4. pterygium
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 4. PTERYGIUM
1/9
PTERYGIUM
1
PTERYGIUM
PENDAHULUAN
Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang
tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra. Pterygium
tumbuh berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Pterygium berasal dari bahasa Yunani
yaitupteron yang artinya sayap.
Pterygium tersebar di seluruh dunia, namun paling sering ditemukan di daerah
beriklim panas dan kering. Dimana di Indonesia sendiri insidenpterygium ini cukup tinggi,
yaitu 13%. Faktor resiko dari pterygium ini dapat berasal dari radiasi sinar ultraviolet,
faktor herediter dan iritasi kronik dari bahan tertentu di udara. Gejala klinis pterygium ini
dapat berupa mata sering berair dan tampak merah, merasa ada benda asing pada mata,
dapat timbul astigmatisma karena kornea yang tertarik oleh pertumbuhanpterygium dan
tajam penglihatan juga dapat terganggu padapterygium lanjut (derajat 3 dan 4).
Pada pterygium ringan dengan keluhan mata merah dapat ditangani dengan cara
menghindari paparan asap dan debu. Pemakaian kacamata pelindung ultraviolet juga
dapat dilakukan untuk mencegah progresifitas. Obat topikal seperti lubrikans,
vasokostriktor dan kortikosteroid dapat di berikan pada pterygium ringan (derajat 1 dan
2). Dan padapterygium lanjut dapat dilakukan tindakan eksisi.
Prognosispterygium setelah dilakukan eksisi biasanya baik tanpa adanya gangguan
penglihatan. Walaupun dapat rekuren sekitar 3-6 bulan setelah operasi.
-
7/29/2019 4. PTERYGIUM
2/9
PTERYGIUM
2
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang
tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra. Pterygium
tumbuh berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Pterygium berasal dari bahasa Yunani
yaitupteron yang artinya sayap.
EPIDEMIOLOGI
Pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan
kering. Prevalensi juga tinggi pada daerah berdebu atau kering. Faktor yang sering
mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator, yakni daerah yang terletak kurang 37O
LU
dan LS dari ekuator. Prevalensi tinggi sampai 22% di daerah dekat ekuator dan kurang
dari 2% pada derah yang terletak di atas 40O
Lintang. Insiden pterygium cukup tinggi di
Indonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1%.
Pasien di bawah umur 15 tahun jarang terjadi pterygium. Prevalensi pterygium
menigkat sesuai dengan umur, terutama dekade ke-2 dan ke-3 dari kehidupan. Insiden
tinggi pada umur antara 20 sampai 49 tahun. Kejadian berulang lebih sering pada umur
muda daripada umur tua. Laki-laki 4 kali lebih beresiko dari pada perempuan dan
berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah, riwayat terpapar lingkungan di luar
rumah.
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang mempengaruhi pterygium adalah lingkungan yakni radiasi sinar
ultraviolet, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter.
1. Radiasi ultraviolet
Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pterygium adalah
terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan konjungtiva
menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel. Letak lintang, waktu di luar rumah,
penggunaan kacamata dan topi juga merupakan faktor penting.
2. Faktor genetik
-
7/29/2019 4. PTERYGIUM
3/9
PTERYGIUM
3
Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterygium dan
berdasarkan penelitian casecontrolmenunjukkan riwayat keluarga denganpterygium,
kemungkinan diturunkan autosom dominan.
3.
Faktor lainIritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea merupakan
pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat ini
merupakan teori baru patogenesis dari pterygium. Wong juga menunjukkan adanya
pterygium angiogenesisfactor dan penggunaan pharmacotherapy antiangiogenesis
sebagai terapi. Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel
tertentu, dryeye dan virus papilloma juga penyebab daripterygium.
PATOGENESIS
Etiologipterygium tidak diketahui dengan jelas. Tetapi penyakit ini lebih sering pada
orang yang tinggal di daerah iklim panas. Oleh karena itu gambaran yang paling diterima
tentang hal tersebut adalah respon terhadap faktor-faktor lingkungan seperti paparan
terhadap matahari (ultraviolet), daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu
atau faktor iritan lainnya. Pengeringan lokal dari kornea dan konjungtiva yang disebabkan
kelainan tearfilm menimbulkan pertumbuhan fibroplastik baru merupakan salah satu
teori. Tingginya insidenpterygium pada daerah dingin, iklim kering mendukung teori ini.
