konsep tauhid dalam padangan haji abdul malik karim
TRANSCRIPT
KONSEP TAUHID DALAM PADANGAN HAJI ABDUL MALIK KARIM
AMRULLAH (BUYA HAMKA)
SKIRPSI
Diajukan kepada Jurusan Filsafat Agama Fakultas Usuluddin dan Pemikiran
Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Filsafat Islam
Disusun oleh:
IDRIS SAPUTRA
NIM. 07510010
Pembimbing
Dr. H. Zuhri, S.Ag., M.Ag
NIP. 19700711 200112 1 001
JURUSAN FILSAFAT AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYKARTA
2014
v
MOTTO
‘‘satu hati lebih mahal dari pada
senyuman, satu jiwa lebih mahal dari pada
sebentuk cincin”
Di Bawah Lindungan Ka’bah (Buya Hamka)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah memberikan hidayah,
taufiq dan inayah-Nya, sehingga kami masih bisa bersyukur atas segala karunia
dan rahmatnya. Tidak lupa shalawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan
Nabi Agung Nabi Muhammad Saw., keluarga, serta para sahabatnya yang telah
menunjukkan umat manusia kepada jalan yang terang dan lurus untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penulis menyadari kekurangan yang dimiliki, bahkan jauh dari yang
sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis membuka kritik dan
saran agar menjadikan skripsi ini lebih baik. Tidak lupa, penulis mengucapkan
rasa terima kasih dan penulisan ini takkan pernah terwujud tanpa adanya bantuan,
inspirasi, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syaifan Nur, M.A, sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Dr. H. Zuhri, S.Ag, M.Ag, sebagai Ketua Jurusan AF, Pembimbing
Akademik dan Pembimbing Skripsi, yang memberikan inspirasi dan
dorongannya.
3. Bapak Dr. Robby Habiba Abror, M.Hum, sebagai Sekretaris Jurusan dan
sekaligus Penguji Munaqasyah.
4. Bapak Dr. Sudin, M.Hum, selaku Penguji Munaqasyah (Penguji tiga)
viii
5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, terima kasih atas pelayanan yang kalian berikan.
6. Untuk kedua orang tercinta, sembah sujudnya yang sedalam-dalamnya
kepada ayahanda (Umar) dan Ibunda (Sabariyah) yang telah membesarkan
penulis dengan penuh kasih sayang.
7. Semua saudara terkasih, kakak Salamah, abang Ismail, kakak Maimunah,
keponakanku Sadah dan keponakanku lainya, yang selalu berbagi canda
dan tawa kehidupan.
8. Untuk adikku Sofwah yang telah member semangat selama dalam proses
pembuatan skirpsi.
9. Untuk teman-temanku Nur Colis dan Nufal Badri yang telah menemani,
motivasi, kritik sarannya.
10. Untuk teman-temanku Fosat 07 dan semua pihak yang berjasa dalam
penyusunan skripsi ini yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
Akhirnya , semoga skripsi ini memberikan mamfaat bagi penulis khusunya
dan segenap pembaca pada umumnya, amin.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi huruf Arab ke dalam huruf Latin yang dipakai dalam
penyusunan skripsi ini berpedoman kepada Surat Keputusan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor :
158/1987 dan 0543b/U/1987.
I. K
onsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
ا
alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ب
ba’
B
Be
ت
ta’
T
Te
ث
sa’
Ṡ
es(dengan titik di atas)
ج
jim
J
Je
ح
ha’ Ḥ
ha(dengan titik di bawah)
خ
kha’
kh
Ka dan ha
د
dal
D
De
ذ
zal
Ż
ze(dengan titik di atas)
ر
ra’
R
Er
ز
zai
Z
Zet
س
sin
S
Es
ش
syin
Sy
esdan ye
ص
sad Ṣ
es (dengan titik di bawah)
ض
dad
Ḍ
de(dengan titik di bawah)
ط
ta’
Ṭ
te(dengan titik di bawah)
x
ظ
za’
Ẓ
zet(dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
Koma terbalik di atas
غ
gain
G
Ge
ف
fa’
F
Ef
ق
qaf
Q
Qi
ك
kaf
K
Ka
ل
lam
L
‘el
م
mim
M
‘em
ن
nun
N
‘en
و
waw
W
W
ه
ha’
H
Ha
ء
hamzah
’
Apostrof
ي
ya’
Y
Ye
II. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap
ةنسditulis Sunnah
ةلعditulis ‘illah
III. T
a’ Marbūtah di Akhir Kata
a. B
ila dimatikan ditulis dengan h
المائةد ditulis al-Mā’idah
ةيمالساditulis Islāmiyyah
(Ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam
xi
bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
b. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
المذاهب ditulis Muqāranahal-mazāhib ةنراقم
IV. V
okal Pendek
1. -------- Fathah ditulis a
2. -------- Kasrah ditulis i
3. -------- Dammah ditulis u
V. Vokal Panjang
1. Fathah+alif
ناسحتسإ
ditulis
ditulis
ā
Istihsān
2. Fathah+ya’ mati
ىثنأ
ditulis ditulis
ā
UnṠā
ā 3.
