4.isi

27
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ilmu bedah merupakan satu cabang ilmu kedokteran yang menuntut seorang dokter untuk terampil dalam mendiagnosis kondisi pasien berdasarkan keilmuan yang dimiliki, dengan bantuan dari prasarana yang ada di tempat praktek tersebut. Hal ini mengingat bahwa, sekalipun saat ini terdapat banyak peralatan modern yang boleh membantu dalam menegakkan suatu diagnosis, tidak semua tempat mempunyai prasarana modern tersebut. Sebagai contoh, pada kasus appendicitis. Diagnosis appendicitis merupakan suatu diagnosis yang mempunyai banyak diagnosis banding. Namun begitu, jarang sekali diperlukan pemeriksaan penunjang selain pemeriksaan laboratorium sederhana untuk menegakkan diagnosis appendisitis. Dalam makalah ini, saya coba memahami dengan lebih lanjut mengenai appendicitis melalui tinjauan pustaka mengenai anatomi, fisiologis, patologis, manifestasi klinis dan pnatalaksanaan dari appendisitis. Saya berharap penghasilan makalah ini akan membantu saya serta yang membaca mendapat pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang dibahaskan. 1

Upload: frans-herrin-rengirit

Post on 06-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

drgdgdg

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangIlmu bedah merupakan satu cabang ilmu kedokteran yang menuntut seorang dokter untuk terampil dalam mendiagnosis kondisi pasien berdasarkan keilmuan yang dimiliki, dengan bantuan dari prasarana yang ada di tempat praktek tersebut. Hal ini mengingat bahwa, sekalipun saat ini terdapat banyak peralatan modern yang boleh membantu dalam menegakkan suatu diagnosis, tidak semua tempat mempunyai prasarana modern tersebut. Sebagai contoh, pada kasus appendicitis. Diagnosis appendicitis merupakan suatu diagnosis yang mempunyai banyak diagnosis banding. Namun begitu, jarang sekali diperlukan pemeriksaan penunjang selain pemeriksaan laboratorium sederhana untuk menegakkan diagnosis appendisitis.Dalam makalah ini, saya coba memahami dengan lebih lanjut mengenai appendicitis melalui tinjauan pustaka mengenai anatomi, fisiologis, patologis, manifestasi klinis dan pnatalaksanaan dari appendisitis. Saya berharap penghasilan makalah ini akan membantu saya serta yang membaca mendapat pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang dibahaskan.

BAB IIISI1. AnatomiAppendiks dan caecum mulai muncul pada saat embryo berusia enam minggu, dalam bentuk outpouchings dari kaudal midgut. Outpouching appendiks ini mulai berelongasi pada saat usia fetus lima bulan. Elongasi ini akan memberikan bentuk vermiformis pada appendiks. Posisi appendiks tetap pada ujung caecum sepanjang proses perkembangan janin. Pertumbuhan dinding lateral caecum bersifat tidak setara. Hal ini mengakibatkan posisi apppendiks berada di posterior medial abdomen, dibawah ileocecal valve.1Untuk mencari letak dasar appendiks, telusuri tenia coli, sampai ditemukan caecum. Normalnya, ujung appendiks dapat ditemukan di kuadran kanan bawah, pelvis atau retroperitoneum. Pada pasien dengan midgut malrotation dan situs inversus, appendiks akan ditemukan di abdomen kiri. Pada pasien dengan midgut malrotation, appendiks ditemukan di kuadran kiri atas, sedangkan pada situs inversus, appendiks ditemukan di kuadran kiri bawah.1Pada orang dewasa, panjang appendiks rata-rata enam sampai sembilan sentimeter. Diameter luar berukuran tiga sampai delapan sentimeter, manakala diameter luminal bervariasi antara satu sampai tiga milimeter.1Appendiks diperdarahi oleh appendicular branch dari arteri ileokolik. Arteri ini beroriginasi posterior dari ileum terminal, lalu memasuki mesoapendiks. Elemen simpatetik appendiks dipersarafi oleh pleksus mesentrika superior (T10-L1), manakala elemen parasimpatetik dipersarafi oleh nervus vagus.1

