendiri semata (Widodo,2011 : 25)

Media Sosial Sebagai Saluran Membangun Komunikasi

Internet membawa keuntungan

bagi para pemasar dan juga konsumen.

Dari sisi pemasar, internet mampu

menjaga loyalitas konsumen,

mengantisipasi kebutuhan konsumen

mendatang, menanggapi kepedulian

konsumen dan memperbaiki pelayanan

konsumen. Sedangkan dari sudut

konsumen, perusahaan secara konsisten

dapat memberikan yang terbaik , dengan

menjaga kebutuhan masing-masing

konsumen, menyediakan informasi dan

pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan

komunikasi (Yenny, 2000 : 35).

Keuntungan di atas bisa didapat

asalkan pemasar bisa mengidentifikasi

saluran-saluran mana yang sering

digunakan oleh konsumennya untuk

saling berbagi informasi. Internet

mendorong lahirnya media sosial dan

komunitas online yang dapat dijadikan

saluran untuk berkomunikasi .

Berdasarkan hasil survey sebuah majalah

marketing terhadap perusahaan di

Indonesia, 92,9 % sudah menggunakan

media sosial untuk mendukung aktivitas

pemasaran. Social media adalah sebuah

media online dimana para penggunanya

bisa dengan mudah berpartisipasi,

berbagi, dan menciptakan isi meliputi

blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan

dunia virtual.

Saat ini, terdapat tujuh dasar jenis

media sosial. Pembagian media sosial

berdasarkan fungsi tersebut akan

dijelaskan di bawah ini, antara lain

meliputi (Mayfield, 2008 : 6) :

Social networks

Jejaring social memudahkan orang-

orang dalam membangun halaman

web pribadi dan dapat

berkomunikasi dengan teman lama

Page 28: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

23

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

maupun menemukan teman baru.

Berbagi ilmu, pengetahuan dan

menjalin komunikasi. Jejaring sosial

terbesar adalah MySpace, Facebook

dan Bebo.

Blogs

Blog merupakan jurnal online,

dengan cara posting cerita atau

informasi tertulis yang muncul

dengan diterima terlebih dahulu.

Wikis

Wiki memungkinkan para

penggunanya untuk menambah atau

meng-edit informasi. Wiki bisa

menjadi database. Wiki yang paling

terkenal adalah Wikipedia, sebuah

ensiklopedia online yang memiliki

lebih dari dua juta artikel berbahasa

Inggris.

Podcasts

File berbentuk audio dan video yang

bisa dinikmati dengan mendaftar

terlebih dahulu misalnya Apple.

Forums

Sebuah arena diskusi secara online

yang membahas mengenai topik-

topik tertentu dan menarik. Forum

hadir sebelum muncul istilah “media

sosial” dan menjadi elemen yang

popular dan berkuasa dalam

komunitas online.

Content communities

Komunitas yang mengorganisir dan

berbagi mengenai konten tertentu

seperti foto (Flickr) , Video (

YouTube).

Microblogging

Microblogging adalah alat

kombinasi dari blog dengan pesan

singkat dan jejaring sosial. Twitter

adalah pemimpin dalam hal ini

dengan jumlah lebih dari 1 juta

pengguna.

Berikut beberapa peranan media

social dalam pemasaran menurut Laura

Lake dalam Understanding the Role of

Social Media in Marketing, (1)

Menggunakan media sosial untuk

memberikan identitas pada produk atau

layanan yang ditawarkan ; (2) Menjalin

hubungan antara konsumen dan produk

melalui media sosial (yang mungkin

tidak tahu tentang produk atau layanan

yang dikomunikaskan); (3)Media Sosial

membuat produk "nyata" untuk

konsumen. Jika kita ingin orang-orang

mengikuti kita, kita tidak hanya berbicara

mengenai produk terbaru, tetapi juga

berbagi kepribadian dengan mereka; (4)

Media sosial dapat digunakan untuk

berkomunikasi dan memberikan interaksi

yang selama ini dicari target audience.

Page 29: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

24

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Melihat peranan media sosial

dalam menjalin komunikasi dengan

konsumen, para pemasar di Indonesia

pun mulai berpindah melakukan

kampanye secara online. Media sosial

yang paling banyak digunakan para

pemasar saat ini adalah jejaring sosial

seperti Facebook dan juga Twitter. Wajar

saja, karena jumlah pengguna facebook

dan twitter di Indonesia menempati

peringkat ke- 2 di dunia, yang mencapai

jumlah 3,2 juta orang sehingga ini

menjadi lahan yang potensial untuk

melancarkan aktivitas pemasaran.

Berdasarkan hasil survey sebuah

majalah marketing, 92,3 % pemasar

menggunakan facebook sebagai media

pemasaran melalui media sosial,

sedangkan twitter berada di urutan kedua

sebesar 64,1% (Sudarmadi, 2010 : 28).

Tabel 2. Jenis Media yang digunakan Pemasar

Jaringan social (facebook, MySpace, Bebo,Hi5, Orkut) 92,3%

Twitter 64,1%

Video(You Tube) 48,7%

Blog (Blogspot, Wordpress) 41,0%

Slide presentasi (Slideshare) 30,8%

Instant Messaging (Yahoo!Messenger) 25,6%

Forum (PHPbb,vBulletin,Phorum,Kaskus) 20,5%

Portal Citizen, Journalism (Digg, Newsvine) 15,4%

Link (del.icio.us, Ma.gnolia) 7,7%

Wiki (Wikipedia, Wikia) 7,7%

Gambar (Flickr) 5,1%

Jaringan social spesifik (Linkedln,Boompa) 5,1%

Lainnya 17,9%

Sumber : SwaSembada ( Desember,2010 : 30)

Media sosial terdiri atas banyak

jenis, namun jika melihat data jenis-jenis

media yang digunakan pemasar di atas

terdapat ketidakseimbangan proporsi

dalam penggunaan media sosial untuk

aktivitas pemasaran di Indonesia. Selain

facebook dan twitter, rata-rata pemasar

yang menggunakan media sosial lainnya

seperti video, blog, forum dan lainnya

tidak mencapai 50%. Memang

Page 30: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

25

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

penggunaan media sosial harus

disesuaikan dengan karakteristik dari

konsumen itu sendiri, tetapi kemampuan

pemasar dalam memanfaatkan media

sosial diluar facebook dan twitter

tentunya bisa membawa keuntungan

tersendiri bagi perusahaan.

Scoot, penulis buku The New

Rules of Marketing and PR percaya

bahwa komunikasi berbasis web bisa

menjangkau calon pembeli secara

langsung. Penggabungan penggunaan

media online antara lain blog,

podast/video, forum, dan situs yang kaya

konten akan menjadi kekuatan bagi para

pemasar untuk menjangkau para

konsumen dan berkomunikasi dengan

mereka.

Blog

Banyak orang senang mengungkapkan ide pikiran

dan pengalaman melalui blog.

Blog terkadang dianggap seperti online

diary. Rettberg (2008 : 19)

mendefenisikan Blog sebagai berikut : “

Blog is frequently updated web site

consisting of dated entries arranged in

reverse chronological order so the most

recent post appears first”. Pengguna

blog di Indonesia memang tidak

sesignifikan pengguna facebook dan

twitter, jadi wajar jika pemasar jarang

yang memanfaatkan media ini sebagai

salah satu media untuk mendukung

kegiatan pemasarannya. Walaupun

demikian, blog tetap mempunyai peluang

sebagai salah satu media komunikasi

pemasaran di Indonesia, karena

Indonesia masuk dalam peringkat

delapan besar sebagai negara pengakses

Wordpress.com, salah satu blog yang

aktif sejak tahun 2003. Tidak hanya itu,

Indonesia juga tercatat sebagai negara

yang memiliki traffic tertinggi di antara

negara-negara pengakses

Wordpress.com. (Kompas.com).

Scott (2009 : 72) mempunyai tiga

alasan mengapa para pemasar harus

terjun dan berpartispasi di dunia para

blogger ini yaitu (1) untuk dengan

mudah memonitor apa yang dikatakan

jutaan orang tentang Anda (perusahaan

atau organisasi), pasar yang dimasuki

dan produk-produknya ; (2) untuk

berpartisipasi dalam percakapan-

percakapan tersebut dengan memberikan

komentar pada blog orang lain; (3) untuk

memulai dan membentuk percakapan-

percakapan tersebut dengan menciptakan

dan menulis blog perusahaan (organisasi)

sendiri.

Page 31: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

26

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Sebagaimana saat ini konsumen

senang untuk bergabung dalam suatu

komunitas, menulis untuk menceritakan

berbagai pengalaman baik yang

menyenangkan maupun yang buruk. Bisa

jadi, pengalaman yang diceritakan

mengenai kepuasan orang tersebut akan

penggunaan produk tertentu, pelayanan

yang luar biasa yang diterima atau juga

kekecewaan setelah menggunakan

produk dan pelayanan yang tidak

memuaskan. Begitu satu konsumen

bercerita maka cerita tersebut akan

menyebar dengan cepat layaknya virus.

Jika berita tersebut positif, mungkin tidak

akan masalah. Apabila yang tersebar

berita negatif apalagi bisa menjatuhkan

citra produk bahkan perusahaan tentunya

akan menjadi malapetaka bagi

perusahaan tersebut. Biasanya berita

buruk akan lebih cepat tersebar. Bad

news is a good news !.

Mengantisipasi hal tersebut, maka

Scott menyarankan para pemasar untuk

aktif terjun dalam blog, membuat blog

perusahaan untuk mengkontrol

pemberitaan-pemberitaan yang

merugikan perusahaan. Bahkan, Scott

juga menyarankan agar perusahaan

mengizinkan para karyawannya untuk

membuat blog tersendiri dan ikut aktif

memberikan komentar di blog. Pendapat

Scott tersebut seakan menguatkan

pendapat Kotler yang menyatakan

bahwa urusan yang berkenaan dengan

konsumen bukan hanya tugas dari bagian

pemasaran semata, namun tugas dari

seluruh karyawan di setiap divisi untuk

menjaga komunikasi dengan konsumen.

Video (YouTube)

Siapa yang bisa melupakan aksi

lipsync Shinta dan Jojo dengan lagu

Keong Racunnya ? atau aksi goyang

India ala Briptu Norman ?. Hanya

dengan modal rekaman video melalui

laptop bahkan handphone dan di upload

di dunia maya, mendadak mereka

menjadi selebritis baru Indonesia.

Selama berbulan-bulan, media massa

cetak maupun elektronik tidak berhenti

mengulas berita tentang mereka. Dalam

masyarakat, mereka pun menjadi bahan

pembicaraan yang menarik mulai dari

kalangan atas sampai bawah, bahkan

kedatangan mereka di beberapa daerag di

Indonesia disambut layaknya selebritis

terkenal.

Jika Shinta & Jojo, Briptu

Norman diibaratkan sebuah produk,

maka mereka sukses memasarkan dirinya

Page 32: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

27

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

dengan cara yang unik. Tidak perlu

bersusah-susah payah seperti artis lain

mengikuti casting, audisi, atau

perlombaan bergengsi, nama mereka

dengan cepat melejit dan tawaran untuk

tampil di berbagai acara pun mengalir.

Menurut Mack dalam Scott (2008

: 327), video adalah perpanjangan dari

budaya blogging. Jika tidak mempunyai

kisah menarik untuk diceritakan, maka

pemasar bisa membuat cerita melalui

video, apabila dilakukan dengan baik,

video bisa menjadi sangat meyakinkan.

Di Indonesia, beberapa pemasar mulai

memanfaatkan video dengan membuat

video dan menciptakan tokoh fiktif.

Hasilnya cukup memuaskan.

Biro iklan Publicis pernah

membuat karakter Ririn Dumin yang

kemudian disingakat Rindu untuk obat

sakit kepala merek Dumin yang

diproduksi oleh PT Actavis. Rindu

menciptakan blog yang menceritakan

pengalaman hidupnya dan juga

impiannya untuk menjadi artis. Ririn

mulai terkenal di kalangan blogger

setelah meng-upload kurang lebih tujuh

video yang berisi actingnya dan

perjuangannya untuk menjadi artis dalam

waktu 20 hari. Tidak hanya

memanfaatkan blog,video, Rindu juga

menggunakan facebook dan twitter.

Banyak orang di dunia maya yang

penasaran dengan perjuangan Rindu,

apakah dia berhasil menjadi bintang

sesuai dengan harapannya tersebut? Pada

tanggal 7 Maret 2010, sebuah iklan obat

dengan merek Dumin muncul di televisi,

dan Rindu ikut berperan dalam iklan

tersebut. Mungkin saja ini akal-akalan

dari pihak pemasar yang ingin

menciptakan buzz (rasa penasaran yang

nantinya akan menjadi bahan

perbincangan orang banyak). Fenomena

ini menggambarkan bagaimana

penggabungan beberapa media sosial

bisa mendatangkan efek yang besar

dalam pemasaran.

Forum

Forum merupakan sebuah arena

yang khusus diciptakan untuk berdiskusi

mengenai topik-topik tertentu. Forum

jelas mampu membentuk online

community. Anggota forum berkumpul

didasari akan ketertarikan yang sama

akan suatu hal. Sekarang ini, banyak

perusahaan yang membuat forum sendiri

bagi para konsumennya. Dengan

demikian, para pemasar akan lebih

gampang untuk mengontrol pendapat dan

kebutuhan dari konsumen yang memang

Page 33: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

28

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

langsung menjadi sasarannya. Selain itu,

online community ini juga mempermudah

pemasar untuk melakukan consumer

insight dan sebagai responden untuk

melakukan survey atau polling. Namun,

ada juga forum yang memang dibuat oleh

sekelompok orang yang memiliki

ketertarikan yang sama, misalnya saja

forum kaskus.

Scott menyatakan bahwa banyak

para pemasar yang membubarkan forum

online karena merasa hanya membuang-

buang waktu. Tentunya mengabaikan

suara dalam forum akan berdampak

buruk pada perusahaan. Layaknya blog,

forum juga mempunyai peran besar

dalam menyebarkan informasi dengan

cepat. Untuk itu, Scott menyatakan

pentingya pemasar untuk terlibat dalam

berbagai forum untuk mengkontrol

informasi yang mengalir yang mungkin

berkaitan dengan produk atau perusahaan

khususnya dalam forum-forum yang

bukan diciptakan oleh perusahaan

sendiri.

KESIMPULAN

Kehadiran internet membuat

pasar menjadi datar. Pemasar dan

konsumen berbaur menjadi satu,

sehingga aktivitas pemasaran tidak lagi

sebatas pada promosi melainkan

conversation atau dialog. Melalui dialog

yang intens dengan konsumennya maka

pemasar dapat menciptakan produk yang

dapat memenuhi kebutuhan dan

preferensi dari konsumennya.

Beragamnya media sosial yang

ada di internet membuat dunia

pemasaran semakin interaktif. Para

pemasar dituntut untuk piawai

menggunakan berbagai media sosial ini

untuk bisa berinteraksi dengan

konsumennya demi menyukseskan

program komunikasi yang diharapkan

dapat mendongkrak penjualan. Untuk itu,

seorang pemasar saat ini harus

mempunyai skill dan pengetahuan dalam

teknologi khususnya penggunaan media

sosial.

Facebook dan twitter merupakan

media sosial yang penggunanya sangat

banyak di Indonesia, sehingga tidak

heran jika jumlah pemasar yang

menggunakan media sosial ini untuk

melancarkan aktivitas pemasaran pun

cukup besar. Namun, hanya terjun ke

dalam dunia facebook dan twitter saja

tidak cukup, pemasar saat ini harus

mampu memadukan berbagai media

sosial dalam mendukung aktivitas

Page 34: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

29

Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

pemasarannya. Ini penting untuk tetap

menjaga komunikasi dengan konsumen,

mengetahui berbagai pendapat konsumen

mengenai produk atau perusahaan, dan

mengkontrol berbagai informasi yang

mungkin bisa merugikan citra produk

atau perusahaan. Ketepatan dalam

memilih media social, dan keahlian

dalam menggabungkan media social

dalam strategi komunikasi pemasaran

tentunya akan berdampak besar dalam

kegiatan pemasaran saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Belch, G.E. and Michael A. Belch. (2001). Harvard Business Review on Customer Relationship Management. USA : Harvard Business School Press

--------- (2009). Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective, (8th ed). New York : McGraw.Hill

Kartajaya, Hermawan. (2008). New WaveMarketing: The World s Still Round The Market is Already Flat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kitchen, Philip J & Pelsmacker, Patrick D. (2004). Integrated Marketing Communications : A Primer. USA : Routledge.

Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. (2006). Marketing Management, (12th ed). New Jersey : Pearson Prentice Hall.

Kotler, Philip. (2002). Ten Deadly Marketing Sins : Sepuluh Dosa Pemasaran Mematikan, Sinyal dan Solusi (Emil Salim, S.E., penerjemah). Jakarta: Erlangga.

Marketing, Judul, Edisi 09/X/September 2010.

Mayfield, Antony. (2008). What is Social Media ?. e-book :icrossing

Peter, Paul J & Olson, Jerry C. (2005). Consumer Behavior and Marketing Strategy (7thed). Boston : McGraw-Hill.

Rettberg, Jill Walker. (2008). Blogging. USA : Polity Press

Scott, David Meerman. (2009). The New Rules of Marketing & PR: Jurus Jitu Menggunakan Blog, Podcasting, Pemasaran Online untuk Menjangkau Pembeli Secara Langsung (Anastia Putri Ridiasa, penerjemah). Jakarta : Publishing One.

Sudarmadi, Problematika Menghadang Pemasar Muda, Swa Sembada No.27/XXVI/20 Desember 2010-5 Januari 2011.

Widodo, Eko, Masyarakat Surplus Informasi, Swa Sembada No.08/XXVII/14-27April 2011.

Yuliana, Oviliani Yenty. (2000), Mei. Penggunaan Teknologi Internet dalam Bisnis. Jurnal Akuntansi & Keuangan Universitas Kristen Petra. Surabaya. Vol 2,36-52

http://tekno.kompas.com/read/2010/09/20/15412739/Pengguna.Internet.di.Indonesia.Capai.45.Juta-12).

http://edukasi.kompas.com/read/2009/03/20/2028042/Pengguna.Internet.Indonesia.Didominasi.Remaja

http://nasional.kompas.com/read/2009/01/17/1418056/indonesia.peringkat.ke-8.pengakses.wordpress

Lake, Laura. (2003). Understanding the Role of Social Media in Marketing.(http://marketing.about.com/od/strategytutorials/a/socialmediamktg.htm)

Page 35: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

30

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAHPADA ERA GLOBALISASI

Paningkat Siburian

Abstrak

Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu model pengelolaan sekolah yang memberdayakan semua pihak pemangku kepentingan dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen Berbasis Sekolah memberikanwewenang pengambilan keputusan bagi sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi progam pendidikannya dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan sekolah guna memenuhi kebutuhan sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, di mana kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, orang tua siswa, dan tokoh masyarakat didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dibutuhkan bagi pencapaian tujuan sekolah. Pengambilan keputusan partisipatif adalah model pengambilan keputusan yang harus dilakukan dalam Manajemen Berbasis Sekolah, karena merupakan inti dan faktor penentu bagi keberhasilan program pendidikan, dan dilakukan dengan melibatkan stakeholders yang terwadahi dalam Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.Kata kunci: Manajemen, keputusan, dan partisipatif.

PENDAHULUAN

Sejalan dengan pelaksanaan

otonomi daerah dilakukan reorientasi

penyelenggaraan pendidikan melalui

penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

(School Based Management) pada

pendidikan anak usia dini, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

Adapun tujuan otonomi daerah di bidang

pendidikan `adalah: (1) meningkatkan

pelayanan pendidikan yang lebih dekat,

cepat, mudah , dan murah sesuai

kebutuhan masyarakat; (2) pembudayaan

dan pemberdayaan peserta didik

sepanjang hayat; (3) memberikan

keteladanan, membangun kemauan; (4)

mengembangkan kreativitas peserta

didik; (5) mengembangkan budaya

membaca, menulis, berhitung, dan

memberdayakan seluruh komponen

masyarakat; (6) pemerataan dan

keadilan; (7) meningkatkan kesejahteraan

pendidik dan tenaga kependidikan; (8)

akuntabilitas publik; (9) transparansi;

(10) memperkuat integritas; dan (11)

Page 36: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

31

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

meningkatkan daya saing di era

globalisasi (Husaini Usman, 2008:

572).

Penerapan Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS) merupakan bagian dari

pelaksanaan otonomi daerah di bidang

pendidikan yang diharapkan dapat

meningkatkan mutu pendidikan. Hal

tersebut dilakukan sesuai dengan UU

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang menetapkan

manajemen berbasis sekolah (School

Based Management) sebagai prinsip

utama yang harus dipegang teguh dalam

pengelolaan semua satuan pendidikan.

Faktor manajemen menjadi

penentu dalam usaha pendidikan, karena

menurut Juran bahwa 85 % masalah

mutu disebabkan oleh manajemennya.

Sehubungan dengan itu, dalam PP

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan ditetapkan standar

pengelolaan pendidikan adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan kegiatan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan, kabupaten

/kota, provinsi, atau nasional agar

tercapai efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pendidikan.

Pengelolaan satuan pendidikan

menerapkan Manajemen Berbasis

Sekolah yang ditunjukkan dengan

kemandirian, keterbukaan, kemitraan,

partispasi, dan akuntabilitas dalam

perencanaan, program, penyusunan

kurikulum tingkat satuan pendidikan,

kegiatan pembelajaran, pendayagunaan

tenaga kependidikan, penilaian kemajuan

belajar, pengelolaan sarana dan

prasarana, dan pengawasan. Manajemen

Berbasis Sekolah pada dasarnya

merupakan sistem manajemen di mana

sekolah merupakan unit pengambilan

keputusan penting tentang

penyelenggaraan pendidikan secara

mandiri, sehingga diharapkan setiap

keputusannya tepat dalam rangka

meningkatkan mutu lulusan.

Akan tetapi dapat diketahui

bahwa penerapan Manajemen Berbasis

Sekolah pada beberapa lembaga

pendidikan belum memberikan hasil

yang maksimal, yang mana salah satu

faktor penyebabnya adalah kebingungan

dan keraguan pemangku kepentingan

dalam pengambilan keputusan (M. Ihsan

Dachofany dan Evi Yuzana, 2009: 6).

Oleh karena itu, dalam rangka

meningkatkan mutu perlu dilakukan

kajian tentang pengambilan keputusan

dalam Manajemen Berbasis Sekolah

pada era globalisasi.

Page 37: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

32

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

PEMBAHASAN

Hakikat Manajemen Berbasis Sekolah

Pada hakikatnya, manajemen

pendidikan adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian sumber daya pendidikan

untuk mencapai tujuan pendidikan secara

efektif dan efisien. Manajemen Berbasis

Sekolah adalah suatu model pengelolaan

sekolah yang memberdayakan semua

pihak pemangku kepentingan dalam

proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengendalian sumber

daya pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien.

Manajemen Berbasis Sekolah sebagai

terjemahan dari School Based

Management adalah suatu pendekatan

yang bertujuan untuk merancang kembali

pengelolaan sekolah dengan memberikan

kekuasaan kepada kepala sekolah dan

meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam upaya peningkatan kinerja sekolah

(Nanang Fatah dan H.Mohammad Ali,

2007: 1.5). Manajemen Berbasis Sekolah

merupakan suatu model pengelolaan

sekolah yang ditandai dengan adanya

otonomi luas di tingkat sekolah, dan

partisipasi yang tinggi dari masyarakat

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi program pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan

untuk memberdayakan sumber daya

sekolah, terutama sumber daya manusia

(kepala sekolah, guru, karyawan, siswa,

orang tua siswa, dan masyarakat

sekitarnya) melalui pemberian

kewenangan, dan fleksibilitas untuk

memecahkan persoalan yang dihadapi

oleh sekolah dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan. Karakteristik dasar

Manajemen Berbasis Sekolah adalah

pemberian otonomi yang luas kepada

sekolah, partispasi masyarakat dan

orangtua peserta didik yang tinggi,

kepemimpinan sekolah yang profesional,

dan tim kerja yang profesional (E.

Mulyasa, 2009: 36). Selanjutnya,

Manajemen Berbasis Sekolah dinyatakan

memiliki karakteristik yang sama dengan

sekolah yang efektif, yaitu: (1)

manajemen organisasi dan

kepemimpinan sekolah yang kuat dalam

arti profesi; (2) proses belajar mengajar

yang bermutu; (3) sumber daya manusia

yang berkualitas baik; dan (4)

administrasi sekolah yang didukung oleh

anggaran yang mengacu pada pencapaian

visi dan misi (Syaifui Sagala, 2006: 136).

Page 38: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

33

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Dalam pelaksanaan Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS), kepala sekolah

merupakan orang kunci yang

bertanggung jawab untuk megelola dan

memberdayakan sumber daya manusia

dan sumber daya instrumental untuk

keberhasilan pencapaian visi, misi, dan

tujuan sekolah. Sehubungan dengan itu,

ada beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan dalam melaksanakan

Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu: (1)

komitmen yang kuat dari semua

pelanggan sekolah untuk ber-MBS; (2)

kesiapan warga sekolah secara fisik dan

mental untuk ber-MBS; (3) kelembagaan

bagi pendidikan yang efektif; (4)

keterlibatan semua pihak dalam

mendidik anak; (5) keputusan sekolah

yang dibuat oleh pihak yang benar-benar

mengerti tentang pendidikan; (6)

kemandirian dalam pengambilan

keputusan pengalokasian dana; (7)

kesadaran guru untuk membantu dalam

pembuatan keputusan program

pendidikan dan kurikulum; dan (8)

ketahanan (Husaini Usman, 2008: 574).

Penerapan Manajemen Berbasis

Sekolah pada suatu lembaga pendidikan

ditunjukkan dengan kemandirian,

kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan

akuntabilitas dalam perencanaan

program, penyusunan kurikulum tingkat

satuan pendidikan, kegiatan

pembelajaran yang efektif, pengelolaan

sarana dan prasarana, pendayagunaan

tenaga kependidikan, penilaian kemajuan

hasil belajar, dan pengawasan.

Berdasarkan uraian di atas dapat

diketahui bahwa Manajemen Berbasis

Sekolah adalah sistem pengelolaan

sekolah yang memberdayakan semua

pihak pemangku kepentingan dalam

proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengendalian sumber

daya pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien.

Hakikat Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah

penentuan sebuah pilihan dari beberapa

pilihan yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah atau mencapai

suatu tujuan. Sehubungan dengan itu

dijelaskan bahwa pengambilan keputusan

merupakan suatu kegiatan menentukan

pilihan diantara dua alternatif atau lebih

(Stephen P.Robbins, 2002: 89-90).

Pengambilam keputusan didefinisikan

secara universal sebagai pemilihan

alternatif (Fred Luthans, 2006: 406).

Selain itu, pengambilan keputusan

didefinisiksn sebagai rangkaian kegiatan

Page 39: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

34

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

yang berhubungan dengan pemecahan

masalah (Kreitner dan Knicki, 1989:

487). Definisi di atas menjelaskan bahwa

pengambilan keputusan merupakan

serangkaian kegiatan yang dipilih

sebagai penyelesaian suatu masalah.

Secara rinci dikemukakan bahwa

pengambilan keputusan merupakan

penentuan serangkaian kegiatan untuk

mencapai hasil yang diinginkan (T. Hani

Handoko, 2003: 130).

Ada tiga model pengambilan

keputusan, yaitu: (1) model pengambilan

keputusan rasional; (2) model

pengambilan keputusan optimasi, dan (3)

model pengambilan keputusan

pemuasan. Model pengambilan

keputusan rasional membuat pilihan yang

konsisten dan memaksimalkan proses

dan hasil. Langkah-langkah model

pengambilan keputusan rasional adalah

sebagai berikut: (1) mendefinisikan

masalah; (2) mengidentifikasi kriteria

keputusan; (3) menimbang kriteria; (4)

menghasilkan alternatif; (5)

mengevaluasi alternatif-alternatif; dan (6)

memilih alternatif terbaik (Robbins dan

Judge, 2009: 182). Herbert A. Simon

dalam Fred Luthans mengemukakan tiga

tahap utama dalam proses pengambilan

keputusan, yaitu: (1) aktivitas inteligensi

untuk penelusuran kondisi lingkungan

yang memerlukan pengambilan

keputusan; (2) aktivitas desain untuk

penemuan, pengembangan, dan analisis

masalah; dan (3) aktivitas memilih untuk

menentukan pilihan terbaik dari pilihan

yang tersedia (Fred Luthans, 2006: 406).

