4- metode aseptis (fixed)

21
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ACARA IV METODE ASEPTIS Disusun oleh : Kelompok XXVI Iskandar Zulkarnaen Bukit PT/06629 Citra Indriastuti PT/06743 Kinasih Sekarlangit PT/06756 Risang Raditya A PT/06785 Setyawan Wahyu Pradana PT/06822 Asisten: Lena Putriana

Upload: citra

Post on 13-Dec-2015

151 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Mikrobiologi

TRANSCRIPT

Page 1: 4- Metode Aseptis (FIXED)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

ACARA IV

METODE ASEPTIS

Disusun oleh :

Kelompok XXVI

Iskandar Zulkarnaen Bukit PT/06629

Citra Indriastuti PT/06743

Kinasih Sekarlangit PT/06756

Risang Raditya A PT/06785

Setyawan Wahyu Pradana PT/06822

Asisten: Lena Putriana

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISIBAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2015

Page 2: 4- Metode Aseptis (FIXED)

ACARA IV

METODE ASEPTIS

Tujuan Praktikum

Praktikum metode aseptis bertujuan untuk mengetahui cara aseptis

dalam memindahkan kultur murni.

Tinjauan Pustaka

Gruendemann dan Fernsebner (2006) menjelaskan bahwa

pengertian sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua

bentuk kehidupan mikroba, termasuk spora, pada permukaan benda mati.

Prosesnya dapat  berupa pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau

filtrasi.

Curtis (1999) menyatakan bahwa pengertian sterilisasi dalam

mikrobiologi adalah membebaskan tiap benda atau substansi dari semua

kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha

mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat

oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau

betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar

lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat

disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh

filtrasi.

Purnawijayanti (2001) menyatakan bahwa sterilisasi adalah proses

pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua mikroorganisme

pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya dikombinasi dengan

pengemasan hermetis untuk mencegah kontaminasi ulang. Pengemasan

hermetis adalah pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapat

ditembus oleh mikroorganisme, air, ataupun udara.

Yuyun dan Gunaisa (2011) menyatakan bahwa sterilisasi

merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 211oC

selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah

Page 3: 4- Metode Aseptis (FIXED)

memusnahkan  bakteri patogen dan spora bakteri elostridium bolulinum

yang berbahaya. Metode sterilisasi yang paling umum dilakukan adalah

menggunakan kaleng atau kemasan tetra pack.

Pelczar dan Chan (2007) menjelaskan bahwa teknik transfer

aseptis adalah salah satu metode atau teknik di dalam memindahkan atau

mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis

agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik

transfer aseptis sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur

mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan

analisis mikrobiologi.

Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan

mikroorganisme dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan

mikroba. Teknik aseptis digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik

alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya, untuk alat dan

bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik

aseptic ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi

dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari

oleh ahli mikrobiologi. (Oram, 2001)

Sementara itu Pelczar dan Chan (2007) juga menyatakan bahwa

teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang

memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus

selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari.

Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-

ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam

bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali

bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik

yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian.

Page 4: 4- Metode Aseptis (FIXED)

Materi dan Metode

Materi

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum metode aseptis adalah

ose bermata, ose jarum, dan lampu spiritus.

Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah

kultur jamur benang yaitu Aspergillus niger dan Saccharomyces

cerevisiae. Kultur bakteri yaitu Lactobacillus plantarum. Media bakteri dan

jamur yaitu MRS (de Man Rogosa and Sharpe), MEA (Malt Extract Agar),

dan PDA (Potato Dextrosa Agar).

Metode

Penanaman Kultur Jamur. Media, kultur dan alat yang akan

dipakai disiapkan. Alat yang akan digunakan diseterilisasi. Ose dipegang

dengan tangan kanan, tabung dipegang dengan tangan kiri. Ose dibakar

pada api spiritus sampai ose berwarna merah membara. Jamur

dipindahkan pada media miring menggunakan ose cincin dengan cara

dirakatan secara zig-zag pada medium. Mulut tabung dibakar sebelum

dan sesudah memasukan ose. Kapas dan mulut tabung dipanaskan di

atas api spiritus. Tabung kultur dan tabung media ditutup kembali. Tabung

media yang sudah diinokulasi kemudian diinkubasi.