Gambar 1: AppendiksSumber: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/processus+vermiformisSecara histologis, appendiks terdiri dari tiga lapisan; serosa, muskularis, serta submukosa dan mukosa. Lapisan serosa merupakan lapisan paling luar yang merupakan kelanjutan dari peritoneum. Lapisan muskularis merupakan lapisan yang tidak tegas, yang tidak selalu ada di semua bagian. Lapisan mukosa hampir sama dengan mukosa usus besar. Kripta appendiks berbentuk dan berukuran ireguler, tidak seperti pada kolon. Kompleks neuroendokrin yang terdiri dari sel ganglion, sel Schwann, serabut saraf, dan sel neurosekretorik dapat ditemukan dibawah kripta.1

Gambar 2: Gambaran histologis appendiksSumber: https://noeyudha.wordpress.com/referat/appendix-vermiformis/2. FisiologiAppendiks merupakan organ immunologi yang berpartisipasi aktif dalam sekresi immunoglobulin, terutamanya immunoglobulin A.1Selain itu, menurut beberapa studi, terdapat assosiasi diantara tindakan appendiktomi dengan beberapa kelainan. Antara kelainan yang sering dikaitkan dengan appendiktomi adalah kolitis ulseratif, Crohns Disease dan infeksi Clostridium difficile.1 Kolitis ulseratif Appendiktomi menurunkan resiko terjadinya kolitis ulseratif Hanya dapat dibuktikan pada pasien yang menjalani operasi appendiktomi sebelum usia 20 tahun Crohns Disease Ada studi yang mengatakan appendiktomi meningkatkan resiko terjadinya Crohns Disease. Studi terbaru menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara appendiktomi dengan Crohns Disease. Infeksi Clostridium difficile Ada studi yang mengatakan appendiktomi meningkatkan resiko terjadinya infeksi Clostridium difficile. Studi terbaru menunjukkan bahwa appendiktomi tidak mempengaruhi kadar infeksi Clostridium difficile.3. Definisi AppendisitisAppendisitis adalah peradangan pada appendiks vermiformis.2 Resiko terjadinya appendisitis adalah 6.7% pada wanita, dan 8.6% pada laki-laki. Insidens tertinggi ditemukan pada usia dekade kedua dan ketiga.1Diatas tahun 1990, insidens appendisitis nonperforasi menurun. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan tehnik diagnostik imaging yang memperbolehkan detekasi dini appendisitis.14. Etiologi AppendisitisEtiologi appendisitis belum cukup diketahui. Etiologi utama dari appendisitis diduga adalah sumbatan lumen oleh fekalit atau hipertrofi jaringan limfoid.1Appendisitis boleh terjadi dalam kluster, menunjukkan bahwa adanya etiologi infeksi. Namun begitu, asosiasi dengan bakteria dan virus yang bersifat menular hanya ditemukan pada proporsi kecil pasien appendisitis. Pada dinding appendiks yang terinflamasi, biasanya ditemukan Escherichia coli dan Bacteroides. Kadang kala, dapat juga ditemukan Fusobacterium nucleatum/necrophorum, yang secara normalnya tidak ditemukan di flora caecum. Pasien dengan appendisitis gangrenosa dan perforasi biasanya ditemukan banyak invasi jaringan oleh Bacteroides.15. Patofisiologi AppendisitisObstruksi proksimal dari lumen appendiks akan menyebabkan terjadinya closed-loop obstruction. Mukosa appendiks bagaimanapun tetap menghasilkan sekret, menyebabkan terjadinya distensi appendiks. Distensi ini meransang saraf dari visceral afferent stretch fibers yang menyebabkan pasien mengeluh nyeri tumpul dan difus di daerah tengah abdomen atau epigastrium bawah.1Sekresi mukosa yang berterusan, ditambah dengan multiplikasi cepat dari bakteri di appendiks menyebabkan distensi appendiks bertambah hebat. Hal ini menyebabkan terjadinya refleks mual muntah, dan juga nyeri visceral bertambah hebat.1Proses inflamasi kemudiannya melibatkan lapisan serosa appendiks, dan kemudian peritoneum parietal. Hal ini mengakibatkan peralihan rasa nyeri dari epigastrium ke kuadran kanan bawah.1Aliran kapiler dan venula teroklusi, namun aliran arteri tidak terganggu, mengakibatkan terjadinya kongesti vaskuler. Mukosa appendiks sangat rentan terhadap gangguan suplai darah. Integritas mukosa terganggu di awal proses inflamasi, membolehkan terjadinya invasi bakteri. Pada area dengan suplai darah yang paling sedikit dapat ditemukan infark ellipsoidal di antimesenteric border. Dengan bertambahnya distensi, invasi bakteri, gangguan suplai vaskuler, dan infark, terjadilah perforasi, biasanya pada antimesenteric border, dibawah pusat obstruksi.1