Ultraviolet adalah mutagen untuk p53 tumorsupresorgene pada limbalbasalstem
cell. Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta diproduksi dalam jumlah
berlebihan dan menimbulkan proses kolagenase meningkat. Sel-sel bermigrasi dan
angiogenesis. Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan
subepitelial fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva terjadi degenerasi elastoik proliferasi
jaringan vaskular bawah epitelium dan kemudian menembus kornea. Kerusakan pada
kornea terdapat pada lapisan membran bowman oleh pertumbuhan jaringan
fibrovaskular, sering disertai dengan inflamasi ringan. Epitel dapat normal, tebal atau tipis
dan kadang terjadi displasia.
Limbal stem celladalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan defisiensi
limbal stem cell, terjadi pembentukan jaringan konjungtiva pada permukaan kornea.
Gejala dari defisiensi limbal adalah pertumbuhan konjungtiva ke kornea, vaskularisasi,
-
7/29/2019 4. PTERYGIUM
4/9
PTERYGIUM
4
inflamasi kronis, kerusakan membran basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik.
Tanda ini juga ditemukan padapterygium dan karena itu banyak penelitian menunjukkan
bahwa pterygium merupakan manifestasi dari defisiensi atau disfungsi limbal stem cell.
Kemungkinan akibat sinar ultraviolet terjadi kerusakan limbal stem cell di daerahinterpalpebra.
Pemisahan fibroblast dari jaringan pterygium menunjukkan perubahan phenotype,
pertumbuhan banyak lebih baik pada media mengandung serum dengan konsentrasi
rendah dibanding dengan fibroblast konjungtiva normal. Lapisan fibroblast pada bagian
pterygium menunjukkan proliferasi sel yang berlebihan. Pada fibroblast pterygium
menunjukkan matrix metalloproteinase, dimana matriks ekstraselluler berfungsi untuk
jaringan yang rusak, penyembuhan luka, mengubah bentuk. Hal ini menjelaskan kenapa
pterygium cenderung terus tumbuh, invasi ke stroma kornea dan terjadi reaksi
fibrovaskular dan inflamasi.
GAMBARAN KLINIS DAN KLASIFIKASI
Pterygium lebih sering dijumpai pada laki-laki yang bekerja di luar rumah. Bisa
unilateral atau bilateral. Kira-kira 90% terletak di daerah nasal. Pterygium yang terletak di
nasal dan temporal dapat terjadi secara bersamaan walaupun pterygium di daerah
temporal jarang ditemukan. Kedua mata sering terlibat, tetapi jarang simetris. Perluasan
pterygium dapat sampai ke medial dan lateral limbus sehingga menutupi sumbu
penglihatan, menyebabkan penglihatan kabur.
Secara klinispterygium muncul sebagai lipatan berbentuk segitiga pada konjungtiva
yang meluas ke kornea pada daerah fissura interpalpebra. Biasanya pada bagian nasal
tetapi dapat juga terjadi pada bagian temporal. Deposit besi dapat dijumpai pada bagian
epitel kornea anterior dari kepalapterygium.
Pterygium dibagi menjadi tiga bagian yaitu : body, apex (head) dan cap. Bagian
segitiga yang meninggi pada pterygium dengan dasarnya kearah kantus disebut body,
sedangkan bagian atasnya disebut apex dan ke belakang disebut cap.Asubepithelialcap
atau halo timbul pada tengah apex dan membentuk batas pinggirpterygium.
Pembagianpterygium berdasarkan perjalanan penyakit dibagi atas 2 tipe, yaitu :
-ProgresifPterygium
-
7/29/2019 4. PTERYGIUM
5/9
PTERYGIUM
5
Tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di depan kepala pterygium (disebut
cap pterygium).
- RegresifPterygium
Tipis, atrofi, sedikit vaskular. Akhirnya menjadi bentuk membran tetapi tidakpernah hilang.
Pada fase awalpterygium tanpa gejala, hanya keluhan kosmetik. Gangguan terjadi
ketika pterygium mencapai daerah pupil atau menyebabkan astigatisme karena
pertumbuhan fibrosis pada tahap regresi. Kadang terjadi diplopia sehingga menyebabkan
terbatasnya pergerakan mata.