Penanaman Kultur Bakteri. Media, kultur dan alat yang akan

dipakai disiapkan. Alat yang akan digunakan diseterilisasi. Ose jarum

dipegang dengan tangan kanan, tabung dipegang dengan tangan kiri. Ose

dibakar pada api spiritus sampai ose berwarna merah membara. Bakteri

dipindahkan pada media tegak menggunakan ose jarum dengan cara

ditusukan kedalam media ¾ dari permukaan. Mulut tabung dibakar

sebelum dan sesudah memasukan ose. kapas dan mulut tabung

dipanaskan di atas api spiritus. Tabung kultur dan tabung media ditutup

kembali. Tabung media yang sudah diinokulasi kemudian diinkubasi.

Page 5: 4- Metode Aseptis (FIXED)

Hasil dan Pembahasan

Media yang digunakan pada percobaan adalah MRS (de Man

Rogosa and Sharpe), PDA (Potato Dextrosa Agar), dan MEA (Malt Extract

Agar). Media MRS untuk penanaman bakteri Lactobacillus plantarum,

PDA untuk penanaman jamur Aspergillus niger dan MEA untuk

penanaman jamur Saccharomyces cerevisiae. Media MRS dilakukan

dengan teknik media tegak. Media MEA dan PDA dilakukan dengan teknik

media miring.

Penanaman Kultur Jamur. Jamur benang yang digunakan adalah

Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae. Penanaman kultur jamur

dengan menggunakan medium agar miring. Medium agar miring adalah

medium yang dibuat dalam tabung kultur yang diletakkan miring pada

waktu pendinginan. Teknik yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah

streak atau gores. Ose cincin dipanaskan hingga membara berfungsi

untuk mensterilisasi jarum sebelum digunakan dari mikroorganisme lain.

Sumbat kapas tabung reaksi dibuka kemudian bibir tabung dipanaskan.

Hal tersebut berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari

mikroorganisme lain. Pengambilan kultur murni dengan menggunakan ose

cincin kemudian ose cincin dimasukkan pada medium biakan. Ose bentuk

bulat atau cincin untuk inokulasi jamur. Penanaman inokulum dengan

menggoreskan ujung bulat ose ke media biakan dengan cara zig-zag.

Arah zig-zag di gunakan supaya memungkinkan koloni terbentuk tersebar

merata dan tampak jelas serta tidak bertumpuk dari koloni yang akan

terbentuk. Mulut tabung reaksi dipanaskan kemudian segera ditutup

dengan sumbat kapas berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan

dari mikroorganisme lain. Dwidjoseputro (1998) menambahkan bahwa

sumbat kapas dengan lemak bertujuan agar keadaan mikroorganisme di

dalam tabung reaksi tetap steril, apabila ada kontaminan yang akan

masuk, maka dapat terserap dengan sumbat kapas tanpa dapat

mempengaruhi mikroorganisme yang akan dibiakkan. Waluyo (2005)

Page 6: 4- Metode Aseptis (FIXED)

menyatakan bahwa keuntungan media agar miring ini adalah luas

permukaan yang kecil sehingga peluang kontaminasi rendah dan dapat

memperluas bidang untuk digunakan strain murni (indukan murni).

Kerugiannya hanya memuat sedikit mikroorganisme. Media agar miring

untuk bakteri digunakan media NA (Nutrien agar) karena yang

komposisinya ekstrak daging sapi didalamnya mengandung protein,

karbohidrat, vitamin, dan sedikit lemak, serta terdapat adanya beberapa

faktor pertumbuhan yang tidak mampu mensintesis mikroorganisme.