Kasrah+yā’ mati
اولعلاين
ditulis ditulis
ī
al-‘Ālwānī
4. Dammah+wāwu mati
مولع
ditulis ditulis
ū
‘Ulūm
VI. Vokal Rangkap
1. Fathah+ya’ mati
غيرهم
ditulis ditulis
ai Gairihim
2. Fathah+wawu mati
لوق
ditulis ditulis
au Qaul
VII. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof
xii
متنأأditulis a’antum
تدعأditulis u‘iddat
نئلكشـرمت ditulis la’insyakartum
VIII. Kata Sandang Alif +Lam
a. Bila diikuti huruf al-Qamariyyah
نأرقلاditulis al-Qur’an
سايقلاditulis al-Qiyas>
b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)nya.
ةلاسرلاditulis ar-Risālah
ءاسنلاditulis an-Nisā’
IX. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
لهأيأرلا ditulis Ahlal-Ra’yi
لهأةنسلا ditulis Ahlas-Sunnah
xiii
ABSRTAK
Kondisi masalah yang terpenting dalam membahas pemikiran Islam
adalah pemurnian tauhid, karena nilai dari keislaman seseorang itu
adalah pengesaan terhadap Allah SWT yang terangkum dalam syahadat.
Dalam artian masyarkat harusnya memperbarui keimanannya, sehingga arus
globalisasi tidak mempengaruhi keimanan seseorang. Dalam sejarahnya, manusia
tidak bisa lepas sang penciptanya, bagi seorang muslim, akidah adalah segala-
galanya. Tatkala umat Islam mengabaikan akidah mereka yang benar, mulailah
kelemahan masuk ke dalam keyakinan umat muslimin. Kelemahan akidah inilah
berakibat pada amal dan produktivitas mereka Kelemahan akidah inilah yang
menjadi kegelisahan Buya Hamka untuk memberi pemahaman tauhid kepada
masyarakat melalui karya-karyanya. Buya Hamka yang secara pribadi lebih
banyak mengedepankan rasio dalam berpikir terutama menjelaskan teks-teks
agama. Tauhid selain sebagai pandangan hidup (way of life) bagi Buya Hamka
juga merupakan landasan dalam hidup bermasyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tentang biografi dan pemikiran
Buya Hamka tentang pandangan-pandangan konsep Tauhid yang digagas oleh
Buya Hamka. Jenis penilitian ini adalah penelitian pustaka, dengan metode
deskriptik analisis. Adapun pendekatan pada penelitian ini, menggunakan
pendekatan historis sosiologis, yaitu pendekatan yang berusaha memahami
gagasan konsep tahid buya Hamka dari latar belakang sosial, politik, dan budaya
dalam masyarakat indonesia.
Berdasarkan metode yang digunakan dapat disimpulkan bahwa pemikiran
Buya Hamka tentang Tauhid adalah menyatukan kepercayaan tidak tepecah-
terpecah ke pada yang lain. Alam seluruhnya ini diatur oleh satu pengatur,
menurut satu aturan. Segala yang yang ada ini takluk ke pada hukum-hukum yang
satu. Konsep tauhid merupakan satu konsep utama yang menjadi asas dalam
semua sudut pandangan dan seluruh aspek kehidupan Muslim. Tauhid
merupakan satu asas keimanan yang ditekankan dalam Islam. Tauhid yang
berasal dari kalimat Arab tawhid merupakan satu konsep yang melambangkan
kepercayaan monoteisme dalam Islam yang mempercayai bahawa Tuhan itu
hanya satu. Dzat yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini
adalah Allah subhanahu wa ta`ala. Inilah yang disebut dengan rububiyyah Allah.
Tauhid rububiyyah adalah sebuah keyakinan yang diakui bahkan oleh kaum
musyrikin. Tauhid sebagai jalan hidup manusia yang tercermin setiap tindakan
manusia inilah yang menjadi tujuan pemikiran tauhid Buya Hamka.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN NOTA DINAS .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN… ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
HALAMAN TRANSLITERASI ....................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 8
xv
E. Kerangka Teori ........................................................................................ 10
F. Metode Penilitian ..................................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 13
BAB II : SEJARAH HIDUP BUYA HAMKA
A. Biografi Buya Hamka ............................................................................. 14
B. Riwayat Pendidikan Buya Hamka ........................................................... 15
C. Buya Hamka Sebagai Pemimpin Ummat ............................................... 16
D. Karya Buya Hamka ................................................................................. 21
E. Akhir Masa Hidup Buya Hamka ............................................................. 27
BAB III : KONSEP TAUHID DALAM ISLAM
A. Rukun Iman ............................................................................................. 29
B. Aliran-aliran Teologis ............................................................................ 33
C. Teologi Hasan Hanafi ............................................................................. 38
BAB IV : KONSEP TAUHID BUYA HAMKA
A. Tauhid Pada Tuhan ................................................................................. 52
B. Manusia dengan Akalnya ....................................................................... 64
C. Alam sebagai Sunnatullah ....................................................................... 69
xvi
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di tengah gejolaknya globalisasi dan ekonomi pasar, keseharian yang
banal telah menjadi kelaziman, kerumunan nomad pemuja tubuh, petarung kapital
dah bahkan kiblat terhadap sains ataupun produk dari hasil sains sendiri telah
mengubur kecemasan eksistensi mereka, itu adalah manusia, ya manusia. Orang
mulai berbondong mencari sesuatu yang lepas yang tak tertekan oleh manusia
seperti burung terlepas dari sarangnya. Karena berfikir itu adalah ciri khas
manusia dan karena berpikir manusia memanusiakan manusia. Efeknya, terjadi
ketidak seimbangan terhadap kehidupan dikarenakan pemujaan terhadap sesuatu
yang semu. Banyak sekali kejadian pemuja-pemuja, lebih dalam lagi dianggap
kiblat pemuja-pemuja yang diagungkan.
