5 bab iv karim
TRANSCRIPT
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Pertumbuhan Mutlak
Tabel 2. Pertumbuhan Mutlak
Perlakuan
Kelompok (Gram) Jumlah (Gram)
Rerata (Gram)I II III
A 505,00 517,00 498,00 1.520,00 506,67abcB 481,00 486,00 477,00 1.444,00 481,33abcC 383,00 477,00 395,00 1.255,00 418,33abc
Perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan mutlak Kappaphycus alvarezii (F hitung > F tabel) pada taraf
kepercayaan 95%, dimana berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan B, tetapi perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan
B berbeda nyata terhadap perlakuan C.
4.1.2. Pertumbuhan Spesifik
Perlakuan
Kelompok (%) Jumlah (%)
Rerata (%)I II III
A 5,52 5,32 5,48 16,33 5,44abcB 5,17 5,33 5,19 15,69 5,23abcC 4,69 4,73 4,92 14,34 4,78abc
Perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap laju
pertumbuhan spesifik Kappaphycus alvarezii (F hitung > F tabel) pada taraf
kepercayaan 95%, dimana berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf
20
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan B, tetapi perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan
B berbeda nyata terhadap perlakuan C.
4.1.3.Kualitas Air
Hasil pengukuran parameter kualitas air selama masa penelitian disajikan
tabel 4 berikut.
Tabel 4. hasil pengukuran nilai parameter kualitas air masa penelitian
Parameter Satuan Kisaran
SuhuSalinitas Kecerahan Kecepatan aruspH
oC ppt m cm/detik -
26 – 3030 - 337 – 8
23 – 387 - 8
Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air pada masing-masing
perlakuan menunjukkan bahwa suhu perairan pada lokasi pemeliharaan rumput laut
berkisar 25 – 30 oC, sedangkan salinitas perairan berkisar 29 – 32 ppt. nilai
kecerahan perairan perairan yang diukur pada lokasi penelitian adalah 4-6 meter
dengan kecepatan arus 23-38 cm/detik. Kisaran nilai pH yang di ukur pada lokasi
penelitian adalah 7- 8
20
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pertumbuhan Mutlak
Gambar 3. Histogram Pertumbuhan Mutlak Rumput Laut Kappaphycus alvarezii selama Penelitian
A B C0
100
200
300
400
500
600506.67
481.33
418.33
Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi
ditemukan pada perlakuan A (tali rentang sejajar arus dan tegak lurus dengan arah
ombak) sebesar 506,67 gram, disusul perlakuan B (tali rentang tegak lurus arus dan
sejajar dengan arah ombak) yaitu sebesar 481,33 gram, dan kemudian perlakuan C
(tali rentang dengan arah diagonal) yaitu sebesar 418,33 gram.
Hasil Uji Beda Nyata Terkecil pertumbuhan mutlak rumput laut
memperlihatkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Diduga
hal ini terjadi karena aliran perpindahan massa air yang melewati bentangan rumput
laut berlangsung dengan baik (tidak mengalami hambatan). Pada perlakuan A, aliran
perpindahan massa air yang terbilang lancar (tanpa hambatan) adalah dari pergerakan
20
pasang surut. Sementara pada perlakuan B, aliran massa air yang bergerak lancar
dalam bentangan budidaya adalah ditimbulkan oleh pergerakan ombak dan
gelombang. Indriani dan Sumiarsih (2001) menyatakan bahwa pergerakan air
berfungsi untuk mensuplai zat hara dan juga membantu rumput laut dalam
penyerapan zat hara serta membersihkan kotoran yang menempel sehingga
pertukaran O2 dengan CO2 tidak mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Sementara itu pertumbuhan mutlak rumput laut pada perlakuan C berbeda
nyata dengan pertumbuhan rumput laut pada perlakuan A danB. Hal ini diduga
karena pada perlakuan C aliran massa air yang melewati bentangan rumput laut
mengalami hambatan pada saat melewati bentangan-bentangan rumput laut tersebut
sehingga aliran pergerakan massa airnya relatif tidak lebih lancar dibandingkan
dengan pada perlakuan A dan perlakuan B.
4.2.2. Laju Pertumbuhan Spesifik
Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik Rumput Laut Kappaphycus alvarezii selama Masa Penelitian
9 18 27 36 450
1
2
3
4
5
6
7
8
6.876.02
5.54.74
4.09
6.455.74
5.364.61
3.99
5.835.33 5.01
4.143.59 A
BC
20
Grafik di atas memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan spesifik rumput laut
rata-rata tertinggi pada semua perlakuan ditemukan pada masa awal penelitian hingga
hari ke-9. Diduga hal ini terjadi karena bibit rumput laut pada setiap perlakuan
memiliki thallus yang masih muda sehingga sel-sel bibit rumput laut tersebut lebih
mudah untuk membelah diri dan membentuk percabangan baru. Disamping itu, bibit
rumput laut tersebut masih dapat dengan mudah memanfaatkan ketersediaan unsur
hara yang ada dalam perairan untuk memaksimalkan pertumbuhannya. Bobot
pertumbuhan spesifik rumput laut hingga hari ke-9 pada perlakuan A mencapai
6,87%, perlakuan B mencapai 6,45%, dan pada perlakuan C mencapai 5,83%.