Pembagian lainpterygium yaitu :
- Tipe I
Meluas kurang 2 mm dari kornea. Stoker's line atau deposit besi dapat dijumpai
pada epitel kornea dan kepala pterygium. Lesi sering asimptomatis meskipun
sering mengalami inflamasi ringan. Pasien dengan pemakaian lensa kontak dapat
mengalami keluhan lebih cepat.
- Type II
Menutupi kornea sampai 4 mm, bias primer atau rekuren setelah operasi,
berpengaruh dengan tearfilm dan menimbulkan astigmatisma.
- Type III
Mengenai kornea lebih 4 mm dan mengganggu aksis visual. Lesi yang luas
terutama yang rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang
meluas ke fornik dan biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bola mata.
Pterygium juga dapat dibagi ke dalam 4 derajat yaitu :
- Derajat 1
Jikapterygium hanya terbatas pada limbus kornea.
- Derajat 2
Jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.
- Derajat 3
Sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam
keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 3-4 mm).
-
7/29/2019 4. PTERYGIUM
6/9
PTERYGIUM
6
- Derajat 4
Pertumbuhanpterygium melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan.
DIAGNOSA BANDING
Secara klinis pterygium dapat dibedakan dengan dua keadaan yang sama yaitu
pinguekula dan pseudopterygium. Bentuknya kecil meninggi, masa kekuningan
berbatasan dengan limbus pada konjungtiva bulbi di fissura interpalpebra dan kadang-
kadang mengalami inflamasi. Tindakan eksisi tidak diindikasikan. Prevalensi dan insiden
meningkat dengan meningkatnya umur. Pinguekula sering pada iklim sedang dan iklim
tropis dan angka kejadian sama pada laki-laki dan perempuan. Paparan sinar ultraviolet
bukan faktor resiko penyebab pinguekula.
Pertumbuhan yang mirip dengan pterygium, pertumbuhannya membentuk sudut
miring sepertipseudopterygium atau Terrien'smarginaldegeneration. Pseudopterygium
mirip dengan pterygium, dimana adanya jaringan parut fibrovaskular yang timbul pada
konjungtiva bulbi menuju kornea. Berbeda dengan pterygium, pseudopterygium adalah
akibat inflamasi permukaan okular sebelumnya seperti trauma, trauma kimia,
konjungtivitis sikatrikal, trauma bedah atau ulkus perifer kornea. Untuk mengidentifikasi
pseudpterygium, cirinya tidak melekat pada limbus kornea. Probing dengan musclehook
dapat dengan mudah melewati bagian bawah pseudopterygium pada limbus, dimana hal
ini tidak dapat dilakukan pada pterygium. Pada pseudopterygium tidak dapat dibedakan
antara head, cap dan body dan pseudopterygium cenderung keluar dari ruang fissura
interpalpebra yang berbeda dengan truepterygium.
PENATALAKSAAN
Keluhan fotofobia dan mata merah dari pterygium ringan sering ditangani dengan
menghindari asap dan debu. Beberapa obat topikal seperti lubrikans, vasokonstriktor dan
kortikosteroid digunakan untuk menghilangkan gejala terutama pada derajat 1 dan
derajat 2. Untuk mencegah progresifitas, beberapa peneliti menganjurkan penggunaan
kacamata pelindung ultraviolet.
Indikasi eksisi pterygium sangat bervariasi. Eksisi dilakukan pada kondisi adanya
ketidaknyamanan yang menetap, gangguan penglihatan bila ukuran 3-4 mm dan
-
7/29/2019 4. PTERYGIUM
7/9
PTERYGIUM
7
pertumbuhan yang progresif ke tengah kornea atau aksis visual, adanya gangguan
pergerakan bola mata.
Eksisi pterygium bertujuan untuk mencapai gambaran permukaan mata yang licin.
Suatu cara yang sering digunakan untuk mengangkat pterygium dengan menggunakanpisau yang datar untuk mendiseksi pterygium kearah limbus. Memisahkan pterygium
kearah bawah pada limbus lebih disukai, kadang-kadang dapat timbul perdarahan oleh
karena trauma jaringan sekitar otot. Setelah eksisi, kauter sering digunakan untuk
mengontrol perdarahan.
