48618d89867a41248f6acfc08bb3d6aacompilefinal

117
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penyusunan Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan laporan triwulanan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pihak ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan ekonomi regional. Berpijak pada momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang lebih akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo, yang berisi kajian dan analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata,

Upload: rasbi-nugroho

Post on 26-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

48618d89867a41248f6acfc08bb3d6aaCOMPILEFINAL.doc

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penyusunan Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan laporan triwulanan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pihak ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan ekonomi regional.

Berpijak pada momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai economic intelligent and research unit yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang lebih akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo, yang berisi kajian dan analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan.

Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 19 Februari 2009

BANK INDONESIA MANADO

Jeffrey Kairupan

PemimpinDAFTAR ISI

Kata Pengantar

1Daftar Isi

2

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

BAB 1KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

11

1. Sisi Permintaan

141.1. Konsumsi

151.2. Investasi

16

1.3. Ekspor-Impor

162. Sisi Penawaran............

172.1. Sektor Pertanian

18

2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ........................................................................

182.3. Sektor Industri Pengolahan

192.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

192.5. Sektor Bangunan.........................................................................................................

19

2.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

19

2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

202.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

20

2.9. Sektor Jasa-jasa.............................

203. Analisis Location Quotient (LQ) ...........................................................................................21BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

23

Inflasi .........................................

24 1. Inflasi tahunan

26 2. Inflasi bulanan...............................................

26BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

301. Fungsi Intermediasi

311.1. Respon Perbankan Gorontalo Terhadap Kebijakan Moneter................................

31

1.2. Penyerapan Dana Masyarakat

321.3. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor

351.4. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek ...............................................................401.5. Kredit UMKM ..............................................................................................................422. Risiko Kredit .......

442.1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit ....................................................................................442.2. Net Interest Margin (NIM) ............................................................................................45

2.3. Rasio BOPO .................................................................................................................46

2.4. Return on Asset (ROA) .................................................................................................46

2.5. Sensitivitas Resiko Pasar ...............................................................................................473. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

49BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

511. Alokasi Keuangan Daerah Gorontalo

522. Perkembangan Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi

522.1. Pendapatan Daerah ..................................................................................................

522.2. Belanja Daerah .........................................................................................................

54

2.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar .............

55

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

56

1. Perkembangan Aliran Uang Kartal

572. Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo

58BAB 6KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

601. Pengangguran

612. Kemiskinan.....

62

3. Rasio Gini ........................................................................................................................

63

4. IPM (Index Pembangunan Manusia) .................................................................................

64BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

661. Outlook Kondisi Makro ekonomi Regional

67

1.1. Prospek Penawaran Agregat......................................................................................

67

1.2. Prospek Permintaan Agregat.....................................................................................

682. Outlook Inflasi

68

3. Prospek Perbankan ..........................................................................................................

69LAMPIRAN

70DAFTAR ISTILAH

75

Perkembangan Ekonomi Makro

Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2008 tumbuh 7.55% (y.o.y).

Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2008 tumbuh sekitar 7,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 namun lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Gorontalo terutama didorong oleh kegiatan konsumsi khususnya konsumsi pemerintah dan investasi.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan IV-2008 terutama didorong oleh kegiatan konsumsi khususnya konsumsi pemerintah dan investasi. Peningkatan kegiatan konsumsi pemerintah tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan. Sementara itu kegiatan investasi juga mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi di Gorontalo tumbuh positif, kecuali sektor listri, gas dan air bersih yang mengalami perlambatan.Respon di sisi penawaran ditandai oleh tumbuh positifnya seluruh sektor ekonomi di Gorontalo, kecuali sektor listrik, gas dan air bersih yang mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Seiring dengan kenaikan laju konsumsi dan meningkatnya ekspor, kinerja tiga sektor ekonomi di Gorontalo, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, bangunan, industri merupakan tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi awal tahun ini. Peningkatan kinerja di sektor PHR didorong oleh pertumbuhan pada sub sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor Hotel dan sub sektor restoran yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang positif.

Perkembangan Inflasi

Laju perubahan harga di Gorontalo secara tahunan mengalami inflasi 9,20%.Secara tahunan laju perubahan harga di Gorontalo pada triwulan III-2008 mengalami inflasi 9,20% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 7,02% (y.o.y). Bila dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional, inflasi bulanan kota Gorontalo juga tercatat lebih tinggi. Gorontalo mengalami inflasi sebesar 0,03% (m.t.m), berbeda dengan angka inflasi nasional yang justru mengalami deflasi 0,04% (m.t.m).

Tekanan inflasi selama bulan Desember 2008 disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas. Sumber-sumber tekanan inflasi selama bulan Desember 2008 terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hari raya Natal dan Tahun baru. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain : layang, cabe rawit, tomat sayur, rokok kretek filter, gula pasir, cakalang, beras, tongkol, pisang, cabe merah dan rokok kretek. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain : bahan agar-agar, saus tomat, soun, jahe, solar, sawi hijau, lada/merica, udang basah, teri, ketimun, kelapa, semen, bayam, kemiri, telur ayam ras, kacang panjang, terong panjang, ekor kuning, tude, kangkung, dan bensin.

Faktor utama penyebab inflasi adalah peningkatan harga seluruh kelompok barang dan jasa serta perubahan kebijakan pemerintahFaktor utama inflasi tahunan selama triwulan IV - 2008 disebabkan oleh peningkatan harga seluruh kelompok barang dan jasa, dengan tingkat inflasi tertinggi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Namun jika dilihat secara bulanan, terjadi deflasi pada salah satu kelompok barang dan jasa, yaitu pada sektor transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang terjadi akibat adanya kebijakan penurunan harga BBM yang ditetapkan oleh pemerintah. Kebijakan ini dilakukan untuk merespon penurunan harga minyak internasional. Perkembangan Perbankan Daerah

Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2008 cukup baik.Kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2008 secara garis besar menunjukan perkembangan yang cukup menggembirakan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hal ini tercermin baik dari sisi total aset, penghimpunan dana masyarakat maupun dari sisi kredit yang berhasil disalurkan yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sehingga hal tersebut mendorong peningkatan rasio Loan to Deposito Ratio (LDR) yang naik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah kredit yang lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Peningkatan LDR ini juga diperkuat dengan penurunan rasio kredit bermasalah pada triwulan laporan. membaiknya kualitas kredit lebih didorong karena bank cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya mengingat dampak dari krisis global yang masih menghantui perekonomian dalam negeri.

DPK tumbuh signifikan, penyaluran kredit mengalami peningkatan.

Dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan pada triwulan laporan mencapai Rp1.773 miliar atau naik 13,12% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis deposito yang meningkat 42,27% (y.o.y), jenis giro sebesar 9,88% (y.o.y), dan tabungan sebesar 4,08% (y.o.y). Fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo sampai triwulan IV-2008 berjalan baik tercermin dari meningkatnya kredit yang berhasil disalurkan perbankan yang meningkat 38,64% atau mencapai jumlah Rp2.003 miliar bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Penyaluran kredit berdasarkan bank pelapor mengalami pertumbuhan yang positifPenyaluran kredit berdasarkan bank pelapor mengalami pertumbuhan yang positif dibandingkan triwulan sebelumnya yang diikuti dengan peningkatan rasio LDR-nya. Berdasarkan jenis penggunaannya, hanya dua jenis kredit mengalami pertumbuhan positif yang cukup signifikan yaitu konsumsi yang mencatat pertumbuhan paling tinggi 44,41% (y.o.y), kredit modal kerja tumbuh sebesar 40,84% (y.o.y) dan sebaliknya untuk jenis kredit investasi mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 4,90% (y.o.y). Dengan nilai LDR yang tercatat sebesar 112,97%. Berdasarkan sektor ekonomi, kredit yang berhasil disalurkan bank umum pada triwulan ini sebagian besar disalurkan ke sektor lainnya (konsumsi) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dimana pangsanya berturut-turut debesar 57,42% dan 31,49% dari total kredit.

Kredit bank umum yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek mencatat pertumbuhan sebesar 44.01% (y.o.y).Sementara itu, posisi kredit bank umum yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek di Gorontalo Dalam triwulan IV-2008 (bulan November 2008) mencapai Rp2.061miliar atau tumbuh 44,01% (y.o.y). Dari total kredit tersebut 5,17% (sebesar Rp106,57 miliar) merupakan kredit yang disalurkan bank umum yang beroperasi di luar Gorontalo, dan dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek yang ada di Gorontalo.

Sampai triwulan III-2008, kinerja BPR di Gorontalo cukup menggembiraka, dengan total aset sebesarRp.20.77 miliarSampai triwulan IV-2008 (data bulan November), kinerja BPR di Gorontalo mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hal ini antara lain tercermin dari penurunan jumlah asset dan penurunan dana pihak ketiga yang dihimpun. Sebaliknya terjadi peningkatan jumlah kredit yang berhasil disalurkan yang diiringi dengan perbaikan kualitas kredit (NPL) namun yang masih tetap berada jauh di atas batas toleransi BI sebesar 5%. Total asset BPR di Gorontalo tercatat Rp20,77 miliar, tumbuh negatif 9,38% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun turun sebesar 20,99% (y.o.y) menjadi Rp7,08 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa 54,23% atau sebesar Rp3,84 miliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan sebesar Rp3,24 miliar. Sementara itu, penyaluran kredit di triwulan laporan tercatat Rp15.093 miliar atau tumbuh sebesar 4,52% (y.o.y).