Ada beberapa asumsi model

pengambilan keputusan rasional, yaitu:

(1) kejelasan masalah; (2) pilihan

diketahui; (3) preferensi yang jelas; (4)

preferensi yang konstan; (5) tidak ada

kendala waktu dan biaya; dan (6) hasil

maksimal (Stephen P. Robbins, 2002:

91-92). Hal tersebut berarti bahwa model

pengambilan keputusan rasional

sebaiknya digunakan jika pengambil

keputusan memiliki informasi yang

lengkap berkenaan dengan situasi

keputusan, dapat mengidentifikasi semua

kriteria yang relevan , dapat meranking

kriteria dan alternatif berdasarkan tingkat

pentingnya, kriteria suatu keputusan

tertentu adalah konstan dan bobot yang

diberikaan padanya stabil sepanjang

waktu, tidak ada kendala waktu dan

biaya, dan dapat memilih alternatif yang

memberikan hasil yang terbaik. Jadi,

model pengambilan keputusan yang akan

digunakan tergantung pada sifat masalah,

tersedianya waktu dan biaya,

pengetahuan, dan keterampilan dari

pengambil keputusan. Sesuai dengan

Page 40: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

35

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

hakikat Manajemen Berbasis Sekolah

sebagai sistem pengelolaan sekolah yang

ditandai dengan adanya otonomi luas di

tingkat sekolah, partisipasi masyarakat

yang tinggi dalam kerangka kebijakan

pendidikan nasional, sehingga

pengambilan keputusanya dituntut

melibatkan semua pihak pemangku

kepentingan.

Berdasarkan uraian di atas dapat

diketahui bahwa pengambilan keputusan

adalah suatu kegiatan menentukan

sebuah pilihan dari beberapa pilihan

yang dapat digunakam untuk

menyelesaikan masalah atau mencapai

suatu tujuan.

Hubungan Pengambilan Keputusan dengan Manajemen Berbasis Sekolah

Pengambilan keputusan adalah

salah satu faktor penentu dalam

implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah

memberikan wewenang pengambilan

keputusan bagi sekolah dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

progam pendidikannya dengan

melibatkan semua pihak yang

berkepentingan dengan sekolah guna

memenuhi kebutuhan sesuai dengan

kondisi dan tuntutan lingkungan

masyarakatnya. Dalam pelaksanaan

Manajemen Berbasis Sekolah,

pengambilan keputusan dilakukan

dengan melibatkan semua pemangku

kepentingan secara partisipatif untuk

bermusyawarah, sehingga keputusan

yang diambil akan diterima oleh semua

pihak (Moherman dan Wohistetter, 1994:

279). Pengambilan keputusan partisipatif

adalah suatu cara untuk mengambil

keputusan melalui penciptaan lingkungan

yang terbuka dan demokratik, di mana

kepala sekolah, guru, siswa, karyawan,

orang tua siswa, dan tokoh masyarakat

didorong untuk terlibat secara langsung

dalam proses pengambilan keputusan

yang dibutuhkan bagi pencapaian tujuan

sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan

bahwa jika seseorang dilibatkan (turut

bepartisipasi) dalam pengambilan

keputusan, maka yang bersangkutan akan

merasa ikut memiliki keputusan

tersebut, sehingga yang bersangkutan

akan bertanggungjawab dan berdedikasi

sepenuhnya dalam pelaksanaan

keputusan guna mencapai tujuan sekolah.

Meskipun demikian, pelibatan warga

sekolah dalam pengambilan keputusan

harus mempertimbangkan keahlian,

yurisdiksi, dan relevansinya dengan

Page 41: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

36

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

tujuan pengambilan keputusan sekolah.

Sehubungan dengan itu dijelaskan bahwa

pengambilan keputusan partisipatif

dilakukan kepala sekolah sebagai strategi

untuk meningkatkan efektivitas kendali

(Chapman, 1990: 254). Kepala sekolah

adalah orang kunci dalam pengambilan

keputusan yang akan memberhasilkan

implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah.

Dalam menerapkan pengambilan

keputusan partisipatif, ada tiga

pertanyaan yang harus dijawab oleh

kepala sekolah sebelumnya, yaitu: (1)

apakah cocok dan produktif jika

pengambilan keputusan melibatkan

kelompok-kelompok kepentingan? (2)

bagian yang mana dari proses

pengambilan keputusan yang perlu

melibatkan kelompok-kelompok

kepentingan? dan (3) cara yang mana

yang paling efektif untuk melibatkan

kelompok kepentingan dalam proses

pengambilan keputusan ? Melalui

implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah diharapkan hal berikut : (1)

fleksibilitas pengambilan keputusan

sekolah akan tumbuh dan berkembang

dengan subur, sehingga dapat dibuat

keputusan yang tepat dalam memenuhi

kebutuhan sekolah; (2)

akuntabilitas/pertanggunggugatan

terhadap semua pihak pemangku

kepentingan sekolah dapat meningkat;

dan (3) kinerja sekolah meningkat.

Sehubungan dengan pengambilan

keputusan partisipatif, ada empat faktor

yang perlu diperhatikan dalam

melibatkan pihak kelompok kepentingan,

yaitu: relevansi, kompetensi, yurisdiksi,

dan kompatibilitas tujuan. Secara khusus

dapat dikemukakan bahwa pengambilan

keputusan bidang akademik dapat

dilakukan melalui rapat Dewan pendidik

yang dipimpin oleh kepala sekolah,

sedangkan pengambilan keputusan

bidang non akademik dilakukan melalui

rapat komite sekolah yang dihadiri oleh

kepala sekolah. Pengambilan keputusan

dalam rapat dewan pendidik dan komite

sekolah dilaksanakan atas dasar prinsip

musyawarah dan mufakat yang

berorientasi pada peningkatan mutu

satuan pendidikan. Jadi, pada intinya

pengambilan keputusan dalam

Manajemen Berbasis Sekolah harus

dilakukan dengan melibatkan pihak-

pihak pemangku kepentingan

(stakeholders) yang terwadahi dalam

Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa pengambilan

keputusan dalam Manajemen Berbasis

Sekolah merupakan faktor penentu bagi

Page 42: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

37

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

keberhasilan program pendidikan, dan

dilakukan dengan melibatkan pihak-

pihak pemangku kepentingan

(stakeholders) yang terwadahi dalam

Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.

PENUTUP

Manajemen Berbasis Sekolah

adalah suatu model pengelolaan sekolah

yang memberdayakan semua pihak

pemangku kepentingan dalam proses

perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengendalian sumber

daya pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien.

Manajemen Berbasis Sekolah sebagai

wujud dari reformasi pendidikan

bertujuan untuk mengadakan perubahan

dari kondisi yang kurang baik menuju

kondisi yang lebih baik dengan

memberikan wewenang kepada sekolah

untuk memberdayakan dirinya, sehingga

mampu secara mandiri menggali,

mengalokasikan, menentukan prioritas,

memanfaatkan, mengendalikan, dan

mempertanggungjawabkan setiap

kegiatannya kepada pihak yang

berkepentingan. Manajemen Berbasis

Sekolah memberikan otonomi yang luas

bagi sekolah dalam mengambil

keputusan untuk melakukan perbaikan

dan peningkatan kualitas secara

berkelanjutan.

Pengambilan keputusan di bidang

pendidikan merupakan suatu kegiatan

menentukan sebuah pilihan dari

beberapa pilihan yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan masalah

pendidikan atau mencapai tujuan

pendidikan. Sesuai dengan hakikat

Manajemen Berbasis Sekolah sebagai

sistem pengelolaan sekolah yang ditandai

dengan adanya otonomi luas di tingkat

sekolah, partisipasi masyarakat yang

tinggi dalam kerangka kebijakan

pendidikan nasional, maka pengambilan

keputusanya dituntut melibatkan semua

pihak pemangku kepentingan.

Pengambilan keputusan dalam

pelaksanaan Manajemen Berbasis

Sekolah dilakukan dengan melibatkan

semua pemangku kepentingan secara

partisipatif untuk bermusyawarah,

sehingga keputusan yang diambil akan

diterima oleh semua pihak.

Jadi, pengambilan keputusan

partisipatif harus dilakukan dalam

Manajemen Berbasis Sekolah, karena

merupakan inti dan faktor penentu bagi

keberhasilan program pendidikan, dan

Page 43: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

38

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

dilakukan dengan melibatkan pihak-

pihak pemangku kepentingan

(stakeholders) yang terwadahi dalam

Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Judith. (1990). School Decision Making and Management. London: The Farrmer Press.

Husaini Usman. (2008). Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kreitner, Robert dan Angelo Knicki.(1989). Organizational Behavior. Boston: Richard D. Irwin, Inc.

Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: ANDI.

Moherman, Susan Albers dan Wohistetter. (1994). School Based Management Organizing for High Performance. San Fransisco: Jossey-Bass.

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

M. Ihsan Dachofany dan Evi Yuzana. (2009). Manajemen Berbasis

Sekolah.Makalah, (Online), (http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/05/15/manajemen-berbasis-sekolah-mbs/, diakses 12 September 2011).

Nanang Fattah dan H. Mohammad Ali. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka.

Robbins, Stephen P. (2002). Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Robbins , Stephen P dan Timothy A. Judge. (2009). Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education.

Sagala. Syaiful. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat.Strategi Memenangkan Persaingan Mutu.Jakarta: Nimas Multima.

T. Hani Handoko. (2003). Manajemen.Yogyakarta: BPFE.

Page 44: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

39

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SENI DAN BUDAYA BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Lamhot Basani Sihombing

Abstrak

Dalam penggunaan multimedia pembelajaran, guru dapat memberi berbagai informasi mengenai materi pelajaran, didalam pembelajaran seni budaya hal ini sangat membantu dalam penyampaian contoh berbagai bentuk kesenian seperti lagu dan karya seni lainnya. Dan tak dapat dipungkiri bahwa hampir semua siswa akan selalu suka dengan musik, dan ini menjadi sebuah keuntungan dalam proses belajar dan mengajar, karena didalam multimedia guru dapat menggunakan lagu sebagai contoh dalam pelajaran. Seperti hasil penelitian Mayanti dalam skripsi (2009;52) mengatakan, ”penggunaan media lagu terbukti memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran.” Karena multimedia dapat menghadirkan berbagai macam contoh yang dapat memberi motivasi belajar siswa, seperti belajar sekaligus mendengarkan lagu yang mereka sukai maupun yang mungkin juga tidak mereka sukai. Namun menggunakan lagu dalam multimedia pembelajaran dapat memberi motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik.Kata Kunci : multimedia

PENDAHULUAN

Pembelajaran pada dasarnya

merupakan upaya untuk mengarahkan

anak didik ke dalam proses belajar

sehingga mereka dapat memperoleh

tujuan belajar sesuai dengan apa yang

diharapkan. Pembelajaran hendaknya

memperhatikan kondisi individu anak

karena merekalah yang akan belajar.

Anak didik merupakan individu yang

berbeda satu sama lain serta memiliki

keunikan masing-masing yang tidak

sama dengan orang lain. Oleh karena itu,

pembelajaran hendaknya memperhatikan

perbedaan-perbedaan individual anak

tersebut. Sehingga pembelajaran benar-

benar dapat mengubah kondisi anak dari

yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang

tidak paham menjadi paham, serta dari

yang berperilaku kurang baik menjadi

baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama

ini kurang mendapat perhatian di

kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari

perhatian sebagian guru/pendidik yang

cenderung memperhatikan kelas secara

keseluruhan, tidak perorangan atau

kelompok anak sehingga perbedaan

individual kurang mendapat perhatian.

Gejala lain terlihat pada kenyataan

banyaknya guru yang menggunakan

metode pengajaran yang cenderung sama

Page 45: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

40

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

setiap kali pertemuan di kelas

berlangsung.

Pembelajaran yang kurang

memperhatikan perbedaan individual

anak dan didasarkan pada keinginan guru

akan sulit untuk dapat mengantarkan

anak didik ke arah pencapaian tujuan

pembelajaran. Kondisi seperti inilah

yang pada umumnya terjadi pada

pembelajaran konvensional. Konsekuensi

dari pendekatan pembelajaran seperti ini

adalah terjadinya kesenjangan yang nyata

antara anak yang cerdas dan anak yang

kurang cerdas dalam pencapaian tujuan

pembelajaran. Kondisi seperti ini

mengakibatkan tidak diperolehnya

ketuntasan dalam belajar sehingga sistem

belajar tuntas terabaikan. Hal ini

membuktikan terjadinya kegagalan

dalam proses pembelajaran di sekolah.

Mengenal dan mengapresiasi

kultur budaya bangsa melalui produk

budayanya merupakan metode yang

efektif untuk mempertahankan

karakteristik dan jati diri bangsa serta

merupakan bentuk pemeliharaan filosofi

kehidupan bangsa. Selain itu,

pemeliharaan seni budaya bangsa

bermanfaat sebagai penelusuran sejarah

melalui fakta empiris yang membentuk

bangsa ini dapat bertahan hidup dan

mengembangkan kehidupan.

Pengembangan kurikulum seni budaya

bangsa hendaknya diawali dengan

penjelasan filosofi budaya dan diikuti

dengan pembelajaran apresiatif terhadap

produk seni budaya daerah. Satuan

pembelajaran yang tidak menjelaskan

filosofi akhirnya hanya menjadi materi

pelajaran hafalan yang sangat rentan

dengan kealpaan. Pembelajaran filosofi

budaya ini diperlukan karena seni budaya

daerah sering kali dikemas dalam

simbol-simbol, tetapi tidak menunjukkan

bentuk asli dari seni dan budaya tersebut

sehingga apresiasi siswa terhadap seni

budaya bangsa kurang dipahami oleh

siswa.

Pesatnya kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta

perkembangan sosial-budaya merupakan

faktor yang mempengaruhi proses

pembelajaran siswa dan kesempatan

belajar siswa semakin terbuka dari

berbagai sumber dan media seperti surat

kabar, radio, televisi, film, dan

sebagainya. Pemanfaatan teknologi yang

terus berkembang dalam proses belajar-

mengajar akan memungkinkan guru

untuk menyajikan materi ajar yang

menarik dan disukai oleh semua siswa

sehingga sistem belajar tuntas dan siswa

dapat mengerti dan memahami materi

ajar yang diberikan oleh guru dengan

Page 46: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

41

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

harapan hasil belajar yang baik dapat

tercapai. Guru hendaknya mampu

membantu setiap anak secara efektif dan

dapat mempergunakan berbagai

kesempatan belajar dan berbagai sumber

dan media pembelajaran.

Proses pembelajaran pada

dasarnya berjalan dengan baik sesuai

dengan rencana pembelajaran yang

dirancang oleh guru. Namun dalam

proses pembelajaran yang terjadi masih

banyak siswa yang kurang memahami

dan mengetahui tentang materi yang

diajarkan, bukan karena proses belajar

yang kurang baik namun keterbatasan

media pembelajaran menjadi salah satu

faktornya. Guru tidak dapat

menghadirkan contoh langsung dari

suatu materi menyebabkan hasil belajar

siswa menjadi kurang memuaskan.

Ketidakmampuan sekolah

memberikan fasilitas media pembelajaran

seni dan budaya seperti alat musik

tradisional menjadikan proses belajar dan

mengajar menjadi membosankan dan

monoton. Pemahaman siswa akan materi

belajar seni dan budaya yang diberikan

guru tidak memuaskan sehingga

ketuntasan belajar yang harus dicapai

pada akhirnya tidak tercapai.

PEMBAHASAN

Pengertian Metode Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan

perilaku secara aktif, proses mereaksi

terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu, proses yang diarahkan

pada suatu tujuan, proses berbuat melalui

berbagai pengalaman, proses melihat,

mengamati, dan memahami sesuatu yang

dipelajari.

Untuk mempermudah proses

belajar dibutuhkan metode yang tepat

sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kokom

(2010:3), “metode adalah cara atau jalan

yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang

disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan

praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran.” Sehubungan dengan

upaya ilmiah, maka metode menyangkut

masalah cara kerja untuk dapat

memahami objek yang menjadi sasaran

ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode

memiliki arti sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Pengetahuan tentang

metode-metode mengajar sangat di

perlukan oleh para pendidik sebab

berhasil atau tidaknya siswa belajar

sangat bergantung pada tepat atau

Page 47: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

42

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

tidaknya metode mengajar yang

digunakan oleh guru sehingga terjadi

sebuah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan

pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk

membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik.

Proses belajar mengajar yang

dilaksanakan oleh guru haruslah ditata

secara sistematis sehingga terjadi

interaksi yang efektif dikelas sejalan

dengan pendapat Kokom (2010 : 3)

Instruction atau pembelajaran adalah

suatu sistem atau proses membelajarkan

siswa yang bertujuan untuk membantu

proses belajar siswa, yang direncanakan,

dilaksanakan dan dievaluasi secara

sistematis agar siswa dapat mencapai

tujuan-tujan pembelajaran secara efektif

dan efisien. Proses belajar berisi

serangkaian peristiwa yang dirancang

dan disusun sedemikian rupa untuk

mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar siswa yang

bersifat internal sehingga setiap siswa

mendapat penyesuaian yang baik dalam

situasi belajar sesuai dengan kemampuan

yang dimilikinya dan mendapat

perkembangan yang optimal. Hal ini

sejalan dengan pendapat Cronbach

(Sardiman, 2005:20) yang memberikan

definisi tentang belajar “Learning is

shown by a change in behavior as a

result of experience”. “Belajar adalah

memperlihatkan perubahan dalam

perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.

Sedangkan dalam UU No.

20/2003, Bab I Pasal Ayat 20

menyatakan Pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Undang-undang

dalam hal ini menekankan dalam proses

belajar yang baik haruslah terjadi

interaksi yang baik pula antara pendidik

(guru) dengan siswa sehingga

menciptakan suasana belajar dua arah

yang interaktif, dan benar-benar memberi

pengalaman belajar yang baik bagi siswa

yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Selain meningkatkan ilmu

pengetahuan siswa, pola belajar yang

interaktif juga memupuk mentalitas

siswa dalam mengungkapkan

pengetahuan dan pendapatnya tentang

suatu wacana yang sedang dibahas dalam

proses belajar dan mengajar dikelas.

Page 48: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

43

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

Seperti pendapat Harold (Sardiman,

2005:20) memberikan batasan,

“Learning is to observe, to read, to

initiate, to try something themselves, to

listen, to follow direction”. Belajar

adalah mengamati, membaca, berinisiasi,

mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan,

mengikuti petunjuk/arahan.

Dalam pemilihan metode

pembelajaran ada beberapa hal yang

harus diperhatikan sejalan dengan

pendapat Hamalik (2008:57),

“pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi

untuk mencapai tujuan

pembelajaran”. Manusia terlibat dalam

sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru

dan tenaga lainnya. Material meliputi

buku-buku, papan tulis, dan kapur.

Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari

ruang kelas, perlengkapan audio visual,

komputer. Prosedur meliputi jadwal dan

metode penyampaian informasi, praktek,

belajar ujian. Pengajaran mempunyai arti

cara mengajar atau mengajarkan, dengan

demikian pengajaran diartikan sama

dengan perbuatan belajar (oleh siswa)

dan mengajar (oleh guru). Kegiatan

belajar mengajar adalah satu kesatuan

dari dua kegiatan yang searah dalam

proses pelaksanaannya dimana guru

sebagai pengajar memberi pelajaran

kepada siswa sebagai orang yang belajar

dan sebaliknya bila ada hal-hal baru yang

siswa dapat dalam proses belajarnya

yang belum diketahui oleh guru. Dalam

hal ini Geoch (Sardiman 2005:20)

mengatakan, “Learning is a change in

performance as a result of practice.”

Belajar adalah perubahan dalam

penampilan sebagai hasil praktek.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa

metode pembelajaran adalah usaha sadar

dari guru untuk membuat siswa belajar,

yaitu terjadinya perubahan tingkah laku

pada diri siswa yang belajar, bahwa

perubahan dengan pemerolehan

kemampuan baru yang berlaku dalam

waktu yang relatif lama dan karena

adanya usaha. Metode pembelajaran

dapat juga diartikan sebagai cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam

bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Page 49: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

44

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

Pengertian Seni dan Budaya

Kata "seni" adalah sebuah kata

yang semua orang di pastikan

mengenalnya, walaupun dengan kadar

pemahaman yang berbeda. Kata seni

berarti keterampilan yang diperoleh

melalui pengalaman, pengamatan atau

proses belajar. Setiap orang dapat saja

berbicara seni menurut sudut pandangnya

masing tanpa dapat dipersalahkan

ataupun diganti dengan sudut pandang

lain, tetapi sepertinya sudah ada

kesepakatan tanpa rundingan dimana

kata seni sering sekali dikaitkan dengan

kata indah sehingga seperti sudah

menjadi kebiasaan bahwa seni itu indah.

Memahami kesenian itu berarti

menemukan sesuatu gagasan yang

berlaku untuk menentukan unsur nilai

dalam budaya manusia.

Manusia dalam perkembangan

seni selalu menghubungkan

kehidupannya degnan seni, kesenian

inimemberi rasa keindahan yang dapat

dinikmati oleh manusia itu sendiri.

Menurut Read (Dharsono, 2007;7)

menyatakan, ”seni merupakan usaha

manusia untuk menciptakan bentuk-

bentuk yang menyenangkan.” Bentuk

yang menyenangkan dalam arti bentuk

yang dapat membingkai perasaan

keindahan dan perasaan keindahan itu

dapat terpuaskan apabila dapat

menangkap harmoni atau suatu kesatuan

dari bentuk yang disajikan. Seni identik

dengan penggunaan keterampilan dan

imajinasi secara kreatif dalam

menghasilkan benda-benda estetis.

Segala bentuk karya seni merupakan

hasil dari kreatifitas yang dituangkan

dalam sebuah benda yang terlihat indah.

Suatu kesatuan secara struktural dari

elemen-elemen estetis, kualitas-kualitas

teknis dan ekpresi simbolis, yang

mempunyai arti tersendiri dan tidak

membutuhkan lagi pengesahan oleh

unsur-unsur luar untuk pernyataan

dirinya. Dalam hal ini seni itu adalah

dirinya sendiri tanpa harus

memperdulikan apakah orang lain

menganggap itu indah atau tidak karena

pada dasarnya setiap benda bisa jadi

indah dan bisa juga tidak, dan seni itu

sendiri tidak harus indah.

Seni seringkali dijadikan sebagai

simbol dari berbagai hal, misalnya

simbol keagamaan, keselarasan budaya

dan bahkan untuk dunia pendidikan seni

dapat dijadikan simbol. Seperti pendapat

Langer (Dharsono, 2007;7) yang

menyatakan, ”seni merupakan simbol

Page 50: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

45

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

dari perasaan.” Seni merupakan kreasi

bentuk simbolis perasaan manusia yang

tertuang dalam sebuah benda ataupun

kata-kata yang miliki nilai keindahan.

Bentuk-bentuk simbolis yang mengalami

transformasi yang merupakan

universalisasi dari pengalaman, dan

bukan merupakan terjemahan dari

pengalaman-pengalaman tertentu dalam

karya seninya melainkan formasi

pengalaman emosionalnya yang bukan

dari pikirannya semata.

Kehidupan berkesenian dalam

kehidupan masyarakat membawa

masyarakat pada kedalam pencipta

sebuah budaya masyarakat yang menjaga

nilai etik dan budi pekerti masyarakat.

Hal ini sesuai dengan pendapat Setiady

(2010:27), ”budaya atau kebudayaan

berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk

jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

dengan budi dan akal manusia.” Budaya

merupakan sebuah aturan kehidupan

tradisional yang telah diwariskan secara

turun-temurun oleh nenek moyang

manusia. Setiap suku bangsa memiliki

budayanya sendiri. Budaya adalah suatu

cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok

orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Budaya terbentuk dari banyak

unsur yang rumit, termasuk sistem agama

dan politik, adat istiadat, bahasa,

perkakas, pakaian, bangunan, dan karya

seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,

merupakan bagian tak terpisahkan dari

diri manusia sehingga banyak orang

cenderung menganggapnya diwariskan

secara genetis. Ketika seseorang

berusaha berkomunikasi dengan orang-

orang yang berbeda budaya dan

menyesuiakan perbedaan-perbedaannya,

membuktikan bahwa budaya itu

dipelajari. Budaya membentuk suatu pola

hidup menyeluruh bersifat kompleks,

abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya

turut menentukan perilaku komunikatif,

unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar

dan meliputi banyak kegiatan sosial

manusia.

Budaya yang ada dalam

masyarakat merupakan warisan nenek

moyang yang di wariskan sacara turun-

temurun, budaya ini dijadikan sebagai

aturan bermasyarat. Budaya sebagai

pengatur tata kehidupan masyarakat

mengambil peran penting dalam

sosialisasi kehidupan dan untuk

menciptakan sebuah budaya, nenek

moyang melihat kondisi kehidupan

masyarakat melalui perasaannya sesuai

dengan pendapat Herimanto (2010;29)

Page 51: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

46

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

yang menyatakan bahwa ”budaya adalah

hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.”

Kebudayaan sangat erat hubungannya

dengan masyarakat, bahwa segala

sesuatu yang terdapat dalam masyarakat

ditentukan oleh kebudayaan yang

dimiliki oleh masyarakat itu sendiri..

Memandang kebudayaan sebagai sesuatu

yang turun temurun dari satu generasi ke

generasi yang lain. Kebudayaan

merupakan identitas dari persekutuan

hidup manusia, kebudayaan mengandung

keseluruhan pengertian nilai sosial,norma

sosial, ilmu pengetahuan serta

keseluruhan struktur-struktur sosial,

religius, tambahan lagi segala pernyataan

intelektual dan artistik yang menjadi ciri

khas suatu masyarakat.

Sementara pendapat Taylor

(Rusmin Tumanggor, 2010:19),

menyatakan bahwa ”kebudayaan

merupakan keseluruhan yang kompleks,

yang di dalamnya terkandung

pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang

didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat.” Kehidupan manusia yang

sedang dijalani saat ini merupakan hasil

dari sebuah kebudayaan yang terus

berkembang sejalan dengan

meningkatnya kecerdasan manusia, ini

menunjukkan bahwa sebuah budaya akan

selalu ada dalam sisi hidup manusia.

Dari berbagai definisi tersebut,

dapat diperoleh pengertian mengenai

kebudayaan adalah sesuatu yang akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan dan

meliputi sistem ide atau gagasan yang

terdapat dalam pikiran manusia, sehingga

dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan

itu bersifat abstrak. Sedangkan

perwujudan kebudayaan adalah benda-

benda yang diciptakan oleh manusia

sebagai makhluk yang berbudaya, berupa

perilaku dan benda-benda yang bersifat

nyata, misalnya pola-pola perilaku,

bahasa, peralatan hidup, organisasi

sosial, religi, seni, yang kesemuanya

ditujukan untuk membantu manusia

dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat.

Pengertian Multimedia

Multimedia diambil dari kata

multi dan media. Multi berarti banyak

dan media berarti media atau perantara.

Multimedia adalah gabungan dari

beberapa unsur yaitu teks, grafik, suara,

video dan animasi yang menghasilkan

presentasi yang menakjubkan.

Multimedia juga mempunyai komunikasi

Page 52: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

47

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

interaktif yang tinggi. Bagi pengguna

komputer multimedia dapat diartikan

sebagai informasi komputer yang dapat

disajikan melalui audio atau video, teks,

grafik dan animasi.

Secara umum multimedia

mengandung bebragai elemen yang

menggabungkan berbagai sumber

teknologi yang dijadikan satu, seperti

pendapat Rosch (1996) menyatakan,

“Multimedia adalah kombinasi dari

komputer dan video atau Multimedia

secara umum merupakan kombinasi tiga

elemen, yaitu suara, gambar dan teks.”

