4n6
DESCRIPTION
forensikTRANSCRIPT
askep selulitis
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan. Penyebab umumnya streptokokus hemolitikus b grup A (group A b -haemolytic streptococci = GABHS) dan Stafilokokus aureus. Faktor predisposisi mencakup abrasi/kerusakan kulit, laserasi (robekan), luka baker, kulit yang meradang/ eksim, dsb, meskipun jalur masuk kuman tersebut mungkin saja tidak tampak jelas.
Reaksi alergi/ dermatitis kontak (misalkan gigitan serangga, imunisasi, tumbuh-tumbuhan, dsb) sering kali salah diagnosis sebagai selulitis. Jika terdapat gatal, dan tidak ada nyeri tekan, bukanlah suatu selulitis.
Erisipelas merupakan bentuk superfisial yang spesifik dari selulitis yang disebabkan oleh GAHBS. Pada selulitis biasanya juga disertai dengan keterlibatan kelenjar getah bening.
Impetigo (sering disebut juga korengan) merupakan infeksi di epidermis yang sangat menular, umumnya terjadi pada anak kecil. Disebabkan oleh GABHS dan S. aureus.
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah kelainan kulit berupa lepuhan yang disebabkan racun S. aureus yang menimbulkan pengelupasan atau eksfoliatif (epidermolisis). Umumnya menyerang neonatus/bayi baru lahir dan anak kecil.
Necrotising fasciitis adalah infeksi progresif cepat pada jaringan lunak yang ditandai dengan kematian jaringan subkutan. Penyebab umumnya berbagai macam kuman (polimikrobial). Organisme penyebab mencakup GABHS, S. aureus, bakteri anaerob, dsb. Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit yang berat dengan laju kematian yang tinggi (± 25%).
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Selulitis merupakan infeksi pada kulit dan disebabkan oleh bakteri. Selulitis dapat disebabkan oleh bakteri dan organisme yang normal ada di kulit. Selulitis biasa terjadi apabila sebelumnya terdapat gangguan yang menyebabkan kulit terbuka, seperti luka, terbakar, gigitan serangga atau luka operasi Selulitis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, namun bagian tersering terkena selulitis adalah kulit di wajah dan kaki. Selulitis bisa hanya menyerang kulit bagian atas, tapi bila tidak diobati dan infeksi semakin berat, dapat menyebar ke pembuluh darah dan kelenjar getah bening.
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).
Insiden
Seks
Tidak ada kesukaan untuk kedua jenis kelamin biasanya melaporkan, meskipun insiden lebih tinggi di antara laki-laki telah dilaporkan dalam beberapa studi.
Usia
Tidak ada kesukaan usia biasanya digambarkan, namun, studi menemukan kejadian yang lebih tinggi selulitis pada umumnya antara individu-individu yang lebih tua dari 45 tahun.Selain itu, selulitis di situs anatomi tertentu dapat menunjukkan kesukaan bagi orang-orang dalam kelompok usia tertentu.
ETIOLOGI
Bakteri yang menyebabkan selulitis antara lain bakteri streptococcus grup A, streptococcus grup B hemolitikus, staphylococcus aureus, bakteri batang gram negatif (Aeromonas hydrophyla), pneumococcus,haemophilus influenzae tipe B.
Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan pembedahan (lympihadenectomy,mastectomy,postvenectomy).
Beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan selulitis :
▪Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
▪ Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
▪ Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
▪ Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi.
▪ Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
▪ Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri penginfeksi masuk
▪ Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
▪ Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia
▪ Penyalahgunaan obat dan alkohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
Patofisiologi
Selulitis biasanya mengikuti istirahat di kulit, seperti celah, dipotong, luka, gigitan serangga, atau luka tusukan. Facial selulitis Asal odontogenic juga dapat terjadi.Pasien dengan intertrigo kaki dan / atau tinea pedis dan mereka dengan obstruksi limfatik, insufisiensi vena, ulkus tekanan, dan obesitas sangat rentan terhadap episode berulang dari selulitis. Organisme pada kulit dan keuntungan perusahaan pelengkap masuk dermis dan berkembang biak menyebabkan selulitis. Kadang-kadang, selulitis dapat disebabkan oleh munculnya osteomyelitis yg terletak di bawah.Selulitis jarang dapat hasil dari penyemaian metastatik dari suatu organisme jauh dari fokus infeksi, terutama pada individu immunocompromised.Hal ini sangat umum di selulitis karena Streptococcus pneumoniae dan vibrio laut meningitidis. Neisseria, Pseudomonas aeruginosa, spesies Brucella, dan legionella spesies juga telah dilaporkan sebagai penyebab langka akibat selulitis menyebar hematogenou
Penyimpangan KDM
Celah,dipotong,luka,gigitan serngga,atau luka tusukan pada kulit
Port D’entry mikroorganisme
Hipertermia Proses peradangan
Edema,infeksi Gangguan integritas kulit
Nyeri Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Manifestasi klinik
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil di kulit.
Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange).
Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
Karena infeksi menyebar ke daerah yang lebih luas, maka kelenjar getah bening di dekatnya bisa membengkak dan teraba lunak.
Kelenjar getah bening di lipat paha membesar karena infeksi di tungkai, kelenjar getah bening di ketiak membesar karena infeksi di lengan.
Penderita bisa mengalami demam, menggigil, peningkatan denyut jantung, sakit kepala dan tekanan darah rendah. Kadang-kadang gejala-gejala ini timbul beberapa jam sebelum gejala lainnya muncul di kulit. Tetapi pada beberapa kasus gejala-gejala ini sama sekali tidak ada. Kadang-kadang bisa timbul abses sebagai akibat dari selulitis.
Meskipun jarang, bisa terjadi komplikasi serius berupa penyebaran infeksi d bawah kulit yang menyebabkan kematian jaringan (seperti pada gangren streptokokus dan fasitis nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakteremia) ke bagian tubuh lainnya.
Jika selulitis kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah bening di dekatnya bisa mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan jaringan yang bersifat menetap.
Komplikasi
Lokal nanah dengan pembentukan abses dan nekrosis kulit (cellulitis gangren) kadang-kadang dapat diamati.
Myonecrosis, fasciitis, carpal tunnel syndrome akut (dalam selulitis ekstremitas atas), dan osteomyelitis dapat terjadi.
Thrombophlebitis dapat mengembangkan, terutama di bagian bawah kaki.
Bakteremia dengan pembenihan situs yang jauh dapat menyulitkan selulitis.
Meningitis dapat mempersulit selulitis wajah.
Demam Scarlet rumit selulitis streptokokus telah diamati tapi jarang.
Bakteri-dan-terkait efek racun dapat mengakibatkan shock dan kegagalan organ multisistem.
Glomerulonefritis dan endokarditis bakteri adalah komplikasi yang mungkin.
Kambuh dapat menyebabkan selulitis lymphedema gigih local. Hasil akhir adalah fibrosis hipertrofik yang permanen untuk jangka nostras kaki gajah telah diberikan.
Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan klinis selulitis : adanya makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemi. Selulitis yang disebabkan oleh H. influenza, lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan atau keunguan dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia. Anak dengan selulitis yang disebabkan oleh H. influenza tampak sakit berat dan toksik dan sening disertai gejala infeksi tnaktus respiratonius bagian atas, bakteriemi dan septikemi. Pada pemeriksaan laboratonium
danah tepi enisipelas didapatkan leukositosis (15.00020.000). Pada pemeriksaan urine ditemukan proteinuria dan hematuria bila telah ada komplikasi pada ginjal.
Pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.00040.000) dengan hitung jenis bergeser ke kiri. Seringkali tidak mungkin membuat kultur dan lesi terhadap Streptokokus kanena hanya positif untuk Streptokokus saat gejala klinis erisipelas bdum timbul; tetapi kuman tersebut dapat dijumpai pada tenggorokan, hidung atau mata. Titer ASTO meningkat pada minggu I.