Fungsi intermediasi yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) BPR yang mencapai 213,13% lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 161,10%. Dari sisi kualitas kredit, menunjukkan perkembangan yang masih mengkhawatirkan dikarenakan rasio NPL masih berada diatas batas toleransi BI 5% atau sebesar 20,48%.

Perkembangan Keuangan Daerah

Jumlah dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat yang dialokasikan ke Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 mencapai Rp3,7 Triliun.Jumlah dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat yang dialokasikan ke Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 mencapai Rp3,7 Triliun, dengan komponen pembentukannya yang meliputi Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp1,642 trilliun dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp288,734 milliar yang tersebar di 5 kabupaten, 1 kota dan 1 provinsi di Gorontalo. Sedangkan Realisasi anggaran belanja Pemerintah Provinsi Gorontalo s.d. triwulan IV-2008 mencapai Rp.535,91 milliar dengan prosentase pencapaian sebesar 86,79%.

Realisasi APBD Gorontalo khususnya realisasi belanja daerah sampai akhir triwulan laporan sedikit banyak telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian sebesar 9,06% terhadap total PDRB. Dampak realisasi APBD Gorontalo terhadap perkembangan uang beredar di masyarakat sampai dengan akhir triwulan laporan mengalami ekspansi .

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2008 berada kondisi net inflow sebesar Rp.55,314 miliar

Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2008 berada pada kondisi net inflow sebesar Rp55,314 miliar, hal ini merupakan dampak dari kembalinya sejumlah uang kartal ke dalam khasanah setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pola aliran outflow, dimana uang kartal keluar dari khasanah untuk untuk memenuhi kebutuhan transaksi menjelang hari raya Idul Fitri. Sementara itu jumlah perputaran nominal warkat kliring non BI di Gorontalo tercatat Rp268,40 miliar atau meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp199,4 miliar. Jumlah warkat yang dikliringkan pun mengalami peningkatan, dari 9000 lembar pada tahun 2007 menjadi 9200 lembar pada tahun 2008. Rasio penolakan jumlah Cek/BG kosong terhadap jumlah warkat kliring juga mengalami peningkatan, yaitu dari 0,40% pada triwulan III-2008 menjadi 0,43% pada triwulan laporan, demikian juga halnya dengan rasio jumlah nominal Cek/BG kosong terhadap total nominal keseluruhan warkat yang dikliringkan juga mengalami peningkatan dari 0,43% pada triwulan III-2008 menjadi 1,12% pada triwulan laporan.

Kesejahteraan Masyarakat

Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo pada bulan Agustus 2008 tercatat sebanyak 429.384 orang.Persentase penduduk miskin di tahun 2008 sebesar 24.88% Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari tahun ke tahun, pada bulan Agustus 2008 tercatat sebanyak 429.384 orang dan dari jumlah tersebut 94,35% diantaranya berstatus bekerja, sedangkan sisanya 5,65% merupakan pengangguran. Berdasarkan sektor ekonominya, sektor pertanian tercatat menyerap tenaga kerja paling tinggi diantara sektor lainnya yang mencapai 184.148 orang atau 45,45% dari total tenaga kerja yang terserap di seluruh sektor. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan pada bulan Februari 2008, hal ini dikarenakan puncak musim panen yang terjadi pada periode Januari-April 2008. Penurunan tenaga kerja ini kemudian ditransmisikan kepada sektor-sektor selain sektor pertanian yang ditunjukkan dengan peningkatan yang terjadi di sektor-sektor tersebut.

Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2008 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 24,88% atau mengalami penurunan dibandingkan peroide Maret 2007 yang tercatat sebesar 27,35%. Jumlah ini tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%), dan yang terkecil di Kota Gorontalo (8,11%)

Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36.Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%.

Sementara itu, Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01.

Prospek Perekonomian

Perekonomian Gorontalo triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh 7,5% - 8,3% (yoy).Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2009 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,84% dimana konsumsi masih merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diwarnai oleh melambatnya pertumbuhan ekspor barang dan jasa sejalan dengan kondisi eksternal yang kurang kondusif.

Dari sisi penawaran, diperkirakan terjadi sedikit kenaikan pada sektor pertanian.Dari sisi penawaran, pada triwulan mendatang diperkirakan akan pertumbuhan akan ditopang oleh sektor bangunan,PHR, Keuangan, Sewa dan ,Jasa Perusahaan.

Di sisi permintaan,didorong oleh kinerja sektor konsumsi, baik pemerintah maupun rumah tangga.

Sedangkan dari sisi permintaan, pendorong utama diperkirakan masih akan di dorong oleh kinerja sektor konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif dan lebih tinggi triwulan sebelumnya, terkait dengan pemilihan umum tahun 2009.

Inflasi Gorontalo pada triwulan mendatang berada pada kisaran 6,5-7,8%.Tingkat inflasi Gorontalo pada triwulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan dengan tingkat inflasi periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini dipicu oleh mulai melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang ditunjukkan dengan menurunnya harga minyak dunia yang diikuti oleh penurunan harga berbagai komoditas pangan di tingkat internasional yang pada akhirnya berdampak pada penurunan harga barang dan jasa secara umum pada tingkat nasional dan regional termasuk di Provinsi Gorontalo. Laju inflasi nasional tahun 2009 diperkirakan menurun, berada pada kisaran 5,0 7,0% (y.o.y). Sementara itu proyeksi inflasi Gorontalo tahun 2009 berada pada kisaran 6,5 7,8% (y.o.y).

Di tahun 2009, daya tahan industri perbankan cukup memadai.Di bidang perbankan, daya tahan industri perbankan kita cukup memadai. Dalam tahun 2009, walaupun rasio kecukupan modal (CAR) diperkirakan sedikit menurun namun hal ini tidak akan menghambat pertumbuhan kredit yang diperkirakan masih akan berada pada kisaran 18 - 20%. Sementara itu, dengan perlambatan ekonomi akibat pengaruh krisis global maka diperkirakan NPL akan cenderung meningkat.

Di tengah-tengah gejolak keuangan global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, pertumbuhan perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2008 diperkirakan juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2008 diperkirakan mulai menurun walaupun secara keseluruhan tahun 2008 masih dapat mencatat sekitar 6,1% dan akan semakin melemah di tahun 2009.

Perkembangan ekonomi global memberi tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2008. Pelemahan ekonomi global yang lebih dalam, termasuk kontraksi ekonomi yang akan terjadi di berbagai negara diperkirakan akan mendorong pelemahan kinerja ekspor Indonesia secara signifikan. Tekanan terhadap ekspor bertambah berat terutama ketika penurunan harga komoditas di pasar internasional masih terus berlanjut hingga tahun mendatang sehingga diperkirakan akan memengaruhi kinerja neraca pembayaran.

Di sisi neraca modal dan portofolio, sentimen negatif yang dipicu gejolak di pasar keuangan global telah mendorong capital outflows. Fenomena global yang saat ini dirasakan adalah terjadinya sebuah proses deleveraging yang mengakibatkan keketatan likuiditas global sehingga mendorong perpindahan portofolio investor termasuk dari Indonesia. Repricing yang dilakukan oleh investor seiring dengan meningkatnya persepsi risiko semakin mendorong aliran modal keluar (capital outflows) dari emerging market. Dampak dari proses tersebut adalah tekanan pada nilai tukar Rupiah. Selama bulan November 2008, nilai tukar secara rata-rata mencatat pelemahan sebesar 13,8%, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 6,5%.

Kinerja IHSG masih dipengaruhi oleh kondisi pasar keuangan global. Keketatan likuiditas di pasar-pasar keuangan mulai merambat ke negara-negara berkembang. Saham-saham perbankan Amerika Serikat (AS), antara lain Citigroup, kembali berjatuhan. Indeks saham Dow Jones mendekati level 7500, yang merupakan level terendah sejak 2002. Dari sisi domestik, relatif stabilnya kondisi makro yang terindikasi dari masih tingginya pertumbuhan ekonomi di Triwulan III-2008 belum mampu menahan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari gejolak di sisi eksternal. Pada pekan terakhir November 2008 kondisi IHSG kembali positif dan mengalami pembalikan arah didorong oleh berbagai faktor, antara lain dilaksanakannya berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengantisipasi krisis lebih lanjut serta membaiknya kondisi global. Dengan demikian, secara bulanan IHSG hanya melemah sebesar 1,2% (mtm) dan ditutup pada posisi 1.241.

Tekanan inflasi mulai dirasakan mereda. Perkembangan eksternal dan permintaan dalam negeri yang melemah telah menyebabkan berkurangnya tekanan inflasi di dalam negeri. Kelompok harga makanan yang bergejolak (volatile food) mencatat penurunan laju inflasi yang besar dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini terkait dengan masih berlanjutnya penurunan harga komoditas internasional. Deflasi juga terjadi pada kelompok harga barang yang ditentukan pemerintah (administered price). Meski mereda, Bank Indonesia mencermati masih adanya potensi tekanan di sisi inflasi inti, terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Meski demikian, tekanan tersebut masih dapat dikompensasi sebagian oleh penurunan harga komoditas internasional. Dari sisi stabilitas sistem keuangan, Keputusan Dewan Gubernur BI pada Desember 2008 untuk menurunkan BI Rate menjadi 9,25% didasari pada upaya untuk mengurangi risiko inflasi tanpa mengganggu arah peningkatan pertumbuhan ekonomi secara berlebihan. Untuk itu, Bank Indonesia akan tetap melaksanakan kebijakan moneter yang terukur dan hati-hati dengan tetap menjaga momentum perkembangan perekonomian dan diharapkan dapat menjaga stabilitas sistem keuangan domestik. Selain itu, kebijakan tersebut akan tetap diikuti oleh pemanfaatan piranti moneter lain secara optimal, untuk meminimalkan volatilitas nilai tukar rupiah serta menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang.