Selanjutnya pada hari ke-18 hingga berakhirnya masa penelitian (hari ke-45)
laju pertumbuhan spesifik rumput laut pada setiap perlakuan terus mengalami
penurunan. Hal ini dapat terjadi karena adanya penambahan bobot thallus rumput laut
sehingga memungkinkan terjadinya persaingan pemanfaatan ruang dalam proses
penyerapan sinar matahari dan juga persaingan pemanfaatan unsur hara untuk proses
fotosintesis. Darmayasa (1988) dalam Nupu (2004) mengemukakan bahwa adanya
perbedan pertambahan bobot karena penambahan biomassa rumput laut
menyebabkan terjadinya persaingan dalam proses pemenuhan kebutuhan zat
makanan, ruang gerak dan cahaya matahari. Selain itu penambahan bobot rumput laut
akan mempengaruhi pergerakan arus yang melewati tali bentangan pemeliharaan
rumput laut.
Laju pertumbuhan spesifik rata-rata rumput laut tertinggi selama penelitian
diperoleh pada perlakuan A dengan nilai 5,44%, diikuti perlakuan B dengan nilai
5,23% dan terendah pada perlakuan C dengan nilai 4,78%.
20
4.2.3. Kualitas Air
Selama penelitian berlangsung, salinitas berkisar antara 30-33 ppt. Salinitas
dapat mempengaruhi kesuburan rumput laut dalam lingkungan budidaya.
Anggadiredja, dkk (2006) menyatakan bahwa Eucheuma akan tumbuh pada kisaran
salinitas antara 28-34 ppt dengan nilai optimum 33 ppt.
Kisaran suhu selama penelitian antara 26 – 30 oC. kisaran suhu tersebut cukup
mendukung pertumbuhan rumput laut. Aslan (1991) mengemukakan kisaran suhu
dalam budidaya rumput laut yang dipelihara di pantai adalah 27- 30oC. Selanjutnya
Sadhori (1989) menyatakan kisaran suhu optimal bahwa dalam budi daya rumput laut
yaitu berkisar 25-27 oC.
Kecepatan arus yang diperoleh di lokasi selama penelitian berkisar antara 20-
25 cm/detik. Anggadiredja, dkk, (2006) mengemukakan bahwa pergerakan air yang
baik berkisar antara 20-40 cm/detik, dengan kondisi seperti ini akan mempermudah
pergantian dan penyerapan hara yang diperlukan oleh tanaman, tetapi tidak sampai
merusak tanaman.
Kecerahan selama penelitian mencapai kedalaman 7 m – 8 m. Hal ini berarti
cahaya matahari dapat masuk hingga pada kedalaman tersebut. Nilai kisaran tersebut
sangat mendukung proses fotosintesis pertumbuhan rumput laut. Rumput laut
memerlukan cahaya sebagai sumber energi guna pembentukan bahan organik yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Puja, Y, dkk, 2001).
Kisaran derajat keasaman (pH) diperairan selama penelitian pada semua
perlakuan berkisar antara 7-8, hal ini cukup mendukung dalam usaha budidaya.
Sejalan dengan Zatnika, A. dan I.A. Wisman (1994), mengemukakan bahwa
20
budidaya rumput laut untuk pemelihan lokasi Kappaphycus alvarezii sebaiknya ber-
pH antara 7,3-8,2.
20
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Pertumbuhan mutlak rumput laut yang tertinggi di peroleh pada perlakuan A
yaitu sebesar 506,67 gram, kemudian diikuti perlakuan B yaitu sebesar 481,33
gram dan terendah pada perlakuan C yaitu sebesar 418,33 g.
Pertumbuhan spesifik rata-rata bibit rumput laut yang tetinggi adalah diperoleh
pada perlakuan A yaitu sebesar 5,44 %, kemudian perlakuan B yaitu sebesar
5,23% dan terendah pada perlakuan C yaitu sebesar 4,78 %.
Aliran perpindahan massa air sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
rumput laut Kappaphycus alvarezii selama masa penelitian
5.2. Saran
Perlu diadakan penelitian lain terkait budidaya rumput laut Eucheuma
spinosum, mengingat jenis rumput laut ini cukup banyak pula dibudidayakan di
Kabupaten Muna.