Gambar 3: Perjalanan Penyakit AppendiksSumber: http://www.slideshare.net/snipergirl/acute-appendicitis-6786623Beberapa episode appendisitis akut bagaimanapun dapat membaik dengan spontan.6. Tipe Patologis AppendisitisProgresivitas patofisiologi appendisitis dapat melewati empat tahapan. Tahapan pertama dimulai oleh apendisitis akut. Pada tahapan ini, akan terproduksi mukosa ulserasi dan sel PMN di lumen appendiks dan terjadi edema di appendiks.3Edema dan iskemia di dinding appendiks akan mengakibatkan appendisitis akut supuratif. Pada tahapan ini, lapisan serosa terinflamasi. Hal ini akan mengakibatkan peralihan nyeri dari periumbilikal ke kuadran kanan bawah.3Proses patologik berterusan menyebabkan trombosis vena dan gangguan suplai aliran darah arteri. Infrak dan gangren terjadi terutamanya di daerah dengan aliran darah yang terburuk. Appendisitis gangrenosa merupakan tahapan pertama komplikasi appendisitis.3Tekanan luminal yang tinggi akan mengakibatkan perforasi di daerah infark gangrenosa. Dalam kebanyakan kasus, akan terjadi walling off dan menyebabkan terjadi kavitas abses, dan jarang terjadi free peritonitis.3

Gambar 4: Walling off4

7. Manifestasi Klinis: Gejala dan Tanda-tandaGejala Proses inflamasi di appendiks mengakibatkan pasien mengeluh nyeri, yang pada awalnya dirasakan sebagai nyeri difus dan kemudian berkelanjutan menjadi nyeri terlokalisir di kuadran kanan bawah akibat iritasi pada peritoneal lining.1Pasien juga sering mengeluh gangguan pada gastrointestinal (GI) seperti mual, muntah, dan anoreksia. Seandainya keluhan pada GI mendahului keluhan nyeri, appendisitis mungkin mempunyai etiologi lain seperti gastroenteritis. Pasien sering mengeluh obstipasi sebelum mulai timbul nyeri, dan merasakan dengan BAB, keluhan nyeri abdomen membaik. Diare dapat timbul apabila terjadi perforasi, terutamanya pada anak-anak.1Tanda Terdapat perubahan tanda-tanda vital diawal proses inflamasi appendiks. Suhu tubuh dan frekuensi nadi dapat normal atau sedikit meningkat. Perubahan yang besar dapat menandakan adanya komplikasi atau perlu dipertimbangkan diagnosis lain.1Hasil pemeriksaan fisik tergantung pada ada atau tidaknya iritasi peritoneal, dan apakah appendiks sudah ruptur saat pasien pertama kali diperiksa. Iritasi peritoneal membuat pasien dengan appendisitis biasanya mengalami kesulitan untuk bergerak dan berasa lebih nyaman saat tidur terlentang (posisi supine).1Pada palpasi abdominal, dapat ditemukan nyeri tekan, terutama di titik McBurney. Apabila dilakukan palpasi yang lebih dalam, biasanya dapat dirasakan adanya muscular resistance (guarding) yang lebih jelas di fossa iliaca kanan dibandingkan dengan di fossa iliaca kiri. Apabila tangan yang melakukan palpasi dalam di titik McBurney dilepaskan secara tiba-tiba, pasien mengeluh nyeri. Tanda ini dikenal sebagai Rovsings Sign, atau sering disebut dengan nyeri lepas. Pasien juga dapat mengeluh kesakitan di kuadran kanan bawah abdomen apabila dilakukan palpasi di kuadran kiri bawah abdomen. Tanda ini dikenal sebagi Bloombergs Sign, atau biasanya dikenal dengan nyeri tekan kontralateral. Rovsings Sign dan Bloombergs Sign merupakan tanda-tanda adanya iritasi peritoneal. Direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan lain terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan nyeri lepas, karena nyeri lepas bersifat tajam, dan dapat membuatkan pasien merasa sangat tidak nyaman.1

