7. jurnal vol 5 no 2 sept 2012.pdf

173

Upload: vuongkhanh

Post on 08-Dec-2016

274 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf
Page 2: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf
Page 3: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

SURAT DARI REDAKSI

Puji syukur dan terima kasih atas penyertaanNya, sehingga Jurnal Generasi

Kampus Volume 5 nomor 2 September tahun 2012 dapat terbit sesuaidengan harapan

yang diinginkan. Jurnal Generasi Kampus merupakan sebuah media ilmiah yang

menyuguhkan artikel hasil penelitian dan artikel non hasil penelitian (kajian teori) yang

menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikan.

Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada para penulis,

penyunting pelaksana, dan para penyunting ahliyang telah membantu dalam rangka

penyusunan artikel pada jurnal ilmiah ini. Dalam jurnal edisi ini akan ditampilkan

beberapa artikel yang berjudul: 1) Pendidikan dan Pembelajaran yang Demokratis dan

Humanitis, 2) Desain Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran

Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan, 3) Pengaruh Pemberian Insentif dan Motivasi

Kerja terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kota Pematang Siantar, 4) Model Pengendali

Implementasi Pendidikan Karakter Guru-Guru, 5) Pengaruh Komunikasi Interpersonal

dan Motivasi Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja Guru SMA Parulian 2 Medan, 6)

Rancang Bangun Pembelajaran Berbasis Website Dari Materi Penggunaan

Motor Listrik Di Unimed, 7) Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok

dalam Menyanyikan Lagu Daerah Batak Toba (Sik-sik Sibatumanikam), 8) Application

of Vasicek’s Rate Interest Model in Term Insurance Premiums Calculation, 9) Metode

Heuristik untuk Menyelesaikan Masalah Optimalisasi Portfolio Berbasis Mean-Variance-

Value at Risk, 10) Identifikasi Pencemaran Air Tanah di Tempat Pembuangan Akhir

sampah (TPAS) Marelan dengan Menggunakan Metode Geolistrik Resitivitas.

Kiranya Jurnal Generasi Kampus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan dalam rangka pemberdayaan dunia pendidikan

Medan, September 2012

Penanggungjawab Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNIMED,

Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd.NIP. 19570515 198403 1 004

Page 4: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)V VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2008

IL 2008

VOLUME 5, NOMOR 2, SEPTEMBER 2012

Daftar Isi

Bornok Sinaga Pendidikan dan Pembelajaran yang Demokratis dan Humanitis

1-18

Hamonangan Tambunan Desain Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan

19-28

Sukarman Purba Pengaruh Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kota Pematang Siantar

29-44

Wanapri Pangaribuan Model Pengendali Implementasi Pendidikan Karakter Guru-Guru

45-66

Paningkat Siburian Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja Guru SMA Parulian 2 Medan

67-81

Maju Lumban Gaol Rancang Bangun Pembelajaran Berbasis Website Dari Materi Penggunaan Motor Listrik Di Unimed

82-104

Lamhot Basani Sihombing Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok dalam Menyanyikan Lagu Daerah Batak Toba (Sik-sik Sibatumanikam)

105-119

Sudianto Manullang Application of Vasicek’s Rate Interest Model in Term Insurance Premiums Calculation

120-130

Erlinawaty Simanjuntak Metode Heuristik untuk Menyelesaikan Masalah Optimalisasi Portfolio Berbasis Mean-Variance-Value at Risk

131-147

Rahmatsyah, Rita Juliani, Nita Kartika Rini

Identifikasi Pencemaran Air Tanah di Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPAS) Marelan dengan Menggunakan Metode GeolistrikResitivitas

147-167

ISSN 1978-869X

Page 5: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

1

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN YANG DEMOKRATIS DAN HUMANISTIS

(Refleksi terhadap Paradigma, Proses, dan Produk Pendidikan Sebagai Dasar Revitalisasi Prinsip dan Nilai Pendidikan di Indonesia)

Bornok Sinaga

Abstrak

Prinsip dasar pendidikan dan pembelajaran yang demokratis adalah memberi kepercayaan dan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk mengembangkan potensinya, karakternya, pengetahuannya, keterampilannya, dan kreativitasnya untuk mencapai cita-cita bersama bangsa ini. Pendidikan yang demokratis dalam pengertian luas hendaklah mampu memberdayakan semua kelompok (kelompok budaya, agama, organisasi, anak cacat, kelompok suku terasing, kelompok profesi, masyarakat desa tertinggal dan terpencil) tanpa batas-batas yang spesifik.Pendidikan humanis sebagai pemikiran pendidikan telah berkembang dengan mengadopsi prinsip-prinsip pendidikan dari dua aliran, yaitu progresivisme dan eksistensialisme. Tetapi pendidikan humanis juga memperoleh dukungan dari para ahli psikologi humanistik dan ahli pendidikan kritis. Kata Kunci : demokratis,humanis

PENDAHULUAN

Sistem pendidikan dan

pembelajaran yang demokratis dan

humanistis adalah sistem pendidikan

yang memberikan ruang gerak yang

luas dan penghargaan yang tinggi

akan keunikan kelompok masyarakat

dan keunikan setiap individu peserta

didik. Setiap anak dilahirkan dalam

sebuah matriks sosial tertentu,

memiliki budaya yang berbeda-beda,

agama yang berbeda, kecerdasan dan

daya adaptasi yang berbeda-beda,

serta kondisi fisikologi dan psikologi

yang berbeda. Semua kelompok

masyarakat (umumnya) dan peserta

didik (khususnya) yang berbeda

tersebut perlu dikembangkan dan

diberdayakan karakternya,

pengetahuannya, keterampilanya,

dan kreatifitasnya. Dalam konsep

Inteligensi Multipel setiap individu

memiliki 8 (delapan) kecerdasan

mengolah informasi (kecerdasan

logical, linguistik, numerikal,

musikal, spasial, intra-personal,

inter-personal, dan bodily kinetic),

tetapi hanya ada tepat satu

kecerdasan yang dominan di dalam

diri setiap individu. Sedangkan

Hogan Garcia (2003)

memperkenalkan 2 (dua) jenis

kemampuan mengolah informasi

Page 6: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

2

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

budaya atau cultural diversity skills,

yaitu yang meniru mekanisme

pengolahan informasi budaya dari

lingkungan atau yang diputuskan

sendiri oleh seseorang. Dalam sistem

pendidikan yang demokratis dan

humanistis, berbagai keunikan

individu diakomodasi secara

manusiawi.

Finlandia adalah salah satu

negara yang menerapkan sistem

pendidikan yang demokratis dan

humanis. Hasil survey internasional

PISA pada tahun 2007 yang

menempatkan prestasi peserta didik

asal Finlandia dengan peringkat

terbaik sedunia. Banyak kalangan

begitu ingin tahu mengapa negara

yang cenderung sangat ‘longgar’

perlakuannya terhadap peserta didik

ini dapat meraih peringkat lebih

tinggi dalam PISA daripada Korea

Selatan yang beban belajar bagi

masing-masing peserta didiknya

adalah 50 jam per minggu, sangat

padat bila dibandingkan dengan

Finlandia yang hanya 30 jam per

minggu. Terlebih lagi, sistem

pendidikan Finlandia tidaklah

mengenal Ujian Nasional (UN)

sebagaimana Indonesia yang telah

menjadikannya sebagai ritual

tahunan. Finlandia juga tidak

mengenal adanya sistem rangking,

maupun peserta didik yang tinggal

kelas, apalagi tidak lulus sekolah,

tidak seperti yang terjadi di

Indonesia. Jadi Finlandia tidak

mengkotak-kotakkan masyarakat

pendidikannya. Lebih lugas lagi,

tidak ada diskriminasi dalam

masyarakat pendidikan yang

didasarkan atas tingkat

intelektualitas, agama, budaya,

kelompok masyarakat, kelompok

organisasi, kelompok anak cacat,

kelompok suku terasing, dan lainnya.

Semua kelompok masyarakat dan

individu diberi kepercayaan dan

kesempatan yang sama tumbuh dan

berkembang demi kepentingan

bangsa dan negara.

Bila membandingkan

Indonesia dengan negara yang

ekonominya sangat maju seperti

Finlandia dianggap terlalu

berlebihan, maka mengetahui posisi

Indonesia dalam Indeks

Pembangunan Pendidikan

(Education Development Index) yang

terdapat pada laporan EFA

(Education For All) yang

Page 7: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

3

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

dipublikasikan dalam Global

Monitoring Report (GMR) tahun

2011 oleh UNESCO, dan hasil

survey Human Development Report

(HDR) tahun 2011 versi UNDP. Dari

187 negara yang dinilai, Indonesia

berada pada rank 124 dengan Indeks

Pembangunan Pendidikan (IPP)

adalah 0,584, dan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) adalah

0617. Kedua hasil survey ini

membuktikan bahwa peringkat

Indonesia memang rendah bahkan

bila dibandingkan dengan negara

tetangga sekalipun, seperti Malaysia

dan Filipina.

Dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara di Indonesia saat ini,

berbagai fenomena sosial terjadi,

seperti penindasan Hak Azasi

Manusia (HAM), produktivitas dan

kreatifitas Sumber Daya Manusia

Indonesia rendah, kemiskinan,

penganguran, ketimpangan sosial,

lemahnya layanan sektor publik,

korupsi, rendahnya kualitas ketaatan

terhadap hukum, lemahnya

nasionalisme anak bangsa dan

berbagai permasalahan sosial lainnya

semakin bermunculan dan

frekuensinya cukup tinggi. Sebagian

besar fenomena tersebut terjadi

akibat dari pola tindak kaum

terdidik. Produk pendidikan

melahirkan lulusan yang kehilangan

karakter (lost character)

kemanusiaannya. Peserta didik dan

lulusan mengalami anomali-anomali

dalam adaptasi terhadap perubahan

zaman dan tuntutan globalisasi

dunia.

Pendidikan dan pembelajaran

berbagai bidang ilmu di sekolah saat

ini terkesan gersang (kering) dari

keindahan hidup, dijejali dengan

hafalan teori dan sangat minim

praktek, terlalu abstrak, dan kurang

menyentuh value dan dimensi

kemanusiaan dari bidang ilmu yang

diajarkan. Seyogianya pendidikan

dan pembelajaran sebagai bagian

integral dari kebudayaan manusia

dan oleh karenanya mempunyai

karakteristik yang bersifat humanistis

(manusiawi). Pendidikan dan

pembelajaran yang demokrasi dan

humanistis adalah praktek

pendidikan dan pembelajaran yang

membawa peserta didik nyaman

dalam perbedaan (berbeda dalam

kecerdasan/potensi, budaya, suku,

Page 8: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

4

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

dan agama), kebebasan berpikir dan

berkreasi, berkesempatan

mengonstruksi estetika keilmuan,

suasana akademik yang kolaboratif

dan adaptif terhadap perubahan

dengan orientasi pendidikan adalah

menghasilkan lulusan yang memiliki

character/soft skills, life skills, dan

survive dalam hidup.

Dalam tulisan ini akan

dipaparkan suatu ide yang masih

terbatas terkait pentingnya

mengimplementasikan pendidikan

yang demokratis dan humanistis di

Indonesia dengan berbagai

pertimbangan fenomena yang terjadi

ditengah-tengah bangsa yang besar

ini, dan kenyataannya telah

digariskan dalam UU Sisdiknas

tahun 2003 pada pasal 4 ayat 1

sampai 6.

PEMBAHASAN

Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Di Indonesia Menuntut Pendidikan yang Demokratis dan Humanistis

Prinsip yang dianut dalam

penyelenggaraan sistem pendidikan

di Indonesia tertuang dalam UU

Sisdiknas Tahun 2003, pasal 4 ayat 1

sampai 6. Pada ayat 1 dinyatakan

pendidikan diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan serta

tidak diskriminatif dengan

menjunjung tinggi hak asasi

manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, dan kemajemukan bangsa.

Namun pasal-pasal selanjutnya

dalam UU Sisdiknas sendiri ternyata

memperlakukan peserta didik dengan

cara yang sangat diskriminatif,

sebagaimana pasal 5 ayat 2 hingga 4,

yang menyatakan bahwa hanya

warga negara yang memiliki

kelainan fisik, emosional, mental,

intelektual, sosial, atau tinggal di

daerah terpencil atau terbelakang,

masyarakat adat yang terpencil, serta

warga negara yang memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa

berhak memperoleh pendidikan

khusus, yang mekanismenya tidak

dipaparkan dengan jelas bahkan

tidak tersedia peraturan pemerintah

untuk implementasinya. Landasan

hukum inilah yang akhirnya menjadi

dasar bagi sekolah-sekolah untuk

mengadakan kelas unggulan yang

Page 9: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

5

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

berisi peserta didik yang dianggap

oleh sekolah memiliki tingkat

intelektual yang lebih tinggi

dibandingkan dengan peserta didik

lainnya. Peserta didik di kelas

unggulan biasanya mendapatkan

fasilitas lebih, berupa tambahan mata

pelajaran intensif dan juga tenaga

pendidik dengan kapasitas lebih.

Perlakuan khusus yang dapat

diterjemahkan sebagai pendidikan

khusus ini menimbulkan

kecemburuan sosial di antara peserta

didik karena persaingan tidak sehat

yang diciptakan oleh sekolah.

Terlebih lagi kemunculan label

sekolah favorit dan sekolah tidak

favorit, label SSN dan SBI, yang

telah mengkotak-kotakkan level

sekolah sehingga juga memunculkan

persaingan yang tidak sehat di antara

masing-masing sekolah yang tentu

saja akan berimplikasi negatif pada

peserta didik.

Sebagaimana tergambar

dalam prinsip-prinsip

penyelenggaraan sistem pendidikan

UU Sisdiknas, sebenarnya negara ini

memiliki niat menerapkan prinsip

pendidikan yang demokratis dan

humanistis, tetapi masih sebatas

retorika, belum diwujudkan dalam

praktek pendidikan dan pembelajaran

di sekolah. Hal ini dapat dicermati

dalam proses pembelajaran, guru

lebih cenderung menganut paham

behavioristik (dehumanis) dengan

prinsip teori tabularasa dari John

Locke. John Locke beranggapan

bahwa pendidikan adalah penentu

masa depan seseorang sebab manusia

dilahirkan bagaikan kertas putih

yang masih kosong. Tulisan di atas

kertas putih yang kosong itulah yang

menentukan baik buruknya manusia.

Hal ini bertentangan prinsip

pembelajaran yang humanis, yang

menekankan bahwa sejak lahir

manusia sudah membawa potensi

dan bakat yang menentukan masa

depannya sedangkan pendidikan dan

lingkungan hidup/belajar peserta

didik adalah pemicu potensi dan

bakat yang dimiliki peserta didik

menjadi lebih matang.

Pendidikan yang Demokratis dan

Humanis

Prinsip dasar pendidikan dan

pembelajaran yang demokratis

adalah memberi kepercayaan dan

kesempatan kepada seluruh

masyarakat untuk mengembangkan

Page 10: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

6

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

potensinya, karakternya,

pengetahuannya, keterampilannya,

dan kreativitasnya untuk mencapai

cita-cita bersama bangsa ini.

Pendidikan yang demokratis dalam

pengertian luas hendaklah mampu

memberdayakan semua kelompok

(kelompok budaya, agama,

organisasi, anak cacat, kelompok

suku terasing, kelompok profesi,

masyarakat desa tertinggal dan

terpencil) tanpa batas-batas yang

spesifik.

Berdasarkan kelompok

sasaran tersebut, dapat digambarkan

bagaimana variasi pendidikan yang

perlu diupayakan. Semua jenis

kelompok ini harus dapat

diberdayakan dan tidak ada yang

disisihkan kalau ingin diciptakan

pendidikan yang benar-benar

demokratis. Dinamika program

pendidikan tidak lain adalah: (1)

pendidikan tersebut bersumber pada

dan dibangun atas landasan pola

kebenaran setempat (lokal, regional,

dan nasional), (2) visi dan misi

pendidikan disesuaikan dengan

kebutuhan peserta didik dan

kebutuhan masyarakat yang otonom.

Pihak permerintah, masyarakat, dan

organisasi bisa menyiapkan lembaga

pendidikan yang memberi

kesempatan pada setiap orang bebas

memilih secara adil sesuai

keinginannya untuk mengembangkan

jati dirinya. Kebebasan yang

dimaksud adalah kebebasan yang

lebih luas, yaitu tercapainya cita-cita

bersama, sehingga memungkinkan

anggotanya untuk lebih berkembang,

lebih makmur, dan lebih berbahagia.

Jadi dasar demokratisasi tidak lain

adalah kepercayaan, pengakuan atas

kebebasan manusia dan kesempatan

yang diberikan kepadanya untuk

berkembang dan keharusan untuk

bertanggungjawab bersama dan demi

kepentingan bersama (Tilaar,

2002:351).

Sebenarnya konsep

humanizing human through

education telah lama dikemukakan

oleh banyak pakar pendidikan

humanis sejak berabad-abad lalu.

Humanis berasal dari kata humanus

yang merupakan kata sifat dari homo

yang berarti manusia. Pendidikan

humanis tersebut didefinisikan

sebagai keseluruhan unsur dalam

pendidikan yang mencerminkan

keutuhan manusia dan membantu

Page 11: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

7

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

agar manusia menjadi lebih

manusiawi dengan tiga prinsip yang

dikemukakan oleh Mardiatmaja

sebagaimana dikutip oleh T. Sarkim

(1998), sebagai berikut:

a. Dalam proses pendidikan,

pengembangan hati dan pikiran

harus berjalan secara bersama-

sama;

b. Peserta didik harus diberi

kesempatan untuk berkenalan

dengan nilai-nilai kemanusiaan

yang abadi dan universal;

c. Dalam pendidikan harus ada

kerjasama erat antara peserta

didik dan pendidik, juga antara

teori dan praktek.

Pembelajaran yang sejalan dengan

ketiga prinsip di atas lebih cenderung

menganut paham konstruktivisme

(khususnya aliran konstruktivis

sosial dari Vygotsky). Intinya,

pendidikan humanis dapat dipahami

sebagai model pendidikan yang

memuliakan manusia atas potensi-

potensi kemanusiaan yang sudah ada

dalam dirinya. Pada model

pendidikan ini, manusia dipandang

sebagai subyek yang otonom,

sehingga pendidikan harus berpusat

pada peserta didik dan bukan pada

pendidik. Selama tujuan pendidikan

adalah untuk mengenalkan peserta

didik terhadap realitas yang ada di

sekitarnya dan menyadarkan mereka

akan proses humanisasi yang terjadi

atasnya, maka peserta didik tidak

lagi dijejali dengan hapalan teori

melainkan dengan membawa mereka

pada realitas itu sendiri, melalui

integrasi antara teori dengan praktek.

Salah satu jalan untuk dapat

menciptakan pendidikan yang

demokratis dan humanis adalah

pendidikan kewargaan. Pendidikan

kewargaan yang paling penting

adalah yang menyangkut muatan

proses-proses demokrasi,

menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan, partisipasi aktif, dan

keterlibatan warga negara dalam

masyarakat madani. Hal-hal yang

spesifik tercakup dalarn pendidikan

kewargaan adalah: (1) pernahaman

dasar tentang cara kerja demokrasi

dan lembaga-lembaga, (2)

pernahaman tentang HAM dan

pemerintahan berdasarkan hukum,

(3) penguatan keterampilan

partisipatif agar peserta didik

berdaya memecahkan berbagai

masalah masyarakat, (4)

Page 12: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

8

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

pengembangan budaya demokrasi

dan perdamaian (Azra, 2002:168).

Implementasi pendidikan dan

pembelajaran yang demokratis dan

humanistis di sekolah, mudah-

mudahan dapat dipahami melalui

skema berikut

Gambar 1: Model Pendidikan yang Demokratis dan Humanis

Dalam pendidikan demokratis dan

humanis, tidak ada pengotak-kotakan

sekolah dan peserta didik. Peserta

didik hanya diklasifikasi atas dua

bagian, yaitu berkemampuan tinggi

dan rendah. Bagi peserta didik yang

lemah diberi waktu belajar yang

cukup melalui proses pembinaan

ENVIROMENT OTHER PEOPLE

CULTURE

Thinking ATTITUDE Acting

Feeling

Zone of Proximal Development

META-AWARENESSKelompok Peserta Didik

dengan Kecepatan

Belajar yang Tinggi

(Adanya Pembinaan

Khusus)

Kelompok Peserta Didik

dengan Kecepatan

Belajar yang Rendah(Adanya

Pembinaan Khusus)

Masyarakat Majemuk dengan Berbagai Perbedaan (Budaya, Agama, Kecerdasan, Organisasi, Cacat Fisik atau Mental)

Survive dalam Hidup

Memiliki CharacterSoft Skills dan Hard Skills

Page 13: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

9

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

khusus, sampai mereka dapat

dikembalikan belajar bersama

dengan temanya yang satu angkatan.

Demikian juga bagi peserta didik

yang berkemampuan tinggi diberi

program pengayaan pada tingkat

yang lebih tinggi.

Pendidikan humanis sebagai

pemikiran pendidikan telah

berkembang dengan mengadopsi

prinsip-prinsip pendidikan dari dua

aliran, yaitu progresivisme dan

eksistensialisme. Tetapi pendidikan

humanis juga memperoleh dukungan

dari para ahli psikologi humanistik

dan ahli pendidikan kritis. Prinsip-

prinsip pendidik humanis yang

diambil dari prinsip progresivisme

adalah prinsip pendidikan yang

berpusat pada anak (child centered),

peran guru yang tidak otoriter, fokus

pada keterlibatan dan aktivitas

peserta didik, dan aspek pendidikan

yang demokratis dan kooperatif.

Prinsip-prinsip pendidikan ini adalah

sebagai reaksi terhadap pendidikan

tradisional yang menekankan pada

metode pengajaran formal yang

kurang memberi kebebasan pada

peserta didik sehingga peserta didik

menjadi tidak kreatif yang sekadar

mengikuti program pendidikan yang

ditetapkan oleh orang dewasa.

Nenek moyang kita

mewariskan nilai kebudayaan yang

tinggi, namun proses pewarisan dan

implementasi nilai kebudayaan

tersebut terasa kering dalam proses

pendidikan dan pembelajaran di

sekolah. Sebagai contoh, Nenek

moyang berpesan “putihnya tepung

bukan karena besarnya alu tetapi

karena adanya gesekan antar butiran

beras”. Nilai yang terkandung dari

ungkapan tersebut, maksimalnya

kemampuan peserta didik, tidaklah

semata-mata karena kemampuan

guru tetapi dengan adanya interaksi

sosial di antara peserta didik. Hal ini

sejalan dengan apa yang dinyatakan

Vygotsky (Taylor, 1993) bahwa

higher (uniquely human) mental

functioning has social origins and

“quasi-social” nature. Higher

mental functioning is mediated by

socio-culturally evolved tools and

signs. The signs and symbols of

culture influences individual

development. Kutipan ini menuntut

para pendidik mengenali

karakteristik dan budaya peserta

didik. Berdasarkan pengenalan

Page 14: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

10

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

karakteristik peserta didik, para guru

merancang berbagai masalah dari

lingkungan budaya peserta didik dan

diupayakan berada pada zone of

proximal development. Pemecahan

masalah menjadi bermanfaat bagi

peserta didik untuk membawa

mereka dari tarap perkembangan

aktual menuju perkembangan

potensial. Namun kenyataannya

dalam proses pembelajaran di

sekolah saat ini, para guru terlalu

mendominasi peserta didik dalam

pembelajaran, peserta didik kurang

dilibatkan dalam berpartisipasi aktif

mengonstruksi pengetahuan,

berkolaborasi dalam pemecahan

masalah, dan guru belum melatih

peserta didik secara proaktif dan

kreatif untuk mengubah masalah

menjadi peluang.

Prinsip-prinsip pendidikan

tradisional yang ditolak humanis

adalah (1) guru yang otoriter, (2)

metode pengajaran yang

menekankan pada buku teks semata,

(3) belajar pasif yang menekankan

mengingat data atau informasi yang

diberikan guru, (4) pendidikan yang

Subkelompok

2 orang siswa

Subkelompok

2 orang siswa

Subkelompok

2 orang siswa

Masalah

Subkelompok

(orang dewasa)Subkelompok

2 orang siswa

Subkelompok

2 orang siswa

Subkelompok

2 orang siswa

Masalah

Kelompok III

Kelompok I

Gambar-2: Pola Interaksi Sosial Dalam Pemecahan Masalah

Subkelompok

2 orang siswa

Subkelompok

2 orang siswa

Subkelompok

2 orang siswa

Masalah

Kelompok II

Komunikasi Transaksional

Komunikasi Transaksional

Page 15: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

11

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

membatasi pada ruang kelas

sehingga terasing dari realita

kehidupan sosial, (5) penggunaan

hukuman fisik atau rasa takut sebagai

bentuk pembangun disiplin. Jadi

motivasi yang ditanamkan adalah

motivasi ekternal, bukan

membangun motivasi internal dalam

diri peserta didik.

Sekolah demokratis dengan

sistem pendidikan yang demokratis

itu diharapkan dapat memecahkan

masalah-masalah nasional dan lokal

dewasa ini. Dalam pembelajaran

perlu dilibatkan nilai-nilai budaya

luhur, pola interaksi sosial yang

dipahami peserta didik di lingkungan

budayanya, merancang masalah

autentik yang dipecahkan bersama.

Hal ini mencerminkan kehidupan

keselarasan hubungan-hubungan

orang per orang dalam masyarakat,

yang dilandasi dengan

prinsip-prinsip keadilan dan

menghargai etika dan estetika

keilmuan. Artikulasi keselarasan dan

kerukunan itu akan dapat

diwujudkan melalui kerjasama

(gotong-royong), sopan santun,

norma dan moral, kasih sayang,

kekeluargaan, rasa berbakti, dan

lain-lain (Sumjati, 2001:12). Mulal

dari sekolah dapat dibentuk

pendidikan kewargaan yang berbasis

budaya lokal, nasional, bahkan

global. Kegiatan strategis yang,

dapat dikembangkan oleh guru

adalah kondisi yang menyebabkan

peserta didik betah di sekolah

sehingga mereka mau berada di

sekolah, senang dan suka bergaul

dengan teman, berdiskusi,

menyelesaikan tugas-tugas

kelompok, membaca, bermain peran,

membuat majalah dinding, membuat

jurnal metakognisi di sekolah, latihan

memecahkan kerumitan bersama,

dan lain-lain (Delors, 1999:45;

Rosyada, 2002:20).

Dalam ide sekolah

demokratis dikemukakan kondisi

atau persyaratan yang dikembangkan

oleh James A. Beane dan Michael

W. Apple sebagai berikut (Rosyada,

2004:16):

a. Keterbukaan saluran ide dan

gagasan, sehingga semua orang

bisa menerima informasi

seoptimal mungkin.

b. Memberikan kepercayaan

kepada individu-individu dan

kelompok dengan kapasitas yang

Page 16: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

12

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

mereka miliki untuk

menyelesaikan berbagai

persoalan sekolah.

c. Menyampiakan kritik sebagai

hasil analisis dalam proses

penyampaian evaluasi terhadap

ide-ide, problem-problem dan

berbagai kebijakan yang

dikeluarkan sekolah.

d. Memperlihatkan kepedulian

terhadap kesejahteraan orang lain

dan terhadap persoalan-persoalan

publik.

e. Mengembangkan kondisi

demokratis dalam kehidupan

manusia yang dimulai dari

anak-anak sekolah dan praktek

desain pembelajaran.

f. Kepedulian terhadap martabat,

harga diri, hak-hak individu, dan

hak-hak minoritas.

g. Secara institusional sekolah

sebagai wadah penerapan dan

mempromosikan serta

mengembangkan cara-cara hidup

demokratis.

Sejalan dengan prinsip-

prinsip pendidikan yang telah

disebutkan di atas maka para

pendidik humanis memiliki

pandangan tentang pendidikan

sebagai berikut:

1). Tujuan pendidikan dan proses

pendidikan berasal dari anak

(peserta didik). Oleh karenanya,

kurikulum dan tujuan pendidikan

menyesuaikan dengan kebutuhan,

minat, dan prakarsa anak.

2). Peserta didik adalah aktif bukan

pasif. Anak memiliki keinginan

belajar dan akan melakukan

aktivitas belajar apabila mereka

tidak difrustasikan belajarnya

oleh orang dewasa atau penguasa

yang memaksakan keinginannya.

3). Peran guru adalah sebagai

fasilitator, motivator, penasihat,

pembimbing, mitra belajar bagi

peserta didik, bukan penguasa

kelas. Tugas guru ialah

membelajarkan peserta didik

sehingga peserta didik memiliki

kemandirian dalam belajar. Guru

berperan sebagai pembimbing

dan melakukan kegiatan

menggali, mengonstruksi dan

menemukan pengetahuan

bersama peserta didik. Tidak

boleh ada pengajaran yang

bersifat otoriter, di mana guru

Page 17: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

13

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

sebagai penguasa dan murid

menyesuaikan.

4). Sekolah sebagai bentuk kecil dari

masyarakat luas. Pendidikan dan

pembelajaran seharusnya

fleksibel, dalam arti dapat

dilakukan di dalam dan luar

kelas, di perpustakaan, di

laboratorium, bahkan di tempat

sumber masalah yang akan

dipecahkan. Pendidikan yang

bermakna adalah pendidikán

yang berguna bagi peserta didik

dan dapat dimanfaatkan dalam

kehidupan masyarakat.

5). Aktivitas belajar harus berfokus

pada pemecahan masalah

autentik, bukan sekadar

memindahkan ilmu pengetahuan.

Pemecahan masalah adalah

bagian dari kegiatan kehidupan.

Oleh karenanya, pendidikan

harus membangun kemajuan

peserta didik untuk memecahkan

masalah. Kegiatan pendidikan

bukan sebagai pemberian

informasi dari guru kepada

peserta didik, yang terbatas

sebagai aktivitas mengumpulkan

dan mengingat kembali

pengetahuan statis.

6). Iklim sekolah harus demokratis

dan kooperatif karena kehidupan

di masyarakat selalu hidup

bersama orang lain, maka setiap

orang harus mampu

berkolaborasi dengan orang lain.

Dalam realita pendidikan

tradisional sering peserta didik

dilarang untuk berbicara, berpindah

tempat, atau kerja sama dengan

peserta didik lain. Iklim demokratis

dalam kelas dibutuhkan agar peserta

didik dapat hidup secara demokratis

di masyarakat. Prinsip-prinsip

pendidikan yang humanis diambil

dari pandangan progresivisme, yang

lebih menekankan bahwa individu

sebagai satuan sosial (anggota

masyarakat). Sedangkan prinsip

pendidikan humanis yang diambil

dari pandangan eksistensialisme

adalah menekankan pada keunikan

peserta didik sebagai individu. Setiap

peserta didik dipandang sebagai

individu yang memiliki keunikan

yang berbeda dengan peserta didik

lain. Perbedaan keunikan individu

peserta didik dalam kegiatan

pendidikan dan pembelajaran harus

dapat tampak dan dihargai oleh

pendidik atau guru. Pandangan

Page 18: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

14

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

eksistensialis yang diambil oleh

pendidik humanis adalah adanya

kemerdekaan atau kebebasan dalam

diri individu untuk memilih apa yang

dianggap benar bagi dirinya untuk

dapat membangun dirinya menjadi

(to become) seperti apa yang

diinginkan. Kelahiran sebagai wujud

keberadaan (eksistensi) individu di

dunia adalah titik awal bagi individu

untuk mengembangkan esensi

dirinya. Esensi diri manusia

dibangun melalui proses kehidupan

di mana individu memiliki

kebebasan untuk memilih dan dia

harus bertanggung jawab terhadap

apa yang telah dipilih. Individu akan

terbentuk menjadi apa adalah sesuai

dengan pilihan bebas yang diambil,

yang selanjutnya terbentuk menjadi

siapa dirinya, sebagai dokter,

insinyur, atau guru adalah sebagai

akibat dan pilihan bebas yang dia

lakukan. Nilai-nilai keagamaan

berada dalam diri individu yang

memperoleh pemaknaan oleh

individu masing-masing, tidak ada

otoritas di luar diri individu yang

dapat memberikan makna. Apabila

individu melakukan perubahan

makna akan pengetahuan, nilai-nilai,

atau keagamaan maka hal itu

dilakukan oleh dirinya dengan rasa

sukarela dan bukan karena paksaan

dan otoritas di luar dirinya. Oleh

karenanya, komunikasi atau dialog

menjadi instrumen penting bagi

perubahan pemaknaan akan

pengetahuan, nilai-nilai, maupun

keagamaan.

Dalam model pendidikan

tradisional, komunikasi atau dialog

yang bersifat interaksi dua arah dari

guru pada peserta didik, dan peserta

didik pada guru, telah diubah

menjadi bentuk perintah atau

penyampaian informasi yang satu

arah. Dalam hal ini, hak-hak peserta

didik sebagai individu yang memiliki

kebebasan atau otoritas atas dirinya

telah dirampas oleh guru.

Pengetahuan dan nilai yang

ditangkap peserta didik menjadi

tidak orisinal atau tidak otentik,

tetapi sekadar pengetahuan yang

tidak memiliki makna bagi individu

dan kehidupannya. Hanya dengan

metode dialog maka pengetahuan

dan nilai-nilai yang dijadikan materi

(isi) dialog tersebut dapat membantu

mengubah pengetahuan subjektif

menjadi pengetahuan objektif.

Page 19: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

15

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

Dalam metode dialog terjadi proses

komunikasi yang setara antara

individu satu dengan individu lain,

tidak ada unsur pemaksaan sehingga

memberi kebebasan bagi setiap

individu untuk mengambil atau tidak

mengambil pengetahuan dan nilai-

nilai. Hal ini juga sesuai dengan

prinsip belajar yang disampaikan

Carl Rogers, yaitu situasi belajar

yang paling efektif meningkatkan

belajar yang bermakna adalah

apabila (1) situasi yang mengancam

diri peserta didik dikurangi

seminimal mungkin, (2) perbedaan

persepsi terhadap objek pemahaman

diizinkan atau difasilitasi.

Paulo Freire menjelaskan dialog

adalah sebagai cara yang menusiawi

untuk memaknai dunia, dalam arti

juga untuk memahami dan

memaknai pengetahuan dan nilai-

nilai. Dia mengatakan “dialog adalah

pertemuan antarorang (manusia),

diperantarai oleh dunia, agar

memahami (memaknai) dunia”.

Apabila ini diterapkan pada situasi

belajar maka dialog adalah

perjumpaan antara guru dan peserta

didik, diperantarai oleh materi (isi)

pelajaran, agar dapat memahami

(memaknai) materi pelajaran. Dialog

tidak akan terjadi di antara mereka,

di mana yang satu merampas hak

orang lain (penindas) dan yang lain

dirampas haknya (tertindas). Atau

dengan bahasa lain bahwa dialog

tidak akan terjadi antara guru yang

telah merampas hak kebebasan

peserta didik dengan peserta didik

yang telah dirampas hak

kebebasannya oleh guru. Terakhir,

Friere mengatakan dialog tidak

mungkin terjadi apabila tidak

melibatkan berpikir kritis. Manusia

dan dunianya sebagai unsur yang

tidak terpisahkan, sebagaimana guru

dan murid dengan materi pelajaran

sebagai unsur yang tidak terpisahkan.

Pemahaman atau pemaknaan

terhadap dunia atau materi pelajaran

dengan tujuan untuk melakukan

perubahan kehidupan tidak dapat

dilakukan tanpa berpikir kritis.

Dalam proses pendidikan atau

belajar dengan tujuan untuk

perubahan kehidupan maka guru dan

peserta didik harus melakukan

pemahaman atau pemaknaan dengan

menggunakan pemikiran kritis.

Page 20: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

16

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

PENUTUP

Indonesia telah menggariskan

prinsip penyelenggaraan

pendidikannya yang demokratis dan

humanistis, namun masih sekedar

selogan (bersifat retorik) dalam UU

Sisdiknas. Prinsip pendidikan dan

pembelajaran yang demokratis dan

humanis belum tampak diwujudkan

praktek pengelolaan pendidikan dan

pembelajaran di sekolah.

Pengelolaan pendidikan kita masih

membeda-bedakan kelompok

masyarakat, organisasi, budaya,

agama, dan pembelajarannya masih

menganut prinsip behavioristik yang

sangat dehumanis dalam sistem

pendidikannya. Namun bila

penyelenggaraan sistem pendidikan

di Indonesia mau lebih banyak

belajar dari sistem pendidikan

negara-negara yang telah

menerapkan pendidikan dan

pembelajaran yang demokratis dan

humanis, bukannya tidak mungkin

lambat laun Indonesia yang kaya

dengan potensi SDM, budaya dan

SDA ini dapat segera bangkit dari

krisis yang sedang melanda negeri

ini.

Untuk mewujudkan sistem

pendidikan yang demokratis dan

humanistis, pemerintah dan sekolah

mengharuskan tenaga edukatif hijrah

dari paradigma guru mengajar

(behavioristik) menuju paradigma

siswa belajar (konstruktivistik).

Pembinaaan dan pelatihan guru-guru

perlu dilakukan dalam implementasi

paradigma baru pembelajaran yang

mengapresiasikan nilai estetika

keilmuan. Seluruh sistem pendukung

pendidikan dan pembelajaran harus

dibenahi, seperti implementasi

berbagai model pembelajaran

inovatif yang berbasis pada

pendidikan kewargaan, pembelajaran

multikultural, muatan laboratorium

yang memadai, pembelajaran yang

fleksibel (tidak harus di kelas),

Implementasi desentralisasi

pendidikan dalam konteks sistem

pendidikan yang demokratis dan

humanis, otonomi pengelolaan

pendidikan melalui pengelolaan

berbasis komptensi akan dapat

berjalan dengan baik jika perangkat-

perangkat pendukungnya seperti

dewan pendidikan daerah dan komite

sekolah dapat menjalankan fungsinya

Page 21: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

17

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

dengan baik. Dalam arti membantu

pengembangan pendidikan umumnya

dan sekolah khususnya. Melalui

dewan pendidikan dan komite

sekolah, partisipasi masyarakat di

bidang pendidikan dapat

diwujudkan. Namun sebaliknya

sekolah harus pula membuka diri dan

bekerjasama dengan institusi-

institusi masyarakat di lingkungan

dalam upaya memberdayakan dan

bekerjasama dengan masyarakat

termasuk dalam penyelenggaraan

pendidikan berbasis masyarakat.

Diharapkan dengan itu akan

terbentuk komunitas yang belajar,

organisasi sekolah yang juga belajar

dan akhirnya akan terbentuk

masyarakat madani yang berbasis

pengetahuan (knowledge-based

society).

DAFTAR PUSTAKA

Daniel Mohammad Rosyi. 2008. Keaduhan Nasional. Diakses dari http://jawabali.com/blog/keaduhan-nasional-790/trackback pada tanggal 25 April 2008.

Delors, J. 1996. Four Pillars of Learning. http://www.unesco.org/delors/delors November 25, 2007.

Gardner, H. 1993. Frames of Mind: The theory of multiple intelligences. N.Y.: Basic Books.

Gardner, H. 2004. Changing Minds. Boston, MA: Harvard Business School Press.

Gardner, H. 2006. Five Minds for the Future. Boston, MA: Harvard Business School Press.

Hogan-Garcia, M. 2003. The Four Skills of Cultural Diversity Competence: a Process for

Understanding and Practice. Pacific Grove, CA.: Brooks/Cole.

Joyce, Bruce R., Weill. 1992. Model of Teaching (fourth Edition).Boston-London-Toronto-Sydney-Singapore: Allyn and Bacon Publishers.

Pai, Young. 1990. Cultural

Foundations of Education.

New York: Macmillan

Publishing Company.

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Penddikan Demokratis. Jakarta: Prenada Media.

Raka Joni, T. 2008a. Changing Parenting Styles: Nurturing Cultural Diversity Competence in Indonesia. Makalah disajikan dalam Konggres ke-5 Asosiasi Psikoterapis se-Asia Pasifik, tanggal 5 - 7 April 2008, di Jakarta.

Page 22: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

18

Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan

Salla Korpela. 2005. Free Schooling for All: The Finnish School System Supports Life Long Learning. Diakses dari http://virtual.finland.fi/netcomm/news/showarticle.asp?intNWSAID=25819 pada tanggal 16 Maret 2008.

Sarkim, T. 1998. Humaniora Dalam Pendidikan Sains. Dalam Pendidikan Sains yang Humanistis: Persembahan 72 Tahun Pater JIGM. Drost, SJ. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma dan Penerbit Kanisius. Halaman 128-129.

Sumjati, As. 2001. Manus dan Dinamika Budaya. Yogyakarta: BIGRAF.

Taylor, Lyn. 1993. Vygotskyan Scientific Concepts: Implications for Mathematics Education. Focus on learning problems in mathematics Vol. 15, 2-3.

Tilaar, H. A. R. 2000 Paradigma Baru Pendidkan Nasional.Jakarta:PT Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kemendiknas.