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sejalan dengan perkembangan kondisi makro ekonomi nasional, secara regional, perekonomian Gorontalo pada tahun 2008 tumbuh 7,94% (y.o.y).

Sumber : BPS GorontaloDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan IV-2008 terutama didorong oleh kegiatan konsumsi khususnya konsumsi pemerintah dan investasi. Peningkatan kegiatan konsumsi pemerintah tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan. Sementara itu kegiatan investasi juga mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, seiring dengan kelesuan perekonomian global, kinerja ekspor Gorontalo diperkirakan mengalami penurunan, namun terdapat diversifikasi pasar yang diharapkan dapat meminimalkan dampak krisis perekonomian terhadap kinerja ekspor Gorontalo.

Respon di sisi penawaran ditandai oleh tumbuh positifnya seluruh sektor ekonomi di Gorontalo, kecuali sektor listrik, gas dan air bersih yang mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Seiring dengan kenaikan laju konsumsi dan meningkatnya ekspor, kinerja tiga sektor ekonomi dominan di Gorontalo, yaitu sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor Jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sehingga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Gorontalo.

1. Sisi Permintaan

Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh 7,55% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 7,25%. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo didorong oleh meningkatnya kegiatan konsumsi pemerintah dan investasi

*) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

***) Angka sangat sementara sekali

Sumber : BPS Gorontalo

*) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

***) Angka sangat sementara sekali

Sumber : BPS Gorontalo

1.1. Konsumsi

Konsumsi pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh 14,14% (y.oy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kegiatan konsumsi ini diperkirakan sebagai akibat masyarakat menahan konsumsi dan meningkatkan tabungan. Hal ini tercermin dari jumlah DPK perbankan di Gorontalo yang hingga Desember 2008 telah mencapai jumlah Rp1.773 Triliun atau meningkat 13,12% (y.o.y). Namun demikian kegiatan konsumsi rumah tangga masih tetap tumbuh positif selama triwulan laporan yaitu sebesar 4,34% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 3,47%. Peningkatan konsumsi rumah tangga ini terutama didorong oleh konsumsi non makanan. Sementara itu pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami kenaikan yang cukup signifikan menjadi 26,70% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 16,68%, hal ini disebabkan kenaikan belanja operasional pemerintah yang mengalami kenaikan Rp76,30 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.1.2. Investasi

Perkembangan kegiatan investasi selama triwulan IV-2008 memperlihatkan pertumbuhan yang meningkat, hal ini tercermin dari meningkatnya nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan laporan yaitu 25,01% (y.o.y). Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 20,05% (y.o.y). Peningkatan kegiatan investasi tercermin dari peningkatan jumlah belanja modal pemerintah yang mencapai angka Rp156,93 Miliar pada kuartal IV tahun 2008. Jumlah belanja modal pemerintah mengalami pertumbuhan yang signifikan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.1.3. Ekspor Impor

Kinerja ekspor Gorontalo pada triwulan IV-2008 diperkirakan mengalami penurunan signifikan apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya 86,61% (yoy) atau sebesar USD 6,576 juta. Berdasarkan kelompok ISIC (International Standard Industrial Classification) yaitu pengelompokkan komoditi ekspor berdasarkan klasifikasi industri atau sektoral, sebagian besar komoditi ekspor Gorontalo periode Januari - Desember 2008 berasal dari sektor manufaktur. Dari grafik dapat dilihat bahwa penurunan kinerja ekspor tahun 2008 apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi pada sektor manufaktur. Disisi lain, nilai ekspor sektor pertanian dan perikanan dengan sub sektor industri hasil hutan dan kegiatan lain yang berhubungan, mengalami peningkatan 165,59% atau sebesar USD 68.362.

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Sementara itu, dilihat dari negara-negara yang menjadi tujuan ekspor Gorontalo selama kurun waktu Januari s.d. Desember 2008, negara tujuan ekspor Gorontalo lebih terdiversifikasi dan tidak terkonsentrasi pada satu negara saja. Pada periode ini, Gorontalo mengekspor ke satu pasar baru dengan jumlah cukup besar, yakni Pakistan, sebesar 22,77% dari total ekspor Gorontalo dengan nilai sebesar USD 231.500. Dengan adanya diversifikasi pasar ekspor ini diharapkan dampak krisis moneter tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor Gorontalo.2. SISI PENAWARAN

Respon di sisi penawaran ditandai oleh tumbuh positifnya sebagian besar sektor ekonomi di Gorontalo, dengan laju pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 14,24%, sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih mengalami kontraksi sebesar 0,71%. Berdasarkan kontribusinya, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan perekonomian Gorontalo dengan sumbangan sebesar 2 % terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Berikutnya adalah sektor jasa-jasa sebesar 1,26% dan bangunan sebesar 1,11% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum.

Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah2.1. Sektor PertanianSektor pertanian Gorontalo mengalami pertumbuhan positif di triwulan IV tahun 2008, sebesar 7,52% (y.o.y), lebih tinggi bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,94% (y.o.y). Berdasarkan komponen pembentuknya pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan dengan kontribusi 1,17% (y.o.y), sub sektor peternakan 0,45% (y.o.y) dan sub sektor perikanan sebesar 0,32% (y.o.y) terhadap laju pertumbuhan sektor pertanian secara umumnya.Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor pertanian tumbuh 50,31% (y.o.y). Nilai kredit yang disalurkan ke sektor pertanian hingga Desember 2008 sebesar Rp86,39 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp57,47 miliar.2.2. Sektor Pertambangan dan PenggalianSecara tahunan, sektor pertambangan dan penggalian dalam triwulan IV tahun 2008 tumbuh 14,24% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan sumbangan terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum sebesar 0,15%. Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh sub sektor penggalian, dimana berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif sebesar 32,66%(yoy). Nilai baki debet kredit yang disalurkan ke sektor pertambangan dan penggalian sampai dengan Desember 2008 sebesar Rp2,94 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,37 miliar.2.3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan di Gorontalo selama triwulan IV-2008 tumbuh sebesar 8,72% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,74%. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo secara umum sebesar 0,76%. Berdasarkan unit usahanya, sebagia besar pelaku usaha di sektor ini bergerak dibidang sektor industri pengolahan kayu dan ikan (Non Migas).

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 7,64%. Nilai kredit yang disalurkan ke sektor industri pengolahan sampai dengan Desember 2008 sebesar Rp29,12 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp31,52 miliar2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Setelah pada periode sebelumnya nilai tambah sektor listrik, gas dan air bersih mengalami perlambatan, pada triwulan IV-2008 sektor ini juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,71% (y.o.y). Perlambatan sektor listrik, gas dan air bersih terutama didorong oleh penurunan kinerja sub sektor listrik dengan pertumbuhan negatif sebesar 3,57%. Sementara sub sektor air bersih mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,38%. 2.5. Sektor Bangunan

Secara tahunan, sektor bangunan tumbuh 13,13% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 1,11% terhadap laju pertumbuhan Gorontalo secara umum. Laju pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,82% (y.o.y). Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor bangunan tumbuh 54,35% (yoy). Nilai kredit yang disalurkan ke sektor bangunan sampai dengan Desember 2008 sebesar Rp54,52 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp35,32 miliar.2.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,65% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 6,44% dan 8,08% (y.o.y). Sektor ini memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo secara umum sebesar 0,97%. Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor Perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi sebesar 0,77%.

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tumbuh 29,67%. Nilai kredit yang disalurkan ke sektor ini sampai dengan Desember 2008 sebesar Rp630,66 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp486,36 miliar.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 6,05% (y.o.y) dengan kontribusi 0,68% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Gorontalo secara umum. Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 8,33% dengan sumbangan sebesar 0,92%. Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor pengangkutan 0,59% dan subsektor komunikasi 0,08%.

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor Pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,24%. Nilai kredit yang disalurkan ke sektor ini sampai dengan Desember 2008 sebesar Rp12,50 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp12,92 miliar.2.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Selama triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,99% (y.o.y), lebih rendah baik dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan kontribusinya, sumbangan sektor ini terhadap laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo sebesar 0,63%. Sementara itu, berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor bank 10,17%, Lembaga keuangan tanpa bank 2,84%, Sewa bangunan 5,02% dan Jasa perusahaan 18,46%.2.9. Sektor Jasa-Jasa

Selama triwulan laporan, sektor jasa-jasa tumbuh 6,35% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,78%. Berdasarkan kontribusinya, sumbangan sektor ini terhadap laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo sebesar 1,26%. Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor Pemerintahan umum dengan kontribusi 0,97%, sementara kontribusi subsektor swasta hanya sebesar 0,29%.3. ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ)Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Gorontalo diantaranya dapat dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur perekonomian daerah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur perekonomian daerah pada gilirannya akan dapat dilakukan dengan efektif dengan cara penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam daerah. Pendekatan LQ merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian daerah.