20
Lampiran 1. Pertumbuhan Mutlak
Perlakuan
Kelompok
Bobot Rata-rata Pada Hari Ke-0 9 18 27 36 45
AI 100 186 291 431 527 605II 100 171 286 425 536 617III 100 189 279 417 524 598
Total 300 546 8561.27
31.58
71.82
0
Rerata100,00
182,00
285,33
424,33
529,00
606,67
BI 100 169 279 413 507 581II 100 183 273 406 513 586III 100 175 268 410 498 577
Total 300 527 8201.22
91.51
81.74
4
Rerata100,00
175,67
273,33
409,67
506,00
581,33
CI 100 163 251 365 429 483II 100 159 267 378 426 487III 100 178 246 381 437 495
Total 300 500 7641.12
41.29
21.46
5
Rerata100,00
166,67
254,67
374,67
430,67
488,33
Lampiran 2. Analisis Ragam Pertumbuhan Mutlak
SR DB JK KT F hitung F tabel 5%Kelompok 2 2.713,56 1.356,78Perlakuan 2 12.413,56 6.206,78 9,04* 6,94
Galat 4 2.746,44 686,61Total 8 17.873,56
Keterangan :
* = Berpengaruh Nyata
Lampiran 3. Uji BNT Pertumbuhan Mutlak
Perlakuan A B C BNT 5%A
59,39B 25,33tnC 88,33* 63,00*
Keterangan :
20
* = Berbeda Nyata
tn = Tidak Berbeda Nyata
Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Spesifik
Perlakuan
KlpLaju Pertumbuhan Spesifik (%)
9 18 27 36 45
AI 7,14 6,11 5,56 4,72 4,08II 6,14 6,07 5,51 4,77 4,13III 7,33 5,87 5,43 4,71 4,05
Total 20,61 18,05 16,50 14,21 12,26Rerata 6,87 6,02 5,50 4,74 4,09
BI 6,00 5,87 5,39 4,61 3,99II 6,95 5,74 5,33 4,65 4,01III 6,42 5,63 5,36 4,56 3,97
Total 19,36 17,23 16,08 13,82 11,97Rerata 6,45 5,74 5,36 4,61 3,99
CI 5,58 5,25 4,91 4,13 3,56II 5,29 5,61 5,05 4,11 3,58III 6,62 5,13 5,08 4,18 3,62
Total 17,48 15,98 15,04 12,42 10,76Rerata 5,83 5,33 5,01 4,14 3,59
Lampiran 5. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Spesifik
SR DB JK KT Fhitung Ftabel (5%)Kelompok 2 0,010 0,005Perlakuan 2 0,689 0,344 22,761* 6,94
Galat 4 0,061 0,015Total 8 0,759
Keterangan :
* = Berpengaruh Nyata
Lampiran 6. Uji BNT Laju Pertumbuhan Spesifik
Perlakuan A B C BNT (5%)AB 0,21tn 0,28C 0,66* 0,45*
Keterangan :
20
* = Berbeda Nyata
tn = Tidak Berbeda Nyata
Lampiran 7. Dokumentasi selama Penelitian
20
III. METODE PENELITIAN
III.1.......................................................................................................Waktu
dan Tempat..................................................................................... 17
III.2.......................................................................................................Alat dan
Bahan ............................................................................................ 17
III.3.......................................................................................................Prosedur
penelitian ....................................................................................... 17
III.3.1. Penentuan Lokasi Budidaya .............................................. 18
III.3.2. Pemeliharaan Bibit Rumput Laut ...................................... 18
III.3.3. Persiapan Metode Penelitian ............................................. 18
III.3.4. Pemeliharaan Tanaman ..................................................... 20
III.3.5. Prosedur Pengamatan ........................................................ 20
III.4.......................................................................................................Variabel
Yang Diamati ................................................................................ 20
III.4.1. Laju pertumbuhan Spesifik ............................................... 20
III.4.2. Laju Pertumbuhan Mutlak ................................................ 21
III.4.3. Produksi ............................................................................ 21
III.4.4. Parameter Kualitas Air ...................................................... 22
III.5.......................................................................................................Rancang
an Percobaan ................................................................................. 22
III.6.......................................................................................................Analisis
Data ............................................................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1......................................................................................................Hasil
Pengamatan ................................................................................... 24
IV.1.1. Pertumbuhan Mutlak ......................................................... 24
IV.1.2. Laju Pertumbuhan Spesifik ............................................... 24
IV.1.3. Kualitas Air ....................................................................... 25
IV.2......................................................................................................Pembaha
san ................................................................................................. 26
IV.2.1. Pertumbuhan Mutlak ......................................................... 26
20
IV.2.2. Laju Pertumbuhan Spesifik ............................................... 27
IV.2.3. Kualitas ai r........................................................................ 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1........................................................................................................Kesimpu
lan .................................................................................................. 31
V.2........................................................................................................Saran
........................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan ....................................................... 17
Tabel 2. Pertumbuhan Mutlak ......................................................................... 24
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Spesifik ............................................................... 24
Tabel 4. Kualitas Air ........................................................................................ 25
20
3.3.4 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara mengawasi tiap hari tanaman
rumput laut. Selama periode pemeliharaan yang akan diperhatikan adalah
membersikan tanaman dari benda lain (l;umpur dan kotoran) yang menempel pada
tanaman, mengatasi serangan buluh babi dengan cara mengambil dan membuangnya
dan menghindari ikan dan penyu dengan cara memasang jarring di sekitar lokosi
penanaman (Mubarak dkk, 1990)
3.3.5 Prosedur Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bobot
rumput laut untuk mengetahui perkambangannya. Penimbangan tersebut dilakukan
dengan metode sampling terhadap setiap kelompok perlakuan. Pengamatan ini
dilakukan setiap 9 hari selama 45 hari dan pengukuran terhadap parameter kualitas air
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan akhir
penelitian.
3.4 Variabel Yang Diamati
3.4.1 Laju Pertumbuhan Spesifik
Pengamatan terhadap pertumbuhan spesifik rumput laut dilakukan selama 9
hari selama masa penelitian. Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik rumput
laut digunakan rumus yang dikemukakan oleh Husman (196) dalam Muzakir (2001).