Gambar 5: Titik Mc Burney1Variasi anatomis dari letak appendiks menimbulkan deviasi dalam temuan pemeriksaan fisik. Pada letak appendiks di retrocecal, hasil pemeriksaan di abdomen kurang spesifik, namun nyeri terutamanya dirasakan di daerah punggung bawah. Pada pasien dengan appendiks yang menggantung ke dalam pelvis, hasil pemeriksaan di abdomen dapat normal, mengakibatkan missed diagnosis. Nyeri pada ekstensi kaki kanan (psoas sign) dapat menandakan letak fokus iritasi berdekatan dengan muskulus psoas kanan. Apabila pasien mengeluh nyeri saat dilakuakan rotasi internal pada dalam kondisi kaki fleksi, menandakan adanya inflamasi berdekatan dengan muskulus obturator internus.18. Pemeriksaan LaboratoriumHematologi1 Leukosit Leukositosis Leukositosis ringan ( 18,000 sel/mm3 menunjukkan kemungkinan terjadinya perforasi dengan atau tanpa abses. Leukositopenia Dapat terjadi akibat reaksi septik atau lymphopenia. Dalam kondisi ini, disertai dengan proporsi neutrofil yang tinggi. C-reactive protein (CRP) Peningkatan CRP merupakan indikator appendisitis, terutamanya appendisitis dengan komplikasi.Variabel inflamasi sebaiknya dinilai secara bersamaan. Kemungkinan appendisitis rendah seandainya leukosit, proporsi neutrofil, dan CRP normal. Penurunan respons inflamatori dapat menandakan terjadinya resolusi spontan.Urinalisa1Urinalisa dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi berasal dari traktur urinarius. Seandainya terjadi iritasi pada ureter atau kandung kemih, dapat ditemukan eritrosit atau leukosit. Bakteriuria biasanya tidak ditemukan.9. Clinical Scoring SystemsClinical Scoring Systems ini digunakan bagi membolehkan penilaian yang lebih objektif dilakukan terhadap pasien yang dicurigai menderita appendisitis. Paling sering digunakan skor Alvarado, terutamanya untuk menyingkirkan diagnosis appendisitis, dan memilah pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik lanjutan. Appendicitis Inflammatory Response Score merupakan satu skor untuk memprediksi appendisitis. Beberapa menunjukkan skor ini lebih tepat dibandingkan dengan Alvarado skor.1

Tabel 1: Clinical Scoring System110. Pemeriksaan RontgenFoto polos abdomen boleh menunjukkan adanya fecalit dan fecal loading di caecum, yang boleh menandakan adanya appendisitis. Pemeriksaan ini jarang membantu dalam mendiagnosis appendisitis akut, namun dapat membantu menyingkirkan patologi lain.1Foto thorax dapat menyingkirkan nyeri alih dari proses pneumonia lobus kanan bawah.1Pada pemeriksaan dengan menggunakan barium enema (appendikogram), seandainya appendiks terisi dengan barium, kemungkinan appendisitis rendah. Namuan, apabila terjadi pengisian inkomplit atau tidak ada pengisian sama sekali boleh menandakan adanya appendisitis.4 Pemeriksaan ini bagaimanapun tidak dianjurkan pada kasus akut.