Natsir (2003) menambahkan bahwa khamir pada umumnya

diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisiologinya dan tidak atas

perbedaan morfologinya seperti pada kapang. Yeast dapat dibedakan

atas dua kelompok berdasarkan sifat metabolismenya yaitu bersifat

fermentatif dan oksidatif. Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi

alkohol yaitu memecah gula (glukosa) menjadi alkohol dan gas contohnya

pada produk roti.Sedangkan oksidatif (respirasi) maka akan menghasilkan

CO2 dan H2O. Keduanya bagi yeast adalah dipergunakan untuk energi

walaupun energi yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dari yang

melalui fermentasi

Saccharomyces cerevisiae termasuk dalam kingdom: Fungi, Filum:

Ascomycota, Kelas: Saccharomycetes, Ordo: Saccharomycetales, Genus:

Saccharomyces, dan Spesies: Saccharomyces cerevisiae. Pelczar dan

Chan (2005) Menyatakan bahwa Saccharomyces cerevisiae termasuk ke

dalam golongan khamir. Khamir (yeast) adalah fungi bersel satu yang

mikroskopik, beberapa generasi ada yang membentuk miselium dengan

percabangan.Khamir hidupnya sebagian ada yang saprofit dan ada

beberapa yang parasitik. Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi,

yaitu dengan panjang  1-5 μm sampai 20-50 μm, dan lebar 1-10 μm.

Bastiyah et al. (2004) menyatakan bahwa Aspergillus niger berasal

dari Domain: Eukaryota Kingdom: Fungi, Phylum: Ascomycota,

Subphylum: Pezizomycotina, Class: Eurotiomycetes, Order: Eurotiales,

Family: Trichocomaceae, Genus : Aspergillus dan Species: Aspergillus

Page 7: 4- Metode Aseptis (FIXED)

niger. Aspergillus niger memiliki ciri-ciri koloni pada medium MEA

mencapai diameter 3,5 cm dalam waktu 3 hari, terdiri dari lapisan basal

berwarna putih dan suatu lapisan konidiofor yang berwarna hitam. Vesikel

berbentuk bulat hingga semibulat dan berdiameter 50-100 µm. Fialid

terbentuk pada metula dan berukuran (7,0-9,5)x(3-4) µm. Konidia

berwarna hitam, berbentuk bulat hingga semibulat, berukuran 3,5-5,0 µm.

Berdasarkan praktikum diperoleh hasil sebagai berikut.

Jamur Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae sebelum tumbuh

Jamur Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae setelah tumbuh

Gambar 1. Aspergillus niger Gambar 2. Saccharomyces cerevisiae

Gambar 3. Aspergillus niger Gambar 4. Saccharomyces cerevisiae

Page 8: 4- Metode Aseptis (FIXED)

Sebelum tumbuh baik medium Aspergillus niger maupun Saccharomyces

cerevisiae berwarna kuning bening. Setelah kedua jamur tumbuh warna

medium menjadi keruh. Terbentuk warna hitam di permukaan medium

agar miring, jamur dapat tumbuh karena media yang digunakan sesuai.

Jangka waktu dari penanaman hinga dapat tumbuh yaitu dua hari. Jamur

tumbuh memenuhi di seluruh permukaan agar miring. Jamur tumbuh

secara berkoloni. Metode aseptis yang dilakukan telah benar karena tidak

terlihat kontaminan pada media. Hita et al. (2012) menyatakan bahwa

Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C, dengan

suhu minimum 6-8 °C, dan suhu maksimum 45-47 °C. Selain itu, dalam

proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan oksigen yang cukup

(aerobik). Aspergillus niger memiliki warna dasar berwarna putih atau

kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai

hitam. Aspergillus niger pada kondisi optimal mampu mensekresikan

asam-asam organik yang berfungsi mengurai fosfat. Jamur dapat tumbuh

karena medium mengandung yang dibutuhkan untuk tumbuh. Suriawiria

(2005) menyatakan bahwa unsur-unsur dasar tersebut adalah: karbon,

nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil

logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini

dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat

menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higienis pada

lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi

pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di

lingkungan seperti ini. Jamur tersebut dapat tumbuh karena kondisi

anaerob. Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan

bebas oksigen. Bagi organisme ini oksigen bersifat toksik.

Ali et al. (2008) menyatakan bahwa Aspergillus niger merupakan

salah satu jenis jamur yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam

menghasilkan berbagai enzim yang penting peranannya dalam bidang

pangan seperti selulase. Secara luas Aspergillus didefinisikan sebagai

suatu kelompok nukosis penyebab dari fotogenosa yang bermacam-

Page 9: 4- Metode Aseptis (FIXED)

macam, Aspergillus niger termasuk ke dalam kelas Ascomycetes.