Penatalaksanaan
▪ Pemeriksaan Laboratorium
▫ CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
▫ BUN level
▫ Creatinin level
▫ Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
▫ Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
▪ Pemeriksaan Imaging
▫ Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)
▫ CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis. Jika sulit membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis, maka pemeriksaan yang dilakukan adalah :
▫ MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus
Konsep Keperawatan
Pengkajian
Ø Inspeksi permukaan kulit:lesi dan peradangan
Ø TTV mengalami peningkatan akibat proses peradangan
Ø Wajah meringis,gelisah,tidak daat beristirahat,rangsangan nyeri
Ø Kulit hangat,kering,pucat,dan lembab
Ø Keletihan dan kelemahan
Perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yan dihadapi. Klien tampak takut dan bingung
Ø Penurunan berat badan
Diagnosa Keperawatan
Nyeri b/d edema peradangan
Gangguan Integritas Kulit b/d peradangan jaringan
Hipertermia b/d proses infeksi
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Intervensi
Nyeri b/d edema peradangan
Tujuan:Klien akan mengatakan nyeri hilang atau berkurang
Intervensi:
* Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi
R:Teknik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
* Atur posisi klien
R:Posisi dapat memberikan kenyamanan pada klien
* Berikan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan massase otot
R:Dapat membantu merelaksasi ketegangan otot
* Penatalaksanaan dalam pemberian analgetik
R:Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri
Gangguan Integritas Kulit b/d peradangan jaringan
Tujuan:Klien akan menunjukan menunjukkan penyembuhan luka sesuai waktu tanpa komplikasi
Intervensi:
* Berikan perawatan kulit
R:Mencegah kerusakan kulit
* Pantadarahu Hb dan konsentrasi gula darah
R:Anemia dan meningkatnya kadar gula darah merupakan faktor yang mempengaruhi kerusakan kulit dan dapat mengganggu proses penyembuhan
* Penatalaksanaan dalam pemberian antibiotik
R:Antibiotik mencegah terjadinya infeksi
Hipertermia b/d proses infeksi
Tujuan:Suhu tubuh klien dalam batas normal
Intervensi:
* Pantau suhu tubuh klien
R:Suhu tubuh menunjukkan terjadinya demam
* Pantau suhu lingkungan
R:Suhu lingkungan mempengaruhi suhu tubuh
* Berikan kompres hangat
R:Kompres hangat dapat mengurangi demam
* Penatalaksanaan dalam pemberian obat antipiretik
R:Antipiretik dapat menurunkan demam
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Tujuan:Klien akan mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri
Intervensi:
* Kaji pola aktivitas klien
R:Pola aktivitas menunjukkan tingkat kemajuan penyembuhan klien
* Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R:Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
* Beritahu keluarga/orang terdekat untuk membantu klien dalam melakukan aktivitasnya
R:Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan. Penyebab umumnya streptokokus hemolitikus b grup A (group A b -haemolytic streptococci = GABHS) dan Stafilokokus aureus. Faktor predisposisi mencakup abrasi/kerusakan kulit, laserasi (robekan), luka baker, kulit yang meradang/ eksim, dsb, meskipun jalur masuk kuman tersebut mungkin saja tidak tampak jelas.
Reaksi alergi/ dermatitis kontak (misalkan gigitan serangga, imunisasi, tumbuh-tumbuhan, dsb) sering kali salah diagnosis sebagai selulitis. Jika terdapat gatal, dan tidak ada nyeri tekan, bukanlah suatu selulitis.
Cairan serebrospinalis (CSS) mempunyai tiga fungsi penting, yaitu:
1. Mempertahankan keutuhan jaringan otak dengan bertindak sebagai
shock absorber,
2. Sarana untuk membawa asupan nutrisi bagi otak dan membuang sisa-
sisa metabolisme otak, dan
3. Mengkompensasi perubahan volume darah intrakranial.
Keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinalis sangat
penting. Idealnya cairan tersebut sepenuhnya akan diserap ke peredaran
darah. Namun, ada beberapa keadaan yang menghentikan atau
mengganggu produksi, absorpsi, atau menghambat aliran CSS normal
sehingga mengganggu keseimbangan. Keadaan ini
disebut hidrosefalus.
Anamnesis
– Pada bayi: daya hisap jelek, iritabel, aktivitas berkurang, dan muntah.
– Pada anak kecil: pertumbuhan mental lambat, nyeri leher, muntah,
pandangan kabur, penglihatan ganda-akibat papiledema dan atrofi optik,
pertumbuhan, dan maturasi seksual terhambat (menyebabkan obesitas
dan awitan pubertas yang tertunda atau terlalu cepat), kesulitan berjalan
hingga spastisitas, dan mengantuk.
– Pada orang dewasa: fungsi kognitif terganggu, nyeri kepala, nyeri leher,
mual, dan muntah, penglihatan kabur, penglihatan ganda (gangguan
nervus VI), kesulitan berjalan (apraksia berjalan), mengantuk, dan
inkontinensia.