Page 23: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

19

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR

KELISTRIKAN

Hamonangan Tambunan

Abstrak

Tujuan pembelajaran kelistrikan akan dapat dicapai dengan efektif apabila didukung oleh sarana yang memungkinkan siswa dapat membangun kompetensinya. Dengan keterbatasan peralatan yang dibutukan di laboratorium kelistrikan untuk melakukan percobaan-percobaan menjadi kesulitan dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan salah satu media pembelajaran yang menggunakan sarana computer untuk melakukan beberapa simulasi yang dapat dilakukan oleh pebelajar sendiri sehingga dapat membangun kompetensi yang diharapkan pada lingkup kelistrikan. Penelitian ini dilakukan untuk merancang pembelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan yang berbasis multimedia interaktip dengan metode penelitian pengembangan.Kata kunci: Pembelajaran, Multimedia interaktif

PENDAHULUAN

Mutu lulusan suatu lembaga

pendidikan ditentukan oleh kondisi

sekolah-sekolah yang ada. Semua

sekolah yang sejenis menggunakan

kurikulum yang sama, namun

masing-masing sekolah memiliki

prestasi yang berbeda pula. Beberapa

hal yang membedakan kualitas setiap

sekolah itu adalah media

pembelajaran yang digunakan serta

kondisi alat dan bahan yang ada. Hal

ini menimbulkan adanya perbedaan

kualitas lulusan disetiap sekolah.

Sekolah favorite maupun sekolah

swasta bergengsi dapat menghasilkan

lulusan yang sangat kompeten, lalu

bagaimana dengan sekolah yang

cenderung biasa-biasa saja? Sekolah

favorite maupun sekolah swasta

bergengsi mampu mengunakan

media pembelajaran yang up to date

serta dapat menyediakan alat dan

bahan yang dibutuhkan dalam proses

pembelajaran sebab didukung

dengan kondisi finansial yang

memadai. Sementara itu banyak

sekolah lain yang hanya

menggunakan fasilitas seadanya.

Pemerintah membuat rencana

melalui Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan ” menjadikan SMA

menjadi SMK” dengan tujuan ingin

Page 24: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

20

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

mengatasi banyaknya lulusan SMA

yang mengalami penganguran akibat

tidak memiliki biaya untuk melanjut

ke tingkat universitas ditambah lagi

mereka kurang memiliki kemampuan

untuk terjun ke dunia kerja.

Pemerintah berusaha membuat

perbandingan antara SMK dan SMA

menjadi 50:50. Pada dasarnya

pemerintah merancang program ini

adalah untuk memberikan solusi

kepada anak bangsa yang kurang

mampu untuk melanjutkan studi ke

perguruan tinggi kerena dengan ini

sekolah dapat menghasilkan lulusan-

lulusan yang memiliki skill untuk

terjun ke dunia kerja.

Kondisi keterbatasan alat dan

bahan di SMK sangat mempengaruhi

tingkat pencapaian hasil belajar

siswa, dimana siswa tidak hanya

belajar berdasarkan teori melainkan

juga harus dengan praktek langsung

guna membentuk pengalaman kerja

yang sesungguhnya. Jika siswa SMK

juga hanya dibekali dengan teori saja

maka tidak ada ubahnya dengan

siswa SMA. Memilih SMK sebagai

tempat mereka belajar, berarti

mereka ingin memiliki kompetensi

yang memampukan mereka bekerja.

Oleh karena itu, maka mereka harus

dibekali dengan keahlian untuk

hidup bersaing di dunia usaha

apabila mereka tidak dapat

melanjutkan studi ke perguruan

tinggi. Namun, apakah mereka dapat

belajar jika peralatan dan bahan yang

dibutuhkan tidak ada? Mengatasi hal

itu maka diperlukanlah media belajar

alternatif yang dapat dijangkau

sekolah yang dapat mengatasi

kondisi alat dan bahan tersebut.

Mengatasi permasalahan diatas

maka penelitian ini merancang media

pembelajaran berbasis multimedia

dalam bentuk CD interaktif untuk

dapat meningkatkan hasil belajar

siswa tanpa dibebani oleh dukungan

alat dan bahan yang kurang memadai

di sekolah, sebab mereka akan dapat

belajar dimana saja dan kapan saja

menggunakan fasilitas yang ada

diluar sekolah. Pembelajaran adalah

suatu kombinasi yang terdiri dari

unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang saling mempengaruhi untuk

mencapai tujuan pembelajaran

melalui proses komunikasi

(penyampaian pesan/informasi)

antara pengajar dengan pembelajar,

Page 25: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

21

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

dimana pesan/informasi tersebut

adalah bahan ajar (Hamalik, 2010;

Sadiman, 2011).

Penelitian ini mengembangkan

media pembelajaran didasarkan

ketertarikan terhadap hasil dari

penelitian (Kristiningrum,2007;

Faizin, 2009) tentang multimedia

interaktif yang menyatakan bahwa

pembelajaran berbasis multimedia

dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Bedasarkan hal tersebut

ditetapkan topik penelitian ini yaitu

desain pembelajaran berbasis

multimedia untuk mempermudah

proses pembelajaran di SMK

khususnya jurusan Teknik Audio

Video (TAV) untuk standar

kompetensi Menerapkan Dasar-

Dasar Kelistrikan yang dikemas

dalam bentuk CD Interaktif. Media

adalah sebuah alat yang mempunyai

fungsi menyampaikan pesan dan

merupakan alat bantu dalam proses

belajar mengajar baik dalam

pendidikan formal maupun informal

(Widada,2010; Sanaky,2011).

Multimedia Interaktif kombinasi

dari beberapa jenis media; teks, grafi

k, suara, animasi, dan video dalam sa

tu aplikasi (program) komputer, yang

memiliki 3 level , yaitu level teknis

yang berkaitan dengan alat-alat

teknik, level semiotik yang berkaitan

dengan bentuk representasi (yaitu

teks, gambar/grafik); bentuk

representasi ini dapat dianggap

sebagai jenis tanda (types of sign)

dan level sensorik, berkaitan dengan

saluran sensorik level

yang berfungsi menerima tanda

(Mayer, 2009; D’Aloisio,1998).

METODOLOGI PENELITIAN

Perancangan produk dilakukan

dengan menggunakan model desain

pembelajaran ADDIE (Analisys,

Design, Development,

Implementation, Evaluation), seperti

gambar 1. berikut.

Page 26: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

22

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Gambar 1 Diagram Prosedur Penelitian

Pada tahap analisis dilakukan

identifikasi kebutuhan pembelajaran

dan menyusun tujuan pembelajaran.

Mengacu pada kurikulum yang

berlaku di SMK, mengidentifikasi

perilaku dan karakteristik siswa. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui

kondisi dari pada siswa atau sasaran

produk yang dikembangkan agar

produk yang di kembangkan dapat

diterima. Berdasarkan ini maka

ditentukan spesifikasi produk yang

dikembangkan berkaitan dengan

kemenarikan tampilan, kemudahan

penggunaan, kemudahan akses

computer, software pendukung,

materi sesuai dengan kebutuhan

belajar dan mudah di mengerti

(dilengkapi dengan simulasi,

animasi, audio dan video serta

gambar).

Pada tahap desain dilakukan

penyiapan software Adobe Flash

CS3, Autoplay Media Studio 6.4.0

untuk membuat desain menjadi

produk. Tahapan yang dilakukan

adalah pertama, merancang desain

tampilan pembuka saat cd interaktif

dijalankan; kedua, merancang

desain tampilan penyajian materi;

ketiga, menyusun materi, keempat,

menyusun tes.

Pada tahap pengembangan

dilakukan pembuatan tampilan awal

cd saat di jalankan di computer;

Membuat halaman penyajian materi;

Membuat tombol-tombol menu;

Mempersiapkan gambar, teks,

animasi dan simulasi yang

diperlukan sebagai bagian dari

materi.

Page 27: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

23

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Pada tahap implementasi

dilakukan untuk melihat kondisi

media interaktif (cd interaktif) saat di

jalankan di komputer. Jika media

interaktif yang di buat sudah dapat

dijalankan sesuai dengan yang

direncanakan.

Pada tahap evaluasi ini menguji

produk dilakukan dalam rangka

memvalidasi produk dengan

melibatkan 3 orang reviewer ahli

media dan 1 orang reviewer ahli

materi dimana berdarkan masukan

reviewer dilakukan revisi, Aspek-

aspek yang menjadi focus perhatian

para reviewer adalah Penyajian

Informasi, Kegunaan Media,

Kemudahan Penggunaan,

Kemanfaatan.

Pada tahap validasi produk

dilakukan dengan tahapan desiminasi

(penyebaran) untuk melihat respon

kelayakan produk dari pengguna

(siswa), meliputi aspek daya Tarik,

tingkat kesulitan, manfaat.

Selanjutnya efektivitas dan efisiensi

produk terhadap proses dan hasil

belajar siswa dilihat dari hasil tes

yang tersedia pada produk.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penilaian dari para

ahli dan pengguna produk yang

dikembangkan berikut digambarkan

tanggapan para ahli terkait dengan

tata letak, huruf, bahasa dan warna.

Untuk penyajian informasi secara

keseluruhan ahli media menyatakan

sudah sangat baik terlihat pada table

1 Berikut:

Tabel 1. Hasil validasi ahli terhadap aspek penyajian informasi

Aspek yang dinilai

AhliRata-rata Kategori

I II III IVTata Letak 5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat BaikHuruf 5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat BaikBahasa 4 5 5 5 19/4 = 4,75 Sangat BaikWarna 4 4 4 5 17/4 = 4,25 Baik

Penilaian secara keseluruhan 19/4 = 4,75 Sangat BaikAdapun kategori yang diberikan

untuk setiap penilaian adalah Sangat

Baik (SS) dengan skor 5, Baik (B)

dengan skor 4, Cukup (C) dengan

Page 28: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

24

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

skor 3, Kurang Baik (KB) dengan

skor 2 dan Tidak Baik (TB) dengan

skor 1. Dari tabel terlihat bahwa hasil

rata-rata penilaian dari para ahli

adalah 4,75 dan nilai ini cenderung

kepada skor 5 sehingga penilaian

ahli media terhadap penyajian

informasi adalah sangat baik. Dalam

bentuk grafik tampak sebagai

berikut. Untuk aspek kegunaan

media secara keseluruhan para ahli

menyatakan sudah sangat baik

terlihat pada tabel 2. Berikut:

Tabel 2. Hasil validasi ahli terhadap aspek kegunaan media

Aspek yang dinilaiAhli

Rata-rata KategoriI II III IV

1. Materi penyajian dapat membantu untuk memahami lebih baik

5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju

2. Penyajian materi dapat mendorong untuk belajar

5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju

3. Dengan menggunakan format simulasi dari materi dapat membantu memahami konsep

4 5 5 4 18/4 = 4,5 Sangat Setuju

Penilaian secara keseluruhan 14,5/3 = 4,83 Sangat Setuju

Adapun kategori yang diberikan

untuk setiap penilaian adalah Sangat

Setuju (SS) dengan skor 5, Setuju (S)

dengan skor 4, Cukup (C) dengan

skor 3, Kurang Setuju (KS) dengan

skor 2 dan Tidak Setuju (TS) dengan

skor 1. Dari tabel terlihat bahwa hasil

rata-rata penilaian dari para ahli

adalah 4,83 dan nilai ini cenderung

kepada skor 5 sehingga penilaian

ahli media terhadap penyajian

informasi adalah dianggap sangat

setuju.

Untuk aspek kegunaan media

secara keseluruhan para ahli

menyatakan sudah sangat baik

terlihat pada table 3. Berikut:

Tabel 3 Hasil validasi ahli terhadap aspek kemudahan penggunaan.

Page 29: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

25

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Aspek yang dinilaiAhli Rata-rata KategoriI II III IV

1. Media mudah

digunakan5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju

2. Dengan adanya media

ini pemahaman materi

jauh lebih baik

5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju

3. Dengan media ini

diperoleh materi ajar

yang lebih banyak

5 4 5 4 18/4 = 4,5 Sangat Setuju

Penilaian secara keseluruhan 14,5/3 = 4,83 Sangat Setuju

Adapun kategori yang diberikan

untuk setiap penilaian adalah Sangat

Setuju (SS) dengan skor 5, Setuju (S)

dengan skor 4, Cukup (C) dengan

skor 3, Kurang Setuju (KS) dengan

skor 2 dan Tidak Setuju (TS) dengan

skor 1. Dari tabel terlihat bahwa hasil

rata-rata penilaian dari para ahli

adalah 4,83 dan nilai ini cenderung

kepada skor 5 sehingga penilaian

ahli media terhadap penyajian

informasi adalah dianggap sangat

setuju.

Tabel 4 Hasil validasi ahli terhadap aspek kemanfaatan media

Aspek yang dinilaiAhli

Rata-rata KategoriI II III IV

1. Dengan media ini dapat digunakan untuk mempelajari materi yang ada hubungannya dengan konsep lain

5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju

2. Dengan menggunakan media ini dapat mendorong saya untuk memahami ICT lebih baik

5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju

Penilaian secara keseluruhan 10/2 = 5 Sangat Setuju

Page 30: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

26

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Adapun kategori yang diberikan

untuk setiap penilaian adalah Sangat

Setuju (SS) dengan skor 5, Setuju (S)

dengan skor 4, Cukup (C) dengan

skor 3, Kurang Setuju (KS) dengan

skor 2 dan Tidak Setuju (TS) dengan

skor 1. Dari tabel terlihat bahwa hasil

rata-rata penilaian dari para ahli

adalah 5 sehingga penilaian ahli

media terhadap penyajian informasi

adalah dianggap sangat setuju.

Dari deseminasi produk yang

dilakukan diperoleh pad engujian

tahap I yang dilakukan terhadap 10

orang siswa TAV kelas X. Uji coba

dilakukan untuk mendapatkan

informasi penggunaan cd interaktif

dalam proses pembelajaran respon

siswa. Setiap siswa diberikan cd

interaktif, kemudian siswa

menggunakan cd interaktif secara

mandiri. Setelah menggunakan cd

interaktif ini, siswa memberikan

komentar pada angket yang

disediakan dan mengerjakan tes.

Adapun aspek-aspek penilaian

yang dikomentari oleh siswa adalah

sebagai berikut:

Tabel. 5 Hasil angket cd interaktif terhadap siswa pada pengujian I

Daya tarik Tinggkat Kesulitan

Manfaat

a b A B A BJumlah siswa yang menyatakan “Ya”

10 10 9 2 10 10

Jumlah siswa yang menyatakan “Tidak”

- - 1 8 - -

Pada tabel 5 setiap komponen

dibagi menjadi 2 bagian lagi yaitu a

dan b yang merupakan aspek-aspek

yang dinilai setiap komponen.

Respon yang diberikan siswa yang

tertera pada tabel 5 menunjukkan

bahwa tingkat kesulitan merupakan

kendala siswa dalam menggunakan

cd interaktif tersebut. Hasil tes yang

dikerjakan oleh siswa juga

menunjukkan hasil yang belum

maksimal. Hasil tes siswa terlihat

pada tabel 4.9 berikut.

Pegujian pada tahap berikutnya

setelah dilakukan revisi dengan

melibatkan jumlah siswa sebagai

Page 31: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

27

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

responden, yaitu 30 orang siswa

TAV. Dengan langkah yang sama

setiap siswa diberikan cd interaktif

namun sebelum digunakan, siswa

terlebih dahulu diberikan penjelasan

menggunakan cd interaktif dengan

bantuan LCD proyektor. Setelah

penggarahan diberikan kemudian

siswa dipersilahkan menggunakan cd

interaktif secara mandiri. Setelah

menggunakan cd interaktif ini, siswa

memberikan komentar pada angket

yang disediakan dan melakukan tes.

Komentar siswa pada pengujian

tahap II dapat dilihat pada tabel 6

berikut:

Tabel 6 Hasil angket cd interaktif pada pengujian tahap II

Daya tarik Tinggkat Kesulitan

Manfaat

a B a B A BJumlah siswa yang menyatakan “Ya” 30 30 30 30 30 30

Jumlah siswa yang menyatakan “Tidak”

- - - - - -

Pada tabel 6 dapat dilihat respon

yang diberikan siswa menunjukkan

cd interaktif sangat disukai siswa

sebagai media dalam proses

pembelajaran. Hal tersebut sangat

berpengaruh pada hasil tes yang

dikerjakan oleh siswa yang

menunjukkan hasil yang maksimal.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Media pembelajaran interaktif

yang dikemas dalam bentuk cd

interaktif pada penelitian ini

berdasarkan pengujian oleh para ahli

telah dinyatakan layak digunakan

dalam proses pembelajaran dan

ternyata sangat menarik minat

belajar siswa terlihat dari respon

yang diberikan siswa melalui angket

dan hasil belajar siswa yang naik

secara siknifikan. Media

pembelajaran interaktif ternyata

sangat efektif digunakan dalam

Page 32: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

28

Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

proses pembelajaran ditinjau dari

hasil belajar siswa dengan nilai

terendah adalah 8,0 (delapan koma

nol) yaitu lebih tinggi 1 angka dari

nilai KKM yang ditetapkan hanya

dalam 1 kali penerapan tanpa harus

melakukan remedial.

Saran

Beberapa hal yang dapat

disarankan dari hasil penelitian ini

adalah bahwa guru yang mengajar

dikelas hendaknya memiliki

kemauan untuk membuat media

pembelajaran yang belum ada

maupun mengembangkan media

pembelajaran yang sudah ada untuk

mengatasi keterbatasan dalam

penyampaian informasi dalam proses

pembelajaran di kelasnya. Penelitian

yang lebih mendalam perlu

dilakukan oleh peneliti beriktnya

untuk dapat mengembangkan produk

yang lebih mutakhir.

DAFTAR PUSTAKA

Faizin, Noor. 2009. Penggunaan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI) Pada Konsep Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Memperbaiki Sikap Belajar Siswa (online)

Hamalik, Oemar.2010. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta;Bumi Aksara

HR, Widada. 2011. Multimedia Interaktif untuk Guru &

Profesional.Yogyakarta; Pustaka Widyatama.

Kristiningrum, 2007. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif dengan Macromedia Authorware 7.0 pada Materi Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus (online)

Sanaky, Hujair. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba

Page 33: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

29

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI

DI KOTA PEMATANG SIANTAR

Sukarman PurbaAbstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung pemberian insentif dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMP Negeri di Kota Pematang Siantar, dengan jumlah sampel 140 orang guru. Metode penelitian adalah penelitian survey dengan pendekatan analisi jalur. Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket, yang telah diujicobakan.Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh langsung positif dan signifikan pemberian insentif, dan motivasi kerjaterhadap kinerja guru. Untuk itu, diperlukan kebijakan untuk meningkatkan kinerja guru, maka perlu peningkatan pemberian insentif dan motivasi kerja.

Kata kunci : Pemberian Insentif, Motivasi Kerja dan Kinerja Guru

PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu bangsa

tidak terlepas dari kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) yang

dimilikinya. Pemerintah berupaya

agar kualitas SDM semakin

ditingkatkan dengan cara

peningkatan kesejahteraan,

peningkatan kemampuan dan

pengetahuan, melakukan sertifikasi.

Guru sebagai suatu asset sumber

daya manusia memiliki peranan yang

sangat penting dalam proses

pendidikan, dan merupakan ujung

tombak dalam memajukan kualitas

pendidikan. Sebagaimana dinyatakan

Tilaar (1999:104) bahwa

peningkatan kualitas pendidikan

tergantung banyak hal, terutama

mutu gurunya. Ini menunjukkan

bahwa tugas guru tidaklah mudah.

Guru harus memiliki kemampuan

dan ketrampilan yang bersifat

professional. Peranan guru dalam

proses pembelajaran meliputi sebagai

pengajar, pemimpin kelas,

pembimbing, perencana, supervisor,

motivator, dan konselor. Sebagai

tulang punggung pendidikan, guru

diharapkan mampu melaksanakan

tugas-tugas dan fungsinya demi

tercapainya tujuan pendidikan.

Untuk menjadikan guru sebagai

tenaga yang profesional maka perlu

dilakukan pembinaan secara terus

Page 34: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

30

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

menerus dan berkesinambungan,

dihargai dan diakui

keprofesionalannya. Pekerjaan guru

bukan semata-mata pekerjaan

pengabdian namun guru adalah

pekerja professional. Usaha-usaha

untuk membuat mereka menjadi

profesional tidak semata-mata hanya

meningkatkan kompetensinya, baik

melalui pemberian penataran,

pelatihan maupun kesempatan untuk

belajar, namun perlu juga

memperhatikan guru dari segi yang

lain, seperti peningkatan disiplin,

peningkatan motivasi kerja,

pemberian bimbingan melalui

supervisi, pemberian insentif, gaji

yang layak dengan keprofesionalnya

demi mewujudkan kinerja yang

tinggi dalam mencapai tujuan

pendidikan yang diharapkan.

Namun dalam kenyataannya,

bahwa pendidikan di Indonesia

masih belum menunjukkan

perubahan ke arah yang lebih baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Balitbang PDIP pada tahun 2007

menemukan bahwa presentasi guru

yang layak sesuai dengan profesinya

adalah sebagai berikut: guru SMA

67,1%, guru SMP 64,1%, dan guru

SD sebesar 50,7%. Temuan ini

menunjukkan rata-rata keseluruhan

guru, mulai dari guru SD, SMP, dan

SMA rata-rata 60,6% yang layak dan

39,4% belum profesional atau belum

layak menjadi guru. Data ini

menunjukkan masih belum

profesionalnya guru akan

mengakibatkan kinerja guru rendah.

Bila dilihat dari hasil Ujian akhir

nasional juga belum menunjukan

nilai yang memuaskan dan jumlah

siswa yang yang tidak lulus masih

cukup banyak apalagi siswa dari

sekolah swasta. Ini menunjukan

bahwa kinerja guru dalam mendidik

anak masih belum maksimal. Bila

diamati beberapa fenomena yang

terjadi saat ini di Pematang Siantar,

masih banyak ditemukan motivasi

untuk mengembangkan materi

pelajaran masih kurang, kemampuan

guru untuk menghimpun materi

pelajaran dari berbagai buku sumber

masih rendah, sebagian guru masih

menggunakan silabus dan rencana

pelaksanaan pembeiajaran (RPP)

milik orang lain, mengajar tidak

sesuai dengan program yang telah

disusun, tidak mengajar sesuai

dengan bidang keahliannya akibat

Page 35: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

31

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

kurangnya guru sesuai dengan

bidang yang dibutuhkan. Masih

banyaknya guru mencari kerja

tambahan di luar tugasnya sebagai

guru, sehingga para guru tidak fokus

dalam melakukan tugas dan

tanggungjawabnya. Hal ini akan

memberi dampak pada kinerja guru.

Untuk itu, perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui kinerja guru

Sekolah Menengah Pertama dan

faktor-faktor yang diprediksi

mempengaruhinya yaitu, Pemberian

Insentif dan Motivasi kerja guru.

Kinerja Guru

Kinerja dapat dinyatakan segala

sesuatu yang dilakukan dalam

menyelesaikan suatu tugas dengan

menggunakan sumberdaya yang

dimiliki guna mencapai tujuan yang

diharapkan. Robbins (1997:231)

menyatakan kinerja mengarah pada

suatu upaya pencapaian prestasi

kerja yang lebih baik. Keberhasilan

dalam melakukan sesuatu pekerjaan

sangat ditentukan oleh kinerja.

Pengertian ini menyatakan bahwa

kinerja merujuk pada hasil dalam

penyelesaian pekerjan, penanganan

atau pelaksanaan suatu tugas. Bates

dan Hoeton seperti yang dikutip oleh

Amstrong dan Baron (1998: 15)

menyatakan kinerja sebagai suatu

hasil kerja.

Robbins dalam Purba (2009:11-

12) menyatakan pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan merupakan

satu tolok ukur kinerja individu. Ada

tiga kriteria dalam melakukan

penilaian kinerja individu, yakni: (a)

hasil kerja individu (individual task

outcomes), perilaku (behaviors), dan

ciri (traits). Untuk mengukur hasil

kerja individual maka yang

dievaluasi adalah hasil tugas dari

seseorang atau produk apa yang

dihasilkan. Adapun pengertian

perilaku disini adalah perilaku ring

dilakukan dan berkaitan dengan

tugas yang harus ia lakukan dalam

melaksanakan pekerjaannya. Untuk

mengukur kinerja berdasarkan

perilaku kerja dapat dilakukan

dengan mengevaluasi aktivitas atau

kegiatan yang dilakukan oleh

pegawai dalam kaitannya dengan

pekerjaannya. Hodgetts dan Kuratko

(1988:438) menyatakan kinerja

berkaitan dengan seberapa baik

seseorang melakukan pekerjaannya.

Hugh and Feldman (1986: 24), bila

dikaitkan dengan peran individu

Page 36: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

32

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

dalam organisasi, kinerja adalah

serangkaian perilaku atau kegiatan

individu yang sesuai dengan harapan

atau keinginan organisasi tempat ia

bekerja. Purba (2008: 29)

menyatakan bahwa penekanan

kinerja adalah untuk mendapatkan

hasil yang berorientasi pada

efektifitas dan efisiensi untuk

mencapai suatu tujuan. Dengan

demikian, dapat dinyatakan bahwa

kinerja adalah hasil, baik kuantitas

maupun kualitas, yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan

tugas-tugasnya sesuai dengan standar

atau kriteria yang telah ditentukan

sehingga tercapai tujuan yang

diharapkan secara efektif dan efisien.

Menurut Gomes (1995: 135)

bahwa penilaian terhadap kinerja

mempunyai tujuan untuk men-

reward kinerja sebelumnya (to

reward past performance) dan untuk

memotivasi demi perbaikan kinerja

pada waktu yang akan datang (to

motivate fulture performance

improvement). Hayness (1984: 131),

yang menyatakan kriteria penilaian

kinerja yang efektif berfokus pada

serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang dalam melaksanakan

tugas yang menjadi kewajibannya

serta hasil yang diperolehnya dalam

menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Hodgett dan Kuratko (1988: 439)

menyatakan bahwa sistem penilaian

kinerja yang didesain dengan baik

mempunyai lima karakteristik dasar,

yaitu: (1) berkaitan langsung dengan

tugas orang tersebut dan mengukur

kemampuannya dalam melaksanakan

tugas; (2) lengkap, karena mengukur

semua aspek penting; (3) bersifat

objektif, karena benar-benar

mengukur kinerja tugasnya; (4)

berdasarkan pada standar kinerja

yang diinginkan; dan (5) didesain

untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan seseorang dan selanjutnya

menjelaskan mengapa hal tersebut

terjadi dan bagaimana mengatasinya.

Dalam penelitian ini penilaian

terhadap kinerja guru dilakukan

berdasarkan perilaku. Penilaian

terhadap kinerja guru dilakukan

secara rater oleh kepala sekolah dan

pembantu kepala sekolah.

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan pengertian kinerja guru

dalam penelitian ini adalah unjuk

kerja guru dalam melakukan tugas-

tugas dan tanggungjawabnya untuk

Page 37: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

33

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

mencapai tujuan organisasi, dengan

indikator: melakukan tugas dengan

baik, hasil kerja sesuai dengan

tujuan, melakukan kerjasama, pola

komunikasi, dan tanggungjawab

terhadap tugas.

Pemberian Insentif

Dalam Kamus Bahasa Indonesi

Insentif diartikan sebagai tambahan

penghasilan (uang, barang dan

sebagainya) untuk menambah dan

meningkatkan gairah kerja. Kata

Insentif berasal dari bahasa Inggris

"incentive" artinya something that

encourage to do (sesuatu yang dapat

mendorong untuk melakukan

sesuatu). Pemberian insentif dapat

merangsang seseorang untuk dapat

bekerja lebih baik. Seperti

dikemukan oleh Monday dan Noe

(1996:124) bhwa The basic purpose

of all incentive plans is to improve

employei productivity in order to gain

a competitive advantage. Pernyataan

ini menunjukkan bahwa pemberian

insentif adalah sesuatu hal yang dapat

mendorong peningkatan produktivitas

seseorang meningkat. Pemberian

Insentif yang dimaksud dapat berupa

seperti kenaikan gaji, pemberian

tunjangan profesi, pertambahan

tanggung jawab, pujian, pemberian

jabatan pindah kepekerjaan yang lebih

bagus, dan memberikan tugas khusus.

Pemberian insentif juga terpaut

dengan waktu, seperti dinyatakan

Nawawi (2000:34) bahwa semakin

cepat insentif dibayarkan kepada

pegawai, semakin besar motivasinya

terhadap pekerjaan yang diberikan dan

nilai insentif yang diberikan akan

berkurang apabila pemberiannya

ditunda untuk jangka waktu yang terlalu

lama. Pemberian Insentif merupakan

suatu usaha dari Sekolah untuk

memberikan tambahan di luar gaji,

yang dapat merangsang atau

mendorong guru agar bekerja

lebih giat dan bersemangat guna

meningkatkan kinerjanya.

Pemberian insentif sebagai bagian

dari keuntungan diberikan kepada

pekerja yang bekerja secara baik atau

berprestasi, misalnya dalam bentuk

pemberian bonus dan dapat pula

diberikan dalam bentuk barang

sehingga dapat meningkatkan

kinerjanya. Ranupanjodo dan Husnan

dalam

Nawawi(2000:45)mengklassifik

asikan jenis-jenis insentif yang

diberikan, yaitu, (1) Uang,

Page 38: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

34

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

seseorang ingin bekerja karena

ingin memperoleh uang, dengan

uang seseorang dapat memuaskan

kebutuhannya, dan merupakan

daya rangsang yang sangat kuat, (2)

Keamanan, merupakan sebuah

kebutuhan manusia yang fundamental

bagi sebagian tenaga kerja kadang-

kadang pekerjaan yang aman lebih

penting dari pada uang atau upah, (3)

Persahabatan, manusia bekerja

memerlukan manusia lainnya,

adanya persahabatan akan akan

menyatukan mereka secara

kelompok yang bekerja sama dan

saling memiliki, (4) Pengakuan yang

adil, merupakan salah satu kebutuhan

sosial yang dapat diperoleh dari

hubungan antara atasan dan bawahan.

Perlakuan yang adil ini dimaksudkan

tidak pandang bulu dalam pemberian

tugas, insentif dan penghargaan

serta lainnya yang dapat

mengganggu kosentrasi guru dalam

bekerja, (5) Otonomi, merupakan

salah satu bentuk insentif dalam

memenuhi egoistik guru untuk

melaksanakan suatu pekerjaan dalam

batas-batas tertentu akan

meningkatkan kreatifitas dan

spontanitas, (6) Prestasi, pemberian

kesempatan pada guru untuk

berprestasi merupakan salah satu

kebutuhan egoistik dalam hubungan

dengan pemberian insentif.

Sedangkan, Manulang (2004:4)

pada dasarnya bentuk insentif dapat

digolongkan menjadi dua bagian

yaitu: 1) Insentif Finansial, yang

terdiri atas: (a). Bonus, adalah uang

yang diberikan sebagai balas jasa

yang diberikan secara ikatan

dimasa datang dan diberikan

kepada guru yang berhak

menerimanya, (b). Komisi, adalah

jenis komisi yang diberikan kepada

guru yang berprestasi; 2) Insentif

non finasial, yang terdiri atas: (a)

Pembelian pujian secara lisan

maupun tertulis, (b) Pemberian

promosi jabatan, (c) Ucapan

terima kasih secara formal maupun

tidak formal, (d) Pemberian

perlengkapan khusus pada ruang

kerja, dan (e) Pemberian

penghargaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka

pengertian pemberian insentif dalam

penelitian ini adalah imbalan dalam

bentuk uang dan barang serta jasa

yang diberikan kepada seseorang untuk

dapat mendorong semangat dan

Page 39: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

35

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

prestasi kerjanya dengan indikator

pemberian penghargaan, pemberian

pujian, merasa dihargai dan dihormati,

penyediaan sarana dan prasarana

penunjang, pemberian bonus, dan

kesesuaian antara tugas dengan

tanggung jawab.

Motivasi Kerja

Motivasi adalah dorongan atau

keinginan individu untuk melakukan

kegiatan tertentu dalam mencapai

tujuan. Robbins (2007:208)

menyebutkan bahwa motivasi

sebagai suatu proses yang

menghasilkan intensitas, arah dan

ketekunan individual dalam usaha

untuk mencapai satu tujuan.

Berdasarkan pernyataan tersebut

dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah suatu kondisi yang

menggerakkan seseorang agar

mampu mencapai tujuan dari motif.

Gibson, et al (2006:103) menyatakan

bahwa ”motivation has to do with 1)

the direct of behavior, 2) the strength

of the response (i.e., effort) once an

employee chooses to follow a course

of action, and 3) the persistence of

the behavior.” Sedangkan, Siagian

(1995: 137-138) menyatakan

motivasi adalah daya pendorong

yang mengakibatkan seorang

anggota organisasi mau dan rela

untuk mengerahkan kemampuannya,

tenaga dan waktunya untuk

melakukan berbagai kewajiban yang

menjadi tanggung jawabnya, dalam

rangka pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi. Luthans

(2005:141) mengatakan motivasi

adalah suatu proses di dalam diri

seseorang karena memiliki

kebutuhan psikologis dan fisiologis

sehingga mengerakkan perilaku atau

dorongan untuk mencapai suatu

tujuan. Menurut Maslow ada 5 (lima)

kebutuhan pegawai dalam organisasi

yang disusun secara hirarkhis

(bertingkat) yaitu : (1) Kebutuhan

yang bersifat biologis dan fisiologis

(Biological and physiological needs),

seperti sandang, pangan, papan,

kepuasan seksual dan kebutuhan

fisik lainnya, (2) Kebutuhan

keamanan (safety needs), seperti

kebutuhan akan keamanan dan

perlindungan dari gangguan fisik dan

emosi, (3) Kebutuhan perhatian dan

kasih sayang (Belongingness and

Love needs), seperti kebutuhan akan

kasih sayang, perasaan diterima oleh

orang lain, perasaan dihormati,

Page 40: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

36

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

perasaan maju dan tidak gagal dan

kebutuhan ikut serta dalam

organisasi, (4) Kebutuhan akan

penghargaan (Esteem needs), yaitu

kebutuhan akan status yang diduduki

seseorang (prestasi), penghargaan

diri, (5) Kebutuhan aktualitas diri

(Self actualization needs), yaitu

kebutuhan untuk mengembangkan

kapasitas mental dan karyanya

melalui on the job training, seminar,

lokakarya dan sebagainya,

pencapaian potensi seseorang dan

pemenuhan diri sendiri.

Selanjutnya, teori Frederick

Herzberg tentang motivasi, yaitu

teori dua faktor, yang disebut

”Hygiene Motivators” atau disebut

juga ”Disatisfactiers-satisfers” atau

disebut juga ”Extrinsic-Intrinsic

Factors”. Dalam teori tersebut ada

seperangkat kondisi ekstrinsik dan

intrinsik yang akan mempengaruhi

prestasi kerja. Faktor ekstrinsik yang

disebut hygiene terdiri dari gaji,

keamanan kerja, kondisi kerja, status,

prosedur perusahaan, supervisor, dan

hubungan antar personal.

Kesemuanya merupakan faktor yang

berasal dari luar individu. Faktor

intrinsik yang menjadi motivators

mencakup prestasi, pengakuan,

pertumbuhan, tanggung jawab,

peningkatan kerja, ketertarikan

dalam kerja (pekerjaan itu sendiri),

dan peluang untuk bertumbuh.

Luthans (2005:108) menyatakan

pengertian motivasi kerja adalah

”Work motivation is defined as

conditions which influence the

causal, direction and maintenance of

behavior relevant in work settings”

Pernyataan ini menunjukkan

motivasi kerja didefinisikan sebagai

kondisi yang berpengaruh

membangkitkan, mengarahkan dan

memelihara perlakuan yang

berhubungan dengan lingkungan

kerja. Dengan demikian, motivasi

kerja dapat diartikan sebagai daya

dorong yang mengakibatkan seorang

anggota organisasi mau dan rela

mengerahkan kemampuan-nya dalam

bentuk keahliannya atau

keterampilan, tenaga dan waktu

untuk menggerakkan berbagai

kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya dan menunaikan

kewajiban dalam rangka pencapaian

tujuan dan berbagai sasaran yang

telah ditentukan sebelumnya.

Page 41: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

37

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Dengan demikian pengertian

motivasi kerja dalam penelitian ini

adalah dorongan yang dari dalam diri

guru untuk mau bekerja dengan

sunguh-sungguh dan dapat

memberikan pelayanan yang

bermutu kepada siswa-siswanya

untuk mencapai tujuan yang

diharapkan, dengan indikator:

berusaha memenuhi kebutuhan

hidup, berusaha menyelesaikan tugas

dengan baik, peduli terhadap

pekerjaan, keinginan meningkatkan

kemampuan, senang berkompetisi,

keinginan meraih prestasi, dan berani

mengambil resiko.

HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kerangka berfikir

yang telah diuraikan di atas, maka

dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut : 1) Pemberian

Insentif (X1) berpengaruh langsung

terhadap Motivasi Kerja (X2); 2)

Pemberian Insentif (X1) berpengaruh

langsung terhadap Kinerja Guru

(X3); 3) Motivasi Kerja (X2)

berpengaruh langsung terhadap

Kinerja Guru (X3)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang

digunakan adalah metode survei

dengan pendekatan analisis jalur

(path analysis). Populasi target pada

penelitian ini adalah guru SMP

Negeri di Kota Pematang Siantar

dengan jumlah populasi berjumlah

305 orang guru. Untuk menentukan

jumlah sampel penelitian, ditentukan

dengan menggunakan tabel Kreijcie,

sehingga diperoleh sebanyak 140

orang. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan Proporsional

Random Sampling. Pengumpulan

data dilakukan dengan kuesioner.

Teknik Analisis data yang

digunakan adalah analisis deskriptif

dan analisis inferensial. Analisis

deskriptif digunakan untuk melihat

gambaran tentang data dari masing-

masing variabel penelitian yang

ditunjukkan melalui mean, median,

modus, daftar distribusi frekuensi

dan histogram. Analisis inferensial

digunakan untuk menguji hipotesis

memakai analisis jalur (path

Page 42: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

38

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Analysis) yang didahului dengan uji

normalitas, homogenitas varians dan

uji linieritas.

DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN

Pada tabel disajikan data dari

setiap variabel penelitian, yang

meliputi data variabel Kinerja Guru

(X3), Pemberian Insentif (X1), dan

Motiuvasi Kerja (X2).

Tabel 1. Deskripsi Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif

Keterangan Pemberian Insentif (X1)

Motivasi Kerja (X2)

Kinerja Guru (X3)

Jumlah Sampel (n) 140 140 139Mean 130,67 127,61 136,68Median 130 128 137,66 Mode 130 128 137,33Std. Deviation 8,25 7,63 8,28Variance 67,83 58,28 68,49 Range 37 37 37,67Minimum 111 107 113,33Maximum 148 145 151,00Sum 18109 17738 18998,13

Sebelum dilakukan pengujian

hipotesis, maka terlebih dahulu

dilakukan pengujian persyaratan

analisis jalur (Path Analysis), yaitu

Uji normalitas, Uji homogenitas

varians untuk setiap variabel bebas

terhadap variabel terikat dan Uji

linieritas, yaitu mengetahui

hubungan antara variabel dalam

model harus linier.

Tabel 2. Rangkuman Hasil pengujian Normalitas Kolmogrov-SmirnovVariabel Dabsolute Dtabel α = 0,05 Kesimpulan

Pemberian Insentif (X1) 0,093 0,115 Normal

Motivasi Kerja (X2) 0,082 0,115 NormalKinerja (X3) 0,102 0,115 Normal

Dari tabel terlihat bahwa semua

nilai perhitungan Dabsolute atau Dhitung

dari tiap-tiap variabel penelitian

lebih kecil dari nilai Dtabel pada α =

0,05 sehingga dapat dinyatakan

bahwa semua data dari tiap-tiap

Page 43: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

39

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

variabel penelitian berbistribusi

normal.

Uji Homogenitas Varians

Pada tabel berikut disajikan

rangkuman uji homogenitas varians

dari setiap pasangan variabel

penelitian.

Tabel 3. Rangkuman Uji Homogenitas Varians dengan Uji BartlettNo Kelompok 2

hitung 2tabel α =0,05 dk Keterangan

1 X2 atas X1 38,02 132,14 108 Homogen

2 X3 atas X1 34,42 132,14 108 Homogen4 X3 atas X2 31,54 138,81 113 Homogen

Dari tabel terlihat bahwa

semua nilai 2hitung < 2

tabel pada α =

0,05 sehingga dapat dinyatakan

bahwa semua varians kelompok data

dari tiap-tiap variabel penelitian

homogen.

Uji Linieritas

Rangkuman hasil perhitungan

uji Linieritas dari kelompok

variabelpenelitian terlihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4. Rangkuman Perhitungan Uji Linieritas

No Model Regresi Fhitung DkFtabel Kesimpulan

= 0,05 = 0,011. X2 = 105,03 + 0,27X1 0,97 30/108 1,57 1,89 Linear2. X3 = 74,57 + 0,49 X1 1,11 30/108 1,57 1,89 Linear3. X3 = 45,28 + 0,58X2 1,33 26/113 1,62 1,89 Linear

Dari tabel terlihat bahwa semua

nilai Fhitung < Ftabel pada α = 0,05

sehingga dapat dinyatakan bahwa

semua model atau persamaan regresi

menunjukkan hubungan yang linier.