Beberapa tekhnik operasi yang dapat menjadi pilihan yaitu :
1. Bare scleraTidak ada jahitan atau jahitan, benang absorbable digunakan untuk melekatkan
konjungtiva ke sklera di depan insersi tendon rektus. Meninggalkan suatu daerah
sklera yang terbuka.
2. Simple closureTepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama (efektif jika hanya defek konjungtiva
sangat kecil).
3. Sliding flaps
Suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka kemudian flap konjungtiva digeser untuk
menutupi defek.
4. Rotationalflap
Insisi bentuk U dibuat sekitar luka untuk membentuk lidah konjungtiva yang
dirotasi pada tempatnya.
5. Conjunctivalgraft
Suatu free graft biasanya dari konjungtiva superior, dieksisi sesuai dengan besar
luka dan kemudian dipindahkan dan dijahit.
6.Amnionmembranetransplantation
Mengurangi frekuensi rekuren pterygium, mengurangi fibrosis atau skar pada
permukaan bola mata dan penelitian baru mengungkapkan menekan TGF- pada
konjungtiva dan fibroblast pterygium. Pemberian mytomicin C dan beta
irradiation dapat diberikan untuk mengurangi rekuren tetapi jarang digunakan.
-
7/29/2019 4. PTERYGIUM
8/9
PTERYGIUM
8
7. Lamellar keratoplasty, excimer laser phototherapeutic keratectomy dan terapi
baru dengan menggunakan gabungan angiostatik dan steroid.
KOMPLIKASI
Komplikasi pterygium termasuk pada merah, iritasi, skar kronis pada konjungtiva
dan kornea, pada pasien yang belum eksisi, distorsi dan penglihatan sentral berkurang,
skar pada otot rektus medial yang dapat menyebabkan diplopia. Komplikasi yang jarang
adalah malignan degenerasi pada jaringan epitel di ataspterygium yang ada.
Komplikasi sewaktu operasi antara lain perforasi korneosklera, graft oedem, graft
hemorrhage, graftretraksi, jahitan longgar, korneoskleraldellen, granuloma konjungtiva,
epithelial inclusion cysts, skar konjungtiva, skar kornea dan astigmatisma, disinsersiotot
rektus. Komplikasi yang terbanyak adalah rekurenpterygium post operasi.
PROGNOSA
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik, rasa tidak nyaman
pada hari pertama post operasi dapat ditoleransi, kebanyakan pasien setelah 48 jam post
operasi dapat beraktivitas kembali.
Rekurensi pterygium setelah operasi masih merupakan suatu masalah sehingga
untuk mengatasinya berbagai metode dilakukan termasuk pengobatan dengan
antimetabolit atau antineoplasia ataupun transplantasi dengan konjungtiva. Pasien
dengan rekuren pterygium dapat dilakukan eksisi ulang dan graft dengan konjungtiva
autograft atau transplantasi membran amnion. Umumnya rekurensi terjadi pada 3-6
bulan pertama setelah operasi.
Pasien dengan resiko tinggi timbulnya pterygium seperti riwayat keluarga atau
karena terpapar sinar matahari yang lama dianjurkan memakai kacamata sunblock dan
mengurangi terpapar sinar matahari.
-
7/29/2019 4. PTERYGIUM
9/9
PTERYGIUM
9
DAFTAR PUSTAKA
1.
-
2. -
3. -
4. Fisher JP. Pterygium.
Available From:http://emedicine.medscape.com/article/1192527
5. Coday MP. Pterygium.
Available From:http://www.djo.harvard.edu/site.php?url=/patients/pi/426
6. -
7. Graham RH. Red Eye.
Available From:http://emedicine.medscape.com/article/1192122
8. -
9. -
10. -
11.
-
12. -
13. -
14. -
http://emedicine.medscape.com/article/1192527http://emedicine.medscape.com/article/1192527http://emedicine.medscape.com/article/1192527http://www.djo.harvard.edu/site.php?url=/patients/pi/426http://www.djo.harvard.edu/site.php?url=/patients/pi/426http://www.djo.harvard.edu/site.php?url=/patients/pi/426http://emedicine.medscape.com/article/1192122http://emedicine.medscape.com/article/1192122http://emedicine.medscape.com/article/1192122http://emedicine.medscape.com/article/1192122http://www.djo.harvard.edu/site.php?url=/patients/pi/426http://emedicine.medscape.com/article/1192527