20
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
Gambar 1. Rumput Laut Kappaphycus alvarezii ............................................ 7
Gambar 2. Morfologi rumput Laut Kappaphycus alvarezii ............................ 8
Gambar 3. Bibit Rumput Laut Kappaphycus alvarezii ................................... 12
Gambar 4. Metode Tali Rentang ..................................................................... 14
Gambar 5. Posisi Wadah Penelitian ................................................................. 19
Gambar 6. Model Penempatan Perlakuan Secara Acak .................................. 22
Gambar 7. Histogram Pertumbuhan Mutlak .................................................... 26
Gambar 8. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik ................................................ 27
20
I. PENDAHULUAN
I.1 latar belakang
rumput laut termaksuk salah satu anggota alga yang merupakann tumbuhan
berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis miskroskopik dan
makroskopik inilah sehari-harin kita kenal sebagai rumput laut (taurino-
pancomulyo,2006)
pertumbuhan rumput laut di pengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun
eksternal. Faktor internalyang berpengaruh terhadappertumbuhaantara lain
spesies, bagian thallus (bibit) dan umur.perbedaan jenis/spesies rumput laut yang
dibudidayakan akan memiliki laju pertumbuhanyang berbeda pulademikian juga
dengan bagian thallus dan umur rumput laut yang di budidayakan.
Faktor eksternal yang berkaitan dengan rumput laut antara lain kecerahan dan
pergerakan arus. Kecerahan perairan berhubungan erat dengan banyaknya sinar
matahari yang masuk kedalam perairan. Cahaya matahari merupakan faktor utama
yang dibutuhkan oleh rumput laut pada kedalaman dimana intensitas cahaya matahari
sangat rendah, rumput laut tidak akan hidup, karena tidak dapat melakukan
fotosintesis (yusuf, 2004).
Sementara itu arus yang merupakan gerak suatu masa air yang dapat disebabkan oleh
hembusan angin. Pergerakan air berfungsi untuk menyuplai zat hara dan membantu
rumput laut dalm menyerap zat hara dan membersikan kotoranyang menempel
20
sehingga CO2 dan O2 tidak mempengaruhi kebutuhan oksigen. Hal ini dapat terjadi
karena adanya sirkulasi yang baik, run - off dari darat dan gerakan air (arus) yang
baik untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 - 40 cm/detik (indriani dan
sumiarsi,2001).
tanaman rumput laut akan tumbuh lebih baikpada lokasi pergerakan arus yang
baik, karena pergerakan arus yang berfungsi memecahkan lapisan atasdan perbatasan
air dekat tanaman, sehingga menyebabkan meningkatnya proses difusi (doty dalam
yusniani dkk,2000). Tanaman yang ditananam pada kedalaman yang lebih dalam akan
lebihbanyak menerima endapan yang menutupi batang,sehingga mengganggu proses
fotosintesis yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan.
Dalam budidaya rumput laut dengan metode tali rentang dimana tali bentang
rumput laut berada di permukaan perairanakanmembuart rumput laut tersebut secara
langsung berinteraksi dengan arah arus yang berbeda. Belum adanya
informasitentang pergerakan arus terhadap tali bentang rumput laut maka di perlukan
penelitian (PENGARUH ARAH TALI RENTANG TERHADAP PERTUMBUHAN
RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI PERAIRAN SELAT BUTON.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dikemukakan rumus
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh posisi tali rentang
terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii)?
1.3 Tujuan dan Manfaat
20
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh arah tali rentang terhadap
pertumbuhan rumput laut (kappaphycus lvarezii).
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menmbah informasi tentang peharuh arah tali rentang terhadap
pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii).
2. Menembah informasi tentangcara budidaya rumput laut bagi pihak-pihak yang
memerlukan sebagaiupaya un tuik mengingatkan produksi rumput laut
kappaphycus alvarezii.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah “diduga arah tali rentang budidaya rumput
laut berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii).”
II. TINJAUAN PUSTAKA
20
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Rumput Lau
Klasifikasi rumput laut dari genus kappaphycus alvarezii sebagia berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Spesies : Kappaphycub alvarezii
Dalam produksi tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk, reproduksinya
seksual dengan karpogania dan spermatia, pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu
sel diujung thallus) dan multiaksial (banyak sel diujung thallus), alat pelekat
(haldfast)I terdiri dari sel tunggal atau sel banyak, memiliki figmen fikobilin yang
terdiri dari fikoeretrin (warna merah), bersifat adaptasi kromatik yaitu memiliki
penyusaian antara propoersi pigmen dengan berbagai kualitas pecahanya dan dapat
menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti: warna mera tua, merah muda,
pirang, abu - abu, kuning dan hijau, dan dalamj dinding selnya tersusun dua lapisan
yaitu lapisan dalam yang keras banyak mengandung selulosa dan lapisan luaryang
terdiri dari susbtansiter yang mengandung agar dan carragenan. (Aslan, 1998).
Soegiarto (1978) mengatakan agar - agar merupakan asam sulfanik yang merupakan
ester dari galakto linier dan diperoleh dengan cara mengekstrasi dan hasil produksi
20
yang biasa yang dikenal oleh masyarakat dalam bentuk tepung dan biasa di gunakan
untuk pembuatan pudding.
Selulosa umumnya terdapat dalm sel tumbuhan, zat ini merupakan susunankristalin
yang hidrofit, tidak larut dalam air atau zat pelarut organik, dan dalam atau basa encer
zat ini juga tidak larut. Selulosa ini sesungguhnya adalah senyawa karbohidrat
debngan rumus molekul (C6 H10 O5)n, merupakan unsur pokok tiap dinding sel
(sutrian, 2004).