Rangkuman hasil perhitungan

besar koefisien korelasi sederhana

antara variabel penelitian, seperti

yang disajikan dalam tabel matrik

berikut.

Tabel 5. Matriks Koefisien Korelasi Sederhana antar Variabel.Variabel Pemberian

Insentif (X1)Motivasi

Kerja (X2)Kinerja Guru

(X3)Pemberian Insentif (X1) 1 0,650** 0,485**

Motivasi Kerja (X2) 0,650* 1 0,560**Kinerja Guru (X3) 0,485** 0,560** 1

* Signifikan pada = 0,05 (rtabel = 0,148) ** Sangat Signifikan pada = 0,01 (rtabel = 0,194)

Page 44: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

40

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Setelah diperoleh nilai

koefisien korelasi sederhana, maka

diperoleh nilai koefisien jalurnya dan

dilanjutkan dengan perhitungan uji

signifikansi koefisien jalur dengan

mengggunakan uji-t.

Tabel 6. Rangkuman Besar Koefisien Jalur (ρ) dan Uji Signifikansi Koefisien Jalur

ρKoefisien

Jalurthitung dk (n-2) t tabel(α = 0.05) Kesimpulan

ρ21 0,650 12,02 138 1,35 Signifikanρ31 0,167 1,87 138 1,35 Signifikan

ρ32 0,428 5,12 138 1,35 Signifikan

Setelah dilakukan perhitungan maka hasil perhitungan koefisien jalur

ditunjukkan pada diagram jalur seperti yang terlihat pada gambar berikut :

Є2 =0,6959

ρ31 = 0,167 ρε2=0,8342

r31 = 0,485 r12 =ρ21 = 0,650

r32 = 0,560 ρ32 = 0,428 Є1 =0,5775

Gambar 1. Diagram Jalur Pemberian Insentif (X1) dan Motivasi Kerja (X2)

terhadap Kinerja guru (X3)

Pada tabel berikut ini ditampilkan rangkuman hasil perhitungan koefisien

jalur serta rekapitulasi pengujian hipotesis penelitian.

Tabel 7. Rekaputulasi pengujian hipotesis.No Hipotesis Uji

StatistikKoefisien

Jalurthitung

dk= 138

KeputusanHo

1 Pemberian Insentif (X1) berpengaruh langsung terhadap Motivasi Kerja (X2)

Ho : p21 ≤ 0

Ho : p21 > 0

p21 = 0,650

12,02 Ho ditolak

MotivasiKerja (X2)

Kinerja Guru (X3)

Pemberian Insentif (X1)

Page 45: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

41

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

No Hipotesis Uji Statistik

Koefisien Jalur

thitung

dk= 138

KeputusanHo

2 Pemberian Insentif (X1) berpengaruh langsung terhadap Kinerja Guru (X3)

Ho : p31 ≤ 0

Ho : p31 > 0

p31 = 0,167

1,87 Ho ditolak

3 Motivasi Kerja (X2) berpengaruh langsung terhadap Kinerja Guru (X3)

Ho : p32 ≤ 0

Ho : p32 > 0

p32 = 0,428

5,12 Ho ditolak

*signifikan pada taraf signifikansi = 0,05 (ttabel = 1,65)

Dari tabel terlihat ketiga koefisien

jalur bermakna dan hasil uji

signifikansi menggunakan uji-t,

ternyata nilai thitung > ttabel dari ketiga

koefisien jalur pada =

0,05. Dengan demikian, ketiga

hipotesisis penelitian yang diajukan

diterima.

Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Pengaruh langsung Pemberian

Insentif (X1) terhadap Motivasi Kerja

(X2) = (0,650)2 = 0, 4225. Ini

menunjukkan bahwa 42,25% variasi

Motivasi Kerja ditentukan oleh

variasi Pemberian Insentif,

sedangkan sisianya pengaruh faktor

lain sebesar 0,5775, atau 57,75%.

Pada tabel berikut ditunjukkan hasil

rangkuman pengaruh langsung dan

pengaruh tidak langsung antara

Pemberian Insentif (X1) dan

Motivasi Kerja (X2) terhadap Kinerja

Guru (X3).

Tabel 8. Rangkuman pengaruh langsung dan tidak langsung Pemberian Insentif (X1) dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru (X3).

VariabelPengaruh Total

Langsung Terhadap X3 Tidak langsung

Pemberian Insentif (X1) 0,0279 0,0465 0,0744

Motivasi Kerja (X2 ) 0,1832 0,0465 0,2297

T o t a l 0,3041

Dari tabel terlihat pengaruh

langsung Pemberian Insentif

terhadap Kinerja guru sebesar

0,0279, pengaruh tidak langsung

Pemberian Insentif terhadap Kinerja

guru melalui Motivasi kerja sebesar

Page 46: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

42

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

0,0465 sehingga total pengaruh

Pemberian Insentif secara langsung

dan tidak langsung terhadap Kinerja

guru sebesar 0,0744. Pengaruh

langsung Motivasi kerja terhadap

Kinerja guru sebesar 0,1832,

pengaruh tidak langsung Motivasi

kerja terhadap Kinerja guru melalui

Pemberian Insentif sebesar 0,0465

sehingga total pengaruh Motivasi

kerja secara langsung maupun tidak

langsung terhadap Kinerja guru

sebesar 0,2297. Dengan demikian,

besar total pengaruh langsung

maupun tidak langsung Pemberian

Insentif dan Motivasi kerja terhadap

Kinerja guru sebesar 0,3041,

sedangkan sisanya 0,6959

dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan

demikian, besar koefisien jalur residu

pada X3 sebesar 0,834.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis statistik,

maka kesimpulan hasil penelitian

sebagai berikut: (1) Pemberian

Insentif berpengaruh langsung

terhadap Motivasi Kerja dengan nilai

koefisien jalur sebesar 0650 dan

besarnya sumbangan pengaruhnya

yaitu 0,4225 atau 42,25%, sedangkan

sisanya 57,75% ditentukan factor

lain. (2) Pemberian Insentif

berpengaruh langsung terhadap

Kinerja Guru. dengan nilai koefisien

jalur sebesar 0,167 dan besarnya

sumbangan pengaruh langsung yaitu

0,0279 atau 2,79%, (3) Motivasi

Kerja berpengaruh langsung terhadap

Kinerja Guru dengan nilai koefisien

jalur sebesar 0,428 dan besarnya

sumbangan pengaruhnya secara

langsung yaitu 0,1832 atau 18,32%,

sadangkan sisanya sebesar 81,68%

ditentukan oleh faktor lain.

SARANBerdasarkan hasil temuan

penelitian, maka untuk peningkatan

kinerja perlu disarankan:

Bagi Pemerintah Daerah

1) Hendaknya melakukan

perencanaan strategik yang baik

dalam pengembangan dan

peningkatan kemampuan atau

kompetensi guru secara

berkesinambungan.

2) Memberdayakan seluruh potensi

yang dimiliki para guru agar

Page 47: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

43

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

memberikan pelayanan berbasis

kinerja dengan memberikan

insentif yang layak dan

penghargaan agar motivasi kerja

guru meningkat.

3) Memberikan pelatihan yang

berkaitan dengan pelaksanaan

tugasnya dan memberikan fasilitas

yang mendukung dalam

mengikuti setiap kegiatan

penataran, pelatihan, dan

lokakarya, yang berkaitan dengan

kepemimpinan, manajemen dan

pelayanan yang bermutu.

Bagi Guru

Untuk meningkatkan kinerja guru,

para guru hendaknya selalu bekerja

profesional dengan selalu

meningkatkan kompetensi dan

kualifikasi serta mengutamakan

bekerja dalam team teaching,

sehingga pelaksanan tugas mengajar

dapat berjalan dengan dengan baik.

Bagi Peneliti

Untuk penelitian kinerja guru

lebih lanjut, perlu dilakukan dengan

melibatkan variabel lain di luar

variabel yang diteliti, seperti

kepuasan kerja, pengalaman kerja,

disiplin kerja, dan lain-lain yang

berpengaruh terhadap Kinerja.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Michael and Angela Baron, Performance Management, London: Institute of Personnel and Development, 1998.

Gibson, James L., et al. 2006. Organizations: Behavior, Structure, Processes. New York: McGraw-Hill.

Gomes, Faustino Codoso. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:Andi Ofset, 1995.

Hayness. Marion E. Managing Performance: A Comprehensive Guide to Effective supervision,

California: Lifetime learning Publications, 1984.

Hodgetts, Richard M. & Donald F. Kuratko. Management, San Diego: Harcourt Brace Jovanovich Publichers. 1988.

Hugh, Arnold J. and Daniel C. Felman. Organizational Behavior, New York: Mc Grow-Hill Book Company, 1986.

Luthans, Fred., 2005. Organizational Behavior. New York: McGraw Hill Book Company.

Page 48: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

44

Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Manullang, M. Manajemen Personalia, Yogyakarta: Gajahmada University Press,2004.

Mondy, Wayne R. and Robert M. Noe, Human resources Management Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1996.

Nawawi, Hadari. 2000. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Purba, Sukarman, 2008. “Pengaruh Budaya Organisasi, Modal Intelektual, dan Perilaku Inovatif terhadap Kinerja Pimpinan Jurusan di Universitas Negeri Medan”, Sinopsis Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

__________, 2009. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi. Yogjakarta: LaksBang Pressindo.

Robbins, Stephen P. 1997. Essentials of Organization Behavior, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

__________. 2007. Perilaku Organisasi. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.

Siagian, Sondang P. 2003. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Tilaar, H.A.R. Beberapa AgendaRreformasi Pendidikan Nasional, Dalam Perpektif Abad 21, Magelang: Putera Indonesia, 1999.

Wahjosumidjo. 2001. Kepemimpinan dan Motivasi.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Page 49: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

45

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

MODEL PENGENDALI IMPLEMENTASI PENDIDIKANKARAKTER GURU-GURU

Wanapri Pangaribuan

AbstrakModel pengendalian implementasi nilai karakter dibangun berbasis pendekatan sistem input, proses, output, dan umpan balik dengan empat siklus. Keempat siklus merupakan proses instruksi, proses pemberian stimulus agar objek kendali berpengetahuan dan bersikap sesuai dengan target yang dirancang sebelumnya. Model yang dibangun memenuhi tiga syarat yaitu, keterukuran, sensitivitas, dan keterkendalian, sehingga dapat diterapkan untuk pengendalian implementasi nilai karakter. Nilai karakter yang diimplementasikan meliputi tanggung jawab (responsibility), disiplin (dicipline), kejujuran (honesty), kepedulian (caring), dan dapat dipercaya (Thrustworthy)Kata Kunci: Pengendalian, Sistem, keterukuran, sensitivitas, keterkendalian,

nilai karakter

PENDAHULUANTiga tantangan besar pendidikan

Indonesia yang harus diselesaikan,

yitu pertama, mempertahankan hasil-

hasil yang sudah dicapai, kedua,

mengantisipasi era globalisasi,

dimana dituntut ketangguhan

berkompetisi, dan ketiga,

perwujudan otonomi dan

demokratisasi dalam pelayanan

pendidikan. Ketiga hal itu bertujuan

untuk mewujudkan manusia

Indonesia yang bermutu, yaitu

cerdas, berakhlak mulia dan

bersemangat kebangsaan yang tinggi

(Fadjar, 2004:52).

Mutu tidak hanya dilihat dari

penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni (IPTEKS) lulusan

sekolah, juga daya juang dan

ketangguhan berkompetisi. Daya

juang dan ketangguhan berkompetisi

adalah salah satu atribut karakter

yang lahir dari filosofi bangsa

Indonesia, yang harus

ditumbuhkembangkan dalam diri

guru dan anak didik. Keberhasilan

menumbuhkembangkan karakter

tersebut berpengaruh pada

peningkatan kualitas proses transfer

IPTEKS dan keluaran pendidikan.

Semakin baik nilai karakter dalam

diri guru dan anak didik, semakin

baik penguasaan IPTEKS, semakin

baik masa depan anak didik dan

bangsa.

Page 50: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

46

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Peningkatan mutu yang

berorientasi penguasaan IPTEKS

adalah baik, namun masih belum

lengkap. Kondisi masyarakat

Indonesia sekarang memperlihatkan

lemahnya watak atau budi pekerti,

bahkan rasa kebangsaan, sehingga

perilaku tidak terpuji merebak di

mana-mana. Dari tindak korupsi

sampai kekerasan, moralitas atau

sikap tidak perduli pada lingkungan,

merupakan manifestasi watak/budi

pekerti yang tidak pantas sebagai

manifestasi pendidikan yang bermutu

(Nandika, 2008).

Persoalan karakter masyarakat

secara umum merembes ke

masyarakat sekolah khususnya anak

didik dan guru. Orang tua dan

masyarakat di lingkungan tempat

tinggal anak didik dan guru sangat

kuat mempengaruhi sikap dan

tindakan mereka. Anak didik yang

dididik menjadi insan terdidik

sebagai calon pemimpin bangsa

harus memiliki nilai karakter yang

kokoh, sehingga memperkecil

dampak pengaruh lingkungan yang

kurang baik.

Guru sangat berperan dalam

peningkatan kualitas sekolah secara

umum, dan secara khusus

keberhasilan penanaman dan

penumbuhkembangan nilai karakter.

Syarat pendidikan yang berkualitas

salah satunya yang utama adalah

kualitas guru, syarat pendidikan

karakter yang berkualitas juga adalah

kualitas kepemilikan nilai karakter

guru. Sejalan dengan hal tersebut,

Astuti dalam Nandika melaporkan

jejak pendapat yang dilakukan

Litbang Kompas pada 13-14 Juni

2007 mengenai persiapan tahun

ajaran baru, responden di 10 kota

besar di Indonesia menyimpulkan

kualitas guru merupakan prioritas

orang tua dalam memilih sekolah

untuk anak-anak mereka (Nandika,

2008).

Kebijakan nasional tentang

pendidikan karakter dalam

implementasinya dilaksanakan

secara bertahap. Tahapan

pengembangan dan pendidikan

karakter sebagai kebijakan nasional

adalah, Tahap I, Tahun 2010-2014

menyangkut (1) reorientasi dan

penyadaran pentingnya pendidikan

karakter; (2) penyusunan perangkat

kebijakan terpadu dan

memberdayakan pemangku

Page 51: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

47

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

kepentingan agar dapat

melaksanakan pembangunan

karakter secara efektif ; (3)

pelaksanaan, pemantapan, dan

evaluasi pembangunan karakter.

Tahap II, Tahun 2014-2020

menyangkut: (1) pengukuhan nilai-

nilai dalam karakter bangsa, dan

pemantapan pelaksanaan

pembangunan karakter bangsa serta

evaluasi pelaksanaannya. Tahap III,

Tahun 2020-2025 menyangkut

pengembangan berkelanjutan

(Ambarita, 2011).

Berdasarkan kebijakan nasional

tentang penjadwalan tersebut, maka

untuk Tahap I, Tahun 2010-2012 di

SMP Tri Jaya Medan menyangkut

(1) reorientasi dan penyadaran

pentingnya pendidikan karakter bagi

guru dan siswa; (2) penyusunan

perangkat kebijakan terpadu dan

memberdayakan pemangku

kepentingan agar dapat

melaksanakan pembangunan

karakter secara efektif. Salah satu

perangkat kebijakan yang

dirumuskan adalah menetapkan nilai

karakter utama yang menjadi pilar

pendidikan karakter sekolah,

menetapkan model pendidikan

karakter bagi guru, menetapkan

model pendidikan karakter bagi anak

didik, dan menetapkan model

pengendalian pendidikan karakter

bagi guru dan anak didik,

menetapkan sumber dan besar dana

pendidikan karakter bagi guru dan

anak didik.

Perangkat kebijakan

pengendalian pendidikan karakter

sangatlah penting, karena banyak

permasalahan tentang capaian

kualitas keluaran yang tidak

optimum disebabkan pengendalian

input, proses dan output yang kurang

sesuai dengan harapan. Pengendalian

salah satu fungsi manajemen yang

masih kurang diimplementasikan

dengan serius di sekolah-sekolah.

Banyak faktor penyebab dari hal itu,

beberapa diantaranya adalah

minimnya pengetahuan teknik

pengendalian yang dimiliki pimpinan

sekolah, model kepemimpinan

kepala sekolah, kemauan untuk

mengendalikan pelaksanaan program

dan kegiatan yang rendah,

keengganan melakukan pengendalian

dengan ketat terhadap bawahan.

Page 52: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

48

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Ditinjau dari persoalan

manajemen, banyak orang

membicarakan secara intensif

tentang strategi, perencanaan,

pemasaran, namun sangat sedikit

yang membicarakan pengendalian.

Senada dengan hal tersebut,

Hutzschenreuter mengatakan,

“Every body is talking about strategy and planning, but nobody is talking obuat control”. The most essential effect of control is that people in the organization do what they are supposed to do”. Controls ensure that the organization resources are allocated to an optimal way” (Hutzschenreuter, 2009)

Sejumlah model pengendaliam

manajemen pendidikan dapat

diimplementasikan untuk maksud

pencapaian tujuan organisasi secara

optimal, diantaranya Model PDCA,

Model Kaizen, Model ISO

9001:2000, Model QAFU, National

University of Singapore, Model

Pelatihan SPM-PT Dikti, Model

Dasar SPM-PT, dan Model Capaian

Mutu Berkelanjutan (Kumaefi,

2006).

Dalam penelitian ini, model

yang dikembangkan berbasis

pendekatan sistem masukan (input),

proses, dan keluaran (output).

Organisasi sekolah merupakan satu

sistem yang memiliki sejumlah sub

sistem. Setiap sistem maupun sub

sistem terdiri dari input, proses, dan

output. Model pengendalian yang

dapat diimplementasikan adalah

model yang dapat

mentransformasikan masukan

(stimulus) menjadi keluaran (respon)

melalui proses. Model Pengendalian

dapat diimplementasikan dengan

syarat respon pengendalian objek

kendali harus terukur, terkendalikan,

dan memiliki sensitivitas (Dorf,

2011). Keterukuran adalah bahwa

respon yang diberikan guru atas

stimulus pendidikan karakter dapat

diukur sehingga dapat dianalisis dan

menghasilkan kesimpulan ataupun

rekomendasi. Keterkendalian respon

objek kendali terhadap stimulus

manajemen adalah bahwa respon

kendali menuju harapan yang

direncanakan. Sensitivitas respon

objek kendali terhadap stimulus

manajemen adalah perubahan respon

objek kendali dalam satuan waktu

tertentu.

Implementasi kendali pada

pendidikan karakter guru-guru SMP

Swasta Tri jaya Medan, dengan

Page 53: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

49

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

parameter atribut karakter yang

terbatas. Atribut karakter dalam

pendidikan karakter bagi guru

tersebut dibatasi hanya atribut

tanggung jawab (responsibility),

disiplin (dicipline), kejujuran

(honesty), kepedulian (caring), dan

dapat dipercaya (Thrustworthy).

Penelitian dibatasi hanya empat

siklus pengendalian untuk mencapai

target respon dalam ranah kognitif,

dan sikap terhadap pendidikan

karakter.

Perumusan masalah penelitian

ini sebagai berikut: 1) Apakah respon

objek kendali atas stimulus

manajemen yang dihasilkan model

pengendalian terukur ?; 2) Apakah

respon objek kendali atas stimulus

manajemen yang dihasilkan model

pengendalian memperlihatkan

sensitivitas ?; 3) Apakah respon

objek kendali atas stimulus

manajemen yang dihasilkan model

pengendalian terkendalikan dan

sesuai dengan target ?

Hakikat Karakter

Menurut Ali karakter adalah

sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watidak,

ahlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang

lain (Ali, 1995). Fish mengatakan

bahwa persepsi terhadap sesuatu

secara unik didasarkan pada tiga

prinsip, yaitu: prinsip faktor umum

(the common factor principle),

prinsip penomena (the phenomenal

principle), dan prinsip representative

(the representational principle)

(Fish, 2010). Berdasarkan prinsip

faktor umum dapat terjadi tiga hal

yaitu, sebuah objek dilihat sesuai

dengan objek sesungguhnya (hal ini

adalah persepsi yang benar), sebuah

objek dilihat tetapi kelihatannya

adalah tidak benar (ilusi), sebuah

objek dilihat akan tetapi

sesungguhnya objek itu tidak ada

(halusinasi). Prinsip penomena

adalah kondisional yang

menggunakan pernyataan

“jika…maka). Prinsip representatif

adalah pengalaman visual yang

artinya perhatian yang intensif

terhadap keberadaan (masa depan)

sesuatu di dalam dunia.

Bernard Show mengatakan

dalam The Harvest of

Education,”Show a though reap an

Page 54: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

50

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

action, show an action reap a habit,

show a habit reap a character, show

a character reap a dignity”. Hal

tersebut sejalan dengan pernyataan

Kuppermen bahwa karakter meliputi

kebiasaan-kebiasaan dan tendensi

pemikiran dan tindakan original

seseorang (Joel, 1991). Lebih lanjut

Zuchdi mengatakan bahwa karakter

adalah sebuah cara berpikir, bersikap

dan bertindak yang menjadi ciri khas

seseorang yang menjadi kebiasaan

yang ditampilkan di masyarakat

(Zuchdi, 2011).

Hornby mengatakan bahwa

Character is moral qualities that

make one person different from

others. Karakter adalah kualitas

moral seseorang atau kelompok yang

membedakannya dengan orang atau

kelompok lain. Moral atau budi

pekerti adalah tindakan atau perilaku

yang dikaitkan dengan norma dan

aturan yang berlaku pada masyarakat

(Hornby, 1974). Ali mengatakan

bahwa moral adalah baik buruk yang

diterima umum mengenai perbuatan,

sikap, kewajiban (Ali, 1995).

Menurut Hill, “Character

determines someone’s private thoughts

and someone’s actions done. Good

character is the inward motivation to

do what is right, according to the

highest standard of behaviour, in every

situation” (Hill, 2005). Kupperman

(1991) menyatakan bahwa “X's

character is X's normal pattern of

thought and action, especially in

relation to matters affecting the

happiness of others and of X, most

especially in relation to moral

choice”.

Susan Brown dalam McElmeel

(2002) menyatidakan bahwa karakter

menyangkut atribut: keriangan

(cheerfulness), kewarganegaraan

(Cintizenship), kebersihan

(cleanliness), Kasih sayang

(compassion), kerja sama

(cooperation), keberanian (courage),

kesopanan, (courtesy), kreativitas

(Creativity), ketergantungan

(dependability), ketekunan

(diligence), keadilan (fairness),

kemurahan hati (generosity),

menolong (helpfulness), sukacita

(joyfulness), kebaikan (kindness),

kesetiaan (loyalty), kesabaran

(patience), ketekunan

(perseverance), ketepatan waktu

(punctuality), rasa hormat (respect),

penghargaan terhadap lingkungan

Page 55: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

51

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

hidup (respect for the environment),

tanggung jawab ( responsibility),

kebanggaan sekolah (school pride),

kendali diri (self control), sportivitas

(sportsmanship), toleransi

(tolerance), kejujuran ( honesty)

Mc Elmeel mengatakan bahwa

karakter menyangkut atribut,

“caring, confidence, courage,

curiosity, flexibility, friendship, goal

setting, humility, humor, initiative,

integrity, patience, perseverance,

positive attitude, problem solving,

self discipline, team work”

(McElmeel, 2002).

Josephson Institute mengajukan

enam pilar karakter (The Six Pillars

of Character) yaitu hal yang dapat

dipercaya (trustworthy), penuh

hormat (respectful),

bertanggungjawab (responsible),

keadilan (fairness), perduli atau acuh

(caring), warga Negara (citizen)

(Josephson, 2011).

Hakikat Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah usaha sadar

manusia untuk meningkatkan

kedewasaan anak didik, sehingga

mandiri, kreatif dan inovatif. Kata

pendidikan dalam bahasa Yunani

dalam kata “educatum” diartikan

melatih, atau meningkatkan. Setiap

anak lahir telah memiliki tendensi,

kapasitas, potensi, dan kekuatan

(power), sehingga tugas pendidikan

adalah meningkatkannya hingga

maksimum.

Pendidikan bertujuan

mengembangkan kompetensi anak

didik yang meliputi kompetensi

kognitif, kompetensi kecerdasan

emosi, dan kompetensi kecerdasan

social (Richard E, 2008). Anak didik

harus mampu memenuhi tuntutan

abad ke-21, sehingga harus memiliki

kompetensi kecerdasan emosional,

kompetensi kecerdasan sosial, dan

kompetensi adaptif terhadap

lingkungan (Richard E, 2008).

Kompetensi kognitif merupakan

kecerdasan sistem berpikir dan

pengenalan pola, kompetensi

kecerdasan emosi merupakan

penguasaan dan pengendalian diri,

kompetensi kecerdasan sosial

merupakan penguasaan kondisi

sosial dan hubungan sosial.

Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik

Page 56: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

52

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara (Malik A, 2003).

Berkowitz mengatakan

pendidikan karakter efektif

menggunakan sebelas prinsip, yaitu:

1) Memperkenalkan dan

mempromosikan nilai karakter inti;

2) menanamkan nilai karakter secara

komprehensif, agar memasuki ranah

kognitif, ranah sikap, dan ranah

perilaku; 3) Pengembangan karakter

secara komprehensif, intensif,

proaktif, dengan menggunakan

seluruh komponen sekolah; 4)

mengembangkan kepedulian yang

berkaitan dengan masyarakat

sekolah; 5) mempersiapkan anak

didik untuk berperilaku baik; 6)

memasukkan pendidikan karakter

dalam kurikulum; 7) memicu

motivasi intrinsik anak didik; 8)

melibatkan staf yang ada di sekolah

sehingga menjadi masyarakat

berkarakter; 9) melakukan diskusi

dengan pemimpin sekolah untuk

mendukung dalam waktu lama; 10)

melibatkan keluarga dan anggota

masyarakat sebagai teman sekerja

dalam pendidikan karakter; 11)

mendorong evaluasi oleh sekolah

dan menjalin kerja sama dengan

pihak lain sebagai masyarakat

berkarakter (Berkowitz, 2002).

Sistem Pengendalian Manajemen

Pengendalian (controlling)

adalah, The process of stabling and

implementing mechanisms to ensure

that objectives are achieved (Lussier,

1997). Controlling is management

function that involves monitoring,

comparing, and correcting work

performance (Robbins, 2007).

Pengendalian adalah “copy of a roll

(of accaunt), a parallel of the same

quality and content with the

original” (Sitorus, 2007).

Berdasarkan hal tersebut dimaknai

bahwa pengendalian adalah gerakan

atau proses penyamaan materi dan

kualitasnya terhadap tujuan awal.

Tujuan awal adalah target yang

dirumuskan dan disesuaikan dengan

perencanaan. Pengertian

pengendalian manajemen dapat

dipahami berdasarka defenisi

berikut.

Page 57: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

53

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Manajemen control system is the process by which managers influence other members of the organization to implement organization’s strategies. The system used by management to control the activities of and organization is called management control system” (Anthony, 1998).

Pengendali memastikan

pencapaian tujuan melalui

mekanisme yang sesuai dengan

karakteristik objek kendali

(Pangaribuan, 2011). Karakteristik

objek kendali terkadang sulit untuk

diketahui sehingga pengendali harus

dapat dibangun tanpa merujuk

perumusan karakteristik objek

kendali (Pangaribuan, 2010). Dari

kedua pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa pengendalian

dapat dilakukan kepada objek

kendali yang diketahui maupun tidak

diketahui karakteristik objek kendali.

Hal tersebut disesuaikan dengan

model pengendali yang dapat

mengatasi persoalan pengetahuan

karakteristik objek kendali tersebut.

Sitorus menjelaskan ada lima sistem

pengendalian manajemen, yaitu:

(1) pengendalian pencegahan

(preventive controls); (2)

pengendalian deteksi (detective

controls); (c) pengendalian koreksi

(corrective controls); (d)

pengendalian pengarahan (derective

controls); dan (e) pengendalian

kompensatif (compensating controls)

(Sitorus, 2007).

Banyak model

pengendali dalam manajemen yang

dapat diterapkan, semua model

tersebut bertujuan untuk mencapai

target yang telah ditetapkan. Diantara

model-model tersebut adalah model

PDCA, Model Kaizen, Model Iso

9001-2000, model QAFU, National

University of Singapore, model

SPMPT Ditjen Dikti. Keseluruhan

model tersebut memiliki mekanisme

pencapaian mutu berkelanjutan.

Mutu berkelanjutan yang dimaksud

dalam kajian tersbut tidak terbatas

hingga pelanggan merasa puas.

Anthony menjelaskan empat

elemen dasar proses kendali, yaitu:

1) Detector; 2) Assessor; 3)

Effector; dan 4) Jaringan

komunikasi (Anthony, 2011).

Detektor atau pelacak atau sensor

adalah suatu perangkat yang

mengukur apa yang sesungguhnya

terjadi dalam proses yang sedang

dikendalikan. Assessor (penilai)

Page 58: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

54

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

adalah suatu perangkat yang

menentukan signifikansi dari

peristiwa aktual dengan cara

membandingkannya dengan

beberapa standar atau ekspektasi dari

apa yang seharusnya terjadi. Effector

sering disebut umpan balik yang

mengubah perilaku jika assessor

mengindikasikan kebutuhan untuk

melakukan hal tersebut. Jaringan

komunikasi adalah perangkat yang

meneruskan informasi antara

detector dan assessor dan antara

assessor dan effector. Hubungan

keempat elemen dasar tersebut

diperlihatkan pada gambar 1 berikut

(Anthony, 2011).

Gambar 1. Hubungan empat elmen dasar pengendalian

Sejalan dengan hal itu, maka

dikaji model yang menjadi

paradikma penelitian ini, seperti

yang diperlihatkan pada gambar 2.

Pada gambar 2 di bawah

diperlihatkan model pengendalian

yang didisain dan diteliti.

Target

(input) ε Keluaran

+ -

Gambar 2 Model Pengendalian Pendidikan Karakter SMP Tri Jaya Medan

Perangkat Kendali

1. Detector. Informasi tentang apa yang sedang terjadi

Perusahaan yang sedang dikendalikan

3. Effector. Perubahan perilaku jika diperlukan

2. Assessor, Perbadingan dengan ukuran standar

Pengendali Objek Kendali

Pengukuran dan evaluasi

Page 59: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

55

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Model yang diteliti adalah

memiliki tujuan atau target

pengendalian terbatas sehingga dapat

dibandingkan dengan hasil

pengendalian tiap siklus. Perbedaan

antara target dan kenyataan dapat

dibandingkan dan dikoreksi melalui

proses lanjutan. Perbedaan kenyataan

dengan target disebut kesalahan atau

error (ε). Kesalahan atau error (ε)

dalam pengendalian ini yang

dikoreksi melalui umpan balik agar

berharga nol, artinya adalah

kenyataan sama dengan target atau

rencana yang ditetapkan tercapai.

Aturan kendali bertujuan untuk

memberi keputusan tentang

keberlanjutan proses pengendalian

atau penghentian proses

pengendalian. Jika error (ε) sama

dengan nol, maka pengendalian

diberhentikan dalam arti selesai,

sebaliknya jika error (ε) tidak sama

dengan nilai nol proses dan

pengendalian dilanjutkan. Proses

perbaikan dilaksanakan dalam siklus-

siklus proses, sikulus proses tersebut

merupakan pengulangan dan

penguatan.

Nilai error (ε) sama dengan nilai

nol diperoleh dari hasil pengendalian

terhadap proses pendidikan karakter

yang pada awalnya memliki nilai

tidak sama dengan nol. Tercapainya

nilai error (ε) mendekati atau sama

dengan nol, adalah menggambarkan

atau bermakna bahwa respon

pengendalian objek kendali

terkendalikan. Nilai-nilai error (ε)

setiap tahapan dapat diketahui dari

pengukuran, hal tersebut

menggambarkan keterukuran. Ada

perubahan nilai error (ε) sebesar

delta error (Δε) setiap siklus

pengendalian. Nilai delta error (Δε)

tersebut yang memperlihatkan

tingkat sensitivitas respon

pengendalian objek kendali.

Sensitivitas tersebut sangat

menentukan kecepatan capaian

target, dan dalam pengendalian

sensitivitas merupakan parameter

yang sangat penting (Dorf, 2011).

Kualitas model pengendalian

menentukan dan menjamin capaian

target dalam selang waktu tertentu.

Interval pemberian stimulus

manajemen yang memperbaiki

keluaran terkini dari hasil

pengendalian perlu ditetapkan

dengan bijak. Sejalan dengan hal itu,

Stimulus manajemen pendidikan

Page 60: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

56

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

karakter dapat diberikan tiap-tiap

hari, atau tiap-tiap minggu, bahkan

tiap-tiap bulan, menjadi siklus

(Chapman, 2005). Satu siklus

pengendalian penelitian yang

dilaksanakan adalah satu minggu dan

penelitian yang dilakukan adalah

empat siklus. Sati silkus adalah satu

kali pemberian stimulus, satu kali

pengukuran dan umpan balik, yang

hasilnya dinilai dan diberi

rekomendasi untuk melakukan siklus

kedua.

Pengukuran hasil pemberian

stimulus manajemen berupa respon

objek kendali dilakukan sesuai

dengan rentang atau periode

pemberian stimulus tersebut. Hasil

stimulus tiap periode dibandingkan

dan diperoleh nilai delta error (Δε),

yaitu perubahan stimulus yang

disebut juga sensitivitas

pengendalian objek kendali. Jika

besar nilai delta error (Δε) adalah

positip maka objek kendali

terkendalikan dengan model

pengendalian yang dirancang.

Model pengendalian dapat

diterapkan pada objek kendali jika

memenuhi tiga syarat, yaitu: (a)

Keterukuran; (b) sensitivitas; (c)

keterkendalian. Keterukuran

diartikan sebagai kemampuan

instrument mengukur respon

pengendalian yang dalam hal ini

adalah menggunakan tes dan angket.

Tes dan angket yang dipergunakan

terlebih dahulu diuji validitas isinya

oleh dua orang pakar yang

dibuktikan dengan pernyataan hasil

analisis yang mereka lakukan.

Sensitivitas diartikan adanya nilai

perubahan delta error (Δε) yang

bermakna (signifikan), yang dalam

hal ini dapat dianalisis denga uji t,

dengan taraf signifikansi 95%.

Keterkendalian diartikan dari nilai

error (ε) yang dapat mencapai nilai

nol atau mendekati nol. Hal tersebut

dapat diperoleh setelah beberapa

periode (siklus) pengendalian.

Keterukuran adalah sifat

parameter atau variabel yang dapat

diukur oleh instrumen yang

dirancang dan diciptakan khusus

untuk pengukuran tersebut.

Parameter atau variabel yang terukur

adalah yang memiliki indikator-

indikator yang dapat dirujuk untuk

membuat instrumen pengukuran.

Keterukuran terkait dengan kuantitas

atau kualitas yang dapat di

Page 61: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

57

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

transformasikan dalam bentuk

kuantitas.

Proses penanaman atribut

karakter bertujuan memberi

pengetahuan kognitif dan sikap

positif terhadap nilai-nilai karakter.

Indikator subjek yang memiliki

pengetahuan tentang nilai-nilai

karakter menyangkut taxonomi

Bloom atau Taxonomi Anderson.

Indikator subjek yang memiliki sikap

positip terhadap nilai-nilai karakter

atau atribut karakter sesuai dengan

pandangan Kratwohl tentang sikap

berada dalam domain khusus dan

memiliki tingkatan (Taxonomi) yang

meliputi: penerimaan, respons,

menghargai, mengorganisasikan, dan

karakterisasi (Bloom, 1964).

Keterukuran

Keterukuran suatu respon

kendali dipandang dari sistem adalah

bahwa setiap respon yang dihasilkan

oleh objek kendali atas stimulus

sistem pengendalian, dapat diketahui

secara kuantitatif melalui

pengukuran, dan dari hasil

pengukuran dapat ditarik kesimpulan

bahwa pengukuran tersebut adalah

benar dan tetap. Pengukuran yang

benar dan tetap adalah pengukuran

yang reliabel. Reliabelitas

pengukuran pengetahuan dapat

dihitung dengan menggunakan

rumus Kuder dan Richardson (K-R-

20) (Arikunto, 1984). Dikatakan

terandal jika koefisien reliabelitas

hasil perhitungan lebih besar dari

0,50 (Arikunto, 19840. Reliabelitas

pengukuran sikap dapat dihitung

dengan menggunakan Cronbach’s

formula yang lebih lajim disebut

koefisien alpha (Guildford, 1954).

Sensitivitas

Sensitivitas atau kepekaan

sistem pengendalian didefenisikan

sebagai perbandingan prosentase

perubahan pada fungsi transfer

sistem, dengan prosentase perubahan

fungsi transfer proses (Dorf, 1983).

Kepekaan didefenisikan dalam

bentuk persamaan matematika

berikut (Dorf, 1983):

)(/)(

)(/)(

sGsG

sTsTs

,

dalam mana T(s) adalah fungsi

transfer proses, sedangkan G(s)

adalah fungsi transfer sistem, serta

)(),( sTsG adalah perubahan

pada kedua fungsi transfer.

Berdasarkan persamaan di atas dapat

dimaknai bahwa satu sistem yang

Page 62: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

58

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

sensitif adalah jika terjadi perubahan

respon ketika diberikan stimulus

Sensitivitas ditinjau dari sistem

kendali manajemen adalah terjadinya

perubahan respon akibat adanya

stimulus pengendalian, dan

perubahan tersebut adalah signifikan.

Perubahan respon akibat adanya

pemberian stimulus adalah nilai

respon terawal dibandingkan dengan

nilai respon terkini. Pembandingan

dapat dilakukan dengan uji t (t-test),

uji satu pihak. Nilai hasil

perhitungan uji-t dikonfrontasikan

terhadap nilai t-tabel (Sudjana,

2005).

Keterkendalian

Keterkendalian adalah nilai

respon objek kendali atas stimulus

pengendalian bersifat konvergen,

yaitu menuju satu titik. Objek

kendali yang dikendalikan menuruti

kemauan pengendali melalui

pemberian stimulus, yaitu mencapai

nilai set point (nilai yang

direncanakan). Ketercapaian nilai set

point identik dengan kestabilan

keluaran sistem, yang didefenisikan

jika dan hanya jika respon g(t) jika

diintegrasikan di daerah range yang

tidak terhingga akan mempunyai

harga yang berhingga (Dorf, 1983).

Jika sumbu Y menggambarkan

garis respon, dan sumbu X

menggambarkan stimulus dan waktu,

maka besaran respon adalah fungsi

stimulus dan waktu atau Y = g (X,t),

sehingga untuk grafik c dapat

diketahui nilai keterhinggaannya

dengan persamaan berikut.

0

),( kdxdttXfY , nilai k adalah

nilai keterhinggaannya.

Proses Pemberian Stimulus Pendidikan Karakter

Pemberian stimulus pendidikan

karakter sebagai proses pengendalian

dilakukan atas empat sikulus.

Keempat siklus tersebut dipaparkan

sebagai berikut.

Siklus I.

1. Mengandakan pretest penguasaan

atribut karakter utama dan sikap

guru terhadap pendidikan

karakter.

2. Mensosialisasikan pentingnya

pendidikan karakter.

3. Mensosialisasikan kebijakan

nasional tentang pendidikan

karakter.

Page 63: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

59

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

4. Mensosialisasikan atribut

karakter utama yang harus

dimiliki guru dan siswa Perguran

Tri Jaya Medan.

5. Mensosialisasikan rencana-

rencana proses pendidikan

karakater bagi guru Y.P. Tri jaya.

6. Tes awal penguasaan atribut

karakter dan sikap terhadap

pendidikan karakter.

7. Menganalisis hasil tes awal dan

pengukuran sikap terhadap

pendidikan karakter.

8. Menghitung keterukuran,

sensitivitas, dan keterkendalian

hasil tes awal dan siklus I.

Siklus II

1. Mengadakan rapat evaluasi

penguasaan atribut karakter dan

sikap terhadap pendidikan

karakter.

2. Mensosialisasikan kelemahan

dan kelebihan yang telah dimiliki

dikuasai guru atas atribut

karakter dan sikap terhadap

pendidikan karakter.

3. Memerintahkan peningkatan

penguasaan atribut karakter dan

sikap positip terhadap pendidikan

karakter.

4. Merumuskan butir-butir

komitment atas penguasaan

atribut karakter dan sikap

terhadap pendidikan karakter.

5. Perenungan dan pemotivasian

pelaksanaan komitmen.

6. Melaksanakan tes penguasaan

atribut karakter dan sikap

terhadap pendidikan karakter.

7. Menghitung tererukuran dan

sensitivitas serta keterkendalian.

Siklus III.

