abdul aziz karim
DESCRIPTION
Abdul Aziz Karim. ILMU UKUR LAHAH. ILMU UKUR LAHAN. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEHUTANAN BANJARBARU. V. PENGUKURAN WILAYAH. 51. Perangkat Pesawat Optik ( pesawat ukur , kakitiga & rambu ukur. 52. Pengukuran Sudut dan Jarak. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
1
Abdul Aziz Karim
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEHUTANANBANJARBARU
V. PENGUKURAN WILAYAH
Oleh: Abdul Aziz Karim
51. Perangkat Pesawat Optik (pesawat ukur, kakitiga & rambu ukur
52. Pengukuran Sudut dan Jarak
53. Titik dan Koordinat
54. Dasar-Dasar Mengikat Titik
55. Pengukuran Poligon
5.1. PERANGKAT PESAWAT OPTIK
1.1. Pesawat Ukur
1.2. Kakitiga
1.3. Rambu Ukur
1.1. Pesawat Ukur
Kerangka Pesawat BTM (pandangan samping)
(Abubakar & Pamuntjak, 1954)
skr pengunci piringan tegak
skr pelepas jarum
skr pengubah nivo
skr pengubah nivo teropong
Lensa objektif
skr gerak halus piringan tegak
Piringan tegak
Skr perata
Lensa okuler
Skr pengubah diafragma
Skr pengubah ukur jarak
Kerangka Pesawat BTM (pandanga atas)(Abubakar & Pamuntjak, 1954)
Skr gerak halusSkr gerak halus
Skr pengunci gerak halus
Piringan tegakLensa objektif
Lensa okuler
Skr gerak halus
Jarum magnit
Kompas/boussole
Kerangka Pesawat Teodolit Nol
(Abubakar & Pamuntjak, 1954)
Sekrup pendatar
Pembacaan mikro piringan
datar
Sekrup pengunci teropong
nivo
Sekrup pengunci badan/body
Teropong
Teropong bantu
Kerangka Pesawat Teodolit Satu(Abubakar & Pamuntjak, 1954)
Teropong bantu
Teropong
Cermin pemasok cahaya
Sekrup pendatar
Nivo
Kerangka Penyipat Datar(Amuztar, 1981)
Garis bidik
nivo
Sumbu tegak
Sekrup pendatar
Kepala kakitiga
Kakitiga
Sepatu
Lensa objektif Lensa
okuler
(1). TeropongLensa okuler
Lens
a ob
yekt
ifSekrup penyetel
Pada diafragma terdapat benang selang yang terdiri dari :1 benang tegak dan 3 atau 5 benang datar.Fungsi benang untuk menentukan jarak ukur.
benang silangdalam
diafragma
(Amuztar, 1981)Lensa penjelas bayangan diafragma
(2). KompasKompas atau pedoman penunjuk arah (boussole) berupa jarum magnit yang menunjukan arah Utara Magnit dan Selatan Mangit. UG UMAwalnya kompas ini berukuran besar dengan lengkap pemba-gian skala dari derajat hingga menit. Selanjutnya berkembang hanya berupa derajat dari 0, 90, 180 & 270. Akhirnya kompas hanya berupa kotak panjang atau tabung yang hanya untuk menunjukan arah utara sajaBahkan ditemui pula pesawat optik yang tidak mempunyai kompas (Teodolit). Pembacaan arah bidik (sudut) yang detil melalui piringan datar dengan bantuan teroping mikro.
Piringan datar tidak terlihat dari luar, ia berada dalam badan pesawat.
Besaran sudut pada piringan datar ini yang dibaca melalui teropong mikro untuk menentukan besaran azimut atau besaran suatu sudut yang dibentuk oleh arah bidik.
Besaran sudut dinyatakan berdasarkan lingkaran yang dibagi ke dalam 4 bagian sama besar tiap bagian yang dinyatakan sebagai “Kuadran”.
Besaran sudut menggunakan ukuran grade dan busur. Ukuran grade dibagi 2 cara : seksagesimal dan sentisimal.
(3). Piringan Sudut31. Piringan Datar
Hubungan besaran ketiga satuan sudut :
Seksagesimal & sentisimal : 3600 = 400g ; 900 = 100g
Seksagesimal & radial : 3600 = 2 π radial Sentisimal & radial : 400g = 2 π radial
Cara seksagesimal : lingkaran dibagi menjadi 360 bagian yang sama besar dan tiap bagian dinyatakan dgn satuan derajat (0). Tiap bagian terdiri 90 bagian.
1 lingkaran = 3600
10 = 60’1’ = 60”
(“ dibaca sekon)
900
3600 = 00
2700
1800
III
IV
II
I
Arah pembagian untuk besaran sudut heksagesimal terdiri dari cara yaitu pembagian ke arah kiri (berlawanan arah putaran jarum jam) dan pembagian ke arah kanan (searah putaran jarum jam).