Dalam sejarahnya, manusia tidak bisa lepas sang penciptanya, Bagi
seorang muslim, akidah adalah segala-galanya. Tatkala umat Islam mengabaikan
akidah mereka yang benar, yang harus mereka pelajari melalui ilmu tauhid yang
didasari oleh bukti-bukti dan dalil yang kuat, mulailah kelemahan masuk ke
dalam keyakinan sebagian besar kaum muslimin. Kelemahan akidah akan
berakibat pada amal dan produktivitas mereka. Dengan semakin luasnya
kerusakan itu, maka orang-orang yang memusuhi Islam akan mudah mengalahkan
mereka. Menjajah negeri mereka dan menghinakan mereka di negeri mereka
2
sendiri. Islamisasi merupakan sebuah karakter dan identitas Islam sebagai
pandangan hidup (worldview)1 yang di dalamnya terdapat pandangan integral
terhadap konsep ilmu (epistemology) dan konsep Tuhan (theology). Bahkan
bukan hanya itu, Islam adalah agama yang memiliki pandangan yang fundamental
tentang Tuhan, kehidupan, manusia, alam semesta, dan lain sebagainya. Oleh
sebab itu, Islam adalah agama sekaligus peradaban.2
Konsep dasar Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ali Alatas bisa dibaca misalnya
dalam bukunya Islam & Secularism. Bagi Alatas misalnya, Islamisasi Ilmu
Pengetahuan mengacu kepada upaya mengeliminir unsur-unsur serta konsep-
konsep pokok yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat, khususnya
dalam ilmu-ilmu kemanusiaan. Tercakup dalam unsur-unsur dan konsep ini
adalah cara pandang terhadap realitas yang dualistik, doktrin humanisme, serta
tekanan kepada drama dan tragedi dalam kehidupan rohani sekaligus penguasaan
terhadapnya. Setelah proses ini dilalui, langkah berikutnya adalah menanamkan
unsur-unsur dan konsep pokok keislaman. Sehingga dengan demikian akan
terbentuk ilmu pengetahuan yang benar; ilmu pengetahuan yang selaras dengan
1 Definisi lengkap tentang pandangan hidup Islam (Islamic worldview) dapat dilihat dalam
tulisan Hamid Fahmy Zarkasyi, Worldview Sebagai Asas Epistemologi Islam dalam Islamia, majalah
pemikiran dan peradaban Islam Thn II No 5, April-Juni 2005.
2 Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed M. Naquib
Al-Attas (Malaysia: ISTAC, 1998), p. 298
3
sebagai upaya pembebasan ilmu pengetahuan dari pemahaman berasaskan
ideologi, makna serta ungkapan sekuler.3
Secara historis zaman terus berkembang melalui hirarkis perkembangan
yang terus dibarengi pula dengan perubahan-perubahan sosial. Keberadaan
manusia yang dasar pertamanya bebas, menjadi hal yang problematik, ketika ia
hidup dalam komunitas sosial. Kemerdekaan dirinya mengalami benturan dengan
kemerdekaan individu-individu lain atau bahkan dengan makhluk yang lain.
Sehingga ia terus terikat dengan kompensasi kosmik (hukum alam), bahwa
bagaimana ia harus berhubungan dengan orang lain, dengan alam, dengan dirinya
sendiri maupun dengan Tuhannya. Dalam hal ini keterikan manusia dengan tuhan
salah satunya adalah ajaran ketauhidan. Merasa bebas akan tetapi terikat, yakni
bahwa bagaimanapun manusia merasa bebas dalam waacana tetap saja ada kotak-
kotak yang harus dipahami yakni aturan-aturan yang sudah berlaku dalam
praktiknya.4
Sesungguhnya pembahasan utama al-Qur’an adalah tauhid. Pembaca tidak
akan menemukan satu halaman pun yang tidak mengandung ajakan untuk
beriman kepada Allah, Rasul-nya, hari akhir, malaikat, dan kitab-kitab yang
diturunkan Allah, atau taqdir yang diberlakukan bagi alam semesta ini. Bahkan
dapat dikatakan bahwa hampir seluruh ayat al-Qur’an yang diturunkan sebelum
3 Syed Farid Alatas (1994), “Agama dan Ilmu-ilmu Sosial”, Jurnal Ilmu dan Kebudayaan
Ulumul Qur’an No. 2 Vol. 5 Tahun 1994. 4 Syed Muhammad al-Naquib al-Attas, Islam dan Sekularisme, terj. Karsidjo Djojosuwarno
(Bandung: Pustaka, 1981).