Dalam konteks pengembangan perekonomian Gorontalo, analisis LQ akan digunakan untuk mengukur sektor-sektor apa saja yang menjadi basis perekonomian khususnya bila dibandingkan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan wilayah di KTI (Kawasan Timur Indonesia). Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi sektor pada salah satu bagian wilayah (Gorontalo) terhadap kontribusi sektor yang sama dalam satu wilayah (Sulawesi Selatan)

Keterangan : LQ ( 1, sektor basis

LQ < 1, sektor non basis

Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektor-sektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ. Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 6 (enam) sektor yang merupakan basis (rasio LQ>1) di Provinsi Gorontalo yaitu (1) sektor pertanian, (2) sektor bangunan, (3) sektor Perdagangan, hotel dan restoran, (4) sektor pengangkutan dan komunikasi, (5) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta (6) sektor jasa-jasa. Dari 6 (enam) sektor basis tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Utara yaitu sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Dengan demikian, upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo diharapkan dapat lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.

INFLASISecara tahunan laju inflasi kota Gorontalo selama triwulan IV-2008 menunjukkan adanya tren penurunan. Di awal triwulan IV-2008 tingkat inflasi berada pada angka 12,66% (y.o.y), mengalami penurunan pada bulan November menjadi 11,73% (y.o.y), dan terus menurun hingga mencapai 9,20% (y.o.y) di akhir Triwulan. Jika dilihat secara bulanan, angka inflasi kota Gorontalo menunjukkan adanya fluktuasi. Pada awal triwulan, inflasi kota Gorontalo sebesar 0,22% (m.t.m), kemudian mengalami deflasi pada bulan November sebesar 0,09% (m.t.m), namun kembali meningkat pada akhir triwulan mencapai 0,03%(m.t.m).1. Inflasi Tahunan (y.o.y)

Jika dibandingkan dengan kondisi triwulan IV - 2007, terlihat bahwa ada perbedaan pola inflasi tahunan di kota Gorontalo. Pada tahun 2007, terlihat adanya kecenderungan kenaikan angka inflasi, dari 5,18% (y.o.y) di awal periode, sedikit mengalami peningkatan mencapai 5,55% (y.o.y) pada bulan November, dan terus meningkat hingga mencapai 7,02% (y.o.y) di akhir periode. Sementara inflasi tahunan pada triwulan IV-2008 cenderung mengalami tren penurunan, yaitu dari 12,66% (y.o.y) di awal periode, 11,73% (y.o.y) pada bulan November, dan terus menurun hingga mencapai angka 9,20% (y.o.y) pada bulan Desember 2008.

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolah

Dibandingkan dengan pola inflasi nasional, terlihat bahwa pola inflasi kota Gorontalo pada triwulan IV-2008 menunjukkan arah yang sama. Pola inflasi nasional, seperti halnya pola inflasi Gorontalo, cenderung mengalami penurunan yaitu jika pada awal triwulan IV - 2008 inflasi nasional berada pada angka 11,77%, maka pada bulan November dan Desember terus mengalami penurunan menjadi masing-masing pada angka 11,68% dan 11,06%.

Sumber tekanan inflasi di Gorontalo disebabkan karena harga yang belum stabil khususnya komoditi yang dipasok dari luar Gorontalo, dimana kendala jarak dan waktu sering berakibat pada fluktuasi harga.

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolah

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007, terlihat bahwa secara umum tingkat inflasi kota Gorontalo pada triwulan IV-2008 lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Berdasarkan data inflasi terakhir bulan Desember, kelompok yang menunjukkan adanya peningkatan angka inflasi adalah kelompok makanan jadi, kelompok minuman, rokok, dan tembakau, kelompok perumahan,air, listrik, gas dan bahan bakar, serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, yaitu jika pada tahun 2007 angka inflasi sebesar 1,70% (y.o.y), maka pada tahun 2008 angka inflasi meningkat menjadi 14,02% (y.o.y). Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa kali perubahan kebijakan harga BBM dan gas yang ditetapkan pemerintah pada akhir tahun 2008. Sementara itu, kelompok yang menunjukkan adanya penurunan angka inflasi adalah kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Penurunan angka inflasi terbesar pada kelompok Bahan makanan, jika pada tahun 2007 angka inflasi kota Gorontalo sebesar 13,09 (y.o.y), maka pada tahun 2008 angka inflasi menurun hingga mencapai 8,56% (y.o.y). Kondisi ini merupakan dampak tidak langsung dari penurunan biaya transportasi khususnya untuk pasokan barang dan bahan makanan dari luar Gorontalo.

2. Inflasi Bulanan (m.t.m)

Laju perkembangan inflasi bulanan pada triwulan IV 2008 cenderung berfluktuasi. Pada awal periode, angka inflasi bulanan Gorontalo tercatat 0,22% (m.t.m), sementara pada bulan November kota Gorontalo mengalami deflasi sebesar 0,09% (m.t.m), yang kemudian kembali mengalami inflasi di akhir periode sebesar 0,03%(m.t.m).

Penurunan inflasi pada bulan November secara umum disebabkan oleh menurunnya harga minyak dunia yang kemudian direspon oleh pemerintah dengan melakukan beberapa kali melakukan penurunan harga BBM sepanjang periode triwulan IV. Penurunan BBM ini berdampak pada penurunan biaya produksi dan transportasi. Perubahan biaya transportasi berdampak langsung terhadap harga barang di Gorontalo, karena sebagian besar supply barang di Gorontalo dikirim dari luar daerah. Namun demikian, pada bulan Desember 2008 tingkat inflasi kota Gorontalo kembali mengalami sedikit peningkatan yang disebabkan oleh adanya persiapan perayaan Hari raya Natal dan Tahun Baru.

Sumber : Badan Pusat Statistik Gorontalo, diolah

Laju inflasi bulanan Gorontalo sepanjang triwulan IV 2008 menunjukkan pola yang berbeda dengan triwulan yang sama tahun lalu. Jika pada triwulan IV tahun 2007 laju inflasi bulanan Gorontalo menunjukkan tren peningkatan, lain halnya dengan kondisi inflasi tahun 2008. Pada tahun 2007 tingkat inflasi bulanan kota Gorontalo menunjukkan peningkatan dari 0,19% (m.t.m) pada bulan Oktober, meningkat menjadi 0,79% (m.t.m) pada bulan November, dan terus mengalami peningkatan hingga akhir periode mencapai 3,50% (m.t.m). Sementara pola yang terjadi pada tahun 2008 cenderung berfluktuasi, jika pada bulan Oktober angka inflasi bulanan kota Gorontalo sebesar 0,22% (m.t.m), maka pada bulan November mengalami penurunan bahkan deflasi sebesar 0,09% (m.t.m) dan kembali mengalami inflasi di akhir periode sebesar 0,03% (m.t.m).

Dibandingkan dengan pola inflasi nasional, terlihat bahwa pola inflasi Gorontalo pada awal periode laporan cenderung memiliki arah yang sama. Terlihat adanya penurunan angka inflasi nasional dari awal triwulan IV-2008 sebesar 0,45% (m.t.m), yang terus menurun hingga mencapai 0,12%(m.t.m) pada bulan November. Namun, berbeda dengan angka inflasi Gorontalo yang kembali mengalami peningkatan pada akhir triwulan, angka inflasi nasional pada akhir triwulan justru semakin menurun hingga terjadi deflasi sebesar 0,04% (m.t.m). Hal ini terjadi karena penurunan harga BBM berdampak lebih luas dalam skala nasional. Beberapa sektor yang terkena dampak langsung penurunan harga ini adalah transportasi dan produksi.

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolahBerdasarkan kelompok barang dan jasa, angka inflasi bulanan tertinggi pada triwulan IV - 2008 adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,11% (m.t.m). Namun demikian, angka ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang mencapai 9,49% (m.t.m) pada kelompok Bahan makanan. Sementara itu, deflasi tertinggi tahun 2008 terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yaitu sebesar 2,40% (m.t.m). Angka ini jauh lebih tinggi dibanding deflasi yang terjadi pada tahun lalu sebesar 0,02% (m.t.m) pada kelompok Sandang.

Angka deflasi pada bulan Desember 2008 ini merupakan deflasi tertinggi sepanjang tahun 2008. Terjadinya deflasi dipicu oleh adanya kebijakan penurunan harga BBM yang diterapkan pemerintah pada akhir tahun 2008. Penurunan harga BBM ini berdampak langsung terhadap biaya untuk sektor transportasi. Inflasi Oktober 2008

Di awal triwulan IV -2008 ini inflasi kota Gorontalo cenderung mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan Oktober ini inflasi kota Gorontalo sebesar 0,22% (m.t.m), lebih rendah daripada akhir triwulan lalu sebesar 0,35% (m.t.m). Penurunan terbesar terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, yaitu deflasi sebesar 2,40% (m.t.m). Hal ini terjadi karena pada bulan ini pemerintah menerapkan kebijakan penurunan harga BBM yang dampaknya langsung dirasakan oleh sektor transportasi. Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,11% (m.t.m).

Inflasi November 2008Pada bulan November 2008 terjadi penurunan harga secara umum atau deflasi di kota Gorontalo hingga 0.09% (m.t.m). Berbeda dengan bulan lalu yang justru mengalami inflasi sebesar 0.22% (m.t.m), atau terjadi penurunan indeks dari 113,46 pada Oktober 2008 menjadi 113,36 pada November 2008. Pada periode ini, sebagian besar kota di kawasan timur Indonesia mengalami deflasi. Dari 14 (empat belas) kota yang disurvey, hanya dua kota yang mengalami kondisi inflasi yaitu Palopo dan Mamuju, sementara Gorontalo dan kota lainnya mengalami deflasi. Namun jika dibandingkan dengan kota lainnya, tingkat deflasi Gorontalo merupakan yang paling rendah.