Karagina merupakan senyawa bpolisakadria yang tersusun dari unit D-galaktosa dan
L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri
khas dari karagina adalahsetiap unit dari galaktosanya mengikat gugusan sulfat,
jumlahsulfat kurang lebih 35,1% kegunaan karagina hampirsama dengan agar - agar,
antara lain sebagai pengatur keseimbangan,pengental, pembentuk gel dan
pengemulsi. Karagina banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuat kue,
roti, makroni, jelly, sari buah, bir, es cream, dan gel pelapis praduk daging, dan selain
itu dapat juga di manfaatkan dalam industri farmasi banyak digunakan dalam pasta
gigi dan obat - obatan, dan selain itu dapat juga di manfaatkan dalam industri tekstil,
kosmetik dan cat (soegiarto,1978).
Dari segi morfologi, rumput laut tidak memperlihatkan danya perbedaan
antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tanaman ini mempunyai morfologi
20
yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk - bentuk tersebut sebenarnya
Hanyalah thallus belaka. Morfologi kappaphycus alvarezii adalah, permukaan licin,
cartilogeneus, thalli (kerangka tubu tumbuhan) bulat silindris atau gepeng, warnanya
merah,abu – abu, hijau kuning, dan hijau, bercabang berselangtidak teratur,
dichotomous atau trikhomous, memiliki benjolan – benjolan (blunt nodule) dan duru -
duri atau spnes, dan subtansi thalli “gelatinus” dan “kartilagenus” (lunak seperti
tulang rawan). Keadan warna tidak selalu tetap, kadang - kadang berwarna hijau,
hijau kuning abu - abu atau mera. Perubahan warna selalu terjadi hanya karena faktor
lingkungan. Kejadian ini hanya merupakan suatu prosen faktor adaptasi kromatik
yaitu penyusuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitaspecahanya (Aslan,
1998).
Penampakan thallus berfariasi mulai dari bentuksederhana sapai bentuk kopleks. Duri
- duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang - jarang dan tidak tersusun
melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang - batang utama
keluara saling bedekatanke daerah basal (pangkal). Tumbuhan melekat
kesubtratdengan alat perekat berupa cakram. Cabang - cabang pertama dan
keduaumbuh dengan bentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus yang mengarah
ke arah datangnya sinar matahari (Kimball, 1983)
.
Gambar 2.1 rumput laut (kappaphycus alvarezii). (Kamlasi,2008)
20
Struktur anatomo thalli (rangkah tubuh tumbuhan) untuk tiap jenis rumput laut
berbeda - beda. Pada kappaphycus alvarezii denga eucheuma spinosum bentuk
thallus yang melintang mempunyai susunan selyang berbeda. Perbedaan ini
membantu dalam pengenalan berbagai jenis rumput laut baik dalam mengidentifikasi
jenis, genus ataupun famili (Aslan, 1998).
Kappaphycus alvarezii euceuma spinosu
Keterangan:
1. Ujung thallus
2. Cabang (thallus)
20
Kapapphycus alvarezii Eucheuma spinosum
Keterangan:
1. Dinding sel
2. Plastida
3. Inti sel
4. Nukleolus
5. Gambar 2.2. morfologi rumput laut (kapapphycus alvarezii dan eucheuma
spinosum). (Mubarak, dkk., 1990)
2.2 Ekologi Rumput Laut
Rumput laut (kappaphycus alvarezii) umumnya terdapt di daerah tertentu dengan
persyaratan khusus. Kebanyak tumbuhan di daerah pasang surut (intertidal) atau
daerah yang selalu terendam air (subtidal) melekat pada subtrat di dasar perairan
yang berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu gamping atau cangkang
molusca. Umumnya genus eucheuma tumbuh dengan baik didaerah pantai terumbu
(reef), karena di tempat inilah beberapa persyaratan untuk pertumbuhannya banyak di
penuhi, diantaranya adalah faktor kedalaman perairan, subtrat dengan pergerakaan
air. Habitat khas adalahdaerah yang memperoleh aliran air alaut tetap, mereka lebih
menyukai fariasi suhuharian yang kecil dengan subtrat batu karang yang mati.
Rumput laut ini tumbuh mengelompok dengan berbagai jenis rumput laut lainnya.
20
Pengelompokan ini tampaknya penting dan salingmenguntungkan di antaranya dalam
hal penyebaran spora (Aslan, 1998).
Berbagai faktorblingkungan seperti cahaya,suhu, kadar garam, pergerakan air, zat
hara dan faktor biologis bintang laut, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan rumput laut. Uraian di bawah ini menjelaskan betapa pentingnyafaktor
lingkungan bagirumput laut yang erat hubungannya dengan pertumbuhan rumput
laut kappaphycus alvarezii.
a. Cahaya
Cahaya merupakan kebutuhan primere bagi pertumbuhan rumput alut, karena
rumput laut memerlukan cahaya untuk fotosintesis, sehingga cahaya sangat di
perlukandalam kelangsungan rumput laut. Suhu perairan sangat penting dalam proses
fotosintesis rumput laut. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut
Kappaphycus Alvarezii adalah berkisar antara 25-300C. Akan tetapi,Kappaphycus
Alvarezii mempunyai toleransi terhadap suhu 24-360C dengan fluktuasi harian 40C
(Yusuf,2004)
Laju pertumbuhan rumput laut dapat dipengaruhi oleh unsur hara yang
terkandung di dalam air. Fosfat dan nitrat dalam kepekatan bagaimanapun selalu
dalam rasio yang tetap 15 N : 1 P. Rasio ini cenderung tetap dalam fitoplankton dan
zooplankton. Hanya dalam keadaan tertentu rasio dalam air bisa berubah
(Soelistyo,1987).
b. Kecerahan
20
Kecerahan merupakan besar penetrasi cahaya yang menembus kedalam perairan.