0
90
180
270
0
90
180
270
Pembagian besaran biasanya tergantung dari besar kecilnya piringan.
1 lingkaran = 400g
1g = 100C
1C = 100CCC = centigradeCC = centi-
centigrade
Cara sentisimal (desimal) : lingkaran dibagi menjadi 400 bagian yang sama besar dan tiap bagian dinyatakan dgn satuan grade atau gon (g). Tiap bagian terdiri 100 bagian.
100g
400g = 0g
300g
200g
III
IV
II
I
Cara radial : lingkaran dengan satuan sudut didasarkan pada “sudut pusat lingkatan”. Panjang busur samadgn jari-jari lingkaran dan dinyatakan sebesar 1 radial.
Keliling = 2 π R
1 = 2 π RR
= 2 π radial
1 ra
dialR
R
R
32. Piringan TegakPiringan tegak tidak terlihat dari luar, ia berada dalam badan pesawat.Besaran pada piringan tegak dibaca melalui teropong mikro untuk menentukan besaran beda tinggi yang dibentuk antara dua titik.
(4). Nivo
41. Bentuk nivo
Nivo : tabung berisi eter atau alkohol yang berfungsi untuk mendatarkan kedudukan pesawat atau bagian dari pesawat.
Nivo atau niveau berasal dari nama penemunya yaitu Thevenot yang menemukan cara-cara untuk mendatarkan suatu garis atau bidang agar sejajar dengan bidang datar.
Nivo banyak ragamnya, namun berdasarkan bentuk terdiri dari 2 macam yaitu nivo tabung dan nivo kotak.
Nivo tabung Nivo kotak
Dari kedua nivo tsb nivo tabung yang banyak digunakan karena terdapat garis-garis skala (strip) yang disebut paris (parijse lijnen). Satu paris (jarak antara dua garis skala) adalah 2,256 mm. Satu paris pada nivo model baru sebesar 2,0 mm.
Bagian atas nivo tabung merupakan suatu busur (gbr Nivo Tabung), sehingga perpanjangan garis-garis skala akan bertemu pada suatu titik P. Sudut-sudut yang dibentuk oleh garis-garis skala nivo yang berdekatan (antara dua garis) dinyatakan dalam satuan sekon seksagesimal.
garis datar
satuan sudut nivo
garis
tega
k
P
T = t
Kedudukan titik nol pada busur nivo terdiri dari tiga macam yaitu (a) pembagian skala arah ke kanan, (b) pembagian skala setangkup (arah ke kanan dan ke kiri) dan (c) pembagian skala arah ke kiri.
0 T = 10 20(a)
T = 0 1010
(b)
0T = 1020
(c)
ke arah kiri ke arah kanan
Pembagian skala nivo
42. Menentukan sudut satuan nivoBesaran satuan sudut nivo (v) dapat dihitung pada nivo yang terpasang ada teropong. Saat menentukannya supaya pesawat berdiri pada bidang atau lapangan yang datar. Sedangkan jarak antara pesawat dengan rambu sebaiknya merupakan bilangan bulat, misalnya 30, 50 atau 100 meter.
d = 50 m
b
T1
TP
Ilustrasi cara menentukan satuan sudut nivo
2. Arah teropong ke atas atau ke bawah (pilih salah satu) dengan penyimpangan titik tengah nivo sebesar n paris.
3. Besaran satuan sudut nivo dihitung berdasarkan tangen . Tangan perbandingan antara b (selisih pembacaan T1 & T) dengan d (jarak).
tg = (b : d) ; perhatikan segitiga PTT1
Besaran satuan sudut nivo :
v = (tg : n) . s ; untuk s = 216000”
Cara menentukannya :
1. Arahkan teropong ke rambu dengan posisi datar (sudut miring = sudut elevasi = 0º).
Contoh 1 : Jarak antara pesawat dengan rambu sejuah 50 m. Pembacaan rambu dengan posisi datar (sudut miring = 0) setinggi 129,7 cm. Arah teropong diubah ke atas sebesar 3 paris dan terbaca pada rambu setinggi 149,6 cm.
tg = (149,6 - 129,7) : 5000
v = (tg : 3) . 216000”
= 5”
Penyimpangan gelembung udara dari kedudukkan seimbang akan membentuk sudut sebesar . Sudut ini akan sama dengan satuan sudut nivo, jika titik tengah menggeser sepanjang satu paris. Akibat penyimpangan tsb maka garis arah akan berubah sebesar .
Penimpangan gelembung dari titik tengah skala nivo, berdasarkan skala yang terbaca paa kedua ujung gelembung dapat ditentukan panjang gelembung, titik tengah gelembung dan besar penyimpangan.