Deflasi Kota Gorontalo terjadi karena adanya penurunan harga pada kelompok bahan makanan sebesar -1,57%. Sedangkan empat kelompok lainnya mengalami kenaikan dan dua kelompok tidak mengalami perubahan. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan November 2008 antara lain tude, pisang, rokok kretek filter, batubata, dan semen, dengan tingkat inflasi tertinggi berasal dari komoditas buah-buahan sebesar 13,24%. Sementara itu, komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain beras, jagung, tongkol kering, minyak goreng, telur dan daging ayam ras, dengan angka deflasi tertinggi pada sub kelompok ikan segar sebesar 5,96%.

Inflasi Desember 2008

Tahun 2008 di kota Gorontalo ditutup dengan laju inflasi sebesar 0.03% (m.t.m), meningkat dibandingkan bulan lalu yang justru mengalami deflasi 0.09%(m.t.m). Inflasi terjadi pada sebagian besar kelompok barang/jasa. Kelompok yang menunjukkan adanya penurunan harga atau deflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, dengan angka 2,4% (m.t.m). Tingginya angka deflasi dari kelompok ini terjadi karena adanya kebijakan penurunan harga BBM yang diterapkan pemerintah di akhir tahun 2008 yang berdampak langung terhadap sektor transportasi. Komoditas yang dominan memberi sumbangan deflasi adalah bensin sebesar 0,35% (m.t.m). Sementara itu, angka inflasi bulanan tertinggi di kota Gorontalo berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 2,11% (m.t.m). Sub kelompok yang mengalami inflasi yaitu: sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 3,73% (m.t.m) dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol 3,58% (m.t.m), dengan sumbangan inflasi terbesar berasal dari rokok kretek filter sebesar 0,13% (m.t.m). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Desember 2008 antara lain: layang, cabe rawit, tomat sayur, rokok kretek filter, gula pasir, cakalang, beras, tongkol, pisang, cabe merah dan rokok kretek. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain : bahan agar-agar, saus tomat, soun, jahe, solar, wortel, sawi hijau, lada/merica, udang basah, teri, ketimun, kelapa, semen, bayam, kemiri, telur ayam ras, kacang panjang, terong panjang, ekor kuning, tude, kangkung, dan bensin.

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

Kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo sampai dengan bulan Desember 2008 secara garis besar menunjukan perkembangan yang menggembirakan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari peningkatan total asset, kredit dan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun, disertai dengan meningkatnya rasio fungsi intermediasi perbankan (LDR) yang diperkuat dengan penurunan rasio kualitas kredit bermasalah (NPL). Meningkatnya LDR ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah kredit yang lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Sementara itu jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (q.t.q), walaupun tetap tumbuh positif namun pertumbuhan kredit tidak lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan BI rate menjadi 9,5% pada bulan Oktober 2008 yang ditambah lagi perlambatan perekonomian akibat dampak dari krisis global yang direspon oleh dunia usaha dengan menurunkan permintaan kreditnya. Sedangkan membaiknya kualitas kredit lebih didorong karena bank cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya mengingat dampak dari krisis global yang masih menghantui perekonomian dalam negeri.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

1. FUNGSI INTERMEDIASI

1.1. Respon Perbankan Gorontalo Terhadap Kebijakan MoneterRespon perbankan di Provinsi Gorontalo terhadap kebijakan moneter yang diambil Bank Indonesia cukup baik. Periode triwulan IV-2008 masih diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan AS yang menyebar dan berdampak luas pada perekonomian Indonesia. Di tengah berbagai gejolak tersebut, kondisi perbankan Indonesia secara fundamental masih dapat terjaga. Indikator-indikator utama perbankan menunjukkan ketahanan yang tetap baik dan mantap, tercermin pada berbagai indikator utama perbankan seperti NPL (Non Performing Loan) dan LDR (Loan To Deposit Ratio). Sementara itu, kondisi likuiditas perbankan yang sempat mengalami keketatan, sudah mulai longgar kembali. Namun, perbankan terlihat mulai berhati-hati dalam menyalurkan kredit seiring dengan meningkatnya risiko ke depan sebagai dampak dari melemahnya perekonomian di sektor riil.

Tingkat suku bunga deposito dan suku bunga kredit yang masih relatif tinggi sebagai efek tunda yang baru dirasakan di tengah-tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global berimplikasi pada penurunan akselerasi pertumbuhan kredit. Kenaikan BI rate pada Oktober 2008 masih terus ditransmisikan oleh suku bunga deposito. Bahkan setelah dipertahankannya level BI Rate pada November 2008. Tingkat Suku Bunga deposito di Gorontalo terus menunjukkan adanya peningkatan, sampai dengan bulan Desember 2008 tingkat suku bunga deposito telah mencapai 12,83%, diatas level BI rate yang berada pada posisi 9,25%. Peningkatan tingkat suku bunga ini dilakukan oleh perbankan ditengah-tengah kondisi sektor keuangan yang sedang dilanda dampak dari krisis ekonomi global yang mengharuskan perbankan untuk memperoleh dana yang likuid guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sementara itu, suku bunga kredit juga mengalami peningkatan, oleh pihak perbankan suku bunga kredit ditingkatkan untuk menjaga spread atau margin keuntungan bank, disamping sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika debitur mengalami gagal bayar (default), dimana pada saat terjadi gejolak perekonomian seperti kondisi saat ini probabilitas risiko debitur mengalami gagal bayar semakin terbuka lebar. Peningkatan suku bunga kredit konsumsi, investasi dan modal kerja mulai dirasakan di awal triwulan IV 2008. Sampai dengan posisi bulan Desember suku bunga kredit konsumsi mencapai 13,74% per tahun, tingkat suku bunga kredit investasi sebesar 15,43% per tahun, dan tingkat suku bunga kredit modal kerja sebesar 17,08% per tahun. 1.2. Penyerapan Dana Masyarakat

Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan BI Rate di bulan Oktober 2008 sebesar 25 bps menjadi 9,5%, sedikit banyak telah berdampak pada kinerja perbankan di Gorontalo, terlihat pada peningkatan dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan mencapai Rp1.773 miliar atau naik 13,12% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis deposito yang meningkat 42,27% (y.o.y), jenis giro sebesar 9,88% (y.o.y), dan tabungan sebesar 4,08% (y.o.y).

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar Rp1.006 miliar dengan pangsa 56,75% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, disusul kemudian deposito sebesar Rp469 miliar (26,46%) dan giro sebesar Rp298 miliar (16,79%). Secara umum selama triwulan laporan, preferensi masyarakat dalam menggunakan sistem perbankan jauh lebih tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih memilih untuk mengamankan asetnya di sektor perbankan daripada di pasar modal yang lebih rentan terhadap dampak dari gejolak krisis ekonomi global.;

;

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolahMenurut kelompok bank penghimpun dana, bank pemerintah menyerap hampir 85,84% atau sebesar Rp1.522 miliar dari seluruh DPK di Gorontalo sedangkan selebihnya dihimpun oleh bank swasta sebesar Rp251 miliar (14,16%). Relatif kecilnya peranan bank swasta ini disebabkan jaringan kantor bank pemerintah yang lebih luas dibandingkan bank swasta nasional. Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di bank pemerintah tumbuh sebesar 9,34% (y.o.y), sedangkan dana di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 43,11% (y.o.y). Tingginya pertumbuhan dana di bank swasta tidak lepas dari gencarnya promosi yang dilakukan perbankan swasta di Manado dalam menjaring nasabah baru. Berdasarkan kepemilikannya, dana yang dimiliki pemerintah daerah provinsi/kota/kabupaten hanya Berdasarkan kepemilikannya, dana yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp279 miliar atau meningkat sebesar 19,49% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dana milik swasta juga mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp1.493 miliar atau naik sebesar 12,01% (y.o.y). Komposisi kepemilikan dana swasta dan pemerintah pada triwulan laporan adalah sebesar 84% : 16%. Tingginya dana milik swasta yang berhasil dihimpun oleh perbankan mengindikasikan bahwa sumber pembiayaan Gorontalo lebih banyak digerakkan oleh pihak swasta.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari jumlah DPK sebesar Rp1.773 miliar di Gorontalo, sebesar Rp1.319 miliar atau sekitar 74,40% berasal dari dari bank-bank yang berlokasi di Kota Gorontalo sedangkan sisanya 25,60% berasal dari Kabupaten Gorontalo yang tercatat sebesar Rp454 miliar. Berdasarkan pertumbuhannya, baik Kabupaten Gorontalo maupun Kota Gorontalo mencatat pertumbuhan positif yaitu sebesar 19,79% (y.o.y) dan 10,99% (y.o.y).