– Pada hidrosefalus tekanan normal (NPH [normal pressure
hydrocephalus]): gangguan gaya berjalan, demensia, inkontinensia urin,
perilaku agresif, Parkinsonisme, dan kejang.
Pemeriksaan Fisik
– Bayi: pembesaran kepala, sutura kepala melebar, dilatasi vena kulit
kepala, peregangan fontanela, mata seperti matahari tenggelam, dan
peningkatan tonus tungkai.
– Anak kecil: papiledema, tidak dapat menatap ke atas, gaya berjalan tidak
stabil, pembesaran kepala, kelumpuhan nervus VI unilateral, atau bilateral.
– Dewasa: papiledema, tidak dapat menatap ke atas dan melakukan
akomodasi merupakan tanda tekanan pada tectal plate, gaya berjalan tidak
stabil berhubungan dengan ataksia trunkus, tungkai, dan lengan. Biasanya
didapatkan spastisitas tungkai, pembesaran kepala, kelumpuhan nervus VI
unilateral, atau bilateral.
– NPH: biasanya tidak terdapat kehilangan fungsi sensoris, kekuatan otot
biasanya normal, peningkatan refleks fisiologis, refleks Babinski mungkin
ditemukan pada kedua kaki.
Referensi
Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana Penyakit Saraf
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal
sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang
maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi
factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat
rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah
Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per
seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit
yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus.
Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel
serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001). Hydrocephalus
dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang ditandai dengan
membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan
anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada oaran dewasa, hanya saja pada bayi
gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini
dikarenakan pada bayi ubun2nya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak
dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang2 tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang
tengkorak tidak mampu lagi melebar.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai
hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang berbagai cara untuk
mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan pada kasus hidrosefalus.
2. Tujuan Khusus Mengetahui pengrtian dari Hidrosefalus
Mengetahui Etiologi dan Patofisiologi dari Hhidrosefalus
Mengetahui Tanda dan Gejala Hidrosefalus
Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dan Komplikasi pada Hidrosefalus
Mengetahui Penatalaksanaan dari Hidrosefalus
Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Hidrosefalus
C. Materi Pembelajaran
a. Defenisi
b. Etiologi
c. Manifestasi Klinis
d. Patofisiologi
e. Klasifikasi
f. Komplikasi
g. Periksaan Diagnostik
h. Penatalaksanaan
D. Metode Pembelajaran
1. Metode Wawancara
2. Teknik Observasi
3. Periksaan Fisik
4. Teknik Dokumentasi
BAB II
MATERI PEMBAHASAN
A. Defenisi
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi daan Yuliani, 2001).
Hydrochepalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinalis interna atau eksternal melebar (
Mumenthaler, 1995).
Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal
(Ngatisyah, 1997).
Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempat
sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi berlebihan cairan
serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermitten setelah suatu infeksi atau trauma. Ini
dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak – anak yang disebabkan oleh papyloma
pleksus dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler, 1995). Pembagiaan hydrocephalus pada
anak dan bayi
Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Kongenital
Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan sehingga pada saat
lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya cairan dalam kepala dan
tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
b. Non Kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya yaitu
penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat pertumbuhan otak sudah sempurna,
tetapi kemudian teganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial sehingga
perbedaan antara hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus non kongenital terletak pad
pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga dalam 2
bagian, terbagi yaitu;
a. Hydrocephalus Komunikan (kommunucating hydrocephalus)
Pada hydrocephalus Komunikan obstruksinya terdapat pada rongga subarachnoid,
sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
b. Hydricephalus Non komunukan (nonkommunican hydrocephalus)
Pada hydrocephalus nonkomunikan obstruksinya terdapat dalam system ventrikel
sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada
hydrocephalus kongenital adalah pada sistem ventikel sehingga terjadi bentuk hydrocephalus
nonkomunikan.
B. Etiologi
Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono (1998 );
1. Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus
kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-sebab ini mencakup malformasi
( anomali perkembangan sporadis ), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar
pasien banyak yang etiologi tidak dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai
hidrosefalus idiopatik.
2. Sebab-sebab Postnatal
a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal dan kebanyakan
tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di
daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn kelompok lesi
masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi di daerah supraselar atau sekitar
foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera kepala, ruptura
malformasi vaskuler.
c. Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat dari
fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan
karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan fungsional seperti
akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena pada basis krani, trombosis jugularis.