Besarnya cahaya yang masuk dalam akan memperlancar proses fotosintesis pada
tanaman. Kejernihan air untuk pertumbuhan rumput laut mencapai 2,5 M
(anggadiredja dkk,2006).
c. Kedalaman
Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Kappaphycus
Alvarezii yaitu 30-60 cm pada waktu surut terendah kondisi ini untuk mengurangi
rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari
(Aditya dkk,2001). Kedalaman perairan dilokasi budidaya meempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap kualitas produk dan kedalaman perairan berkisar pada 5-
30 cm sedangkan dasar perairan adalah pasir berlumpur dan karang berpasir
(Anonim,2008).
d. Suhu
Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut Kappaphycus Alvarezii adalah
berkisar antara 25-300C. Akan tetapi,Kappaphycus Alvarezii mempunyai toleran
terhadap suhu 24-360C dengan fluktuasi harian 40C (Yusuf,2004).
e. Arus
Arus merupakan gerak suatu massa air yang dapat disebabkan oleh hembusan
angin, perbedaan desinitas air laut atau disebabkan oleh gelombang panjang
(nontji,1987). Arus adalah gerak mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan
oleh hembusan angin. T anaman rumput laut lebih baik pada lokasi pergerakan arus
yang baik, karena pergerakan air berfungsi memecahkan lapisan atasdan perbatasan
air dekat tanaman sehingga menyebabkan meningkatnya proses difusi(Doty dalam
20
Yusnaini dkk,2000). Tanaman yang ditanam pada kedalaman lebih dalam akan lebih
banyak menerima endapan yang menutupi batang, sehingga mengganggu proses
fotosintesis yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan.
f. Salinitas
Kadar garam berpengaruh terhadapb kesuburan rumput laut dapat dipengaruhi
oleh kadar garam atau salinitas, misalnya Glacilaria kebanyakan mandul pada bulan-
bulan bersalinitas tinggi (30-35 permil). Glacilaria yang berasal dari Atlantik dan
Pasifik Timur pertumbuhan maksimum pada saat dibudidayakan adalah dengan
salinitas 25-38 permil dengan kadar optimum 25 permil, yang ditunjang kadar
nitrogen dan fosfat yang rendah dan berhubungan langsung dengan pasang surut dan
curah hujan,(Aslan,1998).
g. pH
Soelistyo (1987) mengatakan air laut mempunyai kemampuan menyangga yang
sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami
akan memberikan petunjuk terganggunya system penyangga. Hal ini dapat
menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat
membahayakan kehidupan biota laut.
Aslan (1998) mengatakan bahwa hampir seluruh alga mempunyai kisaran daya
penyesuaian terhadap pH 6,8-9,6. Kebanyakan spora algae bersifat planktonis
sehingga gerakan dan sebarannya dipengaruhi pola dan sifat gerakan air. Selain itu
kekuatan gerakan air mempengaruhi melekatnya spora dan subtratnya. Algae yang
20
tumbuh diperairan yang selalu berombak dan berarus deras akan mempunyai sifat dan
karakteristik yang berbeda dengan algae yang berada diperairan tenang. Spora algae
yang tumbuh diperairan yang berarus deras seperti genus Kappaphycus Alvarezii dan
algae yang tumbuh diperairan tenang seperti Glacilaria (Aslan,1998)
Binatang laut seperti muluska, bulu babi, penyu, dan ikan dapat mempengaruhi
persporaan algae. Binatang muluska dapat memakan spora dan menghambat stadia
muda algae, sedangkan ikan herbivore memakan algae sehingga merusak thalii dan
akan mengurangi jumlah spora yang dihasilkan oleh algae (Aslan,1998).
Gambar 2.3. bibit rumput laut (kapapphycus alvarezii), (pancomulyo, 2006)
2.3 Laju Pertumbuhan Rumput Laut
pertumbuhan adalah perubahan ukuran suatu organisme yang dapat berupa berat
atau panjang dalam waktu tertentu. Pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh
dua faktor yaitufaktor internal faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh
antara lain jenis,thallus (bibit),dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh antara lain lingkungan atau oseanografi, bibit, jarak tanam, berat bibit
awal,dan tehnik penanaman (Kamlasi, 2008).
20
Dalam pertumbuhan rumput laut kita mengetahui bahwa alat - alat tumbuh -
tumbuhan akan menjadi tambah besar, tambah panjang serta bercabang - cabang.
Terjadinya hal demikian dikarenakan terdapat perbanyakan dan pertumbuhan dari sel
- sel yang menyusun rumput laut tersebut. Perbanyak sel - sel dapat terjadi karena
pembelahan pada sel - sel yang menyusun pada rumput laut.
Dalam budidaya rumput laut para petani atau para nelayan kebanyak
menggunakan perkembang biakan dengan cara stek, karena dengan cara ini lebih
muda dan lebih muda dengan cara kawin. Thallus atau cabang yang di ambil adalah
cabang yang masih muda (sutrian, 2004).