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

1.3. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor

Secara umum, dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya penyaluran kredit di Gorontalo mengalami pertumbuhan positif yang diikuti dengan peningkatan rasio LDR-nya. Penyaluran kredit kepada sektor-sektor yang dominan seperti sektor pertanian, konstruksi dam sektor PHR juga mengalami peningkatan pertumbuhannya pada triwulan IV-2008. Hal ini mencerminkan terus membaiknya sektor riil, dimana perbankan Gorontalo terus meningkatkan penyaluran kredit ke masyarakat. Demikian pula halnya dengan fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo sampai triwulan IV-2008 berjalan baik tercermin dari meningkatnya kredit yang berhasil disalurkan perbankan yang meningkat 38,64% atau mencapai jumlah Rp2.003 miliar bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.Berdasarkan jenis penggunaannya, dari 3 jenis kredit yang disalurkan pada triwulan laporan, hanya dua jenis kredit mengalami pertumbuhan positif yang cukup signifikan yaitu konsumsi yang mencatat pertumbuhan paling tinggi 44,41% (y.o.y) dengan jumlah sebesar Rp.1.117 miliar. Pertumbuhan yang tinggi pada kredit konsumsi ini juga diperkuat dengan tingginya pangsa kredit konsumsi yang mencapai 55,77% dari total kredit keseluruhan. Kredit modal kerja tumbuh sebesar 40,84% (y.o.y) dengan jumlah Rp.762 miliar. Berdasarkan pangsanya kredit modal kerja masih berada dibawah pangsa kredit konsumsi yaitu hanya sebesar 38,06%. Sementara itu, kredit investasi mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 4,90% (y.o.y). Ditambah dengan fakta pangsa kredit investasi yang hanya 6,17% menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan dengan pangsa kredit konsumsi dan modal kerja. Pertumbuhan yang negatif ini terkait dengan kondisi perekonomian yang berfluktuasi akibat krisis global yang dirasakan baik oleh pihak perbankan dan sektor riil yang tercermin dari penurunan kredit investasi yang disalurkan bank.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Berdasarkan sektor ekonomi, kredit yang berhasil disalurkan bank umum pada triwulan ini sebagian besar disalurkan ke sektor lainnya (konsumsi) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dimana pangsanya berturut-turut debesar 57,42% dan 31,49% dari total kredit. Besarnya penyaluran kredit pada sektor PHR terutama didorong oleh meningkatnya aktivitas usaha di sektor PHR pada triwulan laporan. Selain itu, sektor ekonomi lainnya yang cukup besar menyerap kredit pada triwulan laporan adalah sektor pertanian, sektor konstruksi, dan sektor jasa dunia usaha yang masing-masing menyerap sebesar 4,31%, 2,72%, dan 1,58% dari total kredit.

Dilihat dari pertumbuhannya, beberapa sektor ekonomi mengalami peningkatan penyaluran kredit yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sektor konstruksi yang mengalami pertumbuhan yang tertinggi yaitu sebesar 54,35% dengan outstanding kredit mencapai Rp.55 miliar. Selanjutnya outstanding kredit sektor pertanian meningkat menjadi Rp.86 miliar atau tumbuh 50,31% (y.o.y), sektor lainnya (konsumsi) kenaikan jumlah penyaluran kredit menjadi Rp.1.150 miliar atau tumbuh 46,91% (y.o.y), kemudian sektor PHR dan sektor jasa dunia usaha dengan outsanding masing-masing mencapai Rp.631 miliar dan Rp.32 miliar atau tumbuh 29,67% (y.o.y) dan 13,30% (y.o.y). Terdapat pula sektor-sektor yang pembiayaannya justru mengalami kontraksi antara lain kredit sektor pertambangan, sektor jasa sosial/kemasyarakatan, sektor perindustrian, serta sektor transportasi dan komunikasi mengalami penurunan outstanding kredit masing-masing menjadi sebesar Rp3 miliar, Rp.5 miliar, Rp.29 miliar dan Rp.13 miliar atau menurun masing-masing 32,60%, 16,22%, 7,64% dan 3,24% (y.o.y). Pertumbuhan yang negatif ini lebih disebabkan adanya penurunan volume dari kegiatan usaha di masing-masing sektor ini.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Komposisi penyaluran kredit berdasarkan kelompok bank, hingga saat ini bank umum milik pemerintah masih terus mendominasi penyaluran kredit di Gorontalo dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan kredit hingga triwulan laporan mencapai Rp1.853 miliar dengan pangsa mencapai sekitar 91,81% sedangkan selebihnya disalurkan oleh kelompok bank swasta dan BPR (data bulan November) yang tercatat masing-masing sebesar Rp150 miliar dan Rp15 miliar atau pangsa pasar mencapai 7,44% dan 0,75%. Di samping itu kelompok bank pemerintah juga mencatat pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi yaitu sebesar 41,23% (y.o.y) dibandingkan kelompok bank swasta yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 13,03% (y.o.y).

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolahBerdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari jumlah kredit yang berhasil disalurkan sebesar Rp2.003 miliar di Gorontalo, sekitar 60,63% atau sebesar Rp1.214 miliar diserap oleh kota Gorontalo, sedangkan sisanya 39,37% atau sebesar Rp788 miliar diserap oleh kabupaten Gorontalo. Berdasarkan pertumbuhannya secara triwulanan, baik kota Gorontalo maupun kabupaten Gorontalo mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 39,64% (y.o.y) dan 37,12% (y.o.y). Namun demikian pertumbuhan kredit di kota Gorontalo lebih tinggi dibandingkan kabupaten Gorontalo.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolahPada triwulan laporan fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo yang dicerminkan dari rasio Loan To Deposit (LDR) tercatat sebesar 112,97% atau meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 92,17%. Membaiknya rasio LDR ini disebabkan karena peningkatan kredit yang jauh lebih signifikan dibandingkan pertambahan dana yang berhasil dihimpun perbankan. Berdasarkan wilayah administrasinya, Kabupaten Gorontalo mencatat LDR lebih tinggi dibandingkan Kota Gorontalo. Loan To Deposit (LDR) Kabupaten Gorontalo pada triwulan ini tercatat sebesar 173,72% atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 151,76%, sedangkan rasio LDR kota Gorontalo tercatat sebesar 92,06% meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 73,18%.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

1.4. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

Dalam triwulan IV-2008 (bulan November 2008), posisi kredit bank umum yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek di Gorontalo mencapai Rp2.061miliar atau tumbuh 44,01% (y.o.y). Dari total kredit tersebut 5,17% (sebesar Rp106,57 miliar) merupakan kredit yang disalurkan bank umum yang beroperasi di luar Gorontalo, dan dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek yang ada di Gorontalo.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolahDilihat dari jenis penggunaan, sebagian besar kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek disalurkan kepada kredit konsumsi. Posisi kredit konsumsi pada triwulan laporan mencapai Rp1.146 miliar atau (55,62%), kredit modal kerja Rp750 miliar (36,37%) dan kredit investasi Rp165 miliar (8,01%). Bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, maka kredit menurut jenis penggunaan mengalami pertumbuhan positif dimana kredit konsumsi mencatat pertumbuhan positif tertinggi yaitu sebesar 51,98% (y.o.y), diikuti kredit modal kerja yang mencatat pertumbuhan sebesar 44,36% (y.o.y), kemudian kredit investasi sebesar 4,72% (y.o.y)

Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar penyaluran kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek disalurkan ke sektor lainnya (termasuk konsumsi) yang mencapai Rp1.147 miliar atau tumbuh 56,82% (y.o.y), selanjutnya diikuti oleh kredit sektor PHR yang menyerap kredit sebesar Rp618 miliar atau tumbuh 30,65% (y.o.y). Relatif tingginya penyerapan kredit di sektor PHR sejalan dengan dominasi sektor ini sebagai salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan kabupaten/kota, penyerapan kredit bank umum didominasi oleh Kota Gorontalo yang memiliki pangsa lebih tinggi yaitu sebesar 54,75% atau Rp1.128 miliar, sisanya diserap oleh Kabupaten Gorontalo yang tercatat sebesar Rp933 miliar atau 45,25% dari total kredit.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah1.5. Kredit UMKM

Porsi penyaluran kredit UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) baik di Kota maupun kabupaten Gorontalo terhadap penyaluran kredit secara keseluruhan memiliki kecenderungan meningkat. Pada triwulan laporan kredit UMKM mengalami pertumbuhan positif sebesar 30,70% (y.o.y) dengan jumlah kredit mencapai Rp.1.373 miliar. Meningkatnya kredit UMKM tersebut seiring dengan ekspansi kredit bank secara umum yang juga mengalami pertumbuhan positif. Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit UMKM masih didominasi pada kredit menengah dengan porsi sebesar 62,22% sedangkan kredit kecil dan mikro hanya mengambil porsi masing-masing sebesar 32,31% dan 5,46%. Kecilnya porsi kredit kecil dan mikro terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah di kedua jenis kredit tersebut yaitu masing-masing sebesar 5% dan 13%, jauh dari batas toleransi Bank Indonesia. Sementara itu, kredit menengah mencatat rasio kredit bermasalah yang cukup rendah yaitu sebesar 1,21%.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolahBerdasarkan penyebarannya di daerah tingkat II, sebagian besar kredit UMKM diserap Kota Gorontalo sebesar 64,62% dari total kredit UMKM senilai Rp.887 miliar, meningkat 31,33% (y.o.y). Sedangkan sisanya Rp486 (35,38%) diserap oleh Kabupaten Gorontalo (termasuk Boalemo, Bone Bolango dan Pohuwato) dengan pertumbuhan sebesar 29,56% (y.o.y).