1. Mengadakan rapat evaluasi

penguasaan atribut karakter dan

sikap terhadap pendidikan

karakter.

2. Mensosialisasikan kelemahan

dan kelebihan yang telah dimiliki

dikuasai guru atas atribut

karakter dan sikap terhadap

pendidikan karakter.

3. Memerintahkan peningkatan

penguasaan atribut karakter dan

sikap positip terhadap pendidikan

karakter.

4. Merenungkan butir-butir

komitment atas penguasaan

atribut karakter dan sikap

terhadap pendidikan karakter.

Page 64: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

60

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

5. Pembangkitan motivasi intrinsik

untuk penguasaan atribut

karakter dan peningkatan sikap

terhadap pendidikan karakter.

6. Memberikan tugas pembuatan

poster pendidikan karakter bagi

guru dan siswa.

7. Melaksanakan tes penguasaan

atribut karakter dan sikap

terhadap pendidikan karakter.

8. Menghitung tererukuran dan

sensitivitas serta keterkendalian.

Siklus IV.

1. Mengadakan rapat evaluasi

penguasaan atribut karakter dan

sikap terhadap pendidikan

karakter.

2. Mensosialisasikan kelemahan dan

kelebihan yang telah dimiliki

dikuasai guru atas atribut karakter

dan sikap terhadap pendidikan

karakter.

3. Memerintahkan peningkatan

penguasaan atribut karakter dan

sikap positip terhadap pendidikan

karakter.

4. Merenungkan butir-butir

komitment atas penguasaan

atribut karakter dan sikap

terhadap pendidikan karakter.

5. Pembangkitan motivasi intrinsik

untuk penguasaan atribut karakter

dan peningkatan sikap terhadap

pendidikan karakter.

6. Memberikan tugas interpensi

implementasi atribut karakter

pada siswa dan masyarakat di

lingkangan tempat tinggal guru.

7. Melaksanakan tes penguasaan

atribut karakter dan sikap

terhadap pendidikan karakter.

8. Menghitung tererukuran dan

sensitivitas serta keterkendalian.

KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Berdasarkan teori-teori yang

telah dipaparkan sebelumnya, bahwa

pendidikan karakter berorientasi

pada pembangunan pengetahuan dan

sikap para guru dan siswa sehingga

hasil proses pendidikan tersebut

dapat diukur dengan instrumen tes

dan angket. Sejalan dengan hal

tersebut maka proses pendidikan

karakter memiliki keterukuran.

Proses pendidikan karakter

mengharapkan adanya perubahan

karakter yang dimiliki guru dan

siswa serta para pegawai disekolah.

Page 65: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

61

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Perubahan karakter yang

dimaksudkan pada pengetahuan

tentang atribut karakter yang

ditumbuhkembangkan serta

munculnya sikap yang positip

tentang karakter dan

implementasinya dalam kehidupan

sehari-hari sebagai guru dan sebagai

anggota masyarakat. Perubahan

terjadi akibat adanya proses yang

memperlihatkan sensitivitas bagi

guru dan siswa terhadap stimulus

yang dilakukan saat pendidikan

karakter berlangsung.

Proses pendidikan karakter

menuju pembangunan karakter

dengan target sesuai dengan yang

direncanakan. Ketercapaian target

karakter dalam proses yang berulang

dan dikendalikan. Target dipastikan

akan tercapai sehingga proses

pendidikan karakter terkendalikan.

Pada umumnya guru-guru akan

mengikuti instruksi dan arahan

kepala sekolah sebagai atasan

langsung yang memberikan

bimbingan dan penilaian kinerja dan

etika guru. Proses tersebut dilakukan

berulang dan dievaluasi sehingga

menghasilkan perubahan

pengetahuan dan sikap yang

memperlihatkan atribut karakter.

Pengetahuan karakter guru diukur

dengan tes dan sikap guru terhadap

pendidikan karakter diukur dengan

angket. Rumusan hipotesis statistik

penelitian sebagai berikut.

Ha: Model pengendalian memenuhi

syarat respon objek kendali atas

stimulus manajemen hasil

pengendalian.

Ho: Model pengendalian tidak

memenuhi syarat respon objek

kendali atas stimulus Manajemen

hasil pengendalian.

Hipotesis statistik:

Ha : µ2 > µ1

Ho: µ2 ≤ µ1

HASIL PENELITIANKeturukuran

Page 66: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

62

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Analisis data keterukuran

penguasaan atribut karakter

dipergunakan persamaan Kuder dan

Richardson yaitu K-R 20 (Suharsini,

1984). Analisis data keterukuran

sikap terhadap pendidikan karakter

dipergunakan rumus Alpha

(Guilford, 1954). Keterukuran dapat

dibenarkan jika nikai masing-masing

r11 dan nilai r lebih besar dari 0,50

(Fernandees, 1984). Hasil tersebut

ditampilkan pada tabel 1, dan

menghasilkan kesimpulan bahwa

pengendalian memenuhi persyaratan

keterukuran.

Tabel 1. Hasil analisis keterukuran respon kendaliNilai Keterukuran (reliabelitas)

Pretest I II III IVKeterukuran (r11)

Hasil tesrt = 0,50 0,56 0,63 075 0,81 0,91

Keterukuran (r)Hasil Angket

rt = 0,50 0,63 071 0,85 0,91 0,98

SensitivitasAnalisis sensitivitas data

penguasaan atribut karakter dan

sikap terhadap pendidikan karakter

mempergunakan uji-t (Hadi, 2004).

Hasil analisis ditampilkan pada tabel

2 dan dapat diketahui bahwa setiap

siklus memiliki sensitivitas yang

signifikan, dalam mana nilai t-hitung

setiap siklus > t-tabel. Setiap siklus

pengukuran dan hasil analisis

terhadap respon pengendalian objek

kendali memperlihatkan tingkat

sensitivitas sistem pengendalian

adalah signifikan. Hal tersebut

memberikan kesimpulan bahwa

pengendali yang dirancang adalah

memenuhi syarat sensitivitas, dan

dapat dipergunakan untuk

pengendalian pendidikan karakter.

Tabel 2. Hasil Analisis SensitivitasNilai Perubahan Sikap

Pretest I II III IVHasil uji Sensitivitas Keadaan - sensitif sensitif sensitif sensitifHasil Uji t-test(α = 0,05), dan

dk=31

t-hitung - 1,712 1,757 1,821 1,798t-tabel (uji satu ekor) 1,688 1,688 1,688 1,688 1,688

Keterkendalian Analisis keterkendalian

dilakukan dengan menganalisis

Page 67: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

63

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

rerata kesalahan (nilai error) dari

setiap siklus yang diharapkan

menuju nilai nol (konvergen). Pada

tabel 3. diperlihatkan nilai rerata

kesalahan (error) untuk pengetahuan

karakter dan sikap terhadap

pendidikan karakter, dan dapat

diketahui bahwa pengetahuan

tentang karakter dan sikap terhadap

pendidikan karakter menagalami

penurunan kesalahan sejak pada

pretest hingga siklus ke-empat,

penurunan tersebut menuju satu titik

(konvergensi). Dengan demikian

model pengendalian memenuhi

persyaratan keterkendalian.

Tabel 3. Hasil Analisis KeterkendalianRerata Error Pengetahuan Karakter

Setiap SiklusRerata Error Sikap terhadap

Pendidikan Karakter Setiap SiklusPretest I II III IV Pretest I II III IV

22,50 17,53 13,16 8,91 6,78 44,44 34,31 26,41 20,38 8,72

Nilai menuju satu titik “0”, konvergen sehingga terkendalikan

Hasil pengujian hipotesis

menyimpulkan bahwa model

pengendalian yang dirancang dapat

dipergunkana untuk pengendalian

pendidikan karakter, yaitu dengan

menerima hipotesis alternatif dan

menolak hipotesis nol.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan

pengujian hipotesis atas ketiga

persyaratan pengendalian dapat

disimpulkan bahwa model

pengendalian yang didisain dapat

dipergunakan untuk mengendalian

implementasi pendidikan karakter

bagi guru-guru. Model pengendalian

yang dirancang berdasarkan

pendekatan sistem, yang terdiri dari

subsistem input, subsistem proses,

subsistem output, subsistem umpan

balik. Model pengendalian

mengendalikan keseluruhan

subsistem, sehingga meliputi proses

perencanaan, pelaksanaan, dan

monitoring dan evaluasi. Model

pengendalian ini disarankan

diimplementasikan pada pendidikan

karakter di mana saja.

Page 68: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

64

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita Biner. 2011. “Penanaman dan Implementasi Nilai Karakter dalam Ekstrakurikuler”. Makalah. Makalah disampaikan pada pengembangan karakter siswapenerima beasiswa Bidik Misi tanggal 05-07 Desember 2011 di Wisma Hanif UNIMED.

Ali Lukman, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anthony N. Robert., V. Govindarajan. 1998. Management Control Systems. Boston: Irwin McGraw-Hill.

Antony Robert N, Vijay Govindarajan, alih bahasa Suyoto Bakir dan Yuni Prihantini. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.

Arikunto Suharsini. 1984. Validitas dan Reliabelitas. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Berkowitz W. Marvin. 2002. Character Education. Standord, DC: Hoover Institution.

Chapman S. Christopper . 2005.Controlling Strategy.Management Accounting, andPerformance Measurement.New York: Oxford University Press.

Darmiyati Zuchdi. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktek Yogyakarta: UNY Press.

D.R. Krathwohl, Bloom, B.S., and Masia, B.B. 1964. Taxonomy of educational objectives: Handbook II: Affective domain.New York: David McKay Co.

Dorf C. Richard, alih bahasa Farid Ruskanda. 1983. Sistem Pengaturan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dorf C. Richard, Robert H. Bishop. 2011. Modern Control System. Twelfth Edition. New Jersey:Pearson Education. Inc.

Fadjar A. Malik. 2004. Kumpulan Pidato Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Buku IV. Jakarta: Depdiknas.

Fish William. Philosophy of Perception. A Contemporary Introduction. New York: Routledge.

Fernandees H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta: National Education Lanning.

Guilford J.P. 1954. Psychometric Methods. New York: McGraw Hill.

Hill, T.A., 2005. Character First! Kimray Inc.,

http://www.charactercities.org/ downloads/

/Whatischaracter.pdf. diunduh tanggal 11 Agustus 2011.

Hornby, A.S. 1974. Oxford Advanced Learner’s Dictionary

Page 69: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

65

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

of Current English. Oxford: Oxford University.

Hutzschenreuter Jens. 2009.Management Control in Smalland Medium Sized Enterprises. Wiesbaden: Gabler/GWV Fachverlage GmbH.

Josephson Institute. Thes Six Pillars of Character. http://charactercounts.org/sixpillars.html. diunduh tanggal 11 Agustus 2011.

Kupperman Joel J. 1991. Character.Newyork, Oxford: Oxford University Press.

Lussier N. Robert. 1997. Management. Concepts, Applications, Skill Development.Cincinnati Ohio: South-Western College Publishing.

Malik A. Fadjar. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

McElmeel Sharron L. 2002. Character Education. A book Guide for Theacher, Librarians, and Parents, Clorado: Libraries Unlimited, Theacher Ideas Press.

Nandika Dodi.2008. “Kualitas Pendidikan Kita”, Opini Pendidikan 2008.Jakarta: Depdiknas.

Nandika Dodi. 2008. Teropong Pendidikan Kita, Antologi Artikel 2007-2008. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Pangaribuan Wanapri. 2011.“Kendali Kualitas Pendidikan pada Program Studi dengan Metode Kendali Kokoh (Robust Control)”. Majalah/Jurnal Generasi kampus (Campus Generation), Volume 4, Nomor 1, April 2011. Unimed.

Pangaribuan Wanapri. 2010. “Sistem Pengendalian Pembangunan Pendidikan Berbasis

Logika Kabur (Fuzzy Logic)”. Majalah/Jurnal Generasi kampus (Campus Generation), Volume 3, Nomor 1, April 2010. Unimed.

Richard E Boyatzis. 2008.Competencies in the 21st

Century. Journal of Management Development, Vol. 27 Number 1.

Robbins Stephen, Mary Coulter. 2007. Management. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Sitorus Victor, dkk. 2007 .Sistem Pengendalian Manajemen.Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Sudjana. 2005. Metode Statistik.Bandung: Penerbit Tarsito.

Sutrisno Hadi. 2004. Statistik. Jilid. 2. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Page 70: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

66

Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Tresna Dermawan Kurnaefi. 2006. Buku I Panduan Pelaksanaan Sistem Penjaminan MutuPerguruan Tinggi (SPM-PT), Bidang Akademik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional.

Williams Chuk. 2008. Effective Management. South Western: Thomson Cooperation.

Page 71: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

67

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMA

PARULIAN 2 MEDAN

Paningkat Siburian

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi berprestasi dan kepuasan kerja, dan pengaruh motivasi berprestasi terhadap kepuasan kerja Guru SMA Parulian 2 Medan. Hasil analisis jalur menemukan (1) koefisien jalur antara komunikasi interpersonal (X1) dengan motivasi berprestasi (X2), yaitu ρ21 = 0,726; (2) koefisien jalur antara komunikasi interpersonal (X1) dengan kepuasan kerja (X3), yaitu ρ31 = 0,343;dan (3 koefisien jalur antara motivasi berprestasi (X2) dengan kepuasan kerja (X3), yaitu ρ32 = 0,511 adalah signifikan pada α sebesar 0,05.Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Motivasi Berprestasi

PENDAHULUAN

Sesuai dengan tantangan

kehidupan global, peran dan

tanggung jawab guru pada masa

mendatang akan semakin kompleks,

sehingga guru harus meningkatkan

kompetensinya secara terus-menerus

untuk mendapatkan kepuasan kerja

yang tinggi. Guru merupakan ujung

tombak yang berada pada garis

terdepan yang langsung berhadapan

dengan peserta didik melalui

kegiatan pembelajaran di dalam

kelas ataupun di luar kelas. Untuk

itu, guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikasi

pendidik, sehat jasmani dan rohani,

serta memiliki kemampuan

mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Sehubungan dengan itu, telah

dilakukan berbagai upaya untuk

menjadikan guru profesional, baik

melalui Pendidikan dan Latihan

Profesi Guru (PLPG) maupun

melalui kegiatan pendidikan lanjutan

yang relevan di perguruan tinggi.

Bagi guru yang telah memiliki

sertifikat pendidik diberikan tunjang

profesi, sehingga mereka memiliki

kepuasan kerja yang tinggi dan

kinerjanya dapat meningkat.

Namun dikemukakan bahwa

saat ini guru menghadapi

permasalahan untuk menjadi tenaga

Page 72: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

68

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

profesional dengan tingkat apresiasi

dari lingkungan yang masih rendah,

yang mana masyarakat masih

menganggap remeh profesi seorang

guru (Tim Instruktur PLPG, 2008;

10). Selanjutnya, dikemukakan

bahwa kepuasan kerja guru sebagai

sikap umum guru terhadap

pekerjaannya belum sesuai dengan

harapan (Nirva Diana, 2006: 3).

Berkaitan dengan itu, dijelaskan

bahwa kepuasan kerja merupakan

faktor yang mendasar yang

mempengaruhi kinerja. Sesuai

dengan Teori Sistem Perilaku

dijelaskan bahwa budaya organisasi

mempengaruhi kepemimpinan dan

komunikasi, selanjutnya

kepemimpinan dan komunikasi

mempengaruhi motivasi, dan pada

akhirnya motivasi mempengaruhi

kepuasan kerja (Newstrom, 2007:

26).

Berbeda halnya dengan Teori

Model Integrasi Perilaku Organisasi

yang menjelaskan bahwa budaya

organisasi, kepemimpinan, dan

kemampuan berkomunikasi secara

langsung mempengaruhi motivasi

dan kepuasan kerja (Colquitt,

LePine, dan Wesson, 2009: 8). Jika

kepuasan kerja guru tinggi, maka

akan sangat mudah mencapai tujuan

yang diharapkan secara sempurna.

Kepuasan kerja guru merupakan

suatu faktor yang dominan

mempengaruhi kualitas kerja guru

dalam mewujudkan pendidikan yang

bermutu. Oleh karena itu, dalam

rangka meningkatkan mutu

pendidikan, perlu diteliti kepuasan

kerja guru serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Namun,

mengingat luasnya permasalahan

yang berhubungan dengan kepuasan

kerja guru, diadakan pembatasan

masalah, sehingga memungkinkan

tercapainya tujuan penelitian.

Penelitian ini hanya berfokus

mengkaji pengaruh komunikasi

interpersonal, dan motivasi

berprestasi terhadap kepuasan kerja

guru SMA Parulian 2 Medan.pada

tahun 2009.

Berdasarkan pembatasan

masalah, dibuat perumusan masalah

sebagai berikut: 1) Apakah

komunikasi interpersonal guru

mempengaruhi motivasi berprestasi

secara langsung ?, 2) Apakah

komunikasi interpersonal

mempengaruhi kepuasan kerja guru

Page 73: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

69

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

secara langsung ?, 3) Apakah

motivasi berprestasi mempengaruhi

kepuasan kerja guru secara

langsung?. Adapun tujuan penelitian

ini adalah untuk : 1) Mengetahui

apakah komunikasi interpersonal

guru mempengaruhi motivasi

berprestasi guru secara langsung, 2)

Mengetahui apakah komunikasi

interpersonal mempengaruhi

kepuasan kerja guru secara langsung,

3) Mengetahui apakah motivasi

berprestasi mempengaruhi kepuasan

kerja guru secara langsung.

Manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Memberikan informasi tentang

kepuasan kerja guru serta faktor-

faktor yang mempengaruhinya, yaitu

komunikasi interpersonal dan

motivasi berprestasi sebagai bahan

pertimbangan bagi pihak

Departemen Pendidikan Nasional

dalam rangka peningkatan kepuasan

kerja guru, 2) Memberikan dukungan

empiris terhadap teori yang

mendasari paradigma penelitian serta

memberikan bahan bandingan bagi

penelitian yang relevan di kemudian

hari.

Deskripsi Teoretis dan Hipotesis PenelitianKepuasan Kerja Guru

Kepuasan kerja menunjuk

kepada sikap umum seseorang

terhadap pekerjaannya (Robbins, dan

Coulter, 2007: 421). Kepuasan kerja

adalah sekumpulan perasaan yang

menyenangkan atau tidak

menyenangkan dan emosi-emosi

dengan mana para pekerja

memandang pekerjaan mereka

(Newstrom, 207: 204). Jadi,

kepuasan kerja guru sangat

ditentukan oleh kesesuaian antara

apa yang diharapkan dengan apa

yang didapatkan guru dalam

pekerjaannya. Kepuasan kerja

meliputi reaksi atau sikap kognitif,

afektif, dan evaluative (Locke dalam

Dunnette, 1976: 130. Value

Discrepancy Theory menjelaskan

bahwa nilai pekerjaan lebih penting

dibandingkan nilai kebutuhan dalam

pemenuhan kepuasan kerja

(Greenberg, 1999: 81). Hal ini berarti

bahwa kepuasan kerja seseorang

sangat ditentukan oleh nilai

pekerjaanya atau hasil kerja yang

dicapai. Teori nilai yang diperoleh

Page 74: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

70

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

(value attainment) menjelaskan

bahwa kepuasan kerja tergantung

dari pada kesesuaian antara nilai

hasil keluaran yang diperoleh secara

individu pada pekerjaannya dan

persepsi mengenai kemampuan atas

hasil tersebut (Greenberg, 1999:

1840). Teori keadilan (Equity

Theory) menjelaskan bahwa

kepuasan kerja merupakan hasil

persepsi dari keadilan yang

berkenaan dengan input dan outcome

(Watson dalam Nirva, 2006: 18).

Penjelasan tersebut

mengungkapkankan bahwa

kepuasaan kerja menunjuk pada hasil

persepsi tentang keadilan yang

menyangkut kesetaraan antara apa

yang diperoleh dari hasil kerja secara

wajar. Selanjutnya, dikemukakan ada

tiga elemen keadilan, yaitu : (1)

input –outcome ; (2) comparison

person ; dan (3) equity and inequity

(Nirva, 2006: 18).

Kepuasan kerja didasarkan pada

faktor lingkungan kerja, seperti gaya

penyelia, kebijakan dan prosedur,

afiliasi kelompok kerja, kondisi

kerja, dan tunjangan. Kepuasan kerja

dipengaruhi oleh kepemimpinan,

komunikasi, dinamika kelompok,

dan motivasi (Newstrom, 2007: 26).

Ada lima karakteristik penting

kepuasan kerja, yaitu: pembayaran,

pekerjaan, kesempatan promosi,

penyelia, dan rekan kerja (Gibson,

Ivancevich, dan Donnelly, 1996:

153). Sehubungan dengan itu,

Minnosota Satisfaction Questionare

menjelaskan bahwa indikator-

indikator untuk mengukur kepuasan

kerja adalah (1) kebebasan

memanfaatkan waktu luang, (2)

kebebasan bekerja secara mandiri,

(3) kebebasan berganti-ganti

pekerjaan dari waktu ke waktu, (4)

kebebasan bergaul, (5) gaya

kepemimpinan atasan langsung, (6)

kompetensi pengawas, (7) tugas yang

diterima, (8) kesempatan bertindak

terhadap orang lain, (9) persiapan

kerja, (10) kebebasan memerintah,

(11) kebebasan memanfaatkan

kemampuan, (12) kebebasan

menerapkan peraturan yang berlaku,

(13) gaji yang diterima, (14)

kesempatan mengembangkan karier,

(15) kebebasan mengambil

keputusan, (16) kesempatan

menggunakan metode kerja, (17)

kondisi kerja yang mendukung, (18)

kerja sama, (19) penghargaan

Page 75: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

71

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

terhadap prestasi, dan (20) perasaan

pekerja terhadap prestasinya

(Husaini, 2008: 468).

Dengan demikian, secara

konseptual dapat dikemukakan

bahwa kepuasan kerja guru adalah

ungkapan sikap guru terhadap

pekerjaan yang mencerminkan

pengalaman yang menyenangkan

dan tidak menyenangkan

berdasarkan kesesuaian antara

harapan dengan kenyataan yang

didapatkan dari pekerjaaannya.

Komunikasi Interpersonal Guru

Komunikasi merupakan unsur

penting dalam menjalin hubungan

antar manusia baik secara individu

maupun kelompok dalam organisasi.

Komunikasi ialah proses

penyampaian atau penerimaan pesan

dari satu orang kepada orang lain,

baik langsung maupun tidak

langsung, secara tertulis, lisan

maupun bahasa non verbal (Husaini,

2008: 389).Komunikasi adalah

transfer dan pemahaman arti

(Robbins, dan Coulter, 2007: 322).

Selanjutnya, dijelaskan bahwa

komunikasi adalah pengiriman

informasi dari seseorang pengirim

kepada seseorang penerima melalui

penggunaan simbol-simbol umum

(Lunenburg, dan Ornstein, 2000;

198).

Komunikasi interpersonal

diartikan sebagai proses komunikasi

yang dilakukan seseorang dengan

orang lain secara langsung

(Ofeinberg, 1994: 18). Komunikasi

interpersonal menekankan transfer

informasi dari satu orang ke orang

lain (Luthans, 2006: 380). Scott dan

Mitchell dalam Robbins

mengemukakan bahwa komunikasi

menjalankan empat fungsi utama di

dalam kelompok atau organisasi,

yaitu: pengendalian, motivasi,

pengungkapan emosi, dan informasi

(Robbins, 2006: 392). Secara khusus

dijelaskan bahwa komunikasi

interpersonal dalam organisasi

sekolah mempunyai tiga fungsi

yaitu: fungsi penghubung, fungsi

mentation, dan fungsi regulasi (Grant

dalam Siburian, 2008: 15).

Sehubungan dengan itu, dijelaskan

bahwa komunikasi interpersonal

guru adalah perilaku berbagi

informasi guru dengan rekan sesama

guru, siswa, dan masyarakat di

Page 76: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

72

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

lingkungan guru (Tambunan, 2008;

71).

Komunikasi interpersonal

berpengaruh langsung terhadap

motivasi berprestasi (Wayne, Pace,

dan Faules, 2000: 203). Selanjutnya,

dijelaskan bahwa komunikasi

interpersonal mempengaruhi

kepuasan kerja (Wayne, Pace, dan

Faules, 2000: 203).

Dengan demikian, secara

konseptual dapat dikemukakan

bahwa komunikasi interpersonal

guru adalah perilaku berbagi

informasi guru dengan rekan sesama

guru, peserta didik, dan pihak

lainnya yang bersangkut paut dengan

tugasnya.

Motivasi Berprestasi Guru

Motivasi berasal dari kata

movere yang artinya menggerakkan

(Lunenburg, dan Ornstein, 2000: 88).

Motivasi menunjuk kepada proses

di mana usaha seseorang

digerakkan, diarahkan, dan

dipertahankan terhadap pencapaian

tujuan (Robbins, dan Coulter, 2007:

482).

Penjelasan tersebut

mengemukakan bahwa motivasi

terkait dengan usaha, arah, dan

ketekunan. Motivasi berhubungan

dengan bagaimana perilaku dimulai,

digiatkan, dipertahankan, diarahkan,

dan dihentikan(Gibson, Ivancevich,

dan Donnelly, 1996: 183). Jadi,

motivasi adalah dorongan yang

timbul pada atau di dalam diri

individu yang menggerakkan dan

mengarahkan perilakunya untuk

mencapai tujuan. Motivasi

berprestasi dapat diartikan sebagai

suatu dorongan dalam diri seseorang

untuk melakukan tugas dengan

sebaik-baiknya agar mencapai

prestasi dengan predikat terpuji

(Anwar, 2007: 68). Motivasi

berprestasi ialah dorongan dari

dalam diri untuk mengatasi segala

tantangan dan hambatan dalam

upaya mencapai tujuan (Husaini,

2008: 29). Seseorang yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi bersedia

memikul tanggung jawab sebagai

konsekuensi usahanya untuk

mencapai tujuan, berani mengambil

resiko yang sudah diperhitungkan,

bersedia mencari informasi untuk

mengukur kemajuannya, dan ingin

kepuasan dari yang telah

dikerjakannya.

Page 77: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

73

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Ada enam karakteristik orang yang

mempunyai motif berprestasi tinggi,

yaitu :

(1). Memiliki tingkat tanggung

jawab pribadi yang tinggi ;

(2). Berani mengambil dan memikul

resiko ;

(3). Memiliki tujuan yang realistik ;

(4). Memiliki rencana kerja yang

menyeluruh dan berjuang untuk

merealisasikan tujuan ;

(5). Memanfaatkan umpan balik

yang konkrit dalam semua

kegiatan yang dilakukan ; dan

(6). Mencari kesempatan untuk

mereliasasikan rencana yang

telah diprogramkan

(McClelland, 1961: 122).

Selanjutnya, Edward Murray

menjelaskan bahwa karakteristik

orang yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi adalah sebagai

berikut :

(1). Melakukan sesuatu dengan

sebaik-baiknya ;

(2). Melakukan sesuatu dengan

mencapai kesuksesan ;

(3). Menyelesaikan tugas-tugas yang

memerlukan usaha dan

keterampilan ;

(4). Berkeinginan menjadi orang

terkenal dan menguasai bidang

tertentu ;

(5). Melakukan hal yang sukar

dengan hasil yang memuaskan ;

(6). Mengerjakan sesuatu yang

sangat berarti ; dan

(7). Melakukan sesuatu yang lebih

baik dari pada orang lain

(Anwar, 2007: 68). .

Secara khusus dijelaskan bahwa

motivasi berprestasi mempengaruhi

kepuasan kerja Greenberg, 1999:

173-174). Jadi, motivasi berprestasi

adalah salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja guru.

Dengan demikian, secara

konseptual dapat dikemukakan

bahwa motivasi berprestasi guru

adalah dorongan dalam diri guru

untuk melakukan tugas dengan

sebaik-baiknya guna mencapai

prestasi yang baik.

Page 78: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

74

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan

kerangka berpikir, diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Komunikasi interpersonal guru

mempengaruhi motivasi

berprestasi guru secara langsung.

2. Komunikasi interpersonal guru

mempengaruhi kepuasan kerja

guru secara langsung.

3. Motivasi berprestasi guru

mempengaruhi kepuasan kerja

guru secara langsung.

Model hubungan antar variabel

penelitian digambarkan dalam

bentuk diagram seperti Gambar 1 di

bawah ini.

Gambar 1. Model Hubungan antar Variabel Penelitian

Keterangan :

X1 = Komunikasi Interpersonal Guru

X2 = Motivasi BerprestasiX3 = Kepuasan Kerja Guru

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMA Parulian 2 Medan pada tahun 2009. Sesuai

dengan tujuan penelitian, yang mana datanya dijaring melalui angket, maka

metode penelitian ini disebut metode survai dengan menggunakan analisis jalur.

Populasi penelitian ini adalah semua guru SMA Parulian 2 Medan yang

jumlahnya sebanyak 36 orang. Untuk keperluan analisis diambil sampel, yang

mana penentuan sampel dilakukan secara acak dengan Simple Randon Sampling.

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan tabel

Krejeie dan Morgan pada taraf kesalahan sebesar 5% sebanyak 34 orang.

X1

X2 X3

Page 79: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

75

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

TEKNIK PENGUMPULAN DATAUntuk menjaring data

komunikasi interpersonal, motivasi

berprestasi, dan kepuasan kerja guru

digunakan angket yang

dikembangkan oleh peneliti.

Penyusunan angket dilakukan

dengan mengacu kepada indikator

variabel penelitian. Selanjutnya,

untuk mendapatkan angket yang

sahih dan terandal dilakukan uji coba

instrumen. Untuk menentukan

kesahihan butir angket digunakan

rumus Korelasi Product Moment dan

untuk menentukan keterandalan

angket digunakan formula Alpha dari

Cronbach. Hasil analisis menemukan

bahwa dari empat puluh butir angket

kepuasan kerja ada 32 buah butir

yang sahih yang mewakili semua

indikator variabel dengan koefisien

keterandalan sebesar 0,946. Hasil

analisis menemukan bahwa dari

empat puluh butir angket komunikasi

interpersonal ada 32 buah butir yang

sahih yang mewakili semua indikator

variabel dengan koefisien

keterandalan sebesar 0,96. Hasil

analisis menemukan bahwa dari

empat puluh butir angket motivasi

berprestasi ada 32 buah butir yang

sahih yang mewakili semua indikator

variabel dengan koefisien

keterandalan sebesar 0,95.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji persyaratan

analisis, dan uji hipotesis.

Analisis Deskriptif

Untuk mendeskripsikan data dari setiap variabel yang diteliti digunakan

statistik deskriptif, sehingga didapatkan harga rata-rata (mean), median, modus,

rentang, standar deviasi,skor tertinggi dan skor terendah, distribusi frekuensi skor,

dan histogramnya.

Uji Persyaratan Analisis

Untuk dapat menggunakan analisis jalur, terlebih dahulu dilakukan uji

persyaratan analisis yang terdiri dari : uji normalitas, dan uji linieritas. Uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-

Page 80: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

76

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Smirnov Tes, dan untuk uji linieritas digunakan dengan program SPSS for

Windows versi 11.

Uji Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis jalur dengan taraf

signifikansi α sebesar 0,05.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data Hasil Penelitian

Untuk variabel Komunikasi

Interpersonal diperoleh skor

minimum 100, skor maksimum 146,

nilai rata-rata sebesar 124,00,

simpangan baku 10,99, median

125,50, dan modus 126.

Untuk variabel Motivasi

Berprestasi diperoleh skor minimum

97, skor maksimum 143, nilai rata-

rata sebesar 116,82, simpangan baku

10,56, median 116, dan modus 116.

Untuk variabel Kepuasan Kerja

diperoleh skor minimum 91, skor

maksimum 143, nilai rata-rata

sebesar 114,26, simpangan baku

11,05, median 114, dan modus 114

Pengujian Persyaratan Analisis

Berdasarkan hasil perhitungan

diperoleh nilai absolut atau Dhitung

untuk variabel komunikasi

interpersonal (X1); motivasi

berprestasi (X2); dan kepuasan kerja

(X3) secara berurut adalah 0,093;

0,080; dan 0,149 adalah lebih kecil

dari Dtabel dengan n = 34 pada α =

0,05 sebesar 0,230. Dengan

demikian, distribusi data ketiga

variabel penelitian adalah normal.

Berdasarkan hasil perhitungan:

(1) Uji Linieritas Motivasi

Berprestasi (X2) atas Komunikasi

Interpersonal (X1) diperoleh nilai F

hitung = 0,737; (2) Uji Linieritas

Kepuasan Kerja (X3) atas

Komunikasi Interpersonal (X1)

diperoleh nilai F hitung = 1,478; dan

(3) Uji Linieritas Kepuasan Kerja

(X3) atas Motivasi Berprestasi (X2)

diperoleh nilai F hitung = 2,025

adalah lebih kecil dari nilai F tabel

pada α = 0,05 . Dengan demikian,

dapat dinyatakan bahwa pola

hubungan untuk ketiga hubungan

antara variabel eksogenus dengan

variabel endogenus di atas adalah

linier.

Page 81: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

77

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis

diperoleh rangkuman hasil

perhitungan koefisien jalur yang

ditunjukkan pada diagram jalur

seperti yang terlihat pada Gambar 2

berikut.

Є3 = 0,367

ρε3= 0,605

ρ31 = 0,343

ρ12 = 0,726

ρ32 = 0,511

ρε2 = 0,688 ε2= 0,473

Gambar.2 Diagram Jalur yang menggambarkan hubungan kausal antara Komunikasi Interpersonal (X1), Motivasi Berprestasi (X2), dan Kepuasan Kerja (X3)

Pengaruh Komunikasi Interpersonal (X1) terhadap Motivasi Berprestasi (X2).

Berdasarkan hasil perhitungan

diperoleh koefisien jalurnya p21 =

0,726 dengan thitung = 4,59,

sedangkan ttabel = 2,75 pada dk =

31 dan = 0,01, sehingga thitung >

ttabel, atau 4,59 > 2,75. Dengan

demikian, Komunikasi Interpersonal

(X1) berpengaruh langsung positif

yang signifikan terhadap Motivasi

Berprestasi (X2).

Pengaruh Komunikasi Interpersonal (X1) terhadap Kepuasan Kerja (X3).

Berdasarkan hasil perhitungan

diperoleh koefisien jalurnya p31 =

0,343 dengan thitung = 2,17,

sedangkan ttabel = 2,04 pada dk =31

dan = 0,05, sehingga thitung > ttabel,

atau 2,17 > 2,04. Dengan demikian,

Komunikasi Interpersonal (X1)

Komunikasi Interpersonal

(X1)

Motivasi Berprestasi

(X2)

Kepuasan Kerja(X3)

Page 82: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

78

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

berpengaruh langsung positif yang

signifikan terhadap Kepuasan Kerja

(X3).

Pengaruh Motivasi Berprestasi (X2) terhadap Kepuasan Kerja (X3)

Berdasarkan hasil perhitungan

diperoleh koefisien jalurnya p32 =

0,511 dengan thitung = 3,23,

sedangkan ttabel = 2,75 pada dk= 31

dan = 0,01, sehingga thitung >

ttabel, atau 3,23 > 2,75. Dengan

demikian, Motivasi Berprestasi (X2)

berpengaruh langsung positif yang

signifikan terhadap Kepuasan Kerja

(X3).

Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Berdasarkan hasil perhitungan

diperoleh pengaruh langsung

Komunikasi Interpersonal terhadap

Motivasi Berprestasi sebesar 52,7

%; pengaruh langsung Komunikasi

Interpersonal terhadap Kepuasan

Kerja sebesar 11,8 %, sedangkan

pengaruh tidak langsung sebesar 12,7

%; pengaruh langsung motivasi

berprestasi terhadap Kepuasan Kerja

sebesar 26,1 %, sedangkan pengaruh

tidak langsung sebesar 12,7 %.

Dengan demikian, 63,3 %

perubahan-perubahan kepuasan kerja

dapat ditentukan oleh komunikasi

interpersonal dan motivasi

berprestasi, sedangkan sisanya

sebesar 36,7 % ditentukan oleh

variabel lainnya.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang

menemukan adanya pengaruh positif

yang signifikan dari komunikasi

interpersonal terhadap motivasi

berprestasi adalah mendukung

terhadap teori Newstroom yang

menyatakan komunikasi berpengaruh

terhadap motivasi. Temuan ini juga

sejalan dengan hasil penelitian Pace

dan Faules (2000) yang menemukan

bahwa komunikasi interpersonal

berpengaruh terhadap motivasi

berprestasi. Hasil penelitian yang

menemukan adanya pengaruh positif

yang signifikan dari komunikasi

interpersonal terhadap kepuasan

kerja dan kepuasan kerja adalah

mendukung pernyataan Dahnet dan

Clatterbuck yang mengemukakan

bahwa komunikasi interpersonal

Page 83: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

79

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

mempengaruhi motivasi, dan

peningkatan motivasi membuat

kepuasan kerja meningkat. Temuan

penelitian ini juga sejalan dengan

hasil penelitian Greenberg (1999)

yang menemukan bahwa

Komunikasi Interpersonal dan

motivasi kerja berkorelasi positip

dengan kepuasan kerja.

Keterbatasan

Penelitian ini hanya meneliti dua

variabel yang mempengaruhi

kepuasan kerja, yaitu komunikasi

interpersonal dan motivasi

berprestasi, sehingga hasil penelitian

ini belum maksimal menemukan

faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja. Penelitian ini hanya

mengambil sampel guru SMA

Parulian 2 Medan, sehingga cakupan

generalisasinya terbatas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian,

diajukan simpulan sebagai berikut:

1) Komunikasi Interpersonal

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kepuasan Kerja melalui

Motivasi berprestasi. Dengan

perkataan lain, makin baik

Komunikasi Interpersonal , makin

tinggi Motivasi Kerja, 2)

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kepuasan Kerja. Dengan

perkataan lain, makin baik

Komunikasi Interpersonal , makin

tinggi Kepuasan Kerja, 3) Motivasi

Berprestasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kepuasan Kerja.

Dengan perkataan lain, makin tinggi

Motivasi Berprestasi, makin tinggi

Kepuasan Kerja.

Berdasarkan kesimpulan,

diajukan saran sebagai berikut: 1)

Untuk meningkatkan kepuasan kerja

guru SMA Parulian 2 Medan, perlu

ditingkatkan komunikasi

interpersonal antar sesama warga

sekolah dan pihak pemangku

kepentingan lainnya dengan

mengidentifikasi hal-hal yang

diharapkan guru dalam pekerjaannya

guna direalisasikan sesuai denga

tujuan sekolah, 2) Selain itu, perlu

diberikan penghargaan dan pujian

bagi guru yang berprestasi dalam

rangka meningkatkan kepuasan

Page 84: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

80

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

kerjanya, 3) Bagi peneliti yang akan

meneliti faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja guru, perlu meneliti

pengaruh variabel lain di luar

komunikasi interpersonal dan

motivasi berprestasi serta mengambil

sampel yang dapat mewakili guru

SMA di Provinsi Sumatera Utara

agar cakupan generalisasinya lebih

luas.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara. 2007.Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Rafika Aditama.

Colcuitt, Jason A. Levinne and Wesson.2009. Organizational Behavior. Improving Performance and Commitment in the Workplace. New York : McGraw-Hill Companies.

David C.McClelland.1961. The Achieving Society. New Jersey : Van Vonstrand Company, Inc.

E.A.Locke.1976. “The Nature and Cause of Job Satisfaction” dalam M.D.Dunnette, Handbook of Industrial and Organization Psychology. Chicago : Ran McNelly..

Fred Luthans.2006. Perilaku Organisasi. Terjemahan Vivin Andhika Yuwono dan Shekar Purwanti. Yogyakarta : ANDI

Gibson, Ivancevich, dan Donnelly. 1996. Organisasi.terjemahan Ardiani. Jakarta : Binarupa Aksara.Grant, Richard D.. 1996. Interpersonal Communication. New York : McGraw Hill Book Company, Inc.Greenberg,Jerald.1999.

Managing Behavior In Organization : Science In Service to Practice. New Jersey: Prentice Hall

Husaini Usman. 2008. Managemen Teori, Praktik & Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara..

Lunnenburg, Fred C and Allan C. Ornstein. 2000. Educational Administration Concepts and Practice. Belmont : Wadsworth.

Newstrom, John W. 2007. Organizational Behavior. Human Behavior at Work. New York : McGraw- Hill Companies.

Nirva Diana.2006. Kepuasan Kerja Guru . Jakarta : Universitas Negeri Jakarta

Ofeinberg, Lilian. 1994. Applied Business Communication. California : Afred Publishing.

Pace, Wayne dan Don F. Faules.2000. Komunikasi Organisasi. terjemahan Dedy Mulyana. (Bandung : Remaja Rosdakarya.

Page 85: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

81

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Robbins, Stephen P. and Mary Coulter.2007. Management. New Jersey : Pearson Education, Inc.

Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi.terjemahan Benyamin Molan. Indonesia : PT Intan Sejati Klaten.

Siburian, Tiur Asi. 2008. Komunikasi Interpersonal. Medan: FBS Universitas Negeri Medan.