Sutrian, (2004) mengatakan jaringan muda atau meristem dapat terjadi dari sel -
sel muda (initiating cell) yang kegiatanya selalu meristematis. Meristematis ujung
adalah jaringan muda yang terbentuk oleh sel - sel initial (muda). Letak jaringan ini
di ujung - ujung dari thallus, meristem samping adalah jaringan muda yang
terbentukoleh sel - sel initial, letak jaringan ini di tepi dari thallus, sedangkan
meristem interkalar adalah jaringan muda yang terletak antara bagian jaringa -
jaringan dewasa.
Pertumbuhan rumput laut di kenal dengan The Apical Cell Theory atau teori sel
ujungyaitu tumbuhan – tumbuhan yang kenyataannya banyak mengandung sel apical
dengan sifatnya yang tersendiri. Pada pucuk thallus terdapat sel initial, sel initial ini
dalam kegiatannya selalu membelah untuk membentuk sel baru (Sutrian,2004).
20
Pertumbuhan rumput laut dikategorikan dalam pertumbuhan somatic dan
pertumbuhan fisiologi. Pertumbuhan somatic merupakan pertumbuhan yang diukur
berdasarkan pertambahan berat atau panjang thallus, sedangkan pertumbuhan
fisiologi dilihat berdasarkan reproduksi dan kandungan koloidnya ( Kamlasi,2008 ).
2.4 Teknik Penanaman Rumput Laut
Nybakken (1988) mengatakan bahwa seiring kebutuhan rumput laut yang
semakin meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri,
sekaligus memperbesar devisa Negara dari sektor nonmigas, maka perlu teknik
penanaman rumput yang sesuai dengan kondisi lingkungan untuk meningkatkan hasil
budidaya rumput laut yang banyak dan berkualitas ekspor.
Gambar: 2.4. metode tali rentan
Keuntungan metode ini antara lain:
a. Tanaman cukup menerima sinar matahari;
b. Tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air;
c. Terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan;
d. Pertumbuhan lebih cepat;
e. Cara kerjanya lebih mudah;
20
f. Biayanya lebjh murah;
g. Kualitas rumput laut yang dihasilkan baik.
Kamlasi (2008) mengatakan hasil percobaan memperlihatkan bahwa tanaman
yang ditanam dengan menggunakan metode ini memiliki angka pertumbuhan yang
lebih tinggi disbanding dengan metode lepas dasar.
Keuntungan yang diperoleh dengan metode ini adalah, tanaman bebas dari
serangan bulu babi, pertumbuhan tanaman lebih baik, bisa digunakan pada dasar
perairan yang keras, dimana sukar untuk menancapkan pancang, seperti pada metode
lepas dasar. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah perlu lebih banyak waktu
untuk pembuatan konstruksi dan disaat penanaman, biaya konstruksi lebih mahal
(Aslan, 1998).
2.5 Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut
2.5.1 Genetik
(Genetic fingerprinting) pada hakekatnya adalah upaya identifikasi komponen
genetika pada lokus-lokus yang tepat, sehingga karakter atau blue- print kehidupan
dari tiap jenis rumput laut dapat diketahui. Pengetahuan akan informasi tersebut
sangat penting dalam mengidentifikasi pola reproduksi, pola adaptasi dan karakter
spesifik dari tiap sampel yang diamati, sehingga upaya ini mampu mengungkap
berbagai info penting bagi kepentingan strain selection, karakter pertumbuhan yang
unggul, ketahanan terhadap penyakit dan sebagainya.
2.5.2 Lingkungan
20
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi
perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung
terhadap mahluk hidup di perairan, misalnya suhu dan salinitas. Faktor meteorologi
adalah keadaan iklim atau cuaca yang mempengaruhi interaksi terhadap lautan secara
langsung dan akan mempengaruhi kehidupan di laut termasuk rumput laut, misalnya
jumlah curah hujan yang mempengaruhi tinggi rendahnya slinitas di laut.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka parameter oseanografi dan meteorology
yang diamati adalah suhu permukaan, salinitas, pH dan kecepatan arus. Bibit yang
berupa stek dipilih dari tanaman yang masih muda, masih segar, tidak cacat dan
terhindar dari penyakit, diambil dari tanaman yang tumbuh secara alami ataupun dari
tanaman hasil budidaya. Bibit unggul mempunyai ciri cabang banyak. Bibit
sebaiknya di kumpulkan dari perairan pantai sekitar budidaya, bibit harus dalam
keadaan basah dan hindari dari air hujan, minyak dan kondisi kekeringan
(Afrianto,1993).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan di laksanakan selama 45 hari mulai bulan juli sampai bulan
agustus 2012 diperairan pantai Ghonebalano Kecamatan Duruka Kabupaten Muna
Propinsi Sulawesi Tenggara.
20
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan dalam penelitian ini terbagi dalam table berikut :
Table 2.1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian
No Nama Alat Satuan Kegunaan
A Alat
1.2.3.4.5.6.7.8.9.
B12345
termhometerRefractometerKertas lakmusSecci discTimbanganBola plastikDO Meter PerahuDayung
BahanRumput lautTali nilonTali raffiaPelampung Jangkar
oCPpt-
MeterGram
Cm/detikPpm
--
-----
Mengukur suhuMengukur salinitasMengukur Ph airMengukur kecepatan Mengukur berat rumput lautMengukur kecepatan arusMengukur kandungan O2 terlarutWadah transportasi-
Specimen ujiTali risMengikat bibit rumput lautPengapungPemberat
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian tentang pengaruh arah tali rentang terhadap pertumbuhan rumput
laut (kappaphycus alvarezii) akan dilakukan beberapa tahap.