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah2. RISIKO KREDIT 1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan IV2008 memperlihatkan penurunan yang signifikan baik dibandingkan triwulan sebelumnya maupun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 3,75% lebih kecil dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,52% dan periode yang sama tahun 2007 sebesar 6,38%. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan belum menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Hal ini sedikit banyak disebabkan oleh dampak dari krisis ekonomi global yang mulai dirasakan oleh sektor riil membuat perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya, selain itu juga terkait permasalahan dimana masih terdapat beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah2.2. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM) untuk triwulan IV-2008 berada dalam keadaan positif. Hal ini berarti bahwa pendapatan bunga (antara lain dalam bentuk kredit dan penempatan antar bank) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito). Pencapaian NIM triwulan IV-2008 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. NIM triwulan laporan tercatat sebesar Rp239 miliar atau naik 28,64% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat NIM sebesar Rp186 miliar. Peningkatan ini disebabkan dampak pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga, sehingga biaya bunga simpanan yang ditanggung bank cenderung lebih rendah sedangkan pendapatan bunga dari kredit mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

2.3. Rasio BOPO

Tingkat efisiensi perbankan yang antara lain diukur dengan rasio BOPO, dimana selama tahun 2008 terus mencatat perbaikan. Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Sampai dengan triwulan IV-2008, rasio BOPO bank umum di Gorontalo tercatat sebesar 54,68%, atau mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 64,60%. Menurunnya rasio BOPO ini mengindikasikan bahwa perbankan di wilayah Gorontalo sudah cukup efisen dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

2.4. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV2008, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 6,54% mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 7,23%. Penurunan rasio ROA ini lebih disebabkan oleh tingginya presentase kenaikan total aset dibandingkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Komponen laba pada ROA merupakan laba kotor termasuk didalamnya laba yang berasal dari kegiatan operasional dan non-operasional. Walaupun pada triwulan laporan ter;jadi penurunan rasio BOPO dimana pendapatan operasional lebih besar dari, beban operasionalnya, hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi penurunan rasio ROA yang berasal dari penurunan laba non-operasional bank.

;

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah2.5. Sensitivitas Resiko PasarSensitivitas terhadap resiko pasar adalah tingkat kepekaan aset maupun liabilities terhadap volatilitas suku bunga. Aset dan liabilities dimaksud adalah aktiva maupun passiva yang sensitive terhadap perubahan suku bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh strutur on/off balance sheet antara lain: jenis, karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrument. Tingkat sensitivitas yang tinggi dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga dan nilai tukar. Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas tersebut adalah pendekatan melalui perhitungan Net Portofolio Value (NPV), yaitu untuk mengetahui perubahan economic value dari suatu portofolio. Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit dan loss dari suatu portofolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap resiko pasar juga menetapkan potensial loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban, dan rekening administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position maka semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan peraturan gap yang sesuai dengan strategi yang diambil yaitu dengan mempertimbangkan perkiraan arah suku bunga (interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud (degree of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang diambil (risk appetite).Sensitivitas assets dan liabilities ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan suku bunga, sedangkan perubahan NIM dipengaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada karakterisitik instrumen keuangan yang membentuk portofolio bank tersebut, antara lain jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolahMemperhatikan kondisi assets dan liabilities perbankan Gorontalo sepanjang triwulan IV tahun 2008 berada pada kondisi positif gap, dimana RSA > RSL. Apabila diasumsikan pada triwulan mendatang terjadi penurunan suku bunga (BI Rate) berkenaan dengan berkurangnya tekanan inflasi dan semakin membaiknya indikator makroekonomi, diperkirakan bank akan merespon dengan menurunkan tingkat suku bunga dari dana yang berhasil dihimpunnya (dengan asumsi struktur pendanaan bank dalam keadaan yang normal), sehingga pendapatan bank akan naik karena penurunan interest expense lebih besar dari pada penurunan interest income.

3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Secara kelembagaan, jumlah BPR yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Manado sebanyak 21 BPR. Persebaran BPR ini sebanyak 17 BPR beroperasi di Sulawesi Utara sedangkan 4 BPR beroperasi di Gorontalo. Sampai triwulan IV-2008 (data bulan November), kinerja BPR di Gorontalo mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hal ini antara lain tercermin dari penurunan jumlah asset dan penurunan dana pihak ketiga yang dihimpun. Sebaliknya terjadi peningkatan jumlah kredit yang berhasil disalurkan yang diiringi dengan perbaikan kualitas kredit (NPL) namun yang masih tetap berada jauh di atas batas toleransi BI sebesar 5%.

Sumber : Bank Indonesia Manado, LBPPada triwulan IV-2008, total asset BPR di Gorontalo tercatat Rp20,77 miliar, tumbuh negatif 9,38% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun turun sebesar 20,99% (y.o.y) menjadi Rp7,08 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa 54,23% atau sebesar Rp3,84 miliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan sebesar Rp3,24 miliar. Penyaluran kredit di triwulan laporan tercatat Rp15.093 miliar atau tumbuh sebesar 4,52% (y.o.y). Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit modal kerja dengan pangsa 74,36%, selanjutnya kredit konsumsi dengan pangsa 23,84% dan sisanya kredit investasi sebesar 1,79%. Terlihat dalam tabel diatas, jenis kredit konsumsi mencatat pertumbuhan tertinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 18,46% (y.o.y) kemudian disusul oleh kredit modal kerja sebesar 1,48%. Sebaliknya, kredit investasi mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 21,15% (y.o.y). Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat suku bunga kredit investasi ditambah dengan kondisi perekonomian yang melambat sebagai dampak dari krisis global.

Sementara itu, fungsi intermediasi yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) BPR yang mencapai 213,11% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 161,10%. Dalam penilaian tingkat kesehatan BPR nilai LDR diatas 102,25% dapat dikategorikan tidak sehat. Dari sisi kualitas kredit menunjukkan angka yang masih jauh lebih tinggi dari batas toleransi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. Namun, selama triwulan laporan memperlihatkan adanya peningkatan kualitas kredit yang ditunjukkan dengan penurunan rasio NPL menjadi 20,48% dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,30%.

1. Alokasi Keuangan Daerah GorontaloTotal anggaran DIPA yang berasal dari pemerintah pusat yang dialokasikan ke Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 mencapai Rp3,7 Triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar 1,93 triliun diperuntukkan untuk dana perimbangan yang meliputi Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp1,642 trilliun dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp288.734 miliar. Dana perimbangan tersebut (DAU dan DAK) tersebar di 5 kabupaten, 1 kota dan 1 provinsi di Gorontalo,dengan alokasi DAU tertinggi diterima oleh Provinsi Gorontalo yaitu sebesar Rp368.637 miliar sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Gorontalo Utara dengan jumlah Rp101.367 miliar. Sementara itu, untuk DAK, jumlah alokasi dana yang tertinggi diterima oleh Kabupaten Gorontalo sebesar Rp62.977 miliar sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Gorontalo Utara sebesar Rp11.896 miliar.

Sumber : Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo

2. Perkembangan Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi

Target pendapatan dalam APBD Provinsi Gorontalo Tahun 2008 mengalami penyesuaian yang semula sebesar Rp471,94 miliar menjadi sebesar Rp488,66 miliar, meningkat 2,59% dibandingkan target Tahun 2007. Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan PAD provinsi Gorontalo yang mencapai Rp68,57 miliar atau naik sekitar 12,79% dari penetapan target APBD induk sekitar Rp60,79 miliar. Realisasi Belanja provinsi Gorontalo dalam APBD perubahan juga mengalami kenaikan sekitar 17,05% atau menjadi sekitar Rp617,45 miliar. Demikian pula halnya dengan sektor pembiayaan dalam APBD perubahan juga akan mengalami peningkatan sekitar 131,79% atau menjadi sekitar Rp128,79 miliar, kenaikan ini terjadi akibat kenaikan pada pos penerimaan pembiayaan daerah yang naik menjadi Rp168,79 miliar atau naik sekitar 76,63% dan juga pada pos pengeluaran pembiayaan daerah yang tumbuh sebesar Rp40 miliar.

2.1. Pendapatan Daerah

Tingkat ketergantungan Provinsi Gorontalo terhadap alokasi dana perimbangan seperti bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum dan khusus masih tinggi, yaitu mencapai 78,94% dari total realisasi pendapatan pada triwulan IV tahun 2008, namun jumlah ini telah mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dimana dana tersebut mencapai 88,21 % dari total pendapatan pemerintah Gorontalo.

Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov.GorontaloRealisasi pendapatan dalam APBD Provinsi Gorontalo s/d triwulan IV-2008 mencapai Rp 499,41 miliar dengan persentase pencapaian sebesar 102,20 % dari target yang telah ditetapkan pada awal tahun. Cakupan pendapatan daerah tersebut meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp87,28 miliar dan dana perimbangan sebesar Rp405.87 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, pencapaian komponen utama dana perimbangan berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp368.64 miliar dengan persentase pencapaian hingga Q4-2008 sebesar 100%, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak sebesar Rp14,39 miliar dengan persentase pencapaian 83,99%. Sementara itu Dana Alokasi Khusus hingga akhir triwulan IV-2008 sebesar Rp22,84 miliar dengan persentase pencapaian sebesar 90 %. Jumlah PAD Gorontalo masih relatif kecil bila dibandingkan kebutuhan realisasi belanja tercermin dari relatif rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah atau perbandingan PAD terhadap total belanja (hanya sebesar 16,28%) yang berarti bahwa kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pusat, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan PAD di masa yang akan datang. Namun, dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi dan politik saat ini kurang begitu menguntungkan, disarankan agar pengadaan pajak dan retribusi baru perlu dipertimbangkan secara hati-hati sehingga tidak menimbulkan gejolak baru di masyarakat yang pada gilirannya akan mendistorsi kegiatan perekonomian daerah.

2.2. Belanja Daerah

Realisasi anggaran belanja Pemerintah Provinsi Gorontalo s.d. triwulan IV-2008 mencapai Rp535,91 miliar dengan persentase pencapaian sebesar 86,79%. Berdasarkan komponen pembentuknya, belanja daerah ini meliputi belanja pegawai/personalia, barang dan jasa, belanja subsidi, belanja bantuan sosial, belanja hibah, belanja tak terduga, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja modal.

Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. GorontaloRealisasi belanja APBD kuartal IV tahun 2008 didominasi oleh belanja barang dan jasa yang pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp167,69 miliar dengan pencapaian persentase 91,69% dari rencana yang ditetapkan pada awal tahun. Berikutnya adalah belanja modal yang mencapai Rp156,93 miliar dengan persentase pencapaian sebesar 78,30%. Selanjutnya adalah belanja pegawai dan personalia sebesar Rp144.03 miliar dengan persentase pencapaian 91,52%, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan sebesar Rp43,28 miliar (persentase realisasi 90,45 %), belanja hibah sebesar Rp14,50 miliar (persentase realisasi 85,62%), belanja bantuan sosial sebesar Rp5,70`miliar (persentase realisasi 92,43%), dan belanja Subsidi sebesar Rp3,73 miliar (persentase realisasi 140,72%), sementara belanja tak terduga hingga akhir triwulan IV-2008 mencapai Rp50 juta.

2.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo Terhadap Sektor Riil dan Uang BeredarRealisasi APBD Gorontalo khususnya realisasi belanja daerah sampai akhir triwulan laporan sedikit banyak telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi pos-pos APBD ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu baik Konsumsi Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi anggaran belanja pemerintah daerah memberikan share masing-masing sebesar 6,40 % dan 2,65 % terhadap nilai tambah kegiatan pengeluaran pemerintah dalam PDRB. Secara total, realisasi anggaran belanja dalam APBD Gorontalo memberikan kontribusi sebesar 9,06 % terhadap total PDRB. Dampak realisasi APBD Gorontalo terhadap perkembangan uang beredar di masyarakat sampai dengan akhir triwulan laporan mengalami ekspansi yang berarti realisasi penerimaan daerah lebih kecil dibandingkan realisasi pengeluaran daerah.

Tabel IV.4.

Stimulus Fiskal Gorontalo Terhadap Sektor Riil

Keterangan : PDRB Q4-2008 (Harga Berlaku)

Tabel IV.5.Dampak APBD Provinsi Gorontalo Terhadap Uang Beredar

Keterangan : PDRB Q4 -2008 (Harga Berlaku)

1. Perkembangan Aliran Uang Kartal

Dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas dan uang layak edar masyarakat yang berdomisili cukup jauh dari Manado, Kantor Bank Indonesia Manado melaksanakan kegiatan kas titipan. Salah satu kas titipan Bank Indonesia terletak di Gorontalo yang bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah tersebut. Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2008 berada pada kondisi net inflow sebesar Rp55,314 miliar yang berarti aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih besar dibandingkan dengan aliran uang keluar dari khasanah.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Kondisi net inflow terjadi sebagai dampak dari meningkatnya penyetoran uang yang dilakukan oleh masyarakat pasca hari raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Oktober. Pada akhir triwulan III-2008 terlihat pola aliran uang adalah net outflow sebesar 94,09%, dimana angka ini juga merupakan tingkat outflow tertinggi sepanjang tahun. Tingginya outflow karena meningkatnya kebutuhan uang di masyarakat selama bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Seperti diketahui, menjelang hari raya keagamaan kebutuhan masyarakat akan uang cenderung lebih besar dibandingkan dalam kondisi normal, karena adanya keinginan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hari raya. Namun demikian, kondisi tersebut segera berubah setelah hari raya usai. Terlihat bahwa aliran uang masuk di awal triwulan IV-2008 meningkat cukup tajam, hingga mencapai Rp.165 miliar. Peningkatan ini merupakan angka tertinggi sejak tiga tahun terakhir, dan dengan tingginya angka aliran uang masuk ini menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian Gorontalo pada awal triwulan laporan cenderung menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, sepanjang triwulan IV-2008, pola aliran uang kembali menunjukkan adanya aliran uang keluar yang ditunjukkan dengan nilai net outflow sebesar Rp10,7 miliar pada bulan November dan Rp98,65 miliar pada bulan Desember. Meningkatnya aliran uang keluar dari khasanah Bank Indonesia mencerminkan kegiatan perekonomian Gorontalo pada akhir tahun cukup bergairah. Hal ini didukung dengan tingginya kebutuhan masyarakat akan uang untuk perayaan Natal dan tahun baru.

2. Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo

Jumlah perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan menunjukkan adanya tren peningkatan baik dalam hal jumlah warkat maupun nominal kliring. Berbeda dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang cenderung menurun. Nilai nominal perputaran warkat selama triwulan IV-2008 sebesar Rp268,40 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 9200 lembar. Meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp199,4 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 9000 lembar.

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2008 meningkat 30,4% dibandingkan triwulan yang sama Tahun 2007 yaitu dari Rp10.493 miliar menjadi sebesar Rp13.678 miliar. Peningkatan juga terjadi pada jumlah warkat yang dikliringkan, yaitu sebesar 2% yaitu dari 460 lembar per hari pada triwulan IV-2007 menjadi 469 lembar per hari pada triwulan laporan. Adanya peningkatan rata-rata jumlah warkat dan nominal kliring menunjukkan bahwa cukup banyak terjadi transaksi perdagangan pada periode laporan di Gorontalo, dan hal ini semakin menegaskan bahwa perekonomian Provinsi Gorontalo mengalami pertumbuhan yang positif.Tabel V.1.

Rata-Rata Harian Kliring Non BI di Gorontalo

20072008

Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4

Jumlah (lembar)461532562460390442383469

Nominal (Rp Miliar)87931169912217104938585105261004913678

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Rasio penolakan jumlah Cek/BG kosong terhadap jumlah warkat kliring mengalami peningkatan yaitu dari 0,40% pada triwulan III-2008 menjadi 0,43% pada triwulan laporan. Sedangkan rasio jumlah nominal Cek/BG kosong terhadap total nominal keseluruhan warkat yang dikliringkan tercatat mengalami peningkatan dari 0,43% pada triwulan III-2008 menjadi 1,12% pada triwulan laporan. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya terlihat bahwa rasio warkat dan nominal Cek/BG Kosong juga mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 0,05% dan 0,82%

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Gorontalo pada Tahun 2008 mengalami perbaikan dibandingkan periode tahun 2007. Jumlah angkatan-kerja pada Agustus 2008 mencapai 429.384 orang, bertambah 6.008 orang atau tumbuh 1,41% dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Februari 2008 yaitu 423.376 orang. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2008 sebesar 405.126 orang, bertambah 11.559 orang atau tumbuh 2,94 % dibandingkan dengan keadaan Februari 2008 sebesar 393.567 orang. Hal ini juga diiringi dengan jumlah pengangguran yang mengalami penurunan yaitu dari 29.809 orang pada Februari 2008 menjadi 24.258 orang pada Agustus 2008 atau tumbuh negatif 18,62%. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2008 mencapai 5,65%, juga mengalami penurunan dibandingkan keadaan pada Februari 2008 dan Agustus 2007 yang masing-masing tercatat 7,04% dan 7,16%. 1. Pengangguran

Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Sakernas (Survey Tenaga Kerja Nasional), pada bulan Agustus 2008, jumlah angkatan-kerja mencapai 429.384 orang naik sebanyak 6.008 orang dibandingkan keadaan Februari 2008. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 11.559 orang. Jumlah pengangguran juga mengalami penurunan yaitu sebesar 5.551 orang. Sehingga selama periode 6 bulan, tingkat pengangguran terbuka menunjukkan arah yang menurun, yaitu dari 7,04 % pada Februari 2008 menjadi 5,65% pada Agustus 2008. Apabila dibandingkan dengan keadaaan bulan Agustus 2007, perubahan struktur angkatan kerja terlihat lebih berarti. Jumlah penduduk yang bekerja meningkat dari 362.675 orang pada Agustus 2007 menjadi 405.126 orang pada Agustus 2008 atau suatu peningkatan sebesar 42.450 orang, yang menyebabkan jumlah pengangguran menurun dari 27.973 orang (7,16 % dari jumlah angkatan kerja) menjadi 24.258 orang (5,65 % dari jumlah angkatan kerja).

Tabel VI.1.

Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan

Agustus 2007 Agustus 2008

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo

Sementara itu, bila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian merupakan lapangan usaha yang banyak digeluti penduduk Provinsi Gorontalo yaitu 184.148 orang (Agustus 2008) atau 45.45 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut menurun dibanding dengan keadaan Februari 2008 yaitu 213.275 orang. Hal ini disebabkan karena telah berakhirnya puncak musim panen yang terjadi pada periode Januari-April 2008, sehingga banyak tenaga kerja berpindah pekerjaan pada sektor lain di luar sektor pertanian. Penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian bergeser pada peningkatan tenaga kerja pada sektor perdagangan yang mengalami peningkatan dari 45.195 orang pada Februari 2008 menjadi 59.610 orang pada Agustus 2008 atau bertambah 14.415 orang. Peningkatan tersebut diikuti oleh sektor transportasi yang meningkat dari 26.177 orang pada Februari 2008 menjadi 32.214 orang pada Agustus 2008 atau bertambah 6.037 orang. Sektor industri meningkat dari 28.340 orang pada Februari 2008 menjadi 34.268 orang padaAgustus 2008 atau bertambah 5.928 orang, sedangkan sektor jasa meningkat dari 59.540 orang pada Februari 2008 menjadi 63.720 orang pada Agustus 2008 atau bertambah 4.180 orang. Sektor lainnya pada periode yang sama mengalami peningkatan sejumlah 10.126 orang. Tabel VI.2.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2007-Agustus