Tambunan,Hamonangan.2008. Kompetensi Guru di Bidang

Teknologi Informasi. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru, Penggunaan Perangkat Teknologi Informasi, Persepsi Guru tentang Teknologi Informasi, dan Perbaikan Diri Guru terhadap Kompetensi Guru di Bidang Teknologi Informasi : Studi Kausal pada SMK Negeri di Medan. Disertasi. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.

Tim Instruktur PLPG.2008. Materi Pendidikan Latihan Profesi Guru. Medan : Universitas Negeri Medan.

Page 86: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

82

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN BERBASIS WEBSITE DARI MATERI PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK DI UNIMED

Maju Lumban Gaol

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah membuat analisis kebutuhan terhadap pembelajaran berbasis website dari materi penggunaan motor listrik di JPTE UNIMED. Metode penelitian yang digunakan adalan research dan development, sedangkan pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan bahan ajar berbasis website adalah dengan desain instruksional dengan model PADDIE, yaitu perencanaan, analisis, desain, development dan evaluasiKata Kunci : Analisis kebutuhan pembelajaran, draf awal home page web,

pembelajaran, web, internet,.

PENDAHULUAN

Hasil evaluasi diri jurusan

pendidikan teknik elektro (JPTE)

FPTK UNIMED tahun 2011 (Borang

dan Akreditasi ,2011) menunjukkan,

bahwa mahasiswa yang lulus dari

JPTE selama 5 tahun terakhir

sebanyak 205 orang dengan IPK rata-

rata 2,95, Rerata IPK yang diperoleh

mahasiswa setiap tahun terakhir

menunjukan kecenderuangan yang

tidak berubah secara signifikan, yakni

pada kisaran 2,95 sampai dengan

2,97. Secara keseluruhan, bahkan

selama lima tahun terakhir ini hanya

ada 4 orang (1,61)% mahasiswa yang

dapat memperoleh IPK>3,5. Kondisi

ini menunjukkan adanya masalah

yang dihadapi mahasiswa dalam

mengikuti proses perkuliahan di

JPTE. Bila dianalisis lebih jauh,

ternyata bahwa waktu yang

dibutuhkan mahasiswa untuk lulus

juga relatif lama, sehingga kondisi ini

semakin meyakinkan adanya

permasalahan yang dihadapi

mahasiswa. Selanjutnya jika di

perhatikan beberapa aspek

kemampuan mahasiswa, terlihat

adanya indikasi bahwa IPK yang

diperoleh mahasiswa tersebut belum

dapat mencerminkan kompetensi

keahlian yang diperoleh, sebab

lulusan masih kurang dalam hal

keterampilan mengajar dan

penguasaan materi ajar, khususnya

pada bidang keahlian. Hal ini

terungkap dari sejumlah alumni

(62,32%) yang mengajar di SMK

Page 87: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

83

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

harus belajar kembali agar dapat

mengajar di kelas. Indikasi lain yang

terlihat adalah kurangnya alumni

yang dapat bekerja pada sektor indutri

(2,30%), hal ini disebabkan lemahnya

kompetensi bidang keteknikan yang

diperoleh dari perkuliahan. Lemahnya

kemampuan lulusan terjadi akibat

masih lemahnya proses perkuliah

yang dilakukan oleh dosen, termasuk

tidak konsistennya dosen dalam

menerapkan standar penilaian

kompetensi yang berbasis PAP.

Asumsi dasar atas pilihan

berbasis website, adalah: (1) mudah

dan cepat digunakan;(2) kekuatan

interkoneksi eksplorasi, pendalaman

dan perluasan materi dari berbagai

sumber; (3) mendorong ekspresi

otonomi pembelajar; (4) mendorong

terciptanya budaya belajar.

Permasalahannya adalah; “Apakah

hasil rancang bangun pembelajaran

berbasis website yang terintegrasi

dengan perkuliahan tatap muka di

kelas dapat meningkatkan efektivitas

belajar mahasiswa JPTE FPTK

Universitas Negeri Medan. Dengan

demkian tujuan dari penelitian ini

adalah: Penelitian ini sifatnya desain

dan pengembangan pembelajaran

dalam bentuk rancang bangun

pembelajaran berbasis website

sebagai sumber belajar bagi

mahasiswa di Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro Universitas Negeri

Medan. Untuk itu tujuan khusus

penelitian pada tahun pertama (I) ini

dilakukan adalah: 1) Membuat

analisis kebutuhan terhadap

pembelajaran berbasis website dari

materi penggunaan motor listrik di

JPTE UNIMED, 2) Membuat analisis

teknologi akan draft perancangan

website dalam pembelajaran

penggunaan motor listrik di JPTE

UNIMED, 3) Merumuskan task

analisis terhadap materi ajar dalam

perkuliahan penggunaan motor listrik

di JPTE UNIMED.

Pembelajaran Berbasis Website

Pembelajaran berbasis website

adalah proses pembelajaran yang

memanfaatkan teknologi informasi

berupa komputer yang dilengkapi

dengan sarana telekomunikasi seperti;

internet, intranet, extranet dan

multimedia (grafis, audio, video)

sebagai media utama penyampaian

materi dan interaksi antara pengajar

dan pembelajar yang diatur melalui

Page 88: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

84

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

suatu sistem manajemen

pembelajaran (CMS, LMS).

Dari sudut pandang teknologi,

PBW menggunakan teknologi Web

dan layanan internet sebagai modus

pengiriman, artinya HTML, URL,

browser, e-mail, fasilitas transfer file

(FTP). Selain bahasa scripting, seperti

PHP dan Java Script, PBW

menggabungkan unsur-unsur

multimedia, seperti animasi, video

klip dan audio, gambar, grafik, yang

dikembangkan menggunakan

perangkat lunak multimedia

authoring, seperti Authorware,

Micromedia Flash, Java, dan Hot

Potatoes. Dari sudut pandang

pedagogis, bahwa PBW merupakan

strategi pembelajaran yang terkait

dengan konstruktivis, cognitivist, dan

paradigma pembelajaran kolaboratif

atau atau kombinasi dari benerapa

strategi (Conrad,Kerri. (2002). Oleh

karena itu, PBW berhubungan dengan

nilai-nilai pedagogis yang berpotensi

mempengaruhi proses pembelajaran

di sekolah. Dari sudut pandang isi

(content), PBW adalah implementasi

berbasis komputer dari suatu subjek

tertentu yang biasanya sesuai dengan

kurikulum. PBW dapat dibuat untuk

mendukung topik yang berbeda dari

suatu subjek tertentu, serta materi

pembelajaran dengan beberapa sup

pokok bahasanan dalam bidang

tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, maka

inti dari PBW adalah integrasi dari (1)

konten, (2) teknologi, dan (3)

pedagogi, menjadi suatu sistem yang

mendukung pembelajaran. Dengan

kata lain, PBW adalah merupakan

suatu kesatuan dari (content) isi,

pedagogi, dan teknologi, seperti pada

Gambar 1.

Gambar 1 : Komponen Pembelajaran Berbasis Website (PBW)

Page 89: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

85

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Dalam pengertian ini,

penggunaan teknologi web

memungkinkan untuk menekankanan

beberapa aspek yang dapat

memperkaya pengalaman belajar

dengan dimensi baru (Lee.

W.William, 2004), yaitu : a)

Multimediality: Penggunaan unsur-

unsur multimedia membuat belajar

lebih mudah karena membantu

mahasiswa untuk fokus dan menjaga

perhatian mereka pada isi yang

kompleks, berkat aktivasi indera yang

berbeda, b) Hypertextuality:

Hypertext, terstruktur sebagai sebuah

sistem manifold hubungan non-linear

antara teks, memungkinkan

mahasiswa untuk mengikuti jalan

mereka sendiri dan untuk membuat

yang baru setiap kali, c)

Interaktivitas: Interactive komponen

memungkinkan untuk bekerja dengan

materi dalam pendekatan belajar by

doing, yang membawa tentang

keterlibatan yang lebih tinggi,

pemahaman yang lebih dalam, dan

retensi yang lebih baik dari subyek .

Rekayasa Perangkat Lunak

Untuk menghasilkan aplikasi

web yang baik, memenuhi spesifikasi

di atas, harus dilakukan proses

perancangan perangkat lunak. Dalam

teknik rekayasa perangkat lunak,

menurut Roger S Pressman, (1997)

ada enam model yang sering

digunakan, dimana masing-masing

model memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Model-

model tersebut yaitu : (a) Model

Sekuensial Linear, (b) Model

Prototipe, (c) Model RAD (Rapid

Application Development), (d) Model

RAD , (e) Model Incremental,

(f)Model Metode Formal engineer.

(g) Model Generasi Keempat,

Model Generasi Keempat

memberikan kemudahan bagi

software yang diinginkan, software

lain digunakan untuk melakukan

pengkodean. Walaupun terdapat

berbagai model dalam rekayasa

software, pada dasarnya langkah-

langkah yang ditempuh terdiri dari

empat bagian utama, yaitu analisis,

perancangan, pengkodean dan

pengujian. Metode umum

perancangan sistem perangkat seperti

pada gambar 2.

Page 90: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

86

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Gambar 2: Bahan Ajar Berbasis Website dan Objek Ajar

Bahan ajar berbasis website

adalah bahan ajar yang disusun dan

dikembangkan dengan menggunakan

alat bantu website untuk mengolah

data, termasuk memproses,

mendapatkan, menyusun,

menyimpan, memanipulasi data

dalam berbagai cara untuk

menghasilkan informasi yang

berkualitas. Dalam kegiatan

pembelajaran, penggunaan bahan ajar

berbasis website memungkinkan

mahasiswa dapat mempelajari suatu

kompetensi dasar (KD) secara runtut,

sistematis, interaktif dan inovatif

sehingga diharapkan semua

kompetensi tercapai secara utuh dan

terpadu.

Objek ajar dalam pembelajaran

berbasis websitee, dimana Website

adalah salah satu layanan yang

dimiliki oleh jaringan komputer

global (Internet). Secara fisik,

Internet terdiri atas komputer-

komputer yang terhubung satu sama

lain melalui kanal komunikasi elektris

kabel (wired) maupun non kabel

(wireless). Selain aspek fisik, bagian

penting dari jaringan komputer global

adalah kandungan informasi yang

bisa saling dipertukarkan di antara

komputer-komputer yang terhubung

dalam jaringan tersebut. Informasi

yang saling dipertukarkan dalam

jaringan komputer merupakan isyarat

elektris dalam bentuk digital. Oleh

karena itu, objek ajar pada

pembelajaran berbasis komputer

adalah objek ajar digital. Dalam

konteks pembelajaran berbasis

Website. Objek-ajar dapat berupa: a)

Teks, yang dapat dibuat dengan

Anal

DesiBuil

Re-

Re-

Re-

Test

Page 91: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

87

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

berbagai program pengolah naskah,

tetapi yang terterima penuh pada

berbagai program pengelola

pembelajaran berbasis Internet,

termasuk Hylite, adalah teks dengan

format HTML. Diterima penuh

artinya dapat ditampilkan langsung

tanpa perlu memanggil program-

program penampil teks yang sesuai.

Bila teks dibuat dengan Microsoft

Word (dan disimpan sebagai

dokumen Word), maka teks akan

ditampilkan setelah komputer

memanggil program pembaca

dokumen Word (Word viewer atau

Microsoft Word). Demikian juga

dokumen format lain, misalnya:

portable document format/pdf, slide

presentasi powerpoint, lembar kerja

excel, dan sebagainya; b) Gambar,

baik yang berupa foto digital

(dihasilkan oleh kamera atau scanner)

atau grafik (dihasilkan oleh program

penggambar atau pengolah data).

Terdapat berbagai format gambar

yang dapat diterima oleh program

pengelola pembelajaran berbasis

Internet, yaitu format JPG (ekstensi

.jpg atau .jpeg), GIF (eksetensi .gif),

PNG (ekstensi .png), format BMP

(ekstensi .bmp). Format BMP kurang

disukai karena ukurannya yang relatif

besar (untuk kualitas gambar yang

sama) dibandingkan dengan format

lainnya; c) Audio. Pada komputer

dengan sistem operasi Windows,

format audio yang diterima penuh

adalah WAV (ekstensi .wav). Format

lain dapat diterima dan dimainkan

hanya jika komputer pengakses telah

dipasangi program tambahan yang

sesuai. Format audio umum yang saat

ini telah didukung (atau program

pendukungnya dapat dipasang) oleh

Windows adalah: .mp3, .midi, dan

.wma; d) Video. Sama seperti gambar

maupun audio, terdapat berbagai

format file video yang dapat

dimainkan oleh sistem komputer.

Pada komputer dengan sistem operasi

Windows, format video yang diterima

penuh adalah format AVI (ekstensi

.avi). Format lain, misalnya .mpg

(atau .mpeg), .qt (Quicktime), .mp4,

dan sebagainya hanya bisa dimainkan

apabila player untuk format tersebut

dipasangkan pada sistem operasi

Windows; e) Animasi. File animasi

multimedia interaktif pada umumnya

berisi teks, grafik, gambar, video,

animasi, dan tombol-tombol atau

kode-kode navigasi. Saat ini,

Page 92: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

88

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

multimedia interaktif berformat flash

(yang antara lain dihasilkan oleh

perangkat lunak Macromedia Flash

dan SwishMax) secara defacto

menjadi standar format multimedia

interaktif.

Desain Sistem Pembelajaran berbasis website

Desain instruksional adalah

proses sistematis untuk

menerjemahkan prinsip-prinsip

pembelajaran dan instruksi ke dalam

rencana bahan pembelajaran dan

aktivitas pembelajaran (Smith &

Ragan, 1993) dan secara sederhana

Instructional Design (ID) "adalah

suatu kerangka kerja untuk belajar" .

Website dapat diartikan sebagai

kumpulan halaman yang

menampilkan informasi data teks,

data gambar diam atau bergerak, data

animasi, suara, video dan atau

gabungan dari semuanya, baik yang

bersifat statis maupun dinamis yang

membentuk satu rangkaian bangun

yang saling terkait dimana masing

masing dihubungkan dengan jaringan-

jaringan halaman (hyperlink).Keeton,

M., Sheckley, B., & Krejci-Griggs, J.

(2002)., yaitu a) Efficiency: Dalam

upaya untuk mengurangi obligasi

ruang dan waktu proses pembelajaran,

pembelajaran berbasis website

beroperasi sebagai suplemen

pendidikan atau pembelajaran

tradisional, sehingga dapat

meningkatkan beberapa fitur

kuantitatif; b) Effectiveness: Dalam

upaya untuk meningkatkan proses

pembelajaran, PBW beroperasi

sebagai pelengkap pendidikan

tradisional, sehingga meningkatkan

beberapa fitur kualitatif.

Dalam arti yang sederhana,

desain instruksional adalah proses

menerjemahkan prinsip-prinsip umum

pembelajaran dan instruksi ke dalam

rencana dari bahan ajar dan aktivitas

belajar. esain pembelajaran sebagai

teori dan praktek desain,

pengembangan, pemanfaatan,

manajemen, dan evaluasi proses dan

sumber daya untuk pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa

desain instruksional adalah suatu

proses sistematik website (sebagai

seni dan ilmu) dengan ciri-ciri: (1)

didasarkan pada teori

belajar/pembelajaran dan riset bidang

kognisi, psikologi pendidikan, dan

pemecahan masalah; (2) mencakup

proses analisis kebutuhan dan tujuan

Page 93: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

89

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

belajar, pengembangan sistem

deliveri maupun lingkungan belajar,

dan mengorganisasian sumber-

sumber belajar; (3) berisi rencana

materi, proses dan aktivitas

pembelajaran yang menjamin

pembelajar mencapai hasil (tujuan)

belajar yang sudah ditetapkan; (4)

dilakukan secara berulang yang

memerlukan evaluasi dan umpan

balik secara berkelanjutan.

Berbagai model dapat dalam

melakukan desain instruksional,

diantaranya adalah : a) Model P3

(People, Process, Product), proses

pembelajaran berbasis Web terdiri

dari dua fase utama, masing masing

fase memeliki beberapa tahapan atau

aktivitas (Khan, B. H. (2004a), yaitu:

(1) Pengembangan materi (content

development), yang terdiri dari

tahapan: (a) perencanaan (planning),

(b) Perancangan (design), (c)

Pengembangan (development), (d)

Evaluasi (evvaluation). Kedua (2)

Penyampaian materi (conten delivery)

yang terdiri dari penyampaian dan

pemeliharaan (delivery and

maintennance). Model P3 dalam

pengembangan pembelajaran berbasis

Website dapat dilihat dalam gambar

3.

Gambar 3. Model P3(People, Process, Product), proses pembelajaran berbasis Web (sumber: diadaptasi dari Khan 2004)

Page 94: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

90

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

b) Model ADDIE: Analyze, Design,

Develop, Implement, Evaluate.

Mungkin merupakan model yang

paling banyak diketahui dan sering

digunakan dalam lingkungan

akademis; c) Rapid Prototyping.

Prototype dapat didefenisikan sebagai

perkiraan sebuah produk (sistem) atau

komponen–komponennya dalam

bentuk–bentuk tertentu untuk maksud

tetentu di dalam penerapannya (Chua,

C.K., Leong, K.F., and Lim, C.S,

2003). Defenisi ini sangat umum

sehingga mencakup semua jenis

prototype yang digunakan dalam

sebuah proses pengembangan produk

seperti model matematika, sketsa,

model yang terbuat dari dari gabus,

plastik atau kayu dan model fisik

yang dapat difungsikan seperti

produknya. Defenisi umum dari

prototype mengandung tiga aspek

yang menjadi perhatian yaitu

penggunaan, bentuk dan tingkat

pendekatan dari prototype ke produk.

Rapid Prototyping (RP) merupakan

teknik untuk membuat bentuk produk

secara bertahap atau penambahan

material. Defenisi ini sangat umum

sehingga mencakup semua jenis

prototype yang digunakan dalam

sebuah proses pengembangan produk

seperti model matematika, sketsa,

model yang terbuat dari dari gabus,

plastik atau kayu dan model fisik

yang dapat difungsikan seperti

produknya. Defenisi umum dari

prototype mengandung tiga aspek

yang menjadi perhatian yaitu

penggunaan, bentuk dan tingkat

pendekatan dari prototype ke produk.

METODE PENELITIAN

Penelitian tahun I ini

dilaksanakan pada Jurusan

Pendidikan Teknik Elektro UNIMED

di Medan Propinsi Sumatera Utara.

Waktu penelitian ini adalah 5 bulan

yang dilakukan mulai tahun ajaran

2011. Penelitian ini diadakan dengan

melibatkan mahasiswa pendidikan

Teknik Elektro UNIMED, guru SMK

dan dosen JPTE UNIMED.

Untuk mencapai tujuan penelitian

ini, yaitu berupa produk pembelajaran

berbasis website pada jaringan

internet untuk mata kuliah

penggunaan motor listrik. Penelitian

secara keseluruhan menggunakan

Page 95: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

91

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

penelitian dengan metode Research

and Development (R&D) (Borg dan

Gaill 1983). Sesuai dengan model

pendekatan research and

development, maka pelaksanaan

penelitian ini mengacu terhadap

model Dick and Cary (1990) dengan

tahapan sebagai berikut: (1) Analysis,

(2) Design, (3) Development, (4)

Implementation dan (5) Evaluasi

sebagaimana ditunjukkan pada

gambar 4.

Gambar 4. Desain Pembelajaran Berbasis Website

Penelitian berbasis desain atau

eksperimen desain ini adalah

serangkaian pengembangan

pendekatan penelitian yang

bertujuannya mengkaji teori belajar

dan teori pembelajaran dengan tujuan

menghasilkan pradigma baru dalam

bidang teori dan praktek yang

memiliki dampak langsung pada

pengajaran dan pembelajaran

(Barab&Squire, 2004). Dalam

penelitian ini, frasa rancang bangun

berbasis penelitian, penelitian

pengembangan, dan eksperimen

rancangan adalah merupakan suatu

siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (JPTE)

Hasil survei terhadap mahasiswa,

lulusan dan dosen JPTE UNIMED:

Dengan jumlah mahasiswa tiap

angkatan 5 orang dari mahasiswa

semester 1, 3, 5 dan 7 yang berjumlah

20 orang, lima belas (15) orang

lulusan yang sudah bekerja sebagai

dosen di SMK dan tiga orang dosen

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

(JPTE) fakultas teknik UNIMED

yang disurvei menggunakan lembar

observasi yang didistribusikan

melalui JPTE. Persepsi mereka akan

pembelajaran di JPTE dikumpulkan

Page 96: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

92

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

melalui survei. Ada empat kategori

pertanyaan yang diajukan, yaitu:

Metode Pembelajaran atau

penyampaian materi, Konten,

Keterampilan. Hasil survei

mendeskripsikan sebagai berikut:

Data dari survei menunjukkan

bahwa hanya 14% dari responden

lebih menukai pendidikan sepenuhnya

online, 25% mahasiswa memilih tatap

muka secara langsung, 30%

mahasiswa dengan aktivitas online

yang lebih disukai dengan pertemuan

kelas dan 31% dari responden lebih

suka pertemuan tatap muka dengan

pembelajaran online dan tugas. Tatap

muka secara online dan tugas lebih

disukai oleh semua dari tiga

kelompok mahasiswa (M = 3,30),

profesional(dosen SMK) (M = 3,46),

dan dosen JPTE (M = 4,00).

Pembelajaran sepenuhnya online

yang paling disukai oleh ketiga

kelompok, yaitu: mahasiswa (M =

1,56), dosen SMK (M = 1,50) dan

dosen JPTE (M = 1,00). Aktivitas

online dengan pertemuan kelas adalah

peringkat kedua dan pertemuan tatap

muka eksklusif menduduki peringkat

ketiga dengan semua tiga kelompok.

Analisis grafis dari respon dari

tiga kelompok diwakili dalam

Gambar 1. Dalam hal isi, desain

prinsip-prinsip Cetak, CBT atau

berbasis Web layar desain, dinilai

sangat tinggi dengan rata-rata total

3,82, mahasiswa (M = 3.85) dosen

SMK (M = 3,73) dosen JPTE (M =

4,00). Audio, Video dan bahan

instruksional Multimedia yang dinilai

tinggi oleh para dosen SMK (M =

3,80). Games dan Simulasi

menduduki peringkat terendah dengan

rata-rata total 2,92, mahasiswa (M =

2,75) profesional (M = 3.13) dosen

(M = 3,00). Pesan prinsip-prinsip

desain juga disukai oleh semua tiga

kelompok dan memiliki rata-rata total

3,45. Analisis dan desain dan

produksi produk media pembelajaran

dinilai tinggi oleh mahasiswa (M =

3,50) dan profesional dianggap

sebagai analisis masalah instruksional

menjadi keterampilan yang paling

penting (M = 3,79). Keterampilan

paling disukai oleh mahasiswa dan

kategori profesional adalah

perkembangan kemampuan

mahasiswa (M= 2,75), profesional (M

= 3,00) dan rata-rata total responden

2.89. Perasaan terhadap online dari

materi penggunaan motor listrik.

Page 97: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

93

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

0 5 10 15 20 25

Tatap muka dikelasKegiatan online di kelas

Tanggapan terhadap metode penyampaian materi pembelajaran

Gambar 5. Tanggapan terhadap metode pengiriman PBW

Berdasarkan histogram dari data

penelitian, maka tatap muka dikelas

dengan sistem online dan tugas

menjadi alternatif pilihan dari

mahasiswa JPTE UNIMED.

Analisis Kebutuhan dan Pemanfaatan dan Penggunaan Teknologi

Analisis teknolgi dalam

pembelajaran di JPTE UNIMED

ditinjau dari penerapan teknologi

seperti: (1) komunikasi, (2) Referesi

materi belajar secara online, (3)

Pengujian dan Penilaian, (4)

pelacakan, pelaporan, (5) Distribusi :

Pengiriman secara terorganisasi, (6)

Penyampaian, (7) Desain dan

pengembangan keahlian. Kriteria

pemilihan dalam kategori Ya dan

Tidak dengan alternatif tiga kategor

Dari daftar jenis teknologi yang

tersedia.Sebagai contoh, jika

mahasiswa dan dosen memiliki akses

email , pada “Ya” di kolom yang

tersedia dari instrumen ini, di

samping "e-mail." Tentukan

kemampuan (capabilities) teknologi.

Kemampuan adalah kekuatan

teknologi, bukan kemampuan dari

pengguna. Sebagai contoh, jika e-mail

ini digunakan untuk berkomunikasi,

namun sistem e-mail memiliki

peranan sedikit, tandai "Rendah"

pada kolom "Kemampuan" Capability

dengan tanda (1) Tinggi,

menunjukkan kemampuan canggih

yang dapat digunakan untuk masalah

yang terlibat dalam analisis ini, (2)

Sedang, menunjukkan kemampuan

yang dapat diadaptasi untuk

digunakan dalam masalah yang

terlibat dalam analisis ini, (3) Rendah,

menunjukkan sebuah kemampuan

yang tidak akan berguna untuk isu

yang terlibat dalam analisis ini, (4)

Page 98: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

94

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Persentase pengguna yang berpotensi

terlibat dalam masalah ini yang

memiliki akses ke teknologi.

Hasil survei terhadap 78 orang

mahasiswa dan 36 orang dosen di

JPTE UNIMED Medan dengan total

responden sebanyak 114 orang,

diperoleh dalam bidang kemampuan

pemanfaatan teknologi dalam bidang

komunikasi dalam pembelajaran

penggunaan motor listrik diperoleh

hasil survei, yaitu: memanfaatkan

Email 98,24% atau sebanyak 112

orang mahasiswa mempunyai

kemampuan memanfaatkan Email

dalam pembelajaran, dalam

memanfaatkan jaringan sosial dalam

kelompok pembelajaran 61,40% dan

menggunakan Chat rooms dalam

pembelajaran adalah 42,98%. Hal ini

mengindikasikan, bahwa mahasiswa

dan dosen dalam pembelajaran

mempunyai kemampuan dalam

memanfaatkan media komunikasi

dalam pembelajaran.

Sehubungan dengan evaluasi

akan hasil belajar dalam bentuk

online diperoleh hasil survei dari 76

orang mahasiswa dan hanya 17,54%

mampu memanfaatkan penilaian

secara online sedangkan pelacakan

hasil belajar berbasis database dalam

bentuk online diperoleh 90,35%

menyatakan dapat memanfaatkan

database online untuk menjajaki hasil

belajar mahasiswa, hal ini diakibatkan

bahwa Spoel UNIMED sudah

memfasilitasi Kartu Rencana Studi

(KRS) dan Kartu Hasil Studi (KHS)

dalam tiap semester.

Penyampaian bahan ajar untuk

materi penggunaan motor listrik

terhadap mahasiswa JPTE UNIMED

diperoleh, sebagai berikut: melalui

jaringan LAN 26,32%, melalui CD-

ROM sebesar 72,80% dan melalui

Flasdisc 89,47%, menggunakan video

78,59% dan menggunakan Audio

sebesar 26,32, melalui proses

Downloading sebesar 88,59% seperti

Tabel 1. Bahan ajar penggunaan

motor listrik dapat dipelajari oleh

mahasiswa dengan memanfaatkam

audio dan video yang diakses melalui

server online sebanya 43,85%

mahasiswa dan menggunakan

mulrimedia komputer sebanyak

87,72% , sedangkan memanfaatkan

Video teleconferencing sebanya 17,

54% mahasiswa mampu

memanfatkannya .

Page 99: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

95

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Tabel 1: Penyampaian materi Ajar dengan N=76NO Jenis Persentase1 LAN 26,322 CD ROOM 72,803 Flasdisc 89,474 Downloading 88,595 Video 78,596 Audio 26,32

Hasil survei terhadap 114 orang

responden yang terdiri dari 36 orang

dosen dan 78 orang mahasiswa JPTE

UNIMED dalam hal desain dan

pengembangan pembelajaran

penggunaan motor listrik, diperoleh:

Untuk membuat atau memproduksi

pembelajaran dalam bentuk format

video sebanyak 77,19 %, produksi

audio 87,72%, dalam bentuk grafik

atau gambar 84,21%, bantuan online

sebagai acuan produksi pembelajaran

sebanyak 50%, menggunakan

pembelajaran berbasis komputer

(CBL) Authoring 85.96%, Web

authoring 58,77% seperti pada Tabel

2 dan dalam bentuk histogram adalah

pada gambar 1. Berdasarkan hasil

survei akan kemampuan mahasiswa

dan dosen JPTE dalam hal rancang

bangun dan pengembangan dalam

memproduksi pembelajaran di atas,

maka dapat dilaksanakan dan dibuat

suatu website dalam pembelajaran

penggunaaan motor listrik di JPTE

Unimed

Tabel 2. Kemampuan dalam Desan dan Pengembanga dari Produksi Pembelajaran dengan N =114

No Jenis Persentase1 Produksi Video Pembelajaran 77,192 Produksi Audio Pembelajaran 87,723 Produksi frafik dan gambar 84,214 Produksi pembelajaran dengan bantuan Online 50.005 Computer based Learning (CBL) 85,966 Web authoring 58,08

Page 100: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

96

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

0 20 40 60 80 100 120

Phone conferencing

Newsgroup

Websites

Buku Teks

Technical manuals

Electronic tracking databases

CD-ROM

Video

Audio

Multimedia computers

Video production

Graphics production

CBT authoring

Testing database

Desain dan pengembangan keahlianPenyampaian

Distribus Pengiriman secara terorganisasi

Pengujian dan Penilaian

Referesi materi belajar secara online

Komunikasi

Gambar 6. Histogram Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran

Analisis Kebutuhan Perangkat

Keras dan Lunak

Perangkat keras yang terdapat di

JPTE UNIMED pada saat ini

terdapat 60 buah unit komputer yang

berada di dua ruangan laboratorium

komputer dengan spesifikasi yang

berbeda yang dapat digunakan oleh

mahasiswa pada jam istirahat untuk

mengakses internet. Selain itu 80%

mahasiswa sudah memiliki konputer

yang berupa note book dan laptop.

Spesifikasi perangkat keras tersebut

adalah sebagai berikut : (a). Processor

2 Ghz, (b). Memory 256 MB , (c).

Harddisk 40 GB, (d). VGA Gforce

64MB, (e). Lan Card Realtek RTL

8139, ( f). Monitor 15 inchi, ( g).

Mouse h. Keyboard, HandyCam Sony

. Sedangkan analisis perangkat lunak

yang dibutuhkan, adalah:1. Microsoft

Windows XP dan Windows Seven

sebagai sistem operasi PHP, MySQL,

Internet Exporer, Mozilla,

Macromedia Dreamweaver,

Macromedia Flash , Corel Draw,

Adobe Photoshop, Adobe Flash,

software video editing, Converter

Video. Berdasarkan perangkat keras

dan lunak ini dapat membangun

website dan aplikasi untuk

pembelajaran dari penggunaan motor

Page 101: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

97

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

motor listrik dan JPTE UNIMED

sudah mempunyai fasilitas WiFi/Hot

Spot dengan Bandwith spoel Unimed

di atas 3 Gbt.

Berdasarkan dengan spesifikasi

perangkat keras dan lunak yang

sudah ada di UNIMED ini sudah

cukup memadai untuk diterapkan,

karena minimal dari perangkat keras

yang dibutuhkan hanya membutuhkan

spesifikasi sebagai berikut : a)

Processor 900Ghz; b) Memory 1GB;

c) Harddisk 40 GB; d) VGA Gforce

64MB; e) Lan Card Realtek RTL

8139 Family PCI Past Ethernet NIC;

f) Monitor 15 inchi; g) Mouse; h)

Keyboard; i) Server Unimed

Keberadaan Media Pembelajaran

Hasil survei terhadap keberadaan

media pembelajaran dari mahasiswa

JPTE UNIMED sebanyak 114 orang

yang terdiri dari pembelajaran,

kegunaan dan keterkaitan dengan

empat kategori pilihan, yaitu: banyak,

cukup, kurang dan sedikit dengan

skor 4, 3, 2, 1. Keberadaan media

yang digunakan dalam pembelajaran

dengan rata rata sebesar 1,73, untuk

kegunaan dari media tersebut 2,47

sedangkan keterkaitan media

pembelajaran dengan materi ajar

dengan rata rata 2,42. Dengan

demikian keberadaan media dalam

pembelajaran dalam kategori kurang

dan kegunaan dan keterkaiatan media

pembelajaran yang diharapkan oleh

mahasiswa termasuk dalam kategori

cukup. Dalam penggunaan dalam

pembelajaran penggunaan motor

listrik, bahwa media simulasi, alat dan

bahan dalam bentuk actual dan virtual

termasuk dalam kategori sangat

kurang dengan rata rata 0,62.

Pembelajaran dengan menggunakan

bantuan komputer CAI

keberadaannya dalam kategori cukup,

yaitu dengan rata rata 2,27. Untuk

lebih jelas dapat digambarkan dalam

bentuk histogram.

Hasil survei terhadap 36 orang

dosen JPTE UNIMED tentang

pemahaman dalam pemanfaatan e-

learning di jurusan, diperoleh rata rata

2.76 dari rentang skor satu sampai

dengan lima atau 47,22% pada

kategori kurang, 3 orang atau 8,33%

pada tingkat baik sekali sedangkan

tidak tahu sama sekali atau sangat

kurang dalam pemanfaatan elearning

adalah 10 orang atau 27,6%. Dalam

bentuk histogram pada gambar 5.

Page 102: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

98

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

0 20 40

Pemanfaatan elearning

Pemanfaatan elearning

memperbaiki kualitas

pembelajaran (materi)

Gambar 7.Histogram Pemanfaatan elearning dan peningkatan kualitas

pembelajaranBaik Sekali

Cukup baik

Kurang

Sangat Kurang

Tidak bisa sama sekali

Analisis Permasalahan

Pada analisis masalah ini,

terdapat beberapa kendala yang

menjadikan permasalahan di JPTE

UNIMED dan harapannya terhadap

pembelajaran berbasis website,

diantaranya: 1) Para mahasiswa JPTE

UNIMED tidak mampu merancang

pengendali motor motor listrik dan

mahasiswa sangat sulit mengenal

komponen komponen elektrik dan

elektronika yang digunakan; 2)

Program pembelajaran yang

dilaksanakan selama ini sudah

termasuk baik, namun mahasiswa

tidak merasa senang dengan

pembelajaran tersebut dan mahasiswa

sangat sulit memahami motor motor

listrik; 3) Sarana informasi yang

masih kurang dalam hal

mempromosikan atau memberikan

layanan informasi kepada masyarakat

luar. Sehingga dengan adanya situs e-

learning ini dapat menambah media

informasi dengan menyajikan

informasi mengenai sekolah secara

lengkap dan menarik; 4) Proses

kegiatan belajar mengajar yang hanya

dilakukan dalam beberapa pertemuan

dalam seminggu, akibatnya ada mata

pelajaran yang hanya mendapatkan

porsi satu kali pertemuan dalam

semingg jelas membuat tidak banyak

materi belajar yang bisa disampaikan

dan diserap oleh siswa; 5) Mahasiswa

merasa tidak termotivasi dan

monoton; 6) Seorang dosen yang

terkadang berhalangan masuk karena

ada kesibukan lain atau dalam

keadaan sakit, dan tidak dapat

mengajar pada jam yang

bersangkutan. Sehingga dengan

Page 103: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

99

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

adanya sistem e-learning ini, dosen

tersebut dapat mengganti proses

mengajar tersebut dengan

memberikan mereka tugas atau

latihan dengan memasukkan soal-soal

latihan yang akan mahasiswa jawab

atau materi-materi yang akan siswa

pelajari.

Harapan para mahasiswa JPTE

UNIMED dapat membuat aplikasi

motor motor listrik dalam suatu

pengendali, serta adanya sumber

belajar dalam bentuk CD

pembelajaran dan juga website

pembelajaran. Dengan demikian

solusi yang ditawarkan adalah

pembelajaran berbasis Website secara

online dan offline atau menggunakan

CD pembelajaran untuk mempelajari

perangkat dan pengendali motor

motor listrik melalui perangkat

multimedia, seperti: animasi, video

dan tutorial. Dengan demikian pada

tahap analisis non fungsional akan

menjelaskan mengenai analisis

kebutuhan user, analisis perangkat

keras, analisis perangkat lunak dan

analisis basis data yang digambarkan

dengan ERD ( Entity Relationship

Digram ).

Analisis Kebutuhan User

Spesifikasi pengguna aplikasi

pembelajaran berbasis website (PBW)

ini, dideskripsikan sebagai berikut :

Administrator

Administrator adalah pengguna

(user) yang melakukan pengolahan

secara keseluruhan terhadap aplikasi

sistem e-learning di JPTE UNIMED

Medan. Karakteristik yang dimiliki

administrator adalah dapat

mengetahui bagaimana fungsi dari

perangkat lunak yang digunakan,

sehingga admin dapat mengelola

aplikasi e-learning ini dengan baik

secara keseluruhan.

Dosen

Dosen adalah staf pengajar

yang memberikan pembelajaran

kepada mahasiswa di JPTE

UNIMEDi. Dalam hal ini juga, dosen

mendapatkan pembelajaran mengenai

bagaimana aplikasi e-learning ini

berjalan. Sehingga seorang dosen

dapat menggunakan sistem e-learning

ini dengan baik.

Mahasiswa

Siswa merupakan orang yang

akan mendapatkan pembelajaran dan

materi yang disampaikan oleh dosen.

Dalam penerapannya, mahasiswa

Page 104: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

100

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

mendapatkan pembelajaran dalam

pengoperasian sistem ini sehingga

siswa dapat mengakses situs e-

learning ini dengan baik.

Perancangan Basis Data

Perancangan basis data

merupakan tahapan untuk memetakan

model konseptual ke model basis data

yang akan dipakai. Perancangan basis

data terbagi menjadi empat bagian

yaitu diagram ER, skema relasi,

perancangan tabel, kamus data.

Entity Relationship Diagram (ERD)

merupakan salah satu cara untuk

mengolah database sehingga data

tersebut dapat diketahui hubungan

antara file dan teknik, ini dapat

digunakan untuk mengatasi terjadinya

redundansi data atau sejenisnya.

Untuk lebih jelasnya bentuk Entity

Relationship Diagram (ERD) tersebut

dapat dilihat pada gambar di bawah

ini: Dari spesifikasi yang telah

dikembangkan pada tahap analisis,

dapat menentukan data-data yang

akan digunakan dan disimpan untuk

mendukung sistem pembelajaran

berbasis website ini, dapat

menentukan relasi antar data. Tabel-

tabel dikelompokkan berdasarkan

fungsi masing-masing :

a. dosen dan mahasiswa

Tabel ini berisi detil informasi

tentang dosen sebagai pengajar

kuliah dan mahasiswa sebagai

peserta kuliah.

b. kuliah dan modul

Tabel-tabel ini membentuk rantai

perkuliahan. Disini antar tabel

memiliki relasi satu ke banyak.

c. topik dan file_materi

Pada tabel ini lah yang akan

menentukan dimana lokasi materi-

materi perkuliahan akan disimpan

dan penamaan file, sehingga file

dapat diakses oleh mahasiswa.

File materi berupa file

HTML,SWF, grafik dan foto,

presentasi, audio, dan video,

software engineering

d. konektor1 dan konektor2

Tabel-tabel ini berfungsi sebagai

penghubung bagi dua tabel yang

saling memiliki relasi. Konektor1

menghubungkan tabel mahasiswa

dengan kuliah, konektor2

menghubungkan antara dosen,

dan kuliah. Berikut ini adalah

gambar struktur tabel perkuliahan

Skema

Page 105: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

101

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

relasi merupakan rangkaian hubungan

antara dua tabel atau lebih pada

sistem database. Gambar 8 berikut ini

merupakan penjelasan rangkaian

database pada aplikasi pembelajaran

on-line

Draft Awall Rancangan pembelajaran berbasis website

Gambar 8. Draft Home Page Pembelajaran berbasis Web

Gambar 9. Draft Materi ajar penggunaan motor listrik menggunakan macromedia flash dan HTMLdengan fungsi Timer on of

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari kegiatan analisa dan

pembuatan desain pembelajaran

Penggunaan motor listrik berbasis

website di JPTE UNIMED Medan,

dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)

Dalam proses pembelajaran

Penggunaan motor listrik berbasis

website harus dapat memenuhi

kebutuhan dasar dalam menunjang

kegiatan pembelajaran Penggunaan

Page 106: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

102

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

motor listrik yaitu; (a) memenuhi

pengelolaan data materi

pembelajaran, (b) memenuhi dalam

proses pembelajaran secara

kontruktivis, (c) disajikan dengan

materi pembelajaran yang interaktif,

(d) dapat diunduh oleh mahasiswa,

dan menampilkan materi dalam

bentuk link . (e) memenuhi dalam

proses pembelajaran secara inkuiri,

yang disajikan dengan adanya

fasilitas pencarian (search) materi,

sarana forum diskusi, dan kontribusi

aktif (komentar) yang merupakan

salah satu ciri dari web 2.0. (f)

memenuhi dalam proses evaluasi

sehingga dapat diketahui tingkat

penguasaan mahasiswa terhadap

materi pembelajaran, (g) materi

dibuat dalam bentuk animasi dengan

menggunakan macromedia flash,

video dan teks; 2) Bentuk desain

sistem yang digunakan adalah : (a).