3.3.1 penentuan lokasi budidaya
Lokasi harus bebas dari pengaruh angintopan dan pencemaran dari industry
atau rumah tangga, tidak mengalami fluktuasisalinitas yang besar, mengandung
nustrisi untuk pertumbuhan rumput laut, memunkinkan untuk menerapkan metode
budidaya, mudah untuk di jangka.
20
3.3.2 pemeliharaan bibit rumput laut
Bibit berupa stek harus berasal dari tanaman yang bersih, segar, tidak terkena
penyakit, masih baru dan masih muda, bibit yang unggul dengan cirri memiliki
banyak cabang.
3.3.3 persiapan media percobaan
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode tali rentang
dengan 3 tali bentangtali budidaya rumput laut masing - masing sepanjang 5 meter
yang dibagi atas tiga perlakuanberdasarkan arah tali rentang budidaya.
Hasil studi pendahuluan kondisi oceonografi di perairan selat buton ditemukan bahwa
arus yang ada umumnya bergerak dengan arus utra - selatan dan selata - utara.
Sementara itu ombak/gelombangsaat ini berasal dari arah timur ke barat kare saat ini
musim timur. Berdasarkan kondisi tersebut pengelompokan perlakuandalam
penelitian ionio adalah sebagai berikut :
Pemasangan tali rentang sejajar dengan arah pergerakan arus (tali rentang di
pasang dengan arah utara - selatan)
Pemasangan tali rentang tegak lurus dngan arah pergerakan arus ( tali rentang
di pasang dengan arah barat - timur)
Pemasangan tali rentang dengan posisi diagonal (tali rentang dipasng dengan
arah tenggara - utara barat laut)
20
Penelitian ini menngunakan 3 ulangan untuk setiap perlakuan. Penempatan
posisi wadah percobaan/perlakuan seperti gambar berikut.
Gambar : 2.5 posisi wadah penelitian
3.3.4 pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara mengawasi tiap hari tanaman
rumput laut. Selama periode pemeliharaan yang akan di perhatiakan
adalahmemnbersihkan tanaman dari benda lain (lumpur dan kotoran) yang menempel
pada tanaman, mengatasi serangan bulu babi dengan cara mengambil dan
20
membuangnyadan menghindari ikan dan penyuddengan cara memasang jarring
disekitar lokasi penanaman (Mubarak dkk, 1990)
3.3.5 prosedur pengamatan
Penamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bobot
rumput laut untuk mengetahui pertumbuhannya. Penimbangan tersebut dilakukan
dengan metode sampling di setiap kelompok perlakuan. Pengamatan ini di lakuakan
tiap 9 hari selama 45 hari dan pengukuran terhadap parameter kualitas air di lakukan
sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan diakhir penelitian.
3.4 Variabel Yang Diamati
3.4.1 Laju Pertumbuhan Spesifik
Pengamatan terhadap pertumbuhan spesifik rumput laut di lakukan selama
waktu 9 hariselama masa penelitian. Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik
rumput laut di gunakan rumus yang dikemukakan oleh : husman, (1976) dalam
muzakir, (2001).
LPS = {(Wt/Wo)1/t - 1}x100%
Dimana :
LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik
Wt = Bobot Pada Waktu (gram)
20
Wo = bobit pada awal penelitian (gram)
t = jumlah hari pengamatan (hari)
3.4.2 laju pertumbuhan mutlak
Pertumbuhan mutlak tanaman uji menggunakan rumus yang dikemukakan olenh :
PM = Wt - Wo
Dimana :
PM = Pertumbuhan Mutlak
Wt = Bobot akhir (gram)
Wo = Bobot awal (gram)
3.4.3 parameter kualitas air
Pengukuran parameter kualitas air di lakukan sebanyak 3 kali selama
penelitian, yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan diakhir ;penelitian.
3.5 Rancangan percoban
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri
dari 3 perlakuan dan 3 ulangan menggunakan Rumus (Gaspersz, 1994)
Yij = µ + ƴi + βj + ∑ij
20
Dimana :
µ = nilai tengah populasi
ƴi = pengaruh aditif dari perlakuan ke - j
βj = pengaruh aditif dari kelompok ke - j
∑ij = bedah percobaan dari perlakuan ke – I pada perlakuan ke – j
I = jumlah perlakuan
J = jumlah ulangan dalam perlakuan atau jumlah suatupercobaan
Penempatan unit - unit dilakukan berdasarkan pengacakanmenggunakan table
angka acak (lihat pada gambar). Posisi wadah penelitianapat dilihat pada gambar
berkut :
Gambar : 2.6 model pempatan perlakuan secara acak
3.6 Analisa Data
Data yang di peroleh, dianalisa menggunakan ANOVA satu jalur, jika f
hitung f table 5%, maka terdapat pengaruh yang signifikan, dan dilanjutkan dengan
uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui beda antar perlakuan.
20
Kelompok 1 Kelompok 3Kelompok 2
A3 B1 C1 B2 A2 C3 B3 C2 A1
Selanjutnya pengolahan data akan dianalisa dengan bantuan software SPSS
Versi 19.
20