Multimedia adalah kombinasi dari paling

sedikit dua media input atau output dari

data, media dapat audio (suara, musik),

animasi, video, teks, grafik dan gambar,

multimedia merupakan alat yang dapat

menciptakan presentasi yang dinamis dan

interaktif yang mengkombinasikan teks,

grafik, animasi, audio dan gambar video.

Multimedia sebagai sebuah alat

pembelajar merupakan bagian dari

sebuah kemajuan teknologi yang

menggabungkan berbagai macam

teknologi, seperti gambar, video, suara,

dan berbagai macam hal lainnya sesuai

dengan pendapat Arsyad (2010: 171)

yang menyatakan, “multimedia adalah

berbagai macam kombinasi grafik, teks,

suara, video dan animasi yang

merupakan satu kesatuan secara

bersama-sama menampilkan informasi,

pesan atau isi pelajaran.” pemanfaatan

komputer untuk membuat dan

menggabungkan teks, grafik, audio,

gambar bergerak (video dan animasi)

dengan menggabungkan link yang

memungkinkan pemakai melakukan

navigasi, berinteraksi, berkreasi dan

berkomunikasi. Dalam definisi ini

terkandung empat komponen penting

multimedia. Pertama, harus ada

komputer yang mengkoordinasikan apa

yang dilihat dan didengar. Kedua, harus

ada link yang menghubungkan pemakai

dengan informasi. Ketiga, harus ada alat

navigasi yang membantu pemakai

menjelajah jaringan informasi yang

saling terhubung. Keempat, multimedia

menyediakan tempat kepada pemakai

untuk mengumpulkan, memproses, dan

mengkomunikasikan informasi dengan

ide. Jika salah satu komponen tidak ada,

bukan multimedia dalam arti luas

namanya. Misalnya, jika tidak ada

komputer untuk berinteraksi, maka itu

namanya media campuran, bukan

multimedia. Kalau tidak ada alat navigasi

yang memungkinkan untuk memilih

jalannya suatu tindakan maka itu

namanya film, bukan multimedia.

Demikian juga kita tidak mempunyai

Page 53: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

48

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

ruang untuk berkreasi dan

menyumbangkan ide sendiri, maka nama

televisi, bukan multimedia.

Jenis-jenis Multimedia Pembelajaran

Berdasarkan kegunaannya

multimedia pembelajaran ada 2 macam,

yaitu:

a) Multimedia presentasi Pembelajaran

Multimedia presentasi pembelajaran

adalah alat bantu guru dalam proses

pembelajaran dikelas dan tidak

menggantikan guru secara

keseluruhan. Contohnya: Microsoft

Power Point.

b) Multimedia pembelajaran mandiri,

adalah sofware pembelajaran yang

dapat dimanfaatkan oleh siswa secara

mandiri tanpa bantuan guru.

Multimedia pembelajaran mandiri

harus dapat memadukan explicit

knowledge dan tacit knowledge ,

mengandung fitur assemen untuk

latihan,ujian dan simulasi termasuk

tahapan pemecahan masalah.

Contohnya: Macromedia Authorware

atau Adobe Flash.

Manfaat Multimedia Pembelajaran

Secara umum manfaat yang dapat

diperoleh adalah proses pembelajaran

lebih menarik, lebih interaktif, jumlah

waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas

belajar siswa dapat ditingkatkan dan

prises belajar mengajar dapat dilakukan

di mana dan kapan saja, serta sikap

belajar siswa dapat ditingkatkan.

Manfaat di atas akan diperoleh

mengingat terdapat keunggulan dari

sebuah multimedia pembelajaran, seperti

yang disampaikan Sadiman (2009:17)

sebagai berikut :

1) Memperbesar benda yang sangat

kecil dan tidak tampak oleh mata,

seperti kuman, bakteri, elektron.

2) Memperkecil benda yang sangat

besar yang tidak mungkin dihadirkan

ke sekolah, seperti gajah, rumah

Tradisional, gunung.

3) Menyajikan benda atau peristiwa

yang kompleks, rumit dan

berlangsung cepat atau lambat,

seperti sistem tubuh manusia,

bekerjanya suatu mesin, beredarnya

planet Mars, berkembangnya bunga,

dan pesta adat.

Page 54: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

49

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

4) Menyajikan benda atau peristiwa

yang jauh, seperti bulan, bintang,

salju.

5) Menyajikan benda atau peristiwa

yang berbahaya, seperti letusan

gunung berapi, harimau, racun.

6) Meningkatkan daya tarik dan

perhatian siswa.

Dalam proses pembelajaran,

keberadaan multimedia sangat membantu

guru dalam penyampaian materi ajar

kepada siswa karena dalam materi ajar

banyak contoh pelajaran yang tak dapat

dihadirkan langsung oleh guru, dan

membantu siswa dalam memahami dan

mengetahui tentang materi yang

diajarkan oleh guru dengan adanya

multimedia pembelajaran diharapkan

ketuntasan belajar dan pemahaman siswa

terus berkembang dan bertambah.

Karakteristik Media dalam Multimedia Pembelajaran

Sebagai salah satu komponen

sistem pembelajaran, pemilihan dan

penggunaan multimedia pembelajaran

harusmemperhatikan karakteristik

komponen lain, seperti: tujuan, materi,

strategi dan juga evaluasi pembelajaran.

Karakteristik multimedia pembelajaran

adalah:

a) Memiliki lebih dari satu media yang

konvergen, misalnya

menggabungkan unsur audio dan

visual.

b) Bersifat interaktif, dalam pengertian

memiliki kemampuan untuk

mengakomodasi respon pengguna.

c) Bersifat mandiri, dalam pengertian

memberi kemudahan dan

kelengkapan isi sedemikian rupa

sehingga penggunabisa menggunakan

tanpa bimbingan orang lain.

Selain memenuhi ketiga

karakteristik tersebut, multimedia

pembelajaran sebaiknya memenuhi

fungsi sebagai berikut:

a) Mampu memperkuat respon

pengguna secepatnya dan sesering

mungkin.

b) Memperhatikan bahwa siswa

mengikuti suatu urutan yang koheren

dan terkendalikan.

c) Mampu memberikan kesempatan

adanya partisipasi dari pengguna

dalam bentuk respon, baik berupa

jawaban, pemilihan, keputusan,

percobaan dan lain-lain.

Pengertian Hasil Belajar

Page 55: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

50

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

Hasil belajar adalah perubahan

yang dimilki oleh seseoarang setelah

mengalami proses belajar, baik berupa

perubahan pada ilmu pengetahuan, cara

berpikir, sikap maupun moral. Melalui

proses belajar yang dialami, seseorang

akan mengalami perubahan-perubahan

dalam kehidupan sehari-harinya baik

dilingkungan masyarakat maupun

keluarga.

Setiap orang memiliki kemapuan

dari berabgai pengalaman hidup, hal ini

juga berlaku dalam belajar karena belajar

merupakan proses dalam mencari sebuah

pengalaman. Seperti pendapat Sudjana

(1990:22) yang menyatakan, “hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.” Pengalaman

belajar yang diterima akan memberi

dampak pada perubahan yang terjadi

terhadap seseorang. Perubahan yang

terjadi haruslah yang bersifat terus-

menerus dan akan dilaksanakan

sepanjang kehidupan seorang yang telah

belajar bukan perubahan sifatnya

sementara yaitu perubahan yang hanya

terjadi ketika proses belajar itu terjadi.

Oleh karena itu seorang guru harus

membuat sebuah metode pembelajaran

yang dapat memberi hasil belajar yang

baik bagi siswa, sehingga siswa dapat

memahami pelajaran dengan efektif dan

efisien. Hintzman (Muhibbin Syah 2008:

90-91) dalam bukunya The Psychology

of Learning and Memory berpendapat,

“Learning is change in organism due to

experience which can affect the

organism’s behavior.” Artinya, belajar

adalah suatu perubahan yang terjadi

dalam diri organism (manusia dan

hewan) disebabkan oleh pengalaman

yang dapat mempengaruhi tingkah laku

organism tersebut. Jadi, dalam

pandangan Hitzman, perubahan yang

ditimbulkan oleh pengalaman tersebut

baru dapat dikatakan belajar apabila

mempengaruhi organisme.

Setiap siswa yang belajar pada

akhirnya akan memperoleh hasil belajar

yang baik dan hal itu akan meningkatkan

penguasaan siswa terhadap pelajaran

tersebut, hal ini sesuai dengan pandangan

Sahertian (2004:1) yang mengatakan,

‘setiap hasil belajar merupakan

gambaran tingkat penguasaan siswa

terhadap sasaran belajar pada topik

bahasan yang dieksperimenkan, yang

diukur dengan berdasarkan jumlah skor

jawaban benar pada soal yang disusun

sesuai dengan sasaran belajar.” Untuk

mengetahui hasil belajar yang terjadi

pada siswa pada setiap proses belajar

yang terjadi akan dilaksanakan tes,

Page 56: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

51

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

sehingga diketahui perubahan yang

terjadi setelah proses belajar

dilaksanakan disinilah dapat diketahui

hasil belajar siswa tersebut. Melalui

pelaksanaan tindakan kelas, peneliti dan

guru akan melihat dan mengevaluasi

setiap perubahan yang terjadi terhadapa

siswa setelah menerima pembelajaran

dari guru, dengan demikian dapat

diketahui metode pembeljaran yang tepat

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Wittig (Muhibbin Syah 2008: 90-91)

dalam bukunya, Psychology of Learning

mendefinisikan belajar sebagai “any

relatively permanent change in an

organisme’s behavioral repertoire that

occurs as a result of experience.” Belajar

ialah perubahan yang relatif menetap

terjadi dalam segala macam/keseluruhan

tingkah laku suatu organisme sebagai

hasil pengalaman.

Dalam peningkatan mutu

pendidikan nasional, pemerintah selalu

memantau kualitas pendidikan dari

kurikulum yang selalu dikeluarkan oleh

pemerintah, dalam hal ini menurut

Sudjana, (1990:22) dalam sistem

pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik tujuan kurikuler

maupun tujuan instruksional

menggunakan klasifikasi hasil belajar

dari Benyamin Bloom yang secara garis

besar membaginya dalam tiga ranah,

yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotoris.

Ranah Kognitif

Ranah kognitif yang berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni

pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Kedua aspek pertama disebut kognitif

tingkat rendah dan keempat aspek

berikutnya termasuk kognitif tingkat

tinggi. Untuk mengetahui perkembangan

kognitif siswa maka akan diadakan tes,

dari hasil tes ini akan dilihat apakah

kognitif siswa mengalami

perkembangan. Jika dalam tes ini siswa

dapat menjawab setidaknya 75% dari

pertanyaan yang ada maka dapat

diketahui bahwa siswa dapat memahami

materi pembelajaran yang telah

disampaikan oleh guru.

Ranah Afektif

Page 57: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

52

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

Ranah afektif berkenaan dengan

sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Dalam hal ini peneliti dan guru secara

terus menerus melihat perkembangan

lingkungan belajar siswa di kelas melalui

sikap belajar siswa saat melaksanakan

proses belajar dan mengajar. Tugas

utama guru dalam meningkatkan ranah

afektif siswa adalah meciptakan suasana

kelas yang aktif dimana seluruh siswa

dapat mengikuti pelajaran secara aktif,

guru harus membangun mental siswa

yang mampu berbicara dan

mengemukakan pendapat tentang materi

pembelajaran.

Dalam proses belajar dan

mengajar guru harus dapat meningkatkan

rasa percaya diri siswa tentang

kemampuannya untuk memberi

pertanyaan dan menjawab pertanyaan

seputar materi pelajaran yang sedang

diajarkan, selain itu guru juga harus

mengajarkan tentang sikap saling

menghargai antara sesama siswa maupun

antara siswa dan guru sehingga suasana

belajar yang terbangun menjadi nyaman

dan kondusif. Dengan demikian proses

belajar dan mengajar dikelas menjadi

aktif dan menyenangkan.

Ranah Psikomotoris

Ranah psikomotoris berkenaan

dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek

ranah psikomotoris, yakni :

1) Gerakan refleks (ketrampilan pada

gerakan yang tidak sadar).

2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan

dasar.

3) Kemampuan perseptual, termasuk di

dalamnya mebedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dan

lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik,

misalnya kekuatn, keharmonisan,

dan ketepatan.

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari

ketrampilan sederhana sampai pada

ketrampilan kompleks

6) Kemampuan yang berkenaan dengan

komunikasi non-decursive seperti

gerakan ekspresifdan interpretatif.

Dalam pelaksanaan proses belajar

dan mengajar guru tak hanya bekerja

untuk memberi pelajaran dan ilmu,

namun guru juga berperan dalam

mengarahkan bakat yang dimiliki siswa.

Page 58: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

53

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

Setiap siswa tentunya memiliki bakat

yang sudah ada sejak dia lahir, hal ini

yang harus diperhatikan oleh guru

sehingga guru dapat mengarahkan siswa

dalam mengembangkan bakat yang

dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini juga

dapat menolong guru menentukan

metode pembelajaran yang tepat

sehingga siswa dapat memahami

pembelajaran dengan cepat.

KESIMPULAN

Dari uraian yang terdapat pada

kerangka teoritis dapat diketahui

pengertian metode pembelajaran adalah

usaha sadar dari guru untuk membuat

siswa belajar. Dengan menggunakan

berbagai metode pembelajaran dan media

yang pembelajaran yang terus

berkembang guru memberikan

pengalaman belajar yang menarik bagi

siswa. Guru secara sadar memberi

instruksi kepada siswa untuk

meningkatkan pengetahuannya baik

secara kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sehingga terjadi perubahan sikap dalam

menerima pelajaran yang disampaikan

oleh guru. Melalui berbagai metode yang

dapat membantu, guru memberi

pelajaran kepada siswa demi

peningkatan hasil belajar siswa kearah

yang lebih baik.

Multimedia pembelajaran adalah

pangggabungan dari media audio dan

visual yang dapat menampung aspirasi

dan inspirasi seseorang dalam proses

belajar sehingga menimbulkan efek pada

pemahaman yang lebih baik pada suatu

pelajaran. Multimedia pembelajaran yang

dipakai guru dalam proses belajar akan

membantu guru dan mempermudah guru

untuk menjelaskan tentang materi ajar

kepada siswa. Dengan adanya

multimedia setiap siswa dapat

memahami tentang sebuah karya seni

dan budaya masyarakat yang tak

mungkin dapat dihadirkan dalam proses

belajar mengajar, multimedia juga

membantu guru dalam memberi

pemahaman dan pengalaman belajar

kepada siswa tentang pelajaran seni dan

budaya yang sebenarnya ada disekitar

kehidupan namun tak munghkin

dihadirkan dalam kelas belajar.

Metode pembelajaran juga

menjadi hal yang harus diperhatikan,

dengan menggunakan multimedia juga

harus menggunakan metode

pembelajaran yang tepat, agar hasil

belajar yang ingin dicapai berhasil. Guru

dapat menggunakan berbagai metode

pembelajaran yang telah ada, sehingga

Page 59: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

54

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

proses belajar dapat dikondisikan oleh

guru secara sistematis. Proses belajar

juga menjadi lancer apabila guru

menggunakan metode-metode

pembelajaran, sehingga guru dapat

mengarahkan pelajaran kepada hal-hal

yang lebih baik. Guru juga harus

memperhatikan faktor psikologi siswa

sehingga dapat melihat metode yang

tepat untuk memberi pelajaran kepada

siswa.

Hasil belajar adalah perubahan

yang terjadi terhadap siswa sebagai

akibat dari poses belajar seperti

terjadinya perubahan sikap, moral,

pengetahuan, wawasan yang dapat dilihat

dengan meningkatnya hasil belajar siswa.

Meningkatkan hasil belajar siswa tentu

memerlukan berbagai macam usaha,

seperti kemampuan guru mengolah kelas

dan pelajaran, selain itu metode

pembelajaran yagn tepat juga membawa

perubahan yang baik terhadap hasil

belajar siswa. Media belajar juga menjadi

hal yang sangat mendukung dalam

proses penyampaian pelajaran kepada

siswa sehingga siswa semakin mudah

memahami pelajaran yang disampaikan

oleh guru. Dengan demikian maka

harapan untuk meningkatkan hasil

belajar akan mingkin dapat dicapai dan

berhasil, dan siswa sebagai pembelajar

memiliki kemampuan untuk memahami

pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu; Supryono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo. 2010

Bahruddin, H; N. Wahyuni, Esa. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar-Ruzz Media Group

Borg & Gall. 2003. Educational Research. New York: Allyn and Bacon.

Handayani, Pri. 2009. Keberadaan Musik Elektronik di Robertmoog Computer Musik Studio Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Hopkins, David. 1993. A teacher guide to classroom research. Philadelpia: open University Press

HR, Widada. 2010. Multimedia Interaktif Untuk Guru dan Profesional. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.

Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and learning. What it is and Why it’s here to Stay. California: Corwin Press.

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.

Lewin, Kurt. 1990. Action Research And Minority Problems. Victoria :

Page 60: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

55

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

Deakin University.Pusat Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Pusat Pembinaan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Rajagukguk, Mayanti. 2009. Pengaruh Penggunaan Media Lagu Terhadap Hasil Belajar Menulis Karangan Narasi Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Talawi. Medan: Universitas NegeriMedan

Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada.

Sanjaya, Wina. 2011 Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada.

S. Kartika, Dharsono.2007. Kritik Seni. Bandung : Rekayasa Sains

Sianturi, Erwin. 2010. Penerapan Multimedia Untuk Meningkatkan Apresiasi Musik Anak di Taman Kanak-Kanak Joy Kids Binjai. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Siahaan, Edwin J. 2010. Penggunaan Instrumen Gitar Dalam Proses Pembelajaran Seni Budaya di SMK Yayasan Perguruan Indonesia Membangun TARUNA BELAWAN T.A 2010/2011. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Situmeang, Juita R. 2008. Hubungan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Sw. Nur Azizi Tanjung Morawa. Medan: Fakultas Ekonomi UNIMED

Sadiman, Arif S; Rahardjo, R; Anung dan Rahadjitno. 2009. Media Pendidikan.Jakarta : Rajawali Pers

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tumanggor, Rusmin ;dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana Prenada.

Page 61: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

56

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

STRATEGI PENGEMBANGAN MODAL INTELEKTUALDALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEPEMIMPINAN

Sukarman Purba

Abstrak

Untuk meningkatkan produktivitas suatu organisasi, tidak terlepas dari kualitas Sumber Daya manusia yang dimiliki. Untuk mendapatkan SDM yang profesioanal memiliki ilmu pengetahuan diperlukan pengembangan modal intelektual SDM tersebut. Pengembangan modal intelektual tersebut sangat diperlukan agar dalam memimpin suatu organisasi dia mampu menghasilkan produk/jasa yang dapat memenuhi tuntutan sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan. Peningkatan modal intelektual merupakan kapabilitas organisasi untuk menciptakan, melakukan transfer, dan mengimplementasikan pengetahuan. Modal intelektual merupakan produk dari interaksi antara kompetensi dengan komitmen. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan lanjut. Upaya untuk meningkatkan komitmen dengan cara pengukuhan komitmen atas fungsinya agar dapat dengan penuh semangat melaksanakan pekerjaannya dengan penuh tanggungjawab sehingga ia menyadari bahwa organisasi tempatnya bekerja merupakan tempat mencari nafkah dan sekaligus wahana menentukan masa depan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Selain itu, dengan cara menyediakan fasilitas yang memadai bagi pemimpin untuk tetap mengutamakan pekerjaannya. Fasilitas dapat bersifat material seperti tunjangan tambahan, insentif dan yang bersifat immaterial berupa penghargaan, pujian terhadap prestasi yang dicapai, dan membina hubungan komunikasi yang interpersonal secara terbuka serta mendapatkan informasi-informasi yang dianggap penting dan disampaikan tepat waktu. Hasil akhirnya meningkatkan kualitas kepemimpinan seseorang untuk dapat menghasilkan suatu produk yang inovatif dan tercapainya kesejahteraan. Kata Kunci : Modal Intelektuan, Kompetensi, Komitmen, Kepemimpinan

PENDAHULUAN

Salah satu faktor yang paling

penting dalam membangun suatu

oragnisasi adalah faktor Sumber Daya

Manusia (SDM). Para pengelola

organisasi harus menyadari bahwa SDM

(individu) atau orang memiliki keunikan,

kelebihan dan kekurangan. Sayang

faktor ini sering dikesampingkan karena

pegiat organisasi masih terbelenggu oleh

rezim manajemen dan akuntansi yang

telah mengabaikan, menghindar, atau

menunjukkan sikap remeh terhadap nilai

dalam diri manusia. Sistem-sistem

akuntansi yang sudah beroperasi lebih

dari 500 tahun lebih ’memberi muka’

kepada investasi pada aset-aset berwujud

atau fisik, seperti pabrik dan

peralatannya. Jika manusia

diperhitungkan, maka ia hanya dinilai

tenaganya. Stoltz (1997) membedakan

Page 62: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

57

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

tiga tipe manusia, quitter, camper dan

climber. Tipe quitter, adalah orang yang

bila berhadapan dengan masalah memilih

untuk melarikan diri dari masalah dan

tidak mau menghadapi tantangan guna

menaklukkan masalah. Orang seperti ini

akan sangat tidak efektif dalam

menghadapi tugas kehidupan yang berisi

tantangan. Demikian pula dia tidak

efektif sebagai pekerja sebuah organisasi

bila dia tidak kuat. Tipe camper adalah

tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh

hati. Bila dia menghadapi sesuatu

tantangan dia berusaha untuk

mengatasinya, tapi dia tidak berusaha

mengatasi persoalan dengan segala

kemapuan yang dimilikinya. Dia bukan

tipe orang yang akan mengerahkan

segala potensi yang dimilikinya untuk

menjawab tantangan yang dihadapinya.

Bila tantangan persoalan cukup berat dan

dia sudah berusaha mengatasinya tapi

tidak berhasil, maka dia akan melupakan

keinginannya dan beralih ke tempat lain

yang tidak memiliki tantangan seberat

itu. Sedangkan Tipe climber adalah

orang yang memiliki stamina yang luar

biasa di dalam menyelesaikan masalah .

Dia tipe orang yang pantang menyerah

sesulit apapun situasi yang dihadapinya.

Dia adalah pekerja yang produktif bagi

organisasi tempat dia bekerja. Orang tipe

ini memiliki visi dan cita-cita yang jelas

dalam kehidupannya. Kehidupan

dijalaninya dengan sebuah tata nilai yang

mulia, bahwa berjalan harus sampai

ketujuan. Orang yang tipe ini ingin selalu

menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas

(sense of closure) dengan berpegang

teguh pada sebuah prinsip etika. Dia

bukan tipe manusia yang ingin berhasil

tanpa usaha. Bagi dia hal yang utama

bukanlah tercapainya puncak gunung,

tetapi adalah keberhasilan menjalani

proses pendakian yang sulit dan

menegangkan hingga mencapai puncak.

Dalam suatu organisasi pastilah

ditemukan ketiga tipe manusia tersebut,

sehingga organisasi perlu melakukan

pengembangan SDM yang dimili agar

diperoleh SDM yang professional yang

memiliki ilmu pengetahuan. Ilmu

pengetahuan merupakan modal yang

tidak kasat mata yang terkait dengan

pengalaman manusia serta teknologi

yang digunakan.

Perkembangan era globalisasi

yang semakin meluas dan serta pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi telah mengubah kompleksitas

serta dinamika lingkungan yang

mendorong semakin meningkatnya

intensitas persaingan antar organisasi

seiring dengan tumbuhnya kesadaran

Page 63: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

58

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

baru dikalangan manajemen tentang

pentingnya sumber daya pengetahuan

(modal intelektual) sebagai sumber

kekayaan suatu organisasi. Dalam

Manajemen Pengetahuan

memperlakukan modal intelektual

sebagai aset yang harus dikelola

(Honeycutt, 2000: 3). Manajemen

pengetahuan mengubah pengalaman dan

informasi menjadi hasil. Oleh karena itu,

sorang manajer atau pimpinan harus

dapat mengatur bagaimana memberikan

informasi yang tepat kepada orang yang

tepat pada saat yang tepat, menyediakan

alat-alat yang menganalisis informasi itu

dan memberikan daya tanggap terhadap

informasi tersebut.

Modal intelektual akan lahir

apabila organisasi mampu menciptakan,

melakukan transfer, dan

mengimplementasikan pengetahuan yang

mereka miliki. Pada setiap organisasi

akan terjadi proses interaksi dan saling

mempengaruhi yang terus menerus

antara struktur formal dan struktur

informal. Kebijakan dan prosedur formal

disaring oleh jaringan-jaringan informal,

sehingga memungkinkan anggotanya

kreatif menghadapi perubahan dan hal-

hal yang baru. Idealnya, organisasi

formal mengakui dan mendukung

jaringan-jaringan informal dan

mengakomodasikan inovasi anggotanya

ke dalam struktur formal. Modal

intelektual sangat mendukung terhadap

kepemimpinan, karena bila seseorang

memiliki modal intektual yang baik,

maka dia merupakan sumber daya

manusia yang terlatih, terampil, dan

mampu mengikuti perkembangan zaman

sehingga diharapkan mampu memimpin

suatu organisasi. Dalam memimpin suatu

organisasi diharapkan dia akan mampu

menghasilkan produk/jasa yang dapat

memenuhi tuntutan ke depan sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan.

Hasil akhirnya adalah merupakan produk

yang inovatif dan kesejahteraan.

Kepemimpinan merupakan

kemampuan untuk menggunakan berbagai

bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi

perilaku pengikut melalui sejumlah cara.

Sesungguhnya para pemimpin telah

mempengaruhi karyawan untuk

melakukan pengorbanan pribadi demi

perusahaan sehingga para pemimpin

mempunyai kewajiban khusus untuk

mempertimbangkan etika dari keputusan

mereka. Thoha (2004:1) menyatakan suatu

organisasi akan berhasil atau bahkan gagal

sebagian besar ditentukan oleh

kepemimpinan. Pernyataan ini

mendudukkan bahwa posisi pemimpin

dalam suatu organisasi pada posisi yang

Page 64: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

59

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

terpenting, karena pemimpinlah yang

bertanggungjawab atas kegagalan dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan. Untuk itu,

dilakukan upaya peningkatan modal

intelektual (kemampuan, pengetahuan dan

komitmen) agar kualitas kepemimpinan

semakin meningkat.

Hakikat Modal Intellektual

Konsep modal intelektual kini

mulai muncul sebagai konsep penting

kehidupan dan pengembangan

organisasi-organisasi dan kehidupan

ekonomi yang lebih luas. Modal

Intelektual kini digunakan di tengah,

menandingi, atau melengkapi konsep-

konsep lainnya tentang modal. Konsep-

konsep tentang modal yang sudah

dikenal, di antaranya modal (financial),

modal fisik, dan juga modal manusia.

Sebagai sebuah konsep, modal

intelektual merujuk pada modal-modal

non fisik atau yang tidak berwujud

(intangible assets) atau tidak kasat mata

(invisible). Modal Intelektual terkait

dengan pengetahuan dan pengalaman

manusia serta teknologi yang digunakan.

Modal intelektual memiliki potensi

dalam memajukan organisasi dan

masyarakat. Secara ringkas Smedlund

dan Poyhonen (2005:15) mewacanakan

modal intelektual sebagai kapabilitas

organisasi untuk menciptakan,

melakukan transfer, dan

mengimplementasikan pengetahuan.

Sedangkan, Nahapiet dan Ghoshal

(1998:242-246) merujuknya sebagai

knowledge dan knowing capability yang

dimiliki oleh sebuah kolektivitas sosial

(misalnya organisasi, komunitas

intelektual, komunitas profesi).

Stewart (1997:x) menyatakan

modal intelektual (intellectual capital),

yaitu ”Intellectual capital is intellectual

material-knowledge, information,

intellectual property, experience that can

be put to use to create wealt”.

Pernyataan ini menunjukkan modal

intelektual adalah materi intelektual

tentang pengetahuan, informasi, properti

intelektual dan pengalaman yang dapat

digunakan untuk menciptakan kekayaan.

Sedangkan Sydanmaanlakka (2000:158)

menyatakan “Intellectual capital is the

sum of structural and human capital.

Structural capital is deided into custumer

capital and organizational capital.