Gambar 7: Appendikogram normal4

Gambar 8: Appendikogram pada pasien appendicitisSumber: http://seraficarosari.blogspot.com/2013/09/usbun-part-2.htmlPemeriksaan USG sering digunakan karena pemeriksaan ini relatif murah, tidak memerlukan medium kontras, dan dapat dilakukan pada pasien hamil. Appendiks terlihat sebagai suatu loop yang berasal dari caecum, bersifat nonperistaltik, dan mempunyai ujung yang buntu (blind-ending). Diperiksa diameter appendiks secara anterior posterior. Penebalan dinding appendiks melebihi 5 mm dan adanya cairan periappendiceal merupakan tanda-tanda appendisitis. USG dapat digunakan pada pasien anak, dewasa dan juga pada wanita hamil. Kekurangan dari USG adalah hasil pemeriksaan sangat tergantung pada keahlian pemeriksaan.4

Gambar 9: USG appendiks normal

Gambar 10: USG appendiks perforasiPada pemeriksaan CT-scan, inflamasi appendiks ditandai dengan dilatasi appendiks (>5mm) dan penebalan dinding appendiks. Terdapat juga tanda-tanda inflamasi seperti periappendiceal fat stranding, penebalan mesoappendiks, periappendiceal phlegmon, dan cairan bebas. Fecalit juga biasanya tervisualisasi, namun keberadaan fecalit tidak bersidat patognomonik untuk appendisitis. Kekurangan dari pemeriksaan CT scan adalah harganya mahal, eksposur terhadap radiasi, dan penggunaan yang terhad pada pasien hamil.111. Diagnosis BandingSecara umum, diagnosis banding appendisitis akut adalah diagnosis akut abdomen lainnya. Terdapat berbagai macam proses akut di kavitas peritoneal yang menghasilkan alterasi fisiologis yang sama dengan appendisitis akut.1Diagnosis banding dari appendisitis akut tergantung pada empat faktor utama; lokasi anatomis appendiks, derajat proses (dengan atau tanpa komplikasi), umur pasien, dan jenis kelamin pasien.1Pasien Pediatrik Adenitis mesenterika akut Biasanya didahului atau disertai dengan ISPA Nyeri abdomen biasanya difus Kadang-kadang ditemukan voluntary guarding. Dapat ditemukan limfadenopati generalisata. Bersifat self-limitedPasien Usia Lanjut Diverticulitis Perforating carcinoma dari caecum atau sigmoidPenggunaan CT-scan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis pada pasien usia lanjut dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Seandainya keluhan pasien membaik dengan terapi konservatif, sebaiknya dilakukan pemeriksaan colon menggunakan colonoscopy atau barium enema.1Pasien Wanita Pelvic Inflammatory Disease (PID) Biasanya bilateral Jarang ada mual muntah Jarang ada nyeri tekan, sangat nyeri pada pergerakan cervix Ruptur folikel graafian Nyeri bersifat difus Jarang terjadi leukositosis Biasanya pada pertengahan siklus menstruasi Tumor ovari/ Kista ovari USG dan CT scan sangat membantu Endometrosis Kehamilan Ektopik Terganggu Riwayat gangguan menstruasi Perdarahan vaginal Adanya massa di pelvik Peningkatan -hCGPasien ImmunosupresiKadar appendisitis akut lebih tinggi pada pasien dengan HIV dibandingkan dengan pada populasi umum. Keluhan yang timbul sama seperti pasien tanpa HIV, namun resiko terjadinya perforasi lebih tinggi. Pada pasien dengan HIV, diagnosis banding appendisitis lebih luas. Perlu dipertimbangkan adanya resiko terjadinya infeksi opurtunistik.112. Penatalaksanaan1. Open AppendectomyBiasanya menggunakan anastesi umum. Pada kasus non-perforasi, dilakukan insisi di titik McBurney. Pada kecurigaan adanya perforasi, dilakukan laparotomi. Untuk mencari letak appendeiks, dicari taenia coli terutamanya taenia libera, kemudian akan ditemukan appendiks di distal taenia coli. Dilakukan diseksi untuk membebaskan appendiks dari dinding lateral abdomen atau pelvis. Dilakukan ligasi appendiks. Seandainya ada pus, dilakukan aspirasi. Seandainya tidak ditemukan tanda-tanda appendisitis, dicari kemungkinan patologis lainnya.1