Aspergillus niger di dalam industri banyak dipakai dalam proses produksi

asam sitrat, sedangkan di dalam laboratorium digunakan untuk

mempelajari tentang metabolisme pada jamur dan kegiatan enzimatis.

Maria et al. (2013) menyatakan bahwa khamir Saccharomyces

cerevisiae merupakan organisme penghasil amilase yang cukup

berpotensi, selain bakteri dan kapang. Enzim amilase diproduksi di luar

sel oleh beberapa jenis yeast Saccharomycopsis fibuliger, S. diaticus,

Saccharomyces cerevisiae, Schwaniomyces occidentalis, dan Candida

serta Pichia. S. cerevisiae merupakan khamir amilolitik penghasil α-

amylase, glukoamilase dan α-glukosidase yang mampu merombak zat

pati. Khamir amilolitik mempunyai potensi penting dalam produk-produk

berbahan pati, karena aktivitas enzim amilase terutama isoamilase dapat

menghidrolisa ikatan α(1,6)- pada amilopektin. Selain itu khamir amilolitik

berperan dalam memproduksi etanol dan biomassa khamir berasal dari

bahan yang mengandung zat pati dan fermentasi beras untuk

memproduksi minuman dan makanan berkarbohidrat rendah, serta

produksi amilase oleh khamir selama fermentasi tape ketan.

Penanaman Kultur Bakteri. Bakteri yang digunakan adalah

Lactobacillus plantarum. Medium yang digubakan adalah medium MRS.

Penanaman kultur bakteri dengan menggunakan medium agara tegak

dengan cara ditusuk. Winarni (1997) menyatakan bahwa metode tusuk

yaitu dengan cara menusukan ujung ose jarum yang di dalamnya terdapat

inokulum kemudian dimasukan kedalam media. Metode tusuk digunakan

untuk menanam bakteri karena mediumnya tegak selain itu juga agar

bakteri tumbuh didalam dan agar terlihat. Hal yang harus diperhatikan

pada saat menanam bakteri adalah harus dilakukan secara aseptis.

Aseptis adalah menjaga kondisi lingkungan dan kultur tetap steril.

Memindahkan kultur pada media yang pertama dilakukan adalah

menyemprotkan alkohol pada lingkungan termasuk pada tangan. Larutan

alkohol akan mencegah bakteri untuk tumbuh. Hal selanjutnya yaitu

Page 10: 4- Metode Aseptis (FIXED)

memegang kedua tabung pada tangan kiri dan ose pada tangan kanan,

kedua tutup tabung dibuka dan dijepitkan pada jari tangan kiri. Ose yang

digunakan adalah ose jarum. Ose dibakar terlebih dahulu. Ose dibakar

hingga merah membara dan mendinginkanya sebelum digunakan untuk

mengambil bakteri dari kultur. Pemindahan kultur juga harus membakar

mulut tabung sebelum dan sesudah memasukan ose. Proses pembakaran

bertujuan untuk mesterilisasi kawat menggunakan api langsung dari

bunsen sebelum dan sesudah ose digunakan. Ose harus dipanaskan

sampai merah panas untuk memastikan bahwa tidak terdapat spora

bakteri. Gagang ose dipegang seperti memegang pena. Jari kelingking

bebas untuk bebas untuk mengambil atau memedang penutup tabung.

Sumbat kapas tabung reaksi dibuka kemudian bibir tabung dipanaskan.

Hal tersebut berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari

mikroorganisme lain.

Lactobacillus plantarum termasuk dalam Kingdom :Bacteria, Divisi:

Firmicutes, Kelas: Bacilli, Ordo: Lactobacillales, Famili: Lactobacillaceae,

Genus: Lactobacillus, dan Spesies: Lactobacillus plantarum. Ray dan

Bhunia (2008) menyatakan bahwa Lactobacillus plantarum termasuk ke

dalam golongan Lactobacillus. Lactobacillus merupakan bakteri Gram

positif, tidak menghasilkan spora, biasanya tidak bergerak, anaerob

fakultatif, katalase negatif, koloninya dalam media agar berukuran 2-5

mm, konfeks, opak, sedikit transparan, tidak berpigmen dan metabolit

utamanya adalah asam laktat. Tumbuh baik pada suhu 25-40°C dan

tersebar luas di lingkungan terutama dalam produk-produk pangan asal

hewan dan sayuran. Bakteri ini menetap dalam saluran pencernaan

unggas dan mamalia. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh

hasil sebagai berikut.