Penyebab sumbatan aliran CSF, Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat
pada bayi dan anak – anak. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada
bayi adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvi
Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat
berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.
Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan
pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula
spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga
merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membai etiologi menurut usia
e. Anomali Pembuluh Darah
2. Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi
ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.
3. Perdarahan
4. Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain: Tumor Ventrikel kiri
Tumorfosa posterior
Pailoma pleksus khoroideus
Leukemia, limfoma
5. Degeneratif.
Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6. Gangguan Vaskuler Dilatasi sinus dural
Thrombosis sinus venosus
Malformasi V. Galeni
Ekstaksi A. Basilaris
Arterio venosusmalformasi
TANDA DAN GEJALA
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan
menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi
ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan
kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah –
pisah dan pelebaranvontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa
pada ruangan Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi
optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan
terjadi retardasi mental dan fisik.
C. Manifestasi Klinik
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan
menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi
ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan
kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan
dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan
diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara
spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi,
malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
1. Bayi : Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit
tinggi dari permukaan tengkorak. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
Muntah
Gelisah
Menangis dengan suara ringgi
Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan
dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor. peningkatan tonus otot ekstrimitas
Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas
Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah – olah diatas iris
Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset Eyes”
Strabismus, nystagmus, atropi optic
Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas
2. Anak yang telah menutup suturanya;
Tanda – tanda peningkatan intarakranial
Nyeri kepala
Muntah
Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
Strabismus
Perubahan pupil
D. Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi
(meningitis,pneumonia,TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus
sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak
akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol
secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi
masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral
menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus
tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan
absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
E. Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan;
1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifest ( overt hydrocephalus ) dan hidrsefalus
tersembunyi ( occult hydrocephalus )
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor.
Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik.
Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi
ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan
bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat
pada orang tua. (Darsono, 2005)
F. Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran Kepala
3. Kerusakan Otak
4. Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
8. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9. Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
G. Pemeriksaan Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik
dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang yaitu;
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus
klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen
kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai
lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi
sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam
kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit
yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasanografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan
dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan
USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan
anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan Kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital
horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua
sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI ( Magnetic Resonance Image )
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan
teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
H. Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip
pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi
yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang
berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke
satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis
lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan
pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul
kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam
di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas/ “ shunting “:
1. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi
lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi
terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu
frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal dengan
tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan
katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-
150 mm, H2O.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung
melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ® ujung distal setinggi 6/7).
Ventriculo-Peritneal Shunt
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak
diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan
CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
BAB III
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Mengajurkan Para Ibu utnuk menjaga kesehatan kehamilan
2. Mennganjurkan para Ibu untuk memperhatikan Gizi dan makanan
3. Jika mengetahui tanda – tanda hidrosefalus pada anak, segera periksa ke Dokter dan tangani
secara tuntas
4. Sebaiknya para Ibu jangan terlalu banyak melakukan pekerjaan yang berat-berat
5. Menganjurkan Para Ibu untuk memberikan makanan yang bergizi pada anak
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jumlah cairan serebrospinal (CSF) dalam rongga serebrospinal yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan saraf. Keadaan ini disebut
hydrocephalus yang berarti “kelebihan air dalam kubah tengkorak”. Jadi, hydrocephalus
dapat diakibatkan oleh pembentukan cairan berlebihan oleh pleksus koroideus, absorpsi yang
inadekuat, atau obstruksi aliran keluar pada salah satu ventrikel atau lebih.
Ada dua jenis hydrocephalus : nonkomunikans, yaitu aliran cairan dari sistem
ventrikel ke ruang subarachnoid mengalami sumbatan dan komunikans yaitu tidak ada
sumbatan. Sindroma klinis yang berhhubungan dengan dilatasi yang progresif pada sistem
ventrikuler serebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama
produksi. CSF yang ada menigkatkan kecepatan absorpsi oleh vilii arachnoid. Akibat
berkelebihannya cairan serebrospinal dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya cairan. Penyebab penyumbatan aliran
CSF yang sering terjadi pada bayi dan anak adalah kelainan bawaan
(kongenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan.
B. Saran
Tindakan alternatif selain oprasi di terapkan khususnya bagi kasus – kasus yang
mengalami sumbatan di dalam system ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik
semacam ini perlu.