Human capital is devided into

components: the number of employees,

the quality of employees, and the activity

of the work community”. Pernyataan ini

menunjukkan Intellectual capital

merupakan materi intelektual yang telah

Page 65: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

60

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

diformalisasi dan dimanfaatkan untuk

memproduksi aset yang nilainya lebih

tinggi. Setiap organisasi menempatkan

materi intelektual dalam bentuk aset dan

sumber daya, perspektif dan kemampuan

eksplisit dan tersembunyi, data,

informasi, pengetahuan dan kebijakan.

Ini menunjukkan bahwa modal

intelektual adalah jumlah semua hal yang

diketahui dan diberikan semua orang

dalam suatu organisasi yang memberikan

keunggulan untuk bersaing. Fitz-enz

(2002:10) menyatakan : Intellectual

capital is the intangible asset that stays

behind when the employee leave, human

capital is the intellectual assets that goes

home every nighat with the employees.

Modal intelektual merupakan aset yang

tidak nyata yang terdiri dari modal

organisasi, intelektual properti dan

hubungan yang kompleks dari proses dan

budaya ditambah modal rasional dan

modal manusia. Tjakraatmadja (2002:10)

menyatakan modal Intelektual

merupakan modal maya dalam organisasi

yang bersumber dari pengetahuan

pekerja yang dapat digunakan untuk

menciptakan keunggulan bersaing dalam

menjalankan usaha maupun untuk

memilih, menggunakan serta

mengembangkan teknologi suatu

organisasi yang cenderung terus

berkembang dan makin canggih di masa

depan. Brooking and Motta (1996:16)

menyatakan modal intelektual

merupakan aset yang tidak terlihat yang

merupakan gabungan dari faktor

manusia, proses dan pelanggan yang

memberikan keunggulan kompetitif.

Sedangkan, Ulrich, et al (1998:16)

menyatakan modal intelektual

merupakan produk dari interaksi antara

kompetensi dengan komitmen.

Berdasarkan pendapat di atas dapat

dinyatakan modal intelektual merupakan

potensi di masa depan yang merupakan

kombinasi dari modal manusia

(kecerdasan, keahlian, pengetahuan) dan

potensi dari orang-orang dalam

organisasi. Dengan demikian, modal

intelektual merupakan aset yang tidak

terlihat dari suatu organisasi yang dapat

digunakan untuk menciptakan nilai bagi

organisasi. Modal intelektual tersusun

atas tiga komponen, yakni (1) modal

manusia (seperti intelektual,

keterampilan, kreativitas, cara kerja); (2)

modal organisasi (kekayaan intelektual,

data-data proses-proses, budaya); dan (3)

modal hubungan (seluruh hubungan

dengan dunia luar sepertu konsumen,

mitra, jaringan, kebijakan, dan lain-lain).

Dalam gerakan sosial, modal intelektual

dipahami sebagai nilai-nilai tersembunyi

Page 66: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

61

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

dari individu-individu, institusi-institusi,

dan masyarakat serta wilayah yang

merupakan sumber nyata maupun

potensial bagi penciptaan nilai atau

kesejahteraan.

Modal intelektual adalah

merupakan perangkat yang diperlukan

untuk menemukaan peluang dan

mengelola ancaman dalam kehidupan.

Ini menunjukkan modal intelektual

sangat besar peranannya di dalam

menambah nilai suatu kegiatan. Suatu

organisasi yang baik akan berupaya

secara terus menerus mengembangkan

SDMnya. Manusia harus memiliki sifat

proaktif dan inovatif untuk mengelola

perubahan lingkungan kehidupan

(ekonomi, sosial, politik, teknologi,

hukum, dan lain-lain) yang senantiasa

mengalami perubahan yang sangat

cepat. Bila suatu organisasi tidak

beradaptasi pada perubahan yang super

cepat ini akan dilanda kesulitan. Ibarat

sebuah perjalanan perahu, pada saat ini

sebuah organisasi tidak lagi berlayar di

sungai yang tenang yang segala

sesuatunya bisa diprediksi dengan tepat.

Kini sungai yang dilayari adalah sebuah

arung jeram yang ketidakpastian jalannya

perahu semakin tidak bisa diprediksi

karena begitu banyaknya rintangan yang

tidak terduga. Dalam kondisi yang

ditandai oleh perubahan yang super

cepat, SDM harus memperluas dan

mempertajam pengetahuannya dan

mengembangkan kretifitasnya untuk

berinovasi. Modal intelektual terletak

pada kemauan untuk berfikir dan

kemampuan untuk memikirkan sesuatu

yang baru, maka modal intelektual tidak

selalu ditentukan oleh tingkat pendidikan

formal yang tinggi. Banyak orang yang

tidak memiliki pendidikan formal yang

tinggi tetapi dia seorang pemikir yang

menghasilkan gagasan yang berkualitas.

Hakikat Kepemimpinan

Stoner dan Freeman (1992:87)

menyebutkan bahwa kepemimpinan

adalah seni untuk mengkoordinasi dan

memberikan dorongan terhadap individu

atau kelompok untuk mencapai tujuan

tertentu yang diinginkan (Leadership is

the art of coordinating and motivating

individuals and group to achieve the

desired end). Lebih lanjut disebutkan

bahwa kepemimpinan sebagai proses di

mana pimpinan digambarkan akan

memberikan perintah, pengarahan,

bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan

orang lain dalam memilih dan mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Leadership

is the process by which an executive

Page 67: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

62

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

imaginatively direct, guides, or

influences the work of others, in

choosing and attaining particular end).

Kepemimpinan diartikan sebagai proses

pengaruh-mempengaruhi antar pribadi

atau antar orang dalam situasi tertentu

melalui proses komunikasi yang terarah

untuk mencapai tujuan tertentu.

Kepemimpinan adalah

keterampilan. Hal ini sangat penting,

untuk setiap sektor dan bidang

kehidupan. Menurut teori Bass tentang

“kepemimpinan”, ada tiga cara para

pemimpin diciptakan, yaitu (1) mereka

mungkin dilahirkan dengan sifat yang

secara alamiah membawa mereka ke

dalam peran kepemimpinan (Teori Sifat),

(2) mereka mungkin didorong ke posisi

kepemimpinan, karena krisis atau

peristiwa penting yang memunculkan

kualitas kepemimpinan mereka yang luar

biasa, dan (3) Pemimpin memilih untuk

menjadi pemimpin dengan mempelajari

keterampilan kepemimpinan (Teori

Kepemimpinan Transformasional).

Pernyataan ini menunjukkan bahwa

untuk menjadi pemimpin yang baik dapat

ditempa dengan menjalani beberapa

pelatihan dan pengalaman yang

sebenarnya. Seseorang pasti akan

berubah menjadi seorang pemimpin yang

sangat efektif, bila ia memiliki modal

intelektual yang baik. Jika seseorang

lahir dengan otak yang kompetitif, maka

ia akan memiliki potensi untuk menjadi

pemimpin. Seorang pemimpin yang baik,

akan berupaya mempelajari keterampilan

mereka melalui ujian waktu dan

mengembangkan modal intelektual yang

dimilikinya. Hersey dan Blanchard

(1988:25) menyatakan kepemimpinan

dan manajerial itu tidak sama. Seseorang

dapat saja menjadi manajer yang efektif

tetapi bukan pemimpin yang baik, yaitu

seorang perencana yang baik dan seorang

administrator yang jujur dan

terorganisasi, tetapi kurang memiliki

keterampilan motivasional seorang

pemimpin, sebaliknya ada pemimpin

yang efektif, tetapi bukan manajer yang

baik, yaitu seorang yang ahli dalam

menginspirasi kegairahan dan semangat

berkorban, memimpin jalannya

reformasi, tetapi kurang memiliki

keahlian manajerial sehingga terjadi

kebocoran di mana-mana, dan tidak

mampu membuat perencanaan yang

matang sehingga jalannya reformasi

menjadi berubah karena tidak sesuai

dengan tujuan semula. Dengan adanya

tantangan yang dihadirkan oleh

perubahan lingkungan dewasa ini,

banyak organisasi berani membayar

mahal para manajer yang juga ahli dalam

Page 68: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

63

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

kepemimpinan. Akibatnya, siapapun

yang bercita-cita menjadi manajer yang

efektif harus berusaha mempraktekkan

dan mengembangkan keahliannya dalam

bidang kepemimpinan.

Dilihat dari ruang lingkup

tugasnya dapat dikatakan bahwa

pemimpin menjalankan kegiatan

manajemen, yaitu kegiatan yang

membutuhkan kecakapan dan

kemampuan sebagai pengelola untuk

memperoleh hasil (output) sebagai

tujuan, melalui kerja dan usaha-usaha

orang lain. Menurut Mulyadi (1998:86)

bahwa di dalam memimpin suatu

organisasi, pada dasarnya pemimpin

(leader) dituntut menghasilkan kinerja

untuk menjadikan organisasinya sebagai

mission-focused, vision-directed,

philosophy-driven, dan value-based

institution. Untuk itu, seorang pemimpin

haruslah memiliki kompetensi dan

komitmen yang dapat mendukung dalam

pelaksanaan tugasnya. Kompetensi

adalah kemapuan seseorang pegawai

untuk mencapai kinerja tertentu dari

suatu pekerjaan yang menjadi

tanggungjawabnya, dimana terpenuhi

unsur efektif dan efisien. Hal ini sesuai

dinyatakan Gilmore dan Carson

(1996:39-57) bahwa kompetensi adalah

kemampuan untuk menggunakan ilmu

pengetahuan dan ketrampilan secara

efektif dalam mencapai kinerja.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa

kompetensi merupakan keterampilan dari

pribadi seseorang untuk mampu

memanfaatkan atau menggunakan

keterampilan serta ilmu pengetahuan

yang dimilikinya dalam melaksanakan

pekerjaan yang menjadi

tanggungjawabnya.

Modal Intelektual dalam meningatkan Kepemimpinan

Seorang pemimpin yang

memimpin suatu organisasi dituntut

meningkatkan kemampuan, komitmen

dan kompetensi Sumber Daya Manusia

(SDM) yang dimiliki dengan

menginvestasikan biaya yang besar

dengan memberikan pelatihan guna

pengembangan modal intelektual

SDMnya untuk peningkatan potensi,

pengetahuan dan komitmen dalam

meningkatkan produktivitas organisasi.

Bila SDMnya memiliki modal intelektual

yang baik, maka akan diperoleh SDN

yang dapat mempengaruhi orang lain,

memimpin orang lain untuk mencapai

tujuan organisasi, sesuai dengan yang

diharapkan. Organisasi seperti ini

melihat potensi SDM yang dimiliki, dan

melihat pengembangan kepemimpinan

sebagai suatu investasi, yang kelak

Page 69: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

64

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

bermanfaat dalam pencapaian tujuan

organisasi. Pengembangan modal

intelektual bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan

kualitas kepemimpinan individu,

keterampilan, inovasi dan bakat. Orang

yang mengalami pengembangan

kepemimpinan, akan dapat

melakukannya dengan baik ketika

mereka mendengar umpan balik atas

kinerjanya (apakah baik, buruk atau

peningkatan kebutuhan). Kompetensi

professional seorang pemimpin akan

berpengaruh terhadaop kualitas

kepemimpinannya. Oleh karena itu, bila

hal ini terjadi maka perlu diupayakan

usaha perbaikan kualitas kepemimpinan

dengan cara meningkatkan modal

intelektualnya. Menurut Robbins

(2002:56) bahwa seorang pemimpin

haruslah memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi suatu kelompok ke arah

tercapainya tujuan (leadership is the

ability to influence a group toward the

achievement of goals). Dari pernyataan

tersebut, seorang pemimpin dituntut

untuk menghasilkan perubahan sehingga

ia harus memiliki kompetensi untuk

mengelola dan mengetahui serta

menguasai bidang pekerjaannya agar

mampu melakukan pekerjaannya

sebagaimana diharapkan. Harsey dan

Blancard (1988:7) bahwa kecakapan

pokok seorang pemimpin dapat

dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu:

teknis, kemanusiaan dan konsepsional.

Kecakapan teknis merupakan

kemampuan menggunakan metode,

proses, prosedur dan teknis yang

biasanya berhubungan dengan alat.

Kecakapan kemanusiaan adalah

kemampuan untuk bekerja di dalam

kelompok atau mengkoordinasikan

kelompok. Kecakapan konsepsional

adalah kemampuan mengetahui

kebijakan organisasi secara keseluruhan.

Sedangkan komitmen merupakan suatu

keadaan di mana individu telah mengikat

tindakannya terhadap keyakinan yang

mendukung kegiatan dan keterlibatannya

sendiri (Salancik, 1988:14). Dengan

demikian, komitmen merupakan

perwujudan dari kerelaan seseorang

dalam bentuk pengikatan dengan diri

sendiri (individu) atau dengan organisasi

yang digambarkan oleh besarnya usaha

(tenaga, waktu dan pikiran) untuk

mencapai tujuan pribadi dan visi

bersama.

Page 70: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

65

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Strategi untuk meningkatkan Modal Intelektual.

Pengembangan Modal intelektual

dapat dilakukan dengan meningkatkan

kompetensi dan komitmen. Peningkatan

kompetensi dapat dilakukan dengan

memberikan pelatihan yang berkaitan

dengan tugas-tugasnya sebagai

pemimpin untuk memperoleh kecakapan

khusus yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugas, seperti manajemen

organisasi yang mencakup pengelolaan

organisasi dalam hal merencanakan suatu

program, pelaksanaan, evaluasi,

wawasan kepemimpinan. Selain itu,

dapat juga dilakukan melalui jenjang

pendidikan lanjutan, baik formal maupun

informal. Hal ini sangat diperlukan

untuk menangkal masalah-masalah

internal yang ada dalam organisasi,

meminimalkan kemangkiran sehingga

memungkinkan pemimpin berjuang keras

untuk menghadapi tantangan dan tekanan

yang timbul dalam bekerja pada

organisasi. Upaya untuk meningkatkan

komitmen dapat dilakukan melalui upaya

internal maupun eksternal. Upaya

internal dilakukan dengan cara

pengukuhan komitmen atas fungsinya

sebagai pemimpin agar dapat dengan

penuh semangat melaksanakan

pekerjaannya dengan penuh

tanggungjawab sehingga ia menyadari

bahwa organisasi tempatnya bekerja

merupakan tempat mencari nafkah dan

sekaligus wahana menentukan masa

depan keluarga, masyarakat, bangsa dan

Negara. Sedangkan, upaya eksternal

dapat dilakukan dengan cara

menyediakan fasilitas yang memadai

bagi pemimpin untuk tetap

mengutamakan pekerjaannya. Fasilitas

dapat bersifat material seperti tunjangan

tambahan, insentif dan yang bersifat

immaterial berupa penghargaan, pujian

terhadap prestasi yang dicapai, dan

membina hubungan komunikasi yang

interpersonal secara terbuka serta

menyampaikan informasi-informasi yang

dianggap penting dan disampaikan tepat

waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Brooking, Annie and Motta. Make Knowledge An Asset for The Whole Company, Computerworld. December, 1996.

Fitz-enz, Jac. ROI of Human Capital: Measuring The Economic Value

of Employee Performance. American Management Association. 2002.

Gilmore, Audrey dan David Carson. “Management Competence for Service Marketing”, The Journal of Service Marketing, Vo. 10, No.

Page 71: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

66

Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

3, 1996,, pp. 39-57.Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard,

Management of Organizational Behaviour: Utilizing Human Resources. New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1988.

Mayo, Andrew. The Human Value of The Enterprise : Valuing People as Assets Monitoring, Measuring, Managing. London: Nicholas Brealey Publishing, 2001.

Mulyadi. Total Quality Management. Yogyakarta: Aditya Media, 1998.

Mulyasa. E. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi.Bandung : Rosdakarya, 2003.

Nahapiet, S. dan S. Ghosbal. “Social Capital, Intellectual Capital, and The Organizational Advantage“, Academy of Management Review, Vol. 23, 1998, pp. 242-266.

Robbins, Stephen P.. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 2. Jakarta : PT. Prenhallindo., 2002.

Salancik, G. R. Commitment and Control of Organizational Behavior and Belief : New Directions in Organizational Behavior.

Chicago: ST. Clair Press, 1988. Spencer, Lyle M and Signe M. Spencer,

Competence Work : Model fo Superior Perpormance. New York, USA : John Willey & Sons, Inc., 1993.

Stoner, James A.F., and R. Edward Freeman, Management. New Jersey : A Division of Simon & Schuster, Inc., 1992.

Syafaruddin Alwi. Manajemen Sumber Daya Manusia : Strategi Keunggulan Kompetitif.Yogyakarta : BPFE, 2001.

Thoha, Miftah. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada., 2004.

Tjakraatmadja, Jann Hidajat. Karakteristik Modal Kredibilitas Industri Jasa di Indonesia. Manajemen Usahawan IndonesiaNo. 10/Th.XXXI Oktober. Akreditasi No. 134/Dikti/Kep 2001. ISSN : 0302-9859, 2002, p. 10.

Ulrich, Dave,.et al. “Intellectual Capital = Competence x Commitment”. Sloan Management Review. Vol. 39. p.15-26., 1998.

Page 72: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

67

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

KONTRIBUSI PENALARAN DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK STATIK

KELAS XI SEMESTER 1 MAN 2 MEDAN

Jonny H. Panggabean

Abstract

This research aims to know major reasoning contribution to the achievement learn physics, to know the contribution of creativity to the achievement learn physics, and to know major reasoning contribution and creativity students to the achievement learn physics. Population in this research is all students class XI semester I in MAN 2 Medan Academic Year 2004/2005 which amounted to 2 classes. Samples were taken from all population (2 classes) with the number of 90 student. Reasoning and creativity of student data captured through the questionnaire, studied physics student achievement data obtained from test results subject of static electricity. To know how big contribution to achievement of reasoning and creativity of students studying physics views of the value of the correlation coefficient between these variables. To see the relationship between reasoning and creativity and the learning achievement of physics used linear regression equation. Results were obtained: positive and significant influence on the academic achievement of students reasoning physics correlation coefficient of 0.825. Contribute to the achievement of reasoning physics found 68.1%. Relationship with academic achievement physics reasoning can be expressed with simple , there is a positivelinear regression equation Y = 0.47 + 0.85 X influence on student creativity and meaningful learning achievement physics with correlation coefficient of o, 790. Creative contribution to the academic achievement of students is 62.4%. Relation creativity with academic achievement of physics can be expressed with simple linear regression equation Y = 0.17 + 0.25 X2, and there was a positive influence and means of reasoning and creativity of students toward academic achievement physics with correlation coefficient of 0.869. Effect of reasoning and creativity of students toward academic achievement of physics found 75.5%. Relations reasoning and creativity premises physics learning achievement can be expressed by the Y = -4.35 + 0.25X1 + 0.25X2

Key words: contribution, reasoning, creativity, achievement, learning

PENDAHULUAN

Ilmu fisika merupakan salah satu

bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

yang memegang peranan penting, serta

mempunyai andil terhadap

perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan

yang lain. Faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa,

salah satunya adalah faktor internal

(faktor dari dalam diri siswa) yang harus

dimiliki agar dapat menciptakan suasana

agar siswa terangsang untuk lebih

mengetahui materi, senang menanyakan

dan berani dalam mengajukan pendapat,

serta melakukan percobaan yang

Page 73: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

68

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

menuntut pengalaman baru. Untuk

meningkatkan penalaran siswa terhadap

materi pelajaran fisika yang sudah

diajarkan maka siswa tersebut sering

diberikan soal-soal dalam bentuk

sederhana yang sebelumnya telah

dibahas dari soal yang lain. Latihan

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

siswa memahami materi yang diajarkan.

Untuk menjawab latihan sederhana

tersebut digunakan penalaran atau proses

berfikir atau menarik suatu kesimpulan

yang berupa pengetahuan dan kegiatan

berfikir logis. Selanjutnya jika siswa

tersebut diberikan latihan yang lebih

kompleks sering sebagian siswa merasa

soal tersebut tidak mampu untuk dijawab

dan sebaliknya. Hal ini diduga terjadi

karena siswa memiliki daya penalaran

yang berbeda-beda. Penalaran bagi setiap

siswa berbeda-beda (Marhiyanto, 1978 :

28) bila dilihat dari prestasi belajar yang

ia peroleh dalam mempelajari materi

fisika. Maka dalam usaha meningkatkan

penalaran siswa tersebut sangat

diperlukan suatu kreativitas dimana

siswa terlihat aktif dan ingin mendalami

bahan yang dipelajari. Siswa yang aktif

akan memiliki daya nalar dan daya

kreativitas yang baik terhadap materi

yang diberkan serta mampu untuk

mengingat rumus-rumus fisika dan

mampu mengingat materi pada pokok

bahasan yang telah lalu. Sedangkan

siswa yang pasif akan memiliki daya

nalar dan daya kreativitas yang rendah,

karena siswa tersebut menganggap

pelajaran fisika itu sulit dan hanya

menunggu jawaban yang diberikan oleh

gurunya. Getzels, Jackson dan

Yamamoto (Munandar, 1999:18)

berdasarkan hasil penelitiannya

menyatakan “ dapat disimpulkan bahwa

kelompok siswa yang kreativitasnya

tinggi memiliki prestasi belajar yang

lebih baik daripada kelompok siswa yang

kreativitasnya rendah”. Berdasarkan

uraian diatas maka penulis berkeinginan

untuk mengetahui “Kontribusi Penalaran

dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi

Belajar Fisika Pada Pokok Bahasan

Listrik Statik Kelas XI Semester 1 Man 2

Medan Tahun Ajaran 2004/2005. Untuk

menghindari penafsiran yang berbeda-

beda dan mencegah jangan terlalu luas

masalah sekaligus mempermudah

penelitian maka penulis membatasi

masalah dalam penelitian ini yaitu

pengaruh penalaran dan kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar fisika pada

pokok bahasan listrik statik Kelas XI

semester I MAN II Medan tahun

pelajaran 2004/2005. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui

Page 74: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

69

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

besarnya kontribusi penalaran dan

kreativitas siswa terhadap prestasi belajar

fisika pada pokok bahasan listrik statik.

Penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk dapat mencari

alternatif pendekatan atau cara-cara

pengembangan kreativitas siswa. Serta

sebagai bahan masukan dalam usaha

peningkatan penalaran dan kreativitas

siswa terhadap pencapaian prestasi

belajar fisika.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di

MAN II semester I Tahun Pelajaran

2004/2005. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas XI MAN II

Medan pada semester I tahun Pelajaran

2004/2005. Sampel dalam penelitian ini

sebanyak 90 orang yang terdiri dari kelas

XI IPA I dan XI IPA II. Variabel bebas

(X) pada penelitian ini yaitu penalaran

(X1) dan kreativitas (X2), sedangkan

yang menjadi variabel terikat (Y) yaitu

prestasi belajar fisika. Dalam penelitian

ini dilakukan dengan cara : (1) tes

kemampuan untuk mengukur pengaruh

penalaran terhadap prestasi belajar fisika;

(2) angket untuk mengukur pengaruh

kreativitas siswa terhadap prestasi belajar

fisika; (3) tes prestasi belajar/nilai tes

hasil belajar untuk mengukur prestasi

belajar fisika. Kemampuan penalaran

tercermin melalui tiga indikator yaitu

kemapuan menarik kesimpulan,

kemampuan melihat hubungan dan

kemampuan berfikir logis. Dijabarkan

dalam 20 butir soal. Skala penilaian

angket penalaran memakai skala Likert

dimana setiap butir pertanyaan didalam

instrumen disediakan 4 alternatif

jawaban yang dianggap benar. Apabila

jawaban benar mendapat skor satu dan

apabila jawaban salah mendapat skor nol,

skor total dari jawaban yang benar adalah

merupakan nilai kemampuan penalaran.

Kemampuan kreativitas tercermin dalam

5 indikator yaitu keterbukaan terhadap

pengalaman baru (kelancaran), fleksibel

dalam berfikir dan mrnghargai fantasi,

kebebasan dalam berekspresi, pernyataan

dan penilaian, minat terhadap aktivitas

kreatif dan percaya terhadap gagasan

sendiri. Skala penilaian angket krativitas

memakai skala Likert dimana setiap butir

pertanyaan disediakan 4 option (pilihan)

jawaban yang merupakan jawaban dari

responden, sedangkan skor option adalah

berbeda yaitu mulai skor paling tinggi

sampai terendah.

Page 75: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

70

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba angket penalaran dan kreativitas serta tes hasil belajar

Sebelum dilakukan pengambilan

data maka insturmen penelitian terlebih

dahulu diuji cobakan bertujuan untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas

angket dan tes hasil belajar. Validitas

angket :

Untuk menentukan koefisien validitas

digunakan teknik korelasi produk

moment (Arikunto, 1999 : 72) dengan

rumus :

}2222 )(}{)({

))((

YYNXXN

YXXYNrxy

Dimana :

rxу = Koefisien korelasi

x = Skor untuk setiap item angket/tes

y = Skor total seluruh item angket/tes

N = Jumlah responden

- Jika rxy > rtabel, maka angket/tes

tersebut valid, sedangkan

- Jika rxy < rtabel, maka angket/tes

tersebut tidak valid

Untuk mengartikan angka validitas,

digunakan acuan dari (Arikunto, 2003 :

73) sbb :

- 0,00 – 0,20 = Validitas sangat

rendah

- 0,21 – 0,40 = Validitas rendah

- 0,41 – 0,60 = Validitas sedang

- 0,61 – 0,80 = Validitas tinggi

- 0,81 – 1,00 = Validitas sangat

tinggi

Reliabilitas angket :

Untuk menentukan koefisien reabilitas

digunakan rumus Spearman-Brown

(Arikunto, 1999 : 95) yaitu :

Dimana :

r11 = Reliabilitas angket/tes

r1/21/2= Indeks korelasi antara dua

belahan angket/tes

- Terima angket reliabilitas jika

rhitung > rtabel

- Tolak angket reliabilitas, jika

syarat diatas tidak dapat dipenuhi

kemudian rhitung dikonsultasikan

pada tebel harga product moment

dengan taraf signifikan α = 0,05

jika rhitung > rtabel, maka item dapat

dikatakan reliebel.

Page 76: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

71

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Untuk mengartikan angka reliabilitas

digunakan acuan dari (Sitompul S.E. dan

Manurung S.R., 1995 : 29) :

- 0,00 – 0,40 = Reliabilitas rendah

- 0,41 – 0,70 = Reliabilitas sedang

- 0,71 – 0,90 = Reliabilitas tinggi

- 0,91 – 1,00 = Reliabilitas sangat

tinggi

Untuk tes hasil belajar diuji juga daya

beda dan tingkat kesukaran tes. Untuk

menentukan tingkat kesukaran masing-

masing item tes digunkan rumus

(Arikunto, 1999 : 208) yaitu :

Dengan : P = Koefisisen tingkat

kesukaran tes

B = Jumlah responden yang

menjawab benar

JS = Jumlah responden

Untuk menentukan daya beda

masing=masing item tes dengan rumus

(Arikunto, 1999 : 213) yaitu :

Dengan : D = Daya pembeda

BA = Jumlah benar pada kelompok atas

BB = Jumlah benar pada kelompok bawah

JA = Jumlah siswa pada kelompok atas

JB = Jumlah siswa pada kelompok bawah

Teknik Analisis Data

Deskripsi data penilaian

Menggunakan tabel distribusi frekuensi

dan grafik histogram sehingga terlihat

jelas tingkat penalaran (X1), kreativitas

(X2), dan prestasi belajar siswa (Y)

Uji persyaratan analisis data

Meliputi uji normalitas data

menggunakan uji Lilliefors.