4
hijriah (ayat-ayat Makkiyyah) berisi tauhid dan yang terkait dengan tauhid.
Tauhid tidak hanya dipandang sebagai ungkapan lisan bahkan lebih dari itu,
tauhid dikaitkan dengan seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu segi
politik, sosial, dan budaya. Dari inilah kita dapat melihat titik tolak pemikiran Al-
Faruqi yang berimplikasi pada pemikirannya dalam bidang-bidang lain.
Masalah yang terpenting dalam membahas pemikiran Islam adalah
Pemurnian tauhid, karena nilai dari keislaman seseorang itu adalah
pengesahan terhadap Allah SWT yang terangkum dalam syahadat.
Upaya pemurnian tauhid inipun telah banyak dilakukan oleh para ulama
terdahulu, diantaranya kita mengenal adanya gerakan Wahabiyah yang
dipimpin oleh Muhammad Bin Abdul Wahab. Menurutnya kalimat
"tauhid" tersebut mengandung dua arti yang pertama "nafi" (negatif) dan
kedua: itsbat (positif) laa ilaaha (tiada Tuhan yang berhak diibadahi) berarti
tidak ada apapun; illaahi (melainkan Allah) berarti yang benar dan berhak
diibadahi hanyalah Allah Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya
dan secara gamblang di dalam bukunya Kitab At-tauhid beliau menyebutkan
setiap takhayul. Setiap bentuk sihir, melibatkan pelaku atau pemanfaatannya
dalam syirik adalah pelanggaran tauhid.
Tetapi tauhid bukan sekedar diakui dengan lidah dan ikrar akan keesaan
Allah serta kenabian Muhammad SAW. Walaupun ikrar dan syahadat oleh
seorang muslim mengkonsekuensikan sejumlah aturan hukum di dunia
ini, namun tauhid yang merupakan sumber kebahagiaan abadi manusia dan
5
kesempurnaanya, tidak berhenti pada kata-kata dan lisan. Lebih dari itu
tauhid juga harus merupakan suatu realitas batin dan keimanan yang
berkembang di dalam hati.5 Tauhid juga merupakan prinsip mendasar dari
seluruh aspek hidup manusia sebagaimana yang dikemukakan bahwa
pernyataan tentang kebenaran universal tentang pencipta dan pelindung
alam semesta. Tauhid sebagai pelengkap bagi manusia dengan
pandangan baru tentang kosmos, kemanusiaan, pengetahuan dan moral serta
askatologi memberikan dimensi dan arti baru dalam kehidupan manusia
tujuannya obyektif dan mengatur manusia sampai kepada hak spesifik
untuk mencapai perdamaian global, keadilan, persamaan dan kebebasan.6
Buya Hamka yang secara pribadi lebih banyak mengedepankan rasio
dalam berpikir terutama menjelaskan teks-teks agama. Tauhid selain sebagai
pandangan hidup (way of life) bagi Buya Hamka juga merupakan landasan dalam
hidup bermasyarakat. Namun, ketauhidan yang didengung-dengungkan, menilik
keadaan bangsa dewasa ini, justru melahirkan pandangan pesimis bagi anak
bangsa. Seseorang yang memang memiliki ketauhidan yang baik, seharusnya
melahirkan iklim kehidupan yang egaliter, menjunjung kedamaian, tidak
menindas, menolak perbudakan, hidup saling menguatkan persaudaraan, apalagi
5 Muhammad Taqi, Misbah,.,Monoteisme Tauhid sebagai sistem Nilai dan Akidah
Islam. Terjemahan oleh M.Hashem dari At Tauhid or Monotheisme: asin the ideological
and the value Systems of Islam. Jakarta: Lenterabastitama, 1996, hlm.34. 6 Ahmad Anis, Reorientasi of Islamic History: some methodological essues In Islam;
Sorce and Porposeog Knowledge IIIT. Herndon: The International Institut of Islamic
Thought.
6
kesombongan karena turunan. Menurut Buya Hamka, manusia dengan akalnya
mampu mengetahui dan melakukan perbuatan yang baik karena dalam pandangan
Buya Hamka manusia mempunyai kemampuan kekuatan yang dominan dalam
menentukan perbuatannya. Dengan demikian, Buya Hamka melihat perbuatan
seseorang muslim dalam melakukan perbuatannya, baik perbuatan baik maupun
perbuatan buruk, adalah pilihan bebasnya dan harus bertanggung jawab
terhadapnya.