Gambar 11: Cara mencari letak appendiksSumber: https://quizlet.com/6905155/ap-202-blood-flash-cards/2. Laparoskopic AppendectomyBiasanya menggunakan anastesi umum. Biasanya mengguna tiga port, satu di umbilikus, satu di suprapubik dan satu lagi di kuadran kiri bawah.Keuntungan teknik ini dibandingkan dengan open appendektomy adalah:1 Kadar surgical site infention yang lebih rendah Kurang rasa nyeri post-operasi Durasi rawat inap lebih pendek Dapat beraktivitas seperti biasa lebih cepatKekurangan teknik ini dibandingkan open appendektomi adalah: Terasosiasi dengan peningkatan resiko abses intra-abdominal3. Laparoscopic Single-Incision AppendectomyTeknik laparoskopik yang hanya menggunakan satu port di periumbilikal. Bagaimapaun, studi menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan atau kekurangan yang bermakna pada teknik ini dibandingkan dengna teknik laparoskopik menggunakan tiga port.14. Natural Orifice Transluminal Endoscopic Surgery (NOTES)Tehnik baru yang menggunakan endoskop fleksibel, dimana endoskop tesebut di masukkan ke kavitas abdomen melalui orifice external. Akses yang pernah digunakan adalah melalaui transvagina dan transgastrika. Tehnik ini diharapkan dapat mengurangkan nyeri post-operasi, mengelakkan infeksi luka, mengelakkan hernia, dan tidak meningkalkan jaringan parut. Tehnik ini masih sangat baru, dan biasanya masih digabung dengan tehnik laparoskopi. Masih banyak yang perlu diperhatikan untuk menilai keuntungan dan kerugian dari tehnik ini.113. Kondisi Khusus Pada Kasus AppendisitisAppendisitis pada PediatrikDiagnosis appendis lebih sulit ditegakkan pada pasien anak disebabkan oleh kesulitan mendapatkan informasi yang adekuat dari anak, keterlambatan orang tua membawa anak ke dokter, frekuensi distres gastrointestinal yang tinggi pada anak yang menyebabkan lebih mudah terjadi misdiagnosis.Pada anak, adanya nyeri tekan di kuadran kanan bawah, kesulitan untuk berjalan, nyeri pada perkusi, batuk atau melompat merupakan tanda-tanda appendisitis yang cukup sensitif. Pada anak, perkembangan penyakit lebih cepat dibandingkan dengan pada dewasa. Omentum anak juga belum cukup kuat untuk menahan ruptur, mengakibatkan kadar morbiditas yang lebih tinggi pada anak.Pada kasus non-perforasi, penggunaan antibiotik hanya terbatas pada 24-48 jam. Pada kasus perforasi, harus segera dilakukan tindakan operasi. Operasi laparoskopik merupakan pilihan yang baik untuk pasien anak.1Appendisistis pada Usia LanjutPada pasien usia lanjut, diagnosis appendisitis sulit ditegakkan akibat presentasi atipikal dari penyakit tersebut, diagnosa banding yang lebih luas, dan kesulitan untuk berkomunikasi.Pasien usia lanjut biasanya mengeluh nyeri perut kanan bawah, namun pada palpasi, nyeri tekan jarang ditemukan. Jarang juga ditemukan keluhan nyeri yang berpindah dari periumbilikal ke perut kanan bawah.Prioritas sebaiknya diberikan kepada pasien dengan peningkatan suhu tubuh melebihi 38C, leukositosis, laki-laki, anoreksia, atau mengeluh nyeri lama sebelum admisi ke rumah sakit, karena pada pasien dengan tanda-tanda ini, resiko terjadinya perforasi lebih tinggi.Sama seperti pada pasien anak, pasien usia lanjut juga sebaiknya dioperasi menggunakan teknik laparoskopik.1Appendisitis Akut saat HamilAppendisitis perlu dicurigai pada wanita hamil yang mengeluh nyeri abdomen akut. Biasanya pasien akan mengeluh nyeri perut kanan. Jarang didapatkan keluhan nyeri periumbilikal berpindah ke perut kanan.USG sangat membantu apabila ada keraguan. Selain itu, boleh juga digunakan MRI, yang dikatakan aman untuk fetus. Teknik operasi yang sebaiknya digunakan adalah appendektomi. Teknik laparoskopik sering kali dikaitkan dengan komplikasi kehamilan.1Appendisitis KronisAppendisitis kronis merupakan satu kondisi yang lebih jarang dan sulit untuk didiagnosis. Pada pasien dengan appendisitis kronis, pasien mengeluh nyeri terus-menerus di kuadran kanan bawah abdomen dan nyeri tekan di daerah yang sama, tanpa kelainan abdominal lainnya. Diagnosis appendisitis kronis hanya dapat dipastikan apabila appendektomi menghilangkan keluhan pasien, dan ditemukan tanda inflamasi kronis pada appendiks.512. Komplikasi Post-OperasiPada appendektomi tanpa komplikasi, komplikasi post-operasi jarang ditemukan. Pasien dapat pulang keesokan harinya. Terapi antibiotik tidak diperlukan.Pada appendektomi dengan komplikasi, kadar komplikasi post-operasi lebih tinggi. Pasien sebaiknya diberika antibiotik spektrum luas selama empat sampai tujuh hari. Ileus postoperatif dapat terjadi, oleh itu, diet sebaiknya diseduaikan dengan evaluasi klinis sehari-hari.1Komplikasi post-operasi yang sering ditemukan adalah:11. Surgical Site Infection Pasien dengan selulitis sebaiknya diterapi dengan antibiotik Pasien dengan abses intraabdominal post operatif dapat menunjukkan tanda-tanda peningkatan suhu tubuh, leukositosis, nyeri abdomen, obstruksi usus, diare, dan tenesmus. Abses kecil diterapi dengan antibiotik, manakala abses besar diterapi dengan drainage, sama ada perkutaneus atau laparoskopik.2. Stump Appendicitis Terjadi akibat kegagalan mengeluarkan seluruh appendiks pada prosedur pertama. Pasien biasanya mengeluh keluhan appendisitis berulang setelah sembilan tahun operasi pengangkatan appendiks. Resiko terjadinya komplikasi lebih tinggi.