S

XXiZi

N

ZniyangbanyaknyaZZiS

)(

Mencari tingkat kecenderungan variabel

penelitian

Untuk mengkategorikan variabel

penalaran, kreativitas, dan prestasi

belajar fisika digunakan rerata skor ideal

(M) dan Standar Deviasi (Sdi) dengan

rumus :

Page 77: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

1

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Dimana : Mi = Rerata ideal

Sdi = Standar deviasi ideal

Nt = Nilai tertinggi ideal

Nr = Nilai terendah ideal

Pengujian hipotesis

Untuk mengetahui apakah ada hubungan

variabel bebas (penalaran dan kreativitas)

terhadap varianel terikat (prestasi belajar)

diukur dari korelasi antara variabel-

varianel tersebut dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

- Pengaruh penalaran (X1) terhadap prestasi belajar fisika (Y)

Dengan : = Koefisien korelasi

X1 = Skor penalaran

Y = Skor prestasi belajar

n = Jumlah responden

- Pengaruh kreativitas (X2) terhadap prestasi belajar fisika (Y)

Dengan : = Koefisien korelasi

X2 = Skor kretivitas

Y = Skor prestasi belajar

n = Jumlah responden

untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel-variabel tersebut digunakan uji t

(Sudjana, 1992:380) yaitu :

Hipotesis :

Page 78: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

73

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan berarti penalaran terhadap prestasi belajar

fisika

H1 : Terdapat hubungan yang positif dan berarti penalaran terhadap prestasi belajar fisika.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan diuraikan

hasil penelitian secara terperinci yaitu

mengenai deskripsi data penelitian

kontribusi penalaran dan kreativitas

siswa terhadap prestasi belajar fisika

pada pokok bahasan listrik statik kelas

XI semester 1 MAN 2 Medan tahun

ajaran 2004/2005. Dari hasil pemberian

angket penalaran diperoleh : skor

terendah 4, skor tertinggi 17, skor rata-

rata 10,52 dengan simpanhan baku 3,55.

Tingkat penalaran siswa tergolong

kategori cukup. Hasil dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 1. Distribusi Data Skor Penilaian SiswaNo Skor Penalaran fi Persentase 1 4 – 6 14 16.5 %2 7 – 9 22 24,4 %3 10 – 12 25 27,8 %4 13 – 15 21 23,3 %5 16 - 18 8 8,9 %

Jumlah 90 100 %

Data Kreativitas Siswa

Dari hasil pemberian angket

kreativitas diperoleh : skor terendah 24,

skor tertinggi 64, skor rata-rata 45,02

dengan simpangan baku 11,60. Tingkat

kreativitas siswa tergolong kategori

cukup. Hasil dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 2. Distribusi Data Skor Kreativitas SiswaNo Skor Kreativitas Fi Persentase1 24 – 30 12 14,2 %2 31 -37 12 14,2 %3 38 – 44 14 15,6 %4 45 – 51 17 17,8 %5 52 – 58 25 27,8 %6 59 – 65 10 11,1 %

Jumlah 90 100 %

Data Prestasi Belajar Fisika

Page 79: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

74

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Dari hasil pemberian tes pokok

bahasan listrik statik diperoleh : skor

terendah 3, skor tertinggi 16, skor rata-

rata 9,41 dengan simpangan baku 3,66,

tingkat prestasi belajar fisika siswa

tergolong kategori cukup. Hasil dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Distribusi Data Skor Prestasi Belajar Fisika SiswaNo Skor Prestasi Belajar fi Persentase1 3 – 5 16 17,8 %2 6 – 8 21 23,3 %3 9 – 11 25 27,8 %4 12 – 14 19 21,1 %5 15 - 17 9 10,0 %

Jumlah 90 100 %

Uji Persyaratan Analisis Data

Agar dapat dilakukan pengujian

hipotesis maka data penelitian harus

memenuhi persyaratan yaitu berdistribusi

normal. Uji normalitas data

menggunakan uji Lillefors. Hasil

pengujian tertera pada tabel berikut :

Tabel 4. Ringkasan Perhitungan Uji Normalitas Data PenelitianNo Data L hitung L tabel (α 0,05) Kesimpulan1 Penalaran Siswa 0,0722 0,0934 Normal2 Kreativitas Siswa 0,0931 0,0934 Normal3 Prestasi Belajar Fisika 0,0682 0,0934 Normal

Pengujian Hipotesis

Untuk melihat adanya pengaruh

penalaran dan kreativitas terhadap

prestasi belajar fisika, baik secara parsial

maupun secara simultan digunakan uji

korelasi yaitu menghitung korelasi antara

masing-masing variabel. Ringkasan

perhitungan uji hipotesis dengan korelasi

product moment tertera sebagai berikut :

Tabel 5. Ringkasan Perhitungan Uji Korelasi Antara Variabel PenelitianNo Pengaruh Antara

VariabelKoefisisen korelasi

Nilai hitung

Nilai tabel Kesimpulan

1 Penalaran terhadap prestasi belajar fisika

r = 0,825 T = 13,69

T = 1,00 Ada pengaruh yang positif dan berarti.

2 Kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

R = 0,790 T = 12,09

T = 1,99 Ada pengaruh yang positif dan berarti

3 Penalaran dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

R = 0,869 F = 134,17

F = 3,097 Ada pengaruh yang positif dan berarti

PEMBAHASAN

Page 80: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

1

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Dari hasil penelitian dapat

diketahui bahwa terdapat pengaruh yang

positif dan berarti antara penalaran dan

kreativitas terhadap hasil belajar fisika

siswa. Ini berarti kemampuan siswa

dalam bernalar turut mempengaruhi

prestasi belajar fisikanya. Hasil ini dapat

diterima sebab kemampuan bernalar

merupakan kemampuan berfikir yang

abstrak untuk menganalisis suatu

masalah, mencari solusi atas

pemecahannya. Kemampuan bernalar ini

sangat diperlukan dalam mempelajari

fisika yang lebih membutuhkan

kemampuan memahami daripada

kemampuan menghafal.

Terdapat hubungan yang erat

antara kreativitas siswa dan hasil belajar

fisika siswa sebab kreativitas mendorong

siswa untuk melahirkan sesuatu yang

baru, baik berupa gagasan maupun karya.

Sesuai hasil penelitian ini maka semua

hipotesis yang diajukan dapat diterima.

Meskipun demikian hasil ini bukanlah

mencerminkan kesimpulan yang

sempurna, karena peneliti menyadari

sepenuhnya kelemahan-kelemahan dalam

penelitian ini diantaranya adalah :

(1)angket kreativitas yang dijadikan

instrumen pengumpul data kreativitas

siswa yang sesungguhnya. Sebab besar

kemungkinan siswa mengisi angket

dengan nilai yang baik-baik saja, dengan

demikian hasil angket belum sepenuhnya

mendeskripsikan kreativitas siswa,

sehingga angket yang diisi siswa dapat

dikontrol kebenarannya; (2) adanya

responden yang kurang serius dalam

mengisi angket, mengerjakan tes hasil

belajar merupakan kelemahan yang

mungkin terjadi sewaktu pengambilan

data berlangsung. Untuk itu bagi peneliti

selanjutnya sebaiknya melibatkan para

guru sewaktu berlangsung pengambilan

data. Hal ini untuk menjaga agar siswa

benar-benar serius dalam mengisi angket

maupun mengerjakan tes yang diberikan.

Bila kelemahan-kelemahan ini dapat

diatasi, maka diharapkan akan diperoleh

informasi yang lebih akurat tentang

pengaruh penalaran dan kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar yang diperoleh

siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 81: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

76

Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Kesimpulan dari hasil penelitian

ini adalah: (1) terdapat pengaruh yang

positif dan berarti penalaran siswa

terhadap prestasi belajar fisika dengan

koefisien korelasi sebesar 0,825. Jadi

besarnya sumbangan atau kontribusi

penalaran terhadap prestasi belajar fisika

adalah 68,1%; (2) terdapat pengaruh

yang positif dan berarti kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar fisika dengan

koefisien korelasi sebesar 0,790. Jadi

besarnya sumbangan atau kontribusi

kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

adalah 62,4%; (3) terdapat pengaruh

yang positif dan berarti kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar fisika dengan

koefisien korelasi sebesar 0, 869. Jadi

besarnya sumbangan atau kontribusi

penalaran dan kreativitas siswa terhadap

prestasi belajar fisika adalah 75,5 %.

Berdasarkan temuan penelitian

ini dapat disarankan bagi peneliti lanjut

yang ingin meneliti topik yang sama

sebaiknya selain menggunakan angket

juga melakukan observasi secara

langsung memperhatikan kreativitas

siswa agar diperoleh data kreativitas

siswa yang lebih akurat. Kemudian

sewaktu pengambilan data berlangsung

sebaiknya dilibatkan para guru untuk

mengawasi siswa dalam mengisi angket

dan mengerjakan tes yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. (2001). Kreativitas. Jakarta : Grasindo

Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

--------------- (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Djamarah, S.B. (1994). Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional

Iskandar, Y. (1991). Tes Kemampuan Umum. Jakarta : Yayasan Dharma Graha

Jujun, S.S. (1991). Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Marhiyanto, B. (1987). Cara Berfikir Yang Baik. Surabaya : CV. Bintang Pelajar

Munandar, U. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta

Purwanto, M.N. (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya

Salam, B. (1996). Logika Materil. Jakarta : Rineka Cipta

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bumi Aksara

Sudjana. (1984). Metode Statistik. Bandung : Tarsito

Page 82: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

77

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

PENERAPAN METODE LATIHAN BERSTRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

DI KELAS X SMA SWASTA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN AJARAN 2010/2011

Yasifati Hia and Winni Andika Sari Gultom

Abstract

The problems that often arise in the process of learning mathematics in school is inactivity students in following the teaching and learning activities, whereas the activity of students in teaching and learning activities is one factor supporting the success to be able to achieve predetermined learning objectives. As a result, students are less interested in taking a math lesson, students think learning math is not a requirement, but only as the demands of the curriculum, so that was not getting the meaning of the math lessons learned as a result have an impact on the results obtained by students. From this fact we need a business that can help resolve the problems mentioned above. This research was conducted on 39 students of class X-2 SMA Private School Dharma Pancasila Medan in Year 2010/2011 by applying a structured training methods and use LKS on the subject of quadratic equations. Initial condition before treatment is given the average student activity is 32.82%. After a given treatment in the first cycle, applying the method of structured exercises using worksheets obtained average student activity at the first meeting at 44.49% and 54.62% for second meeting. In the second cycle after fixing the weaknesses of the first cycle obtained by the average student activity at the first meeting at 71.41% and the second meeting at 80.77%. And then there is increased activity of student learning. Key words: learning, structured exercises, Quadratic Equations.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan sarana

berfikir yang jelas dan logis, sarana

untuk memecahkan masalah sehari-hari,

sarana mengenal pola hubungan dan

generalisasi pengalaman, sarana untuk

mengembangkan kreativitas, serta sarana

untuk meningkatkan kesadaran terhadap

perkembangan budaya. Beberapa

pendapat mengatakan matematika dapat

digunakan untuk membantu

kemakmuran suatu negeri. Di Indonesia,

pada kenyataannya matematika tidak

serta merta mudah dipahami dan ikuti

para pengguna matematika tersebut. Hal

ini senada dengan hasil penelitian Trends

in International Mathematics and Science

Study (TIMMS) yang dilakukan oleh

Frederick K. S. Leung, menunjukkan

peringkat Indonesia berada di deretan 34

dari 38 negara. Peringkat Indonesia

Page 83: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

78

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

berada di bawah Malaysia dan

Singapura. Pada hal, jumlah jam

pengajaran matematika di Indonesia jauh

lebih banyak dibandingkan Malaysia dan

Singapura. Indonesia rata–rata mendapat

169 jam pelajaran matematika dalam satu

tahun, sementara di Malaysia hanya

mendapat 120 jam dan Singapura 112

jam. Hasil penelitian ini dipublikasikan

di Jakarta pada 21 Desember 2006.

Prestasi matematika siswa Indonesia

hanya menembus skor rata-rata 411.

Sementara itu, Malaysia mencapai 508

dan Singapura 605 (400 = rendah, 475 =

menengah, 550 = tinggi, dan 625 =

tindak lanjut)”.

Fakta di atas memperjelas bahwa

pendidikan matematika di Indonesia

masih mengecewakan. Untuk itu,

diperlukan peningkatan prestasi belajar

matematika siswa di sekolah. Tentu saja

untuk meningkatkan prestasi tersebut

harus didukung oleh proses belajar

mengajar matematika siswa di sekolah.

Ada beberapa alasan tentang perlunya

belajar dan menguasai matematika

seperti yang dikemukakan oleh Cokrof

(Abdurrahman, 2003:253) bahwa

matematika perlu diajarkan kepada siswa

karena :

1) Selalu digunakan dalam segi

kehidupan.

2) Semua bidang studi memerlukan

keterampilan matematika yang

sesuai.

3) Merupakan sarana komunikasi yang

kuat, jelas dan singkat.

4) Dapat digunakan untuk menyajikan

informasi dalam berbagai cara.

5) Meningkatkan kemampuan berfikir

logis, ketelitian, dan kesadaran

keruangan.

6) Memberikan kepuasan terhadap

usaha memecahkan masalah yang

menantang.

Dalam serangkaian proses belajar

mengajar di sekolah merupakan kegiatan

yang penting. Hal itu berarti berhasil atau

tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di

sekolah banyak tergantung pada situasi

kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Diharapkan dengan proses belajar

mengajar matematika siswa yang baik

dapat meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa tersebut.Namun,

permasalahan yang sering muncul

sampai saat ini adalah ketidakaktifan

siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar matematika di sekolah. Siswa

sekedar mengikuti pelajaran matematika

Page 84: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

79

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu

dengan hanya mendengarkan penjelasan

materi dan mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru tanpa adanya respon,

kritik dan pertanyaan dari siswa kepada

guru sebagai umpan balik dalam kegiatan

belajar mengajar. Keinginan dan

aktivitas siswa mengikuti kegiatan

belajar mengajar cenderung menurun dan

kurang diperhatikan.

Kondisi seperti ini membuat

siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran

matematika, padahal beberapa faktor

yang mempengaruhi siswa tertarik pada

matematika adalah minat, hasrat dan

cita–cita siswa itu sendiri, kemudian

disusul faktor–faktor berikutnya yaitu

faktor guru di dalam mengajar,

kelengkapan buku–buku yang dimiliki

siswa, kondisi siswa, kondisi kelas, serta

dorongan orang tua. Kondisi siswa

merupakan salah satu faktor pendukung

keberhasilan siswa dalam kegiatan

belajar mengajar untuk dapat mencapai

tujuan belajar yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini kondisi siswa yang

dimaksud adalah aktivitas siswa dalam

kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ahmad (2004:6) yang

menyatakan bahwa belajar yang berhasil

mesti melalui berbagai macam aktivitas,

baik aktivitas fisik maupun psikis.

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-

aktif dengan anggota badan, membuat

sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak

hanya duduk dan mendengarkan, melihat

atau hanya pasif. Peserta didik yang

memiliki aktivitas psikis ( kejiwaan )

adalah, jika daya jiwanya bekerja

sebanyak-banyaknya atau banyak

berfungsi dalam rangka pengajaran.

Dalam tulisan ini, dikaji tentang

aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar dengan materi persamaan

kuadrat pada kelas X-2 SMA Swasta

Dharma Pancasila Medan. Berdasarkan

hasil observasi awal yang dilakukan oleh

peneliti di kelas X-2 SMA Swasta

Dharma Pancasila Medan pada tanggal

23 April 2010 menunjukkan bahwa :

“Aktivitas siswa dalam belajar

matematika di dalam kelas masih rendah.

Pembelajaran matematika masih banyak

bertumpu pada aktivitas guru artinya

kebanyakan dari siswa hanya sekedar

mengikuti pelajaran di dalam kelas, yaitu

dengan hanya mendengarkan penjelasan

materi dan mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru tanpa adanya respon,

kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada

Page 85: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

80

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

guru sebagai umpan balik dalam kegiatan

belajar mengajar”. Jika permasalahan

tersebut masih terus berlangsung, maka

akan mengakibatkan aktivitas siswa

dalam kegiatan belajar menjadi

terhambat. Siswa akan beranggapan

bahwa belajar matematika bukanlah

kebutuhan, melainkan hanya sebagai

tuntutan kurikulum saja, karena siswa

merasa tidak mendapatkan makna dari

pelajaran matematika yang dipelajari

sehingga akan berdampak pada hasil

belajar yang diperoleh siswa. Hal itu

sesuai dengan hasil wawancara pada

observasi awal yang dilakukan peneliti

dengan salah satu siswa kelas kelas X-2

di SMA Dharma Pancasila Medan, yang

mengemukakan bahwa : “Matematika itu

sulit, dan saya belajar hanya karena

materi itu diajarkan di sekolah”.

Seiring dengan hal tersebut, hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti

dengan Ibu Ainal, guru matematika di

kelas X SMA Swasta Dharma Pancasila

mengemukakan bahwa aktivitas siswa

belajar matematika di kelas masih

kurang, kebanyakan siswa hanya

memperhatikan saja tanpa mau bertanya.

Kemampuan memecahkan masalah siswa

kelas X masih kurang, sehingga hasil

belajar yang diperoleh siswa kelas X juga

masih rendah, bahkan masih banyak

siswa kelas X yang memperoleh nilai di

bawah rata–rata. Hal ini sejalan dengan

hasil tes diagnostik yang diberikan

kepada siswa kelas X-2 SMA Swasta

Dharma Pancasila untuk melihat

kesulitan dan kemampuan awal siswa

dalam memecahkan masalah matematika.

Beberapa contoh soal pemecahan

masalah yang diberikan kepada siswa

adalah:

1. Budi ingin membuat sebuah kotak

dari karton dengan volume kotak

tersebut adalah 225 cm3. Alas kotak

tersebut berukuran 15 cm dan x cm,

sedangkan tingginya (x – 2) cm.

Berapakah lebar dan tinggi kotak

yang harus dibuat oleh Budi ?

2. Pak Badu mempunyai sebidang tanah

yang berbentuk persegi panjang

dengan ukuran panjangnya lebih 7

meter dari lebarnya, sedangkan

luasnya 60 m2. Hitunglah ukuran

panjang dan lebar tanah milik Pak

Badu tersebut !

Berdasarkan hasil tes, terdapat 27

(67,5%) siswa yang memiliki

kemampuan memecahkan masalah

dengan kategori kurang baik (skor 0 –

Page 86: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

81

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

54), 8 (20%) siswa yang memiliki

kemampuan memecahkan masalah

dengan kategori cukup (skor 55 – 69)

dan 5 (12,5%) siswa yang memiliki

kemampuan memecahkan masalah

dengan kategori baik (skor 70 – 84).

Secara keseluruhan, terdapat 67,5%

siswa kelas X-2 SMA Swasta Dharma

Pancasila Medan memiliki kemampuan

pemecahan masalah yang masih kurang.

Hal ini berarti kemampuan memecahkan

masalah matematika kelas X-2 SMA

Swasta Dharma Pancasila Medan masih

kurang baik. Kondisi ini secara langsung

atau tidak akan melahirkan anggapan

bahwa belajar matematika tidak lebih

dari sekedar mengingat kemudian

melupakan fakta dan konsep. Namun

adapun tujuan pembelajaran matematika

adalah agar siswa mampu memecahkan

masalah yang dihadapi. Polya (dalam

Osa : 2009) mengatakan bahwa :

“Pemecahan masalah adalah usaha

mencari jalan keluar dari suatu kesulitan

guna mencapai suatu tujuan yang tidak

segera dapat dicapai”. Oleh karena itu

pemecahan masalah merupakan suatu

tingkat aktivitas intelektual yang tinggi

dan membutuhkan suatu proses psikologi

yang tidak hanya melibatkan aplikasi

dalil-dalil atau teorema-teorema yang

dipelajari.

Rendahnya kemampuan

memecahkan masalah matematika juga

dipengaruhi oleh model pembelajaran

yang digunakan oleh guru. Hasil

observasi awal yang dilakukan oleh

peneliti di SMA Swasta Dharma

Pancasila menunjukkan bahwa

pembelajaran matematika di sekolah

tersebut masih menggunakan model

pembelajaran ceramah, tanya jawab dan

pemberian tugas, artinya model

pembelajaran yang digunakan masih

banyak didominasi oleh guru, sementara

siswa duduk secara pasif menerima

informasi pengetahuan dan keterampilan.

Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa

metode yang digunakan masih kurang

bervariasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka

peneliti mencoba mengupayakan metode

yang sesuai dengan tingkat

perkembangan mental siswa dan dapat

membuat siswa menjadi lebih aktif.

Salah satunya adalah dengan menerapkan

metode pembelajaran latihan berstruktur

dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan

metode ini diharapkan dapat

membangkitkan kreativitas siswa dan

Page 87: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

82

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

siswa dapat belajar lebih aktif sebab

mereka lebih banyak berperan dalam

pembelajaran. Metode ini akan

membimbing siswa agar lebih mudah

memahami pelajaran matematika karena

pembelajarannya terstruktur mulai dari

hal-hal yang sederhana sampai pada hal-

hal yang lebih kompleks, sehingga

pemahaman siswa juga lebih mendalam.

Seperti yang dikemukakan oleh

Rusmansyah (www.depdiknas.go.id)

bahwa latihan berstruktur merupakan

suatu cara mengajar dengan memberikan

latihan–latihan berstruktur terhadap apa

yang telah dipelajari siswa sehingga

memperoleh keterampilan tertentu.

Pembelajaran dengan

menggunakan metode latihan berstruktur

dapat digunakan pada mata pelajaran

matematika, antara lain pada pokok

bahasan Persamaan Kuadrat. Persamaan

kuadrat adalah salah satu pokok bahasan

yang sulit dikuasai oleh siswa, seperti

yang dikemukakan oleh guru matematika

yang mengajar di kelas X SMA Swasta

Dharma Pancasila Medan melalui

wawancara dengan peneliti, menyatakan

bahwa materi persamaan kuadrat kurang

dipahami oleh siswa, mereka kesulitan

dalam mencari akar–akar persamaan

kuadrat, apalagi menyelesaikan soal

cerita yang berhubungan dengan

persamaan kuadrat. Dalam hal ini,

kemampuan siswa perlu ditingkatkan

untuk mengembangkan teknik dan

strategi pemecahan masalah serta

kemampuan untuk mensintesis masalah.

Oleh karena itu, salah satu langkah yang

bisa dilakukan oleh guru sebagai

pembimbing peserta didik adalah

memilih metode pembelajaran yang

tepat, yang mampu mengembangkan

aktivitas dan kemampuan memecahkan

masalah matematika siswa. Pembelajaran

matematika yang kurang melibatkan

siswa secara aktif akan menyebabkan

siswa tidak dapat menggunakan

kemampuan matematikanya dalam

menyelesaikan masalah matematika.

Untuk itu pembelajaran dengan

menggunakan metode latihan berstruktur

memberikan suatu cara kepada siswa

untuk menyelesaikan soal perhitungan

persamaan kuadrat secara berstruktur.

Dengan menggunakan metode latihan

berstruktur ini siswa akan memiliki

keterampilan dalam memecahkan setiap

permasalahan yang dihadapi melalui

latihan yang dibuat secara terstruktur

sehingga siswa terlatih untuk berpikir

Page 88: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

83

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

secara sistematis, logis, teliti, dan teratur.

Dalam penelitian ini, akan dicoba

menerapkan metode latihan berstruktur

dengan menggunakan LKS (Lembar

Kerja Siswa).

Berdasarkan paparan latar

belakang di atas, maka masalah yang

akan dikaji dalam tulisan ini adalah:

1. Akan dikaji peningkatan aktivitas

belajar siswa kelas X SMA Swasta

Dharma Pancasila Medan Tahun

Ajaran 2010/2011 setelah menerapkan

metode latihan berstruktur dengan

menggunakan LKS .

2. Selanjutnya akan dikaji peningkatan

kemampuan memecahkan masalah

matematika siswa kelas X SMA

Swasta Dharma Pancasila Medan

Tahun Ajaran 2010/2011 setelah

menerapkan metode latihan

berstruktur dengan menggunakan LKS

.

3. Akan diteliti variasi jawaban siswa

saat mencari akar-akar persamaan

kuadrat yang dominan digunakan

siswa dan kesalahan-kesalahan siswa

dalam mengerjakan soal persamaan

kuadrat .

PEMBAHASAN

Definisi Belajar dan Pembelajaran Matematika

Secara umum, belajar diartikan

sebagai perubahan pada diri seseorang

karena pengalaman dan serangkaian

kegiatan. Misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru,

mengingat dan lain sebagainya.

Djamarah (2006 : 10-11) mengemukakan

bahwa belajar adalah proses perubahan

perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Artinya, tujuan kegiatan adalah

perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan

maupun sikap, bahkan meliputi segenap

aspek organisme atau pribadi. Menurut

Bruner dalam Nasution (2008 : 9) bahwa

Dalam proses belajar dapat dibedakan

tiga fase atau episode, yakni : informasi,

transformasi, dan evaluasi”. Kegiatan

belajar mengajar seperti mengorganisasi

pengalaman belajar, mengolah kegiatan

belajar mengajar, menilai proses dan

hasil belajar, kesemuanya termasuk

dalam cakupan tanggung jawab guru.

Jadi, hakikat dari belajar adalah

perubahan.

Page 89: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

84

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Matematika sebagai bahan

pelajaran mempunyai objek kajian

abstrak yang berupa fakta, konsep,

operasi atau relasi prinsip. Mengetahui

hakikat matematika berarti meninjau apa

sebenarnya belajar matematika itu, baik

dari arti katanya maupun peranan dan

kedudukannya diantara cabang ilmu.

Konsep–konsep yang ada dalam

matematika saling berkaitan satu sama

lainnya membentuk struktur yang

tersusun secara hierarkis, artinya jika

seorang siswa mengalami kesulitan

dalam memahami sebuah konsep dan

konsep itu mendasari konsep berikutnya

maka kemungkinan besar siswa juga

gagal dalam memahami konsep baru

tersebut. Dalam hal ini, setiap siswa tentu

mempunyai persepsi, ide–ide yang

berbeda dalam memandang objek yang

abstrak, tergantung pada konsep atau

pengalaman belajar yang telah dimiliki

sebelumnya. Hal yang paling utama

dalam pembelajaran matematika adalah

pemahaman pengetahuan tentang konsep,

dilanjutkan dengan pengetahuan tentang

prosedur dan pengetahuan tentang cara

mengaitkan konsep dan prosedur dalam

menyelesaikan masalah matematika.

Pemahaman siswa akan bahan pelajaran

yang rendah akan menyebabkan

rendahnya hasil belajar siswa.

Aktivitas Belajar Siswa

Proses belajar mengajar

merupakan inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai

pemeran utama. Siswa merupakan obyek

yang melakukan belajar, oleh karena itu

siswa harus aktif dan tidak boleh pasif.

Dengan bantuan guru siswa harus

mampu mencari, menemukan, dan

menggunakan pengetahuan yang

dimilikinya dalam kegiatan belajar

mengajar. Menurut Edi Suardi dalam

Djamarah (2006:39-40) mengemukakan

bahwa Kegiatan belajar mengajar tidak

terlepas dari ciri-ciri tertentu, diantaranya

ditandai dengan aktivitas anak didik.

Mengajar pada hakikatnya adalah

membimbing aktivitas siswa. Aktivitas

siswa sangat diperlukan dalam belajar,

agar belajar menjadi lebih efektif dan

mencapai hasil yang optimal. J. Piaget

dalam Ahmad ( 2004: 7) berpendapat

bahwa seorang anak berpikir sepanjang

ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak

berpikir. Agar ia berpikir sendiri (aktif)

ia harus diberi kesempatan untuk berbuat

sendiri. Seorang guru hanya dapat

Page 90: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

85

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

menyajikan dan menyediakan bahan

pelajaran, peserta didiklah yang

mengolah dan mencernanya sendiri

sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan

latar belakangnya. Jika ada siswa yang

ingin memecahkan suatu masalah siswa

tersebut harus berfikir sesuai dengan

langkah–langkah tertentu, dengan

demikian belajar yang berhasil mesti

melalui berbagai macam aktivitas baik

aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas

fisik adalah siswa aktif dengan anggota

badan, membuat sesuatu, bekerja, ia

tidak hanya duduk dan mendengarkan,

melihat atau hanya pasif. Sedangkan

aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika

daya jiwanya bekerja sebanyak-

banyaknya atau banyak berfungsi dalam

rangka pengajaran. Seluruh peranan dan

kemauan diarahkan supaya daya itu tetap

aktif untuk mendapatkan hasil

pengajaran yang optimal sekaligus

mengikuti proses pengajaran (proses

perolehan hasil pelajaran) secara aktif

siswa mendengarkan, mengamati,

menyelidiki, mengingat, menguraikan,

mengasosiasikan ketentuan satu dengan

yang lainnya, dan sebagainya.