Menurut Nurcholish Madjid, berkat kemampuan membacanya yang luas
menyebabkan Hamka mempunyai banyak akses keilmuwan.7 Dibanding pemikir
Islam modernis lain di Indonesia, Hamka mempunyai kelebihan menyatakan
pikiran dalam ungkapan-ungkapan modern dan kontemporer. Oleh karena itu,
Hamka berhasil menjalin komunikasi intelektual dengan kalangan terpelajar tanpa
canggung dan tanpa hambatan. Pikiran-pikirannya diterima di kalangan luas,
khususnya kalangan umat Islam Indonesia yang sering diidentifikasi sebagai
“kaum modernis” atau “kaum pembaharu.”8
Karena itu tak heran masalah tauhid menjadi perhatian kaum muslimin
sejak dulu, sebagaimana masalah ini menjadi perhatian Al-Quran. Bahkan, tema
tauhid adalah tema utama dakwah mereka. Umat Islam sejak dahulu berdakwah
7 Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam Dalam Wacana Sosial
Politik Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 320.
8 Nurcholish Madjid, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya Dalam Pembangunan di Indonesia
(Jakarta: Paramadina, 1997), h.123-124.
7
mengajak orang kepada agama Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik.
Mereka mendakwahkan bukti-bukti kebenaran akidah Islam agar manusia mau
beriman kepada akidah yang lurus ini. Bagi seorang muslim, akidah adalah
segala-galanya. Tatkala umat Islam mengabaikan akidah mereka yang benar yang
harus mereka pelajari melalui ilmu tauhid yang didasari oleh bukti-bukti dan dalil
yang kuat mulailah kelemahan masuk ke dalam keyakinan sebagian besar kaum
muslimin. Kelemahan akidah akan berakibat pada amal dan produktivitas mereka.
Dengan semakin luasnya kerusakan itu, maka orang-orang yang memusuhi Islam
akan mudah mengalahkan mereka. Menjajah negeri mereka dan menghinakan
mereka di negeri mereka sendiri.
Sejarah membuktikan bahwa umat Islam generasi awal sangat
memperhatikan tauhid sehingga mereka mulia dan memimpin dunia. Sejarah juga
mengajarkan kepada kita, ketika umat Islam mengabaikannya akidah, mereka
menjadi lemah. Kelemahan perilaku dan amal umat Islam telah memberi
kesempatan orang-orang kafir untuk menjajah negeri dan tanah air umat Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari melihat pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
tauhid sendiri adalah suatu yang universal, oleh karena itu penulisan memiliki
tujuan menghasilkan suatu hasil akhir relatif mudah dipahami, maka dirumuskan
beberapa maslah pokok tauhid dalam pandangan Buya Hamka:
8
1. Apa konsep Tauhid yang digagas oleh Buya Hamka?
2. Bagaimana rumusan Tauhid yang dibangun Buya Hamka?
C. Tujuan dan kegunaan penilitian.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulisan ini memilki tujuan, yakni:
mengkaji tentang biografi dan pemikiran Buya Hamka tentang pandangan-
pandangan konsep Tauhid yang digagas oleh Buya Hamka dan bagaimana
prosesnya ketika buya hamka membangun tentang kosnep tauhid dan tentu saja
buah dari hasil dari konsep tauhid itu dalam artian kontribusi dalam
pemikirannya.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan ini sebagai acuan utama penulis mengambil dari
beberapa karya tentang Buya Hamka, di antaranya Etika Buya Hamka dalam
Kontruksi Etika Berbasis Rasional Religius oleh Abd. Haris. Dalam karyanya ini
etika islam mencoba menjelaskan tentang kontruksi etika Hamka di bangun atas
pondasi Tauhid dan Filsafat. Menurutnya, motivasi perbuatan moral seorang
muslim itu bersifat transedental, yakni mencari ridla Allah SWT., untuk
9
kebahagian dunia dan akhirat. Perbuatan moral seorang muslim hendaknya
didasari pandangan tauhid yang melampui kepentingan pragmatis.
Selain itu penulis juga mengambil buku Sebuah Telaah Atas Karya
Hamka Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar oleh M. Yunan Yusuf. Yang
mana dalam padangan M. Yunan Yusuf: tafsirannya ayat Al-Qura’an terkesan
sebagai pemikir kalam Rasional, namun di samping itu tidak pula mengatakan
Buya Hamka cenderung ke pada Mu’tazilah.
Dari beberapa skripsi yang penulis ketahui, Telah banyak orang yang
mengkaji pemikiran Buya Hamka di antaranya adalah “Hamka dan Pemikiran
Tentang Politik, Kajian Interprestasi Hamka Terhadap Ayat-Ayat Yang Berkaitan
Dengan Politik dalam Tafsir Al-Azhar” yang di tulis oleh Agus Saifuddin. Dalam
skripsi menjelaskan bahwa sebuah konsep syurat alqur’an merupakan dasar
pemerintahan dalam membangun masyarakat dan Negara Islam, walaupun dalam
pemikiran Hamka tidak menginginkan penyebutan Negara Islam.