Desain proses yang digambarkan

melalui diagram alir (flowhart) dan

diagram arus data (DAD). (b) Desain

basis data yang digambarkan melalui

Entity Relationship Diagram (ERD),

(c) Desain antar muka yang dibuat

dengan menggunakan GUI desain; 3)

Berdasarkan analisa kebutuhan sesuai

dengan kebutuhan dalam proses

pembelajaran penggunaan motor

listrik berbasis web, maka

perancangan desain yang dibuat harus

dapat memenuhi kebutuhan dalam:

(a) . Pengelolaan data Tema, Topik,

dan Sub Topik , (b) Menyajikan

materi pembelajaran dalam bentuk

tulisan, presentasi, dan link, (c)

Menampilkan media pembelajaran

interaktif, (d). Pencarian materi

(Search), (e) Menyediakan sarana

diskusi antara guru dengan siswa dan

antar siswa, (f) Menyediakan sarana

bagi pengguna untuk memberikan

kontribusi aktif yang merupakan salah

satu ciri dari web 2.0, (g) Pengelolaan

data latihan soal dan evaluasi, (h)

Dari kegiatan desain dan analisa hasil

desain pembelajaran penggunaan

motor listrik berbasi web didapatkan,

(i) Komponen-komponen yang

membangun model-model diagram

arus data dalam desain perancangan

pembelajaran berbasis web telah

sesuai dengan spesifikasi dan

kebutuhan dasar dalam pembelajaran

Penggunaan motor listrik berbasis

web, (j) Desain antar muka antar

muka yang dibuat sesuai dengan

proses yang digambarkan dalam DAD

Page 107: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

103

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

dan sesuai dengan kebutuhan dalam

pembelajaran Penggunaan motor

listrik berbasis web, (k) Proses

validasi atas potongan program

(listing program) dibuat untuk

mengetahui pembuatan program

sesuai dengan kebutuhan; 4) Apabila

pembelajaran Penggunaan motor

listrik berbasis web ini diterapkan,

maka ada beberapa hal yang harus

dipersiapkan, yaitu: perlengkapan

fasilitas program, kesiapan pengguna

(dosen, mahasiswa, dan pengelola

sumber belajar (PSB), fasilitas yang

memadai (komputer yang terhubung

dengan internet) dan sosialisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Iswahyudi, 2008; Kesenjangan SMK dengan Perkembangan Iptek dan Dunia Usaha,jurnal Dunia Dosen

AECT. 1977. Selecting Media for Learning. Washington DC: Association for Education Communication and Technology.

Alessi, S., Trollip, S. (2001). Multimedia for learning: Methods and development.Needham Heights, MA. Allyn & Bacon.

ARL. 2007. Definition of Instructional Design, Applied Resesarch Laboratory, Penn State University, diakses pada alamat http://www.umich.edu/~ed626/define.html , diakses pada tanggal 15 Januari 2007.

Avouris, N.M., Tselios, N. & Tatakis, E.C. (2001). Development and Evaluation of a Computer-Based Laboratory Teaching Tool. Computer Application in Engineering Education, 9 (1).

Baharuddin Aris. (1999). The Use of Information Technology in Education: Using an Interactive Multimedia Courseware Package to Upgrade Teachers’ Knowledge and Change Their Attitudes. An Interactive Multimedia Doctoral Thesis Produced in the CD-ROM Format.

Barrese, R. M., Calabro, G., Cozza, S., Gallo, T. & Tisato, F. (1992). CAMCE – An Environment to Support Multimedia Courseware Projects. Educational and

Page 108: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

104

Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Training Technology International, 29 (1).

Beaudin, B. P., & Quick, D. (2002). Instructional Video Evaluation Instrument. Extension Journal, 34 (3).

Bork, A. (1997). The Future of Computers and Learning. THE Journal, 24 (11).

Baron, Ann E and Orwig, Gary W. 1995. Multimedia Technologies for Training : an Introduction, Englewood, Colorado : Libraries Unlimited, Inc.

Page 109: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

105

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF INVESTIGASI KELOMPOKDALAM MENYANYIKAN LAGU DAERAH BATAK TOBA

(SIK-SIK SIBATUMANIKKAM)

Lamhot Basani Sihombing

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dalam menyanyikan lagu daerah. Pembelajaran lagu Sik-Sik Sibatumanikkam dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Investigasi kelompok lebih menekankan keaktifan siswa dan guru hanya memonitor kegiatan siswa dalam menyanyikan lagu Sik-Sik Sibatumanikkam. Setelah analisis dilakukan, ditemukan bahwa dalam menyanyikan lagu Sik-Sik Sibatumanikkam menunjukkan hasil yang cukup walau dengan pengajar yang tidak berlatarbelakang pendidikan seni musik.Kata kunci : Model Pembelajaran, Kooperatif, Investigasi

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara

kepulauan dengan berbagai

kemajemukan bangsa dan

kebudayaan.Kebudayaan Indonesia

mempunyai ragam yang sangat

kompleks mulai dari upacara-upacara

adat, pakaian adat, rumah adat, cerita

rakyat, sampai pada kesenian daerah.

Kekayaan budaya itu merupakan

salah satu kelebihan dan kebanggaan

bangsa Indonesia, namun banyak

generasi-generasi muda bangsa yang

pengetahuannya sangat minim akan

kebudayaan Indonesia termasuk

kesenian daerah.

Lagu daerah Indonesia

merupakan salah satu bentuk

kebudayaan dan kesenian daerah yang

terlupakan kehadirannya. Minat

masyarakat terhadap lagu daerah

menurun seiring berkembangnya

musik-musik populer, lagu-lagu

modern dan asing yang sarat akan

hiburan. Hal ini paling terasa di kota-

kota besar sebagai pusat arus

globalisasi.Sangat disayangkan begitu

banyaknya kemajuan yang terjadi

justru sebagian besar masyarakat

terbawa arus globalisasi dan mulai

meninggalkan budaya asalnya.

Lagu daerah biasanya diajarkan

secara turun-temurun, namun pada

masyarakat modern kebiasaan itu

mungkin sudah tidak lagi

dilakukan.Itulah sebabnya anak-anak

sekarang umumnya tidak lagi

Page 110: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

106

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

mengenal lagu daerah.Padahal

sebagai salah satu kekayaan budaya

seharusnya lagu daerah tersebut

dilestarikan dan dikenalkan sejak

dini.Salah satu lagu daerah yang

hampir tidak dikenal olehanak muda

adalah lagu Sik-Sik Sibatumanikkam

yang berasal dari daerah Batak Toba.

Salah satu aspek yang menuntut

sumber daya manusia adalah aspek

yang berhubungan dengan seni.Aspek

seni merupakan wadah untuk

menjalin hubungan dengan dunia luar,

sehingga dengan adanya seni dapat

meningkatkan kualitas masyarakat

dan bangsa.Sekarang ini pendidikan

seni merupakan mata pelajaran yang

sudah umum kita jumpai dalam dunia

pendidikan.Dengan adanya

pendidikan seni seorang pengajar

dapat melihat dimanakah bakat

seorang anak didik yang mereka ajar,

apakah dibidang seni musik, seni tari,

seni lukis, ataupun seni yang lainnya.

Berbagai upaya telah dilakukan

untuk meningkatkan kualitas

pendidikan demi meningkatkan

sumber daya manusia. Untuk

melaksanakan pendidikan harus

dimulai dengan pengadaan tenaga

pendidik sampai pada usaha

peningkatan mutu pendidikan.

Kemampuan seorang guru sangatlah

berperan terhadap pembentukan anak

didik baik dalam merencanakan,

melaksanakan dan menilai

pembelajaran tersebut.Suatu strategi

belajar mengajar yang sesuai materi

harus dapat dibuat oleh seorang guru.

Sering siswa kurang berminat

terhadap pelajaran yang disampaikan

guru.Hal ini dapat dilihat dari sikap

siswa dalam menerima pelajaran.

Beberapa diantaranya adalah

kebiasaan siswa berbicara di dalam

kelas pada saat guru menerangkan

pelajaran, siswa jarang

memperhatikan guru menerangkan di

depan kelas dan siswa sering permisi

pada saat pelajaran berlangsung di

dalam kelas. Ini disebabkan cara

penyajian atau metode yang

digunakan oleh guru kurang tepatatau

tidak sesuai dengan materi yang

disajikan. Untuk mengatasi hal ini,

salah satu usaha yang dilakukan

adalah mengurangi model belajar

yang monoton.

Yang menjadi pokok pembahasan

pada penelitian ini adalah Model

Pembelajaran Kooperatif Investigasi

Kelompok dalam pelajaran seni

Page 111: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

107

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

musik khususnya dalam menyanyikan

lagu Sik-sik Sibatumanikkam yang

berasal dari daerah Batak Toba. Pada

model pembelajaran kooperatif siswa

diberi kesempatan untuk

berkomunikasi dan berinteraksi sosial

dengan temannya untuk mencapai

tujuan pembelajaran, sementara guru

bertindak sebagai motivator dan

fasilitator aktivitas siswa.Artinya

dalam pembelajaran ini kegiatan aktif

dengan pengetahuan dibangun sendiri

oleh siswa dan mereka bertanggung

jawab atas hasil pembelajarannya.

Sekolah - sekolah selama ini

mempunyai masalah diproses

pembelajaran Seni Budaya khususnya

seni musik, dikarenakan model

pengajarannya kurang menarik bagi

siswa. Karena itulah muncul

pemikiran peneliti untuk menerapkan

model pembelajaran kooperatif

investigasi kelompok dalam

pembelajaran seni musik khususnya

dalam menyanyikan lagu daerah.

PEMBAHASAN

Model diartikan sebagai kerangka

konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan kegiatan

(Sagala, 2003: 174).Dari penjelasan

diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa model keberhasilan seorang

pengajar akan terjamin, jika pengajar

dapat mengajak para muridnya

mengerti suatu masalah melalui

semua tahap proses belajar, karena

dengan cara begitu murid akan

memahami hal yang diajarkan.

Dengan begitu dalam proses

pembelajaran pengajar harus dapat

menggunakan model-model dan

pendekatan mengajar yang dapat

menjamin pembelajaran berhasil

sesuai yang direncanakan.

Pembelajaran (instruction)

merupakan akumulasi dari konsep

mengajar (teaching) dan konsep

belajar (learning). Menurut Hamalik

(2009:57), “pembelajaran adalah

suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur–unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi

mencapai tujuan

pembelajaran.”Pendapat tersebut

menunjukkan bahwa pembelajaran

dapat dipandang sebagai suatu sistem

yang di dalamnya terdapat

Page 112: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

108

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

komponen-komponen siswa atau

peserta didik, tujuan, materi untuk

mencapai tujuan, fasilitas dan

prosedur serta alat atau media yang

harus dipersiapkan.

Propinsi Sumatera Utara

beribukota Medan, Terletak antara 10

- 40 LU, 980 - 1000 B.T. Batas

wilayahnya sebelah utara propinsi

Aceh dan Selat Sumatera, sebelah

barat berbatasan dengan propinsi

Sumatera Barat dan Riau, sedangkan

sebelah Timur di batasi oleh Selat

Sumatera. Batak merupakan salah

satu suku bangsa di Indonesia.Nama

ini merupakan sebuah terma kolektif

untuk mengidentifikasikan beberapa

suku bangsa yang bermukim dan

berasal dari Tapanuli dan Sumatera

Timur, di Sumatera Utara. Suku

bangsa yang dikategorikan sebagai

Batak adalah: Batak Toba, Batak

Karo, Batak Pakpak, Batak

Simalungun, Batak Angkola, dan

Batak Mandailing.

Lagu daerah atau musik daerah

atau lagu kedaerahan, adalah lagu

atau musik yang berasal dari suatu

daerah tertentu dan menjadi populer

dinyanyikan baik oleh rakyat daerah

tersebut maupun rakyat lainnya.Pada

umumnya pencipta lagu daerah ini

tidak diketahui lagi alias

noname.Lagu kedaerahan mirip

dengan lagu kebangsaan, namun

statusnya hanya bersifat kedaerahan

saja.Lagu kedaerahan biasanya

memiliki lirik sesuai dengan bahasa

daerahnya masing-masing.Misalkan

lagu kedaerahan Bali adalah Bali

Jagaddhita.

Lagu daerah atau musik daerah

ini biasanya muncul dan dinyanyikan

atau dimainkan pada tradisi-tradisi

tertentu pada masing-masing daerah,

misal pada saat menina-bobok-kan

anak, permainan anak-anak, hiburan

rakyat, pesta rakyat, perjuangan

rakyat, dan lain sebagainya.

Musik pada masyarakat Batak

Toba tercakup dalam dua bagian

besar, yaitu musik vokal dan musik

instrumental.Musik vokal pada

masyarakat Batak Toba disebut

dengan ende.Dalam musik vokal

tradisional pembagiannya ditentukan

oleh kegunaan dan tujuan lagu

tersebut yang dapat dillihat dari

liriknya. Pasaribu (1986 : 27-28)

membuat pembagian terhadap musik

vokal tradisional Batak Toba dalam

delapan bagian, yaitu : 1) Ende

Page 113: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

109

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

mandideng, adalah musik vokal yang

berfungsi untuk menidurkan anak

(lullaby); 2) Ende sipaingot, adalah

musik vokal yang berisi pesan kepada

putrinya yang akan melangsungkan

pernikahan. Dinyanyikan pada saat

senggang pada hari menjelang

pernikahan tersebut; 3) Ende

pargaulan, adalah musik vokal yang

secara umum merupakan “ solo-

chorus” dan dinyanyikan oleh kaum

muda-mudi dalam waktu senggang,

biasanya malam hari; 4) Ende tumba,

adalah musik vokal yang khususnya

dinyayikan sebagai pengiring tarian

hiburan (tumba). Penyayinya

sekaligus menari dengan melompat-

lompat dan berpengangan tangan

sambil bergerak melingkar.Biasanya

ende tumba ini dilakukan oleh remaja

di alaman (halaman kampung) pada

malam terang bulan; 5) Ende sibaran,

adalah musik vokal sebagai cetusan

penderitaan yang berkepanjangan.

Penyanyinya adalah orang yang

menderita tersebut, yang menyanyi di

tempat yang sepi; 6) Ende pasu-pasu,

adalah musik vokal yang berkenaan

dengan pembekatan. Berisi lirik-lirik

tentang kekuasaan yang abadi dari

Yang Maha Kuasa.Biasanya

dinyanyikan oleh orang tua kepada

keturunannya; 7) Ende hata, adalah

musik vokal yang diimbuhi ritem

yang disajikan secara monoton,

seperti metric speech. Liriknya berupa

deretan pantun dengan bentuk aabb

yang memiliki jumlah suku kata yang

sama. Biasanya dimainkan oleh

kumpulan kanak-kanak yang

dipimpin oleh seorang yang lebih

dewasa atau orang tua; 8) Ende

andung, adalah musik vokal yang

bercerita tentang riwayat hidup

seseorang yang telah meninggal, yang

disajikan setelah atau pada saat

disemayamkan. Dalam Ende andung

melodinya dating secara spontan

sehingga penyanyinya adalah peyanyi

yang cepat tanggap dan terampil

dalam sastra serta menguasai

beberapa motif-motif lagu yang

penting untuk jenis lagunya ini.

Demikian juga hutasoit dalam

Ritaony membagi kategori musik

vokal menjadi tiga jenis, yaitu : 1)

Ende namarhadohoan, yaitu musik

vokal yang dinyanyikan pada saat

acara-acara namarhadohoan (resmi);

2) Ende siriakon, adalah musik vokal

yang diyanyikan oleh masyarakat

Batak Toba dalam kegiatan sehari-

Page 114: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

110

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

hari; 3) Ende sibarean, adalah musik

vokal yang dinyanyikan dalam

kaitannya dengan berbagai peristiwa

kesedihan/ dukacita.

Bagian kedua lagu ini pada bar

66 dinyanyikan dengan tempo yang

lebih cepat dengan metronom 112 dan

terdapat modulasi dari Bes=Do

menjadi C=Do, sehingga dinamik

pada bagian ini lebih kuat dan gagah.

Bagian ketiga lagu ini pada bar

71 terjadi lagi perubahan tempo

menjadi 118 dan modulasi menjadi

D=Do, sehingga dinamik pada bagian

ini lebih kuat dan gagah dari pada

bagian kedua.

Tradisi Batak pada masa lampau,

menggambarkan lagu ini yang biasa

dilakukan oleh sekelompok pemuda-

pemuda yang akan mengunjungi

sekelompok wanita muda sepanjang

malam dan mencari kekasihnya.

Biasanya sekelompok pemuda akan

mulai bernyanyi di luar rumah untuk

mengidentifikasikan siapa mereka dan

sekelompok wanita muda akan

menjumpai siapa pemuda yang berada

diluar. jika wanita-wanita muda telah

tertarik, kemudian pintu akan dibuka.

Pada umumnya pemuda dengan suara

yang terbaik dan yang mampu

bermain alat musik, akan

mendapatkan banyak perhatian dari

wanita-wanita muda. Pemuda-pemuda

akan menggunakan kiasan atau

pantun untuk mendapatkan perhatian

wanita-wanita muda. Sik-sik

sibatumanikkam adalah di antara

pantun nyanyian yang paling

populer.menggunakan kiasan atau

pantun untuk mendapatkan perhatian

dari wanita-wanita muda.

Seorang penyanyi yang baik

hendaknya menampilkan luapan

perasaan pencipta lagu yang

dinyanyikan.Dalam hal ini seorang

penyanyi dituntut agar dapat

menterjemahkan maksud dan isi yang

terkandung dalam lagu dengan bentuk

penterjemahan sesuai yang

diharapkan oleh komposer.

Interpretasi merupakan proses

komunikasi melalui lisan atau

gerakan antara dua atau lebih

pembicara yang dapat menggunakan

simbol-simbol yang dapat dijadikan

sebagai metode untuk menafsirkan

suatu hasil karya seni sehingga lebih

jelas maknanya. Interpretasi musik

merupakan suatu usaha yang

dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang untuk

Page 115: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

111

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

menerjemahkan, memahami atau

menafsirkan dan membawakan suatu

komposisi musik sesuai dengan atau

menurut maksud komposer.

Beberapa definisi yang

mendukung pendapat tersebut yaitu

menurut (Harold A. Decker & Collen

J. Kirk 1998) bahwa: interpretation

inmusic means expressing the mood

of the composition. Artinya bahwa

“interpretasi dalam musik adalah

suatu upaya untuk mengekspresikan

suasana dari suatu komposisi

sehingga penyajiannya sesuai dengan

apa yang diinginkan oleh komposer”

Menurut Christ Coetzee dalam

bukunya yang berjudul Easy Guide to

reading Music, Playing Your First

Piece, enjoying Your Piano (2003)

yang menyatakan bahwa:

“interpretation musik takes place on three levels, firstly you must give aclear and accurate rendition of what the composer wrote. On a second level, interpretation means confirming to the stylistic norms and conventions associated with the music of a specific era. Lastly, the players own emotions dictate the subtle nuances of the music he or she plays. Every musician strives to get behind the soul of the music and be able to relate in a meaningfull way with the composer.”

Interpretasi musik dapat

dikelompokkanmenjadi tiga bagian

besar yakni pertama, kamu harus

dapat mengetahui dengan jelas dan

tepat apakah yang menjadi tujuan/

maksud pada karya yang ditulis oleh

komposer.Pernyataan kedua,

interpretasi diartikan sebagai suatu

penyesuaian diri terhadap

aturan/norma pada gaya musik

dizaman tertentu. Dan yang terakhir,

bahwa penjiwaan seperti emosi, hati

nurani sangat halus akan

mempengaruhi keadaan/situasi saat

dimainkan oleh pemain musik untuk

mendapatkan hasil yang benar-benar

nyata dan berarti sesuai dengan

keinginan seorang komposer.

Dari kutipan diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa pada lagu

sebaiknya terlebih dahulu dianalisis

termasuk pengetahuan dan

penguasaan tanda dinamik, tempo dan

juga teknik vokal pada partitur

lagu.Tanda dinamik adalah tanda

untuk menyatakan keras, lembutnya

sebuah lagu yang dinyanyikan.Tempo

adalah tanda yang digunakan untuk

menunjukkan cepat atau lambatnya

sebuah lagu yang harus

dinyanyikan.Teknik vokal adalah

memproduksi suara yang baik dan

benar, sehingga suara yang keluar

Page 116: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

112

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

terdengar jelas, indah, merdu dan

nyaring.

Manusia yang terlibat dalam

sistem pengajaran terdiri dari siswa,

guru dan tenaga lainnya.Misalnya

tenaga laboratorium. Material

meliputi buku-buku, papan tulis, dan

kapur, fotografi, slide dan film, audio

dan video tape. Fasilitas dan

perlengkapan terdiri dari ruangan

kelas.Perlengkapan audio visual, juga

komputer.Prosedur meliputi jadwal

dan metode penyampaian, informasi,

pabrik, belajar, ujian dan sebagainya.

Hasil pembelajaran yang baik

juga ditentukan oleh metode

pembelajaran yang tepat. Hal ini

serupa dengan pendapat Reigeluth

(1983:14) mengatakan bahwa:

Instructional methods are different

ways to achieve different outcomes

under different conditions. Yang

berarti bahwa pembelajaran adalah

suatu cara untuk mencapai hasil yang

baik pada situasi yang berbeda.

Dapat diuraikan bahwa yang

dimaksud dengan “Model

Pembelajaran kooperatif Investigasi

Kelompok dalam menyanyikan lagu

daerah Batak Toba (Sik-sik

Sibatumanikam)” merupakan model

pembelajaran yang mengutamakan

kerjasama diantara siswa untuk

meningkatkan minat siswa dalam

menyanyikan lagu daerah Batak

Toba. Penerapan model ini dianggap

dapat membantu siswa dalam

memahami konsep-konsep yang sulit,

meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademik dan

pengembangan keterampilan sosial.

Lagu Sik-Sik Sibatumanikkam

menggunakan suara manusia sebagai

pengganti alat musik Batak Toba

seperti Ogung.Pada bagian syair “ck

ck ck da da dam” menggambarkan

seorang pemuda yang sedang bersiul

untuk mendapatkan perhatian para

kaum wanita.Syair ini juga berfungsi

untuk memperindah komposisi lagu

Sik-Sik Sibatumanikkam.Terjadi dua

perubahan pada lagu ini. Bagian

pertama lagu ini memiliki tempo 100

dengan nada dasar Bes=Do, pada

bagian kedua dengan tempo 112

dengan nada dasar C=Do dan pada

bagian ketiga dengan tempo 118

dengan nada dasar D=Do.

Page 117: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

113

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

Pelaksanaan model Pembelajaran Kooperatif dalam Menyanyikan Lagu Daerah Batak Toba (Sik-Sik Sibatumanikkam) Pada SiswaProses model pembelajaran

kooperatif, meliputi: a) Pembagian

Kelompok; Pembagian kelompok

dalam menyanyikan lagu Sik-Sik

Sibatumanikkam ditentukan oleh

guru, tiap kelompok berjumlah 8

sampai 9 siswa; b) Merencanakan

Tugas; Setiap kelompok

merencanakan bersama mengenai apa

yang akan dipelajari dan

bagaimana mempelajarinya; c)

Melaksanakan Investigasi; Siswa

mengumpulkan informasi,

menganalisis data dan membuat

kesimpulan.Tiap anggota kelompok

berkontribusi untuk usaha-usaha yang

dilakukan kelompoknya; d)

Menyiapkan Laporan akhir; Anggota

kelompok menrencanakan apa yang

akan mereka laporkan dan bagaimana

mereka akan membuat presentasi

mereka.

Adapun langkah-langkah

pelaksanaan penggunaan kooperatif

investigasi kelompok dapat dilihat

sebagai berikut:

Siklus I

Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Pada tahap ini kegiatan yang

dilakukan adalah merencanakan

tindakan, yaitu berupa penyusunan

skenario pembelajaran yang disusun

dengan tingkat kesulitan dalam

menyanyikan lagu daerah (Sik –Sik

Sibatumanikkam) dengan

melaksanakan langkah-langkah

penyelesaian yang telah disusun. Pada

tahap ini perencanaan tindakan pada

setiap siklusnya adalah sebagai

berikut:

Perencanaan tindakan pada siklus I:

1) Peneliti melakukan pengembangan

materi dengan menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 2)

Peneliti menyusun lembar observasi

kegiatan pembelajaran; 3) Peneliti

menyusun alat evaluasi tindakan; 4)

Melaksanakan proses pembelajaran

dengan model pembelajaran

kooperatif investigasi kelompok; 5)

Memantau setiap kegiatan siswa

dalam proses pembelajaran, baik saat

dalam kooperatif investigasi

kelompok maupun saat menyanyikan

lagu Sik-Sik Sibatumanikkam.

Page 118: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

114

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan merupakan pengembangan

dan pelaksanaan scenario

pembelajaran yang telah disusun.Pada

akhir tindakan diberi latihan untuk

melihat hasil yang dicapai setelah

diberikan tindakan dengan model

pembelajaran kooperatif investigasi

kelompok dalam menyanyikan lagu

Sik-Sik Sibatumanikkam. Kegiatan

pembelajaran yang dilakukan peneliti

adalah: 1) Penyajian materi

pembelajaran dalam kelas; 2)

Pembentukan kelompok diskusi yang

anggotanya heterogen dan terdiri dari

7-8 orang; 3) Pengarahan dan

pemberian tugas kelompok dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan.

Setiap siswa dapat berperan sebagai

pemimpin kelompoknya untuk

membahas tugas-tugas yang

diberikan; 4) Menguji kinerja setiap

anggota kelompok; 5) Guru

memberikan penghargaan kepada

siswa secara akademik mengenai

hasil yang diperolehnya.

Observasi

Observasi adalah pengumpulan

data dengan cara mengadakan

pengamatan terhadap objek baik

secara langsung ke lokasi penelitian

guna melihat langsung kegiatan

proses belajar mengajar anak didik.

Refleksi

Data yang dicatat tiap langkah

meliputi: data hasil pemahaman

materi belajar data hasil belajar dalam

melaksanakan tugas. Data diatas

dianalisis secara berkala setiap

langkah hal ini bertujuan untuk

mengetahui hasil yang sebenarnya

berdasarkan tujuan kegiatan belajar

mengajar (KBM) yang hendak

dicapai.

Siklus II

Tahap perencanaan pada siklus II

merupakan hasil refleksi dari siklus I.

Pada tahap ini peneliti dapat

mengetahui berapa banyak siswa

yang telah terbantu dalam

belajar.Pada tahap penelitian lebih

memfokuskan kesulitan yang dialami

peserta didik pada siklus I. siswa

diberikan kesempatan dalam

kelompoknya untuk saling berbagi

dan saling membantu dalam

menyanyikan lagu Sik-Sik

Sibatumanikkam. Proses

pembelajaran difokuskan pada

aktifitas siswa dalam kelompok.

Page 119: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

115

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

Kegiatan ini harus mengaktifkan

seluruh siswa. Pada tahap ini

perencanaan tindakan pada setiap

siklusnya adalah sebagai berikut: 1)

Menyiapkan materi ajar baru dan

menyiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP); 2) Membuat

lembar observasi guna mengamati

proses pembelajaran; 3) Untuk

mengatasi siswa yang kurang

memahami konsep, peneliti akan

menjelaskan tentang materi yang baru

secara terperinci agar siswa dapat

lebih mengerti.

Tahap Pelaksanaan Tindakan (acting)

Pada tahap ini peneliti berusaha

sebaik mungkin memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada

siswa.Siswa diberikan kesempatan

dalam kelompoknya untuk saling

berbagi dan saling membantu dalam

menyanyikan lagu Sik-Sik

Sibatumanikkam. Proses

pembelajaran difokuskan pada

aktifitas siswa dalam kelompok dari

pada guru. Guru hanya sebagai

fasilitator saja.

Langkah-langkah yang akan

dilaksanakan adalah: 1) Siswa duduk

dalam kelompok masing-masing; 2)

Peneliti menjelaskan tentang materi

yang akan dipelajari, selanjutnya

dilain kesempatan terlebih dahulu

membekali siswa dengan sebaik-

baiknya tentang materi yang

dipelajari dan hal-hal apa yang harus

dilaksanakan dalam menyanyikan

lagu Sik-Sik Sibatumanikkam; 3)

Untuk mengatasi siswa agar lebih

kondusif peneliti mencoba

memindahkan siswa kekelompok

yang lain dan menukarnya dengan

tujuan agar proses pembelajaran lebih

tertib.

Tahap Pengamatan (Observing)

Seperti pada siklus I tahap

pengamatan dan pengumpulan data

dilakukan bersamaan pada saat

tindakan dilakukan.Pelaksanaan

pengamatan dilakukan pada akhir

tindakan, yaitu melalui pemberian tes

kepada siswa yang berguna untuk

melihat hasil belajar yang dicapai

siswa dan mengetahui perubahan

yang dialami siswa.

Tahap Refleksi (Reflecting)

Hasil dari tes, wawancara dan

observasi yang diberikan sebagai

dasar pengambilan kesimpulan,

apakah kegiatan yang dilakukan telah

berhasil atau belum berhasil. Jika

Page 120: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

116

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

pada siklus II masih banyak siswa

yang mengalami kesulitan belajar,

maka akan direncanakan pada siklus

selanjutnya. Namun jika telah

memenuhi indikator keberhasilan

belajar, maka tidak perlu dilanjutkan

tindakan ke siklus selanjutnya.Dalam

kegiatan ini ditarik kesimpulan hasil

penelitian yang telah

dilakukan.Kesimpulan yang diambil

merupakan dasar bagi pelaksanaan

siklus berikutnya dan perlu tidaknya

siklus dilanjutkan atas permasalahan

yang diduga.

HASIL PEMBELAJARAN LAGU SIK-SIK SIBATUMANIKKAM

Untuk mendapatkan data-data

kemampuan dari hasil kegiatan, maka

peneliti meminta kepada setiap

kelompok untuk menyanyikan lagu

yang sedang dipelajari dengan

melihat kriteria dari:

1. Vokal : Siswa harus mampu menyanyikan sebuah

lagu dengan pengucapan yang baik.

Misalnya pengucapan A, mulut harus

dibuka kira-kira selebar dua jari masing-

masing dan lidah ditarik ke dalam.

2. Pembawaan (Interpretasi) : Suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan

oleh seseorang atau sekelompok orang

untuk menerjemahkan, memahami atau

menafsirkan dan membawakan suatu

komposisi musik.

3. Tempo : Siswa harus mampu menyanyikan sebuah

lagu dengan cepat atau lambatnya suatu

lagu.

4. Dinamik : Tanda dinamik menunjukkan kuat atau

lembutnya sebuah lagu dinyanyikan untuk

mewujudkan watak dan jiwa suatu lagu

atau musik.

Page 121: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

117

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

5. Kekompakan : Dalam menyanyikan lagu Sik-Sik

Sibatumanikkam, setiap anggota

kelompok harus memiliki kekompakan

bersama anggota nya agar pencapaian

lagu dapat terlaksana dengan baik.

Namun demikian, dapat

disimpulkan bahwa kelompok

tersebut memiliki kendala yang sama

yaitu dalam hal vokal dan pembawaan

lagu (interpretasi). Ketika para siswa

diajari untuk latihan vokal, mereka

sangat sulit untuk membuka mulut

dan tidak terbiasa dalam pengucapan

vokal yang baik dan benar.Tidak

hanya itu, pada teknik pembawaan

(interpretasi) siswa sangat sulit untuk

menjiwai lagu tersebut, dan

bagaimana ekspresi yang

diminta.Pada tempo, para siswa hanya

sekedar menyanyikan lagu, tanpa

melihat perubahan tempo pada lagu

Sik-Sik Sibatumanikkam. Disisi lain,

setiap kelompok menampilkan

kekompakan dan kreatifitasnya

dengan menampilkan gerakan (tarian)

yang cukup sederhana, dan konsep

aransemen dalam menyanyikan lagu

Sik-Sik Sibatumanikkam. Dalam hal

ini, pengajar kurang memperhatikan

dan menekankan penguasaan vokal

dan pembawaan (interpretasi) lagu

yang benar.

PENUTUP

Berdasarkan uraian, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa untuk

menjawab pokok permasalahan

penelitian yaitu mengenai model

pembelajaran kooperatif investigasi

kelompok dalam menyanyikan lagu

daerah Batak Toba (Sik-Sik

Sibatumanikkam) pada siswa.Oleh

karena itu dapat ditemukan beberapa

kesimpulan yaitu :Sebelum

dilaksanakan tindakan, kemampuan

siswa dalam menyanyikan lagu

daerah masih rendah dan belum

berhasil. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan tenaga pengajar dalam

mengajarkan seni musik.Tenaga

pengajar tersebut sudah berusaha

mengajarkan kepada para siswa

tentang pengetahuan musik yang

diketahui, walaupun tenaga pengajar

Page 122: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

118

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

tersebut tidak memiliki latar belakang

pendidikan musik.Kendala yang

dihadapi dalam pembelajaran lagu

Sik-Sik Sibatumanikkam adalah pada

bagian vokal.Dalam menyanyikan

lagu tersebut, harus mampu

menyanyikan dengan memiliki vokal

yang baik dan benar.Begitu juga

dengan pembawaan (interpretasi) lagu

yang belum sepenuhnya menerapkan

bagaimana pembawaan lagu Sik-Sik

Sibatumanikkam.

Tujuan pokok model

pembelajaran kooperatif investigasi

kelompok dalam menyanyikan lagu

daerah Batak Toba (Sik-Sik

Sibatumanikkam) adalah untuk

menggali dan menyalurkan bakat dan

minat para siswa-siswi dalam seni

musik, khususnya dalam melestarikan

dan meningkatkan minat siswa dalam

menyanyikan lagu

daerah.Bahan/materi lagu dalam

model pembelajaran kooperatif

investigasi kelompok adalah lagu

daerah dari Batak Toba yang berjudul

Sik-Sik Sibatumanikkam, karena

makna yang terkandung dalam lagu

ini berisi pantun berbalas yang

dilakukan oleh sepasang muda-

mudi.Lagu ini sangat riang dan penuh

semangat.Hasil model pembelajaran

kooperatif investigasi kelompok,

berdasarkan tabel tes praktek

menunjukkan kemampuan dalam

menyanyikan lagu Sik-Sik

Sibatumanikkam dan kekompakkan

serta kreatifitas dalam menyanyikan

lagu Sik-Sik Sibatumanikkam dapat

dikatakan baik.Namun, dalam hal

vokal dan pembawaan (interpretasi)

lagu belum memperoleh nilai yang

cukup baik.

Sebagai guru yang profesional,

sebaiknya guru lebih memperhatikan

tingkat kemampuan siswa dalam

menyanyikan lagu daerah.Guru dapat

menggunakan model pembelajaran

kooperatif investigasi kelompok

untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam menyanyikan lagu

daerah.Dalam proses pembelajaran

diharapkan siswa dapat mengikuti

pembelajaran sesuai dengan materi

yang dipelajari agar suasana kelas

kondusif. Kepada pengamat lain yang

ingin melakukan penelitian yang

sama pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif investigasi

kelompok, diharapkan dapat

melakukan penelitian yang lebih baik

agar diperoleh data yang

Page 123: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

119

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

signifikan.Bagi pengamat hasil

penelitian tindakan kelas ini dapat

dijadikan suatu keterampilan serta

pengetahuan untuk menambah

wawasan dalam mendidik siswa

khususnya siswa SMA.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Dermawan. 2007. Upaya peningkatan minat siswa Sekolah Dasar dalam pembelajaran lagu daerah di Surabaya. Surabaya: skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana Universitas Kristen

Ali, Muhammad,1987. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Pustaka Amani

Arikunto. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktik.Jakarta: Bina aksara

Berliana, Nova. 2010. Upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar seni musik Siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif invesitgasi Kelompok kelas VII SMP N 2 Yogyakarta.Yogyakarta:

Skripsi untuk Mendapatkan gelar sarjana

Chris Coetzee, Piano: An Easy Guide to Reading Music, Playing Your First Piece, Enjoying Your Piano (United Kingdom: New Hooland publishers, 2003)

Dick & Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction. New York: Wesley Educational.

Eggen, P.D. and Kauchack, D.P. 1993. Learning and teaching. 2nded. Needham Heigght, Massachussets: Allyn and Bacon

Harold A. Decker & Colleen J. Kirck, Choral Conducting Focus on Communication (USA: Waveland Press Inc., 1988)

Page 124: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

120

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

APPLICATION OF VASICEK’S RATE INTEREST MODEL IN TERM INSURANCE PREMIUMS CALCULATION

Abstract

Sudianto Manullang

Factor of interest rate and mortality is former principal components to get premium of term insurance. Vasicek's rate of interest model is one of stochastic rate of interest model that is utilized on derivatif that becomes discount factor of zero coupon bond's price, and solved by Affine's model to get annuity, actuarial value so results annual net premium of term insurance.Key Word : Vasicek’s rate of interest model

PENDAHULUAN

Hukum pasar dari industri

asuransi adalah menciptakan premi

dan benefit yang seoptimal mungkin.

Jika premi yang ditawarkan terlalu

mahal maka kemungkinan besar

produk tersebut tidak akan laku dijual

sedangkan apabila premi terlalu

murah maka perusahaan akan

mendapatkan resiko yang besar dan

profit yang kecil pula.

Pada dasarnya premi asuransi

jiwa dipengaruhi oleh tiga faktor

yaitu: peluang seseorang usia tertentu

akan meninggal dalam jangka waktu

tertentu (mortalitas), suku bunga yaitu

tingkat suku bunga yang diperoleh

oleh dana yang diinvestasikan, dan

biaya untuk memasarkan polis dan

biaya administrasi lainnya untuk

pengelolaan polis tersebut.

Unsur stokastik dalam penentuan

besaran aktuaria pada suku bunga

stokastik dapat dilakukan dengan

menggunakan model tingkat suku

bunga derivatif yang ada dalam dunia

pasar modal. Model yang paling

popular dalam struktur waktu suku

bunga (term structure of interest rate)

adalah model kesetimbangan karena

memuat unsur deterministik dan

stokastik didalamnya. Salah satu

model yang berkembang tersebut

adalah model Vasicek (1977), model

ini merupakan pengembangan dari

model Orstein-Uhlenbeck (1931).

Salah satu instrumen pasar yakni

obligasi yang menggunakan tingkat

Page 125: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

121

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

bunga derivatif sering diaplikasikan

dalam perhitungan aktuaria pada

asuransi jiwa. Bentuk obligasi tanpa

bunga (zero coupon bond) yang

memuat faktor diskon pada nilai

premi dapat dirumuskan dengan

menggunakan model ini, yang pada

akhirnya juga dapat menggambarkan

perubahan-perubahan tingkat suku

bunga dari perhitungan aktuaria.

TEORI DASAR

Proses Stokastik

Defenisi 2.1 Suatu proses stokastik

dengan waktu kontinu ,X t t T

disebut memiliki inkremen

independen (independent increment)

jika semua 0 1 2 ... ,nt t t t

variabel random 1 0 ,X t X t

2 1 ,.....,X t X t 1n nX t X t

adalah saling independen.

Gerak Brown

Defenisi 2.2 (Ross, 1996) Gerak

brown sering juga disebut sebagai

proses Wiener. Suatu proses stokastik

: 0tW t disebut gerak Brown jika

proses tersebut memenuhi beberapa

kriteria berikut ini :

i) 0 0W dan tW adalah kontinu saat 0t

ii) 0,tW N t yang berarti tW berdistribusi normal

dengan mean 0 dan variansi t.

iii) 0,t sW W N t s dan akan independen selama

proses sampai waktu ke-s

Asuransi Jiwa Berjangka

Diberikan tb adalah fungsi

manfaat (benefit) asuransi dan tv

menunjukkan fungsi diskonto. Nilai

waktu sekarang (present value) dari

pembayaran manfaat pada saat

dikeluarkannya polis dinotasikan

dengan tz

t t tz b v (1)

Page 126: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

122

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Untuk asuransi jiwa berjangka n

tahun yang memberikan manfaat

sebesar 1 satuan pada saat kematian

dipunyai :

1

0t

t nb

t n

0ttv v t

0

Tv T nZ

T n

Premi tunggal bersih (actuarial

present value) untuk asuransi ini

dengan menggunakan equivalence

premium principle diberikan sebagai,

1

:0

nt

t x x tx nA E Z v p dx (2)

Dalam hal ini 1

:x nA

menotasikan

premi tunggal bersih asuransi jiwa

berjangka n tahun dengan t xp

menunjukkan probabilitas seseorang

yang sekarang berusia x tahun akan

hidup sampai t tahun ke depan

Anuitas Hidup

Anuitas hidup merupakan

serangkaian pembayaran dikaitkan

dengan mati hidupnya sesorang

secara terus-menerus atau pada selang

waktu yang sama, seperti bulan,

triwulan, atau tahunan, selama

seseorang yang menjadi tertanggung

masih hidup. Dengan kata lain

Anuitas hidup merupakan anuitas

yang pembayarannya dikaitkan

dengan mati hidupnya sesorang.