Ketika proses belajar mengajar

berlangsung, guru dapat melihat

keaktifan siswa dalam hal sebagai

berikut :

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas

belajarnya.

2. Terlibat dalam pemecahan masalah.

3. Bertanya kepada siswa lain atau guru

bila tidak memahami persoalan yang

dihadapi.

4. Berusaha mencari berbagai informasi

untuk memecahkan masalah.

5. Melaksanakan diskusi kelompok

sesuai petunjuk guru.

6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil

– hasil yang diperoleh.

7. Melatih diri dalam memecahkan

masalah yang sejenis.

8. Kesempatan menggunakan atau

menerapkan apa yang telah

diperolehnya dalam menyelesaikan

masalah atau tugas yang dihadapinya.

Paul B. Diedrich dalam Ahmad

(2004: 9) setelah mengadakan

penyelidikan, menyimpulkan : “Terdapat

177 macam kegiatan peserta didik yang

meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas

jiwa, antara lain sebagai berikut :

1. Visual activities, membaca,

memperhatikan: gambar,

demonstrasi, percobaan, pekerjaan

orang lain dan sebagainya.

Page 91: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

86

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

2. Oral activities, menyatakan,

merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat,

mengadakaninterview, diskusi,

interupsi, dan sebagainya.

3. Listening activities, mendengarkan:

uraian, percakapan, diskusi, musik,

pidato, dan sebagainya.

4. Writing activities, menulis: cerita,

karangan, laporan, tes angket,

menyalin, dan sebagainya.

5. Drawing activities, menggambar,

membuat grafik, peta, diagram,pola,

dan sebagainya.

6. Motor activities, melakukan

percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain,

berkebun, memelihara binatang, dan

sebagainya.

7. Mental activities, menanggapi,

mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis,mengambil keputusan,

dan sebagainya.

8. Emotional activities, menaruh minat,

merasa bosan, gembira, berani,

tenang, gugup, dan sebagainya”.

Dalam hal ini, peneliti hanya

mengobservasi aktivitas mental (Mental

activities) karena untuk membatasi

permasalahan dan dianggap lebih

berhubungan dengan materi pelajaran

yang akan diajarkan. Aktivitas belajar

siswa yang berupa aktivitas mental

(Mental activities ) yang dapat dilakukan

siswa di sekolah dalam kegiatan belajar

mengajar antara lain berikut :

1. Menanggapi

2. Mengingat

3. Memecahkan masalah atau soal

4. Menganalisa pertanyaan atau soal

5. Mengambil keputusan

Aktivitas–aktivitas tersebut tidak

terpisah satu sama lain. Dalam setiap

aktivitas motoris terkandung aktivitas

mental disertai oleh perasaan tertentu,

dan seterusnya. Pada setiap pelajaran

terdapat berbagai aktivitas yang dapat

diupayakan.

Kemampuan Memecahkan Masalah

Pemecahan masalah adalah

proses yang ditempuh oleh seseorang

untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapinya sampai masalah itu tidak

lagi menjadi masalah baginya. Oleh

karena itu, seorang guru haruslah mampu

membimbing siswa untuk memecahkan

masalah dengan menggunakan metode

Page 92: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

87

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

pemecahan masalah. Menurut Robert

(dalam

http://robertmath4edu.wordpress.com)

menyatakan bahwa pemecahan masalah

adalah proses menerapkan pengetahuan

yang telah diperoleh sebelumnya ke

dalam situasi baru yang belum dikenal.

Hal ini disebabkan bahwa setiap siswa

memiliki cara yang berbeda dalam hal

menyusun segala sesuatu yang diamati,

dilihat, diingat ataupun dipikirannya.

Dengan demikian, jelaslah bahwa tujuan

pembelajaran matematika adalah untuk

melihat kemampuan siswa dibidang

matematika dapat dipergunakan dalam

memecahkan masalah.

Salah satu upaya untuk

mengembangkan kemampuan siswa

dalam pemecahan masalah adalah

melalui penyediaan pengalaman

pemecahan masalah yang memerlukan

strategi yang berbeda-beda dari suatu

masalah kemasalah lainnya.

Pembelajaran pemecahan masalah tidak

sama dengan pembelajaran soal-soal

yang telah diselesaikan (solved

problems). Suatu pertanyaan atau soal

matematika dikatakan suatu masalah jika

dalam penyelesaiannya memerlukan

suatu kreatifitas, pengertian dan

pemikiran dari setiap orang yang

menghadapi masalah tersebut. Masalah

matematika tersebut biasanya berbentuk

soal cerita, membuktikan, menciptakan

atau mencari suatu pola matematika. Soal

cerita dalam matematika dipandang

sebagai suatu masalah apabila dalam

penyelesaiaannya membutuhkan

kreativitas, pengertian, dan imajinasi.

Imajinasi disini berfungsi untuk

membayangkan bagaimana langkah-

langkah penggunaan metode dalam

pikiran sebelum menuliskannya pada

kertas. Jadi, dalam penelitian ini

kemampuan pemecahan masalah yang

diharapkan pada siswa adalah

kemampuan menyelesaikan soal-soal

persamaan kuadrat, terutama soal-soal

persamaan kuadrat yang tidak rutin.

Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa ( LKS )

merupakan salah satu sumber atau media

belajar yang berbentuk lembaran yang

berisikan materi secara singkat, tujuan

pembelajaran, petunjuk mengerjakan

pertanyaan–pertanyaan dan sejumlah

pertanyaan yang harus dijawab oleh

siswa. LKS digunakan sebagai salah satu

Page 93: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

88

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

media pembelajaran yang dapat dijadikan

suatu pilihan untuk mengajak siswa

mengkonstruksi konsep. Alat bantu LKS

ini mempunyai beberapa tujuan

diantaranya dapat mengaktifkan siswa

dalam kegiatan belajar mengajar dan

membantu siswa memperoleh dan

mengembangkan konsep atau prinsip.

Penggunaan LKS dalam hal ini

adalah sebagai alat bantu pengajaran,

yang tujuannya untuk memperjelas

penyajian pesan dan informasi sehingga

dapat memperlancar dan memudahkan

proses belajar. Setiap siswa akan

menggunakan LKS untuk menuntaskan

materi pelajaran dan menuntun

penyelesaian soal–soal materi. Dengan

adanya LKS, siswa tidak hanya

menerima saja penjelasan yang diberikan

guru, melainkan siswa lebih aktif

melakukan kegiatan belajar.

Dalam penelitian ini, LKS

merupakan media yang dapat digunakan

dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode latihan berstruktur.

Karena dengan adanya LKS, guru lebih

mudah dalam menginstruksikan siswa

untuk memahami materi dan soal–soal

yang diberikan. Demikian sebaliknya,

LKS dapat dimanfaatkan siswa sebagai

sumber belajar. Dalam hal ini, peran guru

bukan digantikan oleh LKS, melainkan

guru sebagai pengawas, pembimbing dan

motivator.

Metode Latihan Berstruktur

Menurut Rusmansyah

(www.depdiknas.go.id) metode latihan

berstruktur merupakan suatu cara

mengajar dengan memberikan latihan-

latihan berstruktur terhadap apa yang

telah dipelajari siswa sehingga

memperoleh keterampilan tertentu.

Pemberian latihan dilakukan setelah

siswa memperoleh konsep yang

dilatihkan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Zulfarisna (2005 : 2) yang

mengemukakan bahwa metode latihan

berstruktur merupakan cara mengajar

yang diberikan oleh guru dengan jalan

melatih ketangkasan atau keterampilan

para siswa terhadap bahan pelajaran yang

telah diberikan. Dalam menerapkan

metode latihan berstruktur ini, guru

terlebih dahulu memberikan konsep

kemudian dilanjutkan dengan

memberikan contoh latihan soal yang

dimulai dari soal-soal yang mudah

kemudian dilanjutkan dengan soal–soal

yang sulit. Setelah memberikan konsep

Page 94: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

89

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

dan contoh soal maka guru menugaskan

siswa untuk mengerjakan soal–soal yang

sejenis. Dalam hai ini guru harus aktif

memonitor pekerjaan siswa sehingga

dapat diketahui dimana kelemahan yang

mungkin ada pada siswa. Jika tidak ada

masalah maka dilanjutkan dengan

memberikan konsep dan contoh soal

selanjutnya diakhiri dengan memberikan

latihan–latihan soal kepada siswa,

demikian seterusnya sampai siswa

benar–benar mengerti akan konsep yang

diajarkan tersebut.

Dalam kaitannya dengan metode

mengajar, Rusmansyah

(www.depdiknas.go.id) mengungkapkan

bahwa metode latihan berstruktur adalah

kombinasi dari metode latihan dan

pemecahan masalah. Hal ini

dimaksudkan agar siswa memiliki

kecakapan mental dalam memecahkan

setiap permasalahan yang dihadapi

melalui latihan yang dibuat secara

berstruktur sehingga mereka terlatih

untuk berfikir secara sistematis, logis,

teliti, dan teratur.

Metode Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan

bagian dari kurikulum matematika yang

sangat penting karena dalam proses

pembelajaran maupun penyelesaian soal,

siswa dimungkinkan memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan

serta keterampilan yang sudah dimiliki

untuk diterapkan pada pemecahan

masalah yang bersifat rutin. Metode

pemecahan masalah (problem solving)

bukan hanya sekedar metode mengajar,

tetapi juga merupakan suatu metode

berfikir, sebab dalam problem solving

dapat menggunakan metode–metode

lainnya yang dimulai dengan mencari

data sampai kepada menarik kesimpulan

( Djamarah, 2006 : 91).

Jadi, dalam pelaksanaan

pemecahan masalah di kelas perlu

dikembangkan keterampilan

pemecahannya. Tahap pemecahan

masalah dapat dibandingkan oleh guru

dengan memanfaatkan penguasaan

materi terhadap materi yang diajarkan

kemudian disesuaikan dengan

kemampuan peserta didik yang

berhubungan dengan perkembangan

kognitif. Pada pemecahan masalah, siswa

harus memahami maksud dari soal yang

diberikan guru dan memahami cara

penyelesaiannya.

Page 95: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

1

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Teori Persamaan Kuadrat

Bentuk umum persamaan kuadrat

ditulis sebagai berikut :

; .

Himpunan penyelesaian dari

suatu persamaan kuadrat adalah nilai–

nilai dari variabel yang memenuhi

persamaan kuadrat sehingga persamaan

tersebut bernilai benar. Untuk

menyelesaikan suatu persamaan kuadrat

, yaitu dengan

menentukan nilai perubah yang

memenuhi persamaan tersebut. Sampai

sekarang ini, terdapat tiga cara untuk

menyelesaikan suatu persamaan kuadrat,

yaitu:

1. Memfaktorkan.

2. Melengkapkan Kuadrat Sempurna.

3. Rumus abc.

Dalam kehidupan sehari-hari,

cukup sering kita menemui masalah yang

dapat digolongkan sebagai masalah

persamaan kuadrat. Misalnya, suatu

taman bungan berbentuk segitiga siku-

siku. Sisi miring taman tersebut 34 cm

dan panjang salah satu kakinya lebih

panjang 14 cm dari panjang kaki lainnya.

Biasanya persoalan seperti ini, akan

diminta menentukan panjang kedua kaki

taman tersebut. Adapun panjang kedua

sisi taman tersebut adalah 16 cm dan 30

cm.

METODE PENELITIAN

Metode latihan berstruktur

merupakan salah satu metode

pembelajaran yang melibatkan peran

siswa secara aktif. Metode latihan

berstruktur ini dilakukan agar siswa

dapat lebih aktif dan lebih mampu

meningkatkan hasil belajarnya. Hal

tersebut dikarenakan metode ini mampu

membantu siswa untuk mengembangkan,

memperbanyak kesiapan dan penguasaan

keterampilan dalam proses kognitif atau

pengenalan siswa. Siswa akan ingat

lebih lama terhadap materi yang

diajarkan dan akan lebih menguasai,

sehingga penguasaan konsep dan

keterampilan dalam mengerjakan soal

dapat lebih ditingkatkan untuk mencapai

hasil yang lebih baik sehingga

kemampuan pemecahan masalah siswa

juga menjadi lebih baik.

Berdasarkan kajian teoritis di atas

maka yang menjadi hipotesis tindakan

dalam penelitian ini adalah :

Page 96: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

91

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

1. Jika pembelajaran dengan

menggunakan metode latihan

berstruktur dengan menggunakan

LKS dilakukan maka dapat

meningkatkan aktivitas siswa pada

pokok bahasan persamaan kuadrat.

2. Jika pembelajaran dengan

menggunakan metode latihan

berstruktur dengan menggunakan

LKS dilakukan maka dapat

meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah siswa pada

pokok bahasan persamaan kuadrat.

Sebagai lokasi penelitian ini

adalah SMA Swasta Dharma Pancasila

Medan yang beralamatkan di jalan Dr.

Mansyur No 71 C Medan. Penelitian ini

dilaksanakan di semester ganjil di kelas

X Tahun Ajaran 2010/2011. Subjek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas

X-2 SMA Swasta Dharma Pancasila

Medan yang berjumlah 39 orang. Objek

dari penelitian ini adalah aktivitas dan

kemampuan memecahkan masalah

matematika siswa dengan menerapkan

metode latihan berstruktur dengan

menggunakan LKS, khususnya pada

pokok bahasan Persamaan Kuadrat.

Jenis penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (classroom

action research) dengan menerapkan

metode latihan berstruktur dengan

menggunakan LKS yang dilakukan

dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran di kelas. Penelitian ini

bertujuan untuk mengungkap kendala

dan kesulitan yang dialami siswa dalam

menyelesaikan permasalahan persamaan

kuadrat dan menjelaskan upaya-upaya

yang dilakukan untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar matematika

pada materi persamaan kuadrat.

Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Pendekatan kualitatif berguna untuk

menemukan data yang berbentuk kata-

kata seperti hasil observasi. Sedangkan

pendekatan kuantitatif berguna untuk

menemukan data hasil belajar siswa yang

berbentuk angka yaitu dari tes hasil

belajar siswa.

Penelitian tindakan kelas ini

direncanakan hanya sampai dua siklus

saja. Setiap siklus terdiri dari dua kali

pertemuan. Siklus I membahas konsep

mencari akar-akar persamaan kuadrat.

Siklus I ini meliputi kegiatan mengetahui

permasalahan proses belajar mengajar

selama ini, merencanakan tindakan,

melakukan observasi dan wawancara,

Page 97: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

92

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

menganalisa data dan refleksi terhadap

semua langkah pada siklus I. Setelah

dilaksanakan siklus I dan hasil perbaikan

yang diharapkan belum tercapai terhadap

tingkat penguasaan yang telah di

tetapkan peneliti maka tindakan masih

perlu dilanjutkan pada siklus II. Pada

siklus II diadakan perencanaan kembali

dengan mengacu pada hasil refleksi pada

siklus I. Pada siklus II ini peneliti

merencanakan tindakan pembelajaran

dengan menggunakan metode latihan

berstruktur dengan membagi siswa dalam

beberapa kelompok yang memiliki

kemampuan bervariasi. Hal ini bertujuan

agar dapat meningkatkan aktivitas dan

kemampuan memecahkan masalah

matematika siswa. Pada bagian terakhir,

dapat diambil kesimpulan untuk kajian di

atas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan observasi dan

tes awal yang berupa tes diagnostik

kepada siswa kelas X-2 SMA Swasta

Dharma Pancasila Medan diperoleh data

bahwa aktivitas siswa masih sangat

kurang, yaitu mencapai 32, 82 %. Hal ini

terlihat dari hasil pengamatan peneliti,

siswa cenderung pasif dalam kegiatan

pembelajaran, karena penggunaan

metode pembelajaran yang masih

berpusat kepada guru. Dari hasil tes

diagnostik diperoleh 5 (12,82 %) siswa

dengan kemampuan memecahkan

masalah yang berkategori baik, hal ini

berarti kemampuan awal siswa secara

keseluruhan dalam memecahkan masalah

masih sangat kurang . Salah satu

penyebab kurangnya kemampuan

memecahkan masalah siswa adalah

kurangnya kemampuan guru dalam

merancang program pengajaran yang

mampu meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal

pemecahan masalah. Dari tes diagnostik

yang diberikan diperoleh beberapa

kesalahan siswa dalam menjawab tes

yang diberikan.

Berdasarkan kesalahan-kesalahan

yang dilakukan siswa pada penyelesaian

soal-soal di atas, dapat diperoleh letak

kesalahan siswa dalam mengerjakan

soal-soal materi prasyarat persamaan

kuadrat, yaitu:

1. 15 siswa yang kurang memahami

bentuk dari pemfaktoran

2. 17 siswa yang sulit dalam melakukan

operasi hitung bentuk aljabar

Page 98: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

93

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

3. 12 siswa yang tidak mengetahui

koefisien dari suatu bentuk aljabar

4. 19 siswa yang kurang teliti dalam

melakukan operasi perhitungan

5. 25 siswa yang kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita

Dilihat dari tes diagnostik yang

diberikan, sebagian besar siswa masih

kesulitan dalam memahami soal yang

diberikan dengan baik. Tes diagnostik

inilah yang digunakan peneliti sebagai

acuan dalam pemberian tindakan

menyusun skenario pembelajaran dengan

menerapkan metode latihan berstruktur

dengan bantuan LKS yang akan

melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa

dalam menyelesaikan masalah yang

disajikan.

Dari hasil observasi aktivitas

siswa dengan menerapkan metode latihan

berstruktur di kelas X-2 SMA Swasta

Dharma Pancasila Medan pada

pertemuan I diperoleh bahwa aktivitas

siswa masih dalam kategori kurang baik

(tidak tuntas), yaitu dengan rata-rata

44,49 % (lampiran 34). Sementara itu

hasil observasi aktivitas siswa pada

pertemuan II diperoleh persentase rata-

rata aktivitas siswa sebesar 54,62 %

(lampiran 34). Hal ini menunjukkan

terdapat peningkatan aktivitas siswa

sebesar 10,13 % dari pertemuan pertama.

Walaupun sudah terjadi peningkatan,

namun aktivitas siswa ini belum

mencapai target penelitian, yaitu rata-rata

aktivitas siswa mencapai 75 %. Kurang

aktifnya siswa dalam kegiatan

pembelajaran juga disebabkan karena

siswa masih dalam tahap penyesuaian

dengan metode pembelajaran yang baru.

Dari hasil observasi pada pertemuan

pertama dan kedua, telah tampak

terjadinya peningkatan aktivitas siswa

dari aktivitas awal yang hanya mencapai

32,82 %.

Hasil tes kemampuan pemecahan

masalah siswa setelah diberikan tindakan

I di kelas X-2 SMA Swasta Dharma

Pancasila Medan terdapat 14 siswa yang

memiliki nilai < 55 yang berarti tingkat

kemampuan pemecahan masalah masih

kurang dan 25 siswa mencapai nilai ≥ 55

yang berarti tingkat kemampuan

pemecahan masalah cukup baik dan baik.

Dari kedua data di atas, maka secara

keseluruhan dapat diketahui bahwa

kemampuan pemecahan masalah

persamaan kuadrat siswa kelas X-2 SMA

Swasta Dharma Pancasila Medan sudah

cukup baik, yaitu dengan persentase

Page 99: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

94

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

sebesar 64,10 %. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan kemampuan

memecahkan masalah siswa sebesar

33,33 % dari kemampuan awal siswa

memecahkan masalah yaitu sebesar

30,77 %. Namun hal ini belum mencapai

target penelitian yaitu persentase

kemampuan pemecahan masalah siswa

secara keseluruhan minimal 70 %.

Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara, masih ada beberapa

indikator aktivitas belajar siswa yang

masih tergolong minim dilakukan oleh

siswa seperti memberikan pendapat

untuk memecahkan masalah,

memberikan tanggapan terhadap materi

yang diajarkan guru dan terhadap

pendapat orang lain serta aktivitas siswa

dalam mempresentasikan hasil

pekerjaannya yang masih perlu

diperbaiki sehingga lebih baik lagi.

Beberapa hal yang perlu diperbaiki

adalah siswa yang aktif masih

didominasi oleh siswa yang pandai,

hanya beberapa siswa yang aktif

menyampaikan pendapatnya di depan

kelas dan masih ada siswa yang kurang

aktif dalam mengerjakan lembar aktivitas

siswa yang dibagikan guru. Dengan

memahami masalah yang ditemukan

pada siklus I, dirancang metode untuk

menyelesaikan masalah tersebut. Hasil

observasi aktivitas siswa dengan

menerapkan metode latihan berstruktur

dengan menggunakan LKS di kelas X-2

SMA Swasta Dharma Pancasila Medan

pada pertemuan III diperoleh data bahwa

rata-rata aktivitas siswa sebesar 71,41 %

dengan kategori tidak tuntas dan pada

pertemuan IV diperoleh rata-rata

aktivitas siswa sebesar 80,77 % dengan

kategori tuntas (lampiran 34). Hal ini

berarti rata-rata aktivitas siswa sudah

memenuhi target penelitian yaitu rat-rata

aktivitas siswa minimal 75 %.

Hasil tes kemampuan pemecahan

masalah siswa setelah diberikan tindakan

II adalah tidak terdapat siswa dengan

kemampuan pemecahan masalah yang

kurang baik, terdapat 8 siswa (20,51 %)

dengan kemampuan pemecahan masalah

cukup baik, serta 26 siswa (66,67 %)

dengan kemampuan baik. Secara

keseluruhan, kemampuan pemecahan

masalah persamaan kuadrat siswa adalah

87,18% dengan kategori baik. Dalam hal

ini terlihat bahwa terjadi peningkatan

rata-rata kemampuan pemecahan

masalah antara siklus I dan siklus II.

Pada siklus I persentase rata-rata

Page 100: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

95

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

kemampuan pemecahan masalah

persamaan kuadrat siswa adalah 56,67 %

dengan kategori cukup sedangkan pada

siklus II persentase rata-rata kemampuan

pemecahan masalah persamaan kuadrat

siswa adalah 73,13 % dengan kategori

baik dan banyaknya siswa dengan

kemampuan memecahkan masalah cukup

baik adalah 34 siswa (87,18 %). Hal ini

berarti telah mencapai target penelitian

yaitu minimal 70%.

Upaya-upaya yang telah

dilakukan pada siklus II telah berhasil

meningkatkan aktivitas dan kemampuan

memecahkan masalah siswa.

Pembelajaran yang berfokus pada siswa

membuat siswa menjadi lebih berani

beraktivitas dan mengemukakan

pendapat. Aktivitas siswa pada siklus I

terus mengalami peningkatan ke siklus

II, pada siklus I rata-iswarata skor

aktivitas siswa adalah 44,49 % pada

pertemuan I dan 54,62 % pada

pertemuan II sementara pada siklus II,

skor aktivitas siswa adalah 71,41 % pada

pertemuan III dan 80,77 % pada

pertemuan IV. Peningkatan aktivitas

siswa pada siklus II telah mencapai target

penelitian yaitu sebesar 75 %.

Sementara itu, hasil kemampuan

pemecahan masalah persamaan kuadrat

siswa pada siklus II juga mengalami

peningkatan yang cukup baik dari siklus

I. Banyak siswa dengan kemampuan

memecahkan masalah cukup baik pada

siklus I adalah 25 siswa dengan

persentase 64,10 % dan pada siklus II

banyaknya siswa dengan kemampuan

memecahkan masalah cukup baik

mencapai 34 siswa dengan persentase

87,18 %. Peningkatan kemampuan

memecahkan masalah siswa sudah

mencapai target penelitian yaitu minimal

70 %.

Jadi, penerapan metode latihan

berstruktur dengan menggunakan LKS

dapat meningkatkan aktivitas dan

kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika. Dari hasil analisis

data aktivitas siswa pada siklus I dan

siklus II serta berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan diperoleh kesimpulan

bahwa aktivitas siswa dalam

pembelajaran meningkat sebesar 26,53 %

dari siklus I hingga ke sikulus II. Hal ini

dimungkinkan karena penerapan metode

latihan berstruktur merupakan salah satu

metode pembelajaran yang melibatkan

peran siswa secara aktif.

Page 101: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

96

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Berdasarkan hasil analisis data

penelitian dapat dikatakan bahwa

penerapan metode latihan berstruktur

dengan menggunakan LKS dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematika.

Setelah diterapkan metode latihan

berstruktur dengan menggunakan LKS

diperoleh hasil tes kemampuan

memecahkan masalah II di kelas X-2

yaitu dari 39 siswa, 34 siswa mencapai

syarat ketuntasan kemampuan

memecahkan masalah dan 5 siswa belum

mencapai syarat ketuntasan kemampuan

memecahkan masalah. Dari 34 siswa

yang mencapai syarat ketuntasan

memecahkan masalah tersebut terdiri

dari 26 siswa yang kategori kemampuan

memecahkan masalahnya baik dan 8

siswa yang kategori kemampuan

memecahkan masalahnya cukup, dengan

tingkat ketuntasan kemampuan

memecahkan masalah secara klasikal

sebesar 87,18 % dan nilai rata-rata siswa

sebesar 73,13. Dari hasil analisis siklus I

dan siklus II terjadi peningkatan

kemampuan siswa memecahkan masalah

sebesar 23,08 %. Hal ini dimungkinkan

karena penerapan metode latihan

berstruktur dengan menggunakan LKS.

Disamping dapat mengaktifkan siswa,

LKS juga dapat mempermudah siswa

dalam memahami materi khususnya

materi persamaan kuadrat sehingga

membantu siswa untuk berlatih

memecahkan masalah matematika.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Aktivitas siswa mengalami

peningkatan selama melakukan

pembelajaran dengan metode latihan

berstruktur. Hal ini dapat dilihat dari

analisis data. Dari hasil observasi

awal diperoleh data awal dengan

persentase aktivitas awal siswa

adalah 32,82 %. Setelah pemberian

tindakan dengan penerapan metode

latihan berstruktur dengan

menggunakan LKS, aktivitas siswa

mengalami peningkatan dengan

persentase 44,49 % hingga 54,62%

pada siklus I, peningkatan aktivitas

siswa mencapai 11,67 % hingga

21,80 %. Kemudian setelah diberikan

tindakan II pada siklus II, dengan

membagi siswa menjadi 10 kelompok

belajar, persentase aktivitas siswa

Page 102: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

97

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

mencapai 71,41 % hingga 80,77 %,

ini berarti persentase aktivitas siswa

mengalami peningkatan sebesar

16,79 % hingga 26,15 % dari siklus I.

2. Kemampuan memecahkan masalah

persamaan kuadrat juga mengalami

peningkatan dengan penerapan

metode latihan berstruktur dengan

menggunakan LKS. Pada siklus I,

persentase siswa yang kemampuan

memecahkan masalahnya baik

sebesar 64,10 % sedangkan pada

siklus II sebesar 87,18 %.

3. Variasi jawaban siswa dalam mencari

akar-akar persamaan kuadrat yang

dominan digunakan oleh siswa

adalah memfaktorkan dan rumus abc.

Kesalahan yang dilakukan siswa

ketika memfaktorkan adalah siswa

salah dalam operasi hitung sehingga

hasil pemfaktoran salah, kemudian

kesalahan yang dilakukan siswa

ketika menggunakan rumus abc

dalam mencari akar-akar persamaan

adalah siswa salah dalam

mensubsitusi nilai koefisien dan

konstanta, sehingga hasil perhitungan

salah.

Berdasarkan pembahasan hasil

penelitian peneliti menyarakan agar guru

selalu membuat Lembar Kegiatan Siswa

(LKS) yang bertujuan lebih melatih

siswa dalam memecahkan masalah.

Selain itu, perlu kiranya dilakukan

penelitian lebih lanjut dalam

menanggulangi kendala-kendala yang

dihadapi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Amustofa., (2009), Strategi Pemecahan Maslah Dalam Matematika, http://amustofa70.wordpress.com(diakses 30 Juli 2010).

---------------- (1988), Penilaian Program Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Arikunto, S, (2007), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, dkk, (2009), Penelitian

Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Asosiasi Guru Matematika Indonesia, Rendahnya Prestasi Matematika Indonesia, (http://www.pikiran-rakyat.com), Diakses 10 April 2010.

Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, S dan Aswan, Z., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Hamalik, Oemar, (2008), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan

Page 103: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

98

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Pendekatan Sistem, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Laksmi, Tips yang Dapat Diterapkan Guru untuk Mempelajari Matematika, http://www.ganeca.blogspirit.com, Diakses 22 April 2010.

Johanes,dkk, (2006), Matematika untuk SMA Kelas X, Penerbit Yudhistira, Jakarta.

Mulyasa, E., (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mulyati, dkk, (2006), Matematika untuk SMA dan MA Kelas X, Penerbit Piranti Darma Kalokatama, Jakarta.

Nasution, S., (2008), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Ossa, Sefvika.,(2009), Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Kelas V Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah yang Berkonteks Cerita Rakyat Sumut di SDN 060825, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Rambe, P., (2010), Penerapan Teknik Think Pair Square dengan Menggunakan LKS untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP

Negeri 2 Rantau Selatan Tahun Ajaran 2009/2010, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Rohani, Ahmad, (2004), Pengelolaan Pengajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Rusmansyah, (2001), http://www.depdiknas.go.id//jurnal/35/penerapan-metode-latihan-berstruktur.html, Diakses 16 Maret 2010.

Sagala, S., (2006), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, Dr., (2009), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sukardi, H.M., (2009), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Wena, Made, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Yohanna, (2008), Penerapan Metode Latihan Berstruktur untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas X SMA Swasta Bina Guna Pematang Tanah Jawa Tahun Ajaran 2008/2009, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Page 104: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

99

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

KONVERGENSI DAN STABILITAS SOLUSI PERSAMAAN LAPLACE PADA BATAS DIRICHLET

Lasker P. Sinaga

Abstract

Persamaan laplace adalah salah satu bentuk persamaan differensial tipe eliptik yang dapat diselesaikan dengan metode pemisahan variabel. Metode pemisahan variabel membuat persamaan laplace menjadi dua persamaan differensial linear homogen orde dua yang memenuhi batas dirichlet pada persegi (rectangular). Solusi persamaan laplace adalah sebuah barisan yang konvergen dan stabil asimtot terhadap bidang keseimbangannya. Kata kunci : Laplace, Dirichlet, Konvergensi, Stabilitas

PENDAHULUAN

Kestabilan (stability) dan

keseimbangan (equilibrium)

diperkenalkan oleh matematikawan

Rusia, A. M. Lyapunov. Jika solusi-

solusi dari sebuah persamaan berada

dekat dan selalu dekat terhadap solusi

lainnya maka kondisi tersebut dikatakan

stabil, sebaliknya disebut dengan tidak

stabil.

Andaikan persamaan

),( ytfdt

dy dengan kondisi awal

0)0( yy mempunyai solusi ),( 0ytyy

dimana y adalah fungsi kontinu pada

interval tertutup T,0 maka untuk 0

terdapat 0y yang sangat kecil sehingga

kurva ),( 00 yytyy dimuat dalam

sebuah bidang dengan lebar 2 disekitar

solusi tersebut.

Permasalahan yang cukup

menarik adalah bagaimana cara

mengekspresikan penganalisisan

konvergensi dan kestabilan dari solusi

persamaan laplace pada batas dirichlet

dengan bentuk:

0),(),(

),( 2

2

2

22

y

yxu

x

yxuyxu .

),(),( yxfyxu pada ax 0 , 0y

0),( yxu pada sisi lainnya

Page 105: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

100

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur dengan berbagai dukungan

definisi dan teorema.

PEMBAHASAN DAN HASIL

Solusi Persamaan Laplace

Persamaan laplace diselesaikan

dengan menggunakan metode pemisahan

variabel. Andaikan ),( yxu sebagai

solusi dari persamaan laplace dan

memisahnya atas perkalian dua fungsi

dengan variabel bebas berbeda

)()(),( yYxXyxu sehingga:

)()("),(

2

2

yYxXx

yxu

dan )(")(),(

2

2

yYxXy

yxu

Persamaan laplace akan menjadi:

0),(),(

2

2

2

2

y

yxu

x

yxu 0)(")()()(" yYxXyYxX

0)(

)("

)(

)("

yY

yY

xX

xX

Misalkan )(

)("

)(

)("

yY

yY

xX

xX, sedemikian diperoleh dua persamaan differensial

homogen orde dua, 0)()(" xXxX dan 0)()(" yYyY .

Kedua persamaan differensial

biasa tersebut akan diselesaikan dengan

memperhatikan problema nilai eigen

agar diperoleh solusi nontrivial serta

memenuhi kondisi batas yang ditentukan.

Yang dapat dilakukan adalah

menunjukkan semua kemungkinan nilai

.

Kasus 1. 0)()(" xXxX dengan

0)()0( aXX

1. Pada 0 diperoleh solusi trivial

sehingga 0 bukan nilai eigen dari

masalah diatas.

2. Pada 0 diperoleh solusi trivial

sehingga 0 bukan nilai eigen dari

masalah diatas.

Page 106: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

101

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

3. Pada 0 dengan 2p , 0p

maka 0)()(" 2 xXpxX sehingga

diperoleh solusi

pxpxxX sincos)( 11 dengan

0)0( 1 X

dan 0sin)( 1 apaX . Untuk

01 maka nap ataua

np

sehingga2

222

a

np

untuk Nn .

Dengan demikian, diperoleh barisan

solusi xa

nxX n 2

22

1 sin)( untuk

Nn .

Kasus 2. 0)()(" yYyY dengan

0)()0( bYY

Karena pada kasus 1 telah diperoleh nilai

eigen 2

222

a

np

, Nn maka

kasus 2 dapat diselesaikan menjadi

ya

ny

a

nyYn

sinhcosh)( 22

dengan

0sinhcosh)( 22 ba

nb

a

nbYn

sehingga

b

a

n

ba

n

sinh

cosh

22

dengan demikian

)(sinhsinh

)( 2 yba

n

ba

nyYn

.

Solusi persamaan menjadi

ba

n

yba

n

xa

nkyYxXyxu nn

sinh

)(sinhsin)()(),(

dengan 12k .. Jadi, diperoleh solusi

yang sangat banyak tetapi belum

memenuhi kondisi batas. Hal ini dapat

dilakukan dengan menggunakan prinsip

superposisi.

ba

n

yba

n

xa

nkyxu

sinh

)(sinhsin),(

Dengan problema dirichlet, maka:

b

a

n

ba

n

xa

nkxu

sinh

sinhsin)0,( =

xa

nk

sin = )(xf

Misalkan xa

nkxfn

sin)( maka

xdxa

nxf

ak

a

n

sin)(

2

0 . Dengan

demikian

Page 107: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

102

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

ba

n

yba

n

xa

nkyxun

sinh

)(sinhsin),( =

nb

ybnnxk

sinh

)(sinhsin

=

nb

ybnny

e

eenxk

2

)(2

1

1sin

Konvergensi dan Stabilitas Solusi Persamaan Laplace

Dengan memisalkan

bn

yn

ne

ekv

21

, 0k dan

1sin1 xn maka

nn vyxuv ),( atau

nn vyxu ),(0.

Analisis berikutnya

adalah menunjukkan kekonvergenan

barisan tersebut dengan menunjukkan

kekonvergenan ),( yxvn terlebih dahulu.

Misalkan nynn keP 1}{ dan

nbnn eQ 2

1 1}{ sehingga

n

nn Q

Pv .

Kekonvergenan ),( yxvn akan

ditunjukkan dengan menunjukkan

kekonvergenan dari 1}{ nnP dan

1}{ nnQ

berdasarkan definisi berikut.

Definisi 3.1 Sebuah barisan 1}{ nnx konvergen ke limit x jika untuk setiap 0 terdapat

bilangan bulat N, Nn sehingga xxn .

Contoh 3.2 Jika 0limlim

ny

nn

nkeP

maka 1}{ nnP konvergen ke 0.

Bukti:

Pilih untuk setiap 0 terdapat Nn 0

sedemikian nyny keke 0

Karena Nn , 0nn sehingga

nyke =nye

k< .

Dan

keny

k

ny ln atau

k

yn ln

1

Pilih K sedemikian 0n . Ambil

1n sehingga ke

ky

Dengan demikian nynn KeP 1}{

konvergen ke 0.

Page 108: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

103

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Contoh 3.3 Jika

1)1(limlim 2

nb

nn

neQ maka

1}{ nnQ konvergen ke 1.

Bukti:

Pilih untuk setiap 0 terdapat Nn 0

sedemikian

nbnbnb eee 222 1)1(

Karena Nn , 0nn sehingga

nb

nb

ee

2

2 1.

Dan

12 nbe

1ln2 nb atau

1

ln2

1

bn

Pilih 1 sedemikian 0n . Ambil

1n sehingga 11

2

2

b

b

ee

Dengan demikian nbnn eQ 2

1 1}{

konvergen ke 1.

Teorema 3.4 Jika 1}{ nnP konvergen ke P dan

1}{ nnQ konvergen ke Q, dengan 0Q dan

0nQ untuk setiap n, maka

1nn

n

Q

Pkonvergen ke

Q

P.

Bukti:

Pilih 0 , terdapat sebuah bilangan

positif bilangan Riel M dan sebuah

bilangan bulat positif 1N , sedemikian

MQn untuk setiap 1Nn . Kemudian

0

1

'

Q

P

M

Terdapat sebuah bilangan positif 2N

sehingga, untuk 2Nn , 'PPn dan

sebuah bilangan bulat positif 3Nn ,

sehingga 'QQn . Misalkan

},,max{ 321 NNNN . Untuk Nn ,

'QQn , 'PPn dan MQn .

Jadi QQ

PQQP

Q

P

Q

P

n

nn

n

n =

QQ

PQPQPQQP

n

nn

QQ

QQP

Q

PP

n

n

n

n

<

QQ

P

Q nn

1'

Q

P

M1

1' =

Page 109: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

104

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Dengan demikian n

nn Q

Pv konvergen ke 0.

Teorema 3.5 (The Ratio Test) Misalkan bahwa 0nv untuk kn maka

a. nv jika 1lim 1

n

n

n v

v

b. nv jika 1lim 1

n

n

n v

v

Bukti:

a. Jika 1lim 1

n

n

n v

v, terdapat bilangan r sehingga 10 r dan r

v

v

n

n 1 untuk n yang

semakin besar. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai n

n

n

n

r

r

v

v 11

.

Karena nr maka nv

b. Jika 1lim 1

n

n

n v

vterdapat bilangan r sehingga 1r dan r

v

v

n

n 1 untuk n yang

semakin besar. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai n

n

n

n

r

r

v

v 11

.

Karena nr maka nv

Berdasarkan tes rasio diatas, kekonvergenan dari

bn

yn

ne

ekv

21

ditunjukkan dengan n

n

n v

v 1lim

= )

1)(

1(lim

2

)1(2

)1(

yn

bn

bn

yn

n ke

e

e

ke

=

bn

bny

n e

ee

)1(2

2

1

1lim

= ye

Untuk 0 dan y > 0 maka 10 ye sehingga nv adalah konvergen.

Page 110: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

105

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Teorema 3.6 (The Comparison Test) Misalkan bahwa untuk setiap Nn , nn vu 0

dan jika nv konvergen maka nu juga konvergen.

Bukti:

Misalkan nn uuus ...21 dan nn vvvt ...21 , kemudian karena nv konvergen,

)( nt adalah terbatas. Misalkan ttn , untuk setiap Nn ,

ttvvvuuus nnnn ...... 2121 sehingga ns juga terbatas. Karena ( ns )

adalah barisan yang naik (increasing, 0nu ), ( ns ) menuju titik limit pada n , dan

nu konvergen.

Karena ),(),(0 yxvyxu nn dan comparison test maka nu adalah

konvergen.

Teorema 3.7 Misalkan nu adalah sebuah barisan bilangan riel. Jika nu konvergen

maka nu juga konvergen.

Bukti:

Misalkan

00

0

n

nnn ujika

ujikaua dan

0

00

nn

nn ujikau

ujikab

Kemudian untuk setiap Nn , 0na ,

0nb dan nnn bau . Dengan

demikian nn ua 0 dan nn ub 0 .

Jadi, jika nu adalah konvergen maka

berdasarkan comparison test

membuktikan bahwa na dan nb

adalah konvergen, sehingga )( nn ba juga konvergen.

Solusi ),(),( yxuyxu n

dengan ),(),(0 yxvyxu nn telah

terbukti konvergen dan 0),(~0 yxu

adalah bidang keseimbangan. Yang

menjadi pertanyaan adalah apakah solusi

nol 0),(~0 yxu adalah stabil?

Page 111: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

106

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Definisi 3.8 Jika untuk setiap 0 terdapat )( sehingga )(0 x ,

),(~),( 000 yxuyxxu untuk setiap 0y maka ),(~0 yxu disebut stabil.

Misalkan )(0 x dan berdasarkan teorema 3.4 diatas maka

nb

ybnny

e

eke

2

)(2

1

1sehingga:

),(~),( 000 yxuyxxu =

nb

ybnny

e

eexxnk

2

)(2

001

1)(sin

<

nb

ybnny

e

eke

2

)(2

1

1

Definisi 3.9 Penyelesaian ),(~0 yxu disebut stabil asimtot, jika stabil dan terdapat bilangan

00 sehingga 00 x dan 0)),(~),((lim 000

yxuyxxuy

Dengan definisi tersebut, 001

1sinlim

2

)(2

nb

ybnny

y e

eenxk .

Dengan demikian, solusi

persamaan laplace yang diperoleh adalah

barisan solusi yang konvergen dan stabil

asimtotik terhadap bidang keseimbangan

seperti ilustrasi pada gambar berikut.

Page 112: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

107

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Gambar 3.10 Kurva solusi

nb

ybnny

e

eexxnkyxu

2

)(2

001

1)(sin),(

Gambar 3.11 Sudut pandang dimensi dua kestabilan solusi persamaan laplace

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian tersebut,

dapat diambil kesimpulan bahwa solusi

persamaan laplace pada batas dirichlet

dapat diperoleh dengan metode

pemisahan variabel dengan nilai eigen

positif. Solusi yang diperoleh adalah

barisan solusi yang konvergen dan solusi

nol adalah bidang keseimbangannya.

Solusi tersebut stabil asimtotik terhadap

bidang keseimbangan.

Persamaan laplace adalah salah

satu bentuk persamaan differensial

elliptik. Penelitian ini dapat dilanjutkan

ke bentuk persamaan-persamaan elliptik

lainnya atau ke tipe persamaan parabolik

ataupun hiperbolik.

DAFTAR PUSTAKA

Bartle R. G., 1976, The Element of Real Analysis, Jhon Wiley & Sons Inc. Canada.

Brown A. L. dan Page A., 1970, Element of Functional Analysis, Van Nostrand Reinhold Company, London.

Farlow S. J., 1982, Partial Differential Equations for Scientist and Engineers, Jhon Wiley & Sons

Inc, Canada.Gaughan D. E., 1987, Introduction to

Analysis, Wadsworth Inc, Belmont, California, USA.

Gustafson K. E., 1987, Partial Differential Equations and Hilbert Space Methods, Jhon Wiley & Sons Inc. Canada.

John F., 1978, Partial Differential Equations, Springer-Verlag New

y

u(x,y)

u(x,y) = 0

Page 113: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

108

Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

York Inc, New York, USA.Seydel R., 1994, Practical Bifurcation

and Stability Analysis, -Verlag New York Inc, New York, USA.

Tikhonov N., Vasil’eva A. B., dan Sveshnikov A. B., 1985, Differential Equations, -Verlag New York Inc, New York, USA.

Page 114: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

109

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

ANALISIS PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI EFEKTIF

Benyamin Situmorang

Abstrak

Perilaku individu dalam organisasi efektif memperlihatkan morivasi kerja yang tinggi, kompetensi kerja yang baik, kepribadian yang baik, nilai-nilai yag dimiliki, kepuasan kerja, dan komitmen kerja. Perilaku individu berpengaruh terhadap perjalanan dan perkembangan organisasi dalam mencapai visi dan misinya.Kata Kunci: Perilaku, individu, organisasi, efektif

PENDAHULUAN

Dalam mengamati perbedaan

individual, perlu memperhatikan studi

ilmiah tentang perilaku manusia.

Kepribadian merupakan konsep yang

paling mendasar yang digunakan untuk

menjelaskan serangkaian perilaku. Pada

tingkat yang paling sederhana, dapat

dikatakan bahwa kepribadian adalah cara

khas atau cara dimana individu berpikir

dan bertindak ketika ia sedang

menyesuaikan diri dalam lingkungan.

Kepribadian terdiri dari berbagai perilaku

yang khas yang berbeda yang dapat

disusun dalam beberapa bentuk hierarki.

Jadi, perilaku manusia adalah sebagai

suatu fungsi dari interaksi antara

individu dengan lingkungannya.

Misalnya, seorang tukang parkir yang

melayani pemarkir mobil, seorang

tukang pos yang menyampaikan surat-

surat ke alamat, dan sebagainya. Mereka

semuanya akan berperilaku berbeda satu

sama lain, dan perilakunya adalah

ditentukan oleh masing-masing

lingkungannya yang memang berbeda.

Individu membawa ke dalam tatanan

organisasi, seperti kemampuan,

kepercayaan pribadi, pengharapan

kebutuhan, dan pengalaman masa

lalunya. Ini semuanya adalah

karakteristik yang dipunyai individu, dan

karakteristik ini akan dibawa olehnya

manakala ia akan memasuki suatu

lingkungan baru, yakni organisasi atau

lainnya.

Organisasi yang juga merupakan

suatu lingkungan bagi individu

mempunyai karakteristik pula. Adapun

karakteristik yang dipunyai organisasi

antaranya keteraturan yang diwujudkan

dalam susunan hierarki, pekerjaan-

pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan

tanggung jawab, sistem penggajian,

sistem pengendalian dan lain sebagainya.

Page 115: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

110

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Jikalau karakteristik individu berinteraksi

dengan karakteristik organisasi maka

akan terwujudlah perilaku individu

dalam organisasi (Nadler et al.,1979).

Ini berarti bahwa seseorang individu

dengan lingkungannya menentukan

perilaku keduanya secara langsung.

Keduanya mempunyai sifat-sifat khusus

atau karakteristik tersendiri dan jika

kedua karakteristik ini berinteraksi maka

akan menimbulkan perilaku individu

dalam organisasi.

PEMBAHASAN

Individu dalam Organsisasi menurut Robbins/Judge

Topik bahasan Robbins pada individu

dalam organisasi ini meliputi:

a) Dasar-dasar perilaku individu; b)

Sikap dan kepuasan kerja; c)

Kepribadian dan nilai; d) Persepsi dan

pengambilan keputusan individu; e)

Konsep-konsep motivasi; f) Emotions

and Moods (emosi dan suasana hati).

Dasar-dasar perilaku individu

Robbins berpendapat ada tiga variabel

individu, yakni kemampuan,

karakteristik biografis dan pembelajaran.

Kemampuan merujuk ke kapasitas

individu untuk mengerjakan berbagai

tugas dalam pekerjaan tertentu, jadi

secara langsung mempengaruhi tingkat

kinerja dan kepuasan karyawan melalui

kesesuaian kemampuan-pekerjaan.

Kemampuan ini dibagi atas kemampuan

intelektual (IQ) adalah kapasitas untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan mental,

dan kemampuan fisik adalah

kemampuan menjalankan tugas yang

menuntut stamina, keterampilan,

kekuatan, dan karakteristik-karakteristik

serupa. Karakteristik-

karakteristik biografis seperti usia, jenis

kelamin, status kawin, banyaknya

tanggungan, dan masa kerja dalam

organisasi; kesemuanya ini secara

objektif dan mudah didapatkan dari

catatan personalia. Pembelajaran adalah

setiap perubahan perilaku yang relatif

permanen yang terjadi sebagai hasil dari

pengalaman.

Teori-teori pembelajaran yang

dapat menjelaskan pola-pola perilaku

adalah: (1) teori pengkondisian klasik

adalah tipe pengkondisian yang di

dalamnya individu menanggapi sejumlah

perangsang yang tidak secara biasa

menghasilkan tanggapan semacam itu,

(2) teori pengkondisian operant adalah

tipe pengkondisian yang di dalamnya

perilaku suka rela yang diharapkan

Page 116: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

111

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

membuahkan hadiah atau mencegah

hukuman, dan (3) teori pembelajaran

sosial yang menyatakan bahwa manusia

dapat belajar melalui pengamatan dan

pengalaman langsung, jadi manusia

belajar dengan mengamati apa yang

terjadi pada orang lain dan dengan

sekedar diberitahu mengenai sesuatu,

maupun dengan mengalami secara

langsung.

Sikap dan kepuasan kerja

Pada topik ini akan dibahas

tentang sikap dan menunjukkan

hubungan antara sikap dan perilaku, serta

dampak kepuasan kerja terhadap kinerja

karyawan..

Sikap adalah pernyataan-pernyataan

evaluatif, baik yang diinginkan maupun

yang tidak diinginkan mengenai objek,

orang atau peristiwa. Sikap

mencerminkan bagaimana seseorang

merasakan sesuatu. Ada tiga komponen

sikap: (1) kognitif yaitu segmen

pendapat atau keyakinan dari sikap, (2)

afektif yaitu segmen emosional atau

perasaan dari sikap, dan (3) perilaku

yaitu merujuk ke maksud untuk

berperilaku dengan cara tertentu terhadap

seseorang atau sesuatu. Seseorang dapat

mempunyai ribuan sikap, namun OB

memfokuskan perhatian pada sejumlah

kecil sikap yang berkaitan dengan

pekerjaan. Sikap yang berkaitan dengan

pekerjaan ini membuka jalan evaluasi

positif atau negatif yang dipegang para

karyawan mengenai aspek-aspek

lingkungan kerja mereka.

Penelitian-penelitian awal

menunjukkan bahwa sikap secara kausal

terkait dengan perilaku, artinya sikap

seseorang menentukan apa yang mereka

lakukan Namun pada akhir dasawarsa

1960-an, penelitian yang dilakukan

Wicker (1969) menyimpulkan bahwa

sikap tidak terkait dengan perilaku,

ataupun hanya sedikit berhubungan.

Penelitian yang lebih baru

memperlihatkan bahwa hubungan A-B

dapat diperbaiki dengan memperhatikan

variabel-variabel pelunak seperti: arti

penting sikap, spesifisitas sikap,

aksesibilitas sikap, apakah terdapat

tekanan sosial, dan apakah seseorang

mempunyai pengalaman langsung

mengenai sikap (Kraus, 1995).

Kepuasan Kerja adalah sikap

umum individu terhadap pekerjaannya.

Kepuasan kerja lebih mencerminkan

sikap dari pada perilaku. Ketertarikan

para manajer terhadap kepuasan kerja

Page 117: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

112

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

cenderung berpusat pada dampaknya

terhadap kinerja karyawan. Para peneliti

telah menangkap ketertarikan tersebut,

sehingga banyak penelitian yang

dirancang untuk menilai dampak

kepuasan kerja terhadap kinerja

karyawan seperti: (1) produktivitas,(2)

keabsenan, dan (3) pengunduran diri (4)

Dampak kepuasan kerja terhadap

produktivitas karyawan. Para pekerja

yang bahagia tidak selalu menjadi

pekerja yang produktif. Pada level

individu, bukti tersebut menunjukkan

bahwa pernyataan kebalikannya lebih

akurat, yaitu produktivitas

berkemungkinan membuahkan kepuasan.

Pada level organisasi, maka organisasi

yang mempunyai lebih banyak karyawan

yang merasa puas cenderung lebih efektif

dari pada organisasi yang mempunyai

lebih sedikit karyawan yang puas.

Mungkin benar bahwa kepuasan tidak

mempengaruhi produktivitas, karena

penelitian lebih difokuskan pada level

individu bukannya pada organisasi dan

bahwa ukuran level individu atas

produktivitas tidak mempertimbangkan

semua interaksi dan kerumitan proses

kerja.(2) Dampak kepuasan kerja

terhadap keabsenan. Adalah wajar bila

karyawan yang tidak puas

berkemungkinan lebih besar absen dari

pekerjaannya, namun ada faktor lain

yang mempunyai dampak terhadap

hubungan tersebut. (3) Dampak

kepuasan kerja terhadap pengunduran

diri. Kepuasan kerja berkorelasi negatif

dengan pengunduran diri, namun

hubungan tersebut lebih kuat dari apa

yang ditemukan untuk keabsenan.

Namun faktor-faktor lain seperti: kondisi

bursa kerja, pada organisasi tertentu

merupakan rintangan penting bagi

keputusan aktual untuk pengunduran diri

dari pekerjaan.

Kepribadian dan Nilai

Pada topik ini akan dibahas

tentang kepribadian serta faktor-faktor

yang mempengaruhinya dan juga tentang

nilai serta mengenali nilai-nilai antar

kebudayaan. Kepribadian adalah jumlah

total cara-cara yang ditempuh individu

untuk bereaksi terhadap dan berinteraksi

dengan yang lain. Kepribadian yang

paling sering digambarkan berdasar cirri-

ciri yang dapat diukur yang diperlihatkan

seseorang. Pada umumnya yang faktor-

faktor yang mempengaruhi kepribadian

adalah faktor keturunan, faktor

lingkungan yang diperlemah oleh kondisi

Page 118: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

113

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

situasi. Adapun ciri-ciri kepribadian

antara lain rasa malu, keagresifan,

kepatuhan, kemalasan, ambisi, kesetiaan,

dan ketakutan. Semakin konsisten ciri-

ciri tersebut dan semakin sering terjadi

dalam berbagai situasi, maka semakin

penting ciri-ciri tersebut dalam

menggambarkan individu.

Nilai adalah keyakinan-

keyakinan dasar bahwa bentuk khusus

perilaku atau bentuk akhir keberadaan

secara pribadi atau sosial lebih dipilih

dibandingkan dengan bentuk perilaku

atau bentuk akhir keberadaan perlawanan

atau kebalikan. Nilai mengandung unsur

pertimbangan yang mengemban gagasan-

gagasan seorang individu mengenai apa

yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai

mempunyai atribut isi dan intensitas.

Atribut isi mengatakan bahwa bentuk

perilaku atau bentuk akhir keberadaan

adalah penting. Atribut intensitas

menjelaskan seberapa penting hal itu.

Penelitian Hofstede menyimpulkan

bahwa para manajer dan karyawan

berbeda-beda berdasarkan lima dimensi

nilai budaya, seperti: (1) jarak

kekuasaan, (2) individualisme versus

kolektivisme, (3) kuantitas kehidupan

versus kualitas kehidupan, (4)

penghindaran ketidak pastian, dan (5)

orientasi jangka panjang versus jangka

pendek.

Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu

Pada topik ini akan

menggambarkan bagaimana keputusan-

keputusan dalam organisasi dibuat,

namun terlebih dahulu dibahas mengenai

proses persepsi dan memperlihatkan

bagaimana proses-proses tersebut terkait

pada pengambilan keputusan individual.

Persepsi adalah proses yang

digunakan individu mengelola dan

menafsirkan kesan indera mereka dalam

rangka memberikan makna kepada

lingkungan mereka. Meski demikian apa

yang dipersepsikan seseorang dapat

berbeda dari kenyataan objektif. Tidak

harus selalu berbeda, namun sering

terdapat ketidaksepakatan. Mengapa

persepsi itu penting dalam studi OB?

Semata-mata karena perilaku manusia

didasarkan pada persepsi mereka

mengenai apa realitas yang ada, bukan

mengenai realitas itu sendiri. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi itu adalah: (1) dari pihak pelaku

persepsi, antara lain sikap, kepribadian,

motif, kepentingan atau minat,

pengalaman masa lalu dan harapan; (2)

Page 119: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

114

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

dalam objek atau target yang

dipersepsikan, antara lain hal baru,

gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang,

dan kedekatan; dan (3) dalam konteks

situasi dimana persepsi itu dibuat, antara

lain waktu, tempat kerja, dan keadaan

sosial.

Proses Pengambilan Keputusan

Rasional. Pengambil keputusan yang

optimal bersifat rasional, artinya secara

konsisten membuat pilihan yang

memaksimalkan nilai dalam batas-batas

tertentu. Adapun langkah-langkah dalam

model pengambilan keputusan

mengalokasikan bobot terhadap kriteria,

(4) mengembangkan alternatif, (5)

mengevaluasi alternatif, dan (6) memilih

alternatif terbaik.