Sedang skripsi yang membahas tentang pemikiran Buya Hamka di
antaranya adalah skripsi yang berjudul “ konsep pendidikan integral dalam surat
Al-alaq ayat 1-5 “Studi Terhadap Tafsir Al-Azhar karya Hamka” ditulis oleh
Muallifah. Konsep Fitrah Manusia Dalam Al-Qura’an Dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Islam ( Study Tafsir Al-Azhar karya Hamka Surat Ar-rum
ayat 30) ditulis oleh Anto Dinoto. Skripsi ini mencoba menjelaskan bahwa pada
10
dasar nya manusia mempunyai fitrah. Tetapi pada masa perkembangannya,
manusia di berikan pilihan (free will), dalam memilih dalam kehidupan.
E. Kerangka Teori
Konsep merupakan kata atau istilah serta simbol untuk menunjuk
pengertian dari pada barang sesuatu baik konkret maupun sesuatu hal yang
bersifat abstrak.9 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. konsep berarti sebagai
rancangan ide, gambaran, atau pengertian dari peristiwa nyata atau konkret
kepada yang abstrak dari sebuah obyek maupun proses.10
Sedangkan konsep
dalam penulisan ini ialah sejumlah rancangan, ide, gagasan, gambaran atau
pengertian yang bersifat konkret maupun abstrak tentang materi dan metode
ketauhidan.
Konsep tauhid merupakan satu konsep utama yang menjadi asas
dalam semua sudut pandangan dan seluruh aspek kehidupan Muslim. Tauhid
merupakan satu asas keimanan yang ditekankan dalam Islam. Tauhid yang
9 Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam dan Dakwah (Yogyakarta: SI press, 1993), hlm. 40. 10
Dinas P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 959.
11
berasal dari kalimah Arab tawhid )توحيد) merupakan satu konsep yang
melambangkan kepercayaan monoteisme dalam Islam yang mempercayai
bahawa Tuhan itu hanya satu. Dalam bahasa Arab, tauhid bermaksud
penyatuan dan di dalam agama Islam ia dikhususkan kepada penyatuan dengan
Allah. Kata lawan bagi konsep tauhid ini ialah penyekutuan atau dalam arti
kata lain boleh difahami sebagai penduaan, kesyirikan atau secara khususnya
penyembahan selain Allah. Syirik seketika anak lahir ialah salah satu gejala saja
daripada syirik umum. Kemusyrikam telah berakar dalam diri mereka, sehingga
bukan saja ketika anak lahir bahkan ketika kematian, ketika meminta diberi
keberuntungan berniaga, ketika kawin, dan ketika apa saja, mereka telah
mempersekutukan yang lain dengan Allah.
F. Metodelogi Penilitian
Penelitian merupakan suatu syarat dalam pengembangan ilmu dan
pengetahuan. Kegiatan penelitian merupakan upaya untuk merumuskan masalah,
mengajukan dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan, dengan jalan
menemukan fakta-fakta yang memberikan penafsiran yang benar. Metode
penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang
bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah. Sehingga
dapat mencapai hasil yang maksimal dan optimal. Penilitian ini sepenuhnya
12
merupakan penilitian kepustakaan (library reseach), dalam artian bahwa data
yang digunakan berasal dari bahan tertulis yang berkaitan dengan permasalahan
yang di teliti.11
Sumber data tersebut di antaranya adalah sebagai data primer
yaitu karya-karya Hamka seperti; Filsafat Ketuhanan, Tafsir al- Azhar, dan
Falasafah Islam. Sumber data sekunder adalah buku-buku yang berkaitan
dengan pemikiran Buya Hamka seperti aEtika Buya Hamka Kontruksi Etika
Berbasis Rasional Religius.,
Analisis yang dipakai dalam penilitian ini adalah analisis isi yang
mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah. Analisis isi
bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan fakta
dan panduan praktis pelaksanaannya. Secara intuitif, analisis isi dapat
dikarakterisasikan sebagai metode penilitian makna pesan-pesan simbolik.12
Sehingga dengan teknik analisis ini, penulis mencoba menemukan pesan-pesan
yang terkandung dalam konsep Tauhid Buya Hamka dan proses penemuan yang
di gagas Buya hamka.
11
Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm. 6.
12 M. Alfatih Suryadilaga, dkk., metodelogi ilmu tafsir, ( Yogyakarta: Teras, 2005 ), hlm. 76-
77.
13
G. Sistematika Pembahasan
Guna memperoleh gambaran yang menyeluruh dalam permasalahan yang
akan dibahas maka diperlukan uraian yang sistematis. Perlu juga kiranya penulis
memaparkan gambaran umum terlebih dahulu tentang tahapan-tahapan penelitian
karena pembahasan ini pada dasarnya terbagi menjadi beberapa bab dan beberapa
sub-bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penilitian, telaaah pustaka, metode penilitian dan
sisitematika pembahasan.
Bab kedua, dalam bab ini, penulis lebih menekankan pada pembahasan
mengenai biografi dan pemikiran Buya Hamka.