Interval pembayaran dapat dilakukan

pada awal (annuities-due), atau

anuitas akhir (annuities-ammediate)

yang dapat dilakukan pada akhir

waktu pembayaran.

Nilai anuitas hidup berjangka

waktu n tahun dapat dituliskan

sebagai berikut :

:0

3n

tt xx n

a v p dt

Page 127: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

123

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Premi

Premi dalam asuransi jiwa berjangka

dibayarkan secara berkala selama

jangka waktu kontraknya, yang

biasanya dibayarkan pada awal

periode. Semakin panjang rentang

jangka waktu pembayaran premi

maka harga premi yang dibayarkan

akan semakin kecil.

Perhitungan premi secara berkala

dengan periode pembayaran n tahun

serta memberikan manfaat sebesar 1

satuan pada saat tahun kematian

adalah :

1

: :4

x n x nPa A

dengan :x n

a adalah nilai tunai anuitas awal dan 1

:x nA adalah asuransi atau nilai

santunan.

Penentuan Premi Bersih Asuransi

Jiwa Berjangka

Persamaan model Vasicek

Model Vacisek diperkenalkan

pertama kali tahun 1977 oleh Oldrich

Vasicek (Vasicek, 1977). Model ini

merupakan salah satu model

matematika yang menjelaskan evolusi

tingkat bunga. Model Vacisek

termasuk dalam persamaan diferensial

stokastik yang mampu

menggambarkan fluktuasi pergerakan

short-rate (tingkat suku bunga sesaat)

dari yield obligasi selama masa

obligasi. Selain dapat memodelkan

fluktuasi tingkat suku bunga, model

Vacisek juga dapat digunakan untuk

memprediksi besarnya tingkat bunga

pada periode kedepan.

Model Vasicek berbentuk sebagai

berikut :

, 0 5t t tdr r dt dW

Dengan :

= kecepatan suku bunga menuju nilai long-run

= nilai normal long run dari suku bunga

tr = tingkat suku bunga

= volatilitas tingkat suku bunga

tW = gerak Brown / proses Wiener

Page 128: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

124

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Dalam model ini ditunjukkan adanya

mean reversion yaitu suatu

kecenderungan nilai tr berada

disekitar rata-rata long run atau dapat

dikatakan bahwa tingkat suku bunga

bergerak dalam range terbatas.

Sebagai ilustrasi jika tingkat bunga

berada diatas rata-rata long run r

maka faktor drift akan bernilai negatif

sehingga suku bunga akan ditekan

sampai pada nilai rata-rata . Jika

r maka faktor drift akan bernilai

positif sehingga bunga juga harus

ditekan karena faktor drift bernilai

positif akan menaikkan suku bunga.

Naiknya suku bunga pada akhirnya

akan menghambat percepatan

pertumbuhan ekonomi. Dengan

menggunakan proses Ornstein-

Unhlenbeck solusi persamaan 5

menjadi :

0

0

0

0

1 6

tt s

t s

tt t s s

t s

r r e e dW

r r e e e e dW

ZCB (Zero Coupon Bond)/ Obligasi

berkupon nol

Yield dari ZCB, yaitu hasil yang

akan diperoleh investor apabila

menempatkan dananya untuk

dibelikan obligasi, sepenuhnya sama

dengan suku bunga. Misalkan tr

mewakili suku bunga pada waktu

yang bersifat kontinu diperoleh nilai

ZCB sebesar :

, 7

dan diperoleh yield

tr T tP t T e

log * ,, 8

P t TR t T

T t

Solusi untuk masalah harga ZCB

pada dapat ditentukan dengan

menggunakan model Affine.

Diasumsikan drift dan volatilitas spot

rate pada model mean reversion

masing-masing berbentuk

2

1 2 1 2, dan , 9t t t tr t t t r r t t t r

untuk i t dan , 1,2,i t i adalah fungsi deterministik dalam t .

Page 129: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

125

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Sebuah ZCB berjangka waktu T

dengan harga pada waktu t

adalah , , , ,P t T r P r misalkan

penentuan harga mengikuti formula

, exp 10tP r A B r

Solusi untuk A dan B

untuk penentuan nilai ZCB dapat

dicari dengan mereduksi unsur tr

sehingga diperoleh persamaan

diferensial simultan

22 2

21 1

1' 1 0 11

21

' 0 122

t tB t r B t r B

A t B t B

dengan :

113

eB

22

2

22

2

1

2 2

114

2 4

A r B B B

r B B

Premi tahunan untuk asuransi jiwa

dengan 1 unit pembayaran pada saat

kematian x berdasarkan model

suku bunga Vasicek dinyatakan

dengan 1

:x nA

1

:

0

0

0

2 2 221

2 2:0 0

15

,

exp

exp exp2 2 4

x n

n

TX

n

t TX

n

t TX

n n

t x t x sx n

A E E v t

E v t f t dt

P r f t dt

A B r f t dt

A r B r r B ds dt

Page 130: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

126

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

dan untuk anuitas hidup kontinu pembayaran 1 unit setiap periode berdasarkan

model suku bunga Vasicek dinyatakan dengan :x n

a

:0

2 22

20

2 22

2:0 0

16

exp

exp2 4

exp exp2 4

n

t xx n

Bt t x

n

t t x

n n

t x sx n

a P p dt

A r p dt

r B B B r p dt

a r B B B r ds dt

Berdasarkan persamaan (2.1.11) dan

(3.1.12) maka premi asuransi jiwa

seumur hidup dengan suku bunga

Vasicek adalah

1

: :

1

:

:

17

x n x n

x n

x n

Pa BA

AP B

a

Studi kasus

Dengan menggunakan bahasa

pemograman R diperoleh hasil nilai

asuransi, anuitas, dan harga premi

bersih asuransi jiwa berjangkanya

dengan menetapkan asumsi data

sebagai berikut :

Tetapan gompertz B = 0.001

Tetapan gompertz C = 1.1

Suku bunga jangka panjang r = 0.051

Suku bunga instan tr = 0.0675

Jumlah konversi bunga setahun = 0.25

Benefit = 50 juta

Usia = 30 tahun

Masa kontrak asuransi = 15 tahun

Page 131: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

127

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Perbandingan Premi Model Vasicek dan Konstan Berdasarkan Perubahan Suku Bunga

Perubahan tingkat suku bunga

pada setiap periode akan memberikan

pengaruh pada nilai premi yang akan

dibayarkan nasabah. Berikut akan

diberikan grafik serta tabel yang

menunjukkan harga premi atas

perubahan tingkat suku bunga model

Vasicek dan perbandingannya terhadap

suku bunga konstan.

Tabel 1 Harga premi dengan suku bunga konstanAsuransi Anuitas Premi0.086017 8.31937 516968

Tabel 2 Harga premi, anuitas dan asuransi dengan suku bunga model Vasicek berdasarkan perubahan tingkat suku bunga

Bunga Asuransi Anuitas Premi Bunga Asuransi Anuitas Premi0.03 0.116203 16.64611 473119.3 0.061 0.141242 14.14644 494177.90.031 0.116917 16.55588 473790.2 0.062 0.142159 14.07518 494864.40.032 0.117637 16.46635 474461.8 0.063 0.143085 14.00445 495551.20.033 0.118362 16.3775 475134.1 0.064 0.144017 13.93424 496238.30.034 0.119093 16.28933 475807 0.065 0.144958 13.86457 496925.70.035 0.11983 16.20184 476480.5 0.066 0.145906 13.79541 497613.40.036 0.120573 16.11502 477154.6 0.067 0.146862 13.72676 498301.40.037 0.121321 16.02886 477829.4 0.068 0.147826 13.65863 498989.60.038 0.122076 15.94337 478504.7 0.069 0.148798 13.591 499678.10.039 0.122838 15.85852 479180.7 0.07 0.149778 13.52388 500366.90.04 0.123605 15.77433 479857.2 0.071 0.150766 13.45725 501055.90.041 0.124378 15.69077 480534.2 0.072 0.151762 13.39112 501745.10.042 0.125158 15.60785 481211.9 0.073 0.152767 13.32547 502434.50.043 0.125944 15.52557 481890 0.074 0.153779 13.26031 503124.20.044 0.126736 15.44391 482568.7 0.075 0.154801 13.19563 5038140.045 0.127535 15.36287 483248 0.076 0.15583 13.13143 5045040.046 0.128341 15.28244 483927.7 0.077 0.156869 13.06771 505194.20.047 0.129153 15.20262 484608 0.078 0.157915 13.00445 505884.5

0.048 0.129971 15.12341 485288.7 0.079 0.158971 12.94165 5065750.049 0.130796 15.0448 485969.9 0.08 0.160036 12.87932 507265.70.05 0.131628 14.96679 486651.6 0.081 0.161109 12.81745 507956.40.051 0.132467 14.88936 487333.7 0.082 0.162191 12.75603 508647.30.052 0.133313 14.81252 488016.3 0.083 0.163282 12.69506 509338.20.053 0.134165 14.73625 488699.3 0.084 0.164383 12.63454 510029.30.054 0.135025 14.66057 489382.8 0.085 0.165492 12.57445 510720.4

Page 132: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

128

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Bunga Asuransi Anuitas Premi Bunga Asuransi Anuitas Premi0.055 0.135891 14.58545 490066.6 0.086 0.166611 12.51481 511411.60.056 0.136765 14.51089 490750.9 0.087 0.167739 12.45561 512102.80.057 0.137646 14.4369 491435.6 0.088 0.168877 12.39683 512794.10.058 0.138534 14.36346 492120.6 0.089 0.170024 12.33848 513485.50.059 0.139429 14.29058 492806 0.09 0.171181 12.28056 514176.8

0.06 0.140332 14.21824 493491.8

Dengan interval perubahan suku

bunga antara 3-9% diperoleh bahwa

harga premi suku bunga Vasicek

adalah lebih rendah dibandingkan

dengan menggunakan suku bunga

konstan. Dan untuk melihat lebih

jelas ditampilkan perbandingan harga

premi suku bunga model Vasicek dan

konstan sebagai berikut:

0 10 20 30 40 50 60

480000

5000

00

Plot nilai Premi

bunga

pre

mi

0 10 20 30 40 50 60

0.1

20.1

40.1

6

Plot nilai asuransi

bunga

asu

ransi

0 10 20 30 40 50 60

13

14

15

16

Plot nilai anuitas

bunga

anuita

s

Gambar 1 Grafik harga premi, asuransi dan anuitas asuransi jiwa berjangka model Vasicek berdasarkan perubahan tingkat suku bunga

Page 133: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

129

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

0 10 20 30 40 50 60

4800

0049

0000

5000

0051

0000

Plot nilai Premi

Index

prem

ivasicekkonstan

Gambar 2 Gafik perbandingan premi asuransi jiwa berjangka model Vasicek dan suku konstan berdasarkan perubahan tingkat suku bunga

KESIMPULAN

Dalam tesis ini dibahas tentang

pembentukan nilai premi asuransi

jiwa berjangka dengan menggunakan

suku bunga deterninistik dan suku

bunga stokastik model Vasicek dan

dalam implementasinya dalam

perhitungan nilai asuransi, aniutas,

serta premi, dengan hasil sebagai

berikut :1) Nilai asuransi, anuitas

serta premi pada suku bunga

deterministik yang selalu konstan

lebih tinggi nilainya dibandingkan

dengan menggunakan suku bunga

stokastik model Vasicek; 2) Dalam

simulasi data dengan menggunakan

model Vasicek yang diperoleh bahwa

terdapat pengaruh jika nilai benefit,

usia, suku bunga instan, suku bunga

jangka panjang volatilitas dan asumsi

gompertz yakni akan meningkat nilai

anuitas, asuransi serta premi yang

naik pula. Namun jangka waktu yang

panjang akan relatif menurunkan nilai

anuitas, asuransi serta premi.

Page 134: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

130

Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

DAFTAR PUSTAKA

Bain, L.J and Engelhardt, M. 1992.Introduction to Probability and Mathematical Statistics 2nd

Editon . Belmont. California : Duxbury Press.

Bowers, N.L, et al. 1997. Actuarial Mathematics 2nd Editon. Schaumburg, Illinois : The Society of Actuaries.

Jordan, C.W. 1991. Life Contingencies 2nd Editon. Chicago, Illinois : The Society of Actuaries.

Lin, X.S. 2006. Introductory Stochastic Analysis for Finance and Insurance Hoboken, New Jersey : Willey & Sons, Inc.

Noviyanti, L. And Syamsuddin, M. 2005. Life Insurance with Sthochastic Interest Rate, Proceedings 13th East Asian

Actuarial Conference The Actuary at Risk, The Society of Actuaries of Indonesia.

Kellison, S.G., 1991. The Theory of Interest 2nd Editon, Irwin Homewood, Boston.

Ross, S. M., 1983. Stochastic Processes, John Wiley & Sons, New York.

Seydel, R.U., 2006. Tools for Computational Finance third edition. Netherland. Springer-Verlag.

Sula, M.S. 2004. Asuransi Syariah (Life and General) : Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta : Gema Insani.

Vasicek, O. 1977. An Equilibrium Characterization of Term Structure. Jounal of Economics.

Page 135: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

131

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Metode Heuristik untuk Menyelesaikan Masalah Optimisasi Portfolio Berbasis Mean-Variance-Value at Risk

Erlinawaty Simanjuntak

Abstrak

Suatu masalah optimisasi portfolio dibatasi oleh risk-downside yang dipertimbangkan. Juga diperhatikan pembatas yang membatasi peubah perdagangan integer, pembatas-pembatas pada ukuran saham dari beberapa aset atau pada jumlah maksimum aset berbeda dalam portfolio. Oleh karena itu model optimisasi dapat menjadi sangat kompleks sebagai masalah fungsi naik yang menjadi nonconvex dan diskontinu. Masalah ini dimodelkan sebagai sebuah integer nonconvex masalah program kuadratik. Penelitian ini untuk sebuah pencarian heuristik feasible neighborhood dalam penyelesaian masalah.Kata Kunci : Optimisasi portfolio

PENDAHULUAN

Teori portfolio modern dimulai

pada tahun 1952, dengan berhasilnya

metode memilih portfolio yang

diusulkan oleh Harry Markowitz

dalam artikelnya yang berjudul

Portfolio Selection. Beliau

menyarankan cara seorang investor

dapat membentuk portfolio yang

menghasilkan tingkat keuntungan

paling tinggi berdasarkan suatu tahap

resiko, ataupun membentuk portfolio

yang beresiko paling rendah pada

suatu tahap tingkat keuntungan.

Kemudian William Sharpe (1965)

memperkenalkan model indek tunggal

yang merupakan satu penyesuaian

dari pada model Markowitz. Model

indek tunggal ini membolehkan lebih

banyak jumlah sekuritas dianalisis

dibandingkan dengan model

Markowitz yang memerlukan

penaksiran yang begitu banyak jika

jumlah sekuritas ditambahkan.

Berdasarkan pendekatan

Markowitz (1952) yang dimulai

dengan asumsi bahwa investor telah

mengeluarkan sejumlah uang untuk

investasi masa kini. Uang ini akan

diinvestasikan untuk jangka waktu

tertentu yang disebut periode

kepemilikan investor. Pendekatan

Markowitz dapat dipandang sebagai

pendekatan periode tunggal, dengan

permulaan periode dinotasikan t = 0

dan akhir periode dinotasikan t = 1.

Di t = 0, investor harus membuat

Page 136: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

132

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

keputusan sekuritas apakah yang akan

dibeli dan dimiliki sampai t = 1.

Pendekatan mean-varians adalah

metode yang paling awal untuk

memecahkan masalah pemilihan

portfolio. Akan tetapi, ada beberapa

pendapat yang menentangnya,

meskipun pendekatan ini telah

diterima dan dihargai oleh praktisi

dan akademisi selama beberapa tahun

(Korn, 1997). Meminimumkan

varians tidak hanya mendorong

kearah deviasi rendah dari hasil yang

diharapkan pada sisi bawah rata-rata,

tetapi juga pada sisi atas rata-rata.

Pendekatan mean-varians

mengarah ke pengurangan resiko,

tetapi pendekatan mean-VaR

kadangkala tidak mengarah pada

pengurangan resiko. Pendekatan

mean-varians tidak hanya mengawasi

hasil resiko pada sisi bawah rata-rata,

tetapi juga keuntungan yang mungkin

pada sisi atas rata-rata selama

pendekatan mean-VaR hanya

mengendalikan hasil resiko pada sisi

bawah rata-rata. Pada batasan lain

dari dua pendekatan ini adalah bahwa

distribusi hasil tidak terlalu dipahami,

dan disana tidak ada informasi derajat

tingkat lebih tinggi kecuali means,

kovarians (varians) dan nilai dari

VaR.

Sebagai ganti penggunaan satu

ukuran resiko tunggal (mean-varians

dan mean-VaR), juga diusulkan suatu

pendekatan umum mean-varians-VaR

yang menggunakan varians dan VaR

sebagai ukuran resiko ganda secara

serempak. Dengan membandingkan

model mean-varians dan model mean-

VaR akan digunakan ukuran resiko

ganda sebagai pengganti ukuran

resiko tunggal.

Mean-Variance-VaR

Tujuan utama seorang investor

adalah mengalokasikan secara

optimal investasinya diantara asset

yang berbeda. Adapun model

optimisasi portfolio berdasarkan

mean, varians, dan value at risk yang

diajukan oleh Jin Wang (2000) adalah

sebagai berikut :

Pendekatan Mean-Variance

Andaikan ada n sekuritas dengan

tingkat pengembalian Xi (i = 1, 2, …,

n). Means dan kovarians dari tingkat

return (R) ini adalah :

( ) ( , ), , 1,...,i i ij i jE X dan Cov X X i j n

Page 137: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

133

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Vektor portfolio adalah : 1

1

( ,..., ) ' 1n

nn i

i

w w w R dan w

Definisikan bahwa kumpulan W adalah koleksi dari semua portfolio yang

mungkin : 1

1n

ni

i

W w R w

Hasil total dari portfolio adalah : 1

n

w i ii

R w X

Mean dan variansnya adalah :

1 1

( )n n

w w i i i ii i

E R E w X w

dan 2

1 1 1

varn n n

w i i i j iji i j

w x w w

Ada dua model umum yang

menggunakan prinsip mean-variance.

Ide untuk model pertama adalah

memberi batas atas 20 untuk hasil

varians portfolio, memilih suatu

portfolio w, hingga w adalah

maksimum dengan 20

2 w :

wWw

max

kendala : 20

2 w (1)

Tahap model kedua untuk memberi batas bawah 0 untuk mean hasil portfolio,

memilih suatu portfolio w, hingga 2w adalah minimum dengan 0w :

2min wWw

(2)

kendala : 0 w

Pendekatan Mean-VaR

VaR mengukur kerugian harapan

terburuk yang melebihi batas waktu

yang diberikan atas kondisi pasar

normal pada suatu tingkat

kepercayaan yang diberikan, dan

menyediakan pemakai-pemakai suatu

ukuran ringkasan resiko pasar.

Tepatnya, VaR pada tingkat

kepercayaan 100% dari suatus

portfolio w untuk suatu periode waktu

khusus dari tingkat pengembalian qw

sehingga probabilitas dari portfolio

memiliki tingkat pengembalian qw

atau lebih sedikit adalah :

( )w wP R q (3)

Page 138: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

134

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Sama seperti metode mean-variance,

didefinisikan dua model untuk prinsip

mean-VaR. Pertama adalah bahwa

untuk batas atas yang diberikan q0

untuk VaR hasil portfolio, memilih

suatu portfolio w, sehingga w adalah

maksimum dengan

0 :wq qw

Ww

max

(4)

kendala : 0qqw

Tahap model kedua bahwa untuk

batas atas 0 yang diberikan untuk

mean dari hasil portfolio, memilih

suatu portfolio w, sehingga Var qw

adalah minimum dengan

0w :w

Ww

qmin

(5)

kendala : 0 w

dimana : R = hasil portfolioW = kumpulan semua portfolio yang mungkinw = vektor portfolio

w = batas bawah rat-rata

0 = batas atas rata-rata2w = batas bawah varians20 = batas atas varians

0q = batas atas tingkat pengembalian

wq = batas bawah tingkat pengembalian

Perbandingan Pendekatan Mean-

Variance dan Mean-VaR

Pada bagian ini, dibandingkan

pendekatan mean-VaR dengan

pendekatan mean-varians. Dua

pendekatan ini menggunakan dengan

sepenuhnya ukuran resiko untuk

optimisasi portfolio. Kedua

pendekatan ini mempunyai banyak

keuntungan; namun pendekatan ini

tidak cukup hanya menggunakan

informasi dari distribusi hasil

portfolio. Seperti ukuran resiko,

varians dan VaR adalah mandiri

secara umum. Satu pengecualian

bahwa ukuran VaR adalah sebanding

kepada ukuran varians pada kasus

multivariat normal.

Pendekatan Mean-Variance-VaR

Page 139: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

135

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Pada bagian ini, diusulkan suatu

model umum mean-varians-VaR

untuk optimisasi portfolio dengan dua

variasi. Digunakan kedua variasi dan

VaR sebagai pengontrol ukuran

resiko. Model-modelnya meliputi

model mean-varians dan model mean-

VaR.

Model pertama memberi batas

atas 20 dan q0 masing-masing untuk

varians dan VaR untuk hasil

portofolio berturut-turut, yang

memilih sebuah portfolio w, sehingga

w adalah maksimum dengan

2 20 w 0dan q :w q

2 20

0

max

.

w

w

w

w W

s t

q q

(6)

Bandingkan dengan model mean-

variance atau model mean-VaR,

digunakan ukuran resiko ganda

sebagai pengganti satu ukuran resiko

tunggal. Portfolio efisien mean-

variance-VaR tidak mungkin menjadi

mean-variance atau mean-VaR. Lebih

dari itu, model mean-variance (1) dan

model mean-VaR (4) adalah kasus

khusus dari model (6) :

Ketika q0 = , model (6)

menjadi model mean-variance (1)

Ketika 20 , model (6)

menjadi model mean-VaR (4)

Model yang kedua memberi batas

bawah 20 untuk mean dari hasil

portfolio, yang memilih sebuah

portfolio w, seperti variance dari

kombinasi convex dan VaR dari hasil

portfolio ww q)1(2 adalah

minimum dengan

0 w :ww

Ww

q)1(2min

(7)

Kendala : 0 w

Disini [0,1] adalah sebuah parameter yang didefinisikan konstan, jika kedua

nilai ekstrem, diperoleh :

Page 140: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

136

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Ketika = 1, model (7) menjadi model mean-variance (2)

Ketika = 0, model (7) menjadi model mean-VaR (5)

VALUE at RISK dan EXPECTED SHORTFALL

Model umum untuk seleksi

portfolio telah dikembangkan selama

beberapa tahun, mulai dari format

awal mean-varians berdasarkan pada

kerja Markowitz (1952) sampai pada

yang terbaru skenario berdasarkan

bentuk optimisasi stokastik. Salah

satu tehnik yang cukup terkenal untuk

mengukur downside risk adalah

Value at Risk (VaR)

Value at Risk

Value at Risk (VaR) sekarang ini

menjadi alat standar dalam mengelola

resiko pada bank dan institusi

keuangan lainnya. Hal ini diartikan

sebagai kerugian untuk suatu tingkat

kepercayaan yang diberikan. Dalam

teori peluang, VaR adalah 1% kuartil

(pada umumnya (1-p)% kuartil) dari

keuntungan dan distribusi kerugian.

VaR as A Risk Measurement

Problem

Sebagai ilustrasi masalah VaR

sebagai sebuah ukuran resiko,

mengingat sebuah bank dimana batas

VaR (tingkat kepercayaan 99%) dari

50.000 euro ditentukan pada seorang

pedagang tertentu. Artinya bahwa

kerugian lebih dari 50.000 euro akan

terjadi hanya sekali pada setiap

ratusan hari perdagangan dalam rata-

rata. Tetapi karena dari definisi VaR,

tidak ada perbedaan antara

pelanggaran yang kecil sampai sangat

besar dari batas 50.000 euro. Maka

kerugian dapat menjadi 60.000 euro

bahkan 600.000 euro. Meskipun pada

kenyataannya VaR kemudian

digunakan sebagai sebuah kriteria

untuk mengganti resiko biasa,

pedagang memiliki sebuah insentif

untuk menjalankan strategi yang akan

menciptakan sebuah keuntungan

tambahan pada banyak kasus, tetapi

dengan mengorbankan peluang hanya

dibawah 1% dari kerugian yang

sangat besar.

Derivatif VaR

Pada prakteknya kontribusi

resiko marginal sering menarik

kesimpulan dari posisi baru untuk

standar deviasi portfolio.

Bagaimanapun, tanpa asumsi

berdistribusi normal, tidak ada

Page 141: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

137

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

hubungan tertutup antara standar

deviasi dan VaR.

Andaikan nilai portfolio aktual

dijelaskan dengan variabel random X

dan a bagian dari variabel random Y

lainnya yang ditambahkan pada

portfolio tersebut, maka hal ini

memungkinkan untuk menghitung

derivatif dari ukuran resiko terhadap

a. Pada kenyataannya derivatif kedua

yang harus menjadi positif untuk

sebuah ukuran resiko convex yang

memenuhi sifat sub-additivity.

Derivatif Pertama dan Kedua VaR

Sekarang ganti standar deviasi

dengan VaR sebagai sebuah ukuran

alternatif dari resiko. Asumsikan

bahwa X,Y dengan kontinu distribusi

variabel random (dimana fx

merupakan density dari X) dan

mendefinisikan VaRp (X + aY)

sebagai fungsi dari a secara mutlak

oleh peluang (-X – aY VaRp (X +

aY)) = p = const. Kemudian dimiliki

sebuah hasil yang baik: derivatif VaR

adalah ekspektasi kondisional dari

posisi marginal, pada kondisi yang

nilai aktual portfolio X dan VaR yang

seharusnya identik (Gourieroux et al

(2000), Tasche (1999)):

))(()(

0 XVaRXYa

aYXVaRpa

p

Pengertian dibelakang hasil ini

adalah sebagai berikut : jika X > VaR

(X) (kerugian aktual telah lebih besar

dari VaR) atau jika X < VaR (X) (ada

sebuah sisa penyokong), penambahan

sebagian kecil resiko baru tidak akan

merubah hasil. Oleh karena itu, dapat

diterima bahwa kontribusi resiko

adalah nilai rata-rata untuk semua

kasus kritis dengan X = VaR (X).

Untuk derivatif kedua dapat

mengikuti pernyataan berikut

(Gourieroux et al (2000) :

)(

22

02

2)(

)()()(

XVaRx

Xa

p

p

x

xInfxXY

x

xXY

a

aYXVaR

Ini adalah jumlah dari dua faktor.

Tanda dari istilah kedua adalah

positip jika kemiringan density naik

pada sisi kiri. Ini biasanya jadi kasus

(jika distribusi adalah unimodal).

Tidak jelas tanda dari faktor pertama.

Untuk mendapat sebuah pengertian,

posisi baru yang ditambah pada

Page 142: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

138

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

portfolio juga dapat mengangkat nilai

portfolio diatas VaR-threshold. Jika

sebuah pelanggaran yang permulaan

akan terjadi sebaliknya. Jika

xxY /)(2 adalah negatif (varians

adalah sebuah fungsi turun dari X),

kesempatan bahwa posisi baru

menjaga sebuah pelanggaran dari

VaR-threshold lebih besar dari

hubungan resiko yang pelanggaran

VaR-thresholdnya digerakkan oleh

posisi baru.

Expected Shortfall

Artzner et al (1997) mengajukan

kegunaan expected shortfall yaitu

untuk mengurangi masalah yang ada

pada VaR. Expected Shortfall

mempertimbangkan kerugian yang

melebihi tingkat VaR dan ditunjukkan

menjadi sub-additive, selama VaR

mengabaikan kerugian yang melebihi

persen dan tidak sub-additive

Definisi dan Konsep Expected

Shortfall

Artzner et al (1997) telah

mengajukan kegunaan expected

shortfall (yang disebut “kondisional

VaR”, “mean excess less”, “beyond

VaR” atau “tail VaR”) untuk

mengurangi masalah yang melekat

pada VaR. Expected Shortfall

didefinisikan sebagai berikut :

Andaikan x sebuah variabel

random yang merupakan kerugian

dari pemberian portfolio dan

VaR (X) adalah VaR pada tingkat

kepercayaan 1000(1- ) persen.

ES (X) didefinisikan dengan

mengikuti persamaan : ES (X) = E

)(XVaRXX .

Expected shortfall mengukur

berapa banyak sesuatu dapat hilang

pada rata-rata dalam tahap yang

melebihi tingkat VaR. Ketika

distribusi yang hilang tidak normal,

VaR mengabaikan kerugian yang

melebihi tingkat VaR dan kegagalan

untuk jadi sub-additive. Expected

shortfall mempertimbangkan kerugian

yang melebihi tingkat VaR dan

ditunjukkan untuk menjadi sub-

additive.

Page 143: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

139

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

OPTIMISASI PORTFOLIO BERDASARKAN PADA EXPECTED SHORTFALL

Optimisasi Portfolio berdasarkan pada VaR dengan Metode Varians-Kovarians.

Optimisasi portfolio

berdasarkan pada VaR adalah saat

VaR dihitung dengan metode

varians-kovarians. Analisis

tradisional mean-varians langsung

dipakai untuk VaR berdasarkan

optimisasi portfolio. Analisis mean-

varians memilih portfolio dengan

profil mean-varians terbaik dengan

meminimumkan subyek varians

untuk pembatas dari hasil ekspektasi

portfolio. Masalah optimisasi ini

dibentuk sebagai berikut :

min

,

2

1 ' (8)

kendala : 1'

'

e

x

dimana : : vektor nilai ekspektasi faktor resiko

x : nilai ekspektasi tertentu pada portfolio

: matriks varians-kovarians faktor resiko

e : salah satu vektor : vektor pembukaan untuk faktor resiko

' : vektor transpos

Solusi untuk masalah ini

diberikan sebagai untuk setiap x ,

dari yang diperoleh sebuah optimisasi

x untuk setiap x . Hubungan antara

x dan x memberi efficient

frontier pada tahap x - x . Dari

efficient frontier ini, dipilih portfolio

terbaik yang toleransi resikonya pas

dan memberi hasil yang besar.

Optimisasi Portfolio berdasarkan pada VaR dengan metode berbasis Simulasi

Saat VaR dihitung dengan

simulasi, ini bukan perpanjangan

sebuah alat efisien untuk optimisasi

sebuah portfolio, karena VaR bukan

perpanjangan sebuah perkalian skalar

dari standar deviasi dan bukan

optimisasi yang menggunakan

persamaan (8).

Page 144: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

140

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Optimisasi Portfolio berdasarkanExpected Shortfall dengan metode berbasis Simulasi

Asumsikan bahwa kerugian

portfolio X, sebuah kombinasi linier

dari kerugian individu faktor resiko

Xi (i merupakan faktor resiko) :

X = .1

n

iiiX (9)

dimana : X = portfolio yang hilangXi = kerugian individu faktor resiko i

i = sensitivity individu faktor resiko i

Kita juga asumsikan bahwa

kerugian faktor resiko (Xi, … , Xn)

memiliki kepadatan peluang fungsi

p(Xi, … , Xn). Andaikan ),(

merupakan peluang kerugian portfolio

X tidak melebihi beberapa permulaan

nilai .

....),...,(),( 11

1

nnx

dXdXXXpn

iii

(9)

VaR pada tingkat kepercayaan 100 % yaitu ),( didefinisikan oleh :

),( = min ,R (10)

Kemudian didefinisikan mengikuti fungsi yang ditunjukkan oleh )( .

)( = ,...)...,,().( 111),(

1

nn

n

iii

XdXdXXXpXn

iii

(11)

Expected Shortfall adalah

)1/()( , sejak itu ekspektasi

kondisional memberikan bahwa

kerugian portfolio

n

i iiX1

lebih

dari ),( . Ini sulit untuk

mengoptimisasikan )( karena

),( berbelit-belit dalam

definisinya. Rockafeller dan Uryasev

(2000) menunjukkan bahwa

optimisasi )( adalah sama dengan

optimisasi F ),( .

F ),( =(1- ) +

n

inniii dXdXXXpX

11 ....),...,()(

(12)

Page 145: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

141

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Selanjutnya, expected shortfall

diberikan sebagai minimum

F ),( /(1- ) dengan kendala ,

dan VaR diberikan sebagai

koresponden .

Hasil ini digunakan untuk

meminimumkan simulasi berdasarkan

expected shortfall. Andaikan kita

contohkan waktu X1, … , XnJ (contoh

ini ditunjukkan oleh Xij, i = 1, …, n, j

= 1, …, J) dari fungsi peluang

kepadatan p(Xi, …, Xn). Integral

dalam persamaan (12) dihitung

dengan cara :

J

j

n

iiij

n

innii XJdXdXXXpX

1 1

1

111 ...)...,,()(

(13)

Kurangi minimisasi dari F ),( untuk mengikuti masalah program linier.

J

jj

z

zJ1

1

,,

1min'

RRR n

(14)

dengan kendala :

n

ijiijj JjzXz

1

...,,1,0, (15)

Kendala pada nilai ekspektasi portfolio diformulasikan sebagai berikut :

RXJJ

j

n

iiij

1 1

1 (16)

Selanjutnya, kendala pada jumlah investasi portfolio dibentuk sebagai berikut:

.1

o

n

ii WP

i

(17)

dimana : Pi : nilai inisial faktor resiko i W0 : inisial jumlah investasi pada portfolio

HEURISTIK FEASIBLE NEIGHBORHOOD SEARCH

Model-Model Pemilihan Portfolio

Pendekatan mean-variansi

Optimisasi mean-varians

merupakan suatu pendekatan yang

cukup terkenal untuk pemilihan

portfolio. Nyatakan xi, i = 1, …, nA,

jumlah investasi dalam aset i dari

modal awal v0 dan ri, i = 1, …, nA,

perolehan aset pada periode

perencanaan, maka ekspektasi

perolehan pada portfolio yang

didefinisikan oleh vektor

),,( 11 Anxxxx diberikan sebagai

: )()( 01 rExxv

. Variansi perolehan

portfolio adalah : Qxxx )(2

dimana Q adalah matriks variansi dan

kovarians dari vektor perolehan r.

Jadi portfolio efisien mean-

varians yang didefinisikan sebagai

hasil ekspektasi perolehan tertinggi

untuk varians yang diberikan dan

Page 146: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

142

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

varians minimum untuk nilai

ekspektasi yang diberikan, didapat

dengan menyelesaikan program

kuadratik berikut :

.

min

0

0

Pjxxx

vx

vrx

Qxx

ujjj

j j

j jj

x

(18)

untuk harga yang berbeda, dimana

adalah perolehan yang diinginkan

pada portfolio dan P adalah kumpulan

aset dalam portfolio tersebut. Vektor-

vektor Pjxx ujj ,, , menyajikan

kendala terhadap ukuran minimum

dan maksimum aset individu dalam

portfolio optimal.

Implementasi dari model

markowitz dengan nA asset yang

membutuhkan nA estimasi dari

ekspektasi perolehan, nA estimasi

varians dan nA (nA – 1) / 2 koefisien

korelasi.

Kerangka Dasar Mean Resiko-Downside

Pada prakteknya investor lebih

peduli pada resiko yang nilai

portfolionya jatuh dibawah level

tertentu. Ini menjadi alasan mengapa

perbedaan ukuran downside-risk

dipertimbangkan dalam masalah

alokasi aset. Jika v menyatakan nilai

portfolio masa datang, yaitu nilai

portfolio pada akhir periode

perencanaan, maka probabilitas :

P(v < VaR) (19)

bahwa nilai portfolionya jatuh

dibawah tingkat VaR disebut

probabilitas shortfall.

Nilai mean bersyarat dari

portfolio dengan diketahui bahwa

portfolio telah jatuh dibawah VaR,

disebut ekspektasi shortfall,

didefinisikan sebagai:

E(v | v < VaR) (20)

Page 147: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

143

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Ukuran resiko lainnya yang dapat

dipakai adalah mean semi-absolute

deviasi. E(|v - Ev| | v < Ev) dan semi-

variansi E((v – Ev)2 | v < Ev) dimana

hanya diperhatikan deviasi negatif

dari mean.

Jika profil resiko dari investor

ditentukan oleh VaR, portfolio

efisien mean-VaR akan menjadi

penyelesaian dari masalah optimisasi

berikut :

Pjxxx

vx

vP

Ev

ujjj

j j

x

0

)VaR(

max

(21)

Selanjutnya, adalah realistis

untuk memperhatikan seorang

investor yang tidak hanya peduli pada

probabilitas shortfall, tapi juga sejauh

mana nilai portfolionya dapat jatuh

dibawah level VaR. Pada kasus ini,

profil resiko investor didefinisikan

melalui suatu kendala ekspektasi

shortfall dengan tertoleransi v jika

nilai portfolio merupakan jatuh

dibawah VaR. Maka efisien portfolio

mean-ekspektasi shortfall merupakan

penyelesaian dari model program

berikut:

Pjxxx

vx

vvvE

Ev

ujjj

j j

x

0

)VaR|(

max

(22)

Optimisasi Mean Resiko-Downside

Masalah selanjutnya adalah

masalah optimisasi non-convex dan

variabel integer dengan jenis kendala

seperti saham dan ukuran

perdagangan. Kita ingat bahwa

masalah jenis ini tidak dapat

diselesaikan dengan metode baku

Quadratik Programming. Solusi dari

hasil model program mixed-integer

dapat dikerjakan oleh metode

heuristik yang memberikan sebuah

penaksiran dari solusi eksak. Dalam

penelitian ini saya mengusulkan

pencarian heuristic feasible

neibhborhood untuk menyelesaikan

masalah program kuadratik integer.

Page 148: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

144

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Berikut ini kuantitas setiap aset

pada portfolio dibatasi untuk menjadi

sebuah bilangan integer.

Pembentukan neighbor 01xNx

untuk sebuah solusi yang diberikan x0

dilakukan dengan mengambil secara

acak dua aset i dan j. Kemudian dijual

ki aset i, transfer jumlah ini menjadi

tunai dan beli kj aset j dari uang tadi.

Supaya yakin bahwa setiap transfer

berjumlah sama, jumlah aset ki dan kj

yang ditransfer didefinisikan sebagai

0

0max

ip

pik dan 0

0max

jip

pjk , dimana

p0 adalah vektor harga aset sekarang.

Terkait dengan variabel integer

dan kendala pada minimum dan

maksimum ukuran saham, terdapat

bentuk formulasi masalah mean-VaR:

Pjx

KP

vpx

vvE

Ev

j

uj

j

j

p

v

jp

v

x

0

0

0

01

#

)VaR|(

max

00

dimana xj, j P adalah kuantitas

integer setiap aset dalam portfolio dan

K adalah jumlah maksimum aset yang

boleh dalam portfolio. Demikian pula,

untuk masalah mean-ES terdapat :

Pjx

KP

vpx

vvvE

Ev

j

uj

j

j

p

v

jp

v

x

0

0

0

01

#

)VaR|(

max

00

Ketidakpastian tentang perolehan

masa datang, yaitu tentang nilai

portfolio masa datang v, dimodelkan

melalui sebuah kumpulan realisasi

yang mungkin, yang disebut skenario.

Skenario hasil masa dapat

digenerasikan dengan model statistik,

perolehan masa lalu atau pendapat

ahli. Disini, skenario diambil secara

acak dari distribusi empiris perolehan

masa lalu.

Memperkenalkan skenario harga

pada perumusan mean-VaR dan

mean-ES sebelumnya, diperoleh

masalah berikut untuk kasus mean-

VaR :

Page 149: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

145

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Pjx

KP

vpx

pxs

pxn

j

uj

j

j

S

S

p

v

jp

v

ns

n

s

s

Sx

0

0

0

01

#

VaR|#

1min

00

1

dan untuk mean-ES

Pjx

KP

vpx

vvpxs

vn

j

uj

j

j

s

S

p

v

jp

v

vs

ss

n

s

s

Sx

0

0

0

01

#

VaR|#

1

1min

00

VaR|

1

Pencarian Heuristik Feasible Neighborhood

Pada dasarnya pendekatan branch

and bound dapat dipakai, namun

untuk beberapa kelas dari skala besar,

masalah nonlinier prosedur demikian

akan menjadi mahal terutama ditinjau

dari waktu perhitungan. Disini

dilakukan pendekatan yang

memeriksa persoalan yang tereduksi

dimana kebanyakan variabel

integernya dipertahankan konstan

dan hanya subset kecil dibiarkan

berubah dalam langkah diskrit.

Ini dapat dilaksanakan dengan

struktur dari sebuah program dengan

mencatat semua variabel integer pada

batasan dalam solusi kontinu sebagai

nonbasis dan menyelesaikan masalah

tereduksi dengan

mempertahankannya sebagai

nonbasis.