Bagaimana hubungan antara

persepsi dan pengambilan keputusan

individu? Individu-individu dalam

organisasi membuat keputusan, artinya

mereka membuat pilihan dari dua

alternatif atau lebih. Pembuatan

keputusan terjadi sebagai reaksi terhadap

masalah. Setiap keputusan menuntut

penafsiran atau evaluasi terhadap

informasi. Data lazimnya diterima dari

berbagai sumber dan data itu perlu

disaring, diproses, dan ditafsirkan. Data

manakah yang relevan dengan keputusan

dan mana yang tidak? Persepsi dari

pembuat keputusan akan menjawab

pertanyaan ini.

Konsep-konsep Motivasi Dasar.

Motivasi adalah proses yang ikut

menentukan intensitas, arah, dan

ketekunan individu dalam usaha

mencapai sasaran. Tiga unsur kunci

definisi mitivasi yaitu intensitas, arah,

dan berlangsung lama. Intensitas terkait

dengan seberapa keras seseorang

berusaha. Intensitas yang tinggi

kemungkinan tidak akan menghasilkan

kinerja yang diinginkan jika upaya itu

tidak disalurkan ke arah yang

menguntungkan organisasi, karena itu

harus dipertimbangkan kualitas upaya itu

maupun intensitasnya. Dan motivasi

memiliki dimensi berlangsung lama,

artinya seberapa lama seseorang dapat

mempertahankan usahanya. Teori awal

tentang motivasi adalah teori hierarki

kebutuhan, teori X dan Y, dan teori dua

faktor. Sedangkan teori-teori

kontemporer tentang motivasi adalah

teori ERG (Existence, Relatedness, and

Growth), teori kebutuhan McClelland,

teori evaluasi kognitif, teori penetapan

Page 120: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

115

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

sasaran, teori penguatan, teori flow dan

motivasi intrinsic, teori kesetaraan, dan

teori pengharapan.

Emotions and Moods (Emosi dan Suasana Hati)

Emosi adalah perasaan kuat yang

diarahkan kepada seseorang atau sesuatu.

Emosi adalah reaksi terhadap objek,

bukan sifat kepribadian, tetapi bersifat

spesifik-objek. Anda menunjukkan emosi

anda, bila anda senang terhadap sesuatu,

marah terhadap seseorang, takut terhadap

sesuatu. Suasana hati adalah perasaan

yang cenderung menjadi kurang kuat

dibandingkan dengan emosi, dan yang

tidak mempunyai stimulus kontekstual,

jadi tidak di arahkan kepada objek.

Emosi dapat berubah menjadi suasana

hati ketika anda kehilangan fokus pada

objek konstekstual. Misalnya, bila

seseorang rekan kerja mengkritik anda

karena cara anda berbicara kepada

seorang klien, anda mungkin menjadi

marah terhadapnya. Artinya, anda

menunjukkan emosi terhadap objek

(rekan anda). Tetapi pada hari itu juga,

mungkin mendapati diri anda tidak

bersemangat. Anda tidak dapat

menganggap perasaan ini disebabkan

oleh perasaan tertentu, anda hanya

merasa tidak normal. Keadaan ini

menggambarkan suasana hati. Sekarang

yang menjadi pertanyaan adalah: 1).

Dapatkah manajer mengendalikan emosi

rekan kerja dan karyawan mereka?

Tidak. Emosi adalah bagian alamiah dari

sifat individu. Para manajer keliru jika

mereka mengabaikan unsur emosional

dalam perilaku organisasi dan menilai

perilaku individu seolah-olah

sepenuhnya rasional. Anda tidak dapat

memisahkan emosi dari tempat kerja,

karena anda tidak dapat memisahkan

emosi dari orang. Para manajer yang

memahami peran emosi akan secara

signifikan meningkatkan kemampuan

mereka untuk menjelaskan dan

memperkirakan perilaku individu. 2).

Apakah emosi mempengaruhi kinerja

pekerjaan? Ya. Emosi dapat menghambat

kinerja khususnya emosi-emosi negatif.

Namun, emosi dapat juga meningkatkan

kinerja, mengapa? Pertama, emosi dapat

meningkatkan tingkat kemunculan,

dengan demikian bertindak sebagai

motivator peningkatan kerja. Kedua,

tenaga kerja emosional mengakui bahwa

perasaan dapat menjadi bagian dari

perilaku yang dituntut oleh pekerjaan

tertentu. Misalnya, kemampuan untuk

mengelola emosi secara efektif dalam

Page 121: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

116

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

kepemimpinan dan posisi penjualan bisa

menjadi penting bagi keberhasilan dalam

posisi tersebut.

Individu dalam Organisasi menurut Slocum/Hellriegel

Memahami individu dalam

organsisasi merupakan hal yang krusial

dalam meningkatkan kepribadian, tim,

kepemimpinan, dan efektivitas organisasi

(Slocum dan Hellriegel, 2009: 6). Pada

topik individu dalam organisasi ini,

Slocum/Hellriegel memfokuskan pada

faktor internal individu, yang meliputi:

kemampuan, motivasi, persepsi, sikap,

kepribadian dan nilai, dengan penekanan

pada kompetensi. Menurut

Slocum/Hellriegel ada tujuh kompetensi

kunci yang mencakup faktor-faktor

internal tersebut, seperti: kompetensi diri,

kompetensi komunikasi, kompetensi

diversitas, kompetensi etika, kompetensi

lintas budaya, kompetensi tim, dan

kompetensi perubahan.

Kompetensi diri mencakup

pengetahuan, keahlian dan kemampuan

untuk mengukur kekuatan dan

kelemahan sendiri, menyusun dan

mencapai tujuan profesional dan

personal, menyeimbangkan pekerjaan

dan kehidupan pribadi, serta terlibat

dalam pembelajaran baru – termasuk

keahlian, perilaku, dan sikap yang baru

atau hasil modifikasi. Kompetensi diri ini

tidak terlepas dari kepribadian, karena

kepribadian menyajikan keseluruhan

profil atau kombinasi atribut psikologi

yang stabil, yang menangkap sifat dasar

yang unik dari seseorang. Kepribadian

menggabungkan sekumpulan

karakteristik mental dan fisik yang

mencerminkan bagaimana cara pandang,

pemikiran, tindakan, dan perasaan

seseorang. Memahami kepribadian orang

berarti mencari tahu tentang hal-hal

dirinya, apakah dirinya sama dengan

orang lain dan apa yang

membedakannya. Pemahaman tentang

kepribadian ini akan membantu seorang

pemimpin untuk menghadapi orang lain,

sehingga ia dapat menentukan sikap atau

respon yang tepat sesuai dengan kondisi

tertentu.

Kompetensi komunikasi

mencakup pengetahuan, keahlian, dan

kemampuan untuk menggunakan segala

cara memindahkan, pemahaman, dan

penerimaan ide-ide, pemikiran, dan

perasaan seperti verbal, mendengarkan,

nonverbal, tertulis, elektronik, dan

sejenisnya yaitu untuk memindahkan dan

pertukaran informasi dan perasaan secara

Page 122: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

117

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

akurat. Dalam proses komunikasi, pesan

yang disampaikan dapat berupa ide,

pemikiran atau perasaan yang

kesemuanya bersifat abstrak. Kompetensi

komunikasi ini mencakup pengetahuan,

keahlian, dan kemampuan kunci untuk

dapat melakukan hal-hal berikut secara

efektif: a). Menyampaikan informasi,

ide, dan perasaan kepada orang lain

dengan cara tertentu sehingga mereka

menerimanya seperti yang diharapkan.

Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh

keahlian dalam menerangkan yaitu

mengidentifikasi contoh yang spesifik

dan konkrit dari perilaku beserta efeknya;

b). Memberikan umpan balik yang

membangun yaitu dengan cara

membagikan pemikiran dan perasaan

mereka tentang orang lain. Umpan balik

mungkin saja mencakup perasaan atau

tanggapan pribadi terhadap idea atau

usulan orang lain. Respon seseorang

menerima umpan balik juga akan

bervariasi sesuai dengan bagaimana isi

dari umpan balik itu dan cara

menyampaikannya; c). Mendengarkan

secara aktif, yaitu proses memadukan

informasi dan perasaan dalam pencarian

makna dan pemahaman yang dibagikan.

Kemampuan ini membutuhkan keahlian

dalam bertanya, yaitu keahlian

menanyakan informasi dan opini dengan

cara tertentu sehingga memperoleh

tanggapan yang relevan, jujur, dan tepat;

d). Menggunakan dan

menginterpretasikan komunikasi

nonverbal, berupa ekspresi wajah, bahasa

tubuh, dan kontak fisik yang sering

digunakan untuk mengirimkan pesan.

Hal ini didukung oleh keahlian

berempati, yaitu merasakan dan

memahami nilai-nilai, alasan, dan emosi

orang lain; e). Menggunakan komunikasi

verbal dengan efektif, yaitu kemampuan

menyajikan ide, informasi, dan emosi

kepada yang lain baik perorangan

maupun kelompok; f). Menggunakan

komunikasi tertulis dengan efektif,

kemampuan mengirimkan data,

informasi, ide, dan perasaan melalui

laporan, surat, memo, catatan, dan pesan

e-mail; g). Menggunakan berbagai

sumber daya berbasis computer/media

elektronik seperti e-mail dan internet.

Kompetensi diversitas mencakup

pengetahuan, keahlian, dan kemampuan

untuk memberi nilai atas keunikan

karakteristik individu dan kelompok

sebagai sumber potensial bagi kekuatan

organisasi, serta menghargai keunikan

setiap individu. Kompetensi diversitas ini

mencakup pengetahuan, keahlian, dan

kemampuan kunci untuk dapat

melakukan hal-hal berikut secara efektif:

Page 123: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

118

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

a). Membantu pengembangan lingkungan

yang memasukkan orang-orang yang

menunjukkan karakter yang berbeda

dengan dirinya sendiri; b). Belajar dari

orang-orang dengan karakter,

pengalaman, perspektif, dan latar

belakang yang berbeda; c). Merangkul

dan mengembangkan kecenderungan

personal, seperti ketelitian dan sikap

yang menunjukkan rasa hormat terhadap

orang dari budaya dan ras yang berbeda,

yang mendukung keragaman dalam

lingkungan kerja dan tempat lain; d).

Mengkomunikasikan dan melaksanakan

secara personal komitmen untuk bekerja

dengan tiap individu dan anggota tim

karena talenta dan kontribusi mereka,

tanpa memperhatikan atribut pribadi

mereka; e). Menetapkan langkah

kepemimpinan, mengadakan diskusi,

untuk mengatasi

prasangka/kecenderungan yang nyata,

mempromosikan pemasukan, dan

mencari solusi “win-win” dari konflik

yang berdasar pada isu keragaman; f).

Menerapkan hukum dan perundang-

undangan bersamaan dengan kebijakan

dan peraturan organisasi terkait dengan

keragaman yang berhubungan dengan

posisi seseorang.

Kompetensi etika mencakup

pengetahuan, keahlian, dan kemampuan

memadukan nilai dan prinsip yang

membedakan benar dan salah dalam

rangka membuat keputusan dan memilih

perilaku. Kompetensi etika ini mencakup

pengetahuan, keahlian, dan kemampuan

kunci untuk dapat melakukan hal-hal

berikut secara efektif: a).

Mengidentifikasikan dan menguraikan

prinsip-prinsip pengambilan keputusan

dan pemilihan perilaku yang etis; b).

Menilai perlunya isu etis dalam

mempertimbangkan langkah tindakan

alternative; c). Menerapkan undang-

undang dan peraturan pemerintah

bersamaan dengan aturan tingkah laku

karyawan, dalam pembuatan keputusan;

d). Menunjukkan martabat dan

penghargaan terhadap orang lain dalam

hubungan kerja, seperti mengambil

tindakan menentang praktek diskriminasi

yang mungkin dikerjakan secara

individual dan terkait dengan posisi

pribadi.

Kompetensi lintas budaya

mencakup pengetahuan, keahlian, dan

kemampuan untuk mengenal dan

merangkul persamaan dan perbedaan di

antara berbagai bangsa dan budaya dan

kemudian pendekatan kunci issu strategis

dan organisasi dengan suatu keterbukaan

rasa ingin tahu. Kompetensi lintas

budaya ini mencakup pengetahuan,

Page 124: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

119

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

keahlian, dan kemampuan kunci untuk

dapat melakukan hal-hal berikut secara

efektif: a). Memahami, mengapresiasi,

dan menggunakan karakteristik yang

membuat suatu kekhususan keunikan

budaya, seperti mempengaruhi perilaku

seseorang; b). Mengidentifikasikan dan

memahami bagaimana pekerjaan

dihubungkan dengan nilai, seperti

individualisme dan kolektivisme,

mempengaruhi pilihan individu-individu

dan grup dalam pembuatan keputusan;

c). Memahami dan memotivasi karyawan

dengan sikap dan nilai yang berbeda; d).

Berkomunikasi dengan bahasa negara

dimana individu memiliki hubungan

kerja. Kemampuan ini adalah krusial

bagi karyawan yang memiliki

komunikasi lancar dengan orang dimana

bahasa pribumi berbeda dari yang

mereka miliki; e). Menjalin tugas dengan

negara lain atau secara efektif bekerja

dengan negara lain tersebut.

Kompetensi tim mencakup

pengetahuan, keahlian, dan kemampuan

mengembangkan, mendukung,

memfasilitasi, dan memimpin kelompok

untuk mencapai tujuan organisasi.

Kompetensi tim ini mencakup

pengetahuan, keahlian, dan kemampuan

kunci untuk dapat melakukan hal-hal

berikut secara efektif: a). Penentuan

keadaan dimana pendekatan tim cocok

dan jika pengguanaan tim tepat, dan tipe

tim digunakan; b). Ikut serta di dalam

atau memimpin proses pencapaian tujuan

perbuatan yang jelas bagi tim; c).

Berpartisipasi di dalam atau memberikan

kepemimpinan dalam penentuan

tanggung jawab dan tugas-tugas tim

secara keseluruhan, dan juga tanggung

jawab dan tugas individual anggota tim;

d). Mendemonstrasikan suatu pengertian

tentang tanggung jawab bersama dan

tanggung jawab pribadi demi pencapaian

tujuan tim; e). Penerapan metode dan

teknologi pengambilan keputusan yang

sesuai dengan tujuan, isu-isu, dan tugas-

tugas yang dihadapi tim; f). Penyelesaian

konflik pribadi dan tugas terkecil di atara

anggota tim sebelum mereka kacau

sekali; g). Penilaian performans diri

seseorang dan tim yang berhubungan

dengan tujuan, termasuk kemampuan

mengambil tindakan perbaikan

sebagaimana dibutuhkan.

Kompetensi perubahan

mencakup pengetahuan, keahlian, dan

kemampuan untuk mengenal dan

melaksanakan adaptasi yang dibutuhkan

atau transformasi yang baru pada

masyarakat, tugas-tugas, strategis,

struktur, atau teknologi dalam tanggung

jawab seseorang. Kompetensi perubahan

Page 125: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

120

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

ini mencakup pengetahuan, keahlian, dan

kemampuan kunci untuk dapat

melakukan hal-hal berikut secara efektif:

a). Gunakan ke enam kompetensi

sebelumnya dalam mendiagnosa,

pengembangan, dan implementasi

perubahan yang dibutuhkan; b).

Tetapkan model kepemimpinan dalam

proses perubahan yang direncanakan; c).

Model kepemimpinan dan pendekatan

yang mungkin digunakan dalam kondisi

krisis yang bervariasi serta

penggunaannya pada perubahan yang

lebih besar; d). Mendiagnosa tekanan

yang tahan perubahan pada situasi

khusus; e). Gunakan model sistem

perubahan dan proses lain untuk

mengenal dan mencapai perubahan

organisasi; f). Cari, peroleh, gabungkan,

dan gunakan pengetahuan baru dalam

pencapaian perkembangan yang konstan,

kreativitas, dan pendekatan baru ataupun

tujuan-tujuan.

Individu dalam Organisasi menurut Colquitt

Sehubungan dengan individu

dalam organisasi, Colquitt berpendapat

bahwa faktor-faktor individual

mechanisms yang berpengaruh langsung

terhadap individual outcomes seperti job

performance dan organizational

commitment. Adapun faktor-faktor

individual mechanisms adalah: a). Job

Satisfaction, b). Stress, c). Motivation,

d). Trust, Justice, &Ethics, dan e).

Learning & Decision Making. Job

satisfaction adalah kondisi emosi yang

menyenangkan yang diperoleh seseorang

dari penilaian terhadap pekerja atau

pengalaman pekerjaannya, dengan kata

lain hal ini menunjukkan bagaimana

seseorang merasa dan berfikir tentang

pekerjaannya. Bagaimana pay

satisfaction selayaknya diterima

karyawan secara tepat dan terjamin,

ditunjukkan dalam gambar berikut ini.

Page 126: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

121

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Gambar . The Value-Percept Theory of Job Satisfaction b). Stress adalah respon psikologis

terhadap satu tuntutan yg melebihi

kapasitas seseorang.Tuntutan berlebihan

yang menyebabkan seseorang

mengalami stres disebut stressor.

Sedangkan strain adalah konsekuensi

negatif yg terjadi apabila tuntutan yang

ada telah melebihi kapasitas seseorang

untuk menerimanya, yang terdiri atas:

physiological strains, psychological

strains, dan behavioral strains.

Physiological Strains adalah hasil

stressor yang menimbulkan gangguan

sedikitnya empat sistem tubuh manusia.

Pertama, stressor dapat mereduksi

efektivitas sistem immune tubuh

sehingga sulit menangkis penyakit dan

infeksi. Kedua, stressor dapat merusak

sistem kardiovaskuler, menyebabkan hati

mempercepat, meningkatkan tekanan

darah, dan mengakibatkan penyakit

jantung koroner. Ketiga, stressor dapat

menyebabkan problem dalam sistem

musculoskeletal tubuh. Keempat, stressor

dapat menyebabkan problem sistem

gastro.

Page 127: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

122

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Psychological Strains adalah hasil

stressor, seperti depresi, gelisah, marah,

rasa bermusuhan, kurang percaya, mudah

marah, tidak mampu berpikir cerdas,

pelupa, kurang kreatif, memori hilang,

dan rasa humor hilang.

Behavioral Strains adalah yang paling

sedikit berhubungan dengan GAS

(General Adaptation Syndrome),

kenyataannya perilakunya tidak sehat,

seperti kertak gigi malam hari, perasaan

sebagai tuan, merokok berlebihan, suka

mengunyah, candu alkohol, dan terpaksa

makan.

c). Motivasi adalah dorongan energi yg

berasal dari dalam dan luar berhubungan

dengan usaha orang untuk melakukan

suatu pekerjaan dan menentukan arah,

intensitas dan persistensi /daya tahan

seseorang. Motivasi merupakan suatu

konsiderasi kritik karena keterampilan

kerja merupakan suatu fungsi dari dua

faktor: motivasi dan kemampuan. Bagian

pertama menggambarkan bahwa

motivasi bukanlah sesuatu hal tetapi

melebihi suatu tekanan yang jelas.

Sebahagian penekanan merupakan

bagian internal karyawan, seperti tujuan

yang diberikan seorang karyawan.

Bagian berikutnya menggambarkan

bahwa motivasi menentukan sejumlah

inti usaha kerja karyawan. Motivasi

menentukan apa yang dikerjakan

karyawan saat momen yang diberikan,

seperti arah kemana usaha mereka

disalurkan. Ada sejumlah teori dan

konsep yang menjelaskan mengapa

sebahagian karyawan lebih termotivasi,

namun Colquitt hanya memfokuskan

pada: expectancy theory, goal setting

theory, dan equity theory.

d).Trust, Justice and Ethic: Trust adalah

keinginan untuk mempercayai dan

memiliki harapan positif berkaitan

dengan niat dan perilaku otoritas. Trust

berakar dari berbagai jenis faktor.

Kadang-kadang trust didasarkan dari

disposisi, dimana sifat kepribadian

cenderung mempercayai yang lain.

Kadang-kadang juga didasarkan pada

kesadaran, dimana hal ini berakar dari

suatu taksiran rasional dari yang layak

dipercayai. Namun kadang-kadang trust

didasarkan pada suatu pengaruh, dimana

hal ini tergantung pada perasaan yang

berlebihan terhadap taksiran rasional.

Justice adalah persepsi keadilan terhadap

pengambilan keputusan yang dilakukan

vigur otoritas. Ada empat dimensi

justice:

- Distributive justice: menggambarkan

rasa kewajaran hasil pembuatan

keputusan. Karyawan menaksir

distribusi keadilan dengan

Page 128: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

123

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

menanyakan dimana hasil keputusan

seperti upah, hadiah, evaluasi,

promosi, dan taksiran kerja,

dialokasikan menggunakan norma

yang layak.

- Procedural justice: menggambarkan

rasa kewajaran proses pembuatan

keputusan. Salah satunya adalah

suara, dengan memberi kesempatan

pada karyawan mengutarakan

pandangan dan opininya selama

sejalan dengan pembuatan keputusan.

- Interpersonal justice:

menggambarkan rasa kewajaran

perlakuan yang diterima karyawan.

Hal ini terjadi ketika karyawan bicara

sembarangan, misalnya mencela,

mencaci, memaki, memalukan, atau

menghina mereka di depan umum;

atau menunjuk mereka sebagai rasial

atau “sexist labels”.

- Informational justice:

menggambarkan rasa kewajaran

komunikasi yang disediakan bagi

karyawan. Aturan justifikasi

menunjukkan bahwa otoritas

menjelaskan hasil dan prosedur

pembuatan keputusan dengan cara

yang layak dan komprehensif, serta

komunikasi yang jujur dan

transfaran.

Ethic menggambarkan tingkat

dimana perilaku otoritas sesuai dengan

norma moral yang berlaku umum. Ketika

karyawan merasakan memiliki etika yang

baik, mereka percaya bahwa sesuatu

yang akan dikerjakan, pasti dapat

dikerjakan. Ada empat komponen model

pembuatan keputusan etika, yaitu dengan

menganjurkan bahwa perilaku etika

merupakan sesuatu yang bertingkat dan

berurutan yang dimulai dari awareness,

dilanjutkan pada moral judgment, dan

kemudian moral intent dan ethical

behavior.

e). Learning and Decision Making:

Learning adalah perubahan perilaku yang

relatif permanen pada pengetahuan dan

keterampilan seseorang melalui

pengalaman. Menurut Colquitt, belajar

itu penting karena mempunyai pengaruh

signifikan dalam pembuatan keputusan,

yang berkenaan dengan proses

membangkitkan dan memilih beberapa

alternatif dalam menyelesaikan masalah.

Semakin banyak pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki karyawan,

maka semakin akurat dan tepat

keputusan yang diambilnya. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka metode belajar

yang paling sesuai adalah:

Page 129: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

124

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Decision making adalah proses

menghasilkan dan memilih alternatif

untuk mengatasi suatu masalah. Apakah

problem pembuatan keputusan yang

dapat menghambat karyawan untuk

menuangkan yang dipelajarinya menjadi

keputusan yang akurat?

Limited Information: Kebanyakan

karyawan merasa diri mereka sebagai

pembuat keputusan rasional, namun

sebenarnya mereka tergolong pada

rasional terbatas. Rasional terbatas

maksudnya bahwa secara sederhana

pembuat keputusan tidak memiliki

kemampuan atau sumber-sumber

informasi untuk membuat suatu

keputusan yang optimal.

Faulty Perceptions: Sebagai pembuat

keputusan, karyawan dipaksa untuk

mempercayai persepsi mereka untuk

membuat keputusan. Persepsi adalah

proses memilih, mengorganisir,

menyimpan, mendapatkan kembali

informasi tentang lingkungan. Persepsi

memang dapat berguna, karena

menolong kita untuk merasakan

lingkungan sekitar kita, namun sering

juga menjadi versi realitas yang berubah

bentuk. Persepsi dapat berbahaya dalam

pembuatan keputusan, karena

kecenderungan kita membuat asumsi

atau evaluasi pada dasarnya.

Faulty Attributions: Penelitian tentang

atribusi menunjukkan bahwa ketika

orang menyaksikan suatu perilaku,

mereka membuat suatu pendapat, apakah

itu disebabkan faktor internal atau faktor

eksternal. Misalnya, ketika stafmu

terlambat masuk kerja serta lupa bahwa

ia adalah anggota kelompok presentasi,

maka engkau akan membuat suatu

pendapat mengapa hal itu terjadi,

akhirnya engkau menyimpulkan bahwa

hal itu adalah faktor internal stafmu,

seperti malas, atau memiliki etika kerja

yang buruk.

Semua faktor Individual Mechanisms di

atas secara langsung mempengaruhi

Individual Outcomes (seperti Job

performance dan Organizational

Commitment). Namun faktor Individual

Characteristics (seperti Personality &

Cultural Values) secara tidak langsung

mempengaruhi Individual outcomes,

tetapi dengan perantaraan faktor

Individual Mechanisms.

Personality (Kepribadian) adalah

struktur dan kecenderungan yang ada

dalam diri seseorang yang dapat

menjelaskan pola karakteristik yang

dimilikinya seperti pemikiran, emosi, dan

perilaku. Kepribadian memunculkan

reputasi sosial seseorang yakni

bagaimana ia dipandang oleh temannya,

Page 130: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

125

Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

keluarga, dan supervisor. Dalam hal ini

kepribadian berbicara mengenai

bagaimana seseorang tersebut, hal ini

kebalikan dari kemampuan, kemampuan

berbicara apa yang dapat dilakukan

seseorang. Kepribadian

juga merupakan kumpulan dari sifat2

khusus. Sifat itu adalah kecenderungan

yang mengarahkan seseorang merespon

terhadap lingkungannya.

Cultur Values (Nilai budaya) sebagai

suatu kepercayaan bersama mengenai

apa yang dilakukan dalam satu budaya

yang mempengaruhi ekspresi seseorang.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan

mengenai Individu Dalam Organisasi

menurut pendapat: 1). Robbins, 2).

Slocum, dan 3). Colquitt di atas dapatlah

disimpulkan bahwa pada prinsipnya

hampir sama, walaupun ada

perbedaannya hanya dalam

penekanannya, seperti:

1). Pendapat Robbins dan pendapat

Colquitt hampir sama, namun Robbins

lebih dominan pada motivasi, sedangkan

Colquitt lebih terperinci, dimana dengan

mengelompokkan beberapa faktor yang

tergabung dalam Individual Mechanisms

yang secara langsung berpengaruh

terhadap Job Performance dan

Organizational Commitment.

2). Pendapat Slocum juga dalam

membahas individu dalam organisasi ini

hampir sama dengan kedua pendapat di

atas, namun Slocum berfokus pada

kompetensi, dimana dalam semua

pembahasan faktor-faktor internal

tersebut selalu berkaitan dengan

kompetensi, sehingga terdapat tujuh

kompetensi kunci.

DAFTAR PUSTAKAColquitt, Jason A; Lepine, Jeffery A; dan

Wesson, Michael J. (2009).Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Comp., Inc.

Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A, (2009). Organizational Behavior, 13th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Slocum, John W., Jr. dan Hellriegel,

Don, (2009). Principles of Organizational Behavior, 12th

Edition. Cina: South-Western Cengage Learning.

Tyson, Shaum dan Tony Jackson. (2000). Perilaku Organisasi.Yogyakarta: ANDI and Pearson Education Asia Pte. Ltd.

Page 131: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

PETUNJUK BAGI PENULIS

1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.

2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.

3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal)

4. Artikel hasil penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil

penelitian : 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan

masalah, dan rangkuman kajian teoritik)f. Metode penelitiang. Hasil penelitian h. Pembahasan i. Kesimpulan dan saranj. Daftar pustaka

5. Artikel Non Penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan

tentang hal-hal pokok yang akan dibahas).f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan)i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran)j. Daftar pustaka

6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh beikut :

Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for

Learning. New Jersey :Prentice Hall Inc

Page 132: 5. JURNAL VOL 4 NO 2 SEPT 2011.pdf

ISSN 1978-869X