Bab ketiga, dalam bab ini, penulis akan mengkaji dan memaparkan konsep
tauhid dalam Islam
Bab keempat, dalam bab ini, penulis akan mengkaji dan memaparkan
lebih mendalam gagasan-gagasan pokok tentang tauhid yang di gagas oleh Buya
Hamka.
Bab kelima, berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-
saran.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara historis zaman terus berkembang melalui hirarkis perkembangan yang
terus dibarengi pula dengan perubahan-perubahan sosial. Keberadaan manusia yang
dasar pertamanya bebas, menjadi hal yang problematis ketika ia hidup dalam
komunitas sosial. Kemerdekaan dirinya mengalami benturan dengan kemerdekaan
individu-individu lain atau bahakan dengan mahluk yang lain. Sehingga ia terus
terikat dengan konfensasi kosmik, bahwa bagaimana ia harus berhubungan dengan
orang lain, dengan alam, dengan dirinya sendiri maupun dengan Tuhannya. Dalam
hal ini keterikan manusia dengan tuhan salah satu nya adalah ajaran ketauhidan.
Merasa bebas akan tetapi terikat, yakni bahwa bagaimanapun manusia merasa bebas
dalam waacana tetap saja ada kotak kotak yang harus di pahami yakni aturan-aturan
yang sudah berlaku dalam praktik nya.
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu dan setelah dianalisa secara
mendalam, maka dapat di ambil kesimpulan, diantaranya:
1. Tauhid adalah menyatukan kepercayaan tidak tepecah-terpecah ke pada yang
lain. Alam seluruhnya penciptanya adalah satu dan diatur oleh satu pengatur
(Tauhid Rubbubiyyah). Segala yang yang ada ini takluk ke pada hukum-
hukum yang satu dan menurut satu aturan (Tauhid Mulkiyyah). Manusia
73
sebagai khlaifah yang di utus dalam pratek nya (Tauhid Uluhiyyah). Umat
manusia ini pun satu adanya. Sama-sama makhluk berikan oleh Allah akal
dan pikiran. Tauhid merupakan satu asas keimanan yang ditekankan dalam
Islam. Tauhid yang berasal dari kalimah Arab tawhid merupakan satu
konsep yang melambangkan kepercayaan monoteisme dalam Islam yang
mempercayai bahawa Tuhan itu hanya satu. Kata lawan bagi konsep
tauhid ini ialah penyekutuan atau dalam arti kata lain boleh difahami
sebagai penduaan, kesyirikan atau secara khususnya penyembahan selain
Allah. Syirik seketika anak lahir ialah salah satu gejala saja daripada syirik
umum. Kemusyrikam telah berakar dalam diri mereka, sehingga bukan saja
ketika anak lahir bahkan ketika kematian, ketika meminta diberi
keberuntungan berniaga, ketika kawin, dan ketika apasja, mereke telah
mempersekutukan yang lain dengan Allah. Dzat yang menciptakan,
menguasai, dan mengatur alam semesta ini adalah Allah subhanahu wa ta`ala.
Inilah yang disebut dengan rububiyyah Allah.
2. Bangunan Tauhid Buya Hamka adalah Keesaan Tuhan yang tidak dipecah-
pecah oleh kepentingan apa pun. Kepentingan-kepentingan inilah yang selalu
membayangi manusia untuk menyekutukan Allah dengan berbagai masalah
dunia yang dihadapan manusia. Tauhid adalah Jalan Hidup manusia, sehingga
setiap pikiran dan langkah manusia merupkan cerminan tauhid. Tampa
keraguan akan keesaan Allah dalam berfikir dan tindakan yang selalu taat
74
kepada Perintahnya dan selalu menjauhi laranganya adalah bangunan Tauhid
meneurut Buya Hamka.
B. Saran-saran
Berangkat dari kesimpulan di atas maka penulis mencoba memberikan
beberapa saran atau masukan yang berkaitan dengan konsep tauhid.
1. Untuk para guru mapun dosen, hendaknya bias menysisipkan ajaran-ajaran
Tauhid dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
2. Untuk jurusan Aqidah dan Filsafat, kajian tentang tauhid selalu digalakn guna
mengantisipasi era globalisasi yang bias mnegikis keimanan mansuia.
3. Untuk para generasi muslim senantiasa memperdalam ilmu tauhid untuk
menambah keimanan kita kepada Allah SWT.
Penulis sadar bahwa penulisan ini masih jauh apa yang diharapkan. Akan
tetapi, hiasil ini merupakan penelusuran panjang dari pembacaan penulid.
Oleh karena itu, kritik, saran dan sumbangsih pemikiran dalam upaya
memberi warna terhadap ajaran tauhid dalam konteks perkembangan zaman.
75
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. Filsafat Kalam Di Era Postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995.
Abdurrahman, M. Bersujud Di Baitullah .Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2009.
Afif. Buya Hamka. Jakarta; Uhamka Press, 2008.