Prosedurnya dapat diringkas

sebagai berikut :

Langkah 1 : Selesaikan masalah dengan mengabaikan syarat integer

Langkah2 :Peroleh sebuah (sub-optimal) solusi feasible integer; dengan

menggunakan heuristik pembulatan dari solusi kontinu.

Langkah 3 : Bagi kumpulan I variabel integer kedalam kumpulan I1 untuk variabel

yang berada pada batasan yang nonbasis pada solusi kontinu dan

kumpulan I2,untuk variabel integer lainnya I=I1+I2.

Page 150: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

146

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Langkah 4 : Lakukan pencarian pada fungsi objektif, pertahankan variabel pada I1

nonbasis dan lakukan perubahan diskrit pada nilai variabel dalam I2 .

Langkah 5 :Pada solusi yang dihasilkan di langkah 4, periksa reduced cost dari

variabel pada I1, jika ada yang akan dikeluarkan dari batasan

mereka, tambahkan mereka ke kumpulan I2 dan kembali ke langkah

4, jika tidak berhenti.

Ringkasan diatas memberikan

kerangka dasar untuk perkembangan

strategi spesifik terhadap masalah

kelas khusus. Misalnya, heuristik

pembulatan pada langkah 2 dapat

disesuaikan dengan kondisi kendala,

dan langkah 5 dapat mencakup

penambahan satu variabel setiap

kalinya ke kumpulan I2.

KESIMPULAN

Pada kerangka dasarnya, investor

dihadapkan dengan sebuah trade-off

antara peluang portfolionya, yang

dikarakterisasi oleh ekspektasi

perolehan, dan resiko, yang diukur

dengan variansi perolehan portfolio.

Dua momen pertama dari perolehan

yang akan datang dari portfolio cukup

untuk mendefinisikan pengurutan

langkah pilihan investor. Hasil ini

disebabkan hipotesis penyederhanaan

bahwa pilihan investor kuadratik dan

perolehannya berdistribusi normal.

Selanjutnya, adalah realistis

untuk memperhatikan seorang

investor yang tidak hanya peduli pada

probabilitas defisit, tapi juga sejauh

mana nilai portfolionya dapat jatuh

dibawah level VaR.

Model optimisasi portfolio

dengan basis mean – varians – Value

at Risk merupakan suatu model

quadratic integer programing. Metode

heuristic feasible neighborhood

dipergunakan untuk menyelesaikan

model tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Artzner, P., F. Delbaen, J.M. Eber and D. Heath,1998, Coherent Measures of Risk, in : Math Finance 9 (3), pp. 203-228.

Korn, R., 1997, Optimal Portfolios : Stochastic Models for Optimal Investment and Risk

Page 151: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

147

Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Management in Continuous Time, Word Scientific, Singapore.

Leibowitz, M.L. and S. Kogelman, 1991, Asset Allocation under Shortfall Constraints, Journal of Portfolio Management Winter, pp.18-23

Lucas, A., and P. Klaassen, Extreme Returns, 1998, Downside Risk, and Optimal Asset Allocation,Journal of Portfolio Management 25, pp.71-79.

Markowitz, H, 1952, Portfolio Selection, Journal of Finance, 7, pp. 77-91

Rodoni Ahmad and Othman Yong, 2002, Analisis Investasi dan Teori Portfolio, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Sharpe W, Lintner and Mossin,1965, Risk Aversion in The Stock

Market : Some Empirical Evidence, Journal of Finance, pp: 416-422..

Sharpe W, 1995, Investasi, PT. Prenhalindo, Jakarta.

Speranza, M.G., and R. Mansini, 1999, Heuristik Algorithms for The Portfolio Selection Problem with Minimum Transaction Lost, European Journal of Operational Research 144(2), pp. 219-233.

Wang Jin, 2000, Mean-Variance-VaR Based Portfolio Optimization, Working Paper, Valdosta State University, pp.3-17.

Yamai Yasuhiro and T. Yoshiba, 2002, Comparative Analysis of Expected Shortfall and Value-at-Risk : Their Estimation Error, Decomposition, and optimization, Monetary and Ekonomic Studies, Japan.

Page 152: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

148

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

IDENTIFIKASI PENCEMARAN AIR TANAH DI TEMPATPEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPAS) MARELAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODEGEOLISTRIK RESISTIVITAS

Rahmatsyah, Rita Juliani, Nita Kartika Rini

Abstrak

Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi pencemaran air tanah di tempat pembuangan akhir sampah TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan dan pola distribusi lindi di TPAS Terjun. Dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Alpha pada 3 lintasan. Lintasan I dan II sebanyak 32 elektroda dengan panjang lintasan 160 meter. Lintasan III sebanyak 16 elektroda dengan panjang lintasan 80 meter. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software res2dinV. Nilai resistivitasdi sebelah barat daya pusat pembuangan sampah berada pada range 0,972Ω-9,35Ω. Nilai resistivitas di sebelah tenggara pusat pembuangan sampah berada pada range 0,571Ω-17,0Ω. Nilai resistivitas di sekitar pemukiman penduduk berada pada range 1,71Ω-4,18Ω. Kuantitas lindi terbesar berada pada lintasan IIIberada disekitar pemukiman penduduk. Kata Kunci : TPAS

LATAR BELAKANG

Sampah bersifat padat mudah

membusuk terutama dari zat-zat

organik seperti sisa sayuran, sisa

daging, daun, dan sebagainya.

Sedangkan yang tidak membusuk

seperti kertas, plastik, logam, kaca,

dan sebagainya. Sampah dapat

diklasifikasikan atas berbagai jenis.

Menurut sumbernya, sampah terbagi

atas sampah alam dan sampah

manusia. Menurut bentuknya sampah

dibedakan atas sampah padat dan

sampah cair. Masalah sampah di kota-

kota besar di Indonesia sudah sampai

tingkat serius, termasuk kota Medan.

Kota Medan yang memiliki luas

265,1 Km² yang terdiri dari 21

kecamatan dan 151 kelurahan

memiliki timbulan sampah sebesar

1.194,4 ton/hari. Jadi dengan jumlah

penduduk Kota Medan sebesar

2.019.642 jiwa berarti setiap jiwa

menanggung sampah sebesar 4.310,4

m³/hari. Pelayanan sampah di Kota

medan dibagi atas 3 wilayah. Setiap

wilayah terdiri dari 7 kecamatan.

Wilayah I dan II dibuang ke Tempat

Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)

Page 153: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

149

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

Namo Bintang yang berada di Padang

Bulan dan wilayah III dibuang ke

TPAS Terjun yang berada di Marelan.

Semula teknologi yang

digunakan dalam pembuangan akhir

sampah adalah control landfill,

namun pada kenyataannya sistem

yang digunakan adalah open

dumping, hal ini disebabkan karena

pihak pengelola tidak menerapkan

aturan yang berlaku. Hal ini

menimbulkan pencemaran baik

pencemaran air, tanah, maupun udara.

Pencemaran merupakan masuknya

atau dimasukkannya makhluk hidup,

zat energi, dan atau komponen lain ke

dalam lingkungan, atau berubahnya

tatanan lingkungan oleh kegiatan

manusia atau oleh proses alam

sehingga kualitas lingkungan turun

sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan menjadi

kurang atau tidak dapat berfungsi lagi

sesuai dengan peruntukannya

(Undang-undang Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup No. 4 Tahun

1982). Pencemaran air tanah

merupakan suatu keadaan air yang

mengalami penyimpangan dari

keadaan normalnya . Air tanah yang

sudah tercemar dengan cairan sampah

(lindi) dapat mempengaruhi kualitas

air tanah. Lindi merupakan limbah

cair yang berasal dari sampah basah

atau sampah organik yang terkena air

hujan. Lindi mengandung zat-zat

berbahaya seperti Hg dan H2S. Lindi

sampah memiliki konduktivitas yang

lebih tinggi dibandingkan air tanah.

Dengan kata lain, lindi mempunyai

resistivitas/tahanan jenis yang lebih

rendah dari air tanah. Nilai resistivitas

air tanah fresh adalah 10-100 Ωm.

Metode geolistrik resistivitas

merupakan salah satu metode

geofisika yang memanfaatkan

resistivitas yang digunakan untuk

menentukan kontaminan cair dalam

tanah yang sering diasosiasikan

sebagai fluida konduktif. Berdasarkan

sumber dari masyarakat sekitar,

TPAS diduga terdapat akumulasi

rembesan lindi yang dapat mencemari

air tanah. Hal ini dapat diketahui

melalui kondisi sumur yang terlihat

keruh dan berbau tidak sedap. Metode

geolistrik resistivitas telah

dkembangkan pada awal tahun 1990.

Metode ini dapat digunakan untuk

penyelidikan bawah permukaan,

Page 154: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

150

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

seperti untuk menentukan sumber air

tanah, untuk memonitor pencemaran

air tanah. Prinsip kerja dari metode

geofisika resistivitas adalah arus

listrik diinjeksikan ke dalam bumi

melalui dua elektroda arus. Metode

geolistrik terbukti merupakan metode

sederhana yang terkenal dalam

pendeteksian kualitas air tanah.

Batasan masalah penelitian parameter

yang dicari adalah resistivitas.

Dengan menggunakan metode

geolistrik resistivitas konfigurasi

Wenner, serta pengolahan data

menggunakan software Res2Dinv.

Serta manfaat penelitian mampu

memberikan sumbangan pemikiran di

bidang ilmu pengetahuan terutama

geofisika dalam memecahkan

berbagai permasalahan tentang air

tanah sebagai sumber air. Serta

bermanfaat dari sudut pandang

peringatan awal dalam upaya

memantau pencemaran air tanah

dangkal dan dapat menjadi bahan

pertimbangan yang berguna dalam

pengelolaan dan penentuan lokasi

TPA.

Pengertian tentang sampah telah

banyak dikemukakan oleh para ahli.

Untuk memahaminya, ditelaah

beberapa pengertian sampah. Menurut

UU Tahun 18 Tahun 2008, sampah

adalah sisa kegiatan sehari-hari

manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat. Dalam pengertian

lain sampah adalah sesuatu yang tidak

dikehendaki oleh yang punya dan

bersifat padat, ada yang mudah

membusuk terutama dari zat-zat

organik seperti sisa sayuran, sisa

daging, daun, dan sebagainya.

Sedangkan yang tidak membusuk

seperti kertas, plastik, logam, kaca,

dan sebagainya.

Sampah dalam ilmu kesehatan

lingkungan merupakan benda atau

hal-hal yang tidak dapat digunakan

lagi, tidak dipakai, tidak disenangi

atau harus dibuang sehingga tidak

sampai mengganggu kelangsungan

hidup. Aktivitas manusia dalam

memanfaatkan alam selalu

meninggalkan sisa yang dianggap

sudah tidak berguna lagi sehingga

diperlakukan sebagai barang buangan

disebut sampah. Ada 3 faktor penting

dapat mempengaruhi kualitas dan

kuantitas sampah yaitu jumlah

penduduk , keadaan lasti ekonomi,

Page 155: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

151

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

kemajuan teknologi. Berdasarkan

bentuknya sampah diklasifikasikan

atas 2 yaitu : sampah padat dan

sampah cair.

Sampah padat adalah segala

bahan buangan selain kotoran

manusia, urine dan sampah cair.

Dapat berupa sampah rumah tangga:

sampah dapur, sampah kebun, plastik,

metal, gelas dan lain-lain. Menurut

bahannya sampah ini dikelompokkan

menjadi sampah organik dan sampah

anorganik. Sampah organik

merupakan sampah yang berasal dari

barang yang mengandung bahan-

bahan organik, seperti sisa-sisa

sayuran, hewan, kertas, potongan-

potongan kayu dari peralatan rumah

tangga, potongan-potongan ranting,

rumput pada waktu pembersihan

kebun dan sebagainya. Berdasarkan

kemampuan diurai oleh alam

(biodegradability), maka dapat dibagi

lagi menjadi: a) Biodegradable: yaitu

sampah yang dapat diuraikan secara

sempurna oleh proses biologi baik

aerob atau anaerob, seperti: sampah

dapur, sisa-sisa hewan, sampah

pertanian dan perkebunan; b) Non-

biodegradable: yaitu sampah yang

tidak las diuraikan oleh proses

biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:

b.1) Recyclable: sampah yang dapat

diolah dan digunakan kembali karena

memiliki nilai secara ekonomi seperti

lastic, kertas, pakaian; b.2) Non-

recyclable: sampah yang tidak

memiliki nilai ekonomi dan tidak

dapat diolah atau diubah kembali

seperti tetra packs, carbon paper,

thermo coal.

Sampah cair adalah bahan cairan

yang telah digunakan dan tidak

diperlukan kembali dan dibuang ke

tempat pembuangan sampah. Sampah

hitam merupakan sampah cair yang

dihasilkan dari kamar mandi atau

toilet. Sampah ini mengandung

patogen yang berbahaya.

Sampah mempunyai karakteristik

yang berbeda antar satu kota dengan

kota lainnya tergantung pada tingkat

sosial ekonomi penduduk, iklim, dan

lain-lain. Karakteristik sampah

menurut dapat mencakup antara lain:

yaitu: 1) Komposisi fisik sampah,

adalah mencakup besarnya persentase

dari komponen pembentuk sampah

yang terdiri dari sampah organik yang

sifatnya mudah membusuk dan

Page 156: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

152

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

sampah anorganik (kertas, kayu, kaca,

logam, plastik). Berdasarkan hasil

survey di beberapa kota di Indonesia

umunya sekitar 70-80% merupakan

sampah organic; 2) Komposisi kimia

sampah adalah besarnya persentase

senyawa/unsur kimia yang

terkandung dalam sampah. Umumnya

komposisi kimia sampah terdiri dari

carbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan

phospor serta unsur lainnya yang

terdapat dalam protein, lemak, dan

karbohidrat.

Densitas (kepadatan) sampah,

adalah besaran yang menyatakan

berat sampah persatuan volume.

Besarnya kepadatan sampah tiap kota

berbeda tergantung pada kondisi

sosial ekonomi dan iklim kota

tersebut. Terdapat kecenderungan bila

produksi sampahnya tinggi

(umumnya di negara industri) maka

densitasnya lebih rendah. Kepadatan

sampah di negara berkembang

berkisar antara 100-600 kg/m³,

sedangkan kepadatan sampah kota

Medan rata-rata sebesar 250 kg/m³.

Kadar air sampah, yaitu besaran

(biasanya dalam satuan %) yang

menyatakan antara berat air dengan

berat basah sampah total atau dengan

berat kering sampah tersebut.

Umumnya kadar air di negara

berkembang berkisar antara 50%-

70%. Kondisi Geologi Kota Medan

Geologi Daerah Medan dan

sekitarnya dibentuk oleh batuan

Aluvium muda (Qh), Formasi Medan

(Qpme), Satuan Mentar (QTvm),

Satuan Tufa Toba (Qvt), Satuan

Binjai (Qvbj), Satuan Singkut (Qvbs)

dan Formasi Baong (Tmb). Uraiannya

sebagai berikut: a) Batuan Aluvium

muda (Qh), merupakan batuan

kuarter. Batuan ini tersusun atas

kerikil, pasir, dan lempung; b) Satuan

Mentar (QTvm), Litologi satuan

mentar terdiri dari batuan piroklastik

batu apung, dengan komposisi batu

apung dan fragmen-fragmen batuan

beku berukuran beberapa cm hingga

40 cm, warna coklat kekuningan

berbintik hitam, berbutir sangat kasar.

Fragmen-fragmen batu apung

berwarna putih kecoklatan berbintik

hitam dan struktur skoria. Satuan ini

berumur Plio-Pleistosen. Melihat dari

karakteristiknya, satuan mentar ini

bersifat berpori dan permeable; c)

Satuan Singkut (Qvbs), Satuan ini

Page 157: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

153

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

tersusun oleh tuf batuapung dan

piroklastik. Tuf batuapung berwarna

abu-abu cerah, putih kekuningan

berbintik hitam dan fragmen-fragmen

batuapung serta batuan beku dalam

berbagai ukuran. Batuan-batuan

banyak tersingkap dengan rekahan-

rekahan sebagai jalan keluarnya mata

air. Hal ini menunjukkan sebagai tuf

batuapung. Satuan singkut memiliki

permeabilitas rekahan dan daya resap

airtanah yang tinggi; c) Satuan Binjai

(Qvbj), Satuan ini terdiri dari breksi

aliran dengan fragmen-fragmen

campuran lepas berupa bongkah-

bongkah maupun blok-blok besar

batuan beku berbentuk menyudut

hingga membulat tanggung, terdapat

debu dan pasir. Breksi tersebut

terlihat sangat berpori dan permabel

dengan butiran-butiran berada dalam

keams terbuka dan terdapatnya aliran

berupa mataair kecil akibat dari

resapannya dari permukaan tanah.

Melihat karakteristik fisik ini, daerah-

daerah yang ditempati oleh batuan

breksi Satuan Binjai sangat

memenuhi syarat sebagai daerah

resapan; d) Formasi Baong (Tmb),

Formasi ini terletak di wilayah

cekungan Sumatera Utara. Formasi

tersusun oleh batu pasir dan batu

lempung yang diendapkan

dibawahnya. Formasi Baong berumur

Miosen Tengah-Atas (Azan, dkk,

2006).

Daya dukung tanah permukaan di

Daerah Medan dan sekitarnya

berkisar antara 0,962 - 2,732 kg/cm2.

Nilai kelulusan air di Daerah Medan

dan sekitarnya bervariasi antara 10-4

cm/det hingga 10-5

cm/det. Kota

Medan dan sekitarnya dapat

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) Zona

kelayakan tempat pembuangan akhir

sampah, yaitu : Zona Layak Sedang

memiliki skor antara 82 - 126, Zona

Layak Rendah memiliki skor antara

39 - 81 dan Zona Tidak Layak yaitu

merupakan zona yang tercakup dalam

komponen penyisih yaitu kawasan

airport, jalur jalan dan badan air.

Lokasi TPA Terjun terutama dibentuk

oleh lanau-lanau lempungan,

berwarna abu kehitaman, bersifat

lunak-sangat lunak merupakan

endapan rawa. Tebal satuan ini

berkisar antara 2,5 m hingga > 40

meter.

Page 158: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

154

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

Kedudukan muka air tanah bebas

di TPAS Terjun sangat dangkal yaitu

0,50 meter. Umumnya TPAS Terjun

merupakan daerah yang tergenang

dan daerah rawa bakau. Pengujian

kelulusan air pada lokasi TPA Terjun

memberikan nilai k antara 104

hingga

106

cm/det. TPAS Terjun termasuk

dalam zona permeabilitas rendah,

tetapi sesungguhnya TPAS ini

merupakan daerah jenuh air

(oversaturated) karena merupakan

daerah dataran rawa. Dapat diketahui

nilai daya dukung tanah di sekitar

lokasi TPA berkisar antara 1,850 -

2,208 kg/cm2.

Lokasi TPAS Terjun Marelan

Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan Kota Medan

mempunyai luas areal keseluruhan ±

16,05 Km² dengan luas pemukiman ±

2,1 Km² dengan deskripsi wilayah

sebagai berikut:a) Sebelah Utara

berbatasan dengan Kecamatan

Hamparan Perak; b) Sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan

Labuhan Deli; c) Sebelah Timur

berbatasan dengan Kecamatan Medan

Labuhan, dan; d) Sebelah Barat

berbatasan dengan Kecamatan Medan

Helvetia.

Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan terbagi atas 22

Lingkungan. Di Lingkungan 13

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan terdapat lahan pemerintah

Kota Medan seluas ± 13 Ha yang

dijadikan Tempat Pembuangan Akhir

Sampah, atau di kenal dengan TPAS

Terjun seperti yang terlihat pada

gambar berikut

Gambar 1. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Terjun Medan Marelan

Page 159: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

155

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

Air Tanah

Air tanah dapat didefinisikan

sebagai semua air yang terdapat

dalam ruang batuan dasar atau

regolith. Dapat juga disebut aliran

yang sangat alami mengalir ke

permukaan air tanah melalui

pancaran atau rembesan. Kebanyakan

air tanah berasal dari hujan (disebut

juga air meteoric atau vadose). Air

hujan yang meresap ke dalam tanah

menjadi bagian dari air tanah,

perlahan-lahan mengalir ke laut, atau

mengalir langsung dalam tanah atau

dipermukaan dan bergabung dengan

aliran sungai. Banyaknya air yang

meresap ke tanah selain bergantung

pada ruang dan waktu juga

dipengaruhi oleh kecuraman lereng,

kondisi material permukaan tanah,

banyaknya vegetasi serta curah hujan.

Meskipun curah hujan besar tetapi

lerengnya curam, ditutupi material

impermeabel, persentase air mengalir

dipermukaan lebih banyak daripada

meresap ke bawah. Sedangkan pada

curah hujan sedang, pada lereng

landai dan permukaannya permeabel,

persentase air yang meresap lebih

banyak. Sebagian air yang meresap

tidak bergerak jauh karena tertahan

oleh daya tarik molekuler sebagai

lapisan pada butiran-butiran tanah.

Sebagian menguap lagi ke atmosfer

dan sisanya merupakan cadangan bagi

tumbuhan selama belum hujan.

Air yang tidak tertahan dekat

permukaan menerobos sampai zona

dimana seluruh ruang terbuka pada

sedimen atau batuan terisi air (jenuh

air). Air di dalam zona saturasi (zone

of saturation) ini dinamakan air tanah

(groud water). Batas atas zona ini

disebut muka air tanah (water table).

Lapisan tanah, sedimen atau batuan

diatasnya yang tidak jenuh air disebut

zona aerasi (zone of aeration). Muka

air tanah umumnya tidak horizontal

tetapi pada lebih kurang mengikuti

topografi diatasnya. Apabila tidak ada

hujan maka muka air dibawah bukit

akan menurun perlahan-lahan sampai

sejajar dengan lembah. Namun hal ini

tidak terjadi karena hujan akan

mengisi (recharge) lagi.

Metode Geolistrik Resistivitas

Geolistrik adalah salah satu

metode dalam geofisika yang

mempelajari sifat aliran listrik di

Page 160: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

156

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

dalam bumi. Pendeteksian di atas

permukaan meliputi pengukuran

medan potensial, arus, dan

elektromagnetik yang terjadi baik

secara alamiah maupun akibat

penginjeksian arus ke dalam bumi.

Metode geolistrik yang terkenal

antara lain: metode Potensial Diri

(SP), arus telluric, magnetotelluric,

elektromagnetik, IP (Induced

Polarization), dan resistivitas

(tahanan jenis).

Metode geolistrik resistivitas

merupakan metode geolistrik yang

mempelajari sifat resistivitas (tahanan

jenis) listrik dari lapisan batuan di

dalam bumi. Pada metode ini arus

listrik diinjeksikan ke dalam bumi

melalui dua buah elektroda arus dan

dilakukan pengukuran beda potensial

melalui dua buah elektroda potensial.

Dari hasil pengukuran arus dan beda

potensial listrik akan dapat dihitung

variasi harga resistivitas pada lapisan

permukaan bumi di bawah titik ukur

(Sounding point). Pada metode ini

dikenal banyak konfigurasi elektroda,

diantaranya yang sering digunakan

adalah: konfigurasi Wenner,

konfigurasi Schlumberger,

konfigurasi Wenner-Schlumberger,

konfigurasi Dipol-dipol, Rectangle

Line Source dan sistem gradien 3

titik.

Berdasarkan pada tujuan

penyelidikan metode ini dibagi

menjadi dua yaitu mapping dan

sounding. Metode resistivitas

mapping merupakan metode

resistivitas yang bertujuan

mempelajari variasi resistivitas

lapisan bawah permukaan secara

horisontal. Sedangkan metode

resistivitas sounding bertujuan

mempelajari variasi resistivitas batuan

di bawah permukaan bumi secara

vertikal. Pada metode ini, pengukuran

pada suatu titik sounding dilakukan

dengan jalan mengubah-ubah jarak

elektroda. Pengubahan jarak elektroda

ini tidak dilakukan secara sembarang,

tetapi mulai jarak elektroda kecil

kemudian membesar secara gradual.

Jarak elektroda ini sebanding dengan

kedalaman lapisan batuan yang

terdeteksi. Dari kedalaman lapisan

batuan yang terdeteksi, akan

diperoleh ketebalan dan resistivitas

masing-masing lapisan batuan.

Page 161: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

157

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

Dua Elektroda Arus di Permukaan Bumi

Apabila terdapat 2 elektroda arus

yang dibuat dengan jarak tertentu

seperti pada gambar 2 dibawah

tersebut maka potensial pada titik-

titik dekat permukaan akan

dipengaruhi oleh kedua elektroda arus

tersebut. Potensial pada titik P1 akibat

elektroda arus C1 adalah :

111

1

2 r

IV

(1)

Karena arus pada kedua elektroda sama dan berlawanan arah, maka potensial pada

titik P2 akibat elektroda arus C2 dapat ditulis,

212

1

2 r

IV

(2)

Sehingga potensial total pada titik P1 oleh C1 dan C2 dapat dituliskan sebagai

berikut:

211211

11

2 rr

IVV

(3)

Gambar 2. Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium homogen isotropis dengan tahanan jenis (Telford, et. al., 1976).

Konfigurasi Wenner

Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering di

adalah tiga kali jarak elektroda

potensial, jarak potensial dengan titik

souding-nya adalah 2/a , maka jarak

masing elektroda arus dengan titik

sounding-nya adalah 2/3a . Target

kedalaman yang mampu dicapai pada

metode ini adalah 2/a . Dalam

akuisisi data lapangan susunan

Page 162: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

158

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

elektroda arus dan potensial

diletakkan simetri dengan titik

sounding.

C1 P1 P2 C2

M A B N

a a a

L

Gambar 3. Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner

Dari gambar diatas terlihat bahwa jarak AM = NB = a dan jarak AN = MB = 2a,

Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data di TPAS

Terjun Kecamatan Medan Marelan

dilakukan dengan menggunakan alat

Geolistrik ARES. Metode yang

dipakai dalam penelitian ini adalah

metode Wenner-Alpha. Jarak antara

satu elektroda dengan elektroda

lainnya yaitu 5 meter. Dari data hasil

download yang didapatkan dari alat

geolistrik Ares, akan diketahui nilai

resistivitas semu.

Dari data tersebut diolah dengan

menggunakan metode optimasi least-

square non-linier yang ada pada

software Res2Dinv untuk inversi 2

dimensi (2-D). Dari inversi 2-dimensi

tersebut diperoleh gambar penampang

resistivitas yang menggambarkan atau

mencitrakan distribusi resistivitas

bawah permukaan tanah yang diteliti.

Pada penelitian, pada setiap lintasan

akan didapatkan gambar penampang

melintang resistivitas.

Dari gambar yang dihasilkan

pada pengolahan dengan software

Res2dinv, akan dibandingkan

berdasarkan distribusi resistivitasnya

yang ditunjukkan dengan citra warna

yang berbeda dan disertai dengan

kedalaman lapisan tanah yang diteliti,

kemudian dibandingkan dengan

kondisi lokasi penelitian. Dengan cara

ini dapat diketahui daerah mana yang

Page 163: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

159

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

mengandung akumulasi rembesan air

lindi.

D. Hasil Penelitian

Hasil pengukuran geolistrik

dilakukan dengan metode Wenner-

Alpha di TPAS Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan diperoleh

arus dan potensial yang berasal dari

rekaman elektroda yang dihubungkan

dengan alat geolistrik dan sumber

arus. Jarak antara satu elektroda

dengan lainnya 5 meter. Alat

geolistrik yang digunakan sudah

dapat bekerja secara otomatis untuk

mengkonfigurasikan elektrodanya

sehingga tidak perlu mengganti-ganti

elektrodanya secara manual. Adapun

hasil yang diperoleh berasal dari 3

lintasan yaitu lintasan I dan II terdiri

dari 32 elektroda serta lintasan III

terdiri dari 16 elektroda. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel .1.

dibawah ini.

Tabel .1. Tabel Lintasan Elektroda

Nomor Lintasan

Posisi Lintasan Letak Lintasan Jumlah elektroda

Panjang lintasan

I 03º43.072’ LU-03º43.102’ LU dan 098º38.954’BT-098º38.872’ BT

Di sebelah barat daya dari pusat sampah dan merupakan jalur truk pengangkut sampah

32 pasang elektroda

160 meter

II 03º43.045’ LU-03º43.174’ LU dan098º38.984’BT-098º39.014’BT

Di sebelah tenggara dari pusat pembuangan sampah dan juga merupakan jalur truk pengangkut sampah

32 pasang elektroda

160 meter

III 03º43.053’ LU-03º43.048’LU dan098º39.055 BT-098º39.090’ BT

Di rumah penduduk yang jaraknya sekitar 100 meter dari lokasi TPAS.

16 pasang elektroda

80 meter

PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DAN INTERPETASI DATA

Data yang diperoleh dari

pengukuran dengan menggunakan

alat geolistrik ARES kemudian

diinversi 2 dimensi dengan metode

Least Square non linier yang ada pada

software Res2Dinv. Hasil inversi 2

Page 164: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

160

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

dimensi ini didapat gambar

penampang distribusi resistivitas

bawah permukaan yang diteliti. Dari

gambar penampang resistivitas

tersebut dihasilkan tiga bagian

gambar yang berbeda pada masing-

masing lintasan, yaitu gambar

pertama merupakan distribusi

resistivitas yang terukur di lapangan,

gambar kedua menjelaskan distribusi

resistivitas berdasarkan nilai

resistivitas semu hasil perhitungan

dan gambar ketiga menjelaskan

distribusi resistivitas setelah

dilakukan inversi yang menunjukkan

nilai resistivitas sebenarnya. Hasil

inversi menunjukkan nilai resistivitas

sebenarnya yang berbeda dengan

resistivitas semu hasil perhitungan.

Berikut ini analisa data yang

diperoleh dari hasil penelitian:

Lintasan I

Data yang diperoleh dengan

menggunakan alat geolistrik adalah

nilai resistivitas semu. Nilai

resistivitas berada pada range 0,972-

9,35 Ωm, panjang lintasan pertama

adalah 160 meter, jarak antara

elektroda 5 meter, setelah di

inversikan dengan Software Res2Dinv

diperoleh gambar penampang seperti

gambar di bawah:

Page 165: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

161

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

Gambar 4. Penampang Resistivitas Lintasan I TPAS Terjun

Berdasarkan gambar penampang

resistivitas Lintasan I dapat diketahui

nilai resistivitas dari masing-masing

lapisan berbeda. Penjelasannya

sebagai berikut: a) Lintasan I ini

terletak di sebelah barat daya dari

pusat pembuangan sampah yang

mebujur dari arah barat ke timur.

Pada lintasan ini dapat diketahui

anomali berada pada sepanjang

lintasan dengan kisaran kedalaman 4–

19,8 meter dengan anomali konduktif

sebesar 0,972-1,86 Ωm yang

dicitrakan dengan warna biru dan biru

muda dan diduga merupakan batuan

dengan porositas yang terisi oleh

lindi. Tetapi dalam lintasan I ini

terdapat 2 titik zona yang

menunjukkan anomali konduktif yang

begitu besar yaitu pada pengukuran

16-50 meter dan pada pengukuran

102-134 meter. Hal ini terjadi karena

banyaknya sampah-sampah yang

sudah membusuk sehingga

menghasilkan cairan lindi dan banyak

meresap pori-pori batuan di

sekitarnya; b) Resistivitas tinggi

terlihat pada titik pengukuran 7- 27,5

meter dan pada 65-160 meter dengan

kedalaman berkisar dari 1-6,38 meter.

Hal ini disebabkan karena pada

permukaan lintasan berada di atas

timbunan sampah seperti plastik dan

sampah-sampah lain yang

mengandung resistivitas tinggi; c)

Lintasan I merupakan tanah

lempungan basah lembek, lempung

lanauan, dan tanah lanauan basah.

Tanah lempungan basah lembek

berada pada sebagian besar area

Page 166: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

162

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

lintasan dicitrakan dengan warna

hijau. Sedangkan pada lempung

lanauan dan tanah lanauan basah

terlihat pada sebagian di permukaan

lintasan sampai pada kedalaman 6,38

meter dicitrakan dengan warna

kuning, merah, dan ungu; d) Total

volume sampah pada lintasan I di

TPAS Terjun yaitu± 1440 m³.

Lintasan II

Data yang diperoleh dengan

menggunakan alat geolistrik adalah

nilai resistivitas semu. Nilai

resistivitas berada pada range 0,571-

17,0 Ωm, panjang lintasan pertama

adalah 160 meter, jarak antara

elektroda 5 meter, setelah di

inversikan dengan Software Res2Dinv

diperoleh gambar penampang seperti

gambar di bawah:

Page 167: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

163

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

Gambar 5. Pernampang Resistivitas Lintasan II TPAS Terjun

Berdasarkan gambar penampang

resistivitas Lintasan I dapat diketahui

nilai resistivitas dari masing-masing

lapisan berbeda. Penjelasannya

sebagai berikut: a) Lintasan II ini

diambil di bagian tenggara dari pusat

sampah yang membujur dari selatan

ke utara. Dari gambar penampang

resistivitas 4.2., lintasan ini terlihat 3

titik anomali konduktif yang begitu

jelas yaitu berada pada awal

pengukuran berkisar dari 7-25 meter,

bagian tengah yang berkisar dari 60-

82,5 meter, dan akhir pengukuran

yang berkisar antara 92-130 meter.

Anomali ini berada pada kisaran

kedalaman 4-15,9 meter. Tetapi

dalam hal ini anomali konduktif yang

berada pada awal pengukuran tidak

terlalu besar, yang ditunjukkan

dengan pencitraan gambar yang

masih berwarna biru muda.

Sedangkan pada bagian tengah dan

akhir pengukuran sudah menunjukkan

pencitraan warna biru tua yang berarti

memungkinkan adanya rembesan

polutan yang cukup tinggi; b)

Lintasan II ini juga terdapat

resistivitas tinggi. Hal ini terjadi pada

pengukuran 27,5 m sampai akhir

pengukuran, mulai dari awal

permukaan sampai kedalaman

berkisar 6,38 meter yang diduga

merupakan tanah yang sudah

bercampur dengan plastik sisa

pembuangan sampah. Resistivitas

tinggi terdapat pada sebagian besar

permukaan lintasan pengukuran

sampai pada kedalaman 4 meter dan

juga pada kisaran kedalaman 15,9-

24,0 meter; c) Lintasan II dibagi

menjadi beberapa bagian yaitu tanah

Page 168: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

164

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

lempungan basah lembek, lempung

lanauan, tanah lanauan basah, dan

tanah lanauan pasiran. Tanah

lempungan basah lembek berada pada

sebagian besar area lintasan. Hal ini

dapat dilihat dari warna hijau tua, dan

hijau muda. Sedangkan pada lempung

lanauan dan tanah lanauan basah

terlihat pada sebagian di permukaan

lintasan sampai pada kedalaman 6,38

meter. Hal ini ditandai dengan warna

kuning dan merah. Tanah lanauan

pasiran berada pada sekelumit kecil

pengukuran 100 meter dengan

kedalaman 24 meter yang dicitrakan

dengan warna cokelat tua dan ungu.

Lintasan III

Data yang diperoleh dengan

menggunakan alat geolistrik adalah

nilai resistivitas semu. Nilai

resistivitas berada pada range 1,71-

4,18 Ωm, panjang lintasan pertama

adalah 80 meter, jarak antara

elektroda 5 meter, setelah di

inversikan dengan Software Res2Dinv

diperoleh gambar penampang seperti

gambar di bawah:

Page 169: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

165

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

Gambar 6. Penampang Resistivitas III TPAS Terjun

Berdasarkan gambar penampang

resistivitas Lintasan I dapat diketahui

nilai resistivitas dari masing-masing

lapisan berbeda. Penjelasannya

sebagai berikut: a) Lintasan III

diambil pada salah satu pekarangan

rumah penduduk yang letaknya

kurang lebih 100 meter dari lokasi

TPAS. Lintasan III ini diletakkan di

bagian timur yang membujur dari

barat ke timur. Lintasan ini membujur

sepanjang 80 meter. Dari gambar

penampang resistivitas 4.3., lintasan

ini terlihat anomali konduktif yang

begitu luas dan dalam daripada

lintasan I dan II. Hal ini disebabkan

karena permukaan tanah rumah

penduduk lebih rendah daripada

TPAS itu sendiri. Anomali konduktif

ini terlihat pada pengukuran 7,5-64

meter dengan kedalaman dari awal

permukaan sampai kisaran 12 meter.

Hal ini menunjukkan rembesan

polutan yang cukup tinggi. Rembesan

polutan ini terjadi karena tanah yang

berada pada lintasan ini cukup lembek

ketika dipijak yang memungkinkan

pori-pori tanah dan batuannya cepat

menyerap lindi tersebut. Apalagi di

sekitar lintasan ini tedapat kolam ikan

milik penduduk setempat.; b)

Lintasan III ini terlihat 2 titik daerah

yang menunjukkan adanya resistivitas

tinggi yaitu terlihat pada pengukuran

27,5-42,5 meter dengan kedalaman

dari awal permukaan sampai berkisar

3,75 meter dan pada pengukuran

17,5-40 meter dengan kedalaman

9,26-12,4 meter; c) Lintasan III

merupakan tanah lempungan basah

Page 170: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

166

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

lembek, lempung lanauan dan tanah

lanauan basah. Tanah lempungan

basah berada pada sebagian besar

lintasan pengukuran. Hal ini

dicitrakan dengan warna hijau.

Lempung lanauan dan tanah lanauan

basah berada pada pengukuran 25-45

meter yang berada pada permukaan

lintasan sampai kisaran kedalaman

1,25 meter dan pada pengukuran

17,5-35 meter dengan kedalaman

9,26-12,4 meter. Hal ini dapat dilihat

dari citra gambar yang berwarna

cokelat dan merah; d) Lintasan III

terdapat sumur bor. Hal ini terlihat

dari citra gambar berwarna biru

meruncing ke atas. Lintasan III

terdapat anomali konduktif yang

begitu luas karena aliran irigasi yang

langsung masuk ke kolam ikan

sehingga pencemaran air tanah sudah

terlihat pada permukaan tanah.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari

hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut: 1) Kuantitas rembesan lindi

terbesar berada di sebelah timur

TPAS yang berada disekitar rumah

penduduk. Hal ini terlihat pada

gambar penampang distribusi

resistivitas pada lintasan ketiga,

dimana terdapat anomali konduktif

sebesar 1,71Ω-4,18Ω. Ini bisa terjadi

karena tanah yang berada pada

lintasan III cukup lembek ketika

dipijak yang memungkinkan batuan-

batuan didalamnya terisi oleh lindi

dengan kuantitas tertinggi dari pada

lintasan yang lain; 2) Dalam hal ini,

pola distribusi kuantitas lindi tidak

merata. Ada yang mengalir ke arah

barat daya, namun ada juga yang

mengalir ke arah timur dan tenggara.

Hal ini dipengaruhi oleh struktur

batuan pada setiap lintasan berbeda-

beda.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Mansurudin, (2005), Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Untuk Menentukan Letak Akumulasi Rembesan Polutan Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Pakusari Jember., Skripsi,

FMIPA, Universitas Jember, Jember.

Arbain, Mardana, N.K., Sudana, I.B., (2008), Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap

Page 171: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

167

Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan

Kualitas Air Tanah Dangkal Di Sekitarnya Di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar, Ecotrophic 3 (2): 55-60.

Azan, S., Hutasoit, L.M., dan Ramdhan, A.M., (2006), Penentuan Daerah Resapan Sumber Mataair Daerah Sibolangit Sumatera Utara, Jurnal Geoaplika, Vol 1,1: 015-030.

Harmayani, K.D., Konshukarta, I.G.M., (2007), Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik Di Lningkungan Kumuh Banjar Ubung Sari Kelurahan Ubung, Jurnal Pemukiman Tanah, Vol 5,2 : 62-108.

Karo, Y.T., (2009), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan., Skripsi, FISIP, USU, Medan.

Lean Wijaya, (2009), Identifikasi Pencemaran AirTanah Dengan Metode Geolistrik Di Wilayah Ngringo Jaten Karanganyar Jawa Tengah, Skripsi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Meirinda, (2008), Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008., Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, USU, Medan.

Setyowati Lies, (2007), Evaluasi Kinerja Dinas Kebersihan Dalam Pelayanan Persampahan Di Kota Medan., Tesis, Program Pasca Sajana, USU, Medan.

Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., dan Keys D. A. 1976. Applied Geophysic. London: Cambridge University Press.

Page 172: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

PETUNJUK BAGI PENULIS

1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.

2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.

3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal)

4. Artikel hasil penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil

penelitian : 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan

masalah, dan rangkuman kajian teoritik)f. Metode penelitiang. Hasil penelitian h. Pembahasan i. Kesimpulan dan saranj. Daftar pustaka

5. Artikel Non Penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan

tentang hal-hal pokok yang akan dibahas).f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan)i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran)j. Daftar pustaka

6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh beikut :

Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for

Learning. New Jersey :Prentice Hall Inc

Page 173: 7. JURNAL VOL 5 NO 2 SEPT 2012.pdf

ISSN 1978-869X