Page 11: 4- Metode Aseptis (FIXED)

Medium agar tegak yang di tanami bakteri akan terbentuk seperti

akar berwana putih yang menusuk kebawah sesuai tusukan ose waktu

penanaman, bakteri dapat tumbuh karena media untuk tumbuh sesuai

dengan kebutuhan. Bambang (2009) menyatakan bahwa mikrobia adalah

organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri,

fungi dan virus. Bakteri merupakan mikroba prokariotik yang rata-rata

selnya berukuran 0,5-1 x 2-5 µm, berbentuk elips, bola, batang atau spiral.

Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan bakteri adalah nilai pH.

Apabila pH dalam suatu medium atau lingkungan tidak optimal, maka

akan mengganggu kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh bakteri

sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri itu sendiri.

Banyak spesies dari Lactobacillus memiliki kemampuan

membusukkan materi tanaman yang sangat baik. Produksi asam laktatnya

membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan

beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah memiliki

genom sendiri. Lactobacillus adalah bakteri probiotik yang utama

digunakan pada produk-produk komersial dewasa ini (Heller, 2001 dalam

Gambar 5. Lactobacillus plantarum sebelum tumbuh

Gambar 6. Lactobacillus plantarum setelah tumbuh

Page 12: 4- Metode Aseptis (FIXED)

Cahyanti, 2008 ). L. acidophilus berpotensi sebagai strater maupun

adjunct culture dalam pembuatan susu fermentasi (Cahyanti, 2008).

Page 13: 4- Metode Aseptis (FIXED)

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa metode aseptis dilakukan agar dalam proses penanaman bakteri

tidak terjadi kontaminan atau bakteri lain yang tumbuh. Bakteri dan jamur

dapat tumbuh pada media yang mengandung nutrisi dan kondisi udara

sesuai dengan jenisnya yaitu aerob atau anaerob.

Page 14: 4- Metode Aseptis (FIXED)

Daftar Pustaka

Ali, Usama F., Hala S. Saad El-Dein. 2008. Production and partial purification of cellulase complex by Aspergillus niger and A. nidulans grown on water hyacinth blend. Journal of Applied Sciences Research. Vol 4(7): 875-891.

Bambang. 2009. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.

Bastiyah D.Z., Ari S., dan Wiryanto. 2004. Seleksi dan identifikasi isolat cendawan selulolitik dan lignoselulolitik dari limbah penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) dari KPH gundih. Biofarmasi. Vol 2(1):24-28

Curtis, Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology 5th edition. Worth Publisher Inc. New York

Cahyanti, A. N., 2008. Kajian pertumbuhan probiotik lactobacillus acidophilus dan kandungan asam lemak dalam susu kambing fermentasi selama penyimpanan. Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. Vol no. 5. Hal. 72-80.

Dwidjoseputro,D. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan. Malang.

Erna K., Maria, M. Sari, T. Haryati. 2013. Efek fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae terhadap karakteristik biokimia tapioka. Agritech. Vol. 33(3).

Gruendemann, B.J., dan Fernsebner, B. 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Kedokteran EGC. Jakarta.

Hamastuti, Hita, E. Dwi, S.R Juliastuti, dan N. Hendrianie. 2012. Peran mikroorganisme Azotobacter chroococcum, Pseudomonas fluorescens, dan Aspergillus niger pada pembuatan kompos limbah sludge industri pengolahan susu. Jurnal Teknik Pomits. Vol 1(1).

Natsir. 2003. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanudin. Makassar

Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Glencoe Division Mc Millan Company. Waterville.

Pelczar, M. J.,dan Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York.

Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta

Purnawijayanti, H. A. 2001. Sanitasi, Higine dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta.

Ray B., Bhunia A. 2008. Fundamental Food Microbiology. Ed ke-4. CRC Pr. London.

Page 15: 4- Metode Aseptis (FIXED)

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM press. Malang.

Winarni, D. 1997. Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI. ITS. Surabaya.

Yuyun, A., dan Gunaisa, D. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan Minuman. Agromedia Pustaka. Jakarta.