Airlangga, Pribadi. Yudhie R. Haryono. Post Islam Liberal, Membangun Dentuman
Mentradisikan Eksperimentasi . Jakarta: PT. Pasarindo Bungamas Nagari,
2002.
al_Naquib al_Attas, Syed Muhammad. Islam dan Sekularisme, terj. Karsidjo
Djojosuwarno .Bandung: Pustaka, 198.
Azhar, Muhammad. (dkk). Studi Islam dalam Percakapan Epistemologis.
Yogyakarta: Sipres, 1998.
Bakker, Anton. Metode-Metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.
C. Verhak dan R, Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan; Telaah Atas Cara
Kerja Ilmu-Ilmu . Jakarta; Gramedia Pustaka Utama,1997.
Djam’annuri. Pencarian Paradigma Baru Pemikiran Ilmu Kalam, dalam Essensia,
Jurnal Ilmu Ushuluddin Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, Vol.3 No.2
Juli 2002.
Hamka. Hubungan antara Agama dengan Negara menurut Islam, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1970.
-------. Iman dan Amal Shaleh, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.
76
-------. Islam, Alim Ulama dan Pembangunan, Jakarta: Pusat dakwah Islam Indonesia,
1971
-------, Filsafat Ketuhanan, Karunia. Surabya:Karunia, 1985.
-------. Kenang-Kenangan Hidup .Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1966.
-------. Pandangan Hidup Muslim, Jakarta: Bulan Bintang, 1962.
-------. Renungan Tasawuf, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985.
-------. Tafsir Al-Azhar, Juz IV. Jakarta:Panji Mas,1985.
-------. Tafsir Al-Azhar, Juz 1X. Jakarta:Panji Mas,1985.
------- Tafsir Al-Azhar, Juz XI . Jakarta:Panji Mas,1965.
Hanafi, Hassan. Agama Ideologi dan Pembangunan, terj. Sonhaji Shaleh.
Jakarta:P3M 1991.
-------. Islam Wahyu Sekuler, Gagasan Kritis Hassan Hanafi. Terj. M. Zaki Husein,
M. Nur Khaerani. Jakarta: Instad,2000.
-------. Min al-Aqidah ila al-Tsawrah. Kairo: Maktabah Madbuli,1988.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta:LPPI, 2004.
Madjid, Nurcholis. ” Aktualisasi Ajaran aswaja”, dalam Islam Menatap Masa Depan.
Jakarta; P3M,1989.
-------. Dalam Islam Doktrin Dan Peradaban,Jakảta; Pẩmadina, 2005.
-------. Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam Dalam Wacana Sosial Politik
Kontemporer. Jakarta: Paramadina, 1998.
-------. Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya Dalam Pembangunan di Indonesia.
Jakarta: Paramadina, 1997.
77
Muhammad, Mansur. Kritik Hassan Hanafi atas Pemikiran Kalam Klasik, Dalam
Esensia Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol.1,No.II,Juli 2000.
Mohammad, Herry. Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta :Gema
Insani 2006.
Nasution, Harun. Akal dan Wahyu. Jakarta: Penerbitan Universitas Indonesia, 1982.
-------. Teologi Islam. Jakarta: Penerbitan Universitas Indonesia, 1986.
Pandoe dan Pour, J. Jernih Melihat Cermat Mencatat: Antologi Karya Jurnalistik
Wartawan Senior Kompas. Jakarta; Kompas, 2010.
Ridwan. Reformasi Intelektual Islam, Pemikiran Hassan Hanafi Tentang
Reaktualisasi Tradisi keilmuan Islam .Yogyakarta: Ittaqa Press, 1998.
Rumadi. Masyarakat Post Teologi, Wajah Baru Agama dan Demokrasi Indonesia.
Bekasi: Gugus Press,2002.
Shimogaki, Kazuo. Kiri Islam. Yogyakarta: Lkis, 2007.
Shobahussurur. Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah Hamka.
Jakarta;. Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2008.
Suryadilaga, M. Alfatih. (dkk). metodelogi ilmu tafsir. Yogyakarta: Teras, 2005.
Syamsuddin, Din. “Reaktualisasi Jihad Masa Kini” dalam Kata Pengantar buku
Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad Di Indonesia. Yogyakarta: Pilar
Media, 2006.
Wan Mohd Nor Wan Daud. The Educational Philosophy and Practice of Syed M.
Naquib Al-Attas. Malaysia: ISTAC, 1998.
Zaini, Syahminan. Kuliah Akidah Islam. Surabaya :Al Ikhlas, 1983.
CURRICULUM VITAE
Data diri
Nama : Idris Saputra
Tanggal Lahir : 12 Februari
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat Asal : Koto Tengah, Danau Kerinci, Kerinci,
Jambi
No. HP : 085328122133
Email : [email protected]
Status : Belum menikah
Pendidikan Formal
1994-2000 SDN 32 Pasar Sore
2000-2003 MNTS Dar Al-Tauhid Batang Hari
2003-2006 MA Nusantara Arjawinangun
2007-2014 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin Jurusan
Aqidah dan Filsafat Program Studi S1
Pengalaman Organisasi
2004-2005 OSIS Arjawinangun
2009 Bem J AF