BAB IIIPENUTUPAppendicitis merupakan satu kondisi dimana terjadinya peradangan pada appendiks. Appendiks merupakan satu organ yang ditemukan biasanya pada kuadran kanan bawah abdomen, bersamaan dengan caecum. Peradangan pada organ ini akan biasa menyebabkan timbulnya satu sekuens inflamasi, yang dimulai dengan fakktor etiologik seperti pernyumbatan oleh fecalit, dan diakhiri dengan perforasi appendiks, sekalipun beberapa kasus dapat sembuh spontan.Sesuai dengan perjalanan penyakit, pasien biasanya mengeluh nyeri yang awalnya dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah. Pasien juga dapat mengeluh keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah dan anoreksia. Pada pemeriksaan fisik, biasanya didapatkan nyeri tekan titik McBurney, nyeri lepas, dan nyeri kontralateral yang merupakan indikator dari terjadinya ransang peritoneal. Terdapat beberapa sistem skoring yang boleh digunakan bagi membantu menegakkan diagnosis appendisitis. Seandainya masih ada keraguan, boleh dilakuakan pemeriksaan penunjang dalam bentuk pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan laboratorium yang paling bermakna adalah jumlah leukosit, sedangkan pemeriksaan radiologis yang paling sering digunakan adalah USG dan CT-Scan.Perlu diingat bahwa tidak semua pasien datang dengan keluhan seperti yang dinyatakan diatas. Beberapa kasus yang agak sulit untuk ditegakkan diagnosisnya adalah pada pasien pediatrik, pasien usia lanjut, pasien hamil dan pasien immunocompromised.Pengobatan dari appendicitis adalah dengan operasi. Teknik operasi yang sering digunakan adalah open appendectomy dan laparaoskopi appendektomi. Terdapat juga beberapa teknik baru yang sedang dikembangkan.Pasca operasi appendektomi, pasien perlu dinilai apakah ada tanda-tanda komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pasca operasi untuk appendicitis adalah surgical site infection dan stump appendicitis.

Daftar Pustaka:1. Brunicardi F.C., Schwartzs principles of surgery, tenth edition; USA: McGraw-Hill publication, 2015, hal 1241-12582. Grace P.A., Borley N.R., At a glance ilmu bedah; Jakarta; Erlangga Medical Series, 2007, hal 1073. Gates R.H.,Infectious disease secrets 2nd edition; Pennsylvenia, Elsevier, 2003, hal 374. Incesu L., Appendicitis Imaging, 2014Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/363818-overview#a2Tanggal: 16 Juni 20155. Fischer J.E., Master of Surgery;Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 2001, hal 1436

15