43. Penyimpangan nivo
garis datar
garis
tega
k
garis
tega
k
P’P
Titik singgung
Contoh 2 : Skala nivo terdiri dari 20 bagian. Hasil pembacaan skala diujung kiri dinyatakan sebagai U1 dan U2 hasil
pembacaan skala diujung kanan gelembung. T1 merupakan titik tengah gelembung berada di sebelah kiri dari titik tengah gelembung seimbang dan di sebelah kanannya T2. Panjang gelembung sebesar p dan pemindahannya sejauh j.
Penyelesaian 1 (bila pembagian skala nivo miring ke kanan) :
(a). U1 = 2,5 dan U2 = 7,0
p = 7,0 – 2,5 = 4,5 paris
T1 = (2.5 + 7,0) : 2 = 4,25
j = 4,25 – 10,0 = –5,75 paris (tanda negatip menunjukkan pemindahan gelembng ke arah kiri)
(b). U1 = 11,3 dan U2 = 15,8
p = 15,8 – 11.3 = 4,5 paris
T2 = (11,3 + 15,8) : 2 = 13,55
j = 13,55 – 10,0 = +3,55 paris (tanda positip menunjukkan pemindahan gelembung ke arah kanan)
Penyelesaian 2 (bila pembagian skala yang setangkup) :
(a). U1 = 7,3 dan U2 = 2,8
p = 7,3 – 2,8 = 4,5 paris
T1 = (7,3 + 2,8) : 2 = 5,9
j = 5,9 – 0 = 5,9 paris
(b). U1 = 13,1 dan U2 = 17,6
p = 17,6 – 13,1 = 4,5 paris
T1 = (17,6 + 13,1) : 2 = 15,35
j = 15,35 – 0 = 15,35 paris
Penyelesaian 3 (bila pembagian skala nivo miring ke kiri) :
(a). U1 = 18,2 dan U2 = 13,7
p = 18,2 – 13,7 = 4,5 paris
T1 = (18,2 + 13,7) : 2 = 15,95
j = 15,95 – 10,0 = 5,95 paris
(b). U1 = 8,4 dan U2 = 3,9
p = 8,4 – 3,9 = 4,5 paris
T1 = (8,4 + 3,9) : 2 = 6,45
j = 6,45 – 10,0 = – 3,55 paris
(5). Sekrup pendatarSekrup pendatar utk mengatur nivo agar posisinya berada di tengah pesawat, yang berarti mendudukan pesawat pada posisi datar sejajar dgn bidang datar.Caranya dengan memutar sekrup ke kiri berarti ujung tumpuan sekrup menurun atau ke kanan berarti ujung sekrup menaik.
1.2. Kakitiga
Sesuai dengan banyaknya kaki penyangga pesawat dinamakan kakitiga, tripod atau statif.
Terbuat dari kayu atau aluminium.
Kepala
Sekrup pengikat
Batu dugaKaki
Sepatu
1.3. Rambu UkurRambu ukur (rambu/mistar) : alat bantu dalam pengukuran jarak, terbuat dari kayu atau aluminim.
Panjang rambu 3 meter atau 4 meter dengan skala berbentuk huruf E dengan bentuk beraneka ragam. Satu huruf E dengan ukuran 5 cm yang berarti 5 meter di lapangan.
Skala (angka ukuran) pada rambu sebelah kiri (gambar RU BTM) sengaja dibuat terbalik dan digunakan untuk pesawat BTM. Sengaja dibalik agar dalam teropong angka tersebut terlihat berdiri (BTM tidak mempunyai lensa pembalik bayangan).
Nilai skala dinyatakan setiap dua huruf E, berarti tiap kenaikan 10 cm.
RU
BTM
Sebaliknya pada gambar RU Teo tetap berdiri, karena teropong pesawat Teo mempunyai lensa pembalik bayangan.
Skala (angka ukuran) pada rambu sebelah kanan (gambar RU Teo) pada posisi berdiri dan digunakan untuk pesawat Teodolit.
Bayangan yang terlihat dalam teropong tetap berdiri, karena lensa dalam teropong pesawat Teodolit mempunyai lensa pembalik bayangan)
RU
Teo
Soal Latihan 5-1 :
1. Perbedaan apa saja yang menjadi prinsip antara pesawat ukur BTM dan Teodolit.
2. Mengapa bayangan benda yang anda lihat pada lensa okuler pesawat BTM terlihat terbalik.
3. Apa manfaat adanya benang silang pada diafragma.4. Mengapa diperlukan penyeimbangan nivo sebelum pesawat
ukur digunakan.5. Begitu pentingkah keberadaan kompas atau penunjuk arah
pada pesawat ukur.